BAB I PENDAHULUAN - repository.ipb.ac.id · Sesungguhnya, meskipun negara masih mempunyai cadangan...

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2001 Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan Program Peningkatan Ketahanan Pangan sebagai salah satu program prioritas utama Sektor Pertanian, kemudian pada tahun 2005 Kabinet Indonesia Bersatu mencanangkan strategi Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK). Tujuan RPPK antara lain meningkatkan kesejahteraan petani, nelayan dan petani hutan, mengurangi pengangguran, membangun ketahanan pangan, membangun pedesaan, dan melestarikan lingkungan (KKBP 2005). Kuantifikasi tujuan RPPK antara lain menurunkan kemiskinan dari 16,6% (2004) menjadi 8,2% (2009), menurunkan pengangguran terbuka dari 9,7% (2004) menjadi 5,1% (2009), dan swasembada beras secara berkelanjutan. Selain itu telah dicanangkan juga untuk mencapai swasembada beberapa komoditas pertanian seperti jagung (2007), kedelai (2025), gula (2009) dan daging (2010). Mengingat hal itu upaya-upaya untuk meningkatkan produksi beras, jagung, kedelai, dan tebu menjadi sangat penting agar ketahanan pangan tersebut betul-betul ditunjang oleh produksi pangan dalam negeri yang kuat. Kenyataan menunjukkan bahwa impor komoditas tersebut, termasuk beras masih belum dapat dihindari karena hasil produksi beras dalam negeri belum sepenuhnya dapat memasok kebutuhan konsumsi nasional. Bahkan, dikhawatirkan volume beras impor di masa mendatang akan meningkat kembali, baik karena peningkatan laju kebutuhan pangan yang lebih tinggi daripada peningkatan produksinya, maupun karena kebijakan perdagangan yang memandang impor pangan, khususnya beras lebih efisien karena harganya lebih murah. Sesungguhnya, meskipun negara masih mempunyai cadangan devisa

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - repository.ipb.ac.id · Sesungguhnya, meskipun negara masih mempunyai cadangan...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN - repository.ipb.ac.id · Sesungguhnya, meskipun negara masih mempunyai cadangan devisa . 2 ... pengelolaan sumberdaya alam (SDA), tanpa memperhitungkan manfaat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada tahun 2001 Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan

Program Peningkatan Ketahanan Pangan sebagai salah satu program prioritas

utama Sektor Pertanian, kemudian pada tahun 2005 Kabinet Indonesia Bersatu

mencanangkan strategi Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

(RPPK). Tujuan RPPK antara lain meningkatkan kesejahteraan petani, nelayan

dan petani hutan, mengurangi pengangguran, membangun ketahanan pangan,

membangun pedesaan, dan melestarikan lingkungan (KKBP 2005). Kuantifikasi

tujuan RPPK antara lain menurunkan kemiskinan dari 16,6% (2004) menjadi

8,2% (2009), menurunkan pengangguran terbuka dari 9,7% (2004) menjadi 5,1%

(2009), dan swasembada beras secara berkelanjutan. Selain itu telah

dicanangkan juga untuk mencapai swasembada beberapa komoditas pertanian

seperti jagung (2007), kedelai (2025), gula (2009) dan daging (2010).

Mengingat hal itu upaya-upaya untuk meningkatkan produksi beras,

jagung, kedelai, dan tebu menjadi sangat penting agar ketahanan pangan

tersebut betul-betul ditunjang oleh produksi pangan dalam negeri yang kuat.

Kenyataan menunjukkan bahwa impor komoditas tersebut, termasuk beras

masih belum dapat dihindari karena hasil produksi beras dalam negeri belum

sepenuhnya dapat memasok kebutuhan konsumsi nasional. Bahkan,

dikhawatirkan volume beras impor di masa mendatang akan meningkat kembali,

baik karena peningkatan laju kebutuhan pangan yang lebih tinggi daripada

peningkatan produksinya, maupun karena kebijakan perdagangan yang

memandang impor pangan, khususnya beras lebih efisien karena harganya lebih

murah. Sesungguhnya, meskipun negara masih mempunyai cadangan devisa

Page 2: BAB I PENDAHULUAN - repository.ipb.ac.id · Sesungguhnya, meskipun negara masih mempunyai cadangan devisa . 2 ... pengelolaan sumberdaya alam (SDA), tanpa memperhitungkan manfaat

2

yang cukup untuk mengimpor beras dan kondisi pasar beras internasional relatif

stabil, tetapi tidak ada yang dapat menjamin bahwa kedua faktor tersebut akan

tetap berjalan dengan baik di masa mendatang.

Krisis ekonomi yang masih menyisakan dampaknya yang kuat terhadap

perekonomian nasional perlu diwaspadai akan dapat mengurangi cadangan

devisa negara sehingga suatu saat nanti akan kesulitan mengimpor beras. Selain

itu, pasar beras internasional mempunyai risiko terganggu stabilitasnya, misalnya

karena musim kering berkepanjangan, kebanjiran, hama penyakit atau gangguan

keamanan regional akibat perang. Oleh karena itu sepatutnya pemerintah

mengamankan program ketahanan pangan dengan bertumpu pada produksi

pertanian dalam negeri.

Salah satu permasalahan pokok dalam pembangunan pertanian di

Indonesia adalah semakin berkurangnya lahan-lahan pertanian produktif, baik

lahan sawah maupun lahan kering, karena beralih fungsi menjadi lahan non

pertanian. Berdasarkan data statistik pada periode tahun 1981-1999 telah terjadi

konversi lahan sawah sebesar 90.417 ha/tahun. Pada periode yang sama terjadi

pencetakan sawah baru seluas 178.954 ha/tahun sehingga terjadi penambahan

luas sawah 88.536 ha/tahun. Kemudian pada tiga tahun berikutnya laju konversi

lahan sawah tidak terkendali sehingga pada periode tahun 1999-2002 lahan

sawah berkurang atau menyusut sebanyak 141.286 ha/tahun. Konversi lahan

sawah pada periode tersebut mencapai 187.720 ha/tahun, sedangkan

pencetakan sawah baru hanya 46.434 ha/tahun. Konversi lahan sawah pada

periode 1999-2002 tersebut sebagian besar (70,3%) terjadi di luar Pulau Jawa

dan sisanya (29,7%) di Pulau Jawa. Fenomena tersebut menunjukkan adanya

percepatan laju konversi lahan sawah dan hilangnya berbagai manfaat atau

fungsi lahan sawah yang sudah dikembangkan. Secara keseluruhan pada

Page 3: BAB I PENDAHULUAN - repository.ipb.ac.id · Sesungguhnya, meskipun negara masih mempunyai cadangan devisa . 2 ... pengelolaan sumberdaya alam (SDA), tanpa memperhitungkan manfaat

3

periode 1981-2002 tersebut pencetakan sawah baru mencapai 3,4 juta ha, tetapi

kemudian dikonversi lagi sebanyak 2,2, juta ha atau 65%.

Perubahan alih fungsi lahan pertanian tersebut lebih banyak didorong oleh

orientasi ekonomi yang mementingkan keuntungan jangka pendek dalam

pengelolaan sumberdaya alam (SDA), tanpa memperhitungkan manfaat yang

hilang atau kerugian yang mungkin terjadi akibat berkurang atau hilangnya fungsi

lingkungan lahan pertanian. Hasil penelitian di Jepang (Yoshida 2001)

menunjukkan bahwa nilai manfaat jasa lingkungan lahan pertanian dapat

dijadikan instrumen kebijakan untuk mempertahankan lahan pertanian. Oleh

karena itu diperlukan penelitian mengenai valuasi ekonomi lahan pertanian untuk

mendukung kebijakan pengelolaan SDA, khususnya lahan pertanian ke arah

yang lebih bersifat ekosentrisme daripada antroposentrisme.

Kebijakan pengelolaan SDA secara ekosentrisme dan antroposentrisme,

sebagaimana pembangunan ekonomi dan penanganan masalah lingkungan

hidup bukan sesuatu hal yang harus dipertentangkan, tetapi ekonomi dan

lingkungan hidup perlu dipadukan dalam arus tengah pembangunan atau

pembangunan berkelanjutan (Salim 2007). Apabila keterkaitan antara bidang

ekonomi dan lingkungan (ekologi) diamati dan dicermati secara seksama, maka

akan tampak bahwa keberlanjutan di kedua bidang tersebut akan saling

mendukung dan saling menguntungkan (Notohadiprawiro 2006, Suparmoko dan

Suparmoko 2000). Pendekatan multifungsi pertanian bukan hanya menilai

manfaat hasil-hasil pertanian secara finansial dan berjangka pendek, tetapi juga

menilai jasa lingkungan pertanian secara sosial (ekonomi lingkungan) dan

manfaat jangka panjang.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN - repository.ipb.ac.id · Sesungguhnya, meskipun negara masih mempunyai cadangan devisa . 2 ... pengelolaan sumberdaya alam (SDA), tanpa memperhitungkan manfaat

4

1.2. Kerangka Pemikiran

Teori ekonomi dapat menjelaskan fenomena konversi lahan pertanian

menjadi non-pertanian, yakni melalui analisis rasio persewaan lahan (land rent

ratio). Berdasarkan hasil suatu studi terdapat perbedaan yang sangat nyata

antara rasio persewaan lahan untuk sektor pertanian dengan sektor non-

pertanian. Perbandingan nilai sewa lahan sawah untuk usahatani (padi atau

palawija) dengan perumahan, industri dan kawasan wisata secara berturut-turut

mencapai 1: 622, 1:500, dan 1:14 (Nasution dan Winoto 1996). Namun demikian

kelemahan analisis ekonomi mengenai persewaan lahan tersebut hanya menilai

manfaat penggunaan langsung yang bernilai pasar (marketable goods). Padahal

suatu hamparan lahan pertanian selain mempunyai manfaat penggunaan

langsung yang menghasilkan produk yang mempunyai harga pasar juga

menghasilkan produk yang belum mempunyai harga pasar (non-marketable

goods). Salain itu dalam analisis land rent tersebut belum diperhitungkan nilai kini

(present value) dari hasil pertanian yang semestinya akan selalu diperoleh

sepanjang masa (indefinite period of time) jika lahan tersebut tidak dikonversi

serta adanya harapan peningkatan produktivitas dan harga lahan di masa

mendatang. Demikian juga risiko ketidakpastian penghidupan para petani yang

lahannya dikonversi akibat adanya perubahan sumber mata pencaharian belum

diperhitungkan.

Lahan pertanian juga mempunyai manfaat penggunaan dan manfaat bukan

penggunaan (Munasinghe 1993, Yoshida 2001). Dengan demikian lahan

pertanian, baik sawah maupun lahan kering selain berfungsi sebagai media

budidaya atau sumber produksi hasil-hasil pertanian yang menjadi sumber

pendapatan petani juga mempunyai fungsi lain yang menghasilkan jasa

lingkungan atau mempunyai multifungsi yang manfaatnya dapat dinikmati oleh

masyarakat luas. Hasil jajak pendapat nasional (public opinion) di Amerika

Page 5: BAB I PENDAHULUAN - repository.ipb.ac.id · Sesungguhnya, meskipun negara masih mempunyai cadangan devisa . 2 ... pengelolaan sumberdaya alam (SDA), tanpa memperhitungkan manfaat

5

Serikat tahun 1987 sudah menunjukkan 40% masyarakat Amerika Serikat

meyakini bahwa usaha perlindungan terhadap pertanian sejalan dengan upaya

perlindungan terhadap lingkungan (Reichelderfer 1990).

Multifungsi lahan pertanian adalah berbagai fungsi lahan pertanian bagi

lingkungan, baik yang dapat dinilai secara langsung melalui mekanisme pasar

dari produksi atau jasa yang dihasilkannya maupun yang tidak secara langsung

dapat dinilai berupa kegunaan yang bersifat fungsional bagi lingkungan, baik

aspek biofisik, sosial-ekonomi, maupun budaya. Multifungsi pertanian terhadap

lingkungan aspek biofisik, antara lain sebagai pengendali atau pencegah banjir,

erosi, dan sedimentasi, pemasok sumber air tanah, pengurang tumpukan dan

penyerap sampah organik, pelestari keanekaragaman hayati, dan penyejuk

udara. Multifungsi pertanian terhadap lingkungan aspek sosial-ekonomi antara

lain sebagai penyedia lapangan pekerjaan, sumber pendapatan, tempat rekreasi,

dan penyangga atau stabilitas ketahanan pangan. Multifungsi pertanian terhadap

lingkungan aspek budaya antara lain sebagai pelestari budaya pedesaan

(Yoshida 2001). Manfaat fungsi lingkungan lahan pertanian tersebut mempunyai

ciri sebagai public goods, yakni dapat dinikmati oleh setiap orang tanpa harus

membayar, sehingga pengambil manfaat dari hasil multifungsi tersebut kurang

atau tidak menyadari telah memperoleh manfaat lain dari keberadaan lahan

pertanian.

Mengingat sifat public goods tersebut maka diperlukan valuasi ekonomi

yang dapat menilai dan kebijakan untuk menginternalisasikan manfaat jasa

lingkungan pertanian tersebut sehingga petani pun dapat menikmati jasa

lingkungan pertanian yang dihasilkannya. Kebijakan pertanian tersebut

diperlukan karena mekanisme pasar hasil-hasil pertanian, seperti harga gabah

tidak atau belum memperhitungkan nilai manfaat barang atau jasa lingkungan

pertanian yang bersifat public goods tersebut. Valuasi ekonomi dan kebijakan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN - repository.ipb.ac.id · Sesungguhnya, meskipun negara masih mempunyai cadangan devisa . 2 ... pengelolaan sumberdaya alam (SDA), tanpa memperhitungkan manfaat

6

pertanian yang dimaksud perlu didukung oleh pengetahuan dan pemahaman

masyarakat mengenai multifungsi pertanian. Pengetahuan dan pemahaman yang

baik terhadap multifungsi pertanian akan melahirkan apresiasi yang baik juga

terhadap jasa lingkungan pertanian. Selama ini karena pengetahuan dan

pemahaman masyarakat terhadap multifungsi pertanian masih kurang maka

penilaian terhadap manfaat pertanian pun relatif rendah dari yang semestinya.

Akibatnya petani hanya dihargai atas dasar nilai pasar dari komoditas pertanian

yang dihasilkannya saja, sedangkan nilai manfaat jasa lingkungan yang

dihasilkannya tidak atau belum diperhitungkan sehingga penghidupan petani

tetap dalam keadaan termarjinalkan.

Sebaliknya, pengelolaan pertanian yang didukung oleh pengetahuan,

pemahaman dan apresiasi yang baik terhadap multifungsi pertanian akan

meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat luas sekaligus memelihara

kualitas lingkungan hidup. Pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang

multifungsi perftanian oleh petani akan menimbulkan rasa bangga (pride) karena

bertani menjadi sumber amal-baik atau kebajikan mereka terhadap masyarakat

luas. Demikian pula masyarakat luas yang mengetahui dan memahami

multifungsi pertanian dengan baik akan mendukung usaha-usaha

pengembangan pertanian yang selaras dengan pelestarian lingkungan, misalnya

pengembang perumahan atau investor sektor industri akan melestarikan fungsi

resapan air dan fungsi lingkungan lainnya manakala harus melakukan konversi

lahan pertanian untuk kawasan perumahan atau industri. Pejabat pemerintah

akan konsisten mempertahankan rencana tataruang wilayah dan masyarakat hilir

akan berpartisipasi dalam menjaga kualitas lingkungan di daerah hulunya.

Secara diagram kerangka pendekatan pemikiran penelitian disajikan pada

Gambar 1.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN - repository.ipb.ac.id · Sesungguhnya, meskipun negara masih mempunyai cadangan devisa . 2 ... pengelolaan sumberdaya alam (SDA), tanpa memperhitungkan manfaat

7

Pengetahuan &

Multifungsi

Pertanian (MFP)

Aspek Aspek Biofisik

Sosial-Ekonomi /Lingkungan

Valuasi ekonomi

Apresiasi MFP

Barang Privat Jasa Lingkungan

Mekanisme Pasar Kebijakan Pertanian

Kesejahteraan Petani Kualitas

dan Masyarakat Lingkungan

Gambar 1. Kerangka pemikiran pendekatan penelitian

Di sisi lain perlu disadari bahwa usaha pertanian juga memberikan dampak

negatif terhadap lingkungan, antara lain sebagai sumber gas methana (CH4) dan

sumber pencemar perairan. Oleh karena itu perhatian terhadap multifungsi lahan

pertanian yang bersifat positif perlu diimbangi dengan perhatian terhadap

dampak atau ekternalitas negatifnya. Namun demikian, negara-negara yang

memandang pentingnya sektor pertanian, terutama untuk ketahanan pangan dan

pelestarian lingkungan seperti Jepang lebih memprioritaskan untuk meneliti dan

menilai multifungsi pertanian (eksternalitas positif) daripada dampak atau

Page 8: BAB I PENDAHULUAN - repository.ipb.ac.id · Sesungguhnya, meskipun negara masih mempunyai cadangan devisa . 2 ... pengelolaan sumberdaya alam (SDA), tanpa memperhitungkan manfaat

8

eksternalitas negatifnya (Yoshida 2001, Yabe 2005). Salah satu alasannya

adalah masih banyak aspek multifungsi pertanian yang sudah diketahui

manfaatnya tetapi belum dapat dikuantifikasi nilainya, sementara di pihak lain

terutama negara-negara maju (OECD) lebih banyak menyoroti dampak negatif

pertanian (khususnya sawah sebagai sumber gas methana dan pencemaran air)

tanpa memperhitungkan manfaat positifnya.

Mengingat manfaat multifungsi lahan pertanian belum diinternalisasikan

dalam perhitungan usahatani, maka diperlukan pendekatan valuasi ekonomi

manfaat lingkungan lahan pertanian, sebagaimana disajikan pada Gambar 2.

Berdasarkan pendekatan tersebut dapat dinyatakan bahwa selama ini harga

hasil pertanian, seperti gabah hanya didasarkan pada besaran biaya produksi

usahatani dan produktivitas saja, sedangkan manfaat lingkungannya, baik

terhadap aspek biofisik maupun sosial-ekonomi dan budaya belum

diperhitungkan. Hasil manfaat multifungsi pertanian mempunyai ciri sebagai

barang umum (public goods) karena pihak pengambil manfaatnya sulit dibatasi,

artinya selain petani juga masyarakat luas. Barang umum adalah barang atau

jasa yang jika diproduksi produsennya tidak mampu mengendalikan siapa yang

berhak memanfaatkannya. Permasalahan timbul karena produsen tidak dapat

meminta konsumen untuk membayar atas konsumsi barang tersebut. Di pihak

lain, konsumen mengetahui betul barang tersebut diproduksi dan produsennya

tidak mempunyai kendali atas siapa-siapa yang mengkonsumsinya. Ciri-ciri

utama barang umum adalah: non-rivalry (tidak ada ketersaingan) atau non-

divisible yang berarti konsumsi seseorang terhadap barang tersebut tidak

mengurangi konsumsi orang lain terhadap barang yang sama, dan non-

excludable (tidak ada larangan) yang berati pada saat seseorang mengkonsumsi

barang tersebut ia tidak bisa melarang orang lain untuk mengkonsumsi barang

Page 9: BAB I PENDAHULUAN - repository.ipb.ac.id · Sesungguhnya, meskipun negara masih mempunyai cadangan devisa . 2 ... pengelolaan sumberdaya alam (SDA), tanpa memperhitungkan manfaat

9

yang sama (Matsumoto 2002, Suparmoko dan Suparmoko 2000). Derajat

rivalitas dan eksklusivitas suatu barang atau jasa pada akhirnya menentukan

apakah barang/jasa tersebut tergolong barang privat atau barang umum. Sifat

barang umum juga ada yang benar-benar murni barang umum (dicirikan oleh

sifat rivalitas dan eksklusivitas yang rendah) seperti biodiversitas, kemampuan

lahan pertanian menyerap karbon dan menghasilkan oksigen, tetapi juga ada

barang umum yang mempunyai sifat eksklusivitas, seperti lansekap dan cagar

budaya setempat atau mempunyai sifat rivalitas dalam penggunaannya, seperti

kemampuan lahan pertanian dalam memasok sumber air tanah.

Mengingat lahan pertanian menghasilkan barang umum yang bersifat

positif atau manfaat eksternal maka diperlukan analisis ekonomi lingkungan

untuk merumuskan kebijakan pengelolaannya karena dalam kondisi adanya

manfaat eksternal tersebut mekanisme pasar saja akan gagal dalam

mengalokasikan sumberdaya alam secara efisien. Ekonomi lingkungan adalah

ilmu yang mempelajari kegiatan manusia dalam memanfaatkan SDA dan

lingkungan sedemikian rupa sehingga fungsi SDA dan lingkungan dapat

dipertahankan, bahkan ditingkatkan untuk penggunaan jangka panjang

(Suparmoko dan Suparmoko 2000).

Apabila manfaat fungsi lingkungan tersebut diperhitungkan maka harga

komoditas pertanian seharusnya lebih tinggi daripada harga pasar yang berlaku

saat ini. Hal tersebut karena masyarakat juga seharusnya membayar manfaat

fungsi lingkungan yang dihasilkan oleh pertanian. Langkah ke arah tersebut

dapat melalui sistem pembayaran jasa lingkungan pertanian dari masyarakat

melalui kebijakan pemerintah.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN - repository.ipb.ac.id · Sesungguhnya, meskipun negara masih mempunyai cadangan devisa . 2 ... pengelolaan sumberdaya alam (SDA), tanpa memperhitungkan manfaat

10

Lahan Pertanian Media Budidaya Fungsi Lingkungan Fungsi Lingkungan Biologi-Fisika-Kimia Sosek-budaya

Pemasok S. Daya Air

Pangan Pengendali erosi Ketahanan Serat Pengendali banjir pangan (Sandang) Pengendali longsor Penyedia lapangan Penyejuk udara kerja Penyerap sampah organik Tempat rekreasi Penyerap karbon (CO2) Pelestari budaya Penghasil oksigen (O2) pedesaan/lokal Keragaman hayati Barang privat

Barang Umum (public goods)

Petani Masyarakat luas termasuk petani

Valuasi ekonomi : Valuasi ekonomi : Menggunakan harga Menggunakan harga pasar non pasar

Nilai Ekonomi Total Lahan Pertanian

Gambar 2. Pendekatan valuasi ekonomi multifungsi lahan pertanian

Berdasarkan alasan itu maka sebenarnya petani layak mendapat bantuan

khusus dalam mengelola usahataninya. Bantuan khusus tersebut dapat berupa

Page 11: BAB I PENDAHULUAN - repository.ipb.ac.id · Sesungguhnya, meskipun negara masih mempunyai cadangan devisa . 2 ... pengelolaan sumberdaya alam (SDA), tanpa memperhitungkan manfaat

11

insentif ekonomi melalui mekanisme pasar atau kebijakan pemerintah yang dapat

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan keluarganya.

Peningkatan kesejahteraan petani yang layak akan menjadi faktor penting dalam

mengendalikan konversi lahan pertanian ke non-pertanian. Berdasarkan

keterkaitan ekonomi dan ekologi bantuan khusus untuk pertanian pada dasarnya

bukan hanya untuk petani tetapi juga untuk komunitas yang lebih luas, baik

masyarakat di sekitar lahan pertanian, maupun masyarakat perkotaan, termasuk

pelestarian kualitas lingkungan hidup.

Berdasarkan uraian di atas maka keterkaitan hulu-hilir dari Gambar 1 dan

Gambar 2 dapat dijelaskan sebagai berikut. Petani, sebagai masyarakat hulu

menghasilkan jasa lingkungan melalui kegiatan usahataninya. Manfaat jasa

lingkungan tersebut selama ini belum secara eksplisit dinilai dan dibayar oleh

masyarakat yang menikmatinya. Manfaat jasa lingkungan pertanian akan

berkurang atau hilang apabila petani tidak melakukan kegiatan usahatani. Oleh

karena itu petani berhak atas pembayaran jasa lingkungan pertanian karena

melakukan kegiatan usahatani tersebut. Di sisi lain masyarakat hilir menikmati

manfaat jasa lingkungan pertanian. Perbaikan usahatani di wilayah hulu akan

berdampak positif terhadap kualitas lingkungan di wilayah hilirnya. Oleh karena

itu masyarakat hilir selayaknya bersedia untuk berpartisipasi dalam

pembangunan pertanian di wilayah hulu. Selain itu pembayaran jasa lingkungan

oleh masyarakat hilir dapat mencegah eksploitasi yang berlebihan atas

sumberdaya pertanian di wilayah hulu.

Mekanisme pembayaran jasa lingkungan pertanian antara hilir-hulu

tersebut memerlukan adanya kebijakan pemerintah mengingat pihak swasta atau

individu (mekanisme pasar) tidak mungkin akan melakukannya secara sukarela

karena tidak memberikan keuntungan secara privat.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN - repository.ipb.ac.id · Sesungguhnya, meskipun negara masih mempunyai cadangan devisa . 2 ... pengelolaan sumberdaya alam (SDA), tanpa memperhitungkan manfaat

12

1.3. Perumusan Masalah

Minat masyarakat pedesaan untuk menjadi petani semakin berkurang. Hal

itu karena keuntungan dari usahatani kurang menarik yang dicirikan oleh rasio

harga hasil-hasil pertanian dan inputnya semakin rendah. Sebagai contoh rasio

harga gabah terhadap harga pupuk sekitar 105%, sementara rasio yang sama di

Jepang mencapai 595%. Selain itu luas lahan pertanian yang dikuasai petani

semakin sempit. Hasil Sensus Pertanian 2003 (ST2003) menunjukkan petani

gurem dengan luas lahan garapan <0,3 ha mencapai 13,7 juta rumah tangga

(RT) atau 56,5% dari seluruh RT pertanian. Sebagai perbandingan rata-rata luas

lahan sawah garapan petani di Jepang 1,5 ha/KK.

Berbagai kebutuhan uang tunai yang dihadapi para petani seringkali hanya

dapat dipenuhi dengan cara menjual lahan pertanian yang dikuasainya sehingga

lahan garapan petani semakin sempit atau mereka menjadi buruh tani. Tahap

selanjutnya adalah konversi lahan pertanian yang semakin dipercepat karena

ada "lampu hijau" dari kebijakan tata ruang yang mengalokasikan lahan

pertanian subur termasuk sawah irigasi untuk keperluan non-pertanian.

Konversi lahan pertanian subur, terutama lahan sawah beririgasi yang

sudah berlangsung dalam dua dasa warsa (1981-2002) seluas 2,2 juta ha

mempunyai pengaruh terhadap meningkatnya jumlah kemiskinan,

pengangguran, dan urbanisasi, menurunkan kualitas lingkungan hidup dan

stabilitas ketahanan pangan, khususnya beras. Selain kapasitas produksi

komoditas pertanian yang hilang, konversi lahan pertanian tersebut sekaligus

menghilangkan kesempatan kerja bagi masyarakat di pedesaan dan berbagai

prasarana (investasi) pertanian. Penyederhanaan pendekatan masalah penelitian

sebagaimana uraian di atas disajikan pada Gambar 3.

Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang ingin ditelaah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 13: BAB I PENDAHULUAN - repository.ipb.ac.id · Sesungguhnya, meskipun negara masih mempunyai cadangan devisa . 2 ... pengelolaan sumberdaya alam (SDA), tanpa memperhitungkan manfaat

13

1. Berapakah nilai ekonomi multifungsi lahan pertanian?

2. Apakah masyarakat mengetahui multifungsi lahan pertanian?

3. Bagaimana apresiasi masyarakat terhadap multifungsi lahan pertanian

tersebut?

4. Bagaimana kebijakan mempertahankan lahan pertanian melalui instrumen

nilai manfaat jasa lingkungan lahan pertanian?

Menjadi petani tidak menarik

Kebijakan Akselerasi

Konversi Lahan PertKegagalan

pasar

Kemiskinan (+), Pengangguran (+),

Urbanisasi (+), Ketahanan pangan (-),

Kualitas lingkungan (-)

Rasio harga

output/input rendah

Penguasaan lahan

sempit

Akibat manfaat Jasa Lingkungan Pertanian tidak diperhitungkan

Perlu adanya pemahaman mengenai jasa lingkungan pertanian

Gambar 3. Diagram pendekatan masalah penelitian

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah melakukan penilaian ekonomi (economic

valuation) terhadap beberapa bentuk multifungsi lahan pertanian dan

merumuskan kebijakan alternatif untuk mempertahankan (preservasi) kawasan

pertanian. Guna mencapai tujuan umum tersebut, secara spesifik tujuan

penelitian adalah :

1. Melakukan valuasi ekonomi lahan pertanian sebagai fungsi media budidaya

pertanian atau penghasil barang yang dapat dipasarkan (marketable goods)

Page 14: BAB I PENDAHULUAN - repository.ipb.ac.id · Sesungguhnya, meskipun negara masih mempunyai cadangan devisa . 2 ... pengelolaan sumberdaya alam (SDA), tanpa memperhitungkan manfaat

14

sebagai sumber pendapatan petani dan sebagai penghasil jasa lingkungan

yang pada umumnya tidak mempunyai harga pasar (non-marketable goods).

2. Mengkaji pengetahuan dan apresiasi masyarakat mengenai multifungsi

lahan pertanian.

3. Melakukan sintesa kebijakan pengendalian konversi lahan pertanian

1.5. Manfaat Penelitian

1. Informasi besaran nilai ekonomi manfaat multifungsi lahan pertanian dapat

dijadikan bahan koreksi terhadap harga hasil pertanian, khususnya dalam

penentuan harga dasar gabah yang saat ini kurang menarik bagi petani

sebagai produsen.

2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan

dan pengambilan keputusan pembangunan pertanian secara khusus dan

pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara umum.

3. Bagi masyarakat umum, hasil penelitian dapat dijadikan bahan pembelajaran

mengenai fungsi lingkungan lahan pertanian yang selama ini lahan pertanian

hanya dipandang sebagai media budidaya pertanian.

4. Bagi IPTEK, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai patok duga (benchmark

data) bagi penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama untuk

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

1.6. Hipotesis

Terkait dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai hipotesis penelitian

dirumuskan sebagai berikut:

1. Nilai manfaat penggunaan langsung lahan pertanian selain berupa

komoditas yang dapat dipasarkan, juga berbagai manfaat jasa lingkungan

yang belum dapat dinilai berdasarkan mekanisme pasar. Besaran nilai

manfaat jasa lingkungan tersebut dalam satuan moneter akan sangat berarti

bagi petani jika dipertimbangkan sebagai salah satu penentu harga dasar

hasil pertanian, khususnya gabah (padi).

2. Konsep multifungsi pertanian relatif masih baru. Pengetahuan masyarakat

mengenai multifungsi lahan pertanian relatif masih rendah yang dapat

Page 15: BAB I PENDAHULUAN - repository.ipb.ac.id · Sesungguhnya, meskipun negara masih mempunyai cadangan devisa . 2 ... pengelolaan sumberdaya alam (SDA), tanpa memperhitungkan manfaat

15

dicirikan oleh terbatasnya aspek multifungsi pertanian yang diketahui oleh

masyarakat.

3. Kemauan masyarakat untuk membayar atau willingness to pay (WTP) jasa

lingkungan lahan pertanian dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti

persepsi mengenai multifungsi lahan pertanian, karakteristik individu

(pendidikan, umur, jenis kelamin), faktor sosial-ekonomi (status pekerjaan,

tingkat pendapatan, nilai kerugian akibat banjir, dan kondisi lingkungan

tempat tinggal).

4. Kemauan petani untuk menerima pembayaran atau willingness to accept

(WTA) jasa lingkungan lahan pertanian dipengaruhi oleh berbagai faktor,

seperti persepsi mengenai multifungsi lahan pertanian, karakteristik individu

(pendidikan, umur, jenis kelamin), faktor sosial-ekonomi (luas lahan garapan,

pendapatan, penerapan teknik KTA).

1.7. Kebaruan Penelitian

Aspek kebaruan penelitian ini terletak pada topik atau objek kajian yakni

multifungsi pertanian. Mengkaji pertanian dari aspek multifungsinya

sesungguhnya memandang keberadaan dan memahami fungsi pertanian secara

holistik. Lahan pertanian bukan hanya berfungsi sebagai media budidaya atau

usahatani tetapi lebih luas daripada itu. Lahan pertanian mempunyai fungsi yang

dapat menghasilkan jasa lingkungan yang bermanfaat bukan hanya bagi petani

tetapi juga bagi masyarakat secara umum.

Kemudian penggunaan pendekatan WTP dan WTA sebagai bentuk

simulasi pasar dalam menilai manfaat jasa lingkungan pertanian, dari sisi

masyarakat perkotaan (hilir) dan petani (hulu) merupakan hal yang baru dalam

penelitian ini.

1.8. Ruang Lingkup Penelitian

Tinjauan berbagai penelitian mengenai multifungsi pertanian di Jepang,

Taiwan dan Korea Selatan (Yoshida 2001, Chen 2001, Eom dan Kang 2001 dan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN - repository.ipb.ac.id · Sesungguhnya, meskipun negara masih mempunyai cadangan devisa . 2 ... pengelolaan sumberdaya alam (SDA), tanpa memperhitungkan manfaat

16

Suh 2001) menunjukkan bahwa masyarakat setempat di negara-negara tersebut

sudah cukup banyak mengetahui dan memberikan apresiasi terhadap multifungsi

lahan pertanian. Berbagai multifungsi pertanian yang sudah dikenal oleh

masyarakat di ketiga negara tersebut mencakup : (1) Penyedia atau penghasil

bahan pangan, (2) stabilitas atau penyangga ketahanan pangan, (3) penyedia

lapangan pekerjaan, (4) sumber pendapatan, (5) penyedia atau pemasok

cadangan air tanah, (6) pengendali banjir, (7) pengendali erosi dan sedimentasi,

(8) penyejuk udara, (9) penyerap sampah organik, (10) pelestari

keanekaragaman hayati, (11) sebagai tempat rekreasi, (12) pelestari budaya

masyarakat pedesaan, dan (13) penghasil atau emisi gas oksigen (O2) dan

penyerap gas karbondioksida (CO2).

Mengingat keterbatasan sumberdaya penelitian dan multifungsi pertanian

merupakan sesuatu hal yang baru, penelitian ini tidak menilai seluruh multifungsi

lahan pertanian tersebut, melainkan hanya menitikberatkan pada fungsinya

sebagai penghasil komoditas pertanian yang merupakan sumber pendapatan

petani (ekonomi), penyedia lapangan kerja (sosial), penyangga atau stabilitas

ketahanan pangan (sosial-ekonomi), pengendali banjir, erosi dan sedimentasi

(biofisik). Penggunaan lahan yang dikaji adalah lahan sawah dan lahan kering

atau tegalan.

Eksternalitas negatif lahan pertanian, khususnya sawah dan lahan kering

belum diperhitungkan dalam penelitian ini. Selain mengacu pada alasan Yoshida

(2001) dan Yabe (2005) bahwa bagi negara-negara agraris di wilayah pengaruh

iklim munson lebih prioritas untuk mengetahui, menilai dan memberikan apresiasi

terhadap multifungsi pertanian (ekternalitas positif) daripada menilai dampak

negatifnya, juga saat ini sudah tersedia teknologi untuk mengurangi dampak

negatif pengelolaan lahan pertanian terhadap lingkungan, seperti pertanian

organik dan/atau LEISA (law external input sustainable agriculture), penggunaan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN - repository.ipb.ac.id · Sesungguhnya, meskipun negara masih mempunyai cadangan devisa . 2 ... pengelolaan sumberdaya alam (SDA), tanpa memperhitungkan manfaat

17

varietas padi tertentu dan penggenangan air sawah minimal dalam pengelolaan

tanah dan air pada lahan sawah yang dapat mengurangi emisi gas methana.

Selain itu, masih banyak multifungsi pertanian yang nyata bermanfaat bagi

manusia dan makhluk hidup lainnya tetapi metode valuasinya masih belum

berkembang, seperti manfaat lahan pertanian dalam menghasilkan oksigen (O2)

dan menyerap karbon dioksida (CO2), serta menjaga kelestarian budaya lokal.