PENGARUH PERSONAL ATTITUDE DAN SPIRITUALITAS...

116
PENGARUH PERSONAL ATTITUDE DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KEBAHAGIAAN SINGLE MOTHERS Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Oleh : YUNITA IHTIARINI NIM: 1110070000153 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2015 M

Transcript of PENGARUH PERSONAL ATTITUDE DAN SPIRITUALITAS...

PENGARUH PERSONAL ATTITUDE DAN

SPIRITUALITAS TERHADAP KEBAHAGIAAN

SINGLE MOTHERS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

Oleh :

YUNITA IHTIARINI

NIM: 1110070000153

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2015 M

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Bahagia adalah kondisi tanpa syarat, maka itu jangan

tetapkan syarat untuk dapat bahagia.

Kalaupun ada, syarat bahagia hanya ada dua yaitu

ikhlas dan syukur kepada Allah SWT.

(Penulis)

Kupersembahkan Karya ini Pada :

Kedua Orang Tua dan Kakak-Kakak Tercinta (Siti Maesaroh,

Ma’mun Maarif, Syair Munawir, Indri Ariani)

Guru Kehidupan Kami Bapak Tubagus Wahyudi dan Ibu Dwi

Andiani Widiastuti serta keluarga besar Kahfi BBC Motivator School

vi

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

B) January 2015

C) Yunita Ihtiarini

D) The effects of Personal attitude and Spirituality to Happiness of Single

Mothers

E) Xiii + 89 + appendixes

This study aims to determine the influence of personal attitude and

spirituality towards happiness single mothers. The variables of this

study amounted to 7 independent variable that is a personal attitude,

spirituality (the meaning of life, a spiritual experience, positive

emotions and rituals), and because the work becomes single mothers

and one dependent variable that is happiness.

Quantitative approach used in this study, the multiple regression

analysis as a method of analysis. While it through non-probablity

sampling, obtained a sample of 150 single mothers. Measuring

instrument used is the Happiness Scale, Scaleof Spirituality and

Personal attitude scale.

The results are not significantly influence personal attitude towards

happiness single mothers, but these variables still contribute. While the

spiritual aspects that affect single mothers happiness is the meaning of

life and ritual variable, while the spiritual experience and positive

emotions have no effect. Furthermore, demographic variables also

affect the work of single mothers happiness and self-employed

freelance jobs where otherwise happier than housewives, teachers and

civil servants. For single mothers become either divorced or deceased

spouse does not affect the happiness of single mothers, but when

compared to single mothers due to divorce happier than those whose

partners died.

F) Reading material : 17 : 6 books + 9 journals + 2 articles

vi

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) Januari 2015

C) Yunita Ihtiarini

D) Pengaruh Personal attitude dan Spiritualitas terhadap Kebahagiaan

single mothers

E) Xiii + 89 halaman + lampiran

F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh personal attitude

dan spiritualitas terhadap kebahagiaan single mothers. Variabel

penelitian ini berjumlah 7 independent variable yaitu personal attitude,

spiritualitas (makna hidup, pengalaman spiritual, emosi positif dan

ritual), pekerjaan serta sebab menjadi single mothers dan 1 dependent

variable yaitu kebahagiaan.

Pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian ini, dengan multiple

analysis regression sebagai metode analisisnya. Sementara itu melalui

non-probablity sampling, diperoleh sampel sejumlah 150 orang single

mothers. Alat ukur yang digunakan yaitu Skala Kebahagiaan, Skala

Personal attitude dan Skala Spiritualitas.

Hasilnya terdapat pengaruh yang tidak signifikan personal attitude

terhadap kebahagiaan single mothers, tetapi variabel tersebut tetap

memberikan kontribusi. Sedangkan dari aspek spiritualitas yang

berpengaruh terhadap kebahagiaan single mothers adalah variabel

makna hidup dan ritual, sementara itu pengalaman spiritual dan emosi

positif tidak berpengaruh. Selanjutnya variabel demografik pekerjaan

juga berpengaruh terhadap kebahagiaan single mothers dimana

pekerjaan lepas dan wiraswasta dinyatakan lebih bahagia dibanding ibu

rumah tangga, guru dan pegawai negeri sipil. Sebab menjadi single

mothers baik bercerai maupun pasangan meninggal tidak berpengaruh

terhadap kebahagiaan single mothers, namun ketika dibandingkan

single mothers yang disebabkan karena bercerai lebih bahagia

dibanding mereka yang pasangannya meninggal.

G) Daftar Bacaan : 17 : 6 buku + 9 jurnal + 2 artikel

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat

allah SWT atas segala rahmat, hidyah, dan kasih sayang yang diberikan-Nya,

sehingga pnulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh

personal attitude dan spiritualitas terhadap kebahagiaan single mothers”.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita semua,

Rasulullah Muhammad SAW, berikut keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik

dalam bentuk sumbangan pikiran, tenaga, waktu, dan do’a yang tidak terukur

dalam menyelasaikan skripsi ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati

penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Abdul mujib, M.Ag., M.Si Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh jajarannya.

2. Yufi Adriani, M.Psi terima kasih atas bimbingan dan arahan serta waktu yang

telah diberikan kepada penulis selama proses mengerjakan skripsi.

3. Zulfa Indira Wahyuni, M.Psi dosen pembimbing akademik, terima kasih atas

bimbingan yang telah diberikan selama penulis menjalani perkuliahan.

4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

telah banyak memberikan ilmu bagi penulis selama perkuliahan.

5. Seluruh responden yang telah bersedia berpartisipasi dalam mengisi

kuesioner penelitian ini.

6. Orang tua penulis, Bapak Taryo (Alm) dan Ibu Taruni, terima kasih atas cinta

kasih, doa, motivasi, dukungan baik moril maupun materil. Semoga Allah

senantiasa memberkahi Bapak dan Ibu.

7. Kakak-kakak terkasih, Siti Maesaroh, Ma’mun Maarif, Syair Munawir dan

Indri Ariani yang selalu memberikan motivasi selama penulis mejalani

perkuliahan dan penyusunan skripsi.

8. Bapak Tubagus Wahyudi dan Ibu Dwi Andiani Widiastusi guru kehidupan

penulis, terima kasih atas doa dan dukungan serta motivasinya.

viii

9. Seluruh keluarga besar Kahfi BBC Motivator School yang senantiasa

menjadi sumber semangat bagi penulis.

10. Teman-teman terbaik yang mencurahkan tenaganya untuk membantu peneliti

dalam menyebarkan angket penelitian, Syafril, Sophian, Nisa, Teh Yuyun,

Mba Asri, Bang Subhan, Triani, Maul, Naqiah, Anjar, Bunda Damai, Muja,

Ka Rahmi, Amira, Rahma, Ani Muflihah, nashwa.

11. Sahabat sekaligus kakak, Milki Aan yang telah memberikan dukungan moril

dan materil secara nyata bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

untuk segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan untuk membantu

peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.

Penulis berharap, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi siapa

siapa saja yang membacanya. Selain itu mengingat kekurangan dan keterbatasan

penulis, maka segala kritikan dan saran yang bersifat membangun sangat

diharapkan penulis sebagai bahan penyempurnaan.

Jakarta, 8 Januari 2015

Penulis

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................... 1-12

1.1.Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................... 8

1.2.1. Pembatasan masalah.......................................................... 8

1.2.2. Perumusan masalah ........................................................... 9

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 10

1.3.1. Tujuan penelitian .............................................................. 10

1.3.2. Manfaat penelitian ........................................................... 10

1.4. Sistematika Penulisan ............................................................... 11

BAB 2. LANDASAN TEORI ................................................................ 13-44

2.1. kebahagiaan ............................................................................... 13

2.1.1. Pengertian Kebahagiaan ................................................. 13

2.1.2. Aspek-aspek Kebahagiaan .............................................. 15

2.1.3. Pengukuran Kebahagiaan ............................................... 18

2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebahagiaan ........... 19

2.2. Personal Attitude ....................................................................... 27

2.2.1.Pengertian Personal Attitude............................................. 27

2.2.2. Aspek-aspek Personal Attitude ........................................ 28

2.2.3. Pengukuran Personal Attitude.......................................... 30

2.3. Spiritualitas ............................................................................... 31

2.3.1.Pengertian Spiritualitas ..................................................... 31

2.3.2. Aspek-aspek Spiritualitas ................................................. 34

2.3.3. Pengukuran Spiritualitas .................................................. 39

2.5. Kerangka Berpikir ..................................................................... 40

2.6. Hipotesis Penelitian ................................................................... 44

BAB 3. METODE PENELITIAN ......................................................... 45-65

3.1.Populasi,Sampel, danTeknik Pengambilan Sampel ................... 45

3.2. Variabel Penelitian .................................................................... 46

3.3. Definisi Operasional Variabel ................................................... 46

3.4. Metode Pengambilan Data .......................................................47

x

3.4.1. Teknik Pengambilan Data .............................................47

3.4.2. Instrumen Penelitian ......................................................48

3.4. Uji Validitas Konstruk Instrumen Penelitian ............................ 51

3.4.1. Uji validitas konstruk Kebaagiaan .................................. 51

3.4.2. Uji validitas konstruk Personal Attitude ........................ 52

3.4.3. Ujivaliditas konstruk Spiritualitas .................................. 56

3.5. Teknik Pengolahan Data ........................................................... 62

3.6. Prosedur Penelitian.................................................................... 64

BAB 4. HASIL PENELITIAN .............................................................. 66-77

4.1. Gambaran Umum Responden ................................................... 66

4.2. Hasil Analisis Deskriptif ........................................................... 67

4.3. Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ...................................... 68

4.4. Uji Hipotesis Penelitian............................................................. 70

4.5. Proporsi Varian ......................................................................... 76

BAB 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN............................... 78-84

5.1. Kesimpulan ............................................................................... 78

5.2.Diskusi ....................................................................................... 79

5.3. Saran .......................................................................................... 81

5.3.1.Saran teoritis .................................................................... 82

5.3.2.Saran praktis .................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.2 Neurosains Spiritual ..........................................................39

Tabel 3.2 Variabel Penelitian.............................................................46

Tabel 3.2 Skor Pernyataan Positif dan Negatif .................................48

Tabel 3.3 Blue Print Skala Kebahagiaan ..........................................48

Tabel 3.4 Blue Print Skala Personal Attitude ...................................49

Tabel 3.5 Blue Print Skala Spiritualitas ........................................... 50

Tabel 3.6 Muatan Faktor Kebahagiaan ............................................ 52

Tabel 3.7 Muatan Faktor Personal Attitude ..................................... 55

Tabel 3.8 Muatan Faktor Makna Hidup ........................................... 57

Tabel 3.9 Muatan Faktor Pengalaman Spiritual ...............................59

Tabel 3.10 Muatan Faktor Emosi Positif ............................................60

Tabel 3.11 Muatan Faktor Ritual ........................................................62

Tabel 4.1 Gambaran Umum Pekerjaan .............................................66

Tabel 4.2 Gambaran Umum Sebab menjadi Single mothers ............67

Tabel 4.3 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian .............................67

Tabel 4.4 Norma Skor ......................................................................68

Tabel 4.5 Kategori Skor Kebahagiaan .............................................68

Tabel 4.6 Kategori Skor Personal Attitude ......................................69

Tabel 4.7 Kategori Skor Spiritualitas ...............................................69

Tabel 4.8 R Square Kebahagiaan Single Mothers ............................70

Tabel 4.9 Signifikansi R Square .......................................................71

Tabel 4.10 Koefisien Regresi Untuk Masing-masing Independent

Variable .............................................................................72

Tabel 4.11 Proporsi Varians Masing-masing Independent Variable ...76

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .................................................................................. 43

Gambar 3.1 Faktor Konfirmatorik Kebahagiaan ....................................................... 51

Gambar 3.2 Analisis Faktor Konfirmatorik Personal Attitude .................................. 54

Gambar 3.3 Analisis Faktor Konfirmatorik Makna Hidup ........................................ 56

Gambar 3.4 Analisis Faktor Konfirmatorik Pengalaman Spiritual ............................ 58

Gambar 3.5 Analisis Faktor Konfirmatorik Emosi Positif......................................... 60

Gambar 3.6 Analisis Faktor Konfirmatorik Ritual .................................................... 61

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Kuesioner Penelitian

Lampiran B Syntax Lisrel Konstruk Kebahagiaan

Lampiran C Output Lisrel Konstruk Kebahagiaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dipaparkan latar belakang, pembatasan masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat dan sistematika penulisan.

1.1. Latar Belakang Masalah

Memiliki kehidupan rumah tangga yang harmonis, anak-anak yang tumbuh

sehat dan bahagia serta memiliki pasangan yang baik merupakan dambaan

setiap wanita. Di dalam ajaran agama Islam, pernikahan bertujuan untuk

memperolah ketenangan jiwa bagi yang menjalankannya, saling berbagi kasih

sayang dengan harapan tercipta keluarga yang sakinah, mawaddah dan

rahmah. Namun, tidak semua orang dapat merasakannya. Diantaranya adalah

mereka yang kehilangan pasangan, baik disebabkan oleh perceraian maupun

pasangan meninggal.

Berdasarkan data dari Badan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah

Agung (MA) pada tahun 2009 lalu, perkara perceraian yang diputus

Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah mencapai 223.371 perkara. Namun

demikian, selama sembilan tahun terakhir, tiap tahun rata-rata terdapat

161.656 perceraian. Artinya, jika diasumsikan dalam satu tahun terdapat dua

juta peristiwa perkawinan, maka 8% di antaranya berakhir dengan perceraian.

Berdasarkan temuan Mark Cammack (dikutip oleh Hermansyah,

2014) guru besar dari Southwestern School of Law - Los Angeles USA, pada

tahun 1950-an angka perceraian di Asia Tenggara, termasuk Indonesia,

2

tergolong yang paling tinggi di dunia. Pada dekade itu, dari 100 perkawinan,

50 di antaranya berakhir dengan perceraian. Tetapi pada tahun 1970-an

hingga 1990-an, tingkat perceraian di Indonesia dan negara-negara lain di

Asia Tenggara menurun drastis, padahal di belahan dunia lainnya justru

meningkat. Angka perceraian di Indonesia meningkat kembali secara

signifikan sejak tahun 2001 hingga 2009. Melonjaknya angka perceraian

terlihat sekali mulai tahun 2007 hingga 2009. Sementara, perbandingan cerai

gugat dan cerai talak relative tetap. Jumlah cerai gugat dalam beberapa tahun

terakhir ini rata-rata 1,7 kali jumlah cerai talak. Atau, sekitar 65 %

berbanding 35%. Dari data diatas dapat diketahui bahwa di Indonesia saat ini

banyak sekali orang tua tunggal yang disebabkan oleh perceraian.

Fasoranti (dalam Travedi, 2009) mengemukakan bahwa efek kematian

pasangan seperti disorganisasi dan trauma lebih mengena pada wanita

dibanding laki-laki. Berdasarkan pada Skala Rating Penyesuaian Sosial

(Social Readjusment Rating Scale – SRRS) stresor kematian pasangan

menduduki urutan pertama dngan skor 100, urutan kedua adalah perceraian

dengan skor 73 (Davison, 2006). Atas dasar penjelasan tersebut penelitian ini

berfokus pada wanita dibanding laki-laki, dalam hal ini adalah single

mothers.

Sementara itu, single mothers mengalami kondisi yang penuh

tantangan. Salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah masalah

pengasuhan anak. Single mothers harus mengasuh anak-anak mereka seorang

3

diri yang disebabkan oleh hilangnya peran ayah dalam keluarga, baik karena

perceraian maupun kematian pasangan. Mereka harus mampu menjalanka dua

peran sekaligus, yaitu peran ayah dan ibu. Menjalankan peran ibu mungkin

tidak menjadi masalah bagi mereka, namun untuk mejalankan peran ayah,

seperti mencari nafkah keluarga, menjadi sosok pemimpin yang kuat

memerlukan daya dan upaya yang lebih. Disatu sisi mereka harus mencari

uang dan disisi lain mereka juga harus merawat anak.

Single mothers juga mengalami masalah lain di antaranya masalah

psikologis, mereka mengalami ketakutan dan kehilangan harga diri sebagai

seorang wanita dan cenderung menarik diri dari lingkungan serta mengalami

loneliness. Mereka menunjukkan keterpurukan ekonomi, mengalami masalah

sosial dan psikologis, khususnya pada tahun pertama kematian pasangan.

Namun, masalah utamanya adalah kesulitan ekonomi, karena hilangnya

kepala keluarga yang pada awalnya menghidupi keluarga secara keseluruhan

(Fasoranti dalam Travedi, 2009).

Atas dasar masalah-masalah yang dihadapi tersebut single mothers

dimungkinkan menjadi lebih tidak bahagia dibanding mereka yang memiliki

pasangan. Bahagia tidaknya seorang single mothers menjadi hal penting

untuk diteliti, karena single mothers yang bahagia dimungkinkan dapat

mengasuh anak lebih baik.

Berbicara mengenai kebahagiaan, banyak faktor yang dapat

mempengaruhinya. Salah satu di antaranya adalah penghasilan. Seperti yang

4

telah dikatakan di atas bahwa ekonomi menjadi masalah utama bagi

kebahagiaan mereka. Untuk itu penghasilan yang mereka dapatkan tentu

berpengaruh terhadap kebahagiaan mereka. Penghasilan salah satunya

diperoleh melalui pekerjaan. Bagi mereka yang bekerja dan tidak, memiliki

perbedaan penghasilan, dapat diasumsikan mereka yang memiliki pekerjaan

lebih bahagia hidupnya dibanding yang tidak memiliki pekerjaan.

Selain itu, berdasarkan pada SRSS (Social Readjusment Rating Scale)

telah dikatakan bahwa ada perbedaan skor antara kematian pasangan dan

bercerai, dimana kematian pasangan memiliki skor yang lebih tinggi. Oleh

karenanya, mereka yang pasangannya meninggal mungkin lebih tidak bahagia

dibanding mereka yang bercerai. Meninggalnya pasangan adalah peristiwa

yang pastinya tidak diinginkan oleh istri manapun, sedangkan bercerai bisa

jadi disebabkan oleh keinginan istri untuk berpisah.

Berdasarkan data dari Badilag (Badan Peradilan Agama) tercatat ada

sekitar 65% cerai talak dari angka keseluruhan perceraian pasangan suami

istri dari tahun 2007 – 2009. Mereka yang menggugat cerai suami bisa jadi

lebih bahagia ketika bercerai karena hal tersebut merupakan sesuatu yang

mereka inginkan. Bisa jadi dengan bercerai mereka lebih bahagia dan hidup

lebih sejahtera. Oleh karenanya perbedaan penyebab single mothers bercerai

dan pasangan meninggal perlu juga diteliti untuk mengetahui mana yang

lebih bahagia.

5

Pendekatan teoritikal untuk memahami proses yang mempengaruhi

kebahagiaan mencakup formulasi bottom-up dan top-down. Formulasi

bottom-up menekankan pada pola faktor-faktor eksternal seperti pengalaman

dan demografi. Sedangkan top-down menekankan pada karakteristik internal

individu seperti, personality trait, attributional stability, kestabilan emosi

(emotional stability), loneliness, locus of control, serta self esteem.

Spiritualitas ditambahkan pada karakteristik internal individu yang terhubung

dengan kebahagiaan (Diener dalam Holder, Coleman & Wallace, 2010).

Vaillant (dalam Diener, 2008) mengatakan bahwa inti fundamental

dari spiritualitas adalah emosi positif seperti cinta, rasa syukur, dan perasaan

kagum yang menghubungkan manusia pada sesuatu yang lebih besar

dibanding dirinya. Ketika seseorang merasakan emosi spiritualitas yang

menghubungkan mereka dengan orang lain, dengan masyarakat, dengan alam,

dan dengan alam semesta mereka akan berperilaku dalam pola yang lebih

positif. Selain itu rasa syukur membawa seseorang tidak hanya berfokus pada

aspek positif dalam hidup mereka, akan tetapi juga berfokus pada bagaimana

seseorang bisa menolong orang lain. Hal ini membawa seseorang yang

memiliki emosi spiritual menjadi lebih bahagia.

Fakta di atas diperkuat dengan hasil studi tentang spiritualitas yang

secara umum melaporkan bahwa ada korelasi positif antara karakteristik

internal (spiritualitas) dan subjective well being termasuk didalamnya life

satisfaction (Kelley, Miller & Zullig, dalam Holder et.al., 2010) dan

6

kebahagiaan (Argyle, Francis, French & Joseph dalam Holder et.al., 2010).

Sementara itu studi pada orang dewasa awal, dewasa madya, dan dewasa

akhir melaporkan bahwa orang-orang dalam tiga kelompok umur tersebut

lebih bahagia ketika mereka menganggap diri mereka religius, dibanding

orang-orang yang menganggap diri mereka tidak religius (Francis dalam

Holder et.al, 2010). Luttmer (dalam Holder et.al, 2010) menyebutkan bahwa

aktivitas religius dan kepercayaan secara positif berkorelasi dengan

pengukuran subjective well being, meskipun dikontrol oleh variabel

demografik seperti umur, pemasukan dan status kelahiran.

Faktor lain yang mempengaruhi kebahagiaan adalah bagaimana

seseorang bersikap dan berperilaku dengan pikiran yang positif. Pikiran

positif mengarahkan individu untuk melihat sisi baik dari segala peristiwa

hidup. Dalam psikoterapi berlatih berpikir positif disebut reframing yaitu

usaha mengajak klien untuk melihat masalah mereka dalam sudut pandang

lain yang lebih positif.

Seorang istri dapat melihat perceraian sebagai hal yang menyedihkan,

namun ada istri-istri lain yang melihat perceraian sebagai salah satu jalan

menuju hidup yang lebih baik. Semua itu tergantung pada bagaimana

individu mengarahkan perhatiannya. Ada orang-orang yang mengarahkan

perhatian mereka kepada kenangan-kenangan buruk masa lalu, hal ini dapat

memunculkan kembali pengalaman yang tidak menyenangkan yang pada

7

akhirnya membuat seseorang tidak bahagia. Ingatan akan hal yang

menyenangkan dapat meningkatkan perasaan bahagia dan sebaliknya.

Selanjutnya, bagaimana cara seseorang menginterpretasikan atau

mengartikan dunia sekelilingnya juga memainkan peran penting dalam

menentukan apakah seseorang tersebut bahagia atau tidak. Seseorang yang

menganggap menjadi single mothers adalah hal yang memalukan bisa jadi

hidup dalam kondisi yang menyedihkan bahkan mungkin menarik diri dari

masyarakat. Di sisi lain, ada wanita-wanita single mothers yang memberikan

apresiasi tinggi terhadap dirinya sendiri karena mampu hidup tanpa pasangan

dan menghidupi anak dengan usahanya sendiri. Baginya, hal ini adalah

prestasi besar dalam hidupnya. Sikap positif akan melahirkan kondisi

psikologis yang lebih baik. Perceraian atau kematian pasangan adalah

peristiwa yang bagi kebanyakan orang menyedihkan, namun jika disikapi

dengan positif seseorang akan dapat mengambil hikmah dari peristiwa buruk

tersebut yang akhirnya dapat membuat individu lebih tenang secara

psikologis yang pada ujungnya bisa menghasilkan kebahagiaan. Perhatian

(attention), interpretasi (interpretation) dan ingatan (memory) seseorang

mengarahkan mereka pada sikap personal (personal attitude) yang

mempengaruhi kebahagiaannya. Jika sikap personal yang ditunjukkan positif

maka akan memberikan efek positif pula, berupa perasaan yang lebih

bahagia.

8

Berdasarkan pada latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Personal Attitude dan

Spiritualitas terhadap Kebahagiaan Single Mothers”.

1.2. Batasan dan Rumusan Permasalahan

1.2.1. Batasan Permasalahn

Agar penelitian ini tidak meluas dan lebih terarah, maka perlu suatu

pembatasan masalah. Adapun pokok permasalahan yang menjadi batasan

permasalahan dalam penelitian ini adalah kebahagiaan pada single mothers

yang dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diantaranya spiritualitas,

personal attitude, pekerjaan dan sebab menjadi single mothers. Adapun

penjelasan mengenai variabel-variabel tersebut sebagi berikut:

1. Kebahagiaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keadaan yang

ingin dicapai oleh single mothers berdasarkan penilaian subyektif mereka

mengenai emosi dan kegiatan positif, meliputi kepuasan pada masa lalu

seperti ketenangan ketika mengingat masa lalu, kedamaian dan

kebanggan terhadap masa lalu. Kemudian optimisme di masa depan

seperti keyakinan akan hidup lebih baik, kepercayaan, harapan dan rasa

optimis serta kesenangan. Emosi positif yang lain adalah keterlibatan

dalam aktivitas pada masa sekarang dimana mereka merasa senang,

riang, ceria dan nyaman.

2. Personal attitude yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap dan

perilaku single mothers yang dihasilkan melalui proses berpikir, baik

positif maupun negatif dimana sikap dan perilaku tersebut ditujukan pada

9

sesuatu. Sesuatu itu bisa benda, kejadian perceraian atau kematian

pasangan, situasi atau kesulitan hidup, orang-orang atau kelompok.

Proses berpikir yang dimaksud meliputi perhatian (attention), interpretasi

(interpretation), dan ingatan (memory).

3. Spiritualitas yang dimaksud penelitian ini adalah pengalaman empirik

single mothers yang berkaitan dengan tujuan dan makna hidup, dalam

kaitannya dengan hubungan interpersonal, antarmanusia (sosial-

interpersonal) dan kehidupan secara keseluruhan, sebagai manifestasi

hubungannya dengan Tuhan. Manisfestasi hubungan dengan Tuhan dapat

ditunjukkan dengan perilaku seperti, bahagia melakukan kebaikan,

menolong dengan spontan, menjadi teladan bagi orang lain, berperilaku

jujur, beribadah sesuai aturan agama. Berdasarkan pada dimensi

spiritualitas yaitu, makna hidup, pengalaman spiritual, emosi positif dan

ritual.

4. Sampel dalam penelitian ini adalah single mothers di wilayah DKI

Jakarta dan Tangerang Selatan yang berusia 30-50 tahun.

5. Variabel demografik ditambahkan dalam penelitian ini meliputi

pekerjaan dan penyebab single mothers.

1.2.2. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan batasan masalah, maka masalah yang akan diteliti dalam

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan personal attitude, spiritualitas dan

variabel demografik terhadap kebahagiaan single mothers?

10

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan personal attitude (attention,

interpretation, memory) terhadap kebahagiaan single mothers.

3. Apakah ada pengaruh signifikan aspek makna hidup dari variabel

spiritualitas terhadap kebahagiaan single mothers?

4. Apakah ada pengaruh signifikan aspek pengalaman spiritual dari variabel

spiritualitas terhadap kebahagiaan single mothers?

5. Apakah ada pengaruh signifikan aspek emosi positif dari variabel

spiritualitas terhadap kebahagiaan single mothers?

6. Apakah ada pengaruh signifikan aspek ritual dari variabel spiritualitas

terhadap kebahagiaan single mothers?

7. Apakah ada pengaruh signifikan aspek pekerjaan dari variabel

demografik terhadap kebahagiaan single mothers?

8. Apakah ada pengaruh signifikan aspek penyebab seseorang menjadi

single moters dari variabel demografik terhadap kebahagiaan single

mothers?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan personal

attitude, religiusitas dan variabel demografik pekerjaan, serta sebab

menjadi single mothers terhadap kebahagiaan single mothers.

11

2. Untuk mengetahui besaran kontribusi dari setiap dimensi (independent

variable) terhadap kebahagiaan single mothers.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan

khususnya dalam bidang psikologi. Selain itu, secara teoritis diharapkan

penelitian ini dapat memperkaya teori serta menambah hasil-hasil penelitian

tentang personal attitude, spiritualitas dan kebahagiaan.

Penelitian ini diharapkan dapat menambah input atau masukan bagi single

mothers dalam upaya meningkatkan kebahagiaan dengan cara meningkatkan

sikap positif serta kegiatan-kegiatan spiritual. Selain itu, peneliti berharap

hasil pemikiran ini dapat menjadi bahan rujukan dan sebagai pembanding

untuk penelitian selanjutnya.

1.4. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Personal Attitude,

Spiritualitas dan Variabel Demografik terhadap Kebahagiaan Single

Mothers” terdiri dari lima bab, yaitu :

Bab 1. Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan

dan manfaat dari penelitian serta sistematika penulisan.

12

Bab 2. Kajian Teori

Berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan penelitian,

kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

Bab 3. Metodologi Penelitian

Berisi tentang metode penelitian yang terdiri dari tujuh sub-bab. Sub-bab

tersebut adalah populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, variabel

penelitian, definisi operasional dari variabel, metode pengumpulan data, uji

validitas alat ukur, teknik pengolahan data, dan prosedur penelitian.

Bab 4. Analisa Hasil Penelitian

Berisi tentang gambaran responden, deskriptif statistik, kategorisasi skor

variabel penelitian, dan pengujian hipotesis penelitian.

Bab 5. Kesimpulan, Diskusi dan Saran

Berisi tentang rangkuman keseluruhan hasil dari penelitian yang telah

dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga bagian yaitu kesimpulan, diskusi dan saran.

13

BAB II

KAJIAN TEORI

Di dalam bab ini, penulis menguraikan teori yang digunakan dalam penelitian.

Terdiri dari lima subbab yaitu teori kebahagiaan, teori personal attitude, teori

spiritualitas, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

2.1. Kebahagiaan

2.1.1. Pengertian Kebahagiaan

Veenhoven (1984) mendefinisikan happiness “as the overall appreciation

of one’s life-as-a-whole, in short, how much one likes the life one lives”

artinya kebahagiaan sebagai kadar penilaian individu atas keseluruhan dari

kualitas hidupnya dengan penilaian yang baik. Dengan kata lain, seberapa

jauh individu menyukai atau mencintai hidup yang ia jalani.

Callaway (dalam Holder & Klassen, 2010) mengkonsepkan

kebahagiaan sebagai afek positif yang relatif stabil yang menekankan pada

life-satisfaction dan subjective well-being. Diener & Oishi (Dalam Ali,

2013) berpendapat bahwa happiness mengacu pada afek yang positif atau

mood yang positif, kepuasan hidup, kualitas hidup dan kesejahteraan.

Diener, Lucas dan Oishi (dalam Snyder & Lopez, 2005)

menyamakan subjective well being dengan happiness yang didefinisikan

dengan evaluasi kognitif dan afektif individu atas hidupnya. Evaluasi ini

14

meliputi reaksi emosi terhadap kejadian-kejadian dan juga penilaian kognitif

atas pemenuhan dan kepuasan hidupnya.

Seligman (2002) mendefinisikan kebahagiaan sebagai emosi yang

positif dan kegiatan positif tanpa unsur paksaan sama sekali dari kondisi dan

kemampuan seseorang untuk meraskan emosi positif di masa lalu, masa

depan,dan masa sekarang.

Emosi positif terbagi ke dalam tiga macam: emosi yang ditujukan

pada masa lalu, masa depan, dan masa sekarang . Optimisme, kepercayaan,

keyakinan, dan kepercayaan diri adalah emosi yang berorientasi pada masa

depan. Sementara itu, emosi positif di masa sekarang dimasukkan kedalam

kegiatan positif yang dilakukan saat ini. Kegiatan positif dibagi lagi menjadi

dua, yaitu kesenangan akan aktifitas yang dijalani (pleasure) dan

keterlibatan dalam aktifitas yang digemari (gratification) (Seligman, 2002).

Macquarrie dan Chidress (dalam Alavi, 2007) mengatakan

kebahagiaan kadang-kadang diidentifikasi dengan pemenuhan kehidupan

dan keharmonisan baik di dalam diri individu maupun hubungan individu

tersebut dengan orang lain.

Sementara itu Hoggard (dalam Alavi, 2007) mengatakan

kebahagiaan merupakan suatu bentuk modal sosial karena kebahagiaan

membawa keuntungan yang besar bagi masyarakat. Disaat individu merasa

bahagia secara fisik dan mental ia akan bekerja lebih bersemangat,

memberikan hasil yang lebih baik, lebih bermasyarakat, lebih kreatif, lebih

15

rela menolong orang lain, lebih sehat dan panjang umur. Untuk itu,

kebahagiaan menjadi elemen penting dari kondisi emosi individu. Individu

yang bahagia tidaklah berlaku kejam ataupun melanggar, karena ia tidak

merasa menderita dengan orang lain, ia akan bersikap mencegah atau

mengurangi penderitaan tersebut (Alavi, 2007).

Berdasarkan definisi-definisi yang telah disebutkan di atas maka

dalam penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa kebahagiaan adalah

suatu keadaan yang ingin dicapai oleh individu berdasarkan penilaian

subyektifnya mengenai emosi dan kegiatan positif, yang meliputi kepuasan

pada masa lalu, optimisme di masa depan, dan kesenangan dan keterlibatan

dalam aktifitas pada masa sekarang (Seligman, 2002).

2.1.2. Aspek-aspek Kebahagiaan

Menurut Seligman (2002) aspek-aspek kebahagiaan adalah emosi positif

yang terbagi menjadi tiga kategori berdasarkan waktu, yaitu :

a) Emosi Positif terhadap Masa Lalu

Menurut Seligman (2002) emosi positif tentang masa lalu mengacu pada

kepuasan, ketenangan, kedamaian, dan kebanggan. Semua emosi tersebut

sepenuhnya ditentukan oleh pikiran seseorang tentang masa lalunya.

Aaron T. Beck (dalam Seligman, 2002) menyatakan bahwa emosi

selalu ditimbulkan oleh kognisi atau pikiran bukan sebaliknya. Pikiran

tentang bahaya selalu menciptakan kecemasan, pikiran tentang

16

kehilangan menciptakan kesedihan dan pikiran tentang pelanggaran hak

menciptakan kemarahan.

Pikiran orang yang sedang depresi didominasi oleh interpretasi

negatif tentang masa lalu, masa depan dan kemampuan mereka.

Pemahaman dan penghayatan yang tidak memadai mengenai peristiwa

masa lalu dan terlalu menekankan peristiwa buruk merupakan faktor

utama yang menurunkan ketenangan, kelegaan, dan kepuasan.

Ada dua cara untuk membawa perasaan-perasaan tentang masa

lalu ini ke ranah kelegaan dan kepuasan. Pertama ialah bersyukur, yaitu

dengan menambah penghayatan dan pemahaman terhadap peristiwa baik

pada masa lalu. Bersyukur dapat menambah intensitas, kekerapan,

maupun kesan dari kenangan baik tentang masa lalu. Kedua ialah

memaafkan. Rasa maaf dapat mengurangi kegetiran peristiwa buruk (dan

bahkan bisa merubah kenangan buruk menjadi kenangan indah). Namun,

ada beberapa alasan yang membuat orang bertahan untuk tidak

memaafkan.

Memaafkan itu tidak adil. Memaafkan menyebabkan berkurangnya

motivasi untuk menangkap dan menghukum pelaku, dan meredam

kemarahan yang dibenarkan, yang mungkin akan berubah menjadi

membantu korban lain.

Memaafkan mungkin merupakan ungkapan kasih pada pelaku, tetapi

tindakan itu menunjukan ketiadaan rasa kasih kepada korban.

Memaafkan menghambat pembalasan.

17

b) Emosi Positif terhadap Masa Depan

Emosi positif mengenai masa depan mencakup keyakinan, kepercayaan,

kepastian, harapan, dan optimisme. Optimisme dan harapan memberikan

daya tahan yang lebih baik dalam menghadapi depresi tatkala musibah

melanda, kinerja yang lebih tinggi, dan kondisi kesehatan fisik yang lebih

baik.

Optimisme memiliki dua dimensi, yaitu permanen dan pervasif.

Dimensi permanen menjelaskan tentang seberapa lama individu

terpengaruh pada setiap kejadian yang mereka alami. Dimensi ini dibagi

lagi menjadi dua tipe, yaitu tipe permanen dan temporer. Orang-orang

dengan tipe permanen percaya bahwa penyebab kejadian-kejadian yang

mereka alami bersifat permanen, terus berlanjut mempengaruhi hidup

mereka. Sebaliknya, orang dengan tipe temporer, percaya bahwa

penyebab kejadian buruk itu hanya bersifat sementara.

Pervasif menjelaskan tentang besar kecilnya kondisi yang

mempengaruhi kehidupan individu. Dimensi pervasif dibagi menjadi dua

tipe, yaitu universal dan spesifik. Individu dengan tipe universal akan

terpengaruh di segala aspek kehidupan ketika suatu kejadian buruk

menimpan suatu area kehidupan. Contohnya, seseorang yang kehilangan

pekerjaan akan terpengaruh secara universal di segala aspek

kehidupannya seperti melamun setiap hari, mengabaikan keluarga,

enggan pergi ke pesta, tidak tertawa setiap mendengar cerita lucu,

terserang influenza sepanjang musim.

18

Sementara itu tipe yang spesifik hanya akan terpengaruh pada

satu bagian kehidupan dan tidak mempengaruhi bagian yang lain.

Contohnya, seseorang yang kehilangan pekerjaan namun tetap menjadi

individu yang aktif, kehidupan sosialnya berjalan normal, dan

kesehatannya tetap prima.

c) Emosi Positif pada Masa Sekarang

Emosi positif pada masa sekarang mencakup dua hal, yaitu kenikmatan

(pleasure) dan keterlibatan dalam aktifitas yang menyenangkan

(gratification). Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki komponen

indrawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat, yang disebut oleh

para filosof sebagai “perasaan-perasaan dasar” seperti ekstase, gairah,

rasa senang, riang, ceria dan nyaman.

Sedangkan gratifikasi berasal dari kegiatan-kegiatan yang sangat

disukai individu, tetapi tidak disertai dengan adanya perasaan-perasaan

dasar seperti yang terdapat pada kenikmatan. Misalnya kegiatan yang

didalamnya seakan waktu berhenti, seperti memanjat tebing, menari,

membaca buku bagus, dan aktivitas lain yang sangat disukai (Seligman,

2002).

2.1.3. Pengukuran Kebahagiaan

Peneliti menemukan beberapa alat ukur yang digunakan untuk mengukur

kebahagiaan. Dalam beberapa literatur, pengukuran kebaagiaan

menggunakan Oxford Happiness Questionaire (OHQ). Alat ukur ini

dikembangkan oleh Michael Argyle, alat ukur ini terdiri dari 29 item dan

19

disetiap item terdapat enam jawaban pilihan mulai dari sangat tidak setuju

sampai sangat setuju. Disamping itu peneliti juga menemukan Authentic

Happiness Inventory yang dikembangkan oleh Martin E. P. Seligman

terdiri dari 24 item, masing-masing item terdiri dari lima pernyataan yang

harus dipilih.

Untuk menyesuaikan alat ukur dengan subyek penelitian maka

peneliti memutuskan untuk membuat sendiri alat ukur yang akan

digunakan untuk mengukur kebahagiaan pada single mothers dengan

mengacu pada teori kebahagiaan dari Seligman (2002) yang terdiri dari

tiga aspek yaitu emosi positif terhadap masa lalu, emosi positif terhadap

masa depan, dan emosi positif pada masa sekarang

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan

Menurut Seligman (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan

adalah :

1) Uang

Temuan Biswas Diener (dalam Seligman, 2002) menunjukkan bahwa

kemiskinan yang amat berat adalah penyakit sosial dan orang-orang yang

mengalami kemiskinan seperti itu memiliki kepekaan terhadap kebahgiaan

yang rendah dari pada orang yang lebih beruntung.

2) Perkawinan

Pusat riset Opini Nasional Amerika Serikat mensurvei 35.000 warga

Amerika selama 30 tahun terakhir, 40% dari orang yang menikah

mengatakan mereka sangat bahagia. Mereka yang menjalani perkawinan

20

yang “tidak begitu bahagia” memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih

rendah dari pada mereka yang tidak menikah atau bercerai.

3) Kehidupan Sosial

Orang yang sangat bahagia jauh berbeda dengan orang rata-rata dan

dengan orang yang tidak bahagia, yaitu mereka menjalani kehidupan sosial

yang lebih kaya dan memuaskan. Orang-orang yang bahagia paling sedikit

menghabiskan waktu sendirian dan kebanykan dari mereka bersosialisasi.

Berdasarkan penilaian sendiri maupun orang lain, mereka mendapat nilai

tertinggi dalam berinteraksi. Hal senada dikemukakan oleh DiTommaso &

Spinner (1993) yang menyatakan bahwa hubungan sosial dapat

meningkatkan kebahagiaan karena berbagi pengalaman dapat

meningkatkan kenyamanan dari aktifitas tersebut.

4) Usia

Sebuah penelitian dengan 60.000 orang dewasa dari empat puluh bangsa

membagi kebahagiaan ke dalam tiga komponen : kepuasan hidup, afek

menyenangkan, dan afek tidak menyenangkan. Kepuasan hidup sedikit

meningkat seiring bertambahnya usia, afek menyenangkan sedikit

melamah dan afek negatif tidak berubah. Yang berubah saat seseorang

menua adalah intensitas emosinya.

5) Kesehatan

Seligman dalam bukunya authentic happiness menyampaikan bahwa

ternyata kesehatan objektif yang baik tidak begitu berkaitan dengan

kebahagiaan, yang penting adalah persepsi subjektif seseorang tentang

21

seberapa sehat dirinya. Ketika penyakit yang menyebabkan kelumpuhan

menjadi begitu parah dan berlangsung lama, kebahagiaan dan kepuasan

hidup memang menurun, tetapi tidak sebanyak yang diperkirakan.

Orang-orang yang masuk rumah sakit dengan hanya satu masalah

kesehatan yang kronis, seperti penyakit jantung, mereka menunjukkan

peningkatan kebahagiaan yang berarti pada tahun berikutnya. Namun

mereka yang memiliki lima atau lebih masalah kesehatan, kebahagiaan

mereka berkurang sejalan dengan waktu.

6) Jenis Kelamin

Jenis kelamin memiliki hubungan dengan suasana hati. Tingkat emosi rata-

rata laki-laki dan perempuan tidak banyak berbeda, yang membedakan

adalah perempuan cenderung lebih bahagia dan sekaligus lebih sedih

daripada laki-laki.

7) Agama

Orang Amerika yang religius lebih kecil kemungkinannya untuk terlibat

penyalahgunaan obat-obat terlarang, melakukan kejahatan, bercerai, dan

bunuh diri. Mereka secara fisik juga lebih sehat serta berumur lebih

panjang. Data survey secara konsisten menunjukkan bahwa orang-orang

yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupannya daripada

orang yang tidak religius.

Alavi (2007) dalam studinya yang berjudul Correlatives of

Happiness in the University Students of Iran (A Religoius Approach)

22

menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan manusia

berdasarkan penelitian-penelitian terbaru. Faktor-faktor tersebut meliputi :

1) Agama

Orang beragama cenderung lebih bahagia daripada orang yang tidak

beragama. Keimanan dalam agama juga menghubungkan individu dengan

sesuatu yang melampaui diri mereka atau kekuatan di atas diri mereka.

Orang yang melakukan ritual keagamaan (beribadah) menikmati manfaat

pada kesehatan dan kesejahteraan.

2) Rasa sukarela dalam melakukan kebaikan

Penelitian menemukan bahwa orang yang bahagia lebih berminat untuk

bekerja sukarela. Ditemukan juga sebaliknya bahwa pada sukarelawan

cenderung menjadi lebih bahagia. Hal ini menyimpulkan bahwa ketika kita

merasa bahagia, kita lebih bersedia untuk membantu orang lain.

3) Hubungan sosial

Hubungan sosial berkontribusi pada kebahagiaan individu lebih dari uang,

ketenaran, kesuksesan konvensional, kekayaan materi, kecerdasan, bahkan

kesehatan. Di sisi lain, kesepian melahirkan ketidakbahagiaan dan

memperburuk kesehatan. Orang yang memiliki hubungan baik dengan

orang lain cenderung lebih sukses di sekolah, tempat kerja, juga dalam hal

finansial. Kualitas suatu hubungan lebih penting dari pada kuantitas.

Selain itu, ikatan dengan keluarga, pekerjaan, komunitas, teman-teman,

kebebabsan personal, dan nilai-nilai moral juga membuat individu

merasakan kebahagiaan.

23

4) Kondisi negara mencakup perekonomian dan kestabilan sosial.

Finansial dan keseimbangan sosial juga memainkan peran dalam

kebahagiaan. Namun peningkatan kemakmuran ekonomi tidak bisa

menghasilkan kebahagiaan yang lebih jika terjadi ketimpangan dalam

sosial kemasyarakatan.

5) Meditasi.

Berbagai bentuk meditasi dapat meningkatkan kebahagiaan dan

mengurangi kecemasan. Menikmati matahari terbenam yang indah,

mendengar musik, pandangan seorang bayi, suara laut, dan banyak lagi

yang dapat merangsang transendensi kesenangan.

6) Pernikahan.

Mereka yang menikah jauh lebih bahagia daripada mereka yang tidak

menikah. Hubungan antara pernikahan dan kebahagiaan ditemukan di

sebagian besar masyarakat. Perbandingan yang dilakukan di 17 negara

menunjukkan 16 di antaranya memiliki hubungan positif antara pernikahan

dengan kebahagiaan. Berbeda dengan beberapa faktor potensial lainnya,

pernikahan membawa efek kebahagiaan yang cenderung tahan lama.

7) Usia.

Individu yang jauh lebih tua cenderung lebih puas dengan kehidupannya

dibandingkan yang berusia muda.

8) Jenis kelamin.

Tidak terlalu banyak berbeda kebahagiaan antara laki-laki dan perempuan

(meskipun perempuan lebih berisiko depresi). Bukti menunjukkan bahwa

24

perempuan muda cenderung sedikit lebih bahagia daripada laki-laki muda,

sedangkan wanita yang lebih tua cenderung tidak bahagia daripada pria

yang lebih tua.

9) Kesehatan.

Kesehatan baik fisik maupun mental berhubungan dengan kebahagiaan.

kebahagiaan pada satu tahap kehidupan terbukti menjadi prediktor untuk

kesehatan di tahun-tahun selanjutnya. Kebahagiaan juga pada dasarnya

adalah produk psikologi individu. Untuk itu kesehatan psikologis

seseorang turut menentukan kebahagiaan orang tersebut.

10) Global Self Esteem.

Global self esteem mempunyai pengaruh kuat pada kebahagiaan anak

keseluruhan. Dimana academic self esteem (bagaimana mereka merasa dan

menilai sikap atau penampilan mereka di sekolah) memiliki pengaruh kuat

terhadap perilaku mereka di sekolah.

11) Kepribadian.

Faktor kepribadian dapat menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak hanya

berasal dari dunia itu sendiri tetapi juga dari cara orang tersebut mengatasi

dunianya. Costa dan McCrae (1980) menyebutkan bahwa orang-orang

yang memiliki kepribadian extraversion cenderung lebih bahagia.

Dalam penelitian yang sama Alavi (2007) menyebutkan faktor-

faktor lain yang mempengaruhi kebahagiaan berdasarkan konsep Islam

yang tertulis dalam Al Quran.

Beriman pada Allah dan hari akhir

25

Melakukan amal sholeh. Hal ini tertulis di QS. Al Baqarah: 62 yang

artinya berbunyi “sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang

Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang shabiin, siapa saja

diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari

kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari

Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak

(pula) mereka bersedih hati”

Taat pada perintah Allah. Pesan ini terdapat pada QS. Al Baqarah: 38

yang artinya berbunyi “Kami berfirman : “Turunlah kamu dari surga

itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa

yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas

mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”

Menafkahkan harta di jalan Allah. Hal ini terdapat pada QS. Al

Baqarah: 262 yang artinya berbunyi “Orang-orang yang menafkahkan

hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang

dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan

tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pehala di

sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawtiran terhadap mereka dan tidak

(pula) mereka bersedih hati”

Berdoa dan bersedekah. Sesuai pesan yang ada dalam QS. Al Baqarah:

277 yang artinya “Sesungguhnya orang-orang yang beriman,

mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat,

26

mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran

terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”

Taqwa pada Allah. Sesuai ayat QS. Al A’raf: 35 yang artinya berbunyi

“hai anak-anak adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada

kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barang siapa

yang bertaqwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran

terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”

Dekat dengan Allah. Hal ini terdapat pada QS. Yunus: 62 “ingatlah,

sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap

mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”

Tidak memakan riba. Hal ini terdapat pada QS. Ali Imran: 130 yang

artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan

riba dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah

supaya kamu mendapat keberuntungan”

Sabar dan syukur. Pesan ini tertulis dalam QS. Ali imran: 200 yang

artinya “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan

kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertaqwalah

kepada Allah supaya kamu beruntung”

Berjihad di jalan Allah. Pesan ini terdapat pada QS. Al Maidah: 35

yang artinya “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada

Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya dan

berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”

27

2.2. Personal Attitude

2.2.1. Pengertian Personal Attitude

Attitude jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia berarti sikap. Sikap

adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang atau perasaan

biasa-biasa saja (netral) dari diri seseorang terhadap sesuatu. “Sesuatu” itu

bisa benda, kejadian, situasi, orang-orang atau kelompok. Kalau yang

timbul terhadap sesuatu itu adalah perasaan senang, maka disebut sikap

positif (positive attitude), sedangkan kalau perasaan tidak senang, disebut

sikap negatif (negative attitude). Kalau tidak timbul perasaan apa-apa,

berarti bersikap netral (Sarlito, 2010). Untuk selanjutnya penulis

menyederhanakan istilah sikap yang beragam tersebut menjadi personal

attitude.

Dalam bukunya, Diener (2008) menyampaikan bahwa personal

attitude terbentuk oleh 3 hal yaitu perhatian (attention), interpretasi

(interpretation), dan ingatan (memory). Sikap positif berawal dari pikiran

yang positif, sementara sikap negatif berasal dari pikiran yang negatif.

Untuk itu, aspek thinking menjadi perhatiannya. Ia juga menyampaikan

bahwa menyikapi kehidupan adalah titik sentral kebahagiaan. bagi mereka

yang pandai menyikapi kehidupannya maka akan mudah mencapai

kebahagiaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang

dimaksud personal attitude adalah sikap dan perilaku individu yang

28

dihasilkan melalui proses berpikir, baik positif maupun negatif terhadap

sesuatu. “sesuatu” itu bisa benda, kejadian, situasi, orang-orang atau

kelompok. Proses berpikir yang dimaksud meliputi perhatian (attention),

interpretasi (interpretation), dan ingatan (memory).

2.2.2. Aspek-aspek Personal attitude

Menurut Diener (2008) personal attitude terdiri dari tiga aspek, yaitu :

1. Perhatian (attention)

Dunia ini penuh dengan stimulus-stimulus, namun otak manusia tidak

mampu untuk menampung semua stimulus tersebut secara efektif. Untuk

itu manusia harus memilih stimulus mana yang akan diperhatikan, maka

otak akan bekerja untuk itu secara maksimal. Simons (dalam Diener, 2008)

melakukan sebuah eksperimen mengenai attention pada murid-muridnya.

Ia meminta murid-muridnya untuk memperhatikan sebuah permainan bola

basket dan meminta mereka untuk menghitung berapa kali bola dilempar

oleh pemian berseragam putih selama permainan berlangsung. Ditengah

permainan masuklah seorang dengan berkostum gorila dan di akhir

permainan Simons bertanya “apakah ada yang melihat hal yang tidak biasa

dalam permainan tadi?” semua partisipan menjawab “tidak”. Kemudian

Simons memutarkan video yang merekam permainan bola basket tadi dan

dengan sangat jelas terlihat ada gorila yang masuk ditengah permainan.

Dari ilustrasi diatas dapat disimpulkan bahwa partisipan tidak

dapat melihat gorila dalam permainan dikarenakan terlalu fokus pada

29

permainan bola basket untuk menghitung berapa kali bola terlempar oleh

tim berseragam putih. Sama hal nya dalam kehidupan yang kita jalani,

ketika kita terlalu fokus pada hal negatif, maka kita hampir tidak mampu

melihat hal positif dari suatu peristiwa.

Untuk meraih kebahagiaan, manusia hendaknya senantiasa

mengarahkan perhatian mereka pada hal-hal positif, seperti mengarahkan

perhatian pada hal-hal positif dari setiap peristiwa, melihat hal baik dari

peristiwa-peristiwa buruk, berprasangka baik pada setiap orang, melihat

sisi baik atau positif dari orang lain, percaya bahwa segalanya akan

berjalan dengan baik, dan mengarahkan perhatian pada kelebihan diri

sendiri, bukan pada kekurangannya.

2. Interpretasi (interpretation)

Penilaian yang baik atas diri sendiri menjadi hal yang penting bagi bahagia

tidaknya seseorang. Perbandingan sosial menjadi sumber dari

ketidakbahagiaan, yaitu membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

Misalnya membandingkan diri kita yang hanya memiliki mobil Toyota

dengan tetangga yang memiliki mobil BMW.

Selanjutnya, Lyubomirsky (dalam Diener, 2008) tertarik pada

faktor penilaian seseorang terhadap sesuatu berpengaruh pada

kebahagiaannya. Penilaian yang baik terhadap sesuatu lebih

memungkinkan seseorang untuk bahagia dibanding penilaian yang buruk.

Hal-hal yang perlu dihindari agar seseorang dapat bahagia seperti,

perasaaan menyesal, meremehkan atau meragukan kemampuan diri sendiri

30

dalam proses penyembuhan pasca peristiwa traumatik, seperti perceraian.

Selain itu seseorang juga harus menghindari perasaan tidak berdaya

(learned helplessness), terlalu sempurna (perfectionism) dalam melihat

sesuatu sehingga terlalu detail pada kesalahan kecil dibanding fokus pada

gambaran besar yang benar.

3. Ingatan (memory)

Memanggil kembali data positif masa lalu dapat meningkatkan perasaan

bahagia. Menurut Lyubomirsky berdasarkan penelitiannya menemukan

bahwa orang-orang yang bahagia bukan dibedakan berdasarkan jumlah

dari peristiwa positif dan negatif yang mereka alami. Namun, orang yang

bahagia disebebkan oleh pengingatan kembali pada peristiwa positif

dibanding negatif, atau memiliki kecenderungan untuk lebih mengingat

sisi positif dari setiap peristiwa.

2.2.3. Pengukuran Personal Attitude

Untuk pengukuran terhadap personal attitude, peneliti mengadopsi skala

pengukuran pada AIM measurement yang dibuat oleh Diener (2008)

dalam bukunya yang berjudul “Happiness”.

2.3. Spiritualitas

2.3.1. Pengertian Spiritualitas

Houskamp (dalam Holder, Coleman & Wallace 2010), spiritualitas berarti

sistem kepercayaan dalam diri seseorang yang digunakan untuk kuat dan

31

nyaman, sedangkan spiritualitas berarti ritual agama secara institusional,

praktek-praktek keagamaan dan kepercayaan.

Gorsuch (dalam Ralph W. Hood, 2005) mengatakan “Spirituality

is the quest for understanding ourselves in relationship to our view of

ultimate reality, and to live in accordance with that understanding”,

maksudnya spiritualitas adalah proses pencarian untuk memahami diri kita

sendiri dalam hubungan pada pandangan kita tentang realitas pokok, dan

untuk hidup sesuai dengan apa yang kita pahami.

Ralph W. Hood (2005) dalam bukunya The psychology of

Religion mengatakan spiritualitas bersifat personal dan subyektif,

spiritualitas tidak membutuhkan kerangka institusional, kebenaran atau

keasliannya tidak berdasarkan konsensus atau kesepakatan. Seorang

spiritual memiliki perhatian yang mendalam terhadap nilai-nilai komitmen.

Sedangkan menurut Fetzer (1999) spiritualitas adalah sesuatu

yang menitikberatkan pada masalah perilaku, sosial dan doktrinal dari

suatu agama yang melibatkan sistem keyakinan dan ajaran-ajaran yang

harus ditaati oleh setiap pengikutnya.

Taufik Pasiak (2012) dalam bukunya “Tuhan Dalam Otak

Manusia – Mewujudkan Kesehatan Spiritual Berdasarkan Neurosains”

menyatakan spiritualitas adalah pengalaman empirik manusia yang

berkaitan dengan tujuan dan makna hidup, dalam kaitannya dengan

hubungan interpersonal, antarmanusia (sosial-interpersonal) dan kehidupan

32

secara keseluruhan, sebagai manifestasi hubungannya dengan Tuhan.

Pengertian ini yang digunakan peneliti sebagai teori dasar pengukuran

spiritualitas.

Pengalaman empirik dalam definisi di atas memiliki sejumlah ciri

utama sebagai berikut:

Pengalaman itu dialami.

Orang yang hanya melihat gunung akan berbeda dengan orang yang

mendaki gunung. Ada jarak yang tajam antara si pelihat gunung dan

pendaki gunung. Dengan mendaki membuat seseorang merasakan bau,

tekstur, kontur, dinamika pepohonan, angin yang khas gunung, dan

berbagai hal yang ada di gunung yang tidak bisa didapatkan, kecuali

dengan mendakinya. Sama halnya dengan seorang dermawan yang

memberikan uangnya kepada panitia pengumpul sumbangan yang

kemudian membagikannya kepada orang-orang miskin. Pengalaman

dermawan ini akan berbeda dibandingkan dengan jika ia mendatangi orang

miskin dan langsung memberikan bantuan itu. Demikian halnya dengan

seseorang yang sedang jatuh cinta. Apa yang sedang dirasakan oleh

seseorang yang sedang jatuh cinta akan berbeda dengan pengalaman

seorang peneliti yang mempelajari tentang cinta seberapa hebat pun dia

(Pasiak, 2012).

Pengalaman itu disadari.

Seseorang yang sedang marah bisa menyadari bahwa dia sedang marah

atau sama sekali tidak menyadari kalau sedang marah. Marah pada orang

33

sadar selalu dalam kontrol. Meminjam pernyataan Aristoteles : marah pada

saat yang tepat, pada orang yang tepat, dengan cara yang tepat. Sedangkan

pada orang yang tidak menyadari marah selalu out of control. Menyadari

sebuah tindakan merupakan pembeda utama antara seorang spiritualis

dengan seorang penderita skizofrenia dengan waham agama. Penderita

skizofrenia tidak menyadari perbuatan “baik”-nya itu. Pada dimensi emosi

positif, misalnya perilaku sabar, dilakukan lebih dari sekedar menahan

tekanan penderitaan atau kesulitan, tetapi juga perilaku itu di bawah

kontrol. Semua peristiwa yang bisa dikontrol membuat seseorang merasa

berkuasa atas peristiwa itu, dan gilirannya atas nasib dan respons yang

akan dimunculkan (Pasiak, 2012).

Pengalaman itu berulang.

Apa yang dialami dapat berulang pada situasi yang berbeda-beda,

meskipun dengan kadar yang berbeda-beda. Pengalaman yang berulang ini

memungkinkan seseorang mengalami pematangan diri. Selain pengalaman

takjub dan penyatuan yang memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi,

pengalaman spiritual jenis pengalaman estetika dapat terjadi secara

berulang. Pengulangan itu sendiri menjadi sebuah kebutuhan. Pada

dimensi ritual ketika seseorang melakukan ritual tertentu dorongannya

adalah dorongan kebutuhan. Seseorang merasakan ada sesuatu yang hilang

ika ritual tidak dilakukan. Mengulang kemudian menjadi sebuh kebutuhan

(Pasiak, 2012).

pengalaman itu dapat diulang.

34

Pengalaman dapat secara sengaja diulang. Perilaku seperti makna hidup

atau ritual adalah perilaku yang dapat diulang dalam situasi dan stimulus

yang berbeda. Dapat diulang mengandung arti bahwa seseorang dapat

dengan sengaja melakukan sebuah perbuatan spiritualitas menurut

kemauannya sendiri (Pasiak, 2012).

2.3.2. Aspek-aspek Spiritualitas

Mengacu pada definisi di atas, maka ada 4 dimensi dari spiritualitas.

Artinya, jika 4 dimensi ini digabung menjadi satu, maka akan melahirkan

spiritualitas, yaitu : Makna hidup, Pengalaman spiritual, Emosi positif, dan

Ritual (Pasiak, 2012).

1. Makna Hidup

Makna hidup adalah manisfestasi spiritualitas berupa penghayatan

intrapersonal yang bersifat unik, ditunjukkan dalam hubungan sosial

(interpersonal) yang bermanfaat, menginspirasi dan mewariskan sesuatu

yang bernilai bagi kehidupan manusia. Kata kunci : inspiring

(menumbuhkan keinginan meneladani dari orang lain) dan legacy

(mewariskan sesuatu yang bernilai tinggi bagi kehidupan).

Makna hidup memiliki beberapa indikator di antaranya, menolong

dengan spontan, memegang teguh janji, memaafkan (diri dan orang lain),

berperilaku jujur, menjadi teladan bagi orang lain, dan mengutamakan

keselarasan dan kebersamaan (Pasiak, 2012).

35

Berdasarkan pada ilmu neurosains makna hidup dapat terjadi

karena otak manusia melakukan tiga fungsi penting yang mencirikhasi

manusia, yaitu : (1) fungsi merencanakan masa depan, (2) fungsi membuat

keputusan, dan (3) fungsi menilai dan memiliki nilai-nilai (judgement dan

values, atau moral cognition). Ketiga fungsi ini mengaitkan aspek kognisi,

emosi, dan nilai. Baik sistem thalamocortical maupun sistem limbik dalam

otak, terlibat dalam pengaturan fungsi-fungsi ini. Cortex Pre-frontalis

(CPF) dianggap sebagai komponen paling utama dari sistem yang terlibat

dalam menghasilkan tiga fungsi unik otak manusia. Karena tiga fungsi

utama diatas, CPF berperan dalam hal atensi, memori untuk pola-pola

spasiotemporal, dan pengenalan adanya perbedaan antara intense (kesan)

dan eksekusi (keputusan yang dibuat) (Pasiak, 2012).

2. Pengalaman Spiritual

Pengalaman spiritual adalah manisfestasi spiritualitas di dalam diri

seseorang, berupa pengalaman spesifik dan unik terkait hubungan dirinya

dengan Tuhan dalam berbagai tingkatannya. Kata kunci dari dimensi

pengalaman spiritual adalah : estetika (pengalaman indriawi biasa yang

bersifat estetis), takjub (pengalaman indriawi yang sensasional; tidak

lazim), dan penyatuan (pengalaman non-indrawi) (Pasiak, 2012).

Pengalaman Spiritual memiliki beberapa indikator yaitu,

merasakan dekat dan bersahabat dengan alam semesta, menemukan Tuhan

di balik semua peristiwa, merasakan kehadiran Tuhan dalam keseharian,

merasakan teguran Tuhan ketika melakukan kesalahan, merasakan kesan

36

istimewa pada semua peristiwa dekat dan bersahabat dengan alam semesta,

dan mengalami perasaan menyatu dengan Tuhan.

Didalam otak manusia, hal-hal yang berkaitan dengan spiritualitas

diatur oleh Area Asosiasi. Area ini merupakan area kompleks yang terletak

di permukaan otak dan bertanggung jawab untuk proses-proses kompleks

untuk merespon masukan sensorik menjadi perilaku khusus. Area Asosiasi

Visual (AAV), Area Asosiasi Atensi (AAA), Area Asosiasi Orientasi

(AAO), dan Area Asosiasi Konseptual Verbal (AAKV) berperan dalam

kaitannya dengan spiritualitas (Pasiak, 2012).

3. Emosi Positif

Emosi positif adalah manisfestasi spiritualitas berupa kemampuan

mengelola pikiran dan perasaan dalam hubungan intrapersonal sehingga

seseorang memiliki nilai-nilai kehidupan yang mendasari kemampuan

bersikap dengan tepat. Kata kunci dari aspek emosi positif ini adalah :

syukur (atas sesuatu yang given, yang sudah diberikan oleh tuhan tanpa

melalui usaha sendiri. syukur jika diberi keberhasilan setelah melakukan

usaha adalah syukur yang lebih rendah nilainya dibandingkan dengan

bersyukur atas sesuatu yang diberikan tanpa ada usaha sama sekali), yang

kedua sabar (membuat segala sesuatu yang pahit dan tidak nyaman berada

di bawah kontrol diri. Jadi, tidak sekedar “menahan”), dan ikhlas

(melepaskan sesuatu secara sadar tanpa ada penyesalan) (Pasiak, 2012).

37

Indikator Emosi Positif di antaranya, senang terhadap

kebahagiaan orang lain, menikmati dengan kesadaran bahwa segala

sesuatu diciptakan atas tujuan tertentu/mengambil hikmah, bersikap

optimis akan pertolongan Tuhan, bisa berdamai dengan keadaan

sesulit/separah apapun, mampu mengendalikan diri, bahagia ketika

melakukan kebaikan (Pasiak, 2012).

Aspek emosi didalam tubuh manusia secara diperankan oleh

sistem limbik yang berada dalam otak manusia. Sistem limbik merupakan

sistem yang terdiri dari sejumlah subsistem dengan peranannya masing-

masing untuk mem-back up emosi manusia. Sistem limbik dibangun oleh

sejumlah struktur, yaitu : (1) hipotalamus, (2) amygdala, dan (3)

hippocampus (Pasiak, 2012).

Hipotalamus merupakan bagian paling tua dari sistem ini dan

memainkan peranan dalam pengaturan hormonal. Amygdala terletak di

lobus temporal dan merupakan struktur otak paling tua dalam evolusi otak

manusia. Merupakan pemeran utama dalam menciptakan emosi tingkat

tinggi (high order emotion). Nuansa-nuansa seperti cinta, ketertarikan,

ketidakpercayaan, dan afeksi diatur oleh amydala ini. Hippocampus

terletak di bagian dalam lobus temporalis, persis di belakang amygdala.

Kedua komponen sering bekerja saling melengkapi untuk memfokuskan

pikiran dalam merespon masukan sensorik, menciptakan emosi, dan

menghubungkan emosi dengan imaji, memori, dan pembelajaran (Pasiak,

2012).

38

4. Ritual

Ritual adalah manisfestasi spiritualitas berupa tindakan terstruktur,

sistematis, berulang, melibatkan aspek motorik, kognisi, dan afeksi yang

dilakukan menutur suatu tata cara tertentu baik individual maupun

komunal.

Ritual adalah cara seseorang membangun hubungan dengan Tuhan

yang diyakininya. Ritual mengaktifkan banyak komponen syaraf yang

berujung pada hadirnya suasana psikologis yang memungkinkan terjadinya

hubungan penyatuan dengan Tuhan. Kata kunci aspek ritual adalah :

kebutuhan (ritual yang didorong oleh kebutuhan. Bukan oleh sebab-sebab

lain), rasa kehilangan sesuatu (jika tidak melaksanakannya) (Pasiak,

2012).

Ritual memiliki beberapa indkatir di antaranya, merasakan

ketergantungan atau membutuhkan Tuhan, merasakan adanya

dialog/berkomunikasi dengan Tuhan, merasakan kasih sayang Tuhan,

merasakan ketentraman/tenang, peka dengan kebaikan, dan takut

melakukan dosa.

Sementara itu bentuk-bentuk ritual di antaranya, melakukan

sembahyang, memanjatkan doa, mengunjungi tempat ibadah, sedekah,

terlibat aktif dalam komunitas agama, puasa, melakukan ibadah haji bagi

umat Muslim.

39

Tabel 2.2

Neurosains Spiritual

Aspek Definisi Aspek Neurosains

Makna hidup Manisfestasi spiritualitas dalam

hubungan sosial (interpersonal), dimana

seseorang bermanfaat, menginspirasi, dan

mewariskan sesuatu yang bernilai bagi

kehidupan manusia, sekaligus cara dia

mendapatkan eksistensinya yang unik

sebagai manusia.

Cortex prefrontal (struktur

otak unik manusia)

Pengalaman

Spiritual

Manisfestasi spiritualitas dalam

hubungan intrapersonal, di mana

seseorang mengalami suatu pengalaman

spesifik dan unik berupa penyatuan

dengan Zat Kudus dalam berbagai

tingkatannya, bermula dari suatu

pengalaman yang lebih hakiki.

Pengalaman ini dapat membuat seseorang

“lebur” dan “hiang” dari dirinya sendiri.

AAO terutama di lobus

occipitalis, dan AAA,

terutama di lobus frontal.

Emosi Positif Manisfestasi spiritualitas dalam

hubungan intrapersonal, di mana

kemampuan berpikir seseorang

melampaui perasaannya. Dengan ini,

seseorang memiliki nilai-nilai kehidupan

yang didasari oleh kemampuan berpikir

yang tepat.

CPF, gyrus cingulatus, dan

sistem limbik (terutama

amygdala).

Ritual Manisfestasi spiritualitas berupa tindakan

terstruktur, sistematis, berulang,

melibatkan aspek motorik-kognisi dan

afeksi, yang dilakukan menurut suatu tata

cara tertentu dengan tujuan membawa

seseorang pada kondisi tertentu, terutama

untuk masuk ke dalam pengalaman

spiritual

Cortex prefrontal, cortex

somatosensorik, sistem

limbik, lobus temporalis,

ganglia basalis.

2.3.3. Pengukuran Spiritualitas

Pengukuran spiritualitas penulis menyusun berdasarkan empat aspek dari

Taufik Pasiak (2012) yaitu makna hidup, pengalaman spiritual, emosi

positif dan ritual.

40

2.4. Kerangka Berpikir

Single mothers adalah mereka yang mengasuh anak seorang diri tanpa

pasangan, ketiadaan pasangan bisa disebabkan oleh pasangan meninggal atau

bercerai. Single mothers dimasukkan dalam kelompok orang yang tidak

bahagia disebabkan oleh beberapa masalah diantaranya masalah ekonomi,

pengasuhan anak dan masalah-masalah psikologis.

Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kebahagiaan pada single mothers diantaranya adalah personal

attitude, spiritualitas. Faktor demografik seperti pekerjaan dan sebab

seseorang menjadi single mothers juga mempengaruhi kebahagiaan pada

single mothers.

Sikap seseorang dalam kehidupan sehari-hari sangat mempengaruhi

bahagia tidaknya orang tersebut. Berawal dari pikiran yang positif seseorang

dapat melihat sisi baik (hikmah) dari suatu peristiwa, dengan demikian

seseorang tersebut dapat bersikap dan berperilaku lebih baik. Peristiwa

perceraian atau kematian pasangan mungkin diartikan sebagian besar orang

sebagai peristiwa negatif. Namun, disisi lain ada orang yang menganggap hal

tersebut adalah bagian dari hidup yang harus dijalani. Walaupun ia

kehilangan pasangan hidup, namun ia masih memiliki anak, keluarga, sahabat

yang senantiasa memberikan dukungan terhadapnya.

Selanjutnya, makna hidup merupakan bagian penting dari kehidupan

manusia, menemukan makna hidup merupakan fungsi kritis dari spiritualitas.

Makna hidup berkaitan dengan tujuan hidup, pengambilan keputusan,

41

pemecahan masalah serta perencanaan masa depan seseorang. Orang yang

memiliki makna hidup cenderung lebih terarah dalam bersikap dan

berperilaku. Selain itu, orang yang memiliki makna hidup termanisfestasi dari

perilakunya dengan orang lain, menjadi orang yang bermanfaat dan menjadi

teladan bagi sesama.

Pengalaman spiritual seseorang pasti berbeda-beda, namun bisa jadi

menimbulkan efek yang sama yaitu menjadikan seseorang lebih bahagia dan

baik dalam bersikap serta berperilaku. Pengalaman spiritual menghubungkan

individu dengan Tuhan, contohnya seperti orang yang selalu merasa dekat

dengan Tuhan, memaham maksud Tuhan dalam setiap ujian yang diberikan.

Pengalaman ini mengarahkan individu pada perasaan yang lebih tenang,

perasaan disayangi dan perasaan bahagia karena dekat dengan penciptanya.

Emosi positif adalah inti dari bahagia. Emosi positif dapat tercipta dari

rasa syukur, sabar, dan ikhlas. Mensyukuri setiap hal yang diperoleh,

mensyukuri masih memiliki keluarga, anak, dan sahabat. Sabar melatih

individu untuk mengontrol semua peristiwa pahit dalam hidup. Kehilangan

pasangan bisa jadi peristiwa pahit, tapi dengan kesabaran hal tersebut dapat

ditanggulangi. Kesabaran membawa manusia pada ujung yang manis, karena

itulah salah satu janji Tuhan bagi orang-orang yang bersabar.

Ritual mengarahkan individu pada kondisi yang tenang, kondusif dan

nyaman. Bersembahyang, berdoa, sedekah, mengunjungi tempat ibadah

membuat individu memasuki zona ketenangan. Perasaan tenang yang

dirasakan itu dapat mengarahkan individu pada perasaan yang lebih bahagia.

42

Single mothers menunjukkan masalah ekonomi yang buruk (Fasoranti

dalam Travedi, 2009). Hilangnya kepala keluarga mengakibatkan seorang

istri harus mencari nafkah sendiri. kesulitan yang dialami ini bisa

memunculkan emosi negatif yang dapat mempengaruhi kebahagiaan.

Spiritualitas

Makna Hidup

Pengalaman Spiritual

Emosi Positif

Ritual

Pekerjaan

Penyebab Single Mothers

Bagan 2.1

Kerangka berfikir

2.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis mayor dan hipotesis

minor, yang akan diuraikan sebagai berikut :

Personal Attitude

Kebahagiaan

43

Hipotesis Mayor : Ada pengaruh variabel personal attitude, spiritualitas

(makna hidup, pengalaman spiritual, emosi positif, ritual), dan variabel

demografik (pekerjaan, penyebab single mothers) terhadap kebahagiaan

single mothers.

Hipotesis Minor

H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara personal attitude terhadap

kebahagiaan single mothers.

H2 : Ada pengaruh yang signifikan antara makna hidup terhadap

kebahagiaan single mothers.

H3 : Ada pengaruh yang signifikan antara pengalaman spiritual terhadap

kebahagiaan single mothers.

H4 : Ada pengaruh yang signifikan antara emosi positif terhadap

kebahagiaan single mothers.

H5 : Ada pengaruh yang signifikan antara ritual terhadap kebahagiaan

single mothers.

H6 : Ada pengaruh yang signifikan antara pekerjaan terhadap kebahagiaan

single mothers.

H7 : Ada pengaruh yang signifikan antara penyebab single mothers

terhadap kebahagiaan single mothers.

45

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab tiga peneliti akan memaparkan mengenai populasi, sampel dan teknik

pengambilan sampel, variabel penelitian, definisi operasional dari variabel,

metode pengumpulan data, teknik analisis dan pengolahan data, serta prosedur

penelitian.

3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

3.1.1. Populasi Penelitian

Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah para single mothers

yang memiliki anak dan berdomisili di daerah DKI Jakarta dan

Tangerang dengan karakteristik sebagai berikut :

1. Single mothers.

2. Memiliki tanggungan anak minimal satu orang.

3. Usia 30-50 tahun.

4. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

3.1.2. Sampel dan Tekhnik Pengambilan Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 150 single mothers di

daerah DKI Jakarta dan Tangerang. Dalam penelitian ini teknik

pemilihan sampel secara non-probability sampling, dimana peluang

terpilihnya anggota populasi tidak diketahui karena peneliti tidak

memiliki daftar jelas single mothers di Jakarta dan Tangerang.

46

3.2. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yakni variabel terikat (dependent

variable) dan variabel bebas (independent variable). Dependet variable dalam

penelitian ini yaitu kebahagiaan. Sementara itu independet variable dalam

penelitian ini terdiri dari personal attitude, makna hidup, pengalaman

spiritual, emosi positif, ritual, pekerjaan dan sebab menjadi single mothers.

Variabel penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1

Variabel Penelitian

3.3. Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini

adalah :

1. Kebahagiaan adalah suatu keadaan yang ingin dicapai oleh individu

berdasarkan penilaian subyektifnya mengenai emosi dan kegiatan positif

yang meliputi kepuasan pada masa lalu, optimisme di masa depan, dan

kesenangan dan keterlibatan dalam aktifitas pada masa sekarang.

2. Personal attitude adalah sikap dan perilaku individu yang dihasilkan

melalui proses berpikir, baik positif maupun negatif. Proses berpikir yang

Dependent Variabel Independent Variabel

Kebahagiaan Personal attitude

Spiritualitas (makna hidup,

pengalaman spiritual,

emosi positif, ritual)

Pekerjaan

Sebab Menjadi Single

Mothers

47

dimaksud meliputi perhatian (attention), interpretasi (interpretation), dan

ingatan (memory).

3. Spiritualitas adalah pengalaman empirik manusia yang berkaitan dengan

tujuan dan makna hidup, dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal,

antarmanusia (sosial-interpersonal) dan kehidupan secara keseluruhan,

sebagai manifestasi hubungannya dengan Tuhan.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga

kuesioner model Likert dengan empat kategori jawaban. Hal ini

dilakukan untuk menghindari pemusatan atau menghindari jumlah

respon yang bersifat netral. Model ini terdiri dari pernyataan positif

(favorable) dan pernyataan negatif (unfavourable). Subyek diminta

untuk memilih salah satu dari 4 kategori jawaban yang masing-masing

jawaban menunjukkan kesesuaian pernyataan yang diberikan dengan

keadaan yang dirasakan responden sendiri yaitu, “Sangat Setuju” (SS),

“Setuju” (S), “Tidak Setuju” (TS), dan “Sangat Tidak Setuju” (STS).

Responden akan diminta untuk mengisi setiap pernyataan dengan

memberikan tanda ceklis (√) pada kolom yang disediakan. Respon

subyek tidak diklasifikasikan benar-salah, semua jawaban dapat

diterima sesuai jawaban jujur dan sungguh-sungguh.

48

Untuk pemberian skor dari skala ini, jawaban antara pernyataan

yang bersifat favorable dengan yang bersifat unfavorable berbeda.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.2

Skor Pernyataan Positif dan Negatif

Kategori Favorable Unfavorable Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

3.4.2. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini akan digunakan tiga alat ukur untuk mengukur

variabel yang diteliti. Ketiga skala ini untuk mengukur kebahagiaan,

personal attitude, dan spiritualitas.

3.4.2.1. Skala Kebahagiaan

Skala kebahagiaan dibuat untuk mengukur tingkat kebahagiaan pada

single mothers dengan mengacu pada teori yang digunakan, yaitu teori

kebahagiaan Seligman 2002 terdiri dari tiga aspek, yaitu emosi positif

terhadap masa lalu, emosi positif terhadap masa depan dan emosi

positif pada masa sekarang.

Tabel 3.3

Blue Print Skala Kebahagiaan

49

3.4.2.2. Skala Personal Attitude

Untuk mengukur personal attitude pada single moters peneliti

mengadaptasi skala yang sudah dibuat oleh Ed Diener sejumlah 25

item.

Tabel 3.4

Blue Print Skala Personal Attitude

No Aspek Indikator Item

1 Negative

Thinking

Memusatkan perhatian, interpretasi

dan memori kepada hal-hal negatif

dalam hidup

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,

10, 11, 12

2 Positive

Thinking

Memusatkan perhatian, interpretasi

dan memori kepada hal-hal positif

dalam hidup

13, 14, 15, 16, 17, 18,

19, 20, 21, 22, 23, 24,

25

Jumlah 25

3.4.3.3. Skala Spiritualitas

Untuk mengukur spiritualitas penulis membuat sendiri alat ukur

spiritualitas dengan mengacu pada teori yang telah dikemukakan oleh

Pasiak (2012) yang terdiri dari empat aspek, yaitu makna hidup,

pengalaman spiritual, emosi positif dan ritual. Jumlah item pada skala

spiritualitas berjumlah 71.

Aspek makna hidup terdiri dari 9 item, 8 item favorable dan 1 item

unfovorable. Pengalaman spiritual terdiri dari 8 item favorable. Emosi

positif terdiri dari 10 item, 7 item favorable dan 3 item unfavorable.

Sedangkan aspek ritual terdiri dari 10 item, 8 item favorable dan 2

item favorable.

50

Tabel 3.5

Blue Print Skala Spiritualitas

No Aspek Indikator Item

favo Unfavo

1 Makna Hidup Menolong dengan spontan 1

Memegang teguh janji 2

Memaafkan (diri dan orang lain) 3, 4

Berperilaku jujur 5 6

Menjadi teladan bagi orang lain 7

Megutamakan keselarasan dan

kebersamaan

8, 9

2 Pengalaman

Spiritual

Merasakan dekat dan bersahabat dengan

alam semesta

10

Menemukan Tuhan dibalik semua

peristiwa

11, 12

Merasakan kehadiran Tuhan dalam

keseharian

13

Merasakan teguran Tuhan ketika

melakukan kesalahan

14, 15

Merasakan kesan istimewa pada semua

peristiwa dekat dan bersahabat dengan

alam semesta

16

Mengalami perasaan menyatu dengan

Tuhan

17

3 Emosi Positif Saya senang terhadap kebahagiaan orang

lain

18 19

Menikmati dengan kesadaran bahwa

segala sesuatu diciptakan atas tujuan

tertentu/mengambil hikmah

20, 21

Bersikap optimis akan pertolongan Tuhan 22

Bisa berdamai dengan keadaan separah

apapun

23 24

Mampu mengendalikan diri 25

Bahagia ketika melakukan kebaikan 26 27

4 Ritual Merasakan ketergantungan/membutuhkan

Tuhan

28, 29

Merasa adanya dialog/berkomunikasi

dengan Tuhan

30 31

Merasakan kasih sayang Tuhan 32 33

Merasakan ketentraman/tenang 34, 35

Peka dengan kebaikan 36

Takut melakukan dosa 37

Jumlah 31 6

3.5. Uji Validitas Alat Ukur

Validitas diartikan sebagai sejauh mana alat ukur mengukur variabel yang hendak

diukur. Untuk mengetahui validitas instrumen penulis menggunakan program

Lisrel 8.70.

51

3.5.1. Uji Validitas Alat Ukur Kebahagiaan

Pertama-tama, diteliti apakah 9 item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur kebahagiaan. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan

dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi-square = 353,33, df =

27, P-value = 0,00000 dan RMSEA = 0,285. Oleh karena itu, dilakukan

modifikasi terhadap model. Di mana kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan 14 kali

pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square = 17,44, df = 13, P-

value = 0.17982, RMSEA = 0.048. Nilai chi-square menghasilkan P-

value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model tersebut bersifat satu

faktor (unidimensional) di mana seluruh itemnya mengukur satu faktor saja yaitu

kebahagiaan.

Gambar 3.1 Analisis Faktor Konfirmatorik Kebahagiaan

52

Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang

hendak diukur secara signifikan atau tidak. Oleh karena itu perlu

dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari

item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-value bagi setiap koefisien

muatan faktor, seperti pada tabel 3.6

Tabel 3.6

Muatan Faktor Kebahagiaan

No Item Lambda Error T-Value Signifikan

1 0,26 0,08 3,24 V

2 0,73 0,09 8,23 V

3 0,52 0,08 6,84 V

4 0,47 0,07 6,75 V

5 0,31 0,07 4,76 V

6 1,05 0,09 12,13 V

7 1,34 0,12 11,38 V

8 0,53 0,07 7,25 V

9 0,65 0,08 7,85 V

Keterangan : V = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan

Berdasarkan tabel 3.6. di atas, dapat dilihat bahwa item-item

tersebut signifikan. Dengan demikian semua item tersebut ikut dianalisis

dalam perhitungan faktor skor. Sedangkan jika dilihat dari hasil

pengukuran korelasi antar item, tidak ada item-item yang menunjukkan

lebih dari lima korelasi kesalahan pengukuran dengan item lainnya.

3.5.2. Uji Validitas Alat Ukur Personal Attitude

Pertama-tama, diteliti apakah 25 item yang ada bersifat unidimensional,

artinya benar hanya mengukur personal attitude. Dari hasil analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi-

square = 648, 13, df = 275, P-value = 0,00000 dan RMSEA = 0,095.

53

Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model. Di mana

kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu

sama lainnya. Setelah dilakukan 31 kali pembebasan item, diperoleh

model fit dengan chi-square = 275,60, df = 244, P-value = 0.08033,

RMSEA = 0.029. Nilai chi-square menghasilkan P-value > 0.05

(tidak signifikan), yang artinya model tersebut bersifat satu faktor

(unidimensional) di mana seluruh itemnya mengukur satu faktor saja yaitu

personal attitude.

Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang

hendak diukur secara signifikan atau tidak. Oleh karena itu perlu

dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari

item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-value bagi setiap koefisien

muatan faktor, seperti pada tabel 3.7.

Pada skala personal attitude terdapat 1 item yang tidak signifikan

karena memiliki nilai muatan faktor negatif, koefisien t < 1.96, yaitu item

no 1. Sedangkan item lainnya signifikan (t > 1.96) dan valid. Dengan

demikian, bobot nilai pada item no 1 tidak ikut dianalisis dalam

penghitungan faktor skor. Sedangkan jika dilihat dari hasil pengukuran

korelasi antar item, tidak ada item-item yang menunjukkan lebih dari lima

korelasi kesalahan pengukuran dengan item lainnya. Berikut tersaji gambar

analisis faktor konfirmatorik dan tabel muatan faktor personal attitude.

54

Gambar 3.2 Analisis Faktor Konfirmatorik Personal Attitude

55

Tabel 3.7

Muatan Faktor Personal attitude

No Item Lambda Error T-Value Signifikan

1 0,20 0,12 1,62 X

2 0,39 0,12 3,28 V

3 0,65 0,12 5,58 V

4 0,70 0,12 6,05 V

5 0,33 0,12 2,69 V

6 0,46 0,12 3,91 V

7 0,75 0,11 6,57 V

8 0,39 0,12 3,22 V

9 0,47 0,12 3,92 V

10 0,26 0,12 2,09 V

11 0,24 0,12 2,09 V

12 0,77 0,11 6,81 V

13 0,75 0,11 6,62 V

14 0,65 0,12 5,40 V

15 0,69 0,12 5,97 V

16 0,32 0,12 2,64 V

17 0,88 0,11 6,55 V

18 0,74 0,11 6,55 V

19 0,69 0,11 6,04 V

20 0,72 0,11 6,36 V

21 0,78 0,11 6,98 V

22 0,69 0,12 5,79 V

23 0,94 0,11 8,74 V

24 0,64 0,12 5,58 V

25 0,51 0,12 4,32 V

Keterangan : V = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan

3.5.3. Uji Validitas Alat Ukur Spiritualitas

3.5.3.1. Uji Validitas Dimensi Makna Hidup

Pertama-tama, diteliti apakah 9 item yang ada bersifat unidimensional,

artinya benar hanya mengukur makna hidup. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi-square

= 63,30, df = 27, P-value = 0,00010 dan RMSEA = 0,095. Oleh karena

itu, dilakukan modifikasi terhadap model. Di mana kesalahan pengukuran

pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah

dilakukan 4 kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-

56

square =30,42, df = 23, P-value = 0,013770 RMSEA = 0.047. Nilai

chi-square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan), yang

artinya model tersebut bersifat satu faktor (unidimensional) di mana

seluruh itemnya mengukur satu faktor saja yaitu makna hidup.

Gambar 3.3 Analisis Faktor Konfirmatorik Makna Hidup

Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang

hendak diukur secara signifikan atau tidak. Oleh karena itu perlu

dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari

item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-value bagi setiap koefisien

muatan faktor, seperti pada tabel 3.8.

Tabel 3.8

Muatan Faktor Makna Hidup

No Item Lambda Error T-Value Signifikan

1 0,63 0,12 5,10 V

2 0,82 0,13 6,24 V

3 0,66 0,12 5,32 V

4 0,52 0,13 4,10 V

5 0,90 0,12 7,56 V

6 0,26 0,13 1,95 X

7 0,75 0,13 5,93 V

8 0,74 0,12 6,06 V

9 0,43 0,14 3,19 V

Keterangan : V = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan

57

Berdasarkan tabel 3.8 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 1 item

yang tidak signifikan karena memiliki nilai muatan faktor negatif, koefisien t

< 1.96, yaitu item no 6. Sedangkan item lainnya signifikan (t > 1.96) dan

valid. Dengan demikian, bobot nilai pada item no 6 tidak ikut dianalisis

dalam penghitungan faktor skor. Sedangkan jika dilihat dari hasil

pengukuran korelasi antar item, tidak ada item-item yang menunjukkan

lebih dari lima korelasi kesalahan pengukuran dengan item lainnya.

3.5.3.2. Uji Validitas Dimensi Pengalaman Spiritual

Pertama-tama, diteliti apakah 8 item yang ada bersifat unidimensional,

artinya benar hanya mengukur pengakaman spiritual. Dari hasil analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan

chi-square = 56,31, df = 20, P-value = 0,00003 dan RMSEA = 0,110.

Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model. Di mana kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama

lainnya. Setelah dilakukan 4 kali pembebasan item, diperoleh model fit

dengan chi-square = 18,36, df = 16, P-value = 0,30,349, RMSEA =

0.031. Nilai chi-square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak

signifikan), yang artinya model tersebut bersifat satu faktor

(unidimensional) di mana seluruh itemnya mengukur satu faktor saja yaitu

pengalaman spiritual.

58

Gambar 3.4 Analisis Faktor Konfirmatorik Pengalaman Spiritual

Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang

hendak diukur secara signifikan atau tidak. Oleh karena itu perlu

dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari

item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-value bagi setiap koefisien

muatan faktor, seperti pada tabel 3.9

Tabel 3.9

Muatan Faktor Pengalaman Spiritual

No Item Lambda Error T-Value Signifikan

1 0,94 0,13 7,22 V

2 0,68 0,15 4,64 V

3 0,75 0,12 6,07 V

4 0,54 0,13 4,08 V

5 0,57 0,13 4,28 V

6 0,79 0,12 6,40 V

7 0,60 0,13 4,77 V

8 0,61 0,13 4,84 V

Keterangan : V = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan

Berdasarkan tabel 3.9. di atas, dapat dilihat bahwa item-item

tersebut signifikan. Dengan demikian semua item tersebut ikut dianalisis

dalam perhitungan faktor skor. Sedangkan jika dilihat dari hasil

59

pengukuran korelasi antar item, tidak ada item-item yang menunjukkan

lebih dari lima korelasi kesalahan pengukuran dengan item lainnya.

3.5.3.3 Uji Validitas Dimensi Emosi Positif

Pertama-tama, diteliti apakah 10 item yang ada bersifat unidimensional,

artinya benar hanya mengukur emosi positif. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi-square

= 291,83, df = 35, P-value = 0,00000 dan RMSEA = 0222. Oleh karena

itu, dilakukan modifikasi terhadap model. Di mana kesalahan pengukuran

pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah

dilakukan 13 kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-

square = 26,18, df = 22, P-value = 0,24415, RMSEA = 0.036. Nilai

chi-square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan), yang

artinya model tersebut bersifat satu faktor (unidimensional) di mana

seluruh itemnya mengukur satu faktor saja yaitu emosi positif.

Gambar 3.5 Analisis Faktor Konfirmatorik Emosi Positif

Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang

hendak diukur secara signifikan atau tidak. Oleh karena itu perlu

dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari

60

item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-value bagi setiap koefisien

muatan faktor, seperti pada tabel 3.10.

Tabel 3.10

Muatan Faktor Emosi Positif

No Item Lambda Error T-Value Signifikan

1 0,42 0,08 5,31 V

2 0,57 0,08 7,31 V

3 0,25 0,08 3,65 V

4 0,64 0,07 8,57 V

5 0,62 0,08 8,26 V

6 0,70 0,08 8,26 V

7 0,01 0,08 0,14 X

8 0,34 0,08 4,43 V

9 0,60 0,08 7,81 V

10 1,01 0,07 14,33 V

Keterangan : V = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan

Berdasarkan tabel 3.8 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 1 item

yang tidak signifikan karena memiliki nilai muatan faktor negatif, koefisien t

< 1.96, yaitu item no 7. Sedangkan item lainnya signifikan (t > 1.96) dan

valid. Dengan demikian, bobot nilai pada item no 7 tidak ikut dianalisis

dalam penghitungan faktor skor. Sedangkan jika dilihat dari hasil

pengukuran korelasi antar item, tidak ada item-item yang menunjukkan

lebih dari lima korelasi kesalahan pengukuran dengan item lainnya.

3.5.3.4 Uji Validitas Dimensi Ritual

Pertama-tama, diteliti apakah 10 item yang ada bersifat unidimensional,

artinya benar hanya mengukur ritual. Dari hasil analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi-square

= 70,86, df = 35, P-value = 0,00032 dan RMSEA = 0,83. Oleh karena

itu, dilakukan modifikasi terhadap model. Di mana kesalahan pengukuran

pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah

61

dilakukan 13 kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-

square = 43,94, df = 33, P-value = 0,09664, RMSEA = 0.047. Nilai

chi-square menghasilkan P-value > 0.05 (tidak signifikan), yang

artinya model tersebut bersifat satu faktor (unidimensional) di mana

seluruh itemnya mengukur satu faktor saja yaitu ritual.

Gambar 3.6 Analisis Faktor Konfirmatorik Ritual

Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang

hendak diukur secara signifikan atau tidak. Oleh karena itu perlu

dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari

item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat t-value bagi setiap koefisien

muatan faktor, seperti pada tabel 3.11.

Tabel 3.11

Muatan Faktor Ritual

No Item Lambda Error T-Value Signifikan

1 0,90 0,11 7,95 V

2 0,95 0,11 8,46 V

3 0,80 0,12 6,85 V

4 0,67 0,12 5,57 V

5 0,56 0,12 4,62 V

6 0,64 0,12 5,33 V

7 0,84 0,12 7,24 V

8 1,02 0,11 9,27 V

9 0,64 0,12 5,25 V

10 0,80 0,12 6,89 V

Keterangan : V = Signifikan (t > 1.96), X = Tidak Signifikan

62

Berdasarkan tabel 3.11. di atas, dapat dilihat bahwa item-item

tersebut signifikan. Dengan demikian semua item tersebut ikut dianalisis

dalam perhitungan faktor skor. Sedangkan jika dilihat dari hasil

pengukuran korelasi antar item, tidak ada item-item yang menunjukkan

lebih dari lima korelasi kesalahan pengukuran dengan item lainnya.

3.6. Teknik Pengolahan Data

Metode pengolahan data yang digunakan untuk mengetahui adanya

pengaruh personal attitude dan spiritualitas terhadap kebahagiaan single

mothers adalah menggunakan analisis multi regresi.

Analisis multi regresi adalah analisis yang digunakan untuk memprediksi

seberapa jauh perubahan nilai variabel dependen, bila nilai variabel

independen dimanipulasi/dirubah-ubah atau dinaik-turunkan.

Adapun persamaan regresi berganda untuk penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Keterangan :

Y = kebahagiaan

a = intercept (konstan)

b = koefisisen regresi untuk masing-masing X

X1 = personal attitude

X2 = makna hidup

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ........................................+ b7X7 + e

63

X3 = pengalaman spiritual

X4 = emosi positif

X5 = ritual

X6 = pekerjaan

X7 = sebab menjadi single mothers

e = residual

Dalam analisis multiple regression ini dapat diperoleh beberapa

informasi, yaitu :

1. R2

yang menunjukkan proporsi varian (presentase varian) dan

dependenr variabel (DV) yang bisa diterangkan oleh independent

variable (IV).

2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing

koefisien regresi. Koefisien yang signifikan menunjukkan dmpak yang

signifikan dari indpendent variabel (IV) yang bersangkutan.

3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat

prediksi tentang nilai Y jika nilai setiap independent variable (IV)

diketahui, serta aspek apa saja yang memiliki pengaruh yang

signifikan.

4. Kontribusi masing-masing independent variable (IV) terhadap

dependent variabel (DV).

3.7. Prosedur Penelitian

Secara garis besar penelitian dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:

64

1. Tahap persiapan

a) Perumusan masalah yang akan diteliti.

b) Menentukan variabel yang akan diteliti.

c) Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan landasan teori yang tepat

mengenai variabel penelitian.

d) Menentukan subjek penelitian.

e) Persiapan alat pengumpulan data dengan menggunakan dan menyusun

alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian yaitu berupa skala

model Likert yang terdiri dari skala kebahagiaan, skala personal

attitude, dan spiritualitas.

f) Persiapan segala hal yang menyangkut perizinan.

2. Tahap pelaksanaan (field study)

Skala kebahagiaan, personal attitude, dan spiritualitas, yang seluruhnya

berjumlah 71 item pernyataan. Selanjutnya skala ini disebarkan kepada

single mothers yang ada di daerah Jakarta dan Tangerang.

3. Tahap pengolahan data

a) Melakukan skoring terhadap skala hasil jawaban responden.

b) Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh dan membuat

tabel data.

c) Menganalisis data dengan menggunakan metode statistik untuk

menguji hipotesis.

d) Membuat kesimpulan dan laporan hasil.

66

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

Bab berikut akan membahas mengenai presentasi dan analisa data meliputi

gambaran responden, deskriptif statistik variabel penelitian, kategorisasi skor

variabel penelitian dan hasil uji hipotesis.

4.1. Gambaran Umum Responden

Penelitian ini dilakukan pada 11 Oktober – 30 November 2014 terhadap para

single mothers yang tersebar di daerah Jakarta dan Tangerang, dengan

melibatkan 150 single mothers.

4.1.1. Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan pekerjaan, responden dalam penelitian ini dapat

digambarkan dalam tabel berikut :

Tabel 4.1

Gambaran Umum Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Presentase

1 Ibu Rumah Tangga 99 66 %

2 Guru 16 10,6 %

3 Pegawai Negeri Sipil 5 3,4 %

4 Wiraswasta 16 10,6 %

5 Pegawai Lepas 14 9,4 %

Total 150 100 %

4.1.2. Responden Berdasarkan Sebab Menjadi Single Mothers

Berdasarkan sebab menjadi single mothers, responden dalam penelitian

ini dapat digambarkan dalam tabel berikut :

67

Tabel 4.2

Gambaran Umum Berdasarkan Sebab Menjadi Single Mothers

No Sebab Menjadi Single Mothers Jumlah Presentase

1 Bercerai 59 39,3 %

2 Pasangan Meninggal 91 60,7 %

Total 150 100 %

4.2. Deskripsi Statistik

Skor yang digunakan dalam analisis statistik pada penelitian ini adalah skor

murni (t-score) yang merupakan hasil proses konversi dari raw score. Proses

ini dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan perbandingan skor hasil

penelitian variabel-variabel yang diteliti, dengan demikian semua raw score

pada setiap variabel harus diletakan pada skala yang sama. Hal ini dilakukan

dengan mentransformasi raw score menjadi z-score, agar nilai z-score

menjadi positif, perlu dilakukan perhitungan t-score = (10 X z score) + 50.

Untuk menjelaskan gambaran umum mengenai deskripsi statistik dari

variabel-variabel yang diteliti, indeks yang dijadikan acuan dalam

perhitungan ini adalah skor mean, median, standar deviasi, minimum, dan

maksimum dari setiap variabel penelitian. Skor terebut disajikan dalam tabel

berikut :

Tabel 4.3

Deskripsi Statistik Variabel Penelitian

68

Dari tabel 4.3 diketahui skor terendah kebahagiaan single mothers

adalah 31,86 dan skor tertinggi adalah 68,19. Skor terendah pada variabel

personal attitude adalah 32,96 dan skor tertinggi adalah 73,04. Pada variabel

makna hidup skor terendah adalah 29,45 dan skor tertinggi adalah 68,59. Skor

terendah pada variabel pengalaman spiritual adalah 36,96 dan skor tertinggi

adalah 63,75. Pada variabel emosi positif skor terkecil adalah 33,99 dan skor

terbesar adalah 63,05. Variabel ritual memiliki skor terendah 32,77 dan skor

terbesar 60,16.

4.3. Kategorisasi Skor Variabel

Dengan menggunakan standar deviasi dan mean dari skala T ini maka dapat

ditetapkan norma seperti yang tertera pada tabel berikut ini :

Tabel 4.4

Norma Skor

Norma Interpretasi

T < 50 Rendah

T > 50 Tinggi

Setelah kategori tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai

persentase kategori untuk tingkat sikap personal (personal attitude), makna

hidup, pengalaman spiritual, emosi positif, ritual terhadap kebahagiaan single

mothers, sebagaimana yang terangkum pada tabel berikut:

Tabel 4.5

Kategori Skor Kebahagiaan

69

Dari tabel 4.5 diketahui bahwa presentase kebahagiaan single mothers

sebesar 50,6% berada pada kategori rendah dan 49,4% berada pada kategori

tinggi.

Tabel 4.6

Kategori Skor Personal Attitude

No Kategorisasi Frekuensi Presentase

1 Rendah 86 57, 3 %

3 Tinggi 64 42, 7 %

Total 150 100%

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

memiliki frekuensi skor personal attitude pada kategori rendah dengan

presentase sebesar 57,3% dan sisanya 42,7% pada kategori tinggi.

Tabel 4.7

Kategori Skor Spiritualitas

No Aspek Kategorisasi Frekuensi Presentase

1 Makna Hidup Rendah

Tinggi

99

51

66 %

34 %

2 Pengalaman Spiritual Rendah

Tinggi

78

72

52 %

48 %

3 Emosi Positif Rendah

Tinggi

58

92

38,6 %

61,4 %

4 Ritual Rendah

Tinggi

61

89

40,6 %

59,4 %

Berdasarkan pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa responden memiliki

skor makna hidup pada kategori rendah sebesar 66% dan sisanya 34% berada

pada kategori rendah. Pada variabel pengalaman spiritual responden memiliki

skor sebesar 52% pada kategori rendah dan sisanya 48% berada pada kategori

tinggi.

70

Selanjutnya responden memiliki skor emosi positif pada kategori

rendah sebesar 38,6% dan sisanya 61,4% pada kategori tinggi. Pada variabel

ritual responden memiliki skor sebesar 40,6% pada kategori rendah dan

sisanya 59,4% pada kategori tinggi.

4.4. Uji Hipotesis Penelitian

Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis penelitian dengan teknik analisis

regresi dengan menggunakan software SPSS 17. Seperti yang sudah

disebutkan pada bab 3, dalam regresi ada 4 hal yang dilihat, yaitu pertama

melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) sumbangan

DV yang dijelaskan oleh IV, kedua melihat apakah secara keseluruhan IV

berpengaruh secara signifikan terhadap DV, ketiga melihat signifikan atau

tidaknya koefisien regresi dari masing–masing IV, kemudian yang terakhir

adalah melihat besarnya sumbangan dari setiap IV pada DV, dan melihat

signifikansinya.

Langkah pertama, peneliti melihat besaran R square untuk

mengetahui berapa persen sumbangan DV yang dijelaskan oleh IV. Adapun

hasilnya sebagai berikut:

Tabel 4.8

R Square independent variable terhadap dependent variable

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa perolehan R square sebesar

0,491 atau 49,1 %, artinya proporsi varian dari kebahagiaan single mothers

yang dijelaskan oleh semua independent variable diantaranya personal

71

attitude, spiritualitas (makna hidup, pengalaman spiritualitas, emosi positif

dan ritual), pekerjaan serta sebab menjadi single mothers adalah sebesar 49,1

%, sedangkan 50,9 % sisanya dipengaruhi variabel lain diluar penelitian ini.

Kemudian peneliti menguji signifikansi pengaruh keseluruhan IV

terhadap kecemasan berbicara di depan umum. Adapun hasil uji F dapat

dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9

Signifikansi R Square

Dari tabel Anova, diperoleh F hitung sebesar 13,403 dan signifikansi

sebesar 0,000 atau lebih kecil dari alpha 5 % (0,000 < 0,05). Ini berarti dari

semua variabel dapat digunakan untuk menjelaskan tinggi rendahnya

kebahagiaan single mothers. Maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada

pengaruh yang signifikan dari seluruh independen variabel terhadap

kebahagiaan single mothers ditolak. Artinya, seluruh IV yaitu personal

attitude, spiritualitas (makna hidup, pengalaman spiritual, emosi positif dan

ritual), pekerjaan serta sebab menjadi single mothers dapat memprediksi DV

yaitu kebahagiaan secara signifikan.

Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi setiap independen

variabel. Jika nilai P < 0.05 maka koefisien regresi signifikan yang berarti

bahwa IV tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap kecemasan.

Adapun penyajiannya ditampilkan pada tabel 4.10, sebagai berikut:

72

Tabel 4.10

Koefisien Regresi Untuk Masing-Masing Independent Variabel

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 11.064 4.752 2.329 .021

PA .038 .066 .041 .577 .565

MK .337 .089 .350 3.800 .000*

PS .178 .106 .178 1.677 .096

EP .014 .095 .015 .152 .880

R .282 .086 .300 3.285 .001*

IRT -4.392 2.015 -.233 -2.179 .031*

GURU -6.461 2.528 -.223 -2.556 .012*

PNS -1.730 3.681 -.035 -.470 .639

WIRASWASTA 2.788 2.690 .096 1.036 .302

SEBAB_SM -.245 1.263 -.013 -.194 .846

a. Dependent Variable: Kebahagiaan

Berdasarkan tabel 4.10 dapat disampaikan persamaan regresi sebagai

berikut:

Kebahagiaan = 11,064 + 0,038 personal attitude + 0,337 makna hidup +

0,178 pengalaman spiritual – 0,14 emosi positif + 0,282

ritual – 4,392 ibu rumah tangga – 6,461 guru – 1,730

pegawai negeri sipil – 2,788 wiraswasta – 0,245 sebab

single mothers.

Keterangan : *signifikan

Dari tabel 4.10, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefesien regresi

yang dihasilkan dapat dilihat pada kolom yang paling kanan yaitu kolom sig.

Jika nilai sig dari tiap-tiap IV kurang dari 0,05 (sig < 0,05), maka koefisien

dari masing-masing IV berpengaruh terhadap kebahagiaan single mothers

(DV). Sebaliknya jika nilai sig dari masing-masing IV lebih besar dari 0,05

73

(sig > 0,05) maka koefisien dari masing-masing IV tidak berpengaruh

terhadap kebahagiaan single mothers (DV). Untuk melihat dan

membandingkan besar kecilnya koefisien dari masing-masing IV dapat

diketahui dengan cara melihat Standardized Coefficient (Beta).

Dari hasil tabel 4.10, diketahui bahwa hanya ada empat IV yang

signifikan, pertama koefisien makna hidup dengan nilai beta sebesar 0,337

dan nilai signifikansinya sebesar 0.000 (sig < 0,05). Kedua adalah koefisien

ritual dengan nilai beta sebesar 0,282 dan nilai signifikansinya sebesar 0,001

(sig < 0,05). Ketiga adalah koefisien pekerjaan ibu rumah tangga dengan nilai

beta sebesar -4.392 dan nilai signifikansinya sebesar 0,031 (sig < 0,05).

Keempat adalah koefisien pekerjaan guru nilai beta sebesar -6.461 dan nilai

signifikansi 0,012. Sedangkan IV sisanya tidak signifikan.

Adapun penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada

masing-masing IV adalah sebagai berikut:

1. Nilai koefisien personal attitude sebesar 0,038 dan nilai signifikansinya

sebesar 0,565 (sig > 0,05). Hal ini berarti variabel personal attitude secara

positif berpengaruh terhadap kebahagiaan single mothers namun tidak

signifikan berdasarkan hasil analisis statistik.

2. Nilai koefisien makna hidup sebesar 0,337 dan nilai signifikansinya

sebesar 0,000 (sig < 0,05). Hal ini berarti variabel makna hidup secara

positif berpengaruh terhadap kebahagiaan dan signifikan berdasarkan hasil

analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor makna hidup maka semakin

tinggi kebahagiaan single mothers.

74

3. Nilai koefisien pengalaman spiritual sebesar 0,178 dan nilai

signifikansinya sebesar 0,096 (sig > 0,05). Hal ini berarti variabel

pengalaman spiritual secara positif berpengaruh terhadap kebahagiaan

namun tidak signifikan berdasarkan hasil analisis statistik.

4. Nilai koefisien emosi positif 0,014 dan nilai signifikansinya sebesar 0,880

(sig > 0,05). Hal ini berarti variabel emosi positif secara positif

berpengaruh terhadap kebahagiaan single mothers namun tidak signifikan

berdasarkan hasil analisis statistik.

5. Nilai koefisien ritual sebesar 0,282 dan nilai signifikansinya sebesar 0,001

(sig < 0,05). Hal ini berarti variabel ritual secara positif berpengaruh

terhadap kebahagiaan dan signifikan berdasarkan hasil analisis statistik.

Jadi semakin tinggi skor ritual maka semakin tinggi kebahagiaan single

mothers.

6. Nilai koefisien pekerjaan ibu rumah tangga sebesar -4,392 dan nilai

signifikansi sebesar 0,031 (sig < 0,05) dimana variabel pekerjaan lepas

sebagai kelompok kontrol. Hal ini berarti ada perbedaan kebahagiaan yang

signifikan antara ibu rumah tangga dan pegawai lepas dimana kebahagiaan

ibu rumah tangga lebih rendah dibanding kebahagiaan pegawai lepas.

7. Nilai koefisien pekerjaan guru sebesar -6,461 dan nilai signifikansi sebesar

0,012 (sig < 0,05) dimana variabel pekerjaan lepas sebagai kelompok

kontrol. Hal ini berarti ada perbedaan kebahagiaan yang signifikan antara

guru dan pegawai lepas dimana kebahagiaan guru lebih rendah dibanding

kebahagiaan pegawai lepas.

75

8. Nilai koefisien pekerjaan pegawai negeri sipil sebesar -1,730 dan nilai

signifikansi sebesar 0,639 (sig > 0,05) dimana variabel pekerjaan lepas

sebagai kelompok kontrol. Hal ini berarti tidak ada perbedaan

kebahagiaan yang signifikan antara pegawai negeri sipil dan pegawai

lepas dimana kebahagiaan pegawai negeri sipil lebih rendah dibanding

kebahagiaan pegawai lepas.

9. Nilai koefisien pekerjaan wiraswasta sebesar 2,788 dan nilai signifikansi

sebesar 0,302 (sig > 0,05) dimana variabel pekerjaan lepas sebagai

kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan

kebahagiaan yang signifikan antara wiraswasta dan pegawai lepas

dimana kebahagiaan wiraswasta lebih tinggi dibanding kebahagiaan

pegawai lepas.

10. Koefisien sebab menjadi single mothers sebesar -0,245 dan nilai

signifikansi sebesar 0,846 (sig > 0,05) dimana bercerai sebagai kelompok

kontrol. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan kebahagiaan yang

signifikan antara sebab menjadi single mothers meninggal dan bercerai

dimana kebahagiaan single mothers karena meninggal lebih rendah

dibanding single mothers karena bercerai.

4.5. Uji Proporsi Varians Masing–masing Independent Variabel

Selanjutnya, peneliti ingin mengetahui besarnya sumbangan dari setiap IV

terhadap DV dan melihat signifikansinya. Besarnya proporsi varian DV

yang merupakan sumbangan atau pengaruh dari masing-masing IV, hal ini

dilakukan dengan menghitung pertambahan proporsi varian setiap kali IV

76

baru dimasukkan dalam persamaan. Bertambahnya R2 (R

2 change) ini dapat

dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini :

Tabel 4.11

Proporsi Varians Masing-masing Independent Variable

Model R R Square

Change Statistics

R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .353a .125 .125 21.092 1 148 .000*

2 .589b .347 .222 49.941 1 147 .000*

3 .622c .387 .040 9.623 1 146 .002*

4 .629d .395 .008 1.983 1 145 .161

5 .647e .419 .024 5.872 1 144 .017*

6 .701f .491 .072 4.929 4 140 .001*

7 .701g .491 .000 .038 1 139 .846

Dari tabel 4.11 dapat dijelaskan sebagi berikut :

1. Variabel personal attitude memberikan sumbangan sebesar 12,5 % dalam

varians kebahagiaan single mothers. sumbangan tersebut signifikan (sig

< 0,05) dengan F = 21.092 dan df = 1,148.

2. Variabel makna hidup memberikan sumbangan sebesar 22,2% dalam

varians kebahagiaan single mothers. sumbangan tersebut signifikan (sig

< 0,05) dengan F = 49,941 dan df = 1,147.

3. Variabel pengalaman spiritual memberikan sumbangan sebesar 4%

dalam varians kebahagiaan single mothers. sumbangan tersebut

signifikan (sig < 0,05) dengan F = 9.623 dan df = 1,146.

4. Variabel emosi positif memberikan sumbangan sebesar 0,8% dalam

varians kebahagiaan single mothers. sumbangan tersebut tidak signifikan

(sig > 0,05) dengan F = 1.983 dan df = 1,145.

77

5. Variabel ritual memberikan sumbangan sebesar 2,4% dalam varians

kebahagiaan single mothers. sumbangan tersebut signifikan (sig < 0,05)

dengan F = 5.872 dan df = 1,144.

6. Variabel pekerjaan memberikan sumbangan sebesar 7,2% dalam varians

kebahagiaan single mothers. sumbangan tersebut signifikan (sig < 0,05)

dengan F = 4.929 dan df = 4,140.

7. Variabel sebab menjadi single mothers memberikan sumbangan sebesar

0% dalam varians kebahagiaan single mothers. sumbangan tersebut tidak

signifikan (sig > 0,05) dengan F = 0,038 dan df = 1,139.

78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, akan dipaparkan kesimpulan dan diskusi berdasarkan hasil

penelitian yang telah diperoleh. Selain itu juga akan diberikan saran dari segi

teoritis dan segi praktis untuk penelitian selanjutnya.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data serta pengujian hipotesis yang telah

dikemukakan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil

dari penelitian ini adalah “Ada pengaruh yang signifikan dari personal

attitude dan spiritualitas terhadap kebahagiaan single mothers”. Hal tersebut

ditunjukan dari hasil uji F yang menguji seluruh independent variable

terhadap dependent variable.

Setelah melakukan uji hipotesis dari masing-masing koefisien regresi

terhadap dependent variable, maka terdapat tiga dimensi yang berpengaruh

pada kebahagiaan single mothers, variabel tersebut antara lain dimensi

spiritualitas yaitu makna hidup dan ritual serta pekerjaan dari variabel

demografi.

Selanjutnya dimana pekerja lepas dan wiraswasta dinyatakan lebih

bahagia dibanding ibu rumah tangga, guru dan pegawai negeri sipil. Sebab

menjadi single mothers baik bercerai maupun pasangan meninggal tidak

berpengaruh terhadap kebahagiaan single mothers, namun ketika

79

dibandingkan single mothers yang disebabkan karena bercerai lebih bahagia

dibanding mereka yang pasangannya meninggal.

5.2. Diskusi

Dari hasil penelitian dan pengujian hipotesis, didapatkan bahwa secara

keseluruhan ada pengaruh yang signifikan diantara dimensi-dimensi

spiritualitas dan pekerjaan terhadap kebahagiaan single mothers. penulis

mendiskusikan hasil pengujian hipotesis lebih lanjut pada uraian berikut.

Makna hidup secara signifikan berpengaruh terhadap kebahagiaan

single mothers. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Morgan dan Farsides (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Measuring

Meaning In Life yang menyatakan bahwa makna hidup merupakan salah satu

variabel psikologis yang berpengaruh terhadap kebahagiaan. Makna hidup

mengaitkan aspek kognisi, emosi dan nilai didalamnya. Seseorang yang dapat

menyeimbangkan emosi dan kognisinya serta disesuaikan dengan nilai

dilingkungan sosialnya cenderung lebih bahagia. Makna hidup dan

kebahagiaan memiliki kaitan yang sangat erat. Ketika seseorang sudah

memiliki makna hidup dalam kehidupannya ia akan cenderung menjadi

teladan bagi orang lain (inspiring) dan mewariskan sesuatu yang bernilai

tinggi dalam kehidupan bagi orang lain (legacy). Hal ini selaras dengan efek

yang ditimbulkan ketika orang bahagia. Orang yang bahagia akan lebih

energik, lebih sukses, lebih memasyarakat dan memiliki kemauan yang lebih

tinggi untuk membantu orang lain (Hoggard dalam Alavi, 2007).

80

Selanjutnya, ritual keagamaan seperti pergi beribadah ke gereja dan

mengikuti kegiatan keagamaan juga berpengaruh terhadap kebahagiaan

(Francis et al dalam Holder, 2010), hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini

yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ritual dan

kebahagiaan. Ritual yang dimaksud dalam peneitian ini seperti, melakuakan

sembayang, memanjatkan doa, mengunjungi tempat ibadah, sedekah dan

terlibat aktif dalam komunitas agama. Dalam Islam sendiri dinyatakan dalam

QS. Ar-Raad ayat 28 bahwa beribadah kepada Allah SWT akan membuat

orang menjadi tenang “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka

menjadi tenteram dengan mengingat Allah, ingatlah, hanya dengan

mengingat Allah hati menjadi tenteram”.

Berdasarkan koefisien regresi, perkerjaan ibu rumah tangga, guru,

pegawai negeri sipil memiliki level kebahagiaan yang lebih rendah dibanding

pegawai lepas. Sementara itu, wiraswasta memiliki level kebahagiaan yang

lebih tinggi dibanding pegawai lepas. Faktor ekonomi merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi kebahagiaan. Pegawai lepas memiliki

kebahagiaan lebih tinggi dibanding ibu rumah tangga, guru dan pegawai

negeri sipil. Hal ini mungkin disebabkan oleh penghasilan mereka yang lebih

tinggi. Jika dilihat dari sisi yang lain, pegawai lepas dan wiraswasta lebih

memungkinkan memiliki waktu yang lebih banyak untuk menikmati

kebersamaan dengan anak, dibanding dengan ibu rumah tangga yang

memiliki waktu cukup banyak dengan anak namun tidak berpengasilan. Hal

81

ini mungkin yang menyebabkan pegawai lepas dan wiraswasta lebih bahagia

dibanding profesi yang lain.

Personal attitude secara positif berpengaruh terhadap kebahagiaan

namun tidak signifikan, semakin tinggi skor personal attitude maka semakin

tinggi kebahagiaan. Personal attitude sendiri terdiri dari tiga komponen yaitu,

attention, interpretation, memory. Ketiga hal ini merupakan kerja kognitif

otak manusia dimana seseorang harus bisa mengarahkan perhatian,

mengartikan peristiwa hidup dan ingatan pada hal positif agar sikap yang

timbul positif. Hal ini mungkin tidak mudah bagi mereka yang memiliki

kemampuan kognitif yang kurang baik. Kemampuan kognitif bisa jadi

berkaitan dengan tingkat pendidikan individu, semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang memungkinkan kemampuan kognitif yang lebih baik.

Untuk itu variabel pendidikan mungkin dapat diteliti lebih lanjut untuk

mengetahui seberapa erat kaitannya dengan kebahagiaan seseorang.

5.3. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ini, penulis menyadari

bahwa secara keseluruhan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan.

Dengan keterbatasan tersebut, penulis mencoba berbagi pengalaman dan

memberikan saran sebagai pertimbangan dalam melakukan penelitian yang

terkait yaitu saran teoritis dan saran praktis sebagai berikut:

82

5.3.1. Saran Teoritis

1. Untuk penelitian selanjutnya, skala kebahagiaan yang digunakan item-item

pernyataannya dapat lebih disesuaikan dengan subyek penelitian.

2. Pada faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan, penelitian

selanjutnya dapat diteliti mengenai seberapa lama seseorang menjadi

single mothers. Hal ini mungkin berpengaruh terhadap kebahagiaan,

dimana ada perbedaan kebahagiaan antara orang yang baru menjadi single

mothers dengan orang yang sudah bertahun-tahun menjadi single mothers

hal ini mungkin dikarenakan mereka sudah mulai bisa menyesuaikan diri.

3. Selain itu, peneliti juga menyarankan untuk meneliti variabel usia, karena

usia yang matang dan pengalaman yang banyak bisa jadi berpengaruh

terhadap kebahagiaan single mothers. Selanjutnya dapat dilihat adakah

perbedaan kebahagiaan antara single mothers pada usia dewasa awal,

dewasa madya dan dewasa akhir.

4. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk memperluas area populasi,

tidak hanya terbatas pada daerah Ibu Kota dan Tangerang, tetapi juga ke

daerah-daerah lain, mengingat angka perceraian di Indonesia cukup tinggi.

5. Disarankan untuk meneliti variabel lain pada penelitian selanjutnya yang

mungkin berpengaruh terhadap kebahagiaan single mothers. Variabel-

variabel tersebut seperti tipe kepribadian, jumlah tanggungan anak, dan

lingkungan sosial tempat tinggal subyek.

6. Dalam latar belakang masalah, peneliti menyampaikan mengenai cerai

gugat dan cerai talak serta efeknya terhadap istri. Oleh karena keterbatasan

83

waktu dan responden, peneliti tidak meneliti lebih jauh mengenai

kebahagiaan single mothers yang dikarenakan cerai talak dan cerai gugat.

Untuk itu, peneliti menyarankan dalam penelitian selanjutnya hal ini dapat

diteliti lebih lanjut.

7. Saran untuk penelitian selanjutnya agar dapat memaksimalkan media

sosial yang ada guna mengumpulkan data dari responden agar data

responden dapat terkumpul dalam waktu yang lebih cepat dan menghemat

biaya penelitian, mengingat pada penelitian ini hal tersebut belum

dilakukan.

5.3.2. Saran Praktis

1. Berdasarkan hasil penelitian ini, variabel ritual dan makna hidup secara

signifikan berpengaruh terhadap kebahagiaan single mothers sehingga

disarankan agar para single mothers untuk meningkatkan kegiatan ibadah

yang mereka lakukan dan memaknainya secara positif.

2. Banyaknya single mothers harusnya juga menjadi perhatian pemerintah

mengingat banyak pula anak yang menjadi tanggungannya. Untuk itu

disarankan agar pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan yang bisa

menunjang perekonomian single mothers dan mendukung peran mereka

sebagai orang tua tunggal, seperti program jam kerja yang lebih sedikit

bagi para single mothers dan pelatihan kerja bagi mereka yang

berpendidikan rendah.

3. Makna hidup berkaitan dengan tujuan hidup dan perencanaan masa depan.

Untuk itu penulis sarankan pada single mothers agar memiliki tujuan dan

84

perencanaan masa depan yang jelas. Dengan memiliki tujuan hidup dan

perencanaan masa depan yang jelas, kemungkinan besar mereka akan lebih

mudah menata hidup kembali setelah peristiwa kehilangan baik karena

bercerai maupun pasangan meninggal.

DAFTAR PUSTAKA

Alavi, H.R. (2007). Correlatives of happiness in the university students of Iran (A

religious approach). Journal religious health. 46, 480-499. DOI

10.1007/s10943-007-9115-4

Ali, A., Ambler, G., Stydom, A., Rai, D., Cooper, C., McManus, S., Weich, S,M

Meltzer, H., Dein, S., & Hassiotis, A. (2013). The relationship between

happiness and intelligent quotient : the contribution of socio-economic and

clinical factors. Psychological medicine. 43, 1303-1312. DOI :

10.1017/S0033291712002139

Davison, C.G., Naele, J.M., & Kring, A.M. (2006). Psikologi abnormal. Jakarta :

PT. Raja Grafindo Persada

Diener & Diener, R.B. (2008). Happiness : unlocking the mysteries of

psychological wealth. Singapore : Blackwell Publishing

Diener., Lucas, R.E., & Oishi, S. (2005). Chapter five : Subjective well-being

Dalam Snyder, C.R., & Lopez, S.J. (ed). Handbook of positive psychology.

Oxford : Oxford University Press

Hermansyah. (2014). Melonjaknya angka perceraian jadi sorotan lagi. Diunduh

tanggal 19 Mei 2014 dari http://www.badilag.net

Hood, R.W., Hill, P.C., & Spika, B. (2009). The psychology of religion : An

empirical approach. New York : The Guilford Press

Holder, M.D., Coleman, B., & Wallace, J.M. (2010). Spiritualitas, religiousness,

and happiness in children aged 8-12 Years. Journal happiness study. 11,

131-150. DOI 10.1007/s10902-008-9126-1

Holder, M.D & Klassen, A. (2010). Temperament and happiness in children.

Journal happiness study. 11, 419-439. DOI 10.1007/s10902-009-9149-2

Morgan, J., & Farsides, T. (2009). Measuring meaning in life. Journal happiness

study. 10, 197-294. DOI 1007/s10902-007-9075-0

Olson, R. (2007). Positive psychology : Authentic happiness. Diunduh tanggal 19

Mei 2005 dari www.PeakEffectiveness.com

Pasiak, T. (2012). Tuhan dalam otak manusia. Bandung : Mizan

Sarwono. (2010). Pengantar psikologi umum. Jakarta : Rajawali Press

Seligman. (2002). Authentic happiness. Authentic happiness. Nukman (terj).

(2002). Bandung : Mizan

Snoep, L. (2008). Religiousness and happiness in three nations : A research note.

Journal happiness study. 9, 207-211. DOI 10.1007/s10902-007-9045-6

Travedi, J.K., Sareen, H., & Dhyani, M. (2009). Psychological aspects of

widowhood and divorce. Some issues in women’s studies, and others

essays. 37-38.

Veenhoven, R. (2008). Healthy happiness : effects of happiness on psysical health

and the conseuences for preventive health care. Journal pappiness study.

9, 449-469. DOI 10.1007/s10902-006-9042

Lampiran A

KUESIONER PENELITIAN

Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Tahun Ajaran 2014/2015

Assalamu’alaikum Wr Wb

Saya adalah mahasiswi semester akhir di Fakultas Psikologi UIN Jakarta yang

sedang mengumpulkan data mengenai kebaagiaan, spiritualitas dan personal

attitude pada single mothers sebagai kelengkapan syarat penyusunan skripsi.

Dalam rangka pengumpulan data tersebut, saya memohon kesediaan ibu-ibu untuk

berkenan mengisi pernyataan yang sudah disediakan dengan jujur sesuai dengan

apa yang dirasakan atau dipikirkan. Tidak ada jawaban benar atau salah, semua

data yang ibu-ibu beri akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk penelitian

ini.

Atas kesediaan dan partisipasi yang ibu-ibu berikan, saya ucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Hormat saya,

Yunita Ihtiarini

IDENTITAS PRIBADI

Nama : …………………………………

Status pendidikan : …………………………………

Usia saat ini : ………… tahun

Jumlah anak : .........................

Pekerjaan : .........................

Sebab menjadi Single mothers : meninggal/bercerai*

*coret yang tidak perlu

TTD

………………

PETUNJUK PENGISIAN ANGKET

1. Bacalah pernyataan di bawah ini dengan teliti.

2. Anda dimohon untuk memberikan jawaban sesuai dengan keadaan Anda

dengan memberi tanda ceklis (√) pada salah satu kriteria untuk setiap pernyataan

yang menurut Anda paling tepat.

3. Pilihan jawaban yang tersedia adalah:

STS = apabila Anda merasa Sangat Tidak Setuju

TS = apabila Anda merasa Tidak Setuju

S = apabilaAndamerasa Setuju

SS = apabila Andamerasa Sangat Setuju

Contoh:

No Pernyataan STS TS S SS

1 Saya merasa dekat dengan Tuhan √

2 Saya merasa bahagia √

Skala 1

No Pernyataan STS TS S SS

1 Ketika mengingat masa lalu, saya merasa bangga

terhadap pencapaian saya

2 Saya merasa damai ketika mengingat masa lalu

3 Saya malu terhadap apa yang telah saya lakukan

di masa lalu

4 Saya percaya bahwa di masa depan saya akan

hidup lebih baik dari pada saat ini.

5 Saya optimis dalam menggapai apa yang saya

inginkan

6 Saya merasa masa depan saya akan suram

7 Saya menikmati aktivitas saya sehari-hari

8 Saya terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang

menyenangkan dengan orang-orang di lingkungan

terdekat saya

9 Saya merasa jenuh dengan hidup saya saat ini

Skala 2

No Pernyataan STS TS S SS

1 Ketika melihat orang kesulitan, dengan spontan

saya langsung membantunya

2 Saya termasuk orang yang selalu menepati janji

3 Saya mudah memaafkan kesalahan orang lain

4 Saya mudah memaafkan diri saya sendiri ketika

saya melakukan kesalahan

5 Saya senantiasa berlaku jujur, baik kepada orang

lain maupun diri saya sendiri

6 Berbohong diperbolehkan jika dalam kondisi

mendesak

7 Saya ingin menjadi teladan bagi orang lain dalam

hal apapun

8 Saya suka berkumpul dengan orang-orang di

lingkungan terdekat saya

9 Saya senang ketika hubungan saya dengan orang-

orang di lingkungan saya berjalan selaras dan

harmonis

10 Alam adalah tempat saya hidup, maka itu saya

harus menjaga dan merawatnya

11 Dibalik semua peristiwa yang saya alami, saya

yakin ada campur tangan Tuhan

12 Setiap peristiwa dalam hidup saya terjadi atas izin

Tuhan

13 Saya dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam

kehidupan saya sehari-hari

14 Ketika saya melakukan kesalahan, saya merasa

Tuhan langsung menegur saya dengan cara-cara

tertentu

15 Saya merasa bersalah setelah melakukan

perbuatan dosa

16 Saya merasa alam selalu memberikan respon

positif terhadap pikiran saya

17 Dalam setiap kegiatan yang saya lakukan saya

merasa Tuhan selalu bersama saya

18 Saya senang ketika melihat orang lain bahagia

19 Saya merasa iri ketika kehidupan orang lain lebih

bahagia dari pada saya sendiri

20 Saya dapat mengambil hikmah dari setiap

peristiwa, sekalipun itu peristiwa yang

menyakitkan

21 Saya yakin Tuhan memiliki rencana yang indah

atas hidup saya

22 Saya yakin Tuhan akan selalu membantu saya

ketika saya mengalami kesulitan

23 Saya dapat mengatasi keadaan sesulit apapun

24 Saya sulit menerima kondisi yang membuat saya

susah

25 Saya mampu mengontrol emosi saya dalam

keadaan apapun

26 Saya merasa bahagia ketika saya melakukan

kebaikan

27 Saya merasa rugi ketika berbuat baik kepada

orang lain

28 Ketika saya tidak shalat/beribadah saya merasa

ada yang hilang dari dalam diri saya

29 Saya selalu merasa membutuhkan Tuhan

30 Ketika saya sedang berdoa/beribadah saya merasa

sedang berkomunikasi dengan Tuhan

31 Saya merasa Tuhan tidak pernah mendengar doa

saya

32 Saya dapat merasakan kasih sayang Tuhan dalam

hidup saya

33 Tuhan tidak menyayangi saya karena selalu

memberi saya ujian

34 Ketika saya mengingat Tuhan, saya merasa tenang

35 Ketika saya membaca kitab suci, saya merasa

tenang

36 Saya dapat merasakan kebaikan orang lain

37 Saya takut melakukan dosa, baik dosa kecil

maupun dosa besar

Skala 3

No Pernyataan STS TS S SS

1 Saya cepat menangkap kesalahan orang lain

2 Saya sering melihat kesalahan dalam diri orang

lain

3 Saya memandang lingkungan saya sebagai tempat

yang penuh masalah

4 Ketika orang lain melakukan sesuatu untuk saya,

saya menganggap mereka memiliki tujuan

tertentu.

5 Ketika hal baik terjadi, saya berharap hal tersebut

mungkin bisa lebih baik lagi

6 Ketika saya melihat kesuksesan orang lain, saya

merasa minder

7 Saya selalu membandingkan diri dengan orang

lain

8 Saya berpikir berulang kali tentang kegagalan

yang telah terjadi

9 Saya menyesali banyak hal di masa lalu saya

10 Ketika saya mengingat masa lalu, entah mengapa

hal-hal buruk kembali teringat

11 Ketika hal buruk terjadi, saya merenungkannya

dalam waktu yang lama

12 Mayoritas orang akan mengambil keuntungan dari

saya jika saya memberi mereka kesempatan walau

sedikit

13 Saya melihat banyak keindahan di sekitar saya

14 Saya melihat hampir semua orang itu baik

15 Saya meyakini kualitas yang baik ada dalam diri

setiap orang

16 Saya menganggap diri saya sebagai orang yang

memiliki banyak kelebihan

17 Ketika hal buruk terjadi, saya menganggap akan

ada hikmah di balik hal tersebut

18 Terkadang saya berpikir tentang betapa

beruntungnya saya dalam hidup ini

19 Ketika saya mengingat masa lalu, kenangan indah

kembali teringat

20 Saya menikmati kenangan indah di masa lalu

21 Ketika saya melihat orang lain sukses walau saya

tidak kenal, saya turut merasa senang

22 Saya memperhatikan hal-hal baik yang orang lain

lakukan

23 Saya sadar bahwa dunia ini tempat ujian, tetapi

saya tetap menganggapnya sebagai tempat yang

menakjubkan

24 Saya melihat banyak kesempatan yang terbuka

untuk saya

25 Saya optimis dalam menatap masa depan

Lampiran B

Syntax Kebahagiaan

UJI VALIDITAS KONSTRUK HAPPINESS

DA NI = 9 NO = 150 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9

PM SY FI=HAPPINESS.COR

MO NX = 9 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

HAPPINESS

FR TD 9 7 TD 7 3 TD 6 4 TD 2 1 TD 9 5

FR TD 6 2 TD 9 1 TD 5 1 TD 7 2 TD 5 4

FR TD 9 6 TD 7 6 TD 7 1 TD 8 5

PD

OU TV MI SS

Lampiran C

OUTPUT LISREL KEBAHAGIAAN

DATE: 1/ 8/2015 TIME: 12:33

L I S R E L 8.70

BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-

2140 Copyright by Scientific Software International, Inc.,

1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in

the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com

The following lines were read from file

C:\Users\ACER\Documents\DATA SKRIPSI\HAPPINESS\HAPPINESS

SYNTAX.Spl:

UJI VALIDITAS KONSTRUK HAPPINESS DA NI = 9 NO = 150 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 PM SY FI=HAPPINESS.COR MO NX = 9 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK HAPPINESS FR TD 9 7 TD 7 3 TD 6 4 TD 2 1 TD 9 5 FR TD 6 2 TD 9 1 TD 5 1 TD 7 2 TD 5 4 FR TD 9 6 TD 7 6 TD 7 1 TD 8 5 PD OU TV MI SS

UJI VALIDITAS KONSTRUK HAPPINESS

Number of Input Variables 9 Number of Y - Variables 0 Number of X - Variables 9

Number of ETA - Variables 0 Number of KSI - Variables 1 Number of Observations 150

W_A_R_N_I_N_G: Matrix to be analyzed is not positive definite, ridge option taken with ridge constant = 0.100

UJI VALIDITAS KONSTRUK HAPPINESS

Covariance Matrix

X1 X2 X3 X4 X5

X6 -------- -------- -------- -------- --------

-------- X1 1.10 X2 0.62 1.10 X3 0.20 0.46 1.10 X4 0.33 0.49 0.22 1.10 X5 0.48 0.20 0.17 0.55 1.10 X6 0.38 0.28 0.47 0.71 0.44

1.10 X7 0.24 0.27 0.06 0.65 0.47

0.87 X8 0.04 0.24 0.22 0.21 0.25

0.55 X9 0.71 0.44 0.38 0.41 0.70

0.44

Covariance Matrix

X7 X8 X9 -------- -------- -------- X7 1.10 X8 0.71 1.10 X9 0.15 0.30 1.10

UJI VALIDITAS KONSTRUK HAPPINESS

Parameter Specifications

LAMBDA-X

HAPPINES -------- X1 1 X2 2 X3 3 X4 4 X5 5 X6 6 X7 7 X8 8 X9 9

THETA-DELTA

X1 X2 X3 X4 X5

X6 -------- -------- -------- -------- --------

-------- X1 10 X2 11 12 X3 0 0 13 X4 0 0 0 14 X5 15 0 0 16 17 X6 0 18 0 19 0

20 X7 21 22 23 0 0

24 X8 0 0 0 0 26

0 X9 28 0 0 0 29

30

THETA-DELTA

X7 X8 X9 -------- -------- -------- X7 25 X8 0 27 X9 31 0 32

UJI VALIDITAS KONSTRUK HAPPINESS

Number of Iterations = 19

LISREL Estimates (Maximum Likelihood)

LAMBDA-X

HAPPINES -------- X1 0.26 (0.08) 3.24

X2 0.73 (0.09) 8.23

X3 0.52 (0.08) 6.84

X4 0.47 (0.07) 6.75

X5 0.31 (0.07) 4.76

X6 1.05 (0.09) 12.33

X7 1.34 (0.12) 11.38

X8 0.53 (0.07) 7.25

X9 0.65 (0.08) 7.85

PHI

HAPPINES -------- 1.00

THETA-DELTA

X1 X2 X3 X4 X5

X6 -------- -------- -------- -------- --------

-------- X1 1.07 (0.11) 9.69

X2 0.45 0.55 (0.08) (0.10) 5.98 5.39

X3 - - - - 0.83 (0.09) 9.07

X4 - - - - - - 0.84 (0.09) 9.57

X5 0.35 - - - - 0.33 0.98 (0.07) (0.06) (0.10) 5.15 5.50 9.39

X6 - - -0.54 - - 0.21 - -

0.03 (0.08) (0.04)

(0.13) -7.15 4.88

0.24

X7 -0.14 -0.68 -0.57 - - - -

-0.55 (0.06) (0.13) (0.07)

(0.18) -2.43 -5.17 -8.20

-3.05

X8 - - - - - - - - 0.09

- - (0.05) 1.70

X9 0.55 - - - - - - 0.45

-0.33 (0.08) (0.08)

(0.07) 7.22 5.79

-4.77

THETA-DELTA

X7 X8 X9 -------- -------- -------- X7 -0.73 (0.29) -2.55

X8 - - 0.82 (0.09) 9.29

X9 -0.75 - - 0.65 (0.11) (0.10) -7.13 6.48

Squared Multiple Correlations for X - Variables

X1 X2 X3 X4 X5

X6 -------- -------- -------- -------- --------

-------- 0.06 0.49 0.24 0.21 0.09

0.97

Squared Multiple Correlations for X - Variables

X7 X8 X9 -------- -------- -------- 1.68 0.25 0.40

Goodness of Fit Statistics

Degrees of Freedom = 13 Minimum Fit Function Chi-Square = 17.88 (P = 0.16) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 17.44 (P

= 0.18) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 4.44 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ;

19.51)

Minimum Fit Function Value = 0.12 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.030 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ;

0.13) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) =

0.048 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ;

0.10) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.48

Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.55 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.52 ;

0.65) ECVI for Saturated Model = 0.60 ECVI for Independence Model = 6.02

Chi-Square for Independence Model with 36 Degrees of Freedom

= 878.42 Independence AIC = 896.42 Model AIC = 81.44 Saturated AIC = 90.00 Independence CAIC = 932.51 Model CAIC = 209.78 Saturated CAIC = 270.48

Normed Fit Index (NFI) = 0.98 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.98 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.35 Comparative Fit Index (CFI) = 0.99 Incremental Fit Index (IFI) = 0.99 Relative Fit Index (RFI) = 0.94

Critical N (CN) = 231.76

Root Mean Square Residual (RMR) = 0.064 Standardized RMR = 0.059 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.97 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.91

Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.28

UJI VALIDITAS KONSTRUK HAPPINESS

Modification Indices and Expected Change

No Non-Zero Modification Indices for LAMBDA-X

No Non-Zero Modification Indices for PHI

Modification Indices for THETA-DELTA

X1 X2 X3 X4 X5

X6 -------- -------- -------- -------- --------

-------- X1 - - X2 - - - - X3 0.00 1.90 - - X4 2.55 2.22 0.19 - - X5 - - 0.44 0.28 - - - - X6 0.29 - - 0.98 - - 1.64

- - X7 - - - - - - 0.93 0.65

- - X8 0.56 2.28 0.00 0.25 - -

0.14 X9 - - 0.41 0.15 0.46 - -

- -

Modification Indices for THETA-DELTA

X7 X8 X9 -------- -------- -------- X7 - - X8 1.66 - - X9 - - 0.79 - -

Expected Change for THETA-DELTA

X1 X2 X3 X4 X5

X6 -------- -------- -------- -------- --------

-------- X1 - - X2 - - - - X3 0.00 0.11 - - X4 0.09 0.10 -0.03 - - X5 - - -0.04 -0.03 - - - - X6 -0.04 - - -0.10 - - 0.05

- - X7 - - - - - - -0.13 -0.04

- - X8 -0.05 -0.10 0.00 -0.03 - -

-0.02

X9 - - -0.06 0.02 -0.04 - -

- -

Expected Change for THETA-DELTA

X7 X8 X9 -------- -------- -------- X7 - - X8 0.10 - - X9 - - 0.06 - -

Maximum Modification Index is 2.55 for Element ( 4, 1) of

THETA-DELTA

UJI VALIDITAS KONSTRUK HAPPINESS

Standardized Solution

LAMBDA-X

HAPPINES -------- X1 0.26 X2 0.73 X3 0.52 X4 0.47 X5 0.31 X6 1.05 X7 1.34 X8 0.53 X9 0.65

PHI

HAPPINES -------- 1.00

Time used: 0.140 Seconds