Hama Pengganggu Tanaman

38
1. HAMA PENGGANGGU TANAMAN A.Pengertian Hama Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Contohnya adalah organisme yang menjadi vektor penyakit bagi manusia, seperti tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah, atau nyamuk yang menjadi vektor malaria. Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian. Istilah "suci hama" juga digunakan sebagai padanan kata "steril" dalam pengertian bebas dari penyebab kontaminasi. B.Jenis-Jenis Hama Pengganggu Beberapa filum yang anggotanya diketahui berpotensi sebagai hama tanaman adalah : Aschelminthes (nematoda), Mollusca (siput),

description

hama

Transcript of Hama Pengganggu Tanaman

Page 1: Hama Pengganggu Tanaman

1. HAMA PENGGANGGU TANAMAN

A. Pengertian Hama

Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak

diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan

untuk semua organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya

kepada hewan.

Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan

pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat

manusia. Contohnya adalah organisme yang menjadi vektor penyakit bagi

manusia, seperti tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah, atau nyamuk

yang menjadi vektor malaria.

Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang

menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua

hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian.

Istilah "suci hama" juga digunakan sebagai padanan kata "steril"

dalam pengertian bebas dari penyebab kontaminasi.

B. Jenis-Jenis Hama Pengganggu

Beberapa filum yang anggotanya diketahui berpotensi sebagai hama

tanaman adalah :

Aschelminthes (nematoda),

Mollusca (siput),

Chordata (binatang bertulang belakang), dan

Arthropoda (serangga, tunggau, dan lain-lain).

1. Filum Nematoda

Nematoda berukuran sangat kecil, berbentuk silindris, tidak berwarna

(transparan), bilateral simetris, tidak beruas, mempunyai rongga tubuh semu

(pseudocoelomates), bagian kepala agak tumpul, sedangkan bagian ekornya

agak runcing. Selama hidupnya nematoda dapat mengalami pegantian kulit

sebanyak empat kali.

Nematoda parasitik ditandai dengan adanya stilet yang berfungsi

mencucuk dan mengisap jaringan tanaman. Sementara itu, nematoda saprofag

Page 2: Hama Pengganggu Tanaman

tidak mempunyai alat ini. Ada dua jenis stilet, yaitu Odontostilet dan

Stomatostilet. Odontostilet adalah stilet yang berbentuk seperti pisau tanpa

knobb (pompa) pada bagian pangkal. Sedangkan stomatostilet berbentuk

seperti pisau dengan knobb pada bagian pangkalnya. Tipe odontostilet terdapat

pada ordo Dorylaimida, sedangkan tipe stomatostilet terdapat pada ordo

Tylenchida.

Cara nematoda menyerang tanaman bervariasi, yaitu :

a. Ektoparasit, yaitu menyerang dari luar jaringan tanaman,

misalnya Criconemoides sp dan Xiphinema sp.

b. Endoparasit, yaitu menyerang dari dalam jaringan tanaman. Ada yang

bersifat sedentary (menetap), misalnya nematoda puru akar

(Meloidogyne spp.), dan ada yang bersifat migratory (berpindah),

misalnya Pratylenchus sp.

c. Ektoendoparasit, yaitu setelah dewasa nematoda meletakkan sebagian

tubuhnya ke dalam tanaman, misalnyaRotylenchus sp.

d. Endoektoparasit, yaitu telur dan larva berkembang dalam tubuh tanaman,

kemudian sebagian tubuhnya keluar dari jaringan tanaman,

misalnya Heterodera sp.

Akibat serangan nematoda, maka tanaman akan mengalami gejala

kerusakan yang beragam, tergantung jenis nematodanya. Berdasarkan gejala

kerusakannya, nematoda dibedakan menjadi :

a. Nematoda puru/bengkak (gall nematodes), misalnya Anguina

tritici penyebab puru pada daun dan biji gandum.

b. Nematoda batang (stem nematodes), misalnya Ditylenchus

dipsaci yang menyebabkan pembengkakan batang dan pembusukan umbi

lapis (bawang).

c. Nematoda daun (leaf nematodes), misalnya Aphelenchoides besseyi yang

menyebabkan pucuk daun memutih pada tanaman padi.

d. Nematoda puru akar (root-knot nematodes), misalnya Meloidogyne sp

yang menyebabkan perakaran membengkak pada famili Solanaceae,

sehingga pertumbuhan tidak normal.

Nematoda dapat berperan sebagai vektor penyakit, misalnya dari ordo

Dorylaimida yaitu nematoda jarum (Longidorus sp.) dan nematoda keris

(Xiphinema sp.). Keduanya bersifat ektoparasit dan dapat menularkan penyakit

Page 3: Hama Pengganggu Tanaman

virus. Nematoda ini menyerang tanaman dengan cara mencucuk dan mengisap

cairan sel akar. Luka tusukan tersebut sering diikuti oleh serangan

mikroorganisme sekunder (bakteri dan cendawan) sehingga menimbulkan

pembusukan. Akibatnya pertumbuhan tanaman merana dan perkembangannya

terhambat.

2. Filum Mollusca

Kelas Gastropoda merupakan salah satu kelas anggota filum Mollusca

yang banyak berperan sebagai hama tanaman. Tubuh anggota kelas

Gastropoda ada yang dilindungi oleh cangkang (shell), adapula yang tidak.

Sebagai contoh yaitu bekicot (Achatina fullica Bowd.), Semperula

maculata,  siput bugil (Parmarion pupillaris Humb.), dan Sumpil (Lamellaxis

gracilis Hutt.).

Bekicot berasal dari Afrika Timur atau Afrika Selatan ini memiliki

panjang tubuh 10 cm-13 cm. Cangkang bekicot berbentuk kerucut berulir,

berwarna coklat-kekuningan dengan bercak coklat kehitaman yang

memanjang. Tubuh berwarna coklat, berlendir dan perutnya berfungsi sebagai

kaki. Mempunyai dua pasang sungut (antena), yaitu sungut depan yang

berfungsi sebagai peraba dan sungut di belakang yang berfungsi sebagai mata.

Bekicot dan anggota Gastropoda yang lain menggunakan gigi parut (radula)

untuk menggigit dan mengunyah bagian tanaman yang berdaging tebal dan

berair. Biasanya menyerang tanaman pada malam hari, dan banyak ditemukan

di tempat-tempat yang berair dan mempunyai kelembaban

3. Filum Chordata

Filum Chordata mempunyai banyak anggota, namun tidak semuanya

berperan sebagai hama tanaman. Anggota filum ini yang banyak berperan

sebagai hama adalah Kelas Mamalia (hewan menyusui) dan kelas Aves

(burung).

Dari kelas mamalia, ordo Rodentia (binatang mengerat) merupakan

ordo yang paling merugikan, misalnya tupai (Callosciurus notatus) dan tikus

sawah (Rattus rattus argentiventer). Disamping itu kelelawar, musang, landak,

dan satwa liar seperti gajah, kera, babi hutan, rusa, dan beruang juga dapat

berperan sebagai hama yang merugikan. Sedangkan dari kelas aves yang

Page 4: Hama Pengganggu Tanaman

berperan sebagai hama misalnya burung pipit (Lonchura

leucogastroides (Horsf. dan Moore). Kelelawar (Pteropus vampyrus, Musang

(Paradoxurus hermaphrodit, Landak (Acantyon brachyurum (L.) = Hystrix

javanicus) gajah (Elephas maximus L.), babi hutan (Sus vitatus), banteng (Bos

sondaicus), rusa (Rusa timorensis), beruang (Helarctos malayanus) . dan

golongan aves (burung) pada umumnya tubuhnya ditutupi kulit dan berbulu,

mempunyai paruh, serta kakinya bersisik

4. Filum Arthropoda

Sebagian besar hama tanaman yang kita kenal merupakan anggota

filum Arthropoda. Filum ini mempunyai ciri yang sangat khas yaitu :

a. Tubuh terbagi menjadi 2 atau 3 bagian.

b. Tubuh dan kaki beruas-ruas.

c. Alat tambahan beruas-ruas dan berpasangan.

d. Dinding tubuh bagian luar berupa skeleton yang secara periodik dilepas

dan  diperbaiki/diganti.

Anggota filum Arthropoda yang berperan sebagai hama berasal dari

Kelas Acharina dan Insecta (serangga)

1) Kelas Arachnida

Anggota kelas Arachnida ada yang berperan sebagai hama tanaman,

dan adapula yang berperan sebagai predator hama tanaman. Salah satu

contoh jenis yang berperan sebagai hama tanaman adalah tungau

merah Tetranichus bimaculatus yang menyerang tanaman ketela pohon

terutama pada musim kemarau. Gejala yang ditimbulkannya berupa bercak-

bercak kekuningan, karena cairan sel daun diisapnya. Daun ini akhirnya

kering dan rontok. Contoh yang berperan sebagai predator adalah laba-laba.

Ciri khas Arachnida adalah :

a) Kaki empat pasang yang terdiri atas tujuh ruas, yaitu coxa, trochanter,

patela, femur, tibia, metatarsus dan tarsus.

b) Tubuh terbagi menjadi dua bagian, yaitu gabungan kepala dan dada

(cephalothorax) serta abdomen.

c) Tidak bersayap dan memiliki alat tambahan berupa sepasang pedipalpus.

Page 5: Hama Pengganggu Tanaman

2) Kelas Insecta atau Hexapoda

Anggota kelas insecta disebut juga hexapoda karena memiliki 6

kaki. Anggota kelas ini menempati peringkat paling atas dalam hal

peranannya sebagai hama tanaman. Ciri khas kelas insecta menurut Ananda

(1983). adalah :

a) Tubuh terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala (caput), dada (thorax)

dan perut (abdomen).

b) Mempunyai 3 pasang kaki yang terdiri atas 6 ruas, yaitu coxa, trochanter,

femur, tibia, metatarsus dan tarsus.

c) Sayap satu pasang atau dua pasang dan adapula yang tidak bersayap.

d) Mempunyai satu pasang antena.

Beberapa jenis ordo dari kelas insecta atau hexapoda yang menjadi

hama penting adalah sebagai berikut :

Ordo Orthoptera

Orthoptera berasal dari kata orthos yang berarti lurus

dan pteron artinya sayap. Golongan serangga ini pada waktu istirahat

berperilaku khas, yaitu sayap belakangnya dilipat lurus di bawah sayap

depan. Alat mulut nimfa dan imagonya penggigit-pengunyah.

Perkembangan hidup hama ini termasuk tipe paurometabola

(telur-nimfa-imago). Nimfa dan imago hidup pada habitat yang sama.

Stadium nimfa dan imago bersifat merusak tanaman. Beberapa jenis

serangga hama yang termasuk ke dalam ordo Orthoptera adalah :

a) Belalang kayu (Valanga nigricornis Burn.)

b) Belalang kembara (Locusta migratoria manilensis Mayen)

c) Belalang pedang (Sexava spp.)

d) Belalang china atau belalang berantena pendek (Oxya chinensis)

e) Gangsir (Brachytrypus portentosus Linch)

f) Jengkerik (Gryllus mitratus Burn.) dan (Gryllus bimaculatus De G.)

g) Anjing tanah (Gryllotalpa africana Pal.)

Page 6: Hama Pengganggu Tanaman

Ordo Hemiptera

Hemi berarti setengah dan pteron artinya sayap. Golongan

serangga yang termasuk ordo Hemiptera ini mempunyai sayap depan

yang mengalami modifikasi sebagai hemelitron, yaitu setengah bagian di

daerah pangkal menebal, sedangkan sisanya berstruktur seperti selaput,

dan sayap belakangnya mirip selaput tipis (membran).

Tipe perkembangan hidup ordo Hemiptera adalah paurometabola

(telur-nimfa-imago). Tipe alat mulut, baik nimfa maupun imago

pencucuk-pengisap, dan keduanya hidup dalam habitat yang sama.

Stadium serangga yang merusak tanaman adalah nimfa dan imago. Jenis

serangga yang termasuk ordo Hemiptera, antara lain :

a) Hama pengisap daun teh, kina, dan buah kakao (Helopeltis antonii)

b) Kepik buah lada (Dasynus piperis)

c) Kepik hijau (Nezara viridula)

d) Walang sangit (Leptocorixa acuta) (= Leptocorisa oratorius)

e) Kepik hijau Rhynchocoris poseidon Kirk.

Ordo Homoptera

Homo artinya sama dan pteron berarti sayap. Serangga golongan

ini mempunyai sayap depan berstruktur sama, yaitu seperti selaput

(membran). Sebagian dari serangga ordo Homoptera ini mempunyai dua

bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak bersayap. Misalnya, kutu

daun Aphis sp. sejak menetas sampai dewasa tidak bersayap.

Tetapi bila populasinya tinggi sebagian serangga tadi membentuk

sayap untuk memudahkan pindah dari satu tempat ke tempat lain. Tipe

perkembangan hidup ordo Homoptera adalah paurometabola (telur-

nimfa-imago). Kutu daun bersifat partenogenetik, yaitu embrio

berkembang di dalam imago betina tanpa pembuahan terlebih dahulu.

Jenis serangga dari ordo Homoptera ini antara lain :

a) Wereng hijau (Nephotettix apicalis)

b) Wereng cokelat (Nilaparvata lugens)

c) Kutu loncat (Heteropsylla sp.)

d) Kutu daun penular CVPD (Diaphorina citri)

e) Kutu daun (Aphis sp.)

Ordo Lepidoptera

Page 7: Hama Pengganggu Tanaman

Lepidos berarti sisik dan pteron artinya sayap. Kedua pasang

sayap ordo Lepidoptera mirip membran yang penuh denagn sisik. Sisik-

sisik ini sebenarnya merupakan modifikasi dari rambut biasa. Bila sisik

tersebut dipegang akan mudah menempel pada tangan. Serangga dewasa

dibedakan atas dua macam, yaitu kupu-kupu dan ngengat. Kupu-kupu

aktif pada siang hari, sedangkan ngengat aktif pada malam hari.

Perkembangbiakan serangga ordo Lepidoptera adalah

holometabola (telur-larva/ ulat-pupa /kepompong - imago). Alat mulut

larva tipe penggigit-pengunyah, sedangkan alat mulut imagonya bertipe

pengisap. Srtadium serangga yang sering merusak tanaman adalah larva,

sedangkan imagonya hanya mengisap nektar (madu) dari bunga-

bungaan. Jenis serangga hama yang termasuk ordo Lepidoptera, antara

lain:

a) Ulat daun kubis (Plutella xylostella)

b) Ulat titik tumbuh (ulat krop) (Crocidolomia binotalis Zeller)

c) Ulat tanah (Agrotis ipsilon)

d) Penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis Guenee)

e) Penggerek polong kedelai (Etiella zinckenella Treitschke)

f) Penggerek buah kakao dan rambutan (Conopomorpha cramerella)

Ordo Coleoptera

Coleoptera berasal dari kata coleos atau seludang dan pteron atau

sayap. Serangga dari ordo Coleoptera ini memiliki sayap depan yang

mengalami modifikasi, yaitu mengeras dan tebal seperti seludang. Sayap

depan atau seludang ini berfungsi untuk menutupi sayap belakang dan

bagian tubuhnya. Sayap depan yang bersifat demikian disebut elitron,

sedangkan sayap belakang strukturnya tipis seperti selaput. Pada saat

terbang kedua sayap depan tidak berfungsi, namun pada waktu istirahat

sayap belakang dilipat di bawah sayap depan.

Perkembangbiakan hidup serangga ordo Coleoptera adalah

holometabola (telur-larva-pupa-iamgo). Tipe alat mulut larva dan imago

memiliki struktur yang sama, yaitu penggigit-pengunyah. Coleoptera

adalah ordo serangga yang paling besar di antara ordo-ordo serangga

hama. Oleh karena itu, ordo serangga ini banyak bentuknya. Sifat hidup

Page 8: Hama Pengganggu Tanaman

serangga ordo Coleoptera sebagian ada yang merusak tanaman, namun

adapula yang bersifat predator. Serangga ordo Coleoptera yang berperan

sebagai hama/perusak tanaman, antara lain :

a) Kumbang kelapa atau kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros L.)

b) Penggerek batang albizzia (Xystrosera festiva)

c) Kumbang perusak pucuk kelapa (Brontispa longissima)

d) Penggerek buah kopi (Stephanoderes hampei)

e) Kumbang daun kangkung dan terung (Epilachna sp.)

f) Kumbang daun kedelai (Phaedonia inclusa Stal.)

Ordo Diptera

Di artinya dua dan pteron berarti sayap. Diptera artinya serangga

yang hanya mempunyai sepasang sayap depan sebab sepasang sayap

belakangnya telah berubah bentuk menjadi bulatan (halter). Sayap ini

berfungsi sebagi alat keseimbangan pada saat terbang, alat untuk

mengetahui arah angin, dan juga alat pendengaran. Stadium larva Diptera

disebut tempayak atau belatung atau set. Larva tidak mempunyai kaki,

dan hidupnya menyukai tempat-tempat yang lembab dan basah.

Perkembangan hidup ordo Diptera adalah holometabola (telur-

larva-pupa-imago). Tipe alat mulut larva penggigit-pengunyah, sedang

imagonya memiliki tipe alat mulut penjilat-pengisap. Jenis serangga ordo

Diptera yang sering merusak tanaman antara lain adalah :

a) Lalat bibit kedelai (Agromyza phaseoli Tryon)

b) Lalat buah (Bactrocera spp.)

c) Lalat penggerek batang padi (Atherigona exigua)

d) Lalat bibit padi (Hydrellia philippina)

e) Hama ganjur (Orseolia oryzae Wood Mason)

C. Cara pengendalian hama

Beberapa bentuk pengendalian hama tanaman yaitu : 

Page 9: Hama Pengganggu Tanaman

1. Pengendalian Secara Bercocok  Tanam

Prinsip pengendalian hama secara bercocok tanam adalah menciptakan

kondisi agro ekosistem tidak sesuai untuk kehidupan dan perkembangbiakan

hama tanaman. Sehingga dapat nengurangi laju peningkatan populasi hama.

Selain itu juga menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai untuk

perkembangan musuh alami. Pengendalian hama secara bercocok tanam

merupakan tindakan preventif atau pencegahan sehingga harus dilakukan

jauh-jauh sebelum ada serangan hama.

Kelebihan & Kekurangan Pengendalian Hama Secara Bercocok Tanam

(+) Merupakan teknik budidaya untuk meningkatkan produktivitas  hasil-

hasil pertanian.

(+) Tidak memerlukan pengeluaran biaya tambahan.

(+) Tidak menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan pada

lingkungan.

(+) Dapat dengan mudah dilakukan dengan oleh petani.

(-)  Hasilnya tidak dapat diperhitungkan secara pasti

(-)  Kurang efektif, sehingga teknik ini harus dipadukan dengan cara-cara

pengendalian lain 

Beberapa Teknik Pengendalian Hama Secara Bercocok Tanam

a. Sanitasi

Artinya membersihkan sisa-sisa atau bagian-bagian tanaman setelah

panen. Sisa-sisa atau bagian-bagian tanaman tersebut seringkali dijadikan

sebagai :

- Tempat berlindung

- Tempat berdiapause

- Tempat tinggal sementara sebelum tanaman utama ditanam kembali

Dengan melakukan sanitasi berarti kita telah mengurangi populasi awal dari

hama tersebut sehingga kerusakan yang ditimbulkan pada tanaman

berikutnya menjadi berkurang.

Jadi sanitasi dapat dilakukan terhadap :

- Sisa-sisa tanaman yang masih hidup

Page 10: Hama Pengganggu Tanaman

- Bagian-bagian tanaan yang terserang hama

- Sisa-sisa tanaman yang telah mati

- Bagian tanaman yang jatuh atau tertinggal pada permukaan tanah

b. Pengolahan Tanah

Ada spesies serangga tertentu yang sebagian siklus hidupnya dalam tanah.

Contoh: Agrotis iphsilon. Jika tanah diolah serangga tersebut akan terangkat

ke atas, mati karena sengatan sinar matahari ataupun ditemukan oleh musuh-

musuh alaminya seperti Heliothis sp.

c. Pengairan

Pada daerah yang beririgasi teknis, pengaturan air terutama untuk sawah

dapat digunakan untuk pengendalaian hama tertentu pada tanaman padi.

d. Pergiliran Tanaman

Tujuannya adalah untuk memutuskan siklus hidup hama tertentu. Caranya

jangan menanam spesies tanaman yang menjadi inang dari hama tertentu.

d. Penanaman Serentak

Penanaman serentak dimaksudkan agar ketersediaan bahan makanan untuk

hama menjadi lebih singkat dan pada suatu saat pertanaman tidak ada

populasi hama dan populasi hama dapat dihambat.

e. Pengaturan Jarak Tanam

Jarak tanam sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan juga

terhadap populasi hama per unit waktu. Serta berpengaruh terhadap perilaku

hama dalam mencari makan dan tempat bertelur. Hasil penelitian di IRRI

terlihat bahwa jarak tanam padi yang lebar sangat menurunkan populasi

wereng coklat (Nilaparvata lugens).

f. Pemupukan

Page 11: Hama Pengganggu Tanaman

Tanaman teh yang terserang hama penggerek batang (Xylobarus fornicatus)

di Srilanka dapat dikurangi intensitas serangannya dengan pemberian pupuk

N yang cukup. Unsur N dapat merangsang jaringan baru pada bagian yang

rusak.

g. Penanaman Tanaman Perangkap

Tanaman perangkap adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk menarik

dan memusatkan hama pada tanaman tersebut untuk kemudian dikendalikan

dengan pestisida. Contoh : kacang hijau dan jagung yang di tanam diantara

tanaman kapas dapat mengurangi populasiSundapteryx dan Heliothis sp. Pada

tanaman kapas.

h. Tumpang Sari

Tumpang sari merupakan menanam tanaman yang berbeda dua atau lebih

untuk pengendalian hama.

2. Pengendalian Dengan Varietas Yang Tahan

Daya tahan tanaman terhadap hama didefinisikan sebagai sifat-sifat yag

diturunkan oleh tanaman yang mempengaruhi derajat kerusakan oleh

serangga hama

Tanaman yang tahan adalah tanaman yang menderita kerusakan yang lebih

sedikit bila dibandingkan dengan tanaman lain dalam keadaan lingkungan

yang sama dengan tingkat populasi hama yang sama. Jadi tanaman yang

tahan, kehidupan dan perkembangbiakan hama menjadi lebih terhambat

dibandingkan apabila populasi tersebut berada pada tanaman yang peka atau

tidak tahan. Sifat ketahanan ini merupakan sifat asli yang diturunkan atau

terbawa oleh faktor genetik.

Tiga Mekanisme Ketahanan Tanaman Menurut Painter 1951

1. Preference = Antixenosis, yaitu tanaman tidak dipilih oleh serangga

sebagai makanan, tempat bertelur dan tempat berlindung.     

Ada dua faktor yang mendasari tanaman sehingga tidak dipilih oleh hama

yaitu :

Page 12: Hama Pengganggu Tanaman

1. Tanaman tidak memiliki sifat-sifat yang menyebabkan serangga hama

tertarik (sifat Atraktan).

2. Tanaman memiliki sifat-sifat yang menolak (Repellent) yang mengalahkan

sifat-sifat yang menyebabkan serangga hama tertarik.

Contoh : Sundapteryx sp. tidak tertarik pada tanaman kapas yang berbulu

lebat, karena dapat menghalangi stylet untuk menghisap cairan pada tanaman

tersebut.

2. Antibiosis

Tanaman ini akan memberikan efek negatif pada serangga hama apabila

memakan tanaman tersebut.

Antibiosis berhubungan dengan : 

- Rendahnya kualitas makanan pada tanaman inang.

- Mengurangi jumlah makanan yang diambil oleh hama.

- Adanya zat-zat beracun yang terdapat pada tanaman.

- Efek negatif yang paling mudah terlihat pada hama adalah  :

- Kematian serangga pada stadia larva atau nimfa

- Mortalitas pupa meningkat.

- Imago yang muncul dari pupa tidak normal dan kesuburannya berkurang.

- Stadia imago berkurang.

- Tidak mampu melakukan diapause dengan sempurna.

- Perilaku gelisah pada saat makan tanaman yang tahan.

Kesemua efek negatif ini dapat mengurangi populasi hama tersebut. Contoh : 

kandungan gossifo pada kapas sehingga tahan pada Helicoverpa. Kandungan

Dimboa pada tanaman jagung (Ostrinia sp.), Kandungan asparagia pada padi

(Nilaparvata lugens)

3. Toleransi

Adalah kemampuan tanaman untuk tumbuh atau sembuh kembali dari

kerusakan yang disebabkan oleh serangga hama. Sehingga serangga hama

tidak berpengaruh pada hasil.

Mekanisme toleransi dapat terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut:

- Kekuatan tanaman secara umum.

- Pertumbuhan kembali jaringan yang rusak.

- Ketegaran batang dari perebahan.

- Produksi cabang-cabang tambahan.

Page 13: Hama Pengganggu Tanaman

- Pemanfaatan lebih efisien oleh serangga.

Kelebihan penggunaan varietas tahan :

- Penggunaannya praktis dan mmenguntungkan secara ekonomi.

- Sasaran pengendalian yang spesifik

- Efektivitas pengendalian bersifat kumulatif dan persisten terhadap populasi

- Kompabilitas dengan komponen PHT lainnya.

- Dampak pada lingkungan terbatas.

Kekurangan penggunaan varietas yang tahan:

- Varietas yang tahan daya tahannya terbatas hanya spesies hama tertentu

saja.

- Varietas belum tentu disenangi oleh petani

- Memperkenalkan varietas tahan memerlukan waktu untuk penyuluhan.

- Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh varietas tahan cukup besar.

- Tidak mudah menggabungkan ketahanan suatu varietas / plasma nuftah

kedalam varietas baru.

- Dapat menghasilkan biotipe baru pada serangga hama.

3. Pengendalian Fisik & Mekanik

Pengendalian Fisik

Merupakan usaha dengan menggunakan atau mengubah faktor lingkungan

fisik sedemikian rupa sehingga dapat mematikan atau menurunkan populasi

hama yang ditujukan khusus untuk membunuh hama.

Beberapa perlakuan atau tindakan yang termasuk pengendalian fisik antara

lain:

a. Perlakuan Panas

Perlakuan dengan panas yang paling berhasil apabila dilakukan pada ruang

tertutup. Seperti di gudang penyimpanan untuk mematikan hama gudang.

b. Penggunaan Lampu Perangkap

Ditujukan sebagai alat memonitoring serangga juga dapat digunakan sebagai

alat pengendali terutama untuk mengurangi populasi serangga hama.

c. Penghalang atau Barrier

Page 14: Hama Pengganggu Tanaman

Dimaksudkan untuk membatasi pergerakan serangga hama sehingga tidak

menjadi masalah bagi petani. Berbagai bentuk penghalang misalnya berupa

pemtang yang ditinggikan, adanya lubang atau selokan jebakan yang dibuat

disekeliling pertanaman. buah yang di bungkus dimaksudkan untuk

mencegah serangga meletakkan telur pada buah tersebut. 

Contoh : Nangka yang dibungkus, untuk mencegah lalat buah meletakkan

telur.

Pengendalian Secara Mekanik

Bertujuan untuk mematikan hama secara langsung baik dengan tangan atau

dengan bantuan alat atau bahan lain.

Cara pengendalian secara mekanik antara lain:

- Pengambilan dengan tangan, cara ini merupakan teknik yang paling

sederhana dan murah.

Contoh : Tryporiza innotata kelompok telurnya dikumpul.

- Gropyokan, cara ini untuk mematikan tikus baik yang ada di dalam sarang

maupun yang berada di luar  sarang, dengan menggunakan alat pemukul.

- Memasang perangkap, serangga dapat diperangkap dengan menggunakan

berbagai jenis perangkap, seperti lem lalat dan perangkap tikus.

- Pengusiran, orang-orangan sawah untuk mengusir burung atau dengan

bunyi-bunyian.

Kelebihan  dan kekurangan pengendalian secara  fisik  dan mekanik :

- Tidak menimbulkan pencemaran pada lingkungan.

- Dapat dipadukan dengan cara pengendalian lainnya.

- Memerlukan tenaga yang banyak

- Tidak dapat dilakukan untuk lokasi yang luas secara kontinyu.

4. Pengendalian Secara Biologi (Hayati)

Pengendalian hayati adalah suatu pengendalian hama yang dilakukan secara

sengaja memanfaatkan atau memanipulasi musuh-musuh alami untuk

menurunkan populasi hama.

Pengendalian hayati dalam pengertian ekologi didefinisikan sebagai

pegaturan populasi organisme dengan musuh-musuh alami hingga kepadatan

Page 15: Hama Pengganggu Tanaman

populasi organisme tersebut berada dibawah rata-ratanya atau lebih rendah di

bandingkan apabila musuh alami tidak ada.

Pengendalian alami adalah merupakan proses pengendalian yang berjalan

dengan sendiri tanpa ada campur tangan manusia. Pengendalian alami terjadi

tidak hanya karena bekerjanya musuh-musuh alami tetapi juga karena

bekerjanya komponen-komponen ekosistem.

Komponen-komponen pengendalian hayati dapat berupa :

a. Parasitoid dan Parasit

Parasit adalah binatang atau organisme yang hidup didalam atau pada

organisme lain yang lebih besar yang merupakan inangnya. Karena memakan

atau menghisap cairan inangnya.

Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga lain. Pada parasitoid

yang bertindak sebagai parasit adalah stadia pradewasa, sedangkan imagonya

hidup bebas dan tidak terikat pada inangnya.

Faktor-faktor yang mendukung efektivitas pengendalian dengan parasitoid

yaitu :

- Daya kelangsungan hidupnya baik

- Hanya satu atau sedikit individu inang yang diperlukan untuk melengkapi

siklus hidupnya.

- Populasi parasitoid dapat bertahan meskipun dalam keadaan populasi yang

rendah.

- Memiliki inang yang sempit.

- Kelemahan parasitoid sebagai pengendali:

- Daya cari inang seringkali dipengaruhi oleh cuaca

- Serangga betina yang berperan utama karena mereka yang melakukan

pencarian inang untuk  peletakan telur.

- Parasitoid yang memiliki daya cari inang biasanya jumlah telurnya sedikit.

b. Predator.

Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan atau

memangsa organisme yang lain.

Perbedaan antara parasitoid dengan predator

- Parasitoid umumnya nersifat monofag atau oligofag, sedangkan predator

bersifat poliphag.

Page 16: Hama Pengganggu Tanaman

- Parasitoid hanya memerlukan satu inang untuk perkembangannya,

sedangkan predator memerlukan banyak mangsa untuk menyelesaikan

siklus hidupnya.

- Yang mencari inang pada parasitoid adalah imago betina, sedangkan pada

predator yang mencari mangsa adalah jantan dan betina, juga

pradewasanya.

- Predator mematikan mangsa untuk dirinya, sedangkan parasitoid mematikan

inang untuk keturunannya.

- Parasitoid ukuran tunuhnya lebih kecil dibanding inangnya,, predator

ukuran tubuhnya lebih besar dari mangsanya.

- Metamorfosis parasitoid adalah sempurna, sedangkan predator ada yang

sempurna dan tidak sempurna.

- Parasitoid memarasit inangya pada stadia tertentu, misalnya larva.

Sedangkan predator memangsa semua stadia perkembangan mangsanya.

- Parasitoid mematikan inangya memerlukan waktu yang agak lama, predator

mematikan mangsanya dalam waktu yang singkat.

c. Patogen

Serangga seperti juga organisme lainnya dalam hidupnya juga diserang oleh

banyak patogen atau penyakit yang disebabkan oleh: Virus, Cendawan,

Bakteri, Nematoda, dan  Protozoa.    

Beberapa patogen yang dalam kondisi lingkungan tertentu merupakan faktor

mortalitas utama pada populasi serangga. Oleh karena kemampuannya

membunuh serangga hama sehingga sejak lama patogen digunakan dalam

pengendlian hayati

Penerapan Pengendalian Hayati

1. Introduksi

Introduksi artinya memasukkan atau mengimpor musuh alami dari suatu

daerah atau negeri ke   daerah lain sering kali cara ini disebut sebagai cara

klasik

Contoh : Introduksi Tetrastichus brontispae untuk mengendalikan Brontispa

longissima dari pulau Jawa ke  Sulawesi Selatan. Introduksi Curinus

Page 17: Hama Pengganggu Tanaman

coreolius dari Hawaii untuk mengendalikan Heteropsylla cubana (kutu

loncat) di indonesia.

2. Augmentasi

Augmentasi merupakan teknik penambahan musuh alami secara periodik

dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah dan pengaruh musuh alami

3. Konservasi

Konservasi merupakan usaha untuk mempertahankan atau melestrarikan

musuh lami yang telah ada di suatu daerah . tekhnik ini bnertujuan untuk

menghindarkan tindakan yang dapat menurunkan populasi musuh alami

conto penggunaan pestisida.

2. PENGANGANAN PASCA PANEN

a. Tanaman berdasarkan kriteria panen

Kelapa sawit

1) Identifikasi Tanaman Siap Panen

Dalam budidaya kelapa sawit panen merupakan salah satu kegiatan

penting dan merupakan saat-saat yang ditunggu oleh pemilik kebun, karena

saat panen adalah indikator akan dimulainya pengembalian inventasi yang

telah ditanamkan dalam budidaya. Melalui pemanenan yang dikelola dengan

baik akan diperoleh produksi yang tinggi dengan mutu yang baik dan

tanaman mampu bertahan dalam umur yang panjang.

Berbeda dengan tanaman semusim, pemanenan kelapa sawit hanya

akan mengambil bagian yang paling bernilai ekonomi tinggi yaitu tandan

buah yang menghasilkan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit dan tetap

membiarkan tanaman berproduksi secara terus menerus sampai batas usia

ekonomisnya habis. Secara umum batas usia ekonomis kelapa sawit berkisar

25 tahun, dan dapat berkurang bergantung dari tingkat pemeliharaan yang

dilakukan termasuk cara pemananen.

Pemanen kelapa sawit yang salah akan mengakibatkan rendahnya

produksi dan pendeknya usia ekonomis. Oleh karena itu, pemanenan harus

dilakukan dengan tepat agar tanaman tetap berproduksi baik dan diperoleh

mutu yang baik. Selain itu setelah panen harus segera dilakukan penanganan

pasca panen menginggat tandan buah kelapa sawit akan cepat mengalami

penurunan mutu dalam waktu 24 jam setelah panen.

Page 18: Hama Pengganggu Tanaman

Pertanyaan yang pertama kali muncul dalam benak pemilik kebun

kepala sawit adalah kapan panen pertama/perdana dilakukan agar segera

diperoleh hasil (baca uang) dan tidak merusak tanaman kelapa sawit.

Penentuan panen pertama secara umum dilakukan berdasarkan umur tanaman

dan dikoreksi melalui performa tanaman. Hal ini bermakna meskipun

tanaman telah memiliki umur yang cukup untuk menghasilkan tandan buah

sawit, tetapi bilamana performa tanaman, khususnya bonggol dan ukuran

tandan buah terlaku kecil (kurang ari 3 kg) maka umur pertama panen di

tunda dengan membuang bunga dan bakal buah yang ada.

Kelapa Sawit sudah mulai berbunga, tetapi tandan buah segar yang

dihasilkan belum mencapai 3 kg sehingga tanaman belum dapat

dikategorikan sebagai tanaman menghasilkan. Bilamana

performa/penampilan bonggol batang belum cukup kekar tetapi sudah

berbunga, maka pada tanaman tersebut harus diablasi yaitu pembuangan

bunga untuk membuang tandan kecil (kurang dari 3 kg) pada tanaman baru

berbuah dan untuk mendorong pertumbuhan tanaman agar diperoleh

pertumbuhan tanaman yang seragam. Secara normal kelapa sawit yang

tumbuh subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama

pada umur sekitar 3,5 tahun jika dihitung mulai dari penanaman biji

kecambah di pembibitan. Namun jika dihitung mulai penanaman di lapangan

maka tanaman berbuah dan siap panen pada umur 2,5 tahun.

2) Identifikasi Tandan Buah Masak

Jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan kelapa sawit bergantung

dari berbagai faktor, dan salah satu faktor terpenting adalah kematangan buah

pada saat dipanen dan penangananya sampai di PKS. Panen harus

menghasilkan tandan buah segar pada kematangan optimal, pemanenan

pada tandah buah mentah (belum optimal) cenderung akan mengakibatkan

berkurangnya jumlah minyak yang dihasilkan, dan sebaliknya pemanenan

yang terlalu matang dan penanganan yang lambat atau busuk akan

menghasilkan minyak dengan kandungan Free Fatty Acid (asam lemak

bebas) yang tinggi.

Tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilkan buah 20-22

tandan/tahun. Pada tanaman yang semakin tua produktivitasnya semakin

Page 19: Hama Pengganggu Tanaman

menurun menjadi 12 14 tandan/tahun. Banyaknya buah yang terdapat dalam

satu tandan tergantung pada faktor genetik, umur, lingkungan dan teknik

budidaya. Jumlah buah pertandan pada tanaman yang cukup tua mencapai

1600 buah. Matang panen kelapa sawit dapat dilihat secara visual dan secara

fisiologi. Secara visual dapat dilihat dari perubahan warna kulit buah menjadi

merah jingga, sedangkan secara fisiologi dapat dilihat dari kandungan

minyak yang maksimal dan kandungan asam lemak bebas yang minimal.

Pada saat matang tersebut dicirikan pula oleh membrondolnya buah.

Kriteria tandan buah yang masak pada tanaman muda dan tanaman

menghasilkan sedikit berbeda. Pada tanaman muda yang baru pertama kali

dipanen, kriteria matang tandan matang panen berupa 1-2 brondolan per

tandan perlu digunakan mengingat tandan masih kecil dan cepat masak.

Standar ini harus disesuaikan berdasarkan kondisi iklim setempat dan

pengalaman pekerja. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah

yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya

ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.

Ciri-ciri lain yang digunakan adalah apabila sebagian buah sudah

membrondol (jatuh di piringan). Secara alamiah dan bobot rata-rata tandan

sudah mencapai 3 kg. Jumlah brondolan buah inilah yang dijadikan dasar

untuk memanen tandan buah, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10

tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur

lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Namun secara praktis

digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS)

terdapat 2 brondolan.

Kriteria panen yang diharapkan adalah bila tingkat kematangan buah

sudah mencapai fraksi kematangan 1–3 dimana persentase buah luar yang

jatuh sekitar 12,5 %-75 %. Ada dua jenis sistem panen, yaitu sistem giring

dan sistem tetap.

Page 20: Hama Pengganggu Tanaman

b. Alat dan bahan untuk panen

1.Cangkul

Salah satu jenis alat tradisional yang

digunakan dalampertanian. Cangkul

digunakan untuk menggali, membersihkan

tanah dari rumput ataupun untuk meratakan

tanah. Cangkul masih digunakan hingga kini.

2. Parang babat mata 2

         Perkakas tradisional yang masih

digunakan di Indonesia untuk memotong

rumput secara lebih cepat, jika dibandingkan

dengan menggunakan celurit, konsep

kerjanya tinggal diayun-ayunkan saja

langsung.

3.Egrek

        Alat pemanen sawit untuk pohon

yang sudah tinggi minimal 3 meter,

fungsi egrek sendiri selain untuk

memanen buah sawit tetapi juga untuk

memudahkan para petani untuk

memotong pelepah - pelepah daun sawit

yang sudah tua.

4.Dodos

        Alat pemanen sawit untuk pohon yang

masih rendah atau masih muda (maksimal

ketinggian 2 meter )

Page 21: Hama Pengganggu Tanaman

5.Kapak Buah

          Alat yang digunakan untuk

memecahkan dahan yang sudah tua atau tak

digunakan :digunakan untuk memindahkan

TBS yang jatuh di lantai ke dalam lori 

6.Tajok

          Digunakan untuk

memindahkan TBS yang jatuh di

lantai ke dalam lori

7.Parang

        Sebagai alat potong atau alat tebas

(terutama selak belukar) kala penggunanya

keluar masuk hutan

   

8.Ganco

           Alat ini digunakan untuk

mengangkat buah sawit yang jatuh dan

memindahkannya ke atas truk atau lori.

9.Arit

      Untuk memotong rumput-rumputan,

daun-daunan, buah pisang dan

sebagainya. Biasanya dipergunakan

sebagai alat untuk memotong rumput-

rumputan guna pakanan ternak mereka.

Page 22: Hama Pengganggu Tanaman

c. Pengolahan pasca panen berdasarkan jenis panen

Tanaman Kelapa Sawit

Hasil terpenting dari tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit yang

diperoleh dari ekstraksi daging buah (pericarp). Hasil lain yang tidak kalah

pentingnya adalah minyak inti sawit atau kernel yang  juga diperoleh

dengan cara ekstraksi.

Pertama tandan buah diletakkan di piringan. Buah yang lepas

disatukan  dan dipisahkan dari tandan. Kemudian tandan buah dibawa ke

Tempat Pengumpulan Buah (TPH) dengan truk tanpa ditunda. Di TPH

tandan  diatur berbaris 5 atau 10. Buah kelapa sawit harus segera diangkut

ke pabrik untuk segera diolah. Penyimpanan menyebabkan kadar asam

lemak bebas tinggi. Pengolahan dilakukan paling lambat 8 jam setelah

panen.

Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke mesin pelepas buah,

dilumatkan didalam digester, dipres dengan mesin untuk mengeluarkan

minyak dan dimurnikan. Sisa pengepresan berupa ampas dikeringkan

untuk memisahkan biji dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan agar

inti (kernel) terpisah dari cangkangnya.

Tahapan dari pengolahan buah kelapa sawit adalah sebagai berikut:

1.  Perebusan (sterilisasi) TBS

TBS yang masuk ke dalam pabrik selanjutnya direbus di dalam

sterilizer.  Buah direbus dengan tekanan 2,5-3 atm dan suhu 130 oC selama

50-60 menit.  Tujuan perebusan TBS adalah:

Menonaktifkan enzim Lipase yang dapat menstimulir pembentukan

free fatty acid

Membekukan protein globulin sehingga minyak mudah dipisahkan dari

air

Mempermudah perontokan buah

Melunakkan buah sehingga mudah diekstraksi

2.  Perontokan Buah

Page 23: Hama Pengganggu Tanaman

Dalam tahap ini buah selanjutnya dipisahkan dari tandannya

dengan menggunakan mesin thresher.  Tandan kosong disalurkan ke

tempat pembakaran atau digunakan sebagai bahan pupuk organik. 

Sedangkan buah yang telah dirontokkan selanjutnya dibawa ke mesin

pelumatan.  Selama proses perontokan buah, minyak dan kernel yang

terbuang sekitar 0.03%.

3. Pelumatan Buah

Proses pelumatan buah adalah dengan memotong dan mencacah buah di

dalam steam jacket yang dilengkapi dengan pisau berputar.  Suhu di dalam

steam jacket sekitar 85-90 oC.

Tujuan dari pelumatan buah adalah :

- Menurunkan kekentalan minyak

- Membebaskan sel-sel yang mengandung minyak dari serat buah

- Menghancurkan dinding sel buah sampai terbentuk pulp

4.    Pengempaan (ekstraksi minyak sawit)

Proses pengempaan bertujuan untuk membantu mengeluarkan minyak dan

melarutkan sisa-sisa minyak yang terdapat di dalam ampas.  Proses

pengempaan dilakukan dengan melakukan penekanan dan pemerasan pulp

yang dicampur dengan air yang bersuhu 95 oC. Selain itu proses ekstraksi

minyak kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara sentrifugasi, bahan

pelarut dan tekanan hidrolis.

5. Pemurnian (klarifikasi minyak)

Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari mesin ekstraksi minyak sawit

umumnya masih mengandung kotoran berupa tempurung, serabut dan air

sekitar 40-45% air.  Untuk itu perlu dilakukan pemurnian minyak kelapa

sawit.  Persentase minyak sawit yang dihasilkan dalam proses pemurnian

ini sekitar 21%.   Proses pemurnian minyak kelapa sawit terdiri dari

beberapa tahapan, yaitu:

a) Pemurnian minyak di dalam tangki pemisah (clarification tank)rinsip

dari proses pemurnian minyak di tangki pemisah adalah melakukan

Page 24: Hama Pengganggu Tanaman

pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran

minyak kasar dapat terpisah dari air.

b) Sentrifusi minyak. Dalam tahap ini minyak dimurnikan dari berbagai

macam kotoran yang lebih halus lagi.  Hasil akhir dari proses

sentrifusi ini adalah minyak dengan kadar kotoran kurang dari 0,01%.

c) Pengeringan hampa. Dalam tahap ini kadar air minyak diturunkan

sampai 0,1%.  Proses pengeringan hampa dilakukan dalam kondisi

suhu 95 oC dan tekanan -75 cmHg.

d) Pemurnian minyak di dalam tangki lumpur. Proses pemurnian di

dalam tangki lumpur bertujuan untuk memisahkan minyak dari

lumpur.

e) Strainer. Dalam tahap ini minyak dimurnikan dari sampah-sampah

halus.

f) Pre Cleaner. Proses pre cleaner bertujuan untuk memisahkan pasir-

pasir halus dari slude.

g) Sentrifusi lumpur. Dalam tahap ini minyak dimurnikan kembali dari

air dan kotoran.  Prinsip yang digunakan adalah dengan memisahkan

bahan berdasarkan berat jenis masing-masing bahan.

h) Sentrifusi Pemurnian minyak. Tahap ini hampir sama dengan

sentrifusi lumpur, hanya putaran sentrifusi lebih cepat.

i) Pengeringan minyak. Dalam proses pengeringan minyak kadar air

yang terkandung di dalam minyak diturunkan.  Proses ini berlangsung

dalam tekanan -75 cmHg dan suhu 95 oC.

6.    Pemisahan Biji Dengan Serabut (Depeicarping)

Ampas buah yang masih mengandung serabut dan biji diaduk dan

dipanaskan sampai keduanya terpisah.  Selanjutnya dilakukan pemisahan

secara pneumatis.  Serabut selanjutnya dibawa ke boiler, sedangkan biji

disalurkan ke dalam nut cleaning atau polishing drum.  Tujuannya adalah

agar biji bersih dan seragam. 

7.    Pengeringan Dan Pemisahan Inti Sawit Dari Cangkang

Setelah dipisahkan dari serabut selanjutnya biji dikeringkan di dalam silo

dengan suhu 56 oC selama 12-16 jam.  Kadar air biji diturunkan sampai

Page 25: Hama Pengganggu Tanaman

16%.  Proses pengeringan mengakibatkan inti sawit menyusut sehingga

mudah untuk dipisahkan. Untuk memisahkan inti sawit dari tempurungnya

digunakan alat hydrocyclone separator. Setelah terpisah dari tempurungnya

inti sawit selanjutnya dicuci sampai bersih.  Proses selanjutnya inti

dikeringkan sehingga kadar airnya tinggal 7,5%. Proses pengeringan

dilakukan dalam suhu di atas 90 oC