Laporan Kp Elisa Armaida

44
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan atau disajikan oleh jasa boga, rumah makan/restoran, kantin dan hotel (Purnamasari, 2009). Minuman yang berbahan dasar air merupakan salah satu media penularan adanya kontaminasi bakteri. Dari tahun ke tahun, semakin banyak minuman jajanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan terutama secara bakteriologis. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran pedagang dalam menerapkan prinsip higienis sanitasi dalam pembuatan minuman jajanan. Proses pembuatan minuman jajanan yang meliputi berbagai tahapan mulai dari pengolahan air yang digunakan, bahan yang dibuat dan orang yang melakukan pembuatan, semua itu tidak luput dari adanya kontaminasi bakteri yang tercemar. Jika pengolahan minuman jajanan tanpa melalui higienis dan sanitasi akan menghasilkan minuman yang tidak sehat sehingga menyebabkan timbulnya penyakit di masyarakat (Sutrisno dan Totok, 1991). Kantin sekolah merupakan salah satu tempat umum yang menyediakan minuman jajanan cepat saji atau langsung dikonsumsi oleh para siswanya. Minuman yang 1

description

Kualitas minuman jajanan di Sekolah Dasar Kota Pontianak berdasarkan Angka Kuman

Transcript of Laporan Kp Elisa Armaida

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMakanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan atau disajikan oleh jasa boga, rumah makan/restoran, kantin dan hotel (Purnamasari, 2009). Minuman yang berbahan dasar air merupakan salah satu media penularan adanya kontaminasi bakteri. Dari tahun ke tahun, semakin banyak minuman jajanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan terutama secara bakteriologis. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran pedagang dalam menerapkan prinsip higienis sanitasi dalam pembuatan minuman jajanan. Proses pembuatan minuman jajanan yang meliputi berbagai tahapan mulai dari pengolahan air yang digunakan, bahan yang dibuat dan orang yang melakukan pembuatan, semua itu tidak luput dari adanya kontaminasi bakteri yang tercemar. Jika pengolahan minuman jajanan tanpa melalui higienis dan sanitasi akan menghasilkan minuman yang tidak sehat sehingga menyebabkan timbulnya penyakit di masyarakat (Sutrisno dan Totok, 1991).Kantin sekolah merupakan salah satu tempat umum yang menyediakan minuman jajanan cepat saji atau langsung dikonsumsi oleh para siswanya. Minuman yang dijual di kantin sekolah ternyata berisiko terjadinya pencemaran biologis jika berada dalam lingkungan yang kurang bersih (FAO,1997). Anak-anak yang rentan terhadap penyakit gangguan pencernaan yang diakibatkan oleh mikroorganisme tertentu, seperti diare, mual-mual, muntah dan penyakit typus. Diare yang diakibatkan oleh adanya bibit penyakit dalam minuman merupakan penyebab utama malnutrisi, bahkan bisa menyebakan kematian (WHO, 1993). Lebih dari 70% kejadian penyakit diare disebabkan oleh konsumsi makanan dan minuman yang tercemar (Depkes,2001).Bahaya yang selalu mengancam lewat media air bersih dan air minum ini adalah bakteri Escherichia coli dan bakteri Salmonella sp. Bakteri patogen yang terkandung dalam air ini mampu bertahan hidup selama beberapa minggu pada suhu 40C. Bakteri tersebut sangat identik dengan pencemaran air sehingga digunakan sebagai indikator adanya polusi dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap minuman. E.coli dan Salmonella merupakan bakteri yang terdapat pada saluran pencernaan dan merupakan mikroorganisme yang terkandung dalam tinja. Keberadaan bakteri tersebut pada minuman menunjukkan adanya pencemaran yang dapat menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh manusia sehingga berbahaya bagi kesehatan (BPOM,2003). Menurut Aryani (2004) minuman jajanan yang dijual di tiga SD wilayah Bogor Tengah mempunyai tingkat kontaminasi yang tinggi ditunjukkan dengan tingginya total mikroba. Perbedaan total mikroba dimasing-masing SD setiap minggunya tergantung dari praktek sanitasi dan higienis pedagang dan kondisi lingkungan tempat berjualan pedagang di tiap SD tersebut. Mengingat rentannya minuman jajanan oleh kontaminasi mikroba, rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran pedagang dan konsumen tentang jumlah angka kuman dan jenis bakteri apa saja yang dapat mengkontaminasi minuman jajanan tersebut, perlu dilakukannya uji bakteriologi pada sampel minuman jajanan. 1.2 Perumusan MasalahMinuman jajanan mengandung resiko yang cukup berpotensi sebagai penyebab penyakit atau gangguan kesehatan. Hal ini terbukti dengan sering terjadinya kasus minuman jajanan yang tercemar bakteri. Menurut Vhirdani (2012) 60% minuman jajanan di kantin Sekolah Dasar Kota Depok telah tercemar oleh bakteri air. Jenis minuman yang tercemar bakteri yaitu es teh manis, es cincau dan minuman lain yang menggunakan es balok. Pencemaran bakteri tersebut dikarenakan minuman menggunakan air mentah, wadah yang kotor dan lingkungan yang tidak higienis. Anak-anak terutama anak sekolah rentan terhadap penyakit gangguan pencernaan yang diakibatkan oleh mikroorganisme tertentu, seperti diare dan penyakit typus. Permasalahan yang muncul dalam kegiatan kerja praktek ini adalah apakah minuman jajanan yang dijual di kantin SD Kota Pontianak telah tercemar bakteri patogen, dilihat dari keberadaan bakteri E.coli dan Salmonella sp. pada minuman serta jumlah bakteri tersebut yang menjadi parameter tingkat keamanan minuman secara mikrobiologi.1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari pelaksanaan Kerja Praktek (KP) ini adalah:

1. Mengimplementasikan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan pada dunia kerja

2. Melatih kemandirian dan keterampilan mahasiswa di dunia kerja1.3.2 Tujuan KhususTujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui tingkat kontaminasi bakteri E.coli dan Salmonella sp. dilihat dari jumlah angka kuman pada sampel minuman yang dijual di Sekolah Dasar (SD) Kota Pontianak serta jenis bakteri yang mengkontaminasi minuman tersebut.1.4 Manfaat1.4.1 Bagi MahasiswaManfaat dari kegiatan kerja praktek ini bagi mahasiswa antara lain:1. Menjalin kerjasama dan meningkatkan hubungan antara universitas dengan instansi pemerintah dan masyarakat2. Menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa di bidang mikrobiologi pada dunia kerja

1.4.2 Bagi InstansiManfaat dari kegiatan kerja praktek ini bagi mahasiswa antara lain:1. Mengetahui kualitas dan keamanan minuman jajanan yang beredar di kantin Sekolah Dasar (SD) Kota Pontianak2. Mengetahui jenis bakteri yang mencemari minuman jajanan yang dijual di Sekolah Dasar (SD) Kota PontianakBAB II

KEADAAN UMUM

2.1 Data Umum

Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Pontianak terletak di Jalan Johar Nomor 2 Pontianak. UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Pontianak ini merupakan UPTD Dinas Kesehatan Kota Pontianak yang sesuai dengan Keputusan Walikota Pontianak nomor 24 Tahun 2002 tanggal 26 Oktober 2002 (Hotben, 2012).Tujuan berdirinya UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Pontianak adalah sebagai pusat pelayanan laboratorium kesehatan dan pusat rujukan pelayanan laboratorium kesehatan bagi Puskesmas se-Kota Pontianak. Kegiatan operasional pelayanan kesehatan laboratorium di laboratorium klinik dan lingkungan mulai dilaksanakan pada tanggal 10 Januari 2004 (Hotben, 2012).2.2 Visi dan MisiVisi UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Pontianak yaitu menjadi pusat pemeriksaan laboratorium yang baik dan professional, sedangkan misinya adalah (Hotben, 2012):1. Memberikan layanan yang professional 2. Membangun kemitraan dengan lembaga pemerintah dan swasta

3. Menyediakan sarana dan prasarana standar laboratorium

4. Menyediakan tenaga yang professional dalam memberikan layanan

2.3 Struktur Organisasi

Mengelola laboratorium agar dapat menjalankan berbagai kegiatan pelayanan kepada masyarakat, diperlukan struktur organisasi yang jelas dan juga ruang lingkup wewenang atau pelaksanaan tugas-tugas pelayanan. Hal ini berguna untuk mempermudah pembagian tugas-tugas pekerjaan dan tingkat operasionalnya (Hotben, 2012)..

Setiap organisasi khususnya organisasi formal tidak terlepas dari struktur organisasi, sebab struktur organisasi merupakan rangkaian yang menunjukkan kerja dalam organisasi. Organisasi sebagai bentuk kerjasama dari sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, guna menciptakan kerjasama yang baik maka diperlukan adanya pembagian tugas di antara setiap organisasi itu. Dengan demikian di peroleh suatu kesatuan karena sudah diatur mengenai tugas, fungsi dan tanggung jawab masing-masing. Struktur organisasi UPTD Laboratorium Kesehatan Kota Pontianak dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Laboratorium Kesehatan Kota Pontianak (Data Kepegawaian Labkes, 2012)Pegawai yang berada di Laboratorium Kesehatan Kota Pontianak berjumlah 7 orang dari berbagai jenis tenaga kesehatan yang terdiri dari laki-laki sebanyak 3 orang dan perempuan sebanyak 4 orang (Tabel 2.1).Tabel 2.1 Tenaga Kesehatan Laboratorium Kesehatan Tahun 2010NoNamaJabatan

1I Gede Adipta AthiKepalaUPTD LabKes

2HotbenKa.Subbag Tata Usaha

3Farida Hanum

Pelaksana Analis kesehatan

4Rotua Lumban Toruan,SKMPelaksana Analis kesehatan

5Rinawati, Amd, AkPelaksana Analis kesehatan

6Dika AgustiaPelaksana Analis kesehatan

7SyaifulPengumpul dan Pengolah data

Sumber: Data Kepegawaian LabKes Tahun 20102.4 Pelayanan Laboratorium Kesehatan Kota PontianakLembaga UPTD Laboratorium Kesehatan Kota Pontianak memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik kepada semua pasien, sebagai jawaban terhadap kepercayaan yang telah diberikan oleh pasien kepada Laboratorium Kesehatan dalam upayanya menunjang diagnosa dokter. Pendekatan jaminan mutu pelayanan kesehatan akan membuat semua pelaksanaan kerja di laboratorium dalam bentuk baku dan tertulis hal ini berguna untuk mencegah kesimpangsiuran kerja, sekaligus menciptakan keseragaman serta keserasian kerja, sehingga penggunaan sumberdaya menjadi efisien dan efektif (Hotben, 2012).Laboratorium Kesehatan Kota Pontianak berusaha memberikan pelayanan yang maksimal kepada semua pasien dan meningkatkan mutu pelayanan. Peningkatan yang dilakukan terus menerus disertai pula dengan peningkatan jenis pelayanan yang dapat dilakukan. Adapun jenis-jenis pelayanan laboratorium yang dapat dilakukan di UPTD Laboratorium Kesehatan Kota Pontianak adalah sebagai berikut:Tabel 2.4. Jenis Pelayanan di Laboratorium Kesehatan Kota PontianakNO.BIDANGJENIS PELAYANAN

1HEMATOLOGIPemeriksaan HemoglobinPemeriksaa Leukosit

Pemeriksaa Eritrosit

Pemeriksaan Trombosit

Pemeriksaan HematokritHitung jumlah/jenis leukosit

Hitung jumlah eritrosit

Laju Endap Darah

Cloting Time/Blooding Time

Golongan darah

2KIMIA KLINIK / URINALISAGlukosa Darah

Kholesterol Total

HDL Kholesterol

LDL Kholesterol

Trigliserida

Ureum

Kreatinin

Asam UratBilirubin Total

Bilirubin Direk / Indirek

SGOTSGPTAlkali Fosfatase

Lanjutan Tabel 2.4NO.BIDANGJENIS PELAYANAN

2KIMIA KLINIK / URINALISAProtein Total

Gamma GT

Albumin

Globulin

Chlorida

Urin Lengkap

Urin rutin

Sedimen Urin

3MIKROBIOLOGIMycobacterium leprae

Mycobacterium tuberculosis

Angka KumanKoliform Total

Koliform Tinja (Fecal Coliform)

4PARASITOLOGIPemeriksaan Tinja/Feses/Telur cacing

Mikroskopis Malaria

Mikroskopis Filaria

5IMUNOLOGI / SEROLOGIWIDAL / Salmonella

Rheumatoid Factor

VDRL / RPR

TPHATes Kehamilan

HBs Ag / Hepatitis B (Rafid)

Anti HBs Ag (Rafid)

6TOKSIKOLOGIPemeriksaan NARKOBAGolongan Canabis / Rapid

Golongan Amphetamin / RapidGolongan Morfin / Rapid

Golongan Cocaine / Rapid

7KIMIA LINGKUNGANDerajat keasaman (pH)

Cuver Biccin (Cu)

Iron Ferrover (Fe)

Sulfat (SO4)

Nitrite (NO2)

Chromium (Cr)

Cyanide (Cn)Nitrate (NO3)

Zinc (Zn)

Flour (F)

Kalsium (Ca)

Amonia (NH3)

Mangaan (Mn)

Sumber: Data Kepegawaian LabKes Tahun 2010BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

3.1 Defenisi Minuman JajananPangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses pengolahan dengan cara metode tertentu dengan ataupun tanpa bahan tambahan, misalnya: teh manis, nasi, pisang goreng dan sebaginya. Pangan olahan bisa dibedakan lagi menjadi olahan siap saji dan tidak siap saji. Pangan olahan siap saji adalah makanan dan minuman yang sudah diolah dan siap disajikan ditempat usaha atau diluar tempat usaha/ dasar pesanan. Sebagai contoh pangan olahan siap saji yaitu minuman dan makanan jajanan yang dijual di kantin sekolah, warung kecil, tempat keramaian dan sebagainya (Supraptini, 2010).Minuman jajanan merupakan salah satu kebutuhan pangan yang dibutuhkan anak-anak saat berada diluar rumah misalnya di kantin sekolah. Kualitas dari minuman yang layak untuk dikonsumsi anak-anak pada dasarnya dipengaruhi oleh mikroorganisme. Menurut Nuria et al. (2009) minuman yang aman adalah minuman yang tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri dan bahan kimia berbahaya, memiliki standar angka kuman dibawah maksimum dan telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga sifat dan zat gizinya tidak rusak serta tidak bertentangan dengan kesehatan manusia. Oleh karena itu, kualitas minuman secara bakteriologi harus selalu diperhatikan.

Anak-anak berisiko tinggi tertular penyakit melalui makanan maupun minuman. Anak usia sekolah dengan aktivitas yang tinggi mempengaruhi mereka dalam memilih jenis makanan dan minuman jajanan. Rasa haus yang ditimbulkan karena aktivitas mereka, menyebabkan kecenderungan memilih minuman jajanan seperti es sirup, es mambo, es cincau dan lain-lain. Hal ini didukung oleh penampakan produk minuman jajanan yang sangat menarik meskipun dari segi keamanan pangan produk minuman tersebut masih diragukan (Ariyani dan Anwar, 2006).3.2 Defenisi Angka KumanAngka kuman adalah perhitungan jumlah bakteri yang didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel bakteri hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelah diinkubasikan dalam media biakan dan lingkungan yang sesuai. Setelah masa inkubasi, jumlah koloni yang dihitung dari hasil perhitungan tersebut merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah dalam suspensi tersebut (Arifin, 2012). Menurut Winarno (1993) pada umumnya minuman jajanan relatif memiliki kandungan bakteri yang tinggi yaitu rata-rata 105 CFU/ml (colony forming unit) dan diantaranya mengandung 103 coliform MPN/ml dan 103 fecal coliform MPN/ml. Tingginya kontaminasi tersebut menunjukkan penggunaan air yang tidak bersih dan tidak adanya perlakuan pemanasan sebelumnya.Identifikasi angka kuman adalah perhitungan yang digunakan untuk mengetahui populasi kuman atau jumlah bakteri dalam suatu bahan, misalnya air, makanan dan minuman. Cara perhitungan ini didasarkan pada anggapan bahwa sel-sel mikroorganisme yang terdapat dalam sampel jika dicampur atau dibiakkan, masing-masing akan membentuk koloni yang nampak dan terpisah. Jadi yang terhitung adalah kuman yang hidup dan dapat tumbuh membentuk koloni dalam media yang disediakan. Koloni kuman yang ditentukan per mililiter untuk bahan cair dan per gram untuk bahan padat (BPOM, 2003). 3.3 Bakteri Escherichia coliEscherichia coli yaitu bakteri facultatively anaerobic gram negative berbentuk batang yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae. E.coli terdapat di usus manusia dan dapat berkembang biak di lingkungan. Pertama ditemukan pada tahun 1885, bakteri ini kemudian dikenal bersifat komensalisme maupun berpotensi sebagai patogen (Arisman, 2000).Klasifikasi Escherichia coli sebagai berikut :Kingdom: Eubacteria

Filum

: Proteobacteria

Kelas

: Gammaproteobacteria

Ordo

: EnterobacterialesFamili

: EnterobacteriaceaeGenus

: EscherichiaSpesies: Escherichia coli (Arisman, 2000)

Gambar 3.1 Morfologi Escherichia coliSumber: Todar, 2008Escherichia coli mempunyai ukuran panjang 2,0-6,0 m, tersusun tunggal, berpasangan dengan peritikus (Supardi dan Sukamto, 1999). E.coli tumbuh pada suhu antara 10C-40C, dengan suhu optimum 37C dan mati pada suhu 60C selama 30 menit dan tidak bisa bertahan pada tempat yang kering. E.coli relatif peka terhadap panas, segera hancur oleh suhu pasteurisasi dan pemanasan. Sedangkan proses pembekuan tidak akan mematikan bakteri, sehingga dapat hidup dalam suhu yang rendah dalam jangka waktu relatif panjang (Volk dan Wheleer, 1990).

Escherichia coli tidak membentuk spora dan tidak dapat memproduksi H2S, tetapi dapat membentuk gas dari glukosa, menghasilkan tes positif terhadap indol, dan memfermentasikan laktosa. Bakteri ini bila berada pada lingkungan dibawah suhu minimum atau diatas suhu maksimum tidak segera mati, melainkan berada dalam keadaan inaktif. Disamping itu E.coli dapat tumbuh pada pH optimum berkisar 7,2-7,6 (Dwidjoseputro, 1998).3.4 Bakteri SalmonellaSalmonella merupakan salah satu genus dari Enetrobactericeae, berbentuk batang gram negatif, anaerobik fakultatif dan aerogenik. Biasanya bersifat motile dan mempunyai flagella peritrikus (Gambar 3.2), kecuali S. gallinarum-pullorum yang selalu bersifat non-motile. Kebanyakan strain bersifat aerogenik, dapat menggunakan sitrat sebagai sumber karbon, tidak membentuk H2S (Supardi dan Sukamto, 1999).Klasifikasi bakteri Salmonella antara lain sebagai berikut:

Kingdom: BacteriaFilum

: ProteobacteriaKelas

: GammaproteobacteriaOrdo

: EnterobacteriaFamili

: EnterobactericeaeGenus

: Salmonella (Holt et al, 1994)Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu 5 - 470C, dengan suhu optimum 35 - 370C. Beberapa sel tetap dapat hidup selama penyimpanan beku. Di samping itu, Salmonella dapat tumbuh pada pH 4,1 9,0, dengan pH optimum 6,5 7,5. Nilai pH minimum bervariasi bergantung pada serotipe, suhu inkubasi, komposisi media dan jumlah sel. Pada pH dibawah 4,0 dan di atas 9,0, Salmonella akan mati secara perlahan (Supardi dan Sukamto, 1999).Gambar 3.2 Morfologi Salmonella typhimuriumSumber: Brinkmann, 2013Salmonella hidup secara anaerobik fakultatif. Bakteri ini tidak dapat berkompetisi secara baik dengan mikroba-mikro yang umum terdapat pada makanan. Misalnya bakteri-bakteri pembusuk, bakteri genus lainnya dalam tribus Escherichieae, dan bakteri asam laktat. Oleh karena itu, pertumbuhannya sangat terhambat dengan adanya bakteri-bakteri tersebut (Ferdiaz, 1992).Salmonella merupakan bakteri penyebab infeksi. Jika tertelan dan masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan gejala yang disebut salmonellosis. Gejala salmonellosis yang paling sering terjadi adalah gastroenteritis. Selain gastroenteritis, beberapa spesies Salmonella juga dapat menimbulkan gejala penyakit lainnya. Misalnya, demam enterik seperti demam tifoid dan demam paratifoid, serta infeksi lokal (Supardi dan Sukamto, 1999).Salmonella mungkin terdapat pada makanan dalam jumlah tinggi tetapi tidak selalu menimbulkan perubahan dalam hal warna, bau, maupun rasa dari makanan tersebut. Semakin tinggi jumlah Salmonella di dalam suatu makanan semakin besar timbulnya gejala infeksi pada orang yang menelan makanan tersebut, dan semakin cepat waktu inkubasi sampai timbulnya gejala infeksi. Makanan-makanan yang sering terkontaminasi oleh Salmonella yaitu telur dan hasil olahannya, ikan dan hasil olahannya, daging ayam, daging sapi serta susu dan hasil olahannya seperti es krim dan keju (Ferdiaz, 1992).BAB IV

KEGIATAN KERJA PRAKTEK

4.1 Waktu dan Tempat Kerja PraktekKerja praktek dilakukan selama 1 bulan (28 Agustus - 28 September 2012). Waktu kerja praktek dari Senin hingga Kamis pukul 08.00-12.00, sedangkan Jumat dan Sabtu pukul 08.00-11.00. Kegiatan kerja praktek berlangsung di UPTD Laboratorium Kesehatan Kota Pontianak.

4.2 Alat dan Bahan4.2.1 AlatAlat-alat yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah alat tulis, oven, inkubator, waterbath, pH meter, timbangan, hotplate, pipet volum (1 dan 10 ml), bulb, kapas, bunsen, cawan petri, jarum ose, tabung reaksi, kertas label, rak tabung dan erlenmeyer.4.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah akuades, alkohol, Buffer Phosphate, media Nutrient Agar (NA), media Eosin Methylene Blue (EMB), dan media Salmonella Shigella Agar (SSA).4.3 Cara Kerja

4.3.1 Sterilisasi Alat dan Persiapan SampelAlat-alat yang digunakan dalam uji dipersiapkan terlebih dahulu seperti tabung reaksi, cawan petri, pipet ukur, jarum ose dan erlenmeyer disterilisasi dengan menggunakan oven selama 120 menit pada suhu 1700C. Sampel minuman dimasukkan dalam kantong plastik yang steril dan diberi label yang tertulis nama jenis minuman, asal sampel, tanggal pengambilan dan petugas pengambil.4.3.2 Pembuatan Media

1. Larutan Buffer Phosfat (BP)Sebanyak 34 gr KH2PO4dilarutkan kedalam 500 ml akuades. Derajat keasaman (pH) larutan diatur menjadi 7 menggunakan NaOH 1 N sebanyak 175 ml, lalu diencerkan hingga menjadi 1 liter dengan akuades. Larutan selanjutnya disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.2. Media Nutrient Agar (NA)

Media NA ditimbang sebanyak 23 gr dilarutkan ke dalam 1000 ml akuades kemudian dipanaskan di atas hotplate hingga mendidih. Derajat keasaman (pH) larutan diatur menjadi 7.3. Media Eosin Methylen Blue (EMB)Media EMB ditimbang sebanyak 18 gr dilarutkan kedalam 500 ml akuades kemudian dipanaskan di atas hotplate hingga mendidih. Derajat keasaman (pH) larutan diatur menjadi 7. Larutan yang telah dipanaskan kemudian dimasukkan kedalam tiap cawan petri sebanyak 20 mL selanjutnya disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.4. Media Salmonella Shigella Agar (SSA)Media SSA ditimbang sebanyak 18 gr dilarutkan kedalam 500 ml akuades kemudian dipanaskan di atas hotplate hingga mendidih. Derajat keasaman (pH) larutan diatur menjadi 7. Selanjutnya larutan dimasukkan kedalam tiap cawan petri sebanyak 20 mL kemudian disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.4.3.3 Pemeriksaan Angka Kuman

Pemeriksaan angka kuman dilakukan untuk mengetahui banyaknya kuman dalam per mili (/mL) sampel minuman. Pengenceran sampel dilakukan sebanyak 5 kali. Tabung reaksi steril disediakan sebanyak 5 dalam rak tabung. Masing-masing tabung secara berurutan diberi tanda 10-1 10-5 sebagai kode pengenceran, dan tanggal pemeriksaan. Disiapkan pula 5 cawan petri steril, satu cawan petri lainnya diberi tanda Kontrol (UPTD Dinkes, 2012).Kelima tabung reaksi yang diberi tanda 10-1 10-5 diisi dengan 9 ml larutan BP dengan pH 7. Sampel dihomogenkan terlebih dahulu kemudian diambil 1 ml lalu dimasukkan ke dalam tabung 10-1 menggunakan pipet steril, dan dihomogenkan kembali. Selanjutnya 1 mL larutan pada tabung 10-1 dipindahkan ke tabung 10-2 , 1 ml larutan dari tabung 10-2 dipindahkan ke tabung 10-3 dan dihomogenkan kembali. Demikian seterusnya pengenceran ini dilakukan sampai ke tabung 10-5 (UPTD Dinkes, 2012).Kelima larutan pengenceran pada tabung 10-1 10-5 masing-masing diambil 1 ml menggunakan pipet steril lalu dimasukkan kedalam masing-masing cawan petri steril, sesuai dengan kode pengeceran yang sama. Selanjutnya masing-masing cawan petri ditambahkan media NA yang telah dipanaskan dalam waterbath 450C sebanyak 20 ml. Masing-masing cawan petri dihomogenkan perlahan-lahan hingga tercampur merata dan dibiarkan hingga dingin dan membeku. Cawan petri dimasukkan kedalam inkubator 370C selama 2x24 jam dalam keadaan terbalik (UPTD Dinkes, 2012).Kontrol dibuat dari larutan BP yang dimasukkan kedalam cawan petri Kontrol dan ditambahkan media NA sebanyak 20 ml. Pembacaan dilakukan setelah 2x24 jam dengan cara menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada tiap cawan petri (UPTD Dinkes, 2012).4.3.4 Pembacaan Hasil dan PerhitunganJumlah koloni yang tumbuh dihitung pada tiap cawan petri. Koloni-koloni yang bergabung menjadi satu atau membentuk satu deretan yang terlihat sebagai garis tebal dihitung sebagai 1 koloni. Syarat koloni yang masuk dalam standar perhitungan yaitu antara 30-300 koloni. Jumlah koloni yang tumbuh pada cawan petri kontrol juga dihitung. Bila jumlah koloni pada cawan petri kontrol lebih dari 10, pemeriksaan harus diulang karena sterilisasi dianggap kurang baik (UPTD Dinkes, 2012).Perhitungan jumlah koloni yang tumbuh pada media NA tiap cawan petri ditandai dengan:Pengenceran 10-1: a koloni

Pengenceran 10-2: b koloni

Pengenceran 10-3: c koloni

Pengenceran 10-4: d koloni

Pengenceran 10-5: e koloni

Kontrol

: f koloni

Kemudian jumlah koloni yang didapatkan dihitung dengan menggunakan rumus:Jumlah koloni/mL= (a-f)x10+(b-f)x100+(c-f)x1000+(d-f)x10000+(e-f)x100000

5(Soesanti et al., 2008)4.3.5 Pemeriksaan Biakan

Setiap koloni yang tumbuh pada media NA kemudian diinokulasi pada media EMB dan media SSA menggunakan metode streak plate. Media yang sebelumnya telah disterilisasikan, dibiarkan hingga beku. Selanjutnya dilakukan pengujian jenis bakteri yang tumbuh pada media NA ke media pengujian bakteri (UPTD Dinkes, 2012):1. Pengujian E.coliKeberadaan bakteri E.coli diuji dengan menggunakan media EMB. Koloni diinokulasikan dari media NA ke media EMB menggunakan jarum ose kemudian menggoreskan ujung jarum ose pada permukaan media EMB secara zig-zag. Cawan petri ditutup kembali, kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam dengan posisi cawan petri terbalik. Sampel yang positif tercemar oleh bakteri E.coli akan menunjukkan warna abu-abu metalik pada media EMB.2. Pengujian SalmonellaKeberadaan bakteri Salmonella diuji dengan menggunakan media SSA. Koloni diinokulasikan dari media NA ke media SSA menggunakan jarum ose kemudian menggoreskan ujung jarum ose pada permukaan media EMB secara zig-zag. Cawan petri ditutup kembali, kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam dengan posisi cawan petri terbalik. Sampel yang positif tercemar oleh bakteri Salmonella akan menunjukkan warna coklat metalik pada media SSA.BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Uji Angka Kuman

Sampel minuman yang dicurigai tercemar bakteri diambil dari 8 Sekolah Dasar (SD) yang tersebar di 4 wilayah Kecamatan Pontianak. Minuman tersebut umumnya dijual di kantin SD. Setiap SD diambil 3 sampel minuman yang paling banyak digemari oleh anak-anak sehingga diperoleh 24 sampel. Kadar maksimum total angka kuman berdasarkan SNI 01-6366 Tahun 2009 adalah 10.000/ml minuman. Hasil pemeriksaaan jumlah angka kuman yang terdapat pada minuman jajanan menunjukkan 87,5 % jenis minuman memiliki angka kuman melebihi kadar maksimum (Tabel 5.1)Tabel 5.1.Hasil Uji Bakteriologi Sampel Minuman JajananLokasiJenis

Minuman Angka Kuman(x 103 /ml)Identifikasi Mikroba

E.coliSalmonella

Kecamatan Pontianak TenggaraOv Vanila Blue38,21--

Strawberry40,27+-

Sariwangi12,81--

Pop Drink Gula Asam14,81--

Pop Drink Jambu12,37--

Teh Sisri2,52--

Kecamatan Pontianak BaratAir Limun22,81--

Air The22,17--

Air Cincau24,18--

Teh Sisri21,81--

Air Cincau17,28--

Air Susu Coklat22,18--

Kecamatan Pontianak UtaraMarimas Nanas10,92--

Kulo1,97--

Pop Ice Melon2,81--

Frenta sari27,81--

Pento13,27--

Marjan Melon32,27--

Kecamatan Pontianak SelatanEs Nona13,17--

Sari Kacang22,17--

Air Selasih14,52--

Es Teh21,52--

Es Teh13,27--

Frenta22,71--

Keterangan: - = negatif ; + = positifBerdasarkan hasil penelitian pada Tabel 5.1, sampel yang berasal dari SD Kecamatan Pontianak Tenggara yaitu sampel minuman strawberi memiliki jumlah angka kuman tertinggi dari sampel yang lain yaitu 40,27 x 103/ml. Angka tersebut melebihi batas maksimum standar total angka kuman. Keberadaan kuman dalam minuman tersebut salah satunya disebabkan oleh air baku yang digunakan tidak dimasak terlebih dahulu. Air baku yang telah matang apabila telah melalui proses pendidihan dengan suhu lebih dari 1000C dapat mematikan mikroorganisme yang ada didalam air, sehingga jika yang digunakan adalah air baku yang masih mentah akan menjadi salah satu media bakteri patogen untuk berkembang biak. Penggunaan es batu sebagai pelengkap minuman juga diduga akan mempengaruhi jumlah total mikroba minuman. Air yang digunakan sebagai bahan baku es batu seharusnya adalah air yang yang sama dengan mutu air minum. Rendahnya suhu es batu dapat menghambat pertumbuhan mikroba karena reaksi metabolisme mikroba dikatalisis oleh enzim, dan kecepatan reaksi katalisis sangat dipengaruhi oleh temperatur (Jay, 2000). Menurut penelitian Firlieyanti (2006), es batu yang dijual di sepanjang rantai distribusi es batu di Bogor tidak memenuhi persyaratan mutu mikrobiologis yaitu dengan jumlah total mikroba berkisar antara 2,8 x 102 CFU/ml sampai 1,1 x 106 CFU/ml. Mutu mikrobiologis yang relatif buruk tersebut mengindikasikan buruknya penerapan higienis dan sanitasi dalam pembuatan dan penanganan es batu. Oleh karena itu, jumlah total mikroba yang berasal dari es batu dapat meningkatkan jumlah total angka kuman pada minuman.

Beberapa faktor lain yang mungkin menyebabkan terjadinya kontaminasi pada minuman tersebut yaitu penerapan higienis dan sanitasi yang kurang baik pada penjual. Tidak mencuci tangan, tidak menggunakan celemek dan ketika sakit dalam pengolahan minuman akan memicu keberadaan mikroba. Begitu pula dengan kondisi alat-alat dan wadah yang masih kotor dan tidak dicuci dengan air bersih digunakan dalam proses pembuatan dan tempat penyimpanan minuman. Lingkungan pengolahan dan penyajian minuman seharusnya dalam keadaan yang bersih dan bebas dari serangga vektor seperti lalat dan kecoa. Menurut penelitian Naria (2006) terdapat 6 prinsip dasar yang dilakukan sebagai penentuan kualitas higienis sanitasi makanan dan minuman yaitu meliputi pemilihan bahan, penyimpanan bahan, pengolahan bahan, penyimpanan makanan minuman yang akan disajikan, pengangkutan makanan minuman yang akan disajikan kepada konsumen, dan tata cara penyajian makanan minuman.5.2 Hasil Uji Escherichia coliBakteri E.coli merupakan bakteri yang banyak mengkontaminasi makanan dan minuman. E. coli masuk ke dalam tubuh melalui oral dari minuman yang tercemar bakteri. Hasil uji E. coli yang terdapat pada minuman jajanan menunjukkan bahwa sampel minuman jajanan dari SD Kecamatan Pontianak Tenggara yang memilki jumlah angka kuman paling tinggi telah tercemar oleh bakteri E.coli (Tabel 5.1). Adanya bakteri tersebut menjadi indikator bahwa dalam minuman jajanan tersebut telah tercemar oleh kotoran. Menurut Simatupang (2006) E.coli merupakan bakteri yang termasuk famili Enterobacteriaceae yang merupakan penghuni normal saluran pencernaan hewan dan manusia. Bakteri indikator ini menandakan bahwa proses penanganan minuman yang tidak higienis, akan mempengaruhi kualitas salinitasi minuman jajanan.Salah satu media kontaminasi bakteri yaitu air minum yang mentah digunakan untuk mencampurkan sirup, teh maupun perisa minuman kemasan. Namun jika melalui proses pemasakan air yang sempurna, E. coli dapat mati karena bakteri ini bersifat sensitif terhadap panas pada suhu 600C selama 30 menit (Setiowati dan Inanusantri, 2011). Minuman jajanan yang baik untuk dikonsumsi adalah minuman yang tidak terkontaminasi bakteri patogen seperti E.coli. Jumlah cemaran E. coli yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pencernaan berupa diare akut (gastroenteridis).5.3 Hasil Uji SalmonellaSalmonella merupakan salah satu bakteri penyebab infeksi pada manusia yang dapat disebarkan melalui pangan yang terkontaminasi bakteri. Infeksi oleh Salmonella dapat terjadi akibat mengkonsumsi minuman yang tercemar. Hasil pemeriksaan minuman jajanan yang dijual di SD Kecamatan Pontianak menunjukkan hasil yang negatif (Tabel 5.1) artinya sampel minuman jajanan bebas dari cemaran bakteri Salmonella. Media yang digunakan Salmonella sebagai perantara penyebaran bakteri biasanya melalui es batu dan jenis minuman misalnya susu. Air yang melalui proses pembekuan hingga menjadi es batu, dapat menyebabkan kerusakan sel bakteri, tetapi telah diketahui bahwa beberapa bakteri (E. coli, Salmonella dan Shigella) dapat bertahan hidup pada suhu yang rendah (Dickkens et al., 1985 dalam Firlieyanti, 2006). Menurut Brook et al. (2005), Salmonella dapat bertahan hidup dalam air yang membeku untuk waktu yang lama.Salmonella bukan indikator sanitasi, melainkan bakteri indikator keamanan pangan karena semua serotipe Salmonella diketahui bersifat patogen dan infektif, dalam jumlah kurang dari 100 sel dapat menimbulkan penyakit (Supardi dan Sukamto, 1999). Oleh karena itu jika bakteri ini terdapat dalam minuman dianggap dapat membahayakan kesehatan. Menurut SNI (7388:2009) standar minuman siap santap mensyaratkan tidak ada Salmonella dalam sampel minuman. Berbagai jenis serotipe Salmonella, infeksi Salmonella typhi yang paling sering menyebabkan demam tifus pada manusia.

BAB VIPENUTUP6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil kerja praktek yang telah dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Kota Pontianak, didapatkan simpulan bahwa1. Kualitas minuman yang dijajankan di sekolah dasar keempat wilayah Kecamatan Pontianak menunjukkan 87,5 % jenis minuman memiliki angka kuman melebihi kadar maksimum.2. Jumlah angka kuman paling tinggi yaitu 40,27 x 103/ml ditemukan di sekolah dasar Kecamatan Pontianak Tenggara.3. Minuman jajanan yang diuji terdapat satu sampel tercemar bakteri E.coli dan tidak ada yang tercemar oleh bakteri Salmonella.6.2 Saran

Berdasarkan hasil pemeriksaan sampel ini, disarankan beberapa hal terkait pencegahan dan pengendalian mengenai cemaran bakteri pada minuman seperti

1. Perlunya meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap keamanan pangan khususnya minuman.2. Perlunya pengawasan penjual minuman agar hygienis dan sanitasi minuman tetap terjaga.DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. 2012. Angka Kuman Peralatan Makan. http://helpingpeopleideas.com/publichealth/index.php/2012/02/angka-kuman-peralatan-makanan/ [2 Desember 2012].

Arisman. 2000. Identifikasi Perilaku Penjamah Makanan yang Berisiko Sebagai Sumber Keracunan Makanan. Laporan Hasil Penelitian Universitas Sriwijaya. Palembang.Aryani, D. 2004. Keamanan Mikrobiologis Minuman Jajanan di Sekolah Dasar Wilayah Bogor Tengah. Skripsi Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.Ariyani, D. dan Anwar, F. 2006. Mutu Mikrobiologis Minuman Jajanan Di Sekolah Dasar Wilayah Bogor Tengah. Jurnal Gizi dan Pangan. Volume 1 hal: 44-50.Brinkmann, V. M. 2013. How to eat your host: Pathway for Nutrition Salmonella. Institute for Infection Biology, Berlin, Germany. http.scientificamerican.com/lab-rat/2013/05/06/how-to-eat-your-host-pathways-for-nutrition-in-salmonella/. [15 Juli 2013].BPOM. 2003. Higiene dan Sanitasi Pengolahan Pangan. Direktorat Surveilans dan Penyuluhan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. Badan Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta.

BPOM. 2003. Peraturan di Bidang Pangan, Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Debuti Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahaya. Jakarta.Dickens, D.L., H.L. dan P.C. Johnson. 1985. Survival of Bacterial Enteropathogenes in The Ice of Populr Drinks. The Journal of American Medical Association. Vol. 253 No. 21.Departemen Kesehatan. 2001. Kumpulan Modul Kursus Penyehatan Makanan Bagi Pengusaha Makanan dan Minuman. Jayasan Pesan. Jakarta.Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Malang.

FAO. 1997. Street Foods. Report of an FAO Food and Nutrition paper p 63. FAO. Rome.Ferdiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Firlieyanti, A. S. 2006. Evaluasi Bakteri Indikator Sanitasi di Sepanjang Rantai Distribusi Es Batu di Bogor. J.II. Pert. Indon. Vol. 11 (2).

Holt, J.S. 1994. Bergeys Manual of Determinative Bacteriology, 9nd ed. A Waverly Company. Baltimore.Hotben. 2012. Profil UPTD Laboratorium Kesehatan Kota Pontianak. 17 p. Tidak diterbitkan.Jay, J.M. 2000. Modern Food Microbiology, Sixth Edition. Aspen Publisher, Inc. Gathersburg, Maryland.

Naria, E. 2006. Higiene Sanitasi Makanan Dan Minuman Jajanan di Kompleks USU Medan. Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Sumatra Utara. Medan. Nuria, C. M., Rosyid A, dan Sumantri. 2009. Uji Kandungan Bakteri Esherichia coli pada Air Minum Isi Ulang dari Depot Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Rembang, Mediagro. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Vol. 5. No. 2. Hal 27-35.

Purnamasari, I. 2009. Hygiene, Sanitasi dan Pemeriksaan Kandungan Bakteri Eschericia coli Dijajakan Di Kecamatan Medan Petisah Kota Medan Tahun 2009. Fakultas Kesehatan masyarakat. Universitas Sumatra Utara. (Skripsi).Setiowati, R. A. D. dan Inanusantri. 2011. Kajian Monitoring dan Surveilan Cemaran Mikroba pada Daging dan Hati Ayam Mengacu pada Persyaratan SNI di DKI Jakarta. Prosiding Ppi Standardisasi 2011 Jakarta, 16 November 2011.

Simatupang, G. 2006. Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan. Edisi 16. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Soesanti, I. ; Suliati dan Umairoh, Ani. 2008. Pemeriksaan Angka Kuman Pada Minuman Kunyit Asam Bermerek dan Tidak Bermerek Yang Dijual Di Pasar Krian Kabupaten Sidoarjo, Tahun 2005. Buletin Human Media. ISSN 1907-6216. Vol 03 No 03.

Supardi,I. dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan. Penerbit Alumni. Bandung.Supraptini. 2010. Kualitas Bahan Makanan di Pasar Tradisional di Beberapa Kota diIndonesia (Kota Sragen Jawa Tengah dan Gianyar Bali). Laporan Hasil Penelitian. Puslitbang Ekologi Dan Status Kesehatan Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI.

Sutrisno dan Totok. 1991. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta. Jakarta.Todar, K. 2008. Bacterial Resistence to Antibiotics. http://www. textbookofbacteriology.net/resantimicrobial.html. [15 Juli 2013]UPTD Dinas Kesehatan Daerah Kota Pontianak. 2012. Petunjuk Pemeriksaan Bakteriologi Air. 21 p. Tidak diterbitkan.Virdhani, M.H. 2012. Jajanan SD di Depok Tercemar Bakteri. http://metro.sindonews.com/read/2012/11/08/31/686732/jajanan-sd-di-dep ok-tercemar-bakteri. [15 Juli 2013]Volk W.A., dan Wheeler M.F. 1990. Mikrobiologi Dasar, Edisi Ke-5, Jilid 2, penerjemah: Markham. Erlangga. Jakarta.WHO. 1993. Persyaratan utama keamanan makanan jajanan kaki lima. SEAMEO TROPMED RCCN. UI. Jakarta.Winarno, F.G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.Lampiran 1.Hasil Uji Bakteriologi Sampel Minuman Pada Parameter Angka KumanNoSampelKode SampelLokasiAngka Kuman (/ml)

Kecamatan Pontianak Tenggara

1Ov Vanila Blue01/MK/2012SDN 1938,21

2Strawberry02/MK/2012SDN 1940,27

3Sariwangi03/MK/2012SDN 1912,81

4Pop Drink Gula Asam04/MK/2012SD Islamiyah14,81

5Pop Drink Jambu05/MK/2012SD Islamiyah12,37

6Teh Sisri06/MK/2012SD Islamiyah2,52

Kecamatan Pontianak Barat

7Air Limun01/MK/2012SD 0422,81

8Air The02/MK/2012SD 0422,17

9Air Cincau03/MK/2012SD 0424,18

10TehSisri04/MK/2012SD 5021,81

11Air Cincau05/MK/2012SD 5017,28

12Air Susu Coklat06/MK/2012SD 5022,18

Kecamatan Pontianak Utara

13Marimas Nanas01/MK/2012SD 2510,92

14Kulo02/MK/2012SD 061,97

15Pop Ice Melon03/MK/2012SD 062,81

16Frenta sari04/MK/2012SD 0627,81

17Pento05/MK/2012SD 2513,27

18Marjan Melon06/MK/2012SD 2532,27

Kecamatan Pontianak Selatan

19Es Nona01/MK/2012SD 0513,17

20Sari Kacang02/MK/2012SD 0522,17

21Air Selasih03/MK/2012SD 0514,52

22Es The04/MK/2012Gg. Sehat21,52

23Es The05/MK/2012Gg. Sehat13,27

24Frenta06/MK/2012Gg. Sehat22,71

Lampiran 2.Hasil Uji Bakteriologi Sampel Minuman Pada Parameter Identifikasi Bakteri E.coliNoSampelKode SampelLokasiE.coli

Kecamatan Pontianak Tenggara

1Ov Vanila Blue01/MK/2012SDN 19-

2Strawberry02/MK/2012SDN 19+

3Sariwangi03/MK/2012SDN 19-

4Pop Drink Gula Asam04/MK/2012SD Islamiyah-

5Pop Drink Jambu05/MK/2012SD Islamiyah-

6Teh Sisri06/MK/2012SD Islamiyah-

Kecamatan Pontianak Barat

7Air Limun01/MK/2012SD 04-

8Air The02/MK/2012SD 04-

9Air Cincau03/MK/2012SD 04-

10TehSisri04/MK/2012SD 50-

11Air Cincau05/MK/2012SD 50-

12Air Susu Coklat06/MK/2012SD 50-

Kecamatan Pontianak Utara

13Marimas Nanas01/MK/2012SD 25-

14Kulo02/MK/2012SD 06-

15Pop Ice Melon03/MK/2012SD 06-

16Frenta sari04/MK/2012SD 06-

17Pento05/MK/2012SD 25-

18Marjan Melon06/MK/2012SD 25-

Kecamatan Pontianak Selatan

19Es Nona01/MK/2012SD 05-

20Sari Kacang02/MK/2012SD 05-

21Air Selasih03/MK/2012SD 05-

22Es The04/MK/2012Gg. Sehat-

23Es The05/MK/2012Gg. Sehat-

24Frenta06/MK/2012Gg. Sehat-

Lampiran 3.Hasil Uji Bakteriologi Sampel Minuman Pada Parameter Identifikasi Bakteri SalmonellaNoSampelKode SampelLokasiSalmonella

Kecamatan Pontianak Tenggara

1Ov Vanila Blue01/MK/2012SDN 19-

2Strawberry02/MK/2012SDN 19-

3Sariwangi03/MK/2012SDN 19-

4Pop Drink Gula Asam04/MK/2012SD Islamiyah-

5Pop Drink Jambu05/MK/2012SD Islamiyah-

6Teh Sisri06/MK/2012SD Islamiyah-

Kecamatan Pontianak Barat

7Air Limun01/MK/2012SD 04-

8Air The02/MK/2012SD 04-

9Air Cincau03/MK/2012SD 04-

10TehSisri04/MK/2012SD 50-

11Air Cincau05/MK/2012SD 50-

12Air Susu Coklat06/MK/2012SD 50-

Kecamatan Pontianak Utara

13Marimas Nanas01/MK/2012SD 25-

14Kulo02/MK/2012SD 06-

15Pop Ice Melon03/MK/2012SD 06-

16Frenta sari04/MK/2012SD 06-

17Pento05/MK/2012SD 25-

18Marjan Melon06/MK/2012SD 25-

Kecamatan Pontianak Selatan

19Es Nona01/MK/2012SD 05-

20Sari Kacang02/MK/2012SD 05-

21Air Selasih03/MK/2012SD 05-

22Es The04/MK/2012Gg. Sehat-

23Es The05/MK/2012Gg. Sehat-

24Frenta06/MK/2012Gg. Sehat-

KEPALA UPTD

TATA USAHA

LAB. KLINIK

LAB. LINGKUNGAN

25