Pengaruh Metode Guided Inquiry terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Konsep Kalor
-
Upload
nita-nurtafita -
Category
Documents
-
view
976 -
download
0
description
Transcript of Pengaruh Metode Guided Inquiry terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Konsep Kalor
PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
PADA KONSEP KALOR
(Kuasi Eksperimen di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan)
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
NITA NURTAFITA
NIM 107016300115
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H/2012 M
ABSTRAK
Pengaruh Metode Guided Inquiry terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa
pada Konsep Kalor. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode guided inquiry
terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep kalor. Aspek keterampilan
proses sains yang digunakan dalam penelitian ini meliputi keterampilan
mengamati, menafsirkan, menerapkan konsep, dan melakukan komunikasi.
Sekolah yang dipilih adalah SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan pada tahun
pelajaran 2011-2012. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen.
Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kelas VII-4 sebagai kelas eksperimen dan
kelas VII-1 sebagai kelas kontrol. Penelitian menggunakan instrumen tes berupa
soal pilihan ganda sebanyak 20 soal yang memuat indikator keterampilan proses
menafsirkan, menerapkan konsep dan melakukan komunikasi. Instrumen nontes
berupa pedoman observasi kinerja yang memuat indikator keterampilan proses
mengobservasi. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan uji t, sedangkan
data hasil instrument nontes pedoman observasi dianalisis secara kualitatif. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa metode guided inquiry berpengaruh terhadap
keterampilan proses sains siswa pada konsep kalor. Hal ini terlihat dari hasil
perhitungan uji hipotesis melalui uji t pada tingkat kepercayaan 0,95 (α = 0,05)
dengan hasil t tabel ≤ t hitung yaitu 2,00 ≤ 8,40 sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak,
karena itu hipotesis alternatif (Ha) diterima. Selain itu, terlihat juga dari hasil
pedoman kinerja pada aspek mengobservasi, diperoleh nilai rata-rata kinerja
sebesar 78,75% yang berada pada kategori baik.
Kata Kunci: guided inquiry, keterampilan proses sains
ABSTRACT
The Influence of Guided Inquiry Method to the Skill Students’ Science
Process Skill in the Concept of Calor. Thesis, Physic Education Department,
Faculty of Tarbiya’ and Teachers Training, State Islamic University Jakarta, 2012.
The purpose of the study is to know the influence of guided inquiry
method to the students’ science process skill in the concept of heat. The skill
aspects of science process used in this study include: observation skill,
interpretation skill, the skill of applying concept, and communication skill. The
study was conducted in SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, academic year
2011-2012. The study method used was quasi experiment. The sample was taken
using simple random sampling. The sample used in the study was VII-4 class as
experimental class and VII-1 class as controlled class. The instrument used were
test instrument, 20 number of multiple choices test about the load indicator
process skills to interpretation skill, the skill of applying concept, and
communication skill. Non-test instrument as observation that contain performance
indicators to observation the process skills. The test results were analyzed using
‘t’ test, meanwhile non-test instrument results were analyzed qualitatively. The
result of the study concluded that guided inquiry method influences the students’
science process skill in the concept of calor. This conclusion is based on the
hypothesis examination using ‘t’ test in the trustworthy level of 0,95 (α = 0,05)
with the result t tabel ≤ t hitung i.e.: 2,00 ≤ 8,40, so that zero hypothesis (Ho) is
rejected and alternative hypothesis (Ha) is accepted. In addition, visible also from
the aspect of observing the performance guidelines, obtained by the average
performance of 78.75% which is in either category.
Kata Kunci: guided inquiry, the skill of science process
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Metode Guided Inquiry terhadap Keterampilan Proses Sains
Siswa pada Konsep Kalor”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita
baginda pejuang Islam Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari
zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Begitu
juga kepada seluruh keluarganya, para sahabatnya serta pengikut ajarannya yang
setia sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis tidak lupa mengucapkan
terimakasih serta memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam.
3. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Fisika.
4. Bapak Dr. Nada Marnada, M.Eng., selaku Pembimbing I yang telah
meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Diah Mulhayatiah, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan, saran-saran yang bermanfaat dan nasihat yang tulus serta
berrmakna bagi penulis.
ii
6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan ilmu
pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan,
semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan bermanfaat dan mendapat
keberkahan dari Allah SWT.
7. Bapak Kepala Sekolah, Guru dan segenap karyawan SMP Negeri 3 Kota
Tangerang Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis serta membatu
dalam menyelesaikan skripsi.
8. Ayahanda Ahmad Sarwah dan Ibunda Hj. Siti Masitoh, yang senantiasa
mengiringi langkah penulis dengan untaian do’a, pengorbanan serta dukungan
motivasi dan materi dengan penuh keikhlasan dan harapan.
9. Kakek dan nenek tercinta (H. Fahmi Adji dan Hj. Ramih), yang telah
mencurahkan kasih sayang dan doa yang tidak putus-putusnya kepada
penulis.
10. Tante dan Adik-adikku: Siti Aminah, Zulva Nadia dan M. Haris Ali Murfi
yang telah menghibur hati dengan canda dan tawanya.
11. Kekasihku Ade Maulana Dliya,S.S yang menjadi sumber inspirasi serta
semangat dan selalu setia mendengarkan keluh kesahku.
12. Sahabat-sahabatku (Arum, Nina, Mita, Trisni, Ica, Nurul, Anjai, dan Lisna)
terimakasih atas dorongan dan semangatnya dan keluarga besar Physics
Family ’07 terimakasih banyak atas do’a dan motivasinya.
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudah-
mudahan bantuan, bimbingan, semangat, do’a yang telah diberikan menjadi pintu
datangnya ridha dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan di akhirat kelak.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi khazanah ilmu
pengetahuan pada umumnya.
Jakarta, Januari 2012
Penulis
Nita Nurtafita
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 4
D. Rumusan Masalah .................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian .................................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN
RUMUSAN HIPOTESIS .............................................................. 6
A. Kajian Teoritis .......................................................................... 6
1. Metode Pembelajaran Inkuiri ................................................... 6
a. Pengertian Metode Pembelajaran Inkuiri ................................. 6
b. Jenis-jenis Metode Pembelajaran Inkuiri ................................. 9
c. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Inkuiri ...................... 12
d. Peranan Metode Pembelajaran Inkuiri .................................... 13
e. Keunggulan dan Kelemahan Metode Pembelajaran
Inkuiri .................................................................................... 14
2. Metode Pembelajaran Guided Inquiry...................................... 15
a. Pengertian Metode Pembelajaran Guided Inquiry ................... 15
b. Karakteristik Metode Pembelajaran Guided Inquiry ................ 16
iv
c. Tahapan Pelaksanaan Metode Pembelajaran
Guided Inquiry.......................................................................... 18
3. Keterampilan Proses Sains ....................................................... 20
a. Pengertian Keterampilan Proses Sains ..................................... 20
b. Tujuan Keterampilan Proses Sains ........................................... 21
c. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains dan
Karakteristiknya ....................................................................... 22
4. Materi Pembelajaran ................................................................. 26
B. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................. 31
C. Kerangka Berpikir .................................................................... 33
D. Rumusan Hipotesis ................................................................... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 36
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 36
B. Metode Penelitian ..................................................................... 36
C. Desain Penelitian ...................................................................... 36
D. Variabel Penelitian ................................................................... 37
E. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ................................... 37
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 38
G. Prosedur Penelitian ................................................................... 38
H. Instrumen Penelitian ................................................................. 41
1. Instrumen Tes ........................................................................... 41
2. Instrumen Nontes...................................................................... 43
I. Uji Coba Intrumen Keterampilan Proses Sains ........................ 43
1. Validitas Instrumen .................................................................. 43
2. Reliabilitas Instrumen ............................................................... 44
3. Tingkat Kesukaran Tes ............................................................ 45
4. Daya Pembeda Soal .................................................................. 46
J. Teknik Analisis Data ................................................................ 47
1. Teknik Analisis Data Instrumen Tes ........................................ 47
a. Uji Prasyarat Hipotesis ............................................................. 47
v
1) Uji Normalitas .......................................................................... 47
2) Uji Homogenitas ...................................................................... 49
b. Pengujian Hipotesis ................................................................. 50
2. Teknik Analisis Data Instrumen Nontes................................... 51
K. Hipotesis Statistik ..................................................................... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN ............................ 53
A. Hasil Penelitian ......................................................................... 53
1. Hasil Penelitian Pretest dan Posstest Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol ............................................................. 53
2. Hasil Observasi Kinerja ............................................................ 56
3. Analisis Data Tes ...................................................................... 57
a. Uji Prasyarat Analisis Data Tes ................................................ 57
1) Uji Normalitas .......................................................................... 57
2) Uji Homogenitas ....................................................................... 57
b. Pengujian Hipotesis .................................................................. 58
1) Pengujian Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest ................... 58
2) Pengujian Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Posttest .................. 59
B. Pembahasan .............................................................................. 60
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 64
A. Kesimpulan ............................................................................... 64
B. Saran ......................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 65
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Aspek-aspek Keterampilan Proses Sains Menurut Dahar........... 24
Tabel 3.1 Pretest and Posttest Control Group Design ............................... 37
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains .................. 42
Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ........................................ 44
Tabel 3.4 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen................................. 45
Tabel 3.5 Interpretasi Tingkat Kesukaran ................................................... 46
Tabel 3.6 Interpretasi Daya Pembeda ......................................................... 47
Tabel 3.7 Interpretasi Nilai Persentase Instrumen Nontes .......................... 51
Tabel 4.1 Rekapitulasi Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data
Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol ........................................................................................ 53
Tabel 4.2 Persentase Aspek Keterampilan Proses Sains Hasil Pretest dan
Posttest Kelompok Eksperimen .................................................. 53
Tabel 4.3 Persentase Aspek Keterampilan Proses Sains Hasil Pretest dan
Posttest Kelompok Kontrol ........................................................ 55
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ...................................................................... 57
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest ............................... 58
Tabel 4.6 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest ....................... 59
Tabel 4.7 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Posttest ...................... 60
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram PerubahanWujud Zat ................................................ 26
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir ........................................................ 35
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian .................................................................. 40
Gambar 4.1 Diagram Batang Persentase Aspek Keterampilan Proses Sains
Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ................ 54
Gambar 4.2 Diagram Batang Persentase Aspek Keterampilan Proses Sains
Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol ....................... 55
Gambar 4.3 Diagram Batang Pedoman Observasi Kinerja Keterampilan
Proses Mengamati ................................................................... 56
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Perangkat Pembelajaran ..................................................... 69
Lampiran A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...................................... 70
Lampiran A.2 Lembar Kerja Siswa .............................................................. 104
Lampiran B Kisi-kisi dan Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian ...... 118
Lampiran B.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ................................................ 119
Lampiran B.2 Validitas Soal A ..................................................................... 138
Lampiran B.3 Validitas Soal B ..................................................................... 139
Lampiran B.4 Reliabilitas Soal A ................................................................. 140
Lampiran B.5 Reliabilitas Soal B .................................................................. 141
Lampiran B.6 Tingkat Kesukaran Soal A ..................................................... 142
Lampiran B.7 Tingkat Kesukaran Soal B ..................................................... 143
Lampiran B.8 Daya Pembeda Soal A ............................................................ 144
Lampiran B.9 Daya Pembeda Soal B ............................................................ 145
Lampiran B.10 Rekapitulasi Uji Coba Instrumen Soal A ............................... 146
Lampiran B.11 Rekapitulasi Uji Coba Instrumen Soal B ............................... 147
Lampiran B.12 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Intrumen Soal A dan Soal B .... 148
Lampiran C Instrumen Penelitian ............................................................ 150
Lampiran C.1 Soal Pretest – Posttest ............................................................ 151
Lampiran C.2 Kunci Jawaban ....................................................................... 158
Lampiran C.3 Lembar Observasi .................................................................. 159
Lampiran D Uji Analisi Data .................................................................... 166
Lampiran D.1 Uji Normalitas ........................................................................ 167
a. Uji Normalitas Data Skor Pretest Kelas Eksperimen ....... 170
b. Uji Normalitas Data Skor Pretest Kelas Kontrol .............. 173
Lampiran D.2 Uji Homogenitas .................................................................... 179
a. Uji Homogenitas Pretest .................................................... 179
ix
b. Uji Homogenitas Posttest ................................................... 180
Lampiran D.3 Uji Hipotesis .......................................................................... 181
a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest ....................... 181
b. Uji KesamaanDua Rata-rata Hasil Posttest ....................... 182
Lampiran D.4 Persentase Aspek Keterampilan Proses Sains ........................ 183
a. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen ................................ 183
b. Hasil Posttest Kelompok Eksperimen ............................... 184
c. Hasil Pretest Kelompok Kontrol ....................................... 185
d. Hasil Posttest Kelompok Kontrol ...................................... 186
Lampiran E Surat-surat Penelitian .......................................................... 187
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peradaban manusia akan sangat diwarnai oleh tingkat penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek). Perkembangan iptek akan bersumber pada
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Fisika sebagai salah satu unsur dalam IPA
mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pengembangan
teknologi masa depan. Oleh karena itu, dalam memacu iptek proses pembelajaran
fisika perlu mendapat perhatian yang lebih mulai dari tingkat SD sampai
perguruan tinggi.1
Fisika sebagai salah satu cabang sains merupakan proses dan produk.
Proses yang dimaksud di sini adalah proses melalui kerja ilmiah, yaitu: kritis
terhadap masalah, sehingga peserta didik mampu merasakan adanya masalah,
mengembangkan hipotesis atau pertanyaan-pertanyaan, merancang percobaan atau
melakukan pengamatan untuk menjawab pertanyaan dan menarik kesimpulan.
Produk dalam IPA adalah konsep-konsep, azas, prinsip, teori dan hukum.2
Berdasarkan pada pengalaman penulis dan hasil diskusi dengan teman dan
para guru, pembelajaran IPA pada tingkat pendidikan dasar dan menengah hanya
ditekankan pada aspek produk, sedangkan prosesnya diabaikan. Siswa
memperoleh konsep, fakta dan prinsip fisika dengan cara membaca kemudian
menghafal rumus-rumus dari buku-buku teks atau berdasarkan informasi dan
ceramah dari guru saja, tidak melalui proses sains. Padahal untuk memperoleh
konsep, fakta dan prinsip fisika harus melalui suatu keterampilan proses.
Kegiatan belajar-mengajar pun masih didominasi oleh guru. Siswa
seringkali dijadikan sebagai objek pendidikan dan guru sebagai subjek
pendidikan. Pelaksanaan pembelajaran seperti ini membuat siswa menjadi pasif di
1 I Made Wirtha dan Ni Ketut Rapi, Penalaran Formal terhadap Penguasaan Konsep
Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Negeri 4 Singaraja, Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan, Lembaga Penelitian Undiksha, April 2008. 2 Yanti Hamdiyati dan Kusnadi, Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa melalui
Pembelajaran Berbasis Kerja Ilmiah pada Matakuliah Mikrobiologi, Jurusan Pendidikan Biologi
FPMIPA UPI.
2
kelas. Siswa hanya datang, duduk, mendengar, dan melihat tanpa mengerti dengan
materi yang telah diajarkan oleh guru. Selain itu, siswa tidak diberi kesempatan
untuk membangun pengetahuannya sendiri, siswa hanya menerima pengetahuan
dari guru saja. Terlihat bahwa kegiatan pembelajaran belum berpusat pada siswa
melainkan berpusat pada guru. Hal ini akan membuat siswa pasif dalam kegiatan
belajar-mengajar.
Apabila kegiatan belajar-mengajar terus-menerus seperti ini akan
menimbulkan ketidaktahuan siswa mengenai proses dari konsep fisika yang
diperoleh. Akibatnya, keterampilan proses yang dimiliki siswa menjadi rendah.
Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan metode pembelajaran yang mengarahkan
siswa dalam membangun pengetahuannya melalui proses penyelidikan.
Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa untuk
mengkonstruks sendiri pengetahuannya adalah metode guided inquiry (inkuiri
terbimbing). Metode guided inquiry merupakan aplikasi dari pembelajaran
konstruktivisme yang didasarkan pada observasi dan studi ilmiah. Dalam
pembelajaran guided inquiry sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru.
Selain itu, guru memiliki peran penting untuk menyediakan bimbingan atau
petunjuk yang cukup luas kepada siswa.3
Atas dasar penjelasan tersebut, pembelajaran dengan metode guided
inquiry mempunyai karakteristik sebagai berikut; pertama, siswa belajar
berdasarkan apa yang mereka tahu.4 Kedua, pembelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif dalam proses pemecahan masalah. Ketiga, siswa berusaha
membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil observasi.5 Keempat,
pembelajaran yang dapat membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer
3 Moh. Amien, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan
Metode “Discovery” dan “Inquiry”, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987),
hal. 136. 4 Carol C. Khulthau dan Ross J. Todd, 28 Oktober 2008, Guided Inquiry, artikel diakses
22/01/11 dari icwc.wikispaces.com/file/view/Guided+Inquiry.doc 5 Sofan Amri & Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam
Kelas, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2010), hal. 90.
3
pada situasi proses belajar yang baru.6 Kelima, pembelajaran yang mengarah pada
keterampilan proses dengan mengeksplorasi sikap dan prilaku ilmiah siswa,
memancing keingintahuan, merangsang imajinasi dan daya kreativitas.
Salah satu konsep fisika yang sesuai dengan karakteristik di atas adalah
konsep kalor. Konsep kalor membutuhkan pemikiran dan penjelasan melalui
penalaran, sehingga siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Konsep
kalor dapat dilakukan dengan menggunakan percobaan sederhana karena konsep
ini sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, mengamati proses
perubahan wujud zat dengan memanaskan es secara terus menerus sampai
menjadi uap.
Melalui suatu percobaan sederhana, siswa akan merasa tertarik untuk
melakukan suatu pengamatan dan penyelidikan. Kegiatan penyelidikan sangat
penting karena dapat mengoptimalkan keterlibatan pengalaman langsung siswa
dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat mengembangkan
kemampuannya dalam menggunakan keterampilan proses dengan mengamati,
menafsirkan, menggunakan alat, bahan atau sumber, menerapkan konsep dan
mengkomunikasikan hasil penyelidikan kepada guru dan teman-teman. Hal ini
membuat belajar siswa lebih bermakna dan berlangsung tetap.
Oleh karena itu, pembelajaran dengan metode guided inquiry membuat
siswa mengkonstruks sendiri pengetahuannya dengan melakukan aktivitas aktif
dalam pembelajarannya. Pelajaran fisika pun menjadi lebih menarik dan mudah
dipahami, lebih menekankan pada aspek proses dan diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian dengan judul
Pengaruh Metode Guided Inquiry terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa
pada Konsep Kalor.
6 Asri Widowati, Penerapan Pendekatan Inquiry dalam Pembelajaran Sains Sebagai
Upaya Pengembangan Cara Berpikir Divergen, Majalah Ilmiah Pembelajaran Nomor 1, Vol. 3,
Mei 2007.
4
B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Aktivitas pembelajaran masih didominasi oleh guru.
2. Guru menyampaikan pelajaran fisika sebagai produk saja.
3. Siswa memperoleh konsep fisika dengan cara menghafal.
4. Faktor kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar.
5. Siswa tidak diberi kesempatan untuk membangun pengetahuannya.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas, maka penelitian ini
dibatasi pada masalah sebagai berikut.
1. Metode guided inquiry yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menurut
David M. Hanson yaitu menggunakan komponen yang terdiri dari: orientasi,
eksplorasi, pembentukan konsep, aplikasi, dan penutup.
2. KPS yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menurut Nuryani Y.
Rustaman. Aspek KPS yang dikembangkan meliputi aspek mengamati,
menafsirkan, menerapkan konsep dan mengkomunikasikan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah “Apakah metode guided inquiry berpengaruh terhadap keterampilan proses
sains siswa pada konsep kalor?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka kegiatan
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode guided inquiry
terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep kalor.
5
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi mengenai alternatif metode pembelajaran sebagai
upaya meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
2. Memberikan pengetahuan dan wawasan dalam menerapkan metode guided
inquiry.
3. Sebagai bahan masukan dalam memilih metode pembelajaran yang tepat dan
sesuai dengan materi yang diajarkan.
6
BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
RUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoritis
1. Metode Pembelajaran Inkuiri
a. Pengertian Metode Pembelajaran Inkuiri
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai
secara optimal.1 Dalam konteks pembelajaran, istilah metode biasanya dikaitkan
dengan istilah metode mengajar. Menurut Zulfiani, metode mengajar diartikan
sebagai cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur ketika
menyampaikan bahan ajar/materi pelajaran.2 Setiap guru harus mempunyai
keterampilan dalam memilih metode mengajar yang tepat untuk digunakan ketika
menyampaikan bahan ajar. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran
sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena
suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui
penggunaan metode pembelajaran.
Kata “inquiry” dalam bahasa inggris berarti pertanyaan, pemeriksaan, atau
penyelidikan. Menurut Schmidt seperti yang dikutip Sofan Amri, menyatakan
bahwa inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai
proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang
diajukan. Pertanyaan ilmiah merupakan pertanyaan yang dapat mengarahkan pada
kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan.3
Trowbridge & Bybee (1986) mengemukakan “Inquiry is the process of
defining and investigating problems, formulating hypotheses, designing
1 Wina Sanjaya, M. Pd, Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, edisi 1, cet. 7, 2010), hal. 147. 2 Zulfiani, et al., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah, 2009), hal. 96. 3 Sofan Amri & Iif Khoiru Ahmadi, Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam
Kelas: Metode Landasan Teoritik-Praktis dan Penerapannya, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya,
2010), hal. 85.
7
experiments, gathering data, and drawing conclusions about problems”. Menurut
mereka inquiry adalah proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah,
merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan
menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut,
dikemukakan bahwa esensi dari pengajaran inkuiri adalah menata lingkungan atau
suasana belajar yang berfokus pada siswa dengan memberikan bimbingan
secukupnya dalam menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmiah.4
Inkuiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami,
karena inkuiri menuntut peserta didik untuk berpikir. Metode ini menempatkan
peserta didik pada situasi yang melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual.5
Meskipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap
memegang peran penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru
berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadangkala
guru perlu menjelaskan, membimbing diskusi, memberikan intruksi-intruksi,
melontarkan pertanyaan, memberikan komentar dan saran kepada peserta didik.6
Menurut Hebrank seperti yang dikutip Sofan Amri, menyatakan bahwa
inkuiri merupakan prosedur yang biasa dilakukan oleh ilmuwan dan orang dewasa
yang memiliki motivasi tinggi dalam upaya memahami fenomena alam,
memperjelas pemahaman, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.7
Menurut Tamarli, metode inkuiri adalah suatu kegiatan atau penelaahan sesuatu
dengan cara mencari kesimpulan keyakinan tertentu melalui proses berpikir dan
penalaran secara teratur dan bisa diterima oleh akal.8
Piaget mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode yang
mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri
secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan
4 Asri Widowati, Penerapan Pendekatan Inquiry dalam Pembelajaran Sains Sebagai
Upaya Pengembangan Cara Berpikir Divergen, Majalah Ilmiah Pembelajan , Vol. 3, No. 1, Mei
2007. 5 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan
Implementasinya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), cet. 12, hal. 235. 6 Ibid., hal. 234.
7 Sofan Amri & Iif Khoiru Ahmadi, Op. Cit., hal. 85.
8 Tamarli, Penerapan Metode Inkuiri dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan
Kewarganegaraan, Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Volume 6, No. 2, Maret 2009.
8
pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan
penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang
ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain .9
Menurut Wina Sanjaya inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari
dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses
berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan
siswa.10
Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya
menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses
pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas
dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang
belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai
pembimbing dan fasilitator.11
Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri menurut National Research
Council adalah mengembangkan keinginan dan motivasi siswa untuk mempelajari
prinsip dan konsep sains, mengembangkan keterampilan ilmiah siwa sehingga
mampu bekerja seperti layaknya seorang ilmuwan, dan membiasakan siswa
bekerja keras untuk memperoleh pengetahuan.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa inkuiri
merupakan kegiatan pembelajaran yang di dalamnya terkandung kegiatan ilmiah.
Kegiatan ilmiah tersebut adalah berupa pertanyaan ilmiah yang dapat
mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan sehingga
dengan berkemampuan mengajukan pertanyaan tersebut kita dapat memperoleh
informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen untuk mencari jawaban
atau memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan
logis, sebagaimana yang biasa dilakukan oleh ilmuwan atau orang dewasa yang
9 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. 4, hal. 108. 10
Wina Sanjaya, Op. Cit., hal. 196. 11
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran: untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar , (Bandung: Alvabeta, 2010), cet. 8, hal. 196.
9
memiliki motivasi tinggi. Pada pembelajaran ini tugas guru hanya sebagai
fasilitator dan mediator, yaitu membantu siswa untuk belajar dan menggunakan
keterampilan proses mereka untuk memperoleh lebih banyak ilmu pengetahuan.
b. Jenis-jenis Metode Pembelajaran Inkuiri
Moh. Amin menguraikan tentang delapan jenis inkuiri sebagai berikut:12
1) Guided Inquiry Lab. Lesson
Pada metode inkuiri jenis ini, sebagian besar perencanaan dibuat oleh
guru. Guru memiliki peran penting untuk menyediakan kesempatan bimbingan
atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak
merumuskan masalah, sementara petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana
menyusun dan mencatat diberikan oleh guru. Dapat dikatakan pula bahwa
pembelajaran dengan jenis metode ini merupakan tahap awal sebelum siswa
diberikan metode pembelajaran inkuiri sesungguhnya.
2) Modified Inquiry
Metode ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan
inkuiri, yaitu inkuiri terbimbing (guided inquiry) dan inkuiri bebas (free inquiry).
Dalam metode ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk
diselidiki secara sendiri, masalah yang akan diselidiki ditentukan oleh guru,
kemudian siswa diundang untuk memecahkannya melalui pengamatan, eksplorasi
atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya. Biasanya
disediakan pula bahan atau alat-alat yang diperlukan. Pemecahan masalah
dilakukan atas inisiatif dan caranya sendiri secara kelompok atau perseorangan.
Guru berperan sebagai pendorong, narasumber, dan bertugas memberikan bantuan
yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses belajar siswa.
Kegiatan-kegiatan siswa ditekankan pada eksplorasi, merancang, dan
melaksanakan eksperimen. Pada waktu siswa melakukan proses belajar untuk
mencari jawaban dari masalah yang diajukan guru, bantuan yang dapat diberikan
guru ialah dengan teknik pertanyaan-pertanyaan, bukan berupa penjelasan. Guru
12
Moh. Amien, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan
Metode “Discovery” dan “Inquiry”, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987),
hal. 136.
10
hanya memberikan pertanyaan-pertanyaan pengarah yang sifatnya mengarah
kepada pemecahan masalah yang perlu dilakukan siswa.
3) Free Inquiry
Proses pembelajaran dengan jenis metode ini, siswa melakukan penelitian
sendiri sebagai seorang ilmuwan. Kegiatan free inquiry dilakukan setelah siswa
mempelajari dan mengerti bagaimana memecahkan suatu problema dan telah
memperoleh pengetahuan cukup tentang bidang studi tertentu serta telah
melakukan modified discovery-inquiry. Perbedaan dengan jenis inkuiri lain adalah
guru sama sekali tidak membantu siswa dalam merumuskan masalah serta
memecahkan masalah, dengan kata lain siswa bertindak mandiri sepenuhnya.
Dalam metode ini siswa harus mengidentifikasi dan merumuskan macam
problema yang akan dipelajari atau dipecahkan.
Dalam metode ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau
bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode
ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open ended
dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena
tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain
itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau belum
pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.
4) Invitation Into Inquiry
Metode pembelajaran jenis ini siswa dilibatkan dalam proses pemecahan
problema sebagaimana cara-cara yang lazim dilakukan oleh para ilmuwan. Suatu
undangan (invitation) memberikan suatu problema kepada siswa, dan melalui
pertanyaan masalah yang telah direncanakan dengan hati-hati mengundang siswa
untuk melakukan beberapa kegiatan atau kalau mungkin, semua kegiatan sebagai
berikut; merancang eksperimen, merumuskan hipotesis, menetapkan kontrol,
menentukan sebab akibat, dan membuat grafik.
5) Inquiry Role Approach
Inquiry Role Approach merupakan kegiatan proses belajar yang
melibatkan siswa dalam tim-tim yang masing-masing terdiri atas empat anggota
untuk memecahkan invitation into inquiry. Masing-masing anggota tim diberi
11
tugas suatu peranan yang berbeda-beda sebagai berikut koodinator tim, penasihat
teknis, pencatat data dan evaluator proses.
6) Pictorial Riddle
Pembelajaran dengan menggunakan Pictorial Riddle adalah salah satu
teknik atau metode untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam
diskusi kelompok kecil maupun besar. Gambar atau peragaan-peragaan, atau
situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir
kritis dan kreatif siswa. Suatu ridlle biasanya berupa gambar di papan tulis, papan
poster, atau diproyeksikan dari suatu trasparansi, kemudian guru mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan ridlle.
7) Synectics Lesson
Pada dasarnya syntetics memusatkan pada keterlibatan siswa untuk
membuat berbagai macam bentuk metafora (kiasan) supaya dapat membuka
intelegensinya dan mengembangkan kreativitasnya. Hal ini dapat dilaksanakan
karena metafora dapat membantu dalam melepaskan “ikatan struktur mental”
yang melekat kuat dalam memandang suatu problema sehingga dapat menunjang
timbulnya ide-ide kreatif.
8) Value Clarification
Simon, Howe dan Kirschenbaun dalam Moh. Amien menyatakan bahwa
siswa yang dihadapkan pada proses-proses value clarification di sekolah ternyata
sikap apatisnya, bertingkahnya, dan sikap suka menolak menjadi berkurang.
Mereka menjadi lebih bergairah, penuh semangat belajar/bekerja dan lebih kritis
cara berpikirnya. Value clarification telah membawa siswa yang mempunyai
intelegensi rendah menjadi lebih berhasil studi di sekolahnya. Tujuan value
clarification adalah untuk membantu siswa dalam mengembangkan proses-proses
yang digunakan dalam menentukan nilai-nilai mereka sendiri.
12
c. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Inkuiri
Menurut Wina Sanjaya, terdapat enam langkah dalam pelaksanaan metode
inkuiri, yaitu:13
1) Orientasi
Orientasi adalah satu langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif, dimana guru mengkondisikan agar siswa siap
melaksanakan proses pembelajaran dan guru juga merangsang dan mengajak
siswanya untuk berpikir dan memecahkan masalah. Ada beberapa hal yang dapat
dilakukan dalam tahapan orientasi, yaitu:
a) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai
oleh siswa.
b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk
mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta
tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai
merumuskan kesimpulan.
c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam
rangka memberikan motivasi belajar siswa.
2) Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah untuk membawa siswa pada
suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah
persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.
Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang dikaji disebabkan masalah itu
tentu ada jawabannya. Teka-teki yang menjadi masalah dalam berinkuiri adalah
teka-teki yang mengandung konsep yang harus dicari dan ditemukan.
3) Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu dikaji kebenarannya.
4) Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam metode inkuiri, mengumpulkan
13
Wina Sanjaya, Op. Cit., 201 – 205.
13
data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan
intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang
kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemauan
menggunakan potensi berpikirnya. Oleh karena itu, tugas dan peran guru dalam
tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong
siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5) Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Dalam pengujian hipotesis yang terpenting adalah mencari
tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji
hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya,
kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan
tetapi harus dibuktikan dengan data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
6) Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan
merupakan “gong-nya” dalam pembelajaran. Oleh karena itu, banyaknya data
yang diperoleh menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap
masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang
akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan kepada siswa data-data yang relevan.
d. Peranan Metode Pembelajaran Inkuiri
Dalam perkembangannya, metode inkuiri mempunyai peran penting
terhadap pendidikan di sekolah. Sebagian besar guru di Indonesia belum
menggunakan metode inkuiri dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam
pelaksanaannya, penggunaan metode inkuiri mempunyai peranan penting bagi
guru maupun para peserta didik. Menurut Soewarso, peranan metode inkuiri
antara lain sebagai berikut.
1) Menekankan kepada proses informasi oleh peserta didik sendiri.
14
2) Membuat konsep diri peserta didik bertambah dengan penemuan-penemuan
yang diperolehnya.
3) Memiliki kemampuan untuk memperbaiki dan memperluas penguasaan
keterampilan dalam proses memperoleh kognitif peserta didik.
4) Penemuan-penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi
kepemilikannya dan sangat sulit melupakannya.
5) Tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, karena peserta
didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
e. Keunggulan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Inkuiri
Metode pembelajaran inkuiri memiliki keunggulan yang dapat
dikemukakan sebagai berikut:14
1) Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa,
sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide lebih baik.
2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang baru.
3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
bersikap objektif, jujur, dan terbuka.
4) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya
sendiri.
5) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
6) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
9) Dapat menghindarkan siswa dari cara-cara belajar yang tradisional.
10) Dapat memberikan waktu yang cukup kepada siswa sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Disamping memiliki keunggulan, metode pembelajaran inkuiri juga
mempunyai kelemahan, diantaranya sebagai berikut: 15
14
Rostiah N. K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 76-77. 15
Wina Sanjaya, Op. Cit., hal. 208 – 209.
15
a) Guru akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik.
b) Perencanaan pembelajaran dengan metode ini sulit karena terbentur dengan
kebiasaan peserta didik dalam belajar.
c) Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang, sehingga
guru sulit untuk menyesuaikan dengan waktu yang ditentukan.
d) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta
didik dalam menguasai materi pelajaran, metode pembelajaran inkuiri akan
sulit diimplementasikan oleh guru.
2. Metode Pembelajaran Guided Inquiry
a. Pengertian Metode Pembelajaran Guided Inquiry
Guided Inquiry atau inkuiri terbimbing merupakan salah satu metode
pembelajaran inkuiri dimana guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang
cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan problema,
sementara petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat
diberikan oleh guru.16
Metode guided inquiry merupakan salah satu metode inkuiri dimana guru
menyediakan materi atau bahan dan permasalahan untuk penyelidikan, siswa yang
menyelesaikan maslaah sampai kepada menarik kesimpulan.
Pembelajaran guided inquiry diterapkan agar para siswa bebas
mengembangkan konsep yang mereka pelajari. Mereka diberi kesempatan untuk
memecahkan masalah yang mereka hadapi secara berkelompok, di dalam kelas
mereka diajarkan berinteraksi sosial dengan kawan sebayanya untuk saling
bertukar informasi antar kelompok.17
Dari uraian di atas, guided inquiry dapat diartikan sebagai salah satu
metode pembelajaran berbasis inkuiri yang penyajian masalah, pertanyaan dan
materi atau bahan penunjang ditentukan oleh guru. Masalah dan pertanyaan ini
16
Moh. Amien, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan
Metode “Discovery” dan “Inquiry”, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1987),
hal. 137.
17 James Spencer, “Workshop on Guided Inquiry Instruction in Chemistry”, diakses dari
http://perlnet.umephy.maine.edu/center/abst-spencer2.htm, pada 26/08/11.
16
yang mendorong siswa melakukan penyelidikan untuk menentukan jawabannya.
Kegiatan siswa dalam pembelajaran ini adalah mengumpulkan data dari masalah
yang ditentukan guru, membuat hipotesis, melakukan penyelidikan, menganalisis
hasil, membuat kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan.
b. Karakteristik Metode Pembelajaran Guided Inquiry
Menurut Carol C. Kuhlthau dan Ross J. Todd ada enam karakteristik
metode guided inquiry yaitu:18
1) Siswa belajar aktif dan terefleksikan pada pengalaman
Jhon Dewey menggambarkan pembelajaran sebagai proses aktif individu,
bukan sesuatu dilakukan untuk seseorang tetapi lebih kepada sesuatu itu dilakukan
oleh seseorang. Pembelajaran merupakan sebuah kombinasi dari tindakan refleksi
pada pengalaman. Dewey sangat menekankan pembelajaran Hands on
(berdasarkan pengalaman) sebagai penentang metode otoriter dan menganggap
bahwa pengalaman dan inkuiri sangat penting dalam pembelajaran bermakna.
2) Siswa belajar berdasarkan pada apa yang mereka tahu
Pengalaman masa lalu dan pengertian sebelumnya merupakan bentuk
dasar untuk membangun pengetahuan baru. Menurut Ausubel faktor terpenting
yang mempengaruhi pembelajaran adalah melalui apa yang mereka tahu.
3) Siswa mengembangkan rangkaian berpikir dalam proses pembelajaran
melalui bimbingan
Rangkaian berpikir ke arah yang lebih tinggi memerlukan proses yang
mendalam yang membawa kepada sebuah pemahaman. Proses yang mendalam
memerlukan waktu dan motivasi yang dikembangkan oleh pertanyaan-pertanyaan
yang otentik mengenai objek yang telah digambarkan dari pengalaman dan
keingintahuan siswa.
Proses yang mendalam juga memerlukan perkembangan kemampuan
intelektual yang melebihi dari penemuan dan pengumpulan fakta. Menurut
Bloom, kemampuan intelektual seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
18
Carol C. Khulthau dan Ross J. Todd, 28 Oktober 2008, Guided Inquiry, artikel diakses
22/01/11 dari icwc.wikispaces.com/file/view/Guided+Inquiry.doc, pada 25/03/11.
17
analisis, sintesis, dan evaluasi membantu merangsang untuk berinkuiri yang
membawa kepada pengetahuan dan pemahaman yang mendalam.
4) Perkembangan siswa terjadi secara bertahap
Siswa berkembang melalui tahap perkembangan kognitif, kapasitas
mereka untuk berpikir abstrak ditingkatkan oleh umur. Perkembangan ini
merupakan proses kompleks yang meliputi kegiatan berpikir, tindakan, refleksi,
menemukan, dan menghubungkan ide, membuat hubungan, mengembangkan dan
mengubah pengetahuan sebelumnya, kemampuan, serta sikap dan nilai.
5) Siswa mempunyai cara yang berbeda dalam pembelajaran
Siswa belajar melalui semua pengertiannya. Mereka menggunakan seluruh
kemampuan fisik, mental dan sosial untuk membangun pemahaman yang
mendalam mengenai dunia dan apa yang hidup di dalamnya.
6) Siswa belajar melalui interaksi sosial dengan orang lain
Siswa hidup di lingkungan sosial di mana mereka terus menerus belajar
melalui interaksi dengan orang lain di sekitar mereka. Orang tua, teman, saudara,
guru, kenalan, dan orang asing merupakan bagian dari lingkungan sosial yang
membentuk pembelajaran lingkungan pergaulan di mana mereka membangun
pemahaman mengenai dunia dan membuat makna untuk mereka. Vigotsky
berpendapat bahwa perkembangan proses hidup bergantung pada interaksi sosial
dan pembelajaran sosial berperan penting untuk perkembangan kognitif.
Berdasarkan karakteristik tersebut, inkuiri terbimbing merupakan sebuah
metode yang berfokus pada proses berpikir yang membangun pengalaman oleh
keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Siswa belajar dengan
membangun pemahaman mereka sendiri berdasarkan pengalaman-pengalaman
dan apa yang telah mereka tahu. Selain itu siswa juga belajar melalui interaksi
dengan orang lain yang berperan penting dalam perkembangan kognitifnya.
18
c. Tahapan Pelaksanaan Metode Pembelajaran Guided Inquiry
Tahapan pelaksanaan metode pembelajaran guided inquiry menurut David
M. Hanson, terdiri dari lima tahap, yaitu:19
1) Orientasi
Pada tahap ini guru menyiapkan siswa untuk belajar, yaitu memberikan
motivasi kepada siswa untuk beraktivitas, membangkitkan rasa keingintahuan,
dan membuat hubungan dengan pengetahuan sebelumnya. Pada tahap ini pula
dilakukan pengenalan terhadap tujuan pembelajaran dan kriteria keberhasilan
guna memfokuskan siswa untuk menghadapi persoalan penting dan menentukan
tingkat penguasaan yang diharapkan.
2) Eksplorasi
Pada tahap ini, siswa mempunyai kesempatan untuk mengadakan
observasi, melakukan eksperimen, mengumpulkan, menguji, dan menganalisa
data, menyelidiki hubungan, serta mengemukakan pertanyaan dan menguji
hipotesis.
3) Pembentukan konsep
Sebagai hasil eksplorasi, konsep ditemukan, dikenalkan, dan dibentuk.
Pemahaman konseptual dikembangkan oleh keterlibatan siswa dalam proses
penemuan, bukan penyampaian informasi melalui naskah atau ceramah.
4) Aplikasi
Aplikasi melibatkan penggunaan pengetahuan baru dalam latihan,
masalah, dan situasi penelitian lain. Latihan memberikan kesempatan bagi siswa
untuk membentuk kepercayaan diri pada situasi yang sederhana dan konteks yang
akrab. Pemahaman dan pembelajaran yang sebenarnya diperlihatkan pada
permasalahan yang mengharuskan siswa untuk mentransfer pengetahuan baru ke
dalam konteks yang tidak akrab, memadukannya pada cara yang baru dan berbeda
untuk memecahkan masalah-masalah nyata di dunia.
19
David M. Hanson, Designing Process Oriented Guided Inquiry Activities, (Stony Book
University) diakses dari
http://quarknet.fnal.gov/fellows/TLDownloads/Designing_POGIL_Activities.pdf, pada
02/08/2011.
19
5) Penutupan
Tahap ini merupakan tahap terakhir pada proses inkuiri. Kegiatan ini
diakhiri dengan membuat validasi terhadap hasil yang diperoleh siswa, dan
melakukan refleksi terhadap apa yang mereka pelajari serta penilaian penampilan
mereka. Validasi bisa diperoleh dengan melaporkan pandangan mereka mengenai
isi dan kualitas.
Menurut Laine dan Heath seperti yang dikutip Indri Elyani, tahapan proses
guided inquiry terdiri dari 4 tahap, yaitu:20
a) Mengemukakan latar belakang informasi
b) Membuat peta konsep
Peta konsep digunakan untuk meringkas informasi yang telah ditemukan.
c) Inkuiri/penyelidikan
Yang termasuk kegiatan inkuiri ini adalah membuat pertanyaan, memprediksi
jawaban atau membuat hipotesis, mendesain percobaan dan melakukan
percobaan.
d) Analisis data
Setelah data atau hasil diperoleh dari percobaan yang telah dilakukan,
kemudian data tersebut dianalisis untuk diambil kesimpulan.
Sedangkan menurut Joyce dan Weil langkah-langkah guided inquiry
adalah sebagai berikut:
(1) Guru menyajikan situasi polemik dan menjelaskan prosedur inkuiri kepada
para siswa.
(2) Mengumpulkan data dan verifikasi mengenai suatu peristiwa yang mereka
lihat dan alami.
(3) Pengumpulan data eksperimen, para siswa diperkenalkan dengan elemen baru
ke dalam situasi yang berbeda.
(4) Memformulasikan penjelasan.
(5) Menganalisis proses inkuiri.
20
Indri Elyani, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil
Belajar Fisika Siswa pada Konsep Getaran dan Gelombang, (Skripsi S1 Jurusan Pendidikan IPA
Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2011), hal. 16.
20
3. Keterampilan Proses Sains
a. Pengertian Keterampilan Proses Sains
Conny Semiawan mengemukakan bahwa keterampilan proses sains adalah
keterampilan-keterampilan memproses perolehan, sehingga anak akan mampu
menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan
dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian,
keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan
pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan
nilai. Sebuah irama gerak atau tindakan dalam proses pembelajaran seperti ini
akan menciptakan kondisi cara belajar siswa aktif.21
Menurut Nuryani Y. Rustaman keterampilan proses sains melibatkan
keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial keterampilan kognitif
terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses sains, siswa menggunakan
pikirannya. Keterampilan manual terlibat karena dalam keterampilan proses sains
melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran dan penyusunan atau
perakitan alat dan bahan. Dan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa siswa
berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan keterampilan proses.22
Menurut Usman seperti yang dikutip Fitri Eka Sari et al., menyatakan
bahwa keterampilan proses merupakan hasil belajar yang dicapai seseorang dalam
wujud kemampuan untuk melakukan kerja ilmiah atau penelitian seperti
merencanakan penelitian ilmiah, melaksanakan penelitian ilmiah,
mengkomunikasikan hasil penelitian ilmiah dan bersikap ilmiah.23
Menurut
Mundilarto proses sains diturunkan dari langkah-langkah yang dilakukan saintis
ketika melakukan penelitian ilmiah, langkah-langkah tersebut dinamakan
keterampilan proses.
21
Conny Semiawan, Pendekatan Keterampilan Proses Sains, Bagaimana Mengaktifkan
Siswa dalam Belajar, (Jakarta: Gramedia Sarana Indonesia, 1986), cet. 2, hal. 18. 22
Nuryani Y. Rustaman, et al., Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: Universitas
Negeri Malang, 2005), cet. ke-1, hal. 78. 23
Fitri Eka Sari, et al., Penerapan Pendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan
Proses Siswa pada Pokok Bahasan Laju Reaksi KelasXI IPA SMAN 1 Siak Sri Indrapura,
(Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru, 2008).
21
Keterampilan proses sains dapat juga diartikan sebagai kemampuan atau
kecakapan untuk melaksanakan suatu tindakan dalam belajar sains sehingga
menghasilkan konsep, teori, prinsip, maupun hukum atau bukti. Mengajarkan
keterampilan proses pada siswa berarti memberi kesempatan kepada mereka untuk
melakukan sesuatu bukan hanya membicarakan sesuatu tentang sains.24
Menurut Mochtar seperti dikutip Samana menyatakan bahwa keterampilan
proses sains adalah cara memandang siswa serta kegiatannya sebagai manusia
seutuhnya yang diterjemahkan dalam kegiatan pembelajaran yang memperhatikan
perkembangan pengetahuan, nilai hidup serta sikap, perasaan, dan keterampilan
sebagai kesatuan (baik sebagai tujuan maupun sekaligus bentuk pelatihannya),
yang akhirnya semua kegiatan belajar yang hasilnya tersebut tampak dalam
bentuk kreativitas.25
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan proses sains adalah keterampilan-keterampilan memproses
perolehan, sehingga anak akan mampu menemukan dan mengembangkan konsep,
teori, prinsip, hukum maupun fakta. Proses sains diturunkan dari langkah-langkah
yang dilakukan saintis ketika melakukan penelitian ilmiah, yaitu seperti
merencanakan penelitian ilmiah, melaksanakan penelitian ilmiah,
mengkomunikasikan hasil penelitian ilmiah.
b. Tujuan Keterampilan Proses Sains
A. Samana mengemukakan tujuan dari keterampilan proses sains antara
lain:26
1) Memberi dorongan bekal penguasaan konsep.
2) Mendorong siswa untuk mencari dan menemukan fakta sendiri.
3) Untuk mengembangkan pengetahuan teori dengan kenyataan hidup di
masyarakat sehingga antara teori dan kenyataan hidup akan serasi.
24
Widayanto, Pengembangan Keterampilan Proses dan Pemahaman Siswa Kelas X
melalui Kit Optik, (Jurnal Pendidikan Fisika Ind, Volume 5, Nomor 1, Januari 2009), hal. 2. 25
A. Samana, Sistem Pengajaran Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI)
dan Pertimbangan Metodologisnya, (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal.111. 26
Ibid., hal. 109 – 110.
22
4) Mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab, dan sikap
kesetiakawanan sosial dalam menghadapi berbagai macam masalah
kehidupan.
c. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains dan Karakteristiknya
Jenis-jenis keterampilan proses sains menurut Rustaman, adalah sebagai
berikut:27
1) Melakukan pengamatan (observasi)
Menggunakan indera penglihat, pembau, pendengar, pengecap dan peraba.
Menggunakan fakta yang relevan dan memadai dari hasil pengamatan juga
termasuk keterampilan proses mengamati.
2) Menafsirkan pengamatan (interpretasi)
Mencatat setiap pengamatan, menghubungkan hasil pengamatan dan
menemukan pola keteraturan dari satu seri pengamatan dan menyimpulkannya.
3) Mengelompokkan (klasifikasi)
Dalam proses pengelompokkan tercakup beberapa kegiatan seperti
mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan,
dan mencari dasar penggolongan.
4) Meramalkan (prediksi)
Keterampilan meramalkan atau prediksi mencakup keterampilan
mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu
kecenderungan atau pola yang sudah ada.
5) Berkomunikasi
Membaca tabel, grafik atau diagram, menggambarkan data empiris dengan
grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan
menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas.
6) Berhipotesis
Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel, atau mengajukan
perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Dengan berhipotesis diungkapkan cara
27
Nuryani Y. Rustaman, et al., Op. Cit., hal. 78 – 81.
23
melakukan pemecahan masalah, karena dalam rumusan hipotesis biasanya
terkadang cara untuk mengujinya.
7) Merencanakan percobaan atau penyelidikian
Beberapa kegiatan menggunakan pikiran termasuk ke dalam keterampilan
proses merencanakan penyelidikan. Apabila dalam lembar kegiatan siswa tidak
dituliskan alat dan bahan secara khusus, tetapi tersirat dalam masalah yang
dikemukakan, berarti siswa diminta merencanakan dengan cara menentukan alat
dan bahan untuk penyelidikan tersebut. Menentukan variabel atau peubah yang
terlibat dalam suatu percobaan, menentukan variabel kontrol dan variabel bebas,
menentukan apa yang diamati, diukur dan ditulis, serta menentukan cara dalam
penyusunan rencana kegiatan penelitian perlu ditentukan cara mengolah data
untuk dapat disimpulkan, maka dapat merencanakan penyelidikanpun terlibat
kegiatan menentukan cara mengolah data sebagai bahan untuk menarik
kesimpulan.
8) Menerapkan konsep atau prinsip
Apabila seorang siswa mampu menjelaskan peristiwa baru dengan
menggunakan konsep yang telah dimiliki, berarti ia menerapkan prinsip yang
telah dipelajarinya. Begitu pula apabila siswa menerapkan konsep yang telah
dipelajari dalam situasi baru.
9) Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan dapat meminta penjelasan, tentang apa,
mengapa, bagaimana, atau menanyakan latar belakang hipotesis. Dengan
demikian jelaslah bahwa bertanya tidak sekedar bertanya tetapi melibatkan
pikiran.
Aspek-aspek keterampilan proses menurut Semiawan adalah:28
a) Observasi atau pengamatan; observasi mencakup perhitungan, pengukuran,
klasifikasi, maupun mencari hubungan antara ruang dan waktu.
b) Membuat hipotesis
c) Merencanakan penelitian/eksperimen
d) Mengendalikan variabel
28
Conny Semiawan, Op. Cit,. hal. 17 – 18.
24
e) Menginterpretasi atau menafsirkan data
f) Menyusun kesimpulan sementara (inferensi)
g) Meramalkan (prediksi)
h) Menerapkan (aplikasi)
i) Mengkomunikasikan
Adapun aspek-aspek keterampilan proses sains menurut Dahar seperti
yang dikutip Susiwi, et al., terdiri atas: mengamati, menafsirkan pengamatan,
meramalkan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, merencanakan
penelitian, berkomunikasi dan mengajukan pertanyaan. Dari delapan aspek KPS
tersebut dapat dikembangkan beberapa keterampilan yang disebut dengan sub
keterampilan proses siswa. Pada Tabel 2.1 dapat dilihat sub aspek keterampilan
proses sains.
Tabel 2.1 Aspek-aspek Keterampilan Proses Sains Menurut Dahar:29
Keterampilan
Proses Sains Sub-Keterampilan Proses Sains
1. Mengamati a. Mengamati dengan indera
b. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
c. Mencari kesamaan dan perbedaan
2. Menafsirkan
Pengamatan
a. Mencatat setiap pengamatan
b. Menghubungkan hasil-hasil pengamatan
c. Menemukan suatu pola dalam satu seri
pengamatan
d. Menyimpulkan
3. Meramalkan a. Berdasarkan hasil pengamatan dapat
mengemukakan apa yang mungkin terjadi
4. Menggunakan
Alat dan Bahan
a. Memakai alat atau bahan atau sumber
b. Mengetahui alasan mengapa
menggunakan alat, bahan atau sumber
29
Susiwi, et al., Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada Model
Pembelajaran Praktikum D-E-H, Jurnal pengajaran MIPA, Vol.14 No.2 Oktpber 2009, tersedia:
http://fpmipa.upi.edu/v3/www/jurnal/oktober2009/7.SUSIWI-
Analisis%20Keterampilan%20Proses%20Sains-REVISI.pdf, (21/01/11).
25
Keterampilan
Proses Sains Sub-Keterampilan Proses Sains
5. Menerapkan
Konsep
a. Menggunakan konsep yang telah dipelajari
dalam situasi baru
b. Menggunakan konsep pada pengalaman baru
untuk menjalankan apa yang sedang terjadi
c. Menyusun hipotesis
6. Merencanakan
Penelitian
a. Menentukan alat, bahan dan sumber yang
digunakan dalam penelitian
b. Menentukan variabel-variabel
c. Menentukan variabel yang di buat tetap dan
mana yang harus berubah
d. Menentukan apa yang akan diamati, diukur
dan ditulis
e. Menentukan cara dan langkah kerja
f. Menetukan bagaimana mengolah data hasil
pengamatan untuk mengambil kesimpulan.
7. Berkomunikasi a. Menyusun dan menyampaikan laporan secara
sistematis dan jelas
b. Menjelaskan hasil percobaan atau
pengamatan
c. Mendiskusikan hasil percobaan
d. Membaca grafik , tabel atau diagram
8. Mengajukan
Pertanyaan
a. Bertanya apa, bagaimana dan mengapa
b. Bertanya untuk meminta penjelasan
c. Mengajukan pertanyaan yang
berlatarbelakang hipotesis
26
4. Materi Pembelajaran
a. Pengertian Kalor
Kalor merupakan suatu bentuk energi yang berpindah dari benda yang
suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah ketika kedua benda
bersentuhan secara langsung atau melalui media lainnya. Contoh: Gelas akan
menjadi panas ketika diisi air panas, karena ada kalor yang berpindah dari air
panas ke gelas. Sebaliknya gelas menjadi dingin ketika diisi dengan air es, karena
ada kalor yang berpindah dari gelas ke air es yang mengalami kenaikan suhu.
b. Pengaruh Kalor terhadap suatu Zat
Kalor yang diberikan pada suatu benda dapat menyebabkan kenaikkan
suhu atau dapat mengubah wujud suatu zat.
Contoh:
Es yang berada di dalam panci yang dipanaskan di atas kompor (diberi kalor)
suhunya akan naik dan akhirnya mencair. Ketika es masih berbentuk padat
suhunya masih di bawah 0°C, ketika melebur suhunya tepat pada 0°C (es berubah
menjadi cair). Setelah melebur air itu dipanaskan lagi, maka lama-kelamaan air
akan mendidih tepat pada suhu 100°C.
Pada saat terjadi perubahan wujud suhu zat tetap, hal ini disebabkan
karena kalor yang diberikan tidak untuk menaikkan suhu tetapi untuk mengubah
wujud, dan ketika zat mengalami perubahan suhu, wujud zat tetap karena kalor
yang diterima tidak untuk mengubah wujud tetapi untuk menaikkan suhu.
Diagram perubahan wujud:
GAS
GAS
PADAT
GAS
CAIR
GAS
3
6
1
4
5
2
Gambar 2.1 Diagram Perubahan Wujud Zat
27
Perubahan wujud yang memerlukan kalor:
1) Melebur (mencair) adalah perubahan wujud dari padat menjadi cair. Contoh
es menjadi air.
2) Menguap perubahan wujud dari cair menjadi gas. Contoh: air menjadi uap air,
tangan terasa dingin sehabis dicelupkan ke dalam bensin, karena bensin yang
menempel pada tangan menguap, menguap memerlukan kalor, kalor diambil
dari tangan sehingga tangan menjadi dingin.
3) Menyublim perubahan wujud dari padat menjadi gas. Contoh: kapur barus.
Perubahan wujud yang melepaskan kalor:
1) Membeku adalah perubahan wujud dari cair menjadi padat. Contoh: air
menjadi es.
2) Mengembun perubahan wujud dari gas menjadi cair. Contoh: embun pada
pagi hari.
3) Mendeposit (mengkristal) perubahan wujud dari gas menjadi padat. Contoh:
pembentukan jelaga di kaca lampu semprong atau knalpot.
Faktor-faktor yang mempercepat penguapan:
a) Memanaskan
Dengan energi panas molekul-molekul akan lebih cepat bergerak, sehingga
pakaian yang dijemur akan cepat kering.
b) Memperluas permukaan
Dengan memperluas permukaan berarti memperbanyak molekul-molekul zat
cair yang dekat dengan permukaan, akibatnya molekul-molekul zat cair lebih
mudah meninggalkan permukaan atau menguap.
c) Meniupkan udara di atas permukaan
Meniupkan udara di atas permukaan juga membawa molekul-molekul zat cair
dekat permukaan, sehingga molekul-molekul tersebut lebih mudah
meninggalkan permukaan zat cair.
d) Menyemburkan zat cair
Semburan air memberikan suatu luas permukaan yang sangat besar, sehingga
molekul-molekul mudah menguap.
28
e) Mengurangi tekanan pada permukaan
Dengan mengurangi tekanan di atas permukaaan, berarti memberi jarak antar
molekul menjadi renggang.
Zat cair dikatakan mendidih apabila gelembung-gelembung uap terjadi di
dalam seluruh zat cair dan dapat meninggalkan zat cair. Pada saat mendidih (tejadi
perubahan wujud dari cair menjadi gas) suhu zat tetap, hal ini dibuktikan jika air
dipanaskan hingga mendidih yaitu pada suhu 100°C suhu air tidak akan naik lagi
meskipun dipanaskan terus-menerus 100°C disebut titik didih air. Begitu juga jika
gas berubah wujudnya menjadi cair (mengembun) saat melepaskan kalor, suhu
juga tetap dan titik embun pun sama dengan titik didih. Jadi, tepat pada suhu
100°C air berubah wujud dari cair menjadi gas, sebaliknya tepat pada suhu 100°C
gas berubah wujud menjadi cair (mengembun). Akibatnya titik didih sama dengan
titik embun dan kalor uap sama dengan kalor embun.
c. Persamaan Kalor
Perubahan kalor dapat menyebabkan terjadinya perubahan suhu suatu
benda, jika kalor diberikan pada suatu benda, suhu benda akan bertambah.
Sebaliknya, jika kalor dilepaskan oleh suatu benda, suhu benda akan menurun.
Selain itu, kalor yang diperlukan suatu benda untuk menaikkan atau menurunkan
suatu benda bergantung pada massa benda dan kalor jenis benda. Sehingga dapat
dituliskan dalam bentuk persamaan:
Ket : = kalor yang diperlukan atau kalor yang dilepaskan, satuan : joule (J)
= massa benda, satuan : kg
= kalor jenis, satuan : J/kg°C
Besarnya kalor yang diperlukan oleh suatu zat cair bergantung pada massa
dan besarnya kalor uap suatu zat cair. Dapat dilihat melalui persamaan :
Ket : = kalor yang diperlukan(menguap) atau dilepaskan (mengembun)
= massa zat cair
29
= kalor uap
Kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud 1 kg zat cair menjadi uap pada titik
didihnya disebut kalor uap.
Kalor yang diperlukan untuk melebur sebanding dengan massa benda dan
besarnya kalor lebur, sehingga dapat ditulis :
Ket : = kalor yang diperlukan(melebur) atau dilepaskan (membeku)
= massa zat cair
= kalor lebur
Kalor yang diperlukan untuk melebur 1 kg zat padat menjadi 1 kg zat cair pada
titik leburnya disebut kalor lebur, sebaliknya kalor yang dilepaskan pada waktu 1
kg zat cair menjadi 1 kg zat padat pada titik bekunya disebut kalor beku.
d. Azas Black
Apabila dua zat yang berbeda suhunya dicampur, maka kedua zat yang
bercampur akan memiliki suhu yang sama. Hal ini disebabkan kalor akan
berpindah dari zat yang suhunya lebih tinggi ke zat yang suhunya lebih rendah.
Berdasarkan hukum kekekalan energi tidak ada energi yang hilang,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kalor yang diperlukan sama dengan kalor yang
diterima.
Qterima = Qlepas
e. Perpindahan Kalor
Kalor dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Kalor dapat
berpindah dengan tiga cara, yaitu konduksi atau hantaran, konveksi atau aliran,
dan radiasi atau pancaran.
1) Konduksi atau Hantaran
Konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai
perpindahan partikel-partikel zat tersebut.
2) Konveksi atau Aliran
30
Konveksi adalah perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai perpindahan
partikel-partikel zat tersebut.
3) Radiasi atau Pancaran
Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara.
f. Penerapan Kalor dalam Kehidupan Sehari-hari
1) Pengaruh Tekanan
Pengaruh tekanan terhadap titik didih, titik didih zat cair akan naik jika
tekanan di atas permukaan dinaikkan.
Contoh :
Panci pemasak bertekanan (pressure cooker) dapat memasak daging lebih cepat
empuk, karena air dalam panci mendidih lebih dari 100°C atau kira-kira 120°C
dan tekanannya sampai 2 atm. Akibatnya daging cepat empuk.
Penurunan tekanan di atas permukaan dapat menurunkan titik didih, oleh
karena itu makin tinggi tempat di atas permukaan bumi suhunya makin rendah
karena makin tinggi tempat tekanannya makin rendah.
2) Ketidakmurnian Zat
Ketidakmurnian zat dapat menaikkan titik didih.
Contoh : air gula, air garam mendidih lebih dari 100°C, oleh karena itu jika
memasak sayuran menggunakan garam dimaksudkan selain gurih rasanya juga
cepat empuk.
Pengaruh ketidakmurnian menurunkan titik lebur zat
Contoh: Penambahan garam pada campuran es dengan air hingga 20°C. Karena
penambahan garam, es melebur di bawah 0°C. untuk melebur zat memerlukan
kalor, kalor diambil dari dalam es itu sendiri karena tidak ada suplai dari luar.
Akibatnya suhu es akan turun di bawah 0°C meskipun sudah dalam wujud cair.
Berikut adalah peta konsep kalor.
31
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan
pembelajaran inkuiri dan KPS (keterampilan proses sains) antara lain adalah
sebagai berikut.
1. Karyono menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa
yang diajar dengan metode guided inquiry bernuansa nilai dengan siswa yang
diajar dengan metode konvensional (ceramah dan tanya jawab). Di samping
itu Karyono juga menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif pelaksanaan
metode guided inquiry bernuansa nilai terhadap hasil belajar biologi siswa.
Hal ini terlihat dari hasil perhitungan uji hipotesis melalui uji t pada taraf
signifikansi 0,05 didapat hasil ttabel ≤ thitung atau 2,00 ≤ 3,296.30
2. Mas’amah menyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar yang
signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Dimana
pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan metode inkuiri terbimbing
30
Karyono, Pengaruh Metode Guided Inquiry melalui Pembelajaran Bernuansa Nilai
terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa, (Experiment pada kelas VII SMP Muhammadiyah 17
Ciputat), (Skripsi S1 Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), hal. 85.
KALOR
Perubahan
Suhu Benda Pengaruh Kalor Perpindahan
Kalor
Perubahan Wujud Zat
Kalor dalam
Kehidupan
Sehari-hari Kalor yang
Dibutuhkan untuk
Perubahan Wujud
Gambar 2.2 Peta Konsep Kalor
32
diperoleh rata-rata sebesar 70,7, sedangkan pada kelas kontrol yang diajarkan
dengan metode konvensional diperoleh rata-rata sebesar 56,76.31
3. Siti Munawaroh menyatakan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen
yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) lebih
tinggi daripada siswa kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional.
Selain itu, Siti Munawaroh menyatakan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar
siswa antara siswa yang diajar dengan pembelajaran inkuiri terbimbing
(guided inquiry) dan yang menggunakan metode konvensional. Hal ini
terlihat dari harga ttabel ≤ thitung yaitu sebesar 2,045 ≤ 4,664.32
4. Ni Ketut Rapi, berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang menerapkan
inkuiri terpimpin di SMA Negeri 2 Singaraja, dapat disimpulkan sebagai
berikut; model pembelajaran inkuiri terpimpin dalam pembelajaran Fisika
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam ranah psikomor. Model
pembelajaran inkuiri terpimpin dalam pembelajaran Fisika dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Pada siklus I nilai rerata
aktivitas siswa adalah 63 termasuk dalam kualifikasi cukup aktif, sedangkan
pada siklus II nilai rerata aktivitas siswa 72 termasuk dalam kualifikasi aktif.
Respon siswa terhadap model pembelajaran inkuiri terpimpin, baik pada
sikuls I maupun siklus II termasuk kategori positif. 33
5. Y. Subagyo, et al., hasil laporannya dapat disimpulkan bahwa pendekatan
keterampilan proses pada pokok bahasan suhu dan pemuaian dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, juga dapat memberikan
31 Mas’amah, Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar Fisika
Siswa Pada Materi Pokok Kalor danPerpindahan Kalor, (Studi Kasus di MTs. Negeri 3 Pondok
Pinang Jakarta Selatan), (Skripsi S1 Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan IPA
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), hal. 61. 32
Siti Munawaroh, Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa, (Skripsi S1 Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), hal. 62. 33
Ni Ketut Rapi, Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin dalam
Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2
Singaraja, (Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No. 1, Th. XXXX1 Januari 2008).
33
pengalaman belajar secara langsung pada siswa melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.34
6. Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh Widiyanto
menunjukkan bahwa pemanfaatan kit optik dalam pembelajaran dapat
meningkatkan pemahaman dan keterampilan proses sains siswa. Skor rata-
rata pemahaman siswa pada siklus I sebesar 73,27 dengan ketuntasan belajar
secara kalsikal sebesar 80,49%, sedangkan siklus II skor rata-rata adalah
84,20 dengan ketuntasan klasikal sebesar 100%. Sedangkan persentase rata-
rata keterampilan proses sains siswa pada siklus I sebesar 77,37% dan siklus
II sebesar 87,36%. 35
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran fisika merupakan wahana bagi siswa untuk mengembangkan
pengetahun, keterampilan, sikap dan nilai, sehingga tidak cukup bila kegiatan
pembelajaran hanya menekankan pada penguasaan konsep-konsep, teori-teori, dan
prinsip-prinsip saja. Bertolak bahwa fisika merupakan struktur pengetahuan yang
terus berkembang dan diperoleh melalui cara kegiatan ilmiah, maka siswa
diberikan pengalaman langsung dengan objek nyata, agar siswa dapat
mengembangkan berbagai keterampilannya.
Fisika sebagai salah satu cabang sains merupakan proses dan produk. Pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah saat ini, sebagian besar pelajaran fisika
hanya ditekankan pada aspek produk saja, sedangkan prosesnya diabaikan. Siswa
memperoleh konsep fisika dengan cara membaca kemudian menghafal rumus-
rumus dari buku-buku teks atau berdasarkan informasi dan ceramah dari guru
saja, tidak melalui proses sains. Hal ini membuat keterampilan proses sains siswa
menjadi rendah.
Untuk mengatasi hal ini, salah satu alternatif metode pembelajaran yang
digunakan adalah dengan menerapkan metode pembelajaran guided inquiry.
34
Y. Subagyo, et al., Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Porses untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, (Jurnal Pendidikan Fisika. Ind., Vol. 5, No. 1, Januari 2009). 35
Widayanto, Pengembangan Keterampilan Proses dan Pemahaman Siswa Kelas X
melalui Kit Optik, (Jurnal Pendidikan Fisika Ind. Vol. 5, No. 1, Januari 2009).
34
Metode guided inquiry merupakan aplikasi dari pembelajaran konstruktivisme
yang didasarkan pada observasi dan studi ilmiah. Dengan metode ini, pengetahuan
yang diperoleh siswa sebagian besar didasarkan pada hasil usaha sendiri atas
keterampilan dan kinerja dari individu maupun kelompok yang dimiliki sehingga
peserta didik mempunyai kesempatan yang luas mencari dan menemukan sendiri
makna segala sesuatu yang dipelajarinya.
Metode guided inquiry bertujuan untuk mengembangkan sikap dan
keterampilan siswa untuk memecahkan masalah serta mengambil keputusan
secara objektif dan madiri, membina dan mengembangkan kemampuan berpikir
ilmiah, rasa ingin tahu, dan penalaran serta cara berpikir objektif baik secara
individual maupun kelompok. Pada pembelajaran ini siswa melakukan
penyelidikan berdasarkan permasalahan yang diajukan guru, tetapi siswa sendiri
yang menentukan prosedur penyelidikannya, sedangkan guru memfasilitasi dan
membimbing siswa dalam penyelidikan yang dirancangnya. Materi yang disajikan
guru bukan hanya ditransfer begitu saja kepada siswa, namun diusahkan
sedemikian rupa hingga siswa membangun sendiri pengetahuannya untuk mencari
dan menemukan konsep yang sudah direncanakan oleh guru, bukan sekedar
menerima konsep yang sudah jadi dan kemudian menghafalnya.
Dalam pembelajaran metode guided inquiry terdapat proses-prose mental
yaitu menyajikan masalah, merumuskan pertanyaan, membuat hipotesis,
mendesain dan melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan
menarik kesimpulan. Dengan demikian, siswa akan mampu membangun
pengetahunnya sendiri untuk memperoleh fakta dan konsep serta menumbuhkan
dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Oleh karena itu, dengan
metode pembelajaran guided inquiry siswa dilatih untuk melakukan proses-proses
ilmiah sehingga menumbuhkan sikap ilmiah yang lebih baik, dan pada akhirnya
diharapkan keterampilan proses sains siswa meningkat. Untuk lebih jelasnya,
bagan kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.
35
D. Rumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berpikir yang telah diuraikan
sebelumnya, maka hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
H0 : Tidak terdapat pengaruh metode guided inquiry terhadap keterampilan
proses sains siswa pada konsep kalor.
Ha : Terdapat pengaruh metode guided inquiry terhadap keterampilan proses
sains siswa pada konsep kalor.
Masalah dalam pembelajaran:
1. Pembelajaran fisika yang dilakukan sebagian besar lebih menekankan
pada aspek produk, sedangkan prosesnya diabaikan.
2. Pembelajaran yang hanya menekankan pada aspek produk saja membuat
keterampilan proses sains siswa menjadi rendah.
Menerapkan metode
pembelajaran guided inquiry
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir
Siswa membangun pengetahuannya sendiri
melalui kegiatan penyelidikan atau proses ilmiah
Keterampilan proses sains (KPS) siswa meningkat
Menerapkan sebuah metode pembelajaran yang
mengarahkan siswa untuk berperan aktif dan
menggali potensi yang ada pada dirinya.
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan kelas VII
semester ganjil tahun ajaran 2011/2012. Waktu penelitian dilaksanakan pada
bulan November sampai dengan bulan Desember 2011.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi
experimental (eksperimen semu), yaitu metode yang mempunyai kelompok
kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-
variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1 Pemilihan metode
penelitian ini dikarenakan kelas yang dijadikan objek penelitian tidak
memungkinkan pengontrolan secara ketat. Jadi, penelitian harus dilakukan secara
kondisional dengan tetap memperhatikan fakta-fakta yang mempengaruhi
validitas hasil penelitian.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control group
design. Desain penelitian ini melibatkan dua kelompok penelitian yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam desain ini kedua kelompok akan diberi
perlakuan (treatment) dengan pembelajaran yang berbeda. Sebelum pembelajaran
kedua kelompok diberi tes awal (pretest) dan setelah pembelajaran berakhir diberi
tes akhir (posttest) menggunakan instrumen yang sama seperti pada tes awal
(pretest). Agar lebih jelas desain penelitian yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 3.1.2
1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2010), cet. 9, hal. 114. 2 Liche Seniati, et al, Psikologi Eksperimen, (Jakarta: PT Indeks, 2008), cet. 3, hal. 136.
37
Tabel 3.1 Pretest and Posttest Control Group Design
Kelompok Pretest Perlakuan (X) Posttest
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O1 X2 O2
Keterangan:
O1 : pretest (tes awal) yang diberikan sebelum proses pembelajaran dimulai,
diberikan kepada kedua kelompok (eksperimen dan kontrol).
O2 : posttest (tes akhir) yang diberikan setelah proses pembelajaran berlangsung,
diberikan kepada kedua kelompok (eksperimen dan kontrol).
XM : perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen adalah
penggunaan metode guided inquiry.
Xm : perlakuan yang diberikan kepada kelompok kontrol dengan menggunakan
metode konvensional.
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu:
1. Variabel independen (bebas) adalah metode guided inquiry. Variabel ini
disimbolkan dengan huruf X.
2. Variabel dependen (terikat) adalah keterampilan proses sains. Variabel ini
disimbolkan dengan huruf Y.
E. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.3 Populasi terjangkau adalah
populasi yang terukur karena dibatasi oleh tempat dan waktu. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa SMPN 03 Tangsel. Populasi terjangkau pada
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 03 Tangsel.
Penelitian terhadap seluruh populasi merupakan hal yang sulit dan menyita
banyak waktu. Oleh karena itu, peneliti mengambil sampel dalam penelitian ini.
3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:Rineka
Cipta, 1998), cet. 11, hal. 115.
38
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.4 Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah simple random sampling yaitu teknik pengambilan
anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada. Oleh karena itu anggota populasi dianggap homogen.5 Sampel dalam
penelitian ini adalah kelas VII-4 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-1 sebagai
kelas kontrol.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.6 Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan nontes. Tes yang digunakan
adalah tes objektif berupa soal pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban
sebanyak 20 soal yang memuat indikator pada aspek menafsirkan, menerapkan
konsep, dan mengkomunikasikan, sedangkan pada aspek mengamati (observasi)
dengan menggunakan pedoman observasi kinerja.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir penelitian.
1. Tahap Persiapan
Langkah awal pada tahap persiapan sebelum melaksanakan penelitian
adalah pembuatan proposal penelitian, setelah itu pengurusan surat izin penelitian
dari Universitas Islam Negeri Jakarta, langkah selanjutnya adalah survei tempat,
langkah selanjutnya adalah membuat instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi
soal yang telah dibuat dengan bimbingan dosen pembimbing. Setelah instrumen
penelitian selesai dibuat, dilanjutkan dengan penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
4 Ibid., hal. 117.
5 Nuraida, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Tangerang: Islamic Research Publising,
2009), cet ke-1, hal. 89. 6 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,
(Bandung: Alfabeta, 2011), cet. 7, hal. 69.
39
Setelah instrumen penelitian dan rencana pelaksanan pembelajaran selesai
dibuat, langkah selanjutnya adalah melakukan koordinasi dengan pihak sekolah
dalam hal ini guru bidang studi yang bersangkutan untuk melaksanakan uji coba
instrumen. Uji coba instrumen untuk menentukan soal-soal yang akan digunakan
dalam penelitian (pretest dan posttest). Analisis data hasil uji coba instrumen
merupakan langkah akhir dalam tahap persiapan sebelum melaksanakan
penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Langkah awal tahap pelaksanaan penelitian adalah menentukan dua
kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, selanjutnya
diadakan tes awal (pretest) kepada kedua kelompok penelitian. Soal pretest
menggunakan soal hasil analisis dan uji coba instrumen penelitian. Setelah
melakukan pretest, pada kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan metode guided inquiry, sedangkan kelompok
kontrol dengan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan metode
konvensional. Proses pembelajaran berlangsung sebanyak empat kali pertemuan
pada tiap kelasnya. Setelah diberi perlakuan diadakan tes akhir (posttest) untuk
kedua kelompok penelitian. Tes akhir berupa soal-soal yang sama dengan ketika
dilakukan tes awal (pretest).
3. Tahap Akhir Penelitian
Setelah kedua kelompok penelitian melaksanakan tes akhir (posttest)
langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data hasil tes awal (pretest) dan
tes akhir (posttest) untuk kedua kelompok penelitian dengan menggunakan uji
statistik. Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan berdasarkan hasil uji
statistik yang telah dilakukan sebelumnya. Penarikan kesimpulan merupakan
langkah paling akhir dalam prosedur penelitian. Untuk lebih jelasnya bagan
prosedur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.
40
1. Proposal Penelitian
2. Mengurus Surat Izin Penelitian
3. Survei Tempat
4. Membuat Instrumen
5. Menyusun RPP
6. Melaksanakan Uji Coba Instrumen
7. Analisis Uji Coba Instrumen
Menentukan Dua Kelompok Penelitian
Kelompok
EksperimenKelompok
Kontrol
PretestPretest
Penerapan Metode
Guided Inquiry
Penerapan Metode
Konvensional
Posttest Posttest
Analisis Data Pretest dan Posttest
Menarik Kesimpulan
Tahap Persiapan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Akhir Penelitian
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
41
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh
data penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen
tes berupa soal pilihan ganda dengan 4 alternatif jawaban untuk memperoleh data
keterampilan proses sains siswa dengan memuat indikator KPS meliputi aspek
menafsirkan, menerapkan konsep dan berkomunikasi. Instrumen nontes berupa
pedoman observasi kinerja untuk mengobservasi keterampilan mengamati.
1. Instrumen Tes
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif
berupa soal pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban sebanyak 20 soal. Soal
tersebut dibuat berdasarkan aspek KPS yaitu: aspek menafsirkan, menerapkan
konsep dan melakukan komunikasi. Sebelum instrumen diberikan kepada sampel,
soal tersebut terlebih dahulu di uji cobakan pada siswa kelas VIII yang telah
mendapatkan materi yang akan disampaikan pada penelitian.
Langkah-langkah yang di tempuh dalam penyusunan instrumen tes KPS
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menentukan konsep dan sub konsep berdasarkan silabus.
b. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian.
c. Membuat soal berdasarkan kisi-kisi.
d. Instrumen yang telah dibuat kemudian dikonsultasikan kepada dosen
pembimbing.
e. Melaksanakan uji coba instrumen.
Adapun desain kisi-kisi instrumen tes keterampilan proses sains dapat
dilihat pada Tabel 3.2.
42
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains
Kompetensi
Dasar Materi Sub Materi Indikator
Aspek KPS yang
dikembangkan
K1 K2 K3
Soal
Mendeskripsi
kan peran
kalor dalam
mengubah
wujud zat
dan suhu
suatu benda
serta
penerapannya
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Kalor Pengaruh
kalor
terhadap
perubahan
suhu benda
Menyelidiki
pengaruh kalor
terhadap
perubahan suhu
benda.
1,
2 3 3
Menerapkan
hubungan
untuk
menyelesaikan
masalah
sederhana.
4,
5,
6
7 4
Pengaruh
kalor
terhadap
perubahan
wujud zat
Menyelidiki
pengaruh kalor
terhadap
perubahan wujud
zat.
8
9,
10,
11 4
Menerapkan
dan
untuk
menyelesaikan
maslaah
sederhana.
12,
13,
14
3
Penguapan Menyelidiki
faktor-faktor yang
dapat
mempercepat
penguapan.
15,
16 17 3
Perpindahan
kalor
Menyelidiki
perpindahan kalor
secara konduksi,
konveksi, dan
radiasi.
18,
19 20 3
Soal 7 6 7 20
43
Keterangan:
K1 : Menafsirkan
K2 : Menerapkan konsep
K3 : Melakukan komunikasi
2. Instrumen Nontes
Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman
observasi kinerja untuk mengobservasi keterampilan mengamati. Instrumen ini
dilakukan pada saat pembelajaraan berlangsung. Setiap mahasiswa diobservasi
keterampilan mengamati (mengobservasi) oleh observer. Satu observer akan
mengobservasi 5-6 orang dalam satu kelompok.
I. Uji Coba Instrumen Keterampilan Proses Sains
Instrumen tes KPS yang digunakan untuk penelitian terlebih dahulu
dilakukan uji kelayakan yaitu: validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya
pembeda. Berikut ini merupakan langkah-langkah yang ditempuh untuk
mengetahui bahwa tes yang akan digunakan memenuhi keempat kriteria tersebut.
1. Validitas Instrumen
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang
dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.7 Dalam
penelitian ini digunakan validitas isi (content validity) yang berarti tes disusun
sesuai dengan materi dan indikator yang disahkan oleh praktisi pendidikan (dosen
atau guru).
Uji validitas menggunakan rumus Korelasi Point Biserial (rpbi) karena skor
butir soal berbentuk dikotomi (skor butir 0 atau 1). Untuk memberikan interpretasi
terhadap angka rpbi dipergunakan tabel nilai “r” product moment, dengan terlebih
dahulu mencari (df = N-nr). Adapun rumus rpbi, yaitu:8
7 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), cet.14, hal.12. 8 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), cet. 21,
hal. 258.
44
Keterangan:
rpbi = angka indeks korelasi point biserial
Mp = mean (nilai rata-rata hitung) yang dijawab dengan benar
Mt = mean dari skor total
SDt = standar deviasi total
P = proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir item
q = proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item
Nilai indeks korelasi point biserial kemudian dibandingkan dengan rtabel
dengan kriteria; jika rpbi > rtabel maka soal tersebut valid, sedangkan jika rpbi < rtabel
maka soal tersebut tidak valid.
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran indeks
korelasinya (r) pada Tabel 3.3.9
Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,81 – 1,00 Sangat tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut
dalam menilai apa yang dinilainya.10
Artinya, kapan pun alat penilaian tersebut
digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Pengujian reliabilitas
menggunakan rumus K-R 20 (Kuder-Richardson 20).11
9 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta:Bumi
Aksara, 2010), cet. 11, hal. 75. 10
Nana Sudjana, Op. Cit., hal.16. 11
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hal. 100 - 101.
45
Keterangan:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1 - p)
∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S2 = varians
Nilai reliabilitas kemudian dibandingkan dengan rtabel, dengan kriteria; jika
rxy > rtabel maka soal tersebut reliabel, sedangkan jika rxy < rtabel maka soal tersebut
tidak reliabel.
Jika instrumen itu reliabel, maka dilihat kriteria penafsiran indeks
reliabilitasnya pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,00 r 0,20 Kecil
0,21 r 0,40 Rendah
0,41 r 0,70 Sedang
0,71 r 0,90 Tinggi
0,91 r 1,00 Sangat Tinggi
3. Tingkat Kesukaran Tes
Pengujian taraf kesukaran bertujuan untuk mengetahui tingkat mudah atau
sukarnya suatu soal. Soal terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha memecahkannya. Dan soal yang terlalu sukar akan
menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk
46
mencoba lagi karena diluar jangkauannya.12
Indeks kesukaran dihitung
menggunakan rumus:13
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa menjawab soal tersebut dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Tolak ukur menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal yang
diperoleh dapat dilihat pada Tabel 3.5.14
Tabel 3.5 Interpretasi Tingkat Kesukaran
Indeks Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
4. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.15
Rumus perhitungan daya pembeda:16
Keterangan:
D = indeks diskriminasi
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
12
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta:Bumi
Aksara, 2010), cet. 11, hal. 207. 13
Ibid., hal. 208. 14
Ibid., hal. 210. 15
Ibid., hal. 211. 16
Ibid., hal. 213.
47
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka harga tersebut
diinterpretasikan pada kriteria daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.6.17
Tabel 3.6 Interpretasi Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda
0,00 – 0,20 Jelek (poor)
0,21 – 0,40 Cukup (statisfactory)
0,41 – 0,70 Baik (good)
0,71 – 1,00 Baik sekali (excellent)
J. Teknik Analisis Data
Terdapat dua buah teknik analisis data dalam penelitian ini, yaitu teknik
analisis data instrumen tes dan nontes. Data yang dihasilkan dari instrumen tes
akan dianalisis kenormalan dan kehomogenannya terlebih dahulu sebagai
prasyarat sebelum dilakukan pengujian hipotesis. Pada kelompok eksperimen,
data yang dihasilkan dari hasil pedoman observasi kinerja akan dianalisis secara
deskriptif untuk melihat perkembangan keterampilan mengamati.
1. Teknik Analisis Data Instrumen Tes
Teknik analisis data instrumen tes ini meliputi uji prasyarat hipotesis dan
pengujian hipotesis, yaitu sebagai berikut:
a. Uji Prasyarat Hipotesis
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, perlu dilakukan uji prasyarat
hipotesis, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data
yang akan dianalisis. Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas dalam
penelitian ini adalah uji Chi-Kuadrat.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:18
a) Mencari skor terbesar dan terkecil
17 Ibid., hal. 218.
18 Riduwan, Op. Cit., hal. 121 – 124.
48
b) Mencari nilai rentangan (R)
R = skor terbesar – skor terkecil
c) Mencari banyaknya kelas (BK)
BK = 1 + 3,3 log n (Rumus Sturgess)
d) Mencari nilai panjang kelas (i)
BK
Ri
e) Membuat tabulasi dengan tabel penolong
No Kelas
Interval F
Nilai
Tengah
(X1)
Xi2
f Xi f Xi2
Jumlah f - -
f) Mencari nilai rata-rata (mean)
g) Mencari simpangan baku (Standard Deviasi)
h) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:
(1) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri batas interval pertama
dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor-skor kanan kelas interval
ditambah 0,5.
(2) Mencari nilai Z-score untuk batas kelas interval dengan rumus:
(3) Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal dari 0 – Z dengan
menggunakan angka-angka untuk batas kelas.
(4) Mencari luas setiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-
angka 0 – Z yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris
kedua dikurangi angka baris ketiga dan begitu pula seterusnya, kecuali
49
untuk angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan angka
pada baris berikutnya.
(5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas
setiap interval dengan jumlah responden.
i) Mencari Chi – Kuadrat hitung (χ2
hitung)
k
i fe
fefo
1
2
2
j) Membandingkan χ2
hitung dengan χ2 tabel untuk α = 0,05 dengan derajat
kebebasan (dk) = n – 1, dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika χ2
hitung χ2 tabel, artinya distribusi data tidak normal dan
Jika χ2
hitung χ2 tabel, artinya data berdistribusi normal
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua
keadaan atau populasi. Uji homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan
kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan uji Bartlet, dengan langkah-langkah sebagai berikut:19
a) Hipotesis
b) Bagi data menjadi dua kelompok
c) Cari masing-masing kelompok nilai simpangan bakunya
d) Tentukan F hitung dengan rumus:
terkecilians
terbesarians
S
SF
var
var2
2
2
1
Dimana
Keterangan:
F = Homogenitas
= varians data pertama/varians terbesar
19
Riduwan, Op. Cit., hal. 119 – 120.
50
= varians data kedua/varians terkecil
e) Tentukan kriteria pengujian:
Jika Fhitung Ftabel maka Ho diterima, yang berarti varians kedua populasi
homogen.
Jika Fhitung Ftabel maka Ho ditolak, yang berarti varians kedua populasi
tidak homogen.
b. Pengujian Hipotesis
Setelah uji prasyarat dilakukan dan data dinyatakan berdistribusi normal
dan homogen, maka dilakukan pengujian hipotesis untuk megetahui ada tidaknya
pengaruh penerapan metode guided inquiry terhadap keterampilan proses sains
siswa, diukur dengan menggunakan uji signifikansi dengan uji-t (t-test) dengan
rumus sebagai berikut:20
21
21
11
nnS
XXt
g
2
11
21
2
22
2
11
nn
SnSnS g
keterangan:
1X = Rata-rata skor kelompok eksperimen
2X = Rata-rata skor kelompok kontrol
Sg = Varians gabungan (kelompok eksperimen dan kontrol)
S12 = Varians kelompok eksperimen
S22
= Varians kelompok kontrol
n1 = Jumlah anggota sampel kelompok eksperimen
n2 = Jumlah anggota sampel kelompok kontrol
Adapun kriteria pengujian untuk uji-t ini adalah sebagai berikut:
Ho diterima jika thitung < ttabel
Ho ditolak jika thitung > ttabel
20
Subana, et al., Statistik Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hal. 171.
dengan
51
2. Teknik Analisis Data Instrumen Nontes
Data hasil observasi kinerja akan dianalisis secara kualitatif deskriptif. Hal
ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum tentang perkembangan
keterampilan mengamati pada setiap pertemuan, rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:21
Keterangan:
P = Angka persentase
f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Number of case (jumlah frekuensi atau banyaknya individu)
Data yang diperoleh kemudian dikonversikan ke dalam bentuk kriteria
nilai persentase dan dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Interpretasi Nilai Persentase Instrumen Nontes
Kriteria Persentase
Sangat Baik 81 – 100%
Baik 61 – 80%
Cukup 41 – 60%
Kurang 21 – 40%
Sangat Kurang 0 – 20%
K. Hipotesis Statistik
Hipotesisi statistik digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang
telah dirumuskan. Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : µA = µB
Ha : µA > µB
Keterangan :
H0 = tidak terdapat pengaruh metode guided inquiry terhadap keterampilan
proses sains siswa pada konsep kalor.
21
Anas Sudijono, Op. Cit., hal. 43.
52
Ha = terdapat pengaruh metode guided inquiry terhadap keterampilan proses
sains siswa pada konsep kalor.
µA = rata-rata skor keterampilan proses sains siswa yang belajar dengan metode
guided inquiry.
µB = rata-rata skor keterampilan proses sains siswa yang belajar tanpa
menggunakan metode guided inquiry.
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berikut disajikan analisis data hasil pretest dan posttest untuk kedua
kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dan analisis data
hasil observasi kinerja pada aspek mengamati untuk kelompok eksperimen.
1. Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi ukuran pemusatan dan penyebaran
data hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 4.1 Rekapitulasi Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil
Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Data Eksperimen Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
Nilai Tertinggi 55 95 55 75
Nilai Terendah 20 60 20 40
Mean 37,17 75,33 37 56,67
Median 37,5 75 40 55
Modus 40 70 40 50
Standar Deviasi 8,78 9,42 10,48 9,85
Berdasarkan hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen yang terdiri
dari 36 siswa, diperoleh data yang disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.2 Persentase Aspek Keterampilan Proses Sains Hasil Pretest dan
Posttest Kelompok Eksperimen
Aspek KPS Skor
Ideal
Pretest Posttest
Skor
Rata-rata
Persentase
(%)
Skor
Rata-rata
Persentase
(%)
Menafsirkan 7,00 1,86 26,59 5,25 75,00
Menerapkan
konsep 6,00 2,78 46,30 4,94 82,41
Melakukan
komunikasi 7,00 2,78 39,68 4,89 69,84
54
Pada Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa hasil pretest skor terendah terdapat
pada aspek menafsirkan dengan skor rata-rata 1,86 atau sebesar 26,59%,
sedangkan skor tertinggi terdapat pada aspek menerapkan konsep dengan skor
rata-rata 2,78 atau sebesar 46,30%. Kemudian untuk hasil posttest skor terendah
terdapat pada aspek melakukan komunikasi dengan skor rata-rata 4,89 atau
sebesar 69,84%, sedangkan skor tertinggi terdapat pada aspek menerapkan konsep
dengan skor rata-rata 4,94 atau sebesar 82,41%.
Selisih rata-rata pretest dan posttest kelompok eksperimen dapat dilihat
pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Diagram Batang Persentase Aspek Keterampilan Proses Sains
Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen
Pada Gambar 4.1 dapat dilihat peningkatan persentase keterampilan proses
sains yang tinggi pada masing-masing aspek dari pretest ke posttest.
Berdasarkan hasil pretest dan posttest kelompok kontrol yang terdiri dari
36 siswa, diperoleh data yang disajikan pada Tabel 4.3.
55
Tabel 4.3 Persentase Aspek Keterampilan Proses Sains Hasil Pretest dan
Posttest Kelompok Kontrol
Aspek KPS Skor
Ideal
Pretest Posttest
Skor
Rata-rata
Persentase
(%)
Skor
Rata-rata
Persentase
(%)
Menafsirkan 7,00 2,42 34,52 4,03 57,54
Menerapkan
konsep 6,00 1,92 31,94 3,39 56,48
Melakukan
komunikasi 7,00 3,08 44,05 3,94 56,35
Pada Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa hasil pretest skor terendah terdapat
pada aspek menerapkan konsep dengan skor rata-rata 1,92 atau sebesar 31,94%,
sedangkan skor tertinggi terdapat pada aspek melakukan komunikasi dengan skor
rata-rata 3,08 atau sebesar 44,05%. Kemudian untuk hasil posttest skor terendah
terdapat pada aspek melakukan komunikasi dengan skor rata-rata 3,94 atau
sebesar 56,35%, sedangkan skor tertinggi terdapat pada aspek menafsirkan dengan
skor rata-rata 4,03 atau sebesar 57,54%.
Selisih rata-rata pretest dan posttest kelompok kontrol dapat dilihat pada
diagram batang berikut ini:
Gambar 4.2 Diagram Batang Persentase Aspek Keterampilan Proses Sains
Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol
56
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat peningkatan persentase
keterampilan proses sains yang sedang pada masing-masing aspek dari pretest ke
posttest.
2. Hasil Observasi Kinerja
Pada proses pembelajaran berlangsung, setiap siswa diobservasi
keterampilan mengamati (observasi) dengan menggunakan pedoman observasi
kinerja. Persentase aspek mengamati dikelompokkan ke dalam lima kategori,
yaitu sangat kurang (< 20%), kurang (21% - 40%), cukup (41% - 60%), baik
(61% - 80%), dan sangat baik (81% - 100%). Pada Gambar 4.3 diperoleh hasil
observasi keterampilan mengamati yang disajikan dalam bentuk diagram batang
sebagai berikut.
Gambar 4.3 Diagram Batang Pedoman Observasi Kinerja Keterampilan
Proses Mengamati
Berdasarkan hasil observasi kinerja yang telah dilakukan selama empat
kali pertemuan, pada aspek mengamati mulai dari pertemuan pertama sampai
pertemuan terakhir mengalami kenaikan setiap pertemuannya. Dari pertemuan
pertama sampai pertemuan kedua mengalami kenaikan persentase yaitu mulai dari
65% sampai 73% yang berada pada kategori baik. Pertemuan kedua sampai
57
pertemuan keempat mengalami kenaikan persentase yaitu mulai dari 73% sampai
91% yang berada pada kategori sangat baik.
3. Analisis Data Tes
a. Uji Prasyarat Analisis Data Tes
Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
analisis data yaitu uji normalitas dan homogenitas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
dari penelitian terdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan data terdistribusi
normal bila memenuhi kriteria x2
hitung ≤ x2
tabel diukur pada taraf signifikansi dan
tingkat kepercayaan tertentu. Hasil uji normalitas pretest dan posttest kedua
sampel penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.4, sedangkan perhitungan lengkap
dapat dilihat pada Lampiran D.1.
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol
Statistik Eksperimen Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
N 36 36 36 36
x 37,17 75,33 37 56,67
S 8,78 9,42 10,48 9,85
X2 hitung 1,32 4,90 10,83 4,87
X 2
tabel 11,07 11,07 11,07 11,07
Kesimpulan Normal Normal Normal Normal
Pengujian pretest dilakukan pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)
dangan derajat kebebasan (dk) = 5 untuk kedua kelompok sampel penelitian. Dari
Tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa hasil pretest dan posttest kedua kelompok
berdistribusi normal karena memenuhi kriteria hitung2 ≤ tabel
2 .
2) Uji Homogenitas
Setelah kedua kelompok sampel penelitian dinyatakan berdistribusi
normal, selanjutnya dicari nilai homogenitasnya. Dalam penelitian ini, nilai
58
homogenitas diperoleh dengan menggunakan uji Bartlet. Kriteria pengujian yang
digunakan, yaitu: kedua kelompok dinyatakan homogen apabila x2
hitung ≤ x2
tabel
diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu. Hasil uji
homogenitas pretest dan posttest kedua kelompok sampel penelitian dapat dilihat
pada Tabel 4.5, sedangkan perhitungan lengkap dapat dilihat pada Lampiran D.2.
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest
Statistik Pretest Posttest
77,03 88,77
109,8 97
93,415 92,885
hitung2 0,805 0
tabel2 3,841 3,841
Kesimpulan Homogen Homogen
Pengujian dilakukan pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dengan
derajat kebebasan (dk) = 1 untuk kedua kelompok sampel penelitian. Dari Tabel
4.5 dapat disimpulkan bahwa hasil pretest dan posttest berasal dari populasi yang
homogen karena memenuhi kriteria hitung2 ≤ tabel
2 .
b. Pengujian Hipotesis
1) Pengujian Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan yang signifikan antara nilai pretest kelompok eksperimen dengan nilai
pretest kelompok kontrol. Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai
berikut:
Ho : X = Y
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Ha : X ≠ Y
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol.
59
Pengujian tersebut akan diuji dengan menggunakan uji-t dengan kriteria
sebagai berikut:
a) Jika –t tabel < t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak pada tingkat
kepercayaan 0,95.
b) Jika t hitung ≤ –t tabel atau t tabel ≤ t hitung maka Ho ditolak dan Ha diterima pada
tingkat kepercayaan 0,95.
Hasil uji kesamaan dua rata-rata hasil pretest kedua kelompok sampel
penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.6, sedangkan perhitungan lengkap dapat
dilihat pada Lampiran D.3.
Tabel 4.6 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest
Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
N 36 36
x 37,17 37
S2 77,03 109,8
t hitung 0,08
t tabel 2,00
Kesimpulan Tidak Berbeda
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa t hitung sebesar 0,08 dan t tabel
sebesar 2,00. Ternyata memenuhi kriteria pengujian –t tabel < t hitung < t tabel atau -
2,00 < 0,08 < 2,00. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak pada tingkat
kepercayaan 0,95. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor
pretest kelompok kontrol.
2) Pengujian Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Posttest
Perolehan hasil uji hipotesis dari dua rata-rata hasil posttest kedua
kelompok sampel penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.7, sedangkan perhitungan
lengkap dapat dilihat pada Lampiran D.3.
60
Tabel 4.7 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Posttest
Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
N 36 36
x 75,33 56,67
S2 88,77 97
t hitung 8,40
t tabel 2,00
Kesimpulan Berbeda
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa t hitung sebesar 8,40 dan t tabel
sebesar 2,00. Ternyata memenuhi kriteria pengujian t tabel ≤ t hitung atau 2,00 ≤
8,40. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada pada tingkat kepercayaan
0,95. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-
rata skor posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok
kontrol.
B. Pembahasan
Berdasarkan analisis data nilai posttest menggunakan uji t, diperoleh ttabel
lebih kecil dari thitung, yaitu ttabel ≤ thitung atau 2,00 ≤ 8,40. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa metode guided inquiry berpengaruh terhadap keterampilan
proses sains siswa pada konsep kalor. Hal ini terlihat dari rata-rata skor tes
keterampilan proses sains siswa pada kelompok eksperimen yang menggunakan
metode guided inquiry lebih baik daripada kelompok kontrol yang menggunakan
metode konvensional.
Penerapan metode guided inquiry dalam proses pembelajaran membuat
keterampilan proses sains siswa yang diukur menjadi berkembang dan meningkat.
Hal ini terlihat dari hasil tes keterampilan proses sains siswa dari pretest ke
posstest. Rata-rata kemampuan siswa pada masing-masing jenis keterampilan
proses termasuk ke dalam kategori baik.
Pada aspek menafsirkan diperoleh persentase pretest sebesar 26,59% dan
mengalami kenaikan pada posttest sebesar 75,00%. Pada aspek ini kenaikan
persentase berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah
61
mampu menyimpulkan pengamatan dan menemukan pola atau keteraturan dalam
suatu seri pengamatan. Gega (dalam Saminan, 1995) menyarankan cara untuk
membantu seseorang agar dapat menginterpretasi dengan baik, salah satunya yaitu
dengan membiarkan mereka melatih diri menarik kesimpulan hanya berdasarkan
petunjuk-petunjuk atau bukti-bukti yang tidak langsung.
Pada aspek menerapkan konsep diperoleh persentase pretest sebesar
46,30% dan mengalami kenaikan persentase posttest sebesar 82,41% yang berada
pada kategori sangat baik. Hal ini berarti siswa sudah mampu menggunakan
konsep yang dipelajari pada situasi baru. Menurut Semiawan et al., (1988)
keterampilan menerapkan konsep adalah kemampuan yang umumnya dimiliki
oleh para ilmuan. Kemampuan menerapkan konsep pada kategori sangat baik
menunjukkan bahwa peneliti sudah banyak memberikan soal-soal yang sesuai
dengan materi pembelajaran untuk melatih keterampilan menerapkan konsep.
Pada aspek melakukan komunikasi diperoleh persentase pretest sebesar
39,68% dan mengalami kenaikan persentase posttest sebesar 69,84% yang berada
pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu menggunakan
informasi yang terdapat pada grafik untuk menjawab pertanyaan. Selain itu,
siswa mampu membaca grafik atau tabel atau diagaram dan mampu mengubah
bentuk penyajian data.
Pada keterampilan proses melakukan pengamatan (observasi) melalui
lembar kinerja menunjukkan adanya peningkatan keterampilan mengamati pada
setiap pertemuannya. Hal ini terlihat dari persentase yang diperoleh pada
pertemuan pertama sebesar 65% dan mengalami peningkatan sampai pada
pertemuan keempat sebesar 91%. Peningkatan persentase ini berada pada
kategori sangat baik. Adanya peningkatan keterampilan mengamati menunjukkan
bahwa siswa sudah mampu menggunakan sebanyak mungkin alat inderanya
untuk melakukan suatu pengamatan dan juga mampu menggunakan fakta yang
relevan dan memadai dari hasil pengamatan.
Penerapan metode guided inquiry memberikan kesempatan kepada siswa
untuk membangun pengetahuannya sendiri, menggunakan konsep-konsep yang
sudah dimiliki untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dengan kata lain siswa
62
mempunyai kesempatan untuk mengaitkan konsep-konsep yang sudah dipahami
dengan konsep-konsep yang akan dipelajari sehingga terjadi proses belajar
bermakna.
Metode guided inquiry juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerja seperti ilmuwan yakni merumuskan hipotesis, menggali informasi,
melakukan percobaan, dan mengkomunikasikan hasil percobaan. Pada
pembelajaran ini tugas guru hanya sebagai fasilitator dan mediator, yakni
membantu siswa untuk belajar dan menggunakan keterampilan proses mereka
untuk memperoleh lebih banyak ilmu pengetahuan.
Penerapan metode pembelajaran guided inquiry membuat siswa berpikir
dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka. Selain
itu, siswa merasa lebih mudah memahami konsep kalor, karena konsep kalor yang
diperoleh siswa tidak langsung dari guru, tetapi diperoleh melalui kegiatan
penyelidikan. Dengan kegiatan penyelidikan melalui kegiatan ilmiah (metode
ilmiah) membuat keterampilan proses sains siswa menjadi berkembang. Semakin
sering dilatih keterampilan proses siswa, maka akan semakin berkembang dan
meningkat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri Eka
Sari, et al. dalam penelitiannya disimpulkan bahwa penerapan pendekatan inkuiri
dapat meningkatkan keterampilan proses siswa pada pokok bahasan laju rekasi di
SMAN 1 Siak Sri Indraputra tahun ajaran 2008/2009.1 Penelitian lain yang
dilakukan oleh Idah, menunjukkan bahwa metode pembelajaran inkuiri
terbimbing (guided inquiry) memberikan pengaruh positif yang signifikan
terhadap penguasaan konsep siswa.2
1 Fitri Eka Sari, et al., Penerapan Pendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan
Proses Siswa pada Pokok Bahasan Laju Reaksi KelasXI IPA SMAN 1 Siak Sri Indrapura,
(Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru, 2008),
diakses dari http://www.scribd.com/doc/17061987/PENERAPAN-PENDEKATAN-INKUIRI-
UNTUK-MENINGKATKAN-KETERAMPILAN-PROSES-SISWA-PADA-POKOK-
BAHASAN-LAJU-REAKSI-KELAS-XI-IPA-SMAN-1-SIAK-SRI-INDRAPURA, pada 12/02/11. 2 Idah, Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) terhadap
Pengusaan Konsep Siswa, (Studi Eksperimen di SMP Negeri 1 Ciputat), (Skripsi S1 Program
Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), hal. 58.
63
Penjelasan-penjelasan di atas menunjukkan bahwa penerapan metode
guided inquiry memberikan peluang besar kepada siswa untuk terlibat langsung
atau aktif selama pembelajaran dengan melakukan suatu penyelidikan. Akibat
adanya pembelajaran aktif, dapat menumbuh kembangkan keterampilan proses
sains siswa selama proses pembelajaran, sehingga pembelajaran mencapai tujuan
yang ditetapkan dan keterampilan proses sains siswa menjadi berkembang dan
meningkat.
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan dalam metode guided inquiry terhadap keterampilan proses sains
siswa pada konsep kalor. Pengaruh ini terlihat dari peningkatan persentase dari
pretest ke posttest pada setiap aspek KPS yang diukur. Pada aspek menafsirkan
terjadi peningkatan persentase tiga kali dari nilai awalnya (nilai pretest),
sedangkan pada aspek menerapkan konsep dan melakukan komunikasi terjadi
peningkatan persentase dua kali dari nilai awalnya (nilai pretest). Pada aspek
mengobservasi melalui lembar kinerja, diperoleh nilai rata-rata kinerja sebesar
78,75% yang berada pada kategori baik.
B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan penelitian yang sesuai dengan jangkauan
peneliti, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan untuk mencoba mengukur aspek
KPS lainnya dengan menggunakan metode guided inquiry, terutama pada
aspek menggunakan alat dan bahan, memprediksi, merencanakan penelitian,
dan mengajukan pertanyaan.
2. Metode guided inquiry hendaknya diterapkan juga pada konsep-konsep lain,
maupun pada bidang studi lain.
65
DAFTAR PUSTAKA
Amien, Moh. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan
Metode “Discovery” dan “Inquiry”. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. 1987.
Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif
dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. 2010.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
2010.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta. 1998.
Bonnstetter, Ronald. “Inquiry: Learning from the Past an Eye on the Future”.
Diakses dari http://unr.edu/homepage/jeannon/ejsebonnstetter/html. Pada
12/03/11.
Sari, Fitri Eka, et. al. Penerapan Pendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan
Keterampilan ProsesSiswa pada Pokok Bahasan Laju Reaksi KelasXI IPA
SMAN 1 Siak Sri Indrapura. Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan
PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru, 2008.
Elyani, Indri. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil
Belajar Fisika Siswa pada Konsep Getaran dan Gelombang. Skripsi S1
Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu
Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2011.
Hamdiyati, Yanti dan Kusnadi. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa
Melalui Pembelajaran Berbasis Kerja Ilmiah Pada Matakuliah
Mikrobiologi, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
Hanson, David M. Designing Process Oriented Guided Inquiry Activities, (Stony
Book University) diakses dari
http://quarknet.fnal.gov/fellows/TLDownloads/Designing_POGIL_Activiti
es.pdf, pada 02/08/2011.
Idah. Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
terhadap Pengusaan Konsep Siswa Studi Eksperimen di SMP Negeri 1
Ciputat. Skripsi S1 Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan
IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2007.
Karyono. Pengaruh Metode Guided Inquiry melalui Pembelajaran Bernuansa
Nilai terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Experiment pada kelas VII
66
SMP Muhammadiyah 17 Ciputat. Skripsi S1 Program Studi Pendidikan
Biologi Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009.
Kholil, Anwar. Permudah Pemahaman Konsep Pembelajaran dengan Inkuiri. Diakses
dari http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/permudah-pemahaman-konsep-
pembelajaran.html. Pada 02/01/2012.
Khulthau, Carol C. dan Ross J. Todd. Guided Inquiry. Diakses dari
icwc.wikispaces.com/file/view/Guided+Inquiry.doc. Pada 22/01/11.
Rapi, Ni Ketut. Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin dalam
Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas
X SMA Negeri 2 Singaraja. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran
UNDIKSHA. No. 1. Th. XXXX1 Januari 2008.
Mas’amah. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa Pada Materi Pokok Kalor danPerpindahan Kalor Studi
Kasus di MTs. Negeri 3 Pondok Pinang Jakarta Selatan. Skripsi S1
Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010.
Mulyasa, E. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan
Implementasinya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2010.
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006.
Nuraida. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Tangerang: Islamic Research
Publising. 2009.
Umar, Irfan Naufal dan Sajap Maswan. “A Guided Inquiry Learning Approach In A
Web Environment, Theory And Application”.
Riduwan. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan Dan Peneliti Pemula.
Bandung: Alfabeta, 2009.
Rostiah N. K. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2008.
Rustaman, Nuryani Y. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas
Negeri Malang, 2005.
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. 2010.
Samana, A. Sistem Pengajaran Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI) dan Pertimbangan Metodologisnya. Yogyakarta: Kanisius. 1992.
67
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidika.
Jakarta: Kencana Prenada Media. 2011.
Semiawan, Conny. Pendekatan Keterampilan Proses Sains, Bagaimana
Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia Sarana Indonesia.
1992.
Seniati, Liche, et. al. Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT Indeks. 2008.
Spencer, James. “Workshop on Guided Inquiry Instruction in Chemistry”. Diakses
dari http://perlnet.umephy.maine.edu/center/abst-spencer2.htm. Pada
26/08/11.
Subana, et. al. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. 2000.
Subagyo, Y. et. al. Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Porses
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika. Ind.
Vol. 5. No. 1. Januari 2009.
Sudijono, Annas. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pres. 2010.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta. 2010.
Susiwi, et. al. Analisis Keterampilan proses Sains Siswa SMA pada Model
Pembelajaran Praktikum D-E-H. Jurnal pengajaran MIPA, Vol.14 No.2
Oktober 2009. Diakses dari
http://fpmipa.upi.edu/v3/www/jurnal/oktober2009/7.SUSIWI-
Analisis%20Keterampilan%20Proses%20Sains-REVISI.pdf pada 04/02/11
Tamarli. Penerapan Metode Inkuiri Dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan
Kewarganegaraan. Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu. Volume 6. No. 2.
Maret 2009.
Trautmann, Nancy. et. al, University Science Student as Fasilitators of High
School Inquiry-Based Learning .Poster Presented At the Annual Metting
of the National Association for Research In Science Teaching. 2002.
Diakses dari http://ei.cornell.edu/pubs/CEIRP_NARST_02.pdf pada
22/01/11.
Widayanto. Pengembangan Keterampilan Proses dan Pemahaman Siswa Kelas X
melalui Kit Optik. Jurnal Pendidikan Fisika Ind. Vol. 5. No. 1. Januari
2009.
68
Widowati, Asri. Penerapan Pendekatan Inquiry dalam Pembelajaran Sains
Sebagai Upaya Pengembangan Cara Berpikir Divergen. Majalah Ilmiah
Pembelajaran Nomor 1. Vol. 3 Mei 2007.
Wirtha, I Made dan Ni Ketut Rapi. Penalaran Formal terhadap Penguasaan
Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Negeri 4 Singaraja. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. Lembaga Penelitian Undiksha.
Zulfiani, et. al, Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta. 2009.
Lampiran A.1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran A.2 : Lembar Kerja Siswa (LKS)
LAMPIRAN A
PERANGKAT PEMBELAJARAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
KELAS EKSPERIMEN
Standar Kompetensi : Memahami wujud zat dan perubahannya.
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Indikator : 1. Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda.
2. Menerapkan hubungan untuk menyelesaikan masalah sederhana.
3. Menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat.
4. Menyelidiki pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat.
5. Menerapkan hubungan dan untuk menyelesaikan masalah sederhana.
6. Menyelidiki faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan.
7. Menyelidiki perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
Waktu : 10 Jam Pelajaran x 40 menit (6 x pertemuan)
Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat mendeskripsikan bahwa kalor yang diberikan pada suatu benda dapat menyebabkan terjadinya
perubahan suhu benda.
2. Siswa dapat menghubungan kalor dengan kenaikan suhu, massa zat dan jenis zat.
3. Siswa dapat menyelidiki banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat.
4. Siswa dapat menerapkan hubungan untuk menyelesaikan masalah sederhana.
5. Siswa dapat mendeskripsikan bahwa kalor yang diberikan pada suatu benda dapat menyebabkan terjadinya
perubahan wujud zat.
6. Siswa dapat menjelaskan bahwa pada saat terjadi perubahan wujud suhu zat tetap, karena kalor yang
Lampiran A.1
diterima tidak untuk menaikkan suhu melainkan untuk mengubah wujud zat.
7. Siswa dapat menjelaskan peristiwa peleburan.
8. Siswa dapat mengamati suhu air ketika mendidih.
9. Siswa dapat menerapkan hubungan untuk menyelesaikan masalah sederhana.
10.Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan.
11.Siswa dapat mengamati proses penguapan.
12.Siswa dapat menyelidiki perpindahan kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
13.Siswa dapat mengaplikasikan penerapan sifat-sifat perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi
Pembelajaran
: Pendekatan : Konstruktivisme
Metode : Guided Inquiry, diskusi
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran:
Pertemuan ke-1 (Pretest) : 1 x 40 menit
Tahapan Pembelajaran Kegiatan
Kegiatan Awal Mengabsen siswa
Kegiatan Inti Pretest
Kegiatan Akhir Pretest
Pertemuan ke-2 (pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda) : 2 jam pelajaran x 40 menit
Tahapan
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Tahapan
Guided
Inquiry
Kegiatan Pembelajaran
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
1. Kegiatan Awal
5 menit - Guru memulai pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan melakukan
absensi siswa
- Guru mengkomunikasikan tujuan belajar
dan pokok-pokok materi yang akan
dipelajari dalam kegiatan belajar
Motivasi dan Apersepsi:
- Guru memberikan pertanyaan untuk
memotivasi siswa:
Apa yang kita lakukan ketika memasak
air agar cepat mendidih?
- Guru mengajukan pertanyaan apersepsi:
Apa yang dimaksud dengan kalor?
- Siswa menjawab salam dan menjawab
panggilan guru selama absensi (siswa
sudah duduk secara berkelompok)
- Siswa memperhatikan penjelasan guru
- Siswa menjawab pertanyaan motivasi
dan apersepsi
2. Kegiatan inti 10 menit Orientasi - Guru memberikan penjelasan:
Semakin banyak massa air yang
dimasak, maka semakin banyak kalor
yang diperlukan.
- Siswa menyimak dan berperan aktif
dalam pembelajaran dengan mengajukan
pertanyaan kepada guru dan menjawab
pertanyaan guru
Tahapan
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Tahapan
Guided
Inquiry
Kegiatan Pembelajaran
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
- Guru bertanya kepada siswa:
Bagaimanakah suhu air ketika terus-
menerus dimasak?
- Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk berpikir
- Guru secara acak menunjuk salah satu
siswa untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan
- Guru menjelaskan percobaan yang akan
dilakukan hari ini dan membagikan LKS
percobaan 1
- Guru menginstruksikan seluruh siswa
untuk membuka LKS dan membaca alat
dan bahan yang akan digunakan dalam
percobaan
- Guru memperkenalkan nama-nama dan
fungsi alat dan bahan yang akan
- Siswa berpikir untuk mencari jawaban
atas pertanyaan yang diajukan oleh guru
- Siswa yang ditunjuk, menjawab
pertanyaan guru
- Siswa menyimak penjelasan guru dan
menerima LKS percobaan 1
- Siswa membuka LKS dan membaca alat
dan bahan yang akan digunakan dalam
percobaan
- Siswa menyimak penjelasan guru dan
bertanya apabila ada hal-hal yang kurang
Tahapan
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Tahapan
Guided
Inquiry
Kegiatan Pembelajaran
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
digunakan dalam percobaan, dan hal-hal
yang perlu diperhatikan terkait dengan
keamanan dan keselamatan di
laboratorium (misal: cara mematikan
bunsen)
dipahami
30 menit Eksplorasi - Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk melakukan percobaan sesuai
dengan petunjuk yang terdapat di dalam
LKS percobaan 1
- Guru mengarahkan siswa untuk
melakukan pengamatan dan bekerjasama
dalam pengumpulan data
- Guru mengamati dan memantau jalannya
kegiatan praktikum agar berjalan dengan
tertib, membantu dan membimbing siswa
selama kegiatan berlangsung
- Siswa melakukan percobaan sesuai
dengan petunjuk yang terdapat di dalam
LKS percobaan 1
- Siswa melakukan pengamatan dan
bekerjasama dalam pengumpulan data
- Siswa melakukan pengamatan
12 menit Pembentukan
konsep
- Guru memantau aktivitas siswa dalam
mengerjakan LKS dan membuat
kesimpulan
- Siswa mengerjakan LKS yang diberikan
guru dan membuat kesimpulan dari hasil
pengamatan pada eksperimen
Tahapan
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Tahapan
Guided
Inquiry
Kegiatan Pembelajaran
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
10 menit Aplikasi - Guru mempersilahkan perwakilan tiap
kelompok untuk mengkomunikasikan
hasil percobaan yang telah dilakukan
- Guru mempersilahkan kelompok lain
untuk menanggapi atau bertanya
- Guru mengomentari jalannya diskusi dan
memberi penguatan serta meluruskan
hal-hal yang kurang tepat
- Perwakilan tiap kelompok
mengkomunikasikan hasil percobaan
kepada teman-teman dan gurunya
- Siswa dari kelompok lain menanggapi
atau bertanya
- Siswa mendengarkan penjelasan guru
3 menit Penutup - Guru meminta hasil laporan kegiatan
praktikum yang telah dilakukan
- Siswa memberikan hasil laporan kegiatan
praktikum
3. Kegiatan Akhir 10 menit - Guru meminta beberapa anak (secara
random) untuk menyimpulkan hasil
percobaan 1
- Guru menyempurnakan kesimpulan yang
telah disebutkan siswa dengan
mengatakan bahwa banyaknya kalor
yang diperlukan untuk menaikkan atau
menurunkan suhu suatu benda
bergantung pada massa benda, jenis
benda dan kenaikan suhu
- Siswa memperhatikan temannya
menyimpulkan hasil percobaan 1
- Siswa memperhatikan penjelasan guru
Tahapan
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Tahapan
Guided
Inquiry
Kegiatan Pembelajaran
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
- Guru memberikan soal evaluasi (kuis)
kepada siswa
- Guru memberikan tugas rumah berupa
latihan soal (dengan membagikan lembar
soal)
- Guru mengucapkan salam
- Siswa mengerjakan soal evaluasi (kuis)
yang diberikan guru
- Siswa menerima lembar soal latihan
yang diberikan oleh guru untuk
dikerjakan dirumah
- Siswa menjawab salam penutup
Pertemuan ke-3 (pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat): 2 jam pelajaran x 40 menit
Tahapan
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Tahapan
Guided
Inquiry
Kegiatan Pembelajaran
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
1. Kegiatan Awal
5 menit - Guru memulai pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan melakukan
absensi siswa
- Guru mengkomunikasikan tujuan belajar
dan pokok-pokok materi yang akan
dipelajari dalam kegiatan belajar
Motivasi dan Apersepsi:
- Guru memberikan pertanyaan untuk
memotivasi siswa:
Mengapa tercium bau kamper di dalam
lemari pakaianmu?
- Guru mengajukan pertanyaan apersepsi:
Mengapa es yang dibiarkan di tempat
terbuka lama-kelamaan akan mencair?
- Siswa menjawab salam dan menjawab
panggilan guru selama absensi (siswa
sudah duduk secara berkelompok)
- Siswa memperhatikan penjelasan guru
- Siswa menjawab pertanyaan motivasi
dan apersepsi
2. Kegiatan inti 10 menit Orientasi - Guru memberikan penjelasan:
Apabila es dalam ruang tertutup
dipanaskan akan mengalami perubahan
wujud menjadi cair dan kemudian
menjadi uap.
- Siswa menyimak dan berperan aktif
dalam pembelajaran dengan mengajukan
pertanyaan kepada guru dan menjawab
pertanyaan guru
Tahapan
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Tahapan
Guided
Inquiry
Kegiatan Pembelajaran
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
- Guru bertanya kepada siswa:
Apa yang terjadi pada uap air itu bila
pemanasan dilakukan terus tiada henti
Tingkatan wujud apakah sesudah wujud
gas?
- Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk berpikir
- Guru secara acak menunjuk salah satu
siswa untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan
- Guru menjelaskan percobaan yang akan
dilakukan hari ini dan membagikan LKS
percobaan 2
- Guru menginstruksikan seluruh siswa
untuk membuka LKS dan membaca alat
dan bahan yang akan digunakan dalam
percobaan
- Siswa berpikir untuk mencari jawaban
atas pertanyaan yang diajukan oleh guru
- Siswa yang ditunjuk, menjawab
pertanyaan guru
- Siswa menyimak penjelasan guru dan
menerima LKS percobaan 2
- Siswa membuka LKS dan membaca alat
dan bahan yang akan digunakan dalam
percobaan
Tahapan
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Tahapan
Guided
Inquiry
Kegiatan Pembelajaran
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
- Menjelaskan hal-hal yang terkait dengan
tata tertib di laboratorium, misalnya
untuk berhati-hati dalam menggunakan
peralatan lab dan jangan sampai
rusak/pecah
- Siswa menyimak penjelasan guru
30 menit Eksplorasi - Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk melakukan percobaan sesuai
dengan petunjuk yang terdapat di dalam
LKS percobaan 2
- Guru mengarahkan siswa untuk
melakukan pengamatan dan bekerjasama
dalam pengumpulan data
- Guru mengamati dan memantau jalannya
kegiatan praktikum agar berjalan dengan
tertib, membantu dan membimbing siswa
selama kegiatan berlangsung
- Siswa melakukan percobaan sesuai
dengan petunjuk yang terdapat di dalam
LKS percobaan 2
- Siswa melakukan pengamatan dan
bekerjasama dalam pengumpulan data
- Siswa melakukan pengamatan
12 menit Pembentukan
konsep
- Guru memantau aktivitas siswa dalam
mengerjakan LKS dan membuat
kesimpulan
- Siswa mengerjakan LKS yang diberikan
guru dan membuat kesimpulan dari hasil
pengamatan pada eksperimen
10 menit Aplikasi - Guru mempersilahkan perwakilan tiap
kelompok untuk mengkomunikasikan
- Perwakilan tiap kelompok
mengkomunikasikan hasil percobaan
Tahapan
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Tahapan
Guided
Inquiry
Kegiatan Pembelajaran
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
hasil percobaan yang telah dilakukan
- Guru mempersilahkan kelompok lain
untuk menanggapi atau bertanya
- Guru mengomentari jalannya diskusi dan
memberi penguatan serta meluruskan
hal-hal yang kurang tepat
kepada teman-teman dan gurunya
- Siswa dari kelompok lain menanggapi
atau bertanya
- Siswa mendengarkan penjelasan guru
3 menit Penutup - Guru meminta hasil laporan kegiatan
praktikum yang telah dilakukan
- Siswa memberikan hasil laporan kegiatan
praktikum
3. Kegiatan Akhir 10 menit - Guru meminta beberapa anak (secara
random) untuk menyimpulkan hasil
percobaan 3
- Guru menyempurnakan kesimpulan yang
telah disebutkan siswa dengan
mengatakan bahwa pada saat terjadi
perubahan wujud suhu zat tetap, karena
kalor yang diterima tidak untuk
menaikkan suhu melainkan untuk
mengubah wujud zat
- Siswa memperhatikan temannya
menyimpulkan hasil percobaan 3
- Siswa memperhatikan penjelasan guru
Tahapan
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Tahapan
Guided
Inquiry
Kegiatan Pembelajaran
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
- Guru memberikan soal evaluasi (kuis)
kepada siswa
- Guru memberikan tugas rumah berupa
latihan soal (dengan membagikan lembar
soal)
- Guru mengucapkan salam
- Siswa mengerjakan soal evaluasi (kuis)
yang diberikan guru
- Siswa menerima lembar soal latihan
yang diberikan oleh guru untuk
dikerjakan dirumah
- Siswa menjawab salam penutup
Pertemuan ke-4 (penguapan) : 2 jam pelajaran x 40 menit
Tahapan
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Tahapan
Guided
Inquiry
Kegiatan Pembelajaran
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
1. Kegiatan Awal
5 menit - Guru memulai pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan melakukan
absensi siswa
- Guru mengkomunikasikan tujuan belajar
dan pokok-pokok materi yang akan
dipelajari dalam kegiatan belajar
Motivasi dan Apersepsi:
- Guru memberikan pertanyaan untuk
memotivasi siswa:
Mengapa badan menjadi dingin sehabis
mandi?
- Guru mengajukan pertanyaan apersepsi:
Apakah pada waktu zat menguap
memerlukan kalor?
- Siswa menjawab salam dan menjawab
panggilan guru selama absensi (siswa
sudah duduk secara berkelompok)
- Siswa memperhatikan penjelasan guru
- Siswa menjawab pertanyaan motivasi
dan apersepsi
2. Kegiatan inti 10 menit Orientasi - Guru memberikan penjelasan:
Memperluas permukaan zat cair adalah
salah satu cara mempercepat penguapan
- Siswa menyimak dan berperan aktif
dalam pembelajaran dengan mengajukan
pertanyaan kepada guru dan menjawab
pertanyaan guru
Tahapan
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Tahapan
Guided
Inquiry
Kegiatan Pembelajaran
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
- Guru bertanya kepada siswa:
Air panas yang berada di dalam cawan
dengan air panas yang berada di dalam
gelas, manakah yang lebih cepat dingin?
- Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk berpikir
- Guru secara acak menunjuk salah satu
siswa untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan
- Guru menjelaskan percobaan yang akan
dilakukan hari ini dan membagikan LKS
percobaan 3
- Guru menginstruksikan seluruh siswa
untuk membuka LKS dan membaca alat
dan bahan yang akan digunakan dalam
percobaan
- Siswa berpikir untuk mencari jawaban
atas pertanyaan yang diajukan oleh guru
- Siswa yang ditunjuk, menjawab
pertanyaan guru
- Siswa menyimak penjelasan guru dan
menerima LKS percobaan 3
- Siswa membuka LKS dan membaca alat
dan bahan yang akan digunakan dalam
percobaan
Tahapan
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Tahapan
Guided
Inquiry
Kegiatan Pembelajaran
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
- Menjelaskan hal-hal yang terkait dengan
tata tertib di laboratorium, misalnya
untuk berhati-hati dalam menggunakan
peralatan lab dan jangan sampai
rusak/pecah
- Siswa menyimak penjelasan guru
30 menit Eksplorasi - Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk melakukan percobaan sesuai
dengan petunjuk yang terdapat di dalam
LKS percobaan 3
- Guru mengarahkan siswa untuk
melakukan pengamatan dan bekerjasama
dalam pengumpulan data
- Guru mengamati dan memantau jalannya
kegiatan praktikum agar berjalan dengan
tertib, membantu dan membimbing siswa
selama kegiatan berlangsung
- Siswa melakukan percobaan sesuai
dengan petunjuk yang terdapat di dalam
LKS percobaan 3
- Siswa melakukan pengamatan dan
bekerjasama dalam pengumpulan data
- Siswa melakukan pengamatan
12 menit Pembentukan
konsep
- Guru memantau aktivitas siswa dalam
mengerjakan LKS dan membuat
kesimpulan
- Siswa mengerjakan LKS yang diberikan
guru dan membuat kesimpulan dari hasil
pengamatan pada eksperimen
Tahapan
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Tahapan
Guided
Inquiry
Kegiatan Pembelajaran
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
10 menit Aplikasi - Guru mempersilahkan perwakilan tiap
kelompok untuk mengkomunikasikan
hasil percobaan yang telah dilakukan
- Guru mempersilahkan kelompok lain
untuk menanggapi atau bertanya
- Guru mengomentari jalannya diskusi dan
memberi penguatan serta meluruskan
hal-hal yang kurang tepat
- Perwakilan tiap kelompok
mengkomunikasikan hasil percobaan
kepada teman-teman dan gurunya
- Siswa dari kelompok lain menanggapi
atau bertanya
- Siswa mendengarkan penjelasan guru
3 menit Penutup - Guru meminta hasil laporan kegiatan
praktikum yang telah dilakukan
- Siswa memberikan hasil laporan kegiatan
praktikum
3. Kegiatan Akhir 10 menit - Guru meminta beberapa anak (secara
random) untuk menyimpulkan hasil
percobaan 3
- Guru menyempurnakan kesimpulan yang
telah disebutkan siswa dengan
mengatakan bahwa ketika suatu zat
menguap, zat tersebut memerlukan kalor.
Selain itu, guru mengatakan bahwa cara-
cara mempercepat penguapan yaitu
- Siswa memperhatikan temannya
menyimpulkan hasil percobaan 3
- Siswa memperhatikan penjelasan guru
Tahapan
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Tahapan
Guided
Inquiry
Kegiatan Pembelajaran
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
dengan memanaskan, memperluas
permukaan zat cair, meniupkan udara di
atas permukaan zat cair dan mengurangi
tekanan pada permukaan zat cair.
- Guru memberikan soal evaluasi (kuis)
kepada siswa
- Guru mengucapkan salam
- Siswa mengerjakan soal evaluasi (kuis)
yang diberikan guru
- Siswa menjawab salam penutup
Pertemuan ke-5 (perpindahan kalor) : 2 jam pelajaran x 40 menit
Tahapan
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Tahapan
Guided
Inquiry
Kegiatan Pembelajaran
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
1. Kegiatan Awal
5 menit - Guru memulai pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan melakukan
absensi siswa
- Guru mengkomunikasikan tujuan belajar
dan pokok-pokok materi yang akan
dipelajari dalam kegiatan belajar
Motivasi dan Apersepsi:
- Guru memberikan pertanyaan untuk
memotivasi siswa:
Mengapa baju seragam sekolah bagian
atas umumnya berwarna putih?
- Guru mengajukan pertanyaan apersepsi:
Bagaimanakan cara kalor berpindah dari
satu tempat ke tempat lain?
- Siswa menjawab salam dan menjawab
panggilan guru selama absensi (siswa
sudah duduk secara berkelompok)
- Siswa memperhatikan penjelasan guru
- Siswa menjawab pertanyaan motivasi
dan apersepsi
2. Kegiatan inti 10 menit Orientasi - Guru memberikan penjelasan:
Permukaan yang hitam dan kusam
merupakan penyerap kalor radiasi yang
baik sekaligus pemancar kalor radiasi
yang baik pula
- Siswa menyimak dan berperan aktif
dalam pembelajaran dengan mengajukan
pertanyaan kepada guru dan menjawab
pertanyaan guru
Tahapan
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Tahapan
Guided
Inquiry
Kegiatan Pembelajaran
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
- Guru bertanya kepada siswa:
Mengapa cat mobil dan motor dibuat
mengkilap?
- Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk berpikir
- Guru secara acak menunjuk salah satu
siswa untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan
- Guru menjelaskan percobaan yang akan
dilakukan hari ini dan membagikan LKS
percobaan 4
- Guru menginstruksikan seluruh siswa
untuk membuka LKS dan membaca alat
dan bahan yang akan digunakan dalam
percobaan
- Menjelaskan hal-hal yang terkait dengan
tata tertib di laboratorium, misalnya
- Siswa berpikir untuk mencari jawaban
atas pertanyaan yang diajukan oleh guru
- Siswa yang ditunjuk, menjawab
pertanyaan guru
- Siswa menyimak penjelasan guru dan
menerima LKS percobaan 4
- Siswa membuka LKS dan membaca alat
dan bahan yang akan digunakan dalam
percobaan
- Siswa menyimak penjelasan guru
Tahapan
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Tahapan
Guided
Inquiry
Kegiatan Pembelajaran
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
untuk berhati-hati dalam menggunakan
peralatan lab dan jangan sampai
rusak/pecah
30 menit Eksplorasi - Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk melakukan percobaan sesuai
dengan petunjuk yang terdapat di dalam
LKS percobaan 4
- Guru mengarahkan siswa untuk
melakukan pengamatan dan bekerjasama
dalam pengumpulan data
- Guru mengamati dan memantau jalannya
kegiatan praktikum agar berjalan dengan
tertib, membantu dan membimbing siswa
selama kegiatan berlangsung
- Siswa melakukan percobaan sesuai
dengan petunjuk yang terdapat di dalam
LKS percobaan 4
- Siswa melakukan pengamatan dan
bekerjasama dalam pengumpulan data
- Siswa melakukan pengamatan
12 menit Pembentukan
konsep
- Guru memantau aktivitas siswa dalam
mengerjakan LKS dan membuat
kesimpulan
- Siswa mengerjakan LKS yang diberikan
guru dan membuat kesimpulan dari hasil
pengamatan pada eksperimen
10 menit Aplikasi - Guru mempersilahkan perwakilan tiap
kelompok untuk mengkomunikasikan
hasil percobaan yang telah dilakukan
- Perwakilan tiap kelompok
mengkomunikasikan hasil percobaan
kepada teman-teman dan gurunya
Tahapan
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Tahapan
Guided
Inquiry
Kegiatan Pembelajaran
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
- Guru mempersilahkan kelompok lain
untuk menanggapi atau bertanya
- Guru mengomentari jalannya diskusi dan
memberi penguatan serta meluruskan
hal-hal yang kurang tepat
- Siswa dari kelompok lain menanggapi
atau bertanya
- Siswa mendengarkan penjelasan guru
3 menit Penutup - Guru meminta hasil laporan kegiatan
praktikum yang telah dilakukan
- Siswa memberikan hasil laporan kegiatan
praktikum
3. Kegiatan Akhir 10 menit - Guru meminta beberapa anak (secara
random) untuk menyimpulkan hasil
percobaan 4
- Guru menyempurnakan kesimpulan yang
telah disebutkan siswa dengan
mengatakan bahwa perpindahan kalor
dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
perpindahan secara konduksi, konveksi,
dan radiasi
- Guru memberikan soal evaluasi (kuisi)
kepada siswa
- Guru memberikan tugas mengidentifikasi
- Siswa memperhatikan temannya
menyimpulkan hasil percobaan 4
- Siswa memperhatikan penjelasan guru
- Siswa mengerjakan soal evaluasi (kuis)
yang diberikan guru
- Siswa mendengarkan penjelasan guru
Tahapan
Pembelajaran
Alokasi
Waktu
Tahapan
Guided
Inquiry
Kegiatan Pembelajaran
Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
benda-benda di rumah yang prinsip
kerjanya memanfaatkan konsep
perpindahan secara konduksi.
- Guru mengucapkan salam
dan mencatat tugas yang diberikan guru
- Siswa menjawab salam penutup
Pertemuan ke-6 (Posttest) : 1 x 40 menit
Tahapan Pembelajaran Kegiatan
Kegiatan Awal Mengabsen siswa
Kegiatan Inti Posttest
Kegiatan Akhir Prettest
Sumber dan alat belajar : - Sumarwan, dkk. 2007. Ilmu Pengetahuan Alam SMPJilid I A Kelas VII Semester I. Jakarta: Erlangga
- Marthen Kanginan. 2002. IPA Fisika untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga
- Teguh Sugiyarto dan Eny Ismawati. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VII SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional
- Anni Winarsih, dkk. 2008. IPA Terpadu SMP/MTs untuk Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional
- Wasisi, dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam: Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VII Edisi IV. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
- LKS
- Alat dan bahan praktikum
Penilaian hasil belajar:
1. Prosedur = Penilaian proses belajar
2. Tes tulis pilihan ganda
3. Alat penilaian (Terlampir)
Mengetahui;
Guru Kelas Peneliti
Drs. Raharjo Nita Nurtafita
NIP. 196510111997021001
Kepala SMP N 3 Tangerang Selatan
Maryono, SE, M.M.Pd
NIP. 196010121981121003
Nama :
Kelompok :
NILAI
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 01
Kegiatan 1
Tujuan:
Siswa mampu menafsirkan (interpretasi) pengamatan untuk mengetahui hubungan
antara kalor dengan massa benda dan mampu mengkomunikasikannya.
Alat dan Bahan:
Langkah Kerja:
1. Siapkanlah dua buah gelas beker dan isilah dengan air masing-masing 100 ml
dan 50 ml.
2. Catat suhu air mula-mula dan usahakan suhunya sama.
3. Panaskan 50 ml air dan 100 ml air tersebut dengan nyala api yang sama sampai
suhu 50 °C.
Pengembangan Keterampilan
1. Keterampilan Berkomunikasi: Buatlah tabel hasil pengukuran suhu air,
misalnya sebagai berikut:
Tabel Pengamatan
No Zat Suhu Awal (oC) Suhu Akhir (
oC) Waktu (menit)
1 Air 50 ml …... …… ……
2 Air 100 ml …... …… ……
1. Gelas beker 5. Termometer
2. Kawat kasa 6. Stopwatch
3. Kaki tiga 7. Korek api
4. Pembakar bunsen 8. Air
Lampiran A.2
2. Keterampilan Interpretasi: Buatlah kesimpulan bedasarkan data tabel hasil
pengukuran suhu air!
Kegiatan 2
Tujuan:
Siswa mampu menafsirkan (interpretasi) pengamatan untuk mengetahui hubungan
antara kalor dengan jenis zat dan mampu mengkomunikasikannya.
Alat dan Bahan:
Langkah Kerja:
1. Sediakan dua gelas beker dan isilah masing-masing dengan 100 ml air dan 100
ml minyak goreng.
2. Catat suhu mula-mula kedua zat cair itu.
3. Panaskan 100 ml air dan 100 ml minyak goreng tersebut secara bersamaan
dengan nyala api yang sama.
4. Catat waktu yang diperlukan oleh kedua zat dengan kenaikan suhu yang sama,
misalnya 30°C.
1. Gelas beker 5. Korek api
2. Kawat kasa 6. Stopwatch
3. Kaki tiga 7. Minyak Goreng
4. Pembakar bunsen 8. Air
5. Termometer
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
Pengembangan Keterampilan
1. Keterampilan Berkomunikasi: Buatlah tabel hasil pengukuran suhu air dan
suhu minyak goreng, misalnya sebagai berikut:
Tabel Pengamatan
No Zat Suhu Awal (oC) Suhu Akhir (
oC)
Waktu
(menit)
1 Air …… …… ……
2 Minyak goreng …… …… ……
2. Keterampilan Interpretasi: Buatlah kesimpulan bedasarkan data tabel hasil
percobaan tersebut!
Kegiatan 3
Tujuan:
Siswa mampu menafsirkan (interpretasi) pengamatan untuk mengetahui hubungan
antara kalor dengan kenaikan suhu dan mampu mengkomunikasikannya.
Alat dan Bahan:
Langkah Kerja
1. Sediakan gelas beker dan isilah dengan 100 ml
air.
2. Panaskan air tersebut dalam nyala api.
3. Catat suhu mula-mula dan kenaikkan suhunya
setiap 1 menit selama 5 menit.
4. Masukkan hasilnya dalam tabel pengamatan.
1. Gelas beker 5. Termometer
2. Kawat kasa 6. Stopwatch
3. Kaki tiga 7. Korek api
4. Pembakar bunsen 8. Air
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
Pengembangan Keterampilan
1. Keterampilan Berkomunikasi: Buatlah tabel hasil pengukuran suhu air,
misalnya sebagai berikut:
Tabel Pengamatan
No Waktu (menit) Suhu (oC)
1 …… ……
2 …… ……
3 …… ……
4 …… ……
5 …… ……
2. Keterampilan Berkomunikasi: Buatlah grafik hubungan antara suhu dan
waktu pemanasan yang terdapat pada tabel di atas. (Ambil sumbu x sebagai
waktu dan sumbu y sebagai suhu).
3. Keterampilan Interpretasi: Berdasarkan grafik di atas, buatlah kesimpulan
hubungan antara suhu dan waktu pemanasan!
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
Waktu (menit)
Suhu (oC)
Kegiatan 4
Tujuan:
Siswa mampu menerapkan konsep kalor untuk menyelesaikan masalah-masalah
sederhana.
Pengembangan Keterampilan
Setelah siswa memahami konsep kalor, terapkanlah konsep tersebut pada
masalah-masalah sederhana berikut ini.
Perhatikan grafik di bawah ini.
1. Keterampilan Menerapkan Konsep: Berdasrkan grafik di atas, berapakah
kalor jenis suatu zat jika massanya 50 gram?
2. Keterampilan Menerapkan Konsep: Sepotong besi mempunyai massa 2 kg.
Besi dipanaskan dari 14oC menjadi 30
oC. Jika kalor jenis besi 450 J/kg
oC.
Berapakah kalor yang diperlukan besi tersebut?
3. Keterampilan Menerapkan Konsep: Sebuah tembaga bermassa 1 kg
dipanaskan dari 20oC menjadi 35
oC dan membutuhkan kalor sebanyak 5.850
Joule. Berapakah kalor jenis tembaga tersebut?
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
Nama :
Kelompok :
NILAI
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 02
Kegiatan 1
Tujuan:
Siswa mampu mengamati dan menafsirkan (interpretasi) perubahan wujud pada
kamper.
Alat dan Bahan:
Gelas beker, kawat kasa, kaki tiga, pembakar spiritus, korek api, stopwach dan
kamper.
Langkah Kerja:
1. Masukkan kamper ke dalam gelas beker.
2. Panaskan gelas beker yang berisi kamper tersebut di
atas nyala api pembakar spiritus.
3. Lanjutkan pemanasan sampai 5 menit.
Pengembangan Keterampilan
1. Keterampilan Mengamati: Pada saat kamper dibakar di atas nyala api,
apakah kamu mencium sesuatu?
2. Keterampilan Mengamati: Setelah beberapa lama kamper dibakar, terlihat
bagaimanakah kamper tersebut?
3. Keterampilan Mengamati: Setelah proses pembakaran kamper selesai dalam
waktu 5 menit, diamkan kamper tersebut sampai suhunya turun (tidak panas)
dan peganglah kamper itu. Apa yang kamu rasakan setelah memegang dan
meraba kamper tersebut?
4. Keterampilan Mengamati: Adakah perubahan wujud pada kamper sebelum
dibakar sampai setelah kamper dibakar? Apabila ada, perubahan wujud apa
yang terjadi?
5. Keterampilan Interpretasi: Buatlah kesimpulan berdasarkan pola-pola yang
kamu temukan!
Kegiatan 2
Tujuan:
Siswa mampu menafsirkan dan mengkomunikasikan hasil percobaannya untuk
memahami perubahan wujud pada es batu.
Alat dan Bahan:
Gelas beker, kawat kasa, kaki tiga, pembakar spiritus, korek api, termometer,
stopwach dan es batu.
Langkah Kerja:
1. Masukkan es batu ke dalam gelas beker dan
ukurlah suhunya dengan termometer.
2. Panaskan gelas beker yang berisi es tersebut di
atas nyala api pemanas spiritus sampai es mencair.
3. Panaskan terus sampai air mendidih.
4. Catat suhu yang ditunjukan setiap menit.
5. Catat hasil pengamatan dalam tabel.
Pengembangan Keterampilan
1. Keterampilan Berkomunikasi: Buatlah tabel hasil pengukuran suhu es batu
sampai es mencair, misalnya sebagai berikut:
Menit ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Suhu (oC) ...... …… …… …… …… …… …… …… …… ……
3. Keterampilan Berkomunikasi: Buatlah grafik hubungan antara suhu dan
waktu pemanasan yang terdapat pada tabel di atas. (Ambil sumbu x sebagai
waktu dan sumbu y sebagai suhu).
4. Keterampilan Berkomunikasi: Setelah membuat grafik berdasarkan data
pada tabel pengamatan, bacalah grafik tersebut kemudian tulislah dengan
bahasamu sendiri pada kolom di bawah ini.
Waktu (menit)
Suhu (oC)
Kegiatan percobaan yang dilakukan dengan teliti dan cermat akan
mendapatkan grafik seperti di bawah ini.
5. Keterampilan Berkomunikasi: Bacalah grafik tersebut kemudian tulislah
dengan bahasamu sendiri pada kolom di bawah ini.
6. Keterampilan Interpretasi: Berdasarkan grafik di atas, buatlah kesimpulan
hubungan antara suhu dan waktu pemanasan!
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
Waktu (menit)
Suhu (oC)
0
100
A
D
C B
E
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
Nama :
Kelompok :
NILAI
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 03
Kegiatan 1
Tujuan:
Siswa mampu mengamati proses penguapan dan menafsirkan pengamatan yang
dilakukan.
Alat dan Bahan:
Gelas beker, kawat kasa, kaki tiga, pembakar spiritus, korek api dan air.
Cara Kerja:
1. Ambilah gelas beker, tuangkan 50 ml air
ke dalamnya.
2. Panaskan di atas nyala api pembakar
spiritus.
3. Panaskan air sampai mendidih.
4. Dekatkan piring kaca yang bening ke
mulut gelas kimia.
5. Amati apa yang terjadi.
Pengembangan Keterampilan
1. Keterampilan Mengamati: Apa yang kamu rasakan ketika tanganmu
diletakkan di atas gelas beker yang berisi air yang terus menerus dipanaskan?
2. Keterampilan Mengamati: Apakah yang terlihat pada permukaan piring yang
didekatkan di mulut gelas kimia?
3. Keterampilan Mengamati: Peristiwa apa yang terjadi ketika air dipanaskan
secara terus menerus?
4. Keterampilan Interpretasi: Buatlah kesimpulan berdasarkan pola-pola yang
kamu temukan!
Kegiatan 2
Tujuan:
Siswa mampu mengamati salah satu cara mempercepat penguapan dan mampu
mengkomunikasikan hasil pengamatannya.
Alat dan Bahan:
Bejana kaca, air panas, stopwach dan termometer
Cara Kerja:
1. Tuangkan air panas ke dalam bejana kaca sebanyak 50 ml.
2. Ukur suhu awal air panas.
3. Tiupkan air tersebut selama 3 menit.
4. Ukur suhu air tersebut setelah ditiupkan.
Pengembangan Keterampilan
1. Keterampilan Mengamati: Celupkan sedikit jari tanganmu ke dalam air
panas sebelum air itu ditiupkan. Apa yang kamu rasakan ketika jari tanganmu
dicelukan ke dalam air tersebut?
2. Keterampilan Mengamati: Berapakah suhu awal air tersebut sebelum
ditiupkan?
3. Keterampilan Mengamati: Setelah ditiupkan selama 3 menit, apa yang kamu
rasakan ketika kamu mencelupkan sedikit jari tanganmu?
4. Keterampilan Mengamati: Berapakah suhu air setelah ditiupkan?
5. Keterampilan Berkomunikasi: Buatlah tabel pengamatan berdasarkan data
hasil pengamatan yang kamu peroleh, misalnya sebagai berikut:
Zat Suhu awal (oC) Suhu setelah ditupkan (
oC)
Air 50 ml ……. …….
6. Keterampilan Berkomunikasi: Berdasarkan data tabel pengamatan, bacalah
tabel tersebut kemudian tulislah dengan bahasamu sendiri!
Kegiatan 3
Tujuan:
Siswa mampu menafsirkan dan mengkomunikasikan hasil pengamatannya umtuk
memahami salah satu cara mempercepat penguapan.
Alat dan Bahan:
Cangkir, piring kecil, air panas, stopwach dan termometer
Cara Kerja:
1. Tuangkan air panas ke dalam cangkir dan piring kecil secara bersamaan
sebanyak 50 ml.
2. Masukan termometer pada cangkir dan piring kecil.
3. Ukurlah suhu air pada kedua wadah tersebut tiap 2 menit (dimulai dari 0 – 6
menit)
Pengembangan Keterampilan
1. Keterampilan Berkomunikasi: Buatlah tabel pengamatan berdasarkan data
hasil pengamatan yang kamu peroleh, misalnya sebagai berikut:
Waktu (menit) 0 2 4 6
Suhu air 50 ml di cangkir (oC) ........ ........ …… ……
Suhu air 50 ml di piring kecil (oC) …… …… …… ……
2. Keterampilan Berkomunikasi: Berdasarkan data tabel pengamatan, bacalah
tabel tersebut kemudian tuliskan kembali dengan bahasamu sendiri!
3. Keterampilan Interpretasi: Buatlah kesimpulan berdasarkan pola-pola yang
kamu temukan!
Nama :
Kelompok :
NILAI
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) 04
Kegiatan 1
Tujuan:
Siswa mampu mengamati dan menafsirkan (interpretasi) percobaan mengenai
perpindahan kalor.
Alat dan Bahan:
Pembakar bunsen, korek api, termometer dan besi dan sepotong kaca, kayu,
tembaga.
Cara Kerja:
1. Nyalakan api pada pembakar spiritus.
2. Ambilah sepotong besi, kemudian
panaskan salah satu ujungnya sedang
ujung yang lain kamu pegang.
3. Lakukan seperti langkah dua pada kaca,
kayu, dan tembaga.
Pengembangan Keterampilan
1. Keterampilan Mengamati: Setelah besi dipanaskan beberapa lama, apa yang
kamu rasakan pada ujung besi yang kamu pegang?
2. Keterampilan Mengamati: Setelah tembaga dipanaskan beberapa lama, apa
yang kamu rasakan pada ujung tembaga yang kamu pegang?
3. Keterampilan Mengamati: Setelah kaca dipanaskan beberapa lama, apa yang
kamu rasakan pada ujung kaca yang kamu pegang?
4. Keterampilan Mengamati: Setelah kayu dipanaskan beberapa lama, apa yang
kamu rasakan pada ujung kayu yang kamu pegang?
5. Keterampilan Interpretasi: Buatlah kesimpulan berdasarkan pola-pola yang
kamu temukan!
Kegiatan 2
Tujuan:
Siswa mampu mengamati dan menafsirkan (interpretasi) pengamatan untuk
memahami perpindahan kalor secara konveksi.
Alat dan Bahan:
Gelas beker, pembakar spiritus, serbuk gergaji, kaki tiga, korek api dan air.
Cara Kerja:
1. Abilah gelas beker, isilah dengan air
sampai hampir penuh.
2. Masukkan serbuk gergaji.
3. Panaskan air dalam gelas beker tersebut
tepat pada bagian kanan bawah dengan
menggunakan pembakar bunsen.
4. Amati apa yang terjadi.
Pengembangan Keterampilan
1. Keterampilan Mengamati: Apa yang terjadi pada serbuk gergaji waktu air
dipanaskan?
2. Keterampilan Mengamati: Bagaimanakah arah perjalanan serbuk gergaji
tersebut?
3. Keterampilan Interpretasi: Berikanlah kesimpulan dari hasil pengamatanmu!
Kegiatan 3
Tujuan:
Siswa mampu mengamati dan menafsirkan pengamatan untuk memahami
perpindahan kalor secara radiasi.
Alat dan Bahan:
Sebuah kaleng timah, cat hitam kusam, dan air mendidih.
Cara Kerja:
1. Siapkan sebuah kaleng timah. Cat
sebagian dinding luarnya dengan cat
hitam kusam dan biarkan sebagian
lainnya tetap mengkilap.
2. Tuangkan air mendidih ke dalam kaleng
tersebut.
3. Letakkan kedua telapak tanganmu pada
jarak yang sama kira-kira 1 cm dari
kedua sisi kaleng.
Pengembangan Keterampilan
1. Keterampilan Mengamati: Apa yang kamu rasakan ketika kedua tanganmu
ditempelkan pada kedua sisi kaleng yang diberi warna berbeda (hitam dan
putih)?
2. Keterampilan Mengamati: Apa yang kamu rasakan ketika tangan
ditempelkan di sisi kaleng yang berwarna hitam setelah didiamkan selama 3
menit?
3. Keterampilan Mengamati: Apa yang kamu rasakan ketika tangan
ditempelkan di sisi kaleng yang berwarna putih setelah didiamkan selama 3
menit?
4. Keterampilan Interpretasi: Buatlah kesimpulan yang berdasarkan pada pola-
pola yang telah kamu temukan!
Lampiran B.1 : Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Lampiran B.2 : Validitas Soal A
Lampiran B.3 : Validitas Soal B
Lampiran B.4 : Reliabilitas Soal A
Lampiran B.5 : Reliabilitas Soal B
Lampiran B.6 : Tingkat Kesukaran Soal A
Lampiran B.7 : Tingkat Kesukaran Soal B
Lampiran B.8 : Daya Pembeda Soal A
Lampiran B.9 : Daya Pembeda Soal B
Lampiran B.10 : Rekapitulasi Uji Coba Instrumen Soal A
Lampiran B.11 : Rekapitulasi Uji Coba Instrumen Soal B
Lampiran B.12 : Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Soal A
dan Soal B
LAMPIRAN B
KISI-KISI DAN ANALISIS UJI COBA
INSTRUMEN PENELITIAN
KISI–KISI INSTRUMEN KETERAMPILAN PROSES SAINS
Satuan Pendidikan : SMP / MTs Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit (2 JP)
Mata Pelajaran : Fisika Jumlah Soal : 20 soal
Kelas : VII (Tujuh) Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Kompetensi
Dasar Materi Sub Materi Indikator
Aspek KPS yang dikembangkan
Menafsirkan
(Interpretasi)
Menerapkan
Konsep Komunikasi Soal
Mendeskripsikan
peran kalor
dalam mengubah
wujud zat dan
suhu suatu benda
serta
penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari.
Kalor Pengaruh kalor
terhadap
perubahan suhu
benda
Menyelidiki pengaruh kalor terhadap
perubahan suhu benda. 1, 2 3 3
Menerapkan hubungan
untuk menyelesaikan masalah
sederhana.
4, 5, 6 7 4
Pengaruh kalor
terhadap
perubahan
wujud zat
Menyelidiki pengaruh kalor terhadap
perubahan wujud zat. 8 9, 10, 11 4
Menerapkan dan
untuk menyelesaikan maslaah
sederhana.
12, 13, 14 3
Penguapan Menyelidiki faktor-faktor yang dapat
mempercepat penguapan. 15, 16 17 3
Perpindahan
kalor
Menyelidiki perpindahan kalor secara
konduksi, konveksi, dan radiasi. 18, 19 20 3
Soal 7 6 7 20
Indikator Aspek KPS Soal A Soal B Kunci
Jawaban
Menyimpulkan
hubungan
antara kalor
dengan massa
benda.
Menafsirkan
(Interpretasi)
1. Perhatikan tabel hasil percobaan berikut ini!
Gelas A Gelas B
Jenis Zat Air Air
Massa 50 gram 100 gram
Pemanasan 60oC 60
oC
Waktu 8 menit 16 menit
Berdasarkan data tabel di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa ....
A. Banyaknya kalor yang diperlukan benda
sebanding dengan waktu
B. Banyaknya kalor yang diperlukan benda
sebanding dengan massa benda
C. Banyaknya kalor yang diperlukan benda
berbanding terbalik dengan massa benda
D. Banyaknya kalor yang diperlukan benda
berbanding terbalik dengan waktu
1. Sebuah percobaan tentang hubungan kalor
dengan massa benda, diperoleh kesimpulan
bahwa banyaknya kalor yang diperlukan benda
sebanding dengan massa benda. Hasil
percobaan yang sesuai dengan kesimpulan
tersebut adalah ….
Gelas A Gelas B
Jenis Zat Air Minyak Goreng
Massa 50 gram 100 gram
Pemanasan 60oC 60
oC
Waktu 16 menit 8 menit
Gelas A Gelas B
Jenis Zat Air Air
Massa 50 gram 100 gram
Pemanasan 60oC 60
oC
Waktu 8 menit 16 menit
Gelas A Gelas B
Jenis Zat Air Minyak Goreng
Massa 50 gram 50 gram
Pemanasan 60oC 60
oC
Waktu 16 menit 8 menit
B
A.
B.
C.
Indikator Aspek KPS Soal A Soal B Kunci
Jawaban
Gelas A Gelas B
Jenis Zat Air Air
Massa 50 gram 100 gram
Pemanasan 30oC 30
oC
Waktu 16 menit 8 menit
Menyimpulkan
hubungan
antara kalor
dengan jenis
zat.
Menafsirkan
(Interpretasi)
2. Perhatikan tabel data hasil percobaan berikut
ini.
Gelas A Gelas B
Jenis Zat Air Minyak Goreng
Massa 50 gram 50 gram
Pemanasan 30oC 30
oC
Waktu 8 menit 6,5 menit
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan
bahwa kalor yang diperlukan zat untuk
menaikkan suhunya ….
A. bergantung pada gelasnya
B. bergantung pada jenis zatnya
C. tidak bergantung pada massanya
D. tidak bergantung pada jenis zatnya
2. Sebuah percobaan tentang hubungan kalor
dengan jenis zat, diperoleh kesimpulan bahwa
kalor yang diperlukan zat untuk menaikkan
suhunya bergantung pada jenis zatnya. Hasil
percobaan yang sesuai dengan kesimpulan
tersebut adalah ….
Gelas A Gelas B
Jenis Zat Air Air
Massa 50 gram 100 gram
Pemanasan 30oC 30
oC
Waktu 8 menit 6,5 menit
Gelas A Gelas B
Jenis Zat Air Minyak Goreng
Massa 50 gram 50 gram
Pemanasan 30oC 30
oC
Waktu 8 menit 6,5 menit
B
D.
A.
B.
Indikator Aspek KPS Soal A Soal B Kunci
Jawaban
Gelas A Gelas B
Jenis Zat Air Air
Massa 50 gram 100 gram
Pemanasan 30oC 30
oC
Waktu 6,5 menit 8 menit
Gelas A Gelas B
Jenis Zat Air Minyak Goreng
Massa 50 gram 100 gram
Pemanasan 30oC 30
oC
Waktu 8 menit 6,5 menit
Mengubah
bentuk
penyajian data.
Komunikasi 3. Perhatikan data tabel percobaan di bawah ini.
No Waktu (menit) Suhu (oC)
1 0 20
2 1 28
3 2 36
4 3 44
5 4 52
Pada data tabel di atas menunjukkan hubungan
antara suhu dan waktu pemanasan. Grafik yang
sesuai dengan data tersebut adalah ….
3. Perhatikan grafik di bawah ini.
Pada grafik di atas menunjukkan hubungan
antara suhu dan waktu pemanasan. Data tabel
yang sesuai dengan grafik tersebut adalah ….
C
C.
D.
Indikator Aspek KPS Soal A Soal B Kunci
Jawaban
No Waktu (menit) Suhu (oC)
1 0 52
2 1 44
3 2 36
4 3 28
5 4 20
No Waktu (menit) Suhu (oC)
1 0 20
2 1 20
3 2 20
4 3 20
5 4 20
No Waktu (menit) Suhu (oC)
1 0 20
2 1 28
3 2 36
4 3 44
5 4 52
A.
C.
B.
A.
C.
B.
Indikator Aspek KPS Soal A Soal B Kunci
Jawaban
No Waktu (menit) Suhu (oC)
1 0 0
2 1 20
3 2 20
4 3 40
5 4 40
Menerapkan
hubungan
Q = m.c.∆t
untuk
menyelesaikan
masalah
sederhana.
Menerapkan
Konsep
4. Sepotong besi mempunyai massa 2 kg. Besi
dipanaskan dari 14oC menjadi 30
oC. Jika kalor
jenis besi 450 J/kg oC, maka besar kalor yang
diperlukan besi adalah ….
A. 31.500 J
B. 22.600 J
C. 17.200 J
D. 14.400 J
4. Sekelompok siswa melakukan percobaan
dengan menggunakan sebuah besi yang
bermassa 2 kg. Besi tersebut dipanaskan dari 14 oC menjadi 30
oC dan membutuhkan kalor
sebanyak 14.400 J. Besar kalor jenis besi adalah
….
A. 1800 J / kg oC
B. 750 J / kg oC
C. 625 J / kg oC
D. 450 J / kg oC
D
D. D.
Indikator Aspek KPS Soal A Soal B Kunci
Jawaban
Menerapkan
hubungan
Q = m.c.∆t
untuk
menyelesaikan
masalah
sederhana.
Menerapkan
Konsep
5. Sebuah tembaga bermassa 1 kg dipanaskan dari
20oC menjadi 35
oC dan membutuhkan kalor
sebanyak 5.850 Joule. Besar kalor jenis tembaga
adalah ….
A. 250 J / kg oC
B. 290 J / kg oC
C. 390 J / kg oC
D. 425 J / kg oC
5. Sekelompok siswa melakukan percobaan
dengan menggunakan tembaga yang bermassa 1
kg. Kemudian tembaga tersebut dipanaskan dari
suhu 20 oC sampai 35
oC. Jika kalor jenis
tembaga 390 J / kg oC, maka kalor yang
diperlukan dalam percobaan tersebut adalah ….
A. 4.200 Joule
B. 4.700 Joule
C. 5.850 Joule
D. 5.950 Joule
C
Menerapkan
hubungan
Q = m.c.∆t
untuk
menyelesaikan
masalah
sederhana.
Menerapkan
Konsep
6. Sekelompok siswa melakukan percobaan
dengan menggunakan aluminium yang
massanya 1000 gram dan kalor jenisnya 0,21
kkal / kg oC. Suhu yang harus dinaikkan untuk
menyerap kalor sebesar 10,5 kkal adalah ….
A. 50oC
B. 60oC
C. 70oC
D. 80oC
6. Sekelompok siswa melakukan percobaan
dengan menggunakan aluminium yang kalor
jenisnya 0,21 kkal / kg oC. Dibutuhkan kalor
sebanyak 10,5 kkal untuk menaikan suhunya
sebesar 50 oC. Massa aluminum tersebut adalah
….
A. 1 kg
B. 10 kg
C. 100 kg
D. 1000 kg
A
Indikator Aspek KPS Soal A Soal B Kunci
Jawaban
Menerapkan
hubungan
Q = m.c.∆t
untuk
menyelesaikan
masalah
sederhana
melalui grafik.
Menerapkan
Konsep
7. Perhatikan grafik di bawah ini.
Pada grafik di atas menunjukkan hubungan
antara suhu dan kalor yang diserap oleh suatu
zat. Massa zat tersebut adalah 50 gram, maka
kalor jenisnya adalah ….
A. 0,1 kal/g oC
B. 0,2 kal/g oC
C. 3,6 kal/g oC
D. 7,5 kal/g oC
7. Perhatikan grafik di bawah ini.
Pada grafik di atas menunjukkan hubungan
antara suhu dan kalor yang diserap oleh suatu
zat. Kalor jenis zat tersebut adalah 0,2 kal/g oC,
maka massa zat tersebut adalah ….
A. 70 gram
B. 50 gram
C. 20 gram
D. 10 gram
B
Menyimpulkan
percobaan
dengan
menggunakan
bahan kamper.
Menafsirkan
(Interpretasi)
8. Sekelompok siswa melakukan percobaan
dengan menggunakan tiga buah kamper.
Kemudian kamper tersebut dimasukkan ke
dalam bejana dan dipanaskan. Setelah beberapa
lama dipanaskan, ternyata tercium bau harum
dari kamper. Kesimpulan dari percobaan
tersebut adalah ….
A. Kamper berubah wujud dari padat menjadi
cair
8. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil percobaan
tentang perubahan wujud zat adalah terjadi
perubahan wujud dari padat menjadi gas.
Percobaan yang sesuai dengan kesimpulan
tersebut adalah ….
A. Potongan lilin yang dimasukkan ke dalam
gelas beker, kemudian dipanaskan secara
terus-menerus.
B
Indikator Aspek KPS Soal A Soal B Kunci
Jawaban
B. Kamper berubah wujud dari padat menjadi
gas
C. Kamper berubah wujud dari cair menjadi
padat
D. Kamper berubah wujud dari cair menjadi gas
B. Kamper yang dimasukkan ke dalam gelas
beker, kemudian dipanaskan secara terus-
menerus.
C. Air yang dimasukkan ke dalam gelas beker,
kemudian dipanaskan terus-menerus.
D. Es yang dimasukkan ke dalam gelas beker,
kemudian dipanaskan terus-menerus.
Mengubah
bentuk
penyajian data.
Komunikasi 9. Alkohol dituangkan ke dalam gelas beker dan
dipanaskan. Kemudian suhu cairan alkohol
tersebut dibaca setiap menit. Setelah beberapa
menit dipanaskan, diperoleh data sebagai
berikut.
Waktu
(menit) 0 1 2 3 5 8 11
Suhu
alkohol (oC)
20 40 57 70 78 78 78
Grafik yang sesuai dengan data tabel di atas
adalah ….
A.
9. Perhatikan grafik di bawah ini.
Grafik di atas menunjukkan hubungan antara
suhu dan waktu pemanasan pada saat alkohol
dipanaskan. Data yang sesuai dengan grafik di
atas adalah ….
Waktu
(menit) 0 1 2 3 5 8 11
Suhu
alkohol (oC)
20 35 50 50 78 80 80
D
A.
Indikator Aspek KPS Soal A Soal B Kunci
Jawaban
B.
C.
D.
Waktu
(menit) 0 1 2 3 5 8 11
Suhu
alkohol (oC)
78 60 55 43 36 20 0
Waktu
(menit) 0 1 2 3 5 8 11
Suhu
alkohol (oC)
50 50 50 50 50 50 50
Waktu
(menit) 0 1 2 3 5 8 11
Suhu
alkohol (oC)
20 40 57 70 78 78 78
D.
C.
B.
Indikator Aspek KPS Soal A Soal B Kunci
Jawaban
Membaca
grafik
hubungan suhu
dan waktu
pemanasan air.
Komunikasi 10. Perhatikan grafik hubungan suhu dan waktu
pemanasan air berikut ini.
Proses yang menunjukkan tidak terjadinya
perubahan suhu atau suhu tetap terdapat pada
….
A. BC dan CD
B. CD dan DE
C. BC dan DE
D. CD saja
10. Perhatikan grafik hubungan suhu dan waktu
pemanasan air berikut ini.
Pada proses BC dan DE menunjukkan ….
A. Kenaikan suhu air
B. Kenaikan suhu es
C. Suhu tetap
D. Penurunan suhu
C
Membaca
grafik suhu
terhadap kalor
zat padat.
Komunikasi 11. Perhatikan diagram berikut ini.
11. Perhatikan diagram berikut ini.
C
Indikator Aspek KPS Soal A Soal B Kunci
Jawaban
Suatu zat padat seberat 25 gram dipanaskan dari
titik A sampai ke titik D. Diagram kalor-
suhunya dilukiskan pada gambar di atas. Titik
lebur zat padat itu adalah ....
A. 0 oC
B. 20 oC
C. 320 oC
D. 420 oC
Suatu zat padat seberat 25 gram dipanaskan dari
titik A sampai ke titik D. Diagram kalor-
suhunya dilukiskan pada gambar di atas. Pada
suhu 320 oC menunjukkan ….
A. Titik didih
B. Penguapan
C. Titik lebur
D. Kenaikan suhu
Menerapkan
hubungan
Q = m.L untuk
menyelesaikan
masalah
sederhana.
Menerapkan
Konsep
12. Untuk memanaskan 5 kg es 0oC (kalor lebur es
3,36 × 105 J / kg) dibutuhkan energi kalor
sebesar ….
A. 1,68 × 106 Joule
B. 1,11 × 106 Joule
C. 1,68 × 105 Joule
D. 3,33 × 105 Joule
12. Sekelompok siswa melakukan percobaan
dengan menggunakan es yang kalor leburnya
3,36 × 105 J / kg. Jika energi kalor yang
dibutuhkan es 1,68 × 106 Joule, maka massa es
adalah ….
A. 5 kg
B. 6 kg
C. 7 kg
D. 8 kg
A
Menerapkan
hubungan
Q = m.U untuk
menyelesaikan
masalah
sederhana.
Menerapkan
Konsep
13. Untuk menguapkan 2 kg air dengan suhu 100oC
(kalor uap 2,26 × 106 J / kg) diperlukan kalor
sebesar ….
A. 1,13 × 105 Joule
B. 4,52 × 105 Joule
C. 1,13 × 106 Joule
D. 4,52 × 106 Joule
13. Sekelompok siswa melakukan percobaan
dengan menggunakan air yang kalor uapnya
2,26 × 106 J / kg. Jika energi kalor yang
diperlukan air 4,52 × 106 Joule, maka massa air
adalah ….
A. 5 kg
B. 4 kg
C. 3 kg
D. 2 kg
D
Indikator Aspek KPS Soal A Soal B Kunci
Jawaban
Menerapkan
hubungan
Q = m.L untuk
menyelesaikan
masalah
sederhana.
Menerapkan
Konsep
14. Untuk memanaskan 4 kg es 0oC (kalor lebur es
3,36 × 105 J / kg) dibutuhkan energi kalor
sebesar ….
A. 1,19 × 106 Joule
B. 1,34 × 106 Joule
C. 1,19 × 105 Joule
D. 1,34 × 105 Joule
14. Sekelompok siswa melakukan percobaan
dengan menggunakan es yang kalor leburnya
3,36 × 105 J / kg. Jika energi kalor yang
dibutuhkan es 1,34 × 106 Joule, maka massa air
adalah ….
A. 3 kg
B. 4 kg
C. 5 kg
D. 6 kg
B
Menemukan
suatu pola
pada peristiwa
mempercepat
penguapan.
Menafsirkan
(Interpretasi)
15. Ayah membuat kopi panas di dalam gelas.
Setelah itu, ia tuangkan sebagian kopi panas ke
dalam cawan. Air kopi dalam cawan lebih cepat
dingin dibandingkan dengan air kopi dalam
gelas. Berdasarkan peristiwa ini untuk
mempercepat penguapan dilakukan dengan ....
A. Memanaskan
B. Memperluas permukaan zat cair
C. Mengurangi tekanan
D. Meniupkan udara di atas zat cair
15. Salah satu cara untuk mempercepat terjadinya
penguapan adalah dengan memperluas
permukaan zat cair. Pola yang sesuai dengan
pernyataan di atas terdapat pada perisitiwa ....
A. Pakaian basah dijemur di tempat yang
mendapat sinar matahari lebih cepat kering
dari pada dijemur di tempat teduh
B. Kopi panas dalam gelas akan lebih cepat
dingin jika dituangkan ke dalam cawan
C. Teh panas dalam gelas akan lebih cepat
dingin jika ditiupkan udara di atas
permukaan air teh
D. Memasak air di dataran tinggi akan lebih
cepat mendidih dari pada ketika masak di
dataran rendah
B
Indikator Aspek KPS Soal A Soal B Kunci
Jawaban
Menyimpulkan
percobaan.
Menafsirkan
(Interpretasi)
16. Air bermassa 50 ml dimasukkan ke dalam gelas
beker kemudian dipanaskan. Semakin lama air
dipanaskan maka akan mendidih dan terlihat
uap air dari permukaan air. Berdasarkan
percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa
….
A. Pada waktu menguap zat memerlukan kalor
B. Pada waktu menguap zat melepaskan kalor
C. Pada waktu mengembun zat memerlukan
kalor
D. Pada waktu mengembun zat melepaskan
kalor
16. Kesimpulan yang diperoleh dalam suatu
percobaan adalah pada waktu menguap zat
memerlukan kalor. Percobaan yang sesuai
dengan kesimpulan tersebut adalah ….
A. Air dimasukkan ke dalam gelas beker
kemudian dipanaskan. Semakin lama air
dipanaskan maka akan mendidih dan terlihat
uap air dari permukaan air.
B. Es krim dibiarkan beberapa saat dalam
keadaan terbuka, lama kelamaan es krim
akan mencair.
C. Potongan lilin yang dimasukkan ke dalam
gelas beker kemudian dipanaskan. Semakin
lama lilin dipanaskan maka akan mencair.
D. Air yang dimasukkan ke dalam mesin
pendingin, lama kelamaan akan membeku.
A
Mengubah
bentuk
penyajian data.
Komunikasi 17. Sekelompok siswa melakukan percobaan
tentang penguapan air yang terjadi pada cangkir
dan piring kecil. Percobaan tersebut dimulai
dengan menuangkan air panas ke dalam cangkir
dan piring kecil secara bersamaan sebanyak 50
ml. Suhu air panas yang berada di cangkir dan
piring kecil dibaca dengan menggunakan
termometer setiap 2 menit (dimulai dari 0 – 6
menit). Setelah dilakukan empat kali
pengukuran pada cangkir diperoleh hasil
sebagai berikut; 53, 48, 43, dan 35. Sedangkan
17. Perhatikan tabel di bawah ini.
Hasil percobaan yang sesuai dengan data tabel
tersebut adalah ….
A. Percobaan tentang penguapan air yang
terjadi pada cangkir dan piring kecil. Suhu
air panas yang berada di cangkir dan piring
Waktu (menit) 0 2 4 6
Suhu air di cangkir (oC) 53 48 43 35
Suhu air di piring kecil (oC) 53 44 36 30
B
Indikator Aspek KPS Soal A Soal B Kunci
Jawaban
pada piring kecil diperoleh hasil sebagai
berikut; 53, 44, 36, dan 30.
Data tabel yang sesuai dengan hasil pengamatan
tersebut adalah …..
Waktu (menit) 0 2 4 6
Suhu air di
cangkir (oC)
53 44 36 30
Suhu air di piring
kecil (oC)
53 48 43 35
Waktu (menit) 0 2 4 6
Suhu air di
cangkir (oC)
53 48 43 35
Suhu air di piring
kecil (oC)
53 44 36 30
Waktu (menit) 0 1 3 6
Suhu air di
cangkir (oC)
53 48 43 35
Suhu air di piring
kecil (oC)
53 44 36 30
kecil dibaca dengan menggunakan
termometer setiap menit. Setelah dilakukan
empat kali pengukuran pada cangkir
diperoleh hasil sebagai berikut; 53, 44, 36,
dan 30. Sedangkan pada piring kecil
diperoleh hasil sebagai berikut; 53, 48, 43,
dan 35.
B. Percobaan tentang penguapan air yang
terjadi pada cangkir dan piring kecil. Suhu
air panas yang berada di cangkir dan piring
kecil dibaca dengan menggunakan
termometer setiap 2 menit (dimulai dari 0 –
6 menit). Setelah dilakukan empat kali
pengukuran pada cangkir diperoleh hasil
sebagai berikut; 53, 48, 43, dan 35.
Sedangkan pada piring kecil diperoleh hasil
sebagai berikut; 53, 44, 36, dan 30.
C. Percobaan tentang penguapan air yang
terjadi pada cangkir dan piring kecil. Suhu
air panas yang berada di cangkir dan piring
kecil dibaca dengan menggunakan
termometer setiap 3 menit (dimulai dari 0 –
6 menit). Setelah dilakukan empat kali
pengukuran pada cangkir diperoleh hasil
sebagai berikut; 53, 48, 43, dan 35.
Sedangkan pada piring kecil diperoleh hasil
sebagai berikut; 53, 44, 36, dan 30.
A.
B.
C.
Indikator Aspek KPS Soal A Soal B Kunci
Jawaban
Waktu (menit) 0 1 3 6
Suhu air di
cangkir (oC)
35 43 48 53
Suhu air di piring
kecil (oC)
30 36 44 53
D. Percobaan tentang penguapan air yang
terjadi pada cangkir dan piring kecil. Suhu
air panas yang berada di cangkir dan piring
kecil dibaca dengan menggunakan
termometer setiap 2 menit (dimulai dari 0 –
6 menit). Setelah dilakukan empat kali
pengukuran pada cangkir diperoleh hasil
sebagai berikut; 53, 44, 36, dan 30.
Sedangkan pada piring kecil diperoleh hasil
sebagai berikut; 53, 48, 43, dan 35.
Menafsirkan
pengamatan
mengenai
perpindahan
kalor secara
konduksi.
Menafsirkan
(Interpretasi)
18. Dalam empat percobaan terpisah, sendok
dengan bahan berbeda ditempatkan dalam air
yang sedang mendidih, seperti ditunjukkan
dalam diagram berikut.
Dalam percobaan di atas, sendok yang paling
cepat panas terdapat pada nomor ….
A. (1) C. (3)
B. (2) D. (4)
18. Perhatikan diagram di bawah ini.
Dalam empat percobaan terpisah, sendok
dengan bahan berbeda ditempatkan dalam air
yang sedang mendidih. Pernyataan yang sesuai
dengan percobaan tersebut adalah ….
A. Sendok kayu lebih cepat panas
dibandingkan dengan sendok lainnya.
B. Sendok baja lebih cepat panas dibandingkan
dengan sendok lainnya.
B
D.
Indikator Aspek KPS Soal A Soal B Kunci
Jawaban
C. Sendok plastik lebih cepat panas
dibandingkan dengan sendok lainnya.
D. Sendok kaca lebih cepat panas
dibandingkan dengan sendok lainnya.
Menyimpulkan
percobaan.
Menafsirkan
(Interpretasi)
19. Kesimpulan yang diperoleh dari suatu
percobaan adalah warna hitam sangat baik
menyerap kalor radiasi. Peristiwa yang sesuai
dengan kesimpulan tersebut adalah ….
A. Andi melakukan percobaan dengan
menggunakan kaleng timah yang dicat
sebagian dinding luarnya dengan cat hitam
kusam, sedangkan sebagian dinding yang
lain dibiarkan tetap mengilap. Kemudian ia
tuangkan air mendidih ke dalam kaleng.
Lalu ia letakkan kedua telapak tangannya
pada kedua sisi kaleng. Ternyata sisi kaleng
yang berwarna hitam kusam lebih panas
dibandingkan kaleng yang dibiarkan
mengilap.
B. Andi melakukan percobaan dengan
menggunakan kaleng timah yang dicat
sebagian dinding luarnya dengan cat hitam
kusam, sedangkan sebagian dinding yang
lain dibiarkan tetap mengilap. Kemudian ia
tuangkan air mendidih ke dalam kaleng
tersebut. Lalu ia letakkan kedua telapak
19. Andi melakukan percobaan dengan
menggunakan sebuah kaleng timah. Kaleng
tersebut dicat sebagian dinding luarnya dengan
cat hitam kusam, sedangkan sebagian dinding
yang lain dibiarkan tetap mengilap. Kemudian
ia tuangkan air mendidih ke dalam kaleng
tersebut. Lalu ia letakkan kedua telapak
tangannya pada kedua sisi kaleng. Ternyata sisi
kaleng yang berwarna hitam kusam lebih panas
dibandingkan kaleng yang dibiarkan mengilap.
Berdasarkan percobaan tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa ….
A. Warna hitam sangat baik menyerap kalor
radiasi.
B. Warna hitam penyerap kalor radiasi yang
buruk.
C. Permukaan yang mengilap sangat baik
menyerap kalor radiasi.
D. Permukaan yang mengilap tidak menyerap
kalor radiasi
A
Indikator Aspek KPS Soal A Soal B Kunci
Jawaban
tangannya pada kedua sisi kaleng. Ternyata
sisi kaleng yang dibiarkan mengilap lebih
cepat panas dibandingkan kaleng yang dicat
hitam.
C. Andi memakai baju berwarna cerah di siang
hari, ternyata terasa lebih panas
dibandingkan berwarna hitam.
D. Andi memakai baju berwarna hitam di siang
hari, ternyata terasa sejuk dibandingkan
berwarna cerah.
Membaca
diagram
pergerakan
serbuk kapur
di dalam air
yang dipanasi.
Komunikasi 20. Gambar di bawah ini menunjukkan serbuk
kapur di dalam air yang dipanasi. Gerakan
serbuk kapur itu seperti gambar …..
20. Perhatikan diagram di bawah ini.
Pernyataan yang sesuai dengan diagram di atas
adalah ….
A. Air panas dibagian bawah tabung naik ke
atas dan air dingin pada bagian atas tabung
turun ke bawah.
B. Air panas dibagian bawah tabung tetap
berada di bawah dan air dingin pada bagian
A
Indikator Aspek KPS Soal A Soal B Kunci
Jawaban
atas tabung tetap berada di bawah.
C. Air panas dibagian bawah tabung naik ke
atas dan air dingin pada bagian atas tabung
tetap berada diatas.
D. Air panas dibagian atas tabung turun ke
bawah dan air dingin pada bagian bawah
tabung tetap berada di bawah.
Lampiran B.2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 9
2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 3 9
3 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 4 16
4 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 5 25
5 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 5 25
6 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 6 36
7 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 6 36
8 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 7 49
9 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 7 49
10 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 7 49
11 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 7 49
12 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 7 49
13 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 7 49
14 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 7 49
15 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 8 64
16 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 8 64
17 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 9 81
18 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 9 81
19 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 10 100
20 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 10 100
21 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 11 121
22 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 13 169
23 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 13 169
24 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 13 169
25 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 14 196
26 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 14 196
27 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 14 196
28 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 15 225
29 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 17 289
30 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17 289
∑p 12 9 14 14 14 13 15 22 6 26 5 17 17 10 11 15 3 16 22 15 276 3008
p 0.40 0.30 0.47 0.47 0.47 0.43 0.50 0.73 0.20 0.87 0.17 0.57 0.57 0.33 0.37 0.50 0.10 0.53 0.73 0.50
q 0.60 0.70 0.53 0.53 0.53 0.57 0.50 0.27 0.80 0.13 0.83 0.43 0.43 0.67 0.63 0.50 0.90 0.47 0.27 0.50
Mp 12,5 14,11 11,643 11,071 10,928 11,385 10 10,091 12,667 9,808 12,8 10,765 9,294 10,8 11,364 10,333 15 10,937 9,818 11,4
rpbi 0,682 0,813 0,582 0,455 0,412 0,479 0,202 0,370 0,438 0,398 0,413 0,456 0,027 0,284 0,419 0,277 0,488 0,467 0,257 0,556
Uji Hipotesis
Val
id
Val
id
Val
id
Val
id
Val
id
Val
id
Tid
ak V
alid
Val
id
Val
id
Val
id
Val
id
Val
id
Tid
ak V
alid
Tid
ak V
alid
Val
id
Tid
ak V
alid
Val
id
Val
id
Tid
ak V
alid
Val
id
Mt
9,2
(Xt2)
Skor Total
(Xt)
Tabel Perhitungan Uji Validitas Soal A
SDt
3,953
rtabel
0,361
Skor untuk item noNo Resp
Lampiran B.3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 2 4
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4
3 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 9
4 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 9
5 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 3 9
6 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 4 16
7 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 5 25
8 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 6 36
9 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 7 49
10 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 7 49
11 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 8 64
12 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 8 64
13 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 8 64
14 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 9 81
15 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 10 100
16 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 11 121
17 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 11 121
18 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 121
19 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 11 121
20 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 12 144
21 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 12 144
22 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 13 169
23 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 13 169
24 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 13 169
25 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 196
26 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 14 196
27 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 196
28 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 15 225
29 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 256
30 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 17 289
∑p 18 13 11 14 5 5 13 21 6 25 4 19 20 22 14 13 12 15 16 16 282 3220
p 0.60 0.43 0.37 0.47 0.17 0.17 0.43 0.70 0.20 0.83 0.13 0.63 0.67 0.73 0.47 0.43 0.40 0.50 0.53 0.53
q 0.40 0.57 0.63 0.53 0.83 0.83 0.57 0.30 0.80 0.17 0.87 0.37 0.33 0.27 0.53 0.57 0.60 0.50 0.47 0.47
Mp 11,667 11,769 12,364 10,5 11,6 14 11,923 10,667 13,667 10,16 13 11,316 11,4 10,636 12,071 11,923 11,917 11,867 11,187 11,125
rpbi 0,637 0,472 0,522 0,237 0,229 0,477 0,502 0,444 0,490 0,384 0,319 0,574 0,654 0,467 0,577 0,502 0,472 0,566 0,435 0,420
Uji Hipotesis
Val
id
Val
id
Val
id
Tid
ak V
alid
Tid
ak V
alid
Val
id
Val
id
Val
id
Val
id
Val
id
Tid
ak V
alid
Val
id
Val
id
Val
id
Val
id
Val
id
Val
id
Val
id
Val
id
Val
id
Mt
9,4
Tabel Perhitungan Uji Validitas Soal B
SDt rtabel
4,355 0,361
No RespSkor untuk item no Skor Total
(Xt)(Xt
2)
Lampiran B.4
1 2 3 4 5 6 8 9 10 11 12 15 17 18 20
1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 4
3 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 3 9
4 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 4 16
5 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 9
6 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 4 16
7 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 4 16
8 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 4 16
9 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 4 16
10 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 5 25
11 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 3 9
12 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 5 25
13 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 5 25
14 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 5 25
15 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 5 25
16 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 5 25
17 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 6 36
18 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 5 25
19 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 6 36
20 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 8 64
21 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 8 64
22 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 11 121
23 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 10 100
24 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 10 100
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 12 144
26 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 10 100
27 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 11 121
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 13 169
29 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 13 169
30 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 12 144
∑p 12 9 14 14 14 13 22 6 26 5 17 11 3 16 15 197 1655
p 0.40 0.30 0.47 0.47 0.47 0.43 0.73 0.20 0.87 0.17 0.57 0.37 0.10 0.53 0.50
q 0.60 0.70 0.53 0.53 0.53 0.57 0.27 0.80 0.13 0.83 0.43 0.63 0.90 0.47 0.50
pq 0.24 0.21 0.25 0.25 0.25 0.25 0.20 0.16 0.12 0.14 0.25 0.23 0.09 0.25 0.25 ∑pq = 3,12
S2
r11
rtabel 0,361
Tabel Perhitungan Uji Realibilitas Soal A
No Resp Skor Total (Xt) (Xt2)
Skor untuk item no
12,05
0,767 Tinggi
Lampiran B.5
1 2 3 6 7 8 9 10 12 13 14 15 16 17 18 19 201 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 2 4
2 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4
3 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4
4 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4
5 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 3 9
6 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 4 16
7 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 5 25
8 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 6 36
9 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 7 49
10 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 6 36
11 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 6 36
12 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 8 64
13 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 7 49
14 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 8 64
15 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 8 64
16 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 11 121
17 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 10 100
18 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10 100
19 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 11 121
20 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 10 100
21 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 10 100
22 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 13 169
23 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 12 144
24 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 12 144
25 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 196
26 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 13 169
27 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 13 169
28 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 15 225
29 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 225
30 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 14 196
∑p 18 13 11 5 13 21 6 25 19 20 22 14 13 12 15 16 16 259 2743
p 0.60 0.43 0.37 0.17 0.43 0.70 0.20 0.83 0.63 0.67 0.73 0.47 0.43 0.40 0.50 0.53 0.53
q 0.40 0.57 0.63 0.83 0.57 0.30 0.80 0.17 0.37 0.33 0.27 0.53 0.57 0.60 0.50 0.47 0.47
pq 0.24 0.25 0.23 0.14 0.25 0.21 0.16 0.14 0.23 0.22 0.20 0.25 0.25 0.24 0.25 0.25 0.25 ∑pq =3,74
S2
r11
rtabel 0,361
Tabel Perhitungan Uji Realibilitas Soal B
No RespSkor Total
(Xt)(Xt
2)
Skor untuk item no
16,9
0,805 Tinggi
Lampiran B.6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3
2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 3
3 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 4
4 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 5
5 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 5
6 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 6
7 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 6
8 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 7
9 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 7
10 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 7
11 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 7
12 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 7
13 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 7
14 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 7
15 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 8
16 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 8
17 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 9
18 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 9
19 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 10
20 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 10
21 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 11
22 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 13
23 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 13
24 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 13
25 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 14
26 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 14
27 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 14
28 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 15
29 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 17
30 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17
∑p 12 9 14 14 14 13 15 22 6 26 5 17 17 10 11 15 3 16 22 15 276
Indeks TK 0.40 0.30 0.47 0.47 0.47 0.43 0.50 0.73 0.20 0.87 0.17 0.57 0.57 0.33 0.37 0.50 0.10 0.53 0.73 0.50
Keputusan
Sed
ang
Sed
ang
Sed
ang
Sed
ang
Sed
ang
Sed
ang
Sed
ang
Mu
dah
Su
kar
Mu
dah
Su
kar
Sed
ang
Sed
ang
Sed
ang
Sed
ang
Sed
ang
Su
kar
Sed
ang
Mu
dah
Sed
ang
Tabel Perhitungan Derajat Kesukaran Soal A
No RespSkor untuk item no Skor Total
(Xt)
Tabel Perhitungan Derajat Kesukaran Soal A
Lampiran B.7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 2
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2
3 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
4 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
5 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 3
6 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 4
7 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 5
8 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 6
9 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 7
10 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 7
11 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 8
12 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 8
13 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 8
14 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 9
15 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 10
16 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 11
17 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 11
18 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11
19 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 11
20 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 12
21 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 12
22 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 13
23 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 13
24 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 13
25 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
26 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 14
27 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14
28 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 15
29 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16
30 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 17
∑p 18 13 11 14 5 5 13 21 6 25 4 19 20 22 14 13 12 15 16 16 282
Indeks TK 0.60 0.43 0.37 0.47 0.17 0.17 0.43 0.70 0.20 0.83 0.13 0.63 0.67 0.73 0.47 0.43 0.40 0.50 0.53 0.53
Keputusan
Sed
ang
Sed
ang
Sed
ang
Sed
ang
Sukar
Sukar
Sed
ang
Sed
ang
Sukar
Mudah
Sukar
Sed
ang
Sed
ang
Mudah
Sed
ang
Sed
ang
Sed
ang
Sed
ang
Sed
ang
Sed
ang
No RespSkor untuk item no Skor Total
(Xt)
Tabel Perhitungan Derajat Kesukaran Soal B
Lampiran B.8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
30 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17 289
29 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 17 289
28 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 15 225
27 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 14 196
26 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 14 196
25 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 14 196
24 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 13 169
23 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 13 169
22 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 13 169
21 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 11 121
20 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 10 100
19 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 10 100
18 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 9 81
17 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 9 81
16 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 8 64
15 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 8 64
14 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 7 49
13 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 7 49
12 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 7 49
11 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 7 49
10 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 7 49
9 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 7 49
8 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 7 49
7 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 6 36
6 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 6 36
5 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 5 25
4 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 5 25
3 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 4 16
2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 3 9
1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 9
8 8 9 6 6 7 6 8 5 9 4 8 5 4 5 6 3 8 7 8
0 0 3 1 3 2 3 5 0 7 0 3 4 1 1 4 0 2 5 2
0.89 0.89 0.67 0.56 0.33 0.56 0.33 0.33 0.56 0.22 0.44 0.56 0.11 0.33 0.44 0.22 0.33 0.67 0.22 0.67
exce
llen
t
exce
llen
t
good
good
sati
sfac
tory
good
sati
sfac
tory
sati
sfac
tory
good
sati
sfac
tory
good
good
poor
sati
sfac
tory
good
sati
sfac
tory
sati
sfac
tory
good
sati
sfac
tory
good
Kel
om
po
k B
aw
ah
Indeks DB
Kep
utu
san
Tabel Perhitungan Daya Pembeda Soal A
No RespSkor untuk item no
Y Y2
WH
WL
Kel
om
po
k A
tas
Tid
ak
dim
asu
kk
an
da
lam
per
hit
un
ga
n
Lampiran B.9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
30 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 17 289
29 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 256
28 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 15 225
27 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 196
26 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 14 196
25 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 196
24 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 13 169
23 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 13 169
22 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 13 169
21 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 12 144
20 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 12 144
19 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 11 121
18 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 121
17 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 11 121
16 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 11 121
15 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 10 100
14 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 9 81
13 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 8 64
12 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 8 64
11 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 8 64
10 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 7 49
9 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 7 49
8 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 6 36
7 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 5 25
6 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 4 16
5 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 3 9
4 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 9
3 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 9
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 2 4
9 6 6 5 2 5 8 8 3 9 1 9 8 8 9 7 6 7 5 8
1 1 1 2 0 0 2 3 0 6 0 2 2 4 2 2 2 1 2 2
0.89 0.56 0.56 0.33 0.22 0.56 0.67 0.56 0.33 0.33 0.11 0.78 0.67 0.44 0.78 0.56 0.44 0.67 0.33 0.67
exce
llen
t
good
good
sati
sfac
tory
sati
sfac
tory
good
good
good
sati
sfac
tory
sati
sfac
tory
poor
exce
llen
t
good
good
exce
llen
t
good
good
good
sati
sfac
tory
good
WL
Indeks DB
No Resp
Kel
om
po
k A
tas
Kep
utu
san
Skor untuk item noY
Tabel Perhitungan Daya Pembeda Soal B
Y2
Tid
ak
dim
asu
kk
an
da
lam
per
hit
un
ga
nK
elo
mp
ok
Ba
wa
h
WH
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes A
Reliabilitas 0,767 (Tinggi)
No Validitas Taraf Kesukaran Daya Pembeda
Keterangan Keputusan rpbi Uji Hipotesis TK Kriteria DB Kriteria
1 0,682 Valid 0,40 Sedang 0,89 Excellent Diterima Dibuang
2 0,813 Valid 0,30 Sedang 0,89 Excellent Diterima Dipakai
3 0,582 Valid 0,47 Sedang 0,67 Good Diterima Dipakai
4 0,455 Valid 0,47 Sedang 0,56 Good Diterima Dipakai
5 0,412 Valid 0,47 Sedang 0,33 Satisfactory Diterima Dipakai
6 0,479 Valid 0,43 Sedang 0,56 Good Diterima Dipakai
7 0,202 Tidak Valid 0,50 Sedang 0,33 Satisfactory Ditolak Dibuang
8 0,370 Valid 0,73 Mudah 0,33 Satisfactory Diterima Dibuang
9 0,438 Valid 0,20 Sukar 0,56 Good Diterima Dibuang
10 0,398 Valid 0,87 Mudah 0,22 Satisfactory Diterima Dipakai
11 0,413 Valid 0,17 Sukar 0,44 Good Diterima Dipakai
12 0,456 Valid 0,57 Sedang 0,56 Good Diterima Dibuang
13 0,027 Tidak Valid 0,57 Sedang 0,11 Poor Ditolak Dibuang
14 0,284 Tidak Valid 0,33 Sedang 0,33 Satisfactory Ditolak Dibuang
15 0,419 Valid 0,37 Sedang 0,44 Good Diterima Dibuang
16 0,277 Tidak Valid 0,50 Sedang 0,22 Satisfactory Ditolak Dibuang
17 0,488 Valid 0,10 Sukar 0,33 Satisfactory Diterima Dipakai
18 0,467 Valid 0,53 Sedang 0,67 Good Diterima Dibuang
19 0,257 Tidak Valid 0,73 Mudah 0,22 Satisfactory Ditolak Dibuang
20 0,556 Valid 0,50 Sedang 0,67 Good Diterima Dipakai
Lam
pira
n B
.10
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes B
Reliabilitas 0,805 (Tinggi)
No Validitas Taraf Kesukaran Daya Pembeda
Keterangan Keputusan rpbi Uji Hipotesis TK Kriteria DB Kriteria
1 0,637 Valid 0,60 Sedang 0,89 Excellent Diterima Dipakai
2 0,472 Valid 0,43 Sedang 0,56 Good Diterima Dibuang
3 0,522 Valid 0,37 Sedang 0,56 Good Diterima Dibuang
4 0,237 Tidak Valid 0,47 Sedang 0,33 Satisfactory Ditolak Dibuang
5 0,229 Tidak Valid 0,17 Sukar 0,22 Satisfactory Ditolak Dibuang
6 0,477 Valid 0,17 Sukar 0,56 Good Diterima Dibuang
7 0,502 Valid 0,43 Sedang 0,67 Good Diterima Dipakai
8 0,444 Valid 0,70 Sedang 0,56 Good Diterima Dipakai
9 0,490 Valid 0,20 Sukar 0,33 Satisfactory Diterima Dipakai
10 0,384 Valid 0,83 Mudah 0,33 Satisfactory Diterima Dibuang
11 0,319 Tidak Valid 0,13 Sukar 0,11 Poor Ditolak Dibuang
12 0,574 Valid 0,63 Sedang 0,78 Excellent Diterima Dipakai
13 0,654 Valid 0,67 Sedang 0,67 Good Diterima Dipakai
14 0,467 Valid 0,73 Mudah 0,44 Good Diterima Dipakai
15 0,577 Valid 0,47 Sedang 0,78 Excellent Diterima Dipakai
16 0,502 Valid 0,43 Sedang 0,56 Good Diterima Dipakai
17 0,472 Valid 0,40 Sedang 0,44 Good Diterima Dibuang
18 0,566 Valid 0,50 Sedang 0,67 Good Diterima Dipakai
19 0,435 Valid 0,53 Sedang 0,33 Satisfactory Diterima Dipakai
20 0,420 Valid 0,53 Sedang 0,67 Good Diterima Dibuang
Lam
pira
n B
.11
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Soal A dan Soal B
Hasil uji validitas instrumen tes dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel Hasil Uji Validitas Instrumen
Statistik Soal A Soal B
Jumlah Soal 20 20
Jumlah Siswa 30 30
Nomor Soal Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10,
11, 12, 15, 17, 18, 20
1, 2, 3, 6, 7, 8, 9, 10, 12,
13, 14, 15, 16, 17, 18,
19, 20
Jumlah Soal Valid 15 17
Hasil uji reliabilitas instrumen tes dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Statistik Soal A Soal B
rhitung 0,767 0,805
Kesimpulan Reliabilitas Tinggi Reliabilitas Tinggi
Hasil perhitungan tingkat kesukaran instrumen tes dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen
Kriteria Soal
Soal A Soal B
Jumlah
Soal
Presentase
(%)
Jumlah
Soal
Presentase
(%)
Mudah 3 15 2 10
Sedang 14 70 14 70
Sukar 3 15 4 20
Jumlah 20 100 20 100
Lampiran B.12
Hasil perhitungan daya pembeda dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen
Kriteria Soal
Soal A Soal B
Jumlah
Soal
Presentase
(%)
Jumlah
Soal
Presentase
(%)
Jelek (poor) 1 5 1 5
Cukup (statisfactory) 8 40 5 25
Baik (good) 9 45 11 55
Baik sekali (excellent) 2 10 3 15
Jumlah 20 100 20 100
Hasil lengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel Rekapitulasi Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesurakan, dan Daya
Pembeda
Statistik Kriteria Soal Presentase (%)
Soal A Soal B
Valid 15 17
Reliabilitas 0,767 0,805
Taraf Kesukaran
Mudah 15 10
Sedang 70 70
Sukar 15 20
Jumlah 100
Daya Pembeda
Jelek (poor) 5 5
Cukup (statisfactory) 40 25
Baik (good) 45 55
Baik sekali (excellent) 10 15
Jumlah 100
Lampiran C.1 : Soal Pretest - Posttest
Lampiran C.2 : Kunci Jawaban
Lampiran C.3 : Lembar Observasi
LAMPIRAN C
INSTRUMEN PENELITIAN
1. Sebuah percobaan tentang hubungan kalor dengan massa benda, diperoleh
kesimpulan bahwa banyaknya kalor yang diperlukan benda sebanding dengan massa
benda. Hasil percobaan yang sesuai dengan kesimpulan tersebut adalah ….
Gelas A Gelas B
Jenis Zat Air Minyak Goreng
Massa 50 gram 100 gram
Pemanasan 60oC 60
oC
Waktu 16 menit 8 menit
Gelas A Gelas B
Jenis Zat Air Air
Massa 50 gram 100 gram
Pemanasan 30oC 30
oC
Waktu 16 menit 8 menit
2. Perhatikan tabel data hasil percobaan berikut ini.
Gelas A Gelas B
Jenis Zat Air Minyak Goreng
Massa 50 gram 50 gram
Pemanasan 30oC 30
oC
Waktu 8 menit 6,5 menit
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa kalor yang diperlukan zat untuk
menaikkan suhunya ….
A. bergantung pada gelasnya
Nama : NILAI
Kelas :
NASKAH SOAL
Gelas A Gelas B
Jenis Zat Air Air
Massa 50 gram 100 gram
Pemanasan 60oC 60
oC
Waktu 8 menit 16 menit
Gelas A Gelas B
Jenis Zat Air Minyak Goreng
Massa 50 gram 50 gram
Pemanasan 60oC 60
oC
Waktu 16 menit 8 menit
PILIHAN GANDA
Berilah tanda (X) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang paling tepat !
Lampiran C.1
A.
B.
C.
D.
B. bergantung pada jenis zatnya
C. tidak bergantung pada massanya
D. tidak bergantung pada jenis zatnya
3. Perhatikan data tabel percobaan di bawah ini.
No Waktu (menit) Suhu (oC)
1 0 20
2 1 28
3 2 36
4 3 44
5 4 52
Pada data tabel di atas menunjukkan hubungan antara suhu dan waktu pemanasan.
Grafik yang sesuai dengan data tersebut adalah ….
4. Sepotong besi mempunyai massa 2 kg. Besi dipanaskan dari 14oC menjadi 30
oC.
Jika kalor jenis besi 450 J/kg oC, maka besar kalor yang diperlukan besi adalah ….
A. 31.500 J
B. 22.600 J
C. 17.200 J
D. 14.400 J
5. Sebuah tembaga bermassa 1 kg dipanaskan dari 20oC menjadi 35
oC dan
membutuhkan kalor sebanyak 5.850 Joule. Besar kalor jenis tembaga adalah ….
A. 250 J / kg oC
B. 290 J / kg oC
C. 390 J / kg oC
D. 425 J / kg oC
A. C.
D. B.
6. Sekelompok siswa melakukan percobaan dengan menggunakan aluminium yang
massanya 1000 gram dan kalor jenisnya 0,21 kkal / kg oC. Suhu yang harus
dinaikkan untuk menyerap kalor sebesar 10,5 kkal adalah ….
A. 50oC
B. 60oC
C. 70oC
D. 80oC
7. Perhatikan grafik di bawah ini.
Pada grafik di atas menunjukkan hubungan antara suhu dan kalor yang diserap oleh
suatu zat. Kalor jenis zat tersebut adalah 0,2 kal/g oC, maka massa zat tersebut
adalah ….
A. 70 gram
B. 50 gram
C. 20 gram
D. 10 gram
8. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil percobaan tentang perubahan wujud zat adalah
terjadi perubahan wujud dari padat menjadi gas. Percobaan yang sesuai dengan
kesimpulan tersebut adalah ….
A. Potongan lilin yang dimasukkan ke dalam gelas beker, kemudian dipanaskan
secara terus-menerus.
B. Kamper yang dimasukkan ke dalam gelas beker, kemudian dipanaskan secara
terus-menerus.
C. Air yang dimasukkan ke dalam gelas beker, kemudian dipanaskan terus-
menerus.
D. Es yang dimasukkan ke dalam gelas beker, kemudian dipanaskan terus-menerus.
9. Perhatikan grafik di bawah ini.
Grafik di atas menunjukkan hubungan antara suhu dan waktu pemanasan pada saat
alkohol dipanaskan. Data yang sesuai dengan grafik di atas adalah ….
Waktu (menit) 0 1 2 3 5 8 11
Suhu alkohol
(oC)
20 35 50 50 78 80 80
Waktu (menit) 0 1 2 3 5 8 11
Suhu alkohol
(oC)
78 60 55 43 36 20 0
Waktu (menit) 0 1 2 3 5 8 11
Suhu alkohol
(oC)
50 50 50 50 50 50 50
Waktu (menit) 0 1 2 3 5 8 11
Suhu alkohol
(oC)
20 40 57 70 78 78 78
10. Perhatikan grafik hubungan suhu dan waktu pemanasan air berikut ini.
Proses yang menunjukkan tidak terjadinya perubahan suhu atau suhu tetap terdapat
pada ….
A. BC dan CD
B. CD dan DE
C. BC dan DE
D. CD saja
C.
A.
B.
D.
11. Perhatikan diagram berikut ini.
Suatu zat padat seberat 25 gram dipanaskan dari titik A sampai ke titik D. Diagram
kalor-suhunya dilukiskan pada gambar di atas. Titik lebur zat padat itu adalah ....
A. 0 oC
B. 20 oC
C. 320 oC
D. 420 oC
12. Sekelompok siswa melakukan percobaan dengan menggunakan es yang kalor
leburnya 3,36 × 105 J / kg. Jika energi kalor yang dibutuhkan es 1,68 × 10
6 Joule,
maka massa es adalah ….
A. 5 kg
B. 6 kg
C. 7 kg
D. 8 kg
13. Sekelompok siswa melakukan percobaan dengan menggunakan air yang kalor
uapnya 2,26 × 106 J / kg. Jika energi kalor yang diperlukan air 4,52 × 10
6 Joule,
maka massa air adalah ….
A. 5 kg
B. 4 kg
C. 3 kg
D. 2 kg
14. Sekelompok siswa melakukan percobaan dengan menggunakan es yang kalor
leburnya 3,36 × 105 J / kg. Jika energi kalor yang dibutuhkan es 1,34 × 10
6 Joule,
maka massa air adalah ….
A. 3 kg
B. 4 kg
C. 5 kg
D. 6 kg
15. Salah satu cara untuk mempercepat terjadinya penguapan adalah dengan
memperluas permukaan zat cair. Pola yang sesuai dengan pernyataan di atas terdapat
pada perisitiwa ....
A. Pakaian basah dijemur di tempat yang mendapat sinar matahari lebih cepat
kering dari pada dijemur di tempat teduh
B. Kopi panas dalam gelas akan lebih cepat dingin jika dituangkan ke dalam cawan
C. Teh panas dalam gelas akan lebih cepat dingin jika ditiupkan udara di atas
permukaan air teh
D. Memasak air di dataran tinggi akan lebih cepat mendidih dari pada ketika masak
di dataran rendah
16. Kesimpulan yang diperoleh dalam suatu percobaan adalah pada waktu menguap zat
memerlukan kalor. Percobaan yang sesuai dengan kesimpulan tersebut adalah ….
A. Air dimasukkan ke dalam gelas beker kemudian dipanaskan. Semakin lama air
dipanaskan maka akan mendidih dan terlihat uap air dari permukaan air.
B. Es krim dibiarkan beberapa saat dalam keadaan terbuka, lama kelamaan es krim
akan mencair.
C. Potongan lilin yang dimasukkan ke dalam gelas beker kemudian dipanaskan.
Semakin lama lilin dipanaskan maka akan mencair.
D. Air yang dimasukkan ke dalam mesin pendingin, lama kelamaan akan membeku.
17. Sekelompok siswa melakukan percobaan tentang penguapan air yang terjadi pada
cangkir dan piring kecil. Percobaan tersebut dimulai dengan menuangkan air panas
ke dalam cangkir dan piring kecil secara bersamaan sebanyak 50 ml. Suhu air panas
yang berada di cangkir dan piring kecil dibaca dengan menggunakan termometer
setiap 2 menit (dimulai dari 0 – 6 menit). Setelah dilakukan empat kali pengukuran
pada cangkir diperoleh hasil sebagai berikut; 53, 48, 43, dan 35. Sedangkan pada
piring kecil diperoleh hasil sebagai berikut; 53, 44, 36, dan 30.
Data tabel yang sesuai dengan hasil pengamatan tersebut adalah …..
Waktu (menit) 0 2 4 6
Suhu air di
cangkir (oC)
53 44 36 30
Suhu air di piring
kecil (oC)
53 48 43 35
Waktu (menit) 0 2 4 6
Suhu air di
cangkir (oC)
53 48 43 35
Suhu air di piring
kecil (oC)
53 44 36 30
Waktu (menit) 0 1 3 6
Suhu air di
cangkir (oC)
53 48 43 35
Suhu air di piring
kecil (oC)
53 44 36 30
A.
B.
C.
18. Perhatikan diagram di bawah ini.
Dalam empat percobaan terpisah, sendok dengan bahan berbeda ditempatkan dalam
air yang sedang mendidih. Pernyataan yang sesuai dengan percobaan tersebut adalah
….
A. Sendok kayu lebih cepat panas dibandingkan dengan sendok lainnya.
B. Sendok baja lebih cepat panas dibandingkan dengan sendok lainnya.
C. Sendok plastik lebih cepat panas dibandingkan dengan sendok lainnya.
D. Sendok kaca lebih cepat panas dibandingkan dengan sendok lainnya.
19. Andi melakukan percobaan dengan menggunakan sebuah kaleng timah. Kaleng
tersebut dicat sebagian dinding luarnya dengan cat hitam kusam, sedangkan sebagian
dinding yang lain dibiarkan tetap mengilap. Kemudian ia tuangkan air mendidih ke
dalam kaleng tersebut. Lalu ia letakkan kedua telapak tangannya pada kedua sisi
kaleng. Ternyata sisi kaleng yang berwarna hitam kusam lebih panas dibandingkan
kaleng yang dibiarkan mengilap. Berdasarkan percobaan tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa ….
A. Warna hitam sangat baik menyerap kalor radiasi.
B. Warna hitam penyerap kalor radiasi yang buruk.
C. Permukaan yang mengilap sangat baik menyerap kalor radiasi.
D. Permukaan yang mengilap tidak menyerap kalor radiasi.
20. Gambar di bawah ini menunjukkan serbuk kapur di dalam air yang dipanasi.
Gerakan serbuk kapur itu seperti gambar …..
Waktu (menit) 0 1 3 6
Suhu air di
cangkir (oC)
35 43 48 53
Suhu air di piring
kecil (oC)
30 36 44 53
D.
KUNCI JAWABAN
1. B
2. B
3. C
4. D
5. C
6. A
7. B
8. B
9. D
10. C
11. C
12. A
13. D
14. B
15. B
16. A
17. B
18. B
19. A
20. A
Lampiran C.2
PEDOMAN OBSERVASI KINERJA
PERTEMUAN KE-1
Keterampilan mengamati hubungan kalor dengan massa benda.
No. Indikator Penguasaan
Keterampilan 1 2 3 4 5
1.
Melihat/mengamati air yang dimasak
di dalam gelas beker yang berisi air 50
ml dan 100 ml
2. Mengukur suhu awal air 50 ml dan
100 ml sebelum dipanaskan
3. Melihat dan mencatat waktu yang
diperoleh setelah mencapai suhu 50oC
dengan cermat dan teliti (pada air 50
ml)
4. Melihat dan mencatat waktu yang
diperoleh setelah mencapai suhu 50oC
dengan cermat dan teliti (pada air 100
ml)
5. Menggunakan fakta yang relevan dari
hasil pengamatan
Catatan:
1. Sangat kurang 2. Kurang 3. Cukup 4. Baik 5. Sangat baik
Keterampilan mengamati hubungan kalor dengan jenis zat.
No. Indikator Penguasaan
Keterampilan 1 2 3 4 5
1.
Melihat/mengamati air dan minyak
goreng yang dimasak di dalam gelas
beker yang masing-masing berisi 100
ml
2. Mengukur suhu awal air dan minyak
sebelum dipanaskan
3. Melihat dan mencatat waktu yang
diperoleh setelah mencapai suhu 50oC
dengan cermat dan teliti (pada air 100
ml)
No. Indikator Penguasaan
Keterampilan 1 2 3 4 5
4. Melihat dan mencatat waktu yang
diperoleh setelah mencapai suhu 50oC
dengan cermat dan teliti (pada minyak
goreng 100 ml)
5. Menggunakan fakta yang relevan dari
hasil pengamatan
Catatan:
1. Sangat kurang 2. Kurang 3. Cukup 4. Baik 5. Sangat baik
Keterampilan mengamati hubungan kalor dengan kenaikan suhu.
No. Indikator Penguasaan
Keterampilan 1 2 3 4 5
1.
Melihat/mengamati air yang dimasak
di dalam gelas beker yang berisi 100
ml
2. Melihat adanya gelembung-
gelembung panas sampai ke
permukaaan air
3. Melihat uap keluar dari permukaan air
4. Mengamati dan mengukur suhu air
setiap 1 menit selama 5 menit secara
cermat dan teliti
5. Menggunakan fakta yang relevan dari
hasil pengamatan
Catatan:
1. Sangat kurang 2. Kurang 3. Cukup 4. Baik 5. Sangat baik
PEDOMAN OBSERVASI KINERJA
PERTEMUAN KE-2
Keterampilan mengamati perubahan wujud kamper.
No. Indikator Penguasaan
Keterampilan 1 2 3 4 5
1. Meraba kamper sebelum dibakar
2. Melihat/mengamati proses
pembakaran kamper
3. Mencim bau harum dari kamper pada
saat kamper dibakar
4. Melihat perubahan bentuk wujud
kamper
5. Meraba kamper yang sudah selesai
dibakar
Catatan:
1. Sangat kurang 2. Kurang 3. Cukup 4. Baik 5. Sangat baik
Keterampilan mengamati perubahan wujud es.
No. Indikator Penguasaan
Keterampilan 1 2 3 4 5
1. Meraba es batu sebelum dipanaskan
2. Melihat/mengamati proses pemanasan
es
3. Melihat es berada di dalam air
4. Melihat es berubah menjadi cair
5. Melihat adanya gelembung-
gelembung panas sampai ke
permukaaan air
6. Melihat uap keluar dari permukaan air
Catatan:
1. Sangat kurang 2. Kurang 3. Cukup 4. Baik 5. Sangat baik
PEDOMAN OBSERVASI KINERJA
PERTEMUAN KE-3
Keterampilan mengamati proses penguapan air.
No. Indikator Penguasaan
Keterampilan 1 2 3 4 5
1. Melihat/mengamati air yang dimasak
di dalam gelas beker
2. Melihat adanya gelembung-
gelembung panas sampai ke
permukaaan air
3. Melihat uap keluar dari permukaan air
4. Merasakan adanya uap air pada saat
tangan diletakkan di atas gelas beker
yang berisi air mendidih
5. Melihat uap di piring kaca bening
Catatan:
1. Sangat kurang 2. Kurang 3. Cukup 4. Baik 5. Sangat baik
Keterampilan mengamati cara mempercepat penguapan dengan meniupkan udara
di atas permukaan zat cair.
No. Indikator Penguasaan
Keterampilan 1 2 3 4 5
1. Merasakan panas pada saat jari
dicelupkan ke dalam air sebelum
ditiupkan
2. Mengukur suhu air sebelum ditiupkan
3. Merasakan dingin pada saat jari
dicelupkan ke dalam air yang sudah
ditiupkan
4. Mengukur suhu air setelah ditiupkan
5. Menggunakan fakta yang relevan dari
hasil pengamatan
Catatan:
1. Sangat kurang 2. Kurang 3. Cukup 4. Baik 5. Sangat baik
Keterampilan mengamati cara mempercepat penguapan dengan memperluas
prmukaan zat cair.
No. Indikator Penguasaan
Keterampilan 1 2 3 4 5
1. Merasakan panas pada saat jari
dicelupkan ke dalam gelas dan piring
kecil
2. Mengukur suhu air di gelas dan piring
kecil
3. Merasakan dingin pada saat jari
dicelupkan ke dalam air yang berada
di piring setelah didiamkan selama 6
menit
4. Mengukur suhu air yang berada di
piring kecil
5. Merasakan dingin pada saat jari
dicelupkan ke dalam air yang berada
di gelas setelah didiamkan selama 6
menit
6. Mengukur suhu air yang berada di
gelas
Catatan:
1. Sangat kurang 2. Kurang 3. Cukup 4. Baik 5. Sangat baik
PEDOMAN OBSERVASI KINERJA
PERTEMUAN KE-4
Keterampilan mengamati proses perpindahan kalor secara konduksi.
No. Indikator Penguasaan
Keterampilan 1 2 3 4 5
1. Melihat/mengamati besi yang
dipanaskan
2. Merasakan panas pada ujung besi
yang dipegang setelah beberapa lama
dipanaskan
3. Melihat/mengamati tembaga yang
dipanaskan
4. Merasakan panas pada ujung tembaga
yang dipegang setelah beberapa lama
dipanaskan
5. Menggunakan fakta yang relevan dari
hasil pengamatan
Catatan:
1. Sangat kurang 2. Kurang 3. Cukup 4. Baik 5. Sangat baik
Keterampilan mengamati proses perpindahan kalor secara radiasi.
No. Indikator Penguasaan
Keterampilan 1 2 3 4 5
1. Melihat/mengamati air yang
dituangkan ke dalam kaleng timah
2. Merasakan panas pada saat jari
dicelupkan ke dalam air
3. Merasakan panas pada saat tangan
diletakkan di sisi kaleng yang
berwarna hitam
4. Merasakan hangat (tidak terlalu
panas) pada saat tangan diletakkan di
sisi kaleng yang berwarna putih
5. Menggunakan fakta yang relevan dari
hasil pengamatan
Catatan:
1. Sangat kurang 2. Kurang 3. Cukup 4. Baik 5. Sangat baik
Keterampilan mengamati proses perpindahan kalor secara konveksi dalam zat cair
dan udara.
No. Indikator Penguasaan
Keterampilan 1 2 3 4 5
1. Melihat/mengamati air yang
dipanaskan
2. Melihat/mengamati pergerakan serbuk
gergaji
3. Menggunakan fakta yang relevan dari
hasil pengamatan
Catatan:
1. Sangat kurang 2. Kurang 3. Cukup 4. Baik 5. Sangat baik
Lampiran D.1 Uji Normalitas
a. Uji Normalitas Data Skor Pretest Kelas Eksperimen
b. Uji Normalitas Data Skor Pretest Kelas Kontrol
c. Uji Normalitas Data Skor Posttest Kelas Eksperimen
d. Uji Normalitas Data Skor Posttest Kelas Kontrol
Lampiran D.2 Uji Homogenitas
a. Uji Homogenitas Pretest
b. Uji Homogenitas Posttest
Lampiran D.3 Uji Hipotesis
a. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest
b. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest
Lampiran D.4 Persentase Aspek Keterampilan Proses Sains
a. Hasil Pretest Kelompok Eksperimen
b. Hasil Posttest Kelompok Eksperimen
c. Hasil Pretest Kelompok Kontrol
d. Hasil Posttest Kelompok Kontrol
LAMPIRAN D
UJI ANALISIS DATA
UJI NORMALITAS
A. Uji Normalitas Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen (VII-4)
1. Diperoleh Data Hasil Pretest
No X
No X
No X
No X
No X
No X
1 40
7 30
13 35
19 45
25 30
31 50
2 35
8 25
14 30
20 45
26 40
32 35
3 40
9 35
15 30
21 45
27 40
33 40
4 55
10 50
16 40
22 20
28 45
34 35
5 35
11 40
17 45
23 35
29 35
35 30
6 45
12 40
18 40
24 20
30 25
36 30
2. Distribusi Frekuensi
a. Menentukan nilai terbesar dan nilai terkecil
Nilai Terbesar = 55
Nilai Terkecil = 20
b. Menentukan rentangan (R)
R = Skor Terbesar – Skor Terkecil
= 55 – 20
= 35
c. Menentukan banyaknya kelas (BK)
BK = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 36
= 1 + 3,3 (1,55)
= 1 + 5,115
= 6,115 ≈ 6
d. Menentukan panjang kelas (i)
e. Tabel distribusi frekuensi
No. Kelas Interval f Nilai Tengah (Xi) Xi² f.Xi f.Xi²
1 20 - 25 4 22.5 506.25 90 2025
2 26 - 31 6 28.5 812.25 171 4873.5
3 32 - 37 8 34.5 1190.25 276 9522
4 38 - 43 9 40.5 1640.25 364.5 14762.25
5 44 - 49 6 46.5 2162.25 279 12973.5
6 50 - 55 3 52.5 2756.25 157.5 8268.75
∑ 36 - - 1338 52425
Lampiran D.1
f. Menentukan rata-rata (mean)
g. Menentukan simpangan baku (standar deviasi)
h. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:
1) Menentukan batas kelas
19,5 25,5 31,5 37,5 43,5 49,5 55,5
2) Menentukan nilai Z skor untuk batas kelas interval, dengan rumus:
3) Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal dari 0 – Z, diperoleh:
0,4778 0,4082 0,2389 0,0160 0,2642 0,4192 0,4817
4) Mencari luas tiap kelas interval
0,4778 − 0,4082 = 0,0696
0,4082 − 0,2389 = 0,1693
0,2389 + 0,0160 = 0,2549
0,2642 − 0,0160 = 0,2482
0,4192 − 0,2642 = 0,1550
0,4817 − 0,4192 = 0,0625
5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe)
0,0696 36 = 2,5056
0,1693 36 = 6,0948
0,2549 36 = 9,1764
0,2482 36 = 8,9352
0,1550 36 = 5,58
0,0625 36 = 2,25
Tabel persiapan perhitungan Chi-kuadrat
No. Batas
Kelas Z Luas 0 - Z
Luas Tiap Kelas
Interval fe fo
1 19.5 -2,01 0,4778 0,0696 2,5056 4
2 25.5 -1,33 0,4082 0,1693 6,0948 6
3 31.5 -0,64 0,2389 0,2549 9,1764 8
4 37.5 0,04 0,0160 0,2482 8,9352 9
5 43.5 0,72 0,2642 0,1550 5,58 6
6 49.5 1,40 0,4192 0,0625 2,25 3
7 55.5 2,09 0,4817 - - -
i. Menentukan Chi-kuadrat hitung (X2 hitung)
Nilai tabel2 untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 6 – 1 = 5 pada
tabel chi-kuadrat didapat, tabel2 = 11,07.
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika hitung2 ≥ tabel
2 maka data terdistribusi tidak normal sedangkan jika
hitung2 ≤ tabel
2 maka data terdistribusi normal.
Dari penghitungan didapat hitung2 = 1,32 dan tabel
2 = 11,07.
Jadi, hitung2 ≤ tabel
2 artinya Data Berdistribusi Normal.
B. Uji Normalitas Data Hasil Pretest Kelas Kontrol (VII-1)
1. Diperoleh Data Hasil Pretest
No X
No X
No X
No X
No X
No X
1 30
7 25
13 40
19 40
25 45
31 50
2 45
8 20
14 35
20 25
26 45
32 45
3 40
9 40
15 25
21 30
27 35
33 35
4 40
10 45
16 40
22 20
28 40
34 35
5 25
11 30
17 20
23 35
29 50
35 55
6 50
12 25
18 30
24 40
30 45
36 50
2. Distribusi Frekuensi
a. Menentukan nilai terbesar dan nilai terkecil
Nilai Terbesar = 55
Nilai Terkecil = 20
b. Menentukan rentangan (R)
R = Skor Terbesar – Skor Terkecil
= 55 – 20
= 35
c. Menentukan banyaknya kelas (BK)
BK = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 36
= 1 + 3,3 (1,55)
= 1 + 5,115
= 6,115 ≈ 6
d. Menentukan panjang kelas (i)
e. Tabel distribusi frekuensi
No. Kelas Interval f Nilai Tengah (Xi) Xi² f.Xi f.Xi²
1 20 - 25 8 22.5 506.25 180 4050
2 26 - 31 4 28.5 812.25 114 3249
3 32 - 37 5 34.5 1190.25 172.5 5951.25
4 38 - 43 8 40.5 1640.25 324 13122
5 44 - 49 6 46.5 2162.25 279 12973.5
6 50 - 55 5 52.5 2756.25 262.5 13781.25
∑ 36 - - 1332 53127
f. Menentukan rata-rata (mean)
g. Menentukan simpangan baku (standar deviasi)
h. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:
1) Menentukan batas kelas
19,5 25,5 31,5 37,5 43,5 49,5 55,5
2) Menentukan nilai Z skor untuk batas kelas interval, dengan rumus:
3) Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal dari 0 – Z, diperoleh:
0,4525 0,3643 0,1985 0,0199 0,2324 0,3830 0,4608
4) Mencari luas tiap kelas interval
0,4525 − 0,3643 = 0,0882
0,3643 − 0,1985 = 0,1658
0,1985 + 0,0199 = 0,2184
0,2324 − 0,0199 = 0,2125
0,3830 − 0,2324 = 0,1506
0,4608 − 0,3830 = 0,0778
5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe)
0,0882 36 = 3,1752
0,1658 36 = 5,9688
0,2184 36 = 7,8624
0,2125 36 = 7,65
0,1506 36 = 5,4216
0,0778 36 = 2,8008
Tabel persiapan perhitungan Chi-kuadrat
No. Batas
Kelas Z Luas 0 - Z
Luas Tiap Kelas
Interval fe fo
1 19.5 -1.67 0.4525 0.0882 3.1752 8
2 25.5 -1.10 0.3643 0.1658 5.9688 4
3 31.5 -0.52 0.1985 0.2184 7.8624 5
4 37.5 0.05 0.0199 0.2125 7.65 8
5 43.5 0.62 0.2324 0.1506 5.4216 6
6 49.5 1.19 0.383 0.0778 2.8008 5
7 55.5 1.76 0.4608 - - -
i. Menentukan Chi-kuadrat hitung (X2 hitung)
Nilai tabel2 untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 6 – 1 = 5 pada
tabel chi-kuadrat didapat, tabel2 = 11,07.
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika hitung2 ≥ tabel
2 maka data terdistribusi tidak normal, sedangkan jika
hitung2 ≤ tabel
2 maka data terdistribusi normal.
Dari penghitungan didapat hitung2 = 10,83 dan tabel
2 = 11,07.
Jadi, hitung2 ≤ tabel
2 artinya Data Berdistribusi Normal.
C. Uji Normalitas Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen (VII-4)
1. Diperoleh Data Hasil Posttest
No X
No X
No X
No X
No X
No X
1 80
7 80
13 70
19 75
25 60
31 75
2 70
8 85
14 75
20 60
26 80
32 70
3 95
9 75
15 60
21 90
27 75
33 85
4 80
10 90
16 75
22 70
28 70
34 85
5 70
11 60
17 65
23 75
29 70
35 80
6 95
12 75
18 70
24 65
30 80
36 80
2. Distribusi Frekuensi
a. Menentukan nilai terbesar dan nilai terkecil
Nilai Terbesar = 95
Nilai Terkecil = 60
b. Menentukan rentangan (R)
R = Skor Terbesar – Skor Terkecil
= 95 – 60
= 35
c. Menentukan banyaknya kelas (BK)
BK = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 36
= 1 + 3,3 (1,55)
= 1 + 5,115
= 6,115 ≈ 6
d. Menentukan panjang kelas (i)
e. Tabel distribusi frekuensi
No. Kelas Interval F Nilai Tengah (Xi) Xi² f.Xi f.Xi²
1 60 - 65 6 62.5 3906.25 375 23437.5
2 66 - 71 8 68.5 4692.25 548 37538
3 72 - 77 8 74.5 5550.25 596 44402
4 78 - 83 7 80.5 6480.25 563.5 45361.8
5 84 - 89 3 86.5 7482.25 259.5 22446.8
6 90 - 95 4 92.5 8556.25 370 34225
∑ 36 - - 2712 207411
f. Menentukan rata-rata (mean)
g. Menentukan simpangan baku (standar deviasi)
h. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:
1) Menentukan batas kelas
59,5 65,5 71,5 77,5 83,5 89,5 95,5
2) Menentukan nilai Z skor untuk batas kelas interval, dengan rumus:
3) Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal dari 0 – Z, diperoleh:
0,4535 0,3508 0,1591 0,0910 0,3078 0,4332 0,4838
4) Mencari luas tiap kelas interval
0,4535 − 0,3508 = 0,1027
0,3508 − 0,1591 = 0,1917
0,1591 + 0,0910 = 0,2501
0,3078 − 0,0910 = 0,2168
0,4332 − 0,3078 = 0,1254
0,4838 − 0,4332 = 0,0506
5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe)
0,1027 36 = 3,6972
0,1917 36 = 6,9012
0,2501 36 = 9,0036
0,2168 36 = 7,8048
0,1254 36 = 4,5144
0,0506 36 = 1,8216
Tabel persiapan perhitungan Chi-kuadrat
No. Batas
Kelas Z Luas 0 - Z
Luas Tiap Kelas
Interval fe fo
1 59.5 -1.68 0.4535 0.1027 3.6972 6
2 65.5 -1.04 0.3508 0.1917 6.9012 8
3 71.5 -0.41 0.1591 0.2501 9.0036 8
4 77.5 0.23 0.091 0.2168 7.8048 7
5 83.5 0.87 0.3078 0.1254 4.5144 3
6 89.5 1.5 0.4332 0.0506 1.8216 4
7 95.5 2.14 0.4838 - - -
i. Menentukan Chi-kuadrat hitung (X2 hitung)
Nilai tabel2 untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 6 – 1 = 5 pada
tabel chi-kuadrat didapat, tabel2 = 11,07.
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika hitung2 ≥ tabel
2 maka data terdistribusi tidak normal sedangkan jika
hitung2 ≤ tabel
2 maka data terdistribusi normal.
Dari penghitungan didapat hitung2 = 4,90 dan tabel
2 = 11,07.
Jadi, hitung2 ≤ tabel
2 artinya Data Berdistribusi Normal.
D. Uji Normalitas Data Hasil Posttest Kelas Kontrol (VII-1)
1. Diperoleh Data Hasil Posttest
No X
No X
No X
No X
No X
No X
1 65
7 75
13 60
19 50
25 60
31 50
2 40
8 50
14 65
20 60
26 60
32 75
3 40
9 65
15 50
21 50
27 55
33 40
4 50
10 65
16 60
22 55
28 45
34 45
5 50
11 50
17 55
23 55
29 55
35 70
6 55
12 55
18 75
24 60
30 70
36 65
2. Distribusi Frekuensi
a. Menentukan nilai terbesar dan nilai terkecil
Nilai Terbesar = 75
Nilai Terkecil = 40
b. Menentukan rentangan (R)
R = Skor Terbesar – Skor Terkecil
= 75 – 40
= 35
c. Menentukan banyaknya kelas (BK)
BK = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 36
= 1 + 3,3 (1,55)
= 1 + 5,115
= 6,115 ≈ 6
d. Menentukan panjang kelas (i)
e. Tabel distribusi frekuensi
No. Kelas Interval f Nilai Tengah (Xi) Xi² f.Xi f.Xi²
1 40 - 45 5 42.5 1806.25 212.5 9031.25
2 46- 51 8 48.5 2352.25 388 18818
3 52 - 57 7 54.5 2970.25 381.5 20791.8
4 58 - 63 6 60.5 3660.25 363 21961.5
5 64 - 69 5 66.5 4422.25 332.5 22111.3
6 70 - 75 5 72.5 5256.25 362.5 26281.3
∑ 36 - - 2040 118995
f. Menentukan rata-rata (mean)
g. Menentukan simpangan baku (standar deviasi)
h. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:
1) Menentukan batas kelas
39,5 45,5 51,5 57,5 63,5 69,5 75,5
2) Menentukan nilai Z skor untuk batas kelas interval, dengan rumus:
3) Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal dari 0 – Z, diperoleh:
0,4591 0,3708 0,1985 0,0319 0,2549 0,4032 0,4719
4) Mencari luas tiap kelas interval
0,4591 − 0,3708 = 0,0883
0,3708 − 0,1985 = 0,1723
0,1985 + 0,0319 = 0,2304
0,2549 − 0,0319 = 0,2230
0,4032 − 0,2549 = 0,1483
0,4719 − 0,4032 = 0,0687
5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe)
0,0883 36 = 3,1788
0,1723 36 = 6,2028
0,2304 36 = 8,2944
0,2230 36 = 8,0280
0,1483 36 = 5,3388
0,0687 36 = 2,4732
Tabel persiapan perhitungan Chi-kuadrat
No. Batas
Kelas Z Luas 0 - Z
Luas Tiap Kelas
Interval fe fo
1 39.5 -1.74 0.4591 0.0883 3.1788 5
2 45.5 -1.13 0.3708 0.1723 6.2028 8
3 51.5 -0.52 0.1985 0.2304 8.2944 7
4 57.5 0.08 0.0319 0.223 8.028 6
5 63.5 0.69 0.2549 0.1483 5.3388 5
6 69.5 1.3 0.4032 0.0687 2.4732 5
7 75.5 1.91 0.4719 - - -
i. Menentukan Chi-kuadrat hitung (X2 hitung)
Nilai tabel2 untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 6 – 1 = 5 pada
tabel chi-kuadrat didapat, tabel2 = 11,07.
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika hitung2 ≥ tabel
2 maka data terdistribusi tidak normal sedangkan jika
hitung2 ≤ tabel
2 maka data terdistribusi normal.
Dari penghitungan didapat hitung2 = 4,87 dan tabel
2 = 11,07.
Jadi, hitung2 ≤ tabel
2 artinya Data Berdistribusi Normal.
UJI HOMOGENITAS
A. Uji Homogenitas Pretest
Kelompok dk(n – 1) VII-4
(Eksperimen) 35 77,03 1,89 66,15
VII-1
(Kontrol) 35 109,8 2,04 71,4
∑ = 2 ∑(n – 1) = 70 - -
Varians Gabungan
tabel2 untuk (dk) = k-1 = 2-1 = 1 dengan α = 0,05 didapat tabel
2 = 3,841.
Dengan kriteria pengujian:
Jika hitung2 ≥ tabel
2 , artinya distribusi data tidak homogen sedangkan jika
hitung2 ≤ tabel
2 , artinya distribusi data homogen.
Dari penghitungan didapat hitung2 = 0,805 dan tabel
2 = 3,841.
Ternyata, hitung2 ≤ tabel
2 atau 0,805 ≤ 3,841, maka dapat disimpulkan bahwa
kedua kelompok berasal dari populasi yang Homogen.
Lampiran D.2
B. Uji Homogenitas Posttest
Kelompok dk(n – 1)
IX-4
(Eksperimen) 35 88,77 1,95 68,25
IX-10
(Kontrol) 35 97 1,99 69,65
∑ = 2 ∑(n – 1) = 70 - -
Varians Gabungan
tabel2 untuk (dk) = k-1 = 2-1 = 1 dengan α = 0,05 didapat tabel
2 = 3,841.
Dengan kriteria pengujian:
Jika hitung2 ≥ tabel
2 , artinya distribusi data tidak homogen sedangkan jika
hitung2 ≤ tabel
2 , artinya distribusi data homogen.
Dari penghitungan didapat hitung2 = 0 dan tabel
2 = 3,841.
Ternyata, hitung2 ≤ tabel
2 atau 0 ≤ 3,841, maka dapat disimpulkan bahwa kedua
kelompok berasal dari populasi yang Homogen.
UJI HIPOTESIS
A. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest
Hipotesis yang diajukan:
Ho : X = Y
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Ha : X ≠ Y
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol.
Kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika –t tabel < t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak pada tingkat
kepercayaan 0,95.
Jika t hitung ≤ –t tabel atau t tabel ≤ t hitung maka Ho ditolak dan Ha diterima pada
tingkat kepercayaan 0,95.
Uji-t
Dengan:
Sehingga:
t tabel untuk (dk) = (n1 – 1) + (n2 – 1) = 70 dengan α = 0,05 didapat t tabel = 2,00
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa t hitung sebesar 0,08 dan t tabel
sebesar 2,00. Ternyata memenuhi kriteria pengujian –t tabel < t hitung < t tabel atau -
2,00 < 0,08 < 2,00. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak pada tingkat
kepercayaan 0,95. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor
pretest kelompok kontrol.
Lampiran D.3
B. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest
Hipotesis yang diajukan:
Ho : X = Y
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Ha : X ≠ Y
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol.
Kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika –t tabel < t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak pada tingkat
kepercayaan 0,95.
Jika t hitung ≤ –t tabel atau t tabel ≤ t hitung maka Ho ditolak dan Ha diterima pada
tingkat kepercayaan 0,95.
Uji-t
Dengan:
Sehingga:
t tabel untuk (dk) = (n1 – 1) + (n2 – 1) = 70 dengan α = 0,05 didapat t tabel = 2,00
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa t hitung sebesar 8,40 dan t tabel
sebesar 2,00. Ternyata memenuhi kriteria pengujian t tabel ≤ t hitung atau 2,00 ≤
8,40. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada tingkat kepercayaan
0,95. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-
rata skor posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok
kontrol.
Lampiran D.4
1 2 8 15 16 18 19 4 5 6 12 13 14 3 7 9 10 11 17 20
1 Siswa 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 8
2 Siswa 2 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 7
3 Siswa 3 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 8
4 Siswa 4 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 11
5 Siswa 5 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 7
6 Siswa 6 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 9
7 Siswa 7 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 6
8 Siswa 8 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 5
9 Siswa 9 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 7
10 Siswa 10 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 10
11 Siswa 11 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 8
12 Siswa 12 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 8
13 Siswa 13 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 7
14 Siswa 14 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 6
15 Siswa 15 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 6
16 Siswa 16 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 8
17 Siswa 17 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 9
18 Siswa 18 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 8
19 Siswa 19 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 9
20 Siswa 20 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 9
21 Siswa 21 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 9
22 Siswa 22 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4
23 Siswa 23 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 7
24 Siswa 24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 4
25 Siswa 25 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 6
26 Siswa 26 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 8
27 Siswa 27 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 8
28 Siswa 28 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 9
29 Siswa 29 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 7
30 Siswa 30 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 5
31 Siswa 31 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 10
32 Siswa 32 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 7
33 Siswa 33 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 8
34 Siswa 34 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 7
35 Siswa 35 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 6
36 Siswa 36 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 6
28 3 24 2 3 5 2 4 22 26 30 7 11 17 11 4 35 22 8 3
0.78 0.08 0.67 0.06 0.08 0.14 0.06 0.11 0.61 0.72 0.83 0.19 0.31 0.47 0.31 0.11 0.97 0.61 0.22 0.08
Persentase
1.86
26.59% 39.68%
Menafsirkan Menerapkan Konsep Komunikasi
46.30%
∑
Persentase Aspek Keterampilan Proses Sains Hasil Pretest Kelompok Eksperimen
No Responden
Jumlah
Nomor Soal (x)
2.78 2.78
p
∑p
1 2 8 15 16 18 19 4 5 6 12 13 14 3 7 9 10 11 17 20
1 Siswa 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 16
2 Siswa 2 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 14
3 Siswa 3 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
4 Siswa 4 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 16
5 Siswa 5 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 14
6 Siswa 6 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
7 Siswa 7 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 16
8 Siswa 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 17
9 Siswa 9 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 15
10 Siswa 10 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18
11 Siswa 11 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 12
12 Siswa 12 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 15
13 Siswa 13 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 14
14 Siswa 14 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 15
15 Siswa 15 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 12
16 Siswa 16 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 15
17 Siswa 17 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 13
18 Siswa 18 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 14
19 Siswa 19 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 15
20 Siswa 20 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 12
21 Siswa 21 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 18
22 Siswa 22 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 14
23 Siswa 23 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 15
24 Siswa 24 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13
25 Siswa 25 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 12
26 Siswa 26 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 16
27 Siswa 27 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 15
28 Siswa 28 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 14
29 Siswa 29 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 14
30 Siswa 30 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 16
31 Siswa 31 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 15
32 Siswa 32 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 14
33 Siswa 33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 17
34 Siswa 34 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17
35 Siswa 35 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 16
36 Siswa 36 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 16
30 28 32 24 18 25 32 18 33 36 36 26 29 30 10 28 35 31 13 29
0.83 0.78 0.89 0.67 0.50 0.69 0.89 0.50 0.92 1.00 1.00 0.72 0.81 0.83 0.28 0.78 0.97 0.86 0.36 0.81
4.89
82.41% 69.84%
p
∑p
Persentase
5.25
75.00%
4.94
Persentase Aspek Keterampilan Proses Sains Hasil Posttest Kelompok Eksperimen
No Responden
Nomor Soal (x)
∑
Jumlah
Menafsirkan Menerapkan Konsep Komunikasi
1 2 8 15 16 18 19 4 5 6 12 13 14 3 7 9 10 11 17 20
1 Siswa 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 6
2 Siswa 2 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 9
3 Siswa 3 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 8
4 Siswa 4 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 8
5 Siswa 5 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 5
6 Siswa 6 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 10
7 Siswa 7 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 5
8 Siswa 8 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 4
9 Siswa 9 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 8
10 Siswa 10 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 9
11 Siswa 11 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 6
12 Siswa 12 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 5
13 Siswa 13 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 8
14 Siswa 14 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 7
15 Siswa 15 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 5
16 Siswa 16 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 8
17 Siswa 17 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 4
18 Siswa 18 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 6
19 Siswa 19 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 8
20 Siswa 20 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 5
21 Siswa 21 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 6
22 Siswa 22 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4
23 Siswa 23 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 7
24 Siswa 24 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 8
25 Siswa 25 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 9
26 Siswa 26 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 9
27 Siswa 27 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 7
28 Siswa 28 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 8
29 Siswa 29 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 10
30 Siswa 30 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 9
31 Siswa 31 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 10
32 Siswa 32 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 9
33 Siswa 33 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 7
34 Siswa 34 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 7
35 Siswa 35 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 11
36 Siswa 36 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 10
29 6 14 9 13 9 7 8 8 22 24 3 4 16 4 13 35 20 11 12
0.81 0.17 0.39 0.25 0.36 0.25 0.19 0.22 0.22 0.61 0.67 0.08 0.11 0.44 0.11 0.36 0.97 0.56 0.31 0.33
Persentase
Jumlah
Persentase Aspek Keterampilan Proses Sains Hasil Pretest Kelompok Kontrol
No Responden
Nomor Soal (x)
∑Menafsirkan
2.42
p
∑p
34.52%
1.92
31.94%
3.08
44.05%
Menerapkan Konsep Komunikasi
1 2 8 15 16 18 19 4 5 6 12 13 14 3 7 9 10 11 17 20
1 Siswa 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 13
2 Siswa 2 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 8
3 Siswa 3 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 8
4 Siswa 4 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 10
5 Siswa 5 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 10
6 Siswa 6 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 11
7 Siswa 7 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 15
8 Siswa 8 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 10
9 Siswa 9 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 13
10 Siswa 10 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 13
11 Siswa 11 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 10
12 Siswa 12 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 11
13 Siswa 13 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 12
14 Siswa 14 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 13
15 Siswa 15 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 10
16 Siswa 16 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 12
17 Siswa 17 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 11
18 Siswa 18 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 15
19 Siswa 19 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 10
20 Siswa 20 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 12
21 Siswa 21 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 10
22 Siswa 22 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 11
23 Siswa 23 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 11
24 Siswa 24 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 12
25 Siswa 25 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 12
26 Siswa 26 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 12
27 Siswa 27 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 11
28 Siswa 28 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 9
29 Siswa 29 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 11
30 Siswa 30 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 14
31 Siswa 31 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 10
32 Siswa 32 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 15
33 Siswa 33 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 8
34 Siswa 34 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 9
35 Siswa 35 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 14
36 Siswa 36 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 13
23 28 27 13 17 13 24 13 27 29 31 13 9 21 5 13 35 30 11 27
0.64 0.78 0.75 0.36 0.47 0.36 0.67 0.36 0.75 0.81 0.86 0.36 0.25 0.58 0.14 0.36 0.97 0.83 0.31 0.75
3.39
56.48%
Jumlah
p
∑p
Persentase
4.03
57.54%
3.94
56.35%
Menafsirkan Menerapkan Konsep Komunikasi
Persentase Aspek Keterampilan Proses Sains Hasil Posttest Kelompok Kontrol
No Responden
Nomor Soal (x)
∑
BIOGRAFI
NITA NURTAFITA, ([email protected];
http://nitanurtafita.blogspot.com)
Penulis lahir di Kampung Cerewed Kec. Bekasi
Timur pada tanggal 26 Maret 1989 dari Ibunda Siti
Masitoh dan Ayahanda Achmad Sarwah. Pendidikan dasar
diselesaikan di SDN. Duren Jaya XIV pada tahun 2001
dan melanjutkan ke MTs. Annida Al-Islamy Bekasi lulus pada tahun 2004. Pada
tahun 2007 lulus dari Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy Bekasi. Selepas lulus
dari Madrasah Aliyah, melanjutkan kuliah di Program Studi Pendidikan Fisika
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui jalur PMDK dan lulus pada Sidang
Munaqasyah Skripsi pada 13 Maret 2012.
Pada pendidikan dasar dan menengahnya, aktif di berbagai organisasi
ekstrakulikuler yaitu Pramuka dan Paskibra. Dibangku kuliah pernah aktif di
UKM HIQMA (Himpunan Qori dan Qori’ah Mahasiswa).
Penulis juga pernah beberapa kali mengajar di berbagai lembaga
pendidikan les privat, bimbingan belajar (bimbel) dan mengajar privat dari rumah
ke rumah. Sejak 2008 sampai 2009 di lembaga A&B Bintaro. Pada 2008 sampai
dengan 2011 mengajar privat dari rumah ke rumah. Pada tahun 2012 hingga
sekarang di Lembaga Primagama Perumnas 3 dan Puri Cendana Bekasi dan mulai
mengajar di sekolah SMP Islam Raudlatul Jannah Bekasi sebagai guru bidang
studi Fisika dan PLH.