PENGARUH TERPAAN PEMBERITAAN KASUS KORUPSI KETUA...
Transcript of PENGARUH TERPAAN PEMBERITAAN KASUS KORUPSI KETUA...
PENGARUH TERPAAN PEMBERITAAN KASUS KORUPSI
KETUA DPR RI SETYA NOVANTO DI DETIKCOM
TERHADAP PERSEPSI MAHASISWA JURNALISTIK UIN
JAKARTA TENTANG CITRA LEMBAGA DPR
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Chintiya Dewi Anggriani
NIM : 1113051000017
PROGRAM STUDI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H /2019 M
i
ABSTRAK
Chintiya Dewi Anggriani, NIM: 1113051000017, Pengaruh Terpaan
Pemberitaan Kasus Korupsi Ketua DPR RI Setya Novanto di Detikcom Terhadap
Persepsi Mahasiswa Jurnalistik UIN Jakarta Tentang Citra Lembaga DPR di
bawah bimbingan Ir. Noor Bekti Negoro, SE. M.Si.
Pada periode 2014-2019 DPR RI dipimpin oleh Setya Novanto sebagai ketua,
bersama empat orang wakil ketua, yakni Fadli Zon, Agus Hermanto, Taufik
Kurniawan dan Fahri Hamzah. Selama tahun 2015 hingga 2017, DPR RI yang
dipimpin oleh Setya Novanto menjadi sorotan masyarakat karena kasus korupsi
papa minta saham dan proyek e-KTP dengan tak menanggalkan jabatannya sebagai
ketua DPR RI. Kasus yang menimpa Setya Novanto mendapat perhatian bagi
masyarakat melalui media cetak, elektronik maupun portal online. Situasi tersebut
menimbulkan perhatian terhadap citra lembaga DPR karena pemberitaan media.
Berdasarkan konteks di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh terpaan pemberitaan kasus korupsi mantan ketua DPR
RI, Setya Novanto di Detikcom dengan persepsi mahasiswa Jurnalistik UIN Jakarta
tentang citra lembaga DPR. Penelitian ini, menggunakan teori uses and effect
sebagai teori yang akan diujikan. Asumsi utama dari teori ini menyatakan bahwa
salah satu efek dari penggunaan media adalah merubah persepsi khalayak.
Penelitian ini menggunakan paradigma positivistik dengan pendekatan
kuantitatif jenis eksplanatif dengan metode survei. Populasi yang dipilih adalah
mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2014-2017 yang
membaca pemberita kasus korupsi mantan ketua DPR RI, Setya Novanto di portal
media online terpopuler di Indonesia yaitu Detikcom.
Metode pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling kepada
71 mahasiswa. Data kuesioner tersebut kemudian diolah menggunakan teknis
analisis Kendall Tau. Diperoleh hasil korelasi Kendall Tau sebesar 0,255 yang
berarti kedua variabel memiliki level hubungan yang rendah. Penelitian ini
menunjukan hasil yang signifikan, dengan signifikansi sebesar 0,004 < 0,005
artinya terdapat hubungan yang rendah antara terpaan pemberitaan kasus korupsi
mantan ketua DPR RI, Setya Novanto dengan persepsi mahasiswa Jurnalistik UIN
Jakarta tentang citra lembaga DPR.
Kata Kunci: Terpaan Media, Citra, Dewan Perwakilan Rakyat, Setya Novanto,
Detik.com
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Puji syukur peneliti panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, dan juga begitu banyak banyak sehingga dengan ridho-Nya
peneliti dapat menyelessaikan skripsi ini, shalawat serta salam senantiasa
terlimpahkan kepada nabi Muhammad SAW dan seluruh keluarga, para sahabat,
dan para pengikutnya. Dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Dr. Suparto, M.Ed, P.hd, Wakil Dekan I Bidang
Akademik, Dr. Siti Napsiyah, MSW, Wakil Dekan II Bidang Administrasi
Umum, Dr. Sihabudin Noor, MA, serta Wakil Dekan Bidang
Kemahasiwaan III, Drs. Cecep Castrawijaya, MA dan Kepala Sub Bagian
Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni, Alexander,S.Sos., M.Si.
2. Ketua Program Studi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si dan Sekretaris
Program Studi Jurnalistik, Hj. Musfirah Nurlaily yang telah memberikan
masukan dan bantuan kepada peneliti terkait soal akademik dan
administrasi.
3. Dosen Pembimbing skripsi, Ir. Noor Bekti Negoro, SE. M.Si yang telah
menyediakan waktu, arahan, dan masukan kepada peneliti selama masa
penyusunan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi atas ilmu yang
telah diberikan kepada peneliti.
iii
5. Segenap karyawan dan pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dan mengizinkan penulis
menggunakan buku-buku dan beberapa dokumen sebagai kebutuhan
penulis selama masa penulisan skripsi.
6. Kepada seluruh responden yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
mengisi kuesioner agar skripsi ini berjalan dengan semestinya.
7. Kepada kedua orang tua peneliti, Papa Nurdi dan Mama Yuli Angriani,
Nenek Zanibar, Abang Rifky, Uda Rio dan Vierzi atas segala kasih sayang
yang tanpa batas, perhatian, doa dan dukungannya baik secara moral
maupun materil sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dan
mendapatkan gelar sarjana.
8. Teman-teman Konsentrasi Jurnalistik kelas A dan B yang telah menjadi
tempat berbagi dan belajar banyak hal di kelas, semoga silaturahmi selalu
terjaga.
9. Teman-teman KKN 206 ‘Mahameru’ yang berjumlah 11 orang yang
menjadi tempat curahan selama sebulan penuh di desa Munjul.
10. Teman-teman KSR PMI Unit Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya
Angkatan Fajar ‘13 yang telah menjadi keluarga kedua selama diperantauan.
11. All crew 107.9 RDKFM angkatan 2015 yang telah membantu peneliti
berproses di dunia keradioan.
12. Kepada sahabat-sahabat seperantuan, sepergalauan, seperjuangan,
sepernangisan dan seperhiburan dari kamar Asrama Putri UIN Jakarta
111A, Kos Albarkah Tulip 2, Kos Pak Zainun, 81 J dan Kos Pak Otong.
iv
13. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi yang tidak dapat
disebutkan satu persatu. Semoga kebaikan kalian selalu diijabah oleh Allah
SWT.
Semoga Allah SWT selalu meridhoi dan membalas kebaikan-kebaikan yang
ikut serta dalam membantu penyelesaian skripsi ini. Peneliti menyadari skripsi ini
masih belum mencapai kesempurnaan, namun peneliti telah berusaha semaksimal
mungkin dengan baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Peneliti,
Chintiya Dewi Anggriani
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ......................................................... 4
1. Batasan Masalah ................................................................................ 4
2. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
1. Manfaat Akademis ............................................................................. 5
2. Manfaat Praktis .................................................................................. 5
E. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 5
F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 7
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP
A. Media Massa ...................................................................................... 9
B. Teori Efek Media Massa .................................................................. 13
C. Uses and Effect Theory .................................................................... 17
D. Berita ................................................................................................ 21
E. Persepsi ............................................................................................ 24
F. Konsep Citra .................................................................................... 28
E. Citra Lembaga Pemerintahan ........................................................... 30
D. Khalayak .......................................................................................... 32
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 35
B. Paradigma dan Pendekatan Penelitian ............................................. 35
C. Metode Penelitian ............................................................................ 36
D. Jenis Penelitian ................................................................................ 37
E. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................ 37
F. Populasi dan Sampel ........................................................................ 37
D. Operasional Konsep ......................................................................... 42
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 44
F. Teknik Pengolahan Data .................................................................. 46
G. Uji Coba Instrumen Validitas dan Reabilitas .................................. 47
1. Uji Validitas ..................................................................................... 47
2. Uji Reabilitas ................................................................................... 48
H. Teknik Analisis Data ....................................................................... 50
1. Kendall Tau ..................................................................................... 50
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN
A. Gambaran Umum Program Studi Jurnalistik ................................... 53
1. Sejarah Singkat Prodi Jurnalistik ..................................................... 53
2. Visi dan Misi Prodi Jurnalistik ........................................................ 54
B. Gambaran Umum Detikcom ............................................................ 54
1. Sejarah Detikcom ............................................................................. 54
2. Visi dan Misi Detikcom ................................................................... 56
3. Struktur Organisasi Detikcom .......................................................... 57
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden dan Hasil Penelitian ................................. 58
B. Terpaan Media ................................................................................. 59
vii
C. Rekapitulasi Hasil Validitas dan Reabilitas ..................................... 60
1. Hasil Uji Validitas ........................................................................... 60
2. Hasil Uji Reabilitas .......................................................................... 64
D. Analisis Data Penelitian ................................................................... 65
1. Analisis Kendall’s Tau .................................................................... 65
E. Interpretasi Hasil .............................................................................. 66
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 69
B. Saran ................................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tipologi Aktivitas Khalayak Levi dan Windahl (1984) ......................... 33
Tabel 2. Tipologi Subtipe Khalayak ..................................................................... 34
Tabel 3. Populasi Mahasiswa Jurnalistik UIN Jakarta Angkatan 2014-2017 ....... 39
Tabel 4. Jumlah Sampel Jurnalistik UIN Jakarta Angkatan 2014-2016 ............... 41
Tabel 5. Skala Likert ............................................................................................. 42
Tabel 6. Operasional Konsep Terpaan Media (Variabel X) ................................. 43
Tabel 7. Operasional Konsep Citra Lembaga DPR (Variabel Y) ........................ 44
Tabel 8. Tabel Koefisien Korelasi ........................................................................ 52
Tabel 9. Jumlah Responden Jenis Kelamin .......................................................... 58
Tabel 10. Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir......................... 58
Tabel 11. Jumlah Responden Mahasiswa Berdasarkan Organisasi ..................... 59
Tabel 12. Jumlah Responden Berdasarkan Organisasi yang Diikuti .................... 59
Tabel 13. Frekuensi Responden Membaca Berita Kasus Korupsi Mantan Ketua
DPR RI, Setya Novanto di Detik.com .................................................................. 59
Tabel 14. Durasi Responden Membaca Berita di Detik.com ............................... 60
Tabel 15. Hasil Uji Validitas Variabel Terpaan Media........................................ 61
Tabel 16. Hasil Uji Validitas Citra Lembaga DPR .............................................. 62
Tabel 17. Hasil Uji Reabilitas Variabel Terpaan Media ....................................... 64
Tabel 18. Hasil Uji Reabilitas Variabel Citra DPR.............................................. 64
Tabel 19. Korelasi Kendall’s Tau ......................................................................... 65
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) merupakan
lembaga perwakilan rakyat tinggi yang memililki fungsi legislatif, anggaran
dan pengawasan tertinggi dalam negara. Anggota terdiri atas partai politik
peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum.
Dalam menjalankan fungsinya, anggota DPR seharusnya mengutamakan
kepentingan rakyat, menampung dan menyampaikan aspirasi rakyat yang
diwakilinya sehingga menjadikan mereka sebagai wakil rakyat. Pimpinan DPR
memiliki tugas dan kewajiban menyusun rencana kerja dan melaporkannya
dalam rapat paripurna DPR yang khusus. Pengambilan keputusan dalam rapat
DPR pada dasarnya dilakukan dengan cara musyawarah untuk mencapai
mufakat, apabila tidak terpenuhi maka akan dilakukan pemilihan suara
terbanyak.
Pada periode 2014-2019 DPR RI dipimpin oleh Setya Novanto sebagai
ketua, bersama empat orang wakil ketua, yakni Fadli Zon, Agus Hermanto,
Taufik Kurniawan dan Fahri Hamzah. Pada akhir tahun 2015 masyarakat
dihebohkan dengan pemberitaan Setya Novanto mengenai ‘papa minta saham’
yang terkait dugaan korupsi saham Freeport. Kasus tersebut melibatkan Ketua
DPR RI Setya Novanto, Menteri ESDM Sudirman Said, dan PT Freeport
Indonesia Tbk. Setya Novanto menjalani sidang di Mahkamah Kehormatan
Dewan (MKD) DPR dan dinyatakan terbukti melanggar kode etik dengan
2
sanksi pemberhentian dari kursi Ketua DPR. Namun, MKD tidak menjatuhkan
sanksi, hal ini terjadi karena Setya Novanto mengirim surat pengunduran diri
saat menit terakhir MKD mengambil keputusan akhir pada tanggal 16
Desember 2015.1
Selang sebelas bulan, Setya Novanto kembali menduduki kursi Ketua DPR
RI menggantikan Ade Komarudin. Pada tanggal 17 Juli 2017, Ia kembali
tersandung kasus korupsi dan ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus pengadaan paket penerapan Kartu
Tanda Penduduk basis Elektronik (e-KTP).
Setya Novanto diduga ikut mengutak-atik perencanaan dan anggaran
proyek sebersar Rp 5,9 Triliun dan menerima aliran dana sebesar Rp 300
Milyar serta membagi-bagikannya ke sejumlah anggota DPR lainnya.2 Pada
tanggal 29 September 2017 Ia mengajukan gugatan praperadilan dan lolos dari
status tersangka oleh KPK. Namun, KPK kembali menetapkan Ia sebagai
tersangka untuk kedua kalinya pada tanggal 31 Oktober 2017.3
Meskipun Setya Novanto sudah ditetapkan sebagai tersangka untuk kedua
kalinya. Jabatan Ia sebagai ketua DPR masih bertahan. Banyak kalangan yang
meminta agar Setya Novanto segera mundur pada saat itu. Setya Novanto
dinilai telah merusak nama lembaga sehingga mempertaruhkan citra lembaga
dan anggota parlemen.
1 Panasnya Kasus Papa Minta Saham, Mundurnya Novanto dari Kursi Ketua DPR
https://news.detik.com/berita/3107222/panasnya-kasus-papa-minta-saham-mundurnya-novanto-
dari-kursi-ketua-dpr . Diakses pada 22 November 2017, pukul 01:45 WIB. 2 Setya Novanto Dijerat KPK Lolos di Praperadilan. https://news.detikcom/berita/setya-
npvanto-dijerat-kpk-lolos-di-praperadilan pada 20 November 2017. Diakses pada 22 November
2017, pukul 00:18 WIB
3 Novanto Jadi Tersangka Lagi, Fadli: Serahkan Pada Proses Hukum
https://news.detik.com/berita/d-3723335/novanto-jadi-tersangka-lagi-fadli-serahkan-pada-proses-
hukum . Diakses pada 22 November 2017, pukul 01:27 WIB
3
Pemberitaan yang ditonjolkan oleh media akan menjadi perhatian publik,
karena penonjolan suatu berita diukur dari seberapa pentingnya berita tersebut.
Pada dasarnya masyarakat membutuhkan media massa untuk mendapatkan
informasi dan hiburan. Informasi penting untuk memenuhi rasa keingintahuan
khalayak. Terpaan pemberitaan dapat memengaruhi persepsi seseorang.
Dengan adanya suatu penonjolan pemberitaan, media dapat menggiring
persepsi seseorang menjadi persepsi yang diinginkan oleh media. Selain itu,
media juga memberikan efek kepada khalayak. Efek yang ditimbulkan bisa
berupa pengetahuan, sikap dan perilaku.
Kasus yang menimpa pimpinan DPR periode 2014-2019 disiarkan hampir
seluruh media, tak terkecuali salah satu media online Detikcom. Detikcom
merupakan salahsatu situs berita online yang selalu memperbaruhi kasus
mengenai tertangkapnya Ketua DPR, Setya Novanto.
Alexa.com megatakan bahwa Detikcom merupakan portal web berita
aktual di Indonesia dengan peringkat pertama.4 Berdasarkan survei
pengunjung, Detik.com mencapai 198,51 juta pengunjung.5 Alasan peneliti
memilih media online Detikcom, karena beritanya mudah diakses dan selalu
memperbaruhi berita-berita mengenai kasus Setya Novanto secara cepat dan
masuk dalam kanal detikNews fokus berita nomor satu.
Dari pembahasan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti efek media
terhadap khayalak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
4 https://www.alexa.com/topsites/countries/ID. Diakses pada 22 November 2017, pukul
13:41 WIB
5 https://www.similarweb.com/website/detik.com Diakses pada 22 November 2017, pukul
21:05 WIB
kehadiran suatu media atau proses penyampaian pesan memengaruhi khalayak
dalam berpikir, bersikap dan berprilaku. Selain itu, penelitian ini juga
digunakan untuk mengetahui sejauh mana perubahan sosial yang terjadi. Dari
data khalayak tersebut kita akan tahu profil khalayak, informasi yang
dibutuhkan khalayak, teknik penyampaian pesan yang efektif, serta efek
komunikasi bermedia.6 Untuk itu, peneliti tertarik menyusunnya kedalam
sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh Terpaan Pemberitaan Kasus
Korupsi Ketua DPR RI, Setya Novanto di Detikcom dengan Persepsi
Mahasiswa Jurnalistik UIN Jakarta Tentang Citra Lembaga DPR”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi penelitian pada pemberitaan
kasus korupsi ketua DPR RI, Setya Novanto di Detikcom bulan November
2017 hingga Mei 2018. Dan membatasi pada Mahasiswa Program Studi
Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2014-2017.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini berkenaan dengan apakah
terpaan pemberitaan kasus korupsi Ketua DPR RI, Setya Novanto di
Detikcom memengaruhi persepsi mahasiswa Jurnalistik UIN Jakarta
terhadap citra lembaga DPR?
6 Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala dan Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu
Pengantar, (Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2014), h. 168-169.
5
C. Tujuan Penelitian
Dengan latar belakang masalah penelitian dan rumusan masalah yang
telah peneliti jelaskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh terpaan pemberitaan kasus korupsi Ketua DPR RI, Setya Novanto di
Detikcom tentang persepsi mahasiswa Jurnalistik UIN Jakarta terhadap citra
lembaga DPR.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan kontibusi pada
disiplin ilmu komunikasi khususnya jurnalistik Uses and Effect media
online dalam memengaruhi citra seseorang atau suatu lembaga.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam menambah
sumber informasi yang dapat memberikan manfaat bagi para praktisi atau
pekerja media. Serta dapat dijadikan perbandingan dan pengembangan bagi
media massa khususnya media online dalam mempengaruhi citra seseorang
atau suatu lembaga melalui berita.
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pusataka dilakukan sebagai langkah penyusunan skripsi agar
terhindar dari kesamaan judul yang sudah ada sebelumnya. Penulis
menggunakan beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan untuk
menunjukan perbedaan dengan penelitian lainnya. Ini sebagai bukti originalitas
penelitian yang penulis lakukan. Setelah mengadakan tinjauan pustaka, maka
peneliti mempertegas perbedaan di antara masing-masing judul dan masalah
yang dibahas.
Perbedaan pertama adalah skripsi karya Nada Rohman berjudul
Pengaruh Pemberitaan Penangkapan Bambang Widjojanto di Metro TV
Terhadap Persepsi Mahasiswa Tentang Citra KPK (Survei terhadap
Mahasiswa Aktivis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Skripsi ini membahas
pemberitaan penangkapan Bambang Widjojanto yang memengaruhi citra KPK
bagi mahasiswa aktivis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penelitian ini
menggunakan teori Agenda Seting, metode yang digunakan kuantitatif, jenis
penelitian survei. Data yang diperoleh menggunakan kuesioner dengan skala
ordinal kemudian dilakukan pengujian analisis regreasi linear multipel untuk
mengetahui hubungan yang ada diantara variabel independen dan dependen.
Skripsi Wulan Purnamawati, mahasiswa jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah dengan judul, “Hubungan Terpaan Berita
Pemblokiran Situs Islam di Televisi Terhadap Citra Kementrian Komunikasi
dan Informatika Pada Mahasiswa UIN Jakarta”, pada tahun 2016. Skripsi ini
bertujuan untuk mengetahui korelasi antara terpaan berita pemblokiran situs
Islam di televisi terhadap citra Kementrian Komunikasi dan Informatika pada
dua kelompok mahasiswa UIN Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode
survei dengan sampel sebanyak 277 orang dari dua fakultas yang berbeda.
Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
terpaan berita pemblokiran situs Islam di TvOne dan Metro TV terhadap citra
Kementrian Komunikasi dan Informatika pada mahasiswa UIN Jakarta.
Perbedaannya dengan skripsi peneliti terletak pada subjek dan objek, metode
penelitian, teknik sampling, jumlah sampel, dan teori yang digunakan.
7
F. Sistematika Penulisan
Untuk memahami gambaran yang lebih jelas mengenai hal-hal yang akan
diuraikan dalam penelitian ini, maka peneliti membagi sistematika penulisan
ke dalam lima bab, sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini, peneliti akan menguraikan tentang latar belakang
masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan dalam
penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini, peneliti akan menguraikan tentang teori efek
media, teori uses and effect, pengertian berita dan pembahasan
konsep citra, kerangka penelitian dan kerangka berpikir.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini, peneliti akan menguraikan tentang tempat dan
waktu penelitian, pendekatan penelitian, desain penelitian,
jenis penelitian, metode penelitian, subkjek dan objek
penelitian, populasi, sampel dan unit analisis, teknik
pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, teknik analisis
data dan instrumen penelitian, yaitu uji validitas dan uji
reabilitas dan hipotesis penulis.
BAB IV GAMBARAN UMUM
Pada bab ini, peneliti akan mengemukakan gambar profil
Detikcom dan Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Program Studi Jurnalistik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2014-2017 yang membaca dan
mengikuti perkembangan kasus Setya Novanto serta bersedia
menjadi responden.
BAB V TEMUAN DATA LAPANGAN DAN HASIL ANALISIS
Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai hasil temuan
di lapangan yang telah peneliti lakukan dengan mengolanya
menggunakan SPSS versi 19. Kemudian akan dicocokkan
dengan hipotesis di bab sebelumnya.
BAB VI PENUTUP
Pada bab ini akan menarik kesimpulan dan saran dari seluruh
masalah yang telah dibahas dalam penulisan skripsi ini.
9
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP
A. Media Massa
1. Definisi Media Massa
Media massa dalam ilmu jurnalistik menyiarkan berita atu informasi
yang disebut dengan istilah pers. Media massa berarti wahana komunikasi
massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliput, mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengelola, dan menyampaikan
informasi baik dalam bentuk lisan, suara, gambar, serta data dan grafik
maupun dalam bentuk lainnya melalui media cetak, media elektronik, dan
segala jenis yang tersedia.
Dennis McQuail berpendapat bahwa media massa memiliki sifat
atau karakteristik yang mampu menjangkau massa dalam jumlah besar dan
luas, bersifat publik dan mampu memberikan popularitas kepada siapa saja
yang muncul di media massa.7
Salah satunya adalah media massa online. Media online semakin
tumbuh tinggi dan menarik banyak perhatian. Saat ini mayoritas masyarakat
Indonesia mulai menggemari media online. Media ini mulai diperhitungkan
banyak orang untuk mencari informasi dan berita.
7 Morisan, Andy Corry Wardhani, Farid Hamid, Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya,
dan Masyarakat (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010)
2. Jenis-jenis Media Massa
Cangara membagi jenis-jenis media massa berdasarkan bentuknya
menjadi tiga, yaitu:
a. Media Cetak
Media cetak merupakan jenis media massa yang
dibuat dengan percetakan yang kemudian menghasilkan
tulisan sebagai bentuk informasi yang diberikan. Media
cetak terbilang media massa yang sudah lama dikenal dunia,
yakni sejak tahun 1920-an. Diantaranya, surat kabar, koran,
buku, majalah, tabloid, dan lain sebagainya.
b. Media Elektronik
Media elektronik merupakan media massa yang
menggunakan teknologi eletronik sehingga memungkinkan
untuk didengar suaranya dan dilihat gambarnya oleh
khalayak. Media elektronik yang muncul pertama adalah
radio, dimana media ini menyampaikan informasi melalui
audio atau suara.
c. Media Cyber
Media cyber juga dikenal dengan media internet atau
online. Media massa ini terbilang media yang cukup baru,
dimana kemunculannya dikenal oleh masyarakat sekatar
abad ke-21. Media cyber ini memungkinkan khalayak untuk
mengakses informasi tanpa batas waktu dan teritorial daerah,
11
sehingga informasi tersebar dengan jauh lebih luas
dibandingkan dua media sebelumnya.
3. Definisi Media Online
Media online merupakan media yang tersaji secara online yang
menggunakan perangkat internet. Media online juga merupakan salah satu
jenis media massa yang perkembangannya tergolong pesat. Sekalipun
internet tidak sepenuhnya dimanfaatkan sebagai media massa, tetapi
keberadaan media online sudah diperhitungkan oleh banyak orang sebagai
opsi dalam memperoleh informasi dan berita. Berikut keutamaan dari media
online, diantaranya:8
a. Up to Date
Media online dapat melakukan reaktualisasi suatu
informasi atau berita dari waktu ke waktu dan dimana saja,
tidak selalu menggunakan bantuan dari computer, tetapi
menggunakan fasilitas teknologi pada telepon genggam
(handphone). Hal ini terjadi karena media online memiliki
proses penyajian informasi dan berita yang lebih mudah dan
sederhana.
b. Real Time
Media online dapat langsung menyajikan informasi
dan berita saat peristiwa dan berita langsung (live).
Sebagaian besar wartawan media online dapat mengirimkan
informasi langsung ke meja redaksi dari lokasi peristiwa
8 Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h.46.
dengan fasilitas internet seperti e-mail, whatsapp dan
lainnya.
c. Praktis
Media online dianggap praktis karena
kemudahannya untuk mendapatkan berita dan informasi.
Bisa digunakan dimana saja serta didukung oleh fasilitas
teknologi internet seperti handphone dan computer dengan
jaringan internet.
4. Fungsi Media Massa
Secara umum, fungsi media massa adalah sebagai berikut:9
a. Menginformasikan (to inform) artinya, media massa
merupakan sarana untuk menginformasikan peristiwa-
peristiwa atau hal-hal penting yang perlu diketahui khalayak.
b. Mendidik (into educate). Artikel di media massa dapat
mengalihkan ilmu pengetahuan sehingga mendorong
perkembangan intektual, membentuk watak sekaligus
meningkatkan keterampilan serta kemampuan yang
dibutuhkan para pembacanya.
c. Menghibur (to entertain). Selain sebagai informasi dan ilmu
pengetahuan, media massa juga merupakan tempat yang
dapat memberikan hiburan kepada pembacanya atau
khalayak. Tulisan yang bersifat menghibur biasanya dalam
9 Tjahjono Widarmanto, Pengantar Jurnalistik, h. 11-12
13
bentuk karangan khas (feature) dan fiksi seperti novel,
cerpen, dan puisi.
d. Memengaruhi (to influence), maksudnya bahwa media
massa dapat memengaruhi pembaca. Baik pengaruh yang
bersifat pengetahuan (cognitive), perasaan (afektif), maupun
perilaku (conative).
e. Memberikan respon social (to social responbility). Artinya,
bahwa dengan adanya media massa baik penulis dan
pembaca dapat menanggapi suatu peristiwa atau fenomena
dan keadaan sosial yang terjadi.
f. Penghubung (to linkage). Media massa juga berfungsi untuk
menghubungkan unsur-unsur yang ada dalam masyarakat
yang tidak bisa dilakukan secara perorangan baik secara
langsung maupun tak langsung.
B. Teori Efek Media Massa
Media massa memiliki peran penting dalam memberikan informasi
kepada khalayak seluruh belahan dunia. Pentingnya suatu informasi tak kan
lepas dari media untuk memiliki efek pada audiensnya. Efek diartikan sebagai
jenis perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah menerima suatu
pesan. Sehingga muncul anggapan bahwa media tidak hanya memiliki efek
langsung terhadap individu, tetapi juga memenaruhi kultur, pengetahuan, dan
norma serta nilai dari suatu masyarakat.
Menurut Steven M. Chaffee dalam buku Ardianto tahun 2009 ada tiga
dimensi efek pesan media massa dalam komunikasi massa, yaitu kognitif,
afektif, dan konatif.10 Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar,
dan pemahaman. Efek afektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan
attitude (sikap). Sedangkan efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat
untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu.
1. Efek Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang
sifatnya memberikan informatif. Efek kognitif berhubungan dengan pikiran
atau penalaran, sehingga dengan informasi yang diberikan oleh media massa
membuat khalayak yang semula tidak tahu akan menjadi lebih tahu dan
paham akan sesuatu.
2. Efek Afektif
Efek ini lebih melibatkan tentang perasaan atau faktor psikologis
seseorang. Misalnya setelah mendapatkan informasi melalui media massa,
seseorang menjadi senang, marah, sedih, iba, terharu, gembira, dan lain
sebagainya sesuai dengan informasi yang diberitakan.
Faktor-faktor yang memengaruhi rangsangan emosional pesan media
antara lain, suasana emosional (mood), skema kognnitif, suasana terpaan,
presdiposisi individual dan factor identifikasi khalayak dengan tokoh dalam
media massa.
1) Suasana Emosional
Suasana emosional dapat dikatakan bahwa responden
khalayak pada suatu tayangan film, sandiwara televise, atau
10 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi [Edisi Revisi], (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 217.
15
surat kabar akan dipengaruhi oleh suasana emosional. Adegan-
adegan lucu akan menyebabkan tertawa terbahak-bahak bila
menontonnya dalam keadaaan senang.
2) Predisposisi Individual
Predisposisi individual mengacu pada karakteristik khas dari
individu sendiri. Orang yang melankolis cenderung menanggapi
tragedi lebih emosional daripada orang yang periang. Orang
yang periang akan senang bila melihat adegan-adegan lucu
daripada melankolis.
3) Identifikasi
Faktor identifikasi menunjukkan sejauh nmana orang merasa
terlibat dengan tokoh yang ditonjolkan dalam media massa.
Dengan identifikasi, penonton, pemnbaca dan pendengar
menempatkan dirinya dalam posisi tokoh tersebut.
3. Efek Konatif
Efek konatif bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang
cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Karena berbentuk
perilaku, maka sebagaimana disinggung efek konatif sering disebut juga
efek behavioral.11 Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat dari
terpaan media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan efek
afektif. Dengan kata lain, timbulnya efek konatif setelah muncul efek
kognitif dan efek afektif .
11 Onong Ujana, Ilmu Teori Dan Filsafat Komunikasi, (Bandung Citra Aditnya Bakti,
2003), h.319.
Efek dari komunikasi dapat dilihat jika pesan yang disampaikan oleh
komunikator menghasilkan umpan balik dari komunikan. Menurut Wilbur
Schramm (1977) dalam buku yang ditulis Daryanto menyebutkan faktor-faktor
yang memengaruhi efek komunikasi adalah pesan, situasi, kepribadian audiens
dan ketika audiens menjadi anggotanya. Sedangka menurut Bernard Barelson
(1964), faktor-faktor tersebut berdasarkan jenis saluran komunikasi, mengenai
apa persoalannya, audiens yang menjadi sasaran, serta kondisi ketika
komunikasi berlangsung.12
Secara teoritis, efek komunikasi dapat dibicarakan dalam berbagai
prespektif sebagau berikut:13
a. Efek dalam arti yang luas atau secara lebih khusus
b. Efek jangka panjang dan efek jangka pendek
c. Efek yang diinginkan dan efek sebaliknya
d. Efek langsung dan efek tidak langsung
e. Efek dibidang pengetahuan, sikap dan perilaku
David Berlo (1960), seperti dikutip Wiryanto, mengklasifikasikan efek
atau perubahan ini kedalam tiga kategori, yaitu: perubahan dalam ranah
pengetahuan, sikap, dan perilaku nyata. Efek pesan media massa dapat
mengubah kognitif, afektif dan konatif khalayak.
Menurut Denis McQuail, efek media massa terbagi dalam empat bagian
besar, yaitu:14
12 Daryanto, Teori Komunikasi, (Malang, Gunung Samudra, 2014), h. 63. 13 Danis McQuail, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 425 14 Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta:Erlangga, 2002), h.425-426
17
1. Efek media massa merupakan efek yang direncanakan, sebagai sebuah
efek yang diharapkan terjadi oleh media massa sendiri ataupun orang
yang menggunakan media massa untuk berbagai penyebaran informasi.
2. Efek media massa yang tidak direncanakan atau tidak dapat diperkirakan,
artinya efek yang terjadi benar-benar tidak diperkirakan dan efek media
yang terjadi berada dalam kondisi yang tidak dapat dikontrol.
3. Efek media massa terjadi dalam waktu singkat namun secara tepat, instan
dan memengaruhi khalayak.
4. Efek media massa berlangsung dalam waktu lama sehingga
memengaruhi sikap-sikap adopsi inovasi, kontrol sosial sampai
perubahan kelembagaan dan persoalan-persoalan perubahan budaya.
Ada tiga jenis pengaruh media massa yang dikemukakan oleh McQuail
dan Windahl (1981) dalam buku yang ditulis oleh Nina Winangsih dan Dadang
Sugiana. Pertama, pengaruh efek media massa disebabkan oleh isi. Kedua,
lebih banyak penggunaan dan bukan dari sifat isinya. Ketiga, sedikit
banyaknya penerimaan isi maupun media secara simultan.15
C. Uses and Effect Theory
Penggunaan suatu media akan memengaruhi dan memberikan dampak
bagi penggunanya. Dalam penelitian ini media yang akan digunakan adalah
media online. Individu akan memenuhi kebutuhan informasi dengan
melakukan aktifitas membaca portal media online. Pendekatan ini termasuk
dalam teori uses and effect.
15 Nina Winangsih Syam dan Dadang Sugiana, Perencanaan Pesan dan Media, (Jakarta.
Pusat Penerbitan Universias Terbuka, 2004), h. 6.22
Uses and effect theory petama kali dikemukakan oleh Stven Windahl
(1977).16 Teori ini merupakan perpaduan antara pendekatan uses and
gratification dan teori tradisonal mengenai efek. Konsep use (penggunaan)
merupakan bagian penting, karena pengetahuan mengenai penggunaan media
penyebabnya akan memberikan pemahaman dan perkiraan tentang hasil dari
proses komunikasi massa.
Hasil dari proses komunikasi massa yang berkaitan dengan penggunaan
media akan membawa pada bagian terpenting dari teori uses and effect,
hugungan anatar pengguna dan hasil, dengan tetap memperhatikan isi media
yang memiliki beberapa bentuk yang berbeda, diantaranya:
1. Karakteristik isi media menetukan sebagian besar dari hasil.
Dalam hal ini, penggunaan media haya dianggap sebagai factor
perantara, dan hasil dari proses tersebut dinamakan efek.
2. Pengguna media terhadap karakteristik isi media daapt mencegah
atau mengurangi aktivitas lainnya, seperti konsekuensi psikologis
yang mengakibatkan ketergantungan pada media tertentu.
3. Penggunaan media dapat melakukan dua proses secara serempak
dan akan menerima efek dan konsekuensi.
Efek dari suatu media akan timbul kepada individu-individu dan akan
menunjukkan perilaku mereka dalam menerima pesan-pesan dari media massa.
Efek dari media massa tersebut akan membentuk dan mengubah citra persepsi
seseorang atau gambaran tentang realitas yang tidak selalu sesuai dengan
realitasnya, serta akan timbul adanya perubahan yang dirasakan oleh individu
16 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:Kencana, 2010), h.287.
19
dan berhubungan langsung dengan emosi, perasaan, disenangi atua dibenci
oleh khalayak.
Penggunaan media pada dasarnya ditentukan oleh kebutuhan dasar
individu. Dalam uses and effect, kebutuhan hanya salah satu faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya penggunaan media. Karakteristik individu, harapan
dan persepsi terhadap media, dan tingkatan akses terhadap media akan
membawa individu kepada keputusan menggunakan atau tidak menggunakan
isi media massa.
Perhatian khalayak terhadap isi media ditentukan oleh sikap yang
dimiliki oleh khalayak tersebut. Perilaku, niat dan sikap seseorang sebagai dua
fungsi komponen yang terpisah dari kepuasan dan evaluasi. Definisi kepuasan
sebagai apa yang diperoleh khalayak dari media akan memberikan evaluasi
terhadap isi pesan medianya. Sehingga semakin banyak ketergantungan pada
media, semakin banyak kemungkinan bahwa media memiliki efek pada
khalayak. Efek media yang dimaksud adalah berkaitan dengan penggunaan
media oleh khalayak.
Khalayak dengan intensitas penggunaan media tertentu mendapat
terpaan media atau exprosure. Terpaan media dapat mempengaruhi persepsi
khalayak lewat isi pesan media yang disampaikan. Terpaan media (media
ecprosure) menurut Rosengren (1974),17 dapat dioperasikan menjadi jumlah
waktu yang digunakan dalam jenis media, isi media yang dikonsumsi, dan
berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang
dikonsumsi atau dengan media keseluruhan. Dengan kata lain terpaan media
17 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung, Rosdakarya, 2005), h.66
berusaha mencari data khalayak tentang penggunaan media baik jenis media,
frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan.
Cara perhitungan terpaan media dilihat dari data jenis media yang
digunakan, frekuensi dan durasi media yang digunakan. Penggukuran
frekuensi program harian dihitung dalam berapa kali khalayak
menggunakannya dalam seminggu. Sementara pengukuran variabel durasi
penggunaan media menghitung berapa lama khalayak bergabung dengan
media tersebut. sedangkan atensi atau perhatian menurut Kenneth E. Anderson
(1972) seperti dikutip Jalaluddin Rakhmat adalah proses mental ketika stimuli
atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli
lainnya melemahkan. Artinya khalayak memiliki perhatian dan ketertarikan
terhadap suatu pemberitaan yang disampaikan oleh media.18
Khalayak yang terkena terpaan berita tertentu dalam jumlah waktu
tertentu dan konsumsi media tertentu akan dapat mengukur sejauh mana
keberhasilan efek sebuah pemberitaan di media untuk membentuk persepsi
khalayak. Artinya, khalayak memiliki perhatian atau ketertarikan terhadap
suatu pemberitaan yang disampaikan oleh suatu media.
Dalam penelitian ini, khalayak dianggap telah mendapatkan informasi
yang cukup mengenai kasus yang menimpa mantan ketua DPR, Setya Novanto
setelah melakukan aktivitas membaca portal media online di Detikcom.
Sehingga penelitian ini tidak menanyakan kepuasan akan informasi melainkan
persepsi seperti apa yang muncul setelah mendapatkan informasi tersebut
terhadap citra DPR.
18 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2005), h.52
21
D. Berita
1. Definisi Berita
Berita merupakan informasi baru atau informasi yang sedang terjadi
saat ini dan dapat disajikan dalam bentuk media cetak, internet, siaran
langsung, atau face to face. Berita juga merupakan laporan tercepat
mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi
sebagian besar khalayak melalui media massa. Berita mempunyai unsur
penting yaitu 5W 1H terdiri dari what, who, when, where, why dan how.19
Doug Newsom dan James A. Wollert (1985) dalam Media Writing:
News for the Mass Media mengemukakan, berita adalah apa saja yang ingin
dan perlu diketahui orang atau lebih luas lagi oleh masyarakat. Dengan
melaporkan berita, media massa memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai apa yang mereka butuhkan.
Charles Dana dalam buku “Broadcasting Journalism Techniques of
Radio and TV News” mengemukakan, “when a dog bites a man, that is not
news, but when a man bites a dog, that is news”. Artinya, ketika anjing
menggigit manusia itu bukanlah berita, tetapi ketika manusia menggigit
anjing, itu baru berita. Dalam pengertian ini Charles berpendapat batasan
berita secara filosofis, bahwa segala sesuatu yang di luar kebiasaan atau
sesuatu yang unik adalah definisi dari berita.20
19 Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, (Bandung Simbiosa Rekatama
Media, 2006), h.82.
20 Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, h.83.
2. Nilai-nilai Berita
Berita memiliki standar nilai, yang dimaksud standar nilai berita yaitu
acuan yang dapat digunakan para jurnalis, reporter dan editor dalam
memutuskan
berita tersebut agar layak dipublikasikan diantaranya adalah:21
a. Aktual (Timeliness)
Berita aktual adalah berita yang sedang atau baru saja terjadi.
Ada dua bagian berita aktual, yaitu objektif dan subjektif. Aktual
secara objektif berhubungan dengan peristiwa yang benar-benar
baru saja terjadi. Sementara aktual secara subjektif berhubungan
dengan waktu pembaca membaca.
b. Keluarbiasaan (Unusualness)
Berita merupakan peristiwa yang langka atau di luar
kelaziman yang berkaitan dengan berita yang peristiwa-
peristiwanya tidak biasanya atau di luar nalar.
c. Akibat (Impact)
Berita merupakan peristiwa yang diberitakan mempunyai
pengaruh yang besar bagi masyarakat luas.
d. Kedekatan (Proximity)
Berita merupakan peristiwa yang dekat bagi pembaca. Sifat
dari kedekatan ini bisa geografis maupun emosional.
21 Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2007) h.24.
23
e. Konflik (Conflict)
Berita merupakan peristiwa yang menyajikan dua pihak
yang saling beradu kekuatan baik fisik maupun tidak dan
menimbulkan efek dramatis di khalayak luas.
f. Orang yang penting (Public Figure)
Berita merupakan tentang orang-orang penting yang menjadi
publik figur, sehingga apa yang terjadi pada dirinya menarik
perhatian publik untuk mengetahuinya.
g. Kejutan (Surprising)
Berita merupakan kejutan, yang datang secara tiba-tiba di luar
dugaan, saat sebelumnya hampir tidak mungkin terjadi.
h. Ketertarikan (Human Interest)
Berita merupakan peristiwa yang memberi sentuhan perasaan bagi
pembaca, kejadian yang menyangkut orang biasa dalam situasi luar
biasa.
i. Seks (Sex)
Berita merupakan seks dan seks merupakan berita. Informasi
seputar seks yang berhubungan dengan perempuan. Berita ini
biasanya berkaitan dengan sebuah skandal hubungan.
j. Tenar (Prominence)
Berita merupakan peristiwa yang menyangkut orang atau lembaga
institusi atau tempat yang amat dikenal oleh masyarakat luas.
k. Waktu (Timeliness)
Berita merupakan peristiwa yang menyangkut hal-hal yang baru
terjadi, atau baru dikemukakan.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
berita adalah laporan tentang fakta peristiwa atau pendapat yang aktual,
menarik, berguna dan dipublikasikan melalui media massa: surat kabar radio,
televisi dan cyber.
E. Persepsi
Proses psikologis diasosialisasikan dengan interpretasi dan pemberian
makna terhadap orang atau objek tertentu dinamakan sebagai persepsi. Cohen
mengemukakan bahwa persepsi di definisikan sebagai interpretasi terhadap
berbagai sensasi sebagai representasi dari objek-objek eksternal, jadi persepsi
adalah pengetahuan tentang apa yang dapat ditangkap oleh panca indra kita.
Definisi ini melibatkan sejumlah karakteristik yang mendasari upaya kita untuk
memahami proses antarpribadi.
Persepsi tidak lebih dari pengetahuan mengenai apa yang tampak sebagai
realitas bagi diri kita. Jadi, sebaiknya kita tidak kelewat yakin dengan
pengetahuan yang kita peroleh melalui persepsi. Ironisnya pengetahuan yang
biasanya paling kita yakini adalah pengetahuan yang diperoleh melalui
persepsi kita. Realitas yang kita persepsikan sering kali adalah yang paling
jelas, pribadi, penting dan terpercaya bagi kita. Ini merupakan suatu alasan
mengapa komunikasi antar pribadi dan hubungan antara manusia sangat sulit
“dipahami meskipun sangat mudah diketahui”.
25
Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia popular persepsi adalah suatu
pengertian yang merupakan tanggapan dari suatu objek yang dilihat atau
didengar dari suatu proses pengamatan.22 Dapat diartikan bahwa persepsi
menurut bahasa adalah suatu proses pemberian tanggapan yang dilakukan
dengan menggunakan panca indera setiap individu terhadap objek yang
ditangkapnya, dan proses ini merupakan bagian dari pengamatan terhadap
nilai-nilai suatu objek dengan menggunakan panca inderanya. Dalam proses
pengamatan ini, individu harus sadar dan mengetahui terhadap objek yang
muncul.
David Krech bahkan menyimpulkan bajwa persepsi ialah suatu proses
dari pengetahuan yang dapat menghasilkan suatu gambaran unik yang nyata
ataupun tidak nyata.23 Hal ini dapat dijelaskan bahwa persepsi terbentuk
dengan adanya proses pengetahuan atau kognitif seseorang yang kompleks atau
berbeda-beda dari setiap orang dan selanjutnya ditafsirkan untuk dapat
menghasilkan gambaran yang unik mengenai suatu kenyataan atau fakta sosial.
Tetapi gambaran tersebut dapat berbeda dari kenyataannya.
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan.24 Sebagai inti dari komunikasi, persepsi memengaruhi komunikasi.
Individu memperoleh stimuli-stimuli dari lingkungan sekitar. Dari beberapa
22 Bambang Mardijanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Popular, (Surabaya: Bintang
Timur, 1996), h.481
23 Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, Konsep Dasar, dan Aplikasinya, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2005), h. 142
24 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, h. 51
stimuli tersebut, individu menentukan untuk memilih dan berfokus pada
stimuli tertentu kemudia melakukan persepsi atas stimuli tersebut dan
mengabaikan yang lain. Sebagai inti dari komunikasi maka, persepsi
memengaruhi komunikasi. Pengetahuan kita tentang orang atau objek lain
ditentukan oleh kesan yang kita bentuk dari mereka.25
Persepsi terjadi di dalam benak individu yang mempersepsi, bukan di
dalam objek dan selalu merupakan pengetahuan tentang penampakan. Maka,
apa yang mudah bagi kita, boleh jadi tidak mudah bagi orang lain, atau apa
yang jelas bagi orang lain mungkin terasa membingungkan bagi kita. Dalam
konteks inilah kita perlu memahami intrapribadi dari komunikasi antarpribadi
dengan melihat lebih jelas sifat-sifat persepsi:26
1. Persepsi adalah pengalaman. Untuk mengartikan makna dari seseorang,
objek atau peristiwa, kita harus memiliki dasar/basis untuk melakukan
interpretasi. Dasar ini biasanya kita temukan pada pengalaman masa lalu
kita dengan orang, objek atau peristiwa tersebut. Tanpa landasan
pengalaman sebagai pembandingan tidak mungkin untuk
mempresentasikan suatu makna, sebab ini akan membawa kita kepada suatu
kebingungan.
2. Persepsi adalah selektif. Ketika mempersepsikan hanya bagian-bagian
tertentu dari suatu objek atau orang. Dengan kata lain, kita melakukan
seleksi hanya pada karakteristik tertentu dari objek-objek persepsi kita dan
25 Sears, David O Jonathan L Freedman & L. Anne Peplau, Psikologi Sosial Jilid 1,
(Jakarta: Erlangga, 1985), h.52-53 26 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori & Praktek, ( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.
150.
27
mengabaikan yang lain. Dalam hal ini biasanya kita mempersepsikan apa
yang kita “inginkan” atas dasar sikap, nilai, dan keyakinan yang ada dalam
diri kita dan mengabaikan karakteristik yang telah relevan atau berlawanan
dengan nilai dan keyakinan tersebut.
3. Persepsi adalah penyimpulan. Proses psikologis dari persepsi mencakup
penarikan kesimpulan melalui suatu proses induksi secara logis. Interpretasi
yang dihasilkan melalui persepsi pada dasarnya adalah penyimpulan atas
informasi yang tidak lengkap. Dengan kata lain, mempersepsikan makna
adalah melompat kepada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya
didasarkan atas data yang dapat diangkap oleh panca indra. Sifat ini saling
mengisi dengan sifat kedua. Pada sifat kedua persepsi hanya selektif, karena
keterbatasan kapasitas otak, maka kita hanya dapat mempersepsi sebagian
karakteristik dari objek. Melalui penyimpulan ini kita berusaha untuk
mendapatkan gambar yang lebih lengkap mengenai objek yang kita
persepsikan atas dasar sebagian karakteristik dari objek tersebut.
4. Persepsi tidak akurat. Setiap persepsi yang kita lakukan, akan mengandung
kesalahan dalam kadar tertentu. Hal ini antara lain disebabkan oleh
pengaruh pengalaman masa lalu, selektifitas, dan penyimpulan. Biasanya
ketidak akuratan ini terjadi karena penyimpulan yang terlalu mudah, atau
menyamaratakan. Adakalanya persepsi tidak akurat karena orang
menganggap sama, sesuatu yang sebenarnya hanya mirip. Dan semakin
tidak akurat persepsinya.
5. Persepsi adalah evaluatif. Persepsi tidak akan pernah objektif, karena kita
melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman dan merefleksikan sikap,
nilai dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk memberi makna pada
objek persepsi. Karena persepsi merupakan proses kognitif psikologis yang
ada dalam diri kita, maka bersifat subjektif.
Persepsi yang dijelaskan diatas ialah proses-proses yang terjadi pada diri
individu dalam menerima informasi mengenai suatu fenomena sosial atau suatu
kenyataan. Individu dapat menyeleksi atau memilih informasi seperti apa yang
berguna untuknya, selanjutnya individu akan mengorganisasikan atau upaya
menghubungkan informasi yang diterimanya dengan pengetahuan yang ada
pada dirinya, dan selanjutnya individu akan mulai memberikan penafsirannya
terhadap informasi yang diterima.
F. Konsep Citra
Pengertian citra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
rupa, gambar, gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi,
perusahaan, organisasi, atau produk. Menurut Jalaluddin Rakhmat dalam
bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi, citra adalah gambaran tentang
realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas karena citra adalah dunia
menurut persepsi kita dan dibentuk berdasarkan apa yang diterima oleh
khalayak.27
Secara umum citra dapat diartikan sebagai gambaran apa yang ada di
pikiran seseorang mengenai suatu hal. Hal yang dimaksud di sini bisa berupa
personal, kelompok atau bahkan sebuah perusahaan. Konsep citra lembaga
27 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012)
Cet Ke-28, h.221.
29
dibangun melalui persepsi atau kesan khalayak terhadap perusahaan.
Walaupun citra lembaga tergantung pada persepsi khalayak, namun lembaga
dapat secara sadar membangun citra sesuai dengan identitas yang ingin
ditampilkan
Citra terbentuk oleh perpaduan antara informasi dengan pengalaman.
Informasi yang diterima oleh individu mengenai suatu hal, biasanya akan
menumbuhkan persepsi-persepsi tertentu pula. Misalnya, saat individu
memiliki pengalaman buruk dari orang lain akan sangat sulit untuk memiliki
persepsi positif meskipun informasi yang diterima sifatnya baik.
Dalam media massa citra dipengaruhi oleh apa yang dilihat oleh
khalayak. Hal tersebut dapat terjadi karena media massa memberikan informasi
yang kemudian memengaruhi pembentukan citra. Dapat diketahui bahwa
media massa menampilkan realitas yang dibentuk dan dipilih untuk
ditampilkan kepada khalayak yang kemudian dapat menciptakan stereotip
tertentu di tengah masyarakat. Dengan demikian, membuktikan peranan media
massa dalam membentuk dan mengubah citra.
1. Proses Pembentukan Citra
Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang
diterima seseorang. untuk mengetahui citra seseorang diketahui dari
sikapnya terhadap objek tersebut. Proses pembentukan citra mengalami 4
tahap28, yaitu:
28 Soleh Soemirat, M.S dan Elvinaro Ardianto, Dasar-Dasar Public Relation, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya,2005, Cet Ke-4, h. 116.
a. Persepsi: Persepsi disini adalah mengenai makna atau mengartikan
suatu rangsangan berdasarkan pengalamannya terhadap rangsangan itu
sendiri.
b. Kognisi: Setelah suatu individu sudah dapat mengartikan suatu
rangsangan berdasarkan pengalaman. Maka selanjutnya terjadi kognisi,
dimana individu akan merasa yakin terhadap stimulus.
c. Motif: Motif diartikan sebagai dorongan seseorang untuk melakukan
suatu hal untuk mencapai tujuannya.
d. Sikap: Sikap yang dimaksud berarti sebuah kecondongan dalam diri
untuk berpikir, bertindak dalam menghadapi suatu masalah,
mengeluarkan suatu ide atau nilai-nilai yang ada di masyarakat.
Sehingga mempunyai daya pendorong untuk menentukan apakah setuju
atau tidak setuju terhadap sesuatu.
Dalam media massa citra dipengaruhi oleh apa yang dilihat oleh
khalayak. Hal tersebut dapat terjadi karena media massa memberikan informasi
yang kemudian memengaruhi pembentukan citra. Dapat diketahui bahwa
media massa menampilkan realitas yang dibentuk dan dipilih untuk
ditampilkan kepada khalayak yang kemudian dapat menciptakan stereotip
tertentu di tengah masyarakat. Dengan demikian, membuktikan peranan media
massa dalam membentuk dan mengubah citra.
E. Citra Lembaga Pemerintahan
Membahas mengenai citra dalam sebuah lembaga akan menggiring
khalayak untuk membahas nilai. Nilai yang nantinya akan mengkaitkannya
dengan penilaian baik atuau buruk, indah atau kotor, benar atau salah dan
31
seterusnya. Frank Jefkins menyatakan dalam bukunya yang berjudul Public
Relations Technique citra secara umum adalah kesan seseorang atau individu
yang dihasilkan dari pengetahuan dan pengalaman mengenai sesuatu yang
muncul dan kemudian menempel. Seperti, citra baik atau citra buruk.
Pada dasarnya organisasi menginginkan citra yang baik di mata
masyarakat, karena akan menigkatkan eksistensi lembaga itu sendiri. Jika citra
organisasi terlihat buruk di mata masyarakat, maka petumbuhan organisasi
tidak dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, pembentukan citra bertujuan untuk
mngevaluasi kebijakan dan memperbaiki kesalahpahaman.
Lembaga pemerintah harus berusaha membentuk citra organisasinya.
Organisasi pemerintahan yang memerlukan citra citra baik agar dapat diterima
oleh masyarakat. Citra baik atau buruk dari sebuah lembaga pemerintahan
berpengaruh pada persepsi yang ditampilkan oleh publik. Hal ini sangat
penting dilakukan karena sejalan dengan perkembangan sistem pemerintahan
yang mengarah pada good governance.
Aspek yang penting disetiap instansi atau lembaga ialah public relation.
Public relation menjadi bagian yang sangat menentukan kelangsungan
lembaga tersebut. Fungsi public relation adalah menciptakan dan menegakkan
citra organisasi yang diwakilinya agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dan
tidak melahirkan isu-isu yang dapat merugikan organisasi. Dengan begitu,
dapat mempengaruhi opini dan perilaku anggotanya terhadap organisasi.
D. Khalayak
Hiebert (1985) menjelaskan pengertian khalayak dan karakteristiknya,
antara lain: (1) khalayak cendrung berisi individu yang condong untuk berbagi
pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial diantara mereka serta
pemilih media berdasarkan seleksi kesadaran; (2) khalayak cenderung tersebar
dibeberapa wilayah sasaran; (3) khalayak bersifat heterogen, yakni berasal dan
terdiri dari berbagai lapisan dan kategori sosial; (4) khalayak cenderung
anonim, tidak mengenal khalayak lainnya yang juga sama-sama mengakses
media; dan (5) posisi khalayak pada dasarnya di media massa dipisahkan dari
komunikator.29
Teori tentang khalayak sendiri yaitu suatu teori yang mencoba
menjelaskan bagaimana seorang khalayak menerima, membaca dan merespon
sebuah teks. Dalam studi media, ada dua pandangan mengenai bagaimana
khalayak menafsirkan teks. Padangan pertama, melihat khalayak sebagai pihak
pasif . media dibayangkan sebagai entitas yang otonom dan aktif, sementara
khalayak sebagai entitas yang pasif. Apa yang dibayangkan oleh khalayak
ditentukan oleh apa yang disajikan media. Pendangan kedua, melihat khalayak
sebagai entitas yang aktif dan dinamis. Khalayak disini bukan lagi dimaknai
sebagai konsumen media saja tetapi aktid dalam memaknai isi media.
Levi dan Windahl menyusun tipologi aktifitas khalayak yang dibentuk
melalui dua dimensi, sebagai berikut:30
29 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Jakarta, Kencana, 2014) h.55 30 Richard Wets dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi
(Jakarta, Salemba Humanika, 2008) h. 110
33
1. Dimensi orientasi khalayak yang terdiri dari tiga angkatan:
a. Selektivitas terhadap isi media, semakin banyak pilihan
semakin selektif.
b. Keterlibatan mengandung dua arti, pertama tingkatan dimana
khalayak menghubngkan dirinya dengan isi media kedua,
suatu tingkatan dimana individu berinteraksi secara
psikologis dengan media atau termasuk didalamnya pesan-
pesan media.
c. Keguanaan, artinya individu menggunakan atau
mengantisipasi pengguanaan komunikasi massa untuk tujuan
sosial atau psikologinya.
2. Dimensi temporal, yaitu menjelaskan aktivitas audiens dilihat
sebelum, selama dan sesudah terpaan. Seperti yang digambarkan
dalam tabel berikut.
Tabel 1. Tipologi Aktivitas Khalayak Levi dan Windahl (1984)
Urutan Komunikasi
Orientasi
Khalayak
Sebelum
Terpaan
Selama
Terpaan
Sesudah
Terpaan
Selektivitas Terpaan
selektif,
mencari-cari
Persepsi
selektif
Ingatan
selektif
Keterlibatan Antisipasi
dari terpaan
Perhatian
pembentukan
makna,
interaksi
Identifikasi
jangka
panjang,
khayalan
Urutan Komunikasi
prasosial,
identifikasi
Kegunaan Koin
pertukaran
Untuk
memperoleh
kepuasan
Mendapat
suatu topik
Levi dan Windahl juga menghubungkan antara variabel keterlibatan
selama terpaan dengan preexprosure selectivity, yang meghasilkan empat
subtipe aktivitas khalayak, yaitu:
Tabel 2. Tipologi Subtipe Khalayak
Keterlibatan selama
terpaan
Preexprosure Selectivity
Tinggi Rendah
Tinggi Mencari kepuasan yang
dimotivasi
Keterlibatan
indiskriminasi
Rendah Topik ritual Melewatkan waktu
Pada kasus hubungan antara aktivitas dengan pencarian kepuasan sosial
maupun psikososialnya, dan khalayak akan aktif memenuhi harapan itu dalam
proses komunikasi. Khalayak cenderung mencari pemberitaan yang sesuai
dengan pikirannya.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang terletak di Jalan Ir.
H. Djuanda No. 95, Ciputat 15412, (021) 740152, Fax (021) 7402982.
Penelitian ini dilakukan pada bulan November hingga Mei 2018.
B. Paradigma dan Pendekatan Penelitian
Paradigma yang digunakan pada penelitian adalah paradigma positivisme
menggunakan logika berfikir dedukatif. Paradigma positivisme yakni suatu
pandangan bahwa ilmu hanya dapat diperoleh melalui fenomena yang empiris,
dapat diamati dan diukur serta diuji dengan metode ilmiah.31
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena semua data
diwujudkan dalam bentuk angka yang diolah dengan model statistika
menggunakan bantuan program SPSS. Pendekatan kuantitif ialah penelitian
yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat
digeneralisasikan. Menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menguji teori-
teori dengan cara meneliti antarvadiabel berdasarkan prosedur statistik yang
lebih mementingkan aspek keluasan data sehingga data atau hasil riset
dianggap mewakili seluruh populasi.32
31 Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: Rajagrafindo, 2012), Cet.
Ke-1, h. 27. 32 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup, 2011),
Cet. Ke- 1, h. 38
36
Dalam pelaksanaanya, explanatory reasearch ini menggunakan metode
survei. Metode survei adalah data yang dikumpulkan melalui teknik
penyebaran angket.33 Pada format ekspalanasi survei, peneliti diwajibkan
membangun hipotesis penelitian dan mengujinya di lapangan melalui
kuesioner sebagai alat pengumpul data.
Dalam hal ini, variabel yang diujikan berdasarkan hipotesis penelitian
yang sudah disebutkan dalam bab sebelumnya adalah hubungan terpaan
pemberitaan kasus korupsi mantan ketua DPR RI, Setya Novanto di Detikcom
tentang persepsi Mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terhadap citra lembaga DPR.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah metode
survei. Penelitian survei merupakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan pertanyaan (kusioner) terstruktur yang sama pada setiap orang,
kemudian semua jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan
dianalisis.34
Kuesioner akan diberikan kepada responden untuk mengukur variabel-
variabel, berhubung diantara variabel yang ada, serta dapat berupa pengalaman
dan pendapat dari responden. Jadi, peneliti mengambil sampel dari satu
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan datanya.
33 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Janah, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung:
PT Grafindo Persada, 2005), h. 9. 34 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Grup, 2011),
Cet. Ke- 1, h. 139
37
D. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatif untuk
mrngetahui mengapa situasi atau kondisi tertentu terjadi atau apa yang
mempengaruhi terjadinya sesuatu. Dalam penelitian eksplanatif peneliti tidak
hanya menggambarkan terjadinya fenomena tapi mencoba menjelaskan
mengapa fenomena itu terjadi dan apa pegaruhnya. Penelitian eksplanatif
menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel dengan membuat
hipotesa sebagai asumsi awal untuk menjelaskan hubungan antara variabel.35
E. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah permasalahan yang akan diteliti oleh
peneliti sedangkan objek penelitian adalah responden yan akan diteliti dalam
sebuah penelitian.
Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah pemberitan kasus
korupsi mantan ketua DPR RI, Setya Novanto di Detikcom. Peneliti memilih
Detikcom karena media daring terpopuler di Indonesia dan memperbaruhi
berita-berita kasus korupsi yang menjerat mantan ketua DPR tersebut secara
cepat. Sedangkan objek pada penelitian ini adalah persepsi Mahasiswa
Jurnalistik UIN Jakarta tentang citra lembaga DPR.
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi diartikan sebagai jumlah penduduk, asal katanya dari bahasa
Inggris yaitu population. Populasi bisa berbentuk lembaga, individu,
35 Rachmat Kriyanto, Riset Komunikasi (Jakarta, Kencana, 2006) h.61
38
kelompok, dokumen atau konsep, sehingga objek-objek ini dapat dijadikan
sumber data penelitian.36
Dilihat dari komplektivitas objek populasi, maka populasi dapat
dibedakan menjadi populasi homogen dan populasi heterogen.
a. Populasi homogen adalah keseluruhan individu yang menjadi
anggota populasi dan memiliki sifat-sifat yang relatif satu sama
lainnya. Artinya, tidak ada perbedaan hasil tes dari jumlah tes
populasi yang berbeda.
b. Populasi heterogen adalah keseluruhan individu anggota
populasi relatif memiliki sifat-sifat individual, dimana sifat
tersebut membedakan individu anggota populasi yang satu
dengan lainnya.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah mahasiswa
Jurnalistik Fakultas Ilmu Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan
2014 hingga 2017. Pemilihan populasi ini dengan alasan karena mahasiswa
dianggap sebagai orang yang aktif di media online dan memperhatikan
perkembangan berita kasus korupsi mantan ketua DPR RI, Setya Novanto
di Detikcom. Mahasiswa yang memiliki bidang keilmuan mengenai media
yang berkaitan dengan situs online. Sehingga mampu memberikan penilaian
terhadap citra lembaga DPR.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Mahasiswa program studi Jurnalistik berjumlah 239 orang.
36 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:Kencan Prenada, Media
Group, 2005), Cet ke-3, h.99.
39
Tabel 3. Jumlah Populasi Mahasiswa Jurnalistik UIN Jakarta Angkatan
2014-2017
No Tahun Angkatan Jumlah
1. 2014/2015 67 orang
2. 2015/2016 67 orang
3. 2016/2017 105 orang
Total 239 orang
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 239 mahasiswa yang terdiri
angkatan 2014 hingga 2016 masing-masing sebanyak 67 orang, dan
angkatan 2016/2017 sebanyak 105.
2. Sampel
Besarnya jumlah populasi tidak memungkinkan peneliti untuk
mengambil secara keseluruhan. Untuk itu, peneliti mengambil sampel agar
data yang diperoleh menjadi sederhana dan terwakili dari populasi. Cara
penarikan sampel penelitian ini adalah penarikan sampling acak sederhana
(Simple Random Sampling). Wibisono (2003) menuliskan, pada sampling
acak sederhana, tiap elemen dalam populasi mempunyai peluang yang sama
dan diketahui untuk terpilih menjadi subjek penelitian.37
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 71 orang. Pengambilan
jumlah sampel didasarkan atas perhitungan menggunakan rumus Slovin
dengan taraf kepercayaan sampel terhadap populasi sebesar 90% atau taraf
kesalahan 10%.
37 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2009), Cet. Ke-4, h. 158.
40
Rumus perhitungan besaran sampel.38
𝑛 =𝑁
1 + (𝑁 x 𝑒2)
Keterangan:
n: Jumlah elemen/anggota sampel
N: jumlah elemen/anggota populasi
e: Eror level (tingkat kesalahan) (10%)
Adapun gambaran ukuran sampel terhadap populasi mahasiswa
program studi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai berikut:
𝑛 =𝑁
1 + (𝑁 x 𝑒2) =
239
1 + 239 (10%)2
= 239
1 + 239 (0,1)2
= 239
1 + 239 (0,01)
= 239
1 + 2,39
= 239
3,39
= 70,5 (dibulatkan menjadi 71)
Kemudian, untuk mengukur banyaknya sampel tiap angkatan, peneliti
juga membaginya menggunakan rumus:
𝑛𝑖 =𝑛
𝑁𝑥𝑛𝑥
Keterangan:
𝑛𝑖 = jumlah sampel tiap angkatan
𝑛 = jumlah seluruh sampel pada penelitian
38 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Cet. Ke-4, h. 162.
41
𝑁 = jumlah seluruh populasi
𝑛𝑥 = jumlah anggota tiap angkatan
Sampel Jurnalistik Angkatan 2014/2015
𝑛𝑖 =71
239𝑥 67 = 19,9 (dibulatkan menjadi 20)
Maka, jumlah sampel angkatan jurnalistik sebanyak 20 orang.
Sampel Jurnalistik Angkatan 2015/2016
𝑛𝑖 =71
239𝑥 67 = 19,9 (dibulatkan menjadi 20)
Maka, jumlah sampel angkatan jurnalistik sebanyak 20 orang
Sampel Jurnalistik Angkatan 2016/2017
𝑛𝑖 =71
239𝑥 105 = 31,1 (bulatkan menjadi 31)
Maka, jumlah sampel angkatan jurnalistik sebanyak 31 orang.
Tabel 4. Jumlah Sampel Jurnalistik UIN Jakarta Angkatan 2014-2016
Jadi, peneliti mengambil sampel dari program Studi Jurnalistik UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2014 hingga 2016 masing-masing
sebanyak 20 orang dan angkatan 2016/2017 sebanyak 31 orang.
No Tahun Angkatan Jumlah Jumlah Sampel
1. 2015/2016 67 Orang 20 Orang
2. 2016/2017 67 Orang 20 Orang
3. 2017/2018 105 Orang 31 Orang
Total 239 Orang 71 Orang
42
D. Operasional Konsep
Definisi operasional menekankan kepada hal-hal terkait ukuran/indikator
dari suatu variabel.39 Dari sinilah konsep dan definisi operasional penelitian
menjadi kerangka wajib serta menjadi acuan dalam mendesain sebuah
instrumen penelitian.
Penelitian ini menggunakan skala ordinal yang memberikan informasi
tentang jumlah relatif karakteristik berbeda yang dimiliki oleh objek atau
individu tertentu. Sedangkan teknik penskalaan menggunakan skala likert.
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial.
Tabel 5. Skala Likert
Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif
Sangat Setuju (SS) = 4 Sangat Setuju (SS) = 1
Setuju (S) = 3 Setuju (S) = 2
Tidak Setuju (TS) = 2 Tidak Setuju (TS) = 3
Sangat Tidak Setuju (STS) = 1 Sangat Tidak Setuju (STS) = 4
Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu satu variabel bebas dan satu
dari variabel terikat. Variabel bebas dari penelitian ini adalah terpaan
pemberitaan kasus korupsi mantan ketua DPR RI, Setya Novanto di Detik.com.
Diukur dengan tiga dimensi terpaan media, yaitu; frekuensi, pegukuran
intensitas penggunaan media dalam jangka waktu tertentu. Durasi, menghitung
39 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Prenada media Grup, 2013), Cet. Ke-
3, h 97.
43
berapa lama khalayak bergabung dengan media. Dan atensi, diukur dari
penonjolan kesadaran khalayak terhadap suatu berita.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa
Jurnalistik UIN Jakarta tentang citra lembaga DPR. Diukur dengan tiga
dimensi citra, yaitu; kesan, kepercayaan dan reputasi yang timbul setelah
mengetahui pemberitaan.
Tabel 6. Operasional Konsep Terpaan Media (Variabel X)
Variabel Dimensi Indikator Pengukuran Skala
Terpaan
Frekuensi Berapa kali
responden
membaca
berita
1-3 kali (1)
4-6 kali (2)
7-9 kali (3)
>10 kali (4)
Ordinal
Durasi Lamanya
responden
membaca
<5 menit (1)
6-10 menit (2)
11-15 menit (3)
>16 menit (4)
Atensi Informasi
yang
dibutuhkan
responden
Sangat Tidak
Setuju (1)
Tidak setuju (2)
Setuju (3)
Sangat Setuju
(4)
Perkembangan
berita yang
dinantikan
responden
Informasi
besifat aktual
dan menjadi
headline
44
Variabel Dimensi Indikator Pengukuran Skala
Informasi
besifat aktual
meski tidak
menjadi
headline
Tabel 7. Operasional Konsep Citra Lembaga DPR (Variabel Y)
Variabel Dimensi Indikator Pengukuran Skala
Citra
lembaga
Persepsi
khalayak
Anggapan
khalayak
Sangat Tidak
Setuju (1)
Tidak Setuju
(2)
Setuju (3)
Sangat Setuju
(4)
Ordinal
Kepercayaan Perasaan
percaya
khalayak
terhadap
lembaga
Reputasi Evaluasi
terhadap
sikap dan
memunculkan
reaksi
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan dan diperoleh melalui
beberapa sumber yaitu:
1. Data Primer
Dilakukan melalui teknik kuisioner (angket). Angket adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia
45
ketahui.40 Pada penelitian survei, penggunaan kuesioner merupakan hal
yang pokok untuk pengumpulan data.
Hasil kuesioner tersebut akan tertera dalam angka-angka, tabel-tabel,
analisa statistik dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian. Analisa data
kuantitatif dilandaskan pada hasil kuesioner tersebut. Tujuan pokok
pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan
dengan tujuan survei, dan memperoleh informasi dengan reliabilitas dan
validitas setinggi mungkin.41
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung didapat dari lapangan.
Data yang diperoleh biasanya melalui bahan-bahan pustaka yang terkait
dengan masalah-masalah yang diteliti. Bahan-bahan pustaka yang
digunakan bisa berupa buku-buku, internet, literatur atau informasi tertulis
lainnya.
Semua hal di atas dapat dilakukan apabila dalam angket yang diajukan
terdapat pernyataan yang kurang dapat dipahami dan dapat dijelaskan oleh
peneliti. Sehingga dapat dimungkinkan untuk menghindari terjadinya
salah persepsi serta mendapatkan jawaban yang valid.
40 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta,2006), h.151 41 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3S,
2011), hal. 175
46
F. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data
ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumusan tertentu. Pengolahan
data meliputi:
1. Editing
Editing adalah proses pengecekan atau memeriksa data yang telah berhasil
dikumpulkan dari lapangan, karena ada kemungkinan data yang telah
masuk tidak memenuhi syarat atau tidak dibutuhkan. Dalam melakukan
proses editing data, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses
editing, antara lain:
a. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel berupa pengecekan kategori sampel,
jenis sampel yang digunakan dan penentuan jumlah sampel.
b. Kejelasan data
Pada tahap ini yaitu mengecek apakah data yang telah masuk
dapat dibaca dengan jelas, jika terdapat tulisan tangan atau
singkatan yang kurang jelas perlu dilakukan verifikasi kepada
pengumpul data.
c. Kelengkapan isian
Pada tahap ini dilakukan pengecekan apakah isi kuesioner
responden ada yang kosong atau tidak, bila kosong ada dua
kemungkinan pertama memang tidak ada jawaban atau
kemungkinan kedua responden menolak menjawab.
d. Keserasian jawaban
47
Tahap ini dilakukan pengecekan keserasian jawaban
responden, ini dilakukan menghindari terjadinya jawaban
responden yang bertentangan.
2. Codeting (pengkodean)
Codeting adalah kegiatan pemberian kode tertentu pada tiap-tiap
data yang termasuk kategori sama. Kode adalah isyarat yang dibuat
dalam bentuk angka-angka atau huruf untuk membedakan antara data
atau identitas data yang akan dianalisis.
3. Tabulasi
Tabulasi adalah proses penempatan data ke dalam bentuk tabel yang
telah diberi kode sesuai dengan kebutuhan analisis. Tabel-tabel yang
dibuat harus diringkas guna memudahkan dalam proses analisis data.
G. Uji Coba Instrumen Validitas dan Reabilitas
1. Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana
ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Pernyataan atau
pertanyaan dinyatakan valid jika mempunyai nilai r hitung yang lebih
besar dari r standar yaitu 0,3.42 Pada penelitian ini, uji validitas berguna
untuk mengetahui apakah terdapat pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner
yang harus dibuang atau diganti karena tidak relevan.
Instrumen dianggap valid jika r hitung > r tabel dan dalam penelitian
ini, dianggap memenuhi syarat koefisien dengan n = 30 dengan nilai taraf
42 Mohammad Mulyadi, Penelitian Kuantitatif dan Kualitaif, (Jakarta: Publica
Institute,2010), h. 109.
48
signifikan 5% yaitu 0,361 dan taraf signifikan 1% yaitu 0,463. Pada uji
instrumen ini, peneliti menggunakan bantuan Microsoft Excel untuk
menguji validitas instrumennya.
Pada tahap ini peneliti melakukan uji coba terhadap 30 responden
bayangan, yakni responden yang memiliki kriteria yang sama untuk
dijadikan sampel. Responden bayangan yang peneliti pilih merupakan
mahasiswa dengan jurusan acak berjumlah 30 responden.
2. Uji Reabilitas
Apabila suatu alat pengukuran telah dinyatakan valid, maka tahap
selanjutnya adalah menguji realibilitas alat tersebut. Realibilitas adalah
ukuran kepercayaan suatu alat ukur dalam menjalankan fungsi ukurnya.
Hasil pengukuran dapat dipercaya jika dalam beberapa kali pelaksanaan
pengukuran diperoleh hasil yang relative sama.43 Uji realibilitas dilakukan
dengan melihat jawaban responden pada kuesioner yang disebarkan.
Uji realibilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Pada
program SPSS, pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode
Cronbach Alpha. Apabila Cronbach Alpha yang diperoleh dari pengujian
ini lebih besar dari 0,60 maka kuesioner dinyatakan reliabel sebaliknya
bila nilai alpha menunjukkan hasil lebih kecil dari 0,60 maka kuesioner
dinyatakan tidak reliabel.
Dalam sebuah penelitian hendaknya peneliti menentukan variabel.
Berdasarkan jenisnya, variabel terbagi atas variabel independen (variabel
43 Azwar, Saiffudin, Reliabilitas dan Validitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), h. 4
49
bebas) yakni variabel yang memengaruhi, dan variabel dependen (variabel
terikat) yakni variabel yang dihubungkan.44
Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah pemberitaan
kasus korupsi mantan ketua DPR RI, Setya Novanto di Detikcom. Sedangkan
variabel dependen dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa Jurnalistik
UIN Jakarta tentang citra lembaga DPR yang mempunyai kewajiban
menampung dan menyampaikan aspirasi masyarakat. Dalam menentukan
variabel, peneliti membagi menjadi dua, yaitu:
1. Variabel Independen
Variabel Independen merupakan variabel yang mempengaruh
variabel lain atau menghasilkan akibat pada variabel yang lain, yang pada
umumnya berada dalam urutan tata waktu yang terjadi lebih dulu.
Keberadaan variabel ini dalam penelitian kuantitatif merupakan variabel
yang menjelaskan terjadinya fokus atau topik penelitian. Variabel ini
biasanya dilambangkan dengan (X) atau biasa disebut variabel bebas.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang diakibatkan atau
dipengaruhi oleh variabel independen. Keberadaan variabel ini
dilambangkan dengan (Y) atau disebut variabel terikat.
Gambar 1. Variabel Penelitian
44 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Cet. Ke-4, h. 20
Citra Lembaga DPR
(Y)
Pemberitaan kasus korupsi
mantan ketua DPR RI,
Setya Novanto
(X)
50
H. Teknik Analisis Data
1. Kendall Tau
Korelasi rank Kendall Tau menurut Siegel (1994:250) adalah ukuran
korelasi yang menuntut kedua variabel diukur sekurang-kurangnya dalam
skala ordinal. Sehingga objek-objek yang dipelajari dapat dirangking dalam
dua rangkaian berurut. Menurut Sugiono, analisis rank Kendall Tau
digunakan untuk mencari hubungan dan menguji hipotesis antara dua
variabel atau lebih, bila datanya berbentuk ordinal atau rangking. Teknik
analisis ini memiliki kelebihan yaitu dapat digunakan pada sampel lebih dari
sepuluh.
Koefisien korelasi rangking Kendall Tau cocok digunakan sebagai
ukuran korelasi dengan jenis data yang sama dengan digunakan dimana
koefisien korelasi rangking spearman dapat digunakan. Artinya jika
sekurang-kurangnya tercapai pengukuran ordinal dari dua variabel.
Rumus:
𝑇 =2𝑆
𝑁(𝑁 − 1)
Penjelasan:
T = koefisien korelasi Kendall Tau (besarnya antara -1 s/d 1)
𝑆 = selisih jumlah rank x dan y
𝑁 = banyaknya sampel
51
Metode yang digunakan pada analisis koefisien korelasi rank Kendall yang
diberi notasi t adalah sebagai berikut:
1. Beri rangking data observasi pada variabel x dan variabel y.
2. Susun N objek sehingga ranking x untuk subjek itu dalam urutan wajar,
yaitu 1,2,3,...,n. Apalagi terdapat rangking yang sama maka
rangkingnya adalah rata-ratanya.
3. Amati rangking y dalam urutan yang bersesuaian dengan rangking x
yang ada dalam urutan wajar kemudian tentukan jumlah angka
pasangan concordan (Nc) dan jumlah angka pasangan discordan (Nd).
4. Statistik uji yang digunakan yaitu;
T = Nc-Nd / (N(N-1)/2)
T = koefisien korelasi rank kendall
Nc = jumlah angka pasangan concordant
Nd = jumlah angka pasangan discordant
N = ukuran sampel
Korelasi yang dihasilkan berkisar diantara -1 sampai +1. Angka
pada nilai korelasi yang dihasilkan menunjukan keeratan hubungan antara
dua variabel yang diuji. Jika angka korelasi makin mendekati 1 maka
korelasi dua variabel akan semakin kuat, sedangkan jika angka korelasi
makin mendekati 0 maka korelasi dua variabel makin lemah. Tanda minus
dan positif pada nilai korelasi menyatakan sifat hubungan. Jika nilai korelasi
menyatakan minus berarti hubungan diantara kedua variabel bersifat
negatif, sedangkan jika nilai korelasi bertanda plus berarti hubungan kedua
variabel bersifat positif. Apabila didapati nilai koefisien korelasi dari dua
52
variabel adalah 0, maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut
independen.45
Tabel 8. Tabel Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Cukup
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,00 Sangat Kuat
45 https://www.scribd.com/doc/134451157/Koefisien-Korelasi-Kendall-Tau diakses
tanggal 20 November 2018 pukul 23.00 WIB
53
BAB IV
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
A. Gambaran Umum Program Studi Jurnalistik
1. Sejarah Singkat Prodi Jurnalistik
Program studi Jurnalistik awalnya merupakan Konsentrasi dari Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Konsentrasi Jurnalistik mulai resmi
dibuka sejak tahun 2004 berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Pembukaan Konsentrasi Jurnalistik dirintis
oleh sebuah tim yang dibentuk oleh dekan waktu itu. Tim tersebut terdiri
dari Drs. Jumroni, M.Si sebagai ketua Drs. Masran, M.Ag sebagai
sekretaris, serta Dra. Armawati Arbi, M.Si dan Drs. Suhaimi, M.Si sebagai
anggota.
Proposal yang diajukan oleh Konsentrasi Jurnalistik kepada Menristek
Dikti RI tahun 2015 kini berbuah manis. Berdasarkan Surat Keputusan (SK)
Menteri Riset Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI (Menristek Dikti)
nomor 287/KPT/1/2018 tentang izin pembukaan Prodi Jurnalistik yang
diselenggarakan oleh Kementrian Agama.46 Sehingga Jurnalistik tidak lagi
menginduk pada Program Komunikasi Penyiaran Islam (KPI).
46 http://www.journolierta.com/2018/04/Jurnalistik-Resmi-Jadi-Program-Studi.html
diakses pada 28 April 2018 pukul 09.00 WIB.
54
2. Visi dan Misi Prodi Jurnalistik
a. Visi Prodi Jurnalistik: “Terwujudnya Program Studi Jurnalistik yang
terkemuka, baik secara nasional, regional maupun internasional dengan
tetap memegang prinsip keilmuan, profesional dan etika religius”.
b. Misi Prodi Jurnalistik:
1) Melahirkan para Jurnalis muslim berkualitas dalam keilmuan,
keislaman dan ketrampilan jurnalistik, baik cetak maupun
elektronik.
2) Memberikan landasan moral terhadap pengembangan ilmu
jurnalistik dan melakukan pencerahan dalam pembinaan iman dan
takwa.
3) Melakukan integrasi ilmu jurnalistik dan ilmu agama secara utuh.
4) Berperan serta aktif mengembangkan ilmu jurnalistik melalui
kegiatan penelitian.
B. Gambaran Umum Detikcom
1. Sejarah Detikcom
Portal web Detikcom sudah bisa diakses pada 9 Juli 1998 yang pada
saat itu didirikan oleh Budiono Darsono, Yayan Sopyan, Abdul Rahman,
dan Didi Nugrahadi. Peliputan utama dari portal tersebut terfokus pada
berita politik, ekonomi, dan teknologi informasi. Setelah itu baru menambah
kanal hiburan dan olahraga.
Semenjak 3 Agustus 2011, Detikcom (PT Agranet Multicitra
Siberkom, Agrakom) diakuisisi secara total menjadi bagian dari PT Trans
55
Corporation. Di bawah perusahaan CT Corp yang dipimpin oleh Chairul
Tanjung, jajaran direksi diisi oleh pihak-pihak dari Trans Corpora.
Portal web yang berisi berita dan artikel daring di Indonesia ini
merupakan salah satu situs berita terpopuler di mesin pencarian internet.
Berbeda dengan situs-situs berita berbahasa Indonesia lainnya, Detikcom
hanya mempunyai edisi daring (online) dan menggantungkan pendapatan
dari bidang iklan. Walaupun begitu, detik.com merupakan yang terdepan
dalam hal berita-berita baru (breaking news).
Sejak pertama akses pada tahun 1998, situs Detikcom dikunjungi
sebanyak 2500 pengguna internet. Tahun selanjutnya meningkat terus
menerus meningkat. Terakhir pada bulan Januari 2018 mencapai 239.77 juta
pengunjung.47 Suatu alat ukur berpotensi besar yang dimiliki sebuah situs.
Tak salah lagi jika Detikcom menempati posisi tertinggi untuk seluruh
konten di Indonesia oleh the 10 Biggest Digital Media in Indoenesia dan
Alexa.com.
Kini Detikcom memiliki beberapa situs dengan fokus liputan yang
berbeda diantaranya yaitu, detikNews (news.detik.com) berisi informasi
tentang politik- peristiwa, detikFinance (finance.detik.com) berisi informasi
tentang ekonomi dan keuangan, detikFood (food.detik.com) berisi informasi
tentang resep makanan dan kuliner, detikHot (hot.detik.com) berisi
informasi tentang gosip artis/selebriti dan infotainment.Detiki-Net
(inet.detik.com) berisi informasi tentang teknologi informasi, detikSport
47 https://www.similiarweb.com/website/detik.com#overview diakses pada 2 Februari
2018 pukul 19.31 WIB.
56
(sport.detik.com) berisi informasi tentang olahraga termasuk sepak bola,
detikHealth (health.detik.com) berisi informasi tentang artikel kesehatan,
20detik (tv.detik.com/20detik/) Memuat original konten video mulai dari
news sampai lifestyle, detikFoto (foto.detik.com) Memuat berita foto,
detikOto (oto.detik.com) berisi informasi tentang otomotif, detikTravel
(travel.detik.com) berisi informasi tentang liburan dan pariwisata.
DetikEvent (event.detik.com) berisi informasi tentang event-event
yang diadakan dan kerjasama dengan Detikcom, detikForum
(forum.detik.com) tempat diskusi online antar komunitas pengguna
Detikcom, blogDetik (blog.detik.com) tempat pengakses mengisi informasi
atau artikel, foto, video di halaman blog pribadi, Wolipop
(wolipop.detik.com) berisi informasi tentang wanita dan gaya hidup,
Pasangmata (pasangmata.detik.com) informasi berita dari pengguna
(jurnalis warga) dan dimoderasi oleh Admin, Hai Bunda (haibunda.com)
berisikan artikel seputar parenting.
2. Visi dan Misi Detikcom
a. Visi Detikcom
Menjadi tujuan utama orang Indonesia untuk mendapatkan konten dan
layanan digital, baik melalui internet maupun selular/ mobile.
b. Misi Detikcom
1. Memiliki komitmen tinggi untuk memberikan kepuasan kepada
pelanggan.
2. Memberikan kesejahteraan kepada karyawan dan menjadi tempat
yang baik untuk berkarier.
57
3. Memberikan hasil optimal yang berkesinambungan bagi pemegang
saham.
3. Struktur Organisasi Detikcom 48
a. Struktur Detikcom
Direktur Utama : Budiono Darsono
Direktur Pemberitaan : Ahmad Ridwan Dalimunthe
Pemimpin Redaksi : Iin Yumiyanti
Kepala Peliputan : Ahmad Toriq (Jakarta),
Triono Wahyu Sudibyo (Daerah dan Luar
Negeri).
48 https://www.detikcom/dapur/redaksi diakses pada 2 Februari 2018 pukul 14.00 WIB
58
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Krakteristik Responden dan Hasil Penelitian
Tabel 9. Jumlah Responden Jenis Kelamin
No Kelamin Frekuensi
1. Laki-laki 17
2. Perempuan 54
Total 71
Tabel 9 menunjukan bahwa dalam penelitian ini dari jumlah total
responden adalah 71 orang. Responden laki-laki sebanyak 17 orang dan
perempuan sebanyak 54 orang.
Tabel 10. Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No Tingkat Pendidikan Frekuensi
1. SMA/SMK/MA 29
2. Pesantren 12
3. SMA/SMK/MA+Pesantren 30
Total 71
Berdasarkan tabel 10 menunjukan bahwa pada tingkat pendidikan
SMA/SMK/MA terdiri dari 29 orang. Pada tingkat pendidikan Pesantren
terdiri dari 12 orang. Dan pada tingkat pendidikan
SMA/SMK/MA+Pesantren terdiri dari 30 orang.
59
Tabel 11. Jumlah Responden Mahasiswa Berdasarkan Organisasi
Tabel 11 menunjukan bahwa responden dalam penelitian sebanyak
47 orang mengikuti kegiatan organisasi, dan sisanya tidak aktif organisasi.
Tabel 12. Jumlah Responden Berdasarkan Organisasi yang Diikuti
No Aktif Organisi Frekuensi
1. Intra Kampus 14
2. Ekstra Kampus 19
3. Intra dan Ekstra Kampus 16
4. Tidak mengikuti organisasi 22
Total 71
Tabel 12 menunjukan bahwa sebanyak 14 orang responden aktif
organisasi intra kampus, sebanyak 19 orang aktif organisasi ekstra
kampus, sebanyak 16 orang mengikuti kedua organisasi dan selebihnya
tidak mengikuti organisasi intra dan ekstra kampus.
B. Terpaan Media
Tabel 13. Frekuensi Responden Membaca Berita Kasus Korupsi Mantan
Ketua DPR RI, Setya Novanto di Detik.com
No Frekuensi Mengakses Berita Kasus Korupsi Mantan
Ketua DPR RI, Setya Novanto di Detikcom
Frekuensi
1. 1-3 kali 1
2. 4-6 kali 2
3. 7-9 kali 32
4. ≥10 kali 36
Total 71
No Aktif Organisasi Frekuensi
1. Aktif 47
2. Tidak 24
Total 71
60
Tabel 13 menunjukan bahwa dari 71 responden, 36 responden
membaca pemberitaan kasus korupsi mantan ketua DPR, Setya Novanto
di Detikcom sebanyak ≥ 10 kali, 32 responden membaca 7-9 kali
pemberitaan kasus korupsi mantan ketua DPR, Setya Novanto di
Detikcom, 2 responden membaca 4-6 kali pemberitaan kasus korupsi
mantan ketua DPR, Setya Novanto di Detikcom dan 1 responden membaca
pemberitaan kasus korupsi mantan ketua DPR, Setya Novanto di
Detikcom.
Tabel 14. Durasi Responden Membaca Berita di Detik.com
No Durasi Membaca di Detikcom Frekuensi
1. ≤ 5 menit 1
2. 6-10 menit 2
3. 10-15 menit 32
4. ≥ 15 menit 36
Total 71
Data Tabel di atas dapat dilihat berapa rata-rata waktu yang dihabiskan
responden untuk membaca berita di Detikcom dalam sehari, 1 responden
hanya membaca ≤ 5 menit, 2 responden membaca berita di Detikcom 6-10
menit, dan 32 responden membaca berita di Detikcom sekitar ≥ 15 menit
dalam sehari.
C. Rekapitulasi Hasil Validitas dan Reabilitas
1. Hasil Uji Validitas
Berdasarkan data sebar instrumen uji coba variabel terpaan media
terdapat 8 butir pertanyaan yang valid. Dan uji instrumen variabel citra
lembaga DPR terdapat 8 butir pertanyaan valid.
61
Pertanyaan tersebut dinyatakan valid atau tidak valid dapat dilihat
dari perbandingan t hitung dengan t tabel yaitu, 0.361. Jika t hitung sama
besar atau lebih besar dari t tabel, butir pertanyaan dapat dinyatakan
valid. Sementara jika t hitung lebih kecil dari t tabel artinya butir
pertanyaan tidak valid. Pemaparan uji validitas adalah sebagai berikut.
Tabel 15. Hasil Uji Validitas Variabel Terpaan Media
No Pernyataan r-Hitung r-Tabel Hasil
Instrumen
1 Kesering responden
membaca berita di Setya
Novanto di Detikcom
0,532 0,361 Valid
2
Rata-rata waktu yang
dihabiskan untuk
membaca berita di
Detikcom
0,523 0,361 Valid
3 Kasus E-KTP Setya
Novanto membuat Saya
tertarik untuk berdiskusi
dengan teman
0,562 0,361 Valid
4 Berita kasus Setya
Novanto terus
diperbaruhi oleh
Detikcom
0,452 0,361 Valid
5 Berita kasus Setya
Novanto di Detikcom
dapat dipercaya
0,705 0,361 Valid
6 Detikcom menulis kasus
Setya Novanto berisikan
informasi yang
0,573 0,361 Valid
62
No Pernyataan r-Hitung r-Tabel Hasil
Instrumen
dibutuhkan oleh
masyarakat
7 Saya menantikan berita
kasus Setya Novanto di
Headline di Detikcom
0,471 0,361 Valid
8 Berita yang disampaikan
oleh Detikcom mengenai
Setya Novanto
mengandung informasi
yang jelas
0,520 0,361 Valid
Tabel 16. Hasil Uji Validitas Citra Lembaga DPR
No Pernyataan r-Hitung r-Tabel Hasil
Instrumen
1 Sebagai wakil rakyat,
DPR seharusnya terbebas
dari kasus korupsi
0,528 0,361 Valid
2 Berita kasus Setya
Novanto berimbas buruk
pada image anggota
parlemen lain
0,818 0,361 Valid
3 Seorang pemimpin harus
memiliki sifat jujur
0,834 0,361 Valid
4 Menurut saya, DPR tidak
menjalankan tugasnya
sebagai lembaga tinggi
perwakilan rakyat dengan
benar
0,808 0,361 Valid
63
No Pernyataan r-Hitung r-Tabel Hasil
Instrumen
5 Saya kecewa dengan
anggota parlemen yang
terlibat kasus hukum
0,760 0,361 Valid
6 Akibat kasus Setya
Novanto, wajah DPR
semakin suram dimata
masyarakat
0,825 0,361 Valid
7 Seorang pemimpin harus
memiliki sifat yang dapat
dipercaya oleh
masyarakat
0,837 0,361 Valid
8 Upaya DPR untuk
meningkatkan
kesejahteraan belum
dirasakan oleh rakyat
0,657 0,361 Valid
9 DPR harus memiliki
sikap adil dalam
menerima aspirasi
masyarakat
0,837 0,361 Valid
10 Sebagai wakil rakyat,
DPR seharusnya terbebas
dari kasus korupsi
0,528 0,361 Valid
11 Berita kasus Setya
Novanto berimbas buruk
pada citra anggota DPR
lain
0,520 0,361 Valid
64
2. Hasil Uji Reabilitas
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur yang telah
dinyatakan valid lalu diuji reabilitasnya dengan menggunakan program
SPSS 19. Jika hasil dari Cronbach alpha > 0,60 maka butir pertanyaan
kuesioner dapar dikatakan reliable. Berikut adalah hasil uji reabilitas
terhadap variabel terpaan pemberitaan kasus korupsi mantan ketua DPR
RI, Setya Novanto di Detikcom terhadap persepsi mahasiswa Jurnalistik
UIN Jakarta tentang citra lembaga DPR.
Tabel 17. Hasil Uji Reabilitas Variabel Terpaan Media
Cronbach's Alpha N of Items
.774 8
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 18. Hasil Uji Reabilitas Variabel Citra DPR
Cronbach's Alpha N of Items
.862 11
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan hasil uji reliabilitas kedua variabel dengan menggunakan
program SPSS 19 dengan ini nilai Cronbach Alpha masing-masing variabel
adalah 0,774 untuk variabel terpaan media dan 0,862 nilai variabel citra
lembaga DPR. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa semua butir
pernyataan mempunyai kehandalan yang tinggi untuk digunakan sebagai
instrumen pengukuran dalam penelitian ini.
65
D. Analisis Data Penelitian
1. Analisis Kendall’s Tau
Tabel 19. Korelasi Kendall’s Tau
Terpaan Citra Lembaga
Kendall's
tau_b
Terpaan Correlation
Coefficient
1.000 .255**
Sig. (2-tailed) . .004
N 71 71
Citra Lembaga Correlation
Coefficient
.255** 1.000
Sig. (2-tailed) .004 .
N 71 71
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hipotesis yang akan diujikan adalah sebagai berikut:
Ho: Tidak terdapat pengaruh antara terpaan pemberitaan kasus korupsi mantan
ketua DPR RI, Setya Novanto di Detik.com dengan persepsi mahasiswa
Jurnalistik UIN Jakarta tentang citra lembaga DPR.
Ha: Terdapat pengaruh antara terpaan pemberitaan kasus korupsi mantan ketua
DPR RI, Setya Novanto di Detik.com dengan persepsi mahasiswa Jurnalistik
UIN Jakarta tentang citra lembaga DPR.
Untuk menguji hipotesis diatas dapat dilihat dari hasil teknik analisis
Kendall’s Tau menggunakan SPSS. Jika nilai sig > 0,05 (nilai sig lebih besar dari
0,05) maka Ho diterima. Jika nilai sig <0,05 (nilai sig kecil dari 0,05) maka Ho
ditolak.
Dari hasil uji korelasi Kendall’s Tau di atas diperoleh nilai sig adalah 0,04.
Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05. Nilai sig 0,04 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha
66
diterima. Artinya terdapat hubungan antara terpaan pemberitaan kasus korupsi
mantan ketua DPR RI, Setya Novanto di Detik.com dengan citra lembaga DPR di
Mahasiswa Jurnalistik UIN Jakarta.
Hasil hubungan uji korelasi Kendall’s Tau sebesar 0,255. Artinya hubungan
antara terpaan pemberitaan kasus korupsi mantan ketua DPR RI, Setya Novanto di
Detik.com dengan persepsi mahasiswa Jurnalistik UIN Jakarta tentang citra
lembaga DPR adalah rendah. Seperti yang terlihat pada tabel49:
Tabel 20. Tabel Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Cukup
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,00 Sangat Kuat
E. Interpretasi Hasil
Temuan penelitian menunjukan data penggunaan media massa atau khalayak
pada mahasiswa Jurnalistik UIN Jakarta terbilang tinggi. Terbukti dengan
persentase frekuensi dan durasi membaca pemberitaan kasus korupsi mantan ketua
DPR RI, Setya Novanto di Detik.com, yaitu sebanyak 50,7%. Artinya, berdasarkan
tabel terpaan media, pemberitaan kasus mantan ketua DPR RI, Setya Novanto
tinggi dikalangan mahasiswa Jurnalistik UIN Jakarta. Namun tidak membuat
mahasiswa UIN Jakarta memiliki persepsi tidak baik tentang citra lembaga DPR.
49 https://www.scribd.com/doc/134451157/Koefisien-Korelasi-Kendall-Tau diakses tanggal 20
November 2018 pukul 23.00 WIB
67
Sementara itu, hasil analisis melalui uji korelasi Kendall’s Tau
menunjukan bahwa tampak adanya hubungan signifikan pada level rendah
yaitu 0,255 antara terpaan pemberitaan kasus korupsi mantan ketua DPR RI,
Setya Novanto di Detik.com dengan persepsi mahasiswa Jurnalistik UIN
Jakarta tentang citra lembaga DPR. Artinya hasil penelitian ini menunjukan
asumsi yang berbeda dengan teori uses and effect.
Teori uses and effect mengatakan bahwa halayak yang terkena
terpaan berita tertentu dalam jumlah waktu tertentu dan konsumsi media
tertentu akan dapat mengukur sejauh mana keberhasilan efek sebuah
pemberitaan di media untuk membentuk persepsi khalayak. Artinya,
khalayak memiliki perhatian atau ketertarikan terhadap suatu pemberitaan
yang disampaikan oleh suatu media.
Dari hasil penelitian menunjukan perbedaan, bahwa tingkat
penggunakaan media tidak mempengaruhi persepsi mahasiswa Jurnalistik
UIN Jakarta terhadap citra lembaga DPR. Hal ini terjadi karena kasus
korupsi yang menimpa mantan ketua DPR RI, Setya Novanto dilihat oleh
khalayak sebagai kasus personal atau perseorangan bukan kasus yang
menyeret nama lembaga.
Hubungan pada level rendah ini juga dapat diasumsikan karena
adanya faktor lain yang mempengaruhi persepsi citra lembaga DPR. Penulis
mengasumsikan faktor lainnya adalah banyaknya pemberitaan mengenai
Setya Novanto. Seperti kasus korupsi e-KTP dan kasus saham PT Freeport.
Dilihat berdasarkan tonjolan pemberitaan, media lebih menekan pada kasus
secara personal, bukan berdasarkan kasus lembaga. Hal ini mengartikan
68
kasus viral yang menimpa Setya Novanto berdasarkan nama perseorangan,
bukan berdasarkan dari sebuah nama lembaga DPR RI
69
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melalui serangkaian proses penelitian, pengolahan data, dan
analisis penulis pengaruh menarik kesimpulan terkait dengan hasil penelitian
yang sudah diperoleh mengenai [ terpaan pemberitaan kasus korupsi mantan
ketua DPR RI, Setya Novanto di Detik.com dengan persepsi mahasiswa
Jurnalistik UIN Jakarta tentang citra lembaga DPR, didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
Dari hasil uji korelasi Kendall’s Tau antara terpaan pemberitaan kasus
korupsi mantan ketua DPR RI, Setya Novanto di Detik.com dengan persepsi
mahasiswa Jurnalistik UIN Jakarta tentang citra lembaga DPR adalah
signifikan, karena nilai sig 0,004 < 0,005. Sementara tingkat hubungan korelasi
Kendall’s Tau sebesar 0,255 menunjukan kedua variabel memiliki tingkat
keeratan rendah, hal ini dapat dilihat dari tabel koefisien korelasi.
Pada penelitian ini terpaan yang dialami khalayak tergolong rendah, oleh
sebab itu efek persepsi yang dihasilkan tergolong rendah. Penelitian ini
terdapat hasil yang berbeda dari teori uses and effect. Perbedaan tersebut
terletak pada semakin tinggi terpaan yang dilakukan oleh media, maka efek
persepsi yang ditimbulkan oleh mahasiswa Jurnalistik UIN Jakarta adalah
rendah. Hal ini diasumsikan karena kasus korupsi yang menimpa Setya
Novanto berdasarkan nama perseorangan, bukan berdasarkan dari sebuah nama
lembaga.
70
B. Saran
Berdasarkan hasil dari penelitiandan kesimpulan, penulis menyarankan:
1. Saran untuk Mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik UIN Jakarta, diharapkan
agar lebih kritis lagi dalam memberikan pandangan terhadap pemberitaan
di media massa, agar pengetahuan mengenai citra seseorang atau lembaga
dapat bertambah. Dan dengan lebih berkembangnaya teknologi informasi
sebagai mahasiswa dapat lebih selektif memilih dan memilah sehingga
menambah wawasan untuk proses pengembangann diri.
2. Khalayak harus lebih jeli menyerap informasi dari media, tidak boleh
menelan mentah-mentah berita yang disajikan. Dengan banyak membaca
dapat membuka pikiran dan dapat menilai kualitas berita yang dihasilkan
oleh media.
DAFTAR PUSTAKA
Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2006
Ardianto, dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2014.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azwar, Saiffudin. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Burhan, Bungin. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Daryanto. 2014. Teori Komunikasi. Malang: Gunung Samudra.
Daswati. “Implementasi Peran Kepemimpinan dengan Gaya Pemimpinan Menuju
Kesuksesan Organsasi.”, Jurnal Academica Fisip Untad Vol 04
Elvinaro, Arlando, et.al, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung, Simbiosa
Rekatama Media 2014
Hamidi, Metode Penelitian dan Teori Komunikasi (Pendekatan Praktis Penulisan
Proposal dan Laporan Penelitian), UMM Press, Malang 2010
Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
McQuail, Dennis. 2002. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga.
Morissan, Andy Corry Wardhani, Farid Hamid, Teori Komunikasi Massa:
Media, Budaya, dan Masyarakat, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
Mulyadi, Mohammad. 2010. Penelitian Kuantitatif dan Kualitaif. Jakarta: Publika
Institute.
Nasrullah, Rulli, Teori dan Riset Media Siber, Jakarta, Kencana, 2014
Noor, Jualiansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Cet. Ke-1. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Grup.
_____________. 2013. Metodologi Penelitian. Cet. Ke-3. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Grup.
Pawito, Komunikasi Politik: Media Massa dan Kampanye Pemilihan, Yogyakarta:
Perpustakaan Utama Nasional: Katalog dalam terbitan (KDT), 2009
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Janah. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif.
Bandung: PT Grafindo Persada.
Rakhmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
_____________. 2012. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Cet.
Ke.28
_____________. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2011. Metode Penelitian Survai. Jakarta:
LP3S.
Soemirat, Soleh dan Elvinaro Ardianto. 2005. Dasar-dasar Public Relations.
Cet.Ke-4. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suryawati, Indah, Jurnalistik Suatu Pengantar, Bogor: Ghalia Indonesia, 2007
Tamburaka, Apriadi. 2012. Agenda Setting Media Massa. Cet Ke-1. Jakarta:
Rajagrafindo.
Ujana, Onong. 2003. Ilmu Teori Dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditnya
Bakti.
Winangsih Nina Syam, dan Dadang Sugiana. 2004. Perencanaan Pesan dan Media.
Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Wirawan. Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan
Penelitian. Jakarta, Rajawali Pers, 2014
Yulk, Gary. 2015. Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Indeks
Website
Anonim. “Jurnalistik Resmi Jadi Program Studi” diakses pada 28 April 2018 dari
http://www.journoliberta.com/2018/04/Jurnalistik-Resmi-Jadi-Program-
Studi.html
Anonim. “Dapur Redaksi Detikcom” diakses pada 2 Februari 2018 dari
https://www.detik.com/dapur/redaksi
Anonim. “Similiar Website Detikcom” diakses pada 2 Februari 2018 dari
https://www.similarweb.com/website/detik.com#overview
Lampiran
1. Kuesioner
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Program Studi Jurnalistik
Kuesioner Penelitian
Assalamualaikum wr. wb,
Dalam memperoleh data skripsi Saya yang berjudul “Pengaruh Terpaan
Pemberitaan Kasus Korupsi Ketua DPR RI di Detikcom Terhadap Persepsi
Mahasiswa Jurnalistik UIN Jakarta Tentang Citra Lembaga DPR”. Saya
meminta kesediaan Saudara/i untuk menjadi responden penelitian dengan mengisi
daftar pertanyaan di bawah ini secara jujur apa adanya. Peneliti menjamin
kerahasiaan identitas responden. Atas bantuan dan ketersediaannya Saya ucapkan
terima kasih.
Wassalam.
Chintiya Dewi Anggriani/
1113051000017
Petunjuk Umum
1. Pada kuesioner terdapat 2 variebel, yaitu X dan Y. Masing-masing variabel
terdiri dari sejumlah pernyataan. Bacalah pernyataan tersebut dengan teliti.
2. Beri tanda ceklis (✓) pada jawaban yang sesuai dengan keadaan Anda yang
sesungguhnya.
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS :Sangat Setuju
3. Selama jawaban adalah benar, selama jawaban tersebut sesuai dengan
pendapat, pikiran atau perasaan Anda.
4. Periksa kembali jawaban sebelum kuesioner ini dikembalikan, jangan
sampai ada jawaban yang terlewatkan.
A. Data Responden (Pilih jawaban sesuai identitas)
1. Jenis kelamin :
a. Laki-laki b. Perempuan
4. Tingkat pendidikan sebelum menempuh perguruan tinggi:
a. SMA/MA/SMK b.Pesantren c.SMA/MA/SMK+Pesantren
5. Aktif dalam berorganisai:
a. Aktif b.Tidak
6. Organisasi yang sedang diikuti:
a. Intra kampus b.Ekstra kampus c. Intra dan ekstra kampus
B. Variabel X (Terpaan Media)
Frekuensi
1. Seberapa sering responden membaca berita kasus mantan Ketua DPR
RI, Setya Novanto dan anggota parlemennya di Detikcom pada kasus E-
KTP?
a.1-3 kali b. 4-6 kali c. 7-9 kali d.>10 kali
Durasi
2. Berapa rata-rata waktu yang dihabiskan untuk membaca kasus mantan
Ketua DPR RI, Setya Novanto dan anggota parlemen di Detikcom kasus
E-KTP?
a. <5 menit b.6-10 menit c. 10-15 menit d.>15 menit
Atensi
No Pernyataan SS S TS STS
3 Kesering responden membaca berita
di Setya Novanto di Detikcom
4
Rata-rata waktu yang dihabiskan
untuk membaca berita di Detikcom
5 Kasus E-KTP Setya Novanto
membuat Saya tertarik untuk
berdiskusi dengan teman
6 Berita kasus Setya Novanto terus
diperbaruhi oleh Detikcom
7 Berita kasus Setya Novanto di
Detikcom dapat dipercaya
No Pernyataan SS S TS STS
8 Detikcom menulis kasus Setya
Novanto berisikan informasi yang
dibutuhkan oleh masyarakat
9 Saya menantikan berita kasus Setya
Novanto di Headline di Detikcom
10 Berita yang disampaikan oleh
Detikcom mengenai Setya Novanto
mengandung informasi yang jelas
C. Variabel (Y) Citra DPR
No Pernyataan SS S TS STS
1 Sebagai wakil rakyat, DPR
seharusnya terbebas dari kasus
korupsi
2 Berita kasus Setya Novanto
berimbas buruk pada image
anggota parlemen lain
3 Seorang pemimpin harus memiliki
sifat jujur
4 Menurut saya, DPR tidak
menjalankan tugasnya sebagai
lembaga tinggi perwakilan rakyat
dengan benar
5 Saya kecewa dengan anggota
parlemen yang terlibat kasus
hukum
6 Akibat kasus Setya Novanto, wajah
DPR semakin suram dimata
masyarakat
7 Seorang pemimpin harus memiliki
sifat yang dapat dipercaya oleh
masyarakat
8 Upaya DPR untuk meningkatkan
kesejahteraan belum dirasakan oleh
rakyat
9 DPR harus memiliki sikap adil
dalam menerima aspirasi
masyarakat
10 Sebagai wakil rakyat, DPR
seharusnya terbebas dari kasus
korupsi
11 Berita kasus Setya Novanto
berimbas buruk pada citra anggota
DPR lain
Lampiran
1. Data Kuesioner Terpaan Media
B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8
R1 4 4 3 3 3 3 2 3
R2 4 4 3 3 2 2 2 2
R3 4 4 3 3 2 2 2 2
R4 4 3 3 3 3 3 3 3
R5 4 4 3 4 2 3 3 3
R6 4 4 3 4 3 4 4 3
R7 4 3 3 3 3 3 2 3
R8 4 4 3 4 3 3 3 4
R9 4 4 2 3 3 3 3 3
R10 4 4 3 2 3 3 2 3
R11 4 4 3 3 2 2 2 2
R12 4 3 3 3 3 3 2 3
R13 4 3 3 3 3 4 3 3
R14 4 4 3 3 3 3 3 3
R15 3 3 3 3 3 3 2 3
R16 2 3 2 4 3 3 4 3
R17 1 4 3 2 3 3 3 3
R18 3 3 3 3 3 3 3 3
R19 4 3 3 3 3 4 3 3
R20 4 4 3 3 2 3 3 3
R21 4 4 4 4 3 4 3 3
R22 4 2 3 3 3 3 4 4
R23 4 3 3 4 3 4 4 3
R24 4 4 4 4 3 4 3 3
R25 3 3 3 4 3 3 4 3
R26 2 2 3 3 3 3 4 3
R27 4 4 3 3 3 3 3 3
R28 4 3 4 3 3 3 3 4
R29 2 3 3 3 2 2 3 3
R30 4 2 3 3 3 3 3 3
R31 4 4 3 3 3 3 3 3
R32 4 4 3 3 3 3 4 3
R33 4 4 3 3 3 2 2 3
R34 4 4 3 4 3 3 4 4
R35 4 3 3 3 3 3 3 3
R36 4 4 3 3 3 3 2 4
R37 4 4 3 3 3 3 3 2
R38 4 4 3 2 3 3 3 3
R39 4 4 3 4 3 3 4 3
R40 4 4 2 2 3 3 3 3
R41 4 4 3 4 3 3 4 4
R42 4 4 3 3 3 3 4 3
R43 3 1 1 1 1 1 2 1
R44 3 1 1 1 1 1 1 1
R45 4 4 4 3 4 4 3 4
R46 4 4 3 3 3 3 3 3
R47 4 4 3 3 3 3 3 4
R48 4 4 2 4 3 1 3 3
R49 4 4 3 4 3 4 3 3
R50 2 3 4 3 3 4 4 4
R51 4 4 3 4 3 3 4 3
R52 4 4 3 3 3 3 2 3
R53 4 4 4 4 4 3 3 4
R54 4 4 3 3 3 3 4 3
R55 4 4 3 3 3 3 3 3
R56 4 4 2 3 4 3 2 3
R57 4 4 3 3 3 3 3 3
R58 4 4 3 3 3 3 3 3
R59 3 5 3 3 3 3 2 3
R60 4 3 3 3 3 3 2 3
R61 4 3 3 3 4 2 4 3
R62 4 4 2 3 3 3 2 3
R63 4 4 3 3 3 3 2 2
R64 1 1 2 3 4 3 1 3
R65 2 3 3 3 3 3 4 3
R66 3 4 3 3 3 3 3 3
R67 4 4 4 4 4 3 2 3
R68 4 4 3 3 3 3 3 3
R69 3 3 3 3 4 3 3 3
R70 2 3 3 3 3 4 3 4
R71 4 4 3 3 3 3 3 3
2. Data Kuesoner Citra Lembaga DPR RI
B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11
R1 4 4 4 4 3 4 4 2 4 3 4
R2 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4
R3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3
R4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4
R5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R6 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4
R7 4 4 4 4 3 4 4 3 4 2 4
R8 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4
R9 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4
R10 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4
R11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
R12 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4
R13 4 4 4 3 4 1 1 4 4 3 4
R14 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4
R15 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4
R16 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 1
R17 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3
R18 4 4 4 4 3 4 3 3 3 2 4
R19 4 3 4 3 2 4 3 3 4 3 4
R20 4 3 4 3 2 4 3 3 3 4 4
R21 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
R22 4 3 4 4 2 4 4 3 4 3 4
R23 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4
R24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3
R25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R26 3 4 4 4 4 2 1 3 4 4 4
R27 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4
R28 4 4 4 3 3 4 4 3 4 2 4
R29 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4
R30 4 3 4 3 2 4 3 2 3 3 4
R31 4 4 4 4 4 4 3 1 4 3 4
R32 4 3 4 4 3 4 4 3 4 2 4
R33 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4
R34 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4
R35 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
R36 4 4 4 4 3 4 3 4 4 2 4
R37 4 4 4 4 4 2 2 4 3 3 4
R38 4 4 4 3 3 3 2 3 4 3 4
R39 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4
R40 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4
R41 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R42 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
R43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
R44 4 3 3 3 3 4 4 3 4 1 1
R45 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
R46 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
R47 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4
R48 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
R49 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R50 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
R51 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
R52 4 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4
R53 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4
R54 4 3 2 1 3 3 3 3 3 3 4
R55 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3
R56 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4
R57 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 2
R58 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 1
R59 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3
R60 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
R61 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4
R62 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4
R63 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4
R64 4 3 3 2 4 3 3 3 4 2 3
R65 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3
R66 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
R67 3 3 3 4 3 3 1 3 3 4 4
R68 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 4
R69 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
R70 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4
R71 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3