PENGARUH TOTALITAS KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL...
Transcript of PENGARUH TOTALITAS KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL...
i
PENGARUH TOTALITAS KERJA DAN DUKUNGAN SOSIAL
TERHADAP KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF
PEGAWAI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Elisa
NIM: 11140700000069
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438H / 2018M
iii
MOTTO
“There is only one thing that makes a
dream impossible to achieve: the fear of
failure.”― Paulo Coelho
iv
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
B) Maret 2018
C) Elisa
D) Pengaruh Totalitas Kerja Dan Dukungan Sosial terhadap Kesejahteraan Subjektif
Pegawai
E) xiv + 87 halaman + lampiran
F) Karyawan sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan dan kemajuan suatu
perusahaan. Sebagian besar waktu karyawan banyak dihabiskan di kantor atau
tempat indvidu bekerja. Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia yang bekerja di
suatu perusahaan menghendaki adanya rasa aman dan nyaman serta sejahtera
lahir dan batin bagi dirinyaTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh Totalitas Kerja dan Dukungan Sosial pada kesejahteraan subjektif
pegawai.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan subjektif adalah FS
(Flourishing Scale) dan SPANE (Scale of Positive and Negative Experience),
untuk alat ukur totalitas kerja adalah Utrecht Work Engagement Scale (UWES) 9
item yang dikembangkan oleh Balducci, Fraccaroli, & Schaufeli (2010). Untuk
alat ukur dukungan sosial menggunakan alat ukur yang dikonstruk dengan
menggunakan empat dimensi sesuai dengan teori sarafino (2011).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantiatif dengan analisis regresi
berganda yang melibatkan sampel sebanyak 512 Pegawai. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling.
Berdasarkan hasil uji hipotesis, kesimpulan pertama yang diperoleh dari
penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan Totalitas Kerja dan
Dukungan Sosial terhadap kesejahteraan subjektif pegawai dengan proporsi
varians sebesar 45,8%. Selanjutnya, berdasarkan hasil uji hipotesis minor yang
menguji signifikansi masing-masing koefisien regresi terhadap dependent
variable, diperoleh ada empat koefisien regresi yang signifikan mempengaruhi
kesejahteraan subjektif yaitu: (1) dedikasi; (2) keterlarutan; (3) dukungan
instrumental ; (4) dukungan persahabatan.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang positif bagi institusi
untuk lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan
subjektif, khususnya Totalitas kerja dan Dukungan Sosial.
G) Buku; 7 + jurnal; 30 + internet; 2
v
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) March 2018
C) Elisa
D) The effect Work engagement and social support on subjective wellbeing
employees
E) xii + pages + attachments
F) Employees greatly affect the development and progress of a company.Most
of the time many employees are spent in the office or workplace. It is
undeniable that people working in a company want a sense of security and
comfort and prosperous birth and mental for himself The purpose of this
study is to determine the effect of Work engagement and Social Support
on subjective wellbeing employees.
The measuring instruments used to measure subjective wellbeing are FS
(Flourishing Scale) and SPANE (Scale of Positive and Negative
Experience), for the work totality tool is Utrecht Work Engagement Scale
(UWES) 9 items developed by Balducci, Fraccaroli, & Schaufeli ( 2010).
For social support measures use measuring tools that are constructed
using four dimensions in accordance with the theory of sarafino (2011).
This study uses a quantitative approach with multiple regression analysis
involving a sample of 512 employees. The sampling technique used in this
study is non-probability sampling. Based on the results of hypothesis
testing, the first conclusion obtained from this study is that there is a
significant effect of Work Totality and Social Support to the subjective
well-being of employees with the proportion of variance of 45.8%.
Furthermore, based on the results of minor hypothesis testing that tested
the significance of each regression coefficient to dependent variable,
obtained there are four regression coefficient which significantly influence
subjective welfare that is: (1) dedication; (2) absorption ; (3) instrumental
support; (4) friendly support. The results of this study can be used as a positive input material for the
constitution to pay more attention to the factors that can affect subjective
wellbeing, especially the work engagement and Social Support.
G) Reading materials 39: 7 book + 30 journal + 2 of a news article
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahiim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta
para sahabat, keluarga, para pengikutnya, dan para penerus perjuangan beliau hingga
akhir zaman.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
penyusunan skripsi ini tentunya penulis dibantu oleh berbagai pihak sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M. Ag., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.
2. Bapak Dr. Abdul Rahman Saleh, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan banyak arahan, bimbingan, motivasi dan masukan yang sangat berarti
dengan segenap kesabarannya, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan
maksimal.
3. Bapak Dr. Gazi Shalom, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah
vii
membantu, mendukung, memberi nasihat serta arahan selama masa perkuliahan.
4. Seluruh dosen dan staff Fakutas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah banyak membantu penulis dalam menjalani perkuliahan dan menyelesaikan
skripsi ini.
5. Kedua orang tua penulis Bapak Kasda dan Ibu Suminah beserta seluruh kakak-kakak
dan adik-adik penulis, Untari, Muhammad Hasanudin, Budi santoso, Rahmani,
Ahmad Dlobith F, Asminah, Sunengsih, Ruli Agustian, Erina, dan Bambang kas,
terimakasih atas semua doa restu, dukungan, motivasi dan sumber inspirasi serta
semangat luar biasa yang telah kalian berikan kepada penulis untuk selalu
meneruskan perjuangan ini agar mencapai yang terbaik.
6. Yulianto Jerry. Terima kasih telah menjadi partner yang selalu menemani penulis,
memberi pengertian, semangat, dukungan, arahan dan motivasi kepada Penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat penulis, Yessica Putriandeta, Ogie Trivani, Achmad Afrizal Fauzan,
Avindra Risandy dan Zahra Zahronah. Terimakasih telah menjadi bagian penting
dalam hidup penulis, menjadi keluarga penulis. Terimakasih atas semua canda,
tawa, tangis, susah dan senang. Terimakasih atas motivasi dan kesabaran kalian
yang selalu menjadi tempat penulis berkeluh kesah.
8. Seluruh keluarga besar HMI Kompsi. Terimakasih atas pengalaman dan pelajaran
hidup yang telah diberikan selama ini.
9. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas
viii
segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan dalam membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini ada dari segala keterbatasan dan jauh
dari sempurna, maka penulis mohon maaf apabila ada kekurangan. Akhir kata penulis
berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat.
Jakarta, 16 juli 2018
Penulis
Elisa
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................ ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakangMasalah ............................................................................. 1
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................................... 9
1.2.1. Pembatasan Masalah ...................................................................... 9
1.2.2. Perumusan Masalah ....................................................................... 9
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 10
1.3.1. Tujuan Penelitian ......................................................................... 10
1.3.2. Manfaat Penelitian ....................................................................... 11
1.3.2.1. Manfaat Teoritis .............................................................. 11
1.3.2.2. Manfaat Praktis ............................................................... 12
BAB 2. LANDASAN TEORI
2.1. Kesejahteraan Subjektif ......................................................................... 13
2.1.1. Definisi Kesejahteraan Subjektif ................................................. 13
2.1.2. Dimensi-Dimensi Kesejahteraan Subjektif ................................. 15
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesejahteraan subjektif ....... 17
2.1.4. Pengukuran Kesejahteraan Subjektif ........................................... 20
2.2. Totalitas Kerja ....................................................................................... 21
2.2.1. Definisi Totalitas Kerja ................................................................ 21
2.2.2. Dimensi Totalitas Kerja .............................................................. 22
2.2.3. Pengukuran Totalitas Kerja ......................................................... 24
2.3. Dukungan Sosial ..................................................................................... 25
2.3.1. Definisi Dukungan sosial ............................................................. 25
2.3.2. Dimensi Dukungan Sosial ............................................................ 26
2.3.3. Pengukuran Dukungan Sosial ...................................................... 27
2.4. Kerangka Berfikir ................................................................................... 28
2.5. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 32
x
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel .............................. 34
3.2. Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel ............................ 34
3.3. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................... 36
3.4.UJi Validitas Konstruk ............................................................................. 39
3.4.1 Uji Validitas Skala Kesejahteraan Subjektif ................................ 41
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Skala Totalitas Kerja ................................ 44
3.4.2.1 Semangat ......................................................................... 44
3.4.2.2 Dedikasi ........................................................................... 45
3.4.2.3 Keterlarutan .................................................................... 47
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Skala Dukungan Sosial ............................ 48
3.4.3.1 Dukungan Emosional ...................................................... 49
3.4.3.2 Dukungan instrumental ................................................... 50
3.4.3.3 Dukungan informasi ....................................................... 51
3.4.3.4 Dukungan persahabatan ................................................. 53
3.6. Teknik Analisis Data ............................................................................... 55
BAB 4. HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Sampel Penelitian .............................................................. 58
4.1.1. Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ......................................... 59
4.1.2. Kategorisasi Skor Variabel Penelitian .......................................... 60
4.3.1 Kategorisasi Tingkat Kesejahteraan Subjektif ................... 61
4.3.2 Kategorisasi Tingkat Semangat ......................................... 62
4.3.3 Kategorisasi Tingkat Dedikasi ............................................ 62
4.3.4 Kategorisasi Tingkat Keterlarutan ..................................... 63
4.3.5 Kategorisasi Tingkat Dukungan Emosional ...................... 64
4.3.6 Kategorisasi Tingkat Dukungan Instrumental ................... 65
4.3.7 Kategorisasi Tingkat Dukungan Informasi ...................... 65
4.3.8 Kategorisasi Tingkat Dukungan Persahabatan ................. 66
4.2. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ................................................................ 67
4.2.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian…………………………….67
4.2.2. Pengujian Proporsi Varians Pada Setiap Variabel Independent ... 72
BAB 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1.Kesimpulan .............................................................................................. 74
5.2.Diskusi ..................................................................................................... 80
5.3. Saran ....................................................................................................... 80
5.3.1. Saran Metodologis ............................................................. 80
5.3.2. Saran Praktis ...................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 88
xi
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue Print skala Kesejahteraan Subjektif…………………. 36
Tabel 3.2 Blue Print Skala Totalitas Kerja …………………………. 37
Tabel 3.3 Blue Print Skala Dukungan Sosial ……………………….. 38
Tabel 3.4 Muatan Faktor item kesejahteraan subjektif………………. 42
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item skala semangat………………………. 44
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Skala dedikasi……………………….. 45
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Skala keterlarutan…………………… 47
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Skala Dukungan Emosional………… 48
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Skala Dukungan instrumental………. 50
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Skala Dukungan Informasi…………. 51
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Skala Dukungan Persahabatan............. 53
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian……………………………… 61
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian.................................. 63
Tabel 4.3 Norma Skor Katgeorisasi….................................................. 63
Tabel 4.4 Kategorisasi Tingkat Kesejahteraan Subjektif…………….. 64
Tabel 4.5 Kategorisasi Tingkat Semangat…......................................... 65
Tabel 4.6 Kategorisasi Tingkat Dedikasi…………………………….. 65
Tabel 4.7 Kategorisasi Tingkat Keterlarutan………………………… 66
Tabel 4.8 Kategorisasi Tingkat Dukungan Emosional………………. 66
Tabel 4.9 Kategorisasi Tingkat Dukungan Instrumental……………. 67
Tabel 4.10 Kategorisasi Tingkat Dukungan Informasi……………….. 68
Tabel 4.11 Kategorisasi Tingkat Dukungan Persahabatan…………… 69
Tabel 4.12 R square…………………………………………………… 69
Tabel 4.13 Anova pengaruh seluruh IV terhadap DV………………… 70
Tabel 4.14 Koefisien Regresi…………………………………………. 71
Tabel 4.15 Proporsi varians…………………………………………… 72
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir................................................ 42
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berdasarkan survey PWC 2017 yang dilansir dari laman finansialku.com terdapat
53% karyawan yang stres akibat masalah keuangan keluarga. Dengan demikian bisa
di identifikasikan bahwa 53% karyawan tidak sejahtera dalam pekerjaannya. Dari
sekian banyak perusahaan yang memperhatikan kesejahteraan karyawannya, Tidak
dapat dipungkiri bahwa masih banyak juga perusahaan yang belum atau tidak
memperhatikan kesejahteraan karyawannya (Archand, 2011).
Hal ini sejalan dengan berita yang dikutip dari brignews (2015) yang
menyebutkan bahwa kesejahteraan karyawan di Indonesia berbanding terbalik dengan
kesejahteraan pekerja asing. Di Indonesia masih banyak pekerja yang gajinya di
bawah upah minimum serta tidak memperoleh tunjangan dan fasilitas yang
seharusnya di penuhi oleh perusahaan atau suatu organisasi. Padahal semakin tinggi
tingkat kesejahteraan karyawan maka semakin tinggi dedikasinya untuk karyawan
atau organsasi yang sedang individu naungi (Bakker, 2009).
Studi lapangan yang telah dilakukan pada tanggal 3 februari 2018 dengan seorang
pegawai salah satu Badan Usaha Milik Daerah yaitu Ibu R. Narasumber
mengungkapkan bahwa dirinya cukup puas dan merasa bahagia bekerja di tempatnya
bekerja selama 7 tahun belakangan. Narasumber juga mengungkapkan bahwa faktor
utama yang membuat dirinya merasa bahagia adalah semangat kerja serta perasaan
2
bangganya akan perusahaan. Selanjutnya narasumber menjelaskan bahwa ada banyak
yang membuatnya merasa puas dengan pekerjaannya selain fakor utama yang telah
disebutkan sebelumnya, narasumber juga menjelaskan bahwa lingkungan sekitar yang
membuatnya turut bahagia pula. Dalam lingkungan kerja, narasumber menjelaskan
bahwa budaya disiplin, semangat serta tolong menolong amat sangat besar. Beliau
juga menjelaskan bahwa tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat beberapa hal yang
membuatnya kadang merasa tidak bahagia. Narasumber menuturkan bahwa
lingkungan yang positif membuatnya melupakan hal yang membuatnya tidak
nyaman.
Dalam undang-undang tentang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003.
Disebutkan bahwa perusahaan atau suatu organisasi wajib memberikan fasilitas,
pelatihan, perlindungan keselamatan fisik maupun mental dan pengupahan yang
layak kepada setiap karyawannya. Sehingga karyawan dapat bekerja dengan
semestinya dan memberikan hasil yang maksimal terhadap organisasi serta dapat
mencapai kesejahteraan hidup karyawan. Karyawan dengan kesejahteraan subjektif
yang tinggi memiliki tubuh yang cenderung lebih sehat serta memiliki emosi negative
lebih sedikit (Diener, Lucas , Oishi ,2011).
Dilansir dari laman NationalGeographic.com menunjukan bahwa Denmark
menjadi salah satu negara paling bahagia di dunia, dikarenakan dukungan sosial di
negara tersebut memiliki angka yang tinggi. Dari laman yang sama juga diperoleh
hasil dari survei tahun 2016 yang menunjukkan tiga negara yang dapat
mempertahankan tingkat kebahagiaan mereka meski ada kejutan eksternal seperti
3
krisis ekonomi pasca-2007 dan gempa bumi 2011 karena dukungan dan solidaritas
sosial, ketiga negara tersebut yakni: Irlandia, Islandia, dan Jepang.
Karyawan sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan dan kemajuan suatu
perusahaan (Gede umbaran, 2015). Sebagian besar waktu karyawan banyak
dihabiskan di kantor atau tempat mereka bekerja. Tidak dapat dipungkiri bahwa
manusia yang bekerja di suatu perusahaan menghendaki adanya rasa aman dan
nyaman serta sejahtera lahir dan batin bagi dirinya (Diener, 2011). Hal ini telah
disepakati oleh perusahaan-perusahaan, karena dengan adanya rasa aman dan nyaman
maka hasilnya produktifitas akan naik, integeritas akan muncul serta loyal terhadap
perusahaan (Gede umbaran, 2015).
Kashdan (2008) mengungkapkan Subjective well-being atau kesejahteraan
subjektif adalah suatu hal yang penting dalam hidup karena dengan sejahtera setiap
manusia akan merasakan kehidupan yang nyaman dan berharga serta bahagia.
Pegawai yang sejahtera adalah pegawai yang bahagia. Carr (2004) mengatakan
bahwa kebahagiaan dapat disetarakan dengan kesejahteraan subjektif. Kesejahteraan
subjektif dapat diketahui dari ada atau tidaknya perasaan bahagia. Kata bahagia
sering dikaitkan dengan kondisi emosional dan bagaimana individu merasakan
lingkungan / dunia dan dirinya sendiri (Kashdan et al., 2008).
Kesejahteraan subjektif pada karyawan merupakan aspek yang sangat penting
dalam dunia kerja karena akan memberikan banyak manfaat bagi karyawan dan bagi
perusahaan. Banyak dampak yang diberikan kesejahteraan subjektif terhadap kinerja
karyawan dan keberlangsungan organisasi. Karyawan dengan kesejahteraan subjektif
4
yang tinggi cenderung memiliki tubuh yang sehat, tingkat absteeism dan turnover
yang rendah, tingkat citizenship behavior yang tinggi, serta memiliki prestasi kerja
yang baik (Emmanuel, Neve, Diener, Tay, & Xuereb, 2013).
Dalam sebuah organisasi ketika seseorang merasa lingkungan kerja sebagai
lingkungan yang menarik, menyenangkan dan penuh tantangan dapat dikatakan ia
merasa bahagia dan menunjukan kinerja yang optimal (Wrig & Cropozano, 2000).
Diener dan Lucas (1999) juga berpendapat bahwa kesejahteraan subjektif dapat
diketahui dari ada atau tidaknya perasaan bahagia. Banyak orang yang merasa puas
dengan penghasilan yang didapat sehingga merasakan kesenangan dan ketenangan
dalam hidupnya. Namun, ada juga yang merasa tidak puas dengan hasil yang didapat
sehingga tidak merasakan ketenangan dan kesenangan dalam hidupnya. Sedangkan
menurut Diener (2013) Pekerja yang mewakili kesejahteraan subjektif yang tinggi
lebih mungkin untuk berhasil dalam finansial dan pekerjaannya serta memperoleh
hasil dan kinerja yang lebih baik.
Myers dan Diener (1995) mengemukakan, individu yang memiliki kesejahteraan
subjektif yang tinggi cenderung memiliki sikap tolong-menolong yang tinggi, lebih
aktif dalam kehidupannya, memiliki sikap penerimaan terhadap diri sendiri maupun
orang lain, mampu memecahkan masalah dengan baik dan memiliki mood yang lebih
positif, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berfikir secara kreatif. Sebaliknya,
individu dengan kesejahteraan subjektif yang rendah, akan memiliki pandangan yang
negatif terhadap kehidupannya, menganggap peristiwa yang terjadi pada dirinya
5
adalah hal yang tidak menyenangkan. Oleh sebab itu, dapat menimbulkan emosi yang
tidak menyenangkan, seperti kecemasan, depresi, dan kemarahan.
Kesejahteraan subjektif pada karyawan merupakan topik yang hangat dalam
kehidupan organisasi (Grant, et al., 2007) dan telah menjadi fokus dalam masyarakat
dan perhatian media (Farid dan Lazarus, 2008). Kesejahteraan subjektif pada
karyawan menjadi sangat penting untuk diteliti karena berpengaruh terhadap banyak
aspek psikologi. Kesejahteraan subjektif berpengaruh positif terhadap kinerja (work
performance) dan kepuasan kerja (Russell, 2008). Atas dasar inilah penulis mencoba
melakukan penelitian tentang kesejahteraan subjektif dikalangan karyawan yang ada
di Indonesia.
Terdapat berbagai penelitian tentang kesejahteaan subjektif, salah satunya oleh
Diener (1996). Dalam laporan penelitiannya beliau meneliti tentang sebagian orang
bahagia. Dalam penelitian ini peneliti bertanya kepada orang yang mempunyai
kesempatan untuk menyampaikan secara lisan seberapa bahagia atau puas mereka.
Pertanyaan diberikan dengan tujuan untuk melihat siapa yang bahagia dan siapa yang
kurang bahagia. Hasilnya menunjukan bahwa sebagian besar dari mereka merasa
puas dengan pekerjaannya, pernikahannya, dan waktu luang yang mereka miliki.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif karyawan adalah
work engagement. Menurut Bakker dan Oerlemans menjelaskan bahwa terdapat
hubungan antara work engagement dan kesejahteraan subjektif. Istilah work
engagement dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai keterlibatan kerja, keterikatan
kerja, kelarutan kerja, dan totalitas kerja. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
6
istilah work engagement sebagai totalitas kerja (Shaleh, 2013). Totalitas kerja
biasanya ditandai dengan hal yang positif, yang terkait dengan keadaan pikiran yang
ditandai dengan semangat, dedikasi, dan absorbsi atau penyerapan (Schaufeli,
Selanova, Gonzales, Roma dan Bakker, 2002).
Totalitas kerja merupakan keterikatan psikologis seseorang terhadap
pekerjaannya (Takawira, et .al., 2014). Sedangkan menurut Saks (2006), totalitas
kerja terkait dengan sikap individu niat dan perilaku. Oleh karena itu, karyawan
cenderung lebih melekat terhadap organisasi dan akan memiliki kecenderungan yang
rendah untuk meninggalkan organisasi. Schaufi dan Bakker (2003) menjelaskan
orang yang tidak memiliki totalitas kerja digambarkan hanya memiliki sedikit tenaga,
kesenangan dan stamina dalam hal yang berkaitan dengan pekerjaan, tidak merasa
pekerjannya bermakna atau menantang, tidak menghayati pekerjaan, dan tidak
mengalami kesulitan untuk lepas dari pekerjaan tersebut.
Totalitas kerja dianggap penting karena mampu mempertahankan komitmen
pegawai pada organisasi dan merupakan kunci kinerja (Freeney & Tienam, 2006).
Totalitas kerja dapat meningkatkan kinerja karena pegawai yang engaged merasakan
emosi positif selama bekerja, memiliki kesehatan yang lebih baik, mampu
meningkatkan sumber daya pribadi dan dapat menularkan totalitas kerjanya terhadap
karyawan lainnya (Schaufeli & Bakker, 2004). Individu yang memiliki totalitas kerja
akan menunjukan level energi yang tinggi, merasa pekerjaan yang dilakukan berarti
dan signifikan, merasa tertantang dengan tugas-tugas yang diberikan, memiliki level
7
konsentrasi yang tinggi, dan selalu antusias serta senang ketika mengerjakan tugasnya
sehingga kesejahteraannya meningkat (Kahn, 1990)
Menurut Oerlermans dan Bakker (2010), totalitas kerja merupakan hal yang
berkaitan dengan kesejahteraan subjektif pada karyawan dan perilaku bekerja untuk
beberapa alasan yaitu: totalitas kerja berkaitan dengan kesehatan yang baik dan afeksi
kerja yang positif (Damerouti, Bakker, De Jonge, Jansen, & Schaufeli, 2001;
Rothbard 2001). Totalitas kerja merupakan pengalaman positif pada diri individu
(Schaufeli et.al, 2002). Selanjutnya, totalitas kerja memiliki kaitan yang positif
terhadap komitmen kerja (Demorouti et al, 2001) dan diharapkan dapat meningkatkan
performa karyawan (Kahn, 1990).
Melihat penelitian sebelumnya yang dilakukan di Amerika Serikat yang
dilakukan oleh Diener (2011) dan negara lain yang memaparkan pentingnya totalitas
kerja terhadap kesejahteraan subjektif pegawai serta melihat perbedaan budaya yang
terjadi anatara Amerika dengan bangsa Indonesia, hal tersebutlah yang membuat
peneliti merasa penting mengambil totalitas kerja sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi kesejahteraan subjektif pegawai.
Faktor selanjutnya adanya dukungan sosial merupakan satu hal yang menarik
untuk diteliti. Menurut Weiten (dalam Samputri, 2015) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kesejahteraaan subjektif. Faktor tersebut terbagi menjadi dua yaitu
yang mempengaruhi secara sedang dan yang mempengaruhi dengan kuat. Faktor
yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif secara sedang salah satunya adalah
8
dukungan sosial. Seseorang yang menerima dukungan sosial dan aktif dalam
berhubungan sosial dapat meningkatkan kesejahteraan subjektif.
Individu yang memiliki dukungan sosial yang tinggi memiliki tingkat
kesejahteraan yang tinggi pula (Diener & Seligman, 2005). Orang-orang yang
memiliki dukungan sosial yang tinggi mengungkapkan bahwa mereka lebih sering
merasakan emosi yang positif atau perasaan yang bahagia, dan lebih sedikit
mengalami emosi negatif atau merasakan kesedihan. Hal ini karena individu merasa
nyaman dan memiliki tempat bersandar ketika mereka membutuhkan, hal tersebut
berkontribusi pada afek positif yang dirasakan individu. Tingginya afek positif yang
dirasakan seseorang akan menunjukan tingginya kesejahteraan subjektif yang dimiliki
individu.
Sarason (2009) memngungkapkan dukungan sosial dianggap penting dalam
perusahaan karena mampu meningkatkan kesejahteraan karyawan secara signifikan.
Hal tersebut disebabkan karena dukungan sosial pada individu membuat individu
merasa diperhatikan, memberikan rasa nyaman, dan membuat individu merasa
memiliki tempat bersandar dalam masalah apapun. Sarafino (2011) juga
mengungkapkan bahwa individu dengan dukungan sosial yang tinggi memiliki
tingkat emosi positif yang tinggi dibandingkan dengan individu yang memiliki
dukungan sosial rendah.
Sarafino (2011) mendefinisikan dukungan sosial adalah persepsi individu pada
rasa kenyamanan, perhatian, penghargaan, informasi ataupun bantuan yang diterima
dari orang lain. Menurut Sarason (dalam Marni, 2015), dukungan sosial adalah
9
dukungan yang didapat dari keakraban sosial (teman, keluarga, anak, ataupun orang
lain) berupa pemberian informasi, nasihat verbal atau non verbal, bantuan nyata atau
tidak nyata, tindakan yang bermanfaat sosial, dan efek perilaku bagi penerima yang
akan melindungi diri dari perilaku yang negatif.
Dalam penelitian Sarafino (2011) di Amerika Serikat menemukan bahwa
dukungan sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan subjektif
individu. Dukungan sosial juga menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan
organisasi demi meningkatkan kesejahteraan subjektif pegawai (Sumarni, 2011).
Melihat perbedaan budaya antara Indonesia dengan Amerika membuat merasa
penting mengambil dukungan sosial sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
kesejahteraan subjektif pada pegawai.
Melihat hasil pemaparan dari berbagai sumber mengenai pentingnya
kesejahteraan subjektif dilihat dari berbagai aspek, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang kesejahteraan subjektif ini. Atas dasar inilah peneliti
memilih judul “Pengaruh Totalitas Kerja dan Dukungan Sosial terhadap
Kesejahteraan Subjektif.”
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, peneliti membatasi ruang lingkup
masalah penelitian ini pada pengaruh variabel bebas (totalitas kerja dan dukungan
sosial) terhadap variabel terikat (Kesejahteraan Subjektif). Adapun batasan masing-
masing variabel adalah :
10
1. Kesejahteraan subjektif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
Kesejahteraan subjektif sebagai evaluasi individu tentang kehidupannya,
termasuk penilaian kognitif terhadap kepuasan hidupnya serta penilaian afektif
terhadap emosinya (Diener, Lucas , & Oishi, 2005).
2. Totalitas kerja adalah sikap yang menunjukkan kegigihan dalam menyelesaikan
tugas pekerjaannya, menikmati pekerjaan yang dilakukannya sehingga waktu tak
terasa berjalan cepat (Schaufeli & Bakker, 2004).
3. Dukungan sosial adalah persepsi individu pada rasa kenyamanan, perhatian,
penghargaan, informasi, atupun bantuan yang diterima orang lain (Sarafino,
2011).
4. Subjek pada penelitian ini adalah karyawan pada salah satu Badan Usaha Milik
Daerah di DKI Jakarta.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, muncul beberapa permasalahan
yang kemudian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh totalitas kerja dan dukungan sosial terhadap kesejahteraan
subjektif ?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi semangat pada variabel totalitas
kerja terhadap kesejahteraan subjektif ?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi dedikasi pada variabel totalitas
kerja terhadap kesejahteraan subjektif ?
11
4. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi keterlarutan pada variabel
totalitas kerja terhadap kesejahteraan subjektif ?
5. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi dukungan emosional pada
variabel dukungan sosial terhadap kesejahteraan subjektif ?
6. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi dukungan instrumental pada
variabel dukungan sosial terhadap kesejahteraan subjektif ?
7. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi dukungan informasi pada variabel
dukungan sosial terhadap kesejahteraan subjektif ?
8. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi dukungan persahabatan pada
dukungan sosial terhadap kesejahteraan subjektif ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh totalitas kerja dan
dukungan sosial terhadap kesejahteraan subjektif pegawai.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini setidaknya terbagi menjadi 2 (dua), yakni manfaat teoritis
dan manfaat praktis.
1.3.2.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambahkan hasil-hasil penelitian
tentang kesejahteraan subjektif, totalitas kerja, dan dukungan sosial. Selain itu,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi literatur bagi khazanah kajian
12
psikologi, yaitu psikologi industri dan organisasi, dan khususnya tentang penerapan
psikologi positif dalam industri dan organisasi.
1.3.2.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai materi
Sumber Daya Manusia khususnya yang berkaitan dengan totalitas kerja, dukungan
sosial dan kesejahteraan subjektif pada pegawai. Dan juga mampu memberikan
masukan terhadap pihak terkait untuk memperhatikan kesejahteraan subjektif pada
pegawai di PT. Bank DKI.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kesejahteraan Subjektif
2.1.1 Definisi Kesejahteraan Subjektif
Veenhouven (dalam Diener, 1994) mendefinisikan bahwa kesejahteraan subjektif
dimana seseorang menilai kualitas kehidupannya sebagai sesuatu yang diharapkan
dan merasakan emosi-emosi yang menyenangkan. Seseorang dikatakan memiliki
kesejahteraan subjektif yang tinggi jika mereka merasa puas dengan kondisi hidup
mereka, sering merasakan emosi positif dan jarang merasakan emosi negatif (Diener
et.,all 1999).
Menurut Diener et al., (2005) Kesejahteraan subjektif mencakup kedalam
komponen yang luas, seperti kebahagian, kepuasan hidup, keseimbangan kesenangan,
pemenuhan, dan stress serta penanganan secara afektif dan evaluasi kognitif hidup
seseorang. Banyak pendekatan yang mendefinisikan kesejahteraan subjektif dalam
beberapa cara. Diener et al.,(2005) mengemukakan ada 3 pendekatan yang
mengindetifikasikan kesejahteraan subjektif yaitu yang pertama memandang bahwa
kesejahteraan subjektif merupakan penilaian secara global terhadap kepuasan hidup.
Berdasarkan pendekatan ini pengetahuan dari kesejahteraan subjektif membutuhkan
akses pada penilaian individu secara global terhadap kepuasan hidup dan kualitas
hidup. Pendekatan yang kedua memandang kesejahteraan subjektif sebagai
pengumpul dari pengalaman-pengalaman emosi. Pendekatan ketiga mengatakan
14
bahwa kesejahteraan subjektif sebagai pengumpul dari multi reaksi emosi sepanjang
waktu (Kaheman, 1999).
Kesejahteraan subjektif didefinisikan sebagai evaluasi individu tentang
kehidupannya, termasuk penilaian kognitif terhadap kepuasan hidupnya serta
penilaian afektif terhadap emosinya (Diener, Lucas, & Oishi, 2005). Ketika seseorang
mengkarakteristikkan atau mencirikan suatu kehidupan yang baik maka individu akan
membicarakan tentang kebahagiaan, kesehatan, dan umur yang panjang (Diener &
Chan, 2011). Kesejahteraan subjektif terbagi dalam dua variabel utama, yakni:
kebahagiaan dan kepuasan hidup (Compton, 2005). Kebahagiaan berkaitan dengan
keadaan emosional individu dan bagaimana individu merasakan diri dan dunianya.
Sedangkan kepuasan hidup cenderung disebutkan sebagai penilaian global tentang
kemampuan individu menerima hidupnya. Persepsi individu terhadap kehidupannya
atau pandangan subjektif individu terhadap pengalaman hidupnya (Russel , 2005).
Sedangkan veenhoven (dalam suh, 2000) mendefinisikan kesejahteraan
subjektif kesejahteraan subjektif sebagai derajat penilaian individu secara
keseluruhan terhadap kualitas hidupnya. Kebahagiaan merupakan suatu kata abstrak
yang maknanya berbeda bagi banyak orang, terutama bila dikaitkan dengan apa yang
dianggap mendatangkan kebahagiaan. Meski berbeda dalam memaknai kebahagiaan,
setiap orang ingin hidupnya bahagia (Diener, Lucas, Oishi, 2005).
Kesejahteraan subjektif dapat diartikan sebagai penilaian individu terhadap
kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif mengenai kepuasan hidup dan
15
penilaian afektif mengenai mood dan emosi yaitu persaan emosional positif dan
negatif (Eddington & Shuman, 2005). Kesejahteraan subjektif merupakan evaluasi
afektif dan kognitif terhadap hidupnya dimana evaluasi ini termasuk reaksi emosional
terhadap peristiwa serta penilaian kogntif terhadap pemenuhan dan kepuasan
kehidupan. Reaksi afektif dalam kesejahteraan subjektif yang dimaksud adalah reaksi
individu terhadap peristiwa-peristiwa yang meliputi emosi yang menyenangkan dan
tidak menyenangkan dalam hidupnya. Seseorang dikatakan memiliki kesejahteraan
subjektif yang tinggi jika mereka jarang sekali mengalami emosi negatif. Keadaan
afek negatif yang tinggi adalah keadaan dimana seseorang merasakan kemarahan,
kebencian, ketakutan, rasa bersalah dan kegelisahan. Sedangkan afek negatif yang
rendah adalah keadaan dimana seseorang merasakan ketenangan dan kedamaian
(Diener, Emmons, Larsen, & Griffin, 1985).
Dengan demikian Kesejahteraan subjektif adalah evaluasi individu tentang
kehidupannya, termasuk penilaian kognitif terhadap kepuasan hidupnya serta
penilaian afektif terhadap emosinya (Diener, Lucas, & Oishi, 2005). Dari definisi
yang telah disebutkan dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan subjektif merupakan
kepuasan (kognitif) seseorang terhadap hidupnya dan penilaian umum atas emosi
positif dan negatif (afektif).
2.1.2 Dimensi-dimensi Kesejahteraan Subjektif
Menurut Diener (2005) terdapat dua aspek dasar kesejahteraan subjektif, yaitu aspek
kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif mencakup kepuasan hidup secara global
dan evaluasi terhadap kepuasan domain tertentu. Sedangkan aspek afektif mencakup
16
evaluasi terhadap keberadaan afek positif dan evaluasi terhadap keberadaan afek
negatif.
1. Aspek kognitif dari kesejahteraan subjektif adalah evaluasi terhadap kepuasan
hidup individu. Evaluasi tersebut dikategorikan menjadi evaluasi umum (global)
dan evaluasi khusus (domain tertentu). Berikut ini penjelasan lebih lanjut
mengenai kedua penilaian tersebut.
- Evaluasi terhadap kepuasan hidup secara global, yaitu evaluasi individu terhadap
keseluruhan kehidupannya. Penilaiaan umum ini merupakan penilaian individu
yang bersifat reflektif terhadap kepuasan hidupnya (Diener et.al., 2005)
- Evaluasi terhadap kepuasan domain tertentu, yaitu penilaian yang dibuat
individu dalam mengavaluasi domain atau aspek tertentu dalam kehidupannya,
seperti kekuatan fisik dan mental, pekerjaan, rekreasi, hubungan sosial,
kehidupan dengan pasangan dan kehidupan dengan keluarga (Diener et.al., 2005)
2. Aspek afektif dari kesejahteraan subjektif merefleksikan pengalaman dasar
seseorang. Dimana aspek tersebut dikategorikan menjadi evaluasi terhadap
keberadaan afek-afek positif dan evaluasi terhadap afek-afek negatif.
- Evaluasi terhadap keberadaan afek positif. Emosi yang menyenangkan
merupakan bagian dari kesejahteraan subjektif karena merefleksikan reaksi
individu yang dianggap penting bagi individu tersebut karena hidupnya berjalan
sesuai dengan apa yang diinginkan (Diener et.al., 2005).
- Evaluasi terhadap afek negatif. Afek negatif termasuk suasana hati dan emosi
yang tidak menyenangkan serta merefleksikan respon-respon negatif yang
17
dialami oleh individu terhadap hidup mereka seperti halnya kesehatan, kejadian-
kejadian yang terjadi, dan lingkungan mereka (Diener et.al., 2005).
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Subjektif
Berbagai hasil penelitian dan literatur telah menghasilkan sejumlah variabel yang
dianggap sebagai prediktor kesejahteraan subjektif yang signifikan. Berikut ini
adalah pembahasan masing-masing prediktor tersebut:
1. Totalitas Kerja
Menurut Shaleh (2016) salah satu faktor yang mempengaruhi kesejahteraan
subjektif adalah Totalitas Kerja. Totalitas kerja adalah bagian dari sebuah
taksonomi kesejahteraan yang lebih komprehensif yang terdiri dari dua dimensi
independen , yakni pleasure atau kesenangan dan aktivasi (Bakker & Oelermans,
2005). Sedangkan menurut Maslach, et al. (2001) kesejahteraan subjektif dapat
dipengaruhi oleh tingkat totalitas kerja yang tinggi.
2. Dukungan Sosial
Salah satu prediktor dari kesejahteraan subjektif adalah dukungan sosial. Orang-
orang yang memiliki dukungan sosial yang tinggi memiliki tingkat kesejahteraan
yang tinggi pula (Diener & Seligman, 2005). Orang-orang yang memiliki
dukungan sosial yang tinggi mengungkapkan bahwa mereka lebih sering
merasakan emosi yang positif atau perasaan yang bahagia dan lebih sedikit
mengalami emosi negatif atau merasakan kesedihan. Hal ini dikarenakan
individu merasa nyaman dan memiliki tempat bersandar ketika mereka
membutuhkan, hal tersebut berkontribusi pada afek positif yang dirasakan
18
individu. Tingginya afek positif yang dirasakan seseorang akan menunjukan
tingginya kesejahteraan subjektif yang dimiliki individu.
3. Agama dan Spiritualitas
Secara umum orang religius cenderung memiliki tingkat kesejahteraan yang
lebih tinggi dan lebih spesifik. Partisipasi dalam pelayanan keagamaan, afiliasi,
hubungan dengan Tuhan, dan berdoa juga dikaitkan dengan tingkat
kesejahteraan yang tinggi (Diener, 2009). Menurut Eddington dan Shuman
(2005) Telah banyak penelitian yang menunjukan adanya korelasi yang
signifikan antara kesejahteraan subjektif dan keyakinan agama. Carr (2004) juga
berpendapat bahwa alasan mengikuti kegiatan keagamaan salah satunya
berhubungan dengan kesejahteraan subjektif individu, kepercayaan keagamaan
berpengaruh dalam membantu kebanyakan orang dalam menghadapi tekanan
dan kehilangan dalam kehidupan. Keterlibatan kegiatan keagamaan membantu
individu dalam mendapatkan dukungan sosial komunitas dari kegiatan yang
diikutinya.
4. Jenis Kelamin dan Usia
Menurut Diener, Lucas, dan Oishi (2002) ada hubungan antara kesejahteraan
subjektif dengan usia dan jenis kelamin. Namun, efek tersebut kecil. Diener
(2009) menyatakan bahwa secara umum tidak adanya perbedaan yang signifikan
antara kesejahteraan subjektif pada pria dan wanita. Namun wanita memiliki
intensitas perasaan negatif dan positif yang lebih banyak dibandingkan dengan
pria.
19
5. Pendapatan
Diener, Lucas, dan Oishi (2002) juga menyebutkan ada pengaruh pendapatan
pada kesejahteraan subjektif. Namun, hanya memberikan pengaruh yang kecil.
Hal yang menyebabkan pendapatan hanya memberikan pengaruh yang kecil
adalah karena individu dengan pendapatan yang lebih tinggi menghabiskan
waktu lebih banyak untuk bekerja dan tidak memiliki banyak waktu untuk
bersenang-senang dan menjalin hubungan sosial (Diener, et al., 2009).
6. Status Pernikahan
Kebudayaan setempat memiliki pengaruh kuat dengan status pernikahan dan
kesejahteraan subjektif. Pada kultur individualis, pasangan yang tidak menikah
tetapi memutuskan untuk tinggal bersama cenderung lebih bahagia dibandingkan
dengan pasangan menikah dan individu yang memiliki pasangan. Sedangkan
pada kultur kolektivis, orang yang menikah cenderung lebih bahagia daripada
orang yang tinggal bersama, tetapi tidak menikah dan orang yang tidak memiliki
pasangan (Diener et , al). Menurut Eddington dan Shuman (2005) pernikahan
memberikan dukungan emosional dan finansial yang menghasilkan tingkat
kesejahteraan subjektif individu.
7. Pekerjaan
Individu yang bekerja memiliki kecenderungan lebih bahagia dibandingkan
individu yang tidak bekerja. Individu yang bekerja dalam bidang profesional dan
terlatih memiliki kecenderungan lebih bahagia dibandingkan individu yang
bekerja dalam bidang tidak profesional dan tidak terlatih. Hal tersebutlah yang
20
menunjukkan adanya hubungan pekerjaan dengan kesejahteraan subjektif (Carr,
2005).
8. Pendidikan
Menurut Diener, Suh, Lucas, dan Smith (2009) tingkat pendidikan memiliki
korelasi yang positif dengan kesejahteraan subjektif. Hubungan ini kuat pada
negara berkembang dan pada populasi negara miskin.
2.1.4 Pengukuran Kesejahteraan Subjektif
Terdapat beberapa alat ukur yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan
subjektif, di antaranya yaitu :
1. SWLS (Satisfaction with Life Scale). Alat ukur ini dikembangkan oleh
Dieneraet.al (1895). Alat ukur ini terdiri dari lima item untuk mengukur nilai
individu aamengenai kepuasan hidupnya.
2. PANAS (Positive and Negative Affect Schedule). Alat ukur ini dikembangkan
oleh Clark, Watson, dan Tellegen (1998). Alat ukur ini terdiri dari 20 item yang
mengukur tingkat afek positif (10 item) dan afek negatif (10 item) individu.
3. SPANE (Scale of Positife and Negatif Experience). Alat ukur ini
dikembangkan oleh Diener et.al (2009). Alat ukur ini terdiri dari 12 item untuk
mengukur tingkat afek positif dan negatif individu.
4. FS (Flourishing Scale). Alat ukur ini dikembangkan oleh Diener et.al (2009).
Alat ukur ini terdiri dari delapan item singkat yang menggambarkan aspek
penting fungsi manusia mulai dari hubungan positif, hingga perasaan kompeten,
hingga memiliki makna dan tujuan hidup.
21
Pada penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur Flourishing Scale untuk
mengukur komponen kognitif dan Scale of Positif and Negatife Experience untuk
mengukur komponen afektif yang dimodifikasi oleh Diener et.al (2009). Alasan
peneliti menggunakan alat ukur ini adalah karena peneliti ingin mengetahui
kepuasan hidup individu secara kognitif dan afektif dan karena alat ukur diatas
merupakan penelitian terbaru dan sudah valid.
2.2 Totalitas Kerja
2.2.1 Definisi Totalitas Kerja
Dalam penelitian ini istilah work engagement dari Shaleh (2016) mengemukakan
istilah totalitas kerja merupakan padanan kata yang sesuai untuk mengartikan work
engagement. Menurut Schaufeli dan Bakker (dalam Shaleh, 2016), totalitas kerja
diartikan sebagai kondisi yang penuh gairah dalam bekerja. Karyawan dengan
totalitas kerja yang tinggi tidak adiksi dalam bekerja, mereka menikmati hal-hal lain
diluar pekerjaan mereka. Berbeda dengan orang yang gila kerja, karyawan dengan
totalitas kerja yang tinggi tidak bekerja karena mereka memiliki dorongan dalam diri
yang kuat atau inner drive, melainkan karena mereka menganggap pekerjaan adalah
hal yang menyenangkan (Bakker & Oerlemans, 2010). Penelitian ini menunjukan
karyawan dengan totalitas kerja yang tinggi memiliki energy dan self-efficacy yang
tinggi dalam bekerja (Schaufeli et.al., 2001).
Dalam Baker (2011) salah satu yang pertama menemukan teori engagement
adalah Kahn. Menurut Khan, kerja karyawan dalam pekerjaan dikonsepkan sebagai
anggota organisasi yang melaksanakan peran kerjanya, bekerja, dan mengekspresikan
22
dirinya secara fisik, kognitif, dan emosional selama bekerja. Secara spesifik,
karyawan yang engaged memiliki tingkat energi yang tinggi dan antusias dalam
pekerjaan mereka. Seseorang yang total dalam bekerja atau memiliki totalitas kerja
yang tinggi akan bekerja keras, memberikan usaha yang lebih (extra effort), aktif
terlibat, fokus terhadap pekerjaan, hadir secara fisik, dan memberikan energi terhadap
apa uang dilakukan dalam pekerjaan (Schaufeli & Bakker, 2004). Pengertian tersebut
akan peneliti gunakan sebagai pengertian dalam penelitian ini
2.2.2 Dimensi Totalitas Kerja
Totalitas kerja merupakan hal positif, yang terkait dengan keadaan pikiran yang
ditandai dengan semangat, dedikasi dan keterlarutan (Schaufeli et. al, 2002). Vigor
atau semangat mencerminkan kesiapan untuk mengabdikan upaya dalam pekerjaan
seseorang, sebuah usaha untuk terus energik saat bekerja dan kecenderungan untuk
tetap berusaha dalam menghadapi kesulitan atau kegagalan tugas. Dedikasi mengacu
pada identifikasi yang kuat dengan pekerjaan seseorang dan mencakup perasaan
antusiasme, inspirasi, kebanggaan, dan tantangan. Dimensi ketiga dari totalitas kerja
adalah penyerapan atau keterlarutan. keterlarutan ditandai dengan seseorang menjadi
benar-benar tenggelam dalam pekerjaannya, dalam waktu tertentu ia akan merasa
sulit untuk melepaskan diri dari pekerjaannya.
Beberapa studi telah memvalidasi secara empiris instrumen yang mengukur
totalitas kerja, Utrecht Work Engagement Scale (UWES) (Schaufeli et al, 2003;.
Schaufeli dan Bakker, 2004, Schaufeli, Taris dan Rhenen, 2008). Seorang karyawan
yang tergolong memiliki work engagement dengan kata lain dapat didefinisikan
23
dengan melakukan pekerjaan yang ditandai dengan semangat, dedikasi, dan
penyerapan dalam menyelesaikan semua penugasannya.
Secara ringkas Schaufeli, Salanova, Gonzales-Roma, dan Bakker, (2002)
menjelaskan mengenai aspek-aspek yang terdapat dalam totalitas kerja, yaitu:
1. Semangat
Merupakan curahan energi dan mental selama bekerja, keberanian untuk
berusaha sekuat tenaga dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, dan tekun dalam
menghadapi kesulitan kerja. Juga keberanian untuk menginvestasikan segala
upaya dalam suatu pekerjaan, dan tetap bertahan meskipun mendapat kesulitan
dalam pekerjaan.
2. Dedikasi
Dimensi ini menjelaskan perasaan terlibat sangat kuat dalam suatu pekerjaan dan
mengalami rasa kebermaknaan, bekerja dengan perasaan antusiasme, memiliki
perasaan bangga dalam suatu pekerjaan, merasa terinspirasi, dan merasa
tertantang dengan hal tersebut.
3. Ketelarutan
Dalam bekerja karyawan menjadi sungguh-sungguh dengan senang hati dan
selau penuh konsentrasi serius terhadap suatu pekerjaan. Dalam bekerja waktu
terasa berlalu begitu cepat dan tenggelam dalam pekerjaannya sehingga individu
tersebut kesulitan untuk melepas diri dari pekerjaannya. Karyawan juga merasa
hampir lupa dengan kejadian yang terjadi di sekitarnya.
24
Dari ketiga dimensi sikap tersebut bisa kita ketahui bahwa karyawan yang total dalam
pekerjaannya pasti akan memberikan sikap (1) semangat, (2) dedikasi, dan (3)
keterlarutan. Kekuatan pendorong pentingnya totalitas kerja adalah bahwa hal
tersebut memberikan dampak bagi organisasi, sebagai contoh, penelitian empiris
mengenai totalitas kerja menunjukkan bahwa tingkat totalitas kerja yang tinggi
menyebabkan meningkatnya komitmen organisasi, kepuasan kerja meningkat,
ketidakhadiran rendah, meningkatkan kesehatan, dan kesejahteraan. (Schaufeli dan
Salanova, 2007).
2.2.3 Pengukuran Totalitas Kerja
Pengukuran totalitas kerja menggunakan skala Urecht Work Enganggement Scale
(UWES) yang dikembangkan oleh Schaufeli, Bakker, dan Salanova (2006) yang
terdiri dari tiga sub-skala yakni semangat, dedikasi , dan ketelarutan. Skala ini tediri
dari 17 item pernyataan yang masing-masing komponen terdiri dari enam item
semangat, enam item dedikasi, dan lima item ketelarutan.
UWES memiliki 2 versi yaitu UWES dengan 17 item dan UWES dengan 9
item (Schaufeli et al., 2006). UWES-17 dan UWES-9 masing-masing terdiri dari 3
dimensi yaitu vigor (semangat), dedikasi, dan absorption (terlarut). Pada UWES-17
terdiri dari 6 item dalam dimensi vigor (semangat), 5 item dalam dimensi dedikasi
dan 6 item dalam dimensi absorption (terlarut), sedangkan pada skala pendek UWES-
9 terdiri dari 3 item dalam dimensi vigor (semangat), 3 item dalam dimensi dedikasi
dan 3 item dalam dimensi absorption (terlarut).
25
2.3 Dukungan Sosial
2.3.1 Definisi Dukungan Sosial
Sarafino (2011) mendefinisikan dukungan sosial adalah persepsi individu pada rasa
kenyamanan, perhatian, penghargaan, informasi ataupun bantuan yang diterima dari
orang lain. Menurut Sarason (dalam Marni, 2015), dukungan sosial adalah dukungan
yang didapat dari keakraban sosial (teman, keluarga, anak, ataupun orang lain) berupa
pemberian informasi, nasihat verbal atau non verbal, bantuan nyata atau tidak nyata,
tindakan yang bermanfaat sosial, dan efek perilaku bagi penerima yang akan
melindungi diri dari perilaku yang negatif.
Rietschlin (1988) mendefinisikan dari dukungan sosial adalah informasi dari
individu yang menyayangi dan peduli dengan individu lainnya dan merupakan bagian
dari komunikasi orang tua, orang-orang yang dicintai, relasi teman, kelompok sosial,
dan komunitas (dalam taylor, 2006). Orang-orang dengan tingkat dukungan sosial
yang tinggi jarang merasakan stress ketika mereka mengalami suatu pengalaman
yang memicu stres dan proses copping mereka tidak terlalu sulit.
Menurut Taylor (2006), dukungan sosial dapat berupa pemberian informasi, atau
bantuan tingkah laku, maupun materi yang didapat dari hubungan sosial yang akrab
yang dapat membuat individu merasa diperhatikan, bernilai, merasa dicintai.
Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan,
timbul rasa percaya diri, dan kompeten. Sedangkan Cohen (dalam sabiq, 2017)
menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada kesediaan hubungan sosial dari
26
sumber psikologis dan materi yang dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan dan
kemampuan individu dalam mengatasi tekanan.
Dari definisi-definisi di atas peneliti menggunakan teori yang diusung oleh
Sarafino (2011) yang mendefinisikan dukungan sosial adalah persepsi individu pada
rasa kenyamanan, perhatian, penghargaan, informasi, ataupun bantuan yang diterima
orang lain. Alasan peneliti menggunakan teori yang diusung oleh Sarafino adalah
bahwa peneliti menganggap bahwa definisi tersebut sesuai dengan apa yang akan
diteliti.
2.3.2 Dimensi Dukungan Sosial
Para ahli memiliki pandangan yang berbeda mengenai dimensi-dimensi dukungan
sosial. Sarafino (2011) membagi dukungan sosial menjadi empat bentuk, antara lain:
1. Dukungan emosional (emotional or esteem support), mengacu pada bantuan
berbentuk empati, kepedulian, dan perhatian terhadap individu. Dukungan ini
meliputi perilaku seperti memberikan perhatian dan afeksi serta bersedia
mendengarkan keluh kesah orang lain.
2. Dukungan instrumental (tangible or instrumental support), mengacu pada
bantuan secara langsung dan nyata berupa materi atau jasa yang dapat digunakan
untuk memecahkan masalah-masalah praktis, seperti memberi atau
meminjamkan uang kepada orang lain.
27
3. Dukungan informasi (informational support), mengacu pada pemberian
informasi baik berupa nasihat, saran, atau cara-cara yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah.
4. Dukungan persahabatan (companionship support), dukungan yang mencakup
pada kesediaan waktu sekelompok untuk menghabiskan waktu bersama, dengan
demikian dapat memberikan rasa kebersamaan dalam suatu kelompok untuk
melakukan aktivitas sosial bersama.
2.3.3 Pengukuran Dukungan Sosial
Terdapat beberapa alat ukur yang digunakan untuk mengukur dukungan sosial,
diantaranya yaitu :
1. Interpersonal Support Evaluation List (ISEL) yang dikembangkan oleh Dunel-
Schetter, Folkman, dan Lazarus (1987). Alat ukur ini terdiri dari 40 item yang
mengukur empat aspek. Item ISEL mencakup aspek tangible support, belonging
support, self-estem support, dan appraisal support.
2. Social Support Questionnere (SSQ). Alat ukur ini dikembangkan oleh Sarason ,
Levine, dan Basham (983). Alat ukur ini terdiri dari 27 item dengan 5 point skala
likert. Alat ukur ini mengukur tipe kebutuhan dukungan sosial (emosional,
interpersonal, dan material) dan selanjutnya mengevaluasi dukungan sosial yang
diterima.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur yang dikonstruksikan dengan
menggunakan empat dimensi sesuai dengan teori Sarafino (2011), yaitu dimensi
28
dukungan sosial menjadi dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan
informasi, dan dukungan persahabatan.
2.4 Kerangka Berfikir
Pegawai merupakan salah satu bagian yang penting dalam perusahaan. Perusahaan
akan berjalan dengan lancar apabila karyawan bekerja dengan baik dan secara
totalitas. Hal tersebut membuat kesejahteraan subjektif pada karyawan menjadi
penting demi kemajuan perusahaan agar karyawan dapt melakukan tugasnya dengan
baik sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam melakukan pekerjaannya.
Organisasi modern mengaharapkan pekerjanya untuk lebih proaktif dan
menunjukkan inisiatif, mengambil tanggung jawab untuk mengembangkan sikap
profesionalnya, dan berkomitmen untuk meningkatkan standar kualitas kinerja. Para
pekerja tersebut membutuhkan perasaan energetic dan dedikasi organisasi
membutuhkan pekerja yang total (Bakker dan Schaufeli, 2008).
Kemudian, dalam beberapa tahun terakhir hubungan antara pekerjaan dengan
kesejahteraan subjektif tidak hanya dilihat dari aspek negatifnya saja seperti burnout
atau psychological distress, tetapi juga dilihat dari aspek positif seperti totalitas kerja
(Inoue, A., Kawakami, N., Tsutsumi, A., Shimazu, A., Miyaki, K., Takahashi, M.,
Kurioka, S., Eguchi, H., Tsuchiya, M., Enta, K., Kosugi, Y., Sakata, T., dan
Totsuzaki, T., 2014). Totalitas kerja menjadi salah satu faktor yang menjadi variabel
penentu munculnya subjective wellbeing di suatu perusahaan. Bakker dan Oerlemans
(2010) menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara totalitas kerja dengan
kesejahteraan subjektif.
29
Totalitas kerja berhubungan dengan ekspresi diri melalui kerja dan peran pegawai
dalam kegiatan tempatnya bekerja (Kahn, 1990). Untuk beberapa alasan, totalitas
kerja adalah sebuah konsep yang relevan dengan kesejahteraan subjektif pegawai.
Pertama, totalitas kerja terkait dengan hasil-hasil positif dalam organisasi seperti
kepuasan kerja dan motivasi (Bakker, Demerouti & Schaufeli, 2003). Kedua, totalitas
kerja terkait dengan perilaku positif dalam organisasi seperti inisiatif pribadi untuk
bekerja dan mempunyai keinginan untuk belajar (Sonnentag, 2003). Ketiga, pegawai
yang total dalam pekerjaan mereka cenderung berkomitmen untuk organisasi mereka,
sedangkan mereka yang totalitas kerjanya rendah cenderung menunjukkan rendahnya
komitmen terhadap organisasi mereka (Blizzard, 2002). Individu yang sangat total
dalam pekerjaan mereka mengidentifikasi pekerjaan mereka sendiri dan termotivasi
dalam melaksanakan pekerjaannya. Mereka cenderung untuk bekerja lebih keras dan
lebih produktif daripada karyawan lain dan lebih mungkin untuk menghasilkan
kepuasan pelanggan dan tercapainya keinginan organisasi. Orang yang total dalam
bekerja akan menggunakan kemampuan dan keterampilan mereka dengan baik,
merasa tertantang dalam pekerjaan dan berprestasi.
Selanjutnya, dukungan sosial juga merupakan hal yang penting dalam
meningkatkan kesejahteraan subjektif individu. Menurut Argle (dalam Carr, 2002),
dukungan sosial dapat meningkatkan kesejahteraan subjektif pada individu. Dalam
penelitian Diener & Seligman menemukan bahwa orang yang sangat bahagia
memiliki hubungan sosial yang luas dan memuaskan serta menghabiskan sedikit
30
waktu sendirian dibandingkan orang biasa. Sebaliknya orang yang tidak bahagia
memiliki hubungan sosial yang secara signifikan lebih buruk dibandingkan orang
biasa. Ketika karyawan mendapat dukungan dari orang lain misalnya rekan kerja
ataupun atasan, ia merasa dirinya didukung dan memiliki orang lain yang dapat
diandalkan ketika mendapatkan kesulitan sehingga karyawan tidak merasa bahwa ia
sendiri.
Menurut Sarafino (2011), terdapat empat macam dukungan sosial, yaiu dukungan
emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan persahabatan.
Dukungan emosional mengacu pada empati ataupun perhatian yang didapatkan
individu. Ketika karyawan mendapatkan dukungan ia akan bersikap lebih tenang
dalam menghadapi permasalahan yang ada, karena ia merasa ada tempat bersandar
dan merasa tidak sendiri dalam menghadapi suatu hal. Dimensi kedua dalam
dukungan sosial adalah dukungan instrumental, yaitu berupa dukungan materi atau
jasa yang dapat membantu menyelesaikan masalah secara praktis (Sarafino, 2011).
Ketika karyawan mendapatkan dukungan instrumental, karyawan akan merasa
dirinya mendapatkan kepastian atau jaminan bahwa karyawan dapat mengharapkan
orang lain untuk membantu dalam berbagai keadaan.
Dimensi ketiga dalam dukungan sosial adalah berupa dukungan informasi.
Hubungan kerja memungkinkan individu untuk mendapatkan informasi, saran, atau
nasihat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan menghadapi permasalahan
(Sarafino, 2011). Ketika karyawan mendapatkan permasalahan, tidak menutup
kemungkinan karyawan butuh akan masukan dari teman kerja, atasan, ataupun teman
31
terdekat. Lebih lanjut dukungan terakhir dalam dukungan sosial adalah dukungan
persahabatan, yaitu karyawan merasa menjadi bagian dari kelompok, tempat berbagi
perhatian dengan orang lain serta melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan
bersama-sama. Dengan adanya dukungan dari orang lain, karyawan dapat merasa
lebih bahagia karena merasa tidak sendiri dalam segala situasi. Hal tersebut dapat
meningkatkan kesejahteraan subjektif pada karyawan.
Secara ringkas model penelitian ini dapat dilihat dari badan kerangka berfikir
berikut:
Bagan Kerangka Berfikir
Totalitas Kerja
Semangat
Dedikasi
Ketelarutan
Dukungan Sosial
Dukungan Emosional
Dukungan Instrumental
Dukungan Informasi
Dukungan Persahabatan
Kesejahteraan
Subjektif
32
2.5 Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat apakah tingkat kesejahteraan subjektif
karyawan yang merupakan dependent variable bergantung pada tinggi rendahnya
skor pada independent variable yang ditetapkan dalam penelitian ini, yaitu totalitas
kerja dan dukungan sosial. Hipotesis merupakan asumsi penelitian terhadap suatu
permasalahan yang masih harus diujikan. Berdasarkan kerangka berfikir penelitian di
atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
2.5.1 Hipotesis Mayor
H1 : “Totalitas kerja (semangat, dedikasi, keterlarutan) dan Dukungan sosial
(dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan instrumental, dukungan
persahatan) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan
subjektif”.
2.5.2 Hipotesis Minor
H2 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi semangat pada variabel totalitas kerja
terhadap kesejahteraan subjektif.
H3 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi dedikasi pada variabel totalitas kerja
terhadap kesejahteraan subjektif.
H4 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi keterlarutan pada variabel totalitas kerja
terhadap kesejahteraan subjektif.
H5 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi dukungan emosional pada variabel
dukungan sosial terhadap kesejahteraan subjektif.
33
H6 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi dukungan instrumental pada variabel
dukungan sosial terhadap kesejahteraan subjektif.
H7 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi dukungan informasi pada variabel
dukungan sosial terhadap kesejahteraan subjektif.
H8 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi dukungan persahabatan pada variabel
dukungan sosial terhadap kesejahteraan subjektif.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Berdasarkan data dari group Sumber Daya Manusia PT.Bank DKI, populasi
seluruh pegawai PT Bank DKI berjumlah 3.133 pegawai. Karena banyaknya anggota
populasi dalam penelitian ini, maka hanya akan mengambil sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Peneliti menyebar sebanyak 600 sampel di perusahaan terkait
dan data yang kembali sebanyak 512 sampel. Pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik non-probability sampling. Alasan pemilihan teknik ini adalah
karena kemungkinan terpilihnya sampel dari setiap anggota populasi tidak dapat
dipastikan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu accidental sampling,
dimana instrument atau kuesioner ini akan diberikan kepada karyawan yang peneliti
temui pada saat penelitian berlangsung.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu kesejahteraan subjektif sebagai
variabel terikat (Dependent Variable), sedangkan totalitas kerja,dukungan sosial dan
dimensi-dimensinya sebagai variabel bebas (Independent Variable).
Adapun definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini
adalah:
35
1. Kesejahteraan subjektif adalah evaluasi individu tentang kehidupannya,
termasuk penilaian kognitif terhadap kepuasan hidupnya serta penilaian afektif
terhadap emosinya (Diener, Lucas, & Oishi, 2005).
2. Totalitas kerja adalah sikap yang menunjukan kegigihan dalam menyelesaikan
tugas pekerjaannya,menikmati pekerjaan yang dilakukannya sehingga waktu tak
terasa berjalan cepat. Menurut Schaufeli & Bakker (2004) menjelaskan totalitas
kerja ditandai oleh tiga aspek, yaitu :
a. Semangat, Merupakan curahan energi dan mental selama bekerja, keberanian
untuk berusaha sekuat tenaga dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, dan
tekun dalam menghadapi kesulitan kerja.
b. Dedikasi, merasa terlibat sangat kuat dalam suatu pekerjaan dan mengalami
rasa kebermaknaan,antusiasme, kebanggaan, inspirasi dan tantangan.
c. Ketelarutan, adalah merasa terlibat sangat kuat dalam suatu pekerjaan,
sungguh-sungguh, penuh konsentrasi dalam bekerja, waktu terasa begitu cepat
berlalu ketika bekerja.
3. Dukungan sosial adalah persepsi individu pada rasa kenyamanan, perhatian,
penghargaan, informasi atupun bantuan yang diterima orang lain. Menurut
Sarafino (2011) menjelaskan dukungan sosial ditandai oleh tiga aspek yaitu :
a. Dukungan emosional mengacu pada bantuan berbentuk empati, kepedulian
dan perhatian terhadap perilaku individu
b. Dukungan instrumental mengacu pada penyediaan barang dan jasa yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah secara praktis.
36
c. Dukungan informasi mengacu pada pemberian informasi yang berupa
nasihat,saran,serta umpan balik tentang keadaan atau apa yang dikerjakan
individu.
d. Dukungan persahabatan mengacu pada individu merasa memiliki teman
senasib sebagai anggota dari kelompok yang memiliki kesamaan minat dan
aktivitas sosial.
3.3. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini berbentuk model skala Likert, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak
setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Model skala Likert ini terdiri dari pernyataan
positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Perhitungan skor tiap-tiap
pilihan jawaban adalah sebagai berikut :
Katagori Favorable Unfavorable
Sangat Setuju 1 4
Setuju 2 3
Tidak Setuju 3 2
Sangat Tidak Setuju 4 1
Instrumen pengumpulan data penelitian ini terdiri dari tiga alat ukur, yaitu skala
kesejahteraan subjektif,skala totalitas kerja, dan skala dukungan sosial.
37
1. Skala kesejahteraan subjektif
Untuk mengukur kesejahteraan subjektif, digunakan FS (Flourishing Scale) terdiri
dari 8 item yang diadaptasi oleh Ed Diener dan Robert Biswas-Diener (2009) untuk
mengukur komponen kognitif dan SPANE (Scale of Positive and Negative
Experience) yang terdiri dari 12 item untuk mengukur komponen afektif positif 6
item dan negatif terdiri dari 6 item yang dimodifikasi oleh Ed Diener dan Robert
Biswas-Diener (2009). Peneliti mengubah rentangan skala 7 menjadi skala 4 yaitu
“sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “setuju” dan “sangat setuju” agar tidak ada
kecenderungan jawaban pada skala di tengah-tengah atau ragu-ragu. Adapun blue
print dari skala kesejahteraan subjektif ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Table 3.1
Blue Print skala Kesejahteraan Subjektif
No
Dimensi
Butir soal
Jumlah Indikator Fav Unfav
1 Kognitif Evaluasi kepuasan hidup
secara global
1,2,3,4 - 4
2
Afektif
Jumlah
Evaluasi kepuasaan hidup
secara domain
Afek Positif
Afek Negatif
5,6,7,8
9,11,13,15,18,20
-
-
-
10,12,14,16,17,19
4
6
6
20
2. Skala totalitas kerja
Intsrumen yang digunakan untuk mengukur totalitas kerja adalah Utrecht Work
Engagement Scale (UWES) 9 item yang dikembangkan oleh Balducci, Fraccaroli, &
Schaufeli (2010). Peneliti melakukan modifikasi dengan menambahkan beberapa
38
item pada indikator. Hal tersebut dikarenakan untuk menghindari item yang gugur
dan merupakan alat ukur yang memiliki validitas dan realibilitas yang baik. Skala ini
mengukur tiga sub-skala vigor, dedication, and absorption dan terdiri dari 4 item
dalam dimensi vigor (semangat), 4 item dalam dimensi dedikasi dan 4 item dalam
dimensi absorption (terlarut). Adapun blue print dari skala totalitas kerja berdasarkan
dimensi-dimensinya dapat dilihat pada tabel berikut
Table 3.2 Blue Print Skala Totalitas Kerja
3. Skala dukungan sosial
Pada penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur yang dikonstruk dengan
menggunakan empat dimensi sesuai dengan teori sarafino (2011), yaitu dimensi
dukungan sosial menjadi dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan
No Aspek
Indikator
Butir soal Jumlah
1 Semangat Curahan energi dan
mental yang kuat.
Semangat dalam bekerja.
Keberanian untuk
berusaha sekuat tenaga
dalam menyelesaikan
pekerjaan.
1, 2, 5, 20 4
2 Dedikasi Terlibat sangat kuat
dalam pekerjaan.
Bangga akan
pekerjaannya.
Antusias dalam bekerja.
3, 4, 7,11 4
3 Keterlarutan Larut dalam pekerjaan.
Sulit lepas dari
pekerjaan.
Waktu terasa berlalu
begitu cepat ketika
bekerja
6, 8, 9,12 4
Jumlah 12
39
informasi dan dukungan persahabatan. Peneliti menggunakan rentangan skala 4 yaitu
“sangat tidak setuju”, “tidak setuju”, “setuju” dan “sangat setuju” agar tidak ada
kecenderungan jawaban pada skala di tengah-tengah atau ragu-ragu.
Tabel 3.3 Blue Print Skala Dukungan Sosial
3.4 Uji Validitas Konstruk Instrumen Pengumpulan Data
Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan pengujian terhadap
validitas konstruk alat ukur. Untuk menguji validitas konstruk digunakan analisis
Confirmatory Factor Analysis atau CFA, untuk melihat validitas konstruk setiap item
serta menguji struktur faktor yang diturunkan secara teoritis. Dalam hal ini, yang
dimaksud dengan teori adalah konsep bahwa seluruh item mengukur satu hal yang
sama (unidimensional) yaitu konstruk yang hendak diukur. Analisis faktor adalah alat
No Aspek
Indikator
Butir soal Jumlah
1 Dukungan
emosional
Bantuan berbentuk
empati terhadap individu
4,8,12 3
2 Dukungan
instrumental
Bantuan secara langsung
dan nyata berupa materi
atau jasa
3, 7,11 3
3
4
Dukungan
informasi
Dukungan
persahabatan
Pemberian informasi
yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan
masalah
Bantuan yang berbentuk
kedekatan emosional
serta kebersamaan.
2,6,10
1,5,9
3
3
Jumlah 12
40
analisis statistik yang digunakan untuk mereduksi faktor-faktor yang mempengaruhi
suatu variabel menjadi beberapa set indikator saja, tanpa kehilangan informasi yang
berarti. Dan akan memungkinkan item yang tidak valid akan dibuang dan yang valid
akan dihitung dan digunakan dalam penelitian
Setelah diuji validitasnya, selanjutnya akan diuji reabilitasnya dari item-item
skala tersebut. Reliabilitas adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable
atau handal jika jawaban responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil
dari waktu ke waktu (Sugiyono, 2004). Nilai reliabilitas nantinya akan didapatkan
sekaligus ketika melakukan uji validitas dengan menggunakan bantuan software
LISREL 8.7 (Joreskog dan Sorbom, 1999).
Dalam rangka pengujian validitas alat ukur, peneliti melakukan uji validitas
konstruk instrument tersebut. Oleh karena itu, digunakan CFA (Confirmatory Factor
Analysis) dengan bantuan software LISREL 8.70 (Joreskog dan Sorbom, 1999) untuk
pengujian validitas instrumen. Adapun logika dari CFA (Umar, 2013) yaitu:
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan
secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk
mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap
faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.
2. Teori setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap subtes
hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes bersifat
unidimensional.
41
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks korelasi
antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional. Matriks
korelasi ini disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data
empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar (unidimensional) maka
tentunya tidak ada perbedaan antara matriks ∑ - matriks S atau bisa juga
dinyatakan dengan ∑ - S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi
square. Jika hasil chi square tidak signifikan p>0.05, maka hipotesis nihil
tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat diterima
bahwa item ataupun subtes instrumen hanya mengukur satu faktor saja.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau
tidak mengukur apa yang hendak diukur, dengan menggunakan t-test. Jika hasil
t-test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa
yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di drop dan sebaliknya.
6. Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya
negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab hal ini tidak sesuai dengan sifat
item, yang bersifat positif (favorable).
Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan menggunakan software
LISREL 8.70.
3.4.1 Uji Validitas Skala Kesejahteraan Subjektif
Peneliti menguji apakah 20 item dari kesejahteraan subjektif bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur kesejahteraan subjektif saja. Dari hasil awal analisis
42
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
Square=3088.65, df=170, P-value=0.00000, RMSEA=0.183. Oleh karena itu, penulis
melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item
dibebaskan berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 92
kali, maka diperoleh model fit dengan Chi- Square=92.27, df=78, P-value=0.12876,
RMSEA=0.019. Model fit tersebut ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.1 Uji Validitas Konstruk Skala kesejahteraan subjektif
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan item manakah yang perlu di drop atau
tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
43
dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya.
Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran Kesejahteraan subjektif disajikan
pada tabel 3.4 berikut:
Table 3.4 Muatan Faktor kesejahteraan subjektif
ITEM KOEFISIEN STANDAR
ERROR
T-VALUE SIGNIFIKAN
1 0,67 0,04 17,20 √
2 0,61 0,04 15,22 √
3 0,61 0,04 15,08 √
4 0,56 0,04 13,43 √
5 0,82 0,04 20,00 √
6 0,82 0,04 22,23 √
7 0,85 0,04 23,14 √
8 0,68 0,04 17,29 √
9 0,62 0,04 15,67 √
10 0,37 0,04 8,56 √
11 0,55 0,04 13,24 √
12 0,29 0,04 6,78 √
13 0,71 0,04 17,55 √
14 0,38 0,04 9,18 √
15 0,69 0,04 16,55 √
16 0,39 0,04 9,28 √
17 0,39 0,04 9,20 √
18 0,67 0,04 15,70 √
19 0,41 0,04 9,55 √
20 0,65 0,04 14,76 √
Keterangan : √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua item signifikan ( t > 1.96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari
item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable. Dengan demikian
item-item tersebut tidak akan di-drop.
44
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Skala Totalitas Kerja
3.4.2.1 Semangat
Peneliti menguji apakah 4 item benar-benar bersifat unidimensional, artinya benar-
benar hanya mengukur semangat. Dari hasil analisis CFA dengan model satu faktor,
ternyata tidak fit dengan Chi Square = 25.13, df = 2, P-value = 0.00000, RMSEA =
0.150. Namun, setelah dilakukan modifikasi sebanyak 1 kali terhadap model dengan
membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang dianalisis,
maka diperoleh model fit dengan nilai Chi Square = 3,80 , df = 1 , P-value = 0.5128,
RMSEA = 0.074 . Artinya, model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu semangat. Model
fit tersebut ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.2 Validitas Konstruk semangat
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam mengukur
apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu di-drop
atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
45
muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran semangat disajikan pada
table 3.5 berikut :
Tabel 3.5 Muatan Item semangat
ITEM KOEFISIEN STANDAR
ERROR
T-VALUE SIGNIFIKAN
S1 0,68 0,05 12,85 √
S2 0,73 0,05 14,15 √
S3 0,69 0,05 13,62 √
S4 0,59 0,05 12,05 √
Keterangan : √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada semua item signifikan ( t > 1.96)
dan semua koefisien sudah bermuatan positif. Dengan demikian item-item tersebut
tidak akan di-drop.
3.4.2.2 Dedikasi
Peneliti menguji apakah 4 item benar-benar bersifat unidimensional, artinya benar-
benar hanya mengukur Dedikasi. Dari hasil analisis CFA dengan model satu faktor,
ternyata sudah fit dengan Chi Square = 2.58, df = 2, P-value = 0.27472, RMSEA =
0.24. Artinya, model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu Dedikasi. Model fit tersebut
ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
46
Gambar 3.3 Validitas konstruk Dedikasi
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu
di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu
juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran dedikasi disajikan
pada table 3.6 berikut :
Tabel 3.6
Muatan Item Dedikasi
ITEM KOEFISIEN STANDAR
ERROR
T-VALUE SIGNIFIKAN
D1 0,77 0,04 19,04 √
D2 0,88 0,04 22,44 √
D3 0,60 0,04 13,02 √
D4 0,66 0,04 15,65 √
Keterangan : √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan
Dari tabel 3.6 dapat dilihat bahwa semua item signifikan ( t > 1.96) dan semua
koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari item
47
sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable. Dengan demikian item-
item tersebut tidak akan di-drop.
3.4.2.3 Keterlarutan
Peneliti menguji apakah 4 item benar-benar bersifat unidimensional, artinya benar-
benar hanya mengukur keterlarutan. Dari hasil analisis CFA dengan model satu
faktor, ternyata tidak fit dengan Chi Square = 110.01, df = 2, P-value = 0.00000,
RMSEA = 0.325. Namun, setelah dilakukan modifikasi sebanyak 2 kali terhadap
model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara item-item yang
dianalisis, maka diperoleh model fit dengan nilai Chi Square = 0.00 , df = 0 , P-value
= 1.00000, RMSEA = 0.000 . Artinya, model dengan satu faktor (unidimensional)
dapat diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu
keterlarutan. Model fit tersebut ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.4 Validitas konstruk Keterlarutan
48
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam mengukur
apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu di-drop
atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan
faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien
muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga
sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran keterlarutan disajikan
pada table 3.7 berikut :
Tabel 3.7 Muatan Item Keterlarutan
ITEM KOEFISIEN STANDAR
ERROR
T-VALUE SIGNIFIKAN
L1 0,58 0,06 10,47 √
L2 0,47 0,05 9,06 √
L3 0,37 0,05 9.66 √
L4 0,89 0,07 13,28 √
Keterangan : √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan
Dari tabel 3.7 dapat dilihat bahwa semua item signifikan ( t > 1.96) dan semua
koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari item
sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable. Dengan demikian item-
item tersebut tidak akan di-drop.
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Skala Dukungan Sosial
3.4.3.1 Dukungan Emosional
Peneliti menguji apakah 3 item benar-benar bersifat unidimensional, artinya benar-
benar hanya mengukur Dukungan emosional. Dari hasil analisis CFA dengan model
satu faktor, ternyata sudah fit dengan Chi Square = 0.00. df = 0, P-value = 1.00000,
RMSEA = 0.000. Artinya, model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,
49
bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu Dukungan emosional.
Model fit tersebut ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.5 Validitas konstruk Dukungan Emosional
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam mengukur
apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu di-drop
atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan
faktor dari item.
Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya.
Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran Dukungan emosional disajikan pada
table 3.8 berikut :
Tabel 3.8 Muatan Item Dukungan Emosional
ITEM KOEFISIEN STANDAR
ERROR
T-VALUE SIGNIFIKAN
DE1 0,74 0,04 17,72 √
DE2 0,86 0,04 20,84 √
DE3 0,74 0,04 17,62 √
Keterangan : √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan
50
Dari tabel 3.8 dapat dilihat bahwa semua item signifikan ( t > 1.96) dan semua
koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari item
sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable. Dengan demikian item-
item tersebut tidak akan di-drop.
3.4.3.2 Dukungan instrumental
Peneliti menguji apakah 3 item benar-benar bersifat unidimensional, artinya benar-
benar hanya mengukur Dukungan instrumental. Dari hasil analisis CFA dengan
model satu faktor, ternyata sudah fit dengan Chi Square = 0.00. df = 0, P-value =
1.00000, RMSEA = 0.000. Artinya, model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu Dukungan
instrumental. Model fit tersebut ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.6 Validitas konstruk Dukungan instrumental
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam mengukur
apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu di-drop
51
atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan
faktor dari item.
Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya.
Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran Dukungan instrumental disajikan
pada table 3.9 berikut :
Tabel 3.9 Muatan Item Dukungan Instrumental
ITEM KOEFISIEN STANDAR
ERROR
T-VALUE SIGNIFIKAN
DI1 0,59 0,05 12,86 √
DI2 0,82 0,05 17,25 √
DI3 0,73 0,05 15,54 √
Keterangan : √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan
Dari tabel 3.9 dapat dilihat bahwa semua item signifikan ( t > 1.96) dan semua
koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari item
sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable. Dengan demikian item-
item tersebut tidak akan di-drop.
3.4.3.3 Dukungan informasi
Peneliti menguji apakah 3 item benar-benar bersifat unidimensional, artinya benar-
benar hanya mengukur Dukungan informasi. Dari hasil analisis CFA dengan model
satu faktor, ternyata sudah fit dengan Chi Square = 0.00. df = 0, P-value = 1.00000,
RMSEA = 0.000. Artinya, model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima,
bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu Dukungan informasi.
Model fit tersebut ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
52
Gambar 3.7 Validitas konstruk Dukungan informasi
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam mengukur
apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu di-drop
atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan
faktor dari item.
Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya.
Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran Dukungan informasi disajikan pada
table 3.10 berikut :
Tabel 3.10 Muatan Item Dukungan informasi
ITEM KOEFISIEN STANDAR
ERROR
T-VALUE SIGNIFIKAN
INFO1 0,63 0,05 13,85 √
INFO2 0,88 0,05 18,82 √
INFO3 0,68 0,05 14,96 √
Keterangan : √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan
Dari tabel 3.10 dapat dilihat bahwa semua item signifikan ( t > 1.96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari
item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable. Dengan demikian
item-item tersebut tidak akan di-drop.
53
3.4.3.4 Dukungan persahabatan
Peneliti menguji apakah 3 item benar-benar bersifat unidimensional, artinya benar-
benar hanya mengukur Dukungan persahabatan. Dari hasil analisis CFA dengan
model satu faktor, ternyata sudah fit dengan Chi Square = 0.00. df = 0, P-value =
1.00000, RMSEA = 0.000. Artinya, model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu Dukungan
persahatan. Model fit tersebut ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.8 Validitas konstruk Dukungan persahabatan
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam mengukur
apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu perlu di-drop
atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang koefisien muatan
faktor dari item.
Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu juga sebaliknya.
54
Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran Dukungan persahabatan disajikan
pada table 3.11 berikut :
Tabel 3.11 Muatan Item Dukungan persahabatan
ITEM KOEFISIEN STANDAR
ERROR
T-VALUE SIGNIFIKAN
DP1 0,57 0,05 11,14 √
DP2 0,91 0,06 15,29 √
DP3 0,54 0,05 10,83 √
Keterangan : √ = signifikan (t>1,96); X = tidak signifikan
Dari tabel 3.11 dapat dilihat bahwa semua item signifikan ( t > 1.96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari
item sesuai dengan sifat item yang semuanya bersifat favorable. Dengan demikian
item-item tersebut tidak akan di-drop.
3.5 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai
berikut :
1. Merumuskan masalah yang akan di teliti dengan melihat pada fenomena-
fenomena yang terjadi di sekitar.
2. Kemudian melanjutkan dengan kajian pustaka untuk melihat masalah tersebut
dari sudut pandang teoritis agar dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya,
serta untuk mecari variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini.
3. Setelah mendapatkan semua yang dibutuhkan untuk landasan teorinya,
menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian. Selanjutnya
peneliti menentukan populasi dan sampel (beserta teknik pengambilan sampel
dan teknik pengambilan data) yang akan menjadi subjek penelitian nantinya.
55
4. Menjadikan Pegawai PT Bank Dki Jakarta sebagai populasi dengan sampel
sebanyak 512 pegawai Bank Dki. Teknik pengambilan sampel pada penelitian
ini dilakukan secara nonprobability sampling dengan teknik yang digunakan
convenience sampling. Menentukan dan melakukan adaptasi alat ukur yang akan
digunakan dalam penelitian ini.
5. Mengumpulkan data dengan menyebar kuesioner penelitian kepada Pegawai PT
Bank Dki Jakarta. Pengumpulan data dilakukan sekitar bulan Maret – April
2018. Terdapat 600 kuesioner yang tersebar di kantor kepala Badan Sumber
Daya Manusia PT Bank Dki secara langsung.
6. Menganalisis data dengan dimulai dari skoring hasil kemudian melakukan uji
reliabilitas instrumen dengan CFA dan menguji hipotesis penelitian dengan
multiple regression analysis. Terakhir penulis membuat kesimpulan dan saran
penelitian.
3.6 Teknik Analisis Data
3.6.1 Uji Hipotesis
Dalam rangka menguji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan metode analisis
regresi berganda yaitu suatu metode untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh
dari sekumpulan variabel indipenden terhadap variabel dependen.
Berikut ini adalah persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini:
Y’ = a + b1X1 + b2x2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 e
56
Keterangan:
Y’= Nilai prediksi Y (Sikap terhadap perubahan organisasi)
a = intercept (konstan)
b = koefisien regresi untuk masing-masing X
X1= Semangat pada Totalitas Kerja
X2= Dedikasi pada Totalitas Kerja
X3= Keterlautan pada variabel Totalitas Kerja
X4= Dukungan Emosional pada variabel Dukungan Sosial
X5= Dukungan Instrumental pada variabel Dukungan Sosial
X6= Dukungan Informasi pada variabel Dukungan Sosial
X7= Dukungan Persahabatan pada variabel Dukungan Sosial
e= residu
Adapun data yang dianalisis dengan persamaan diatas adalah hasil dari
pengukuran yang sudah ditransformasi ke dalam true score. Dalam hal ini, true score
adalah faktor yang diukur dengan menggunakan software SPSS dengan
menggunakan item yang valid. Tujuan dari true score adalah agar koefisien regresi
tidan mengalami atenuasi atau underestimated (koefisien regresi yang terhitung lebih
rendah dari yang seharusnya sehingga tidak signifikan).
Dalam analisis regresi berganda, besarnya proporsi varians kinerja yang
dipengaruhi oleh bervariasinya seluruh IV yang bisa diukur dengan rumus R², dimana
57
Adapun jika R² signifikan (P<0.05) maka proporsi varians Y yang dipengaruhi
oleh kedua faktor (Totalitas Kerja dan Dukungan Sosial) secara keseluruhan adalah
signifikan. Jika telah terbukti signifikan, maka peneliti akan menguji variabel mana
dari tujuh variabel indipenden tersebut yang signifikan. Dalam hal ini peneliti
menguji signifikan atau tidaknya koefisien regresi (b) dengan t-test. Jika memiliki
skor t> 1.96 maka koefisien regresi variabel tersebut dinyatakan signifikan,
sebaliknya jika t< 1.96 maka variabel tersebut dinyatakan tidak signifikan (dalam
taraf signifikansi 0.05 atau (5%).
Dalam regresi analisis berganda ini dapat diperoleh beberapa informasi, yaitu:
1. R² yang menunjukan proporsi varian dari variabel dependen yang bisa
diterangkan oleh variabel indipenden.
2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien regresi.
Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan dari variabel
indipenden yang bersangkutan.
3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi
tentang beberapa nilai Y jika nilai variabel indipenden diketahui.
Sumbangan varian dari masing-masing aspek variabel indipenden yaitu totalitas kerja
dan Dukungan sosial dalam mempengaruhi kesejahteraan subjektif.
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini, penulis akan menguraikan mengenai gambaran subjek penelitian,
deskripsi data, analisis data dan hasilnya.
4.1 Karakteristik Sampel Penelitian
Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai jenis kelamin dan status perkawinan.
Responden dalam penelitian ini adalah Pegawai PT Bank Dki Jakarta. Pada tabel 4.1
penulis akan memaparkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan
status perkawinan sebagai berikut:
Deskripsi N %
Jenis Kelamin
Perempuan 248 48,5%
Laki-laki 264 51,5%
Status pernikahan
Menikah 239 46,6%
Lajang
Cerai
Ttidak menjawab
253
3
17
49,4%
0,5%
3,3%
Dari 512 responden dalam penelitian ini terlihat bahwa mayoritas responden
adalah laki-laki. Banyaknya jumlah responden Laki-laki adalah sebesar 264 atau
51.5% sedangkan responden Perempuan sebesar 248 atau 48.5%. Selanjutnya, status
perkawinan, sebanyak 239 atau 46.6% responden sudah menikah, 253 atau 49.4%
59
responden belum menikah, 3 atau 0.5% responden berstatus cerai dan 17 responden
atau 3,3% tidak menjawab.
4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Dalam analisis statistik deskriptif pada penelitian ini digunakan skor berupa skor
faktor. Skor faktor didapat dengan merubah semua item yang ada pada dimensi yang
sama menjadi satu skor yaitu disebut factor score pada software SPSS, bukan dengan
cara menjumlahkan item-item yang ada. Factor score dibuat dengan menggunakan
metode partial-credit model (PCM). Tujuan penggunaan skor faktor ialah untuk
menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Kemudian, factor score diubah
menjadi true score untuk menghilangkan bilangan negatif dengan cara melakukan
proses komputasi melalui formula T-score = 50 + (10). True score dalam penelitian
ini hanya digunakan untuk analisis statistik deskriptif, agar mendapatkan angka yang
positif.
Setelah melakukan analisis statistik deskriptif, didapatkan deskripsi statistik
masing-masing variabel pada penelitian ini seperti yang disajikan pada tabel 4.2.
Karena semua skor telah berada pada skala yang sama, maka mean pada skala ini
adalah 50. Namun, distribusi setiap variabel memiliki tingkat yang bervariasi. Oleh
karena itu, didapatkan distribusi frekuensi dengan titik minimum, maksimum, dan
standar deviasi seperti pada tabel 4.2.
60
Tabel. 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kesejahteraan subjektif 512 8 73 50.00 9.463
Semangat 512 17 68 50.00 9.122
Dedikasi 512 18 70 50.00 8.809
Keterlarutan 512 25 70 50.00 8.944
Dukungan Emosional 512 16 65 50.00 8.743
Dukungan instrumental 512 16 65 50.00 8.478
Dukungan informasi 512 13 65 50.00 8.437
Dukungan Persahabatan 512 15 63 50.00 8.526
Valid N (listwise) 512
Dari tabel diatas dapat dilihat skor kesejahteraan subjektif, semangat ,
dedikasi , keterlarutan , dukungan emosional , dukungan instrumental , dukungan
informasi ,dan dukungan persahabatan diletakan pada skala yang sama, maka
mean kedelapan variabel adalah 50 dan nilai minimum , maksimum serta standar
deviasi dapat dilihat dari tabel diatas.
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Kategorisasi skor variabel bertujuan untuk menempatkan subjek ke dalam kelompok-
kelompok yang terpisah berdasarkan skor pada variabel yang diukur apakah subjek
tergolong kelompok dengan skor rendah atau skor tinggi. Sebelum
mengkategorisasikan skor masing-masing variabel berdasarkan tingkat rendah atau
tinggi, peneliti menetapkan norma dari skor dengan menggunakan mean dan standar
deviasi (dalam tabel 4.2). Setelah itu akan didapatkan persentase pada masing-masing
kategori setiap variabel.
Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor Kategori Rumus
Tinggi X ≥ Mean
Rendah X < Mean
61
Setelah kategori tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai persentasi
kategori masing-masing variabel penelitian. Masing-masing variabel akan
dikategorikan sebagai rendah, dan tinggi.
4.3.1 Kategorisasi Tingkat Kesejahteraan Subjektif
Pada tabel 4.4 menunjukkan sebaran variabel kesejahteraan subjektif yang dibagi
menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan
tinggi.
Tabel 4.4
Kategorisasi Tingkat Kesejahteraan Subjektif
Kategori Jumlah Persentase
Rendah 263 51.4
Tinggi 249 48.6
Total 512 100.0
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sebanyak 263 responden atau 51.4%
memiliki tingkat kesejahteraan subjektif yang rendah. Sementara sebanyak 249
responden atau 48.6% memiliki tingkat kesejahteraan subjektif yang tinggi.
4.3.2 Kategorisasi Tingkat Semangat
Pada tabel 4.5 menunjukkan sebaran variabel semangat yang dibagi menjadi
dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan tinggi.
62
Tabel 4.5
Kategorisasi Tingkat Semangat
Kategori Jumlah Persentase
Rendah 353 68.9
Tinggi 159 31.1
Total 512 100.0
Berdasarkan tabel 4.5 ditemukan bahwa sebanyak 353 atau 68.9% responden
memiliki semangat yang rendah. Sementara sebanyak 159 atau 31.1% responden
memiliki semangat yang tinggi.
4.3.3 Kategorisasi Tingkat Dedikasi
Pada tabel 4.6 menunjukkan sebaran variabel dedikasi yang dibagi menjadi dua
kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan tinggi.
Tabel 4.6
Kategorisasi Tingkat Dedikasi
Kategori Jumlah Persentase
Rendah 187 36.5
Tinggi 325 63.5
Total 512 100.0
Berdasarkan tabel 4.6 ditemukan bahwa sebanyak 187 atau 36.5% responden
memiliki dedikasi yang rendah. Sementara sebanyak 325 atau 63.5% responden
memiliki dedikasi yang tinggi.
63
4.3.4 Kategorisasi Tingkat Keterlarutan
Pada tabel 4.7 menunjukkan sebaran variabel keterlarutan yang dibagi menjadi dua
kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan tinggi.
Tabel 4.7
Kategorisasi Tingkat Keterlarutan
Kategori Jumlah Persentase
Rendah 257 50.2
Tinggi 255 49.8
Total 512 100.0
Berdasarkan tabel 4.7 ditemukan bahwa sebanyak 257 atau 50.2% responden
memiliki keterlarutan yang rendah. Sementara sebanyak 255 atau 49.8% responden
memiliki keterlarutan yang tinggi.
4.3.5 Kategorisasi Tingkat Dukungan Emosional
Pada tabel 4.8 menunjukkan sebaran variabel dukungan emosional yang dibagi
menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan
tinggi.
Tabel 4.8
Kategorisasi Tingkat Dukungan Emosional
Kategori Jumlah Persentase
Rendah 281 54.9
Tinggi 231 45.1
Total 512 100.0
64
Berdasarkan tabel 4.8 ditemukan bahwa sebanyak 281 atau 54.9% responden
memiliki dukungan emosional yang rendah. Sementara sebanyak 231 atau 45.1%
responden memiliki dukungan emosional yang tinggi.
4.3.6 Kategorisasi Tingkat Dukungan Instrumental
Pada tabel 4.9 menunjukkan sebaran variabel dukungan instrumental yang dibagi
menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan
tinggi.
Tabel 4.9
Kategorisasi Tingkat Dukungan Instrumental
Kategori Jumlah Persentase
Rendah 261 51.0
Tinggi 251 49.0
Total 512 100.0
Berdasarkan tabel 4.9 ditemukan bahwa sebanyak 261 atau 51% responden
memiliki dukungan instrumental yang rendah. Sementara sebanyak 251 atau 49%
responden memiliki dukungan instrumental yang tinggi.
4.3.7 Kategorisasi Tingkat Dukungan Informasi
Pada tabel 4.10 menunjukkan sebaran variabel dukungan informasi yang dibagi
menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan
tinggi.
65
Tabel 4.10
Kategorisasi Tingkat Dukungan Informasi
Kategori Jumlah Persentase
Rendah 252 49.2
Tinggi 260 50.8
Total 512 100.0
Berdasarkan tabel 4.10 ditemukan bahwa sebanyak 252 atau 49.2%
responden memiliki dukungan informasi yang rendah. Sementara sebanyak 260 atau
50.8% responden memiliki dukungan informasi yang tinggi.
4.3.8 Kategorisasi Tingkat Dukungan Persahabatan
Pada tabel 4.10 menunjukkan sebaran variabel dukungan persahabatan yang dibagi
menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan
tinggi.
Tabel 4.11
Kategorisasi Tingkat Dukungan Persahabatan
Kategori Jumlah Persentase
Rendah 244 47.7
Tinggi 268 52.3
Total 512 100.0
Berdasarkan tabel 4.11 ditemukan bahwa sebanyak 244 atau 47.7%
responden memiliki dukungan persahabatan yang rendah. Sementara sebanyak 268
atau 52.3% responden memiliki dukungan persahabatan yang tinggi.
66
4.4 Uji Hipotesis Penelitian
4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian
Pada tahapan uji hipotesis penelitian, penulis menggunakan teknik analisis regresi
dengan software SPSS 20 seperti yang sudah dijelaskan pada bab 3. Dalam regresi
ada tiga hal yang dilihat, pertama melihat R Square untuk mengetahui presentase (%)
varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent variable, kedua apakah
keseluruhan independent variable berpengaruh secara signifikan terhadap dependent
variable, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari
masing-masing independent variable. Langkah pertama peneliti melihat besaran R
square untuk mengetahui presentase (%) varians dependent variable yang dijelaskan
oleh independent variable. Selanjutnya untuk tabel R square, dapat dilihat pada tabel
4.12 berikut:
Tabel 4.12 Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .677a .458 .451 7.014
a. Predictors: (Constant), Keterlarutan, Dukungan persahabatan, Semangat, Dedikasi, Dukungan
emosional, Dukungan instrumental, Dukungan informasi
Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa nilai R Squere sebesar 0,458 atau
45,8%. Hal ini mengandung makna bahwa proporsi varian dari kesejahteraan
subjektif yang dijelaskan oleh totalitas kerja (semangat, dedikasi keterlarutan) dan
dukungan sosial (dukungan emosional , dukungan instrumental, dukungan informasi
,dukungan persahabatan) adalah sebesar 45,8%, kemudian 54,2% sisanya dipengaruhi
67
oleh variabel lain di luar penelitian ini. Selanjutnya, peneliti ingin melihat pengaruh
dari keseluruhan independent variable terhadap kesejahteraan subjektif. Hal ini dapat
dilihat dalam hasil uji F pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13
Anova pengaruh seluruh IV terhadap DV
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression
20962.232 7 2994.605 60.866 .000
b
Residual
24796.878 504 49.200
Total 45759.110 511
a. Dependent Variable: SWB
b. Predictors: (Constant), Keterlarutan, Dukungan persahabatan, Semangat, Dedikasi, Dukungan
emosional, Dukungan instrumental, Dukungan informasi
Berdasarkan uji F pada tabel 4.13, dapat dilihat bahwa nilai p (Sig.) pada
kolom paling kanan adalah p= 0.000 dengan nilai p<0.05. Jadi, dengan demikian
hipotesis nihil yang berbunyi “tidak ada pengaruh totalitas kerja dan dukungan sosial
terhadap kesejahteraan subjektif" ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan
totalitas kerja (semangat, dedikasi, keterlarutan) dan dukungan sosial (dukungan
emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi ,dukungan persahabatan)
terhadap kesejahteraan subjektif.
Langkah selanjutnya, peneliti melihat koefisien regresi dari masing-masing
independen variabel. Jika sig <0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang
berarti variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kesejahteraan subjektif. Adapun besarnya koefisien regresi dari masing-masing
variabel independen terhadap kesejahteraan subjektif dapat dilihat pada tabel 4.14.
68
Tabel 4.14
Koefisien Regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.656 2.618 1.778 .076
Semangat .070 .045 .067 1.562 .119
Dedikasi .342 .048 .319 7.070 .000
Keterlarutan -.077 .038 -.073 -2.000 .046
Dukungan emosional .116 .065 .107 1.795 .073
Dukungan instrumental .151 .065 .135 2.311 .021
Dukungan informasi .059 .067 .053 .883 .378
Dukungan
persahabatan
.245 .061 .221 4.039 .000
a. Dependent Variable: KS
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.14 dapat disampaikan persamaan regresi
sebagai berikut :
Kesejahteraan Subjektif = 4.656 + 0.70semangat + 0.342*dedikasi -
0.077*keterlarutan + 0.116dukunganemosional+ 0.151*dukungan instrumental
+ 0.059dukungan informasi + 0.245*dukungan persahabatan
Dari persamaan regresi tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat empat variabel
yang nilai koefisien regresinya signifikan, yaitu; (1) dedikasi; (2) keterlarutan;
(3)dukungan instrumental ; (4) dukungan persahabatan. Sementara 3 variabel lain
tidak signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh masing-masing
independen variabel adalah sebagai berikut:
69
1. Semangat pada variabel totalitas kerja memiliki koefisien regresi sebesar 0.70
dengan nilai p=0.119 (p < 0.05). Hal ini mengandung arti bahwa semangat
memiliki pengaruh pengaruh yang tidak signifikan terhadap kesejahteraan
subjektif.
2. Dedikasi pada variabel totalitas kerja memiliki koefisien regresi sebesar 0.342
dengan nilai p=0.000 (p < 0.05). Hal ini mengandung arti bahwa dedikasi
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Arah positif
dalam besaran koefisien menunjukan bahwa jika semakin tinggi dedikasi
makasemakin tinggi kesejahteraan subjektif individu, begitupun sebaliknya
3. Keterlarutan pada variabel totalitas kerja memiliki koefisien regresi sebesar -0,77
dengan nilai p=0,046 (p < 0.05). Hal ini mengandung arti bahwa keterlarutan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Arah positif
dalam besaran koefisien menunjukan bahwa jika semakin tinggi keterlarutan
maka semakin tinggi kesejahteraan subjektif individu, begitupun sebaliknya.
4. Dukungan Emosional pada variabel dukungan sosial memiliki koefisien regresi
sebesar 0.116 dengan nilai p=0.073 (p < 0.05). Hal ini mengandung arti bahwa
dukungan emosional memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap
kesejahteraan subjektif.
5. Dukungan instrumental pada variabel dukungan sosial memiliki koefisien regresi
sebesar 0.151 dengan nilai p=0.021 (p < 0.05). Hal ini mengandung arti bahwa
dukungan instrumental memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan
subjektif. Arah positif dalam besaran koefisien menunjukan bahwa jika semakin
70
tinggi dukungan instrumental maka semakin tinggi kesejahteraan subjektif
individu, begitupun sebaliknya.
6. Dukungan informasi pada variabel dukungan sosial memiliki koefisien regresi
sebesar 0.059 dengan nilai p=0.378 (p < 0.05). Hal ini mengandung arti bahwa
semangat tmemiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap kesejahteraan
subjektif.
7. Dukungan persahabatan pada variabel dukungan sosial memiliki koefisien regresi
sebesar 0.245 dengan nilai p=0.000 (p < 0.05). Hal ini mengandung arti bahwa
dukungan persahatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan
subjektif. Arah positif dalam besaran koefisien menunjukan bahwa jika semakin
tinggi dukungan persahabatan maka semakin maka semakin tinggi kesejahteraan
subjektif individu, begitupun sebaliknya.
4.5 Pengujian proporsi varians masing-masing independent variabel
Selanjutnya penulis ingin mengetahui sumbangan proporsi varians dari masing-
masing independent variabel terhadap kesejahteraan subjektif. Maka dari itu, penulis
melakukan analisis regresi berganda dengan cara menambahkan satu independent
variabel setiap melakukan regresi. Kemudian, penulis dapat melihat penambahan
dari R² (R Square Change) setiap melakukan analisis regresi dan dapat melihat
signifikansi dari penambahan R² tersebut. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.15
71
Tabel 4.15
Model Summary Proporsi Varians Tiap-tiap Independent Variabel terhadap Dependent
Variabel
Mod
el
R R
Square
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 .436a .190 .190 119.951 1 510 .000
2 .523b .274 .084 58.474 1 509 .000
3 .529c .280 .006 4.144 1 508 .042
4 .641d .411 .131 112.998 1 507 .000
5 .660e .435 .024 21.901 1 506 .000
6 .664f .441 .005 4.636 1 505 .032
7 .677g .458 .018 16.312 1 504 .000
Predictors:(constant),semangat,dedikasi,keterlarutan,dukungan_emosional,dukungan
_instrumental,dukungan_informasi,dukungan_persahabatan.
Berdasarkan data yang terdapat dalam tabel 4.8, dapat diketahui bahwa:
1. Semangat memberikan sumbangan sebesar 19% terhadap varians Kesejahteraan
subjektif. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F = 119.951
dan df2 = 510.
2. Dedikasi memberikan sumbangan sebesar 8,4% terhadap varians kesejahteraan
subjektif. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F = 58.474 dan
df2 = 509.
3. Keterlarutan memberikan sumbangan sebesar 0,6% terhadap varians
kesejahteraan subjektif. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F =
4.144 dan df2 = 508.
4. Dukungan emosional memberikan sumbangan sebesar 13,1% terhadap varians
kesejahteraan subjektif. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik
dengan F = 112.998 dan df2 = 507.
72
5. Dukungan instrumental memberikan sumbangan sebesar 2,4% terhadap varians
kesejahteraan subjektif. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F =
21.901 dan df2 = 506.
6. Dukungan informasi memberikan sumbangan sebesar 0,5% terhadap varians
kesejahteraan subjektif. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik
dengan F = 4.636 dan df2 = 505.
7. Dukungan persahabatan memberikan sumbangan sebesar 1,8% terhadap varians
kesejahteraan subjektif. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F =
16.312 dan df2 = 504.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat 7 variabel independen,
yaitu dedikasi, semangat, keterlarutan ,dukungan emosional, dukungan instrumental,
dukungan informasi dan dukungan persahabatan yang signifikan sumbangannya
terhadap kesejahteraan subjektif, jika dilihat dari besarnya pertambahan R2 yang
dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan variabel independen (sumbangan
proporsi varian yang diberikan).
73
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian analisis data yang telah dilakukan, maka kesimpulan
yang didapat dari penelitian ini adalah: “Ada pengaruh yang signifikan totalitas kerja
(semangat, dedikasi, keterlarutan) dan dukungan sosial (dukungan emosional,
dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan persahabatan) terhadap
kesejahteraan subjektif pegawai”. Kemudian, berdasarkan hasil uji hipotesis masing-
masing variabel yang telah dilakukan, terdapat empat variabel independen yang
signifikan pengaruhnya terhadap kesejahteraan subjektif, yaitu (1) dedikasi; (2)
keterlarutan; (3) dukungan instrumental ; (4) dukungan persahabatan. Sedangkan tiga
variabel lainnya tidak mempunyai dampak yang signifikan, yaitu semangat,
dukungan emosional dan dukungan informasi.
5.2 Diskusi
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh faktor totalitas kerja (semangat,
dedikasi, keterlarutan) dan dukungan sosial (dukungan emosional, dukungan
instrumental, dukungan informasi, dukungan persahabatan) terhadap kesejahteraan
subjektif.
Hasil pengujian hipotesis pengaruh totalitas kerja dan dukungan sosial terhadap
kesejahteraan subjektif yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan dari seluruh independent variabel terhadap kesejahteraan subjektif.
74
Besarnya pengaruh seluruh independent variable terhadap kesejahteraan subjektif
adalah sebesar 45,8%, sedangkan 54,2% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di
luar penelitian ini.
Totalitas kerja menjadi salah satu faktor yang menjadi variabel penentu
munculnya kesejahteraan subjektif. Hal ini sejalan dengan penelitian Bakker,
Demerouti, dan Schaufeli pada tahun 2003 dan Schaufeli & Bakker tahun 2004 yang
menyatakan bahwa totalitas kerja terkait dengan hasil-hasil positif dalam organisasi
seperti kepuasan kerja dan motivasi (Bakker et al, 2004).
Berdasarkan proses analisis yang dilakukan, peneliti melakukan analisis tiga
dimensi totalitas kerja yaitu: dedikasi, keterlarutan, dan semangat. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa dedikasi dan keterlarutan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kesejahteraan subjektif dengan arah positif. Hal ini dapat
diartikan bahwa semakin tinggi tingkat dedikasi dan keterlarutan seseorang akan
semakin tinggi kesejahteraan subjektif individu, begitupun sebaliknya.
Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian Robertson dan Smythe (2007) yang
menyatakan bahwa karyawan yang total dalam bekerja akan menunjukkan antusiasme
dan hasrat yang nyata mengenai pekerjaannya dan untuk organisasi yang
mempekerjakan mereka. Selanjutnya karyawan akan menikmati pekerjaan yang telah
dikerjakan total yang pada gilirannya akan mempengaruhi kesejahteraan seubjektif
individu secara keseluruhan.
75
Berbeda dengan variabel dedikasi dan keterlarutan, berdasarkan hasil uji hipotesis
penelitian, variabel semangat tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kesejahteraan subjektif individu. Hal ini bisa disebabkan karena pekerjaan tidak
menuntut pegawai untuk selalu berusaha dan bersemangat. Pegawai tidak terpacu
untuk berusaha sekuat tenaga dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dan tidak
memiliki keinginan yang tinggi dalam memberikan yang terbaik bagi tempatnya
bekerja. Semangat atau tidaknya pegawai dalam bekerja dalam hal ini tidak
mempengaruhi kesejahteraan subjektif pegawai.
Selanjutnya, dari empat dimensi dukungan sosial ditemukan dua dimensi yang
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan subjektif pegawai,
yaitu dimensi dukungan instrumental dan dukungan persahabatan. Kedua variabel
tersebut memiliki pengaruh yang positif. Artinya ketika dimensi-dimensi tersebut
tinggi, maka kesejahteraan subjektif pegawai juga akan tinggi. Kemudian dua
dimensi lain tidak memiliki pengaruh yang signifikan yaitu dukungan emosional dan
dukungan informasi, yang berarti tinggi atau rendahnya kedua variabel tersebut tidak
mempengaruhi kesejahteraan subjektif pegawai.
Dimensi pertama dari dukungan sosial yang memiliki pengaruh yang signifikan
adalah dukungan instrumental. Dimensi ini berupa pemberian bantuan secara
langsung dan nyata berupa materi atau jasa yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah praktis (Sarafino, 2011). Dalam penelitian ini ditemukan bahwa
dimensi dukungan instrumental memiliki pengaruh yang positif terhadap
kesejahteraan subjektif pegawai. Artinya, dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa
76
semakin tinggi dukungan instrumental yang diterima pegawai maka akan semakin
tinggi pula tingkat kesejahteraan subjektif. Pegawai akan merasa nyaman karena
memiliki orang-orang yang peduli terhadap permasalahan dirinya dan dapat
diandalkan dalam memberikan pertolongan dengan bantuan-bantuan praktis, sehingga
wajar bila dimensi ini memiliki pengaruh yang positif terhadap kesejahteraan
subjektif pegawai.
Dimensi lain dari dukungan sosial yang memiliki pengaruh yang signifikan
adalah dukungan persahabatan. Temuan dalam penelitian ini menunjukan bahwa
pegawai yang memiliki interaksi sosial yang positif, memiliki waktu menghabiskan
waktu dengan individu lain dalam suatu pekerjaan, aktivitas sosial maupun hiburan
akan memiliki tingkat kesejahteraan subjektif yang tinggi. Hal ini sejalan dengan
sumber teori, yakni pegawai yang memiliki interaksi sosial yang positif dengan orang
lain, yang memungkinkan pegawai dapat menghabiskan waktu dengan individu lain
dalam suatu pekerjaan, aktivitas sosial maupun hiburan (sarafino, 2011).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fajarwati (2014) yang menunjukkan
bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan sosial dan kesejahteraan subjektif,
di mana semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi kesejahteraan subjektif.
Sebaliknya, apabila semakin rendah dukungan sosial maka akan semakin rendah
kesejahteraan subjektifnya. Dukungan sosial dari teman dan lingkungan merupakan
sumber dukungan sosial yang paling tinggi pengaruhnya terhadap kesejahteraan
subjektif pegawai (Eryilmaz dalam Fajarwati, 2014).
77
Selanjutntya terdapat dua variabel dukungan sosial yang tidak berpengaruh
signifikan dalam kesejahteraan subjektif. Variabel pertama adalah dukungan
emosional. Secara teoritis, menurut Sarafino (2011), dukungan emosional merupakan
bentuk bantuan yang diterima berupa: dorongan kehangatan, kasih sayang, perasaan
bernilai, perhatian, kepercayaan terhadap individu, dan ungkapan simpati. Semakin
tinggi dukungan emosional maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan subjektif
pegawai. Temuan dalam penelitian ini justru menunjukan tinggi atau rendahnya
tingkat dukungan emosional terhadap pegawai tidak akan mempengaruhi tingkat
kesejahteraan subjektif pegawai.
Hal ini sejalan dengan penelitian Uchida et.al.,(2008) yang menunjukan bahwa
pengaruh dukungan emosional terhadap kesejahteraan subjektif cenderung lemah,
terutama di kalangan orang dewasa yang bukan pelajar. Artinya tinggi atau rendahnya
dukungan emosional tidak akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan subjektif
individu.
Dimensi selanjunya yang tidak memiliki pengaruh yang signififikan terhadap
kesejahteraan subjektif pegawai adalah dukungan informasi. Menurut Sarafino
(2007), dukungan informasi meliputi nasihat, sugesti, ataupun umpan balik mengenai
informasi yang sebaiknya dilakukan oleh orang lain yang membutuhkan. Jadi dapat
dikatakan tinggi atau rendahnya dukungan informasi berupa nasihat, sugesti, maupun
saran-saran yang menyelesaikan masalah tidak akan mempengaruhi tingkat
kesejahteraan subjektif pada pegawai.
78
Dari hasil penelitian ini sebenarnya tidak serta-merta ditarik kesimpulan yang
menggugurkan teori yang ada. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis terhadap
sumber error yang menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian antara hasil penelitian
dengan teori. Sampling error merupakan salah satu sumber yang dapat menimbulkan
bias dalam penarikan kesimpulan penelitian. Hal ini bisa disebabkan karena peneliti
tidak turun langsung untuk membagi angket dikarenakan akan mengganggu proses
bekerja pegawai. Sehingga angket atau kuesioner diserahkah sekertaris Badan
Sumper Daya Manusia untuk disebarkan. Hal tersebut bisa membuat responden tidak
sesuai dalam mengisi angket yang menyebabkan sebaran data atau jawaban tidak
merata, sehingga mempengaruhi hasil penelitian.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis sadar masih terdapat banyak kekurangan atau
keterbatasan. Oleh karena itu, penulis menguraikan saran menjadi dua bagian, yaitu
saran teoritis dan saran praktis, yang kiranya dapat menjadi pertimbangan sebagai
penyempurna untuk melakukan penulisan lain dengan dependent variable yang sama.
5.3.1 Saran Teoritis
1. Pada penelitian ini varian dari kesejahteraan subjektif yang dijelaskan oleh
totalitas kerja dan dukungan sosial sebesar 45,8%, sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain. Penulis menyarankan agar penelitian selanjutnya
meneliti kesejahteraan subjektif pada pegawai di Indonesia dengan variabel lain
seperti pendidikan,usia,pendapata,budaya,modal psikologis.
79
2. Sampling error merupakan salah satu sumber yang dapat menimbulkan bias
dalam penarikan kesimpulan penelitian. Hal ini bisa disebabkan karena peneliti
tidak turun langsung untuk membagi angket. Peneliti selanjutnya juga
diharapkan bisa langsung turun lapangan untuk menghindari bias atau
ketidaksesuaian responden dalam mengisi angket atau kuesioner sehingga
jawaban responden merata.
5.3.2 Saran Praktis
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang positif bagi instansi /
perusahaan untuk lebih memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kesejahteraan subjektif pegawai seperti totalitas kerja dan dukungan sosial
karena organisasi yang berhasil adalah organisasi di mana karyawannya merasa
sejahtera dalam bekerja.
2. Terkait dengan dedikasi dan keterlarutan hendaknya perusahaan lebih
memperbanyak kegiatan pembinaan mental seperti training motivasi dan
kegiatan outbound, agar pegawai memiliki kesejahteraan subjektif yang tinggi.
3. Terkait dengan dukungan instrumental dan dukungan persahabatan hendaknya
perusahaan mengadakan family gathering setiap 3 bulan sekali guna melatih
pegawai untuk meningkatkan kepedulian dengan sesama rekan kerja agar
pegawai memiliki tingkat kesejahteraan subjektif yang tinggi.
80
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2015). https://www.antaranews.com/berita/656520/serikat-
PEKERJApelindo-bahas-kesejahteraan-karyawan.
Anonim. (2017). https://www.finansialku.com/program-kesejahteraan-karyawan-
survei-pwc-2017/.
Bakker, A. B. (2011). An evidence-based model of work engagement. Current
Directions in Psychological Science, 20(4), 265-269.
Bakker, A. B., & Demerouti, E. (2008). Towards a model of work engagement.
Career development international, 13(3), 209-223.
Bakker, A. B., & Leiter, M. P. (2010). Work Engagement: Introduction, In
Bakker, A.B.,&Leiter, M.P (Eds) Work engagement: A handbook of
essential theory and research. New York: Psychology Press
Bakker, A. B., & Oerlemans, W. (2011). Subjective well-being in organizations.
The Oxford handbook of positive organizational scholarship, 178-189.
Carr, A. (2004). POSITIVE PSYCHOLOGY: the science of happiness and human
strengths. posititive psychologi, -.
Compton, W. C. (2005). Introduction to Positive Psychology. Belmont, CA, US
Cutruna, C. &. (1987). The provisions of social relationship and adaption to
stress. Advance in personal relationships, 1,37-67.
Diener, E. &. (1999). Personality subjective well-being dalam Jonh,
Richard.W.,Pervin &lawrace A.,. Handbbook of personality , third
edition: Theory and research, New York : Guild Press.
Diener E. (2002). beyond money : toward an economy of well-being in ed Diener.
the science ff well being , New York : the Springnger science bussiness media.
Diener.E., s. O. (2003). Personality, culture and subjective well-being : emotional
and cognitive evaluation of life . anual review psycholog, 54,403-425
Diener., E. (2005). Subjective well being: the science happiness and life
satissfaction dalam C.R Snyder & S.J.Lopez. handbook of positive
psychology, New York : Oxford university Press.
Diener, E. (2000). Subjective well-being. The science of happiness and a proposal
81
for a national index. American Psychologist, 55(1), 34-43.
Diener, E. D., Emmons, R. A., Larsen, R. J., & Griffin, S. (1985). The satisfaction
with life scale. Journal of personality assessment, 49(1), 71-75.
Diener, E., Lucas, R. E., & Oishi, S. (2005). Subjective well-being: The science of
happiness and life satisfaction. In C. R. Snyder & S. J. Lopez (Eds.), The
handbook of positive psychology (pp.63-73). New York: Oxford
University Press.
Diener, E., Wirtz, D., Biswas-Diener, R., Tov, W., Kim-Prieto, C., Choi, D.-w., &
Oishi, S. (2009). New Measures of Well-Being. dalam E. Diener,
Assessing Well-Being: The Collected Works of Ed Diener (pp. 247-266).
Springer Science & Business Media
Diener., J.-E. L. (2013). The object Benefit of subjective well-being, London
School of Economics and Political Science .
Eddington, N. &. (2008). Subjective well being , Califoenia: Continuing
Psychology Inc.
Froh, Jeffry J., William J. Sefick., Robert A. Emmons. (2008). Counting blessings
in early adolescents: An experimental study of gratitude and subjective
well-being. Journal of School psychology, 213-233
GRANT, M. G. (2007). Professional and peer life coaching and the enhancement
of goal striving, University of Sydney, Australia.
Kahn, W. A. (1990). Psychological conditions of personal engagement and
disengagement at work. Academy of Management Journal, 33(4), 692-724.
Kashdan., S. O. (2008). Journal of Research in Personality. Being good by doing
good: Daily eudaimonic activity and well-being.
Layard, Richard. (2010) Measuring Subjective Well-Being. Science, 327.
Myers ., E. D. (1995). Who Is Happy?, 10-19.
(Nomor 13 tahun 2003 ). Dalam undang-undang tentang ketenagakerjaan
Russell, Joyce E. A. (2008). Promoting Subjective Well-Being at Work. Journal
of Career Assessment, 16(1), 117-131.
samputri. (2015). Jurnal Empati. DUKUNGAN SOSIAL DAN SUBJECTIVE
WELL BEING.
Sarafino, E. (2011). Healt psychology biopsychososial interaction, 141-161.
82
Schaufeli, W. B., Bakker, A. B., & Salanova, M. (2006). The measurement of
work engagement with a short questionnaire: A cross-national study.
Educational and psychological measurement, 66(4), 701-716.
Schaufeli, W., Balducci, C., & Fraccaroli, F. (2010). Psychometrics properties of
the italian version of the utrecht work engagement scale-9. European
Journal of Psychology Assesment, Vol 26 (2): 143-149
Schaufeli, W. B., Salanova, M., González-Romá, V., & Bakker, A. B. (2002). The
measurement of engagement and burnout: A two sample confirmatory
factor analytic approach. Journal of Happiness studies, 3(1), 71-92.
Selligman, Martin E.P. (2002). Authentic Happines: Using the new positive
psychology to realize your potential for lasting fulfillment. Bandung: PT.
Mizan Pustka. 317
Shaleh, A. R. (2016). Analisa Faktor Skala Totalitas Kerja (Work Engagement).
Seminar ASEAN 2nd Psychology & Humanity. Psychology Forum UMM.
Suh, E. M. (2000). Self, the hyphen between culture and subjective well being.
dalam E. Diener, & E. M. Suh (ed). Culture and Subjective Well-Being.
(pp. 63-86). MIT Press
Taylor S., E. (2006). Health pscyhologi 6th edition , New York: Mc Graw-hill.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan.
Umar, J. (2012). Statistika mentor akademik. Bahan Ajar Fakultas Psikologi UIN
Jakarta. Tidak Dipublikasikan.
Wright., C. (2000). Journal of Occupational Health Psychology . Psychological
Well-Being and Job Satisfaction as Predictors, . 1, 84-94 .
83
LAMPIRAN
84
1. LAMPIRAN KUESIONER
Assalamualaikum Wr.Wb
Perkenalkan nama saya Elisa, mahasiswi S1 Fakultas Psikologi Uin Syarif
Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk
menyelesaikan tugas akhir (Skripsi) mengenai “Pengaruh Totalitas Kerja Dan
Dukungan Sosial Terhadap Kesejahteraan Subjktif Pegawai”. Saya mohon
kesediaan anda untuk menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisi
kuesioner terlampir.
Saudara/I dapat mengisi kuesioner ini dengan mengikuti petunjuk pengisian
yang telah diberikan. TIDAK ADA JAWABAN SALAH dalam kuesioner ini.
Adapun informasi yang Saudara/I berikan dalam penelitian ini akan dijaga
KERAHASIAAN nyadan di gunakan hanya untuk kepentingan penelitian.
Atas perhatian Saudara/I, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Hormat saya,
Peneliti.
85
DATA RESONDEN
Nama/Inisial :
Usia :
Jenis Kelamin :
Jumlah Anak/Tanggungan :
Status Pernikahan :
Jumlah pendapatan :
Suku/etnik :
Tingkat pendidikan :
Pengeluaran per bulan :
Petunjuk Pengisian
Berilah tanda checklist () pada kolom pilihan jawaban yang sesuai dengan
pengalaman terhadap pernyataan berdasarkan situasi dan kondisi keseharian
Bapak/Ibu/Sdr, dengan pilihan jawaban sebagai berikut :
1. Sangat Tidak Sesuai (STS) jika sangat tidak sesuai dengan situasi dan kondisi
keseharian Bapak/Ibu
2. Tidak Sesuai (TS) jika tidak sesuai dengan situasi dan kondisi keseharian
Bapak/Ibu
3. Sesuai (S) jika sesuai dengan situasi dan kondisi keseharian Bapak/Ibu
4. Sangat Sesuai (SS) jika sangat sesuai dengan situasi dan kondisi keseharian
Bapak/Ibu
86
Skala 1
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya menjalani hidup dengan terarah dan bermakna.
2. Hubungan sosial saya mendukung dan bermanfaat.
3. Saya terlibat dan tertarik pada kegiatan sehari-hari saya.
4. Saya aktif berkontribusi pada kebahagiaan dan
kesejahteraan orang lain.
5. Saya memiliki kompetensi dan kemampuan dalam
menjalani kegiatan yang penting bagi saya.
6. Saya orang yang baik dan menjalani kehidupan yang baik.
7. Saya optimis tentang masa depan saya.
8. Orang menghormati saya.
9. Saya merasa hal-hal positif terjadi di hidup saya.
10. Saya dipenuhi dengan pikiran-pikiran negatif.
11. Saya mengharapkan hal baik akan terjadi dalam hidup
saya.
12. Saya sering merasa hal buruk terjadi pada hidup saya.
13. Saya merasa nyaman dengan hidup saya saat ini.
14. Selama sebulan terakhir, saya merasa tidak nyaman
dengan diri saya.
15. Saya menjalani hidup dengan senang.
16. Kondisi kehidupan saya menyedihkan.
17. Saya takut menghadapi masa depan.
18. Saya menjalani hari dengan riang setiap harinya.
19. Saya mudah tersinggung.
20. Saya merasa puas dengan kehidupan saya saat ini.
Skala 2
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya merasa bersemangat dalam melakukan pekerjaan
2. Saya merasa kuat dan bekerja keras dalam pekerjaan saya
3. Ketika bangun di pagi hari, saya bersemangat untuk pergi
bekerja
4. Saya merasa antusias dengan pekerjaan saya
5. Pekerjaan saya dapat memberikan saya inspirasi
6. Saya merasa bangga dengan pekerjaan yang saya lakukan
sekarang
7. Saya merasa senang ketika bekerja dengan intens
8. Saya tenggelam dalam pekerjaan saya
87
9. Saya merasa hanyut dalam pekerjaan ketika saya bekerja
10 Saya memiliki mental yang sangat kuat dalam bidang
pekerjaan saya
11 Saya telah menemukan satu pekerjaan yang sangat
bermakna dan penuh harapan
12 Saya sangat menyelami pekerjaan saya
Skala 3
No Pernyataan STS TS S SS
1 Saya merasa nyaman saat bersama dengan keluarga
2 Kabar tentang keluarga menyenangkan hati Saya
3 Keluarga saya membantu saat sedang menghadapi
kemalangan
4 Saya merasa bernilai bagi keluarga
5 Saya merasa nyaman saat bersama dengan teman
6 Cerita dari teman menyenangkan hati Saya
7 Teman saya memberi bantuan saat Saya sedang
menghadapi kemalangan
8 Saya merasa bernilai bagi teman-teman
9 Saya merasa nyaman saat bersama dengan atasan
10 Masukan atasan menyenangkan hati Saya
11 Atasan saya memberi bantuan saat Saya sedang
menghadapi kemalangan
12 Saya merasa bernilai bagi atasan
88
2. Output Lampiran CFA
Kesejahteraan Subjektif
UJI VALIDITAS KONSTRUK SWB DA NI=20 NO=512 MA=PM LA SWB1 SWB2 SWB3 SWB4 SWB5 SWB6 SWB7 SWB8 SWB9 SWB10 SWB11 SWB12 SWB13
SWB14 SWB15 SWB16 SWB17 SWB18 SWB19 SWB20 PM SY FI=SWB.COR MO NX=20 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK SWB FR TD 17 16 TD 12 10 TD 19 14 TD 3 2 TD 14 12 TD 14 10 TD 9 8 TD 16
8 TD 20 18 TD 19 3 TD 14 9 TD 13 7 TD 7 4 TD 5 3 TD 5 4 FR TD 4 2 TD 4 3 TD 19 9 TD 16 12 TD 17 12 TD 19 10 TD 12 9 TD 16 9
TD 13 5 TD 7 5 TD 17 6 TD 20 11 TD 20 12 TD 11 1 TD 17 11 FR TD 2 1 TD 3 1 TD 18 6 TD 19 4 TD 16 14 TD 17 14 TD 16 10 TD 17 10
TD 13 4 TD 10 9 TD 20 15 TD 20 16 TD 20 1 TD 7 2 TD 11 4 FR TD 19 17 TD 19 16 TD 19 12 TD 18 7 TD 14 3 TD 13 6 TD 10 6 TD 10
7 TD 17 3 TD 15 3 TD 14 13 TD 14 1 TD 14 11 TD 11 2 TD 17 13 FR TD 19 8 TD 8 3 TD 15 8 TD 16 15 TD 18 3 TD 20 19 TD 18 16 TD 20 5
TD 20 7 TD 20 6 TD 11 8 TD 18 13 TD 15 11 TD 12 2 TD 18 5 FR TD 18 17 TD 17 9 TD 8 4 TD 8 2 TD 16 11 TD 19 13 TD 16 4 TD 17 1
TD 15 14 TD 20 3 TD 20 10 TD 19 18 TD 17 4 TD 12 4 TD 15 5 FR TD 15 7 TD 15 6 PD OU SS TV MI AD=OFF
89
90
b. Semangat
UJI VALIDITAS KONSTRUK TOTALITAS KERJA (SEMANGAT)
DA NI=4 NO=512 MA=PM
LA
S1 S2 S3 S4 S5
PM SY FI=SEMANGAT.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
SEMANGAT
FR TD 2 1
PD
OU SS TV MI
c. Dedikasi
UJI VALIDITAS KONSTRUK TOTALITAS KERJA (DEDIKASI)
DA NI=4 NO=512 MA=PM
LA
D1 D2 D3 D4 D5
PM SY FI=DEDIKASI.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
DEDIKASI
PD
OU SS TV MI
91
d. Keterlarutan
UJI VALIDITAS KONSTRUK TOTALITAS KERJA (KETERLARUTAN)
DA NI=4 NO=512 MA=PM
LA
L1 L2 L3 L4 L5
PM SY FI=LARUT.COR
MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
LARUT
FR TD 3 2 TD 4
PD
OU SS TV MI
92
e. Dukungan emosional
UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN EMOSIONAL
DA NI=3 NO=512 MA=PM
LA
DE1 DE2 DE3
PM SY FI=DE.COR
MO NX=3 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
DE
PD
OU SS TV MI
f. Dukungan Instrumental
UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN INSTRUMENTAL
DA NI=3 NO=512 MA=PM
LA
DI1 DI2 DI3
PM SY FI=DI.COR
MO NX=3 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
DI
PD
OU SS TV MI
93
g. Dukungan Informasi
UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN INFORMASI
DA NI=3 NO=512 MA=PM
LA
INFO1 INFO2 INFO3
PM SY FI=INFO.COR
MO NX=3 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
INFO
PD
OU SS TV MI
94
h. Dukungan Persahabatan
UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKUNGAN PERSAHABATAN
DA NI=3 NO=512 MA=PM
LA
DP1 DP2 DP3
PM SY FI=DP.COR
MO NX=3 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY
LK
DP
PD
OU SS TV MI
95
3. Lampiran hasil uji regresi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
SWB 512 8 73 50.00 9.463
SEMANGAT 512 17 68 50.00 9.122
DEDIKASI 512 18 70 50.00 8.809
KETERLARUTAN 512 25 70 50.00 8.944
DUKUNGAN_EMOSIONAL 512 16 65 50.00 8.743
DUKUNGAN_INSTRUMENTAL 512 16 65 50.00 8.478
DUKUNGAN_INFORMASI 512 13 65 50.00 8.437
DUKUNGAN_SAHABAT 512 15 63 50.00 8.526
Valid N (listwise) 512
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 8713.158 1 8713.158 119.951 .000b
Residual 37045.952 510 72.639
Total 45759.110 511
2
Regression 12530.492 2 6265.246 95.972 .000c
Residual 33228.618 509 65.282
Total 45759.110 511
3
Regression 12799.341 3 4266.447 65.758 .000d
Residual 32959.769 508 64.881
Total 45759.110 511
4
Regression 18806.453 4 4701.613 88.441 .000e
Residual 26952.657 507 53.161
Total 45759.110 511
5
Regression 19924.630 5 3984.926 78.050 .000f
Residual 25834.480 506 51.056
Total 45759.110 511
6 Regression 20159.661 6 3359.943 66.282 .000g
96
Residual 25599.449 505 50.692
Total 45759.110 511
7
Regression 20962.232 7 2994.605 60.866 .000h
Residual 24796.878 504 49.200
Total 45759.110 511
a. Dependent Variable: SWB
b. Predictors: (Constant), SEMANGAT
c. Predictors: (Constant), SEMANGAT, DEDIKASI
d. Predictors: (Constant), SEMANGAT, DEDIKASI, KETERLARUTAN
e. Predictors: (Constant), SEMANGAT, DEDIKASI, KETERLARUTAN,
DUKUNGAN_EMOSIONAL
f. Predictors: (Constant), SEMANGAT, DEDIKASI, KETERLARUTAN,
DUKUNGAN_EMOSIONAL, DUKUNGAN_INSTRUMENTAL
g. Predictors: (Constant), SEMANGAT, DEDIKASI, KETERLARUTAN,
DUKUNGAN_EMOSIONAL, DUKUNGAN_INSTRUMENTAL,
DUKUNGAN_INFORMASI
h. Predictors: (Constant), SEMANGAT, DEDIKASI, KETERLARUTAN,
DUKUNGAN_EMOSIONAL, DUKUNGAN_INSTRUMENTAL,
DUKUNGAN_INFORMASI, DUKUNGAN_SAHABAT
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 27.365 2.101 13.027 .000
SEMANGAT .453 .041 .436 10.952 .000
2
(Constant) 19.422 2.246 8.647 .000
SEMANGAT .216 .050 .209 4.337 .000
DEDIKASI .395 .052 .368 7.647 .000
3
(Constant) 22.006 2.574 8.549 .000
SEMANGAT .216 .050 .208 4.344 .000
DEDIKASI .433 .055 .403 7.906 .000
KETERLARUTAN -.089 .044 -.084 -2.036 .042
4 (Constant) 9.486 2.611 3.634 .000
97
SEMANGAT .107 .046 .103 2.318 .021
DEDIKASI .352 .050 .328 7.028 .000
KETERLARUTAN -.077 .040 -.073 -1.952 .052
DUKUNGAN_EMOSIONAL .428 .040 .396 10.630 .000
5
(Constant) 7.167 2.606 2.750 .006
SEMANGAT .085 .046 .082 1.871 .062
DEDIKASI .354 .049 .330 7.212 .000
KETERLARUTAN -.091 .039 -.086 -2.326 .020
DUKUNGAN_EMOSIONAL .231 .058 .213 3.989 .000
DUKUNGAN_INSTRUMENTAL .277 .059 .248 4.680 .000
6
(Constant) 6.396 2.621 2.440 .015
SEMANGAT .080 .045 .077 1.769 .078
DEDIKASI .345 .049 .321 7.013 .000
KETERLARUTAN -.088 .039 -.083 -2.260 .024
DUKUNGAN_EMOSIONAL .170 .064 .157 2.642 .009
DUKUNGAN_INSTRUMENTAL .226 .064 .202 3.545 .000
DUKUNGAN_INFORMASI .140 .065 .124 2.153 .032
7
(Constant) 4.656 2.618 1.778 .076
SEMANGAT .070 .045 .067 1.562 .119
DEDIKASI .342 .048 .319 7.070 .000
KETERLARUTAN -.077 .038 -.073 -2.000 .046
DUKUNGAN_EMOSIONAL .116 .065 .107 1.795 .073
DUKUNGAN_INSTRUMENTAL .151 .065 .135 2.311 .021
DUKUNGAN_INFORMASI .059 .067 .053 .883 .378
DUKUNGAN_SAHABAT .245 .061 .221 4.039 .000
a. Dependent Variable: SWB
98
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F Change df1 df2 Sig. F
Change
1 .436a .190 .189 8.523 .190 119.951 1 510 .000
2 .523b .274 .271 8.080 .083 58.474 1 509 .000
3 .529c .280 .275 8.055 .006 4.144 1 508 .042
4 .641d .411 .406 7.291 .131 112.998 1 507 .000
5 .660e .435 .430 7.145 .024 21.901 1 506 .000
6 .664f .441 .434 7.120 .005 4.636 1 505 .032
7 .677g .458 .451 7.014 .018 16.312 1 504 .000
a. Predictors: (Constant), SEMANGAT
b. Predictors: (Constant), SEMANGAT, DEDIKASI
c. Predictors: (Constant), SEMANGAT, DEDIKASI, KETERLARUTAN
d. Predictors: (Constant), SEMANGAT, DEDIKASI, KETERLARUTAN, DUKUNGAN_EMOSIONAL
e. Predictors: (Constant), SEMANGAT, DEDIKASI, KETERLARUTAN, DUKUNGAN_EMOSIONAL,
DUKUNGAN_INSTRUMENTAL
f. Predictors: (Constant), SEMANGAT, DEDIKASI, KETERLARUTAN, DUKUNGAN_EMOSIONAL,
DUKUNGAN_INSTRUMENTAL, DUKUNGAN_INFORMASI
g. Predictors: (Constant), SEMANGAT, DEDIKASI, KETERLARUTAN, DUKUNGAN_EMOSIONAL,
DUKUNGAN_INSTRUMENTAL, DUKUNGAN_INFORMASI, DUKUNGAN_SAHABAT