Penyakit Apendisitis

16
NAMA : ALDILLAH NISRIANA PUTRI NIM : 1101003 (GANJIL) LOKAL : A TUGAS : PATOFISIOLOGI Penyakit Apendisitis (Appendicitis) atau Radang Usus Buntu Sebelum dibahas lebih jauh mengenai radang usus buntu

Transcript of Penyakit Apendisitis

Page 1: Penyakit Apendisitis

NAMA : ALDILLAH NISRIANA PUTRINIM : 1101003 (GANJIL)LOKAL : ATUGAS : PATOFISIOLOGI

Penyakit Apendisitis (Appendicitis)

atau Radang Usus Buntu

Sebelum dibahas lebih jauh mengenai radang usus buntu yang dalam bahasa

medisnya disebut Appendicitis, maka lebih dulu harus difahami apa yang dimaksud

dengan usus buntu. Usus buntu, sesuai dengan namanya bahwa ini merupakan

benar-benar saluran usus yang ujungnya buntu. Usus ini besarnya kira-kira sejari

kelingking, terhubung pada usus besar yang letaknya berada di perut bagian kanan

bawah.

Page 2: Penyakit Apendisitis

DEFINISI USUS BUNTU

Usus buntu merupakan penonjolan kecil yang berbentuk seperti jari, yang

terdapat di usus besar, tepatnya di daerah perbatasan dengan usus halus. Usus

buntu dalam bahasa latin disebut sebagai Appendix vermiformis, Organ ini

ditemukan pada manusia, mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Pada awalnya

Organ ini dianggap sebagai organ tambahan yang tidak mempunyai fungsi, tetapi

saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan

secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh)

dimana memiliki/berisi kelenjar limfoid.

Seperti organ-organ tubuh yang lain, appendiks atau usus buntu ini dapat

mengalami kerusakan ataupun ganguan serangan penyakit. Hal ini yang sering kali

kita kenal dengan nama Penyakit Radang Usus Buntu (Appendicitis).

Page 3: Penyakit Apendisitis

DEFINISI APENDISITIS (RADANG USUS BUNTU)

Apendisitis (Radang Usus Buntu) adalah kondisi di mana infeksi terjadi di

umbai cacing, merupakan penyakit pembedahan abdominal yang paling umum dan

merupakan inflamasi apendiks vermiform akibat adanya obstruksi.. Dalam kasus

ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan

laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat,

angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai

cacing yang terinfeksi hancur.

Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan

merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Apendiks disebut juga

umbai cacing. Istilah usus buntu yang selama ini dikenal dan digunakan di

masyarakat kurang tepat, karena yang merupakan usus buntu sebenarnya adalah

sekum. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa fungsi apendiks

sebenarnya. Namun demikian, organ ini sering sekali menimbulkan masalah

kesehatan.

Apendiks merupakan organ yang berbentuk tabung panjang dan sempit.

Panjangnya kira-kira 10cm (kisaran 3-15cm) dan berpangkal di sekum. Apendiks

menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam

lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum. Adanya hambatan dalam pengaliran

tersebut, tampaknya merupakan salah satu penyebab timbulnya appendisits. Di

dalam apendiks juga terdapat immunoglobulin sekretoal yang merupakan zat

pelindung efektif terhadap infeksi (berperan dalam sistem imun). Dan

immunoglobulin yang banyak terdapat di dalam apendiks adalah IgA. Namun

demikian, adanya pengangkatan terhadap apendiks tidak mempengaruhi sistem

imun tubuh. Ini dikarenakan jumlah jaringan limfe yang terdapat pada apendiks

kecil sekali bila dibandingkan dengan yang ada pada saluran cerna lain.

Page 4: Penyakit Apendisitis

Apendisitis dapat mengenai semua umur, baik laki-laki maupun perempuan.

Namun lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun.

ETIOLOGI

Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan

sebagai faktor pencetusnya. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen

intestinal apendiks. Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan

tinja yang keras (gumpalan fekalit), hiperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks,

striktur, benda asing dalam tubuh, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan

terjadinya sumbatan. Namun, diantara penyebab obstruksi lumen yang telah

disebutkan di atas, fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid merupakan penyebab

obstruksi yang paling sering terjadi. Penyebab lain yang diduga menimbulkan

apendisitis adalah ulserasi mukosa apendiks oleh parasit E. histolytica, terjadinya

Page 5: Penyakit Apendisitis

penyempitan, masuknya barium atau infeksi virus.

Secara umum, berikut ini adalah beberapa tanda / gejala yang sering timbul

pada penderita penyakit apendisitis :

Tanda dan Gejala Apendisitis

* Gejala Awal

Nyeri periumbilikal atau epigastrik kolik yang tergeneralisasi maupun

setempat, anoreksia, mual dan muntah

Nyeri setempat di kuadran abdomen kanan bawah

Rigiditas abdominal yang mirip papan

Respirasi retraktif

Rasa perih yang semakin menjadi

Spasma abdominal yang semakin parah

Rasa perih yang berbalik (rasa perih yang berlawanan dari abdomen

menunjukkan adanya inflamasi peritoneal)

Gejala yang minimal samar dan rasa perih yang ringan pada pasien berusia

lanjut

* Gejala Selanjutnya

Konstipasi (tetapi diare juga bisa terjadi)

Suhu tubuh pasien meningkat dari 99 sampai 102 derajat Fahrenheit

Takikardia

Perforasi atau infarksi apendiks yang diindikasikan oleh berhentinya nyeri

abdominal secara mendadak

Penelitian epidemiologi menunjukkan peranan kebiasaan mengkonsumsi

makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakit

apendisitis. Tinja yang keras dapat menyebabkan terjadinya konstipasi. Kemudian

konstipasi akan menyebabkan meningkatnya tekanan intrasekal yang berakibat

timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman

Page 6: Penyakit Apendisitis

flora kolon biasa. Semua ini akan mempermudah timbulnya apendisitis.

PATOFISIOLOGI

Patologi apendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian menyebar

ke seluruh lapisan dinding apendiks. Jaringan mukosa pada apendiks menghasilkan

mukus (lendir) setiap harinya. Terjadinya obstruksi menyebabkan pengaliran

mukus dari lumen apendiks ke sekum menjadi terhambat. Makin lama mukus makin

bertambah banyak dan kemudian terbentuklah bendungan mukus di dalam lumen.

Namun, karena keterbatasan elastisitas dinding apendiks, sehingga hal tersebut

menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang

meningkat tersebut akan menyebabkan terhambatnya aliran limfe, sehingga

mengakibatkan timbulnya edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada

saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri di daerah

epigastrium di sekitar umbilikus.

Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus

meningkat. Hal ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah,

dan bakteri akan menembus dinding apendiks. Peradangan yang timbul pun

semakin meluas dan mengenai peritoneum setempat, sehingga menimbulkan nyeri

di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif

akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding

apendiks yang disusul dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan

apendisitis ganggrenosa. Jika dinding apendiks yang telah mengalami ganggren ini

pecah, itu berarti apendisitis berada dalam keadaan perforasi.

Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi

proses peradangan ini. Caranya adalah dengan menutup apendiks dengan omentum,

dan usus halus, sehingga terbentuk massa periapendikuler yang secara salah

dikenal dengan istilah infiltrat apendiks. Di dalamnya dapat terjadi nekrosis

Page 7: Penyakit Apendisitis

jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Namun, jika tidak terbentuk

abses, apendisitis akan sembuh dan massa periapendikuler akan menjadi tenang

dan selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.

Pada anak-anak, dengan omentum yang lebih pendek, apendiks yang lebih

panjang, dan dinding apendiks yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh yang masih

kurang, memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi

mudah terjadi karena adanya gangguan pembuluh darah.

Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna,

tetapi akan membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya

perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali

menimbulkan keluhan pada perut kanan bawah. Pada suatu saat organ ini dapat

mengalami peradangan kembali dan dinyatakan mengalami eksaserbasi.

MANIFESTASI KLINIK

Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah

nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau

periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang

muntah, dan pada umumnya nafsu makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam,

nyeri akan beralih pada regio kanan bawah, ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri

terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan nyeri somatik setempat.

Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapi

terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar.

Tindakan ini dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi.

Terkadang apendisitis juga disertai dengan demam derajat rendah sekitar 37,5 -

38,5 derajat celcius.

Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai

Page 8: Penyakit Apendisitis

akibat dari apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika

meradang. Berikut gejala yang timbul tersebut.

1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum

(terlindung oleh sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas

dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut

kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan gerakan seperti berjalan,

bernapas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul karena adanya

kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal.

2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis

▪ Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan

timbul gejala dan rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga

peristalsis meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat

dan berulang-ulang (diare).

▪ Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih,

dapat terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya

dindingnya.

Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit

dilakukan diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya,

sehingga biasanya baru diketahui setelah terjadi perforasi. Berikut beberapa

keadaan dimana gejala apendisitis tidak jelas dan tidak khas.

1. Pada anak-anak

Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. Seringkali anak

tidak bisa menjelaskan rasa nyerinya. Dan beberapa jam kemudian akan terjadi

Page 9: Penyakit Apendisitis

muntah- muntah dan anak menjadi lemah dan letargik. Diare juga dapat terjadi,

namun pada penderita lainnya justru dapat terjadi konstipasi. Perforasi, peritonitis

dan terbentukya abses merupakan komplikasi paling serius dari appendisitis.

Karena ketidakjelasan gejala ini, sering apendisitis diketahui setelah perforasi.

Begitupun pada bayi, 80-90 % apendisitis baru diketahui setelah terjadi perforasi.

2. Pada orang tua berusia lanjut

Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh

penderita baru dapat didiagnosis setelah terjadi perforasi.

3. Pada wanita

Gejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang

gejalanya serupa dengan apendisitis, yaitu mulai dari alat genital (proses ovulasi,

menstruasi), radang panggul, atau penyakit kandungan lainnya. Pada wanita hamil

dengan usia kehamilan trimester, gejala apendisitis berupa nyeri perut, mual, dan

Page 10: Penyakit Apendisitis

muntah, dikacaukan dengan gejala serupa yang biasa timbul pada kehamilan usia

ini. Sedangkan pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke

kraniolateral, sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih

ke regio lumbal kanan.

PEMERIKSAAN

1. Pemeriksaan Fisik

· Inspeksi : pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling,

sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut.

· Palpasi : pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri.

Dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan

bawah merupakan kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut

kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut

tanda Rovsing (Rovsing Sign). Dan apabila tekanan di perut kiri bawah

dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah.Ini disebut

tanda Blumberg (Blumberg Sign).

· Pemeriksaan colok dubur : pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis, untuk

menentukan letak apendiks, apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat

dilakukan pemeriksaan ini dan terasa nyeri, maka kemungkinan apendiks

yang meradang terletak didaerah pelvis. Pemeriksaan ini merupakan kunci

diagnosis pada apendisitis pelvika.

· Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator : pemeriksaan ini juga dilakukan

untuk mengetahui letak apendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan

dengan rangsangan otot psoas lewat hiperektensi sendi panggul kanan

atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila

Page 11: Penyakit Apendisitis

appendiks yang meradang menempel di m. psoas mayor, maka tindakan

tersebut akan menimbulkan nyeri. Sedangkan pada uji obturator

dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi

terlentang. Bila apendiks yang meradang kontak dengan m.obturator

internus yang merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan

menimbulkan nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis pelvika.

2. Pemeriksaan Penunjang

· Laboratorium : terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein

reaktif (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah Sel

darah putih (lekosit) antara 10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil

diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang

meningkat.

· Radiologi : terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada

pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat

yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-

scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit serta

perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran

sekum. Selain itu, USG juga dapat dilakukan untuk membantu menegakkan

diagnosis.

DIAGNOSIS

Meskipun pemeriksaan dilakukan dengan cermat dan teliti, diagnosis klinis

apendisitis masih mungkin salah pada sekitar 15-20% kasus. Kesalahan diagnosis

lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki. Hal ini dapat disadari

mengingat pada perempuan terutama yang masih muda sering mengalami

gangguan yang mirip apendisitis. Keluhan itu berasal dari genitalia interna karena

Page 12: Penyakit Apendisitis

ovulasi, menstruasi, radang di pelvis, atau penyakit ginekologik lain.Untuk

menurunkan angka kesalahan diagnosis apendisitis meragukan, sebaiknya

dilakukan observasi penderita di rumah sakit dengan pengamatan setiap 1-2 jam.

Foto barium kurang dapat dipercaya. Ultrasonografi dan laparoskopi bisa

meningkatkan akurasi diagnosis pada kasus yang meragukan.

TATA LAKSANA / EVALUASI DAN TERAPI

Bila dari hasil diagnosis positif apendisitis akut, maka tindakan yang paling

tepat adalah segera dilakukan apendiktomi. Apendektomi dapat dilakukan dalam

dua cara, yaitu cara terbuka dan cara laparoskopi. Apabila apendisitis baru

diketahui setelah terbentuk massa periapendikuler, maka tindakan yang pertama

kali harus dilakukan adalah pemberian/terapi antibiotik kombinasi terhadap

penderita. Antibiotik ini merupakan antibiotik yang aktif terhadap kuman aerob dan

anaerob. Setelah gejala membaik, yaitu sekitar 6-8 minggu, barulah apendektomi

dapat dilakukan. Jika gejala berlanjut, yang ditandai dengan terbentuknya abses,

maka dianjurkan melakukan drainase dan sekitar 6-8 minggu kemudian dilakukan

apendisektomi. Namun, apabila ternyata tidak ada keluhan atau gejala apapun dan

pemeriksaan klinis serta pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan tanda

radang atau abses setelah dilakukan terapi antibiotik, maka dapat dipertimbangkan

untuk membatalkan tindakan bedah. Pemberian antibiotik dan perlakuan tindakan

appendektomi merupakan terapi appendicitis baik yang biasa maupun yang dengan

perforasi. Operasi dengan laparaskopi dapat mengurangi waktu penyembuhan.

Penyembuhan akan lebih lama bila telah terjadi perfororasi.

Jenis Antibiotik yang biasanya diberikan :

Golongan Penisilin : Piperacillin+tazobactam , Ampicillin+sulbactam ,

Ticarcillin+clavulanate

Golongan Sefalosporin : Cefotetan , Cefoxitin , Cefepime

Golongan Aminoglikosida : Gentamicin 

Page 13: Penyakit Apendisitis

Golongan Karbapenem : Meropenem , Ertapenem

Golongan Kuinolon : Ciprofloxacin , Levofloxacin , Moxifloxacin

Golongan lain seperti : Metronidazole , Tigecycline