Pengelolaan SDA dalam Pengembangan Wilayah
-
Upload
liarizza-wardani -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
description
Transcript of Pengelolaan SDA dalam Pengembangan Wilayah
![Page 1: Pengelolaan SDA dalam Pengembangan Wilayah](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081809/563dbb70550346aa9aad2c2b/html5/thumbnails/1.jpg)
Oleh: Liarizza Wardani / 135060607111013Jurusan Perencanaan Wilayah dan KotaFakultas Teknik Universitas Brawijaya
![Page 2: Pengelolaan SDA dalam Pengembangan Wilayah](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081809/563dbb70550346aa9aad2c2b/html5/thumbnails/2.jpg)
[ ] PPW - D
Pelestarian Kawasan Sempadan Sungai sebagai Solusi Banjir dan Penggerak
Pembangunan Wilayah
Sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia yang
harus dikelola dengan baik. Indonesia sebagai negara maritim sudah tentu memiliki banyak
sungai yang apabila dikelola dengan baik dapat menjadi salah satu penggerak dalam
pembangunan wilayah di Indonesia. Salah satu contohnya yaitu Kali Lamong. Kali Lamong
merupakan hilir dari Bengawan Solo. Kali Lamong melewati dua kawasan secara
administrasi, yaitu Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik. Namun beberapa tahun ini sering
terjadi banjir akibat meluapnya kali lamong. Berbagai keluhan mulai dari rumah yang
tergenang hingga gagal panen telah disampaikan kepada pemerintah daerah setempat.
Berbagai upaya juga dilakukan, seperti upaya penguatan tanggul di wilayah masing-masing,
dalam hal ini Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik. Upaya koordinasi antar kedua daerah
tersebut dilakukan dengan mengadakan rapat koordinasi yang membahas mengenai
pengelolaan Kali lamong yang menghasilkan pengajuan permohonan revitalisasi Kali
Lamong kepada BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo). Nemun dari pihak
BBWS merasa bahwa revitalisasi untuk sungai sebesar Kali Lamong tidak mudah dan tidak
murah. Hal ini dikarenakan tingginya biaya untuk revitalisasi sungai yaitu sebesar Rp.
200.000.000,00. Namun pihak BBWS sudah menganggarkan dana sebesar Rp. 10.000.000,00
untuk normalisasi Kali Lamong.
Beberapa upaya telah dilakukan namun pada kenyataannya volume banjir setiap
tahunnya semakin meningkat. Menurut saya tidak ada yang salah dengan upaya-upaya
tersebut, namun pengelolaan yang dilakukan hanya setengah-setengah dan solusi yang
ditawarkan belum sampai pada akar permasalahannya, serta kurang aksi nyata. Pelanggaran
kawasan lindung sempadan sungai, dangkalnya sungai, peningkatan debit air Kali Lamong,
serta adanya faktor ekonomi, merupakan beberapa hal yang perlu diselesaikan oleh kedua
wilayah tersebut.
![Page 3: Pengelolaan SDA dalam Pengembangan Wilayah](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081809/563dbb70550346aa9aad2c2b/html5/thumbnails/3.jpg)
[ ] PPW - D
Sumber: Ecoton
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui adanya pelanggaran terhadap kawasan
lindung daerah sempadan sungai. Selain normalisasi yang dapat dilakukan dengan melihat
![Page 4: Pengelolaan SDA dalam Pengembangan Wilayah](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081809/563dbb70550346aa9aad2c2b/html5/thumbnails/4.jpg)
[ ] PPW - D
adanya permukiman dan industri di daerah sempadan Kali Lamong, yaitu penertiban kawasan
lindung sempadan sungai. Pembebasan lahan ini memang terlihat sulit dan sampai sekarang
belum berhasil dilakukan pemerintah. Kesulitan tersebut karena kekhawatiran masyarakat
apabila digusur atau dipindahkan harus tinggal di lingkungan baru yang belum tentu nyaman
bagi mereka. Oleh sebab itu mengapa tidak dilakukan pembangunan permukiman ramah
lingkungan untuk menjawab kekhawatiran masyarakat seperti yang pernah dilakukan oleh
Pemerintah Rotterdam untuk mengatasi masalah banjir di wilayahnya. Normalisasi memang
perlu dilakukan agar dapat meningkatkan daya tampung sungai, namun dengan
menyelamatkan kawasan sempadan sungai maka kita dapat meringankan beban debit air yang
harus ditampung oleh sungai dan meningkatkan volume cadangan air bawah tanah.
Pemerintah sebaiknya lebih tegas terkait izin kegiatan di wilayah sempadan sungai.
Konsistensi upaya penyelamatan kawasan sempadan ini tidak lantas akan membuat wilayah
menjadi miskin karena tidak mengizinkan pendirian industri maupun pengembangan
permukiman. Hal ini dibuktikan dengan adanya konsistensi pelestarian kawasan sempadan di
Rotterdam. Konsistensi pelestarian di Rotterdam tidak lantas menyebabkan wilayah tersebut
miskin, namun dengan penataan yang baik, Rotterdam kini bahkan menjadi jantung
pelabuhan Benua Eropa. Apabila dilakukan pembebasan lahan di kawasan sempadan sungai,
normalisasi sungai dan dibukakan permukiman baru yang ramah lingkungan maka
masyarakat juga akan merasa diuntungkan karena mendapatkan permukiman yang
berkualitas dengan view water front. Industri di kawasan sempadan sungai pun perlu
ditertibkan. Memang tidak mudah dan akan berdampak pada sektor ekonomi, namun
pemerintah juga harus pintar dalam mengembalikan dampak terhadap kawasan tersebut
kepada industri. Apabila industri tersebut terus beroperasi di daerah sempadan dan terjadi
banjir terus menerus, berapa kerugian yang harus ditanggung, selain itu dengan berdirinya
bangunan industri tersebut sudah mengurangi volume air yang harusnya mampu diserap oleh
kawasan sempadan, sehingga apabila dihitung dengan kerugian yang didapatkan dengan terus
beroperasi di kawasan sempadan, maka harusnya industri tersebut bersedia direlokasikan.
Pemerintah juga dapat melakukan disinsentif yang ketat. Selain itu sebagai upaya preventif,
pemerintah juga harus tegas dan konsisten untuk melestarikan kawasan sempadan dengan
tidak mengizinkan pendirian bangunan atau pengadaan kegiatan seperti permukiman dan
industri.
![Page 5: Pengelolaan SDA dalam Pengembangan Wilayah](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022081809/563dbb70550346aa9aad2c2b/html5/thumbnails/5.jpg)
[ ] PPW - D
Pemerintah tidak harus saling menunggu dan saling melempar tanggung jawab dalam
mengatasi masalah banjir ini. Apabila revitalisasi merupakan kewenangan BBWS maka
pemerintah kota/ kabupaten dapat mengambil kebijakan lain yang mengatasi masalah ini,
seperti pengembalian fungsi kawasan sempadan, peningkatan ruang terbuka hijau, pembuatan
sumur resapan untuk setiap bangunan, dan banyak hal lagi yang dapat dilakukan oleh
pemerintah kota/kabupaten. Pendekatan yang dilakukan juga hendaknya memperhatikan
persepsi masyarakat, agar masyarakat juga mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh
pemerintah.
Sungai yang bersih dan tidak meluap dapat dikelola dengan baik sehingga mampu
mengembangkan wilayah tersebut, seperti dapat dijadikan kawasan wisata, pengembangan
permukiman ramah lingkungan, dan lain-lain. Adanya mutiplier effect dari pelestarian
kawasan sempadan sungai tersebut terhadap berkembangnya suatu wilayah juga dapat
dijadikan sebagai salah satu alasan bagi Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik untuk tetap
konsisten dan tegas dalam melindungi sempadan Kali Lamong.