Pengkajian manajemen jadi

215
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah sebagian organisasi yang sangat kompleks dan merupakan komponen yang sangat penting dalam upaya meningkatkan status kesehatan bagi masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari system kesehatan dengan tujuan untuk memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, diperlukan cara pengelolaanyang baik dari berbagai unsure pelayanan yang ada didalam rumah sakit tersebut. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan, bahkan sebagai salah satu factor penentu bagi mutu pelayanan dan citra rumah sakit dimata masyarakat. Berdasarkan itu maka pelayanan perawatan secara organisatoris, administrasi dan teknis tidak dapat 1

description

manajemen

Transcript of Pengkajian manajemen jadi

Page 1: Pengkajian manajemen jadi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah sebagian organisasi yang sangat kompleks dan merupakan

komponen yang sangat penting dalam upaya meningkatkan status kesehatan bagi

masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan

kesehatan dan asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari system kesehatan

dengan tujuan untuk memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Agar tujuan

tersebut dapat tercapai, diperlukan cara pengelolaanyang baik dari berbagai unsure

pelayanan yang ada didalam rumah sakit tersebut.

Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan, bahkan sebagai salah satu factor penentu

bagi mutu pelayanan dan citra rumah sakit dimata masyarakat. Berdasarkan itu maka

pelayanan perawatan secara organisatoris, administrasi dan teknis tidak dapat dipisahklan

dari pelayanan di rumah sakit pada umumnya (Depkes, 1999).

Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan

saling bergantung saling mempengaruhi dan saling berkepentingan. Oleh karena itu

inovasi dalam pendidikan keperawatan, prektek keperawatan, ilmu keperawatan dan

kehidupan keprofesian merupakan focus utama keperawatan Indonesia dalam proses

profesionalisasi. Keadaan ini akan bisa dicapai apabila perawat Indonesia menguasai

pengelolaan keperawatan secara professional saat ini dan yang akan dating (Nursalam,

2002).

Organisasi pelayanan keperawatan membutuhkan ketelitian sebab mengemban misi

mengatur sumber daya manusia yang terbesar jumlahnya dirumah sakit. administrasi

1

Page 2: Pengkajian manajemen jadi

keperawatan juga memerlukan perhatian khusus karena menyangkut pekerjaan dan

kegiatan rumah sakit yang langsung berkaitan dengan pasien. Dalam kegiatan teknis

pelayanan keperawatan diperlukan supervise para tenaga keperawatan yang lebih senior,

lebih lanjut dan terampil, terhadap keperawatan junior, dengan didukung oleh kode etik

profesi keperawatan secara konsekuen. Factor-faktor ini perlu diperhatikan dan

diterapkan dalam pelaksanaan pelayanan perawatan agar pasien dan keluarganya serta

masyarakat memperoleh pelayanan yang aman, cepat dan tepat, nyaman ekonomis,

estetis dan etis. Karenanya untuk dapat memberikan pelayanan yang demikian mutunya,

diperlukan penerapan manajemenperawatan secara professional dan baik serta terarah

(Depkes,1999).

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam

menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana didalam manajemen tersebut

mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam

mencapai tujuan organisasi (Grant & Massey, 1999), sedangkan menurut Gillies (1986)

manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui

orang lain.

Manajemen keperawatan menurut Nursalam (2002), merupakan suatu peleyanan

keperawatan professional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat

fungsi manajemen antara lain perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan

pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan

ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan antar manusia, konseptual yang mendukung

asuhan keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan keperawatan

masa depan, karena berkaitan dengan tuntutan profesi dan global bahwa setiap

perkembangan serta perubahan memerlukan pengelolaan secara professional dengan

memperhatikan setiap perubahan yang terjadi.

2

Page 3: Pengkajian manajemen jadi

Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu

metode perlakuan asuhan keperawatan secara professional, sehingga diharapkan

keduanya dapat saling menopang. Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen

keperawatan terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi hasil. Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan

terhadap mayoritas tenaga darin seorang pegawai, maka setiap tahapan didalam proses

manajemen lebih rumit dibandingkan proses keperawatan.

Berdasarkan uraian diatas pelayanan perawatan sebagai inti pelayanan kesehatan

merupakan kegiatan yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan yang kontribusi

perawatannya dapat membentuk praktek keperawatan. Perkembangan praktek

keperawatan ditentukan oleh teknik manajemen dalam pelaksanaan Asuhan

Keperawatan. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif yang menjamin

semua tingkat pekerjaan, mengetahui misi dan tujuan, filosofi dan sasaran khusus dari

institusi dan devisi keperawatan. Manajemen keperawatan sebagai suatu pelayanan

professional dimana timkeperawatan dikelola dengan pendekatan fungsi-fungsi

manajemen mulai planning, organizing, actuating dan controlling.

Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki

kemampuan manajerial yang tangguh, sehingga pelayanan yang diberikan mampu

memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan manajerial dapat dimiliki melalui berbagai

cara salah satunya untuk dapat ditempuh dengan meningkatkan ketrampilan melalui

bangku kuliah yang harus melalui pembelajaran dilahan praktek.

Mahasiswa Profesi Ners STIKES Muhammadiyah Klaten diituntut untuk dapat

mengaplikasikan langsung pengetahuan menejerialnya di Ruang Neonatologi RSUD

Pandan Arang Boyolali dengan arahan dari pembimbing akademik maupun dari

pembimbing lapangan. Dengan adanya praktik dilapangan diharapkan mahasiswa

3

Page 4: Pengkajian manajemen jadi

mampu menerapkan ilmu yang sudah didapat dan mampu mengelola ruang perawatan

dengan pendekatan proses manajemen.

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Tempat praktik mahasiswa Profesi Ners Stase Manajemen Keperawatan

dilaksanakan di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali yang berlangsung

mulai tanggal 7 September 2015 sampai dengan 3 Oktober 2015.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan selama 4 minggu

diharapkan mahasiswa mampu memahami manajemen keperawatan di Ruang Rawat

Khusus Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan di Ruang Neonatologi

RSUD Pandan Arang Boyolali mahasiswa mampu :

a. Melakukan pengkajian dalam proses pengumpulan data di ruang rawat khusus

b. Menganalisa data dan memahami masalah–masalah dalam pengorganisasian

asuhan keperawatan di ruang rawat khusus

c. Mengidentifikasi masalah yang telah ditemukan kelompok

d. Merencanakan beberapa alternatif pemecahan masalah yang disepakati oleh

kepala ruangan

e. Mengorganisasikan pelaksanaan kegiatan keperawatan

f. Melakukan usaha–usaha koordinasi kegiatan keperawatan dengan perawat di

ruang rawat khusus.

4

Page 5: Pengkajian manajemen jadi

g. Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai di ruang rawat

khusus

h. Memilih dan menerapkan gaya pendekatan dan strategi dalam mempengaruhi

orang lain untuk pencapaian tujuan praktek manajemen keperawatan

i. Kelompok melaksanakan penerapan MPKP dengan melaksanakan evaluasi

setelah pelaksanaan MPKP

j. Melaksanakan magang KaRu secara bergantian selama satu hari oleh mahasiswa

Ners

k. Melaksanakan magang Primary Nurse dan Asosiate Nurse dalam satu shif oleh

masing–masing mahasiswa Ners.

l. Melaksanakan magang sebagai perawat Supervisi keperawatan,satu kali setiap

mahasiswa Ners.

D. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali, dalam

rangka identifikasi masalah dilakukan dengan metode :

1. Observasi, dilakukan untuk mengumpulkan data tentang kondisi fisik, keadaan

inventaris ruangan, proses pelayanan dan asuhan keperawatan yang berlangsung di

ruangan.

2. Wawancara, dilakukan dengan kepala ruang, primary nurse ( Ka Tim), associate

nurse, staf perawatan lain untuk mengumpulkan data tentang pelaksanaan

manajemen ruangan, proses pelayanan dan asuhan keperawatan .

3. Studi dokumentasi, dilakukan untuk mengetahui standar yang diberlakukan di

ruangan, dokumentasi proses keperawatan, dan daftar inventaris ruangan.

4. Survey, dilakukan dengan cara menyebarkan angket kepada pasien tentang mutu

5

Page 6: Pengkajian manajemen jadi

pelayanan yang di peroleh.

5. Kuesioner, digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh melalui observasi

maupun wawancara mendalam.

E. Peserta Praktik

Mahasiswa tahap Profesi Ners Program Studi Ilmu keperawatan STIKES

Muhammadiyah Klaten angkatan VI kelompok III dengan anggota :

1. Damar Gunanto, S. Kep

2. Ika Rahmawati, S. Kep

3. Ilham Septyawan, S. Kep

4. Isnaini Khairunnisak, S. Kep

5. Leni Restuningsih, S. Kep

6. M.Fajar Rizky, S. Kep

6

Page 7: Pengkajian manajemen jadi

BAB II

HASIL KAJIAN

A. Profil/ Gambaran Umum Ruang Keperawatan

1. Sejarah RSUD Boyolali

Rumah Sakit Boyolali didirikan tanggal 1 Oktober 1961 berdasarkan Perda

Kabupaten Boyolali No.12/IV/DPRGR/Bi/1961 tanggal 28 Maret 1961 dan mulai

berfungsi tanggal 1 Oktober 1961. Tanggal 12 Nopember 1991 diberi nama dengan

sebutan “ RUMAH SAKIT UMUM PANDAN ARANG “ berdasar Surat Keputusan

No.1346 tahun 1991. Berdasar Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

009-G/MENKES/SK/I/1993 RSU Pandan Arang Kabupaten Boyolali status

Klasifikasi Type C. Berdasar Peraturan Daerah Nomor 15 tahun 2001 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja RSU Pandan Arang sebagai Badan RSU

Pandan Arang Kabupaten Boyolali yang merupakan Lembaga Teknis Daerah

penyelenggaran pelayanan kesehatan.

RSUD Pandan Arang Kabupaten Boyolali merupakan Lembaga Teknis Daerah

berdasar Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan

Organisasi Kedudukan dan Tugas Pokok Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Boyolali. Keputusan Bupati Nomor 900/57 Tahun 2009

Tentang Penetapan RSUD Pandan Arang sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah

yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah

( PPK-BLUD)

7

Page 8: Pengkajian manajemen jadi

2. Profil Ruangan

A. Kajian data

. Ruangan ini memiliki kapasitas 14 tempat tidur dengan jumlah SDM 14

tenaga perawat, 1 tenaga administrasi, dan 3 tenaga kebersihan Ruang

neonatalogi memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien baru lahir baik laki-

laki dan perempuan dengan kelahiran normal maupun patologis yang mengalami

gangguan fisiologis baik aktual maupun potensial yang berkaitan dengan tindakan

keperawatan dan perawatan secara intensif. Ruang neonatalogi dipergunakan

sebagai tempat pendidikan, praktek dan penelitian bagi: Pendidikan Dokter

Spesialis, Pendidikan Dokter Umum, Pendidikan S1 Keperawatan, Profesi Ners

dan Pendidikan D3 Keperawatan,dan D3 Kebidanan.

Waktu konsultasi dokter sewaktu-waktu jika dibutuhkan. Konsultasi perawat

sewaktu-waktu bila dibutuhkan. Jadwal jaga perawat: pagi pukul 07.00-14.00

WIB, sore pukul 14.00-20.00 WIB, malam pukul 20.00-07.00 WIB.

B. Analisa Data

Ruang terdiri dari 2 ruang,yaitu ruang infeksi dan ruang observasi. Ruangan

Neonatologi difungsikan untuk perawatan intensif bagi bayi baru lahir yang

mengalami gangguan.

8

Page 9: Pengkajian manajemen jadi

3. Struktur Organisasi

a. Kajian Data Analisa Data

Ruang Neonatalogi dipimpin oleh seorang kepala ruang dan dibantu 9 perawat

pelaksana,4 perawat primer,1 tenaga administrasi dan tenaga kebersihan.

Di Ruang Neonatologi belum ada papan bagan struktur organisasi. Di Ruang

Neonatologi jabatan ada Kepala Ruang, Penanggung Jawab Shif dan perawat lain

bertugas sebagai perawat pelaksana.

STRUKTUR ORGANISASI RUANG NEONATOLOGI

RUMAH SAKIT RSUD PANDANG ARANG

9

Ka.Instalansi Maternal Neonatal

Kepala Ruang Neonatologi

Perawat Koordinator(Ketua Tim)

Perawat Koordinator(Ketua Tim)

Perawat Koordinator(Ketua Tim)

Perawat Koordinator(Ketua Tim)

Perawat Pelaksana

Perawat Pelaksana

Perawat Pelaksana

Perawat Pelaksana

Page 10: Pengkajian manajemen jadi

B. Unsur Input/Masukan

1. Manusia (Man)

a. Pasien

1) Kajian Teori

Pasien adalah seseorang yang datang ke instalasi kesehatan yang membutuhkan

pelayanan medis/keperawatan yang terganggu kondisi kesehatannya baik

jasmani maupun rohani (WHO). Pasien yang berobat ke RSUD Pandang Arang

berasal dari berbagai wilayah sebab RSUD Pandang Arang adalah RS daerah

sebagai rujukan untuk kabupaten boyolali dan sekitarnya, RSUD Pandang

Arang adalah rumah sakit tipe C.

Ruang Neonatologi merupakan ruang rawat khusus yang melayani perawatan

pada pasien umum, dan BPJS.

2) Kajian Data

Jumlah pasien yang dirawat di ruang neonatologi selama 2015 dapat dilihat

pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Jumlah Pasiendi Ruang nonatologi RSUD Pandang Arang Boyolali SelamaTahun 2015

No Bulan Jumlah Pasien Lama hari dirawat

1. 234567

Januari 46 218Februari 30 154Maret 35 209April 35 151Mei 41 197Juni 48 180Juli 38 240

8 Agustus 47 184

Jumlah 320 1533

Sumber: Data Sekunder Daftar Pasien Neonatologi RSUD Pandang Arang

10

Page 11: Pengkajian manajemen jadi

3) Analisa Data

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan berdasarkan tabel 2.1 didapatkan

data bahwa jumlah pasien yang dirawat di ruang Neonatologi dari bulan

Januari sampai dengan bulan Agustus tahun 2015 adalah 320 bayi, dengan

jumlah pasien terbanyak pada bulan Juli adalah 240 bayi.

Tabel 2.2 Jumlah Kasus Penyakitdi Ruang Neonatologi RSUD Pandang Arang Boyolali Tahun 2015

Sumber: Rekam Medik RSUD Pandang Arang boyolali

Berdasarkan tabel diatas didapatkan 10 penyakit terbanyak adalah BBLR,

Asfiksia sedang, Asfiksia ringan, Ikterik, Asfiksia Berat, BBLB, BBLSR, Febris,

BBLC, Sepsis dan penyakit terbanyak dalam periode Januari sampai dengan

Agustus tahun 2015 adalah BBLR (15,1%)

Tabel 2.3 Distribusi Cara Persalinan Bayi Baru Lahir di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Periode Januari 2015 s/d Agustus 2015

No Jenis Persalinan Jumlah Prosentase (%)

12345

SpontanSCVE

ForcepLain-lain

1998236-6

61,6%25,3%11,1%

-1,85%

b. Pasien Berdasarkan Daerah Asal/Demografi

11

No Jenis Penyakit Jumlah Persentase (%)

12345678910

BBLR Asfiksia sedang Asfiksia ringanIkterikAsfiksia beratBBLBBBLSRFebrisBBLC Sepsis

5040293827151513127

15,1%12,0%8,7%11,4%8,1%4,5%4,5%3,9%3,6%2,1%

Jumlah 246 100

Page 12: Pengkajian manajemen jadi

1) Kajian Teori

Ruang Neonatologi merupakan bagian dari RSUD PANDAN ARANG

BOYOLALI yang merupakan RS di wilayah Kabupaten Boyolali. RSUD menerima

pasien yang berasal dari wilayah di Kabupaten Boyolali maupun daerah-daerah lain

di sekitarnya.

2) Kajian Data

Rekapitulasi asal daerah pasien ruang Neonatologi periode Januari – Agustus

2015 dituliskan pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4RekapitulasiAsal Daerah Pasien Ruang Perinatologi Terbanyak

RSUD PANDAN ARANG BOYOLALIPeriode Januari - Agustus 2015

No Asal Daerah Jumlah %1 Kabupaten Boyolali 268 83,75

2Luar Kabupaten Boyolali

52 16,25

Jumlah 320 100Sumber: buku keluar masuk pasienRuang Perinatologi

Rsud Pandanarang Boyolali Tahun 2015

Berdasarkan Tabel.4 dapat dilihat bahwa jumlah pasien yang dirawat di ruang yang

paling banyak berasal dari daerah Boyolali (83,5%) dan luar Boyolali sebanyak

(16,25%), karena RSUD.Pandan Arang Boyolali.lokasinya terjangkau dan terletak

diperbatasan Klaten dan Boyolali serta sebagai RS rujukan.

c. Peserta didik

1) Kajian Teori

Peserta didik merupakan input dalam organisasi sekolah dan bahan mentah

yang harus diolah oleh sekolah untuk menjadi input yang berkualitas pada

jenjang pendidikan berikutnya. Pengertian peserta didik menurut UU Sisdiknas

No. 20 tahun 2003 adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan

potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan

12

Page 13: Pengkajian manajemen jadi

pendidikan tertentu. Potensi peserta didik diolah melalui proses pembelajaran

(kegiatan belajar mengajar), dimana melalui kegiatan belajar itu peserta didik

tidak hanya memperoleh pengetahuan saja melainkan mampu menemukan

pengetahuan, mampu bekerja sama, berkomunikasi, memiliki jiwa toleransi

dan saling pengertian, serta memiliki kemampuan untuk berkompetisi. Untuk

menghasilkan lulusan peserta didik yang berkualitas terutama pendidikan

keperawatan perlu adanya pengelolaan bimbingan PKK (Praktik Klinik

keperawatan) yang baik, bermutu tinggi, serasi dan selaras dengan

perkembangan IPTEK.

RSUD Pandang Arang merupakan rumah sakit negeri daerah tipe C yang

mempunyai fungsi pelayanan, pendidikan dan penelitian yang selama ini

dipergunakan sebagai lahan praktik bagi tenaga dokter, perawat dan tenaga

kesehatan lain, dari perguruan tinggi swasta. Pendidikan dan praktik

keperawatwan profesional merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam

mengembangkan calon perawat secara komprehensif dalam hal pengetahuan.

Masih adanya kesenjangan antara pembimbing klinik

dalambeberapahal.Kesenjangan yang bisa kita lihat adalah dari segi

pendidikan, dimana para pembimbing klinik secara jenjang pendidikan melaju

pesat dan seakan tak terbendung, sehingga tidak heran kebanyakan perawat

dengan gelar S2, ataupun S3 berasal dari pendidik. Masih sangat sedikit

perawat di RS yang berpendidikan tinggi, S1 saja masih sangat sedikit.

Dari segi kualitas, masih banyak rumah sakit yang memiliki pembimbing

klinik belum terlatih atau bersertifikat sebagai pembimbing klinik, tetapi

13

Page 14: Pengkajian manajemen jadi

kebanyakan hanya berdasarkan senioritas, pengalaman bekerja, sehingga tidak

jarang mahasiswa DIII mendapat bimbingan oleh perawat senior yang berlatar

belakang SPK ataupun DIII tetapi dengan tahun lulusan yang bertaut jauh,

sementara perkembangan ilmu senantiasa berkembang pesat, sehingga tidak

jarang pembimbing klinik senior membimbing hanya berdasarkan pengalaman,

bukan keilmuan yang terbaru.

Kesenjangan yang lain adalah pembimbing akademik yang berpendidikan

tinggi tersebut masih sangat sedikit yang memiliki pengalaman bekerja di RS,

kebanyakan dari mereka mengetahui dunia kerja RS hanya saat menjalani

pendidikan atau saat pendidikan profesi. Sehingga pengetahuan dan

ketrampilan kurang seimbang dengan keilmuan yang dimiliki.

Akibatnya tidak mengherankan muncul anggapan “ Teori sepenuhnya

milik institusi pendidikan (dosen/pembimbing akademik) sedangkan skil

prosedur adalah milik institusi pelayanan (pembimbing klinik). Sehingga

mahasiswa sering mengalami kebingungan saat praktek, harus mengikuti, teori

di akademik atau prosedur tindakan yang ada di RS, karena terdapat

kesenjangan antara teori yang di dapat di akademik dengan praktek yang

didapat di RS.

2) Kajian Data

Data mahasiswa yang praktek di Rumah Sakit Pandang Arang selama

bulan Januari sampai Agustus tahun 2015 adalah 272 mahasiswa. Mahasiswa

tersebut berasal dari berbagai institusi dan perguruan tinggi baik negeri

maupun swasta, dengan program studi S1 Keperawatan Ners, S1 Keperawatan,

14

Page 15: Pengkajian manajemen jadi

D3 Keperawatan dan D3 Kebidanan. Berdasarkan hasil wawancara dari CI

ruanagan sistem bimbingan mahasiswa di ruang Neonatologi yang sudah

terlaksana adalah dengan metode ronde keperawatan dan target kompetensi.

Tetapi di ruang Neonatologi tidak diperbolehkan untuk ujian stase.

Jenjang pendidikan pembimbing klinik untuk praktekan mahasiswa

program studi D3 keperawatan dibimbing oleh perawat D3 dan S1. Dan untuk

S1 keperawatan dibimbing oleh perawat S1 keperawatan dengan Ners

3) Analisis Data

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa mahasiswa yang praktek di

Ruang Neonatologi berasal dari satu institusi pendidikan. Hal ini sesuai dengan

fakta bahwa RSUD Pandang Arang merupakan salah satu RS negeri daerah

tipe C yang menjaga image pelayanan, yang memberikan ijin kepada semua

institusi untuk menjadikan RS tersebut menjadi lahan praktek mahasiswa.

Berdasarkan wawancara dari CI ruangan sistem bimbingan mahasiswa di

ruang Neonatologi yang sudah terlaksana adalah ketercapaian target

kompetensi.

d. Ketenagaan

Dilihat S ecara K uantitas

e. Ketenagaan

1) Kuantitas

a) KajianTeori

Ketenagaan merupakan faktor penting dalam input instrumental. Penetapan

jumlah tenaga keperawatan adalah suatu proses membuat perencanaan untuk

menentukan alokasi SDM di ruangan agar pelayanan dan proses managerial

berjalan efektif dan efisien. Beberapa ahli telah mengembangkan beberapa

15

Page 16: Pengkajian manajemen jadi

formula untuk menetapkan jumlah tenaga tersebut. Rumus yang dimaksud antar

lain adalah sebagai berikut :

i. Menurut Gillies (1994)

Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan dengan

perhitungan sebagai berikut :

=Jml jam keperawatan yg dibthkan ps/hr x rata-rata ps/hr x jmlh hari/thn Jmh hari/tahun – hari libur masing 2 perawat x jml jam perawat

Ket : Jml hari/tahun = 365 hari

Jml hari libur = 73 hari

Jml jam prwat = 7 jam

ii. Menurut Douglas (1997)

Perhitungan jumlah tenaga perawat menurut Douglas dihitung berdasarkan

tingkat ketergantungan pasien untuk setiap shiftnya sebagai berikut

Tabel 5Jumlah Tenaga Keperawatan BerdasarkanKlasifikasiPasien menurut

Douglas 1997

Waktu

Klasifikasi

Kebutuhanperawat

Pagi Sore Malam

Minimal

Intermediate

Maksimal

0.17

0.27

0.36

0.14

0.15

0.36

0.07

0.10

0.20

sumber : Douglas 1997Sedangkan klasifikasiberdasarkan derajat ketergantungan pasien

terhadap keperawatan berdasarkan kriteria sebagai berikut :

Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, dengan

kriteria:

(1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.

(2) Makan dan minum dilakukan sendiri.

(3) Ambulasi dengan pengawasan.

(4) Observasi tanda– tanda vital dilakukan tiap shift.

(5) Pengobatan minimal, status psikologi stabil

(6) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur

16

Page 17: Pengkajian manajemen jadi

Intermediate memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam, dengan kriteria :

(1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.

(2) Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam.

(3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali

(4) Folley kateter, intake – output dicatat.

(5) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan

prosedur.

Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam,

dengan kriteria:

(a) Segala diberikan atau dibantu.

(b) Posisi diatur, observasi tanda – tanda vital tiap dua jam.

(c) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena.

(d) Pemakaian suction.

(e) Gelisah/disorientasi

iii. Menurut Depkes (2001)

Klasifikasi kategori asuhan keperawatan menurut Depkes:

(1) Asuhan Keperawatan Minimal:

i. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.

ii. Makan dan minum dilakukan sendiri.

iii. Ambulasi dengan pengawasan.

iv. Observasi tanda– tanda vital dilakukan tiap shift.

v. Pengobatan minimal, status psikologi stabil

vi. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.

(2) Asuhan Keperawatan Sedang:

i. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.

ii. Observasi tanda – tanda vital dilakukan tiap empat jam.

iii. Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.

(3) Asuhan Keperawatan Agak Berat:

i. Sebagian besar aktivitas dibantu.

ii. Observasi tanda – tanda vital tiap 2 – 4 jam.

iii. Terpasang folley kateter, intake – output dicatat.

17

Page 18: Pengkajian manajemen jadi

iv. Terpasang infus.

v. Pengobatan lebih dari sekali.

vi. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.

(4) Asuhan Keperawatan Maksimal:

i. Segala aktivitas dibantu perawat.

ii. Posisi diatur.

iii. Makan memerlukan NGT, terapi intra vena.

iv. Observasi tanda – tanda vital tiap dua jam.

v. Penggunaan suction.

vi. Gelisah/disorientasi.

(5) Perhitungan tenaga perawat berdasarkan:

i. Tingkat ketergantungan pada perawat berdasarkan jenis kasus.

ii. Rata – rata pasien perhari.

iii. Jam perawatan yang diperlukan per hari per pasien.

iv. Jam perawatan yang diperlukan per ruangan per hari.

v. Jam efektif setiap perawat 7 jam/hari

Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan

Faktor koreksi:

Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi)

dengan hari libur/cuti/hari besar (loss day):

Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non

keperawatan (tenaga administrasi) seperti contohnya membuat perincian pasien

pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan dll diperkirakan 25 %

dari jam pelayanan keperawatan :

18

Jumlah jam perawatan diruangan/hariJam efektif perawat

Jumlahhrmggdlm 1 thn + cuti + hrbsrXjmlhperawattersediaJumlah hari kerja efektif

Jumlahtenagakeperawatan + loss day x 25100

Page 19: Pengkajian manajemen jadi

Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan :Tenaga yang tersedia

+ faktor koreksi

2) Kajian Data

a) Berdasarkan formula Gillies

Menurut Gillies (1994) perhitungan kebutuhan tenaga perawat untuk

ruang neonatologidengan ketentuan :

Jmh jam total keperawatan/ps/hr =63+ 5 + 1,25 5

= 13,85 jam/ps/hr

Jumlahtenaga yang dibutuhkan :

= 13,85 x 5 x 365 = 25.276,25

(365-73) x 7 2.044

= 12,36dibulatkan 12 orang

Cadangan 20 % menjadi 11 x 20 % = 2,4 orang

Jadijumlahtenaga yang dibutuhkansecarakeseluruhan 12 + 2 = 14 orang

b) Berdasarkan Formula Douglas

Menurut Douglas (1997) dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan di

ruang Mawar yakni seperti tabel berikut ini :

Tabel6Kebutuhan Perawat Menurut Shift Jaga Di Ruang Neonatologi

RSUDPandanArang7 – 9 September 2015

Waktu/Klasifikasi

WaktuP S M

Minimal 0.17 0.14 0.10

Intermediet 0.27 0.15 0.07

Maksimal 5 x 0.36 =1,8 5 x 0.36 = 1,8 5 x 0.2 = 1

Jumlah 1,8 1,8 1

Sumber : Data Primer Ruang Neonatologi 2015Menurut perhitungan Douglas, berdasarkan asumsi rata-rata BOR

selamatahun 2014 jumlah perawat yang dibutuhkan selama satu hari

perawatan adalah:

(1) Perawat jaga pagi : 1,8

(2) Perawat jaga sore : 1,8

(3) Perawat jaga malam : 1

19

Page 20: Pengkajian manajemen jadi

(4) Total 4,6 = 5 orang

Perawat libur/cuti = 1/3 x 5 = 1,6

kepala ruang = 1

1,6+5+1= 7,6 = 8

Sehingga jumlah perawat adalah 8 orang

c) Menurut DepKes

Menurut Depkes 2001 tenaga perawat yang dibutuhkan di

ruangNeonatologi.

BOR 54,86%, jumlah TT = 14, rata-rata jumlah pasien per hari 2bayi.

A =(Jam perawatan pasien/24 jam x 7 (BOR x TT) + 25 %

Harikerja efektif x 40

= 4 x 7 (54,86 % x 14)+ 25 %

7 x 40

= 28 (768,04) + 25 %

280

= 21.530 %

28

= 769 % = 7,69 = 8

Jumlah Tenaga Keperawatan yang libur

B = 52 + 12 + 14 x 8

365 – ( 52 + 12 + 14 )

= 624= 2.17 = 2

287

Tugas non Keperawatan

C = ( A + B ) x 25%

= (8 + 2) x 25%

= 2,5 = 3

Jumlah Tugas Keperawatan

20

Page 21: Pengkajian manajemen jadi

A + B + C = 8+ 2+ 3 = 13

Menurut DepKes jumlah tenaga yang dibutuhkan di Ruang

Neonatologiadalah 13 + 1 Karu = 14 orang.

Tabel7Hasil Perhitungan Tenaga Perawat Di Ruang Neonatologi

RSUD PandanArangTahun 2015

TeoriTenaga yang dibutuhkan

Jumlah yang tersedia

Keterangan

Gillies 14 14 Sesuai

Douglas 8 14 Lebih

Depkes 14 14 Sesuai

Sumber : Data Primer Ruang Neonatologi 2015

Analisa data

Berdasarkan tabel dapat dilihat tenaga perawat yang dibutuhkan

menurut perhitungan Gillies di Ruang Neonatologisesuai, menurut

Douglas lebih 4 orang dan DepKes sesuai. Hal ini dikarenakan jumlah

pasien di Ruang Neonatologi saat dilakukan pengambilan data berjumlah

5bayi dan rata-rata pasien masuk dalam kriteria total care. untuk

perhitungan ketenagaan diatas tidak bisa digunakan untuk tolak ukur,

karena observasi yang dilakukan hanya selama 3 hari, sedangkan dalam

perhitungan ketenagaan, data yang digunakan minimal dalam 1 tahun.

Di ruang Neonatologi secara ketenagaan telah

mencukupidanuntukketenagaandi

ruangNeonatologibisamenggunakanacuhandenganrumusDepkeskarenasud

ahbanyakditerapkan di RS Indonesia danrumusdepkesdapat diterapkan di

RS yang kapasitasruangnyabesarmaupunkecil.

Dilihat Secara Kualitas

1) Kajian Teori

21

Page 22: Pengkajian manajemen jadi

Salah satu indikator keberhasilan rumah sakit dalam memberikan

pelayanan kesehatan ditentukan oleh pemberian asuhan keperawatan yang

berkualitas. Asuhan keperawatan yang berkualitas memerlukan SDM yang

sesuai dengan kualitas yang tinggi dan profesional sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Ruang Neonatologi merupakan ruang rawat khusus untuk bayi baru lahir.

Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan secara profesional, perawat

ruang Neonatologi harus menguasai kompetensi proses keperawatan dari

pengkajian keperawatan sampai evaluasi keperawatan, tindakan keperawatan

dan medis yang dilimpahkan serta menguasai ketrampilan Basic Life Support.

Perawat Neonatologi perlu mendapat pelatihan tentang MPKP/ MAKP agar

pelaksanaan Asuhan Keperawatan benar – benar profesional dapat berjalan

dengan lancar.

2) Kajian Data dan Analisa Data

Tabel 2.6Kualifikasi Pendidikan Formal tenaga Keperawatan

di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali

No Jenis pendidikan Jumlah %

12345

S1 Keperawatan dengan profesiS1 Keperawatan

SPKD3 Keperawatan

SKM

11210-

7,14%7,14%

14,2%71,4%

-

Jumlah 14 100

22

Page 23: Pengkajian manajemen jadi

Sumber: Data sekunder Ketenagaan Ruangan Neonatologi RSUD Pandan

Arang Boyolali

Berdasarkan tabel 2.7, tingkat pendidikan perawat di Ruang Neonatologi yaitu

lulusan S1 Keperawatann dengan profesi sebanyak 1 orang (7,14%), S1

Keperawatan sebanyak 1 (7,14%) SPK sebanyak 2 orang (14,2%), D3

Keperawatan sebanyak 10 orang (71,4%) .Menurut Menteri Kesehatan,

komposisi perawat profesional di suatu ruangan adalah sebesar 100%,

sedangkan yang disebut perawat profesional adalah perawat yang memiliki

pendidikan minimal D3 Keperawatan. Sehingga jumlah perawat profesional di

Ruang Neonatologi belum memenuhi standar dari Menteri Kesehatan.

Sehingga perlu adanya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih

tinggi untuk perawat yang belum memenuhi kriteria sebagai perawat

profesional Distribusi tenaga keperawatan berdasarkan pendidikan, jenis

pelatihan dan lama kerja dapat dilihat pada tabel 2.7.

Tabel 2.7

23

Page 24: Pengkajian manajemen jadi

Distribusi Perawat Berdasarkan Pendidikan, Jenis Pelatihan Dan Lama Kerja di Ruang NEONATOLOGI RSUD Pandan Arang Boyolali Tahun 2015

No Nama Perawat JenisPendidikan

Jabatan Jenis Pelatihan Lama kerja

1. Sri Sumiyati D3 Keperawatan KaRu Job Training Perinatologi,

Manajemen Kepala Ruang, Tata Laksana

BBLR

28 tahun

2 Tri Winarsih D3 Keperawatan Perawat Koordinator (Ketua TIM)

Workshop Tata Laksana BBLR

26 tahun

3 Maryani SPK Perawat Pelaksana - 27 tahun

4. Siti Alqomariah SPK Perawat pelaksana - 26 tahun

5 Wahyu Deda P D3 Keperawatan Perawat pelaksana Pelatihan Ketrampilan Perawat Bidang PICU-

NICU

9 tahun

6 Suparti D3 Keperawatan Perawat Koordinator (Ketua TIM)

- 9 tahun

7 Asri Anjarini S1 Keperawatan Perawat Koordinatot (Ketua TIM)

- 7 tahun

8 Muslicha S,Kep.Ns Perawat Koordinator (Ketua TIM)

5 tahun

9 Lucia Novita D3 Keperawatan Perawat Pelaksana Strategi MenyusunKinerja Pasien Safety dalam

Manajemen Perinatologi dan NICU

6 tahun

10 Endah Irmawati D3 Keperawatan Perawat Pelaksana (TKHL)

-

11 Yeni Setyo D3 Keperawatan Perawat Pelaksana (TKHL)

-

12 Dwi Retnowati D3 Keperawatan Perawat Pelaksana (TKHL)

-

13 Eka Sri Jamarani D3 Keperawatan Perawat Pelaksana (TKHL)

-

14 Latifah Putri D3 keperawatan Perawat pelaksana (TKHL)

-

24

Page 25: Pengkajian manajemen jadi

Sumber : Data Sekunder Ketenagaan Ruangan Neonatologi

Berdasarkan tabel diatas, Menurut wawancara dengan Kepala Ruang Neonatologi

diketahui bahwa pengembangan SDM di ruang Neonatologi dilakukan melalui jalur

formal (pendidikan) dan informal (pelatihan/seminar). Untuk pengembangan jalur

formal, perawat Ruang Neonatologi diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan

lebih lanjut dengan terlebih dahulu diseleksi oleh pihak rumah sakit.

2. Sumber Dana (Money)

a. Kajian Teori

Salah satu fungsi rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan baik medis

maupun non medis. Dalam pelayanan tersebut agar pelayanan dalam rumah sakit

dapat berjalan seoptimal mungkin dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat

maka rumah sakit perlu mempersiapkan peralatan jasa non medis dan jasa

pemborongan.

Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk

mewujudkan derajat kesehatan optimalsebagai salah satu unsure kesejahteraan

sebagaimana diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945. Hal ini sejalan dengan

amanat Pasal 28 H ayat (1) Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik

IndonesiaTahun 1945 yang menegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh

25

Page 26: Pengkajian manajemen jadi

pelayanan kesehatan, dan selanjutnya Pasal 34 ayat (3) juga menyatakan bahwa

negara bertanggung jawabatas penyediaan fasilitas kesehatan dan fasilitas

pelayanan umum yang layak. Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan

kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan

dalam mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Rumah sakit mempunyai

karakteristik dan organisasi yang kompleks.

Sesuai dengan ketentuan umum PP no 6 Tahun 2000 perjan adalah Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) sebagaimana diatur dalam UU No 9 Tahun 1069

dimana seluruh modalnya olee pemerintah dan merupakan kekayaan negara yang

tidak dipisahkan serta tidak terbagi atas saham-saham, jadi rumah sakit perjan tetap

merupakan asset Depkes. Pengelolaan RS perjan dilakukan oleh direksi serta

dibentuk dewan pengawasan untuk melakukan pengawasan (djoyo Sugito, 2002).

b. Kajian Data dan Analisa Data

Sumber dana dan pengaturan keuangan telah sesuai dengan prosedur yang

berlaku. Sumber dana pembiayaan rumah sakit berasal dari pemerintah karena

Rumah Sakit Pandang Arang adalah rumah sakit negeri daerah Kabupaten Boyolali

3. Fasilitas/alat (Material) dan Mesin (Machine)

26

Page 27: Pengkajian manajemen jadi

a. Kajian Teori

Pengelolaan peralatan merupakan faktor pendukung dan penunjang

terlaksananya pelayanan keperawatan. Fasilitas dan peralatan kesehatan untuk

pelayanan keperawatan merupakan semua bentuk alat kesehatan yang dipergunakan

untuk melaksanakan asuhan keperawatan dalam rangka menunjang kelancaran

pelaksanaaan sehinga diperoleh tujuan keperawatan yang efektif dan efisien.

Rumah sakit memiliki kondisi yang berbeda dan kompleks, keadaan ini

mempengaruhi manajemen pelayanan keperawatan, termasuk pengelolaan fasilitas.

Sehubungan dengan hal itu, diperlukan adanya standar pengelolaan fasilitas dan

peralatan kesehatan dalam menggunakan sumber daya fasilitas peralatan demi

mencapai pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien. Sebuah rumah sakit

hendaknya memiliki 6 buah standar peralatan meliputi: standar alat kesehatan,

standar alat perawatan, standar alat linen, standar alat rumah tangga, standar alat

kantor, standar alat tulis kantor dan standar alat makan. Jumlah fasilitas dan alat-

alat kedokteran maupun keperawatan dapat dipenuhi dengan standar yang telah

ditetapkan oleh masing-masing institusi dengan memperhatikan jenis alat,

kualifikasi, rasio dan jumlah yang dibutuhkan. Mesin adalah peralatan yang

digerakkan oleh mesin maupun elektronik yang digunakan untuk membantu

menangani pasien baik secara medis maupun keperawatan.

Menurut Aswar A (1995), bahwa bila sarana (kualitas dan kuantitas ) yang

tersedia tidak cukup (tidak sesuai) dengan kebutuhan maka sulit diharapkan

baiknya untuk pelaksanaan pelayanan keperawatan.

STANDAR PERALATAN KEPERAWATAN

27

Page 28: Pengkajian manajemen jadi

Ruang rawat inap dengan kapasitas 14 TT

Tabel 2.8Distribusi Alat Keperawatan di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang

Boyolali Tahun 2015

No. Nama barang Ratio patient : alat

1 Lampu Emergency 12 Syring Pump 5

3 Infus Pump 8

4 Stetoskop 2

5 Nebulizer 1

6 Arteri Klem 2

7 Infant Warmer 3

8 Korentang 1

9 Lampu sorot 4

10 Bengkok 3

11 Ecg 112 Gunting Perban 213 Animek 114 Gunting Tali Pusat 215 Vena Set 116 Termometer biasa 117 Termometer elektrik 118 CPAP 219 Kom kecil tertutup 420 Nelaton Kateter 121 Darm Slang 222 Resusitasi Neonatus 2232425 26 2728

SungkupSuction Towtane Semphil / CentralTromol KecilBak Instrumen Bak Spuit

328132

293031323334353637383940414243

Bed Side MonitorKanul ETVentilator SterilisatorTimbangan bayiFoto therapyReflek hammerTongue spatelNasopharengeal airwayTensimeterLaringoskopO2 hbManometerBox elektrikBaterai

2511371111151251

28

Page 29: Pengkajian manajemen jadi

4445464748

KalkulatorSpuit gliserinStetoskop litmenTroliStelisator

14161119

Tabel 2.9Daftar Alat Tenun di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang

Boyolali Tahun 2015

No. Nama Barang Jumalh

1. Sprei 132. Jas Ibu 183. Perlak Besar 14. Perlak Kecil 105. Gordyn 196. Kelambu 97. Tirai 31

Tabel 2.10Distribusi Alat Rumah Tangga di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang

Boyolali Tahun 2015

No. Nama Barang Ratio pasien : alat

1. Kulkas 12. TV 13. Kursi Ka.Ru 24 Kursi Lipat 35 Almari Kayu 36 Almari Stainles Steel 17 Komputer 18 Dispenser 19 Kipas Angin 210 Meja Kayu 311 Jam Dinding 412 Almari Etalase 113 Tempat Sampah 614 Kemoceng 115 Ember Sedang 616 Ember Besar 217 Baskom 418 Gayung 2

29

Page 30: Pengkajian manajemen jadi

19 Tremos 120 Rice Cooker 2

FASILITAS PICU dan NICU

A.     Kajian Teori

PICU dan NICU adalah suatu unit perawatan yang merawat klien anak (29 hari – 14

tahun) dengan keadaan gawat atau berat yang sewaktu-waktu dapat meninggal, dan

mempunyai harapan untuk sembuh apabila dirawat secara intensif. Tujuannya adalah untuk

memberikan pelayanan perawatan yang optimal untuk bayi dimana keadaannya sewaktu-waktu

dapat meninggal.Pengembangan fasilitas perawatan intensif bergantung pada apadi sebut

statement of fuction.bagian perawatan intensif bertugas memberikan pelayanan perawatan

kesehatan dengan perhatian khusus (intensif) dari tenaga dokter dan paramedic.Tenaga medis

di unit ini bekerja 24 jam,menangani secara keseluruhan dan memantau perkembangan

kesehatan pasien tersebut .Zonasi fungsi pada instalasi rawat intensif dapat dibagi menjadi :

1. Daerah steril yang terdiri dari ruang perawatan picu/nicu,nurse station terutama bagian

yang langsung berkaitan dengan keperawatan

2. Daerah non steril / ruangan umum yang tidak berkaitan langsung dengan perawatan

intensif,terdiri dari fungsi fungsi penunjang baik medic maupun non medik.

Persyaratan dan Karakteristik PICU dan NICU ialah :

1) Pelayanan perawatan intensif diselenggarakan selama 24 jam per hari, 7 hari dalam

seminggu. Unit ini dipimpin oleh dokter intensivist atau dokter anastesiologi yang bekerja

penuh waktu. Pelayanan NICU harus memiliki kemampuan minimal sebagai berikut:

Resusitasi jantung paru neonatal

30

Page 31: Pengkajian manajemen jadi

Pengelolaan jalan nafas, termasuk intubasi trakeal dan penggunaan ventilator

sederhana secara

Terapi oksigen

Pemantauan EKG, pulse oksimetri terns menerus

Pemberiam nutrisi enteral dan parenteral

Pemeriksaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh

Pelaksanaan terapi secara titrasi

Kemampuan melaksanakan teknik khusus sesuai dengan kondisi pasien

Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat-alat portabel selama

transportasi pasien gawat

2) Sebaiknya PICU NICU mempunyai ruangan tersendiri, letaknya berdekatan dengan

kamar bedah, ruang bersalin. Sebaiknya PICU NICU mampu dengan cepat melayani

pemeriksaan laboratorium tertentu, rontgen, kemudahan diagnostik. Persyaratan untuk

bangunan PICU dan NICU adalah:

a. Fasilitas tempat tidur minimal 5 TT dan maksimal 15 TT

b. Terisolasi

c. Letak ruang picu dekat ruang resusitasi, emergensi, dan ok (kamar operasi)

d. Suhu kamar diatur oleh ac ± 22 c

e. Ruang picu harus bersih dan clean zone

f. Sebaiknya dilengkapi fasilitas khusus → laboratorium

g. Mengikuti prinsip bebas kuman dan tidak memiliki sudut-sudut ruangan.

h. Peralatan :

1. Ventilator servo 900 c, 300 c

2. Monitor ekg, nadi, rr, td, suhu badan

3. Infusion pump, syiring pump

4. Foto portable

5. Cvp set dan alat vena sekdi

6. Emergency trolley, ambubag

7. CPAP

8. Bumble Bee

9. Suction

31

Page 32: Pengkajian manajemen jadi

10. O2 Central

11. Blue light

12. Stetoskope

13. Standar infuse

Daftar Sarana dan Prasaranadi Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali

Tahun 2015

NO KOMPONEN YANG DINILAI YA TIDAK1 Fasilitas Tempat Tidur 5 -15 TT 2 Ruang Terisolasi 3 Letak ruang PICU NICU dekat dengan ruang resusitasi,

emergency, OK, VK

4 Suhu Ruangan diatur ±22 0 c 5 Ruang PICU harus bersih dan clean zone 6 Dilengkapi dengan fasilitas khusus laboratorium 7 Mengikuti prinsip bebas kuman dan tidak memiliki

sudut-sudut ruangan

8 Peralatan :a. Ventilator servo 900 c, 300 cb. EKG c. Infusion pump, syiring pumpd. Foto portablee. Cvp set dan alat vena sekdi f. Emergency trolley, ambubagg. CPAP h. Bumble Beei. Suctionj. O2 Central k. Blue lightl. Timbangan bayim. Stetoskope n. Standar infuse

Analisa Sarana dan Prasarana Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali : Dari

data pengamatan di ruang Neonatologi didapatkan 89,47 % fasilitas terpenuhi dengan

baik sedangkan 10,52 % tidak terpenuhi.

b. Kajian Data

32

Page 33: Pengkajian manajemen jadi

Berdasarkan hasil wawancara, hasil observasi langsung dan daftar inventaris

Ruang Neonatologi didapatkan data penyediaan dan pengelolaan bahan dan alat di

Ruang Neonatologi RSUD Pandang Arang sebagi berikut:

Tabel 2.15 Daftar Buku Bantu di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali Tahun 2015

No

Namabarang Jumlah

Keterangan

1 Buku Vaksin 1 Menyesuaikan, aktif

2 BukuHome visit 1 Menyesuaikan, aktif

3 BukuDaftar pasien 1 Menyesuaikan, aktif

4 Buku Jumlahinventaris 1 Menyesuaikan, aktif

5 Buku TTV 1 Menyesuaikan, aktif

6 Buku Kerusakanbarang 1 Menyesuaikan, aktif

7 BukuKesanpesan 1 Menyesuaikan, aktif

8 Buku Pengembalianbarang 1 Menyesuaikan, aktif

9 Buku Laporan 1 Menyesuaikan, aktif

10 Buku Rawatgabung 1 Menyesuaikan, aktif

11 Buku Infeksinosokomial 1 Menyesuaikan,aktif

12 Buku Gudang 1 Menyesuaikan, aktif

13 Buku GDS 1 Menyesuaikan, aktif

14 Buku Data resikotinggi 1 Menyesuaikan, aktif

15 Buku Jadwaldinas 1 Menyesuaikan, aktif

16 BukuBarangbuktikeluar 1 Menyesuaikan, aktif

17 BukuBlangkopengajuanbarang 1 Menyesuaikan, aktif

18 Buku Undang-undangkeperawatan 1 Menyesuaikan,

33

Page 34: Pengkajian manajemen jadi

aktif19 Buku Obat 1 Menyesuaikan,

aktif20 Buku Dokumenakreditasi MDGS 1 Menyesuaikan,

aktif21 BukuBuktipengembalian 1 Menyesuaikan,

aktif22 Buku SPO

(pencegahandanpengendalianinfeksi).1 Menyesuaikan,

aktif23 Buku Kumpulan SOP keperawatan. 1 Menyesuaikan,

aktif24 Buku

Pedomanpengendalianinfeksinosokomialtahun 2006

1 Menyesuaikan, aktif

25 Buku Pedomanpengendalianinfeksinosokomialtahun 2010

1 Menyesuaikan, aktif

26 Buku Materipelatihankeperawataninfeksianak, angkatan XI 2015 RSUP Sardjito

1 Menyesuaikan, aktif

27 Buku Pediatric critical care nursing 2015. 1 Menyesuaikan, aktif

28 Buku PMK no 49 tahun 2013 1 Menyesuaikan, aktif

29 Buku pelatihan disaster management RSU Pandanarang 2011

1 Menyesuaikan, aktif

30 Buku SOP peralatan 1 Menyesuaikan, aktif

32 Buku Kumpulan SPO keperawatan 2011 1 Menyesuaikan, aktif

32 Buku SAK perinatologi 1 Menyesuaikan, aktif

33 Buku pedomanpenyelenggara RM revisi IV 1 Menyesuaikan, aktif

34 Buku SPM (standarpelayanan minimal) 1 Menyesuaikan, aktif

35 Buku Kebijakandanprosedurtetappenanganan perinatal resikotinggi

1 Menyesuaikan, aktif

36 Buku Kerangkaacuan program orientasiperawatandanbidan RSUD PandanArangTahun 2008-2012

1 Menyesuaikan, aktif

37 Buku Kumpulan SPO Administrasi RSUD Pandanarang

1 Menyesuaikan, aktif

38 Buku Kumpulan kebijakandan SOP keperawatan.BukulaporandanevaluasikegiatanpelayananResti 2008/2010

1 Menyesuaikan, aktif

34

Page 35: Pengkajian manajemen jadi

BukuanalisisIndekkepuasanmasyarakat IKM tahap 2 RSUD Pandan Arang

Sumber : Data InventarisAlatRuangMawartahun 2013

c. Analisa Data

Ruang Neonatologi telah memiliki buku inventarisasi yang berisi daftar

inventarisasi fasilitas dan alat-alat kesehatan di Ruang Neonatologi. Menurut hasil

wawancara dengan Karu Ruang Neonatologi diketahui bahwa di Ruang

Neonatologi sudah ada pedoman ruangan untuk standar fasilitas dan alat-alat

kesehatan, idealnya suatu ruang perawatan harus memiliki 6 standar peralatan (alat

kesehatan, alat perawatan, alat tenun,alat kantor,alat tulis kantor, dan alat makan)

tetapi berdasarkan hasil pengkajian dan observasi didapatkan data bahwa di ruang

Neonatologi ditemukan standar peralatan yaitu standar alat kesehatan, standar alat

perawatan, standar alat tenun, standar alat rumah tangga dan alat tulis

kantor.Berdasarkan tabel diatas didapatkan ada beberapa jumlah alat/fasilitas belum

sesuai dengan standar seperti manometer manual, pispot, bengkok, standar infus,

gunting, brancard dan korentang. Tetapi tidak mengganggu dalam pelayanan

keperawatan. Dan ada beberapa jumlah alat/fasilitas belum sesuai standar seperti

keset,dan kursi penunggu. Tetapi tidak menganggu dalam pelayanan keperawatan.

Penyimpanan Susu

a. Kajian Teori

Air susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bayi pada awal usia kehidupan, hal

ini tidak hanya karena ASI mengandung cukup zat gizi tetapi karena ASI

mengandung zat imunologik yang melindungi bayi dari infeksi (Amirudin,2006).

Namun pemberian ASI eksklusif sejak hari pertama tidak selalu mudah karena

banyak wanita menghadapi masalah dalam melakukannya. Hal ini membuat ibu

berpikir bayi mereka tidak akan mendapat cukup ASI sehingga ibu sering mengambil

35

Page 36: Pengkajian manajemen jadi

langkah berhenti menyusui dan menggantinya dengan susu formula (Derek, 2005).

Pada kondisi dengan indikasi medis tertentu, yaitu kondisi medis bayi atau kondisi

medis ibu yang tidak memungkinkan pemberian ASI eksklusif, maka susu formula

boleh diberikan. Oleh karena itu perlu memperhatikan cara penyajian susu formula

yang benar agar efek dari kontaminasi tersebut dapat diminimalisir sekecil mungkin.

Menjaga sanitasi dan hygiene sangat penting untuk mencegah kontaminasi dari

bakteri khususnya terkait dengan penyiapan, penyimpanan, dan penyajian produk

formula bayi (Nasir, 2011). Telah dilakukan penelitian kualitas beberapa susu bubuk

pengganti ASI terhadap adanya kontaminasi Enterobacteriaceae termasuk E.

sakazakii. Faktor-faktor yang mungkin berperan terhadap terjadinya infeksi pada

masa neonatus adalah ibu yang kurang mengindahkan kebersihan pada waktu

merawat bayinya. Selain itu bayi yang mendapat PASI (Pengganti Air Susu Ibu),

dimana botol, dot atau susu pengganti tersebut terkontaminasi dengan kuman

patogen oleh karena tidak diindahkannya tindakan aseptik pada waktu menyiapkan.

Penyimpanan asi dalam ruangan (ASI segar) dengan suhu 19o-26o C dengan lama

penyimpanan 6-8 jam di ruangan ber AC atau 4 jam di ruangan tanpa AC. Dalam

ruangan (ASI beku yang dicairkan) dengan suhu 19o-26o C dengan lama

penyimpanan 4 jam. Dalam kulkas (ASI segar) dengan suhu <4o C dengan lama

penyimpanan 2-3 hari. Dalam kulkas (ASI beku yang dicairkan) sengan suhu < 4o C

dengan lama penyimpanan 24 jam. Freezer (lemari es 1 pintu) dengan suhu 0o- (-18)o

C dengan lama penyimpanan 2 minggu. Freezer (lemari es 2 pintu) dengan suhu (-

18)- (-20)o C dengan lama penyimpanan 3-4 bulan. Deep freezer dengan suhu stabil

di (-20)o C atau kurang dengan lama penyimpanan 6-12 bulan.

b. Kajian Data

Hasil Evaluasi Pengelolaan Sampahdi Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali

7 September-9 September 2015No Aspek yang dinilai Pelaksanaan

Ya % Tidak %

1. Perawat memastikan ibu mencuci tangan dengan bersih

sebelum memerah asi maupun menyimpannya.

10

2. Wadah penyimpanan harus di pastikan bersih, cuci 10

36

Page 37: Pengkajian manajemen jadi

dengan air panas dan sabun serta di anginkan hingga

kering sebelum dipakai.

3. Simpan asi sesuai kebutuhan bayi 10

4. Pastikan bahwa pada wadah asi telah diberi label berisi

nama anak dan jam,tanggal asi perah.

10

5. Jangan mengocok asi karena dapat merusak komponen

penting dalam susu.

10

6. Asi disimpan dikulkas 10

Rata-rata 66,6%

Sumber Observasi tanggal 7 September-9 September 2015

c. Analisa Penyimpanan Susu

Penyimpanan susu di ruang neonatologi cukup dengan nilai rata-rata 66,6%, beberapa

perawat sudah melakukan penyimpanan sesuai prosedur namun masih ada perawat

yang belum melakukan penyimpanan susu secara benar misalnya susu dibiarkan

diruang terbuka >4 jam, tidak diberi label nama pasien, jam pembuatan ASI.

Diharapkan perawat melakukan penyimpanan susu sesuai prosedur.

3 Metode

a. Kajian teori

1) Standar Asuhan Keperawatan

Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum dikenal sebagai

suatu yang dapat diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan sebagai tolak

ukur atau titik acuan yang digunakan sebagai pembanding (Marr dan Biebing,

2001). Menurut Asrul Azwar (1994) standar menunjukan pada tingkat ideal

tercapai yang diinginkan, diukur dalam bentuk minimal dan maksimal,

penyimpangan masih dalam batas atas yang dibenarkan toleransi. Standar

37

Page 38: Pengkajian manajemen jadi

praktek keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu pekerjaan

seorang perawat yang dianggap baik, tepat dan benar yang dirumuskan sebagai

pedoman pemberian asuhan keperawatan serta sebagai tolok ukur dalam

penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam, 2002). Menurut Gillies

(1994) standar asuhan keperawatan mempunyai 3 tujuan yaitu :

a) Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memusatkan upaya

meningkatkan motivasi perawat terhadap pencapaian tujuan

b) Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi kegiatan

asuhan keperawatan yang tidak penting

c) Memberikan landasan untuk menentukan kelalaian keperawatan dengan

mengantisipasi suatu hasil yang tidak memenuhi standar asuhan

keperawatan.

Di Indonesia standar keperawatan dipakai sebagai dasar pedoman dan

instrumentasi penerapan standar asuhan keperawatan yang disusun oleh

Depkes 1997, yaitu :

a) Standar I . Pengkajian Perawatan

Pengkajian keperawatan diperoleh dari data anamnesa, observasi yang

paripurna dan lengkap serta dikumpulkan secara terus-menerus tentang

keadaan pasien untuk menentukan asuhan keperawatan sehinga data

keperawatan juga dapat dimanfaatkan semua angggota tim. Data

pengkajian meliputi pengumpulan data, pengelompokkan data dan

perumusan masalah.

b) Standar II. Diagnosa Keperawatan

38

Page 39: Pengkajian manajemen jadi

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan

pasien yang dianalisis dan dibandingkan dengan keadaan pasien.

Komponennya terdiri atas: masalah, penyebab dan gejala (PES), bersifat

aktual dan potensial dan dapat ditanggulangi perawat.

c) Standar III. Perencanaan keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan,

komponennya terdiri dari prioritas masalah, tujuan dan intervensi.

d) Standar IV. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan, bermaksud agar

kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek

peningkatan, pencegahan pemeliharaan serta pemulihan kesehatan.

e) Standar V. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis, dan

terencana untuk menilai perkembangan pasien.

f) Standar VI. Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh perawat

selama pasien dirawat inap maupun rawat jalan. Digunakan sebagai

informasi, komunikasi dan laporan, dilakukan setelah tindakan dilakukan

sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan. Setiap mencatat harus

mencantumkan inisial atau paraf/nama perawat, menggunakan standar

yang baku dan disimpan sesuai peraturan yang berlaku. Dasar hukum

standar profesi keperawatan adalah UU Kesehatan RI No.23 tahun 1992

pasal 53.

39

Page 40: Pengkajian manajemen jadi

Ayat 1: ”tenaga kesehatan memperoleh perlindungan dalam melaksanakan

tugas sesuai profesi”.

Ayat 2: ”tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya wajib sesuai

standar profesi”

Standar keperawatan menurut Depkes RI meliputi:Standar Pelayanan

Keperawatan (SPK) dan Standar Asuhan Keperawatan (SAK).

Suatu ruang perawatan di dalam rumah sakit idealnya mempunyai

SAK untuk semua pasien sesuai dengan kasus penyakitnya dan prosedur

tetap yang berlaku secara resmi dan dipahami serta diterapkan oleh seluruh

staf di ruang perawatan. Prosedur tetap dan SAK minimal untuk 10 kasus

terbesar pada ruang perawatan tersebut.

b. Kajian data

Dari 10 besar kasus yang ada di ruang Neonatologi, didapatkan 10 besar

diagnosa penyakit di ruang Neonatologi selama tahun 2015 adalah BBLR, Asfiksia

Sedang, Asfiksia Ringan, Ikterik, Asfiksia Berat, BBLB, BBLSR, Febris, BBLC,

dan Sepsis.

Di ruang Neonatologi sudah memiliki SAK untuk asuhan keperawatan bayi

prematur, bayi dengan aspirasi mekonium, bayi dengan RDS (Respiratory Distress

Syndrome), bayi dengan ikterik, dan Kejang Demam.

Ruang Neonatologi belum memiliki lengkap SAK dari 10 penyakit besar. Maka

dari itu perlu diperbaharui dan dilengkapi agar SAK 10 besar penyakit dengan

referensi terbaru menjadi lengkap.

c. Analisa Data

40

Page 41: Pengkajian manajemen jadi

Berdasarkan kajian didapatkan data bahwa di Ruang Neonatologi sudah

terdapat SAK untuk diagnosa penyakit tetapi belum relevan dengan ilmu terbaru

dan belum lengkap sesuai dengan 10 besar penyakit yang ada di Ruang

Neonatologi. Dan pada evaluasi ini akan dibuat standart asuhan keperawatan

dengan referensi terbaru yaitu SAK Sepsis dan Asfikisia

Tabel 2.17

Standar/Protap Kebijakan/Instruksi Kerja di Ruang RSUD Pandang Arang

No Dokumen Protap Tahun

18/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/11

Pemeriksaan fisik (kepala)Pemeriksaan fisik (dada)Pemeriksaan fisik (abdomen)Pemeriksaan GCSPengukuran tekanan darah Pengukuran suhu badanPengukuran nadi dan pernapasanPemberian obat intravenaPemberian obat muskuslairPemberian obat subkutanPemberian obat supositorialMelatih batuk efektifFisioterapi dadaPenghisapan lenderInhalasi manualInhalansi nebulizerPenilaian balance cairanPemasangan infusePemasangan tranfusiPerawatan infusePemasangan naso gastric tubePemberian makan lewat NGTPemasangan kateter priaPemasangan kateter wanitaPelepasan kateterHuknah rendah, tinggiHuknah gliserinOral hygiene tanpa sikat gigiOral hygiene dengan sikat gigiMencuci rambutMemandikan di tempat tidurMembimbing relaksasi distraksiPerawatan luka lecetPerawatan luka kotorPerawatan luka bakar

20112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011

41

Page 42: Pengkajian manajemen jadi

18/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/11

03.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.2011

Cuci tangan (biasa, antiseptic)Pemberian kirbat esPemasangan buli2 air panasLatihan ROM ekstremitas atasLatihan ROM ekstremitas bawahAlih baringMengangkat jahitan luka Perawatan luka jahitTerapi bermainVulva hygienePerawatan luka perineum Breast care (post natal)Perawatan tali pusatSenam nifasPemeberian O2 binasalPenyiapan specimen darah lengkapDischarge planningPelaksanaan pemeriksaan EKGMencegah kesalahan pemberian obat Pemeriksaan GDSPemeriksaan AGDPemeriksaan LPPenanganan kedaruratanPemeriksaan BMPPenanganan kecelakaan Perawatan glycerinPerawatan lukaPerawatan luka dengan drainPerawatan WSDLavemenSlem squerPemasangan plebotomiPerawatanAlat dari karet

20112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201

Sumber : buku standar prosedur RSUD Pandang Arang boyolali

Analisa data

Ruang Neonatologi sudah memiliki instruksi kerja yang telah dibuat oleh RSUD

Pandang Arang tetapi sebagian besar belum mengarah ke pasien bayi baru lahir

yang memiliki resiko tinggi.

B. Unsur Proses

1. Penerapan Proses Keperawatan

42

Page 43: Pengkajian manajemen jadi

a. Kajian Teori

Proses keperawatan adalah metode ilmiah dalam pemberian asuhan

keperawatan. Proses asuhan keperawatan juga merupakan proses terapeutik yang

melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau

masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Carpenito, 1989 cit

keliat, 1999).

Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan professional merupakan

bagian integral yang dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara

keseluruhan. Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu

baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh karenanya kualitas pelayanan

keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal mungkin.

UU RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan dalam penjelasan tentang pasal 53

ayat 2 mendefinisikan standar profesi sebagai “pedoman yang harus dipergunakan

sebagai petunjuk dalam menjelaskan profesi secara baik”. Atau secara singkat dapat

dikatakan standar adalah pedoman kerja agar pekerjaan berhasil dan bermutu.

Berdasarkan ini maka kehadiran Standar Asuhan Keperawatan yang identik dengan

standar profesi keperawatan, berguna sebagai kriteria untuk mengukur keberhasilan

dan mutu asuhan keperawatan.

Standar Asuhan Keperawatan (SAK) terdiri sebagai berikut :

1) Standar Pengkajian Keperawatan

2) Standar Diagnosis Keperawatan

3) Standar Perencanaan Keperawatan

4) Standar Pelaksanaan Keperawatan

5) Standar Evaluasi

6) Standar Catatan Asuhan Keperawatan (Depkes RI, 1998)

43

Page 44: Pengkajian manajemen jadi

Dalam standar-standar dimaksud mencantumkan kriteria-kriteria yang harus

dipenuhi dalam pemberian asuhan keperawatan. Mutu asuhan keperawatan dapat

dipertanggung jawabkan secara profesional apabila kriteria-kriteria tersebut dapat

dipenuhi. Dengan memahami dan mematuhi kriteria dalam Standar Asuhan

Keperawatan, yang selanjutnya diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan,

maka bukan hanya keprofesian dijaga dan ditingkatkan, tetapi juga meliputi aspek-

aspek keamanan dan kenyamanan pasien.

Sistematika penyusunan Standar Asuhan Keperawatan sebagai berikut :

1. STANDAR I : Pengkajian Keperawatan

Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan

dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menetukan

kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua

anggota tim kesehatan.

Komponen pengkajian keperawatan meliputi :

a. Pengumpulan data :

Kriteria

1) Menggunakan format yang ada

2) Sistematis

3) Diisi sesuai item yang tersedia

4) Actual (baru)

5) Abash (valid)

b. Pengelompokan Data :

Kriteria

44

Page 45: Pengkajian manajemen jadi

1) Data Biologis

2) Data Psikologis

3) Data Sosial

4) Data Spiritual

c. Perumusan Masalah :

Kriteria

1) Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi

kehidupan

2) Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan.

2. STANDAR II : Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah diagnosa yang dibuat oleh perawat

profesional yang menggambarkan tanda dan gejala yang menunjukkan masalah

kesehatan yang dirasakan klien dimana perawat yang berdasarkan pendidikan

dan pengalaman mampu menolongnya (Ali Z, 2002 cit Nurjanah, 2004).

Menurut Suarli Suchri dan Bachtiar Y (2007), diagnosa keperawatan

adalah pertanyaan yang jelas, singkat dan pasti, tentang masalah pasien serta

pengembangan yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan

keperawatan.

Diagnose keperawatan menggambarkan masalah pasien baik aktual

maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data. Diagnosa keperawatan

dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis dan

dibandingkan dengan fungsi normal kehidupan pasien.

45

Page 46: Pengkajian manajemen jadi

Kriteria :

1) Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan

pemenuhan kebutuhan pasien

2) Dibuat sesuai dengan wewenang perawat

3) Komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan tanda/gejala (PES) atau

terdiri dari masalah dan penyebab (PE)

4) Bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi

5) Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar

akan terjadi

6) Dapat ditanggulangi oleh perawat

3. STANDAR III : Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan

keperawatan yang akan dilaksanakan, untuk menanggulangi masalah sesuai

dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan

terpenuhinya kebutuhan pasien (Suarli Suchri dan Bachtiar Y., 2007).

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.

Langkah-langkah penyusunan perencanaan keperawatan meliputi :

1) Menentukan urutan prioritas masalah, adapun pertimbangannya

berdasarkan atas :

a) Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan priopritas

pertama

b) Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah

prioritas kedua

46

Page 47: Pengkajian manajemen jadi

c) Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas

ketiga

2) Merumuskan tujuan asuhan keperawatan, kriteria:

a) Spesifik

b) Bisa diukur

c) Bisa dicapai

d) Realistis

e) Ada batas waktu

3) Rencana tindakan, kriteria:

a) Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan

b) Melibatkan pasien/ keluarga

c) Mempertimbangkan latar belakang budaya pasien/ keluarga

d) Menentukan alternative tindakan yang tepat

e) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku,

lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada

f) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien

g) Kalimat perintah ringkas, tegas dengan bahasanya mudah dimengerti

4. STANDAR IV : Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang

ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal

yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan

kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya.

Kriteria :

47

Page 48: Pengkajian manajemen jadi

a) Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan

b) Menyangkut keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien

c) Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada

pasien/ keluarga

d) Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

e) Menggunakan sumber daya yang ada

f) Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik

g) Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi dan mengutamakan

keselamatan pasien

h) Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien

i) Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan

pasien

j) Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan

k) Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan

l) Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis

yang telah ditentukan.

Intervensi keperawatan berorientasi pada 14 komponen keperawatan dasar

yang meliputi :

a) Memenuhi kebutuhan oksigen

b) Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit

c) Memenuhi kebutuhan eliminasi

d) Memenuhi kebutuhan keamanan

e) Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik

48

Page 49: Pengkajian manajemen jadi

f) Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur

g) Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani

h) Memenuhi kebutuhan spiritual

i) Memenuhi kebutuhan emosional

j) Memenuhi kebutuhan komunikasi

k) Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis

l) Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan

m) Memenuhi kebutuhan penyuluhan

n) Memenuhi kebutuhan rehabilitasi

5. STANDAR V : Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana

untuk menilai perkembangan pasien.

Kriteria :

a) Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi

b) Evaluasi hasil menggunakan indicator yang ada pada rumusan tujuan

c) Hasil evaluasi segera dicatat dan komunikasikan

d) Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan

e) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar

6. STANDAR VI : Catatan asuhan Keperawatan

Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual.

Kriteria :

a) Dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan

b) Dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan

49

Page 50: Pengkajian manajemen jadi

c) Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan

d) Penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku

e) Sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan

f) Setiap pencatatan harus mencantumkan intial/ paraf/ nama perawat yang

melaksanakn tindakan dan waktunya

g) Menggunakan formulir yang baku

h) Disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku (Depkes RI, 1998).

Standard penilaian yang digunakan untuk menilai mutu asuhan keperawatan adalah

dengan menggunkan instrument A,B, dan C adalah :

a. Kriteria baik atau sangat puas (75-100%)

b. Kriteria cukup atau puas (65-75%)

c. Kriteria kurang atau tidak puas (0-64%)

2. Kepatuhan Tenaga Keperawatan Terhadap SOP Keperawatan (Instrumen C)

a. Kajian teori

Dalam melakukan tindakan keperawatan yang baik harus sesuai dan mengacu

pada protap-protap atau standar yang telah ditetapkan. Prosedur tetap merupakan salah

satu pedoman kerja bagi setiap tenaga keperawatan dalam rangka

mengimplementasikan praktik keperawatan profesional. Sebagai dasar penilaian

tindakan keperawatan mengacu pada instrumen evaluasi penerapan standar asuhan

keperawatan di rumah sakit.

Standar praktek keperawatan adalah ekspektasi minimal dalam memberikan

asuhan keperawatan yang aman, efektif dan etis (PPNI, 1999). Standar praktek

keperawatan merupakan komitmen profesi keperawatan dalam melindungi masyarakat

terhadap praktek yang dilakukan oleh anggota profesi. Standar praktek keperawatan

harus dinamik sesuai dengan perkembanngan IPTEK.

Tujuan standar praktek keperawatan menurut Gillies (1989) adalah untuk

meningkatkan klaitas asuhan keparawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan dan

melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien

50

Page 51: Pengkajian manajemen jadi

dari tindakan yang tidak terapeutik. Ruang lingkup standar praktik keperawatan

menurut PPNI (1999) :

1) Standar I : Ilmu Pengetahuan

2) Standar II : Akuntabilitas professional

3) Standar III : Pengkajian

4) Standar IV : Perencanaan

5) Standar V : Pelaksanaan

6) Standar VI : Evaluasi

1. Pengelolaaan Sampah

a. Kajian Teori

1) Penanganan limbah medis padat

a) Pengertian

Penanganan limbah medis padat mulai pemisahan dan pewadahan sampai

pengadaan ke TPS Incinerator. Limbah medis padat adalah limbah padat yang

terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah

farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer

bertekenan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.

b) Tujuan

Untuk menjamin limbah medis padat tidak tercecer sehingga tidak menimbulkan

kontaminasi dan Infeksi Nosokomial di lingkungan RS.

2) Kebijakan

a) Kepmenkes No : 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit

b) Perawat di ruangan harus memasukkan semua limbah medis padat yaitu : jarum

suntik bekas, ampul, botol obat, plastik infus, perban, dan lain-lain ke dalam

kantong plastik kuning atau tempat peruntukan yang disediakan.

c) Instalasi Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan mengambil limbah medis padat setiap

jam 06.30 WIB dan 12.30 WIB kemudian melakukan proses Desinfeksi dan

memusnahkan di incenerator.

3) Prosedur

51

Page 52: Pengkajian manajemen jadi

a) Perawat di ruangan harus memasukkan limbah medis padat kedalam Container

yang dilapisi plastik kuning sesuai peruntukkannya :

i) BD Hub cutter : Tempat jarum suntik ( Needles )

ii) Container limbah medis benda tajam dilapisi plastik kuning : Syringe, ampul,

jarum tranfusi, obyek glass, pisau, jarum infus.

iii) Container limbah medis benda non tajam dilapisi plastik kuning : jaringan

tubuh, darah, perban, plester, selang infuse, masker, kassa, kantong tranfusi,

urine bag, handscoon, kateter, pembalut/pampers, abocat.

iv) Container botol infus : botol infus dan botol kaca, fial obat.

b) Kantong plastik setelah terisi 2/3 bagian limbah medis padat, diikat dan diberi

label asal ruangan oleh petugas ruangan.

c) Petugas instalasi sanitasi mengambil dan mengangkut limbah medis padat dari

ruangan penghasil limbah medis padat ke TPS incenerator setiap jam 06.30 WIB

dan 12.30 WIB

d) Limbah medis padat yang sudah terkumpul di TPS dibakar dan dimusnahkan oleh

petugas instalasi sanitasi

e) Sisa pembakaran dimasukkan kekarung/sak untuk dibuang ke TPA oleh Dinas

Kebersihan Pemda Boyolali

f) Container limbah medis padat di rungan pengahsil limbah medis padat

dibersihkan, dicuci oleh petugas Cleaning Service.

g) Proses penanganan limbah Botol Infus, Botol Kaca dan Fial Obat, dilakukan

dengan bahan Desinfektan oleh Instalasi Sanitasi.

Hasil Evaluasi Pengelolaan Sampahdi Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali

7 September-9 September 2015

52

No

Aspek yang dinilaiPelaksanaan

Ya % Tidak %

1 Perawat membuang jarum di tempat jarun suntik/ needles 10 100 0 02 Perawat membuang limbah medis benda tajam di tempat

limbah medis benda tajam10 100 0 0

3 Perawat membuang limbah medis benda non tajam di tempat limbah medis benda non tajam

10 100 0 0

4 Perawat membuang via obat dan botol infus pada tempat botol infuse

9 90 1 10

Jumlah 39 390 1 10Rata-rata 97,5%

Page 53: Pengkajian manajemen jadi

b. Analisa

Sumber Observasi tanggal 7 September-9 September 2015

Hasil observasi di Ruang Neonatologi pada tanggal 7 September-9 September 2015

didapatkan pelaksanaan pengelolaan sampah dengan skore 97,5% perawat membuang

limbah medis benda non tajam di tempat limbah medis benda non tajam sudah 100%,

spuit sudah dipisahkan dengan neddle di tempat pembuangan sampah yang terpisah

akan tetapi selama observasi beberapa hari masih terdapat pembuangan sampah yang

belum tepat seperti membuang vial obat di tempat jarum suntik. Dari observasi

beberapa hari pembuangan sampah perlu ditingkatkan dalam pemilahan sampah sesuai

dengan tempatnya.

2. Pelaksanaan Universal Precaution

a. Kajian Teori

Pencegahan terjadinya infeksi nosokomial di Rumah Sakit untuk menghindari

terjadinya infeksi selama pasien dirawat di Rumah Sakit. Pelaksanaan upaya

pencegahan infeksi nosokomial terdiri atas kewaspadaan universal, tindakan invasif,

tindakan non invasif, tindakan terhadap anak dan neonatus, sterilisasi, dan desinfeksi.

Universal precaution atau kewaspadaan universal adalah suatu pedoman yang

ditetapkan oleh Center for Disease Control (CDC) tahun 1985 untuk mencegah

penyebaran dari berbagai penyakit yang yang ditularkan melalui darah di lingkungan

Rumah Sakit maupun sarana kesehatan lainnya. Adapun konsep yang dianut adalah

bahwa semua darah dan cairan tubuh tertentu harus dikelola sebagai sumber yang

dapat menularkan HIV, Hepatitis, dan berbagai penyakit lainnya yang ditularkan

melalui darah.

Hasil Evaluasi Pelaksanaan Universal Precautiondi Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali

7 September-9 September 2015

53

Page 54: Pengkajian manajemen jadi

54

No Aspek yang dinilaiPelaksanaan

Ya % Tdk %

1 Perawat cuci tangan ketika akan kontak dengan pasien atau melakukan tindakan pada pasien

7 70 3 30

2 Perawat cuci tangan ketika selesai kontak dengan pasien atau telah selesai melakukan tindakan terhadap pasien

10 100 0 0

3 Perawat mencuci tangan dengan sabun/detergen/desinfektan

10 100 0 0

4 Perawat mencuci tangan di tempat air mengalir (wastafel)

10 100 0 0

5 Perawat menggunakan sarung tangan ketika melakukan kontak atau tindakan pada pasien

10 100 0 0

6 Perawat menggunakan masker ketika melakukan tindakan kepada pasien

8 80 2 20

7 Pasien menggunakan alat alat steril untuk satu pasien

8 80 2 20

8 Perawat menggunakan alat disposibel hanya untuk sekali pakai

8 80 2 20

9 Setelah menggunakan alat alat non disposibel, perawat mencucinya dengan larutan disinfektan

10 100 0 0

10 Perawat mensterilkan alat alat steril di instalasi sterilisasi sentral

10 100 0 0

11 Perawat menyiapkan alat alat kesehatan ditempat kusus

10 100 0 0

12 Perawat membuang benda benda tajam di tempat kusus

10 100 0 0

13 Perawat membuang sampah medis di tempat medis 10 100 0 014 Perawat membuang sampah non medis ditempat

sampah non medis 10 100 0 0

15 Jarak inkubator > 1 meter 0 0 10 10016 Inkubator yang telah dipakai langsung disterilkan 0 0 10 100

131 1310 29 90Rata-rata 81,8%

Page 55: Pengkajian manajemen jadi

Sumber Observasi tanggal 7 September-9 September 2015

b. Analisa Universal Precaution

Universal Precaution sudah dilaksanakan sesuai dengan standar ISO sudah baik

dengan presentase nilai (81,8%), beberapa perawat di ruang neonatologi melakukan

cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan dalam memberikan tindakan kepada pasien.

Tetapi, ada juga perawat yang kadang tidak mencuci tangan sebelum melakukan

kontak dengan pasien ini dikarenakan ada tindakan emergensi yang harus segera

dilakukan misal ada pasien yang harus ditangani jadi perawat tidak sempat untuk

melakukan cuci tangan. Sebagian besar perawat di ruang neonatologi sudah cuci

tangan tetapi banyak yang tidak sesuai prosedur misal ada langkah-langkah yang

terlewatkan ini semua karena perawat terburu-buru. Jarak inkubator < 1meter dan

inkubator yang sudah dipakai tidak disterilkan.

3. Pelaksanaan 9 solusi Patient Safety

a. Kajian Teori

55

Page 56: Pengkajian manajemen jadi

Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu

mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan

kesehatan. Sembilan solusi ini sangat bermanfaat dalam membantu RS memperbaiki

proses asuhan pasien, guna menghindari cedera maupun kematian yang dapat

dicegah.Sembilan solusi live saving keselamatan pasien rumah sakit meliputi:

1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (NORUM) (Look-

Alike,Sound Alike Medication Names)

Nama obat, rupa dan ucapan mirip, yang membingungkan staf pelaksana

adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication

error) dan ini merupakan satu keprihatinan di seluruh dunia.

Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan

potensi terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merk atau generik

serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk

pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label atau perintah yang

dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.

2) Pastikan identifikasi pasien

Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien

secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, tranfusi maupun

pemeriksaan dsb. Rekomendasi ditekankan kepada metode untuk verifikasi

terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini,

standarisasi dalam metode identifikasi di semua RS dalam suatu system layanan

kesehatan dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini, serta penggunaan protokol

untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.

3) Komunikasi secara benar saat serah terima/ pengoperan pasien.

Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien antar

unit-unit pelayanan, dan di dalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan

terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial

dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien.

Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki serah terima pasien termasuk

penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis,

memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan

56

Page 57: Pengkajian manajemen jadi

pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima dan melibatkan para pasien serta

keluarga dalam proses serah terima.

4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.

Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-

kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang

salah sebagian besar adalah akibat dari mis komunikasi dan tidak adanya

informasi atau informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya

terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses

pra bedah yang distandarisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-

jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi pra

pembedahan, pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang

akan melaksanakan prosedur, dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur untuk

mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.

5) Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)

Sementara semua obat-obatan, biologis, vaksin, dan kontras memiliki profil

risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah

berbahaya. Rekomendasinya adalah membuat standarisasi dari dosis untuk unit

ukuran dan istilah dan pencegahan atas campur aduk atau bingung tentang cairan

elektrolit pekat yang spesifik.

6) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan

Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi atau pengalihan.

Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain

untuk mencegah salah obat (medication error) pada titik-titik transisi pasien.

Rekomendasinya adalah menciptakan suatu data yang paling lengkap dan akurat

dari seluuh medikasi yang sedang diterima pasien. Juga disebut sebagai ”home

medication list”, sebagai perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan

atau perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi, dan

komunikasikan daftar tersebut kepada petugas layanan yang berikut dimana

pasien akan ditransfer atau dilepaskan.

7) Hindari salah kateter dan salah sambung selang (tube)

57

Page 58: Pengkajian manajemen jadi

Selang, kateter, dan spuit yang digunakan harus di desain sedemikian rupa

agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD yang bisa menyebabkan cedera atas

pasien melalui penyambungan spuit dan selang yang salah, serta memberikan

medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya adalah

menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi serta pemberian makan (misalnya

selang yang benar), dan bilamana menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya

menggunakan sambungan dan selang yang benar).

8) Gunakan alat injeksi sekali pakai.

Salah satu keprihatinan global yang terbesar adalah penyebaran dari HIV,

HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik.

Rekomendasinya adalah perlunya melarang pakai ulang, jarum di fasilitas

pelayanan kesehatan, pelatihan periodik para petugas dilembaga-lembaga layanan

kesehatan khusunya tentang prinsip-prinsip pengrendalian infeksi, edukasi

terhadap pasien dan keluarga mengenai penularan infeksi melalui darah, dan

praktik jarum sekali pakai yang aman.

9) Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk mencegah infeksi

nosokomial.

Diperkirakan bahwa setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia

menderita infeksi yang diperoleh di RS. Kebersihan tangan yang efektif adalah

ukuran preventif yang primer untuk menghindari masalah ini. Rekomendasinya

adalah mendorong implementasi penggunaan cairan, alkohol base hand rubs, yang

tersedia pada titik-titik pelayanan pasien, tersedianya sumber air pada semua kran,

pendidikan staf mengenai teknik kebersihan tangan yang benar, petunjuk

mengingatkan penggunaan tangan bersih di tempat kerja, dan pengukuran

kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan atau observasi dan

teknik-teknik yang lain.

Hasil Evaluasi Pelaksanaan 9 Solusi Patient Safety Di ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali

7 September-9 September 2015

Pelaksanaan (n=10)

58

Page 59: Pengkajian manajemen jadi

1 Perhatikan nama obat, rupa, dan ucapan mirip(Norum)a. Perawat melaksanakan prosedur konfirmasi peresepan obat

secara tertulis/verbalb. Perawat mengeja kembali nama obat yang diresepkan secara

verbalc. Adanya pemisah tempat dan pelabelan tempat obat yang

rupanyaMiripd. Perawat memberikan obat sesuai dengan prinsip 7 benar:

o Benar Obato Benar Dosiso Benar Waktuo Benar Tempato Benar Orango Pelaksanao Pendokumentasian

10

10

10

10

2. Pastikan identifikasi pasiena. Perawat menuliskan identitas pasien dengan lengkap dan

jelas dalam setiap pendokumentasian asuhan keperawatanb. Perawat menuliskan No. CM setiap pasien dengan lengkap

dan jelasc. Semua dokumen mengenai pasien diisi dengan lengkap dan

jelasd. Status pasien terpisah antara satu pasien dengan pasien yang

laine. Pasang gelang pasien sesuai identitasf. Tulis papan nama pasien dengan jelas dan tepat

10

10

8

10

1010

2

3 Komunikasi secara benar saat serah terima / pengoperan pasiena. Menyebutkan identitas pasien, diagnosa medis, diagnosa

keperawatan, tindakan keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu pelaksanaan

b. Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan yang belum dilakukan

c. Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama shiftd. Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta waktunya

yang telah dilakukan selama shifte. Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama

shif

10

10

1010

10

4 Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar sebelum tindakan operasi (misalnya pengendalian jaringan), tempat/sisi tubuh diberi tanda4. Ada dokumentasi tindakan di status pasien5. Memastikan data pada catatan perawatan sebelum melakukan

tindakan

1010

59

Page 60: Pengkajian manajemen jadi

5 Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrate)b. Ada dokumentasi mengenai pemberian cairanc. Perawat mengecek program terapi sebelum memberikan terapi

cairan pada pasiend. Perawat memprogram pemberian cairan elektrolit pekat sesuai

aturan pemberiane. Perawat memonitor reaksi pemberian cairan f. Perawat mengatur tetesan infus atau hasil perhitungan sesuai

dengan order.g. Perawat menuliskan catatan pemberian infus secara terperinci

(tanggal, jam dan macam cairan)

1010

10810

2

10

6 Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan 7) Ada dokumentasi/list tentang obat-obatan yang sudah diberikan

dan waktu pemberiannya8) Ada dokumentasi serah terima pasien 9) Perawat mengisi catatan perkembangan tentang keadaan pasien

saat ini dengan jelas dan akurat untuk operan

10

10

10

7 Hindari salah kateter salah sambung selang (tube)7. Perawat mengecek order adanya pemberian tindakan misalnya

pemasangan kateter/ NGT 8. Memperhatikan urutan selang dan sambungan selang sebelum

melakukan penyambungan

10

10

8. Gunakan alat injeksi sekali pakaid. Satu spuit digunakan sekali pakai untuk satu obate. Perawat memastikan bahwa spuit dibuang di tempat sampah tajamf. Perawat membuang spuit dalam keadaan tertutup

1010

10

9. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial6) Perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan7) Perawat mencuci tangan menggunakan antiseptik8) Perawat mencuci tangan dengan teknik yang benar9) Ada pedoman mengenai cuci tangan yang benar

8101010

2

304 36Nilai rata-rata 89,4%

Sumber Observasi tanggal 7 September-9 September 2015

b. Analisa Data

Dari evaluasi yang dilakukan selama 3 hari dapat diketahui pelaksanan patient safety

di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali secara garis besar yang

meliputi Perhatikan nama obat, rupa, dan ucapan mirip (Norum), Pastikan identitas

60

Page 61: Pengkajian manajemen jadi

pasien, Komunikasi secara benar saat serah terima / pengoperan pasien, Pastikan

akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan, Hindari salah kateter salah

sambung selang (tube), Gunakan alat injeksi sekali pakai, Tingkatkan kebersihan

tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial sudah baik dengan nilai 89,7%. Tetapi

ada presentasi pada item kelengkapan dokumentasi kadang ada dalam

pendokumentasian kurang lengkap misal lupa mengisi no CM dll, memastikan reaksi

pemberian cairan dan pemberian obat sesuai prinsip 7 benar kadang dalam

menyiapkan obat masih diluar ruangan seharusnya dalam menyiapkan obat injeksi

disamping atau didekat pasien.

6. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik

a. Kajian Teori

Pelayanan keperawatan yang holistik menuntut mutu pelayanan yang dapat

memberikan kepuasan terhadap pasien dan keluarga, oleh karena itu perawat perlu

meningkatkan keterampilan dan mutu pelayanan, termasuk salah satunya adalah

meningkatkan pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan perawat, pasien maupun

keluraga. Komunikasi terapaeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,

bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien serta merupakan titik

tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien (Nurjannah,2000).

Tujuan dari komunikasi terapeutik ini adalah membantu pasien untuk

memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil

tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang

diperlukan, mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang

efektif dan mempertahankan kekuatan egonya, mempengaruhi orang lain, lingkungan

fisik dan dirinya sendiri. Sehingga diharapkan dapat mempengaruhi hasil pelayanan

kesehatan yang dilakukan dan tujuan pelayanan keperawatan dapat dicapai secara

optimal.Empat Fase Dari Proses Hubungan Terapeutik :

1) Fase Pre Interaksi

a) Mengumpulkan data tentang klien

b) Menyiapkan alat

c) Mencuci tangan

61

Page 62: Pengkajian manajemen jadi

2) Fase Introductory / Orentasi

a) Memberikan salam dan tersenyum pada klien

b) Melakukan validasi

c) Memperkenalkan nama perawat

d) Menayakan nama panggilan kesukaan klien

e) Menjelaskan tanggung jawab perawat & klien

f) Menjelaskan peran perawat & klien

g) Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan

h) Menjelaskan tujuan

i) Menjelaskan waktu

j) Menjelaskan Kerahasiaan

3) Fase Kerja

a) Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya

b) Menanyakan keluhan utama

c) Memulai kegiatan dengan cara yang baik

d) Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana Mencuci tangan

4) Fase Terminasi

a) Menyimpulkan hasil wawancara :evaluasi proses dan hasil

b) Memberikan reinforcemen positif

c) Melakukan kontrak ( waktu, tempat, topik)

d) Mengahiri wawancara dengan cara yang baik.

Evaluasi Pelaksanaan Komunikasi TerapeutikDi Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali

Tanggal 7 September-9 September 2015

No. Langkah-Langkahnya Jumlah sampleYa Tidak

A. Tahap Persiapan (pra interaksi)1. Mengumpulkan data tentang klien (dari RM) 102. Menyiapkan alat yang dibutuhkan 103. Mencuci tangan, menilai kesiapan diri perawat 10B. Tahap Pelaksanaan (Orientasi)1. Memberikan salam, berjabat tangan, dan tersenyum pada klien 102. Melakukan validasi 103. Memperkenalkan nama perawat 5 5

62

Page 63: Pengkajian manajemen jadi

4. Menanyakan nama panggilan kesukaan klien 7 35. Menjelaskan tanggung jawab perawat 106. Menjelaskan peran perawat dan kllien 107. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan 8 2

8. Menjelaskan tujuan 5 59. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan atau lama

kegiatan7 3

10. Menjelaskan dan menjawab kerahasiaan 10C. Tahap Kerja1. Memberi kesempatan klien untuk bertanya 102. Menanyakan keluhan utama 103. Memulai kegiatan dengan cara baik 104. Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana 105. Mencuci tangan 7 3D. Tahap Terminasi1. Menyimpulkan hasil kegiatan 6 42. Memberi reinforcement positif 103. Membuat kesepakatan dengan klien dan keluarga untuk

pertemuan atau kegiatan10

4. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik (mengucapkan salam, tersenyum, memberikan sentuhan, berjabat tangan)

10

Jumlah 195 25Total % 88,6%

Sumber Observasi tanggal 7 September-9 September 2015

b. Analisa Data

Pelaksanaan komunikasi terapeutik di Ruang neonatologi RSUD Pandan Arang

Boyolali, perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan kurang baik. Yaitu

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dengan mengambil sampel 10 perawat di

Ruang neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali didapat skor total 88,6%, perawat

dalam pelaksanaan komunikasi cukup tetapi masih perlu ditingkatkan dalam item

menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, memperkenalkan nama perawat,

memanggil nama kesukaan, waktu yang dibutuhkan, memberi . Hal ini dikarenakan

banyaknya tindakan di ruangan tersebut dan kondisi perawat yang belum terbiasa

sehingga komunikasi terapeutik hanya pada bagian yang pokok/ intinya saja.

7. Pelaksanaan cuci tangan yang benar

a. Pengertian

63

Page 64: Pengkajian manajemen jadi

Mencuci tangan adalah menggosok air dengan sabun secara bersama-sama seluruh

kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas kemudian dibilas dibawah aliran air

(Larsan, 1995).

b. Tujuan Mencuci Tangan

Mencuci tangan merupakan satu teknik yang paling mendasar untuk menghindari

masuknya kuman kedalam tubuh, dimana tindakan ini dilakukan dengan tujuan:

1) Supaya tangan bersih

2) Membebaskan tangan dari kuman dan mikroorganisme

3) Menghindari masuknya kuman kedalam tubuh

c. Langkah-langkah dalam mencuci tangan

Langkah-langkah dalam melakukan cuci tangan yang benar dan sehat adalah :

1) Gulung lengan baju sampai atas pergelangan tangan ,lepaskan cincin, jam tangan

dan perhiasan tangan lain

2) Basahi tangan sampai sepertiga lengan dibawah air mengalir

3) Ambil sabun cair kira-kira 5 ml,ratakan pada tangan yang telah dibasahi

4) Gosok bagian telapak tangan dengan telapak tangan satunya lalu masukan jari-jari

tangan kanan ke sela-sela jari-jari tangan kiri

5) Pindahkan telapak tangan kanan ke punggung tangan kiri gosokan, tanpa saling

melepaskan lalu masukan jari-jari tangan kanan ke sela-sela tangan kiri. Lakukan

pada tangan yang sama.

6) Lakukan penggosokan kuku-kuku

7) Bersihkan jempol tangan kanan dengan menggegamnya dengan tangan kiri lalu

diputar-putar, lakukan pada tangan yang satunya.

8) Kadang perlu menggosok garis telapak tangan

9) Bersihkan dengan air mengalir lalu keringkan.

Evaluasi Hasil Pelaksanaan Mencuci Tangan Dengan Benar di Ruang neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali

7 September-9 September 2015

64

Page 65: Pengkajian manajemen jadi

No Langkah- langkahJumlah sampel

(10)Ya Tidak

1 Melepaskan jam tangan, perhiasan, gulung, lengan baju sampai kesiku

10 0

2 Membasuh lengan setinggi lengan bawah dengan air mengalir 6 43 Letakkan antiseptic/sabun ditelapak tangan dan gosok kedua

telapak tangan10 0

4 Gosok kedua punggung tangan dan sela-sela jari tangan 10 05 Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari tangan 10 06 Gosok kedua buku-buku jari tangan bergantian 10 07 Gosok kedua ibu jari bergantian 10 08 Gosok kedua ujung jari tangan memutar bergantian 10 09 Gosok kedua pergelangan tangan bergantian 10 010 Membilas tangan, pergelangan tangan di bawah air mengalir 10 011 Keringkan tangan dengan tisu 10 012 Dan tangan pun sudah bersih 10 0

132

97,1%

4Persentase %

Sumber Observasi tanggal 7 September-9 September 2015

d. Analisa dan pembahasaan

Telah dilaksanakan evaluasi cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

selama 3 hari oleh seluruh perawat di Ruang Neonatolgi. Perawat di ruang

Neonatologi kebanyakan melakukan tangan sebanyak 97.1 % walaupun kadang

perawat melakukannya tidak sesuai dengan prosedur, ini semua karena perawat

terburu-buru harus melakukan tindakan emergensi yang harus dilakukan tindakan

segera. Dengan adanya evaluasi cuci tangan tersebut diharapkan menambah motivasi

meningkatkan pelaksanaan mengenai cuci tangan agar terhindar dari infeksi

nosokomial.

8. Pelaksanaan Discharge Planning

a. Kajian Teori

Fase pelaksanaan discharge planning

1) Pre interaksi

a) Mengumpulkan data tentang klien

b) Membuat rencana pertemuan dengan klien

2) Orientasi

a) Memberi salam dan tersenyum kepada klien

65

Page 66: Pengkajian manajemen jadi

b) Memperkenalkan nama diri

c) Menanyakan nama panggilan kesukaan klien

d) Menanyakan perasaan klien

e) Menjelaskan kerahasiaan

f) Menjelaskan tugas perawat

g) Mejelaskan kegiatan (orientasi) yang akan dilakukan

h) Menjelaskan tujuan kegiatan

i) Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk orientasi

j) Menjelaskan peran perawat

3) Kerja

a) Menanyakan keluhan utama klien

b) Memberi kesempatan bertanya

c) Melakukan orientasi

d) Memulai dengan ajakan untuk berkonsentrasi

4) Materi

a) Menjelaskan informasi mengenai penyakit

b) Menjelaskan informasi mengenai penyebab penyakit

c) Menjelaskan informasi mengenai tanda dan gejala penyakit

d) Menjelaskan informasi mengenai cara perawatan di rumah

e) Menjelaskan informasi mengenai cara pemberian obat

f) Menjelaskan informasi mengenai cara pencegahan penyakit dan infeksi

g) Menjelaskan informasi mengenai program pengobatan lanjutan

h) Menjelaskan informasi mengenai nutrisi yang sesuai dengan program diet

i) Menjelaskan informasi mengenai aktivitas dan istirahat

j) Menjelaskan informasi mengenai control waktu, tempat, cara control, persiapan

control

5) Terminasi

a) Menyimpulkan hasil kegiatan

b) Memberikan pujian positif

c) Merencanakan tindak lanjut kepada klien

d) Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik dan tersenyum

66

Page 67: Pengkajian manajemen jadi

e) Melakukan kontrak selanjutnya.

Evaluasi Pelaksanaan Discharge Planing Perencanaan Pulang di Ruang neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali

7 September-9 September 2015

No Kegiatan Pelaksanaan

Ya TidakA. Tahap pre interaksi1. Mengumpulkan data tentang klien 1 02. Membuat rencana pertemuan dengan klien 1 0B Orientasi3 Memberi salam dan tersenyum kepada klien 1 04. Memperkenalkan nama diri 0 15 Menanyakan nama panggilan kesukaan klien 0 16. Menanyakan perasaan klien 0 17. Menjelaskan peran perawat 1 08. Menjelaskan tugas perawat 1 09. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan 1 010. Menjelaskan tujuan kegiatan 1 011. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk

penyuluhan0 1

12. Menjelaskan kerahasiaan 1 0C. Tahap kerja13. Menanyakan keluhan utama klien 1 014. Memberikan kesempatan bertanya 0 115. Memulai dengan ajakan untuk berkonsentrasi 0 116. Melakukan orientasi 1 0D. Tahap materi17. Menjelaskan informasi mengenai penyakit 1 018. Menjelaskan informasi mengenai penyebab penyakit 0 119. Menjelaskan informasi mengenai tanda dan gejala

penyakit 0 1

20. Menjelaskan informasi mengenai cara perawatan di rumah

1 0

21 Menjelaskan informasi mengenai cara pemberian obat 1 022 Menjelaskan informasi mengenai cara pencegahan

penyakit dan infeksi1 0

23 Menjelaskan informasi mengenai program pengobatan lanjutan

1 0

24 Menjelaskan informasi mengenai nutrisi yang sesuai dengan program diet

1 0

25 Menjelaskan informasi mengenai aktivitas dan istirahat

1 0

26 Menjelaskan informasi mengenai control waktu, tempat, cara control, persiapan control

0 1

E. Fase Terminasi

67

Page 68: Pengkajian manajemen jadi

27 Menyimpulkan hasil kegiatan 1 028 Member pujian positif 1 029 Merencanakan tindak lanjut kepada pasien 1 030 Melakukan kontrak selanjutnya 1 031 Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik dan

tersenyum1 0

Jumlah 21 9Total 67,7%

Sumber Observasi tanggal 7 September-9 September 2015

b. Analisa dan Pembahasan

Dari observasi yang dilakukan selama 3 hari di ruang Neonatologi discharge planing

yang dilakukan perawat cukup baik. Perlu ditingkatkan lagi dalam memberikan

discharge planing.

9. Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru

a. Kajian Teori

Orientasi pasien baru :Orientasi pasien baru merupakan kontrak antara perawat

dan klien / keluarga dimana terdapat kesepakatan antara perawat dengan

klien/keluarganya dalam memberikan Asuhan keperawatan.Kontrak ini diperlukan

agar hubungan saling percaya antara perawat dan klien / keluarga dapat

terbina(Trust)Hal – hal yang perlu diperhatikan :

1) Orientasi dilakukan saat pertama kali oleh klien datang ( 24 jam pertama ) dan

kondisi klien sudah tenang.

2) Orientasi dilakukan oleh PP.Bila PP tidak ada PA dapat memberikan orientasi

untuk klien dan keluarga, selanjutnya orientasi harus dilengkapi kembali oleh PP

sesegera mungkin.Hal ini penting karena PP yang bertanggung jawab terhadap

semua kontrak atau orientasi yang dilakukan

3) Orientasi diberikan pada klien dan didampingi anggota keluarga yang dilakukan

dikamar klien dengan menggunakan format orientasi.Selanjutnya klien

diinformasikan untuk membaca lebih lengkap format orientasi yang ditempelkan

dikamar klien

4) Setelah orientasi , berikan daftar nama tim atau badge kepada klien dan keluarga

kemudian gantungkan daftar nama tersebut pada laci klien

68

Page 69: Pengkajian manajemen jadi

5) Orientasi ini diulang kembali minimal setiap dua hari oleh PP atau yang mewakili,

terutama tentang daftar nama tim yang sudah diberikan , sekaligus menginformasi

kan perkembangan kondisi keperawatan klien dengan mengidentifikasi kebutuhan

klien.

6) Pada saat penggantian dinas ( dikamar klien ),ingatkan klien nama perawat yang

bertugas saat itu,bila perlu anjurkan klien atau keluarga melihat pada daftar nama

tim.

Evaluasi Pelaksanaan Orientasi Pasien BaruDi Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali

Sumber Observasi tanggal 7 September-9 September 2015

No Variable yang diteliti ObservasiPre

Ya TidakA Pra Interaksi1 Mengumpulkan data tentang pasien 3 02 Membuat rencana pertemuan dengan pasien 3 0B Orientasi1 Memberi salam dan tersenyum kepada pasien 3 02 Memperkenalkan diri 2 13 Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien 0 34 Menanyakan perasaan pasien 3 05 Menjelaskan peran perawat 3 06 Menjelaskan tugas perawat 3 07 Menjelaskan kegiatan (orientasi) yang dilakukan 3 08 Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan orienatasi 3 09 Menjelaskan kerahasiaan 3 0C Kerja1 Menanyakan keluhan pasien 1 22 Memberikan kesempatan untuk bertanya 3 03 Memualai dengan berkonsentrasi 3 04 Melakukan orientasi 3 0D Materi

1 Mengorientasikan tentang fasilitas yang ada di ruangan 3 02 Mengorientasikan tentang cara penggunaan fasilitas 3 03 Mengorientasikan tata tertib penggunaan fasilitas ruang tunggu 3 04 Mengorientasikan tempat-tempat penting, kamar mandi, ruang

tunggu, ruang konsultasi, ruang perawat, mushola dll3 0

E Terminasi 1 Menyimpulkan hasil kegiatan 0 32 Memberikan pujian positif 1 2

69

Page 70: Pengkajian manajemen jadi

3 Merencanakan tindak lanjut pada pasien 3 0Melakukan kontrak selanjutnya 3 0

5 Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik dan tersenyum 3 0Jumlah 61 11

Rata-rata 84,7%

Sumber Observasi tanggal 7 September-9 September 2015

b. Analisa dan Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 7-9 September 2015, di

dapatkan data sebanyak 84,7% perawat yang melakukan orientasi kepada pasien baru.

7. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan

Manajemen adalah suatu seni dalam menyelesaikan pekerjaan dengan melalui

orang lain (Adikoesoema, 1994). Standar manajemen pelayanan keperawatan dan

kebidanan adalah proses pengelolaan pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan

fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengaturan tenaga,

pengarahan, evaluasi, dan pengendalian mutu pelayanan keperawatan untuk mencapai

tujuan pelayanan keperawatan (Depkes, 2001)

Skema mekanisme kerja fungsi-fungsi manajemen

70

Keinginan

Informasi

Perencanaan

Pengorganisasian

Pengarahan

Pengkoordinasian

Pengawasan

Tujuan

Page 71: Pengkajian manajemen jadi

Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional dimana

tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi manajemen, yaitu

perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut

saling terkait serta saling berhubungan dan memerlukan ketrampilan-ketrampilan teknis,

hubungan antar manusia dan konseptual yang mendukung tercapainya asuhan

keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna kepada pasien. Dengan

alasan tersebut, manajemen keperawatan perlu mendapat perhatian dan prioritas utama

dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal tersebut berkaitan dengan

tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan

memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan

yang terjadi (Nursalam, 2002).

Proses Manajemen Keperawatan Terdiri Dari:

Planning atau Perencanaan

a. Kajian Teori

Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu kemajuan yang berisikan

apa yang akan dilakukannya serta bagaimana, kapan dan dimana akan

dilaksanakannya (Marquis, 2000). Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun

suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang

telah ditetapkan.

Perencanaan dibuat untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan

kepada semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja,

71

Page 72: Pengkajian manajemen jadi

memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola

struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakkan

kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang

telah ditetapkan.

Kerangka perencanaan terdiri dari :

1) Misi , berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah mencapai visi

2) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi

3) Tujuan, berisi tujuan yang ingin dicapai

4) Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai tujuan

5) Prosedur, berisi pelaksanaan pelaksanaan

6) Aturan, berisi langkah langkahantisipasi untuk hal-hal yang menyinpang

Model perencanaan meliputi:

1) Reactive planning, yaitu tak ada perencanaan, manajer langsung melakukan

tindakan begitu menemukan masalah. Perubahan yang terjadi tidak pasti karena

dipengauhi oleh masalah dan kondisi yang ada

2) Inactive planning, yaitu perencanaan sudah dibuat sejalan dengan masalah

yang muncul (telah ada bayangan atau perencanaan tetapi dalam

pelaksanaannya dilakukan sejalan dengan pekembangan masalah.

3) Preactive planning, yaitu penyusunan perencanaan dengan mengetahui

rencana ke ciri dari perencanaan ini adalah tujuan yang akan dicapai jelas,

tedapat pembatasan depan pencapaian target yang sudah pasti (sudah jelas dan

72

Page 73: Pengkajian manajemen jadi

tidak berubah). Waktu perencanaan berlangsung, terdapat indikator pencapaian

target, risiko dan ketidakpastian jelas.

4) Proactive planning, yaitu pembuatan perencanaan dengan memperhatikan

masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Masa lalu digunakan sebagai

pengalaman untuk menyusun perencanaan sekarang dan masa depan, masa

sekarang sebagai pelaksanaan perencanaan, dan masa depan merupakan

perencanaan yang disusun berdasarkan evaluasi pelaksanaan perencanaan masa

lalu dan sekarang.

Perencanaan berdasarkan periode meliputi :

1) Perencanaan jangka pendek (target waktu dalam minggu atau bulan)

2) Perencanaan jangka menengah (periode dalam satu tahun)

3) Perencanaan jangka panjang (periode tahun mendatang)

Tugas kepala ruang Neonatologi RSUD Boyolali dalam perencanaan meliputi

1) Menyusun rencana kerja kepala unit

2) Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan di ruang

yang bersangkutan

3) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah maupun

kualifikasi di ruang rawat, koordinasi dengan instalasi

Organizing

a. Kajian Teori

Organisasi kepemimpinan murni merupakan jenis struktur formal paling

sederhana dan tertua. Dalam organisasi dengan ukuran tertentu, struktur

kepemimpinan merupakan jenis yang besar kemungkinan untuk berkembang

73

Page 74: Pengkajian manajemen jadi

melalui proses evolusioner karena dengan peningkatan jumlah pekerjaan yang harus

diselesaikan dan jumlah pekerjaan ke dalam tugas khusus dan untuk mengatur

pekerja yang terikat dalam tugas yang sama ke dalam kelompok yang jelas menurut

definisi pekerja yang logis.

Berdasarkan hal tersebut maka fungsi pengorganisasian dari kepala ruang

adalah (nursalam, 2002).

1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan

2) Merumuskan tujuan metode penugasan

3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas

4) Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua tim dan ketua tim

membawahi 2-3 perawat

5) Mengatur dan mengendalikan logistic unit

6) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek

7) Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada ditempat kepada ketua tim

8) Member wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi klien

9) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya

10) Identifikasi masalah dan cara penanganan

Hoffart dan Woods (1996) mendefinisikan Model Praktik Keperawatan

Profesional (MPKP) sebagai suatu sistem (struktur, proses, nilai nilai profesional)

yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan

termasuk lingkungan untuk mendukung pemberian asuhan keperawatan. MPKP

terdiri dari elemen sub sistem antara lain :

1) Nilai-nilai profesional (inti MPKP)

74

Page 75: Pengkajian manajemen jadi

2) Pendekatan manajemen

3) Metode pemberian asuhan keperawatan

4) Hubungan profesional

5) Sistem kompensasi dan penghargaan

Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa teori mengenai

metode asuhan keperawatan. Menurut Gillies (1989) metode asuhan keperawatan

terdiri dari metode kasus, metode fungsional, metode tim, dan metode primer.

1) Metode kasus (Total Care Method)

Metode ini merupakan metode tertua (Tahun 1880) dimana seorang klien

dirawat oleh seorang perawat selama 8 jam perawatan. Setiap perawat

ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan

dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tak ada jaminan

bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode

penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat dan hal ini

umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus

seperti di ruang rawat intensif.

Kelebihan dari metode ini adalah :

a) Sederhana dan langsung

b) Garis pertanggungjawaban jelas

c) Kebutuhan klien cepat terpenuhi

d) Memudahkan perencanaan tugas

Kekurangan dari metode ini adalah :

a) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab

75

Page 76: Pengkajian manajemen jadi

b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang

sama

c) Tak dapat dilakukan oleh perawat baru atau kurang pengalaman

d) Mahal, perawat profesional termasuk melakukan tugas non profesional

2) Metode fungsional

Metode ini dilakukan pada kelompok besar klien. Pelayanan keperawatan

dibagi menurut tugas yang berbeda dan dilaksanakan oleh perawat yang

berbeda dan tergantung pada kompleksitas dari setiap tugas. Misalnya fungsi

menyuntik, membagi obat, perawatan luka. Metode ini merupakan manajemen

klasik yang menekankan pada efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan

pengawasan yang lebih mudah. Semua prosedur ditentukan untuk dipakai

sebagai standar. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerialnya

sedangkan asuhan keperawatan klien diserahkan kepada perawat yunior.

Meskipun sistem ini efisien namun penugasan secara fungsi tidak

memberikan kepuasan kepada klien dan perawat karena asuhan keperawatan

yang diberikan kepada klien terfragmentasi menurut tugas atau perasat yang

dilakukan. Cara kerja yang diawasi membosankan perawat karena berorientasi

pada tugas dan sistem ini baik dan berguna untuk situasi dimana rumah sakit

kekurangan tenaga perawat, namun disisi lain asuhan ini tidak profesional dan

tidak berdasar pada masalah klien.

Keuntungan dari metode ini adalah :

a) Lebih sedikit membutuhkan perawat

b) Efisien

76

Page 77: Pengkajian manajemen jadi

c) Tugas mudah dijelaskan dan diberikan

d) Para staff mudah menyesuaikan dengan tugas

e) Tugas cepat selesai

Kerugian dari metode ini adalah :

a) Tidak efektif

b) Fragmentasi pelayanan

c) Membosankan

d) Komunikasi minimal

e) Tidak holistik

f) Tidak professional

g) Tidak memberikan kepuasan kepada klien dan perawat

3) Metode Tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda

dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok klien. Ketua tim

bertanggung jawab membuat perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan

untuk semua klien yang ada di bawah tanggung jawab timnya. Anggota tim

melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien sesuai perencanaan yang telah

dibuat oleh ketua tim. Tujuan perawatan ini adalah memberikan asuhan

keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan sejumlah staff yang

tersedia.

Keuntungan dari metode ini adalah :

a) Memberikan kepuasan bagi perawat dan klien

b) Kemampuan anggota tim dikenal dan dimanfaatkan secara optimal

77

Page 78: Pengkajian manajemen jadi

c) Komprehensif dan holistik

d) Produktif, kerjasama, komunikasi dan moral

Kerugian dari metode ini adalah :

a) Tidak efektif bila pengaturan tidak baik

b) Membutuhkan banyak kerjasama dan komunikasi

c) Membingungkan bila komposisi tim sering diubah

d) Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat non profesional

4) Metode Primer

Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik dalam suatu

pelayanan dengan semua staff keperawatan yang profesional. Pada metode ini

setiap perawat primer memberikan tanggung jawab penuh secara menyeluruh

terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan mulai dari pasien

masuk sampai keluar dari rumah sakit, mendorong praktek kemandirian

perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode

primer ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara

pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,

mengimplementasikan dan mengkoordinasikan asuhan keperawatan selama

pasien dirawat.

Penanggung jawab dilaksanakan oleh perawat primer (primary nurse/PP).

Setiap PP merawat 4-6 klien dan bertanggung jawab terhadap klien selama 24

jam dari klien masuk sampai dengan pulang. Terdapat kontinuitas asuhan

keperawatan yang bersifat komprehensif dan dapat dipertanggungjawabkan.

78

Page 79: Pengkajian manajemen jadi

Dalam satu grup PP mempunyai beberapa AN dan perawatan dilanjutkan oleh

AN.

Kelebihan dari model primer ini adalah model ini bersifat kontinyu dan

komprehensif dalam melakukan proses keperawatan kepada klien dan perawat

primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan

memungkinkan pengembangan diri. Keuntungan yang dirasakan adalah pasien

merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain

itu asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif

terhadap perawatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.

Kelemahan dari model ini adalah model ini hanya dapat dilaksanakan oleh

perawat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai dengan

kriteria asertif, mampu mengatur diri sendiri, kemampuan pengambilan

keputusan yang tepat, penguasaan klinik, akuntabel dan mampu bekomunikasi

dan berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

Berikut ini diagram model keperawatan primer ada dalam gambar

(Marquis and Huston, 1998)

79

Dokter Sarana RSKepala ruang

Perawat primer

Klien

Page 80: Pengkajian manajemen jadi

Model keperawatan primer modifikasi didasarkan pada beberapa alasan antara lain:

a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai perawat primer

harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan

b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab pasien tidak

terfragmentasi pada berbagai tim

c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan asuhan keperawatan dan

akunta bilitas asuhan keperawatan pada PN

Hal-hal yang penting diperhatikan dalam menentukan model yang akan dipakai,

yaitu:

a. Ketersediaan jenjang pendidikan ketenagaan

b. Kasus yang dihadapi.

c. Ketersediaan fasilitas dan sarana.

d. Ketersediaan dana (Nuryandari, 2003).

Berdasarkan hal tersebut maka uraian tugas dari kepala ruang, perawat primer,

perawat asosiasi ruang AB RSUD Boyolali (2013) adalah sebagai berikut :

a) Tugas PJ Ruang Keperawatan yang mendukung pelaksanaan sistem pemberian

asuhan keperawatan dengan Metode Primer Modifikasi (MPM) :

1) Membagi staf ke dalam grup MPM sesuai dengan kemampuan dan beban kerja

2) Membuat jadwal koordinasi dengan PP

3) Membagi pasien ke dalam grup MPM sesuai dengan kemampuan dan beban

kerja.

80

Perawat pelaksana Perawat Perawat

Page 81: Pengkajian manajemen jadi

4) Mengikuti operan tugas perawat dari jaga malam

5) Melakukan pertemuan pagi (meeting morning) dengan semua staf ruangan.

6) Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas PP dan AN.

7) Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf keperawatan untuk

mencapai kinerja yang optimal

8) Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga sesuai dengan

kebutuhan klien

9) Mendelegasikan tugas kepada penanggung jawab jaga pada jaga sore, malam,

libur

10) Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staf melalui daftar hadir yang ada di

ruangan

11) Berperan serta sebagai konsultan dari PP

b) Tugas PP yang mendukung pelaksanaan sistem pemberian asuhan keperawatan

dengan Metode Primer Modifikasi (MPM) :

1) Bertugas pada pagi hari

2) Bersama AN menerima operan tugas jaga dari AN yang tugas jaga malam

3) Bersama AN melakukan konfirmasi/supervisi tentang kondisi Pasien segera

setelah selesai operan tugas jaga setiap pasien

4) Bersama AN melakukan do’a bersama sebagai awal dan akhir tugas dilakukan

setelah selesai operan tugas jaga malam

5) Melakukan pre conference dengan semua AN yang ada dalam grup PPnya pada

setiap awal dinas pagi

6) Membagi tugas atau pasien kepada AN sesuai kemampuan dan beban kerja

81

Page 82: Pengkajian manajemen jadi

7) Melakukan pengkajian, menetapkan masalah atau diagnosa dan perencanaan

keperawatan kepada semua pasien yang menjadi tanggung jawab dan ada bukti

di rekam keperawatan

8) Memonitor dan membimbing tugas AN

9) Membantu tugas AN untuk kelancaran pelaksanaan asuhan pasien

10) Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi catatan asuhan keperawatan yang

dilakukan oleh AN yang ada di bawah tanggung jawabnya

11) Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien sesuai tujuan yang ada dalam

perencanaan asuhan keperawatan dan ada bukti dalam rekam keperawatan

12) Melaksanakan post conference pada setiap akhir dinas dan menerima laporan

akhir tugas jaga dari AN untuk persiapan operan tugas jaga berikutnya

13) Mendampingi AN dalam operan tugas jaga kepada AN yang tugas jaga

berikutnya

14) Memperkenalkan AN yang ada dalam satu grup atau yang akan merawat

selama pasien dirawat atau kepada pasien/keluarga baru

15) Menyelenggarakan diskusi kasus atau conference dengan dokter atau tim

kesehatan lain setiap seminggu sekali

16) Menyelenggarakan diskusi kasus atau conference dalam pertemuan rutin

keperawatan di ruangan minimal sebulan sekali

17) Menyelenggarakan diskusi kasus atau conference sesuai prosedur

18) Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas

19) Menggantikan tugas PJ ruang pada pagi hari jika PJ ruang tidak ada

20) Mendelegasikan tugas kepada AN pada sore, malam, libur

82

Page 83: Pengkajian manajemen jadi

21) Memberikan bimbingan mahasiswa praktek yang ada dalam groupnya dalam

rangka orientasi dan pelaksanaan praktek keperawatan

22) Menginformasikan peraturan dan tata tertib yang berlaku pada pasien atau

keluarga

23) Melakukan visite perkembangan pasien serta persiapan pasien pulang

24) Menerima konsultasi atau keluhan pasien dan berusaha mengatasinya

25) Membuat laporan tugas pada kepala ruang setiap akhir tugas

Tanggung jawab PP :

1) Kebenaran data-data klien dalam proses keperawatan.

2) Kebenaran kajian data keperawatan.

3) Kebenaran diagnosis.

4) Kebenaran rencana tindakan keperawatan.

5) Kebenaran layanan asuhan keperawatan.

6) Kebenaran dan ketepatan pelaksanaan tindakan keperawatan.

7) Kebenaran evaluasi.

8) Kebenaran kesimpulan.

9) Kebenaran dan ketetapan pendidikan kesehatan pada pasien.

10) Pemenuhan kebutuhan kesehatan pasien dengan kolaborasi tim

11) Kebenaran dan kelengkapan isian dokumen asuhan keperawatan.

12) Kebenaran bimbingan dan arahan kepada anggota tim primer keperawatan dan

siswa/mahasiswa.

13) Kebenaran dan kelengkapan laporan dan dokumen asuhan keperawatan.

83

Page 84: Pengkajian manajemen jadi

Wewenang PP :

1) Mengatur dan membimbing PA, siswa/mahasiswa dalam tim keperawatan yang

menjadi tanggung jawabnya.

2) Meminta bahan dan perangkat kerja yang dibutuhkan untuk pelaksanaan

asuhan dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien.

3) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan.

4) Melakukan konsultasi dan koordinasi tugas dengan penanggung jawab ruang.

5) Melakukan asuhan dan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan prima.

6) Mendelegasikan tugas pada PA

Tugas PP yang mendukung pelaksanaan sistem pemberian asuhan keperawatan

dengan Metode Primer Modifikasi (MPM) (standar uraian tugas RSUP DR.

Soeradji Tirtonegoro 2005) :

1) Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari dan kepada AN

yang ada dalam satu grup

2) Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang kondisi pasien segera setelah

selesai operan setiap pasien

3) Melakukan do’a bersama setiap awal dan akhir tugas yang dilakukan setelah

selesai serah terima operan tugas jaga

4) Mengikuti pre conference yang dilakukan PP setiap awal tugas

5) Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung

jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan

6) Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di rekam keperawatan

84

Page 85: Pengkajian manajemen jadi

7) Melakukan konsultasi tentang masalah pasien/keluarga kepada PP

8) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien yang

menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan

9) Menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha untuk mengatasinya

10) Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi

tanggung jawabnya

11) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi

tanggung jawabnya

12) Mengikuti post conference yang diadakan oleh PP pada setiap akhir tugas dan

melaporkan kondisi dan perkembangan semua pasien yang menjadi tanggung

jawabnya kepada PP

13) Bila tak ada PP wajib mengenalkan AN yang ada dalam grup yang akan

memberikan asuhan keperawatan pada jaga berikutnya kepada pasien/keluarga

baru

14) Melaksanakan pendelegasian tugas PP pada sore malam libur

15) Berkoordinasi dengan PPJR/dokter/tim kesehatan lain bila ada masalah pasien

pada sore malam libur

16) Mengikuti diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan lain setiap seminggu

sekali

17) Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan di ruangan

18) Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN

19) Membantu melakukan bimbingan PKK kepada peserta didik keperawatan.

85

Page 86: Pengkajian manajemen jadi

Tanggung jawab PA :

1) Kebenaran asuhan keperawatan meliputi kajian diagnosis, rencana tindakan

keperawatan.

2) Kebenaran dan ketepatan pelayanan asuhan meliputi tindakan dan evaluasi

keperawatan.

3) Kelengkapan bahan dan peralatan kesehatan.

4) Kebersihan pasien dan alat-alat keperawatan.

5) Kebenaran isian rekam keperawatan.

6) Kebenaran infomasi/bimbingan/penyuluhan kesehatan kepada pasien/keluarga.

7) Ketepatan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif.

8) Pemenuhan kebutuhan kesehatan pasien dengan kolaborasi tim

9) Kebenaran dan bimbingan dan arahan kepada anggota tim primer keperawatan

dan mahasiswa

Wewenang PA :

1) Memeriksa kelengkapan peralatan ruang rawat.

2) Meminta bahan dan perangkat kerja sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan

tugas.

3) Melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa dan perencanaan keperawatan

bagi pasien baru pada saat PP tidak bertugas (S/M/HL).

4) Melakukan asuhan keperawatan pasien.

5) Melaporkan asuhan keperawatan pasien ke PJ tugas jaga dan PP.

Tata Cara Hubungan Kemitraan Professional Antara Staf Keperawatan

Dengan Dokter/Tim Kesehatan Lain :

86

Page 87: Pengkajian manajemen jadi

1) PP dan PA melakukan visite bersama dengan dokter/tim kesehatan lain yang

merawat

2) PP melakukan diskusi kasus dengandokter/tim kesehatan lain minimal satu kali

seminggu

3) hubungan professional/kemitraan dengan dokter/tim kesehatan lain tercermin

dalan dokumen rekam medik

4) PP dan PA dapat segera memberikan data pasien yang akurat dengan cepat dan

tepat kepada dokter/tim kesehatan lain bila diperlukan

5) PP/PA menggunakan rekam medik sebagai sarana hubungan profesinal dalam

rangka pelaksanaan program kolaborasi

6) dokter/tim kesehatan lain menggunakan rekam keperawatan sebagai sarana

hubungan professional dalam rangka program kolaborasi.

7) Dokter/tim kesehatan lain mengetahui setiap pasien siapa PP-nya.

8) PP memfasilitasi pelaksaan konsultasi pasien/keluarga dengan dokter/tim

kesehatan lain.

Tata Cara Hubungan Profesional antara staf keperawatan dengan pasien :

1) Kepala ruang melakukan supervisi seluruh pasien yang ada di ruangan setiap

awal dinas.

2) PP dan PA mensupervisi seluruh pasien yang menjadi tanggung jawabnya

segera setelah menerima operan tugas setiap pasien.

3) PP menginformasikan peraturan dan tata tertib RS yang berlaku kepada setiap

pasien atau keluaga baru.

4) PP memperkenalkan perawat dalam satu grup yang akan merawat selama

pasien berada di rumah sakit.

5) PP dan PA melakukan visite atau monitoring pasien untuk mengetahui

perkembangan atau kondisi pasien

87

Page 88: Pengkajian manajemen jadi

6) PP memberikan penjelasan setiap rencana tindakan atau program tindakan

pengobatans sesuai wewenang dan tanggung jawabnya

7) Setiap akan melakukan tindakan keperawatan PP dan PA memberikan

penjelasan atas tindakan yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarga

8) kesediaan PP dan PA untuk menerima konsultasi atau keluhan pasien/keluarga

dan berusaha untuk mengatasinya

9) pasien atau keluarga mengetahui siapa PP atau perawat yang bertangung jawab

selama ia dirawat dan ditulis pada papan nama pasien

10) PP dan PA memberitahu dan mempersiapkan pasien yang akan pulang.

Tata cara serah terima jaga (operan) :

1) Menyiapkan tempat untuk serah terima tugas jaga

2) Serah terima tugas jaga diikuti KaRu, PP, PA

3) Didahului dengan doa bersama

4) Komunikasi antar pemberi tanggung jawab dan penerima tanggung jawab

dilakukan di depan pintu dengan suara pelan dan tidak ribut

5) Menyebutkan identitas pasien dengan diagnosis medik, diagnosa keperawatan,

tindakan keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu pelaksanaannya

6) Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan keperawatan yang belum

dilakukan

7) Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama shift

8) Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah dilakukan (bila ada)

9) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan

10) Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta waktunya yang dilakukan

selama shift

11) Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama shift

88

Page 89: Pengkajian manajemen jadi

12) Menginformasikan kepada pasien atau keluarga nama perawat shift berikutnya

pada akhir tugas

13) Memberi salam kepada pasien, menanyakan keluhan-keluhan pasien (dalam

rangka klarifikasi)

Tata cara Meeting Morning

1) KaRu menyiapkan tempat untuk melakukan meeting morning

2) KaRu memberikan arahan kepada staf dengan materi yang telah disiapkan

sebelumnya

3) KaRu melakukan klarifikasi apa yang telah disampaikan kepada staf

4) Memberikan kesempatan staf untuk mengungkapkan permasalahan yang

muncul di ruangan

5) Bersama- sama staf mendiskusikan pemecahan masalah yang dapat ditempuh

6) KaRu memberi motivasi dan reinforcement kepada staf

7) Meeting morning diikuti oleh seluruh staf

b. Kajian data

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang mendalam mengenai pelaksanaan

pelayanan keperawatan di ruang AB kepada kepala ruang didapatkan data sebagai

berikut:

1) Dalam pengorganisasian di ruang AB menggunakan metode fungsional, dimana

satu ruangan di pimpin Kepala Ruang dan dibantu oleh perawat pelaksana .

Model keperawatan fungsional didasarkan pada beberapa alasan antara lain:

a) Lebih efisien

b) Jumlah tenaga perawat yang sedikit

89

Page 90: Pengkajian manajemen jadi

c) Keperawatan primer tidak digunakan karena sebagai perawat primer harus

mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan.

Untuk menunjang pelayanan praktek Profesional diharapkan untuk diubah ke dalam

Model Praktik Pelayanan Profesional yang disesuaikan dengan kemampuan ruangan.

Tabel 19Evaluasi Tugas Kepala Ruang Terhadap Sistem

Asuhan KeperawatanDengan Model TIMdi Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali

tanggal 7 – 9 September 2015

No. Uraian Tugas ObservasiSelalu

(3)Sering

(2)

Kadang

(1)

Tidak pernah

(0)1. Apakah kepala ruang melakukan

meeting morninging secara rutin?V

2. Apakah kepala ruang membagi tugas, kepada PP dan PA setiap hari?

V

3. Apabila ada permasalahan diruang, apakah kepala ruang dapat menyelesaikan dengan baik bersama, dengan perawat ruangan?

V

4. Apakah kepala ruang memberikan motivasi kerja kepada staf keperawatan ?

V

5. Apakah kepala ruang melakukan supervisi keperawatan secara rutin?

V

6. Apakah kepala ruang mengevaluasi tugas-tugas PP/PA secara rutin?.

V vV

7. Apakah kepala ruang dalam membuat jadwal dinas disesuaikan dengan:a.Harianb.Bulananc.Jenis Kelamin

V

8. Apakah kepala ruangmengadakan rapat ruang secara rutin

V

9. Setiap ada kasus keperawatan yang V

90

Page 91: Pengkajian manajemen jadi

menarik apakah kepala ruang mengadakan pembahasan kasus?

10. Apakah kepala ruang membuat perencanaan untuk pengembangan SDM?

V

11. Apakah kepala ruang membuat rencana kerja :a.Harian

b. MingguanC. Bulanan

V

12 Apakah kepala ruang mengikuti operan tugas perawat dari jaga malam secara rutin

V

13 Apakah kepala ruang melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staf melalui daftar hadir yang ada di ruangan ?

V

14 Apakah kepala ruang menguasai permasalahan yang ada di ruangan ?

V

15. Apakah kepala ruang bisa sebagai konsultan?

V

16. Apakah kepala ruang bisa berperan sebagai role model ?

V

Jumlah 56,25% 25% 6,25% 12,5%Sumber: Data primer Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali (2015)

1) Analisa dan Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 7 – 9 September 2015, di

dapatkan data sebanyak 56.25% bahwa kepala ruang di Neonatologi sudah

melakukan tugasnya dengan cukup baik sesuai dengan metode tim yang ada dan

dalam pembagian tugas tim perawat kapala ruang sudah menyesuaikan dengan

kuantitas serta kualitas perawat yang ada didalam ruangan tersebut. Serta sudah

sesuai dengan beban kerja masing -masing perawat.

Tabel 20Hasil Evaluasi Tugas Ka Tim dalam sistem Asuhan Keperawatan dengan Model

Timdi Ruang Neonatologi RSUD PANDAN ARANG Boyolali Tanggal 7-9 September

2015

No Tugas Primary Nursing Sll Srng kdng Tdk

91

Page 92: Pengkajian manajemen jadi

(3) (2) (1) prnh(0)

1 Apakah Ka Tim melakukan operan jaga malam bersama dengan AN

V

2 Apakah Ka Tim melakukan konfirmasi atau supervisi tentang kondisi pasien segera setelah operan tugas jaga setiap pasien

V

3 Apakah Ka Tim mengajak AN untuk melakukan doa bersama pada waktu mengawali dan mengakhiri tugas

V

4 Apakah Ka Tim melakukan prekonfren dengan semua AN yang ada dalam grupnya setiap awal dinas pagi

V

5 Apakah Ka Tim membagi tugas atau pasien kepada AN sesuai kemampuan dan beban kerja

V

6 Apakah Ka Tim melakukan pengkajian menetapkan masalah apa diagnose dan perencanaan keperawatan kepada semua pasien yang menjadi tanggung jawab dan pendokumentasian kedalam RM pasien

V

7 Apakah Ka Tim memonitor tugas AN V8 Apakah Ka Tim membantu tugas AN untuk

kelancaran pelaksanaan asuhan keperawatan pasienV

9 Membantu tugas AN untuk kelancaran pelaksanaan askep

V

10 Apakah Ka Tim melakukan evalusi hasil keperawatan setiap sesuai tujuan yang ada dalam perencanaan asuhan keperawatan dan ada bukti dalak RM

V

11 Apakah Ka Tim melakukan post konfrent pada akhir dinas

V

12 Apakah Ka Tim mendampingi AN dalam operan tugas jaga

V

13 Apakah Ka Tim memperkenalkan AN yang akan merawat selama pasien dirawat, kepada pasien atau keluarga baru

V

14 Apakah Ka Tim menyelenggarakan diskusi kasus confront dengan dokter atau tim kesehatan lain setiap seminggu sekali

V

15 Apakah Ka Tim menyelenggarakan diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan diruangan minimal 1 bulan sekali

V

16 Apakah Ka Tim menggantikan kepala ruang, bila kepla ruang tidak ada

V

17 Apakah Ka Tim mendelegasikan tugas AN pada dinas siang atau malam atau hari libur

V

18 Apakah Ka Tim memberikan bimbingan praktek keperawatan kepada mahasiswa yang ada dalam grupnya

V

92

Page 93: Pengkajian manajemen jadi

19 Apakah Ka Tim menginformasikan peraturan dan tata tertib yang berlaku pada pasien dan keluarga

V

20 Apakah Ka Tim melakukan supervisi perkembangan persiapan pulang

V

21 Apakah Ka Tim menerima konsultasi atau keluhan pasien dan berusaha mengatasinya

V

22 Setiap akhir tahun apakah Ka Tim membuat laporan tugas kepada kepala ruang

V

23 Apakah Ka Tim bisa sebagai rol model VJumlah 17,3

9%26,09%

30,43%

26,09%

Total (%)

Sumber : Data Primer Ruang Neonatalogi RSUD Pandan Arang Boyolali (2015)

Analisa data

Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 7 – 9 September 2015, di dapatkan

data sebanyak 30,43% bahwa Ka Tim belum melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung

jawabnya. Ka Tim melaksanakan tugasnya dengan baik apabila Ka Tim tidak bisa

melaksanakan didelegasikan kepada AN.

Tabel 21Evaluasi Pelaksanaan Tugas Perawat Associate

di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang BoyolaliTanggal 7-9 September 2015

No Uraian Tugas

Observasi

Sll(3)

Sering (2)

Kdng2(1)

Tidak pernah

(0)1 Apakah Ka Tim Melaksanakan operan tugas setiap awal dan

akhir jaga dari dan kepada AN yang ada dalam satu grupV

2 Apakah AN Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang kondisi pasien segera setelah selesai operan setiap Pasien

V

3 Apakah AN Melakukan do’a bersama setiap awal dan akhir tugas yang dilakukan setelah selesai serah terima operan tugas jaga

V

4 Apakah AN Mengikuti pre conference yang dilakukan Ka Tim setiap awal tugas

V

5 Apakah AN Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan

V

6 Apakah AN Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di rekam keperawatan

V

93

Page 94: Pengkajian manajemen jadi

7 Apakah AN Melakukan konsultasi tentang masalah pasien/keluarga kepada Ka Tim

V

8 Apakah AN Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan

V

9 Apakah AN Menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha untuk mengatasinya

V

10 Apakah AN Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya

V

11 Apakah AN Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya

V

12 Apakah AN Mengikuti post conferance yang diadakan oleh Ka Tim pada setiap akhir tugas dan melaporkan kondisi dan perkembangan semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya kepada Ka Tim

V

13 Apakah AN Melaksanakan pendelegasian tugas Ka Tim pada sore malam libur

V

14 Apakah AN Berkoordinasi dengan PPJR/dokter/tim kesehatan lain bila ada masalah pasien pada sore malam libur

V

15 Apakah AN Mengikuti diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan lain setiap seminggu sekali

V

16 Apakah AN Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan di ruangan

V

17 Apakah AN Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN V18 Apakah AN Membantu melakukan bimbingan PKK kepada

peserta didik keperawatan.V

Jumlah 5,56% 33,3% 38.8%

22,2%

Skor = Sumber Data Primer Ruang Neonatologi 2015

Analisa data

Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 7-9 September 2015, di dapatkan data

sebanyak 38,8% bahwa AN belum melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya.

Tabel 22Evaluasi Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan

di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang BoyolaliTanggal 7-9 September 2015

NOObservasi

ObservasiSll(3)

Srng (2)

kdng(1)

Tdk prnh(0)

94

Page 95: Pengkajian manajemen jadi

1 Penanggung Jawab Pelayanan mengadakan pertemuan rutin Karu minimal 1x/minggu

V

2 Kepala ruang mengadakan pertemuan rutin dengan seluruh staf kep minimal sebulan sekali

V

3 Kepala ruang mengadakan pertemuan rutin dengan PP minimal 1x/minggu

V

4 PP mengadakan pre dan post conference pada setiap awal dan akhir jaga pagi

V

5 PP menerima serah terima dari PA yang tugas jaga sebelumnya V

6 PP mendampingi serah terima tugas jaga antara PA pada tugas jaga berikutnya.

V

7 PA melaksanakan serah terima tugas jaga dari jaga sebelum dan kepada tugas jaga berikutnya.

V

8 PP melakukan dokumentasi askep terutama dalam pengkajian, menetapkan diagnosa dan penyusunan rencana keperawatan.

V

9 PA melakukan dokumentasi askep terutama dalam hal pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.

V

10 PP membuat laporan tugas pada Kepala Ruang setiap akhir tugas terutama keadaan umum pasien dan permasalahan yang ada.

V

11 PP melakukan motivasi/bimbingan/reinforcement dengan PA setiap hari

V

12 PA menggantikan tugas PP bila PP tidak ada V

13 Apakah PA menggantikan tugas kepala ruang atau Penanggung jawab ruang pada tugas siang,malam atau hari libur.

V

Jumlah 38,4%

15,3%

38,4%

7,69%

Persentase = item x n pengamatanx 100% Itemx n total

66,67%

Analisa data

Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 7-9 September 2015, di

dapatkan data sebanyak 66.67 % antar staf keperawatan sudah melakukan

hubungan professional di Ruang Neonatologi dengan cukup baik, sedangkan

33,33% belum maksimal dalam melakukan hubungan profesional.

Tabel 22Evaluasi Hubungan Profesional Antara Staf Keperawatan

dengan Dokter/Tim Kesehatan di Ruang NeonatologiRSUD Pandan Arang Boyolali September 7-9 September 2015

No VARIABEL YANG DINILAI Observasi

95

Page 96: Pengkajian manajemen jadi

Selalu(3)

Sering (2) Kadang

(1)

Tidak Pernah

(0)1 Apakah PP atau PA melakukan visite bersama dengan

dokter/tim kesehatan lain yang merawat V

2 Apakah PP melakukan diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan minimal 1x/minggu.

V

3 Apakah Hubungan profesional/kemitraan dengan dokter/tim kesehatan lain tercermin dalam dokumen rekam medik.

V

4 Apakah PP atau PA dapat segera memberikan data pasien yang akurat dengan cepat dan tepat kepada dokter/tim kesehatan lain bila dibutuhkan.

V

5 Apakah PP /PA menggunakan rekam medik sebagai sarana hubungan professional dalam rangka pelaksanaan program kolaborasi.

V

6 Apakah Dokter/tim kesehatan lain menggunakan rekam keperawatan sebagai sarana hubungan professional dalam rangka program kolaborasi.

V

7 Apakah Dokter/Tim kesehatan yang lain mengetahui setiap pasien siapa PP nya.

V

8 Apakah PP memfasilitasi pelaksanaan konsultasi pasien/keluarga dengan dokter/tim kesehatan lain.

V

Jumlah 71,42%

Analisa data

Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 7-9 September 2015, di

dapatkan data sebanyak 71,42 % bahwa antara staf keperawatan dengan

dokter/tim kesehatan lain sudah melakukan hubungan professional di

Neonatologi, sedangkan 28,58% belum maksimal dalam melakukan hubungan

professional antara staf keperawatan dengan dokter/tim kesehatan lain.

Tabel 23Evaluasi Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga (Operan)

Di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali Tanggal 7-9 September 2015

No Variabel yang dinilaiObservasiPre

96

Page 97: Pengkajian manajemen jadi

Selalu Sering Kadang Tidak pernah

1 Serah terima didahului dengan doa bersama V2 Komunikasi anatar pemberi tanggung jawab dan penerima tanggung

jawab dilakukan di depan pintu dengan suara perlahan/ tidak rebutV

3 Menyebutkan identitas pasien, dx medis, dx dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu pelaksanaannya

V

4 Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan keperawatan yang belum dilakukan

V

5 Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama shift V6 Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah dilakukan (bila

ada)V

7 Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan V8 Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta waktunya yang

dilakukan selama shiftV

9 Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama shift V10 Menginformasikan kepada pasien/ keluarga nama perawat shift

berikutnya pada akhir tugasV

11 Memberi salam kepada pasien, keluarga serta mengobservasi dan menginspeksi keadaan pasien, menanyakan keluhan- keluhan pasien (dalam rangka klarifikasi)

V

Jumlah Total (%) 71,42%

Sumber : hasil observasi tanggal 7-9-2015

Analisa Data

Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 7-9 September 2015, di dapatkan

data sebanyak 71,42% bahwa perawat ruang di Neonatologi sudah melakukan operan dengan

cukup baik sesuai dengan masing-masing tim, dalam kegiatan operan jaga perawat sudah

menyampaikan hasil kegiatan pada masing-masing tim pada perawat lain yang jaga pada shift

tersebut dan perawat saat operan sudah menyampaikan apa yang telah dilakukan selama jaga

shift dan itu sudah dilakukan didepan masing-masing bed pasien sehingga perawat yang

bergantian jaga mengatahui kondisi masing-masing pasien yang sebenarnya.

Tabel 24Evaluasi Pelaksanaan Meeting Morning Kepala Ruang di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali

Tanggal 7-9 September 2015

No Variabel yang dinilai Pelaksanaan

97

Page 98: Pengkajian manajemen jadi

Sll sering kadang Tdk prnh

1. Ka. Ru menyiapkan tempat untuk melakukan meeting morning

V

2. Ka. Ru memberikan arahan kepada staff dengan materi yang telah disiapkan sebelumnya

V

3. Ka. Ru melakukan klarifikasi apa yang telah disampaikan kepada staff

V

4. Memberikan kesempatan staff untuk mengungkapkan permasalahn yang muncul di ruangan

V

5. Bersama-sama staff mendiskusikan pemecahan masalah yang dapat ditempuh

V

6. Ka. Ru memberi motivasi dan reinforcement kepada staff VJumlah Total (%) 100%

Sumber: Data primer Ruang Neonatologi, 2015

Analisa data

Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 7-9 September 2015, di

dapatkan data sebanyak 100% bahwa kepala ruang Neonatologi kadang-kadang

melaksanakan meeting morning setiap pagi sebelum pre conference dilakukan.

Tabel 25Evaluasi Pelaksanaan Pre Conference di Ruang Neonatologi

RSUD Pandan Arang Boyolali 7-9 September 2015

No Variabel yang Dinilai Pre Orientasi

Ya (1) Tidak (0)N N

1 Menyiapkan ruang/ tempat V2 Menyiapkan rekam medic pasien yang menjadi tanggung jawabnya V

3 Menjelaskan tujuan dilakukan pre-conference V4 Memandu pelaksanaan pre-conference V5 Menjelaskan masalah keperawatan pasien dan rencana keperawatan

yang menjadi tanggung jawabnyaV

6 Membagi tugas kepada AN sesuai kemampuan yang dimiliki dengan memperhatikan keseimbangan kerja

V

7 Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan pasien/ tindakan V8 Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian masalah

yang sedang didiskusikanV

9 Mengklarifikasikan kesiapan AN untuk melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya

V

10 Memberikan reinforcement positif pada AN V11 Menyimpulkan hasil pre conference V

Jumlah 0Total (%) 0%

98

Page 99: Pengkajian manajemen jadi

Sumber: Data primer Ruang Neonatologi, 2015

Analisa data

Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 7-9 September 2015, di

dapatkan data sebanyak 0 % bahwa kepala ruang Neonatologi belum memimpin

pre conference dengan baik dan tindakan pre conference belum dilakukan di

ruang Neonatologi.

Tabel 26Evaluasi pelaksanaan Post Conference

di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang BoyolaliNo Variabel yang dinilai Pre Orientasi

Sll Sering Kadang Tdk prnah

1. Menyiapkan ruang atau tempat V2. Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung

jawabnyaV

3. Menjelaskan tujuan dilakukannya post conference V4. Menerima penjelasan dari PA tentang hasil tindakan atau

hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan PAV

5. Mendiskusikan masalah yang ditemukan dalam memberikan askep pasien dan mencari upaya penyelesaian masalah

V

6. Memberikan reinforcement kepada PA V7. Menyimpulkan hasil post conference V8. Mengklarifikasi pasien sebelum melakukan operan tugas

jaga shif jaga berikutnya (melakukan ronde keperawatan)V

Jumlah 8Total (%) 100%

Tanggal 7-9 september 2015Sumber : Data Primer Ruang Neonatologi,2015

Analisa data

Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 7-9 September 2015, di

dapatkan data sebanyak 100% belum melakukan post conference sebelum operan jaga

siang dimulai.

Actuating

99

Page 100: Pengkajian manajemen jadi

a. Kajian Teori

Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerakan semua kegiatan yang

telah dituangkan dalam fungsi pengorganisasian untuk mencapai tujuan organisasi

yang telah dirumuskan dalam fungsi perencanaan. Menurut buku pedoman uraian

tugas tenaga keperawatan di Rumah Sakit tugas penanggung jawab unitan/kepala

1unitan sebagai penggerak dan pelaksanaan (P2) terdiri dari:

1. Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan di unit rawat,

melalui kerja sama dengan petugas lain yang bertugas di unit rawatnya.

2. Menyusun jadwal/daftar dinas tenaga keperawatan dan tenaga lain sesuai

kebutuhan pelayanan dan peraturan yang berlaku di RS.

3. Melaksanakan orientasi kepada tenaga keperawatan baru/tenaga lain yang akan

kerja di unit rawat

4. Memberikan orientasi kepada siswa/mahasiswa keperawatan yang

menggunakan unit rawatnya sebagai lahan praktek.

5. Memberi orientasi kepada pasien/keluarganya meliputi: penjelasan tentang

peraturan RS, tata tertib unit rawat, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya

serta kegiatan rutin sehari-hari

6. Membimbing tenaga keperawatan untuk melaksanakan pelayanan/asuhan

keperawatan sesuai standar

7. Mengadakan pertemuan berkala/sewaktu-waktu dengan staf keperawatan dan

petugas lain yang bertugas di unit rawatnya.

8. Memberi kesempatan/ijin kepada staf keperawatan untuk mengikuti kegiatan

ilmiah/penataran dengan koordinasi kepala instalasi/kepala bidang keperawatan

100

Page 101: Pengkajian manajemen jadi

9. Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai kebutuhan

berdasarkan ketentuan/kebijaksanaan RS

10. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan alat agar selalu dalam keadaan

siap pakai

11. Mendampingi visite dokter dan mencatat instruksi dokter, khususnya bila ada

perubahan program pengobatan pasien

12. Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di unit rawat menurut

tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi untuk kelancaran pemberian asuhan

keperawatan

13. Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan

dan kegiatan lain secara tepat dan benar, hal ini penting untuk tindakan

keperawatan.

14. Memberi motivasi kepada petugas dalam memelihara kebersihan lingkungan di

unit rawat.

15. Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di unit rawat

16. Meneliti/memeriksa pengisian daftar permintaan makanan pasien berdasarkan

macam dan jenis makan pasien.

17. Meneliti/memeriksa ulang pada saat penyajian makanan pasien sesuai dengan

program dietnya.

18. Menyiapkan berkas catatan medik pasien dalam masa perawatan di unit

rawatnya dan selanjutnya mengembalikan berkas tersebut ke bagian medical

record bila pasien pulang/keluar dari unit rawat tersebut.

101

Page 102: Pengkajian manajemen jadi

19. Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan serta

kegiatan lainnya di unit rawat, disampaikan kepada atasannya.

20. Membimbing siswa/mahasiswa keperawatan yang menggunakan unit rawatnya

sebagai lahan praktek.

21. Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien/keluarga sesuai kebutuhan dasar

dalam batas wewenangnya.

Tabel 2.37 Evaluasi Actuating di Ruang NeonatologiRSUD Boyolali 2015

No StandarDilakukan

Data Ket.Selalu Kadang

Tidak pernah

1 Pengarahan V Observasi2 Supervisi staf V Observasi3 Koordinasi orientasi

staffV Observasi

4 Orientasi mahasiswa praktek

V Observasi

5 Orientasi pasien/keluarga

V Observasi

6 Memobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan.

V Observasi

7 Memberi motivasi pada anggota

V Wawancara

8 Membuat keputusan V Observasi

9 Manajemen konflik V Wawancara

10 Menelaah kemampuan individu

V Observasi

11 Membimbing tenaga keperawatan

V Observasi

12 Mengadakan pertemuan berkala/sewaku-waktu dengan staff keperawatan & petugas lain yang bertugas diruang rawatnya

V Observasi

13 Memberi kesempatan/ijin kepada staf

V Observasi

102

Page 103: Pengkajian manajemen jadi

keperawatan 14 Mengupayakan

pengadaan peralatan dan obat-obatan

V Observasi

15 Mendampingi visite dokter dan mencatat instruksi dokter

V Observasi

16 Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat menurut tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi untuk kelancaran pemberian asuhan keperawatan

V Observasi

17 Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan

V Observasi

18 Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di ruang rawat

V Observasi

19 Meneliti/memeriksa pengisian daftar permintaan makanan pasien berdasarkan macam dan jenis makan pasien

V observasi

20 Menyiapkan berkas catatan medik pasien

V Observasi

21 Memberi penyuluhan kesehatan

V Observasi

22 Melakukan serah terima pasien dan lain-lain pada saat pergantian dinas

V Observasi

Jumlah 13 7 2

Persentase 59% 32% 9%

Analisis Data

Dari hasil kajian lewat observasi dan wawancara mengenai tugas penanggung

jawab unitan/kepala unitan sebagai penggerak dan pelaksanaan di Ruang

Neonatologi RSUD Boyolali , terdapat 2 item uraian tugas dari total 22 uraian tugas

yang belum terlaksana, meliputi orientasi pasien/keluarga; mengelompokkan pasien

103

Page 104: Pengkajian manajemen jadi

dan mengatur penempatannya di ruang rawat menurut tingkat kegawatan,

infeksi/non infeksi untuk kelancaran pemberian asuhan keperawatan. Beberapa

uraian tugas tersebut belum dapat dilakukan karena keterbatasan waktu, tenaga dan

sarana.

Controlling

a. KajianTeori

Pengawasan adalah membandingkan hasil kinerja dengan standar dan

mengambil tindakan korektif bila kinerja yang didapat tidak sesuai dengan standar.

Pengawasan melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan

ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan pada

pasien.

Fungsi pengawasan mencakup 4 unsur, yaitu :

(1) Penetapan standar pelaksanaan

(2) Penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan

(3) Pengukuran pelaksanaan nyata dibandingkan dengan standar yang ditetapkan

(4) Pengambilan tindakan koreksi

Melalui supervisi:

1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan

langsung secara lisan dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan-kelemahan

yang ada saat itu juga.

2) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim. Membaca

dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan

104

Page 105: Pengkajian manajemen jadi

sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar

laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.

3) Evaluasi

4) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana

keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim

5) Audit keperawatan.

Menurut buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di RS, tugas kepala

unit sebagai controlling/pengawasan, pengendalian dan penilaian (P3) meliputi :

1) Mengendalikan dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah

ditentukan.

2) Mengawasi dan menilai siswa/mahasiswa keperawatan untuk memperoleh

pengalaman belajar sesuai tujuan program bimbingan yang telah ditentukan.

3) Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan yang berada dibawah

tanggung jawabnya.

4) Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga keperawatan,

peralatan dan obat-obatan.

5) Mengawasi dan menilai mutu asuhan keperawatan sesuai standar yang berlaku

secara mandiri atau koordinasi dengan tim pengendalian mutu asuhan

keperawatan.

Untuk keperluan mengevaluasi hasil kerja diperlukan terlebih dahulu persiapan :

- Standard operation procedure.

- Standar/pedoman diagnosis dan terapi.

- Indikator penilaian penampilan

105

Page 106: Pengkajian manajemen jadi

Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi terakhir dari proses

manajemen. Ada 3 macam pengawasan yaitu :

1) Pengendalian pendahuluan, yaitu pengendalian ini dipusatkan pada

permasalahan pencegahan timbulnya penyimpangan-penyimpangan dari

bawahan terhadap kinerja pemberi pelayanankeperawatan, baik sumber daya,

SDM, bahan/alat maupun dana.

2) Concurent control, pengendalian ini berlangsung saat pekerjaan berlangsung

guna memastikan sasaran tercapai.

Feedback control. Pengendalian ini untuk mengontrol terhadap hasil dari

pekerjaan yang telah diselesaikan, jika ada penyimpangan akan merupakan

pelajaran untuk aktifitas yang sama di masa yang akan datang.

Tabel 2.38 Evaluasi Controlling di Ruang NeonatologiTanggal 7 – 9 September 2015

NoStandar

DilakukanData Keterangan

Selalu KadangTidak pernah

1 Pengawasan langsung melalui inspeksi

V Observasi Karu kadang membantu tindakan yang dilakukan perawat

2 Pengawasan langsung melalui laporan langsung secara lisan

V Observasi Karu menanyakan tentang pelaksanaan tugas dan keadaan umum kepada pasien

3 Pengawasan langsung melalui

V Wawancara Karu kadang mengecek laporan

106

Page 107: Pengkajian manajemen jadi

laporan tertulis perawat4 Pengawasan

kelemahan yang adaV Wawancara Karu kadang

mengevaluasi kekurangan timNya

5 Pengawasan tidak langsung dengan mengecek daftar hadir perawat yang ada

V Wawancara Mengecek daftar hadir perawat kadang dilakukan

6 Pengawasan tidak langsung dengan membaca dan memeriksa rencana keperawatan

V Observasi Setiap ada kesempatan karu memeriksa catatan asuhan keperawatan

7 Pengawasan dengan mendengar laporan dari Perawat mengenai pelaksanaan tugas

V Observasi Perawat memaparkan keadaan pasien, tindakan yang telah dilakukan

8 Evaluasi upaya pelaksanaan

V Observasi Saat evaluasi di lakukan dengan cara melihat kondisi umum pasien dan catatatan medik pasien

9 Membandingkan dengan rencana perawatan yang telah disusun bersama dengan Perawat

V Observasi

10 Pengawasan yang dilakukan oleh kepala ruang :- Sosialisasi

kebijakan- Mengatur &

mengendalikan pelaksanaan kebijaksanaan

- Mengecek kelengkapan inventaris peralatan

- Mengecek obat – obatan yang tersedia

- Melakukan supervisi

- Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan

V

V

V

V

V

V

ObservasiWawancara

Dokumen

Observasi

ObservasiObservasi

Observasi

Wawancara

Penilaian kinerja perawat dilakukan oleh kepala ruang dan bidang keperawatn RS

107

Page 108: Pengkajian manajemen jadi

yang telah ditentukan

- Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan

- Menilai mutu askep sesuai standar yg berlaku secara mandiri/koordinasi dgn tim pengendalian mutu asuhan keperawatan

V

V

Jumlah 2 14 1

Persentase 12% 82% 6%

Analisa Data

Secara keseluruhan kegiatan controlling dalam manajemen pelayanan di Ruang

Neonatologi telah dilakukan, namun kurang optimal. Laporan perkembangan pasien

hanya bisa diketahui saat operan jaga yang ditulis dibuku laporan. Berdasarkan

hasil observasi pengorganisasian di Ruang Neonatologi menggunakan metode

fungsional. Namun masih banyak kekurangan dalam kegiatan controlling yaitu

Karu belum optimal melakukan penilaian mutu askep sesuai standar yang berlaku

secara mandiri/koordinasi dengan tim pengendalian mutu asuhan keperawatan.

Proses Managemen Bimbingan PKK Bagi Mahasiswa Praktikan

Perencanaan (Planning)

a. Kajian teori

Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat professional melalui

kerjasama yang berbentuk kolaborasi dengan pasien dan tenaga kesehatan lain

dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lingkungan, wewenang dan

tanggung jawabnya (Nursalam, 2002).

108

Page 109: Pengkajian manajemen jadi

Bimbingan klinik adalah segala bentuk tindakan edukatif yang dilaksanakan

oleh pembimbing klinik untuk memberikan pengetahuan nyata secara optimal dan

membantu peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan.

Tujuan dari bimbingan klinik adalah membantu peserta didik menyesuaikan

diri dengan lingkungan praktik, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk

mendapatkan pengalaman kerja profesional, membantu peserta didik mengatasi

masalah yang dihadapi di lahan praktik, dan membantu peserta didik mencapai

tujuan praktik klinik.

Dalam usaha meningkatkan keterampilan mahasiswa keperawatan yang

melaksanakan praktik klinik, mahasiswa harus mendapat bimbingan dari

pembimbing PKK yang telah ditunjuk. Untuk memberikan proses bimbingan yang

baik kepada mahasiswa praktik harus mengacu pada protap-protap yang dibuat.

Di RSUD Boyolali proses bimbingan diatur dalam suatu konsep teknis

pelaksanaan bimbingan klinik keperawatan. Bimbingan tersebut diorganisasikan

sebagai berikut :

1. Pengiriman kerangka acuan bidang pendidikan dan pelatihan minimal 1

minggu sebelum pelaksanaan PKK telah mengirim kerangka acuan lengkap ke

unit perawatan yang dipakai sebagai lahan praktik

2. Penentuan lahan praktik

a. Penentuan lokasi praktik diajukan oleh pihak akademik sesuai dengan

kompetensinya dikoordinasikan dengan bidang Diklat.

109

Page 110: Pengkajian manajemen jadi

b. Bidang perawatan atau penanggung jawab bimbingan PKK menyerahkan

kerangka acuan bimbingan PKK, menetapkan lokasi sesuai dengan

kompetansi yang ingin dicapai.

c. Apabila unit PKK yang dituju tidak memungkinkan untuk praktik maka

secara tehnis bidang perawatan melakukan koordinasi dengan institusi

pendidikan dengan menentukan kembali lokasi PKK yang memungkinkan.

3. Rencana penerimaan dan orientasi

a. Penerimaan

Peserta didik diserahkan oleh Direktur institusi pendidikan pada Direktur

rumah sakit.

b. Orientasi

1) Umum

2) Khusus

- Orientasi ruang keperawatan

- Orientasi klien

4. Penyiapan pembimbing praktik

5. Penjelasan pelaksanaan PKK

6. Pembimbing merencanakan metode bimbingan yang akan dilakukan

Tabel 2.38 Evaluasi Planning Proses Bimbingan PKKDi Ruang Neonatologi RSUD Boyolali

7 – 9 September 2015

No Standar Dilakukan Metode Keterangan

1 Pemberitahuan dari Institusi ke Lahan praktek sebelum praktek dengan kerangka acuan lengkapPenentuan lokasi praktek

V Wawancara

Wawancara

Setiap institusi selalu mengumumkan surat pemberitahuan latihan praktek sebelum praktek

110

Page 111: Pengkajian manajemen jadi

2.

3

4

5

lokasi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapaiPenerimaan dan orientasi mahasiswa

Orientasi tugas

Penyiapan pembimbing PKK

V

V

V

V

Wawancara

Wawancara

Wawancara

CI selalu memberikan kesempatan mahasiswa untuk kompetensi

Mahasiswa praktek diterima dan diorientasikan langsung oleh CIBimbingan yang berstruktur

Pengorganisasian (Organizing)

Tabel 2.39 Evaluasi Organizing Proses Bimbingan PKKDi Ruang Neonatologi RSUD Boyolali

No Standar Dilakukan Metode Keterangan1

2

3

4

5

6

Adanya serah terima peserta didikPenetapan pembimbing PKK sesuai kriteria yang ditetapkan

Penjelasan pelaksanaan PKK

Pembagian jadwal dinas

Penentuan sanksi bagi peserta didik

Adanya proses bimbingan dari pembimbing PKK sesuai dengan ketentuan

V

V

V

V

V

V

Observasi

Wawancara

Observasi

Observasi

Observasi

Wawancara

Menerima praktekan diterima oleh karu

Bimbingan praktekan tidak selalu dengan CI karena kesibukan dan jadwal dinas yang berbeda,pendegelasian untuk bimbingan di berikan kepada perawat ruanganSelama pengkajian tidak ada mahasiswa yang mengalami aturan praktek

Jadwal di susun oleh diklat

Peserta didik yang melanggar peraturan akan di beri sanksi menurut ketentuan RSBelum semua metode bimbingan di arahkan

Analisis data

Dari hasil wawancara dan observasi untuk penerimaan maupun bimbingan untuk

mahasiswa sudah dilakukan dengan baik sehingga tidak perlu kami evaluasi

111

Page 112: Pengkajian manajemen jadi

C. Unsur Output

1. Efisiensi Ruang Rawat

a. Kajian Teori

Efisiensi pengelolaan rumah sakit secara garis besar dapat dilihat dari dua segi,

yaitu segi medis meninjau efisiensi dari sudut mutu pelayanan medis dan dari segi

ekonomi meninjau efisiensi dari sudut pendayagunaan sarana yang ada. Grafik

Barber-Johnson adalah grafik yang secara visual dapat menyajikan dengan jelas

tingkat efisiensi kedua segi diatas. Grafik Barber-Johnson menggambarkan

bagaimana pemakaian empat parameter yaitu BOR (Bed Occupancy Rate), LOS

(Length Of Stay), TOI (Turn Over Internal), dan BTO (Bed Turn Over) sebagai

salah satu indikator efisiensi pengelolaan rumah sakit.

Efisiensi pelayanan meliputi 4 (empat) indikator mutu pelayanan kesehatan

rumah sakit, yang meliputi:

1) BOR (Bed Occupancy Rate), merupakan indikator untuk menilai seberapa

efektifitas pemakaian tempat tidur yang ada disuatu ruangan atau rumah sakit

dalam jangka waktu tertentu. Standar nasional untuk RSU dalam satu tahun

adalah 75 – 85%.

BOR = Jumlah hari perawatan X 100%

Jumlah TT X hari perawatan

2) LOS (Length Of Stay), adalah efisiensi yang menunjukkan lama waktu yang

dirawat pada setiap pasien. Semakin pendek Length Of Stay pasien semakin

112

Page 113: Pengkajian manajemen jadi

baik. Waktu rawat yang baik maksimum 12 hari. Standar nasional untuk rumah

sakit dalam satu tahun adalah 7 – 10 hari.

LOS = Lama hari perawatan

Jumlah pasien keluar hidup atau mati

3) TOI (Turn Over Internal), merupakan indikator mutu pelayanan keperawatan

yang menunjukkan waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu antara

satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai dengan diisi lagi. Standar 1 –

3 hari untuk RSU dalam satu tahun.

TOI = Jumlah hari rawat

Jumlah tempat tidur

4) BTO (Bed Turn Over), merupakan indikator yang menunjukkan frekuensi

pemakaian tempat tidur di suatu rumah sakit dalam satu satuan waktu tertentu.

BTO menggambarkan tentang tingkat pemakaian tempat tidur. Standar 4 – 45

kali untuk RSU dalam satu tahun, sedangkan yang baik lebih dari 40 kali

(Djojodibroto, 1997).

BTO = Jumlah pasien keluar (H+M)

Jumlah tempat tidur

Tabel 2.40 Indikator Efisiensi Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali

No. Indikator Standar

01. BOR 75 – 85%02. LOS 7 – 10 Hari03. TOI 1 – 3 hari04. BTO 5 – 45 kali

b. Kajian Data

113

Page 114: Pengkajian manajemen jadi

Tabel 2.41 Efisiensi Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali Bulan Januari

s.d Desember 2014

No Indikator Hasil Standar

01. BOR 54,86 % 75 – 85%02. LOS 4,31 7 – 10 hari03. TOI 3,87 1 – 3 hari04. BTO 42,58 5 – 45 kali

Sumber : Instalasi Catatan Rekam Medik RSUD Pandan Arang Boyolali 2014

c. Analisa Data

1) BOR di ruang Neonatologi pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember

tahun 2014 rata-rata 54,86% dengan demikian pemakaian tempat tidur sudah

memenuhi standar nasional 75-85%.

2) LOS (lama waktu yang dirawat pada setiap pasien ) di ruang Neonatologi pada

bulan Januari sampai bulan Desember 2014 yaitu 4,31 hari, menunjukkan lama

rata-rata hari perawatan lebih cepat jika dibandingkan dengan standar nasional

untuk RSU yaitu 7-10 hari.

3) TOI (waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong) di ruang Neonatologi yaitu

3,87 hari menunjukkan waktu rata-rata tempat tidur kosong lebih cepat dari

standar nasional yaitu 1-3 hari.

4) BTO (Frekuensi pemakaian tempat tidur) di ruang Neonatologi yaitu 42,58 kali

penggunaan yang efisien jika dibandingkan dengan standar nasional 4-45 kali.

2. Hasil Penerapan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) Instrument ABC

Asuhan keperawatan profesional merupakan dasar bagi terselenggaranya pelayanan

prima. Asuhan keperawatan tersebut diberikan oleh tenaga keperawatan yang memiliki

114

Page 115: Pengkajian manajemen jadi

kewenangan dan kompetensi yang telah ditetapkan oleh profesi. Ciri mutu asuhan

keperawatan menurut Depkes RI tahun 1998 adalah :

a. Memenuhi standart profesi

b. Sumber daya dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif

c. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan

d. Memuaskan pasien dan tenaga keperawatan

e. Aspek sosial, ekonomi, budaya, etika, dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan

dihormati.

Oleh karena hal tersebut pemberian asuhan keperawatan yang profesional dan

sesuai standar diharapkan mampu menjawab kompetisi di era global, sehingga pasien

dapat mendapatkan kepuasan dalam pelayanan keperawatan. Mutu asuhan keperawatan

yang prima akan terwujud apabila :

a. Asuhan keperawatan diberikan berdasarkan standar dan kode etik profesi

keperawatan.

b. Dilakukan evaluasi secara periodik dan terus-menerus

c. Ada upaya tindak lanjut untuk perbaikan

d. Komitmen yang tinggi dari seluruh staf keperawatan

Standar penilaian yang digunakan untuk menilai mutu asuhan keperawatan adalah

dengan menggunakan instrumen A, B, dan C. Adapun rentang nilai untuk instrumen

ABC adalah :

a. Kriteria baik (76-100%)

b. Kriteria cukup (56-75%)

c. Kriteria kurang (40-55%)

115

Page 116: Pengkajian manajemen jadi

d. Kriteria tidak baik (kurang dari 40%)

Adapun instrumen A, B, C meliputi :

a. Instrumen A

1) Kajian Teori

Instrumen A merupakan evaluasi terhadap pendokumentasian asuhan

keperawatan yang telah baku. Evaluasi dilakukan terhadap dokumentasi asuhan

keperawatan pasien yang dirawat minimal 3 hari.

Dokumentasi keperawatan adalah sistem pencatatan kegiatan asuhan

keperawatan sekaligus pelaporan semua kegiatan asuhan keperawatan sehingga

terwujud data yang lengkap, nyata dan tercatat tingkat kesakitan pasien

maupun jenis, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi

kebutuhan pasien. Dokumentasi keperawatan merupakan sesuatu yang mutlak

harus ada untuk perkembangan keperawatan, khususnya proses profesionalisasi

keperawatan serta upaya untuk membina dan mempertahankan akontabilitas

perawat dan keperawatan. Dalam membuat dokumentasi harus memperhatikan

aspek-aspek : Keakuratan data, Breavity (ringkas), Legibility (mudah dibaca).

Komponen dokumentasi keperawatan:

a) Pengkajian

Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan

dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan pasien untuk

menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data harus bermanfaat bagi

semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian meliputi

pengumpulan data, pengelompokan data dan perumusan masalah.

116

Page 117: Pengkajian manajemen jadi

Pengumpulan data dari hasil wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan

penunjang.

b) Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah pasien baik aktual

maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data. Diagnosa dirumuskan

berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisa, dibandingkan dengan

fungsi normal kehidupan pasien.

Kriteria diagnosa dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan

pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai dengan wewenang perawat,

dengan komponen terdiri atas masalah, penyebab dan tanda gejala (PES)

atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE) yang bersifat aktual apabila

masalah kesehatan sudah nyata terjadi dan bersifat potensial apabila

masalah kesehatan kemungkinan besar akan terjadi, dapat ditanggulangi

oleh perawat.

c) Rencana keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan

dengan komponen rencana perawatan meliputi prioritas masalah, tujuan

implementasi dan rencana tindakan.

Prioritas masalah ditentukan dengan memberi prioritas utama masalah

yang mengancam kehidupan dan prioritas selanjutnya masalah yang

117

Page 118: Pengkajian manajemen jadi

mengancam masalah kesehatan pasien. Prioritas ketiga adalah masalah

yang mempengaruhi perilaku.

d) Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan

dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi yang mencakup aspek

peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan

mengikut sertakan pasien dan keluarga. tindakan keperawatan, aktivitas

keperawatan.

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus sesuai dengan rencana yang

ada, menyangkut keadaan bio-psiko-sosio-spiritual pasien, menjelaskan

setiap tindakan perawatan yang akan dilaksanakan kepada klien, sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan dengan menggunakan sumber-sumber

yang ada, menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik, menerapkan prinsip

aman, nyaman, ekonomis, menjaga privasi, dan mengutamakan

keselamatan pasien, melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon

pasien, merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam

keselamatan pasien, mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan,

merapikan pasien dan alat setiap selesai tindakan, melaksanakan tindakan

perawatan pada posedur teknik yang telah ditentukan

e) Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan secara periodik sistematis, dan berencana

untuk menilai perkembangan keadaan pasien. Evaluasi dilaksanakan

dengan memeriksa kembali hasil pengkajian awal dan intervensi awal

118

Page 119: Pengkajian manajemen jadi

untuk mengidentifikasi masalah dan rencana keperawatan pasien termasuk

strategi keperawatan yang telah diberikan untuk memecahkan masalah

pasien. Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain dan

dilakukan sesuai dengan standar.

f) Catatan asuhan keperawatan:

Pencatatan merupakan data tertulis tentang kesehatan pasien dan

perkembangan pasien selama dalam pemberian asuhan keperawatan.

Pencatatan dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan.

Pencatatan dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi, dan

laporan, dilakukan setelah tindakan dilaksanakan. Penulisan harus jelas

dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku sesuai dengan

pelaksanaan proses keperawatan. Setiap pencatatan harus mencantumkan

paraf dan nama perawat yang melaksanakan tindakan dan waktu

pelaksanaan dan menggunakan formulir yang telah ada dan disi3mpan

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2) Kajian Data

Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan instrument A yang sudah

dibakukan oleh Depkes (1997). Studi dokumentasi dilakukan pada 10

dokumentasi pasien di ruang AB dengan kriteria pasien pulang dan pasien

dengan lama perawatan minimal 3 hari. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :

119

Page 120: Pengkajian manajemen jadi

Tabel 27

Hasil Evaluasi Penerapan Standar Asuhan KeperawatanDi Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali

Tanggal 7-9 September 2015 (N = 5)

No Aspek yang dinilai

Rata-rata(%)

Keterangan

1. Pengkajian 72% - Dari data di dapat skore 72% pengkajian masuk kriteria cukup, perawat melakukan pengkajian langsung setelah pasien datang sesuai dengan penyakitnya.

- Masalah sebagian belum dirumuskan berdasarkan pengkajian yang diperoleh sesuai pola fungsi gordon dan pengkajian belum semuanya lengkap, masih ada sebagian yang lupa di isi missal nya identitas pasien.

- 50% perawat yang mengkaji belum semua menulis nama terang dan tanda tangan serta nama pengkaji di awal pengkajian

2. Diagnosa 33,3 % - Sebagian besar diagnosa keperawatan belum mencakup etiologi dan problem (PE).

3. Perencanaan 59,94 % - Sebagian perencanaan belum diprioritaskan berdasarkan masalahnya

- tujuan tidak menuliskan kriteria hasil- Rencana tindakan sebagian belum ada

keterlibatan keluarga dan pendidikan kesehatan

4. Tindakan 60 % - Terdapat beberapa tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan perencanaan sebelumnya

5. Evaluasi 80 % - Evaluasi sudah ditulis setiap shift secara keseluruhan, tetapi belum berbentuk SOAP

6. Dokumentasi 96 % - Pencatatan yang dilakukan sebagian tidak mencantumkan nama terang dan tanda tangan, sebagian hanya mencantumkan nama saja atau tanda tangan saja

- Sebagian pencatatan ditulis tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan

Rata-rata 66,87 %

120

Page 121: Pengkajian manajemen jadi

c. Analisa Data Pre Implementasi

1) Pengkajian

Berdasarkan hasil studi dokumentasi terhadap 5 rekam medik pasien yang

dirawat di Ruang Neonatologi didapatkan nilai rata-rata 66,87% untuk 5 tahap

pendokumentasian yang mana berarti pendokumentasian asuhan keperawatan di

Ruang Neonatologi cukup baik.

Untuk itu diharapkan perawat meningkatkan mutu dari dokumentasi asuhan

keperawatan terutama di beberapa poin sebagai berikut:

b. Analisa data disesuaikan dengan pengkajian yang kemudian dibuat tujuan dan

kriteria hasil dengan komponen SMART serta disusun berdasarkan prioritas

masalah.

c. Pelaksanaan intervensi keperawatan terhadap pasien didokumentasikan secara

urut berdasarkan tanggal dan waktu dilakukan tindakan setelah itu perawat

hendaknya mencantumkan nama dan paraf di samping tulisan tindakan yang

dilakukan sebagai aspek legal dokumentasi keperawatan.

1) Diagnosa keperawatan

Dalam menuliskan diagnosa keperawatan, perawat belum mencangkup etiologi

dan problem (PE). Diagnosa belum dibuat prioritas masalah dari kondisi

pasien. Dari keseluruhan pengkajian diagnosa keperawatan sebesar 33,3%

dengan katagori tidak baik dan sebaiknya perlu untuk di tingkatkan pada

perumusan diagnosa keperawatan dengan benar.

2) Perencanaan

Dari hasil observasi pendokumentasian tahap perencanaan yaitu 59,94%,

sebagian besar sudah sesuai dengan diagnosa keperawatan. Dalam perencaaan

keperawatan sebagian besar belum mengandung komponen spesifik, bisa

diukur, bisa dicapai, realistik dan ada batas waktu (SMART), tidak menuliskan

121

Page 122: Pengkajian manajemen jadi

kriteria hasil dalam perencanaan. Rencana tindakan belum mencakup tindakan

pendidikan kesehatan maupun tindakan yang menggambarkan keterlibatan

klien/keluarga. Hal ini dikarenakan perawat tidak banyak waktu dan belum

terbiasa untuk mengisi status secara sempurna jadi dalam penulisan

perencanaan hanya di tulis yang pokok pokok saja.

3) Implementasi

Dari pengkajian implementasi sebesar 60% % termasuk dalam katagori tidak

baik. Beberapa tindakan yang dilakukan perawat belum didokumentasikan,

perawat hanya mencantumkan tanggal, keadaan umum pasien serta tindakan

rutinitas seperti pemberian terapi obat dan ttv. Tindakan- tindakan seperti

observasi keperawatan, terapi keperawatan, pendidikan kesehatan, tindakan

yang melibatkan keluarga serta respon klien terhadap tindakan keperawatan

belum didokumentasikan.

4) Evaluasi keperawatan

Evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan dalam katagori tidak baik

sebesar8 0%. Evaluasi tidak ditulis untuk setiap diagnosa, diagnosa

keperawatan belum di evaluasi setiap hari sesuai dengan SOAP dan diagnosa

keperawatan yang sudah teratasi belum terlihat dalam dokumentasi hal ini

dikarenakan perawat melakukan nya secara rutinitas selain itu banyak nya

kegiatan yang harus dikerjakan dalam ruangan tersebut.

5) Dokumentasi

122

Page 123: Pengkajian manajemen jadi

Catatan asuhan keperawatan di Ruang Neonatologi dalam katagori baik,

dengan skor 96%. Hal ini dibuktikan dengan catatan ditulis pada format yang

ada, namun catatan keperawatan tidak terisi dengan lengkap.

Instrumen B

Instrumen B mengevaluasi tentang persepsi pasien terhadap mutu terhadap

mutu asuhan keperawatan dengan cara menyebarkan angket kepada pasien yang

memenuhi kriteria yaitu sudah dirawat inap minimal tiga hari, bersedia mengisi

kuesioner. Pada saat angket dibagikan, pasien telah diberikan penjelasan.

Salah satu indikator mutu asuhan keperawatan adalah dilihat dari persepsi klien

tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Untuk mengevaluasi hal ini perlu

suatu instrument yang baku. RSUD Pandan Arang Boyolali menggunakan format

standar asuhan keperawatan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit untuk

mengevaluasi persepsi klien terhadap mutu asuhan keperawatan.

1) Kajian Teori

Asuhan keperawatn adalah rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan

yang diberikan secara langsung kepada pasien diberbagai tantanan pelayanan

kesehatan (Zaidin Ali, 2001).

Mutu asuhan keperawatan dapat dilihat dari persepsi pasien tentang mutu

asuhan keperawatan yang diberikan. Dan untuk mengevaluasi hal ini juga perlu

suatu instrumen yang baku menggunakan format standar asuhan keperawatan

yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.

Mutu pelayanan keperawatan yang merupakan hasil kegiatan asuhan

keperawatan adalah terjaminnya penerapan standar asuhan keperawatn yang

123

Page 124: Pengkajian manajemen jadi

dilakukan oleh perawat berdasarkan pendekatan proses keperawatan yang

meliputi pengkajian data, penyusunan diagnosa, melakukan perencanaan,

tindakan, dan evaluasi.

Menurut Azwar (1996), mutu pelayanan adalah tingkat kesempurnaan

pelayanan yang dapat memberikan kepuasan pasien sesuai tingkat kepuasan

rata-rata serta penyelenggaraan sesuai dengan standar dan kode etik profesi

yang ditetapkan. Menurut Pasuraman (1985), pengukuran mutu dapat

dilakukan dengan membandingkan persepsi antara pelayanan yang diharapkan

(Experted Services) dengan pelayanan yang diterima dan dirasakan (Perceived

Services). Mutu pelayanan menurut American Society Quality Control

merupakan gambaran total gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa

pelayanan yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan

kebutuhan dan kepuasan (Wijono, 2000 : 4)

Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang

diamati (Winston Dictionary, 1956 dalam Azwar 1996: 48). Mutu adalah sifat

yang dimiliki oleh suatu program (Donabedian, 1980 dalam Azwar, 1996: 48).

Lima dimensi yang menentukan mutu pelayanan yang dikaitkan dengan

kepuasan pasien adalah Pasuraman (1985) :

a) Tangibles (bukti nyata), meliputi fasilitas fisik, peralatan yang digunakan

dan penampilan karyawan.

b) Reliability (kehandalan) yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang

dijanjikan dengan segera dan memuaskan.

124

Page 125: Pengkajian manajemen jadi

c) Responsiviness (daya tanggap), yaitu kesediaan petugas dalam

memberikan pelayanan dengan tanggap.

d) Assurance (jaminan) mencakup kemampuan, kesopanan, sifat yang

dipercaya dari petugas, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan.

e) Emphaty (Empati), yaitu penyediaan perhatian dan kepedulian orang per

orang kepada pelanggan.

Aspek mutu pelayanan didalam rumah sakit dapat dilihat dari segi aspek

yang berpengaruh. Aspek berarti termasuk hal-hal yang secara langsung atau

tidak berpengaruh terhadap penilaian. Keempat aspek itu adalah seperti

berikut:

a) Sumber Daya Dimensi Mutu Pelayanan

Dimensi mutu pelayanan untuk mengukur sejauhmana suatu pelayanan

telah mencapai standar program dan standar pelayanan kesehatan.

b) Kompetisi Teknis

Kompetisi teknis terkait dengan ketrampilan, kemampuan dan penampilan

petugas, manajer, dan staff pendukung. Kompetensi teknis berhubungan

dengan bagaimana cara petugas mengikuti standar pelayanan yang telah

ditetapkan dalam hal dapat dipertanggungjwabkan atau dihandalkan

(dependability), ketepatan (accurancy), ketahanan uji (reliability), dan

konsistensi (concitency).

c) Akses terhadap pelayanan

Hal ini berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan

geografis, sosial, ekonomi, budaya, organisasi, atau hambatan bahasa.

125

Page 126: Pengkajian manajemen jadi

Akses geografis dapat diukur dengan jelas transportasi, jarak, waktu

perjalanan, dan hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang

untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Akses ekonomi berkaitan dengan

sejauh mana pelayanan diatur untuk kenyamanan pasien, jam kerja klinik,

dan waktu tunggu.

d) Efektivitas

Kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektivitas yang menyangkut

norma pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai dengan standar yang

ada.

e) Hubungan antara manusia

Hubungan antara manusia berkaitan dengan interaksi antara petugas

kesehatan dengan pasien, manajer, petugas, dan antara tim kesehatan

dengan masyarakat. Hubungan antara manusia yang baik akan

menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara menghargai,

menjaga rahasia, menghormati, responsive, memberi perhatian.

f) Efisiensi

Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal daripada

memaksimalkan pelayanan kepada pasien dan masyarakat. Petugas akan

memberikan pelayanan yang terbaik dengan yang dimiliki.

g) Kelangsungan pelayanan

Kelangsungan pelayanan berarti klien akan menerima pelayanan yang

lengkap yang dibutuhkan (termasuk rujukan) tanpa interupsi.

h) Keamanan

126

Page 127: Pengkajian manajemen jadi

i) Kenyamanan

Kenyamanan mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedianya kembali ke

fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya.

Tabel 31Evaluasi Mutu Pelayanan Asuhan Keperawatan Di Ruang Neonatologi

RSUD Pandan Arang Boyolali tanggal 7 – 9 September 2015 (n = 5)

No Kriteria Ya % Tidak %1 Apakah perawat selalu memperkenalkan

diri?3 60 2 40

2 Apakah perawat melarang anda/pengunjung merokok diruangan?

4 80 1 20

3 Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu makan pasien?

2 40 3 60

4 Apakah perawat pernah menanyakan pantangan makanan anda/keluarga anda?

2 40 3 60

5 Apakah perawat memperhatikan berapa jumlah diet yang dimakan oleh pasien?

3 60 2 40

6 Bila pasien tidak mampu makan sendiri, apakah perawat membantu menyuapi?

4 80 1 20

7 Pada saat pasien dipasang infus, apakah perawat selalu memeriksa cairan atau tetesan dan area sekitar pemasangan infuse?

3 60 2 40

8 Bila pasien mengalami kesulitan buang air besar, apakah perawat menganjurkan makan buah, sayur, minum yang cukup dan banyak bergerak?

3 60 2 40

9 Pada saat perawat membantu pasien BAK/BAB, apakah perawat memasang sampiran/selimut, menutup pintu/jendela, mempersilakan pengunjng keluar ruangan?

2 40 3 60

10 Apakah ruangan tidur pasien selalu dijaga kebersihannya?

4 80 1 20

11 Apakah lantai kamar mandi/WC selalu bersih, tidak licin, tidak berbau, cukup terang?

4 80 1 20

12 Selama pasien belum mampu mandi, apakah dimandikan oleh perawat?

2 40 3 60

13 Apakah pasien dibantu oleh perawat, bila 3 60 2 40

127

Page 128: Pengkajian manajemen jadi

tidak mampu menggosok gigi, membersihkan mulut atau mengganti pakaian atau menyisir rambut?

14 Apakah alat – alat tenun seperti selimut, sprei dll diganti setiap kotor?

5 100 0 0

15 Apakah perawat pernah memberikan penjelasan akibat dari: kurang bergerak, berbaring terlalu lama?

0 0 5 100

16 Pada saat pasien masuk ruangan, apakah perawat menjelaskan tentang fasilitas yang tersedia dan cara penggunaannya, peraturan/tata tertib yang berlaku di RS?

5 100 0 0

17 Selama pasien dalam perawatan, apakah perawat memanggil nama pasien dengan benar?

4 80 1 20

18 Selama pasien dalam perawatan, apakah perawat mengawasi keadaan pasien secara teratur pada pagi, sore maupun malam hari?

5 100 0 0

19 Selama pasien dalam perawatan, apakah perawat segera memberi bantuan bila diperlukan?

5 100 0 0

20 Apakah perawat bersikap sopan dan ramah?

5 100 0 0

21 Apakah pasien/keluarga mengetahui perawat yang bertanggung jawab setiap kali pergantian dinas?

2 40 3 60

22 Apakah perawat selalu memberikan penjelasan sebelum melakukan tindakan perawatan/pengobatan?

5 100 0 0

23 Apakah perawat selalu bersedia mendengarkan dan memperhatikan setiap keluhan pasien?

3 60 2 40

24 Dalam hal memberikan obat, apakah perawat membantu menyiapkan/ meminumkan obat?

5 100 0 0

25 Selama pasien dirawat, apakah diberikan penjelasan tentang perawatan/ pengobatan/ pemeriksaan lanjutan setelah pasien diperbolehkan pulang?

5 100 0 0

Total 83 73,3 37 29,6Sumber : Angket kepuasaan pasien terhadap mutu pelayanan asuhan keperawatan di

Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali 7 - 9 September 2015

3) Analisa Data

128

Page 129: Pengkajian manajemen jadi

Dari angket persepsi mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada 5 pasien

diperoleh nilai 73,3 % yang berarti masuk kategori cukup baik dengan nilai

ketidakpuasan sebesar 29,6 %. Beberapa poin yang memperoleh nilai ketidakpuasan

dapat diambil kesimpulan bahwa perawat memberikan pelayanan yang kurang optimal

pada hal-hal sebagai berikut:

1) Orientasi pasien baru tentang fasilitas yang tersedia dan cara penggunaannya,

peraturan/tata tertib yang berlaku di RS, hak dan kewajiban pasien, daftar tarif,

jadwal konsultasi, dll. Dari hasil wawancara dengan perawat, perawat

mengungkapkan bahwa pasien yang tidak diorientasikan karena saat itu perawat

mempunyai waktu yang terbatas karena terkendala pekerjaan yang masih banyak

serta tenaga perawat yang terbatas.

2) Perawat segera memberikan bantuan perawatan bila dibutuhkan. Dari hasil

wawancara dengan perawat, perawat mengungkapkan bahwa bila perawat tidak

segera datang membantu karena saat itu ada pasien lain yang lebih membutuhkan

bantuan dibandingkan pasien/ keluarga yang memanggil perawat saat itu atau

keadaan pasien lain ada yang sedang kritis sehingga perawat lebih memprioritaskan

pasien lain tersebut.

3) Perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu makan pasien. Dari hasil wawancara

dengan perawat, perawat mengungkapkan bahwa perawat hanya menanyakan tentang

asupan nutrisi pada pasien dengan masalah pemenuhan nutrisi atau beresiko.

4) Perawat membantu menyuapi pasien yang tidak mampu makan sendiri, membantu

menggosok gigi/ membersihkan mulut/ ganti pakaian/ menyisir rambut. Dari hasil

wawancara dengan perawat, perawat mengungkapkan bahwa perawat melibatkan

keluarga untuk memenuhi kebutuhan ADL pasien karena perawat tidak bisa

membantu seluruh kebutuhan pasien karena terkendala ketenagaan. Perawat juga

mengungkapkan bahwa perawat melibatkan keluarga dengan pasien dengan

ketergantungan sedang sampai minimum.

129

Page 130: Pengkajian manajemen jadi

b. Instrument C

1) Kajian Teori

Instrumen C yaitu evaluasi tentang pedoman observasi tindakan

keperawatan. Observasi yang dilakukan selama 3 hari yaitu tanggal 4 - 6

November 2013. Dalam melakukan tindakan keperawatan yang baik harus

sesuai dan mengacu pada protap-protap atau standar yang telah ditetapkan

dengan hasil tindakan mencapai 100%. Sebagai dasar penilaian tindakan

keperawatan yang mengacu pada instrument evaluasi penerapan standar asuhan

keperawatan di rumah sakit yang telah ditetapkan oleh Masterlist Instruksi

Kerja yang mengacu pada pedoman dari Departemen Kesehatan.

2) Kajian Data

Observasi dari tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat selama

3 hari yang dinilai berdasarkan Depkes didapatkan hasil sebagai berikut

130

Page 131: Pengkajian manajemen jadi

Tabel 2.44Kepatuhan terhadap SOP keperawatan (berdasarkan standar Depkes)

No Prasat N nilai % Keterangan

1

2

Mengukur suhu axila

Memandikan Bayi

3 60%

5 100%

1. Sebagian perawat ada yang tidak mengukur suhu

1. Perawat sudah memandikan bayi dengan baik

3 Menyonde ASI 3 60% 1. Sebagian perawat sudah menyonde ASI

4 Memberikan Injeksi

2 40% 1. Sebagian perawat sudah memberikan injeksi sesuai dosis dan nama pasien

5 Memberikan Obat Oral

2 40% 1. Sebagian perawat sudah memberikan obat oral

6 Memberikan Oksigen

2 40% 1. Sebagian perawat sudah memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien

Rata – rata ( %) 56,66 %

3) Analisa Data

Berdasarkan kajian data diatas yang dinilai dari observasi selama 3 hari berturut-

turut pada tanggal 7 - 9 September 2015 dalam tindakan keperawatan yang dilakukan

di ruang Neonatologi berdasarkan standar Depkes sebesar 56,66% dengan kategori

cukup baik. Untuk poin mengukur suhu di axila didapatkan prosentase sebesar 60%,

hal ini karena banyak perawat yang tidak melakukan pengukuran suhu. Pada poin

memberikan injeksi didapatkan prosentase sebesar 40%, ada perawat yang tidak

131

Page 132: Pengkajian manajemen jadi

memberikan injeksi. Pemberian obat per oral didapatkan prosentase sebesar 40%, pada

saat pemberian obat ada perawat yang tidak memberikan obat oral .

Tabel 2.44Hasil Evaluasi Total Instrumen ABC

RSUD Pandan Arang Boyolali (Berdasarkan standar Depkes)7-9 September 2015

Ruang Instrumen

A B C Rata-rata

Ruang perawatan Neonatologi

66,87% 73,3 % 56,6% 65,59%

Sumber: Rekapitulasi Instrumen ABC di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang

Boyolali

3. Hasil Evaluasi Manajemen Bimbingan

a. Kajian teori

Praktek klinik keperawatan (PKK) merupakan proses transformasi dari

mahasiswa yang akan menjadi seorang perawat professional. Pada fase ini

mahasiswa mendapat kesempatan beradaptasi pada perannya sebagai perawat

profesional dalam masyarakat keperawatan dan lingkungan pelayanan atau asuhan

keperawatan.

Metode mendidik mahasiswa keperawatan diharapkan memungkinkan

pendidik memilih dan menetapkan cara mendidik yang sesuai dengan objektif

(tujuan), dan karakteristik individual peserta didik berdasarkan kerangka konsep

pembelajaran.

Jenis metode pengajaran klinik antara lain eksperensial, konferensi, bed side

teaching, observasi dan ronde keperawatan, dan proses insiden. Dengan metode

tersebut memungkinkan identifikasi masalah, penentuan tindakan yang akan

132

Page 133: Pengkajian manajemen jadi

diambil, implementasi pengetahuan ke dalam masalah klinik, dan diskusi untuk

menggali proses berpikir dalam menanggapi situasi.

Tugas pembimbing praktek klinik keperawatan meliputi:

1) Mengorientasikan mahasiswa di unit menyangkut : karakteristik unitan, klien,

protap, alat dll.

2) Memonitor pelaksanaan praktek mahasiswa yang meliputi kemampuan,

ketaatan mematuhi kebijakan RS dan institusi pendidikan, serta memberikan

terguran jika terjadi pelanggaran.

3) Menciptakan lingkungan yang nyaman bagi peserta didik.

4) Menyerahkan dan membimbing siswa atau mahasiswa dalam rangka

pencapaian kompetensi yang diharapkan.

5) Memotivasi dan minat dan semangat belajar untuk peningkatan kemampuan

siswa atau mahasiswa.

6) Berusaha mengatasi masalah yang ditemukan dan mengadakan hubungan serta

pelaporan kepada pihak yang terkait.

7) Mengevaluasi bimbingan praktek yang meliputi pengetahuan, sikap dan

ketrampilan.

8) Menyampaikan masalah yang berhubungan dengan praktek siswa atau

mahasiswa dengan kesatuan kerja yang terkait.

9) Mengikuti rapat yang diikuti satuan kerja yang terkait yang ada di rumah sakit

dan institusi pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan

praktek.

133

Page 134: Pengkajian manajemen jadi

10) Memeriksa, mengoreksi dan memberikan umpan balik asuhan keperawatan

yang telah dibuat pada evaluasi keterampilan.

11) Membimbing mahasiswa dengan melaksanakan tindakan keperawatan untuk

memenuhi kebutuhan klien.

b. Kajian Data

Ruang Neonatologi dijadikan sebagai lahan praktek Program Profesi Ners.

Mahasiswa yang memanfaatkan Ruang Neonatologi sebagai lahan praktek adalah

mahasiswa Profesi Ners Stikes Kusuma Husada dan D3 Kebidanan Akbid

Mamba’ul Ulum. Kajian di peroleh dari praktikan dengan menggunakan angket.

Tabel 2.45Hasil Evaluasi Bimbingan Praktek Klinik Keperawatan

(Format Pembimbing Klinik) Di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali (n=7)

7 – 9 September 2015

No PertanyaanS K TP

N % N % N %

1 Kepala Ruang menerima dan mengarahkan peserta didik

7 100 0 0 0 0

2 Pembimbing klinik mengorientasikan peserta didik

7 100 0 0 0 0

3 Pembimbing klinik membagi pasien kelolaan peserta didik

0 0 7 100 0 0

4 Pembimbing klinik mengikutkan peserta didik dalam kegiatan pelayanan keperawatan

0 0 7 100 0 0

5 Pembimbing klinik / perawat memfasilitasi kelengkapan dan bahan yang akan digunakan peserta didik dalam memberikan asuhan keperawatan

0 0 7 100 0 0

6 Peserta didik mengkomunikasikan kepada pembimbing klinik sesuai kompetensi yang akan dicapai

7 100 0 0 0 0

7 Pembimbing klinik membimbing peserta didik dengan metode pre-post conferance

0 0 7 100 0 0

134

Page 135: Pengkajian manajemen jadi

8 Pembimbing Klinik membimbing peserta didik dengan metode ronde keperawatan

0 0 7 100 0 0

9 Pembimbing Klinik membimbing peserta didik dengan metode bed side teaching

0 0 7 100 0 0

10 Pembimbing klinik memantau pelaksanaan praktek klinik peserta didik

7 100 0 0 0 0

11 Pembimbing klinik mengecek dokumentasi rekam medik pasien yang menjadi kelolaan peserta didik

0 0 7 100 0 0

12 Pembimbing klinik mengarahkan dan membimbing peserta didik dalam rangka pencapaian target kompetensi yang diharapkan

7 100 0 0 0 0

13 Memotivasi minat dan semangat belajar untuk meningkatkan kemampuan peserta didik

7 100 0 0 0 0

14 Pembimbing klinik/perawat memantau kedisiplinan peserta didik

7 100 0 0 0 0

15 Pembimbing klinik mengesahkan pencapaian kompetensi

7 100 0 0 0 0

Jumlah 56 100 49 100 10 0

Rata-rata 3,73

3,26 1.00

b. Analisa Data

Berdasarkan dari angket yang diberikan dari mahasiswa praktek di ruang

Neonatologi didapatkan hasil diantaranya yaitu terdapat satu pembimbing klinik

yang salah satunya saat ini menjabat sebagai kepala ruang. Dari hasil observasi

kepada 7 praktikan di dapatkan hasil angka 56 %.

135

Page 136: Pengkajian manajemen jadi

5. Kepuasan kerja karyawan

a. Kajian teori

Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja

atau hasil yang ia rasakan dibanding dengan harapan (Sutono, 2001). Kepuasan

dipengaruhi oleh sumber daya pendidikan, pengetahuan, sikap, gaya hidup,

demografi, budaya, sosial ekonomi, keluarga, dan situasi yang dihadadapi.

Kepuasan kerja (job satisfication) adalah keadaan emosional yang menyenangkan

atau tidak menyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaan mereka.

Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya dan

nampak dari sikap positif karyawan terhadap pekerjaannya serta segala sesuatu

yang dihadapi di lingkungan kerjanya (Handoko, 1993).

Peningkatan suasana kerja yang kondusif serta permberi dukungan dari perawat

yang mempunyai posisi lebih tinggi, peningkatan hubungan interpersonal dapat

meningkatkan kepuasan kerja dan meningkatkan Turn Over perawat sehingga

diperlukan rentang dukungan yang kontinyu bagi perawat sejak bekerja di unit

rawat atau tatanan pelayan kesehatan yang lain.

Kepuasan atau ketidakpuasan seseorang dengan pekerjaan merupakan keadaan

yang sifatnya subjektif, yang merupakan hasil kesimpulan yang didasarkan pada

suatu perbandingan mengenai apa yang secara nyata diterima oleh pegawai dari

pekerjaannya dibandingkan dengan apa yang diharapkan, diinginkan, dan

dipikirkannya sebagai hal yang pantas, atau berhak baginya. Sementara setiap

pegawai secara subjektif menentukan bagaimana pekerjaan itu memuaskan (Gomes,

1995).

136

Page 137: Pengkajian manajemen jadi

Menurut Deny cit Fatiah, 1995, kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat

individu. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai

dengan situasi nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Semakin banyak aspek-aspek

dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu, maka semakin tinggi

tingkat kepuasan yang dirasakan demikian pula sebaliknya. Kepuasan kerja

dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan kerja, karakteristik pekerjaan, dan

karakteristik pekerja. Semakin tua usia karyawan, maka lebih cenderung merasa

puas karena semakin tinggi jenjang pekerjaan karyawan.

Kepuasan merupakan suatu konsep yang multifacet (banyak dimensi). Suatu

kesimpulan menyeluruh tentang kepuasan hanya akan menyembunyikan

pertimbangan subjektif dari pegawai mengenai kepuasannya sehubungan dengan

gaji, keselamatan kerja, supervisi, relasi-relasi antarperorangan dalam kerja, peluag-

peluang di masa yang akan datang, dan pekerjaan itu sendiri (Gomes, 1995).

Kepuasan kerja mempunyai konsekuensi langsung maupun tidak langsung

terhadap efektivitas kerja organisasi. Kepuasan kerja karyawan yang rendah

menjadi penyebab menurunnya kondisi kerja, kinerja dan kualitas produksi dalam

berorganisasi.(Gomes, 1995).

Menurut Strauss dan Sayles, kepuasan kerja penting untuk aktualisasi diri.

Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai

kematangan psikologis, dan pada gilirannya akan menjadi frustasi. Karyawan

seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat kerja rendah, cepat lelah

dan bosan, emosinya tidak stabil, sering absent, dan melakukan kesibukan yang

tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Sedangkan

137

Page 138: Pengkajian manajemen jadi

karyawan yang mempunyai kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran

dan perputaran yang lebih baik, kurang aktif dalam kegiatan serikat karyawan, dan

(kadang-kadang) berprestasi kerja lebih baik daripada karyawan yang tidak

memperoleh kepuasan kerja (Handoko, 2001).

Gomes (1995) menyatakan kepuasan kerja dari pegawai itu sendiri mungkin

mempengaruhi kehadirannya pada kerja, dan keinginan untuk ganti pekerjaan juga

bisa mempengaruhi kesediaan untuk bekerja. Kesediaan atau motivasi seorang

pegawai untuk bekerja biasanya ditunjukkan oleh aktivitas yang terus menerus dan

yang berorientasikan tujuan.

Faktor-faktor yang terlibat dalam kepuasan kerja adalah kemajuan, pegakuan,

tanggungjawab, perkembangan karir, dan pekerjaan itu sendiri. Hal ini

dikemukakan oleh Herzberg seperti dikutip oleh Frazer (1992). Faktor-faktor yang

disebut pemuas (Satisfier factors) tersebut jika dapat dioptimalkan akan membantu

perbaikan prestasi, menurunkan, mutasi, menunjang sikap toleran dan kesehatan

mental. Sedangkan factor lainya adalah penunjang kepuasan (hygiene factors)

antara lain kondisi kerja, upah/gaji, dan hubungan antarpribadi. Jika factor ini tidak

atau kurang memadai akan menyebabkan ketidakpuasan diantara para karyawan.

Sehingga menurut Hezberg cit Fatiah (1967), peningkatan kualitas kerja akan

memperbaiki kualitas pekerjaan. Desain struktur dari organisasi formal, kebijakan,

dan praktek-praktek sumber daya manusia dalam organisasi, tingkatan stres di

tempat kerja, kultur nasional dan kultur internal dalam organisasi, semuanya akan

berdampak pada kepuasan kerja. (Mukhlas cit Fatiah, 2002).

138

Page 139: Pengkajian manajemen jadi

Wesley dan Yulk (1997) juga mengatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan kerja dari kondisi sebenarnya adalah :

1) Kompensasi

Sikap pekerja terhadap pembayaran yang diterimanya setelah dia

membandingkan dengan rekan lain baik didalam maupun diluar organisasi

tempat kerja.

2) Supervisi

Tanggapan bawahan terhadap perilaku atasan diwaktu memberikan bimbingan.

3) Pekerjaan itu sendiri

Signifikasi pekerjaan, umpan balik dari pekerjaan itu sendiri (informasi

langsung dan jelas diperoleh dari pekerja atas efektifitas dan hasil kerjanya).

4) Rekan kerja

Perilaku rekan kerja terhadap individu pekerja lain.

5) Keamanan kerja

Kepuasan pekerja dalam menduduki pekerjaanya selama kerja, termasuk

imbalan gaji, pinjaman, hari libur, fasilitas kesehatan, pensiunan dihari

depannya.

6) Kesempatan pengembangan diri

Kesempatan untuk maju atau berprestasi dalam jenjang karir.

Menurut Djojodibroto (1997) untuk memperoleh pelayanan asuhan

keperawatan yang baik diperlukan staf yang mempunyai dedikasi tinggi dan

komitmen terhadap tugas-tugas yang diberikan. Disamping komitmen yang ada

pada staf, diperlukan juga kepuasan kerja yang akan mendorong staf melaksanakan

139

Page 140: Pengkajian manajemen jadi

komitmennya itu secara baik. Kepuasan kerja karyawanan dapat mempengaruhi

hasil mutu asuhan keperawatan yang diberikan.

Pekerjaan yang baik tentu harus mendapat imbalan yang baik pula. Sistem

penggajian pegawai RS haruslah :

1) Memenuhi ketentuan upah minimum

2) Sesuai dengan kemampuan anggaran RS

3) Adil, merupakan pengakuan bahwa ada hubungan antara imbalan jasa dengan

pekerjaan yang dilakukan dan juga dengan prestasi kerja untuk itu harus ada

gaji dasar.

4) Mampu mempertahankan tenaga yang baik

5) Mampu menarik tenaga yang baik dari luar

6) Sumber daya manusia/tenaga kerja adalah unsur terpenting dalam institusi RS.

Mutu pengelolaan dan pelayanan RS dapat dipastikan akan rendah apabila

mutu tenaga kerja rendah. Cara meningkatkan mutu tenaga dapat ditempuh

dengan cara :

a) Penempatan tenaga yang sesuai

b) Pemberian penghargaan yang wajar berdasarkan prestasi kerja

c) Hubungan kerja yang manusiawi

d) Adanya usaha untuk peningkatan mutu SDM

e) Kejelasan siapa atasan fungsional dan siapa atasan struktural.

Upah atau gaji yang besar tidak selalu bisa menamin kepuasan kerja karyawan.

Mc. Closey (1974), menemukan bahwa intrinsic rewards, seperti achievement

140

Page 141: Pengkajian manajemen jadi

memiliki hubungan yang lebih kuat dengan kepuasan kerja daripada factor

ekstrinsik seperti gaji.

Smith, Kendall & Hullin (cit Price, 1972) dalam penelitianya tentang kepuasan

kerja menggunakan 5 dimensi kepuasan terhadap pekerjaan, yaitu dari aspek

pekerjaan itu sendiri, pengawasan, penggajian, kesempatan promosi, dan aspek

rekan kerja, sebagai faktor-faktor penentu kepuasan kerja.

b. Kajian Data

Checklist dibagikan kepada 10 orang perawat dari 14 perawat yang aktif

bertugas jaga di Ruang Neonatologi

Tabel 2.45Evaluasi Data Kepuasan Kerja Karyawan RSUD Pandan Arang Boyolali (n=10)

No Pertanyaan STP TP CP P SPN % N % N % N % N %

1 Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pekerjaan yang saudara lakukan

0 0 0 0 3 30 7 70 0 0

2 System penggajian yang dilakukan institusi tempat saudara bekerja

0 0 0 0 3 30 7 70 0 0

3 Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pendidikan saudara

0 0 0 0 6 60 4 40 0 0

4 Pemberian insentif tambahan

0 0 0 0 8 80 2 20 0 0

5 Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang mendukung pekerjaan

0 0 0 0 7 70 3 30 0 0

6 Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar mandi, tempat parkir, dll

0 0 0 0 10 100 0 0 0 0

141

Page 142: Pengkajian manajemen jadi

7 Kondisi ruangan kerja terutama yang berkaitan dengan ventilasi udara, kebersihan dan kebisingan

0 0 6 60 4 40 0 0 0 0

8 Adanya jaminan atas kesehatan/keselamatan

0 0 0 0 8 80 2 20 0 0

9 Perhatian institusi rumah sakit terhadap saudara

0 0 0 0 10 100 0 0 0 0

10 Hubungan antar karyawan dalam kelompok kerja

0 0 0 0 6 60 4 40 0 0

11 Kemampuan dalam bekerjasama antar karyawan

0 0 0 0 6 60 4 40 0 0

12 Sikap teman-teman sekerja terhadap saudara

0 0 0 0 7 70 3 30 0 0

13 Kesesuaian antara pekerjaan dan latar belakang pendidikan saudara

0 0 0 0 5 50 5 50 0 0

14 Kesesuaian antara waktu bekerja dengan penugasan yang diberikan

0 0 0 0 7 70 3 30 0 0

15 Kemampuan supervisi / pengawas dalam menjalankan tugasnya

0 0 0 0 7 70 3 30 0 0

16 Perlakuan atasan selama saya bekerja disini

0 0 0 0 5 50 5 50 0 0

17 Kebebasan melakukan suatu metode sendiri dalam meneyelesaikan pekerjaan

0 0 0 0 6 60 4 40 0 0

18 Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja melalui pelatihan dan pendidikan tambahan

0 0 0 0 7 70 3 30 0 0

19 Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih penting

0 0 0 0 8 80 2 20 0 0

20 Kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan mendapatkan kenaikan pangkat

0 0 0 0 8 80 2 20 0 0

Jumlah 0 500 6 60 108 1310 61 630 0 0Rata-rata 0 3 65,5 18 0

Sumber : Data primer perawat Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali

142

Page 143: Pengkajian manajemen jadi

Keterangan :

STP : Sangat Tidak Puas

TP : Tidak Puas

CP : Cukup Puas

P : Puas

SP : Sangat Puas

c. Analisa data

Berdasarkan kajian data yang didapatkan dari pembagian kuesioner pada 10 orang

perawat di ruang Neonatologi didapatkan gambaran bahwa sebagian perawat di

menyatakan cukup puas sebesar 100% dalam hal tersedianya fasilitas penunjang

seperti kamar mandi, parkir, dll , sedangkan yang menyatakan tidak puas sebesar

60% dalam hal kondisi ruangan kerja.

143