Guided Inquiry

download Guided Inquiry

of 25

description

Education

Transcript of Guided Inquiry

  • 7

    BAB II

    KEGIATAN PRAKTIKUM DENGAN PENDEKATAN GUIDED INQUIRY

    TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA KONSEP

    SISTEM SARAF

    A. Keterampilan Proses

    Pendekatan Keterampilan Proses Sains (KPS) merupakan pendekatan

    pembelajaran yang berorientasi kepada proses IPA. Keterampilan Proses

    dalam pendekatan KPS dapat dikembangkan secara terpisah-pisah, tergantung

    pada metode pembelajaran yang digunakan.

    Ada beberapa jenis keterampilan proses yang sebenarnya satu sama lain

    tidak dapat dipisahkan namun memiliki penekanan tersendiri, yaitu :

    1. Melakukan Pengamatan (Observasi) 2. Menafsirkan (Interpretasi) 3. Mengelompokan (Klasifikasi) 4. Meramalkan (prediksi) 5. Berkomunikasi 6. Berhipotesis 7. Merencanakan percobaan atau penyelidikan 8. Menerapkan konsep atau prinsip 9. Mengajukan pertanyaan

    (Rustaman, 2005 :80)

    Seandainya kita mengamati cara kerja para ilmuwan, sebetulnya mereka

    menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan dan keterampilan mental

    dan fisik tertentu, yaitu menumbuhkan keterampilan proses. Keterampilan-

    keterampilan tersebut merupakan dasar dari proses kerja ilmiah.

    Menurut Semiawan (1988 ; 18) keterampilan proses dapat menumbuhkan

    potensi dan mengembangkan kemampuan tersebut dalam diri anak didik atau

    siswa. Dengan mengembangkan keterampilan proses anak akan mampu

    7

  • 8

    menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta

    menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai ilmiah. Seluruh irama

    gerak dalam proses belajar ini akan membawa dan menciptakan kondisi cara

    belajar yang aktif bagi siswa. Penjelasan tersebut dapat digambarkan sebagai

    berikut :

    Gambar 2.1 Hubungan KPS dengan Belajar Aktif (Semiawan,1988)

    Sebagaimana telah diungkapkan oleh Rustaman (2005) bahwa

    keterampilan proses terdiri atas beberapa unsur yang berkaitan, maka untuk

    memperjelas masing-masing butir dalam keterampilan proses di bawah ini

    merupakan penjelasan dari masing-masing butir, yaitu :

    1. Observasi atau pengamatan.

    Observasi atau pengamatan adalah salah satu keterampilan ilmiah yang

    mendasar. Mengobservasi tidak sama dengan melihat. Dalam

    mengobservasi kita harus memilah dan memilih mana yang penting dan

    KONSEP SIKAP

    KPS

    CBSA

    PENDEKATAN PROSES

  • 9

    yang kurang penting. Untuk melakukan observasi kita menggunakan

    seluruh indera kita, untuk melihat, mendengar, meraba, mengecap, dan

    membaui.

    2. Interpretasi data

    Kemampuan interpretasi atau menafsirkan data adalah salah satu

    keterampilan yang penting untuk dimiliki oleh ilmuan. Data yang

    dikumpulkan dalam observasi dapat dicatat atau disajikan dalam bentuk

    tabel, diagram, grafik, atau histogram. Data yang disajikan dalam

    berbagai bentuk tersebut kemudian dapat diolah dan didapatkan

    kesimpulan yang sesuai. Oleh karena itu menarik kesimpulan juga

    termasuk kedalam interpretasi data.

    3. Klasifikasi atau Mengelompokkan.

    Keterampilan mengklasifikasi atau menggolongkan adalah salah satu

    kemampuan yang penting dalam kerja ilmiah. Dalam membuat klasifikasi

    perlu diperhatikan beberapa hal yaitu, alasan atau dasar dari

    pengklasifikasian, misalnya diklasifikasikan berdasarkan fungsi, bentuk,

    asal, dll. Selain itu diperlukan kecermatan dan ketelitian yang baik dalam

    mengklasifikasi.

    4. Prediksi atau meramalkan

    Dalam kehidupan sehari-hari kita sering meramalkan sesuatu

    berdasarkan pengalaman yang sebelumnya. Para ilmuwan sering membuat

    ramalan atau prediksi berdasarkan hasil observasi dan penelitian yang

    memperlihatkan suatu pola atau kecenderungan gejala tertentu. Siswa

  • 10

    dapat dilatih untuk membuat prediksi berdasarkan pengetahuan,

    pengalaman atau data yang didapat dari observasi.

    5. Berkomunikasi

    Setiap ahli dituntut untuk dapat menyampaikan hasil dari penemuannya.

    Penyampaian penemuan tersebut dapat berupa laporan tertulis seperti

    membuat paper, laporan penelitian atau menyususn kerangka. Mungkin

    pula penyampaiannya berupa bahasa lisan, atau dengan membuat gambar,

    grafik, histogram, diagram dan tabel yang dapat dibaca dan dipahami oleh

    orang lain.

    6. Berhipotesis

    Kemampuan membuat hipotesis adalah salah satu keterampilan yang

    harus dimiliki oleh oleh ilmuwan dan merupakan kemampuan paling

    mendasar. Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk

    menerangkan suatu kejadian atau pengamatan. Dalam kerja ilmiah,

    seorang ilmuwan biasanya membuat hipotesis yang kemudian diuji

    melalui eksperimen. Penyusunan hipotesis adalah kunci pembuka dari

    penemuan baru.

    7. Menrencanakan percobaan atau penyelidikan

    Para ilmuwan biasanya terbiasa dengan pekerjaan eksperimental.

    Namun kegiatan tersebut tidak hanya hak mutlak para ilmuwan. Banyak

    orang yang dalam hidupnya melakukan eksperimen atau percobaan.

    Eksperimen atau biasa disebut juga penelitian adalah usaha menguji

    gagasan-gagasan. Untuk melakukan suatu eksperimen diperlukan

  • 11

    kecakapan untuk menyusun atau merancang kegiatan percobaan tersebut

    terlebih dahulu. Karena bila suatu eksperimen dilakukan tanpa adanya

    perencanaan maka akan terjadi pemborosan waktu, biaya dan tenaga.

    Dalam merencanakan penelitian atau eksperimen kita akan menentukan

    alat,bahan,faktor pendukung, kriteria keberhasilan, cara dan langkah

    kerja, serta bagaimana data diambil dan akan diolah untuk menarik suatu

    kesimpulan.

    8. Menerapkan konsep atau prinsip (Aplikasi)

    Keterampilan menerapkan atau mengaplikasikan konsep adalah

    kemampuan umum yang dimiliki para ilmuan. Menerapkan konsep dapat

    dilatih dengan memecahkan suatu masalah atau kasus.

    9. Mengajukan pertanyaan

    Pertanyaan apa, mengapa, bagaimana dan mengajukan pertanyaan

    tentang hipotesis adalah hal dasar untuk mengetahui sesuatu. Dari

    berbagai pertanyaan yang diajukan dapat terlihat bahwa terjadi proses

    berpikir, dan terlihat bahwa penanya telah memiliki ketertarikan tertentu.

    Berdasarkan penjabaran di atas dapat dilihat bahwa keterampilan proses

    harus dimiliki oleh setiap ilmuwan. Dapat diketahui pula bahwa semua aspek

    keterampilan proses adalah hal mendasar dan penting untuk dimiliki oleh

    peserta didik.

    B. Pembelajaran Guided Inquiry

    Menurut Sund & Trowbridge (1997) sains adalah batang tubuh dari

    pengetahuan dan suatu proses. Sains dapat dibedakan berdasarkan pendekatan

  • 12

    yang digunakan untuk menemukan pengetahuan. Selama ini yang ditekankan

    dalam pembelajaran sains adalah produk yang dihasilkan dari pada proses

    sains. Salah satu proses pembelajaran yang tidak hanya menekankan pada

    produk sains yang berupa materi atau fakta adalah Inquiry.

    Menurut Sudjana & Arifin (1988 ; 67) pembelajaran inquiry bertolak dari

    pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar. Mereka

    mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan

    kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai

    stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar.

    Dalam inquiry siswa didorong untuk menggunakan prosedur ilmiah dengan

    cara mengenal masalah, mengajukan pertanyaan, mengemukakan langkah-

    langkah penelitian, memberikan pemaparan yang ajeg, membuat ramalan dan

    penjelasan yang menunjang pengalaman ( Rustaman et. al,. 2003). Melakukan

    pembelajaran inquiry berarti membelajarkan siswa untuk mengendalikan

    situasi yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik, yaitu dengan

    menggunakan teknik yang digunakan oleh para peneliti. Menurut Hamalik

    (1990), pengajaran berdasarkan inquiry adalah suatu strategi yang berpusat

    pada siswa dimana kelompok-kelompok siswa dihadapkan pada satu

    persoalan/masalah atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di

    dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas.

    Goldmark (Nasution, 1992) mendefinisikan inquiry sebagai pola bereaksi

    dalam bentuk bertanya yang terarah menguji sesuatu nilai. Bertanya itu amat

    penting sebagai bentuk mereaksi dan sebagai tanda aktif peserta didik.

  • 13

    Tujuan umum dari pembelajaran inquiry adalah untuk membantu anak didik

    mengembangkan disiplin secara intelektual dengan memberikan pertanyaan

    dan mendapatkan jawaban atas usaha dan keingintahuan mereka. Esensi dari

    pembelajaran inquiry adalah merancang lingkungan belajar untuk

    melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa atau student center dan

    memberikan panduan untuk mencapai tujuan dan menyelesaikan penelitian

    berdasarkan konsep dan prinsip seorang ilmuwan (Sund&Trowbridge, 1997).

    Dua unsur utama dalam model inquiry adalah data dan teori, atau dalam arti

    operasionalnya adalah bekerja berdasarkan kenyataan (data) dan atas dasar

    konsep (teori dan hipotesis). Pola prilaku murid yang terlihat dalam model ini

    bergerak dari alur data ke alur teori, atau sebaliknya dari alur teori ke alur data

    dan seterusnya, dan titik awalnya dapat berganti-ganti. Proses penggunaan teori

    dapat terjadi berkat penggunaan alat berupa hipotesis, ramalan atau prediksi,

    asumsi, interpolasi, dan lain-lain. Alat pengumpulan data dapat berupa

    observasi, pengukuran, interview, eksperimen, mempelajari buku, melihat buku

    dan sebagainya.

    Beberapa peneliti ada yang berpendapat bahwa pembelajaran inquiry dan

    pembelajaran discovery adalah sama. Masing-masing pembelajaran ini

    berfokus pada belajar penemuan. Namun Sund & Trowbridge (1997)

    menyatakan bahwa discovery adalah suatu proses mental untuk mengasimilasi

    konsep dan prinsip. Discovery terdiri dari beberapa proses kognitif, yaitu

    observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penjelasan, dan menarik

    kesimpulan. Sedangkan inquiry adalah suatu discovery yang ditambah dengan

  • 14

    kemampuan kinerja ilmiah. Proses-proses yang terdapat dalam inquiry adalah

    mengenali suatu permasalahan, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,

    merancang dan melakukan eksperimen, dan memiliki sikap ilmiah seperti

    objektif, sikap ingin tahu, terbuka, tanggung jawab, dan peduli terhadap

    berbagai teori yang berkembang. Jadi dapat dikatakan bahwa inquiry lebih

    menekankan terhadap proses yang dilaksanakan, sedangkan discovery lebih

    menekankan pada hasil yang didapat.

    Menurut Sudjana & Arifin (1988 ; 67) ada lima tahapan yang harus

    ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inquiry yaitu : tahap pertama,

    perumusan masalah untuk dipecahkan oleh siswa. Tahap kedua, menetapkan

    jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis. Tahap ketiga,

    siswa mencari informasi, data, dan fakta yang diperlukan untuk menjawab

    permasalahan/hipotesis. Tahap keempat, menarik kesimpulan jawaban atau

    generalisasi, dan tahap kelima yaitu, mengaplikasikan kesimpulan dalam

    situasi yang baru.

    Ada beberapa keuntungan dari pembelajaran inquiry yang hampir sama

    dengan pembelajaran discovery, yaitu :

    1. Mengembangkan pembelajaran yang berpusat pada siswa

    2. Siswa dapat membangun konsep sendiri sesuai dengan pemahamannya

    melalui pengalaman belajar yang dilakukan

    3. Dapat mengembangkan potensi yang terdapat pada diri siswa

    4. Melalui inquiry belajar tidak hanya pada tingkat verbal

    5. Dengan inquiry terjadi asimilasi dan akomodasi informasi

  • 15

    Jerome Bruner (dalam Sund & Trowbridge, 1997) menyatakan beberapa

    keuntungan inquiry dan discovery, yaitu : siswa akan lebih mengerti konsep-

    konsep dasar dan ide yang lebih baik. Selain itu pembelajaran ini dapat

    membantu dalam penggunaan ingatan, pola pikir, dan bekerja secara inisiatif

    dan intuitif. Pembelajaran ini pula dapat memberikan kepuasan intrinsik serta

    memberikan situasi yang lebih menantang untuk mendorong siswa belajar.

    Menurut Winataputra (1992) pada pembelajaran inquiry guru kurang

    mendominasi tetapi siswa lebih menguasai ilmu yang dipelajari, dan lebih

    mudah menyampaikan maksud dari pelajaran yang dipelajari. Sedangkan pada

    pendekatan lain selain inquiry guru lebih mendominasi pelajaran seperti halnya

    pada pendekatan konsep yang sampai sekarang masih sering digunakan oleh

    para guru pada umumnya.

    Selain memiliki beberapa keuntungan inquiry juga memiliki beberapa

    kekurangan seperti yang di ungkapkan oleh Winataputra (1992), yaitu :

    1. Tidak mudah untuk mengubah gaya belajar yang telah ada 2. Tidak mudah untuk mengubah gaya mengajar guru yang pada umumnya

    belum merasa puas dalam mengajar jika belum banyak menyajikan informasi melalui metode ceramah

    3. Dalam pelaksanaannya metode ini membutuhkan penyediaan berbagai sumber belajar, fasilitas yang memadai dan biasanya sukar untuk menyediakannya

    4. Pada sistem klasikal dengan jumlah dengan jumlah siswa yang relatif banyak, penggunaan metode ini sukar untuk dikembangkan dengan baik.

    Dalam inquiry guru berperan sebagai fasilitator, narasumber, dan konselor

    kelompok. Dengan demikian siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri

    atau berkelompok dalam memecahkan masalah. Beberapa kriteria yang harus

    diperhatikan guru menurut Hamalik (1990) adalah sebagai berikut :

  • 16

    1. Merumuskan topik inquiry dengan jelas dan bermanfaat bagi siswa

    2. Membentuk kelompok yang seimbang, baik akademis maupun sosial

    3. Menjelaskan tugas dan menyediakan balikan kepada kelompok dengan cara

    yang responsif dan tepat waktunya

    4. Sekali-kali perlu intervensi oleh guru agar terjadi interaksi antar pribadi

    yang sehat demi kemajuan tugas

    5. Melaksanakan penilaian kelompok, baik terhadap kemajuan kelompok

    maupun terhadap hasil yang dicapai.

    Sund & Trowbridge (1997) menyatakan bahwa inquiry terbagi menjadi

    inkuiri terbimbing (guided inquiry), dan inkuiri bebas (free inquiry). Pada

    pembelajaran guided inquiry, siswa mendapatkan bimbingan dari guru,

    sedangkan pada free inquiry pada pelaksanaanya mendapatkan sedikit sekali

    bantuan dari guru.

    Menurut Trowbridge ada tiga tingkatan dalam inquiry, yaitu dimulai dengan

    belajar penemuan. Pada tingkat ini guru menentukan masalah dan prosesnya,

    sedangkan siswa akan mencari alternatif atau cara penyelesainya. Tingkat

    berikutnya, berdasarkan kompleksnya tingkatan masalah melalui bentuk guided

    inquiry. Pada tingkat ini guru mengajukan masalah dan siswa diminta untuk

    menentukan prosesnya dan pemecahannya. Tingkatan ketiga adalah tingkatan

    tertinggi dalam inquiry yaitu free inquiry. Pada tingkat ini guru hanya

    menentukan konteks untuk memecahkan masalah, kemudian siswa melakukan

    identifikasi dan menyelesaikan masalah yang diberikan.

  • 17

    Pada kegiatan Guided Inquiry guru membimbing siswa melakukan kegiatan

    dengan memberikan bahan penunjang pelajaran, topik pelajaran. Sedangkan

    dalam menganalisis hasil, menarik kesimpulan siswa diberikan kebebasan atau

    mandiri.

    Ciri dari pembelajaran guided inquiry yaitu siswa memperoleh bantuan dari

    guru yang umumnya berupa pertanyaan. Pembelajaran guided inquiry ini

    bertujuan agar murid atau siswa dapat menemukan suatu konsep dan prinsip

    sendiri melalui perbincangan, pertanyaan atau penyelesaian. Pada umumnya

    guided inquiry terdiri dari :

    1. Pernyataan masalah. Masalah dapat diberikan dalam bentuk pernyataan

    atau pertanyaan

    2. Kelas/tingkat. Ini menunjukkan tingkatan kelas yang akan diberi pelajaran

    3. Prinsip atau konsep yang diharapkan dapat ditemukan oleh siswa

    4. Alat dan bahan, yang dibutuhkan harus disediakan terlebih dahulu

    5. Diskusi pengarah

    6. Kegiatan yang dilakukan oleh siswa, biasanya kegiatan ini dalam bentuk

    percobaan

    7. Proses berpikir kritis dan ilmiah

    8. Pertanyaan yang bersifat open-ended. Pertanyaan ini merupakan

    pertanyaan pengarah untuk pengembangan tambahan kegiatan penelitian

    yang dilakukan

  • 18

    9. Catatan guru, catatan untuk guru lain yang berisi materi pelajaran, hal-hal

    yang dianggap sulit dalam pelajaran, faktor-faktor yang mempengaruhi

    hasil.

    C. Praktikum dalam Pembelajaran Sains

    Kegiatan praktikum dapat dikategorikan sebagai belajar penemuan atau

    Hands on. Kegiatan praktikum merupakan kegiatan belajar mengajar yang

    memberikan pengalaman belajar langsung kepada siswa. Rustaman et al

    (2003) berpendapat bahwa kegiatan praktikum merupakan latihan aktivitas

    ilmiah baik berupa eksperimen, observasi maupun demonstrasi yang

    menunjukkan adanya keterkaitan antara teori dengan fenomena yang

    dilaksanakan baik di laboratorium maupun di luar laboratorium.

    Tujuan dari kegiatan praktikum antara lain untuk membangun motivasi

    siswa, membangun pemahaman konsep, mengembangkan keterampilan dasar

    eksperimen, mengembangkan keterampilan proses, dll. Melalui praktikum,

    tujuan pembelajaran dapat tercapai secara menyeluruh, mencakup ranah

    kognitif,afektif dan psikomotor.

    Menurut Woolnough & Allsop dalam Rustaman dkk, 1995 terdapat

    empat alasan pentingnya kegiatan praktikum, yaitu :

    1. Praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA, melalui kegiatan

    laboratorium, siswa diberi kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa

    ingin tahu dan ingin bias. Prinsip ini akan menunjang kegiatan praktikum

    dimana siswa menemukan pengetahuan melalui eksplorasinya terhadap

    alam.

  • 19

    2. Praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen.

    3. Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Salah satu metode

    praktikum yang dikemukakan oleh para ahli yaitu metode inquiry,

    metode ini dikembangkan melalui pendekatan heuristik yang memandang

    saintis sebagai penemu. Dalam metode praktikum ini siswa diibaratkan

    sebagai seorang penemu yang sedang melakukan eksperimen, belajar

    dengan cara seperti ini dikenal pula dengan belajar penemuan yang

    dikemukakan oleh Bruner. Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar

    penemuan menunjukkan beberapa kebaikan diantaranya pengetahuan

    yang didapat bertahan lama, hasil belajar penemuan mempunyai efek

    transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya, dan meningkatkan

    penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas (Dahar,

    1989).

    4. Praktikum menunjang pemahaman materi pelajaran, hal ini berhubungan

    dengan kenyataan banyaknya konsep dan prinsip belajar IPA yang

    terbentuk dalam diri siswa melalui proses generalisasi dari fakta yang

    diamati dalam praktikum.

    Menurut Rustaman, N (2005), bentuk praktikum berdasarkan tujuannya

    dapat dibedakan menjadi :

    a. Bentuk praktikum latihan, digunakan untuk mengembangkan

    keterampilan dasar seperti menggunakan alat, mengobservasi, mengukur

    dan kegiatan lainnya.

  • 20

    b. Bentuk praktikum Investigasi (penyelidikan), digunakan untuk

    kemampuan memecahkan masalah.

    c. Bentuk praktikum bersifat memberi pengalaman, digunakan untuk

    meningkatkan pemahaman terhadap materi pelajaran. Kontribusi

    praktikum dalam meningkatkan pemahaman dapat tercipta apabila siswa

    diberi pengalaman langsung. Pengalaman langsung siswa terhadap

    fenomena alam menjadi prasyarat penting untuk mendalami dan

    memahami materi pelajaran.

    D. Sintaks Model Pembelajaran Bebasis Praktikum

    Dalam penelitian ini kegiatan praktikum akan dipadukan dengan

    pembelajaran Guided Inquiry, adapun sintaks model pembelajaran berbasis

    praktikum menurut Sudargo(2009):

    a. Fase 1: orientasi masalah

    Guru menjelaskan area yang akan diselidiki serta langkah langkah

    praktikum.

    b. Fase 2: perumusan masalah

    Siswa merumuskan masalah dan mengidentifikasi langkah langkah

    penyelidikan

    c. Fase 3: melakukan penyelidikan

  • 21

    Siswa mengidentifikasi masalah untuk diselidiki, melakukan kegiatan

    penyelidikan, pengumpulan data, interpretasi data, memanipulasi variabel

    dalam penyelidikan, mengidentifikasi kesulitan dalam proses penyelidikan

    d. Fase 4: mengatasi kesulitan

    Guru menugaskan siswa untuk memikirkan berbagai cara dalam mengatasi

    kesulitan dalam proses penyelidikan, serta merancang ulang percobaan,

    mengorganisasi data melalui berbagai cara, menginterpretasi data,

    mengkontruksi pengetahuan.

    e. Fase 5 : merefleksikan hasil penyelidikan

    Mengaitkan hasil praktikum atau penyelidikannya dengan konsep atau

    teori.

    E. Konsep Sistem Saraf

    Sistem saraf berfungsi merasakan perubahan-perubahan di dalam dan diluar

    tubuh serta menginterpretasikan sikapnya untuk memberi tanggapan atau respon.

    Kesatuan struktural dan fungsional system saraf disebut neuron. Sel neuron

    tersusun dari serabut-serabut saraf, yaitu dendrit, dan akson (Pratiwi ,2002)

    Jaringan saraf tersusun atas dua jenis sel, yaitu sel saraf (neuron) dan sel-sel

    pendukung (neuroglia). Neuron merupakan unit structural dan fungsional dari

    system saraf. Neuron berfungsi sebagai penghantar impuls saraf, baik dari organ

    penerima impuls ke pusat saraf maupun sebaliknya. Neuroglia berfungsi memberi

    nutrisi, proteksi, dan memisahkan neuron dengan jaringan lainnya

    (Lestari&Kistinah, 2009).

  • 22

    Neuron tersusun atas tiga bagian, yaitu badan sel, dendrit, dan akson. Di

    dalam badan sel terdapat nukleus, nukleolus, dan sitoplasma dengan organel,

    seperti retikulum endoplasma, neurifibril, lisosom, dan mitokondria. Badan sel

    berwarna abu-abu. Dendrit berupa tonjolan sitoplasma dari badan sel yang

    berfungsi menhantarkan impuls ke badan sel. Biasanya dalam satu neuron

    terdapat beberapa dendrit. Akson atau neurit juga merupakan tonjolan panjang

    dari badan sel yang berfungsi menghantarkan impuls dari badan sel ke sel

    lain(Pratiwi ,2002).

    Neuron ada yang berselaput ada pula yang tidak. Selaput tersebut dinamakan

    selubung mielin, yang tersusun atas sel-sel Schwann. Diantara sel-sel Schwan

    terdapat bagian yang tidak terselubung yang disebut nodus Ranvier. Fungsi

    selubung mielin adalah meningkatkan kecepatan penghantaran impuls serta untuk

    mengisolasi dan memelihara akson. Selubung mielin juga menyebabkan

    penampakan warna putih pada otak, dan sumsum tulang belakang. Nodus Ranvier

    merupakan bagian akson yang menyempit dan tidak dilapisi selubung mielin.

    Bagian ini tersusun dari sel-sel pipih. Dengan adanya bagian ini, terlihat bagian

    akson tampak berbuku-buku. (Lestari&Kistinah, 2009).

    Gambar 2.2 Struktur dan bentuk sel saraf (neuron)

    (Lestari&Kistinah, 2009)

  • 23

    Suatu impuls dapat dirambatkan akibat adanya hubungan antara satu saraf

    dan sel lainnya yang disebut sinapsis. Sinapsis ini dapat terjadi antarneuron,

    antara neuron dan sel otot (neuromuscular), serta antara neuron dan kelenjar

    (neurogladular).penghantaran impuls dapat terjadi melalui dua cara, yaitu

    melalui sel saraf dan mealui sinapsis. Apabila tidak ada impuls, bagian dalam

    membran sel saraf bermuatan negatif (-) sedangkan bagian luar bermuatan positif

    (+). Keadaan yang demikian dinamakan potensial istirahat karena membran sel

    saraf terpolarisasi. Pada saat impuls merambat melaui akson, dalam waktu singkat

    muatan dibagian dalam membran sel saraf menjadi positif (+) dan bagian luarnya

    bermuatan negatif (-). Perubahan tiba-tiba pada saat potensial istirahat ini

    menimbulkan potensial aksi yang menyebabkan membran sel saraf mengalami

    depolarisasi. Proses tersebut terjadi dalam waktu singkat dan akan segera kembali

    dalam keadaan terpolarisasi (repolarisasi) (Pratiwi, 2002).

    Sinapsis merupakan penghubung yang mengendalikan komunikasi

    antarneuron. Di dalam gelembung sinapsis ujung akson terdapat zat kimia yang

    disebut neurotrasmiter atau neurohumor. Zat ini memegang peranan penting

    dalam merambatkan impuls. Contoh neurotrasmiter adalah asetilkolin dan

    noradrenalin. Perambatan impuls melalui zat kimia seperti ini disebut sinapsis

    kimiawi. Adapun perambatan melalui arus listrik dinamakan sinapsis listrik. Kerja

    asetil kolin dapat dihambat oleh enzim kolinesterase. Akibatnya, asetilkolin

    menjadi tidak aktif. Perambatan impuls pada sinapsis kimiawi hanya berlangsung

    ke satu arah, yaitu dari ujung akson menuju dendrit pada neuron lain

    (Pratiwi,2002).

  • 24

    Berdasarkan fungsinya, sel saraf dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu

    sel saraf sensoris (saraf aferen), sel saraf motoris (saraf eferen), dan saraf

    konektor (interneuron, saraf asosiasi, atau ajustor). Sel saraf sensoris

    membawa impuls dari reseptor (penerima impuls), misalnya kulit, menuju sistem

    saraf pusat. Sel saraf motoris membawa impuls dari sistem saraf pusat ke efektor,

    misalnya ke otot atau kelenjar. Adapun sel saraf konektor menghubungkan sel

    sensoris dan sel saraf motoris. Sel saraf konektor terdapat pada otak dan sumsum

    tulang belakang (Pratiwi ,2002)..

    Berdasarkan strukurnya, neuron dibedakan atas neuron anaksonik, neuron

    bipolar, neuron unipolar, dan neuron multipolar. Neuron anaksonik banyak

    terdapat di otak dan indra. Neuron ini tidak dapat dibedakan antara dendrit dan

    akson. Neuron bipolar memiliki dua juluran yang dipisahkan oleh badan sel, yaitu

    akson dan dendrit. Neuron unipolar atau neuron pseudounipolar banyak terdapat

    pada sistem saraf tepi, yaitu sebagi neuron sensoris. Akson dan dendrit neuron ini

    bersambungan pada badan sel yang letaknya di satu sisi terhadap kedua

    julurannya. Neuron multipolar banyak terdapat di dalam sistem saraf pusat dan

    sebagai neuron motoris. Neuron ini memiliki dua atau lebih dendrit dan satu

    akson (Pratiwi ,2002)..

    Sistem saraf dikelompokkan berdasarkan posisi dan fungsinya menjadi

    system saraf pusat dan system saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan

    sumsum. Keduanya dilindungi oleh selaput berupa jaringan pengikat yang disebut

    meninges. Selaput ini terdiri atas tiga lapisan yaitu durameter (terdiri dari

    jaringan kolagen), arachnoid (terdiri atas kolagen dan selabut elastis yang

  • 25

    tersusun seperti sarang laba-laba), dan piameter (terdiri atas jaringan kolagen dan

    serabut elastis transparan). Piameter merupakan lapisan yang langsung menempel

    pada permukaan otak dan sumsum tilang belakang. Diantara piameter dan

    arachnoid terdapat rongga subarachnoid yang berisi cairan serebrospinal. Cairan

    ini berfungsi sebagai pelindung otak dan sumsum tulang belakang, serta pengantar

    makanan ke sistem saraf pusat. Otak dibagi menjadi otak besar (cerebrum), otak

    tengah (mesensefalon), dan otak kecil (cerebellum). Otak besar atau cerebrum

    merupakan bagian terbesar dari otak dengan permukaan berlipat-lipat. Diduga,

    semakin banyak lipatannya, maka semakin cerdas seseorang. Serebrum terdiri atas

    dua belahan (hemisfer) yang dipisah oleh fisura longitudinal. Kedua hemisfer

    dihubungkan oleh sejumlah serabut yang disebut korpus kalosum. Melalui

    serabut ini, impuls diteruskan dari satu hemisfer ke hemisfer yang lain

    (Pratiwi,2002).

    Setiap hemisfer terdiri atas empat lobus, masing-masing nama disesuaikan

    dengan nama tulang pelindugnya, yaitu bagian depan (lobus frontalis), belakang

    (lobus oksipitalis) samping bawah (lobus temporalis) dan samping atas (lobus

    parietalis). Lobus frontalis berfungsi mengendalikan gerakan otot rangka. Pada

    lobus ini juga terjadi proses intelektual tingkat tinggi, seperti pemecahan masalah,

    konsentrasi, dan perencanaan. Lobus oksipitalis merupakan pusat penglihatan.

    Lobus temporalis berfungsi sebagai pusat penglihatan. Lobus temporalis

    berfungsi sebagai pusat pendengar dan pembau. Lobus parietalis merupakan

    pusat sentuhan, perubahan, perasa, tekanan, dan rasa sakit. Selain itu pada otak

    besar terdapat pula daerah asosiasi merupakan penghubung daerah sensoris dan

  • 26

    daerah motoris. Daerah ini berhubungan dengan proses belajar, seperti berpikir,

    mengingat, menalar, pengambilan keputusan, dan kemampuan belajar bahasa

    (Pratiwi,2002).

    Pada otak besar juga terdapat talamus, hipotalamus, bagian dari kelenjar

    pituitari, dan kelenjar pineal. Talamus merupakan penjaga pintu gerbang pada

    korteks serebrum. Semua pesan sensori yang sampai ke otakharus melalui talamus

    terlebih dahulu agar dapat dirasakan secara sadar,kecuali bau semua rangsangan

    dari reseptor diterima talamus dan kemudian diteruskan ke area sensorik serebrum

    (Lestari&Kistinah, 2009).

    Hipotalamus berfungsi sebagai pusat koordinasi bagi banyak kegiatan organ-

    organ dalam. Selain itu, hipotalamus juga berfungsi untuk mengatur suhu dan

    kandungan air dalam darah. Hipotalamus juga merupakan penghasil hormon.

    Hormon yang dihasilkan, antara lain oksitosin dan ADH(antideuretik hormon)

    yang tersimpan di lobus posterior pada pituitari, serta TSH (hormon perangsang

    tiroid) dan LH (Luteinizing hormon) yang tersimpan di lobus anterior pada

    pituitary (Lestari&Kistinah, 2009).

    Otak tengah atau mesensefalon terletak dibawah permukaan bawah (inferior)

    serebrum, di atas pons dan otak kecil. Bagian terbesar otak tengah adalah lobus

    optikus yang berhubungan dengan gerak refleks mata. Pada dasar otak tengah

    terdapat kumpulan badan sel saraf (ganglion) yang berfungsi mengontrol gerakan,

    kedudukan tubuh, dan kesadaran. Dan Otak kecil merupakan otak terbesar kedua

    yang terletak tepat dibawah bagian posterior otak besar (serebrum). Otak kecil

    merupakan pusat keseimbangan gerak, koordinasi gerak otot, serta posisi tubuh.

  • 27

    Tepat dibagian bawah serebelum terdapat jembatan Varol yang berfungsi

    menghubungkan otak besar dan otak kecil (Pratiwi,2002).

    Sumsum dikelompokkan menjadi medulla oblongata dan sumsum tulang

    belakang (medulla spinalis). Medulla oblongata disebut juga batang otak.

    Struktur ini merupakan lanjutan otak yang menghubungkan otak dengan sumsum

    tulang belakang. Panjangnya sekitar 3cm, terletak diantara pons varolli . Sumsum

    lanjutan berfungsi mengatur denyut jantung, pelebaran dan penyempitan

    pembuluh darah, gerak menelan, bersin, bersendawa, batuk, muntah, dan pusat

    pernapasan. Selain itu Medula oblongata juga meruoakan tempat keluarnya saraf

    otak VIII, IX, X, XI dan XII (Kurnadi,2001)

    Sumsum tulang belakang merupakan lanjutan medula oblongata. Struktur

    berbentuk silindris ini sampai vertebrae lumbalis kedua. Sumsum tulang

    belakang, seperti halnya otak, diselaputi meninges. Bagian tengah sumsum tulang

    belakang ini berisi cairan serebrospinal. Jika medula spinalis diiris melintang,

    pada bagian tengahnya terdapat substansi kelabu berbentuk H dan bagian luar

    berwarna putih. Substansi kelabu terbagi atas akar ventral (ventral root) dan akar

    dorsal (dorsal root). Akar vetral mengandung badan neuron motoris yang

    aksonnya menuju efektor. Adapun akar dorsal mengandung badan neuron motoris

    yang aksonnya menuju resertor. Bagian putih yang mengelilingi bagian kelabu

    mengandung dendrit dan akson. Adanya kelainan atau gangguan pada sumsum

    lanjutan ketidaknormalan terhadap denyut jantung, irama pernapasan, dan

    tekanan darah (Pratiwi,2002)..

  • 28

    Fungsi sumsum tulang belakang adalah sebagai penghubung impuls dari dan

    ke otak, serta memberi kemungkinan terjadinya gerak refleks. Apakah gerak

    refleks itu? Gerak refleks adalah gerak disebabkan oleh rangsangan tertentu yang

    biasanya mengejutkan atau menyakitkan. Contoh gerak refleks adalah membesar

    dan mengecilnya pupil mata sebagai respons terhadap cahaya, serta batuk dan

    bersin sebagi respons terhadap gerakan sistem pernapasan (Pratiwi,2002).

    Gerak reflek berbeda dengan gerak biasa karena rangsangan tidak diolah

    diotak terlebih dahulu. Ada dua macam gerak reflek yaitu reflek spinal dan reflek

    kranial. Jalur perjalanan gerak reflek adalah sebagai berikut :

    Gambar 2.3 Skema Gerak Refleks

    (Lestari & Kistinah,2009)

    Contoh refleks diatas merupakan refleks sumsum tulang belakang karena

    neuron penghubung terdapat di otak, refleksnya disebut refleks otak, misalnya

    bersin dan batuk. Jika refleks melibatkan otak dan sumsum tulang belakang,

    refleks tersebut dinamakan refleks kompleks, misalnya gerak saat menginjak

  • 29

    benda panas. Refleks kompleks berlangsung agak lambat karena sinapsis pada

    sumsum tulang belakang yang diteruskan ke otak melewati jarak yang lebih jauh

    bila dibanding dengan refleks otak (Pratiwi,2002).

    Sistem saraf tepi disebut juga system saraf perifer. Sistem saraf perifer,

    mengatur penghantur penghantaran impuls dari dan ke sistem saraf pusat.

    Berdasarkan fungsinya sistem saraf tepi dibedakan menjadi system saraf aferen

    (membawa impuls dari reseptor ke saraf pusat) dan system saraf eferen (dari saraf

    pusat ke efektor). Sistem saraf aferen dibedakan menjadi sistem saraf somatis

    yang berfungsi mengatur kontraksi otot rangka,dan sistem saraf otonom yang

    berfungsi mengatur kontraksi otot polos, otot jantung, dan sekresi kelenjar. Sistem

    saraf otonom dibedakan menjadi dua, yaitu saraf simpatis dan saraf

    parasimpatis (Pratiwi,2002).

    Sistem saraf tepi dikelompokkan berdasarkan sumbernya, yaitu saraf cranial

    (dari otak) dan saraf spinal (dari tulang belakang). Sistem saraf kraniospinal

    terdiri dari 12 pasang saraf yang keluar dari otak dan 31 pasang saraf yang keluar

    dari sumsum tulang belakang. Kedua belas pasang saraf otak tersebut

    berhubungan dengan reseptor dan efektor untuk daerah kepala. Saraf otak dapat

    dikelompokkan menjadi saraf sensoris, saraf motoris, dan saraf gabungan antara

    sensoris dan motoris (Pratiwi,2002)..

    Saraf sensoris terdiri atas saraf I, II, dan VIII. Saraf motoris terdiri atas saraf

    III, IV, VI, XI, dan XII. Adapun saraf gabungan terdiri atas saraf V, VII, IX, dan

    X. Saraf X, yaitu saraf vagus, disebut juga saraf pengembara karena daerah yang

  • 30

    dipengaruhinya amat luas. Saraf ini bekerja secara tidak sadar walaupun

    merupakan saraf sadar (Pratiwi,2002).

    Tiga puluh pasang saraf tepi yang keluar dari sumsum tulang belakang

    merupakan campuran serabut saraf sensoris dan serabut saraf motoris. Serabut

    saraf sensoris masuk melalui akar dorsal, sedangkan serabut saraf motoris keluar

    melalui akar ventral. Berdasarkan letaknya, saraf tersebut dibedakan menjadi

    delapan pasang saraf leher, dua belas saraf punggung, lima pasang saraf pinggang,

    lima pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor (Pratiwi,2002).

    Sistem saraf otonom atau sistem saraf tidak sadar merupakan sistem saraf

    yang mengendalikan aktivitas tubuh yang tidak disadari, seperti denyut jantung,

    gerak saluran percernaan, dan eksresi enzim. Sistem saraf otonom juga merupakan

    saraf motorik ini terdiri dari atas sistem saraf simpatis dan sistem saraf

    parasimpatis. Keduanya berasal dari otak dan sumsum tulang belakang,

    kemudian menuju ke efektor yang sama, tetapi kerjanya berlawanan. Oleh karen

    itu, keduanya dikatakan bersifat antagonis. Jika saraf simpatis menyebabkan

    kontraksi pada suatu efektor, saraf parasimpatik menyebabkan relaksasi pada

    efektor tersebut. Mekanisme kerja saraf seperti ini bertujuan agar proses-proses di

    dalam tubuh berjalan dengan normal.oleh karena sistem saraf saraf otonom

    banyak mengendalikan organ viseral, sistem ini merupakan bagian terpenting

    dalam mekanisme untuk mempertahankan lingkungan internal agar konstan.

    Dengan demikian sistem saraf otonom sangat berperan dalam mekanisme

    homeostatis (Lestari & Kistinah, 2009).

  • 31

    Kerja saraf otonom dipengaruhi oleh hipotalamus. Dengan demikian, kerja

    sistem saraf otonom tidak sepenuhnya otonom. Hipotalamus berhubungan

    dengan saraf simpatis maupun dengan saraf parasimpatis. Bagian depan dan

    tengah hipotalamus mengendalikan saraf parasimpatis, sedangkan bagian

    belakang dan sampingnya mengendalikana saraf simpatis (Lestari & Kistinah,

    2009).