PENGARUH SUNSET POLICY, TAX AMNESTY DAN ...repository.uinjambi.ac.id/2484/1/SUKARMINTO_SE....
Transcript of PENGARUH SUNSET POLICY, TAX AMNESTY DAN ...repository.uinjambi.ac.id/2484/1/SUKARMINTO_SE....
i
PENGARUH SUNSET POLICY, TAX AMNESTY DAN SANKSI PAJAK
TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAMBI
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Ilmu Ekonomi Syariah
Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Oleh:
SUKARMINTO
NIM: SE. 120174
PEMBIMBING:
Drs. H. Mukhsin Ruslan, M. Ag
Khairiyani, SE., M.S.Ak
KONSENTRASI EKONOMI AKUKNTANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
1439H/2019M
ii
iii
iv
v
MOTTO
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum
di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat”. An-Nisa (4) 58”1
1Tim Penerjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Qur’an Tafwid dan Tejermahan, (Jakarta:
Magfirah Pustaka, 2008), 143.
vi
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk mengungkap pengaruh sunset policy, tax amnesty dan
sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak di kantor Pelayanan Pajak Pratama
Jambi. Skripsi ini menggunakan pendekatan kuantitatif menggunakan metode
analisis statistik regresi berganda secara parsial maupun secara simultan untuk
menghubungkan Sunset policy (X1), Tax amnesty (X2) dan Sanksi perpajakan (X3)
dengan kepatuhan wajib pajak (Y), penelitian yang dilakukan diperoleh hasil dan
kesimpulan sebagai berikut: Secara simultan (uji F) menunjukkan bahawa variabel
independen Sunset policy (X1), Tax amnesty (X2) dan Sanksi perpajakan (X3)
secara bersama-sama atau simultan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
(Y) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi. Sedangkan, secara parsial dari
tiga variabel hanya dua yang memiliki pengaruh yang signifikan yaitu Sunset
policy (X1) dan Sanksi perpajakan (X3) memiliki pengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak (Y) sedangkan sedangkan variable Tax amnesty (X2) tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak (Y).
Kata Kunci : Sunset policy, Tax amnesty Sanksi perpajakan, kepatuhan wajib
pajak
vii
ABSTRACT
This thesis aims to reveal the influence of sunset policy, tax amnesty and tax
sanctions on taxpayer compliance at the Jambi Primary Tax Service office. This
thesis uses a quantitative research using multiple regression statistical analysis
partially or simultaneously to connect Sunset policy (X1), Tax amnesty (X2) and
taxation Sanctions (X3) with taxpayer compliance (Y), the research conducted
obtained the results and conclusions as follows: Simultaneously (F test) shows that
the independent variable Sunset policy (X1), Tax amnesty (X2) and Tax Sanction
(X3) jointly or simultaneously affect the taxpayer compliance (Y) at the Jambi
Primary Tax Service Office . Whereas, partially from three variables only two have
a significant influence, namely Sunset policy (X1) and taxation sanctions (X3)
have an influence on taxpayer compliance (Y) while whereas Tax amnesty (X2)
does not have a significant influence on compliance taxpayer (Y).
Keywords: Sunset policy, Tax amnesty tax sanctions, taxpayer compliance
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
karena atas berkat rahmat, hidayahya, yang mana dalam penyelesaian skripsi ini
penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Kemudian shalawat dan salam semoga tetap telimpah
kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya
kejalan yang benar dan dapat dirasakan manifestasinya dalam wujud Imam, Islam
dan amal nyata yang shalih likulli zaman wa makan.
Skripsi ini diberi judul “Pengaruh Sunset Policy, Tax Amnesty dan Sanksi
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Jambi” merupakan suatu kajian sistem informasi terhadap pembiayaan.
Dan inilah yang diketengahkan dalam skripsi ini. Kemudian dalam penyelesaian
skripsi ini, penulis akui tidak sedikit hambatan dan rintangan yang penulis temui
baik dalam pengumpulan data maupun dalam penyusunannya. Dan berkat adanya
bantuan dari berbagai pihak, terutama bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh
Bapak Drs. H. Mukhsin Ruslan, M. Ag dan Ibu Khairiyani, SE., M.S.Ak, selaku
pembimbing satu dan dua, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih kepada semua
pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama sekali kepada Yang
Terhormat:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN STS Jambi.
2. Bapak Dr. Subhan, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN STS Jambi.
3. Bapak Dr. Sucipto, S. Ag., M. Ag, selaku Ketua jurusan Ekonomi Islam
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.
ix
x
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil ‘alamin
Puji sukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi nikmat kesehatan sehingga
saya dapat menyelesaikan skripsi ini guna memperoleh strata satu (S1) Shalawat
beserta salam tidak lupa pula kukirimkan kepada junjunganku Muhammad
Rasulullah Saw
“Pengetahunan yang benar tidak diukur dari sebanyak anda menghafal dan
seberapa banyak yang mampu anda jelaskan, melainkan pengetahuan yang benar
adalah ekspresi keshalehan (melindungi dari pada apa yang Allah SWT larang dan
bertindak atas apa yang Allah SWT amanatkan) R.A. Abu Na’iam”
Kuibaratkan karya kecilku ini bak serantai mawar yang wanginya akan tetap
teringat sepanjang hayat, meski kelak raganya akan lekang terlengser waktu, dan
kupersembahkan mawar ini untuk:
Ayahku terhebat Yadiman, ilmu yang kauberikan dan mendidikku dengan titik-
titik dan berubah menjadi kalimat sehingga kupergunakan untuk mencari ridho
dijalan Allah SWT
Ibuku terindah Siti Fathonah yang mengasuhku dan memberikan warna pelangi di
dalam hidupku hingga kujelajahi dunia yang begitu luas
Adikku Krisdayanti dan Yusuf Al-Ghifari penghiburku dan pelepas kerinduanku
dalam mengarumi dunia
Calon Istriku Wiwin Suryani yang menemaniku dalam terang dan gelap hidupku
Serta teman-teman seperjuanganku yang telah membawaku mengarumi dunia
dengan kerangkasan
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
NOTA DINAS ............................................................................................ ii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... iii
PENGESAHAN ......................................................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ...................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 4
D. Batasan Masalah .................................................................. 5
E. Kegunaan Penelitian ............................................................ 5
F. Kerangka Teori .................................................................... 6
G. Penelitian Terdahulu ........................................................... 16
H. Kerangka Penelitian ............................................................ 19
I. Hipotesis .............................................................................. 23
BAB II METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ......................................................... 24
B. Jenis dan Sumber Data ........................................................ 24
C. Populasi dan Teknik Penentuan Sampel ............................. 25
D. Operasional Variabel ........................................................... 26
E. Instrumen Pengumpulan Data ............................................. 28
F. Teknik Analisis Data ........................................................... 29
G. Sistematika Penulisan .......................................................... 37
BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi .... 39
B. Visi dan Misi........................................................................ 40
C. Tugas Pokok Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi ........ 40
BAB IV PENELITIAN DAN HASIL PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ..................................................................... 45
B. Analisis Data ....................................................................... 46
1. Uji Instrumen ................................................................. 46
a. Uji Reliabilita .......................................................... 46
xii
b. Uji Validitas ............................................................ 47
2. Uji Asumsi Klasik ......................................................... 49
a. Uji Normalitas ......................................................... 49
b. Uji Multikolinieritas ................................................ 50
c. Uji Heteroskedastisitas ............................................ 52
3. Analisis Regresi Linier Berganda ................................. 53
a. Uji t (t test) .............................................................. 54
b. Uji F ......................................................................... 56
c. Uji Koefisien Determinasi (R2) ............................... 58
C. Pembahasan ......................................................................... 59
1. Pengaruh Sunset policy (X1) Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak .................................................................. 60
2. Pengaruh Tax amnesty (X2) Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak ................................................................... 61
3. Pengaruh Sanksi perpajakan (X3) Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak ................................................. 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 63
B. Saran-Saran ......................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xiii
DAFTAR SINGKATAN
DJP : Direktorat Jenderal Pajak
NPWP : Nomor Pokok Wajib Pajak
PPh : Pajak Penghasilan
PPN : Pertambahan Nilai
SWT : Subhanahu wa Ta'ala
SAW : Shallallahu ‘alaihi wasallam
STS : Sulthan Thaha Saifuddin
UIN : Universitas Islam Negeri
VIF : Variance Inflation Factor
WNI : Warga Negara Indonesia
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah SPT wajib pajak tahun 2015-2017 di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Jambi ...................................................................... 3
Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 16
Tabel 2.1 Oprasional Variabel....................................................................... 26
Tabel 4.1 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................ 43
Tabel 4.2 Jumlah Responden Berdasarkan Usia ........................................... 44
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabititas Variabel Penelitian ..................................... 45
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Penelitian ......................................... 46
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas ............................................................ 48
Tabel 4.6 Analisis Regresi Berganda ............................................................ 53
Tabel 4.7 UJI T .............................................................................................. 55
Tabel 4.8 Hasil Uji F ..................................................................................... 57
Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determisani ................................................... 58
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan di Indonesia sangatlah penting untuk mensejahterakan
masyarakat. Dalam pembangunan, tidak akan tercapai apabila tidak ada kerja sama
antara pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut
berjalan sesuai dengan keinginan masyarakat dan bangsa Indonesia. Selain itu ada
hal yang sangat berpengaruh terhadap pembangunan yaitu dana atau biaya untuk
pembangunan itu sendiri. Salah satu sumber dana yang paling besar adalah dari
pajak.2 Penerapan sanksi administrasi masih kurang mampu untuk membuat Wajib
Pajak melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik. Oleh karena itu
Direktorat Jenderal Pajak mengeluarkan kebijakan yang mengatur tentang
penghapusan sanksi administrasi agar penerimaan negara dapat dimaksimalkan.3
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) pada tahun 2008 melakukan terobosan
dalam penggalian potensi perpajakan yaitu mengeluarkan kebijakan pajak bagi
wajib pajak yang secara suka rela melakukan pembetulan atas pelaporan pajaknya
tahun-tahun yang lalu serta memberikan kelonggaran bagi masyarakat dalam hal
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), yang dikenal dengan Sunset.4
Sunset policy merupakan penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa
bunga terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan yang diatur berdasarkan
Pasal 37 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
2 Eddy Supriyanto, Akuntansi Perpajakan, (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2011), hlm. 16
3 Agus Budiman, Pajak Itu Gampang Lho, (Jakarta: Direktorat Pajak, 2016), hlm. 19
4 Direktorat Pajak, Lebih Dekat Dengan Pajak, (Jakarta: Direktorat Pajak, 2016), hlm. 23
2
Tata Cara Perpajakan.5 Selain sunset policy, pemerintah memberikan
pengampunan pajak atau tax amnesty kepada Warga Negara Indonesia (WNI) yang
diduga melakukan penghindaran pajak di luar negeri.
Pemberian tax amnesty merupakan upaya pemerintah untuk menarik dana
masyarakat yang selama ini terhenti di perbankan negara lain. Tax amnesty
diberikan kepada wajib pajak yang selama ini tidak melapor dan meyetorkan pajak
dengan benar.6 Kebijakan ini masih perlu diselaraskan dengan instansi penegak
hukum lain serta dibahas dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Selain
program tax amnesty, pemerintah dalam menggali potensi pendapatan dari pajak
memberlakukan sanksi apabila wajib pajak tidak melakukan kewajiban perpajakan
sebagaimana mestinya.7 Sanksi perpajakan merupakan pemberian sanksi bagi
wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Hal ini
diberlakukan agar peraturan perpajakan dipatuhi nggarnya. Wajib pajak akan
mematuhi peraturan apabila memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih
banyak merugikannya. Semakin tinggi sanksi yang diberikan kepada wajib pajak,
maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat. 8
Penelitian-penelitian terdahulu telah menunjukkan hasil bervariasi. Adapun
penelitian, Mora Novana Ardani (2010), Nurulita Rahayu (2017), Elisabeth
NadiaRorong (2017) dan Husnurrosyidah (2016) sunset policy, tax amnesty dan
5 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan 6 Eddy Supriyanto, Akuntansi Perpajakan, hlm. 17
7 Milka Magrita Pangkey , “Analisis Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Sebelum Dan
Sesudah Pelaksanaan Tax Amnesty Di Kpp Pratama Manado”, hlm. 88 8 Ken Dwijugiasteadi, Bendahara Wajib Pajak, (Jakarta: Direktorat Pajak, 2016), hlm. 52
3
sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan penelitian
Ngadiman dan Daniel Huslin (2015) sunset policy berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian-penelitian ini menunjukkan
bahwa hasil yang tidak konsisten satu sama lain. Hal ini mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian, mengenai pengaruh sunset policy, tax amnesty dan sanksi
pajak terhadap kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi.
Selain itu, tingkat kepatuhan wajib pajak di Kota Jambi yang menurun pada tahun
2017. Adapun data jumlah Surat Pemberitahuan (SPT) wajib pajak sebagai
berikut:
Tabel 1.1
Jumlah SPT wajib pajak tahun 2015-2017 di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Jambi9
Jenis Wajib
Pajak
2015
(orang)
2016 (orang) 2017 (orang) Total
(orang)
Badan 239 280 302 821
Orang Pribadi 3.275 3.821 3.552 10.648
Jumlah 3.514 4.101 3.854 11.469
Sumber: Seksi Pemeriksaan di KPP Jambi
Dari data diatas dapat dilihat bahwa penerimaan SPT wajib orang pribadi
lebih banyak dibandingkan wajib pajak badan yang melaporkan surat
pemberitahuan. Namun pada tahun 2017 pelaporan surat pemberitahuan orang
pribadi mengalami penurunan sedangkan pelaporan surat pemberitahuan badan
meningkat dari tahun ketahun. Hal ini menunjukan bahwa wajib pajak belum
sepenuhnya patuh untuk melaporkan SPT pajak terhutangnya. Oleh karena itu,
9 Kantor Pelayanan Pajak Pratana Jambi, Jumlah surat pemberitahuan wajib pajak, 14
agustus 2018
4
perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
wajib pajak.
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas, maka penulis tertarik
untuk menyusun proposal skripsi dengan judul: “Pengaruh Sunset Policy, Tax
Amnesty dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Jambi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis jelaskan
sebelumnya, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah;
1. Apakah sunset policy, tax amnesty dan sanksi pajak berpengaruh secara
simultan terhadap kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Jambi?
2. Apakah sunset policy, tax amnesty dan sanksi pajak berpengaruh secara parsial
terhadap kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi?
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari adanya perluasan masalah yang dibahas yang
menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan rumusan masalah yang
telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan batasan masalah ini
hanya membahas pengaruh sunset policy, tax amnesty dan sanksi pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi.
5
D. Tujuan Penelitian
Dengan adanya semua perumusan masalah di atas, diharapkan adanya suatu
kejelasan yang dijadikan tujuan bagi penulis dalam skripsi ini. Tujuan yang ingin
dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sunset policy, tax amnesty dan sanksi pajak berpengaruh
secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Jambi.
2. Untuk mengetahui sunset policy, tax amnesty dan sanksi pajak berpengaruh
secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Jambi.
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh sunset policy, tax amnesty dan sanksi pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi, ini
diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana Strata Satu
(S1) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Siafuddin Jambi.
2. Sebagai bahan masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi Penelitian
ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan wawasan
bagi penulis sendiri terhadap pengaruh sunset policy, tax amnesty dan sanksi
pajak terhadap kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Jambi.
6
3. Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk Fakultas FEBI khususnya
jurusan Ekonomi Islam, dan dosen-dosen Fakultas FEBI lainnya.
4. Sebagai sumber referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.
F. Kerangka Teori
1. Pajak
Secara etimologi, pajak dalam bahasa Arab disebut dengan istilah
Dharibah, yang berasal dari kata dasar “ ضربا” yang artinya mewajibkan,
menetapkan, menentukan, memukul, menerangkan atau membebankan, dan lain-
lain. Sedangkan secara terminologi Dharibah adalah harta yang dipungut secara
wajib oleh negara untuk selain Al-Jizyah, dan Al-Kharaj sekalipun keduanya secara
awam bisa dikategorikan dharibah. Dalam kitab Al Ahkam al Sulthaniyah karya
Imam Al Mawardi, Kharaj diterjemahkan dengan kata pajak, sedangkan Jizyah
tidak diterjemahkan dengan pajak, melainkan tetap disebut jizyah. Dalam kitab
Shahih Abu Daud, seorang pemungut jizyah diterjemahkan dengan seorang
pemungut pajak, padahal yang dimaksud adalah petugas jizyah. Dalam kitab
Al-Umm karya Imam Syafi’i, jizyah diterjemahkan dengan pajak. Dari berbagai
penerjemahan ini tampaknya pengertian jizyah, kharaj, dan lain-lain disatukan ke
dalam istilah pajak.
Pajak adalah pungutan berdasarkan kekuasaan hukum untuk menutupi
pengeluaran pemerintah tanpa ada imbalan langsung. Pajak adalah sebagai suatu
beban tambahan yang cukup signifikan dengan belitan kesulitan ekonomi yang
7
semakin besar dari waktu ke waktu.10
Pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh
negara (pemerintah) berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan
dan terutang oleh wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali
(kontraprestasi/balas jasa) secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk
membiayai pengeluaran negara dalam penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan.11
Sebagaimana dapat dilihat pada Surat At-Tubah ayat 41, sebagai
berikut:
Artinya: Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan
berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian
itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.12
Sebagaimana dalam Surat Al-Baqarah ayat 195, sebagai berikut:
Artinya: dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,
karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.13
10
Direktorat Pajak Pintar Orang Pribadi Pintar Pajak, (Jakarta: Direktorat Pajak, 2016),
hlm. 76 11
Tim Penyususn, Buku Saku Pengadaan Pajak Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Tahun 2012, (Jakarta: Direktorat Pajak 2012), hlm. 82 12
Departemen Agama, Qur’an Tafwid dan Tejermahan, (Jakarta: Magfirah Pustaka,
2008), hlm. 241. 13
Departemen Agama, Qur’an Tafwid dan Tejermahan, hlm. 51.
8
Dalam perjalanananya, hukum pajak sering dikaitkan dengan zakat karena
terdapat beberapa persamaan dan perbedaan. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada
mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-
norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif
untuk mencapai kesejahteraan umum. Definisi pajak secara resmi yang dimuat
dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (UU KUP) Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.14
Definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-
unsur meliputi:
a. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang
(bukan barang), pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-
undang serta aturan pelaksanaanya;
b. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang langsung dapat
ditunjuk;
c. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah;
d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-
pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
14
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
9
2. Sistem Pemungutan Pajak
Ada 2 fungsi pajak, yaitu; 1) Fungsi Penerimaan Budgetair berfungsi
sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluarannya; 2) Fungsi Mengatur Regulerend)berfungsi sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan
ekonomi. Sistem pemungutan pajak yang dianut oleh Indonesia adalah self
assessment, yang mengharuskan wajib pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, meyetor dan melaporkan kewajban pajaknya sendiri.15
Dalam
hal ini wajib pajak dianggap paling tahu mengenai besarnya pajak terutang karena
wajib pajak tentu lebih memahami penghasilan sendiri. Dalam sistem self
assessment, apa yang telah dihitung ,disetor dan dilporkan oleh wajib pajak
dianggap benar oleh fiskus.
Dalam rangka untuk memperoleh keyakinan yang memadai,maka
diperlukan sarana untuk melakukan pengawasan. Pada dasarnya apa yang telah
dihitung, disetor,dan dilaporkan oleh wajib pajak dianggap benar oleh fiskus
kecuali apabila fiskus mempunyi data/informasi yang mengindikasikan bahwa
laporan tersebut salah. Dalam sistem self assessment fungsi fiskus adalah
menjamin bahwa pajak yang telah dihitung, diperhitungkan dan dilaporkan oleh
wajib pajak telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Reformasi Perpajakan
Reformasi perpajakan di Indonesia masih berfokus pada reformasi
administrasiperpajakan. Adapun tujuan dari reformasi administrasi perpajakan
tersebut adalah untukmenciptakan kepercayaan kepada lembaga Direktorat
15
Direktorat Pajak Pintar Orang Pribadi Pintar Pajak, hlm. 29
10
Jenderal Pajak (DJP), meningkatkanproduktivitas dan akuntabilitas pegawai, serta
memperbaiki upaya kepatuhan perpajakan.Hasil dari reformasi administrasi
perpajakan adalah peningkatan jumlah wajib pajak secarasignifikan. Salah satu
bagian dari reformasi perpajakan saat ini dengan adanya program tax amnesty yang
berkontribusi dalam peningkatan penerimaan pajak.16
Reformasi perpajakan saat ini membahas mengenai persiapkan untuk
mendukung keberhasilan penerapan tax amnesty yang akan diterapkan sebagai
berikut:17
1) Otoritas pajak perlu membangun database bagi wajib pajak yang
berpartisipasi dalam tax amnesty. Informasi wajib pajak yang tersimpan dalam data
base ini akan berpengaruh pada aktivitas pengawasan di masa yang akan datang; 2)
Tax amnesty memerlukan publikasi yang luas di media, yang mengarah pada
promosi dan penjelasan keuntungan tax amnesty; 3) Mempromosikan rencana-
rencana otoritas pajak setelah program tax amnesty, misalnya peningkatan
pemeriksaan pajak setelah program tax amnesty berakhir.
Peningkatan Pengawasan kewajiban perpajakan setelah program tax
amnesty dapat meningkatkan penerimaan negara melalui pemeriksaan atas wajib
pajak yang masih menggelapkan pajak setelah program taxamnesty berakhir; 4)
Otoritas pajak sebaiknya menyampaikan pesan kepada para tax evaders bahwa
mereka tidak akan menerima ketidakpatuhan tax evaders tersebut di masa yang
akan datang; 5) Penetapan besaran tax amnesty harus lebih menarik agar para
pemilik dana di luar negeri dapat ikut melaporkan kekayaannnya; 6) Tax amnesty
efektif dilaksanakan apabila dilakukan secara mendadak dan tidakdapat
16
Eddy Supriyanto, Akuntansi Perpajakan, hlm. 82 17
Milka Magrita Pangkey , “Analisis Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Sebelum Dan
Sesudah Pelaksanaan Tax Amnesty Di Kpp Pratama Manado”, hlm. 89
11
diantisipasi oleh wajib pajak; 7) Perlu kredibilitas dan reputasi administrasi
perpajakan dan penerapan teknologi yang lebih modern; 8) Tax amnesty perlu
sinkronisasi dan koordinasi dengan revisi UU KUP dan RUU Perbankan.
4. Sunset Policy
Sunset Policy adalah kebijakan pemberian fasilitas perpajakan, yang
berlaku hanya pada tahun 2008, dalam bentuk penghapusan sanksi administrasi
perpajakan berupa bunga yang diatur dalam Pasal 37A Undang-Undang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007).
Undang-Undang KUP Tahun 2008 memberikan kewenangan kepada Direktorat
Jenderal Pajak untuk menghimpun data perpajakan dan mewajibkan instansi
pemerintah, lembaga, asosiasi dan pihak lainnya untuk memberikan data kepada
Direktorat Jenderal Pajak. Ketentuan ini memungkinkan Direktorat Jenderal Pajak
mengetahui ketidakbenaran pemenuhan kewajiban perpajakan yang telah
dilaksanakan oleh masyarakat. Untuk menghindarkan masyarakat dari pengenaan
sanksi perpajakan yang timbul apabila masyarakat tidak melaksanakan kewajiban
perpajakannya secara benar, Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2008 ini
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mulai
memenuhi kewajiban perpaja kan secara sukarela dan melaksana kannya dengan
benar.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 menuatakan bahwa Sunset Policy
adalah kebijakan pemberian fasilitas perpajakan dalam bentuk penghapusan sanksi
administrasi perpajakan berupa bunga yang diatur dalam pasal 37A Undang-
12
Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.18
Selanjutnya dalam Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE 34/PJ/2008 tanggal 31 Juli 2008
Tentang Penegasan Pelaksanaan Pasal 37 A UU. Nomor: 28 Tahun 2008 Tentang
Penegasan Pelaksanaan Pasal 37 A Undang-undang Tentang Ketentuan Umum
Dan Tata Cara Perpajakan beserta ketentuan pelaksanaannya, pelaksanaan Sunset
Policy diberikan penegasan sebagai berikut: (1) Konsep dasar Undang-undang
perpajakan yang mengatur tentang Sunset Policy adalah sistem self assessment.
Dalam sistem self assessment, Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung,
memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan. Sebagai
konsekuensi pemberian kepercayaan tersebut, Wajib Pajak wajib menyampaikan
Surat Pemberitahuan berikut keterangan dan/atau dokumen yang harus
dilampirkan, yang telah diisi secara benar, lengkap, dan jelas.19
(2) Sunset Policy memberi kesempatan kepada: (a) Wajib Pajak yang telah
memiliki NPWP sebelum tanggal 1 Januari 2008 untuk membetulkan SPT
Tahunan PPh untuk Tahun Pajak 2006 dan/atau TahunTahun Pajak sebelumnya;
(b) Wajib Pajak orang pribadi yang memperoleh NPWP secara sukarela dalam
tahun 2008 untuk menyampaikan SPT Tahunan PPh untuk Tahun Pajak 2007 atau
Tahun Pajak 2007 dan sebelumnya, untuk memperoleh fasilitas berupa
penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan pembayaran
pajak atau bunga atas pajak yang tidak atau kurang dibayar. (3) Ketentuan Sunset
Policy berdasarkan Pasal 37A Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
18
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Pemberian Fasilitas Perpajakan 19
Undang-Undang Nomor: 28 Tahun 2008 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan
13
Perpajakan bersifat khusus dan hanya berlaku untuk jangka waktu terbatas
sehingga beberapa ketentuan umum yang diatur dalam Undang-Undang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan tidak berlaku.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi telah memberikan 29 Sunset Policy
kepada wajib pajak pada tahun 2015, ini diperuntukkan untuk memperoleh fasilitas
berupa penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan
pembayaran pajak atau bunga atas pajak yang tidak atau kurang dibayar, sehingga
ini memberikan kemudahan kepada wajib pajak dengan pembebasan sangksi
administrasi dan bunga yang ditanggung oleh wajib pajak.20
Ketentuan umum yang tidak berlaku sehubungan dengan Sunset Policy
seperti ketentuan yang terkait dengan: (a) pembatasan jangka waktu pembetulan
SPT Tahunan PPh paling lama 2 (dua) tahun sejak berakhirnya Bagian Tahun
Pajak atau Tahun Pajak; dan (b) persyaratan belum dilakukan pemeriksaan,
sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan. (4) Dalam pelaksanaan Sunset Policy, Wajib Pajak
diberikan kepercayaan untuk mengungkapkan seluruh penghasilan termasuk harta
dan kewajiban dalam SPT Tahunan PPh WP Badan atau WP Orang Pribadi. Data
dan/atau informasi yang telah diungkapkan dalam SPT Tahunan PPh WP Badan
atau WP Orang Pribadi yang telah disampaikan atau dibetulkan oleh Wajib Pajak
sehubungan dengan pelaksanaan Sunset Policy tidak dapat digunakan sebagai dasar
untuk melakukan pemeriksaan.
20
Observasi penulis di Kantor Pelayanan Pajak Pratana Jambi, 26 Juni 2019
14
5. Tax Amnesty
Tax amnesty adalah sebuah kesempatan berbatas waktu bagi kelompok
wajib pajak tertentu untuk membayar pajak dengan jumlah tertentu sebagai
pengampunan atas kewajiban membayar pajak (termasuk dihapuskannya bunga
dan denda) yang berkaitan dengan masa pajak sebelumnya tanpa takut penuntutan
pidana. Program ini berakhir ketika otoritas pajak memulai investigasi pajak dari
periode-periode sebelumnya. Dalam beberapa kasus, undang-undang yang
melegalkan pengampunan pajak memberikan hukuman yang lebih berat bagi
pengampun pajak yang terlambat menjalankan kewajibannya. Pengampunan pajak
bermanfaat sebagai salah satu sumber kas negara dari penerimaan pajak.21
Pemerintah Indonesia menerapkan amnesti pajak berdasarkan Undang-
undang Nomor 11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak. Amnesti pajak adalah
program pengampunan yang diberikan oleh Pemerintah kepada Wajib Pajak
meliputi penghapusan pajak yang seharusnya terutang, penghapusan sanksi
administrasi perpajakan, serta penghapusan sanksi pidana di bidang perpajakan
atas harta yang diperoleh pada tahun 2015 dan sebelumnya yang belum dilaporkan
dalam SPT, dengan cara melunasi seluruh tunggakan pajak yang dimiliki dan
membayar uang tebusan.berlaku sejak disahkannya Undang-undang nomor 11
tahun 2016 yaitu 1 Juni 2016 hingga 31 Maret 2017.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 menyatakan
bahwa pengampunan pajak (tax amnesty) diartikan sebagai berikut: Pengampunan
pajak adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi
administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan dengan cara
21
Undang-undang Nomor 11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak
15
mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang tersebut di dalam Pasal 1.
Putu Agus Hendra tax amnesty adalah pengampunan atas sanksi
administrasi dan penghapusan sanksi pidana, serta tax amnesty juga dapat
diberikan kepada pelaporan sukarela atas data kekayaan wajib pajak yang tidak
dilaporkan di masa sebelumnya tanpa harus membayar pajak yang mungkin belum
dibayar, serta pembatasan pemeriksaan pajak pada jangka waktu tertentu. Secara
garis besar ada dua alasan diberlakukannya program tax amnesty.22
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa amnesti pajak yang
diberikan Kantor Pelayanan Pajak Pratana Jambi merupakan program
pengampunan yang diberikan kepada wajib pajak meliputi penghapusan pajak
yang seharusnya terutang, penghapusan sanksi administrasi perpajakan, serta
penghapusan sanksi pidana di bidang perpajakan atas harta yang diperoleh pada
tahun 2015 dan sebelumnya yang belum dilaporkan dalam SPT dengan cara
melunasi seluruh tunggakan pajak yang dimiliki dan membayar uang tebusan.
6. Sanksi Pajak
Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peratuaran
perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi.
Atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar
wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Dalam Undang-Undang Ketentuan
Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007, menyebutkan beberapa sanksi perpajakan bagi
22
Putu Agus Hendra Wirawan, “Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Kelalaian
Pengemudi Kendaraan Bermotor Yang Menyebabkan Kematian Dalam Kecelakaan Di Jalan Raya”,
hlm. 6
16
wajib pajak, yang tertuang dalam pasal 39 dan 39A. Berikut ini bunyi pasal 39,
yaitu Setiap orang yang dengan sengaja: Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan
Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak
Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Tidak
menyampaikan surat pemberitahuan. Menyampaikan surat pemberitahuan dan/atau
keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap. Menolak untuk dilakukan
pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 29.
Perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/dipatuhi, dengan kata lain
sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak
melanggar norma perpajakan. Pengenaan sanksi pajak kepada wajib pajak dapat
menyebabkan terpenuhinya kewajiban perpajakan oleh wajib pajak sehingga dapat
meningkatkan kepatuhan wajib pajak itu sendiri.23
Sanksi dalam pepajakan menjadi penting karena pemerintah Indonesia
memilih menerapkan self assessment system dalam rangka pelaksanaan
pemungutan pajak. Pemerintah telah menyiapkan rambu-rambu yang diatur dalam
Undang-Undang Perpajakan yang berlaku agar pelaksanaan pemungutan pajak
dapat tertib dan sesuai dengan target yang diharapkan. Apabila kewajiban pajak
tidak dilaksanakan, maka ada konsekuensi hukum yang bisa terjadi karena pajak
mengandung unsur pemaksaan. Konsekuensi hukum tersebut adalah pengenaan
sanksi-sanksi perpajakan.24
23
Direktorat Pajak, Lebih Dekat Dengan Pajak, hlm. 23 24
Agus Budiman, Pajak Itu Gampang Lho, hlm. 92
17
G. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu sebagai berikut:
Tabel 1.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti/Tahun Judul Variable Hasil penelitian
Ngadiman dan
Daniel Huslin
(2015)
Pengaruh Sunset
Policy, Tax
Amnesty, Dan
Sanksi Pajak
Terhadap
Kepatuhan
Wajib Pajak
(Studi Empiris
di Kantor
Pelayanan Pajak
Pratama Jakarta
Kembangan)
Independen:
Pengaruh
Sunset Policy,
Tax Amnesty,
Dan Sanksi
Pajak,
Dependen:
Wajib Pajak
sunset policy
berpengaruh negatif
dan tidak signifikan
terhadap kepatuhan
wajib pajak. Tax
amnesty berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap kepatuhan
wajib pajak. Sanksi
pajak berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap kepatuhan
wajib pajak
2 Viega Ayu
Permata Sari
(2017)
Pengaruh Tax
Amnesty,
Pengetahuan
Perpajakan, Dan
Pelayanan
Fiskus Terhadap
Kepatuhan
Wajib Pajak
Independen:
Tax Amnesty,
Pengetahuan
Perpajakan,
Dan
Pelayanan
Fiskus
Dependen:
Kepatuhan
Wajib Pajak
Pengaruh positif tax
amnesty dan
pengetahuan
perpajakan. Sedangkan
pelayanan fiskus tidak
berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak
3 Ida Bagus
Ngurah Ari
Putra (2017)
Pengaruh
Penerapan
Kebijakan Tax
Amnesty dan
Sanksi
Perpajakan
Terhadap
Kepatuhan
Wajib Pajak
Orang Pribadi
Independen:
Tax Amnesty
dan Sanksi
Perpajakan
Dependen:
Kepatuhan
Wajib Pajak
Orang Pribadi
Apabila tax amnesty
mengalami kenaikan
maka angka kepatuhan
wajib pajak akan
mengalami kenaikan
pula. Sanksi
perpajakan
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak
4 Nurulita
Rahayu (2017)
Pengaruh
Pengetahuan
Independen:
Pengetahuan
Pengaruh positif
Pengetahuan
18
Perpajakan, Ketegasan
Sanksi Pajak,
Dan Tax
Amnesty
Terhadap
Kepatuhan
Wajib Pajak
Perpajakan, Ketegasan
Sanksi Pajak,
Dan Tax
Amnesty
Dependen:
Kepatuhan
Wajib Pajak
Perpajakan, Ketegasan Sanksi Pajak, Dan Tax
Amnesty berpengaruh
terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak
5 Elisabeth
Nadia Rorong
(2017)
Pengaruh
Kebijakan Tax
Amnesty,
Kesadaran
Wajib Pajak
Dan Sanksi
Pajak Terhadap
Kepatuhan
Wajib Pajak
Orang Pribadi
Di Kpp Pratama
Manado
Independen:
Kebijakan Tax
Amnesty,
Kesadaran
Wajib Pajak
Dan Sanksi
Pajak
Dependen:
Kepatuhan
Wajib Pajak
Pengaruh Kebijakan
Tax Amnesty,
Kesadaran Wajib Pajak
Dan Sanksi Pajak
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak
6 Mira novena
Ardani (2010),
Pengaruh
Kebijakan
Sunset Policy
Terhadap
Kepatuhan
Wajib Pajak
(Studi Kasus Di
Kanwil
Direktorat
Jenderal Pajak
Jawa Timur I
Surabaya
Independen:
Sunset Policy
Dependen:
Kepatuhan
Wajib Pajak
Pengaruh kepatuhan
Wajib Pajak sebelum
diberlakukannya
Sunset Policy masih
relatif rendah,
dibandingkan dengan
masa setelah
berlakunya Sunset
Policy yang ternyata
cenderung meningkat,
hal ini dapat dilihat
dari
adanya peningkatan
jumlah WP
7 Dimas Eko
Wahyudi
(2017)
Pengaruh
Sunset Policy,
Tax Amnesty
Dan Sanksi
Pajak Terhadap
Kepatuhan
Wajib Pajak
(Studi Empiris
Pada Kantor
Pelayanan Pajak
Pratama Malang
Selatan)
Independen:
Sunset Policy,
Tax Amnesty
Dan Sanksi
Pajak
Dependen:
Kepatuhan
Wajib Pajak
Pengaruh Sunset
Policy, Tax Amnesty
Dan Sanksi Pajak
berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak
19
8 Zuhrotul Wardah (2016)
Pengaruh fasilitas
perpajakan
Sunset Policy
jilid II Terhadap
Tingkat
Kepatuhan
Wajib Pajak
DIY
Independen: fasilitas
perpajakan
Sunset Policy
Dependen::
Tingkat
Kepatuhan
Wajib Pajak
Pengaruh fasilitas perpajakan Sunset
Policy berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap kepatuhan
wajib pajak
9 Siska Nur
Sholichah
Pengaruh
Persepsi Wajib
Pajak Tentang
Kebijakan Tax
Amnesty
(Pengampunan
Pajak), Motivasi
Membayar
Pajak,
Self assessment,
Tingkat
Pendapatan Dan
Kualitas
Pelayanan
Terhadap
Kepatuhan
Wajib Pajak
(Studi Pada
Wajib Pajak
Orang Pribadi di
Kantor
Pelayanan Pajak
(KPP)
Pratama
Karanganyar)
Independen
persepsi wajib
pajak tentang
kebijakan tax
amnesty
(pengampunan
Pajak),
Hasil penelitian ini
memberikan bukti
empiris bahwa varaibel
tax amnesty tidak
berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak,
variabel motivasi
membayar pajak tidak
berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak,
variabel self
assessmentt
perpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak,
variabel tingkat
pendapatan
berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak,
variabel kualitas
pelayanan tidak
berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak.
Seumber: Penelitian Terdahulu
H. Kerangka Pemikiran
Wajib pajak akan berperilaku patuh untuk melaksanakan kewajiban
perpajakannya apabila wajib pajak dapat memanfaatkan fasilitas sunset policy,
wajib pajak dapat pengampunan pajak dari harta yang tersimpan diluar negeri, dan
20
adanya pengenaan sanksi tegas oleh Direktorat Jenderal Pajak. Berdasarkan uraian
diatas, maka disusun kerangka penelitian sebagai berikut:
1. Pengaruh Sunset Policy terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Berdasarkan teori atribusi, sunset policy merupakan penyebab eksternal
yang mempengaruhi persepsi wajib pajak untuk berperilaku patuh dalam
melaksanakan kewajiban perpajakan. Berdasarkan teori pembelajaran sosial, wajib
pajak dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsung mengenai
program sunset policy. Sunset Policy merupakan fasilitas penghapusan sanksi
administrasi berupa bunga sebagaimana diatur dalam Pasal 37A Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007. Kebijakan ini memberi kesempatan kepada masyarakat
untuk memulai melakukan kewajiban perpajakan sebagaimana mestinya.
Tirza Oktovianti Lenggono mengatakan bahwa hasil penelitian
mendapatkan penerapan sunset policy dapat dinilai secara positif oleh wajib
pajak.25
Oleh wajib pajak penerapan sunset policy dinilai dapat meningkatkan
kesadaran membayar pajak. Kepatuhan Wajib Pajak sebelum diberlakukannya
Sunset Policy masih relative rendah, dibandingkan dengan masa setelah berlakunya
Sunset Policy yang ternyata cenderung meningkat, hal ini dapat dilihat dari adanya
peningkatan jumlah wajib pajak, jumlah setoran pajak, berkurangnya surat
ketetapan pajak dan meningkatnya Tax Ratio.26
Sunset Policy diduga sebagai salah
satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Semakin tinggi manfaat
25
Tirza Oktovianti Lenggono, “ Pengaruh Kesadaran Perpajakan, Sunset Policy, Sanksi
Pajak Dan Tax Amnesty Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris Pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ambon)”, Jurnal Manis, Volume 1, Nomor 2, Juli 2017, hlm. 2 26
Ashari, “Pengaruh Sunset Polycy. Tax Amnesty, Sanksi Pajak, E-Spt Dan Kinerja
Account Representative Terhadap Tingkat Kepatuhan Pajak”, Seminar Nasional Pendidikan, Sains
dan Teknologi ISBN : 978-602-61599-6-0 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Muhammadiyah Semarang, 2013, hlm. 4
21
yang dirasakan wajib pajak atas program sunset policy, maka kepatuhan wajib
pajak meningkat. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diajukan hipotesis yang
pertama sebagai berikut:
H2 : Sunset Policy berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
2. Pengaruh Tax Amnesty terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Berdasarkan teori atribusi, tax amnesty merupakan penyebab eksternal yang
mempengaruhi persepsi wajib pajak untuk berperilaku patuh dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan. Berdasarkan teori pembelajaran sosial, wajib pajak dapat
belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsung mengenai program tax
amnesty. Tax amnesty adalah suatu kesempatan waktu yang terbatas pada
kelompok pembayar pajak tertentu untuk membayar sejumlah tertentu dan dalam
waktu tertentu berupa pengampunan kewajiban pajak (termasuk bunga dan denda)
yang berkaitan dengan masa pajak sebelumnya atau periode tertentu tanpa takut
hukuman pidana.27
Nurulita Rahayu menyatakan bahwa tax amnesty dapat
mempengaruhi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh
sebab itu, tax amnesty diduga akan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib
pajak. Kebijakan tax amnesty menguntungkan bagi wajib pajak yang selama ini
tidak melaporkan asetnya secara berkala.28
Tax amnesty diduga sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak. Semakin tinggi manfaat yang dirasakan wajib pajak atas
27
Husnurrosyidah, “Pengaruh Tax Amnesty Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak
Di Bmt Se-Karesidenan Pati”, Jurnal Ekonomi Syariah Volume 4, Nomor 2, 2016, hlm. 213 28
Nurulita Rahayu, “Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Ketegasan Sanksi Pajak, Dan Tax
Amnesty Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”, Jurnal Akuntansi Dewantara VOL. 1 NO. 1 APRIL
2017, hlm. 18
22
program tax amnesty, maka kepatuhan wajib pajak meningkat. Berdasarkan uraian
diatas, maka diajukan hipotesis kedua sebagai berikut:
H3 : Tax Amnesty berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
3. Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Berdsasarkan teori atribusi, sanksi perpajakan merupakan penyebab
eksternal yang mempengaruhi persepsi wajib pajak dalam penilaian mengenai
perilaku kepatuhan wajib pajakuntuk melaksanakan kewajiban perpajakan.
Berdasarkan teori pembelajaran sosial, wajib pajak dapat belajar melalui
pengamatan dan pengalaman langsungnya melalui pemberian sanksi yang
dikenakan aparat pajak kepada wajib pajak yang melanggar norma perpajakan.
Husnurrosyidah mengatakan apabila kewajiban perpajakan tidak dilaksanakan,
maka ada konsekuensi hukum yang bisa terjadi karena pajak menganduing unsur
pemaksaan.29
Konsekuensi hukum tersebut adalah penerapan sanksi perpajakan.
Penerapan sanksi perpajakan bertujuan untuk memberikan efek jera kepada wajib
pajak yang melanggar norma perpajakan sehingga tercipta kepatuhan wajib pajak
dalam melaksanakan kewajiban perpajakan,
Semakin berat sanksi perpajakan yang dikenakan pada wajib pajak maka
akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Sanksi perpajakan secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kepatuhan formal wajib pajak.30
Oleh
sebab itu, sanksi perpajakan diduga akan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan
wajib pajak. Pengenaan sanksi secara tegas akan semakin merugikan wajib pajak
29
Husnurrosyidah, “Pengaruh Tax Amnesty Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak
Di Bmt Se-Karesidenan Pati”, 30
Tirza Oktovianti Lenggono, “ Pengaruh Kesadaran Perpajakan, Sunset Policy, Sanksi
Pajak Dan Tax Amnesty Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris Pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ambon)”, hlm. 2
23
segingga wajib pajak akan lebih memilih untuk patuh meaksanakan kewajibannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Ashari menunjukkan bahwa sanksi perpajakan
berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Sanksi pajak diduga sebagai
salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.31
Semakin tinggi
sanksi yang diberikan kepada wajib pajak, maka kepatuhan wajib pajak menignkat.
Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan hipotesis ketiga sebagai berikut:
H4 : Sanksi Perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
I. Model Penelitian
Keterangan:
S: Pengaruh Secara Simultan
P: Pengaruh Secara Parsial
J. Hipotesis
H1 : Sunset policy, tax amnesty dan sanksi pajak berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak
H2 : Sunset policy berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
H3 : Tax amnesty berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
H4 : Sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
31
Ashari, “Pengaruh Sunset Polycy. Tax Amnesty, Sanksi Pajak, E-Spt Dan Kinerja
Account Representative Terhadap Tingkat Kepatuhan Pajak”
Sunset Policy (X1)
Tax Amnesty (X2)
Sanksi Pajak (X3)
Kepatuhan Wajib Pajak (Y) H3
H2
H4
S
P
24
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode penelitian kuantitatif merupakan
salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana dan
terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya.32
Menurut Sugiyono (metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan
tujuan untuk mendeskripsikan objek penelitian atupun hasil penelitian.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah termasuk ke dalam
jenis data primer. Menurut Umar data primer merupakan sumber data penelitian
yang diperoleh secara langsung dari sumber asli, sedangkan data sekunder
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
melalui media perantara.33
Dalam penelitian ini data primer yang dikumpulkan
32
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2009), hlm. 13. 33
Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011), hlm. 22.
25
diperoleh melalui survei hasil kuesioner yang disebar kepada wajib pajak orang
pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Kota Jambi
C. Populasi dan Teknik Penentuan Sampel
Menurut Sugiyono mengartikan populasi sebagai wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.34
Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di
Kantor Pelayanan Pajak Kota Jambi, dengan teknik penentuan sampel yaitu
menggunakan rumus Solvin sebagai berikut.
n = N
1+N(e)2
Di mana:
n : Ukuran Sampel
N : Ukuran Populasi
e : error (kesalahan yang diterima)
Dengan menggunakan margin error sebesar 10%, maka jumlah
sampel yang dapat diambil adalah sebagai berikut.
34
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm. 289
26
n =
D. Operasional Variabel
Tabel 2.2
Oprasional Variabel
No Variable Defenisi Indikator Item pertanyaan Skala
1 Sunset
policy X1
Sunset Policy
adalah
kebijakan
pemberian
fasilitas
perpajakan
dalam bentuk
penghapusan
sanksi
administrasi
perpajakan
berupa bunga
Kemanfaatan
1. Sunset Policy merupakan
pemberian fasilitas
perpajakan dalam bentuk
penghapusan sanksi
administrasi perpajakan
berupa bunga
2. Sunset Policy memberikan
kesempatan kepada
masyarakat yang secara
sukarela mendaftarkan diri
untuk memperoleh NPWP
dan menyampaikan
Pembetulan SPT
3. Wajib pajak yang melaporkan
kurang bayar pajak setelah
pelaksanaan kebijakan Sunset
Policy lebih tinggi
dibandingkan sebelum
pelaksanaan kebijakan Sunset
Policy
4. Wajib pajak yang telah
mengikuti Sunset Policy
Ordinal
27
dibebaskan dari pemeriksaan pajak, penyidikan dan
penagihan pajak
5. Bapak/Ibu tidak merasa
pelaksanaan kebijakan Sunset
Policy sebagai jebakan
6. Bapak/Ibu memperoleh
manfaat dari pelaksanaan
kebijakan Sunset Policy
2 Tax amnesty
X2
Tax amnesty
pengampunan
pajak adalah
penghapusan
pajak yang
seharusnya
terutang, tidak
dikenai sanksi
administrasi
perpajakan dan
sanksi pidana
di bidang
perpajakan
dengan cara
mengungkap
harta dan
membayar
uang tebusan
Kemanfaatan
1. Bapak/Ibu sebagai Wajib
Pajak mau berpartisipasi
dalam program Tax Amnesty
2. Tax Amnesty dapat
meningkatkan kepatuhan
Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajibannya
3. Tax Amnesty mendorong
kejujuran dalam pelaporan
sukarela atas data harta
kekayaan Wajib Pajak
4. Tax Amnesty dapat
digunakan sebagai alat
transisi menuju sistem
perpajakan yang baru
5. Tax Amnesty dapat
meningkat kemungkinan
terdeteksinya perilaku tax
evaders
6. Tax Amnesty dapat
melemahkan kepatuhan
pajak, terutama jika orang
berharap bahwa Tax Amnesty
mungkin akan datang lagi di
masa depan
Ordinal
3 Sanksi
perpajakan
X3
Sanksi
perpajakan
merupakan alat
pencegah
(preventif)
agar wajib
pajak tidak
melanggar
norma
perpajakan
Kemanfaatan
1. Sanksi pajak sangat
diperlukan agar tercipta
kedisiplinan Wajib Pajak
dalam mememuhi kewajiban
perpajakan
2. Pengenaan sanksi harus
dilaksanakan dengan tegas
kepada semua Wajib pajak
yang melakukan pelanggaran
3. Sanksi yang diberikan
kepada Wajib Pajak harus
sesuai dengan besar kecilnya
Ordinal
28
pelanggaran yang sudah dilakukan
4. Penerapan sanksi pajak harus
sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
5. Jika tidak melaksanakan
kewajiban perpajakan, maka
Wajib Pajak akan dikenakan
sanksi pajak
6. Wajib Pajak akan memenuhi
pembayaran pajak bila
memandang sanksi pajak
akan lebih merugikannya
4 Kepatuhan
wajib pajak
Y
Kepatuhan
wajib pajak
adalah faktor
penting dalam
merealisasikan
target
penerimaan
pajak
Teknis
1. Secara umum dapat
dikatakan bahwa Bapak/Ibu
paham UU Perpajakan
2. Bapak/Ibu selalu mengisi
formulir pajak dengan benar
3. Bapak/Ibu selalu menghitung
pajak dengan jumlah yang
benar
4. Bapak/Ibu selalu membayar
pajak tepat pada waktunya
5. Bapak/Ibu bersedia
melaporkan informasi
tentang pajak apabila petugas
membutuhkan informasi
6. Bapak/Ibu Wajib
berkeyakinan bahwa
melaksanakan kewajiban
perpajakan merupakan
tindakan sebagai warga
negara yang baik
Ordinal
Sumber: Ngadiman dan Husin (2015)
E. Instrument Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan fakta penelitian35
.
35
Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi. (Jambi : Syariah Press Fakultas Syariah IAIN
STS Jambi, Cet. Kedua, 2014), hlm. 37
29
1. Angket (Kuesioner)
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner dapat
berupa pertanyaan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara
langsung atau dikirim melalui pos atau internet36
. Adapun skala yang digunakan
adalah skala Likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
kelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item yang menggunakan
Skala Likert mempunyai gradasi yang sangat positive sampai negative, dan untuk
keperluan analisis kuantitatif maka jawaban itu dapat diberi skor diantaranya.
SS : Sangat Setuju (5)
S : Setuju (4)
KS : Kurang Setuju (3)
TS : Tidak Setuju (2)
STS : Sangat Tidak Setuju (1)
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan memanfaatkan data
sekunder yang telah tersedia dalam perpustakaan, dari instansi yang diteliti atau
dari tempat lain berupa dokumen-dokumen resmi seperti grafik dan arsip.
Sementara data yang diperoleh dari sumber pustaka berupa bahan-bahan referensi,
buku-buku, artikel, dan sebagainya yang sesuai dengan masalah yang dikaji.
36
Sugiyono, opcit., hlm. 142
30
F. Metode Analisis Data
Analisis kuantitatif menekankan pada pengujian teori-teori melalui
pengukuran variabel-variabel dalam penelitian dengan angka dan melakukan
analisis data dengan prosedur statistik.37
Analisis kuantitatif terdiri dari uji
kualitaas data dan uji asumsi klasik.
1. Uji kualitas Data
Uji kualitas data dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen
penelitian berupa kuesioner. Pengujian terhadap kualitas data penelitian ini dapat
dilakukan dengan uji validitas dan uji realibilitas.
a. Uji Validitas
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur melakukan fungsinya. Alat ukur yang valid berarti alat
ukur tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Tinggi
rendahnya validitas ditentukan oleh satu angka yang disebut dengan koefisien
validitas. Validitas dilakukan dengan cara membandingkan r-hitung dan r-tabel
dengan ketentuan:
1) Jika r-hitung > r-tabel, maka data valid;
2) Jika r-hitung < r-tabel, maka data tidak valid.
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan nilai Crobanch Alpha
melalui program komputer yaitu SPSS 22 for windows.
37
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19”,
(Semarang: Universitas Diponegoro, 2011), hlm. 52
31
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas data adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari suatu variabel atau konstruk. Suatu
kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang dalam kuesioner
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
handal jika memberikan nilai Cronbach Alpha di atas 0,6.38
Pengujian alpha akan
dilakuakan pada tiap bagian variabel independen dan variabel dependen. Pengujian
ini dapat dilakukan dengan bantuan program SPSS 22 for windows.
2. Transformasi Data
Data pada penelitian ini diperoleh dari jawaban kuesioner para responden
yang menggunakan skala likert. Dari skala pengukuran likert itu akan diperoleh
data ordinal. Agar dapat dianalisis secara statistic maka data tersebut harus
dinaikkan menjadi skala interval dengan menggunakan Methods of Successive
Interval (MSI) dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengelompokkan data berskala ordinal dalam masing-masing variabel dihitung
banyaknya pemilih pada tiap bobot yang diberikan pada masing- masing
variabel atau butir pertanyaan.
b. Untuk setiap butir pertanyaan tentukan frekuensi (f) responden yang menjawab
skor 1,2,3,4,5 untuk setiap item pertanyaan.
c. Selanjutnya menentukan proporsi (p) dengan cara setiap frekuensi dibagi
dengan banyaknya responden.
38
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19”, , hlm.
55
32
d. Menghitung kumulatif (PK)
e. Menentukan nilai skala (scale value = SV) untuk setiap skor jawaban dengan
formula sebagai berikut:
Densyityatlowerlimit- Densyityatupperlimit
Areaatunderupperlimit-Areaatunderlowerlimit
Sesuai dengan nilai skala ordinal ke interval, yaitu scale value (SV) yang
nilainya terkecil (harga negative yang terbesar) diubah menjadi sama dengan 1
(satu).
Transformed Scale Value = Y= SV + |SVmin| + 1
Keterangan:
Density at Lower Limit = Kepadatan batas bawah Density at
Upper Limit = Kepadatan batas atas
Area Under Upper Limit = Daerah di bawah batas atas Area
Under Lower Limit = Daerah di bawah batas bawah
f. Nilai skala inilah yang disebut skala interval dan dapat digunakan dalam
perhitungan analisis regresi
3. Statistik Deskriftif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum,
range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi).
4. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk memenuhi asumsi regresi linear
berganda yang digunakan untuk menjawab hipotesis yang diajukan dalam
SV=
33
penelitian ini.39
Uji asumsi klasik dalam penelitian ini meliputi: uji normalitas, uji
multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas. Adapun uji autokorelasi tidak
dilakukan dalam penelitian ini, karena data yang akan diikumpulkan dan diolah
merupakan data cross section (data lintas individu) bukan data time series (data
lintas waktu).
a. Uji Normalitas
Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai
residual yang dihasilkan dari regresi berdistribusi secara normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang berdistribusi secara
normal. Beberapa metode uji normalitas yaitu dengan melihat penyebaran data
pada sumber diagonal pada grafik Normal Probability Plot of Regression
standarlized residual atau Skewness & Kurtosis. Uji normalitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan grafik Normal Probability Plot
of Regression standarlized residual. Distribusi normal akan membentuk garis lurus
diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonalnya.
Menurut Ghozali bahwa dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas dengan
Probability Plot yaitu sebagai berikut:40
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal atau
grafik histrogramnya menunjukkan distribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
39
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19”, hlm. 52 40
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19”, hlm.
163
34
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah diagonal
atau grafik histrogramnya tidak menunjukkan distribusi normal, maka model
regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Jika ditemukan
korelasi antarvariabel independen, maka adanya masalah multikolinearitas. Model
regresi yang baik seharusnya tidak menimbulkan masalah multikolinearitas.41
Metode pengujian yang paling sering digunakan dengan melihat nilai Tolerance
dan Variance Inflation Factor (VIF) pada model regresi.
Menurut Ghozali bahwa dasar pengambilan keputusan untuk uji multikolinearitas
adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai Tolerance variabel lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF lebih kecil
dari 10, maka tidak terjadi multikolinearitas.
2) Jika nilai Tolerance variabel lebih kecil dari 0,10 dan nilai VIF lebih besar
dari 10, maka terjadi multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Menurut Ghozali bahwa jika varian data residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut
41
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19”, hlm.
105
35
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas.
Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas dengan cara melihat grafik Scatter Plot. Adapun dasar
pengambilan keputusan yaitu sebagai berikut:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
5. Analisis Regresi Linier Berganda
Penelitian ini menggunakan analisis liner berganda dengan persamaan:42
Y = a + b1X1+ b2X2+b3X3+e
Keterangan:
Y = Kepatuhan Wajib Pajak
a = Konstanta
b1 = Koefisien
b2 = Koefisien
b3 = Koefisien
X1 = Sunset policy
X2 = Tax amnesty
X3 = Sanksi perpajakan
42
Yaya Jakaria, Mengelola Data Penelitian Kuantitatif Dengan SPSS, hlm. 74
36
e = eror
6. Uji Hipotesis
a. Koefisien Determinasi
Uji ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen, jika R2 = 100% berarti variabel
independen berpengaruh sempurna terhadap variabel dependen, demikian
sebaliknya jika R2 = 0 berarti variabel independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen. Nilai R2 yang semakin tinggi menjelaskan bahwa semakin
cocok variabel independen menjelaskan variabel dependen. Semakin kecil nilai R2
berarti semakin sedikit kemampuan variabel-variabel independen untuk
menjelaskan variabel dependen. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai
koefisien determinasi adalah sebagai berikut:
1) Nilai R2 harus berkisar 0 sampai 1 ( 0 < R
2 < 1)
2) Blia R2 = 1 berarti terjadi kecocokan sempurna dari variabel independen
menjelaskan variabel dependen.
3) Bila R2 = 0 berarti tidak ada hubungan sama sekali antara variabel independen
terhadap variable dependen.
Oleh karena dalam analisis regresi berganda menggunakan lebih dari satu variabel
independen, maka nilai yang diambil adalah nilai Adjusted R-Square.
b. Uji F (Uji Simultan)
Uji F (uji simultan) digunakan untuk mengetahui apakah mengetahui
apakah semua variable independen secara simultan (bersama-sama) mempengaruhi
terhadap variable dependen.
37
Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:
1) Perumusan hipotesis
H0 = Sunset policy, tax amnesty dan sanksi pajak tidak berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak.
Ha1 = Sunset policy, tax amnesty dan sanksi pajak berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak.
2) Menentukan tingkat signifikansi (α) sebesar 5% atau 0,05 untuk menguji
apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak.
3) Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis:
Jika P-Value > 0,05 = menerima H0 dan menolak Ha
Jika P-Value < 0,05 = menolak H0 dan menerima Ha
4) Pengambilan keputusan
c. Uji t (Uji Parsial)
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah semua variable independen secara
simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap variable dependen.
Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:
1) Perumusan hipotesis
H0 = Sunset policy tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Ha2 = Sunset policy berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
H0 = Tax amnesty tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Ha3 = Tax amnesty berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
H0 = Sanksi pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
38
Ha4 = Sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
2) Menentukan tingkat signifikansi (α) sebesar 5% atau 0,05 untuk menguji
apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak.
3) Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis:
Jika P-Value > 0,05 = menerima H0 dan menolak Ha
Jika P-Value < 0,05 = menolak H0 dan menerima Ha
4) Pengambilan keputusan
G. Sistematika Penulisan
BAB I : Merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan, manfaat, batasan masalah dan kegunaan
penelitian. Selain itu pula, berisi tentang landasan teori yang
melandasi penelitian ini. Selain itu juga terdapat penelitian
terdahulu sebagai bahan referensi bagi penelitian ini, juga terdapat
kerangka penelitian untuk memperjelas maksud penelitian dan
penentuan hipotesis awal penelitian yang akan diuji.
BAB II : Merupakan metode penelitian, di dalamnya diulas mengenai
variable penelitian dan definisi operasional, jenis dan sumber data,
metode pengumpulan data serta metode analisis data.
BAB III : Merupakan gambaran umum tempat penelitian. Sejarah
Berdirinya, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, dan Sarana dan
Prasarana.
39
BAB IV : Merupakan hasil dan pembahasan, berisi tentang deskripsi obyek
penelitian, gambaran singkat variable penelitian, karakteristik
responden, estimasi model, analisis data dan pembahasan mengenai
hasil analisis dari obyek penelitian (interpretasi hasil).
BAB V : Penutup, menyajikan secara singkat kesimpulan yang diperoleh
dari pembahasan, keterbatasan dari penelitian dan saran – saran
berkaitan dengan hasil penelitian.
40
BAB III
GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi
KPP Pratama Jambi dibentuk sehubunngan dengan reorganisasi di
lingkungan Direktorat Jendral Pajak yakni berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan RI Nomor PMK No. 210/PMK.01/2017 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak. Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Jambi merupakan instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang pelayanan
publik yakni pelayanan yang berhubungan dengan perpajakan. Perpajakan yang
dimaksud adalah pajak-pajak pusat antara lain, Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi
dan Bangunan sector Pedesaan dan Perkotaan, dan Bea Materai. 43
KPP Pratama Jambi mulai beroperasi pada tanggal 9 september 2008. KPP
Pratama Jambi merupakan gabungan Kantor Pelayan Pajak, Kantor Pemeriksa dan
Penyelidik Pajak, dan Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pemeriksa dan Penyelidik
Pajak, dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan yang beralamat di Jalan
Jendral A. Thalib Telanaipura Jambi. Wilayah kerja KPP Pratama Jambi meliputi
tiga kabupaten/kota, yaitu Kota Jambi, Kabupaten Batanghari dan Kabupaten
Muaro Jambi.
43
Profil KPP Pratama Jambi, di kantor KPP Pratama Jambi pada 06 Agustus 2018,
Dokumtasi Catatan Lapangan
41
B. Visi dan Misi
Visi – Misi KPP Pratama Jambi adalah suatu gambaran tentang keadaan
masa depan Direktorat Jenderal Pajak yang sunggu-sungguh diinginkan untuk
ditransformasikan menjadi realitas melalui komitmen dan tindakan oleh segenap
jajaran Direktorat Jenderal Pajak yang tegrkandung dalam cita-cita utama yang
tinggi yaitu: 44
1. Visi Direktorat Jenderal Pajak
Visi Direktorat Jendral Pajak (DJP) adalah “Menjadi Institusi Penghimpun
Penerimaan Negara yang Terbaik demi Menjamin Kedaulatan dan
Kemandirian Negara”.
2. Misi Direktorat Jenderal Pajak
Direktorat Jendral Pajak memiliki misi “Menjamin Penyelenggara Negara yang
Berdaulat dan Mandiri dengan:
a. Mengumpulkan penerimaan berdasarkan kepatuhan pajak sukarela yang tinggi
dan penegakan hukum yang adil;
b. Pelayanan berbasis teknologi modern untuk kemudahan pemenuhan kewajiban
perpajakan;
c. Aparatur pajak yang berintegritas, kompeten, dan professional dan;
d. Kompensasi yang kompetitif berbasis system manajemen kinerja.Pratam Jambi
C. Tugas Pokok Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi
Berdasarkan PMK No. 210/PMK.01/2007, KPP Pratama mempunyai tugas
melaksanakan pelayanan, penyuluhan, pengawasan, dan penegakan hukum Wajib
Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas
44
Ibid
42
Barfang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya, dan Pajak Bumi dan Bangunan
dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, KPP Pratama
menyelenggarakan fungsi: 45
1. Pelayanan pajak;
2. Penyuluhan pajak;
3. Pendaftaran Wajib Pajak dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
4. Penatausahaan dan penyimpanan dokumen perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya;
5. Pengawasan kepatuhan Wajib Pajak;
6. Pelaksanaan konsultasi perpajakan;
7. Pencarian, pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data dan informasi
perpajakan serta pengamatan potensi perpajakan;
8. Pendataan, pemetaan Wajib Pajak dan objek pajak, penilaian, dan pengenaan;
9. Pemberian dan/atau penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak;
10. Pengukuhan dan/atau pencabutan Pengusaha Kena Pajak;
11. Pemberian dan/atau penghapusan Nomor Objek secara jabatan;
12. Pemeriksaan pajak;
13. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;
14. Penyelesaian permohonan konfirmasi status Wajib Pajak;
15. Penatausahaan piutang pajak dan penagihan pajak;
16. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dan pembetulan ketetapan pajak;
45
Ibid
43
17. Penghapusan sanksi administrasi secara jabatan dalam rangka pengampunan
pajak;
18. Pengawasan dan pemantauan tindak lanjut pengampunan pajak;
19. Pengelolaan kinerja dan pengelolaan risiko;
20. Pelaksanaan dan pemantauan kepatuhan internal;
21. Pelaksanaan tindak lanjut kerja sama perpajakan; dan
22. Pelaksanaan administrasi kantor. 46
46
Ibid
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Setiap responden mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Untuk
itu perlu dilakukan pengelompokan dengan karakteristik tertentu. Adapun
karakteristik yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kelamin dan
usia. Berikut ini hasil pengelompokan responden berdasarkan kuesioner yang
telah disebar.
1. Jenis Kelamin
Responden yang terpilih dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin
yaitu laki-laki dan perempuan. Untuk mengetahui proporsi jenis kelamin
dengan jelas dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1
Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Keterangan Frekuensi Persentase
Laki-laki 39 40%
Perempuan 58 59%
Jumlah 97 100%
Sumber : Data Primer yang diolah, 2018
Berdasarkan data di atas dapat diketahui persentase pelanggan
perempuan sebesar 59% dan persentasi pelanggan laki-laki sebesar 40% hal
ini membuktikan bahwa perempuan lebih dominan/lebih banyak dari pada
laki-laki.
45
2. Usia
Adapun data mengenai usia responden dalam penelitin ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.2
Jumlah Responden Berdasarkan Usia
Keterangan Frekuensi Persentase
29-34 tahun 33 34%
>30 tahun 64 65%
Jumlah 97 100%
Sumber : Data Primer yang diolah, 2018
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden dalam penelitian ini adalah yang berusia 29-34 tahun
dengan persentase sebesar 34%. Pada usia 30 tahun lebih banyak
dengan persentase sebesar 65% dengan keseluruhan responden
berjumlah 97 orang.
B. Analisis Data
2. Uji Instrumen
a. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi variabel
penelitian. Untuk mengukur uji reliabilias dilakukan dengan
menggunakan uji statistik Cronbach Alpha (a). Nilai koefisien a
reliabel jika nilainya > 0,60. Hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut:
46
Tabel 4.3
Hasil Uji Reliabititas Variabel Penelitian
No Kode Variabel Cronbach's
Alpha Nilai
Kritik Ket
1 Sunset policy X1 0,857 > 0,60 Reliabel
2 Tax amnesty X2 0,761 > 0,60 Reliabel
3 Sanksi perpajakan X3 0,832 > 0,60 Reliabel
4 Kepatuhan wajib pajak Y 0,858 > 0,60 Reliabel
Sumber : Data primer yang diolah, 2018
Hasil pengujian pada tabel di atas menjukkan bahwa nilai
koefisien Alpha dari variabel-variabel yang diteliti menunjukkan hasil
yang beragam. Akan tetapi, semua item pertanyaan variabel independen
(X) dan variabel dependen (Y) tersebut memiliki nilai koefisien Alpha
lebih besar dari pada 0,60. Sehingga dapat disimulkan bahwa alat ukur
yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel.
b. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk menguji masing-masing variabel
yang digunakan dalam penelitian ini, di mana keseluruhan variabel
penelitian memuat 24 pertanyaan yang harus dijawab oleh responden.
Pengujian untuk menentukan signifikansi atau tidak signifikansi dengan
membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel untuk degree of
freedom = n-2 dan dua daerah pengujian dengan a : 5% (0,05). Jika r
hitung untuk tiap butir pertanyaan bernilai positif dan lebih besar dari r
tabel maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid. 47
Dalam hal ini
97-2 atau df = 95 dan r tabel yang diperoleh adalah 0.199. Berdasarkan
47
Yaya Jakaria, Opcit., hlm. 104
47
analisis yang telah dilakukan maka hasil validitas dapat ditunjukkan
pada tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas Variabel Penelitian
No Kode Variabel r hitung r tabel Ket
1 Sunset policy X1 P.1 0,536 0,199 Valid
2 P.2 0.503 0,199 Valid
3 P.3 0,745 0,199 Valid
4 P.4 0,667 0,199 Valid
5 P.5 0,611 0,199 Valid
6 P.6 0,523 0,199 Valid
7 Tax amnesty X2 P.1 0,512 0,199 Valid
8 P.2 0,745 0,199 Valid
9 P.3 0,403 0,199 Valid
10 P.4 0,550 0,199 Valid
11 P.5 0,512 0,199 Valid
12 P.6 0,316 0,199 Valid
13 Sanksi perpajakan X3 P.1 0,262 0,199 Valid
14 P.2 0,246 0,199 Valid
15 P.3 0,566 0,199 Valid
16 P.4 0,254 0,199 Valid
17 P.5 0,282 0,199 Valid
18 P.6 0,250 0,199 Valid
19 Kepatuhan wajib pajak Y P.1 0,556 0,199 Valid
20 P.2 0,459 0,199 Valid
21 P.3 0,566 0,199 Valid
22 P.4 0,550 0,199 Valid
23 P.5 0,536 0,199 Valid
24 P.6 0,409 0,199 Valid
Sumber : Data primer diolah, 2018
Berdasarkan tabel di atas , dapat diketahui bahwa nilai r hitung
keseluruhan pertanyaan yang diujikan bernilai positif dan lebih besar
daripada nilai r tabel. Maka dapat diambil kesimpulan, bahwa
keseluruhan butir pertanyaan yang digunakakan dalam penelitian ini
lolos dalam uji validitas dan dinyatakan valid.
48
3. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan terhadap data yang digunakan untuk
analisis regresi berganda. Uji asumsi klasik terdiri dari Normalitas
Multikolinieritas dan Heteroskedastitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas untuk menguji variabel dependen, independen
atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak.
Model regresi yang baik hendaknya berdistribusikan normal atau
mendekati normal. Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau
tidak dapat diketahui dengan menggambarkan penyebaran data melalui
sebuah grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah diagonalnya, model regresi memenuhi asumsi
normalitas.48
Analisi grafik dilakukan dengan melihat histogram dan
normal probability plot. Hasil pengujian normalitas dengan analisis
SPSS for Windows versi 22 dapat dilihat pada gambar 4.1 adalah
sebagai berikut:
48
Ibid., hlm. 157
49
Gambar 4.1
Grafik Normal Probability Plot Hasil Uji Normalitas
Sumber: SPSS versi 18 diolah, 2018
Berdasarkan grafik normal probability plot memperlihatkan
bahwa titik-titik pada grafik terlihat mengikuti garis diagonalnya,
sehinggan berdasarkan grafik tersebut data yang digunakan
berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji ini diterapkan untuk analisis regresi berganda yang terdiri
dari dua atau lebih variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dengan melihat
nilai tolerance dan VIF. Deteksi tidak terjadinya multikolinieritas dilihat
50
pada collinearity statistic, dengan ketentuan apabila nilai tolerance
value masing-masing variabel independen berada di atas 0,1 (10%) dan
variance inflation factor (VIF) masing-masing variabel independen
berada di bawah 10, maka tidak terjadi multikolinieritas.49
Hasil uji
multikolinieritas pada penelitian ini dapat dilihat hasilnya pada tabel 4.5
sebagai berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinieritas
S
umber : Data primer diolah, 2018
Dari tabel coefisients, dapat diketahui bahwa nilai tolerance dan
nilai VIF dari kelima variabel independen adalah Sunset policy (X1)
dengan nilai a hitung (0.411) > a (0,1) dan VIF hitung (2.434) < VIF
(10). Tax amnesty (X2) dengan nilai a hitung (0.390) > a (0,1) dan VIF
hitung (2.567) < VIF (10). Sanksi perpajakan (X3) dengan nilai a hitung
(0.921) > a (0,1) dan VIF hitung (1.086) < VIF (10). Jadi dapat
disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi multikolinieritas, karena
49
Ibid., hlm. 159
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Sunset policy .411 2.434
Tax amnesty .390 2.567
Sanksi perpajakan .921 1.086
a. Dependent Variable: Kepatuhan wajib pajak
51
nilai tolerance (a) masing-masing variabel independen berada di atas
0,1 dan nilai VIF masing-masing variabel independen di bawah 10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji model regresi ada atau tidak
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
kepengamatan lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain tetap disebut homoskedastisitas, sementara itu untuk
varians yang berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah tidak terjadi heteroskedestisitas. Cara untuk mendeteksi
dengan cara melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel
terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). 50
Jika tidak ada pola yang
jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji
heteroskedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.2
sebagai berikut:
50
Ibid., hlm. 161
52
Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data primer diolah, 2018
Berdasarkan gambar grafik Scatterplots memperlihatkan bahwa
titik-titik pada grafik tidak bisa membentuk pola tertentu yang jelas, di
mana titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y
sehingga grafik tersebut tidak bisa dibaca dengan jelas. Hasil ini
memperlihatkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas, jadi model
regresi dapat dipakai untuk memprediksi kepatuhan wajib pajak
berdasarkan masukan variabel independen Sunset policy, Tax amnesty
dan Sanksi perpajakan.
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti
bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel
53
dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai
faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Dengan
menggunakan program SPSS versi 18 diperoleh hasil seperti tertera dalam
tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.6
Analisis Regresi Berganda
Sumber: SPSS versi 18 diolah, 2018.
Berdasarkan pada hasil yang telah dilakukan, maka persamaan
regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+e
Y = 0.619 + 0.335X1 – 0.079X2 + 0.540X3 + e
a. Uji t (t test)
Uji t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu
variabel bebas (Sunset policy, Tax amnesty dan Sanksi perpajakan) dalam
menjelaskan variasi variabel terikat (kinerja keuangan) secara terpisah
ataupun bersama-sama.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .619 .572 1.082 .282
Sunset policy .335 .100 .450 3.359 .001
Tax amnesty -.079 .135 -.081 -.589 .557
Sanksi perpajakan .540 .128 .377 4.219 .000
a. Dependent Variable: Kepatuhan wajib pajak
54
Kriteria yang digunakan sebagai berikut:
1) Bila t hitung > t tabel atau sig. < a (0,05), maka Ho ditolak Ha
diterima.
2) Bila t hitung < t tabel atau sig. > a (0,05), maka Ho diterima Ha
ditolak.
Berdasarkan hasil pengolahan dengan program SPSS versi 22
maka didapat hasil uji t, yang hasilnya dirangkum pada tabel 4.7
sebagai berikut:
Tabel 4.7
UJI T
Nilai t tabel dengan signifikansi 0,1/2 = 0,05 (uji 2 sisi) dengan
df = n - k - 1 (n = jumlah sampel dan k = jumlah variabel independen )
maka didapat df = 97 - 3- 1 = 93 maka diperoleh t tabel sebesar 2.017
Hasil analisis uji t sebagai berikut:
a) Nilai t hitung pada variabel Sunset policy n (X1) adalah sebesar
3.359 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.001. Karena nilai t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .619 .572 1.082 .282
Sunset policy .335 .100 .450 3.359 .001
Tax amnesty -.079 .135 -.081 -.589 .557
Sanksi perpajakan .540 .128 .377 4.219 .000
a. Dependent Variable: Kepatuhan wajib pajak
55
hitung lebih besar dari t tabel yaitu (3.359 > 2.017) dan nilai
signifikansi 0.001 < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Maka variabel Sunset policy memiliki pengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak secara parsial.
b) Nilai t hitung pada variabel Tax amnesty (X2) adalah sebesar -
0.589 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.557. Karena nilai
t hitung lebih kecil dari t tabel yaitu (-0.589 < 2.017) dan
nilai signifikansi 0.557 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha
ditolak. Maka variabel Tax amnesty tidak memiliki pengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak secara parsial.
c) Nilai t hitung pada variabel Sanksi perpajakan (X3) adalah
sebesar 4.219 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000.
Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu (4.219 >
2.017) dan nilai signifikansi 0.000< 0.05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Maka variabel Sanksi perpajakan memiliki
pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak secara parsial.
b. Uji F
Uji F ini digunakan untuk membuktikan ada pengaruh
signifikan antara Sunset policy, Tax amnesty dan Sanksi perpajakan
terhadap kepatuhan wajib pajak secara simultan.
Kriteria pengambilan keputusan:
1) Ho diterima jika F hitung < F tabel pada α = 5% dan signifikansi
F hitung > 0,05
56
2) Ha diterima jika F hitung > F tabel pada α = 5% dan signifikansi
F hitung < 0,05.
Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 14.360 3 4.787 14.282 .000a
Residual 31.169 93 .335
Total 45.530 96
a. Predictors: (Constant), Sanksi perpajakan , Sunset policy , Tax
amnesty
b. Dependent Variable: Kepatuhan wajib pajak
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai F hitung
sebesar 14.282 dan nilai signifikansi sebesar 0.000.
Cara menentukan F tabel adalah:
F tabel =F(k; n-k)= 97-3 = 94
ket: n = jumlah sampel dan k = jumlah variabel independent
Dapat diketahui F tabel sebesar 3.09. Maka nilai F hitung
(14.282) > F tabel (3,09) dan nilai signifikan (0.000) < a (0.05),
disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa Sunset policy,
Tax amnesty dan Sanksi perpajakan secara bersama-sama atau
simultan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
57
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi pada intinya untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikatnya.
Nilai koefisien determinasi yang kecil mengindikasikan kemampuan
variabel-variabel independent dalam menjelaskan variabel dependen
amat terbatas. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
Nilai koefisien determinasi yang mendekati satu berarti kemampuan
variabel-variabel independent memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Hasil
pengujian keofisien determinasi dapat dilihat dari nilai Adjusted R
square pada analisis regresi berganda sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Koefisien Determisani
Sumber: SPSS versi 18 diolah, 2018
Berdasarkan tabel, koefisien determinasi memiliki Adjusted R
square sebesar 0.293. Hal ini berarti 29,3% kepatuhan wajib pajak (Y)
yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen yaitu Sunset
policy, Tax amnesty dan Sanksi perpajakan dalam perspektif Islam.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .562a .315 .293 .579
a. Predictors: (Constant), Sanksi perpajakan, Sunset policy,
Tax amnesty
b. Dependent Variable: Kepatuhan wajib pajak
58
Sedanngkan sisanya (100% - 35,7% = 70,7%) dijelaskan oleh variabel-
variabel lain di luar variabel yang dijelaskan dalam penelitian ini.
C. Pembahasan
Berdasarkan data primer (angket/kuesioner) yang telah dioleh dengan
bantuan SPSS versi 22, maka dapat diketahui bahwa hasil uji validitas
menunjukakan bahwa semua nilai r hitung keseluruhan pertanyaan yang
diujikan bernilai positif dan lebih besar daripada nilai r tabel (0.199). Maka
dapat diambil kesimpulan, bahwa keseluruhan butir pertanyaan yang
digunakakan dalam penelitian ini lolos dalam uji validitas dan dinyatakan
valid.
Uji reliabilitas menunjukkan bahwa nilai koefisien Alpha dari variabel-
variabel yang diteliti menunjukkan hasil yang beragam. Akan tetapi, semua
item pertanyaan variabel independen (X) dan variabel dependen (Y) tersebut
memiliki nilai koefisien Alpha lebih besar dari pada 0.60. Sehingga dapat
disimulkan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah
reliabel.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa dari tiga variabel hanya dua yang
memiliki pengaruh yang signifikan yaitu Sunset policy (X1) dan Sanksi
perpajakan (X3) terhadap kepatuhan wajib pajak (Y), sedangkan variable Tax
amnesty (X2) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak (Y). Hal ini dapat dilihat dari hasil uji t bahwa hanya dua variabel
yang digunakan dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan
59
terhadap variabel kepatuhan wajib pajak dikarenakan nilai signifikansi kurang
dari 0.05 dan nilai t hitung lebih dari niali t tabel (0.199).
Sedangkan Uji simultan (uji F) menunjukkan bahawa variabel
independen secara simultan atau bersama-sama mempengaruhi variabel
dependen secara signifikan, hai ini dikarenakan F hitung (14.282) > F tabel
(3.09) dan nilai signifikan (0.000) < a (0.05), disimpulkan Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya bahwa Sunset policy (X1), Tax amnesty (X2) dan Sanksi
perpajakan (X3) secara bersama-sama atau simultan berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi.
1. Pengaruh Sunset policy (X1) Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Pengujian hipotesis menunjukkan ada pengaruh yang signifikan
pada variabel Sunset policy (X1) terhadap kepatuhan wajib pajak. Dengan
nilai t hitung pada variabel Sunset policy (X1) adalah sebesar 3.359 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0.001. Karena nilai t hitung lebih besar dari t
tabel yaitu (3.359 > 2.017) dan nilai signifikansi 0.001< 0.05 maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Maka variabel Sunset policy (X1) secara parsial
memiliki pengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Jambi dikarenakan dengan adanya Sunset Policy
telah memerikan fasilitas perpajakan dalam bentuk penghapusan sanksi
administrasi perpajakan berupa bunga dan masyarakat yang secara sukarela
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dan menyampaikan
Pembetulan SPT. Selain itu pula wajib pajak merasa dibebaskan dari
60
pemeriksaan pajak, penyidikan dan penagihan pajak dan memperoleh
manfaat dari pelaksanaan kebijakan Sunset Policy.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Mira Novena Ardani
(2010), Dimas Eko Wahyudi (2017) dan Zuhrotul Wardah (2016).
Menyatakan bahwa Sunset Policy berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak.
2. Pengaruh Tax amnesty (X2) Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang
signifikan pada variabel Tax amnesty (X2) terhadap kepatuhan wajib pajak.
Dengan nilai t hitung pada variabel Tax amnesty (X2) adalah sebesar -0.589
dengan tingkat signifikansi sebesar 0.557. Karena nilai t hitung lebih kecil
dari t tabel yaitu (-0.589 < 2.017) dan nilai signifikansi 0.557 > 0.05 maka
Ho diterima dan Ha ditolak. Maka variabel Tax amnesty (X2) secara parsial
tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi dikarenakan program Tax Amnesty
dirasa belum mampu meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajibannya, selain itu juga belum mendorong kejujuran
dalam pelaporan sukarela atas data harta kekayaan Wajib Pajak.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Siska Nur Sholichah
(2017) Menyatakan bahwa Tax Amnesty tidak berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak.
61
3. Pengaruh Sanksi Perpajakan (X3) Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan pada variabel Sanksi perpajakan (X3) terhadap kepatuhan wajib
pajak. Dengan nilai t hitung pada variabel Sanksi perpajakan (X3) adalah
sebesar 4.219 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Karena nilai t
hitung lebih besar dari t tabel yaitu (4.219 > 2.017) dan nilai signifikansi
0.000< 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Maka variabel Sanksi
perpajakan (X3) secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi
dikarenakan sanksi pajak dapat menciptakan kedisiplinan Wajib Pajak
dalam mememuhi kewajiban perpajakan yang dilaksanakan dengan tegas
kepada semua Wajib pajak yang melakukan pelanggaran. Sanksi yang
diberikan kepada Wajib Pajak sudah sesuai dengan besar kecilnya
pelanggaran yang sudah dilakukan dan jika tidak melaksanakan kewajiban
perpajakan, maka Wajib Pajak akan dikenakan sanksi pajak.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Ngadiman dan Daniel
Huslin (2015), Nurulita Rahayu (2017), Elisabeth Nadia Rorong (2017) dan
Dimas Eko Wahyudi (2017). Menyatakan bahwa sanksi pajak berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh sunset
policy, tax amnesty dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak di kantor
Pelayanan Pajak Pratama Jambi dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Secara simultan (uji F) menunjukkan bahawa variabel independen Sunset
policy (X1), Tax amnesty (X2) dan Sanksi perpajakan (X3) secara bersama-
sama atau simultan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak (Y) pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jambi.
2. Secara parsial variabel independen Sunset policy (X1) dan Sanksi
perpajakan (X3) berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak (Y),
sedangkan variable Tax amnesty (X2) tidak berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak (Y).
B. Saran-Saran
Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan dan simpulan yang
diperoleh, dapat dikembangkan beberapa saran bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dalam penelitian ini. Berikut adalah saran yang diajukan dalam
penelitian ini:
1. Petugas pajak disarankan untuk memberikan penyuluhan ataupun sosialisasi
secara rutin kepada wajib pajak terkait peraturan perpajakan untuk terus
meningkatkan pengetahuan perpajakan.
63
2. Petugas pajak diharapkan meningkatkan pelayanan yang berkualitas kepada
wajib pajak dengan bersikap ramah, adil, jujur, sehingga wajib pajak merasa
nyaman atas pelayanan yang diberikan.
3. Petugas pajak diharapkan agar lebih mensosialisasikan tentang kebijakan tax
amnesty, sehingga masyarakat lebih mengerti tentang kebijakan tax amnesty
dan mau mengikuti progam tax amnesty ini.
64
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, “Pengaruh Sunset Polycy. Tax Amnesty, Sanksi Pajak, E-Spt Dan Kinerja
Account Representative Terhadap Tingkat Kepatuhan Pajak”, Seminar
Nasional Pendidikan, Sains dan Teknologi ISBN : 978-602-61599-6-0
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Agus Budiman, Pajak Itu Gampang Lho, Jakarta: Direktorat Pajak, 2016.
Dimas Eko Wahyudi, “Pengaruh Sunset Policy, Tax Amnesty Dan Sanksi Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Malang Selatan)” Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang. 2017.
Direktorat Pajak, Lebih Dekat Dengan Pajak, Jakarta: Direktorat Pajak, 2016.
Direktorat Pajak Pintar Orang Pribadi Pintar Pajak, Jakarta: Direktorat Pajak,
2016.
Dwijugiasteadi, Bendahara Wajib Pajak, Jakarta: Direktorat Pajak, 2016.
Eddy Supriyanto, Akuntansi Perpajakan, Yogyakarta:Graha Ilmu, 2011.
Elisabeth Nadia Rorong “Pengaruh Kebijakan Tax Amnesty, Kesadaran Wajib
Pajak Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Di Kpp Pratama Manado”, Jurnal Riset Akuntansi Going Concern 12(2),
2017.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19”,
Semarang: Universitas Diponegoro, 2011.
Husnurrosyidah, “Pengaruh Tax Amnesty Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan
Pajak Di Bmt Se-Karesidenan Pati”, Jurnal Ekonomi Syariah Volume 4,
Nomor 2, 2016.
Ida Bagus Ngurah Ari Putra Wirawan dan Naniek Noviari, “Pengaruh Penerapan
Kebijakan Tax Amnesty dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
(Unud), Bali, 2017.
Milka Magrita Pangkey , “Analisis Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Sebelum Dan Sesudah Pelaksanaan Tax Amnesty Di Kpp Pratama Manado.
65
Martinis Yamin, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan
Kuantitatif, Jakarta: Komplek Kejaksaan Agung, Cipayung, 2009.
Meirita Pakpahan, “Analisis Kepatuhan Wajib Pajak Sebelum Dan Sesudah
Pelaksanaan Sunset Policy Pada Kpp Pratama Di Lingkungan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur II”, Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara Medan, 2014.
Merriam, Rualitative Research and Case Study Applications in Education, New
York City, 1998.
Mira Novena Ardani, Pengaruh Kebijakan Sunset Policy Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak (Studi Kasus Di Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur
I Surabaya”, Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro Semarang, 2010.
Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmia, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Ngadiman dan Daniel Huslin, “Pengaruh Sunset Policy, Tax Amnesty, Dan Sanksi
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kembangan)”, Fakultas Ekonomi
Universitas Tarumanagara, 2015.
Nurulita Rahayu, “Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Ketegasan Sanksi Pajak,
Dan Tax Amnesty Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”, Jurnal Akuntansi
Dewantara VOL. 1 NO. 1 APRIL 2017.
Sayuti Una (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, Jambi: Fakultas Syari’ah IAIN STS
Jambi, 2012
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta,
2009.
Tim Penyususn, Buku Saku Pengadaan Pajak Komisi Pengawas Persaingan
Usaha Tahun 2012, Jakarta: Direktorat Pajak 2012.
Tirza Oktovianti Lenggono, “ Pengaruh Kesadaran Perpajakan, Sunset Policy,
Sanksi Pajak Dan Tax Amnesty Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Ambon)”,
Jurnal Manis, Volume 1, Nomor 2, Juli 2017.
Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011.
66
Viega Ayu Permata Sari, “Pengaruh Tax Amnesty, Pengetahuan Perpajakan, Dan
Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”, Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya, 2017.
Yaya Jakaria, Mengelola Data Penelitian Kuantitatif Dengan SPSS, Bandung:
Alfabeta, 2015.
Zuhrotul Wardah, “Pengaruh fasilitas perpajakan Sunset Policy jilid II Terhadap
Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak DIY”, Program Studi Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga 2016.
67
LAMPIRAN
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
Lampiran : Kuesioner Penelitian
Perihal : Permohonan Bantuan Pengisian Kuesioner Penelitian
Kepada Yth
Bapak/Ibu Wajib Pajak Orang Pribadi
Di
Kantor Pelayanan Pajak Kota Jambi
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan maksud untuk menyusun skripsi yang berjudul
“Pengaruh Sunset Policy, Tax Amnesty, dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak”, maka diperlukan data penelitian sesuai dengan judul tersebut.
Identitas peneliti:
Nama/NIM : Sukarminto / SE. 120174
Program Studi/Fakultas : S1 Akuntansi/Ekonomi
Peneliti menyadari sepenuhnya, kuesioner ini sedikit meminta waktu
aktivitas Bapak/Ibu yang sangat padat. Namun demikian dengan segala
kerendahan hati peneliti memohon kiranya Bapak/Ibu berkenan meluangkan
waktu untuk mengisi kuesioner ini. Kerahasiaan jawaban Bapak/Ibu sepenuhnya
dijamin dan jawaban tersebut semata-mata hanya diperlukan untuk kepentingan
penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini.
Atas perhatian serta kerjasama Bapak/Ibu, Peneliti ucapkan Terima
Kasih.
Hormat saya,
(Sukarminto)
Nama Responden
Umur
Jenis Kelamin *) Laki/Laki Perempuan
Pekerjaan
Lama Bekerja
Pendidikan Terakhir
Pengisian SPT di lakukan Sendiri Konsultan Tenaga Ahli
oleh *)
Pendididkan Perpajakan Kursus Pelatihan Penyuluhan Belajar
*) Sendiri
*) coret yang tidak perlu
68
Lampiran 1
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan Pengaruh
Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak terhadap Tingkat
Kepatuhan Formal Wajib Pajak. Mohon Bapak/Ibu menjawab pertanyaan dengan
member tanda silang (x) pada kotak jawaban yang dianggap tepat.
Keterangan:
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
N : Netral
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Variabel Kepatuhan Wajib Pajak
No Indikator Pertanyaan STS TS N S SS
1 Secara umum dapat dikatakan bahwa
Bapak/Ibu paham UU Perpajakan
2 Bapak/Ibu selalu mengisi formulir pajak
dengan benar
3 Bapak/Ibu selalu menghitung pajak dengan
jumlah yang benar
4 Bapak/Ibu selalu membayar pajak tepat
pada waktunya
5 Bapak/Ibu bersedia melaporkan informasi
tentang pajak apabila petugas
membutuhkan informasi
6 Bapak/Ibu Wajib berkeyakinan bahwa
melaksanakan kewajiban perpajakan
merupakan tindakan sebagai warga negara
yang baik
69
Variabel Sunset Policy
No Indikator Pertanyaan STS TS N S SS
1 Sunset Policy merupakan pemberian
fasilitas perpajakan dalam bentuk
penghapusan sanksi administrasi
perpajakan berupa bunga
2 Sunset Policy memberikan kesempatan
kepada masyarakat yang secara sukarela
mendaftarkan diri untuk memperoleh
NPWP dan menyampaikan Pembetulan
SPT
3 Wajib pajak yang melaporkan kurang
bayar pajak setelah pelaksanaan kebijakan
Sunset Policy lebih tinggi dibandingkan
sebelum pelaksanaan kebijakan Sunset
Policy
4 Wajib pajak yang telah mengikuti Sunset
Policy dibebaskan dari pemeriksaan pajak,
penyidikan dan penagihan pajak
5 Bapak/Ibu tidak merasa pelaksanaan
kebijakan Sunset Policy sebagai jebakan
6 Bapak/Ibu memperoleh manfaat dari
pelaksanaan kebijakan Sunset Policy
Variabel Tax Amnesty
No Indikator Pertanyaan STS TS N S SS
1 Bapak/Ibu sebagai Wajib Pajak mau
berpartisipasi dalam program Tax Amnesty
2 Tax Amnesty dapat meningkatkan
kepatuhan Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajibannya
3 Tax Amnesty mendorong kejujuran dalam
pelaporan sukarela atas data harta
kekayaan Wajib Pajak
70
4 Tax Amnesty dapat digunakan sebagai alat
transisi menuju sistem perpajakan yang
baru
5 Tax Amnesty dapat meningkat
kemungkinan terdeteksinya perilaku tax
evaders
6 Tax Amnesty dapat melemahkan kepatuhan
pajak, terutama jika orang berharap bahwa
Tax Amnesty mungkin akan datang lagi di
masa depan
Variabel Kepatuhan Sanksi Pajak
No Indikator Pertanyaan STS TS N S SS
1 Sanksi pajak sangat diperlukan agar
tercipta kedisiplinan Wajib Pajak dalam
mememuhi kewajiban perpajakan
2 Pengenaan sanksi harus dilaksanakan
dengan tegas kepada semua Wajib pajak
yang melakukan pelanggaran
3 Sanksi yang diberikan kepada Wajib Pajak
harus sesuai dengan besar kecilnya
pelanggaran yang sudah dilakukan
4 Penerapan sanksi pajak harus sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
5 Jika tidak melaksanakan kewajiban
perpajakan, maka Wajib Pajak akan
dikenakan sanksi pajak
6 Wajib Pajak akan memenuhi pembayaran
pajak bila memandang sanksi pajak akan
lebih merugikannya
71
DOKUMENTASI
72
73
74