Makalah Pengemasan
-
Upload
rendi-chelsea -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
Transcript of Makalah Pengemasan
Makalah Teknik Pengemasan Hasil Pertanian
UJI PENGEMASAN
Oleh Kelompok I :
MUHAMMAD JEFRI ( 1005106010003)
MAISUR MARZUKI (1005106020017)
AKBAR QA’DRI RAMBE (10051060100
ARIZAL FACHRI (10051060100
YAZIDUL BUSTAMI (10051060200
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2013
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN Hal
1.1. Latar Belakang ...................................................................................1
1.2. Tujuan .................................................................................................1
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN
2.1. Penentuan Ketahanan Gesek Bahan Kemasan................................2
2.2. Evaluasi dan Uji Plastik......................................................................2
2.3. Uji Fisika..............................................................................................4
a. Uji resin (Resin testing)..........................................................................4
b. Uji wadah (Package testing)..................................................................4
c. Pemeriksaan visual pada kejernihan dan lapisan tambahan...................4
d. Keretakan wadah atau Paneling.............................................................4
e. Kebocoran wadah (Body leakage)..........................................................4
f. Kebocoran wadah (Body leakage)........................................................4
g. Pemeriksaan ukuran (Demensional testing)...........................................5
h. Pelabelan (labeling)...............................................................................5
2.4. Uji Kimia..............................................................................................5
a. IR spectra............................................................................................5
b. Uji logam berat....................................................................................5
c. Pengisi tambahan.................................................................................6
d. Plasticizer............................................................................................6
e. Antioksidan.........................................................................................6
2.5. Uji Biologi Plastik dan Polimer Lain.................................................6
a. Uji Reaktivitas secara Biologi in-vitro.................................................7
b. Uji Reaktivitas secara Biologi in-vivo.................................................7
2.6. Ketahanan Kemasan Susu Ultra.......................................................7
2.7. Ketahanan Gesek................................................................................8
2.8. Kekuatan Tarik dan Perpanjangan Putus Plastik...........................9
2.9. Ketahanan Kertas Terhadap Minyak.............................................10
2.10. Uji Bakar..........................................................................................10
2.11. Penentuan Daya Serap Kertas terhadap Air................................10
2.12. Uji Transmisi Daya.........................................................................11
2.13. Uji Tahan Bahan Kimia.................................................................11
2.14. Uji Ketahanan terhadap Air pada Suhu 121°..............................12
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 14
LAMPIRAN.........................................................................................................15
BAB IPENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Perlindungan diperlukan untuk sebagian atau hampir keseluruhan dari produk
yang dikemas agar mendapatkan nilai tambah, untuk promosi penjualan dan
kepuasaan pemilik juga untuk mendapatkan profit secara jangka panjang dan
pendek. Hal ini berkaitan dengan ketahanan kemasan. Ada dua faktor yang
mempengaruhi yakni, faktor extern dan faktor intern. Faktor extern yang
mempengaruhi ketahanan dari kemasan adalah iklim, transportasi, gas, air dan
serangga. Sedangkan faktor intern yang mempengaruhi ketahanan dari kemasan
adalah bahan pengemasnya sendiri, produk yang dikemas dan kandungan mikroba
di dalam kemasan serta bahan pangan yang dikemas.
Kedua faktor ini sangat erat sekali hubungannya dengan keadaan produk yang
dikemas sehingga perlu mendapatkan perhatian agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan, seperti nilai tambah produk hilang, kontaminasi dengan zat-zat
kimia, udara dan bakteri, profit atau laba menurun, keinginan konsumen tidak
tersampaikan, kerusakan atau pengembalian produk dan kelancaran transportasi
tidak baik (Sutedja, 1987).
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui pengujian tingkat ketahanan pada kemasan terhadap
penyimpanan bahan.
BAB IIISI DAN PEMBAHASAN
2.1. Penentuan Ketahanan Gesek Bahan Kemasan Kertas dan Plastik
Ketahanan gesek bahan kemasan berguna untuk menentukan bobot isi
kemasan serta penanganan produk terkemas yang sebaiknya dilakukan. Ketahanan
gesek menunjukan seberapa kuat bahan kemasan digesek dengan beban tertentu
sehingga rusak atau seberapa besar penurunan bobotnya akibat bergesekan dengan
beban tertentu. Pengujian ketahananan gesek menggunakan contoh uji berbentuk
lingkaran berdiameter 10 cm dengan lubang kecil ditengah berdiameter 0,5 cm
untuk memasukkan baut pengencang.Contoh kemudian ditimbang bobot awalnya.
Contoh uji dipasang pada abrasion resistance tester dengan cara lubang pada
contoh uji pada baut di tengah piringan alat dan contoh dijepit pada bagian tengah
dan tepinya. Selanjutnya alat penghitung putaran diset ke angka nol dan beban 50
g dipasang pada setiap roda penggesek. Sebelum menghidupkan motor, pompa
penghisap debu bekas gesekan harus dihidupkan terlebih dahulu. Selama alat
bekerja dengan cara contoh uji, dilakukan pengamatan terhadap adanya lubang.
Jika sudah terdapat lubang pada contoh uji, penggesekan dihentikan dan dilihat
jumlah putaran pada alat. Jika contoh uji tidak rusak maka pengujian dilakukan
hingga 50 kali putaran. Bobot bahan setelah pengujian ditimbang dan dilakukan
perhitungan kehilangan bobot bahan per satuan luas bidang gesek (g/cm2).
2.2. Evaluasi dan Uji Plastik
FDA telah memberikan batasan petunjuk masalah evaluasi dan uji bahan
polimer. Dengan penggunaan plastik sebagai bahan untuk wadah LVP, berikut ini
dapat dipertimbangkan kerangka dasar untuk melakukan pengujian:
1.Pemeriksaan untuk uji biologi dan fisikokimia, jumlah dan tipe senyawa
yang potensial untuk leaching atau terlepas dari wadah plastik.
2.Pemeriksaan integritas atau stabilitas dengan uji terhadap efek kondisi
penyimpanan, misal: waktu, suhu, cahaya, kelembaban dan efek siklus
sterilisasi terhadap sifat fisik, kimia dan biologi dari wadah.
3.Melakukan uji lainnya dan menghasilkan data perkiraan untuk menjamin
keamanan dari wadah.
Berbeda dengan bahan plastik, penggunaan gelas sebagai wadah LVP
telah diterima sejak dulu kala karena kebijakan lebih dahulu dan penggunaan
dalam waktu yang lama. Hal ini bukan berarti bahwa gelas dapat digunakan
pada aplikasi LVP tanpa deretan uji yang umum. Secara umum berbagai
wadah atau komponen yang kontak langsung dengan cairan LVP harus
diveluasi dengan perhatian yang khusus.
2.3. Uji Fisika
a. Uji resin (Resin testing)
Berdasarkan penerimaan karet mentah, manufaktur farmasi mencatat
banyaknya jumlah dari karet mentah dan percaya tingkat spesifikasi
penerimaan ditetapkan oleh manufakture resin. Uji fisik yang dilakukan
meliputi ukuran titik leleh dan ukuran endapan spesifik.
b. Uji wadah (Package testing)
Uji fisika pada wadah yang berisi komplit merupakan cara yang paling
banyak dilakukan. Pengujian biasanya meliputi uji visual, seperti kejernihan,
lapisan tambahan, uji tetesan, dan uji kebocoran. Uji integritas fisik meliputi
uji kebocoran wadah, kebocoran tutup dan integritas, uji dimensional
(ukuran), dan kerusakan label.
c. Pemeriksaan visual pada kejernihan dan lapisan tambahan
Standard untuk kejernihan wadah telah ditetapkan oleh manufaktur farmasi.
Kejernihan ini mengungkinkan untuk pemeriksaan.
d. Keretakan wadah atau Paneling
Wadah dapat menjadi rapuh karena sterilisasi atau proses manufaktur yang
tidak sesuai. Pemeriksaan visual dilakukan pada waktu yang sama dengan
pemeriksaan kejernihan produk. Paneling adalah peristiwa dimana wadah rata
atau memipih pada salah satu sisi dari botol.
e. Kebocoran wadah (Body leakage)
Uji integritas setelah produk diisikan ke dalam LVP, dapat dilakukan secara
manual maupun menggunakan instrumentasi elektronik, dilakukan untuk
mengukur ketahanan yang berkurang ketika melewati jembatan voltase. Cara
ini medeteksi media cairan yang meninggalkan wadah. LVP ditolak bila terjadi
kebocoran pada wadah.
f. Kebocoran tutup dan Integritas (Closure leakage and integrity)
Sisi dari wadah biasanya disegel dengan menggunakan tutup karet untuk
menutup rongga udara. Tutup ini harus menjamin integritas dari wadah.
Berdasarkan validasi siklus sterilisasi untuk LVP khusus, bagian ini harus
diperhatikan karena bila terjadi kebocoran, maka akan berpengaruh pada
sterilitas.
g. Pemeriksaan ukuran (Demensional testing)
Ukuran dan berat dari wadah harus diperiksa sebelum wadah diterima.
Volume juga harus diperiksa seperti pada integritas wadah.
h. Pelabelan (labeling)
Label harus dilihat untuk memeriksa kelengkapan dari label pada wadah,
termasuk expiration date, penjelasan mengenai komposisi. Jika label stampel
panas dicetak pada wadah atau botol maka harus dilakukan uji kebocoran dan
integritas untuk menegaskan bahwa tidak ada kerusakn pada wadah setelah
pencetakan.
2.4. Uji Kimia
Uji kimia dari wadah LVP dan bahan polimer mentah itu sendiri dilakukan
tergantung pada polimer yang digunakan dan sifat yang dinginkan pada wadah.
Umumnya, pemeriksan kimia dari polimer yang digunakan pada wadah LVP
dilakukan oleh supplier/pemasok polimer. Pemeriksaan tersebut meliputi analisis
berat molekul, sisa pijar, presentase logam berat dan pemeriksaan bahan tambahan
seperti stearat atau antioksidan. Pemeriksaan meliputi:
1. IR spectra
Identifikasi polimer dengan menggunakan spektroskopi IR sudah biasa
dilakukan. Sampel disiapkan pada pellet KBr atau tekanan kuat hingga
menjadi lapisan yang tipis. Gugus seperti –OH, C=O, dan –CH dapat
identifikasi berdasarkan pita serapan yang khas.
b. Uji logam berat
Kalsium (Ca) dan seng (Zn) merupakan logam yang sering diuji, biasanya
dilakukan dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrum). Logam
berat ini ditambahkan pada formula polimer LVP sebagai stabilizer (logam
oksida), mold releasing agent (zinc stearat), pewarna, seperti kalsium karbonat.
c. Pengisi tambahan
Pengisi ini merupakan bahan khusus yang harganya murah dan berguna
untuk memperpanjang polimer dan mengurangi harga plastik. Pengisi memiliki
efek menguatkan dam mengurangi penyusutan pada cetakan serta
meningkatkan koefisien panas. Pengisi yang sering digunakan adalah kalsium
karbonat dan talc. AAS dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kalsium dari
kalsium karbonat dan analisis thermogravimetric dapat digunakan untuk
mengevaluasi jumlah talc yang diisikan pada polimer.
d. Plasticizer
Plasticizer seperti senyawa phtalat (DEHP, di-2-ethyl-hexylphtalate sering
digunakan pada wadah PVC) harus diperiksa untuk melihat apakah terjadi
leaching dari wadah parenteral ke larutan dengan akumulasi lebih lanjut di
jaring tubuh dan organ pasien.
e. Antioksidan
Produk polyolefin mengandung antioksidan tertentu, seperti BHT (butylated
hydroxytoluene) dan DLPTDP (dilauril thiopropionate). Untuk mengekstraksi
antioksidan ini dapat digunkan kloroform sebagai pelarut. Saat ini, ketika
bahan plastik digunakn untuk wadah LVP, QC testing akan menghitung secara
kuantitatif antioksidan yang lepas atau migrasi dari wadah ke cairan LVP untuk
memeriksa bahwa senyawa yang lepas masih di bawah tingkat toksik.
2.5. Uji Biologi Plastik dan Polimer Lain
Uji ini terdiri dari dua tahap pengujian. Tahap pertama lakukan uji biologis
secara in-vitro sesuai prosedur seperti yang ertera pada Uji Reaktivitas secara
Biologi in-vitro. Bahan yang memerlukan uji in vitro tidak memerlukan uji
lanjutan. Tidak ada kelas plastik dinyatakan termasuk golongan ini. Bahan yang
tidak memenuhi persyaratan uji in-vitro harus diuji tahap kedua yang dilakukan
denga uji in-vivo seperti Uji injeksi sistemik, Uji intra-kutan, dan Uji implantasi
sesuai dengan prosedur yang tertera pada Uji Reaktivitas secara Biologi in-vivo.
a. Uji Reaktivitas secara Biologi in-vitro
Uji berikut dirancang untuk menentukan reaktivitas biologik biakan sel
mamalia setelah kontak dengan plastik elastomer dan bahan polimer lain
yang kontak dengan penderita secara langsung, atau dengan ekstrak khusus
yang dibuat dari bahan uji. Hal yang penting adalah menyediakan luas
permukaan spesifik untuk ekstraksi. Jika luas permukaan specimen tidak
dapat ditentukan, gunakan 0,1 g elastomer atau 0,2 g plastik atau bahan lain
untuk setiap mL cairan ekstraksi. Juga penting untuk berhati-hati dalam
penyediaan bahan-bahan tersebut untuk menghindari kontaminasi mikroba
dan zat asing lain.
b. Uji Reaktivitas secara Biologi in-vivo.
Uji berikut dirancang untuk menentukan respon biologik hewan terhadap
plastik elastomer dan bahan polimer lain yang kontak dengan penderita
secara langsung atau tidak langsung, atau dengan penyuntikan ekstrak khusus
yang dibuat dari bahan uji. Hal yang penting yaitu menyediakan daerah
permukaan spesifik untuk ekstraksi. Jila daerah permukaan specimen bahan
lain untuk tiap mL cairan ekstraksi.
2.6. Ketahanan Kemasan Susu Ultra
Suatu kemasan dilakukan pengujian dengan menggunakan uji perendaman
yang sebelumnya diberi lubang, pelubangan ini bertujuan untuk mengetahui laju
kebocoran dalam waktu yang ditentukan yaitu selama 1 jam, dengan jumlah 6
sampel sama dengan jumlah lubang yang berbeda maka akan terlihat sejauh mana
larutan pewarna masuk ke dalam kemasan, dikarenakan saat kemasan menjadi
bocor maka disaat itu kemasan sudah lagi tidak bisa melindungi produk yang ada
didalamnya (Pratiwi, 2012). Dari data yang diperoleh diketahui bahwa kemasan
yang ditusuk bagian atas atau bawahnya tidak sampai bocor mengalami perubahan
warna susu dari merah muda pucat menjadi kehijauan. Hal ini terjadi karena
lubang kecil yang dihasilkan saat dilakukan perusakan dan memungkinkan
pewarna untuk masuk ke dalam kemasan. Sehingga kemasan sudah tidak mampu
melindungi produk di dalamnya.
2.7. Ketahanan Gesek
Karton memiliki kehilangan bobot yang hampir sama dengan kertas minyak.
Hal ini dapat disebabkan karena permukaan karton agak kasar sehingga banyak
bagian yang hilang ketika terjadi gesekan. Oleh karena itu, maka karton yang
digunakan untuk pengemasan dibuat tebal dengan permukaan lebih licin sehingga
lebih tahan terhadap gesekan. Pada kertas lainnya, kehilangan bobotnya lebih
kecil dari karton. Ini dapat disebabkan karena permukan kertas agak licin
sehingga dapat mengurangi kehilangan bobot akibat gesekan dengan benda lain.
Gaya gesek pada permukaan kasar lebih besar dibandingkan dengan gaya gesek
pada permukaan yang lebih licin. Selain itu beban dari benda yang bergesekan
juga berpengaruh. Kehilangan bobot saja belum mengindikasikan ketahanan gesek
suatu jenis kertas. Jumlah gesekan yang diperlukan hingga dupleks rusak lebih
besar dibandingkan dengan jumlah gesekan yang diperlukan hingga kertas rusak.
Hal ini disebabkan karena dupleks lebih tebal dari pada kertas. Dengan demikian
dalam hal ketahanan gesek, dupleks lebih tahan dibandingkan dengan kertas.
Pada penentuan ketahanan gesek diperlukan penghisap debu untuk
memisahkan debu hasil penggesekan. Hal ini disebabkan karena bila tidak ada
penghisap debu, maka debu hasil penggesekan akan menghalangi bidang gesekan,
sehingga dapat mengganggu hasil pengukuran. Selain itu pada aplikasinya juga
bila kemasan kertas mengalami gesekan pada saat penanganannya, maka
umumnya debu hasil gesekan tidak akan tertinggal pada permukaan gesekan.
Pengujian contoh kertas untuk ketahanan geseknya dilakukan sampai kertas
tersebut rusak. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut yaitu bila kertas atau
karton digunakan untuk mengemas suatu produk, maka ia harus dapat melindungi
produk tersebut dari berbagai gangguan dari luar, antara lain berupa gesekan,
adanya tumpukan yang bisa merusak produk, dan mencegah kontak dengan bahan
atau senyawa lain. sebagai pelindung produk (pengemas). Oleh karena itu
dilakukan pengujian daya tahan kertas/karton terhadap gesekan yang aplikasinya
berkaitan dengan ketahanan kemasan digeser dan ditumpuk selama penyimpanan.
Pengujian ini dihentikan bila kertas tersebut rusak (lubang atau sobek), karena bila
kertas telah rusak maka pada aplikasinya ia tidak berfungsi lagi sebagai kemasan
yang melindungi produk. Jumlah gesekan pada saat kertas rusak mengindikasikan
bahwa kertas tersebut dapat rusak pada sejumlah gesekan dengan beban/bobot
tertentu yang bisa ditahan.
Nilai ketahanan gesek pada sisi velt (sisi dalam) dan sisi roll (sisi luar) berbeda.
Ini dapat disebabkan karena permukaan sisi velt lebih kasar dibandingkan dengan
sisi roll, sehingga pada waktu bergesekan gaya geseknyabesar dan demikian juga
dengan kehilangan bobot yang terjadi. Untuk keperluan kemasan, perlu diketahui
ketahanan gesek. Uji ketahanan gesek dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan
gesek kertas dengan melihat kehilangan bobot dari kertas akibat sejumlah gesekan
yang diberikan pada bobot tertentu. Dengan mengetahui ketahanan gesek kertas
tersebut maka kita dapat menentukan apakah kertas/karton yang digunakan
sebagai pengemas dapat mengalami gesekan atau tidak, atau sampai seberapa
besar gesekan yang bisa diterima kertas/karton tersebut. Kegunaan dari uji ini
yaitu berhubungan dengan aplikasinya terhadap ketahanan kemasan digeser
selama penggunaan dan transportasi, serta pada saat ditumpuk untuk
penyimpanan.
2.8. Kekuatan Tarik dan Perpanjangan Putus Plastik
Plastik HDPE dan LDPE merupakan plastik yang terdiri dari polimer yang
sama dengan densitas yang berbeda. Kekuatan tarik pada plastik HDPE lebih
besar dibandingkan dengan pada plastik LDPE. Hal ini dapat disebabkan karena
pada HDPE rantai-rantai molekul tersusun lebih teratur dibandingkan dengan
LDPE, sehingga dibutuhkan kekuatan tarik yang lebih besar untuk memutuskan
plastik HDPE dibanding dengan untuk plastik LDPE. Hal ini berkaitan juga
dengan nilai densitas kedua jenis plastik tersebut. HDPE yang memiliki densitas
yang lebih tinggi, maka strukturnya tertutup atau susunan rantai-rantai polimernya
lebih rapat dibandingkan dengan LDPE yang memiliki densitas rendah. Menurut
Harper (1975) pada polietilen jenis low density terdapat sedikit cabang pada rantai
antara molekulnya yang menyebabkan plastik ini memiliki densitas yang rendah,
sedangkan high density mempunyai jumlah rantai cabang yang lebih sedikit
dibanding jenis low density. Dengan demikian high density memiliki sifat bahan
yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Nilai kekuatan
tarik ini perlu untuk mengetahui kekuatan kemasan bila diberi diberi tekanan.
Semakin tinggi kemampuan suatu bahan kemasan untuk menerima suatu tekanan
yang diberikan, maka semakin tinggi mutu suatu kemasan itu di dalam melindungi
produk dari tekanan yang terjadi selama penyimpanan atau transportasi, sehingga
kerusakan mekanis yang akan terjadi pada produk akan bisa dikurangi.
2.9. Ketahanan Kertas Terhadap Minyak
Kertas yang diuji diletakkan di atas kertas indikator berwarna putih, ke atas
kertas yang diuji dituang pasir hingga membentuk kerucut. Dituang terpentin
berwarna merah ke atasnya waktu dari mulai terpentin dituang hingga terbentuk
spot merah pertama kali menunjukkan tingkat ketahanan kertas terhadap minyak
kertas tahan minyak relatif lebih mahal.
2.10. Uji Bakar
Dari hasil percobaan bahwa yang paling mudah terbakar dari semua jenis
bahan plastik yang diteliti adalah jenis polietilen (LDPE), bahkan pada LDPE ini,
saat sumber api dijauhkan tidak mati. Hal ini sesuai dengan tinjauan literatur dari
Christopher (1981) yang menyatakan bahwa PE dengan massa jenis 38
mempunyai konduktivitas thermal 0.046, sedangkan PVC dengan massa jenis 35
memiliki konduktivitas thermal 0.028. Jadi wajar saja LDPE lebih mudah
terbakar, karena bahan plastik ini mempunyai daya penghantar panas yang lebih
tinggi dibandingkan dengan PVC.
2.11. Penentuan Daya Serap Kertas terhadap Air
Contoh kertas dengan diameter 10 cm ditimbang bobot awalnya, kemudian
diselipkan pada alat COBB tester diantara plat dan tabung. Selanjutnya baut
penahan dipasang rapat agar tidak terjadi kebocoran.Sebanyak 100 ml air
dimasukkan ke dalam alat dan didiamkan selama 10 menit. Air kemudian
dikeluarkan dari alat dan contoh uji dikering anginkan. Contoh uji ditimbang
kembaliberatnya. Selanjutnya dilakukan perhitungan jumlah air yang diserap oleh
kertasper satuan luas (g/cm2. menit). Pengujian dilakukan senbanyak dua kali
ulangan.
2.12. UJI Transmisi Cahaya
Spektrofotometer dengan kepekaan dan ketelitian yang sesuai untuk
pengukuran jumlah cahaya yang ditransmisi oleh wadah sediaan farmasi yang
terbuat dari bahan gelas.
Penyiapan contoh:
Potong wadah kaca dengan gergaji melingkar yang dipasang dengan roda
abrasif basah, seperti suatu roda berlian. Wadah dari kaca tiup dipilih bagian yang
mewakili ketebalan rata-rata dinding dan potong secukupnya hingga dapat sesuai
untuk dipasang dalam spektrofotometer. Wadah gelas tadi dicuci dan dikeringkan
dengan hati-hati untuk menghindari adanya goresan pada permukaan. Gelas
contoh kemudian dibersihkan dengan kertas lensa dan dipasang pegangan contoh
dengan bantuan paku lilin
Prosedur:
Potongan diletakkan dalam spektrofotometer denagn sumbu silindris sejajar
terhadap bidang celah dan lebih kurang di tengah celah. Jika diletakkan dengan
benar, sorotan cahaya normal terhadap permukaan potongan dan kehilangan
pantulan cahaya minimum. Ukur tranmitans potongan dibandingkan dengan udara
pada daerah spektrum yang diinginkan terus-menerus dengan alat perekam atau
pada interval lebih kurang 20 nm dengan alat manual pada daerah panjang
gelombang 290 nm—450nm.
2.13. Uji Tahan Bahan Kimia
Menetapkan daya tahan wadah kaca atau gelas baru (yang belum pernah
digunakan) terhadap air. Tingkat ketahanan ditentukan dari jumlah alkali yang
terlepas dari kaca karena pengaruh media pada kondisi ynag telah ditentukan.
Pengujian dilakukan di ruangan yang relatif bebas dari asap dan debu berlebihan.
2.14. Uji Ketahanan terhadap Air pada Suhu 121°
Penyiapan contoh:
Pilih secara acak 3 atau lebih wadah bilas 2 kali dengan air kemurnian tinggi.
Prosedur :
Isi setiap wadah dengan air kemurnian tinggi hingga 90% dari kapasitas
penuh dan lakukan prosedur seperti yang tertera pada uji serbuk kaca mulai
dengan “Tutup semua labu…..”, kecuali waktu pemansan dengan otoklaf 60 menit
bukan 30 menit dan diakhiri dengan “untuk mencegah terjadinya hampa udara”.
Kosongkan isi dari 1 atau lebih wadah ke dalam gelas ukur 100 ml. Jika wadah
lebih kecil, gabungkan isi dari beberapa wadah untuk memperoleh voluyme 100
ml. Masukkan kumpulan contoh dalam labu erlenmeyer 250 ml terbuat dari kaca
tahan bahan kimia, tambahkan 5 tetes larutan metil merah, titrasi dalam keadaan
hangat dengan asam sulfat 0,020N LV. Selesaikan titrasi dalam waktu 60 menit
setelah otoklaf dibuka. Catat volume asam sulfat 0,020 N yang digunakan ,
lakukan titrasi blanko dengan 100 ml air kemurnian tinggi pada suhu yang sama
dan dengan jumlah indikator yang sama. Volume tidak lebih dari yang tertera
pada tabel tipe kaca dan batas uji untuk tipe kaca yang diuji.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1.Ketahanan gesek menunjukan seberapa kuat bahan kemasan digesek
dengan beban tertentu sehingga rusak atau seberapa besar penurunan
bobotnya akibat bergesekan dengan beban tertentu.
2.Pada penentuan ketahanan gesek diperlukan penghisap debu untuk
memisahkan debu hasil penggesekan. Hal ini disebabkan karena bila
tidak ada penghisap debu, maka debu hasil penggesekan akan
menghalangi bidang gesekan, sehingga dapat mengganggu hasil
pengukuran.
3.Uji ketahanan gesek dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan gesek
kertas dengan melihat kehilangan bobot dari kertas akibat sejumlah
gesekan yang diberikan pada bobot tertentu
4.Kekuatan tarik pada plastik HDPE lebih besar dibandingkan dengan pada
plastik LDPE. Hal ini dapat disebabkan karena pada HDPE rantai-rantai
molekul tersusun lebih teratur dibandingkan dengan LDPE.
5.Semakin tinggi kemampuan suatu bahan kemasan untuk menerima suatu
tekanan yang diberikan, maka semakin tinggi mutu suatu kemasan itu di
dalam melindungi produk dari tekanan yang terjadi selama penyimpanan
atau transportasi.
6.Karton memiliki kehilangan bobot yang hampir sama dengan kertas
minyak. Hal ini dapat disebabkan karena permukaan karton agak kasar
sehingga banyak bagian yang hilang ketika terjadi gesekan.
DAFTAR PUSTAKA
Aspihani H. 2006. Kajian Pengaruh Tipe Kemasan dan Bahan Kemasan.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Bachriansyah, 1997. Identifikasi Plastik. Departemen Perindustrian dan
Perdagangan. Bogor.
Harper,1975. Polymer Materials. Mac Millan Publishers LTD. London.
Pratiwi, 2012. Kajian Perubahan Suhu Dalam Kemasan. Fakultas Teknologi
Pertanian. IPB.Bogor.
Sutedja, 1987. Perancangan Kemasan. Hyatt regency.Surabaya.
LAMPIRAN
1. Berapakah biasa nya penentuan ketahanan gesek di ulang jika contoh uji tidak
rusak?
Jawaban :
Maka pengujian dilakukan hingga 50 kali putaran.
2. Kenapa nilai ketahanan gesek pada sisi velt (sisi dalam) dan sisi roll (sisi luar)
berbeda?
Jawaban :
Karena permukaan sisi velt lebih kasar dibandingkan dengan sisi roll,
sehingga pada waktu bergesekan gaya geseknyabesar dan demikian juga
dengan kehilangan bobot yang terjadi.
3. Kenapa penentuan ketahanan gesek diperlukan penghisap debu?
Jawaban :
Karena bila tidak ada penghisap debu, maka debu hasil penggesekan
akan menghalangi bidang gesekan, sehingga dapat mengganggu hasil
pengukuran.
4. Pada wadah digunakan uji integritas fisik, sebutkan meliputi apa-apa saja?
Jawaban :
Uji kebocoran wadah, kebocoran tutup dan integritas, uji dimensional
(ukuran), dan kerusakan label.
5. Kenapa pengujian daya tahan kertas/karton terhadap gesekan dihentikan pada
saat karton rusak dan sobek?
Jawaban :
Karena bila kertas telah rusak maka pada aplikasinya ia tidak berfungsi
lagi sebagai kemasan yang melindungi produk.
6. Untuk apa pengujian tahan gesek dilakukan?
Jawaban :
Dengan mengetahui ketahanan gesek kertas tersebut maka kita dapat
menentukan apakah kertas/karton yang digunakan sebagai pengemas
dapat mengalami gesekan atau tidak.
7. Mengapa Kekuatan tarik pada plastik HDPE lebih besar dibandingkan dengan
pada plastik LDPE?
Jawaban :
Hal ini dapat disebabkan karena pada HDPE rantai-rantai molekul tersusun
lebih teratur dibandingkan dengan LDPE, sehingga dibutuhkan kekuatan
tarik yang lebih besar untuk memutuskan plastik HDPE dibanding dengan
untuk plastik LDPE.
8. Kenapa plastik LDPE mudah terbakar di bandingkan PVC?
Jawaban :
Karena bahan plastik ini mempunyai daya penghantar panas yang lebih
tinggi dibandingkan dengan PVC.
9. Mengapa Suatu kemasan dilakukan pengujian dengan menggunakan uji
perendaman?
Jawaban :
Untuk mengetahui laju kebocoran dalam waktu yang ditentukan yaitu
selama 1 jam, dengan jumlah 6 sampel sama dengan jumlah lubang yang
berbeda maka akan terlihat sejauh mana larutan pewarna masuk ke dalam
kemasan.
10. Mengapa penyebab bahwa kemasan yang ditusuk bagian atas atau
bawahnya tidak sampai bocor mengalami perubahan warna susu dari merah
muda pucat?
Jawaban : Hal ini terjadi karena lubang kecil yang dihasilkan saat dilakukan
perusakan dan memungkinkan pewarna untuk masuk ke dalam kemasan.