Pengemasan ketahanan kemasan
-
Upload
dina-crownia -
Category
Documents
-
view
832 -
download
38
Transcript of Pengemasan ketahanan kemasan
Laporan Praktikum Hari / Tanggal : Jumat/27 April 2012
Pengemasan Pangan PJ Dosen : C.C Nurwitri
Asisten : Qotrun Nadaa
KETAHANAN KEMASAN PRODUK PANGAN
Kelompok 6
SJMP B/P1
Ayen Nita J3E111005
Dina Crownia J3E111087
Astrid Dwimilanty J3E111053
Juliana Tanjung J3E111134
Teger Immanuel J3E111103
SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat yang
dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya. Adanya
kemasan yang dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi
bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan,
benturan dan getaran. Dari segi promosi kemasan berfungsi sebagai perangsang atau
daya tarik pembeli. Bahan kemasan yang umum untuk pengemasan produk hasil
pertanian untuk tujuan pengangkutan atau distribusi adalah kayu, serat goni, plastik,
kertas dan gelombang karton.
Di dalam pengemasan bahan pangan terdapat dua macam wadah, yaitu wadah
utama atau wadah yang langsung berhubungan dengan bahan pangan dan wadah
kedua atau wadah yang tidak langsung berhubungan dengan bahan pangan. Wadah
utama harus bersifat non toksik dan inert sehingga tidak terjadi reaksi kimia yang
dapat menyebabkan perubahan warna, flavour dan perubahan lainnya. Selain itu,
untuk wadah utama biasanya diperlukan syarat-syarat tertentu bergantung pada jenis
makanannya, misalnya melindungi makanan dari kontaminasi, melindungi kandungan
air dan lemaknya, mencegah masuknya bau dan gas, melindungi makanan dari sinar
matahari, tahan terhadap tekanan atau benturan dan transparan (Winarno 1983).
Di dalam proses pengolahan makanan terjadi perubahan-perubahan fisik
maupun kimiawi yang dikehendaki atau tidak dikehendaki. Perubahan tersebut dapat
dipengaruhi oleh berbagai macam kerusakan, misalnya kerusakan mekanis.
Kerusakan mekanis ini biasa terjadi saat proses pendistribuan karena adanya
goncangan, benturan sehingga mempengaruhi mutu produk. Oleh karena itu sangat
diperlukan pemilihan pengemasan yang tepat untuk itu sehingga masa simpan bahan
pangan dapat ditingkatkan dan nilai gizi bahan pangan masih dapat dipertahankan.
1.2 Tujuan
Praktikum kali ini bertujuan untuk menguji ketahanan kemasan karton dan
plastik pada produk susu UHT dan AMDK terhadap kerusakan mekanik dan kimiawi.
BAB II
METODOLOGI
2.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah baskom dan sendok.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah Susu Ultra, air minum AMDK, dan
pewarna (Wantex).
2.2 Metode
Langkah-langkah atau cara kerja yang kami lakukan dalam praktikum kali ini
adalah sebagai berikut :
2.2.1 Pengamatan pada Susu Ultra
Kemasan Susu Ultra
Direndam dalam pewarna
Amati perubahan warna susu !
DitusukDisobek
Dijatuhkan & Dikocok
DirusakDigores-gores
2.2.2 Pengamatan pada AMDK
Kemasan AMDK
Direndam dalam pewarna & amati perubahan warna !
Ditusuk dipinggir “sealing”
Digores-gores Dibuka sealing Tidak dirusak
Ditusuk 5× & 2× dipinggir “sealing”
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan pada Susu Ultra
Kelompok
Jenis Kerusakan Hasil Pengamatan
1 Digores-gores.
Bagian atas ditusuk (tidak sampai bocor)
Warna tidak berubah
2 Kemasan luar disobek
Ditusuk bagian depan (tidak sampai bocor)
Warna tidak berubah
3 Dijatuhkan
Dikocok
Warna tidak berubah
4 Tidak ditusuk Warna tidak berubah
5 Ditusuk bagian atas dan bawah sampai bocor.
Warna berubah
6 Dijatuhkan
Ditusuk bagian atas 1 tusuk.
Warna tidak berubah
Tabel 1.2 Hasil Pengamatan pada AMDK
Kelompok
Jenis Kerusakan Hasil Pengamatan
1 Ditusuk dipinggir “Sealing” tidak sampai bocor.
Masih Jernih
2 Bagian “sealing”dibuka tidak sampai rusak.
Masih Jernih
3 Digores-gores pada bagian “seal” Masih Jernih
4 Tidak dirusak Masih Jernih
5 Ditusuk bagian pinggir seal berbagai pinggir sebanyak 5×
Berubah Warna (paling hijau)
6 Ditusuk ditepi atas (seal) 2× sampai bocor
Berubah warna
3.2 Pembahasan
Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang
menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai
(Wikipedia 2011).
Sistem ketahanan produk pangan sangat tergantung jenis kemasan (packing)
yang digunakan (http://kuliahitukeren.blogspot.com). Fungsi dari kemasan adalah
menjaga produk tetap bersih dan melindungi dari terjadi kontaminan, sehingga
produk dapat tahan lebih lama.
Produk pangan juga tidak luput dari berbagai kerusakan. Adanya pengemasan
dapat membantu untuk mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan- kerusakan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan bahan pangan berkaitan dengan
kemasan yang digunakan. Menurut Winarno dan Jenie (1983) kerusakan dapat
digolongkan menjadi dua golongan. Pada golongan pertama, kerusakan ditentukan
oleh sifat alamiah dari produk dan tidak dapat dicegah dengan pengemasan
(perubahan kimia, biokimia, fisik serta mikrobiologi). Sedangkan golongan kedua,
kerusakan ditentukan oleh lingkungan dan dapat dikontrol oleh adanya pengemasan
(kerusakan mekanis, perubahan kadar air bahan, absorpsi dan interaksi dengan
oksigen).
Sedangkan menurut Susiwi (2009), berdasarkan penyebabnya kerusakan
bahan pangan dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1. Kerusakan Mikrobiologis
Kerusakan ini sangat merugikan dan kadang-kadang berbahaya bagi kesehatan
karena racun yang diproduksi, penularan serta penjalaran kerusakan yang cepat.
Bahan yang telah rusak oleh mikroba juga dapat menjadi sumber kontaminasi yang
berbahaya bagi bahan lain yang masih sehat atau segar. Penyebab kerusakan
mikrobiologis adalah bermacam-macam mikroba seperti kapang, khamir dan bakteri.
2. Kerusakan Fisik
Kerusakan fisik ini disebabkan karena perlakuan-perlakuan fisik. Misalnya
terjadinya “case hardening” , kerusakan dingin (chilling injuries) atau kerusakan
beku (freezing injuries) dan “freezer burn” pada bahan yang dibekukan.
3. Kerusakan Biologis
Kerusakan biologis yaitu kerusakan yang disebabkan karena kerusakan
fisiologis, serangga dan binatang pengerat (rodentia). Kerusakan fisiologis meliputi
kerusakan yang disebabkan oleh reaksi-reaksi metabolisme dalam bahan atau oleh
enzim-enzim yang terdapat didalam bahan itu sendiri secara alami sehingga terjadi
autolisis dan berakhir dengan kerusakan.
4. Kerusakan Mekanis
Kerusakan mekanis disebabkan adanya benturan-benturan mekanis.
Kerusakan ini terjadi pada : benturan antar bahan, waktu dipanen dengan alat, selama
pengangkutan (tertindih atau tertekan) maupun terjatuh, sehingga mengalami bentuk
atau cacat berupa memar, tersobek atau terpotong. Kerusakan jenis inilah yang akan
dilakukan oleh praktikan untuk menguji ketahanan kemasan tetrapack (susu ultra)
dan air minum AMDK. Wadah yang rusak karena tekanan atau benturan dapat
menyebabkan makanan di dalamnya juga rusak dalam arti berubah bentuknya
(Winarno 1983). Perubahan akibat kerusakan mekanis ini adalah perubahan yang
paling mudah untuk diketahui. Hal ini dikarenakan perubahan terjadi karena adanya
pengaruh dari luar dan perubahannya dapat dilihat (Halid 2003). Perubahan mekanis
terjadi karena adanya benturan, gesekan, tertindih, terbanting, dan lain sebagainya.
3.2.1 Pengujian Ketahanan Kemasan Susu (Tetrapack)
Kemasan tetra pack adalah jenis kemasan aseptik. Kemasan ini terdiri dari
lapisan kertas, aluminium dan plastik yang tidak hanya anti bocor, namun juga bisa
melindungi isi kemasan dari ancaman bakteri. Karena kelebihannya ini, banyak
produk yang kemudian dikemas dengan menggunakan kemasan aseptik. kemasan
tetra pack sendri dipilih karena memilki keunggulan seperti kombinasi penampilan
antara kemasan aseptik dengan kesan produk yang perlu didinginkan. Selain itu
kemasan tetra pack juga mudah dibawa, dipegang dan disimpan.
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan untuk menguji ketahanan
kemasan susu (tetrapack) dengan menggunakan berbagai macam perlakuan
kerusakan yang berbeda-beda. Kelompok pertama memberi perlakuan dengan cara
menggores-gores kemasan dan menusuk bagian atas kemasan namun tidak sampai
membuat kemasan bocor. Kelompok dua memberi perlakuan dengan cara menyobek
kemasan luar dan menusuk bagian depan kemasan namun tidak sampai membuat
kemasan bocor. Kelompok tiga memberi perlakuan dengan cara menjatuhkan dan
mengocok kemasan. Kelompok empat memberi perlakuan dengan cara tidak merusak
produk (didiamkan saja). Kelompok lima menusuk bagian atas dan bagian bawah
kemasan sehingga kemasan menjadi bocor. Dan kelompok enam yang member
perlakuan dengan cara menjatuhkan produk dan menusuk bagian atas kemasan
sebanyak satu tusukan.
Setelah diberi perlakuan yang berbeda-beda, kemasan produk tersebut
direndamkan dalam baskom berisi pewarna bewarna hijau (Wantex) untuk menguji
apakah pewarna tersebut akan masuk dan tercampur dengan susu setelah dilakukan
berbagai macam perlakuan kerusakan yang berbeda dari setiap kelompok.
Hasil menunjukkan bahwa pengujian yang dilakukan oleh kelompok satu,
dua, tiga, empat dan enam menunjukkan bahwa tidak adanya perubahan warna pada
susu. Hal ini berarti pewarna tersebut tidak masuk dan tercampur dengan susu.
Sedangkan perlakuan yang dilakukan oleh kelompok lima memberi hasil bahwa
terdapat adanya perubahan warna pada susu dari merah muda menjadi merah
kehijauan. Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa perlakuan yang
dilakukan oleh kelompok lima memberi pengaruh terhadap ketahanan kemasan
produk pangan (ketahanan kemasan menurun). Hal ini disebabkan kelompok lima
memberi perlakuan pada kemasan dengan cara menusuk bagian atas dan bagian
depan kemasan. Sedangkan kelompok lain hanya menusuk bagian atasnya saja atau
bagian depannya saja. Selain itu kelompok lima memberi perlakuan dengan cara
menusuk kemasan sampai bocor sehingga pewarna yang terdapat dalam baskom
masuk ke dalam produk. Sedangkan kelompok lain membuat perlakuan kerusakan
pada kemasan dengan cara menusuk namun tidak sampai membuat kemasan tersebut
bocor.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan masing-masing kelompok dapat
dilihat bahwa kemasan tetrapack (susu) cukup tahan terhadap berbagai perilaku
kerusakan. Hal ini dapat dibuktikan saat kemasan sengaja digores dan ditusuk,
pewarna tetap tidak masuk dan tercampur dengan susu. Kecuali jika kemasan sengaja
ditusuk sampai bocor sehingga menyebabkan pewarna masuk dan tercampur dengan
susu.
Kemasan tetrapack adalah kemasan yang cukup tahan dengan kerusakan
mekanis karena saat diproses, kemasan dalam sistim aseptis ini harus diuji terlebih
dahulu (Syarief 1989). Pengujian ini bersifat non destruktif. Beberapa tes yang sering
digunakan adalah:
1. Uji Elektrolit
Uji ini digunakan untuk mengetahui kerusakan yang
berhubungan dengan kebocoran kemasan, uji ini menggunakan
larutan elekroli, apabila terjadi kebocoran maka akan terjadi arus
listrik.
2. Uji Tekanan
Uji ini digunakan untuk mendeteksi kebocoran dari kemasan.
Dalam uji ini, gas diinjeksikan ke dalam kemasan yang telah dicelup
ke dalam air. Injeksi gas dilakukan dengan pompa. Apabila terjadi
kebocoran maka akan terjadi gelembung dalam air
3. Uji Mikrobiologi
Uji ini digunakan untuk mendeteksi adanya kontaminasi
mikroba dalam kemasan. Uji ini juga digunakan untuk menguji
efektivitas sterilan yang digunakan.
3.2.2 Pengujian Ketahanan Produk AMDK
Air minum kemasan atau dengan istilah AMDK (Air Minum Dalam
Kemasan), merupakan air minum yang siap dikonsumsi secara langsung tanpa harus
melalui proses pemanasan terlebih dahulu. Air minum dalam kemasan merupakan air
yang dikemas dalam berbagai bentuk wadah 19 liter atau 5 galon, 1500 ml atau 600
ml ( bottle), 240 ml /220 ml (cup).
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan untuk menguji ketahanan
kemasan AMDK dengan menggunakan berbagai macam perlakuan kerusakan yang
berbeda-beda. Kelompok pertama memberi perlakuan kerusakan dengan cara
menusuk di pinggir sealing namun tidak sampai bocor. Kelompok dua memberi
perlakuan dengan cara membuka bagian sealing kemasan namun tidak sampai rusak.
Kelompok tiga memberi perlakuan dengan cara menggores-gores pada bagian seal.
Kelompok empat memberi perlakuan dengan cara tidak merusak produk (didiamkan
saja). Kelompok lima memberi perlakuan dengan cara menusuk kemasan di berbagai
pinggiran seal sebanyak 5 kali. Sedangkan kelompok enam memberi perlakuan
dengan cara menusuk di tepi atas (seal) sebanyak dua kali sampai bocor.
Setelah diberi perlakuan yang berbeda-beda, kemasan produk tersebut
direndamkan dalam baskom berisi pewarna bewarna hijau (Wantex) untuk menguji
apakah pewarna tersebut akan masuk dan tercampur dengan air setelah dilakukan
berbagai macam perlakuan yang berbeda dari setiap kelompok.
Hasil menunjukkan bahwa pengujian yang dilakukan oleh kelompok satu,
dua, tiga, dan empat menunjukkan bahwa tidak adanya perubahan warna pada air.
Sedangkan perlakuan yang dilakukan oleh kelompok lima dan enam memberi hasil
bahwa terdapat adanya perubahan warna pada air dari berwarna bening menjadi hijau.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa perlakuan yang dilakukan oleh
kelompok lima dan enam memberi pengaruh terhadap ketahanan kemasan produk
pangan (ketahanan kemasan menurun). Namun apabila dibandingkan, pewarna yang
masuk ke dalam produk lebih banyak pada kemasan yang diberi perlakuan oleh
kelompok lima daripada kelompok enam. Hal ini disebabkan kelompok lima
menusuk kemasan di berbagai pinggiran, dengan tusukan yang banyak sampai lima
kali sehingga dapat terjadi kebocoran yang mungkin tidak telalu besar namun dapat
membuat pewarna masuk ke dalam air. Sedangkan kelompok enam hanya menusuk
kemasan sebanyak 2 kali. Walaupun tetap terjadi kebocoran karena pewarna masuk
ke dalam air sehingga mempengaruhi warna air, namun warna hijau yang dihasilkan
tidak sepekat warna produk yang diberikan perlakuan sampai 5 kali tusukan oleh
kelompok lima.
Perlakuan yang dilakukan oleh kelompok yang lain tidak mengalami
perubahan warna karena hanya diberi perlakuan menusuk dan tidak sampai bocor.
Sebenarnya perlakuan ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna karena
terjadi tusukan sehingga muncul lubang-lubang kecil yang dapat dimasukkan oleh
pewarna ke dalam produk. Namun waktu yang dilakukan untuk merendamkan produk
ke dalam pewarna terjadi secara cepat yaitu hanya selama satu jam, sehingga proses
masuknya pewarna ke dalam produk pangan belum terjadi secara maksimal.
Dari percobaan diatas dapat dilihat bahwa kemasan AMDK cukup tahan
dengan berbagai macam perilaku kerusakan. Hal ini juga disebabkan karena kemasan
AMDK termasuk dalam kemasan yang memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap
kikisan dan sobekan, tahan terhadap benturan dan tidak mudah pecah
(http://www.distributorplastik.com).
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan untuk menguji ketahanan suatu
kemasan, dapat disimpulkan bahwa kemasan tetrapack (susu) dan kemasan AMDK
cukup tahan terhadap berbagai perilaku kerusakan. Hal ini dapat dibuktikan saat
kemasan sengaja digores dan ditusuk, pewarna tetap tidak masuk dan tercampur
dengan produk. Kecuali jika kemasan sengaja ditusuk sampai bocor sehingga
menyebabkan pewarna masuk dan tercampur dengan susu. Selain itu kemasan
tetrapack dan kemasan AMDK merupakan kemasan yang sengaja didesain untuk
menahan dari adanya benturan dan goncangan sehingga kemasan ini cukup tahan
apabila diberi perlakuan kerusakan secara mekanis.
4.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan kami menyarankan agar saat
membeli suatu produk pangan, konsumen terlebih dahulu memperhatikan sifat fisik
dari suatu kemasan apakah kemasan tersebut masih baik atau tidak. Hal ini dilakukan
agar tidak terjadi kontaminasi pada produk yang disebabkan oleh kerusakan mekanis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2011. Pengemasan. http://id.wikipedia.org/wiki/Pengemasan (1 Mei 2012)
Anonim2. 2011. Ketahanan dan Keamanan Bioteknologi.
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/07/ketahanan-dan-keamanan-
bioteknologi.html (2 Mei 2012)
Anonim3. 2008. Kemasan Plastik. http://www.distributorplastik.com (3 Mei 2012)
Halid. 2003. Pengolahan Hilir Bahan Pangan. Jakarta: PT Agro Media Pustaka.
Susiwi. 2009. Kerusakan Pangan. http://file.upi.edu (2 Mei 2012)
Winarno, F.G. dan Jennie. 1982. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara
Pencegahannya. Jakarta: Ghalia Indonesia
Winarno. 1983. Enzim Pangan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Zeo. 2012. Kemasan AMDK.
http://zeofilt.wordpress.com/amdk-industri-kemasan/sekilas-air-kemasan-amdk/
(3 Mei 2012)