Tax Risk Management_Word

37
MANAJEMEN RESIKO PERPAJAKAN OLEH Gemilang Albert Rina Januarty 1051353 Lidia Santaria 1051216 Randi Riza Pratama 1051294 Destreane Citra 1151036 Asmeri 1151240 AK- A 1

description

resiko manajemen perpajakan

Transcript of Tax Risk Management_Word

MANAJEMEN RESIKO PERPAJAKAN

OLEH GemilangAlbertRina Januarty1051353Lidia Santaria1051216Randi Riza Pratama 1051294Destreane Citra1151036Asmeri 1151240AK- AFAKULTAS EKONOMI AKUNTANSIUNIVERSITAS KRISTEN MARANATHABANDUNGBAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangSelama ini manajemen risiko lebih dikenal dalam industri perbankan. Apakah perpajakan nasional belum menerapkan manajemen risiko? Kalau belum, kini saatnya yang tepat untuk melakukannya. Apa manfaat manajemen risiko? Dengan Surat Edaran No BI No 5/21/DPNP tanggal 29 September 2003, Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa bank nasional harus menerapkan manajemen risiko terhitung yang wajib dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang dikemukakan dalam action plan atau paling lambat 31 Desember 2004. Ini bertujuan untuk mengurangi risiko perbankan nasional. Manajemen risiko sebenarnya dapat pula diterapkan di berbagai bidang termasuk perpajakan. Manajemen risiko mempunyai tujuan tunggal yaitu menekan risiko yang meliputi aneka manfaat yakni Pertama, mampu memberikan informasi dan perspektif kepada manajemen tentang semua profil risiko, perubahan mendasar mengenai produk dan pasar, serta lingkungan bisnis dan perubahan yang diperlukan dalam proses manajemen risiko. Kedua, mampu menyampaikan isu sentral tentang formulasi kebijakan manajemen risiko dan review-nya. Ketiga, mampu menghitung dan mengukur besarnya risk exposure. Keempat, mampu menetapkan alokasi sumber-sumber dana sekaligus limit risiko dengan lebih tepat. Kelima, mampu menghindari konsentrasi portofolio yang berlebihan. Keenam, mampu membuat cadangan yang memadai untuk mengantisipasi risiko yang sudah diukur dan dihitung. Dan ketujuh, mampu menghindari potensi kerugian yang relatif lebih besar. Dari tujuh manfaat itu, hanya manfaat kelima, yakni mampu menghindari konsentrasi portofolio yang berlebihan, yang tidak sesuai. Dengan kata lain, enam manfaat lainnya sangat relevan untuk diterapkan. Dalam perpajakan nasional, risiko operasional (operational risk) paling relevan untuk diterapkan dibandingkan dengan risiko pasar (market risk), risiko kredit (credit risk), dan risiko likuiditas (liquidity risk). Lalu, apa itu risiko operasional? Michel Crouhy dan Galai &Robert Mark (2000) mendefinisikan risiko operasional sebagai risiko yang berkaitan dengan operasional bisnis.

Risiko ini meliputi dua komponen risiko. Pertama, risiko kegagalan operasional (operational failure risk) atau risiko intern terdiri dari risiko yang bersumber dari sumber daya manusia, proses, dan teknologi. Kedua, risiko strategi operasional (operational strategic risk) atau risiko ekstern yang berasal dari faktor-faktor antara lain politik, pajak, regulasi, pemerintah, masyarakat, kompetisi. Yang jadi pertanyaan, risiko operasional apa saja yang dihadapi perpajakan nasional? Ada beberapa risiko yang dihadapi, seperti risiko karyawan (people risk).Konkretnya, persis seperti kasus pajak yang diduga melibatkan Gayus Halomoan Tambunan. Salah satu potensi risiko adalah pada sengketa pajak. Sengketa pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib pajak atau penanggung pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan banding atau gugatan kepada Pengadilan Pajak. Hal itu diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (UU Pengadilan Pajak Nomor 14 Tahun 2002 pasal 1). Dalam hal ini, dituntut karyawan yang bukan hanya ahli dalam bidangnya tetapi juga berintegritas tinggi. Mengapa? Karena, di sana tersimpan berlaksa godaan yang bisa timbul dari wajib pajak dan/atau pejabat pajak. Kemudian, risiko reputasi. Apa itu risiko reputasi?Risiko reputasi merupakan risiko yang antara lain disebabkan publikasi atau persepsi negatif terkait dengan aktivitas bisnis. Risiko tersebut tidak terkait langsung dengan kerugian finansial. Tetapi, lebih sulit diselesaikan dan makan waktu lama. Tanpa disadari, Ditjen Pajak kini sedang menderita risiko reputasi yang berawal dari risiko operasional, berupa main mata beberapa karyawannya. Risiko reputasi juga dapat berbentuk keengganan wajib pajak untuk mengisi surat pemberitahuan tahunan (SPT). Hal itu merupakan penurunan tingkat kepercayaan masyarakat luas terhadap kinerja instansi tersebut. Sejatinya, Ditjen Pajak sudah menyadarinya dengan slogannya, Lunasi Pajaknya, Awasi Penggunaannya.

1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang diatas, penulis berusaha untuk merumuskan masalah:1.Bagaimana konsep risiko, manajemen risiko, manajemen pajak, dan manajemen risiko perpajakan?2.Apa saja risiko-risiko perpajakan dalam suatu perusahaan?3.Bagaimana teknik pengelolaan risiko perpajakan?4.Apa saja jenis-jenis sanksi pajak yang berlaku di Indonesia?

1.3. Tujuan PenelitianTujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:1.Mengetahui konsep risiko, manajemen risiko, manajemen pajak, dan manajemen risiko perpajakan.2.Mengetahui risiko perpajakan yang sering muncul di dalam perusahaan.3.Mengetahui teknik pengelolaan risiko.4.Mengetahui jenis-jenis sanksi perpajakan di Indonesia.

1.4. Manfaat PenelitianManfaat dari penelitian ini adalah:1.Sebagai pengetahuan tambahan bagi mahasiswa/i agar lebih memahami mengenaimanajemenrisiko perpajakan.2.Sebagai salah satu bahan referensi bagi mahasiswa/i dalam mengelola risiko perpajakan.

BAB IILANDASAN TEORIDAN LANDASAN HUKUM

2.1Risiko, Manajemen Risiko, Manajemen Pajak, dan Manajemen Risiko Perpajakan2.1.1Definisi RisikoKata risiko banyak dipergunakan dalam beberapa pengertian dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Pakar ekonomi, statistik dan teoritisi pengambilan keputusan telah mendiskusikan panjang lebar mengenai pengertian risiko, untuk mencoba membuat definisi risiko yang diharapkan cocok untuk analisis dalam masing-masing lapangan penyelidikan. Sampai sekarang mereka belum sepakat menganut satu definisi saja, yang bisa dipergunakan dalam masing-masing bidang dengan fasilitas yang sama. Oleh karena itu, dengan mempelajari berbagai definisi yang ditemukan dalam berbagai literatur diharapkan pemahaman tentang konsep risiko semakin jelas. Beberapa definisi akan dijelaskan dibawah ini beserta penjelasannya.1. Risiko adalah kesempatan kerugian (Risk is the chance of loss)Chance of loss biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan di mana terdapat suatu keterbukaan (exposure) terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian. Beberapa penulis menolak definisi risiko sebagai chance of loss. Penulis yang menolak definisi risiko sebagai chance of loss memberikan alasan, bahwa pembedaan antara risiko dan chance of loss harus dilakukan.2. Risiko adalah kemungkinan kerugian (Risk is the possibility of loss)Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan satu. Definisi ini barangkali sangat mendekati dengan pengertian risiko yang dipakai sehari-hari. Akan tetapi definisi ini agak longgar, tidak cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif.3. Risiko adalah ketidakpastian (Risk is Uncertainty)Tampaknya ada kesepakatan bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian (uncertainty) yaitu adanya risiko, karena adanya ketidakpastian.Karena itulah ada penulis yang mengatakan bahwa risiko itu sama artinya dengan ketidakpastian.Risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tak diinginkan, atau tidak terduga. Dengan kata lain kemungkinan itu sudah menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko.Menurut Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 191/PMK.09/2008, risikoadalah segala sesuatu yang berdampak negatif terhadap pencapaian tujuan yang diukur berdasarkan kemungkinan dan dampaknya. Ada beberapa tahapan dalam pengelolaan risiko. Tahapan-tahapan itu diawali dengan melakukan:1. Penetapan konteksPenetapan konteks bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis Pusdiklat Pajak sebagai lingkungan tempat MR akan diterapkan. Dalam proses ini diidentifikasi pihak-pihak yang paling berkepentingan dengan proses penerapan manajemen risiko, ruang lingkup dan tujuan proses, kondisi yang membatasi, serta hasil yang diharapkan dari penerapan manajemen risiko. Sebagai bagian dari penetapan konteks, disusunlah kriteria untuk menganalisis dan mengevaluasi risiko.2. Identifikasi RisikoIdentifikasi risiko bertujuan untuk mengidentifikasi seluruh jenis risiko yang berpotensi menghalangi, menurunkan, atau menunda tercapainya sasaran Unit Pemilik Risiko yang ada di Pusdiklat Pajak. Proses ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi lokasi, waktu, sebab dan proses terjadinya peristiwa risiko yang dapat menghalangi, menurunkan, atau menunda tercapainya sasaran Pusdiklat Pajak.3. Analisis RisikoAnalisis risiko bertujuan untuk mengetahui profil dan peta dari risiko-risiko yang ada di Pusdiklat Pajak dan akan digunakan dalam proses evaluasi dan strategi penanganan risiko. Proses analisis risiko dilakukan dengan cara mencermati sumber risiko dan tingkat pengendalian yang ada serta dilanjutkan dengan menilai risiko dari sisi konsekuensi dan kemungkinan terjadinya.4. Evaluasi RisikoEvaluasi risiko bertujuan untuk menetapkan prioritas risiko yang telah diidentifikasi dan dianalisis. Evaluasi risiko dilakukan agar para pengambil keputusan di Pusdiklat Pajak bisa mempertimbangkan perlu tidaknya dilakukan penanganan risiko lebih lanjut serta prioritas penanganannya.5. Penanganan RisikoProses penanganan risiko bertujuan menentukan jenis penanganan yang efektif dan efisien untuk suatu risiko. Penanganan risiko dilakukan dengan mengidentifikasi berbagai opsi penanganan risiko yang tersedia dan memutuskan opsi penanganan risiko yang terbaik yang dilanjutkan dengan pengembangan rencana mitigasi risiko.6. Monitoring dan ReviewMonitoring dan review bertujuan mengantisipasi perubahan risiko yang bersifat mendadak dan persistent baik pada tingkat risiko maupun arah risiko yang berdampak negatif pada profil risiko. Proses Monitoring dan Review dilakukan dengan cara memantau efektivitas rencana penanganan risiko, strategi, dan sistem manajemen risiko.7. Komunikasi dan KonsultasiProses komunikasi dan konsultasi bertujuan memperoleh informasi yang relevan serta mengkomunikasikan setiap tahapan proses Manajemen Risiko sehingga pihak-pihak yang terkait dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan baik. Proses yang melekat pada seluruh proses manajemen risiko ini dilakukan dengan cara mengembangkan komunikasi dengan stakeholder internal maupun eksternal.

2.1.2Definisi Manajemen RisikoPengertian manajemen risiko menurut Drs. Herman Darmawi (2002;17) merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Pengertian manajemen risiko menurut Australia/New Zealand Standards (1999) merupakan suatu proses yang logis dan sistematis dalam mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi, mengendalikan, mengawasi, dan mengkomunikasikan risiko yang berhubungan dengan segala aktivitas, fungsi atau proses dengan tujuan perusahaan mampu meminimasi kerugian dan memaksimumkan kesempatan. Implementasi dari manajemen risiko ini membantu perusahaan dalam mengidentifikasi risiko sejak awal dan membantu membuat keputusan untuk mengatasi risiko tersebut.Menurut Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 191/PMK.09/2008,manajemen risiko adalah pendekatan sistematis untuk menentukan tindakan terbaik dalam kondisi ketidakpastian.Manajemen risiko perusahaan merupakan sebuah proses yang diterapkan pada lingkup strategi perusahaan dan seluruh proses yang ada pada perusahaan yang dilakukan oleh jajaran direksi, manajer, serta personel-personel lainnya. Perencanaan manajemen risiko dilakukan dengan mengidentifikasi risiko kejadian potensial yang akan timbul dan dapat memengaruhi pencapaian tujuan perusahaan. Manajemen risiko perusahaan yang terintegrasi dengan seluruh organ perusahaan dapat membentuk budaya risiko yang baik. Pengelolaan risiko sesuai dengan selera dan toleransi perusahaan dapat lebih memberikan kepastian atau keyakinan pada pencapaian tujuan perusahaan.

2.1.3Manajemen PerpajakanMenurut Sophar Lumbantoruan dalam bukunya Akuntansi Pajak (1994:354) secara umum manajemen pajak dapat didefinisikan: Sarana untuk memenuhi ketentuan perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.Pada dasarnya manajemen pajak merupakan usaha penghematan pajak oleh wajib pajak yang selalu berusaha meminimalkan beban pajak dan menunda pembayaran pajak selambat mungkin sebatas masih diperkenankan peraturan perpajakan. Meminimalkan beban pajak sekecil mungkin dapat dilakukan dengan menekan penghasilan-penghasilan dan/atau memperbesar biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan (deductible) sehingga Penghasilan Kena Pajak menjadi lebih kecil atau memanfaatkan hal-hal yang belum diatur dalam peraturan perpajakan. Sedangkan usaha memanfaatkan peraturan perpajakan yang ada, seperti ketentuan yang berkaitan dengan penyusutan.Fungsi manajemen umum, seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian juga berlaku dalam manajemen pajak. Jadi secara teoretis perencanaan pajak adalah bagian dari manajemen pajak. Tujuan manajemen pajak oleh Suandy (2006) dapat dibagi menjadi dua, yaitu :1. Menerapkan peraturan perpajakan secara benar.2. Usaha efesiensi untuk mencapai laba dan likuidatas yang seharusnya.Tujuan manajemen pajak dapat dapat dicapai melaui fungsi-fungsi manajemen pajak yang terdiri atas :1. Perencanaan pajak (Tax Planning)Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan-peraturan perpajakan, dengan maksud dapat menyeleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan-peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan dari pembuat undang-undang. Maka tax planning disini sama dengan tax avoidance karena secara hakekat ekonomis kedua-duanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak, karena pajak merupakan beban pengurang laba yang tersedia, baik untuk dibagikan kepada pemegang saham maupun untuk diinvestasikan kembali.Setidak-tidaknya terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam suatu perencanaan pajak (tax planning):a. Tidak melanggar kewajiban dan ketentuan perpajakan. Bila suatu perencanaan pajak ingin dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan buat WP merupakan resiko yang sangat berbahaya dan mengancam keberhasilan perencanaan pajak tersebut.b. Secara bisnis perencanaan pajak masuk akal, karena perencanaan pajak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh perusahaan, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Maka perencanaan pajak yang tidak masuk akan akan memperlemah perencanaan itu sendiri.c. Bukti-bukti pendukungnya yang memadai.

2. Pelaksanaan kewajiban perpajakan (Tax Implementation)Apabila pada tahap perencanaan pajak telah diketahui faktor-faktor yang akan dimanfaatkan untuk melakukan penghematan pajak, maka langkah selanjutnya adalah mengimplementasikannya baik secara formal maupun materiel. Harus dipastikan bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakannya telah memenuhi peraturan perpajakan yang berlaku. Manajemen pajak tidak dimaksudkan untuk melanggar peraturan. Dan jika dalam pelaksanaannya menyimpang dari peraturan yang berlaku maka praktek tersebut telah menyimpang dari tujuan manajemen pajak.Untuk mencapai tujuan manajemen pajak ada dua hal yang perlu dikuasai dan dilaksanakan yaitu :a. Memahami ketentuan dan peraturan perpajakanDengan mempelajari peraturan perpajakan seperti UU, PP, Keppres, KMK, SK, dan SE DitJen Pajak, kita dapat mengetahui peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menghemat beban pajakb. Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syaratPembukuan merupakan sarana yang sangat penting dalam menyajikan informasi keuangan perusahaan yang disajikan dalam bentuk LK dan menjadi dasar dalam menghitung besarnya jumlah pajak (UU KUP pasal 28).3. Pengendalian pajak (Tax Control)Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban pajak telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan dan telah memenuhi persyaratan formal maupun materil. Dalam pengendalian pajak yang penting adalah pengecekan pembayaran pajak. Oleh sebab itu pengendalian dan pengaturan arus kas sangat penting dalam strategi penghematan pajak, misalnya pembayaran pajak dilakukan saat akhir tentu lebih menguntungkan dibandingkan membayar lebih awal. Pengendalian pajak termasuk pemeriksaan jika perusahaan telah membayar pajak lebih besar dari jumlah pajak terutang.

2.1.4Manajemen Risiko PerpajakanPerpajakan korporasi jika tidak dikelola dengan optimal dapat menimbulkan risiko yang berdampak serius terhadap kelangsungan usaha korporat. Risiko yang ditimbulkan dari aspek perpajakan tidak saja berdampak pada risiko keuangan namun dapat meluas menjadi risiko reputasi, risiko operasional, risiko bisnis dan pada akhirnya jika tidak dapat dilakukan mitigasi dengan optimal dapat berdampak serius terhadap kelangsungan usaha/hidup perusahaan. Terkuaknya kasus Gayus Tambunan (GT) semakin menyadarkan kita bahwa pajak memiliki dampak yang sangat serius jika risiko perpajakan tidak dikelola dengan baik. Optimalisasi manajemen risiko perpajakan dapat membebaskan korporat dari lilitan urusan pajak, karena semua risiko perpajakan akan diantisipasi dan dapat dideteksi secara dini. Kalaupun terjadi risiko akan dapat dilakukan mitigasi untuk menghindari/mengurangi dampak yang lebih serius dari risiko yang timbul dari perpajakan. Dengan pengelolaan risiko perpajakan korporat yang optimal, diharapkan :1. Upsize Risk atau risiko tidak tercapainya benefit/manfaat keuntungan dari aspek perpajakan bagi korporat dapat dikelola sehingga manfaat pajak yang diharapkan untuk meningkatkan nilai korporat dapat tercapai2. Downsize Riskatau risiko buruk dari perpajakan yang merugikan korporat, dapat dihindari/dikurangi seminimal mungkin dan jika terjadi risiko tersebut dapat dilakukan mitigasi, sehingga sisa risiko (residual risk) yang timbul tidak berdampak signifikan terhadap kelangsungan usaha korporat.Tax Planning yang sampai saat ini menjadi sandaran utama untuk mengefisienkan beban pajak ternyata tidak cukup untuk menjawab perkembangandunia bisnis dan perpajakan yang terus berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di lingkungannya. Diperlukan perpaduan Tax Planning dan Tax Risk Management untuk lebih mengoptimalkan upaya-upaya meningkatkan nilai perusahaan, dan itulah tujuan utama pelatihan ini.Manajemen risiko sebenarnya dapat pula diterapkan di berbagai bidang termasuk perpajakan. Manajemen risiko mempunyai tujuan tunggal yaitu menekan risiko yang meliputi aneka manfaat yakni:1. Mampu memberikan informasi dan perspektif kepada manajemen tentang semua profil risiko, perubahan mendasar mengenai produk dan pasar, serta lingkungan bisnis dan perubahan yang diperlukan dalam proses manajemen risiko.2. Mampu menyampaikan isu sentral tentang formulasi kebijakan manajemen risiko dan review-nya.3. Mampu menghitung dan mengukur besarnya risk exposure. 4. Mampu menetapkan alokasi sumber-sumber dana sekaligus limit risiko dengan lebih tepat. 5. Mampu menghindari konsentrasi portofolio yang berlebihan. 6. Mampu membuat cadangan yang memadai untuk mengantisipasi risiko yang sudah diukur dan dihitung.7. Mampu menghindari potensi kerugian yang relatif lebih besar.Dari tujuh manfaat itu, hanya manfaat kelima, yaitu mampu menghindari konsentrasi portofolio yang berlebihan, yang tidak sesuai. Pada enam manfaat lainnya sangat relevan untuk diterapkan.

2.2Risiko Pajak di PerusahaanAda berbagai macam risiko pajak di perusahaan. Risiko pajak yang sering muncul di perusahaan terdiri dari:1. Risiko PPh Pasal 21Adanya risiko PPh pasal 21 pada perusahaan disebabkan karena perusahaan memiliki kewajiban untuk memotong pajak untuk karyawan-karyawannya. Sistem yang digunakan tersebut yaitu with holding system. Jika ada kesalahan dalam pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak karyawan merupakan tanggung jawab perusahaan sebagai pemotong. Risiko PPh Pasal 21 memiliki variabel antara lain:a. Status pegawai Setiap pegawai harus dijelaskan status kepegawaiannya di dalam perusahaan. Jenis status pegawai yaitu pegawai tetap, pegawai tidak tetap, dan bukan pegawai. Setiap status pegawai memiliki metode perhitungan PPh pasal 21 yang berbeda-beda.b. Kebijakan pembayaran PPh Perusahaan harus memberi kebijakan pembayaran PPh para karyawannya dengan cara dibayar pegawai itu sendiri atau ditanggung oleh perusahaan atau diberikan tunjangan.c. Bukti potong dan kuitansi gaji.Setelah perusahaan memotong PPh pasal 21 para karyawan, harus memberikan bukti potong PPh pasal 21 tersebut. Bukti potong tersebut dapat berupa kuitansi atau bukti potong tersendiri atau dalam daftar gaji karyawan.d. SPT Masa dan SPT Masa DesemberPerushaan harus melaporkan PPh pasal 21 dalam SPT masa Januari sampai dengan November, SPT pembayaran bonus/THR, dan SPT Masa Desember2. Risiko PPNDari setiap transaksi penjualan dan pembelian akan terkena PPN. Sedangkan di dalam perusahaan pasti ada transaksi penjualan dan pembelian dari Barang Kena Pajak maupun Jasa Kena Pajak. sehingga perusahaan pasti memiliki risiko PPN.3. Risiko PPh BadanRisiko PPh Badan adalah risiko yang ada di setiap perusahaan untuk membayar Pajak Penghasilan. Pajak penghasilan dari tiap perusahaan yaitu pajak yang terkait dengan transaksi organisasi dan akuntansi secara keseluruhan, meliputi:a. Penerimaan/pendapatan Setiap transaksi pembelian maupun penjualan yang memiliki bukti pembelian/penjualan akan menghasilkan pendapatan/penerimaan yang mempengaruhi pajak penghasilan perusahaan. Jika semakin banyak pendapatan/penerimaan perusahaan, akan menambah pajak penghasilan perusahaan. Sebaliknya jika semakin sedikit pendapatan/penerimaan perusahaan, akan mengurangi pajak penghasilan perusahaan.b. Pembayaran beban operasionalSetiap transaksi pasti ada bukti pendukung yang memberikan daftar beban operasional yang harus bayar perusahaan. Jika semakin banyak beban operasional yang dibayar perusahaan, akan menambah pajak penghasilan perusahaan. Sebaliknya jika semakin banyak beban operasional perusahaan, akan mengurangi pajak penghasilan perusahaan.c. Perhitungan penyusutanSetiap aset tetap yang dimiliki perusahaan pasti mengalami penyusutan, perhitungan penyusutan tersebut memiliki beberapa metode perhitungan yang hasilnya dapat mempengaruhi laporan laba rugi perusahaan. Laporan laba rugi perusahaan mempengaruhi pajak penghasilan perusahaan.d. Penjualan barang/jasa yang bukan aktivitas utamaPenjualan barang/jasa yang dilakukan perusahaan disamping aktivitas utama perusahaan memiliki tarif pajak yang berbeda dengan penjualan pada aktivitas utama perusahaan. Sehingga penjualan tersebut dapat mempengaruhi pajak penghasilan perusahaan.e. Laba/rugi usaha/selisih antara penerimaan dengan bebanJumlah laba/rugi usaha/selisih antara penerimaan dengan beban perusahaan mempengaruhi jumlah akhir penghasilan kena pajak perusahaan pada perhitungan koreksi fiskal perusahaan, sehingga mempengaruhi ke pajak penghasilan perusahaan.4. Risiko Pemotongan/Pemungutan Pihak Ketigaa. PPh Pasal 22 Bendaharawan : Tidak tepat waktu dan tercecer.b. PPh Pasal 23 : Kesalahan pemotongan dan Tidak tepat waktu dan tercecer.c. PPh Pasal 4 (2) : Kesalahan pemotongan dan Tidak tepat waktu dan tercecer.5. Risiko PemeriksaanSetiap Wajib Pajak orang pribadi maupun badan perusahaan memiliki risiko pemeriksaan, karena sistem pajak di Indonesia menganut Self Assessment. Sistem tersebut yang dapat menimbulkan adanya sengketa pajak antara fiskus dan wajib pajak, sehingga menimbulkan adanya pemeriksaan pajak. Namun bobot risiko pemeriksaan tergantung pada jenis pemeriksaannya, antara lain:a. Pemeriksaan Pengujian KepatuhanPemeriksaan yang dilakukan pengujian terhadap bukti-bukti pembukuan yang mendukung transaksi yang terjadi, sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan manajemen. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai efektivitas dari pengendalian intern dan sistem pengendalian manajemen dengan melakukan pemeriksaan secara sampling atas bukti-bukti pembukuan, sehingga bisa diketahui apakah transaksi bisnis perusahaan dan pencatatan akuntansinya sudah dilakukan sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan manajemen perusahaan.b. Pemeriksaan Tujuan LainPemeriksaan pajak yang dilaksanakan sebagai bentuk pelaksanaan ketentuan tertentu dalam aturan perpajakan yang bukan untuk menguji kepatuhan wajib pajak dan produk hukum yang dihasilkan dari pemeriksaan pajak untuk tujuan lain bukanlah selalu surat ketetapan pajak seperti pemeriksaan untuk menguji kepatuhan WP. Artinya, bisa juga diterbitkan SKP atau STP kepada WP tersebut.c. Pemeriksaan Bukti PermulaanPemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.d. Pemeriksaan/Penyidikan Tindak Pidana6. Risiko KeberatanPengajuan keberatan walaupun merupakan hak WP yang dapat dimanfaatkan untuk memperjuangkan keadilan, namun demikian tetap mengandung risiko.Risiko yang melekat dengan pengajuan keberatan adalah, adanya kemungkinan keputusan keberatan yang berbeda:a. Diterimab. Diterima Sebagianc. Ditolakd. Ditambah Jumlah Pajak Terutange. Keputusan keberatan akan menimbulkan sanksi yang dapat mengganggu cash flow perusahaan.7. Risiko BandingSama halnya dengan pengajuan keberatan, pengajuan banding walaupun merupakan hak Wajib Pajak yang dapat dimanfaatkan untuk memperjuangkan keadilan, namun demikian tetap mengandung risiko.Risiko yang melekat dalam pengajuan banding adalah adanya sanksi yang berat apabila banding ditolak (sanksi 100%). 2.3Teknik Pengelolaan RisikoSetelah mengidentifikasi risiko-risiko yang akan timbul dalam suatu perusahaan, kemudian perlu dilakukannya teknik pengelolaan risiko untuk mengelola risiko agar risiko dapat diatasi dan dapat diubah menjadi keuntungan bagi perusahaan. Teknik untuk mengelola risiko antara lain:1. Penghindaran risikoPenghindaran risiko dilakukan dengan cara perusahaan tidak mengambil tindakan yang dapat memunculkan risiko tertentu. Contohnya seperti meminta restitusi. Risiko yang dapat dihindari oleh perusahaan:a. Dampak sosial terlalu besarb. Peraturan yang tidak kondusifc. Total risiko melebihi ambang batas.

2. Pengurangan risikoUntuk mengelola risiko, perusahaan bisa melakukan pengurangan risiko, yaitu dengan cara:a. Menghindari penyebab timbulnya risiko, seperti: Menyusun SPT LB dengan benar Menyusun Laporan Keuangan Rugi dengan benar Pengajuan Restitusi b. Mengambil berbagai tindakan berisiko yang saling menghilangkan secara alamiah Pembetulan SPT, Kompensasi Kerugian, Menggeser Kerugianc. Meminimalisasi dampak dari risiko seandainya terjadi Persiapkan Back Up secara Lengkap Menyewa Konsultan yang Dapat MendampingiBentuk Pengurangan Risiko, antara lain:a. Pencegahan risiko Mengusahakan supaya penyebab tidak terjadi Mengkondisikan SPT Tidak Lebih Bayar atau Tidak Mengajukan Restitusi b. Pengendalian kerugian Mengusahakan meminimalisasi kerugianseandainya risiko tersebut benar-benar terjadi Sprinkler system (menyebarkan) Stop-loss order

3. Pemindahan risikoPemindahan risiko dilakukan dengan cara:a. Mempekerjakan pegawai yang kompeten yang memiliki integritas, loyalitas, dan kapabilitas sehingga menghasilkan pegawai yang ideal untuk bekerja dalam perusahaan.b. Mempekerjakan konsultan pajak yang tertutup, yaitu konsultan pajak yang dapat menjadi creative accounting perusaaan dan dapat merencakan pajak dengan baik (tax planning).c. Mempekerjakan konsultan pajak yang terbuka, yaitu dapat menjadi membantu perusahaan bila ada sengketa pajak yang terjadi, konsultan pajak terbukalah mendapat pelimpahan kuasa dari perusahaan, dan menjadi perlindungan hukum/UU untuk perusahaan.

4. Penanganan risikoPenanganan risiko dilakukan dengan cara:a. Penanganan Risiko Terencana Sengaja menangani/menanggung risiko Berdasarkan profil cost benefitb. Penanganan Risiko Tidak Terencana Ketidakmampuan mengidentifikasi risiko Kelalaian mengidentifikasi risiko Risiko yang diabaikan

2.4Sanksi PerpajakanMenurut Mardiasmo (2011:59), sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undang perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat untuk memperkeras peraturan perundang-undangan perpajakan agar dituruti/ditaati/dipatuhi.Dalam undang-undang perpajakan dikenal 2 macam sanksi yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Ancaman terhadap pelanggaran suatu norma perpajakan ada yang diancam dengan sanksi administrasi saja, ada yang diancam dengan sanksi pidana saja, dan ada pula yang diancam dengan sanksi administrasi dan sanksi pidana.Perbedaan sanksi administrasi dan sanksi pidana adalah sanksi administrasi merupakan pembayaran kerugian kepada negara, khususnya yang berupa bunga dan kenaikan sedangkan sanksi pidana merupakan siksaan atau penderitaan. Merupakan suatu alat terakhir atau benteng hukum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi.Kepada Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang-undang sehubungan dengan SPT dikenakan sanksi administrasi dan/atau sanksi pidana :1. Apabila SPT WP ridak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan atau batas waktu perpanjangan SPT dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp 500.000,00 untuk SPT masa PPN, Rp 100.000,00 untuk SPT masa lainnya, dan Rp 1.000.000,00 untuk SPT tahunan PPh WP badan serta Rp 100.000,00 untuk SPT tahunan PPh WPOP.2. Pasal 38 undang-undang No. 28 tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas undang-undang No. 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan menyatakan bahwa, apabila wajib pajak tidak menyampaikan SPT, atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan lainnya tidak benar karena kealpaan Wajib Pajak sehinggan dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali, didenda paling sedikit 1 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar dan paling banyak 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 bulan atau paling lama 1 tahun. Kealpaan tersebut dimaksudkan tidak sengaja, lalai, tidak hati-hati atas kurang mengindahkan kewajibannya, sehingga perbuatan tersebut dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.3. Pasal 39 UU No. 38 tahun 2007 menyatakan apabila dengan sengaja Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang tidak benar, atau tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulam dan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Untuk mencegah adanya pengulangan tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 tahun sejak selesainya menjalani sebagian atau seluruh pidana penjara yang dijatuhkan dikenai pidana lebih berat yaitu ditambahkan 1 kali menjadi 2 kali sanksi pidana yang diatur diatas.4. Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau PKP atau menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap, dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 2 tahun dan dengan paling sedikit 2 kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan dan paling banyak 4 kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan.

BAB IIIKASUS DAN PEMBAHASAN

3.1KasusContoh 1 :PT Asian Agri Group (AAG) adalah salah satu induk usaha terbesar kedua di Grup Raja Garuda Mas, perusahaan milik Sukanto Tanoto. PT AAG memiliki 200 ribu hektar lahan sawit, karet, kakao di Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Thailand. Di Asia, PT AAG merupakan salah satu penghasil minyak sawit mentah terbesar, yaitu memiliki 19 pabrik yang menghasilkan 1 juta ton minyak sawit mentah selain tiga pabrik minyak goreng.Terungkapnya dugaan penggelapan pajak oleh PT AAG, bermula dari aksi Vincentius Amin Sutanto (Vincent) membobol brankas PT AAG di Bank Fortis Singapura senilai US$ 3,1 juta pada tanggal 16 November 2006. Vincent saat itu menjabat sebagaigroup financial controllerdi PT AAG yang mengetahui seluk-beluk keuangannya. Perbuatan Vincent ini terendus oleh perusahaan dan dilaporkan ke Polda Metro Jaya. Pada tanggal 17 November 2006 Vincent kabur ke Singapura sambil membawa sejumlah dokumen penting perusahaan tersebut. Dalam pelariannya inilah terjadi jalinan komunikasi antara Vincent dan wartawanTempo.Pelarian VAS berakhir setelah pada tanggal 11 Desember 2006 ia menyerahkan diri ke Polda Metro Jawa. Namun, sebelum itu, pada tanggal 1 Desember 2006 VAS membeberkan permasalahan keuangan PT AAG pada KPK di Singapura yang dilengkapi dengan sejumlah dokumen keuangan dan data digital. Salah satu dokumen tersebut adalah dokumen yang berjudul AAA-Cross Border Tax Planning (Under Pricing of Export Sales), disusun pada sekitar 2002. Dokumen ini memuat semua persiapantransfer pricingPT AAG secara terperinci. Modusnya dilakukan dengan cara menjual produk minyak sawit mentah(Crude Palm Oil)keluaran PT AAG ke perusahaan afiliasi di luar negeri dengan harga di bawah harga pasar untuk kemudian dijual kembali ke pembeli riil dengan harga tinggi. Dengan begitu, beban pajak di dalam negeri bisa ditekan. Selain itu, rupanya perusahaan-perusahaan luar negeri yang menjadi rekanan PT AA sebagian adalah perusahaan fiktif.Pembeberan Vincent ini kemudian ditindaklanjuti oleh KPK dengan menyerahkan permasalahan tersebut ke Direktorat Pajak karena memang permasalahan PT AAG tersebut terkait erat dengan perpajakan.Menindaklanjuti hal tersebut, Direktur Jendral Pajak, Darmin Nasution, kemudian membentuk tim khusus yang terdiri atas pemeriksa, penyidik dan intelijen. Tim ini bekerja sama dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Kejaksaan Agung. Tim khusus tersebut melakukan serangkaian penyelidikan termasuk penggeladahan terhadap kantor PT AAG, baik yang di Jakarta maupun di Medan.Berdasarkan hasil penyelidikan Direktorat Jendral Pajak (14 perusahaan perkebunan kelapa sawit dibawah payung Asian Agri diperiksa), ditemukan terjadinya penggelapan pajak yang berupa penggelapan pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN). Penyelewengan pajak setidaknya dilakukan pada 2002-2005, total kerugian negara mencapai Rp 1,259 triliun. Rinciannya: tahun 2002 sebesar Rp301,4 miliar, 2003 sebesar Rp309,6 miliar, 2004 sebesar Rp358,7 miliar, dan tahun 2005 sebesar Rp280,4 miliar.Pada tanggal 18 Desember 2012, Ketua Majelis Hakim dengan suara bulat memutuskan kasus ini sebagai kasus penggelapan pajak. Denda Rp 2.5 triliun inipun menjadi denda terbesar yang pernah ada dalam sejarah Republik. Denda ini setara dengan dua kali lipat jumlah pajak yang diduga digelapkan AAG yakni Rp 1.259 triliun selama periode 2002-2005. Diluar itu Direktur Jendral Pajak Fuad Rahmany menegaskan, instituisinya akan menagih pembayaran pokok pajak plus denda keterlambatan 48 persen. Jadi totalnya sekitar Rp 4.3 triliun.

Terdapat tiga skema manipulasi pajak Asian Agri (Majalah tempo, 15-22 Januari 2007)Pemilik group usaha ini lewat tim intinya di Asian Agri Group tiap tahun menyusun rancangan pembayaran pajak (tax planning) agar setoran ke negara seminimal mungkin. Paket tersebut antara lain, dilakukan dengan mentrasfer keuntungan dari belasan perusahaan sawitnya di Indonesia ke afiliasinya diluar negeri. Ada tiga modus yang dilakukan :1. Transaksi Hedging FiktifModus: Dibuat transaksi kontak lindung nilai/hedging(forward contract) jual-beli CPO atau valuta asing antara perusahan Asian Agri Group di Indonesia dengan perusahaan afiliasi di luar negeri. Diduga transaksi fiktif ini dengan penaggalan mundur (backdated transaction). Traksaksi dibuat sedemikian rupa (perusahaan di Indonesia jual di harga rendah dan beli di harga tinggi, sebaliknya perusahaan asing jual di harga tinggi dan beli diharga rendah) sehingga perusahaan Indonesia selalu rugi dan perusahaan luar negeri selalu untung. Akibatnya ada transfer uang dari perusahaan Indonesia ke luar negeri.Contoh transaksi:Twins Bonus Edible Oils Ltd (Hongkong) dan PT Dasa Anugrah Sejati melalukan transaksi kontrak jual beli CPO sebanyak 4.800 ton3 untuk pengiriman Desember 2005TglTransaksiNo KontrakCPO (ton3)Harga(US$/ton3)Nilai (US$)

10 Okt 2005Twins Bonus beli ke PT DAS101033412TWIN-S4.800382.51.836.000

25 Okt 20052551066512TWIN-P4.800368.01.766.400

Saldo14.569.600

2. Biaya FiktifModus: Dibuat berbagai jenis biaya fiktif dibelasan anak perusahaan Asian Agri Group, yang disebut Biaya Jakarta (Pembuatan jalan, pembersihan rumput, kontraktor,dll). Biaya kenyataan tidak dibayarkan, tapi disetorkan ke rekening pribadi atas nama Haryanto Wisastra/Eddy Lukas (HAREL) dan Eddy Lukas/Djoko Oetomo (ELDO). Selanjutnya ditransfer ke perusahaan investasi di luarnegeri.

3. Transfer PricingModus: Penjualan CPO ke perusahaan afiliasi (fiktif) di Hongkong, British Virgin Island dan makao dengan harga rendah. Dari perusahaan itu baru dijual dengan harga tinggi (pasar) ke pembeli rill. Dengan demikian, terbebas dari beban pajak yang tinggi dalam negeri.

Tanggapan:Putusan yang telah diputuskan oleh Majelis Hakim bahwa kasus yang terjadi dalam AAG merupakan penggelapan pajak dan perusahan bersangkutan harus membayar denda dua kali lipat dari pajak yang diduga digelapkan ini sudah benar. Denda ini sesuai dengan risiko yang dihadapi paerusahaan yang telah merugikan negara sebesar 1.25 triliun. Risiko pajak yang terdapat pada kasus ini antara lain risiko pajak penghasilan badan, perusahaan melakukan beberapa modus yang mengakibatkan pajak yang harus dibayar menjadi lebih kecil. dengan melakukan modus biaya fiktif maka biaya yang ada diperusahaan menjadi lebih besar dan mengurangi jumlah laba selain itu juga terdapat modus hedging fiktif yaitu dengan membuat transaksi antara perusahaan di Indonesia dengan di luar negeri. Perusahaan di Indonesia menjual bahan baku ke perusahaan afiliasi di Luar negeri dengan harga yang murah dan membelinya dengan harga tinggi sehingga perusahaan di Indonesia selalu keliatan rugi, dengan demikian pajak penghasilan badan yang akan dibayar akan menjadi lebih kecil. Hal ini merupakan salah satu dari manajemen pajak yang dilakukan oleh perusahaan untuk menjadikan penghasilan terutang perusahaan menjadi sekecil-kecil mungkin. Selain risiko PPh badan juga terdapat risiko PPN, risiko pemeriksaan dan risko lainnya yang bersangkutan seperti halnya apabila perusahaan melakukan pengajuan banding. Manajemen yang dilakukan oleh PT. AAG ini tidak sesuai dengan tujuan manajemen perpajakan karena tidak memenuhi tujuan utama yaitu menerapkan peraturan perpajakan secara benar. Malah sebaliknya menimbulkan sengketa pajak yang menimbulkan kerugian bagi negara. Solusinya PT. AAG sebaiknya menerapkan manajemen pajak penghasilan badan yang sesuai denganperaturan perpajakan misalnya memperbesar beban operasional yang akan mengurangi pajak penghasilan perusahaan.

Contoh2 :PT. X dalam usahanya memberikan tunjangan makan kepada karyawannya. Pemberian Tunjangan makan akan mengakibatkan bertambahnya PPhPasal 21. PT.X akhirnya dalam menyiapkan makan bersama dengan mempercayakan sepenuhnya kapada Mekar Sari Catering yang berlokasi di Jl.Mangga 4 Jakarta. Dalam proses pembayaran pada pihak catering PT.X membayar seluruh biaya makan karyawannya pada akhir bulan, yaitu setiap tanggal 24. Sebelum melakukan manajemen pajak, hutang PPh 21 Rp 89.600,-

Sedangkan setelah melakukan manajemen pajak, jumlah hutangPPh 21 sebesarRp 69.600,-

BAB IVKESIMPULAN

Risiko merupakan suatu akibat yang negatif dari suatu keputusan dan situasi yang diambil. Ada beberapa tahap pengendalian risiko mulai dari penetapan konteks, identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, penanganan risiko, riviu/ monitoring, konsultasi dan komunikasi. Tujuan dari manajemen pajak yaitu menerapkan peraturan perpajakan secara benar dan usaha efesiensi untuk mencapai laba dan likuidatas yang seharusnya. Dengan cara melaksanakan fungsi perencanaan pajak, pelaksanaan kewajiban pajak, dan pengendalian pajak. Karena terdapat risiko-risiko pajak yaitu risiko PPh PPN, risiko PPh Badan, risiko PPh 21, risiko Pemotongan/Pemungutan oleh pihak ketiga, risiko Pemeriksaan, risiko Keberatan, dan risiko Banding.Oleh karena itu, manajemen risiko pajak penting dilakukan oleh setiap perusahaan, agar setiap perusahaan dapat mengelola risiko pajak dengan baik dan dapat mengurangi dampak negatif dari risiko yang dialami perusahaan, begitu juga dengan Manajemen Risiko Perpajakan. Dalam memenuhi kewajiban pajak, perusahaan perlu melakukan pemotongan atau pemungutan, penyetoran dan pelaporan. Semua itu harus mengikuti peraturan perpajakan yang berlaku, apabila adanya pelanggaran maka sanksi perpajakan bisa dijatuhkan kepada perusahaan yang terkait, oleh karena itu manajemen risiko perpajakan perlu dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari sanksi.

DAFTAR PUSTAKA

Suandy, Erly. 2011. Perencanaan Pajak. Jakarta : Salemba Empat.Darmawi, Herman. 2002. Manajemen Risiko. Edisi 1. Jakarta: Bumi Aksara.Dharmasaputra, Metta. 2013. Saksi Kunci. Jakarta: Tempo.Resmi, Siti. 2011. Perpajakan: Teori dan Kasus. Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.Hidayat, Nur. 2013.Menerapkan Manajemen Risiko Dalam Mengelola Pajak Perusahaan.Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. VIII No. 2: 80-102.

Sutaryono, Paul. Membangun Manajemen Risiko Perpajakan Senin, 19 Maret 2014.http://economy.okezone.com/read/2010/04/05/279/319199/membangun-manajemen-risiko-perpajakanLiza,Rahmatu. Manajemen Pajak. 18 Maret 2014.http://rahmatulliza43.blogspot.com/2012/11/manajemen-pajak.htmlItjen Kemenkeu. Sosialisasi Manajemen Risiko di Pusdiklat Pajak. 20 Maret 2014.http://www.bppk.depkeu.go.id/webpajak/index.php/serambi/70-berita-terbaru/1356-sosialisasi-manajemen-risiko-di-pusdiklat-pajakHandy, Indah. Manajemen Risiko Dalam Mengelola Dan Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak. 20 Maret 2014.http://indahhandy.blogspot.com/2010/01/manajemen-resiko-dalam-mengelola-dan.html

25