IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY PADA MATERI KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN...

15
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY PADA MATERI KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS Ana Nurhayati 1) , Wahono Widodo 2) , Evie Ratnasari 3) 1) Mahasiswa S1 Pend. IPA, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, [email protected] 2) Dosen S1 Pend. IPA, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, [email protected] 3) Dosen S1 Pend. Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran, keterampilan proses sains siswa, dan respon siswa terhadap model pembelajaran guided discovery. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pre-experimental atau eksperimen semu, dengan rancangan penelitian one group pre-test post-test design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 21 Surabaya tahun ajaran 2014/2015. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-D, diambil dengan teknik purposive sampling. Metode yang digunakan dalam menganalisis data keterlaksanaan pembelajaran adalah dengan menghitung rerata skor setiap aspek pembelajaran berdasarkan kriteria keterlaksanaan pembelajaran, metode analisis data peningkatan keterampilan proses sains menggunakan N-Gain dan Uji-t, sedangkan metode yang digunakan dalam menganalisis data respon siswa adalah dengan menghitung rerata persentase respon positif dan negatif siswa. Hasil penelitian menunjukkan, keterlaksanaan model pembelajaran guided discovery berlangsung efektif, dengan peningkatan skor rerata dari pertemuan 1 dan pertemuan 2, yaitu sebesar 3,62 (kriteria sangat baik) pada pertemuan 1 dan 3,83 (kriteria sangat baik) pada pertemuan 2. Berdasarkan hasil perhitungan dengan uji normalitas diperoleh X 2 hitung (9,38) < X 2 tabel (11,1), ini berarti sampel berdistribusi normal. Dari analisis uji N-Gain menunjukkan adanya peningkatan untuk setiap aspek keterampilan proses sains yang dilatihkan. Peningkatan pada aspek mengamati 42%, merumuskan masalah 55%, membuat hipotesis 37%, pengontrolan variabel 89%, menyimpulkan 21% dan mengkomunikasikan 66%. Perbedaan hasil pre-test dan post-test dinyatakan mengalami perbedaan signifikan, hal ini didasarkan dari hasil uji-t diperoleh t hitung (27,2) > t tabel (11,1) dengan taraf signifikan α = 0,05. Siswa memberikan respon positif yang sangat kuat terhadap model pembelajaran guided discovery, dengan persentase siswa yang memberikan respon positif sebesar 87,7%. Kata kunci : Guided Discovery, Keterampilan Proses Sains Abstract This research is purposed to describe the implementation of learning, science process skill of student’s, and student's response through guided discovery learning model. This research is a pre-experimental, research by using one group pre-test post-test as design 1

description

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : ANA NURHAYATI

Transcript of IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY PADA MATERI KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN...

Page 1: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY PADA MATERI KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY PADA MATERI KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN

PROSES SAINS

Ana Nurhayati1), Wahono Widodo2), Evie Ratnasari3)

1) Mahasiswa S1 Pend. IPA, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, [email protected] 2) Dosen S1 Pend. IPA, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, [email protected]

3) Dosen S1 Pend. Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, [email protected]

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran, keterampilan proses

sains siswa, dan respon siswa terhadap model pembelajaran guided discovery. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pre-experimental atau eksperimen semu, dengan rancangan penelitian one group pre-test post-test design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 21 Surabaya tahun ajaran 2014/2015. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-D, diambil dengan teknik purposive sampling. Metode yang digunakan dalam menganalisis data keterlaksanaan pembelajaran adalah dengan menghitung rerata skor setiap aspek pembelajaran berdasarkan kriteria keterlaksanaan pembelajaran, metode analisis data peningkatan keterampilan proses sains menggunakan N-Gain dan Uji-t, sedangkan metode yang digunakan dalam menganalisis data respon siswa adalah dengan menghitung rerata persentase respon positif dan negatif siswa. Hasil penelitian menunjukkan, keterlaksanaan model pembelajaran guided discovery berlangsung efektif, dengan peningkatan skor rerata dari pertemuan 1 dan pertemuan 2, yaitu sebesar 3,62 (kriteria sangat baik) pada pertemuan 1 dan 3,83 (kriteria sangat baik) pada pertemuan 2. Berdasarkan hasil perhitungan dengan uji normalitas diperoleh X2

hitung (9,38) < X2tabel (11,1), ini berarti

sampel berdistribusi normal. Dari analisis uji N-Gain menunjukkan adanya peningkatan untuk setiap aspek keterampilan proses sains yang dilatihkan. Peningkatan pada aspek mengamati 42%, merumuskan masalah 55%, membuat hipotesis 37%, pengontrolan variabel 89%, menyimpulkan 21% dan mengkomunikasikan 66%. Perbedaan hasil pre-test dan post-test dinyatakan mengalami perbedaan signifikan, hal ini didasarkan dari hasil uji-t diperoleh thitung (27,2) > ttabel (11,1) dengan taraf signifikan α = 0,05. Siswa memberikan respon positif yang sangat kuat terhadap model pembelajaran guided discovery, dengan persentase siswa yang memberikan respon positif sebesar 87,7%.

Kata kunci : Guided Discovery, Keterampilan Proses Sains

AbstractThis research is purposed to describe the implementation of learning, science process skill of

student’s, and student's response through guided discovery learning model. This research is a pre-experimental, research by using one group pre-test post-test as design research. The population is junior high school student of SMP Negeri 21 Surabaya year 2014/2015. Students of class VII-D are taken as sample, by using purposive sampling technique. In order to analyze learning implementation, the researcher computes mean score of each learning aspect based on criteria of learning implementation, student's science process skill increase will be analyzed by using N-Gain and t-test, while students' response data will be analyzed by finding mean of positive and negative response percentage. The result of this research shows that the implementation of guided discovery learning model is effective, shown by the inceeasing of mean score from the first meeting and the second meeting is 3,62 (very good criteria) and 3,83 (very good criteria). Based on normality test result, X2hitung (9,38) < X2tabel (11,1), it means that the sample is normally distributed. The analysis of N-Gain test shows the inceasing of each student's science process skill trained aspect. Improvement in the aspect observe 42% , formulate problems 55% , make hypotheses 37% , controlling variables 89%, concluded 21% and communicate 66%. The difference between pre-test and post-test result is significant, t-test shows thitung (27,2) > ttabel (11,1) with α = 0,05. Student shows very strong positive responses through guided discovery learning model with percentage 87,7% of positive response.

Keyword : Guided Discovery, Science Process Skill

1

Page 2: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY PADA MATERI KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

PENDAHULUAN Pendidikan adalah kunci semua kemajuan dan

perkembangan kehidupan bangsa yang berkualitas. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Sanjaya, 2006:4). Oleh sebab itu, perlu ditingkatkan dan disempurnakan penyelenggaraan pendidikan nasional sebagai upaya mencerdaskan bangsa dan negara.

Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah menyempurnakan kurikulum lama dengan menggagas kurikulum baru yaitu kurikulum 2013. Pada kurikulum 2013, pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk memelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA tidak hanya mempelajari tentang konsep dari materi yang diajarkan namun dalam proses pembelajaran IPA juga melatihkan siswa dalam bekerja secara ilmiah melalui kegiatan praktikum untuk mengembangkan kompetensi diri agar dapat menjelajahi serta memahami alam sekitar secara ilmiah.

Pendidikan IPA diarahkan untuk terampil bertanya dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Kemendikbud, 2013:175). Hal ini Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tidak hanya mempelajari tentang konsep dari materi yang diajarkan namun dalam pembelajaran IPA juga melatihkan siswa untuk bekerja secara ilmiah yang sering disebut sebagai keterampilan proses sains siswa.

Keterampilan proses sains adalah keterampilan-keterampilan mendasar yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan fakta, konsep serta sikap secara mandiri. Hal ini sejalan dengan hakekat IPA itu sendiri yang meliputi produk, proses, dan sikap ilmiah. Keterampilan proses sains perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman pembelajaran. Dengan meningkatkan keterampilan proses sains maka siswa akan dapat mengkonstruksi pengetahuannya berdasarkan pengalaman awal yang telah dimilikinya dengan baik.

Bersadarkan hasil wawancara dengan guru pengajar IPA di SMP Negeri 21 Surabaya, diperoleh bahwa di SMP tersebut sudah menerapkan kurikulum 2013. Dalam

proses pembelajaran IPA, sudah dilatihkan keterampilan proses sains dan sudah sering melakukan praktikum pada saat proses pembelajaran. Namun keterampilan proses sains siswa masih lemah karena tidak semua elemen dari keterampilan proses sains itu dapat mereka kuasai. Untuk dapat memahami beberapa keterampilan proses sains itu, siswa masih harus dengan bantuan guru.

Data dari hasil penyebaran angket pra-penelitian terkait dengan keterampilan proses sains yang dilakukan terhadap siswa kelas VIII di SMP Negeri 21 Surabaya diperoleh hasil untuk masing-masing keterampilan, yaitu: (1) Siswa dikategorikan belum mampu menuliskan hasil pengamatan sebesar 58%; (2) Siswa dikategorikan belum mampu merumuskan masalah sebesar 58%; (3) kemampuan merumuskan hipotesis 88% siswa belum mampu merumuskan hipotesis; (4) keterampilan mengidentifikasi variabel 58% siswa dikategorikan “belum mampu menentukan variabel”; (5) kemampuan mengkomunikasikan data, diperoleh hasil 45% siswa belum mampu mengkomunikasikan data; (6) siswa dikategorikan belum mampu menyimpulkan data sebesar 64%.

Berdasarkan urian di atas, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Selain itu, juga dapat menghidupkan suasana pembelajaran di kelas, sehingga dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil atau tidak tergantung pada pendekatan, metode, serta teknik mengajar yang dilakukan oleh guru. Oleh sebab itu, guru diharapkan lebih selektif dalam menggunakan model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan di atas adalah model pembelajaran guided discovery.

Pada model pembelajaran guided discovery, materi yang akan diajarkan tidak disampaikan langsung secara keseluruhan. Akan tetapi siswa belajar memahami konsep, arti dan hubungan melalui penemuan secara langsung sehingga siswa didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui, dengan mencari informasi sendiri. Kemudian mengorganisasi atau membentuk (konstruktif) terhadap apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir yaitu kesimpulan dari suatu konsep. Model pembelajaran ini mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif karena model ini lebih menekankan keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran.

Guru bertugas untuk membantu siswa agar mempunyai pengalaman dalam melakukan eksperimen. Melalui pengalaman langsung siswa dapat menemukan konsep-konsep bagi diri mereka sendiri yaitu melalui kegiatan penyelidikan ilmiah untuk memecahkan masalah

2

Page 3: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY PADA MATERI KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

dalam kehidupan sehari-hari dengan memberikan arahan atau bimbingan dalam melakukan pengamatan, merumuskan masalah, membuat hipotesis, pengontrolan variabel, menyimpulkan hasil penyelidikan serta mengkomunikasikan hasilnya.

Pada materi kelas VII terdapat Kompetensi Dasar 3.7 sebagai ranah pengetahuan “Memahami konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor, dan penerapannya dalam mekanisme menjaga kestabilan suhu tubuh pada manusia dan hewan serta dalam kehidupan sehari-hari”. Ranah pengetahuan tersebut mengkaitkan sub bab kalor dengan Kompetensi Dasar 4.10 sebagai ranah keterampilan yaitu: “Melakukan percobaan untuk menyelidiki suhu dan perubahannya serta pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan perubahan wujud benda”. Pada proses pembelajarannya siswa diarahkan untuk melakukan percobaan terkait dengan penyelidikan pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan perubahan wujud benda.

Berkaitan dengan penyelidikan pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan perubahan wujud diperlukan suatu eksperimen, sehingga melalui kegiatan praktikum ini, diharapkan materi kalor akan lebih mudah dipahami oleh siswa. Dari kegiatan praktikum ini keterampilan-keterampilan proses dapat dilatihkan. Oleh karena itu model pembelajaran yang sesuai untuk penyelidikan materi kalor salah satunya adalah model pembelajaran guided discovery dengan dilatihkannya keterampilan proses sains agar siswa dapat menemukan konsep-konsep untuk memecahkan suatu masalah yang akan diselidiki.

Penelitian terhadap model pembelajaran guided discovery yang telah dilakukan oleh Aini (2013), menyatakan bahwa model penemuan terbimbing (guided discovery) dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar kognitif siswa. Selanjutnya, Ikha (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery) dapat melatihkan keterampilan proses sains dengan ketuntasan sebesar 72%.

Berdasarkan dari berbagai hal di atas, maka peneliti melakukan penelitian mengenai “Implementasi model pembelajaran guided discovery pada materi kalor untuk meningkatkan keterampilan proses sains”. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan keterlaksanaan model pembelajaran guided discovery, keterampilan proses sains siswa serta respon siswa setelah diterapkannya model pembelajaran guided discovery yang telah diterapkan dengan materi kalor pada perubahan suhu dan perubahan wujud benda.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian pre-experimental dengan menggunakan rancangan One Group Pre-test and Post-test Design. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 21 Surabaya pada tanggal 23 Maret - 8 April 2015. Populasi yang digunakan peneliti adalah seluruh siswa SMP Negeri 21 Surabaya pada semester genap tahun ajaran 2014/2015. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-D dengan jumlah 38 siswa, diambil dengan metode purposive sampling (Sugiyono, 2012).

Data pada penelitian ini adalah data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran guided discovery, data hasil pretest dan posttest yang diukur dengan menggunakan soal uraian yang dikembangkan berdasarkan aspek keterampilan proses sains. Selain itu, terdapat data hasil angket respon siswa yang dikembangkan berdasarkan model pembelajaran guided discovery.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif keterlaksanaan pembelajaran dengan menghitung rata-rata skor setiap aspek pembelajaran berdasarkan kriteria keterlaksanaan pembelajaran. Keterampilan proses sains siswa dianalisis menggunakan uji N-Gain, data dianalisis terlebih dahulu dengan menggunakan uji normalitas dan uji-t berpasangan. Sedangkan teknik analisis data respon siswa adalah dengan menghitung rerata persentase respon positif dan negatif terhadap penerapan model pembelajaran guided discovery.

HASIL DAN PEMBAHASANAnalisis keterlaksanaan pembelajaran

Untuk mengetahui keterlaksaaan pembelajaran digunakan instrumen lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat yang terdiri dari dua orang pengamat. Adapun model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran guided discovery pada materi kalor pada perubahan suhu dan wujud yang dilakukan penilaian

3

NoAspek yang

diamati

RerataPertemuan 1 Pertemuan 2

P1 P2Rata-rata

P1 P2Rata-rata

1

PENDA-HULUAN

Fase I : Motivasi

3,62 3,72 3,67 3,87 3,87 3,87

2

KEGIAT-AN INTIFase II :

Pengumpulan Data

3,66 3,66 3,66 3,85 3,85 3,85

Fase III : Pengolah-an Data

3,66 3,33 3,49 3,66 4,00 3,83

3

KEGIAT-AN

PENUTUPFase IV : Penutup

3,66 3,66 3,66 4,00 4,00 4,00

4SUASA-

NA KELAS

3,66 3,66 3,66 3,66 3,66 3,66

Rerata 3,65 3,60 3,62 3,80 3,87 3,83Rerata Tiap Pertemuan

3,62 3,83

Kriteria Sangat Baik Sangat Baik

Page 4: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY PADA MATERI KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

sebanyak dua kali pertemuan. Data hasil pengamatan keterlaksanaan proses pembelajaran dengan model guided discovery disajikan dalam Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Rerata Nilai Keterlaksanaan PembelajaranDari hasil penilaian kedua orang pengamat terhadap

keterlaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti diperoleh skor rerata keterlaksanaan pembelajaran pertemuan pertama sebesar 3,62 dengan kategori sangat baik dan pada pertemuan kedua sebesar 3,83 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan data hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa keterlaksanaan proses pembelajaran mengalami peningkatan dari pertemuan pertama hingga pertemuan kedua. Berikut ini penilaian dari dua kali pertemuan terhadap keterlaksanaan pembelajaran disajikan pada grafik4.1

Grafik 4.1 Rerata Nilai Keterlaksanaan Pembelajaran

Analisis Keterampilan Proses SainsPenilaian keterampilan proses sains siswa

dilaksanakan dengan pemberian soal pretest dan posttest. Soal pretest diberikan kepada siswa sebelum proses pembelajaran berlangsung dengan model guided discovery materi kalor pada perubahan suhu dan wujud dilaksanakan, sedangkan pemberian posttest diberikan kepada siswa setelah 2 kali proses pembelajaran dengan model guided discovery materi kalor pada perubahan suhu dan wujud berakhir.

Soal pretest dan posttest yang diberikan kepada siswa terdiri dari 5 soal uraian yang berorientasi terhadap aspek keterampilan proses sains. Jenis keterampilan proses sains yang menjadi penilaian dalam soal adalah keterampilan mengamati, merumuskan masalah, membuat hipotesis, pengontrolan variabel, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Berikut dalam Tabel 4.2 disajikan rekapitulasi hasil pretest dan posttest keterampilan proses sains siswa kelas VII-D SMP Negeri 21 Surabaya.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest

Sampel TesJumlah Siswa yang

Mencapai Ketuntasan

Kelas VII-D

Pretest 0

Posttest 33

Keterangan: Ketuntasan minimal untuk keterampilan 2,67.

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa dari 38 orang siswa yang mengikuti pretest diperoleh hasil 38 orang siswa dinyatakan tidak tuntas. Sedangkan pada posttest 33 siswa dinyatakan tuntas dan hanya 5 orang siswa yang dinyatakan tidak tuntas. Hal ini didasarkan pada ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh Permendikbud No 104 tahun 2014. Secara umum perbedaan nilai pretest dan posttest siswa disajikan pada Gambar 4.1 berikut.

Peningkatan keterampilan proses sains juga diperoleh dari setiap aspek keterampilan proses yang diujikan pada siswa berdasarkan hasil pretest dan posttest yang disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Ketuntasan Setiap Aspek Keterampilan Proses Sains

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa secara umum aspek keterampilan proses sains yang dilatihkan oleh peneliti mengalami peningkatan setelah penerapan model pembelajaran guided discovery. Peningkatan terkecil terdapat pada aspek menyimpulkan sebesar 21% dan peningkatan terbesar terdapat pada aspek pengontrolan variabel sebesar 89%.

Data yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest didukung dengan pengamatan aktivitas siswa yang sering muncul pada saat pembelajaran meliputi 1) memperhatikan penjelasan guru; 2) bertanya ke guru/teman; 3) menjawab pertanyaan guru/teman; 4) berdiskusi dalam kelompok; 5) bekerja sesuai LKS (merumuskan masalah sampai menyimpulkan); 6) mempresentasikan/memperhatikan presentasi dan 7) perilaku tidak relevan (membuat gaduh, menyontek) yang disajikan pada grafik 4.2.

4

3,67 3,66 3,49

3,66 3,87 3,85 3,83

4

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

Motivasi PengumpulanData

PengolahanData

Penutup

Skor

Rer

ata

Fase Guided Discovery

Pertemuan 1

Pertemuan 2

Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Pretest dan Posttest

NoAspek Keterampilan

Proses SainsPretest

(%)Posttest

(%)

1 Mengamati 55 97

2 Merumuskan masalah 0 55

3 Menyusun hipotesis 0 37

4 Pengontrolan variabel 0 89

5 Menyimpulkan 0 21

6 Mengkomunikasikan 34 100

Page 5: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY PADA MATERI KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

Berdasarkan grafik rerata pengamatan aktivitas siswa diatas pada pertemuan pertama siswa masih cenderung memperhatikan guru, sering membuat gaduh sehingga pada saat bekerja sesuai LKS masih kurang serius. Sedangkan pada pertemuan kedua ada penigkatan dibandingkan dengan pertemuan pertama yaitu siswa lebih aktif dalam bekerja sesuai LKS, berdiskusi dalam kelompok yang didukung dengan berkurangnya siswa yang berprilaku tidak relevan.

Dari hasil pretest keterampilan proses sains siswa yang diperoleh, kemudian dilakukan uji normalitas. Uji normalitas ini dilakukan sebagai salah satu indikator uji hipotesis yang digunakan oleh peneliti, yaitu statistik parametrik. Hasil analisis uji normalitas disajikan pada Tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas

Sampel X2hitung X2

tabel

Kelas VII-D 9,38 11,1

Sampel dikatakan berdistribusi normal apabila X2

hitung lebih kecil daripada X2tabel (Sudjana 2005:272). Dari

hasil perhitungan uji normalitas diperoleh X2hitung sebesar

9,38 dan X2tabel sebesar 11,1. Karena nilai X2

hitung tersebut lebih kecil dari nilai X2

tabel maka dapat disimpulkan bahwa sampel kelas VII-D yang digunakan merupakan sampel yang berdistribusi normal dengan taraf signifikasi α = 0,05.

Setelah diketahui bahwa data yang digunakan telah berdistribusi normal, maka untuk menentukan besarnya peningkatan ketercapaian keterampilan proses sains siswa dilakukan uji N-Gain. Diperoleh hasil bahwa secara keseluruhan terdapat peningkatan nilai rerata hasil pretest terhadap posttest, yaitu dari 1,05 menjadi 2,89 dengan rerata kenaikan N-Gain sebesar 0,60. Perbedaan tersebut disajikan pada grafik berikut ini.

Guna mendukung uraian di atas, peneliti juga menyajikan persentase peningkatan hasil posttest terhadap pretest siswa kelas VII-D pada Tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5 Uji N-Gain Hasil Pretest dan Postest

Kategori pada Tabel 4.5 merujuk pada kategori yang dikemukakan oleh Hake (1999: 1) berdasarkan skor N- Gain yang diperoleh setiap siswa. Dari uji N-Gain didapatkan hasil bahwa, 32 siswa dengan kategori sedang dan 6 siswa dengan kategori tinggi. Secara keseluruhan berdasarkan uji N-Gain keterampilan proses sains siswa menunjukkan adanya peningkatan antara posttest terhadap pretest. Uji N-Gain juga dilakukan untuk menentukan peningkatan setiap aspek keterampilan proses sains yang dilatihkan. Berikut ini tabel hasil uji N-Gain setiap aspek keterampilan proses sains.

Tabel 4.6 Uji N-Gain Setiap Aspek Keterampilan Proses Sains

Dari 6 keterampilan proses sains, 4 aspek memperoleh nilai perhitungan 0,70> <g> >0,30 dengan kategori peningkatan keterampilan proses sains “sedang” yaitu: keterampilan mengamati, merumuskan masalah, membuat hipotesis dan menyimpulkan. Sedangkan 2 aspek keterampilan proses sains yang memperoleh nilai perhitungan <g> diatas 0,70 dengan kategori peningkatan keterampilan proses sains “tinggi” yaitu keterampilan pengontrolan variabel dan mengkomunikasikan.

Selain uji N-Gain juga dilakukan uji-t untuk menentulkan signifikasi rerata perbedaan antara pretest dan posttest. Dengan menentukan hipotesis sebagai berikut: 1) HO : µ1 = µ2 : rata-rata hasil pretest siswa sama dengan posttest dan 2) H1 : µ1 ≠ µ2 : rata-rata hasil pretest siswa tidak sama dengan posttest. Hasil analisis uji-t dapat disajikan pada Tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7 Hasil Uji Signifikasi Pretest dan Posttest Untuk Ketercapaian Keterampilan Proses Sains Siswa

5

Rentang N-Gain Ternormalisasi

Kategori Peningkatan

Persentase jumlah siswa

<g> < 0,30 Rendah 00,70> <g> >0,30 Sedang 84

<g> >0,70 Tinggi 16

NoKeterampilanProses Sains

Nilai RerataN-

GainKriteriaPre-

testPost-test

1 Mengamati 7,89 12,76 0,68 Sedang

2Merumusakan

masalah1 9,37 0,60 Sedang

3 Membuat hipotesis 1,21 7,24 0,44 Sedang

4Pengontrolan

variabel1,58 24,47 0,81 Tinggi

5 Menyimpulkan 1,63 4,79 0,38 Sedang

6Mengkomunikasi-

kan6,45 13,60 0,84 Tinggi

Grafik 4.3 Rerata Pretest dan Posttest Sampel ttable thitung

Kelas VII-D 11,1 27,2

Page 6: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY PADA MATERI KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

Dari data di atas diketahui bahwa thitung yang diperoleh sebesar 27,2 sedangkan nilai ttabel dengan taraf signifikan α = 0,05 adalah sebesar 11,1. Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.7 diperoleh hasil bahwa thitung>ttabel, hal ini menunjukkan ada perbedaan nilai rerata keterampilan proses sains siswa antara pretest dan posttest. Dengan demikian ketercapaian keterampilan proses sains siswa dapat dikatakan mengalami perbedaan signifikan antara hasil pretest dan posttest setelah diterapkannya model pembelajaran guided discovery materi kalor pada perubahan suhu dan wujud.

Analisis Hasil Respon Siswa

Respon siswa diperoleh setelah pembelajaran berakhir dengan menggunakan instrumen lembar angket respon siswa yang diberikan kepada 38 siswa. Angket respon siswa ini berisi 6 pertanyaan yang berkaitan dengan model pembelajaran guided discovery untuk meningkatkan keterampilan proses sains. Berikut ini hasil analisis respon siswa dapat dilihat pada Grafik 4.4.

Grafik menunjukkan untuk masing-masing pertanyaan memperoleh respon positif. Dari keseluruhan respon siswa terhadap model pembelajaran guided discovery dapat dilihat pada gambar 4.2 respon siswa berikut.

Diagram menunjukkan bahwa siswa memberikan respon positif yang sangat kuat terhadap model pembelajaran guided discovery untuk meningkatkan keterampilan proses sains materi kalor pada perubahan suhu dan wujud.

Pembahasan

Keterlaksanaan Pembelajaran

Keterlaksanaan pembelajaran yang diamati didalamnya meliputi keterlaksanaan sintaks/fase sesuai dengan model pembelajaran guided discovery. Proses dalam pembelajaran berdampak pada hasil dari pembelajaran. Peneliti bertindak sebagai guru yang memiliki pengaruh dalam melatihkan keterampilan proses sains siswa.

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa fase motivasi, pada pertemuan 1 mendapat skor rata-rata 3,67 dan pada pertemuan 2 mendapat skor rata-rata 3,87. Skor tersebut memiliki kriteria sangat baik. Guru memotivasi siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri (Nur, 2008). Ketika siswa menyampaikan pendapat, guru memberikan umpan balik tentang pendapat siswa. Untuk menunjang proses pembelajaran yang baik, ada kegiatan belajar yang dilakukan oleh guru yang berlangsung secara bersama-sama sehingga akan terjadi umpan (Suprihatiningrum, 2013).

Pada fase pengumpulan data, pertemuan 1 mendapat skor rata-rata 3,66 dan pertemuan 2 mendapat skor rata-rata 3,85. Skor tersebut memiliki kriteria sangat baik. Pada fase pengumpulan data ini guru membimbing dan mengarahkan siswa dalam melakukan percobaan. Dimulai dari mendistribusikan alat dan bahan, guru memberi contoh penggunaan alat dan bahan hingga mempersilahkan siswa untuk melakukan percobaan. Siswa melakukan percobaan secara berkelompok dengan saling bekerja sama. Proses pembelajaran akan berhasil secara efektif jika ada interaksi langsung antara guru dengan siswa (Kemendikbud, 2013b). Siswa harus dilatihkan dan memiliki keterampilan proses sains untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari (Kemendikbud, 2013b).

Pada fase pengolahan data, pertemuan 1 mendapat skor rata-rata 3,49 dengan kriteria baik dan pertemuan 2 mendapat skor rata-rata 3,83 dengan kriteria sangat baik. Peningkatan kriteria dari baik menjadi sangat baik ini dikarenakan pada pertemuan kedua guru lebih mudah menghubungkan hasil penemuan siswa dengan hasil penemuan pada petemuan pertama sehingga dalam proses keterlaksanaan pembelajaran terjadi peningkatan. Dalam fase pengolahan data masing-masing siswa mengerjakan LKS secara individu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang keterampilan proses sains dalam menerapkan ke suatu percobaan. Kemudian membimbing siswa menuliskan kesimpulan sesuai dengan hasil percobaan yang telah dilakukan dan dipresentasikan.

6

0102030405060708090

100100

92,1 81,6 78,9 81,6

92,1

0 7,9

18,4 21,1 18,4 7,9 R

enta

ng R

espo

n (%

)

Ya

Tidak

Grafik 4.4 Respon Siswa Terhadap Masing-Masing Pertanyaan

Gambar 4.2 Diagram Rerata Respon Siswa

Page 7: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY PADA MATERI KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

Pada fase penutup, pertemuan 1 mendapat skor rata-rata 3,66 dan pertemuan 2 mendapat skor rata-rata 4,00. Skor tersebut memiliki kriteria sangat baik. Pada fase penutup ini, guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pada pertemuan 1 siswa diberi tugas untuk mempelajari materi selanjutnya. Sedangkan pada pertemuan 2 siswa diberi tugas untuk mempelajari materi yang telah disampaikan pada pertemuan 1, dikarenakan pada pertemuan selanjutnya akan dilakukan posttest untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi kalor pada perubahan suhu dan wujud setelah diterapkannya model pembelajaran guided discovery.

Pada pengamatan terhadap suasana kelas, pertemuan 1 dan 2 mendapat skor rata-rata sama yaitu 3,66 dengan kriteria sangat baik. Pada kegiatan kesesuaian sintaks ini sudah sesuai dengan sintaks yang digunakan dalam pembelajaran merupakan sintaks pembelajaran guided discovery. Proses pembelajaran sudah berpusat pada siswa sehingga sudah sesuai dengan model pembelajaran guided discovery. Hal ini didukung dengan pendapat Carin dan Sund (1989), dengan model pembelajaran guided discovery siswa lebih dilibatkan aktif dalam proses menemukan informasi sehingga materi yang dipelajari akan lebih lama tersimpan dalam ingatan siswa.

Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains siswa dinilai berdasarkan peningkatan nilai pretest terhadap nilai posttest yang menggunakan uji N-gain score. Selain itu data keterampilan proses sains siswa juga didukung dengan data pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua.

Pencapaian hasil keterampilan proses sains siswa dikatakan tuntas secara individual apabila siswa telah mencapai nilai minimal ≥2,67 dengan kategori (B-), hal ini didasarkan pada ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh Permendikbud No 104 tahun 2014. Pada proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran guided discovery menunjukkan bahwa persentase ketuntasan klasikal pretest hasil keterampilan proses sains siswa sebesar 0% artinya 38 siswa dinyatakan tidak tuntas. Hasil ini dibandingkan dengan persentase ketuntasan klasikal posttest siswa dari Gambar 4.1 sebesar 87% terdapat 5 siswa dinyatakan tidak tuntas dan 33 siswa dinyatakan tuntas. Siswa yang tidak tuntas memperoleh nilai dibawah ketuntasan keterampilan yang telah ditetapkan oleh Permendikbud No 104 tahun 2014 dengan nilai minimal ≥2,67 dengan kategori (B-).

Peningkatan keterampilan proses sains siswa tidak hanya diperoleh dari ketuntasan secara keseluruhan pada

pretest dan postest, namun pada setiap aspek keterampilan proses sains juga terjadi peningkatan. Dari tabel 4.3 dapat diketahuai bahwa terjadi peningkatan pada aspek mengamati 42%, merumuskan masalah 55%, membuat hipotesis 37%, pengontrolan variabel 89%, menyimpulkan 21% dan mengkomunikasikan 66%. Pada aspek pengontrolan variabel mengalami peningkatan sebesar 89%, peningkatan aspek ini tergolong tinggi dari pada aspek keterampilan proses sains yang telah dilatihkan. Pada aspek menyimpulkan mengalami peningkatan sebesar 21%, peningkatan aspek ini tergolong peningkatan paling rendah dibandingkan dengan keterampilan proses sains yang telah dilatihkan.

Pada proses pembelajaran mengunakan sintaks model pembelajaran guided discovery, aspek menyimpulkan harusnya terjadi peningkatan yang lebih tinggi. Dikarenakan pada proses pembelajaran terdapat sintaks penutup dimana siswa mengungkapkan kembali proses penemuan dan hasil penemuan berdasarkan pengalamannya sendiri. Namun berdasarkan peningkatan hasil pretest terhadap posttest aspek menyimpulkan yang memperoleh peningkatan terendah, hal ini dikarenakan siswa kurang memahami teori tentang kalor pada perubahan wujud sehingga tidak sempurna dalam menghubungkan materi dengan hasil suatu penemuannya untuk diambil suatu kesimpulan.

Data yang diperoleh berdasarkan hasil pretest dan posttest terhadap setiap aspek keterampilan proses sains yang dilatihkan didukung dengan pengamatan aktivitas siswa. Data hasil pengamatan aktivitas siswa dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung yang menggunakan model pembelajaran guided discovery dengan mengamati aspek yang sering muncul pada saat proses pembelajaran.

Pada aspek memperhatikan penjelasan guru terjadi penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa pada pertemuan kedua siswa lebih memahami maksud dari guru sehingga siswa lebih aktif dalam melakukan penemuan yaitu dalam bekerja sesuai LKS. Sehingga didapatkan peningkatan pada aspek mengamati, merumuskan masalah, menyusun hipotesis, pengontrolan variabel dan menyimpulkan. Pada pengontrolan variabel yang mengalami peningkatan paling tinggi dikarenakan siswa sudah dibimbing oleh guru berdasarkan penjelasan yang ada dalam LKS. Keterampilan proses sains yang mengalami peningkatan kedua setelah pengontrolan variabel adalah mengkomunikasikan sebesar 66%, hal ini didukung dengan peningkatan hasil pengamatan aktivitas siswa pada aspek mempresentasikan/ memperhatikan presentasi.

Peningkatan hasil nilai keterampilan proses sains siswa diperoleh berdasarkan perhitungan N-gain score yang rata-ratanya adalah 0,60 dengan kriteria sedang. Dari

7

Page 8: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY PADA MATERI KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

Tabel 4.5 dapat diketahui analisis peningkatan hasil nilai keterampilan proses sains setiap siswa diperoleh 16% dengan kategori tinggi yaitu 6 siswa dan 64% atau sebanyak 32 siswa dengan kategori sedang. Dalam penelitian ini tidak ada siswa yang mengalami peningkatan dengan kriteria rendah. Sedangkan untuk setiap aspek keterampilan proses sains dapat dilihat pada tabel 4.6. Dari 6 aspek keterampilan proses sains diperoleh 2 aspek mengalami peningkatan dengan kategori tinggi yaitu pengontrolan variabel sebesar 0,81 dan mengkomunikasikan sebesar 0,84. Aspek keterampilan proses sains yang mengalami peningkatan kategori sedang meliputi mengamati sebesar 0,68; merumuskan masalah sebesar 0,60; membuat hipotesis sebesar 0,44 dan menyimpulkan sebesar 0,38. Hake (1999) menyatakan bahwa jika N-gain tinggi (g) > 0,70; N-gain sedang 0,70> (g) > 0,30 dan rendah (g) < 0,30. Hal ini, menggambarkan bahwa model pembelajaran guided discovery mampu meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

Dari perhitungan uji-t memiliki perbedaan yang signifikan antara pretest dan posttest nilai thitung (27,2) > ttabel (11,1). Peningkatan tersebut dikarenakan dalam model pembelajaran guided discovery, siswa dapat memahami suatu konsep melalui kegiatan ilmiah berupa praktikum. Melalui kegiatan praktikum ini, keterampilan proses sains dapat dilatihkan sehingga siswa akan aktif untuk memperoleh informasi baru dengan mengaitkan informasi yang telah dimilikinya. Siswa juga akan lebih mudah menyimpan informasi ke memori jangka panjang karena siswa terlibat aktif dalam melakukan percobaan (Suprihatiningrum, 2013).

Penelitian ini terkait dengan penelitian sebelunya yang telah dilakukan oleh ikha (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pembelajaran penemuan terbimbing (guided discovery) dapat melatihkan keterampilan proses sains dengan ketuntasan sebesar 72%. Hal ini dapat dikatakan bahwa model pembelajaran guided discovery dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

Selain itu penelitian ini juga terkait dengan penelitian yang dilakukan Kime dalam The eLearning Developer’s Jurnal (Guided Discovery Teaching Methods and Reusable Learning Objects). Dalam jurnal tersebut dinyatakan bahwa metode pembelajaran berpusat seperti dipandu dalam melakukan penemuan dapat melibatkan siswa dalam interaksi yang bermakna, memberikan kesempatan untuk refleksi dan aplikasi stres. Selain itu metode seperti penemuan dipandu (guided discovery), eksperimen dan penyelidikan akan menyebabkan pencapaian tingkat yang lebih tinggi dalam belajar. Hal ini berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan

peneliti bahwa model pembelajaran guided discovery dapat melibatkan secara langsung siswa dalam melakukan penemuan sehingga keterampilan prosesnya dapat meningkat.

Respon Siswa

Apresiasi terhadap segala perlakuan dan media yang diberikan dalam proses kegiatan pembelajaran yang diukur dengan instrumen lembar angket respon siswa. Berdasarkan gambar 4.2 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model guided discovery untuk meningkatkan keterampilan proses sains materi kalor pada perubahan suhu dan wujud mendapat respon positif dari siswa. Didasarkan pada perolehan persentase tiap pertanyaan memperoleh respon dengan kategori baik sekali.

Pertanyaan yang memperoleh persentase paling tinggi yaitu “Apakah anda senang selama mengikuti pembelajaran menggunakan model guided discovery berpendekatan scientific pada materi kalor?”. Pertanyaan ini memberoleh respon positif sebesar 100%. Siswa merasa senang mengikuti pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran guided discovery dikarenakan ada bimbingan dari guru dalam melakukan proses penemuan atau praktikum.

Selain itu ada pertanyaan yang memperoleh persentase paling rendah yaitu “Apakah video /demonstrasi yang disajikan di awal pembelajaran dapat membantu anda dalam memahami materi?”. Pertanyaan ini mendapatkan persentase sebesar 78,9%. Hal ini dikarenakan pada proses pembelajaran guru tidak selalu menampilkan video sehingga dalam benak siswa sudah terpatok bahwa setiap pembelajaran selalu menampilkan video yang dapat membantu siswa untuk memahami materi yang diajarkan.

Secara keseluruhan respon siswa terhadap model pembelajaran guided discovery materi kalor pada perubahan suhu dan wujud untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa yang menyatakan “ya” mendapatkan persentase sebesar 87,7% dengan kategori baik sekali. Perolehan hasil respon siswa yang menyatakan “tidak” mendapatkan persentase sebesar 12,3%. Dari persentase siswa yang memberikan respon negatif dapat dikarenakan guru terlalu cepat dalam membimbing siswa dan menjelaskan metode ilmiah atau keterampilan proses sains selama proses pembelajaran serta kurangnya pemahaman siswa tentang metode ilmiah atau keterampilan proses sains pada suatu percobaan.

PENUTUP

Simpulan

8

Page 9: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY PADA MATERI KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran guided discovery pada materi kalor untuk meningkatkan keterampilan proses sains sebagai berikut:1. Keterlaksanaan model pembelajaran guided discovery

materi kalor pada perubahan suhu dan wujud di kelas VII-D SMP Negeri 21 Surabaya berlangsung efektif, hal tersebut didasarkan pada peningkatan skor rata-rata penilaian keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan 1 sebesar 3,62 dengan kriteria “sangat baik” dan pada pertemuan 2 sebesar 3,83 dengan kriteria “sangat baik”.

2. Keterampilan proses sains siswa setelah diterapkannya model pembelajaran guided discovery materi kalor pada perubahan suhu dan wujud mengalami peningkatan. Berdasarkan nilai rerata hasil pretest keterampilan proses sains siswa sebesar 1,05 dengan persentase ketidaktuntasan 100%. Pada posttest, nilai rerata keterampilan proses sains siswa sebesar 2,89 dengan persentase ketidaktuntasan sebesar 13% dan siswa yang tuntas sebesar 87%. Dari hasil uji N-Gain besarnya peningkatan ketercapaian keterampilan proses sains siswa sebesar 0,60 dengan kategori sedang. Untuk setiap aspek keterampilan proses sains dari hasil uji N-Gain diperoleh bahwa dari enam keterampilan proses sains 4 aspek dengan kategori sedang yaitu: keterampilan mengamati, merumuskan masalah, membuat hipotesis dan menyimpulkan. Sedangkan 2 aspek dengan kategori tinggi yaitu keterampilan pengontrolan variabel dan mengkomunikasikan. Berdasarkan uji-t juga diperoleh hasil bahwa nilai rata-rata antar pretest dan posttest menunjukkan perbedaan yang signifikan.

3. Respon siswa terhadap model pembelajaran guided discovery materi kalor pada perubahan suhu dan wujud di kelas VII-D SMP Negeri 21 Surabaya sebesar 87% siswa yang meberikan respon positif dengan kategori baik sekali.

SaranBerdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka

peneliti menyampaikan beberapa saran, antara lain:1. Pada proses pembelajaran guided discovery ketika

bekerja dalam kelompok guru harus mengupayakan agar semua anggota kelompok aktif sehingga materi/konsep yang ditemukan menjadi lebih mudah dipahami dan bermakna bagi setiap siswa.

2. Sebelum siswa melakukan percobaan, guru lebih bersikap tegas dalam memberikan arahan kegiatan yang akan dilakukan dan mengingatkan waktu yang

digunakan dalam proses penemuan berlangsung agar siswa dapat menggunakan waktu seefektif mungkin.

3. Berdasarkan analisis dan pembahasan menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa yang mengalami peningkatan terkecil adalah aspek menyimpulkan sebesar 21%. Oleh karena itu, ketika menyimpulkan suatu percobaan hendaknya dibimbing oleh guru dan ketika akhir pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Nurul. 2013. “Implementasi model penemuan terbimbing (guided discovery) pada pembelajaran IPA terpadu tipe webbed dengan tema biopestisida di kelas VIII SMP”. Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa, (Online), Vol 1, No. 2, 2013, hlm 118-122, (http://ejournal.unesa.ac.id/article/4408/37article.pdf, diakses 17 Maret 2014).

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Carin, A. A. and R.B. Sund. 1989. Teaching Modern Science. Sydney Charles E. Merril Publishing Company.

Dimyati dan Moedjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Fauzi, Mohamad. 2014. Implementasi Model Guided Inquiry Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Pada Materi Kalor Dan Perubahannya. Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya : UNESA.

Hake, R. 1999. Analizyng Change/Gain Score. [online] Tersedia: http://lists.asu.edu (14 Maret 2014)

Kemendikbud. 2013b. Model Penilaian Pencapaian Kompetensi Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Mts. (Online).(http;//litbang,kemdikbud.go.id/ diakses 17 Maret 2014).

Nur, Muhammad. 2011. Modul Keterampilan– Kerampilan Proses Sains. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya Pusat Sains dan Matematika Sekolah (PSMS).

Permendikbud No. 104 tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar

Qomariah, Nur. 2014. Implementasi model pembelajaran guided discovery untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa SMP kelas VII. Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya : UNESA.

Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Ruyle Kime. 2003. The eLearning Developers’ Journal (Guided Discovery Teaching Methods and Reusable Learning Objects). (Online) (http://itls.usu.edu/~mimi/courses/5240/lo.pdf diakses 1 Juni 2015).

9

Page 10: IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY PADA MATERI KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Pernada Group.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Wahono, dkk. 2013. Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VII Buku Siswa. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

10