Pengaruh pendidikan jasmani terhadap kecerdasan intelejensi emosi dan spiritual siswa di sekolah...
-
Upload
taufik-ginanjar -
Category
Documents
-
view
12.895 -
download
6
description
Transcript of Pengaruh pendidikan jasmani terhadap kecerdasan intelejensi emosi dan spiritual siswa di sekolah...
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Illahi Robbi Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini sebagai tugas dari dosen mata kuliah
Bahasa Indonesia. Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen yang
telah membantu dalam segala hal, hingga pada akhirnya tugas makalah ini dapat diselesaikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan terutama bagi penulis pada
khususnya. Penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini banyak sekali kekurangan dan
kelemahan, maka dari itu segala kritikan dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan.
Bandung, Mei 2012
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata pengantar ......................................................................................................................................1
Daftar isi .................................................................................................................................................2
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang masalah ......................................................................................................3
1.2 Batasan masalah/ruang lingkup .........................................................................................4
1.3 Manfaat ..............................................................................................................................4
1.4 Tujuan .................................................................................................................................4
BAB II
Kajian teoritis
1. Kedudukan Dan Makna Pendidikan Jasmani
2.1.1 Pengertian pendidikan jasmani ...................................................................................5
2.1.2 Nilai dasar falsafah pendidikan jasmani ......................................................................5
2.1.3 Pentingnya pendidikan jasmani ..................................................................................6
2.1.4 Gerak sebagai kebutuhan anak ...................................................................................7
2. Ruang lingkup pendidikan jasmani
2.2.1 Dasar menentukan ruang lingkup ..............................................................................8
2.2.1 Ruang lingkup pendidikan jasmani ..............................................................................8
BAB III
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................11
3.2 Daftar pustaka ...............................................................................................................................12
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini banyak sekali persoalan-persoalan mengenai pendidikan jasmani di sekolah
dasar. Banyak orang menganggap pendidikan jasmani sama dengan olahraga. Begitu pula dengan
pengajar-pengajar terdahulu yang masih menganggap pendidikan jasmani dapat disamaartikan
dengan pengertian dan makna olahraga. Namun sebenarnya pendidikan jasmani tidak dapat
disamakan dengan olahraga. Dalam pendidikan jasmani bukan hanya keterampilan gerak yang
diterapkan, namun kecerdasan intelejensi, emosi, dan spiritual turut mempengaruhi siswa. Siswa
bukan hanya dituntut untuk terampil dalam bergerak, namun tentu saja dapat memahami fungsi dan
tujuan gerak yang mereka lakukan dengan aktif. Sedangkan olahraga adalah membina raga,
mengembangkan tubuh agar sehat, kuat, dan atau produktif dengan kecabangan olahraga itu sendiri.
Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan
sosial. Struktur anatomis-anthropometris dan fungsi fisiologisnya, stabilitas emosional dan
kecerdasan intelektualnya maupun kemampuannya bersosialisasi dengan lingkungannya nyata lebih
unggul pada siswa-siswa yang aktif mengikuti kegiatan Pendidikan jasmani - Olahraga dari pada
siswa-siswa yang tidak aktif mengikuti Penjas-Or (Renstrom & Roux 1988, dalam A.S.Watson :
Children in Sport dalam Bloomfield,J, Fricker P.A. and Fitch,K.D., 1992).
Selama ini memang ada pendapat yang menganggap pekerjaan penjas adalah tugas yang
paling ringan. Hanya dengan berbekal peluit dan sebuah bola sambil berteduh di bawah pohon
pelajaran berlangsung dengan sendirinya. Anak-anak dibiarkan bermain sendirinya sampai tiba
waktunya masuk kembali. Itulah kesan umum tentang pendidikan jasmani di Indonesia dan seolah-
olah sudah banyak ditemui di mana-mana. Modal ini dimaksud untuk mengubah pandangan umum
tentang penjas dan berusaha meyakinkan bahwa pelajaran penjas sebagai pelajaran yang penting
bagi pertumbuhan dan perkembangan serta tingkat kecerdasan anak. Jika selama ini penjas belum
dilaksanakan dengan baik, hal ini karena pemahaman tentang penjas belum sesuai dengan muatan
falsafah dan tujuan penjas yang sebenarnya.
Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari oleh
banyak kalangan. Namun, dalam pelaksanaannya pengajaran pendidikan jasmani berjalan belum
efektif seperti yang diharapkan. Pembelajaran pendidikan jasmani cenderung tradisional. Model
pembelajaran pendidikan jasmani tidak harus terpusat pada guru tetapi pada siswa. Orientasi
pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan anak, isi dan urusan materi serta cara
3
penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sasaran pembelajaran
ditujukan bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi pada perkembangan pribadi
khususnya kecerdasan siswa yang seutuhnya.
1.2 Batasan Masalah / Ruang Lingkup
Makalah ini penulis membatasi masalah pendidikan jasmani yang berpengaruh terhadap
kecerdasan siswa di Sekolah Dasar. Pertanyaan yang menjadi batasan masalah dalam makalah untuk
pembahasan selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Kedudukan dan makna pendidikan jasmani di sekolah dasar serta pengaruhnya terhadap
kecerdasan siswa ?
2. Tujuan dan ruang lingkup pendidikan jasmani di sekolah dasar ?
3. Kondisi pendidikan jasmani dan pembelajaran olahraga di Sekolah Dasar saat ini ?
1.3 Manfaat
Dengan membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui pengaruh pendidikan
jasmani terhadap tingkat kecerdasan yang meliputi kecerdasan afektif, kognitif, dan psikomotor
siswa di sekolah dasar sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-harinya.
1.4 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah memberitahukan kepada pembaca pengaruh dari
pendidikan jasmani terhadap kecerdasan siswa di sekolah dasar dan bukan hanya pengembangan
fisik saja namun dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan siswa yang meliputi afektif,
kognitif, dan psikomotor.
4
BAB II
KAJIAN TEORITIS
1. Kedudukan Dan Makna Pendidikan Jasmani
2.1.1 Pengertian Pendidikan Jasmani
Meskipun penjas menawarkan kepada anak untuk bergembira, tidak lah tepat untuk
mengatakan pendidikan jasmani diselenggarakan semata-mata agar anak-anak bergembira dan
bersenang-senang. Bila demikian seolah-olah pendidikan jasmani hanyalah sebagai mata pelajaran
selingan tidak berbobot, dan tidak memiliki tujuan yang bersifat mendidik.
Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan yang memberikan kesempatan bagi anak
untuk mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pelajarn penjas tidak kalah pentingnya
disbanding dengan pelajaran lainnya seperti matematiak, bahasa, IPS, dan IPA dan lain-lain. Namun
demikian tidak semua guru penjas menyadari hal tersebut, sehingga banyak anggapan bahwa penjas
boleh dilaksanakan secara serampangan. Hal ini tercermin dari berbagai gambaran negative tentang
pembelajaran penjas, mulai dari kelemahan proses yang menetap misalnya membiarkan anak
bermain sendiri hingga rendahnya mutu hasil pembelajarannya. Seperti kebugaran jasmani yang
rendah.
Jadi, pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau
olah raga. Inti pengertiannya adalah mendidik anak yang membedakan dengan mata pelajaran lain
adalah alat yang digunakan adalah gerak insani manusia yang bergerak secara sadar. Gerak itu
dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam setuasi yang tepat, agar dapat merangsang
pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Tujuan pendidikan jasmani adalah memberikan
kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus
mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, social, emosional dan moral.
2.1.2 Nilai Dasar Falsafah Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan
umum. Lewat program penjas dapat diupayakan peranan pendidikan untuk mengembangkan
kepribadian individu. Tanpa penjas, proses pendidikan di sekolah akan pincang. Ada tiga hal penting
yang bisa menjadi sumbangan unik dari pendidikan jasmani, yaitu :
5
1. Meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa.
2. Meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya.
3. Meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana
meneraokannya dalam praktek.
Kebugaran dan kesehatan akan dicapai melalui program pendidikan jasmani yang
terencana, teratur dan berkesinambungan. Dengan beban kerja yang cukup berat serta di lakukan
dalam jangka waktu yang cukup secara teratur, kegiatan tersebut akan berpengaruh terhadap
perubahan kemampuan fungsi organ-organ tubuh seperti jantung dan paru-paru.konsep sehat dan
sejahtra secara menyeluruh berbeda dengan pengertian sehat secara fisik. Anak-anak dididik untuk
maraih gaya hidup sehat secara total serta kebiasaan hidup yang sehat, baik dalam arti pemahaman
maupun prekteknya. Kebiasaan hidup sehat tersebut bukan hanya kesehatan fisik, tetapi juga
mencakup kesejahteraan mental, moral, dan spiritual. Tanda-tandanya adalah anak lebih tahan
menhadapi tekanan dan cobaan hidup, berjiwa optimis, merasa aman, nyaman dan tentram dalam
kehidupan sehari-hari.
2.1.3 Pentingnya Pendidikan Jasmani
Kehidupan sekolah yang demikian berkombinasi pula dengan kehidupan di rumah dan
lingkungan luar sekolah. Jika di sekolah, anak kurang bergerak di rumah juga demikian. Kemajuan
teknologi yang dicapai pada saat ini. Malah mngungkung anak-anak dalam lingkungan kurang gerak.
Anak semakin asyik dengan kesenangannya seperti menonton tv atau bermain video game. Tidak
menherangkan bila ada kerisauan bahwa kebugaran anak-anak semakin menurun.
Pendidikan jasmani adalah waktu untuk berbuat. Anak-anak akan lebih memilih untuk berbuat
sesuatu dari pada hanya harus melihat atau mendengarkan orang lain ketika mereka sedang belajar.
Suasana kebebasan yang ditawarkan di lapangan atau gedung olah raga sirna karena sekian lama
terkurung di antara batas-batas ruang kelas. Keadaan ini benar-benar tidak sesuai dengan dorongan
nalurinya.
Peranan pendidikan jasmani di sekolah dasar cukup unik. Karena turut mengembangkan dasar-
dasar keterampilan yang diperlukan anak untuk menguasai bebagai keterampilan yang diperlukan
anak untuk menguasai berbagai keterampilan dalam kehidupan di kemudian hari. Menurut para ahli,
pola pertumbuhan anak usia sekolah hingga menjelang akil balik atau remaja di sebut pola
pertumbuhan anak.
6
2.1.4 Gerak Sebagai Kebutuhan Anak
Bermain adalah dunia anak. Sambil bermain mereka belajar. Dalam hal belajar, anak-anak
adalah ahlinya. Segalah macam dipelajarinya. Dari menggerakkan anggota tubuh hingga mengenali
berbagai benda di lingkungan sekitarnya. Bayangkan keceriaan yang didapatnya ketika ia menyadari
baru saja menambah pengetahuan dan keterampilan. Belajar dan keceriaan merupakan dual hal
penting dalam masa kanak-kanak. Hal ini temasuk upaya mempelajari tubuhnya sendiri dan berbagai
kemungkinan geraknya. Gerak adalah rangsangan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Kian banyak ia bergerak kian banyak hal yang ditemui dan dipelajari. Kian baik pula kualitas
pertumbuhannya. Anak Cerdas gerak (kinestetik) biasanya menunjukkan kemampuan dan
ketrampilan gerak yang melebihi kemampuan anak seusianya. Psikolog anak dari Universitas
Paramadina, Alzena Masykouri MPsi mengatakan, anak cerdas gerak menampilkan integrasi yang
baik antara pikiran dan tubuh secara bersamaan untuk mencapai suatu tujuan.
Kegiatan-kegiatan sederhana dan sehari-hari yang berkaitan dengan kecerdasan ini,
misalnya memanjat pohon, menerbangkan layangan, lompat tali dengan berbagai gaya, petak
umpet, bahkan main kelereng. “Selain lihai, anak cerdas gerak mampu pula mengembangkan
ketrampilan emosi dan sosialnya melalui kegiatan bergeraknya,”kata Alzena. Jadi tidak semata
terampil, tetapi mereka juga mampu membawakan dirinya dengan sportivitas dan interaksi antara
individu yang baik.
Bila anak tersebut memiliki minat dan kemampuan dibidang seni tari tak semua anak mampu
meniru gerakan tarian dengan tepat hanya dengan melihatnya saja. Namun, anak dengan
kecerdasan gerak memiliki kemampuan untuk dapat meniru, menghafal dan menghayati gerakan-
gerakan tarian yang dilihatnya. Tak sekedar meniru, tapi juga mampu menampilkannya dengan baik.
Sedangkan pada anak yang menggeluti bidang olahraga mereka mampu menangkap maksud
pengarahan gerakan yang diajarkan dengan cepat. Selain itu juga mampu untuk menunjukkan
ketrampilan teknik dalam melakukan aktivitas olahraga tertentu. Orangtua bisa menemukan bakat
anak cerdas gerak sedini mungkin. Melalui olahraga atau seni, seperti menyanyi atau menari, anak
dapat teramati kemampuan geraknya. Alzena memaparkan, kecerdasan ini dapat diamati saat anak
mulai melakukan gerak bertujuan, misalnya berjalan, melompat, memanjat atau berlari. Bila anak
terlihat mampu melakukan gerakan dengan sangat terampil dibandingkan anak seusianya, berarti
ada kemungkinan ia memiliki kelebihan dalam kecerdasan gerak.
Orangtua dapat mengembangkan cerdas gerak anak dengan mengikutsertakannya dalam
kegiatan terstruktur, misalnya les menari atau klub olahraga. Tentunya pilih klub atau les yang
7
memang memiliki program untuk anak usia dini (mulai 3 tahun). Orangtua perlu mengamati minat
anak yang sebenarnya. Bisa jadi ia memiliki kecerdsan gerak, namun belum berminat terhadap
kegiatan-kegiatan yang melibatkan aktivitas motorik tersebut. Jadi, jangan berharap anak langsung
menyukai kegiatan les yang dipilih.
2. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani
2.2.1 Dasar Menentukan Ruang Lingkup
Pendidikan jasmani di sekolah dasar mencakup ruang lingkup yang luas karena terkait langsung
dengan karakteristik anak-anak dari bebagai usia. Dilihat dari berbagai tahapan pertumbuhan dan
perkembangan fisik anak pada tingkat usia sekolah dasar, sedikitnya terlibat tiga tahapan, yaitu :
1. Tahapan akhir dari masa kanak-kanak awal ( antara usia 5 – 7 tahun )
2. Tahapan masa kanak-kanak akhir ( middle childhood )
3. Tahapan awal dari pra-adolesen ( yang bisa dimulai pada usia 8 tahun atau rata-rata usia 10
tahun )
Pada usia di atas, anak-anak mulai matang menguasai keterampilan khusus, dari mulai
keterampilan manipulative langjutan, hingga kegiatan-kegiatan berirama dan permainan, senam,
kegiatan di air, dan kegiatan untuk pembinaan kebugaran jasmani. Dalam beberapa cabang olah
raga, pentahapan pencapaian keterampilan tingkat tinggi pun sudah dapat mulai dilakasanakan di
kelas-kelas akhir SD, misalnya senam, longcat indah, dan renang.
2.2.2 Ruang lingkup Pendidikan Jasmani
Setelah dibahas tentang dasar-dasar pertimbangan sebagai pedoman untuk menyusun
program pendidikan di sekolah dasar, ruang lingkup pendidikan jasmani dapat ditentukan. Namun
demikian uraian tentang ruang lingkup ini dibatasi dan sifatnya lebih umum. Yang harus disadari oleh
semua guru penjas adalah harus diberi dorongan-dorongan untuk terus menerus menjelajahi
kemampuan-kemampuannya. Tidak ada kemajuan dalam hal belajar gerak yang bersifat kejutan.
Semua kemajuan mengikuti pola yang teratur. Jangan mengharapkan keajaiban. Harus sabar dan
bersifat optimis bahwa murid kita akan mencapai kemajuan. Tidak mudah untuk mengetahui apakah
tujuan pengajaran pendidikan jasmani yang ditetapkan secara umum tersebut sudah tercapai atau
belum. Jika program pendidikan jasmani yang kita terapkan berhasil maka murid-murid kita akan
dapat dikatakan sebagai orang-orang yang terdidik.
2.2.3 Kondisi Pendidikan Jasmani dan Pembelajaran Olahraga di Sekolah Dasar saat ini
8
1. Waktu = 3 x 45 menit/minggu
2. Sarana – prasarana sangat terbatas
3. Kurikulum Pendidikan Jasmani dan (Pembelajaran) Olahraga pada saat ini lebih berorientasi
kepada Olahraga Kecabangan :
a. Cenderung individual dan cenderung mengacu pencapaian prestasi
b. Olahraga prestasi mahal dalam hal :
Sarana – prasarana Waktu, perlu masa pelatihan yang panjang
Tenaga dan biaya.
c. Olahraga kecabangan/ prestasi hendaknya menjadi pilihan dan diselenggarakan sebagai
kegiatan extra kurikuler.
Pendidikan jasmani demi kenyataan masa kini dan harapan bagi masa depan :
1. Reposisi : pikir ulang apa perlunya Pendidikan Jasmani dan (Pembelajaran) Olahraga di (usia)
SD secara intra kurikuler? Penjas-Or perlu dikembalikan pada posisi dasar fungsinya yaitu :
a. Penggunaan Olahraga/Kegiatan Jasmani sebagai media Pendidikan
b. Penggunaan Olahraga sebagai alat pelatihan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
sehat dinamis menuju kondisi Sejahtera paripurna siswa masa kini dan pembekalan anak
untuk menjadi Atlet elite dan SDM bermutu bagi masa depan.
2. Reorientasi : pikir ulang arah pembinaan Penjas-Or bagi Siswa SD?
Penjas-Or sebagai program kurikuler perlu ditinjau kembali:
a. Relevansinya dengan kebutuhan siswa / santri
b. Manfaat yang diharapkan
c. Kondisi nyata persekolahan :
1. Jatah waktu / jam pelajaran per minggu
2. Sarana – prasarana yang tersedia.
3. Reaktualisasi : pikir ulang apakah Penjas-Or di SD sudah sesuai kebutuhan nyata.
Penjas-Or di Sekolah dan Pondok Pesantren perlu menekankan kembali (reaktualisasi) kepada
konsep dasar Olahraga untuk tujuan Pendidikan dan Kesehatan untuk masa kini dan
Pendidikan dan Pengayaan kemampuan koordinasi gerak untuk pembekalan menjadi Atlit elite
dan SDM bermutu di masa depan. Jatah waktu pertemuan 3 x 45 menit/minggu, dapat
disajikan 3 x dalam seminggu dengan masing-masing pertemuan dengan waktu 45 menit.
9
4. Revitalisasi : pikir ulang bagaimana cara melaksanakan dan menggalakkan pelaksanaan
Penjas-Or di SD untuk mencapai tujuan masa kini dan masa depan ?
Penjas-Or di Sekolah dan Pondok Pesantren harus bersifat massaal dan disajikan dengan iklim
yang menggembirakan siswa, sehingga semua siswa merasa butuh berolahraga dan selalu
ingin berpartisipasi secara aktif, karena Penjas-Or sebagai bagian dari paket kurikuler tidak
membolehkan adanya siswa yang hanya menjadi Penonton, kecuali yang sakit.
5. Kualitas petugas : Keberhasilan misi di tingkat lapangan sangat ditentukan oleh kualitas
Petugas (dalam hal ini guru Penjas-Or) serta pemahamannya mengenai makna pembelajaran
Penjas-Or di Sekolah Dasar. Ketulusan dan kesungguhan dalam pengabdiannya, serta
kreativitas dan inovasinya dalam pembelajaran Penjas-Or pada anak (usia) SD akan sangat
menentukan keberhasilan misi yang diembannya.
6. Kebutuhan : Pendidikan Jasmani dan (Pembelajaran) Olahraga di (usia) Sekolah Dasar dan di
Pondok Pesantren harus dirasakan sebagai kebutuhan dan kenikmatan oleh siswa/santri,
sehingga mereka akan merasa dirugikan manakala mata pelajaran Penjas-Or ditiadakan.
7. Olahraga prestasi : Olahraga kecabangan yang bersifat prestatif perlu pula dikembangkan
namun sebagai materi ekstra kurikuler, sebagai pilihan untuk menyalurkan bakat dan minat
siswa/santri terhadap sesuatu cabang Olahraga.
Apapun Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) nya, pelaksanaannya di lapangan selalu dapat
disesuaikan dengan semua hasil pikir-ulang tersebut diatas. Memang diperlukan creativitas dan
innovasi pada pelaksanaannya di lapangan.
10
BAB III
3.1 Kesimpulan
Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari oleh
banyak kalangan. Namun, dalam pelaksanaannya pengajaran pendidikan jasmani berjalan belum
efektif seperti yang diharapkan. Pembelajaran pendidikan jasmani cenderung tradisional. Model
pembelajaran pendidikan jasmani tidak harus terpusat pada guru tetapi pada siswa. Orientasi
pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan anak, isi dan urusan materi serta cara
penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sasaran pembelajaran
ditujukan bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi pada perkembangan pribadi
khususnya kecerdasan siswa yang seutuhnya.
11
3.2 Daftar pustaka
H.Y.S.Santosa Giriwijoyo (http://geraksehat.wordpress.com)
Suardi (http://suardi0204.blogspot.com/2010/09/asas-dan-falsafah-pendidikan-jasmani.html)
Lilis Komariyah.2010; Pendidikan Kesehatan, FPOK UPI Bandung
12