Penilaian status gizi anak

download Penilaian status gizi anak

of 53

description

Penelitian IKM FK

Transcript of Penilaian status gizi anak

  • SKRIPSI

    JUNI 2015

    HALAMAN JUDUL PENILAIAN STATUS GIZI SECARA ANTROPOMETRIK

    ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI 3 DI KECAMATAN

    PALU TIMUR KOTA PALU SULAWESI TENGAH TAHUN 2015

    OLEH :

    JIMMY PATABANG

    C11109140

    PEMBIMBING :

    Dr. dr. Sri Ramadhany, Mkes

    DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

    PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2015

  • ii

    HALAMAN PENGESAHAN

  • iii

    HALAMAN PENGESAHAN

  • iv

    HALAMAN PENGESAHAN

  • v

    ABSTRAK

    BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

    DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    SKRIPSI, JUNI 2015

    Jimmy Patabang

    PENILAIAN STATUS GIZI SECARA ANTROPOMETRIK ANAK SEKOLAH DASAR DI SDN 3 PALU KECAMATAN PALU TIMUR KOTA

    PALU TAHUN 2015 (xiii + 36halaman + 10tabel + 5 lampiran)

    Latar Belakang : Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal

    tergantung pemberian zat gizi dengan kualitas dan kuantitas yang baik dan benar.

    Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena dapat meningkatkan kecerdasan

    dan menunjang pertumbuhan secara fisik dan mental. Gizi buruk pada anak usia

    sekolah dapat menghambat tercapainya tujuan pendidikan. Berbagai penelitian

    yang pernah dilakukan terhadap anak-anak sekolah baik di kota maupun pedesaan

    di Indonesia diketahui bahwa pada umumnya berat dan tinggi badan rata-rata anak

    sekolah dasar berada di bawah ukuran normal. Masalah gizi lebih pada anak usia

    sekolah merupakan akibat dari ketidakseimbangan antara asupan energi yang

    melebihi energi digunakan. Pengukuran tinggi badan anak baru masuk sekolah

    (TBABS) merupakan salah satu cara untuk mengetahui perkembangan fisik

    penduduk dan membandingkannya dengan rujukan WHO-NCHS. Metode yang

    telah digunakan secara luas untuk menentukan status gizi adalah pengukuran

    antropometri untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.

    Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan

    tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Perlu adanya survei-survei

    untuk menilai status gizi anak terutama pada komunitas yang rentan menderita

    gizi kurang agar kasus-kasus masalah gizi dapat terdeteksi secara dini.

    Metode : Penelitian yang digunakan adalah penelitian cross sectional yang

    bersifat deskriptif untuk mendapatkan gambaran tentang karakteristik status gizi

    anak sekolah berdasarkan pemeriksaan antropometri.

    Hasil Penelitian : Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 183 dengan 83 murid

    laki-laki dan 100 murid perempuan. Indikator BB/U umumnya murid memiliki

    status gizi baik 38,8%, gizi kurang 13,7%, gizi buruk 3,8% gizi lebih ditemukan

    2,2%. Gizi lebih tertinggi pada kelompok umur 9 tahun (6%). Gizi baik tertinggi

    pada kelompok umur 10 tahun sebanyak 100%. Gizi kurang tertinggi pada

    kelompok umur 9 tahun sebanyak 34%. Gizi buruk tertinggi pada kelompok

    umur 9 tahun sebanyak 12%. Indikator IMT/Umur sebagian besar murid memiliki

    status gizi normal 79,8%, gizi kurus 12,6%, gizi gemuk 3,8%, gizi sangat kurus

    sebanyak 3,8%. Gizi sangat kurus perempuan 4%, laki-laki 3,6%, gizi kurus

    perempuan 6% dan laki-laki 20,4%. Pada status gizi normal, perempuan 85% dan

    laki-laki 73,9%. Pada status gizi gemuk, laki-laki 2,4% dan perempuan 5%.

  • vi

    Indikator TB/U sebagian besar murid memiliki status gizi normal yaitu 69,9%,

    pendek 23%, sangat pendek 7,1%. Pada perempuan status gizi sangat pendek 8%,

    pendek 21%, normal 71%. Pada laki-laki status gizi sangat pendek 6%, pendek

    24,7%, normal 68,6%. Status gizi normal tertinggi pada kelompok umur 7 tahun

    100,0%.

    Kesimpulan dan Saran: Umumnya Murid Sekolah Dasar Negeri 3 di kecamatan

    Palu Timur periode Juni 2015 berstatus gizi normal. Dari penelitian diatas,

    perlunya dilakukan pengukuran berat dan tinggi badan oleh pihak sekolah dalam

    hal ini dapat bekerja sama dengan puskesmas secara berkala untuk memantau

    perkembangan murid sehingga setiap perubahan yang terjadi dapat diketahui.

    Kata Kunci : Status Gizi, Sekolah Dasar,

    Daftar Pustaka : 19 (2001-2014)

  • vii

    ABSTRACT

    THE PUBLIC HEALTH

    AND COMMUNITY MEDICAL SCIENCE

    MEDICAL FACULTY

    UNIVERSITY HASANUDDIN

    SKRIPSI, JUNE 2015

    Jimmy Patabang

    "ASSESSMENT OF NUTRITIONAL STATUS IN ANTHROPOMETRIC

    CHILDREN IN BASIC SCHOOL 3 SUBDISTRICT PALU TIMUR AT

    PALU CITY 2015"

    (xiii + 36pages + 10table + 5 attachment)

    Background: Growing flower, school-age children who depend optimal nutrient

    supply to the quality and quantity of the good and true. Nutrition becomes

    important for school children because it can improve the intelligence and support

    the physical and mental growth. Malnutrition in children of school age may hinder

    the achievement of educational goals. Various studies that have been conducted

    on school children in both urban and rural areas in Indonesia is known that in

    general the height and weight average primary school children are under normal

    size. more nutritional problems in children of school age is the result of an

    imbalance between energy intake exceeds energy use. Height measurement new

    kid in school is one way to determine the physical development of the population

    and compare it with the WHO-NCHS reference. The method has been widely

    used to determine the nutritional status is the anthropometric measurements to see

    the imbalance of protein and energy intake. This imbalance seen in the pattern of

    physical growth and the proportion of body tissues such as fat, muscle, and the

    amount of water in the body. The need for surveys to assess the nutritional status

    of children, especially in vulnerable communities suffer from malnutrition that

    cases of nutritional problems can be detected early.

    Methods: The study was a cross-sectional study used a descriptive to get an

    overview of the characteristics of the nutritional status of school children based on

    anthropometric examination.

    Results: In this study, as many as 183 to 83 boys and 100 girls. In general,

    students have a good nutritional status of 38.8%, 13,7% malnutrition, severe

    malnutrition 3.8% more nutrients found 2.2%. Nutrition is the highest in the age

    group of 9 years (6%). Good nutrition highest in the age group 10 years 100%.

    The highest malnutrition in the age group of 9 years as much as 34%. The highest

    malnutrition in the age group of 9 years as 12%. Indicators BMI / age most

    students have a normal nutritional status of 79,8%, 12,6% nutritional thin, 3,6%

    fat nutrition, nutrition is very thin as much as 3,8%. Nutrition is very thin women

    4%, men 3,6%, women skinny nutrition 6% and 20,4% of men. In normal

    nutritional status, 85% female and 73,9% male. On nutritional status fat, 2,4% of

    men and women 5%. Indicators TB / U most students have a normal nutritional

    status, namely 69,9%, 23% short, very short 7,1%. In the women's nutritional

  • viii

    status is very short 8%, 21% short, the normal 71%. In men's nutritional status is

    very short 6%, 24.7% short, the normal 68,6%. Normal nutritional status of the

    highest in the age group 7 years of 100.0%.

    Conclusions and Recommendations: Generally Primary School 3s student Subdistrict Palu Timur period June 2015 to normal nutritional status. From the

    above research, the need for measurement of height and weight by the school in

    this case can work together with community health centers on a regular basis to

    monitor the progress of students so that any changes can be seen.

    Keywords :Nutritions, Basic School,

    Bibliography : 19 (2001-2014)

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Salam sejahtera untuk kita semua,

    Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah

    melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi

    ini sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian tugas kepaniteraan klinik di

    Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas

    Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.

    Keberhasilan penyusunan skripsi ini adalah berkat bimbingan, kerjasama

    serta bantuan moril dan materil dari berbagai pihak yang telah diterima penulis

    sehingga segala rintangan yang dihadapi selama penelitian dan penyusunan

    skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

    Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan

    memberikan penghargaan yang setinggi tingginya secara tulus dan ikhlas kepada

    yang terhormat :

    1. Kedua Orang Tua tercinta, Daud Patabang dan Ludiah serta saudara/i

    tercinta Erwin, Reynold dan Retno.

    2. Pembimbing saya Dr. dr. Sri Ramadhany, M.kes yang dengan

    kesediaan, keikhlasan dan kesabaran beliau meluangkan waktunya

    untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis, mulai dari

    penyusunan proposal sampai pada penulisan skripsi ini.

    3. Seluruh Staf di Bagian IKM-IKK FKUH yang telah memberikan

    bantuan maupun arahan selama penulisan mengikuti kepaniteraan

    klinik di Bagian IKM-IKK FKUH

    4. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, para Wakil

    Dekan, staf pengajar dan seluruh staf lainnya yang telah memberikan

    bantuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti kepaniteraan

    klinik di FK-UH

    5. Bapak Kepala Dinas Pendidikan kota Palu beserta seluruh staf yang

    telah membantu dan memberikan izin penelitian

  • x

    6. Ibu Kepala Sekolah SDN 3 Palu beserta seluruh staf pengajar dan tata

    usaha yang telah membantu dan memberikan izin penelitian

    7. Rekan-rekan sejawat mahasiswa kepaniteraan klinik khususnya Bagian

    IKM-IKK FK-UH serta semua pihak yang tidak sempat disebutkan

    satu persatu yang telah membantu penulisan selama penyusunan

    skripsi ini.

    Semoga amal dan budi baik dari semua pihak mendapatkan pahala dan

    rahmat yang melimpah dari Tuhan Yesus Kristus. Akhirnya penulis berharap

    semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi semua pembaca Amin.

    Makassar, Juni 2015

    penulis

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv

    ABSTRAK .............................................................................................................. v

    KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3

    1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 3

    1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

    1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................... 3

    1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 3

    1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5

    2.1 Definisi Gizi, Ilmu Gizi dan Status Gizi .................................................. 5

    2.2 Tinjauan tentang Status Gizi .................................................................... 6

    2.3 Tinjauan Umum Tentang Status Gizi Anak ............................................. 8

    2.4 Metode Penilaian Status Gizi ................................................................... 9

    BAB III KERANGKA KONSEP ........................................................................ 20

    3.1 Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti ................................................ 20

    3.2 Variabel Penelitian ................................................................................. 20

    3.3 Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif ............................................ 20

    BAB IV METODE PENELITIAN ...................................................................... 23

    4.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 23

    4.2 Lokasi dan Waktu ................................................................................... 23

    4.3 Populasi dan Sampel .............................................................................. 23

    4.4 Kriteria Sampel ....................................................................................... 23

  • xii

    4.5 Pengumpulan Data ................................................................................. 23

    4.6 Teknik Pengolahan dan Penyajian Data ................................................. 24

    4.7 Etika Penelitian ....................................................................................... 24

    BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................ 25

    5.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 25

    BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 32

    6.1 Status Gizi Murid Sekolah Dasar Negeri 3 kecamatan Palu timur

    berdasarkan Berat Badan Menurut Umur ......................................................... 32

    6.2 Status Gizi murid Sekolah Dasar Negeri 3 kecamatan Palu timur berdasarkan Tinggi Badan menurut Umur ........................................................ 33

    6.3 Status Gizi murid Sekolah Dasar Negeri 3 kecamatan Palu Timur

    berdasarkan IMT menurut umur ....................................................................... 33

    BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 35

    7.1 Kesimpulan ............................................................................................. 35

    7.2 Saran ....................................................................................................... 36

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 37

    BIODATA PENULIS ........................................................................................... 39

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 5.1Karakteristik Hasil ................................................................................. 25

    Tabel 5.2 Distribusi Sampel Murid Berdasarkan Status Gizi Menurut Indikator

    BB/U ..................................................................................................................... 26

    Tabel 5.3 Distribusi Sampel Murid Berdasarkan Status Gizi Menurut Indikator

    BB/U dan Jenis Kelamin ....................................................................................... 27

    Tabel 5.4 Distribusi Sampel Murid Berdasarkan Status Gizi Menurut Indikator

    BB/U dan Kelompok Umur .................................................................................. 27

    Tabel 5.5 Distribusi Sampel Murid Berdasarkan Status Gizi menurut IMT/UMUR

    ............................................................................................................................... 28

    Tabel 5.6 Distribusi sampel murid berdasarkan status gizi menurut indikator

    IMT/UMUR dan Jenis Kelamin ............................................................................ 28

    Tabel 5.7 Distribusi sampel murid berdasarkan status gizi menurut indikator

    IMT/UMUR dan Kelompok Umur ....................................................................... 29

    Tabel 5.8 Distribusi Sampel Murid Berdasarkan Status Gizi Menurut Indikator

    TB/U ...................................................................................................................... 30

    Tabel 5.9 Distribusi Sampel Murid Berdasarkan Status Gizi menurut indikator

    TB/U dan Jenis Kelamin ....................................................................................... 30

    Tabel 5.10 Distribusi Sampel Murid Berdasarkan Status Gizi menurut indikator

    TB/U dan Kelompok Umur ................................................................................... 31

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Riwayat Hidup

    Lampiran 2 Surat Undangan Seminar Proposal

    Lampiran 3 Surat Undangan Seminar Hasil

    Lampiran 4 Surat Izin Meneliti

    Lampiran 5 WHO Guidelines untuk status gizi

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan modal

    pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan

    ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut adalah dengan perbaikan gizi

    anak usia sekolah dasar. Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal

    tergantung pemberian zat gizi dengan kualitas dan kuantitas yang baik dan benar.1

    Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat meningkatkan

    kecerdasan anak juga dapat menunjang pertumbuhan secara fisik dan mental, guna

    mendukung keadaan tersebut anak sekolah memerlukan kondisi tubuh yang

    optimal dan bugar sehingga memerlukan status gizi yang baik. Selain itu, anak

    sekolah termasuk ke dalam salah satu golongan yang rawan akan masalah gizi.2

    Gizi buruk pada anak usia sekolah dapat menghambat tercapainya tujuan

    pendidikan. Dampak negatif dari penyakit dan gizi buruk pada anak-anak dapat

    terasa sepanjang masa pertumbuhan mereka. Selain itu meskipun resiko kematian

    yang diakibatkan penyakit dan gizi buruk pada anak usia sekolah cukup kecil,

    penyakit dan gizi buruk dapat mempengaruhi partisipasi dan kemajuan di sekolah

    serta proses belajar mereka. Jika siswa tidak sehat dan bergizi baik, sekolah tidak

    dapat memenuhi misi utamanya dalam menyediakan pendidikan yang efektif,

    efisien dan adil. Beberapa permasalahan utama dalam kesehatan dan gizi dapat

    menghambat proses belajar. Intervensi untuk menjawab permasalahan-

    permasalahan tersebut sangat hemat biaya dan lebih memberikan manfaat bagi

    anak-anak miskin dan anak-anak yang kurang beruntung dibandingkan dengan

    intervensi pendidikan lainnya. Intervensi ini pada saat yang sama juga

    mengurangi ketidaksetaraan gender Anak-anak usia sekolah (5-18 tahun)

    mewakili sebuah kelompok target yang penting dan beragam untuk intervensi

    kesehatan dan gizi.4

    Berbagai penelitian yang pernah dilakukan terhadap anak-anak sekolah

    baik di kota maupun pedesaan di Indonesia diketahui bahwa pada umumnya berat

  • 2

    dan tinggi badan rata-rata anak sekolah dasar berada di bawah ukuran normal.

    Tidak jarang juga pada anak sekolah dasar ditemukan tanda-tanda penyakit

    gangguan gizi baik dalam bentuk ringan maupun agak berat.2

    Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, secara

    nasional prevalensi kurus (menurut IMT/U) pada anak umur 5-12 tahun adalah

    11,2%. Selain masalah anak kurus, terdapat juga masalah anak gemuk, yaitu Anak

    Usia Sekolah Gemuk 18,8%. Masalah gizi kurang pada anak usia sekolah ini

    dapat merupakan akibat dari tingginya angka bayi dengan berat badan lahir rendah

    (BBLR) dan kurang gizi pada masa balita serta tidak adanya pencapaian

    perbaikan pertumbuhan. Di lain pihak, masalah gizi lebih pada anak usia sekolah

    merupakan akibat dari ketidakseimbangan antara asupan energi yang melebihi

    energi digunakan. Hal ini berkaitan dengan diet tinggi lemak dan tinggi kalori

    serta pola hidup kurang gerak (sedentary lifestyles).3

    Pengukuran tinggi badan anak baru masuk sekolah (TBABS) merupakan

    salah satu cara untuk mengetahui perkembangan fisik penduduk. Dari hasil

    pengukuran TBABS ini setiap lima tahun akan dievaluasi pencapaian tinggi badan

    optimal yang harus dicapai anak-anak Indonesia. Penilaian pencapaian tinggi

    badan optimal adalah melihat kecenderungan dari tinggi badan dari anak-anak

    yang baru masuk sekolah setiap kurang waktu tertentu dan membandingkannya

    dengan baku rujukan WHO-NCHS.5

    Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor yang saling terikat baik secara

    langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dipengaruhi oleh penyakit

    infeksi dan tidak cukupnya asupan gizi secara kuantitas maupun kualitas,

    sedangkan secara tidak langsung dipengaruhi oleh jangkauan dan kualitas

    pelayanan kesehatan, pola asuh anak kurang memadai, kurang baiknya kondisi

    sanitasi lingkungan serta rendahnya ketahanan pangan ditingkat rumah tangga.6

    Suatu metode yang telah digunakan secara luas untuk menentukan status

    gizi adalah pengukuran antropometri. Secara umum antropometri berarti ukuran

    tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antrometri gizi

    berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan kompisisi

    tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk

  • 3

    melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini

    terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak,

    otot dan jumlah air dalam tubuh.7

    Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam menanggulangi

    kasus gizi kurang ini. Berbagai program yang pada saat ini telah dijalankan

    mungkin perlu dievaluasi atau ditingkatkan efektifitasnya. Salah satu kendala

    dalam pemberantasan gizi kurang ini adalah belum semua kasus gizi yang ada di

    masyarakat ditemukan. Untuk itu perlu adanya survei-survei untuk menilai status

    gizi anak terutama pada komunitas yang rentan menderita gizi kurang agar kasus-

    kasus masalah gizi dapat terdeteksi secara dini.7

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

    rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran status gizi

    murid di Sekolah Dasar Negeri 3, kecamatan Palu Timur, kota Palu, provinsi

    Sulawesi Tengah.

    1.3 Batasan Masalah

    Dalam penelitian ini akan ditentukan status gizi murid secara

    antropometrik dengan indikator status gizi yang digunakan adalah berat badan

    menurut umur (BB/U), tinngi badan menurut umur (TB/U), dan IMT menurut

    umur (IMT/UMUR)

    1.4 Tujuan Penelitian

    1.4.1 Tujuan Umum

    Untuk mengetahui status gizi murid di Sekolah Dasar Negeri 3,

    kecamatan Palu Timur, kota Palu, provinsi Sulawesi Tengah.

    1.4.2 Tujuan Khusus

    a. Untuk menilai status gizi antropometrik dengan indikator berat badan

    menurut umur

    b. Untuk menilai status gizi antropometrik dengan indikator IMT

    menurut umur

    c. Untuk menilai status gizi antropometrik dengan indikator tinggi

    badan menurut

  • 4

    1.5 Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain :

    a. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Palu dalam penentuan arah

    kebijakan mengenai status gizi murid SDN di Kecamatan Palu timur.

    b. Sebagai informasi yang bermanfaat bagi para guru dan orang tua

    murid di lokasi penelitian dalam usaha perbaikan status gizi murid.

    c. Sebagai sumber informasi yang diharapkan dapat menambah ilmu

    pengetahuan khususnya mengenai pemanfaatan pelayanan

    kesehatan serta dapat menjadi bahan bacaan ataupun penelitian

    bagi peneliti selanjutnya.

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Gizi, Ilmu Gizi dan Status Gizi

    Gizi berasal dari bahasa Arab Qizzi adalah suatu proses organisme

    menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,

    absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang

    tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi

    normal dari organ-organ,serta menghasilkan energi. Makanan merupakan suatu

    yang esensial bagi kehidupan manusia. Manusia membutuhkan makanan untuk

    bisa melakukan seluruh aktivitas disepanjang kehidupannya. Oleh karena

    pentingnya makanan bagi aktivitas manusia maka perhatian manusia akan

    makanan sangat besar.8,9

    Dalam kehidupan manusia sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan,

    karena makanan adalah salah satu persyaraan pokok untuk manusia disamping

    udara (oksigen). Empat fungsi pokok makanan bagi kehidupan manusia adalah

    untuk: 8,9

    a. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/perkembangan serta

    mengganti jaringan tubuh yang rusak.

    b. Memperoleh energi untuk melakukan kegiatan sehari-hari.

    c. Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air,

    mineral dan cairan tubuh yang lain.

    d. Berperan di dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap penyakit.

    Ilmu gizi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari nutrisi pada

    manusia khususnya yang berhubungan dengan keperluan zat gizi,fungsi-fungsi

    makanan dan diet, hubungan diet dan kesehatan dan penyakit, serta penelitian-

    penelitian dalam ini. Secara singkat dapat dikatakan ilmu gizi merupakan ilmu

    makanan yang berhubungan dengan kesehatan. Mempelajari Ilmu Gizi akan

    memberikan manfaat yang sangat besar baik untuk kesehatan fisik maupun

    kesehatan mental/emosi. Mengetahui kegunaan dari sebuah bahan makanan dapat

    membantu dalam menyusun makanan yang dikonsumsi manusia. 8,9

  • 6

    Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk

    anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga

    didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara

    kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran

    yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diet.10

    2.2 Tinjauan tentang Status Gizi

    Status gizi adalah suatu kondisi tubuh sebagai akibat keseimbangan dari

    intake makanan dan penggunaannya oleh tubuh yang dapat diukur dari berbagai

    dimensi. Status gizi dapat dinilai dari setiap jenis zat gizi baik zat gizi makro

    maupun mikro. Zat gizi makro yang utama adalah energi, protein, lemak dan

    karbohidrat. Lemak dan karbohidrat adalah unsur utama penghasil energi,

    sehingga ukuran status gizi untuk zat gizi makro adalah energi dan protein,

    disebut juga dengan status energi dan protein. 10

    Untuk menilai status gizi seseorang, ditanyakan tentang makanan dan

    masalah kesehatan, dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium

    tertentu. Pada pemeriksaan darah dilakukan pengukuran kadar zat gizi dan bahan-

    bahan yang tergantung kepada kadar zat gizi (misalnya hemoglogbin, hormon

    tiroid dan transferin). Untuk menentukan riwayat makan seseorang, ditanyakan

    makanan apa yang dimakan dalam 24 jam terakhir dan jenis makanan seperti apa

    yang biasanya dimakan. dibuat catatan tentang daftar makanan yang dimakan

    selama 3 hari. Selama pemeriksaan fisik, diamati penampilan secara keseluruhan

    dan tingkah lakunya, juga distribusi lemak tubuh serta fungsi organ tubuhnya.11

    Bayi dan anak-anak merupakan resiko terbesar untuk mengalami

    kekurangan gizi karena mereka membutuhkan sejumlah besar kalori dan zat gizi

    untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Mereka bisa mengalami kekurangan

    zat besi, asam folat, vitamin c dan tembaga karena makanan yang tidak memadai.

    Kekurangan asupan protein, kalori dan zat gizi lainnya bisa menyebabkan

    terjadinya kekurangan kalori protein (kkp), yang merupakan suatu bentuk dari

    malnutrisi yang berat, yang akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan.

    Kecenderungan untuk mengalami perdarahan pada bayi baru lahir (penyakit

    hemoragik pada bayi baru lahir), disebabkan oleh kekurangan vitamin k, dan bisa

  • 7

    berakibat fatal. Sejalan dengan pertumbuhannya, kebutuhan makanan anak-anak

    akan bertambah, karena laju pertumbuhan mereka juga bertambah.11

    Gizi dan masalah gizi selama ini dipahami sebagai hubungan sebab-akibat

    antara makanan (input) dengan kesehatan (outcome). Pada satu pihak masalah gizi

    dapat dilihat sebagai masalah input, tetapi juga sebagai outcome. Dalam

    menyusun kebijakan harus jelas mana yang dipakai sebagai titik tolak apakah

    input atau outcome. Apabila masalah gizi dianggap sebagai masalah input maka

    titik tolak identifikasi masalah adalah pangan, makanan (pangan diolah) dan

    konsumsi. Apabila masalah gizi dilihat sebagai outcome, maka identifikasi

    masalah dimulai pada pola pertumbuhan dan status gizi anak.12,13

    Gizi sebagai input-outcome

    Dikutip dari: Prof.Dr.Soekirman.Perlu Paradigma Baru Untuk Menanggulangi

    masalah gizi makro di Indonesia.

    INPUT PROSES OUTCOME

    Gizi sebagai Input

    Gizi sebagai outcome

    Makanan di

    makan

    (dikonsumsi

    )

    Dicerna,

    Diserap,

    Metabolism

    e

    Pertumbuhan sel,

    Pemeliharaan sel,

    Memperlancar

    fungsi Anatomi dan

    faal tubuh,

    Menghasilkan energi

    Pertumbuhan

    Status Gizi

    Fisik dan

    Mental/kecerdasa

    n

    produktivitas

    Morbiditas

    Kesehatan Makanan

  • 8

    2.3 Tinjauan Umum Tentang Status Gizi Anak

    Pertumbuhan dari saat lahir sampai mencapai dewasa dapat dibagi

    menjadi tiga fase pertumbuhan yang cepat sekali dan masa istirahat fisiologis

    diantaranya. Pada masa dua tahun pertama,penambahan berat bedan sampai

    hampir empat kali lipat. Kemudian terjadi masa pertumbuhan yang agak lambat

    (antara umur 2-6 tahun), juga kebutuhan akan berkurang. Sekitar umur 6 7 tahun

    terjadi pertumbuhan yang kedua yaitu saat anak mulai sekolah dan biasanya nafsu

    makannya bertambah. Kemudian menyusul masa istirahat sekitar umur 8 9

    tahun sampai mereka mencapai masa remaja. Selanjutnya terjadi lagi

    pertumbuhan yang cepat sehingga anak bertambah tinggi dan aktifitas

    metaboliknya juga bertambah. Pertumbuhan yang cepat inilah yang sering

    menimbulkan masalah-masalah.13

    Kelompok rentan gizi adalah kelompok di dalam masyarakat yang paling

    mudah menderita gangguan kesehatan atau rentan karena kekurangan gizi.

    Biasanya kelompok ini berhubungan dengan proses kehidupan manusia, jadi

    terdiri dari kelompok umur tertentu dari kehidupan manusia. Oleh sebab itu

    kelompok ini terdiri dari kelompok umur tertentu dalam siklus kehidupan

    manusia. Kelompok rentan gizi terdiri dari.13

    a. Kelompok bayi, umur 0-1 tahun.

    b. Kelompok balita umur 1-5 tahun.

    c. Kelompok anak sekolah 6-12 tahun.

    d. Kelompok remaja 13-20 tahun.

    e. Kelompok ibu hamil dan menyusui.

    f. Kelompok usia lanjut.

    Pada umumnya kelompok umur anak sekolah mempunyai kesehatan yang

    lebih baik dibanding kesehatan anak balita. Masalah-masalah yang timbul pada

    kelompok ini antara lain: berat badan rendah, defisiensi Fe (kurang darah) dan

    defisiensi vitamin E. Masalah ini timbul karena pada umur-umur ini anak sangat

    aktif bermain dan banyak kegiatan baik di sekolah maupun di lingkungan rumah

    tangganya. Dipihak lain, anak kelompok ini kadang-kadang nafsu makan mereka

    menurun, sehingga konsumsi makanan tidak seimbang dengan kalori yang

  • 9

    diperlukan. Program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) adalah sangat tepat untuk

    membina dan meningkatkan gizi dan kesehatan kelompok ini.14

    Menurut Dr. Sri Kurniati M.S., Dokter Ahli Gizi Medik Rumah Sakit Anak dan

    Bersalin Harapan Kita, kurang gizi pada anak terbagi menjadi tiga.15

    a. Kurang Energi Protein Ringan

    Pada tahap ini belum ada tanda-tanda khusus yang dapat dilihat dengan

    jelas. Hanya saja, berat badan si anak hanya mencapai 80 persen dari

    berat badan normal.

    b. Kurang Energi Protein Sedang

    Pada tahap ini berat badan si anak hanya mencapai 70 persen dari berat

    badan normal. Selain itu, ada tanda yang bisa dilihat dengan jelas adalah

    wajah menjadi pucat, dan warna rambut berubah agak kemerahan. 15

    c. Kurang Energi Protein Berat

    Pada bagian ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu kurang sekali, biasa

    disebut Marasmus. Tanda pada marasmus ini adalah berat badan si anak

    hanya mencapai 60 persen atau kurang dari berat badan normal.16

    Tujuan penilaian status gizi adalah sebagai berikut :

    a. Memberikan gambaran umum mengenai metode penilaian status gizi.

    b. Memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kelemahan dari

    masing-masing metode yang ada.

    c. Memberikan gambaran singkat mengenai pengumpulan data,

    perencanaan, dan implementasi untuk penilaian status gizi.

    2.4 Metode Penilaian Status Gizi

    Manusia makan pada dasarnya untuk memenuhi 3 fungsi makanan itu

    sendiri, yaitu untuk tenaga, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh. Kurang

    konsumsi makanan maka akan diambil dari cadangan tubuh dan jika makan

    berlebih akan disimpan dalam bentuk cadangan tubuh. Makanan berperan penting

    untuk pertumbuhan. Sehingga pada hakekatnya menilai status gizi adalah

    mengevaluasi keseimbangan pemenuhan kebutuhan berupa penampakan/

    performa tubuh. Metode penilaian status gizi untuk menilai status energi protein

    adalah metode antropometri.17

  • 10

    Metode antropometri (anthropos = tubuh, dan metros = ukuran dari bahasa

    Yunani) adalah menggunakan ukuran tubuh untuk menetapkan status gizi.

    Metode penilaian status gizi dapat dikelompokkan atas metode langsung

    dan metode tidak langsung. Berikut ini akan disajikan secara ringkas kedua

    kelompok metode penilaian status gizi tersebut.

    a. Penilaian secara langsung

    1). Metode Biokimia

    Penilaian status gizi secara biokimia disebut juga dengan

    metode pemeriksaan laboratorium, adalah mengukur kadar zat gizi

    di dalam tubuh dan atau ekskresi tubuh kemudian dibandingan

    dengan suatu nilai normatif yang sudah ditetapkan. Misalnya

    menilai status zat besi (Fe) dengan mengukur kadar hemoglobin.

    Bila kadar hemoglobin

  • 11

    4). Penilaian Antropometri

    Cara yang paling mudah, tidak membutuhkan peralatan yang

    mahal adalah pengukuran antropometri. Dengan demikian

    antropometri dapat diterapkan secara luas di lapangan. Sebagai

    contoh tiap bulan dilaksanakannya penimbangan balita di

    posyandu. Pengukuran antropometri memgandung 2 maksud;

    pertama untuk mendeskripsikan status gizi (penilaian dilakukan

    pada satu titik waktu) dan kedua pemantauan status gizi yaitu untuk

    melihat trend/ perubahan ukuran tubuh dari waktu ke waktu.

    Penimbangan balita di posyandu yang diplot hasilnya ke dalam

    KMS (Kartu Menuju Sehat) adalah salah satu contoh pemantauan

    status gizi (nutritional monitoring).

    Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan

    keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin,

    maka berat badan mengikuti pertumbuhan umur. Sebaliknya dalam

    keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat

    badan, yaitu berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan

    normal. Metode antropometrik sering digunakan dalam beberapa

    penelitian, termasuk dalam penelitian ini karena memiliki

    keunggulan antara lain:14,19,

    a). Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita

    lingkar lengan atas, mikrotoa, dana alat pengukur panjang

    bayi yang dapat dibuat sendiri di rumah.

    b). Pengukuran dapat digunakan berulang-ulang dengan

    mudah dan objektif. Contohnya, apabila terjadi kesalahan

    pengukuran lingkar lengan atas pada anak balita, maka

    dapat dilakukan pengukuran kembali, tanpa harus

    mempersiapkan alat yang rumit.

    c). Biaya relatif murah, karena alat mudah didapat dan tidak

    memerlukan bahan-bahan lainnya.

  • 12

    d). Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang

    batas dan buku rujkan yang sudah pasti.

    e). Prosedurnya aman, sederhana, dan dapat dilakukan dalam

    jumlah sampel yang besar.

    f). Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode

    tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.

    g). Umumnya dapat mengidentifikasikan status gizi sedang,

    kurang, dan gizi buruk dengan berpedoman pada ambang

    batas yang sudah jelas.

    Di samping keunggulan metode penentuan gizi secara

    antropometri, terdapat pula beberapa kelemahan.

    a). Tidak sensitif sebab tidak dapat mendeteksi status gizi

    dalam waktu singkat, di samping itu tidak dapat

    membedakan kekurangan gizi tertentu seperti defisiensi

    Zinc dan Fe.

    b). Faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan

    penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan

    sensitivitas pengukuran.

    c). Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat

    mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas pengukuran.

    d). Kesalahan ini dapat terjadi pada pengukuran, analisis dan

    asumsi yang salah.

    e). Kesalahan biasanya bersumber dari kurang terlatihnya

    petugas pengukur, kesalahan alat atau alat yang tidak

    ditera, dan kesulitan dalam pengukuran

    Semua bagian tubuh (keseluruhan atau secara parsial) dapat

    digunakan untuk menilai status gizi, namun menurut WHO (1983)

    hanya 3 ukuran (parameter) saja yang diangap valid, yaitu : Berat

    badan, tinggi badan dan lingkaran lengan atas. Satu ukuran tubuh

    sebagai dasar menentukan status gizi disebut parameter. Gabungan

    dari 2 parameter disebut dengan indeks. Sehingga dari parameter

  • 13

    yang valid tesebut dapat dinilai 4 indeks, yaitu Berat Badan

    menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), IMT

    menurut umur (IMT/UMUR) dan Lingkaran Lengan Atas menurut

    Umur (LLA/U).18

    5). Berat Badan menurut Umur (BB/U)

    Berat badan merupakan ukuran pertumbuhan massa jaringan.

    Massa jaringan memiliki sifat sensitif, artinya cepat berubah.

    Perubahan yang terjadi pada lingkunan akan terlihat langsung pada

    massa jaringan. Misalnya seorang anak makan lebih dari biasanya

    dalam 2 atau 3 hari akan terlihat langsung penambahan berat

    badannya. Atau sebaiknya apabila terjadi penyakit (misalnya diare)

    maka berat badan akan langsung turun drastis. Penggunaan berat

    badan untuk menilai status gizi menggambarkan kondisi saat ini

    (dekat dengan waktu pengukuran). Keadaan kurang gizi yang

    diukur dengan berat badan bersifat akut.

    Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.

    Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U

    lebih meggambarkan status gizi seseorang saat ini (current national

    status). Indeks BB/U yang rendah mengindikasikan suatu keadaan

    yang disebut underweight pada umur tertentu.

    a). Kelebihan Indeks BB/U

    (1). Lebih mudah dan cepat dimengerti masyarakat

    umum.

    (2). Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis.

    (3). Berat badan dapat berfluktuasi.

    (4). Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil.

    (5). Dapat mendeteksi kegemukan.

    (6). Pengukuran obyektif bila diulang memberi hasil

    sama.

    (7). Pengukuran mudah dan tidak memakan waktu lama.

    b). Kekurangan Indeks BB/U

  • 14

    (1). Tidak sensitif terhadap anak yang stunted, atau anak

    yang terlalu tinggi tetapi kurang gizi.

    (2). Dapat mengakibatkan interpretasi salah apabila

    edema atau asites.

    (3). Di daerah terpencil, umur sering sulit diketahui

    dengan pasti.

    (4). Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran akibat

    pengaruh pakaian atau gerakan anak saat ditimbang.

    (5). Secara operasional sering terdapat hambatan karena

    masalah sosial budaya setempat, di mana orang tua

    tidak ingin anaknya ditimbang seperti barang

    dagangan.

    6). Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

    Tinggi badan adalah salah satu ukuran pertumbuhan linier.

    Pertumbuhan liner (tulang rangka) memiliki sifat pertumbuhannya

    lambat, tidak mdah berubah, dan seburuk keadaan ukuran adalah

    tetap, tidak turun. Tinggi badan menggambarkan kondisi masa lalu.

    Gangguan pertumbuhan linier bersifat kronis.

    a). Kelebihan Indeks TB/U

    (1). Baik untuk menilai gizi masa lampau.

    (2). Ukuran dapat dibuat sendiri, murah, dan

    mudah.

    b). Kekurangan Indeks TB/U

    (1). Tinggi badan tidak cepat naik, tidak mungkin

    turun.

    (2). Pengukuran relatif sulit karena anak harus

    berdiri tegak, sehingga diperlukan 2 orang

    untuk melakukannya

    (3). Ketepatan umur sulit didapat.

    7). Berat badan menuru tinggi badan (BB/TB)

  • 15

    Indeks BB/TB lebih menggambarkan komposisi tubuh oleh

    karena dipengaruhi oleh umur. Klasifikasi status gizi berdasarkan

    indeks ini disebut status kegemukan yaitu : sangat kurus, kurus,

    normal dan gemuk. Sifat masalah gizi dengan indeks BB/TB adalah

    akut dan kronis. Berat badan mempunyai hubungan yang linier

    dengan tinggi badan. Indeks BB/TB adalah indikator yang baik

    untuk menilai status gizi sekarang. Dalam keadaan normal,

    perkembangan berat badan akan searah dengan umurdengan

    kecepatan tertentu. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, indeks BB/TB

    mempunyai beberapa keuntungan dan kelemahan.

    a). Kelebihan Indeks BB/TB

    (1). Dapat membedakan proporsi badan.

    b). Kekurangan Indeks BB/TB

    (1). Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak

    tersebut pendek, cukup tinggi badan atau

    kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena

    faktor umur tidak dipertimbangkan.

    (2). Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam

    melakukan pengukuran panjang/tinggi badan

    pada kelompok balita.

    (3). Membutuhkan dua macam alat ukur.

    (4). Pengukuran relatif lebih lama.

    (5). Membutuhkan dua orang untuk melakukannya.

    (6). Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil

    pengukuran, terutama bila dilakukan oleh

    kelompok non-profesional.

    Penelitian membuktikan ada keterkaitan antara tubuh pendek

    dan tingkat kecerdasan. Bila sejak awal sudah tidak ada

    keseimbangan berat dan tinggi badan, maka akan berpengaruh pada

    pembentukan otak. Karena itu, kebutuhan gizi bayi sejak janin

    sampai usia lima tahun harus terpenuhi secara baik.

  • 16

    8). Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)

    Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan

    jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas

    berkorelasi dengan indeks BB/U maupun IMT/UMUR. Lingkar

    lengan atas merupakan parameter antropometri yang sangat

    sederhana dan mudah dilakukan oleh tenaga yang bukan

    profesional. Lingkar lengan atas merupakan parameter yang labil,

    dapat berubah-ubah dengan cepat, sehingga merupakan indeks

    yang menggambarkan status gizi saat ini.

    a). Keuntungan Indeks LLA/U

    (1). Indikator yang baik untuk menilai KEP berat.

    (2). Alat ukur murah, sangat ringan, dan dapat dibuat

    sendiri.

    (3). Alat dapat diberi kode warna untuk menentukan

    tingkat keadaan gizi, sehingga dapat digunakan oleh

    yang tidak dapat membaca dan menulis.

    b). Kelemahan Indeks LLA/U

    (1). Hanya mengidentifikasi anak dengan KEP berat.

    (2). Sulit menentukan ambang batas.

    (3). Sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak

    terutama anak usia 2 sampai 5 tahun yang

    perubahannya tidak tampak nyata.

    9). Indeks Massa Tubuh (IMT)

    Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa

    (usia 18 tahun keatas) merupakan masalah penting, karena selain

    mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat

    mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh karena, pemantauan

    keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah

    satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal

    atau normal.

    10). Lingkar Kepala

  • 17

    Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu

    kedokteran anak secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa

    keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran

    kepala. Contoh yang sering digunakan adalah kepala besar

    (Hidrosefalus) dan kepala kecil (Mikrosefalus).Lingkar kepala

    terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak.

    Ukuran otak meningkat secara cepat selama tahun pertama, akan

    tetapi besar lingkar kepala tidak menggambarkan keadaan

    kesehatan dan gizi. Dalam antropometri gizi, rasio lingkar kepala

    cukup berarti dalam menentukan KEP pada anak.

    11). Tebal Lipatan Kulit

    Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan

    lemak bawah kulit (skinfold) dilakukan pada beberapa bagian

    tubuh, misalnya pada bagian lengan atas (triceps dan biceps),

    lengan bawah (forearm), tulang belikat (subscapular), di tengah

    garis ketiak (midaxillary), sisi dada (pectoral), perut (abdominal),

    suprailiaka, paha, tempurung lutut (suprapattelar), dan pertengahan

    tungkai bawah (medial calf).

    Dari berbagai jenis indeks tersebut diatas, untuk

    menginterpretasikannya dibutuhkan ambang batas. Penentuan

    ambang batas diperlukan kesepakatan para Ahli Gizi, ambang batas

    dapat disajikan kedalam tiga cara yaitu persen terhadap median,

    persentil dan standar deviasi unit. Dari ketiga cara penentuan

    ambang batas tersebut, yang dianjurkan oleh WHO adalah Standar

    Deviasi Unit (SD). Standar Deviasi Unit disebut juga Z-skor.

    Rumus perhitungan Z-skor adalah

    Z-score = nilai individu subyek nilai median baku rujukan

    nilai simpang baku rujukan

    Berdasarkan hasil kesepakatan pakar gizi tahun 2000, maka

    cut off point penggunaan standar deviasi (SD) adalah sebagai

    berikut:

  • 18

    a). Berat Badan Menurut Umur

    Gizi lebih : bila Z-score >+2 SD

    Gizi baik : bila Z-score -2 SD s/d +2 SD

    Gizi kurang: bila Z-score -3 SD s/d

  • 19

    menegakkan diagnosa dan menentukan tindakan gizi yang harus

    diberikan kepada pasien.

    Proses tumbuh kembang seseorang merupakan hasil interaksi berbagai

    faktor saling terkait, yaitu ; faktor genetik/keturunan , lingkungan bio-fisiko-

    psiko-sosial dan perilaku. Proses ini bersifat individual dan unik sehingga

    memberikan hasil akhir yang berbeda dan ciri tersendiri pada setiap anak.

  • 20

    BAB III

    KERANGKA KONSEP

    3.1 Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

    Penilaian status gizi masyarakat melibatkan 2 unsur penting, yaitu

    kebutuhan manusia dan masukan makanan. Jika kedua unsur itu berada dalam

    keseimbangan, maka status gizi menjadi normal, sedangkan gizi kurang atau lebih

    dianggap abnormal.

    Untuk itu perlu dilakukan cara untuk menilai status gizi seseorang. Status

    gizi seseorang dapat ditentukan dengan anamnesis, pengukuran antropometrik

    (pengukuran berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur, dan IMT

    menurut umur), pemeriksaan klinis, dan data-data laboratorik. Dari semua data

    tersebut kita harus dapat membuat diagnosis atau menentukan status gizi seorang

    penderita. Selanjutnya dapat dilakukan langkah lebih lanjut untuk memperbaiki

    status gizi seseorang.

    3.2 Variabel Penelitian

    Berdasarkan pada tinjauan pustaka, pemikiran peneliti dan maksud serta

    tujuan penelitian, maka dapat dikembangkan beberapa variabel yang berkaitan

    dengan status gizi murid-murid yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu: berat

    badan menurut umur, tinggi badan menurut umur, dan IMT menurut umur.

    3.3 Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

    a. Umur

    Umur adalah usia anak-anak saat mengisi kuesioner.

    Alat ukur : Kuesioner

    Cara ukur : Berdasarkan jawaban responden pada kuesioner

    Hasil ukur : 6-12 tahun

    b. Jenis Kelamin

    Jenis kelamin adalah pembagian anak-anak sesuai dengan sifat

    biologis atau anatomi tubuhnya.

    Alat ukur : Kuesioner

  • 21

    Cara ukur : Berdasarkan jawaban responden pada kuesioner

    Hasil ukur : Laki-laki / Perempuan

    c. Berat Badan

    Merupakan berat badan anak-anak yang diukur pada saat

    penelitian.

    Alat ukur :Platform balance scale (timbangan injak)

    Cara ukur :Anak diminta untuk berdiri di tas timbangan tanpa

    menggunkan alas sepatu. Kemudian lihat jarum pada

    timbangan menunjukkan pada angka yang menyatakan

    berat badan anak dalam satuan kilogram.

    Hasil ukur : Kilogram

    d. Tinggi Badan

    Tinggi badan adalah tinggi badan anak-anakyang diukur pada saat

    penelitian dengan menggunakan mikrotoa.

    Alat ukur : Mikrotoa

    Cara ukur : Mikrotoa ditempelkan pada dinding/tembok yang

    lurus datar setinggi tepat 2 meter dengan menggunakan

    paku. Angka 0 (nol) pada lantai yang rata dan datar.

    Sepatu, kaos kaki, dan penutup kepala (topi) harus

    dilepaskan. Anak berdiri tegak seperti sikap sempurna,

    kaki lurus dengan tumit, pantat, punggung, dan kepala

    bagian belakang menempel pada dinding dan muka

    menghadap lurus dengan pandangan ke depan.

    Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian

    atas (verteks), siku-siku harus lurus menempel pada

    dinding.

    Hasil Ukur : Sentimeter

    e. Status Gizi

    Status gizi adalah keadaan gizi anak-anak umur 6-12 tahun yang

    dapat dinilai dengan suatu standar.

    Alat ukur : Standar WHO-NCHS (dalam Z-score)

  • 22

    Cara ukur :

    Z-score = nilai individu subyek nilai median baku rujukan

    nilai simpang baku rujukan

    Hasil ukur :

    1). Berat Badan Menurut Umur

    Gizi lebih : Bila Z-score >+2 SD

    Gizi baik : Bila Z-score -2 SD s/d +2 SD

    Gizi kurang : Bila Z-score -3 SD s/d -2 SD

    Gizi buruk : Bila Z-score -2 SD

    Pendek : Bila Z-score -3 SD s/d -2 SD

    Sangat pendek : Bila Z-score +2 SD

    Normal : Bila Z-score -2 SD s/d +2 SD

    Kurus : Bila Z-score -3 SD s/d -2 SD

    Sangat kurus : Bila Z-score

  • 23

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1 Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

    pendekatan cross-sectional untuk mendapatkan gambaran tentang karakteristik

    status gizi anak sekolah berdasarkan pemeriksaan antropometri.

    4.2 Lokasi dan Waktu

    Aula Sekolah Dasar Negeri 3, Kecamatan Palu timur, tanggal 12-13 Juni

    2015.

    4.3 Populasi dan Sampel

    4.3.1 Populasi

    Populasi adalah anak-anak yang tercatat di Sekolah Dasar Negeri 3,

    kecamatan Palu Timur, kota Palu, provinsi Sulawesi Tengah.

    4.3.2 Sampel

    Subjek pada penelitian ini diambil semua dengan sistem total

    sampling.

    4.4 Kriteria Sampel

    Subjek pada penelitian ini di ambil semua dengan sistem total sampling.

    4.4.1 Kriteria Inklusi

    Semua anak-anak di Sekolah Dasar Negeri 3, kecamatan Palu timur.

    4.4.2 Kriteria Eksklusi

    Murid yang tidak hadir karena sakit berat sehingga tidak memungkinkan

    dilakukan pengukuran status gizi dan murid yang menolak untuk menjadi

    sampel penelitian.

    4.5 Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data primer dengan

    pengukuran langsung dan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan

    (kuesioner). Untuk data mengenai berat badan dilakukan pengukuran berat badan

    menggunakan timbangan berat badan (platform balance scale) dengan ketelitian

  • 24

    1000 gram. Pengukuran tinggi badan dengan alat mikrotoa dengan skala terkecil

    0,1 cm.

    Data sekunder adalah data mengenai variabel tertentu yang telah ada

    sebelumnya dan diperlukan untuk melengkapi hasil dalam penelitian ini, misalnya

    mengenai jumlah murid dari tiap kelas.

    4.6 Teknik Pengolahan dan Penyajian Data

    Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer melalui

    program Anthroplus dari WHO. Data yang telah diolah dan dianalisis akan

    disajikan dalam bentuk tabel untuk menggambarkan distribusi frekuensi disertai

    penjelasan yang sesuai.

    4.7 Etika Penelitian

    Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak pemerintah dan

    Sekolah Dasar setempat sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.

    Peneliti akan menjaga kerahasiaan data subjek penelitian yang terdapat

    pada hasil kuisioner dan data sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas

    penelitian yang dilakukan.

  • 25

    BAB V

    HASIL PENELITIAN

    5.1 Hasil Penelitian

    Penilaian status gizi murid di Sekolah Dasar Negeri 3, kecamatan Palu

    Timur, kota Palu, provinsi Sulawesi Tengah dilakukan dengan menggunakan

    metode antropometri yang meliputi indikator berat badan menurut umur (BB/U),

    tinggi badan menurut umur (TB/U), dan IMT menurut umur (IMT/UMUR)

    dengan interpretasi berdasarkan Z-score dari WHO NCHS.

    Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan pengumpulan data yang

    menggunakan data primer berupa pengukuran berat badan dan tinggi badan serta

    menggunakan data sekunder berupa usia dari masing-masing murid yang

    diperoleh dari data sekolah.

    Berikut adalah hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel dan

    narasi.

    Tabel 5.1Karakteristik Hasil

    Keadaan

    Demografis Kategori

    N

    (N=183) %

    Jenis Kelamin Laki-laki 83 45,4

    Perempuan 100 54,6

    Kelompok Umur

    6 tahun 3 1,6

    7 tahun 7 3,8

    8 tahun 46 25,1

    9 tahun 50 27,3

    10 tahun 48 26,2

    11 tahun 21 11,5

    12 tahun 8 4,4

    Dari tabel 5.1 memperlihatkan bahwa distribusi jumlah sampel murid

    perempuan lebih banyak dibandingkan sampel murid laki-laki dengan persentase

  • 26

    54,6% (100 orang) dan 45,4% (83 orang). Murid yang diteliti terbanyak pada

    kelompok umur 9 tahun dengan persentase 27,3% dari jumlah sampel. Sedangkan

    hanya sebagian kecil yang diteliti pada kelompok umur 6, 7 dan 12 tahun.

    Tabel 5.2 Distribusi Sampel Murid Berdasarkan Status Gizi Menurut

    Indikator BB/U

    Status Gizi

    (BB/U)

    Jumlah Murid

    N %

    Gizi Lebih 4 2,2

    Gizi Baik 71 38,8

    Gizi Kurang 25 13,7

    Gizi Buruk 7 3,8

    Total 107 58,5

    Missing Sistem 76 41,5

    Total 183 100

    Dari tabel 5.2 memperlihatkan bahwa berdasarkan indikator BB/U, pada

    umumnya murid memiliki status gizi baik dengan persentase 38,8%. Status gizi

    lebih ditemukan pada 4 murid dengan persentase 2,2%. Status gizi kurang

    ditemukan 25 murid dengan persentase 13,7%.Gizi buruk ditemukan 7 murid

    dengan persentase 3,8%.

    Pada Indeks BB/U terdapat data yang tidak bisa dinilai dengan program

    antroplus karena berdasarkan WHO Guideliness untuk status gizi pada anak

    dengan usia diatas 10 tahun sudah tidak bisa ditentukan status gizinya berdasarkan

    berat badan berbanding umur namun terdapat 1 orang murid usia 10 tahun kurang

    dari 1 bulan yang dapat dihitung dengan program antroplus.

  • 27

    Tabel 5.3 Distribusi Sampel Murid Berdasarkan Status Gizi Menurut

    Indikator BB/U dan Jenis Kelamin

    Jenis

    Kelamin

    Status Gizi (BB/U) Total

    Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih

    N % N % N % N % N %

    Laki-laki 5 10 13 26 31 62 1 2 50 100

    Perempuan 2 3,5 12 21 40 70,1 3 5,2 57 100

    Total 7 6,5 25 23,3 71 66,3 4 3,7 107 100

    Dari tabel 5.3 memperlihatkan bahwa berdasarkan indikator BB/U dan

    jenis kelamin, persentase status gizi kurang antara murid laki-laki dan perempuan

    mempunyai perbedaan yang tidak signifikan dimana persentase gizi kurang pada

    murid laki-laki (26%) lebih besar dari pada murid perempuan (21%). Pada status

    gizi baik, terdapat perbedaan yang tidak signifikan antara murid laki-laki (62%)

    dan murid Perempuan (70,1%). Pada status buruk, persentase murid perempuan

    lebih kecil (3,5%) dari murid laki-laki (10%). Pada status gizi lebih tidak terdapat

    perbedaan signifikan antar murid laki-laki (2%) dan murid perempuan (5,2%).

    Tabel 5.4 Distribusi Sampel Murid Berdasarkan Status Gizi Menurut

    Indikator BB/U dan Kelompok Umur

    Umur

    (Tahun)

    Status Gizi (BB/U) Total

    Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih

    N % N % N % N % N %

    6 tahun 0 0 1 33,3 2 66,6 0 0 3 100

    7 tahun 0 0 1 14,2 6 85,7 0 0 7 100

    8 tahun 1 2,1 6 13,0 38 82,6 1 2,1 46 100

    9 tahun 6 12 17 34 24 48 3 6 50 100

    10 tahun 0 0 0 0 1 100 0 0 1 100

    Total 7 6,5 25 23,3 71 66,3 4 3,7 107 100

  • 28

    Dari tabel 5.4 status gizi murid menurut kelompok umur berdasarkan

    indikator BB/U dapat diuraikan sebagai berikut, persentase gizi lebih tertinggi

    pada kelompok umur 9 tahun (6%) dan yang paling rendah pada kelompok umur

    6,7 (0%). Persentase gizi baik tertinggi pada kelompok umur 10 tahun (100%) dan

    terendah pada kelompok umur 9 tahun (48%). Persentase gizi kurang tertinggi

    pada kelompok umur 9 tahun (34%) dan terendah pada kelompok umur 10 tahun

    (0%). Persentase gizi buruk tertinggi pada kelompok umur 9 tahun (12%) dan

    terendah pada umur 6,7,dan 10 tahun (0%).

    Tabel 5.5 Distribusi Sampel Murid Berdasarkan Status Gizi menurut

    IMT/UMUR

    Status Gizi

    (IMT/UMUR)

    Jumlah Murid

    N %

    Sangat Kurus 7 3,8

    Kurus 23 12,6

    Normal 146 79,8

    Gemuk 7 3,8

    Total 183 100

    Dari tabel 5.5 memperlihatkan bahwa berdasarkan indikator IMT/UMUR

    sebagian besar murid memiliki status gizi normal dengan persentase 79,8%. Status

    gizi gemuk sebanyak 3,8%, status gizi sangat kurus didapatkan sebanyak 3,8%,

    sementara untuk status gizi kurus 12,6 %.

    Tabel 5.6 Distribusi sampel murid berdasarkan status gizi menurut indikator

    IMT/UMUR dan Jenis Kelamin

    Jenis

    Kelamin

    Status Gizi (IMT/UMUR)

    Total Sangat

    kurus Kurus Normal Gemuk

    N % N % N % N % N %

    Laki-laki 3 3,6 17 20,4 61 73,5 2 2,4 83 100

    Perempuan 4 4 6 6 85 85 5 5 100 100

    Total 7 3,8 23 12,6 146 79,8 7 3,8 183 100

  • 29

    Dari tabel 5.6 memperlihatkan bahwa berdasarkan indikator IMT/UMUR,

    persentase status gizi sangat kurus terbanyak pada sampel dengan jenis kelamin

    perempuan yaitu 4%, daripada murid laki-laki yaitu sebesar 3,6%. Pada status gizi

    kurus, persentase murid laki-laki lebih tinggi dari pada murid perempuan dengan

    persentase yang berbeda, dimana persentase murid perempuan 6% sedangkan

    murid laki-laki 20,4%. Pada status gizi normal, presentasi tertinggi pada murid

    perempuan 85% sedangkan pada murid laki-laki 73,5%. Pada status gizi gemuk,

    laki-laki 2,4% dan perempuan 5%.

    Tabel 5.7 Distribusi sampel murid berdasarkan status gizi menurut indikator

    IMT/UMUR dan Kelompok Umur

    Umur

    (Tahun)

    Status Gizi (IMT/UMUR)

    Total Sangat

    Kurus Kurus Normal Gemuk

    N % N % N % N % N %

    6 Tahun 0 0 0 0 3 100 0 0 3 100

    7 tahun 0 0 1 14 6 86 0 0 7 100

    8 tahun 0 0 6 13 37 80 3 7 46 100

    9 tahun 5 10 5 10 37 74 3 6 50 100

    10 tahun 0 0 5 10 42 88 1 2 48 100

    11 tahun 1 5 4 19 16 76 0 0 21 100

    12 tahun 1 13 2 25 5 63 0 0 8 100

    Total 7 3,8 23 12,6 146 79,8 7 3,8 183 100

    Dari tabel 5.7 status gizi murid menurut kelompok umur berdasarkan

    indikator IMT/UMUR dapat diuraikan sebagai persentase status gizi normal

    tertinggi ditemukan pada kelompok umur 6 dengan persentase 100,0%, sedangkan

    persentase terendah ada pada kelompok umur 12 tahun dengan persentase 63%.

    Pada status gizi gemuk, persentase tertinggi ada pada kelompok umur 8 tahun

    dengan persentase sebanyak 7%. pada status gizi kurus presentase tertinggi

    terdapat pada umur 12 tahun yaitu 25% sedangkan presentase terendah terdapat

    pada umur 6 dimana tidak ditemukan sama sekali status gizi kurus. Pada status

    gizi sangat kurus, persentase tertinggi umur 12 tahun (13%).

  • 30

    Tabel 5.8 Distribusi Sampel Murid Berdasarkan Status Gizi Menurut

    Indikator TB/U

    Status Gizi

    (TB/U)

    Jumlah Murid

    N %

    Sangat pendek 13 7,1

    Pendek 42 23

    Normal 128 69,9

    Total 183 100

    Dari tabel 5.8 di atas memperlihatkan bahwa berdasarkan indikator TB/U

    sebagian besar murid memiliki status gizi normal yaitu 69,9%, pendek 23%,

    sangat pendek 7,1%.

    Tabel 5.9 Distribusi Sampel Murid Berdasarkan Status Gizi menurut

    indikator TB/U dan Jenis Kelamin

    Jenis

    Kelamin

    Status Gizi (TB/U) Total

    Sangat Pendek Pendek Normal

    N % N % N % N %

    Laki-laki 5 6 21 24,7 57 68,6 83 100

    Perempuan 8 8 21 21 71 71 100 100

    Total 13 7,1 42 23 128 69,9 183 100

    Dari tabel 5.9 memperlihatkan bahwa berdasarkan indikator TB/U dan

    jenis kelamin, persentase gizi normal murid laki-laki dan murid perempuan tidak

    berbeda jauh, dimana persentase murid laki-laki sedikit lebih rendah dari murid

    perempuan yaitu 68,6% sedangkan pada murid perempuan sebesar 71%. Pada

    status gizi pendek, murid laki-laki memiliki persentase lebih besar dari murid

    perempuan dimana persentase murid laki-laki sebesar 24,7% sedangkan murid

    perempuan 21%. Pada status gizi sangat pendek perempuan lebih banyak

    dibanding laki dengan persentase 8% dan 6%.

  • 31

    Tabel 5.10 Distribusi Sampel Murid Berdasarkan Status Gizi menurut

    indikator TB/U dan Kelompok Umur

    Umur

    (Tahun)

    Status Gizi (TB/U)

    Total Sangat

    Pendek Pendek Normal

    N % N % N % N %

    6 tahun 0 0 2 66,6 1 33,3 3 100

    7 tahun 0 0 0 0 7 100 7 100

    8 tahun 3 6,5 6 13,0 37 80,4 46 100

    9 tahun 3 6 13 26 34 68 50 100

    10 tahun 0 0 10 20,9 38 79,1 48 100

    11 tahun 3 14,2 9 42,9 9 42,9 21 100

    12 tahun 4 50 2 25 2 25 8 100

    Total 13 7,1 42 23 128 69,9 183 100

    Dari tabel 5.10, status gizi murid menurut kelompok umur berdasarkan

    indikator TB/U dapat diuraikan persentase status gizi normal tertinggi pada

    kelompok umur 7 tahun dengan persentasi 100,0%. Persentase status gizi pendek

    tertinggi ada pada kelmpok umur 6 tahun yaitu 66,6%, sedangkan yang terendah

    pada kelompok umur 7 tahun dimana tidak ditemukan adanya status pendek pada

    kelompok umur ini. Persentase status gizi sangat pendek tertinggi pada kelompok

    umur 12 tahun yaitu 50% dan terendah umur 6, 7 dan 10 tahun yaitu 0%.

  • 32

    BAB VI

    PEMBAHASAN

    Penilaian status gizi murid Sekolah Dasar Negeri 3 di kecamatan Palu

    timur dilakukan dengan menggunakan metode antropometri yang meliputi

    indikator berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U),

    dan IMT menurut umur (IMT/UMUR) dengan interpretasi berdasarkan Z-score

    dari WHO NCHS.

    6.1 Status Gizi Murid Sekolah Dasar Negeri 3 kecamatan Palu

    timur berdasarkan Berat Badan Menurut Umur

    Berdasarkan indikator status gizi menurut berat badan per umur

    didapatkan Status gizi baik ditemukan pada 71 murid dengan persentase 38,8%,

    status gizi kurang ditemukan 25 murid dengan persentase 13,7%. Status gizi

    buruk ditemukan 7 murid dengan persentase 3,8%. Status gizi lebih ditemukan

    pada 4 murid dengan persentase 2,2%. Penentuan status gizi dengan

    menggunakan parameter umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Hasil

    pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat menjadi tidak berarti bila

    tidak disertai penentuan umur yang tepat. Apabila parameter umur digabungkan

    dengan IMT menurut umur, maka penentuan status gizi akan menjadi lebih

    penting. Oleh karena parameter IMT menurut umur merupakan parameter yang

    paling baik untuk melihat perubahan dalam waktu yang singkat karena perubahan-

    perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.15

    Dari hasil di atas, sesuai dengan teori indikator BB/U dapat

    menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status), maka

    dapat dikatakan bahwa sebagian besar murid Sekolah Dasar Negeri 3 di

    kecamatan Palu timur berstatus gizi baik, sebagian kecil murid berstatus gizi

    lebih.

    Kekurangan indikator ini yaitu murid yang stunted atau murid yang terlalu

    tinggi tetapi kurang gizi belum bisa terdeteksi, dan apabila menggunakan program

    antroplus dari WHO banyak data yang missing karena berdasarkan WHO

  • 33

    Guideliness status gizi anak diatas 10 tahun sudah tidak bisa ditentukan status

    gizinya berdasarkan IMT menurut umur per umur

    6.2 Status Gizi murid Sekolah Dasar Negeri 3 kecamatan Palu timur

    berdasarkan Tinggi Badan menurut Umur

    Penilaian status gizi berdasarkan indikator tinggi badan per umur

    didapatkan murid dengan status gizi normal sebanyak 120 orang dengan

    persentase 69,9% dan 42 murid yang berstatus pendek dengan persentase 23%.

    Status gizi sangat pendek sebanyak 13 orang dengan persentase 7,1% Tinggi

    badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan

    skeletal. Penilaian status gizi dengan menggunakan indeks TB/U mempunyai

    kelebihan untuk melihat status gizi pada masa lampau. Sedangkan kelemahan

    indeks ini oleh karena tinggi badan tidak cepat naik. Selain itu, menggunakan

    parameter tinggi badan relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak

    sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya. Indikator tinggi badan

    menurut umur menunjukkan adanya stunting di mana ini dihubungkan dengan

    beberapa kondisi seperti kemiskinan dan sosioekonomi rendah dan konsumsi

    makanan yang tidak adekuat disertai dengan penyakit infeksi yang berulang.

    Indikator ini dapat menjadi petunjuk status gizi kronik atau masa lampau.

    Dari hasil di atas, sesuai dengan teori indikator TB/U dapat menggambarkan

    status gizi seseorang pada masa lampau dan membedakan proporsi badan (normal,

    pendek, sangat pendek), maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar murid

    Sekolah Dasar Negeri 3 di kecamatan Palu timur berstatus gizi normal, sebagian

    kecil murid berstatus gizi sangat pendek.

    6.3 Status Gizi murid Sekolah Dasar Negeri 3 kecamatan Palu

    Timur berdasarkan IMT menurut umur

    Penilaian status gizi berdasarkan indikator IMT per umur didapatkan

    murid dengan status gizi normal sebanyak 146 dengan persentase 79,8%. Status

    gizi kurus dengan persentase 12,6%. Status gizi gemuk sebanyak 3,8%, status gizi

    sangat kurus didapatkan sebanyak 3,8%.

    Dari hasil di atas, sesuai dengan teori kelebihan indikator IMT/UMUR

    yang dapat menggambarkan status gizi seseorang pada saat ini dan dapat

  • 34

    membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus), maka dapat dikatakan

    bahwa sebagian besar murid Sekolah Dasar Negeri 3 di kecamatan Palu timur

    berstatus gizi normal.

  • 35

    BAB VII

    KESIMPULAN DAN SARAN

    7.1 Kesimpulan

    7.1.1 Umumnya Murid Sekolah Dasar Negeri 3 di kecamatan Palu

    timur periode Juni 2015 berstatus gizi normal.

    7.1.2 Berdasarkan indikator BB/U, sebagian besar sampel berstatus gizi

    baik (38,8%) dan hanya sebagian kecil yang berstatus gizi lebih.

    7.1.3 Berdasarkan indikator TB/U, sebagian besar sampel berstatus gizi

    normal (69,9%). Ditemukan sebagian kecil yang berstatus sangat

    pendek (7,1%).

    7.1.4 Berdasarkan indikator IMT/UMUR, sebagian besar sampel

    berstatus gizi normal (79,8%). Hanya sebagian kecil yang

    berstatus gemuk (3,8%), kurus (12,6 %), dan status gizi sangat

    kurus (3,8%).

    7.1.5 Berdasarkan indikator BB/U dengan jenis kelamin, persentase

    status gizi baik tertinggi pada murid perempuan 70,1%. Pada

    status gizi kurang tertinggi pada murid laki-laki 26%. Pada status

    gizi lebih, persentase tertinggi pada murid perempuan 5,2%. Pada

    status gizi buruk tertinggi pada murid laki-laki 10%.

    7.1.6 Berdasarkan indikator IMT/UMUR dan jenis kelamin, status gizi

    normal pada murid perempuan memiliki persentase lebih tinggi

    yaitu 85%. Pada status gizi kurus, persentase murid laki-laki lebih

    tinggi,yaitu 20,4%. Pada status gizi gemuk, persentasi murid

    perempuan lebih tinggi dengan persentase 5%. Pada status gizi

    sangat kurus, persentase murid perempuan lebih tinggi yaitu 4%.

    7.1.7 Berdasarkan indikator TB/U dan jenis kelamin, persentase gizi

    normal tertinggi pada murid perempuan sebesar 71% Pada status

    gizi pendek, persentasi tertinggi pada murid laki-laki, yaitu

    24,7%. Pada status gizi sangat pendek, persentase pada

    perempuan lebih tinggi yaitu 8%.

  • 36

    7.1.8 Berdasarkan indikator BB/U dan kelompok umur, persentase gizi

    lebih tertinggi pada kelompok umur 9 tahun yaitu 6% . Pada

    status gizi baik persentase terbesar pada kelompok umur 10 tahun

    dengan persentase 100,0%. Pada status gizi kurang tertinggi pada

    kelompok umur 9 tahun yaitu 34%. Pada status gizi buruk

    tertinggi pada umur 9 tahun yaitu 12%.

    7.1.9 Berdasarkan indikator IMT/UMUR dan kelompok umur ,

    persentase status gizi normal tertinggi pada kelompok umur 6

    dengan persentase 100%. Pada status gizi gemuk, persentase

    tertinggi pada kelompok umur 8 dengan persentase 7%. pada

    status gizi kurus presentase tertinggi terdapat pada umur 12 tahun

    yaitu sebanyak 25%. Pada status gizi sangat kurus , persentase

    tertinggi pada umur 12 tahun yaitu 13%.

    7.1.10 Berdasarkan indikator TB/U dengan kelompok umur status gizi

    normal tertinggi pada kelompok umur 7 tahun dengan persentasi

    100%. Persentase status gizi pendek tertinggi pada kelompok 6

    tahun yaitu 66,6%. Persentase status gizi sangat pendek tertinggi

    pada kelompok umur 12 tahun yaitu 50%.

    7.2 Saran

    7.2.1 Perlunya dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran

    tinggi badan oleh pihak sekolah, dalam hal dapat bekerjasama

    dengan Puskesmas Kecamatan, secara berkala untuk memantau

    perkembangan murid sehingga setiap perubahan yang terjadi

    dapat diketahui.

    7.2.2 Perlunya dilakukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan

    sadar gizi misalnya berupa penyuluhan terhadap orang tua murid

    dan murid.

  • 37

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Widodo J, Antisipasi Perilaku Makan Anak Sekolah, diakses 6 December

    2014;http://www.litbang.depkes.go.id

    2. Moehji Sjahmien, Ilmu Gizi 2: Penanggulangan Gizi Buruk (Jakarta:

    Papas Sinar Siranti, 2003) hlm.58

    3. Hadi H. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya terhadap kebijakan

    Pembangunan Kesehatan Nasional.2005 [cited 2014 December 11]; ;

    Available from: http://gizi.depkes.go.id/wp-

    content/uploads/2011/08/Beban-ganda-masalahgizi.pdf.

    4. Miller, J. and R. Arlianti, Investasi Untuk Kesehatan dan Gizi Sekolah di

    Indonesia, 2009, Basic Education capacity. p. 1-25.

    5. Hadju Veni, dr. Ph.D. Diktat Gizi Dasar Edisi III. Jurusan Gizi Fakultas

    Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makasssar. 2001

    6. Sudirman N. Ironi Anak Bawah Lima Tahun-Di Provinsi Lumbung

    Pangan Puslit Pangan, Gizi dan Kesehatan (PPPGK). Mei 2004. Available

    from: http://gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi

    7. Satriono. Diktat Ilmu Gizi. Makassar:Bagian ilmu gizi FKUH;1998

    8. Koleksi Asuhan Keperawatan. Status Gizi versi KMS Divisi Tumbuh

    Kembang Anak dan Remaja FK Unair, RSU Dr, Soetomo, Surabaya.;[10

    screen]. Available from: http://www.referensi.morningcamp.com

    9. Suppariasa. Metode Penilaian Status Gizi. Bab II Available from: :

    http://gizi.net/

    10. Apotik Online. Gangguan Nutrisi dan Metabolisme Available from: :

    http://www.medicastore.com

    11. Soekirman,. Perlu Paradigma Baru Untuk Menanggulangi Maslah Gizi

    Makro di Indonesia. Studi Kebijakan Pangan dan Gizi Institut Pertanian

    Bogor (IPB). Jakarta.2007

    12. Astuti N. Kontroversi Seputar Gizi Buruk :Apakah Ketidakberhasilan

    Departemen Kesehatan, Pusat Pangan, Gizi dan Kesehatan Universitas

  • 38

    HAsanuddin, Makassar. 2006 Available from:

    http://gizi.net/makalah/kontroversi-giziburuk-column/

    13. Siswono. Kurang Gizi Pada Anak Indonesia Nutrition Network.

    14. Supariasa DN, Bakri B, Fajar I. Penilaian Status Gizi, Jakarta: Penerbit

    buku kedokteran EGC; 2002

    15. Gde Ranuh, IG.N, Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit buku

    kedokteran EGC; 2002

    16. Admin Gendeng. Gizi Buruk Pada Anak. Nutrition Network.

    17. Hadi H. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya terhadap kebijakan

    Pembangunan Kesehatan Nasional.2005; Available from: http://gizi.net.

    18. Abumie. Kebutuhan Gizi Pengaruhi Kecerdasan Anak. Banyu Bening.

    http://gizi.net.

    19. SuriViana. Sesuaikah Tumbuh kembang Anak Anda. Available from:

    http://infoibu.com

  • 39

    BIODATA PENULIS

    Nama : Jimmy Patabang

    Satambuk : C 111 09 140

    Tempat / Tanggal lahir : Palu, 10 November 1990

    Agama : Kristen Protestan

    Suku Bangsa : Toraja

    Alamat : NHP Blok A No.3 Makassar

    Nama Orang Tua :

    Ayah : Ir. Daud Patabang, MT

    Ibu : Ludiah

    Pendidikan :

    1. TK Idhata Palu, tamat tahun 1996

    2. SD Negeri 3 Palu Timur, tamat tahun 2002

    3. SMP Negeri 1 Palu, tamat tahun 2005

    4. SMA Kristen Barana, tamat tahun 2008

    5. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Jurusan pendidikan Dokter

    tahun 2009 sampai sekarang.