PENGARUH KOMBINASI TEBAL DAN ORIENTASI SUDUT … · kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak...
Transcript of PENGARUH KOMBINASI TEBAL DAN ORIENTASI SUDUT … · kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak...
PENGARUH KOMBINASI TEBAL DAN ORIENTASI SUDUT
LAMINA TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS
PRODUK CROSS LAMINATED TIMBER KAYU
MANII (Maesopsis eminii Engl.)
MENGGUNAKAN PAKU
ISYA TRISNANING ATI
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
PENGARUH KOMBINASI TEBAL DAN ORIENTASI SUDUT
LAMINA TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS
PRODUK CROSS LAMINATED TIMBER KAYU
MANII (Maesopsis eminii Engl.)
MENGGUNAKAN PAKU
ISYA TRISNANING ATI
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
RINGKASAN
Isya Trisnaning Ati. E24080084. Pengaruh Kombinasi Tebal dan Orientasi
Sudut Lamina Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Produk Cross Laminated Timber
Kayu Manii (Maesopsis eminii Engl.) Menggunakan Paku. Dibimbing oleh Dr.
Ir. Sucahyo Sadiyo, MS.
Ketersediaan bahan baku kayu membuat konsumen beralih dari
penggunaan kayu hutan alam ke kayu hutan rakyat untuk memenuhi kebutuhan
strukturalnya. Keterbatasan kualitas dari kayu hutan rakyat sebagai bahan
struktural dapat diatasi dengan pembuatan produk Cross Laminated Timber . CLT
dibuat dengan menyusun 3 sampai 7 lamina secara bersilangan kemudian
direkatkan dan dikempa hidrolik pada seluruh permukaannya atau dapat dengan
dipaku. Salah satu modifikasi produk CLT adalah dengan melakukan kombinasi
ketebalan lamina dan orientasi sudut. Tujuan dari penelitian adalah untuk
menerangkan perilaku dan menentukan besar pengaruh kombinasi tebal dan
orientasi sudut lamina terhadap karakteristik sifat fisis dan mekanis panel CLT
dari kayu manii (Maesopsis eminii, Engl) menggunakan paku (CLT-Paku). Bahan
yang digunakan untuk penelitian ini adalah papan-papan kayu manii dan paku
diameter 2.7 mm dengan panjang 5.1 mm.
Hasil pengujian sifat fisis panel CLT-Paku menunjukkan sebaran rataan
kerapatan dan susut volume panel CLT-Paku kayu manii untuk setiap kombinasi
tebal dan orientasi sudut lamina relatif seragam atau tidak berbeda nyata, yaitu
masing-masing berkisar dari 0.40-0.47 g/cm3 dan 4.28-6.67%. Berbeda dengan
sebaran rataan kadar air dan pengembangan volume panel CLT-Paku yang cukup
berfluktuasi, yaitu masing-masing berkisar dari 14.64-16.49% dan 2.42-6.34%.
Panel A3B4 dan A1B5 mempunyai nilai kadar air tertinggi masing-masing sebesar
16.46% dan 16.49%. Pada kembang-susut volume CLT-Paku maupun CLT-
Isosianat terdapat kecenderungan semakin besar orientasi sudut lamina tengah
maka kembang-susut akan semakin kecil. Adanya kombinasi ketebalan lamina
dan orientasi sudut lamina mempengaruhi nilai rataan kekakuan dan kekuatan
lentur panel CLT-Paku. Panel CLT-Paku mempunyai rataan nilai MOE antara
8809-19793 kg/cm2 dan MOR sebesar 154-309 kg/cm
2. Nilai kekakuan dan
kekuatan lentur tersebut lebih rendah yaitu sekitar 25% dan 60% dari papan
kontrolnya (kayu solid). Sedangkan jika keduanya dibandingkan dengan CLT-
Isosianat kekuatannya hanya sekitar 31.5%-nya saja. Pada panel CLT-Paku, sudut
B1 mempunyai nilai MOE maupun MOR lebih tinggi dibandingkan orientasi sudut
lainnya, dengan rataan masing-masing sebesar 16584 kg/cm2
dan 279 kg/cm2.
Terdapat kecenderungan umum semakin besar orientasi sudut lamina tengah maka
kekakuan dan kekuatan lentur panel CLT-Paku maupun CLT-Isosianat akan
semakin kecil. Kekuatan geser lentur panel CLT-Paku masih rendah yaitu 8.92
kg/cm2. Pada sesaran 5 mm rataan kekuatan lateral paku sebesar 139 kg dan pada
sesaran 1.5 mm kekuatan geser paku sebesar 328 kg/cm2. Kekuatan geser rekat
CLT-Isosianat hanya sekitar 61.2% dari kekuatan paku pada sambungan geser
ganda.
Kata kunci : CLT-Paku, CLT-Isosianat, kayu manii, sifat fisis dan mekanis,
kombinasi ketebalan dan orientasi sudut lamina.
ABSTRACT
Effect of Thickness and Orientation
Angle Combination to Physical and
Mechanical Properties of Cross
Laminated Timber Products from
Manii Wood (Maesopsis eminii Engl.)
Using Nails
By : 1)
Isya Trisnaning Ati, 2)
Sucahyo Sadiyo
The limitation of natural forest wood makes the demand for public forest
wood increases. As we know, quality of public forest wood as a structural material
is still low. However, that can be overcome with the manufacture of Cross
Laminated Timber products. CLT is created by arranging 3 to 7 laminas crossed
and then glued and compressed hydraulically on the entire surface or can be
nailed. One of modification CLT product is doing combination of lamina
thickness and orientation angle. This study was aimed to explain and determine
the effect of thickness combination and orientation angle to the characteristic of
physical and mechanical properties of manii (Maesopsis eminii, Engl) CLT panels
using nails (CLT-Nails). Materials used were manii boards and nails with 2.7 mm
in diameter and 5.1 mm in length. The result of physical properties of CLT-Nails
showed that the average distribution of density and shrinkage for any thickness
combination and orientation angle relatively uniform or not significantly different,
respectively from 0.40-0.47 g/cm3 and 4.28-6.67%. That’s contrast with moisture
content and swelling which quite fluctuating, respectively from 14.64-16.49% and
2.42-6.34%. A3B4 and A1B5 panel has the highest water content levels, each one
16.46% and 16.49%. Greater orientation angle makes the swelling and shrinkage
higher. Thickness combination and orientation angle affect the average value of
flexural stiffness and strength of CLT-Nails panels. CLT-Nails has average MOE
value from 8809-19793 kg/cm2 and MOR value from 154-309 kg/cm
2. They are
lower at around 25% and 60% of the control board (solid wood) and only about
31.5% of the strength CLT-Isocyanate panels. B1 angle has highest MOE and
MOR value than other CLT panels with other angular orientation, respectively
16584 kg/cm2 and 279 kg/cm
2. Greater orientation angle makes the flexural
stiffness and strength of CLT-Nails and CLT-isocyanate lower. The static shear
strength of CLT-Nails is low at 8.92 kg/cm2. At 5 mm displacement, the average
lateral force of nails is 139 kg and at 1.5 mm displacement the average nail shear
strength is 328 kg/cm2. Shear adhesion strength of CLT-Isocyanate only about
61.2% of the shear nails strength on multiple connections.
Key words : CLT-Nails, CLT-Isocyanate, manii wood, physical and mechanical
properties, combination of thickness and orientation angle
1)
. Student of Forest Products Department, Faculty of Forestry, IPB. 2)
. Lecturer of Forest Products Department, Faculty of Forestry, IPB.
DHH
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi “Pengaruh Kombinasi Tebal
dan Orientasi Sudut Lamina Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Produk Cross
Laminated Timber Kayu Manii (Maesopsis eminii Engl.) Menggunakan Paku”
adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing
dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau
lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2012
Isya Trisnaning Ati
E24080084
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Kombinasi Tebal dan Orientasi Sudut Lamina
Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Produk Cross Laminated
Timber Kayu Manii (Maesopsis eminii Engl.) Menggunakan
Paku
Nama Mahasiswa : Isya Trisnaning Ati
NIM : E24080084
Program Studi : Teknologi Hasil Hutan
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Sucahyo Sadiyo, MS.
NIP: 19580501 198403 1 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Hasil Hutan
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc.
NIP : 19660212 199103 1 002
Tanggal lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Magelang pada tanggal 18 April 1990, sebagai anak
kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ripto Edy Yuwono S.Sos dan Ibu
Sri Wahyurini. Pendidikan penulis dimulai pada tahun 1995 di TK Pertiwi
Kalinegoro, Sekolah Dasar (SD) Kalinegoro 5 pada tahun 1996-2002, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Magelang pada tahun 2002-2005, dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Magelang pada tahun 2005-2008.
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Hasil Hutan Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa
IPB (USMI) pada tahun 2008.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif pada berbagai organisasi
kemahasiswaan, antara lain sebagai anggota Divisi Sosial Kesejahteraan
Masyarakat BEM Fakultas Kehutanan pada tahun 2009-2010, Himpunan Profesi
Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN) IPB sebagai anggota Divisi Internal
pada tahun 2010-2011 dan anggota pada Bagian Rekayasa dan Desain Bangunan
Kayu pada tahun 2011-2012. Selain itu penulis juga aktif mengikuti berbagai
kepanitiaan kegiatan di kampus IPB.
Penulis telah mengikuti beberapa kegiatan praktek lapang antara lain
Praktek Pengenalan Ekosisitem Hutan (PPEH) pada tahun 2010 di Pangandaran,
Jawa Barat dan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Gunung Walat, Sukabumi
pada tahun 2011 serta Praktek Kerja Lapang (PKL) di KBM IK Brumbung
Semarang pada tahun 2012 selama dua bulan.
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian dan
penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Kombinasi Tebal dan Orientasi Sudut
Lamina Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Produk Cross Laminated Timber Kayu
Manii (Maesopsis eminii Engl.) Menggunakan Paku”, dibawah bimbingan Dr. Ir.
Sucahyo Sadiyo, MS.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas rahmat Allah SWT sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengaruh Kombinasi Tebal dan Orientasi
Sudut Lamina Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Produk Cross Laminated Timber
Kayu Manii (Maesopsis eminii Engl.) Menggunakan Paku.
Penelitian ini dilakukan untuk menerangkan perilaku dan menguraikan
besarnya pengaruh kombinasi ketebalan dan orientasi sudut lamina terhadap
karakteristik panel cross laminated timber kayu manii. Penelitian dilaksanakan di
Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu dan Laboratorium Rekayasa
dan Desain Bangunan Kayu dari bulan September 2011 hingga Juli 2012. Semoga
karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin
Bogor, September 2012
Isya Trisnaning Ati
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia
dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Keluarga tersayang, Bapak Ripto Edy Yuwono, S.Sos., Ibu Sri Wahyurini,
dan Kakak Annisa Maretno Utami atas kasih sayang dan kesabaran yang luar
biasa, serta dukungan do’a, moril, dan materil untuk penulis yang tak pernah
putus.
2. Dr.Ir. Sucahyo Sadiyo, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran
kepada penulis dalam melaksanakan penelitian hingga menyelesaikan skripsi.
3. Dr. Ir. Achmad, MS. selaku dosen penguji dan Dr. Lina Karlinasari, S.Hut,
MSc. F.Trop selaku pimpinan sidang yang telah memberi ilmu dan saran
kepada penulis.
4. Para Dosen dan Staf Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB atas
bekal ilmunya dan segala bantuannya selama penulis menempuh pendidikan
S1 di IPB.
5. Bapak Suhada dan Bapak Irfan atas bantuannya kepada penulis selama
melaksanakan penelitian.
6. Roy Rimansyah Perdana dan Fatwa Alam Islami, rekan satu bimbingan, atas
bantuannya kepada penulis selama penelitian.
7. Yasinta Anugerah, Nur Laili Indasari, dan Delfi Riana atas kesabaran dan
motivasinya selama empat tahun bersama dengan penulis.
8. Teman-teman THH 45 Dhewi Puji, Mita Nurdyana, Desi Melianti, Andri
Pradhika, Arip Wijayanto, Silvanto Rekso, serta teman-teman lainnya yang
tidak bisa disebutkan satu per satu atas kebersamaan dan bantuannya kepada
penulis.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan rahmat-Nya kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dan skripsi ini diharapkan dapat
memberikan wawasan dan manfaat bagi pembaca. Amin
Bogor, September 2012
Isya Trisnaning Ati
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. iii
DAFTAR TABEL .................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... vi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitiam ......................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ....................................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian ..................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cross Laminated Timber (CLT)................................................. 4
2.1.1 Definisi ........................................................................... 4
2.1.2 Keunggulan ..................................................................... 5
2.2 Kayu Manii (Maesopsis eminii Engl.) ........................................ 7
2.3 Sistem Sambungan .................................................................... 8
2.4 Cross Laminated Timber (CLT) dengan Sambungan Paku ......... 8
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 11
3.2 Bahan dan Alat Penelitian.......................................................... 11
3.3 Metoda Penelitian ...................................................................... 12
3.3.1 Pengeringan dan Pembuatan Lamina ................................. 13
3.3.2 Pemilahan Lamina ............................................................ 13
3.3.3 Penyusunan Lamina .......................................................... 15
3.3.4 Pemakuan Panel ................................................................ 16
3.3.5 Pembuatan Contoh Uji ...................................................... 17
3.3.6 Pengujian Panel Cross Laminated Timber (CLT) .............. 17
3.3.6.1 Pengujian Sifat Fisis .............................................. 17
3.3.6.2 Pengujian Sifat Mekanis ........................................ 19
3.3.7 Analisis Data .................................................................... 22
ii
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Mutu Kekakuan Kayu ................................................................ 23
4.2 Sifat Fisis .................................................................................. 23
4.2.1 Kerapatan ......................................................................... 24
4.2.2 Kadar Air .......................................................................... 25
4.2.3 Pengembangan Volume .................................................... 27
4.2.4 Penyusutan Volume .......................................................... 28
4.3 Sifat Mekanis ............................................................................ 29
4.3.1 Lentur Statis Panel CLT .................................................... 30
4.3.1.1 Kekakuan Lentur Panel CLT .............................. 31
4.3.1.2 Kekuatan Lentur Panel CLT ................................ 34
4.3.1.3 Kekuatan Geser Pada Lentur Statis ...................... 36
4.3.2 Kekuatan Sambungan Paku Geser Ganda ........................ 37
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 42
5.2 Saran ......................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 44
LAMPIRAN .......................................................................................... 46
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Penggunaan CLT untuk langit-langit dan dinding ............................... 6
2. Pengujian ketahanan gempa CLT ....................................................... 7
3. Papan-papan kayu manii .................................................................... 11
4. Paku untuk sambungan panel CLT ..................................................... 11
5. Tahapan pembuatan panel CLT-Paku ................................................. 12
6. Proses pengeringan alami sortimen kayu manii .................................. 13
7. Pemilahan lamina dengan metode non destructive test ........................ 14
8. Bentuk lamina tengah dengan lima orientasi sudut ............................. 14
9. Penyusunan panel CLT menurut kombinasi ketebalan lamina ............ 15
10. Contoh pola penyusunan panel CLT dengan orientasi sudut lamina
tengah 0˚, 60˚, dan 90˚ ....................................................................... 15
11. Pemakuan panel CLT menurut orientasi sudut lamina ........................ 16
12. Pola pembuatan contoh uji panel CLT ................................................ 17
13. Pengujian lentur statis panel CLT ....................................................... 20
14. Contoh uji kekuatan paku geser ganda ................................................ 21
15. Pengujian kekuatan lateral paku dan kekuatan geser paku .................. 21
16. Sebaran nilai rata-rata kadar air panel CLT-Paku menurut interaksi
kombinasi ketebalan dengan orientasi sudut lamina ............................ 25
17. Sebaran pengembangan volume panel CLT-Paku menurut kombinasi
ketebalan lamina ................................................................................ 27
18. Sebaran nilai MOE panel CLT-Paku menurut kombinasi ketebalan
lamina ................................................................................................ 32
19. Sebaran nilai MOE panel CLT-Paku menurut orientasi sudut lamina.. 33
20. Sebaran niai MOR panel CLT-Paku menurut kombinasi ketebalan
lamina ................................................................................................ 34
21. Sebaran MOR panel CLT menurut orientasi sudut lamina .................. 35
22. Sebaran rataan kekuatan geser panel CLT-Paku menurut orientasi sudut
lamina ................................................................................................ 37
23. Sebaran rataan kekuatan lateral paku panel CLT menurut interaksi
kombinasi ketebalan ketebalan dan orientasi sudut pada sesaran 5 mm 39
24. Bentuk paku setelah dlakukan uji kekuatan sambungan paku ............. 40
iv
25. Sebaran rataan kekuatan geser paku panel CLT menurut interaksi
kombinasi ketebalan dan orientasi sudut pada sesaran 1.5 mm............ 40
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Hasil pengukuran sifat fisis panel CLT-Paku berdasarkan kombinasi
ketebalan lamina dan orientasi sudut lamina ........................................ 23
2. Hasil analisis keragaman sifat fisis panel CLT-Paku berdasarkan
kombinasi ketebalan lamina dan orientasi sudut lamina ....................... 24
3. Hasil pengujian lentur statis panel CLT-Paku berdasarkan kombinasi
ketebalan lamina dan orientasi sudut lamina ........................................ 30
4. Hasil analisis keragaman lentur statis panel CLT-Paku berdasarkan
kombinasi ketebalan lamina dan orientasi sudut lamina ....................... 31
5. Hasil pengujian kekuatan lateral paku dan kekuatan geser paku panel
CLT .................................................................................................... 38
6. Hasil analisis keragaman kekuatan lateral paku dan kekuatan geser
paku panel CLT berdasarkan kombinasi ketebalan dan orientasi
sudut lamina ........................................................................................ 39
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Data nilai MOE lamina dengan metode non-destructive test pada
lamina tebal 1 cm .............................................................................. 47
2. Data nilai MOE lamina dengan metode non-destructive test pada
lamina tebal 1.67 cm ......................................................................... 49
3. Data nilai MOE lamina dengan metode non-destructive test pada
lamina tebal 2 cm .............................................................................. 51
4. Data nilai MOE lamina dengan metode non-destructive test pada
lamina tebal 3 cm .............................................................................. 52
5. Penyusunan lamina menurut ketebalan dan MOE dengan metode
NDT .................................................................................................. 53
6. Data nilai kadar air dan kerapatan panel CLT-Paku ........................... 54
7. Data nilai pengembangan dan penyusutan volume panel CLT-Paku .. 56
8. Data nilai MOE, MOR, dan geser lentur statis panel CLT-Paku ........ 58
9. Data nilai kekuatan lateral paku dan kekuatan lateral paku pada
sambungan geser ganda ..................................................................... 60
10. Hasil uji lanjut kadar air panel CLT-Paku .......................................... 62
11. Hasil uji lanjut pengembangan volume panel CLT-Paku ................... 63
12. Hasil uji lanjut MOE panel CLT-Paku ............................................... 64
13. Hasil uji lanjut MOR panel CLT-Paku .............................................. 65
14. Hasil uji lanjut kekuatan geser lentur panel CLT-Paku ...................... 66
15. Hasil uji lanjut kekuatan lateral paku pada sesaran 1.5 mm dan 5 mm 67
16. Hasil uji lanjut kekuatan geser paku pada sesaran 1.5 mm dan 5 mm . 69
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Kebutuhan kayu sebagai bahan bangunan dan bahan baku industri pada
saat ini cenderung semakin meningkat, sedangkan pasokan kayu dari hutan alam
yang mempunyai diameter besar dan kualitas tinggi sudah tidak mencukupi
karena adanya eksploitasi berlebihan, konversi lahan, bencana alam, dan besarnya
limbah dari penebangan. Data Kementrian Kehutanan (2012) menyebutkan bahwa
Indonesia memiliki hutan seluas 136.88 juta hektar. Namun sampai 2010 tercatat
laju deforestasi sebesar 1.125 juta hektar per tahun. Kerusakan hutan tersebut
menyebabkan pasokan kayu terutama dari hutan alam menurun. Pasokan kayu
tahun 2012 hanya 5 juta m³, merosot 8% dari tahun lalu sebanyak 5.77 juta m³.
Meningkatnya kebutuhan kayu sebagai bahan baku struktural yang tidak diiringi
dengan meningkatnya pasokan kayu membuat konsumen beralih pada kayu yang
berasal dari hutan rakyat untuk dapat memenuhi kebutuhan kayu sebagai bahan
baku strukturalnya. Namun pada umumnya kayu dari hutan rakyat diameternya
kecil dan kualitasnya kurang baik karena siklus penebangannya yang pendek
sehingga belum efektif sebagai komponen struktural.
Potensi tegakan hutan rakyat di Indonesia diperkirakan mencapai 39 juta
m³ dengan luas areal hutannya mencapai 1.5 juta hektar (Wardana, 2005 dalam
Muslich, 2006). Kayu manii (Maesopsis eminii Engl.), merupakan salah satu jenis
kayu hutan rakyat yang banyak terdapat di Jawa Barat. Berdasarkan Hasil Rapat
Kerja Teknis Departemen Kehutanan tahun 2005 dalam Muslich (2006),
disebutkan bahwa potensi kayu manii didaerah Jawa Barat dan Banten mencapai
4.4 juta m³ dengan luas areal 79 ribu ha. Pada awalnya kayu manii kalah bersaing
dengan jenis kayu komersial lainnya, terutama kayu dari hutan alam. Namun
seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan kayu, permintaan akan kayu rakyat,
termasuk kayu manii pun terus meningkat. Hal tersebut sesuai dengan Anonim
(2011) yang menyatakan jika di tahun 2005 bahan baku dari hutan tanaman hanya
11,47 juta m3, maka tahun 2010 sudah mencapai 35,82 juta m3.
Seiring semakin berkembangnya teknologi rekayasa kayu maka
penggunaan kayu-kayu yang berdiameter kecil dan berkualitas rendah dari hutan
2
rakyat dapat dimodifikasikan dalam pembuatan produk untuk bahan struktural
yang berkualitas tinggi. Salah satu produk baru rekayasa kayu adalah produk
cross laminated timber (CLT). Menurut Perkins dan McCloskey (2010), CLT
dibentuk dengan 3 sampai 7 lapisan kayu atau papan yang disusun satu sama lain
secara bersilangan dan direkatkan bersama dengan tekanan hidrolik pada seluruh
bagian permukaan atau dapat dengan dipaku. Setiap lapisan terdiri dari papan
dengan berbagai ketebalan laminasi.
Modifikasi produk dalam proses pembuatan CLT adalah dengan
melakukan kombinasi ketebalan dan orientasi sudut lamina menggunakan sistem
sambungan paku. Seperti diketahui kayu mempunyai sifat anisotropik yaitu sifat
kayu yang menunjukkan perbedaan sifat-sifat pada bidang orientasinya atau
kemampuan kayu dalam menerima beban yang bekerja padanya tidak sama
tergantung dari arah seratnya. Penataan lapisan lamina yang bersilang pada panel
CLT diharapkan dapat memberikan nilai kekuatan, kekakuan, dan kestabilan
struktur yang lebih baik sehingga jenis-jenis kayu hutan rakyat dapat digunakan
sebagai bahan struktural.
Hasil penelitian Mardiyanto (2012) mengenai pembuatan panel CLT kayu
manii menggunakan perekat Isosianat (CLT-Isosianat) menunjukkan panel CLT
yang dibuat mempunyai stabilitas dimensi yang baik serta kekakuan dan kekuatan
lentur yang relatif tinggi. MOE panel CLT-Isosianat sebesar 43802 kg/cm2 dan
MOR panel tersebut mencapai 311 kg/cm2. Oleh karena itu menarik jika
dilakukan penelitian selanjutnya mengenai pembuatan panel CLT menggunakan
paku (CLT-Paku) supaya kemudian dapat membandingkan karakteristik sifat fisis
dan mekanis antara panel CLT-Isosianat dengan CLT-Paku pada beberapa
kombinasi ketebalan dan orientasi sudut lamina tengah.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menerangkan perilaku dan menentukan
besar pengaruh kombinasi ketebalan dan orientasi sudut lamina terhadap
karakteristik panel cross laminated timber dari kayu manii (Maesopsis eminii
Engl.) dengan menggunakan paku.
3
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan informasi bahwa
jenis-jenis kayu rakyat seperti kayu manii (Maesopsis eminii Engl) sebagai kayu
fast growing spesies, merupakan jenis kayu yang berpotensi sebagai bahan
struktural dalam bentuk produk panel cross laminated timber (CLT). Produk ini
terutama dapat digunakan untuk mendukung pengadaan bahan baku secara
nasional sebagai komponen komposit untuk lantai, dinding, dan atap bangunan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cross Laminated Timber
2.1.1 Definisi
Cross Laminated Timber (CLT) pertama dikembangkan di Swiss pada
tahun 1970-an. Produk ini merupakan perpanjangan dari teknologi rekayasa
produk kayu lapis dengan lapisan laminasi silang dari vener yang telah dikenal
memiliki sifat-sifat unggul karena adanya penataan lapisan yang saling
bersilangan arah transversal dan longitudinal. Produk CLT menggunakan kayu
dengan memanfaatkan sifat struktural dari kayu tersebut dengan mendistribusikan
kekuatan sepanjang serat kayu pada kedua arah. Produk CLT juga memiliki
stabilitas dimensi yang lebih baik karena rasio kembang susut pada dua arah
(panjang dan lebar) dapat mendekati satu. Lapisan yang saling tegak lurus
memungkinkan mendistribusikan beban ke semua sisi dengan lebih merata
sehingga dapat dipergunakan untuk produk konstruksi (Wood Naturally Better,
2010).
CLT diproduksi dengan 3 sampai 7 lapisan kayu atau papan yang disusun
satu sama lain secara bersilangan dan direkatkan bersama dengan tekanan hidrolik
pada seluruh bagian permukaan atau dapat dengan dipaku. Setiap lapisan terdiri
dari papan dengan berbagai ketebalan laminasi. Ketebalan panel CLT biasanya
dalam kisaran dua inci, tetapi panel dengan tebal 20 inci dapat dibentuk. Ukuran
lebar panel berkisar antara 4-10 kaki dan panjangnya 16-50 kaki (Perkins dan
McCloskey, 2010).
Menurut Frangi et al. (2006), produk CLT atau dikenal juga sebagai
produk X-Lam adalah salah satu konstruksi kayu besar prafabrikasi yang
digunakan untuk konstruksi menahan beban seperti dinding dan rakitan untuk
lantai. Produk X-Lam telah menjadi semakin populer tidak hanya untuk
perumahan tetapi juga untuk kantor, ritel, dan bangunan industri khususnya di
Negara Austria dan Italia. Tergantung pada tujuan dan permintaaan kebutuhan,
produk X-Lam tersedia dengan 3, 5, 7, atau lebih lapisan papan. Lebar papan
tunggal biasanya bervariasi antara 80 dan 240 mm, dengan ketebalan antara 10
dan 35 mm.
5
Produk CLT ini sebagian besar digunakan untuk membentuk elemen
lantai, dinding, dan elemen atap. Biasanya dibuat panel hingga panjang 18 m,
yang digunakan untuk struktur panel atap, dinding, dan panel lantai yang mampu
mencakup panjang hingga 8 m. Produk CLT dapat dibentuk untuk penggunaan
jendela, pintu, dan fitur arsitektur yang dibuat melengkung dengan radius
minimum 8 m (Wood Naturally Better, 2010).
Panel CLT dapat dibuat sampai dengan panjang 45-152 cm dan tebal 5-60
cm, dengan lapisan 3, 5, 7 atau lebih. CLT biasanya diproduksi dengan panjang
maksimum 16.50 m, lebar maksimum 2.95 m, dan ketebalan maksimum 0.50 m
(KLH Massivholz GmbH, 2010).
2.1.2 Keunggulan
Menurut Wood Naturally Better (2010), keunggulan dari produk CLT ini
adalah kekuatan dan keseragaman sifatnya. CLT juga memiliki sifat ketahanan
terhadap api, kedap suara, dan kualitas estetika tinggi yang menarik bagi arsitek
dan desainer. Sedangkan menurut Crespell dan Sylvain (2011) produk CLT
mempunyai ketahanan terhadap gempa bumi dan kebakaran serta dapat digunakan
sebagai pengganti beton pada bangunan tingkat menengah. CLT juga merupakan
salah satu produk yang efisien karena dapat meminimalkan cacat yang ada pada
kayu sehingga dapat mengurangi biaya konstruksi.
Keunggulan penggunaan produk CLT menurut Perkins dan McCloskey
(2010) antara lain:
a. Biaya Efektif
Pemasangan atau pembangunan panel lebih cepat dan keterlambatan
konstruksi lebih sedikit karena CLT merupakan elemen prafabrikasi.
Pemasangan CLT cepat dan dalam kondisi kering, sehingga masa pakainya
dapat tahan lama.
Pengurangan limbah di tempat pada proses pemasangan elemen dinding,
lantai, maupun atap dapat dikurangi.
6
b. Keunggulan Kinerja Bangunan
Stabilitas dimensi. Pengaruh multi-lapisan papan, pengembangan dan
penyusutan dapat diabaikan.
Perlindungan api. Karena ketahanan terhadap penyebaran dan stabilitas
struktural dari ketebalan yang signifikan pada kayu solid.
Kekuatan beban bergerak dan gempa bumi. Pemerintah Jepang telah
melakukan tes gempa bumi pada CLT dengan faktor skala 12 Richter
(Gambar 2)
Peluang mutu terlihat. CLT dapat diketam, diamplas, atau disikat/dikuas
Kenyamanan tempat tinggal. Sifat insulasi suhu dan kelembaban yang
layak, serta mampu mengurangi tingginya kepadatan ruangan. Selain itu
panel CLT juga dapat memberikan nilai akustik pada bangunan.
c. Dampak Terhadap Lingkungan Kecil
CLT memiliki potensi untuk menjadi elemen penting dalam konstruksi
bangunan yang seluruhnya terbuat dari kayu, dengan sifat positif
mengurangi emisi karbon dan penyimpanan karbon karena kayu berasal
dari sumber yang terbarukan atau lestari.
Gambar 1 Penggunaan CLT untuk langit-langit dan dinding
(Sumber: FP Innovation, 2011)
7
Gambar 2 Pengujiaan ketahanan gempa CLT
(Sumber : FP Innovation, 2011)
2.2 Kayu Manii (Maesopsis eminii Engl.)
Kayu Manii merupakan salah satu kayu dari hutan rakyat yang berasal dari
famili Rhamnaceae dengan nama latin Maesopsis eminii Engl. Jenis ini
merupakan jenis tumbuhan yang tumbuh pada areal hutan yang terganggu
ekosistemnya. Wahyudi et al. (1990) diacu dalam Martiandi (2010) menyebutkan
bahwa kayu manii dikenal dengan nama daerah manii. Ciri umum kayu manii
antara lain gubalnya berwarna putih sedangkan bagian terasnya berwarna kuning
sampai kecoklatan. Hal tersebut mengindikasikan kandungan zat ekstraktif kayu
manii lebih banyak pada kayu terasnya. Tekstur kayunya sedang sampai kasar dan
berserat lurus berpadu. Kayunya berbau masam dan rasanya pahit. Kayu manii
mudah dikeringkan dan mudah diberikan perlakuan pengawetan, tetapi memiliki
tingkat keawetan alami yang rendah
Kayu manii merupakan jenis pohon cepat tumbuh dan serbaguna.
Berkekuatan sedang sampai kuat, dapat digunakan untuk konstruksi, kotak, dan
tiang. Berat jenis rata-rata kayu manii 0.43 (0.34-0.46). Menurut Abdurachman
dan Hadjib (2006), kayu manii tergolong kedalam kelas kuat III dan kelas awet
III-IV. Rata-rata nilai kerapatan kayu manii sebesar 0,4 g/cm3, sedangkan nilai
MOE dan MOR masing-masing sebesar 52600 kg/cm2 dan 484 kg/cm
2.
8
2.3 Sistem Sambungan
Tujuan penyambungan kayu adalah untuk memperoleh panjang yang
diinginkan atau membentuk suatu konstruksi rangka batang sesuai dengan yang
diinginkan. Sebuah sambungan pada suatu konstruksi merupakan titik kritis atau
terlemah pada konstruksi tersebut. Oleh karena itu, kayu yang akan disambung
harus merupakan pasangan yang cocok dan pas, penyambungan tidak boleh
sampai merusak kayu yang disambung tersebut, sesudah sambungan jadi
hendaknya diberi bahan pengawet agar tidak cepat lapuk dan sebaiknya
sambungan kayu yang dibuat terlihat dari luar agar mudah untuk dikontrol.
Tular dan Idris (1981) diacu dalam menyatakan bahwa sambungan
merupakan titik terlemah dari suatu konstruksi. Sambungan kayu dapat dibagi
menjadi tiga golongan, yaitu sambungan desak, sambungan tarik, dan sambungan
momen. Sedangkan alat-alat sambung dapat digolongkan menjadi empat yaitu 1)
paku, baut, skrup kayu, 2) pasak-pasak kayu keras, 3) alat-alat sambung modern,
dan 4) perekat (Wirjomartono, 1977).
Kekuatan sambungan tergantung pada kekuatan komponen penyusunnya,
yaitu kayu yang disambung dan alat sambungnya. Sesuai dengan teori mata rantai
kekuatan sambungan banyak ditentukan oleh komponennya yang terlemah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan sambungan adalah kerapatan kayu,
besarnya beban yang diberikan, dan keadaan alat sambungnya (Suryokusumo et al
1980).
2.4 Cross Laminated Timber dengan Sambungan Paku
Paku sebagai alat sambung sudah banyak digunakan baik untuk
penyambung perabotan rumah tangga, kusen, pintu, jendela maupun pada struktur
bangunan. Beberapa keuntungan penggunaan paku menurut Yap (1999) adalah :
Harga paku murah.
Sambungan bersifat kaku dan sesarannya kecil, sehingga struktur menjadi
lebih kokoh.
Pelaksanaan pekerjaan cepat, mudah, dan tidak memerlukan tenaga ahli.
Perlemahan pada tampang tergolong kecil.
9
Penyimpangan arah gaya terhadap arah serat tidak mempengaruhi
kekuatan dukung.
Wirjomartono (1977) mengatakan bahwa aplikasi paku sebagai alat
sambung pada konstruksi kayu pada dasarnya didesain untuk memikul beban
geseran dan lenturan. Sadiyo (2010) menyatakan bahwa dari beberapa tipe paku
utama yang digunakan dalam aplikasi struktural, maka paku umum dan paku
panjang merupakan paku paling luas digunakan di Indonesia. Sama seperti paku
lainnya paku umum memiliki ujung paku berbentuk diamond. Lebih lanjut
dikatakan bahwa dalam buku Design of Wood Structures, ASD/LRFD (2007)
dicantumkan panjang paku umum berkisar dari 5.08-15.24 cm dengan diameter
berkisar dari 2.87-6.68 mm. Paku umum tersebut terbuat dari kawat baja karbon
rendah dengan batang datar (lurus) dan ujung diamond. Karena diameter paku
umum lebih besar dibandingkan diameter tipe paku lainnya, paku umum memiliki
kecenderungan melentur yang kecil saat dipukul atau dipalu secara manual.
Kekuatan lentur paku umum, box dan paku sinker berdasarkan Tabel NDS
(National Design Spesification for Wood Construction ASD/LRFD (2005) dari
kisaran diameter paku 2.87-6.68 mm adalah 70-100 ksi (4922-7031 kg/cm2).
Paku dapat ditempatkan berdekatan, sangat efektif, dan relatif murah
karena biasanya dipakai secara langsung tanpa harus membuat lubang pada kayu
(Breyer et al. 2007). Penggunaan paku dalam kayu keras mengharuskan dilakukan
pengeboran terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya pecah pada kayu.
Besarnya lubang bor adalah 0,8–0,9D dan kedalaman lubang 2/3 dari tebal kayu
(Frick dan Moediartianto, 2004).
Syarat-syarat yang harus diperhatikan pada sambungan paku menurut
PPKI 1961 diacu dalam Yap (1999), antara lain :
Tampang melintang paku yang digunakan dapat berbentuk bulat, persegi
atau beralur lurus.
Kekuatan paku tidak tergantung dari besar sudut antara gaya dan arah serat
kayu.
Ujung paku yang keluar dari sambungan sebaiknya dibengkokkan tegak
lurus arah serat, asalkan pembengkokkan tersebut tidak akan merusak
kayu.
10
Apabila dalam satu baris lebih dari 10 batang maka kekuatan paku harus
dikurangi dengan 10%, dan jika lebih dari 20 batang harus dikurangi 20%.
Pada sebuah sambungan, paling sedikit harus menggunakan 4 batang
paku.
Jarak paku minimum harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut,
dalam arah gaya : 12 d untuk tepi kayu yang dibebani, 5 d untuk tepi
kayu yang tidak dibebani dan jarak antara baris-baris paku, sedangkan
dalam arah tegak lurus arah gaya : 5 d untuk jarak sampai tepi kayu dan
5d untuk jarak antara baris-baris paku.
Suryokusumo et al. (1980) serta Wirjomartono (1977) mengemukakan
bahwa kekuatan sambungan kayu dipengaruhi oleh jenis kayu. Dengan demikian
peranan jenis kayu, yaitu kerapatan dan tebal dinding sel kayu mempunyai
peranan sangat besar terhadap kekuatan sambungan kayu. Penelitian
Suryokusumo et al. (1980) menyimpulkan bahwa makin tinggi kerapatan kayu
dan jumlah paku maka kekuatan sambungan akan meningkat, tetapi peningkatan
ini tidak bersifat linier. Pemakaian jumlah paku yang besar pada kayu dengan
kerapatan tinggi cenderung akan memperbesar perlemahan sambungan.
Selanjutnya dikatakan bahwa rata-rata kekuatan per paku akan meningkat dengan
meningkatnya kerapatan kayu tetapi cenderung konstan dengan bertambahnya
jumlah paku.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Peningkatan
Mutu Kayu untuk proses persiapan bahan baku, pembuatan panel CLT, dan
pengujian sifat fisis panel CLT. Pengujian sifat mekanis panel CLT dilakukan di
Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu Departemen Hasil Hutan
Fakultas Kehutanan Kampus IPB Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan
September 2011 hingga bulan Juli 2012.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu manii
(Maesopsis eminii Engl.) dalam bentuk sortimen papan-papan dari berbagai
ketebalan yang berasal dari daerah Cibungbulan, Bogor (Gambar 3). Bahan lain
penelitian ini adalah paku bulat diameter 2.7 mm dengan panjang 5.1 mm yang
diperoleh dari perusahaan bangunan disekitar Bogor (Gambar 4).
Gambar 3 Papan-papan kayu manii Gambar 4 Paku untuk sambungan panel
CLT
Beberapa alat yang digunakan antara lain palu, kipas angin, moisture
meter, gergaji mesin (circular saw), mesin serut (planner), penggaris, caliper,
mesin pemilah elastisitas kayu sederhana (papan sortir), timbangan digital, ember,
oven, dan desikator. Pengujian MOE dan MOR panel CLT dilakukan dengan
12
menggunakan UTM (Universal Testing Machine) merk Instron tipe 3369 Series
IX Version 8.27.00 dengan kapasitas beban 5 ton.
3.3 Metode Penelitian
Kegiatan penelitian pembuatan panel CLT dimulai dari pembuatan lamina
hingga pengujian sifat fisis dan mekanis panel CLT. Tahapan kegiatan penelitian
secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Tahapan pembuatan panel CLT-Paku
A1 = 1-3-1 cm
A2 = 2-1-2 cm A3 = 1.67-1.67-1.67 cm
B1 = 0˚
B2 = 30˚
B3 = 45˚
B4 = 60˚
B5 = 90˚
Pemilahan Lamina
Pembuatan Papan CLT
Penyusunan Lamina Pemakuan Lamina
Pembuatan Contoh Uji
Pengujian Sifat Fisis dan Mekanis
ASTM D 143-2005
Karakteristik Panel CLT
Persiapan Bahan Baku
Pembuatan Lamina
Lamina Tebal 1 cm, 1.67
cm, 2 cm, dan 3 cm Lamina Tengah 0˚, 30˚,
45˚, 60˚, dan 90˚
13
3.3.1 Pengeringan dan Pembuatan Lamina
Papan-papan kayu manii dengan ukuran penampang tebal 1.5-3.5 cm,
lebar 14 cm dengan panjang 125 cm dikeringkan secara alami dengan bantuan
kipas angin selama 30 hari atau hingga mencapai kadar air kering udara sekitar
12-17% (Gambar 6). Papan-papan tersebut kemudian digergaji dan diserut
menjadi papan-papan lamina dengan ukuran panjang menjadi 120 cm, lebar 12
cm, dan tebal dengan empat ukuran ketebalan, yaitu ketebalan 1.00 cm sebanyak
45 papan, ketebalan 1.67 cm sebanyak 45 papan, ketebalan 2 cm sebanyak 30
papan, dan ketebalan 3 cm sebanyak 15 papan. Sebagai kontrol dibuat balok utuh
kayu manii berukuran 5x5x12 cm.
Gambar 6 Pengeringan alami papan-papan kayu manii
3.3.2 Pemilahan Lamina
Pemilihan lamina dilakukan dengan menggunakan metode pemeriksaan
secara visual dan mutu lamina ditentukan berdasarkan nilai modulus elastisitasnya
(MOE). Metode pemeriksaan secara visual dilakukan dengan mengamati kondisi
permukaan lamina sehingga bebas dari cacat-cacat alami atau cacat yang timbul
akibat pengeringan. Pemilahan lamina berdasarkan nilai modulus elastisitasnya
(MOE) dilakukan dengan cara pengujian sistem non destructive test,
menggunakan mesin pemilah kayu (papan sortir) (Gambar 7). Prosedur
pemilahannya adalah sebagai berikut (Surjokusumo et al., 2003) :
1. Lamina yang akan dipilah diletakkan diatas dua tumpuan.
14
2. Beban A (P1) diletakkan diatas lamina tepat diatas deflektometer kemudian
diukur besarnya defleksi (y1).
3. Beban standar B (P2) kemudian ditambahkan, angka pada deflektometer
dicatat.
4. Beban diturunkan, lamina dibalik dan dipilah ulang seperti sebelumnya.
Gambar 7 Pemilahan lamina dengan metode non destructive test
Dari pemilahan tersebut diperoleh nilai modulus elastisitas (MOE)
masing-masing papan lamina. Nilai tersebut kemudian dikelompokkan menjadi
dua kelompok dengan rentang nilai tertentu dan diberi simbol E1 dan E2 dimana
E1 > E2. E1 digunakan pada bagian face atau back sebagai lamina sejajar,
sedangkan E2 digunakan pada bagian dalam (core) sebagai lamina tengah. Nilai
MOE yang termasuk dalam kelompok E2 atau lamina tengah dipotong miring
dengan lima macam orientasi sudut yaitu sudut 0˚, 30˚, 45˚, 60˚, dan 90˚ (Gambar
8).
Gambar 8 Bentuk potongan lamina tengah dengan lima orientasi sudut
15
3.3.3 Penyusunan Lamina
Prinsip penyusunan lamina-lamina pada panel CLT dilakukan dengan cara
mengatur tebal panel (5 cm) menurut tiga kombinasi ketebalan lamina (A), yaitu
kombinasi yang terdiri dari lamina atas (face), tengah (core), dan bawah (back)
masing masing memiliki tebal A1 (1-3-1 cm) dan dengan cara yang sama untuk
kombinasi A2 (2-1-2) cm, dan kombinasi A3 (1.67-1.67-1.67) (Gambar 9).
A1 A2 A3
Gambar 9 Penyusunan panel CLT menurut kombinasi ketebalan lamina
Serat lamina atas dan bawah diatur sedemikian rupa sehingga sejajar satu
dengan lainnya, sedangkan lamina tengah (core) didasarkan atas orientasi sudut
lamina berturut-turut yaitu 0˚ (B1), 30˚ (B2), 45˚ (B3), 60˚ (B4), dan 90˚ (B5)
(Gambar 10). Setiap kombinasi panel CLT dibuat dalam tiga ulangan sehingga
diperoleh total panel CLT sebanyak 45 panel.
Gambar 10 Contoh pola penyusunan panel CLT dengan orientasi sudut lamina
tengah 0˚, 60˚, dan 90˚ (Sumber : Mardiyanto, 2012)
16
Jumlah potongan core utuh pada panel CLT dengan berbagai orientasi
sudut adalah untuk panel CLT dengan orientasi sudut lamina tengah 30˚ (B2)
sebanyak 4 potong, 45˚ (B3) sebanyak 6 potong, 60˚ (B4) sebanyak 7 potong, dan
90˚ (B5) sebanyak 9 potong. Sedangkan pada panel 0˚(B1), lamina tengah tersusun
dari satu papan utuh. Semakin besar orientasi sudut maka jumlah potongan pada
core akan semakin banyak.
3.3.4 Pemakuan Panel
Prinsip pola pemakuan panel CLT adalah dengan mengikuti bentuk
(besarnya orientasi sudut) dari lamina tengah masing-masing kombinasi papan
dengan jarak antar paku minimum 1.5-2 d. Jumlah paku pada semua kombinasi
panel CLT dibuat sama, yaitu sebanyak 72 paku pada sepanjang bentang panel
CLT (71 cm). Dengan demikian jumlah paku sepanjang setengah bentang adalah
36 batang dan diatur sedemikian rupa sehingga pola susunan pakunya setangkup
dengan setengah bentang lainnya (Gambar 11).
0˚
30˚
45˚
60˚
90˚
Gambar 11 Pemakuan panel CLT menurut orientasi sudut lamina
17
3.3.5 Pembuatan Contoh Uji
Setelah semua panel CLT dipaku, panel dipotong untuk dibuat contoh uji
sifat fisis maupun sifat mekanisnya. Adapun pola pemotongan contoh uji panel
CLT seperti pada Gambar 12.
120 cm
Keterangan :
1. Contoh uji lentur statis (MOE dan MOR) (5 cm x 12 cm x 76 cm)
2. Contoh uji kerapatan dan kadar air (5 cm x 5 cm x 5 cm)
3. Contoh uji kembang susut kayu (5 cm x 5 cm x 5 cm)
4. Contoh uji kuat lateral paku dan geser paku ( 6 cm x 8 cm x 5 cm)
Gambar 12 Pola pembuatan contoh uji panel CLT
3.3.6 Pengujian Panel Cross Laminated Timber (CLT)
Pengujian yang diakukan meliputi pengujian sifat fisis dan mekanis untuk
mengetahui karakteristik panel CLT menggunakan paku.
3.3.6.1 Pengujian Sifat Fisis
Pengujian sifat fisis panel CLT yang dilakukan antara lain kerapatan (𝜌),
kadar air (KA), pengembangan volume (KV), serta penyusutan volume (SV).
Pengujian tersebut menggunakan contoh uji ukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm sesuai
pada standar ASTM D 143 (2005) tentang Standard Methods of Testing Small
Clear Specimens of Timber.
a. Kerapatan (𝝆)
Kerapatan merupakan nilai dari berat contoh uji dibagi dengan volume
contoh uji pada kondisi kering udara. Volume contoh uji diukur dengan
mengalikan dimensi panjang, lebar, dan tebalnya (VKU) dan selanjutnya
ditimbang untuk didapatkan berat kering udaranya (BKU). Nilai kerapatan
dihitung dengan rumus:
𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝜌 =𝐵𝐾𝑈
𝑉𝐾𝑈 (
𝑔
𝑐𝑚2)
1
4
2
3
18
b. Kadar Air
Kadar air merupakan hasil pembagian kandungan berat air terhadap berat
kering tanur dari contoh uji yang dinyatakan dalam persen. Berat air adalah selisih
dari berat contoh uji sebelum dioven dikurangi berat kering tanurnya. Pengujian
kerapatan dan kadar air menggunakan satu contoh uji yang sama. Contoh uji
dalam keadaan kering udara ditimbang beratnya (BKU) dan dikeringkan dalam
oven pada suhu 103 ± 2 oC selama 24 jam atau sampai mencapai berat konstan
kemudian ditimbang sehingga diperoleh berat kering tanur (BKT). Nilai kadar air
dihitung dengan rumus:
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 % =𝐵𝐾𝑈 − 𝐵𝐾𝑇
𝐵𝐾𝑇 𝑥 100%
c. Kembang Susut
Pengembangan volume dirumuskan sebagai selisih antara dimensi akhir
(DB) dengan dimensi awal (DA) yang dibandingkan dengan dimensi awalnya
yang dinyatakan dalam persen. Contoh uji yang digunakan untuk pengujian
pengembangan maupun penyusutan volume diambil dari contoh yang sama.
Contoh uji diukur panjang, lebar dan tebalnya dengan menggunakan kaliper
sehingga diperoleh dimensi awalnya. Selanjutnya contoh uji direndam dalam air
selama ± 1 minggu, kemudian diangkat dan diukur kembali dimensinya sehingga
diperoleh dimensi akhir contoh uji. Nilai pengembangan volume dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 % = 𝐷𝐵 − 𝐷𝐴
𝐷𝐴 𝑥 100%
Untuk pengujian penyusutan volume, contoh uji yang sama diukur dimensi
panjang, lebar, dan tebalnya dengan menggunakan kaliper sehingga diperoleh
dimensi awal (DA). Kemudian contoh uji dioven pada suhu 103±2 oC selama 24
jam atau mencapai berat konstan dan selanjutnya diukur kembali dimensinya
sehingga diperoleh dimensi akhir (DB) dari contoh uji. Penyusutan volume
merupakan selisih antara dimensi awal dengan dimensi akhir yang dibandingkan
dengan dimensi awalnya, dengan rumus sebagai berikut :
𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 % =𝐷𝐴 − 𝐷𝐵
𝐷𝐴 𝑥 100%
19
3.3.6.2 Pengujian Sifat Mekanis
Sifat mekanis panel CLT yang diuji meliputi pengujian lentur statis dan
sambungan paku. Pengujian lentur statis terdiri dari kekakuan lentur atau modulus
of elasticity, kekuatan lentur atau modulus of rupture, kekuatan geser lentur.
Pengujian lentur panel CLT ini didasarkan pada standar ASTM D 143 (2005)
tentang Standard Methods of Testing Small Clear Specimens of Timber. Pengujian
sambungan paku terdiri kekuatan lateral paku dan kekuatan paku pada sambungan
geser ganda. Pengujian geser paku ini berdasarkan modifikasi standar ASTM
D5652-95.
a. Kekakuan Lentur atau MOE
Pengujian kekakuan lentur atau MOE menggunakan contoh uji berukuran
5 cm x 15 cm x 76 cm untuk dimensi tebal, lebar, dan panjangnya. Pengujian
MOE panel CLT dilakukan dengan cara meletakkan panel CLT tersebut diatas
dua tumpuan dengan panjang bentang 71 cm. Beban terpusat diberikan ditengah
bentang dan besarnya defleksi dicatat setiap selang beban tertentu. Rumus yang
digunakan untuk menghitung besar MOE sebagai berikut :
𝑀𝑂𝐸 𝑘𝑔
𝑐𝑚2 =
∆𝑃𝐿³
4∆𝑌𝑏ℎ³
Keterangan :
∆P = Besar perubahan beban sebelum batas proporsi (kg)
L = Jarak sangga (cm)
∆Y = Besar perubahan defleksi akibat perubahan beban (cm)
b = Lebar contoh uji (cm)
h = Tebal contoh uji (cm)
b. Kekuatan Lentur atau MOR
Kekuatan lentur atau MOR panel CLT dilakukan bersama-sama dengan
pengujian MOE dengan menggunakan contoh uji yang sama. Pengujian MOR
dilakukan sampai panel CLT yang diberikan beban terpusat ditengah bentangnya
mengalami kerusakan. Nilai MOR dihitung dengan rumus :
𝑀𝑂𝑅 𝑘𝑔
𝑐𝑚2 =
3𝑃𝐿
2𝑏ℎ²
Keterangan :
P = Beban maksimum (kgf)
L = Jarak sangga (cm)
20
b = Lebar contoh uji (cm)
h = Tebal contoh uji (cm)
c. Kekuatan Geser pada Lentur Statis
Geseran yang terjadi pada lentur statis panel CLT dapat ditentukan
berdasarkan nilai maksimum atau rata-ratanya. Kekuatan geser yang dianalisis
pada penelitian ini hanya kekuatan geser maksimum. Nilai kekuatan geser
maksimum dihitung dengan menggunakan rumus :
𝜏 𝑚𝑎𝑘𝑠 (𝑘𝑔
𝑐𝑚2) =
3𝑉
2𝐴
Keterangan :
V = gaya lintang atau gaya geser yang terjadi akibat beban Pmax pada uji
lentur statis panel CLT (kg)
A = luas penampang panel CLT (cm2)
Gambar 13 Pengujian lentur statis panel CLT
d. Pengujian Sambungan Paku
Contoh uji untuk pengujian kekuatan lateral paku dan kekuatan geser paku
sambungan geser ganda dibuat dengan ukuran 6 cm (lebar) x 8 (panjang) dengan
tebal 5 cm sesuai dengan tebal panel CLT (Gambar 10). Arah beban yang
diberikan pada pengujian sambungan paku tersebut adalah tegak lurus terhadap
sumbu memanjang paku. Kedua nilai kekuatan sambungan paku tersebut
ditetapkan ketika paku mengalami displacement atau sesaran sebesar 1.5 mm dan
5 mm. Rumus yang digunakan untuk menghitung kekuatan lateral paku adalah
sebagai berikut :
21
𝐾𝑢𝑎𝑡 𝐺𝑒𝑠𝑒𝑟 𝑃𝑎𝑘𝑢 𝑘𝑔
𝑐𝑚2 =
𝑃
4𝜋𝑟²
𝐾𝑢𝑎𝑡 𝐿𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑃𝑎𝑘𝑢 𝑘𝑔
𝑐𝑚2 =
𝑃
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑘𝑢
Keterangan :
P = beban masing-masing pada sesaran 1.5 mm dan 5 mm (kgf)
r = jari-jari paku (cm)
a. Tampak depan b. Tampak samping
Gambar 14 Contoh uji kekuatan paku geser ganda
Gambar 15 Pengujian sambungan paku
8 cm
6 cm 1cm
cncm
8 cm
cm
5 cm
cm
22
3.3.7 Analisis Data
Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software
microsoft excel 2007 dan SAS 9.1.3. Rancangan penelitian panel CLT ini
menggunakan percobaan faktorial dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Terdapat 2 faktor yang diteliti, yaitu kombinasi tebal lamina (A) dengan 3 taraf,
yaitu A1 (1-3-1) cm, A2 (2-1-2) cm, dan A3 (1,67-1,67-1,67) cm dan faktor
orientasi sudut lamina (B) dengan 5 taraf, yaitu B1 (0o), B2 (30
o), B3 (45
o), B4
(60o), dan B5 (90˚) pada bagian lamina tengah. Penelitian ini dilakukan dengan 3
kali ulangan. Dengan demikian jumlah contoh uji yang dibuat adalah 3 x 5 x 3 =
45 buah satuan percobaan. Model rancangan statistiknya adalah sebagai berikut:
Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij + εijk
Dimana :
Yijk = Nilai pengamatan pada ulangan ke-k yang disebabkan oleh taraf
ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B
µ = Nilai rata-rata sebenarnya
Ai = Nilai pengaruh kombinasi ketebalan lamina pada taraf ke-i
Bj = Nilai pengaruh orientasi sudut lamina pada taraf ke-j
(AB)ij = Nilai pengaruh interaksi antara faktor A (kombinasi ketebalan
lamina) pada taraf ke-i (1-3-1 cm), (2-1-2 cm) dan (1.67-1.67-1.67
cm) dan faktor B (orientasi sudut lamina) pada taraf ke-j (0˚, 30o,
45o, 60
o dan 90
o)
εijk = Nilai galat/ kesalahan percobaan
Jika hasil analisis ragam berbeda nyata, dilakukan uji lanjut menggunakan
uji Tukey.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Mutu Kekakuan Lamina
Penyusunan lamina diawali dengan melakukan penentuan mutu pada tiap
ketebalan lamina menggunakan uji non destructive test. Data hasil pengujian NDT
pada ketebalan 1 cm, 1.67 cm, 2 cm, dan 3 cm dapat dilihat masing-masing pada
Lampiran 1, 2, 3, dan 4. Mutu tiap lamina tersebut digunakan dalam penyusunan
panel CLT-Paku seperti pada Lampiran 5.
4.2 Sifat Fisis
Sifat fisis panel CLT-Paku yang diuji meliputi kerapatan, kadar air,
pengembangan volume, dan penyusutan volume dengan keseluruhan hasil
pengujiannya disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil pengujian sifat fisis panel CLT-Paku berdasarkan kombinasi
ketebalan lamina dan orientasi sudut lamina
No. Contoh Uji 𝜌(g/cm3) KA (%) KV (%) SV(%)
I. Panel CLT-Paku
1. A1B1 0.47 15.87 5.68 5.06
2. A1B2 0.42 15.45 4.05 5.36
3. A1B3 0.44 16.09 4.17 5.08
4. A1B4 0.40 14.81 3.43 4.48
5. A1B5 0.41 16.49 3.13 5.43
6. A2B1 0.45 15.51 5.40 4.78
7. A2B2 0.45 14.71 4.43 6.44
8. A2B3 0.45 14.94 4.02 6.21
9. A2B4 0.46 14.64 4.44 5.79
10 A2B5 0.43 15.73 2.42 4.47
11. A3B1 0.43 15.39 4.38 6.33
12. A3B2 0.42 14.87 6.34 6.33
13. A3B3 0.40 15.11 3.91 6.67
14. A3B4 0.47 16.46 4.11 4.28
15. A3B5 0.46 15.68 3.87 5.77
Rata-rata 0.44 15.45 4.25 5.50
II. Kontrol 0.47 16.68 4.42 7.48
24
Keterangan :
𝜌 = Kerapatan (g/cm3)
KA = Kadar air (%)
KV = Kembang volume (%)
SV = Susut volume (%)
A1 = Kombinasi ketebalan lamina (1-3-1) cm
A2 = Kombinasi ketebalan lamina (2-1-2) cm
A3 = Kombinasi ketebalan lamina (1.67-1.67-1.67) cm
B1 = Orientasi sudut 0°
B2 = Orientasi sudut 30°
B3 = Orientasi sudut 45°
B4 = Orientasi sudut 60°
B5 = Orientasi sudut 90°
Hasil pengujian sifat fisis CLT-Paku menunjukkan rataan nilai kerapatan
sebesar 0.44 g/cm³, kadar air 15.45%, pengembangan volume 4.25%, dan
penyusutan volume 5.50%. Sedangkan dari penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya mengenai pengujian sifat fisis kayu manii panel CLT menggunakan
perekat Isosianat (Mardiyanto, 2012) menghasilkan rataan nilai kerapatan sebesar
0.44 g/cm3, kadar air 14.61%, pengembangan volume 4.26%, dan penyusutan
volume sebesar 4.53%. Hasil analisis keragaman sifat fisis panel CLT-Paku
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Analisis keragaman sifat fisis panel CLT-Paku berdasarkan kombinasi
ketebalan lamina dan orientasi sudut lamina
Sumber Keragaman 𝜌 KA KV SV
Kombinasi ketebalan 0.3323tn
0.0123*
0.3299tn
0.1270tn
Orientasi sudut 0.4811tn
0.0151*
0.0003*
0.0952tn
Kombinasi ketebalan dan orientasi
sudut 0.0719
tn 0.0022
* 0.0606
tn 0.2244
tn
Keterangan :
tn = Tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
* = Berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
4.1.1 Kerapatan
Kerapatan didefinisikan sebagai massa atau berat persatuan volume
(Bowyer et al. 2007). Nilai rata-rata kerapatan pada panel CLT-Paku antara 0.40
g/cm3
hingga 0.47 g/cm3 dengan kerapatan papan kontrol sebesar 0.47 g/cm
3
(Tabel 1).
Kombinasi ketebalan, orientasi sudut lamina, maupun interaksi antara
keduanya tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai kerapatan panel CLT-
Paku pada selang kepercayaan 95% (Tabel 2). Hasil pengujian menunjukkan
kerapatan panel CLT-Paku sama besar dengan kerapatan panel CLT-Isosianat
25
yaitu sebesar 0.44 kg/cm3 (Mardiyanto 2012). Hal tersebut diduga karena kayu
manii yang digunakan walaupun berbeda pohon dan lokasi tempat tumbuhnya
namun jenis dan umur pohon yang digunakan sama.
Kerapatan panel yang dihasilkan merupakan salah satu sifat fisis yang
dapat mempengaruhi kualitas panel CLT. Oleh karena itu kerapatan panel CLT
diupayakan seseragam mungkin sehingga apabila terdapat perbedaan sifat yang
diujikan maka perbedaan tersebut bukan disebabkan oleh kerapatan panelnya.
4.1.2 Kadar Air
Bowyer et al. (2007) menyatakan bahwa kadar air adalah jumlah air yang
terdapat di dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur
(BKT) nya. Hasil penelitian menunjukkan nilai kadar air panel CLT-Paku berkisar
antara 14.64% hingga 16.49% dengan rata-rata kadar air keseluruhan sebesar
15.45%.
Analisis keragaman (Tabel 2) menunjukkan bahwa interaksi antara
ketebalan lamina dengan orientasi sudut berpengaruh nyata terhadap besarnya
nilai kadar air panel CLT pada selang kepercayaan 95%. Interaksi tersebur
membentuk pola sebaran nilai kadar air CLT-Paku seperti pada Gambar 16.
Gambar 16 Sebaran nilai rata-rata kadar air panel CLT-Paku menurut interaksi
kombinasi tebal dan orientasi sudut lamina
Hasil uji lanjut terhadap interaksi kombinasi tebal dengan orientasi sudut
lamina pada besarnya nilai kadar air (Lampiran 10) menunjukkan bahwa rata-rata
26
kadar air panel CLT-Paku A3B4, A1B3, dan A1B5 mempunyai nilai kadar air paling
tinggi masing-masing sebesar 16.46%, 16.09%, 16.49% dan kelompok panel
tersebut berbeda nyata kadar airnya terhadap panel lainnya.
Pengaruh interaksi kombinasi ketebalan dengan orientasi sudut lamina
terhadap kadar air diduga karena lamina-lamina penyusun panel CLT sebelum
disambung masih memiliki kadar air yang belum seragam. Meskipun sebelum
disambung lamina-lamina tersebut sudah dikeringkan terlebih dahulu, namun
lamina penyusun panel CLT dengan ketebalan 3 cm masih memiliki kadar air
yang cukup tinggi dibandingkan dengan lamina lainnya. Hal tersebut diduga
karena kecepatan pengeringan suatu kayu sangat tergantung dengan ukuran
dimensinya. Kayu yang tebal akan lebih lambat mengering sehingga jika
dicampur dengan kayu yang tipis maka akan muncul ketidakoptimalan, sebagian
terlalu kering dan sebagian masih basah. Selain itu ketika proses pengeringan
aliran angin dari kipas angin diduga tidak menyebar merata ke seluruh tumpukan
kayu.
Hasil penelitian Mardiyanto (2012) menunjukkan nilai rata-rata kadar air
panel CLT-Isosianat sebesar 14.61% lebih rendah dibanding rata-rata kadar air
panel CLT-Paku. Namun keduanya masih lebih rendah dari kadar air papan
kontrol yaitu sebesar 16.68%. Ketiga nilai kadar air tersebut masih masuk dalam
rentang nilai kadar air rata-rata kota Bogor, yaitu 12-18% (Gambar 16).
Nilai kadar air papan kontrol yang lebih tinggi dari nilai rata-rata kadar air
panel CLT diduga karena papan kontrol tersusun dari satu lamina utuh, sedangkan
panel CLT tersusun oleh tiga lamina dengan ketebalan yang berbeda dan nilai
kadar air masing-masing papan lamina tersebut dapat berbeda. Sehingga jika
ketiga lamina penyusun tersebut disambung dapat menaikkan atau menurunkan
nilai kadar air masing-masing lamina dan menghasilkan nilai kadar air panel CLT
yang lebih rendah dari papan kontrol.
Menurut Tsoumis (1991) kadar air adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi kekuatan kayu. Pada umumnya kekuatan kayu akan meningkat
dengan berkurangnya kadar air di bawah titik jenuh serat. Peningkatan kekuatan
ini terjadi karena adanya perubahan pada dinding sel yang menjadi semakin
27
kompak. Unit strukturalnya (mikrofibril) semakin rapat dan gaya tarik menarik
antara rantai molekul selulosa menjadi lebih kuat.
4.1.3 Pengembangan Volume
Swelling atau pengembangan volume adalah penambahan dimensi kayu
sebagai akibat dari penambahan kandungan air atau kadar air kayu (Tsoumis,
1991). Nilai rata-rata hasil pengujian pengembangan volume panel CLT-Paku
berkisar antara 2.42% hingga 6.34% dan pengembangan volume papan kontrol
sebesar 4.42 % (Tabel 1).
Analisis keragaman (Tabel 2) menunjukkan bahwa hanya orientasi sudut
lamina yang berpengaruh nyata terhadap nilai pengembangan volume panel CLT-
Paku pada selang kepercayaan 95%. Pengaruh orientasi sudut lamina tersebut
membentuk pola sebaran nilai pengembangan volume seperti pada Gambar 17.
Faktor orientasi sudut lamina memberikan pengaruh terhadap nilai rata-
rata pengembangan volume panel CLT diduga karena adanya arah serat yang
berbeda pada setiap lamina bersilang. Hal tersebut sesuai dengan Skaar (1972)
yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya kembang
susut yaitu arah serat selain faktor lainnya seperti hilangnya air dari dinding sel,
kerapatan, atau berat jenis kayu.
Gambar 17 Sebaran rataan pengembangan volume panel CLT-Paku menurut
orientasi sudut lamina
Hasil pengujian lanjut terhadap orientasi sudut lamina (Lampiran 11)
menunjukkan bahwa pengembangan volume panel CLT-Paku dengan orientasi
28
sudut 0˚ tidak berbeda nyata dengan sudut 45˚ yaitu masing-masing 5.15% dan
4.94%, namun berbeda nyata dengan panel CLT dengan sudut 90˚ yang
mempunyai nilai pengembangan volume terendah sebesar 3.14%.
Pengembangan volume yang terjadi pada panel CLT-Isosianat dari hasil
penelitian Mardiyanto (2012) sebesar 4.26% dapat dikatakan sama dengan
besarnya pengembangan volume panel CLT-Paku. Kedua panel tersebut juga
menunjukkan kecenderungan jika semakin besar orientasi sudut lamina tengah
panel CLT maka pengembangan volume yang terjadi akan semakin kecil seperti
ditunjukkan pada Gambar 17. Hal tersebut disebabkan karena panel CLT yang
disusun dengan orientasi sudut lamina tengah 90˚ tersusun atas lamina yang
bersilang satu sama lainnya. Lapisan luar (lamina sejajar) panel CLT akan
menahan pengembangan dan penyusutan lapisan dalam (lamina bersilang) dalam
arah transversal, sedangkan lapisan dalam (lamina bersilang) menahan
pengembangan dan penyusutan lapisan sejajar dalam arah transversal sesuai besar
dari orientasi sudut laminanya (Skaar, 1972).
Pengembangan volume pada panel CLT-Paku dengan orientasi sudut
lamina tengah 45˚ yang lebih rendah diduga karena kadar air awal panel tersebut
lebih tinggi dibandingkan lamina tengah dengan sudut 60˚. Papan kontrol
mengalami pengembangan volume yang tertinggi karena tersusun atas serat yang
sejajar sehingga tidak terdapat lamina yang saling menahan terjadinya
pengembangan volume.
4.1.4 Penyusutan Volume
Penyusutan kayu atau shrinkage adalah pengurangan dimensi kayu akibat
penurunan kadar air kayu di bawah titik jenuh serat. Perubahan kadar air di bawah
titik jenuh serat akan menyebabkan berubahnya sifat kayu (Bowyer et al, 2007).
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata penyusutan panel CLT-Paku berkisar
antara 4.28% hingga 6.67% dan papan kontrol sebesar 7.48%. Sedangkan
penyusutan volume panel CLT-Isosianat berkisar dari 3.84-5.39% dengan
penyusutan papan kontrol sebesar 5.36% (Mardiyanto, 2012). Penyusutan volume
kedua panel tersebut lebih rendah dari kontrol.
29
Analisis keragaman (Tabel 2) menunjukkan bahwa baik orientasi sudut
lamina, kombinasi tebal lamina maupun interaksi antara keduanya tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai penyusutan volume pada selang
kepercayaan 95%. Hal tersebut diduga karena lamina luar (lamina sejajar) panel
CLT-Paku mampu menahan penyusutan lamina dalam (lamina) bersilang dalam
arah transversal, serta lamina bersilang mampu menahan penyusutan lamina
sejajar dalam arah transversal sesuai besar dan orientasi sudut laminanya.
Kayu manii mempunyai kerapatan yang sedang sebesar 0.4 g/cm3
(Abdurrachman dan Hadjib, 2006), sehingga kecenderungan volume kayu tersebut
untuk menyusut rendah. Hal tersebut sesuai dengan Bowyer et al. (2007) yang
menyatakan bahwa variasi dalam penyusutan contoh-contoh uji yang berbeda dari
spesies yang sama dibawah kondisi yang sama terutama akibat dari tiga faktor,
yaitu ukuran dan bentuk potongan kayu, kerapatan contoh uji, dan laju
pengeringan contoh uji. Semakin tinggi kerapatan contoh uji, semakin banyak
kecenderungan untuk menyusut.
4.3 Sifat Mekanis
Sifat mekanis kayu merupakan ukuran kemampuan kayu untuk menahan
gaya yang datangnya dari luar yang biasa disebut gaya luar atau beban
(Mardikanto et al., 2011). Gaya adalah setiap usaha yang cenderung untuk
menggerakkan benda yang diam atau mengubah bentuk dan ukuran benda atau
mengubah arah dan kecepatan benda yang bergerak. Sifat mekanis merupakan
syarat-syarat terpenting bagi pemilihan kayu sebagai bahan struktural misalnya
untuk konstruksi bangunan.
Sifat mekanis yang diuji pada penelitian ini meliputi kekakuan lentur panel
CLT-Paku (MOE), kekuatan lentur panel CLT-Paku (MOR), kekuatan geser pada
lentur statis panel CLT-Paku, serta kekuatan lateral paku dan kekuatan geser paku
pada sambungan geser ganda. Hasil pengujian sifat mekanis panel CLT
berdasarkan kombinasi ketebalan lamina dan orientasi sudut lamina secara
lengkap disajikan pada Lampiran 8.
30
4.3.1 Lentur Statis Panel CLT
Hasil pengujian lentur statis panel CLT-Paku menunjukkan nilai rata-rata
kekakuan lentur (MOE) panel sebesar 18311 kg/cm2, kekuatan lentur (MOR)
sebesar 223 kg/cm2, dan kekuatan geser pada lentur statis sebesar 8.92 kg/cm
2.
Sedangkan papan kontrol mempunyai nilai kekakuan lentur, kekuatan lentur, dan
kekuatan geser pada lentur statis masing-masing 58378 kg/cm2, 366 kg/cm
2, dan
12.13 kg/cm2. Hasil pengujian lentur statis panel CLT-Paku disajikan dalam Tabel
3.
Tabel 3. Hasil pengujian lentur statis panel CLT-Paku berdasarkan kombinasi
ketebalan lamina dan orientasi sudut lamina
Nomor Contoh Uji MOE MOR Geser Lentur
(kg/cm2) (kg/cm
2) (kg/cm
2)
I. Panel CLT-Paku
1. A1B1 19793 309 11.36
2. A1B2 16073 185 6.93
3. A1B3 15835 199 7.40
4. A1B4 11863 167 6.18
5. A1B5 11242 154 5.70
6. A2B1 17344 265 9.49
7. A2B2 14452 230 8.28
8. A2B3 16494 278 9.99
9. A2B4 13706 235 8.50
10. A2B5 12180 212 7.64
11. A3B1 12616 263 9.38
12. A3B2 11547 232 12.34
13. A3B3 14981 226 12.24
14. A3B4 10230 199 10.80
15. A3B5 8809 199 7.50
Rata-Rata 13811 223 8.92
II. Kontrol 58378 366 12.13
Hasil pengujian panel CLT kayu manii menggunakan perekat Isosianat
(CLT-Isosianat) menunjukkan nilai kekakuan lentur dan kekuatan lentur masing-
masing sebesar 43802 kg/cm2 dan 311 kg/cm
2 (Mardiyanto, 2012). Hasil analisis
31
keragaman kekakuan lentur, kekuatan lentur, dan kekuatan geser pada lentur statis
panel CLT-Paku disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil analisis keragaman lentur statis panel CLT-Paku berdasarkan
kombinasi ketebalan dan orientasi sudut lamina
Sumber Keragaman MOE MOR Geser Lentur
Kombinasi ketebalan 0.0001** 0.0050**
0.0139tn
Orientasi sudut 0.0001** 0.0001**
0.0001**
Kombinasi ketebalan dan orientasi
sudut 0.0230
tn 0.0551
tn 0.0309
tn
Keterangan :
tn = Tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 99%
** = Berbeda sangat nyata pada selang kepercayaan 99%
4.3.1.1 Kekakuan Lentur Panel CLT
Sifat kekakuan kayu adalah ukuran kemampuan kayu untuk
mempertahankan bentuk aslinya akibat adanya beban yang cenderung mengubah
bentuk dan ukuran benda. Sifat kekakuan ini biasanya disimbolkan dengan
modulus elastisitas atau Modulus of Elasticity (MOE). Modulus of Elasticity
menunjukkan perbandingan antara tegangan dan regangan di bawah batas elastis
sehingga benda akan kembali ke bentuk semula apabila beban dilepaskan
(Mardikanto et al., 2011). Tegangan didefinisikan sebagai distribusi gaya per unit
luas, sedangkan rengangan adalah perubahan panjang per unit panjang bahan.
Modulus elastisitas berkaitan dengan regangan, defleksi dan perubahan bentuk
yang terjadi.
Hasil pengujian menunjukkan nilai rata-rata MOE panel CLT-Paku
berkisar antara 8809 kg/cm2 hingga 19793 kg/cm
2. Sedangkan nilai MOE kontrol
lebih tinggi sebesar 58378 kg/cm2. Hasil penelitian Mardiyanto (2012)
menunjukkan nilai MOE panel CLT-Isosianat lebih tinggi dibanding panel CLT-
Paku yaitu sebesar 43802 kg/cm2.
Analisis keragaman (Tabel 4) menunjukkan bahwa kombinasi ketebalan
dan orientasi sudut memberikan pengaruh yang sangat nyata pada selang
kepercayaan 99%, sedangkan interaksi antara keduanya tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap nilai MOE panel CLT-Paku.
Hasil uji lanjut terhadap pengaruh kombinasi ketebalan lamina (Lampiran
12) menunjukkan bahwa kombinasi ketebalan A1 tidak berbeda dengan kombinasi
32
ketebalan A2, tetapi keduanya berbeda dengan kombinasi ketebalan A3. Hal
tersebut diduga karena pengaruh ketebalan lamina atas atau lamina permukaan
panel CLT. Adanya kombinasi ketebalan lamina akan menyebabkan perbedaan
letak garis sambung atau garis batas antar lamina penyusun panel CLT yang
merupakan letak perlemahan kekuatan panel CLT. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Wirjomartono (1977) bahwa pada konstruksi kayu berlapis majemuk,
proses penyambungan lamina mengambil peranan sangat penting karena baik
buruknya sambungan tergantung pada tempat sambungan. Gambar 18 menyajikan
histogram sebaran nilai rata-rata MOE menurut kombinasi ketebalan lamina.
Gambar 18 Sebaran rataan MOE panel CLT-Paku menurut kombinasi ketebalan
lamina
Ketika dikenai beban terpusat, besarnya regangan yang terjadi semakin
kecil mendekati garis netral. Hal tersebut menyebabkan nilai kekakuan suatu
balok terlentur paling lemah dipermukaannya dan semakin tinggi pada sumbu
netral. Hubungan antara tegangan dan regangan terhadap nilai kekakuannya
membentuk grafik seperti grafik gaya geser. Sehingga didapatkan urutan nilai
rata-rata MOE panel CLT-Paku menurut kombinasi ketebalan dari tinggi ke
rendah berturut-turut adalah A1-A3-A2. Hasil penelitian menunjukkan nilai MOE
panel CLT-Paku dengan kombinasi ketebalan A3 sebesar 11636 kg/cm2
lebih
rendah dibandingkan A2 sebesar 14961 kg/cm2. Hal tersebut diduga karena pada
panel CLT ketebalan A3 terdapat cacat kayu yang tidak terlihat.
Hasil uji lanjut terhadap pengaruh orientasi sudut tengah panel CLT-Paku
(Lampiran 12) menunjukkan bahwa orientasi sudut 0˚ tidak berbeda nyata dengan
33
sudut 45˚ tetapi keduanya berbeda dengan sudut 90˚. Panel CLT-Paku dengan
sudut 90˚ (B5) mempunyai nilai MOE terendah sebesar 10744 kg/cm2 sedangkan
panel CLT dengan sudut 0˚ (B1) mempunyai nilai MOE tertinggi sebesar 16584
kg/cm2. Pengaruh orientasi sudut lamina tengah terhadap nilai MOE panel
membentuk pola sebaran seperti pada Gambar 19.
Gambar 19 Sebaran rataan MOE CLT-Paku menurut orientasi sudut lamina
Panel CLT-Paku dengan orientasi sudut 0˚ (B1) mempunyai nilai MOE
paling tinggi karena semua lapisan panelnya tersusun secara sejajar sehingga arah
seratnya pun sejajar. Dengan demikian nilai MOE papan kontrol menjadi lebih
tinggi dibandingkan dengan nilai MOE panel CLT-Paku dengan berbagai orientasi
sudut lamina tengah sehingga dapat dikatakan jika semakin besar orientasi sudut
lamina tengah maka nilai MOE akan semakin kecil. Seperti dinyatakan oleh
Nugroho (2000) dalam Mardiyanto (2012), apabila beban yang diberikan pada
panel dengan sudut tertentu maka MOE panel tersebut akan menurun sebanding
dengan meningkatnya sudut yang terjadi. Besarnya MOE CLT-Paku dengan
orientasi sudut lamina tengah 30˚ lebih rendah dari 45˚ diduga karena adanya
cacat kayu yang tidak terlihat.
Pada Gambar 19 dapat dilihat besarnya MOE panel CLT-Paku hanya 30%
dari nilai MOE panel CLT-Isosianat. Hal tersebut didukung dengan Yap (1999)
yang menyebutkan jika efisiensi suatu konstruksi kayu tanpa sambungan sama
dengan 100%, maka konstruksi kayu menggunakan paku hanya 30-50% dari
34
efisiensi konstruksi kayu tanpa sambungannya. Sedangkan jika menggunakan
sambungan perekat dianggap tanpa sambungan dan efisiensinya tetap 100%.
4.3.1.2 Kekuatan Lentur Panel CLT
Kekuatan lentur patah atau Modulus of Rupture (MOR) merupakan sifat
mekanis kayu yang berhubungan dengan kekuatan kayu yaitu ukuran kemampuan
kayu untuk menahan beban atau gaya luar yang bekerja padanya hingga
mengalami kerusakan. Modulus of Rupture (MOR) dihitung dari beban
maksimum (beban pada saat patah) dalam uji keteguhan lentur dengan
menggunakan pengujian yang sama untuk MOE (Bowyer et al, 2007).
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai MOR panel CLT-Paku secara
keseluruhan berkisar dari 154–309 kg/cm2 dengan rata-rata umum sebesar 223
kg/cm2. Sedangkan papan kontrol memiliki nilai MOR sebesar 366 kg/cm
2.
Hasil analisis ragam (Tabel 4) menunjukkan bahwa kombinasi ketebalan
dan orientasi sudut berpengaruh nyata terhadap nilai MOR panel CLT-Paku
sedangkan interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai
MOR panel CLT-Paku pada selang kepercayaan 99%.
Gambar 20 Sebaran rataan MOR CLT-Paku menurut kombinasi ketebalan lamina
Hasil pengujian lanjut nilai MOR panel CLT-Paku terhadap kombinasi
ketebalan seperti pada Lampiran 13 menunjukkan bahwa kombinasi ketebalan A2
tidak berbeda dengan A3, tetapi keduanya berbeda dengan kombinasi ketebalan
35
A1. Nilai rata-rata MOR masing-masing adalah A2 244 kg/cm2, A3 224 kg/cm
2,
dan A1 203 kg/cm2 (Gambar 20).
Hasil penelitian menunjukkan panel CLT-Paku dengan kombinasi
ketebalan A2 (2-1-2) memiliki rataan nilai MOR tertinggi. Adanya kombinasi
ketebalan mempengaruhi kekuatan lentur panel CLT-Paku karena jika panel CLT
dikenai beban di tengah bentangnya (one point loading) maka bagian permukaan
panel akan mengalami tegangan tekan dan bagian bawah panel mengalami
tegangan tarik maksimal. Tegangan ini secara perlahan-perlahan menurun ke
bagian tengah dan menjadi nol pada sumbu netral. Sehingga semakin tebal lamina
penyusun bagian permukaan panel CLT atau semakin dekat garis sambung dengan
garis netral, maka nilai MOR panel akan semakin tinggi. Dengan demikian urutan
besarnya MOR panel CLT-Paku menurut kombinasi ketebalan lamina dari tinggi
ke rendah sesuai dengan Gambar 17 yaitu kombinasi A2-A3-A1.
Gambar 21 Sebaran rataan MOR panel CLT-Paku menurut orientasi sudut lamina
Hasil uji lanjut terhadap pengaruh orientasi sudut panel CLT-Paku
(Lampiran 13) menunjukkan jika orientasi sudut 0˚ berbeda dengan orientasi sudut
45˚ dan 90˚. Panel CLT-Paku dengan orientasi sudut 90˚ (B5) mempunyai nilai
rata-rata MOR terendah sebesar 188 kg/cm2 sedangkan panel CLT dengan sudut
0˚ (B1) mempunyai nilai rata-rata MOR tertinggi sebesar 279 kg/cm2 dan berbeda
nyata terhadap orientasi sudut lamina tengah yang lainnya. Gambar 21
menunjukkan terdapat kecenderungan semakin besar orientasi sudut lamina
tengah maka nilai MOR panel CLT-Paku akan semakin rendah. Begitu pula pada
36
hasil penelitian Mardiyanto (2012), orientasi sudut lamina tengah yang semakin
besar akan menghasilkan nilai MOR panel CLT-Isosianat yang semakin rendah.
Nilai MOR panel CLT semakin rendah seiring dengan bertambah besarnya
orientasi sudut lamina tengahnya karena pada panel yang disusun sejajar maka
arah seratnya sejajar sehingga nilai MOR panel tersebut akan lebih tinggi. Panel
CLT dengan sudut 0˚ (B1) tersusun atas serat-serat yang sejajar sehingga
mempunyai nilai MOR yang tertinggi dibanding panel CLT dengan orientasi
sudut lainnya. Hal tersebut semakin didukung dengan nilai rata-rata MOR panel
CLT yang hanya 60% dari MOR papan kontrol (Gambar 21).
Sama dengan kekakuan lenturnya, nilai kekuatan lentur panel CLT-Paku
lebih rendah dibandingkan panel CLT-Isosianat. Hal tersebut disebabkan karena
sambungan perekat tidak mengurangi efisiensi panel atau kekuatannya dianggap
tetap 100%.
4.3.1.3 Kekuatan Geser Pada Lentur Statis
Apabila balok terlentur dikenai beban di tengah-tengahnya maka akan
muncul tegangan normal dan tegangan geser. Tegangan geser tersebut berupa
tegangan geser horisontal yang terjadi mulai dari permukaan atas balok sampai
permukaan balok bagian bawah, dimana serat kayu cenderung saling bergeseran
pada arah horisontal satu sama lainnya (Mardikanto et al., 2011). Hasil penelitian
menunjukkan rataan kekuatan geser pada lentur statis panel CLT-Paku sebesar
8.92%. Sedangkan papan kontrol memiliki nilai kekuatan geser lebih tinggi
sebesar 12.13%.
Hasil analisis keragaman kekuatan geser panel CLT-Paku terhadap
kombinasi ketebalan dan orientasi sudut lamina (Tabel 4) menunjukkan bahwa
orientasi sudut lamina mempengaruhi nilai kekuatan geser panel CLT pada selang
kepercayaan 99 %. Hasil uji lanjut (Lampiran 14) terhadap pengaruh orientasi
sudut lamina menunjukkan bahwa sudut 30˚ tidak berbeda nyata dengan sudut 45˚
tetapi keduanya berbeda dengan sudut 0˚.
37
Gambar 22 Sebaran rataan kekuatan geser panel CLT-Paku menurut orientasi
sudut lamina
Grafik kekuatan geser panel CLT-Paku menurut orientasi sudut lamina
(Gambar 19) menunjukkan sudut 0˚ (B1) mempunyai nilai kekuatan geser tertinggi
sebesar 10.08 kg/cm2. Sama dengan hasil pengujian kekakuan dan kekuatan lentur
panel CLT-Paku, terdapat kecenderungan semakin besar orientasi sudut lamina
maka semakin kecil kekuatan geser akibat adanya lenturan. Hal tersebut
disebabkan karena tegangan geser horisontal maksimum terjadi pada serat-serat di
garis netral (Mardikanto et al., 2011). Semakin besar orientasi sudut lamina
tengahnya maka jumlah susunan potongan lamina tengah panel CLT semakin
banyak. Banyaknya potongan tersebut menyebabkan nilai kekuatan gesernya
menjadi rendah ketika panel CLT mendapat beban terpusat karena serat kayu pada
lamina tengah akan saling bergeser horisontal satu sama lain. Hal tersebut juga
didukung dengan nilai kekuatan kontrol yang lebih besar dibandingkan panel
CLT-Paku yaitu 12.13%.
4.3.2 Kekuatan Sambungan Paku Geser Ganda
Pada penelitian ini nilai kekuatan geser paku pada sambungan geser ganda
panel CLT diperoleh dengan cara membagi beban maksimum pada sesaran
tertentu dengan luas penampang paku pada bidang geseran. Sedangkan nilai
kekuatan lateral paku diperoleh dengan cara membagi beban maksimum pada
sesaran tertentu dengan jumlah paku yang digunakan. Rangkuman hasil pengujian
38
kekuatan lateral paku dan kekuatan geser paku pada sambungan geser ganda
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil pengujian kekuatan lateral paku dan kekuatan geser paku panel
CLT
Nomor Panel CLT
Kekuatan Lateral Paku
(kg)
Kekuatan Geser Paku
(kg/cm2)
1.5 mm 5 mm 1.5 mm 5 mm
1. A1B1 13 142 112 1241
2. A1B2 11 159 95 1391
3. A1B3 30 136 262 1190
4. A1B4 24 154 214 1340
5. A1B5 28 134 242 1166
6. A2B1 38 117 330 1021
7. A2B2 28 100 245 874
8. A2B3 48 140 421 1221
9. A2B4 57 119 500 1041
10. A2B5 43 137 379 1199
11. A3B1 60 169 526 1476
12. A3B2 66 136 579 1187
13. A3B3 75 147 655 1286
14. A3B4 22 135 189 1181
15. A3B5 20 154 178 1346
Rata-rata 38 139 328 1211
Sesaran yang dipakai untuk kedua pengujian ini adalah sesaran 1.5 mm
dan sesaran 5 mm. Displacement atau sesaran tersebut ditetapkan berdasarkan
standar yang berlaku di Indonesia yaitu sesaran 1,5 mm (PKKI-61) dan sesaran 5
mm merupakan batas yang diduga sambungan paku telah mengalami kerusakan
atau berada di zona inelastic nonlinier (Sadiyo et al., 2009).
Rataan kekuatan geser paku secara keseluruhan pada sambungan geser
ganda pada sesaran 1.5 mm dan 5 mm masing-masing sebesar 328 dan 1211
kg/cm2. Sedangkan untuk nilai rata-rata kekuatan lateral paku pada sesaran 1.5
mm dan 5 mm masing-masing sebesar 38 kg dan 139 kg.
Hasil analisis keragaman kekuatan lateral paku dan kekuatan geser paku
pada sambungan geser ganda panel CLT berdasarkan kombinasi ketebalan lamina
39
dan orientasi sudut lamina menunjukkan bahwa interaksi kombinasi ketebalan dan
orientasi sudut lamina mempengaruhi kekuatan lateral dan geser paku (Tabel 6).
Tabel 6 Hasil analisis keragaman kekuatan lateral paku dan kekuatan paku panel
CLT berdasarkan kombinasi ketebalan dan orientasi sudut lamina
Sumber Keragaman Kuat Lateral Paku Kuat Geser Paku
1.5 mm 5 mm 1.5 mm 5 mm
Kombinasi ketebalan 0.0001*
0.0001* 0.0001* 0.0001*
Orientasi sudut 0.0001*
0.0001* 0.0001* 0.0001*
Kombinasi ketebalan dan
orientasi sudut 0.0001*
0.0001* 0.0001* 0.0001*
Keterangan:
tn = Tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% * = Berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%
Grafik sebaran rataan kekuatan lateral paku pada sesaran 5 mm dan
kekuatan geser paku pada sesaran 1.5 mm menurut interaksi antara kombinasi
ketebalan dengan orientasi sudut disajikan pada Gambar 23 dan 25.
Gambar 23 Sebaran rataan kekuatan lateral paku panel CLT-Paku menurut
interaksi kombinasi ketebalan ketebalan dan orientasi sudut pada
sesaran 5 mm
Kekuatan lateral paku panel CLT pada sesaran 5 mm mempunyai rataan
sebesar 139 kg. Nilai tersebut sudah mendekati nilai kekuatan lateral paku pada
PKKI 1961 dalam Yap (1999) yaitu sebesar 148 kg. Sedangkan rataan kekuatan
geser paku pada sesaran 1.5 mm adalah 328 kg/cm2. Nilai tersebut jauh lebih
tinggi jika dibandingkan dengan rataan kekuatan geser perekat panel CLT-
Isosianat yang hanya sebesar 28 kg/cm2
(Mardiyanto, 2012). Hal tersebut diduga
40
karena paku masih sangat kuat dibandingkan kayu manii yang mempunyai
kerapatan relatif rendah (0.4 g/cm3) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 24,
paku belum mengalami kerusakan atau masih kuat.
Gambar 24 Bentuk paku setelah dilakukan uji kekuatan sambungan paku
Hasil uji lanjut kekuatan geser paku pada sesaran 1.5 mm terhadap
pengaruh interaksi antara kombinasi ketebalan dan orientasi sudut lamina
(Lampiran 16) menunjukkan panel A3B3, A3B2, dan A3B1 mempunyai kekuatan
geser paku tertinggi yaitu masing-masing 655 kg/cm2, 579 kg/cm
2, dan 526
kg/cm2. Sedangkan kekuatan paku terendah pada panel CLT A1B2 dan A1B1.
Gambar 25 Sebaran rataan kekuatan geser paku panel CLT-Paku menurut
interaksi kombinasi ketebalan ketebalan dan orientasi sudut pada
sesaran 1.5 mm
41
Penelitian Mardiyanto (2012) memperlihatkan kecenderungan kekuatan
geser rekat panel CLT-Isosianat semakin menurun dengan meningkatnya orientasi
sudut lamina. Jika dilihat pada Gambar 25 walaupun orientasi sudut
mempengaruhi kekutan geser paku panel CLT namun sebaran rataan kekuatan
geser paku tersebut masih berfluktuatif. Berfluktuasinya nilai rataan sebaran
kekuatan geser sambungan paku pada sesaran 1.5 mm disebabkan kekuatan paku
tidak dipengaruhi oleh sudut antara arah beban terhadap arah serat kayu (PPKI,
1961 dan Breyer, 2007).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Sebaran rataan kerapatan dan susut volume panel CLT-Paku kayu manii
untuk setiap kombinasi tebal dan orientasi sudut lamina relatif seragam
atau tidak berbeda nyata, yaitu masing-masing berkisar dari 0.40-0.47
g/cm3 dan 4.28-6.67%. Berbeda dengan sebaran rataan kadar air dan
pengembangan volume panel CLT-Paku yang cukup berfluktuasi, yaitu
masing-masing berkisar dari 14.64-16.49% dan 2.42-6.34%. Pada CLT-
Paku maupun CLT-Isosianat terdapat kecenderungan umum semakin
meningkatnya orientasi sudut lamina maka kembang-susut volume
semakin kecil. Sedangkan faktor kombinasi ketebalan lamina tidak
mempengaruhi nilai kembang-susut panel CLT kayu manii, baik CLT-
Isosianat maupun CLT-Paku.
2. Nilai rata-rata kekakuan dan kekuatan lentur panel CLT-Paku masih lebih
rendah sekitar 25% dan 60% dari papan kontrolnya (kayu solid).
Kekakuan lentur panel CLT-Paku hanya 31.5% dari CLT-Isosianat
sehingga CLT-Paku dianggap kurang kaku dibandingkan CLT-Isosianat.
Terdapat kecenderungan semakin besar orientasi sudut lamina maka nilai
kekakuan, kekuatan, dan kekuatan geser panel CLT-Paku akan semakin
kecil. Semakin jauh garis atau bidang sambungan dari bidang netral, maka
nilai kekakuan lentur panel CLT-Paku semakin tinggi dan sebaliknya nilai
kekuatan lenturnya semakin rendah.
3. Rataan kekuatan lateral paku panel CLT sebesar 139 kg sudah mendekati
nilai kekuatan lateral paku yang telah ditetapkan oleh PPKI 1961.
4. Kekuatan geser rekat panel CLT-Isosianat lebih rendah atau hanya sekitar
61.2% dari kekuatan paku pada sambungan geser ganda pada sesaran 1.5
mm. Pada CLT-Isosianat terdapat kecenderungan menurunnya kekuatan
geser rekat dengan meningkatnya orientasi sudut lamina. Sedangkan pada
panel CLT-Paku sebaran rataan kekuatan geser ganda sambungan paku
pada sesaran 1.5 mm cenderung berfluktuasi atau beragam.
43
5. Panel CLT dengan kombinasi tebal 1-3-1 cm dan orientasi sudut lamina
tengah 45˚ (A1B3) merupakan panel yang paling optimum digunakan
untuk bangunan struktural seperti atap, dinding, atau lantai karena
memiliki konstruksi dimensi yang baik dan mampu menahan beban lentur
besar berdasarkan hasil pengujiannya.
5.2 Saran
1. Pengujian lebih lanjut terhadap sifat keawetan atau uji ketahanan terhadap
organisme perusak kayu.
2. Penelitian lebih lanjut mengenai pembuatan panel CLT-Paku maupun
CLT-Isosianat menggunakan kayu rakyat jenis lainnya, terutama panel
CLT dengan kombinasi A1B3.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, Nurwati H. 2006. Pemanfaatan Kayu Hutan Rakyat untuk
Komponen Bangunan. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan.
Bogor.
Anonim. 2011. Industri Kayu Rakyat Makin Menggeliat. (http//agroindonesia.co.
id). [3 September 2012]
-------. 2012. Data Kementrian Kehutanan dalam Moratorium Hutan Berbasis
Capaian. Jakarta
[ASTM] American Society for Testing and Materials. 2005. Annual Book of
ASTM Standards Volume 04-10, Wood. D143 (2005). Standard Test
Methods for Small Clear Specimen of Wood. USA.
Bagus M. 2010. Sifat Fisis, Mekanis dan Akustik Papan Komposit Partikel Kayu
Afrika. [skripsi]. Bogor. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor
Bowyer JL, Shmulsky R., Haygreen JG. 2007. Forest Products and Wood
Science,An Introduction. Iowa State University Press. Ames, Iowa.
Breyer D.E., Fridley K.J., Cobean K.E., and Pollock D.G. 2007. Design of Wood
Structures, ASD/LRFD. RR Donnelley. McGraw-Hill Professional,Two
Penn Plaza, New York, NY 10121-2298.
Crespell P and Gagnon S. 2011. Cross-Laminated Timber In British Columbia :
FP Innovation. (www.fpinnovations.ca/pdfs/CLT.pdf). [12 September
2012]
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. 1979. Peraturan Konstruksi Kayu
Indonesia. NI-5. 1961. Yayasan Normalisasi Penyelidikan Masalah
Bangunan.
Frick H dan Moediartianto. 2004. Ilmu Konstruksi bangunan Kayu. Kanisius,
Yogyakarta.
Frangi A, Bochicchio G, Ceccotti A, and Lauriola MP. 2006. Natural Full-Scale
Fire Test on a 3 Storey XLam Timber Building. Institute of Structural
Engineering. ETH Zurich. Switzerland.
KLH Massivholz GmbH. 2010. Cross-Laminated Solid Timber. (www.KLH.at) (2
Agustus 2012)
Mardikanto TR, Karlinasari L., Bahtiar ET. 2011. Sifat Mekanis Kayu. Kampus
IPB Taman Kencana Bogor : PT Penerbit IPB Press
Mardiyanto. 2012. Kajian Pemanfaatan Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl.)
Sebagai Pengembangan Produk Cross Laminated Timber. [skripsi].
Bogor. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor
Muslich M dan Krisdianto. 2006. Upaya Peningkatan Kayu Hutan Rakyat Sebagai
Bahan Baku Industri dalam Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan.
110-129. Bogor
45
Nugroho N. 2000. Development of Processing Methods for Bamboo Composite
Materials and Its Structural Performance. [disertasi]. Tokyo Japan: Tokyo
University.
Perkins P and McCloskey K. 2010. A Strategic Plan for the Commercialization of
Cross-Laminated Timber in Canada and the United State. Canadian Wood
Council.
Sadiyo S, Nugroho N., Surjokusumo S., dan Wahyudi I.. 2009. Nilai Desain
Acuan Sambungan Kayu Geser Ganda Dengan Paku Berpelat Sisi Ganda
Akibat Beban Uni-Aksial Tekan Menurut Berbagai Analisis Pendekatan.
Bogor. Teknologi Hasil Hutan. Institut Pertanian Bogor.
Sadiyo S. 2010. Perilaku Kekuatan Sambungan Geser Ganda Batang Kayu
dengan Paku Majemuk Berpelat Sisi Baja akibat Beban Uni-Aksial Tekan
[disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Skaar C. 1972. Water in Wood. Syracuce Wood Science Series. University Press
New York
Surjokusumo S, Nugroho N., Priyono J, Suroso A. 2003. Buku Petunjuk
Penggunaan Mesin Pemilah Kayu Panter Versi Panter MPK-5.
Departemen Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Suryokusumo S., Sadiyo S, Marzufli, Bismo AA dan Setyo ACh. 1980. Sistim
Keteknikan Kayu. Studi Sambungan Gang Nail dan Sambungan Paku.
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tsoumis G. 1991. Science and Technology of Wood (Structure, Properties,
Utilization). New York: Van Nostrand Reinhold.
Tular dan Idris. 1981. Sekilas Mengenai Struktur Bangunan Kayu di Indonesia.
Proceeding Lokakarya Standarisasi Kayu Bangunan. Departemen Hasil
Hutan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wahyudi I, Febrianto F., Wistara NJ. 1990. Sifat Dasar, Sifat Pengolahan dan
Sifat Penggunaan Kayu Afrika (Maesopsis eminii Engl). Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Laporan Penelitian
Wirjomartono S. 1977. Konstruksi Kayu, Jilid I, Cetakan VI, Bahan-Bahan
Kuliah Penerbit Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Wood Naturally Better. 2010. (www.timber.org.au/structural timber). [05 Agustus
2012]
Yap K.H.F. 1999. Konstruksi Kayu. Bandung : Penerbit CV Trimitra Mandiri
47
Lampiran 1 Data nilai MOE lamina dengan metode non- destructive test pada lamina tebal 1cm
L1 dY
(mm) dP (kg)
L
(cm)
dY
(cm)
b
(cm) h(cm) MOE (kg/cm²)
1 2.37 1 90 0.237 12 1 64082.28
2 3.61 1 90 0.361 12 1 42070.64
3 1.94 1 90 0.194 12 1 78286.08
4 2.07 1 90 0.207 12 1 73369.57
5 2.32 1 90 0.232 12 1 65463.36
6 2.01 1 90 0.201 12 1 75559.70
7 2.34 1 90 0.234 12 1 64903.85
8 2.15 1 90 0.215 12 1 70639.53
9 2.6 1 90 0.26 12 1 58413.46
10 2.28 1 90 0.228 12 1 66611.84
11 2.37 1 90 0.237 12 1 64082.28
12 2.3 1 90 0.23 12 1 66032.61
13 2.29 1 90 0.229 12 1 66320.96
14 2.04 1 90 0.204 12 1 74448.53
15 1.95 1 90 0.195 12 1 77884.62
16 1.95 1 90 0.195 12 1 77884.62
17 1.88 1 90 0.188 12 1 80784.57
18 2.15 1 90 0.215 12 1 70639.53
19 2.32 1 90 0.232 12 1 65463.36
20 2.29 1 90 0.229 12 1 66320.96
21 1.8 1 90 0.18 12 1 84375.00
22 2.9 1 90 0.29 12 1 52370.69
23 1.93 1 90 0.193 12 1 78691.71
24 2 1 90 0.2 12 1 75937.50
25 2.18 1 90 0.218 12 1 69667.43
26 2.64 1 90 0.264 12 1 57528.41
27 2.09 1 90 0.209 12 1 72667.46
28 2.27 1 90 0.227 12 1 66905.29
29 2.06 1 90 0.206 12 1 73725.73
30 2.5 1 90 0.25 12 1 60750.00
31 2.02 1 90 0.202 12 1 75185.64
32 2.29 1 90 0.229 12 1 66320.96
33 2.23 1 90 0.223 12 1 68105.38
34 2.28 1 90 0.228 12 1 66611.84
35 2.23 1 90 0.223 12 1 68105.38
36 1.88 1 90 0.188 12 1 80784.57
37 2.44 1 90 0.244 12 1 62243.85
38 2.15 1 90 0.215 12 1 70639.53
39 1.84 1 90 0.184 12 1 82540.76
40 2.07 1 90 0.207 12 1 73369.57
48
Lanjutan Lampiran 1
41 1.74 1 90 0.174 12 1 87284.48
42 1.9 1 90 0.19 12 1 79934.21
43 2.05 1 90 0.205 12 1 74085.37
44 2.08 1 90 0.208 12 1 73016.83
45 2.02 1 90 0.202 12 1 75185.64
Rata-rata 70339.90
StDev 8564.54
Keterangan
L1 = Lamina tebal 1 cm
dY = Defleksi (cm)
dP = Beban (kg)
L = Bentang (cm)
b = Lebar papan (cm)
h = Tebal papan (cm)
MOE = Modulus of elasticity (kg/cm2)
49
Lampiran 2 Data nilai MOE lamina dengan metode non destructive test pada lamina tebal 1.67
cm
L 1.67 dY
(mm)
dP
(kg)
L
(cm)
dY
(cm)
b
(cm) h (cm) MOE (kg/cm²)
1 0.88 2 90 0.088 12 1.67 74111.26
2 1.04 2 90 0.104 12 1.67 62709.53
3 1.11 2 90 0.111 12 1.67 58754.87
4 1.32 2 90 0.132 12 1.67 49407.51
5 1.15 2 90 0.115 12 1.67 56711.23
6 1.08 2 90 0.108 12 1.67 60386.95
7 1.26 2 90 0.126 12 1.67 51760.25
8 1.11 2 90 0.111 12 1.67 58754.87
9 1.31 2 90 0.131 12 1.67 49784.66
10 1.45 2 90 0.145 12 1.67 44977.87
11 1.29 2 90 0.129 12 1.67 50556.52
12 1.01 2 90 0.101 12 1.67 64572.19
13 1.24 2 90 0.124 12 1.67 52595.09
14 0.91 2 90 0.091 12 1.67 71668.03
15 1.1 2 90 0.11 12 1.67 59289.01
16 1.1 2 90 0.11 12 1.67 59289.01
17 1.04 2 90 0.104 12 1.67 62709.53
18 1.01 2 90 0.101 12 1.67 64572.19
19 1.19 2 90 0.119 12 1.67 54804.97
20 1 2 90 0.1 12 1.67 65217.91
21 1.24 2 90 0.124 12 1.67 52595.09
22 0.92 2 90 0.092 12 1.67 70889.03
23 0.93 2 90 0.093 12 1.67 70126.78
24 1.26 2 90 0.126 12 1.67 51760.25
25 1.06 2 90 0.106 12 1.67 61526.33
26 1.13 2 90 0.113 12 1.67 57714.96
27 1.07 2 90 0.107 12 1.67 60951.32
28 1.27 2 90 0.127 12 1.67 51352.68
29 1 2 90 0.1 12 1.67 65217.91
30 1.08 2 90 0.108 12 1.67 60386.95
31 0.98 2 90 0.098 12 1.67 66548.89
32 1.11 2 90 0.111 12 1.67 58754.87
33 1.18 2 90 0.118 12 1.67 55269.41
34 1.2 2 90 0.12 12 1.67 54348.26
35 0.89 2 90 0.089 12 1.67 73278.55
36 0.91 2 90 0.091 12 1.67 71668.03
37 0.98 2 90 0.098 12 1.67 66548.89
38 1.16 2 90 0.116 12 1.67 56222.34
39 1.13 2 90 0.113 12 1.67 57714.96
40 1.13 2 90 0.113 12 1.67 57714.96
50
Lanjutan Lampiran 2
41 1.21 2 90 0.121 12 1.67 53899.10
42 1.16 2 90 0.116 12 1.67 56222.34
43 0.96 2 90 0.096 12 1.67 67935.32
44 0.95 2 90 0.095 12 1.67 68650.43
45 0.9 2 90 0.09 12 1.67 72464.34
Rata-rata 60275.45
StDev 7369.62
Keterangan
L1.67 = Lamina tebal 1.67 cm
dY = Defleksi (cm)
dP = Beban (kg)
L = Bentang (cm)
b = Lebar papan (cm)
h = Tebal papan (cm)
MOE = Modulus of elasticity (kg/cm2)
51
Lampiran 3 Data nilai MOE lamina dengan metode non destructive test pada lamina tebal 2 cm
L2 dY
(mm)
dP
(kg)
L
(cm)
dY
(cm) b (cm) h (cm) MOE (kg/cm²)
1 0.51 2 90 0.051 12 2 74448.53
2 0.56 2 90 0.056 12 2 67801.34
3 0.74 2 90 0.074 12 2 51309.12
4 0.67 2 90 0.067 12 2 56669.78
5 0.99 2 90 0.099 12 2 38352.27
6 0.58 2 90 0.058 12 2 65463.36
7 0.67 2 90 0.067 12 2 56669.78
8 0.71 2 90 0.071 12 2 53477.11
9 0.42 2 90 0.042 12 2 90401.79
10 0.77 2 90 0.077 12 2 49310.06
11 0.79 2 90 0.079 12 2 48061.71
12 0.8 2 90 0.08 12 2 47460.94
13 0.63 2 90 0.063 12 2 60267.86
14 0.6 2 90 0.06 12 2 63281.25
15 0.73 2 90 0.073 12 2 52011.99
16 0.73 2 90 0.073 12 2 52011.99
17 0.8 2 90 0.08 12 2 47460.94
18 0.65 2 90 0.065 12 2 58413.46
19 0.6 2 90 0.06 12 2 63281.25
20 0.8 2 90 0.08 12 2 47460.94
21 0.97 2 90 0.097 12 2 39143.04
22 0.55 2 90 0.055 12 2 69034.09
23 0.7 2 90 0.07 12 2 54241.07
24 0.65 2 90 0.065 12 2 58413.46
25 0.75 2 90 0.075 12 2 50625.00
26 0.82 2 90 0.082 12 2 46303.35
27 0.68 2 90 0.068 12 2 55836.40
28 0.76 2 90 0.076 12 2 49958.88
29 0.68 2 90 0.068 12 2 55836.40
30 0.77 2 90 0.077 12 2 49310.06
Rata-rata 55743.91
StDev 10581.35
Keterangan
L2 = Lamina tebal 2 cm
dY = Defleksi (cm)
dP = Beban (kg)
L = Bentang (cm)
b = Lebar papan (cm)
h = Tebal papan (cm)
MOE = Modulus of elasticity (kg/cm2)
52
Lampiran 4 Data nilai MOE lamina dengan metode non destructive test pada lamina tebal 3cm
L3 dY (mm) dP
(kg)
L
(cm)
dY
(cm)
b
(cm)
h
(cm) MOE (kg/cm²)
1 0.8 5 90 0.08 12 3 35156.25
2 0.6 5 90 0.06 12 3 46875.00
3 0.7 5 90 0.07 12 3 40178.57
4 0.48 5 90 0.048 12 3 58593.75
5 0.57 5 90 0.057 12 3 49342.11
6 0.65 5 90 0.065 12 3 43269.23
7 0.87 5 90 0.087 12 3 32327.59
8 0.7 5 90 0.07 12 3 40178.57
9 0.8 5 90 0.08 12 3 35156.25
10 0.71 5 90 0.071 12 3 39612.68
11 0.52 5 90 0.052 12 3 54086.54
12 0.53 5 90 0.053 12 3 53066.04
13 0.65 5 90 0.065 12 3 43269.23
14 0.65 5 90 0.065 12 3 43269.23
15 0.71 5 90 0.071 12 3 39612.68
Rata-rata 43599.58
StDev 7257.49
Keterangan
L3 = Lamina tebal 3 cm
dY = Defleksi (cm)
dP = Beban (kg)
L = Bentang (cm)
b = Lebar papan (cm) h = Tebal papan (cm)
MOE = Modulus of elasticity (kg/cm2)
53
Lampiran 5 Penyusunan lamina menurut ketebalan dan MOE menggunakan metode NDT
Kombinasi 1-3-1
Face
(E1)
Core
(E2)
Back
(E1) Kombinasi
L 23 L 6 L 33 A1B1U1
L 24 L 1 L 17 A1B2U1
L 31 L 5 L 44 A1B3U1
L 36 L 12 L 45 A1B4U1
L 14 L 13 L 16 A1B5U1
L 6 L 8 L 4 A1B1U2
L 34 L 4 L 41 A1B2U2
L 43 L 10 L 15 A1B3U2
L 40 L 7 L 8 A1B4U2
L 18 L 3 L 3 A1B5U2
L 35 L 14 L 8 A1B1U3
L 27 L 11 L 21 A1B2U3
L 29 L 45 L 10 A1B3U3
L 39 L 2 L 38 A1B4U3
L 25 L 9 L42 A1B5U3
Kombinasi 2-1-2
Face
(E1)
Core
(E2)
Back
(E1) Kombinasi
L 14 L 9 L 19 A2B1U1
L 2 L 7 L 23 A2B2U1
L 15 L 19 L 25 A2B3U1
L 20 L 37 L 10 A2B4U1
L 29 L 20 L 22 A2B5U1
L 24 L 13 L 27 A2B1U2
L 18 L 5 L 6 A2B2U2
L 28 L 32 L 17 A2B3U2
L 8 L 22 L 13 A2B4U2
L 11 L 12 L 7 A2B5U2
L 26 L 2 L 4 A2B1U3
L 16 L 11 L 3 A2B2U3
L 1 L 26 L 9 A2B3U3
L 5 L 30 L 21 A2B4U3
L 12 L 1 L 30 A2B5U3
Kombinasi 1.67-1.67-1.67
Face
(E1)
Core
(E2)
Back
(E1) Kombinasi
L 29 L 19 L 3 A3B1U1
L 20 L 4 L 5 A3B2U1
L 17 L 10 L 2 A3B3U1
L 14 L 11 L 1 A3B4U1
L 22 L 21 L 6 A3B5U1
L 27 L 24 L 26 A3B1U2
L 18 L 28 L 23 A3B2U2
L 15 L 13 L 25 A3B3U2
L 16 L 9 L 30 A3B4U2
L8 L 7 L12 A3B5U2
L31 L33 L35 A3B3U1
L45 L34 L36 A3B3U2
L43 L38 L32 A3B3U3
L37 L41 L39 A3B3U4
L40 L42 L44 A3B3U5
Keterangan
E1 = lamina sejajar
E2 = lamina silang
A1 = kombinasi tebal 1-3-1 cm
A2 = kombinasi tebal 2-1-2 cm
A3 = kombinasi tebal 1.67-1.67-1.67 cm
B1 = orientasi sudut 0˚
B2 = orientasi sudut 30˚ B3 = orientasi sudut 45˚
B4 = orientasi sudut 60˚
B5 = orientasi sudut 90˚
54
Lampiran 6 Data nilai kadar air (KA) dan kerapatan (KR) panel CLT-Paku
No Kode
CLT Ulangan
P L T VKU BKU BKT KA KR
(cm) (cm) (cm) (cm³) (g) (g) (%) (g/cm³)
1
A1B1
1 4.95 5.08 5.15 129.24 61.61 52.98 16.28 0.48
2 2 5.12 5.28 5.08 136.93 55.52 48.19 15.22 0.41
3 3 4.85 4.96 5.12 122.92 63.83 54.97 16.12 0.52
Rata-rata 15.87 0.47
4
A1B2
1 5.15 5.21 5.16 138.18 61.76 53.45 15.55 0.45
5 2 5.12 5.12 5.23 137.10 61.46 53.12 15.70 0.45
6 3 5.17 5.17 5.13 136.85 51.00 44.32 15.09 0.37
Rata-rata 15.45 0.42
7
A1B3
1 4.98 4.92 5.20 127.28 61.27 52.88 15.87 0.48
8 2 5.12 5.02 5.16 132.49 51.53 44.67 15.36 0.39
9 3 5.12 5.07 5.18 134.33 59.58 50.91 17.04 0.44
Rata-rata 16.09 0.44
10
A1B4
1 5.18 5.15 5.21 138.99 56.71 49.20 15.25 0.41
11 2 5.05 5.07 5.21 133.13 51.02 44.80 13.88 0.38
12 3 5.16 5.15 5.27 140.04 57.02 49.45 15.30 0.41
Rata-rata 14.81 0.40
13
A1B5
1 5.23 5.27 5.20 143.32 47.73 41.09 16.16 0.33
14 2 5.11 5.18 5.22 137.90 64.48 55.36 16.47 0.47
15 3 5.23 5.24 5.19 142.23 60.01 51.36 16.84 0.42
Rata-rata 16.49 0.41
16
A2B1
1 5.21 5.14 5.05 135.10 60.22 52.21 15.35 0.45
17 2 5.23 5.20 5.01 136.25 58.45 50.53 15.68 0.43
18 3 4.98 4.97 5.08 125.61 59.12 51.19 15.51 0.47
Rata-rata 15.51 0.45
19
A2B2
1 5.14 5.16 5.04 133.41 59.07 51.29 15.16 0.44
20 2 5.16 5.10 5.08 133.56 60.87 53.44 13.89 0.46
21 3 5.11 5.20 5.07 134.72 59.82 51.98 15.09 0.44
Rata-rata 14.71 0.45
22
A2B3
1 5.07 5.02 5.06 128.53 57.08 49.63 15.00 0.44
23 2 5.08 5.02 5.14 130.95 57.90 50.41 14.87 0.44
24 3 5.08 5.06 5.08 130.19 58.49 50.87 14.96 0.45
Rata-rata 14.94 0.45
25
A2B4
1 5.13 5.24 5.07 136.15 61.31 53.66 14.26 0.45
26 2 5.15 5.16 5.07 134.47 60.91 53.04 14.83 0.45
27 3 5.14 5.14 5.03 132.76 63.03 54.89 14.84 0.47
Rata-rata 14.64 0.46
28
A2B5
1 5.17 5.23 5.14 138.71 60.87 52.31 16.35 0.44
29 2 5.17 5.05 5.09 132.63 55.48 48.09 15.36 0.42
30 3 5.19 5.16 5.16 137.92 58.02 50.25 15.47 0.42
Rata-rata 15.73 0.43
55
Lanjutan Lampiran 6
31
A3B1
1 5.22 5.26 5.06 138.67 59.05 51.28 15.16 0.43
32 2 5.11 5.09 5.10 132.65 58.77 50.83 15.62 0.44
33 3 5.16 5.17 5.08 135.66 58.91 51.05 15.39 0.43
Rata-rata 15.39 0.43
34
A3B2
1 5.13 5.18 5.02 133.27 55.08 47.98 14.81 0.41
35 2 5.07 5.03 4.99 127.00 53.98 46.97 14.93 0.43
36 3 5.10 5.10 5.00 130.11 54.53 47.47 14.87 0.42
Rata-rata 14.87 0.42
37
A3B3
1 4.99 4.94 5.06 124.48 50.98 44.27 15.16 0.41
38 2 5.08 4.98 4.96 125.35 50.10 43.53 15.07 0.40
39 3 5.03 4.96 5.01 124.93 50.54 43.90 15.11 0.40
Rata-rata 15.11 0.40
40
A3B4
1 5.14 5.11 5.07 133.03 58.48 50.26 16.35 0.44
41 2 5.17 5.11 5.00 131.83 65.82 56.82 15.86 0.50
42 3 5.15 5.11 5.03 132.44 62.15 53.04 17.18 0.47
Rata-rata 16.46 0.47
43
A3B5
1 5.23 5.28 5.12 141.11 68.18 58.89 15.77 0.48
44 2 5.32 5.05 5.69 152.57 67.07 58.02 15.60 0.44
45 3 5.27 5.16 5.40 146.98 67.62 58.45 15.68 0.46
Rata-rata 15.68 0.46
Kontrol
1 4.985 4.755 4.98 118.04 43.55 37.53 16.05 0.37
2 4.995 4.95 4.84 119.67 54.27 46.82 15.92 0.45
3 5.085 4.795 4.955 120.82 72.06 61.25 17.65 0.60
Rata-rata 16.54 0.47
Keterangan P = panjang (cm)
L = lebar (cm)
T = tebal (cm)
VKU = volume kering udara (cm3)
BKU = berat kering udara (g)
BKT = berat kering tanur (g)
KA = kadar air (%)
KR = kerapatan
A1 = kombinasi tebal 1-3-1 cm
A2 = kombinasi tebal 2-1-2 cm
A3 = kombinasi tebal 1.67-1.67-1.67 cm
B1 = orientasi sudut 0˚
B2 = orientasi sudut 30˚
B3 = orientasi sudut 45˚
B4 = orientasi sudut 60˚
B5 = orientasi sudut 90˚
56
Lampiran 7 Data nilai pengembangan dan penyusutan volume panel CLT-Paku
No Kode
CLT Ulangan
Pengembangan Volume Penyusutan Volume
Vol Awal Vol Akhir PV Vol Awal Vol Akhir SV
(cm³) (cm³) (%) (cm³) (cm³) (%)
1
A1B1
1 129.24 135.31 4.69 135.31 127.47 5.79
2 2 136.93 145.20 6.04 145.20 137.25 5.48
3 3 122.92 130.69 6.32 130.69 125.59 3.90
Rata-rata 5.68 5.06
4
A1B2
1 138.18 143.58 3.90 143.58 136.19 5.14
5 2 137.10 143.03 4.32 143.03 136.22 4.76
6 3 136.85 142.20 3.91 142.20 133.42 6.18
Rata-rata 4.05 5.36
7
A1B3
1 127.28 132.70 4.26 132.70 126.35 4.78
8 2 132.49 136.18 2.78 136.18 130.63 4.08
9 3 134.33 141.67 5.46 141.67 132.61 6.40
Rata-rata 4.17 5.08
10
A1B4
1 138.99 143.46 3.22 143.46 137.64 4.06
11 2 133.13 137.75 3.46 137.75 131.69 4.39
12 3 140.04 145.10 3.61 145.10 137.85 5.00
Rata-rata 3.43 4.48
13
A1B5
1 143.32 147.46 2.88 147.46 140.59 4.66
14 2 137.90 143.16 3.81 143.16 135.51 5.34
15 3 142.23 146.05 2.68 146.05 136.85 6.30
Rata-rata 3.13 5.43
16
A2B1
1 135.10 140.17 3.75 140.17 131.93 5.88
17 2 136.25 144.78 6.26 144.78 137.97 4.70
18 3 125.61 133.39 6.19 133.39 128.38 3.75
Rata-rata 5.40 4.78
19
A2B2
1 133.41 139.91 4.87 139.91 129.77 7.25
20 2 133.56 141.25 5.76 141.25 131.21 7.11
21 3 134.72 138.29 2.65 138.29 131.44 4.95
Rata-rata 4.43 6.44
22
A2B3
1 128.53 132.37 2.99 132.37 125.00 5.57
23 2 130.95 137.61 5.08 139.73 129.38 7.41
24 3 130.19 135.39 3.99 135.39 127.76 5.64
Rata-rata 4.02 6.21
25
A2B4
1 136.15 140.55 3.23 140.55 134.87 4.04
26 2 134.47 140.82 4.72 140.82 131.84 6.38
27 3 132.76 139.90 5.38 139.90 130.16 6.97
Rata-rata 4.44 5.79
57
Lanjutan Lampiran 7
28
A2B5
1 138.71 142.19 2.51 142.19 135.66 4.60
29 2 132.63 136.99 3.28 136.99 129.22 5.67
30 3 137.92 139.93 1.46 139.93 135.51 3.16
Rata-rata 2.42 4.47
31
A3B1
1 138.67 145.33 4.80 145.33 135.63 6.67
32 2 132.65 137.90 3.96 137.90 129.65 5.99
33 3 135.66 141.59 4.37 141.59 132.63 6.33
Rata-rata 4.38 6.33
34
A3B2
1 133.27 141.39 6.09 141.39 130.42 7.76
35 2 127.00 135.38 6.60 135.38 128.77 4.88
36 3 130.14 138.36 6.32 138.36 129.60 6.34
Rata-rata 6.34 6.33
37
A3B3
1 124.48 129.03 3.65 129.03 119.50 7.38
38 2 125.35 130.56 4.15 130.56 122.79 5.95
39 3 124.92 129.81 3.92 129.81 121.15 6.67
Rata-rata 3.91 6.67
40
A3B4
1 133.03 137.63 3.45 137.63 133.42 3.06
41 2 131.83 138.13 4.77 138.13 130.53 5.50
42 3 132.43 137.88 4.11 137.88 131.97 4.28
Rata-rata 4.11 4.28
43
A3B5
1 141.11 145.47 3.09 145.47 136.72 6.02
44 2 152.57 159.55 4.57 159.55 150.74 5.52
45 3 146.84 152.63 3.94 152.63 143.82 5.77
Rata-rata 3.87 5.77
Kontrol
1 118.04 125.43 6.26 125.43 115.79 7.69
2 119.67 124.82 4.30 124.82 116.49 6.67
3 120.82 124.16 2.76 124.16 114.12 8.08
Rata-rata 4.42 7.48
Keterangan
PV = pengembangan volume (%)
SV = penyusutan volume (%)
A1 = kombinasi tebal 1-3-1 cm
A2 = kombinasi tebal 2-1-2 cm
A3 = kombinasi tebal 1.67-1.67-1.67 cm
B1 = orientasi sudut 0˚
B2 = orientasi sudut 30˚
B3 = orientasi sudut 45˚
B4 = orientasi sudut 60˚ B5 = orientasi sudut 90˚
58
Lampiran 8 Data nilai MOE, MOR, dan geser lentur statis panel CLT-Paku
No
Kode
Ulangan
b h
∆P/∆Y
P Maks L MOE MOR GL
CLT (cm) (cm) (kg) (cm) (kg/ cm²) (kg/
cm²) (kg/ cm²)
1
A1B1
1 12.10 5.30 370.4 1011.33 71 18398 317 11.83
2 2 12.00 5.17 385.6 996.34 71 20847 331 12.05
3 3 12.13 5.20 383.9 859.17 71 20135 279 10.21
Rata-rata 19793 309 11.36
4
A1B2
1 12.10 5.20 381.4 548.95 71 20059 179 6.54
5 2 11.87 5.47 367 623.29 71 16939 187 7.21
6 3 11.90 5.30 222.2 590.98 71 11222 188 7.03
Rata-rata 16073 185 6.93
7
A1B3
1 12.10 5.27 298.2 603.86 71 15095 192 7.11
8 2 12.10 5.33 342.6 487.79 71 16700 151 5.67
9 3 12.00 5.27 307.8 794.77 71 15711 254 9.43
Rata-rata 15835 199 7.40
10
A1B4
1 12.00 5.30 240.8 492.72 71 12060 156 5.81
11 2 11.33 5.20 216.3 519.11 71 12145 180 6.61
12 3 12.10 5.27 224.9 519.19 71 11384 165 6.11
Rata-rata 11863 167 6.18
13
A1B5
1 12.00 5.23 215.6 456.03 71 11216 148 5.45
14 2 12.08 5.27 213.8 481.12 71 10837 153 5.67
15 3 12.03 5.27 229.3 505.25 71 11671 161 5.98
Rata-rata 11242 154 5.70
16
A2B1
1 11.90 5.10 318.9 791.53 71 18076 272 9.78
17 2 12.07 5.13 333.1 685.41 71 18260 230 8.30
18 3 12.00 5.03 268.4 835.73 71 15695 293 10.38
Rata-rata 17344 265 9.49
19
A2B2
1 12.03 5.13 268.9 590.93 71 14782 198 7.17
20 2 12.03 5.03 241.5 674.01 71 14082 235 8.35
21 3 12.03 5.17 268.8 773.03 71 14492 256 9.33
Rata-rata 14452 230 8.28
22
A2B3
1 11.87 5.13 303.8 681.90 71 16935 232 8.40
23 2 11.87 5.13 292.7 839.35 71 16316 286 10.33
24 3 11.90 5.07 280.8 903.05 71 16233 315 11.23
Rata-rata 16494 278 9.99
25
A2B4
1 11.87 5.20 248.4 565.36 71 13321 188 6.87
26 2 12.03 5.13 249.1 705.08 71 13693 237 8.56
27 3 12.03 5.10 251.6 823.66 71 14104 280 10.07
Rata-rata 13706 235 8.50
59
Lanjutan Lampiran 8
28
A2B5
1 12.10 5.17 229.7 759.35 71 12316 250 9.11
29 2 12.00 5.07 216.8 650.61 71 12429 225 8.03
30 3 12.00 5.13 214 476.14 71 11796 160 5.80
Rata-rata 12180 212 7.64
31
A3B1
1 11.97 5.00 225.9 808.28 71 13513 288 10.13
32 2 11.83 5.10 217.4 650.76 71 12392 225 8.09
33 3 11.89 5.09 209.2 800.09 71 11942 277 9.92
Rata-rata 12616 263 9.38
34
A3B2
1 12.00 5.03 182.9 741.95 71 10695 260 9.21
35 2 12.00 5.07 203.8 600.98 71 11683 208 7.41
36 3 12.00 5.04 210.9 650.55 71 12261 227 8.06
Rata-rata 11547 347 12.34
37
A3B3
1 12.00 5.17 270.7 690.70 71 14635 230 8.36
38 2 12.00 5.10 273.7 647.14 71 15385 221 7.93
39 3 12.00 5.10 265.5 668.12 71 14924 228 8.19
Rata-rata 14981 339 12.24
40
A3B4
1 12.07 5.13 183.9 538.74 71 10081 180 6.52
41 2 11.87 5.17 162.6 636.42 71 8889 214 7.79
42 3 12.00 5.13 212.6 598.23 71 11719 201 7.28
Rata-rata 10230 298 10.80
43
A3B5
1 11.87 5.13 188.6 699.23 71 10513 238 8.61
44 2 12.00 5.57 174.3 598.16 71 7534 171 6.72
45 3 11.90 5.45 179.9 619.88 71 8379 187 7.18
Rata-rata 8809 199 7.50
Kontrol
1 12.00 4.70 694.7 573.11 71 49893 230 7.62
2 11.90 4.70 825.5 716.72 71 59785 290 9.61
3 11.80 4.70 896.2 1416.54 71 65455 579 19.16
Rata-rata 58378 366 12.13
Keterangan
b = lebar (cm)
h = tebal (cm)
Pmax = beban (kg)
MOE = Modulus of Elasticity (kg/cm2)
MOR = Modulus of Rupture (kg/cm2)
GL = kekuatan geser (kg/cm2)
A1 = kombinasi tebal 1-3-1 cm
A2 = kombinasi tebal 2-1-2 cm
A3 = kombinasi tebal 1.67-1.67-1.67 cm
B1 = orientasi sudut 0˚
B2 = orientasi sudut 30˚
B3 = orientasi sudut 45˚
B4 = orientasi sudut 60˚
B5 = orientasi sudut 90˚
60
Lampiran 9 Data nilai kekuatan paku dan kekuatan lateral paku pada sambungan geser ganda
No Kode Ulangan
Kekuatan Lateral Paku
(kg)
Kekuatan Geser Paku
(kg/cm2)
1.5 mm 5 mm 1.5 mm 5 mm
1
A1B1
1 11 145 98 1263
2 2 15 141 130 1227
3 3 12 141 107 1232
Rata-rata 13 142 112 1241
4
A1B2
1 11 160 92 1396
5 2 10 160 89 1397
6 3 12 158 103 1379
Rata-rata 11 159 95 1391
7
A1B3
1 30 138 261 1207
8 2 30 137 262 1197
9 3 30 134 263 1167
Rata-rata 30 136 262 1190
10
A1B4
1 26 155 224 1349
11 2 24 154 212 1347
12 3 23 152 205 1323
Rata-rata 24 154 214 1340
13
A1B5
1 27 134 236 1165
14 2 29 134 252 1173
15 3 27 133 238 1161
Rata-rata 28 134 242 1166
16
A2B1
1 38 115 332 1005
17 2 39 119 339 1036
18 3 37 117 320 1022
Rata-rata 38 117 330 1021
19
A2B2
1 27 99 231 865
20 2 28 101 242 886
21 3 30 100 262 871
Rata-rata 28 100 245 874
22
A2B3
1 49 139 432 1216
23 2 47 142 412 1235
24 3 48 139 420 1210
Rata-rata 48 140 421 1221
25
A2B4
1 56 120 487 1049
26 2 58 119 507 1035
27 3 58 119 504 1038
Rata-rata 57 119 500 1041
61
Lanjutan Lampiran 9
28
A2B5
1 45 136 389 1186
29 2 43 139 379 1212
30 3 42 137 368 1198
Rata-rata 43 137 379 1199
31
A3B1
1 61 168 528 1469
32 2 61 170 535 1484
33 3 59 169 515 1474
Rata-rata 60 169 526 1476
34
A3B2
1 65 137 569 1196
35 2 67 136 585 1185
36 3 67 135 583 1180
Rata-rata 66 136 579 1187
37
A3B3
1 76 148 664 1294
38 2 76 146 663 1273
39 3 73 148 638 1292
Rata-rata 75 147 655 1286
40
A3B4
1 23 138 201 1204
41 2 22 134 195 1169
42 3 20 134 172 1170
Rata-rata 22 135 189 1181
43
A3B5
1 21 155 179 1354
44 2 21 152 180 1331
45 3 20 155 174 1352
Rata-rata 20 154 178 1346
Keterangan
1.5 cm = sesaran 1.5 mm
5 cm = sesaran 5 mm
A1 = kombinasi tebal 1-3-1 cm
A2 = kombinasi tebal 2-1-2 cm
A3 = kombinasi tebal 1.67-1.67-1.67 cm
B1 = orientasi sudut 0˚
B2 = orientasi sudut 30˚
B3 = orientasi sudut 45˚
B4 = orientasi sudut 60˚ B5 = orientasi sudut 90˚
62
Lampiran 10 Hasil uji lanjut kadar air panel CLT
The SAS System 23:57 Thursday, September 14, 2012 24
The GLM Procedure
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for KA
NOTE: This test controls the Type I experimentwise error rate, but it
generally has a higher Type II error rate than REGWQ.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 30 Error Mean Square 0.143238 Critical Value of Studentized Range 5.21140 Minimum Significant Difference 1.1387
Means with the same letter are not significantly different.
Tukey Grouping Mean N interaksi A 23.9367 3 A3B4 A B A 23.6433 3 A1B3 B A B A C 23.6233 3 A1B5 B A C B A C 23.4767 3 A1B1 B A C B A C 23.3600 3 A2B5 B A C B A C 23.3300 3 A3B5 B A C B A C 23.1967 3 A2B1 B A C B A C 23.1400 3 A1B2 B A C B A C 23.0967 3 A3B1 B A C B A C 22.8733 3 A3B3 B C B C 22.7400 3 A2B3 B C B C 22.6800 3 A3B2 B C B C 22.6300 3 A1B4 B C B C 22.5767 3 A2B2 C C 22.5000 3 A2B4
63
Lampiran 11 Hasil uji lanjut pengembangan volume panel CLT-Paku
The SAS System
12:48 Thursday, July 23, 2012 19 The GLM Procedure
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for kembang_volum
NOTE: This test controls the Type I experimentwise error rate, but it generally has a higher
Type II error rate than REGWQ. Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 30 Error Mean Square 1.710189 Critical Value of Studentized Range 3.48651 Minimum Significant Difference 1.1772
Means with the same letter are not significantly different.
Tukey Grouping Mean N ketebalan A 12.2040 15 A3 A A 11.5953 15 A1 A A 11.5593 15 A2
The SAS System 12:48 Thursday, July 23, 2012 20
The GLM Procedure
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for kembang_volum NOTE: This test controls the Type I experimentwise error rate, but it generally has a higher
Type II error rate than REGWQ.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 30 Error Mean Square 1.710189 Critical Value of Studentized Range 4.10208 Minimum Significant Difference 1.7882
Means with the same letter are not significantly different.
Tukey Grouping Mean N sudut A 13.1044 9 B1 A A 12.7267 9 B2 A B A 11.5233 9 B3 B A B A 11.4822 9 B4 B B 10.0944 9 B5
64
Lampiran 12 Hasil uji lanjut MOE panel CLT-Paku
The SAS System
12:48 Thursday, July 23, 2012 27 The GLM Procedure
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for MOE
NOTE: This test controls the Type I experimentwise error rate, but it generally has a higher
Type II error rate than REGWQ.
Alpha 0.01 Error Degrees of Freedom 30 Error Mean Square 2070789 Critical Value of Studentized Range 3.48651 Minimum Significant Difference 1295.4
Means with the same letter are not significantly different.
Tukey Grouping Mean N ketebalan A 14961.3 15 A1 A A 14835.3 15 A2 B 11636.3 15 A3
The SAS System 12:48 Thursday, July 23, 2012 28
The GLM Procedure
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for MOE
NOTE: This test controls the Type I experimentwise error rate, but it generally has a higher
Type II error rate than REGWQ.
Alpha 0.01 Error Degrees of Freedom 30 Error Mean Square 2070789 Critical Value of Studentized Range 4.10208 Minimum Significant Difference 1967.7
Means with the same letter are not significantly different.
Tukey Grouping Mean N sudut A 16584.2 9 B1 A B A 15770.4 9 B3 B B 14023.9 9 B2 C 11932.9 9 B4 C C 10743.4 9 B5
65
Lampiran 13 Hasil uji lanjut MOR panel CLT
The SAS System 12:48 Thursday, July 23, 2012 31
The GLM Procedure
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for mor NOTE: This test controls the Type I experimentwise error rate, but it generally has a higher
Type II error rate than REGWQ.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 30 Error Mean Square 995.7333 Critical Value of Studentized Range 3.48651 Minimum Significant Difference 28.406
Means with the same letter are not significantly different.
Tukey Grouping Mean N ketebalan A 243.80 15 A2 A B A 223.67 15 A3 B B 202.73 15 A1
The SAS System 12:48 Thursday, July 23, 2012 32
The GLM Procedure
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for mor NOTE: This test controls the Type I experimentwise error rate, but it generally has a higher
Type II error rate than REGWQ.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 30 Error Mean Square 995.7333 Critical Value of Studentized Range 4.10208 Minimum Significant Difference 43.147
Means with the same letter are not significantly different.
Tukey Grouping Mean N sudut A 279.11 9 B1 B 234.33 9 B3 B C B 215.33 9 B2 C B C B 200.11 9 B4 C C 188.11 9 B5
66
Lampiran 14 Hasil uji lanjut kekuatan geser lentur panel CLT-Paku
The SAS System 16:32 Thursday, January 7, 2013 4
The GLM Procedure
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for geserlentur NOTE: This test controls the Type I experimentwise error rate, but it generally has a higher
Type II error rate than REGWQ.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 30 Error Mean Square 1.219884 Critical Value of Studentized Range 3.48651 Minimum Significant Difference 0.9943
Means with the same letter are not significantly different.
Tukey Grouping Mean N ketebalan A 8.7807 15 A2 A B A 8.0933 15 A3 B B 7.5140 15 A1
The SAS System 16:32 Thursday, January 7, 2013 4
The GLM Procedure
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for geserlentur NOTE: This test controls the Type I experimentwise error rate, but it generally has a higher
Type II error rate than REGWQ.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 30 Error Mean Square 1.219884 Critical Value of Studentized Range 4.10208 Minimum Significant Difference 1.5102
Means with the same letter are not significantly different.
Tukey Grouping Mean N sudut A 10.0767 9 B1 B 8.5167 9 B3 B C B 7.8122 9 B2 C B C B 7.2911 9 B4 C C 6.9500 9 B5
67
Lampiran 15 Hasil uji lanjut kekuatan lateral paku pada sesaran 1.5 mm dan 5 mm
A. Sesaran 1.5 mm
The SAS System 23:57 Thursday, September 14, 2012 15
The GLM Procedure
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for L_A
NOTE: This test controls the Type I experimentwise error rate, but it generally has a higher
Type II error rate than REGWQ.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 30 Error Mean Square 1.688889 Critical Value of Studentized Range 5.21140 Minimum Significant Difference 3.9102
Means with the same letter are not significantly different. Tukey Grouping Mean N interaksi A 75.000 3 A3B3 B 66.333 3 A3B2 C 60.333 3 A3B1 C C 57.333 3 A2B4 D 48.000 3 A2B3 E 43.333 3 A2B5 F 38.000 3 A2B1 G 30.000 3 A1B3 G G 28.333 3 A2B2 G H G 27.667 3 A1B5 H H I 24.333 3 A1B4 I I 21.667 3 A3B4 I I 20.667 3 A3B5 J 12.667 3 A1B1 J J 11.000 3 A1B2
68
Lanjutan Lampiran 15
B. Sesaran 5 mm
The SAS System 23:57 Thursday, September 14, 2012 18
The GLM Procedure
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for L_B
NOTE: This test controls the Type I experimentwise error rate, but it generally has a higher
Type II error rate than REGWQ.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 30 Error Mean Square 2.4 Critical Value of Studentized Range 5.21140 Minimum Significant Difference 4.6612
Means with the same letter are not significantly different.
Tukey Grouping Mean N interaksi A 169.000 3 A3B1 B 159.333 3 A1B2 C 154.000 3 A3B5 C C 153.667 3 A1B4 D 147.333 3 A3B3 E 142.333 3 A1B1 E F E 140.000 3 A2B3 F F G 137.333 3 A2B5 F G F G 136.333 3 A1B3 F G F G 136.000 3 A3B2 G G 135.333 3 A3B4 G G 133.667 3 A1B5 H 119.333 3 A2B4 H H 117.000 3 A2B1 I 100.000 3 A2B2
69
Lampiran 16 Hasil uji lanjut kekuatan geser paku pada sesaran 1.5 mm dan 5 mm
A. Sesaran 1.5 mm
The SAS System 23:57 Thursday, September 14, 2012 3
The GLM Procedure
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for GP_A
NOTE: This test controls the Type I experimentwise error rate, but it generally has a higher
Type II error rate than REGWQ.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 30 Error Mean Square 120.2667 Critical Value of Studentized Range 5.21140 Minimum Significant Difference 32.996
Means with the same letter are not significantly different. Tukey Grouping Mean N interaksi A 655.000 3 A3B3 B 579.000 3 A3B2 C 526.000 3 A3B1 C C 499.333 3 A2B4 D 421.333 3 A2B3 E 378.667 3 A2B5 F 330.333 3 A2B1 G 262.000 3 A1B3 G H G 245.000 3 A2B2 H G H G 242.000 3 A1B5 H H I 213.667 3 A1B4 I J I 189.333 3 A3B4 J J 177.667 3 A3B5 K 111.667 3 A1B1 K K 94.667 3 A1B2
70
Lanjutan Lampiran 16
b. Sesaran 5 mm
The SAS System 23:57 Thursday, September 14, 2012 6
The GLM Procedure
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for GP_B
NOTE: This test controls the Type I experimentwise error rate, but it generally has a higher
Type II error rate than REGWQ.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 30 Error Mean Square 182.2444 Critical Value of Studentized Range 5.21140 Minimum Significant Difference 40.618
Means with the same letter are not significantly different. Tukey Grouping Mean N interaksi A 1475.67 3 A3B1 B 1390.67 3 A1B2 C 1345.67 3 A3B5 C C 1339.67 3 A1B4 D 1286.33 3 A3B3 E 1240.67 3 A1B1 E F E 1220.33 3 A2B3 F F G 1198.67 3 A2B5 F G F G 1190.33 3 A1B3 F G F G 1187.00 3 A3B2 F G F G 1181.00 3 A3B4 G G 1166.33 3 A1B5 H 1040.67 3 A2B4 H H 1021.00 3 A2B1 I 874.00 3 A2B2