Pengertian Lembaga Islam

11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, bahkan hampir 80% penduduknya adalah muslim. Namun Indonesia bukanlah negara yang  berasaskan Islam, tetapi karena Indonesia merupakan negara yag berpenduduk muslim terbesar di dunia maka banyak para ahli yang mengelompokkan Indonesia sebagai kelompok negera-negara Islam. Mengingat Islam di Indonesia adalah mayoritas, maka unsur Islam dalam tatanan kehidupan masyarakat sosial sangatlah kental, tidak terkecuali dalam masalah hukum. Dimana meskipun Indonesia bukanlah negara Islam, tetapi dalam penerapan sistem hukum nasional, Indonesia juga menggunakan asas dari unsur Islam. Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum Eropa, hukum Islam, dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana, berbasis  pada hukum Ero pa, khususny a dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahanya. Hukum Islam, karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum atau Syari'at Islam lebih banyak terutama di bidang  perkawinan, kekeluargaan dan warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum Adat yang diserap dalam perundang-undangan atau yurisprudensi, yang merupakan  penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang ada di wilayah Nusantara. Sementara dalam hal perlembagaan hukum, unsur Islam juga banyak mewarnai lembaga-lembaga yang ada di Indonesia, sejak zaman kolonial hingga sampai sekarang. Dan karena pengaruh Islam sebagai agama mayoritas, di Indonesia juga banyak muncul organisasi-organisasi Islam yang disertai dengan lembaga-lembaga fatwa yang mengkaji tentang hukum Islam. Organisasi-organisasi itu seperti NU, Muhammadiyah, Persis, MUI, dan lian-lain. Secara umum, lembaga hukum Islam memiliki beberapa fungsi pokok, diantaranya adalah : 1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat muslim tentang bagaimana mereka harus bersikap dalam menghadapi berbagai masalah yang timbul dan berkembang di masyarakat, terutama kebutuhan yang menyangkut kebutuhan pokok.

Transcript of Pengertian Lembaga Islam

7/21/2019 Pengertian Lembaga Islam

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-lembaga-islam 1/11

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang 

Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, bahkan

hampir 80% penduduknya adalah muslim. Namun Indonesia bukanlah negara yang

 berasaskan Islam, tetapi karena Indonesia merupakan negara yag berpenduduk muslim

terbesar di dunia maka banyak para ahli yang mengelompokkan Indonesia sebagai kelompok

negera-negara Islam.

Mengingat Islam di Indonesia adalah mayoritas, maka unsur Islam dalam tatanan

kehidupan masyarakat sosial sangatlah kental, tidak terkecuali dalam masalah hukum.

Dimana meskipun Indonesia bukanlah negara Islam, tetapi dalam penerapan sistem hukum

nasional, Indonesia juga menggunakan asas dari unsur Islam.

Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum Eropa, hukum Islam, dan

hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana, berbasis

 pada hukum Eropa, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang

merupakan wilayah jajahanya. Hukum Islam, karena sebagian besar masyarakat Indonesia

menganut Islam, maka dominasi hukum atau Syari'at Islam lebih banyak terutama di bidang

 perkawinan, kekeluargaan dan warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum

Adat yang diserap dalam perundang-undangan atau yurisprudensi, yang merupakan

 penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang ada di

wilayah Nusantara.

Sementara dalam hal perlembagaan hukum, unsur Islam juga banyak mewarnai

lembaga-lembaga yang ada di Indonesia, sejak zaman kolonial hingga sampai sekarang. Dan

karena pengaruh Islam sebagai agama mayoritas, di Indonesia juga banyak muncul

organisasi-organisasi Islam yang disertai dengan lembaga-lembaga fatwa yang mengkaji

tentang hukum Islam. Organisasi-organisasi itu seperti NU, Muhammadiyah, Persis, MUI,

dan lian-lain.

Secara umum, lembaga hukum Islam memiliki beberapa fungsi pokok, diantaranya

adalah :

1.  Memberikan pedoman pada anggota masyarakat muslim tentang bagaimana mereka

harus bersikap dalam menghadapi berbagai masalah yang timbul dan berkembang di

masyarakat, terutama kebutuhan yang menyangkut kebutuhan pokok.

7/21/2019 Pengertian Lembaga Islam

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-lembaga-islam 2/11

2.  Memberikan pegangan kepada masyarakat bersangkutan dalam melakukan

 pengendalian sosial menurut sistem tertentu yaitu sistem pengawasan tingkah laku

 para anggotanya. Sekaligus menjaga keutuhan masyarakat.

Dari beberapa fungsi yang melekat pada lembaga sosial tersebut di atas, jelas bahwa

apabila seseorang hendak mempelajari dan memahami masyarakat tertentu, maka ia harus

memperhatikan dengan seksama lembaga yang terdapat dalam masyarakat yang

 bersangkutan.

Dari kenyataan diatas, maka diperlukan metodologi yang selaras dengan ajaran Islam,

yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam dan sejalan dengan sumber ajaran Islam.

Perkembangan selanjutnya, melihat hal-hal tersebut maka banyak metodologi yang

dikembangkan oleh para sarjana muslim sendiri.

Karena fungsinya yang sangat penting dalam masyarakat, dahulu lembaga Islam di

 perkenalkan melalui kurikulum perguruan tinggi. Sebagai contoh yaitu pada Sekolah Tinggi

Hukum yang didirikan pada tahun 1925 di Batavia memasukkan lembaga Islam kedalam

kurikulumnya dengan nama  Mohammedansche Recht Instellingen van den Islam, yang

artinya adalah Hukum Islam dan Lembaga-lembaga Islam. Selain itu juga dahulu Sekolah

Tinggi Hukum atau  Recht Hogescool   yang menjadi cikal bakal Fakultas Hukum serta

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dengan sadar mencantumkan lembaga-lembaga

Islam di dalam kurikulumnya dengan maksud agar mereka yang bekerja di Hindia Belanda

yang penduduknya beragama Islam dapat memahami tingkah laku masyarakat Islam.

7/21/2019 Pengertian Lembaga Islam

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-lembaga-islam 3/11

 

BAB II

PEMBAHASAN

B.  MUHAMMADIYAH SEBAGAI LEMBAGA HUKUM ISLAM

1.  Sejarah Muhammadiyah

Awal mula sebelum terbentuk oganisasi Muhammadiyah, Ahmad Dahlan membentuk

sebuah sekolah di Yogyakarta, yaitu Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah yang diresmikan

 pada tanggal 1 Desember 1911. Ketika diresmikan, sekolah itu mempunyai 29 orang siswa

dan enam bulan kemudian terdapat 62 orang siswa yang belajar di sekolah itu. Sebagai

lembaga pendidikan yang baru saja terbentuk, sekolah yang didirikan oleh AhmadDahlan

memerlukan perhatian lebih lanjut agar dapat terus dikembangkan.Dalam kondisi seperti itu,

 pengalaman Ahmad Dahlan berorganisasi dalam Budi Utomo dan Jamiat Khair menjadi suatu

hal yang sangat penting bagi munculnyaide dan pembentukan satu organisasi untuk

mengelola sekolah tersebut, disamping kondisi makro pada saat itu yang telah menimbulkan

kesadaran akanarti penting suatu organisasi modern maupun masukan yang didapat dari

 parapendukung, termasuk dari para murid Kweekschool  Jetis. Ide pembentukan organisasi itu

kemudian didiskusikan lebih lanjut dengan orang-orang yang selama ini telah mendukung

 pembentukan dan pelaksanaan sekolah di Kauman, terutama para anggota dan pengurus Budi

Utomo serta guru dan murid Kweekschool  Jetis.

Dalam satu kesempatan untuk mendapatkan dukungan dalam rangka merealisasi ide

 pembentukan sebuah organisasi, Ahmad Dahlan melakukan pembicaraan dengan Budiharjo

yang menjadi kepala sekolah di Kweekschool  Jetis dan R. Dwijosewoyo, seorang aktivis Budi

utomo yang sangat berpengaruh pada masa itu. Pembicaraan tersebut tidak hanya terbatas

 pada upaya mencari dukungan, melainkan juga sudah difokuskan pada persoalan nama,

tujuan, tempat kedudukan, dan pengurus organisasi yang akan dibentuk. Pada bulan-bulan

akhir tahun 1912 persiapan pembentukan sebuah perkumpulan baru itu dilakukan dengan

lebih intensif, melalui pertemuan-pertemuan yang secara ekplisit membicarakan dan

merumuskan masalah seperti nama dan tujuan perkumpulan, serta peran Budi Utomo dalam

 proses formalitas yang berhubungan dengan pemerintah Hindia Belanda. Bahkan dalam

 perumusan Anggaran dasar organisasi ini pun dibantu oleh R. Sosrosugondo selaku guru

 bahasa Belanda dan bahasa Melayu, karena perumusannya dalam bahasa Belanda dan bahasa

Melayu.

7/21/2019 Pengertian Lembaga Islam

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-lembaga-islam 4/11

Muhammadiyah apabila di tinjau dari segi bahasa berarti umat dan pengikut Nabi

Muhammad. Menurut pengertian istilah, penamaan muhammadiyah adalah agar para anggota

dan pengikutnya dapat menauladani jejak Nabi Muhammad SAW, sehingga masing-masing

umat Muhammadiyah merasa bangga dan terhormat dengan ajaran agamanya, dan tidak perlu

merasa malu kepada siapapun yang mengatakan bahwa dirinya sebagai orang Islam yang taat

 pada tuntunan Nabinya. Pada hakekatnya, amalan-amalan Muhammadiyah telah dirintis oleh

K.H. Ahmad Dahlan sejak tahun 1905, jauh sebelum Muhammadiyah secara resmi didirikan.

Baru pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 bertepatan pada tanggal 18 November 1912

Muhammadiyah resmi berdiri.

2.  Faktor-Faktor Berdirinya Muhammadiyah

Faktor-faktor penyebab didirikannya Muhammadiyah, antara lain :

a.  Faktor Intern umat Islam Indonesia, yaitu :

1)  Rusaknya umat baik dalam bidang politik, ekonomi, kebudayaan, sertakeagamaan

2)  Tidak tegaknya kehidupan agama Islam dalam diri masyarakat.

3)  Tidak bersihnya Islam akibat dari bercampurnya berbagai macam faham.

4)  Tidak efisiennya berbagai macam lembaga-lembaga Islam yang ada.

5)  Kurang adanya persatuan dan kesatuan umat Islam dalam membela kepentingan

Islam.

 b.  Faktor Ekstern

1)  Pengaruh gerakan reformasi dan modernisasi yang dipelopori oleh Djamalludin

al-Afghani dan Muhammad Abduh.

2)  Kegiatan-kegiatan kristening politik, yaitu usaha mengkristenkan umat Islam.

3)  Adanya penjajahan kolonialis Belanda yang membelenggu rakyat dan umat Islam.

4)  Penetrasian kebudayaan barat, sehingga menimbulkan sikap acuh tak acuh bahkan

mencemoohkan ajaran Islam dari kalangan terpelajar Indonesia.

Muhammadiyah memiliki tugas menjaga amanat menjadi khalifah di muka bumi,

melalui upaya menciptakan lahan pendidikan yang mampu melahirkan kader-kader sesuai

dengan kebutuhan dan dinamika masyarakat yang lemah. Tugas pokok Muhammadiyah

adalah membimbing umat, atau memberikan arah untuk memberikan penyegaran paham

keagamaan. Muhammadiyah harus melihat secara tajam interaksi antara dinamika ekonomi

dengan gerakan dakwah yang tidak dapat di pisahkan satu sama lain.

7/21/2019 Pengertian Lembaga Islam

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-lembaga-islam 5/11

Muhammadiyah juga harus mampu menyeimbangkan adanya ketidak seimbangan

 persaingan antara kepentingan bisnis besar dengan ekonomi rakyat kecil.Karena kepentingan

ekonomi rakyat kecil yang di tandai oleh usaha kecil ini telah menyerap 83% dari kesempatan

kerja di luar sektor pertanian. Apabila ini tidak mendapat kesempatan secara seimbang dalam

mengembangkan ekonominya, maka akan berakibat pada semakin lemahnya ekonomi rakyat.

Perkembangan selanjutnya, Muhammadiyah terus berkembang dan hingga kini masih

menunjukkan eksistensinya di masyarakat.Kiprahnya di dalam masyarakat hingga membuat

 Nurcholis Madjid menunjuk Muhammadiyah sebagai organisasi modern terbesar di dunia di

kalangan umat Islam baik level nasional ataupun internasional.

 Nurcholis juga mengatakan bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi yang solid,

tetap utuh dari atas ke bawah. Muhammadiyah adalah organisasi yang amaliyah yang

terbesar, dilihat dari sejumlah sekolah dan universitasnya. Menurut Kuntowijoyo, seorang

sejarawan dari UGM, menyatakan bahwa Muhammadiyah merupakan sebuah gerakan Islam

 pembaharu, yang telah berhasil memadukan iman dan kemajuan melalui gerakan rasionalisasi

dan pemurnian agama yang merupakan ciri pembaruannya. Sehingga Muhammadiyah di

 pandang sebagai suatu ideologi yang sering dihubungkan dengan perubahan sosial, baik

masyarakat kota, industri, dan modern.

Untuk selanjutnya, Muhammadiyah terus berkembang dan tantangan semakin banyak.

Sehingga kritik pun perlu di dalam perkembangannya. Maka dari itu, dalam perkembangan

Muhammadiyah terus bermunculan berbagai macam kritik, dan hal tersebut nyatanya mampu

membuat Muhammadiyah terus berkembang hingga saat ini.

3.  Majelis Tarjih Muhammadiyah 

Muhammadiyah adalah organisasi sosial keagamaan yang memiliki misa utama

 pembaharuan atau tajdid terhadap pemahaman agama. Pembaharuan dalam muhammadiyah

meliputi dua segi jika dilihat dari sasarannya yaitu pembaharuan dalam arti mengembalikan

kepada kemurniannya dengan sasaran soal-soal prinsip perjuangan yang bersifat tetap dan

 pembaharuan dalam arti modernisasi dengan sasaran mengenai masalah metode, system,

tektik, setrategi, taktik perjuangan dan lain-lain.

Dalam Muktamar Muhammadiyah ke-17/1928 di Yogyakarta dibentuk susunan

 pengurus Majelis Tarjih Pusat sebagai ketuanya KH.Mas Mansur dan sekertaris KH. Aslan Z,

dibuat anggaran dasar yang menetapkan tugas dari majelis tarjih adalah mengamati

 perjalanan Muhammadiyah yang berhubungan dengan hukum-hukum agama, menerima dan

mentarjih hukum masalah khilafiyah yang diragukan hukumnya, penyelidikan dan

7/21/2019 Pengertian Lembaga Islam

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-lembaga-islam 6/11

 pembahasan yang berdasarkan Al-Quran dan Hadis. Majelis Tarjih berfungsi untuk

mengeluarkan fatwa atau memastikan hukum tentang masalah-masalah tertentu.

Manhaj al - Istinbath  adalah majelis tarjih dan pengembangan pemikiran islam

Muhammadiyah yang merumuskan secara dinamis aspek metodologis, yang dilakun terakhir

 pada tahun 2000 di Jakarta dengan prinsip yaitu mengubah istilah al- sunnah al-sohihah

menjadi al-sunnah maqbullah sebagai sumber hukum sesudah al-Quran, posisi ijtihad adalah

metode bukan sumber hukum, ijtihad meliputi metode bayani, ta’lili, dan ishtilahi, manhaj

menentukan empat pendekatan untuk kepentingan menetapkan hukum, dan lain-lain.

Dalam Majlis Tarjih Pengembangan Pemikiran Islam (MTPPI) dikembangkan atas

dasar prinsip-prinsip yang menjadi orientasi utama yaitu: prinsip al- Muro’ah  (konservasi),

 prinsip al-Tahdidsi (inovasi), dan prinsip al-Ibtikari (kreasi). Dalam pengambilan keputusan

MTPPI terhadap persoalan-persoalanyang memerlukan perpestik oleh majlis ini dibahas

dengan cara berupaya mencari dalil yang relevan, menerapkan manhaj al istinbath lalu

menarik natijah hukumnya, hasil keputusan kemudian diajukan kepemimpinan

muhammadiyah sesuai tingkatannya yang mempunyai otoritas untuk mentanfidzkan atau

tidak sesuai pertimbangan yang dimiliki, namun semua yang telah ditanfidzkan masih tetap

untuk diadkan tinjauan ulang.

Berikut adalah metodologi manhaj tarjih dalam mengeluarkan produk hokum:

A.  Sumber ajaran islam adalah al quran dan sunah mabulah

B.  Dalam masalah aqidah hanya menggunakan dalil mutawatir

C.  Pemahaman terhadap alquran dan sunah dilakukun secara kofrehensif, integralistik,

 baik dalam pendekatan tekstual maupaun kontekstual

D.  Peran akal dalam memahami alquran dan sunah diterima

E.  Objek ijtihad adalah:

a)  Ijtiha masalah-masalah tayang terdapat dalam dalil-dalil dhonni, baik

dhonnisubut maupun dhonni dalalah

 b)  Masalah yang secara eksplisit tidak ada dalam alquran dan sunah

F.  ijtihad yang ditenpuh muhammadiyah adalah:

a)  ijtihad bayani (menggunakan pendekatan kebahasaan)

 b)  ijtihad ta`lili (menggunakan pendekatan illat hokum)

c)  ijtihad istishlahi (menggunakan pendekatan maslahat)

G.  qiyas tidak berlaku dalam masalah ibadah mahdhoh dan masalahyang sudah ada

dalil sorihnya dalam alquran dan sunah

H.  untuk memahami nash mustarok faham sahabat dapat diterima

7/21/2019 Pengertian Lembaga Islam

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-lembaga-islam 7/11

I.  dalam memahami nash yang berkaitan gengan sqidah, makna dhohir didahulukan

dari ta`wil dan paham sahabat tidak harus diterima

J.  takhsisulkiyab bisunnah dapat diterima

K.  jarh wa ta`dil diselesaikan dengan:

a)  al jam`u wal taufiq(yakni memadukan dua dalil sehingga semia dapat terpakai)

 b)  attarjih (memilih dalil yang kuat untuk diamalkan

c)  annasakh (mengamalkan dalil yang muncul paling akhir)

d)  attawaquf (menghentikan penelitian pada dalil yang ta`arud dan mencari dalil

yang baru

L.  hadis mauquf tidak dapat dijadikan hujjah, kecuali yang dihukumi marfu`

M. hadis mursal sohabi dapat dijadikan hujjah

 N.  hadis mursal tabi`I tidak dapat dijadikan hujjah, kecuali jika ada petunjuk yang

menunjukkan kebersambungan sanad

O.  hadis mudallas tidak dapat dijadikan hujjah , kecuali jika ada petunjuk yang

menunjukkan bahwa hadis itu muttasil

P.  hadis da`if yang saling menguatkan tidak dapat dijadikan hujjah, kecuali jika

 banyak jalannya dan terdapat padanya qorinah yang menunjukkan bahwa hadis itu

dari nabi dan tidak bertentangan dangan alquran dan sunah sohihah

Q.  jika terjadi jarh wa ta`di didahulukan jarh

4.  Fatwa Muhammmadiyah

Sejumlah Fatwa yang telah dikeluarkan antara lain adalah:

a.  Fatwa Muhammadiyah Tentang Merokok

Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah mengeluarkan fatwa bahwa merokok adalah

kegiatan haram bagi umat Islam.Berbeda dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI),

fatwa haram yang dikeluarkan Muhammadiyah itu tanpa batas umur tertentu.

Pada tahun 2005 Majelis Tarjih terlebih dahulu mengeluarkan fatwa yang berbunyi,

merokok hukumnya mubah, yang berarti boleh dikerjakan, tapi kalau ditinggalkan lebih

 baik. Namun, fatwa itu kemudian direvisi karena dampak negatif merokok mulai

dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, tidak hanya oleh perokok.

Keputusan yang dituangkan dalam fatwa No 6/SM/MTT/III/2010 itu menggunakan

 pertimbangan dasar dalam Alquran dan hadis (hukum Islam), serta pertimbangan sebab-

akibat. Merokok terbukti sebagai upaya menyakiti dan membahayakan diri sendiri secara

7/21/2019 Pengertian Lembaga Islam

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-lembaga-islam 8/11

 perlahan. Merokok juga menimbulkan mudharat untuk orang lain, serta termasuk tindak

 pemborosan yang mubazir.

Dasar ketiga hal tersebut secara jelas tertuang dalam Surat An-Nisa ayat 29, surat Al

Baqarah ayat 195. Saat ini, Muhammadiyah sedang menyiapkan jalan keluar penyiapan

tanaman alih fungsi bagi petani tembakau. Pihaknya juga akan menekan pemerintah

untuk membatasi impor tembakau yang menyengsarakan petani kecil.

 b.  Fatwa Muhammadiyah tentang Memilih Partai Politik Dan Calon Legislatif

dalam naskah Khithah Perjuangan dalam Berbangsa dan Bernegara, sikap politik

Muhammadiyah disebutkan sebagai berikut:

“Muhammadiyah meyakini bahwa politik dalam kehidupan bangsa dan negara

merupakan salah satu aspek dari ajaran Islam dalam urusan keduniawian (al-umur ad-

dunyawiyat) yang harus selalu dimotivasi, dijiwai, dan dibingkai oleh nilai-nilai luhur

agama dan moral yang utama. Karena itu diperlukan sikap dan moral yang positif dari

seluruh warga Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan politik untuk tegaknya

kehidupan berbangsa dan bernegara.

Muhammadiyah tidak berafiliasi dan tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan

kekuatan-kekuatan politik atau organisasi manapun. Muhammadiyah senantiasamengembangkan sikap positif dalam memandang perjuangan politik dan menjalankan

fungsi kritik sesuai dengan prinsip amar ma'ruf nahi munkar demi tegaknya sistem politik

kenegaraan yang demokratis dan berkeadaban.

Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada setiap anggota Persyarikatan untuk

menggunakan hak pilihnya dalam kehidupan politik sesuai hati nurani masing-masing.

Penggunaan hak pilih tersebut harus merupakan tanggungjawab sebagai warga negara

yang dilaksanakan secara rasional dan kritis, sejalan dengan misi dan kepentingan

Muhammadiyah, demi kemaslahatan bangsa dan negara.

Muhammadiyah meminta kepada segenap anggotanya yang aktif dalam politik untuk

 benar-benar melaksanakan tugas dan kegiatan politik secara sungguh-sungguh dengan

mengedepankan tanggung jawab (amanah), akhlak mulia (akhlaq al-karimah),

keteladanan (uswah hasanah), dan perdamaian (ishlah). Aktifitas politik tersebut harus

sejalan dengan upaya memperjuangkan misi Persyarikatan dalam melaksanakan da'wah

amar ma'ruf nahi munkar.” 

7/21/2019 Pengertian Lembaga Islam

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-lembaga-islam 9/11

 

7/21/2019 Pengertian Lembaga Islam

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-lembaga-islam 10/11

BAB III

KESIMPULAN 

Lembaga hukum Islam adalah suatu badan yang didalamnya terdapat para ahli yang

memutuskan hukum didasarkan pada ajaran Islam, yang sengaja diadakan untuk memenuhi

kebutuhan umat Islam yang sangat beragam dan kompleks mengikuti perkembangan zaman

yang tentunya perkembangan zaman tersebut memunculkan berbagai permasalahan umat

yang harus segera diselesakan demi keutuhan umat serta sebagai upaya dalam membimbing

umat agar tidak tersesat dari jalan yang benar.

Muhammadiyah merupakan salah satu lembaga hukum islam di Indonesia, apabila di

tinjau dari segi bahasa berarti umat dan pengikut Nabi Muhammad. Menurut pengertian

istilah, penamaan muhammadiyah adalah agar para anggota dan pengikutnya dapat

menauladani jejak Nabi Muhammad SAW, sehingga masing-masing umat Muhammadiyah

merasa bangga dan terhormat dengan ajaran agamanya, dan tidak perlu merasa malu kepada

siapapun yang mengatakan bahwa dirinya sebagai orang Islam yang taat pada tuntunan

 Nabinya.

Muhammadiyah memiliki majelis tarjih yang berperan dalam mengamati perjalanan

Muhammadiyah yang berhubungan dengan hukum-hukum agama, menerima dan mentarjih

hukum masalah khilafiyah yang diragukan hukumnya, penyelidikan dan pembahasan yang

 berdasarkan Al-Quran dan Hadis. Majelis Tarjih berfungsi untuk mengeluarkan fatwa atau

memastikan hukum tentang masalah-masalah tertentu.

Majelis tarjih Muhammadiyah mengembangkan ijtihad meliputi metode bayani,

ta’lili, dan ishtilahi.  manhaj tarjih menentukan pendekatan tersebut untuk kepentingan

menetapkan hukum, dan lain-lain.

7/21/2019 Pengertian Lembaga Islam

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-lembaga-islam 11/11

Daftar Bacaan

Sodiqin, Ali. 2012.  Fiqh Ushul Fiqh, “Sejarah, Metodologi, dan  Implikasainya di

 Indonesia”. Yogyakarta: Beranda

Arifin, Bustanul. 1996.  Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia, “Akar SejarahHambatan

dan Prospeknya”. Jakarta : Gema Insani Press

Taufiq, dkk. 1998. Hukum Islam dalam Tatanan Masyarakat Indonesia. Bandung: Logos

Fatkhurrahman Djamil, 1995,  Metode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah, ( Jakarta,

Logos,)

Syafii Maarif, “Gagasan Besar dalam Kemiskinan Nuansa: Masalah Lima dan Matan  

Keyakinan Cita-cita Hidup Muhammadiyah dalam Sorotan”, dalam Haedar Nashir (ed.),

Dialog Pemikiran Islam

Jurnal kajian tematik pimpinan pusat muhammadiyah edisi keempat 13 Desember 2008