Penggunaan Sampling Stratifikasi Dalam Audit Oleh Auditor APIP

21
Penggunaan Sampling Stratifikasi Dalam Audit Oleh Auditor APIP Oleh: Muhammad Fuat*) Abstrak Sampling stratifikasi merupakan teknik sampling yang memisahkan populasi ke dalam dua atau lebih tingkatan dan kemudian mengambil sampel dari masing-masing tingkatan. Auditor APIP dapat menggunakan prinsip-prinsip stratifikasi tersebut dalam auditnya. Caranya auditor APIP menyisihkan unit dalam populasi yang paling besar atau paling mahal atau paling signifikan/material untuk diperiksa lengkap dan kemudian memilih sampel dari sisanya. Untuk menentukan apakah digunakan sampling stratifikasi, dalam setiap populasi auditor harus mengenali variasi yang besar dalam ukuran jumlah atau karakteristik unit yang membentuk populasi. Jika auditor APIP melihat adanya variasi yang besar, makar harus mempertimbangkan sampling stratifikasi. Sampling stratifikasi lebih sederhana dan mudah digunakan, serta dapat membantu auditor APIP dalam dua hal penting yaitu mengendalikan distorsi dan memungkinkan ukuran sampel yang lebih kecil, serta terhindar dari risiko deteksi. Bila populasi telah distratifikasi, unit sampel bisa dipilih melalui sampling nomor acak atau sampling interval, tergantung keadaan. I. PENDAHULUAN Sampling adalah proses menerapkan prosedur-prosedur audit pada sampel yang merupakan bagian dari keseluruhan populasi guna mengambil kesimpulan mengenai total populasi. Teori sampling mengasumsikan bahwa kualitas yang dimiliki sampel representatatif bisa diperhitungkan kedalam populasi. Sampling pada hakekatnya adalah proses mempelajari 1

Transcript of Penggunaan Sampling Stratifikasi Dalam Audit Oleh Auditor APIP

Page 1: Penggunaan Sampling Stratifikasi Dalam Audit Oleh Auditor APIP

Penggunaan Sampling Stratifikasi Dalam Audit Oleh Auditor APIP

Oleh: Muhammad Fuat*)

Abstrak

Sampling stratifikasi merupakan teknik sampling yang memisahkan populasi ke dalam dua atau lebih tingkatan dan kemudian mengambil sampel dari masing-masing tingkatan. Auditor APIP dapat menggunakan prinsip-prinsip stratifikasi tersebut dalam auditnya. Caranya auditor APIP menyisihkan unit dalam populasi yang paling besar atau paling mahal atau paling signifikan/material untuk diperiksa lengkap dan kemudian memilih sampel dari sisanya. Untuk menentukan apakah digunakan sampling stratifikasi, dalam setiap populasi auditor harus mengenali variasi yang besar dalam ukuran jumlah atau karakteristik unit yang membentuk populasi. Jika auditor APIP melihat adanya variasi yang besar, makar harus mempertimbangkan sampling stratifikasi.Sampling stratifikasi lebih sederhana dan mudah digunakan, serta dapat membantu auditor APIP dalam dua hal penting yaitu mengendalikan distorsi dan memungkinkan ukuran sampel yang lebih kecil, serta terhindar dari risiko deteksi. Bila populasi telah distratifikasi, unit sampel bisa dipilih melalui sampling nomor acak atau sampling interval, tergantung keadaan.

I. PENDAHULUAN

Sampling adalah proses menerapkan prosedur-prosedur audit pada

sampel yang merupakan bagian dari keseluruhan populasi guna mengambil

kesimpulan mengenai total populasi. Teori sampling mengasumsikan bahwa

kualitas yang dimiliki sampel representatatif bisa diperhitungkan kedalam

populasi. Sampling pada hakekatnya adalah proses mempelajari keseluruhan

dengan menelaah hanya sedikit (kurang dari 100%). Pada saat yang sama

dengan sampling auditor harus menerima resiko bahwa sampel yang dipilih

tidak benar-benar mencerminkan populasi yaitu bahwa karakteristik yang

diproyeksikan/diestimasikan dari sampel tidak sama dengan yang akan

ditemukan jika keseluruhan populasi atau sampel dalam jumlah lebih besar

dilakukan audit.

Sampling bukanlah akhir tujuan itu sendiri, justru hanya merupakan

sarana untuk mencapai tujuan. Sampel dan hasil sampel hanyalah data mentah

1

Page 2: Penggunaan Sampling Stratifikasi Dalam Audit Oleh Auditor APIP

yaitu data yang harus diberikan bobot dan dipelajai. Data tersebut harus

dianalisis materialitasnya, alasan, penyebab dan dampak actual atau potensial.

Jadi sampel yang diambil merupakan langkah pertama untuk memberikan opini

audit.

Dengan meningkatnya penggunaan teknologi informasi, auditor APIP (Aparat

Pengawasan Internal Pemerintah) harus menetukan apakah sampling

merupakan cara yang paling efisien dan efektif untuk mendapatkan bukti dan

kesimpulan. Dengan pendekatan bank data dan pencarian informasi, mungkin

lebih efisien melakukan pengujian berbantuan komputer pada keseluruhan

populasi.

Permasalahan yang dihadapi auditor APIP dalam penggunaan teknik sampling

adalah:

1. pendekatan sampling apa yang akan digunakan

2. berapa banyak unit sampel yang akan dipilih

3. bagaimana auditor memilih unit sampel tersebut

4. bagaimana mengevaluasi hasil-hasilnya terkait dengan tujuan

Dalam pemilihan sampel auditor dapat memilih dua jalur yaitu pertama

mengarah ke sampel terarah (directed sample) dan yang kedua merupakan

sampel acak (random sample). Sampel terarah atau sampel bertujuan

digunakan bila auditor mencurigai adanya kesalahan serius atau manipulasi dan

ingin mendapatkan bukti untuk mendukung kecurigaan mereka atau

menemukan sebanyak mungkin hal yang mencurigakan. Proses ini tidak ada

kaitannya dengan sampling statistik, jadi murni merupakan pekerjaan

mendeteksi. Makin baik naluri detektif auditor, makin berguna sampel yang

diambilnya. Tetapi auditor tidak bisa mengambil kesimpulan tentang populasi

dari sampel terarah. Kesimpulan seperti ini jelas tidak bisa memberikan jaminan

karena sampel tidak mencerminkan populasi.

Sampel acak berusaha mencerminkan populasi tempat diambilnya

sampel sedekat mungkin, sehingga apabila seorang auditor mengambil sampel

secara acak berarti auditor mencoba mengambil gambar berupa miniatur dari

catatan atau data dalam jumlah besar yang membentuk populasi tempat sampel

2

Page 3: Penggunaan Sampling Stratifikasi Dalam Audit Oleh Auditor APIP

dipilih. Makin besar sampel yang dipilih, makin dekat sampel tersebut

mencerminkan populasi (mewakili atau representatif)

Sampling statistik memungkinkan auditor APIP mengukur resiko

pengambilan sampel yaitu risiko bahwa suatu sampel tidak mencerminkan

populasi. Untuk mengukur risiko tersebut secara statistik maka pemilihan sampel

haruslah acak. Pemilihan acak berarti bahwa setiap unit dalam populasi memiliki

peluang yang sama untuk dipilih.

Sampling nonstatistik tidak memungkinkan auditor untuk mengukur risiko

pengambilan sampel secara objektif, karena setiap unit populasi tidak memiliki

peluang yang sama untuk terpilih. Namun, sampling nonstatistik bisa bernilai

untuk rancangan sampling terarah (bertujuan) atau bentuk lain dari sampling

menggunakan pertimbangan.

Tentu saja dimungkinkan bagi auditor untuk memilih sampel secara acak tanpa

berupaya mengambil inferensi statistik tentang keseluruhan populasi. Tetapi

dengan menggunakan pemilihan acak auditor bisa menghindari bias dan juga

lebih yakin karena sampel yang dipilih cenderung mencerminkan nilai populasi.

Ada beberapa aturan pengambilan sampel yang representatif. Berikut ini tiga

prinsip dasar pemilihan yang berlaku dalam setiap prosedur sampling:

1. Kenali populasi secara jelas , karena kesimpulan audit bisa didasarkan

semata-mata dari sampel yang diambil dari populasi tersebut.

2. Definisikan unit sampling sesuai tujuan audit.

3. Biarkan setiap unit sampel dalam populasi memiliki peluang yang sama (atau

peluang tertentu) untuk terpilih.

Jika tiga prinsip di atas dilanggar, maka pengujian tersebut dipertanyakan

dasar-dasar teknisnya, dan kesimpulan dibuat tanpa dukungan yang objektif.

Jika populasi atau unit sampelnya tidak didefinisikan dengan baik sesuai tujuan

audit maka akan menghasilkan sampling dan audit yang salah.

Jika populasi dan unit sampel didefinisikan dengan baik, maka keseluruhan arah

dan pendekatan audit akan meningkat. Teknik yang baik adalah memetakan

3

Page 4: Penggunaan Sampling Stratifikasi Dalam Audit Oleh Auditor APIP

populasi sebelum mengambil sampel untuk mengidentifikasi subpopulasi atau

strata.

Gambar 1: Gambaran Umum Sampling

II. PEMBAHASAN

1. Sampling Stratifikasi (Stratified Sampling)

Dalam setiap populasi auditor APIP harus mengenali variasi yang besar

dalam ukuran jumlah atau karakteristik unit yang membentuk populasi. Jika

auditor APIP melihat adanya variasi yang besar, auditor harus

mempertimbangkan stratifikasi. Sampling stratifikasi (stratified sampling)

menyusun populasi sehingga memberikan efisiensi sampling yang lebih besar.

Jika digunakan dengan tepat, sampling stratifikasi akan menghasilkan varians

yang lebih kecil dalam sampel tersebut dibandingkan sampling acak sederhana.

Pengertian sampling stratifikasi adalah (Arens:2008) auditor memisahkan

populasi ke dalam dua atau lebih tingkatan sebelum auditor melakukan audit

sampling. Auditor sering menggunakan prinsip-prinsip stratifikasi dan biasanya,

auditor menyisihkan unit dalam populasi yang paling besar atau paling mahal

atau paling signifikan/material untuk diperiksa lengkap dan kemudian memilih

sampel dari sisanya.

4

SAMPEL

ESTIMASI

SAMPLING

KONDISI

SAMPEL

POPULASI

Page 5: Penggunaan Sampling Stratifikasi Dalam Audit Oleh Auditor APIP

Gambar 2: Gambaran Sampling Stratifikasi

.

Kadang-kadang dimungkinkan untuk mengalokasikan populasi ke dalam banyak

tingkatan untuk mengurangi jumlah unit yang diperlukan untuk memperoleh

sampel yang representatif dalam populasi. Sebagaimana yang seharusnya

auditor APIP ketahui, variabilitas dalam populasi, bukan ukurannya, yang

menyebabkan kenaikan tajam dalam jumlah sampel yang dibutuhkan guna

memberikan gambaran lengkap tentang populasi.

Jika populasi terdiri atas unit-unit yang identik maka mengambil sampel satu saja

akan representatif. Misalnya, jika auditor APIP ingin mengestimasikan konsumsi

bahan bakar 1.000 mobil, dan setiap kendaraan benar-benar sama satu dengan

yang lain, auditor hanya perlu mempelajari konsumsi satu unit dan

mengalikannya dengan 1.000. Auditor APIP akan memiliki keyakinan yang cukup

bahwa proyeksi akan menjadi indikator yang andal atas kondisi sebenarnya.

Namun, jika armada kendaraan terdiri atas motor, truk pengangkut yang besar,

dan banyak jenis lainnya, auditor perlu memilih sampel dari setiap jenis; dengan

kata lain, auditor APIP harus menstratifikasikan populasi.

Dalam situasi dunia nyata, kualitas populasi biasanya sangat bervariasi.

Misalnya bukti pengeluaran kas dari suatu instansi pemerintah besarnya sangat

bervariasi. Makin berbeda kualitas atau karakter setiap unit dalam karakteristik

yang sedang dipelajari, makin banyak sampel yang harus auditor pilih untuk

5

Sub. Populasi

Sub PopulasiSub Populasi

= sampel

Sampel Sampel

Sub Populasi yang nilainya tidak material

Sub Populasi yang nilainya material

Sub Populasi yang nilainya sangat material

Page 6: Penggunaan Sampling Stratifikasi Dalam Audit Oleh Auditor APIP

mendapatkan representasi yang wajar atas populasi. Auditor APIP berupaya

mendapatkan gambaran utuh tentang populasi dari sampel auditor. Gambaran

tersebut cenderung terdistorsi oleh unit-unit yang tidak biasa atau variabilitas

yang besar. Biasanya satu-satunya cara untuk mendapatkan gambaran tersebut

adalah melalui stratifikasi.

Jadi, stratifikasi membantu auditor dalam dua hal penting yaitu mengendalikan

distorsi dan memungkinkan ukuran sampel yang lebih kecil.

Hanya saja cara menstratifikasi, berapa banyak strata yang harus dibentuk, dan

unit-unit apa yang akan dikelompokkan bersama-sama, memerlukan

pertimbangan auditor agar bisa dilakukan dengan memadai Setiap stratifikasi

yang wajar lebih baik daripada tidak sama sekali.

Bila populasi telah distratifikasi, unit sampel bisa dipilih melalui sampling nomor

acak atau sampling interval, tergantung keadaan.

2. Risiko Audit

Risiko audit (BPKP:2009) adalah kondisi ketidak pastian yang dihadapi oleh

auditor yang menyebabkan audit tidak mencapai sasaran. Risiko audit tidak

hanya ada pada general audit (audit untuk laporan keuangan perusahaan

komersial), tetapi juga pada jenis audit operasional yang sering dilakukan oleh

auditor APIP terhadap instansi pemerintah, karena pada dasarnya sasaran audit

adalah informasi yang disajikan manajemen. Yang berbeda adalah bentuk

informasi yang diaudit dan tujuan melakukan audit.

Jika dalam general audit, yang diuji adalah informasi keuangan yang

termuat dalam laporan manajemen terdiri dari pos-pos neraca dan laba rug i

dengan tujuan memberikan pendapat terhadap informasi keuangan tersebut,

pada audit operasional, yang diuji adalah informasi kuantitatif yang, disajikan

manajemen unit yang diaudit (Kementerian, Kanwil, Dinas, Proyek dan

sebagainya) berkaitan dengan kegiatan operasional suatu unit organisasi, baik

yang bersifat keuangan maupun non keuangan. Informasi keuangan yang

dimaksud meliputi pendapatan seperti; jumlah pendapatan negara yang

6

Page 7: Penggunaan Sampling Stratifikasi Dalam Audit Oleh Auditor APIP

dihasilkan (baik pajak dan non-pajak/retribusi), yang dipungut, dan yang

disetorkan ke kas negara, dan belanja seperti; belanja pegawai, belanja barang,

belanja pemeliharaan, biaya perjalanan dan sebagainya.

Sedangkan informasi yang, bersifat non keuangan, seperti jumlah

permohonan izin yang masuk dari masyarakat, jumlah yang dapat dilayani dan

yang ditolak, jumlah izin yang diterbitkan, jangka waktu pelayanan per pemohon,

dan sebagainya.

Adapun tujuan audit operasional adalah untuk menentukan apakah kegiatan

operasional yang diuji telah dilaksanakan secara ekonomis, efisien, efektif, dan

sesuai dengan ketentuan/peraturan perundang-undangan vang berlaku.

Derajat keekonomisan, efisiensi, efisiensi, efektivitas, dan ketaatan terhadap

ketentuan/peraturan perundang-undangan tersebut dapat diketahui apabila telah

dilakukan berbag ai telaahan/analisis, dengan menggunakan informasi kuantitatif

yang disajikan manajemen

Dalam audit operasional instansi pemerintah, yang dimaksud "risiko audit"

adalah risiko bahwa auditor, tanpa sadar, mempercayai informasi yang disajikan

manajemen, padahal informasi itu mengandung salah saji material, kemudian

berdasarkan informasi itu, dia melakukan penelaahan mengenai keekonomisan,

efisiensi, efektivitas, dan ketaatan auditannya. Akibatnya, laporan hasil audit,

temuan dan rekomendasinya yang berasal dari hasil telaahan atas informasi

tersebut, juga diyakini akan mengandung kesalahan.

Tujuan mempelajari risiko audit adalah untuk mengingatkan kepada para

auditor APIP ag ar selalu berhati-hati dalam pelaksanaan audit, karena mereka

selalu akan berhadapan dengan risiko yang harus ditanggungnya. Di samping itu,

pengetahuan mengenai risiko audit dapat membantu auditor APIP dalam

menyusun rencana penugasan dan prosedur audit.

Adapun jenis-jenis risiko audit (audit risk = AR) terdiri dari (BPKP:2008) yaitu

risiko melekat (inherent risk = IR), risiko pengendalian (control risk = CR), dan

risiko deteksi (detection risk = DR), dengan rumus sebagai berikut: AR = IR x

CR x DR

7

Page 8: Penggunaan Sampling Stratifikasi Dalam Audit Oleh Auditor APIP

Risiko melekat dan risiko pengendalian secara mutlak berada pada pihak

manajemen, sehing ga tidak dapat dikendalikan oleh auditor. Yang dapat

dikendalilan oleh auditor hanyalah risiko deteksi.Sesuai dengan rumus di atas,

risiko deteksi dapat diukur dengan rumus:

DR = AR / (IR x CR)

Auditor APIP berkepentingan terhadap risiko deteksi dalam rangka

mencapai audit yang efektif, yaitu yang berhasil mengungkapkan kesalahan

yang terkandung dalam laporan auditan. Hal itu dapat dicapai apabila risiko

deteksi dapat diperkecil sampai pada tingkat yang dapat diterima. Ini berarti

diperlukan hasil audit yang tinggi tingkat keakuratannya atau tidak mengandung

salah saji yang material. Untuk mencapainya diperlukan hal-hal sebagai berikut:

- audit harus dilakukan secara luas dan mendalam

- penugasan harus diberikan kepada tenaga yang sudah berpengalaman

- prosedur auditnya harus rinci

- supervisinya harus lebih ketat

Gambar 3: Gambaran Umum Risiko Audit

8

Detection Risk (DR)

Inherent

Risk (IR)

Control

Risk (CR)

Non Sampling

Risk (NSR)

Sampling

Risk (SR)

Uncontrollable

Risiko

Audit

(AR)

Controllable

Page 9: Penggunaan Sampling Stratifikasi Dalam Audit Oleh Auditor APIP

3. Penggunaan Sampling Stratifikasi oleh Auditor APIP

Ilustrasi penggunaan sampling stratifikasi oleh auditor APIP.

Auditor APIP dari Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian ”A” sedang

melakukan audit atas pengeluaran kas yang terdapat dalam Laporan Realisasi

Anggaran Satuan Kerja (Satker) ”B” Kementerian ”A” tahun anggaran 2010.

Jumlah belanja (pengeluaran kas) sebesar Rp.1.640.001.000,00 yang terdiri dari

belanja/pengeluaran kas mulai dari Januari 2010 sampai dengan Desember 2010

dengan jumlah bukti pengeluaran kas sebanyak 1104 bukti .. Auditor APIP

memilih metode sampling stratifikasi dalam pelaksanaan audit, dengan alasan

bahwa sampling tersebut dapat mengurangi risiko deteksi dan mudah

dilaksanakan.

Rumus-rumus sederhana yang digunakan auditor adalah sebagai berikut

(BPKP:2008):

- Unit sampelnya ditetapkan dengan rumus : n = (NB x FK) / TS

- Hasil samplingnya berupa proyeksi salah saji: PS = (NB /NS) x SS

Dimana: NB = Nilai Buku Populasi

SS = Salah Saji yang ditemukan dalam sampel

FK = Faktor Keandalan, ditetapkan dengan memperhatikan

risiko salah saji (risiko melekat dan risiko pengendalian)

dan keyakinan terhadap keandalan melalui tabel faktor

keandalan (FK)

- Simpulan auditnya didasarkan pada perbandingan TS dan PS,

- Toleransi Salah Saji (TS) adalah tingkat penyimpangan dalam populasi yang

dapat ditolerir oleh auditor. TS ditetapkan berdasarkan pertimbangan materialitas,

yaitu tingkat penyimpangan yang dianggap mengganggu keandalan data. Nilai

materialitas dipengaruhi oleh persepsi auditor terhadap arti penting data bagi

pemakainya (data users). Jika menurut auditor suatu populasi dianggap penting,

berarti kesalahan sedikit saja dianggap sangat berarti, sehingga perlu

9

Page 10: Penggunaan Sampling Stratifikasi Dalam Audit Oleh Auditor APIP

dipertimbangkan untuk menerapkan TS yang rendah. Jika sebaliknya, dapat

menerapkan TS yang tinggi.

- Proyeksi Salah Saji adalah merupakan penyimpangan yang terjadi dari hasil

pengujian sampling yang nilainya diestimasikan kedalam populasi, sehingga

dapat diestimasikan besarnya dalam populasi.

Tahapan dan proses pelaksanaan Sampling Stratifikasi dalam audit (6 tahap) adalah sebagai berikut (BPKP:2008):

1. Menyusun Rencana Audit

2. Menetapkan Jumlah /Unit Sampel

3. Memilih Sampel

4. Menguji Sampel

5. Mengestimasi Keadaan Populasi

6. Membuat Simpulan Hasil Audit

Pelaksanaan tahap-tahap sampling stratifikasi dalam audit:

1. Tahap menyusun rencana audit ditetapkan sebagai berikut:

1) Tujuan Audit adalah meneliti kewajaran pengeluaran kas.

2) Strata pengelompokan nilai anggota populasi dan kebijakan audit,

Auditor mengelompokkan populasi dalam tiga strata yaitu:

- Di atas Rp 4.000.000,00

- Antara Rp 1.000.000,00 sd Rp 4.000.000,00

- Di bawah Rp 1.000.000,00

3) Data di atas Rp 4.000.000,00 diperiksa seluruhnya, data lainnya diperiksa

secara sampling

4) Toleransi salah saji (TS) ditetapkan sebesar Rp 16.000.000,00

5) Faktor keandalan (FK) yang terdiri dari risiko salah saji = "rendah", dan

keyakinan terhadap keandalan prosedur audit lainnya = "cukup'", maka

"faktor keandalan/FK" = 1.2 (dari tabel FK)

10

Page 11: Penggunaan Sampling Stratifikasi Dalam Audit Oleh Auditor APIP

Tabel Faktor Keandalan

Keyakinan terhadap keandalan prosedur audit lainnya

RM & RK*) Tidak Dapat Rendah Cukup TinggiSangat Tinggi 3.0 2.7 2.3 2.0

Tinggi 2.7 2.4 2.0 1.6Cukup 2.3 2.1 1.6 1.2Rendah 2.0 1.9 1.2 1.0

*) Resiko Melekat(RM) & Resiko Pengendalian (RK) yang merupakan bagian dari risiko audit, .

2. Menetapkan Jumlah /Unit Sampel

Untuk menetapkan unit sampel, populasi harus dikelompokkan lebih

dahulu menurut strata yang direncanakan. Strata yang ditentukan oleh

auditor adalah sebagai berikut:

Strata Unit Nilai Buku

- Diatas Rp 4.000.000,00 34 bukti Rp 166.065.000,00

- Antara Rp 1.000.000,00 sd Rp4.000.000,00

705 bukti Rp 1.216.706.000,00

- Dibawah Rp 1.000.000,00 365 bukti Rp 257.230.000,00

- Jumlah 1.104 bukti Rp 1.640.001.000,00

Kebijakan yang telah diambil oleh auditor APIP yaitu:

Anggota populasi yang nilainya di atas Rp4.000.000,00 dikeluarkan lebih

dahulu dari populasi karena akan diteliti seluruhnya (diperiksa 100%) yaitu

sebanyak 34 transaksi, sehingga rinciannya sebagai berikut:

11

Page 12: Penggunaan Sampling Stratifikasi Dalam Audit Oleh Auditor APIP

- Total pengeluaran kas 1.104 bukti Rp. 1.640.001.000,00

- Pengeluaran > Rp

4.000.000,00

34 bukti Rp. 166.065.000,00

- Pengeluaran < Rp

4.000.000,00

1070 bukti Rp. 1.473.936.000,00

Jadi besarnya sampel yang nilainya dibawah Rp.4.000.000,00 adalah:

n = (1.473.936.000 x 1,2)/16.000.000 = 110 unit

Distribusi sampel pada masing-masing strata:

- Dibawah Rp 1.000.000,00 = (257.230.000/1.473.936.000) x 110 = 19 bukti

- Antara Rp1.000.000 sd Rp 4.000.000

= (1.216.706.000/1.473.936.000) x 110 = 91 bukti

110 bukti

- Diatas Rp 4.000.000,00 (diperiksa 100%) = 34 bukti

Jumlah 144 bukti

3. Memilih Sampel

Dalam melakukan audit sampel dipilih secara acak.

4. Menguji Sampel

Besarnya sampel yang harus diuji oleh auditor sebanyak 144 bukti pengeluaran

dengan nilai sebesar Rp. 319.020.000,00. Berikut ini adalah rincian pengujian

sampel:

12

Page 13: Penggunaan Sampling Stratifikasi Dalam Audit Oleh Auditor APIP

Keterangan Dibawah 1.000.000 s/d 4.000.000

Diatas Jumlah

Toleransi Salah Saji (TS)

16.000.000Populasi:- Jumlah Bukti (N) 365 705 34 1.104- Nilai Buku (NB) 257.300.00

01.216.706.00

0166.065.000 1.640.001.000

Sampel:- Bukti (n) 19 91 34 144- Nilai Sampel (NS) 15.088.000 163.770.000 166.065.000 319.020.000Hasil Audit 15.088.000 162.600.000 165.065.000 316.850.000Salah Saji Sampel (SS) 0 1.170.000 1.000.000 2.170.000Proyeksi Salah Saji (PS)

(NB / NS) x SS

0 8.688.063 1.000.000 9.688.063

5. Mengestimasi keadaan populasi:

Dari hasil pengujian sampel diperoleh temuan penyimpangan sebesar Rp. 2.170.000,00 dan setelah diestimasikan kedalam populasi diperoleh proyeksi salah saji populasi sebesar Rp. 9.688.063

6. Simpulan Hasil Audit

Auditor telah menetapkan besarnya Toleransi Salah Saji (TS) sebesar Rp16.000.000,00 sedangkan proyeksi salah saji populasi sebesar Rp9.688.063

Dapat disimpulkan bahwa nilai populasi tidak terdapat salah saji yang material,

sehingga populasi layak dipercaya.

13

Page 14: Penggunaan Sampling Stratifikasi Dalam Audit Oleh Auditor APIP

III. SIMPULAN dan SARAN

Dari hasil pengujian sampling diperoleh hasil bahwa populasi layak untuk

diterima yang berarti bahwa populasi tidak mengandung salah saji yang

material, hal ini terbukti dari hasil pengujian sampel yang telah diestimasikan ke

populasi (proyeksi salah saji = PS) sebagai berikut:

- Toleransi Salah Saji (TS) sebesar Rp16.000.000,00

- Proyeksi salah saji populasi sebesar Rp9.688.063,00

Dilihat dari hasil proyeksi salah saji (PS) dapat dikatakan bahwa data-data yang

ada dalam populasi dapat diyakini kewajarannya karena populasi mengandung

salah saji yang tidak material, tetapi hal ini harus juga dianalisis terlebih dulu

apakah penentuan TS sebesar Rp.16.000.000,00 memang sudah memadai

dalam arti ditinjau dari segi materialitasnya. Dalam hal ini TS hanya sebesar

0,98% {(16.000.000 : 1.640.001.000,00) x 100%} dari populasi sehingga dapat

dikatakan bahwa toleransi salah saji sangat kecil sekali dan dapat dikatakan

bahwa toleransi tersebut tidak material.

Tetapi dibalik analisis tersebut mungkin auditor mempunyai keyakinan

sendiri bahwa makin kecil toleransi salah saji berarti makin teliti hasil pengujian

sampel atas populasi yang diuji dari angka-angka pertanggungjawaban

pengeluaran uang . Kesimpulan mengenai populasi dapat berubah apabila TS

berubah atau jumlah sampel dirubah. Jadi dari hasil pengujian yang

menggunakan sampling startifikasi diatas dapat dikatakan bahwa tingkat resiko

deteksi dari data populasi sangat kecil, karena semua pengeluaran yang

nilainya besar yaitu diatas Rp.4.000.000,00 diuji 100% demikian juga auditor

dalam menentukan toleransi salah saji sangat kecil (0,98%) dari nilai populasi

sehingga hasil pengujiannya sangat telita dan terhindar dari resiko salah saji

yang yang material dan resiko deteksi.

Dari penyajian tersebut diatas ternyata penggunaan sampling stratifikasi

sangat mudah dan sederhana cara menggunakannya, serta bisa menghasilkan

simpulan bagi auditor APIP dengan cermat serta dapat mengurangi adanya

risiko deteksi, karena untuk nilai yang besar atau penting dijadikan strata

14

Page 15: Penggunaan Sampling Stratifikasi Dalam Audit Oleh Auditor APIP

tersendiri dan diperiksa semuanya, sehingga tidak terdapat kesalahan

material/besar yang tidak terdeteksi

Untuk itu disarankan kepada para auditor APIP dapat menggunakan

sampling stratifikasi dalam kegiatan auditnya, agar laporan hasil audit yang

dihasilkan bisa dihandalkan dan terbebas dari risiko deteksi dalam jumlah yang

besar/material.

*)Widyaiswara Utama pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP

Ciawi, Juli 2013

=============================================================

DAFTAR PUSTAKA

1. Arrens, Alvin A; Elder, Randal j; Elder, Beasley, Mark E LS (2008)

“Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach”, 12th edition, New Jersey, Pearson Education, Inc.

2. Boynton, William C; Johnson, Raymond N; (2006), “Modern Auditing” 8th edition, New York, John Wiley & Sons, Inc.

3. Guy, Dan M, Carmichael Douglas R, Whittington, O. Ray (1998), “Audit Sampling An Introduction” 4th edition, New York, John Wiley & Sons, Inc.

4. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan, BPKP (2008), Modul Sampling Audit

5. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan, BPKP (2008), Modul Dasar-Dasar Auditing.

15