Laporan KP
Click here to load reader
-
Upload
samuel-christian-giovanni -
Category
Documents
-
view
164 -
download
68
description
Transcript of Laporan KP
LAPORAN KERJA PRAKTEK PT.TIMAH :
Pengaruh Ukuran dan Jumlah Carbon Black terhadap Sifat dari Compound
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Telah Melaksanakan
Kegiatan Kerja Praktek di PT. Multistada Arah Sarana.Tbk
oleh:
Samuel Christian Giovanni (1206226955)
Jaka Haris Mustofa
DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara penghasil karet alam nomor dua terbanyak di
dunia[1]. Sementara itu, pengolahan karet alam di Indonesia sendiri masih
belum maksimal. Karet yang diproduksi sebagian besar diekspor untuk
kebutuhan luar negeri, terutama Tiongkok.
Padahal karet alam merupakan salah satu bahan baku utama pembuatan
ban. Jika menilik tren peningkatan penjualan kendaraan bermotor yang terus
meningkat, dampaknya pada permintaan akan ban juga akan meningkat juga.
Tentunya industri pengolahan karet seperti ban menawarkan kesempatan
yang luar biasa. Bukan tidak mungkin jika industri manufaktur ban
dijadikan roda penggerak ekonomi di Indonesia.
Berdasarkan masalah tersebut,pengetahuan dan pengalaman mengenai
proses produksi karet ban merupakan hal yang perlu didapatkan bagi
mahasiswa Teknik Metalurgi & Material. Dalam rangka mendalami ilmu
teori serta praktik tersebut, mahasiswa melakukan Kerja Praktik di PT.
Multistrada Arah Sarana, Tbk selaku produsen ban asli Indonesia.
Melalui kerja praktik ini, mahasiswa mendapatkan pengetahuan
manufaktur ban yang belum pernah didapatkan di bangku kuliah. Selain itu,
mahasiswa juga mendapatkan pengalaman langsung mengaplikasikan teori
yang telah didapat.
I.2. Tujuan Kerja Praktik
1. Memenuhi salah satu mata kuliah yang diwajibkan bagi mahasiswa
Departemen Teknik Metalurgi & Material FTUI untuk memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu (S1).
2. Mengenal, memperluas, mendalami, serta mengaplikasikan wawasan di
bidang teknologi dan rekayasa ban.
3. Mendapatkan kesempatan menganalisis permasalahan yang terjadi di
lapangan dan mencari solusi dari permasalahan tersebut.
4. Membuka hubungan kerja sama antara Universitas Indonesia dengan PT.
Multistrada Arah Sarana, Tbk.
I.3. Batasan Masalah
Mempelajari, mengamati, memahami, serta menganalisis pengaruh filler
carbon black terhadap rolling resistance yang merupakan karakteristik ban.
I.4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kerja Praktik dilaksanakan di PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk yang
berlokasi di Jl. Raya Lemahabang km. 58,3, Cikarang Timur, Bekasi.
Kerja Praktik berlangsung dari tanggal
I.5. Metode Penelitian
Tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
- Studi Kepustakaan
Merupakan salah satu sarana untuk menggali informasi dan
mengumpulkan data dari literatur yang berkaitan dengan proses pembuatan ban
dari bahan mentah sampai menjadi produk serta pengaruh filler terhadap produk.
untuk mendukung data hasil observasi di lapangan.
- Studi Lapangan dan Pengumpulan Data
Tahapan untuk mengumpulkan data serta masalah yang timbul pada
proses manufaktur ban sampai jadi produk.Setelah itu melakukan penelitian
terhadap pengaruh filler pada produk ban yang dihasilkan.
- Observasi Langsung
Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan percobaan di
laboratorium tentang pengaruh carbon black terhadap karakterisitik compund.
- Wawancara Langsung (Interview)
Mencari data serta informasi pendukung dengan cara bertanya langsung
pada petugas lapangan yang bertanggung jawab pada unit yang akan diteliti serta
saling berbagi pengetahuan tentang proyek yang berlangsung.
- Dokumentasi Penelitian dan Hasil
Dokumentasi dilakukan selama aktivitas berubahan ukuran black carbon
pada proses bembuatan compound. Hasil data ditinjau serta dibandingkan dengan
hasil data pada unit yang tidak dilakukan perubhana ukuran dari black carbon
pada compound.
- Pengolahan data dan analisis hasil yang telah dilakukan untuk mencari
solusi dari permasalahan yang ada.
I.6. Sistematika Penulisan
Penjelasan tentang isi materi pada laporan kerja praktek ini adalah:
Bab I : Pendahuluan yang mencakup latar belakang penelitian, perumusan
masalah, maksud dan tujuan penelitian, pelaksanaan kerja praktek, hipotesa,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan umum perusahaan PT. Multristrada Arah Sarana Tbk. beserta
sejarah perusahaan, visi dan misi, dan struktur organisasi perusahaan.
Bab III: Dasar Teori Penelitian yang berisi data dan informasi literatur tentang
Karakteristik Polimer,Manufatur Ban,Bagian-Bagian,serta Fungsi dari Ban.
Bab IV: Pengolahan Data berisi pengolahan data yang diperoleh dari hasil
observasi serta pembahasan data yang diperoleh.
Bab V: Pembahasan yang didapatkan dari data.
Bab VI : Kesimpulan dan solusi atas masalah yang diteliti serta saran bagi
penelitian yang lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
II.1. Kondisi Umum
PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. merupakan perusahaan manufaktur ban
asal Indonesia. Perusahaan terbuka ini terdaftar dengan kode emiten MASA
di Bursa Saham Indonesia. Sebagai perusahaan manufaktur ban, Multistrada
bersaing dengan berbagai perusahaan ban nasional maupun multinasional
seperti Gajah Tunggal, Dunlop, Michelin, serta Bridgestone.
Line-up produk yang diproduksi Multistrada saat ini adalah Achilles dan
Corsa. Achilles adalah merk untuk produk ban radial. Sementara Corsa
dikonsentrasikan untuk produk ban sepeda motor. Selain memproduksi ban
Achilles dan Corsa, Multistrada juga melayani pembuatan ban privat. Ban
privat ini adalah ban dengan merek tertentu yang dipesan oleh perusahaan
atau perorangan untuk keperluan bisnis mereka. Persentase produksi ban
privat sebanyak 30% dari total produksi.
Kapasitas produksi ban Multistrada mencapai 30.000 unit ban per hari.
Persentase terbesar adalah ban ... sebanyak ... unit, dilanjutkan dengan ban ...
sebanyak ... unit, dan ban ... sebanyak ... unit. Dari 30.000 unit ban tersebut,
70%-nya dijual untuk memenuhi pasar ekspor di 83 negara, sementara 30%-
nya untuk memenuhi pasar domestik.
Dengan kapasitas produksi sebanyak itu, Multistrada telah menyaingi
Gajah Tunggal sebagai kompetitor lokal besar lainnya, serta menyamai
kapasitas produksi Bridgestone Indonesia.
Bahan baku ban yang digunakan sendiri ...%-nya merupakan bahan
domestik. Sisanya masih impor dari beberapa negara, antara lain Korea,
Malaysia, serta Australia.
Seluruh produk Multistrada telah memenuhi standar internasional.
Standar tersebut antara lain standar ETRTO, GSO, JATMA, DOT, SNI,
SASO, E-MARK, serta CCC. Seluruh standar itu memungkinkan Multistrada
untuk memasarkan produknya di kawasan regional dan internasional.
Pabrik dan perusahaan Multistrada berlokasi di Jl. Lemahabang km 58,3,
Cikarang Timur, Jawa Barat. Total keseluruhan tanah area Multistrada seluas
38 hektar. Di pabrik inilah seluruh proses produksi, pengujian, hingga riset
dan lembaga pendidikan Multistrada berlokasi.
II.2. Visi dan Misi
Visi : To be a leader and trendsetter in the tire industry
Misi : To make a prosperous better world
II.3. Struktur Organisasi
II.4. Sejarah Perusahaan
PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk. (IDX: MASA) adalah perusahaan
manufaktur ban asli Indonesia. Perusahaan ini berdiri tahun 1988 dengan
nama PT. Oroban Perkasa. Mulai dari tahun 1991-1994, Oroban dibantu
secara teknis oleh Pirelli dalam teknologi manufakturnya. Bersama dengan
perusahaan Italia ini, Oroban menghasilkan produk bermerek Corsa serta
Strada.
Kemudian pada 1994, Pirelli meninggalkan Oroban. Pasca peninggalan
Pirelli, joint venture dilakukan dengan pabrikan ban asal Jerman, Continental
GmBH. Saat itu, Oroban tidak hanya menghasilkan Corsa dan Strada, tetapi
juga ban Continental. Bersama Continental, produksi Oroban mencapai
5.000 unit per hari.
Pada tahun 1998, badai krisis ekonomi menerjang Asia Tenggara. Oroban
turut terkena dampaknya. Selama masa krisis, seluruh kewajiban perusahaan
diserahkan kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Perusahaan juga mulai kesulitan berproduksi. Akhirnya pada tahun 2000,
Continental meninggalkan Oroban.
Mulai tahun 2001, restrukturisasi dimulai. Restrukturisasi dilakukan
bersama IBRA. Saat itu produk yang dihasilkan adalah Corsa dan Strada.
Meski begitu, mesin-mesin dari Pirelli dan Continental masih ada di pabrik
ini.
Tetapi restrukturisasi tidak berjalan dengan baik. Kondisi pabrik menjadi
kian menyedihkan. Halaman depan pabrik ditumbuhi ilalang. Dari 39 mesin
Pirelli yang semula bisa untuk memproduksi ban, hanya 15 yang bisa
digunakan. Bahkan di mesin-mesinnya ditemukan ular—karena saking
ditinggalkannya.
Akhirnya pada tahun 2004, Oroban berganti manajemen. Perusahaan ini
diambil alih oleh manajemen baru di bawah PVP XVIII Pte. Ltd. dan
Indokemika Jayatama. Nama perusahaan menjadi PT. Multistrada Arah
Sarana. Semua proses produksi mulai dioptimalkan lagi.
Pada tahun 2005, Multistrada melakukan penawaran saham perdana (IPO)
sebanyak 1 milyar lembar saham baru. Bersamaan dengan proses IPO, kini
Multistrada menyandang nama Tbk sebagai tanda perusahaan terbuka.
Bersamaan dengan IPO, Multistrada juga meluncurkan merek baru, yakni
Achilles. Maka merek ban yang dihasilkan Multistrada ada 5: Achilles
sebagai produk baru, Corsa dan Strada yang merupakan merek terdahulu,
Indoradial, serta Economist.
Mulai tahun 2012, perusahaan ini melakukan rebranding, dan hanya
menghasilkan dua merek saja: Achilles dan Corsa. Memang merek Strada
masih diproduksi, namun jumlahnya terus diturunkan hingga nantinya
menjadi nol. Strategi ini digunakan untuk memperkuat branding,
memperluas segmentasi, serta memperkuat image perusahaan.
Pada tahun ... Multistrada masuk dalam daftar ...... fastest growing
company by Forbes.
BAB III
DASAR TEORI
III.1. Polimer
III.2. Karet
III.4. Proses Produksi
Secara garis besar, proses manufaktur ban dapat dideskripsikan dalam
bagan berikut
Gambar ... Diagram proses pembuatan ban
III.4.1. Penerimaan bahan baku mentah
Pertama-tama, bahan baku mentah diterima terlebih dahulu oleh
pabrik. Kemudian, seluruh bahan baku yang masuk diuji kelayakan
sampel terlebih dahulu. Parameter kelayakan yang menjadi pertimbangan
seperti Plasticity Retention Index, mooney viscosity,mooney scoth,
volatile content, ash content, titik leleh, dan masih banyak lagi. Setelah
lulus uji kelayakan, bahan baku dimasukkan ke dalam gudang.
(gambar bahan baku)
Proses produksi ban ini sendiri dibagi menjadi beberapa proses untuk
tiap-tiap bagian. Secara garis besar, bahan baku tersebut dibagi menjadi
tiga: bahan baku pembuat compound, serta bahan baku material penguat
(reinforcing materials). Bahan baku pembuat compound antara lain karet
serta bahan-bahan kimia lainnya seperti antioksidan dan retarder.
Sementara bahan baku material penguat adalah kawat serta kain penguat
(nilon dan poliester).
Jika bahan baku compound telah lulus uji laboratorium, bahan baku
compound akan dikirim ke proses pemasakan di dalam banbury.
III.4.2. Pemasakan di banbury
Bahan baku compound dimasak di dalam banbury dalam komposisi
yang telah ditentukan. Satu periode pemasakan karet, atau disebut satu
batch, dilakukan untuk pemasakan 300 kg bahan baku.
Proses banbury ini termasuk proses yang paling krusial, paling
panjang, serta paling membutuhkan energi dibanding proses-proses
lainnya. Suhu pemasakan compound dijaga sebesar ... oC. Sementara
waktu pemasakan untuk tiap batch ada di kisaran ... oC.
Secara garis besar, proses di banbury ini disegmentasi menjadi tiga:
intial mixing, remill, final mixing. Sebelum proses master bead, bahan
baku compound ditimbang oleh operator sesuai dengan perbandingan
komposisi. Selanjutnya bahan baku tersebut akan masuk ke dalam mesin
mixing untuk selanjutnya dipanaskan serta dimasak. Setelah pemasakan
yang berdurasi kira-kira ..... menit, compound sudah tercampur sempurna.
Proses berikutnya adalah milling. Compound yang masih belum
berbentuk itu dilewatkan di antara dua roller untuk di-mill. Proses milling
melibatkan ... roller. Hasil akhir dari milling adalah compound yang
memiliki dimensi tebal ... mm serta lebar ... mm.
Selanjutnya di final mixing, compound yang masih panas langsung
dicelupkan pada larutan anti-tack supaya tidak lengket ketika digulung
ataupun dilipat. Proses ini berjalan secara kontinu dalam waktu yang
cukup lama. Setelah compounddicelupkan, compound mendapatkan
semprotan udara supaya dingin dan kering. Selanjutnya, operator bertugas
untuk melipat compound yang telah dimasak.
Gambar ... Compound karet yang telah dimasak di banbury
Hasil akhir dari compound kemudian diuji kelaikan yang meliputi uji
karakteristik dengan indera, serta uji laboratorium. Pada uji laboratorium,
parameter kelaikan meliputi pengujian rheologi menggunakan rheometer,
pengujian dumbel menggunakan instron, pengujian mooney viscosity,
serta pengujian densitas.
Sementara uji karakteristik meliputi penyortiran terhadap cacat produk.
Produk compound yang mengalami sobek, atau cacat produk lainnya akan
dimasak ulang atau dijual ke pihak yang menginginkan.
Multistrada memiliki 8 mesin banbury besar, serta satu mini banbury
untuk uji pengembangan di laboratorium. Kedelapan mesin tersebut
dimanufaktur oleh Harburg Freudenberger, Pomini, serta Farrel.
Compound masak kemudian dikirim ke proses-proses berikutnya untuk
dimanufaktur menjadi bagian-bagian yang spesifik.
III.4.3. Pembuatan bead
Di proses ini membutuhkan bahan baku berupa compound serta
reinforcing material kawat baja. Prosesnya adalah memasang kawat baja
yang telah dianyam sedemikian rupa pada compound yang telah di-
ekstrud sesuai bentuk bead.
Setelah jadi, bead digantung untuk dikirim ke proses selanjutnya:
apexing.
Cacat produk yang biasanya terjadi di proses ini adalah cacat ...,
cacat ..., dan cacat .... Jika salah satu cacat terjadi, maka bead tidak boleh
dikirim ke proses berikutnya.
III.4.4. Bead apexing
Setelah bead terbentuk, bead dikombinasikan dengan apex untuk
menjadi satu kesatuan.Proses ini tergolong sangat singkat, hanya dalam
hitungan detik saja.
Fungsi dari bead ber-apex ini sebagai klem supaya ban mengikat kuat
pada rim, serta untuk mencegah udara keluar dari ban.
Kesalahan yang umum terjadi adalah apabila material bead yang keluar
dari mesin menjulur terlalu lama sehingga menimbulkan sisa produk yang
banyak.
III.4.5. Ekstrusi
Sebagian compound matang dari banbury dikirim ke proses ekstrusi.
Di proses ini, compound diekstrusi untuk menjadi tread (bagian tapak
ban) dan sidewall (bagian samping ban).
Compound yang digunakan untuk pembuatan tread dan sidewall ini
adalah compound berkomposisi...
Pada proses ekstrusi ini mesin yang digunakan sangat besar—namun
besarnya ke arah horizontal, bukan vertikal seperti mesin mixing banbury.
Proses ekstrusi ini melibatkan 4 material compound yang berbeda
secara komposisi. Pada proses ekstrusi, keempat material tersebut
digabung menjadi satu dan jadilah tread.
Proses ekstrusi ini dilakukan dengan die yang berbentuk seperti
gambar di bawah, dan pada temperatur proses sebesar ... oC. Setelah
melalui proses ekstrusi, tread dilewatkan pada conveyor belt sepanjang ....
m untuk didinginkan dengan semprotan air. Setelah dingin, tread dan
sidewall tersebut kemudian digulung sesuai ukuran dan kebutuhan untuk
selanjutnya diproses di bagian tire building machine.
III.4.6. Roller head processing
Salah satu bahan material compound adalah rubber compound L40.
Compound L40 ini dirolling untuk dijadikan innerliner. Pada ban tubeless
yang tidak memiliki struktur ban dalam, innerliner inilah yang berfungsi
sebagai struktur pengganti ban dalam. Struktur ini menjaga ban dalam
supaya tetap kedap udara.
III.4.7. Calendering
Rubber compound C30 bersama-sama dengan kain poliester diekstrusi
untuk menghasilkan bagian ban yang disebut dengan body ply. Sementara
itu, rubber compound Z80 dan kawat baja yang telah dianyam diekstrusi
supaya menjadi steel belt. Rubber compound N20 bersama dengan nilon
diekstrusi untuk membentuk struktur cap ply. Secara umum, body ply,
steel belt, serta cap ply inilah yang berfungsi sebagai rangka pembentuk
ban.
Meskipun ketiga material ini sama-sama merupakan struktur yang
terkuatkan (reinforced structure material), namun proses pembuatan serta
mesin yang digunakan berbeda.
III.4.7.1. Body ply (PE rubber)
Pada proses pembuatan body ply, karet poliester yang telah jadi
diekstrusi bersama poliester. Struktur body ply ini merupakan lapis
tunggal karet C30 – poliester.
Mesin yang digunakan untuk menjalankan proses ini adalah mesin
Pirelli dan Karl Eugen Fischer. Temperatur proses adalah ... oC dan
tekanan udara proses adalah tekanan udara. Kapasitas produksinya
sebanyak ... per ....
Cacat produk yang sering ditemukan adalah proses ekstrusi .... dan ....
Setelah diekstrusi, selanjutnya body ply dipotong-potong secara
membujur
III.4.7.2. Steel belt
Pada proses ini, compound rubber Z80 diekstrusi bersama dengan
kawat baja yang telah dianyam dengan bentuk tertentu. Pola anyaman
dibuat sedemikian rupa sehingga sifat-sifat intrinsik ban seperti stabilitas
ban serta dimensi akan meningkat. Produk akhir dari proses ekstrusi ini
dinamakan steel belt.
Steel belt kemudian dipotong-potong secara membujur untuk
selanjutnya dikirim ke mesin Tyre Building Machine untuk disusun
menjadi ban.
III.4.7.3. Nylon slitter (JLB/cap ply)
Salah satu compound rubber yang lain, yakni N20, dikirim ke mesin
ekstruder untuk diekstrusi bersama serat nilon. Setelah diekstrusi, hasil
akhirnya adalah cap ply atau disebut JLB (... ... ...).
Lapisan yang berfungsi sebagai penahan belt terhadap gaya sentrifugal
saat ban melalui radius tertentu ini selanjutnya dipotong-potong supaya
lebih kecil ukurannya. Namun bedanya dengan steel belt maupun body
ply adalah JLB ini dipotong 180 derajat dari arah potongan melintang.
(Bayangkan tangan. Jika steel belt dan body ply dipotong sehingga jari-
jari terpotong menjadi banyak bagian, tetapi JLB dipotong sehingga
tangan terbagi atas 5 jari.)
Selanjutnya JLB ini digulung, bersama-sama dengan bead-apex, body
ply, serta steel belt, dikirim ke TBM.
III.4.8 Tyre Building Machine
Setelah semua compound selesai diolah hingga menjadi produk
intermediet seperti apex-bead, selanjutnya produk intermediet tersebut
dikirim ke mesin pembuat ban (Tire Building Machine / TBM). Pada
2010, Multistrada memiliki 43 mesin TBM.
Bahan-bahan ban setengah jadi seperti innerliner, bead apexed, hingga
tread dikumpulkan di sini untuk “dipasang” menjadi ban setengah jadi,
atau yang disebut sebagai green tyre.
Proses assembly bahan-bahan setengah jadi ini tidak membutuhkan
lem ataupun temperatur tinggi untuk manufakturnya menjadi green tyre.
Setelah terassembly menjadi green tyre, kemudian ban tersebut diuji
visual untuk melihat apakah terdapat kecacatan atau tidak. Jika tidak
terdapat suatu cacat pun, maka ban dikirim ke proses terakhir, yakni
proses curing.
III.4.9. Curing
Tujuan dari curing adalah agar terjadinya proses vulkanisasi dari
ban dimana pada proses vulkanisasi ini terjadi transformasi struktur rantai
dari karet dari linier menjadi rantai hubung silang tiga dimensi hal ini
yang menyebabkan sifat fisik dari karet mengingkat seberti kekuatan
tari,elastisitas bukan hanya itu sifat ketahanan terhadap tempratur serta
oksidasi pun ikut meninggkat.Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Tahapan proses dari vulkansisasi sendiri adalah sebagai
berikut.Pertama adalah tahap aktivasi dari aktivator dengan menaikan
suhu sampai sekitar 165oC tujuannya untuk menginisiasi terjadinya ikatan
antara sulfur dengan ikatan karet sehingga terbentuk ikatan polusulpur-
rubber bound setelah itu acceleator bekerja untuk mempercapat reaksi
pengulangan terbentuknya ikatan.Untuk menghentikan proses
terbentuknya ikatan dilakukan penurunan suhu sehingga laju reaksi turun
sampai hampir berhenti.
Setelah proses curing selesai, maka ban akan dikeluarkan dari die serta bladder-nya.
Kemudian, hasil akhir curing yang merupakan ban jadi akan dikirim ke proses berikutnya, yakni quality control.
III.4.10. Kontrol Kualitas
Ada banyak sekali parameter yang menjadi pertimbangan lulus atau tidaknya kualitas dari produk akhir ban. Di sini kontrol kualitas dibatasi
pada dua proses: proses compounding yang menghasilkan compound karet, serta hasil akhir dari curing yang merupakan ban.
III.4.10.1 Compound
Parameter-parameter yang menjadi bahan pertimbangan dari kontrol kualitas hasil akhir compound adalah pengujian rheology, pengujian tarik dengan mesin universal testing machine, pengujian mooney viscosity,abrasif serta densitas.
Parameter dari variabel-variabel tersebut merupakan ranah rahasia, jadi kami tidak dapat mengetahui lebih lanjut sifat-sifat yang bagaimana yang menjadi syarat kelulusan compound yang diuji.
III.4.10.2. Ban
Untuk melakukan quality kontrol pada ban ada beberapa tahap yang harus dilalui sampai ban tersebut dapat dikatan layak sebagai produk.Yang pertama adalah Visual check yaitu pengecekan kondisi ban dengan visual dimana kondisiban harus sesuai dengan dimensi yang telah ditetapkan.Setelah itu masuk ke Uniformity menggunakan alat dimana hasil yang didapat adalah nilai RFV Radial Force Variation dan LFV Lateral Force Variation setelah nilainya sudah sesuai masuk ke proses balancing dimana didapat titik terberat dan titik teringan dari ban hasil yang diharapkan nilai dari titik terberat dan titik terigan tidak besar.
Setelah itu dilakukan uji performance dari ban yang dibagi dua yang pertama adalah indortest yang terdiri dari High Speed dan Endurance test,Breaking Energy test (Pengujian pada belt),Bead Unseating test (Pengujian Bead),lalu Tyre Analyze (Pengujian hasil Curing).Setelah dilakukan indor test dilakukan outdor test (Road Test).
1. Polimer
Polimer adalah suatu molekul organik raksasa yang terdiri dari
pengulangan monomer.Polimer berasal dari kata poly yang berarti banyak
dan meros yang berarti unit.Polimer sendiri dibagi menjadi dua jenis
berdasarkan asalnya yaitu polimer alami seperti cellulose,natural rubber
dan polimer buatan seperti petro-polimer (berbasis minyak bumi) dan
bio-polimer (berbasis dari substan mahluk hidup).
Sedangkan berdasarkan sifatnya polimer dibagi menjadi 3 jenis
yaitu thermoset,thermoplas dan elastomer.Thermoset adalah polimer yang
memiliki sifat tidak dapat didaur ulang kerena jika dipanaskan padah suhu
tertentu polimer jenis ini akan degradasi hal ini berhubungan denga jenis
rantai yang dimiliki thermoset yaitu membentuk networking ketika
dipanaskan (mengeras) dan akan mengalami terdegradasi jika diberi
energi panas lagi.
Thermoplas memiliki sifat yang justru dapat didaur ulang karena jika
diberi energi panas sampai suhu tertentu thermoplas akan mengalami pelunakan
sampai bahkan menjadi liquid tanpa mengalami degradasi hal ini dikarenakan
struktur rantai yang dimiliki oleh thermoplas adalah liner,bercabang,atau sedikit
mengalami crosslink.Contoh dari thermoplas adalah polyethylen
(PE),polyvinylcloride (PVC),polysyrene(PS),dan nylon.
Elastomer merupakan jenis polimer yang memiliki sifat khas yaitu daya
elastis yang baik hal ini dikarenakan jenis rantai yang dimiliki elastomer yaitu
adanya crosslink antar rantai yang berfungsi sebagai shape memory sehingga
dapat kembali kebentuk seperti semula jika diberi deformasi pada batas
tertentu.Contoh dari elastomer sendiri ialah natural ruber (NR), Styrene butadiene
rubber (SBR), polybutadiene rubber (BR),butyl rubber.
Karakteristik Polimer
Dalam proses pengolahan polimer hal yang penting sebelum menentukan
bagaimana cara memproses dan hasil dari proses tersebut kita harus mengetahui
karakteristik dari polimer tersebut untuk mengetahui karakteristik dari polimer
kita menggunakan DSC (Differensial Scanning Calorimetry), Dilatomoetri,
DTA(Differensial termal analysis),RPA,dan DMA Dynamic Material Analysis.
Dari metode yang telah disebutkan kita akan mendapatkan karakteristik
dari polimer sebagai berikut :
- Rheologi adalah sifat alir dari polimer.
- Tempratur glass adalah tempratur transisi polimer dari fasa
glass dengan fasa rubbery.Pada tempratur ini polimer akan
mulai mengalami penurunan sifat fisik seperti modulus,
kekuatan tarik.
- Tempratur Melting adalah tempratur dimana polimer akan
memasuki fasa liquid.
- Modulus Storage adalah reperesentasi dari berapa energi yang
tersimpan dalam polimer
- Modulus Loss adalah representasi dari berapa energi yang
hilang ketika polimer diberi perlakuan seperti deformasi,panas,
dsb diakibatkan perubahan struktur/konfigurasi pada rantai
polimer.
- Hysteresis adalah nilai energi yang tersisa setelah polimer
mengalami pengurangan energi akibat perlakuan seperti
deformasi, panas, dsb diakibatkan perubahan struktur/
konfigurasi pada rantai polimer.
- Tan δ adalah rasio antara Modulus loss dengan Modulus
Storage
- Kekuatan Tarik kemampuan polimer dalam menahan beban
tarik
- Curing Time adalah waktu yang dibutuh kan untuk karet
mengalami transform rantai dari lininer menjadi hubung silang
akibat reaksi vulkanisasi.
- Derajat Curing adalah represntasi berapa karet yang
mengalami reaksi vulkanisasi.
- Snotch Time adalah waktu yang dibutuh kan karet sebelum
mengalami proses vulkanisasi.
- Viskositas adalah nilai
- Mooney Vikositas adalah nilai viskositas dari polimer ketika
di
Gambar diagram fasa dari Polimer
1.Daerah Gelas :
Keadaan dimana gerak antar ratai sulit untuk bergerak kerana molekul
jarak dekat (1-4 rantai).Polimer dalam bentuk gelas dan getas.Modulus Young
bernilai konstan pd hampir kebanyakan polimer 3 x 109 Pa.
2.Daerah Transisi Glass :
Keadaan dimana gerak antar polimer lebih mudah dikarenakan jarak
jauh. (10-50 rantai).Modulus mulai menurut.Sifat polimer seperti kulit.
3.Daerah Plato Karet.
Kondisi dimana nilai modulus relatif konstan.Polimer memperlihatkan
elastisitas karet sehinggabisa diregangkan.Terdapat dua perbedaan menonjol
antara polimer rantai linier dan polimer rantai ikatan silang yaitu :
- Polimer linier , modulus turun perlahan dan lebar plato
dipengaruhi oleh efek berat molekul
- Polimer ikatan silang, elastisitas karet lebih baik diikuti
hilangnya bagian yg merambat (creep region)) Tinggi plato
berkaitan erat degan derajat kristalinitas polimer.
4.Daerah Aliran Karet (T>Tg)
Daerah Gelas
Daerah Transisi Gelas
Daerah Plato KaretDaerah Aliran Karet
Daerah Aliran Likuid
Polimer memiliki ciri elastik karet dan kemampuan mengalir tergantung lama
tempratur panas ditahan :
a. singkat : polimer bersifat karet
b. lama : gerakan rantai polimer bersamaan sehingga mengalir
Hal ini tidak terjadi pada polimer rantai berikatan silang karena hanya
mengalami daerah plato karet saja karena kenaikan suhu selanjutnya
menyebabkan dekomposisi polimer.
5.Daerah Aliran Likuid (T>Tm)
Polimer mampu nengalir seperti cairan kental sehingga dapat mengikuti
persamaan Newton untuk viskositas Polimer semi-kristalin modulus tergantung
derajat kristalinitas,pada suhu Tm modulus polimer turun dengan drastis
2. Raw Material dari Ban
Dalam bembuatannya pemilihan bahan baku dari ban sangatlah penting
karena bahan baku ini yang mempengaruhi qualitas dari ban.Dalam
bembuatannya bahan baku dari ban dibagi menjadi beberapa jenis yaitu bahan
utama berupa Rubber seperti Natural Rubber (NR), Styrene butadiene rubber
(SBR), polybutadiene rubber (BR),dan butyl rubber,Filler yaitu Carbon
Black,Silica,Calk,Reinforcing Material seperti Steel,Nylon,dan
Polyester,Plasticizer yaitu oil,dan aditif seperti antioksidan,vulcaning
agent,bonding agent,activation agent,dan retarder
2.1 Rubber
2.1.1 Natural Rubber NR
Natural Rubber adalah karet alam yang merasal dari getah pohon karet
Havea barazilensis.Komponen utamanya adalah senyawa a hidrokarbon dengan
rantai cis-1,4-polyisoprene (35%), juga mengandung air (69%), protein (1%-
1,5%) dan bahan inorganik (0,4%-0,6%).Untuk menghasilkan Natural rabber
sendiri harus dilakukan pemisahan dengan proses koagulasi yaitu penambahan
asam format sehingga dihasilkan fraksi rubber dan fraksi lainnya dimana fraksi
rubber ini yang mengandung polimer polyisoprene.Untuk pembuatan ban NR
yang digunakan haruslah ditambah 0.15% hidroksilamine sebagai pencegah
crosslinking pada saat proses sebelum curing.Selain memiliki sifat mekanik dan
fisik yang baik sifat dari NR ini sendiri akan mengalami mengerasakn apa suhu -
57 C dan mengalami aging pada suhu 75 C.Natural rubber juga merupakan
molekul non polar sehingga tidak tahan terhadap minyak untuk menutupi
beberapa kelemahan dari Natural Rubber ini biasanya NR diblend dengan
polimer lain atau diberi aditif.
2.1.2 Styrene butadiene rubber SBR
SBR adalah elastomer buatan yang bahan bakunya terbuat dari minyak
bumi.Struktur dari SBR terdiri dari dua rantai utama yaitu styrene dan
butadiene.Proses polimerisasi nya pun ada dua jenis yang pertama dengan cara
Karet Alam
Karet Chloro Butyl
Karet SBR
diemulsi dan dengan cara dilarutkan dari kedua jenis ini yang cocok digunakan
sebagai bahan baku ban adalah jenis yang dilarutkan karena dapat menghasilkan
ban yang memiliki wet grap dan rolling resistance yang lebih baik sehingga
secara ekonomi dan safety lebih baik.SBR memiliki sifat sebagai berikut
kekuatan mekanik dan fisik tidak sebaik NR namun memiliki sifat kimia yang
lebih baik oleh karena itu SBR biasanya di campur dengan NR untuk saling
menutupi kekurangan sifat antar kedua elastomer tersebut.
2.1.3 Polybutadiene Rubber BR
Polybutadiene Rubber adalah karet sintetis yang terbuat dari minyak bumi.BR
terdiri memiliki struktur rantai homopolimer dengan empat rantai carbon dan
enam atom hidrogen.Proses polimerisasi dari BR dengan cara dilarutkan dan
dicampur dengan logam transisi sebagai katalis dan benzene sebagai pengontrol
reaksi dikarenakan rantai molekulnya yang linier membuat BR memiliki MW
yang sangat besar.Dikarenakan BR memiliki MW yang besar BR memiliki wear
resistance dan low rolling resistance sehingga bagus untuk bahan tread dan
sidewall pada ban namun memiliki wet grap yang buruk sehingga harus
dipadukan dengan NR atau SBR.
2.1.4 Butyl Carbon
2.2 Filler
2.2.1 Carbon Black
Karet SBR 1721
Karet BR
Carbon Black adalah filler yang terbuat dari pemanasan gas alam yang
tidak sempurna didalam furnace sehingga menghasilkan fraksi-fraksi carbon yang
sangat kecil (10-300 nm) bewarna hitam.Sebagai filler black carbon mengisi
ruang kosong yang berada pada karet sehingga memberikan kekuatan baik secara
fisik seperti kekuatan tarik dan memberi ketahan terhadap lingkungan sebagai
UV absorber.
Carbon black memiliki beberapa klasifikasi yaitu
Ukuran dari black carbon sangat mempengaruhi kemampuan dari black
carbon memperkuat karet dimana semakin kecil ukurannya akan semakin
bagus.Karena semakin kecil ukuran dari carbon black semakin besar luat
permukaan dari carbon black yang dapat bereaksi dengan karet.
Sebagai filler carbon black dapat bereaksi dengan karet dikarenakan
carbon black memiliki gugus aktif oksigen dan hidrogen sehingga dapat stirr
sangat berpengaruh dibanding dengan tempratur dikarenakan carbon black
teradsorpsi secara physcal-chemical.
Carbon black memiliki struktur yang cenderung membentuk agregat
sehingga pada saat proses mixing dibutuh kan shear stress yang tinggi sehingga
agregat dari carbon black dapat hancur dan mencari radikal bebas sehingga dapat
terdispersi dengan karet.
Selain memiliki ikatan dengan rantai karet carbon black juga memiliki
ikatan dengan sesamanya pada saat diterdispersi dengan karet hal ini yang
menyebabkan payne effect dimana pada saat diberi tegangan yang relatif kecil
tingkat kekakuan dari karet akan meningkat namun juga diberi tegangan yang
lebih besar lagi kekuan dari karet akan kembali seperti semula hal ini
dikarenakan ikatan antar carbon black telah putus,hal ini juga yang
menyebabkan nilai histeresis dari karet akan meningkat sehingga nilai rolling
resistance dari ban-pun akan meningkat.
Untuk menghilangkan payne effect ini sendiri ketika dilakukan proses
mixing dapat ditambahkan
Untuk mengetahui ukuran dari partikel dan agreggat serta struktur dari
carbon black sendiri dapat digunakan scanning electron microscope (SEM) dan
transmission electron microscopy (TEM).Sedangkan untuk mengetahui total
surface area dari carbon black dapat digunakan metode BET Nitrogen
Adsoropsion (ASTM D3037),Iodine Adsorpsion (ASTM D1510).
Tabel Hasil Metode BET
Gambar Hasil TEM
Jika kita ingin mengetahi kandungan carbon black yang ada pada karet
yang telah divulkanisasi kita dapat melarutkannya dengan asam kuat seperti asam
nitrit lalu dipanaskan lalu saring larutan tersebut sehingga didapat carbon black.
2.2.2 Silica
Silica merupakan filler sama seperti black carbon silica dapat dihasilkan
dari pasir.Ada beberapa fungsi dari silika yang menjadi pilihan digunakan selain
black carbon sebagai filler yaitu dapat meningkatkan tear strength dari tread yang
membuat rolling resistance menurun sehingga membuat konsumsi bahan bakar
dari kendaraan juga ikut menurun selain itu proses produksi dari siliki lebih
ramah lingkuncan dibangding dengan black carbon selain itu silica digunakan
untuk ban-ban berwarna.
2.3 Chemical Aditif
2.3.1 Aktivator (Zinc Oxide)
Adalah senyawa organik yang biasanya digunakan untuk aktivasi antara
accelerator dan meningkatkan keefektifan kinerja accelarator. Banyak secara luas
digunakan aktivator seperti Zinc Oxide dan Stearic Acid, system kematangan
meliputi Sulphur dan Organic accelarator yang diperlukan.
2.3.2 Accelerator
Adalah ingredient yang digunakan untuk mengurangi waktu vulkanisasi
(pematangan) rubber compound atau menambah waktu kematangan dengan
menambah kecepatan vulkanisasi. Walaupun accelerator merupakan bagian
terkecil dalam komposisi pembuatan compound, tetapi accelerator mempunyai
pengaruh yang sangat besar dalam ikatan silang Natural Rubber dan pada
akhirnya sangat menentukan physical properties, tahan terhadap aging dan
karakteristik proses.
Jenis-Jenis dari accelerator sebagai berikut :
- Amine adalah tergolong accelerator lambat untuk Natural Rubber
memperhambat proses. Contoh : HMT
- Guadinide adalah accelerator sekunder untuk mengaktifkan
Thiazole/Sulfenamide Contoh : DPG
- Thiazole adalah accelarator proses pematangan cepat, kemampuan
proses aman. Contoh : MBTS
- Thurams adalah accelerator proses pematangan cepat, mengundang
sulfur.
Contoh : TMTD
- Sulfeamides adalah accelerator yang berfungsi sebagai aksi
penghambat, kemampuan proses aman. Contoh : CBS, TBBS, DCBS
- Dithiocarbamates adalah accelerator proses pematangan cepat untuk
SBR (butyl)
2.3.3 Bounding Agent (Cobalt Streate,Recorninol,Hexa)
Bounding agent merupakan senyawa organic yang berfungi untuk
membuat ikatan antara karet seperti SBR,NR,atau BR dengan nilon,polyester
atau steel ply sehingga dapat menjadi struktur komposit seperti carcass yaitu
paduan antara karet dengan polyester atau steel belt perbaduan antara karet
dengan steel wire.
2.3.4 Petizing Agent (Peptizer)
Senyawa organic yang berfungsi untuk mengatur viskositas dari polymer
pada saat proses sehingga dapat menghasilkan sifat dari produk hal ini
disebabkan jika viskositas tidak diatur akan berakibat pada jumlah MW yang
dihasilkan pada proses yang dimana MW mempengaruhi sifat dari produk.
2.3.5 Vulcanizing Agent (Sulfur)
Senyawa organik yang berfungi sebagai agen vulkanisasi.Dalam proses
vulkanisasi sulfur bersama dengan karet akan membentuk ikatan hubung
silang.Sulfur dapat dibagi menjadi 2 jenis yang pertama adalah soluble sulfur dan
non soluble sulfur dimana yang digunakan pada proses pembuatan karet adalah
soluble sulfur karena memiliki kemampuan dispersi yang lebih baik dari non
soluble.
2.3.5 Retarder (Santogard PVI,Vulkalent G,CTP MIRAD PVI,CTP,PVI ex
Huatai)
Retarder adalah senyawa yang digunakan untuk menghambat /
mengurangi scorch terhadap compound (terbakar). PVI / CTP accelerator
Sulfanamide atau Thiazole menjadikan compound terhindar dari scorch dan hal
ini memberikan keamanan dalam proses dan juga memberikan pengaruh terhadap
laju kematangan atau vulcanisasi properties. Contoh : CTP ( Cylohexyl-N-
Thiophthalimide)
2.3.6 Softener (Parafinic Oil,Aromatic Oil,Softener Chemical)
Berfungsi untuk memepermudah proses mixing baik dalam banbury
maupun extruder sehingga karet pada saat dimixing dapat terdisepersi dan
terdistribusi dengan baik.
2.3.7 Anti-Oksidan
Adalah ingredient yang digunakan untuk mencegah perubahan terhadap
rubber compound yang disebabkan oleh oksigen, ozone, panas, cahaya, catalis
metal dan kelenturan mekanis.
- Microcrytaline wax digunakan untuk proteksi terhadap pelapisan
permukaan rubber compound terhadap ozone dalam kondisi statik.
- 6PPD untuk Proteksi rubber compound terhadap dinamik streas
dengan pengaruh yang kuat terhadap oksigen dan ozone.
- MDPPD memiliki sifat lebih baik dibandingkan 6PPD dalam kondisi
aging, salah satu antiozone terbaik dan kuat.
- TMQ digunakan untuk proteksi rubber compound terhadap
pemanasan
2.3.8 Adhesion Promotor
Senyawa organi yang membuat compound menjadi lengket dengan kawat
brass coating, pelapis compound yang membentuk ikatan kuat antara pelapisan
brass pada permukaan steel cord dengan metal compound yaitu sebagai akibat
interface lapisan Copper Sulfide selama vulkanisasi.Copper Sulfide berkembang
didalam pelapis compound selanjutnya rubber molekul terikat dalam berisi
crystal copper sulfide (CuSO4).
- Cobalt Stearat berfungsi sebagai pembentukan Copper Sulfide pada
permukaan cord
RUBBER COMPOUND
Copper Sulfide Domains
ZINC OXIDE
BRASS (CuZn)
Copper Sulfide
Zinc Sulfide
- Resercinol dan HMMM 65 sebagai pengontrol pembentukan ikatan
Copper Sulfide selama proses vulkanisasi
Fungsi,struktur dan jenis dari ban :
3. Fungsi dari ban
3.1 Menyangga beban
Menyangga beban dalam hal ini ban berfungsi untuk menahan beban dari
kendaraan dan muatan, yang paling berpengaruh dalam hal ini adalah tekanan
angin ban.Sehingga tekanan angin dalam ban harus diperhatikan tidak boleh
terlalu besar dan tidak boleh terlalu kecil dimana idealnya untuk kendaraan
penumpang tekanannya kisaran 32-34 psi untuk ban depan dan 30-32 psi untuk
ban belakang.
3.2 Meredam guncangan
Dengan bahan elastomer yang elastis dengan dipadukan dengan ply steel
yang kokoh serta ditopang dengan struktur atau bentuk dari ban itu sendiri.Ban
dapat memiliki sifat yang baik dalam meredam guncangan pada saat kendaraan
berjalan dijalan yang bergelombang.
3.3 Meneruskan gaya gerak dan pengereman di permukaan jalan
Ban berfungsi untuk meneruskan gaya gerak dari mesin dan pengereman
ke permukaan jalan. Hal ini berkaitan dengan kinerja traksi dan pengereman,
yang berpengaruh dalam hal ini adalah pattern atau kembangan dari ban.
3.4 Mengontrol arah
Ban sangat penting dalam mengontrol arah kendaraan, hal ini akan
menentukan kemampuan bermanuver dan kestabilan dalam berkendara.Dalam
hal ini struktur dari sidewall sangat berpengaruh terhadapa perfoma ban dalam
mengontrol arah.
4. Bagian-bagian ban
4.1 Tread
Bagian terluar dari ban yang memiliki patern,merupakan bagian ban yang
langsung kontak dengan permukaan jalan sehingga berfungsi melindungi bagian
dalam.Dikarenakan tread merupakan bagian terluar pada ban yang akan langsung
beraksi dengan lingkungan maka kandungan antidegredant jauh lebih banyak dari
bagian lainnya agar tread tidak mudah terdegradasi.Pattern disesuaikan dengan
medan oprasional.
Bahan dari Tread harus lebih tebal dan mimiliki kekauan yang baik
sehingga nilai RR Roling Resistance yang dihasilkan sedikit diaman RR
merupakan representasi dari effisiensi putar ban.Tread merupakan salah satu
parameter penting dalam menentukan waktu pakai ban.Selain dari itu tread
berfunggi sebagai pencengkram ban pada saat melakukan pengereman maupun
melakukan manuver serta sebagai penyibak air.
4.1.1 Pattern
Tread
Sidewall
Bead Wire
Apex
JLB/Cap Ply
Steel Belt Body
Ply
Innerliner
4.2 Sidewall
Bagian samping dari ban sama seperti tread,sidewall merupakan bagian paling luar dari ban selain berfunggsi untuk melindungi bagian dalam dari lingkungan sidewal juga berfungsi untuk membantu mobil bermanuver.Oleh karena itu karakteristik yang harus dimiliki oleh sidewall adalah kemampuan deformasi yang baik unutk manuver,dan tahan terhadap crack propagasi karena pada bagian ini tidak dilapisi belt sehingga sangat mudah untuk terjadi crack.
4.3 Cab Ply
Bagian ban yang letaknya antara belt dan thread yang berfungsi untuk menjaga kesetabilan ban pada saat kecepatan tinggi karena cab ply dapat menahan gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh steel belt.
4.4 Steel Belt
Bagian ban yang sangat kokoh sehingga sangat membantu ban dalam menahan beban sehingga steel belt juga merupakan bagian benting dari ban untuk dapat mempertahankan dimensinya pada saat digunakan.
4.5 Apex
Sebagai pengisi ruang kosong diantara bead saat turn up dan sebagai penguat / penambah kekuatan pada area rim line (Handling & Stability ).
4.6 Bead
Tersusun atas kumparan Bead wire.Bagian ini berfungsi sebagai
penyangga ban sehingga dapat dipasang pada rim.Selain itu bead merupakan
bagian penting dari ban dalam mempertahankan dimensinya sehingga ban dapat
digunakan.
.
4.7 Bead Wire
Kawat penyususun dari bead
4.8 Body Ply
Bagian utama dari ban yang berfunggsi sebagai casing/pembentuk utama
dari ban.Selain itu body ply juga berfungsi sebagai penahan agar tidak terjadi
migrasi udara yang ada pada dalam ban sehingga tekanan yang ada dalam ban
dapat terjaga.Sama bagian ban lain nya body ply berfungsi sebagai penahan
getaran.
4.9 Innerliner
Bagian dalam ban yang berfungsi untuk menjaga udara tetap ada didalam
ban dan tidak migrasi keluar.Dengan adanya udara dalam,ban dapat menjalankan
fungsi.
5 Komposisi Material
Komposisi material dari ban secara umum :
41 % Karet alam dan sitetis : NR,SBR
30 % Filler : Carbon Black,Silica
15 % Reinforcing material : Steel,PE,Nylon
6% Plasticizer : Oil,Resin
8 % Bahan kimia : Anti oksidan,Retider,Activator,Sulfur,dsb
BAB IV
BAB V
PENGARUH UKURAN dan KOMPOSISI CARBON BLACK FILLER TERHADAP PROPERTIES COMPOUND
Alat :
- Mini Banbury - Mooney Viscometer- Rheometer - DMA & Heat Build Up Tester- Abration Tester- Rubber Process Analyzer- Universal Testing Machine- Curing Machine- Milling Machine
Bahan :
- Karet Alami- Karet buatan - Carbon Black N-220 dan N330- Pelumas- Sulfur- Retarder- Accelerator- Anti Oksidan
Langkah Percobaan :
Hasil Percobaan dan Grafik
Hasil uji DMA
1 100
100
200
300
400
G' vs Strain for different CB Type
N-330N-220
Log Strain (%)
G' (k
Pa)
Variasi ukuran carbon black
Memasukkan Bahan-Bahan
Lakukan mixing dengan mini banbury
salama 6 menit di suhu 160 C
Mendiamkan hasil mixing
selama 15 menit
Melakukan Preparasi hasil
cutting
Memilling hasil cuting selama 3
menit
Mendiapkan hasil miling
selama 15 menit
Mamasukan hasil milliing ke dalam
alat uji
1 100
100
200
300
400
G' vs Strain for different CB Loading
41 PHR51 PHR61 PHR
Log Strain (%)
G' (k
Pa)
Variasi jumlah Carbon Black
Hasil Uji Curing
N-330 N-2208082848688909294
Cure Time vs Particle Size
Carbon Type
TC 9
0 (s
econ
ds)
Variasi ukuran Carbon Black
N-330 N-22030
34
38
42
Scorch Time vs Particle Size
Carbon Type
Scor
ch T
ime
(min
utes
)
Variasi ukuran Carbon Black
41 51 613032343638404244
Scorch Time vs Loading
Carbon Loading (PHR)
Scor
ch T
ime
(min
utes
)
Variasi jumlah carbon black
41 51 6180
82
84
86
88
90
92
94
Cure Time Time vs Loading
Carbon Loading (PHR)
TC 9
0 (s
econ
ds)
Variasi jumlah carbon black
Analisa
Hasil uji DMA
Variasi ukuran
Dari data yang didapat dapat dilihat bahwa pada penggunaan filler dengan
ukuran n-220 yang notabennya lebih kecil dari n-330 memiliki nilai G’ yang
lebih besar.Namun hasil uji dari penggunaan filler dengan ukuran n-220 memiliki
penurunan G’ yang lebih besar dibanding dengan pada penggunaan filler dengan
ukuran n-330.
Hasil percobaan yang didapat sesuai dengan literatur.Hal ini dapat terjadi
dikarenakan pada filler dengan ukuran n-220 memiliki luas permukaan yang
dapat bereaksi baik dengan karet maupun dengan sesama filler lebih besar
dibanding dengan n-330 sehingga memiliki G’ awal yang lebih besar dibanding
dengan yang dimiliki n-330.
Sedangkan untuk penjelasan mengapa justru dengan penggunaan carbon
black jenis n-220 memiliki penururan G’ yang lebih besar dibanding dengan n-
330 ketika diberi tengangan terus-menerus.Hal ini disebabkan dengan partikel n-
220 yang lebih kecil akan memperbesar kesempatan terjadinya ikatan antar
carbon black sehingga membentuk aglomerate.Jenis ikatan yang terjadi antara
carbon black merupakan ikatan sekunder yang tidak kuat sehingga ketika diberi
tegangan akan mudah terputus hal ini dinamakan dengan ‘payne effect’.
Pada aplikasinya hal ini sangat dihindari karena dapat meningkatkan nilai
tan ∆ dari ban yang dapat meyebabkan memperbesarnya nilai rolling resistance
sehingga membuat banyak energi yang akan terbuang ketika ban tersebut
digunakan.
Variasi jumlah
Dari hasil percobaan yang didapat dengan penambahan jumlah carbon
black sebagai filler akan menambah banyaknya permukaan dari carbon black
sehingga dapat berinteraksi dengan sesama carbon black dan dengan karet dan
hasil percobaan ini sudah sesuai literatur.Sehingga nilai G’ yang didapat akan
mengalami meningkatan dengan ditambahkannya jumlah carbon black.
Begitu juga dengan penururan dengan penambahan jumlah carbon black
akan semakin mempermudah carbon black berinteraksi dengan sesamanya dan
semakin memberbesarnya terjadinya ‘payne effect’.
Hasil uji Curing
Variasi Ukuran
Dari dapat yang didapat sudah sesuai dengan literatur dimana semakin
kecil ukuran partikel yang digunakan sebagai filler akan mempercepat scoth time
dan memperlampat juga curing time.Dimana ukiran carbon black jenis n-220
memiliki ukuran yang lebih kecil dibanding dengan ukuran n-330.Hal ini
sebabkan dengan menurnnya ukuran dari karbon yang dimakan akan
meningkatkan luas permukaan yang dapat berinteraksi.
Sehingga hal ini menyebabkan interaksi antar rantai polimer semakin
intensif sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya pergesekan antar
rantai.Karena pergesekan antar rantai tersebut menghasilkan panas sehingga
energi yang dibutuh kan untuk terjadinya curing akan menurun sehinga tempratur
scroch dan tempratur curing dari karet juga akan ikut menurun.
Variasi jumlah partikel
Dari hasil percobaan yang didapat dengan penambahan jumlah carbon
black sebagai filler akan menambah banyaknya permukaan dari carbon black
sehingga dapat berinteraksi dengan sesama carbon black dan dengan karet dan
hasil percobaan ini sudah sesuai literatur.
Hal tersebut sama halnya yang terjadi pada saat kita memperkecil ukuran carbon
black dimana semakin besar interaksi antar sesama filler dan karet akan semakin
memperbesar juga terjadinya pergesekan antar filler dan karet. Karena
pergesekan antar rantai tersebut menghasilkan panas sehingga energi yang
dibutuh kan untuk terjadinya curing akan menurun sehinga tempratur scroch dan
tempratur curing dari karet juga akan ikut menurun.
BAB V
KESIMPULAN
1) Pemakai ukuran carbon black yang lebih kecil akan menimbulkan ‘payne effet’ yang lebih besar
2) Penambahan jumlah carbon black pada compund akan meninggkatan pengaruh dari ‘payne effect’
3) Pemakaian ukuran carbon yang lebih kecil akan menurunkan curing time dan scorch time
4) Penambahan jumlah carbon balck pada coumpound akan akan menurunkan curing time dan scorch time