Pengkajian manajemen jadi
description
Transcript of Pengkajian manajemen jadi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah sebagian organisasi yang sangat kompleks dan merupakan
komponen yang sangat penting dalam upaya meningkatkan status kesehatan bagi
masyarakat. Salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan
kesehatan dan asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari system kesehatan
dengan tujuan untuk memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Agar tujuan
tersebut dapat tercapai, diperlukan cara pengelolaanyang baik dari berbagai unsure
pelayanan yang ada didalam rumah sakit tersebut.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan, bahkan sebagai salah satu factor penentu
bagi mutu pelayanan dan citra rumah sakit dimata masyarakat. Berdasarkan itu maka
pelayanan perawatan secara organisatoris, administrasi dan teknis tidak dapat dipisahklan
dari pelayanan di rumah sakit pada umumnya (Depkes, 1999).
Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan
saling bergantung saling mempengaruhi dan saling berkepentingan. Oleh karena itu
inovasi dalam pendidikan keperawatan, prektek keperawatan, ilmu keperawatan dan
kehidupan keprofesian merupakan focus utama keperawatan Indonesia dalam proses
profesionalisasi. Keadaan ini akan bisa dicapai apabila perawat Indonesia menguasai
pengelolaan keperawatan secara professional saat ini dan yang akan dating (Nursalam,
2002).
Organisasi pelayanan keperawatan membutuhkan ketelitian sebab mengemban misi
mengatur sumber daya manusia yang terbesar jumlahnya dirumah sakit. administrasi
1
keperawatan juga memerlukan perhatian khusus karena menyangkut pekerjaan dan
kegiatan rumah sakit yang langsung berkaitan dengan pasien. Dalam kegiatan teknis
pelayanan keperawatan diperlukan supervise para tenaga keperawatan yang lebih senior,
lebih lanjut dan terampil, terhadap keperawatan junior, dengan didukung oleh kode etik
profesi keperawatan secara konsekuen. Factor-faktor ini perlu diperhatikan dan
diterapkan dalam pelaksanaan pelayanan perawatan agar pasien dan keluarganya serta
masyarakat memperoleh pelayanan yang aman, cepat dan tepat, nyaman ekonomis,
estetis dan etis. Karenanya untuk dapat memberikan pelayanan yang demikian mutunya,
diperlukan penerapan manajemenperawatan secara professional dan baik serta terarah
(Depkes,1999).
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana didalam manajemen tersebut
mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi (Grant & Massey, 1999), sedangkan menurut Gillies (1986)
manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain.
Manajemen keperawatan menurut Nursalam (2002), merupakan suatu peleyanan
keperawatan professional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat
fungsi manajemen antara lain perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan
pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan
ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan antar manusia, konseptual yang mendukung
asuhan keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan keperawatan
masa depan, karena berkaitan dengan tuntutan profesi dan global bahwa setiap
perkembangan serta perubahan memerlukan pengelolaan secara professional dengan
memperhatikan setiap perubahan yang terjadi.
2
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu
metode perlakuan asuhan keperawatan secara professional, sehingga diharapkan
keduanya dapat saling menopang. Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen
keperawatan terdiri dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi hasil. Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan
terhadap mayoritas tenaga darin seorang pegawai, maka setiap tahapan didalam proses
manajemen lebih rumit dibandingkan proses keperawatan.
Berdasarkan uraian diatas pelayanan perawatan sebagai inti pelayanan kesehatan
merupakan kegiatan yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan yang kontribusi
perawatannya dapat membentuk praktek keperawatan. Perkembangan praktek
keperawatan ditentukan oleh teknik manajemen dalam pelaksanaan Asuhan
Keperawatan. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif yang menjamin
semua tingkat pekerjaan, mengetahui misi dan tujuan, filosofi dan sasaran khusus dari
institusi dan devisi keperawatan. Manajemen keperawatan sebagai suatu pelayanan
professional dimana timkeperawatan dikelola dengan pendekatan fungsi-fungsi
manajemen mulai planning, organizing, actuating dan controlling.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki
kemampuan manajerial yang tangguh, sehingga pelayanan yang diberikan mampu
memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan manajerial dapat dimiliki melalui berbagai
cara salah satunya untuk dapat ditempuh dengan meningkatkan ketrampilan melalui
bangku kuliah yang harus melalui pembelajaran dilahan praktek.
Mahasiswa Profesi Ners STIKES Muhammadiyah Klaten diituntut untuk dapat
mengaplikasikan langsung pengetahuan menejerialnya di Ruang Neonatologi RSUD
Pandan Arang Boyolali dengan arahan dari pembimbing akademik maupun dari
pembimbing lapangan. Dengan adanya praktik dilapangan diharapkan mahasiswa
3
mampu menerapkan ilmu yang sudah didapat dan mampu mengelola ruang perawatan
dengan pendekatan proses manajemen.
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Tempat praktik mahasiswa Profesi Ners Stase Manajemen Keperawatan
dilaksanakan di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali yang berlangsung
mulai tanggal 7 September 2015 sampai dengan 3 Oktober 2015.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan selama 4 minggu
diharapkan mahasiswa mampu memahami manajemen keperawatan di Ruang Rawat
Khusus Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan di Ruang Neonatologi
RSUD Pandan Arang Boyolali mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian dalam proses pengumpulan data di ruang rawat khusus
b. Menganalisa data dan memahami masalah–masalah dalam pengorganisasian
asuhan keperawatan di ruang rawat khusus
c. Mengidentifikasi masalah yang telah ditemukan kelompok
d. Merencanakan beberapa alternatif pemecahan masalah yang disepakati oleh
kepala ruangan
e. Mengorganisasikan pelaksanaan kegiatan keperawatan
f. Melakukan usaha–usaha koordinasi kegiatan keperawatan dengan perawat di
ruang rawat khusus.
4
g. Memilih dan menerapkan gaya kepemimpinan yang sesuai di ruang rawat
khusus
h. Memilih dan menerapkan gaya pendekatan dan strategi dalam mempengaruhi
orang lain untuk pencapaian tujuan praktek manajemen keperawatan
i. Kelompok melaksanakan penerapan MPKP dengan melaksanakan evaluasi
setelah pelaksanaan MPKP
j. Melaksanakan magang KaRu secara bergantian selama satu hari oleh mahasiswa
Ners
k. Melaksanakan magang Primary Nurse dan Asosiate Nurse dalam satu shif oleh
masing–masing mahasiswa Ners.
l. Melaksanakan magang sebagai perawat Supervisi keperawatan,satu kali setiap
mahasiswa Ners.
D. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali, dalam
rangka identifikasi masalah dilakukan dengan metode :
1. Observasi, dilakukan untuk mengumpulkan data tentang kondisi fisik, keadaan
inventaris ruangan, proses pelayanan dan asuhan keperawatan yang berlangsung di
ruangan.
2. Wawancara, dilakukan dengan kepala ruang, primary nurse ( Ka Tim), associate
nurse, staf perawatan lain untuk mengumpulkan data tentang pelaksanaan
manajemen ruangan, proses pelayanan dan asuhan keperawatan .
3. Studi dokumentasi, dilakukan untuk mengetahui standar yang diberlakukan di
ruangan, dokumentasi proses keperawatan, dan daftar inventaris ruangan.
4. Survey, dilakukan dengan cara menyebarkan angket kepada pasien tentang mutu
5
pelayanan yang di peroleh.
5. Kuesioner, digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh melalui observasi
maupun wawancara mendalam.
E. Peserta Praktik
Mahasiswa tahap Profesi Ners Program Studi Ilmu keperawatan STIKES
Muhammadiyah Klaten angkatan VI kelompok III dengan anggota :
1. Damar Gunanto, S. Kep
2. Ika Rahmawati, S. Kep
3. Ilham Septyawan, S. Kep
4. Isnaini Khairunnisak, S. Kep
5. Leni Restuningsih, S. Kep
6. M.Fajar Rizky, S. Kep
6
BAB II
HASIL KAJIAN
A. Profil/ Gambaran Umum Ruang Keperawatan
1. Sejarah RSUD Boyolali
Rumah Sakit Boyolali didirikan tanggal 1 Oktober 1961 berdasarkan Perda
Kabupaten Boyolali No.12/IV/DPRGR/Bi/1961 tanggal 28 Maret 1961 dan mulai
berfungsi tanggal 1 Oktober 1961. Tanggal 12 Nopember 1991 diberi nama dengan
sebutan “ RUMAH SAKIT UMUM PANDAN ARANG “ berdasar Surat Keputusan
No.1346 tahun 1991. Berdasar Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
009-G/MENKES/SK/I/1993 RSU Pandan Arang Kabupaten Boyolali status
Klasifikasi Type C. Berdasar Peraturan Daerah Nomor 15 tahun 2001 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja RSU Pandan Arang sebagai Badan RSU
Pandan Arang Kabupaten Boyolali yang merupakan Lembaga Teknis Daerah
penyelenggaran pelayanan kesehatan.
RSUD Pandan Arang Kabupaten Boyolali merupakan Lembaga Teknis Daerah
berdasar Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan
Organisasi Kedudukan dan Tugas Pokok Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi
Pamong Praja Kabupaten Boyolali. Keputusan Bupati Nomor 900/57 Tahun 2009
Tentang Penetapan RSUD Pandan Arang sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah
yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
( PPK-BLUD)
7
2. Profil Ruangan
A. Kajian data
. Ruangan ini memiliki kapasitas 14 tempat tidur dengan jumlah SDM 14
tenaga perawat, 1 tenaga administrasi, dan 3 tenaga kebersihan Ruang
neonatalogi memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien baru lahir baik laki-
laki dan perempuan dengan kelahiran normal maupun patologis yang mengalami
gangguan fisiologis baik aktual maupun potensial yang berkaitan dengan tindakan
keperawatan dan perawatan secara intensif. Ruang neonatalogi dipergunakan
sebagai tempat pendidikan, praktek dan penelitian bagi: Pendidikan Dokter
Spesialis, Pendidikan Dokter Umum, Pendidikan S1 Keperawatan, Profesi Ners
dan Pendidikan D3 Keperawatan,dan D3 Kebidanan.
Waktu konsultasi dokter sewaktu-waktu jika dibutuhkan. Konsultasi perawat
sewaktu-waktu bila dibutuhkan. Jadwal jaga perawat: pagi pukul 07.00-14.00
WIB, sore pukul 14.00-20.00 WIB, malam pukul 20.00-07.00 WIB.
B. Analisa Data
Ruang terdiri dari 2 ruang,yaitu ruang infeksi dan ruang observasi. Ruangan
Neonatologi difungsikan untuk perawatan intensif bagi bayi baru lahir yang
mengalami gangguan.
8
3. Struktur Organisasi
a. Kajian Data Analisa Data
Ruang Neonatalogi dipimpin oleh seorang kepala ruang dan dibantu 9 perawat
pelaksana,4 perawat primer,1 tenaga administrasi dan tenaga kebersihan.
Di Ruang Neonatologi belum ada papan bagan struktur organisasi. Di Ruang
Neonatologi jabatan ada Kepala Ruang, Penanggung Jawab Shif dan perawat lain
bertugas sebagai perawat pelaksana.
STRUKTUR ORGANISASI RUANG NEONATOLOGI
RUMAH SAKIT RSUD PANDANG ARANG
9
Ka.Instalansi Maternal Neonatal
Kepala Ruang Neonatologi
Perawat Koordinator(Ketua Tim)
Perawat Koordinator(Ketua Tim)
Perawat Koordinator(Ketua Tim)
Perawat Koordinator(Ketua Tim)
Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana
B. Unsur Input/Masukan
1. Manusia (Man)
a. Pasien
1) Kajian Teori
Pasien adalah seseorang yang datang ke instalasi kesehatan yang membutuhkan
pelayanan medis/keperawatan yang terganggu kondisi kesehatannya baik
jasmani maupun rohani (WHO). Pasien yang berobat ke RSUD Pandang Arang
berasal dari berbagai wilayah sebab RSUD Pandang Arang adalah RS daerah
sebagai rujukan untuk kabupaten boyolali dan sekitarnya, RSUD Pandang
Arang adalah rumah sakit tipe C.
Ruang Neonatologi merupakan ruang rawat khusus yang melayani perawatan
pada pasien umum, dan BPJS.
2) Kajian Data
Jumlah pasien yang dirawat di ruang neonatologi selama 2015 dapat dilihat
pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Jumlah Pasiendi Ruang nonatologi RSUD Pandang Arang Boyolali SelamaTahun 2015
No Bulan Jumlah Pasien Lama hari dirawat
1. 234567
Januari 46 218Februari 30 154Maret 35 209April 35 151Mei 41 197Juni 48 180Juli 38 240
8 Agustus 47 184
Jumlah 320 1533
Sumber: Data Sekunder Daftar Pasien Neonatologi RSUD Pandang Arang
10
3) Analisa Data
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan berdasarkan tabel 2.1 didapatkan
data bahwa jumlah pasien yang dirawat di ruang Neonatologi dari bulan
Januari sampai dengan bulan Agustus tahun 2015 adalah 320 bayi, dengan
jumlah pasien terbanyak pada bulan Juli adalah 240 bayi.
Tabel 2.2 Jumlah Kasus Penyakitdi Ruang Neonatologi RSUD Pandang Arang Boyolali Tahun 2015
Sumber: Rekam Medik RSUD Pandang Arang boyolali
Berdasarkan tabel diatas didapatkan 10 penyakit terbanyak adalah BBLR,
Asfiksia sedang, Asfiksia ringan, Ikterik, Asfiksia Berat, BBLB, BBLSR, Febris,
BBLC, Sepsis dan penyakit terbanyak dalam periode Januari sampai dengan
Agustus tahun 2015 adalah BBLR (15,1%)
Tabel 2.3 Distribusi Cara Persalinan Bayi Baru Lahir di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Periode Januari 2015 s/d Agustus 2015
No Jenis Persalinan Jumlah Prosentase (%)
12345
SpontanSCVE
ForcepLain-lain
1998236-6
61,6%25,3%11,1%
-1,85%
b. Pasien Berdasarkan Daerah Asal/Demografi
11
No Jenis Penyakit Jumlah Persentase (%)
12345678910
BBLR Asfiksia sedang Asfiksia ringanIkterikAsfiksia beratBBLBBBLSRFebrisBBLC Sepsis
5040293827151513127
15,1%12,0%8,7%11,4%8,1%4,5%4,5%3,9%3,6%2,1%
Jumlah 246 100
1) Kajian Teori
Ruang Neonatologi merupakan bagian dari RSUD PANDAN ARANG
BOYOLALI yang merupakan RS di wilayah Kabupaten Boyolali. RSUD menerima
pasien yang berasal dari wilayah di Kabupaten Boyolali maupun daerah-daerah lain
di sekitarnya.
2) Kajian Data
Rekapitulasi asal daerah pasien ruang Neonatologi periode Januari – Agustus
2015 dituliskan pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4RekapitulasiAsal Daerah Pasien Ruang Perinatologi Terbanyak
RSUD PANDAN ARANG BOYOLALIPeriode Januari - Agustus 2015
No Asal Daerah Jumlah %1 Kabupaten Boyolali 268 83,75
2Luar Kabupaten Boyolali
52 16,25
Jumlah 320 100Sumber: buku keluar masuk pasienRuang Perinatologi
Rsud Pandanarang Boyolali Tahun 2015
Berdasarkan Tabel.4 dapat dilihat bahwa jumlah pasien yang dirawat di ruang yang
paling banyak berasal dari daerah Boyolali (83,5%) dan luar Boyolali sebanyak
(16,25%), karena RSUD.Pandan Arang Boyolali.lokasinya terjangkau dan terletak
diperbatasan Klaten dan Boyolali serta sebagai RS rujukan.
c. Peserta didik
1) Kajian Teori
Peserta didik merupakan input dalam organisasi sekolah dan bahan mentah
yang harus diolah oleh sekolah untuk menjadi input yang berkualitas pada
jenjang pendidikan berikutnya. Pengertian peserta didik menurut UU Sisdiknas
No. 20 tahun 2003 adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan
12
pendidikan tertentu. Potensi peserta didik diolah melalui proses pembelajaran
(kegiatan belajar mengajar), dimana melalui kegiatan belajar itu peserta didik
tidak hanya memperoleh pengetahuan saja melainkan mampu menemukan
pengetahuan, mampu bekerja sama, berkomunikasi, memiliki jiwa toleransi
dan saling pengertian, serta memiliki kemampuan untuk berkompetisi. Untuk
menghasilkan lulusan peserta didik yang berkualitas terutama pendidikan
keperawatan perlu adanya pengelolaan bimbingan PKK (Praktik Klinik
keperawatan) yang baik, bermutu tinggi, serasi dan selaras dengan
perkembangan IPTEK.
RSUD Pandang Arang merupakan rumah sakit negeri daerah tipe C yang
mempunyai fungsi pelayanan, pendidikan dan penelitian yang selama ini
dipergunakan sebagai lahan praktik bagi tenaga dokter, perawat dan tenaga
kesehatan lain, dari perguruan tinggi swasta. Pendidikan dan praktik
keperawatwan profesional merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam
mengembangkan calon perawat secara komprehensif dalam hal pengetahuan.
Masih adanya kesenjangan antara pembimbing klinik
dalambeberapahal.Kesenjangan yang bisa kita lihat adalah dari segi
pendidikan, dimana para pembimbing klinik secara jenjang pendidikan melaju
pesat dan seakan tak terbendung, sehingga tidak heran kebanyakan perawat
dengan gelar S2, ataupun S3 berasal dari pendidik. Masih sangat sedikit
perawat di RS yang berpendidikan tinggi, S1 saja masih sangat sedikit.
Dari segi kualitas, masih banyak rumah sakit yang memiliki pembimbing
klinik belum terlatih atau bersertifikat sebagai pembimbing klinik, tetapi
13
kebanyakan hanya berdasarkan senioritas, pengalaman bekerja, sehingga tidak
jarang mahasiswa DIII mendapat bimbingan oleh perawat senior yang berlatar
belakang SPK ataupun DIII tetapi dengan tahun lulusan yang bertaut jauh,
sementara perkembangan ilmu senantiasa berkembang pesat, sehingga tidak
jarang pembimbing klinik senior membimbing hanya berdasarkan pengalaman,
bukan keilmuan yang terbaru.
Kesenjangan yang lain adalah pembimbing akademik yang berpendidikan
tinggi tersebut masih sangat sedikit yang memiliki pengalaman bekerja di RS,
kebanyakan dari mereka mengetahui dunia kerja RS hanya saat menjalani
pendidikan atau saat pendidikan profesi. Sehingga pengetahuan dan
ketrampilan kurang seimbang dengan keilmuan yang dimiliki.
Akibatnya tidak mengherankan muncul anggapan “ Teori sepenuhnya
milik institusi pendidikan (dosen/pembimbing akademik) sedangkan skil
prosedur adalah milik institusi pelayanan (pembimbing klinik). Sehingga
mahasiswa sering mengalami kebingungan saat praktek, harus mengikuti, teori
di akademik atau prosedur tindakan yang ada di RS, karena terdapat
kesenjangan antara teori yang di dapat di akademik dengan praktek yang
didapat di RS.
2) Kajian Data
Data mahasiswa yang praktek di Rumah Sakit Pandang Arang selama
bulan Januari sampai Agustus tahun 2015 adalah 272 mahasiswa. Mahasiswa
tersebut berasal dari berbagai institusi dan perguruan tinggi baik negeri
maupun swasta, dengan program studi S1 Keperawatan Ners, S1 Keperawatan,
14
D3 Keperawatan dan D3 Kebidanan. Berdasarkan hasil wawancara dari CI
ruanagan sistem bimbingan mahasiswa di ruang Neonatologi yang sudah
terlaksana adalah dengan metode ronde keperawatan dan target kompetensi.
Tetapi di ruang Neonatologi tidak diperbolehkan untuk ujian stase.
Jenjang pendidikan pembimbing klinik untuk praktekan mahasiswa
program studi D3 keperawatan dibimbing oleh perawat D3 dan S1. Dan untuk
S1 keperawatan dibimbing oleh perawat S1 keperawatan dengan Ners
3) Analisis Data
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa mahasiswa yang praktek di
Ruang Neonatologi berasal dari satu institusi pendidikan. Hal ini sesuai dengan
fakta bahwa RSUD Pandang Arang merupakan salah satu RS negeri daerah
tipe C yang menjaga image pelayanan, yang memberikan ijin kepada semua
institusi untuk menjadikan RS tersebut menjadi lahan praktek mahasiswa.
Berdasarkan wawancara dari CI ruangan sistem bimbingan mahasiswa di
ruang Neonatologi yang sudah terlaksana adalah ketercapaian target
kompetensi.
d. Ketenagaan
Dilihat S ecara K uantitas
e. Ketenagaan
1) Kuantitas
a) KajianTeori
Ketenagaan merupakan faktor penting dalam input instrumental. Penetapan
jumlah tenaga keperawatan adalah suatu proses membuat perencanaan untuk
menentukan alokasi SDM di ruangan agar pelayanan dan proses managerial
berjalan efektif dan efisien. Beberapa ahli telah mengembangkan beberapa
15
formula untuk menetapkan jumlah tenaga tersebut. Rumus yang dimaksud antar
lain adalah sebagai berikut :
i. Menurut Gillies (1994)
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan dengan
perhitungan sebagai berikut :
=Jml jam keperawatan yg dibthkan ps/hr x rata-rata ps/hr x jmlh hari/thn Jmh hari/tahun – hari libur masing 2 perawat x jml jam perawat
Ket : Jml hari/tahun = 365 hari
Jml hari libur = 73 hari
Jml jam prwat = 7 jam
ii. Menurut Douglas (1997)
Perhitungan jumlah tenaga perawat menurut Douglas dihitung berdasarkan
tingkat ketergantungan pasien untuk setiap shiftnya sebagai berikut
Tabel 5Jumlah Tenaga Keperawatan BerdasarkanKlasifikasiPasien menurut
Douglas 1997
Waktu
Klasifikasi
Kebutuhanperawat
Pagi Sore Malam
Minimal
Intermediate
Maksimal
0.17
0.27
0.36
0.14
0.15
0.36
0.07
0.10
0.20
sumber : Douglas 1997Sedangkan klasifikasiberdasarkan derajat ketergantungan pasien
terhadap keperawatan berdasarkan kriteria sebagai berikut :
Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, dengan
kriteria:
(1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
(2) Makan dan minum dilakukan sendiri.
(3) Ambulasi dengan pengawasan.
(4) Observasi tanda– tanda vital dilakukan tiap shift.
(5) Pengobatan minimal, status psikologi stabil
(6) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
16
Intermediate memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam, dengan kriteria :
(1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
(2) Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam.
(3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
(4) Folley kateter, intake – output dicatat.
(5) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan
prosedur.
Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam,
dengan kriteria:
(a) Segala diberikan atau dibantu.
(b) Posisi diatur, observasi tanda – tanda vital tiap dua jam.
(c) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena.
(d) Pemakaian suction.
(e) Gelisah/disorientasi
iii. Menurut Depkes (2001)
Klasifikasi kategori asuhan keperawatan menurut Depkes:
(1) Asuhan Keperawatan Minimal:
i. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
ii. Makan dan minum dilakukan sendiri.
iii. Ambulasi dengan pengawasan.
iv. Observasi tanda– tanda vital dilakukan tiap shift.
v. Pengobatan minimal, status psikologi stabil
vi. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
(2) Asuhan Keperawatan Sedang:
i. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
ii. Observasi tanda – tanda vital dilakukan tiap empat jam.
iii. Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
(3) Asuhan Keperawatan Agak Berat:
i. Sebagian besar aktivitas dibantu.
ii. Observasi tanda – tanda vital tiap 2 – 4 jam.
iii. Terpasang folley kateter, intake – output dicatat.
17
iv. Terpasang infus.
v. Pengobatan lebih dari sekali.
vi. Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
(4) Asuhan Keperawatan Maksimal:
i. Segala aktivitas dibantu perawat.
ii. Posisi diatur.
iii. Makan memerlukan NGT, terapi intra vena.
iv. Observasi tanda – tanda vital tiap dua jam.
v. Penggunaan suction.
vi. Gelisah/disorientasi.
(5) Perhitungan tenaga perawat berdasarkan:
i. Tingkat ketergantungan pada perawat berdasarkan jenis kasus.
ii. Rata – rata pasien perhari.
iii. Jam perawatan yang diperlukan per hari per pasien.
iv. Jam perawatan yang diperlukan per ruangan per hari.
v. Jam efektif setiap perawat 7 jam/hari
Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan
Faktor koreksi:
Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi)
dengan hari libur/cuti/hari besar (loss day):
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non
keperawatan (tenaga administrasi) seperti contohnya membuat perincian pasien
pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan dll diperkirakan 25 %
dari jam pelayanan keperawatan :
18
Jumlah jam perawatan diruangan/hariJam efektif perawat
Jumlahhrmggdlm 1 thn + cuti + hrbsrXjmlhperawattersediaJumlah hari kerja efektif
Jumlahtenagakeperawatan + loss day x 25100
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan :Tenaga yang tersedia
+ faktor koreksi
2) Kajian Data
a) Berdasarkan formula Gillies
Menurut Gillies (1994) perhitungan kebutuhan tenaga perawat untuk
ruang neonatologidengan ketentuan :
Jmh jam total keperawatan/ps/hr =63+ 5 + 1,25 5
= 13,85 jam/ps/hr
Jumlahtenaga yang dibutuhkan :
= 13,85 x 5 x 365 = 25.276,25
(365-73) x 7 2.044
= 12,36dibulatkan 12 orang
Cadangan 20 % menjadi 11 x 20 % = 2,4 orang
Jadijumlahtenaga yang dibutuhkansecarakeseluruhan 12 + 2 = 14 orang
b) Berdasarkan Formula Douglas
Menurut Douglas (1997) dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan di
ruang Mawar yakni seperti tabel berikut ini :
Tabel6Kebutuhan Perawat Menurut Shift Jaga Di Ruang Neonatologi
RSUDPandanArang7 – 9 September 2015
Waktu/Klasifikasi
WaktuP S M
Minimal 0.17 0.14 0.10
Intermediet 0.27 0.15 0.07
Maksimal 5 x 0.36 =1,8 5 x 0.36 = 1,8 5 x 0.2 = 1
Jumlah 1,8 1,8 1
Sumber : Data Primer Ruang Neonatologi 2015Menurut perhitungan Douglas, berdasarkan asumsi rata-rata BOR
selamatahun 2014 jumlah perawat yang dibutuhkan selama satu hari
perawatan adalah:
(1) Perawat jaga pagi : 1,8
(2) Perawat jaga sore : 1,8
(3) Perawat jaga malam : 1
19
(4) Total 4,6 = 5 orang
Perawat libur/cuti = 1/3 x 5 = 1,6
kepala ruang = 1
1,6+5+1= 7,6 = 8
Sehingga jumlah perawat adalah 8 orang
c) Menurut DepKes
Menurut Depkes 2001 tenaga perawat yang dibutuhkan di
ruangNeonatologi.
BOR 54,86%, jumlah TT = 14, rata-rata jumlah pasien per hari 2bayi.
A =(Jam perawatan pasien/24 jam x 7 (BOR x TT) + 25 %
Harikerja efektif x 40
= 4 x 7 (54,86 % x 14)+ 25 %
7 x 40
= 28 (768,04) + 25 %
280
= 21.530 %
28
= 769 % = 7,69 = 8
Jumlah Tenaga Keperawatan yang libur
B = 52 + 12 + 14 x 8
365 – ( 52 + 12 + 14 )
= 624= 2.17 = 2
287
Tugas non Keperawatan
C = ( A + B ) x 25%
= (8 + 2) x 25%
= 2,5 = 3
Jumlah Tugas Keperawatan
20
A + B + C = 8+ 2+ 3 = 13
Menurut DepKes jumlah tenaga yang dibutuhkan di Ruang
Neonatologiadalah 13 + 1 Karu = 14 orang.
Tabel7Hasil Perhitungan Tenaga Perawat Di Ruang Neonatologi
RSUD PandanArangTahun 2015
TeoriTenaga yang dibutuhkan
Jumlah yang tersedia
Keterangan
Gillies 14 14 Sesuai
Douglas 8 14 Lebih
Depkes 14 14 Sesuai
Sumber : Data Primer Ruang Neonatologi 2015
Analisa data
Berdasarkan tabel dapat dilihat tenaga perawat yang dibutuhkan
menurut perhitungan Gillies di Ruang Neonatologisesuai, menurut
Douglas lebih 4 orang dan DepKes sesuai. Hal ini dikarenakan jumlah
pasien di Ruang Neonatologi saat dilakukan pengambilan data berjumlah
5bayi dan rata-rata pasien masuk dalam kriteria total care. untuk
perhitungan ketenagaan diatas tidak bisa digunakan untuk tolak ukur,
karena observasi yang dilakukan hanya selama 3 hari, sedangkan dalam
perhitungan ketenagaan, data yang digunakan minimal dalam 1 tahun.
Di ruang Neonatologi secara ketenagaan telah
mencukupidanuntukketenagaandi
ruangNeonatologibisamenggunakanacuhandenganrumusDepkeskarenasud
ahbanyakditerapkan di RS Indonesia danrumusdepkesdapat diterapkan di
RS yang kapasitasruangnyabesarmaupunkecil.
Dilihat Secara Kualitas
1) Kajian Teori
21
Salah satu indikator keberhasilan rumah sakit dalam memberikan
pelayanan kesehatan ditentukan oleh pemberian asuhan keperawatan yang
berkualitas. Asuhan keperawatan yang berkualitas memerlukan SDM yang
sesuai dengan kualitas yang tinggi dan profesional sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Ruang Neonatologi merupakan ruang rawat khusus untuk bayi baru lahir.
Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan secara profesional, perawat
ruang Neonatologi harus menguasai kompetensi proses keperawatan dari
pengkajian keperawatan sampai evaluasi keperawatan, tindakan keperawatan
dan medis yang dilimpahkan serta menguasai ketrampilan Basic Life Support.
Perawat Neonatologi perlu mendapat pelatihan tentang MPKP/ MAKP agar
pelaksanaan Asuhan Keperawatan benar – benar profesional dapat berjalan
dengan lancar.
2) Kajian Data dan Analisa Data
Tabel 2.6Kualifikasi Pendidikan Formal tenaga Keperawatan
di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali
No Jenis pendidikan Jumlah %
12345
S1 Keperawatan dengan profesiS1 Keperawatan
SPKD3 Keperawatan
SKM
11210-
7,14%7,14%
14,2%71,4%
-
Jumlah 14 100
22
Sumber: Data sekunder Ketenagaan Ruangan Neonatologi RSUD Pandan
Arang Boyolali
Berdasarkan tabel 2.7, tingkat pendidikan perawat di Ruang Neonatologi yaitu
lulusan S1 Keperawatann dengan profesi sebanyak 1 orang (7,14%), S1
Keperawatan sebanyak 1 (7,14%) SPK sebanyak 2 orang (14,2%), D3
Keperawatan sebanyak 10 orang (71,4%) .Menurut Menteri Kesehatan,
komposisi perawat profesional di suatu ruangan adalah sebesar 100%,
sedangkan yang disebut perawat profesional adalah perawat yang memiliki
pendidikan minimal D3 Keperawatan. Sehingga jumlah perawat profesional di
Ruang Neonatologi belum memenuhi standar dari Menteri Kesehatan.
Sehingga perlu adanya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi untuk perawat yang belum memenuhi kriteria sebagai perawat
profesional Distribusi tenaga keperawatan berdasarkan pendidikan, jenis
pelatihan dan lama kerja dapat dilihat pada tabel 2.7.
Tabel 2.7
23
Distribusi Perawat Berdasarkan Pendidikan, Jenis Pelatihan Dan Lama Kerja di Ruang NEONATOLOGI RSUD Pandan Arang Boyolali Tahun 2015
No Nama Perawat JenisPendidikan
Jabatan Jenis Pelatihan Lama kerja
1. Sri Sumiyati D3 Keperawatan KaRu Job Training Perinatologi,
Manajemen Kepala Ruang, Tata Laksana
BBLR
28 tahun
2 Tri Winarsih D3 Keperawatan Perawat Koordinator (Ketua TIM)
Workshop Tata Laksana BBLR
26 tahun
3 Maryani SPK Perawat Pelaksana - 27 tahun
4. Siti Alqomariah SPK Perawat pelaksana - 26 tahun
5 Wahyu Deda P D3 Keperawatan Perawat pelaksana Pelatihan Ketrampilan Perawat Bidang PICU-
NICU
9 tahun
6 Suparti D3 Keperawatan Perawat Koordinator (Ketua TIM)
- 9 tahun
7 Asri Anjarini S1 Keperawatan Perawat Koordinatot (Ketua TIM)
- 7 tahun
8 Muslicha S,Kep.Ns Perawat Koordinator (Ketua TIM)
5 tahun
9 Lucia Novita D3 Keperawatan Perawat Pelaksana Strategi MenyusunKinerja Pasien Safety dalam
Manajemen Perinatologi dan NICU
6 tahun
10 Endah Irmawati D3 Keperawatan Perawat Pelaksana (TKHL)
-
11 Yeni Setyo D3 Keperawatan Perawat Pelaksana (TKHL)
-
12 Dwi Retnowati D3 Keperawatan Perawat Pelaksana (TKHL)
-
13 Eka Sri Jamarani D3 Keperawatan Perawat Pelaksana (TKHL)
-
14 Latifah Putri D3 keperawatan Perawat pelaksana (TKHL)
-
24
Sumber : Data Sekunder Ketenagaan Ruangan Neonatologi
Berdasarkan tabel diatas, Menurut wawancara dengan Kepala Ruang Neonatologi
diketahui bahwa pengembangan SDM di ruang Neonatologi dilakukan melalui jalur
formal (pendidikan) dan informal (pelatihan/seminar). Untuk pengembangan jalur
formal, perawat Ruang Neonatologi diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan
lebih lanjut dengan terlebih dahulu diseleksi oleh pihak rumah sakit.
2. Sumber Dana (Money)
a. Kajian Teori
Salah satu fungsi rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan baik medis
maupun non medis. Dalam pelayanan tersebut agar pelayanan dalam rumah sakit
dapat berjalan seoptimal mungkin dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat
maka rumah sakit perlu mempersiapkan peralatan jasa non medis dan jasa
pemborongan.
Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk
mewujudkan derajat kesehatan optimalsebagai salah satu unsure kesejahteraan
sebagaimana diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945. Hal ini sejalan dengan
amanat Pasal 28 H ayat (1) Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
IndonesiaTahun 1945 yang menegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh
25
pelayanan kesehatan, dan selanjutnya Pasal 34 ayat (3) juga menyatakan bahwa
negara bertanggung jawabatas penyediaan fasilitas kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak. Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan
kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan
dalam mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Rumah sakit mempunyai
karakteristik dan organisasi yang kompleks.
Sesuai dengan ketentuan umum PP no 6 Tahun 2000 perjan adalah Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) sebagaimana diatur dalam UU No 9 Tahun 1069
dimana seluruh modalnya olee pemerintah dan merupakan kekayaan negara yang
tidak dipisahkan serta tidak terbagi atas saham-saham, jadi rumah sakit perjan tetap
merupakan asset Depkes. Pengelolaan RS perjan dilakukan oleh direksi serta
dibentuk dewan pengawasan untuk melakukan pengawasan (djoyo Sugito, 2002).
b. Kajian Data dan Analisa Data
Sumber dana dan pengaturan keuangan telah sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Sumber dana pembiayaan rumah sakit berasal dari pemerintah karena
Rumah Sakit Pandang Arang adalah rumah sakit negeri daerah Kabupaten Boyolali
3. Fasilitas/alat (Material) dan Mesin (Machine)
26
a. Kajian Teori
Pengelolaan peralatan merupakan faktor pendukung dan penunjang
terlaksananya pelayanan keperawatan. Fasilitas dan peralatan kesehatan untuk
pelayanan keperawatan merupakan semua bentuk alat kesehatan yang dipergunakan
untuk melaksanakan asuhan keperawatan dalam rangka menunjang kelancaran
pelaksanaaan sehinga diperoleh tujuan keperawatan yang efektif dan efisien.
Rumah sakit memiliki kondisi yang berbeda dan kompleks, keadaan ini
mempengaruhi manajemen pelayanan keperawatan, termasuk pengelolaan fasilitas.
Sehubungan dengan hal itu, diperlukan adanya standar pengelolaan fasilitas dan
peralatan kesehatan dalam menggunakan sumber daya fasilitas peralatan demi
mencapai pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien. Sebuah rumah sakit
hendaknya memiliki 6 buah standar peralatan meliputi: standar alat kesehatan,
standar alat perawatan, standar alat linen, standar alat rumah tangga, standar alat
kantor, standar alat tulis kantor dan standar alat makan. Jumlah fasilitas dan alat-
alat kedokteran maupun keperawatan dapat dipenuhi dengan standar yang telah
ditetapkan oleh masing-masing institusi dengan memperhatikan jenis alat,
kualifikasi, rasio dan jumlah yang dibutuhkan. Mesin adalah peralatan yang
digerakkan oleh mesin maupun elektronik yang digunakan untuk membantu
menangani pasien baik secara medis maupun keperawatan.
Menurut Aswar A (1995), bahwa bila sarana (kualitas dan kuantitas ) yang
tersedia tidak cukup (tidak sesuai) dengan kebutuhan maka sulit diharapkan
baiknya untuk pelaksanaan pelayanan keperawatan.
STANDAR PERALATAN KEPERAWATAN
27
Ruang rawat inap dengan kapasitas 14 TT
Tabel 2.8Distribusi Alat Keperawatan di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang
Boyolali Tahun 2015
No. Nama barang Ratio patient : alat
1 Lampu Emergency 12 Syring Pump 5
3 Infus Pump 8
4 Stetoskop 2
5 Nebulizer 1
6 Arteri Klem 2
7 Infant Warmer 3
8 Korentang 1
9 Lampu sorot 4
10 Bengkok 3
11 Ecg 112 Gunting Perban 213 Animek 114 Gunting Tali Pusat 215 Vena Set 116 Termometer biasa 117 Termometer elektrik 118 CPAP 219 Kom kecil tertutup 420 Nelaton Kateter 121 Darm Slang 222 Resusitasi Neonatus 2232425 26 2728
SungkupSuction Towtane Semphil / CentralTromol KecilBak Instrumen Bak Spuit
328132
293031323334353637383940414243
Bed Side MonitorKanul ETVentilator SterilisatorTimbangan bayiFoto therapyReflek hammerTongue spatelNasopharengeal airwayTensimeterLaringoskopO2 hbManometerBox elektrikBaterai
2511371111151251
28
4445464748
KalkulatorSpuit gliserinStetoskop litmenTroliStelisator
14161119
Tabel 2.9Daftar Alat Tenun di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang
Boyolali Tahun 2015
No. Nama Barang Jumalh
1. Sprei 132. Jas Ibu 183. Perlak Besar 14. Perlak Kecil 105. Gordyn 196. Kelambu 97. Tirai 31
Tabel 2.10Distribusi Alat Rumah Tangga di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang
Boyolali Tahun 2015
No. Nama Barang Ratio pasien : alat
1. Kulkas 12. TV 13. Kursi Ka.Ru 24 Kursi Lipat 35 Almari Kayu 36 Almari Stainles Steel 17 Komputer 18 Dispenser 19 Kipas Angin 210 Meja Kayu 311 Jam Dinding 412 Almari Etalase 113 Tempat Sampah 614 Kemoceng 115 Ember Sedang 616 Ember Besar 217 Baskom 418 Gayung 2
29
19 Tremos 120 Rice Cooker 2
FASILITAS PICU dan NICU
A. Kajian Teori
PICU dan NICU adalah suatu unit perawatan yang merawat klien anak (29 hari – 14
tahun) dengan keadaan gawat atau berat yang sewaktu-waktu dapat meninggal, dan
mempunyai harapan untuk sembuh apabila dirawat secara intensif. Tujuannya adalah untuk
memberikan pelayanan perawatan yang optimal untuk bayi dimana keadaannya sewaktu-waktu
dapat meninggal.Pengembangan fasilitas perawatan intensif bergantung pada apadi sebut
statement of fuction.bagian perawatan intensif bertugas memberikan pelayanan perawatan
kesehatan dengan perhatian khusus (intensif) dari tenaga dokter dan paramedic.Tenaga medis
di unit ini bekerja 24 jam,menangani secara keseluruhan dan memantau perkembangan
kesehatan pasien tersebut .Zonasi fungsi pada instalasi rawat intensif dapat dibagi menjadi :
1. Daerah steril yang terdiri dari ruang perawatan picu/nicu,nurse station terutama bagian
yang langsung berkaitan dengan keperawatan
2. Daerah non steril / ruangan umum yang tidak berkaitan langsung dengan perawatan
intensif,terdiri dari fungsi fungsi penunjang baik medic maupun non medik.
Persyaratan dan Karakteristik PICU dan NICU ialah :
1) Pelayanan perawatan intensif diselenggarakan selama 24 jam per hari, 7 hari dalam
seminggu. Unit ini dipimpin oleh dokter intensivist atau dokter anastesiologi yang bekerja
penuh waktu. Pelayanan NICU harus memiliki kemampuan minimal sebagai berikut:
Resusitasi jantung paru neonatal
30
Pengelolaan jalan nafas, termasuk intubasi trakeal dan penggunaan ventilator
sederhana secara
Terapi oksigen
Pemantauan EKG, pulse oksimetri terns menerus
Pemberiam nutrisi enteral dan parenteral
Pemeriksaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh
Pelaksanaan terapi secara titrasi
Kemampuan melaksanakan teknik khusus sesuai dengan kondisi pasien
Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat-alat portabel selama
transportasi pasien gawat
2) Sebaiknya PICU NICU mempunyai ruangan tersendiri, letaknya berdekatan dengan
kamar bedah, ruang bersalin. Sebaiknya PICU NICU mampu dengan cepat melayani
pemeriksaan laboratorium tertentu, rontgen, kemudahan diagnostik. Persyaratan untuk
bangunan PICU dan NICU adalah:
a. Fasilitas tempat tidur minimal 5 TT dan maksimal 15 TT
b. Terisolasi
c. Letak ruang picu dekat ruang resusitasi, emergensi, dan ok (kamar operasi)
d. Suhu kamar diatur oleh ac ± 22 c
e. Ruang picu harus bersih dan clean zone
f. Sebaiknya dilengkapi fasilitas khusus → laboratorium
g. Mengikuti prinsip bebas kuman dan tidak memiliki sudut-sudut ruangan.
h. Peralatan :
1. Ventilator servo 900 c, 300 c
2. Monitor ekg, nadi, rr, td, suhu badan
3. Infusion pump, syiring pump
4. Foto portable
5. Cvp set dan alat vena sekdi
6. Emergency trolley, ambubag
7. CPAP
8. Bumble Bee
9. Suction
31
10. O2 Central
11. Blue light
12. Stetoskope
13. Standar infuse
Daftar Sarana dan Prasaranadi Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali
Tahun 2015
NO KOMPONEN YANG DINILAI YA TIDAK1 Fasilitas Tempat Tidur 5 -15 TT 2 Ruang Terisolasi 3 Letak ruang PICU NICU dekat dengan ruang resusitasi,
emergency, OK, VK
4 Suhu Ruangan diatur ±22 0 c 5 Ruang PICU harus bersih dan clean zone 6 Dilengkapi dengan fasilitas khusus laboratorium 7 Mengikuti prinsip bebas kuman dan tidak memiliki
sudut-sudut ruangan
8 Peralatan :a. Ventilator servo 900 c, 300 cb. EKG c. Infusion pump, syiring pumpd. Foto portablee. Cvp set dan alat vena sekdi f. Emergency trolley, ambubagg. CPAP h. Bumble Beei. Suctionj. O2 Central k. Blue lightl. Timbangan bayim. Stetoskope n. Standar infuse
Analisa Sarana dan Prasarana Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali : Dari
data pengamatan di ruang Neonatologi didapatkan 89,47 % fasilitas terpenuhi dengan
baik sedangkan 10,52 % tidak terpenuhi.
b. Kajian Data
32
Berdasarkan hasil wawancara, hasil observasi langsung dan daftar inventaris
Ruang Neonatologi didapatkan data penyediaan dan pengelolaan bahan dan alat di
Ruang Neonatologi RSUD Pandang Arang sebagi berikut:
Tabel 2.15 Daftar Buku Bantu di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali Tahun 2015
No
Namabarang Jumlah
Keterangan
1 Buku Vaksin 1 Menyesuaikan, aktif
2 BukuHome visit 1 Menyesuaikan, aktif
3 BukuDaftar pasien 1 Menyesuaikan, aktif
4 Buku Jumlahinventaris 1 Menyesuaikan, aktif
5 Buku TTV 1 Menyesuaikan, aktif
6 Buku Kerusakanbarang 1 Menyesuaikan, aktif
7 BukuKesanpesan 1 Menyesuaikan, aktif
8 Buku Pengembalianbarang 1 Menyesuaikan, aktif
9 Buku Laporan 1 Menyesuaikan, aktif
10 Buku Rawatgabung 1 Menyesuaikan, aktif
11 Buku Infeksinosokomial 1 Menyesuaikan,aktif
12 Buku Gudang 1 Menyesuaikan, aktif
13 Buku GDS 1 Menyesuaikan, aktif
14 Buku Data resikotinggi 1 Menyesuaikan, aktif
15 Buku Jadwaldinas 1 Menyesuaikan, aktif
16 BukuBarangbuktikeluar 1 Menyesuaikan, aktif
17 BukuBlangkopengajuanbarang 1 Menyesuaikan, aktif
18 Buku Undang-undangkeperawatan 1 Menyesuaikan,
33
aktif19 Buku Obat 1 Menyesuaikan,
aktif20 Buku Dokumenakreditasi MDGS 1 Menyesuaikan,
aktif21 BukuBuktipengembalian 1 Menyesuaikan,
aktif22 Buku SPO
(pencegahandanpengendalianinfeksi).1 Menyesuaikan,
aktif23 Buku Kumpulan SOP keperawatan. 1 Menyesuaikan,
aktif24 Buku
Pedomanpengendalianinfeksinosokomialtahun 2006
1 Menyesuaikan, aktif
25 Buku Pedomanpengendalianinfeksinosokomialtahun 2010
1 Menyesuaikan, aktif
26 Buku Materipelatihankeperawataninfeksianak, angkatan XI 2015 RSUP Sardjito
1 Menyesuaikan, aktif
27 Buku Pediatric critical care nursing 2015. 1 Menyesuaikan, aktif
28 Buku PMK no 49 tahun 2013 1 Menyesuaikan, aktif
29 Buku pelatihan disaster management RSU Pandanarang 2011
1 Menyesuaikan, aktif
30 Buku SOP peralatan 1 Menyesuaikan, aktif
32 Buku Kumpulan SPO keperawatan 2011 1 Menyesuaikan, aktif
32 Buku SAK perinatologi 1 Menyesuaikan, aktif
33 Buku pedomanpenyelenggara RM revisi IV 1 Menyesuaikan, aktif
34 Buku SPM (standarpelayanan minimal) 1 Menyesuaikan, aktif
35 Buku Kebijakandanprosedurtetappenanganan perinatal resikotinggi
1 Menyesuaikan, aktif
36 Buku Kerangkaacuan program orientasiperawatandanbidan RSUD PandanArangTahun 2008-2012
1 Menyesuaikan, aktif
37 Buku Kumpulan SPO Administrasi RSUD Pandanarang
1 Menyesuaikan, aktif
38 Buku Kumpulan kebijakandan SOP keperawatan.BukulaporandanevaluasikegiatanpelayananResti 2008/2010
1 Menyesuaikan, aktif
34
BukuanalisisIndekkepuasanmasyarakat IKM tahap 2 RSUD Pandan Arang
Sumber : Data InventarisAlatRuangMawartahun 2013
c. Analisa Data
Ruang Neonatologi telah memiliki buku inventarisasi yang berisi daftar
inventarisasi fasilitas dan alat-alat kesehatan di Ruang Neonatologi. Menurut hasil
wawancara dengan Karu Ruang Neonatologi diketahui bahwa di Ruang
Neonatologi sudah ada pedoman ruangan untuk standar fasilitas dan alat-alat
kesehatan, idealnya suatu ruang perawatan harus memiliki 6 standar peralatan (alat
kesehatan, alat perawatan, alat tenun,alat kantor,alat tulis kantor, dan alat makan)
tetapi berdasarkan hasil pengkajian dan observasi didapatkan data bahwa di ruang
Neonatologi ditemukan standar peralatan yaitu standar alat kesehatan, standar alat
perawatan, standar alat tenun, standar alat rumah tangga dan alat tulis
kantor.Berdasarkan tabel diatas didapatkan ada beberapa jumlah alat/fasilitas belum
sesuai dengan standar seperti manometer manual, pispot, bengkok, standar infus,
gunting, brancard dan korentang. Tetapi tidak mengganggu dalam pelayanan
keperawatan. Dan ada beberapa jumlah alat/fasilitas belum sesuai standar seperti
keset,dan kursi penunggu. Tetapi tidak menganggu dalam pelayanan keperawatan.
Penyimpanan Susu
a. Kajian Teori
Air susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bayi pada awal usia kehidupan, hal
ini tidak hanya karena ASI mengandung cukup zat gizi tetapi karena ASI
mengandung zat imunologik yang melindungi bayi dari infeksi (Amirudin,2006).
Namun pemberian ASI eksklusif sejak hari pertama tidak selalu mudah karena
banyak wanita menghadapi masalah dalam melakukannya. Hal ini membuat ibu
berpikir bayi mereka tidak akan mendapat cukup ASI sehingga ibu sering mengambil
35
langkah berhenti menyusui dan menggantinya dengan susu formula (Derek, 2005).
Pada kondisi dengan indikasi medis tertentu, yaitu kondisi medis bayi atau kondisi
medis ibu yang tidak memungkinkan pemberian ASI eksklusif, maka susu formula
boleh diberikan. Oleh karena itu perlu memperhatikan cara penyajian susu formula
yang benar agar efek dari kontaminasi tersebut dapat diminimalisir sekecil mungkin.
Menjaga sanitasi dan hygiene sangat penting untuk mencegah kontaminasi dari
bakteri khususnya terkait dengan penyiapan, penyimpanan, dan penyajian produk
formula bayi (Nasir, 2011). Telah dilakukan penelitian kualitas beberapa susu bubuk
pengganti ASI terhadap adanya kontaminasi Enterobacteriaceae termasuk E.
sakazakii. Faktor-faktor yang mungkin berperan terhadap terjadinya infeksi pada
masa neonatus adalah ibu yang kurang mengindahkan kebersihan pada waktu
merawat bayinya. Selain itu bayi yang mendapat PASI (Pengganti Air Susu Ibu),
dimana botol, dot atau susu pengganti tersebut terkontaminasi dengan kuman
patogen oleh karena tidak diindahkannya tindakan aseptik pada waktu menyiapkan.
Penyimpanan asi dalam ruangan (ASI segar) dengan suhu 19o-26o C dengan lama
penyimpanan 6-8 jam di ruangan ber AC atau 4 jam di ruangan tanpa AC. Dalam
ruangan (ASI beku yang dicairkan) dengan suhu 19o-26o C dengan lama
penyimpanan 4 jam. Dalam kulkas (ASI segar) dengan suhu <4o C dengan lama
penyimpanan 2-3 hari. Dalam kulkas (ASI beku yang dicairkan) sengan suhu < 4o C
dengan lama penyimpanan 24 jam. Freezer (lemari es 1 pintu) dengan suhu 0o- (-18)o
C dengan lama penyimpanan 2 minggu. Freezer (lemari es 2 pintu) dengan suhu (-
18)- (-20)o C dengan lama penyimpanan 3-4 bulan. Deep freezer dengan suhu stabil
di (-20)o C atau kurang dengan lama penyimpanan 6-12 bulan.
b. Kajian Data
Hasil Evaluasi Pengelolaan Sampahdi Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali
7 September-9 September 2015No Aspek yang dinilai Pelaksanaan
Ya % Tidak %
1. Perawat memastikan ibu mencuci tangan dengan bersih
sebelum memerah asi maupun menyimpannya.
10
2. Wadah penyimpanan harus di pastikan bersih, cuci 10
36
dengan air panas dan sabun serta di anginkan hingga
kering sebelum dipakai.
3. Simpan asi sesuai kebutuhan bayi 10
4. Pastikan bahwa pada wadah asi telah diberi label berisi
nama anak dan jam,tanggal asi perah.
10
5. Jangan mengocok asi karena dapat merusak komponen
penting dalam susu.
10
6. Asi disimpan dikulkas 10
Rata-rata 66,6%
Sumber Observasi tanggal 7 September-9 September 2015
c. Analisa Penyimpanan Susu
Penyimpanan susu di ruang neonatologi cukup dengan nilai rata-rata 66,6%, beberapa
perawat sudah melakukan penyimpanan sesuai prosedur namun masih ada perawat
yang belum melakukan penyimpanan susu secara benar misalnya susu dibiarkan
diruang terbuka >4 jam, tidak diberi label nama pasien, jam pembuatan ASI.
Diharapkan perawat melakukan penyimpanan susu sesuai prosedur.
3 Metode
a. Kajian teori
1) Standar Asuhan Keperawatan
Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum dikenal sebagai
suatu yang dapat diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan sebagai tolak
ukur atau titik acuan yang digunakan sebagai pembanding (Marr dan Biebing,
2001). Menurut Asrul Azwar (1994) standar menunjukan pada tingkat ideal
tercapai yang diinginkan, diukur dalam bentuk minimal dan maksimal,
penyimpangan masih dalam batas atas yang dibenarkan toleransi. Standar
37
praktek keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu pekerjaan
seorang perawat yang dianggap baik, tepat dan benar yang dirumuskan sebagai
pedoman pemberian asuhan keperawatan serta sebagai tolok ukur dalam
penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam, 2002). Menurut Gillies
(1994) standar asuhan keperawatan mempunyai 3 tujuan yaitu :
a) Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memusatkan upaya
meningkatkan motivasi perawat terhadap pencapaian tujuan
b) Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi kegiatan
asuhan keperawatan yang tidak penting
c) Memberikan landasan untuk menentukan kelalaian keperawatan dengan
mengantisipasi suatu hasil yang tidak memenuhi standar asuhan
keperawatan.
Di Indonesia standar keperawatan dipakai sebagai dasar pedoman dan
instrumentasi penerapan standar asuhan keperawatan yang disusun oleh
Depkes 1997, yaitu :
a) Standar I . Pengkajian Perawatan
Pengkajian keperawatan diperoleh dari data anamnesa, observasi yang
paripurna dan lengkap serta dikumpulkan secara terus-menerus tentang
keadaan pasien untuk menentukan asuhan keperawatan sehinga data
keperawatan juga dapat dimanfaatkan semua angggota tim. Data
pengkajian meliputi pengumpulan data, pengelompokkan data dan
perumusan masalah.
b) Standar II. Diagnosa Keperawatan
38
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan
pasien yang dianalisis dan dibandingkan dengan keadaan pasien.
Komponennya terdiri atas: masalah, penyebab dan gejala (PES), bersifat
aktual dan potensial dan dapat ditanggulangi perawat.
c) Standar III. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan,
komponennya terdiri dari prioritas masalah, tujuan dan intervensi.
d) Standar IV. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan, bermaksud agar
kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek
peningkatan, pencegahan pemeliharaan serta pemulihan kesehatan.
e) Standar V. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis, dan
terencana untuk menilai perkembangan pasien.
f) Standar VI. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh perawat
selama pasien dirawat inap maupun rawat jalan. Digunakan sebagai
informasi, komunikasi dan laporan, dilakukan setelah tindakan dilakukan
sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan. Setiap mencatat harus
mencantumkan inisial atau paraf/nama perawat, menggunakan standar
yang baku dan disimpan sesuai peraturan yang berlaku. Dasar hukum
standar profesi keperawatan adalah UU Kesehatan RI No.23 tahun 1992
pasal 53.
39
Ayat 1: ”tenaga kesehatan memperoleh perlindungan dalam melaksanakan
tugas sesuai profesi”.
Ayat 2: ”tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya wajib sesuai
standar profesi”
Standar keperawatan menurut Depkes RI meliputi:Standar Pelayanan
Keperawatan (SPK) dan Standar Asuhan Keperawatan (SAK).
Suatu ruang perawatan di dalam rumah sakit idealnya mempunyai
SAK untuk semua pasien sesuai dengan kasus penyakitnya dan prosedur
tetap yang berlaku secara resmi dan dipahami serta diterapkan oleh seluruh
staf di ruang perawatan. Prosedur tetap dan SAK minimal untuk 10 kasus
terbesar pada ruang perawatan tersebut.
b. Kajian data
Dari 10 besar kasus yang ada di ruang Neonatologi, didapatkan 10 besar
diagnosa penyakit di ruang Neonatologi selama tahun 2015 adalah BBLR, Asfiksia
Sedang, Asfiksia Ringan, Ikterik, Asfiksia Berat, BBLB, BBLSR, Febris, BBLC,
dan Sepsis.
Di ruang Neonatologi sudah memiliki SAK untuk asuhan keperawatan bayi
prematur, bayi dengan aspirasi mekonium, bayi dengan RDS (Respiratory Distress
Syndrome), bayi dengan ikterik, dan Kejang Demam.
Ruang Neonatologi belum memiliki lengkap SAK dari 10 penyakit besar. Maka
dari itu perlu diperbaharui dan dilengkapi agar SAK 10 besar penyakit dengan
referensi terbaru menjadi lengkap.
c. Analisa Data
40
Berdasarkan kajian didapatkan data bahwa di Ruang Neonatologi sudah
terdapat SAK untuk diagnosa penyakit tetapi belum relevan dengan ilmu terbaru
dan belum lengkap sesuai dengan 10 besar penyakit yang ada di Ruang
Neonatologi. Dan pada evaluasi ini akan dibuat standart asuhan keperawatan
dengan referensi terbaru yaitu SAK Sepsis dan Asfikisia
Tabel 2.17
Standar/Protap Kebijakan/Instruksi Kerja di Ruang RSUD Pandang Arang
No Dokumen Protap Tahun
18/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/11
Pemeriksaan fisik (kepala)Pemeriksaan fisik (dada)Pemeriksaan fisik (abdomen)Pemeriksaan GCSPengukuran tekanan darah Pengukuran suhu badanPengukuran nadi dan pernapasanPemberian obat intravenaPemberian obat muskuslairPemberian obat subkutanPemberian obat supositorialMelatih batuk efektifFisioterapi dadaPenghisapan lenderInhalasi manualInhalansi nebulizerPenilaian balance cairanPemasangan infusePemasangan tranfusiPerawatan infusePemasangan naso gastric tubePemberian makan lewat NGTPemasangan kateter priaPemasangan kateter wanitaPelepasan kateterHuknah rendah, tinggiHuknah gliserinOral hygiene tanpa sikat gigiOral hygiene dengan sikat gigiMencuci rambutMemandikan di tempat tidurMembimbing relaksasi distraksiPerawatan luka lecetPerawatan luka kotorPerawatan luka bakar
20112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011
41
18/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/1118/10/1963/KEP/11
03.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.201103.02.2011
Cuci tangan (biasa, antiseptic)Pemberian kirbat esPemasangan buli2 air panasLatihan ROM ekstremitas atasLatihan ROM ekstremitas bawahAlih baringMengangkat jahitan luka Perawatan luka jahitTerapi bermainVulva hygienePerawatan luka perineum Breast care (post natal)Perawatan tali pusatSenam nifasPemeberian O2 binasalPenyiapan specimen darah lengkapDischarge planningPelaksanaan pemeriksaan EKGMencegah kesalahan pemberian obat Pemeriksaan GDSPemeriksaan AGDPemeriksaan LPPenanganan kedaruratanPemeriksaan BMPPenanganan kecelakaan Perawatan glycerinPerawatan lukaPerawatan luka dengan drainPerawatan WSDLavemenSlem squerPemasangan plebotomiPerawatanAlat dari karet
20112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201120112011201
Sumber : buku standar prosedur RSUD Pandang Arang boyolali
Analisa data
Ruang Neonatologi sudah memiliki instruksi kerja yang telah dibuat oleh RSUD
Pandang Arang tetapi sebagian besar belum mengarah ke pasien bayi baru lahir
yang memiliki resiko tinggi.
B. Unsur Proses
1. Penerapan Proses Keperawatan
42
a. Kajian Teori
Proses keperawatan adalah metode ilmiah dalam pemberian asuhan
keperawatan. Proses asuhan keperawatan juga merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Carpenito, 1989 cit
keliat, 1999).
Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan professional merupakan
bagian integral yang dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu
baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh karenanya kualitas pelayanan
keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal mungkin.
UU RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan dalam penjelasan tentang pasal 53
ayat 2 mendefinisikan standar profesi sebagai “pedoman yang harus dipergunakan
sebagai petunjuk dalam menjelaskan profesi secara baik”. Atau secara singkat dapat
dikatakan standar adalah pedoman kerja agar pekerjaan berhasil dan bermutu.
Berdasarkan ini maka kehadiran Standar Asuhan Keperawatan yang identik dengan
standar profesi keperawatan, berguna sebagai kriteria untuk mengukur keberhasilan
dan mutu asuhan keperawatan.
Standar Asuhan Keperawatan (SAK) terdiri sebagai berikut :
1) Standar Pengkajian Keperawatan
2) Standar Diagnosis Keperawatan
3) Standar Perencanaan Keperawatan
4) Standar Pelaksanaan Keperawatan
5) Standar Evaluasi
6) Standar Catatan Asuhan Keperawatan (Depkes RI, 1998)
43
Dalam standar-standar dimaksud mencantumkan kriteria-kriteria yang harus
dipenuhi dalam pemberian asuhan keperawatan. Mutu asuhan keperawatan dapat
dipertanggung jawabkan secara profesional apabila kriteria-kriteria tersebut dapat
dipenuhi. Dengan memahami dan mematuhi kriteria dalam Standar Asuhan
Keperawatan, yang selanjutnya diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan,
maka bukan hanya keprofesian dijaga dan ditingkatkan, tetapi juga meliputi aspek-
aspek keamanan dan kenyamanan pasien.
Sistematika penyusunan Standar Asuhan Keperawatan sebagai berikut :
1. STANDAR I : Pengkajian Keperawatan
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menetukan
kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua
anggota tim kesehatan.
Komponen pengkajian keperawatan meliputi :
a. Pengumpulan data :
Kriteria
1) Menggunakan format yang ada
2) Sistematis
3) Diisi sesuai item yang tersedia
4) Actual (baru)
5) Abash (valid)
b. Pengelompokan Data :
Kriteria
44
1) Data Biologis
2) Data Psikologis
3) Data Sosial
4) Data Spiritual
c. Perumusan Masalah :
Kriteria
1) Kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi
kehidupan
2) Perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan.
2. STANDAR II : Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah diagnosa yang dibuat oleh perawat
profesional yang menggambarkan tanda dan gejala yang menunjukkan masalah
kesehatan yang dirasakan klien dimana perawat yang berdasarkan pendidikan
dan pengalaman mampu menolongnya (Ali Z, 2002 cit Nurjanah, 2004).
Menurut Suarli Suchri dan Bachtiar Y (2007), diagnosa keperawatan
adalah pertanyaan yang jelas, singkat dan pasti, tentang masalah pasien serta
pengembangan yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan
keperawatan.
Diagnose keperawatan menggambarkan masalah pasien baik aktual
maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data. Diagnosa keperawatan
dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisis dan
dibandingkan dengan fungsi normal kehidupan pasien.
45
Kriteria :
1) Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemenuhan kebutuhan pasien
2) Dibuat sesuai dengan wewenang perawat
3) Komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan tanda/gejala (PES) atau
terdiri dari masalah dan penyebab (PE)
4) Bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi
5) Bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar
akan terjadi
6) Dapat ditanggulangi oleh perawat
3. STANDAR III : Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan, untuk menanggulangi masalah sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien (Suarli Suchri dan Bachtiar Y., 2007).
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan.
Langkah-langkah penyusunan perencanaan keperawatan meliputi :
1) Menentukan urutan prioritas masalah, adapun pertimbangannya
berdasarkan atas :
a) Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan priopritas
pertama
b) Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah
prioritas kedua
46
c) Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas
ketiga
2) Merumuskan tujuan asuhan keperawatan, kriteria:
a) Spesifik
b) Bisa diukur
c) Bisa dicapai
d) Realistis
e) Ada batas waktu
3) Rencana tindakan, kriteria:
a) Disusun berdasarkan tujuan asuhan keperawatan
b) Melibatkan pasien/ keluarga
c) Mempertimbangkan latar belakang budaya pasien/ keluarga
d) Menentukan alternative tindakan yang tepat
e) Mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku,
lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada
f) Menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien
g) Kalimat perintah ringkas, tegas dengan bahasanya mudah dimengerti
4. STANDAR IV : Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal
yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan
kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya.
Kriteria :
47
a) Dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan
b) Menyangkut keadaan bio-psiko-sosio spiritual pasien
c) Menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada
pasien/ keluarga
d) Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
e) Menggunakan sumber daya yang ada
f) Menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik
g) Menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi dan mengutamakan
keselamatan pasien
h) Melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien
i) Merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan
pasien
j) Mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan
k) Merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan
l) Melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis
yang telah ditentukan.
Intervensi keperawatan berorientasi pada 14 komponen keperawatan dasar
yang meliputi :
a) Memenuhi kebutuhan oksigen
b) Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit
c) Memenuhi kebutuhan eliminasi
d) Memenuhi kebutuhan keamanan
e) Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik
48
f) Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur
g) Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani
h) Memenuhi kebutuhan spiritual
i) Memenuhi kebutuhan emosional
j) Memenuhi kebutuhan komunikasi
k) Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis
l) Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan
m) Memenuhi kebutuhan penyuluhan
n) Memenuhi kebutuhan rehabilitasi
5. STANDAR V : Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana
untuk menilai perkembangan pasien.
Kriteria :
a) Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi
b) Evaluasi hasil menggunakan indicator yang ada pada rumusan tujuan
c) Hasil evaluasi segera dicatat dan komunikasikan
d) Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan
e) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
6. STANDAR VI : Catatan asuhan Keperawatan
Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual.
Kriteria :
a) Dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan
b) Dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan
49
c) Dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan
d) Penulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku
e) Sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan
f) Setiap pencatatan harus mencantumkan intial/ paraf/ nama perawat yang
melaksanakn tindakan dan waktunya
g) Menggunakan formulir yang baku
h) Disimpan sesuai dengan peraturan yang berlaku (Depkes RI, 1998).
Standard penilaian yang digunakan untuk menilai mutu asuhan keperawatan adalah
dengan menggunkan instrument A,B, dan C adalah :
a. Kriteria baik atau sangat puas (75-100%)
b. Kriteria cukup atau puas (65-75%)
c. Kriteria kurang atau tidak puas (0-64%)
2. Kepatuhan Tenaga Keperawatan Terhadap SOP Keperawatan (Instrumen C)
a. Kajian teori
Dalam melakukan tindakan keperawatan yang baik harus sesuai dan mengacu
pada protap-protap atau standar yang telah ditetapkan. Prosedur tetap merupakan salah
satu pedoman kerja bagi setiap tenaga keperawatan dalam rangka
mengimplementasikan praktik keperawatan profesional. Sebagai dasar penilaian
tindakan keperawatan mengacu pada instrumen evaluasi penerapan standar asuhan
keperawatan di rumah sakit.
Standar praktek keperawatan adalah ekspektasi minimal dalam memberikan
asuhan keperawatan yang aman, efektif dan etis (PPNI, 1999). Standar praktek
keperawatan merupakan komitmen profesi keperawatan dalam melindungi masyarakat
terhadap praktek yang dilakukan oleh anggota profesi. Standar praktek keperawatan
harus dinamik sesuai dengan perkembanngan IPTEK.
Tujuan standar praktek keperawatan menurut Gillies (1989) adalah untuk
meningkatkan klaitas asuhan keparawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan dan
melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien
50
dari tindakan yang tidak terapeutik. Ruang lingkup standar praktik keperawatan
menurut PPNI (1999) :
1) Standar I : Ilmu Pengetahuan
2) Standar II : Akuntabilitas professional
3) Standar III : Pengkajian
4) Standar IV : Perencanaan
5) Standar V : Pelaksanaan
6) Standar VI : Evaluasi
1. Pengelolaaan Sampah
a. Kajian Teori
1) Penanganan limbah medis padat
a) Pengertian
Penanganan limbah medis padat mulai pemisahan dan pewadahan sampai
pengadaan ke TPS Incinerator. Limbah medis padat adalah limbah padat yang
terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah
farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer
bertekenan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
b) Tujuan
Untuk menjamin limbah medis padat tidak tercecer sehingga tidak menimbulkan
kontaminasi dan Infeksi Nosokomial di lingkungan RS.
2) Kebijakan
a) Kepmenkes No : 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
b) Perawat di ruangan harus memasukkan semua limbah medis padat yaitu : jarum
suntik bekas, ampul, botol obat, plastik infus, perban, dan lain-lain ke dalam
kantong plastik kuning atau tempat peruntukan yang disediakan.
c) Instalasi Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan mengambil limbah medis padat setiap
jam 06.30 WIB dan 12.30 WIB kemudian melakukan proses Desinfeksi dan
memusnahkan di incenerator.
3) Prosedur
51
a) Perawat di ruangan harus memasukkan limbah medis padat kedalam Container
yang dilapisi plastik kuning sesuai peruntukkannya :
i) BD Hub cutter : Tempat jarum suntik ( Needles )
ii) Container limbah medis benda tajam dilapisi plastik kuning : Syringe, ampul,
jarum tranfusi, obyek glass, pisau, jarum infus.
iii) Container limbah medis benda non tajam dilapisi plastik kuning : jaringan
tubuh, darah, perban, plester, selang infuse, masker, kassa, kantong tranfusi,
urine bag, handscoon, kateter, pembalut/pampers, abocat.
iv) Container botol infus : botol infus dan botol kaca, fial obat.
b) Kantong plastik setelah terisi 2/3 bagian limbah medis padat, diikat dan diberi
label asal ruangan oleh petugas ruangan.
c) Petugas instalasi sanitasi mengambil dan mengangkut limbah medis padat dari
ruangan penghasil limbah medis padat ke TPS incenerator setiap jam 06.30 WIB
dan 12.30 WIB
d) Limbah medis padat yang sudah terkumpul di TPS dibakar dan dimusnahkan oleh
petugas instalasi sanitasi
e) Sisa pembakaran dimasukkan kekarung/sak untuk dibuang ke TPA oleh Dinas
Kebersihan Pemda Boyolali
f) Container limbah medis padat di rungan pengahsil limbah medis padat
dibersihkan, dicuci oleh petugas Cleaning Service.
g) Proses penanganan limbah Botol Infus, Botol Kaca dan Fial Obat, dilakukan
dengan bahan Desinfektan oleh Instalasi Sanitasi.
Hasil Evaluasi Pengelolaan Sampahdi Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali
7 September-9 September 2015
52
No
Aspek yang dinilaiPelaksanaan
Ya % Tidak %
1 Perawat membuang jarum di tempat jarun suntik/ needles 10 100 0 02 Perawat membuang limbah medis benda tajam di tempat
limbah medis benda tajam10 100 0 0
3 Perawat membuang limbah medis benda non tajam di tempat limbah medis benda non tajam
10 100 0 0
4 Perawat membuang via obat dan botol infus pada tempat botol infuse
9 90 1 10
Jumlah 39 390 1 10Rata-rata 97,5%
b. Analisa
Sumber Observasi tanggal 7 September-9 September 2015
Hasil observasi di Ruang Neonatologi pada tanggal 7 September-9 September 2015
didapatkan pelaksanaan pengelolaan sampah dengan skore 97,5% perawat membuang
limbah medis benda non tajam di tempat limbah medis benda non tajam sudah 100%,
spuit sudah dipisahkan dengan neddle di tempat pembuangan sampah yang terpisah
akan tetapi selama observasi beberapa hari masih terdapat pembuangan sampah yang
belum tepat seperti membuang vial obat di tempat jarum suntik. Dari observasi
beberapa hari pembuangan sampah perlu ditingkatkan dalam pemilahan sampah sesuai
dengan tempatnya.
2. Pelaksanaan Universal Precaution
a. Kajian Teori
Pencegahan terjadinya infeksi nosokomial di Rumah Sakit untuk menghindari
terjadinya infeksi selama pasien dirawat di Rumah Sakit. Pelaksanaan upaya
pencegahan infeksi nosokomial terdiri atas kewaspadaan universal, tindakan invasif,
tindakan non invasif, tindakan terhadap anak dan neonatus, sterilisasi, dan desinfeksi.
Universal precaution atau kewaspadaan universal adalah suatu pedoman yang
ditetapkan oleh Center for Disease Control (CDC) tahun 1985 untuk mencegah
penyebaran dari berbagai penyakit yang yang ditularkan melalui darah di lingkungan
Rumah Sakit maupun sarana kesehatan lainnya. Adapun konsep yang dianut adalah
bahwa semua darah dan cairan tubuh tertentu harus dikelola sebagai sumber yang
dapat menularkan HIV, Hepatitis, dan berbagai penyakit lainnya yang ditularkan
melalui darah.
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Universal Precautiondi Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali
7 September-9 September 2015
53
54
No Aspek yang dinilaiPelaksanaan
Ya % Tdk %
1 Perawat cuci tangan ketika akan kontak dengan pasien atau melakukan tindakan pada pasien
7 70 3 30
2 Perawat cuci tangan ketika selesai kontak dengan pasien atau telah selesai melakukan tindakan terhadap pasien
10 100 0 0
3 Perawat mencuci tangan dengan sabun/detergen/desinfektan
10 100 0 0
4 Perawat mencuci tangan di tempat air mengalir (wastafel)
10 100 0 0
5 Perawat menggunakan sarung tangan ketika melakukan kontak atau tindakan pada pasien
10 100 0 0
6 Perawat menggunakan masker ketika melakukan tindakan kepada pasien
8 80 2 20
7 Pasien menggunakan alat alat steril untuk satu pasien
8 80 2 20
8 Perawat menggunakan alat disposibel hanya untuk sekali pakai
8 80 2 20
9 Setelah menggunakan alat alat non disposibel, perawat mencucinya dengan larutan disinfektan
10 100 0 0
10 Perawat mensterilkan alat alat steril di instalasi sterilisasi sentral
10 100 0 0
11 Perawat menyiapkan alat alat kesehatan ditempat kusus
10 100 0 0
12 Perawat membuang benda benda tajam di tempat kusus
10 100 0 0
13 Perawat membuang sampah medis di tempat medis 10 100 0 014 Perawat membuang sampah non medis ditempat
sampah non medis 10 100 0 0
15 Jarak inkubator > 1 meter 0 0 10 10016 Inkubator yang telah dipakai langsung disterilkan 0 0 10 100
131 1310 29 90Rata-rata 81,8%
Sumber Observasi tanggal 7 September-9 September 2015
b. Analisa Universal Precaution
Universal Precaution sudah dilaksanakan sesuai dengan standar ISO sudah baik
dengan presentase nilai (81,8%), beberapa perawat di ruang neonatologi melakukan
cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan dalam memberikan tindakan kepada pasien.
Tetapi, ada juga perawat yang kadang tidak mencuci tangan sebelum melakukan
kontak dengan pasien ini dikarenakan ada tindakan emergensi yang harus segera
dilakukan misal ada pasien yang harus ditangani jadi perawat tidak sempat untuk
melakukan cuci tangan. Sebagian besar perawat di ruang neonatologi sudah cuci
tangan tetapi banyak yang tidak sesuai prosedur misal ada langkah-langkah yang
terlewatkan ini semua karena perawat terburu-buru. Jarak inkubator < 1meter dan
inkubator yang sudah dipakai tidak disterilkan.
3. Pelaksanaan 9 solusi Patient Safety
a. Kajian Teori
55
Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu
mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan
kesehatan. Sembilan solusi ini sangat bermanfaat dalam membantu RS memperbaiki
proses asuhan pasien, guna menghindari cedera maupun kematian yang dapat
dicegah.Sembilan solusi live saving keselamatan pasien rumah sakit meliputi:
1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (NORUM) (Look-
Alike,Sound Alike Medication Names)
Nama obat, rupa dan ucapan mirip, yang membingungkan staf pelaksana
adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication
error) dan ini merupakan satu keprihatinan di seluruh dunia.
Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini di pasar, maka sangat signifikan
potensi terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merk atau generik
serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk
pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label atau perintah yang
dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.
2) Pastikan identifikasi pasien
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien
secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, tranfusi maupun
pemeriksaan dsb. Rekomendasi ditekankan kepada metode untuk verifikasi
terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini,
standarisasi dalam metode identifikasi di semua RS dalam suatu system layanan
kesehatan dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini, serta penggunaan protokol
untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.
3) Komunikasi secara benar saat serah terima/ pengoperan pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien antar
unit-unit pelayanan, dan di dalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan
terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial
dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien.
Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki serah terima pasien termasuk
penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis,
memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan
56
pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima dan melibatkan para pasien serta
keluarga dalam proses serah terima.
4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-
kasus dengan pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang
salah sebagian besar adalah akibat dari mis komunikasi dan tidak adanya
informasi atau informasinya tidak benar. Faktor yang paling banyak kontribusinya
terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses
pra bedah yang distandarisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-
jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi pra
pembedahan, pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang
akan melaksanakan prosedur, dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur untuk
mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.
5) Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)
Sementara semua obat-obatan, biologis, vaksin, dan kontras memiliki profil
risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah
berbahaya. Rekomendasinya adalah membuat standarisasi dari dosis untuk unit
ukuran dan istilah dan pencegahan atas campur aduk atau bingung tentang cairan
elektrolit pekat yang spesifik.
6) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi atau pengalihan.
Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain
untuk mencegah salah obat (medication error) pada titik-titik transisi pasien.
Rekomendasinya adalah menciptakan suatu data yang paling lengkap dan akurat
dari seluuh medikasi yang sedang diterima pasien. Juga disebut sebagai ”home
medication list”, sebagai perbandingan dengan daftar saat admisi, penyerahan dan
atau perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi, dan
komunikasikan daftar tersebut kepada petugas layanan yang berikut dimana
pasien akan ditransfer atau dilepaskan.
7) Hindari salah kateter dan salah sambung selang (tube)
57
Selang, kateter, dan spuit yang digunakan harus di desain sedemikian rupa
agar mencegah kemungkinan terjadinya KTD yang bisa menyebabkan cedera atas
pasien melalui penyambungan spuit dan selang yang salah, serta memberikan
medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya adalah
menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi serta pemberian makan (misalnya
selang yang benar), dan bilamana menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya
menggunakan sambungan dan selang yang benar).
8) Gunakan alat injeksi sekali pakai.
Salah satu keprihatinan global yang terbesar adalah penyebaran dari HIV,
HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik.
Rekomendasinya adalah perlunya melarang pakai ulang, jarum di fasilitas
pelayanan kesehatan, pelatihan periodik para petugas dilembaga-lembaga layanan
kesehatan khusunya tentang prinsip-prinsip pengrendalian infeksi, edukasi
terhadap pasien dan keluarga mengenai penularan infeksi melalui darah, dan
praktik jarum sekali pakai yang aman.
9) Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk mencegah infeksi
nosokomial.
Diperkirakan bahwa setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia
menderita infeksi yang diperoleh di RS. Kebersihan tangan yang efektif adalah
ukuran preventif yang primer untuk menghindari masalah ini. Rekomendasinya
adalah mendorong implementasi penggunaan cairan, alkohol base hand rubs, yang
tersedia pada titik-titik pelayanan pasien, tersedianya sumber air pada semua kran,
pendidikan staf mengenai teknik kebersihan tangan yang benar, petunjuk
mengingatkan penggunaan tangan bersih di tempat kerja, dan pengukuran
kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan atau observasi dan
teknik-teknik yang lain.
Hasil Evaluasi Pelaksanaan 9 Solusi Patient Safety Di ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali
7 September-9 September 2015
Pelaksanaan (n=10)
58
1 Perhatikan nama obat, rupa, dan ucapan mirip(Norum)a. Perawat melaksanakan prosedur konfirmasi peresepan obat
secara tertulis/verbalb. Perawat mengeja kembali nama obat yang diresepkan secara
verbalc. Adanya pemisah tempat dan pelabelan tempat obat yang
rupanyaMiripd. Perawat memberikan obat sesuai dengan prinsip 7 benar:
o Benar Obato Benar Dosiso Benar Waktuo Benar Tempato Benar Orango Pelaksanao Pendokumentasian
10
10
10
10
2. Pastikan identifikasi pasiena. Perawat menuliskan identitas pasien dengan lengkap dan
jelas dalam setiap pendokumentasian asuhan keperawatanb. Perawat menuliskan No. CM setiap pasien dengan lengkap
dan jelasc. Semua dokumen mengenai pasien diisi dengan lengkap dan
jelasd. Status pasien terpisah antara satu pasien dengan pasien yang
laine. Pasang gelang pasien sesuai identitasf. Tulis papan nama pasien dengan jelas dan tepat
10
10
8
10
1010
2
3 Komunikasi secara benar saat serah terima / pengoperan pasiena. Menyebutkan identitas pasien, diagnosa medis, diagnosa
keperawatan, tindakan keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu pelaksanaan
b. Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan yang belum dilakukan
c. Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama shiftd. Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta waktunya
yang telah dilakukan selama shifte. Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama
shif
10
10
1010
10
4 Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar sebelum tindakan operasi (misalnya pengendalian jaringan), tempat/sisi tubuh diberi tanda4. Ada dokumentasi tindakan di status pasien5. Memastikan data pada catatan perawatan sebelum melakukan
tindakan
1010
59
5 Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrate)b. Ada dokumentasi mengenai pemberian cairanc. Perawat mengecek program terapi sebelum memberikan terapi
cairan pada pasiend. Perawat memprogram pemberian cairan elektrolit pekat sesuai
aturan pemberiane. Perawat memonitor reaksi pemberian cairan f. Perawat mengatur tetesan infus atau hasil perhitungan sesuai
dengan order.g. Perawat menuliskan catatan pemberian infus secara terperinci
(tanggal, jam dan macam cairan)
1010
10810
2
10
6 Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan 7) Ada dokumentasi/list tentang obat-obatan yang sudah diberikan
dan waktu pemberiannya8) Ada dokumentasi serah terima pasien 9) Perawat mengisi catatan perkembangan tentang keadaan pasien
saat ini dengan jelas dan akurat untuk operan
10
10
10
7 Hindari salah kateter salah sambung selang (tube)7. Perawat mengecek order adanya pemberian tindakan misalnya
pemasangan kateter/ NGT 8. Memperhatikan urutan selang dan sambungan selang sebelum
melakukan penyambungan
10
10
8. Gunakan alat injeksi sekali pakaid. Satu spuit digunakan sekali pakai untuk satu obate. Perawat memastikan bahwa spuit dibuang di tempat sampah tajamf. Perawat membuang spuit dalam keadaan tertutup
1010
10
9. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial6) Perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan7) Perawat mencuci tangan menggunakan antiseptik8) Perawat mencuci tangan dengan teknik yang benar9) Ada pedoman mengenai cuci tangan yang benar
8101010
2
304 36Nilai rata-rata 89,4%
Sumber Observasi tanggal 7 September-9 September 2015
b. Analisa Data
Dari evaluasi yang dilakukan selama 3 hari dapat diketahui pelaksanan patient safety
di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali secara garis besar yang
meliputi Perhatikan nama obat, rupa, dan ucapan mirip (Norum), Pastikan identitas
60
pasien, Komunikasi secara benar saat serah terima / pengoperan pasien, Pastikan
akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan, Hindari salah kateter salah
sambung selang (tube), Gunakan alat injeksi sekali pakai, Tingkatkan kebersihan
tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial sudah baik dengan nilai 89,7%. Tetapi
ada presentasi pada item kelengkapan dokumentasi kadang ada dalam
pendokumentasian kurang lengkap misal lupa mengisi no CM dll, memastikan reaksi
pemberian cairan dan pemberian obat sesuai prinsip 7 benar kadang dalam
menyiapkan obat masih diluar ruangan seharusnya dalam menyiapkan obat injeksi
disamping atau didekat pasien.
6. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
a. Kajian Teori
Pelayanan keperawatan yang holistik menuntut mutu pelayanan yang dapat
memberikan kepuasan terhadap pasien dan keluarga, oleh karena itu perawat perlu
meningkatkan keterampilan dan mutu pelayanan, termasuk salah satunya adalah
meningkatkan pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan perawat, pasien maupun
keluraga. Komunikasi terapaeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien serta merupakan titik
tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien (Nurjannah,2000).
Tujuan dari komunikasi terapeutik ini adalah membantu pasien untuk
memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil
tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang
diperlukan, mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya, mempengaruhi orang lain, lingkungan
fisik dan dirinya sendiri. Sehingga diharapkan dapat mempengaruhi hasil pelayanan
kesehatan yang dilakukan dan tujuan pelayanan keperawatan dapat dicapai secara
optimal.Empat Fase Dari Proses Hubungan Terapeutik :
1) Fase Pre Interaksi
a) Mengumpulkan data tentang klien
b) Menyiapkan alat
c) Mencuci tangan
61
2) Fase Introductory / Orentasi
a) Memberikan salam dan tersenyum pada klien
b) Melakukan validasi
c) Memperkenalkan nama perawat
d) Menayakan nama panggilan kesukaan klien
e) Menjelaskan tanggung jawab perawat & klien
f) Menjelaskan peran perawat & klien
g) Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
h) Menjelaskan tujuan
i) Menjelaskan waktu
j) Menjelaskan Kerahasiaan
3) Fase Kerja
a) Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya
b) Menanyakan keluhan utama
c) Memulai kegiatan dengan cara yang baik
d) Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana Mencuci tangan
4) Fase Terminasi
a) Menyimpulkan hasil wawancara :evaluasi proses dan hasil
b) Memberikan reinforcemen positif
c) Melakukan kontrak ( waktu, tempat, topik)
d) Mengahiri wawancara dengan cara yang baik.
Evaluasi Pelaksanaan Komunikasi TerapeutikDi Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali
Tanggal 7 September-9 September 2015
No. Langkah-Langkahnya Jumlah sampleYa Tidak
A. Tahap Persiapan (pra interaksi)1. Mengumpulkan data tentang klien (dari RM) 102. Menyiapkan alat yang dibutuhkan 103. Mencuci tangan, menilai kesiapan diri perawat 10B. Tahap Pelaksanaan (Orientasi)1. Memberikan salam, berjabat tangan, dan tersenyum pada klien 102. Melakukan validasi 103. Memperkenalkan nama perawat 5 5
62
4. Menanyakan nama panggilan kesukaan klien 7 35. Menjelaskan tanggung jawab perawat 106. Menjelaskan peran perawat dan kllien 107. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan 8 2
8. Menjelaskan tujuan 5 59. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan atau lama
kegiatan7 3
10. Menjelaskan dan menjawab kerahasiaan 10C. Tahap Kerja1. Memberi kesempatan klien untuk bertanya 102. Menanyakan keluhan utama 103. Memulai kegiatan dengan cara baik 104. Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana 105. Mencuci tangan 7 3D. Tahap Terminasi1. Menyimpulkan hasil kegiatan 6 42. Memberi reinforcement positif 103. Membuat kesepakatan dengan klien dan keluarga untuk
pertemuan atau kegiatan10
4. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang baik (mengucapkan salam, tersenyum, memberikan sentuhan, berjabat tangan)
10
Jumlah 195 25Total % 88,6%
Sumber Observasi tanggal 7 September-9 September 2015
b. Analisa Data
Pelaksanaan komunikasi terapeutik di Ruang neonatologi RSUD Pandan Arang
Boyolali, perawat melakukan komunikasi terapeutik dengan kurang baik. Yaitu
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dengan mengambil sampel 10 perawat di
Ruang neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali didapat skor total 88,6%, perawat
dalam pelaksanaan komunikasi cukup tetapi masih perlu ditingkatkan dalam item
menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, memperkenalkan nama perawat,
memanggil nama kesukaan, waktu yang dibutuhkan, memberi . Hal ini dikarenakan
banyaknya tindakan di ruangan tersebut dan kondisi perawat yang belum terbiasa
sehingga komunikasi terapeutik hanya pada bagian yang pokok/ intinya saja.
7. Pelaksanaan cuci tangan yang benar
a. Pengertian
63
Mencuci tangan adalah menggosok air dengan sabun secara bersama-sama seluruh
kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas kemudian dibilas dibawah aliran air
(Larsan, 1995).
b. Tujuan Mencuci Tangan
Mencuci tangan merupakan satu teknik yang paling mendasar untuk menghindari
masuknya kuman kedalam tubuh, dimana tindakan ini dilakukan dengan tujuan:
1) Supaya tangan bersih
2) Membebaskan tangan dari kuman dan mikroorganisme
3) Menghindari masuknya kuman kedalam tubuh
c. Langkah-langkah dalam mencuci tangan
Langkah-langkah dalam melakukan cuci tangan yang benar dan sehat adalah :
1) Gulung lengan baju sampai atas pergelangan tangan ,lepaskan cincin, jam tangan
dan perhiasan tangan lain
2) Basahi tangan sampai sepertiga lengan dibawah air mengalir
3) Ambil sabun cair kira-kira 5 ml,ratakan pada tangan yang telah dibasahi
4) Gosok bagian telapak tangan dengan telapak tangan satunya lalu masukan jari-jari
tangan kanan ke sela-sela jari-jari tangan kiri
5) Pindahkan telapak tangan kanan ke punggung tangan kiri gosokan, tanpa saling
melepaskan lalu masukan jari-jari tangan kanan ke sela-sela tangan kiri. Lakukan
pada tangan yang sama.
6) Lakukan penggosokan kuku-kuku
7) Bersihkan jempol tangan kanan dengan menggegamnya dengan tangan kiri lalu
diputar-putar, lakukan pada tangan yang satunya.
8) Kadang perlu menggosok garis telapak tangan
9) Bersihkan dengan air mengalir lalu keringkan.
Evaluasi Hasil Pelaksanaan Mencuci Tangan Dengan Benar di Ruang neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali
7 September-9 September 2015
64
No Langkah- langkahJumlah sampel
(10)Ya Tidak
1 Melepaskan jam tangan, perhiasan, gulung, lengan baju sampai kesiku
10 0
2 Membasuh lengan setinggi lengan bawah dengan air mengalir 6 43 Letakkan antiseptic/sabun ditelapak tangan dan gosok kedua
telapak tangan10 0
4 Gosok kedua punggung tangan dan sela-sela jari tangan 10 05 Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari tangan 10 06 Gosok kedua buku-buku jari tangan bergantian 10 07 Gosok kedua ibu jari bergantian 10 08 Gosok kedua ujung jari tangan memutar bergantian 10 09 Gosok kedua pergelangan tangan bergantian 10 010 Membilas tangan, pergelangan tangan di bawah air mengalir 10 011 Keringkan tangan dengan tisu 10 012 Dan tangan pun sudah bersih 10 0
132
97,1%
4Persentase %
Sumber Observasi tanggal 7 September-9 September 2015
d. Analisa dan pembahasaan
Telah dilaksanakan evaluasi cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
selama 3 hari oleh seluruh perawat di Ruang Neonatolgi. Perawat di ruang
Neonatologi kebanyakan melakukan tangan sebanyak 97.1 % walaupun kadang
perawat melakukannya tidak sesuai dengan prosedur, ini semua karena perawat
terburu-buru harus melakukan tindakan emergensi yang harus dilakukan tindakan
segera. Dengan adanya evaluasi cuci tangan tersebut diharapkan menambah motivasi
meningkatkan pelaksanaan mengenai cuci tangan agar terhindar dari infeksi
nosokomial.
8. Pelaksanaan Discharge Planning
a. Kajian Teori
Fase pelaksanaan discharge planning
1) Pre interaksi
a) Mengumpulkan data tentang klien
b) Membuat rencana pertemuan dengan klien
2) Orientasi
a) Memberi salam dan tersenyum kepada klien
65
b) Memperkenalkan nama diri
c) Menanyakan nama panggilan kesukaan klien
d) Menanyakan perasaan klien
e) Menjelaskan kerahasiaan
f) Menjelaskan tugas perawat
g) Mejelaskan kegiatan (orientasi) yang akan dilakukan
h) Menjelaskan tujuan kegiatan
i) Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk orientasi
j) Menjelaskan peran perawat
3) Kerja
a) Menanyakan keluhan utama klien
b) Memberi kesempatan bertanya
c) Melakukan orientasi
d) Memulai dengan ajakan untuk berkonsentrasi
4) Materi
a) Menjelaskan informasi mengenai penyakit
b) Menjelaskan informasi mengenai penyebab penyakit
c) Menjelaskan informasi mengenai tanda dan gejala penyakit
d) Menjelaskan informasi mengenai cara perawatan di rumah
e) Menjelaskan informasi mengenai cara pemberian obat
f) Menjelaskan informasi mengenai cara pencegahan penyakit dan infeksi
g) Menjelaskan informasi mengenai program pengobatan lanjutan
h) Menjelaskan informasi mengenai nutrisi yang sesuai dengan program diet
i) Menjelaskan informasi mengenai aktivitas dan istirahat
j) Menjelaskan informasi mengenai control waktu, tempat, cara control, persiapan
control
5) Terminasi
a) Menyimpulkan hasil kegiatan
b) Memberikan pujian positif
c) Merencanakan tindak lanjut kepada klien
d) Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik dan tersenyum
66
e) Melakukan kontrak selanjutnya.
Evaluasi Pelaksanaan Discharge Planing Perencanaan Pulang di Ruang neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali
7 September-9 September 2015
No Kegiatan Pelaksanaan
Ya TidakA. Tahap pre interaksi1. Mengumpulkan data tentang klien 1 02. Membuat rencana pertemuan dengan klien 1 0B Orientasi3 Memberi salam dan tersenyum kepada klien 1 04. Memperkenalkan nama diri 0 15 Menanyakan nama panggilan kesukaan klien 0 16. Menanyakan perasaan klien 0 17. Menjelaskan peran perawat 1 08. Menjelaskan tugas perawat 1 09. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan 1 010. Menjelaskan tujuan kegiatan 1 011. Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk
penyuluhan0 1
12. Menjelaskan kerahasiaan 1 0C. Tahap kerja13. Menanyakan keluhan utama klien 1 014. Memberikan kesempatan bertanya 0 115. Memulai dengan ajakan untuk berkonsentrasi 0 116. Melakukan orientasi 1 0D. Tahap materi17. Menjelaskan informasi mengenai penyakit 1 018. Menjelaskan informasi mengenai penyebab penyakit 0 119. Menjelaskan informasi mengenai tanda dan gejala
penyakit 0 1
20. Menjelaskan informasi mengenai cara perawatan di rumah
1 0
21 Menjelaskan informasi mengenai cara pemberian obat 1 022 Menjelaskan informasi mengenai cara pencegahan
penyakit dan infeksi1 0
23 Menjelaskan informasi mengenai program pengobatan lanjutan
1 0
24 Menjelaskan informasi mengenai nutrisi yang sesuai dengan program diet
1 0
25 Menjelaskan informasi mengenai aktivitas dan istirahat
1 0
26 Menjelaskan informasi mengenai control waktu, tempat, cara control, persiapan control
0 1
E. Fase Terminasi
67
27 Menyimpulkan hasil kegiatan 1 028 Member pujian positif 1 029 Merencanakan tindak lanjut kepada pasien 1 030 Melakukan kontrak selanjutnya 1 031 Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik dan
tersenyum1 0
Jumlah 21 9Total 67,7%
Sumber Observasi tanggal 7 September-9 September 2015
b. Analisa dan Pembahasan
Dari observasi yang dilakukan selama 3 hari di ruang Neonatologi discharge planing
yang dilakukan perawat cukup baik. Perlu ditingkatkan lagi dalam memberikan
discharge planing.
9. Pelaksanaan Orientasi Pasien Baru
a. Kajian Teori
Orientasi pasien baru :Orientasi pasien baru merupakan kontrak antara perawat
dan klien / keluarga dimana terdapat kesepakatan antara perawat dengan
klien/keluarganya dalam memberikan Asuhan keperawatan.Kontrak ini diperlukan
agar hubungan saling percaya antara perawat dan klien / keluarga dapat
terbina(Trust)Hal – hal yang perlu diperhatikan :
1) Orientasi dilakukan saat pertama kali oleh klien datang ( 24 jam pertama ) dan
kondisi klien sudah tenang.
2) Orientasi dilakukan oleh PP.Bila PP tidak ada PA dapat memberikan orientasi
untuk klien dan keluarga, selanjutnya orientasi harus dilengkapi kembali oleh PP
sesegera mungkin.Hal ini penting karena PP yang bertanggung jawab terhadap
semua kontrak atau orientasi yang dilakukan
3) Orientasi diberikan pada klien dan didampingi anggota keluarga yang dilakukan
dikamar klien dengan menggunakan format orientasi.Selanjutnya klien
diinformasikan untuk membaca lebih lengkap format orientasi yang ditempelkan
dikamar klien
4) Setelah orientasi , berikan daftar nama tim atau badge kepada klien dan keluarga
kemudian gantungkan daftar nama tersebut pada laci klien
68
5) Orientasi ini diulang kembali minimal setiap dua hari oleh PP atau yang mewakili,
terutama tentang daftar nama tim yang sudah diberikan , sekaligus menginformasi
kan perkembangan kondisi keperawatan klien dengan mengidentifikasi kebutuhan
klien.
6) Pada saat penggantian dinas ( dikamar klien ),ingatkan klien nama perawat yang
bertugas saat itu,bila perlu anjurkan klien atau keluarga melihat pada daftar nama
tim.
Evaluasi Pelaksanaan Orientasi Pasien BaruDi Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali
Sumber Observasi tanggal 7 September-9 September 2015
No Variable yang diteliti ObservasiPre
Ya TidakA Pra Interaksi1 Mengumpulkan data tentang pasien 3 02 Membuat rencana pertemuan dengan pasien 3 0B Orientasi1 Memberi salam dan tersenyum kepada pasien 3 02 Memperkenalkan diri 2 13 Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien 0 34 Menanyakan perasaan pasien 3 05 Menjelaskan peran perawat 3 06 Menjelaskan tugas perawat 3 07 Menjelaskan kegiatan (orientasi) yang dilakukan 3 08 Menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan orienatasi 3 09 Menjelaskan kerahasiaan 3 0C Kerja1 Menanyakan keluhan pasien 1 22 Memberikan kesempatan untuk bertanya 3 03 Memualai dengan berkonsentrasi 3 04 Melakukan orientasi 3 0D Materi
1 Mengorientasikan tentang fasilitas yang ada di ruangan 3 02 Mengorientasikan tentang cara penggunaan fasilitas 3 03 Mengorientasikan tata tertib penggunaan fasilitas ruang tunggu 3 04 Mengorientasikan tempat-tempat penting, kamar mandi, ruang
tunggu, ruang konsultasi, ruang perawat, mushola dll3 0
E Terminasi 1 Menyimpulkan hasil kegiatan 0 32 Memberikan pujian positif 1 2
69
3 Merencanakan tindak lanjut pada pasien 3 0Melakukan kontrak selanjutnya 3 0
5 Mengakhiri pertemuan dengan cara yang baik dan tersenyum 3 0Jumlah 61 11
Rata-rata 84,7%
Sumber Observasi tanggal 7 September-9 September 2015
b. Analisa dan Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 7-9 September 2015, di
dapatkan data sebanyak 84,7% perawat yang melakukan orientasi kepada pasien baru.
7. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan
Manajemen adalah suatu seni dalam menyelesaikan pekerjaan dengan melalui
orang lain (Adikoesoema, 1994). Standar manajemen pelayanan keperawatan dan
kebidanan adalah proses pengelolaan pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan
fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengaturan tenaga,
pengarahan, evaluasi, dan pengendalian mutu pelayanan keperawatan untuk mencapai
tujuan pelayanan keperawatan (Depkes, 2001)
Skema mekanisme kerja fungsi-fungsi manajemen
70
Keinginan
Informasi
Perencanaan
Pengorganisasian
Pengarahan
Pengkoordinasian
Pengawasan
Tujuan
Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional dimana
tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat fungsi manajemen, yaitu
perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut
saling terkait serta saling berhubungan dan memerlukan ketrampilan-ketrampilan teknis,
hubungan antar manusia dan konseptual yang mendukung tercapainya asuhan
keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna kepada pasien. Dengan
alasan tersebut, manajemen keperawatan perlu mendapat perhatian dan prioritas utama
dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal tersebut berkaitan dengan
tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan
memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan
yang terjadi (Nursalam, 2002).
Proses Manajemen Keperawatan Terdiri Dari:
Planning atau Perencanaan
a. Kajian Teori
Perencanaan adalah sebuah keputusan untuk suatu kemajuan yang berisikan
apa yang akan dilakukannya serta bagaimana, kapan dan dimana akan
dilaksanakannya (Marquis, 2000). Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun
suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang
telah ditetapkan.
Perencanaan dibuat untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan
kepada semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja,
71
memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola
struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staff serta menegakkan
kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang
telah ditetapkan.
Kerangka perencanaan terdiri dari :
1) Misi , berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah mencapai visi
2) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi
3) Tujuan, berisi tujuan yang ingin dicapai
4) Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai tujuan
5) Prosedur, berisi pelaksanaan pelaksanaan
6) Aturan, berisi langkah langkahantisipasi untuk hal-hal yang menyinpang
Model perencanaan meliputi:
1) Reactive planning, yaitu tak ada perencanaan, manajer langsung melakukan
tindakan begitu menemukan masalah. Perubahan yang terjadi tidak pasti karena
dipengauhi oleh masalah dan kondisi yang ada
2) Inactive planning, yaitu perencanaan sudah dibuat sejalan dengan masalah
yang muncul (telah ada bayangan atau perencanaan tetapi dalam
pelaksanaannya dilakukan sejalan dengan pekembangan masalah.
3) Preactive planning, yaitu penyusunan perencanaan dengan mengetahui
rencana ke ciri dari perencanaan ini adalah tujuan yang akan dicapai jelas,
tedapat pembatasan depan pencapaian target yang sudah pasti (sudah jelas dan
72
tidak berubah). Waktu perencanaan berlangsung, terdapat indikator pencapaian
target, risiko dan ketidakpastian jelas.
4) Proactive planning, yaitu pembuatan perencanaan dengan memperhatikan
masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Masa lalu digunakan sebagai
pengalaman untuk menyusun perencanaan sekarang dan masa depan, masa
sekarang sebagai pelaksanaan perencanaan, dan masa depan merupakan
perencanaan yang disusun berdasarkan evaluasi pelaksanaan perencanaan masa
lalu dan sekarang.
Perencanaan berdasarkan periode meliputi :
1) Perencanaan jangka pendek (target waktu dalam minggu atau bulan)
2) Perencanaan jangka menengah (periode dalam satu tahun)
3) Perencanaan jangka panjang (periode tahun mendatang)
Tugas kepala ruang Neonatologi RSUD Boyolali dalam perencanaan meliputi
1) Menyusun rencana kerja kepala unit
2) Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan keperawatan di ruang
yang bersangkutan
3) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi jumlah maupun
kualifikasi di ruang rawat, koordinasi dengan instalasi
Organizing
a. Kajian Teori
Organisasi kepemimpinan murni merupakan jenis struktur formal paling
sederhana dan tertua. Dalam organisasi dengan ukuran tertentu, struktur
kepemimpinan merupakan jenis yang besar kemungkinan untuk berkembang
73
melalui proses evolusioner karena dengan peningkatan jumlah pekerjaan yang harus
diselesaikan dan jumlah pekerjaan ke dalam tugas khusus dan untuk mengatur
pekerja yang terikat dalam tugas yang sama ke dalam kelompok yang jelas menurut
definisi pekerja yang logis.
Berdasarkan hal tersebut maka fungsi pengorganisasian dari kepala ruang
adalah (nursalam, 2002).
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2) Merumuskan tujuan metode penugasan
3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas
4) Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua tim dan ketua tim
membawahi 2-3 perawat
5) Mengatur dan mengendalikan logistic unit
6) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
7) Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada ditempat kepada ketua tim
8) Member wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi klien
9) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya
10) Identifikasi masalah dan cara penanganan
Hoffart dan Woods (1996) mendefinisikan Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) sebagai suatu sistem (struktur, proses, nilai nilai profesional)
yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan untuk mendukung pemberian asuhan keperawatan. MPKP
terdiri dari elemen sub sistem antara lain :
1) Nilai-nilai profesional (inti MPKP)
74
2) Pendekatan manajemen
3) Metode pemberian asuhan keperawatan
4) Hubungan profesional
5) Sistem kompensasi dan penghargaan
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa teori mengenai
metode asuhan keperawatan. Menurut Gillies (1989) metode asuhan keperawatan
terdiri dari metode kasus, metode fungsional, metode tim, dan metode primer.
1) Metode kasus (Total Care Method)
Metode ini merupakan metode tertua (Tahun 1880) dimana seorang klien
dirawat oleh seorang perawat selama 8 jam perawatan. Setiap perawat
ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas. Pasien akan
dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tak ada jaminan
bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode
penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus
seperti di ruang rawat intensif.
Kelebihan dari metode ini adalah :
a) Sederhana dan langsung
b) Garis pertanggungjawaban jelas
c) Kebutuhan klien cepat terpenuhi
d) Memudahkan perencanaan tugas
Kekurangan dari metode ini adalah :
a) Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
75
b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama
c) Tak dapat dilakukan oleh perawat baru atau kurang pengalaman
d) Mahal, perawat profesional termasuk melakukan tugas non profesional
2) Metode fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar klien. Pelayanan keperawatan
dibagi menurut tugas yang berbeda dan dilaksanakan oleh perawat yang
berbeda dan tergantung pada kompleksitas dari setiap tugas. Misalnya fungsi
menyuntik, membagi obat, perawatan luka. Metode ini merupakan manajemen
klasik yang menekankan pada efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang lebih mudah. Semua prosedur ditentukan untuk dipakai
sebagai standar. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerialnya
sedangkan asuhan keperawatan klien diserahkan kepada perawat yunior.
Meskipun sistem ini efisien namun penugasan secara fungsi tidak
memberikan kepuasan kepada klien dan perawat karena asuhan keperawatan
yang diberikan kepada klien terfragmentasi menurut tugas atau perasat yang
dilakukan. Cara kerja yang diawasi membosankan perawat karena berorientasi
pada tugas dan sistem ini baik dan berguna untuk situasi dimana rumah sakit
kekurangan tenaga perawat, namun disisi lain asuhan ini tidak profesional dan
tidak berdasar pada masalah klien.
Keuntungan dari metode ini adalah :
a) Lebih sedikit membutuhkan perawat
b) Efisien
76
c) Tugas mudah dijelaskan dan diberikan
d) Para staff mudah menyesuaikan dengan tugas
e) Tugas cepat selesai
Kerugian dari metode ini adalah :
a) Tidak efektif
b) Fragmentasi pelayanan
c) Membosankan
d) Komunikasi minimal
e) Tidak holistik
f) Tidak professional
g) Tidak memberikan kepuasan kepada klien dan perawat
3) Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok klien. Ketua tim
bertanggung jawab membuat perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan
untuk semua klien yang ada di bawah tanggung jawab timnya. Anggota tim
melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien sesuai perencanaan yang telah
dibuat oleh ketua tim. Tujuan perawatan ini adalah memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan sejumlah staff yang
tersedia.
Keuntungan dari metode ini adalah :
a) Memberikan kepuasan bagi perawat dan klien
b) Kemampuan anggota tim dikenal dan dimanfaatkan secara optimal
77
c) Komprehensif dan holistik
d) Produktif, kerjasama, komunikasi dan moral
Kerugian dari metode ini adalah :
a) Tidak efektif bila pengaturan tidak baik
b) Membutuhkan banyak kerjasama dan komunikasi
c) Membingungkan bila komposisi tim sering diubah
d) Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat non profesional
4) Metode Primer
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik dalam suatu
pelayanan dengan semua staff keperawatan yang profesional. Pada metode ini
setiap perawat primer memberikan tanggung jawab penuh secara menyeluruh
terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan mulai dari pasien
masuk sampai keluar dari rumah sakit, mendorong praktek kemandirian
perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode
primer ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
mengimplementasikan dan mengkoordinasikan asuhan keperawatan selama
pasien dirawat.
Penanggung jawab dilaksanakan oleh perawat primer (primary nurse/PP).
Setiap PP merawat 4-6 klien dan bertanggung jawab terhadap klien selama 24
jam dari klien masuk sampai dengan pulang. Terdapat kontinuitas asuhan
keperawatan yang bersifat komprehensif dan dapat dipertanggungjawabkan.
78
Dalam satu grup PP mempunyai beberapa AN dan perawatan dilanjutkan oleh
AN.
Kelebihan dari model primer ini adalah model ini bersifat kontinyu dan
komprehensif dalam melakukan proses keperawatan kepada klien dan perawat
primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri. Keuntungan yang dirasakan adalah pasien
merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain
itu asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif
terhadap perawatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.
Kelemahan dari model ini adalah model ini hanya dapat dilaksanakan oleh
perawat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai dengan
kriteria asertif, mampu mengatur diri sendiri, kemampuan pengambilan
keputusan yang tepat, penguasaan klinik, akuntabel dan mampu bekomunikasi
dan berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
Berikut ini diagram model keperawatan primer ada dalam gambar
(Marquis and Huston, 1998)
79
Dokter Sarana RSKepala ruang
Perawat primer
Klien
Model keperawatan primer modifikasi didasarkan pada beberapa alasan antara lain:
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai perawat primer
harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab pasien tidak
terfragmentasi pada berbagai tim
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan asuhan keperawatan dan
akunta bilitas asuhan keperawatan pada PN
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam menentukan model yang akan dipakai,
yaitu:
a. Ketersediaan jenjang pendidikan ketenagaan
b. Kasus yang dihadapi.
c. Ketersediaan fasilitas dan sarana.
d. Ketersediaan dana (Nuryandari, 2003).
Berdasarkan hal tersebut maka uraian tugas dari kepala ruang, perawat primer,
perawat asosiasi ruang AB RSUD Boyolali (2013) adalah sebagai berikut :
a) Tugas PJ Ruang Keperawatan yang mendukung pelaksanaan sistem pemberian
asuhan keperawatan dengan Metode Primer Modifikasi (MPM) :
1) Membagi staf ke dalam grup MPM sesuai dengan kemampuan dan beban kerja
2) Membuat jadwal koordinasi dengan PP
3) Membagi pasien ke dalam grup MPM sesuai dengan kemampuan dan beban
kerja.
80
Perawat pelaksana Perawat Perawat
4) Mengikuti operan tugas perawat dari jaga malam
5) Melakukan pertemuan pagi (meeting morning) dengan semua staf ruangan.
6) Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas PP dan AN.
7) Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf keperawatan untuk
mencapai kinerja yang optimal
8) Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga sesuai dengan
kebutuhan klien
9) Mendelegasikan tugas kepada penanggung jawab jaga pada jaga sore, malam,
libur
10) Melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staf melalui daftar hadir yang ada di
ruangan
11) Berperan serta sebagai konsultan dari PP
b) Tugas PP yang mendukung pelaksanaan sistem pemberian asuhan keperawatan
dengan Metode Primer Modifikasi (MPM) :
1) Bertugas pada pagi hari
2) Bersama AN menerima operan tugas jaga dari AN yang tugas jaga malam
3) Bersama AN melakukan konfirmasi/supervisi tentang kondisi Pasien segera
setelah selesai operan tugas jaga setiap pasien
4) Bersama AN melakukan do’a bersama sebagai awal dan akhir tugas dilakukan
setelah selesai operan tugas jaga malam
5) Melakukan pre conference dengan semua AN yang ada dalam grup PPnya pada
setiap awal dinas pagi
6) Membagi tugas atau pasien kepada AN sesuai kemampuan dan beban kerja
81
7) Melakukan pengkajian, menetapkan masalah atau diagnosa dan perencanaan
keperawatan kepada semua pasien yang menjadi tanggung jawab dan ada bukti
di rekam keperawatan
8) Memonitor dan membimbing tugas AN
9) Membantu tugas AN untuk kelancaran pelaksanaan asuhan pasien
10) Mengoreksi, merevisi, dan melengkapi catatan asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh AN yang ada di bawah tanggung jawabnya
11) Melakukan evaluasi hasil kepada setiap pasien sesuai tujuan yang ada dalam
perencanaan asuhan keperawatan dan ada bukti dalam rekam keperawatan
12) Melaksanakan post conference pada setiap akhir dinas dan menerima laporan
akhir tugas jaga dari AN untuk persiapan operan tugas jaga berikutnya
13) Mendampingi AN dalam operan tugas jaga kepada AN yang tugas jaga
berikutnya
14) Memperkenalkan AN yang ada dalam satu grup atau yang akan merawat
selama pasien dirawat atau kepada pasien/keluarga baru
15) Menyelenggarakan diskusi kasus atau conference dengan dokter atau tim
kesehatan lain setiap seminggu sekali
16) Menyelenggarakan diskusi kasus atau conference dalam pertemuan rutin
keperawatan di ruangan minimal sebulan sekali
17) Menyelenggarakan diskusi kasus atau conference sesuai prosedur
18) Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas
19) Menggantikan tugas PJ ruang pada pagi hari jika PJ ruang tidak ada
20) Mendelegasikan tugas kepada AN pada sore, malam, libur
82
21) Memberikan bimbingan mahasiswa praktek yang ada dalam groupnya dalam
rangka orientasi dan pelaksanaan praktek keperawatan
22) Menginformasikan peraturan dan tata tertib yang berlaku pada pasien atau
keluarga
23) Melakukan visite perkembangan pasien serta persiapan pasien pulang
24) Menerima konsultasi atau keluhan pasien dan berusaha mengatasinya
25) Membuat laporan tugas pada kepala ruang setiap akhir tugas
Tanggung jawab PP :
1) Kebenaran data-data klien dalam proses keperawatan.
2) Kebenaran kajian data keperawatan.
3) Kebenaran diagnosis.
4) Kebenaran rencana tindakan keperawatan.
5) Kebenaran layanan asuhan keperawatan.
6) Kebenaran dan ketepatan pelaksanaan tindakan keperawatan.
7) Kebenaran evaluasi.
8) Kebenaran kesimpulan.
9) Kebenaran dan ketetapan pendidikan kesehatan pada pasien.
10) Pemenuhan kebutuhan kesehatan pasien dengan kolaborasi tim
11) Kebenaran dan kelengkapan isian dokumen asuhan keperawatan.
12) Kebenaran bimbingan dan arahan kepada anggota tim primer keperawatan dan
siswa/mahasiswa.
13) Kebenaran dan kelengkapan laporan dan dokumen asuhan keperawatan.
83
Wewenang PP :
1) Mengatur dan membimbing PA, siswa/mahasiswa dalam tim keperawatan yang
menjadi tanggung jawabnya.
2) Meminta bahan dan perangkat kerja yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
asuhan dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien.
3) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan.
4) Melakukan konsultasi dan koordinasi tugas dengan penanggung jawab ruang.
5) Melakukan asuhan dan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan prima.
6) Mendelegasikan tugas pada PA
Tugas PP yang mendukung pelaksanaan sistem pemberian asuhan keperawatan
dengan Metode Primer Modifikasi (MPM) (standar uraian tugas RSUP DR.
Soeradji Tirtonegoro 2005) :
1) Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari dan kepada AN
yang ada dalam satu grup
2) Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang kondisi pasien segera setelah
selesai operan setiap pasien
3) Melakukan do’a bersama setiap awal dan akhir tugas yang dilakukan setelah
selesai serah terima operan tugas jaga
4) Mengikuti pre conference yang dilakukan PP setiap awal tugas
5) Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan
6) Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di rekam keperawatan
84
7) Melakukan konsultasi tentang masalah pasien/keluarga kepada PP
8) Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan
9) Menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha untuk mengatasinya
10) Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
11) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi
tanggung jawabnya
12) Mengikuti post conference yang diadakan oleh PP pada setiap akhir tugas dan
melaporkan kondisi dan perkembangan semua pasien yang menjadi tanggung
jawabnya kepada PP
13) Bila tak ada PP wajib mengenalkan AN yang ada dalam grup yang akan
memberikan asuhan keperawatan pada jaga berikutnya kepada pasien/keluarga
baru
14) Melaksanakan pendelegasian tugas PP pada sore malam libur
15) Berkoordinasi dengan PPJR/dokter/tim kesehatan lain bila ada masalah pasien
pada sore malam libur
16) Mengikuti diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan lain setiap seminggu
sekali
17) Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan di ruangan
18) Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN
19) Membantu melakukan bimbingan PKK kepada peserta didik keperawatan.
85
Tanggung jawab PA :
1) Kebenaran asuhan keperawatan meliputi kajian diagnosis, rencana tindakan
keperawatan.
2) Kebenaran dan ketepatan pelayanan asuhan meliputi tindakan dan evaluasi
keperawatan.
3) Kelengkapan bahan dan peralatan kesehatan.
4) Kebersihan pasien dan alat-alat keperawatan.
5) Kebenaran isian rekam keperawatan.
6) Kebenaran infomasi/bimbingan/penyuluhan kesehatan kepada pasien/keluarga.
7) Ketepatan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif.
8) Pemenuhan kebutuhan kesehatan pasien dengan kolaborasi tim
9) Kebenaran dan bimbingan dan arahan kepada anggota tim primer keperawatan
dan mahasiswa
Wewenang PA :
1) Memeriksa kelengkapan peralatan ruang rawat.
2) Meminta bahan dan perangkat kerja sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan
tugas.
3) Melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa dan perencanaan keperawatan
bagi pasien baru pada saat PP tidak bertugas (S/M/HL).
4) Melakukan asuhan keperawatan pasien.
5) Melaporkan asuhan keperawatan pasien ke PJ tugas jaga dan PP.
Tata Cara Hubungan Kemitraan Professional Antara Staf Keperawatan
Dengan Dokter/Tim Kesehatan Lain :
86
1) PP dan PA melakukan visite bersama dengan dokter/tim kesehatan lain yang
merawat
2) PP melakukan diskusi kasus dengandokter/tim kesehatan lain minimal satu kali
seminggu
3) hubungan professional/kemitraan dengan dokter/tim kesehatan lain tercermin
dalan dokumen rekam medik
4) PP dan PA dapat segera memberikan data pasien yang akurat dengan cepat dan
tepat kepada dokter/tim kesehatan lain bila diperlukan
5) PP/PA menggunakan rekam medik sebagai sarana hubungan profesinal dalam
rangka pelaksanaan program kolaborasi
6) dokter/tim kesehatan lain menggunakan rekam keperawatan sebagai sarana
hubungan professional dalam rangka program kolaborasi.
7) Dokter/tim kesehatan lain mengetahui setiap pasien siapa PP-nya.
8) PP memfasilitasi pelaksaan konsultasi pasien/keluarga dengan dokter/tim
kesehatan lain.
Tata Cara Hubungan Profesional antara staf keperawatan dengan pasien :
1) Kepala ruang melakukan supervisi seluruh pasien yang ada di ruangan setiap
awal dinas.
2) PP dan PA mensupervisi seluruh pasien yang menjadi tanggung jawabnya
segera setelah menerima operan tugas setiap pasien.
3) PP menginformasikan peraturan dan tata tertib RS yang berlaku kepada setiap
pasien atau keluaga baru.
4) PP memperkenalkan perawat dalam satu grup yang akan merawat selama
pasien berada di rumah sakit.
5) PP dan PA melakukan visite atau monitoring pasien untuk mengetahui
perkembangan atau kondisi pasien
87
6) PP memberikan penjelasan setiap rencana tindakan atau program tindakan
pengobatans sesuai wewenang dan tanggung jawabnya
7) Setiap akan melakukan tindakan keperawatan PP dan PA memberikan
penjelasan atas tindakan yang akan dilakukan kepada pasien dan keluarga
8) kesediaan PP dan PA untuk menerima konsultasi atau keluhan pasien/keluarga
dan berusaha untuk mengatasinya
9) pasien atau keluarga mengetahui siapa PP atau perawat yang bertangung jawab
selama ia dirawat dan ditulis pada papan nama pasien
10) PP dan PA memberitahu dan mempersiapkan pasien yang akan pulang.
Tata cara serah terima jaga (operan) :
1) Menyiapkan tempat untuk serah terima tugas jaga
2) Serah terima tugas jaga diikuti KaRu, PP, PA
3) Didahului dengan doa bersama
4) Komunikasi antar pemberi tanggung jawab dan penerima tanggung jawab
dilakukan di depan pintu dengan suara pelan dan tidak ribut
5) Menyebutkan identitas pasien dengan diagnosis medik, diagnosa keperawatan,
tindakan keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu pelaksanaannya
6) Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan keperawatan yang belum
dilakukan
7) Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama shift
8) Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah dilakukan (bila ada)
9) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
10) Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta waktunya yang dilakukan
selama shift
11) Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama shift
88
12) Menginformasikan kepada pasien atau keluarga nama perawat shift berikutnya
pada akhir tugas
13) Memberi salam kepada pasien, menanyakan keluhan-keluhan pasien (dalam
rangka klarifikasi)
Tata cara Meeting Morning
1) KaRu menyiapkan tempat untuk melakukan meeting morning
2) KaRu memberikan arahan kepada staf dengan materi yang telah disiapkan
sebelumnya
3) KaRu melakukan klarifikasi apa yang telah disampaikan kepada staf
4) Memberikan kesempatan staf untuk mengungkapkan permasalahan yang
muncul di ruangan
5) Bersama- sama staf mendiskusikan pemecahan masalah yang dapat ditempuh
6) KaRu memberi motivasi dan reinforcement kepada staf
7) Meeting morning diikuti oleh seluruh staf
b. Kajian data
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang mendalam mengenai pelaksanaan
pelayanan keperawatan di ruang AB kepada kepala ruang didapatkan data sebagai
berikut:
1) Dalam pengorganisasian di ruang AB menggunakan metode fungsional, dimana
satu ruangan di pimpin Kepala Ruang dan dibantu oleh perawat pelaksana .
Model keperawatan fungsional didasarkan pada beberapa alasan antara lain:
a) Lebih efisien
b) Jumlah tenaga perawat yang sedikit
89
c) Keperawatan primer tidak digunakan karena sebagai perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan.
Untuk menunjang pelayanan praktek Profesional diharapkan untuk diubah ke dalam
Model Praktik Pelayanan Profesional yang disesuaikan dengan kemampuan ruangan.
Tabel 19Evaluasi Tugas Kepala Ruang Terhadap Sistem
Asuhan KeperawatanDengan Model TIMdi Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali
tanggal 7 – 9 September 2015
No. Uraian Tugas ObservasiSelalu
(3)Sering
(2)
Kadang
(1)
Tidak pernah
(0)1. Apakah kepala ruang melakukan
meeting morninging secara rutin?V
2. Apakah kepala ruang membagi tugas, kepada PP dan PA setiap hari?
V
3. Apabila ada permasalahan diruang, apakah kepala ruang dapat menyelesaikan dengan baik bersama, dengan perawat ruangan?
V
4. Apakah kepala ruang memberikan motivasi kerja kepada staf keperawatan ?
V
5. Apakah kepala ruang melakukan supervisi keperawatan secara rutin?
V
6. Apakah kepala ruang mengevaluasi tugas-tugas PP/PA secara rutin?.
V vV
7. Apakah kepala ruang dalam membuat jadwal dinas disesuaikan dengan:a.Harianb.Bulananc.Jenis Kelamin
V
8. Apakah kepala ruangmengadakan rapat ruang secara rutin
V
9. Setiap ada kasus keperawatan yang V
90
menarik apakah kepala ruang mengadakan pembahasan kasus?
10. Apakah kepala ruang membuat perencanaan untuk pengembangan SDM?
V
11. Apakah kepala ruang membuat rencana kerja :a.Harian
b. MingguanC. Bulanan
V
12 Apakah kepala ruang mengikuti operan tugas perawat dari jaga malam secara rutin
V
13 Apakah kepala ruang melakukan pengawasan kedisiplinan tugas staf melalui daftar hadir yang ada di ruangan ?
V
14 Apakah kepala ruang menguasai permasalahan yang ada di ruangan ?
V
15. Apakah kepala ruang bisa sebagai konsultan?
V
16. Apakah kepala ruang bisa berperan sebagai role model ?
V
Jumlah 56,25% 25% 6,25% 12,5%Sumber: Data primer Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali (2015)
1) Analisa dan Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 7 – 9 September 2015, di
dapatkan data sebanyak 56.25% bahwa kepala ruang di Neonatologi sudah
melakukan tugasnya dengan cukup baik sesuai dengan metode tim yang ada dan
dalam pembagian tugas tim perawat kapala ruang sudah menyesuaikan dengan
kuantitas serta kualitas perawat yang ada didalam ruangan tersebut. Serta sudah
sesuai dengan beban kerja masing -masing perawat.
Tabel 20Hasil Evaluasi Tugas Ka Tim dalam sistem Asuhan Keperawatan dengan Model
Timdi Ruang Neonatologi RSUD PANDAN ARANG Boyolali Tanggal 7-9 September
2015
No Tugas Primary Nursing Sll Srng kdng Tdk
91
(3) (2) (1) prnh(0)
1 Apakah Ka Tim melakukan operan jaga malam bersama dengan AN
V
2 Apakah Ka Tim melakukan konfirmasi atau supervisi tentang kondisi pasien segera setelah operan tugas jaga setiap pasien
V
3 Apakah Ka Tim mengajak AN untuk melakukan doa bersama pada waktu mengawali dan mengakhiri tugas
V
4 Apakah Ka Tim melakukan prekonfren dengan semua AN yang ada dalam grupnya setiap awal dinas pagi
V
5 Apakah Ka Tim membagi tugas atau pasien kepada AN sesuai kemampuan dan beban kerja
V
6 Apakah Ka Tim melakukan pengkajian menetapkan masalah apa diagnose dan perencanaan keperawatan kepada semua pasien yang menjadi tanggung jawab dan pendokumentasian kedalam RM pasien
V
7 Apakah Ka Tim memonitor tugas AN V8 Apakah Ka Tim membantu tugas AN untuk
kelancaran pelaksanaan asuhan keperawatan pasienV
9 Membantu tugas AN untuk kelancaran pelaksanaan askep
V
10 Apakah Ka Tim melakukan evalusi hasil keperawatan setiap sesuai tujuan yang ada dalam perencanaan asuhan keperawatan dan ada bukti dalak RM
V
11 Apakah Ka Tim melakukan post konfrent pada akhir dinas
V
12 Apakah Ka Tim mendampingi AN dalam operan tugas jaga
V
13 Apakah Ka Tim memperkenalkan AN yang akan merawat selama pasien dirawat, kepada pasien atau keluarga baru
V
14 Apakah Ka Tim menyelenggarakan diskusi kasus confront dengan dokter atau tim kesehatan lain setiap seminggu sekali
V
15 Apakah Ka Tim menyelenggarakan diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan diruangan minimal 1 bulan sekali
V
16 Apakah Ka Tim menggantikan kepala ruang, bila kepla ruang tidak ada
V
17 Apakah Ka Tim mendelegasikan tugas AN pada dinas siang atau malam atau hari libur
V
18 Apakah Ka Tim memberikan bimbingan praktek keperawatan kepada mahasiswa yang ada dalam grupnya
V
92
19 Apakah Ka Tim menginformasikan peraturan dan tata tertib yang berlaku pada pasien dan keluarga
V
20 Apakah Ka Tim melakukan supervisi perkembangan persiapan pulang
V
21 Apakah Ka Tim menerima konsultasi atau keluhan pasien dan berusaha mengatasinya
V
22 Setiap akhir tahun apakah Ka Tim membuat laporan tugas kepada kepala ruang
V
23 Apakah Ka Tim bisa sebagai rol model VJumlah 17,3
9%26,09%
30,43%
26,09%
Total (%)
Sumber : Data Primer Ruang Neonatalogi RSUD Pandan Arang Boyolali (2015)
Analisa data
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 7 – 9 September 2015, di dapatkan
data sebanyak 30,43% bahwa Ka Tim belum melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung
jawabnya. Ka Tim melaksanakan tugasnya dengan baik apabila Ka Tim tidak bisa
melaksanakan didelegasikan kepada AN.
Tabel 21Evaluasi Pelaksanaan Tugas Perawat Associate
di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang BoyolaliTanggal 7-9 September 2015
No Uraian Tugas
Observasi
Sll(3)
Sering (2)
Kdng2(1)
Tidak pernah
(0)1 Apakah Ka Tim Melaksanakan operan tugas setiap awal dan
akhir jaga dari dan kepada AN yang ada dalam satu grupV
2 Apakah AN Melakukan konfirmasi atau supervisi tentang kondisi pasien segera setelah selesai operan setiap Pasien
V
3 Apakah AN Melakukan do’a bersama setiap awal dan akhir tugas yang dilakukan setelah selesai serah terima operan tugas jaga
V
4 Apakah AN Mengikuti pre conference yang dilakukan Ka Tim setiap awal tugas
V
5 Apakah AN Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan
V
6 Apakah AN Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di rekam keperawatan
V
93
7 Apakah AN Melakukan konsultasi tentang masalah pasien/keluarga kepada Ka Tim
V
8 Apakah AN Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan
V
9 Apakah AN Menerima keluhan pasien/keluarga dan berusaha untuk mengatasinya
V
10 Apakah AN Melengkapi catatan asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya
V
11 Apakah AN Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya
V
12 Apakah AN Mengikuti post conferance yang diadakan oleh Ka Tim pada setiap akhir tugas dan melaporkan kondisi dan perkembangan semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya kepada Ka Tim
V
13 Apakah AN Melaksanakan pendelegasian tugas Ka Tim pada sore malam libur
V
14 Apakah AN Berkoordinasi dengan PPJR/dokter/tim kesehatan lain bila ada masalah pasien pada sore malam libur
V
15 Apakah AN Mengikuti diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan lain setiap seminggu sekali
V
16 Apakah AN Mengikuti diskusi kasus dalam pertemuan rutin keperawatan di ruangan
V
17 Apakah AN Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas AN V18 Apakah AN Membantu melakukan bimbingan PKK kepada
peserta didik keperawatan.V
Jumlah 5,56% 33,3% 38.8%
22,2%
Skor = Sumber Data Primer Ruang Neonatologi 2015
Analisa data
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 7-9 September 2015, di dapatkan data
sebanyak 38,8% bahwa AN belum melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya.
Tabel 22Evaluasi Hubungan Profesional Antar Staf Keperawatan
di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang BoyolaliTanggal 7-9 September 2015
NOObservasi
ObservasiSll(3)
Srng (2)
kdng(1)
Tdk prnh(0)
94
1 Penanggung Jawab Pelayanan mengadakan pertemuan rutin Karu minimal 1x/minggu
V
2 Kepala ruang mengadakan pertemuan rutin dengan seluruh staf kep minimal sebulan sekali
V
3 Kepala ruang mengadakan pertemuan rutin dengan PP minimal 1x/minggu
V
4 PP mengadakan pre dan post conference pada setiap awal dan akhir jaga pagi
V
5 PP menerima serah terima dari PA yang tugas jaga sebelumnya V
6 PP mendampingi serah terima tugas jaga antara PA pada tugas jaga berikutnya.
V
7 PA melaksanakan serah terima tugas jaga dari jaga sebelum dan kepada tugas jaga berikutnya.
V
8 PP melakukan dokumentasi askep terutama dalam pengkajian, menetapkan diagnosa dan penyusunan rencana keperawatan.
V
9 PA melakukan dokumentasi askep terutama dalam hal pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
V
10 PP membuat laporan tugas pada Kepala Ruang setiap akhir tugas terutama keadaan umum pasien dan permasalahan yang ada.
V
11 PP melakukan motivasi/bimbingan/reinforcement dengan PA setiap hari
V
12 PA menggantikan tugas PP bila PP tidak ada V
13 Apakah PA menggantikan tugas kepala ruang atau Penanggung jawab ruang pada tugas siang,malam atau hari libur.
V
Jumlah 38,4%
15,3%
38,4%
7,69%
Persentase = item x n pengamatanx 100% Itemx n total
66,67%
Analisa data
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 7-9 September 2015, di
dapatkan data sebanyak 66.67 % antar staf keperawatan sudah melakukan
hubungan professional di Ruang Neonatologi dengan cukup baik, sedangkan
33,33% belum maksimal dalam melakukan hubungan profesional.
Tabel 22Evaluasi Hubungan Profesional Antara Staf Keperawatan
dengan Dokter/Tim Kesehatan di Ruang NeonatologiRSUD Pandan Arang Boyolali September 7-9 September 2015
No VARIABEL YANG DINILAI Observasi
95
Selalu(3)
Sering (2) Kadang
(1)
Tidak Pernah
(0)1 Apakah PP atau PA melakukan visite bersama dengan
dokter/tim kesehatan lain yang merawat V
2 Apakah PP melakukan diskusi kasus dengan dokter/tim kesehatan minimal 1x/minggu.
V
3 Apakah Hubungan profesional/kemitraan dengan dokter/tim kesehatan lain tercermin dalam dokumen rekam medik.
V
4 Apakah PP atau PA dapat segera memberikan data pasien yang akurat dengan cepat dan tepat kepada dokter/tim kesehatan lain bila dibutuhkan.
V
5 Apakah PP /PA menggunakan rekam medik sebagai sarana hubungan professional dalam rangka pelaksanaan program kolaborasi.
V
6 Apakah Dokter/tim kesehatan lain menggunakan rekam keperawatan sebagai sarana hubungan professional dalam rangka program kolaborasi.
V
7 Apakah Dokter/Tim kesehatan yang lain mengetahui setiap pasien siapa PP nya.
V
8 Apakah PP memfasilitasi pelaksanaan konsultasi pasien/keluarga dengan dokter/tim kesehatan lain.
V
Jumlah 71,42%
Analisa data
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 7-9 September 2015, di
dapatkan data sebanyak 71,42 % bahwa antara staf keperawatan dengan
dokter/tim kesehatan lain sudah melakukan hubungan professional di
Neonatologi, sedangkan 28,58% belum maksimal dalam melakukan hubungan
professional antara staf keperawatan dengan dokter/tim kesehatan lain.
Tabel 23Evaluasi Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga (Operan)
Di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali Tanggal 7-9 September 2015
No Variabel yang dinilaiObservasiPre
96
Selalu Sering Kadang Tidak pernah
1 Serah terima didahului dengan doa bersama V2 Komunikasi anatar pemberi tanggung jawab dan penerima tanggung
jawab dilakukan di depan pintu dengan suara perlahan/ tidak rebutV
3 Menyebutkan identitas pasien, dx medis, dx dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu pelaksanaannya
V
4 Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan keperawatan yang belum dilakukan
V
5 Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama shift V6 Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah dilakukan (bila
ada)V
7 Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan V8 Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta waktunya yang
dilakukan selama shiftV
9 Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama shift V10 Menginformasikan kepada pasien/ keluarga nama perawat shift
berikutnya pada akhir tugasV
11 Memberi salam kepada pasien, keluarga serta mengobservasi dan menginspeksi keadaan pasien, menanyakan keluhan- keluhan pasien (dalam rangka klarifikasi)
V
Jumlah Total (%) 71,42%
Sumber : hasil observasi tanggal 7-9-2015
Analisa Data
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 7-9 September 2015, di dapatkan
data sebanyak 71,42% bahwa perawat ruang di Neonatologi sudah melakukan operan dengan
cukup baik sesuai dengan masing-masing tim, dalam kegiatan operan jaga perawat sudah
menyampaikan hasil kegiatan pada masing-masing tim pada perawat lain yang jaga pada shift
tersebut dan perawat saat operan sudah menyampaikan apa yang telah dilakukan selama jaga
shift dan itu sudah dilakukan didepan masing-masing bed pasien sehingga perawat yang
bergantian jaga mengatahui kondisi masing-masing pasien yang sebenarnya.
Tabel 24Evaluasi Pelaksanaan Meeting Morning Kepala Ruang di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali
Tanggal 7-9 September 2015
No Variabel yang dinilai Pelaksanaan
97
Sll sering kadang Tdk prnh
1. Ka. Ru menyiapkan tempat untuk melakukan meeting morning
V
2. Ka. Ru memberikan arahan kepada staff dengan materi yang telah disiapkan sebelumnya
V
3. Ka. Ru melakukan klarifikasi apa yang telah disampaikan kepada staff
V
4. Memberikan kesempatan staff untuk mengungkapkan permasalahn yang muncul di ruangan
V
5. Bersama-sama staff mendiskusikan pemecahan masalah yang dapat ditempuh
V
6. Ka. Ru memberi motivasi dan reinforcement kepada staff VJumlah Total (%) 100%
Sumber: Data primer Ruang Neonatologi, 2015
Analisa data
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 7-9 September 2015, di
dapatkan data sebanyak 100% bahwa kepala ruang Neonatologi kadang-kadang
melaksanakan meeting morning setiap pagi sebelum pre conference dilakukan.
Tabel 25Evaluasi Pelaksanaan Pre Conference di Ruang Neonatologi
RSUD Pandan Arang Boyolali 7-9 September 2015
No Variabel yang Dinilai Pre Orientasi
Ya (1) Tidak (0)N N
1 Menyiapkan ruang/ tempat V2 Menyiapkan rekam medic pasien yang menjadi tanggung jawabnya V
3 Menjelaskan tujuan dilakukan pre-conference V4 Memandu pelaksanaan pre-conference V5 Menjelaskan masalah keperawatan pasien dan rencana keperawatan
yang menjadi tanggung jawabnyaV
6 Membagi tugas kepada AN sesuai kemampuan yang dimiliki dengan memperhatikan keseimbangan kerja
V
7 Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan pasien/ tindakan V8 Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian masalah
yang sedang didiskusikanV
9 Mengklarifikasikan kesiapan AN untuk melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya
V
10 Memberikan reinforcement positif pada AN V11 Menyimpulkan hasil pre conference V
Jumlah 0Total (%) 0%
98
Sumber: Data primer Ruang Neonatologi, 2015
Analisa data
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 7-9 September 2015, di
dapatkan data sebanyak 0 % bahwa kepala ruang Neonatologi belum memimpin
pre conference dengan baik dan tindakan pre conference belum dilakukan di
ruang Neonatologi.
Tabel 26Evaluasi pelaksanaan Post Conference
di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang BoyolaliNo Variabel yang dinilai Pre Orientasi
Sll Sering Kadang Tdk prnah
1. Menyiapkan ruang atau tempat V2. Menyiapkan rekam medik pasien yang menjadi tanggung
jawabnyaV
3. Menjelaskan tujuan dilakukannya post conference V4. Menerima penjelasan dari PA tentang hasil tindakan atau
hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan PAV
5. Mendiskusikan masalah yang ditemukan dalam memberikan askep pasien dan mencari upaya penyelesaian masalah
V
6. Memberikan reinforcement kepada PA V7. Menyimpulkan hasil post conference V8. Mengklarifikasi pasien sebelum melakukan operan tugas
jaga shif jaga berikutnya (melakukan ronde keperawatan)V
Jumlah 8Total (%) 100%
Tanggal 7-9 september 2015Sumber : Data Primer Ruang Neonatologi,2015
Analisa data
Berdasarkan hasil observasi selama 3 hari pada tanggal 7-9 September 2015, di
dapatkan data sebanyak 100% belum melakukan post conference sebelum operan jaga
siang dimulai.
Actuating
99
a. Kajian Teori
Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerakan semua kegiatan yang
telah dituangkan dalam fungsi pengorganisasian untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah dirumuskan dalam fungsi perencanaan. Menurut buku pedoman uraian
tugas tenaga keperawatan di Rumah Sakit tugas penanggung jawab unitan/kepala
1unitan sebagai penggerak dan pelaksanaan (P2) terdiri dari:
1. Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan di unit rawat,
melalui kerja sama dengan petugas lain yang bertugas di unit rawatnya.
2. Menyusun jadwal/daftar dinas tenaga keperawatan dan tenaga lain sesuai
kebutuhan pelayanan dan peraturan yang berlaku di RS.
3. Melaksanakan orientasi kepada tenaga keperawatan baru/tenaga lain yang akan
kerja di unit rawat
4. Memberikan orientasi kepada siswa/mahasiswa keperawatan yang
menggunakan unit rawatnya sebagai lahan praktek.
5. Memberi orientasi kepada pasien/keluarganya meliputi: penjelasan tentang
peraturan RS, tata tertib unit rawat, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya
serta kegiatan rutin sehari-hari
6. Membimbing tenaga keperawatan untuk melaksanakan pelayanan/asuhan
keperawatan sesuai standar
7. Mengadakan pertemuan berkala/sewaktu-waktu dengan staf keperawatan dan
petugas lain yang bertugas di unit rawatnya.
8. Memberi kesempatan/ijin kepada staf keperawatan untuk mengikuti kegiatan
ilmiah/penataran dengan koordinasi kepala instalasi/kepala bidang keperawatan
100
9. Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai kebutuhan
berdasarkan ketentuan/kebijaksanaan RS
10. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan alat agar selalu dalam keadaan
siap pakai
11. Mendampingi visite dokter dan mencatat instruksi dokter, khususnya bila ada
perubahan program pengobatan pasien
12. Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di unit rawat menurut
tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi untuk kelancaran pemberian asuhan
keperawatan
13. Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan
dan kegiatan lain secara tepat dan benar, hal ini penting untuk tindakan
keperawatan.
14. Memberi motivasi kepada petugas dalam memelihara kebersihan lingkungan di
unit rawat.
15. Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di unit rawat
16. Meneliti/memeriksa pengisian daftar permintaan makanan pasien berdasarkan
macam dan jenis makan pasien.
17. Meneliti/memeriksa ulang pada saat penyajian makanan pasien sesuai dengan
program dietnya.
18. Menyiapkan berkas catatan medik pasien dalam masa perawatan di unit
rawatnya dan selanjutnya mengembalikan berkas tersebut ke bagian medical
record bila pasien pulang/keluar dari unit rawat tersebut.
101
19. Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan serta
kegiatan lainnya di unit rawat, disampaikan kepada atasannya.
20. Membimbing siswa/mahasiswa keperawatan yang menggunakan unit rawatnya
sebagai lahan praktek.
21. Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien/keluarga sesuai kebutuhan dasar
dalam batas wewenangnya.
Tabel 2.37 Evaluasi Actuating di Ruang NeonatologiRSUD Boyolali 2015
No StandarDilakukan
Data Ket.Selalu Kadang
Tidak pernah
1 Pengarahan V Observasi2 Supervisi staf V Observasi3 Koordinasi orientasi
staffV Observasi
4 Orientasi mahasiswa praktek
V Observasi
5 Orientasi pasien/keluarga
V Observasi
6 Memobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan.
V Observasi
7 Memberi motivasi pada anggota
V Wawancara
8 Membuat keputusan V Observasi
9 Manajemen konflik V Wawancara
10 Menelaah kemampuan individu
V Observasi
11 Membimbing tenaga keperawatan
V Observasi
12 Mengadakan pertemuan berkala/sewaku-waktu dengan staff keperawatan & petugas lain yang bertugas diruang rawatnya
V Observasi
13 Memberi kesempatan/ijin kepada staf
V Observasi
102
keperawatan 14 Mengupayakan
pengadaan peralatan dan obat-obatan
V Observasi
15 Mendampingi visite dokter dan mencatat instruksi dokter
V Observasi
16 Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat menurut tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi untuk kelancaran pemberian asuhan keperawatan
V Observasi
17 Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan
V Observasi
18 Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di ruang rawat
V Observasi
19 Meneliti/memeriksa pengisian daftar permintaan makanan pasien berdasarkan macam dan jenis makan pasien
V observasi
20 Menyiapkan berkas catatan medik pasien
V Observasi
21 Memberi penyuluhan kesehatan
V Observasi
22 Melakukan serah terima pasien dan lain-lain pada saat pergantian dinas
V Observasi
Jumlah 13 7 2
Persentase 59% 32% 9%
Analisis Data
Dari hasil kajian lewat observasi dan wawancara mengenai tugas penanggung
jawab unitan/kepala unitan sebagai penggerak dan pelaksanaan di Ruang
Neonatologi RSUD Boyolali , terdapat 2 item uraian tugas dari total 22 uraian tugas
yang belum terlaksana, meliputi orientasi pasien/keluarga; mengelompokkan pasien
103
dan mengatur penempatannya di ruang rawat menurut tingkat kegawatan,
infeksi/non infeksi untuk kelancaran pemberian asuhan keperawatan. Beberapa
uraian tugas tersebut belum dapat dilakukan karena keterbatasan waktu, tenaga dan
sarana.
Controlling
a. KajianTeori
Pengawasan adalah membandingkan hasil kinerja dengan standar dan
mengambil tindakan korektif bila kinerja yang didapat tidak sesuai dengan standar.
Pengawasan melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan pada
pasien.
Fungsi pengawasan mencakup 4 unsur, yaitu :
(1) Penetapan standar pelaksanaan
(2) Penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan
(3) Pengukuran pelaksanaan nyata dibandingkan dengan standar yang ditetapkan
(4) Pengambilan tindakan koreksi
Melalui supervisi:
1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan
langsung secara lisan dan memperbaiki atau mengawasi kelemahan-kelemahan
yang ada saat itu juga.
2) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim. Membaca
dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan
104
sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar
laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
3) Evaluasi
4) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
5) Audit keperawatan.
Menurut buku pedoman uraian tugas tenaga keperawatan di RS, tugas kepala
unit sebagai controlling/pengawasan, pengendalian dan penilaian (P3) meliputi :
1) Mengendalikan dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah
ditentukan.
2) Mengawasi dan menilai siswa/mahasiswa keperawatan untuk memperoleh
pengalaman belajar sesuai tujuan program bimbingan yang telah ditentukan.
3) Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan yang berada dibawah
tanggung jawabnya.
4) Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga keperawatan,
peralatan dan obat-obatan.
5) Mengawasi dan menilai mutu asuhan keperawatan sesuai standar yang berlaku
secara mandiri atau koordinasi dengan tim pengendalian mutu asuhan
keperawatan.
Untuk keperluan mengevaluasi hasil kerja diperlukan terlebih dahulu persiapan :
- Standard operation procedure.
- Standar/pedoman diagnosis dan terapi.
- Indikator penilaian penampilan
105
Fungsi pengawasan dan pengendalian merupakan fungsi terakhir dari proses
manajemen. Ada 3 macam pengawasan yaitu :
1) Pengendalian pendahuluan, yaitu pengendalian ini dipusatkan pada
permasalahan pencegahan timbulnya penyimpangan-penyimpangan dari
bawahan terhadap kinerja pemberi pelayanankeperawatan, baik sumber daya,
SDM, bahan/alat maupun dana.
2) Concurent control, pengendalian ini berlangsung saat pekerjaan berlangsung
guna memastikan sasaran tercapai.
Feedback control. Pengendalian ini untuk mengontrol terhadap hasil dari
pekerjaan yang telah diselesaikan, jika ada penyimpangan akan merupakan
pelajaran untuk aktifitas yang sama di masa yang akan datang.
Tabel 2.38 Evaluasi Controlling di Ruang NeonatologiTanggal 7 – 9 September 2015
NoStandar
DilakukanData Keterangan
Selalu KadangTidak pernah
1 Pengawasan langsung melalui inspeksi
V Observasi Karu kadang membantu tindakan yang dilakukan perawat
2 Pengawasan langsung melalui laporan langsung secara lisan
V Observasi Karu menanyakan tentang pelaksanaan tugas dan keadaan umum kepada pasien
3 Pengawasan langsung melalui
V Wawancara Karu kadang mengecek laporan
106
laporan tertulis perawat4 Pengawasan
kelemahan yang adaV Wawancara Karu kadang
mengevaluasi kekurangan timNya
5 Pengawasan tidak langsung dengan mengecek daftar hadir perawat yang ada
V Wawancara Mengecek daftar hadir perawat kadang dilakukan
6 Pengawasan tidak langsung dengan membaca dan memeriksa rencana keperawatan
V Observasi Setiap ada kesempatan karu memeriksa catatan asuhan keperawatan
7 Pengawasan dengan mendengar laporan dari Perawat mengenai pelaksanaan tugas
V Observasi Perawat memaparkan keadaan pasien, tindakan yang telah dilakukan
8 Evaluasi upaya pelaksanaan
V Observasi Saat evaluasi di lakukan dengan cara melihat kondisi umum pasien dan catatatan medik pasien
9 Membandingkan dengan rencana perawatan yang telah disusun bersama dengan Perawat
V Observasi
10 Pengawasan yang dilakukan oleh kepala ruang :- Sosialisasi
kebijakan- Mengatur &
mengendalikan pelaksanaan kebijaksanaan
- Mengecek kelengkapan inventaris peralatan
- Mengecek obat – obatan yang tersedia
- Melakukan supervisi
- Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
V
V
V
V
V
V
ObservasiWawancara
Dokumen
Observasi
ObservasiObservasi
Observasi
Wawancara
Penilaian kinerja perawat dilakukan oleh kepala ruang dan bidang keperawatn RS
107
yang telah ditentukan
- Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan
- Menilai mutu askep sesuai standar yg berlaku secara mandiri/koordinasi dgn tim pengendalian mutu asuhan keperawatan
V
V
Jumlah 2 14 1
Persentase 12% 82% 6%
Analisa Data
Secara keseluruhan kegiatan controlling dalam manajemen pelayanan di Ruang
Neonatologi telah dilakukan, namun kurang optimal. Laporan perkembangan pasien
hanya bisa diketahui saat operan jaga yang ditulis dibuku laporan. Berdasarkan
hasil observasi pengorganisasian di Ruang Neonatologi menggunakan metode
fungsional. Namun masih banyak kekurangan dalam kegiatan controlling yaitu
Karu belum optimal melakukan penilaian mutu askep sesuai standar yang berlaku
secara mandiri/koordinasi dengan tim pengendalian mutu asuhan keperawatan.
Proses Managemen Bimbingan PKK Bagi Mahasiswa Praktikan
Perencanaan (Planning)
a. Kajian teori
Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat professional melalui
kerjasama yang berbentuk kolaborasi dengan pasien dan tenaga kesehatan lain
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lingkungan, wewenang dan
tanggung jawabnya (Nursalam, 2002).
108
Bimbingan klinik adalah segala bentuk tindakan edukatif yang dilaksanakan
oleh pembimbing klinik untuk memberikan pengetahuan nyata secara optimal dan
membantu peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan.
Tujuan dari bimbingan klinik adalah membantu peserta didik menyesuaikan
diri dengan lingkungan praktik, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mendapatkan pengalaman kerja profesional, membantu peserta didik mengatasi
masalah yang dihadapi di lahan praktik, dan membantu peserta didik mencapai
tujuan praktik klinik.
Dalam usaha meningkatkan keterampilan mahasiswa keperawatan yang
melaksanakan praktik klinik, mahasiswa harus mendapat bimbingan dari
pembimbing PKK yang telah ditunjuk. Untuk memberikan proses bimbingan yang
baik kepada mahasiswa praktik harus mengacu pada protap-protap yang dibuat.
Di RSUD Boyolali proses bimbingan diatur dalam suatu konsep teknis
pelaksanaan bimbingan klinik keperawatan. Bimbingan tersebut diorganisasikan
sebagai berikut :
1. Pengiriman kerangka acuan bidang pendidikan dan pelatihan minimal 1
minggu sebelum pelaksanaan PKK telah mengirim kerangka acuan lengkap ke
unit perawatan yang dipakai sebagai lahan praktik
2. Penentuan lahan praktik
a. Penentuan lokasi praktik diajukan oleh pihak akademik sesuai dengan
kompetensinya dikoordinasikan dengan bidang Diklat.
109
b. Bidang perawatan atau penanggung jawab bimbingan PKK menyerahkan
kerangka acuan bimbingan PKK, menetapkan lokasi sesuai dengan
kompetansi yang ingin dicapai.
c. Apabila unit PKK yang dituju tidak memungkinkan untuk praktik maka
secara tehnis bidang perawatan melakukan koordinasi dengan institusi
pendidikan dengan menentukan kembali lokasi PKK yang memungkinkan.
3. Rencana penerimaan dan orientasi
a. Penerimaan
Peserta didik diserahkan oleh Direktur institusi pendidikan pada Direktur
rumah sakit.
b. Orientasi
1) Umum
2) Khusus
- Orientasi ruang keperawatan
- Orientasi klien
4. Penyiapan pembimbing praktik
5. Penjelasan pelaksanaan PKK
6. Pembimbing merencanakan metode bimbingan yang akan dilakukan
Tabel 2.38 Evaluasi Planning Proses Bimbingan PKKDi Ruang Neonatologi RSUD Boyolali
7 – 9 September 2015
No Standar Dilakukan Metode Keterangan
1 Pemberitahuan dari Institusi ke Lahan praktek sebelum praktek dengan kerangka acuan lengkapPenentuan lokasi praktek
V Wawancara
Wawancara
Setiap institusi selalu mengumumkan surat pemberitahuan latihan praktek sebelum praktek
110
2.
3
4
5
lokasi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapaiPenerimaan dan orientasi mahasiswa
Orientasi tugas
Penyiapan pembimbing PKK
V
V
V
V
Wawancara
Wawancara
Wawancara
CI selalu memberikan kesempatan mahasiswa untuk kompetensi
Mahasiswa praktek diterima dan diorientasikan langsung oleh CIBimbingan yang berstruktur
Pengorganisasian (Organizing)
Tabel 2.39 Evaluasi Organizing Proses Bimbingan PKKDi Ruang Neonatologi RSUD Boyolali
No Standar Dilakukan Metode Keterangan1
2
3
4
5
6
Adanya serah terima peserta didikPenetapan pembimbing PKK sesuai kriteria yang ditetapkan
Penjelasan pelaksanaan PKK
Pembagian jadwal dinas
Penentuan sanksi bagi peserta didik
Adanya proses bimbingan dari pembimbing PKK sesuai dengan ketentuan
V
V
V
V
V
V
Observasi
Wawancara
Observasi
Observasi
Observasi
Wawancara
Menerima praktekan diterima oleh karu
Bimbingan praktekan tidak selalu dengan CI karena kesibukan dan jadwal dinas yang berbeda,pendegelasian untuk bimbingan di berikan kepada perawat ruanganSelama pengkajian tidak ada mahasiswa yang mengalami aturan praktek
Jadwal di susun oleh diklat
Peserta didik yang melanggar peraturan akan di beri sanksi menurut ketentuan RSBelum semua metode bimbingan di arahkan
Analisis data
Dari hasil wawancara dan observasi untuk penerimaan maupun bimbingan untuk
mahasiswa sudah dilakukan dengan baik sehingga tidak perlu kami evaluasi
111
C. Unsur Output
1. Efisiensi Ruang Rawat
a. Kajian Teori
Efisiensi pengelolaan rumah sakit secara garis besar dapat dilihat dari dua segi,
yaitu segi medis meninjau efisiensi dari sudut mutu pelayanan medis dan dari segi
ekonomi meninjau efisiensi dari sudut pendayagunaan sarana yang ada. Grafik
Barber-Johnson adalah grafik yang secara visual dapat menyajikan dengan jelas
tingkat efisiensi kedua segi diatas. Grafik Barber-Johnson menggambarkan
bagaimana pemakaian empat parameter yaitu BOR (Bed Occupancy Rate), LOS
(Length Of Stay), TOI (Turn Over Internal), dan BTO (Bed Turn Over) sebagai
salah satu indikator efisiensi pengelolaan rumah sakit.
Efisiensi pelayanan meliputi 4 (empat) indikator mutu pelayanan kesehatan
rumah sakit, yang meliputi:
1) BOR (Bed Occupancy Rate), merupakan indikator untuk menilai seberapa
efektifitas pemakaian tempat tidur yang ada disuatu ruangan atau rumah sakit
dalam jangka waktu tertentu. Standar nasional untuk RSU dalam satu tahun
adalah 75 – 85%.
BOR = Jumlah hari perawatan X 100%
Jumlah TT X hari perawatan
2) LOS (Length Of Stay), adalah efisiensi yang menunjukkan lama waktu yang
dirawat pada setiap pasien. Semakin pendek Length Of Stay pasien semakin
112
baik. Waktu rawat yang baik maksimum 12 hari. Standar nasional untuk rumah
sakit dalam satu tahun adalah 7 – 10 hari.
LOS = Lama hari perawatan
Jumlah pasien keluar hidup atau mati
3) TOI (Turn Over Internal), merupakan indikator mutu pelayanan keperawatan
yang menunjukkan waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu antara
satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai dengan diisi lagi. Standar 1 –
3 hari untuk RSU dalam satu tahun.
TOI = Jumlah hari rawat
Jumlah tempat tidur
4) BTO (Bed Turn Over), merupakan indikator yang menunjukkan frekuensi
pemakaian tempat tidur di suatu rumah sakit dalam satu satuan waktu tertentu.
BTO menggambarkan tentang tingkat pemakaian tempat tidur. Standar 4 – 45
kali untuk RSU dalam satu tahun, sedangkan yang baik lebih dari 40 kali
(Djojodibroto, 1997).
BTO = Jumlah pasien keluar (H+M)
Jumlah tempat tidur
Tabel 2.40 Indikator Efisiensi Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali
No. Indikator Standar
01. BOR 75 – 85%02. LOS 7 – 10 Hari03. TOI 1 – 3 hari04. BTO 5 – 45 kali
b. Kajian Data
113
Tabel 2.41 Efisiensi Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali Bulan Januari
s.d Desember 2014
No Indikator Hasil Standar
01. BOR 54,86 % 75 – 85%02. LOS 4,31 7 – 10 hari03. TOI 3,87 1 – 3 hari04. BTO 42,58 5 – 45 kali
Sumber : Instalasi Catatan Rekam Medik RSUD Pandan Arang Boyolali 2014
c. Analisa Data
1) BOR di ruang Neonatologi pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember
tahun 2014 rata-rata 54,86% dengan demikian pemakaian tempat tidur sudah
memenuhi standar nasional 75-85%.
2) LOS (lama waktu yang dirawat pada setiap pasien ) di ruang Neonatologi pada
bulan Januari sampai bulan Desember 2014 yaitu 4,31 hari, menunjukkan lama
rata-rata hari perawatan lebih cepat jika dibandingkan dengan standar nasional
untuk RSU yaitu 7-10 hari.
3) TOI (waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong) di ruang Neonatologi yaitu
3,87 hari menunjukkan waktu rata-rata tempat tidur kosong lebih cepat dari
standar nasional yaitu 1-3 hari.
4) BTO (Frekuensi pemakaian tempat tidur) di ruang Neonatologi yaitu 42,58 kali
penggunaan yang efisien jika dibandingkan dengan standar nasional 4-45 kali.
2. Hasil Penerapan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) Instrument ABC
Asuhan keperawatan profesional merupakan dasar bagi terselenggaranya pelayanan
prima. Asuhan keperawatan tersebut diberikan oleh tenaga keperawatan yang memiliki
114
kewenangan dan kompetensi yang telah ditetapkan oleh profesi. Ciri mutu asuhan
keperawatan menurut Depkes RI tahun 1998 adalah :
a. Memenuhi standart profesi
b. Sumber daya dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif
c. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan
d. Memuaskan pasien dan tenaga keperawatan
e. Aspek sosial, ekonomi, budaya, etika, dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan
dihormati.
Oleh karena hal tersebut pemberian asuhan keperawatan yang profesional dan
sesuai standar diharapkan mampu menjawab kompetisi di era global, sehingga pasien
dapat mendapatkan kepuasan dalam pelayanan keperawatan. Mutu asuhan keperawatan
yang prima akan terwujud apabila :
a. Asuhan keperawatan diberikan berdasarkan standar dan kode etik profesi
keperawatan.
b. Dilakukan evaluasi secara periodik dan terus-menerus
c. Ada upaya tindak lanjut untuk perbaikan
d. Komitmen yang tinggi dari seluruh staf keperawatan
Standar penilaian yang digunakan untuk menilai mutu asuhan keperawatan adalah
dengan menggunakan instrumen A, B, dan C. Adapun rentang nilai untuk instrumen
ABC adalah :
a. Kriteria baik (76-100%)
b. Kriteria cukup (56-75%)
c. Kriteria kurang (40-55%)
115
d. Kriteria tidak baik (kurang dari 40%)
Adapun instrumen A, B, C meliputi :
a. Instrumen A
1) Kajian Teori
Instrumen A merupakan evaluasi terhadap pendokumentasian asuhan
keperawatan yang telah baku. Evaluasi dilakukan terhadap dokumentasi asuhan
keperawatan pasien yang dirawat minimal 3 hari.
Dokumentasi keperawatan adalah sistem pencatatan kegiatan asuhan
keperawatan sekaligus pelaporan semua kegiatan asuhan keperawatan sehingga
terwujud data yang lengkap, nyata dan tercatat tingkat kesakitan pasien
maupun jenis, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi
kebutuhan pasien. Dokumentasi keperawatan merupakan sesuatu yang mutlak
harus ada untuk perkembangan keperawatan, khususnya proses profesionalisasi
keperawatan serta upaya untuk membina dan mempertahankan akontabilitas
perawat dan keperawatan. Dalam membuat dokumentasi harus memperhatikan
aspek-aspek : Keakuratan data, Breavity (ringkas), Legibility (mudah dibaca).
Komponen dokumentasi keperawatan:
a) Pengkajian
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan pasien untuk
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data harus bermanfaat bagi
semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian meliputi
pengumpulan data, pengelompokan data dan perumusan masalah.
116
Pengumpulan data dari hasil wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan
penunjang.
b) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah pasien baik aktual
maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data. Diagnosa dirumuskan
berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisa, dibandingkan dengan
fungsi normal kehidupan pasien.
Kriteria diagnosa dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat sesuai dengan wewenang perawat,
dengan komponen terdiri atas masalah, penyebab dan tanda gejala (PES)
atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE) yang bersifat aktual apabila
masalah kesehatan sudah nyata terjadi dan bersifat potensial apabila
masalah kesehatan kemungkinan besar akan terjadi, dapat ditanggulangi
oleh perawat.
c) Rencana keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan
dengan komponen rencana perawatan meliputi prioritas masalah, tujuan
implementasi dan rencana tindakan.
Prioritas masalah ditentukan dengan memberi prioritas utama masalah
yang mengancam kehidupan dan prioritas selanjutnya masalah yang
117
mengancam masalah kesehatan pasien. Prioritas ketiga adalah masalah
yang mempengaruhi perilaku.
d) Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan
dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi yang mencakup aspek
peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan
mengikut sertakan pasien dan keluarga. tindakan keperawatan, aktivitas
keperawatan.
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus sesuai dengan rencana yang
ada, menyangkut keadaan bio-psiko-sosio-spiritual pasien, menjelaskan
setiap tindakan perawatan yang akan dilaksanakan kepada klien, sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan dengan menggunakan sumber-sumber
yang ada, menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik, menerapkan prinsip
aman, nyaman, ekonomis, menjaga privasi, dan mengutamakan
keselamatan pasien, melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon
pasien, merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam
keselamatan pasien, mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan,
merapikan pasien dan alat setiap selesai tindakan, melaksanakan tindakan
perawatan pada posedur teknik yang telah ditentukan
e) Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan secara periodik sistematis, dan berencana
untuk menilai perkembangan keadaan pasien. Evaluasi dilaksanakan
dengan memeriksa kembali hasil pengkajian awal dan intervensi awal
118
untuk mengidentifikasi masalah dan rencana keperawatan pasien termasuk
strategi keperawatan yang telah diberikan untuk memecahkan masalah
pasien. Evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain dan
dilakukan sesuai dengan standar.
f) Catatan asuhan keperawatan:
Pencatatan merupakan data tertulis tentang kesehatan pasien dan
perkembangan pasien selama dalam pemberian asuhan keperawatan.
Pencatatan dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan.
Pencatatan dapat digunakan sebagai bahan informasi, komunikasi, dan
laporan, dilakukan setelah tindakan dilaksanakan. Penulisan harus jelas
dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku sesuai dengan
pelaksanaan proses keperawatan. Setiap pencatatan harus mencantumkan
paraf dan nama perawat yang melaksanakan tindakan dan waktu
pelaksanaan dan menggunakan formulir yang telah ada dan disi3mpan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2) Kajian Data
Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan instrument A yang sudah
dibakukan oleh Depkes (1997). Studi dokumentasi dilakukan pada 10
dokumentasi pasien di ruang AB dengan kriteria pasien pulang dan pasien
dengan lama perawatan minimal 3 hari. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
119
Tabel 27
Hasil Evaluasi Penerapan Standar Asuhan KeperawatanDi Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali
Tanggal 7-9 September 2015 (N = 5)
No Aspek yang dinilai
Rata-rata(%)
Keterangan
1. Pengkajian 72% - Dari data di dapat skore 72% pengkajian masuk kriteria cukup, perawat melakukan pengkajian langsung setelah pasien datang sesuai dengan penyakitnya.
- Masalah sebagian belum dirumuskan berdasarkan pengkajian yang diperoleh sesuai pola fungsi gordon dan pengkajian belum semuanya lengkap, masih ada sebagian yang lupa di isi missal nya identitas pasien.
- 50% perawat yang mengkaji belum semua menulis nama terang dan tanda tangan serta nama pengkaji di awal pengkajian
2. Diagnosa 33,3 % - Sebagian besar diagnosa keperawatan belum mencakup etiologi dan problem (PE).
3. Perencanaan 59,94 % - Sebagian perencanaan belum diprioritaskan berdasarkan masalahnya
- tujuan tidak menuliskan kriteria hasil- Rencana tindakan sebagian belum ada
keterlibatan keluarga dan pendidikan kesehatan
4. Tindakan 60 % - Terdapat beberapa tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan perencanaan sebelumnya
5. Evaluasi 80 % - Evaluasi sudah ditulis setiap shift secara keseluruhan, tetapi belum berbentuk SOAP
6. Dokumentasi 96 % - Pencatatan yang dilakukan sebagian tidak mencantumkan nama terang dan tanda tangan, sebagian hanya mencantumkan nama saja atau tanda tangan saja
- Sebagian pencatatan ditulis tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan
Rata-rata 66,87 %
120
c. Analisa Data Pre Implementasi
1) Pengkajian
Berdasarkan hasil studi dokumentasi terhadap 5 rekam medik pasien yang
dirawat di Ruang Neonatologi didapatkan nilai rata-rata 66,87% untuk 5 tahap
pendokumentasian yang mana berarti pendokumentasian asuhan keperawatan di
Ruang Neonatologi cukup baik.
Untuk itu diharapkan perawat meningkatkan mutu dari dokumentasi asuhan
keperawatan terutama di beberapa poin sebagai berikut:
b. Analisa data disesuaikan dengan pengkajian yang kemudian dibuat tujuan dan
kriteria hasil dengan komponen SMART serta disusun berdasarkan prioritas
masalah.
c. Pelaksanaan intervensi keperawatan terhadap pasien didokumentasikan secara
urut berdasarkan tanggal dan waktu dilakukan tindakan setelah itu perawat
hendaknya mencantumkan nama dan paraf di samping tulisan tindakan yang
dilakukan sebagai aspek legal dokumentasi keperawatan.
1) Diagnosa keperawatan
Dalam menuliskan diagnosa keperawatan, perawat belum mencangkup etiologi
dan problem (PE). Diagnosa belum dibuat prioritas masalah dari kondisi
pasien. Dari keseluruhan pengkajian diagnosa keperawatan sebesar 33,3%
dengan katagori tidak baik dan sebaiknya perlu untuk di tingkatkan pada
perumusan diagnosa keperawatan dengan benar.
2) Perencanaan
Dari hasil observasi pendokumentasian tahap perencanaan yaitu 59,94%,
sebagian besar sudah sesuai dengan diagnosa keperawatan. Dalam perencaaan
keperawatan sebagian besar belum mengandung komponen spesifik, bisa
diukur, bisa dicapai, realistik dan ada batas waktu (SMART), tidak menuliskan
121
kriteria hasil dalam perencanaan. Rencana tindakan belum mencakup tindakan
pendidikan kesehatan maupun tindakan yang menggambarkan keterlibatan
klien/keluarga. Hal ini dikarenakan perawat tidak banyak waktu dan belum
terbiasa untuk mengisi status secara sempurna jadi dalam penulisan
perencanaan hanya di tulis yang pokok pokok saja.
3) Implementasi
Dari pengkajian implementasi sebesar 60% % termasuk dalam katagori tidak
baik. Beberapa tindakan yang dilakukan perawat belum didokumentasikan,
perawat hanya mencantumkan tanggal, keadaan umum pasien serta tindakan
rutinitas seperti pemberian terapi obat dan ttv. Tindakan- tindakan seperti
observasi keperawatan, terapi keperawatan, pendidikan kesehatan, tindakan
yang melibatkan keluarga serta respon klien terhadap tindakan keperawatan
belum didokumentasikan.
4) Evaluasi keperawatan
Evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan dalam katagori tidak baik
sebesar8 0%. Evaluasi tidak ditulis untuk setiap diagnosa, diagnosa
keperawatan belum di evaluasi setiap hari sesuai dengan SOAP dan diagnosa
keperawatan yang sudah teratasi belum terlihat dalam dokumentasi hal ini
dikarenakan perawat melakukan nya secara rutinitas selain itu banyak nya
kegiatan yang harus dikerjakan dalam ruangan tersebut.
5) Dokumentasi
122
Catatan asuhan keperawatan di Ruang Neonatologi dalam katagori baik,
dengan skor 96%. Hal ini dibuktikan dengan catatan ditulis pada format yang
ada, namun catatan keperawatan tidak terisi dengan lengkap.
Instrumen B
Instrumen B mengevaluasi tentang persepsi pasien terhadap mutu terhadap
mutu asuhan keperawatan dengan cara menyebarkan angket kepada pasien yang
memenuhi kriteria yaitu sudah dirawat inap minimal tiga hari, bersedia mengisi
kuesioner. Pada saat angket dibagikan, pasien telah diberikan penjelasan.
Salah satu indikator mutu asuhan keperawatan adalah dilihat dari persepsi klien
tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Untuk mengevaluasi hal ini perlu
suatu instrument yang baku. RSUD Pandan Arang Boyolali menggunakan format
standar asuhan keperawatan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit untuk
mengevaluasi persepsi klien terhadap mutu asuhan keperawatan.
1) Kajian Teori
Asuhan keperawatn adalah rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan
yang diberikan secara langsung kepada pasien diberbagai tantanan pelayanan
kesehatan (Zaidin Ali, 2001).
Mutu asuhan keperawatan dapat dilihat dari persepsi pasien tentang mutu
asuhan keperawatan yang diberikan. Dan untuk mengevaluasi hal ini juga perlu
suatu instrumen yang baku menggunakan format standar asuhan keperawatan
yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
Mutu pelayanan keperawatan yang merupakan hasil kegiatan asuhan
keperawatan adalah terjaminnya penerapan standar asuhan keperawatn yang
123
dilakukan oleh perawat berdasarkan pendekatan proses keperawatan yang
meliputi pengkajian data, penyusunan diagnosa, melakukan perencanaan,
tindakan, dan evaluasi.
Menurut Azwar (1996), mutu pelayanan adalah tingkat kesempurnaan
pelayanan yang dapat memberikan kepuasan pasien sesuai tingkat kepuasan
rata-rata serta penyelenggaraan sesuai dengan standar dan kode etik profesi
yang ditetapkan. Menurut Pasuraman (1985), pengukuran mutu dapat
dilakukan dengan membandingkan persepsi antara pelayanan yang diharapkan
(Experted Services) dengan pelayanan yang diterima dan dirasakan (Perceived
Services). Mutu pelayanan menurut American Society Quality Control
merupakan gambaran total gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa
pelayanan yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan
kebutuhan dan kepuasan (Wijono, 2000 : 4)
Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang
diamati (Winston Dictionary, 1956 dalam Azwar 1996: 48). Mutu adalah sifat
yang dimiliki oleh suatu program (Donabedian, 1980 dalam Azwar, 1996: 48).
Lima dimensi yang menentukan mutu pelayanan yang dikaitkan dengan
kepuasan pasien adalah Pasuraman (1985) :
a) Tangibles (bukti nyata), meliputi fasilitas fisik, peralatan yang digunakan
dan penampilan karyawan.
b) Reliability (kehandalan) yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjikan dengan segera dan memuaskan.
124
c) Responsiviness (daya tanggap), yaitu kesediaan petugas dalam
memberikan pelayanan dengan tanggap.
d) Assurance (jaminan) mencakup kemampuan, kesopanan, sifat yang
dipercaya dari petugas, bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan.
e) Emphaty (Empati), yaitu penyediaan perhatian dan kepedulian orang per
orang kepada pelanggan.
Aspek mutu pelayanan didalam rumah sakit dapat dilihat dari segi aspek
yang berpengaruh. Aspek berarti termasuk hal-hal yang secara langsung atau
tidak berpengaruh terhadap penilaian. Keempat aspek itu adalah seperti
berikut:
a) Sumber Daya Dimensi Mutu Pelayanan
Dimensi mutu pelayanan untuk mengukur sejauhmana suatu pelayanan
telah mencapai standar program dan standar pelayanan kesehatan.
b) Kompetisi Teknis
Kompetisi teknis terkait dengan ketrampilan, kemampuan dan penampilan
petugas, manajer, dan staff pendukung. Kompetensi teknis berhubungan
dengan bagaimana cara petugas mengikuti standar pelayanan yang telah
ditetapkan dalam hal dapat dipertanggungjwabkan atau dihandalkan
(dependability), ketepatan (accurancy), ketahanan uji (reliability), dan
konsistensi (concitency).
c) Akses terhadap pelayanan
Hal ini berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan
geografis, sosial, ekonomi, budaya, organisasi, atau hambatan bahasa.
125
Akses geografis dapat diukur dengan jelas transportasi, jarak, waktu
perjalanan, dan hambatan fisik lain yang dapat menghalangi seseorang
untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Akses ekonomi berkaitan dengan
sejauh mana pelayanan diatur untuk kenyamanan pasien, jam kerja klinik,
dan waktu tunggu.
d) Efektivitas
Kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektivitas yang menyangkut
norma pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai dengan standar yang
ada.
e) Hubungan antara manusia
Hubungan antara manusia berkaitan dengan interaksi antara petugas
kesehatan dengan pasien, manajer, petugas, dan antara tim kesehatan
dengan masyarakat. Hubungan antara manusia yang baik akan
menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara menghargai,
menjaga rahasia, menghormati, responsive, memberi perhatian.
f) Efisiensi
Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal daripada
memaksimalkan pelayanan kepada pasien dan masyarakat. Petugas akan
memberikan pelayanan yang terbaik dengan yang dimiliki.
g) Kelangsungan pelayanan
Kelangsungan pelayanan berarti klien akan menerima pelayanan yang
lengkap yang dibutuhkan (termasuk rujukan) tanpa interupsi.
h) Keamanan
126
i) Kenyamanan
Kenyamanan mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedianya kembali ke
fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya.
Tabel 31Evaluasi Mutu Pelayanan Asuhan Keperawatan Di Ruang Neonatologi
RSUD Pandan Arang Boyolali tanggal 7 – 9 September 2015 (n = 5)
No Kriteria Ya % Tidak %1 Apakah perawat selalu memperkenalkan
diri?3 60 2 40
2 Apakah perawat melarang anda/pengunjung merokok diruangan?
4 80 1 20
3 Apakah perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu makan pasien?
2 40 3 60
4 Apakah perawat pernah menanyakan pantangan makanan anda/keluarga anda?
2 40 3 60
5 Apakah perawat memperhatikan berapa jumlah diet yang dimakan oleh pasien?
3 60 2 40
6 Bila pasien tidak mampu makan sendiri, apakah perawat membantu menyuapi?
4 80 1 20
7 Pada saat pasien dipasang infus, apakah perawat selalu memeriksa cairan atau tetesan dan area sekitar pemasangan infuse?
3 60 2 40
8 Bila pasien mengalami kesulitan buang air besar, apakah perawat menganjurkan makan buah, sayur, minum yang cukup dan banyak bergerak?
3 60 2 40
9 Pada saat perawat membantu pasien BAK/BAB, apakah perawat memasang sampiran/selimut, menutup pintu/jendela, mempersilakan pengunjng keluar ruangan?
2 40 3 60
10 Apakah ruangan tidur pasien selalu dijaga kebersihannya?
4 80 1 20
11 Apakah lantai kamar mandi/WC selalu bersih, tidak licin, tidak berbau, cukup terang?
4 80 1 20
12 Selama pasien belum mampu mandi, apakah dimandikan oleh perawat?
2 40 3 60
13 Apakah pasien dibantu oleh perawat, bila 3 60 2 40
127
tidak mampu menggosok gigi, membersihkan mulut atau mengganti pakaian atau menyisir rambut?
14 Apakah alat – alat tenun seperti selimut, sprei dll diganti setiap kotor?
5 100 0 0
15 Apakah perawat pernah memberikan penjelasan akibat dari: kurang bergerak, berbaring terlalu lama?
0 0 5 100
16 Pada saat pasien masuk ruangan, apakah perawat menjelaskan tentang fasilitas yang tersedia dan cara penggunaannya, peraturan/tata tertib yang berlaku di RS?
5 100 0 0
17 Selama pasien dalam perawatan, apakah perawat memanggil nama pasien dengan benar?
4 80 1 20
18 Selama pasien dalam perawatan, apakah perawat mengawasi keadaan pasien secara teratur pada pagi, sore maupun malam hari?
5 100 0 0
19 Selama pasien dalam perawatan, apakah perawat segera memberi bantuan bila diperlukan?
5 100 0 0
20 Apakah perawat bersikap sopan dan ramah?
5 100 0 0
21 Apakah pasien/keluarga mengetahui perawat yang bertanggung jawab setiap kali pergantian dinas?
2 40 3 60
22 Apakah perawat selalu memberikan penjelasan sebelum melakukan tindakan perawatan/pengobatan?
5 100 0 0
23 Apakah perawat selalu bersedia mendengarkan dan memperhatikan setiap keluhan pasien?
3 60 2 40
24 Dalam hal memberikan obat, apakah perawat membantu menyiapkan/ meminumkan obat?
5 100 0 0
25 Selama pasien dirawat, apakah diberikan penjelasan tentang perawatan/ pengobatan/ pemeriksaan lanjutan setelah pasien diperbolehkan pulang?
5 100 0 0
Total 83 73,3 37 29,6Sumber : Angket kepuasaan pasien terhadap mutu pelayanan asuhan keperawatan di
Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali 7 - 9 September 2015
3) Analisa Data
128
Dari angket persepsi mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada 5 pasien
diperoleh nilai 73,3 % yang berarti masuk kategori cukup baik dengan nilai
ketidakpuasan sebesar 29,6 %. Beberapa poin yang memperoleh nilai ketidakpuasan
dapat diambil kesimpulan bahwa perawat memberikan pelayanan yang kurang optimal
pada hal-hal sebagai berikut:
1) Orientasi pasien baru tentang fasilitas yang tersedia dan cara penggunaannya,
peraturan/tata tertib yang berlaku di RS, hak dan kewajiban pasien, daftar tarif,
jadwal konsultasi, dll. Dari hasil wawancara dengan perawat, perawat
mengungkapkan bahwa pasien yang tidak diorientasikan karena saat itu perawat
mempunyai waktu yang terbatas karena terkendala pekerjaan yang masih banyak
serta tenaga perawat yang terbatas.
2) Perawat segera memberikan bantuan perawatan bila dibutuhkan. Dari hasil
wawancara dengan perawat, perawat mengungkapkan bahwa bila perawat tidak
segera datang membantu karena saat itu ada pasien lain yang lebih membutuhkan
bantuan dibandingkan pasien/ keluarga yang memanggil perawat saat itu atau
keadaan pasien lain ada yang sedang kritis sehingga perawat lebih memprioritaskan
pasien lain tersebut.
3) Perawat selalu menanyakan bagaimana nafsu makan pasien. Dari hasil wawancara
dengan perawat, perawat mengungkapkan bahwa perawat hanya menanyakan tentang
asupan nutrisi pada pasien dengan masalah pemenuhan nutrisi atau beresiko.
4) Perawat membantu menyuapi pasien yang tidak mampu makan sendiri, membantu
menggosok gigi/ membersihkan mulut/ ganti pakaian/ menyisir rambut. Dari hasil
wawancara dengan perawat, perawat mengungkapkan bahwa perawat melibatkan
keluarga untuk memenuhi kebutuhan ADL pasien karena perawat tidak bisa
membantu seluruh kebutuhan pasien karena terkendala ketenagaan. Perawat juga
mengungkapkan bahwa perawat melibatkan keluarga dengan pasien dengan
ketergantungan sedang sampai minimum.
129
b. Instrument C
1) Kajian Teori
Instrumen C yaitu evaluasi tentang pedoman observasi tindakan
keperawatan. Observasi yang dilakukan selama 3 hari yaitu tanggal 4 - 6
November 2013. Dalam melakukan tindakan keperawatan yang baik harus
sesuai dan mengacu pada protap-protap atau standar yang telah ditetapkan
dengan hasil tindakan mencapai 100%. Sebagai dasar penilaian tindakan
keperawatan yang mengacu pada instrument evaluasi penerapan standar asuhan
keperawatan di rumah sakit yang telah ditetapkan oleh Masterlist Instruksi
Kerja yang mengacu pada pedoman dari Departemen Kesehatan.
2) Kajian Data
Observasi dari tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat selama
3 hari yang dinilai berdasarkan Depkes didapatkan hasil sebagai berikut
130
Tabel 2.44Kepatuhan terhadap SOP keperawatan (berdasarkan standar Depkes)
No Prasat N nilai % Keterangan
1
2
Mengukur suhu axila
Memandikan Bayi
3 60%
5 100%
1. Sebagian perawat ada yang tidak mengukur suhu
1. Perawat sudah memandikan bayi dengan baik
3 Menyonde ASI 3 60% 1. Sebagian perawat sudah menyonde ASI
4 Memberikan Injeksi
2 40% 1. Sebagian perawat sudah memberikan injeksi sesuai dosis dan nama pasien
5 Memberikan Obat Oral
2 40% 1. Sebagian perawat sudah memberikan obat oral
6 Memberikan Oksigen
2 40% 1. Sebagian perawat sudah memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien
Rata – rata ( %) 56,66 %
3) Analisa Data
Berdasarkan kajian data diatas yang dinilai dari observasi selama 3 hari berturut-
turut pada tanggal 7 - 9 September 2015 dalam tindakan keperawatan yang dilakukan
di ruang Neonatologi berdasarkan standar Depkes sebesar 56,66% dengan kategori
cukup baik. Untuk poin mengukur suhu di axila didapatkan prosentase sebesar 60%,
hal ini karena banyak perawat yang tidak melakukan pengukuran suhu. Pada poin
memberikan injeksi didapatkan prosentase sebesar 40%, ada perawat yang tidak
131
memberikan injeksi. Pemberian obat per oral didapatkan prosentase sebesar 40%, pada
saat pemberian obat ada perawat yang tidak memberikan obat oral .
Tabel 2.44Hasil Evaluasi Total Instrumen ABC
RSUD Pandan Arang Boyolali (Berdasarkan standar Depkes)7-9 September 2015
Ruang Instrumen
A B C Rata-rata
Ruang perawatan Neonatologi
66,87% 73,3 % 56,6% 65,59%
Sumber: Rekapitulasi Instrumen ABC di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang
Boyolali
3. Hasil Evaluasi Manajemen Bimbingan
a. Kajian teori
Praktek klinik keperawatan (PKK) merupakan proses transformasi dari
mahasiswa yang akan menjadi seorang perawat professional. Pada fase ini
mahasiswa mendapat kesempatan beradaptasi pada perannya sebagai perawat
profesional dalam masyarakat keperawatan dan lingkungan pelayanan atau asuhan
keperawatan.
Metode mendidik mahasiswa keperawatan diharapkan memungkinkan
pendidik memilih dan menetapkan cara mendidik yang sesuai dengan objektif
(tujuan), dan karakteristik individual peserta didik berdasarkan kerangka konsep
pembelajaran.
Jenis metode pengajaran klinik antara lain eksperensial, konferensi, bed side
teaching, observasi dan ronde keperawatan, dan proses insiden. Dengan metode
tersebut memungkinkan identifikasi masalah, penentuan tindakan yang akan
132
diambil, implementasi pengetahuan ke dalam masalah klinik, dan diskusi untuk
menggali proses berpikir dalam menanggapi situasi.
Tugas pembimbing praktek klinik keperawatan meliputi:
1) Mengorientasikan mahasiswa di unit menyangkut : karakteristik unitan, klien,
protap, alat dll.
2) Memonitor pelaksanaan praktek mahasiswa yang meliputi kemampuan,
ketaatan mematuhi kebijakan RS dan institusi pendidikan, serta memberikan
terguran jika terjadi pelanggaran.
3) Menciptakan lingkungan yang nyaman bagi peserta didik.
4) Menyerahkan dan membimbing siswa atau mahasiswa dalam rangka
pencapaian kompetensi yang diharapkan.
5) Memotivasi dan minat dan semangat belajar untuk peningkatan kemampuan
siswa atau mahasiswa.
6) Berusaha mengatasi masalah yang ditemukan dan mengadakan hubungan serta
pelaporan kepada pihak yang terkait.
7) Mengevaluasi bimbingan praktek yang meliputi pengetahuan, sikap dan
ketrampilan.
8) Menyampaikan masalah yang berhubungan dengan praktek siswa atau
mahasiswa dengan kesatuan kerja yang terkait.
9) Mengikuti rapat yang diikuti satuan kerja yang terkait yang ada di rumah sakit
dan institusi pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan
praktek.
133
10) Memeriksa, mengoreksi dan memberikan umpan balik asuhan keperawatan
yang telah dibuat pada evaluasi keterampilan.
11) Membimbing mahasiswa dengan melaksanakan tindakan keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan klien.
b. Kajian Data
Ruang Neonatologi dijadikan sebagai lahan praktek Program Profesi Ners.
Mahasiswa yang memanfaatkan Ruang Neonatologi sebagai lahan praktek adalah
mahasiswa Profesi Ners Stikes Kusuma Husada dan D3 Kebidanan Akbid
Mamba’ul Ulum. Kajian di peroleh dari praktikan dengan menggunakan angket.
Tabel 2.45Hasil Evaluasi Bimbingan Praktek Klinik Keperawatan
(Format Pembimbing Klinik) Di Ruang Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali (n=7)
7 – 9 September 2015
No PertanyaanS K TP
N % N % N %
1 Kepala Ruang menerima dan mengarahkan peserta didik
7 100 0 0 0 0
2 Pembimbing klinik mengorientasikan peserta didik
7 100 0 0 0 0
3 Pembimbing klinik membagi pasien kelolaan peserta didik
0 0 7 100 0 0
4 Pembimbing klinik mengikutkan peserta didik dalam kegiatan pelayanan keperawatan
0 0 7 100 0 0
5 Pembimbing klinik / perawat memfasilitasi kelengkapan dan bahan yang akan digunakan peserta didik dalam memberikan asuhan keperawatan
0 0 7 100 0 0
6 Peserta didik mengkomunikasikan kepada pembimbing klinik sesuai kompetensi yang akan dicapai
7 100 0 0 0 0
7 Pembimbing klinik membimbing peserta didik dengan metode pre-post conferance
0 0 7 100 0 0
134
8 Pembimbing Klinik membimbing peserta didik dengan metode ronde keperawatan
0 0 7 100 0 0
9 Pembimbing Klinik membimbing peserta didik dengan metode bed side teaching
0 0 7 100 0 0
10 Pembimbing klinik memantau pelaksanaan praktek klinik peserta didik
7 100 0 0 0 0
11 Pembimbing klinik mengecek dokumentasi rekam medik pasien yang menjadi kelolaan peserta didik
0 0 7 100 0 0
12 Pembimbing klinik mengarahkan dan membimbing peserta didik dalam rangka pencapaian target kompetensi yang diharapkan
7 100 0 0 0 0
13 Memotivasi minat dan semangat belajar untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
7 100 0 0 0 0
14 Pembimbing klinik/perawat memantau kedisiplinan peserta didik
7 100 0 0 0 0
15 Pembimbing klinik mengesahkan pencapaian kompetensi
7 100 0 0 0 0
Jumlah 56 100 49 100 10 0
Rata-rata 3,73
3,26 1.00
b. Analisa Data
Berdasarkan dari angket yang diberikan dari mahasiswa praktek di ruang
Neonatologi didapatkan hasil diantaranya yaitu terdapat satu pembimbing klinik
yang salah satunya saat ini menjabat sebagai kepala ruang. Dari hasil observasi
kepada 7 praktikan di dapatkan hasil angka 56 %.
135
5. Kepuasan kerja karyawan
a. Kajian teori
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja
atau hasil yang ia rasakan dibanding dengan harapan (Sutono, 2001). Kepuasan
dipengaruhi oleh sumber daya pendidikan, pengetahuan, sikap, gaya hidup,
demografi, budaya, sosial ekonomi, keluarga, dan situasi yang dihadadapi.
Kepuasan kerja (job satisfication) adalah keadaan emosional yang menyenangkan
atau tidak menyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaan mereka.
Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya dan
nampak dari sikap positif karyawan terhadap pekerjaannya serta segala sesuatu
yang dihadapi di lingkungan kerjanya (Handoko, 1993).
Peningkatan suasana kerja yang kondusif serta permberi dukungan dari perawat
yang mempunyai posisi lebih tinggi, peningkatan hubungan interpersonal dapat
meningkatkan kepuasan kerja dan meningkatkan Turn Over perawat sehingga
diperlukan rentang dukungan yang kontinyu bagi perawat sejak bekerja di unit
rawat atau tatanan pelayan kesehatan yang lain.
Kepuasan atau ketidakpuasan seseorang dengan pekerjaan merupakan keadaan
yang sifatnya subjektif, yang merupakan hasil kesimpulan yang didasarkan pada
suatu perbandingan mengenai apa yang secara nyata diterima oleh pegawai dari
pekerjaannya dibandingkan dengan apa yang diharapkan, diinginkan, dan
dipikirkannya sebagai hal yang pantas, atau berhak baginya. Sementara setiap
pegawai secara subjektif menentukan bagaimana pekerjaan itu memuaskan (Gomes,
1995).
136
Menurut Deny cit Fatiah, 1995, kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat
individu. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai
dengan situasi nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Semakin banyak aspek-aspek
dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu, maka semakin tinggi
tingkat kepuasan yang dirasakan demikian pula sebaliknya. Kepuasan kerja
dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan kerja, karakteristik pekerjaan, dan
karakteristik pekerja. Semakin tua usia karyawan, maka lebih cenderung merasa
puas karena semakin tinggi jenjang pekerjaan karyawan.
Kepuasan merupakan suatu konsep yang multifacet (banyak dimensi). Suatu
kesimpulan menyeluruh tentang kepuasan hanya akan menyembunyikan
pertimbangan subjektif dari pegawai mengenai kepuasannya sehubungan dengan
gaji, keselamatan kerja, supervisi, relasi-relasi antarperorangan dalam kerja, peluag-
peluang di masa yang akan datang, dan pekerjaan itu sendiri (Gomes, 1995).
Kepuasan kerja mempunyai konsekuensi langsung maupun tidak langsung
terhadap efektivitas kerja organisasi. Kepuasan kerja karyawan yang rendah
menjadi penyebab menurunnya kondisi kerja, kinerja dan kualitas produksi dalam
berorganisasi.(Gomes, 1995).
Menurut Strauss dan Sayles, kepuasan kerja penting untuk aktualisasi diri.
Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai
kematangan psikologis, dan pada gilirannya akan menjadi frustasi. Karyawan
seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat kerja rendah, cepat lelah
dan bosan, emosinya tidak stabil, sering absent, dan melakukan kesibukan yang
tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Sedangkan
137
karyawan yang mempunyai kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran
dan perputaran yang lebih baik, kurang aktif dalam kegiatan serikat karyawan, dan
(kadang-kadang) berprestasi kerja lebih baik daripada karyawan yang tidak
memperoleh kepuasan kerja (Handoko, 2001).
Gomes (1995) menyatakan kepuasan kerja dari pegawai itu sendiri mungkin
mempengaruhi kehadirannya pada kerja, dan keinginan untuk ganti pekerjaan juga
bisa mempengaruhi kesediaan untuk bekerja. Kesediaan atau motivasi seorang
pegawai untuk bekerja biasanya ditunjukkan oleh aktivitas yang terus menerus dan
yang berorientasikan tujuan.
Faktor-faktor yang terlibat dalam kepuasan kerja adalah kemajuan, pegakuan,
tanggungjawab, perkembangan karir, dan pekerjaan itu sendiri. Hal ini
dikemukakan oleh Herzberg seperti dikutip oleh Frazer (1992). Faktor-faktor yang
disebut pemuas (Satisfier factors) tersebut jika dapat dioptimalkan akan membantu
perbaikan prestasi, menurunkan, mutasi, menunjang sikap toleran dan kesehatan
mental. Sedangkan factor lainya adalah penunjang kepuasan (hygiene factors)
antara lain kondisi kerja, upah/gaji, dan hubungan antarpribadi. Jika factor ini tidak
atau kurang memadai akan menyebabkan ketidakpuasan diantara para karyawan.
Sehingga menurut Hezberg cit Fatiah (1967), peningkatan kualitas kerja akan
memperbaiki kualitas pekerjaan. Desain struktur dari organisasi formal, kebijakan,
dan praktek-praktek sumber daya manusia dalam organisasi, tingkatan stres di
tempat kerja, kultur nasional dan kultur internal dalam organisasi, semuanya akan
berdampak pada kepuasan kerja. (Mukhlas cit Fatiah, 2002).
138
Wesley dan Yulk (1997) juga mengatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja dari kondisi sebenarnya adalah :
1) Kompensasi
Sikap pekerja terhadap pembayaran yang diterimanya setelah dia
membandingkan dengan rekan lain baik didalam maupun diluar organisasi
tempat kerja.
2) Supervisi
Tanggapan bawahan terhadap perilaku atasan diwaktu memberikan bimbingan.
3) Pekerjaan itu sendiri
Signifikasi pekerjaan, umpan balik dari pekerjaan itu sendiri (informasi
langsung dan jelas diperoleh dari pekerja atas efektifitas dan hasil kerjanya).
4) Rekan kerja
Perilaku rekan kerja terhadap individu pekerja lain.
5) Keamanan kerja
Kepuasan pekerja dalam menduduki pekerjaanya selama kerja, termasuk
imbalan gaji, pinjaman, hari libur, fasilitas kesehatan, pensiunan dihari
depannya.
6) Kesempatan pengembangan diri
Kesempatan untuk maju atau berprestasi dalam jenjang karir.
Menurut Djojodibroto (1997) untuk memperoleh pelayanan asuhan
keperawatan yang baik diperlukan staf yang mempunyai dedikasi tinggi dan
komitmen terhadap tugas-tugas yang diberikan. Disamping komitmen yang ada
pada staf, diperlukan juga kepuasan kerja yang akan mendorong staf melaksanakan
139
komitmennya itu secara baik. Kepuasan kerja karyawanan dapat mempengaruhi
hasil mutu asuhan keperawatan yang diberikan.
Pekerjaan yang baik tentu harus mendapat imbalan yang baik pula. Sistem
penggajian pegawai RS haruslah :
1) Memenuhi ketentuan upah minimum
2) Sesuai dengan kemampuan anggaran RS
3) Adil, merupakan pengakuan bahwa ada hubungan antara imbalan jasa dengan
pekerjaan yang dilakukan dan juga dengan prestasi kerja untuk itu harus ada
gaji dasar.
4) Mampu mempertahankan tenaga yang baik
5) Mampu menarik tenaga yang baik dari luar
6) Sumber daya manusia/tenaga kerja adalah unsur terpenting dalam institusi RS.
Mutu pengelolaan dan pelayanan RS dapat dipastikan akan rendah apabila
mutu tenaga kerja rendah. Cara meningkatkan mutu tenaga dapat ditempuh
dengan cara :
a) Penempatan tenaga yang sesuai
b) Pemberian penghargaan yang wajar berdasarkan prestasi kerja
c) Hubungan kerja yang manusiawi
d) Adanya usaha untuk peningkatan mutu SDM
e) Kejelasan siapa atasan fungsional dan siapa atasan struktural.
Upah atau gaji yang besar tidak selalu bisa menamin kepuasan kerja karyawan.
Mc. Closey (1974), menemukan bahwa intrinsic rewards, seperti achievement
140
memiliki hubungan yang lebih kuat dengan kepuasan kerja daripada factor
ekstrinsik seperti gaji.
Smith, Kendall & Hullin (cit Price, 1972) dalam penelitianya tentang kepuasan
kerja menggunakan 5 dimensi kepuasan terhadap pekerjaan, yaitu dari aspek
pekerjaan itu sendiri, pengawasan, penggajian, kesempatan promosi, dan aspek
rekan kerja, sebagai faktor-faktor penentu kepuasan kerja.
b. Kajian Data
Checklist dibagikan kepada 10 orang perawat dari 14 perawat yang aktif
bertugas jaga di Ruang Neonatologi
Tabel 2.45Evaluasi Data Kepuasan Kerja Karyawan RSUD Pandan Arang Boyolali (n=10)
No Pertanyaan STP TP CP P SPN % N % N % N % N %
1 Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pekerjaan yang saudara lakukan
0 0 0 0 3 30 7 70 0 0
2 System penggajian yang dilakukan institusi tempat saudara bekerja
0 0 0 0 3 30 7 70 0 0
3 Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pendidikan saudara
0 0 0 0 6 60 4 40 0 0
4 Pemberian insentif tambahan
0 0 0 0 8 80 2 20 0 0
5 Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang mendukung pekerjaan
0 0 0 0 7 70 3 30 0 0
6 Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar mandi, tempat parkir, dll
0 0 0 0 10 100 0 0 0 0
141
7 Kondisi ruangan kerja terutama yang berkaitan dengan ventilasi udara, kebersihan dan kebisingan
0 0 6 60 4 40 0 0 0 0
8 Adanya jaminan atas kesehatan/keselamatan
0 0 0 0 8 80 2 20 0 0
9 Perhatian institusi rumah sakit terhadap saudara
0 0 0 0 10 100 0 0 0 0
10 Hubungan antar karyawan dalam kelompok kerja
0 0 0 0 6 60 4 40 0 0
11 Kemampuan dalam bekerjasama antar karyawan
0 0 0 0 6 60 4 40 0 0
12 Sikap teman-teman sekerja terhadap saudara
0 0 0 0 7 70 3 30 0 0
13 Kesesuaian antara pekerjaan dan latar belakang pendidikan saudara
0 0 0 0 5 50 5 50 0 0
14 Kesesuaian antara waktu bekerja dengan penugasan yang diberikan
0 0 0 0 7 70 3 30 0 0
15 Kemampuan supervisi / pengawas dalam menjalankan tugasnya
0 0 0 0 7 70 3 30 0 0
16 Perlakuan atasan selama saya bekerja disini
0 0 0 0 5 50 5 50 0 0
17 Kebebasan melakukan suatu metode sendiri dalam meneyelesaikan pekerjaan
0 0 0 0 6 60 4 40 0 0
18 Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja melalui pelatihan dan pendidikan tambahan
0 0 0 0 7 70 3 30 0 0
19 Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih penting
0 0 0 0 8 80 2 20 0 0
20 Kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan mendapatkan kenaikan pangkat
0 0 0 0 8 80 2 20 0 0
Jumlah 0 500 6 60 108 1310 61 630 0 0Rata-rata 0 3 65,5 18 0
Sumber : Data primer perawat Neonatologi RSUD Pandan Arang Boyolali
142
Keterangan :
STP : Sangat Tidak Puas
TP : Tidak Puas
CP : Cukup Puas
P : Puas
SP : Sangat Puas
c. Analisa data
Berdasarkan kajian data yang didapatkan dari pembagian kuesioner pada 10 orang
perawat di ruang Neonatologi didapatkan gambaran bahwa sebagian perawat di
menyatakan cukup puas sebesar 100% dalam hal tersedianya fasilitas penunjang
seperti kamar mandi, parkir, dll , sedangkan yang menyatakan tidak puas sebesar
60% dalam hal kondisi ruangan kerja.
143