penyakit infeksi dengan gejala demam

download penyakit infeksi dengan gejala demam

of 52

Transcript of penyakit infeksi dengan gejala demam

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    1/52

    1

    SKENARIO 2

    Seorang laki-laki, berusia 27 tahun, datang ke poliklinik Rumah Sakit dengan keluhan

    demam hilang timbul sejak 5 hari yang lalu. Demam hilang bila minum obat penurun demam,

    namun demam kembali terutama siang dan malam hari. Keluhan lain adalah sakit kepala, mual,

    dan sulit buang air besar. Pemeriksaan fisik : temperatur 38,5 C, denyut nadi dan frekuensi nafas

    normal. Tampak lidah kotor. Pemeriksaan laboratorium darah : leukopenia dan trombositopenia.

    KATA SULIT : -

    KATA KUNCI :

    - Laki-laki berusia 27 tahun.

    -

    Demam hilang timbul dari 5 hari yang lalu.

    - Demam hilang bila minum obat penurun demam.

    - Demam terjadi terumata pada siang dan malam hari.

    - Terdapat sakit kepala, mual, dan sulit buang air besar.

    - Pemerisaan fisik : temperatur 38,5C, denyut nadi dan frekuensi nafas normal.

    - Tampak lidah kotor.

    - Pemeriksaan laboratorium darah : leukopenia dan trombositopenia.

    PROBLEM TREE :

    DEMAM

    Definisi

    Patomekanisme

    Klasifikasi

    Alur Diagnosis

    Patologi

    a. Demam Tifoid

    b. Malariac. DHF

    d. Chikungunya

    e. Tetanus

    f. Yellow Fever

    a. Definisi

    b. Etiologi

    c. Epidemiologi

    d. Patomekanisme

    e. Manifestasi klinis

    f. Alur diagnosis

    g. Penatalaksanaan

    h. Prognosis

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    2/52

    2

    PERTANYAAN :

    1. Jelaskan definisi dari demam!

    2. Jelaskan klasifikasi dari demam!

    3. Jelaskan patomekanisme dari demam!

    4. Jelaskan alur diagnosis pada kasus demam!

    5. Sebutkan dan jelaskan penyakit-penyakit tropis yang berhubungan dengan demam :

    a. Demam Tifoid

    b. Malaria

    c. DHF

    d. Chikungunya

    e. Tetanus

    f.

    Yellow Fever

    6. Jelaskan mengapa terjadi sakit kepala, mual, dan sulit buang air besar pada skenario!

    7. Jelaskan mengapa demam terutama timbul pada siang dan malam hari!

    8. Jelaskan mengapa terdapat lidah kotor pada penderita di skenario!

    9. Jelaskan mengapa pada pemeriksaan laboratorium ditemukan leukopenia dan

    trombositopenia!

    10.Sebutkan dan jelaskan megenai working diagnosis dan differential diagnosis dari kasus

    pada skenario ini!

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    3/52

    3

    RR. Hestin Diah Prasanty 2013730172

    1. Definisi Demam

    Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal. Bila diukur pada rektal >38C

    (100,4F), diukur pada oral >37,8C, dan bila diukur melalui aksila >37,2C (99F). Sedangkan

    menurut NAPN (National Association of Pediatrics Nurse) disebut demam bila bayi berumur

    kurang dari 3 bulan suhu rektal melebihi 38 C. Pada anak umur lebih dari 3 bulan suhu aksila

    dan oral lebih dari 38,3 C.

    Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan langsung dengan

    tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang, misalnya terhadap

    toksin bakteri, peradangan, dan ransangan pirogenik lain. Bila produksi sitokin pirogen secara

    sistemik masih dalam batas yang dapat ditoleransi maka efeknya akan menguntungkan tubuh

    secara keseluruhan, tetapi bila telah melampaui batas kritis tertentu maka sitokin ini

    membahayakan tubuh.

    Referensi:

    (Sherwood, 2001).

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    4/52

    4

    Topan Muhamad Nur 2013730184

    2. Klasifikasi demam

    Klasifikasi demam terbagi menjadi :

    1. Demam Septik ; Pada demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi

    sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat diatas normal pada pagi hari. Sering

    disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke

    tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.

    2. Demam Hektik ; Suhu badan naik ke tingkat tinggi sekali pada malam hari, lalu suhu turun

    sampai normal pada hri.

    3. Demam Remiean ; Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu

    badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua dua derajat dan

    tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.

    4. Demam Intermiten ; Suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam

    satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila

    terjadi dua hari bebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.

    5. Demam Kontinyu ; pada demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih

    dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.

    6. Demam Siklik ; pada demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberpa hari yang

    diikuti oleh periode bebeas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh

    kenaikan suhu seperti semula.

    Referensi ;

    Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III Edisi IV

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    5/52

    5

    M. Zetvandi Ibrahim 2013730151

    3. Patomekanisme terjadinya demam

    Mekanisme demam terjadi ketika pembuluh darah disekitar hipotalamus terkena pirogen

    eksogen tertentu (seperti bakteri) atau pirogen endogen (Interleukin-1, interleukin-6, tumor

    necrosis factor) sebagai penyebab demam, maka metabolit asam arakidonat dilepaskan dari

    endotel sel jaringan pembuluh darah. Metabolit sepertiprostaglandin E2, akan melintasi barrier

    darah-otak dan menyebar ke dalam pusat pengaturan suhu di hipotalamus, yang kemudian

    memberikan respon dengan meningkatkan suhu. Dengan titik suhu yang telah ditentukan,

    hipotalamus akan mengirimkan sinyal simpatis ke pembuluh darah perifer. Pembuluh darah

    perifer akan berespon dengan melakukan vasokonstriksi yang menyebabkan penurunan heat

    lossmelalui kulit. Peningkatan aktivitas simpatis juga akan menimbulkanpiloerection. Jika

    penyesuaian ini tidak cukup menyelamatkan panas dengan mencocokkan titik suhu yang baru,

    maka akan timbul menggigil yang dipicu melaluispinaldansupraspinal motor system, yang

    bertujuan agar tubuh mencapai titik suhu yang baru. Ketika demam terjadi, banyak rekasi

    fisiologis berlangsung, termasuk konsumsi oksigen meningkat sebagai respon terhadap

    metabolisme sel meningkat, peningkatan denyut jantung, peningkatan cardiac output, jumlah

    leukosit meningkat, dan peningkatan level C-reactive protein. Konsumsi oksigen meningkat

    sebesar 13% untuk setiap kenaikan 1C suhu tubuh, asalkan menggigil tidak terjadi. Jika

    menggigil ada, konsumsi oksigen dapat meningkat 100% sampai 200%.

    Beberapasitokindilepaskan selama keadaan demam yang akan menginduksi fisiologis stres

    (tegang). Sitokin ini dapat memicu percepatan katabolisme otot dengan menyebabkan penurunan

    berat badan, kehilangan kekuatan, dan keseimbangan negatif nitrogen negatif. Fisiologis stres

    diwujudkan dengan ketajaman mental menurun, delirium, dan kejang demam, yang lebih sering

    terjadi pada anak-anak. Pada tahap akhir jika demam turun, penurunan suhu badan sampai ke

    suhu normal, maka akan ditandai dengan kemerahan, diaforesis, dan tubuh akan merasa hangat.

    Referensi :

    Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    6/52

    6

    Dyoza Ashara Cinnamon 2013730139

    4. Alur diagnosis demam

    Anamnesis

    Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara

    seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui

    tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya.

    Tujuan Anamnesis

    Tujuan pertama anamnesis adalah memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang

    sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis dilakukan dengan cermat maka

    informasi yang didapatkan akan sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang

    hanya dari anamnesis saja seorang dokter sudah dapat menegakkan diagnosis. Secara umum

    sekitar 60-70% kemungkinan diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan

    anamnesis yang benar.

    Tujuan berikutnya dari anamnesis adalah untuk membangun hubungan yang baik antara seorang

    dokter dan pasiennya. Umumnya seorang pasien yang baru pertama kalinya bertemu dengan

    dokternya akan merasa canggung, tidak nyaman dan takut, sehingga cederung tertutup. Tugasseorang dokterlah untuk mencairkan hubungan tersebut. Pemeriksaan anamnesis adalah pintu

    pembuka atau jembatan untuk membangun hubungan dokter dan pasiennya sehingga dapat

    mengembangkan keterbukaan dan kerjasama dari pasien untuk tahap-tahap pemeriksaan

    selanjutnya.

    Anamnesis pada Demam

    Anamnesis pada demam bertujuan untuk mengetahui apa penyebab demam, berapa lama demam

    sudah dirasakan, bagaimana karakteristik demam, apakah demam bertambah atau berkurang

    karena suatu hal, dan apakah ada kondisi lain dari pasien yang merupakan komplikasi dari

    demam tersebut

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    7/52

    7

    Pertanyaan Pertanyaan Anamnesis pada demam

    - Nama

    - Usia

    - Alamat

    - Status perkawinan

    - Pekerjaan

    - Riwayat pedidikan terakhir

    - Keluhan Pasien ( sekarang)

    - Keluhan utama

    - Onset dan durasi

    - Sifat atau frekuensi demam

    - Keluhan penyerta saat demam

    - Waktu demam dan puncak demam

    - Apa yang sudah dilakukan untuk meringankan demam( obat dan non obat)

    - Apakah ada nyeri saat demam

    - Apakah ada perdarahan

    - Apakah ada mual muntah

    - Kondisi urin pasien

    - Apakah ada batuk pilek

    - Apakah demam disertai menggigil dan berkeringat dingin

    - Kejang saat demam?

    - Riwayat trauma atau luka terbuka

    - Apakah ada penurunan berat badan dan nafsu makan

    - Apakah ada kontak dengna orang demam?

    - Berpergian ke luar kota dalam 2 minggu?

    - Apakah anggotra keluarga ada yang mengalami demam seerti bapak- Sebelumnya pernah demam

    - Apakah ada diare

    - Bagaimana kondisi lingkunagn rumah

    - Apakah pernah dirawat di rumah sakit

    - Apakah ada penurunan kesadaran

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    8/52

    8

    - Riwayat imunisasi

    - Apakah ada pusing

    - Konsumsi makanan/alergi

    - Nyeri otot

    Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis

    memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat

    dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan

    diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara

    sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak yaitu kaki. Pemeriksaansecara sistematis tersebut disebut teknik Head to Toe. Setelah pemeriksaan organ utama

    diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin

    diperlukan seperti test neurologi. Dalam Pemeriksaan fisik daerah abdomen pemeriksaan

    dilakukan dengan sistematis inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.

    Pemeriksaan Fisik Pada demam

    Pada Demam pemeriksaan fisik dilakukan secara umum yaitu head to toe secara sistematis

    diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi

    1. Inspeksi

    Adalah memeriksa dengan melihat dan mengingat .

    Hasil pemeriksaan yang didapat :

    Kesan umum penderita

    Warna permukaan tubuh

    Bentuk dan postur tubuh

    Ukuran tubuh dan bagiannya

    Gerakan dan gaya tubuh

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rekam_medis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Anggota_gerak&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Head_to_Toe&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Organ_%28anatomi%29http://id.wikipedia.org/wiki/Neurologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Neurologihttp://id.wikipedia.org/wiki/Organ_%28anatomi%29http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Head_to_Toe&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Anggota_gerak&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Rekam_medis&action=edit&redlink=1
  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    9/52

    9

    Langkah kerja :

    Atur pencahayaan yang cukup

    Atur suhu dan suasana ruangan nyaman

    Posisi pemeriksa sebelah kanan pasien

    Buka bagian yang diperiksa

    Perhatikan kesan pertama pasien : perilaku, ekspresi, penanmpilan umum, pakainan,

    postur tubuh, dan gerakan dengan waktu cukup.

    Lakukan inspeksi secara sistematis, bila perlu bandingkan bagian sisi tubuh pasien.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan :

    Bentuk tubuh : kurus, atletis, gemuk

    Cara berjalan dan gerakan

    Adanya deformitas

    Keadaan kulit, rambut, mukosa, kuku secara umum

    Ekspresi wajah

    Perbandingan ukuran

    Cirri-ciri lain yang didapat

    2. Palpasi

    Adalah pemeriksaan dengan perabaan, menggunakan rasa propioseptif ujung jari dan tangan.

    Hasil pemeriksaan :

    Permukaan : halus/kasar, menonjol/datar, keras/lunak, dingin, dll

    Getaran dan denyutan : Denyut nadi dan vena, pukulan jantung, dll

    Keadaan alat dibawah permukaan : keadaan hepar, masa abnormal dll.

    Cara kerja :

    Daerah yang diperiksa bebas dari gangguan yang menutupi

    Cuci tangan

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    10/52

    10

    Beritahu pasien tentang prosedur dan tujuannnya

    Yakinkan tangan hangat tidak dingin

    Lakukan perabaan secara sistematis , untuk menentukan ukuran, bentuk, konsistensi dan

    permukaan :

    o Jari telunjuk dan ibu jari> menentukan besar/ukuran

    o Jari 2,3,4 bersama> menentukan konsistensi dan kualitas benda

    o Jari dan telapak tangan> merasakan getaran

    o Sedikit tekanan> menentukan rasa sakit

    3. Perkusi

    Adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk permukaan badan dengan cara perantara jari tangan,

    untuk mengetahui keadaan organ-organ didalam tubuh.

    Hasil Pemeriksaan :

    Dengan perkusi diketahui isi jaringan dibawah permukaan tubuh. Ada 5 kualital dasar

    bunyi perkusi :

    Pekak : masa padat

    Redup : suara perkusi hati

    Sonor : suara perkusi paru normal

    Hypersonor : Paru emfisematous

    Tympani : suara normal abdomen

    Cara Kerja :

    Lepas Pakaian sesuai dengan keperluan

    Luruskan jari tengah kiri , dengan ujung jari tekan pada permukaan yang akan diperkusi.

    Lakukan ketukan dengan ujung jari tengah kanan diatas jari kiri, dengan lentur dan cepat,

    dengan menggunakan pergerakan pergelangan tangan.

    Lakukan perkusi secara sistematis sesuai dengan keperluan.

    4. Auskultasi

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    11/52

    11

    Adalah pemeriksaan mendengarkan suara dalam tubuh dengan menggunakan alat STETOSKOP.

    STETOSKOP

    Bagian-bagian stetoskop :

    Ear Pieces> dihubungkan dengan telinga

    Sisi Bell ( Cup )> pemeriksaan thorak atau bunyi dengan nada rendah

    Sisi diafragma ( membran )> Pemeriksaan abdomen atau bunyi dengan nada tinggi.

    Hasil Pemeriksaan ;

    Bunyi dalam tubuh normal dihasilkan oleh :

    Paru> bunyi napas

    Jantung> bunyi karena menutupnya katub jantung

    Usus / abdomen> bunyi bising dan peristaltic usus

    Pembuluh darah> bunyi aliran darah

    Cara Kerja :

    Ciptakan suasana tenang dan aman

    Pasang Ear piece pada telinga

    Pastikan posisi stetoskop tepat dan dapat didengar

    Pada bagian sisi membran dapat digosok biar hangat

    Lakukan pemeriksaan dengan sistematis sesuai dengan kebutuhan.

    Referensi :

    Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates, Lynn S. Bickley Bab Pendahuluan

    Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    12/52

    12

    Fania Liahsani 2013730142

    5. Penyakit-penyakit tropis yang berhubungan dengan demam

    1.DEMAM TIFOID (Nia Fitriyani 2013730161)

    a. Definisi

    Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteri

    Salmonella typhi. Demam paratifoid adalah penyakit sejenis yang disebabkan oleh Salmonella

    paratyphi A, B,danC. gejala dan tanda kedua penyekit tersebut hampir sama, tetapi manifestasi

    klinis paratifoid lebih ringan. Kedua penyakit diatas disebut tifoid. Terminology lain yang sering

    digunakan adalah typhoid fever, paratyphoid pever, typhus, dan paratyphus abdominalis atau

    demam enterik.

    b. Etiologi

    Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi. Salmonella adalah bakteri gram

    negative, tidak berkapsul, mempunyai flagella, dan tidak membentuk spora. Bakteri ini akan mati

    pada pemanasan 57C selama beberapa menit.

    c. Epidemiologi

    Demam tifoid menyerang penduduk di semua negara. Seperti penyakit menular lainnya,

    tifoid banyak ditemukan di negara berkembang dimana hygiene pribadi dan sanitasi lingkungan

    yang kurang baik. Prevalensi kasus bervariasi tergantung lokasi, kondisi ligkungan setempat, dan

    perilaku masyarakat. Angka insidensi di seluruh dunia sekitar 17 juta per tahun dengan 600.000

    orang meninggal karena penyakit ini. WHO memperkirakan 70% kematian terjadi di Asia.

    Indonesia merupakan negara endemik demam tifoid. Diperkirakan terdapat 800 penderita

    per 100.000 penduduk setiap tahun yang ditemukan sepanjang tahun. Penyakit ini tersebar di

    seluruh wilayah dengan insidensi yang tidak berbeda jauh antar daerah.

    d. Patomekanisme

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    13/52

    13

    Masuknya kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi ke dalam tubuh manusia

    terjadi melalui makanan yang terkontaminasi. Sebagian kuman dimusnahkan di dalam lambung,

    sebagian lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila repons imunitas

    humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka kuman akan menembus sel-sel epitel dan

    selanjutnya ke lamina propria. Di lamina propria kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-

    sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag

    dan selanjutnya dibawa ke plak Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening

    mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torsikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini

    masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakteremia yang pertama) dan menyebar ke

    seluruh organ retikuloendotlial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman

    meninggalkan sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan

    selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakteremia yang ke dua kalinya

    dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik.

    Kuman dapat masuk ke dalam kandug empedu, berkembang biak, dan bersama cairan

    empedu diekskresikan secara intermiten ke dalam lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan

    melalui feses dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah meembus usus. Proses yang

    sama terulang kembali, karena makrofag yang telah teraktivasi, hiperaktif, maka saat fagositosis

    kuman Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan

    menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, myalgia, sakit kepala,

    sakit perut, gangguan vascular, mental, dan koagulasi

    Di dalam plak Peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hyperplasia jaringan.

    Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar plague Peyeri yang

    sedang mengalami nekrosis dan hyperplasia akibat akumulasi sel-sel mononuclear di dinding

    usus. Proses patologis jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa usus,

    dan dapat mengakibatkan perforasi. Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler

    dengan akibat timbulnya komplikasi seperti gangguan neuropsikriatik, kardiovaskular,

    pernapasan, dan gangguan organ lainnya.

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    14/52

    14

    e. Manifestasi Klinis

    Masa inkubasi demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-gejala klinis yang

    timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimtomatik hingga gambaran

    penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian.

    Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa

    dengan penyakit infeksi akut lain yaiu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual,

    muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epiktaksis. Pada

    pemeriksaan fisik haya didapatkan suhu badan meningkat. Sifat demam adalah meningkat

    perlahan-lahan terutama pada sore hingga malam hari. Dalam minggu kedua gejala-gejala

    menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia relatif bradikardia relatif adalah peningkatan

    suhu C tidak diikuti peningkatan denut nadi kali per menit lidah ang berselaput kotor di

    tengah, tepi, dan ujung merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan

    mental berupa somnolen, sopor, koma, delirium, atau psikosis. Roseolae jarag ditemukan pada

    orang Indonesia.

    f. Alur Diagnosis

    Penegakan diagnosis demam tifoid didasarkan pada manifestasi klinis yang diperkuat

    oleh pemeriksaan laboratorium penunjang. Pemeriksaan laboratorium untuk membantu

    menegakkan diagnosis demam tifoid dibagi dalam empat kelompok, yaitu : pemeriksaan darah

    tepi, pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman, uji serologis, dan pemeriksaan

    kuman secara molekuler. Pemeriksaan lain yang rutin dilakukan adalah uji widal dan serologi

    IgM/IgG salmonella.. Uji widal ditujukan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum

    penderita tersangka demam tifoid yaitu aglutinin O (dari tubuh kuman), aglutinin H (flagella

    kuman), aglutinin Vi (sampai kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut hanya agglutinin O dan H

    yang digunakan untuk diagnosis demam tifoid.

    g. Penatalaksanaan

    1. Pengobatan

    Pemberian antibiotik

    Terapi ini dimaksudkan untuk membunuh kuman penyebab demam tifoid yaitu :

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    15/52

    15

    -Kloramfenikol 100 mg/kg berat badan/hari/4 kali selama 14 hari.

    -Amoksilin 100 mg/kg berat badan/hari/4 kali.

    -Sefalosporin generasi II dan III (ciprofloxacin 2x500 mg selama 6 hari; ofloxacin 600mg/hari

    selama 7 hari; ceftriaxone 4 gram/hari selama 3 hari).

    Istirahat dan perawatan

    Langkah ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Penderita sebaiknya

    beristirahat total di tempat tidur selama 1 minggu setelah bebas dari demam. Mobilisasi

    dilakukan secara bertahap, sesuai dengan keadaan penderita. Tirah baring dengan perawatan

    sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi, buang air kecil dan buang air besar akan

    membantu dan mempercepat masa penyembuhan. Perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur,

    pakaian, dan perlengkapan yang dipakai.

    Terapi penunjang secara simptomatis dan suportif serta diet.

    Agar tidak memperberat kerja usus, pada tahap awal penderita diberi makanan berupa

    bubur saring. Selanjutnya penderita dapat diberi makanan yang lebih padat dan akhirnya nasi

    biasa, sesuai dengan kemampuan dan kondisinya. Pemberian kadar gizi dan mineral perlu

    dipertimbangkan agar dapat menunjang kesembuhan penderita.

    2. Preventif

    Kebersihan makanan dan minuman sangat penting dalam pencegahan demam tifoid.

    Merebus air minum dan makanan sampai mendidih juga sangat membantu. Sanitasi lingkungan

    termasuk pembuangan sampah dan imunisasi, berguna untuk mencegah penyakit. Secara lebih

    detail, strategi pencegahan demam tifoid mencakup hal-hal berikut:

    - Penyediaan sumber air minum yang baik.

    - Penyediaan jamban yang sehat.

    - Sosialisasi budaya cuci tangan

    -

    Sosialisasi budaya merebus air sampah mendidih sebelum diminum.

    - Pemberantasan lalat.

    - Pengawasan kepada para penjual makanan dan minuman.

    - Sosialisasi pemberian ASI pada ibu menyusui.

    - Imunisasi.

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    16/52

    16

    Jenis vaksin yang tersedia :

    - Vaksin parenteral utuh

    Berasal dar sel Salmonella typhi yang sudah mati. Setiap cc vaksin mengandung sekitar 1

    miliar kuman. Dosis untuk anak usia 1-5 tahun adalahn 0,1 cc, anak usia 6-12 tahun adalah 0,25

    cc, dan dewasa 0,5 cc. dosis diberikandua kali dengan interval 4 minggu. Karena efek samping

    dan tingkat perlindungannya yang pendek, vaksin jenis inisudah tidak beredar lagi.

    - Vaksin oral Ty21a

    Vaksin oral yang mengandung Salmonella typhi strain Ty21a hidup. Vaksin diberikan

    pada usia minimal 6 tahun dengan dosis 1 kapsul setiap 2 hari selama 1 minggu. Menurut

    laporan vaksin oral Ty21a bias memberikan perlindungan selama 5 tahun.

    - Vaksin parenteral polisakarida

    Vaksin ini berasal dari polisakarida Salmonella typhi. Vaksin diberikan secara parental

    dengan dosis tunggal 0,5 cc intramuscular pada usia mulai 2 tahun dengan dosis ulangan setiap 3

    tahun. Lama perlindungan sekitar 60-70%. Jenis vaksin ini bmenjadi pilihan utama karena relatif

    paling aman.

    h. Prognosis

    Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh,

    jumlah dan virulensi Salmonella serta cepat dan tepatnya pengobatan. Angka kematian pada

    anak-anak 26% dan pada orang dewasa 74%, rata-rata 57%.

    REFERENSI :

    -Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan

    Pemberatasannya. Jakarta : Erlangga.

    -

    Setiyohadi, Bambang. 2014.Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta : Interna Publishing.

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    17/52

    17

    2.MALARIA (Elfa Rizky 2013730140)

    DEFINISI

    Malaria adalah penyakit infeksi parasite yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang

    eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria

    memberikan gejala berupa demam, mengigigil, anemia dan splenomegaly. Dapat berlangsung

    akut ataupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami

    komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat.

    EPIDEMIOLOGI

    Pada Negara yang beriklim dingin sudah tidak ditemukan lagi daerah endemic malaria. Namun

    demikian, malaria masih menjadi persoalan kesehatan yang besar didaerah tropis dan subtropics

    seperti Brazil, Asia Tenggara, dan seluruh Sub-Sahara Afrika.

    Di Indonesia, malaria ditemukan hampir di semua wilayah. Pada tahun 1996 ditemukan kasus

    malaria di Jawa-Bali dengan jumlah penderita sebanyak 2.341.401 orang, sebagian besar

    disebabkan Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Angka prevalensi malaria di Jawa

    Tengah terus menurun dari tahun ke tahun. Plasmodium malariae banyak ditemukan di Indonesia

    Timur, sedangkan Plasmodium ovale di Papua dan NTT.

    Permasalahan resistensi terhadap obat malaria semakin lama semakin bertambah. Resistensi obat

    menyebabkan semakin kompleknya pengobatan dan penanggulangan malaria

    ETIOLOGI

    Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium yang menginfeksi eritrosit dan mengalami

    pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh

    nyamuk yAitu anopheles betina.

    DAUR HIDUP PARASIT MALARIA

    infeksi parasit malaria pada manusia mulai bila nyamuk anopheles betina mengigit manusia dan

    nyamuk akan melepaskan sporozoit kedalam pembuluh darah dimana sebagian besar dalam

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    18/52

    18

    waktu 45 menit akan menuju ke hati dan sebagian kecil sisanya akan mati di darah. Di dalam sel

    parenkim hati mulailah perkembangan aseksual (intrahepatic schizogony atau pre-arythrocytes

    schizogony). Perkembangan ini memerlukan waktu 5,5 hari untuk plasmodium falciparumdan

    15 hari untuk plasmodium malariae. Setelah sel parenkim hati terinfeksi, terbentuk sizont hati

    yang apabila pecah akan mengeluarkan banyak merozoit ke sirkulasi darah. Pada P.vivak dan

    ovale, sebagian parasit didalam sel hati akan membentuk hipnozoit yang dapat bertahan sampai

    bertahun-tahun, dan bentuk ini yang akan menyebabkan terjadinya relaps dan malaria.

    Setelah berada dalam sirkulasi darah merozoit akan menyerang eritrosit dan masuk melalui

    reseptor permukaan eritrosit. PadaP.vivax reseptor ini berhubungan dengan faktor antigenDuffy

    Fya atau Fyb. Hal ini menyebabkan individu dengan golongan darah Duffy negatif tidak

    terinfeksi malaria vivax. Reseptor untuk P.falciparum diduga suatu glycophorins, sedangkan

    padaP.malariae danP.ovalebelum diketahui. Dalam waktu kurang dari 12 jam parasit berubah

    menjadi bentuk ring, pada P.falciparum menjadi bentuk stereo-headphones, yang mengandung

    kromatin dalam intinya dikelilingi sitoplasma. Parasit tumbuh setelah memakan hemoglobin dan

    dalam metabolismenya membentuk pigment yang disebut hemozoin yang dapat dilihat secara

    mikroskopis. Eritrosit yang berparasit menjadi lebih elastik dan dinding berubah lonjong, pada

    P.falciparum dinding eritrosit membentuk tonjolan yang disebut knob yang nantinya penting

    dalam proses cytoadherence dan resotting. Setelah 36 jam invasi kedalam eritrosit, parasit

    berubah menjadi sizont, dan bila sizont pecah akan mengeluarkan 6-36 merozoit dan siap

    menginfeksi eritrosit yang lain. Siklus aseksual ini pada P.falciparum,P.vivax, P.ovaleialah 48

    jam dan padaP.malariae adalah 72 jam.

    Di dalam darah sebagian besar parasit akan membentuk gamet jantan dan betina, dan bila

    nyamuk menghisap darah manusia yang sakit akan terjadi siklus seksual dalam tubuh nyamuk.

    Setelah terjadi perkawinan akan terbentuk zygote dan menjadi lebih bergerak menjadi ookinet

    yang menembus dinding perut nyamuk dan akhirnya menjadi bentuk oocyst yang akan menjadi

    masak dan mengeluarka sprozoit yang akan bermigrasi ke kelenjar ludah nyamuk dan siap

    menginfeksi manusia.

    PATOMEKANISME

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    19/52

    19

    P.falcifarum melepaskan 18-24 merozoit kedalam sirkulasi. Merozoit yang dilepaskan akan

    masuk ke dalam sel RES di limpa dan mengalami fagositosis serta filtrasi. Merozoit yang lepas

    dari filtrasi serta fagositosis dari limpa akan menginvasi eritrosit. Selanjutnya parasit

    berkembang biak secara aseksual dalam eritrosit. Bentuk aseksual parasit dalam eritosit (EP)

    inilah yang bertanggung jawab dalam patogenesa terjadinya malaria pada manusia. Patogenesa

    yang banyak di teliti adalah patogenesa malaria yang disebabkan oleh malariaP.falcifarum.

    Patogenesis malaria falcifarum di pengaruhi oleh factor parasit dan factor penjamu (host). Yang

    termaksud dalam factor parasit adalah intensitas transmisi, densitas parasit dan virulensi parasit.

    Sedangkan yang dimaksud dengan factor penjamu adalah tingkat endemisitas daerah tempat

    tinggal, genetic, usia, status nutrisi dan status immunologi. EP secara garis besar mengalami 2

    stadium, yaitu stadium cincin pada 24 jam I dan stadium matur pada 24 II. Permukaan stadium

    cincin akan menampilkan antigen RESA (Ring-erythrocyte surgace antigen) yang menghilang

    setelah parasit masuk stadium matur. Permukaan membrane EP stadium matur akan mengalami

    penonjolan dan membentuk knob dengan histidin rich-protein-1 (HRP-1) sebagai komponen

    utamanya. Selanjutnya bila EP tersebut mengalami merogoni, akan dilepaskan toxin malaria

    berupa GPI yaitu glikosilfosfatidilinasitol yang merangsang pelepasan TNF- dan interleukin-1

    (IL-1) dari makrofag.

    MANIFESTASI KLINIS

    Dikenal dengan Trias Malaria aitu:

    1. Periode dingin (15-60 menit)

    Mulai menggigil, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan

    pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk,

    diikuti dengan meningkatnya temperatur.

    2. Periode panas

    Penderita muka merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti

    dengan berkeringat.

    3. Periode berkeringat

    Penderita berkeringat banyak dan temperatur turun dan penderita merasa sehat.

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    20/52

    20

    Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi P.vivax, pada P.falciparum menggigil dapat

    berlangsung berat ataupun tidak ada.

    Anemia merupakan gejala yag sering dijumpai pada infeksi malaria. Beberapa mekanisme

    terjadinya anemia ialah pengerusakan eritrosit oleh parasit, hambatan eritropoiesis sementara,

    hemolisis oleh karena proses complement mediated immune complex, eritrofagositosis,

    penghambatan pengeluaran retikulosit dan pengaruh sitokin. Pembesaran limpa (splenomegali)

    sering dijumpai pada penderita malaria, limpa akan terasa setelah 3 hari dari serangan infeksi

    akut, limpa membengkak, nyeri dan hiperemis. Limpa merupakan organ yang penting dalam

    pertahanan tbuh terhadap infeksi malaria. Penelitian pada bintang percobaan limpa

    menghapuskan eritrosit yang terinfeksi melalui perubahan metabolisme, antigenik dan

    rheological dari eritrosit yang terinfeksi.Beberapa keadan klinik dalam perjalan klinik malaria

    adalah

    1. Serangan primer yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan

    paroksismal yang terdiri dari dingin atau menggigil, panas dan berkeringat. Serangan

    paroksismal ini dapat pendek atau panjang tergantung dari perbanyakan parsit dan keadaan

    imunitas penderita.

    2. Periode laten yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasistemia selama terjadinya infeksi

    malaria. Biasanya terjadi diantara dua keadaan paroksismal.

    3. Rekcrudescense , berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah

    berakhirnya serangan primer. Ini dapat terjadi berupa berulangnya gejala klinik sesudah

    periode laten dari serangan primer.

    4. Recurrence , berualangnya gejala klinik atau parasestemia setalah 24 minggu berakhirnya

    serangan primer

    5. Relapse atau rechute ialah berulangnya gejala klinik atau parasistemia yang lebih lama dari

    waktu diantara serangan periodik dari infeksi prime yaitu setelah periode yang lama dari masa

    laten (sampai 5 tahun), biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk diluar

    eritrosit(hati) pada malaria vivax atau ovale.

    Manifestasi Klinis Malaria Tertiana / M.vivax atau M.benigna.

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    21/52

    21

    Inkubasi 12-17 hari, kadang-kadang lebih panjang 12-20 hari. Pada hari-hari pertama ireguler

    kadang-kadang remitten atau intermitten, pada saat tersebut perasaan dingin dan menggigil

    jarang terjadi. Serangan paroksismal biasanya terjadi waktu sore hari. kepadatan parasit

    mencapai maksimal dalam waktu 7-14 hari.

    Pada minggu kedua limpa mulai teraba. Parasitemia mulai menurun setelah 14 hari, limpa masih

    membesar dan panas masih berlangsung, pada akhir minggu ke-5 panas mulai turun secara krisis.

    Pada malaria vivax manifestasi klinik dapat berlangsung secara berat tapi kurang

    membahayakan, limpa dapat membesar sampai derajat 4/5 (ukuran hackett). Malaria serebral

    jarang terjadi. Udem tungkai disebabkan karena hipoalbuminemia. Mortalitas malaria vivax

    rendah tetapi morbititas tinggi karena seringnya terjadi rilapse. Pada penderita yang semi imune

    perlangsungan malaria vivax tidak spesifik dan ringan saja, parasitemia hanya rendah, serangan

    demam hanya pendek dan penyembuhan lebih cepat. Resistensi terhadap kloroquin pada malaria

    vivaks juga dilaporkan di irian jaya dan di daerah lainnya. Relaps sering terjadi karena keluarnya

    bentuk hipnozoit yang tertinggal di hati pada saat status imun tubuh menurun.

    Manifestasi Klinis Malaria Malariae / M. Quartana

    P. malariae banyak dijumpai didaerah afrika, amerika latin, sebagian asia. Penyebarannya tidak

    seluas P.vivax dan P.palcifarum. masa inkubasi 18-40 hari. Manifestasi klinik seperti malaria

    vivax hanya belangsung lebih ringan, anemia jarang terjadi, splenomegali sering dijumpai

    walaupun pembesaran ringan. Serangan paroksismal terjadi tiap 3-4 hari, biasanya pada waktu

    sore dan parasistemi sangat rendah

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    22/52

    22

    Plasmodium malariae, parasit dapat bertahan lama dalam darah perifer, sedangkan bentuk diluar

    eritrosit (dihati) tidak terjadi padaP.malariae.

    Manifestasi Klinis Malaria Ovale

    Merupakan bentuk yang paling ringan dari semua jenis malaria. Masa inkubasi 11-16 hari,

    serangan paroksismal 3-4 hari terjadi malam hari daan jarang terjadi lebih dari 10 kali walaupun

    tanpa terapi. Apabila terjadi infeksi campuran dengan plasmodium lain, maka P.ovale tidak akan

    tampak didarah tepi, tetapi plasmodium lain akan ditemukan. Gejala klinis hampir sama dengan

    malaria vivaks, lebih ringan, puncak panas lebih rendah dan perlangsungan lebih pendek dan

    dapat sembuh spontan tanpa pengobatan. Serangan menggil jarang terjadi dan splenomegali

    jarang sampai depat diraba.

    Manifetasi Klinis Malaria Tropika/ M.falciparum

    Malaria tropika merupakan bentuk paling berat ditandai dengan panas irreguler, anemia,

    splenomegali, parasistemi sering dijumpai dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14

    hari. Malaria tropika mempunyai perlangsungan yang cepat dan parasitemia yang tinggi dan

    menyerang semua bentuk eritrosit. Gejala prodromal yang sering dijumpai yaitu sakit kepala,

    nyeri belakang/tungkai, lesu, perasaan dingin, mual, muntah dan diare. Parasit sulit ditemukan

    pada penderita dengan pengobatan supresif. Panas biasanya irreguler dan tidak periodik, sering

    terjadi hiperpireksia dengan temperatur diatas 400C. Gejala berupa konvulsi, pnemoniaaspirasi

    dan banyak keringat walaupun temperatur normal. Apabila infeksi memberat nadi cepat, nausea,

    muntah, diare menjadi berat dan diikuti kelainan paru (batuk). Splenomegali dijumpai lebih

    sering dari hepatomegali dan nyeri pada perabaan : hati membesar darapt disertai timbulnya

    ikterus. Kelainan urin dapat berupa albuminuria, hialin dan kristal yang granuler. Anemia lebih

    menonjol dengan leukopenia dan monosistosis.

    ALUR DIAGNOSIS

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    23/52

    23

    Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan laboratorium, dan

    pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti dibuat dengan ditemukannya parasite malaria dalam

    pemeriksaan mikroskopis laboratorium.

    a.

    Anamnesis

    Keluhan utama yang sering kali muncul adalah demam lebih dari dua hari, mengigigil, dan

    berkeringat (sering disebut dengan tria malaria). Demam pada keempat jenis malaria berbeda

    sesuai dengan proses skizogoninya. Demam karena P. falciparumdapat terjadi setiap hari, pada

    P. vivax atau ovale demamnya berselang satu hari, sedangkan demam pada P. malariae

    menyerang berselang dua hari.

    Sumber penyakit harus ditelusuri, apakah pernah berpergian dan bermalam di daerah endemic

    malaria dalam satu bulan terakhir; apakah pernah menderita penyakit ini sebelumnya; dan

    apakah pernah meminum obat malaria.

    Kecurigaan adanya tersangka malaria berat dapat dilihat dari adanya satu gejala atau lebih, yaitu

    gangguan kesadaran, kelemahan atau kelumpuhan otot, kejang-kejang, kekuningan pada mata

    atau kulit, adanya perdarahan hidung atau gusi, muntah darah atau berak darah. Selain itu adalah

    keadaan panas yang sangat tinggi, muntah yang terjadi terus-menerus, perubahan warna urin

    menjadi seperti the, dan volume urin yang berkurang.

    b.

    Pemeriksaan fisik

    Pasien mengalami demam 37,5 40C, serta anemia yang dibuktikan dengan konjungtiva

    palpebral yang pucat. Penderita sering disertai dengan adanya pembesarah limpa (splenomegaly)

    dan hepatomegaly. Bila terjadi serangan malaria berat, gejala dapat disertai dengan syok yang

    ditandai dengan menurunnya tekanan darah, nadi berjalan cepat dan lemah, serta frekuensi napas

    meningkat.

    Pada penderita malaria berat, sering terjadi penurunan kesadaran, dehidrasi, manifestasi

    perdarahan, ikterik, gangguan fungsi ginjal, pembesaran hati dan limpa, serta bisa diikuti denganmunculnya gelaja neurologis.

    c. Pemeriksaan laboratorium

    1. Pemeriksaan hapusan darah untuk malaria

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    24/52

    24

    Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat

    penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negative tidak

    mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi tiga kali dan hasil negative

    maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan. Adapun pemeriksaan darah tepi dapat

    dilakukan melalui :

    a. Tetesan preparat darah tebal

    Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup

    banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya untuk studi di

    lapangan.

    b. Tetesan preparat darah tipis.

    Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit

    ditentukan.

    2. Tes Antigen

    Yaitu mendeteksi antigen dari P. falciparum (Histidine Rich Protein II). Deteksi sangat cepat

    hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat

    khusus. Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar dipasaran yaitu dengan metode ICT. Tes

    sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari plasmodium (pLDH) dengan cara

    immunochromatographic telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat

    mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat membedakan apakah infeksi P.falciparum

    atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95 % dan hasil positif salah lebih rendah dari tes deteksi

    HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid test).

    3. Tes Serologi

    Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tekhnik indirect fluorescent

    antibody test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody specific terhadap malaria atau pada

    keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic

    sebab antibody baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama

    untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai

    infeksi baru ; dan test > 1:20 dinyatakan positif . Metode-metode tes serologi antara lain

    indirect haemagglutination test, immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-

    immunoassay.

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    25/52

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    26/52

    26

    mengkombinasikan dengan obat anti malaria yang lain. Kombinasi obat ini dapat berupa

    kombinasi dosis tetap dan kombinasi tidak tetap. Kombinasi dosis tetap lebih memudahkan

    pemberian pengobatan.

    Contoh kombinasi dosis tetap

    Coartem, artemeter 20mg + lumefantrine 120mg 4 tablet 2x1 sehari selama 3 hari

    Artekin, dihidroartemisinin 40mg + piperakuin 320mg dosis dewasa diminum awal, selang

    8 jam, 24 jam, 32 jam masing-masing 2 tablet . Kombinasi tidak tetap di indonesia tersedia saat

    ini adalah artesdiaquine, artesunate + amodiakuin dengan dosis, artesunate 200mg

    (50mg/tablet) amodiakuin (200mg/tablet) 3 tablet hari pertama dan kedua, 11/2 tablet hari

    ketiga

    Pengobatan Non-ACT

    Dalam pengobatan malaria terapi antiplasmodium dan perawatan suportif sangat penting untuk

    mengurangi morbiditas dan mortalitas. Klorokuin merupakan obat anti malaria yang efektif

    terhadap P. falciparum yang sensitive terhadap klorokuin. Keuntungannya tidak menyebabkan

    hipoglikemi dan tidak mengganggu kehamilan. Namun, dengan meluasnya resistensi terhadap

    klorokuin, maka obat ini sudah jarang dipakai untuk pengobatan malaria berat. Kina

    merupakan obat anti-malaria yang sangat efektif untuk semua jenis plasmodium dan dipilih

    sebagai obat utama untuk menangani malaria berat karena masih berefek kuat terhadap

    P.falciparum yang resisten terhadap klorokuin. Meskipun kina dapat digunakan pada masa

    kehamilan, tetapi dapat menyebabkan kontraksi uterus dan memberikan kontribusi untuk

    hipoglikemia.

    - Klorokuin Difosfat/ Sulfat

    - Sulfadoksin-Pirimatamin

    -

    Kina Sulfat

    - Primakuin

    PROGNOSIS

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    27/52

    27

    Pada infeksi malaria hanya terjadi mortalitas bila mengalami malaria berat. Pada malaria berat,

    tergantung pada kecepatan penderita tiba di RS, kecepatan diagnose dan penanganan yang tepat.

    Walaupun demikian mortalitas penderita malaria berat di dunia masih cukup tinggi antara 15%-

    60% tergantung fasilitas pemberi pelayanan. Makin banyak jumlah komplikasi akan diikuti

    dengan peningkatan mortalitas, misalnya penderita dengan malaria serebral dengan hipoglikemi,

    peningkatan kreatinin, dan peningkatan bilirubin mortalitasnya lebih tinggi dari pada malaria

    serebral saja.

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    28/52

    28

    3. DENGUE HEMORAGIC FEVER

    Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue

    dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam.

    Limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi pembesaran plasma

    yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit) atau penumpukan cairan

    dirongga tubuh. Sindrom renjatanan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah

    dengue yang ditandai oleh renjatan/ syok.

    ETIOLOGI

    Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk

    dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106.

    Terdapat 4 serotype virus yaitu DEN-1. DEN-2. DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat

    menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotype ditemukan di

    Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotype

    dengue dengan flavivirus lain seperti yellow fever, Japanese encehphalitis dan west nile virus.

    EPIDEMIOLOGI

    Demam Berdarah Dengue tersebar di Asia Tenggara, pasifik barat dan karibia. Indonesia

    merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Insiden DBD di

    Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989 hingga 1995), dan pernah meningkat

    tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan

    mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.

    Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk genus Aedes (teruteama Aedes

    aegypti dan Aedes albopticus). Beberapa factor diketahui berjaitan dengan peningkatan transmisi

    biakan virus dengue yaitu:

    1. Vektor : perkembangbiakan vector, kebiasaan menggigit, kepadatan vector dilingkungan,

    transportasi vector dari satu tempat ketempat lain.

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    29/52

    29

    2. Pejamu : terdapatnya penderita dilingkungan atau keluarga, mobilisasi dan paparan

    terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin.

    3. Lingkungan : Curah Hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.

    PATOMEKANISME

    Patomekanisme terjadinya Demam Berdarah Dengue sampai saat ini masih diperdebatkan.

    Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme imunopatologis berperan

    dalam terjadinya Demam Berdarah Dengue dan sindrom renjatan dengue. Respon imun yang

    diketahui berperan dalam pathogenesis DBD adalah

    1. Respon Humoral berupa pembentukan antibody yang berperan dalam proses netralisasi

    virus, sitolisis yang dimediasi antibody. Antibody terhadap virus dengue berperan dalam

    mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut Anti

    Body Dependent Enchancement (ADE)

    2. Limfosit T baik T helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imun

    seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi

    interferon gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan TH-2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6,

    dan IL-10

    3. Monosit atau makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibody.

    Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi

    sitokin oleh makrofag.

    4. Selain itu aktivasi komplemen oleh komplek imun menyebabkan terbentuknya C3a dan

    C5a.

    Halstead pada tahun 1973 mengajukan hipotesis secondary heterologous infection yang

    menyatakan bahwa DHF terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe yangberbeda. RE-infeksi menyebabkan reaksi amnestic antibody sehingga mengakibatkan kosentrasi

    kompleks imun yang tinggi.

    Kurane dan Etnis pada tahun 1994 merangkum pendapat Halstead dan peneliti lain: menyatakan

    bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofagyang memfagositosis kompleks

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    30/52

    30

    Virus-antibody non netralisasi sehingga virus bereplikasi di makrofag. Terjadinya infeksi

    makrofag oleh virus dengue menyebabkan oleh virus dengue menyebabkan aktivasi T-Helper

    dan T-sitotoksik sehingga memproduksi Limfokin dan Interferon gamma. Interferon gamma

    akan mengaktifasi monosit sehingga di sekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF-a, IL-1,

    PAF (Platelet Activating Factor), IL-6 dan Histamin yang mengakibatkan terjadinya terjadinya

    kebocoran plasma. Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme:

    1. Supresi sumsum tulang.

    2. Dekstrusi dan pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum tulan gpada fase

    infeksi (

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    31/52

    31

    1. Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas.

    2. Manifestasi perdarahan dengan tes rumple leed (+), mu;ai dari petekie (+) sampai

    perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau feses berwarna darah-hitam

    3. Hasil pemeriksaan trombosit menurun, hematocrit meningkat

    4. Gelisah, tidak sadar (dengue shock syndrome)

    DIAGNOSIS

    Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain:

    Leukosit : dapat normal ataupun menurun. Mulai hari ke 3 dapat ditemui limfositosis

    relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) >15% dari

    jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.

    Trombosit : pada umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.

    Hematokrit : Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan

    hematocrit >20% dari hematocrit awal, umumnya dimulai pada hari ke 3 demam.

    Hemostasis : Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada

    keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.

    Protein/albumin : dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.

    SGOPT/SGPT dapat meningkat.

    Ureum, kreatinin : bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.

    Elektrolit : sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.

    Golongan darah dan cross macth (uji cocok serasi) : bila akan diberikan transfuse darah

    atau komponen darah.

    Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue

    IgM : terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke 3, menghilang setelah

    60-90 hari.

    IgG : pada infeksi primer IgG mulai terdeteksi pada hari ke 14, pada infeksi sekunder

    IgG mulai terdeteksi pada hari ke 2.

    Pemeriksaan Radiologis

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    32/52

    32

    Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi apabila terjadi

    perembesan plasma hebat efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto

    rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral deubitis kanan (pasien tidur pada posisi badan

    sebelah kanan). Asitetes dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG

    Demam Berdarah Dengue (DBD). Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan

    bila semua hal dibawah ini dipenuhi :

    Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik.

    Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:

    a. Uji bendung positif

    b. Petekie, ekimosis, atau purpura.

    c.

    Perdarahahn mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi), atau perdarahan dari

    tempat lain.

    d. Hematemesis atau melena.

    Trombositopenia (jumlah trombosit 20% disbanding standard sesuai dengan umur dan jenis kelamin.

    Penurunan hematocrit >20% setelah mendapat terapi cairan, disbanding dengan nilai

    hematocrit sebelumnya.

    Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites, atau hipoproteinemia.

    Dari keterangan diatas terdapat perbedaan antara Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan

    Demam Dengue (DD) adalah ditemukannya kebocoran plasma pada DBD.

    PENATALAKSANAAN

    Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama adalah terapi suportif.

    Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat diturunkan hingga kurang dari 1%.Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan paling penting dalam penanganan

    kasus DBD. Asupan cairan pasien harus tetap dijaga, terutama cairan oral. Jika cairan oral pasien

    tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen cairan melalui intravena untuk

    mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi secara bermakna.

    1. Tirah baring.

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    33/52

    33

    2. Pemberian cairan.

    Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air

    dengan gula/sirup, atau air tawar ditambah dengan garam saja).

    3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis.

    Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres kepala, ketiak atau inguinal. Antipiretik sebaiknya dari

    golongan asetaminofen, eukinin atau dipiron. Hindari pemakaian asetosal karena bahaya perdarahan.

    4. Antibiotik diberikan bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder.

    PROGNOSIS

    Prognosis demam dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya antibodi yang didapat secara

    pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DBD, kematian telah terjadi pada 40-50% pasien dengan

    syok, tetapi dengan penanganan intensif yang adekuat kematian dapat ditekan

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    34/52

    34

    4.CHIKUNGUNYA (Fania Liahsani 2013730142)

    Definisi

    Chikungunya adalah penyakit mirip demam dengue yang disebabkan oleh virus

    chikungunya dan di tularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes africanus. Chikungunya

    dalam bahasa Swahili berarti kejang urat. Istilah lain penyakit ini adalah dengue, dyenga, abu

    rokap, dan demam tiga hari. Penyakit ini ditandai dengan demam, myalgia atau arthralgia, ruam

    kulit leukopenia, limfadenopati. Karena vector nyamuk, chikungunya tergolong arthropod-borne

    disease, yaitu penyakit yang disebarkan oleh artropoda.1

    Epidemiologi

    Chikungunya tersebar di daerah tropis dan subtropis yang berpenduduk padat seperti

    Afrika, India, dan asia tenggara. Lokasi penyebaran penyakit ini tidak berbeda jauh dengan DBD

    karena vector utamanya sama yaitu nyamuk aedes aegypti. Di daerah endemis DBD sangat

    mungkin juga terjadi endemis chikungunya.

    Angka insidensi di Indonesia sangat terbatas. Pertama kali, dilaporkan terjadi demam

    chikungunya di samarinda tahun 1973. Pada laporan selanjutnya terjadi di kuala tungkal jambi

    tahun 1980, dan martapura, Ternate, serta Yogyakarta tahun 1983. Selama hamper 20 tahun

    (1983-2000) belum ada laporan berjangkitnya penyakit ini, sampai adanya laporan KLB demam

    chikunyadi Muara Enim, Sumatera Selatan, dan Aceh, dilanjutkan di Bogor, Bekasi, Purworejo,

    dan Klaten pada tahun 2002. Pada tahun 2004, dilaporkan KLB yang menyerang sekitar 120

    orang di semarang.

    Etiologi

    Virus chikungunya adalah virus yang termasuk dalam genus virus alfa dari family

    Togaviridae. Virus ini berbentuk sferis dengan ukuran diameter sekitar 42 nm. Virus ini bersama

    dengan virus Onyong-nyong dari genus virus alfa dan virus penebab penakit DemamNil

    Baratdari genus virus flavi yang menyebabkan gejala mirip dengue.

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    35/52

    35

    Sebelum menyerang manusia, 200-300 tahun yang lalu virus ini telah menyerang primate

    di hutan dan padang savanna di Afrika. Hewan primata yang sering terjangkit adalah baboon

    (Papio sp) dan Cercopithecus sp. Meskipun belum ada penjelasan tentang perubahan siklus

    serangan dari hewan primata namuk hewan primate menjadi manusia namuk

    manusia, karenga tidak semua virus hewan dapat mengalami perubahan tersebut, ekmungkinan

    hal ini terjadi karena mutasi genetik pada virus.

    Penularan

    Seperti DBD, chikungunya endemik di daerah yang banyak ditemukan kasus DBD.

    Kasus DBD pada wanita dan anak lebih tinggi dengan alasan mereka lebih banyak berada di

    rumah pada siang hari saat nyamuk mengigit. KLB chikungunya bersifat mendadak dengan

    jumlah penderita relative banyak. Selain manusia, virus chikungunya juga dapat menyerang

    tikus, kelinci, monyet, baboon, dan simpanse.

    Gejala dan tanda

    Masa inkubasi chikungunya adalah 1-6 hari. Gejala penyakit diawali dengan demam

    mendadak, kemudian diikuti munculnya ruam kulit dan limfadenopati, arthralgia, myalgia, atau

    artritis yang merupakan tanda dan gejala khas chikungunya. Penderita dapat mengeluhkan nyeri

    atau ngilu bila berjalan kaki karena serangan pada sendi-sendi kaki. Dibandingkan dengan DBD,

    gejala penyakit ini muncul lebih dini. Perdarahan jarang terjadi. Diagnosis ditegakkan

    berdasarkan gambaran klinis dan laboratorium, yaitu adanya antibody IgM dan IgG dalam darah.

    Pengobatan

    Pengobatan yang diberikan meliputi :

    1.

    Pengobatan suportif

    2. Analgesik

    3. Infus bila perlu.

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    36/52

    36

    Untuk kejang demam dapat diterapi dengan fenobarbital yang diberikan secara intravena

    atau oral dan diteruskan sampai temperatur normal. Kejang yang berulang atau hebat mungkin

    menunjukan respons terhadap diazepam intravena. Penggantian cairan dan elektrolit diperlukan

    bila ada deficit yang disebabkan oleh keringat, puasa, haus, muntah atau diare.3

    Pencegahan

    Upaya pencegahan chikungunya hampir sama dengan pencegahan untuk penyakit DBD.

    Penting bagi masyarakat untuk melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk secara rutin,

    menggunakan obat antinyamuk pada jam-jam saat nyamuk banyak menggigit, dan mengoleskan

    lotion anti nyamuk pada anak sekolah.

    Prognosis

    Infeksi Virus Chikungunya biasanya tidak fatal dan jarang menyebabkan kematian.

    Jarang dilaporkan secara eksklusif mengenai kejadian kematian, invasi ke susunan saraf pusat

    dan kasus-kasus perdarahan berat pada demam chikungunya. Pada beberapa penelitian, kasus-

    kasus yang pernah didokumentasikan secara virologik menunjukkan tidak adanya isolat virus

    chikungunya atau bukti serologic dari orang dengan gambaran perdarahan hebat atau pada

    individu yang meninggal selama penyakit demam akut. Sebagai tambahan, perdarahan,

    keterlibatan saraf dan miokardiumpernah dukaporkan selama infeksi chikungunya pada dewasa.

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    37/52

    37

    5.TETANUS

    Definisi

    Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan

    spasme yang disebabkan oleh tetanospasmin,suatu toksin protein yang kuat yang dihasilkan oleh

    Clostridium tetani terdapatnya beberapa bentuk klinis tetanus termasuk didalamnya tetanus

    neonatorum, tetanus generalisatadan gangguan neurologis local

    . Epidemiologi

    Tetanus terjadi secara sporadic dan hampir selalu menimpa individu non imun, individe

    dengan imunitas parsial dan individu dengan imunitas penuh yang kemudia gagal

    mempertahankan imunitas secara adekuat dengan vaksinasi ulangan. Walaupun tetanus dapat

    dicegah dengan imunisasi, tetanus masih merupakan penyakit yang membebani diseluruh dunia

    terutama di negera beriklim tropis dan Negara-negara sedang berkembang sering terjadi di brazil,

    filiphina, Vietnam, Indonesia dan dengan Negara lain di benua asia. Penyakit ini umumnya

    terjadi di daerah dengan iklim hangat, selama musim panas dan pada penduduk pria.

    Etiologi

    Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani, yang merupakan bakteri gram

    positif berbentuk batang dengan spora pada sisi ujungnya sehingga mirip pemukul genderang

    (drum stick). Bakteri tetanus bersifat obligat anaerob, yaitu berbentuk vegetatif pada lingkungan

    tanpa oksigen dan rentan terhadap panas serta disinfektan. Pada bentuk vegetatif, bakteri dapat

    bergerak aktif dengan flagela serta menghasilkan eksotoksin. Pada lingkungan yang tidak

    kondusif bakteri akan membentuk spora yang tahan terhadap panas termasuk perebusan (tetapi

    hancur pada pemanasan dengan otoklaf), kekeringan, dan berbagai disinfektan. Spora dapat

    bertahan hidup bertahun-tahun dan berada dimana saja seperti tanah, debu, serbuk antiseptik,

    bahkan pada peralatan operasi. Bakteri hidup dalam habitat utamanya yaitu tanah yang

    mengandung kotoran ternak, kuda, dan hewan lainnya, sehingga daerah peternakan atau

    pertanian beresiko tinggi terhadap penyebaran penyakit ini.

    Patogenesis

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    38/52

    38

    Spora yang masuk ke dalam tubuh dan berada dalam lingkungan anaerobik, berubah

    menjadi bentuk vegetatif dan berbiak cepat sambil menghasilkan toksin. Dalam jaringan yang

    anaerobik ini terdapat penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan

    oksigen jaringan akibat adanya nanah, nekrosis jaringan, atau akibat adanya benda asing, seperti

    bambu, pecahan kaca, dan sebagainya. Hipotesis bawa toksin pada awalnya merambat dari

    tempat luka lewat motor endplate dan aksis silinder saraf tepi ke kornu anterior sumsum

    belakang dan menyebar keseluruh susunan saraf pusat, lebih banyak dianut daripada lewat

    pembuluh limfe dan darah. Pengangkutan toksin ini melewati saraf motorik, terutama serabut

    motor. Reseptor khusus pada ganglion menyebabkan fragmen Ctoksin tetanus menempel erat

    dan kemudian melalui proses pelekatan dan internalisasi, toksin diangkut ke arah sel secara

    ekstra aksional dan menimbulkan perubahan potensial membran dan gangguan enzim yang

    menyebabkan kolin-esterase tidak aktif, sehingga kadar asetilkolin menjadi sangat tinggi pada

    sinaps yang terkena. Toksin menyebabkan blokade pada simpul yang menyalurkan impuls pada

    tonus otot, sehingga tonus otot meningkat dan menimbulkan kekakuan. Bila tonus makin

    meningkan akan timbul kejang, terutama pada otot yang besar.

    Penularan

    Tetanus masuk ke dalam tubuh manusia biasanya melalui luka yang dalam dengan

    suasanan anaerob (tanpa oksigen), sebagai akibat dari:

    1. kecelakaan

    2. luka tusuk

    3. luka operasi

    4. karies gigi

    5. radang telinga tengah

    6. pemotongan tali pusat

    Pada lingkungan yang kurang oksigen, spora akan berubah menjadi bentuk vegetatif dan

    mengeluarkan eksotoksin. Menurut survei diempat rumah sakit pemerintah diempat kota besar di

    Indonesia seperti tersebut diatas (kecuali Makassar), pintu masuk bakteri diduga sebagian besar

    melalui radang telinga tengah (39%), luka (38%), dan karies gigi (10%). Adakalanya pintu

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    39/52

    39

    masuk kuman port dentree tidak dapat ditemukan. Hal ini diperkirakan karena spora sudah

    memasuki tubuh dan bertahan berbulan-bulan sebelum berubah menjadi bentuk yang

    menginfeksi. Masa inkubasinya antara 5-14 hati (rata-rata 6 hari). Semakin cepat masa inkubasi,

    semakin parah gejala yang timbul.

    Gejala dan tanda

    tetanus biasanya terjadi setelah trauma, kontaminasi luka dengan tanah, kotoran binatang atau

    logam berkarat dapat menyebabkan tetanus. Tetanus dapat terjadi sebagai komplikasi dari luka

    bakar, ulkus gangrene, luka gigitan ular yang mengalami nekrosis, infeksi telinga tengah, aborsi

    septik, persalinan, injeksi intramuscular dan pembedahan. Trauma yang menyebabkan tetanus

    dapat hanyalah ringan.

    Tetanus generalisata, merupakan bentuk yang paling umum dari tetanus yang ditandai dengan

    meningkatnya tonus otot daan spasme generalisata. Masa inkubasi bervariasi, tergantung pada

    lokasi luka dan lebih singkat pada tetanus berat

    Terdapat trias klinis berupa rigiditas, spasme otot dan apabila nyeri disfungsi otonomik. Kaku

    kuduk, nyeri tenggorokkan, dan kesulitan untuk membuka mulut, sering merupakan gejala awal

    tetanus.

    Tetanus Lokal, merupakan bentuk yang jarang dimana manifestasi klinisnya terbatas hanya

    pada otot-otot di sekitar luka. Kelemahan otot dapat terjadi akibat peran toksin pada tempat

    hubungan neoromuskular. Gejala gejala nya bersifat ringan dan dapat bertahan sampai

    berbulan-bulan. Progresi ke tetanus generalisata dapat terjadi. Namun demikian secara umum

    prognosisnya baik.

    Diagnosis

    Diagnosis tetanus mutlak didasarkan pada gejala klinis. Tetanus tidaklah mungkin apabila

    terdapat riwayat serial vaksinasi yang telah diberikan secara lengkap dan vaksin ulangan yang

    sesuai telah diberikan. Secret luka hendaknya dikultur pada kasus yang di curigao tetanus.

    Leukosit mungkin meningkat. Pemeriksaan cairan serebrospinal menunjukkan hasil yang normal

    Terapi

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    40/52

    40

    Strategi terapi melibatkan tiga prinsip penatalaksanaan : organisme yang terdapat dalam tubuh

    hendaknya dihancurkan untuk mencegah pelepasan toksi lebih lanjut

    Pengobatan

    Setiap penderita tetanus harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan

    dengan fasilitas tertentu. Setelah menemukan kasus ini, petugas lapangan perlu segera merujuk

    penderita kerumah sakit terdekat. Kecepatan merujuk sangat berpengaruh pada angka kematian

    kasus. Pengobatan di rumah sakit umumnya meliputi :

    1. Pemberian antibiotik untuk membunuh bakteri, biasanya dengan penisilin atau tetrasiklin.

    2. Pemberian antikejang

    3. Perawatan luka atau penyakit penyebab infeksi

    4. Pemberian antitetanus serum (ATS).

    Pencegahan

    -

    Imunisasi aktif.

    Imunisasi dengan tetanus toksoid yang diabsorpsi merupakan tindakan pencegahan yang

    paling efektif dalam praktek

    - Penatalaksanaan luka

    Pentalaksanaan yang luka baik membutuhkan pertimbangan akan perlunya 1) imunisasi

    pasif 2) imunisasi aktif dengan vaksin

    Prognosis

    Penerapan metode untuk monitoring dan oksigenasi suportif telah secara nyata memperbaiki

    prognosis tetanus.

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    41/52

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    42/52

    42

    Dikenal ada tiga siklus penularan yaitu tipe demam kuning hutan (jungle yellow fever),

    tipe demam kuning urban ( urban yellow fever) dan sylvatic yellow fever. Tipe silvatik hanya

    ditemukan dipadang savanna afrika.

    Lamanya siklus intrinsic pada nyamuk adalah 4 hari pada suhu 37 derajat celcius, dan 18

    hari pada suhu 18 derajat celcius. Nyamuk tetap infektif selama kira-kira 2-4 bulan. Telah

    diperlihatkan kemungkinan adalanya penularan transovarial.

    Patomekanisme

    Virus memasuki sel secara endositosis melalui reseptor yang sesuai. Sintesis RNA virus

    terjadi di sito plasma, sedangkan protein virus di reticulum endoplasma. Virion menjadi matang

    di reticulum endoplasma dan dengan proses fusi eksositosis dikeluarkan melewati sel mambran.

    Pada saat awal proses ini terjadi di sel retikuloendotelial di limfonodi, sumsum tulang, limpa dan

    sel kupffer, selanjutnya terjadi viremia dan menyebar ke seluruh organ.

    Sel hati mengalami degenerasi, ditemukan daerah nekrosis sentral, badan councilman dan

    perlemakan. Kerusakan pada hati ini secara klinis ditandai dengan timbulnya icterus. Ginjal

    membesar dan bengkak. Glomerulus ginjal menunjukkan adanya proliferasi mesangial dan

    edema endotel kapiler. Degenerasi dan nekrosis sel miokardium serta gangguan konduksi dapat

    ditemui dan antigen virus dapat dideteksi dari sel miokardium.

    Respons seluler dan humoral dapat terjadi dan bertanggung jawab untuk megeliminasi

    virus dari tubuh. Viremia menghilang setelah 5 hari. Oragn lain dapat terkena seperti kelenjar

    adrenal, sel otak dan pada epidermis di sudan dan Ethiopia. Pada kasus berat dapat terjadi di

    saluran cerna, paru, limpa, hati, dan ginjal. Kematian terjadi sebagai akibat dari kerusakan hati

    dan atau ginjal. Pada pasien yang sembuh jaringan yang hilang langsung menglami regenerasi

    dan terjadi hipertrofi pada sel yang bertahan hidup

    Gambaran Klinis

    Yellow fever klasik merupakan penyakit bifasik, ada 3 stadium yaitu : infeksi, remisi dan

    intoksikasi. Gambaran klinisnya berupa infeksi sublkinis, infeksi mirip influenza atau pada 15-

    25% kasus dapat terjadi fulminant dan menyebabkan kematian dalam beberapa hari.

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    43/52

    43

    Setelah masa inkubasi selama 3-6 hari timbul demam secara mendadak dan menggigil

    diikuti dengan sakit kepala, sakit punggung, myalgia, nausea dan muntah. Bisa juga dijumpai

    muka dan konjungtiva merah, tanda faget dan bradikardia relative.

    Setalah 3-4 hari, gejala dan demam menghilang selama beberapa jam sampai satu atau 2

    hari dan hanya berulang pada pasien yang berkembang menjadi intoksiskasi fulminant.

    Tipe demam adalah bifasik (dromedaris). Fase demam pertama berhubungan dengan fase

    akit penyakit dan disertai bradikardi relative. Selanjutnya demam menurun yang berhubungan

    dengan fase remisi serta meningkat lagi dan penyakit memberat pada fase intoksikasi.

    Penyakit berkemban menjadi demam berdarah multisystem berkembnag menjadi demam

    kuning), (sesuai nama penyakit ini), disfungsi renal dan manifestasi perdarahan yang dapat

    menyebabkan hipetensi bahkan terjadi renjatan yang fatal. Perdarahan mukosa, perdarahan pada

    luka bekas jarum suntik, perdarahan gastronintestinal dapat hebat sebagai akibat sintesis faktor

    pembekuan oleh sel hati menurun. Ada gejala ensefalofati terjadi akibat adanya edema serebri

    yang berhubungan dengan demam gagal fungsi hati dan ginjal. Infeksi sekunder karena bakteri

    seperti bakteriemi dan pneumonia sering terjadi dan menyebabkan kematian. Angka kematian

    sekitar 5-10%, sedangkan pada pasien yang mengalami intoksikasi angka kematian lebih tinggi

    yaitu mencapai 20-50%.

    Diagnostik laboratorium

    Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukopeni, trombositopeni, mungkin ditemukan

    kenaikan hematorkrit, waktu protrombin yang memanjang, bila terjadi KID ditemukan kelainan

    pada fibrinogen dan produk degradasi7 fibrinogen. Enzim transaminase, fosfatase alkali, gamma-

    glutamyl transferase, bilirubin direk dan indirek, BUN dan kreatinin meningkat kadarnya.

    Kenaikan yang bermakna dari transaminase dan bilirubin pada stadium awl penyakit merupakan

    petanda akan buruknya penyakit. Pada kasus dengan ensefalopati dan edema otak, didapatkanpeningkatan protein tanpa pleositpsis pada cairan serebrospinal.

    Pemeriksaan dengan capture enzyme immunoassay dapat memeriksa titer IgM spesifik.

    IgM spesifik. IgM mulai terdeteksi pada hari 7-10 infeksi. Pada epidemic diagnosis definitive

    deteksi antigen vius dan reaksi polymerase beranda (PCR) pada serum akut sangat membantu.

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    44/52

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    45/52

    45

    Aulia Ariesta Kusuma Putri 2013730127

    6.Terjadinya sakit kepala dan mual pada skenario

    Sakit Kepala

    Sakit kepala disebabkan oleh sekresi mediator inflamasi seperti TNF ang berlebih akibat dari

    pengaktifan makrofag oleh pirogen eksogen, selanjutnya akan membentuk prostaglandin ,

    mempengaruhi pusat simpatis pada hipotalamus posterior, vasokontriksi pembuluh darah pada

    lapisan otak yang mengakibatkan sakit kepala.

    Mual

    Salmonella typhi masuk ke lambung dan berkembang biak di hati dan limpa. Perangsangan mual

    dapat diakibatkan dari adanya obstruksi saluran empedu sehingga mengakibatkan alur balik

    cairan empedu ke hepar (bilirubin, garam empedu dan kolesterol) menyebabkan terjadinya

    proses peradangan disekitar hepar yang mengeluarkan enzim-enzim SGOT dan SGPT,

    menyebabkan peningkatan SGOT dan SGPT yang bersifat iritatif di saluran cerna sehingga

    merangsang nervus vagus dan menekan rangsangan sistem saraf parasimpatis sehingga terjadi

    penurunan peristaltik sistem pencernaan di usus dan lambung, menyebabkan makanan tertahan di

    lambung dan peningkatan rasa mual yang mengaktifkan pusat mual di medula oblongata dan

    pengaktifan saraf kranialis ke wajah, kerongkongan serta neuron-neuron motorik spinalis ke otot-

    otot abdomen dan diafragma sehingga menyebabkan mual. Apabila saraf simpatis teraktifasi

    akan menyebabkan akumulasi gas usus di sistem pencernaan yang menyebabkan rasa penuh

    dengan gas maka terjadilah kembung.

    Referensi:

    Sudoyo, Aru W. 2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2&3. Jakarta: EGC.

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    46/52

    46

    Nadira Juanti Pratiwi 2013730160

    7. Terjadinya demam yang timbul terutama pada malam hari

    Pada orang normal, irama sirkadian (siklus biologis 24 jam) sangat mempengaruhi laju

    metabolisme tubuh, sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh pada pagi hari.

    Pada skenario, demam terjadi di malam hari karena pada waktu tersebut metabolisme tubuh telah

    menurun, sehingga suhu tubuh ikut menurun. Akibatnya, tubuh melakukan kompensasi terhadap

    adanya bakteri tersebut dengan menaikkan suhu tubuh sehingga timbul demam pada malam hari.

    Referensi :

    Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta : Interna

    Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    47/52

    47

    Putri Noviarin Irhamna 2013730166

    8. Terdapatnya lidah kotor pada penderita di skenario

    Kuman Salmonella typhi biasanya masuk melalui makanan yang tercemar. Sebagiankuman dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lolos ke usus dan

    selanjutnya berkembang biak. Ketika IgA dalam tubuh kurang baik, kuman dapat menembus

    sel-sel epitel dan selanjutnya akan menuju ke lamina propia. Di lamina propia kuman

    berkembang biak dan di fagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag dan selanjutnya di

    bawa ke plague peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika.

    Kemudian masuk ke dalam sirkulasi darah, kemudian menyebar ke seluruh organ

    retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limfa. di organ ini kuman meninggalkan sel fagosit

    dan kemudian berkembang biak di ruang sinusoid lalu masuk ke sirkulasi darah lagi

    mengakibatkan bakteremia kedua kalinya dengan tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik

    seperti Lidah Kotor.

    Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor di ujung, tengah, dan tepi kemerahan,

    jarang disertai tremor. Lidah kotor terjadi karena anoreksia dan terjadinya gangguan fungsi

    papila tengah para lidah yang andil dalam pengecapan rasa pahit sehinggga fungsi papila lebih

    dominan terhadap intake cairan dan makanan ke tubuh yang menyebabkan lidah terasa pahit dan

    akhirnya lidah menjadi kotor.

    Referensi :

    Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III edisi IV.

    Penerbit FK-UI. Jakarta. 2006.

    Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III jilid I. Penerbit Media

    Aesculapius. FK-UI. 2001.

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    48/52

    48

    Anggun Fatmasari Yekti 2013730124

    9. Leukopenia dan trombositopenia dari pemeriksaan laboratorium pada skenario

    Trombosit diproduksi di sumsum tulang dengan cara fragmentasi sitoplasma

    megakariosit. Produksi trombosit diatur oleh hormon trombopoetin yang diproduksi oleh hepar

    dan ginjal. Trombositopenia adalah suatu keadaan jumlah trombosit darah perifer kurang dari

    normal yang disebabkan oleh menurunnya produksi, distribusi abnormal, dan destruksi trombosit

    yang meningkat atau artifactual. Pada orang normal jumlah trombosit di dalam sirkulasi berkisar

    antara 150.000-450.000/l, rata-rata berumur 7-10 hari. Kira-kira 1/3 dari jumlah trombosit di

    dalam sirkulasi darah mengalami penghancuran di dalam limpa oleh karena itu untuk

    mempertahankan jumlah trombosit supaya tetap normal diproduksi 150.000-450.000 sel

    trombosit per hari.Trombositopenia adalah suatu keadaan jumlah trombosit dalam sirkulasi darah

    dibawah batas normal. Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit kurang dari

    100.000/mm3. Jumlah trombosit yang rendah ini terjadi akibat berkurangnya produksi atau

    meningkatnya penghancuran trombosit. Umumnya tidak ada manifestasi klinis hingga jumlahnya

    kurang dari 100.000/mm3.

    Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi

    untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan

    tubuh

    Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah sel darah putih lebih rendah dari normal. Jumlah

    leukosit yang lebih rendah dari 5000/mm3 atau jumlah granulosit lebih rendah dari 2000/mm3

    merupakan keadaan abnormal dan merupakan tanda kelainan sumsum tulang

    Kondisi klinis yang dikenal dengan leukopenia terjadi bila sunsun tulang memproduksi sangat

    sedikit sel darah putih, sehingga tubuh tidak terlindung terhadap banyak bakteri dan agen lain

    yang mungkin masuk menginvasi jaringan.

    Bakteri masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi kuman.

    Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    49/52

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    50/52

    50

    ELFA RIZKY S 2013730140

    NIA FITRIYANI 2013730161

    10.Working Diagnosis & Differential Diagnosis

    Gejala Demam tifoid Malaria DBD

    Demam timbul sejak 5 hari

    ang lalu

    + + +

    Demam hilang setelah minum

    obat penurun demam

    + + -

    Demam terutama kembali pada

    malam hari

    + - +

    Sakit kepala mulai sulit BAB + + +

    Temperatur 3 denut nadi

    normal frekuensi nafas normal

    + + -

    Tampak lidah kotor + - +

    Leukopeni dan trombositopeni + - -

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    51/52

    51

    KESIMPULAN

    Pada modul 1 mengenai demam pada penyakit tropis di skenario 2 ini kami

    menyimpulkan bahwa working diagnosis dari kasus tersebut adalah demam tifoid dengan gejala

    klinis sesuai dengan skenario tersebut berupa demam timbul sejak 5 hari ang lalu demam

    hilang setelah minum obat penurun demam demam terutama kembali pada malam hari dakit

    kepala mulai sulit BAB temperatur 3 denut nadi normal frekuensi nafas normal tampak

    lidah kotor leukopeni dan trombositopeni. Dan untuk differential diagnosis dari demam tifoid

    adalah malaria dan demam berdarah.

  • 8/10/2019 penyakit infeksi dengan gejala demam

    52/52

    DAFTAR PUSTAKA

    Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.

    Setiyohadi, Bambang. 2014.Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi VI. Jakarta : Interna Publishing.

    Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.

    Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta : Interna

    Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.

    Suharti C. Dasar-Dasar Hemostasis. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Ed. Buku

    Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 4. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Jakarta;

    2006:749-754

    Suherman, Surharti K. 2007. Farmakologi dan Terapi.Ed.5.Jakarta : Depertemen faarmakologi

    dan terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    Baldy, 2006.

    Sumarmo S, dkk. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi Kedua. 2012. Jakarta : Badan

    Penertit IDAI.

    Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan

    Pemberatasannya. Jakarta : Erlangga.