Penuntun Praktikum Teknik Fermentasi

download Penuntun Praktikum Teknik Fermentasi

of 12

description

laporan

Transcript of Penuntun Praktikum Teknik Fermentasi

  • PENUNTUN PRAKTIKUM

    TEKNIK FERMENTASI

    oleh :

    TIM TEKNIK FERMENTASI

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS JAMBI

    JAMBI

    2016

  • 2

    PERCOBAAN 1

    PEMBUATAN YOGHURT

    TEORI

    Yoghurt didefinisikan sebagai produk yang diperoleh dari susu yang telah dipasteurisasi,

    kemudian difermentasi dengan bakteri sampai diperoleh keasaman, bau dan rasa yang khas,

    dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang diizinkan. Yoghurt yang baik memiliki

    tekstur yang halus, lembut, konsisten dan tidak ada sineresis. Bahan baku dan ingredien

    dengan komposisi dan formulasi yang tepat serta proses pengolahan yang benar dibutuhkan

    untuk menghasilkan yoghurt dengan tekstur dan konsistensi yang baik.

    Lactobacilus bulgaricus Yoghurt

    Golongan mikroorganisme yang umum ditemukan dalam susu adalah bakteri Lactobacillus

    dan Streptococcus. Bakteri ini memiliki kemampuan dalam memfermentasi susu menjadi

    asam susu (asam laktat). Adanya kemampuan dari bakteri Lactobacillus dan Streptococus ini

    dalam memfermentasi susu dimanfaatkan sebagai dasar dalam proses pembuatan yoghurt.

    Kelebihan yoghurt yang tidak dimiliki oleh susu murni diantaranya : yoghurt cocok

    dikonsumsi oleh orang yang sensitif dengan susu (yang ditandai dengan diare). Yoghurt

    mudah dan cepat dicerna tubuh. Lebih dari 90% yoghurt bisa dicerna tubuh dalam waktu 1

    jam setelah konsumsi. Sementara dalam waktu yang sama, susu baru dicerna sebanyak 30%

    saja. Bila dikonsumsi secara rutin bahkan mampu menghambat kadar kolestrol dalam darah

    karena yoghurt mengandung bakteri Lactobasillus. Lactobasillus berfungsi menghambat

    pembentukan kolestrol dalam darah yang berasal dari makanan seperti jeroan atau daging.

    Yoghurt dapat meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung banyak bakteri baik

    sehingga secara otomatis dapat menyeimbangkan bakteri jahat yang terdapat dalam susu.

    Selain itu yoghurt memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk kesehatan. Yoghurt kaya

    protein, kalsium, riboflavin, vitamin B6 dan vitamin B12.

  • 3

    ALAT DAN BAHAN:

    Alat:

    1. Panci email

    2. Kompor atau alat pemanas lainnya

    3. pH meter atau kerta pH

    4. Wadah

    5. Termometer

    Bahan:

    1. Susu sapi segar sebanyak satu liter

    2. Biakan murni bakteri Lactobacilus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus (bisa

    didapat dari produk yoghurt komersial)

    3. Sari buah

    PROSEDUR KERJA:

    1. Panaskan susu yang akan difermentasi pada suhu 90 C selama 15-30 menit.

    2. Dinginkan susu yang telah dipanaskan sampai suhunya mencapai 40 C.

    3. Inokulasikan biakan Lactobacilus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. Sebanyak

    2% dari jumlah susu yang akan difermentasikan, kemudian tutup tempat susu tersebut

    4. Simpanlah susu yang telah diinokulasikan tersebut dalam ruangan yang bersuhu sekitar

    43 C selama tiga jam atau sampai tercapai pH 4-5

    5. Dinginkan susu yang telah mencapai pH 4-5 pada suhu 5oC untuk selanjutnya dikemas

    dalam botol atau tempat lainnya

    PERTANYAAN PENDAHULUAN

    1. Mengapa susu yang akan difermentasikan harus dipanaskan terlebih dahulu?

    2. Mengapa pemanasan susu tersebut harus pada suhu 90 C dan dalam waktu yang relatif

    pendek?

    3. Mengapa inkubasi harus dilakukan pada suhu 43 C?

    DAFTAR PUSTAKA

    Elan Suherlan, 1994, Bioteknologi Bahan Pangan, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA

    IKIP Bandung

    Paramita, D. 2008. Kualitas Mikrobiologis set yoghurt sinbiotik dengan pemanbahan

    natamycin sebagai biopreservatif. (Skripsi) tidak dipublikasikan. Prodi teknologi

    hasil ternak Fakultas Peternakan IPB. Bogor

  • 4

    PERCOBAAN 2

    PEMBUATAN TAPE SINGKONG

    TEORI

    Tape merupakan salah satu makanan tradisional Indonesia yang dihasilkan dari proses

    fermentasi bahan pangan berkarbohidrat atau sumber pati, yang melibatkan ragi di dalam

    proses pembuatannya. Dalam proses pembuatan tape diperlukan kecermatan dan kebersihan

    yang tinggi agar singkong atau ketan dapat menjadi lunak karena proses fermentasi yang

    baik. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas tape juga berasal dari ragi tape. Ragi

    adalah bibit jamur yang digunakan untuk membuat tape.

    Fermentasi tape dapat meningkatkan kandungan Vitamin B1 (tiamin) hingga tiga kali lipat.

    Vitamin ini diperlukan oleh sistem saraf, sel otot, dan sistem pencernaan agar dapat berfungsi

    dengan baik. Produk fermentasi ini diyakini dapat memberikan efek menyehatkan tubuh,

    terutama sistem pencernaan, karena meningkatkan jumlah bakteri dalam tubuh dan

    mengurangi jumlah bakteri jahat. Kelebihan lain dari tape adalah kemampuan tape untuk

    mengikat dan mengeluarkan aflatoksin dari tubuh. Aflaktosin merupakan zat toksik atau

    racun yang dihasilkan oleh kapang, terutama Aspergillus flavus. Toksik ini banyak kita

    jumpai dalam kebutuhan pangan sehari-hari, seperti kecap.

    ALAT DAN BAHAN

    ALAT:

    Panci

    Baskom

    Kompor

    Pisau

    Sendok

    Toples

    Mortar

  • 5

    BAHAN:

    Singkong 1,5 Kg

    Daun pisang

    3 butir ragi

    Air

    PROSEDUR KERJA:

    1. Siapkan semua bahan. 2. Kupas singkong dan kikis bagian kulit arinya hingga kesat. 3. Potong singkong yang telah dikupas sesuai keinginan. 4. Cuci hingga bersih singkong yang telah dipotong. 5. Sementara menunggu singkong kering, masukkan air ke dalam panci sampai kira

    kira terisi seperempat lalu panaskan hingga mendidih.

    6. Setelah air mendidih masukkan singkong ke dalam panci kukus, lalu kukus hingga singkong matang (ketika singkong sudah bisa ditusuk dengan garpu).

    7. Lalu angkat singkong yang telah masak lalu taruh di suatu wadah, kemudian didinginkan

    8. Sambil mengipas ngipas, teman satu kelompok menyiapkan wadah sebagai tempat untuk mengubah singkong menjadi tape. Wadah itu terdiri dari baskom yang

    bawahnya dilapisi dengan daun pisang.

    9. Setelah singkong benar benar dingin, masukkan singkong ke dalam wadah lalu taburi dengan ragi yang telah dihaluskan dengan menggunakan saringan

    10. Singkong yang telah diberi ragi ini kemudian ditutup kembali dengan daun pisang. Singkong ini harus benar benar tertutup agar mendapatkan hasil yang maksimal.

    11. Setelah singkong ditutupi dengan daun pisang, diamkan selama 2-3 hari hingga sudah terasa lunak dan manis. Saat itulah singkong telah menjadi tape.

    PERTANYAAN PENDAHULUAN

    1. Sebutkan mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan tape 2. Mengapa pada pembuatan tape (tahap fermentasi) wadah harus ditutup dengan benar-

    benar rapat?

    DAFTAR PUSTAKA

    Djumali Manguneidjaja dan Ani Suryani, 1994, Teknologi Bioproses, Penebar Swadaya,

    Jakarta.

    Elan Suherlan, 1994, Bioteknologi Bahan Pangan, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP

    Bandung

  • 6

    PERCOBAAN 3

    PEMBUATAN DONAT

    TEORI

    Donat (doughnuts atau donut) adalah penganan yang digoreng, dibuat dari adonan tepung

    terigu, gula, telur dan mentega. Donat yang paling umum adalah donat berbentuk cincin

    dengan lubang di tengah dan donat berbentuk bundar dengan isi yang rasanya manis,

    seperti berbagai jenis selai, jelly, krim, dan custard.

    Berdasarkan jenis pengembang yang digunakan, donat dibedakan menjadi beberapa jenis,

    yaitu donat yang menggunakan ragi sebagai pengembang (Yeast-Raised Donuts) dan

    donat yang menggunakan baking powder sebagai pengembang (Chemically-Leavened

    Donuts). Berdasarkan bentuknya, donut dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu (1)

    Bismarcks (donat yang berbentuk bulat dengan isi di bagian tengahnya), (2) Ring Donuts

    (donut berbentuk cincin), (3) Bow Tie Donuts, (4) Twist Donuts, (5) Long John Donuts.

    Saccharomyces cerevisiae

    Pembuatan donat yang akan dilakukan pada percobaan ini melibatkan proses fermentasi

    oleh mikroorganisme Saccharomyces cereviciae. Saccharomyces cereviciae yang penting

    dalam pembuatan donat memiliki sifat dapat memfermentasikan maltosa secara cepat

    (lean dough yeast), memperbaiki sifat osmotolerance (sweet dough yeast), rapid

    fermentation kinetics, freeze dan thaw tolerance, dan memiliki kemampuan

    memetabolisme substrat. Tingkat pengembangan adonan sangat dipengaruhi oleh

    kekalisan adonan donat dan aktifitas rasi dalam adonan.

    ALAT DAN BAHAN

    Alat:

    Baskom

    Pengaduk adonan

    Mixer

    Piring

    Gunting

  • 7

    Timbangan

    Kain lap

    Plastik

    Cetakan donat

    Kompor

    Penggorengan

    Bahan:

    Tepung terigu 700 gram

    Tepung terigu 300 gram

    Mentega 100 gram

    Fermipan 2 sachet

    Susu bubuk

    Telur 5 butir

    Gula 200 gram

    Vanili sendok teh

    Baking powder 1 sendok teh

    Air 450 ml

    Garam 1 sendok teh

    Minyak goreng L

    Meses 2 sachet

    Gula halus

    Coklat

    Kacang

    Prosedur Kerja:

    1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada pembuatan donat.

    2. Timbang masing-masing bahan sesuai dengan komposisinya.

    3. Campurkan semua bahan-bahan tepung terigu, gula, susu bubuk, fermipan, kuning

    telur, vanili, mentega,backing powder, air, dan garam.

    4. Adonan kemudian diaduk dengan mixer sampai kalis 30 menit..

    5. Setelah kalis, adonan didiamkan dan ditutup menggunakan lap basah selama 30

    menit agar terjadi proses fermentasi dan adonan mengembang.

    6. Setelah mengembang, adonan ditimbang masing-masing 50 gram dibentuk bulat-

    bulat dan dilubangi di bagian tengah dengan menggunakan cetakan donat. Diamkan

    lagi setengah jam.

    7. Goreng donat dalam minyak yang sudah mendidih sampai kecoklatan. Angkat dan

    tiriskan.

    8. Untuk toping, oleskan mentega pada bagian atas donat dan taburi dengan meses

    9. Pilihan toping lainnya yaitu taburi dengan gula halus

    10. Variasi toping lainnya dengan coklat cair kemudian ditaburi kacang

  • 8

    DAFTAR PUSTAKA

    Djumali Manguneidjaja dan Ani Suryani, 1994, Teknologi Bioproses, Penebar Swadaya,

    Jakarta.

    Elan Suherlan, 1994, Bioteknologi Bahan Pangan, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP

    Bandung.

  • 9

    PERCOBAAN 4

    PEMBUATAN BIOKOMPOS

    TEORI

    Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sisa-sisa mahluk hidup baik hewan maupun

    tumbuhan yang dibusukkan oleh organisme pengurai. Organisme pengurai atau dekomposer

    bisa berupa mikroorganisme ataupun makroorganisme. Kompos berfungsi sebagai sumber

    hara dan media tumbuh bagi tanaman.

    Biokompos

    Sampah memiliki definisi benda dan atau material yang sudah tidak berfungsi/berhenti

    berfungsi dan tidak terpakai karena berakhirnya suatu proses. Sedangkan sampah organik

    adalah sampah masih bisa kita gunakan dan bisa menghasilkan sesuatu yang baru melalui

    proses daur ulang yang benar, dalam hal ini sebagai pupuk.

    Seperti yang kita ketahui begitu mahalnya pupuk bagi tanaman, tak sedikit kocek yang harus

    kita gelontorkan untuk bisa menikmati pupuk pabrikan. Namun dengan kreatifitas dan sedikit

    niat sejatinya kita bisa mengubah sampah menjadi pupuk kompos. Hal ini tentunya menjadi

    angin segar bagi anda yang membutuhkan solusi pupuk murah terlebih untuk para petani,

    selain bisa menekan biaya produksi juga sangat berpotensi melipatgandakan hasil panennya.

    Definisi Sampah organik adalah semua sampah yang bisa mengalami penguraian dan

    pelapukan menjadi material yang lebih kecil dan tidak berbau atau sering kita sebut kompos.

    Kompos ini di dapat dari hasil pelapukan bahan-bahan yang organik seperti daun-daunan,

    jerami, alang-alang, sampah, rumput. Dengan konsep diatas maka pupuk organik bisa juga

    kita sebut pupuk buatan yang memanfaatkan bahan organik yang telah di percepat/rekayasa

    pelapukan. Sampah organik sendiri di bedakan menjadi 2 jenis yakni :

    a. Sampah organik basah. Sampah organik basah adalah sampah organik yang memiliki kandungan air yang

    cukup tinggi misalnya kulit buah dan sisa sayuran.

    b. Sampah organik kering. Sedangkan sampah organik kering adalah kebalikan dari sampah organik basah yang

    meliputi kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering.

  • 10

    ALAT DAN BAHAN

    Alat

    Bak Plastik/Ember bekas

    Karung goni

    Plastik bening (tidak tembus air)

    Pengaduk

    Sarung Tangan

    Masker

    Bahan

    Sampah organik

    Pupuk Kompos

    Kotoran ternak (bila perlu)

    Bioaktivator EM ( effective microorganism)

    PROSEDUR KERJA

    1. Siapkan wadah bak plastik atau ember bekas, lalu berilah beberapa lubang pada bagian dasarnya menggunakan paku/bor, hal ini berguna untuk mengeluarkan kelebihan air.

    Agar kelembaban udara tetap terjaga usahakan di bagian atas dapat ditutup dengan

    karung goni sehingga tetap ada sirkulasi udara. (hindari terkena air hujan).

    2. Masukkan sampah organic ke dalam wadah. 3. Selanjutnya campurlah dengan kompos yang sudah jadi untuk memancing penyampuran

    agar lebih merata. Jika ada kotoran ternak ( ayam atau sapi ) dapat pula dicampurkan . 4. Pembuatan pupuk kompos ini bisa dilakukan sekaligus, atau bisa juga selapis demi

    selapis dan bertahap setiap 2 hari sekali, namun pastikan setiap 7 hari selalu

    mengaduknya agak merata.

    5. Proses pengomposan bisa dikatakan selesai jika campuran sudah tidak berbau dan mulai berubah warna menjadi kehitaman. Jika tahap demi tahap di lakukan dengan benar maka

    perkiraan sekitar minggu ke-5 dan ke-6 suhu sudah kembali normal, dan kompos sudah

    jadi. 6. Kunci dari berhasil atau tidaknya pengomposan ini terletak pada bagaimana kita

    mengendalikan suhu, kelembaban dan oksigen. Hal ini di tujukan agar mikroba dapat

    memperoleh lingkungan yang optimal untuk berkembang biak. 7. Sampah organik sebaiknya di ayak untuk memisahkan bagian yang halus dan kasar, FYI

    bagian yang kasar bisa kita gunakan lagi sebagai aktivator jika ingin melakukan

    pengomposan lagi nantinya. Untuk mempercepat proses pengomposan, dapat

    ditambahkan bio-activator berupa larutan effective microorganism (EM) yang bisa kita

    beli di toko pertanian.

    DAFTAR PUSTAKA

    Djuarnani, N. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. PT. Agromedia Pustaka. Depok.

    Lingga, P. 2006. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Depok.

  • 11

    PERCOBAAN 5

    PEMBUATAN BIOETANOL

    TEORI

    Energi merupakan salah satu hal yang sangat penting di dunia. Banyak negara berperang

    untuk mendapat atau mempertahankan sumber-sumber energi tersebut. Energi telah

    menjelma sebagai roh bagi suatu negara. Jika tidak ada lagi sumber energi di suatu negara,

    bisa dipastikan negara tersebut akan mati. Saat ini sumber energi utama umat manusia

    diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya sekarang, bahan bakar fosil merupakan

    sumberdaya yang tak terbaharukan dan suatu saat pasti habis. Selama ini, lebih dari 90%

    kebutuhan energi dunia dipasok dari bahan bakar fosil. Jika eksploitasi terus berjalan dengan

    angka saat ini, diperkirakan sumber energi ini akan habis dalam setengah abad mendatang.

    Salah satu alternatif pengganti bahan bakar fosil adalah dengan bioenergi seperti bioetanol.

    Bioetanol adalah bahan bakar nabati yang tak pernah habis selama mentari masih

    memancarkan sinarnya, air tersedia, oksigen berlimpah, dan kita mau melakukan budidaya

    pertanian. Sumber bioetanol dapat berupa singkong, ubi jalar, tebu, jagung, sorgum biji,

    sorgum manis, sagu, aren, nipah, lontar, kelapa dan padi. Sumber bioetanol yang cukup

    potensial dikembangkan di Indonesia adalah singkong (Manihot esculenta). Singkong

    merupakan tanaman yang sudah dikenal lama oleh petani Indonesia, walaupun bukan

    tanaman asli Indonesia. Singkong pertama kali didatangkan oleh pemerintah kolonial belanda

    pada awal abad ke-19 dari Amerika Latin.

    Menurut Dr. Ir. Tatang H. Soerawidjaja, dari Teknik Kimia ITB, menyatakan singkong

    merupakan salah satu sumber pati. Para peneliti di Badan Pengkajian dan Penerapan

    Teknologi (BPPT) telah membuktikan bahwa bahan bakar singkong bukan cuma omong

    kosong. Singkong mengandung sekitar 33% pati. Pati sendiri adalah rantai karbohidrat yang

    kompleks (polisakarida). Polisakarida ini jika dipecah-pecah akan menghasilkan rantai

    karbohidrat yang lebih sederhana (oligosakarida). Jika proses pemecahan dilanjutkan,

    oligosakarida akan terurai menjadi satuan mata rantai karbohidrat yang paling sederhana

    yaitu glukosa. Glukosa bila difermentasi akan berubah menjadi etanol. Paling akhir, etanol

    bisa digunakan sebagai substitusi bensin.

    ALAT DAN BAHAN

    Alat

    Rangkaian alat destilasi

    Pisau

    Wadah Stainless Steel / Panci

    Kertas Saring/ Kain kassa

    Selang plastik

    Kompor

    Bahan

    Singkong parut

    Saccharomyces cerevisiae

    Air

  • 12

    PROSEDUR KERJA

    1. Kupas 2,5 kg singkong segar, semua jenis dapat dimanfaatkan. Bersihkan dan cacah

    berukuran kecil-kecil.

    2. Keringkan singkong yang telah dicacah hingga kadar air maksimal 16 %. Persis singkong

    yang dikerIngkan menjadi gaplek. Tujuannya agar lebih awet sehingga produsen dapat

    menyimpan sebagai cadangan bahan baku.

    3. Masukkan gaplek ke dalam tangki stainless steel, lalu tambahkan air hingga mencapai

    volume 10 liter. Panaskan gaplek hingga 100oC selama 30 menit. Aduk rebusan gaplek

    sampai menjadi bubur dan mengental.

    4. Dinginkan bubur gaplek, lalu masukkan ke dalam tangki sakarifikasi. Sakarifikasi adalah

    proses penguraian pati menjadi glukosa.

    5. Setelah dingin, masukkan cendawan Saccharomyces cerevisiae yang akan memecah pati

    menjadi glukosa. Untuk menguraikan 10 liter bubur pati singkong, perlu 1 liter larutan

    cendawan ini atau 10 % dari total bubur. Konsentrasi cendawan mencapai 100- juta sel/ml.

    Sebelum digunakan, Saccharomyces dicampurkan pada bubur gaplek yang telah dimasak

    tadi agar sifat adaptif dengan sifat kimia bubur gaplek. Cendawan berkembang biak dan

    bekerja mengurai pati.

    6. Dua jam kemudian, bubur gaplek berubah menjadi 2 lapisan; air dan endapan gula. Aduk

    kembali pati yang sudah menjadi gula, lalu masukkan dalam tangki fermentasi. Namun

    sebelum difermentasi pastikan kadar gula larutan pati maksimal 17 - 18 %. Itu adalah

    kadar gula maksimum yang disukai bakteri Saccharomyces untuk hidup dan bekerja

    mengurai gula mrnjadi alkohol. Jika kadar lebih tinggi, tambahkan air hingga mencapai

    kadar yang diinginkan. Bila sebaliknya, tambahkan larutan gula pasir agar mencapai kadar

    gula maksimum.

    7. Tutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan cendawan bekerja lebih

    optimal. Fermentasi berlangsung aerob alias tidak membutuhkan oksigen. Agar fermentasi

    optimal, jaga suhu pada 28o 32o C dan pH 4,5 5,5.

    8. Setelah 2 3 hari, larutan pati berubah menjadi 3 lapisan. Lapisan terbawah berupa endapan protein. Di atasnya air dan etanol. Hasil fermentasi itu mengandung 6 12 % etanol.

    9. Sedot larutan etanol dengan selang plastik melalui kertas saring/ kain kassa untuk

    menyaring endapan protein.

    10. Meski telah disaring etanol masih bercampur air. Untuk memisahkannya lakukan destilasi

    atau penyulingan.

    11. Panaskan campuran air dan etanol pada suhu 78 oC atau setara titik didih etanol. Pada

    suhu itu etanol lebih dahulu menguap dan dialirkan melalui pipa yang terendam air

    sehingga terkondensasi dan kembali menjadi etanol cair.

    DAFTAR PUSTAKA

    Budi, M dan Sasongko. (2007). Prospek Pengembangan Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku

    Bioetanol Daerah Istimewa Yogyakarta. UGM Press. Yogyakarta.

    Borglum, G. B. (1981). Strach Hydrolisis for Ethanol Production, Fuels Biomass and

    Wastes. Edited by Klass, D. L and Emert, G. H. Ann Arbor Science. Publishers inc/

    The Butterworth Group. Michigan.