PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN...

13

Click here to load reader

Transcript of PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN...

Page 1: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelB83E93A7220073F2EE29160... · kelas X di SMA Negeri 1 Tugu ... akademisnya homogen berdasarkan

1) Alumni Mahasiswa Geografi Universitas Negeri Malang

2) Dosen Geografi Universitas Negeri Malang 1

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR

KRITIS SISWA SMA

Meylisa Indarti 1)

Hadi Soekamto 2)

Djoko Soelistijo 2)

Program Studi Pendidikan Geografi-Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Malang

ABSTRACT

This research aimed to determine the the influence of application of

group investigation learning model for critical thinking ability of

the tenth grade students of SMA Negeri 1 Tugu Trenggalek. This

research included quasi experimental using subject by two classes,

there are XE as the experimental class and XA as control class. The

research instrument is a test for pre-test and post-test. The analysis

technique used is the unpaired t test (Independent Simple Test)

which can be solved with the help of SPSS 16.0 for Windows. The

results showed that there are significant differences between critical

thinking ability students class experiments with the control classes.

The result of analysis using a t test showed that a significance of

0,00. Thus the significance value of 0,00 < 0.05, it can be

concluded that the Group Investigation learning model influence to

critical thinking ability of the tenth grade students of SMA Negeri

1 Tugu Trenggalek.

Key Words: Group Investigation Learning Models, Critical

Thinking

Seiring dengan perkembangan zaman akan selalu terjadi perubahan dalam

berbagai bidang kehidupan. Salah satu bidang yang mengalami perubahan secara

cepat dan pesat adalah pendidikan. Hal ini mengakibatkan semua pihak

membutuhkan informasi yang melimpah dan cepat dari berbagai sumber.

Informasi dari berbagai sumber yang terpilih perlu diolah dengan efektif dan

efisien. Apabila siswa terbiasa memilih dan berusaha mengolah informasi yang

telah diperoleh, maka mereka akan terlatih untuk memecahan masalah, berpikir

kritis, kreatif, sistematis, dan logis, Depdiknas (dalam Fachrurazi, 2011).

Memecahkan masalah, berpikir kritis, kreatif, sistematis, dan logis

termasuk dalam beberapa jenis keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa untuk

menghadapi perkembangan zaman. Pernyataan ini selaras dengan pendapat

Sumarmi (2013) bahwa berpikir kritis merupakan salah satu kompetensi masa

Page 2: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelB83E93A7220073F2EE29160... · kelas X di SMA Negeri 1 Tugu ... akademisnya homogen berdasarkan

2

depan yang harus dimiliki oleh siswa. Kemampuan berpikir kritis perlu dilatih agar

siswa lebih terbiasa untuk melakukannya.

Kemampuan berpikir kritis dapat dimulai dari penyelesaian masalah kecil

yang ada di sekitar kita, misalnya berusaha untuk menyelesaikan tugas dengan

tepat waktu dan mengerjakannya secara maksimal. Penyelesaian masalah semacam

ini dibutuhkan kemampuan berpikir kritis dari dalam diri siswa. Sesuai dengan

pendapat Fachrurazi (2011) bahwa ”berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis

yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan

pendapat mereka sendiri”.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjadi seseorang yang

mampu berpikir kritis. Haskins (2002) menjelaskan bahwa sifat berpandangan

terbuka merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir

kritis. Sumarmi (2013) menjelaskan bahwa untuk menjadi seorang pemikir kritis

perlu menemukan fakta dan bukti untuk mendukung argumen yang dimiliki.

Fakta-fakta yang dapat mendukung pendapat seseorang dapat diperoleh dari

berbagai sumber infomasi yang dilakukan dengan cara banyak membaca dan

bereksperimen.

Melatih kemampuan berpikir kritis dapat juga dilakukan oleh guru saat

pembelajaran berlangsung. Latihan berpikir kritis yang dilakukan oleh guru

kepada siswanya pada mata pelajaran Geografi sesuai dengan pendapat.

Sumaatmadja (2001) bahwa pembelajaran geografi dapat mengembangkan

kemampuan intelektual tiap orang atau secara khusus para siswa yang

mempelajarinya. Dengan demikian, Geografi memiliki peran untuk melatih siswa

dalam berpikir dan mengembangkan keterampilannya.

Keberhasilan dari sebuah tujuan pembelajaran yakni melatih kemampuan

berpikir kritis siswa dapat diukur dari beberapa indikator. Indikator-indikator

tersebut masing-masing memiliki kriteria untuk mengukurnya. Beberapa indikator

yang digunakan, yaitu merumuskan masalah, mengidentifikasi informasi,

memecahkan masalah, memberikan solusi dari masalah, dan membuat kesimpulan.

Skor untuk setiap indikator diwujudkan dengan menggunakan rentang nilai 1-4.

Kemampuan berpikir kritis dapat diketahui dari beberapa aspek. Dari

beberapa aspek tersebut dibagi ke dalam beberapa indikator kemampuan berpikir

Page 3: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelB83E93A7220073F2EE29160... · kelas X di SMA Negeri 1 Tugu ... akademisnya homogen berdasarkan

3

kritis. Indikator berpikir kritis yang digunakan untuk penelitian dan sesuai dengan

model pembelajaran Group Investigation sebagai berikut.

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Sumber: Modifikasi dari Ennis (dalam Agustina, 2012:20)

Keberhasilan pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa dapat

dipengaruhi oleh pemilihan model pembelajaran yang digunakan. Model

pembelajaran yang dipilih harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai,

dalam hal ini berpikir kritis. Salah satu model pembelajaran alternatif yang dapat

membidik kemampuan berpikir kritis dan melatih kerjasama siswa dalam kerja

kelompok adalah Group Investigation (Fachrurazi, 2011).

Keunggulan lain yang dapat diperoleh dari adanya diskusi pada model

pembelajaran Group Investigation adalah mengajak siswa untuk mengenal

lingkungan sekitarnya. Keterkaitan pembelajaran dengan lingkungan tersebut

merupakan wujud dari interaksi langsung dengan sumber belajar. Sumber belajar

terbagi menjadi dua macam, yaitu sumber yang sengaja dibuat dan dipergunakan

untuk membantu pembelajaran dan sumber lainnya yang digunakan tanpa

rancangan karena telah ada di sekeliling kita (Muhtadi, 2006). Sumber belajar

yang sengaja dibuat, misalnya modul, slide, audio sedangkan yang telah ada di

sekeliling kita, misalnya pasar ataupun sungai. Di dalam pelaksanaannya model

pembelajaran Group Investigation memanfaatakan kedua sumber belajar tersebut,

(Sumarmi, 2012).

Urutan pelaksanaan model perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Hal

ini dilakukan agar manfaat kegiatan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan

No Kemampuan Berpikir

Kritis

Indikator

1. Merumuskan masalah Merumuskan permasalahan dan

memberi arah untuk memperoleh

jawaban

2. Memberikan argumen Memberikan argumen disertai saran

3. Melakukan deduksi Memberikan penjelasan dimulai dari hal

umum ke khusus

4. Melakukan induksi Membuat simpulan terkait masalah

5. Melakukan evaluasi Melakukan evaluasi berdasarkan fakta

6. Memutuskan dan

melaksanakan

Menentukan solusi alternatif dari

masalah untuk dapat direncanakan dan

dilaksanakan

Page 4: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelB83E93A7220073F2EE29160... · kelas X di SMA Negeri 1 Tugu ... akademisnya homogen berdasarkan

4

yang diharapkan. Slavin (2005) menjelaskan bahwa langkah-langkah model

pembelajaran Group Investigation dapat dilakukan dengan mengidentifikasi topik

dan mengatur murid ke dalam kelompok, melaksanakan investigasi, menyiapkan

laporan akhir, presentasi, serta evaluasi.

Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran Group Investigation

diarahkan untuk mencapai kemampuan berpikir kritis. Seseorang dikatakan

mampu berpikir kritis jika dapat merumuskan masalah dan memberikan alternatif

pemecahan masalah. Model pembelajaran Group Investigation yang disampaikan

pada mata pelajaran Geografi dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Hal ini sesuai dengan tujuan mempelajari Geografi yakni dapat memecahkan

masalah-masalah lingkungan, Sumaatmaja (1988). Pendapat tersebut didukung

oleh hasil penelitian Tejeda (2002), Dumas (2003), Konberg dan Gifin (2000),

(dalam Arnyana, 2006) bahwa ”salah satu model pembelajaran yang dapat melatih

siswa untuk berpikir kritis adalah Group Investigation”.

Kemampuan berpikir kritis siswa juga dapat dilatih dengan menggunakan

sebuah strategi pembelajaran. Oleh sebab itu, dibutuhkan strategi untuk

mengajarkan kemampuan berpikir kritis. Bonie dan Potts (dalam Amri, 2012)

menjelaskan bahwa ”ada tiga buah strategi untuk mengajarkan kemampuan

berpikir kritis, yaitu: building categories (membuat klasifikasi), finding problem

(menemukan masalah), dan enhanching the environment (mengkondusifkan

lingkungan)”. Ketiga langkah dalam strategi yang dapat dilakukan tersebut hampir

sama dengan langkah-langkah dalam pelaksaanaan model pembelajaran Group

Investigation. Dengan demikian, Group Investigation dapat digunakan sebagai

salah satu alternatif model pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan

berpikir kritis siswa.

Model pembelajaran Group Investigation dapat diterapkan pada berbagai

jenis materi, baik yang bersifat fisik ataupun sosial. Hal ini terbukti dari beberapa

penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya bahwa model pembelajaran Group

Investigation telah dilakukan pada mata pelajaran Fisika. Dari penelitian tersebut

model pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa pada mata pelajaran Fisika di SMA Negeri Ngoro Jombang,

Sayidatutakhiyati (2010).

Page 5: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelB83E93A7220073F2EE29160... · kelas X di SMA Negeri 1 Tugu ... akademisnya homogen berdasarkan

5

Pada bidang sosial, model pembelajaran Group Investigation pernah

diujicobakan dalam mata pelajaran Sejarah. Penelitian yang bertujuan untuk

meningkatkan ketrampilan berfikir kritis tersebut dilakukan pada siswa kelas

VIII.2 SMP Negeri 6 Malang . Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan, Devi (2008) menjelaskan bahwa penerapan model Group

Investigation dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis kelas VIII.2 SMP

Negeri 6 Malang tahun ajaran 2007/2008.

Penelitian yang menggunakan model pembelajaran Group Investigation

sudah banyak dilakukan pada mata pelajaran Geografi. Beberapa materi yang

disampaikan dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation ini

masuk dalam kompetensi dasar menganalisis. Beberapa materi dalam Geografi

yang pernah disampaikan dengan menggunakan model pembelajaran Group

Investigation yaitu materi Sumber Daya Alam. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut dijelaskan bahwa penerapan model pembelajaran Group Investigation

(GI) berpengaruh terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas XI khususnya pada

materi Sumber Daya Alam (Almarumi, 2011).

Materi dalam mata pelajaran Geografi lainnya adalah lingkungan hidup

(Kurniawan, 2012) dan menunjukkan hasil bahwa keaktifan belajar siswa

mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Penelitian lain dilakukan oleh

Prastiwi (2011) pada materi lithosfer dan pedosfer. Berdasarkan penelitian tersebut

menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari

siklus I ke siklus II.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment)

yang tergolong penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian yang dikembangkan

adalah Pretest-postest Control Group Design dengan subyek penelitan terdiri dari

kelas kontrol dan kelas eksperimen. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa

kelas X di SMA Negeri 1 Tugu Kabupaten Trenggalek semester genap tahun

pelajaran 2012-2013 yang terdiri dari 5 kelas.

Berdasarkan subjek penelitian yang ada dipilih dua kelas yang kemampuan

akademisnya homogen berdasarkan nilai rata-rata UTS Geografi materi pedosfer

Page 6: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelB83E93A7220073F2EE29160... · kelas X di SMA Negeri 1 Tugu ... akademisnya homogen berdasarkan

6

yang relatif sama yaitu kelas XA dan XE. Penentuan kelas ekperimen dan kelas

kontrol dilakukan secara acak. Kelas XE sebagai kelas eksperimen dan kelas XA

sebagai kelas kontrol.

Sebelum masing-masing kelas diberi perlakuan yang berbeda, dilaksanakan

pre-test dengan soal subjektif 5 nomer dan berupa 8 butir soal. Soal yang diberikan

telah diujicobakan pada kelas yang tidak digunakan dalam penelitian. Uji coba

dilakukan di kelas XA SMA Islam Lumajang. Uji coba instrumen dalam penelitian

ini meliputi analisis tingkat kesukaran, daya beda, validitas, dan reliabilitas.

Kegiatan inti dari sebuah penelitian eksperimen adalah memberikan

perlakuan yang berbeda pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas

eksperimen mendapat perlakukan berupa model pembelajaran Group

Investigation. Perlakuan di kelas kontrol berupa metode pembelajaran ceramah

dan tanya jawab. Kegiatan berikutnya, melakukan post-test dengan jumlah dan

jenis soal sama pada masing-masing kelas baik kelas eksperimen maupun kelas

kontrol. Skor pre-test dan post-test dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan berikut.

(Purwanto, 2010:16)

Keterangan:

n : nilai akhir

∑B : jumlah benar (skor yang dapat dicapai siswa)

Smi :Skor maksimal ideal (32)

n maks :nilai maksimal yang digunakan (100)

Skor yang diperoleh berdasarkan persamaan di atas kemudian disajikan di

dalam distribusi frekuensi sesuai dengan kualifikasi rentangan nilai untuk

mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis. Kualifikasi rentangan nilai dapat

dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kriteria Kemampuan Berpikir Kritis

Kualifikasi Nilai Keterangan

81, 25< x 100 Sangat kritis

62,50 < x 81,25 Kritis

43,75 < x 62, 5 Cukup Kritis

25 < x 43,75 Kurang Kritis

Sumber: Purwanto, dkk (2012: 4)

Page 7: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelB83E93A7220073F2EE29160... · kelas X di SMA Negeri 1 Tugu ... akademisnya homogen berdasarkan

7

Setelah penskoran selesai dilaksanakan, tahap selanjutnya mengolah data

dengan menggunakan uji hipotesis. Uji hipotesis dalam penelitian ini

menggunakan uji t dua sampel tidak berpasangan (Independent sampel t test)

dengan taraf signifikansi 0,05. Nilai yang digunakan untuk uji hipotesis adalah

gain score dari masing-masing kelas kontrol dan eksperimen. Pengujian hipotesis

dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS for Windows.

HASIL

Hasil penelitian meliputi data kemampuan awal siswa yang diperoleh dari

skor pre-test kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberi perlakuan. Kemampuan

berpikir kritis siswa diperoleh dari skor post-test kelas eksperimen dan kontrol

setelah diberi perlakuan. Berdasarkan data yang telah diperoleh, maka disusun

distribusi frekuensi sebagai berikut.

a. Data Kemampuan Awal Kelas Eksperimen

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari skor hasil pre test, maka

disusun distribusi frekuensi kemampuan awal kelas eksperimen yang dapat dilihat

pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal (Pretest) Kelas Eksperimen

Klasifikasi Nilai Kualifikasi Frekuensi Persentase (%)

81, 25< x 100 Sangat kritis 0 0

62,50 < x 81,25 Kritis 3 11, 53

43,75 < x 62, 5 Cukup Kritis 17 65, 38

25 < x 43,75 Kurang Kritis 6 23, 07

Jumlah 26 100

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis

siswa pada kelas eksperimen hampir separuh siswa (65, 38%) masuk dalam

kategori cukup kritis, sebagian kecil kritis (11, 53%), dan sisanya (23,07%) kurang

kritis.

b. Data Kemampuan Awal Kelas Kontrol

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari skor hasil pre test, maka

distribusi frekuensi kemampuan awal kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Page 8: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelB83E93A7220073F2EE29160... · kelas X di SMA Negeri 1 Tugu ... akademisnya homogen berdasarkan

8

Table 4.2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal (Pretest) Kelas Kontrol

Klasifikasi Nilai Kualifikasi Frekuensi Persentase (%)

81, 25< x 100 Sangat kritis 0 0

62,50 < x 81,25 Kritis 0 0

43,75 < x 62, 5 Cukup Kritis 19 76

25 < x 43,75 Kurang Kritis 6 24

Jumlah 25 100

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis

siswa pada kelas eksperimen hampir separuh siswa (76%) cukup kritis dan sisanya

(24%) kurang kritis.

1. Data Kemampuan Akhir Siswa

a. Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Eksperimen Setelah Perlakuan

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari kegitan post test, maka

disusun distribusi frekuensi kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen. Adapun

distribusi frekuensi kemampuan akhir siswa dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Akhir (post test) Kelas Eksperimen

Klasifikasi Nilai Kualifikasi Frekuensi Persentase (%)

81, 25< x 100 Sangat kritis 3 11, 54

62,50 < x 81,25 Kritis 14 53, 85

43,75 < x 62, 5 Cukup Kritis 9 34, 61

25 < x 43,75 Kurang Kritis 0 0

Jumlah 26 100

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis

siswa pada kelas eksperimen hampir separuh siswa (34,61%) dikategorikan cukup

kritis, lebih dari separuh siswa (53,85%) kritis, dan sisanya (11, 54%) sangat kritis.

a. Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol Setelah Perlakuan

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari kegiatan post test, maka

disusun distribusi frekuensi data hasil belajar kelas eksperimen yang dapat dilihat

pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Akhir (post test) Kelas Kontrol

Klasifikasi Nilai Kualifikasi Frekuensi Persentase (%)

81, 25< x 100 Sangat kritis 0 0

62,50 < x 81,25 Kritis 5 20

43,75 < x 62, 5 Cukup Kritis 18 72

25 < x 43,75 Kurang Kritis 2 8

Jumlah 25 100

Page 9: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelB83E93A7220073F2EE29160... · kelas X di SMA Negeri 1 Tugu ... akademisnya homogen berdasarkan

9

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis

siswa pada kelas eksperimen hampir separuh siswa (72%) cukup kritis, sebagian

kecil kurang kritis (8 %), dan sisanya (20%) kritis.

2. Data (Gain Score) Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Data kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh dari selisih skor siswa

yaitu skor kemampuan akhir (postest) dikurangi skor kemampuan awal (pretest).

Analisis statistik deskriptif data kemampuan berpikir kritis siswa (gain score)

dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.5 Analisis Statistik Deskriptif Data Kemampuan Berpikir Kritis (Gain Score)

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation Variance

KelasEksperimen 26 -3.00 32.00 17.1538 10.07052 101.415

KelasKontrol 25 -6.00 22.00 7.6000 7.41620 55.000

Valid N

(listwise) 25

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata dari gain

score kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

Nilai maksimum dari kelas eksperimen juga lebih tinggi dari kelas kontrol. Kelas

eksperimen memiliki kemampuan berpikir kritis lebih tinggi dari kelas kontrol.

Skor yang diperoleh dari pre test, post test, dan gain score dianalisis

menggunakan uji hipotesis dengan bantuan SPSS 16.00 for Windows. Uji hipotesis

dalam penelitian ini menggunakan uji t dua sampel tidak berpasangan

(independent samples t-test). Hasil output uji t tidak berpasangan gain score dari

kemampuan berpikir kritis siswa pada lampiran diperoleh nilai P-value sebesar

0,00. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh tersebut jelas bahwa P-value < 0,05,

berarti ada perbedaan kemampuan berpikir kritis antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Skor gain score rata-rata kelas kontrol sebesar 17,15 sedangkan

kelas kontrol 7,6. Nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas

kontrol. Apabila nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas

kontrol, maka H1 diterima sebagai hasil penelitian.

Page 10: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelB83E93A7220073F2EE29160... · kelas X di SMA Negeri 1 Tugu ... akademisnya homogen berdasarkan

10

PEMBAHASAN

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model

Group Investigation berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

Pengaruh tersebut diduga disebabkan oleh: pertama, siswa kelas eksperimen lebih

aktif daripada kelas kontrol. Keaktifan ini ditunjukkan dari kemampuan siswa di

kelas ekperimen untuk berpendapat. Berani untuk menyampaikan pendapat

merupakan salah satu ciri-ciri dari kemampuan berpikir kritis (Suprijono, 2011: 13).

Penyebab kedua, diduga disebabkan oleh kemampuan siswa untuk

menentukan topik masalah. Topik masalah diperoleh siswa dari bantuan gambar-

gambar yang ditunjukkan oleh guru. Gambar yang ditunjukan pada materi

atmosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi, yaitu lalu lalang

kendaraan dan aktivitas pabrik yang menghasilkan asap-asap sisa pembakaran,

lapisan atmosfer (troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, dan eksosfer), aktivitas

masyarakat yang tidak memanfaatkan kendaraan bermotor, dan sebuah ruang yang

ditumbuhi pepohonan sehingga tampak asri.

Berdasarkan gambar yang telah ditunjukkan, beberapa siswa berusaha

menyampaikan beberapa topik masalah. Setelah menyampaikan topik masalah

siswa juga mencari rumusan masalah dari topik tersebut. Kemampuan

merumuskan masalah dan mencari alterntif jawaban merupakan salah satu

indikator berpikir kitis, Ennis (dalam Agustina, 2012: 20).

Dari kedua puluh lima jumlah siswa di kelas eksperimen hampir

keseluruhan antusias untuk berpendapat. Setelah penyampaian gagasan untuk

menentukan topik masalah dirasa telah mencukupi, akhirnya terpilih tiga topik

masalah materi atmosfer untuk didiskusikan, yaitu: polusi udara, pemanasan global,

dan pasang surut air laut. Setelah melalui beberapa pertimbangan, topik masalah

tentang polusi udara dan pemanasan global tetap akan didiskusikan, sedangkan

pasang surut air laut diganti menjadi El Nina dan El Nino.

Penyebab ketiga adalah kegiatan diskusi yang dilaksanakan di kelas

eksperimen. Kegiatan diskusi di kelas eksperimen yang menggunakan

pembelajaran Group Investigation melatih siswa untuk cakap berbicara dan

mengutarakan pendapatnya. Kegiatan diskusi di kelas eksperimen dapat

melibatkan setiap siswa untuk berkomunikasi dan berpendapat serta bertanggung

Page 11: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelB83E93A7220073F2EE29160... · kelas X di SMA Negeri 1 Tugu ... akademisnya homogen berdasarkan

11

jawab pada semua hal yang telah diucapkannya karena disertai bukti relevan

(Suprijono, 2011: 13).

Berbeda dengan pembelajaran pada kelas kontrol yang terbiasa dengan

metode ceramah dan tanya jawab. Saat siswa diajak untuk berdiskusi, mereka

kurang terlatih untuk berpikir mandiri dan berpendapat. Siswa di kelas kontrol

masih cenderung kurang dalam menggali kemampuan berpikirnya. Kemudian,

siswa juga kurang memiliki inisiatif untuk melakukan penyelesaikan terhadap

suatu permasalahan dan kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikirnya.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sriartha (2006: 3) bahwa

pembelajaran yang berpusat pada guru kurang mampu mengembangkan

kemampuan berpikir siswa. Selaras pula dengan pendapat Thobroni (2011:86)

bahwa murid yang mendengarkan dengan tertib penjelasan guru kurang mampu

menyelesaikan masalah yang muncul secara temporer.

Adanya perbedaan pemanfaatan model Group Investigation dalam

pembelajaran akan berpengaruh pada kemampuan berpikir kritis siswa.

Kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas

kontrol karena tidak menggunakan model Group Investigation dalam

pembelajaran. Di kelas kontrol guru jarang memberikan kesempatan pada siswa

untuk secara mandiri melakukan investigasi terhadap materi yang dipelajari.

Dengan demikian siswa tidak terbiasa bekerja sama memecahkan masalah atau

membangun sendiri pengetahuan dan pemahamannya, sehingga siswa tidak

terbiasa untuk menampilkan kemampuan berpikir kritisnya.

SIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan

bahwa penggunaan model pembelajaran Group Investigation berpengaruh

terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas X di SMA Negeri 1 Tugu

Trenggalek. Rata-rata hasil belajar kelas yang menggunakan model pembelajaran

Group Investigation lebih tinggi daripada kelas yang tidak menggunakan

pembelajaran model Group Investigation.

Page 12: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelB83E93A7220073F2EE29160... · kelas X di SMA Negeri 1 Tugu ... akademisnya homogen berdasarkan

12

SARAN

Sesuai dengan kesimpulan tersebut, maka dapat diajukan beberapa saran.

Guru hendaknya menggunakan Group Investigation sebagai alternatif model

pembelajaran untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Kepala sekolah

hendaknya berperan sebagai inisiator agar guru menggunakan model pembelajaran

Group Investigation pada pembelajaran terutama pada materi dengan kompetensi

dasar analisis dan yang menuntut siswa berpikir kritis. Hendaknya peneliti lanjut

mengujicobakan model pembelajaran Group Investigation pada materi yang sama

di sekolah lain yang kemampuan awal mereka lebih rendah.

DAFTAR RUJUKAN

Agustina, Sri. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa Universitas

Kanjuruhan Malang Pada Matakuliah Hidrologi. Tesis tidak diterbitkan.

Malang: Universitas Negeri Malang.

Almarumi, F. A. 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Group Investigation terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI SMA

Laboraturium Universitas Negeri Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:

Universitas Negeri Malang.

Amri, S., Ahmadi, I. K. 2012. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam

Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Arnyana, I. B. P. 2006. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif Pada

Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA.

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/39306496515.pdf, (online). diakses

tanggal 3 Desember 2013.

Devi, N. 2008. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Group

Investigation (GI) Untuk Peningkatan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa

Terhadap Pelajaran Sejarah di SMP 06 Malang Kelas VIII.2. http://karya-

ilmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/view/798, (online). diakses tanggal

20 Juni 2013.

Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah

Dasar. (online), (http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf), diakses 5

Desember 2012.

Haskins, G. R. 2002. Sebuah Panduan Praktis Untuk Berpikir Kritis

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://skepdi

c.com/essays/Haskins.html (online). diakses tanggal 16 Desember 2012.

Kurniawan, D. 2012. Penerapan Model Pembelajaran group Investigation Berbasis

Lapangan untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Kelas XI IPS 2 SMAN 2

Kota Blitar. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Muhtadi, Ali. 2006. Manajemen Sumber Belajar.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MANAJEMEN%20SUMBER%20BE

LAJAR.pdf, (online). diakses tanggal 20 Juni 2013.

Page 13: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelB83E93A7220073F2EE29160... · kelas X di SMA Negeri 1 Tugu ... akademisnya homogen berdasarkan

13

Prasitiwi, R. B. 2011. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dengan

Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation Kelas XE SMA Islam

Malang Pada Mata Pelajaran Geografi Pokok Bahasan Lithosfer dan

Pedosfer. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Purwanto, E. 2005. Evaluasi Proses dan Hasil dalam Pembelajaran Aplikasi dalam

Bidang Studi Geografi. Malang: UM Press.

Riadi, Muchlisin. 2012. Model Pembelajaran Group Investigation.

http://www.kajianpustaka.com/2012/10/model-pembelajaran-group-

investigation.html#ixzz2JbABhTzp, (online). dsiakses tanggal 1 Februari

2013.

Sayidatutakhiyati. 2010. Metode Pembelajaran Kooperatif Model Group

Investigation untuk Meningkatkan Kemampuan /berpikir Kritis Siswa Kelas

X-4 SMA Negeri Ngoro Jombang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:

Universitas Negeri Malang.

Slavin, R. E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa

Media.

Sumaatmadja, N. 1988. Metodologi Pembelajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumaatmadja, N. 2001. Metodologi Pembelajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumarmi. 2012. Model-Model Pembelajaran Geografi. Malang: Aditya Media

Publishing.

Sumarmi. 2013. Pembelajaran Geografi yang Berkarakter Sesuai Kurikulum 2013.

Makalah disajikan dalam Seminar Nasional HMJ Geografi (Volcano) 2013

Universitas Negeri Malang, Malang, 8 Juni 2013.

Suprijono, A. 2011. Cooperative Learning Teoro dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Yuliana, dkk. 2011. Strategi Pembelajaran untuk Meningkatkan Pemahaman dan

Keterampilan Berpikir Kritis (Critical Thinking) pada Perkuliahan

Manajemen Pendidikan melalui Implementasi Pembelajaran Group

Investigation (GI) bagi Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta menuju

World Class Univesrsity, http://staff.uny.ac.id/sites.pdf, (online). diakses

tanggal 1 Juli 2013.