BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Brassica oleracea L.repository.ump.ac.id/8748/3/ULY MARIFAH_BAB...

16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kubis (Brassica oleracea L.) 2.1.1 Klasifikasi Kubis Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tanaman kubis adalah sebagai berikut : Divisio : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Capparales Familia : Brassicaceae Genus : Brassica Species : Brassica oleracea L. 2.1.2 Deskripsi Tanaman Kubis Tanaman kubis mempunyai daun tunggal yang tersusun berselang seling, berbentuk oblong dengan tangkai yang pendek, tebal, dan berdaging, berwarna kuning muda dengan panjang 1,5-2,25 cm. Tandan bunga berukuran 10-50 cm. Dalam satu tangkai bunga memiliki ukuran panjang 1-2 cm yang kemudian dapat mencapai ukuran panjang hingga 2,5 cm. Tunas pada bunga yang sedang berkembang akan membentuk tonjolan ke atas. Daun kelopak tegak lurus berukuran 1-1 cm, berwarna hijau. Benang sari tegak. Mempunyai bakal buah lebih dari 30, polong berbentuk tegak berukuran panjang 6-10 cm (panjang kampuh polong berukuran 4-8 mm), kampuh polong sering terdiri dari 1 biji, yang berbentuk retikular. 4 Uji Ekstrak Daun... Uly Marifah, FKIP UMP, 2015

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Brassica oleracea L.repository.ump.ac.id/8748/3/ULY MARIFAH_BAB...

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kubis (Brassica oleracea L.)

2.1.1 Klasifikasi Kubis

Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tanaman kubis adalah sebagai

berikut :

Divisio : Magnoliophyta

Classis : Magnoliopsida

Ordo : Capparales

Familia : Brassicaceae

Genus : Brassica

Species : Brassica oleracea L.

2.1.2 Deskripsi Tanaman Kubis

Tanaman kubis mempunyai daun tunggal yang tersusun berselang

seling, berbentuk oblong dengan tangkai yang pendek, tebal, dan berdaging,

berwarna kuning muda dengan panjang 1,5-2,25 cm. Tandan bunga

berukuran 10-50 cm. Dalam satu tangkai bunga memiliki ukuran panjang 1-2

cm yang kemudian dapat mencapai ukuran panjang hingga 2,5 cm. Tunas

pada bunga yang sedang berkembang akan membentuk tonjolan ke atas. Daun

kelopak tegak lurus berukuran 1-1 cm, berwarna hijau. Benang sari tegak.

Mempunyai bakal buah lebih dari 30, polong berbentuk tegak berukuran

panjang 6-10 cm (panjang kampuh polong berukuran 4-8 mm), kampuh

polong sering terdiri dari 1 biji, yang berbentuk retikular.

4

Uji Ekstrak Daun... Uly Marifah, FKIP UMP, 2015

5

Tanaman kubis berasal dari daerah pesisir barat dan selatan Eropa,

sedangkan di Indonesia terdapat di Jawa, berada di atas ketinggian 1000 m

dari permukaaan laut, sering dibudidayakan sebagai tanaman sayuran (Backer

& van den Brink, 1963).

Gambar 2.1. Kubis (Brassica oleracea L.)

Sumber : Dokumentasi pribadi

2.2 Hama Pada Kubis

Hama dapat didefinisikan sebagai organisme pengganggu atau

perusak tanaman yang mengurangi ketersediaan, mutu, dan jumlah sumber

daya sehingga tanaman menderita kerusakan dan menimbulkan kerugian bagi

petani. Kerugian secara ekonomi yang disebabkan oleh serangan hama terjadi

karena tanaman atau bagian tanaman yang dibudidayakan dirusak hama

sehingga kualitas menurun dan kubis tidak laku dijual (Suyanto, 1994).

Hama serangga yang menyerang tanaman kubis di Indonesia

jumlahnya cukup banyak. Salah satunya adalah hama ulat krop

(Crocidolomia binotalis Zell.). Hama ulat ini merusak dan memakan daun

muda yang terdapat pada bagian tengah tanaman kubis atau jantung kubis

sehingga tanaman yang terserang seluruhnya akan hancur (KPRI, 2010).

Menurut Sembel (2010), penyerangan yang dilakukan ulat krop berbeda

Uji Ekstrak Daun... Uly Marifah, FKIP UMP, 2015

6

dengan ulat tritip. Ulat tritip biasanya menyerang tanaman kubis mulai dari

pembibitan sampai menjadi dewasa, sedangkan ulat krop mulai menyerang

tanaman kubis pada saat pembentukan krop. Jika hama ulat krop menyerang

pada awal pembentukan krop, maka tanaman kubis tidak akan membentuk

krop, tetapi biasanya akan tumbuh tunas baru disamping titik pertumbuhan.

Serangan hama ulat krop pada tanaman kubis akan menghancurkan

krop atau menurunkan kualitas krop sehingga mengakibatkan gagalnya panen

atau kubis tidak laku dijual dipasaran. Tanaman inang ulat krop adalah

berbagai jenis kubis-kubisan seperti, kubis bunga, kubis putih, brokoli, petsai,

radis, turnip, selada air dan sawi jabung. Ulat krop pada umumnya dapat

dijumpai di areal pertanaman kubis (Sastrosiswojo, 2005). Menurut

Kalshoven (1981) dalam Sastrosiswojo (2005), daerah penyebaran ulat krop

yaitu di Australia, Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika Selatan, Kepulauan

Pasifik dan Tanzania.

2.2.1 Klasifikasi Ulat Krop

Menurut Borror (1992), klasifikasi ulat krop adalah sebagai berikut :

Phylum : Arthropoda

Classis : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Familia : Pyralidae

Genus : Crocidolomia

Species : Crocidolomia binotalis Zell.

Uji Ekstrak Daun... Uly Marifah, FKIP UMP, 2015

7

2.2.2 Deskripsi Ulat Krop

Ulat krop (Crocidolomia binotalis Zell.) adalah hama serangga yang

mengalami metamorfosis secara sempurna, di mulai dari fase telur, larva,

pupa, hingga imago. Siklus hidup Crocidolomia binotalis Zell. sebagai

berikut :

1. Telur

Telur berbentuk bulat, diletakkan dalam kelompok yang menyerupai

genting-genting rumah dan berwarna hijau muda. Kelompok telur ini dapat

dijumpai pada bagian tepi daun, permukaan bawah daun dan dekat tulang

daun. Jumlah telur rata-rata 48 butir dan ukuran dalam 1 kelompok telur

mencapai 2,6-4,3 mm. Masa telur menetas 3-6 hari dan rata-rata 4 hari

(Sastrosiswojo & Setiawati, 1992).

Gambar 2.2. Telur Ulat Krop

Sumber : Dokumentasi pribadi

2. Larva

Larva berwarna hijau muda kecoklatan yang ditandai dengan adanya

garis-garis putih sepanjang tubuhnya pada bagian sisi dan bagian atas tubuh

larva. Fase larva terdiri atas lima instar (Sastrosiswojo & Setiawati, 1992).

Larva muda yaitu instar I dan instar II dapat dijumpai secara bergerombol

pada permukaan bawah daun kubis. Lama stadium larva instar I mencapai 2-3

Uji Ekstrak Daun... Uly Marifah, FKIP UMP, 2015

8

hari dan lama stadium larva instar II mencapai 1-3 hari. Larva instar III

ditandai dengan bagian kepala berwarna cokelat, dan bagian tubuh berwarna

hijau yang dipadu dengan bintik-bintik warna hitam dan mengalami stadium

larva selama 1-3 hari (Kaswinarni, 2005). Larva tua yaitu instar ke IV dan ke

V memiliki tubuh dengan ukuran panjang sekitar 2 cm, bersifat malas dan

selalu menghindari cahaya matahari. Hal tersebut menandakan bahwa larva

akan mulai memasuki proses menjadi pupa. Setelah waktu 24 jam, larva akan

berpindah ke tanah untuk membentuk pupa. Masa larva instar 1-V berkisar

11-17 hari dengan rata-rata 14 hari pada suhu udara 26-33,2 0 C

(Sastrosiswojo & Setiawati, 1992).

Gambar 2.3. Ulat Krop

Sumber : Dokumentasi pribadi

3. Pupa

Pembentukan pupa biasanya terjadi pada permukaan tanah. Tubuh

pupa berwarna kuning kecoklatan dengan ukuran panjang sekitar 10 mm dan

lebar 3 mm. Periode pupa berlangsung selama 9-13 hari dan rata-rata 10 hari

pada suhu udara 26-330

C (Sastrosiswojo & Setiawati, 1992). Pupa

terlindungi oleh kokon yang terbungkus partikel-partikel tanah (Suyanto,

1994).

Uji Ekstrak Daun... Uly Marifah, FKIP UMP, 2015

9

Gambar 2.4. Pupa Ulat Krop (Crocidolomia binotalis Zell.) diletakkan di daun

agar pemotretan terlihat jelas

Sumber : Dokumentasi pribadi

4. Imago

Bentuk imago ulat krop berupa ngengat kecil yang memiliki dua

pasang sayap berwarna cokelat abu-abu. Terdapat gambaran hitam pada

sayap bagian depan yang ditandai adanya bintik warna putih ditengahnya.

Bagian dada ngengat C. binotalis dewasa berwarna hitam, sedangkan bagian

perut berwarna coklat kemerahan. Ngengat biasanya aktif pada malam hari.

Sayap depan ngengat jantan memiliki rumbai dari rambut halus yang

berwarna gelap pada bagian tepi depan (anterior). Panjang tubuh ngengat

betina rata-rata 9,6 mm sedangkan ngengat jantan rata-rata 10,4 mm

(Sastrosiswojo & Setiawati, 1992). Seekor imago betina mampu

menghasilkan 11-18 kelompok telur yang masing-masing terdiri dari 30-80

butir. Masa hidup imago berlangsung dalam waktu 16-24 hari (Widiana &

Zeswita, 2012).

Uji Ekstrak Daun... Uly Marifah, FKIP UMP, 2015

10

Gambar 2.5. Ngengat / Imago Ulat Krop (Crocidolomia binotalis Zell.)

Sumber : KPRI (2010)

Gejala serangan hama ulat ini umumnya terjadi pada waktu kubis

membentuk krop. Hama ulat krop memakan daun kubis yang masih muda

pada malam hari yang mengakibatkan tanaman menjadi gundul (Suyanto,

1994).

Gambar 2.6. Tanaman Kubis Mengalami Kerusakan Parah Akibat Terserang

Hama Ulat Krop (Crocidolomia binotalis Zell.) di Desa

Kutabawa, Purbalingga. Sumber : Dokumentasi pribadi

2.2.3 Pengendalian

Menurut Salamah et al. (2011), pengendalian hama yang dapat

dilakukan antara lain :

1. Secara fisik dan mekanik

Pengendalian secara fisik dengan cara pengeringan, pembakaran,

pemanasan, radiasi, dan pembasahan sedangkan pengendalian secara mekanik

dengan cara gropyokan, perangkap, dan pengambilan hama secara langsung

Uji Ekstrak Daun... Uly Marifah, FKIP UMP, 2015

11

Pengambilan kelompok ulat dan telur dilakukan setiap dua kali dalam

seminggu (Suyanto, 1994).

2. Secara biologi / hayati

a. Dilakukan dengan cara pemanfaatan dan pelestarian musuh alami, seperti

penggunaan parasitoid (Inaroleata stromeus (Hymenoptera :

Ichneumonidae)), Chelonus sp (Hymenoptera : Braconidae), dan lalat

Sturmia sp (Diptera : Techinidae). Cara ini bertujuan memarasit telur,

larva, pupa, atau imago serangga, dengan meletakkan telur ke dalam

inang dan berkembang dalam inang sampai menjadi imago. Serangga

yang diparasit oleh parasitoid akan mati (Sembel, 2010). Namun

kemampuan parasitoid ini sangat rendah hanya mencapai 7,23 %,

sehingga kurang efektif untuk mengendalikan hama tersebut dan belum

bisa berpotensi untuk dikembangkan menjadi agen hayati dari hama ulat

krop ini (Suyanto, 1994).

b. Dilakukan dengan penggunaan jenis insektisida mikroba (bioinsektisida)

Bacillus thuringiensis. Dosis pemakaian disesuaikan dengan anjuran

yang tertera pada label insektisida (Suyanto, 1994).

3. Secara kultur teknis, pengendalian yang dilakukan dengan cara :

a. Menanam kubis pada waktu musim hujan, karena pada waktu musim

hujan populasi hama ulat krop rendah atau sedikit.

b. Mengusahakan tidak ada tanaman liar disekitar kebun kubis yang akan

menjadi tempat persembunyian ngengat ulat krop.

Uji Ekstrak Daun... Uly Marifah, FKIP UMP, 2015

12

c. Dilakukan tumpang sari / tumpang gilir tanaman tomat – kubis. Tanaman

tomat ini mengandung senyawa kimia yang bersifat penolak (repellent)

terhadap ngengat C. binotalis Zell. Oleh karena itu, tumpang sari tomat

(satu baris) dengan kubis (dua baris), dapat mengurangi serangan hama

C. binotalis Zell. pada tanaman kubis (Sastrosiswojo, 2005).

4. Secara kimia, pengendalian dilakukan dengan cara :

a. Teknik pengendalian menggunakan insektisida sintetik seperti fenvalerat

5 EC, Permethrin 2 EC, dan Prevathon 50 SC.

b. Teknik pengendalian menggunakan insektisida alami dengan

memanfaatkan tumbuh-tumbuhan yang ada disekitar alam yang

mempunyai senyawa metabolit sekunder sehingga ramah lingkungan dan

aman apabila digunakan pada tanaman.

2.3 Insektisida

Menurut Yatim (2003), insektisida adalah pembunuh serangga

biasanya berupa bahan kimia beracun yang dapat membunuh serangga.

Insektisida yang banyak digunakan saat ini merupakan racun syaraf bagi

hama serangga sehingga mengakibatkan koordinasi syaraf serangga menjadi

terganggu (Suyanto, 1994). Berdasarkan penelitian, jenis insektisida ada 2

macam yaitu insektisida sintetik dan insektisida alami.

2.3.1 Insektisida Sintetik

Insektisida sintetik merupakan jenis insektisida yang menggunakan

bahan-bahan kimia untuk membunuh atau mengendalikan hama serangga

pada tanaman. Insektisida sintetik yang umum diperdagangkan terdiri dalam

Uji Ekstrak Daun... Uly Marifah, FKIP UMP, 2015

13

berbagai bentuk diantaranya berbentuk cair, tepung, dan butiran. Insektisida

yang di perdagangkan itu adalah hasil campuran dari bahan aktif beracun

untuk serangga. Terdapat beragam jenis insektisida yang diperdagangkan di

pasaran. Nama insektisida menunjukkan nama dagang, kandungan bahan

aktif di dalam campuran, dan formulasi atau campurannya. Contoh Basudin

60 EC, Basudin ini menunjukkan nama dagangnya, kandungan bahan

aktifnya yaitu diazinon sebanyak 60 %, dan EC adalah formulasinya.

Biasanya pada label yang terdapat pada kemasan disebutkan nama bahan

aktif, hama sasaran, konsentrasi / dosis, volume semprot, dan obat penawar

apabila terjadi keracunan pada manusia (Suyanto, 1994). Penggunaan

insektisida sintetik adalah metode umum yang digunakan sebagai upaya

pengendalian hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman pertanian.

Insektisida sintetik kebanyakan memiliki sifat non spesifik, yaitu tidak hanya

membunuh jasad renik saja tetapi juga membunuh organisme lain. Insektisida

sintetik dianggap sebagai bahan pengendali hama yang mudah didapat, paling

praktis dikerjakan dan memperlihatkan hasil yang cepat (Thamrin et al.,

2002).

Saat ini sebagian besar petani mengendalikan hama ulat krop dengan

menggunakan insektisida sintetik karena lebih praktis, efektif dalam

membrantas hama, serta memberikan respon cepat untuk mempertahankan

produksi tanaman (Herminanto et al., 2004). Namun, penggunaan insektisida

sintetik yang berlebihan dan dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan

dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak itu antara lain mengakibatkan

Uji Ekstrak Daun... Uly Marifah, FKIP UMP, 2015

14

terbunuhnya musuh alami, menimbulkan resistensi, dan resurjensi hama.

Disamping itu juga menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia baik

secara kontak langsung maupun tidak langsung (Suyanto, 1994).

2.3.2 Insektisida Alami

Insektisida alami yaitu produk alam yang berasal dari tanaman yang

dapat menghambat atau membunuh serangga karena memiliki kandungan

senyawa kimia metabolit sekunder yang terdiri dari ribuan senyawa bioaktif

seperti fenolik, terpenoid, dan zat-zat sekunder lainnya. Insektisida alami bisa

berfungsi sebagai penghambat nafsu makan (anti feedant), penolak

(repellent), mencegah peletakkan telur dan pengaruh langsung sebagai racun.

Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat insektisida alami berupa daun,

buah, biji, akar, bunga dan lain-lain. Bahan tersebut dapat diolah menjadi

berbagai bentuk seperti, minyak dan cairan berupa ekstrak, pasta serta bentuk

padat berupa tepung atau abu. Umumnya bahan-bahan tersebut dibuat dengan

cara direndam sebelum disemprotkan, direbus dan diblender (Setiawati et al.,

2008).

Efektivitas suatu bahan alami yang digunakan sebagai insektisida

alami sangat tergantung pada bahan tumbuhan yang digunakan. Hal ini

dikarenakan sifat racun atau sifat bioaktifnya tergantung pada umur tanaman,

kondisi tumbuh, dan jenis dari tumbuhan tersebut. Lebih dari 1500 jenis

tumbuhan yang telah diketahui dan dapat digunakan sebagai insektisida alami

dari berbagai penjuru dunia. Di Indonesia terdapat lebih dari 50 familia

tumbuhan penghasil racun bagi hama serangga (Setiawati et al., 2008). Salah

Uji Ekstrak Daun... Uly Marifah, FKIP UMP, 2015

15

satu spesies tumbuhan yang dianggap sebagai sumber potensial insektisida

alami adalah tumbuhan tembelekan (Lantana camara L.) yang tergolong

dalam familia Verbenaceae dari ordo Lamiales (Umiati, 2013). Tumbuhan

tembelekan ini bisa di jumpai di sekitar tempat tinggal, kebun, hutan, dan

lain-lain.

Hasil penelitian oleh Wardani (2010), menunjukkan bahwa

penggunaan ekstrak daun tembelekan pada tingkat konsentrasi tertinggi 5 %

berpengaruh nyata terhadap mortalitas larva Aedes aegypti yang mencapai

kematian sebesar 100 %. Penelitian Nuryanto (1996), menunjukkan bahwa

ekstrak daun tembelekan pada konsentrasi 80 % optimum untuk

mengendalikan hama ulat tritip (Plutella xylostella).

2.4 Tembelekan (Lantana camara L.)

2.4.1 Klasifikasi Tembelekan

Menurut Cronquist (1981), klasifikasi tumbuhan tembelekan adalah

sebagai berikut :

Divisio : Magnoliophyta

Classis : Magnoliopsida

Ordo : Lamiales

Familia : Verbenaceae

Genus : Lantana

Species : Lantana camara L.

2.4.2 Deskripsi Tumbuhan Tembelekan

Tembelekan adalah tumbuhan perdu yang bercabang banyak dan

tingginya dapat mencapai ± 0,5-5 m. Batangnya berbentuk segi empat, yang

Uji Ekstrak Daun... Uly Marifah, FKIP UMP, 2015

16

muda penuh dengan rambut, kelenjar kecil dan tangkai berduri (kadang-

kadang kecil). Daun tunggal saling duduk berhadapan, bertangkai sangat

panjang, berbentuk bulat telur (oval) dengan pangkal yang tumpul dan ujung

yang runcing, serta tepi daun bergerigi, apabila diraba terasa kasar karena

permukaan atas daun berambut banyak sedangkan permukaan bawah daun

berambut jarang, 5-8 kali 3-5,5 cm dan dapat mengeluarkan bau aroma yang

khas seperti kotoran ayam apabila diremas. Bunga berbentuk tabung lonceng,

saling berlekatan dan berlekuk tak dalam, tinggi lk 2 mm. Tabung mahkota

membengkok, panjang lk 1 cm, bertaju 4-5, taju tidak sama besarnya. Bunga

zigomorf (simetri cermin), berkelamin 2. Warna bunga terdiri dari (merah

muda, merah, putih, jingga, dan jingga kuning) sering bergantian warna.

Benang sari berjumlah 4, dua diantaranya lebih panjang dan terletak pada

tabung mahkota. Buah batu saling berdekatan, berbentuk bulat telur, berbiji 1.

Buah pada waktu masih muda berwarna hijau, dan setelah matang berwarna

biru ungu. Tumbuhan ini merupakan tanaman hias atau pagar yang berasal

dari Amerika tropis, sebagian besar tumbuh liar, bisa dijumpai sampai

ketinggian 1-700 m diatas permukaan laut dan bisa dijumpai di daerah yang

cerah cahaya matahari dan cukup teduh (van Steenis et al., 2005).

Gambar 2.7. Tumbuhan Tembelekan (Lantana camara L)

Sumber : Dokumentasi pribadi

Uji Ekstrak Daun... Uly Marifah, FKIP UMP, 2015

17

Tumbuhan tembelekan berpotensi sebagai bahan obat dan penolak

serangga karena mempunyai kandungan senyawa kimia metabolit sekunder.

Bagian tanaman yang digunakan adalah daun. Cara kerja daun tembelekan

bersifat sebagai insektisida dan penolak (reppelent) bagi serangga (Setiawati

et al., 2008).

2.4.3 Kandungan Bahan Kimia

Menurut Wardani (2010), kandungan senyawa kimia yang terdapat

pada daun tembelekan yang berpotensi sebagai insektsida alami yaitu

saponin, flavonoid,dan tanin.

1. Saponin

Saponin adalah senyawa yang tergolong dalam glikosida triterpenoid

dan sterol. Senyawa saponin mempunyai rasa pahit, berbusa dalam air, serta

dapat larut dalam air dan alkohol, namun tidak larut dalam eter (Robinson,

1995). Menurut Harborne (1987), saponin merupakan senyawa aktif

permukaan dan mempunyai sifat seperti sabun serta dapat dideteksi

berdasarkan kemampuannya dalam membentuk busa dan menghemolisisi

darah. Bukti adanya saponin yaitu pada waktu memekatkan ekstrak tumbuhan

atau mengekstraksi tumbuhan terbentuk busa yang mantap. Menurut

Setiawan (2010), senyawa saponin pada daun tembelekan berperan sebagai

racun perut bagi serangga, sehingga dinding traktus digestivus menjadi

korosif akibat penurunan tegangan permukaan selaput mukosa traktus

digestivus pada serangga.

Uji Ekstrak Daun... Uly Marifah, FKIP UMP, 2015

18

2. Flavonoid

Flavonoid merupakan golongan senyawa yang larut dalam air.

Flavonoid dapat diekstraksi dengan etanol 70 %, dan setelah ekstrak ini

dikocok dalam eter minyak bumi hasil tetap ada dalam lapisan air. Senyawa

flavonoid ini terdapat dalam semua tumbuhan berpembuluh. Flavonoid

berupa senyawa fenol, oleh karena itu berubah warna bila ditambah basa atau

amonia, sehingga dapat dideteksi dengan mudah pada kromatografi atau

dalam larutan. Falovonoid mengandung senyawa aromatik yang terkonjugasi,

dan dapat menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum UV

(Harborne, 1987). Flavonoid untuk tumbuhan dapat berfungsi sebagai

pengaturan fotosintesis, pengaturan tumbuh, kerja terhadap serangga, dan

kerja antimikroba dan antivirus (Robinson, 1995). Senyawa flavonoid pada

daun tembelekan diketahui dapat bekerja sebagai inhibitor kuat pernapasan

atau sebagai racun pernapasan yang mengakibatkan serangga tidak bisa

bernafas dan akhirnya mati (Wardani et al., 2010).

3. Tanin

Tanin adalah senyawa yang terdapat luas dalam tumbuhan

berpembuluh, pada angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Tanin

dapat bereaksi dengan protein untuk membentuk kopolimer mantap yang

tidak larut dalam air. Di dalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan

enzim sitoplasma. Secara kimia terdapat dua jenis senyawa tanin yaitu tanin

terkondensasi atau flavon dan tanin terhidrolisiskan. Tanin terkondensasi

penyebarannya sangat luas dalam angiospermae (terutama pada jenis

Uji Ekstrak Daun... Uly Marifah, FKIP UMP, 2015

19

tumbuhan berkayu), di dalam paku-pakuan dan gymnospermae sedangkan

tanin yang terhidrolisiskan penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping

dua. Senyawa tanin dalam daun tembelekan berperan sebagai penolak hewan

pemakan tumbuhan, juga sebagai pertahanan tanaman sehingga menyulitkan

serangga dalam mencerna makanan (Harborne, 1987).

Uji Ekstrak Daun... Uly Marifah, FKIP UMP, 2015