PENGELOLAAN SDA HUTAN: Implikasi Pelaksanaan UUCK

18
PENGELOLAAN SDA—HUTAN: Implikasi Pelaksanaan UUCK HARIADI KARTODIHARDJO 13 OKTOBER 2021

Transcript of PENGELOLAAN SDA HUTAN: Implikasi Pelaksanaan UUCK

Page 1: PENGELOLAAN SDA HUTAN: Implikasi Pelaksanaan UUCK

PENGELOLAAN SDA—HUTAN:

Implikasi Pelaksanaan UUCK

HARIADI KARTODIHARDJO

13 OKTOBER 2021

Page 2: PENGELOLAAN SDA HUTAN: Implikasi Pelaksanaan UUCK

Kawasan

hutan

Kecu-

kupan

kws

hutan

Peru-

bahan

perun-

tukan

Peman-

faatan

Hutan

ISI POKOK UU CIPTA KERJA & IMPLIKASINYA

• Resiko perizinan (Kesehatan, keselamatan, LH)

RBA

Kelembagaan

TataKelola

1

3

2

Page 3: PENGELOLAAN SDA HUTAN: Implikasi Pelaksanaan UUCK

Telaah thd Beberapa Pasal UU CK

Pasal 7—perizinan berusaha berbasis resiko (RBA)• Tingkat dan potensi bahaya mengacu pada kegiatan—bukan

pada bentang alam (media lingkungan) dimana kegiatan dilakukan;

Pasal 7—tingkat bahaya (kesehatan, keselamatan, lingkungan-sda) & sifat lainnya untuk hal tertentu; perlu sosial-budaya.Pasal 8—Perizinan berisiko rendah—diberi nomor induk berusaha sbg bukti pendaftaran.Pasal 9—Perizinan beresiko menengah diberi sertifikat standar oleh Pusat atau DaerahPasal 10—Perizinan beresiko tinggi diberi nomor induk berisaha dan izin sebagai persetujuan. Atau standar usaha dan standar produk jika diperlukan. Ini diberikan oleh Pusat atau Daerah. Pasal 13—Penyederhanaan perizinan & pengadaan lahan meliputi: kesesuaian kegiatan dengan tata ruang, persetujuan lingkungan dan persetujuan bangunan gedung dan sertifikat laik fungsi;Pasal 14—RDTR sebagai acuan;Pasal 15—Dalam hal RDTR tidak ada, perizinan Kembali ke RTR;

1. Ekosistem InvestasiStandar untuk pengendali daya dukung & daya tampung dlm ekoregion ? (Jumlah maks limbah ttn di sungai?)

Standar PB beresiko Sedang di kehutanan.

Standard usaha dan standar produk bagi PB resiko tinggi

Bila tdk ada RDTR menggunakan standar apa?

Page 4: PENGELOLAAN SDA HUTAN: Implikasi Pelaksanaan UUCK

2. Perubahan UU Kehutanan

Isi pasal dan analisis:

1 Diharapkan proses pengukuhan menghasilkan legalitas

sekaligus legitimasi kawasan hutan (bukan hanya hutan

negara)

2 Konflik: Juga menyelesaikan konflik dan tumpang

tindih penggunaan Kawasan hutan

3 Teknologi: RUU CK: teknologi informasi, koordinat

geografis atau satelit; priositas di kawasan strategis

(Pasal 15)

4 Status Kawasan: UU K: Pasal 12A pengecualian terhadap

larangan; Pasal 50A pengecualian thd larangan. UU P3H-

Pasal 110A (umum) membenahi “keterlanjuran” dengan

syarat ada izin (waktu 3 tahun). Pasal 110B (tambang,

kebun, lainnya) dan tidak ada izin kehutanan dng sanksi

administrative, kecuali yg tinggal > 5 th dng luas kebun < 5

ha dng penataan kawasan hutan.

I m p l i k a s i :

Untuk perusahaan besar berizin (di Riau sekitar 1,2 jt Ha (378

prshn). Tidak untuk kebun dng luas > 5 ha & tak berizin (sebagian

sawit rakyat). Juga tidak untuk penguasaan oleh desa/kampung

termasuk fasos-fasum.

Masalah ini terkait dengan Pasal 18—kecukupan Kawasan hutan

dan masyarakat hukum adat (Pasal 67).

Juga terkait dengan Pasal 28 UU P3H—sanksi bagi pejabat yang

sengaja atau lalai menjalankan tugasnya.

5 PP 23 dan PP 24; P 7, P 8, P 9 tahun 2021

K A W A S A N H U T A N

Page 5: PENGELOLAAN SDA HUTAN: Implikasi Pelaksanaan UUCK

PP No 43 Tahun 2021

Page 6: PENGELOLAAN SDA HUTAN: Implikasi Pelaksanaan UUCK

PERAMBAHAN. Dengan kriteria pemodal/cukong adalah individu

yang menguasai kebun sawit lebih 25 Ha, diperoleh informasi

(nama-nama diketahui) danpemetaan lokasinya:

• Teridentifikasi 150 areakepemilikan sawit di dalamTaman Nasional Tesso Nilo

• Teridentifikasi 64 areakepemilikan sawit di konsesi

eks HPH PT Hutani Sola Lestari

• Teridentifikasi 36 areakepemilikan sawit di konsesi

eks PT Siak Raya Timber

Page 7: PENGELOLAAN SDA HUTAN: Implikasi Pelaksanaan UUCK

STANDAR (PP 23/2021)

1. Inventarisasi (Pasal 5)

2. Wilayah Pengelolaan Hutan (Pasal 34, 35, 36, 37, 38)

3. PH Tujuan Khusus (Pasal 111, 113)

4. PHL (Pasal 127)

5. Pemanfaatan pada HL yg tdk berdampak penting (Pasal 136, 137))

6. Pemanfaatan pada HP (Psal 153)

7. Pengolahan hasil hutan (Pasal 167)

8. Pengukuran dan pengujian (Pasal 178)

9. Susunan organisasi dan peralatan polhut (Pasal 261)

10. Pengawasan kehutanan (Pasal 266)

PP No 5/2021 -- RBA

1. Standar kegiatan usaha & produk

(Pasal 6)

2. Standar berusaha resiko menengah-

tinggi (Pasal 14)

Page 8: PENGELOLAAN SDA HUTAN: Implikasi Pelaksanaan UUCK

K E C U K U P A N K A W A S A N H U T A N

Isi pasal dan analisis:

1 Kecukupan (Pasal 18): optimalisasi manfaat lingkungan, sosial dan ekonomi serta penutupan hutan untuk DAS atau pulau

2 Orientasi “pasar” berjangka pendek perlu disikapi dengan peningkatan manfaat hutan secara ekonomi—hutan yang idle karena persoalan struktural

3 Hutan Tetap: status hutan lindung dan konsevasi—porsi manfaat langsung secara terbatas (Pasal 26); Penyelesaian konflik/klaim, kepastian tata ruang (RDTR yg diintervensi Pusat (Pasal 15 UUCK)

I m p l i k a s i :

Kecukupan Kawasan hutan membatasi perubahan peruntukan dan

fungsi Kawasan hutan (Pasal 19)

P 7 2021

Penetapan kriteria (Psl 230) dan Tata cara (Psl 234) untuk

digunakan oleh Menteri yang menetapkan kecukupan kwas

hutan (Psl 235)

Diusulkan dalam Kpts Menteri sudah ditetapkan tingkat

kecukupan Kawasan hutan setiap Pulau/Propinsi.

Kawasan Lindung

(RDTR—TR)

Daerah AliranSungai

Pasal 1UUPPLH

Ekoregion (UU PPLH)

5 Semua diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah

4 Peningkatan pidana & denda bagi pembakar hutan (Pasal 78 (3,4).

Page 9: PENGELOLAAN SDA HUTAN: Implikasi Pelaksanaan UUCK

sumber

daya mi

neral

(5)

2

sumber

daya lahan

1

sumber

daya laut

dan pesisir

sumber

daya hutan

3

bentang

alam/jasa

lingkungan

6

sumber

daya

air (4)

Evaluasi RTRW beserta rinciannya, RPJP, RPJM, nasional, propinsi, kab/kota (Pasal 15); Bila KLHS menyatakan DD+DT terlampaui, segala usaha/kegiatan tidak diperbolehkan lagi (Pasal 17).

Pemanfaatan SDA berdasarkan RPPLH >< RBA

UU PPLH, Pasal 12, PemanfaatanUU PPLH Pasal 5,6,7, EkoregionUU PPLH Pasal 14 sd 19, KLHS

TIDAK DICABUT

UU CK, Pasal 7

Page 10: PENGELOLAAN SDA HUTAN: Implikasi Pelaksanaan UUCK

PERUBAHAN PERUNTUKAN, FUNGSI

& PENGGUNAAN KWS HUTAN

Isi pasal dan analisis :

1 Pertimbangan: Mempertimbangkan hasil

penelitian terpadu (Pasal 19).

2 Isu pokok: Konversi hutan untuk diambil kayunya; cara pengumpulan asset tanah.

3 Integrasi: Terkait dengan kecukupan Kawasan hutan, konlik/klaim dan masyarakat hukum adat.

1 Terdapat Perpres No 13 Tahun 2018 yang mengatur identifikasi pemilik manfaat (BO) untuk memastikan alokasi manfaat secara adil

I m p l i k a s i :

4 Perubahan Fungsi: Memperjelas fungsi kawasan hutan konservasi dan lindung yangmana karakteristiknya sudah tidak memenuhi syarat

2 Dapat digunakan untuk menetapkan luas kawasan hutan maksimal yang dialokasikan di suatu propinsi dan kepada siapa alokasi tersebut

5 Penggunaan kws hutan: dilakukan di HP dan HL;tanpa mengubah fungsi pokok kws htan; melalui persetujuan penggunaan oleh Pemerintah Pusat (bukan Menteri).

6 LH: terkait amdal dan uji kelayakan lingkungan pada perubahan UU PPLH.

Page 11: PENGELOLAAN SDA HUTAN: Implikasi Pelaksanaan UUCK

Penggunaan Kawasan Hutan (PP 23/2021)• Pasal 92: Larangan tambang tertutup di Hutan Lindung

dikecualikan bagi kegiatan pertambangan yang dalam dokumen

lingkungannya telah dikaji bahwa akan berdampak pada

penurunan permukaan tanah, perubahan fungsi pokok Kawasan

Hutan secara permanen, atau gangguan akuifer air tanah yang

dilengkapi dengan upaya yang akan dilakukan untuk

meminimalisir dampak dimaksud.

• Pasal 372, P 7/2021. Kuota diterapkan di pulau kecil,

perhutani, HP dan HL. Kuota tambang mineral & batubara maks

10% dari luas HL dan HP di pulau kecil. 10% di Perhutani. 10%

di HL dan HP propinsi. 10% luas efektif perizinan,10% HP di

KPH. Tidak berlaku bagi tambang minerba yang bangun smelter

dan tambang di kwsn hutan tanpa izin bidang kehutanan seblm

UUCK.

Pasal 38, UU No 41/1999 tentang

Kehutanan

Pada kawasan hutan lindung

dilarang melakukan penambangan

dengan pola pertambangan terbuka.

KIP per propinsi: a. Melihat

dokumen lingkungan apakah layak

menjadi dasar pengecualian

tambang terbuka, b. Melihat luas

maks persetujuan (kuota) yang

sudah ditetapkan per propinsi;

Page 12: PENGELOLAAN SDA HUTAN: Implikasi Pelaksanaan UUCK

Penggunaan Kawasan Hutan (PP 23/2021)• Pasal 94: Penggunaan Kawasan Hutan untuk

kepentingan pembangunan di luar kegiatan Kehutanan dilakukan berdasarkan Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan (termasuk IPK); (tdk mengubah fungsi; diproses di KLHK psl 375 P 7 2021).

• Pasal 94: Kegiatan untuk kepentingan umum terutama proyek prioritas Pemerintah yang tidak permanen, Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan dapat dilakukan di propinsi dengan hutan yang tidak terlampaui (dng PNBP Penggunaan Kawasan Hutan) maupun yg terlampaui kecukupan kawasan hutannya (Dng PNBP Penggunaan dan PNBP Kompensasi); Dijabarkan dalam Pasal 369 P 7/2021.

Pasal 229-242, P 7/2021

(1) Kecukupan dan penutuan kws hutan

untuk optimalisasi: lingkungan, sosial

bidaya, ekonomi dan produksi

(2) Kecukupan dan penutupan Kawasan

hutan ditentukan oleh Menteri LHK

Pasal 369, P 7/2021

Propinsi terlampaui kecukupan kws htn:

PNBP, rehabilitasi DAS

Propinsi sama/kurang kecukupan kwshtn:

PNBP, PNBP Kompensasi, Rehab DAS

Pasal 393, P 7/2021

PNBP Kompensasi dibayarkan 1 (satu) kali

oleh Pemegang Persetujuan Penggunaan

Kawasan Hutan

Luas hutan yang kurang dari kecukupannya, bila dikonversi menjadi tambang tidak dapat digantikan oleh

PNBP, karena fungsi LH dari hutan tidak dapat dikompensasi dengan uang;

Page 13: PENGELOLAAN SDA HUTAN: Implikasi Pelaksanaan UUCK

Pelepasan Kawasan Hutan dalam PP 23/2021

• Pasal 55: Pelepasan kawasan hutan dilakukan di Hutan Produksi Konversi yang tidak produktif (Penutupan lahannya didominasi lahan tidak berhutan antara lain semak belukar, lahan kosong, dan kebun campur; dominasi tutupan lahan tidak berhutan lebih dari 70%, Pasal 273 P 7/2021), kecuali di propinsi yg tidak memilikinya. Kebijakan pelepasan

kawasan hutan harus berjalan, walau persyaratan awalnya tidak dipenuhi

P 7/2021, Pasal 273: Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan pada

huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d (kegiatan oleh Pemerintah)

dapat dilakukan pada Kawasan Hutan Produksi yang tidak produktif

dan/atau produktif.

• Pasal 59. Pelepasan Kawasan Hutan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dengan dilengkapi kajian lingkungan hidup strategis yang disusun oleh pemrakarsa kegiatan, kecuali untuk kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (4) huruf d, huruf e, dan huruf f.

Standar dapat menjadi pengendali resiko?

Page 14: PENGELOLAAN SDA HUTAN: Implikasi Pelaksanaan UUCK

P E M A N F A A T A N

Isi pasal dan analisis:

1 Pemanfaatan: Hutan lindung (Pasal 26), hutan produksi (Pasal 28), MHA (Pasal 67), kegiatan perhutanan sosial (Pasal 29A).

2 Izin dan kegiatan: Perizinan berusaha (perorangan, koperasi, BUMN, BUMD, BUMS) dari Pemerintah Pusat; kegiatan perhutanan sosial ditetapkan dengan PP 23 dan P 9 tahun 2021.

3 Pembatasan: Perizinan berusaha terkait pemanfaatan hutan dibatasi (Pasal 31) dalam Peraturan Pemerintah. Ini PP yang belum pernah ada.

I m p l i k a s i :

Isu ketimpangan memerlukan kebijakan afirmatif

4 Konflik: Pemanfaatan ini tidak memperhatikan status kawasan hutan termasuk keberadaan masyarakat hukum adat [Pasal 86 UU 22 2019/SBDPB: Pusat dilarang memberi PB di atas tanah ulayat MHA; Pasal 103 UU 39 2014 Perkebunan: bagi pejabat penerbit izin di tanah ulayat MHA dikenakan pidana penjara mask 5 th atau denda maks Rp 5 M]

BUMS

BUMNBUMD

PERHUTANAN SOSIAL

BUMS

MHA

Terdapat Perpres No 13 Tahun 2018 yang mengatur

identifikasi pemilik manfaat (BO) untuk memastikan

alokasi manfaat secara adil

Dalam P 8 2021, ada bbrp standar:

1. PBPH (Psl 49)

2. Operasionalisasi pengolahan HH (Psl 188)

3. LPVI dan Remote Audit

4. Penjamin legalitas hasil hutan (Psl 232, 233)6 LH: terkait amdal dan uji kelayakan lingkungan

pada perubahan UU PPLH.

Page 15: PENGELOLAAN SDA HUTAN: Implikasi Pelaksanaan UUCK

S T A N D A R KE L E M B A G A A N ?

Terlalu banyak kearah administrasi

PemerintahTerlalu banyak kearah administrassi

PemdaMengikuti P+P

KPH

SOAL INTEGRASI KAPASITAS LEMBAGA

DUNIA NYATA (OUTCOME)

Administrasi

(Output)

Administrasi

(Output)

Manaj.SDA

(Outcome)

Fakta Tdk Sbg TolokUkur Kinerja ?

HAMBATAN STRUKTURAL INPUT >< OUTPUT >< OUTCOME

Sumber: KPK (2018)

1 Perbaikan key performance indicators kearah output Bersama/outcome

2 Menuju single salary system= basis income yang tidak didasarkan pada belanja kegiatan

3 Multi-year budget untuk mewujudkan fleksibilitas watu belanja; serta pengawasan kinerja yang disesuaikan

4 Integrasi system informasi untuk pengendalian, cross check & alert

Page 16: PENGELOLAAN SDA HUTAN: Implikasi Pelaksanaan UUCK

16

TINJAUAN SUBSTANSI KEHUTANAN & POTENSI MASALAH TATA KELOLA

1. Threat

2. Damage event

3. Vulnerability

4. Consequence

5. Likelihood

6. Risk

7. Risk Assessment

8. Risk Management

1. Kesesuaian dengan

tujuan (Pasal 3):

memperlancar

investasi

2. Percepatan proyek

strategis nasional

Substansi Kehutanan

Corruption

Risk

Assessment

(CRA)

1. Looting (pemaksaan kewenangan)

2. Rent scraping (birokrasi berlebihan)

3. Dividend collecting (profit swasta yg dibagikan ke pegawai pemerintah, suap)

4. Isi regulasi yang tdk terkait masalahnya

Potensi Masalah Tatakelola

Wedeman (1997)

1

2

3

4

54%

39%

57%

64%

54%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%

Prosedur Perizinan/Perpanjangan

Rekomendasi dan pertimbangan teknis

Izin lingkungan

Penataan batas

Perizinan usaha

50%

54%

46%

42% 44% 46% 48% 50% 52% 54% 56%

Perencanaan Hutan

IHMB dan RKU

LHC dan RKT

21%

11%

18%

4%

54%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

Peredaran dan Pungutan Royalti

Laporan Hasil Produksi

Surat Perintah Bayar

Surat Keterangan Sah Hasil Hutan

Pengangkutan

25%

25%

21%

19% 20% 21% 22% 23% 24% 25% 26%

Pengawasan dan Pengendalian

Post-Audit

Penegakan hukum

Transaksi (Informal) Perizinan, 2020

Page 17: PENGELOLAAN SDA HUTAN: Implikasi Pelaksanaan UUCK

Potensi Korupsi dalam Peraturan Perundangan Turunan UUCK

3

4

Perencanaan 2 1

Perubahan Peruntukan 1 1

Penggunaan 1 2 1

Tata Hutan 1 1 2

Perhutanan sosial 2

Perlindungan 1

Pengolahan &

Pemasaran

3

Penataan Hasil Hutan 1

Pengawasan 1

JUMLAH 5 2 3 11

1 2 3 4

Rekapitulasi Hasil CRA pada PP 23 Tahun 2021

tentang Penyelenggaraan Kehutanan

Corruption

Risk

Assessment

(CRA)

1. Looting (pemaksaan kewenangan)

2. Rent scraping (birokrasi berlebihan)

3. Dividend collecting (profit swasta yg dibagikan ke pegawai pemerintah, suap)

4. Isi regulasi yang tdk terkait masalahnyaWedeman (1997)

1

2

3

4

Dugaan potensi terjadinya korupsi didasarkan pada

pengalaman 10 tahun terakhir (KPK, 2018; KPK &

UNODC, 2020)

Page 18: PENGELOLAAN SDA HUTAN: Implikasi Pelaksanaan UUCK

T E R I M A K A S I HHARIADI KARTODIHARDJO

1 Secara keseluruhan pelaksanaan UU CK dan turunannya memerlukan standar pelaksanaan. Standar ini semestinya tidak dapat seluruhnya generic, karena terdspat kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh kondisi setempat.

2 Dengan pentingnya kebijakan afirmatif—mengingat adanya persoalan ketidak-adilan pemanfaatan SDA—diperlukan konsolidasi 3 sumber pengetahuan: pengetahuan ilmiah, pengetahuan professional dan pengetahun lokal

C A T A T A N A K H I R

3 Pembenahan tata kelola (governance) menjadi syarat mutlak dapat diwujudkannya perbaikan kinerja pengelolaan LH dan SDA—HUTAN. Penerapan CRA untuk peraturan menjadi alternatif solusinya. Standar yang kompleks juga dapat menjadi penyebab “negosiasi” dalam pelaksanaannya.