Pengenalan Gejala Penyakit Tumbuhan
-
Upload
kinad-danik -
Category
Documents
-
view
58 -
download
6
description
Transcript of Pengenalan Gejala Penyakit Tumbuhan
PENGENALAN GEJALA PENYAKIT TUMBUHAN
LAPORAN PRAKTIKUM FITOPATOLOGI
Oleh
Nama : Trie Wulan KurnianingsihNIM : B1J012009Kelompok : 3Rombongan : IAsisten : Surinih
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN
Tumbuhan yang sehat atau normal jika tumbuhan tersebut mampu melaksanakan
fungsi-fungsi fisiologis. Fungsi tersebut meliputi pembelahan, diferensiasi, penyerapan air
dan mineral, fotosintesis, reproduksi, metabolism, dan sebagainya. Tumbuhan yang sehat
juga ditandai dengan adanya pertumbuhan sel yang normal. Penyakit tumbuhan merupakan
aktivitas fisiologis yang merugikan. Penyakit tumbuhan dapat disebabkan oleh gangguan
terus-menerus oleh faktor penyebab primer sehingga aktivitas sel menjadi tidak normal.
Tumbuhan sakit menunjukkan gejala yang khusus. Gejala (symptom) adalah perubahan-
perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan sebagai akibat adanya penyakit. Penyakit
tertentu tidak hanya menyebabkan timbulnya satu gejala, tetapi juga menimbulkan
sindroma. Beberapa penyakit berbeda menunjukkan gejala yang sama, sehingga dengan
memperhatikan gejala saja sulit untuk mendiagnosis dengan pasti. maka, selain
memperhatikan gejala kita harus memperhatikan tanda (sign) dari penyakit. Tanda adalah
semua pengenal dari penyakit selain reaksi tumbuhan inang (gejala), misalnya bentuk
tubuh buah parasit, miselium, warna spora, bledeok, lendir dan sebagainya. Gejala
penyakit berhubungan erat dengan tanda penyakit. Tanda penyakit adalah semua struktur
patogen yang terdapat pada permukaan tanaman yang dapat dilihat secara makroskopis dan
struktur tersebut berasosiasi dengan tanaman yang sakit. Mendiagnosis penyakit secara
cepat dan tepat, tidak hanya melihat dari gejala penyakit, tetapi juga melihat dari tanda
penyakitnya, sehingga dapat dengan mudah menanggulanginya (Martoredjo, 1989).
Organisme yang menyebabkan penyakit disebut sebagai patogen. Suatu jasad
saprofit mampu menghasilkan suatu produk yang dapat menyebabkan penyakit, misalnya
toksin. Toksin tersebut dapat menginfeksi tanaman sehingga tanaman tersebut menjadi
sakit. Organisme tersebut disebut patogen walaupun prosesnya tidak langsung
(Rochdjatun, 1992). Infeksi merupakan proses dimana patogen melakukan kontak dengan
sel atau jaringan tumbuhan yang rentan dan mendapatkan nutrisi dari tumbuhan tersebut.
Infeksi yang berhasil akan mengakibatkan timbulnya bagian-bagian yang berubah warna,
bentuk, pertumbuhan terhambat, dan lain-lain. Beberapa infeksi dapat menyebabkan gejala
yang bersifat laten yaitu tidak terlihat setelah paska infeksi secara langsung tetapi terlihat
pada saat kondisi tertentu yang bersifat menguntungkan kehidupan inang (Agros, 1996).
Contoh dari tanda-tanda penyakit tumbuhan yaitu spora, konidium, miselium, konidiofor,
sklerotium, badan buah, rust, smut, scab dari jamur, sel-sel bakteri dan partikel-partikel
virus (Donowidjojo et al., 1999).
Patogen menyerang tumbuhan inang dengan berbagai macam cara untuk
memperoleh zat makanan yang dibutuhkan oleh patogen yang ada pada inang, untuk dapat
masuk kedalam inang patogen mampu mematahkan reaksi pertahanan tumbuhan inang.
Patogen dalam menyerang tumbuhan mengeluarkan sekresi zat kimia yang akan
berpengaruh terhadap komponen tertentu dari tumbuhan dan juga berpengaruh terhadap
aktivitas metabolisme tumbuhan inang. Beberapa cara patogen untuk dapat masuk kedalam
inang diantaranya dengan cara mekanis dan cara kimia (Triharso, 1996).
Cara mekanis yang dilakukan oleh patogen yaitu dengan cara penetrasi langsung
ke tumbuhan inang. Proses penetrasi ini seringkali dibantu oleh enzim yang dikeluarkan
patogen untuk melunakkan dinding sel. Jamur dan tumbuhan tingkat tinggi parasit, dalam
melakukan penetrasi sebelumnya diameter sebagian hifa atau radikel yang kontak dengan
inang tersebut membesar dan membentuk semacam gelembung pipih yang biasa disebut
dengan appresorium yang akhirnya dapat masuk ke dalam lapisan kutikula dan dinding sel
(Triharso, 1996).
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui berbagai macam gejala
penyakit tumbuhan.
II. TELAAH PUSTAKA
Jenis gejala yang sangat umum dan kadang-kadang hanya gejala tersebut yang
dihasilkan oleh infeksi virus dalam menurunnya laju pertumbuhan, menghasilkan berbagai
tingkat speperti kerdil (dwarf) atau katainya (stunting) keseluruhan tumbuhan. Semua virus
menyebabkan beberapa tingkat penurunan jumlah hasil, dan lama hidup tumbuhan yang
terinfeksi virus biasanya lebih pendek. Pengaruh tersebut mungkin berat dan dapat dilihat,
atau mungkin juga sangat lemah dan tanpa mendapat perhatian (Agrios, 1996).
Menurut sifatnya, gejala dapat lokal (setempat) dan sistemik (menyeluruh). Gejala
lokal terbatas pada daerah tertentu saja, seperti adanya bercak-bercak pada daun yang
warnanya berbeda dari biasanya, kanker pada batang, dan sebagainya. Gejala yang berupa
perubahan warna, tekstur, bentuk, atau penampilan lain secara terlokalisasi pada jaringan
yang sakit disebut belur (lesion). Gejala sistemik terdapat pada seluruh bagian tumbuhan,
misalnya layu, kerdil, dan perubahan warna daun. Pengaruh dari keadaan tertentu gejala
penyakit dapat hilang dan gejala disebut sebagai gejala terselubung (masked symptom)
(Semangun, 2001).
Menurut timbulnya gejala dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Gejala primer yaitu gejala yang timbul di tempat patogen mengadakan serangan.
2. Gejala sekunder yaitu gejala yang timbul di tempat lain, tidak di tempat patogen
mengadakan serangan (Donowidjojo et al., 1999).
Menurut Semangun (2001), gejala-gejala dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Gejala nekrotik, disebabkan karena adanya kerusakan pada sel atau matinya sel.
a. Nekrosis atau matinya sel bagian tumbuhan yang biasanya berbentuk noda atau
bercak. Warna bercak terkadang tidak merata tetapi seperti ada lingkaran-
lingkaran.
b. Hidrosis sebelum sel-sel mati biasanya lebih dahulu bagian itu tampak kebasah-
basahan, hal ini disebabkan karena air sel keluar dari ruang sel dan masuk
kedalam ruang sela-sela sel.
c. Klorosis yaitu rusaknya kloroplas yang menyebabkan menguningnya bagian-
bagian yang berwarna hijau, seringkali gejala tersebut mendahului gejala
nekrosis.
d. Layu sebagai akibat hilangnya turgor sel.
e. Gosong yaitu mati dan mengeringnya bagian tumbuhan tertentu.
f. Mati ujung atau mati pucuk yaitu suatu kematian yang dimulai dari ujung
ranting dan menjalar ke ranting. Gejala ini biasanya disebabkan oleh parasit-
parasit lemah yang serangannya dipengaruhi oleh kondisi tumbuhan.
g. Busuk disebabkan karena rusaknya sel-sel atau jaringan-jaringan. Busuk ada
dua jenis yaitu busuk basah dan busuk kering.
h. Rebah semai disebabkan karena keadaan yang lembab pada tumbuhan dan
akhirnya diserang oleh beberapa macam jamur.
i. Kanker umumnya disebabkan oleh parasit-parasit dan terjadi pada bagian yang
berkayu.
j. Pendarahan yaitu keluarnya cairan dari bagian tanaman yang sakit.
2. Gejala-gejala hipoplastik, yaitu terhambatnya atau berhentinya pertumbuhan antara
lain:
a. Kerdil merupakan gejala sistemik yang disebabkan oleh terhambatnya
pertumbuhan pada bagian tertentu yang tidak disertai dengan hambatan
pertumbuhan pada bagian didepannya dapat menyebabkan terjadinya
penyimpangan bentuk.
b. Klorosis yaitu rusaknya kloroplas pada bagian yang berwarna hijau.
c. Etiolasi yaitu gejala yang terjadi jika tumbuhan berada dalam kekurangan
cahaya.
d. Perumusan adalah daun tampak terpusar, berdesak-desakan membentuk satu
karangan.
3. Gejala hiperplastik terjadi karena pertumbuhan tanaman lebih cepat dari biasanya,
meliputi:
a. Sapu setan terjadi karena berkembangnya banyak tunas ketiak yang biasanya
laten atau tidur.
b. Proplepsis yaitu jika suatu cabang mengalami gangguan pada ujungnya, maka
sering beberapa tunas tidur dekat dibawah bagian yang sakit dan berkembang
menjadi ranting-ranting yang tubuh vertikal dengan cepat.
c. Erinosis yaitu pembentukan trikoma yang luar biasa.
d. Menggulung atau mengeriting disebabkan karena pertumbuhan yang tidak
seimbang dari bagian-bagian daun.
e. Fasiasi, suatu alat yang seharusnya silindris dan lurus menjadi pipih, lebar, dan
membelok.
f. Kudis adalah bercak kasar, terbatas dan agak menonjol, kadang-kadang
ujungnya pecah.
g. Rontoknya alat-alat atau organ tanaman, terutama yang terjadi sebelum
waktunya.
h. Perubahan warna, yang dimaksud bukan klorosis tetapi disebabkan karena
tumbuhan kekurangan unsur hara.
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Bahan yang digunakan dalam praktikum pengenalan gejala penyakit tumbuhan
adalah buah strawberry (Fragaria sp.), buah pisang (Musa sp.), daun jagung (Zea mays),
daun jambu (Psidium guajava), umbi kentang (Solanum tuberosum), cabai (Capsicum
annum), daun papaya (Carica papaya), dan labu siam (Sechium edule). Alat yang
digunakan adalah alat menggambar, kamera, dan buku identifikasi.
B. Metode
Dicocokkan dengan pustaka
Digambar + difoto
identifikasiBuah/daun berpenyakit
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1.Hasil Pengamatan Gejala Penyakit TumbuhanNo Nama preparat Tanda Gejala Penyakit Patogen1 Cabai
(Capsicum annum)Ujungnya lembek.
Buah yang masih hijau mengalami mati pada ujungnya
Antraknosa cabai
Gleosporium piperatum
2 Buah Strawberi(Fragaria sp.)
Permukaan kasar, terdapat miselium berwarna putih
Terjadi bercak coklat muda kebesar-besaran, agak mengendap yang sedikit demi sedikit karena berubah jadi coklat tua
Busuk buah matang oleh jamur
Colletotrichum fragariae
3 Daun Jambu Biji(Psidium guajava)
Daun mengeriting
Daun muda sering agak mengeriting dan memiliki bercak nekrotik pada tepi dan ujungnya
Becak daun Colletotrichum gloeosporioides
4 Labu siam(Sechium edule)
Terdapat miselium
Terdapat becak melekuk, bulat, dan tampak basah serta dapat meluas ke permukaan
Antraknosa Colletotrichum logenarium
5 Daun Jagung(Zea mays)
Permukaan kasar
Permukaan kasar, tulang daun kering, dan keriput
Karat daun Puccinia sp.
6 Buah Pisang(Musa sp.)
Seluruh permukaan kulit hitam
Buah yang mulai matang mengalami pembusukan berwarna coklat atau kehitaman yang mulai timbul dari tangkai buah yang akan meluas ke buah
Busuk buah Colletotrichum musae
7 Umbi Kentang (Solanum tuberosum)
Terdapat miselium berwarna putih keabuan
Terdapat miselium berbentuk bantal-bantal berwarna putih menjadi warna merah
Busuk kering
Fusarium sp.
8 Daun Pepaya(Carica papaya)
Terdapat becak-becak putih kelabu berbentuk bulat atau tidak teratur, daun yang
Bercak daun
Cerospora papayae
terinfeksi berat menjadi kuning dan mengering
Tabel 2. Hasil Gambar Pengamatan Gejala Penyakit Tumbuhan
I
II
Gambar 1. Preparat (a) dan gambar skematis (b) buah cabai (Capsicum annum) yang terkena patogen Gleosporium piperatum.(I) Bagian yang sakit, (II) Bagian yang sehat.
a
Gambar 2. Preparat (a) dan gambar skematis (b) buah strawberry (Fragaria sp.) yang terkena patogen Colletotrichum fragariae. (I) Bagian yang sakit, (II) Bagian yang sehat.
a
I
II
aI
II
Gambar 3. Preparat (a) dan gambar skematis (b) daun jambu (Psidium guajava) yang terkena patogen Colletotrichum gloeosporioides (I) Bagian yang sakit, (II) Bagian yang sehat.
b
b
b
Gambar 4. Preparat (a) dan gambar skematis (b) labu siam (Sechium edule) yang terkena patogen Colletotrichum lagenarium (I) Bagian yang sakit, (II) Bagian yang sehat.
a
a
I
II
Gambar 5. Preparat (a) dan gambar skematis (b) buah pisang (Musa sp.) yang terkena patogen Colletotrichum musae (I) Bagian yang sakit, (II) Bagian yang sehat.
Gambar 6. Preparat (a) dan gambar skematis (b) umbi kentang (Solanum tuberosum) yang terkena patogen Fusarium sp. (I) Bagian yang sakit, (II) Bagian yang sehat.
a
III
b
b
b
III
Gambar 7. Preparat (a) dan gambar skematis (b) daun pepaya (Carica papaya) yang terkena patogen Cerospora papayae (I) Bagian yang sakit, (II) Bagian yang sehat.
a a
I
II b a
Gambar 8. Preparat (a) dan gambar skematis (b) daun jagung (Zea mays) yang terkena patogen Puccinia sp. (I) Bagian yang sakit, (II) Bagian yang sehat.
a a
b a
I
II
B. Pembahasan
Preparat yang diamati dalam praktikum pengenalan gejala penyakit tumbuhan
adalah buah strawberry (Fragaria sp.), buah pisang (Musa sp.), daun jagung (Zea mays),
daun jambu (Psidium guajava), umbi kentang (Solanum tuberosum), cabai (Capsicum
annum), daun papaya (Carica papaya), dan labu siam (Sechium edule). Preparat yang
digunakan dalam praktikum ini memiliki gejala penyakit yang berbeda-beda dan penyebab
penyakitnya didominasi oleh cendawan atau jamur. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada
buah strawberry (Fragaria sp.) didapatkan gejala penyakit seperti timbulnya bercak coklat
muda besar agak mengendap, yang sedikit demi sedikit berubah menjadi coklat tua dan
memiliki tanda-tanda permukaannya kasar dan terdapat miselium berwarna putih.
Identifikasi yang didapatkan dari buku identifikasi bahwa buah strawberry tersebut
terserang penyakit busuk buah matang, yang disebabkan oleh jamur yang bernama
Colletotrichum fragariae. Busuk buah pada strawberry dikenal 3 macam busuk buah yang
mudah dibedakan yaitu kapang kelabu, busuk rhizopus, dan busuk buah matang. Kapang
dapat menginfeksi sejak buah masih dalam bentuk bunga. Busuk rhizopus, kadang disebut
“bocor” (leak) ini disebabkan oleh Rhizopus stolonifer. Buah yang terserang menjadi
lunak, berair, dan akan mengeluarkan cairan jika ditekan sedikit saja. Buah menjadi
berwarna coklat muda. Busuk buah matang adalah suatu antraknosa yang disebabkan oleh
jamur Colletotrichum fragariae. Penyakit hanya timbul pada buah matang yang warnanya
sudah penuh, pada buah terjadi becak coklat muda, kebasah-basahan agak mengendap.
Becak-becak bersatu membentuk becak yang besar, pada becak jamur akan membentuk
massa spora berwarna merah jambu (Semangun, 1989). Klasifikasi Colletotrichum
fragariae menurut Alexopoulos et al. (1979):
Kingdom : Fungi
Divisio : Ascomycota
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Glomerellales
Famili : Glomerellaceae
Genus : Colletotrichum
Spesies : Colletotrichum fragariae
Berdasarkan praktikum pada daun jagung (Zea mays) yang diamati terlihat gejala
pada permukaan daun kasar, dan tulang daun mengkerut. Terlihat juga tanda-tanda bahwa
permukaan daun kasar, selain itu didapatkan hasil bahwa daun yang diidentifikasi terserang
penyakit karat daun yang disebabkan oleh patogen Puccinia sp., genus Puccinia akan
tumbuh optimal pada suhu agak rendah di daerah pegunungan sekitar 16 - 23 oC. Gejala
penyakit jamur Puccinia yang menyebabkan karat daun pada tanaman sorghum atau jagung
adalah adanya bisul, terutama pada daun. Bisul terbentuk pada kedua permukaan daun
bagian atas dan bawah. Bisul dengan warna coklat kemerahan atau kekuning-kuningan
tersebar pada permukaan daun dan berubah warna menjadi hitam kecoklatan setelah
teliospora berkembang. Bisul ini dapat terlihat jelas dan bila di pegang akan terasa kasar
dan daun akan menjadi kering bila bisul menular dengan cepat. (Wakman dan
Burhanuddin, 2008). Klasifikasi Puccinia sp., menurut Alexopoulos et al. (1979):
Kingdom : Fungi
Divisio : Basidiomycota
Kelas : Pucciniomycetes
Ordo : Pucciniales
Famili : Pucciniaceae
Genus : Puccinia
Spesies : Puccinia sp.
Berdasarkan praktikum pada buah pisang (Musa sp.) terlihat gejala seperti buah
yang mulai matang mengalami pembusukan berwarna coklat atau kehitaman yang mulai
timbul dari tangkai buah yang akan meluas ke buah dan tanda-tanda yang terlihat yaitu
seluruh permukaan kulit pisang berwarna hitam yang disebabkan oleh patogen
Colletotrichum musae. Genus Colleototrichum adalah salah satu marga yang paling umum
dan penting dari patogenik jamur. Jamur ini menyebabkan antraknosa dan blights bagian
tanaman udara dan mebusuk pada pascapanen. Anggota genus ini menyebabkan kerugian
besar pada tanaman ekonomis penting, terutama buah-buahan, sayuran, dan tanaman hias.
Kerusakan yang disebabkan oleh Colleototrichum meluas ke tanaman pokok, termasuk
pisang, singkong, dan sorghum (Ralph et al., 2012). Klasifikasi Colletotrichum musae
menurut Alexopoulos et al., (1979):
Kingdom : Fungi
Divisio : Ascomycota
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Glomerellales
Famili : Gloromerellaceae
Genus : Colletotrichum
Spesies : Colletotrichum musae
Berdasarkan hasil praktikum pada labu siam (Sechium edule) terlihat gejala becak
melekuk, bulat, tampak basah, dan dapat meluas ke permukaan. Tanda-tanda dari penyakit
tersebut yaitu terdapatnya miselium. Hasil dengan membandingkan buku identifikasi dan
setelah melihat tanda-tanda maupun gejala yang timbul bahwa labu siam terserang penyakit
antraknosa, yang disebabkan oleh patogen Colletotrichum logenarium. Jamur tersebut
membentuk konidium hialin, bersel satu, jorong atau bulat telur, dengan ukuran 13-19 x 4-
6µm. Konidium membentuk massa seperti lender berwarna merah jambu. Konidium
berkecambah dengan membentuk pembuluh kecambah, yang jika berkontak dengan
permukaan yang kuat akan membentuk apresorium bulat dengan dinding tebal, dan
berwarna tua. Badan buah jamur berbentuk aservulus, mempunyai rambut kaku (seta)
berwarna coklat, berdinding tebal, bersekat 2-3, panjangnya 19-20µm, jumlahnya tidak
menentu. Daur hidup patogennya yaitu bertahan pada sisa-sisa tanaman yang sakit, ada
tanda-tanda bahwa jamur juga biasa terbawa oleh biji. Faktor yang mempengaruhi penyakit
diantaranya cuaca lembab dengan banyak hujan sangat membantu pembentukkan konidium,
pemencaran konidium, dan infeksi. Perkecambahan dan pertumbuhan jamur paling baik
pada suhu 22-27°C (Semangun, 1989).
Klasifikasi Colletotrichum logenarium menurut Alexopoulos et al., (1979):
Kingdom : Fungi
Divisio : Deuteromycota
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Melanconiales
Famili : Melanconiaceae
Genus : Colletotrichum
Spesies : Colletotrichum logenarium
Berdasarkan hasil praktikum daun jambu (Psidium guajava) terdapat tanda seperti
daunnya mengeriting, sedangkan gejala yang terjadi yaitu daun muda sering agak
mengeriting,memiliki bercak nekrotik pada tepi dan ujungnya. Hasil identifikasi
menggambarkan bahwa daun jambu tersebut terserang penyakit becak daun yang
disebabkan oleh patogen Colletotrichum gloeosporioides. Patogen tersebut umumnya
mempunyai hialin berbentuk silinder dengan ujung-ujung tumpul, kadang-kadang
berbentuk agak jorong dengan ujung agak membulat dengan pangkal yang agak sempit
terpancung, tidak bersekat, berinti satu, panjang 9-24x3-6 µm, terbentuk pada konidiofor
seperti fialid berbentuk silinder, hialin berwarna agak kecoklatan. Jamur Colletotrichum
gloeosporioides memiliki fase seksual dan aseksual. Fase seksual berupa Glomerella
cingulata, sedangkan fase aseksualnya disebut Colletotrichum gloeospora (Semangun,
2001). Klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides menurut Alexopoulos et al., (1979):
Kingdom : Fungi
Divisio : Deuteromycota
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Melanconiales
Famili : Melanconiaceae
Genus : Colletotrichum
Spesies : Colletotrichum gloeosporioides
Berdasarkan hasil praktikum daun pepaya (Carica papaya) terdapat miselium
berwarna putih dan gejala yang ditimbulkan yaitu terdapat becak-becak putih kelabu
berbentuk bulat atau tidak teratur, daun yang terinfeksi berat menjadi kuning dan
mengering. Hasil identifikasi menggambarkan bahwa daun papaya tersebut terserang
penyakit becak daun yang disebabkan oleh patogen Cerospora papayae. Jamur ini
membentuk banyak konidiofor tidak bercabang, lurus atau agak lentur, hialin berwarna
coklat kehijauan, dengan beberapa bekas konidium pada ujungnya, panjangnya samapi
45µm. Konidium tunggal, jorong, berbentuk jambu atau berbentuk gada, hampir selalu
bersekat 1, hialin coklat pucat, berukuran 14-26 x 7-10µm. Penyakit ini dapat dikendalikan
dengan menggunakan fungisida. Fungisida yang biasa dipakai seperti ziram, zineb, maneb,
atau captan (Cook, 1975). Klasifikasi Cerospora papaya menurut Alexopoulos et al.
(1979):
Kingdom : Fungi
Divisio : Ascomycota
Kelas : Dothideomycetes
Ordo : Capnodiales
Famili : Mycosphaerellaceae
Genus : Cerospora
Spesies : Cerospora papayae
Berdasarkan hasil praktikum umbi kentang (Solanum tuberosum) memiliki tanda-
tanda yaitu terdapat miselium berwarna putih keabuan yang diikuti gejala seperti terdapat
misellium berbentuk bantal-bantal berwarna putih menjadi warna merah. Hasil dari
identifikasi menggambarkan bahwa umbi kentang tersebut terserang penyakit busuk kering
yang disebabkan oleh patogen Fusarium sp. Genus Fusarium merupakan salah satu
patogen tular tanah yang banyak dijumpai dan tersebar luas, dan diketahui sebagai
penyebab masalah pada tanaman yang disebabkan oleh keragaman sistem pertanaman,
jenis tanah, bahan organic, pengolahan tanah, kesuburan tanah, dan keragaman lingkungan.
Keragaman spesies Fusarium, antara lain dipengaruhi oleh peningkatan suhu tanah. Genus
Fusarium yang menyebabkan penyakit busuk kering kentang yaitu F. solani, F. coeruleum,
F. sulphureum, dan F. oxysporum (Soesanto et al., 2011).
Klasifikasi Fusarium sp. menurut Alexopoulos et al. (1979):
Kingdom : Mycetaceae
Divisio : Ascomycota
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Famili : Nectriaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium sp.
Berdasarkan hasil praktikum cabai (Capsicum annum) memiliki tanda-tanda
ujungnya lembek, gejala yang ditimbulkan yaitu buah yang masih hijau mengalami mati
pada ujungnya. Gejala yang disebabkan mula-mula berbentuk bintik-bintik kecil berwarna
kehitaman dan berlekuk, pada buah yang masih hijau atau yang sudah masak. Bintik-bintik
ini tepinya berwarna kuning, membesar dan memanjang. Bagian tengahnya menjadi
semakin gelap, dalam cuaca yang lembab jamur membentuk badan buah dalam lingkaran-
lingkaran berpusat yang membentuk spora. Penyakit ini berkembang terus pada waktu
buah cabai disimpan atau diangkut. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa cabai tersebut
terserang penyakit antraknosa cabai yang disebabkan oleh patogen Gleosporium
piperatum.G. piperatum juga dapat menyerang daun dan batang tanpa menimbulkan
kerugian yang berarti (Triharso, 1975).
Klasifikasi Gleosporium piperatum menurut Alexopoulos et al. (1979):
Kingdom : Fungi
Divisio : Ascomycota
Kelas : Leotiomycetes
Ordo : Helotiales
Famili : Dermateaceae
Genus : Gleosporium
Spesies : Gleosporium piperatum
Konsep segitiga gangguan, jelas bahwa penyakit dapat timbul dan berkembang
apabila ada interaksi antara tanaman rentan dengan patogen yang virulen pada lingkungan
yang mendukung pertumbuhan patogen atau lingkungan yang kurang sesuai untuk
tanaman. Kerentanan tanaman dan virulensi patogen tidak berubah pada tanaman yang
sama selama beberapa hari hingga beberapa minggu, akan tetapi keadaan lingkungan dapat
berubah secara tiba-tiba dalam tingkatan yang bervariasi. Oleh karena itu, lingkungan
dapat menyebabkan terjadinya perubahan perkembangan penyakit menjadi lebih cepat atau
lebih lambat. Bahwa terjadinnya suatu penyakit paling sedikit diperlukan tiga faktor yang
mendukung, yaitu tanaman inang atau host, penyebab penyakit atau pathogen dan faktor
lingkungan (Agrios, 1996).
1. Tanaman Inang
Pengaruh tanaman inang terhadapnya timbulnya suatu penyakit tergantung dari
jenis tanaman inang, kerentanan tanaman, bentuk dan tingkat pertumbuhan, struktur dan
kerapatan populasi, kesehatan tanaman dan ketahanan inang. Tanaman inang dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu :
Tanaman inang rentan : inang yang mudah terserang patogen sementara pada kondisi
sama dan patogen sama, inang lain resisten.
Tanaman inang resisten : Inang yang tahan terhadap serangan patogen sementara pada
kondisi sama dan patogen sama, inang lain rentan.
Tanaman inang toleran : inang yang rentan tetapi inang tersebut masih mampu
menghasilkan produk yang ekonomis.
Tanaman inang sekunder : inang yang bukan menjadi makanan utama.
Tanaman inang primer : inang yang memang menjadi tempat dan sumber nutrisi
makanan utama/pokok dari patogen.
Tanaman inang alternative : tempat dan nutrisi makanan jika tidak ada inang sekunder,
primer dimana patogen dimasing-masing inang bias menyelesaikan siklusnya.
Tanaman inang perantara : inang yang dapat dijadikan perantara untuk menyelesaikan
siklus penyakit. Keberadaan inang ini pada salah satu jenis penyakit menjadi penting,
karena tanpa inang perantara ini meskipun pathogen ada dan inang utama ada, patogen
akan mati sehingga tidak akan terjadi penyakit (Agrios, 1966).
2. Patogen
Patogen adalah organism hidup yang mayoritas bersifat mikro dan mampu untuk
dapat menimbulkan penyakit pada tanaman atau tumbuhan. Mikroorganisme tersebut
antara lain fungi, bakteri, virus, nematoda mikoplasma, spiroplasma dan riketsia. Pengaruh
komponen patogen dalam timbulnya penyakit sangat tergantung pada kehadiran pathogen,
jumlah populasi pathogen, kemampuan pathogen untuk menimbulkan penyakit yaitu
berupa kemampuan menginfeksi (virulensi) dan kemampuan menyerang tanaman inang
(agresivitas), kemampuan adaptasi patogen, penyebaran, ketahanan hidup dan kemampuan
berkembangbiak patogen (Agrios, 1966).
Kemampuan patogen menyerang tanaman inang dipengaruhi oleh senjata yang
dimiliki oleh patogen, dimana senjata ini sangat tergantung pada jenis patogen itu sendiri.
Senjata secara umum yang dimiliki patogen untuk menyerang tanaman dapat dibedakan
menjadi dua yaitu fisik-mekanik dan biokimia. Senjata fisik-mekanik dapat berupa jarum
(stilet) seperti yang dimiliki nematode atau berupa austarium yang dimiliki oleh fungi.
Biokimia dapat berupa enzim, toksin, antibiotik, zat pengatur tumbuh (ZPT) dan senyawa
yang berfungsi sebagai racun atau penyumbat (Agrios, 1966).
3. Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat memberikan pengaruh terhadap timbulnya suatu
penyakit dapat berupa suhu udara, intensitas dan lama curah hujan, intensitas dan lama
embun, suhu tanah, kandungan air tanah, kesuburan tanah, kandungan bahan organik,
angin, api, pencemaran air. Faktor lingkungan ini memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman inang dan mnenciptakan kondisi yang sesuai bagi kehidupan jenis
patogen tertentu (Agrios, 1966).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pengenalan gejala penyakit tumbuhan dapat diperoleh
kesimpulan bahwa, patogen Gleosporium piperatum menyebabkan penyakit antraknosa
cabai (Capsicum annum), dan gejala yang nampak yaitu buah yang masih hijau mengalami
kematian pada ujungnya; patogen Colletotrichum fragariae menyebabkan penyakit busuk
buah matang oleh jamur pada buah Strawberry (Fragaria sp.), dan gejala yang terjadi yaitu
terdapat bercak coklat muda kebesar-besaran, agak mengendap yang sedikit demi sedikit
berubah menjadi coklat tua; patogen Colletotrichum gloeosporioides menyebabkan
penyakit becak daun jambu biji (Psidium guajava), dan gejala yang nampak yaitu daun
muda sering agak mengeriting; patogen Colletotrichum logenarium penyebab penyakit
antraknosa pada labu siam (Sechium edule) dan ditandai dengan gejala terdapat misellium
putih; patogen Puccinia sp. menyebabkan penyakit karat daun pada daun jagung (Zea
mays), dan gejala yang Nampak yaitu permukaan kasar, tulang daun kering dan keriput;
patogen Colletotrichum musae menyebabkan penyakit busuk buah pada buah pisang (Musa
sp.), dan gejala yang Nampak yaitu seluruh permukaan berubah menjadi warna kehitaman;
patogen Fusarium sp. menyebabkan penyakit busuk kering pada umbi kentang (Solanum
tuberosum), dan gejala yang Nampak yaitu terdapat misellium berbentuk bantal-bantal
putih; patogen Cerospora papaya menyebabkan penyakit bercak daun pada daun papaya
(Carica papaya), dan gejala yang Nampak yaitu terdapat becak-becak putih kelabu.
B. Saran
Sebaiknya pada saat melihat tanda-tanda maupun gejala pada saat identifikasi
diperlukan ketelitian, agar hasil yang didapat sesuai dengan pustaka.
DAFTAR REFERENSI
Alexopoulos, C. J., M. Blackwell, and C. W. Mims. 1979. Introductory Mycology Fourth Edition. John Willey and Sons, Inc, New York.
Agrios, G. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Cook, A.A. (1975), Diseases of Tropical and Subtropical Fruits and Nuts. Hafner Press, New York, 317 hlm.
Donowidjojo, S., H. A. Djatmiko dan N. Prihatiningsih. 1999. Ilmu PenyakitTumbuhan. Fakultas Pertanian Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.
Martoredjo, T, 1989. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan Bagian Dari Perlindungan Tanaman. Andi Offset, Yogyakarta.
Ralph,D., Jan.A.L. Van Kan, Zacharias.A. Pretorius, Kim E. Hammond-Kosack, Antonio Di Pietro, Pietro.D Spanu, Jason J. Rudd, D.Marty, R. Kahman, J. Ellis and Garry. D. Poster. 2012. The Top 10 fungal pathogens in molecular plant pathology. DOI: 1364-3703.
Rohdjatun, I. 1992. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Andi Offset, Yogyakarta.
Semangun, H. 1989. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Soesanto, L.,E. Mugiastuti, dan R.F. Rahayuniati. 2011. Inventarisasi dan Identifikasi Patogen Tular-tanah pada Pertanaman Kentang di Kabupaten Purbalingga. J.Hort. 21(3):254-264.
Triharso. 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Wakman dan Burhanuddin. 2008. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Bandung.