penyakit infeksi dengan gejala demam
-
Upload
fanialiahsani -
Category
Documents
-
view
239 -
download
0
Transcript of penyakit infeksi dengan gejala demam
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
1/52
1
SKENARIO 2
Seorang laki-laki, berusia 27 tahun, datang ke poliklinik Rumah Sakit dengan keluhan
demam hilang timbul sejak 5 hari yang lalu. Demam hilang bila minum obat penurun demam,
namun demam kembali terutama siang dan malam hari. Keluhan lain adalah sakit kepala, mual,
dan sulit buang air besar. Pemeriksaan fisik : temperatur 38,5 C, denyut nadi dan frekuensi nafas
normal. Tampak lidah kotor. Pemeriksaan laboratorium darah : leukopenia dan trombositopenia.
KATA SULIT : -
KATA KUNCI :
- Laki-laki berusia 27 tahun.
-
Demam hilang timbul dari 5 hari yang lalu.
- Demam hilang bila minum obat penurun demam.
- Demam terjadi terumata pada siang dan malam hari.
- Terdapat sakit kepala, mual, dan sulit buang air besar.
- Pemerisaan fisik : temperatur 38,5C, denyut nadi dan frekuensi nafas normal.
- Tampak lidah kotor.
- Pemeriksaan laboratorium darah : leukopenia dan trombositopenia.
PROBLEM TREE :
DEMAM
Definisi
Patomekanisme
Klasifikasi
Alur Diagnosis
Patologi
a. Demam Tifoid
b. Malariac. DHF
d. Chikungunya
e. Tetanus
f. Yellow Fever
a. Definisi
b. Etiologi
c. Epidemiologi
d. Patomekanisme
e. Manifestasi klinis
f. Alur diagnosis
g. Penatalaksanaan
h. Prognosis
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
2/52
2
PERTANYAAN :
1. Jelaskan definisi dari demam!
2. Jelaskan klasifikasi dari demam!
3. Jelaskan patomekanisme dari demam!
4. Jelaskan alur diagnosis pada kasus demam!
5. Sebutkan dan jelaskan penyakit-penyakit tropis yang berhubungan dengan demam :
a. Demam Tifoid
b. Malaria
c. DHF
d. Chikungunya
e. Tetanus
f.
Yellow Fever
6. Jelaskan mengapa terjadi sakit kepala, mual, dan sulit buang air besar pada skenario!
7. Jelaskan mengapa demam terutama timbul pada siang dan malam hari!
8. Jelaskan mengapa terdapat lidah kotor pada penderita di skenario!
9. Jelaskan mengapa pada pemeriksaan laboratorium ditemukan leukopenia dan
trombositopenia!
10.Sebutkan dan jelaskan megenai working diagnosis dan differential diagnosis dari kasus
pada skenario ini!
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
3/52
3
RR. Hestin Diah Prasanty 2013730172
1. Definisi Demam
Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal. Bila diukur pada rektal >38C
(100,4F), diukur pada oral >37,8C, dan bila diukur melalui aksila >37,2C (99F). Sedangkan
menurut NAPN (National Association of Pediatrics Nurse) disebut demam bila bayi berumur
kurang dari 3 bulan suhu rektal melebihi 38 C. Pada anak umur lebih dari 3 bulan suhu aksila
dan oral lebih dari 38,3 C.
Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan langsung dengan
tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang, misalnya terhadap
toksin bakteri, peradangan, dan ransangan pirogenik lain. Bila produksi sitokin pirogen secara
sistemik masih dalam batas yang dapat ditoleransi maka efeknya akan menguntungkan tubuh
secara keseluruhan, tetapi bila telah melampaui batas kritis tertentu maka sitokin ini
membahayakan tubuh.
Referensi:
(Sherwood, 2001).
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
4/52
4
Topan Muhamad Nur 2013730184
2. Klasifikasi demam
Klasifikasi demam terbagi menjadi :
1. Demam Septik ; Pada demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi
sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat diatas normal pada pagi hari. Sering
disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke
tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam Hektik ; Suhu badan naik ke tingkat tinggi sekali pada malam hari, lalu suhu turun
sampai normal pada hri.
3. Demam Remiean ; Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.
4. Demam Intermiten ; Suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari bebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
5. Demam Kontinyu ; pada demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih
dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
6. Demam Siklik ; pada demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberpa hari yang
diikuti oleh periode bebeas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula.
Referensi ;
Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III Edisi IV
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
5/52
5
M. Zetvandi Ibrahim 2013730151
3. Patomekanisme terjadinya demam
Mekanisme demam terjadi ketika pembuluh darah disekitar hipotalamus terkena pirogen
eksogen tertentu (seperti bakteri) atau pirogen endogen (Interleukin-1, interleukin-6, tumor
necrosis factor) sebagai penyebab demam, maka metabolit asam arakidonat dilepaskan dari
endotel sel jaringan pembuluh darah. Metabolit sepertiprostaglandin E2, akan melintasi barrier
darah-otak dan menyebar ke dalam pusat pengaturan suhu di hipotalamus, yang kemudian
memberikan respon dengan meningkatkan suhu. Dengan titik suhu yang telah ditentukan,
hipotalamus akan mengirimkan sinyal simpatis ke pembuluh darah perifer. Pembuluh darah
perifer akan berespon dengan melakukan vasokonstriksi yang menyebabkan penurunan heat
lossmelalui kulit. Peningkatan aktivitas simpatis juga akan menimbulkanpiloerection. Jika
penyesuaian ini tidak cukup menyelamatkan panas dengan mencocokkan titik suhu yang baru,
maka akan timbul menggigil yang dipicu melaluispinaldansupraspinal motor system, yang
bertujuan agar tubuh mencapai titik suhu yang baru. Ketika demam terjadi, banyak rekasi
fisiologis berlangsung, termasuk konsumsi oksigen meningkat sebagai respon terhadap
metabolisme sel meningkat, peningkatan denyut jantung, peningkatan cardiac output, jumlah
leukosit meningkat, dan peningkatan level C-reactive protein. Konsumsi oksigen meningkat
sebesar 13% untuk setiap kenaikan 1C suhu tubuh, asalkan menggigil tidak terjadi. Jika
menggigil ada, konsumsi oksigen dapat meningkat 100% sampai 200%.
Beberapasitokindilepaskan selama keadaan demam yang akan menginduksi fisiologis stres
(tegang). Sitokin ini dapat memicu percepatan katabolisme otot dengan menyebabkan penurunan
berat badan, kehilangan kekuatan, dan keseimbangan negatif nitrogen negatif. Fisiologis stres
diwujudkan dengan ketajaman mental menurun, delirium, dan kejang demam, yang lebih sering
terjadi pada anak-anak. Pada tahap akhir jika demam turun, penurunan suhu badan sampai ke
suhu normal, maka akan ditandai dengan kemerahan, diaforesis, dan tubuh akan merasa hangat.
Referensi :
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
6/52
6
Dyoza Ashara Cinnamon 2013730139
4. Alur diagnosis demam
Anamnesis
Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara
seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui
tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya.
Tujuan Anamnesis
Tujuan pertama anamnesis adalah memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang
sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka
informasi yang didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang
hanya dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis. Secara umum
sekitar 60-70% kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan
anamnesis yang benar.
Tujuan berikutnya dari anamnesis adalah untuk membangun hubungan yang baik antara seorang
dokter dan pasiennya. Umumnya seorang pasien yang baru pertama kalinya bertemu dengan
dokternya akan merasa canggung, tidak nyaman dan takut, sehingga cederung tertutup. Tugasseorang dokterlah untuk mencairkan hubungan tersebut. Pemeriksaan anamnesis adalah pintu
pembuka atau jembatan untuk membangun hubungan dokter dan pasiennya sehingga dapat
mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan
selanjutnya.
Anamnesis pada Demam
Anamnesis pada demam bertujuan untuk mengetahui apa penyebab demam, berapa lama demam
sudah dirasakan, bagaimana karakteristik demam, apakah demam bertambah atau berkurang
karena suatu hal, dan apakah ada kondisi lain dari pasien yang merupakan komplikasi dari
demam tersebut
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
7/52
7
Pertanyaan Pertanyaan Anamnesis pada demam
- Nama
- Usia
- Alamat
- Status perkawinan
- Pekerjaan
- Riwayat pedidikan terakhir
- Keluhan Pasien ( sekarang)
- Keluhan utama
- Onset dan durasi
- Sifat atau frekuensi demam
- Keluhan penyerta saat demam
- Waktu demam dan puncak demam
- Apa yang sudah dilakukan untuk meringankan demam( obat dan non obat)
- Apakah ada nyeri saat demam
- Apakah ada perdarahan
- Apakah ada mual muntah
- Kondisi urin pasien
- Apakah ada batuk pilek
- Apakah demam disertai menggigil dan berkeringat dingin
- Kejang saat demam?
- Riwayat trauma atau luka terbuka
- Apakah ada penurunan berat badan dan nafsu makan
- Apakah ada kontak dengna orang demam?
- Berpergian ke luar kota dalam 2 minggu?
- Apakah anggotra keluarga ada yang mengalami demam seerti bapak- Sebelumnya pernah demam
- Apakah ada diare
- Bagaimana kondisi lingkunagn rumah
- Apakah pernah dirawat di rumah sakit
- Apakah ada penurunan kesadaran
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
8/52
8
- Riwayat imunisasi
- Apakah ada pusing
- Konsumsi makanan/alergi
- Nyeri otot
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat
dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan
diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara
sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak yaitu kaki. Pemeriksaansecara sistematis tersebut disebut teknik Head to Toe. Setelah pemeriksaan organ utama
diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin
diperlukan seperti test neurologi. Dalam Pemeriksaan fisik daerah abdomen pemeriksaan
dilakukan dengan sistematis inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.
Pemeriksaan Fisik Pada demam
Pada Demam pemeriksaan fisik dilakukan secara umum yaitu head to toe secara sistematis
diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
1. Inspeksi
Adalah memeriksa dengan melihat dan mengingat .
Hasil pemeriksaan yang didapat :
Kesan umum penderita
Warna permukaan tubuh
Bentuk dan postur tubuh
Ukuran tubuh dan bagiannya
Gerakan dan gaya tubuh
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rekam_medis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Anggota_gerak&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Head_to_Toe&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Organ_%28anatomi%29http://id.wikipedia.org/wiki/Neurologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Neurologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Organ_%28anatomi%29http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Head_to_Toe&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Anggota_gerak&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rekam_medis&action=edit&redlink=1 -
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
9/52
9
Langkah kerja :
Atur pencahayaan yang cukup
Atur suhu dan suasana ruangan nyaman
Posisi pemeriksa sebelah kanan pasien
Buka bagian yang diperiksa
Perhatikan kesan pertama pasien : perilaku, ekspresi, penanmpilan umum, pakainan,
postur tubuh, dan gerakan dengan waktu cukup.
Lakukan inspeksi secara sistematis, bila perlu bandingkan bagian sisi tubuh pasien.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Bentuk tubuh : kurus, atletis, gemuk
Cara berjalan dan gerakan
Adanya deformitas
Keadaan kulit, rambut, mukosa, kuku secara umum
Ekspresi wajah
Perbandingan ukuran
Cirri-ciri lain yang didapat
2. Palpasi
Adalah pemeriksaan dengan perabaan, menggunakan rasa propioseptif ujung jari dan tangan.
Hasil pemeriksaan :
Permukaan : halus/kasar, menonjol/datar, keras/lunak, dingin, dll
Getaran dan denyutan : Denyut nadi dan vena, pukulan jantung, dll
Keadaan alat dibawah permukaan : keadaan hepar, masa abnormal dll.
Cara kerja :
Daerah yang diperiksa bebas dari gangguan yang menutupi
Cuci tangan
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
10/52
10
Beritahu pasien tentang prosedur dan tujuannnya
Yakinkan tangan hangat tidak dingin
Lakukan perabaan secara sistematis , untuk menentukan ukuran, bentuk, konsistensi dan
permukaan :
o Jari telunjuk dan ibu jari> menentukan besar/ukuran
o Jari 2,3,4 bersama> menentukan konsistensi dan kualitas benda
o Jari dan telapak tangan> merasakan getaran
o Sedikit tekanan> menentukan rasa sakit
3. Perkusi
Adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk permukaan badan dengan cara perantara jari tangan,
untuk mengetahui keadaan organ-organ didalam tubuh.
Hasil Pemeriksaan :
Dengan perkusi diketahui isi jaringan dibawah permukaan tubuh. Ada 5 kualital dasar
bunyi perkusi :
Pekak : masa padat
Redup : suara perkusi hati
Sonor : suara perkusi paru normal
Hypersonor : Paru emfisematous
Tympani : suara normal abdomen
Cara Kerja :
Lepas Pakaian sesuai dengan keperluan
Luruskan jari tengah kiri , dengan ujung jari tekan pada permukaan yang akan diperkusi.
Lakukan ketukan dengan ujung jari tengah kanan diatas jari kiri, dengan lentur dan cepat,
dengan menggunakan pergerakan pergelangan tangan.
Lakukan perkusi secara sistematis sesuai dengan keperluan.
4. Auskultasi
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
11/52
11
Adalah pemeriksaan mendengarkan suara dalam tubuh dengan menggunakan alat STETOSKOP.
STETOSKOP
Bagian-bagian stetoskop :
Ear Pieces> dihubungkan dengan telinga
Sisi Bell ( Cup )> pemeriksaan thorak atau bunyi dengan nada rendah
Sisi diafragma ( membran )> Pemeriksaan abdomen atau bunyi dengan nada tinggi.
Hasil Pemeriksaan ;
Bunyi dalam tubuh normal dihasilkan oleh :
Paru> bunyi napas
Jantung> bunyi karena menutupnya katub jantung
Usus / abdomen> bunyi bising dan peristaltic usus
Pembuluh darah> bunyi aliran darah
Cara Kerja :
Ciptakan suasana tenang dan aman
Pasang Ear piece pada telinga
Pastikan posisi stetoskop tepat dan dapat didengar
Pada bagian sisi membran dapat digosok biar hangat
Lakukan pemeriksaan dengan sistematis sesuai dengan kebutuhan.
Referensi :
Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates, Lynn S. Bickley Bab Pendahuluan
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
12/52
12
Fania Liahsani 2013730142
5. Penyakit-penyakit tropis yang berhubungan dengan demam
1.DEMAM TIFOID (Nia Fitriyani 2013730161)
a. Definisi
Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi. Demam paratifoid adalah penyakit sejenis yang disebabkan oleh Salmonella
paratyphi A, B,danC. gejala dan tanda kedua penyekit tersebut hampir sama, tetapi manifestasi
klinis paratifoid lebih ringan. Kedua penyakit diatas disebut tifoid. Terminology lain yang sering
digunakan adalah typhoid fever, paratyphoid pever, typhus, dan paratyphus abdominalis atau
demam enterik.
b. Etiologi
Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi. Salmonella adalah bakteri gram
negative, tidak berkapsul, mempunyai flagella, dan tidak membentuk spora. Bakteri ini akan mati
pada pemanasan 57C selama beberapa menit.
c. Epidemiologi
Demam tifoid menyerang penduduk di semua negara. Seperti penyakit menular lainnya,
tifoid banyak ditemukan di negara berkembang dimana hygiene pribadi dan sanitasi lingkungan
yang kurang baik. Prevalensi kasus bervariasi tergantung lokasi, kondisi ligkungan setempat, dan
perilaku masyarakat. Angka insidensi di seluruh dunia sekitar 17 juta per tahun dengan 600.000
orang meninggal karena penyakit ini. WHO memperkirakan 70% kematian terjadi di Asia.
Indonesia merupakan negara endemik demam tifoid. Diperkirakan terdapat 800 penderita
per 100.000 penduduk setiap tahun yang ditemukan sepanjang tahun. Penyakit ini tersebar di
seluruh wilayah dengan insidensi yang tidak berbeda jauh antar daerah.
d. Patomekanisme
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
13/52
13
Masuknya kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi ke dalam tubuh manusia
terjadi melalui makanan yang terkontaminasi. Sebagian kuman dimusnahkan di dalam lambung,
sebagian lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila repons imunitas
humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka kuman akan menembus sel-sel epitel dan
selanjutnya ke lamina propria. Di lamina propria kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-
sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag
dan selanjutnya dibawa ke plak Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening
mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torsikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini
masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakteremia yang pertama) dan menyebar ke
seluruh organ retikuloendotlial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman
meninggalkan sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan
selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakteremia yang ke dua kalinya
dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik.
Kuman dapat masuk ke dalam kandug empedu, berkembang biak, dan bersama cairan
empedu diekskresikan secara intermiten ke dalam lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan
melalui feses dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah meembus usus. Proses yang
sama terulang kembali, karena makrofag yang telah teraktivasi, hiperaktif, maka saat fagositosis
kuman Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan
menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, myalgia, sakit kepala,
sakit perut, gangguan vascular, mental, dan koagulasi
Di dalam plak Peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hyperplasia jaringan.
Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar plague Peyeri yang
sedang mengalami nekrosis dan hyperplasia akibat akumulasi sel-sel mononuclear di dinding
usus. Proses patologis jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa usus,
dan dapat mengakibatkan perforasi. Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler
dengan akibat timbulnya komplikasi seperti gangguan neuropsikriatik, kardiovaskular,
pernapasan, dan gangguan organ lainnya.
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
14/52
14
e. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-gejala klinis yang
timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimtomatik hingga gambaran
penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian.
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa
dengan penyakit infeksi akut lain yaiu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual,
muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epiktaksis. Pada
pemeriksaan fisik haya didapatkan suhu badan meningkat. Sifat demam adalah meningkat
perlahan-lahan terutama pada sore hingga malam hari. Dalam minggu kedua gejala-gejala
menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia relatif bradikardia relatif adalah peningkatan
suhu C tidak diikuti peningkatan denut nadi kali per menit lidah ang berselaput kotor di
tengah, tepi, dan ujung merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan
mental berupa somnolen, sopor, koma, delirium, atau psikosis. Roseolae jarag ditemukan pada
orang Indonesia.
f. Alur Diagnosis
Penegakan diagnosis demam tifoid didasarkan pada manifestasi klinis yang diperkuat
oleh pemeriksaan laboratorium penunjang. Pemeriksaan laboratorium untuk membantu
menegakkan diagnosis demam tifoid dibagi dalam empat kelompok, yaitu : pemeriksaan darah
tepi, pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman, uji serologis, dan pemeriksaan
kuman secara molekuler. Pemeriksaan lain yang rutin dilakukan adalah uji widal dan serologi
IgM/IgG salmonella.. Uji widal ditujukan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum
penderita tersangka demam tifoid yaitu aglutinin O (dari tubuh kuman), aglutinin H (flagella
kuman), aglutinin Vi (sampai kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut hanya agglutinin O dan H
yang digunakan untuk diagnosis demam tifoid.
g. Penatalaksanaan
1. Pengobatan
Pemberian antibiotik
Terapi ini dimaksudkan untuk membunuh kuman penyebab demam tifoid yaitu :
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
15/52
15
-Kloramfenikol 100 mg/kg berat badan/hari/4 kali selama 14 hari.
-Amoksilin 100 mg/kg berat badan/hari/4 kali.
-Sefalosporin generasi II dan III (ciprofloxacin 2x500 mg selama 6 hari; ofloxacin 600mg/hari
selama 7 hari; ceftriaxone 4 gram/hari selama 3 hari).
Istirahat dan perawatan
Langkah ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Penderita sebaiknya
beristirahat total di tempat tidur selama 1 minggu setelah bebas dari demam. Mobilisasi
dilakukan secara bertahap, sesuai dengan keadaan penderita. Tirah baring dengan perawatan
sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi, buang air kecil dan buang air besar akan
membantu dan mempercepat masa penyembuhan. Perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur,
pakaian, dan perlengkapan yang dipakai.
Terapi penunjang secara simptomatis dan suportif serta diet.
Agar tidak memperberat kerja usus, pada tahap awal penderita diberi makanan berupa
bubur saring. Selanjutnya penderita dapat diberi makanan yang lebih padat dan akhirnya nasi
biasa, sesuai dengan kemampuan dan kondisinya. Pemberian kadar gizi dan mineral perlu
dipertimbangkan agar dapat menunjang kesembuhan penderita.
2. Preventif
Kebersihan makanan dan minuman sangat penting dalam pencegahan demam tifoid.
Merebus air minum dan makanan sampai mendidih juga sangat membantu. Sanitasi lingkungan
termasuk pembuangan sampah dan imunisasi, berguna untuk mencegah penyakit. Secara lebih
detail, strategi pencegahan demam tifoid mencakup hal-hal berikut:
- Penyediaan sumber air minum yang baik.
- Penyediaan jamban yang sehat.
- Sosialisasi budaya cuci tangan
-
Sosialisasi budaya merebus air sampah mendidih sebelum diminum.
- Pemberantasan lalat.
- Pengawasan kepada para penjual makanan dan minuman.
- Sosialisasi pemberian ASI pada ibu menyusui.
- Imunisasi.
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
16/52
16
Jenis vaksin yang tersedia :
- Vaksin parenteral utuh
Berasal dar sel Salmonella typhi yang sudah mati. Setiap cc vaksin mengandung sekitar 1
miliar kuman. Dosis untuk anak usia 1-5 tahun adalahn 0,1 cc, anak usia 6-12 tahun adalah 0,25
cc, dan dewasa 0,5 cc. dosis diberikandua kali dengan interval 4 minggu. Karena efek samping
dan tingkat perlindungannya yang pendek, vaksin jenis inisudah tidak beredar lagi.
- Vaksin oral Ty21a
Vaksin oral yang mengandung Salmonella typhi strain Ty21a hidup. Vaksin diberikan
pada usia minimal 6 tahun dengan dosis 1 kapsul setiap 2 hari selama 1 minggu. Menurut
laporan vaksin oral Ty21a bias memberikan perlindungan selama 5 tahun.
- Vaksin parenteral polisakarida
Vaksin ini berasal dari polisakarida Salmonella typhi. Vaksin diberikan secara parental
dengan dosis tunggal 0,5 cc intramuscular pada usia mulai 2 tahun dengan dosis ulangan setiap 3
tahun. Lama perlindungan sekitar 60-70%. Jenis vaksin ini bmenjadi pilihan utama karena relatif
paling aman.
h. Prognosis
Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh,
jumlah dan virulensi Salmonella serta cepat dan tepatnya pengobatan. Angka kematian pada
anak-anak 26% dan pada orang dewasa 74%, rata-rata 57%.
REFERENSI :
-Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberatasannya. Jakarta : Erlangga.
-
Setiyohadi, Bambang. 2014.Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta : Interna Publishing.
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
17/52
17
2.MALARIA (Elfa Rizky 2013730140)
DEFINISI
Malaria adalah penyakit infeksi parasite yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang
eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria
memberikan gejala berupa demam, mengigigil, anemia dan splenomegaly. Dapat berlangsung
akut ataupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami
komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat.
EPIDEMIOLOGI
Pada Negara yang beriklim dingin sudah tidak ditemukan lagi daerah endemic malaria. Namun
demikian, malaria masih menjadi persoalan kesehatan yang besar didaerah tropis dan subtropics
seperti Brazil, Asia Tenggara, dan seluruh Sub-Sahara Afrika.
Di Indonesia, malaria ditemukan hampir di semua wilayah. Pada tahun 1996 ditemukan kasus
malaria di Jawa-Bali dengan jumlah penderita sebanyak 2.341.401 orang, sebagian besar
disebabkan Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Angka prevalensi malaria di Jawa
Tengah terus menurun dari tahun ke tahun. Plasmodium malariae banyak ditemukan di Indonesia
Timur, sedangkan Plasmodium ovale di Papua dan NTT.
Permasalahan resistensi terhadap obat malaria semakin lama semakin bertambah. Resistensi obat
menyebabkan semakin kompleknya pengobatan dan penanggulangan malaria
ETIOLOGI
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium yang menginfeksi eritrosit dan mengalami
pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh
nyamuk yAitu anopheles betina.
DAUR HIDUP PARASIT MALARIA
infeksi parasit malaria pada manusia mulai bila nyamuk anopheles betina mengigit manusia dan
nyamuk akan melepaskan sporozoit kedalam pembuluh darah dimana sebagian besar dalam
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
18/52
18
waktu 45 menit akan menuju ke hati dan sebagian kecil sisanya akan mati di darah. Di dalam sel
parenkim hati mulailah perkembangan aseksual (intrahepatic schizogony atau pre-arythrocytes
schizogony). Perkembangan ini memerlukan waktu 5,5 hari untuk plasmodium falciparumdan
15 hari untuk plasmodium malariae. Setelah sel parenkim hati terinfeksi, terbentuk sizont hati
yang apabila pecah akan mengeluarkan banyak merozoit ke sirkulasi darah. Pada P.vivak dan
ovale, sebagian parasit didalam sel hati akan membentuk hipnozoit yang dapat bertahan sampai
bertahun-tahun, dan bentuk ini yang akan menyebabkan terjadinya relaps dan malaria.
Setelah berada dalam sirkulasi darah merozoit akan menyerang eritrosit dan masuk melalui
reseptor permukaan eritrosit. PadaP.vivax reseptor ini berhubungan dengan faktor antigenDuffy
Fya atau Fyb. Hal ini menyebabkan individu dengan golongan darah Duffy negatif tidak
terinfeksi malaria vivax. Reseptor untuk P.falciparum diduga suatu glycophorins, sedangkan
padaP.malariae danP.ovalebelum diketahui. Dalam waktu kurang dari 12 jam parasit berubah
menjadi bentuk ring, pada P.falciparum menjadi bentuk stereo-headphones, yang mengandung
kromatin dalam intinya dikelilingi sitoplasma. Parasit tumbuh setelah memakan hemoglobin dan
dalam metabolismenya membentuk pigment yang disebut hemozoin yang dapat dilihat secara
mikroskopis. Eritrosit yang berparasit menjadi lebih elastik dan dinding berubah lonjong, pada
P.falciparum dinding eritrosit membentuk tonjolan yang disebut knob yang nantinya penting
dalam proses cytoadherence dan resotting. Setelah 36 jam invasi kedalam eritrosit, parasit
berubah menjadi sizont, dan bila sizont pecah akan mengeluarkan 6-36 merozoit dan siap
menginfeksi eritrosit yang lain. Siklus aseksual ini pada P.falciparum,P.vivax, P.ovaleialah 48
jam dan padaP.malariae adalah 72 jam.
Di dalam darah sebagian besar parasit akan membentuk gamet jantan dan betina, dan bila
nyamuk menghisap darah manusia yang sakit akan terjadi siklus seksual dalam tubuh nyamuk.
Setelah terjadi perkawinan akan terbentuk zygote dan menjadi lebih bergerak menjadi ookinet
yang menembus dinding perut nyamuk dan akhirnya menjadi bentuk oocyst yang akan menjadi
masak dan mengeluarka sprozoit yang akan bermigrasi ke kelenjar ludah nyamuk dan siap
menginfeksi manusia.
PATOMEKANISME
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
19/52
19
P.falcifarum melepaskan 18-24 merozoit kedalam sirkulasi. Merozoit yang dilepaskan akan
masuk ke dalam sel RES di limpa dan mengalami fagositosis serta filtrasi. Merozoit yang lepas
dari filtrasi serta fagositosis dari limpa akan menginvasi eritrosit. Selanjutnya parasit
berkembang biak secara aseksual dalam eritrosit. Bentuk aseksual parasit dalam eritosit (EP)
inilah yang bertanggung jawab dalam patogenesa terjadinya malaria pada manusia. Patogenesa
yang banyak di teliti adalah patogenesa malaria yang disebabkan oleh malariaP.falcifarum.
Patogenesis malaria falcifarum di pengaruhi oleh factor parasit dan factor penjamu (host). Yang
termaksud dalam factor parasit adalah intensitas transmisi, densitas parasit dan virulensi parasit.
Sedangkan yang dimaksud dengan factor penjamu adalah tingkat endemisitas daerah tempat
tinggal, genetic, usia, status nutrisi dan status immunologi. EP secara garis besar mengalami 2
stadium, yaitu stadium cincin pada 24 jam I dan stadium matur pada 24 II. Permukaan stadium
cincin akan menampilkan antigen RESA (Ring-erythrocyte surgace antigen) yang menghilang
setelah parasit masuk stadium matur. Permukaan membrane EP stadium matur akan mengalami
penonjolan dan membentuk knob dengan histidin rich-protein-1 (HRP-1) sebagai komponen
utamanya. Selanjutnya bila EP tersebut mengalami merogoni, akan dilepaskan toxin malaria
berupa GPI yaitu glikosilfosfatidilinasitol yang merangsang pelepasan TNF- dan interleukin-1
(IL-1) dari makrofag.
MANIFESTASI KLINIS
Dikenal dengan Trias Malaria aitu:
1. Periode dingin (15-60 menit)
Mulai menggigil, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan
pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk,
diikuti dengan meningkatnya temperatur.
2. Periode panas
Penderita muka merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti
dengan berkeringat.
3. Periode berkeringat
Penderita berkeringat banyak dan temperatur turun dan penderita merasa sehat.
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
20/52
20
Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi P.vivax, pada P.falciparum menggigil dapat
berlangsung berat ataupun tidak ada.
Anemia merupakan gejala yag sering dijumpai pada infeksi malaria. Beberapa mekanisme
terjadinya anemia ialah pengerusakan eritrosit oleh parasit, hambatan eritropoiesis sementara,
hemolisis oleh karena proses complement mediated immune complex, eritrofagositosis,
penghambatan pengeluaran retikulosit dan pengaruh sitokin. Pembesaran limpa (splenomegali)
sering dijumpai pada penderita malaria, limpa akan terasa setelah 3 hari dari serangan infeksi
akut, limpa membengkak, nyeri dan hiperemis. Limpa merupakan organ yang penting dalam
pertahanan tbuh terhadap infeksi malaria. Penelitian pada bintang percobaan limpa
menghapuskan eritrosit yang terinfeksi melalui perubahan metabolisme, antigenik dan
rheological dari eritrosit yang terinfeksi.Beberapa keadan klinik dalam perjalan klinik malaria
adalah
1. Serangan primer yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan
paroksismal yang terdiri dari dingin atau menggigil, panas dan berkeringat. Serangan
paroksismal ini dapat pendek atau panjang tergantung dari perbanyakan parsit dan keadaan
imunitas penderita.
2. Periode laten yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasistemia selama terjadinya infeksi
malaria. Biasanya terjadi diantara dua keadaan paroksismal.
3. Rekcrudescense , berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah
berakhirnya serangan primer. Ini dapat terjadi berupa berulangnya gejala klinik sesudah
periode laten dari serangan primer.
4. Recurrence , berualangnya gejala klinik atau parasestemia setalah 24 minggu berakhirnya
serangan primer
5. Relapse atau rechute ialah berulangnya gejala klinik atau parasistemia yang lebih lama dari
waktu diantara serangan periodik dari infeksi prime yaitu setelah periode yang lama dari masa
laten (sampai 5 tahun), biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk diluar
eritrosit(hati) pada malaria vivax atau ovale.
Manifestasi Klinis Malaria Tertiana / M.vivax atau M.benigna.
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
21/52
21
Inkubasi 12-17 hari, kadang-kadang lebih panjang 12-20 hari. Pada hari-hari pertama ireguler
kadang-kadang remitten atau intermitten, pada saat tersebut perasaan dingin dan menggigil
jarang terjadi. Serangan paroksismal biasanya terjadi waktu sore hari. kepadatan parasit
mencapai maksimal dalam waktu 7-14 hari.
Pada minggu kedua limpa mulai teraba. Parasitemia mulai menurun setelah 14 hari, limpa masih
membesar dan panas masih berlangsung, pada akhir minggu ke-5 panas mulai turun secara krisis.
Pada malaria vivax manifestasi klinik dapat berlangsung secara berat tapi kurang
membahayakan, limpa dapat membesar sampai derajat 4/5 (ukuran hackett). Malaria serebral
jarang terjadi. Udem tungkai disebabkan karena hipoalbuminemia. Mortalitas malaria vivax
rendah tetapi morbititas tinggi karena seringnya terjadi rilapse. Pada penderita yang semi imune
perlangsungan malaria vivax tidak spesifik dan ringan saja, parasitemia hanya rendah, serangan
demam hanya pendek dan penyembuhan lebih cepat. Resistensi terhadap kloroquin pada malaria
vivaks juga dilaporkan di irian jaya dan di daerah lainnya. Relaps sering terjadi karena keluarnya
bentuk hipnozoit yang tertinggal di hati pada saat status imun tubuh menurun.
Manifestasi Klinis Malaria Malariae / M. Quartana
P. malariae banyak dijumpai didaerah afrika, amerika latin, sebagian asia. Penyebarannya tidak
seluas P.vivax dan P.palcifarum. masa inkubasi 18-40 hari. Manifestasi klinik seperti malaria
vivax hanya belangsung lebih ringan, anemia jarang terjadi, splenomegali sering dijumpai
walaupun pembesaran ringan. Serangan paroksismal terjadi tiap 3-4 hari, biasanya pada waktu
sore dan parasistemi sangat rendah
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
22/52
22
Plasmodium malariae, parasit dapat bertahan lama dalam darah perifer, sedangkan bentuk diluar
eritrosit (dihati) tidak terjadi padaP.malariae.
Manifestasi Klinis Malaria Ovale
Merupakan bentuk yang paling ringan dari semua jenis malaria. Masa inkubasi 11-16 hari,
serangan paroksismal 3-4 hari terjadi malam hari daan jarang terjadi lebih dari 10 kali walaupun
tanpa terapi. Apabila terjadi infeksi campuran dengan plasmodium lain, maka P.ovale tidak akan
tampak didarah tepi, tetapi plasmodium lain akan ditemukan. Gejala klinis hampir sama dengan
malaria vivaks, lebih ringan, puncak panas lebih rendah dan perlangsungan lebih pendek dan
dapat sembuh spontan tanpa pengobatan. Serangan menggil jarang terjadi dan splenomegali
jarang sampai depat diraba.
Manifetasi Klinis Malaria Tropika/ M.falciparum
Malaria tropika merupakan bentuk paling berat ditandai dengan panas irreguler, anemia,
splenomegali, parasistemi sering dijumpai dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14
hari. Malaria tropika mempunyai perlangsungan yang cepat dan parasitemia yang tinggi dan
menyerang semua bentuk eritrosit. Gejala prodromal yang sering dijumpai yaitu sakit kepala,
nyeri belakang/tungkai, lesu, perasaan dingin, mual, muntah dan diare. Parasit sulit ditemukan
pada penderita dengan pengobatan supresif. Panas biasanya irreguler dan tidak periodik, sering
terjadi hiperpireksia dengan temperatur diatas 400C. Gejala berupa konvulsi, pnemoniaaspirasi
dan banyak keringat walaupun temperatur normal. Apabila infeksi memberat nadi cepat, nausea,
muntah, diare menjadi berat dan diikuti kelainan paru (batuk). Splenomegali dijumpai lebih
sering dari hepatomegali dan nyeri pada perabaan : hati membesar darapt disertai timbulnya
ikterus. Kelainan urin dapat berupa albuminuria, hialin dan kristal yang granuler. Anemia lebih
menonjol dengan leukopenia dan monosistosis.
ALUR DIAGNOSIS
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
23/52
23
Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan laboratorium, dan
pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti dibuat dengan ditemukannya parasite malaria dalam
pemeriksaan mikroskopis laboratorium.
a.
Anamnesis
Keluhan utama yang sering kali muncul adalah demam lebih dari dua hari, mengigigil, dan
berkeringat (sering disebut dengan tria malaria). Demam pada keempat jenis malaria berbeda
sesuai dengan proses skizogoninya. Demam karena P. falciparumdapat terjadi setiap hari, pada
P. vivax atau ovale demamnya berselang satu hari, sedangkan demam pada P. malariae
menyerang berselang dua hari.
Sumber penyakit harus ditelusuri, apakah pernah berpergian dan bermalam di daerah endemic
malaria dalam satu bulan terakhir; apakah pernah menderita penyakit ini sebelumnya; dan
apakah pernah meminum obat malaria.
Kecurigaan adanya tersangka malaria berat dapat dilihat dari adanya satu gejala atau lebih, yaitu
gangguan kesadaran, kelemahan atau kelumpuhan otot, kejang-kejang, kekuningan pada mata
atau kulit, adanya perdarahan hidung atau gusi, muntah darah atau berak darah. Selain itu adalah
keadaan panas yang sangat tinggi, muntah yang terjadi terus-menerus, perubahan warna urin
menjadi seperti the, dan volume urin yang berkurang.
b.
Pemeriksaan fisik
Pasien mengalami demam 37,5 40C, serta anemia yang dibuktikan dengan konjungtiva
palpebral yang pucat. Penderita sering disertai dengan adanya pembesarah limpa (splenomegaly)
dan hepatomegaly. Bila terjadi serangan malaria berat, gejala dapat disertai dengan syok yang
ditandai dengan menurunnya tekanan darah, nadi berjalan cepat dan lemah, serta frekuensi napas
meningkat.
Pada penderita malaria berat, sering terjadi penurunan kesadaran, dehidrasi, manifestasi
perdarahan, ikterik, gangguan fungsi ginjal, pembesaran hati dan limpa, serta bisa diikuti denganmunculnya gelaja neurologis.
c. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan hapusan darah untuk malaria
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
24/52
24
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat
penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negative tidak
mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi tiga kali dan hasil negative
maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan. Adapun pemeriksaan darah tepi dapat
dilakukan melalui :
a. Tetesan preparat darah tebal
Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup
banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya untuk studi di
lapangan.
b. Tetesan preparat darah tipis.
Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit
ditentukan.
2. Tes Antigen
Yaitu mendeteksi antigen dari P. falciparum (Histidine Rich Protein II). Deteksi sangat cepat
hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat
khusus. Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar dipasaran yaitu dengan metode ICT. Tes
sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari plasmodium (pLDH) dengan cara
immunochromatographic telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat
mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat membedakan apakah infeksi P.falciparum
atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95 % dan hasil positif salah lebih rendah dari tes deteksi
HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid test).
3. Tes Serologi
Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tekhnik indirect fluorescent
antibody test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody specific terhadap malaria atau pada
keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic
sebab antibody baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama
untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai
infeksi baru ; dan test > 1:20 dinyatakan positif . Metode-metode tes serologi antara lain
indirect haemagglutination test, immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-
immunoassay.
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
25/52
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
26/52
26
mengkombinasikan dengan obat anti malaria yang lain. Kombinasi obat ini dapat berupa
kombinasi dosis tetap dan kombinasi tidak tetap. Kombinasi dosis tetap lebih memudahkan
pemberian pengobatan.
Contoh kombinasi dosis tetap
Coartem, artemeter 20mg + lumefantrine 120mg 4 tablet 2x1 sehari selama 3 hari
Artekin, dihidroartemisinin 40mg + piperakuin 320mg dosis dewasa diminum awal, selang
8 jam, 24 jam, 32 jam masing-masing 2 tablet . Kombinasi tidak tetap di indonesia tersedia saat
ini adalah artesdiaquine, artesunate + amodiakuin dengan dosis, artesunate 200mg
(50mg/tablet) amodiakuin (200mg/tablet) 3 tablet hari pertama dan kedua, 11/2 tablet hari
ketiga
Pengobatan Non-ACT
Dalam pengobatan malaria terapi antiplasmodium dan perawatan suportif sangat penting untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas. Klorokuin merupakan obat anti malaria yang efektif
terhadap P. falciparum yang sensitive terhadap klorokuin. Keuntungannya tidak menyebabkan
hipoglikemi dan tidak mengganggu kehamilan. Namun, dengan meluasnya resistensi terhadap
klorokuin, maka obat ini sudah jarang dipakai untuk pengobatan malaria berat. Kina
merupakan obat anti-malaria yang sangat efektif untuk semua jenis plasmodium dan dipilih
sebagai obat utama untuk menangani malaria berat karena masih berefek kuat terhadap
P.falciparum yang resisten terhadap klorokuin. Meskipun kina dapat digunakan pada masa
kehamilan, tetapi dapat menyebabkan kontraksi uterus dan memberikan kontribusi untuk
hipoglikemia.
- Klorokuin Difosfat/ Sulfat
- Sulfadoksin-Pirimatamin
-
Kina Sulfat
- Primakuin
PROGNOSIS
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
27/52
27
Pada infeksi malaria hanya terjadi mortalitas bila mengalami malaria berat. Pada malaria berat,
tergantung pada kecepatan penderita tiba di RS, kecepatan diagnose dan penanganan yang tepat.
Walaupun demikian mortalitas penderita malaria berat di dunia masih cukup tinggi antara 15%-
60% tergantung fasilitas pemberi pelayanan. Makin banyak jumlah komplikasi akan diikuti
dengan peningkatan mortalitas, misalnya penderita dengan malaria serebral dengan hipoglikemi,
peningkatan kreatinin, dan peningkatan bilirubin mortalitasnya lebih tinggi dari pada malaria
serebral saja.
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
28/52
28
3. DENGUE HEMORAGIC FEVER
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam.
Limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi pembesaran plasma
yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit) atau penumpukan cairan
dirongga tubuh. Sindrom renjatanan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah
dengue yang ditandai oleh renjatan/ syok.
ETIOLOGI
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk
dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106.
Terdapat 4 serotype virus yaitu DEN-1. DEN-2. DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat
menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotype ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotype
dengue dengan flavivirus lain seperti yellow fever, Japanese encehphalitis dan west nile virus.
EPIDEMIOLOGI
Demam Berdarah Dengue tersebar di Asia Tenggara, pasifik barat dan karibia. Indonesia
merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Insiden DBD di
Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989 hingga 1995), dan pernah meningkat
tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan
mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk genus Aedes (teruteama Aedes
aegypti dan Aedes albopticus). Beberapa factor diketahui berjaitan dengan peningkatan transmisi
biakan virus dengue yaitu:
1. Vektor : perkembangbiakan vector, kebiasaan menggigit, kepadatan vector dilingkungan,
transportasi vector dari satu tempat ketempat lain.
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
29/52
29
2. Pejamu : terdapatnya penderita dilingkungan atau keluarga, mobilisasi dan paparan
terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin.
3. Lingkungan : Curah Hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.
PATOMEKANISME
Patomekanisme terjadinya Demam Berdarah Dengue sampai saat ini masih diperdebatkan.
Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme imunopatologis berperan
dalam terjadinya Demam Berdarah Dengue dan sindrom renjatan dengue. Respon imun yang
diketahui berperan dalam pathogenesis DBD adalah
1. Respon Humoral berupa pembentukan antibody yang berperan dalam proses netralisasi
virus, sitolisis yang dimediasi antibody. Antibody terhadap virus dengue berperan dalam
mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut Anti
Body Dependent Enchancement (ADE)
2. Limfosit T baik T helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imun
seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi
interferon gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan TH-2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6,
dan IL-10
3. Monosit atau makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibody.
Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi
sitokin oleh makrofag.
4. Selain itu aktivasi komplemen oleh komplek imun menyebabkan terbentuknya C3a dan
C5a.
Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis secondary heterologous infection yang
menyatakan bahwa DHF terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe yangberbeda. RE-infeksi menyebabkan reaksi amnestic antibody sehingga mengakibatkan kosentrasi
kompleks imun yang tinggi.
Kurane dan Etnis pada tahun 1994 merangkum pendapat Halstead dan peneliti lain: menyatakan
bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofagyang memfagositosis kompleks
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
30/52
30
Virus-antibody non netralisasi sehingga virus bereplikasi di makrofag. Terjadinya infeksi
makrofag oleh virus dengue menyebabkan oleh virus dengue menyebabkan aktivasi T-Helper
dan T-sitotoksik sehingga memproduksi Limfokin dan Interferon gamma. Interferon gamma
akan mengaktifasi monosit sehingga di sekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF-a, IL-1,
PAF (Platelet Activating Factor), IL-6 dan Histamin yang mengakibatkan terjadinya terjadinya
kebocoran plasma. Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme:
1. Supresi sumsum tulang.
2. Dekstrusi dan pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum tulan gpada fase
infeksi (
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
31/52
31
1. Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas.
2. Manifestasi perdarahan dengan tes rumple leed (+), mu;ai dari petekie (+) sampai
perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau feses berwarna darah-hitam
3. Hasil pemeriksaan trombosit menurun, hematocrit meningkat
4. Gelisah, tidak sadar (dengue shock syndrome)
DIAGNOSIS
Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain:
Leukosit : dapat normal ataupun menurun. Mulai hari ke 3 dapat ditemui limfositosis
relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) >15% dari
jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.
Trombosit : pada umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
Hematokrit : Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan
hematocrit >20% dari hematocrit awal, umumnya dimulai pada hari ke 3 demam.
Hemostasis : Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada
keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
Protein/albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.
SGOPT/SGPT dapat meningkat.
Ureum, kreatinin : bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
Elektrolit : sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
Golongan darah dan cross macth (uji cocok serasi) : bila akan diberikan transfuse darah
atau komponen darah.
Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue
IgM : terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke 3, menghilang setelah
60-90 hari.
IgG : pada infeksi primer IgG mulai terdeteksi pada hari ke 14, pada infeksi sekunder
IgG mulai terdeteksi pada hari ke 2.
Pemeriksaan Radiologis
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
32/52
32
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi apabila terjadi
perembesan plasma hebat efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto
rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral deubitis kanan (pasien tidur pada posisi badan
sebelah kanan). Asitetes dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG
Demam Berdarah Dengue (DBD). Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan
bila semua hal dibawah ini dipenuhi :
Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik.
Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:
a. Uji bendung positif
b. Petekie, ekimosis, atau purpura.
c.
Perdarahahn mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi), atau perdarahan dari
tempat lain.
d. Hematemesis atau melena.
Trombositopenia (jumlah trombosit 20% disbanding standard sesuai dengan umur dan jenis kelamin.
Penurunan hematocrit >20% setelah mendapat terapi cairan, disbanding dengan nilai
hematocrit sebelumnya.
Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites, atau hipoproteinemia.
Dari keterangan diatas terdapat perbedaan antara Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan
Demam Dengue (DD) adalah ditemukannya kebocoran plasma pada DBD.
PENATALAKSANAAN
Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama adalah terapi suportif.
Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat diturunkan hingga kurang dari 1%.Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan paling penting dalam penanganan
kasus DBD. Asupan cairan pasien harus tetap dijaga, terutama cairan oral. Jika cairan oral pasien
tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen cairan melalui intravena untuk
mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi secara bermakna.
1. Tirah baring.
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
33/52
33
2. Pemberian cairan.
Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air
dengan gula/sirup, atau air tawar ditambah dengan garam saja).
3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis.
Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres kepala, ketiak atau inguinal. Antipiretik sebaiknya dari
golongan asetaminofen, eukinin atau dipiron. Hindari pemakaian asetosal karena bahaya perdarahan.
4. Antibiotik diberikan bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder.
PROGNOSIS
Prognosis demam dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya antibodi yang didapat secara
pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DBD, kematian telah terjadi pada 40-50% pasien dengan
syok, tetapi dengan penanganan intensif yang adekuat kematian dapat ditekan
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
34/52
34
4.CHIKUNGUNYA (Fania Liahsani 2013730142)
Definisi
Chikungunya adalah penyakit mirip demam dengue yang disebabkan oleh virus
chikungunya dan di tularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes africanus. Chikungunya
dalam bahasa Swahili berarti kejang urat. Istilah lain penyakit ini adalah dengue, dyenga, abu
rokap, dan demam tiga hari. Penyakit ini ditandai dengan demam, myalgia atau arthralgia, ruam
kulit leukopenia, limfadenopati. Karena vector nyamuk, chikungunya tergolong arthropod-borne
disease, yaitu penyakit yang disebarkan oleh artropoda.1
Epidemiologi
Chikungunya tersebar di daerah tropis dan subtropis yang berpenduduk padat seperti
Afrika, India, dan asia tenggara. Lokasi penyebaran penyakit ini tidak berbeda jauh dengan DBD
karena vector utamanya sama yaitu nyamuk aedes aegypti. Di daerah endemis DBD sangat
mungkin juga terjadi endemis chikungunya.
Angka insidensi di Indonesia sangat terbatas. Pertama kali, dilaporkan terjadi demam
chikungunya di samarinda tahun 1973. Pada laporan selanjutnya terjadi di kuala tungkal jambi
tahun 1980, dan martapura, Ternate, serta Yogyakarta tahun 1983. Selama hamper 20 tahun
(1983-2000) belum ada laporan berjangkitnya penyakit ini, sampai adanya laporan KLB demam
chikunyadi Muara Enim, Sumatera Selatan, dan Aceh, dilanjutkan di Bogor, Bekasi, Purworejo,
dan Klaten pada tahun 2002. Pada tahun 2004, dilaporkan KLB yang menyerang sekitar 120
orang di semarang.
Etiologi
Virus chikungunya adalah virus yang termasuk dalam genus virus alfa dari family
Togaviridae. Virus ini berbentuk sferis dengan ukuran diameter sekitar 42 nm. Virus ini bersama
dengan virus Onyong-nyong dari genus virus alfa dan virus penebab penakit DemamNil
Baratdari genus virus flavi yang menyebabkan gejala mirip dengue.
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
35/52
35
Sebelum menyerang manusia, 200-300 tahun yang lalu virus ini telah menyerang primate
di hutan dan padang savanna di Afrika. Hewan primata yang sering terjangkit adalah baboon
(Papio sp) dan Cercopithecus sp. Meskipun belum ada penjelasan tentang perubahan siklus
serangan dari hewan primata namuk hewan primate menjadi manusia namuk
manusia, karenga tidak semua virus hewan dapat mengalami perubahan tersebut, ekmungkinan
hal ini terjadi karena mutasi genetik pada virus.
Penularan
Seperti DBD, chikungunya endemik di daerah yang banyak ditemukan kasus DBD.
Kasus DBD pada wanita dan anak lebih tinggi dengan alasan mereka lebih banyak berada di
rumah pada siang hari saat nyamuk mengigit. KLB chikungunya bersifat mendadak dengan
jumlah penderita relative banyak. Selain manusia, virus chikungunya juga dapat menyerang
tikus, kelinci, monyet, baboon, dan simpanse.
Gejala dan tanda
Masa inkubasi chikungunya adalah 1-6 hari. Gejala penyakit diawali dengan demam
mendadak, kemudian diikuti munculnya ruam kulit dan limfadenopati, arthralgia, myalgia, atau
artritis yang merupakan tanda dan gejala khas chikungunya. Penderita dapat mengeluhkan nyeri
atau ngilu bila berjalan kaki karena serangan pada sendi-sendi kaki. Dibandingkan dengan DBD,
gejala penyakit ini muncul lebih dini. Perdarahan jarang terjadi. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan gambaran klinis dan laboratorium, yaitu adanya antibody IgM dan IgG dalam darah.
Pengobatan
Pengobatan yang diberikan meliputi :
1.
Pengobatan suportif
2. Analgesik
3. Infus bila perlu.
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
36/52
36
Untuk kejang demam dapat diterapi dengan fenobarbital yang diberikan secara intravena
atau oral dan diteruskan sampai temperatur normal. Kejang yang berulang atau hebat mungkin
menunjukan respons terhadap diazepam intravena. Penggantian cairan dan elektrolit diperlukan
bila ada deficit yang disebabkan oleh keringat, puasa, haus, muntah atau diare.3
Pencegahan
Upaya pencegahan chikungunya hampir sama dengan pencegahan untuk penyakit DBD.
Penting bagi masyarakat untuk melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk secara rutin,
menggunakan obat antinyamuk pada jam-jam saat nyamuk banyak menggigit, dan mengoleskan
lotion anti nyamuk pada anak sekolah.
Prognosis
Infeksi Virus Chikungunya biasanya tidak fatal dan jarang menyebabkan kematian.
Jarang dilaporkan secara eksklusif mengenai kejadian kematian, invasi ke susunan saraf pusat
dan kasus-kasus perdarahan berat pada demam chikungunya. Pada beberapa penelitian, kasus-
kasus yang pernah didokumentasikan secara virologik menunjukkan tidak adanya isolat virus
chikungunya atau bukti serologic dari orang dengan gambaran perdarahan hebat atau pada
individu yang meninggal selama penyakit demam akut. Sebagai tambahan, perdarahan,
keterlibatan saraf dan miokardiumpernah dukaporkan selama infeksi chikungunya pada dewasa.
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
37/52
37
5.TETANUS
Definisi
Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan
spasme yang disebabkan oleh tetanospasmin,suatu toksin protein yang kuat yang dihasilkan oleh
Clostridium tetani terdapatnya beberapa bentuk klinis tetanus termasuk didalamnya tetanus
neonatorum, tetanus generalisatadan gangguan neurologis local
. Epidemiologi
Tetanus terjadi secara sporadic dan hampir selalu menimpa individu non imun, individe
dengan imunitas parsial dan individu dengan imunitas penuh yang kemudia gagal
mempertahankan imunitas secara adekuat dengan vaksinasi ulangan. Walaupun tetanus dapat
dicegah dengan imunisasi, tetanus masih merupakan penyakit yang membebani diseluruh dunia
terutama di negera beriklim tropis dan Negara-negara sedang berkembang sering terjadi di brazil,
filiphina, Vietnam, Indonesia dan dengan Negara lain di benua asia. Penyakit ini umumnya
terjadi di daerah dengan iklim hangat, selama musim panas dan pada penduduk pria.
Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani, yang merupakan bakteri gram
positif berbentuk batang dengan spora pada sisi ujungnya sehingga mirip pemukul genderang
(drum stick). Bakteri tetanus bersifat obligat anaerob, yaitu berbentuk vegetatif pada lingkungan
tanpa oksigen dan rentan terhadap panas serta disinfektan. Pada bentuk vegetatif, bakteri dapat
bergerak aktif dengan flagela serta menghasilkan eksotoksin. Pada lingkungan yang tidak
kondusif bakteri akan membentuk spora yang tahan terhadap panas termasuk perebusan (tetapi
hancur pada pemanasan dengan otoklaf), kekeringan, dan berbagai disinfektan. Spora dapat
bertahan hidup bertahun-tahun dan berada dimana saja seperti tanah, debu, serbuk antiseptik,
bahkan pada peralatan operasi. Bakteri hidup dalam habitat utamanya yaitu tanah yang
mengandung kotoran ternak, kuda, dan hewan lainnya, sehingga daerah peternakan atau
pertanian beresiko tinggi terhadap penyebaran penyakit ini.
Patogenesis
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
38/52
38
Spora yang masuk ke dalam tubuh dan berada dalam lingkungan anaerobik, berubah
menjadi bentuk vegetatif dan berbiak cepat sambil menghasilkan toksin. Dalam jaringan yang
anaerobik ini terdapat penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan
oksigen jaringan akibat adanya nanah, nekrosis jaringan, atau akibat adanya benda asing, seperti
bambu, pecahan kaca, dan sebagainya. Hipotesis bawa toksin pada awalnya merambat dari
tempat luka lewat motor endplate dan aksis silinder saraf tepi ke kornu anterior sumsum
belakang dan menyebar keseluruh susunan saraf pusat, lebih banyak dianut daripada lewat
pembuluh limfe dan darah. Pengangkutan toksin ini melewati saraf motorik, terutama serabut
motor. Reseptor khusus pada ganglion menyebabkan fragmen Ctoksin tetanus menempel erat
dan kemudian melalui proses pelekatan dan internalisasi, toksin diangkut ke arah sel secara
ekstra aksional dan menimbulkan perubahan potensial membran dan gangguan enzim yang
menyebabkan kolin-esterase tidak aktif, sehingga kadar asetilkolin menjadi sangat tinggi pada
sinaps yang terkena. Toksin menyebabkan blokade pada simpul yang menyalurkan impuls pada
tonus otot, sehingga tonus otot meningkat dan menimbulkan kekakuan. Bila tonus makin
meningkan akan timbul kejang, terutama pada otot yang besar.
Penularan
Tetanus masuk ke dalam tubuh manusia biasanya melalui luka yang dalam dengan
suasanan anaerob (tanpa oksigen), sebagai akibat dari:
1. kecelakaan
2. luka tusuk
3. luka operasi
4. karies gigi
5. radang telinga tengah
6. pemotongan tali pusat
Pada lingkungan yang kurang oksigen, spora akan berubah menjadi bentuk vegetatif dan
mengeluarkan eksotoksin. Menurut survei diempat rumah sakit pemerintah diempat kota besar di
Indonesia seperti tersebut diatas (kecuali Makassar), pintu masuk bakteri diduga sebagian besar
melalui radang telinga tengah (39%), luka (38%), dan karies gigi (10%). Adakalanya pintu
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
39/52
39
masuk kuman port dentree tidak dapat ditemukan. Hal ini diperkirakan karena spora sudah
memasuki tubuh dan bertahan berbulan-bulan sebelum berubah menjadi bentuk yang
menginfeksi. Masa inkubasinya antara 5-14 hati (rata-rata 6 hari). Semakin cepat masa inkubasi,
semakin parah gejala yang timbul.
Gejala dan tanda
tetanus biasanya terjadi setelah trauma, kontaminasi luka dengan tanah, kotoran binatang atau
logam berkarat dapat menyebabkan tetanus. Tetanus dapat terjadi sebagai komplikasi dari luka
bakar, ulkus gangrene, luka gigitan ular yang mengalami nekrosis, infeksi telinga tengah, aborsi
septik, persalinan, injeksi intramuscular dan pembedahan. Trauma yang menyebabkan tetanus
dapat hanyalah ringan.
Tetanus generalisata, merupakan bentuk yang paling umum dari tetanus yang ditandai dengan
meningkatnya tonus otot daan spasme generalisata. Masa inkubasi bervariasi, tergantung pada
lokasi luka dan lebih singkat pada tetanus berat
Terdapat trias klinis berupa rigiditas, spasme otot dan apabila nyeri disfungsi otonomik. Kaku
kuduk, nyeri tenggorokkan, dan kesulitan untuk membuka mulut, sering merupakan gejala awal
tetanus.
Tetanus Lokal, merupakan bentuk yang jarang dimana manifestasi klinisnya terbatas hanya
pada otot-otot di sekitar luka. Kelemahan otot dapat terjadi akibat peran toksin pada tempat
hubungan neoromuskular. Gejala gejala nya bersifat ringan dan dapat bertahan sampai
berbulan-bulan. Progresi ke tetanus generalisata dapat terjadi. Namun demikian secara umum
prognosisnya baik.
Diagnosis
Diagnosis tetanus mutlak didasarkan pada gejala klinis. Tetanus tidaklah mungkin apabila
terdapat riwayat serial vaksinasi yang telah diberikan secara lengkap dan vaksin ulangan yang
sesuai telah diberikan. Secret luka hendaknya dikultur pada kasus yang di curigao tetanus.
Leukosit mungkin meningkat. Pemeriksaan cairan serebrospinal menunjukkan hasil yang normal
Terapi
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
40/52
40
Strategi terapi melibatkan tiga prinsip penatalaksanaan : organisme yang terdapat dalam tubuh
hendaknya dihancurkan untuk mencegah pelepasan toksi lebih lanjut
Pengobatan
Setiap penderita tetanus harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan
dengan fasilitas tertentu. Setelah menemukan kasus ini, petugas lapangan perlu segera merujuk
penderita kerumah sakit terdekat. Kecepatan merujuk sangat berpengaruh pada angka kematian
kasus. Pengobatan di rumah sakit umumnya meliputi :
1. Pemberian antibiotik untuk membunuh bakteri, biasanya dengan penisilin atau tetrasiklin.
2. Pemberian antikejang
3. Perawatan luka atau penyakit penyebab infeksi
4. Pemberian antitetanus serum (ATS).
Pencegahan
-
Imunisasi aktif.
Imunisasi dengan tetanus toksoid yang diabsorpsi merupakan tindakan pencegahan yang
paling efektif dalam praktek
- Penatalaksanaan luka
Pentalaksanaan yang luka baik membutuhkan pertimbangan akan perlunya 1) imunisasi
pasif 2) imunisasi aktif dengan vaksin
Prognosis
Penerapan metode untuk monitoring dan oksigenasi suportif telah secara nyata memperbaiki
prognosis tetanus.
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
41/52
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
42/52
42
Dikenal ada tiga siklus penularan yaitu tipe demam kuning hutan (jungle yellow fever),
tipe demam kuning urban ( urban yellow fever) dan sylvatic yellow fever. Tipe silvatik hanya
ditemukan dipadang savanna afrika.
Lamanya siklus intrinsic pada nyamuk adalah 4 hari pada suhu 37 derajat celcius, dan 18
hari pada suhu 18 derajat celcius. Nyamuk tetap infektif selama kira-kira 2-4 bulan. Telah
diperlihatkan kemungkinan adalanya penularan transovarial.
Patomekanisme
Virus memasuki sel secara endositosis melalui reseptor yang sesuai. Sintesis RNA virus
terjadi di sito plasma, sedangkan protein virus di reticulum endoplasma. Virion menjadi matang
di reticulum endoplasma dan dengan proses fusi eksositosis dikeluarkan melewati sel mambran.
Pada saat awal proses ini terjadi di sel retikuloendotelial di limfonodi, sumsum tulang, limpa dan
sel kupffer, selanjutnya terjadi viremia dan menyebar ke seluruh organ.
Sel hati mengalami degenerasi, ditemukan daerah nekrosis sentral, badan councilman dan
perlemakan. Kerusakan pada hati ini secara klinis ditandai dengan timbulnya icterus. Ginjal
membesar dan bengkak. Glomerulus ginjal menunjukkan adanya proliferasi mesangial dan
edema endotel kapiler. Degenerasi dan nekrosis sel miokardium serta gangguan konduksi dapat
ditemui dan antigen virus dapat dideteksi dari sel miokardium.
Respons seluler dan humoral dapat terjadi dan bertanggung jawab untuk megeliminasi
virus dari tubuh. Viremia menghilang setelah 5 hari. Oragn lain dapat terkena seperti kelenjar
adrenal, sel otak dan pada epidermis di sudan dan Ethiopia. Pada kasus berat dapat terjadi di
saluran cerna, paru, limpa, hati, dan ginjal. Kematian terjadi sebagai akibat dari kerusakan hati
dan atau ginjal. Pada pasien yang sembuh jaringan yang hilang langsung menglami regenerasi
dan terjadi hipertrofi pada sel yang bertahan hidup
Gambaran Klinis
Yellow fever klasik merupakan penyakit bifasik, ada 3 stadium yaitu : infeksi, remisi dan
intoksikasi. Gambaran klinisnya berupa infeksi sublkinis, infeksi mirip influenza atau pada 15-
25% kasus dapat terjadi fulminant dan menyebabkan kematian dalam beberapa hari.
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
43/52
43
Setelah masa inkubasi selama 3-6 hari timbul demam secara mendadak dan menggigil
diikuti dengan sakit kepala, sakit punggung, myalgia, nausea dan muntah. Bisa juga dijumpai
muka dan konjungtiva merah, tanda faget dan bradikardia relative.
Setalah 3-4 hari, gejala dan demam menghilang selama beberapa jam sampai satu atau 2
hari dan hanya berulang pada pasien yang berkembang menjadi intoksiskasi fulminant.
Tipe demam adalah bifasik (dromedaris). Fase demam pertama berhubungan dengan fase
akit penyakit dan disertai bradikardi relative. Selanjutnya demam menurun yang berhubungan
dengan fase remisi serta meningkat lagi dan penyakit memberat pada fase intoksikasi.
Penyakit berkemban menjadi demam berdarah multisystem berkembnag menjadi demam
kuning), (sesuai nama penyakit ini), disfungsi renal dan manifestasi perdarahan yang dapat
menyebabkan hipetensi bahkan terjadi renjatan yang fatal. Perdarahan mukosa, perdarahan pada
luka bekas jarum suntik, perdarahan gastronintestinal dapat hebat sebagai akibat sintesis faktor
pembekuan oleh sel hati menurun. Ada gejala ensefalofati terjadi akibat adanya edema serebri
yang berhubungan dengan demam gagal fungsi hati dan ginjal. Infeksi sekunder karena bakteri
seperti bakteriemi dan pneumonia sering terjadi dan menyebabkan kematian. Angka kematian
sekitar 5-10%, sedangkan pada pasien yang mengalami intoksikasi angka kematian lebih tinggi
yaitu mencapai 20-50%.
Diagnostik laboratorium
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukopeni, trombositopeni, mungkin ditemukan
kenaikan hematorkrit, waktu protrombin yang memanjang, bila terjadi KID ditemukan kelainan
pada fibrinogen dan produk degradasi7 fibrinogen. Enzim transaminase, fosfatase alkali, gamma-
glutamyl transferase, bilirubin direk dan indirek, BUN dan kreatinin meningkat kadarnya.
Kenaikan yang bermakna dari transaminase dan bilirubin pada stadium awl penyakit merupakan
petanda akan buruknya penyakit. Pada kasus dengan ensefalopati dan edema otak, didapatkanpeningkatan protein tanpa pleositpsis pada cairan serebrospinal.
Pemeriksaan dengan capture enzyme immunoassay dapat memeriksa titer IgM spesifik.
IgM spesifik. IgM mulai terdeteksi pada hari 7-10 infeksi. Pada epidemic diagnosis definitive
deteksi antigen vius dan reaksi polymerase beranda (PCR) pada serum akut sangat membantu.
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
44/52
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
45/52
45
Aulia Ariesta Kusuma Putri 2013730127
6.Terjadinya sakit kepala dan mual pada skenario
Sakit Kepala
Sakit kepala disebabkan oleh sekresi mediator inflamasi seperti TNF ang berlebih akibat dari
pengaktifan makrofag oleh pirogen eksogen, selanjutnya akan membentuk prostaglandin ,
mempengaruhi pusat simpatis pada hipotalamus posterior, vasokontriksi pembuluh darah pada
lapisan otak yang mengakibatkan sakit kepala.
Mual
Salmonella typhi masuk ke lambung dan berkembang biak di hati dan limpa. Perangsangan mual
dapat diakibatkan dari adanya obstruksi saluran empedu sehingga mengakibatkan alur balik
cairan empedu ke hepar (bilirubin, garam empedu dan kolesterol) menyebabkan terjadinya
proses peradangan disekitar hepar yang mengeluarkan enzim-enzim SGOT dan SGPT,
menyebabkan peningkatan SGOT dan SGPT yang bersifat iritatif di saluran cerna sehingga
merangsang nervus vagus dan menekan rangsangan sistem saraf parasimpatis sehingga terjadi
penurunan peristaltik sistem pencernaan di usus dan lambung, menyebabkan makanan tertahan di
lambung dan peningkatan rasa mual yang mengaktifkan pusat mual di medula oblongata dan
pengaktifan saraf kranialis ke wajah, kerongkongan serta neuron-neuron motorik spinalis ke otot-
otot abdomen dan diafragma sehingga menyebabkan mual. Apabila saraf simpatis teraktifasi
akan menyebabkan akumulasi gas usus di sistem pencernaan yang menyebabkan rasa penuh
dengan gas maka terjadilah kembung.
Referensi:
Sudoyo, Aru W. 2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2&3. Jakarta: EGC.
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
46/52
46
Nadira Juanti Pratiwi 2013730160
7. Terjadinya demam yang timbul terutama pada malam hari
Pada orang normal, irama sirkadian (siklus biologis 24 jam) sangat mempengaruhi laju
metabolisme tubuh, sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh pada pagi hari.
Pada skenario, demam terjadi di malam hari karena pada waktu tersebut metabolisme tubuh telah
menurun, sehingga suhu tubuh ikut menurun. Akibatnya, tubuh melakukan kompensasi terhadap
adanya bakteri tersebut dengan menaikkan suhu tubuh sehingga timbul demam pada malam hari.
Referensi :
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta : Interna
Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
47/52
47
Putri Noviarin Irhamna 2013730166
8. Terdapatnya lidah kotor pada penderita di skenario
Kuman Salmonella typhi biasanya masuk melalui makanan yang tercemar. Sebagiankuman dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lolos ke usus dan
selanjutnya berkembang biak. Ketika IgA dalam tubuh kurang baik, kuman dapat menembus
sel-sel epitel dan selanjutnya akan menuju ke lamina propia. Di lamina propia kuman
berkembang biak dan di fagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag dan selanjutnya di
bawa ke plague peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika.
Kemudian masuk ke dalam sirkulasi darah, kemudian menyebar ke seluruh organ
retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limfa. di organ ini kuman meninggalkan sel fagosit
dan kemudian berkembang biak di ruang sinusoid lalu masuk ke sirkulasi darah lagi
mengakibatkan bakteremia kedua kalinya dengan tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik
seperti Lidah Kotor.
Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor di ujung, tengah, dan tepi kemerahan,
jarang disertai tremor. Lidah kotor terjadi karena anoreksia dan terjadinya gangguan fungsi
papila tengah para lidah yang andil dalam pengecapan rasa pahit sehinggga fungsi papila lebih
dominan terhadap intake cairan dan makanan ke tubuh yang menyebabkan lidah terasa pahit dan
akhirnya lidah menjadi kotor.
Referensi :
Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III edisi IV.
Penerbit FK-UI. Jakarta. 2006.
Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III jilid I. Penerbit Media
Aesculapius. FK-UI. 2001.
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
48/52
48
Anggun Fatmasari Yekti 2013730124
9. Leukopenia dan trombositopenia dari pemeriksaan laboratorium pada skenario
Trombosit diproduksi di sumsum tulang dengan cara fragmentasi sitoplasma
megakariosit. Produksi trombosit diatur oleh hormon trombopoetin yang diproduksi oleh hepar
dan ginjal. Trombositopenia adalah suatu keadaan jumlah trombosit darah perifer kurang dari
normal yang disebabkan oleh menurunnya produksi, distribusi abnormal, dan destruksi trombosit
yang meningkat atau artifactual. Pada orang normal jumlah trombosit di dalam sirkulasi berkisar
antara 150.000-450.000/l, rata-rata berumur 7-10 hari. Kira-kira 1/3 dari jumlah trombosit di
dalam sirkulasi darah mengalami penghancuran di dalam limpa oleh karena itu untuk
mempertahankan jumlah trombosit supaya tetap normal diproduksi 150.000-450.000 sel
trombosit per hari.Trombositopenia adalah suatu keadaan jumlah trombosit dalam sirkulasi darah
dibawah batas normal. Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit kurang dari
100.000/mm3. Jumlah trombosit yang rendah ini terjadi akibat berkurangnya produksi atau
meningkatnya penghancuran trombosit. Umumnya tidak ada manifestasi klinis hingga jumlahnya
kurang dari 100.000/mm3.
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi
untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan
tubuh
Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah sel darah putih lebih rendah dari normal. Jumlah
leukosit yang lebih rendah dari 5000/mm3 atau jumlah granulosit lebih rendah dari 2000/mm3
merupakan keadaan abnormal dan merupakan tanda kelainan sumsum tulang
Kondisi klinis yang dikenal dengan leukopenia terjadi bila sunsun tulang memproduksi sangat
sedikit sel darah putih, sehingga tubuh tidak terlindung terhadap banyak bakteri dan agen lain
yang mungkin masuk menginvasi jaringan.
Bakteri masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi kuman.
Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
49/52
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
50/52
50
ELFA RIZKY S 2013730140
NIA FITRIYANI 2013730161
10.Working Diagnosis & Differential Diagnosis
Gejala Demam tifoid Malaria DBD
Demam timbul sejak 5 hari
ang lalu
+ + +
Demam hilang setelah minum
obat penurun demam
+ + -
Demam terutama kembali pada
malam hari
+ - +
Sakit kepala mulai sulit BAB + + +
Temperatur 3 denut nadi
normal frekuensi nafas normal
+ + -
Tampak lidah kotor + - +
Leukopeni dan trombositopeni + - -
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
51/52
51
KESIMPULAN
Pada modul 1 mengenai demam pada penyakit tropis di skenario 2 ini kami
menyimpulkan bahwa working diagnosis dari kasus tersebut adalah demam tifoid dengan gejala
klinis sesuai dengan skenario tersebut berupa demam timbul sejak 5 hari ang lalu demam
hilang setelah minum obat penurun demam demam terutama kembali pada malam hari dakit
kepala mulai sulit BAB temperatur 3 denut nadi normal frekuensi nafas normal tampak
lidah kotor leukopeni dan trombositopeni. Dan untuk differential diagnosis dari demam tifoid
adalah malaria dan demam berdarah.
-
8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam
52/52
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.
Setiyohadi, Bambang. 2014.Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta : Interna Publishing.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta : Interna
Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
Suharti C. Dasar-Dasar Hemostasis. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Ed. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 4. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Jakarta;
2006:749-754
Suherman, Surharti K. 2007. Farmakologi dan Terapi.Ed.5.Jakarta : Depertemen faarmakologi
dan terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Baldy, 2006.
Sumarmo S, dkk. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi Kedua. 2012. Jakarta : Badan
Penertit IDAI.
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberatasannya. Jakarta : Erlangga.