ANALISIS POTENSI DAN PENGELOLAAN WILAYAH · PDF fileagraris sesuai kompetensi dan produk...

14
A-543 ISBN 978-979-18342-1-6 ANALISIS POTENSI DAN PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN TEGAL JAWA TENGAH Abdul Muchid Jaelani (Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya) Wahyudi Citrosiswoyo (Pembimbing dan Dosen Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya) Dwi Endah Kusrini (Pembimbing dan Dosen Fakultas MIPA Jurusan Statistik ITS Surabaya) ABSTRAK Wilayah pesisir Kabupaten Tegal sebagai wilayah perencanaan pengelolaan terdistribusi dalam tiga wilayah yaitu Kecamatan Kramat, Kecamatan Suradadi dan Kecamatan Warejo. Tujuan penelitian adalah untuk megetahui potensi dan pengelolaan, menganalisis kelembagaan formal dan informal dalam pengelolaan sumberdaya pesisir serta menyusun rencana strategi pengelolaan yang melibatkan partisipasi masyarakat. Metode yang digunakan Location Qouitient (LQ), Sistem Informasi Geografis (SIG), serta Analitical Hierachy Proscess (AHP). Potensi SDA berdasarkan analisis LQ sektor Industri pengolahan mempunyai nilai LQ 1,27, sektor perdagangan restoran dan hotel mempunyai nilai LQ 2,59, sektor pertanian LQ 1,92, listrik gas dan air bersih mempunyai LQ 1,12, pengangkutan dan komunikasi mempunyai nilai LQ 1,63, keuangan persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa jasa-jasa mempunyai LQ 1,26 sektor tersebut merupakan sector basis karena mempunyai LQ > 1. Sedangkan pada sektor pertambangan dan galian mempunyai nilai 0,31 masih belum bisa memenuhi kebutuhan wilayahnya ini berdasarkan hasil analisis LQ pada sektor ini masih kurang dari 1. GIS sebagai analisis potensi wilayah pesisir Kabupaten Tegal memberikan informasi bahwa potensi melati terdapat di Kecamatan Warurejo, Tambak di Kecamatan Kramat, Sedangkan di Kecamatan Suradadi menjadi pusat pertumbuhan penduduk. Pemerintah dan kelembagaan formal yang ada di Kabupaten Tegal masih kurang dapat perhatian dari pemerintah setempat baik ditingkatan legeslatif dan eksekutif. Tingkat pendapatan dan pendidikan masyarakat yang relatif rendah merupakan salah satu faktor kelemahan dan dapat menjadi kendala dalam pengelolaan kawasan pesisir Tegal berkelanjutan. Strategi yang dapat di gunakan dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan pesisir anatara lain; strategi pengaturan dan penggunaan lahan, pengembangan struktur ekonomi wilayah pesisir, pengembangan sarana dan prasarana, pengembangan dan pengelolaan kawasan pemanfaatan lindung, pengembangan SDM, peningkatan peran kelembagaan dan investor. Partisipasi masyarakat (community based management), merupakan sebuah solusi yang diinginkan masyarakat dalam pengelolaan kawasan pesisir Kabupaten Tegal Kata kunci : Potensi dan Pengelolaan wilayah pesisir, LQ, AHP, SIG PENDAHULUAN Tidak ada yang meragukan, fakta fisik menunjukan wilayah pesisir dan lautan Indonesia dengan luas areal mencakup 5,8 juta km 2 kaya dengan beragam sumberdaya alam. Sumberdaya alam tersebut terbagi dua, yaitu: pertama sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources), seperti: sumberdaya perikanan (perikanan tangkap dan budidaya), mangrove dan terumbu karang, dan kedua sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (nonrenewable resources), seperti: minyak bumi, gas dan mineral dan bahan tambang lainnya. Selain menyediakan dua sumberdaya tersebut, wilayah pesisir Indonesia memiliki berbagai fungsi, seperti: transportasi dan pelabuhan, kawasan industri, agribisnis dan agroindustri, jasa lingkungan, rekreasi dan pariwisata, serta kawasan permukiman dan tempat pembuangan limbah. Pengambil keputusan bidang pemanfaatan potensi sumberdaya pesisir dan lautan di era reformasi mulai sadar untuk menjadikan pembangunan berbasis kelautan menjadi pijakan yang kuat dan strategis. Ini tercermin dalam GBHN 1999 yang menyatakan bahwa pembangunan perekonomian yang berorientasi global sesuai kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan komperatif sebagai negara kelautan dan agraris sesuai kompetensi dan produk unggulan daerah dan berbasis sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM). Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah kabupaten di Propinsi Jawa Tengah dengan ibukota Slawi dan terletak 108 0 57'6" s/d 109 0 21'30" Bujur Timur dan antara 6 0 50'41" s/d 7° 15'30" Lintang selatan dan mempunyai letak yang sangat strategis pada jalan Semarang-Tegal-Cirebon serta Semarang-Tegal-Purwokerto dan Cilacap dengan fasilitas pelabuhan di kota Tegal yang terletak di Kecamatan Suradadi. Batas-Batas Wilayah Kabupaten Tegal sebelah Utara Kota Tegal Laut Jawa, sebelah Timur Kabupaten Pemalang, sebelah Barat Kabupaten Brebes dan sebelah Selatan Kabupaten Brebes dan Kabupaten Banyumas. Wilayah pesisir Kabupaten Tegal sebagai wilayah perencanaan pengelolaan wilayah pesisir diidentifikasi mencakup 44 desa yang tercakup dalam 3 Kecamatan. Wilayah perencanaan terdistribusi dalam tiga wilayah administrasi kecamatan yang bentang alamnya berbatasan langsung dengan pantai yaitu Kecamatan Kramat, Kecamatan Suradadi dan Kecamatan Warejo (BPS, 2007)

Transcript of ANALISIS POTENSI DAN PENGELOLAAN WILAYAH · PDF fileagraris sesuai kompetensi dan produk...

Page 1: ANALISIS POTENSI DAN PENGELOLAAN WILAYAH · PDF fileagraris sesuai kompetensi dan produk unggulan daerah dan berbasis sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM). Kabupaten

A-543 ISBN 978-979-18342-1-6

ANALISIS POTENSI DAN PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN TEGAL JAWA TENGAH

Abdul Muchid Jaelani (Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya) Wahyudi Citrosiswoyo (Pembimbing dan Dosen Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya) Dwi Endah Kusrini (Pembimbing dan Dosen Fakultas MIPA Jurusan Statistik ITS Surabaya)

ABSTRAK

Wilayah pesisir Kabupaten Tegal sebagai wilayah perencanaan pengelolaan terdistribusi dalam tiga wilayah yaitu Kecamatan Kramat, Kecamatan Suradadi dan Kecamatan Warejo. Tujuan penelitian adalah untuk megetahui potensi dan pengelolaan, menganalisis kelembagaan formal dan informal dalam pengelolaan sumberdaya pesisir serta menyusun rencana strategi pengelolaan yang melibatkan partisipasi masyarakat. Metode yang digunakan Location Qouitient (LQ), Sistem Informasi Geografis (SIG), serta Analitical Hierachy Proscess (AHP). Potensi SDA berdasarkan analisis LQ sektor Industri pengolahan mempunyai nilai LQ 1,27, sektor perdagangan restoran dan hotel mempunyai nilai LQ 2,59, sektor pertanian LQ 1,92, listrik gas dan air bersih mempunyai LQ 1,12, pengangkutan dan komunikasi mempunyai nilai LQ 1,63, keuangan persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa jasa-jasa mempunyai LQ 1,26 sektor tersebut merupakan sector basis karena mempunyai LQ > 1. Sedangkan pada sektor pertambangan dan galian mempunyai nilai 0,31 masih belum bisa memenuhi kebutuhan wilayahnya ini berdasarkan hasil analisis LQ pada sektor ini masih kurang dari 1. GIS sebagai analisis potensi wilayah pesisir Kabupaten Tegal memberikan informasi bahwa potensi melati terdapat di Kecamatan Warurejo, Tambak di Kecamatan Kramat, Sedangkan di Kecamatan Suradadi menjadi pusat pertumbuhan penduduk. Pemerintah dan kelembagaan formal yang ada di Kabupaten Tegal masih kurang dapat perhatian dari pemerintah setempat baik ditingkatan legeslatif dan eksekutif. Tingkat pendapatan dan pendidikan masyarakat yang relatif rendah merupakan salah satu faktor kelemahan dan dapat menjadi kendala dalam pengelolaan kawasan pesisir Tegal berkelanjutan. Strategi yang dapat di gunakan dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan pesisir anatara lain; strategi pengaturan dan penggunaan lahan, pengembangan struktur ekonomi wilayah pesisir, pengembangan sarana dan prasarana, pengembangan dan pengelolaan kawasan pemanfaatan lindung, pengembangan SDM, peningkatan peran kelembagaan dan investor. Partisipasi masyarakat (community based management), merupakan sebuah solusi yang diinginkan masyarakat dalam pengelolaan kawasan pesisir Kabupaten Tegal

Kata kunci : Potensi dan Pengelolaan wilayah pesisir, LQ, AHP, SIG

PENDAHULUAN Tidak ada yang meragukan, fakta fisik menunjukan wilayah pesisir dan lautan Indonesia dengan luas areal mencakup 5,8 juta km2

kaya dengan

beragam sumberdaya alam. Sumberdaya alam tersebut terbagi dua, yaitu: pertama sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources), seperti: sumberdaya perikanan (perikanan tangkap dan budidaya), mangrove dan terumbu karang, dan kedua sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (nonrenewable resources), seperti: minyak bumi, gas dan mineral dan bahan tambang lainnya. Selain menyediakan dua sumberdaya tersebut, wilayah pesisir Indonesia memiliki berbagai fungsi, seperti: transportasi dan pelabuhan, kawasan industri, agribisnis dan agroindustri, jasa lingkungan, rekreasi dan pariwisata, serta kawasan permukiman dan tempat pembuangan limbah. Pengambil keputusan bidang pemanfaatan potensi sumberdaya pesisir dan lautan di era reformasi mulai sadar untuk menjadikan pembangunan berbasis kelautan menjadi pijakan yang kuat dan strategis. Ini tercermin dalam GBHN 1999 yang menyatakan bahwa pembangunan perekonomian yang berorientasi global

sesuai kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan komperatif sebagai negara kelautan dan agraris sesuai kompetensi dan produk unggulan daerah dan berbasis sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM). Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah kabupaten di Propinsi Jawa Tengah dengan ibukota Slawi dan terletak 1080 57'6" s/d 1090 21'30" Bujur Timur dan antara 60 50'41" s/d 7° 15'30" Lintang selatan dan mempunyai letak yang sangat strategis pada jalan Semarang-Tegal-Cirebon serta Semarang-Tegal-Purwokerto dan Cilacap dengan fasilitas pelabuhan di kota Tegal yang terletak di Kecamatan Suradadi. Batas-Batas Wilayah Kabupaten Tegal sebelah Utara Kota Tegal Laut Jawa, sebelah Timur Kabupaten Pemalang, sebelah Barat Kabupaten Brebes dan sebelah Selatan Kabupaten Brebes dan Kabupaten Banyumas. Wilayah pesisir Kabupaten Tegal sebagai wilayah perencanaan pengelolaan wilayah pesisir diidentifikasi mencakup 44 desa yang tercakup dalam 3 Kecamatan. Wilayah perencanaan terdistribusi dalam tiga wilayah administrasi kecamatan yang bentang alamnya berbatasan langsung dengan pantai yaitu Kecamatan Kramat, Kecamatan Suradadi dan Kecamatan Warejo (BPS, 2007)

Page 2: ANALISIS POTENSI DAN PENGELOLAAN WILAYAH · PDF fileagraris sesuai kompetensi dan produk unggulan daerah dan berbasis sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM). Kabupaten

A-544 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009

Dalam rangka mendukung dan mengimplementasikan rencana strategis Pengelolaan daerah dan pola dasar pengelolaan berbasis partisipasi masyarakat daerah Tegal, maka penelitian Analisis Potensi dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten Tegal Jawa Tengah ini dirasa perlu dilakukan untuk mengetahui potensi sumberdaya pesisir dan laut dalam mendukung pengelolaan wilayah pesisir sehingga tercipta keterpaduan dan keberlanjutan. Keberhasilan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu ditentukan oleh banyak faktor. Salah satu faktornya adalah kesesuaian dengan potensinya. Potensi sumberdaya apa saja yang mendukung pengelolaan wilayah pesisir yang berbasis masyarakat di kabupaten Tegal?. Bagaimana strategi yang digunakan di dalam pengembangan pengelolaan wilayah pesisir Tegal? Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui potensi sumberdaya wilayah pesisir dan keadaan sosial ekonomi masyarakat dalam percepatan pembangunan

dan menyusun rencana dan strategi pengelolaan dan pengembangan sumberdaya pesisir Kabupaten Tegal yang melibatkan partisipasi masyarakat. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan metode yaitu direct observation, mapping wilayah, social mapping, wawancara langsung di lapangan. Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder dan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya melalui hasil, observasi, dan wawancara secara langsung di lapangan. Metode yang di gunakan adalah Location Quotient (LQ), Sistem Informasi Geografis (SIG) menggunakan peta tematik 1:25.000, dan Analysis Hierarchy Prossces (AHP) dengan sofware expert choice 11. Seperti gambar 1. Framework Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Letak geografis dan batas wilayah pesisir Kabupaten Tegal Kabupaten Tegal terletak pada posisi antara 108o57’6” BT - 109o21’30” dan antara 6o50’41” LS – 7o15’30” LS, memiliki wilayah yang terdiri dari daratan seluas 87.879 ha dan luas laut 121,50 km2. Wilayah daratan kabupaten ini memiliki kemiringan bervariasi, mulai dari datar hingga sangat curam. Luas kemiringan lahan tipe datar (0-2%) sebesar 46.204,27 ha, tipe bergelombang (2-15%) sebesar 14.183,47 ha, tipe curam (15-40 %) sebesar 19.338,65 ha dan tipe sangat curam (>40%) 7.253,73 ha. Kabupaten Tegal termasuk kabupaten yang memiliki kepadatan penduduk relatif tinggi, namun demikian masih memiliki wilayah hutan, persawahan

dan ladang relatif masih luas. Lahan hutan sebagai daerah penyangga dan penjaga kelestarian lingkungan hidup memperlihatkan perkembangan yang cukup menggembirakan, dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 luas lahan hutan di Kabupaten Tegal sebesar 15.495,35 ha meningkat menjadi 17.303,54 pada tahun 2006 dan tahun 2007. Namun luas lahan sawah irigasi besarannya dari tahun ke tahun mengalami penurunan yaitu pada tahun 2003 seluas 34.692 ha, tahun 2004 seluas 33.805 ha; tahun 2005 seluas 33.790 ha, tahun 2006 dan tahun 2007 seluas 33.789 ha . Wilayah pesisir Kabupaten Tegal sebagai wilayah perencanaan dan pengelolaan terdistribusi dalam tiga wilayah administrasi kecamatan yang bentang alamnya berbatasan langsung dengan pantai,

Gambar 1. Framework Penelitian

Page 3: ANALISIS POTENSI DAN PENGELOLAAN WILAYAH · PDF fileagraris sesuai kompetensi dan produk unggulan daerah dan berbasis sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM). Kabupaten

A-545 ISBN 978-979-18342-1-6

masing-masing adalah Kecamatan Kramat, Kecamatan Surodadi, Kecamatan Warurejo

b. Analisis sosial ekonomi dan budaya masyarakat

di kecamatan wilayah pesisir Kabuapten Tegal. Jumlah penduduk kecamatan wilayah pesisir Kabupaten Tegal pada tahun 2007 yang meliputi Kecamatan Kramat, Suradadi, dan Warureja adalah sebesar 256.372 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan adalah 126.597 jiwa dan 129.775 jiwa. Pendidikan merupakan salah satu unsur terpenting dalam pembangunan, karena dengan pendidikan masyarakat akan semakin cerdas dan akan membentuk sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas tinggi. Tingkat pendidikan di wilayah pesisir Kabupaten Tegal dapat dilihat dari jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan dari berbagai sekolah mulai dari TK sampai dengan sederajat SMA yang terdapat di wilayah pesisir Kabupaten Tegal. Sarana pendidikan dasar dalam 5 tahun terakhir tidak menunjukan perkembangan yang berarti, bahkan untuk sarana SD mengalami tren menurun, hal ini disebabkan oleh menurunnya jumlah siswa yang menyebabkan beberapa sekolah perlu dilakukan penggabungan atau merger. Di Kecamatan Kramat terdapat 9.824 siswa sekolah dasar, sedangkan pada di Kecamatan Suradadi 9.133 siswa dan di Kecamatan Warurejo 5.780 siswa. SMP sebagai sarana dalam mensukseskan pendidikan dasar 9 tahun juga tidak menunjukan perkembangan yang berarti, selama kurun waktu 5 tahun terakhir jumlah SMP hanya mengalami pertumbuhan sebesar 5,3 % dari 132 buah pada tahun 2003 menjadi 139 buah pada tahun 2007. Hal yang menggembirakan dalam dunia pendidikan di Kabupaten Tegal adalah kualitas pendidikan yang menunjukan perkembangan Gambar 2. Hal ini tercermin dari menurunnya angka putus sekolah, meningkatnya Angka Partisipasi Murni (APM) SD dan SMP dan menurunnya angka buta huruf. Angka putus sekolah menunjukan penurunan yang berarti dari 8,30 % pada tahun 2003 menjadi 0,99 % pada tahun 2007. APM SD dan SMP meningkat masing-masing dari 76,78 % dan 48,61 % pada tahun 2003 menjadi masing-masing 88,74 % dan 53,59 % pada tahun 2007. Sementara angka buta huruf menurun dari 12,39 % pada tahun 2003 menjadi tinggal 6,01 % pada tahun 2007. Sedangkan angka kelulusan menunjukan angka yang berfluktuatif dari tahun ke tahun tetapimasih pada kisaran di atas 90 %. Pendidikan merupakan salah satu komponen dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) khusunya angka lama sekolah dan angka buta huruf, maka pemerintah harus terus berupaya meningkatkan jumlah sekolah dan jumlah kelas terutama di daerah-daerah yang secara geografis kesulitan dalam mengakses sarana pendidikan. Selain itu pemerintah juga harus terus berupaya menurunkan angka buta huruf sampai mencapai angka yang ideal yaitu 0 % atau minimal sesuai dengan target pemerintah pusat yang menargetkan angka buta huruf secara nasional hanya tinggal 5 % pada Tahun 2009. Kebijakan pendidikan gratis juga perlu diapresiasi karena dari kebijakan ini

dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bersekolah. Namun demikian penerapannya perlu dilakukan secara terbatas pada masyarakat yang benar-benar tidak mampu sehingga bisa tepat sasaran, selain itu dapat terjadi subsidi silang dari masyarakat yang mampu kepada masyarakat yang tidak mampu.

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

1 2 3

Kecamatn 1. Kramat 2. Suradadi 3. warurejo

Jum

lah

TK negeriTK swastaSD negeriSD swastaSLTP negeriSLTP swastaSLTA negeriSLTA swasta

Gambar 2. Grafik Penduduk yang Mengenyam

Pendidikan Tahun 2007

Struktur perekonomian Kabupaten Tegal sampai dengan tahun 2007 masih didominasi oleh sektor pertanian (pertanian, peternakan, kehutanan, perkebunan dan perikanan). Di wilayah pesisir Kabupaten Tegal, perekonomian berasal dari beberapa sektor seperti perikanan (tangkap maupun budidaya), pariwisata dan perkebunan melati. Perkembangan ekonomi pesisir Kabupaten Tegal dapat dilihat melalui banyaknya produksi ikan tambak yang dihasilkan, banyaknya pengunjung tempat pariwisata di Kabupaten Tegal dan banyaknya produksi melati yang dihasilkan. Pada sektor perikanan yang berpengaruh pada perekonomian tersebut selain berasal dari perikanan tangkap juga berasal dari budidaya (tambak) yang tersebar disepanjang pesisir Kabupaten Tegal. Kebanyakan tambak di sepanjang pesisir Kabupaten Tegal membudidayakan bandeng dan udang.

c. Potensi sumberdaya alam 1. Potensi perikanan di wilayah pesisir Kabupaten

Tegal Potensi perikanan yang ada di wilayah pesisir Kabupaten Tegal terdiri dari dari perikanan laut, perikanan tambak, kolam, karamba dan perikanan perairan umu (rawa, danu sungai). Perikanan laut jumlah tangkapan dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2003 menghasilkan tangkapan 647 ton per tahun, tahun 2007 hasil tangkap perikanan laut mengalami penurunan menjadi 220,50 ton. Dilihat dari jumlah kapal penangkap ikan dari tahun 2003 tidak terlalu ada perubahan yang signifikan. Jumlah industri kecil perikanan rumah tangga juga mengalami penurunan. Dilihat dari tempat pelelangan ikan dari tahun 2003 sampai dengan 2007 tidak ada perubahan yaitu hanya ada tiga (3) tempat pelelangan. Potensi perikanan tambak yang ada di Kabupaten Tegal pada tahun 2003 hanya sekitar 320.70 ha mengalami perluasan area pada tahun 2007 menjadi 380,50 ha. Sedangkan jumlah hasil produksi

Page 4: ANALISIS POTENSI DAN PENGELOLAAN WILAYAH · PDF fileagraris sesuai kompetensi dan produk unggulan daerah dan berbasis sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM). Kabupaten

A-546 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009

dari tahun 2003 sebesar 163.68 ton, tahun 2007 mengalami penurunan hasil produksi sekitar 80 ton maskipun jumlah luasan area bertambah. Budidaya di ikan di kolam yang memunyai luas area sekitar 5 ha mengasilkan produksi ikan yang tidak terlalu signifikan yaitu sebesar 56 ton. Potensi perikanan di Kabupaten Tegal terdapat pada pada tahun 2007 (BPS, 2007) pada gambar 3 bahwa presentase terbesar terdapat pada produksi perikanan laut sebesar 45 % (220,5 ton per tahun) produksi perikanan laut tersebut merupakan hasil dari TPI larangan, TPI Suradadi I dan TPI suradadi II, penurunan produksi hasil tangkap yang terjadi di pesisir Tegal tambak mempunyai prosentase produksi 17 % (80.7 ton/thn), perikanan perairan umum mempunyai prosentase produksi 26 % (126 ton/thn), kolam mempunyai prosentase produksi 12 % (56,20 ton/thn), sedangkan pada keramba hanya bisa menyumbang prosentase produksi sebesar 0%(0,4 ton/Tahun). Pembangunan sektor perikanan seharusnya diarahkan pada upaya peningkatan pendapatan dan taraf hidup nelayan dan memajukan kualitas kehidupan desa pantai yang harus dilakukan yaitu melalui peningkatan dan diversifikasi produk ikan guna meningkatkan nilai ekpor.

, Karamba, 0.40%

, Perikanan Laut45%, 220.5

Perikanan, Perairan Umum

26%, 126

, Kolam, 56.2012%

, Tambak, 80.717%

Gambar 3. Potensi perikanan wilayah Kabupaten Tegal

Tahun 2007 (BPS, 2007).

2. Potensi pertanian, perkebunan di kecamatan

wilayah pesisir Kabupaten Tegal Pembangunan pertanian khususnya tanaman pangan dari tahun terus ditingkatkan untuk memelihara kemantapan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperbaiki keadaan gizi melalui penganekaragaman jenis bahan pangan. Wilayah pesisir Kabupaten Tegal yaitu Kecamatan Kramat, Suradadi, Warurejo banyak mempunyai potensi pertanian yang terdiri dari produksi tanaman pangan, sayur-sayuran dan juga terdapat obat-obatan, serta di kawasan pesisir tegal juga terdapat tanaman melati. Komoditas Padi di Kecamatan Kramat pada tahun 2007 yaitu sebesar 21,369 Kg, Kecamatan Suradadi sebesar 25,867 Kg, Kecamatan Warurejo sebesar 26,311 Kg (BPS, 2007). Jagung juga terdapat dikawasan pesisir wilayah Tegal yang jumlahnya cukup signifikan dalam memenuhi kebutuhan swasembada pangan di Kabupaten Tegal. Subsektor

perkebunan yang ada diwilayah pesisir Kabupaten Tegal meliputi komoditas kelapa, kapok dan melati. Populasi tanaman kelapa yang ada di wilayah pesisir Tegal terdapat pada Kecamatan Suradadi, Kecamatan Kramat dan Kecamatan Warurejo. Kapuk yang selama ini pemanfaatannya baru hanya untuk bahan baku pembuatan kasur, diperkirakan sampai beberapa tahun mendatang masih akan di kuasai oleh Kecamatan Balapulang, sedangkan kapok yang terdapat pada wilayah pesisir Kabupaten Tegal yaitu hanya terdapat pada Kecamatan Warurejo dengan potensi kapok pertahun sekitar 428 Kg/tahun. Tanaman melati merupakan tanaman yang ada diwilayah pesisir Kabupaten Tegal yang bunganya dimanfaatkan untuk bahan tambahan pada industri teh terdapat di Kecamatan Kramat sebesar 5.330 kg, Kecamatn Suradadi sebesar 130 kg dan Kecamatan Warurejo sebesar 309 kg (Bapeda, 2007). Komoditas obat-obatan juga terdapat pada wilayah pesisir Kabupaten Tegal yaitu terdapat di Kecamatan Kramat dan Kecamatan Suradadi sedangkan pada Kecamatan Warurejo tanaman obat tersebut tidak tersedia. 3. Potensi mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Tegal Sistem pengelolaan ekosistem hutan mangrove yang selama ini diterapkan hamper diseluruh Indonesia adalah system agroforestry dan system silvofishery. Di wilayah pesisir Kabupaten Tegal yaitu Kecamatn Suradadi, Kecamatan dan Kecamatan Warurejo yaitu menggunakan pola budidaya hutan mangrove dengan sistem agroforestry ini dilaksanakan dengan menanam pola pohon hutan yang dicampur dengan tanaman pertanian (sistem tumpangsari). Sedangkan untuk system silvofishery yaitu dengan tetap melakukan penanaman/rehabilitasi di ekosistem mangrove dengan melakukan budidaya dibawah tegakan mangrove seperti pemijahan bibit udang dan kepiting, pembudidayaan kepiting, dan moluska. menggambarkan tentang potensi hutan mangrove yang ada di wilayah pesisir Kabupaten Tegal.

Gambar 4 Hutan mangrove di Kecamatan Suradadi Oktober 2008

Page 5: ANALISIS POTENSI DAN PENGELOLAAN WILAYAH · PDF fileagraris sesuai kompetensi dan produk unggulan daerah dan berbasis sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM). Kabupaten

A-547 ISBN 978-979-18342-1-6

Berbagai formula pengelolaan ekosistem mangrove yang telah diterapkan mulai dari model pengelolaan silvofishery hingga model pengelolaan perhutanan sosial . Tetapi hal tersebut belum memberikan manfaat yang begitu besar baik bagi perbaikan kondisi lingkungan hingga pada peningkatan kesejahteraan masyarakat disekitarnya, yang terbukti dengan masih tingginya tingkat kerusakan hutan mangrove akibat konversi menjadi lahan pertambakan maupun eksploitasi hutan mangrove untuk kebutuhan sebagai bahan baku. Dengan melihat fenomena tersebut diatas maka salah satu penyebab kegagalan tersebut adalah kurang dilibatkannya secara aktif masyarakat dalam mengelola ekosistem mangrove sebagai sumber kehidupan mereka yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan kualitas lingkungan disekitarnya dimana masyarakat masih menjadi obyek dan bukan subyek. Olehnya itu ditawarkan model pengelolaan ekosistem hutan mangrove bersama masyarakat Model ini dilaksanakan dengan melibatkan secara aktif masyarakat dalam proses pengelolaan hutan mangrove mulai dari tahap perumusan, perencanaan, pelaksanaan, penerima manfaat, serta monitoring dan evaluasi kegiatan. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan kesempatan yang lebih besar kepada masyarakat dalam menentukan pengelolaan ekosistem mangrove yang diinginkan yang tetap memperhatikan kelestarian dan keberlanjutan ekosistem tersebut. Selain itu agar supaya masyarakat dapat lebih kreatif dalam memilih dan menentukan pengelolaan mangrove yang berlandaskan potensi local dan sosial-budaya masyarakat disekitarnya. Diharapkan dengan model pengelolaan ini, maka tingkat kerusakan dan penurunan kualitas lingkungan dapat diatasi. 4. Potensi pariwisata di wilayah pesisir Kabupaten Tegal Kabupaten Tegal memiliki obyek wisata yang beragam jenis dan potensi yang dapat dikembangkan. Terdapat tiga jenis obyek wisata yang dapat di kembangkan yaitu Pemandian Air Panas (PAP) Guci, Purwahamba Indah dan waduk Cacaban. Sektor pariwisata yang ada di Kabupaten Tegal terjadi kenaikan jumlah wisata dari tahun ke tahun sangat fluktuatif pada tahun 2004 jumlah wisatawan 214.178 orang, kemudian pada tahun 2005 mengalami penurunan menjadi 169.134 orang. Sedangkan pada tahun 2007 jumlah wisatawan yang berkunjung sekitar 245780 orang (BPS, 2007). Keberadaan wisata Purwahamba Indah yang telah menjadi obyek wisata unggulan Kabupaten Tegal tetapi dilain pihak pada masa mendatang diperlukan adanya suatu obyek wisata baru sebagai obyek wisata unggulan lain yang dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan perekonomian wilayah pesisir. Obyek wisat Purwahamba Indah terletak di Kecamatan Suradadi.

5. Potensi industri yang ada di wilayah pesisir Kabupaten Tegal Kabupaten Tegal dikenal sebagai jepangnya Indonesia, merupakan maskot yang sudah melekat di Kabupaten Tegal. Sebutan ini didasari tumbuh dan berkembang industri, baik itu industri rumah tangga, industri skala menengah, industri besar yang berorientasi ekspor. Adapun Industri yang ada di wilayah pesisir Kabupaten Tegal adalah industri logam mesin dan elektronik, industri kimia dan kertas, industri tekstil, industri agro dan hasil hutan. Daerah kawasan pesisir di Kabupaten Tegal yang merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya industri adalah di Kecamatan Kramat. Pada kelompok industri kimia dan kertas jumlah industri di skala sedang di Kecamatan Kramat terdapat satu unit dengan jumlah tenaga kerja 45 orang, sedangkan industri di skala kecil terdapat 819 unit dengan jumlah tenaga kerja 871 orang. Sedangkan di Kecamatan Suradadi hanya terdapat industri skala kecil dengan jumlah 125 unit dengan jumlah tenaga kerja 160 orang, berikutnya di Kecamatan Warurejo terdapat industri skala kecil berjumlah 78 unit dan mempunyai tenaga kerja 152 orang. (BPS, 2007). Pada kelompok industri tekstil yang terdapat di Kecamatan Kramat jumlah industri di skala besar ada satu unit dengan jumlah tenaga kerja 1154 orang, sedangkan industri skala sedang terdapat satu unit dengan jumlah tenaga kerja 300 orang, sedangkan industri di skala kecil terdapat 1389 unit dengan jumlah tenaga kerja 5558 orang. Sedangkan di Kecamatan Suradadi hanya terdapat industri skala kecil dengan jumlah 231 unit dengan jumlah tenaga kerja 1159 orang, berikutnya di Kecamatan Warurejo terdapat industri skala kecil berjumlah 11 unit dan mempunyai tenaga kerja 85 orang. Pada kelompok industri agro dan hasil hutan yang terdapat di Kecamatan Kramat jumlah industri di skala besar ada dua unit dengan jumlah tenaga kerja 1200 orang, sedangkan industri skala sedang terdapat enam unit dengan jumlah tenaga kerja 1370 orang, sedangkan industri di skala kecil terdapat 1327 unit dengan jumlah tenaga kerja 937 orang. Sedangkan di Kecamatan Suradadi pada industri skala sedang terdapat satu unit dengan jumlah tenaga kerja 150 orang, dan industri skala sedang dengan jumlah satu unit dengan jumlah tenaga kerja 150 dan skala kecil terdapat 179 unit dengan jumlah tenaga kerja 694 orang, berikutnya di Kecamatan Warurejo terdapat industri skala sedang berjumlah 1 unit dengan jumlah tenaga kerja 70 orang dan industri skala kecil terdapat 252 unit dengan tenaga kerja 619 orang. D. Analisa kontribusi sektoral menggunakan Location Quotient (LQ) Pengunaan analisis ini merupakan adalah merupakan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor tertentu. Adapun perhitungan anilisa LQ di dasarkana pada PDRB pada tahun 2007 di Kabupaten Tegal seperti pada tabel 1 di bawah ini.

Page 6: ANALISIS POTENSI DAN PENGELOLAAN WILAYAH · PDF fileagraris sesuai kompetensi dan produk unggulan daerah dan berbasis sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM). Kabupaten

A-548 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009

Tabel 1. Nilai LQ untuk Ekonomi Basis Berdasar Nilai PDRB Dasar Harga Konstan Tahun (2007).

No Sektor-sektor Tahun 2007

LQ Tegal (Juta) Nasional

(Milyar) 1 Pertanian* 730,531.70 115600000 1,91 2 Pertambangan & penggalian* 111,035.30 92800000 0,31 3 Industri pengolahan* 1,345,005.18 241500000 1,27 4 Listrik. gas dan air bersih* 31,716.34 8900000 1,12 5 Bangunan* 263265.47 57400000 1.1 6 Perdagangan. hotel dan restoran* 1,329,513.52 125200000 2,59 7 Pengangkutan dan komunikasi* 358,807.88 61600000 1,63 8 Keu. persewaan dan jasa perusahaan* 347,557.94 72900000 1,34 9 Jasa-jasa* 331,151.45 71900000 1,26 PDRB per kapita atas dasar harga berlaku 3,310,904.51 847800000 1

Sumber : hasil analisis LQ

Interpretasi terhadap perhitungan nilai LQ; sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai nilai LQ 2,59 berarti merupakan basis yang paling banyak terdapat di Kabupaten Tegal. Ini menunjukkan bahwa Kabupaten Tegal mampu mencukupi kebutuhan akan sector perdagangan hotel dan restoran bahkan mampu melayani kebutuhan wilayah sekitarnya. Pertanian memiliki nilai LQ 1,92 yang berarti merupakan sektor basis karena mampu mencukupi kebutuhan sandang pangan dan bisa mampu melayani kebutuhan wilayah sekitarnya. Industri pengolahan mempunyai nilai LQ 1,27, listrik gas dan air bersih mempunyai LQ 1,12, pengangkutan dan komunikasi mempunyai LQ 1,63, jasa-jasa mempunyai LQ 1,26 sektor tersebut merupakan sector basis karena mempunyai LQ > 1 yang artinya Kabuapten Tegal sudah mampu mencukupi kebutuhan

masyarakatnya terkait persoalan pertanian, listrik, air besrsih, pengangkutan dan komunikasi dan jasa-jasa. Sedangkan sector pertambangan dan galian mempunyai LQ < 1 sehingga sektor tersebut bukan merupakan sector basis karena LQ-nya mempunyai nilai 0,31. sehingga sector tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan masayarakat Kabupaten Tegal secara umum. Analisa LQ atau yang biasa disebut dengan analisa kontribusi sektoral dapat di hitung dengan membandingkan besarnya PDRB sektor-sektor kegiatan ekonomi, baik berdasarkan harga konstan maupun berlaku. Melalui analisa ini dapat diketahui sumbangan yang diberiakan oleh masing-masing sektor terhadap pembentukan PDRB. Kontribusi sektoral Kabupaten Tegal pada tahun 2007 adalah seperti Tabel 2.

Tabel 2. Distribusi prosentase PDRB Kabupaten Tegal

NO Sektor Tahun 2007 Konteribusi Sektoral (%)

1 Pertanian* 730,531.70 15,1 2 Pertambangan & penggalian* 111,035.30 2,3 3 Industri pengolahan* 1,345,005.18 27,7 4 Listrik. gas dan air bersih* 31,716.34 0.007 5 Bangunan* 263265.47 5.4 6 Perdagangan. hotel dan restoran* 1,329,513.52 27,42 7 Pengangkutan dan komunikasi* 358,807.88 7,4 8 Keu. persewaan dan jasa perusahaan* 347,557.94 7,2 9 Jasa-jasa* 331,151.45 6,8 Jumlah 4,848,584.78 100

Sumber : Hasil analisis distribusi prosenrase PDRB Dari tabel tersebut diatas tampak berdasar bahwa berdasar atas harga dasar konstan kontribusi sektor pengolahan memberikan kontribusi paling besar yaitu 27,7 % disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 27,42 % kemudian sektor pertanian sebesar 15, 1 %. Sedangkan sumbangan paling kecil

diberikan oleh sektor listrik gas dan air bersih 0.007 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa struktur perekonomian Kabupaten Tegal bertumpu pada sektor industri pengelolaan yang didukung oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian. Apabila dilihat lebih rinci keberadaan sektor industri pengelolaan di Kabupaten Tegal sangat

Page 7: ANALISIS POTENSI DAN PENGELOLAAN WILAYAH · PDF fileagraris sesuai kompetensi dan produk unggulan daerah dan berbasis sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM). Kabupaten

A-549 ISBN 978-979-18342-1-6

dinamis dan berkembang dengan pesat yang tersebar diseluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Tegal. Jenis industri di Kabupaten Tegal sangat beragam yaitu industri logam mesin, industri kimia dan kertas, industri tekstil dan aneka serta industri agro dan hasil hutan. Menurut pemerintah (Kepala Bapeda) bahwa dalam waktu dekat pemeritah Kabupaten Tegal akan dikembangkan kawasan berikat.yang menjadi sarasan adalah usaha kegiatan industri pengelolaan dan bahan, kegiatan rancang bangun, perekayasaan penyortiran, pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir, serta pengepakan barang yang akan di ekspor. Kawasan ini bertujuan untuk mendorong peningkatan ekspor.

E. Analisis Geografis Information Sistem (GIS) wilayah pesisir Kabupaten Tegal Jawa Tengah

Kabupaten Tegal terdapat tiga Kecamatan yang langsung berbatasan dengan kawasan pesisir yaitu Kecamatan Suradadi, Kecamatan Warurejo, Kecamatan Kramat. Wilayah pesisir Kabupaten Tegal juga merupakan daerah yang terpadat penduduknya sekitar 256.372 jiwa. Jumlah terpadat yaitu terdapat di Kecamatan Kramat 103.131 jiwa, kemudian Kecamatan Suradadi 86.148 Jiwa dan di Kecamatan Warurejo terdapat 66.208 jiwa ini terlihat di Lampiran 7. Dengan tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Kramat mencapai 2.679 jiwa/km2, Kecamatan Suradadi 1.546 jiwa/km2 dan di Kecamatan Warureja mencapai 1.063 jiwa/km2. Dari komposisi jumlah penduduk diatas terlihat bahwa persebaran penduduk di wilayah tiga kecamatan tersebut tidak merata Gambar 5

Gambar 5 Peta analisis potensi dan pengeloaan kawasan pesisir Kabupaten Tegal

Wilayah pesisir Kabupaten Tegal mempunyai panjang garis pantai kurang lebih Panjang pantai sebesar 21974 meter. Keadaan ini menyebabkan kawasan pesisir menjadi andalan sumber pendapatan bagi masyarakat di tiga Kecamatan tersebut. Dengan keberadaan hutan mangrove, kebun melati, tambak, dan sumber perikanan yang tidak ternilai banyaknya dan keadaan lahan yang relatif subur untuk pertanian menyebabkan tekanan terhadap wilayah pesisr semakin besar. Kondisi mangrove di pesisir Kabupaten Tegal sangat memprihatinkan. Menipisnya mangrove yang ada di sepanjang pesisir Kabupaten Tegal, selain disebabkan faktor alam (gempuran ombak) juga adanya perubahan perilaku penduduk yang kurang bijaksana dalam memanfaatkan mangrove. Antara lain, tindakan warga yang melakukan penebangan mangrove untuk dijadikan tambak-tambak udang. Selain itu, pemanfaatan yang paling banyak adalah untuk kayu bakar, baik yang sudah tua maupun tunasnya. Penebangan terhadap hutan bakau, sudah dilakukan penduduk dan pemilik tambak udang di kawasan

pantai utara Jawa termasuk di Kabupaten Tegal. Menurut para pemilik tambak udang, penebangan bakau dilakukan karena bakau dinilai mengganggu kehidupan udang akibat tingkat keasaman yang cukup tinggi dari bakau tersebut. Dampak konkret yang bisa dilihat dari kegiatan penebangan tersebut, yakni terjadi abrasi yang tentu saja merugikan bagi masyarakat sendiri, baik tempat tinggal maupun tambak yang hilang disapu gelombang air laut yang dapat langsung menerjangnya, karena tidak tertahan mangrove sebagai pelindung gempuran ombak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh UNDIP pada tahun 2002 menyebutkan tidak semua lokasi terdapat mangrove, itupun dalam kondisi rusak. Dari hasil penelitiannya terlihat bahwa jenis mangrove yang paling dominan adalah Rhizophora sp. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3

Page 8: ANALISIS POTENSI DAN PENGELOLAAN WILAYAH · PDF fileagraris sesuai kompetensi dan produk unggulan daerah dan berbasis sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM). Kabupaten

A-550 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009

Tabel 3 Potensi Mangrove di Lokasi Penelitian

Lokasi Mangrove Jenis Mangrove Tinggi Pohon Kondisi Mangrove

1 2 3 4 5 Muara S. Ketiwon

Ada Rhizophora sp Sampai > 3 m Rusak

Larangan Ada - Sampai > 3 m Rusak Purwahamba Tidak Ada - - Rusak Suradadi Ada Rhizophora sp Sampai > 3 m Rusak Muara S. Pekijingan Ada Rhizophora dan

Avicennia Sampai > 3 m Rusak

Sumber : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNDIP, 2002

Selain itu, BP-DAS Pemali Jratun dalam penelitiannya pada tahun 2006 juga menyebutkan bahwa di sepanjang pesisir Kabupaten Tegal tidak ditemukan adanya hutan mangrove yang membentuk suatu ekosistem, yang ada hanya populasi mangrove dalam jumlah yang sangat sedikit dan dalam kondisi

rusak berat. Bapeda tahun 2006 juga menyebutkan bahwa mangrove dari jenis Rhizophora mucronata ditemukan di sebelah timur dan sekitar muara sungai Ketiwon/Gung, sekitar TPI Larangan dan BBI Maribaya. Secara lebih rinci, jenis mangrove yang ditemukan di pesisir Kabupaten Tegal sebagaimana disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Jenis Mangrove yang ditemukan di Pesisir Kabupaten Tegal

No Jenis Mangrove Major Minor Asosiasi 1 2 3 4 5

1 Rhizophora mucronata + 2 Sonneratia sp. + 3 Avicennia marina + 4 Aegiceras sp. + 5 Excoecaria agallocha + 6 Acanthus sp. + 7 Ketapang + 8 Waru +

Sumber: Bapeda, 2006

Hal ini didukung oleh hasil survei lapangan yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengecek dan memvalidasi obyek mangrove di tiga kecamatan tersebut. Validasi dilakukan untuk mengecek kondisi mangrove yang ada di sepanjang pesisir Kabupaten Tegal berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah

dilakukan sebelumnya, sehingga hanya lokasi-lokasi tertentu yang terdapat kerusakan mangrove saja yang disurvei. Secara rinci kondisi pohon mangrove di Kabupaten Tegal sebagaimana dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh DKP tahun 2007 ditunjukkan pada Tabel 5

Tabel 5 Kondisi Fisik Pohon Mangrove di Kabupaten Tegal No Parameter Unit % 1 2 3 4

1 Panjang pantai (km) 20,3 - 2 Luas mangrove (Ha) 88,62 - 3 Mangrove kondisi baik (Ha) 0 0 4 Mangrove kondisi kritis (Ha) 88,62 100 5 Luas mangrove ideal (Ha) 20,3 km x 130 m = 263,9 -

Sumber: DKP, 2007 Tambak di Kabupaten Tegal mempunyai

luas 337,1 Ha terdapat Kecamatan Kramat 173 Ha, Surodadi 47,7 Ha dan Warurejo 116,4 Ha. Kebanyakan tambak membudidayakan ikan bandeng dan udang. Berdasarkan data beberapa tahun terlihat bahwa nilai pendapatan tambak mengalami penurunan seiring dengan penurunan produktivitas perikanan budidaya tambak. Dalam kurun waktu tiga tahun

terakhir terjadi penurunan produksi perikanan tambak dari 205.000 kg/th pada tahun 2005 menurun menjadi 151.500 kg/th pada tahun 2006 dan hanya tinggal menjadi 80.700 kg/th (BPS, 2007). Padahal pada tahun-tahun sebelumnya produksi perikanan tambak di pesisir Kabupaten Tegal relatif tinggi. Di muara Cacaban di Desa Maribaya Kecamatan Kramat terdapat bangunan tambak atau lebih jelasnya adalah

Page 9: ANALISIS POTENSI DAN PENGELOLAAN WILAYAH · PDF fileagraris sesuai kompetensi dan produk unggulan daerah dan berbasis sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM). Kabupaten

A-551 ISBN 978-979-18342-1-6

bangunan pembenihan yang telah rusak oleh hantaman gelombang, kasus yang sama yang terjadi pada TPI Suradadi. Bangunan ini mengalami kerusakan yang hampir separuh bangunan hilang atau hancur oleh kekuatan gelombang.

Gambar.6 Kerusakan Bangunan Tambak di Desa

Maribaya

Di Desa Munjuagung juga terdapat PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan) Larangan tepatnya di Kali Bongkok, pada bangunan ini juga terdapat masalah yaitu pada struktur jetty pelindung mengalami kerusakan dan juga panjang jetty tidak sampai setelah gelombang pecah. Hal ini dibuktikan oleh kondisi kolam PPI yang terjadi pendangkalan sehingga banyak sekali kapan nelayan menjadi kandas oleh karena desain dan struktur pelabuhan kurang sesuai dengan kondisi alam.

Gambar 7 PPI Larangan di Desa Munjuagung

Menurunnya produktivitas perikanan tambak ini disebabkan antara lain semakin berkurangnya luasan tambak akibat adanya erosi dan abrasi pantai. Dari luas tambak tersebut diatas, 20 % diantaranya berada dalam kondisi kritis. Hingga pertengahan 2006 lalu, 10 Ha tambak milik petani musnah dan sisanyanya dialami petambak di Kecamatan Suradadi sekitar 5 Ha dan Kecamatan Warurejo 3 Ha. Sejak lima tahun terakhir, ratusan hektar tambak dan kebun melati yang ada di sana hilang. Areal tambak yang hingga saat ini masih tersisa, juga terancam keberadaannya. Abrasi terparah seperti terlihat di Desa Maribaya dan Desa Kramat, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal.

Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah penghasil melati terbesar di Indonesia. Bunga melati telah mengharumkan nama Desa Sidoharjo, Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal dan Kecamatan Warurejo. Desa yang terletak di pantai utara ini memang dikenal sebagai salah satu sentra penghasil melati di Jawa Tengah. Di Kabupaten Tegal ada sekitar 219 hektar lahan melati dan 80 hektar di

antaranya ada di Desa Sidoharjo. Di Sidoharjo sendiri, melati digunakan untuk berbagai keperluan seperti bahan baku teh, tanaman hias, maupun dieksport ke luar negeri. Produktivitas melati mencapai 3.944.130 kg/ha per tahun

Pada Kecamatan Suradadi di desa Bojongsana juga terdapat muara sungai Pekijingan, pada muara ini tidak terdapat perubahan yang cukup signifikan, karena pada muara sungai tersebut terdapat groin sebagai pelindung pantai. Perubahan pada daerah ini hanya berkisar pada 22-25 meter dengan panjang 587 meter. Sedangkan di Desa Purwahamba terdapat lokasi Taman Wisata Purwahamba Indah yang banyak dilindungi oleh groin-groin, sehingga di lokasi ini hanya sedikit juga perubahan garis pantai yang terjadi yaitu sekitar 2-25 meter dengan panjang 2693 meter. Pada muara Cenang di Desa Suradadi Kecamatan Suradadi terdapat bangunan TPI (Tempat Pendaratan Ikan) yang tidak digunakan oleh masyarakat karena kondisinya rusak oleh hantaman ombak. Perlu diketahui sebelumnya berdasarkan hasil klasifikasi garis pantai, tipe pantai di Kabupaten tegal

Page 10: ANALISIS POTENSI DAN PENGELOLAAN WILAYAH · PDF fileagraris sesuai kompetensi dan produk unggulan daerah dan berbasis sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM). Kabupaten

A-552 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009

merupakan bentukan dari dominansi energi gelombang yang tercampur dengan energi pasut. Kondisi inilah yang pada akhirnya sangat mempengaruhi kerusakan bangunan-bangunan pantai seperti salah satunya di TPI Suradadi. Berdasarkan hasil pengamatan lahan pertanian yang banyak mengalami kerusakan yaitu lahan cocok tanam untuk pohon melati. Perlu diketahui bahwa hasil pertanian yang sangat menunjang kehidupan masyarakat disana adalah bunga melati untuk bahan campuran teh. Sedangkan pohon melati banyak tumbuh dan ditanam secara budidaya di sekitar pesisir pantai.

Gambar 8 Kerusakan Lahan Pertanian

Perubahan garis pantai dan faktor dari manusia serta perubahan iklim global juga meningkatkan tekanan terhadap wilayah pesisr melalui semakin meningkatnya muka air laut akibat pemanasan global. Pengelolaan wilayah pesisir harus dilakukan secara cepat dan tepat dengan memanfaatkan data yang kontinyu dan teknologi yang mampu menggambarkan wilayah pesisir dengan baik. Integrasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan salah satu cara untuk mengelola wilyah pesisr dengan data yang kontinyu dan sebaran spasial yang bisa menampilkan secara sederhana bentuk kawasan peisisir. Secara sederhana intergrasi antara penginderaan jauh dan SIG dapat memetakan kondisi wilayah pesisir sehingga dapat dipantau kondisinya. Analisa Sistem Informasi Geografi (SIG) di wilayah pesisir Kabupaten Tegal

adalah untuk memberikan sistem informasi yang akan dirancang dengan data yang bereferensi spasial dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja (Barus dan Wiradisastra, 2000). Aplikasi SIG dapat digunakan untuk berbagai kepentingan selama data yang diolah memiliki refrensi geografi, maksudnya data tersebut terdiri dari fenomena atau objek yang dapat disajikan dalam bentuk fisik serta memiliki lokasi keruangan. Integrasi Penginderaan jauh dan SIG dalam pengelolaan wilayah pesisir dapat menggunakan Indeks Kepekaan Lingkungan (IKL)/Environmental Sensitivity Index (ESI). Indeks Kepekaan Lingkungan merupakan gambaran nilai-nilai biologi, sosial-ekonomi dan sosial-budaya pada suatu wilayah pesisir dan laut tertentu yang digunakan sebagai prioritas respon terhadap tumpahan minyak (NOAA, 1992). Dalam perkembangannya IKL bukan hanya untuk menilai kepekaan lingkungan terhadap tumpahan minyak, tetapi juga kepekaan wilayah pesisir terhadap polutan dan bahan pencemar lainnya baik yang berasal dari sungai, pemukiman, maupun kegiatan-kegiatan disekitar pantai.

F. Penentuan partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan wilayah pesisir Kabupaten Tegal

Penentuan program pengelolaan wilayah pesisir tegal dilakukan dengan menggunakan program Analytical Hierarchy Process dari nilai rata-rata geometrik dari seluruh hirarki. Dalam program Analytic Hierarchy Process ini dapat dihasilkan nilai prioritas tiap elemen dalam hirarki serta nilai rasio konsistensinya. Analisa prioritas ini akan menunjukkan tingkatan dari fokus, pelaku, criteria, aspek dan alternative kebijakan dengan melihat besarnya eigen vector dari tiap hirarki, nilai terbesar eigen vector menunjukkan prioritas pilihan. Sementara untuk menguji konsistensi dari tiap-tiap prioritas dalam hirarki ditunjukkan oleh besarnya nilai Consistency Ratio (CR). Semakin besar nilai CR menunjukkan besarnya penyimpangan atau terjadi ketidakkonsistenan dari hirarki yang dipilih pada Tabel 6.

Tabel 6 Nilai Rata-rata Geometrik Pertanyaan 3.1.

Matriks Community Base Management

Government Base Management

Community and Government Base Managementan

Community Base 1 0.868 5.959 Government Base 1.025 1 2.503 Community and Government Base 2.735 1.932 1

Jumlah 3.760 3.800 8.562 Sumber: data diolah Dari matrik diatas dilakukan perhitungan

eigenvector (bobot prioritas) dan eigenvalue dengan

Page 11: ANALISIS POTENSI DAN PENGELOLAAN WILAYAH · PDF fileagraris sesuai kompetensi dan produk unggulan daerah dan berbasis sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM). Kabupaten

A-553 ISBN 978-979-18342-1-6

menormalkan kolom-kolom dalam matrik perbandingan berpasangan. bobot prioritas merupakan bobot nilai rata-rata secara keseluruhan, yang diperoleh dari rata-rata bobot relatif yang dinormalkan masing-masing faktor pada setiap barisnya,. 1. Level pertama (fokus pada potensi sumberdaya

manusia, sumberdaya alam dan infrastruktur dalam partisipasi masyarakat untuk Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten tegal )

Level pertama dalam pengelolaan wilayah pesisir Kabupaten adalah penetapan fokus yang merupakan tujuan dan berkaitan dengan studi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir yang diinginkan oleh pengambil keputusan. Tujuan yang akan dicapai adalah untuk mendapatkan prioritas pengelolaan wilayah pesisir dan berbasis partisipasi sesuai dengan potensi, kriteria, aspek dan alternatif

kebijakan pengelolaan berbasis partisipasi masyarakat.

2. Level kedua (fokus pada potensi wilayah tentang SDA, SDM dan infrastuktur yang mendukung dalam pengelolaan wilayah pesisir berbasisi partisipasi)

Dari data kuisioner yang telah diolah didapatkan nilai perbandingan berpasangan dan dihasilkan rata-rata geometrik, kemudian diolah dan menghasilkan vektor prioritas pelaku pengelolaan wilayah pesisir sebagaimana ditampilkan pada Gambar 9. Dari gambar tersebut diketahui bahwa vektor prioritas terbesar pada pada level kedua (Potensi) adalah pada pengembangan sumberdaya manusia (0.78%), kemudian sumberdaya alam (0.08%),infrastruktur (0.13%) dengan rasio konsistensi 0,03.

Gambar 9 Nilai vektor prioritas berdasarkan potensi wilayah pengelolaan

Berdasarkan data potensi wilayah pesisir tegal, yang menjadi prioritas dalam pengelolaan wilayah peisisr adalah membangun sumberdaya manusia dianggap paling penting, kemudian setelah membangun SDM maka infrastruktur juga harus dibangun. Sebelum era reformasi, masyarakat hanya dijadikan subyek pembangunan sehingga tugas dan tanggung jawab pembangunan seolah-olah menjadi tanggung jawab pemerintah. Proses perencanaan dilaksanakan top-down sehingga tidak aspiratif dan akomodatif. Seiring dengan demokratisasi yang menjadi tuntutan bersama masyarakat dalam rangka mewujudkan masyarakat yang madani (civil society), maka hal ini pun tidak luput berimbas terhadap proses perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir dan laut

dimana masyarakat sebagai pengguna (subyek) utama dalam pemenuhan hidup sehari-hari. 3. Level ketiga (kriteria potensi SDM, SDA,

infrastruktur dalam pengelolaan wilayah pesisir berbasis partisispasi masayarakat)

Kriteria yang ditetapkan pada pengelolaan wilayah pesisir Kabupaten tegal berbasis partisipasi meliputi : SDM meliputi (pendidikan, keterampilan, lapangan kerja), SDA (penangkapan, pariwiasata, budidaya, pertambangan), Infrastruktur (PDAM, industri dan Kapal). Dengan perolehan nilai dari perbandingan berpasangan dihasilkan rata-rata geometri. Dari nilai ini kemudian diolah untuk menghasilkan vektor prioritas lokal sebagaimana ditampilkan pada prioritas pembangunan sumberdaya manusia Gambar 4.13.

Gambar 10 Nilai prioritas pembangunan SDM dalam pengelolaan wilayah pesisir

Page 12: ANALISIS POTENSI DAN PENGELOLAAN WILAYAH · PDF fileagraris sesuai kompetensi dan produk unggulan daerah dan berbasis sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM). Kabupaten

A-554 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009

Gambar 11 Nilai prioritas pembangunan SDA dalam pengelolaan wilayah pesisir

Gambar 12 Nilai prioritas pembangunan Infrastruktur dalam pengelolaan wilayah pesisir

Diketahui bahwa prioritas tertinggi berdasarkan persepsi sumber daya manusia (SDM) yang meliputi pendidikan (77%), Keterampilan (0.08%), Lapangan Kerja (14%). Persepsi sumberdaya alam (SDA) yang meliputi penangkapan (52%), pariwisata (11%), budidaya (0,07%), (pertambangan 28%) Infrastruktur (4,9%). Sedangkan pada tingkat pembangunan infrastruktur yang meliputi PDAM (78%), Industri (0.08%) bangunan Kapal (13%), dengan rasio konsistensi 0,001 (di bawah 10%). Secara umum responden konsisten dalam menjawab setiap pertanyaan karena rasio konsistensinya di bawah 10%. Dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut tidak mungkin di lepaskan dari unsur ekonomi masyarakat pesisir serta masalah lingkungan. Isu utama masyarakat pesisir yang terkait dengan kegiatan ekonominya adalah (1) modalnya terbatas dan tidak memiliki akses untuk mendapatkan modal luar (2) terbatasnya sarana produksi seperti benih (bibit rumput laut) (3) tidak terdapatnya kelompok usaha bersama (4) penataan ruang pesisir yang belum dilakukan dan (5) masih rendahnya ketrampilan masyarakat pesisir dalam budidaya. (6) akses pasar yang terbatas. Semua ini akan bermuara pada kemiskinan dan ketidakpedulaian terhadap kelesatarian alam. Kesadaran stakeholders akan pentingya keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan (tujuan

ekonomi) dengan kepentingan masayarakat yang berbasis partisispasi membuktikan bahwa keberlangsungan pembangunan Kabupaten Tegal tidak bisa dilepaskan dari aspek potensi wilayah pesisir Kabupaten Tegal mengingat potensi berasal dari sektor kelautan dan perikanan sehingga pola pemanfaatannya harus secara lestari dan ramah terhadap lingkungan.

4. Level keempat (pada alternatif pengelolaan

wilayah pesisir; Community Base Management, Government Base Management dan Community and Government Management) dalam pengelolaan wilayah pesisir berbasisi partisipasi Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat dalam pengelolaan pesisir secara terpadu, perlu dipersiapkan seorang motivator atau penggerak yang mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat. Oleh karena itu sebelum pelaksanaan program Co-Management, yang perlu dipersiapkan adalah SDM yang terlatih dan termpil dalam melaksankan program-program dalam Co-Management. Hasil kuisioner pada faktor alternative kebijakan yang akan dilakukan adalah Communty Base Management yaitu masyarakat Tegal menginkan adanaya pengelolaan wilayah pesisir tegal melalui basis partisisipasi.

Page 13: ANALISIS POTENSI DAN PENGELOLAAN WILAYAH · PDF fileagraris sesuai kompetensi dan produk unggulan daerah dan berbasis sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM). Kabupaten

A-555 ISBN 978-979-18342-1-6

Gambar 13 Nilai alternative prioritas dalam pengelolaan wilayah berbasis partisispasi masyarakat

Berdasarkan hal tersebut, guna mewujudkan peran masyarakat yang seutuhnya, proses pelibatan masyarakat tidak boleh berhenti sampai pada tahap yang hanya bersifat konsultasi dan sosialisasi, akan tetapi harus terlihat jelas bahwa aspirasi masyarakat terefleksi dalam proses perencanaan dan pengelolaan. Oleh sebab itu, saluran-saluran aspirasi masyarakat harus diformulasikan secara jelas, sehingga apabila terjadi penyimpangan dilapangan dari proses perencanaan, masyarakat dapat melakukan pengawasan dan berpartisipasi aktif. Peran pemerintah selanjutnya adalah menjembatani agar kelembagaan dalam masyarakat memberikan manfaat sosial-ekonomis dan ekologis, dan membatasi timbulnya eksternalitas negatif. Dorongan dan pengakuan atas hak dan pengaturan komunal merupakan pengakuan atas kemampuan masyarakat untuk mengorganisasi dalam membantu kondisi mereka sendiri, sekaligus menjaga sumber daya alam secara berkelanjutan. Proses konsultasi publik yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan bekerja sama dengan LSM lokal maupun internasional membuktikan bahwa masyarakat telah diakui haknya dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut dari tahap perencanaan sampai dengan tahap implementasi di lapangan. Dalam kaitan dengan upaya untuk melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pengelolaan guna mendukung pembangunan wilayah pesisir dan laut, maka terdapat beberapa prinsip dasar (konsep) sebagai berikut: 1. Menempatkan masyarakat sebagai pelaku (ujung

tombak) dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta pelestarian lingkungan (termasuk dalam penataan ruang).

2. Memfasilitasi masyarakat agar menjadi pelaku dalam proses perencanaan tata ruang.

3. Mendorong agar stakeholders mampu bertindak secara professional dalam proses penataan ruang (zonasi).

4. Mendorong penguatan kelembagaan yang mewadahi berbagai aspirasi dari berbagai stakeholders.

Pengelolaan mempunyai pengertian yang berbeda dengan eksploitasi kekayaan laut karena di dalam kegiatan pengelolaan mencakup unsur pelestarian dalam arti bahwa pengambilan kekayaan laut itu dapat dilakukan secara berkesinambungan.

Dengan demikian pengelolaan tidak dapat dilakukan secara sendiri-sendiri yang mungkin dapat terjadi perbenturan antar instansi dengan instansi lain, oleh karena itu untuk menghindari kewenangan sektoral yang mengkotak-kotakan pembangunan kelautan dan menghindarkan pemborosan yang mungkin terjadi perlu adanya pengelolaan secara terpadu. Dalam hal ini harus ada keterpaduan program dari Pemda Tegal serta lembaga swadaya masyarakat (LSM). G. Strategi pengelolaan dan pengembangan

wilayah pesisir Kabupaten Tegal Strategi pengelolaan dan pengembangan wilayah pesisir Kabupaten Tegal yang secara administrasi daratan mencakup tiga kecamatan. Pengelolaan dan pengembangan wilayah pesisir secara makro harus dilandasi pemahaman yang benar tentang kebutuhan wilayah pesisir itu sendiri. Pemahaman tersebut menyangkut potensi dan permasalahan dari wilayah tersebut baik aspek biologi, ekonomi, ekologi maupuin persoalan internal yang ada pada masyarakat nelayan. Wilayah pesisir Kabupaten Tegal mempunyai pokok permasalahan kurangnya sarana dan prasarana dan rendahnya SDM, sistem penangkapan ikan yang masih sangat tradisional dan sangat sederhana sehingga sector perikanan yang ada di Kabupaten Tegal perkembangannya sangat lambat. Sehingga sasaran yang harus dicapai dalam pengelolaan dan pengembangan wilayah pesisir antara lain : 1. Optimalisasi pemanfaatan ruang wilayah pesisir

sesuai dengan daya dukung potensi dan permasalahan yang dimilikinya, sehingga kegiatan masyarakat dapat diarahkan pada lokasi yang tepat.

2. Optimalisasi potensi ekonomi daerah dan asset-aset pendukung pendapatan daerah sehingga dapat meningkatkan penadapatan asli daerah (PAD) dalam rangka kemandirian pembangunan

3. Tersusunnya program-program pengembangan wilayah berdasarkan prioritas penanganannya

4. Terpilihnya kualitas lingkungan pantai sehingga upaya menciptakan keseimbangan lingkungan dan keserasihan pembangunan.

Pengaturan dan penggunaan lahan disesuaikan dengan karakter lingkungan tersebut seperti misalnya topografi, kemiringan, keberdaan air dan keamanan. Penataan dan penggunaan lahan pada suatu kawasan bertujuan untuk menghidupkan agar seluruh bagian

Page 14: ANALISIS POTENSI DAN PENGELOLAAN WILAYAH · PDF fileagraris sesuai kompetensi dan produk unggulan daerah dan berbasis sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM). Kabupaten

A-556 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009

kawasan dapat tumbuh dan berkembang serta meningkatkan kualitas lingkungannya. Strategi ekonomi dititikberatkan pada kebijakan yang mengarah pada penciptaan struktur ekonomi yang maju seperti sektor industri, perdagangan, pariwisata dan perikanan. Lingkungan pantai mempunyai pengaruh penting bagi kinerja masyarakat, sehingga penataan kawasan pesisir harus pula diikuti dengan peningkatan kualitas lingkungan seperti penyediaan fasilitas umum dan sosial yang menunjang pengembangan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Strategi pengembangan sarana dan prasarana dititikberatkan pada sistem jaringan transportasi dalam wilayah pesisir khususnya yang berkaitan dengan wilayah terkait lainnya dengan tujuan mengoptimalkan penggunaan ruang dalam hubungannya dengan pemanfaatan, peningkatan produktivitas kawasan seperti pertanian, pariwisata, perikanan, industri dan lain-lain. Konsepsi strategi pengembangan kawasan hutan lindung yang ada di Kabupaten Tegal yaitu harus ditujukan untuk pemanfaatan sumber daya alam secara optimal dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan. Dengan demikian kawasan pesisir diwilayah kabupaten Tegal bisa dibedakan atas lindung dan budidaya. Sehingga jika kawasan lindung tersebut ada maka akan dilakukan proses pemmanfaatan dan upaya pemeliharaan dan pemulihan sitem ekologis kawasan tersebut. Pengembangan SDM dalam pengelolaan potensi kawasan harus berjalan bersama-sama, sehingga pengelolaan kawasan pesisir tersebut bisa dilakukan secara maksimal. Tanpa SDM yang memadai dalam pengelolaan kawasan pesisir maka akan berpengaruh terhadap produktivitas pengelolaan tersebut. Peranan pemerintah dan investor akan banyak mempengaruhi terhadap perkembangan struktur pengelolaan kawasan pesisir baik industri, perdagangan, pariwisata, pertanian dan jasa-jasa dalam pencapaian percepatan pembangunan baik fasilitas dan prasarana.

KESIMPULAN Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Potensi yang ada di Kabupaten Tegal berdasarkan

analisis LQ terdapat pada sektor Industri pengolahan mempunyai nilai LQ 1,27, sektor perdagangan restoran dan hotel mempunyai nilai LQ 2,59, sektor pertanian LQ 1,92, listrik gas dan air bersih mempunyai LQ 1,12, pengangkutan dan komunikasi mempunyai nilai LQ 1,63, keuangan persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa jasa-jasa mempunyai LQ 1,26 sektor tersebut merupakan sector basis karena mempunyai LQ > 1. Sedangkan pada sektor pertambangan dan galian mempunyai nilai 0,31 masih belum bisa memenuhi kebutuhan wilayahnya ini berdasarkan hasil analisis LQ pada sektor ini masih kurang dari 1. GIS sebagai analsis potensi wilayah memberikan informasi bahwa sebaran penduduk

terpadat di wilayah pesisir Kecamatan Kramat, kemudian potensi melati terbesar berada wilayah Kecamatan Warurejo, tambak berada di wilayah kecamatan Kramat Sedangkan Kecamatan Surodadi merupakan Kecamatan yang digunakan sebagai aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat

2. Strategi yang bisa di gunakan dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan pesisir anatara lain; strategi pengaturan dan penggunaan lahan, pengembangan struktur ekonomi wilayah pesisir, pengembangan sarana dan prasarana, pengembangan dan pengelolaan kawasan pemanfaatan lindung, pengembangan SDM, peningkatan peran kelembagaan dan investor.. Serta partisipasi masyarakat (community based management), merupakan sebuah solusi yang diinginkan masyarakat dalam pengelolaan kawasan pesisir Kabupaten Tegal. Pemerintah dan kelembagaan formal yang ada di Kabupaten Tegal masih kurang dapat perhatian dari pemerintah setempat baik ditingkatan legeslatif dan eksekutif. Tingkat pendapatan dan pendidikan masyarakat yang relatif rendah merupakan salah satu faktor kelemahan dan dapat menjadi kendala dalam pengelolaan kawasan pesisir tegal berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Tegal, 2007.

Tegal Angka Tahun 2007. BPS Kabupaten Tegal. Jawa Tengah.

Budiharsono, S., 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Cetakan Pertama. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Departemen Perikanan dan Kelautan RI, 2002. Pedoman Umum Penataan Ruang Pesisir dan Pulau-Pualau Kecil. Jakarta.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. (2000), Inventarisasi Data dan Potensi Sumberdaya Pesisir dan Laut Kabupaten Tegal, Kota Semarang dan Kabupaten Jepara, UNDIP, Semarang.

Kelautan dan Perikanan (2007), Laporan Akhir Mitigasi Bencana Erosi di Pantai Tegal, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Jakarta.

Departemen Kelautan dan Perikanan (2007), Pedoman Mitigasi Bencana Alam di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Jakarta.

[Ditjen Bangda] Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah Departemen Dalam Negeri, 1998. Penyusunan Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir Indonesia. Kerjasama dengan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) Institut Pertanian Bogor. Jakarta.

ESRI, 1990. Understanding GIS : The Arc/Info Method Environment at System Research Institute. Redlands, CA. USA.

Badan Perencanaan Daerah (2005), Neraca Sumber Daya Alam Spasial Daerah Kabupaten Tegal. Bapeda Kabupaten Tegal