PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BUATAN TERHADAP...
Transcript of PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BUATAN TERHADAP...
i
PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BUATAN TERHADAP
PERILAKU DAN TINGKAT PARASITASI Telenomus sp.
PARASITOID PENGGEREK BATANG PADI PUTIH, Scirpophaga
innotata (Walker)
OLEH :
SINAR ARIFIN
G111 13 024
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
Pengaruh Pemberian Pakan Buatan terhadap Perilaku dan Tingkat
Parasitasi Telenomus sp. Parasitoid Penggerek Batang Padi Putih,
Scirpophaga innotata (Walker)
Oleh :
SINAR ARIFIN
G111 13 024
Laporan Praktik Lapang dalam Mata Ajaran Minat Utama
Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
Pada
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
iv
Pengaruh Pemberian Pakan Buatan terhadap Perilaku Telenomus sp. sebagai Parasitoid Penggerek Batang Padi Putih, Scirpophaga innotata
(Walker)
SinarArifin, Melina, NurariatyAgus
Departemen Hama dan PenyakitTumbuhan, FakultasPertanian,
UniversitasHasanuddin
ABSTRAK
Penggerek batang padi putih (PBPP) Scirpophaga innotata (Walker)
(Lepidoptera; Pyralidae) merupakan hama utama tanaman padi. Dalam
pengendalian hama tersebut secara hayati, Telenomus sp. merupakan salah satu
parasitoid, telur PBP yang penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian pakan buatan dan larutan bunga Wedelia terhadap perilaku
parasitoid telur Telenomus sp. sebagai agens pengendali hayati hama PBPP.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hama, Jurusan Hama dan Penyakit
Tumbuhan Universitas Hasanuddin, yang berlangsung dari bulan Juni sampai
September 2017. Perlakuannya adalah larutan bunga wedelia yang dibandingkan
dengan pellet, larutan madu dan akuades. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
parasitoid Telenomus sp. lebih sering berkunjung dan waktunya paling lama pada
larutan madu 10%, masing-masing dengan frekuensi 2,4 kali dan 47,19 menit.
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang tidak nyata
antara larutan madu dengan larutan bunga wedelia namun berbeda nyata dengan
pellet dan akuades.
Kata kunci: Penggerek batang padi putih, Telenomus sp., bungaWedelia, pellet
v
The Influence of Artificial Feeding on Behavior and Level of Parasitation
Telenomus sp. Parasitoid Borer Rice White, Scirpophaga innotata (Walker)
SinarArifin, Melina, NurariatyAgus
Department of Plant Pests and Diseases, Faculty of Agriculture, Hasanuddin
University
ABSTRACT
White rice stem borer (WRSB), Scirpophaga innotata (Walker)
(Lepidoptera; Pyralidae) is a major rice pest. In biological control of the pest,
Telenomus sp. is one of the most important eggs parasitoids of WRSB. This
study aims to determine the effect of artificial feeding and Wedelia flower
solution on the behavior of egg parasitoid Telenomus sp. as a biological control
agent of WRSB. The research was conducted at Pest Laboratory,Department of
Pests and Diseases Hasanuddin University, which lasted from June until
September 2017. The treatment is a wedelia flower solution compared to pellets, a
solution of honey and aquades. The results showed that the parasitoid Telenomus
sp. more frequent visits and the longest time in 10% honey solution, each with a
frequency of 2.4 times and 47.19 minutes. Analysis of Variance showed that there
was an significantly difference between honey solution with the wedelia flower
solution but was significantly different from pellets and aquades.
Key words: White rice stem borer, Telenomus sp., Wedelia flowers, pellets
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
Subhanawataala karena atas Berkah, Rahmat dan nikmat darinyalah sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Tak lupa pula
penulis kirimkan shalawat dan salam kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad
Sallalahualaihi Wasallam semoga segala aktifitas kita bernilai ibadah disisi-Nya
Amin.
Penulis telah menyelesaikan salah satu persyaratan menyelesaikan studi S1
(Strata Satu) pada Fakultas Pertanian, Departemen Ilmu Hama dan Penyakit
Tumbuhan Universitas Hasanuddin dengan judul “Pengaruh Pemberian Pakan
Buatan terhadap Perilaku Telenomus sp. Parasitoid Penggerek Batang Padi
Putih, Scirpophaga innotata (Walker)”.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
menyampaikan terima kasih yang tiada terhingga dan penghargaan yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Kedua Orang Tua tercinta, Ayahanda tercinta Arifin dan Ibunda yang
kusayangi Rahmawati yang telah mencurahkan segenap cinta dan kasih
sayang serta perhatian moril maupun materil. Semoga Allah Subhanawataala
selalu melimpahkan Rahmat, Kesehatan, Karunia dan keberkahan di dunia
dan di akhirat atas budi baik yang telah diberikan kepada penulis
2. Ibu Rektor UNHAS, Ibu Dekan, Pembantu Dekan I,II dan III dan seluruh
Bapak Ibu Dosen yang telah melimpahkan ilmunya kepada penulis, dan
Bapak Ibu Staf Pegawai Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin
3. Dr. Ir. Melina, MP dan Prof. Dr. Ir. Nurariaty Agus, MS selaku
Pembimbing atas segala keikhlasan, kesabaran dan ketulusannya
mengarahkan, memberikan bimbingan, bantuan, motivasi, dan saran kepada
penulis mulai dari penyusunan rencana penelitian hingga penyusunan skripsi
ini.
vii
4. Dr. Ir. Andi Nasruddin, M.Sc selaku penguji bersama Dr. Ir. Untung
Surapati, M.Sc dan Dr. Ir Vien Sartika Dewi, MS selaku penguji tugas
akhir yang senantiasa memberikan saran demi penyempurnaan skripsi ini.
5. Dr. Ir Melina, MP selaku Ketua Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan
serta Bapak Dr. Ir. Untung Surapati, M.Sc. selaku Penasihat Akademik atas
saran dan motivasinya kepada penulis selama perkuliahan dan penelitian.
6. Para Pegawai dan Staf Laboratorium Departemen Hama dan Penyakit
Tumbuhan, Ibu Rahmatiah, SH., Ibu Nirwana Rahman, SE., Bapak
Kamaruddin dan Bapak Ardan yang telah banyak membantu penulis
sehingga bisa menyelesaikan penelitian ini.
7. Saudaraku tercinta Yenni Arifin, Purnama Arifin, Saiful Arifin dan
Fatimah Arifin atas semangat dan dukungan yang diberikan kepada penulis
dari awal kuliah sampai terselesaikannya Skripsi penulis.
8. Teman seperjuangan penelitian yang tercinta Astri Asia ,Kakanda Ramlah
SP, Adinda Andi Dessy Hartina K, Jessica Adelaide K, Andi Vebryanti,
Andi Syarifah, Sumanti dan Sumardianzah Zainuddin yang selalu
menemani dan membantu dari awal penelitian sampai terselesaikannya
skripsi penulis.
9. Keluarga yang tak tergantikan kehangatannya Himpunan Mahasiswa
Perlindungan Tanaman dan teman-teman seperjuangan NEKTAR 013
yang telah memberi kebahagiaan sejak masuk Departemen Ilmu Hama dan
Penyakit Tumbuhan.
10. Teman-teman IPMI SIDRAP BKPT UNHAS dan UKM KSR PMI
UNHAS yang selama ini telah memberi ruang untuk berproses.
11. Keluarga MKU A yang menjadi tempat melukiskan cerita dari 3 jurusan
Program Studi Agroteknologi.
12. Teman-teman KKNku yang tercinta Rustang, ST, Rahmat Hidayat, S.Pi,
Muh.Aswan, S.Hut, Wafiah, SH,dan Suraedah, S.si atas semangat dan
dukungan yang diberikan.
13. Teman-teman seperjuangan yang tak kalah rempongnya Andi Rahma
Hidayah, Hasni Yulianti, SP, Nasriani, S.Pt, Bunga Sulvani Yahya, S.Pt,
Kurnia, S.Pt, Etty, S.Pt, Farna Wijaya Alfarianti, S.Pt, Ismawanti
viii
Bunga, Dasmawati dan Atikah, SP terima kasih atas bantuan dan
motivasinya selama penelitian sampai terselesaikannya skripsi penulis.
14. Teman-teman Alumni SMK 1 Watang Pulu tahun 2013
15. Teman pondokanku Kurnia, S.Pt, Nasriani, S.Pt, Bunga Sulvani Yahya,
S.Pt, Hasni Yulianti, S.P, Etty, S.Pt, Farna Wijaya, S.Pt, Dasmawati,
Barnice Paseru, S.Pt, dan Mike yang telah memberikan semangat dan
dukungan kepada penulis.
16. Kakanda Rahmat Tuo, S.Kom, , Muhammad Asyari, S.kom, Salman,
S.kom Ruslan SP, Hasni, SP, Anwar Geno, SP, Andi Fatimah, SP dan
Rudi Tangiloan, SP, yang telah banyak membantu dan memberi motivasi
selama penelitian
Akhirnya, Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak
dan apabila ada yang tidak tersebutkan Penulis mohon maaf, dengan besar
harapan semoga skripsi yang ditulis oleh Penulis ini dapat bermanfaat khususnya
bagi Penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca. Bagi para pihak yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini semoga segala amal dan kebaikannya
mendapatkan balasan yang berlimpah dari Tuhan yang maha Esa, Amin.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar, 27 November 2017
Penulis
SINAR ARIFIN
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................. iv
ABSTRACT .......................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiii
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan ................................................................... 3
1.3Hipotesis ...................................................................................... 3
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1Penggerek Batang Padi........................................................................ 4
2.1.1 Sistematika dan Daerah sebaran ........................................... 4
2.1.2 Gejala Serangan ................................................................... 5
2.1.3 Pengendalian ....................................................................... 6
2.2Telenomus rowani Gahan. ................................................................... 7
2.3 Pakan Buatan ..................................................................................... 9
2.4Tanaman Berbunga ............................................................................. 10
2.5Bunga Wedelia .................................................................................... 11
x
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu. ..................................................................... 12
3.2 Persiapan ..................................................................................... 12
3.2.1 Tanaman Uji ...................................................................... 12
3.2.2 Pellet dan Ekstrak bunga Wedelia ....................................... 12
3.2.3 Serangga Uji ....................................................................... 13
3.3 Pengujian .................................................................................... 13
3.3.1 Respon Imago Parasitoid ....................................................... 13
3.3.2Tingkat parasitisasi parasitoid ................................................ 14
3.4Analisis data ................................................................................ 15
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil . ............................................................................................ 16
4.1.1 Preferensi Parasitoid Telenomus sp. Terhadap Pakan ........ 16
4.2 Pembahasan. ............................................................................... 17
V.PENUTUP
5.1 Kesimpulan . ............................................................................... 21
5.2 Saran. .......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA . ........................................................................... 22
LAMPIRAN . ......................................................................................... 26
xi
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1.Rata-Rata Frekuensi Kunjungan dan Waktu yang digunakan parasitoid
Telenomus sp., pada Pakan dan Larutan Bunga Wedelia ................... 16
2. Tingkat Persentase telur terparasit parasitoid Telenomus sp………….. 17
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1. Frekuensi kunjungan parasitoid Telenomus sp. Terhadap berbagai
Jenis Pakan dan larutan Bunga Wedelia ......................................... 25
2.Sidik Ragam Frekuensi kunjungan parasitoid Telenomus sp. Terhadap
Berbagai Jenis Pakan dan larutan Bunga Wedelia .......................... 25
3.Waktu yang digunakan parasitoid Telenomus sp. Terhadap berbagai
Jenis Pakan dan larutan Bunga Wedelia ......................................... 26
4. Sidik Ragam Waktu yang digunakan parasitoid Telenomus sp.
Terhadap Berbagai Jenis Pakan dan larutan Bunga Wedelia ......... 26
5. Respons imago parasitoid ................................................................
6 Bentuk kurungan milar yang digunakan pada tingkat persentase telur
terparasit Telenomus sp .................................................................. 27
7. Parasitoid Telenomus sp. .................................................................. 27
i
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu kendala dalam upaya peningkatan produksi padi adalah kehilangan
hasil yang disebabkan oleh serangan penggerek batang padi. Kehilangan hasil setiap
tahun yang disebabkan oleh penggerek batang padi dapat mencapai 10-30%, bahkan
dapat menyebabkan tanaman padi menjadi puso (Idris, 2008). Terbukti dengan
meningkatnya serangan dan kerugian akibat hama penggerek batang padi dari tahun
ke tahun. Selain itu, penggunaan insektisida sintetik yang tidak bijaksana cenderung
menurunkan peranan parasitoid telur penggerek batang padi dan tidak dapat
mencengah kehilangan hasil akibat serangan penggerek batang padi (Ardjanhar dkk.,
2004). Salah satu taktik dasar yang penting dalam konsep pengelolaan hama terpadu
(PHT) adalah dengan pemanfaatan parasitoid telur Trichogramma sp., Telenomus sp.,
dan Tetrastichus sp. (Nurariaty, 2001).
Di antaranya, Telenomus sp. cukup berpotensi sebagai agens hayati penggerek
batang padi. Ukuran imago betina relatif lebih besar daripada yang jantan, berwarna
kehitam-hitaman untuk imago betina sedangkan imago jantan berwarna kecoklat-
coklatan dan mampu memarasit telur penggerek padi kuning ukuran sedang sekitar
(46,99 %) ukuran kecil (43,80 %) dan besar ( 40,05 %) (Nurariaty, 1991).
Parasitoid Telenomus sp. cukup berpotensi dalam mengendalikan hama
penggerek batang padi, namun populasinya cenderung semakin menurun, sehingga
perlu dikonservasi (Nurariaty, 2001). Pemberian pakan buatan seperti pellet sebagai
pakan tambahan merupakan salah satu alternatif untuk konservasi musuh alami.
karena Pakan buatan adalah pakan yang sengaja disiapkan dan dibuat, terdiri dari
2
ramuan beberapa bahan baku yang kemudian diproses lebih lanjut sehingga
bentuknya berubah dari bentuk aslinya.
Salah satu cara untuk mempertahankan keanekaragaman hayati yaitu
dengan mempertahankan keberadaaan tumbuhan berbunga yang tumbuh di areal
persawahan. Tumbuhan berbunga tersebut diharapkan dapat menjadi tempat
perlindungan serta sebagai penyedia pakan bagi predator dari hama tanaman padi
(Wahyuni dkk, 2013).
Di alam, imago parasitoid dan predator memperoleh pakan tambahan dari
nektar bunga yang ada di sekitarnya (Nurariaty, 2014) dan juga dari aplikasi
pakan buatan (Nurariaty dkk., 2016). Selanjutnya dilaporkan bahwa keberadaan
populasi predator lebih tinggi pada sawah yang diaplikasikan pakan buatan berupa
pellet daripada tanpa aplikasi (kontrol). Selain itu, Syaidi dkk. (2017) melaporkan
bahwa persentase kelompok telur penggerek batang padi putih yang terparasit
lebih tinggi pada lahan yang diberi pellet dibandingkan tidak ada pellet.
Serangga yang berfungsi sebagai musuh alami secara alami tertarik pada
tanaman berbunga yang menghasilkan nektar. Bau nektar mengundang serangga
untuk berkumpul, sehingga dengan mudah musuh alami akan menemukan hama.
Nektar mengandung protein merupakan sumber energi bagi imago parasitoid.
Bunga Wedelia merupakan salah satu gulma berbunga kuning yang dapat
ditemukan pada berbagai tempat, tumbuh merambat, bunganya mirip bunga
matahari tetapi ukurannya kecil. Oleh karena itu, diduga bahwa kandungan
nektarnya sedikit sehingga perlu dibuat dalam formulasi sirup yang tersedia setiap
saat (Nurariaty, komunikasi pribadi).
3
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian di
laboratorium tentang pengaruh pemberian pakan buatan dan larutan bunga
Wedelia terhadap perilaku dan tingkat parasitisasi parasitoid telur Telenomus sp.
1.2 Hipotesis
Pemberian pakan tambahan berupa pellet dan larutan bunga Wedelia akan
berpengaruh positif terhadap parasitoid telur Telenomus sp.
1.3 Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan
buatan dan larutan bunga Wedelia terhadap perilaku dan tingkat parasitisasi
parasitoid telur Telenomus sp.
Kegunaaan dari penelitian tersebut adalah sebagai bahan informasi untuk
mahasiswa, petani dan peneliti sebagai alternatif untuk meningkatkan kinerja
musuh alami dalam mengendalikan hama tanaman.
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penggerek Batang Padi
Di Indonesia, diketahui terdapat enam jenis penggerek batang padi yaitu
penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas Walker), penggerek
batang padi putih (Scirpophaga innotata Walker), penggerek batang padi merah
jambu (Sesamia inferens Walker), penggerek batang padi bergaris (Chilo
polychrysus Meyrick) dan penggerek batang padi berkilap (Chilo auricilius
Dudgeon). S. incertulas merupakan jenis penggerek batang padi yang dominan di
Jawa, Bali dan Lampung. Di Sulawesi Selatan yang paling dominan adalah
penggerek batang padi putih S. innotata (Soejitno, 1991).
2.1.1 Sistematika dan Daerah sebaran
Penggerek batang padi putih Scirpophaga innotata (Walker) disebut juga
Tryporyza innotata (Walker) atau Scirpophaga sericea Snellen yang juga dikenal
dengan nama umum white rice borer, white stea borer, white borer atau rice borer
(Kapur, 1967).
Menurut Kalshoven (1981) serangga ini dikelompokkan ke dalam:
Kingdom :Animalia
Phylum :Arthropoda
Kelas :Insekta
Ordo :Lepidoptera
Famili :Pyralidae
Sub Famili :Schoenobinae
Genus :Scirpophaga
Spesies :innotata
5
Penggerek batang padi mempunyai daerah sebaran yang luas, hampir di
semua negara Asia dimana terdapat tanaman padi. Daerah sebarannya adalah
Pakistan, India, Vietnam, Indonesia, Filipina, Irian Jaya, Australia Utara,
Bangladesh, Burma, Srilangka dan Jepang (Fill, 1981 Benerjea dan Pramanik
dalam Soejitno, 1991).
2.1.2 Gejala Serangan
Penggerek batang padi merupakan salah satu hama yang paling banyak
merusak tanaman padi, di samping wereng dan tikus. Serangannya dapat terjadi
sejak padi di persemaian sampai saat panen. Stadium yang merusak adalah
stadium larva. Larva yang baru keluar dari telur bergerak masuk ke dalam batang
padi hingga ke pangkal batang. Gejala kerusakan pada fase vegetatif ditandai
dengan pucuk daun terpotong lalu berubah warnanya menjadi kuning kecoklatan,
mengering dan akhirnya mati. Gejala kerusakan itu disebut sundep. Pada fase
generatif, serangan tertuju pada titik tumbuh tanaman padi yang sedang bunting
dan menyebabkan butir padi gugur, gabah-gabahnya hampa dan berwarna keabu-
abuan gejala tersebut disebut beluk (Kartasapoetra, 1987). Larva-larva tersebut
menggerek ke dalam batang padi dan melubangi batang, ruas dan buku. Serangan
pada tanaman muda menunjukkan gejala khas berupa kerusakan atau matinya titik
tumbuh sedang tanaman yang lebih tua menunjukkan gejala berupa tanaman rebah
atau patah bila dilubangi oleh larva (Hill, 1983).
Menurut Pathak (1975), batang atau anakan yang dirusak oleh larva
penggerek batang padi nampak membusuk, bila serangan yang disebabkan oleh
larva tidak menyebabkan pangkal batang terputus, maka vigor tanaman akan
rendah, produksi turun dan banyak biji gabah yang hampa.
6
2.1.3 Pengendalian
Ada beberapa cara pengendalian penggerek batang padi yang sudah
dikenal , Menurut Soejitno (1991) cara-cara pengendalian penggerek batang padi
terdiri dari tertib tanam, mekanik dan fisik, varietas tahan, pengendalian hayati,
insektisida dan pengendalian hama terpadu.
Dibanding dengan cara pengendalian yang lain, pestisida memang
mempunyai banyak kelebihan , antara lain daya racun atau daya bunuh hama yang
tinggi dan cepat, terspektrum lebar sehingga dapat mematikan banyak jenis hama
sekaligus , penggunaanya praktis dan lentur sehingga dapat disesuaikan dengan
keadaan. Selain pestisida seringkali memberikan keuntungan ekonomi yang tinggi
bagi petani apalagi dengan harga pestisida yang rendah karena sebagian besar
disubsisdi oleh pemerintah (Untung, 1984).
Namun pengguna pestisida secara terus menuerus dalam pengendalian
hama dapat mengakibatkan berbagai hambatan, seperti terjadinya hama resisten,
munculnya hama-hama sekunder, resurjensi, kecelakan karena pestisida,
pencemaran lingkungan serta matinya spesies yang bermanfaat seperti predator
dan parasitoid (Metcalf, 1975 dalam Natawigena 1990).
Pengendalian penggerek batang padi berpedoman pada sistem
pengendalian hama terpadu (PHT) yaitu suatu usaha menurunkan populasi hama
sampai batas yang tidak merugikan, secara ekonomi dengan mengkombinasikan
penggunaan berbagai cara pengendalian yang saling menunjang, sudah dilakukan,
memberikan keuntungan ekonomis maksimum serta aman terhadap manusia dan
lingkungan (Anonim, 1990).
7
Sesuai dengan landasan utama pelaksanaan pengendalian hama terpadu
(PHT) yaitu pendekatan ekonomi dan pendekatan ekologi, maka memadukan cara
penegendalian hayati dengan pengendalian yang lain, dalam pelaksanaan PHT
ternyata lebih menguntungkan (Natawigena, 1990).
Pengendalian hayati berpijak pada kenyataan bahwa musuh-musuh alami
seperti parasitoid, predator dan patogen yang ada di ekosistem memiliki
kemampuan dalam menekan populasi hama sampai pada tingkat yang lebih
rendah dibandingkan tanpa kehadirannya (Soehardjen, 1976).
2.2 Telenomus rowani Gahan
Parasitoid adalah binatang yang hidup di atas atau di dalam tubuh binatang
lain yang lebih besar dari inangnya. Parasitoid adalah serangga yang hidup
menumpang, berlindung atau makan dari serangga lain yang dinamakan inang dan
dapat mematikan inangnya secara perlahan-lahan. Serangan parasitoid dapat
melemahkan inang dan akhirnya dapat membunuh inangnya karena parsitoid
makan atau mengisap cairan tubuh inangnya .Untuk dapat mencapai fase dewasa
suatu parasitoid hanya memerlukan satu inang. Dengan demikian parasitoid
adalah serangga yang hidup dan mencari makan pada serangga hidup lainnya
sebagai inang. Inang akan mati jika perkembangan hidup parasitoid telah lengkap
(Shababudin dan Flora 2009).
8
Menurut Kalshoven (1981) Klasifikasi T.rowani adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Philum : Arthropoda
Klas : Insekta
Ordo : Hymenoptera
Famili : Scelionidae
Genus : Telenomus
Spesies : Telenomus rowani Gahan.
Telenomus rowani berwarna hitam kecoklatan dengan panjang tubuh
kurang lebih 2 mm. Sayap datar sepanjang 0,28 mm terletak pada toraks. Antena
berbentuk menyiku, pada ujung antena betina membesar sedangkan pada imago
jantan ujungnya simetris. Parasitoid ini tergolong dalam parasitoid solitaria yaitu
parasitoid yang hanya meletakkan satu telur pada inang dan berkembang sampai
dewasa (Kalshoven, 1981).
Seekor imago betina memproduksi telur sekitar 143-275 butir (Clausen,
1940) Stadium telur kurang lebih 9 jam (Budana, 1996). Telur T. rowani
diletakkan pada inang yang berumur 1-2 hari. Larva berwarna putih susu,
berukuran panjang antara 0,69-0,76 mm. Stadium larva berlangsung selama 6-7
hari. Pupa berwarna kehitaman, berukuran 0,65-0,76 mm dengan caput, toraks,
abdomen dan tungkai yang sudah tampak. Stadium pupa berlangsung selama 3-4
hari, kemudian dilanjutkan dengan stadium imago.Imago jantan muncul terlebih
dahulu daripada betina. Umur imago jantan berkisar antara 1-3 hari dan betina 3 -
5 hari (Nurariaty agus, 1991).
9
2.3 Pakan Buatan
Bahan baku secara umum dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar
yaitu bahan baku yang berasal dari tumbuhan dan hasil ikutannya (nabati) serta
yang berasal dari hewan dan hasil ikutannya (hewani) (Anonim, 2008b). Salah
satu bahan baku hewani yang digunakan adalah larva Aphis cerana yang
mengandung nutrisi yang tinggi khususnya protein.
Pemberian pakan buatan pada Coccinella sp. adalah salah satu alternatif
untuk konservasi predator tersebut, karena adanya ketersediaan sumber pakan
apabila mangsa utama atau mangsa alami predator tersebut habis atau tidak ada
lagi di pertanaman. Pakan buatan (artifical food) adalah pakan yang sengaja
disiapkan dan dibuat, terdiri dari ramuan beberapa bahan baku yang kemudian
diproses lebih lanjut sehingga bentuknya berubah dari bentuk aslinya.
Selain nutrisi dan rasa dari pakan buatan, sifat fisik dan bentuk dari pakan
buatan juga sangat berpengaruh. Pakan buatan yang dibuat dengan kadar air
rendah, daya tahannya bisa 3-4 bulan dan kandungan gizinya cukup lengkap
karena dibuat sesuai dengan kebutuhan (Anonim, 2006).
Bentuk fisik dari pakan buatan dapat dibuat dalam berbagai macam bentuk.
Pakan kering dapat dibuat dalam bentuk pellet, remah, (crumble), butiran
(granular), tepung (meal atau mask), dan lembaran (flake). Pellet dapat dibuat
dalam beragam bentuk, seperti batang, atau gilik (bulat memanjang) ukuran
panjang dan diameternya disesuaikan dengan ukuran hewan yang akan diberi
pakan (Anonim 2008b).
10
2.4 Tanaman Berbunga
Salah satu starategi untuk mengoptimalkan fungsi dan peran musuh alami
yang paling rasional adalah konservasi lingkungan dalam rangka menyediakan
pakan yang cukup dan lingkungan pertumbuhan dan perkembangan yang nyaman
bagi organisme musuh alami (Andow, 1991).
Manipulasi habitat dapat dilakukan dengan menanam tumbuhan berbunga
yang berfungsi sebagai sumber pakan inang/mangsa alternative dan teruji dan
refuji bagi musuh alami. Tumbuhan atau gulma berbunga yang berperan penting
dalam konservasi musuh alami ini umumnya berasal dari famili Umbelliferae,
Leguminosae dan Compositae (Altieri dan Nichols 2004) dan diantaranya adalah
kubis (Brassica oleraceae L.), bunga Matahari (Helianthus annus L.), Okra
(Abelmoschus esculentus L.), terung (Solanum melongena) dan rumput Sudan
(Sorghum bicolor).
Bau atau aroma buga juga menjadi daya tarik sekaligus tanda pengenal
jenis tumbuhan bagi serangga. Aroma merupakan salah satu kemampuan adaptasi
dari tanaman yang bersifat sebagai penarik atau penolak. Bagi serangga polinatur,
bau atau aroma bunga lebih sulit dikenali dibandingkan dengan warna dari suatu
bunga. Namun temuan Belz et al., (2013) justru menunjukkan bahwa aroma
beberapa tumbuhan berbunga mampu menarik kedatangan parasitoid. Dengan
demikian penanaman jenis -jenis tumbuhan ini dapat memiliki implikasi positif
dalam menunjang usaha pengendalian hayati.
Menurut Dudareva dan Pichersky (2006) konsentrasi gula dalam nektar
tumbuhan hutan tropis antara 5-80%. Untuk bunga yang diserbuki kupu-kupu
konsentrasi gula dalam nektarnya mencapai 29%, sementara yang diserbuk
11
ngengat dan lebah masing-masing sekitar 41% dan 30%. Biasanya kadar gula
dalam nektar pada suatu tanaman relatif rendah saat pagi hari dan meningkat pada
saat siang hingga sore hari disebabkan karena penguapan kandungan air dalam
nektar oleh sinar matahari, volume nektar pada bunga tinggi dipagi hari dan terus
menurun hingga sore hari sehingga berpengaruh terhadap kunjungan serangga
terhadap tanaman.
2.5 Bunga Wedelia
Menurut Steenis (1981), Klasifikasi bunga Wedelia adalah sebagai berikut:
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Wedelia
Spesies : Wedelia sp
Wedelia sp merupakan tumbuhan herbal, memanjat, sering bercabang
banyak, aromatis, tingginya 1-5 m. Batang bersegi, warna bunga kuning menyala ,
gundul dan tidak kasar. Daun berhadapan, bertangkai, betuk bulat telur
memanjang, dengan pangkal berangsur menyempit sepanjang tangkainya dan
ujung runcing bergrigi dangkal, sedikit banyak berambut, ditepi tak pernah kasar,
4 -16 kali 1,5-12 cm. Bongkol terminal dan di ketiak daun, berdiri sendiri atau
dalam jumlah kecil bersama-sama. Bunga tepi 5-8, betina, tabung pendek, pita
memanjang, ujung melekuk kedalam, lebar (Steenis, 2006).
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hama, Departemen Hama dan
Penyakit Tumbuhan Universitas Hasanuddin Makassar yang berlangsung dari bulan
Juni 2017 sampai September.
3.2 Persiapan
3.2.1 Tanaman uji
Bunga yang digunakan adalah sejenis gulma penutup tanah yaitu Wedelia
yang diperoleh di sekitar kampus. Bunganya kecil dan berwarna kuning. Tanaman
padi disemaikan di talang plastik dan setelah tiga minggu dipindahkan ke pot plastik
untuk pengujian.
3.2.2 Pellet dan Ekstrak Bunga Wedelia
Pellet yang digunakan berbentuk batang yang merupakan produksi dari
laboratorium oleh Nurariaty, dkk. Pellet tersebut disimpan di lemari pendingin
sebelum digunakan di lapangan.
Dalam proses pembuatan larutan bunga Wedelia terlebih dahulu dipisahkan
antara mahkota bunga, dan isinya serta kelopak bunga. Mahkota bunga dan isinya
dimasukkan ke dalam botol /toples kaca steril lalu ditambahkan air aquades steril
dengan perbandingan 1:10. Wadah ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan
selama 24 jam lalu disaring. Hasil saringan merupakan stok untuk membuat larutan
dengan menambahkan bahan-bahan lain dengan perbandingan tertentu.
13
3.2.3 Serangga Uji
Pengambilan parasitoid Telenomus sp. dilakukan di lahan persawahan dengan
mengumpulkan kelompok telur penggerek batang padi lalu dimasukkan di dalam
tabung reaksi yang ditutupi dengan kain kasa, masing-masing satu kelompok
pertabung. Beberapa hari kemudian akan muncul imago parasitoid Telenomus sp.
yang selanjutnya digunakan dalam pengujian.
Untuk memperoleh kelompok telur penggerek batang padi yang sehat maka
dilakukan pengumpulan ngengat diapangan lalu dibawa ke laboratorium untuk
ditelurkan pada tanaman padi yang sudah disediakan dalam kurungan. Kelompok
telur yang diletakkan dipakai untuk pengujian.
3.3 Pengujian
3.3.1 Respons imago parasitoid
Aplikasi dengan menggunakan parasitoid telur, Telenomus sp. yang
diletakkan di tengah-tengah cawan petri yang telah diisi pellet dan minuman sebagai
perlakuan. Volume pellet sebanyak 0,5 gram sedangkan cairan sebanyak 1 ml yang
diresapkan ke dalam spons berbentuk dadu (1cm3). Perlakuannya adalah: P0=
Kontrol; P1= pellet; P2= Larutan madu 10%; P3= ekstrak isi mahkota Wedelia; P4=
ekstrak mahkota Wedelia dan P5= ekstrak isi mahkota Wedelia + ekstrak mahkota
Wedelia yang masing-masing diulang lima kali. Salah satu perlakuan adalah larutan
madu 10% karena menunjukkan hasil yang paling baik sesuai hasil uji pendahuluan.
Pengamatan dilakukan setelah parasitoid diaplikasikan selama 8 jam dengan
mengamati frekuensi kunjungan, lama makan dan lama hidup imago parasitoid pada
perlakuan.
14
3.3.2. Tingkat parasitisasi parasitoid
Pengujian bertujuan untuk mengetahui tingkat parasitisasi imago parasitoid
telur Telenomus sp. jika dilakukan penambahan pellet, bunga hidup dan ekstrak
bunga Wedelia. Padi ditanam dalam pot bersama dengan bunga hidup Wedelia,
dipasang wadah yang berisi pellet dan juga diikatkan satu spons yang sudah diisi
dengan ekstrak bunga Wedelia, yang merupakan perlakuan. Selain itu, juga
direkatkan satu kelompok telur penggerek batang padi PBP. Selanjutnya dilepaskan
sepasang imago parasitoid Telenomus sp. di daun tanaman padi lalu disungkup
dengan kurungan milar. Perlakuan tersebut yaitu K= hanya kelompok telur PBP; P1=
Bunga Wedelia; P2= Pellet; P3= Ekstrak bunga Wedelia, P4= Bunga
Wedelia+pellet; P5= Bunga Wedelia+ ektrak bunga Wedelia; P6= Bunga Wedelia +
pellet + ekstrak bunga Wedelia. Percobaan tersebut masing-masing diulang tiga kali.
Pengamatan dilakukan terhadap perilaku parasitod telur dimulai pada saat
pelepasannya hingga delapan jam berikutnya. Imago parasitoid dibiarkan dalam
kurungan hingga semuanya mati. Perilaku tersebut yaitu orientasi imago parasitoid
terhadap pellet, bunga dan ekstrak bunga Wedelia dan kelompok telur PBP. Selain itu
juga diamati lama hidup imago parasitoid dan tingkat parasitisasinya terhadap telur
penggerek batang.
Tingkat parasitisasi dihitung berdasarkan jumlah imago parasitoid yang keluar
dan jumlah individu telur PBP yang terparasit yang diketahui setelah dilakukan
pembedahan telur.
15
Persentase telur terparasit ( PTT) dihitung dengan rumus:
3.4 Analisis data
Percobaan disusun dengan rancangan acak lengkap (RAL) dan data dianalisis
dengan ANOVA. Kalau ada perbedaan yang signifikan, maka dilanjutkan dengan uji
Duncan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Preferensi Parasitoid Telenomus sp. Terhadap Pakan
Preferensi parasitoid Telenomus sp. terhadap berbagai jenis bahan pakan
buatan dan larutan bunga Wedelia diketahui dari frekuensi kunjungan dan waktu yang
digunakan pada perlakuan. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1a
dan 2a, sedangkan rata-ratanya pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-Rata Frekuensi Kunjungan dan Waktu yang Digunakan parasitoid
Telenomus sp. pada Pakan dan Larutan Bunga Wedelia
Perlakuan Rata-Rata Frekuensi
(kali) mendatangi pakan
Rata-rata Waktu (menit)
Pada pakan
Aquades 2,2 13,38
Larutan
Madu 10% 2,4 47,19
Mahkota 2,2 21,07
Isi Mahkota 2,0 18,92
Mahkota +
Isi Mahkota 1,2 20,32
Pellet 1,8 14,71
Sumber:Data Primer Setelah Diolah 2017
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-rata frekuensi parasitoid Telenomus sp.
mendatangi pakan buatan dan lama waktu yang digunakan paling sering dan paling
lama pada larutan madu. Analisis sidik ragam pada Tabel Lampiran 1b dan 2b
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan semua perlakuan terhadap frekuensi
kunjungan dan waktu yang digunakan oleh parasitoid Telenomus sp. pada pakan.
17
Tabel 2. Tingkat Persentase telur terparasit parasitoid Telenomus sp.
Perlakuan Rata-rata±Sd(%)
Bunga Wedelia 11,36 ±3,11
Pellet 7,07±7,21
Ekstrak Wedelia 19,49±14,04
Bunga Wedelia +Pellet 18,85±7,79
Bunga Wedelia +Ekstrak Wedelia 21,94±13,57
Bunga Wedelia+Pellet+Ekstrak Wedelia 16,81±8,65
Sumber: Data Primer Setelah Diolah 2017
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa tingkat presentase telur terparasit tertinggi
sebesar 21,94±13,57 % pada perlakuan bunga Wedelia +ekstrak Wedelia dan yang
terendah yaitu 7,07±7,21% pada perlakuan pellet .
4.2 Pembahasan
4.2.1 Preferensi parasitoid terhadap pakan buatan
Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 1 terlihat bahwa frekuensi
kunjungan dan lama waktu yang digunakan oleh parasitoid Telenomus sp. pada setiap
perlakuan tertinggi pada larutan madu 10% dengan rata-rata (1,67 kali) dan (6,71
menit). Hal ini diduga karena madu mempunyai kandungan gula dan juga bersifat
alami karena tanpa diolah, sehingga lebih disukai parasitoid. Kandungan glukosa
yang terdapat pada madu mampu memberi energi bagi parasitoid sehingga mampu
memperpanjang lama hidupnya. Lama hidup yang panjang akan menghasilkan
jumlah telur yang juga lebih banyak jika dibandingkan dengan yang lama hidupnya
pendek.
18
Menurut Leatemia et al., (1995) pada madu terdapat sucrose dan fructose
yang dapat dijadikan sumber energi bagi parasitoid. Selanjutnya Fadamiro &
Hampell (2001), menyatakan sumber energi utama bagi imago parasitoid adalah gula,
yang dilapangan diambil dari nektar atau madu. Masa hidup imago parasitoid dapat
diperlama sampai sepuluh kali di laboratorium jika diberi pakan gula.
Larutan madu 10% adalah pakan yang paling baik untuk meningkatkan lama
hidupnya parasitoid. Menurut Almaeda et al., (2002) parasitoid yang diberi pakan
larutan madu, lama hidupnya dua atau tiga kali lebih lama dibandingkan dengan
hanya diberi akuades.
4.2.2 Tingkat Persentase telur terparasit
Pada Tabel 2 terlihat bahwa tingkat persentase kelompok telur penggerek
batang padi putih yang terparasit telenomus sp. tertinggi sebesar 21,94±13,57 % pada
perlakuan Bunga Wedelia +Ekstrak Wedelia dan yang terendah yaitu 7,07±7,21%
pada perlakuan Pellet. Hal ini disebabkan karena ketersediaan pakan dan inang sangat
mempengaruhi strategi pencarian imago parasitoid. Parasitoid yang lapar lebih
memilih mencari pakan daripada berusaha menemukan inangnya (Takasu dan Lewis
1993; Lewis et al.1998). Oleh karena itu, ketersediaan sumber pakan tambahan di
sekitar tanaman budidaya diperlukan agar waktu pencarian pakan tidak lebih banyak
daripada waktu pencarian inang sehingga parasitisasi lebih efektif. Seperti parasitoid
telur lainnya, imago Telenomus sp. membutuhkan pakan tambahan dan inang.
Tumbuhan berbunga menarik kedatangan serangga menggunakan karakter
morfologi dan fisiologi dari bunga yaitu ukuran, bentuk, warna, keharuman serta
19
kandungan nektar dan polen. Warna bunga merupakan salah satu daya tarik serangga.
Bahan dasar dari warna bunga dihasilkan oleh pigmen yang terdapat di dalam
kromplas atau vakuola sel pada jaringan floral. Warna ini dihasilkan melalui proses
refleksi dan refraksi cahaya pada permukaan sel (Harborne 1997).
Bau atau aroma bunga juga menjadi daya tarik sekaligus tanda pengenal jenis
tumbuhan bagi serangga. Aroma merupakan salah satu kemampuan adaptasi dari
tanaman yang bersifat sebagai penarik atau penolak bagi serangga, bau atau aroma
bunga lebih sulit dikenali dibandingkan dengan warna dari suatu bunga. Namun
temuan Belz et al., (2013) justru menunjukkan bahwa aroma beberapa tumbuhan
berbunga mampu menarik kedatangan parasitoid.
Perbedaan tingkat persentase parasitasi parasitoid disebabkan oleh perbedaan
perlakuan yang diberikan pada sepasang parasitoid Telenomus sp. yang di sungkup di
kurungan milar. Hal ini diduga karena faktor makanan merupakan unsur utama dan
sangat menentukan bagi kelangsungan hidup dan perkembangan setiap organisme.
Parasitoid dapat memilih inangnya dan memilih tempat untuk meletakan telurnya
agar dapat hidup terus dan berkembang dengan baik.
Salah satu strategi untuk mengoptimalkan fungsi dan peran musuh alami yang
paling rasional adalah konservasi lingkungan dalam rangka menyediakan pakan yang
cukup dan lingkungan pertumbuhan dan perkembangan yang nyaman bagi organisme
musuh alami (Andow, 1991). Landis et al., (2005) menyebutkan bahwa banyak
tanaman dan tumbuhan merupakan sumber pakan langsung bagi organisme musuh
alami misalnya dengan menyediakan nektar, polen dan secara tidak langsung
menyediakan mangsa dan inang di samping mengelola iklim mikro yang sesuai
20
dengan kebutuhan hidup musuh alami. Penambahan tumbuhan berbunga
menguntungkan bagi serangga parasitoid dan berpengaruh positif karena dapat
menarik kedatangan serangga itu sendiri
Menurut van Driesche and Bellows (1996 dalam nurariaty, 2014) parasitoid
menempuh beberapa tahapan untuk memarasit inangnya. Tahapan tersebut adalah
menemukan habitat serangga inang (host habitat finding), melokalisasi dan
menemukan inang (host finding), penerimaan inang (host acceptance) dan kecocokan
terhadap inangnya (host suitability).
Hal ini dipertegas oleh pernyataan Herlinda (2004) dan Herlina (2010), yang
mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat parasitasi maka semakin efektif usaha
pengendalian hayati tingginya tingkat parasitasi pada perlakuan dipengaruhi oleh
ketersediaan inang, daya parasitasi spesies parasitoid, kondisi lingkungan dan
keberadaan musuh alami lain.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Parasitoid Telenomus sp., lebih sering berkunjung dan waktunya paling lama
pada larutan madu 10%, tetapi berbeda tidak nyata dengan pada larutan bunga
Wedelia. Persentase kelompok telur penggerek batang padi putih yang terparasit oleh
telenomus sp., tertinggi pada bunga Wedelia +ekstrak Wedelia 21,94±13,57 % dan
yang terendah yaitu pada perlakuan Pellet 7,07±7,21% .
5.2 Saran
Perlu penelitian lebih lanjut untuk melihat tingkat persentasi telur terparasit
apabila di uji cobakan dilapangan..
DAFTAR PUSTAKA
Altieri, M.A., J.R. Cure, and M. Garcia. 1993. The role and enhancement of parasitic
hymenoptera biodiversity in agroecosystems In Hymenoptera and
Biodiversity, Edited by LaSalle and F Gauld. CAB International,
Wallingtord, UK 257-275.
Anggara et al., Kemapanan Parasitoid Telenomus remus (Hymenoptera...122
International Workshop Held at Hawkesbury Agricultural College
Richmond; NSW Australia, 12-15 May 1985. pp 43-59.
Ardjanhar.A.,SS. Siwi dan E. Mahrub E. 2004. Peranan parasitoid telur penggerek
batang padi pada lahan yang diaplikasikan insektisida kimia di daerah
Indramayu.Hlm 471-484 dalam Prosiding Seminar Nasional
Entomologi dalam Perubahan Lingkungan Sosial.Bogor, 5 Oktober
2004.
Baggen, L.R, and G.M. Gurr. 1998. The influence of food on Copidosoma koehleri
(Hymenoptera : Encyrtidae), and the use of flowering plants as habitat
management tool to enhance biological control of potato moth,
Phthrimaea operculella(Lepidoptera : Gelechiidae). Biological Control
11: 9-17.
Conway, G.R, and J.V. Remenyi. 1985. Agricultural ecology and farming systems
research. In Agricultural systems research for developing countries.
Proceedings of an.
Herlina, L. 2010 introduksi Parasitoid, Sebuah Wacana Baru dalam Pengendalian
Hama Kutu Putih Pepaya Paracoccus marginatus. Di Indonesia. Jurnal
Litbang Pertanian, (Online), 30(3), 2011, diakses 03 Oktober 2015.
Hernandez, D., and F. Ferrer, Linares B. 1988. Introduction de Telenomus
remusNixon (Hymenoptera:Scelionidae) to control Spodoptera
frugiperda(Lepidoptera : Noctuidae) in Yaritagua Venezuela. Tropical
Agronomy 39:199-205.
Hill, D.S., 1981 Agriculture in insect Pest of the Tropics and their Control,
Cambridge University Press. New York, New Rochelle, Melbourne,
Sidney.
Idris, 2008. Fluktuasi Populasi Spesies Penggerek Batang Padi di Kabupaten
Konawe. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi
Tenggara. Hlm. 1-5.
23
Idris, A.B., and E. Grafius. 1995. Wildflowers as nectar sources for Diadegma
insulare (Hymenoptera : Ichneumonidae), a parasitoid of diamondback
moth (Lepidoptera : Yponometidae). Environmental Entomology
24(6):1727-1735.
Kalshoven, L.G.E. 1981 The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der,
penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve.Terjemahan dari: De
Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.
Landis, D.A., S.D. Wratten, and G.M. Gurr. 2000. Habitat management to conserve
natural enemies of arthropod pests in agriculture. Annual Rev.
Entomology 45:175-201.
Lewis, W.J., J.O. Stapel, A.M. Cortesero, and K. Takasu. 1998. Understading how
parasitoids balance food and host needs: importance to biological
control. Biological Control 11:175-183.
Mattjik, A.A., dan I.M. Sumertajaya. 2002. PerancanganPercobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab. Jilid 1 Ed. 2.IPB Press Bogor.
Menalled, F.D., P.C. Marino, S.H. Cage, and D.A. Landis. 1999. Does agricultural
landscape structure affect parasitism and parasitoid diversity, Ecology
Application 9(2):634-641.
Nicholls, C.I., and M.A. Altieri. 2003. Designing spesies-rich, pest-suppresive
agroecosystem through habitat management.[online].
http://agroeco.org /brasil/material/designing_ spesies.htm. [29 Okt
2003] .
Nurariaty A, 1991. Biologi Parasitoid Trichogramma sp. (Hym: Trichogrammattidae)
dan Telenomus sp. (Hym: Scelionidae) pada Penggerek Batang Padi
Kuning Scirpophaga incertulas (Walker) (Lep: Pyralidae). Tesis FPS
IPB.
Nurariaty A, 2014. Pengendalian Hayati Hama dan Konservasi Musuh Alami. IPB
press. Bogor.
Nurariaty, A., ID. Daud, Nur Amin dan S.Nuramirah,2016. Pengembangan Formulasi
sebagai Suplemen Predator Coccinella Sp.untuk Pengendalian Hama
Kutu daun/Wereng Padi.Laporan Penelitian LP2M UNHAS.
Nurariaty,A. 2001. Potensi pemanfaatan parasitoid Trichogramma spp. (Hym:
Trichogrammatidae) pada penggerek batang padi putih Scirpophaga
innotata Walker di Sulawesi Selatan.Disertasi FFS-UNHAS. 135 hal.
24
Pathak,M,D .,1975. Insect Pest of rice IRRI, Los Banos Philipines
Soehardjan , 1976 . Dinamika Populasi Penggerek Batang Padi Kuning T. Incertulas
(Walker) Disertasi ITB.
Soejitno, j., 1991 Pengendalian Hama Penggerek Padi, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Puslitbang. Bogor.
Supartha. I. W. 2003. Peranan Pengendalian Hama Terpadu dalam Meningkatkan
Pendapatan Petani dan Pelestarian Lingkungan di Era Pasar
Global.Orasi Ilmiah.
Syaidi ,M.,Nurariaty Agus,Sri Ngatimin Aminah,2017.Pengaruh Pemberian Pellet
dan Tanaman Berbunga terhadap Peranan Parasitoid Telur Penggerek
Batang Padi Putih(Scirpophaga innotata Walker).Skripsi .Fakultas
Pertanian UNHAS.
Takasu, K., and W.J. Lewis. 1993. Host and food foraging of the parasitoid
Microplitis croceipes: learning and physiological state effects.
Biological Control 3:70-74.
Tscharntke, T., M.E. Hochberg, and A.R. Ives. 2001. Parasitoid Population Biology.
Princeton Univ Press, Princeton. Van Driesche, R.G., and T.S.
Bellows Jr. 1996. Biological Control.
Untung, K. 1984.Pengendalian Hama Terpadu . Andi offset, Yogyakarta.
Wahyuni,R.,Wijayanti R,Supriyadi (2013).Peningkatan keragaman tumbuhan
berbunga daya tarik predator hama tanaman padi.J Agron Res
2(5):40.
i
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1a. Frekuensi kunjungan parasitoid Telenomus sp. terhadap
berbagai jenis bahan pakan buatan dan larutan bunga Wedelia
Perlakuan Frekuensi kunjungan (kali) pada
ulangan
Rata-rata
1 2 3 4 5
Aquades 2 2 1 1 5 2,2
Lar.Madu 2 1 3 2 4 2,4
Mahkota 3 1 4 2 1 2,2
Isi Mahkota 2 3 3 1 1 2.0
Mahkota+Isi Mahkota 1 3 1 1 0 1,2
Pellet 3 1 0 1 4 1,8
Tabel Lampiran 1b. Sidik Ragam Frekuensi kunjungan parasitoid Telenomus sp.
terhadap berbagai jenis bahan pakan buatan dan larutan bunga
Wedelia
SK Db JK KT F Hitung F Tabel
0.05 0.01
Perlakuan 5 4,56 0,91 0,51 2,62 3,89
Acak 24 42,4 1,76
Total 29 46,96
Ket : Tidak berbeda nyata pada Taraf 0,05 dan 0,01
ii
Tabel Lampiran 2a. Waktu yang digunakan parasitoid Telenomus sp. pada
berbagai jenis bahan pakan buatan dan larutan bunga Wedelia
Perlakuan Frekuensi kunjungan (kali) pada ulangan Rata-rata
1 2 3 4 5
Aquades 21,3 9,16 2.23 6 28,2 13,38
Lar.Madu 48,78 82,38 57,1 19,53 28,18 47,19
Mahkota 32,36 1,23 44,03 24,5 3,21 21,07
Isi Mahkota 19,03 34,18 26,03 9,15 6,23 18,92
Mahkota +Isi Mahkota 12,06 46,31 8,05 35,16 0,00 20,32
Pellet 15,01 14,33 0,00 6,01 38,18 14,71
Tabel Lampiran 2b. Sidik Ragam Waktu yang digunakan parasitoid Telenomus sp.
pada berbagai jenis bahan pakan buatan dan larutan bunga
Wedelia
SK Db JK KT F Hitung F Tabel
0.05 0.01
Perlakuan 5 3866,54 773,30 2,56 2,62 3,89
Acak 24 7233,93 301,41
Total 29 11100,48
Ket: Tidak berbeda nyata pada Taraf 0,05 dan 0,01
Tabel Lampiran 3 Tingkat Persentase telur PBPP yang terparasit ( %)
Perlakuan Tingkat Persentase telur terparasit (%)
1 2 3 rata-rata Sd
Bunga Wedelia 11.21 8.33 14.55 11.36 3.11
Pellet 6.78 0 14.42 7.07 7.21
Ekstrak Wedelia 34.34 6.43 17.71 19.49 14.04
Bunga Wedelia +Pellet 25.74 10.4 20.41 18.85 7.79
Bunga Wedelia +Ekstrak Wedelia 6.29 30.47 29.06 21.94 13.57
Bunga Wedelia+Pellet+Ekstrak
Wedelia
6.9 22.9 20.62 16.81 8.65
iii
Gambar Lampiran 2: Respons imago parasitoid
Gambar lampiran 3: Bentuk kurungan milar yang digunakan pada tingkat
persentase telur terparasit Telenomus sp.
Gambar Lampiran 4: Parasitoid Telenomus sp.
iv