Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks) Ipa Terpadu Dengan Model Project Based Learning (Pbl) Pada...

10
Pengembangan Lembar Kerja.... (Purwani Febriyanti) 1 PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) IPA TERPADU DENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PBL) PADA TEMA “PENGELOLAAN SAMPAH” UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF PADA SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 1) Purwani Febriyanti 2) Dr. Yosaphat Sumardi 3) Purwanti Widhy. H, M.Pd FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini ada dua yakni, untuk mengetahui kelayakan LKS IPA dengan model Project Based Learning yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif; dan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas VII setelah menggunakan LKS IPA dengan model Project Based Learning pada tema “Pengelolaan Sampah” dalam pembelajaran. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model 4D menurut Thiagarajan, et al. Model 4D meliputi tahap Define (pendefinisian), Design (perancangan), Develop (pengembangan), dan Disseminate (penyebaran). Penelitian ini dirancang sampai pada tahap Develop (pengembangan). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi angket validasi LKS, soal penguasaan keterampilan berpikir kreatif dalam LKS, dan soal pretest maupun posttest keterampilan berpikir kreatif. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif hasil validasi, persentase penguasaan keterampilan berpikir kreatif, dan gain score. Hasil penelitian ini adalah LKS IPA Terpadu dengan tema “Pengelolaan Sampah” yang dapat dikaji dari aspek Biologi,Kimia dan Fisika. LKS ini menerapkan model Project Based Learning yang menekankan keterampilan berpikir kreatif siswa. LKS IPA dengan model Project Based Learning pada tema “Pengelolaan Sampah” layak digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Berdasarkan penilaian ahli secara keseluruhan meliputi komponen kelayakan isi, komponen penyajian, komponen bahasa dan gambar, serta komponen kegrafisan masing-masing komponen memperoleh nilai A dengan kategori sangat baik. LKS ini dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa yang dibuktikan dengan perolehan gain score sebesar 0,72 dengan kategori peningkatan tinggi. Kata kunci: LKS IPA Terpadu, Project Based Learning, peningkatan keterampilan berpikir kreatif ABSTRACT This research had two objectives, it was to determine feasibility of science worksheet with the project based learning model to increase creative thinking skils; and it was to determine the achievement of 7 th grade student’s creative thinking skills after using the science worksheet with the project based learning model on the theme “waste management” in class. The research model in this study is the 4D models by Thiagarajan, et al. It consist of defining, designing, developing, and disseminating phases. This study was designed to develop phases. Instrument of this research include questionnaire of worksheets validation, the mastery test of creative thinking skills, and pretest and posttest about creative thinking skills. The technique of data analysis was the descriptive analysis, percentage of creative thinking skills, and gain scores. The result of the study was an integrated science worksheet on the theme “waste management” that can be studied from the biology and chemistry point of view. This worksheet implemented project based learning model to increase the creative thinking skill. Based on the validators’ assessments of components, the worksheet was very good. They gave A score for all components, that are content, presentation, language and image, and graphical component. This worksheet can increase student’s creative thinking skills with the high gain score that is 0,72 which is based on the test data.

description

Pendidikan

Transcript of Pengembangan Lembar Kerja Siswa (Lks) Ipa Terpadu Dengan Model Project Based Learning (Pbl) Pada...

  • Pengembangan Lembar Kerja.... (Purwani Febriyanti)

    1

    PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) IPA TERPADU DENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PBL) PADA TEMA PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF PADA SISWA KELAS VII

    SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

    1)Purwani Febriyanti 2)Dr. Yosaphat Sumardi 3)Purwanti Widhy. H, M.PdFMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

    [email protected]

    ABSTRAKTujuan penelitian ini ada dua yakni, untuk mengetahui kelayakan LKS IPA dengan model Project

    Based Learning yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif; dan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas VII setelah menggunakan LKS IPA dengan model Project Based Learning pada tema Pengelolaan Sampah dalam pembelajaran. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model 4D menurut Thiagarajan, et al. Model 4D meliputi tahap Define (pendefinisian), Design (perancangan), Develop (pengembangan), dan Disseminate (penyebaran). Penelitian ini dirancang sampai pada tahap Develop (pengembangan). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi angket validasi LKS, soal penguasaan keterampilan berpikir kreatif dalam LKS, dan soal pretest maupun posttest keterampilan berpikir kreatif. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif hasil validasi, persentase penguasaan keterampilan berpikir kreatif, dan gain score. Hasil penelitian ini adalah LKS IPA Terpadu dengan tema Pengelolaan Sampah yang dapat dikaji dari aspek Biologi,Kimia dan Fisika. LKS ini menerapkan model Project Based Learning yang menekankan keterampilan berpikir kreatif siswa. LKS IPA dengan model Project Based Learning pada tema Pengelolaan Sampah layak digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Berdasarkan penilaian ahli secara keseluruhan meliputi komponen kelayakan isi, komponen penyajian, komponen bahasa dan gambar, serta komponen kegrafisan masing-masing komponen memperoleh nilai A dengan kategori sangat baik. LKS ini dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa yang dibuktikan dengan perolehan gain score sebesar 0,72 dengan kategori peningkatan tinggi.

    Kata kunci: LKS IPA Terpadu, Project Based Learning, peningkatan keterampilan berpikir kreatif

    ABSTRACT

    This research had two objectives, it was to determine feasibility of science worksheet with the project based learning model to increase creative thinking skils; and it was to determine the achievement of 7th grade students creative thinking skills after using the science worksheet with the project based learning model on the theme waste management in class. The research model in this study is the 4D models by Thiagarajan, et al. It consist of defining, designing, developing, and disseminating phases. This study was designed to develop phases. Instrument of this research include questionnaire of worksheets validation, the mastery test of creative thinking skills, and pretest and posttest about creative thinking skills. The technique of data analysis was the descriptive analysis, percentage of creative thinking skills, and gain scores. The result of the study was an integrated science worksheet on the theme waste management that can be studied from the biology and chemistry point of view. This worksheet implemented project based learning model to increase the creative thinking skill. Based on the validators assessments of components, the worksheet was very good. They gave A score for all components, that are content, presentation, language and image, and graphical component. This worksheet can increase students creative thinking skills with the high gain score that is 0,72 which is based on the test data.

  • Pengembangan Lembar Kerja.... (Purwani Febriyanti)

    2

    Keyword: Integrated Science Worksheet, Project Based learning, achievement of creative thinking skills

    PENDAHULUAN

    Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi

    wahana bagi siswa untuk dapat mempelajari dan

    memahami diri sendiri dan alam sekitar, serta

    prospek pengembangan lebih lanjut dalam

    menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

    Proses pembelajaran IPA menekankan pada

    pemberian pengalaman langsung untuk

    mengembangkan kompetensi agar dapat menjelajah

    dan memahami alam sekitar secara ilmiah

    (Depdiknas,2007 :4).

    Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi

    salah satu ilmu terintegrasi yang memberikan

    pengalaman kepada peserta didik untuk menghadapi

    kehidupannya di masa mendatang dan turut serta

    dalam mengatasi permasalahan global. Seperti yang

    diungkap dalam International Science Fair 2013

    dalam web resminya, Ilmu Pengetahuan Alam

    (IPA) menjadi subjek ilmu yang mampu

    mengeksplorasi bakat dan kecakapan ilmiah siswa

    melalui curiosity yang dibangun sehingga mereka

    memiliki peran dalam memecahkan permasalahan

    global. Akan tetapi pembelajaran IPA pada

    praktiknya masih menekankan aspek kognitif saja

    tanpa disertai penerapan konsep IPA yang baik,

    sehingga pembelajaran IPA belum memiliki

    kontribusi yang nyata terhadap isu-isu global.

    Kurikulum Pendidikan IPA saat ini, tengah

    berada dalam masa transisi dari Kurikulum Tingkat

    Satuan Pendidikan (KTSP) menuju persiapan

    Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 berada pada

    tahap uji coba pada sekolah-sekolah yang ditunjuk

    oleh pemerintah. Masa transisi menjadi momentum

    yang sangat penting bagi tenaga pendidik untuk

    menyesuaikan diri dan melakukan persiapan

    menghadapi kurikulum baru. Salah satu hal yang

    dilakukan ialah memaksimalkan kurikulum yang

    sedang berlaku agar pelaksanaan kurikulum

    selanjutnya dapat mencapai hasil yang diharapkan.

    Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan

    Pendidikan (KTSP) pembelajaran IPA untuk SMP

    adalah IPA Terpadu. Guru IPA SMP dituntut untuk

    mengajarkan IPA secara terpadu, tidak terpisah-

    pisah antara Biologi, Fisika, dan Kimia.

    Keterpaduan di sini yang dimaksud adalah dalam

    satu kesatuan utuh. Salah satu langkah yang dapat

    digunakan untuk memadukan IPA adalah dengan

    mengemas pembelajaran secara tematik. Sebuah

    tema ditentukan, kemudian dianalisis keterkaitan

    antara aspek Biologi, Fisika dan Kimia.

    Keterpaduan tidaklah harus ketiga bagian tersebut,

    dua bagian diantaranya sudah merupakan

    keterpaduan (E. Mulyasa, 2007: 53).

    Melalui pembelajaran IPA terpadu, siswa

    dapat memperoleh pengalaman secara langsung,

    sehingga siswa lebih mudah dalam menerima,

    menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah

    dipelajarinya. Dengan demikian, siswa terlatih

    untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep

  • Pengembangan Lembar Kerja.... (Purwani Febriyanti)

    iii

    yang dipelajari secara menyeluruh (holistik),

    bermakna, otentik, dan aktif. Cara pengemasan

    pengalaman belajar yang dirancang guru sangat

    berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman

    bagi para siswa. Pengalaman belajar yang lebih

    menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan

    menjadikan proses belajar lebih efektif. Kaitan

    konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian

    Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang relevan akan

    membentuk skema kognitif, sehingga siswa

    memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan.

    Perolehan keutuhan belajar IPA, serta kebulatan

    pandangan tentang kehidupan, dunia nyata dan

    fenomena alam hanya dapat direfleksikan melalui

    pembelajaran terpadu (Depdiknas, 2007: 1).

    Menghadapi perubahan kurikulum tersebut,

    pendidik harus memiliki persiapan guna

    menghadapi tuntutan kurikulum yang akan datang

    sehingga harapannya pembelajaran IPA pada KTSP

    dapat dilaksanakan secara maksimal dan

    menyeluruh. Namun kenyataan di lapangan

    pendidik belum memiliki persiapan dalam

    menghadapi kurikulum yang akan datang. Hal itu

    disebabkan karena KTSP belum dilaksanakan

    secara maksimal sesuai dengan rumusan dan tujuan

    pendidikan.

    Salah satu masalah yang masih dihadapi

    dalam pembelajaran IPA ialah pembelajaran yang

    berlangsung masih bersifat teacher centered

    sehingga aktivitas pembelajaran yang memiliki

    esensi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi belum

    berjalan sebagaimana mestinya. Hal itu harus segera

    diakhiri sehingga pembelajaran IPA dapat

    berlangsung secara student centered dan

    memaksimalkan peran guru sebagai fasilitator

    murni yang mendukung daya kembang anak.

    Peneliti melaksanakan kegiatan Kuliah

    Kerja Nyata dan Praktik Pengalaman Lapangan

    (KKN-PPL) tahun 2013 di SMPN 9 Yogyakarta.

    Berdasarkan pengalaman peneliti pada saat kegiatan

    KKN-PPL, pembelajaran IPA di SMPN 9

    Yogyakarta masih dilaksanakan secara terpisah ke

    dalam aspek Biologi, Fisika, dan Kimia. Walaupun,

    terkadang setiap aspek kajian IPA sudah dikaitkan

    dengan aspek kajian IPA yang lainnya, namun

    dalam setiap aspek tersebut kurang menunjukkan

    keterpaduan yang jelas karena pembelajaran IPA

    tidak dilaksanakan secara tematik.

    Tak hanya itu, Pembelajaran IPA saat ini

    juga masih berkonsentrasi pada tes dan ujian

    sehingga siswa mempelajari IPA sebagai produk

    dan hafalan saja. Oleh karena itu, pembelajaran di

    kelas akan menimbulkan dampak pada aspek

    kognitif siswa. Siswa akan memiliki pengalaman

    belajar yang sedikit dan kurang mendalam sehingga

    kurang memahami materi secara mendalam. Selain

    itu, pembelajaran IPA di SMPN 9 Yogyakarta

    belum mengembangkan keterampilan berpikir

    kreatif seperti mencetuskan ide, mengklasifikasikan

    objek dan membuat hipotesisi. Berdasarkan

    wawancara dengan guru yang dilakukan oleh

    peneliti, bahan ajar yang digunakan masih terbatas

    pada buku BSE dan LKS yang disediakan di

    sekolah. Guru belum melakukan pengembangan

  • Pengembangan Lembar Kerja.... (Purwani Febriyanti)

    iv

    LKS yang digunakan sebagai bahan ajar dalam

    pembelajaran, sehingga LKS tersebut belum

    mendukung siswa untuk mendukung

    pengembangan keterampilan berpikir kreatif seperti

    mengarahkan siswa pada kegiatan membuat

    prediksi, mencetuskan ide dan memvisualisasi.

    Selain itu siswa di SMPN 9 Yogyakarta masih

    memiliki kemampuan yang kurang dalam membuat

    kesimpulan dan hipotesis karena harus dibimbing

    oleh guru. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran

    yang dapat meningkatkan kemampuan tersebut.

    Pembelajaran IPA seharusnya telah

    menekankan pada model pembelajaran student

    centered yang berarti mengembangkan seluruh

    kemampuan siswa seoptimal mungkin karena

    permasalahan yang dihadapi di masa sekarang jauh

    berbeda dengan permasalahan yang akan dihadapi

    di masa yang akan datang. Perkembangan teknologi

    dan informasi dalam berbagai bidang di masyarakat

    sangatlah pesat. Oleh karena itu, diperlukan cara

    pembelajaran yang dapat menyiapkan siswa untuk

    melek IPA dan teknologi, mampu berpikir logis,

    kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara

    benar. Seorang guru perlu memberikan kesempatan

    kepada siswa untuk menerapkan kemampuan

    berpikir dalam pembentukan konsep, pemecahan

    masalah, dan membuat keputusan. Salah satu

    keterampilan berpikir adalah keterampilan berpikir

    kreatif (creative thinking skill) (Heng, et all., 2002:

    4-5).

    Menurut Heng, et al. (2002: 5) seseorang

    yang menerapkan keterampilan berpikir kreatif

    yaitu seseorang yang mempunyai imajinasi yang

    tinggi, dapat menyumbangkan ide-ide inovatif dan

    original, dapat memodifikasi ide dan produk. Oleh

    sebab itu, keterampilan berpikir kreatif sangat

    penting dikembangkan mengingat tantangan hidup

    yang dihadapi siswa semakin kompleks. Tantangan

    hidup yang semakin kompleks menuntut

    keterampilan yang lebih tinggi supaya siswa

    mampu memecahkan permasalahan secara kreatif.

    Oleh karena itu diperlukan pengembangan lembar

    kerja siswa yang dapat membantu meningkatkan

    keterampilan berpikir kreatif yang

    diimplementasikan dengan strategi dan model

    pembelajaran yang dapat mengembangkan dan

    meningkatkan kemampuan siswa yakni model

    Project Based Learning.

    Model Project Based Learning (PBL)

    merupakan model belajar yang menggunakan

    masalah sebagai langkah awal dalam

    mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan

    baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas

    secara nyata. PBL yang terdiri 6 tahapan

    pembelajaran diyakini dapat meningkatkan

    keterampilan berpikir siswa. Enam tahapan tersebut

    ialah penentuan pertanyaan mendasar, menyusun

    perencanaan proyek, menyusun jadwal, monitoring,

    menguji hasil, dan evaluasi pengalaman yang akan

    mengarahkan peserta didik untuk melakukan

    investigasi dan memahaminya. PBL akan

    mengarahkan siswa pada proses penemuan

    mendalam mengenai topik di dunia nyata, hal ini

    akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.

  • Pengembangan Lembar Kerja.... (Purwani Febriyanti)

    v

    Model PBL akan sangat terkait dengan

    keterampilan berpikir siswa dalam melakukan

    pencetusan ide dan pemecahan masalah global

    secara kolaboratif.

    Perpaduan tersebut sangat sejalan dengan

    cita-cita pembelajaran IPA dalam kehidupan.

    Pembelajaran IPA berbasis proyek dikembangkan

    untuk memecahkan permasalahan global seperti

    misalnya penanganan dan pengelolaan sampah.

    Masalah tersebut merupakan masalah keseharian

    yang dekat dengan masyarakat. Proyek pengelolaan

    sampah akan membawa peserta didik pada

    pembelajaran IPA yang kontekstual dan

    mengoptimalkan kemampuan anak, sehingga siswa

    dilibatkan dalam pemecahan masalah global secara

    bersama-sama.

    Berdasarkan masalah-masalah tersebut,

    maka dalam penelitian ini peneliti mengambil judul

    Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA

    Terpadu dengan Model Project Based Learning

    pada Tema Pengelolaan Sampah untuk

    Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif pada

    Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama.

    Dengan demikian, penelitian ini bertujuan

    untuk untuk mengetahui (1) kelayakan LKS IPA

    dengan model Project Based Learning yang

    digunakan untuk meningkatkan keterampilan

    berpikir kreatif pada siswa kelas VII Sekolah

    Menengah Pertama; dan (2) peningkatan

    keterampilan berpikir kreatif siswa kelas VII setelah

    penggunaan LKS IPA dengan model Project Based

    Learning pada tema Pengelolaan Sampah.

    METODE PENELITIAN

    Jenis Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan

    jenis penelitian pengembangan Research and

    Development (R&D).

    Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Universitas

    Negeri Yogyakarta dan SMP Negeri 9

    Yogyakarta pada bulan Februari sampai April

    2014.

    Target/Subjek Penelitian

    Target atau subjek penelitian adalah LKS

    IPA terpadu dengan model Project Based

    Learning pada tema Pengelolaan Sampah.

    Penilaian LKS IPA terpadu dilakukan oleh

    Dosen Ahli yang berjumlah 2 orang, Guru SMP

    mata pelajaran IPA yang berjumlah 2, dan teman

    sejawat yang berjumlah 2. Sedangkan LKS ini

    diujikan terhadap 33 responden.

    Prosedur

    Prosedur pengembangan dalam penelitian

    ini mengacu pada pengembangan four-D Model,

    sebagai berikut: (1) Define (pendefinisian),

  • Pengembangan Lembar Kerja.... (Purwani Febriyanti)

    vi

    peneliti melakukan identifikasi masalah melalui

    observasi di SMPN 9 Yogyakarta selanjutnya

    menentukan tema dan pembatasan materi sesuai

    dengan kebutuhan siswa dan kurikulum yang

    berlaku; (2) Design (perancangan) menyusun

    draft awal LKS IPA; (3) Develop

    (pengembangan) tahap ini untuk memodifikasi

    draft setelah LKS IPA divalidasi oleh ahli dan

    guru kemudian dilakukan evaluasi dan revisi; (4)

    Disseminate (penyebaran), menyebarluaskan

    produk agar dapat diterima dan dipakai oleh

    penggunanya yang dilakukan di sekolah secara

    terbatas.

    Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan

    Data

    Data dalam penelitian ini berupa data

    kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif

    diperoleh dari tanggapan dosen ahli, guru IPA,

    teman sejawat tentang kualitas produk yang

    dihasilkan.

    Data kuantitatif diperoleh dari skor hasil

    penilaian oleh dosen ahli, guru IPA, teman

    sejawat, dan hasil observasi keterampilan peserta

    didik pada saat pengambilan data.

    Instrument yang digunakan berupa

    instrumen validasi produk dan instrument uji

    coba yang terdiri dari soal prepost dan soal

    penguasaan keterampilan berpikir kreatif pada

    LKS.

    Teknik Analisis Data

    Teknik analisi data dilakukan dengan

    analisis deskriptif secara kualitatif dan

    kuantitatif. Analisis data kualitatif berupa

    masukan, koreksi, dan saran yang diberikan oleh

    validator meliputi: dosen, guru IPA, dan teman

    sejawat. Analisis data secara kuantitatif meliputi:

    Analisis Kelayakan Modul

    Teknik analisis data untuk kelayakan

    modul dilakukan dengan langkah-langkah

    sebagai berikut:

    1) tabulasi semua data yang diperoleh untuk

    setiap aspek penilaian modul dari setiap

    penilai.

    2) Menghitung rata-rata skor dari setiap

    komponen aspek penilaian dengan

    menggunakan rumus :

    X = ............................. (1)

    Keterangan :

    X = skor rata-rata

    n = jumlah penilai

    3) Mengubah skor rata-rata menjadi nilai

    dengan kategori yang ditunjukkan pada

    tabel 1

    Tabel 1. Konversi Skor menjadi Nilai

    No. Rentang skor Nilai Kategori

    1 X > x + 1,80 Sbi A Sangat Baik

    2x + 0,60 SBi < X x + 1,80 Sbi

    B Baik

    3 x 0,60 SBi < X x + C Cukup

  • Pengembangan Lembar Kerja.... (Purwani Febriyanti)

    vii

    0,60 Sbi

    4x 1,80 SBi < X x 0,60 Sbi

    D Kurang

    5 X x 1,80 Sbi ESangat

    Kurang

    (Sumber : Eko Putro W., 2009: 238)

    Keterangan:

    X = skor aktual (skor yang dicapai)

    xi = rerata skor ideal

    xi = (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

    SBi = simpangan baku skor ideal

    SBi = (skor maksimal ideal skor minimal

    ideal)

    skor maksimal ideal = butir kriteria skor tertinggi

    skor minimal ideal = butir kriteria skor terendah

    Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran PBL

    Penilaian terhadap keterlaksanaan fase-

    fase sintaks pembelajaran dengan model

    pembelajaran PBL menggunakan LKS

    dilakukan oleh observer. Kriteria setiap fase

    dalam sintaks yang dimaksud adalah

    terlaksana dan tidak terlaksana. Adapun skala

    persentase untuk menentukan keterlaksanaan

    sintaks model pembelajaran PBL

    menggunakan rumus sebagai berikut :%Keterlaksanaan= jumlah kriteria yang terlaksanajumlah semua kriteria keterlaksaan x100%Persen keterlaksanaan selanjutnya diubah

    menjadi data kualitatif dengan menggunakan

    kriteria dari Eko Putro Widoyoko dapat

    dilihat pada tabel 2 berikut :

    Tabel 2. Persentase

    Keterlaksanaan Pembelajaran

    No Persentase (%) Kategori

    1 >80 Sangat baik

    2 >60-80 Baik

    3 >40-60 Cukup

    4 >20-40 Kurang

    5 20 Sangat kurang(Sumber: Eko Putro Widoyoko, 2009: 242)

    Persen Penguasaan Keterampilan Berpikir

    Kreatif Tiap Pertemuan

    Penguasaan keterampilan berpikir kreatif

    tiap pertemuan dianalisis melalui soal-soal

    keterampilan berpikir kreatif yang tercantum

    dalam LKS 1, LKS 2, dan LKS 3. Persen

    penguasaan dapat dianalisis menggunakan

    rumus persen penguasaan atau yang disebut

    percentages coreection (Ngalim Purwanto,

    2002: 102). NP= RSM x 100%dengan NP ialah Nilai Persen yang dicari atau

    diharapkan, R ialah skor mentah yang diperoleh

    siswa, SM ialah Skor Maksimal ideal dari tes

    yang bersangkutan. Selanjutnya, hasil persen

    penguasaan yang diperoleh berupa data

    kuantitatif diubah menjadi data kualitatif dengan

    menggunakan pedoman pada Tabel 3.

    Tabel 3. Persen Penguasaan Keterampilan

    Berpikir Kreatif

  • Pengembangan Lembar Kerja.... (Purwani Febriyanti)

    viii

    (Ngalim Purwanto, 2002: 103)

    Soal pretest-posttest

    Data yang diperoleh melalui lembar

    pretest dan posttest untuk mengukur

    keterampilan berpikir kreatif siswa yang

    dianalisis dengan menggunakan gainscore.

    Gain score merupakan metode yang baik

    untuk menganalisis hasil pretest dan posttest.

    Gain score digunakan untuk mengetahui

    peningkatan hasil tes siswa dari pretest ke

    posttest. Menurut Hake (Hake, 1999:4), gain

    score dihitung menggunakan rumus sebagai

    berikut:

    G =

    ................ (2)

    Hasil perhitungan diinterpretasikan dengan

    menggunakan indeks gain (g) menurut

    klasifikasi Hake (1999: 1) ditunjukkan pada tabel

    4.

    Tabel 4. Kriteria Gain

    Indeks Gain Interpretasi

    g > 0,70 Tinggi

    0,30 < g 0,70 Sedang

    g 0,30 Rendah

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kelayakan LKS IPA Terpadu

    Penilaian LKS IPA terpadu dilihat

    dari aspek kelayakan isi, kebahasaan, sajian

    dan kegrafikan. Berdasarkan hasil penilaian

    validator baik dari ahli maupun guru IPA

    dapat diketahui nilai akhir kelayakan LKS

    dari rerata penilaian ahli dan guru yaitu

    semua komponen penilaian LKS yang

    meliputi komponen kelayakan isi (rerata

    skor 41,3), komponen penyajian (rerata skor

    46), komponen bahasa dan gambar (rerata

    skor 17,67), serta komponen kegrafisan

    (rerata skor 18,16) memperoleh nilai A

    dengan kategori sangat baik. Kesimpulan

    dari ahli menyatakan bahwa LKS ini layak

    diuji coba lapangan dengan revisi sesuai

    saran, sedangkan kesimpulan dari guru IPA

    menyatakan bahwa LKS ini layak diuji coba

    lapangan dengan revisi. Oleh sebab itu,

    LKS ini sudah direvisi sesuai dengan saran

    dari validator sebelum diujicobakan

    No Tingkat

    Penguasaan

    Nilai

    huruf

    Kategori

    1 86-100% A Sangat baik

    2 76-85% B Baik

    3 60-75% C Cukup

    4 55-59% D Kurang

    5 54% E Sangat kurang

  • Pengembangan Lembar Kerja.... (Purwani Febriyanti)

    ix

    lapangan sehingga layak untuk digunakan

    dalam pembelajaran.

    Data Hasil Penguasaan Keterampilan

    Berpikir Kreatif Siswa

    Penguasaan keterampilan berpikit kreatif

    siswa dianalisis melalui tiga pertemuan pada

    LKS. Pada pertemuan pertama tingkat

    penguasaan keterampilan berpikir kreatif

    sebesar 86,48% (30 siswa) dengan kategori

    sangat baik. Pada pertemuan kedua terjadi

    penurunan keterampilan berpikir kreatif

    2,92% dari pertemuan pertama, sehingga

    pada pertemuan dua hanya memperoleh

    persen penguasaan keterampilan berpikir

    kreatif sebesar 83,56% (29 siswa) dengan

    kategori baik. Pada pertemuan ketiga tingkat

    penguasaan keterampilan berpikir keatif

    mengalami peningkatan yang cukup baik

    yakni sebesar 11,28% sehingga pada

    pertemuan ketiga persen penguasaan

    keterampilannya mencapai sebesar 94,81%

    (33 siswa) dengan kategori sangat baik,

    yang ditunjukkan dengan tabel 5.

    Tabel. 5 Penguasaan Keterampilan Berpikir

    Kreatif

    No Pertemuan

    ke-

    Jumlah

    Skor

    Rata-

    Rata

    Kategori

    1. 1 518,87 86,48 Sangat

    Baik

    2. 2 501,33 83,56 Baik

    3. 3 568,89 94,81 Sangat

    Baik

    Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif

    Peningkatan keterampilan berpikir kreatif

    dianalisis melalui tes tertulis. Rerata skor

    hasil tes tertulis berupa pretest dan posttest

    dapat dilihat pada tabel 6. Rerata skor

    pretest dan posttest selanjutnya dianalisis

    peningkatannya melalui gain score.

    Tabel. 6 Peningkatan Keterampilan Berpikir

    Kreatif

    Tes Rerata Skor

    Gain Score

    Kategori

    Pretes 10,35 0,72 Tinggi

    Postes 20,59

    Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui bahwa

    terjadi peningkatan antara rerata skor pretest

    dengan rerata skor posttest sebanyak 10,24.

    Melalui analisis dengan gain score diperoleh

    nilai gain score sebanyak 0,72 yang

    termasuk dalam kategori tinggi. Peningkatan

    hasil keterampilan berpikir kreatif

    dikarenakan pada saat dilakukan pretest

    siswa belum mempunyai pengetahuan dan

    pengalaman terhadap soal pretest. Setelah

    pembelajaran dilaksanakan maka siswa

    mendapat pengetahuan berupa materi yang

    disampaikan guru dan pengalaman melalui

    kegiatan praktikum.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian ini dapat

    disimpulkan sebagai berikut.

  • Pengembangan Lembar Kerja.... (Purwani Febriyanti)

    x

    1. LKS IPA dengan model Project Based

    Learning pada tema Pengelolaan Sampah

    layak digunakan untuk meningkatkan

    keterampilan berpikir kreatif siswa setelah

    dilaksanakan penilaian ahli (expert appraisal)

    dan uji coba pengembangan (developmental

    testing). Berdasarkan penilaian ahli secara

    keseluruhan meliputi komponen kelayakan

    isi, komponen penyajian, komponen bahasa

    dan gambar, serta komponen kegrafisan

    masing-masing komponen memperoleh nilai

    A dengan kategori sangat baik.

    2. Pembelajaran menggunakan LKS IPA dengan

    model Project Based Learning pada tema

    Pengelolaan Sampah dapat meningkatkan

    keterampilan berpikir kreatif siswa dibuktikan

    dengan perolehan gain score sebesar 0,72

    dengan kategori peningkatan tinggi.

    Peningkatan tersebut didukung dengan

    penguasaan keterampilan berpikir kreatif

    siswa tiap pertemuan dalam 3 pertemuan.

    Persen penguasaan pada pertemuan pertama

    sebesar 86,48% termasuk ke dalam kategori

    sangat baik, pertemuan kedua sebesar 83,56%

    dengan kategori baik, dan pertemuan ketiga

    sebesar 94,81% dengan kategori sangat baik.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. (2007). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas

    Eko Putro Widoyoko. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

    E. Mulyasa, (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

    Hake, Richard R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Diakses pada tanggal 31 Okober 2013, dari: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange -Gain.pdf

    Heng, Yeap Chin, et al. (2002). Integrated Curriculum for Secondary Schools. Kuala Lumpur: Ministry of Education Malaysia

    Ngalim Purwanto. (2002). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

    Thiagarajan, Sivasailam, Semmel, Dorothy S., Semmel, Melvyn I. (1974). Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. Bloomington, Indiana: Indiana University.

    PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) IPA TERPADU DENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PBL) PADA TEMA PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF PADA SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

    1)Purwani Febriyanti 2)Dr. Yosaphat Sumardi 3)Purwanti Widhy. H, M.Pd

    FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

    [email protected]

    ABSTRAK

    Tujuan penelitian ini ada dua yakni, untuk mengetahui kelayakan LKS IPA dengan model Project Based Learning yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif; dan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas VII setelah menggunakan LKS IPA dengan model Project Based Learning pada tema Pengelolaan Sampah dalam pembelajaran. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model 4D menurut Thiagarajan, et al. Model 4D meliputi tahap Define (pendefinisian), Design (perancangan), Develop (pengembangan), dan Disseminate (penyebaran). Penelitian ini dirancang sampai pada tahap Develop (pengembangan). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi angket validasi LKS, soal penguasaan keterampilan berpikir kreatif dalam LKS, dan soal pretest maupun posttest keterampilan berpikir kreatif. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif hasil validasi, persentase penguasaan keterampilan berpikir kreatif, dan gain score. Hasil penelitian ini adalah LKS IPA Terpadu dengan tema Pengelolaan Sampah yang dapat dikaji dari aspek Biologi,Kimia dan Fisika. LKS ini menerapkan model Project Based Learning yang menekankan keterampilan berpikir kreatif siswa. LKS IPA dengan model Project Based Learning pada tema Pengelolaan Sampah layak digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Berdasarkan penilaian ahli secara keseluruhan meliputi komponen kelayakan isi, komponen penyajian, komponen bahasa dan gambar, serta komponen kegrafisan masing-masing komponen memperoleh nilai A dengan kategori sangat baik. LKS ini dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa yang dibuktikan dengan perolehan gain score sebesar 0,72 dengan kategori peningkatan tinggi.

    Kata kunci: LKS IPA Terpadu, Project Based Learning, peningkatan keterampilan berpikir kreatif

    ABSTRACT

    This research had two objectives, it was to determine feasibility of science worksheet with the project based learning model to increase creative thinking skils; and it was to determine the achievement of 7th grade students creative thinking skills after using the science worksheet with the project based learning model on the theme waste management in class. The research model in this study is the 4D models by Thiagarajan, et al. It consist of defining, designing, developing, and disseminating phases. This study was designed to develop phases. Instrument of this research include questionnaire of worksheets validation, the mastery test of creative thinking skills, and pretest and posttest about creative thinking skills. The technique of data analysis was the descriptive analysis, percentage of creative thinking skills, and gain scores. The result of the study was an integrated science worksheet on the theme waste management that can be studied from the biology and chemistry point of view. This worksheet implemented project based learning model to increase the creative thinking skill. Based on the validators assessments of components, the worksheet was very good. They gave A score for all components, that are content, presentation, language and image, and graphical component. This worksheet can increase students creative thinking skills with the high gain score that is 0,72 which is based on the test data.

    Keyword: Integrated Science Worksheet, Project Based learning, achievement of creative thinking skills

    Pengembangan Lembar Kerja.... (Purwani Febriyanti)

    x

    PENDAHULUAN

    Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk dapat mempelajari dan memahami diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar dapat menjelajah dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Depdiknas,2007 :4).

    Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi salah satu ilmu terintegrasi yang memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk menghadapi kehidupannya di masa mendatang dan turut serta dalam mengatasi permasalahan global. Seperti yang diungkap dalam International Science Fair 2013 dalam web resminya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menjadi subjek ilmu yang mampu mengeksplorasi bakat dan kecakapan ilmiah siswa melalui curiosity yang dibangun sehingga mereka memiliki peran dalam memecahkan permasalahan global. Akan tetapi pembelajaran IPA pada praktiknya masih menekankan aspek kognitif saja tanpa disertai penerapan konsep IPA yang baik, sehingga pembelajaran IPA belum memiliki kontribusi yang nyata terhadap isu-isu global.

    Kurikulum Pendidikan IPA saat ini, tengah berada dalam masa transisi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuju persiapan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 berada pada tahap uji coba pada sekolah-sekolah yang ditunjuk oleh pemerintah. Masa transisi menjadi momentum yang sangat penting bagi tenaga pendidik untuk menyesuaikan diri dan melakukan persiapan menghadapi kurikulum baru. Salah satu hal yang dilakukan ialah memaksimalkan kurikulum yang sedang berlaku agar pelaksanaan kurikulum selanjutnya dapat mencapai hasil yang diharapkan. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran IPA untuk SMP adalah IPA Terpadu. Guru IPA SMP dituntut untuk mengajarkan IPA secara terpadu, tidak terpisah-pisah antara Biologi, Fisika, dan Kimia. Keterpaduan di sini yang dimaksud adalah dalam satu kesatuan utuh. Salah satu langkah yang dapat digunakan untuk memadukan IPA adalah dengan mengemas pembelajaran secara tematik. Sebuah tema ditentukan, kemudian dianalisis keterkaitan antara aspek Biologi, Fisika dan Kimia. Keterpaduan tidaklah harus ketiga bagian tersebut, dua bagian diantaranya sudah merupakan keterpaduan (E. Mulyasa, 2007: 53).

    Melalui pembelajaran IPA terpadu, siswa dapat memperoleh pengalaman secara langsung, sehingga siswa lebih mudah dalam menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, siswa terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, otentik, dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para siswa. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadikan proses belajar lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang relevan akan membentuk skema kognitif, sehingga siswa memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar IPA, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata dan fenomena alam hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu (Depdiknas, 2007: 1).

    Menghadapi perubahan kurikulum tersebut, pendidik harus memiliki persiapan guna menghadapi tuntutan kurikulum yang akan datang sehingga harapannya pembelajaran IPA pada KTSP dapat dilaksanakan secara maksimal dan menyeluruh. Namun kenyataan di lapangan pendidik belum memiliki persiapan dalam menghadapi kurikulum yang akan datang. Hal itu disebabkan karena KTSP belum dilaksanakan secara maksimal sesuai dengan rumusan dan tujuan pendidikan.

    Salah satu masalah yang masih dihadapi dalam pembelajaran IPA ialah pembelajaran yang berlangsung masih bersifat teacher centered sehingga aktivitas pembelajaran yang memiliki esensi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi belum berjalan sebagaimana mestinya. Hal itu harus segera diakhiri sehingga pembelajaran IPA dapat berlangsung secara student centered dan memaksimalkan peran guru sebagai fasilitator murni yang mendukung daya kembang anak.

    Peneliti melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata dan Praktik Pengalaman Lapangan (KKN-PPL) tahun 2013 di SMPN 9 Yogyakarta. Berdasarkan pengalaman peneliti pada saat kegiatan KKN-PPL, pembelajaran IPA di SMPN 9 Yogyakarta masih dilaksanakan secara terpisah ke dalam aspek Biologi, Fisika, dan Kimia. Walaupun, terkadang setiap aspek kajian IPA sudah dikaitkan dengan aspek kajian IPA yang lainnya, namun dalam setiap aspek tersebut kurang menunjukkan keterpaduan yang jelas karena pembelajaran IPA tidak dilaksanakan secara tematik.

    Tak hanya itu, Pembelajaran IPA saat ini juga masih berkonsentrasi pada tes dan ujian sehingga siswa mempelajari IPA sebagai produk dan hafalan saja. Oleh karena itu, pembelajaran di kelas akan menimbulkan dampak pada aspek kognitif siswa. Siswa akan memiliki pengalaman belajar yang sedikit dan kurang mendalam sehingga kurang memahami materi secara mendalam. Selain itu, pembelajaran IPA di SMPN 9 Yogyakarta belum mengembangkan keterampilan berpikir kreatif seperti mencetuskan ide, mengklasifikasikan objek dan membuat hipotesisi. Berdasarkan wawancara dengan guru yang dilakukan oleh peneliti, bahan ajar yang digunakan masih terbatas pada buku BSE dan LKS yang disediakan di sekolah. Guru belum melakukan pengembangan LKS yang digunakan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran, sehingga LKS tersebut belum mendukung siswa untuk mendukung pengembangan keterampilan berpikir kreatif seperti mengarahkan siswa pada kegiatan membuat prediksi, mencetuskan ide dan memvisualisasi. Selain itu siswa di SMPN 9 Yogyakarta masih memiliki kemampuan yang kurang dalam membuat kesimpulan dan hipotesis karena harus dibimbing oleh guru. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan tersebut.

    Pembelajaran IPA seharusnya telah menekankan pada model pembelajaran student centered yang berarti mengembangkan seluruh kemampuan siswa seoptimal mungkin karena permasalahan yang dihadapi di masa sekarang jauh berbeda dengan permasalahan yang akan dihadapi di masa yang akan datang. Perkembangan teknologi dan informasi dalam berbagai bidang di masyarakat sangatlah pesat. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan siswa untuk melek IPA dan teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Seorang guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan kemampuan berpikir dalam pembentukan konsep, pemecahan masalah, dan membuat keputusan. Salah satu keterampilan berpikir adalah keterampilan berpikir kreatif (creative thinking skill) (Heng, et all., 2002: 4-5).

    Menurut Heng, et al. (2002: 5) seseorang yang menerapkan keterampilan berpikir kreatif yaitu seseorang yang mempunyai imajinasi yang tinggi, dapat menyumbangkan ide-ide inovatif dan original, dapat memodifikasi ide dan produk. Oleh sebab itu, keterampilan berpikir kreatif sangat penting dikembangkan mengingat tantangan hidup yang dihadapi siswa semakin kompleks. Tantangan hidup yang semakin kompleks menuntut keterampilan yang lebih tinggi supaya siswa mampu memecahkan permasalahan secara kreatif. Oleh karena itu diperlukan pengembangan lembar kerja siswa yang dapat membantu meningkatkan keterampilan berpikir kreatif yang diimplementasikan dengan strategi dan model pembelajaran yang dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa yakni model Project Based Learning.

    Model Project Based Learning (PBL) merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. PBL yang terdiri 6 tahapan pembelajaran diyakini dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Enam tahapan tersebut ialah penentuan pertanyaan mendasar, menyusun perencanaan proyek, menyusun jadwal, monitoring, menguji hasil, dan evaluasi pengalaman yang akan mengarahkan peserta didik untuk melakukan investigasi dan memahaminya. PBL akan mengarahkan siswa pada proses penemuan mendalam mengenai topik di dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik. Model PBL akan sangat terkait dengan keterampilan berpikir siswa dalam melakukan pencetusan ide dan pemecahan masalah global secara kolaboratif.

    Perpaduan tersebut sangat sejalan dengan cita-cita pembelajaran IPA dalam kehidupan. Pembelajaran IPA berbasis proyek dikembangkan untuk memecahkan permasalahan global seperti misalnya penanganan dan pengelolaan sampah. Masalah tersebut merupakan masalah keseharian yang dekat dengan masyarakat. Proyek pengelolaan sampah akan membawa peserta didik pada pembelajaran IPA yang kontekstual dan mengoptimalkan kemampuan anak, sehingga siswa dilibatkan dalam pemecahan masalah global secara bersama-sama.

    Berdasarkan masalah-masalah tersebut, maka dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA Terpadu dengan Model Project Based Learning pada Tema Pengelolaan Sampah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif pada Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama.

    Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui (1) kelayakan LKS IPA dengan model Project Based Learning yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif pada siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama; dan (2) peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas VII setelah penggunaan LKS IPA dengan model Project Based Learning pada tema Pengelolaan Sampah.

    METODE PENELITIAN

    Jenis Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan jenis penelitian pengembangan Research and Development (R&D).

    Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Negeri Yogyakarta dan SMP Negeri 9 Yogyakarta pada bulan Februari sampai April 2014.

    Target/Subjek Penelitian

    Target atau subjek penelitian adalah LKS IPA terpadu dengan model Project Based Learning pada tema Pengelolaan Sampah. Penilaian LKS IPA terpadu dilakukan oleh Dosen Ahli yang berjumlah 2 orang, Guru SMP mata pelajaran IPA yang berjumlah 2, dan teman sejawat yang berjumlah 2. Sedangkan LKS ini diujikan terhadap 33 responden.

    Prosedur

    Prosedur pengembangan dalam penelitian ini mengacu pada pengembangan four-D Model, sebagai berikut: (1) Define (pendefinisian), peneliti melakukan identifikasi masalah melalui observasi di SMPN 9 Yogyakarta selanjutnya menentukan tema dan pembatasan materi sesuai dengan kebutuhan siswa dan kurikulum yang berlaku; (2) Design (perancangan) menyusun draft awal LKS IPA; (3) Develop (pengembangan) tahap ini untuk memodifikasi draft setelah LKS IPA divalidasi oleh ahli dan guru kemudian dilakukan evaluasi dan revisi; (4) Disseminate (penyebaran), menyebarluaskan produk agar dapat diterima dan dipakai oleh penggunanya yang dilakukan di sekolah secara terbatas.

    Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data

    Data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari tanggapan dosen ahli, guru IPA, teman sejawat tentang kualitas produk yang dihasilkan.

    Data kuantitatif diperoleh dari skor hasil penilaian oleh dosen ahli, guru IPA, teman sejawat, dan hasil observasi keterampilan peserta didik pada saat pengambilan data.

    Instrument yang digunakan berupa instrumen validasi produk dan instrument uji coba yang terdiri dari soal prepost dan soal penguasaan keterampilan berpikir kreatif pada LKS.

    Teknik Analisis Data

    Teknik analisi data dilakukan dengan analisis deskriptif secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif berupa masukan, koreksi, dan saran yang diberikan oleh validator meliputi: dosen, guru IPA, dan teman sejawat. Analisis data secara kuantitatif meliputi:

    Analisis Kelayakan Modul

    Teknik analisis data untuk kelayakan modul dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

    1) tabulasi semua data yang diperoleh untuk setiap aspek penilaian modul dari setiap penilai.

    2) Menghitung rata-rata skor dari setiap komponen aspek penilaian dengan menggunakan rumus :

    X = ............................. (1)

    Keterangan :

    X = skor rata-rata

    n = jumlah penilai

    3) Mengubah skor rata-rata menjadi nilai dengan kategori yang ditunjukkan pada tabel 1

    Tabel 1. Konversi Skor menjadi Nilai

    No.

    Rentang skor

    Nilai

    Kategori

    1

    X > x + 1,80 Sbi

    A

    Sangat Baik

    2

    x + 0,60 SBi < X x + 1,80 Sbi

    B

    Baik

    3

    x 0,60 SBi < X x + 0,60 Sbi

    C

    Cukup

    4

    x 1,80 SBi < X x 0,60 Sbi

    D

    Kurang

    5

    X x 1,80 Sbi

    E

    Sangat Kurang

    (Sumber : Eko Putro W., 2009: 238)

    Keterangan:

    X = skor aktual (skor yang dicapai)

    xi = rerata skor ideal

    xi = (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

    SBi = simpangan baku skor ideal

    SBi = (skor maksimal ideal skor minimal ideal)

    skor maksimal ideal = butir kriteria skor tertinggi

    skor minimal ideal = butir kriteria skor terendah

    Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran PBL

    Penilaian terhadap keterlaksanaan fase-fase sintaks pembelajaran dengan model pembelajaran PBL menggunakan LKS dilakukan oleh observer. Kriteria setiap fase dalam sintaks yang dimaksud adalah terlaksana dan tidak terlaksana. Adapun skala persentase untuk menentukan keterlaksanaan sintaks model pembelajaran PBL menggunakan rumus sebagai berikut :

    Persen keterlaksanaan selanjutnya diubah menjadi data kualitatif dengan menggunakan kriteria dari Eko Putro Widoyoko dapat dilihat pada tabel 2 berikut :

    Tabel 2. Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran

    No

    Persentase (%)

    Kategori

    1

    >80

    Sangat baik

    2

    >60-80

    Baik

    3

    >40-60

    Cukup

    4

    >20-40

    Kurang

    5

    20

    Sangat kurang

    (Sumber: Eko Putro Widoyoko, 2009: 242)

    Persen Penguasaan Keterampilan Berpikir Kreatif Tiap Pertemuan

    Penguasaan keterampilan berpikir kreatif tiap pertemuan dianalisis melalui soal-soal keterampilan berpikir kreatif yang tercantum dalam LKS 1, LKS 2, dan LKS 3. Persen penguasaan dapat dianalisis menggunakan rumus persen penguasaan atau yang disebut percentages coreection (Ngalim Purwanto, 2002: 102).

    dengan NP ialah Nilai Persen yang dicari atau diharapkan, R ialah skor mentah yang diperoleh siswa, SM ialah Skor Maksimal ideal dari tes yang bersangkutan. Selanjutnya, hasil persen penguasaan yang diperoleh berupa data kuantitatif diubah menjadi data kualitatif dengan menggunakan pedoman pada Tabel 3.

    Tabel 3. Persen Penguasaan Keterampilan Berpikir Kreatif

    No

    Tingkat Penguasaan

    Nilai huruf

    Kategori

    1

    86-100%

    A

    Sangat baik

    2

    76-85%

    B

    Baik

    3

    60-75%

    C

    Cukup

    4

    55-59%

    D

    Kurang

    5

    54%

    E

    Sangat kurang

    (Ngalim Purwanto, 2002: 103)

    Soal pretest-posttest

    Data yang diperoleh melalui lembar pretest dan posttest untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa yang dianalisis dengan menggunakan gainscore. Gain score merupakan metode yang baik untuk menganalisis hasil pretest dan posttest. Gain score digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil tes siswa dari pretest ke posttest. Menurut Hake (Hake, 1999:4), gain score dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

    G = ................ (2)

    Hasil perhitungan diinterpretasikan dengan menggunakan indeks gain (g) menurut klasifikasi Hake (1999: 1) ditunjukkan pada tabel 4.

    Tabel 4. Kriteria Gain

    Indeks Gain

    Interpretasi

    g > 0,70

    Tinggi

    0,30 < g 0,70

    Sedang

    g 0,30

    Rendah

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kelayakan LKS IPA Terpadu

    Penilaian LKS IPA terpadu dilihat dari aspek kelayakan isi, kebahasaan, sajian dan kegrafikan. Berdasarkan hasil penilaian validator baik dari ahli maupun guru IPA dapat diketahui nilai akhir kelayakan LKS dari rerata penilaian ahli dan guru yaitu semua komponen penilaian LKS yang meliputi komponen kelayakan isi (rerata skor 41,3), komponen penyajian (rerata skor 46), komponen bahasa dan gambar (rerata skor 17,67), serta komponen kegrafisan (rerata skor 18,16) memperoleh nilai A dengan kategori sangat baik. Kesimpulan dari ahli menyatakan bahwa LKS ini layak diuji coba lapangan dengan revisi sesuai saran, sedangkan kesimpulan dari guru IPA menyatakan bahwa LKS ini layak diuji coba lapangan dengan revisi. Oleh sebab itu, LKS ini sudah direvisi sesuai dengan saran dari validator sebelum diujicobakan lapangan sehingga layak untuk digunakan dalam pembelajaran.

    Data Hasil Penguasaan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa

    Penguasaan keterampilan berpikit kreatif siswa dianalisis melalui tiga pertemuan pada LKS. Pada pertemuan pertama tingkat penguasaan keterampilan berpikir kreatif sebesar 86,48% (30 siswa) dengan kategori sangat baik. Pada pertemuan kedua terjadi penurunan keterampilan berpikir kreatif 2,92% dari pertemuan pertama, sehingga pada pertemuan dua hanya memperoleh persen penguasaan keterampilan berpikir kreatif sebesar 83,56% (29 siswa) dengan kategori baik. Pada pertemuan ketiga tingkat penguasaan keterampilan berpikir keatif mengalami peningkatan yang cukup baik yakni sebesar 11,28% sehingga pada pertemuan ketiga persen penguasaan keterampilannya mencapai sebesar 94,81% (33 siswa) dengan kategori sangat baik, yang ditunjukkan dengan tabel 5.

    Tabel. 5 Penguasaan Keterampilan Berpikir Kreatif

    No

    Pertemuan ke-

    Jumlah Skor

    Rata-Rata

    Kategori

    1.

    1

    518,87

    86,48

    Sangat Baik

    2.

    2

    501,33

    83,56

    Baik

    3.

    3

    568,89

    94,81

    Sangat Baik

    Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif

    Peningkatan keterampilan berpikir kreatif dianalisis melalui tes tertulis. Rerata skor hasil tes tertulis berupa pretest dan posttest dapat dilihat pada tabel 6. Rerata skor pretest dan posttest selanjutnya dianalisis peningkatannya melalui gain score.

    Tabel. 6 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif

    Tes

    Rerata Skor

    Gain Score

    Kategori

    Pretes

    10,35

    0,72

    Tinggi

    Postes

    20,59

    Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan antara rerata skor pretest dengan rerata skor posttest sebanyak 10,24. Melalui analisis dengan gain score diperoleh nilai gain score sebanyak 0,72 yang termasuk dalam kategori tinggi. Peningkatan hasil keterampilan berpikir kreatif dikarenakan pada saat dilakukan pretest siswa belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman terhadap soal pretest. Setelah pembelajaran dilaksanakan maka siswa mendapat pengetahuan berupa materi yang disampaikan guru dan pengalaman melalui kegiatan praktikum.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

    0. LKS IPA dengan model Project Based Learning pada tema Pengelolaan Sampah layak digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa setelah dilaksanakan penilaian ahli (expert appraisal) dan uji coba pengembangan (developmental testing). Berdasarkan penilaian ahli secara keseluruhan meliputi komponen kelayakan isi, komponen penyajian, komponen bahasa dan gambar, serta komponen kegrafisan masing-masing komponen memperoleh nilai A dengan kategori sangat baik.

    0. Pembelajaran menggunakan LKS IPA dengan model Project Based Learning pada tema Pengelolaan Sampah dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dibuktikan dengan perolehan gain score sebesar 0,72 dengan kategori peningkatan tinggi. Peningkatan tersebut didukung dengan penguasaan keterampilan berpikir kreatif siswa tiap pertemuan dalam 3 pertemuan. Persen penguasaan pada pertemuan pertama sebesar 86,48% termasuk ke dalam kategori sangat baik, pertemuan kedua sebesar 83,56% dengan kategori baik, dan pertemuan ketiga sebesar 94,81% dengan kategori sangat baik.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. (2007). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas

    Eko Putro Widoyoko. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

    E. Mulyasa, (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

    Hake, Richard R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Diakses pada tanggal 31 Okober 2013, dari: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange -Gain.pdf

    Heng, Yeap Chin, et al. (2002). Integrated Curriculum for Secondary Schools. Kuala Lumpur: Ministry of Education Malaysia

    Ngalim Purwanto. (2002). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

    Thiagarajan, Sivasailam, Semmel, Dorothy S., Semmel, Melvyn I. (1974). Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. Bloomington, Indiana: Indiana University.