Pentuan Prioritas Diagnosis

8
PENTUAN PRIORITAS DIAGNOSIS Dengan menentukan diagnosis keperawatan, maka dapat diketahui diagnosis mana yang akan dilakukan atau diatasi pertama kali atau yang segara dilakukan dalam menentukan prioritas terdapat beberapa pendapat urutan prioritas, diantaranya : 1) Berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa) Penentuan prioritas berdasarkan tingkat kegawatan atau mengancam jiwa yang dilatar belakangi dari prinsip pertolongan pertama yaitu dengan membagi beberapa prioritas diantaranya prioritas tinggi, prioritas sedang , dan prioritas rendah. · Prioritas tinggi : mencerminkan situasi yang mengancam kehidupan (nyawa seseorang) sehingga perlu dilakukan tindakan terlebih dahulu seperti masalah bersihan jalan nafas.contoh diagnosa.................. · Prioritas sedang : menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak mengancam hidup klien seperti masalah higiene perseorangan.contoh diagnosa.................. · Prioritas rendah : menggambarkan situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis dari suatu penyakit yang secara spesifik seperti masalah keuangan atau lainnya.contoh diagnosa.................. 2) Berdasarkan kebutuhan maslow Maslow mentukan prioritas diagnosis yang akan direncanakan berdasarkan kebutuhan diantaranya kebutuhan fisiologis keselamatan dan keamanan, mencintai dan memiliki,

description

bg

Transcript of Pentuan Prioritas Diagnosis

Page 1: Pentuan Prioritas Diagnosis

PENTUAN PRIORITAS DIAGNOSIS

Dengan menentukan diagnosis keperawatan, maka dapat diketahui diagnosis mana yang

akan dilakukan atau diatasi pertama kali atau yang segara dilakukan dalam menentukan prioritas

terdapat beberapa pendapat urutan prioritas, diantaranya :

1)      Berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa)

Penentuan prioritas berdasarkan tingkat kegawatan atau mengancam jiwa yang

dilatar belakangi dari prinsip pertolongan pertama yaitu dengan membagi beberapa prioritas

diantaranya prioritas tinggi, prioritas sedang , dan prioritas rendah.

·         Prioritas tinggi : mencerminkan situasi yang mengancam kehidupan (nyawa

seseorang) sehingga perlu dilakukan tindakan terlebih dahulu seperti masalah bersihan jalan

nafas.contoh diagnosa..................

·         Prioritas sedang : menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak

mengancam hidup klien seperti masalah higiene perseorangan.contoh diagnosa..................

·         Prioritas rendah : menggambarkan situasi yang tidak berhubungan langsung

prognosis dari suatu penyakit yang secara spesifik seperti masalah keuangan atau

lainnya.contoh diagnosa..................

2)      Berdasarkan kebutuhan maslow

Maslow mentukan prioritas diagnosis yang akan direncanakan berdasarkan

kebutuhan diantaranya kebutuhan fisiologis keselamatan dan keamanan, mencintai dan

memiliki, harga diri dan aktualisasi diri, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Untuk prioritas diagnosis yang akan direncanakan maslow membagi urutan tersebut

berdasarkan urutan kebutuhan dasar manusia di antaranya :

1)  Kebutuhan fisiologis, meliputi masalah respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri, cairan,

perawatan kulit, mobilitas, eliminasi.

2)   Kebutuhan keamanan dan keselamatan, meliputi masalah lingkungan, kondisi tempat

tinggal, perlindungan, pakaian, bebas dari infeksi dan rasa takut.

3)  Kebutuhan mencintai dan dicintai, meliputi masalah kasih sayang, seksualitas, afiliasi

dalam kelompok, hubungan antar manusia.

4)  Kebutuhan harga diri, meliputi masalah respect dari keluarga, perasaan menghargai diri

sendiri.

5)  Kebutuhan masalah aktualisasi diri, meliputi kepuasan terhadap lingkungan.

Page 2: Pentuan Prioritas Diagnosis

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Merupakan penyakit yang diderita klien yang berhubungan dengan penyakit saat ini

atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit yang diderita klien

saat ini.

Contoh :

hipertensi diketahui sejak 5 tahun yll , kontrol rutin di puskesmas terdekat. Dalam pemeriksaan

terakhir satu bulan yang lalu diketahui tekanan darah 170/100 mmHg

PENGOBATAN TBC

Pengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita

TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC

tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif) memerlukan pencegahan

dengan pemberian INH 5–10 mg/kgbb/hari.

1. Pencegahan (profilaksis) primer

Anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+).

INH minimal 3 bulan walaupun uji tuberkulin (-).

Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi (-) atau sumber

penularan TB aktif sudah tidak ada.

2. Pencegahan (profilaksis) sekunder

Anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit TBC.

Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.

Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :

o Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.

Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir,

sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.

o Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan

Kanamisin.

Page 3: Pentuan Prioritas Diagnosis

Dosis obat antituberkulosis (OAT)

Obat Dosis harian

(mg/kgbb/hari)

Dosis 2x/minggu

(mg/kgbb/hari)

Dosis 3x/minggu

(mg/kgbb/hari)

INH 5-15 (maks 300 mg) 15-40 (maks. 900 mg) 15-40 (maks. 900 mg)

Rifampisin 10-20 (maks. 600 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 15-20 (maks. 600 mg)

Pirazinamid 15-40 (maks. 2 g) 50-70 (maks. 4 g) 15-30 (maks. 3 g)

Etambutol 15-25 (maks. 2,5 g) 50 (maks. 2,5 g) 15-25 (maks. 2,5 g)

Streptomisin 15-40 (maks. 1 g) 25-40 (maks. 1,5 g) 25-40 (maks. 1,5 g)

Sejak 1995, program Pemberantasan Penyakit TBC di Indonesia mengalami

perubahan manajemen operasional, disesuaikan dengan strategi global yanng

direkomendasikan oleh WHO. Langkah ini dilakukan untuk menindaklanjuti Indonesia �

WHO joint Evaluation dan National Tuberkulosis Program in Indonesia pada April 1994.

Dalam program ini, prioritas ditujukan pada peningkatan mutu pelayanan dan penggunaan

obat yang rasional untuk memutuskan rantai penularan serta mencegah meluasnya resistensi

kuman TBC di masyarakat. Program ini dilakukan dengan cara mengawasi pasien dalam

menelan obat setiap hari,terutama pada fase awal pengobatan.

Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) pertama kali

diperkenalkan pada tahun 1996 dan telah diimplementasikan secara meluas dalam sistem

pelayanan kesehatan masyarakat. Sampai dengan tahun 2001, 98% dari populasi penduduk

dapat mengakses pelayanan DOTS di puskesmas. Strategi ini diartikan sebagai "pengawasan

langsung menelan obat jangka pendek oleh pengawas pengobatan" setiap hari.

Indonesia adalah negara high burden, dan sedang memperluas strategi DOTS dengan

cepat, karenanya baseline drug susceptibility data (DST) akan menjadi alat pemantau dan

indikator program yang amat penting. Berdasarkan data dari beberapa wilayah, identifikasi

dan pengobatan TBC melalui Rumah Sakit mencapai 20-50% dari kasus BTA positif, dan

lebih banyak lagi untuk kasus BTA negatif. Jika tidak bekerja sama dengan Puskesmas,

Page 4: Pentuan Prioritas Diagnosis

maka banyak pasien yang didiagnosis oleh RS memiliki risiko tinggi dalam kegagalan

pengobatan, dan mungkin menimbulkan kekebalan obat.

Akibat kurang baiknya penanganan pengobatan penderita TBC dan lemahnya

implementasi strategi DOTS. Penderita yang mengidap BTA yang resisten terhadap OAT

akan menyebarkan infeksi TBC dengan kuman yang bersifat MDR (Multi-drugs Resistant).

Untuk kasus MDR-TB dibutuhkan obat lain selain obat standard pengobatan TBC yaitu obat

fluorokuinolon seperti siprofloksasin, ofloxacin, levofloxacin (hanya sangat disayangkan

bahwa obat ini tidak dianjurkan pada anak dalam masa pertumbuhan).

Pengobatan TBC pada orang dewasa

Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3

Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari

(tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam

seminggu (tahap lanjutan).

Diberikan kepada:

o Penderita baru TBC paru BTA positif.

o Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.

Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3

Diberikan kepada:

o Penderita kambuh.

o Penderita gagal terapi.

o Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.

Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3

Diberikan kepada:

o Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.

Page 5: Pentuan Prioritas Diagnosis

Pengobatan TBC pada anak

Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu:

1. 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH

+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7 bulan (ditambahkan Etambutol

bila diduga ada resistensi terhadap INH).

2. 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan pertama,

kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 4 bulan (ditambahkan

Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).

Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis

maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb.

Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus:

TB tidak berat

  INH : 5 mg/kgbb/hari

  Rifampisin : 10 mg/kgbb/hari

TB berat (milier dan meningitis TBC)

  INH : 10 mg/kgbb/hari

  Rifampisin : 15 mg/kgbb/hari

  Dosis prednison : 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)