Tax collection enforcement

207

Transcript of Tax collection enforcement

Page 1: Tax collection enforcement
Page 2: Tax collection enforcement
Page 3: Tax collection enforcement

PUSTAKA

Brotodihardjo, R. Santoso, 1993, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, PT Eresco, Bandung.

Burton, Richard, 2009, Kajian Aktual Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta.

Hadi, H. Mulyo, 2001, Dasar-dasar Penagihan Pajak dengan Surat Paksa oleh Juru Sita Pajak Pusat dan Daerah, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Muljono, Djoko, 2008, Ketentuan Umum Perpajakan, Andi, Yogyakarta.

Pudyatmoko, Y. Sri, 2007, Penegakan dan Perlin-dungan Hukum di Bidang Pajak, Salemba Empat, Jakarta.

Page 4: Tax collection enforcement

Rusjdi, Muhammad, 2005, Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Indeks, Jakarta.

Saidi, M. Djafar, 2007, Pembaruan Hukum Pajak, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Siahaan, Marihot P., 2004, Utang Pajak, Peme- nuhan Kewajiban, dan PPSP, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

UU Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan stdtd UU Nomor 28 Tahun 2007 (UU KUP).

UU Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa stdd UU Nomor 19 Tahun 2000 (UU PPSP).

Lembaga Manajemen Formasi, Tax Electronic Search, 2009 (Edisi Terkini), Jakarta.

Page 5: Tax collection enforcement

LATAR BELAKANG PENAGIHAN PAJAK

Tugas Kepemerintahan

Biaya

Pajak

Utang Pajak

Penagihan Berkekuatan Hukum Memaksa

UU PPSP

Keseimbangan Kepentingan WP dan Negara

Keadilan dan Kepastian Hukum

Penegakan Hukum

Page 6: Tax collection enforcement

UU PPSP SEBAGAI HUKUM PAJAK FORMAL

o Tax law dibedakan antara material tax law dan formal tax law.

o Hukum pajak formal memuat norma atau ketentuan yang berisi tentang bagaimana melaksanakan hukum pajak material.

o Pada umumnya hukum pajak formal mengatur tentang hak, kewajiban, prosedur, dan sanksi atau berisikan ketentuan tentang bagaimana bukan apa, siapa, dan berapa.

o Hukum pajak formal harus mencakup hal pokok yaitu hak dan kewajiban WP, hak dan kewajiban fiskus, dan kerahasiaan pajak.

o Termasuk dalam kelompok hukum pajak formal dalam UU Pajak adalah UU KUP, UU PPSP, dan UU PP.

Page 7: Tax collection enforcement

Hukum PajakMaterial

HukumPajak

Hukum PajakFormal

UUPPSP

UUKUP

UUPP

UU 6-1983 stdtdUU 28-2007

UU PPSP dalam Perspektif Hukum Pajak

UU 19-1997 stddUU 19-2000

UU 14-2000

Page 8: Tax collection enforcement

Subjek

Objek

PemotPemutPajak

WP NPWP NPKP

PKP

SPTHitungLaporPajak

+

Skp Kbrtn Bndg

Tagih Ggat

PrksaSidik

PK

PERPAJAKAN DALAM PERSPEKTIF KUP

DJP PP MA

Pbtln

Page 9: Tax collection enforcement

Hitung-Bayar-LaporSendiri Pajak Terutang

Tax Law Enforcement

SAS VS TAX LAW ENFORCEMENT

Pengawasan Pembinaan

Self Assessment System

Page 10: Tax collection enforcement

o Self Assessment System self dan to assess menilai atau menaksir atau menghitung sendiri.

o Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada WP untuk menentukan sendiri jumlah pajak ter utang sesuai ketentuan peraturan peruuan perpajakan.

o Inisiatif dan kegiatan menghitung pajak ada di tangan WP yang dianggap mampu menetapkan pajak serta memahami ketentuan peraturan peruuan perpajakan, jujur, patuh, dan sadar pentingnya membayar pajak.

o WP bersifat aktif. Sedangkan fiskus wajib melaksanakan pemberian pelayanan, pembinaan, pengawasan, dan penerapan sanksi perpajakan.

o Keberhasilan pemungutan pajak akan lebih banyak tergantung pada WP peranan dominan ada pada WP.

Page 11: Tax collection enforcement

o Dalam pemungutan pajak dengan menggunakan self assessment system, WP diberikan kepercayaan untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya :• Mendaftarkan diri ke DJP.• Menghitung dan memperhitungkan sendiri besarnya

pajak terutang.• Membayar pajak terutang ke bank/kantor pos.• Melaporkan pembayaran pajak terutang ke DJP.• Menetapkan sendiri besar pajak terutang melalui

mekanisme SPT (tax return) dengan benar (true, clear, and complete presentation principle).

o Fiskus, dalam sistem ini, berkewajiban untuk memberi pelayanan, melakukan pengawasan serta pembinaan terhadap WP.

Page 12: Tax collection enforcement

o Fungsi pengawasan dan pembinaan fiskus merupakan konsekuensi dari pemberian kepercayaan kepada WP dalam pelaksanaan ketentuan peraturan peruuan perpajakan.

o Selain itu, fiskus berkewajiban pula melaksanakan tax law enforcement dalam rangka upaya untuk :o Memelihara agar proses dan pelaksanaan self

assessment system dapat berjalan secara efektif dan tetap berada pada jalurnya.

o Menciptakan keadilan melalui penerapan ketentuan peraturan peruuan perpajakan secara konsisten, fair, dan konsekuen.

Page 13: Tax collection enforcement

TAX LAWENFORCEMENT

TaxAudit

TaxInvestigation

TaxCollection

Page 14: Tax collection enforcement

SAS

PengetahuanPerpajakan

BebanPerpajakan

KepatuhanSuka Rela

PeluangKecurangan

Tax LawEnforcement

Tax HindranceTE dan TA

TaxLosses

SAS - Tax Audit - Tax Investigation - Tax Collection

TaxCompliance

Tax AuditTax Invstgt’n

Tax Clct’n

Page 15: Tax collection enforcement

PEMERIKSAAN PAJAK

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan peruuan perpajakan.

Page 16: Tax collection enforcement

Pemeriksa pajak diberikan wewenang oleh UU untuk melakukan tindakan dalam rangka menguji antara apa yang disampaikan WP dalam SPT sama/tidak dengan kewajiban pajak yang seharusnya menurut pemeriksa.Umumnya objek pemeriksaan pajak ialah pembukuan dan pencatatan yang diselenggarakan WP yang dijadikan dasar dalam penghitungan pajak terutang melalui mekanisme SPT.Pemeriksa pajak tidak sewenang-wenang menetapkan kewajiban perpajakan WP tanpa didahului dengan kegiatan mencari, mengumpulkan dan mengolah data berupa buku, catatan, dokumen untuk dijadikan sebagai dasar bukti dalam menghitung pajak yang terutang dan harus dibayar WP.Pemeriksaan untuk tujuan lain seperti pengukuhan atau pencabutan PKP, penetapan 1 atau lebih tempat terutang PPN dan PPh Pasal 21, pemberian NPWP dan PPKP secara jabatan.

Page 17: Tax collection enforcement

Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan Pajak

PemeriksaanLapangan

PemeriksaanKantor

Single TaxAll Taxes

Tahun SebelumTahun Berjalan

Full AuditSimple Audit

Uji KepatuhanTujuan Lain

Single Tax

Tahun SebelumTahun Berjalan

Simple Audit

Uji Kepatuhan

Page 18: Tax collection enforcement

Jenis Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan RutinPemeriksaan Khusus

Pemeriksaan WP LokasiPemeriksaan Tahun BerjalanPemeriksaan Kriteria Seleksi

Pemeriksaan TerintegrasiPemeriksaan Bukti Perm

Delinquency Audit

Page 19: Tax collection enforcement

Pemeriksaan Bukti Permulaan

Kalau dalam pengamatan atau pemeriksaan pajak ditemukan indikasi tindak pidana pajak :• Harus ditindaklanjuti dengan Pemeriksaan Bukti

Permulaan.• Pengamatan atau pemeriksaan pajak harus di hentikan

dengan membuat Laporan Pemeriksaan Pajak Sumier. Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan yang

dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.

Page 20: Tax collection enforcement

Bukti Permulaan ialah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan, atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi suatu tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.

Jika dalam Pemeriksaan Bukti Permulaan ditemukan cukup bukti adanya indikasi tindak pidana pajak :• Pemeriksaan Bukti Permulaan ditingkatkan jadi

Penyidikan Pajak.• Pemeriksaan Bukti Permulaan harus dihentikan dengan

menerbitkan Laporan Pemeriksaan Pajak Sumier.

Page 21: Tax collection enforcement

Perbuatan-perbuatan Tergolong Sebagai Bukti Permulaan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan

Sengaja tidak mendaftarkan diri sebagai WP (NPWP) atau tidak melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP (NPPKP);

Sengaja menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau NPPKP;

Sengaja tidak menyampaikan SPT; Sengaja menyampaikan SPT dan atau keterangan yang

isinya tidak benar atau tidak lengkap; Sengaja menolak untuk dilakukan pemeriksaan; Sengaja memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau

dokumen lain yang palsu atau dipalsukan atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya;

Page 22: Tax collection enforcement

Sengaja tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain;

Sengaja tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi online di Indonesia;

Sengaja tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut;

Sengaja menerbitkan dan atau menggunakan faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak dan atau bukti setoran pajak yang tidak berdasarkan transaksi sebenarnya;

Sengaja menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai PKP.

Page 23: Tax collection enforcement

Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

PENYIDIKAN PAJAK

Page 24: Tax collection enforcement

Tujuan penyidikan pajak ialah :• Agar tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi

dapat menjadi jelas/ terang,• Untuk menemukan tersangka/pelaku, dan• Untuk mengetahui besarnya jumlah pajak yang

digelapkan.

Penyidikan merupakan tindak lanjut dari pemeriksaan terhadap wajib pajak yang dicurigai telah melakukan perbuatan yang mengarah/menjurus ke tindak pidana.

Penyidikan dilaksanakan bila ditemukan ada bukti permulaan tentang tindak pidana di bidang pajak.

Page 25: Tax collection enforcement

Ada indikasi tindak pidana pajak

Pengadilan (Putusan Hakim)

Diperoleh cukup bukti ada indikasi tindak pidana pajak

Penuntutan (Penuntut Umum/Kejaksaan)

Penyidikan Pajak

Pemeriksaan Bukti Permulaan

Pengamatan/Pemeriksaan

Page 26: Tax collection enforcement

Menurut kepustakaan hukum, tindak pidana (delict) ialah suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana.

Apabila ketentuan yang dilanggar berkaitan dengan UU Perpajakan, disebut tindak pidana pajak dan pelakunya dapat dikenakan hukum pidana.

Seseorang dikatakan melakukan tindak pidana pajak apabila telah diperoleh bukti-bukti bahwa ia benar telah melakukan tindak pidana perpajakan sebagaimana dimaksud Pasal 38 dan 39 UU KUP.

Tindak Pidana di Bidang Perpajakan

Page 27: Tax collection enforcement

Suatu tindakan dapat dikatakan tindak pidana pajak apabila terpenuhi unsur-unsurnya yaitu :– Unsur Subjek.

Orang pribadi dan badan termasuk wakil, kuasa, pegawai.

– Unsur Perbuatan.Memenuhi rumusan Pasal 38 dan 39 UU KUP.

– Unsur akibat.Merugikan Pendapatan Negara.

– Unsur Kesalahan.Karena adanya kealpaan atau kesengajaan.

Page 28: Tax collection enforcement

Pasal 38 UU KUP mengatur tentang tindak pidana pelanggaran, terjadi karena kealpaan, tidak sengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang mengindahkan kewajiban.

Sedangkan Pasal 39 UU KUP mengatur tentang tindak pidana kejahatan, terjadi karena kesengajaan.

Page 29: Tax collection enforcement

LINGKUP PENEGAKAN HUKUMDI BIDANG PERPAJAKAN

PenegakanHukum

Perpajakan

WPPihakKetiga

PetugasPajak

Page 30: Tax collection enforcement

Jenis-jenis Penegakan Hukum Bagi WPdi Bidang Perpajakan

Penegakan HukumPerpajakan

Penegakan HukumAdmninistrasi

Penegakan HukumPidana

SanksiBunga

SanksiDenda

SanksiKenaikan

SanksiPidana dan Denda

SanksiPidana atau Denda

Page 31: Tax collection enforcement

Pmbtln SPT T Sblm Rik Ps 8 (2) 2% per bln x KB

Pmbtln SPT M Sblm Rik Ps 8 (2a) 2% per bln x KB

Trlmbt/KB SPT M Ps 9 (2a) 2% per bln x KB

Trlmbt/KB SPT T Ps 9 (2b) 2% per bln x KB

SKP Hsl Rik Ps 13 (2) 2% per bln x KB

SKPKB Stlh 5 Th Kluar Pjr Ps 13 (5) 48% x KB

STP Hsl Lit/Rik ThB Ps 14 (3) 2% per bln x KB

STP PPN Pjk Ditgih Kmbli Ps 14 (5) 2% per bln x DK

SKPKBT Lwt 5 Th Ps 15 (4) 48% x T/KB

Bunga Penagihan Ps 19 (1) 2% x Ditagih

SanksiBunga

Berbagai Sanksi Administrasi Berupa Bunga

Page 32: Tax collection enforcement

Terlambat MelaporPs 7

Thnan

MasaLain

PPN

OP

Bdn

500.000

100.000

1.000.000

100.000

Penghentian DikPs 44 B (2)

Bndg Ditolak/ Dit SbgnPs 27 (5d)

Keb Ditolak/Dit SbgnPs 25 (9)

Ungkapkan Ketdkbenaran Stlh Rik Sblm DikPs 8 (3)

150% x KB

50% x Slsih Pjk Trtng Hsl Kebdg Sdh Bayar

100% x Slsih Pjk Trtng Hsl Kebdg Sdh Bayar

4 x T/KB, Tdk Hrs Dikmblikan

SanksiDenda

Berbagai Sanksi Administrasi Berupa Denda

Page 33: Tax collection enforcement

Hasil Rik

SPT Sdh Ditegur Tdk MasukPs 13 (3a)

Pembukuan Tdk BenarPs 13 (3a)

PPh K/T DipotputPs 13 (3b)

PPN/PPnBM Tdk Hrs Dikom/Res/0%Ps 13 (3c)

SKPKB Dpt Pmbyrn Klbhn Pend WP TertentuPs 17C (5)

SKPKBT Sblm 5 Thn Krn Data BaruPs 15 (2)

SPT Tdk Benar Alpa Pertama KaliPs 13A

Ungkapkn Ketdkbnrn SPT Stlh Rik Sblm SKPPs 8 (5)

50% xKB

200% xKB

100% xKB

100% xKB

SanksiKnaikn

Berbagai Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan

SKPKB Dpt Pmbyrn Klbhn Pend WP Syrt TertentuPs 17D (5)

100% xPPN KB

100% x PPh KPot

50% xPPh K/T B

100% xKB

50% x PPh K/T B

Page 34: Tax collection enforcement

Sengaja tdk mnympaikn SPT, buku palsu,tdk mmbrikan buku, pembukuan tdk benar,

pjk dipotput tdk disetorPs 39 (1)

Min, pnjara 6 bl + denda 2 xPjk T/KB

Mak, pnjara 1 th + denda 4 xPjk T/KB

Mengulangi pidana perpjkan sblm 1 thPs 39 (2)

Min, pnjara 1 th + denda 4 xPjk T/KB

Mak, pnjara 12 th + denda 8 xPjk T/KB

Mencoba menyalahgunakanNPWP dan PPKP untuk restitusi

Ps 39 (3)

Min, pnjara 6 bl + denda 2 xRestitusi/Kompensasi/Kredit

Mak, pnjara 2 th + denda 4 xRestitusi/Kompensasi/Kredit

Berbagai Sanksi Pidana dan Denda

Page 35: Tax collection enforcement

Menerbitkan FP tdk sesuai ketentuanatau blm PKP

Ps 39 A

Min, pnjara 2 th + denda 2 xPjk dlm FP, Bukti Potput

Mak, pnjara 6 th + denda 6 xPjk dlm FP, Bukti Potput

Tdk memberikan keterangan bagi yangpunya hub dg WP saatdiperiksa atau disidik

Ps 41 A

Mempersulit penyidikanPs 41 B

Wkl, kuasa, pegawai menyuruh melakukan, membantu WP pd tindakPidana perpajakan dikenakan sanksi sesuai Ps 39 dan Ps 39 A

Ps 43

Kurungan mak 1 th + dendamak Rp 25.000.000

Penjara mak 3 th + dendamak Rp 75.000.000

Page 36: Tax collection enforcement

Alpa tdk menyampaikan SPT ataumenyampaikan SPT tdk benar

Ps 38

Min, kurungan 3 bl ataudenda 1 x Pjk T/KB

Mak, kurungan 1 th ataudenda 2 x Pjk T/KB

Sengaja tdk memenuhi data pd instansi, lembaga, asosiasi

Ps 41 C (1)

Sengaja tdk memberikan databank, konsultan, akt publik

Ps 41 C (3)

Sengaja menyalahgunakan datadan informasi perpajakan

Ps 41 C (4)

Berbagai Sanksi Pidana atau Denda

Sengaja menyebabkan tidk terpenuhi pdinstansi, lembaga, asosiasi

Ps 41 C (2)

Kurungan mak 1 th ataudenda Mak

Rp 1.000.000.000

Kurungan mak 6 bl ataudenda mak

Rp 800.000.000

Kurungan mak 10 bl ataudenda mak

Rp 800.000.000

Kurungan mak 1 th ataudenda mak

Rp 500.000.000

Page 37: Tax collection enforcement

Pidana danDenda

SanksiPet PjkTg Ahli

Berbagai Sanksi Kepada Petugas Pajak dan Tenaga Ahli

UngkapknRahasia WP

Pidana

SesuaiPeruuan

Menetapkn Pajak Tdk Sesuai UU

Bertindak di LuarKewenangan

Pemerasan

KKN

Krungn 2 Th +Dnda Rp 50 Jt

Sanksi Sesuai Peruuan

Sanksi SesuaiPeruuan

Psl 368KUHP

PidanaKorupsi

Krungn 1 Th +Dnda Rp 25 Jt

Sngja

Alpa

Page 38: Tax collection enforcement

PERANAN PENAGIHAN PAJAK

o Dalam suatu negara yang perpajakannya menganut self assessment system, WP diberi kepercayaan untuk menghitung sekaligus memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan peruuan perpajakan.

o Agar hak dan kewajiban perpajakan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat WP, fiskus (DJP) berkewajiban melakukan pembinaan berupa penyebaran informasi, sosialisasi dan penyuluhan perpajakan, pelayanan administrasi yang diperlukan WP, serta melaksanakan pengawasan terhadap kepatuhan (tax compliance) WP, pembinaan, dan sekaligus tax law enforcement.

Page 39: Tax collection enforcement

o Fungsi pengawasan, pembinaan, penegakan hukum oleh fiskus merupakan konsekuensi dari pemberian kepercayaan kepada WP dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan peruuan perpajakan.

o Tax law enforcement sebagai upaya untuk mencipta- kan keadilan melalui penerapan ketentuan peraturan peruuan perpajakan secara fair, konsisten, dan konsekuen.

o Dengan penegakan hukum dimaksudkan agar supaya proses dan pelaksanaan self assessment system dalam pemungutan pajak dapat berjalan secara efektif dan tetap berada pada jalur dan aturannya (ketentuan peraturan peruuan perpajakan).

o Dalam perpajakan, law enforcement ini paling sedikit dapat dilaksanakan melalui pemeriksaan pajak (tax audit), penyidikan pajak (tax investigation), penagihan pajak dengan paksa (tax collection).

Page 40: Tax collection enforcement

o Penagihan pajak dapat merupakan instrumen terakhir yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan tax compliance WP dan memaksa WP untuk memenuhi kewajiban perpajakannya (melunasi tunggakan pajak).

o Dengan demikian, penagihan pajak merupakan pagar penjaga agar WP tetap berada pada koridor ketentuan peraturan peruuan perpajakan.

o Kinerja perpajakan pada akhirnya akan dinilai dari besar kecilnya pemasukan uang ke kas negara (fungsi budgetary), baik yang dibayarkan WP secara sukarela (voluntary compliance) maupun yang dipungut melalui tindakan aktif penagihan pajak.

o Peningkatan frekuensi dan kualitas penagihan pajak amat diperlukan mengingat semakin besarnya jumlah tunggakan pajak kumulatif sehingga membutuhkan adanya program peningkatan pencairan tunggakan pajak (increasing recovery of tax arrears).

Page 41: Tax collection enforcement

TUNGGAKAN PAJAK PUSATPER 17 PEB 2010

Nilai Tunggakan Rp 44 Triliun

1,8 Juta WP/PP

Page 42: Tax collection enforcement

Tunggakan Pajak

Jns Pjk

98/99 (M)

99/00 (M)

% 2000 (M)

% 2001 (M)

% 2002 (M)

%

PPh 10.635 9.860 -7 8.085 -18 10.868 34 11.301 4

PPN 4.062 4.361 7 5.692 30 5.540 -3 5.619 1

Lain 248 573 131 310 -46 518 67 481 -7

Jml 16.595 14.794 -11 14.087 -5 16.926 20 17.300 3

Sumber : DJP, 2003.

Page 43: Tax collection enforcement

UTANG PAJAK

Timbulnya Utang Pajak.

Saat timbulnya utang pajak sangat penting karena berkaitan dengan pembayaran pajak, pemasukan surat keberatan, penentuan saat daluarsa, penerbitan surat ketetapan pajak, dan penentuan besarnya denda.

Ada 2 ajaran atau pendapat mengenai timbulnya (pengakuan) utang pajak, yaitu :

• Ajaran Material.

• Ajaran Formal.

Page 44: Tax collection enforcement

Ajaran Material.

• Utang pajak timbul pada saat diundangkannya UU Pajak sepanjang apa yang diatur dalam uu tersebut menimbulkan suatu kewajiban bagi seseorang menjadi terutang pajak.

• Ajaran ini konsisten dengan penerapan SAS.

Ajaran Formal.

• Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak atau skp oleh fiskus. Seseorang baru dikenakan pajak, berapa pajak yang harus dibayar, dan kapan jangka waktu pembayaran nya diketahui dari skp.

• Ajaran ini konsisten dengan penerapan OAS.

Page 45: Tax collection enforcement

Perbedaan Kedudukan skp. Menurut Ajaran Material; skp mempunyai fungsi :

1. Memberitahukan besar pajak terutang.

2. Menetapkan besar utang pajak.

(skp hanya bersifat deklaratur/pemberitahuan) Menurut Ajaran Formal; skp mempunyai fungsi :

1. Menimbulkan utang pajak.

2. Menetapkan besar utang pajak (bersamaan 1).

3. Memberitahukan besar pajak terutang.

(skp bersifat konstitutif/penetapan hukum)

Page 46: Tax collection enforcement

UtangPajak

Ajaran Material

Tidak Dilunasi

PPSP

SKP

Ajaran Formal

SPT

Tidak Benar

Utang Pajak dan Penagihannya

Page 47: Tax collection enforcement

Cara Pengenaan Utang Pajak. Pengenaan di depan (stelsel fiksi). Pengenaan di belakang (stelsel riil). Pengenaan cara campuran.

Hapusnya Utang Pajak. Pembayaran. Kompensasi. Daluarsa. Penghapusan.

• Meninggal tanpa warisan ahli waris,• Tidak punya harta kekayaan lagi,• Tidak ditemukan lagi,• Dokumen tidak lengkap,• Force mejeure.

Page 48: Tax collection enforcement

PENANGGUNG PAJAK (PP)

Penanggung Pajak (PP) adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban WP menurut ketentuan peraturan peruuan perpajakan (Pasal 1 (3) UU PPSP).

Yang menjadi PP adalah WP dan wakil dari WP (termasuk kuasa dari WP).

Pengertian PP > Subjek Pajak > WP.

Page 49: Tax collection enforcement

Penanggung Pajak - Subjek Pajak - Wajib Pajak

Wajib Pajak

Subjek Pajak

Penanggung Pajak

Page 50: Tax collection enforcement

Dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan, WP dapat mewakilkan dan menguasakannya kepada : Wakil.

• Badan oleh pengurusnya.• Badan dalam pembubaran atau pailit oleh orang atau

badan yang dibebani melakukan pemberesan.• Warisan yang belum terbagi oleh salah seorang ahli

waris atau pelaksana wasiat atau pengurus harta peninggalannya.

• Anak yang belum dewasa atau orang yang ada dalam pengampuan oleh wali atau pengampunya.

Kuasa.

Dengan surat kuasa khusus kepada orang yang memahami masalah perpajakan.

Page 51: Tax collection enforcement

Sekalipun wakil atau kuasa bertanggung jawab secara pribadi atau renteng, namun bila di dalam kedudukan nya dia dapat membuktikan serta dapat meyakinkan Dir Jen Pajak bahwa dia benar-benar tidak mungkin untuk dibebani tanggung jawab, dapat dibebaskan dari tanggung jawabnya sebagai wakil atau kuasa.

Baik orang pribadi maupun badan dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk melaksanakan hak/kewajibannya menurut ketentuan peraturan peruuan perpajakan. Artinya, WP diberi kelonggaran dan kesempatan untuk meminta bantuan pihak lain yang memahami masalah perpajakan sebagai kuasanya untuk dan atas namanya membantu melaksanakan hak/kewajiban perpajakan WP (baik formal maupun material).

Page 52: Tax collection enforcement

Dalam hal pengurus yang mewakili badan, termasuk juga orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang dalam menentukan kebijakan dan atau pengambilan keputusan dalam rangka jalannya perusahaan (misal menandatangani kontrak, cek, dan lainnya), walaupun dia tidak tercantum sebagai pengurus dalam susunan pengurus pada akte pendirian dan akte perubahan.

Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan orang-orang yang mempunyai itikad tidak baik untuk memanfaatkan nama orang lain yang tercantum di dalam akte pendirian dan akte perubahan suatu badan. UU Pajak menyatakan orang tersebutlah yang harus bertanggung jawab walaupun namanya tidak ada dalam akta pendirian dan akte perubahan.

Hand-out 1

Page 53: Tax collection enforcement

DASAR PENAGIHAN PAJAK

o Hal yang mendasar dari pajak adalah sifatnya yang dapat dipaksakan.

o Apabila WP tidak memenuhi kewajibannya membayar pajak, terhadap WP tersebut dapat dikenakan sanksi, baik sanksi pidana maupun sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan peruuan perpajakan yang berlaku.

o Sebagai salah satu bentuk adanya sifat yang dapat dipaksakan dari pajak adalah terhadap WP yang tidak membayar utang pajaknya dapat dilakukan tindakan paksa dengan melakukan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (PPSP).

Page 54: Tax collection enforcement

o Alat paksa yang diberikan UU kepada fiskus, mutlak harus ada agar pemungutan pajak bisa dilaksanakan sesuai dengan ketentuan UU.

o Tindakan penagihan utang pajak didasarkan pada UU Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 19 Tahun 2000 UU PPSP.

o UU PPSP ini berlaku baik terhadap Pajak Pusat atau Pajak Negara (termasuk Bea Masuk dan Cukai) maupun Pajak Daerah.

Page 55: Tax collection enforcement

UUPPSP

PajakPusat

PajakDaerah

BeaCukai

Pemberlakuan UU PPSP

Page 56: Tax collection enforcement

PPk

PPBGGol C

PPJ

PPPABTAP

PRk

PHb

PRsPHt

PBBKB

BBNKBKDA

PKBKDAA

BC

BPHTB

PBB

PPNPPnBM

PPh

UUPPSP

Page 57: Tax collection enforcement

PUNGUTAN DI INDONESIA

PP

PDRD

BC

PNBP

Page 58: Tax collection enforcement

Pajak

Sifat Pemungut Golongan

P Sub P Obj P Pus P Dae PL PTL

P Prv P Ka/Ko

Pembedaan dan Klasifikasi Pajak

Page 59: Tax collection enforcement

PAJAK DAERAH

Pajak Prov Pajak Kab/Kot

PKBKAA

BBNKBKAA

PBBKB

PPPABTAP

PHtl

PRst

PHib

PRek

PPJ

PPBGGC

PPrk

Penggolongan dan Jenis PD Sampai 2009

Page 60: Tax collection enforcement

PD

PD Prv PD Ka/Ko

• PKB• BBNKB• PBBKB• PAP• PRok

• PHot• PRes• PHbr• PRek• PPJ• PMBLB• PPrk• PAT• PSBW• PBBPP*• BPHTB**

Penggolongan dan Jenis PD Mulai 2010

* 2014** 2011

Page 61: Tax collection enforcement

RetribusiDaerah

(RD)

RDJasa

Umum

RDJasa

Usaha

RDPerizinanTertentu

14Jenis

11Jenis

5Jenis

Page 62: Tax collection enforcement

1. Retribusi Jasa Umum.a. Pelayanan Kesehatan,b. Pelayanan Persampahan/Kebersihan,c. Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akte

Catatan Sipil,d. Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan

Mayat,e. Pelayanan Parkir Tepi Jalan Umum,f. Pelayanan Pasar,g. Pengujian Kenderaan Bermotor,

RETRIBUSI DAERAH

Page 63: Tax collection enforcement

h. Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran,

i. Penggantian Biaya Cetak Peta,

j. Penyediaan/penyedotan Kakus,

k. Pengelolaan Limbah Cair,

l. Pelayanan Tera/Tera Ulang,

m.Pelayanan Pendidikan,

n. Pengendalian Menara Telekomunikasi

Page 64: Tax collection enforcement

2. Retribusi Jasa Usaha.a. Pemakaian Kekayaan Daerah.

b. Pasar Grosir/Pertokoan.

c. Tempat Pelelangan.

d. Terminal.

e. Tempat Khusus Parkir.

f. Tempat Penginapan/Pesanggerahan/Villa.

g. Rumah Potong Hewan.

h. Pelayanan Kepelabuhanan,

i. Tempat Rekreasi dan Olah Raga.

j. Penyebrangan di Air.

k. Penjualan Produksi Usaha Daerah.

Page 65: Tax collection enforcement

3. Retribusi Perizinan Tertentu.a. Izin Mendirikan Bangunan.

b. Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol.

c. Izin Gangguan.

d. Izin Trayek.

e. Izin Usaha Perikanan,

Page 66: Tax collection enforcement

Pajak dan Pungutan

I. Pajak Negara (Pusat).

1. Pajak Penghasilan (PPh).

2. Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPn BM).

3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

4. Bea Meterai (BM).

5. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Page 67: Tax collection enforcement

II. Pajak Daerah.

1. Pajak Daerah Provinsi.

a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air.

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air.

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Pemukaan.

Page 68: Tax collection enforcement

2. Pajak Daerah Kabupaten/Kota.a. Pajak Hotel.b. Pajak Restoran.c. Pajak Hiburand. Pajak Reklame.e. Pajak Penerangan Jalan.f. Pajak Pengambilan Bahan Galian

Golongan C.g. Pajak Parkir.

Page 69: Tax collection enforcement

III. Retribusi Daerah.1. Retribusi Jasa Umum.

a. Pelayanan Kesehatan.b. Pelayanan Persampahan/Kebersihan.c. Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akte

Catatan Sipil.d. Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan

Mayat.e. Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum.f. Pelayanan Pasar.g. Pengujian Kenderaan Bermotor.h. Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran.i. Penggantian Biaya Cetak Peta.j. Pengujian Kapal Perikanan.

Page 70: Tax collection enforcement

2. Retribusi Jasa Usaha.

a. Pemakaian Kekayaan Daerah.

b. Pasar Grosir/Pertokoan.

c. Tempat Pelelangan.

d. Terminal.

e. Tempat Khusus Parkir.

f. Tempat Penginapan/Pesanggerahan/Villa.

g. Penyedotan Kakus.

h. Rumah Potong Hewan.

i. Pelayanan Pelabuhan Kapal.

j. Tempat Rekreasi dan Olah Raga.

k. Penyebrangan di Atas Air.

l. Pengolahan Limbah Cair.

m. Penjualan Produksi Usaha Daerah.

Page 71: Tax collection enforcement

3. Retribusi Perizinan Tertentu.

a. Izin Mendirikan Bangunan.

b. Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol.

c. Izin Gangguan.

d. Izin Trayek.

Page 72: Tax collection enforcement

III. Bea dan Cukai.

1. Bea.

a. Bea Masuk.

b. Bea Keluar.

c. Bea Balik Nama.

2. Cukai.

a. Cukai Tembakau.

b. Cukai Rokok.

c. Cukai Gula.

d. Cukai Alkohol.

e. Cukai Minuman Keras.

Page 73: Tax collection enforcement

IV. Penerimaan Negara Bukan Pajak.

1. Penerimaan yang bersumber dari pengeluaran pemerintah.

2. Penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam.

3. Penerimaan dari pengelolaan kekayaan negara.

4. Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan.

5. Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilak sanakan pemerintah.

6. Penerimaan lainnya.

Page 74: Tax collection enforcement

DasarPenagihan

Pajak

STP

SKPKB

SKPKBT

Putusan PK

SK Pembetulan

SK Keberatan

Putusan Banding

Page 75: Tax collection enforcement

o Sesuai dengan Self Assessment System yang dianut, WP menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri utang pajaknya. Bila terdapat kekeliruan atau kesalahan dalam melakukan penghitungan pajak atau WP melanggar ketentuan peraturan peruuan perpajakan, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar menjadi lebih besar, barulah fiskus menerbitkan surat ketetapan pajak (skp).

o Surat ketetapan pajak (skp) dapat diterbitkan oleh DJP (Kepala KPP) dan Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk.

Page 76: Tax collection enforcement

o Penerbitan skp dapat berupa :

• Surat Tagihan Pajak PPh (STP PPh).

• Surat Tagihan Pajak PPN dan PPnBM (STP PPN dan PPn BM).

• Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar PPh (SKPKB PPh).

• Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar PPN dan PPnBM (SKPKB PPN dan PPn BM).

• Surat ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan PPh (SKPKBT PPh).

• Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan PPN dan PPn BM (SKPKBT PPN dan PPn BM).

Page 77: Tax collection enforcement

• Surat Tagihan Pajak PBB (STP PBB).

• Surat Pemberitahuan Pajak Terutang PBB (SPPT PBB).

• Surat Ketetapan Pajak PBB (SKP PBB).

• Surat Tagihan BPHTB (STB).

• Surat Ketetapan BPHTB Kurang Bayar (SKBKB).

• Surat Ketetapan BPHTB Kurang Bayar Tambahan (SKBKBT).

• Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).

• Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB).

• Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT).

Page 78: Tax collection enforcement

o Dengan demikian yang menjadi dasar untuk dilakukan penagihan pajak adalah :

• Surat ketetapan pajak (baik Pajak Pusat maupun Pajak Daerah) yang tidak atau kurang dibayar WP.

• Surat keputusan atas tax dispute (SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, Putusan PK), yang mengakibatkan utang pajak jadi bertambah.

o STP, SKPKB, SKPKBT inilah bila tidak atau kurang dibayar, menjadi dasar tindakan/sarana administrasi bagi fiskus untuk melakukan tindakan penagihan pajak, di samping juga SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, dan Putusan PK, yang menyebab kan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.

Page 79: Tax collection enforcement

Keliru-Salah-Langgar Ketentuan PeraturanPeruuan Perpajakan

SKP

Penagihan Pajak

Hitung-Bayar-LaporSendiri Pajak Terutang

SAS

SK Pbtln SK Kbrtn Put Bdng

SAS - TAX COLLECTION

Put PK

Page 80: Tax collection enforcement

PEMBAYARAN KETETAPAN PAJAK

o Batas waktu pembayaran pajak yang terutang dapat dibedakan :

• Untuk suatu masa pajak,

• Untuk suatu tahun pajak,

• Untuk ketetapan pajak.

o Atas ketetapan pajak yang terdiri dari STP, SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, dan Putusan PK, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal diterbitkan.

Page 81: Tax collection enforcement

o Bagi WP Usaha Kecil dan di Daerah Tertentu, waktu pelunasan bisa diperpanjang paling lama jadi 2 bulan.

o WP Usaha Kecil terdiri dari :– WP OP Usaha Kecil, dengan krtiteria :

• WP OP DN, • Menerima/memperoleh peredaran usaha tahun

pajak sebelumnya ≤ Rp 600 Juta.– WP Badan Usaha Kecil, dengan kriteria :

• Modal 100% dimiliki oleh WNI;• Menerima/memperoleh peredaran usaha tahun

pajak sebelumnya ≤ Rp 900 Juta.o WP di Daerah Tertentu (remoted area) adalah yang tempat

tinggal/kedudukan/kegiatan usahanya berlokasi di daerah tertentu yang ditetapkan oleh Dir Jen Pajak (ketentuan lebih lanjut waktu pelunasan dan pengaturan daerah tertentu diatur dengan Per Dir Jen Pajak).

Page 82: Tax collection enforcement

o Penagihan pajak merupakan serangkaian tindakan agar PP melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan cara menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan SP, mengusulkan pencegahan ke luar negeri, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang disita (lelang).

o Bila pada saat jatuh tempo pembayaran, WP tidak membayar utang pajaknya, atas jumlah pajak yang tidak (kurang) dibayar dikenai bunga 2% untuk seluruh masa dihitung dari jatuh tempo s/d hari pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan.

o Utang Pajak adalah pajak yang masih harus dibayar, termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang tercantum dalam skp atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan peruuan perpajakan (Pasal 1 (8) UU PPSP).

Page 83: Tax collection enforcement

PAJAK YMHDSKPKB PPh TAHUN 200X

PKP Rp 100.000.000 Pajak (30%) Rp 30.000.000 Kredit pajak Rp 10.000.000 - Pajak kurang dibayar Rp 20.000.000 Bunga (24 x 2% x Rp 20 Jt) Rp 9.600.000 + Jumlah pajak ymhd Rp 29.600.000

Page 84: Tax collection enforcement

BIAYA PENAGIHAN

• Biaya penagihan pajak yang harus dibayar oleh PP :– Setiap pemberitahuan SP Rp 50.000.– Setiap pelaksanaan SPMP Rp 100.000.

• Tambahan biaya penagihan pajak yang harus dibayar oleh PP bila barang yang telah disita dijual :– Secara lelang 1% x pokok lelang.– Tidak secara lelang 1% x hasil penjualan.

• Biaya penagihan pajak dan tambahan biaya penagihan pajak merupakan PNBP.

Page 85: Tax collection enforcement

BUNGA PENAGIHAN

Apabila SKPKB, atau SKPKBT, serta SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan PK yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, pada saat jatuh tempo pelunasan tidak atau kurang dibayar, atas jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar itu, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan untuk seluruh masa pajak, yang dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pelunasan atau tanggal diterbitkannya STP, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan (Psl 19 (1) UU KUP).

Page 86: Tax collection enforcement

A. SKPKB dengan pajak ymhd Rp 10 Jt, terbit 7 Okt 08, batas akhir pelunasan 6 Nop 08, pembayaran sampai 6 Nop 2008 Rp 6 Jt, 1 Des 08 terbit STP :• Pajak ymhd = Rp 10.000.000• Dibayar s/d jatuh tempo = Rp 6.000.000 -• Kurang bayar = Rp 4.000.000• Bunga 1 bulan 1 x 2% x 4 Jt = Rp 80.000

B. Bila SKBKB A dibayar Rp 10 Jt pada 3 Des 08, 5 Des 08 terbit STP :• Pajak ymhd = Rp 10.000.000• Dibayar setelah jatuh tempo = Rp 10.000.000 -• Kurang bayar = Rp 0• Bunga 1 bulan 1 x 2% x 10 Jt = Rp 200.000

Page 87: Tax collection enforcement

PPSP

UtangPajak

BiayaPenagihan

BungaPenagihan

PajakYMHD

SPRp 50.000

2%Per Bulan

SPMPRp 100.000

Lelang/Jual1% x HgL/HgJ

Berbagai Pembayaran dalam Penagihan Pajak

Page 88: Tax collection enforcement

PEJABAT PENAGIHAN PAJAK

Kepala KPP adalah Pejabat yang diberi wewenang dalam penagihan pajak.

Kewenangan Pejabat meliputi :– Mengangkat dan memberhentikan Juru Sita Pajak.– Menerbitkan :

• Surat Teguran (ST), Surat Peringatan, atau surat lain sejenis;

• Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus (SPPSS);

• Surat Paksa (SP);• Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP);• Surat Perintah Penyanderaan;

Page 89: Tax collection enforcement

• Surat Pencabutan Sita;• Pengumuman Lelang;• Surat Penentuan Harga Limit;• Pembatalan Lelang;• Surat lain yang diperlukan untuk pelaksanaan

penagihan pajak (tanggal dan jadwal lelang, Surat Keterangan Pendaftaran Tanah, bantuan kepolisian, permintaan pencegahan);

sehubungan dengan PP tidak melunasi sebagian atau seluruh utang pajak menurut UU dan Perda.

Page 90: Tax collection enforcement

JURU SITA PAJAK

• Juru Sita Pajak (JSP) adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberi tahuan SP, penyitaan, dan penyanderaan (Pasal 1 (6) UU PPSP).

• JSP mendapat pendidikan khusus berkaitan dengan penyitaan, yang diangkat dan disumpah sebagai JSP.

• Tugas JSP :– Melaksanakan SPPSS,– Memberitahukan SP,– Melaksanakan penyitaan barang PP berdasarkan SPMP,– Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat

Perintah Penyanderaan.• JSP dalam melaksanakan tugas harus dilengkapi kartu

tanda pengenal dan memperlihatkannya kepada PP.

Page 91: Tax collection enforcement

• Wewenang JSP :– Dalam melaksanakan sita, berwenang memasuki dan

memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci, dan tempat lain untuk menemukan objek sita di tempat usaha, tempat kedudukan, atau tempat tinggal PP, atau tempat lain yang dapat diduga sebagai tempat penyimpann objek sita,

– Dalam melaksanakan tugas, bisa meminta bantuan kepolisian, kejaksaan, departemen yg membidangi hukum dan peruuan, pemda setempat, BPN, Dit Jen Perla, PN, Bank, atau pihak lain.

– Menjalankan tugas di wilayah kerja pejabat yang mengangkatnya, kecuali ditetapkan lain dengan Kep Men atau Kep Kepala Daerah.

Page 92: Tax collection enforcement

1. JSP tidak diperbolehkan memasuki rumah.2. JSP tidak diperbolehkan menyita barang WP

(PP).3. WP (PP) atau wakilnya tidak mau menanda

tangani Berita Acara Sita4. Pembuktian barang-barang yang bukan milik

WP (PP).

KENDALA YANG DIHADAPI JSP

Page 93: Tax collection enforcement

TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK

Diawali penerbitan ST setelah 7 hari sejak jatuh tempo pembayaran.

Bila utang pajak tidak dilunasi oleh PP setelah lewat 21 hari sejak terbit ST, diterbitkan SP.

Bila utang pajak tidak dilunasi oleh PP setelah lewat waktu 2 x 24 jam sejak SP diberitahukan, diterbitkan SPMP.

Apabila utang pajak dan biaya penagihan tidak dilunasi oleh PP setelah lewat 14 hari sejak tanggal penyitaan, dilaksanakan Pengumuman Lelang.

Bila utang pajak dan biaya penagihan tidak dilunasi oleh PP setelah lewat 14 hari terhitung sejak tanggal pengumuman lelang, maka dilaksanakan pelelangan (penjualan barang sitaan PP) melalui kantor lelang.

Page 94: Tax collection enforcement

Pelaksanaan Penagihan Pajak (PPSP)

STP SKPKB

SKPKBT SK Pbtln SK Kbrtn Put Bndg

Put PK

ST SP

SPMPPENG LELANGPELAKS LELANG

JatuhTempo 7 hari 21 hari

14 hari14 hari

2x24jam

Perm W&T LelangPennt Harga Limit

CEGAHSANDERA

BLOCK

Page 95: Tax collection enforcement

SURAT TEGURAN

Surat Teguran (ST) atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis diterbitkan bila PP tidak melunasi utang pajaknya sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran.

Tindakan pelaksanaan penagihan pajak diawali dengan penerbitan ST atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pembayaran (satu bulan sejak tanggal ketetapan atau keputusan diterbitkan).

Penerbitan ST dimaksudkan untuk memperingatkan atau menegur WP untuk melunasi utang pajaknya.

ST tidak diterbitkan kepada PP yang telah disetujui untuk mengangsur ataupun menunda pembayaran pajaknya.

Page 96: Tax collection enforcement

Penerbitan ST merupakan tindakan awal dari pelaksanaan penagihan dan harus dilakukan terlebih dulu sebelum dilanjutkan dengan pengeluaran SP.

Pada dasarnya ST hanya diterbitkan 1 kali.

Bila terhadap WP PP tidak pernah diberikan ST tapi langsung diterbitkan SP, maka secara yuridis SP tersebut dianggap tidak ada karena tidak didahului dengan pengeluaran ST.

Page 97: Tax collection enforcement

PENGANGSURAN ATAU PENUNDAANPEMBAYARAN UTANG PAJAK

Bila WP mengalami kesulitan likuiditas atau mengalami keadaan force mejeure sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban pajaknya tepat waktu, dapat mengajukan permohonan mengangsur atau menunda pembayaran pajak

Atas permohonan WP, Dir Jen Pajak dapat memberikan persetujuan mengangsur atau menunda pembayaran pajak yang terutang termasuk kekurangan pembayaran PPh menurut SPT Tahunan PPh (PPh Psl 29) untuk paling lama 12 bulan.

Page 98: Tax collection enforcement

PengasuranPenundaan

Pembayaran

SKPSKPut

PPhPs 29

Page 99: Tax collection enforcement

Permohonan mengangsur atau menunda pembayaran pajak dapat diajukan atas : STP, SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding,

Putusan PK, yang menyebabkan jumlah pajak terutang bertambah,

PPh Pasal 29. Tata cara mengangsur atau menunda pembayaran :

Pengajuan permohonan, Penelitian, Keputusan angsuran atau penundaan pembayaran, Bunga mengangsur dan menunda pembayaran.

Page 100: Tax collection enforcement

Persyaratan pengangsuran dan penundaan : Permohonan mengangsur atau menunda pembayar an

diajukan paling lambat 15 hari kerja sebelum jatuh tempo pembayaran berakhir, kecuali force mejeure.

Disertai alasan dan jumlah pembayaran pajak yang dimohonkan untuk diangsur atau ditunda.

Atas permohonan yang diajukan, dilakukan penelitian yang meliputi : Jangka waktu pengajuan, Konfirmasi apakah WP mengajukan keberatan, Kondisi keuangan WP, Jumlah angsuran atau batasan waktu penundaan sesuai

dengan kemampuan WP.

Page 101: Tax collection enforcement

Permohonan yang melampaui batas waktu 15 hari karena force mejeure, masih dapat dipertimbangkan sepanjang WP dapat membuktikan kebenarannya.

Penerbitan keputusan pengangsuran atau penundaan pembayaran paling lama 10 hari sejak permohonan di terima lengkap, dengan kemungkinan keputusan : Menerima seluruhnya, Menerima sebagian, atau Menolak permintaan.

Apabila 10 hari terlampaui belum juga ada keputusan, permohonan WP dianggap diterima

Pengangsuran atau penundaan pembayaran paling lama dapat diberikan untuk jangka waktu 12 bulan sejak tanggal keputusan diterbitkan.

Page 102: Tax collection enforcement

Bila WP diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan dari jumlah pajak yang masih harus dibayar dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan (Psl 19 (2) UU KUP).

Pajak yang dibayar berdasarkan keputusan angsuran atau penundaan ditambah dengan bunga 2% per bulan sesuai ketentua Psl 19 (2) UU KUP.

Page 103: Tax collection enforcement

o SKPKB Rp 1.120.000, terbit 2 Jan 09 (1 Peb 09), boleh mengangsur 5 bulan Rp 224.000 per bulan.Sanksi bunga.– Angs 1 : 2% x Rp 1.120.000 = Rp 22.400– Angs 2 : 2% x Rp 896.000 = Rp 17.920– Angs 3 : 2% x Rp 672.000 = Rp 13.440– Angs 4 : 2% x Rp 448.000 = Rp 8.960– Angs 5 : 2% x Rp 224.000 = Rp 4.480

o SKPKB Rp 1.120.000, terbit 2 Jan 09 (1 Peb 09), boleh menunda sampai 30 Juni 09.Sanksi bunga.5 x 2% x Rp 1.120.000 = Rp 112.000

Page 104: Tax collection enforcement

SURAT PAKSA

SP adalah surat perintah untuk membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak (Psl 1 Angka 21 UU KUP).

SP diterbitkan apabila :

PP tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran,

Terhadap PP telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, atau

PP tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum di dalam keputusan persetujuan pengangsuran atau penundaan pembayaran.

Page 105: Tax collection enforcement

Pengajuan keberatan mengakibatkan terjadi penundaan pelaksanaan SP.

Setiap SP berkepala kata-kata Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Kedudukan hukum SP sama dengan grosse dari putusan pengadilan perdata yang kekuatan hukumnya pasti atau tetap, dimana fiskus dalam melaksanakan kewajibannya memiliki hak parate eksekusi (eksekusi langsung). Artinya, penagihan pajak secara paksa dapat dilaksanakan tanpa melalui proses pengadilan.

Page 106: Tax collection enforcement

SP yang diterbitkan pejabat penagihan pajak (Kepala KPP) mempunyai kekuatan hukum sama dengan grosse dari putusan hakim dalam perkara perdata yang tidak bisa diajukan banding pada hakim atasan. Artinya, tidak ada upaya hukum banding pada PP apabila terhadapnya telah diterbitkan SP.

SP hanya dilaksanakan oleh JSP yaitu pegawai DJP yang ditunjuk, diangkat, dan disumpah dengan surat keputusan Kepala KPP atas nama Men Keu RI.

SP diberitahukan oleh JSP dengan pernyataan dan penyerahan Salinan SP kepada PP.

Page 107: Tax collection enforcement

Pemberitahuan SP dituangkan di dalam Berita Acara Penyampaian Surat Paksa (BAPSP) yang sekurang-kurangnya memuat : Hari dan tanggal pemberitahuan SP, Nama JSP, Nama yang menerima, Tempat pemberitahuan SP.

Karena memiliki kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum tetap, pemberitahuan SP kepada PP oleh JSP harus disampaikan secara resmi, dengan cara dibacakan dan kedua pihak menandatangani BAPSP sebagai pernyataan SP telah diberitahukan.

Pemberitahuan SP dapat dilakukan dengan cara atau kepada OP, Badan, WP Pailit, Kuasa WP, Pemda, Pengumuman, Bantuan Pejabat.

Page 108: Tax collection enforcement

SP terhadap OP diberitahukan JSP kepada : PP di tempat tinggal, tempat usaha, atau tempat lain

yang memungkinkan, Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama atau

yang bekerja di tempat usaha PP, bila PP tidak dapat dijumpai,

Salah seorang ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta peninggalan, bila WP meninggal dan harta warisan belum dibagi, atau

Para ahli waris, bila WP telah meninggal dan harta warisan telah dibagi.

Page 109: Tax collection enforcement

SP terhadap badan diberitahukan JSP kepada : Pengurus, ka perwakilan, ka cabang, penanggung

jawab, pemilik modal, baik di tempat kedudukan badan ybs, di tempat tinggal mereka, maupun di tempat lain yang memungkinkan, atau

Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan ybs bila JSP tidak dapat menjumpai salah seorang dari pengurus, ka perwakilan, ka cabang, penanggung jawab, pemilik modal.

SP terhadap WP Pailit diberitahukan JSP kepada kurator, hakim pengawas, balai harta peninggalan, dan dalam hal WP dinyatakan bubar atau dalam likuidasi diberitahukan kepada orang atau badan yang dibebani melakukan pemberesan atau likuidasi.

Page 110: Tax collection enforcement

Bila WP menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakan, SP diberitahukan JSP kepada penerima kuasa dimaksud.

Bila SP tidak dapat disampaikan kepada PP atau kuasanya, SP dapat disampaikan JSP melalui Pemda setempat.

Bila WP dan PP tidak diketahui tempat tinggal, tempat usaha, atau tempat kedudukannya, penyampaian SP dilaksanakan dengan cara menempelkan SP pada papan pengumuman kantor pejabat, mengumumkan melalui media masa, atau cara lain yang ditetapkan dengan Kep Menkeu atau Kep Kepala Daerah.

Bila SP harus disampaikan di luar wilayah kerja pejabat, dapat meminta bantuan pejabat yang wilayah kerjanya meliputi tempat pelaksanaan SP.

Page 111: Tax collection enforcement

Bila PP atau pihak-pihak lain menolak menerima SP, JSP meninggalkan SP dimaksud serta mencatatnya dalam BAPSP bahwa PP tidak mau menerima SP, dan SP dianggap telah diberitahukan.

Bila terjadi keadaan di luar kekuasaan pejabat (force mejeure) atau karena sebab lain, SP Pengganti dapat diterbitkan oleh pejabat karena jabatan.

SP Pengganti mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan SP aslinya.

Page 112: Tax collection enforcement

PPSP

Surat Teguran PSS

Surat Paksa

Penyitaan

Barang Badan/Diri

Pencegahan Penyanderaan

PENYITAAN DALAM HUKUM PAJAK

Page 113: Tax collection enforcement

PENYITAAN BARANG

o Bila utang pajak tidak dilunasi oleh PP dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah SP diberitahukan, Pejabat menerbitkan SPMP.

o Berdasarkan SPMP dilakukan penyitaan atas barang, yaitu tiap benda atau hak yang dapat dijadikan sebagai objek sita, yang dapat dijadikan jaminan utang pajak.

o Penyitaan barang milik PP dilakukan JSP berdasarkan SPMP yang diterbitkan Pejabat.

o Penyitaan adalah tindakan JSP untuk menguasai barang PP, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 114: Tax collection enforcement

o Penyitaan dilaksanakan JSP dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 orang saksi, dengan syarat :• Telah dewasa,• Penduduk Indonesia,• Dikenal JSP, dan• Dapat dipercaya.

o Dalam setiap melaksanakan penyitaan, JSP harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) yang ditanda tangani JSP, PP, dan saksi-saksi.

o BAPS paling kurang memuat :• Hari, tanggal, nomor,• Nama JSP, PP, para saksi,• Nama dan jenis barang yang disita,• Tempat penyitaan.

Page 115: Tax collection enforcement

o BAPS merupakan pemberitahuan kepada PP dan masayarakat bahwa penguasaan barang PP telah berpindah dari PP kepada Pejabat.

o Dalam hal PP adalah badan, penandatanganan BAPS oleh pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal, atau pegawai tetap perusahaan.

o Maksud penandatanganan BAPS tersebut adalah untuk memberikan pengertian bahwa mereka turut serta bertanggung jawab atas kewajiban badan usaha dimaksud, sehingga barang-barang milik mereka juga dapat dijadikan jaminan utang pajak (dapat disita).

Page 116: Tax collection enforcement

Penandatanganan BAPS(Penjelasan UU 19/00, Penjelasan PP 135/00)

– PT oleh para pengurus, meliputi direksi, komisaris, pemegang saham tertentu, dan orang yang ikut menentukan kebijaksanaan perseroan.

– BUT oleh kepala perwakilan, kepala cabang, atau penanggung jawab,

– Badan lain oleh direktur, pemilik modal, atau orang yang ditunjuk menjalankan perusahaan,

– Yayasan oleh ketua atau orang yang melaksanakan dan mengendalikan serta bertanggung jawab atas yayasan.

Page 117: Tax collection enforcement

PPh Psl 23

15% x Ph Bruto 2% x Ph Bruto

Dividen

Bunga

Royalti

Hadiah

Sewa

Jasa

Penghargaan

Bonus

Page 118: Tax collection enforcement

PPh PSL 23 - PPh POT PUT LAIN

PPhPsl 23

Bunga Royalti Sewa Jasa Hadiah Dividen

PPhPsl 15

PPhPs 4

PPhPsl 26

PPhPsl 21

X

Page 119: Tax collection enforcement

PPh Psl 23 Sewa

Sewa

T/B Bkn T/B/Kapal Kapal

PPh Psl 23PPh Psl 4 (2) PPh Psl 15

2% x PhB

Page 120: Tax collection enforcement

PPh Psl 23 Jasa

Jasa

JasTeknik

JasaManajemn

JasaKonstruksi

JasaKonsultan

JasaLainnya

DiaturPer

Men Keu

2% x PhB4% x PhB

Page 121: Tax collection enforcement

o Bila PP menolak menandatangani BAPS, JSP harus mencantumkan alasannya dalam BAPS, menanda tanganinya bersama saksi-saksi, dan BAPS tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan hukum mengikat.

o Bila PP tidak hadir, penyitaan tetap bisa dilaksanakan dengan syarat ada saksi dari Pemda setempat, memuat alasannya dalam BAPS, ditanda tangani JSP dan saksi-saksi, dan BAPS tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan hukum mengikat.

o Pada barang bergerak atau tidak bergerak yang disita dapat ditempelkan Salinan BAPS, kecuali jika sesuai sifatnya tidak dapat ditempeli.

Page 122: Tax collection enforcement

o Atas barang yang disita dapat ditempeli atau diberi segel sita.

o Salinan BAPS disampaikan kepada :– PP.– Polisi, untuk barang bergerak yang kepemilikannya

terdaftar.– BPN, untuk tanah yang kepemilikannya telah terdaftar.

– Pemda dan PN setempat, untuk tanah yang kepemilikannya belum terdaftar.

– Dir Jen Perla, untuk kapal.

Page 123: Tax collection enforcement

o Penyitaan dapat dilakukan terhadap barang milik PP yang berada di :• Tempat tinggal,

• Tempat usaha,• Tempat kedudukan, atau• Tempat lain termasuk yang penguasaannya berada di

tangan pihak-pihak lain atau dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu.

o Barang milik PP yang disita dapat berupa :• Barang bergerak,• Barang tidak bergerak.

c

Page 124: Tax collection enforcement

Benda

HakKebendaan

BersifatMemberi

Kenikmatan

BersifatMemberiJaminan

BendaMilik

Orang Lain

BendaMilik

Sendiri

Hak GadaiDg JaminanBnd Brgrk

Hak HipotekDg JaminanBnd T Brgrk

Page 125: Tax collection enforcement

Benda

BendaBerwujud

BendaTidak Berwujud

BendaBergerak

Benda TidakBergerak

SuratBerharga

HAKI

Pemilikan(Beziting)

Penyerahan(Levering)

Kedaluarsa(Verjaring)

Pembebanan(Bezwaring)

Perbedaan

PENGGOLONGAN BENDA

Page 126: Tax collection enforcement

Barang Bergerak

• Pemilikan ditandai dengan ada penguasaan secara nyata.

• Penyerahan dengan penye rahan nyata.

• Tidak ada daluarsa karena pemilikan mutlak.

• Pembebanan hak dengan gadai.

Barang Tidak Bergerak

• Pemilikan dibuktikan surat/ akta dan pihak lain mem berikan pengakuan.

• Penyerahan dengan balik nama.

• Ada daluarsa setelah lewat waktu tertentu.

• Pembebanan hak melalui hipotek.

BARANG BERGERAKBARANG TIDAK BERGERAK

Page 127: Tax collection enforcement

o Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, deposito, tabungan, saldo rekening koran, giro atau bentuk lainnya yang disamakan, obligasi, saham, surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain.

o Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi kotor ≥ 20 m³.

o Barang bergerak yang dikecualikan disita antara lain :• Pakaian dan tempat tidur PP dan keluarganya,• Persediaan makanan-minuman untuk 1 bulan,• Perlengkapan PP yang bersifat dinas,• Buku dan peralatan yang digunakan untuk keilmuan

pendidikan, dan kebudayaan,• Peralatan usaha/pekerjaan berjumlah ≤ Rp 20 Juta.• Peralatan penyandang cacat PP dan keluarganya.

Page 128: Tax collection enforcement

o Pada dasarnya tindakan penyitaan dilakukan dengan mendahulukan barang bergerak, tapi dalam keadaan tertentu penyitaan dapat langsung terhadap barang tidak bergerak.

o Urutan barang bergerak atau barang tidak bergerak yang disita ditentukan JSP dengan memperhatikan jumlah utang pajak dan biaya penagihan, kemudahan penjualan atau pencairannya.

o Terhadap PP OP, penyitaan dapat dilaksanakan atas barang milik pribadi, istri, dan anak yang masih dalam tanggungan, kecuali terdapat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara tertulis.

o Terhadap PP Badan, penyitaan dapat dilakukan atas barang milik perusahaan, pengurus, kepala cabang, kepala perwakilan, penanggung jawab, pemilik modal, atau ketua yayasan.

Page 129: Tax collection enforcement

o Penyitaan dilaksanakan sampai dengan nilai barang yang disita diperkirakan oleh JSP mencukupi untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan.

o Dalam memperkirakan nilai barang yang disita harus memperhatikan jumlah dan jenis barang berdasarkan harga wajar sehingga JSP tidak dapat melaksanakan penyitaan secara berlebihan.

o Dalam keadaan tertentu JSP dimungkinkan meminta bantuan jasa penilai.

o Barang yang telah disita dititipkan kepada PP, kecuali bila menurut JSP barang dimaksud perlu disimpan di kantor Pejabat atau di tempat lain.

o Dasar pertimbangan penitipan :– Risiko kehilangan, kecurian, atau kerusakan,– Jenis, sifat, ukuran, atau jumlah barang yang disita.

Page 130: Tax collection enforcement

o Tempat penitipan lain yang dapat digunakan adalah jantor pegadaian, bank, kantor pos, atau tempat lain yang ditetapkan Men Keu.

o Bila penyitaan tidak dihadiri PP, barang yang disita dititipkan kepada aparat Pemda yang menjadi saksi dalam pelaksanaan sita.

o Terhadap barang yang telah disita Kepolisian atau Kejaksaan sebagai barang bukti dalam kasus pidana, JSP menyampaikan SP dengan dilampiri surat pem beritahuan yang menyatakan barang dimaksud akan disita bila proses pembuktian telah selesai dan diputus kan bahwa barang bukti dikembalikan kepada PP.

o Kejaksaan atau kepolisian memberitahukan kepada Pejabat yang menerbitkan SP agar dapat melakukan penyitaan.

Page 131: Tax collection enforcement

o Penyitaan tidak dapat dilakukan terhadap barang yang telah disita PN atau instansi lain yang berwenang melakukan penyitaan.

o Penyitaan tambahan dapat dilaksanakan bila :• Barang yang disita nilainya tidak mencukupi untuk

melunasi utang pajak dan biaya penagihan.• Hasil lelang barang yang disita tidak mencukupi untuk

melunasi utang pajak dan biaya penagihan.o Pencabutan sita dilaksanakan bila :

• PP telah melunasi utang pajak dan biaya penagihan, • Berdasarkan putusan pengadilan,• Berdasarkan putusan pengadilan pajak, atau• Ditetapkan lain dengan Kep Men Keu.

Page 132: Tax collection enforcement

o PP dilarang :– Memindahkan hak, memindahtangankan, menyewa kan,

meminjamkan, meyembunyikan, menghilang kan, atau merusak barang yang disita,

– Membebani barang tidak bergerak yang disita dengan hak tanggunggan untuk pelunasan utang tertentu,

– Membebani barang bergerak yang disita dengan fidusia atau diagunkan untuk pelunasan utang tertentu, dan atau.

– Merusak, mencabut, atau menghilangkan segel sita atau Salinan BAPS yang ditempelkan pada barang sitaan.

Page 133: Tax collection enforcement

o Pencabutan sita berdasarkan Surat Pencabutan Sita yang diterbitkan Pejabat.

o Surat Pencabutan Sita sekaligus berfungsi sebagai pencabutan BAPS, diikuti pengembalian penguasaan barang yang disita kepada PP.

o Untuk pencabutan sita barang yang kepemilikannya terdaftar, salinan Surat Pencabutan Sita disampaikan kepada instansi tempat barang tersebut terdaftar.

o PP dapat melunasi utang pajak dan biaya penagihan selama barang yangn telah disita belum dijual, diguna kan, atau dipindahbukukan.

Page 134: Tax collection enforcement

PEMBLOKIRAN - PENYITAAN HARTA DI BANK

o JSP berwenang melaksanakan penyitaan atas harta kekayaan PP yang tersimpan di bank.

o Penyitaan deposito, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau lainnya dilaksanakan dengan pemblokiran terlebih dahulu.

o Pemblokiran ialah tindakan pengamanan harta PP yang tersimpan di bank dengan tujuan agar harta kekayaan dimaksud tidak terdapat perubahan apapun, selain penambahan jumlah atau nilai.

o Untuk pelaksanaan pemblokiran Pejabat mengajukan permohonan kepada pimpinan bank tempat harta kekayaan PP tersimpan disertai dengan Salinan SP dan SPMP.

Page 135: Tax collection enforcement

o Pimpinan bank wajib memblokir setelah menerima permohonan pemblokiran dari Pejabat dan membuat berita acara pemblokiran serta menyampaikan salinan nya kepada Pejabat dan PP.

o JSP setelah menerima berita acara pemblokiran dari bank, memerintahkan PP untuk memberikan kuasa kepada bank agar memberitahu saldo kekayaannya yang tersimpan di bank tersebut kepada JSP.

o Bila PP menolak memberitahukan saldo kekayaannya dengan tidak membuat surat pemberian kuasa kepada pimpinan bank, JSP membuat Berita Acara Penolakan Pemberian Kuasa oleh PP

o Pejabat kemudian meminta Gubernur BI melalui Men Keu untuk memerintahkan bank memberitahukan saldo kekayaan PP.

Page 136: Tax collection enforcement

o Sebelum dilakukan penyitaan atas kekayaan yang diblokir, PP dapat mengajukan permohonan kepada Pejabat untuk menggunakan harta yang diblokir untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan.

o Setelah saldo kekayaan PP diketahui, JSP melakukan penyitaan dengan membuat BAPS, menandatangani bersama saksi-saksi dan pimpinan bank

o JSP menyampaikan Salinan BAPS kepada PP dan pimpinan bank.

o Bilamana PP tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihan dalam waktu 14 hari sejak penyitaan, Pejabat segera meminta kepada pimpinan bank untuk memindahbukukan harta kekayaan PP ke kas negara sejumlah yang tercantum dalam BAPS, tembusannya disampaikan kepada PP.

C

Page 137: Tax collection enforcement

o Sebelum jangka waktu 14 hari berakhir, PP dapat mengajukan permohonan kepada Pejabat untuk menggunakan barang sitaan untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan.

o Pejabat mengajukan permintaan pencabutan pem blokiran kepada pimpinan bank setelah utang pajak dan biaya penagihan dilunasi.

o Bila jumlah yang diblokir lebih besar dari yang disita, atas sisa lebihnya diajukan permintaan pencabutan pemblokiran oleh Pejabat kepada pimpinan bank.

o Pencabutan sita dilakukan bila :– PP telah melunasi utang pajak dan biaya penagihan baik

dengan menggunakan kekayaan yang disita maupun dengan tidak menggunakannya,

– Telah dilakukan pemindahbukuan ke kas negara.

Page 138: Tax collection enforcement

PENYITAAN BARANG TERTENTU

Barang berharga, Uang, Surat berharga :

Diperdagangkan di bursa, Tidak diperdagangkan di bursa,

Piutang, Penyertaan, Di luar wilayah kerja Pejabat.

Hand-out 2

Page 139: Tax collection enforcement

PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS

Penagihan Seketika dan Sekaligus (PSS) merupakan tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan JSP kepada PP tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputu seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, masa pajak, dan tahun pajak.

Seketika dan sekaligus : Seketika = dilakukan segera tanpa menunggu jatuh

tempo pembayaran. Sekaligus = meliputi seluruh utang pajak dari semua

jenis pajak, masa pajak, dan tahun pajak.

Page 140: Tax collection enforcement

PSS dilakukan dalam hal : PP akan meninggalkan Indonesia untuk selamanya atau

berniat untuk itu, PP memindahtangankan barang yang dimilikinya atau

dikuasainya dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia,

Terdapat tanda-tanda bahwa PP akan membubar kan badan usaha, atau menggabungkan usaha, atau memekarkan usaha, atau memindahtangan kan perusahaan yang dimilikinya atau dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya,

Badan usaha akan dibubarkan oleh negara, atau Terjadi penyitaan atas barang PP oleh pihak ketiga atau

terdapat tanda-tanda kepailitan.

Page 141: Tax collection enforcement

JSP melaksanakan PSS berdasarkan Surat Perintah PSS yang diterbitkan Pejabat.

Surat Perintah PSS sekurang-kurangnya memuat : Nama WP atau nama WP dan PP, Besar utang pajak, Perintah untuk membayar, dan Saat pelunasan utang pajak.

PSS untuk mencegah niat tidak baik dari PP dan untuk mengamankan penerimaan pajak.

Page 142: Tax collection enforcement

Pada 31 Mar 2007 WP PT XYZ memasukkan SPT Tahunan PPh 2006 kurang bayar Rp 100.000.000. Terhadap WP, berdasarkan sistem kriteria seleksi, dilakukan pemeriksaan pajak dengan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak 11 Mar 2008. Pada 3 Nop 2008 diterbitkan SKPKB PPh 2006 dengan pajak yang masih harus dibayar Rp 200.000.000. Sampai hari ini, 10 Mar 2009, utang pajak tersebut tidak dibayar.1. Kapan utang pajak harus dilunasi?2. Apa produk hukum yang harus diterbitkan?3. Kapan produk hukum harus diterbitkan?4. Berapa biaya penagihan pajak? 5. Berapa bunga penagihan pajak?

Page 143: Tax collection enforcement

PENYANDERAAN DAN PENCEGAHANDALAM HUKUM PAJAK

Penyitaan dan pelelangan barang milik PP merupakan alat paksa yang bersifat langsung dalam rangkaian tindakan penagihan pajak.

Selain itu, di dalam hukum pajak dikenal pula alat paksa yang bersifat tidak langsung.

Fiskus diberikan kewenangan untuk melakukan suatu tindakan yang berkenaan dengan badan (diri) PP yaitu penyitaan atas badan PP.

Tindakan ini disebut sita badan atau penyanderaan atau gijzeling.

Page 144: Tax collection enforcement

Pada hakikatnya, penyanderaan merupakan penyitaan tetapi bukan langsung atas barang, melainkan secara tidak langsung atas diri PP yang memiliki utang pajak.

PP yang disandera akan dikekang kebebasannya dengan menempatkannya di tempat tertentu sehingga aktivitasnya terbatas.

Selain penyanderaan, fiskus juga diberi kewenangan untuk melakukan tindakan pencegahan.

Pencegahan merupakan suatu upaya yang dapat dilakukan fiskus untuk membatasi gerak PP agar tidak bepergian ke LN.

Penyanderaan dan pencegahan terhadap PP diatur di satu bab dalam UU PPSP.

Page 145: Tax collection enforcement

PENCEGAHAN

Dalam sistem hukum Indonesia, pencegahan orang bepergian ke LN didasarkan pada UU no 9 Th 1992 Ttg Keimigrasian (UU Keimigrasian).

Hanya dengan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan dan sesuai dengan ketentuan dalam UU Keimigrasian, pencegahan dapat dibenarkan.

Menurut Ps 11 UU Keimigrasian, ada 4 pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab untuk melakukan pencegahan terhadap seseorang, yaitu : Menteri Kehakiman (Hukum dan HAM). Menteri Keuangan. Jaksa Agung. Panglima ABRI.

Page 146: Tax collection enforcement

Menteri Keuangan berwenang dan bertanggung jawab untuk melakukan pencegahan tarhadap seseorang sepanjang menyangkut urusan piutang negara.

Pencegahan merupakan upaya hukum yang diberikan UU terhadap aparat pemerintah demi tegaknya hukum dan kedaulatan wilayah RI.

Menurut Ps 12 UU Keimigrasian, pelaksanaan atas keputusan pencegahan dilakukan oleh Menteri Hukum dan HAM atau pejabat imigrasi yang ditunjuknya.

Dengan demikian, meskipun ada 4 pejabat yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan pencegahan, namun pada dasarnya yang berwenang untuk melaksanakan teknis pencegahan di lapangan adalah Menteri Hukum dan HAM atau pejabat imigrasi yang ditunjuknya.

Page 147: Tax collection enforcement

Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap PP tertentu untuk bepergian ke luar wilayah RI berdasarkan alasan tertentu sesuai peraturan peruu yang berlaku (Ps 1 (20) UU PPSP).

Tindakan pencegahan terhadap PP diperlukan sebagai salah satu upaya dalam penagihan pajak. Dengan menghambat kebebasan PP untuk bepergian ke LN, diharapkan PP mau melunasi utang pajaknya.

Agar pencegahan tidak dilakukan sewenang-wenang, dalam pelaksanaannya harus memenuhi persyaratan.

Pencegahan hanya dilaksanakan terhadap PP yang memenuhi persyaratan : Kuantitatif Utang pajak ≥ Rp 100 J, dan Kualitatif Diragukan itikad baik.

Page 148: Tax collection enforcement

Pencegahan dapat dilaksanakan terhadap beberapa orang sebagai PP WP badan atau ahli waris.

Tindakan pencegahan ditetapkan dengan keputusan tertulis yang sekurang-kurangnya memuat : Identitas orang yang terkena pencegahan, Alasan pencegahan, Jangka waktu pencegahan.

Pencegahan terhadap PP dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Pencegahan yang diterbitkan oleh Men Keu.

Surat Keputusan Pencegahan diterbitkan Men Keu atas permintaan pejabat yang berwenang untuk menagih pajak atau atasan pejabat tersebut.

Page 149: Tax collection enforcement

Surat Keputusan Pencegahan disampaikan kepada : PP yang dikenakan pecegahan, Menteri Hukum dan HAM, Pejabat pemohon pencegahan, Atasan pejabat pemohon pencegahan, Kepala Daerah setempat.

Pelaksanaan pencegahan berdasarkan UU Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.

Secara teknis pencegahan dilaksanakan oleh pejabat imigrasi Departemen Hukum dan HAM.

Jangka waktu pencegahan paling lama 6 bulan dan dapat diperpanjang paling lama 6 bulan.

Pencegahan tidak mengakibatkan hapusnya utang pajak dan terhentinya pelaksanaan penagihan pajak.

Page 150: Tax collection enforcement

PENYANDERAAN

o Pengaturan tentang lembaga penyanderaan atau gijzeling atau paksa badan sudah ada sejak 3 Juli 1879 (Galang, 2006).

o Karena dianggap tidak manusiawi, pernah dibekukan dengan Surat Edaran MA No 2 Th 1964 dan Per MA No 4 Th 1975.

o Melalui Per MA No 1 Th 2000, lembaga ini dihidupkan kembali dengan kandungan maksud untuk menjaring dan menghukum debitur nakal yang mampu secara ekonomis tetapi tidak mau membayar utang (bank pemerintah).

Page 151: Tax collection enforcement

o Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan PP dengan menempatkannya di tempat tertentu (Ps 1 (21) UU PPSP).

o Persyaratan penyanderaan PP :• Kuantitatif Utang pajak ≥ Rp 100 J, • Kualitatif Diragukan itikad baik,• Telah lewat 14 hari dari SP,• Telah mendapat izin Menteri Keuangan.

o Penyanderaan hanya dapat dilaksanakan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan yang diterbitkan oleh pejabat atau atasannya setelah mendapat izin tertulis dari Men Keu atau Gub.

Page 152: Tax collection enforcement

o Permohonan izin penyanderaan diajukan oleh pejabat kepada Men Keu atau Gub.

o Surat Perintah Penyanderaan diterbitkan oleh pejabat segera setelah menerima izin tertulis dari Men Keu atau Gub.

o Surat Perintah Penyanderaan paling kurang harus memuat :• Identitas PP,• Alasan penyanderaan,• Izin penyanderaan,• Lama penyanderaan, dan• Tempat penyanderaan.

o Masa penyanderaan paling lama 6 bulan terhitung sejak PP ditempatkan dalam tempat penyanderaan dan dapat diperpanjang paling lama 6 bulan.

Page 153: Tax collection enforcement

o Tempat penyanderaan PP dibentuk Dep Keu dengan persyaratan :• Tertutup dan terasing dari masyarakat,• Fasilitas terbatas, dan• Sistem pengawasan/pengamanan memadai.

o Sebelum ada tempat penyanderaan yang dibentuk Dep Keu, PP yang dititipkan di rumah tahanan negara yang terpisah dengan tahanan lain.

o Penyenderaan dilaksanakan JSP dengan menyampai kan Surat Perintah Penyanderaan kepada PP dengan 2 orang saksi penduduk Indonesia yang telah dewasa, dikenal dan dapat dipercaya oleh JSP.

o Salinan Surat Perintah Penyanderaan disampaikan JSP kepada Kepala Rumah Tahanan Negara.

Page 154: Tax collection enforcement

o JSP membuat Berita Acara Penyanderaan pada saat PP ditempatkan di rumah tahanan negara dengan menandatanganinya bersama Kepala Rumah Tahanan Negara dan saksi-saksi.

o Berita Acara Penyanderaan merupakan syarat formal sahnya penyanderaan dan berfungsi sebagai berita acara serah terima PP yang disandera dari JSP ke Kepala Rumah Tahanan Negara.

o Berita Acara Penyanderaan paling tidak memuat :

• Nomor dan tanggal Surat Perintah Penyanderaan,• Izin tertulis Men Keu atau Gub,• Identitas JSP, identitas PP, identitas para saksi,• Tempat penyanderaan,

• Lama penyanderaan.

Page 155: Tax collection enforcement

o Salinan Berita Acara Penyanderaan disampaikan ke :• Kepala Rumah Tahanan Negara,• PP yang dikenakan penyanderaan,• Bupati/Walikota dimana PP bertempat tinggal.

o Dikecualikan dari penyanderaan dalam hal PP sedang beribadah, mengikuti sidang resmi, atau mengikuti pemilu.

o PP disandera dilepas bila :• Utang pajak dan biaya penagihan dilunasi,• Jangka waktu penyanderaan terpenuhi,• Putusan pengadilan,

• Pertimbangan tertentu Men Keu atau Gubernur.

Page 156: Tax collection enforcement

o Bila menemui kesulitan atau karena alasan keamanan dan keselamatan, JSP dapat meminta bantuan pihak kepolisian dan kejaksaan.

o PP yang disandera dapat mengajukan gugatan atas pelaksanaan penyanderaan hanya kepada PN.

o Bila gugatan PP dikabulkan dan putusan pengadilan telah mempunyai kekuatan hukum tetap, PP dapat meminta rehabilitasi nama baik dan ganti rugi atas masa penyanderaan yang telah dijalaninya.

o PP tidak dapat lagi mengajukan gugatan setelah masa penyanderaan berakhir.

o Penyanderaan tidak mengakibatkan hapusnya utang pajak dan terhentinya pelaksanaan penagihan pajak.

Page 157: Tax collection enforcement

Beberapa Kendala Penyanderaan

PP tidak dapat ditemukan, bersembunyi, atau melarikan diri.

Surat Perintah Penyanderaan ditolak PP. Penyanderaan di luar wilayah kerja. Sandera sakit. Sandera meninggal dunia. Sandera melarikan diri.

Page 158: Tax collection enforcement

PELUNASAN UTANG PAJAK DENGAN BARANG SITAAN

Apabila utang pajak dan atau biaya penagihan pajak tidak juga dilunasi setelah dilaksanakan penyitaan, Pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara lelang atau penjualan tidak secara lelang, maupun menggunakan atau memindahbukukan barang yang disita untuk pelunasan utang pajak dan atau biaya penagihan pajak dimaksud (PP No 135 Th 2000) .

Page 159: Tax collection enforcement

Cara Pelunasan Utang Pajak dengan Barang Sitaan

BarangSitaan

Lelang Non Lelang

Utang PajakBi Pen Pjk

Page 160: Tax collection enforcement

NON LELANG

o Barang sitaan untuk melunasi utang pajak yang tidak (dikecualikan) melalui lelang adalah :• Uang tunai.• Kekayaan yang tersimpan di bank seperti deposito,

tabungan, saldo rekening bank, giro, dan bentuk lainnya.

• Surat berharga atau sekuritas seperti saham, obligasi, dan bentuk lainnya.

• Piutang.• Penyertaan modal.• Barang mudah rusak dan cepat busuk.

Page 161: Tax collection enforcement

o Apabila PP tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak setelah 14 hari sejak penyitaan, Pejabat segera dapat :• Menggunakan,• Menjual, dan atau• Memindahbukukan

barang sitaan yang dikecualikan dari lelang untuk pelunasan utang pajak dan biaya penagihan.

o Sebelum jangka waktu 14 hari berakhir, PP dapat mengajukan permohonan kepada Pejabat untuk menggunakan barang sitaan berupa uang tunai dan kekayaan yang tersimpan di bank untuk pelunasan utang pajak dan biaya penagihan.

Page 162: Tax collection enforcement

o Penggunaan barang sitaan yang dikecualikan dari lelang untuk membayar utang pajak dan biaya penagihan dengan cara :• Uang Tunai disetorkan ke Kas Negara atau Kas Daerah.• Kekayaan yang tersimpan di bank dipindahbukukan ke

Kas Negara atau Kas Daerah atas permintaan Pejabat kepada bank yang bersangkutan,

• Surat berharga yang diperdagangkan di bursa, atas permintaan Pejabat, dijual di bursa dan hasil penjualannya disetorkan ke Kas Negara atau Kas Daerah.

• Surat berharga yang tidak diperdagangkan di bursa segera dijual Pejabat dan hasil penjualannya disetorkan ke Kas Negara atau Kas Daerah.

Page 163: Tax collection enforcement

• Piutang dibuatkan Berita Acara Persetujuan Pengalihan Hak Menagih dari PP kepada Pejabat dan hasil penjualannya disetorkan ke Kas Negara atau Kas Daerah.

• Penyertaan modal dibuatkan Akta Persetujuan Pengalihan Hak Menjual dari PP kepada Pejabat dan hasil penjualannya disetorkan ke Kas Negara atau Kas Daerah.

o Terhadap barang yang mudah rusak atau cepat busuk, Pejabat dapat segera menjualnya untuk pelunasan utang pajak dan biaya penagihan pajak.

o Dalam hal penjualan barang sitaan yang dikecualikan dari lelang (non lelang), biaya penagihan ditambah 1% dari hasil penjualan.

o Untuk menentukan harga jual, Pejabat dapat meminta bantuan Jasa Penilai.

Page 164: Tax collection enforcement

o Pejabat dan JSP dilarang membeli barang sitaan untuk dirinya sendiri maupun atas kuasa pihak lain

o Larangan tersebut juga berlaku terhadap istri, suami, keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat.

Page 165: Tax collection enforcement

LELANG

PERATURAN TENTANG LELANG

Lembaga lelang merupakan bentuk khusus dari penjualan barang.

Eksistensi dari lembaga lelang telah diakui dalam banyak peraturan peruuan di Indonesia, terdapat dalam : Berbagai peraturan umum, Berbagai peraturan khusus.

Page 166: Tax collection enforcement

Peraturan Umum

• KUH Perdata,• RGB,• RIB/HIR,• UU PPSP,• UU PUPN,• Inpres No 9 Th 1970,• PP No 6 Th 2006,• KUH Acara Pidana,

• UU Perbankan,• PP No 24 Th 1997,• UU Hak Tanggungan,• UU Fidusia,• UU Kepailitan,• UU Keu. Negara,• UU Perbend. Negara,• UU Lbg. Penjamin Simp.

Page 167: Tax collection enforcement

Peraturan Khusus

• Vendu Reglement Stbld 1908 (beberapa kali diubah),• Vendu Instructie Stbld 1908 (beberapa kali diubah) ,• UU PNBP,• PP No 44 Th 2003 Ttg Tarif PNBP pada Depkeu,• Permenkeu No 118/PMK.07/2005 Ttg Balai Lelang,• Permenkeu No 119/PMK.07/2005 Ttg Pejabat Lelang

Kelas II,• Permenkeu No 40/PMK.07/2006 Ttg Petunjuk Pelaks

Lelang,• Permenkeu No 41/PMK.07/2006 Ttg Pejabat Lelang.

Page 168: Tax collection enforcement

PENGERTIAN LELANG

Black.Auction is a public sale of property to the highest bidder by one licensed and authorized for tehe purpose. The auctioneer is employed by the seller and is primarily his agent of the buyer to extent of binding the parties by his memorandum of sale, this satisfying the statue of fracids.

Halsbury.An auction is a manner of selling or letting property by bids, usually to the highest bidder by public competition.

Page 169: Tax collection enforcement

Permenkeu No 40/PMK.07/2006.

Penjualan barang yang terbuka untuk umum baik secara langsung maupun melalui media elektronik dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis yang didahului dengan usaha mengum pulkan peminat.

Lelang merupakan penjualan barang di muka umum yang didahului dengan pengumpulan peminat melalui pengumuman yang dilaksanakan oleh dan atau di hadapan pejabat lelang pada harga yang optimal melalui cara penawaran lisan naik-naik atau turun-turun dan atau secara tertulis.

Page 170: Tax collection enforcement

JENIS LELANG

Pembedaan jenis lelang didasarkan pada sebab barang dijual melalui lelang dan penjual barang yang akan dilelang.

Sifat lelang ditinjau dari sudut sebab barang dilelang dibedakan antara lelang eksekusi dan lelang non eksekusi.

Sifat lelang ditinjau dari sudut penjual dalam hubungannya dengan barang yang akan dilelang dibedakan antara lelang wajib (melalui Kantor Lelang) dan lelang sukarela (permintaan masyarakat).

Page 171: Tax collection enforcement

PN-PA

Temuan-Sitaan-Rampasan J-P

Sita Pajak

Barang Tidak Bertuan-DJBC

Psl 6 UU Hak Tanggungan

Fidusia

PUPN

Swasta

BUMN (Persero)

LELANG

Non EksekusiWajib

Sukarela

EksekusiWajib

Page 172: Tax collection enforcement

LELANG EKSEKUSI SITA PAJAK

Lelang eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan/penetapan pengadilan atau dokumen yang dipersamakan dengan itu sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Lelang eksekusi sita pajak adalah lelang atas barang sitaan pajak sebagai tindak lanjut dari tindakan penagihan pajak secara paksa.

Lelang adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha mengumpulkan peminat atau calon pembeli (Pasal 1 (17) UU PPSP).

Page 173: Tax collection enforcement

Lelang barang sitaan pajak dalam rangka penegakan hukum (penagihan pajak), dtinjau dari sebab barang dilelang dan penjual dalam hubungannya dengan barang yang dilelang, termasuk dalam lelang eksekusi wajib, yang menurut peraturan peruuan wajib melalui kantor lelang (pejabat lelang).

Penjual adalah perorangan, badan, atau instansi yang berdasarkan peraturan peruuan atau perjanjian berwenang melakukan penjualan secara lelang. Sedangkan pemilik barang adalah perorangan atau badan yang memiliki hak kepemilikan atas barang yang dilelang.

Setiap lelang harus dilaksanakan di hadapan pejabat lelang yang ditunjuk oleh Men Keu.

Page 174: Tax collection enforcement

Pejabat lelang adalah orang yang khusus diberi wewenang oleh Men Keu untuk melaksanakan penjualan barang secara lelang.

Pejabat lelang dibedakan menjadi Pejabat Lelang Kelas I dan Pejabat Lelang Kelas II.

Pejabat Lelang Kelas I berkedudukan di KP2LN dan berwenang melaksanakan lelang untuk semua jenis lelang.

Pejabat Lelang Kelas II hanya berwenang untuk melaksanakan lelang berdasarkan permintaan Balai Lelang untuk jenis lelang sukarela.

Pejabat atau yang mewakili menghadiri pelaksanaan lelang untuk menentukan dilepas atau tidaknya barang yang dilelang (bila harga penawaran yang diajukan calon pembeli < harga limit), menghentikan lelang (bila hasil lelang telah cukup melunasi utang pajak dan biaya penagihan), menandatangani asli risalah lelang.

Page 175: Tax collection enforcement

Lelang tetap dapat dilaksanakan tanpa dihadiri oleh PP. Pejabat dan JSP dilarang membeli barang sitaan yang

dilelang. Larangan tersebut juga berlaku terhadap istri, suami,

keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat.

Lelang tidak dilaksanakan, bila : PP telah melunasi utang pajak + biaya penagihan, Berdasarkan putusan pengadilan (mengabulkan gugatan

pihak ketiga atas kepemilikan barang), Berdasarkan putusan pengadilan pajak (mengabul kan

gugatan PP atas pelaksanaan penagihan), atau Objek lelang musnah.

Page 176: Tax collection enforcement

Lelang yang akan dilaksanakan hanya dapat dibatalkan dengan putusan lembaga pengadilan dan atas permintaan penjual.

Pembatalan lelang dengan putusan lembaga pengadilan disampaikan secara tertulis, harus sudah diterima oleh pejabat lelang paling lambat 1 hari sebelum pelaksanaan lelang, dan harus diumumkan oleh penjual dan pejabat lelang pada saat pelaksanaan lelang.

Pembatalan lelang atas permintaan penjual disampaikan secara tertulis, harus sudah diterima oleh pejabat lelang paling lambat 3 hari sebelum pelaksanaan lelang, dan harus diumumkan oleh penjual sebagaimana pelaksanaan pengumuman lelang sebelumnya.

Page 177: Tax collection enforcement

Pembatalan lelang di luar ketentuan dapat diklakukan Pejabat Lelang dalam hal : SKT tanah/bangunan belum ada, Barang dalam status sita pidana, Ada perbedaan data pada dokumen persyaratan lelang, Dokumen kepemilikan asli tidak diperlihatkan atau

diserahkan penjual kepada Pejabat Lelang/peserta lelang,

Pengumuman lelang tidak dilaksanakan penjual sesuai peraturan peruuan,

Force mejeure, Lelang pertama diikuti kurang dari 2 peserta lelang, Penjual tidak menguasai secara fisik barang,

Page 178: Tax collection enforcement

Hasil lelang dipergunakan lebih dulu untuk membayar biaya penagihan pajak, sisanya untuk utang pajak.

Bila penjualan barang sitaan secara lelang, biaya penagihan pajak ditambah 1% dari pokok lelang.

Bila hasil lelang sudah mencukupi untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak, pelaksanaan lelang dihentikan oleh pejabat walaupun barang yang akan dilelang masih ada.

Sisa barang dan kelebihan uang hasil lelang dikembalikan oleh Pejabat kepada PP paling lambat 3 hari setelah pelaksanaan lelang.

Pejabat yang lalai menghentikan pelaksanaan lelang atau pengembalian sisa barang dan kelebihan uang hasil lelang kepada PP dikenakan sanksi sesuai peraturan peruuan.

Page 179: Tax collection enforcement

WP/PP pemilik tanah/bangunan dikenakan :

Pemenang lelang tanah/bangunan dikenakan :

Penjual dikenakan :

Pembeli dikenakan :

PPh PHTB = 5% x Harga Lelang

BPHTB = 5% x NPOPKP

Bea Lelang = 1% x Pokok Lelang

Bea Lelang = 1% x Pokok Lelang

Page 180: Tax collection enforcement

Lelang dilakukan di muka umum. Lelang dilakukan berdasarkan hukum. Lelang dilakukan di hadapan Pejabat. Lelang dilakukan dengan penawaran harga. Lelang dilakukan dengan usaha pengumpulan

peminat. Lelang ditutup dengan berita acara.

SYARAT LELANG

Hand-out 5 ABC

Page 181: Tax collection enforcement

PROSEDUR LELANG SITA PAJAK

o Lelang sita pajak adalah lelang atas barang sitaan pajak sebagai tindak lanjut dari tindakan penagihan pajak secara paksa.

o Apabila utang pajak dan atau biaya penagihan tidak dilunas setelah dilaksanakan penyitaan, maka Pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara lelang terhadap barang yang disita melalui Kantor Lelang.

o Prosedur lelang sita pajak dapat dibagi 3 tahap yaitu tahap pra lelang/persiapan lelang, tahap pelaksanaan lelang, dan tahap pasca lelang.

Page 182: Tax collection enforcement

PraLelang

PelaksLelang

PascaLelang

Tahapan Lelang Sita Pajak

Page 183: Tax collection enforcement

Permohonan lelang, Penentuan tempat pelaksanaan lelang, Penentuan waktu lelang, Penentuan syarat lelang, Pengumuman lelang, Memperlihatkan dokumen asli barang lelang, Penyetoran uang jaminan lelang.

PRA LELANG/PERSIAPAN LELANG

Page 184: Tax collection enforcement

Penentuan harga limit, Pemandu lelang, Penawaran lelang, Pembeli lelang, Pembayaran Bea Lelang

dan Uang Miskin,

PELAKSANAAN LELANG

Page 185: Tax collection enforcement

Pembayaran harga lelang oleh pembeli, Penyetoran hasil lelang kepada penjual, Penyerahan dokumen kepemilikan barang

yang dilelang, Pembuatan risalah lelang, Grose risalah lelang.

PASCA LELANG

Page 186: Tax collection enforcement

HAK MENDAHULUI

Hak mendahului baru ada bila PP pada saat yang sama di samping mempunyai utang pribadi (perdata), juga utang kepada negara (DJP) dan hartanya tidak cukup untuk melunasi semua utang-utangnya, sehingga timbul masalah siapakah yang mempunyai hak mendahului di antara para kreditur.Hak mendahului (hak istimewa, hak preferen) ialah hak yang diberikan UU kepada negara (pemerintah, DJP) sebagai kreditur preferen untuk memperoleh pelunasan lebih dulu atas utang pajak WP dari hasil pelelangan barang miliknya dari pada kreditor-kreditor lainnya.Ketentuan tentang hak mendahulu meliputi : Pokok pajak, Sanksi administrasi bunga, denda, kenaikan, dan Biaya penagihan pajak.

Page 187: Tax collection enforcement

Hak mendahului untuk tagihan utang pajak melebihi segala hak mendahului lainnya, kecuali terhadap : Ada biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu

penghukuman untuk melelang suatu barang bergerak dan/atau barang tidak bergerak,

Ada biaya untuk menyelamatkan barang dimaksud, Ada biaya perkara, yang hanya disebabkan oleh

pelelangan dan penyelesaian suatu warisan.Dalam hal WP dinyatakan pailit, bubar, atau dilikuidasi maka kurator, likuidator, orang, atau badan yang ditugasi melakukan pemberesan dilarang membagikan harta WP dalam pailit, pembubaran, atau likuidasi kepada pemegang saham atau kreditur lainnya sebelum menggunakannya untuk membayar utang pajak WP tersebut.

Page 188: Tax collection enforcement

Hak mendahului hilang setelah lewat jangka waktu 5 tahun terhitung sejak tanggal penerbitan STP, SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, dan Putusan PK yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.Perhitungan jangka waktu 5 tahun tersebut pada hak mendahului dihitung dari : Bila SP disampaikan secara resmi, 5 tahun dihitung

sejak pemberitahuan SP Bila telah diberikan penundaan atau pengangsuran

pembayaran, 5 tahun dihitung sejak batas akhir penundaan diberikan.

Page 189: Tax collection enforcement

DALUARSA PENAGIHAN PAJAK

Dalursa penagihan dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum atas suatu utang pajak yang tidak ditagih lagi.

Hak untuk melakukan penagihan pajak termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan, daluarsa setelah melampaui 5 tahun terhitung sejak diteribitkannya STP, SKPKB, SKPKBT, SK Keberatan, SK Pembetulan, Putusan Banding, dan Putusan PK yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah yang menjadi dasar tindakan penagihan.

Page 190: Tax collection enforcement

Daluarsa penagihan pajak tertangguh bila : Diterbitkan SP.

Dihitung sejak tanggal penerbitan SP. Ada pengakuan utang pajak dari WP baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Bila diajukan pengangsuran atau penundaan, dihitung sejak surat permohonan diterima.

Diterbitkan SKPKB atau SKPKBT.

Karena WP melakukan tindak pidana perpajakan dan lain yang merugikan negara berdasarkan kep pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, dihitung sejak tanggal keputusan.

Dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang pajak.

Dihitung sejak tanggal penerbitan SP Penyidikan.

Page 191: Tax collection enforcement

POKOK-POKOK PERUBAHAN UU KUPMENYANGKUT PENAGIHAN PAJAK

Pengertian jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, termasuk pajak yang seharusnya tidak dikembalikan.

Bila WP diberi penundaan pembayaran / persetujuan angsuran, hak mendahului 5 tahun dihitung sejak batas akhir penundaan diberikan atau sejak tanggal jatuh tempo angsuran terakhir.

Bila WP mengajukan keberatan dan tidak mengajukan banding, pelunasan skp 1 bulan sejak SK Keberatan

Page 192: Tax collection enforcement

Bila WP mengajukan banding, pelunasan skp 1 bulan sejak Putusan Banding.

Bila WP menyetujui seluruh pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, pelunasan skp 1 bulan sejak penerbitan, kecuali WP usaha kecil dan di daerah tertentu paling lama 2 bulan.

Surat Teguran disampaikan 7 hari setelah jatuh tempo pembayaran.

Bila WP tidak menyetujui sebagian atau seluruh pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan tidak mengajukan keberatan, Surat Teguran disampaikan 7 hari setelah jatuh tempo pengajuan keberatan.

Page 193: Tax collection enforcement

Bila WP tidak menyetujui sebagian atau seluruh pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan tidak mengajukan banding, Surat Teguran disampaikan 7 hari setelah jatuh tempo pengajuan permohonan banding.

Bila WP tidak menyetujui sebagian atau seluruh pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan mengajukan banding, Surat Teguran disampaikan 7 hari setelah jatuh tempo pelunasan berdasarkan Putusan Banding.

Pelaksanaan penagihan diberlakukan untuk skp Masa Pajak atau Tahun Pajak yang dimulai setelah 31 Desember 2007.

Page 194: Tax collection enforcement

PERBANDINGAN PENAGIHAN PAJAKDI BEBERAPA NEGARA

AMERIKA SERIKAT

Jatuh tempo pembayaran adalah 30 hari. Periode bebas bunga adalah 21 hari secara umum dan 10

hari untuk utang pajak > $ 100.000. Penyitaan dapat dilakukan terhadap semua properti,

termasuk gaji dan upah. Penagihan pajak yang tidak ekonomis tidak dilakukan

(biaya penagihan > penjualan barang sitaan). Pemberian pencicilan pembayaran utang pajak harus

mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan hidup.

Page 195: Tax collection enforcement

KANADA

WP dimungkinkan menunda dan mencicil pembayaran utang pajak.

Pelaksanaan pemberian penundaan dan pencicilan pembayaran utang pajak harus mempertimbangkan beberapa hal penting seperti jumlah upah dasar (minimum) dan standar biaya hidup normal.

Utang pajak (pokok dan sanksi administrasi) dapat dipulihkan melalui persidangan atau cara lain sesuai dengan ketentuan UU.

Penagihan pajak dilakukan dalam periode 90 hari setelah ketetapan pajak dikirimkan.

PSS dilakukan melalui pengadilan terlebih dahulu.

Page 196: Tax collection enforcement

JERMAN

Dalam penagihan pajak, otoritas/administrasi pajak mempertimbangkan keadaan keuangan WP yang informasi untuk itu dapat diminta dari WP dan pihak ketiga.

Hak-hak WP dalam penagihan pajak, antara lain : Menentukan urutan utang-utang pajaknya. Mengajukan permohonan pengampunan. Mengajukan permintaan penghentian penagihan. Meminta pemisahan harta bersama. Penyitaan rumah hunian atas perintah pengadilan. Pencarian WP di hari libur dapat dilakukan.

Page 197: Tax collection enforcement

Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan peruuan perpajakan.

Page 198: Tax collection enforcement

Jenis Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan RutinPemeriksaan Khusus

Pemeriksaan WP LokasiPemeriksaan Tahun BerjalanPemeriksaan Kriteria Seleksi

Pemeriksaan TerintegrasiPemeriksaan Bukti Perm

Delinquency Audit

Page 199: Tax collection enforcement

DELINQUENCY AUDIT

Tujuannya untuk mendapatkan data harta WP atau PP yang merupakan objek sita sehubungan dengan adanya tunggakan pajak sesuai UU PPSP.

Dapat dilaksanakan bersamaan dengan : Pemeriksaan Tahun Berjalan melalui pemeriksaan

sederhana lapangan dan dapat didampingi oleh JSP, atau

Pemeriksaan lapangan tahun yang lalu dengan menerbitkan SP3 tersendiri untuk tahun berjalan.

Mencakup pemeriksaan atas harta yang menjadi objek sita yang dimiliki WP atau PP pada saat pemeriksaan dilakukan.

Page 200: Tax collection enforcement

Jangka waktu 14 hari sejak SP3 diterima WP atau PP. Hasil pemeriksaan :

Disusun tersendiri dan dituangkan dalam Laporan Pemeriksaan Pajak Untuk Tujuan Penagihan Pajak.

Hanya berupa data dan informasi yang berkaitan dengan objek sita WP atau PP.

Tidak perlu tindak lanjut dengan menerbitkan surat ketetapan pajak.

Page 201: Tax collection enforcement

DELINQUENCYAUDIT

TAX COLLECTION(PPSP)

HartaObjek Sita

Data HartaObjek Sita

ApaBagaimana

BerapaDimana

Page 202: Tax collection enforcement

Benda

HakKebendaan

BersifatMemberi

Kenikmatan

BersifatMemberiJaminan

BendaMilik

Orang Lain

BendaMilik

Sendiri

Hak GadaiDg JaminanBnd Brgrk

Hak HipotekDg JaminanBnd T Brgrk

Page 203: Tax collection enforcement

Penggolongan Benda

BendaBerwujud

BendaTidak Berwujud

BendaBergerak

Benda TidakBergerak

SuratBerharga

HAKI

Pemilikan(Beziting)

Penyerahan(Levering)

Kedaluarsa(Verjaring)

Pembebanan(Bezwaring)

Perbedaan

Page 204: Tax collection enforcement

Barang Bergerak

• Pemilikan ditandai dengan ada penguasaan secara nyata.

• Penyerahan dengan penye rahan nyata.

• Tidak ada daluarsa karena pemilikan mutlak.

• Pembebanan hak dengan gadai.

Barang Tidak Bergerak

• Pemilikan dibuktikan surat/ akta dan pihak lain mem berikan pengakuan.

• Penyerahan dengan balik nama.

• Ada daluarsa setelah lewat waktu tertentu.

• Pembebanan hak melalui hipotek.

BARANG BERGERAKBARANG TIDAK BERGERAK

Page 205: Tax collection enforcement

TAHAPANDELINQUENCY AUDIT

A. Persiapan.

1. Pelajari berkas dan data WP.

2. Pelajari berkas tunggakan pajak.

3. Pelajari LPP tahun sebelumnya.

Page 206: Tax collection enforcement

B. Pelaksanaan.

1. Periksa eksistensi dari harta yang dimiliki WP/PP.

2. Perhatikan mutasi aktiva sejak periode tunggakan sampai tahun berjalan.

3. Lakukan konfirmasi pihak-pihak terkait, misal R/K bank.

4. Periksa mutasi sementara (marketable securities) dan investasi jangka panjang (saham/obligasi).

5. Periksa daftar rincian piutang usaha dan luar usaha.

6. Periksa daftar persediaan tahun berjalan.

7. Periksa harta tidak bergerak yang dimiliki WP/PP.

8. Dapatkan bukti-bukti kepemilikan semua harta tidak bergerak .

Page 207: Tax collection enforcement

C. Pelaporan.

1. Dilakukan dengan LPP khusus yang bukan merupakan bagian dari LPP PSL atau PL.

2. LPP mencakup :

a. Penugasan Pemeriksaan.

b. Identifikasi WP atau PP.

c. Daftar Harta Kekayaan WP atau PP.

d. Daftar Lampiran.