Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan

23
PENGENALAN GEJALA PENYAKIT TUMBUHAN LAPORAN PRAKTIKUM FITOPATOLOGI Oleh: Nama : Andriani Diah Irianti NIM : B1J012011 Rombongan : II Kelompok : 3 Asisten : Devi Fatkuljanah KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2014

description

Laporan Praktikum Fitopatologi

Transcript of Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan

Page 1: Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan

PENGENALAN GEJALA PENYAKIT TUMBUHAN

LAPORAN PRAKTIKUM FITOPATOLOGI

Oleh:

Nama : Andriani Diah Irianti

NIM : B1J012011

Rombongan : II

Kelompok : 3

Asisten : Devi Fatkuljanah

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI

PURWOKERTO

2014

Page 2: Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan

I. PENDAHULUAN

Penyakit tumbuhan hanya akan terjadi jika pada satu tempat terdapat

tumbuhan yang rentan, patogen virulen dan lingkungan yang sesuai. Penyakit

tumbuhan tidak akan terjadi jika patogen yang virulen bertemu dengan tumbuhan

yang rentan, tetapi lingkungan tidak membantu perkembangan patogen dan tidak

meningkatkan kerentanan tumbuhan (Semangun, 1996). Tumbuhan yang sakit

umumnya akan menunjukkan gejala yang khas dan dengan mudah gejala tersebut

dapat dilihat dengan mata tanpa alat bantu. Gejala penyakit adalah suatu bentuk

perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan sebagai suatu reaksi terhadap patogen.

Tumbuhan dikatakan sehat apabila tampilan atau penampakan dari tumbuhan

tersebut normal dan dapat menjalankan fungsi fisiologisnya dengan lancar sesuai

dengan potensi genetisnya.

Tumbuhan yang diganggu oleh patogen dan salah satu fungsi fisiologisnya

terganggu maka akan terjadi penyimpangan dari keadaan normal yang menyebabkan

tumbuhan menjadi sakit (Agrios, 1996). Sel dan Jaringan tumbuhan yang sakit

biasanya menjadi lemah dan hancur oleh agensia penyebab penyakit. Kemampuan

sel dan jaringan untuk melaksanakan fungsi-fungsi fisiologis yang normal menjadi

menurun atau akan terhenti sama sekali dan sebagai akibatnya tumbuhan tersebut

pertumbuhannya akan terganggu atau mati (Yunasfi, 2002).

Secara sederhana penyakit tumbuhan dapatlah diberi batasan sebagai

kerusakan proses fisiologi, yang disebabkan oleh rangsangan yang terus menerus dari

penyebab utama, melalui terhambatnya akitifitas seluler, dan diekspresikan dalm

bentuk karakter patologi yang khas yang disebut symptom atau gejala (Satrahidayat,

2011). Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tanaman sebagai suatu reaksi

pada patogen berdasarkan perubahan yang terjadi pada sel tumbuhan gejala penyakit

dibedaka menjadi 3 yaitu tipe nekrosa gejala yang terjadi disebut nekrosis, yaitu

gejala yang muncul sebagai akibat dari rusaknya atau matinya sel-sel tumbuhan; tipe

hypoplasia gejala yang terjadi disebut hipoplasia, yaitu gejala yang muncul sebagai

akibat dari terhentinya pertumbuhan sel; tipe hiperplastida gejalanya disebut

hiperplasia yaitu gejala yang muncu sebagai akibat perkembangan sel yang luar

biasa (Waluyo, 2009).

Tujuan dari praktikum pengenalan penyebab penyakit yaitu dapat mengetahui

berbagai penyebab gejala penyakit.

Page 3: Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan

II. TELAAH PUSTAKA

Penyakit pada tumbuhan utamanya disebabkan oleh organisme hidup

patogenik (parasit) maupun faktor fisik. Penyebab penyakit dapat dibedakan menjadi

penyebab penyakit yang menular, tidak menular dan akibat serangan hama. Penyakit

menular merupakan penyakit yang dapat berkembang biak pada suatu pohon.

Penyebab penyakit ini dapat berkembang dan menyebar secara aktif dari satu pohon

ke pohon lain melalui tanah, pertautan akar, pertautan daun atau menyebar secara

pasif dari satu tanaman ke tanaman lain karena terbawa oleh angin atau aliran pada

permukaan tanah, selokan dan sungai dan beberapa jenis patogen dapat terbawa oleh

serangga, nematode dan burung (Yunasfi, 2002).

Penyakit tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu penyakit lokal

dan penyakit sistemik. Penyakit lokal merupakan penyakit yang terdapat pada suatu

tempat atau bagian tertentu pada tumbuhan contohnya pada buah, bunga, daun atau

cabang. Penyakit sistemik merupakan penyakit yang menyebar keseluruh bagian

tumbuhan sehingga tumbuhan menjadi sakit (Pracaya, 2010). Berdasarkan

golongannya penyakit tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu

penyakit abiotik dan penyakit biotik. Penyakit abiotik adalah penyakit yang

disebabkan oleh penyakit noninfeksi atau penyakit yang tidak dapat ditularkan dari

tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain. Patogen penyakit abiotik meliputi: suhu

tinggi, suhu rendah, kadar oksigen yang tak sesuai, kelembaban udara yang tak

sesuai, keracunan mineral, kekurangan mineral, senyawa kimia alamiah beracun,

senyawa kimia pestisida, polutan udara beracun, hujan es dan angin. Penyakit biotik

adalah penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh penyakit infeksius bukan binatang

dan dapat menular dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain. Patogen penyakit

biotik meliputi: jamur, bakteri, virus, nematoda, tumbuhan tingkat tinggi parasitik,

dan mikoplasma. (Sastrahidayat, 1990)

Gejala penyakit tanaman adalah kelainan atau penyimpangan dari keadaan

normal tanaman akibat adanya gangguan penyebab penyakit dan gejala dapat dilihat

dengan mata telanjang. Penyakit Tumbuhan berdasarkan bentuk gejalanya dibagi

menjadi dua, yaitu : gejala morfologi dan gejala histologi. Gejala morfologi yaitu

gejala luar yang dapat dilihat dan dapat diketahui melalui bau, rasa, raba dan dapat

ditunjukkan oleh seluruh tumbuhan atau tiap organ dari dari tumbuhan. Gejala

histologi merupakan gejala yang hanya dapat diketahui lewat pemeriksaan-

Page 4: Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan

pemeriksaan mikroskopis dari jaringan yang sakit. Berdasarkan tipe penyakit

tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua yaitu penyakit lokal dan penyakit sistemik.

Penyakit lokal merupakan penyakit yang terdapat pada suatu tempat atau bagian

tertentu pada tumbuhan contohnya pada buah, bunga, daun atau cabang. Penyakit

sistemik merupakan penyakit yang menyebar keseluruh bagian tumbuhan sehingga

tumbuhan menjadi sakit (Pracaya, 2010).

Page 5: Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan

III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu alat gambar, kamera dan

buku identifikasi.

Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu cabai (Capsicum

annum), pisang (Musa sp.), strawberry (Fragaria sp.), kentang (Solanum tuberosum),

daun pepaya (Carica pepaya), labu siam (Sechium edule), daun jagung (Zea mays),

dan daun jambu biji (Psidium guajava).

B. Metode

atau

Dicocokan dengan

pustaka

Digambar dan

difoto

Diidentifikasi

Page 6: Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan Gejala Tumbuhan

No Nama preparat Tanda Gejala Penyakit Patogen

1. Cabai

(Capsicum annum)

Ada bercak. Bercak hitam

pada

permukaan.

Antraknosa. Gloesporium

piperatum.

2. Pisang

(Musa sp.)

Ada

miselium

dan banyak

miselium.

Bercak hitam

dan banyak

miselium.

Antraknosa. Colletotrichum

gloesporioides.

3. Strawberry

(Fragaria sp.)

- Warna

permukaa

n gelap.

- Ada

bercak.

- Tekstur

agak

lembek.

Bercak

berwarna

kecoklatan.

Busuk buah

matang.

Colletotrichum

fragariae.

4. Kentang

(Solanum

tuberosum)

- Agak

lembek

dan

berair.

- Bau

busuk.

- Ada

miselium

- Ada

bercak

- Miselium

putih

seperti

bantal-

bantal.

- Bercak-

bercak

berlekuk.

Busuk

kering

fusarium.

Fusarium sp.

5. Daun pepaya

(Carica papaya)

Ada bercak - Permukaan

daun kasar.

- Ada

bercak

menonjol

warna

kuning

kejinggaan

Karat Puccinia

sorghi,

Puccinia

polysora.

6. Labu siam

(Sechium edule)

- Terkstur

keras.

- Tidak

berbau.

- Ada

miselium

- Ada

bercak.

- Bercak

coklat dan

miselium

dipermuka

an.

- Tidak

berlendir.

Busuk buah Phytophthora

sp.

7. Daun jagung

(Zea mays)

Ada bercak. Bercak

kekuningan

sejajar tulang

daun.

Bulai Sclerospora

maydis.

Page 7: Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan

8. Daun Jambu biji

(Psidium guajava)

Ada bercak. Bercak hitam

pada

permukaan

daun.

Kapang

jelaga.

Capnodium

moniliforme.

Gambar 1. Preparat segar (a) dan gambar skematis (b) cabai (Capsicum

annum) yang terkena penyakit antraknosa oleh patogen

Gloesporium piperatum. (I) bagian yang sehat. (II) bagian yang

sakit.

a b

II

I

Page 8: Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan

Gambar 2. Preparat segar (a) dan gambar skematis (b) pisang (Musa sp.) yang

terkena penyakit antraknosa oleh patogen Colletotrichum

gloesporioides. (I) bagian yang sehat. (II) bagian yang sakit.

Gambar 3. Preparat segar (a) dan gambar skematis (b) strawberry (Fragaria

sp.) yang terkena penyakit busuk buah matang oleh Colletotrichum

fragariae. (I) bagian yang sehat. (II) bagian yang sakit.

a b

a b

II

I

II

I

Page 9: Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan

Gambar 4. Preparat segar (a) dan gambar skematis (b) kentang (Solanum

tuberosum.) yang terkena penyakit busuk kering fusarium oleh

patogen Fusarium sp. (I) bagian yang sehat. (II) bagian yang sakit.

Gambar 5. Preparat segar (a) dan gambar skematis (b) labu siam (Sechium

edule) yang terkena penyakit busuk buah oleh patogen

Phytophthora sp. (I) bagian yang sehat. (II) bagian yang sakit.

a b

a b

II

I

II

I

Page 10: Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan

Gambar 6. Preparat segar (a) dan gambar skematis (b) daun pepaya (Carica

papaya) yang terkena penyakit karat oleh patogen Puccinia sorghi,

Puccinia polysora (I) bagian yang sehat. (II) bagian yang sakit.

Gambar 7. Preparat segar (a) dan gambar skematis (b) daun jagung (Zea mays)

yang terkena penyakit bulai oleh patogen Sclerospora maydis. (I)

bagian yang sehat. (II) bagian yang sakit.

a b

a b

II

I

I

II

Page 11: Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan

Gambar 8. Preparat segar (a) dan gambar skematis (b) daun jambu biji

(Psidium guajava) yang terkena penyakit kapang jelaga oleh

patogen Capnodium moniliforme. (I) bagian yang sehat. (II) bagian

yang sakit.

B. Pembahasan

Praktikum pengenalan gejala penyakit kali ini menggunakan 8 macam

preparat segar yang terserang patogen yaitu cabai (Capsicum annum), pisang (Musa

sp.), strawberry (Fragaria sp.), kentang (Solanum tuberosum), labu siam (Sechium

edule), daun pepaya (Carica papaya), daun jagung (Zea mays), dan daun jambu biji

(Psidium guajava). Berikut ini adalah penjelasan untuk masing-masing preparat yang

terserang patogen.

Dari hasil pengamatan secara makroskopis pada cabai (Capsicum annum) di

duga menderita penyakit antraknosa yang diserang oleh patogen Gloesporium

piperatum. Tanda-tanda yang ditunjukkan yaitu pada cabai terdapat bercak dan

gejalanya yaitu bercak-bercaknya berwarna hitam. Penyakit antraknosa merupakan

salah satu penyakit penting dalam produksi cabai di daerah tropis yang panas dan

lembab yang dikenal juga sebagai penyakit busuh buah prapanen dan pasca panen.

Serangan penyakit ini disebabkan oleh cendawan Colletotrichum spp. yang dapat

menurunkan produksi sebesar 45-60% dan kualitas cabai (Hidayat et al., 2004).

Colletrichum mempunyai stroma yang terdiri dari masa miselium berbentuk

aservulus, bersepta panjang antara 30-90 µm, umumnya berkembang merupakan

a b

I

II

Page 12: Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan

perpanjangan dari aservulus. Konidia berwarna hialin, bersel tunggal dan berukuran

5-15 µm (Daniel, 1972).

Penyakit antraknosa pada tanaman cabai memiliki gejala mati pucuk

berkelanjutan ke bagian tanaman sebelah bawah. Daun, ranting dan cabang menjadi

kering berwarna cokelat kehitam-hitaman (Herwidyarti et al., 2013). Gejala lain dari

penyakit ini dapat berupa bercak kecil pada buah cabai. Selama musim hujan bercak

tersebut berkembang dengan cepat dan pada lingkungan kondusif penyakit tersebut

dapat menghancurkan seluruh areal pertanaman cabai. Faktor-faktor yang

mempengaruhi penyakit antraknosa yaitu distimulir disebabkan oleh kondisi yang

lembab dan suhu yang relatif tinggi. Penyakit antraknosa berkurang pada musim

kemarau, lahan yang memiliki drainase baik dan gulma yang terkendali dengan baik.

Penyakit antraknosa cenderung menyerang pada buah cabai yang masak ketimbang

cabai yang belum masak (masih hijau) hal ini karena kandungan glukosa, sukrosa

dan juga fruktosa yang dimiliki oleh cabai masak sedangkan cabai yang masih hijau

hanya mengandung glukosa dan sukrosa (Tenaya et al., 2001).

Hasil pengamatan secara makroskopis pada pisang (Musa sp.) diduga

menderita penyakit antraknosa yang diserang oleh patogen Colletotrichum

gloesporioides. Tanda-tanda yang ditunjukkan yaitu terdapat miselium yang banyak

dan gejalanya yaitu terdapat bercak warna hitam yang disekitar bercak terdapat

miselium lebat atau banyak. Menurut Indratmi (2009), patogen Colletotrichum

gloeosporioides Penz. merupakan penyebab penyakit antraknosa yang terutama

muncul pada periode pasca panen meskipun serangannya sudah dimulai sejak di

lapangan atau periode prapanen. Serangan utama patogen penyakit antraknosa adalah

bagian tanaman yang bernilai ekonomis yaitu pada buah. Jamur Colletotrichum

gloesporioides dikenal bersifat polifag. Serangan pada buah ditandai dengan adanya

bercak coklat atau hitam yang agak cekung kedalam. Bercak-bercak tersebut

seringkali terdapat mengumpul pada pangkal buah dan buah yang terinfeksi tidak

dapat dikonsumsi.

Klasifikasi penyakit Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc menurut

Dwidjoseputro (1978) sebagai berikut:

Kingdom : Fungi

Filum : Mycota

Kelas : Deuteromycetes

Ordo : Melanconiales

Page 13: Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan

Family : Melanconiaceae

Genus : Colletotrichum

Species : Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit ini yaitu banyaknya jumlah

konidium yang terbentuk pada suhu 25-35 °C. Keadaan yang optimum untuk

berkecambah adalah 27-30 °C dan kelembapan udara yang mendekati jenuh.

Penyakit antraknosa lebih banyak menyerang pada musim hujan hal ini karena kulit

pisang yang lunak dan keadaan yang menguntungkan bagi jamur (Semangun, 1991).

Hasil pengamatan secara makroskopis untuk stroberi (Fragaria sp.) diduga

menderita penyakit busuk buah matang yang diserang oleh patogen Colletotrichum

fragariea. Tanda-tanda yang ditunjukkan dengan permukaan warna buahnya yang

gelap, terdapat bercak dan teksturnya sedikit lembek. Gejala yang ditunjukkan yaitu

bercak-bercaknya berwarna kecoklatan. Menurut Semangun (1991), penyakit busuk

buah matang (ripe fruit rot) adalah suatu antraknosa yang disebabkan oleh jamur

Colletotrichum fragariae Brooks. Penyakit ini hanya akan timbul pada buah yang

sudah matang yang warnanya sudah penuh. Buah akan terjadi bercak coklat muda,

kebasah-basahan, agak mengendap dan lama-kelamaan warnanya akan berubah

menjadi coklat tua. Bercak-bercak yang terbentuk akan bersatu menjadi besar dan

pada bercak tersebut akan terdapat jamur yang membentuk massa spora berwarna

merah jambu. Berikut ini merupakan klasifikasi dari patogen Colletotrichum

fragariae sebagai berikut:

Kingdom : Fungi

Filum : Ascomycota

Kelas : Sordariomycetes

Ordo : Glomerellales

Family : Glomerellaceae

Genus : Colletotrichum

Species : Colletotrichum fragariae

Penyakit antraknosa stroberi (Fragaria × ananassa Duch.) disebabkan oleh

jamur patogen Colletotrichum acutatum Simmonds, C. Fragariae Brooks, dan C.

gloeosporioides (Penz.) Penz. Sacc. Ketiga spesies tersebut menyebabkan penyakit,

yang tidak dapat dibedakan gejalanya ketika stroberi terserang patogen tersebut. C.

fragariae paling sering dikaitkan dengan busuk mahkota antraknosa stroberi yang

tumbuh di tempat yang panas dan daerah lembab seperti bagian tenggara Amerika

Page 14: Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan

Serikat. Kisaran inangnya terbatas pada stroberi dan beberapa gulma C. acutatumis

yang merupakan agen penyebab utama busuk buah antraknosa, memiliki luas

jangkauan geografis yang lebih luas dari C. fragariae dan semakin penting sebagai

penyebab tangkai daun, stolon, mahkota, dan Infeksi akar (Curry et al., 2002).

Menurut Arroyo et al., (2011), tahap awal patogen Colletotrichum spp. menginfekisi

inang yaitu dengan melakukan adhesi konidia dengan permukaan tuan rumah

(permukaan kulit stroberi), perkecambahan konidia, produksi tabung kuman yang

membedakan untuk membentuk melanized appresoria, dan penetrasi kutikula host

melalui appresoria. Colletotrichum spp., menggunakan infeksi dengan dua strategi

invasi hemibiotrophic intraseluler dan invasi subkutikular, yang digunakan oleh C.

acutatum dan ditandai oleh pertumbuhan patogen di bawah kutikula tanaman dan

dalam dinding-dinding periklinal sel epidermis.

Hasil pengamatan secara makroskopis untuk kentang (Solanum tuberosum)

diduga menderita penyakit busuk kering fusarium yang diserang oleh patogen

Fusarium sp. Tanda-tanda yang ditunjukkan yaitu pada permukaan atau kulit kentang

terdapat bercak dan miselium, tekstur kentang sedikit lembek dan berbau busuk.

Menurut Semangun (1991), jamur Fusarium menyerang umbi kentang yang

disimpan dalam gudang. Gejala penyakit ini awalnya serangan Fusarium tampak

bentuk-bentuk bercak berlekuk yang warnanya tua dan kelamaan bercak tersebut

akan meluas. Permukaan kentang yang yang terdapat miselium berbentuk seperti

bantal-bantal yang berwarna putih sampai berwarna merah jambu dan membentuk

banyak konidium. Berikut ini adalah klasifikasi dari petogen Fusarium sp.

Kingdom : Fungi

Filum : Deuteromycota

Kelas : Deuteromycetes

Ordo : Moniliales

Family : Tuberculariaceae

Genus : Fusarium

Spesies : Fusarium Sp

Penyebab penyakit Fusarium adalah paling banyak Fusarium caeruleum

(Lib.) Sacc. Spesies ini memiliki konidium berbentuk bulat sabit, umumnya bersekat

3, berukuran 30-40 x 4,5-5,5 µm. Konidium akan membentuk massa yang berwarna

putih, oker, atau merah jambu. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit Fusarium

yaitu intensitas penyakit dalam gudang yang dibantu oleh suhu penyimpanan yang

Page 15: Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan

lebih dari 4 bulandan adanya luka pada kentang (umbi) yang dapat membantu

infeksi. Menurut Semangun (1996), Cendawan Fusarium akan membentuk konidium

pada suatu badan yang disebut sporodokium yang dibentuk pada permukaan tangkai

atau daun sakit pada tangkai yang sudah tua. Konidiofor bercabang dan rata-rata

mempunyai panjang 70 µm, cabang-cabang samping biasanya bersel satu, panjang

sampai 14 µm, konidium terbentuk pada ujung cabang utama dan samping.

Mikronidium bersel satu atau dua, hialin jorong atau agak memanjang dengan ukuran

5 -7 x 2,5-3 µm. Makrokonidium berbentuk sabit, bertangkai kecil, kebanyakan

bersel 4, berukuran 22- 36 x 4,5 µm. Klamidospora bersel satu, jorong atau bulat

berukuran 7-13 x 7-8 µm terbentuk di tengah hifa atau pada makrokonidium,

seringkali berpasangan. Konidia biasanya mempunyai 3-5 septa dan sel apikal yang

tipis serta dasarnya yang berbentuk kaki. Klamidosporanya dapat terbentuk tunggal

dan berpasangan (Ploetz, 1994)

Hasil pengamatan secara makroskopis untuk daun pepaya (Carica papaya)

diduga menderita penyakit karat yang diserang oleh patogen Puccinia sorghi atau

Puccinia polyshora. Tanda-tanda yang ditunjukkan yaitu terdapat bercak dan gejanya

pada permukaan daunnya kasar dan terdapat bercak menonjol berwarna kuning

kejinggaan. Menurut Burhanuddin (2009), penyakit karat dapat disebabkan oleh

jamur Puccinia polysora Underw dan Puccinia sorghi Schweinitz. Penyakit karat di

Indonesia merupakan penyakit yang endemis. Penyakit karat pertama kali dilaporkan

di Amerika Serikat pada tahun 1891. Penyakit karat memiliki gejala yaitu pada

tanaman dewasa daun yang sudah tua terdapat titik-titik noda yang berwarna

kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk yang berwarna kecoklatan, serbuk ini

kemudian menjadi bermacam-macam bentuknya. Permukaan atas dan bawah daun

terdapat bercak daun seperti bisul, bentuk bulat sampai lonjong berwarna coklat

kemerahan ukuran 2 mm. Berikut ini merupakan klasifikasi dari patogen penyebab

karat Puccinia sorghi sebagai berikut:

Kingdom : Fungi

Filum : Basidiomycota

Kelas : Pucciniomycotina

Ordo : Pucciniales

Famili : Pucciniaceae

Genus : Puccinia

Spesies : Puccinia sorghi Schw

Page 16: Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan

Jamur Puccinia sorghi Schweinitz mempunyai uredium pada kedua sisi daun

dan upih daun yang tersebar tidak menentu atau juga rapat. Urediospora bulat atau

jorong dengan ukuran 24-29 x 22-29 µm, berdinding coklat kemerahan, berduri-duri

halus dan jamur membentuk telium terbuka (Semangun, 1993). Menurut Wakman

dan Burhanuddin (2007), jamur Puccinia sorghi memiliki tebal spora 1-1,5 µm

dengan 4-5 lubang ekuator dan ukurannya 18-27 x 29-41µm, mudah lepas, dua sel

timbul pada tangkai pendek ukuran 10-30 µm. Teliospora berwarna cokelat, halus,

elips dan kedua ujungnya membulat. Penyebaran penyakit karat dipengaruhi oleh

terbentuknya urediospora. Jamur ini dapat berkembang sangat baik pada suhu 27-28

°C dan kelembaban udara yang tinggi serta jenbis varietas tertentu. Kelembapan

yang tinggi akan meningkatkan serangan penyakit karat. Faktor lain yang

mempengaruhi penyebaran penyakit ini adalah perbedaan topografi yaitu pada

ketinggian 1.200 di atas permukaan laut, perkembangan penyakit ini akan terhambat

namun sebaliknya pada ketinggian 900 m dari atas permukaan laut perkembangan

penyakit ini sangat baik (Burhanuddin, 2009).

Hasil pengamatan secara makroskopis untuk daun jagung (Zea mays) diduga

menderita penyakit bulai yang diserang oleh patogen Sclerospora maydis. Tanda-

tanda yang ditunjukkan yaitu terdapat bercak dan gejalanya terdapat bercak

kekuningan sejajar dengan tulang daun. Penyakit bulai disebabkan oleh jamur

Perenosclerospora sp. merupakan penyakit utama yang menyerang tanaman jagung.

Penyakit ini menyerang pada tanaman yang berumur muda atau pada masa vegetatif,

dengan gejala daun yang berklorotik dan di bawah permukaan daun akan terlihat

lapisan beledu putih yang terlihat jelas pada pagi hari. Di Indonesia ada dua macam

jamur yang dapat menyerang penyakit bulai yaitu P. maydis (Rac.) Shaw di Jawa dan

P. philippinensis. Gejala penyakit bulai yaitu terdapatnya bercak berwarna klorotik

memanjang searah tulang daun dengan batas yang jelas, adanya tepung berwarna

putih pada bercak yang terlihat pada pagi hari, daun yang terkena bercak menjadi

sempit dan kaku, tanaman menjadi terhambat pertumbuhannya, daun menggulung

dan terpuntir. Penyakit bulai dapat menimbulkan gejala sistemik yang meluas

keseluruh badan tanaman dan dapat menimbulkan gejala lokal tergantung dari

meluasnya jamur penyebab penyakit di dalam tanaman yang terinfeksi (Surtikanti,

2012). Berikut ini merupakan klasifikasi dari patogen Peronosclerospora maydis

sebagai berikut:

Kingdom : Chromista

Page 17: Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan

Filum : Heterokantophyta

Kelas : Oomycetes

Ordo : Sclerosporales

Famili : Peronosporaceae

Genus : Peronosclerospora

Spesies : Peronosclerospora maydis.

Peronosclerospora maydis memiliki konidiofor berukuran 132 - 261µm.

Konidianya hialin, berdinding tipis berukuran 24 - 46,6 x 12 – 20 µm. Oogonianya

berwarna coklat kemerahan, berbentuk elips tidak beraturan dengan ukuran 55 – 73 x

49 - 58 µm. Konidiofor umumnya mempunyai percabangan tingkat tiga atau empat.

Cabang tingkat terakhir membentuk sterigma. Konidium masih muda berbentuk

bulat sedangkan yang sudah masak dapat berbentuk jorong. Konidium tumbuh

dengan membentuk pembuluh kecambah (Semangun, 1993). Menurut Pajrin et al.,

(2013), tinggi rendahnya intensitas serangan penyakit bulai dipengaruhi oleh

berbagai faktor diantaranya varietas tersebut tidak memiliki mekanisme ketahana

yang baik, sehingga menjadi rentan terhadap penyakit bulai (P. maydis), patogen

yang menyerang merupakan patogen yang sangat virulen dan kondisi lingkungan

yang lembab. Menurut Hikmawati et al., (2011), faktor yang berpengaruh terhadap

perkembangan dan penyebaran penyakit bulai adalah tersedianya inokulum dan

kelembaban.

Hasil pengamatan secara makroskopis untuk daun jambu biji (Psidium

guajava) diduga menderita penyakit kapang jelaga yang diserang oleh patogen

Capnodium moniliforme. Tanda-tanda yang ditunjukkan yaitu terdapat bercak hitam

dan gejalanya terdapat bercak hitam pada permukaan daunnya. Penyakit kapang

jelaga hitam disebabkan oleh Capnodium sp. Kapang jelaga hitam hidup secara

saprofit pada sekresi manis kutu daun. Gejala serangan ini dapat diamati secara

visual yaitu daun atau buah tertutup oleh selaput tipis berwarna hitam (Rukmana dan

Oesman, 2002). Menurut Ismail dan Anggraeni (2008), penyakit kapang jelaga

ditandai dengan timbulnya noda hitam atau bercak-bercak hitam pada permukaan

daun, kemudian bercak tersebut menebal berdebu seperti jelaga. Bercak hitam

tersebut merupakan kumpulan miselium yang menutupi permukaan daun dan tangkai

daun. Serangan berat penyakit kapang jelaga dapat mengakibatkan daun menjadi

kuning dan gugur sebelum waktunya. Pengendalian penyakit kapang jelaga dapat

Page 18: Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan

dilakukan dengan menggunakan belerang atau kapur setelah banyak kutu atau semut

(Rukmana dan Oesman, 1998).

Penyakit kapang jelaga juga dapat disebabkan oleh jamur Meliola spp.

termasuk dalam family Meliolaceae, ordo Meliolales, kelas Ascomycetes. Jamur

tersebut bersifat obligat yang artinya tidak dapat diisolasi dan ditumbuhkan pada

media buatan, hanya dapat hidup pada bagian tanaman yang masih hidup dan

mengganggu jaringan tanaman inang dengan jalan mempenetrasi sel inang. Meliola

sp. mempunyai hifa yang disebut dengan hipopodia (hifa mempunyai tonjolan-

tonjolan di kedua sisi dan berfungsi sebagai alat untuk merekat dan absorpsi pada

daun. Askus (tubuh buah) disebut sebagai peritesium karena berbentuk agak bulat

yang ujungnya terdapat ostiol (lubang keluarnya spora), spora yang dibentuk disebut

askospora yang berbentuk lonjong, berwarna coklat kehitaman dan sporanya

berseptat (Ismail dan Anggraeni, 2008).

Hasil pengamatan secara makroskopis untuk labu siam (Phaseolus vulgaris)

diduga menderita penyakit busuk buah yang diserang oleh patogen Phytophthora sp.

Tanda-tanda yang ditunjukkan yaitu terdapat miselium dan bercak, tekstur dari labu

siam sedikit agak lembek dan tidak berbau. Menurut Sriwati dan Muarif (2012),

Phytopththora spp. merupakan salah satu patogen penting penyebab penyakit.

Patogen ini dapat menyebabkan busuk buah, kanker batang, dan hawar daun yang

dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penyakit busuk buah

merupakan penyakit yang paling penting karena Phytophthora spp. dapat membuat

buah busuk sampai pada bagian bijinya, hal ini menyebabkan kerugian karena dapat

menurunkan produksi. Penyakit busuk buah ini memiliki gejala yang ditandai dengan

adanya bercak-bercak basah berwarna coklat kehitaman dikulit buah, busuk, dan

dibagian yang terserang terbentuk miselium dan sporangira berwarna putih. Berikut

ini merupakan klasifikasi dari patogen Phytophthora sp.

Kingdom : Chromalveolata

Filum : Heterokantophyta

Kelas : Oomycetes

Ordo : Peronosporales

Famili : Pythiaceae

Genus : Phytophthora

Spesies : Phytophthora sp.

Page 19: Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan

Phytophthora memiliki sporangium yang jelas berbentuk seperti buah jeruk

nipis dengan tonjolan di ujungnya. Sporangium ini tidak tahan pada kondisi yang

kering, jika terdapat air maka sporangium ini akan melepaskan zoospora, yang

kemudian akan berenang-renang membentuk kista pada permukaan tanaman dan

akhirnya berkecambah dengan menghasilkan hifa yang pipih yang masuk ke dalam

jaringan inang. Perkecambahan secara tidak langsung diferensiasi zoospora terjadi di

dalam sporangium. Zoospora mempunyai bulu cambuk. Spora seksual (oospora)

dihasilkan oleh penyatu gamet yang berbeda secara morfologi (Agrios, 1996).

Menurut Erwin dan Ribeiro, (1996), Phytophthora sp. menghasilkan spora

aseksual pada kondisi lingkungan yang mendukung (suhu dan kelembaban

optimum). Spora aseksual disebut sporangium. Sporangia dibentuk pada

sporangiofor. Ukuran dan bentuk sporangia bermacam-macam (ovoid, obovoid,

ellipsoid, limoniform (seperti lemon) dan pyriform (seperti buah pir). Sporangium

berkecambah dan akar membentuk tabung kecambah apabila kontak dengan tanaman

(Erwin dan Ribeiro, 1996). Zoospora merupakan spora seksual yang dihasilkan

melalui peleburan gamet jantan (oogonium) dan betina (antheredium). Zoospora

dapat menyebar melalui percikan air dan aliran air dipermukaan tanah. Spora ini

memiliki flagel yang dapat membantu pergerakannya mendekati inang.

Page 20: Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa dari 8 preparat

segar yang digunakan dalam praktikum dapat diketahui bahwa cabai (Capsicum

annum) terserang oleh patogen Glosporium piperatum yang menyebabkan penyakit

antraknosa, pisang (Musa sp.) terserang oleh patogen Colletotrichum gloesporioides

yang menyebabkan penyakit antraknosa, strawberry (Fragaria sp.) terserang patogen

Colletotrichum fragariae yang menyebabkan penyakit busuk buah matang, kentang

(Solanum tuberosum), labu siam (Sechium edule) terserang patogen Phytophthora sp.

yang menyebabkan penyakit busuk buah, daun pepaya (Carica papaya) terserang

patogen Puccinia sorghi atau P. Polysora yang menyebabkan penyakit karat daun,

daun jagung (Zea mays) terserang oleh patogen Sclerospora maydis yang

menyebabkan penyakit bulai, dan daun jambu biji (Psidium guajava) terserang oleh

patogen Capnodium moniliforme yang menyebabkan penyakit kapang jelaga.

B. Saran

Praktikum kali ini terlalu membingungkan bagi praktikum, karena masih

bingung dalam mengidentifikasi gejala penyakit dan penggunaan buku identifikasi,

seharusnya asisten selalu mendampingi sehingga ketika praktikan bingung bisa

langsung bertanya ke asisten.

Page 21: Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan

DAFTAR REFERENSI

Agrios, G. N. 1996. Plant Pathology 3th

ed. Academy Press: New York.

Arroyo, F. T., J. Moreno, P. Daza, J. Torreblanca dan R. Romero. 2011. Differential

Pathogenis Response in Strawberry Tissues and Organs by Colletotrichum

acutatum. Journal of Agricultural Science and Tecnology 5(4): 394-398.

Burhanuddin. 2009. Komponen Teknologi Pengendalian Penyakit Karat Puccinia

plysora Underw (UREDINALES: PUCCINIACEAE) Pada Tanaman Jagung.

Proseding Seminar Nasional Serealia: 427-437.

Curry, K. J., M. Abril, J. B. Avant dan B. J. Smith. 2002. Strawberry Anthracnose

Histopathology of Colletotrichum acutatum dan C. fragariae. Phytopathologi

92(10): 1055-1063.

Daniel, A. 1972. Fundamental of Plant Phatology. W. H. Reemen and Company.

San Fransisco. Toppan Limited Tokyo. Japan. P: 490.

Dwidjoseputro. 1978. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia: Jakarta.

Erwin, D. C. dan O. K. Ribeiro. 1996. Phytophthora Disease Worldwide. APS. St

Paul Minnesota 562.p

Herwidyarti, K. H., S. Ratih dan D. R. J. Sambodo. 2013. Keparahan Penyakit

Antraknosa pada Cabai (Capsicum annum L.) dan Berbagai Jenis Gulma. J.

Agrotek Tropika 1(1): 102-106.

Hidayat, I. M., I. Sulastrini, Kusandriani dan A. H. Permadi. 2004. Lesio Komponen

Tanggap Buah 20 Galur dan atau Varietas Cabai Terhadap Inokulasi

Colletotrichum capsici dan Colletotrichum gloesporioides. Jurnal

Holtikultura 14(3): 161-162.

Hikmawati, T. Kuswinanti, Melina dan M. B. Pabendon. 2011. Karakterisasi

Morfologi Peronosclerosora spp. Penyebab Penyakit Bulai Pada Tanaman

Jagung dari Beberapa Daerah di Indonesia. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.

Indratmi, D. 2009. Penggunaan Debargomycetes sp. dan Schizosacchoromyces sp.

dengan adjuvant untuk Pengendalian Penyakit Antraknosa pada Mangga.

Gamma 5(1): 13-20.

Ismail, B. dan I. Anggraeni. 2008. Identifikasi Penyakit Jati (Tectona grandis) dan

Akasia (Acacia auriculiformis) di Hutan Rakyat Kabupaten Wonogiri, Jawa

Tengah. Jurnal Pemuliaan Tanaman 2(1): 1-12.

Pajrin, J., J. Panggesso dan Rosmini. 2013. Uji Ketahanan Beberapa Varietas Jagung

(Zea mays L.) Terhadap Intensitas Serangan Penyakit Bulai

(Peronosclerospora maydis). e-J. Agrotekbis 1(2): 135-139.

Ploetz, R. C. 1994. Banana: Compedium of Tropical Fruit Disease. Minnesota : The

American Phytophatology Society Press.

Pracaya. 2010. Hama dana Penyakit Tanaman Edisi Revisi. PT. Penebar Swadaya:

Cimanggis, Depok.

Rukmana, R. dan Y. Y. Oesman. 1998. Kaktus. Kanisius: Yogyakarta.

Rukmana, R. dan Y. Y. Oesman. 2002. Rambutan. Kanisius: Yogyakarta.

Page 22: Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan

Sastrahidayat, I. R. 1990. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penerbit Fakultas Pertanian

Universitas Brawijaya: Surabaya.

Satrahidayat, I. R. 2011. Epidemiologi Teoritis Penyaki Tumbuhan. Universitas

Brawijaya Press: Malang.

Semangun, H. 1991. Penyakit-penyakit Tanaman Holtikultura di Indonesia.

Universitas Gadjah Mada Press: Yogyakarta.

Semangun, H. 1993. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Universitas

Gadjah Mada Press: Yogyakarta.

Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University

Press: Yogyakarta.

Sriwati, R. dan R. Muarif. 2012. Characteristic Symptoms of Phytophthora

palmivora on Cocoa Leaves. Jurnal Natural 12(2): 30-34.

Surtikanti. 2012. Penyakit Bulai pada Tanaman Jagung. Suara Perlindungan

Tanaman 2(1): 41-48.

Tenaya, I. M. N., R. Setyamiharja dan N. Natasasmita. 2001. Correlation of

Capsaicin Content, Fructosa dan Peroxidase Activity With Antrachnose

Disease in Chili Papper x Red Papper. Zuriat 12(2): 73-83.

Wakman, W. dan Burhanuddin. 2007. Pengelolaan Penyakit Prapanen Jagung.

Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.

Waluyo, P. 2009. Slow Release Fertilizer Sebagai Dasar Perumusan SNI Pupuk Urea

Berpelepasan Diperlambat. Jurnal Standardisasi: Majalah Ilmiah

Standardisasi 11: 143-152.

Yunasfi. 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit dan

Penyakit lain yang Disebabkan oleh Jamur. Digital Library USU: Sumatera

Utara.

Page 23: Laporan Gejala Penyakit Tumbuhan