BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual ...

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut meliputi kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan spiritual seseorang, dimana berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, suka cita, kasih sayang, kedamaian, toleransi, kerendahan hati serta memiliki tujuan hidup yang jelas (Prijosaksono, 2003). Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta (Hamid, 2000). Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang dirasakan tentang diri sendiri dan hubungan dengan orang lain, yang dapat diwujudkan dengan sikap mengasihi orang lain, baik dan ramah terhadap orang lain, menghormati setiap orang untuk membuat perasaan senang seseorang. Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya do’a, mengenal dan mengakui Tuhan (Nelson, 2002). Menurut Mickley et al (1992) menguraikan spiritual sebagai suatu yang multidimensi yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual ...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual ...

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Spiritual

1.1. Defenisi Spiritual

Spiritual adalah kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang

manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan

dasar tersebut meliputi kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta

kasih, dihargai dan aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan

spiritual seseorang, dimana berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, suka

cita, kasih sayang, kedamaian, toleransi, kerendahan hati serta memiliki tujuan

hidup yang jelas (Prijosaksono, 2003).

Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa

dan Maha Pencipta (Hamid, 2000). Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang

dirasakan tentang diri sendiri dan hubungan dengan orang lain, yang dapat

diwujudkan dengan sikap mengasihi orang lain, baik dan ramah terhadap orang

lain, menghormati setiap orang untuk membuat perasaan senang seseorang.

Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya do’a, mengenal dan mengakui Tuhan

(Nelson, 2002).

Menurut Mickley et al (1992) menguraikan spiritual sebagai suatu yang

multidimensi yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial

berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual ...

pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Spiritual sebagai

konsep dua dimensi, dimensi vertikal sebagai hubungan dengan Tuhan atau Yang

Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal

adalah hubungan dengan diri sendiri, dengan orang lain dan lingkungan. Terdapat

hubungan terus-menerus antara dua dimensi tersebut (Kozier, Erb, Blais &

Wilkinson, 1995).

Beberapa istilah yang membantu dalam pemahaman tentang spiritual

adalah kesehatan spiritual adalah rasa keharmonisan saling kedekatan antara diri

dengan orang lain, alam, dan lingkungan yang tertinggi. Ketidakseimbangan

spiritual (Spirituality Disequilibrium) adalah sebuah kekacauan jiwa yang terjadi

ketika kepercayaan yang dipegang teguh tergoncang hebat. Kekacauan ini

seringkali muncul ketika penyakit yang mengancam hidup berhasil didiagnosis

(Taylor, 2002).

Pada tahun 1973, National Conference On Classification Of Nursing

Diagnosis Of The North American Nursing Diagnosis Asosiation (NANDA)

mengatakan area spiritual adalah dukungan spiritual, yang dicirikan dengan

kekuatan spiritual. Faktor yang turut berperan dan batasan karakteristik berasal

dari perspektif kesehatan spiritual. Beberapa faktor penunjang mencakup identitas

spiritual yang tegas, pemeliharaan, sistem keyakinan walau dalam kesengsaraan,

empati terhadap nilai-nilai dan keyakinan orang lain, rasa pemenuhan spiritual,

kemampuan menghadapi tantangan untuk melakukan ritual keagamaan, sistem

keyakinan yang dapat disesuaikan dan makna hidup, penderitaan dan kematian

(Stanley, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual ...

1.2. Karakteristik Spiritual

Terdapat beberapa karakteristik spiritual yang meliputi :

a. Hubungan dengan diri sendiri

Merupakan kekuatan dari dalam diri seseorang yang meliputi pengetahuan

diri yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya dan juga sikap yang

menyangkut kepercayaan pada diri sendiri, percaya pada kehidupan atau masa

depan, ketenangan pikiran, serta keselarasan dengan diri sendiri. Kekuatan yang

timbul dari diri seseorang membantunya menyadari makna dan tujuan hidupnya,

diantaranya memandang pengalaman hidupnya sebagai pengalaman yang positif,

kepuasan hidup, optimis terhadap masa depan, dan tujuan hidup yang semakin

jelas (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).

Kepercayaan (Faith). Menurut Fowler dan keen (1985) kepercayaan

bersifat universal, dimana merupakan penerimaan individu terhadap kebenaran

yang tidak dapat dibuktikan dengan pikiran yang logis. Kepercayaan dapat

memberikan arti hidup dan kekuatan bagi individu ketika mengalami kesulitan

atau stress. Mempunyai kepercayaan berarti mempunyai komitmen terhadap

sesuatu atau seseorang sehingga dapat memahami kehidupan manusia dengan

wawasan yang lebih luas.

Harapan (Hope). Harapan berhubungan dengan ketidakpastian dalam

hidup dan merupakan suatu proses interpersonal yang terbina melalui hubungan

saling percaya dengan orang lain, termasuk dengan Tuhan. Harapan sangat

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual ...

penting bagi individu untuk mempertahankan hidup, tanpa harapan banyak orang

menjadi depresi dan lebih cenderung terkena penyakit.

Makna atau arti dalam hidup (Meaning of live). Perasaan mengetahui

makna hidup, yang kadang diidentikkan dengan perasaan dekat dengan Tuhan,

merasakan hidup sebagai suatu pengalaman yang positif seperti membicarakan

tentang situasi yang nyata, membuat hidup lebih terarah, penuh harapan tentang

masa depan, merasa mencintai dan dicintai oleh orang lain (Puchalski, 2004).

b. Hubungan dengan orang lain

Hubungan ini terbagi atas harmonis dan tidak harmonisnya hubungan

dengan orang lain. Keadaan harmonis meliputi pembagian waktu, pengetahuan

dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak, mengasuh orangtua dan orang

yang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian. Sedangkan kondisi yang tidak

harmonis mencakup konflik dengan orang lain dan resolusi yang menimbulkan

ketidakharmonisan dan friksi, serta keterbatasan asosiasi (Kozier, Erb, Blais &

Wilkinson, 1995).

Hubungan dengan orang lain lahir dari kebutuhan akan keadilan dan

kebaikan, menghargai kelemahan dan kepekaan orang lain, rasa takut akan

kesepian, keinginan dihargai dan diperhatikan, dan lain sebagainya. Dengan

demikian apabila seseorang mengalami kekurangan ataupun mengalami stres,

maka orang lain dapat memberi bantuan psikologis dan sosial (Carm & Carm,

2000).

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual ...

Maaf dan pengampunan (forgiveness). Menyadari kemampuan untuk

menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri seperti marah,

mengingkari, rasa bersalah, malu, bingung, meyakini bahwa Tuhan sedang

menghukum serta mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari

suatu kejadian atau penderitaan. Dengan pengampunan, seorang individu dapat

meningkatkan koping terhadap stres, cemas, depresi dan tekanan emosional,

penyakit fisik serta meningkatkan perilaku sehat dan perasaan damai (Puchalski,

2004).

Cinta kasih dan dukungan sosial (Love and social support). Keinginan

untuk menjalin dan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif

melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta kasih. Teman dan keluarga dekat dapat

memberikan bantuan dan dukungan emosional untuk melawan banyak penyakit.

Seseorang yang mempunyai pengalaman cinta kasih dan dukungan sosial yang

kuat cenderung untuk menentang perilaku tidak sehat dan melindungi individu

dari penyakit jantung.

c. Hubungan dengan alam

Harmoni merupakan gambaran hubungan seseorang dengan alam yang

meliputi pengetahuan tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim dan

berkomunikasi dengan alam serta melindungi alam tersebut (Kozier, Erb, Blais &

Wilkinson, 1995).

Rekreasi (Joy). Rekreasi merupakan kebutuhan spiritual seseorang dalam

menumbuhkan keyakinan, rahmat, rasa terima kasih, harapan dan cinta kasih.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual ...

Dengan rekreasi seseorang dapat menyelaraskan antara jasmani dan rohani

sehingga timbul perasaan kesenangan dan kepuasaan dalam pemenuhan hal-hal

yang dianggap penting dalam hidup seperti nonton televisi, dengar musik,

olahraga dan lain-lain (Puchalski, 2004).

Kedamaian (Peace). Kedamaian merupakan keadilan, rasa kasihan dan

kesatuan. Dengan kedamaian seseorang akan merasa lebih tenang dan dapat

meningkatkan status kesehatan (Hamid, 2000).

d. Hubungan dengan Tuhan

Meliputi agama maupun tidak agamis. Keadaan ini menyangkut

sembahyang dan berdo’a, keikutsertaan dalam kegiatan ibadah, perlengkapan

keagamaan, serta bersatu dengan alam (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995).

Dapat disimpulkan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritual apabila

mampu merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di

dunia/kehidupan, mengembangkan arti penderitaan serta meyakini hikmah dari

satu kejadian atau penderitaan, menjalin hubungan yang positif dan dinamis,

membina integritas personal dan merasa diri berharga, merasakan kehidupan yang

terarah terlihat melalui harapan dan mengembangkan hubungan antar manusia

yang positif (Hamid, 2000).

1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritual

Menurut Hamid (2000), faktor penting yang dapat mempengaruhi spiritual

seseorang adalah :

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual ...

a. Tahap perkembangan

Spiritual berhubungan dengan kekuasaan non material, seseorang harus

memiliki beberapa kemampuan berfikir abstrak sebelum mulai mengerti spiritual

dan menggali suatu hubungan dengan yang Maha Kuasa. Hal ini bukan berarti

bahwa spiritual tidak memiliki makna bagi seseorang.

b. Peranan keluarga penting dalam perkembangan spiritual individu.

Tidak begitu banyak yang diajarkan keluarga tentang Tuhan dan agama,

tapi individu belajar tentang Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari tingkah laku

keluarganya. Oleh karena itu keluarga merupakan lingkungan terdekat dan dunia

pertama dimana individu mempunyai pandangan, pengalaman terhadap dunia

yang diwarnai oleh pengalaman dengan keluarganya (Taylor, Lillis & LeMone,

1997).

c. Latar belakang etnik dan budaya

Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial

budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual

keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama, termasuk nilai

moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan

keagamaan.

d. Pengalaman hidup sebelumnya

Pengalaman hidup baik yang positif maupun negatif dapat mempengaruhi

spiritual seseorang dan sebaliknya juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang

mengartikan secara spiritual pengalaman tersebut (Taylor, Lilis & Lemon, 1997).

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual ...

Peristiwa dalam kehidupan seseorang dianggap sebagai suatu cobaan yang

diberikan Tuhan kepada manusia untuk menguji keimanannya.

e. Krisis dan perubahan

Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalam spiritual seseorang.

Krisis sering dialami ketika seseorang menghadi penyakit, penderitaan, proses

penuaan, kehilangan dan bahkan kematian, khususnya pada pasien dengan

penyakit terminal atau dengan prognosis yang buruk. Perubahan dalam kehidupan

dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual yang bersifat

fiskal dan emosional.

f. Terpisah dari ikatan spiritual

Menderita sakit terutama yang bersifat akut, sering kali membuat individu

merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial.

Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain tidak dapat menghadiri

acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan

keluarga atau teman dekat yang bisa memberikan dukungan setiap saat diinginkan

(Hamid, 2000).

g. Isu moral terkait dengan terapi

Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara

Tuhan untuk menunjukan kebesaran-Nya, walaupun ada juga agama yang

menolak intervensi pengobatan (Hamid, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual ...

1.4. Perkembangan Spiritual pada Lansia

Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu

untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk

mengerti nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan kehilangan

karena pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang lain (pasangan,

saudara, sahabat) menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri. Perkembangan

filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu orangtua untuk

menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta

lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau

dihindarkan (Hamid, 2000).

2. Lanjut Usia

2.1. Pengertian Lanjut Usia

Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut

usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60

tahun ke atas. Sementara itu WHO mengatakan bahwa lanjut usia meliputi usia

pertengahan yaitu kelompok usia 45-59 tahun (Nugroho, 2008) dan

mengidentikasikan lanjut usia sebagai kelompok masyarakat yang mudah

terserang kemunduran fisik dan mental (Watson, 2003).

2.2. Batasan-Batasan Lanjut Usia

Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara

memuaskan. Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan

umur.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual ...

a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, lanjut usia meliputi :

1. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59 tahun

2. Lanjut usia (elderly) adalah usia antara 60-74 tahun

3. Lanjut usia tua (old) adalah usia antara 75-90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) adalah usia diatas 90 tahun.

b. Departemen kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut :

1. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas

2. Kelompok lanjut usia (55-64 tahun) sebagai masa peresenium

3. Kelompok usia lanjut (kurang dari 65 tahun) sebagai masa senium

Jika dilihat dari pembagian umur dari tersebut diatas, dapat disimpulkan

bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang-orang yang telah berumur 65 tahun

keatas. Saat ini berlaku UU No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia

yang berbunyi “ Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun

keatas” (Nugroho, 2008).

2.4. Teori-Teori Proses Menua

a. Teori Genetic Clock

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-

spesies tertentu. Setiap spesies di dalam inti sel nya mempunyai suatu jam genetik

yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu (Nugroho, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual ...

b. Mutasi Somatik (Teori Error Catastrophe).

Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-

faktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang

menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa

radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur, sebaliknya menghindari radiasi

dan zat kimia yang bersifat toksik dapat memperpanjang umur (Nugroho, 2008).

c. Teori menua akibat metabolisme

Perpanjangan umur karena penurunan jumlah kalori tersebut, antara lain

disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme

(Darmodjo, 2002).

2.5. Penyesuaian- Penyesuaian pada Lanjut Usia

Beberapa penyesuaian yang dihadapi para lanjut usia yang sangat

mempengaruhi kesehatan jiwanya diantaranya :

a. Penyesuaian terhadap masalah kesehatan

Setelah orang memasuki lanjut usia umumnya mulai dihinggapi adanya

kondisi fisik yang bersifat patologis berganda, misalnya tenaga berkurang, kulit

makin keriput, gigi mulai rontok, tulang makin rapuh, dan lain-lain (Kuntjoro,

2002). Adapun perubahan fisik yang dialami meliputi seluruh sistem tubuh yakni

sistem pendengaran, penglihatan, persarafan, dan sistem tubuh lainya (Nugroho,

2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual ...

b. Penyesuaian pekerjan dan masa pensiun

Sikap kerja sangat penting bagi semua tingkat usia terutama usia lanjut

karena sikap kerja ini tidak hanya kualitas kerja yang mereka lakukan tetapi juga

sikapnya terhadap masa pensiun yang akan datang (Hurlock, 1999).

c. Penyesuaian terhadap berbagai perubahan dalam keluarga

Penyesuaian yang dihadapi lanjut usia diantaranya hubungan dengan

pasangan, perubahan perilaku, seksual dan sikap sosialnya, dan status ekonomi.

Khususnya aspek sosial pada lanjut usia yang pada umumnya mengalami

penurunan fungsi tubuh sering menimbulkan keterasingan (Hurlock, 1999).

d. Penyesuaian terhadap hilangnya pasangan dan orang yang dicintai

Penyesuaian utama yang harus dilakukan oleh lanjut usia adalah

penyesuaian yang dilakukan karena kehilangan pasangan hidup. Kehilangan

tersebut dapat disebabkan oleh kematian atau penceraian (Hurlock, 1999). Kondisi

ini mengakibatkan gangguan emosional dimana lanjut usia akan merasa sedih

akibat kehilangan orang yang dicintainya (Hidayat, 2004).

3. Keluarga

3.1. Pengertian keluarga

Menurut Ferry Effendi (2009) yang dikutip dari Duval dan Logan.

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan

adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan

meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari setiap

anggota keluarga.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual ...

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah

suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998).

Menurut Ferry Effendi (2009) yang dikutip dari Salvicion G Bailon dan

Aracelis Maglaya. Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang

tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan

mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam

perannya masing-masing menciptakan dan mempertahankan kebudayaan.

3.2. Tipe keluarga

Menurut konteks keilmuan dan pengelompokan orang, terdiri dari :

1. Traditional nuclear. Keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) tinggal dalam satu

rumah ditetapkan oleh saksi-saksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu

atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

2. Reconstituted nuclear. Pembentukan baru dari keluarga inti melalui

perkawinan kembali suami atau istri, tinggal dalam pembentukan suatu rumah

dengan anak-anaknya, baik itu dari perkawinan lama maupun hasil

perkawinan yang baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

3. Middle age atau aging couple. Suami sebagai pencari uang, istri di rumah,

atau keduanya bekerja di luar rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah

karena sudah sekolah, perkawinan, atau meniti karir.

4. Dyadic nuclear. Pasangan suami istri yang sudah berumur dan tidak

mempunyai anak. Keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual ...

5. Single parent. Keluarga dengan satu orangtua sebagai akibat perceraian atau

akibat kematian pasangannya, anak-anaknya dapat tinggal di dalam rumah

atau di luar rumah.

6. Commuter married. Pasangan suami istri atau keduanya sama-sama bekerja

dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-

waktu tertentu.

7. Single adult. Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak

adanya keinginan untuk menikah.

8. Three generation. Tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah.

9. Institusional. Anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam satu panti.

10. Communal. Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami

dengan anak-anaknya dan sama-sama berbagi fasilitas.

11. Group marriage. Satu rumah terdiri dari orangtua dan satu kesatuan keluarga.

12. Unmarried parent and child. Ibu dan anak pernikahannya tidak dikehendaki

dan kemudian anaknya diadopsi.

13. Cohabitating couple. Dua orangtua atau satu pasangan yang bersama tanpa

menikah.

14. Extended family. Nuclear family dan anggota keluaraga yang lain tinggal

dalam satu rumah dan berorientasi pada satu kepala keluarga (Effendi, 2009).

3.3. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Marilyn M. Friedman (1998) yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual ...

1. Fungsi Afektif

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis

kekuatan keluarga. Fungsi apektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan

psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi apektif tampak pada kebahagiaan

dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Setiap anggota keluarga saling

mempertahankan iklim yang positif, perasaan memiliki, perasaan yang berarti,

dan merupakan sumber kasih sayang. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan

melalui interaksi dan berhubungan dalam keluarga.

2. Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi

Fungsi ini sebagai tempat untuk melatih anak dan mengembangkan

kemampuannya untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah. Keluarga

merupakan tempat individu untuk bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan

individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan anggota keluarga

yang ditujukan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar tentang disiplin,

norma-norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam

keluarga.

3. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan dan menambah

sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana, maka fungsi

ini sedikit terkontrol. Disisi lain, banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau di

luar ikatan perkawinan sehingga lahirlah keluarga baru dengan satu orangtua.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual ...

4. Fungsi Ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan tempat

mengembangkan kemampuan individu untuk meningkatkan penghasilan dan

memenuhi kebutuhan keluarga seperti makan, pakaian, dan rumah, dan lain-lain.

5. Fungsi pemeliharaan kesehatan

Fungsi ini untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar tetap

memiliki produktifitas yang tinggi, kemampuan keluarga dalam memberikan

perawatan kesehatan dapat mempengaruhi status kesehatan keluarga. Untuk

menempatkannya dalam perspektif, fungsi ini merupakan salah satu fungsi

keluarga dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan fisik seperti makan, pakaian,

tempat tinggal, dan perawatan kesehatan. Keluarga mampu merawat anggota

keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, dan keluarga mampu memberikan

asuhan keperawatan yang mempengaruhi tingkat kesehatan keluarga dan individu.

Pengetahuan keluarga juga tentang sehat-sakit juga mempengaruhi perilaku

keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga. Fungsi religius tugas

keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan mengajak anak dan

anggota keluarga lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga

untuk menanamkan keyakinan bahwa ada kekuatan yang lain yang mengatur

kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini (Effendi, 2009).

3.4. Tugas Kesehatan Keluarga

Tugas kesehatan keluarga menurut Bailon dan Maglaya (1998) yaitu :

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual ...

1. Mengenal masalah kesehatan

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan

karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena

kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana kesehatan habis.

Orangtua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang

dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota

keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga atau orangtua.

Apabila menyadari adanya perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadinya,

perubahan yang akan terjadi, dan berapa besar perubahannya. Sejauh mana

keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta masalah kesehatan yang meliputi

pengertian, faktor penyebab dan yang mempengaruhi, serta persepsi keluarga

terhadap masalah.

2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, keluarga

merasakan adanya masalah kesehatan, dan membawa anggota keluarga yang

sakit ke rumah sakit terdekat atau pos pelayanan kesehatan terdekat.

3. Memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit

Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,

keluarga harus mengetahui hal-hal antara lain keadaaan penyakit (sifat,

penyebaran, komplikasi dan perawatannya), sifat dan perkembangan perawatan

yang dibutuhkan, keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan,

sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual ...

jawab, sumber keuangan atau finansial, fasilitas fisik, psikososial), dan sikap

keluarga terhadap penyakit.

4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat

Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang

sehat, keluarga harus memperhatikan hal-hal antara lain sumber-sumber keluarga

yang dimiliki, keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, pentingnya

hygiene dan sanitasi, upaya pencegahan penyakit, sikap dan pandangan keluarga

terhadap hygiene dan sanitasi, dan kekompakan antar anggota keluarga.

5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat

Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus

mengetahui hal-hal yang terkait antara lain keberadaan fasilitas keluarga,

keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat

kepercayaan petugas dan fasilitas kesehatan, pengalaman yang kurang baik

terhadap petugas kesehatan, dan fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh

anggota keluarga (Effendi, 2009).

3.5. Tugas perkembangan keluarga dengan lansia

Tugas perkembangan keluarga merupakan tanggung jawab yang harus

dicapai oleh keluarga dalam setiap tahap perkembangannya. Keluarga diharapkan

dapat memenuhi kebutuhan biologis, imperatif (saling menguatkan), budaya dan

aspirasi, serta nilai-nilai keluarga. Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988), tugas

perkembangan keluarga dengan lansia adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual ...

1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

Pengaturan hidup bagi lansia merupakan suatu faktor yang sangat penting

dalam mendukung kesejahteraan lansia. Perpindahan tempat tinggal bagi lansia

merupakan suatu pengalaman traumatis, karena pindah tempat tinggal berarti akan

mengubah kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan oleh lansia di

lingkungan tempat tinggalnya. Selain itu, dengan pindah tempat tinggal berarti

lansia akan kehilangan teman dan tetangga yang selama ini berinteraksi serta telah

memberikan rasa aman pada lansia.

2. Penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun

Ketika lansia memasuki pensiun, maka terjadi penurunan pendapatan

secara tajam dan semakin tidak memadai, karena biaya hidup terus meningkat,

sementara tabungan/pendapatan berkurang. Dengan sering munculnya masalah

kesehatan, pengeluaran untuk biaya kesehatan merupakan masalah fungsional

yang utama. Adanya harapan hidup yang meningkat memungkinkan lansia untuk

dapat hidup lebih lama dengan masalah kesehatan yang ada.

3. Mempertahankan hubungan perkawinan

Hal ini menjadi lebih penting dalam mewujudkan kebahagiaan keluarga.

Perkawinan mempunyai kontribusi yang besar bagi moral dan aktivitas yang

berlangsung dari pasangan lansia. Salah satu mitos tentang lansia adalah dorongan

seks dan aktivitas sosialnya yang tidak ada lagi. Mitos ini tidak benar, karena

menurut hasil penelitian memperlihatkan keadaan yang sebaliknya. Salah satu

penyebab yang dapat menurunkan aktivitas seksual adalah masalah psikologis.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual ...

4. Penyesuaian diri terhadap kehilangan pasangan

Tugas perkembangan ini secara umum merupakan tugas perkembangan

yang paling traumatis. Lansia biasanya telah menyadari bahwa kematian adalah

bagian dari kehidupan normal, tetapi kesadaran akan kematian tidak berarti bahwa

pasangan yang ditinggalkan akan menemukan penyesuaian kematian dengan

mudah. Hilangnya pasangan menuntut reorganisasi fungsi keluarga secara total,

karena kehilangan pasangan akan mengurangi sumber-sumber emosional dan

ekonomi serta diperlukan penyesuaian untuk menghadapi perubahan tersebut

(Maryam, 2008).

3.6. Peran keluarga

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem (Kozier, Barbara,

1995). Peranan keluarga menggambarkan seperangkat hubungan interpersonal,

sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam situasi dan kondisi

tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola prilaku

dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Peran keluarga terhadap lansia adalah:

1. Sistem keluarga besar yaitu:

a. Lansia adalah sesepuh yang harus dihargai, dihormati dan diminta nasehat

atau do’a restu

b. Usaha menyediakan fasilitas-fasilitas kebutuhan harian

2. Sikap Keluarga dan Masyarakat Terhadap Lansia yaitu:

a. Adanya kecenderungan berpersepsi negatif

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual ...

b. Diharapkan mempunyai persepsi positif pada lansia karena merupakan

peristiwa alamiah dimana tiap-tiap individu akan mengalaminya

3. Membangun kebutuhan untuk dicintai, aktualisasi dari lanjut usia

4. Menciptakan suasana yang menyenangkan yaitu hubungan yang harmonis

(saling pengertian antara generasi muda dan generasi lansia) (Mubarak, 2006).

3.7. Peran keluarga dalam perawatan lansia

Keluarga merupakan supportsystem utama bagi lansia dalam

mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara

lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status

mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan

memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia (Maryam, 2008).

Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap anggota keluarga

memiliki peranan yang sangat penting. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan

oleh anggota keluarga dalam melaksanakan peranannya terhadap lansia, yaitu :

1. Menjaga dan merawat kondisi fisik anggota keluarga yang lanjut usia, tetap

dalam keadaan optimal dan produktif

2. Mempertahankan dan meningkatkan status mental pada lansia

3. Mengantisipasi adanya perubahan sosial dan ekonomi pada lansia

4. Memotifasi dan memfasilitasi lansia untuk memenuhi kebutuhan spiritual,

dengan demikian dapat meningkatkan ketakwaan lansia kepada Tuhan Yang

Maha Esa (Mubarak, 2006).

3.8. Peran keluarga dalam kebutuhan spiritualiti lansia

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Spiritual 1.1. Defenisi Spiritual ...

1. Peran keluarga dalam hubungan dengan diri lansia sendiri

Kebutuhan spiritual yang terpenuhi pada masa ini akan membuat lansia

mampu merumuskan arti personal yang positip tentang tujuan keberadaannya di

dunia mengembangkan arti penderitaan dan meyakini suatu hikmah dari suatu

kejadian/penderitaan, menjalin hubungan yang positif dan dinamis melalui

keyakinan, rasa percaya diri dan cinta. Peran keluarga membantu mengenal

masalah kesehatan lansia. Mendukung lansia untuk selalu optimis dalam

menghadapi masa depan (Hamid, 2000).

2. Peran keluarga dalam hubungan lansia dengan orang lain

Lansia juga akan mampu membina integritas personal dan merasa dirinya

berharga, merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan, serta

mampu mengembangkan hubungan antar manusia yang positif. Peran keluarga

dalam mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pada

lansia dan merawat anggota keluarga yaitu lansia.

3. Peran keluarga dalam hubungan lansia dengan alam

Peran keluarga memodifikasi lingkungan fisik dan psikologis sehingga

lansia dapat beradaptasi terhadap proses penuaan. Menggunakan fasilitas

pelayanan kesehatan, rekreasi dan sosial sesuai dengan kebutuhan lansia.

4. Peran keluarga dalam hubungan lansia dengan Tuhan Yang maha Esa

Meliputi agama maupun tidak agamis. Memotifasi lansia untuk melakukan

ibadah. Memfasilitasi lansia dalm menjalankan ibadah (Mubarak, 2006).

Universitas Sumatera Utara