STRATIFIKASI SOSIAL.docx
description
Transcript of STRATIFIKASI SOSIAL.docx
KLIPING
STRATIFIKASI SOSIAL
Untuk memenuhi tugas Mata pelajaran Sosiologi
Disusun Oleh :
1. Ahmad Heru J (01)2. Dwi Wijanarko (16)3. Imam Purnomo (10)4. Rahardian Kuncoro J (20)
Dinas Pendidikan Kabupaten Pati
SMA Negeri 1 Jakenan
Tahun Pelajaran 2012/2013
STRATIFIKASI SOSIAL
A. PENGERTIAN STRATIFIKASI SOSIAL
Istilah Stratifikasi berasal dari kata stratum (bentuk tunggal) dijamakkan menjadi strata
yang artinya lapisan. Jadi, Stratifikasi sosial menurut arti etimologis berarti pembedaan
penduduk atau warga masyarakat kedalam lapisan – lapisan secara hierarkis (bertingkat).
Sedangkan menurut para ahli sosial berpendapat bahwa stratifikasi diartikan :
1. Perbedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas – kelas yang tersusun secara
bertingkat / hierarki (Pitirim A. Sorokin)
2. Penggolongan orang – orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu
kedalam lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, privillige, dan prestise ( Max
Weber )
3. Suatu pola yang ditempakan diatas kategori dari hak – hak yang berbeda (Kroeber).
Bila berbicara tentang Stratifikasi, ada tiga hal penting yang ditekankan, yaitu :
1. Stratifikasi sosial merupakan suatu pola budaya yang secara sosial diterima, dimana
diterapkan anggota – anggota masyarakat dalam posisi dan status tertentu.
2. Stratifikasi sosial sering dikenakan kepada para anggota masyarakat melalui tradisi,
tanpa kemauan atau kesadaran berdasarkan pengetahuan mereka.
3. Stratifikasi sosial melibatkan suatu sistem hak yang berbeda, terdapat ketidaksamaan
distribusi hak, barang, kekuasaan dan sebagainya diantara anggota masyarakat.
Didalam masyarakat baik yang primitif maupun yang sudah maju ada Stratifikasi sosial.
Dalam masyarakat primitif wujud Stratifikasi sosial terlihat sebagai berikut :
1. Adanya kelompok berdasarkan jenis kelamin dan umur dengan pembedaan –
pembedaan hak dan kewajiban.
2. Adanya kelompok – kelompok pemimpin suku yang berpengaruh dan memiliki hak
– hak istimewa.
3. Adanya pemimpin yang paling berpengaruh.
4. Adanya orang-orang yang dikucilkan diluar kasta dan orang yang diluar
perlindungan hukum.
5. Adanya pembagian kerja didalam suku itu sendiri, dan
6. Adanya pembedaan standar ekonomi dan didalam ketidaksamaan ekonomi itu secara
umum.
Dalam masyarakat yang sudah maju bentuk dan proporsi pelapisan sosial dimasyarakat
sangat bervariasi, tetapi pada dasarnya Stratifikasi sosialitu ada sepanjang waktu.
Demikian pula para sarjana terkemuka dalam bidang sosiologi membagi lapisan sosial
sebagai berikut :
1. Vilfredo Parato, menyatkan ada dua kelas yang senantiasa berbeda setiap waktu
yaitu golongan elite dan golongan non elite. Pagkal dari perbedaan itu karena ada
orang-orang yang memiliki kecakapan, watak, keahlian dan kapasitas yang berbeda.
2. Gaotano Mosca, dalam The Rulling Class, menyatakan bahwa dalam masyarakat,
mulai dari yang paling primitif sampai yang paling maju muncul kelas yang
memerintah dan kelas yang diperintah. Kelas yang pertama jumlahnya sedikit,
menjalankan peranan – peranan politik. Monopoli kekuasaan dan menikmati
keuntungan – keuntungan yang dihasilkan oleh kekuasaannya itu. Sebaliknya kelas
yang kedua ia kelas yang diperintah, jumlahnya lebih banyak dan diatur atau diawasi
oleh kelas yang pertama.
3. Karl Max, membagi menjadi dua, yaitu kelas yang memiliki tanah dan alat – alat
produksi lainnya dan kelas yang tidak mempunyai dan hanya memiliki tenaga untuk
disumbangkan kedalam proses produksi.
4. Aristoteles, pernah menyatakan bahwa didalam setiap negara selalu terdapat tiga
unsur yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat dan mereka yang berada
ditengah – tengahnya.
5. Adam Smith, membagi masyarakat kedalam tiga kategori, yaitu orang-orang yang
hidup dari penyewaan tanah, orang-orang yang hidup dari upah kerja dan orang-
orang yang hidup dari keuntungan perdagangan.
6. Thorstein Veblen, membagi mesyarakat kedalam dua golongan, yaitu golongan
pekerja yang berjuang untuk mempertahankan hidup dan golongan yang banyak
mempunyai waktu luang karena kekayaannya.
B. PENYEBAB MUNCULNYA STRATIFIKASI SOSIAL
Setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, mungkin berupa uang, tanah,
benda-benda yang bernilai ekonomis, kekuasaan, ilmu pengetahuan, kesolehan dalam
agama, keturunan, pekerjaan dan kecakepan.
Dalam masyarakat selama ada yang memberikan suatu penghargaan tersebut terhadap
orang lain maka orang pasti ada pelapisan sosial.
C. PROSES TERJADINYA STRATIFIKASI SOSIAL
Dilihat dari cara terbentuknya, pelapisan sosial dalam masyarakat dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu :
1. Pelapisan sosial yang terjadi dengan sendirinya sesuai dengan pertumbuhan
masyarakat yang bersangkutan.
Faktor – faktor yang dijadikan alasan / dasar terbentuknya pelapisan sosial yang
terjadi dengan sendirinya adalah :
a. Kepandaian.
b. Tingkat umur
c. Sifat keaslian keanggotaan didalam kerabat pimpinan masyarakat (misalnya,
cikal bakal, kepala desa, dsb)
d. Pemilikan harta
e. Peperangan.
2. Pelapisan sosial yang dengan sengaja disusun untuk mengejar tujuan tertentu.
Mengenai pelapisan sosial dengan sengaja disusun untuk mengejar tujuan tertentu
biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan yang resmi. Misalnya, yang terjadi
didalam perkumpulan – perkumpulan formal seperti pemerintah negara, perusahaan-
perusahaan, partai politik, angkatan bersenjata, dsb.
Menurut Prof Soerjono Soekanto telah dirumuskan pedoman mengenai proses
pembentukan pelapisan sosial sebagai berikut :
a. Sistem pelapisan sosial kemungkinan berpokok kepada sistem pertentangan
dalam masyarakat.
b. Pelapisan sosial dapat dianalisa dalam ruang lingkup unsur-unsur sebagai
berikut :
1) Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif seperti misalnya penghasilan,
kekayaan, keselamatan, wewenang, dan sebagainya.
2) Sistem pertanggan yang diciptakan oleh para warga masyarakat (prestise &
penghargaan)
3) Kriteria sistemn pertentangan, yaitu apakan didapatkan berdasarkan kwalitas
pribadi, keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik, wewenang dan
kekuasaan.
4) Lambang-lambang kedudukan seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian
perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi dan sebagainya.
5) Mudah atau sukarnya bertukar kedudukan
6) Solidaritas diantara individu-individu atau kelompok-kelompok sosial yang
menduduki status yang sama dalam sistem sosil mesyarakat.
D. SIFAT – SIFAT STRATIFIKASI SOSIAL
1. Sistem pelapisan sosial tertutup (Closed Stratification) yaitu membatasi kemungkinan
seseorang untuk pindah dari satu lapisan kelapisan lain yang ada diatas atau
dibawahnya. Didalam sistem yang demikian ini satu – satunya jalan untuk masuk
menjadi anggota atau warga suatu lapisan tertentu hanyalah melalui kelahiran.
Sebagai contoh, pelapisan sosial pada masyarakat berkasta, masyarakat feodal,
mesyarakat yang mengngunakan rasial, politik aliran keagamaan, dan sebagainya.
Ciri masyarakat kasta di India, sebagai berikut :
a. Keanggotaan pada kasta diperoleh karena warisan atau kelahiran, sehingga
seseorang secara sendirinya akan memiliki kedudukan dalam pelapisan sosial
(kasta) seperti yang dimiliki oleh orang tuanya.
b. Keanggotaan yang diwariskan itu berlaku seumur hidup. Oleh karena itu,
seseorang tidak mungkin mengubah kedudukannya, kecuali ia dikeluarkan atau
dikucilkan dari kastanya.
c. Perkawinan bersifat endogami, artinya seseorang hanya dapat mengambil suami /
istri dari orang – orang sekasta.
d. Hubungan dengan kelompk-kelompok sosial (kasta) lain sangat terbatas.
e. Kesadaran keanggotaan suatu kasta tampak jelas dari nama kasta, identifikasi
anggota kepada kastanya, penyesuaian diri yang ketat terhadap norma-norma
kasta, dan sebagainya.
f. Kasta terikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah ditentukan.
g. Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.
2. Sistem pelapisan sosial terbuka (Opened Stratification) yaitu setiap anggota
masyarakat mempunyai kesempatan untuk naikkelapisan sosial yang lebih tinggi
karena kemampuan dan kecakapannya atau turun (jatuh) kelapisan yang lembih
rendah bagi mereka yang tidak cakap dan tidak beruntung. Pada umumnya jenis
stratafikasi yang terbuka lebih banyak memberikan rangsangan yang lebih besar untuk
maju dan berkembang kepada setiap anggota masyarakat. Disini, semua anggota
masyarakat memliki kesempatan untuk pindah barangkali karena berprestasi atau
berjasa.
E. DASAR – DASAR PELAPISAN SOSIAL
Sesuatu yang dihargai dalam masyarakat merupakan bibit terbentuknya palapisan sosial.
Sesuatu yang dihargai itu dapat berupa uang atau harta benda, kekuasaan dan ilmu
pengetahuan. Seseorang yang banyak memiliki sesuatu yang sangat dihargai dianggap
oleh masyarakat sebagai orang yang menduduki lapisan atas. Sebaliknya mereka yang
memiliki sedikit atau bahkan sama sekali tidak memiliki sesuatu yang dihargai dianggap
oleh masyarakat sebagai orang menempati lapisan paling bawah atau berkedudukan
rendah. Biasanya golongan yang menduduki lapisan atas tidak hanya memiliki satu hal
yang dihargai oleh masyarakat. Penempatan seseorang kedalam suatu lapisan sosial
bukanlah menggunakan ukuran yang tunggal, melainkan bersifat komulatif. Misalnya,
mereka yang mempunyai uang banyak akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan
dan kehormatan.
Dasar-dasar untuk menggolongkan warga masyarakat kedalam suatu lapisan tertentu,
antara lain :
1. Ukuran kekayaan
Seseorang yang memiliki kekayaan yang paling banyak, biasanya menempati lapisan
teratas. Kekayaan tersebut dapat dilihat dari bentuk rumah, mobil, cara berpakaian
dan bahan yang dipakai, kebiasaan atau cara berbelanja dan seterusnya.
2. Ukuran kekuasaan
Seseorang yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar akan
menempati lapian yang tinggi dalam pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan.
3. Ukuran kehormatan
Seseorang yang disegani dan dihormati akan mendapat tempat atas dalam sistem
pelapisan sosial dalam masyarakat. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada
masyarakat tradisional dan feodal. Biasanya mereka adalah golongan tua atau
mereka yang berdarah “biru” / bangsawan.
4. Ukuran kepandaian
Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu
pengetahuan, akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan akibat-akibat
yang negatif, ternyata bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan
tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal ini mengakibatkan segala macam usaha
untuk mendapatkan gelar tersebut, walaupun diperoleh secara tidak melalui prosedur
yang benar. Ada yang menggolongkan pelapisan sosial melalui sistem nilai sosial
dan dipandang berharga oleh masyarakat. Nilai sosial menurut Polak adalah sebagai
ukuran-ukuran,patokan-patokan, anggapan-anggapan, keyakinan-keyakinan yang
dianut oleh orang banyak dalam lingkungan suatu kebudayaan tertentu, mengenai
apa yang benar, pantas, luhur, dan baik untuk dikerjakan, dilaksanakan, atau
diperhatikan.
Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang tergolong kedalam suatu kelas sosial
adalah :
a. Kekayaan dalam berbagai bentuk yang diketahui masyarakat diukur dalam
kuantitas atau dinyatakan secara kualitatif.standar kehidupan yang diperlihatkan,
serta sumber kekayaan, juga secara sosial bermakna untuk menentukan status
dalam pelapisan yang ada.
b. Daya guna fungsional orang perorang dalam hal pekerjaan sebagai eksekutif ,
guru, ilmuwan, buruh biasa atau buruh terampil. Semua itu sangata menentukan
dan mempengaruhi status.
c. Keturunan menunjuk pada reputasi keluarga, lamanya berdiam disuatu tempat,
latar belakang rasial atau etnis dan kebangsaan.
d. Agama menunjuk pada tingkat kesalehan seseorang yang dalam menjalankan
ajaran agamanya. Makin saleh dan tidak berpura-puradalam menjalankan ajaran
agamanya, makin dipandang lebih tinggi statusnya didaerah tertentu. Kadang –
kadang jabatan turut mempengaruhi status dalam sistem Stratifikasi sosial
dalam masyarakat secara umum.
e. Ciri-ciri biologis termasuk umur dan jenis kelamin. Umumnya orang tua dan
orang dewasa dipandang lebih tinggi dari bayi dan anak-anak.
Adapula beberapa indikator tentang penilaian subyektif seseorang mengenai lapisan
sosial (Astrid, 1979 : 85) sehingga seseorang berada dalam lapisan sosial yang
mana, yaitu :
a. Bentuk rumah meliputi ukuran, kondisi perawatan rumah,serta bagaimana
landscaping diadakan disekelilingnya oleh yang bersangkutan.
b. Wilayah tempat tinggal ataupun lingkungannya karena dianggap bahwa wilayah
tempat tinggal menentukan status.
c. Pekerjaan atau profesi yang dipilih seseorang, menunjukkan identifikasi diri
dengan lapisan masyarakat tertentu.
d. Sumber pendapatan menentukan status sosial seseorang. Bukan jumlah
uangnnya yang menentukan diterimanya dari sumber tersebut, melainkan status
yang dinikmati oleh sumbernya.
F. KONDISI YANG MENDORONG TERJADINYA PELAPISAN SOSIAL
1. Perbedaan ras dan budaya.
Ketidaksamaan ciri biologis, seperti warna kulit, latar belakang etnis, budaya dan
seterusnya telah mengarahkan kepda Stratifikasi sosial dalam masyarakat dibawah
kondisi penguasaan group yang satu terhadap yang lain.
2. Pembagian tugas dalam hampir semua masyarakat menunjukkan sistem pembagian
tugas yang bersifat spesialis. Posisi-posisi dalam spesialisasi ini berkaitan dengan
perbedaan fungsi Stratifikasi dan kekuasaan dari order sosial yang muncul.
3. Kejarangan / kelangkaan.
Stratifikasi lambat laun terjadi karena alokasi hak dan kekuasaan yang jarang atau
langka. Kelangkaan ini terasa bila masyarakat mulai membedakan posisi, alat-alat
kekuasaan dan fungsi-fungsi yang ada dalam waktu yang sama. Jadi suatu kondisi
yang mengandung perbedaan hak dan kesempatan diantara para anggota masyarakat
dapat menciptakan Stratifikasi sosial.
G. WUJUD STRATIFIKASI SOSIAL
Ada tiga wujud Stratifikasi sosial yaitu :
1. Sistem Kasta.
Kasta berasal darikata casta (bahasa portugis) yang berarti ras atau keturunan.
Menurut Lumberg (1968) kasta adalah suatu ketegori dimana para anggotanya
ditunjuk dan ditetapkan pada status yang permanen dalam hierarki sosial yang
diberikan. Serta hubungan-hubungannya dibatasi sesuai dengan statusnya. Sistem
kasta merupakan bentuk yang paling kaku dan mempunyai garis batas paling jelas
dari bentuk Stratifikasi sosial, Bahkan sering juga disebut sebagai bentuk yang
ekstrem dari sistem kelas tertutup. Seseorang yang dilahirkan otomatis masuk
kedalam kasta orang tuanya dan tidak dapat mengingkarinya. Akan tetapi apabila
orang melanggar pentangan dan norma dari kastanya itu, ia dapat diasingkan dan
dikucilkan dari masyaraktnya. Dalam sistem kasta, kwalitas seseorang tidak
diperhitungkan dalam menentukan kastanya, melainkan hanya ditentukan oleh faktor
keturunan. Sistem kasta ini makin jelas dan makin diperkuat oleh adat istiadat dan
agama.
2. Sistem kelas.
Sistem kelas lebih fleksibel dan lebih terbuka kemungkinan untuk adanya mobilitas
atau gerak sosial, tidak kaku dan tertutup seperti sistem kasta.
Menurut Rogers (1960) kelas sosial merupakan suatu kategori yang abstrak dari
orang-orang yang bersusun dalam tingkatan-tingkatan yang sesuai dengan status
sosialnya. Sedangkan menurut Woods (1966) kelas sosial terdiri dari sejumlah orang
yang mengambil bagian status yang sama dan biasanya didapat sejak lahir atau bisa
juga karena alternatif lainnya.
Kelas sosial bukanlah warisan keluarga, karena ia dapat dicapai dan dibuat dengan
usaha dan prestasi seseorang, walaupun besarnya mobilitas seperti itu dari
masyarakat ke masyarakat yang lain sangat bervariasi. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa, perubahan status dalam sistem kelas jauh lebih mudah daripada
sistem kasta.
3. Kategori sosial.
Sekelompok manusia yang tidak dapat kita kategorikan sebagai masyarakat, selain
kerumunan ialah kategori sosial. Kategori sosial ialah kesatuan sosial yang terwujud
karena adanya suatu ciri atau suatu kompleks ciri-ciri obyektif yang dapat dikenakan
pada kesatuan sosial tersebut. Ciri-ciri obyektif itu biasanya dikenakan oleh orang
luar, yang berada diluar kategori sosial, dan tanpa disadari orang yang bersangkutan.
Contoh, dalam suatu ketentuan yang boleh menonton film di bioskop ini – hanyalah
yang telah berumur 17 tahun keatas.
H. FUNGSI PELAPISAN SOSIAL
Dalam kenyataannya, Stratifikasi sosial mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
1. Pelapisan sosial merupakan alat bagi masyarakat dalam mencapai beberapa tugas
utama, dengan jalan mendistribusikan prestasi atau ahak-hak dalam jumlah yang
berbeda bagi setiap statum yang ada. Contoh : dalam kesatuan ABRI , Stratifikasi
dirumuskan dalam strata yang hierarki, dimana setiap stratum ditandai dengan
pangkat taua simbol yang menunjukkan rangking (peringkat) peranan-peranan
khusus dan standar tingkah laku dalam saling berhubungan.
2. Stratifikasi sosial menyusun dan mengatur serta mengawasi saling hubungan
diantara anggota masyarakat. Ketidaksaam kesempatan dalam menggunakan fasilitas
yang ada cenderung memberikan keuntungan bagi mereka dari stratum yang lebih
tinggi dan seringkali mereka lah yang mengatur partisipasi masing-masing stratum
dalam masyrakat secar keseluruhan. “terlepas dari tinggi rendahnya stratum yang
dimiliki seseorang, Stratifikasi sosial berfungsi untuk mengatur partisipasinya
ditempat-tempat tertentu dari kehidupan sosial bersama.
3. Stratifikasi sosial mempunyai fungsi pemersatu dengan mengkoordinasikan unit –
unit yang ada dalam Struktur sosial.
4. Stratifikasi sosial mengkategorikan manusia dalam stratum yang berbeda, sehingga
memudahkan manusia dalam saling berhunbungan diantara mereka.
I. BENTUK STRATIFIKASI SOSIAL
Bentuk konkret dari Stratifikasi dalam masyarakat banyak, akan tetapi secara prinsipal
bentuk-bentuk tersebut dapat di klasifikasikan kedalam tiga macam Stratifikasi yaitu :
1. Stratifikasi ekonomi,
2. Stratifikasi budaya, dan
3. Stratifikasi politik.
Umunya ketiga bentuk pokok itu tadi mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang
lainnya, dimana terjadi saling mempengaruhi. Perbedaan posisi atau status anggota
masyarakat dalam Stratifikasi , terdapat didalam setiap masyarakat manapun, baik yang
masih primitif maupun yang sudah maju.
1. Stratifikasi Ekonomi
Kalau berbicara tentang ekonomi dalam Stratifikasi sosial, itu berarti kita
membedakan diri kita sendiri aatau orang lain menurut kesempatan yang dimilikinya
dalam bidang ekonomi. Kesempatan-kesempatan itu antara lain dapat dilihat dalam
pendapatan yang diperolehnya setahun atau sebulan, kekayaan yang dimilikinya
sekarang yang dapat digunakannya sewaktu-waktu untuk meningkatkan kehidupan
ekonominya, pekerjaan yang dimiliki seseorang yang memberikan kesempatan
untuk naik atau turun dalam bidang ekonomi, dan penkdidikan yang dimiliki
seseorang yang mungkin dapat naik turun dalam bidang ekonomi. Akibat perbedaan
kesempatan dan hak-hak yang dimiliki dalam bidang ekonomi, terdapat kelas
ekonomi atas, menengah dan rendah. Ekonomi atas dapat melakukan apa saja yang
diinginkan tanpa mengalami hambatan. Dengan kata lain kelas ini memiliki Privilise
tinggi. Sedang kelas ekonomi menengah berkesempatan untuk meraih sesuatu dalam
bidang ekonomi namun masih berada dibawah kelas ekonomi atas. Adan akan
sangat berbeda dengan kelas ekonomi rendah, karena pendapatannya rendah dan
tidak dapat menabung, bahkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sangat sulit.
Kriteria ekonomi mengelompokkan masyarakat menurut kekayaan. Berdasarkan
kriteria ini, warga masyarakat yang paling kaya menduduki lapisan sosial teratas.
Lapisan sosial dibawahnya ditempati warga masyarakat yang kurang
kayadibandingkan lapisan sosial diatasnya. Kekeyaan tersebut antara lain terungkap
dari jumlah dan rupa harta yang dimiliki, seperti rumah beserta isinya, kendaraan
pribadi dan harta milik lainnya.
Kekayaan berkaitan erat dengan jumlah pendapatan. Semakin besar pendapatan
seseorang, semakin terbuka baginya untuk memiliki sebanyak mungkin harta benda.
Berdasarkan kriteria ekonomi, jumlah pendapatan menentukan posisi warga
masyarakat dalam Stratifikasi tertentu. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa
urutan Stratifikasi sosial dari atas kebawah berasal dari kelompok warga
berpendapatan banyak sampai kepada kelompok warga berpendapatan sedikit.
Bagi masyarakat indonesia untuk menentukan dalam strata mana seseorang warga
berada, dapat digunakan patokan yang disepakati bersama, misalnya digunakan
patokan pemakaiaan kebutuhan hidup minimun. Atas dasar itu penduduk makmur,
penduduk cukup makmur dan penduduk miskin. Bank dunia juga menggunakan
patokan besarnya pendapatan untuk mengetahui tingkat pembagian pendapatan suatu
negara. Berdasarklan patokan itu, misalnya ditentukan 20 % jumlah penduduk
termasuk strata atas, 40 % termasuk strata menengah dan 40 % lagi termamsuk strata
bawah.
Berdasarkan ukuran kemampuan ekonomi yang dimiliki seseorang, warga
masyarakat dikelompokkan kedalam tiga golongan, yaitu :
a. Lapisan masyarakat ekonomi atas (golongan orang kaya)
Lapisan ini pada umumnya ditempati oleh orang-orang kaya, kaum hartawan,
pengusaha besar, para pemimpin negara, pejabat tinggi, guru besar, dan
sebagainya.
b. Lapisan masyarakat ekonomi menengah (golongan berkecukupan)
Lapisan ini pada umumnya ditempati oleh para pejabat tinggi menengah,
pengusaha menengah, dosen, TNI, pengrajin, dan pegawai negeri lainnya yang
hidupnya telah berkecukupan.
c. Lapisan masyarakat ekonomi bawah (golongan ekonomi lemah)
Lapisan ini ditempati oleh warga msyarakat yang hidupnya masih kekurangan
seperti buruh tani, pedagang kecil, nelayan tradisional, buruh bangunan, dan
sebagainya.
2. Stratifikasi budaya / sosial
Berdasarkan kriteria sosial, warga masyarakat dapat dibagi atas tingkatan-tingkatan
atau kasta. Pembagian golongan masyarakat atas kasta-kasta ini biasanya berlaku
pada masyarakat feodal yang berdasarkan pada perbedaan status sosial. Misalnya,
pada masyarakat yang beragama hindu (menganut sistem kasta) masyarakat
dikelompokkan menjasi :
a. Kasta Brahmana, yang merupakan kasta golongan pendeta, merupakan kasta
tertinggi.
b. Kasta Ksatria, merupakan kasta dari golongan bangsawan dan tentara yang
dipandang sebagai lapisan kedua.
c. Kasta Waisya, merupakan kastadari golongan pedagang yang dipandang sebagai
kelas menengah dan merupakan lapisan ketiga.
d. Kasta sudra, merupakan kasta terendah dari rakyat jelata dan kaum buruh /
pekerja kasar.
e. Kasta paria, adalah golongan dari mereka yang tidak mempunyai kasta, yang
termasuk golongan ini misalnya kaum gelandangan, tuna wisma dan kaum
pendatang.
Suatu sifat Stratifikasi sosial yang tertutup dalam batas-batas tertentu di Indonesia
dapat dijumpai dimasyarakat Bali. Menurut kitab suci orang Bali masyarkat dibagi
empat lapisan, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Ketiga lapisan pertama
dinamakan Triwangsa dan yang lainnya disebut Jaba Wangsa. Sesuai dengan era
globalisasi dewasa ini sistem kasta tidak harus dipertahankan secara mutlak dan ini
berarti akan melancarkan pembangunan bangsa karena semua orang sederajat,
sehingga tidak tyerjadi diskriminasi dalam mengisi pembangunan bangsa indonesia.
Selain kasta didalam masyarakat yang merupakan kriteria sosial adalah status.
Status adalah posisi yang dimiliki seseorang dalam suatu kelompok. Status sosial
menunjukkan kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakatnya.
Menurut sifatny, status dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Status yang bersifat obyektif yaitu status yang dimiliki seseorang secara hierarki
menurut struktur organisasi.
b. Status subyektif, yaitu status yang dimiliki seseorang yang merupakan hasil dari
penilaian orang lain terhdap diri seseorang dengan siapa ia berhubungan.
Kriteria yang bisa dipakai untuk menentukan tinggi rendahnya status seseorang
secara subyektif menurut Nursal dan Daniel (1995 : 138) adalah :
a. Kelahiran
Status seseorang dapat tinggi/rendah karena dia lahir dari suatu keluarga
tertentu. Misalnya kalau orang tua bangsawan, maka secara otoritas dia juga
menjadi bangsawan, dengan demikian pula kalau orang tuanya petani secara
otomatis ia menjadi petani.
b. Mutu Pribadi
Seseorang memperoleh penilaian yang baik dari orang lain karena ia memiliki
kearifan, usia lanjut kelakuan baik.
c. Prestasi
Seseorang yang sukses dalam kariernya statusnya akan naik
d. Pemilihan
Seseorang yang memperoleh penilaian dari orang karena orang yang menilai
tersebut mengharapkan sesuatu dari orang yang dinilai.
e. Otoritas
Seseorang memiliki status yang tinggi karena ia memiliki otoritas yang tinggi.
Ada enam macam cara untuk memperoleh status yang terdapat dalam masyarakat
(menurut Ralph Linton) yaitu :
a. Ascribed status, yaitu status yang diperoleh seseorang secara otomatis karena
kelahiran, misalnya : jenis kelamin, umur, kasta, Ras.
b. Achieved status, yaitu status yang diperoleh seseorang karena berusaha /
berjuang. Misalnya : guru, dosen, pengacara dan sebagainya.
c. Assigned status, yaitu status seseorang yang diraihnya melalui jasa pengorbanan
atau status yang diberikan kepadanya karena jasa.
d. Active status, yaitu status yang ia kerjakan atau dilakukan sesuai dengan
spesialisasinya.
e. Letent status, yaitu status yang tidak ia lakukan karena banyaknya status yang ia
miliki.
f. Symboll status, yaitu status seseorang sesuai dengan identitas yang dimilikiya.
Stratifikasi sosial dalam pendidikan dapat dijumpai dalam setiap masyarakat. Secara
sederhana kita dapat mengelompokkan orang pda kelompok orang pandai yang
sedang dan yang bodoh.
Secara rinci dapat dijumpai Stratifikasi sebagai berikut :
a. Pendidikan tertinggi (Doktor)
b. Pendidikan sangat tinggi (Magester)
c. Pendidikan tinggi (Sarjana)
d. Pendidikan sama tinggi (Diploma 1-3)
e. Pendidikan menengah (SMU, SMK)
f. Pendidikan dasar lanjutan (SLTP)
g. Pendidikan dasar / rendah (SD)
h. Tak berpendidikan (buta aksara, huruf, berbahasa)
Stratifikasi dibidang pendidikan sifatnya terbuka, artinya seseorang dapat naik
lapisan pendidikan yang lebih tinggi jika dia mampun berprestasi dan tidak
ditentukan berdasarkan faktor keturunan.
Stratifikasi sosial dalam bidang pekerjaan dalam ditemukan disetiap lapisan
masyarakat. Hal ini dapat terjadi apabila dalam suatu masyarakat atau negara yang
demokratis ada ukuran terhadap keahlian, kecakapan dan keterampilan.
Menurut Astrid S. Susanto (1978 : 110) menentukan Stratifikasi sosial berdasarkan
ukuran keahlian sebagai berikut :
a. Elite, orang-orang kaya dan orang-orang yang menempati kedudukan atau
pekerjaan yang oleh masyarakat sangat dihargai
b. Profesional, orang-orang yang berijazah serta bergelar dan dari dunia
perdagangan yang berhasil.
c. Semi profesional, pegawai kantor, pedagang, teknisi berpendidikan menengah,
mereka yang tidak berhasil mencapai gelar, pemegang buku.
d. Tenaga terampil, orang-orang yang memilki keterampilan mekanik – teknik,
pekerja pabrik yang terampil.
e. Tenaga semi terampil, pekerja pabrik tanpa keterampilan, pengemudi truk,
pelayan restoran.
f. Tenaga tak terampil dan tak berpendidikan, mereka yang tidak bersekolah dan
para pengangguran.
3. Stratifikasi politik
Pelapisan sosial berdasarkan kriteria politik adalah pembagian penduduk atau warga
masyarakat berdasarkan pembagian kekuasaan.
Misalnya, pada masa penjajahan Belanda, pembagian kekuasaan sebagai berikut :
a. Kelas I, golongan masyarakat penjajah Belanda dan orang-orang Eropa
b. Kelas II, golongan masyarakat timur asing
c. Kelas III, golongan masyarakat pribumi.
Sedangkan menurut Mac Iver, ada tiga pola umum sistem pelapisan kekuasaan yaitu
tipe kasta, oligarkhis, dan demokratis.
a. Tipe kasta
Tipe kasta adalah sistem pelapisan kekuasaan dengan garis pemisah yang tegas
dan kaku. Tipe semacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat berkasta yang
hampir tidak dijumpai dalam gerak vertikal. Garis pemisah antara masing-
masing lapisan hampir tidak bisa ditembus. Pada puncak piramida kekuasaan
duduk penguasa tertinggi. Misalnya, raja atau maharaja dengan lingkungannya
yang didukung oleh kaum bangsawan, tentara dan para pendeta. Lapisan kedua
dihuni oleh para petani dan buruh tani dan lapisan terendah terdiri atas para
budak.
b. Tipe oligarkhis
Tipe ini adalah tipe pelapisan kekuasaan yang menggambarkan garis pemisah
yang tegas diantara lapisan yang satu dengan lapisan yang lain. Perbedaan
antara lapisan yang satu dengan lapisan yang lainnya tidak begitu mencolok.
Walaupun kedudukan warga masyarakat masih banyak didasarkan pada aspek
kelahiran, para individu masih diberi kesempatan untuk naik kelapisan yang
paling atas.
c. Tipe Demokratis.
Tipe demokratis adalah tipe yang tampak adanya garis pemisah antar lapisan
yang sifatnya mobil (gerak) faktor kelahiran tigak menentukan kedudukan
seseorang yang terpenting adalah kemampuannya dan kadang-kadang faktor
keberuntungan. Tipe ini sifatnya terbuka artinya siapa saja bisa pindah lapisan.
PERHATIKAN GAMBAR / PIRAMIDA STRATAFIKASI KEKUASAAN BERIKUT INI !
J. PENGARUH STRATIFIKASI SOSIAL
Gejala yang tampak akibat perbedaan lapisan sosial adalah timbulnya perbedaan harga
diri / prestiseyang tercermin dalam perbedaan gaya hidup, penggunaan simbol-simbol
prestise. Kekuasaan atau previlese (keistimewaan yang diberikan kepada seseorang baik
bersifat positif ataupun negatif)
Perbedaan tersebut diklasifikasikan dalam tindakan sosial dan interaksi sosial.
a. Tindakan sosial
Setiap kelas atau lapisan menunjukkan perilaku khas yang menggambarkan lapisn
atas, menengah dan bawah. Masing-masing kelas mempunyai selera yang berbeda
dalam setiap aspek kehidupannya seperti pakaian, perlengkapan rumah tangga,
hiburan, makanan dan lain sebagainya. Perbedaan tersebut menunjukkan simbol
status sosialnya berda pada lapisan mna dia berada.
b. Interaksi sosial
Simbol status merupakan salah satu aspek yang menunjukkan perbedan kelas dalam
interaksi sosial. Simbol status adalah tanda yang menunjukkan status seseorang
dalam masyarakat. Simbol status berfungsi untuk memberitahukan status yang
dimiliki seseorang kepada orang lain. Simbol-simbol status yang dapat ditemui
dalam kehidupan sehari-hari antara lain cara menyapa, gaya berbicara, bahasa, dan
sebagainya.