Dasar Perlintan Hama Tanaman

26
DASAR PERLINTAN ( Semester III - 0611313013 ) << back Bab I. Pendahuluan Bab II. Hama Tanaman Bab III. Penyakit Tanaman Bab IV Gulma Bab IX. Daftar Pustaka BAB II HAMA TANAMAN I.1 MORFOLOGI UMUM HAMA Untuk mengenal berbagai jenis binatang yang dapat berperan sebagai hama , maka sebagai langkah awal dalam kuliah dasar-dasar Perlintan akan dipelajari bentuk atau morfologi, khususnya morfologi luar (external morphology) binatang penyebab hama . Namun demikian, tidak semua sifat morfologi tersebut akan dipelajari dan yang dipelajari hanya terbatas pada morfologi “penciri” dari masing-masing golongan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam melakukan identifikasi atau mengenali jenis- jenis hama yang dijumpai di lapangan. Dunia binatang ( Animal Kingdom ) terbagi menjadi beberapa golongan besar yang masing-masing disebut Filum. Dari masing- masing filum tersebut dapat dibedakan lagi menjadi golongan- golongan yang lebih kecil yang disebut Klas. Dari Klas ini kemudian digolongkan lagi menjadi Ordo (Bangsa) kemudian Famili (suku), Genus (Marga) dan Spesies (jenis). Beberapa filum yang anggotanya diketahui berpotensi sebagai hama tanaman adalah Aschelminthes (nematoda), Mollusca (siput), Chordata (binatang bertulang belakang), dan Arthropoda (serangga,

Transcript of Dasar Perlintan Hama Tanaman

DASAR PERLINTAN ( Semester III - 0611313013 )

          << back     Bab I. Pendahuluan       Bab II. Hama Tanaman       Bab III. Penyakit Tanaman       Bab IV Gulma       Bab IX. Daftar Pustaka                  

BAB II HAMA TANAMAN

                I.1MORFOLOGI UMUM HAMA     Untuk mengenal berbagai jenis binatang yang dapat berperan sebagai hama , maka sebagai langkah awal dalam kuliah dasar-dasar Perlintan  akan dipelajari bentuk atau morfologi, khususnya morfologi luar (external morphology) binatang penyebab hama . Namun demikian, tidak semua sifat morfologi tersebut akan dipelajari dan yang dipelajari hanya terbatas pada morfologi “penciri” dari masing-masing golongan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam melakukan identifikasi atau mengenali jenis-jenis hama yang dijumpai di lapangan.

Dunia binatang ( Animal Kingdom ) terbagi menjadi beberapa golongan besar yang masing-masing disebut Filum. Dari masing-masing filum tersebut dapat dibedakan lagi menjadi golongan-golongan yang lebih kecil yang disebut Klas. Dari Klas ini kemudian digolongkan lagi menjadi Ordo (Bangsa) kemudian Famili (suku), Genus (Marga) dan Spesies (jenis).

Beberapa filum yang anggotanya diketahui berpotensi sebagai hama tanaman adalah Aschelminthes (nematoda), Mollusca (siput), Chordata (binatang bertulang belakang), dan Arthropoda (serangga, tunggau, dan lain-lain). Dalam uraian berikut akan dibicarakan secara singkat tentang sifat-sifat morfologi luar anggota filum tersebut.

FILUM ASCHELMINTHES Anggota filum Aschelminthes yang banyak dikenal berperan sebagai hama tanaman (bersifat parasit) adalah anggota klas Nematoda. Namun, tidak semua anggota klas Nematoda bertindak sebagai hama , sebab ada di antaranya yang berperan sebagai nematoda saprofag serta sebagai nematoda predator (pemangsa), yang disebut terakhir ini tidak akan dibicarakan dalam uraian-uraian selanjutnya. Secara umum ciri-ciri anggota klas Nematoda tersebut antara lain adalah : Tubuh tidak bersegmen (tidak beruas) Bilateral simetris (setungkup) dan tidak memiliki alat gerakTubuh terbungkus oleh kutikula dan bersifat transparan.

Untuk pembicaraan selanjutnya, anggota klas nematoda yang bersifat saprofag digolongkan ke dalam nematoda non parasit dan untuk kelompok nematoda yang berperan sebagai hama tanaman dimasukkan ke dalam golongan nematoda parasit.

Ditinjau dari susunannya, maka bentuk stylet dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe stomatostylet dan odonostylet . Tipe stomatostylet tersusun atas bagian-bagian conus (ujung), silindris (bagian tengah) dan knop stylet (bagian pangkal). Tipe stylet ini dijumpai pada nematoda parasit dari ordo Tylenchida.

Tipe odonostylet dijumpai pada nematoda parasit dari ordo Dorylaimida, yang styletnya tersusun atas conus dan silindris saja. Beberapa contoh dari nematoda parasit ini antara lain adalah :Meloidogyne sp. yang juga dikenal sebagai nematoda “puru akar” pada tanaman tomat, lombok,

tembakau dan lain-lain. Hirrschmanieella oryzae (vBrdH) pada akar tanaman padi sawah. Pratylenchus coffae (Zimm) pada akar tanaman kopi.

FILUM MOLLUSCA Dari filum Mollusca ini yang anggotanya berperan sebagai hama adalah dari klas Gastropoda yang salah satu jenisnya adalah Achatina fulica Bowd atau bekicot, Pomacea ensularis canaliculata (keong emas). Binatang tersebut memiliki tubuh yang lunak dan dilindungi oleh cangkok (shell) yang keras. Pada bagian anterior dijumpai dua pasang antene yang masing-masing ujungnya terdapat mata. Pada ujung anterior sebelah bawah terdapat alat mulut yang dilengkapi dengan gigi parut (radula). Lubang genetalia terdapat pada bagian samping sebelah kanan, sedang anus dan lubang pernafasan terdapat di bagian tepi mantel tubuh dekat dengan cangkok/shell.

Bekicot atau siput bersifat hermaprodit, sehingga setiap individu dapat menghasilkan sejumlah telur fertil. Bekicot aktif pada malam hari serta hidup baik pada kelembaban tinggi. Pada siang hari biasanya bersembunyi pada tempat-tempat terlindung atau pada dinding-dinding bangunan, pohon atau tempat lain yang tersembunyi.

FILUM CHORDATA Anggota Filum Chordata yang umum dijumpai sebagai hama tanaman adalah dari klas Mammalia (Binatang menyusui). Namun, tidak semua binatang anggota klas Mammalia bertindak sebagai hama melainkan hanya beberapa jenis (spesies) saja yang benar-benar merupakan hama tanaman. Jenis-jenis tersebut antara lain bangsa kera (Primates), babi (Ungulata), beruang (Carnivora), musang (Carnivora) serta bangsa binatang pengerat (ordo rodentina). Anggota ordo Rodentina ini memiliki peranan penting sebagai perusak tanaman, sehingga secara khusus perlu dibicarakan tersendiri, yang meliputi keluarga bajing dan tikus.

Keluarga Bajing (fam. Sciuridae) Ada dua jenis yang penting, yaitu Callossciurus notatus Bodd. dan C. nigrovittatus yang keduanya dikenal dengan nama “bajing”. Jenis pertama dijumpai pada daerah-daerah di Indonesia dengan ketinggian sampai 9000 m di atas permukaan laut. Sedang jenis C.

nigrovittatus dapat dijumpai di Jawa, Kalimantan , dan Sumatera pada daerah dengan ketinggian sampai 1500 m. Jenis bajing ini umumnya banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman kelapa namun beberapa jenis tanaman buah kadang-kadang juga diserangnya. Gejala serangan hama bajing pada buah kelapa tampak terbentuknya lubang yang cukup lebar dan tidak teratur dekat dengan ujung buah, sedang jika yang menyerang tikus maka lubang yang terbentuk lebih kecil serta tampak lebih teratur/rapi.

Keluarga tikus (fam. Muridae) Ada beberapa jenis yang diketahui banyak menimbulkan kerusakan antara lain, tikus rumah ( Rattus-rattus diardi Jent ) ; tikus pohon (Rattus-rattus tiomanicus Mulle) , serta tikus sawah (Rattus-rattus argentiver _Rob.&K) . Tikus rumah dikenal pula sebagai tikus hitam karena warna bulunya hitam keabu-abuan atau hitam kecoklatan. Panjang tubuh sampai ke kepala antara 11-20 cm dan panjang ekor biasanya lebih panjang daripada panjang tubuh + kepala. Jumlah puting susunya ada 10 buah. Tikus pohon memiliki ukuran tubuh yang hampir sama dengan tikus rumah. Bulu tubuh bagian ventral putih bersih atau kadang-kadang agak keabu-abuan. Panjang ekor biasanya lebih panjang daripada panjang tubuh + kepala. Jumlah putting susunya ada 10 buah. Tikus sawah memiliki ciri-ciri tubuh antara lain bulu-bulu tubuh bagian ventral berwarna keabu-abuan atau biru keperakan. Panjang ekor biasanya sama atau lebih pendek daripada panjang tubuh + kepala. Pada pertumbuhan penuh panjang tubuhnya antara 16-22 cm serta jumlah puting susu ada 12 buah.

FILUM ARTHOPODA Merupakan filum terbesar di antara filum-filum yang lain karena lebih dari 75 % dari binatang-binatanag yang telah dikenal merupakan anggota dari filum ini. Karena itu, sebagian besar dari jenis-jenis hama tanaman juga termasuk dalam filum Arthropoda. Anggota dari filum Arthropoda yang mempunyai peranan penting sebagai hama tanaman adalah klas Arachnida (tunggau) dan klas Insecta atau Hexapoda (serangga).

Klas Arachnida Tanda-tanda morfologi yang khas dari anggota klas Arachnida ini adalah :Tubuh terbagi atas dua daerah (region), yaitu cephalothorax (gabungan caput dan thorax) dan

abdomen. Tidak memiliki antene dan mata facet.Kaki empat pasang dan beruas-ruas.

Dalam klas Arachnida ini, yang anggotanya banyak berperan sebagai hama adalah dari ordo Acarina atau juga sering disebut mites (tunggau). Morfologi dari mites ini antara lain, segmentasi tubuh tidak jelas dan dilengkapi dengan bulu-bulu (rambut) yang kaku dan cephhalothorax dijumpai adanya empat pasang kaki. Alat mulut tipe penusuk dan pengisap yang memiliki bagian-bagian satu pasang chelicerae (masing-masing terdidi dari tiga segmen) dan satu pasang pedipaalpus . Chelicerae tersebut membentuk alat seperti jarum sebagai penusuk. Beberapa jenis hama dari ordo Acarina antara lain adalah : Tetranychus cinnabarinus Doisd. atau hama tunggau merah/jingga pada daun ketela pohon.

Brevipalpus obovatus Donn. (tunggau daun teh). Tenuipalpus orchidarum Parf. (tunggau merah pada anggrek).

Klas Insekta (Hexapoda/serangga) Anggota beberapa ordo dari klas Insekta dikenal sebagai penyebab hama tanaman, namun ada beberapa yang bertindak sebagai musuh alami hama (parasitoid dan predator) serta sebagai serangga penyerbuk. Secara umum morfologi anggota klas Insekta ini adalah : Tubuh terdiri atas ruas-ruas (segmen) dan terbagi dalam tiga daerah, yaitu  caput, thorax dan

abdomen. Kaki tiga pasang, pada thorax. Antene satu pasang. Biasanya bersayap dua pasang, namun ada yang hanya sepasang atau bahkan tidak bersayap

sama sekali.

Memahami pengetahuan morfologi serangga tersebut sangatlah penting, karena anggota serangga pada tiap-tiap ordo biasanya memiliki sifat morfologi yang khas yang secara sederhana dapat digunakan untuk mengenali atau menentukan kelompok serangga tersebut. Sifat morfologi tersebut juga menyangkut morfologi serangga stadia muda, karena bentuk-bentuk serangga muda tersebut juga memiliki ciri yang khas yang juga dapat digunakan dalam identifikasi. Bentuk-bentuk serta ciri serangga stadia muda tersebut secara khusus kakan dibicarakan pada uraian tentang Metamorfose serangga , sedang uraian singkat tentang morfologi “penciri” pada beberapa ordo penting klas Insekta akan diberikan pada uraian selanjutnya. Berdasarkan sifat morfologinya, maka larva dan pupa serangga dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Tipe larva Polipoda , tipe larva ini memiliki ciri antara lain tubuh berbentuk silindris, kepala berkembang baik serta dilengkapi dengan kaki abdominal dan kaki thorakal. Tipe larva ini dijumpai pada larva ngengat/kupu (Lepidoptera) Oligopoda , tipe larva ini dapat dikelompokkan menjadi : Campodeiform dan   Scarabaeiform, Apodus (Apodous) , tipe larva ini memiliki badan yang memanjang dan tidak memiliki kaki. Kepala ada yang berkembang baik ada yang tidak. Tipe larva ini dijumpai pada anggota ordo Diptera dan familia Curculionidae (Coleoptera).

Tipe pupa Perbedaan bentuk pupa didasarkan pada kedudukan alat tambahan ( appendages ), seperti calon sayap, calon kaki, antene dan lainnya. Tipe pupa dikelompokkan menjadi tiga tipe : Tipe obtecta , yakni pupa yang memiliki alat tambahan (calon) melekat pada tubuh pupa. Kadang-kadang pupa terbungkus cocon yang dibentuk dari liur dan bulu dari larva. Tipe eksarat , yakni pupa yang memiliki alat tambahan bebas (tidak melekat pada tubuh pupa ) dan tidak terbungkus oleh cocon. Tipe coartacta , yakni pupa yang mirip dengan tipe eksarat, tetapi eksuviar tidak mengelupas (membungkus tubuh pupa). Eksuviae mengeras dan membentuk rongga untuk membungkus tubuh pupa dan disebut puparium .

Tipe pupa obtecta dijumpai pada anggota ordo Lepidoptera, pupa eksarat pada ordo Hymenoptera dan Coleoptera, sedang pupa coartacta pada ordo Diptera.

Morfologi Beberapa Ordo Serangga yang Penting

Ordo Orthoptera (bangsa belalang)Sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga lain. Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina . Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan. Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum . Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen). Ada mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya. Metamorfose sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur ---> nimfa ---> dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera ini adalah : Kecoa ( Periplaneta sp.) Belalang sembah/mantis ( Otomantis sp.) Belalang kayu ( Valanga nigricornis Drum.)

Ordo Hemiptera (bangsa kepik) / kepinding Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang mingisap cairan tubuh serangga lain. Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal ( basal ) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra . Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah. Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur ---> nimfa ---> dewasa. Bnetuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah : Walang sangit ( Leptorixa oratorius Thumb.)

Kepik hijau ( Nezara viridula L) Bapak pucung ( Dysdercus cingulatus F)

Ordo Homoptera (wereng, kutu dan sebagainya) Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus. Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan baik pada kepala maupun thorax umumnya sama dengan anggota Hemiptera. Tipe metamorfose sederhana (paurometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur ---> nimfa ---> dewasa. Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman. Serangga anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan kutu-kutuan, seperti : Wereng coklat ( Nilaparvata lugens Stal.) Kutu putih daun kelapa ( Aleurodicus destructor Mask.) Kutu loncat lamtoro ( Heteropsylla sp.).

Ordo Coleoptera (bangsa kumbang) Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain. Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra. Apabila istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah sayap depan. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah , umumnya mandibula berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala. Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur ---> larva ---> kepompong (pupa) ---> dewasa (imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar (istirahat) dan bertipe bebas/libera. Beberapa contoh anggotanya adalah : Kumbang badak ( Oryctes rhinoceros L) Kumbang janur kelapa ( Brontispa longissima Gestr) Kumbang buas (predator) Coccinella sp.

Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat) Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai hama , namun beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga dewasa umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau nektar. Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang berwarna-warni. Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap , sedang larvanya memiliki tipe penggigit . Pada serangga dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna. Metamorfose bertipe sempurna (Holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur ---> larva ---> kepompong ---> dewasa. Larva bertipe polipoda , memiliki baik kaki thoracal maupun abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta. Beberapa jenisnya antara lain :

Penggerek  batang padi kuning ( Tryporiza incertulas Wlk) Kupu gajah ( Attacus atlas L) Ulat grayak pada tembakau ( Spodoptera litura )

Ordo Diptera (bangsa lalat, nyamuk) Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter . Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet. Tipe alat mulut  bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap. Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu : bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum bagian tengah yang berbentuk silindris disebut haustellum bagian ujung yang berupa spon disebut labellum atau oral disc .

Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur ---> larva ---> kepompong ---> dewasa. Larva tidak berkaki (apoda _ biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama , parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta. Beberapa contoh anggotanya adalah : lalat buah ( Dacus spp.) lalat predator pada Aphis ( Asarcina aegrota F) lalat rumah ( Musca domestica Linn.) lalat parasitoid ( Diatraeophaga striatalis ).

Ordo Hymenoptera (bangsa tawon, tabuhan, semut) Kebanyakan dari anggotanya bertindak sebagai predator/parasitoid pada serangga lain dan sebagian yang lain sebagai penyerbuk. Sayap terdiri dari dua pasang dan membranus. Sayap depan umumnya lebih besar daripada sayap belakang. Pada kepala dijumpai adanya antene (sepasang), mata facet dan occelli. Tipe alat mulut penggigit atau penggigit-pengisap yang dilengkapi flabellum sebagai alat pengisapnya. Metamorfose sempurna (Holometabola) yang melalui stadia : telur-> larva--> kepompong ---> dewasa. Anggota famili Braconidae, Chalcididae, Ichnemonidae, Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan parasit penting pada hama tanaman. Beberapa contoh anggotanya antara lain adalah : Trichogramma sp. (parasit telur penggerek tebu/padi). Apanteles artonae Rohw. (tabuhan parasit ulat Artona). Tetratichus brontispae Ferr. (parasit kumbang Brontispa).

Ordo Odonata (bangsa capung/kinjeng) Memiliki anggota yang cukup besar dan mudah dikenal. Sayap dua pasang dan bersifat membranus. Pada capung besar dijumpai vena-vena yang jelas dan pada kepala dijumpai adanya mata facet yang besar. Metamorfose tidak sempurna (Hemimetabola), pada stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air. Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa jenis serangga keecil yang termasuk hama , seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu loncat serta ngengat penggerek batang padi. (baca lebih lengkap)

                            BAB IIIPENYAKIT TANAMAN                 II.1 DEFINISI ATAU ISTILAH        

Tanaman yang merupakan tumbuhan yang diusahakan dan diambil manfaatnya, dapat ditinjau dari dua sudut (pandangan) : 1. Sudut BIOLOGI yang berarti organisme yang melakukan kegiatan fisiologis seperti tumbuh, berpihak dan lain-lain. 2. Sudut EKONOMI yang berarti penghasil bahan yang berguna bagi manusia seperti buah, biji, bunga, daun, batang dan lain-lain. Sedang penyakit sendiri sebenarnya berarti proses di mana bagian-bagian tertentu dari tanaman tidak dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya. Patogen atau penyebab penyakit dapat berupa organisme, yang tergolong dalam dunia tumbuhan, dan bukan organisme yang biasa disebut fisiophat. Sedangkan organisme dapat dibedakan menjadi : parasit dan saprofit. Sumber inokulum atau sumber penular adalah tempat dari mana inokulum atau penular itu berasal dan sesuai dengan urutan penularannya dibedakan menjadi sumber penular primer, sumber penular sekunder, sumber penular tertier dan seterusnya. Selama perkembangan penyakit dapat kita kenal beberapa peristiwa yaitu : 1.  Inokulasi adalah jatuhnya inokulum pada tanaman inangnya. 2.  Penetrasi dalah masuknya patogen ke dalam jaringan tanaman inangnya.3. Infeksi adalah interaksi antara patogen dengan tanaman inangnya. 4. Invasi adalah perkembangan patogen di dalam jaringan tanaman inang.

Akibatnya adanya infeksi dan invasi akan timbul gejala, yang kadang-kadang merupakan rangkaian yang disebut syndrom . Pada gejala itu sering kita jumpai adanya tanda, misalnya tubuh buah atau konidi. Sehubungan dengan peristiwa-peristiwa di atas terjadilah : Periode (masa) inkubasi yaitu waktu antara permulaan infeksi dengan timbulnya gejala yang

pertama. Namun demikian di dalam praktek sering dihitung mulai dari inokulasi sampai terbentuknya sporulasi pada gejala pertama tersebut hingga waktunya menjadi jauh lebih panjang. Periode (masa) infeksi adalah waktu antara permulaan infeksi sampai reaksi tanaman yang

terakhir, untuk inipun biasanya dihitung mulai saat inokulasi. Siklus atau daur penyakit adalah rangkaian kejadian selama perkembangan penyakit. Di

samping itu ada yang disebut siklus hidup patogen yaitu perkembangan patogen dari suatu stadium kembali ke stadium yang sama. Siklus ini biasanya dapat dibedakan menjadi :1. Stadium Patogenesis adalah stadium patogen di mana berhubungan dengan jaringan hidup tanaman inangnya. 2. Stadium Saprogenesis adalah stadium patogen di mana tidak berhubungan dengan jaringan hidup tanaman inangnya.

Berdasarkan kondisi sel yang dipakai sebagai sumber makanannya maka parasit atau patogen dapat dibedakan menjadi : 1. Patofit apabila parasit itu mengisap makanan dari sel inang yang masih hidup. 2. Pertofit apabila parasit itu mengisap makanan dari sel inang yang dibunuhnya lebih dahulu.

Faktor yang mempengaruhi dapat tidaknya tanaman diserang oleh patogen, dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

1. Predisposisi apabila faktor yang menyebabkan kenaikan kerentanan atau penurunan ketahanan itu berupa faktor luar seperti suhu, kelembaban dan lain-lain. 2. Disposisi apabila faktor yang menyebabkan kenaikkan kerentanan itu berasal dari dalam artinya bersifat genetis atau bawaan.

Berdasarkan ekspresinya penyakit dapat dibedakan menjadi : 1. Endemi (Enfitosis) yaitu penyakit yang selalu timbul dan menyebabkan kerugian yang cukup berarti. 2. Epidemi (Epifitosis) yaitu penyakit yang timbulnya secara berkala dan menimbulkan kerugian yang cukup berarti. 3. Sporadis yaitu penyakit yang timbulnya tidak menentu dan tidak menimbulkan kerugian yang berarti.

Tanggapan tanaman inang terhadap patogen dapat merupakan sifat dari tanaman inang tersebut dan dapat dibedakan menjadi :1. Tahan apabila dalam keadaan biasa tanaman tersebut tidak dapat diserang oleh patogen. 2. Rentan apabila dalam keadaan biasa tanaman tersebut dapat diserang oleh patogen, jadi merupakan lawan dari tahan.3. Toleran apabila dalam keadaan biasa dapat menyesuaikan diri dengan patogen yang berada dalam jaringan tubuhnya sehingga tidak mempengaruhi kemampuan produksinya. Bentuk yang ekstrem dari ketahanan tersebut disebut Kekebalan sedang bentuk ekstrem dari toleran disebut Inapparency , artinya dalam keadaan yang bagaimanapun juga tetap memiliki sifat tersebut.

                II.2  ARTI PENYAKIT TUMBUHAN BAGI MASYARAKAT        

Pada tahun seribuan di Eropa timbul penyakit pada manusia yang banyak menyebabkan kematian. Penyakit itu disebut Ergotisme. Penyakit ini ternyata disebabkan karena penderita memakan roti yang terbuat dari tepung rogge atau rye ( Secale coreale ), yang terserang oleh jamur Clavicopes purpurea . Jamur ini menghasilkan racun pada tepung yang tidak rusak meskipun sudah dimasak menjadi roti, hingga masih tetap menyebabkan kematian bagi manusia yang memakannya.

Pada tahun 1845 timbul penyakit pada kentang yang disebut bercak daun (late blight) yang disebabkan oleh jamur Phytophtora infestans di Eropa dan Amerika. Penyakit ini di Irlandia selama tahun 1845-1860 menyebabkan bahaya kelaparan dan kematian sebanyak satu juta penduduk yang meliputi 1/8 dari seluruh jumlah penduduk negara tersebut sedang yang 1,5 juta terpaksa mengadakan emigrasi ke negara lain.

Pada tahun 1880 timbul penyakit pada kopi yang disebut penyakit karat daun disebabkan oleh jamur Homileia vastatrix . Jamur ini memusnahkan kopi jenis Arabica yang juga dikenal sebagai kopi Jawa. Untuk mengatasi penyakit ini perkebunan kopi di Philipina diganti menjadi kebun kelapa sedang di Srilangka diganti menjadi perkebunan teh. Di Indonesia perkebunan kopi tetap dipertahankan, sebagai ganti jenis Arabica mula-mula ditanam kopi Liberica, tetapi jenis ini hancur juga lalu diganti dengan jenis Robusta. Jenis yang terakhir ini meskipun mutu bijinya lebih rendah tapi produksinya lebih tinggi sehingga nilai ekonominya hampir sama saja.

Sekarang ini jenis kopi Arabica hanya terdapat di daerah yang tinggi saja seperti di Ijen dan Toraja. Sekarang dicoba menanam hibrida antara kopi Arabica dengan Robusta untuk menaikkan mutu biji dan mempertahankan produksi, yang disebut kopi jenis Arabusta. Tetapi usaha ini banyak mengalami kesukaran.

Pada permulaan abad 19 timbul penyakit pada tebu yang disebut penyakit sereh oleh virus Nanus sachori . Sebelum dapat diketahui dengan pasti patogen ini sempat menjadi teka-teki antara penyakit fisiologis dan penyakit parasiter. Penyakit ini pertama-tama diatasi dengan menanam bibit yang berasal dari pegunungan yang dikenal dengan tebu import. Tetapi cara ini banyak mengalami kesukaran hingga perkebunan tebu hampir saja gulung tikar. Untuk mengatasi bahaya yang gawat ini pemerintah mendirikan tiga kali balai penelitian tebu, yang akhirnya balai penelitian yang ada di Pasuruan menemukan jenis tanah yang terkenal dengan nama POJ (Proefstation Ost Java). POJ ini merupakan hasil persilangan antara tebu ( Sacharum offisinarum ) dengan glagah ( Sacharum spontaneum ). Hibrida inilah yang menyelamatkan perkebunan tebu itu.

Pada tahun 1850-an timbul penyakit pada padi yang disebut penyakit mentek yang penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Penyakit ini menyerang ribuan hektar sawah dan menimbulkan kerugian ribuan ton, tetapi akhirnya ditemukan jenis yang tahan. Penyakit tersebut sekarang diduga sama dengan penyakit tungro yang disebabkan oleh virus.

Pada abad terakhir ini timbul penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) yang disebabkan oleh makhluk semacam bakteri. Penyakit ini sangat merugikan karena selain memperkecil ukuran buah jeruk juga mengurangi jumlahnya, bahkan akhirnya dapat mematikan tanaman jeruk. Penyakit ini belum dapat diatasi dengan cara apapun. Salah satu usaha untuk memperpanjang umur ekonomi adalah dengan cara infus menggunakan antibiotika Oxy tetracicline, sebab cara eradikasi tidak dapat dilaksanakan di Indonesia ini.

Beberapa tahun terakhir ini timbul penyakit cacar daun cengkeh (CDC) yang disebabkan oleh jamur Phylosticta sp. Di Lampung meskipun baru beberapa tahun boleh dikata hampir memusnahkan perkebunan cengkeh di sana . Dalam tahun 1982/1983 saja di propinsi tersebut menghabiskan biaya pengendalian sebesar 9 milyar rupiah. Penyakit ini sudah terdapat di propinsi-propinsi yang lain seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan lain-lain.

       

 

      II.3  GEJALA PENYAKIT TUMBUHAN        

Di dalam mempelajari ilmu penyakit tumbuhan (Fitopatologi) sebelum seseorang melangkah lebih lanjut untuk menelaah suatu penyakit secara mendalam, terlebih dahulu harus bisa mengetahui tumbuhan yang dihadapi sehat ataukah sakit. Untuk keperluan diagnosis, maka pengertian tentang tanda dan gejala perlu diketahui dengan baik.

Gejala dapat setempat (lesional)atau meluas (habital, sistemik). Gejala dapat dibedakan yaitu gejala primer dan sekunder. Gejala primer terjadi pada bagian yang terserang oleh penyebab penyakit. Gejala sekunder adalah gejala yang terjadi di tempat lain dari tanaman sebagai akibat dari kerusakan pada bagian yang menunjukkan gejala primer. Berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam sel, gejala dapat dibagi menjadi tiga tipe pokok yaitu : a. Gejala-gejala Nekrotis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena adanya kerusakan pada sel atau matinya sel. b. Gejala-gejala Hypoplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena terhambatnya atau terhentinya pertumbuhan sel (underdevelopment).c. Gejala-gejala Hyperplastis : meliputi gejala-gejala yang terjadinya karena pertumbuhan sel yang melebihi biasa (overdevelopment).

A. Tipe Nekrotis meliputi : Hidrosis : sebelum sel-sel mati biasanya bagian tersebut terlebih dahulu tampak kebasah-basahan. Hal ini karena air sel keluar dari ruang sel masuk ke dalam ruang antar sel. Klorosis : rusaknya kloroplast menyebabkan menguningnya bagian-bagian tumbuhan yang lazimnya berwarna hijau. Nekrosis : bila sekumpulan sel yang terbatas pada jaringan tertentu mati, sehingga terlihat adanya bercak-bercak atau noda-noda yang berwarna coklat atau hitam. Bentuk bercak ada yang bulat, memanjang, bersudut dan ada yang tidak teratur bentuknya. Perforasi (shot-hole) atau bercak berlobang : terbentuknya lubang-lubang karena runtuhnya sel-sel yang telah mati pada pusat bercak nekrotis. Busuk : gejala ini sebenarnya sama dengan gejala nekrosis tetapi lazimnya istilah busuk ini digunakan untuk jaringan tumbuhan yang tebal. Berdasarkan keadaan jaringan yang membusuk, dikenal istilah busuk basah (soft rot) dan busuk kering (dry rot). Bila pada jaringan yang membusuk menjadi berair atau mengandung cairan disebut busuk basah, sebaliknya bila bagian tersebut menjadi kering disebut busuk kering. Damping off atau patah rebah : rebahnya tumbuhan yang masih muda (semai) karena pembusukan pangkal batang yang berlangsung ssangat cepat. Dibedakan menjadi dua yaitu : Pre Emergen Damping off : bila pembusukan terjadi sebelum semai muncul di atas permukaan

tanah. Post Emergen Damping off : bila pembususkan terjadi setelah semai muncul di atas permukaan

tanah. Eksudasi atau perdarahan : terjadinya pengeluaran cairan dari suatu tumbuhan karena penyakit. Berdasarkan cairan yang dikeluarkan dikenal beberapa istilah yaitu : Gumosis : pengeluaran gom (blendok) dari dalam tumbuhan. Latexosis : pengeluaran latex (getah) dari dalam tumbuhan. Resinosis : pengeluaran resin (damar) dari dalam tumbuhan.

Kanker : terjadinya kematian jaringan kulit tumbuhan yang berkayu misalnya akar, batang dan cabang. Selanjutnya jaringan kulit yang mati tersebut mengering, berbatas tegas, mengendap dan pecah-pecah dan akhirnya bagian itu runtuh sehingga terlihat bagian kayunya. Layu : hilangnya turgot pada bagian daun atau tunas sehingga bagian tersebut menjadi layu. Mati Ujung : kematian ranting atau cabang yang dimulai dari ujung dan meluas ke batang. Terbakar : mati dan mengeringnya bagian tumbuhan tertentu laximnya daun, yang disebabkan oleh patogen abiotik. Gejala ini terjadi secara mendadak.

B.   TIPE HIPOPASTIS meliputi Etiolasi : tumbuhan menjadi pucat, tumbuh memanjang dan mempunyai daun-daun yang sempit karena mengalami kekurangan cahaya. Kerdil (atrophy) : gejala habital yang disebabkan karena terhambatnya pertumbuhan sehingga ukurannya menjadi lebih kecil daripada biasanya. Klorosis : terjadinya penghambatan pembentukan klorofil sehingga bagian yang seharusnya berwarna hijau menjadi berwarna kuning atau pucat. Bila pada daun hanya bagian sekitar tulang daun yang berwarna hijaumaka disebut voin banding. Sebaliknnya jika bagian-bagian daun di sekitar tulang daun yang menguning disebut voin clearing. Perubahan simetri : hambatan pertumbuhan pada bagian tertentu yang tidak disertai dengan hambatan pada bagian di depannya, sehingga menyebabkan terjadinya penyimpangan bentuk. Roset : hambatan pertumbuhan ruas-ruas (internodia) batang tetapi pembentukan daun-daunnya tidak terhambat, sebagai akibatnya daun-daun berdesak-desakan membentuk suatu karangan.

C.   TIPE HIPERPLASTIS meliputi Erinosa : terbentuknya banyak trikom (trichomata) yang luar biasa sehingga pada permukaan alat itu (biasanya daun) terdapat bagian yang seperti beledu. Fasiasi (Fasciasi, Fasciation) : suatu organ yang seharusnya bulat dan lurus berubah menjadi pipih, lebar dan membelok, bahkan ada yang membentuk seperti spiral. Intumesensia (intumesoensia) : sekumpulan sel pada daerah yang agak luas pada daun atau batang memanjang sehingga bagian itu nampak membengkak, karena itu gejala ini disebut gejala busung (cedema). Kudis (scab) : bercak atau noda kasar, terbatas dan agak menonjol. Kadang-kadang pecah-pecah. Di bagian tersebut terdapat sel-sel yang berubah menjadi sel-sel gabus. Gejala ini dapat dijumpai pada daun, batang, buah atau umbi. Menggulung atau mengeriting : gejala ini disebabkan karena pertumbuhan yang tidak seimbang dari bagian-bagian daun. Gejala menggulung terjadi apabila salah satu sisi pertumbuhannya selalu lebih cepat dari yang lain, sedang gejala mengeriting terjadi apabila sisi yang pertumbuhannya lebih cepat bergantian. Pembentukan alat yang luar biasa : Antolisis (antholysis) : perubahan dari bunga menjadi daun-daun kecil. Enasi : pembentukan anak daun yang sangat kecil pada sisi bawah tulang daun. Perubahan Warna : perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan yang bukan klorosis yang terjadi pada suatu organ (alat tanam). Prolepsis : berkembangnya tunas-tunas tidur atau istirahat (dormant) yang berada dekat di bawah bagian yang sakit, berkembang menjadi ranting-ranting segar yang tumbuh vertikal dengan cepat yang juga dikenal dengan tunas air. Rontoknya alat-alat : rontoknya daun, bunga atau buah yang terjadi sebelum waktunya dan dalam jumlah yang lebih besar dari biasanya. Rontoknya alat tersebut karena terbentuknya lapisan pemisah (abcission layar) yang terdiri dari sel-sel yang berbentuk bulat dan satu sama lain terlepas. Sapu (witches broom) : berkembangnya tunas-tunas ketiak atau samping yang biasanya tidur (latent) menjadi seberkas ranting-ranting rapat. Gejala ini umumnya disertai dengan terhambatnya perkembangan ruas-ruas (internodia) batang, daun pada tunas baru. Sesidia (cecidia) atau tumor : pembenkakan setempat pada jaringan tumbuhan sehingga terbentuk bintil-bintil atau bisul-bisul. Bintil ini dapat terdiri dari jaringan tanaman dengan atau tanpa koloni patogennya. Berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi :

Fitosesidia (phytocecidia) : bila penyebabnya tergolong dalam dunia tumbuhan. Zoosesidia (zoocecidia) : bila penyebabnya tergolong dalam dunia hewan atau binatang. (baca

lebih lengkap)

       

 

      II.4 

PENYEBAB PENYAKIT

       

Penyebab penyakit (pathogen) tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok biotik atau organis yang biasa disebut parasit dan kelompok abiotik atau anorganik yang biasa disebut fisiopat. Parasit yang paling penting adalah tumbuhan tingkat tinggi, jamur, virus dan nematoda, sedang fisiopat ada yang berasal dari dalam tumbuhan sendiri dan ada yang datangnya dari luar tanaman.

Tumbuhan Tinggi Parasitik Tumbuhan tinggi parasitik dapat dibedakan menjadi dua golongan : Tumbuhan Setengah Parasitik dan Tumbuhan Parasitik Sejati .

Jamur Jamur adalah jenis tumbuhan yang tumbuhnya berupa thallus (belum ada defferensiasi menjadi akar, batang dan daun), tidak berklorofil dan mempunyai inti sejati. Kedua sifat terakhir untuk membedakan dengan Gangang dan Bakteri. Bagian vegetatif jamur berupa benang-benang halus tumbuh memanjang bercabang-cabang, bersekat atau tidak disebut hifa (hyphae), kumpulan dari hifa-hifa ini disebut miselium (micelium). Berdasarkan ada tidaknya sekat, hifa dibedakan menjadi coenocytis (yang tidak bersekat) dan celluler (yang bersekat). Miselium dapat membentuk berkas memanjang dan mempunyai lapisan luar yang liat dan keras. Berkas semacam ini disebut rhizomorf. Ada pula jamur yang membentuk alat untuk beristirahat atau bertahan disebut sclerotium, yaitu suatu massa hifa yang rapat/padat, sel-selnya memendek dan membesar serta berisi banyak cairan.

PERKEMBANGBIAKAN Jamur dapat berkembang biak secara asexual maupun sexual. Pembiakan asexual : pada Phycomycetes pembiakan asexual dengan pembentukan sporangiospora, yaitu spora yang dibentuk di dalam kantong yang disebut sporangium. Sporangiospora yang dapat bergerak disebut spora kembara (zoospora) sedang yang tidak dapat bergerak disebut aplanospora. Pada golongan yang lebih tinggi dengan membentuk konidi yaitu spora yang dibentuk dengan fragmentasi dari ujung hifa. Ujung hifa disebut conidiophor (penduduk konidi). Conidiophor ini dapat tersebar, bebas satu sama lain, tetapi ada juga yang terdapat di dalam tubuh buah tertentu. Bentuk tubuh buah ini bermacam-macam, diantaranya : Pycnidium : tubuh buah yang berbentuk bulat/botol, yang mempunyai lubang untuk keluarnya

konidi, yang disebut ostiole. Acervulus : tubuh buah yang bentuknya seperti cawan.Sporodochium : tubuh buah yang bentuknya seperti acervulus, tetapi stroma dasarnya menonjol

keluar. Coremium : tubuh buah yang seperti sporodochium tetapi tangkai konidinya membentuk suatu

berkas yang panjang.

Pembiakan sexual : pada kelas Phycomycetes, pembiakan sexual berlangsung dengan persatuan antara dua gamet yang sama baik ukuran maupun sifat morfologinya. Proses persatuan ini disebut Isogami, sedang gametnya disebut Isogamet. Pada kelas yang lebih tinggi tingkatannya terjadi persatuan antara dua gamet yang berbeda ukuran dan sifat morfologinya. Proses perstuannya disebut Anisogami atau Heterogami, sedang gametnya disebut anisogamet atau heterogamet. Gamet yang kecil dianggap sebagai jantan disebut antheridium, sedang yang besar dianggap sebagai gamet betina disebut oosphere yang dibentuk di dalam oogonium. Antheridium dapat melekat di samping oogonium disebut paragynus, atau melekat pada pangkal oogonium disebut amphigynus. Pembiakan sexual pada Ascomycetes terjadi dengan persatuan dua inti (kariogami) yang berbeda jenisnya di dalam tubuh buah yang disebut ascoma (ascocarp). Hasil dari persatuan ini akan terbentuk ascus dan dari ascus ini akan dibentuk ascospora yang pada umumnya berjumlah delapan. Seperti halnya dengan konidi, ascus letaknya dapat tersebar tetapi dapat pula terkumpul dalam tubuh buah tertentu, misalnya. Apothecium : tubuh buah yang berbentuk cawan/pinggan yang terbuka,    ascus terletak pada

permukaannya. Perithecium : tubuh buah berbentuk bulat/botol dan pada ujungnya mempunyai lubang (ostiole)

untuk keluarnya spora. Cleistothecium : tubuh buah berbentuk bulat/botol tapi tidak mempunyai ostiole.

Pada kelas Basidiomycetes pembiakan sexual terjadi dengan pembentukan basidiospora yang berasal dari persatuan dua inti (kariogami) yang berbeda jenis, kemudian mengadakan pembelahan secara meiosis. Basidiospora dibentuk di luar basidium dan mempunyai tangkai yang disebut strigma. Pada umumnya setiap basidium membentuk 4 basidiospora. Hymenium yang membentuk basidium biasanya terdapat dalam tubuh buah yang dapat berbentuk payung, bola, rak, gada dan lain-lain.

TAXONOMI Jamur dibagi menjadi empat kelas yaitu : Phycomycetes : jamur yang hifanya tidak bersekat, berbentuk tabung yang berisi plasma dengan

banyak inti. Ascomycetes : jamur yang hifanya bersekat dan mengadakan pembiakan sexual dengan

membentuk ascus yang menghasilkan ascospora. Basidiomycetes : jamur yang hifanya bersekat dan mengadakan pembiakan sexual dengan

membentuk basidium yang menghasilkan basidiospora. Deuteromycetes (Fungsi Imperfecti) : jamur yang hifanya bersekat dan hanya berkembang biak

secara asexual saja.

Kelas Phycomycetes : dari kelas ini ada tiga ordo yang penting yaitu ordo Chytridiales, ordo Peronosporales dan ordo Mucorales. Ordo Chytridiales adalah ordo yang hifanya tidak

berkembang sempurna. Salah satu anggotanya yang penting adalah Synchytrium endobioticum, penyebab penyakit kutil (wart) pada kentang.

Ordo Peronosporales adalah ordo yang hifanya berkembang sempurna dan perkembangbiakan asexual dengan cospora. Ordo ini mempunyai dua familia yaitu Pythiacae dan Peronosporacae. Familia Pythiacae percabangan konififornya aympodial dan tidak berbeda dengan hifa somatisnya. Famili ini mempunyai dua genus yaitu Pythium, yang mempunyai sporangium bulat. Pada perkecambahan secara tidak langsung protoplast sporangium keluar dan membentuk gelembung (vesicle) selanjutnya mengalami deferenciasi membentuk zoospora di luar sporangium. Genus kedua adalah Phytopthora, yang sporangiumnya berbentuk bulat telur, pada perkecambahan secara tidak langsung protoplast sporangium mengalami deferenciasi di dalam sporangium dan membentuk zoospora yang keluar melalui lubang yang disebut papillum yang terdapat pada ujung sporangium. Genus ini merupakan genus yang sangat penting karena anggotanya banyak yang menjadi penyebab penyakit yang terpenting pada berbagai komoditi, seperti P. infestans, P. nicotianse, P. parasitica, P. palmivora dan lain-lain. Familia Peronospora menimbulkan penyakit yang dikenal dengan downy mildew (tepung palsu). Konidiofor mempunyai percabangan monopodial dan jelas berbeda dengan hifa somatis. Familia ini mempunyai beberapa genus antara lain Soleospora yang anggotanya S. maydis, S. philippinensis ; Plasmopora yang anggotanya P. viticola ; Peronospora yang anggotanya P. tabacina penyebab penyakit jamur biru (blue mold) pada tembakau di Amerika.

Ordo Mucorales mempunyai hifa yang berkembang sempurna dan perkembangbiakannya dengan zygospora. Familianya adalah Mucoracae, kurang penting bagi penyebab penyakit pada tanaman hidup di lapangan, tetapi sangat penting bagi penyebab penyakit lepas panen atau di dalam industri. Genus yang penting, Rhizopus mempunyai rhizoid pada pangkal konidiofornya dan sangat penting dalam pembuatan tempe . Sedang Mucor tidak mempunyai rhizoid pada pangkal konidiofornya dan sangat penting dalam pembuatan tape.

Kelas Ascomycetes : dibagi menjadi dua kelas berdasarkan ada tidaknya ascoma, yaitu sub kelas Protoascomycetes (Hemiascomycetidae) yang tidak mempunyai ascoma dan Euascomycetes yang mempunyai ascoma.

Sub kelas Protoascomycetes tidak penting dari segi penyakit tumbuhan, tetapi salah satu anggotanya yaitu Sacoharomycetes penting dalam industri pembuatan alkohol.

Sub kelas Euascomycetes dibagi menjadi tiga seri berdasarkan macam ascomanya yaitu seri Plectomycetes yang ascomanya Cleistothecium, seri Pyrenomycetes yang ascomanya Perithecium dan seri Discomycetes yang ascomanya Apothecium.

Seri Plectomycetes dibagi menjadi tiga ordo yaitu Erysiphales yang hifa dan konidinya hialin, ordo Myriangiales yang hifa dan konidinya berwarna kelam dan ordo Aspergillales yang hifa dan konidinya dapat berwarna kelam maupun hialin.

Anggota Erysiphales yang penting adalah Oidium, misalnya O. tabaci, O. heveae dan  O. citri . Anggota Myriangiales misalnya Parodiella spegasinli sedang anggota dari Aspergillales adalah genus Aspergillus yang mempunyai columella dan genus Penicillium yang tidak mempunyai

columella (gelembung). Kedua genus ini sangat penting untuk penyakit lepas panen dan beberapa di antaranya dapat mengeluarkan racun (toxin) yang berbahaya bagi konsumen substratnya. Seri Pyrenomycetes mempunyai tiga ordo yaitu Sphaeriales yang anggotanya banyak yang menjadi penyebab penyakit akar misalnya Rosellinia arcuate, Rosellinia bunodes ; ordo Hypocreales yang sebagian besar hifanya berubah menjadi klamidospora misalnya Ustilaginoidea virens ; ordo Dothideales yang salah satu anggotanya menjadi penyebab penyakit pada karet yang sangat membahayakan yaitu Dothidella ulei.

Kelas Basidiomycetes : dibagi menjadi dua sub kelas berdasarkan ada tidaknya sekat di dalam basidia yaitu sub kelas Homobasidiomycetidae atau Holobasidiomycetidae yang basidianya tidak bersekat dan sub kelas Heterobasidiomycetidae atau Hemibasidiomycetidae yang basidianya bersekat.

Sub kelas Hemibasidomycetidae dibagi menjadi tiga ordo yaitu ordo Ustilaginales atau jamur api karena menyebabkan penyakit yang gejalanya gosong dengan miselium di dalam jaringan setelah tua akan berubah menjadi klamidospora; ordo Uredinales atau jamur karat karena gejala penyakit yang ditimbulkannya berwarna seperti karat (merah orange); ordo Auriculales yang mempunyai basidia dan sterigma yang panjang, umumnya hidup secara saprofitis hingga kuran penting bagi segi penyakit tumbuhan.

Ordo Ustilaginales berdasarkan letak sporidia (basidiospora) pada basidia (promiselia) dibagi menjadi dua famili, yaitu Ustilaginaceae yang sporidianya terletak pada sisi lateral promiselianya misalnya Ustilago maudis, U. sacohari dan familia Tilletiaceae yang sporidianya terletak pada ujung terminal dari promiselianya misalnya Tilletia horrida.

Ordo Uridinales merupakan kelompok jamur yang penting karena banyak menjadi penyebab penyakit terpenting pada bermacam-macam tanaman dengan ciri-ciri : Miselliumnya mengandung tetes-tetes minyak yang berwarna kuning, dalam daur hidupnya yang lengkap mempunyai lima macam spora,  berupa parasit obligat yang tumbuhnya intercelluler dan mengambil makanannya dengan haustoria, Teliospora bila berkecambah membentuk promiselia. (baca lebih lengkap)

       

         

      BAB IV

GULMA TANAMAN                  

KERUGIAN AKIBAT GULMA

       

Produksi tanaman pertanian, baik yang diusahakan dalam bentuk pertanian rakyat ataupun perkebunan besar ditentukan oleh beberapa faktor antara lain hama, penyakit dan gulma. Kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidaya bervariasi, tergantung dari jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya, dan tentu saja praktek pertanian di samping faktor lain. Di Amerika Serikat besarnya kerugian tanaman budidaya yang disebabkan oleh penyakit 35 %, hama 33 %, gulma 28 % dan nematoda 4 % dari kerugian total. Di negara yang sedang berkembang, kerugian karena gulma tidak saja tinggi, tetapi juga mempengaruhi persediaan pangan dunia.

Tanaman perkebunan juga mudah terpengaruh oleh gulma, terutama sewaktu masih muda. Apabila pengendalian gulma diabaikan sama sekali, maka kemungkinan besar usaha tanaman perkebunan itu akan rugi total. Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal pertumbuhan tanaman perkebunan akan memperlambat pertumbuhan dan masa sebelum panen. Beberapa gulma lebih mampu berkompetisi daripada yang lain (misalnya Imperata cyndrica ), yang dengan demikian menyebabkan kerugian yang lebih besar.

Persaingan antara gulma dengan tanaman yang kita usahakan dalam mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas. Cramer (1975) menyebutkan kerugian berupa penurunan produksi dari beberapa tanaman dalah sebagai berikut : padi 10,8 %; sorgum 17,8 %; jagung 13 %; tebu 15,7 %; coklat 11,9 %; kedelai 13,5 % dan kacang tanah 11,8 %. Menurut percobaan-percobaan pemberantasan gulma pada padi terdapat penurunan oleh persaingan gulma tersebut antara 25-50 %. Gulma mengkibatkan kerugian-kerugian yang antara lain disebabkan oleh :Persaingan antara tanaman utama sehingga mengurangi kemampuan berproduksi, terjadi

persaingan dalam pengambilan air, unsur-unsur hara dari tanah, cahaya dan ruang lingkup. Pengotoran kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh biji-biji gulma. Allelopathy yaitu pengeluaran senyawa kimiawi oleh gulma yang beracun bagi tanaman yang

lainnya, sehingga merusak pertumbuhannya. Gangguan kelancaran pekerjaan para petani, misalnya adanya duri-duri Amaranthus spinosus,

Mimosa spinosa di antara tanaman yang diusahakan. Perantara atau sumber penyakit atau hama pada tanaman, misalnya Lersia hexandra dan

Cynodon dactylon merupakan tumbuhan inang hama ganjur pada padi. Gangguan kesehatan manusia, misalnya ada suatu gulma yang tepung sarinya menyebabkan

alergi. Kenaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian, misalnya menambah tenaga dan waktu dalam

pengerjaan tanah, penyiangan, perbaikan selokan dari gulma yang menyumbat air irigasi.

Gulma air mengurangi efisiensi sistem irigasi, yang paling mengganggu dan tersebar luas ialah eceng gondok ( Eichhornia crssipes ). Terjadi pemborosan air karena penguapan dan juga mengurangi aliran air. Kehilangan air oleh penguapan itu 7,8 kali lebih banyak dibandingkan dengan air terbuka. Di Rawa Pening gulma air dapat menimbulkan pulau terapung yang mengganggu penetrasi sinar matahari ke permukaan air, mengurangi zat oksigen dalam air dan menurunkan produktivitas air. Dalam kurun waktu yang panjang kerugian akibat gulma dapat lebih besar daripada kerugian akibat hama atau penyakit. Di negara-negara sedang berkembang (Indonesia, India, Filipina, Thailand) kerugian akibat gulma sama besarnya dengan kerugian akibat hama. (baca lebih lengkap)