PEMBERITAAN - MMTC

10
PEMBERITAAN PEMBERITAAN Kinerja Produser dalam Dokumenter Televisi Kingdom Animalia Edisi The Dogs Avindo Tanzano, Siti Asiatun Penggunaan Bahasa Tutur dalam Penulisan Naskah Feature Televisi Dwi Budi Astuti, Bambang Sujarwadi Kreativitas Pengarah Acara dalam Pengambilan Gambar dengan Tipe Shot dan Gerakan Kamera pada Program Feature Televisi Tokoh Kita Edisi Ritme Kehidupan Bernadeta Vemi Astiti, Basirun Penerapan Elements Of The Shot dalam Feature Televisi “Eloknya Negeriku” Episode Kilau Macapat Permata Jawa Aisyah Salsabila, Darjito Chadori Nita Ayu Pratiwi, Dwi Korina Relawati Gaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso Nilo Iffa Karima, Kusumo Gambriyanto Penggunaan Gaya Bahasa Paradoks dan Ironi “Penyu Di Ambang Senja” Pengembangan Ide Produser melalui Perspektif Psikologi pada Dokumenter Televisi Ironi Kentang Maulida Arbaningsih, Nunuk Parwati Implementasi Komposisi Visual Developing Shot dalam Program Dokumenter Televisi “Ragam Warna Nusantara” Edisi Garebeg (Syiar Islam dalam Budaya Keraton Ngayogyakarta) Moch Yanuar Ischaq, Sudono Volume 2 Nomor 1 Agustus 2016

Transcript of PEMBERITAAN - MMTC

Page 1: PEMBERITAAN - MMTC

PEMBERITAANPEMBERITAAN

Kinerja Produser dalam Dokumenter Televisi Kingdom Animalia Edisi The Dogs

Avindo Tanzano, Siti Asiatun

Penggunaan Bahasa Tutur dalam Penulisan Naskah Feature Televisi

Dwi Budi Astuti, Bambang Sujarwadi

Kreativitas Pengarah Acara dalam Pengambilan Gambar dengan Tipe Shot dan Gerakan Kamera pada Program Feature Televisi Tokoh Kita Edisi Ritme Kehidupan

Bernadeta Vemi Astiti, Basirun

Penerapan Elements Of The Shot dalam Feature Televisi “Eloknya Negeriku” Episode Kilau Macapat Permata Jawa

Aisyah Salsabila, Darjito Chadori

Nita Ayu Pratiwi, Dwi Korina Relawati

Gaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso Nilo

Iffa Karima, Kusumo Gambriyanto

Penggunaan Gaya Bahasa Paradoks dan Ironi “Penyu Di Ambang Senja”

Pengembangan Ide Produser melalui PerspektifPsikologi pada Dokumenter Televisi Ironi Kentang

Maulida Arbaningsih, Nunuk Parwati

Implementasi Komposisi Visual Developing Shot dalam Program Dokumenter Televisi “Ragam Warna Nusantara” Edisi Garebeg (Syiar Islam dalam Budaya Keraton Ngayogyakarta)

Moch Yanuar Ischaq, Sudono

Volume 2 Nomor 1 Agustus 2016

Page 2: PEMBERITAAN - MMTC

Diterbitkan oleh :

PENANGGUNG JAWAB PENERBITANProf. Dr. Gati Gayatri, MA

REDAKTURDrs. Kusumo Gambriyanto, M.Si

EDITORDra. Rakhmawati, MM

Dra. Widhihatmini, MA

Edi Giantoro, SE, M.Si

Drs. Bambang Sujarwadi, M.Pd

Dr. Drs. Sudono, M.Si

Dra. Nunuk Parwati, MM

SEKRETARIATTarjana, S.IP, M.Si

Dra. Sri Liyana Hadi

Ratri Nugrahini, S.Pd

Siti Sarifah, SPT, M.Si

Winarni, SE

Eko Rudi Raharjo

MITRA BESTARIDr. Subhan Afifi, M.Si (Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta)

Dr. Basuki Agus Suparno, M.Si (Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta)

Muhammad Edy Susilo, M.Si (Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta)

Senja Yustitia, M.Si (Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta)

ALAMAT PENERBIT/REDAKSISekolah Tinggi Multi Media "MMTC”

Jl. Magelang Km 6 Yogyakarta

E-mail : [email protected]

Web : www.mmtc.ac.id

ISSN 2460-6251

JURNAL ILMIAH PEMBERITAANVolume 2 Nomor 1 Agustus 2016

Page 3: PEMBERITAAN - MMTC

ABSTRAK

Skripsi penciptaan karya produksi dokumenter ini membahas tentangbagaimana kinerja Produser

dalam Dokumenter Televisi Kingdom Animalia edisi The Dogs. Baik tidaknya dan berhasil tidaknya

sebuah karya produksi ditentukan oleh kinerja seorang produser dalam memberikan informasi dan

edukasi yang mengacu dalam menciptakan sebuah karya. Seorang produser dalam proses penciptaan

karya produksinya mengacu pada Standart Operasional Prosedur ( SOP ) melalui tahap Pra produksi,

Produksi dan Paska produksi.Hasil produksi dalam Sequence 1 ini mendeskripsikan mengenai fakta-

fakta mengenai sisi lain kehidupan anjing. sequence kedua, perdagangan daging anjing untuk bahan

konsumsi yang tidak jelas standar kesehatannya berpotensi menjadi faktor penyebaran virus rabies

,sequence terakhir, penulis memaparkan tentang bentuk kepedulian terhadap hewan anjing. Ide ini

dipilih karena memiliki nilai berita penting, yaitu perdagangan daging anjing ilegal merupakan salah

satu faktor potensial mewabahnya virus rabies. Karya produksi ini memberikan inspirasi informasi dan

edukasi bagi masyarakat.

Kata kunci: Produser, performance, dokumenter

ABSTRACT

This journal discusses the performance of Producer in television documentary Kingdom Animalia

edition of The Dogs. The success of a program production is determined by producer performance in

giving information and education while creating a program. Producer in production process refers to

the Standard Operational Procedure (SOP); it has gone through pre production, production and post

production. Sequence one of this production tells about the facts of a dog's life. The second sequence

discusses the dog meat trading as for consumer goods that are not having health standards could

potentially be a factor in the spread of rabies virus. Then, the last sequence explains about the concerns

of dog. This idea is selected since it has news value, that is the illegal dog meat trading as it could

potentially be a factor in the spread of rabies virus. This program production gives inspiration and

education to the public.

Keywords: Producer, performance, documentary

1

1 - 5

daftar isi

Jurnal Ilmiah

PemberitaanSekolah Tinggi Multi Media “MMTC” Yogyakarta

Jurnal Ilmiah Pemberitaan | Volume 2 Nomor 1 Agustus 2016

Volume 2 Nomor 1 Agustus 2016

KINERJA PRODUSER DALAM DOKUMENTER TELEVISI KINGDOM ANIMALIA EDISI THE DOGS

Oleh : Avindo Tanzano

Siti Asiatun

Kinerja Produser dalam Dokumenter Televisi Kingdom Animalia Edisi The DogsAvindo Tanzano, Siti Asiatun

6 - 12

Penggunaan Bahasa Tutur dalam Penulisan Naskah Feature Televisi Dwi Budi Astuti, Bambang Sujarwadi

Kreativitas Pengarah Acara dalam Pengambilan Gambar dengan Tipe Shot dan Gerakan Kamera pada Program Feature Televisi Tokoh Kita Edisi Ritme KehidupanBernadeta Vemi Astiti, Basirun 13 - 27

Penerapan Elements Of The Shot dalam Feature Televisi “Eloknya Negeriku” Episode Kilau Macapat Permata JawaAisyah Salsabila, Darjito Chadori 28 - 39

Nita Ayu Pratiwi, Dwi Korina Relawati

Gaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso Nilo

40 - 52

53-62Iffa Karima, Kusumo Gambriyanto

Penggunaan Gaya Bahasa Paradoks dan Ironi “Penyu Di Ambang Senja”

Pengembangan Ide Produser melalui PerspektifPsikologi pada Dokumenter Televisi Ironi KentangMaulida Arbaningsih, Nunuk Parwati 63 - 71

Implementasi Komposisi Visual Developing Shot dalam Program Dokumenter Televisi “Ragam Warna Nusantara” Edisi Garebeg (Syiar Islam dalam Budaya Keraton Ngayogyakarta)

72 - 83Moch Yanuar Ischaq, Sudono

Page 4: PEMBERITAAN - MMTC

(emosional) dan belahan otak kiri (logika).

Oleh karena itu, penulis memanfaatkan

kedua belahan otak kanan dan kiri agar bisa

menciptakan ‘narasi’ yang memuaskan.

Penulis naskah memiliki peran penting

dalam sebuah karya produksi sebab harus

mampu mendeskripsikan apa yang terjadi ke

dalam bentuk tulisan. Sumadiria (2006:

146), mengatakan bahwa: “seorang jurnalis

berkualitas, dituntut tidak saja menguasai

teknik jurnalistik seperti aspek-aspek peli-

putan, tetapi juga disyaratkan menguasai

teknik dan aspek-aspek kepenulisan”.

Pengemasan naskah indepth report tidak

cukup mengedepankan 5W + 1H saja, me-

lainkan harus didukung dengan pengolahan

kata yang baik dan menggunakan gaya

bahasa tertentu. Dari sekian banyak jenis

gaya bahasa, khusus untuk karya indepth

report ini, dipiilih gaya bahasa Pertentangan

untuk lebih menguasai dan mendalami kon-

ten yang membahas sebuah konflik dengan

memilih gaya bahasa jenis Paradoks dan

Klimaks.

Gaya bahasa Paradoks menurut

Sumadiria (2006: 158) adalah "suatu per-

nyataan yang bagaimanapun diartikan pasti

akan selalu berakhir dengan pertentangan.

Paradoks merupakan gaya bahasa yang

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penciptaan

Penyajian informasi melalui program

televisi saat ini semakin pesat dan beragam,

salah satunya dengan menggunakan format

indepth report. Melalui format tersebut,

informasi yang disajikan akan lebih menda-

lam, sehingga informasi memungkinkan

untuk berkembang dan mampu menggam-

barkan fakta secara tepat.

Dalam karya produksi Konflik Belalai

Tesso Nilo dengan format penyajian indepth

report mengangkat kehidupan konservasi

Gajah Sumatera di Taman Nasional Tesso

Nilo. Gajah Sumatera (Elephan Maximus

Sumatranus) adalah subspesies dari gajah

Asia yang hanya berhabitat di pulau

Sumatera, salah satunya di Provinsi Riau.

Provinsi Riau sendiri memiliki delapan kan-

tong gajah dan dua diantaranya berada pada

Taman Nasional Tesso Nilo yang sekarang

terancam punah akibat perambahan.

Dalam karya produksi dokumenter

dengan judul “Indonesian Stories” edisi

“Konflik Belalai Tesso Nilo”, peran yang diam-

bil adalah sebagai Script Writer atau Penulis

Naskah. Komaidi (2007: 29) menyatakan

bahwa: “menulis adalah aktivitas seluruh

otak yang menggunakan belahan otak kanan

ABSTRAK

Dalam mewujudkan karya indepth report diperlukan beberapa unsur termasuk penerapan gaya

bahasa dalam naskah untuk memberikan penguatan pesan dan kesan. Gaya bahasa paradoks dan

klimaks tepat kiranya untuk menggambarkan alur cerita indepth report yang bersifat pro dan kontra,

misal memberikan kalimat penegasan pada suatu kejadian. Proses produksi dimulai dari riset melalui

internet sebagai data awal tentang konflik di Tesso Nilo kemudian dilakukan observasi langsung ke

lapangan. Dari hasil observasi, produksi dilakukan dengan mengumpulkan data dari wawancara

dengan narasumber.

Setelah produksi selesai, masuk pada tahap pengolahan data diawali dengan menulis hasil

wawancara yang kemudian disusun menjadi sebuah naskah indepth report. Naskah dikemas dengan

alur naik-turun yang digambarkan dalam bentuk grafik alur cerita. Dari keempat sequence, tiga

diantaranya merupakan bagian dari sub angle yang memiliki tingkat klimaks di tiap sequence. Setelah

melalui pengecekan naskah akhir oleh produser dan pengarah acara, barulah dilakukan dubbing,

selanjutnya diedit sesuai naskah dengan menambahkan atmosfir, ilustrasi musik, statement

narasumber, grafis, dengan durasi 22 menit.

Melalui gaya bahasa paradoks klimaks, penyampaian pesan melalui naskah indepth report ini

mampu bercerita secara apa adanya tentang permasalahan yang menimpa Gajah di Tesso Nilo. Karya

ini dapat menginspirasi audience agar memperhatikan keseimbangan ekosistem antar sesama

makhluk hidup.

Kata kunci : indepth report, Naskah, Paradoks Klimaks.

ABSTRACT

In creating in-depth report program, several elements including the implementation of figurative

language are needed. This is to give emphasis on messages and impressions. Paradox and climax

figurative languages are the appropriate choice to describe the storyline of in-depth report that

contains pros and cons. It can give affirmation in a sentence. The production process begins with

internet research as the initial data about conflict in Tesso Nilo. Based on the observation result, then

data collection from interview with source person is conducted.

After the production process has finished, then data processing is conducted by resuming the

interview result arranged as an in-depth report script. The script is presented with heaving groove

depicted in graphic form the storyline. Three out of four storylines are sub angles which have climax in

each sequence. After the producer and program director conducted last checking then dubbing is

conducted. The next is editing process by adding atmosphere, music illustration, source person

statement, graphics, and finally it has 22 minutes duration.

Through the use of paradox climax figurative language, this in-depth report script can convey the

problems in Elephant of Tesso Nill as the way it is. This program production can inspire audience to

preserve the ecosystem.

Keywords: in-depth report, Script, Paradoc Climax

40 41

GAYA BAHASA PARADOKS DAN KLIMAKS DALAM PENULISAN NASKAH INDEPTH REPORT TELEVISI

INDONESIAN STORIES EDISI KONFLIK BELALAI TESSO NILO

Gaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso Nilo

Oleh :Nita Ayu Pratiwi

Dwi Korina Relawati

Page 5: PEMBERITAAN - MMTC

tanggung jawab penuh atas segala

yang terjadi di dalam kawasan. Namun

faktanya sampai sekarang perambah

masih menetap dan semakin berkem-

bang di Tesso Nilo. Jalur yang dulunya

merupakan akses milik perusahaan

hutan produksi menjadi ‘pintu masuk’

bagi perambah. Sampai saat ini,

hampir 60% dari luas kawasan telah

dirambah.

g. Syamsidar, Humas World Wildlife Fund

(WWF) Riau yang memberikan infor-

masi terkait kebakaran hutan yang

terjadi di dalam kawasan Taman

Nasional Tesso Nilo. Hal tersebut

diketahuinya dari rekaman kamera

trap yang dipasang di beberapa titik di

dalam kawasan yang berguna untuk

mengetahui daerah perlintasan

Harimau dan Gajah.

h. Syamsuardi, Koordinator Mitigasi

Konflik Gajah dan Harimau World

Wildlife Fund (WWF) Riau yang mem-

berikan keterangan tentang konflik

Gajah dan manusia di Taman Nasional

Tesso Nilo. Syamsuardi sangat menya-

yangkan atas fenomena konflik Gajah

dan manusia ini. Padahal seharusanya

Gajah harus dilindungi karena kebera-

dannya yang sangat penting sebagai

petani hutan atau penyebar bibit.

Namun tidak banyak orang yang sadar

sehingga Gajah terus menjadi korban.

Oleh karena itu, World Wildlife Fund

(WWF) bekerjasama dengan pihak

Balai Konservasi Sumber Daya Alam

(BKSDA) Riau membuat sebuah upaya

mitigasi dalam menangani konflik

dengan membentuk tim Flying Squad.

Air Hitam di dalam kawasan sejak

tahun 2000. Dorus yang memiliki la-

han kelapa sawit seluas 2 Ha di dalam

kawasan ini mengakui keberadaannya

legal atau sah.

d. Tengku Effendi, Tokoh Masyarakat di

Lubuk Kembang Bunga. Walaupun

bukan sebagai dalang atau pelaku,

namun Tengku Effendi mengetahui

informasi tentang proses jual beli

lahan di dalam kawasan Taman

Nasional Tesso Nilo. Menurut Effendi,

secara adat tidak ada istilah hitung-

hitungan jual beli namun diganti de-

ngan istilah 'uang pancung alas'.

Biasanya para perambah bertemu

dengan pemangku adat setempat

yang biasa disebut 'Batin' untuk

melakukan proses transaksi tersebut.

e. Edward Rahadian, Polisi Hutan Wila-

yah I Taman Nasional Tesso Nilo dari

pihak Balai Taman Nasional Tesso Nilo

(BTNTN). Di dalam kawasan terdapat

18 anggota polisi hutan yang bertugas

di II wilayah. Hal itu tidak sepadan

dengan luas wilayah kawasan sendiri

mencapai yang mencapai 83.000

Hektar. Diperlukan setidaknya 60

anggota polisi hutan dengan rasio

seorang polisi yang menjaga kawasan

seluas 1.500 Hektar. Hal inilah yang

menjadi kendala pihak Balai Taman

Nasional Tesso Nilo (BTNTN) dalam

mengatasi perambahan.

f. Hutomo, Wakil Kepala Balai Taman

Nasional Tesso Nilo. Pihak Balai Taman

Nasional Tesso Nilo (BTNTN) yang

menjadi Dewan Perwakilan Rakyat

(DPR) bagi Gajah tentu memiliki

mengandung pertentangan nyata dengan

fakta-fakta yang ada".

Sedangkan penerapan gaya bahasa

Klimaks menurut Sumadiria (2006: 158)

adalah: "Klimaks menunjukkan suatu urutan

peristiwa atau penyampaian gagasan secara

kronologis. Klimaks berbicara dari yang ter-

bawah sampai yang tertinggi atau titik

puncak. Dari awal sampai akhir”. Oleh

karena itu penggunaan gaya bahasa Klimaks

sangat tepat untuk diterapkan mengingat

konten dari program Indepth report yang

diproduksi juga mengandung pertentangan

untuk membangun pandangan dan emosi

audience.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam

penciptaan karya produksi indepth report

televisi “Indonesian Stories” edisi Konflik

Belalai Tesso Nilo ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Pada pembuatan skripsi karya produk-

si ini, pengumpulan data dilakukan de-

ngan menggunakan teknik observasi dan

wawancara. Luwi (2011:95) mengemu-

kakan bahwa, "penulisan informatif

bertumpu pada fakta dan fakta yang

paling meyakinkan adalah yang dihimpun

wartawan dengan cara observasi

langsung. Wartawan yang mengamati

langsung suatu peristiwa dapat membuat

cerita itu menjadi hidup".

Pada produksi ini, penulis melakukan

observasi dengan mendatangi langsung

Taman Nasional Tesso Nilo. Selain itu,

juga mendatangi Balai Taman Nasional

Tesso Nilo (BTNTN), Taman Nasional

Tesso Nilo dan World Wildlife Fund

(WWF) Riau. Dengan mengunjungi ketiga

tempat tersebut, data yang diperoleh

semakin berkembang karena dilakukan

wawancara dengan pihak-pihak terkait,

seperti bagaimana kondisi Taman

Nasional Tesso Nilo saat ini akibat

perambahan yang mengakibatkan teran-

camnya habitat Gajah di dalamnnya dan

bagaimana keseharian Gajah di Taman

Nasional Tesso Nilo.

2. Wawancara

Adapun wawancara dengan nara-

sumber yang dilakukan yaitu:

a. Adrianto, Mahout atau Perawat Gajah

di Flying Squad. Penulis bertemu

dengan Adrianto yang merupakan

mahout pertama dalam tim Flying

Squad sejak tahun 2008. Sebagai

seorang mahout, keberadaannya ten-

tu sangat berpengaruh besar terhadap

keberlangsungan hidup Gajah jinak di

dalam kawasan Taman Nasional Tesso

Nilo.

b. Ruswanto, Koordinator Lapangan tim

Flying Squad yang biasa memimpin

patroli Gajah. Patroli Gajah dilakukan

sebagai salah satu upaya mitigasi

untuk menangani konflik Gajah dan

manusia di Tesso Nilo. Sesuai dengan

namanya, patroli untuk mengiden-

tifikasi keberadaan Gajah, terutama di

pintu-pintu masuknya Gajah liar ke

kawasan perambahan yang dilakukan

oleh Gajah jinak bersama tim Flying

Squad yang berisi para mahout atau

perawat Gajah.

c. Dorus, Perambah di Taman Nasional

Tesso Nilo yang telah menetap di desa

42 43

Gaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso NiloGaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso Nilo

Page 6: PEMBERITAAN - MMTC

nalkan serta memperbandingkan suatu

benda atau hal tertentu dengan benda

atau hal lain yang lebih umum”.Dari

banyaknya ragam bahasa, bahasa yang

digunakan setiap penulis dan jurnalis bisa

memiliki kesamaan, namun gayanya pasti

yang berlainan. Oleh sebab itulah

terciptanya beberapa bentuk gaya bahasa

dalam karya jurnalistik. Namun, dari

keempat jenis gaya bahasa yang ada,

penulis akan lebih konsen mengambil

gaya bahasa pertentangan. Gaya bahasa

ini dipillih karena menurut Sumadiria

(2006:153), “sesuai dengan namanya

yaitu membandingkan dua hal yang

berlawanan atau bertolak belakang”.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Karya

Pada karya produksi skripsi Gaya

Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam

Penulisan Naskah Program Indepth

Report Televisi "Indonesian Stories" Edisi

"Konflik Belalai Tesso Nilo", penulis

sebagai penulis naskah membuat karya

ini dengan pemaparan fakta yang

mendalam melalui naskah yang dikemas

dengan gaya bahasa jenis pertentangan

agar dapat menggambarkan cerita secara

tegas dan lugas.

Penulis menerapkan gaya bahasa

pertentangan dengan memilih majas

paradoks dan klimaks sebagai penyampai

pesan. Adapun uraian dari tahap awal

hingga akhir adalah sebagai berikut:

1. Tahap Awal

Pada tahap awal karya produksi

penulis yang berjudul "Konflik Belalai

mengakibatkan timbulnya umpan balik,

baik secara langsung maupun tidak

langsung.

B. Indepth News

Askurifai (2006: 94) menjelaskan,

“Berita mendalam (Indepth news) meru-

pakan uraian fakta dan atau pendapat

yang mengandung nilai berita, dengan

menempatkan fakta dan atau pendapat

itu pada mata rantai dan merefleksi-

kannya dalam konteks permasalah yang

lebih luas.” Fakta dan atau pendapat itu

dilihat dari banyak sudut atau aspek

sehingga bersifat multilinier.

C. Penulis Naskah

Menurut Fachruddin (2012:5), tugas

seorang penulis naskah adalah, "Jika seo-

rang produser tidak menulis langsung

script atau naskah programnya, maka

produser tersebut harus memperker-

jakan seorang penulis naskah. Penulis

naskah harus bisa menerjemahkan ide

yang ada dikepala sang produser. "Oleh

karena itu, penulis dalam menulis naskah

benar-benar harus memperhatikan

bagaimana penataan bahasa yang kemu-

dian harus bisa sinkron dengan alur

ceritanya. Naskah ditulis dengan gaya

yang ringan dan bahasa yang sederhana

sehingga dapat dibaca dengan singkat

dan mudah, karena sebuah kalimat bukan

untuk dibaca melainkan untuk dicerita-

kan kepada pemirsa.

D. Gaya Bahasa Jurnalistik

Gaya bahasa menurut Sumadiria

(2008:145), “Gaya bahasa adalah bahasa

indah yang dipergunakan untuk mening-

katkan efek dengan jalan memperke-

D. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

a. Menciptakan karya indepth report

televisi dengan menampilkan gaya

bahasa paradoks dan klimaks dalam

penulisan naskahnya. Dengan meng-

gunakan kedua jenis gaya bahasa

pertentangan tersebut, penulis mewu-

judkan gaya bercerita agar lebih

mudah diterima oleh audience.

b. Menyajikan tayangan indepth report

dengan memaparkan fakta- fakta yang

ada sehingga pesan yang disampaikan

melalui audio visual ini dapat meng-

gambarkan pentingnya menjaga ke-

harmonisan antara manusia dan alam.

c. Mewujudkan karya untuk pelestarian

satwa sebagai bentuk kepedulian dan

perlindungan untuk Gajahdalam

penciptaan Indepth report Televisi.

2. Manfaat

a. Bagi Masyarakat

Memperoleh tayangan mendidik dan

menarik tentang berbagai masalah di

Indonesia, khususnya tentang pen-

tingnya menjaga kekayaan yang dimi-

liki Indonesia, baik tradisi, budaya,

flora, fauna dan SDA lainnya.

b. Bagi Lembaga STMM “MMTC ”

Yogyakarta

Menambah arsip, dokumen, ataupun

program acara dalam bentuk audio

visual di Perpustakaan Sekolah Tinggi

Multi Media “MMTC” Yogyakarta,

sehingga dapat dimanfaatkan oleh

pihak lain sebagai referensi dan

apresiasi.

c. Bagi Penulis

1. Mampu mengolah kreatifitas penu-

lis dalam penggunaan gaya bahasa

paradoks dan klimaks dalam

menulis naskah indepth report.

2. Mampu bekerjasama dengan tim

dalam menciptakan karya produksi

indepth report televisi tentang

pelestarian Gajah Sumatra.

3. Mampu menginformasikan kepada

masyarakat tentang pentingnya

menjaga flora dan fauna yang

menjadi kekayaan tersendiri bagi

bangsa Indonesia.

II. TEORI

Beberapa teori dignakan sebagai acuan,

dan referensi, dalam mengembangkan ide,

untuk membuat karya produksi indepth

report televisi Konflik Belalai Tesso Nilo.

Landasan teori yang penulis gunakan, yaitu:

A. Komunikasi Massa

Dalam hal ini, penulis menerapkan

proses komunikasi massa di mana penulis

naskah memaparkan data-data yang

disajikan melalui narasi untuk diberikan

ke masyarakat melalui media televisi ber-

bentuk audio visual. Menurut Lasswell

dalam Kuswandi (1996:17) bahwa,

"proses komunikasi yang berbunyi "Who,

says what, to whom, in which channel,

and with what effect?", secara langsung

menggambarkan bahwa proses komuni-

kasi seseorang memerlukan media".

Komunikasi massa secara tegas memper-

lihatkan bahwa dalam setiap pesan yang

disampaikan televisi, tentu saja mempu-

nyai tujuan khalayak sasaran yang akan

44 45

Gaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso NiloGaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso Nilo

Page 7: PEMBERITAAN - MMTC

Grafik tersebut bersifat naik turun

yang dibangun melalui style (gaya), mood

(suasana), dan tone (nada)dalam penu-

lisan naskahnya untuk menghidupkan

alur cerita. Angka 22 pada grafik di atas

menggambarkan durasi dari karya

indepth report yaitu 22 menit sedangkan

keterangan paradoks dan klimaks di

sebelah kiri merupakan gaya bahasa yang

penulis terapkan dalam naskah indepth

report ini. Dari grafik di atas dapat dije-

laskan bahwa alur naik turun ditentukan

oleh paradoks dan klimaks yang penulis

terapkan di menit-menit tertentu. Se-

dangkan dari menit 14 ke 18 yang tidak

terjadi kenaikan maupun penurunan dan

bersifat datar tersebut memiliki arti

bahwa dalam menit itu tidak terdapat

gaya bahasa yang digunakan sehingga

alurnya turun dan stabil. Penulis juga

menempatkan klimaks cerita di menit

ketujuh saat menjelaskan tentang keba-

karan hutan.

adanya tumpang tindih antara

manusia dan gajah. Penulis lebih

ingin menyadarkan masyarakat

akan pentingnya melindungi dan

melestarikan Gajah Sumatera.

Syamsuardi dari World Wildlife

Fund (WWF) Riau juga membe-

narkan hal tersebut karena peran

Gajah sangat penting dalam kehi-

dupan ekosistem dalam hutan.

B. Analisis Karya

Pada skripsi karya produksi ini, penulis

menerapkan gaya bahasa paradoks dan

klimaks. Penulis menyampaikan narasi

dengan gaya bahasa jenis pertentangan

tersebut untuk mendukung hidupnya alur

cerita yang akan penulis sampaikan pada

audience. Alur cerita yang digunakan

penulis dalam produksi karya indepth

report ini bersifat naik turun yang telah

dijabarkan melalui grafik:

Tesso Nilo" ini, ditampilkan eye catcher

sebagai pembuka yang berupa gam-

baran cuplikan tayangan secara utuh.

Eye catcher dibuat semenarik mungkin

agar pemirsa memiliki rasa ingin tahu

untuk menyaksikan tayangan ini sam-

pai selesai. Eye catcher yang memiliki

durasi 15 detik ini merupakan

potongan-potongan gambar yang

didukung musik ilustrasi sebagai

ajakan untuk audience menyaksikan

tayangan ini.

a) Sequence 1

Pada sequence satu menjelaskan

tentang rusaknya ekosistem dalam

Taman Nasional Tesso Nilo. Penulis

mengawali narasi dengan penge-

nalan dan pemaparan potensi alam

yang dimiliki Riau. Taman Nasional

Tesso Nilo yang masih terhitung

dalam provinsi Riau ini terancam

keberadaannya akibat peram-

bahan. Penyalahgunaan lahan di

dalam kawasan Taman Nasional

tentu akan mengganggu ekosistem

didalamnya. Para perambah yang

masuk ke dalam kawasan Tesso Nilo

tidak hanya merusak hutan, bahkan

mereka telah menempati home-

range atau rumah gajah. Padahal

dari ke delapan kantong Gajah

Sumatera, 2 kantong Gajah

Sumatera terbesar berada di Taman

Nasional Tesso Nilo. Namun kebera-

daan mereka sekarang terancam

akibat perambahan.

b) Sequence 2

Sequence dua menjelaskan

tentang perambahan di Tesso Nilo

yang semakin meluas. Penulis

menceritakan awal mula bagai-

mana perambah bisa masuk ke

Tesso Nilo. Diperkuat dengan

statement Hutomo dari pihak Balai

Taman Nasional Tesso Nilo yang

memaparkan bahwa perambah

yang masuk ke dalam kawasan

melalui jalur-jalur perusahaan yang

dulunya berada di Tesso Nilo.

c) Sequence 3

Pada sequence tiga menjelaskan

tentang bagaimana cara perambah

menguasai Taman Nasional Tesso

Nilo. Pembukaan lahan menjadi

langkah awal yang dilakukan

perambah untuk dapat tinggal di

dalam kawasan. Penulis memberi-

kan klimaks cerita pada statement

Syamsidar dari pihak World Wildlife

Fund (WWF) Riau yang menjelaskan

tentang proses kebakaran hutan

yang dilakukan perambah. State-

ment tersebut didukung oleh visual

semak belukar yang terbakar dan

merambat sehingga emosi audien-

ce terbangun karena merasa meli-

hat langsung kejadian tersebut.

4) Sequence 4

Pada sequence empat menje-

laskan tentang akibat semakin

banyaknya perambah di Tesso Nilo

akhirnya Gajah dianggap hama di

rumahnya sendiri. Hal tersebut

diperkuat dengan adanya data

bahwa kematian gajah terus terjadi

setiap tahun. Perebutan lahan di

dalam satu kawasan membuat

46 47

Grafik Alur Cerita

Gaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso NiloGaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso Nilo

Page 8: PEMBERITAAN - MMTC

KONTRAK ATAS PENGELOLAAN

HUTAN TERSEBUT TELAH HABIS

D A N K E M U D I A N M E N T E R I

KEHUTANAN MEMPERSIAPKAN

KAWASAN INI MENJADI TAMAN

NASIONAL TESSO NILO PADA

BULAN JUNI TAHUN 2004//

OLEH KARENA ITU/ BANYAK JALUR

YA N G T E R B U K A S E H I N G G A

PERAMBAH DENGAN MUDAH

MASUK KE WILAYAH INI// HAL

INILAH YANG MENJADI PENYEBAB

PERAMBAHAN MAKIN MELUAS DI

KAWASAN TAMAN NASIONAL

TESSO NILO//

Kalimat di atas termasuk jenis

gaya bahasa klimaks di mana

menceritakan secara runtut ten-

tang suatu peristiwa sampai berada

di titik klimaks. Penulis memapar-

kan dari Tesso Nilo yang dulunya

merupakan kawasan hutan produk-

si, lalu bagaimana alih fungsinya

menjadi taman nasional yang

kesinambungannya dengan jalur

bekas perusahaan tadi sehingga

perambah memanfaatkan jalur-

jalur tersebut untuk masuk ke

dalam kawasan Taman Nasional

Tesso Nilo.

4. Sequence 3

Pada sequence tiga membahas

tentang bagaimana cara perambah

masuk dan menguasai Taman Nasional

Tesso Nilo. Dalam pengemasannya,

penulis menempatkan sequence tiga

sebagai klimaks dari alur cerita karya

S E M A K I N K R I S I S K A R E N A

LAHANNYA TELAH DIRUSAK SELUAS

50.000 HEKTAR/ ATAU HAMPIR 60

PERSEN DAERAHNYA TELAH

DIRAMBAH//

Kalimat di atas mengandung

majas paradoks. Kata kunci dari

adanya kalimat paradoks adalah

terletak pada kata penghubung di

dalam sebuah kalimat.

2) Naskah nomor 12

M E R E K A D E N G A N S E N G A JA

MERUSAK HABITAT PENGHUNI

HUTAN DEMI KEPENTINGANNYA

SENDIRI//

Inti dari kalimat di atas adalah

manusia tidak peduli dengan ling-

kungan yang seharusnya dia jaga

dengan baik demi keselarasan

hidup. Penulis sengaja menuliskan

dan menyudutkan perambah

karena manusia rela menghalalkan

segala cara untuk kepentingannya

sendiri tanpa memperhatikan

keberadaan makhluk hidup lain.

Penyampaian pesan melalui gaya

bahasa paradoks adalah tegas,

sehingga kalimat yang digunakan

sederhana namun memiliki arti

penting agar informasinya dapat

l a n g s u n g d i m e n g e r t i o l e h

audience.

b. Gaya Bahasa Klimaks

1) Naskah nomor 9

TAMAN NASIONAL TESSO NILO

DULUNYA MERUPAKAN KAWASAN

HUTAN PRODUKSI TERBATAS//

NAMUN PADA TAHUN 2002/

Dalam setiap sequence, penulis

menjelaskan makna yang terkandung

dalam tiap kalimat yang menggunakan

majas paradoks dan klimaks. Berikut

penjabarannya:

1. Eye Catcher

Eye Catcher ditempatkan sebagai

tayangan pembuka agar menarik minat

audience untuk menyaksikan tayangan

ini. Oleh karena itu, penulis memilih

visual yang dapat menggambarkan kese-

luruhan isi cerita yang disingkat dalam

durasi 15 detik, seperti:

a) Kebakaran hutan

b) Aktivitas perusahaan pengolahan

minyak mentah

c) Bangkai Gajah

d) Orang menebang pohon

e) Api yang merambat ke semak belukar

f) Sekumpulan Gajah yang menyebrang

jalan bersama-sama

g) Gajah mandi di sungai

h) Gajah makan rumput

Penulis naskah tidak menyisipkan

narasi dan statement narasumber pada

eye catcher. Visual yang disajikan didu-

kung oleh musik ilustrasi yang mampu

menggambarkan apa informasi yang akan

disampaikan oleh penulis melalui karya

produksi indepth report ini.

2. Sequence 1

Penulis memperkenalkan Riau dengan

kekayaan alam yang dimilikinya yaitu

kelapa sawit dan karet. Pada sequence

pertama, penulis menyampaikan penge-

nalan dari alur cerita ini yang menggam-

barkan tentang adanya kasus peram-

bahan yang mengganggu ekosistem di

Taman Nasional Tesso Nilo. Namun dalam

sequence pertama ini, penulis hanya

menuliskan kalimat yang mengandung

majas paradoks terlebih dahulu sebagai

pengantar cerita. Berikut penjabarannya:

a. Gaya Bahasa Paradoks

Naskah nomor 7

NAMUN DARI KEKAYAAN ALAM ITU /

MASIH BANYAK ORANG YANG

KEMUDIAN MENYALAHGUNAKAN-

N YA / / S E M UA H U TA N T E R U S

DIRUSAK/ BAHKAN TAMAN NASIONAL

P U N T A K L U P U T U N T U K

DIBUMIHANGUSKAN//

Kalimat yang mengandung majas

paradoks dapat ditunjukkan dengan

penggambaran kalimat yang memiliki

makna sebab dari sebuah peristiwa.

3. Sequence 2

Pada sequence dua, penulis ingin

menunjukkan pengakuan pihak Balai

Taman Nasional Tesso Nilo terkait

keberadaan perambah di dalam kawa-

san. Balai Taman Nasional Tesso Nilo

seharusnya bertanggungjawab penuh

atas apa yang terjadi di Tesso Nilo.

Penulis menyampaikan pesan de-

ngan memberikan majas klimaks terle-

bih dahulu pada awal sequence karena

menceritakan awal mula Tesso Nilo

berdiri pada sepuluh tahun silam sampai

pada kondisinya yang saat ini semakin

kritis.

a. Gaya Bahasa Paradoks

1) Naskah nomor 11

CELAKANYA/ SELAMA LEBIH DARI

SEPULUH TAHUN BERDIRI/ KONDISI

TAMAN NASIONAL TESSO NILO

48 49

Gaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso NiloGaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso Nilo

Page 9: PEMBERITAAN - MMTC

ke memaksa perambah agar segera

pergi dengan cara yang kasar. Kali-

mat paradoks memang seharusnya

secara singkat, padat dan jelas agar

pesan informasi maupun dampak-

nya dapat langsung dimengerti oleh

audience.

3) Naskah nomor 37

BILA KASUS PERAMBAHAN TIDAK

DISELESAIKAN SECARA CEPAT/

MASIHKAH TAMAN NASIONAL

TESSO NILO MENJADI RUMAH

YANG LAYAK BAGI GAJAH?//

Penyampaian kalimat yang

menggunakan majas paradoks di

atas menjadi akhir dari alur cerita

karya indepth report ini. Penulis

mengemas kalimat tersebut meng-

gunakan kalimat tanya yang seder-

hana namun memiliki ketegasan

tersendiri untuk menyadarkan

audience.

b. Gaya Bahasa Klimaks

1) Naskah nomor 26

LAHAN YANG SEMULA MERU-

PAKAN TEMPAT GAJAH MENCARI

MAKAN KINI TELAH MENJADI

KEBUN SAWIT BAHKAN RUMAH

WARGA// AKIBATNYA/ GAJAH

MEMAKAN AREAL PERTANIAN

KEBUN MILIK WARGA SAMPAI

MASUK DAN MENGACAK-NGACAK

RUMAH WARGA//

Penulis ingin menyampaikan

bagaimana perebutan lahan antara

gajah dan manusia yang berujung

pada konflik sampai punahnya

gajah. Sama seperti majas para-

doks, penggunaan majas klimaks

Penulis ingin menggambarkan

bagaimana proses perambah mem-

buka lahan yang juga diperkuat oleh

statement Syamsidar yang mence-

ritakan proses terjadinya kebakaran

hutan yang terekam oleh kamera

trap.

5. Sequence 4

Sequence empat merupakan akhir dari

rangkaian cerita dalam karya produksi

indepth report ini. Pada akhir cerita, pe-

nulis mengemas naskah dengan kalimat

pertanyaan agar audience yang dapat

menyimpulkan sendiri bagaimana infor-

masi yang telah disampaikan penulis dan

tim dalam karya indepthreport ini.

a. Gaya Bahasa Paradoks

1) Naskah nomor 26

SEMENJAK ITULAH GAJAH DIANG-

GAP SEBAGAI HAMA// GAJAH

DIBURU BAHKAN DIRACUN//

Kalimat di atas merupakan ma-

jas paradoks di mana kalimatnya

mengandung penegasan yang

menyatakan sebuah akibat. Kalimat

paradoks dapat menggambarkan

subjek cerita yang dikisahkan

sedang menghadapi keadaan atau

tekanan tertentu.

2) Naskah nomor 35

BAHKAN BILA PERLU/ PERANG

SEKALIPUN//

Penulis menegaskan bahwa

permasalah perambahan ini sudah

berada di tingkat bahaya sampai

harus perang sekalipun. Bukan lagi

peringatan, penggiringan ataupun

pengusiran. Namun lebih bersifat

indepthreport ini yaitu kebakaran hutan

yang dilakukan oleh perambah untuk

membuka lahan baru di dalam kawasan.

Selain itu penulis juga menyampaikan

alur cerita bagaimana perambah dapat

memperoleh lahan di Tesso Nilo. Mereka

masuk melalui pemangku adat setempat

yang menjual lahan tersebut hanya

dengan menggunakan surat hibah seba-

gai ganti dari surat kepemilikan tanah

yang seharusnya dimiliki oleh pemilik

lahan.

a. Gaya Bahasa Paradoks

1) Naskah nomor 19

KAWASAN KONSERVASI JELAS

TIDAK MEMPERBOLEHKAN AKTIVI-

TAS MANUSIA DIDALAMNYA//

Penulis ingin menegaskan dan

menyadarkan manusia bahwa ma-

suk dan menetap di dalam kawasan

taman nasional adalah sebuah

pelanggaran. Hal ini sangat di-

sayangkan karena seharusnya

manusia bisa mematuhi peraturan

karena manusia memiliki akal sehat

dan logika untuk berfikir dan

bertindak. Dalam hal ini, kalimat

paradoks juga digunakan karena

mengandung pertentangan antara

pernyataan dengan fakta yang ada.

2) Naskah nomor 21

WALAUPUN MEREKA MENGE-

TAHUI TANAH ITU MERUPAKAN

TANAH KAWASAN KONSERVASI/

PEMANGKU ADAT TETAP MENJUAL

TANAHNYA DENGAN PIHAK LUAR//

Majas paradoks diperkuat

dengan kata penghubung dalam

sebuah kalimat. Dari naskah di atas,

kalimat penegasannya memiliki

makna bahwa walaupun manusia

mengetahui peraturan, namun

tetap berbuat kecurangan.

3) Naskah nomor 23

SURAT YANG DIGUNAKAN SEBAGAI

ALAT SAH JUAL BELI TANAH DI

TAMAN NASIONAL TESSO NILO PUN

HANYA BERBENTUK SURAT HIBAH//

HAL INILAH YANG MEMBUKTIKAN

BAHWA TRANSAKSI TERSEBUT

ILEGAL//

Kalimat di atas mengandung

kalimat paradoks. Kalimat pene-

gasan dalam majas paradoks dapat

menggambarkan suatu pembuk-

tian dari sebuah peristiwa.

b. Gaya Bahasa Klimaks

1) Naskah nomor 16

SEDIKIT DEMI SEDIKIT/ PERAMBAH

MULAI MEMENUHI KAWASAN

TAMAN NASIONAL TESSO NILO//

HUTAN BERALIH FUNGSI MENJADI

PERKEBUNAN KELAPA SAWIT/

PERKEBUNAN KARET HINGGA

PEMUKIMAN WARGA// MEREKA

M A S U K D E N G A N M U L A I

MEMBAKAR HUTAN KARENA AKAN

MEMBUAT HUTAN SEKETIKA

GUNDUL// SETELAH ITU BARULAH

PARA PERAMBAH MELAKUKAN

AKSINYA UNTUK MENANAM BIJI

KELAPA SAWIT DAN KARET//

Kalimat di atas mengandung

majas klimaks dilihat dari kata

‘sedikit demi sedikit’. Gaya bahasa

klimaks pada umumnya diturunkan

dari kalimat yang bersifat periodik.

50 51

Gaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso NiloGaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso Nilo

Page 10: PEMBERITAAN - MMTC

ABSTRAK

Penyu merupakan satwa yang dilindungi yang saat ini telah mengalami penurunan yang dramatis

dalam jumlah populasi dan jangka waktu terakhir. Karya produksi “Penyu Diambang Senja” diproduksi

dengan tujuan menjabarkan fakta mengenai faktor-faktor ancaman kepunahan penyu secara jelas dan

mendalam. Karena penyu memiliki masalah kompleks, maka indepth report adalah format yang paling

tepat.

Agar dapat menjabarkan fakta secara jelas dan menyeluruh, sebagai penulis naskah, penulis

menggunakan gaya bahasa paradoks dan ironi dalam penulisan naskah. Penulisan naskah indepth

report menggunakan teknik penulisan jurnalistik yang dipadukan dengan menggunakan gaya bahasa

majas paradoks dan ironi sehingga audience dapat menerima informasi dengan baik.

Dari hasil penulisan yang telah dilaksanakan, penulis menemukan bahwa faktor berkurangnya

populasi penyu dibagi menjadi dua, yaitu faktor alam dan manusia. Ancaman terbesar bagi penyu

adalah manusia. Dalam karya ini penulis memberikan tiga pokok penting yang akan dibahas, yaitu,

kerusakan ekosistem pantai, pro dan kontra pelaksanaan konservasi penyu, dan penjualan produk

penyu illegal. Hasil temuan ini kemudian diolah menjadi bentuk audio visual yang terdiri dari narasi,

ilustrasi musik, original sound, soundbite, narasumber, dan gambar sehingga menghasilkan output

yang menarik dan layak untuk diterima masyarakat.

Kata Kunci : Penyu, Gaya Bahasa, Paradoks dan Ironi, Penulis Naskah, Indepth Report

ABSTRACT

Penyu (Sea Turtle) is a protected animal that nowadays the population number has declined

dramatically. Program production “Penyu Diambang Senja” is to expose deeply and clearly the facts

about penyu threat extinction factors. Since penyu has complex issues, therefore in-depth report is the

most appropriate format.

In order to spell clearly and comprehensively the facts out, as the scriptwriter, the writer uses

paradox and irony figurative languages in the script. In-depth report scriptwriting uses journalistic

writing technique combined with paradox and irony figurative languages, so that audience can receive

the information well.

From the conducted research, writer finds out that there are two factors of penyu number decline;

those are nature and human factors. Penyu biggest threat is human. In this production, writer presents

three main issues to be discussed; those are the damage of coastal ecosystem, pros and cons in penyu

conservation, and illegal trade of penyu product. This findings then is processed into audio visual

format, consisting of narration, music illustration, original sound, soundbite, source person, as well as

images. Therefore, the output is interesting and well accepted.

Keywords: Penyu, Figurative Language, Paradox and Irony, Scriptwriter, In-depth Report

Key words: Turtle, Stylistics, Paradox and irony, script writer, Indepth Report

juga dapat menggambarkan secara

urut suatu peristiwa dari sebab

sampai akibatnya.

Penerapan gaya bahasa naskah

karya produksi indepth report mulai

dari pra, produksi hingga pasca

produksi telat dilalui penulis bersama

tim. Skripsi karya produksi dengan

judul "Gaya Bahasa Paradoks dan

Klimaks dalam Penulisan Naskah

Program Indepth Report Televisi

"Indonesian Stories" Edisi "Konflik

Belalai Tesso Nilo" ini telah mene-

rapkan teori yang digunakan sebagai

acuan penulis.

IV. KESIMPULAN

Gaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam

Penulisan Naskah Program Indepth Report

Televisi Indonesian Stories edisi Kisah Belalai

Tesso Nilo, telah sesuai dengan tujuan.

Sebagai penulis naskah, penulis dapat

menyampaikan pesan kepada audience

dengan menerapkan gaya bahasa paradoks

dan klimaks yang terdapat dalam setiap

sequence. Hal ini sebagai pendukung hidup-

nya cerita yang penulis produksi agar pe-

nyampaian pesannya lebih mudah diterima

audience.

Melalui program indepth report ini,

penulis mendapatkan tambahan ilmu dan

pengalaman khususnya dalam menyam-

paikan sebuah pesan yang mengandung

konflik didalamnya. Program ini dapat

menginspirasi audience agar memper-

hatikan keseimbangan ekosistem antar

sesama makhluk hidup.

V. DAFTAR PUSTAKA

Baksin, Askurifai. 2006. Jurnalistik Televisi Teori

dan Praktik. Bandung: Simbiosis

Rekatama Media

Fachruddin, Andi. 2012. Dasar-Dasar Produksi

Televisi. Jakarta: Kencana

Ishwara, Luwi. 2011. Jurnalisme Dasar. Penerbit

Buku Kompas: Jakarta

Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa.

Jakarta: PT. Rineka Cipta

Sumadiria, Haris. 2006. Bahasa Jurnalistik.

Bandung: Simbiosa RekatamaMedia

52 53

Gaya Bahasa Paradoks dan Klimaks dalam Penulisan Naskah Indepth Report Televisi Indonesian Stories Edisi Konflik Belalai Tesso Nilo

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PARADOKS DAN IRONI “PENYU DI AMBANG SENJA”

Iffa KarimaKusumo Gambriyanto