Pengertian Pendidikan Islam

download Pengertian Pendidikan Islam

of 30

Transcript of Pengertian Pendidikan Islam

Pengertian Pendidikan IslamPendidikan Islam yaitu bimbingan jasmani dan rohani menuju terbentuk kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian lain Pendidikan Islam merupakan suatu bentuk kepribadian utama yakni kepribadian muslim. kepribadian yg memiliki nilai-nilai agama Islam memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dgn nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam merupakan pendidikan yg bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yg bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikan adl mewujudkan tujuan ajaran Allah (Djamaluddin 1999: 9). Menurut Hasan Langgulung yg dikutip oleh Djamaluddin (1999) Pendidikan Islam ialah pendidikan yg memiliki empat macam fungsi yaitu :y

y y y

Menyiapkan generasi muda utk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yg akan datang. Peranan ini berkaitan erat dgn kelanjutan hidup masyarakat sendiri. Memindahkan ilmu pengetahuan yg bersangkutan dgn peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda. Memindahkan nilai-nilai yg bertujuan utk memilihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yg menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban. Mendidik anak agar beramal di dunia ini utk memetik hasil di akhirat.

An-Naquib Al-Atas yg dikutip oleh Ali mengatakan pendidikan Islam ialah usaha yg dialakukan pendidik terhadap anak didik utk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yg benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yg tepat di dalam tatanan wujud dan keberadaan (1999: 10 ). Adapun Mukhtar Bukhari yg dikutip oleh Halim Soebahar mengatakan pendidikan Ialam adl seganap kegiatan yg dilakukan seseorang atau suatu lembaga utk menanamkan nilai-nilai Islam dalam diri sejumlah siswa dan keseluruhan lembaga-lembaga pendidikan yg mendasarkan program pendidikan atau pandangan dan nilai-nilai Islam (2002: 12). Pendidikan Islam adl jenis pendidikan yg pendirian dan penyelenggaraan didorong oleh hasrat dan semangat cita-cita utk mengejewantahkan nilai-nilai Islam baik yg tercermin dalam nama lembaga maupun dalam kegiatan-kegiatan yg diselenggarakan (Soebahar 2002: 13). Kendati dalam peta pemikiran Islam upaya menghubungkan Islam dgn pendidikan masih diwarnai banyak perdebatan namun yg pasti relasi Islam dgn pendidikan bagaikan dua sisi mata uang mereka sejak awal mempunyai hubungan filosofis yg sangat mendasar baik secara ontologis epistimologis maupun aksiologis. Yang dimaksud dgn pendidikan Islam disini adl : pertama ia merupakan suatu upaya atau proses yg dilakukan secara sadar dan terencana membantu peserta didik melalui pembinaan asuhan bimbingan dan pengembangan potensi mereka secara optimal agar nanti dapat memahami menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai keyakinan dan pandangan hidup demi keselamatan di dunia dan akherat. Kedua merupakan usaha yg sistimatis pragmatis dan metodologis dalam membimbing anak didik atau tiap individu dalam memahami menghayati dan mengamalkan ajaran islam secara utuh demi terbentuk kepribadian yg utama menurut ukuran islam. Dan ketiga merupakan segala upaya pembinaan dan pengembangan potensi anak didik utk

diarahkan mengikuti jalan yg islami demi memperoleh keutamaan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat. Menurut Fadlil Al-Jamali yg dikutip oleh Muzayyin Arifin pendidikan Islam adl proses yg mengarahkan manusia kepada kehidupan yg baik dan mengangkat derajat kemanusiaan sesuai dgn kemampuan dasar (fitroh) dan kemampuan ajar (2003: 18). Maka dgn demikian pendidikan Islam dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa pendidikan Islam sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia baik dari aspek rohaniah jasmaniah dan juga harus berlangsung secara hirarkis. oleh krn itu pendidikan Islam merupakan suatu proses kematangan perkembangan atau pertumbuhan baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses kearah tujuan transformatif dan inovatif. Pendidikan islam sebagaimana rumusan diatas menurut Abd Halim Subahar ( 1992 : 64) memiliki beberapa prinsip yg membedakan dgn pendidikan lain Prinsip Pendidikan islam antara lain :y y y y y y

Prinsip tauhid Prinsip Integrasi Prinsip Keseimbangan Prinsip persamaan Prinsip pendidikan seumur hidup dan Prinsip keutamaan.

Sedangkan tujuan pendidikan islam dapat dirumuskan sebagai berikut :y y

y

Untuk membentuk akhlakul karimah. Membantu peserta didik dalam mengembangkan kognisi afeksi dan psikomotori guna memahami menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai pedoman hidup sekaligus sebagai kontrol terhadap pola fikir pola laku dan sikap mental. Membantu peserta didik mencapai kesejahteraan lahir batin dangan membentuk mereka menjadi manusia beriman bertaqwa berakhlak mulia memiliki pengetahuan dan keterampilan berkepribadian integratif mandiri dan menyadari sepenuh peranan dan tanggung jawab diri di muka bumi ini sebagai abdulloh dan kholifatulloh.

Dengan demikian sesungguh pendidikan islam tak saja fokus pada education for the brain tetapi juga pada education for the heart. Dalam pandangan islam krn salah satu misi utama pendidikan islam adl dalam rangka membantu peserta didik mencapai kesejahteraan lahir batin maka ia harus seimbang sebab bila ia hanya focus pada pengembangan kreatifiats rasional semata tanpa diimbangi oleh kecerdasan emosional maka manusia tak akan dapat menikmati nilai kemajuan itu sendiri bahkan yg terjadi adl demartabatisasi yg menyebabkan manusia kehilangan identitas dan mengalami kegersangan psikologis dia hanya meraksasa dalam tehnik tapi merayap dalam etik. Demikian pula pendidikan islam mesti bersifat integralitik arti ia harus memandang manusia sebagai satu kesatuan utuh kesatuan jasmani rohani kesatuan intelektual emosional dan spiritual kesatuan pribadi dan sosial dan kesatuan dalam melangsungkan mempertahankan dan mengembangkan hidup dan kehidupannya.

Dasar-Dasar Pendidikan Islam Dalam tiap aktivitas manusia sebagai instrumen transformasi ilmu pengetahuan budaya dan sebagai agen perubahan sosial pendidikan memerlukan satu landasan fundamental atau basik yg kuat. Adapaun dasar yg di maksud adl dasar pendidikan Islam suatu totalitas pendidikan yg wajib bersandar pada landasan dasar sebagaimana yg akan dibahas dalam bagian berikut ini. Pendidikan Islam baik sebagai konsep maupun sebagai aktivitas yg bergaerak dalam rangka pembinaan kepribadian yg utuh paripurna atau syumun memerlukan suatu dasar yg kokoh. kajian tentang pendidikan Islam tak lepas dari landasan yg terkait dgn sumber ajaran Islam yaitu :y

Al-Quran

Al-Quran ialah firman Allah berupa wahyu yg disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalam terkandung ajaran pokok yg dapat dikembangkan utk keperluan aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yg terkandung dalam Al-Quran itu terdiri dari dua prinsip besar yaitu yg berhubungan dgn masalah keimanan yg disebut aqidah dan yg berhubungan dgn amal disebut syariah. Oleh krn itu pendidikan Islam harus menggunakan Al-Quran sebagai sumber dalam merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam sesuai dgn perubahan dan pembaharuan (Darajat 2000: 19).y

As-Sunnah

As-Sunnah ialah perkataan perbuatan ataupun pengakuan rasul. Yang di maksud dgn pengakuan itu ialah kejadian atau perbuatan orang lain yg diketahui oleh Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah AlQuran yg juga sama berisi pedoman utk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspek utk membina umat menjadi manusia seutuh atau muslim yg bertaqwa. Untuk itulah rasul Allah menjadi guru dan pendidik utama. Maka dari pada itu Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim dan selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebab mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam memahami termasuk yg berkaitan dgn pendidikan. As-Sunnah juga berfungsi sebagai penjelasan terhadap beberapa pembenaran dan mendesak utk segara ditampilkan yaitu :y y

Menerangkan ayat-ayat Al-Quran yg bersifat umum Sunnah mengkhitmati Al-Quran.

y Ijtihad Ijtihad adl istilah para fuqoha yaitu berfikir dgn menggunakan seluruh ilmu yg dimiliki oleh ilmuan syariat Islam utk menetapkan atau menentukan sesuatu hukum syara dalam hal-hal yg ternyata belum ditegaskan hukum oleh Al-Quran dan Sunnah. Namun dgn demikian ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan tetapi tetap berpedoman pada Al-Quran dan Sunnah. Oleh krn itu ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum Islam yg sangat dibutuhkan

sepanjang masa setelah rasul Allah wafat. Sasaran ijtihad ialah segala sesuatu yg diperlukan dalam kehidupan yg senantiasa berkembang. Ijtihad dalam bidang pendidikan sejalan dgn perkembangan zaman yg semakin maju bukan saja dibidang materi atau isi melainkan juga dibidang sistem. Secara substansial ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Quran dan Sunnah yg diolah oleh akal yg sehat dari para ahli pendidikan Islam.y

Al-Kaun

Maksud Allah menurunkan ayat kauniyah tersebut yaitu utk mempermudah pemahaman manusia terhadap lingkungan sekitar sehingga dapat mengakui kebesaran seperti yg terdapat dalam AlQuran surat Ar- Radu ayat 3 yg berbunyi :

Arti : Dialah Tuhan yg mmembentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung sungai-sungai padanya. Dia menjadikan pada buah-buahan berpasang-pasangan. Allah jualah yg menutup malam kepada siang sesungguh pada yg demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yg berfikir (Depag RI 1992: 368). Berdasarkan firman Allah di atas bahwa tiap orang berfikir harus mengakui kebesaran Allah dan hal ini relevan utk dijadikan dasar dalam pendidikan Islam.

Unsur-Unsur Pendidikan IslamDalam implementasi fungsi pendidikan Islam sangat memperhatikan aspek yg mendukung atau unsur yg turut mendukung terhadap tercapai tujuan dari pendidikan Islam. Adapun aspek atau unsur-unsur tersebut adl : Tujuan Pendidikan Islam Menurut Fadlil Aljamali yg dikutip oleh Abdul Halim Soebahar sebagai berikut: Pertama mengenalkan manusia akan peran diantara sesama (makhluk) dan tanggung jawab pribadinya. Kedua mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawab dalam tata hidup bermasyarakat. Ketiga mengenalkan manusia akan alam ini dan mengajak mereka utk mengetahui hikmah diciptakan serta memberi kemungkinan utk mengambil manfaat dari alam tersebut. Keempat mengenalkan manusia akan pencipta alam ini (Allah) dan memerintahkan beribadah kepada-Nya (2002: 19-20). Tujuan pendidikan Islam adl tercapai pengajaran pengalaman pembiasaan penghayatan dan keyakinan akan kebenarannya. Sedangkan menurut Zakiyah Dzarajat tujuan pendidikan Islam yaitu membentuk insan kamil dgn pola taqwa dapat mengalami perubahan bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Oleh krn itulah tujuan pendidikan Islam itu berlaku selama hidup utk menumbuhkan memupuk mengembangkan memelihara dan mempertahankan (2000: 31). Hal yg sama pula tujuan pendidikan Islam dapat dipahami dalam firman Allah :

Arinya: Wahai orang-orang yg beriman bertaqwalah kamu kepada Allah dgn sebenar-benar taqwa; dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim (QS. 3 Ali-Imron: 102). Sedangkan menurut Ahmad D Marimba yg dikutip oleh Halim Soebahar menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adl terbentuk muslim. Dan menurut bahwa tujuan demikian identik dgn tujuan hidup tiap muslim. Adapun tujuan hidup seorang muslim adl menghamba kepada Allah yg berkaitan dgn firman Allah Surat Dzariat 56 yg berbunyi : Artinya: Dan aku (Allah) tak menjadikan jin dan manusia melainkan utk meyembah-Ku. Dan masih banyak beberapa deskripsi yg membahas tentang tujuan pendidikan Islam seperti konfrensi pendidikan di Islamabat tahun 1980 bahwa pendidikan harus merealisasikan cita-cita (idealitas) Islam yg mencakup pengembangan kepribadian muslim secara meyeluruh yg harmonis yg berdasarkan fisiologis dan psikologis maupun yg mengacu kepada keimanan dan sekaligus berilmu pengetahuan secara berkeseimbangan sehingga terbentuklah muslim yg paripurna berjiwa tawakkal secara total kepada Allah sebagaimana firman Allah Surat Al-Anam Ayat 162:

Artinya: Katakanlah sesungguh sholatku ibadahku hidup dan matiku hanya bagi Allah tuhan semesta alam. Imam Al-Ghazali mengatakan tujuan penddikan Islam adl utk mencapai kesempurnaan manusia yg mendekatkan diri kepada Allah dan bertujuan meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. (Langgulung 1990: 9). Maka dari pada itu tujuan pendidikan Islam dirumuskan dalam nilai-nilai filosofis yg termuat dalam filsafat pendidikan Islam. Seperti hal dasar pendidikan maka tujuan pendidikan Islam juga identik dgn tujuan Islam itu sendiri. Sedanagkan Muhammad Umar Altomi Al-Zaibani yg dikutip oleh Djalaluddin mengatakan tujuan pendidikan Islam adl utk mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai akhlak ul karimah. Tujuan ini sama dan sebangun dgn tujuan yg akan dicapai oleh misi kerasulann yaitu membimbing manusia agar berakhlak mulia. (2001: 90). Maka dgn demikian tujuan pendidikan Islam yg berdasarkan deskripsi di atas ialah menanamkan makrifat (kesadaran) dalam diri manusia terhadap diri sendiri selaku hamba Allah kesadaran selaku anggota masyarakat yg harus meiliki rasa tanggung jawab sosial terhadap pembinaan masyarakat serta menanamkan kemampuan manusia utk menolak memanfaatkan alam sekitar sebagai ciptaan Allah bagi kepentingan kesejahteraan manusia dan kegiatan ibadah kepada pencipta alam itu sendiri. Telah kita ketahui bahwa dasar tujuan pendidikan ditiap-tiap negara itu tak selalu tetap sepanjang masa melainkan sering mengalami perubahan atau pergantian sesuai dgn perkembangan zaman. Perumbakan itu biasa akibat dari pertentangan pendirian atau ideologi yg ada di dalam masyarakat itu. Hal ini kerap kali terjadi lebih-lebih di negara yg belum stabil kehidupan politik krn mereka yg bertentangan itu sadar bahwa pendidikan memegang peranan penting sebagai generasi bangsa. Sama hal dgn tujuan pendidikan di Indonesia juga selalu berubah-rubah dikarenakan kondisi dan situasi politik tak stabil. Hal ini dibuktikan mulai tahun 1946 sampai pada saat sekarang. Dengan demikian tujuan pendidikan itu tak berdiri sendiri melainkan dirumuskan atas dasar hidup bangsa dan cita-cita negara dimana pendidikan itu dilaksanakan. Sikap hidup itu dilandasi oleh normanorma yg berlaku bagi semua warga negara. Oleh krn itu sebelum seseorang melaksanakan tugas kependidikan terlebih dahulu harus memahami falsafah negara supaya norma yg melandasi hidup bernegara itu tercermin dari

tindakan agar pendidikan yg diarahkan kepada pembentukan sikap posisi pada peserta didik hendak diperhitungkan pula bahwa manusia muda (peserta didik) itu tak hidup tersendiri di dunia ini. (Uhbiyati dkk2001:135-139) Subjek Pendidikan. Subjek pendidikan adl orang yg berkenaan langsung dgn proses pendidikan dalam hal ini pendidik dan peserta didik. Peserta didik yaitu pihak yg merupakan sabjek terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan atau tindakan pendidik itu diadakan atau dilakukan hanyalah utk membawa anak didik kepada tujuan pendidikan Islam yg dicita-citakan. Dalam PPRI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa yg dimaksud dgn peserta didik ialah anggota masyarakat yg berusaha menyumbangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yg tersedia pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu (PPRI 2005: 12) Pendidik atau guru secara implisit ia telah merelakan diri dan memikul dan menerima sebagai tanggung jawab pendidikan yg terpikul dipundak pada oranag tua. (Dzarajat 2000: 39) Maka dgn demikian subjek pendidikan Islam yaitu semua manusia yg berproses dalam dunia pendidikan baik formal informal maupunn nonformal yg sama-sama mempunyai tujuan demi pengembangan kepribadiannya. Sehingga menjadi insan yg mempunyai kesadaran penuh kepada sang pencipta. Kurikulum dan Materi. Hal penting yg perlu diketahui dalam proses belajar mengajar atau proses kependidikan dalam suatu lembaga adl kurikulum (Arifin 2003: 77). Menurut Soedijarto yg dikutip Khoiron Rosyadi mengartikan kurikulum dgn lima tingkatan yaitu : Pertama sebagai serangkaian tujuan yg menggambarkan berbagai kemapuan (pengetahuan dan keterampilan) nilai dan sikap yg harus dikuasi dan dimiliki oleh peserta didik dari suatu satuan pendidikan; Kedua sebagai kerangka materi yg memberikan gambaran tentang bidang-bidang study yg harus dipelajari oleh peserta didik utk menguasai serangkaian kemampuan nilai dan sikap yg secara institusional harus dikuasi oleh peserta didik setelah selesai dgn pendidikannya; Ketiga diartikan sebagai garis besar materi dari suatu bidang study yg telah dipilih utk dijadikan objek belajar. Keempat adalah sebagai panduan dan buku pelajaran yg disusun utk menunjang terjadi proses belajar mengajar; Kelima adalah sebagai bentuk dan jenis kegiatan belajar mengajar yg dialami oleh para pelajar termasuk di dalam berbagai jenis bentuk dan frekuensi evaluasi yg digunakan sebagai bagian terpadu dari strategi belajar mengajar yg direncanakan utk dialami para pelajar. (2004:243-244) Oleh karena itu kurikulum menggambarkan kegiatan belajar mengajar dalam suatu lembaga kependidikan tak hanya dijabarkan serangkai ilmu pengetahuan yg harus diajarkan pendidik kepada anak didik dan anak didik mempelajarinya. Tetapi juga segala kegiatan yg bersifat kependidikan yg dipandanag perlu krn mempunyai pengaruh terhadap anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Adapun pengertian kurikulum secara etimologi berasal dari bahasa latin (suatu jarak yg harus ditempuh dalam pertandingan olahraga) kemudian yg dialihkan kedalam pengertian pendidikan menjadi suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat didalamnya. Dan secara termenologi adl menunjukkan tentang segala mata pelajaran yg dipelajarai dan juga semua pengalamam yg harus diperoleh serta semua kegiatan yg harus dilakukan anak.

Adapun yg dimaksud dgn materi yaitu bahan-bahan atau pengalaman belajar ilmu agama Islam yg disusun sedemikian rupa atau disampaikan kepada anak didik.(Uhbiyati 2003:14) Materi dan kurikulum memiliki keterkaitan atau depadensi yg sangat erat mengingat meteri merupakan integral dari kurikulum dan pencapaian materi secara sistematis diatur dari kurikulum yg ada.

Metode Media dan Evaluasi.Metode merupakan instrumen dan dipergunakan utk mencapai tujuan pendidikan atau alat yg mempunyai fungsi ganda yaitu yg bersifat polipragmatis dan monopragmatis. Oleh krn itu metode dalam pengertian litter lijk kata metode berasal dari bahasa grek yg terdiri dari meta yg berarti melalui dan hodos yg berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yg dilalui. Maka secara umum metode diartikan sebagai cara mengerjakan sesuatu cara itu mungkin baik mungkin tak baik. atau metode juag dapat diartikan sebagai cara utk mempermudah pemberian pemahaman kepada anak didik mengenai bahan atau materi yg diajarkan. (Arifin 2003: 89) Media menurut gerlach dan Eli sebagaimana dikutip Azhar Arsyad mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adl manusia materi atau kejadian yg membangun kondisi yg membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan keterampilan atau sikap (1996: 1) Jadi media merupakan sarana utk mempermudah pemberian pemahaman kepada peserta didik. Evaluasi adl suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi utk menilai keputusan-keputusan yg dibuat dalam merancang suatu sistem pengajaran atau yg dimaksud evaluasi dalam pendidikan Islam adl merupakan cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku peserta didik berdasarkan standar perhitungan yg bersifat komprehensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental psikologis dan spritual religius krn manusia hasil pendidikan Islam bukan saja sosok pribadi yg tak hanya bersikap religius melainkan juga berilmu dan berketarampilan yg sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan masyarakatnya. (Arifin 2000: 238) Dalam rangka menilai keberhasilan pendidikan evaluasi penting utk dilaksanakan krn sebagai pijakan dalam merumuskan program-program pendidikan yg akan datang.

LingkunganLingkungan ialah sesuatu yg berada diluar diri anak dan mempengaruhi perkembangannya. Lingkungan sendiri dibagi tiga macam yg keseluruhan mendukung terhadap proses implementasi pendidikan Islam misal masyarakat sekolah dan keluarga. Dalam arti yg luas lingkungan mencakup iklim dan geografis tempat tinggal adat istiadat pengetahuan pendidikan dan alam. Oleh krn itu dgn kata lain lingkungan ialah segala sesuatu yg tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yg senantiasa berkembang. (Daradjat 2000: 63) Jadi lingkungan mempunyai andil yg sangat signifikan dalam pembentukan sikap dan prilaku yg pada akhir akan membentuk sebuah kepribadian yg sempurna.

PENDIDIKAN DALAM ISLAMBy Akh Ence Surahman, on December 10th, 2010

Oleh: Ence Surahman (Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Bandung) Dalam buku panduan kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam di Universitas Pendidikan Indonesia dituliskan bahwa pendidikan dalam pandangan Islam mencakup kedua pandangan diatas, yaitu pandangan individu dan pandangan masyarakat. Artinya pendidikan dalam kaca mata Islam merupakan pewarisan nilai-nilai budaya sekaligus merupakan usaha untuk mengembangkan potensi-potensi individu yang akan mewarisi nilai-nilai budaya tersebut. Namun secara definitif para ahli belum mempunyai kesepakatan dalam mendefinisikan pengertian pendidikan Islam. Hal ini terlihat dari hasil Konferensi internasional Islam yang pertama pada tahun 1977 di Universitas King Abdul Aziz belum berhasil menyusun definisi pendidikan yang dapat disepakati. Dikutif dari buku penduan kulaih SPAI diatas bahwa hasil konferensi tersebut sebagaimana diungkap oleh Syahidin (2001:28) setidaknya merekomendasikan tiga istilah yang sementara ini dianggap bisa mewakili definisi atau gamabaran tentang pendidikan Islam secara etimologis, yaitu at-Tarbiyah yang diutarakan oleh al- Nahlawi dan kebanyakan para ahli pendidikan Islam lainnya, kemudian al-Tadib, yang diutarakan oleh Muhamad Naquib Alattas, dan alTalim, yang diutarakan oleh Abdul Fatah Jalal. Penjelasan mengenai ketiga istilah pendidikan Islam diatas sebagai berikut, menurut al-Nahlawi (1996:30-33) istilah yang tepat untuk merujuk arti pendidikan adalah kata tarbiyah. Menurutnya, kata ini dalam kamus bahasa arab berasal dari tiga kata, yang pertama raba yarbu yang bearti bertambah dan tumbuh; kedua rabiya yarba dengan bentuk khaifiya yakhfa yang berarti besar; dan ketiga rabba yarubbu dengan bentuk madda yamuddu yang berarti memperbaiki, menguasi urusan, menuntun, menjaga dan memelihara. Dengan berdasar ketiga kata tersebut Abdurrahman al-Bani menyimpulkan bahwa pendidikan (tarbiyah) terdiri atas empat unsur, yaitu; (1) menjaga dan memelihara fitrah manusia menjelang ia dewasa; (2) mengembangkan seluruh potensi manusia dengan segala kesiapannya; (3) mengarahkan fitrah dan semua potensinya menuju kepada kebaikan dan kesempurnaan; dan (4) semua proses diatas dilaksanakan secara bertahap. Sementara itu menurut Abdul Fatah Jalal (1988:28) berpendapat bahwa istilah yang paling tepat untuk medefinisikan pendidikan adalah kata talim. Karena kata talim menurut beliau memiliki jangkauan yang lebih luas dari pada tarbiyah. Menurutnya kata tarbiyah adalah suatu proses persiapan dan pemeliharaan anak didik pada masa kanak-kanak didalam keluarga. Kata tarbiyah lebih cocok pada suatu proses persiapan dan pengasuhan pada fase pertama pertumbuhan

manusia. Sedangkan talim prosesnya tidak terhenti sampai anak itu menjelang dewasa melaikan seumur hidup. Maka menurutnya kata talim dianggap lebih universal dibanding kata tarbiyah.

Istilah yang ketiga yaitu tadib dikemukakan oleh Naquib Alattas. Menurutnya istilah tadib ini dianggap sangat tepat, karena tidak telalu sempit sebagaimana istilah talim dan tidak terlalu luas seperti halnya istilah tarbiyah bahkan bisa digunakan untuk hewan, dan tumbuhan. Sedangkan kata tadib digunakan hanya pada manusia tapi bukan sekedar mengajar dan kata ini sudah termasuk didalamnya makna taim dan tarbiyah. Dari beberapa pengertian diatas, secara etimologis penggunaa kata tarbiyah, talim dna tadib pada prinsipnya sama yaitu digunakan untuk menjelaskan suatu proses dalam menumbuh kembangkan seluruh potensi yang baik dalam diri manusia kearah kematangannya, baik secara fisik, akal maupun kejiwaannya. Secara terminologis definisi pendidikan Islam sebagai berikut: Menurut Ahmad D. Marimba dalam Hamdani Ihsan (2001:15), pendidikan Islam adalah proses bimbingan jasmani dan rohani manusia berdasarkan aturan Islam menuju terbentuknya kepribadian utama atau kepribadian muslim yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. Sementara itu Azyumardi Azra (2004:6) dalam bukunya, memaknai pendidikan Islam sebagai proses pendidikan individu berdasarkan ajaran-ajaran Islam. Melalui proses dimana individu dibentuk agar mencapai derajat yang tinggi sehingga ia mampu menunaikan tugasnya sebagai khalifah dimuka bumi, dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia akhirat. An-Nahlawi mendefinisikan pendidikan Islam adalah usaha yang dilaksanakan secara bertahap untuk menjaga, memelihara dan mengembangkan fitrah serta seluruh potensi peserta didik menuju kepada kebaikan dan kesempurnaan sebagaimana yang diciptakan Allah untuknya. Menurut Naquib Alattas dalam Syahidin (2001:36), pendidikan Islam sebagai suatu upaya melatih sensibilitas mahasiswa-mahasiswa sehingga mereka mampu mengahdapi kehidupan dan memilih keputusan yang tepat dalam mengarungi kehidupan ini berdasarkan nilai-nilai atau etika Islam yang berujung pada pengakuan terhadap kedudukan Tuhan dalam penciptaannya.

Institusi pendidikan dalam IslamDaripada Wikipedia, ensiklopedia bebas. Lompat ke: pandu arah, cari

Pendidikan menurut Islam mempunyai kedudukan yang tinggi. Ini dibuktikan dengan wahyu pertama yang disampaikan kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang menyuruh bagainda membaca dalam keadaan beliau yang ummi [1]. Di samping itu, wahyu ini juga mengandungi suruhan belajar mengenali Allah s.w.t., memahami fenomena alam serta mengenali diri yang merangkumi prinsip-prinsip aqidah, ilmu dan amal. Ketiga-tiga prinsip ini merupakan teras kepada falsafah pendidikan Islam [2]. Definisi pendidikan juga kerapkali menampakkan perbezaan dalam penekanan dan konsepnya di kalangan sarjana Barat. Ahli falsafah Amerika, John Dewey menyatakan bahawa pendidikan adalah The process of forming fundamental dispositions, intellectual and emotional forwards nature and fellow men. [3] Prof. H. Hone pula berpendapat: Education is the eternal process of superior adjustment of the physically developed, free conscious, human beings to God as manifested in the intellectual, emotional and relational environment of men. [4] Ahli falsafah Yunani yang terkenal, Plato mengatakan pendidikan bererti memberi keindahan dan kesempurnaan yang mungkin diberikan kepada jasmani dan rohani [5] Dilihat dari takrif yang diberikan Srajana Barat, difahamkan bahawa pendidikan itu hanya sebagai proses melatih akal, jasmanu dan moral supaya dibentuk menjadi manusia dan warganegara yang baik. Manakala menurut perspektif Islam, pendidikan mempunyai pengertian dan konsept yang lebih luar atau syumul. Prof. Hassan Langgulung (1987) menegaskan pendidikan sebagai merubah dan memindahkan nilai-nilai kebudayaan kepada setiap individu masyarakat melalui pelbagai proses. Proses pemindahan tersebut ialah pengajaran, latihan dan indoktrinasi. Pemindahan nilai-nilai melalui pengajaran ialah memindahkan pengetahuan dari individu kepada individu yang lain; dan latihan ialah membiasakan diri melakukan sesuatu bagi memperoleh kemahiran, sementara indoktrinasi pula menjadikan seseorang dapat meniru apa yang dilakukan oleh orang lain. Ketiga-tiga proses ini berjalan serentak dalam masyarakat primitif dan moden. Dr. Yusuf al-Qardawi (1980) pula mendefinisikan pendidikan sebagai pendidikan bagi keseluruhan hidup termasuklah akal, hati dan rohani, jasmani, akhlak, dan tingkahlaku. Ia bertujuan untuk menyediakan manusia bagi menghadapi masyarakat yang sering menghadapi kebaikan dan kejahatan, kemanisan dan kepahitan.

Kesimpulannya, pendidikan menurut Islam ialah satu proses berterusan untuk merubah, melatih, dan mendidik akal, jasmani, dan rohani manusia dengan berasaskan nilai-nilai Islam yang bersumberkan wahyu bagi melahirkan insan yang bertaqwa dan mengabadikan diri kepada Allah s.w.t. untuk mendapatkan kejayaan di dunia dan akhirat.

Isi kandungan[sorokkan]y y

y y y

y

1 Konsep Pendidikan 2 Pendidikan dalam Bahasa Arab o 2.1 Ta lim o 2.2 Tarbiyah o 2.3 Ta dib 3 Falsafah Pendidikan Islam 4 Bidang Pendidikan Islam 5 Institusi Pendidikan Islam o 5.1 Peringkat awal Islam 5.1.1 Dar al-Arqam 5.1.2 Masjid 5.1.3 Suffah 5.1.4 Kuttab o 5.2 Peringkat kedua 5.2.1 Manazil ulama & istana 5.2.2 Perpustakaan 5.2.2.1 Perpustakaan Umum 5.2.2.2 Perpustakaan Semi Umum 5.2.2.3 Perpustakaan Khusus 5.2.3 Madrasah 6 Rujukan

[sunting] Konsep PendidikanPendidikan berakar umbi daripada perkataan didik yang bererti pelihara, ajar dan jaga. Setelah dijadikan analogi, pendidikan boleh dihuraikan sebagai satu proses yang berterusan untuk menjaga dan memelihara pembesaran tubuh badan dan pertumbuhan bakat manusia dengan rapi supaya dapat melahirkan orang yang berilmu, baik tingkah laku dan dapat mengekalkan nilainilai budaya di kalangan masyarakat[6].

[sunting] Pendidikan dalam Bahasa ArabWalaupun ketiga-tiga istilah (di bawah) merujuk kepada pendidikan, tarbiyah adalah yang tepat dan sering digunakan [7]. Ini adalah kerana perkataan tarbiyah menurut sarjana Pendidikan Islam berasal dari rabb yang merujuk kepada Allah s.w.t sebagai pendidik umat manusia [8][9]

[sunting] Ta lim

Firman Allah s.w.t. bermaksud : Dan Dia telah mengajar Nabi Adam akan segala nama benda-benda dan gunanya, kemudian ditunjukkan kepada Malaikat lalu ia berfirman: Terangkanlah kepada aku nama benda-benda ini semuanya, jika kamu golongan yang benar. [10][sunting] Tarbiyah

Firman Allah s.w.t. bermaksud: ...dan doakanlah (untuk mereka dengan berkata), Wahai Tuhanku, cucurkanlah rahmat kepada mereka berdua sebagaimana mereka telah mencurahkan kasih sayangnya memelihara dan mendidikku sesama kecil.[sunting] Ta dib

Hadith Rasulullah s.a.w. Allah mendidikku, maka Dia memberikan kepadaku sebaik-baik pendidikan.

[sunting] Falsafah Pendidikan IslamFalsafah merupakan kompenan yang paling utama dan tertinggi dalam bidang pendidikan kerana sikap manusia yang hendak dibentuk adalah bergantung kepada falsafah yang digariskan melalui pendidikan. Dr. Al-Syaibani (1979) mentakrifkan falsafah pendidikan Islam sebagai usaha perlaksanaan teori dan method di bidang pengalaman manusia dipanggil pendidikan. Oleh yang demikian, falsafah pendidikan Islam merangkumi aspek-aspek matlamat, kandungan dan dasar pendidikan islam.

[sunting] Bidang Pendidikan Islamy y y y y y y

al-imaniyah (pendidikan iman) al-khuluqiyah (pendidikan akhlak) al-jismiyah (pendidikan jasmani) al-aqiliyah (pendidikan mental) al-nafsiyah (pendidikan jiwa) al-ijlimaiyah (pendidikan sosial) al-jinisiyah (pendidikan seks)

[sunting] Institusi Pendidikan Islam

[sunting] Peringkat awal Islam

Tahap ini merangkumi pendidikan pada zaman Rasulullah (609-632M) dan para khulafah alRasyidih (632-661M).[sunting] Dar al-Arqam

Rumah merupakan tempat pendidikan awal yang diperkenalkan ketika Islam mula berkembang di Mekah. Rasulullah menggunakan rumah Arqam bin Abi al-Arqam di al-Safa sebagai tempat pertemuan dan pengajaran dengan para sahabat[11][12]. Bilangan kaum Muslim yang hadir pada peringkat awal adalah terlalu kecil, tetapi makin bertambah sehingga menjadi 38 orang yang terdiri daripada golongan bangsawan Quraisy, pedagang dan hamba sahaya. Di Dar al-Arqam, Rasulullah mengajar wahyu yang telah diterimanya kepada kaum Muslim. Baginda juga membimbing mereka menghafal, menghayati dan mengamalkan ayat-ayat suci yang diturunkan kepadanya.[sunting] Masjid

Fungsi masjid selain tempat ibadat ialah sebagai tempat penyebaran dakwah dan ilmu Islam; tempat menyelesaikan masalah individu dan masyarakat; tempat menerima duta-duta asing; tempat pertemuan pemimpin-pemimpin Islam; tempat bersidang; dan madrasah bagi kanakkanak mempelajari ilmu agama & fardu ain. [13] Selepas berhijrah ke Madinah, pendidikan Islam mula berpusat di masjid-masjid dan Masjid Quba merupakan masjid pertama yang dijadikan Rasulullah sebagai institusi pendidikan. Di dalam masjid, baginda mengajar dan memberi khutbah dalam bentuk halaqah di mana para sahabat duduk mengelilingi baginda untuk mendengar dan bersoaljawab berkaitan urusan agama dan kehidupan sehari-harian. Semakin luas wilayah-wilayah yang ditakluk Islam, semakin meningkat bilangan masjid yang didirikan. Di antara masjid yang dijadikan pusat penyebaran ilmu dan pengetahuan ialah Masjid Nabawi, Masjidil Haram, Masjid Kufah, Masjid Basrah dan banyak lagi.[sunting] Suffah

Al-Suffah merupakan ruang atau bangunan surau yang bersambung dengan masjid. Suffah boleh dilihat sebagai sebuah sekolah kerana kegiatan pengajaran dan pembelajaran dilakukan secara teratur dan sistematik. Contohnya Masjid Nabawi yang mempunyai suffah yang digunakan untuk majlis ilmu.[sunting] Kuttab

Ia ditubuhkan oleh orang Arab sebelum kedatangan Islam lagi dan bertujuan memberi pendidikan kepada kanak-kanak di peringkat rendah. Sungguhpun begitu, institusi tersebut tidak mendapat perhatian dari masyarakat Arab kerana sebelum kedatangan Islam, hanya 17 orang

Quraisy yang tahu membaca dan menulis [14] Kemahiran-kemahiran asas seperti membaca dan munlis dilakukan oleh kebanyakan guru-guru yang mengajar secara sukarela. Selain itu, Rasulullah juga pernah memerintkah tawanan perang Badar yang berkebolehan supaya mengajar 10 orang kanak-kanak Islam sehingga mereka tahu membaca dan menulis sebagai syarat menebus diri.[sunting] Peringkat kedua

Peringkat ini merangkumi zaman kerajaan Umaiyyah (662-750M) dan Abbaisiyah (751-1258M). Pada zaman ini, institusi pendidikan yang awal seperti masjid dan kuttab terus dikembangkan hasil dorongan dan galakan dari para khalifah yang memerintah. Selain itu, institusi pendidikan tinggi dan lanjutan mula diperkenalkan sehingga melahirkan ramai golongan sarjana dan cerdikpandai Islam dalam pelbagai ilmu.[sunting] Manazil ulama & istana

Terdapat beberapa rumah ulama yang digunakan sebagai tempat pertemuan untuk majlis-majlis ilmu seperti rumah Ibnu Sina, Muhammad Ibnu Tahir Bahrom dan Abu Sulayman. Di samping itu istana khalifah turut dijadikan tempat perkembangan ilmu. Sebagai contohKhalifah Muawiyah Ibnu Abi Sufian yang mengundang ulama dan cerdik pandai untuk membincangkan sejarah peperangan, sejarah raja-raja Parsi, sejarah bangsa Arab dan sistem pemerintahan negara[15]

[sunting] Perpustakaan

Perpustakaan secara umum boleh dibahagikan kepada tiga:[sunting] Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum ialah perpustakaan yang didirikan untuk kegunaan orang ramai. Perpustakaan umum pertama didirikan oleh Khalifah Harun al-Rasyidin di Kota Baghdad dan dikenali sebagai Baitul Hikmah. Ia berfungsi sebagai gedung buku yang memuatkan buku-buku dan penulisan pelbagai bahasa seperti bahasa Yunani, Parsi, Hindu, Latin dan sebagainya.[sunting] Perpustakaan Semi Umum

Ia kebiasaannya kepunyaan khalifah atau raja-raja yang didirikan di dalam istana. Perpustakaan ini tidak dibuka kepada orang ramai tetapi hanya terbuka kepada golongan-golongan tertentu sahaja yang mempunyai kedudukan tinggi dalam masyarakat. Umpamanya kerajaan Fatimiyah telah mendirikan perpustakaan terbesar di istana Kaherah untuk menyaingi perpustakaan khalifah-khalifah Baghdad

[sunting] Perpustakaan Khusus

Ia merupakan perpustakaan persendirian yang tidak membenarkan sesiapa pun menggunakan perpustakaan ini melainkan empunya perpustakaan. Ia biasanya dibina oleh ulama dan sasterawan di rumah masing-masingContohnya, Perpustakaan Hunain Ibnu Ishaq.[sunting] Madrasah

Sekolah-sekolah atau madrasah mula didirikan sebagai mengantikan masjid-masjid yang sudah tidak dapat menampung keperluan pendidikan dari segi ruang dan kelengkapan pembelajaran. Madrasah Baihaqiyah merupakan madrasah pertama didirikan oleh penduduk Naisabur [16]

[sunting] Rujukan1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. al-Quran, al-Alaq: 1-4 Zawawi, 1984, 1-8 Dewey, 81 Honne, 176 al-Abrasyi, 1969, 5 Zawawi, 1981, 1 al-Jamali, 1967, 62 al-Jamali, 1967 Zawawi, 1981, 2-3 al-Quran, al-Baqarah : 31 Zawawi, 1984, 167 al-Arbrasyi, 1984, 51 al-Abrasyi, 1984, 58 W. Abdullah, 1997, 99 Mohd Salleh, 2000, 62 al-Abrasyi, 1984, 79

A. Konteks penelitian

Dunia pendidikan di Indonesia memang menghadapi problematika yang sangat kompleks dan menuntut pembenahan yang seksama. Namun demikian, memvonis bahwa pendidikan di tanah air gagal total, tidaklah adil. Apa lagi, vonis kegagalan pendidikan tersebut dengan membandingkan semisal Singapura, Malaiysia, Vietnam, atau Negara-negara lainya. Pakar pendidikan dan juga Rektor Universitas Siliwangi Tasikmalaya, prof. Dr. Numan Soemantri mengatakan, Indonesia memiliki banyak persoalan pendidikan, namun Indonesia mempunyai problematika pendidikan yang berbeda dengan Negara-negara lain, baik dilihat dari sejarah lahirnya bangsa ini, luasnya wilayah, dan besarnya jumlah penduduk. Maka memvonis kegagalan pendidikan di Indonesia dengan parameter Negara lain tidak adil. (Sutomo Dalam Pikiran Rakyat: 25 November 2005) Suatu sistem pendidikan dapat dikatakan bermutu, jika proses belajar-mengajar berlangsung secara menarik dan menantang, sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Prorses pendidikan yang bermutu akan membuahkan hasil pendidikan yang bermutu dan relevan dengan pembangunan. Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu dan efesien perlu disusun dan dilaksanakan programprogram pendidikan yang mampu memebelajarkan peserta didik secara berkelanutan, karena dengan kualitas pendiidkan yang optimal, diharapkan akan dicapai keunggulsn sumberdaya

manusia yang dapat menguasai pengetahuan, ketrampilan dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang terus berkembang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah menyebabkan berkembangnya gaya hidup materialistik dan hedonistik dikalangan warga masyarakat. Dampak lebih jauhnya dari gaya hidup tersebut adalah merebaknya dekadensi moral atau pelecehan nilai- nilai agama, baik dikalangan orang dewasa, remaja maupun anak- anak. Tetapi yang banyak kita lihat adalah dikalangan remaja, karena secara psikologis masa remaja merupakan masa yang begitu unik, penuh teka- teki, dilematis, dan sangat rentan. Unik karena pertumbuhannya banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya sehingga perkembangan jiwa mereka ataupun karakter mereka berbeda- beda. Penuh teka- teki karena kepribadian mereka susah ditebak. Dilematis karena masanya merupakan peralihan dari masa anak- anak menuju usia dewasa sehingga cenderung coba- coba. Problem remaja diatas, merupakan perilaku-perilaku reaktif, semakin meresahkan jika dikaitkan dengan masa depan remaja yang diperkirakan akan semakin kopleks dan penuh tantangan. Menurut tilaar (1987:2), tantangan kompleksitas masa depan memberikan dua alternatif, yaitu pasrah kepada nasib atau mempersiapkan diri sebaik mungkin. Misi pendidikan yang juga berdimensi masa depan tentunya menjatuhkan pada pilihannya pada alternatif kedua. Artinya pendidikan mengemban tugas untuk mempersiapkan remaja bagi peranannya di masa depan agar kelak menjadi manusia berkualitas.(M.ali, M. Asrori , psikologi remaja, 2006, 107) Orang tua atau guru manapun pasti menginginkan anaknya menjadi saleh, tidak berperilaku jelek dalam bidang apapun, misalnya dalam bidang pendidikan (malas- malasan dalam belajar, membolos atau yang lainnya),atau dalam sosial masyarakat, semua orang tua tidak ingin anaknya menjadi sampah masyarakat. Sebab, pada hakikatnya anak adalah investasi masa

depan, baik di dunia maupun di akhirat. Tentu saja, hal itu sangat bergantung pada sikap orang tua, terutama pada masa remajanya, apakah orang tua atau guru memahami liku- liku perkembangan jiwa meraka? Apakah orang tua atau guru mengetahui problema mereka, cara mengatasinya, dan melaksanakannya dengan baik dan benar? Apakah suasana rumah tangga atau sekolah cukup harmonis hingga membuat tentram dan damai?(muhammad al-mighwar,

psikologi remaja,2006, 6)Atas dasar itu, pengetahuan yang komprehensif tentang dunia remaja sangatlah membantu orang tua atau guru sebagai penanggung jawab pendidikan, dalam menjaga, membimbing, dan menghantarkan anak remajanya pada masa depannya yang cerah dan menjadi harapan semua, dan potret buruk dunia remaja. saat ini pun bisa diminimalisasi, bahkan dapat dihindarkan sama sekali. Karena sesuai dengan firman Allah Q.S.Ar- Radu ayat 11

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah hal- hal yang ada di dalam umat itu sendiri sehingga mereka melakukan perubahan atas dirinya sendiri

Jadi manusia di sini harus berusaha meningkatkan taraf kehidupan melalui seluruh aspekaspeknya, yang tidak mungkin dapat sampai ke tujuan yang telah ditetapkan, tanpa melalui proses tahap demi tahap. . Mengingat manusia dengan kelengkapan- kelengkapan dasar dalam dirinya baru mencapai kematangan hidup, setelah berkembang melalui tingkat hidup kejiwaan dan kejasmaniahan dengan pengarahan atau bimbingan dari pendidikan yang diperoleh, karena tidak ada satu pun makhluk ciptaan Tuhan di atas bumi yang dapat mencapai kesempurnaan atau kematangan hidup tanpa berlangsung melalui suatu proses atau latihan pembelajaran. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya

pun berkembang bahkan dengan berilmu pengetahuan derajat seseorang akan terangkat dan mulia dihadapan-Nya (QS.Al-Mujadalah, 11):

Allah akan mengangkat orang yang beriman diantara kamu dan orang yang berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat

Mengingat proses pendidikan adalah suatu proses pengembangan kemampuan atau bakat manusia dengan sendirinya proses tersebut akan berjalan sesuai dengan hukum-hukum perkembangan, yaitu hukum organis, yang menyatakan bahwa perkembangan manusia berjalan secara menyeluruh dalam seluruh organ-organnya, baik organ tubuhnya maupun organ rohaniyahnya,oleh karna itu dalam perkembangan jiwa remaja sangatlah memerlukan bimbingan, arahan, dan pendidikan yang dapat membina jiwa yang optimal serta nilai-nilai yang dijadikan sebagai suatu pegangan hidupnya. Dengan demikian, perlu adanya sesuatu yang menunjang akan perkembangan jiwa remaja sehingga diharapkan menjadi remaja yang tidak Cuma berkualitas di hadapan masyarakat tetapi di hadapan Allah SWT. Arifin,, 2009, 57) Kemudian yang menarik bagi penulis dengan menetapkan buku La Tahzan sebagai penunjang dalam perkembanagan jiwa remaja ini karena dalam buku La Tahzan penulis menemukan nilai- nilai pendidikan Islam sehingga dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan jiwa remaja. Selain itu buku La Tahzan mengajak untuk mengenal lebih dekat jiwa dan ruh kita agar senantiasa tenang menatap perjalanan masa depan. Dan memang buku ini (Prof. H. Muzayyin

ditulis oleh Aidh Al- Qarni umumnya bagi masyarakat luas dan khususnya bagi para remaja. Dan untuk mendatangkan kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, kelapangan hati, membuka pintu optimisme dan menyingkirkan segala kesulitan demi meraih masa depan yang lebih indah. Dan karena beliau tidak ingin melihat generasi penerus bangsa menjadi generasi yang lemah dan tidak berkualitas. Hal inilah yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini. Dengan demikian, untuk mencapai tujuan pendidikan Islam yang sempurna, penulis bermaksud untuk memberikan kontribusi nilai-nilai pendidikan Islam dalam buku La Tahzan sebagai pedoman atau acuan untuk perkembanagan jiwa remaja, dimana remaja sifatnya masih labil. Kandungan Nilai-nilai pendidikan Islam yang penulis ingin sampaikan dalam buku La Tahzan dan penulis anggap dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan jiwa remaja sehingga generasi penerus dapat menjadi generasi kebanggaan, yaitu tentang : a. Jangan bersedih

Buanglah rasa sedih atau cemas Jangan bersedih menghadapi kritikan dan hinaan Jangan bersedih jika dihadapkan pada kesulitan-kesulitan,permasalahan, dan halangan b. Ilmu Ilmu adalah petunjuk, ilmu adalah pintu kemudahan Nikmatnya ilmu pengetahuan, . Jangan bersedih! Ketahuilah, dengan buku anda bisa meningkatkan potensi c. Optimisme dan pesimisme semangat yang menembus langit,

Jangan tenggelam dalam kepribadian orang lain mengendalikan emosi kehidupan kita bukan hanya di dunia saja

B. Fokus Masalah

1. Bagaimana Konsep Nilai Pendidikan Islam ? 2. Bagaimana Proses Perkembangan Jiwa Remaja ? 3. Bagaimana Kontribusi Nilai- Nilai Pendidikan Islam Dalam Buku La Tahzan Terhadap Perkembangan Jiwa Remaja ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah: 1. Untuk mendiskripsikan konsep nilai pendidikan Islam 2. Untuk mendiskripsikan proses perkembangan jiwa remaja 3. Untuk mendiskripsikan kontribusi nilai-nilai pendidikan Islam dalam buku La Tahzan terhadap perkembangan jiwa remaja D. Manfaat Penelitian Adapun kegunaan penelitian dalam skripsi ini adalah: 1. Bagi penulis : a. Dapat mendiskripsikan konsep nilai pendidikan Islam

b. Dapat mendiskripsikan proses perkembangan jiwa remaja. c. Dapat mendiskripsikan kontribusi nilai-nilai pendidikan Islam dalam buku La Tahzan karya Aid Al-Qorni terhadap perkembangan jiwa remaja. d. Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis serta tambahan pengetahuan sekaligus untuk mengembangkan pengetahuan penulis dengan landasan dan kerangka teoritis yang ilmiah atau pengintegrasian ilmu pengetahuan dengan praktek serta melatih diri dalam research ilmiah. 2. Bagi Pembaca :

Dapat digunakan sebagai informasi dan tambahan pengetahuan mengenai kontribusi nilainilai pendidikan Islam dalam bukuLa Tahzan karya Aid Al-Qorni terhadap perkembangan jiwa remaja yang nantinya bisa membangun jiwa untuk lebih baik. 3. Sebagai sumbangan kepada IKAHA tebuireng jombang khususnya kepada perpustakaan sebagai bahan bacaan yang bersifat ilmiah dan sebagai kontribusi hazanah intelektual pendidikan. E. Batasan Istilah Batasan istilah adalah penjelasan istilah term yang terdapat dalam judul tentang apa yang dimaksud oleh beberapa istilah dalam variabel penelitian, hal tersebut dibutuhkan untuk menghindari kesalah pahaman makna atau salah persepsi. Untuk memudahkan agar pembaca mengerti maksud yang terkandung di dalam judul skripsi ini, maka penulis akan memberikan penjelasan tentang beberapa bagian kata atau kalimat yang ada di dalamnya. Adapun urainnya sebagai berikut : 1. Kontribusi 2. : Sumbangan.

Nilai-nilai Pendidikan Islam : Sifat atau hal-hal yang berguna bagi kemanusiaan yang dapat membantu dalam proses transformasi dan internalisasi, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pada diri anak guna mencapai keseimbangan dan kesempurnaan hidup, jadi pendidikan disini merupakan sebagai alat dalam menanamkan nilai-nilai Islam pada diri anak.

3. Buku La Tahzan : Buku La Tahzan merupakan karya dari Aidh al-Qarni seorang penulis besardari Saudi. Yang secara umum buku ini berkaitan dengan watak, sifat naluriah, dan persoalanpersoalan umum kejiwaan manusia. Dan buku La Tahzan ini mempunyai artian bahwa dalam menjalani kehidupan ini harus dengan penuh semangat. Tidak dirisaukan oleh masa lalu yang telah lewat dan tidak pula dicemaskan oleh masa depan yang akan datang dengan berpedoman dengan satu kata yaitu La Tahzan.(Dr. Aidh al-Qarni)

4. Perkembangan jiwa remaja: proses-proses perubahan yang terjadi dalam diri individu ditambah dengan apa yang dialami dan diterima selama remaja secara bertahap memungkinkan ia tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa 5. Perkembangan :perkembangan adalah Suatu proses perubahan yang lebih dapat mencerminkan sifat-sifat mengenai gejala psikologis yang tampak,dimana perubahan itu menuju ke depan dan tidak dapat di ulang kembali. Dalam artian perkembangan manusia terjadi perubahan- perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat di ulangi. Perkembangan menunjukkan pada perubahan- perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju 6. Jiwa : Semangat, spirit, nyawa atau roh. 7. Remaja: adalah masa yang tidak mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak termasuk pada golongan anak, tetapi ia tidak termasuk pada golongan dewasa. Remaja ada diantara masa anak-anak dan masa dewasa sehingga masa ini sering pula disebut pula dengan masa peralihan pada proses perkembangan dan pematangan pribadi secara individu dan sosial. Banyak perubahan yang terjadi secara signifikan secara fisik dan psikis sehingga berimplikasi pada proses perkembangan psikososial anak.

Institusi pendidikan dalam IslamDaripada Wikipedia, ensiklopedia bebas. Lompat ke: pandu arah, cari

Pendidikan menurut Islam mempunyai kedudukan yang tinggi. Ini dibuktikan dengan wahyu pertama yang disampaikan kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang menyuruh bagainda membaca dalam keadaan beliau yang ummi [1]. Di samping itu, wahyu ini juga mengandungi suruhan belajar mengenali Allah s.w.t., memahami fenomena alam serta mengenali diri yang merangkumi prinsip-prinsip aqidah, ilmu dan amal. Ketiga-tiga prinsip ini merupakan teras kepada falsafah pendidikan Islam [2]. Definisi pendidikan juga kerapkali menampakkan perbezaan dalam penekanan dan konsepnya di kalangan sarjana Barat. Ahli falsafah Amerika, John Dewey menyatakan bahawa pendidikan adalah The process of forming fundamental dispositions, intellectual and emotional forwards nature and fellow men. [3] Prof. H. Hone pula berpendapat: Education is the eternal process of superior adjustment of the physically developed, free conscious, human beings to God as manifested in the intellectual, emotional and relational environment of men. [4] Ahli falsafah Yunani yang terkenal, Plato mengatakan pendidikan bererti memberi keindahan dan kesempurnaan yang mungkin diberikan kepada jasmani dan rohani [5] Dilihat dari takrif yang diberikan Srajana Barat, difahamkan bahawa pendidikan itu hanya sebagai proses melatih akal, jasmanu dan moral supaya dibentuk menjadi manusia dan warganegara yang baik. Manakala menurut perspektif Islam, pendidikan mempunyai pengertian dan konsept yang lebih luar atau syumul. Prof. Hassan Langgulung (1987) menegaskan pendidikan sebagai merubah dan memindahkan nilai-nilai kebudayaan kepada setiap individu masyarakat melalui pelbagai proses. Proses pemindahan tersebut ialah pengajaran, latihan dan indoktrinasi. Pemindahan nilai-nilai melalui pengajaran ialah memindahkan pengetahuan dari individu kepada individu yang lain; dan latihan ialah membiasakan diri melakukan sesuatu bagi memperoleh kemahiran, sementara indoktrinasi

pula menjadikan seseorang dapat meniru apa yang dilakukan oleh orang lain. Ketiga-tiga proses ini berjalan serentak dalam masyarakat primitif dan moden. Dr. Yusuf al-Qardawi (1980) pula mendefinisikan pendidikan sebagai pendidikan bagi keseluruhan hidup termasuklah akal, hati dan rohani, jasmani, akhlak, dan tingkahlaku. Ia bertujuan untuk menyediakan manusia bagi menghadapi masyarakat yang sering menghadapi kebaikan dan kejahatan, kemanisan dan kepahitan. Kesimpulannya, pendidikan menurut Islam ialah satu proses berterusan untuk merubah, melatih, dan mendidik akal, jasmani, dan rohani manusia dengan berasaskan nilai-nilai Islam yang bersumberkan wahyu bagi melahirkan insan yang bertaqwa dan mengabadikan diri kepada Allah s.w.t. untuk mendapatkan kejayaan di dunia dan akhirat.

Isi kandungan[sorokkan]y y

y y y

y

1 Konsep Pendidikan 2 Pendidikan dalam Bahasa Arab o 2.1 Ta lim o 2.2 Tarbiyah o 2.3 Ta dib 3 Falsafah Pendidikan Islam 4 Bidang Pendidikan Islam 5 Institusi Pendidikan Islam o 5.1 Peringkat awal Islam 5.1.1 Dar al-Arqam 5.1.2 Masjid 5.1.3 Suffah 5.1.4 Kuttab o 5.2 Peringkat kedua 5.2.1 Manazil ulama & istana 5.2.2 Perpustakaan 5.2.2.1 Perpustakaan Umum 5.2.2.2 Perpustakaan Semi Umum 5.2.2.3 Perpustakaan Khusus 5.2.3 Madrasah 6 Rujukan

[sunting] Konsep PendidikanPendidikan berakar umbi daripada perkataan didik yang bererti pelihara, ajar dan jaga. Setelah dijadikan analogi, pendidikan boleh dihuraikan sebagai satu proses yang berterusan untuk menjaga dan memelihara pembesaran tubuh badan dan pertumbuhan bakat manusia dengan rapi

supaya dapat melahirkan orang yang berilmu, baik tingkah laku dan dapat mengekalkan nilainilai budaya di kalangan masyarakat[6].

[sunting] Pendidikan dalam Bahasa ArabWalaupun ketiga-tiga istilah (di bawah) merujuk kepada pendidikan, tarbiyah adalah yang tepat dan sering digunakan [7]. Ini adalah kerana perkataan tarbiyah menurut sarjana Pendidikan Islam berasal dari rabb yang merujuk kepada Allah s.w.t sebagai pendidik umat manusia [8][9][sunting] Ta lim

Firman Allah s.w.t. bermaksud : Dan Dia telah mengajar Nabi Adam akan segala nama benda-benda dan gunanya, kemudian ditunjukkan kepada Malaikat lalu ia berfirman: Terangkanlah kepada aku nama benda-benda ini semuanya, jika kamu golongan yang benar. [10][sunting] Tarbiyah

Firman Allah s.w.t. bermaksud: ...dan doakanlah (untuk mereka dengan berkata), Wahai Tuhanku, cucurkanlah rahmat kepada mereka berdua sebagaimana mereka telah mencurahkan kasih sayangnya memelihara dan mendidikku sesama kecil.[sunting] Ta dib

Hadith Rasulullah s.a.w. Allah mendidikku, maka Dia memberikan kepadaku sebaik-baik pendidikan.

[sunting] Falsafah Pendidikan IslamFalsafah merupakan kompenan yang paling utama dan tertinggi dalam bidang pendidikan kerana sikap manusia yang hendak dibentuk adalah bergantung kepada falsafah yang digariskan melalui pendidikan. Dr. Al-Syaibani (1979) mentakrifkan falsafah pendidikan Islam sebagai usaha perlaksanaan teori dan method di bidang pengalaman manusia dipanggil pendidikan. Oleh yang demikian, falsafah pendidikan Islam merangkumi aspek-aspek matlamat, kandungan dan dasar pendidikan islam.

[sunting] Bidang Pendidikan Islamy

al-imaniyah (pendidikan iman)

y y y y y y

al-khuluqiyah (pendidikan akhlak) al-jismiyah (pendidikan jasmani) al-aqiliyah (pendidikan mental) al-nafsiyah (pendidikan jiwa) al-ijlimaiyah (pendidikan sosial) al-jinisiyah (pendidikan seks)

[sunting] Institusi Pendidikan Islam[sunting] Peringkat awal Islam

Tahap ini merangkumi pendidikan pada zaman Rasulullah (609-632M) dan para khulafah alRasyidih (632-661M).[sunting] Dar al-Arqam

Rumah merupakan tempat pendidikan awal yang diperkenalkan ketika Islam mula berkembang di Mekah. Rasulullah menggunakan rumah Arqam bin Abi al-Arqam di al-Safa sebagai tempat pertemuan dan pengajaran dengan para sahabat[11][12]. Bilangan kaum Muslim yang hadir pada peringkat awal adalah terlalu kecil, tetapi makin bertambah sehingga menjadi 38 orang yang terdiri daripada golongan bangsawan Quraisy, pedagang dan hamba sahaya. Di Dar al-Arqam, Rasulullah mengajar wahyu yang telah diterimanya kepada kaum Muslim. Baginda juga membimbing mereka menghafal, menghayati dan mengamalkan ayat-ayat suci yang diturunkan kepadanya.[sunting] Masjid

Fungsi masjid selain tempat ibadat ialah sebagai tempat penyebaran dakwah dan ilmu Islam; tempat menyelesaikan masalah individu dan masyarakat; tempat menerima duta-duta asing; tempat pertemuan pemimpin-pemimpin Islam; tempat bersidang; dan madrasah bagi kanakkanak mempelajari ilmu agama & fardu ain. [13] Selepas berhijrah ke Madinah, pendidikan Islam mula berpusat di masjid-masjid dan Masjid Quba merupakan masjid pertama yang dijadikan Rasulullah sebagai institusi pendidikan. Di dalam masjid, baginda mengajar dan memberi khutbah dalam bentuk halaqah di mana para sahabat duduk mengelilingi baginda untuk mendengar dan bersoaljawab berkaitan urusan agama dan kehidupan sehari-harian. Semakin luas wilayah-wilayah yang ditakluk Islam, semakin meningkat bilangan masjid yang didirikan. Di antara masjid yang dijadikan pusat penyebaran ilmu dan pengetahuan ialah Masjid Nabawi, Masjidil Haram, Masjid Kufah, Masjid Basrah dan banyak lagi.

[sunting] Suffah

Al-Suffah merupakan ruang atau bangunan surau yang bersambung dengan masjid. Suffah boleh dilihat sebagai sebuah sekolah kerana kegiatan pengajaran dan pembelajaran dilakukan secara teratur dan sistematik. Contohnya Masjid Nabawi yang mempunyai suffah yang digunakan untuk majlis ilmu.[sunting] Kuttab

Ia ditubuhkan oleh orang Arab sebelum kedatangan Islam lagi dan bertujuan memberi pendidikan kepada kanak-kanak di peringkat rendah. Sungguhpun begitu, institusi tersebut tidak mendapat perhatian dari masyarakat Arab kerana sebelum kedatangan Islam, hanya 17 orang Quraisy yang tahu membaca dan menulis [14] Kemahiran-kemahiran asas seperti membaca dan munlis dilakukan oleh kebanyakan guru-guru yang mengajar secara sukarela. Selain itu, Rasulullah juga pernah memerintkah tawanan perang Badar yang berkebolehan supaya mengajar 10 orang kanak-kanak Islam sehingga mereka tahu membaca dan menulis sebagai syarat menebus diri.[sunting] Peringkat kedua

Peringkat ini merangkumi zaman kerajaan Umaiyyah (662-750M) dan Abbaisiyah (751-1258M). Pada zaman ini, institusi pendidikan yang awal seperti masjid dan kuttab terus dikembangkan hasil dorongan dan galakan dari para khalifah yang memerintah. Selain itu, institusi pendidikan tinggi dan lanjutan mula diperkenalkan sehingga melahirkan ramai golongan sarjana dan cerdikpandai Islam dalam pelbagai ilmu.[sunting] Manazil ulama & istana

Terdapat beberapa rumah ulama yang digunakan sebagai tempat pertemuan untuk majlis-majlis ilmu seperti rumah Ibnu Sina, Muhammad Ibnu Tahir Bahrom dan Abu Sulayman. Di samping itu istana khalifah turut dijadikan tempat perkembangan ilmu. Sebagai contohKhalifah Muawiyah Ibnu Abi Sufian yang mengundang ulama dan cerdik pandai untuk membincangkan sejarah peperangan, sejarah raja-raja Parsi, sejarah bangsa Arab dan sistem pemerintahan negara[15]

[sunting] Perpustakaan

Perpustakaan secara umum boleh dibahagikan kepada tiga:[sunting] Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum ialah perpustakaan yang didirikan untuk kegunaan orang ramai. Perpustakaan umum pertama didirikan oleh Khalifah Harun al-Rasyidin di Kota Baghdad dan dikenali sebagai Baitul Hikmah. Ia berfungsi sebagai gedung buku yang memuatkan buku-buku dan penulisan pelbagai bahasa seperti bahasa Yunani, Parsi, Hindu, Latin dan sebagainya.

[sunting] Perpustakaan Semi Umum

Ia kebiasaannya kepunyaan khalifah atau raja-raja yang didirikan di dalam istana. Perpustakaan ini tidak dibuka kepada orang ramai tetapi hanya terbuka kepada golongan-golongan tertentu sahaja yang mempunyai kedudukan tinggi dalam masyarakat. Umpamanya kerajaan Fatimiyah telah mendirikan perpustakaan terbesar di istana Kaherah untuk menyaingi perpustakaan khalifah-khalifah Baghdad[sunting] Perpustakaan Khusus

Ia merupakan perpustakaan persendirian yang tidak membenarkan sesiapa pun menggunakan perpustakaan ini melainkan empunya perpustakaan. Ia biasanya dibina oleh ulama dan sasterawan di rumah masing-masingContohnya, Perpustakaan Hunain Ibnu Ishaq.[sunting] Madrasah

Sekolah-sekolah atau madrasah mula didirikan sebagai mengantikan masjid-masjid yang sudah tidak dapat menampung keperluan pendidikan dari segi ruang dan kelengkapan pembelajaran. Madrasah Baihaqiyah merupakan madrasah pertama didirikan oleh penduduk Naisabur [16]

[sunting] Rujukan1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. al-Quran, al-Alaq: 1-4 Zawawi, 1984, 1-8 Dewey, 81 Honne, 176 al-Abrasyi, 1969, 5 Zawawi, 1981, 1 al-Jamali, 1967, 62 al-Jamali, 1967 Zawawi, 1981, 2-3 al-Quran, al-Baqarah : 31 Zawawi, 1984, 167 al-Arbrasyi, 1984, 51 al-Abrasyi, 1984, 58 W. Abdullah, 1997, 99 Mohd Salleh, 2000, 62 al-Abrasyi, 1984, 79