Pengelolaan SDA dalam Pengembangan Wilayah

6
Opini Pengelolaan SDA terkait Pembangunan Wilayah Pengantar Perencanaan Wilayah Oleh: Liarizza Wardani / 135060607111013 Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

description

Opini terkait Pelestarian Kawasan Sempadan Sungai sebagai Solusi Banjir dan Penggerak Pembangunan Wilayah Surabaya-Gresik

Transcript of Pengelolaan SDA dalam Pengembangan Wilayah

Page 1: Pengelolaan SDA dalam Pengembangan Wilayah

Oleh: Liarizza Wardani / 135060607111013Jurusan Perencanaan Wilayah dan KotaFakultas Teknik Universitas Brawijaya

Page 2: Pengelolaan SDA dalam Pengembangan Wilayah

[ ] PPW - D

Pelestarian Kawasan Sempadan Sungai sebagai Solusi Banjir dan Penggerak

Pembangunan Wilayah

Sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia yang

harus dikelola dengan baik. Indonesia sebagai negara maritim sudah tentu memiliki banyak

sungai yang apabila dikelola dengan baik dapat menjadi salah satu penggerak dalam

pembangunan wilayah di Indonesia. Salah satu contohnya yaitu Kali Lamong. Kali Lamong

merupakan hilir dari Bengawan Solo. Kali Lamong melewati dua kawasan secara

administrasi, yaitu Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik. Namun beberapa tahun ini sering

terjadi banjir akibat meluapnya kali lamong. Berbagai keluhan mulai dari rumah yang

tergenang hingga gagal panen telah disampaikan kepada pemerintah daerah setempat.

Berbagai upaya juga dilakukan, seperti upaya penguatan tanggul di wilayah masing-masing,

dalam hal ini Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik. Upaya koordinasi antar kedua daerah

tersebut dilakukan dengan mengadakan rapat koordinasi yang membahas mengenai

pengelolaan Kali lamong yang menghasilkan pengajuan permohonan revitalisasi Kali

Lamong kepada BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo). Nemun dari pihak

BBWS merasa bahwa revitalisasi untuk sungai sebesar Kali Lamong tidak mudah dan tidak

murah. Hal ini dikarenakan tingginya biaya untuk revitalisasi sungai yaitu sebesar Rp.

200.000.000,00. Namun pihak BBWS sudah menganggarkan dana sebesar Rp. 10.000.000,00

untuk normalisasi Kali Lamong.

Beberapa upaya telah dilakukan namun pada kenyataannya volume banjir setiap

tahunnya semakin meningkat. Menurut saya tidak ada yang salah dengan upaya-upaya

tersebut, namun pengelolaan yang dilakukan hanya setengah-setengah dan solusi yang

ditawarkan belum sampai pada akar permasalahannya, serta kurang aksi nyata. Pelanggaran

kawasan lindung sempadan sungai, dangkalnya sungai, peningkatan debit air Kali Lamong,

serta adanya faktor ekonomi, merupakan beberapa hal yang perlu diselesaikan oleh kedua

wilayah tersebut.

Page 3: Pengelolaan SDA dalam Pengembangan Wilayah

[ ] PPW - D

Sumber: Ecoton

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui adanya pelanggaran terhadap kawasan

lindung daerah sempadan sungai. Selain normalisasi yang dapat dilakukan dengan melihat

Page 4: Pengelolaan SDA dalam Pengembangan Wilayah

[ ] PPW - D

adanya permukiman dan industri di daerah sempadan Kali Lamong, yaitu penertiban kawasan

lindung sempadan sungai. Pembebasan lahan ini memang terlihat sulit dan sampai sekarang

belum berhasil dilakukan pemerintah. Kesulitan tersebut karena kekhawatiran masyarakat

apabila digusur atau dipindahkan harus tinggal di lingkungan baru yang belum tentu nyaman

bagi mereka. Oleh sebab itu mengapa tidak dilakukan pembangunan permukiman ramah

lingkungan untuk menjawab kekhawatiran masyarakat seperti yang pernah dilakukan oleh

Pemerintah Rotterdam untuk mengatasi masalah banjir di wilayahnya. Normalisasi memang

perlu dilakukan agar dapat meningkatkan daya tampung sungai, namun dengan

menyelamatkan kawasan sempadan sungai maka kita dapat meringankan beban debit air yang

harus ditampung oleh sungai dan meningkatkan volume cadangan air bawah tanah.

Pemerintah sebaiknya lebih tegas terkait izin kegiatan di wilayah sempadan sungai.

Konsistensi upaya penyelamatan kawasan sempadan ini tidak lantas akan membuat wilayah

menjadi miskin karena tidak mengizinkan pendirian industri maupun pengembangan

permukiman. Hal ini dibuktikan dengan adanya konsistensi pelestarian kawasan sempadan di

Rotterdam. Konsistensi pelestarian di Rotterdam tidak lantas menyebabkan wilayah tersebut

miskin, namun dengan penataan yang baik, Rotterdam kini bahkan menjadi jantung

pelabuhan Benua Eropa. Apabila dilakukan pembebasan lahan di kawasan sempadan sungai,

normalisasi sungai dan dibukakan permukiman baru yang ramah lingkungan maka

masyarakat juga akan merasa diuntungkan karena mendapatkan permukiman yang

berkualitas dengan view water front. Industri di kawasan sempadan sungai pun perlu

ditertibkan. Memang tidak mudah dan akan berdampak pada sektor ekonomi, namun

pemerintah juga harus pintar dalam mengembalikan dampak terhadap kawasan tersebut

kepada industri. Apabila industri tersebut terus beroperasi di daerah sempadan dan terjadi

banjir terus menerus, berapa kerugian yang harus ditanggung, selain itu dengan berdirinya

bangunan industri tersebut sudah mengurangi volume air yang harusnya mampu diserap oleh

kawasan sempadan, sehingga apabila dihitung dengan kerugian yang didapatkan dengan terus

beroperasi di kawasan sempadan, maka harusnya industri tersebut bersedia direlokasikan.

Pemerintah juga dapat melakukan disinsentif yang ketat. Selain itu sebagai upaya preventif,

pemerintah juga harus tegas dan konsisten untuk melestarikan kawasan sempadan dengan

tidak mengizinkan pendirian bangunan atau pengadaan kegiatan seperti permukiman dan

industri.

Page 5: Pengelolaan SDA dalam Pengembangan Wilayah

[ ] PPW - D

Pemerintah tidak harus saling menunggu dan saling melempar tanggung jawab dalam

mengatasi masalah banjir ini. Apabila revitalisasi merupakan kewenangan BBWS maka

pemerintah kota/ kabupaten dapat mengambil kebijakan lain yang mengatasi masalah ini,

seperti pengembalian fungsi kawasan sempadan, peningkatan ruang terbuka hijau, pembuatan

sumur resapan untuk setiap bangunan, dan banyak hal lagi yang dapat dilakukan oleh

pemerintah kota/kabupaten. Pendekatan yang dilakukan juga hendaknya memperhatikan

persepsi masyarakat, agar masyarakat juga mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh

pemerintah.

Sungai yang bersih dan tidak meluap dapat dikelola dengan baik sehingga mampu

mengembangkan wilayah tersebut, seperti dapat dijadikan kawasan wisata, pengembangan

permukiman ramah lingkungan, dan lain-lain. Adanya mutiplier effect dari pelestarian

kawasan sempadan sungai tersebut terhadap berkembangnya suatu wilayah juga dapat

dijadikan sebagai salah satu alasan bagi Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik untuk tetap

konsisten dan tegas dalam melindungi sempadan Kali Lamong.