PENGARUH KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA …eprints.undip.ac.id/50109/1/Format_Jurnal.pdf · Audit...
-
Upload
truongngoc -
Category
Documents
-
view
217 -
download
1
Transcript of PENGARUH KESEIMBANGAN KEHIDUPAN KERJA …eprints.undip.ac.id/50109/1/Format_Jurnal.pdf · Audit...
1
PENGARUH KESEIMBANGAN KEHIDUPAN–KERJA
TERHADAP STRES KERJA YANG BERIMPLIKASI
PADA KINERJA PEGAWAI
(STUDI PADA BPK PERWAKILAN PROVINSI JAWA
TENGAH)
Cahyo Utomo, Indi Djastuti, dan Mahfudz
Program Studi Magister Manajemen,Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro
Email: [email protected]
ABSTRACT
Audit Assignment that take a long time requires the Auditor to leave the
family for a certain time. The demands of the non-audit assignment and the policy
rotation of employees allow them to part with the family. It will bring imbalance
of life - work for the auditors of BPK Perwakilan Provinsi Jawa Tengah, which
has bad consequences for auditors itself and institutions, such as divorce demands
and resignation. This study aims to examine and analyze the effect of work-life
balance to employee performance, the effect of work-life balance to work stress
and the effect of work stress on employee performance.
This study develops a model of empirical research studies using three
variables, those are the work-life balance, job stress, and employee performance.
Of the three variables formulated three research hypothesis. In this study the
primary data obtained directly from respondents by distributing questionnaires to
auditors of BPK Perwakilan Provinsi Jawa Tengah. The number of respondents
that used in this study are 138 respondents. The analysis technique used is
Structural Equation Modelling (SEM) with Partial Least Squares (PLS) approach.
The test results showed that work-life balance is not significantly influence on
employee performance. The result of the analysis showed that two of the three
hypothesis was accepted.
The conclusions of this research indicate that employee work-life balance
has no effect on their performance, but influence through the intervening variable.
This shows that the performance of auditors in BPK Representative of Central
Java province have been indirectly affected by how institutions and individuals
are able to balance life and work. Work-life balance will reduce job stress and
improve performance. It provides a reference for BPK Perwakilan Provinsi Jawa
Tengah to be able to make policy and provide the facilities and infrastructure to
maintain the work-life balance and job stress.
Key words : work-life balance, job stress, employee performance
2
1. Latar Belakang
Perkembangan organisasi/perusahaan tidak terlepas dari tuntutan
perkembangan jaman, yang diikuti oleh tuntutan pemangku kepentingan.
Pemangku kepentingan menghendaki adanya perbaikan manajemen agar tetap
bisa bertahan dan bersaing dengan organisasi/perusahaan lain. Untuk itu
organisasi/perusahaan harus berbenah dengan cara meningkatkan kinerja, baik
kinerja organisasi maupun kinerja individu. Kinerja organisasi tidak akan bisa
tercapai apabila tidak ada kinerja individu yang baik. Organisasi/perusahaan harus
membuat standar pencapaian kinerja individu dan cara menilai serta
mengevaluasinya.
Organisasi/perusahaan harus menciptakan kondisi yang nyaman bagi
individu agar bisa memberikan kinerja yang baik. Beberapa yang harus dilakukan
organisasi/perusahaan adalah meningkatkan kenyamanan kerja dan kesejahteraan
agar tidak stres di tempat kerja. Organisasi/perusahaan harus menempuh strategi
yang bisa dilakukan untuk membantu karyawan menangani stres di tempat kerja.
Strategi menghilangkan pemicu stres adalah menjauhkan karyawan dari pemicu
stres, mengubah persepsi karyawan terhadap pemicu stres, mengendalikan
konsekuensi dari stres, dan menyediakan dukungan sosial bagi karyawan yang
menghadapi stres. Apabila organisasi/perusahaan berhasil menciptakan
lingkungan kerja yang baik dan kesejahteraan karyawan terpenuhi maka karyawan
akan mampu meningkatkan kinerjanya. Sebaliknya apabila tidak bisa memenuhi
kedua hal tersebut di atas maka karyawan akan sulit meningkatkan kinerjanya.
Peranan keluarga dalam budaya Indonesia menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan
dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Pegawai sebagai
bagian dari keluarga dan masyarakat berperan sebagai ayah/ibu dan anggota
masyarakat harus mendapat perhatian dari organisasi/perusahaan agar dapat
memberikan kontribusi yang seimbang kepada keluarga/masyarakat dan
organisasi/perusahaan. Keseimbangan kehidupan-kerja (work-life balance)
akhir-akhir ini menjadi perhatian yang serius manajemen SDM
organisasi/perusahaan. Keseimbangan kehidupan-kerja adalah sejauh mana
individu terlibat dan merasa puas dalam hal waktu dan keterlibatan psikologis dan
peran mereka di dalam kehidupan kerja dan kehidupan pribadi (misalnya dengan
pasangan, orang tua, keluarga, teman, dan anggota masyarakat) serta tidak ada
konflik diantara peran tersebut. Individu yang mampu mempertahankan
keseimbangan kehidupan kerja dan kehidupan pribadi merupakan individu yang
lebih mementingkan kesejahteraan psikilogisnya dari pada mengejar kekayaan
semata (Wetsman et al., 2009).
Banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan apabila tidak
mengelola dengan baik keseimbangan kehidupan-kerja, baik bagi karyawan
maupun manajemen perusahaan, seperti penelitian yang dilakukan Gulbahar et al.
(2014) terhadap manajer puncak, profesional dan staf pendukung di Yayasan
SANGI, Pakistan, menunjukkan bahwa keseimbangan kehidupan-kerja
berdampak positif terhadap komitmen organisasi. Keseimbangan kehidupan-kerja
yang baik akan meningkatkan kepuasan kerja (Dhamayanti, 2006), berpengaruh
positif terhadap kepuasan kerja dan kesuksesan karir (Ramadani, 2013) dan
berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan (Siddiqui, 2013). Beberapa
penelitian sebelumnya juga menunjukkan keseimbangan kehidupan-kerja tidak
3
berpengaruh langsung terhadap kinerja (Sari dkk, 2014) dan berpengaruh terhadap
kinerja melalui komitmen (Kim, 2014).
Kedudukan Perwakilan BPK Provinsi Jawa Tengah diatur dengan Surat
Keputusan Ketua Nomor 39/K/I-VIII.3/7/2007 tanggal 13 Juli 2007 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Pelaksanan BPK RI dibentuk Perwakilan BPK-RI di
Provinsi Jawa Tengah. Jumlah pegawai BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa
Tengah sebanyak 217 orang, yang terdiri dari 138 pemeriksa dan 69 pegawai
penunjang. Pemeriksa yang menjadi responden penelitian mempunyai tugas utama
pemeriksaan, dan tugas kewajiban lainnya (kewajiban diklat, kenaikan pangkat
JFP, Perhitungan Kerugian Negara, Pemberian Keterangan Ahli dll).
Keadaan dan kondisi nyata pekerjaan (realistic job) yang membebani
keseimbangan kehidupan-kerja pemeriksa adalah:
a. Pemeriksa melaksanakan tiga jenis pemeriksaan atas laporan keuangan
pemerintah daerah, pemeriksaan tematik dengan tujuan tertentu dan/atau
pemeriksaan kinerja. Masing-masing pemeriksaan terdiri dari pemeriksaan
pendahuluan dan pemeriksaan terinci, masing-masing selama 30 hari di entitas
pemeriksaan di wilayah Provinsi Jawa Tengah (meninggalkan keluarga), dan
dilanjutkan dengan penyusunan laporan, penyampaian laporan, pembahasan
tindak lanjut dan pembuatan ikhtisar hasil pemeriksaan, pemeriksaan bantuan
partai politik dan pemantauan kerugian daerah. Selain itu setiap pemeriksa
melakukan pemantauan atas kerugian keuangan negara/daerah selama 4 hari
dan pemeriksaan terhadap bantuan partai politik di kantor selama 5 hari.
b. Pemeriksa diwajibkan memenuhi standar jam pelatihan selama 50 jam
pelatihan, mengikuti knowledge transfer forum, expose, penghitungan kerugian
keuangan negara/daerah, memberian keterangan ahli dan/atau saksi ahli,
kenaikan pangkat dengan model JFP (Jabatan Fungsional Pemeriksa) yang
memerlukan angka kredit yang banyak dan sulit untuk memenuhinya, dan
pekerjaan lainnya.
c. Pemeriksa juga dihadapkan pada kebijakan institusi terkait pola mutasi, dimana
ditetapkan pola mutasi domisili-kantor pusat-kebutuhan organisasi (DKO) atau
domisili-kebutuhan organisasi-kantor pusat (DOK). Mutasi bagi pemeriksa
mengikuti pola tersebut, apabila sudah menempati kantor domisili yang
terdekat, maka penempatan berikutnya adalah kantor pusat, kemudian sesuai
kebutuhan organisasi (ada kemungkinan di semua kantor perwakilan di setiap
provinsi yang ada di Indonesia), dan kembali lagi ke tahap sebelumnya, dimana
di setiap penempatan jangka waktunya 3 s.d 5 tahun. Dengan pola mutasi
seperti itu pemeriksa harus menentukan strategi apakah memutuskan tempat
tinggal tetap (home base) untuk keluarga atau membawa keluarga besarnya
setiap kali mutasi. Hal tersebut membawa konsekuensi biaya hidup, kualitas
pendidikan anak, kualitas layanan kesehatan, dan permasalahan lain yang akan
mengganggu keseimbangan kehidupan-kerja pemeriksa.
Fenomena terkini kondisi tersebut adalah meningkatnya pemeriksa wanita yang
mengajukan gugatan cerai dan memutuskan untuk keluar dari institusi (resign).
2. Tinjauan Pustaka
2.1. Kinerja Pegawai
Kinerja menurut Mas’ud (2004), adalah hasil pencapaian dari usaha yang
telah dilakukan yang dapat diukur dengan indikator-indikator tertentu (kinerja
individu dan kinerja organisasi). Minner (1988) mendefinisikan kinerja sebagai
tingkat kebutuhan seorang individu/karyawan sebagai pengharapan atas pekerjaan
4
yang dilakukannya. Sedangkan menurut Gibson (1996) kinerja adalah buah dari
pekerjaan yang berhubungan dengan tujuan organisasi, seperti kualitas, efisien
dan kriteria efektifitas kerja lainnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja menurutnya ada tiga variabel, yaitu a) variabel individu (kemampuan,
ketrampilan, mental dan fisik, latar belakang keluarga, lingkungan sosial, dan
pengalaman, demografis, yang terdiri atas umur, asal usul, dan jenis kelamin. b)
variabel organisasi (sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur organisasi,
desain pekerjaan. c) variabel psikologis (persepsi, sikap, kepribadian dan
motivasi).
Kinerja pemeriksaan merupakan perwujudan kerja yang dilakukan dalam
rangka mencapai hasil kerja yang lebih baik atau lebih menonjol ke arah
tercapainya tujuan organisasi. Menurut Goldwasser (1993) pencapaian kinerja
pemeriksa yang baik harus sesuai dengan standar dan kurun waktu, yang terdiri
dari:
a. Kualitas kerja, yaitu penyelesaian pekerjaan dengan mengerahkan seluruh
kemampuan dan ketrampilan, dan pengetahuan yang dimiliki oleh pemeriksa.
b. Kuantitas kerja, yaitu kuantitas atau jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan
dengan sesuai target yang menjadi tanggung jawab pekerjaan pemeriksa, serta
kemampuan untuk memanfaatkan sarana prasarana penunjang pekerjaan.
c. Ketepatan waktu, yaitu ketepatan dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan.
2.2. Stres Kerja
Stres menurut Robbins (2013) adalah suatu kondisi yang dinamik di mana
seseorang dihadapkan dengan kesempatan, permintaan, atau sumber yang
berhubungan dengan apa yang diinginkan oleh individu tersebut dan di mana
hasilnya adalah merasa sama-sama tidak pasti dan penting. Tiga kategori potensi
pemicu stres (stressor) yaitu:
a. Ketidakpastian lingkungan mempengaruhi dalam perencanaan struktur
organisasi, dan individu. Ketidakpastian mempengaruhi tingkat stres
dikalangan para karyawan dalam suatu organisasi.
b. Organisasi
Struktur organisasi menentukan tingkat diferensiasi dalam organisasi, tingkat
aturan dan peraturan, dan dimana keputusan diambil. Aturan yang berlebihan
dan kurangnya partisipasi dalam pengambilan keputusan berdampak pada
karyawan merupakan potensi sumber stres.
c. Individu.
Kondisi dan kepribadian individu menentukan rentan atau tidaknya individu
mengalami stres.
Stres kerja menurut Montgomery et al., 1996 (dalam Rustiarini, 2014)
diartikan sebagai kesadaran atau perasaan disfungsional individu yang
disebabkan oleh hal-hal yang tidak nyaman, tidak diinginkan, atau dianggap
sebagai ancaman di tempat kerja. Sedangkan menurut Beehr et al. (2006) stres
kerja adalah kondisi yang muncul dari interaksi antara manusia dan pekerjaan
serta dikarakterisasikan oleh perubahan manusia yang memaksa mereka untuk
menyimpang dari fungsi normal mereka.
5
Penelitian Gates et al. (2011) terhadap perawat di Amerika Serikat
menyimpulkan bahwa kekerasan yang ada di tempat kerja merupakan masalah
yang signifikan bagi pegawai karena dapat mempengaruhi tingkat stress kerja
yang tinggi dan dapat menurunkan produktivitas kerja perawat tersebut. Shahid et
al. (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa stres kerja adalah masalah
yang meningkat dalam organisasi dan sering menimbulkan efek negatif bagi
kinerja pekerja. Stres kerja seringkali dikaitkan dengan profesi auditor. Penelitian
terdahulu mengenai stres kerja auditor telah banyak dilakukan namun hanya
membahas pengaruhnya pada kepuasan kerja (Chen dan Silverthorne, 2008),
kinerja (Chen et al., 2006) dan (Wai et al., 2013), dan disfungsional audit
(Rustiarini, 2014).
2.3. Keseimbangan Kehidupan-Kerja
Keseimbangan kehidupan-kerja menurut Greenhaus et al. (2003) adalah
sejauh mana suatu individu terikat secara bersama di dalam pekerjaan dan
keluarga, dan sama-sama puas dengan peran dalam pekerjaan dan peran dalam
keluarganya. Tiga komponen keseimbangan kehidupan-kerja, yaitu keseimbangan
waktu, merefleksikan jumlah yang sama/adil dari waktu yang dihabiskan untuk
bekerja dan peran keluarga; keseimbangan keterlibatan, tingkat keterlibatan
psikologis yang sama dalam pekerjaan dan peran keluarga; dan keseimbangan
kepuasan yakni tingkat kepuasan yang sama dalam peran pekerjaan dan keluarga.
Pendapat yang sama dikemukan oleh McDonald dan Bradley (2005).
Beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi keseimbangan kehidupan-
kerja seseorang menurut Schabracq et al. (dalam Novelia, 2013) adalah
karateristik kepribadian, karakteristik keluarga, karateristik pekerjaan, dan sikap.
Fisher et al. (2009) menyatakan bahwa work-life balance memiliki 4
pembentuk, yaitu :
a. WIPL (Work Interference With Personal Life)
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana pekerjaan dapat mengganggu
kehidupan pribadi individu. Misalnya, bekerja dapat membuat seseorang sulit
mengatur waktu untuk kehidupan pribadinya.
b. PLIW (Personal Life Interference With Work)
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana kehidupan pribadi individu
mengganggu kehidupan pekerjaannya. Misalnya, apabila individu memiliki
masalah didalam kehidupan pribadinya, hal ini dapat mengganggu kinerja
individu pada saat bekerja.
c. PLEW (Personal Life Enhancement Of Work)
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana kehidupan pribadi seseorang dapat
meningkatkan perfoma individu dalam dunia kerja. Misalnya, apabila individu
merasa senang dikarenakan kahidupan pribadinya menyenangkan maka hal ini
dapat membuat suasana hati individu pada saat bekerja menjadi
menyenangkan.
d. WEPL (Work Enhancement Of Personal Life)
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana pekerjaan dapat meningkatkan kualitas
kehidupan pribadi individu. Misalnya, keterampilan yang diperoleh individu
pada saat bekerja, memungkinkan individu untuk memanfaatkan keterampilan
tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
6
3. Pengembangan Hipotesis
3.1.Pengaruh keseimbangan kehidupan-kerja (Work-life Balance) terhadap
kinerja
Penelitian terhadap 25 responden dari industri kecil dan 25 organisasi
media dari unit sektor manufaktur di Navi Mumbai menunujukkan bahwa
keseimbangan kehidupan-kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan
(Kshirsagar, 2015). Obiageli et al. (2015) melakukan penelitian terhadap 262
pegawai bank komersial di negara bagian Lagos Nigeria, untuk menguji
keseimbangan kehidupan-kerja dengan kinerja karyawan, dan hasilnya
menunjukkan bahwa keseimbangan kehidupan-kerja merupakan faktor penting
dalam meningkatkan kinerja karyawan bank komersial.Balkan (2014) melakukan
penelitian terhadap 232 mahasiswa dan doktoral pascasarjana di Universitas
Ankara Turki, dengan menggunakan analisia korelasi dan analisis regresi,
menunjukkan bahwa keseimbangan kehidupan-kerja yang buruk berdampak pada
kinerja karyawan yang rendah dan kecenderungan untuk meninggalkan pekerjaan.
Asiedu-Appiah et al. (2013) berusaha untuk meneliti kebijakan dan
praktek keseimbangan kehidupan kerja di lembaga perbankan di Ghana, dan
hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas responden sepakat bahwa keseimbangan
kehidupan kerja efektif dalam meningkatkan kinerja mereka di tempat kerja.
Dissanayaka dan Ali (2013) dalam penelitiannya terhadap 96 karyawan pabrik
pakaian di Sri Lanka menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara
keseimbangan kehidupan-kerja dengan kinerja karyawan. Implikasi penting dari
temuan ini adalah bahwa ada kebutuhan secara sistematis untuk meningkatkan
keseimbangan kehidupan-kerja karyawan guna mencapai kinerja yang lebih baik.
Pendapat lain dikemukakan oleh Kamau et.al (2013), kebijakan
keseimbangan kehidupan-kerja (pilihan fleksibilitas waktu kerja, kebijakan
mengerjakan pekerjaan di rumah dan asistensi terhadap karyawan) di manajemen
ECO Bank di Kenya mempengaruhi kinerja karyawan.
H1: Keseimbangan kehidupan-kerja (Work-life Balance) berpengaruh positif
terhadap kinerja pegawai
3.2.Pengaruh keseimbangan kehidupan-kerja (Work-life Balance) terhadap
stres kerja
Balkan (2014) menyatakan bahwa dari hasil penelitian terhadap 232
mahasiswa doktoral dan pascasarjana di Universitas Ankara Turki., dengan
menggunakan analisia korelasi dan analisis regresi, terdapat hubungan kuat
antara keseimbangan kehidupan-kerja dengan stres kerja. Penelitian terbaru
terhadap 200 guru dan bankir di Pakistan menunjukkan hubungan positif antara
stres kerja dan keseimbangan kehidupan-kerja. Biasanya ada hubungan negatif
antara kedua variabel tersebut, tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa stres
mempunyai efek positif pada karyawan karena mereka termotivasi terhadap
pekerjaan mereka dan juga mereka berusaha menjaga keseimbangan pribadi dan
kehidupan kerja (Awais, 2014). Penelitian yang dilakukan terhadap 110 karyawan
di salah satu organisasi semi - pemerintah di Malaysia Timur, hasilnya
menunjukkan bahwa karyawan yang memiliki tingkat konflik keluarga-kerja lebih
rendah cenderung mempunyai stres kerja yang rendah (Jamadin, 2015).
Sedangkan Asiedu-Appiah et al. (2013) berusaha untuk meneliti kebijakan
dan praktek keseimbangan kehidupan kerja di lembaga perbankan di Ghana dan
bagaimana praktek-praktek ini dapat membantu dalam mengelola tingkat stres,
7
dan hasilnya menunjukkan bahwa tingkat keseimbangan kehidupan-kerja yang
baik akan mengurangi stres kerja karyawan.
Konflik kerja-keluarga sebagai akibat dari keseimbangan kehidupan-kerja
yang kurang bagus akan diprediksi menimbulkan stres kerja. Kesimpulan tersebut
merupakan hasil dari penelitian terhadap 181 guru di sekolah menengah di
Jamaika (Esson, 2004).
H2 : Keseimbangan kehidupan-kerja (Work-life Balance) berpengaruh negatif
terhadap stres kerja
3.3. Pengaruh stres kerja terhadap kinerja
Balkan (2014) menyatakan bahwa dari hasil penelitian terhadap 232
mahasiswa dan doktoral pascasarjana di Universitas Ankara Turki, dengan
menggunakan analisia korelasi dan analisis regresi, terdapat hubungan kuat antara
stres kerja dengan kinerja. Penelitian untuk mengetahui pengaruh tingkat stres
kerja terhadap kinerja terhadap 50 guru wanita di sekolah dan lembaga pendidikan
di India menunjukkan bahwa tekanan otoritas, kelompok yang tidak rasional,
konflik peran dan tanggungjawab mempengaruhi kinerja mereka (Goyal et al.,
2013). Bashir dan Ramay (2010), melakukan penelitian dengan responden
karyawan bank dari sektor perbankan di Pakistan, dimana hasilnya menunjukkan
terdapat korelasi negatif stres kerja dengan kinerja dan menunjukkan bahwa stres
kerja secara signifikan mengurangi kinerja individu.
Penelitian yang dilakukan Wai et al. (2013) memfokuskan hubungan
antara stres kerja terhadap kinerja 285 auditor di Malaysia, menunjukkan bahwa
stres peran, tekanan waktu, dan tekanan pengaruh sosial berpengaruh terhadap
kinerja auditor. Sedangkan pekerjaan melebihi kapasitas dan konflik kerja-
keluarga tidak mempengaruhi kinerja auditor.
Penelitian terhadap 133 karyawan universitas swasta di Karachi dari
disiplin ilmu administrasi bisnis, teknik, kedokteran, tekstil dan mode
menunjukkan bahwa beban kerja dan konflik peran, dan kompensasi yang tidak
memadai adalah alasan utama yang menyebabkanstres pada karyawan, dan stres
ini mengurangi efisiensi dan kinerja mereka (Ali et al., 2014)
H3 : Stres kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja pegawai
Kerangka Pemikiran Penelitian
Skema kerangka pemikiran penelitian dalam pandangan peneliti sebagai
beikut:
Sumber: Balkan (2014), Asiedu-Appiah et al. (2013) dan Fisher (1995)
H1 : Work-life Balance bepengaruh positif terhadap kinerja pegawai
H2 : Work-life Balance bepengaruh negatif terhadap stres kerja
H3 : Stres kerja bepengaruh negatif terhadap kinerja pegawai
H1 Work-life
Balance
Kinerja
Pegawai
Stres Kerja
H2 H3
8
4. Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah pemeriksa pada BPK Perwakilan
Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah 138 pemeriksa dan sampel yang dijadikan
obyek penelitian adalah semua pemeriksa sebanyak 138 pemeriksa atau
menggunakan metode sensus. Analisis data yang digunakan adalah Structural
Equation Modelling (SEM) dengan pendekatan Partial Least Squares (PLS). SEM
merupakan teknik analisis multivariat yang merupakan gabungan analisis regresi,
analisis jalur, analisis faktor dan model struktural. Dalam penelitian ini menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, analisis
deskriptif dan uji hipotesis. Analisis data dan pemodelan persamaan struktural
dengan menggunakan software PLS, adalah sebagai berikut (Ghozali,2009):
a. Merancang Model Struktural (Inner Model)
Model Struktural atau Inner Model menggambarkan hubungan antar variabel
laten berdasarkan pada substantive theory.
b. Merancang Model Pengukuran (Outer Model)
Model Pengukuran mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator
berhubungan dengan variabel latennya.
c. Konversi Diagram Jalur ke Sistem Persamaan
d. Estimasi: Weight, Koefisien Jalur, dan Loading
Metode pendugaan parameter (estimasi) di dalam PLS adalah metode kuadrat
terkecil (least square methods). Proses perhitungan dilakukan dengan cara
iterasi, dimana iterasi akan berhenti jika telah tercapai kondisi kenvergen.
Pendugaan parameter di dalam PLS meliputi 3 hal, yaitu:
- Weight estimate yang digunakan untuk menghitung data variabel laten.
- Path estimate yang menghubungkan antar variabel laten dan estimasi
loading antara variabel laten dengan indikatornya.
- Means dan parameter lokasi (nilai konstanta regresi, intersep) untuk
indikator dan variabel laten.
e. Evaluasi Goodness of Fit
Goodness of Fit Model diukur menggunakan R2 variabel laten dependen
dengan interpretasi yang sama dengan regresi. Q2 predictive relevance untuk
model struktural mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model
dan juga estimasi parameternya. Q2 = 1 – ( 1 - R12 ) ( 1 – R22 ) ….. (1 –
Rp2). Besaran memiliki nilai dengan rentang 0 <>2 pada analisis jalur (path
analysis).
f. Pengujian Hipotesis (Resampling Bootstraping)
Pengujian Hipotesis (β, ү, dan λ) dilakukan dengan metode resampling
bootstrap yang dikembangkan oleh Geisser & Stone. Statistik uji yang
digunakan adalah statistik t atau uji t.
5. Analisis Pembahasan
5.1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut
(Ghozali, 2009). Taraf Signifikansi : α = 5%, daerah kritis: H0 akan ditolak jika
nilai sign < alpha atau nilai Tau-Kendall Correlation > r tabel (alpha,n-2)
Dengan r(0.05;129) = 0,171615, hasil uji validitas sebagai beikut:
9
Variabel Indikator Correlation
Coefficient
Significant Kriteria
X1
(Keseimbangan
Kehidupan-
Kerja)
1 0.597 0.000 Valid
2 0.618 0.000 Valid
3 0.657 0.000 Valid
4 0.451 0.000 Valid
5 0.469 0.000 Valid
7 0.320 0.000 Valid
8 0.363 0.000 Valid
9 0.389 0.000 Valid
10 0.395 0.000 Valid
11 0.308 0.000 Valid
12 0.337 0.000 Valid
13 0.316 0.000 Valid
14 0.185 0.008 Valid
15 0.263 0.000 Valid
X2
(Stres Kerja)
1 0.745 0.000 Valid
2 0.825 0.000 Valid
3 0.734 0.000 Valid
4 0.717 0.000 Valid
Y
(Kinerja
Pegawai)
1 0.517 0.000 Valid
2 0.630 0.000 Valid
3 0.586 0.000 Valid
4 0.534 0.000 Valid
5 0.507 0.000 Valid
6 0.535 0.000 Valid
7 0.537 0.000 Valid
8 0.551 0.000 Valid
9 0.545 0.000 Valid
10 0.572 0.000 Valid
11 0.297 0.000 Valid
12 0.277 0.000 Valid
5.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas diukur dengan menggunakan Cronbach’s Alpha (α) dimana
hasil yang menunjukkan diatas 0,60 dapat dikatakan reliabel. Hasil uji reliabilitas
menunjukkan Keseimbangan Kehidupan-Kerja sebesar 0.812, stres kerja sebesar
0.886 dan Kinerja Pegawai sebesar 0.817
5.3. Analisis Deskriptif
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui gambaran deskriptif jawaban
responden atas variabel-variabel dalam penelitian ini, dengan menggunakan
teknik analisis indeks. Hasil analisis indeks menunjukkan:
a. Rata-rata indeks variabel keseimbangan kehidupan-kerja sebesar 90,52.
Hasil ini menunjukkan bahwa keseimbangan kehidupan-kerja yang ada di
BPK Perwakilan Provinsi Jawa Tengah menurut responden sangat baik atau
berada dalam kategori tinggi.
b. Rata-rata indeks variable stres kerja sebesar 57,4.
Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat stres kerja menurut responden berada
dalam kategori sedang.
c. Rata-rata indeks variabel kinerja pegawai sebesar 100,55.
10
Hasil ini melebihi batas indeks yang ditetapkan yaitu sebesar 100,
menunjukkan bahwa kinerja pegawai menurut responden berada dalam
kategori yang sangat tinggi.
5.4. Evaluasi Outer Model (Model Pengukuran)
5.4.1. Convergent Validity
Dalam penelitian ini akan digunakan batas loading factor sebesar 0,50.
Jika nilai loading factor > 0,50 maka convergent validity terpenuhi, jika nilai
loading factor < 0,50 maka konstruk harus di keluarkan dari analisis. Hasil
berikut menunjukkan nilai loading factor dari outer loadings:
Model Kedua
Work-Life Balance (X1)
X1.1 0,651710
X1.2 0,721562
X1.3 0,739186
X1.4 0,506693
X1.8 0,650871
X1.9 0,731163
X1.10 0,753270
X1.11 0,674249
X1.12 0,519902
Stres Kerja (X2)
X2.1 0,850573
X2.2 0,796236
X2.3 0,904865
X2.4 0,903215
Kinerja Pegawai (Y)
Y1 0,737634
Y2 0,861678
Y3 0,814335
Y4 0,819616
Y5 0,843937
Y6 0,773556
Y7 0,795226
Y8 0,834907
Y9 0,825977
Y10 0,824021
5.4.2. Discriminant Validity
Discriminant validity digunakan untuk memastikan bahwa setiap konsep
dari masing-masing variabel laten berbeda dengan variabel lainnya. Model
mempunyai discriminant validity yang baik jika setiap nilai loading dari setiap
indikator dari sebuah variabel laten memiliki nilai loading yang paling besar
dengan nilai loading lain terhadap variabel laten lainnya. Hasil pengujian
discriminant validity menunjukkan:
11
Indikator Work Life Balance
(X1)
Stres Kerja
(X2)
Kinerja Pemeriksa
(Y)
X1.1 0,651710 -0,369218 0,078541
X1.2 0,721562 -0,452210 0,093696
X1.3 0,739186 -0,476893 0,051941
X1.4 0,506693 -0,237898 -0,066560
X1.8 0,650871 -0,314350 0,159991
X1.9 0,731163 -0,300634 0,236351
X1.10 0,753270 -0,435044 0,175754
X1.11 0,674249 -0,362073 0,338099
X1.12 0,519902 -0,340521 0,347692
X2.1 -0,405926 0,850573 -0,343062
X2.2 -0,326171 0,796236 -0,278128
X2.3 -0,564950 0,904865 -0,366151
X2.4 -0,582882 0,903215 -0,406802
Y1 0,168713 -0,258767 0,737634
Indikator Work Life Balance
(X1)
Stres Kerja
(X2)
Kinerja Pemeriksa
(Y)
Y2 0,292289 -0,357665 0,861678
Y3 0,127440 -0,332503 0,814335
Y4 0,233415 -0,374661 0,819616
Y5 0,282564 -0,409414 0,843937
Y6 0,211527 -0,246192 0,773556
Y7 0,211527 -0,347543 0,795226
Y8 0,228630 -0,369586 0,834907
Y9 0,211776 -0,270877 0,825977
Y10 0,085097 -0,292889 0,824021
5.4.3. Composite Reliability
Composite reliability digunakan untuk menguji reliabilitas variabel.
Variabel yang mempunyai reliabilitas yang baik dapat ditunjukan dengan nilai
composite reliability > 0,60 (Ghozali, 2011). Hasil analisi menunjukkan nilai
composite reliability untuk Work-Life Balance sebesar 0,876174, stres kerja
sebesar 0,922125 dan kinerja pegawai sebesar 0,951400.
5.5. Evaluasi Inner Model
Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat
hubungan antara variabel, nilai signifikansi dan R-square dari model penelitian.
Pengujian menunjukkan:
12
5.4. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui hubungan antara struktur-
variabel penelitian. Dasar yang digunakan dalam menguji hipotesis adalah nilai
yang terdapat pada output result for inner weight dan hasilnya sebagai berikut:
Hubungan
antar
Variabel
Original
Sample
(O)
Sample
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
Standard
Error
(STERR)
T Statistics
(|O/STERR|)
Keterangan
Work-Life
Balance —>
Kinerja
Pegawai 0,043976 0,040112 0,094317 0,094317 0,466255
Work-Life
Balance
berperngaruh
positif,tetapi
tidak
signifikan
Work-Life
Balance —>
Stres Kerja -0,562668 -0,573600 0,050058 0,050058 11,240288
Work-Life
Balance
berperngaruh
negatif dan
signifikan
Stres Kerja
—> Kinerja
Pegawai -0,384775 -0,390783 0,085417 0,085417 4,504678
Stres kerja
berperngaruh
negatif dan
signifikan
Work-life
Balance
Kinerja
Pegawai
Stres Kerja
X1.1
X1.2
X1.3
X1.4
X1.8
X1.9
X1.10
X1.11
X1.12
Y.5
Y.6
Y.7
Y.8
Y.4
Y.3
Y.2
Y.9
Y.1
Y.10
X2.1 X2.1 X2.3 X2.4
11,860
15,151
15,090
6,573
8,797
7,745
13,836
10,698
6,800
29,219 9,323 68,375
58,680
16,286
32,676
24,098
24,731
16,868
21,401
16,839
21,621
20,787
21,278
11,240
0,466
4,505
13
a. Pengaruh Keseimbangan Kehidupan-Kerja terhadap Kinerja Pegawai
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh keseimbangan
kehidupan-kerja terhadap kinerja pegawai tidak signifikan. Hal ini ditunjukkan
dengan T-statistik sebesar 0,466255, atau di bawah 1,96. Sehingga hipotesis
pertama yang menyatakan bahwa keseimbangan kehidupan-kerja berpengaruh
positif terhadap kinerja pegawai tidak bisa diterima.
Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari dkk
(2014) terhadap 57 pegawai BPK RI Perwakilan Provinsi Aceh, dimana konflik
peran ganda yang merupakan bagian dari Work-Life Balance tidak berpengaruh
langsung terhadap kinerja pegawai. Sementara itu Kim (2014), menyatakan bahwa
Work-Life Balance berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja pegawai melalui
variabel komitmen.
b. Pengaruh Keseimbangan Kehidupan-Kerja terhadap Stres Kerja
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa keseimbangan kehidupan-
Kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap stres kerja. Hal ini ditunjukkan
dengan T-statistik sebesar 11,240288, atau di atas 1,96. Sehingga hipotesis kedua
yang menyatakan bahwa keseimbangan kehidupan-kerja berpengaruh negatif
terhadap stres kerja bisa diterima.
Stres kerja menurut Montgomery et al. 1996 (dalam Rustiarini, 2014)
diartikan sebagai kesadaran atau perasaan disfungsional individu yang disebabkan
oleh hal-hal yang tidak nyaman, tidak diinginkan, atau dianggap sebagai ancaman
di tempat kerja. Ketidakseimbangan kehidupan-kerja dari pegawai akan
berpengaruh negatif terhadap stres kerja. Sebaliknya pegawai yang mampu
mengelola kehidupan-kerja dengan baik akan mengurangi stres kerja.
Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Balkan
(2014), Awais (2014), Jamadin, 2015), Asiedu-Appiah et.al (2013), dan Esson
(2004) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara keseimbangan
kehidupan-kerja dengan stres kerja.
c. Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja Pegawai
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa stres kerja berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Hal ini ditunjukkan dengan
T-statistik sebesar 4,504678, atau di atas 1,96. Sehingga hipotesis ketiga yang
menyatakan bahwa stres kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja pegawai bisa
diterima.
Stres kerja menurut penelitian Shahid et al. (2012) adalah masalah yang
meningkat dalam organisasi dan sering menimbulkan efek negatif bagi kinerja
pekerja. Pemeriksa yang mampu mengelola stres dengan baik akan meningkatkan
kinerjanya, sebaliknya pemeriksa yang tidak mampu mengelola stres kerja akan
menurunkan kinerjanya.
Institusi perlu memperhatikan kebijakan yang mendukung keseimbangan
kehidupan-kerja, menyediakan fasilitas berupa sarana dan prasarana untuk
mengurangi stres kerja, dan meningkatkan kinerja.
Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Balkan
(2014), Goyal et.al (2013), Bashir dan Ramay (2010), Wai et.al (2013), dan Ali
14
et.al (2014) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara stres
kerja dengan kinerja.
Disamping itu, di atas juga telah dilakukan pengujian untuk melihat
pengaruh tidak langsung variabel Work-Life Balance terhadap kinerja pegawai
melalui stres kerja dengan menggunakan metode Sobel. Hasilnya menunjukkan
bahwa Work-Life Balance secara tidak langsung berpengaruh positif terhadap
kinerja pegawai melalui variabel stres kerja.
6. Diskusi dan Implikasi
6.1.Sumbangan terhadap Teori/Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian ini memiliki implikasi teoritis sebagai berikut:
a. Keseimbangan kehidupan-kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja
pegawai. Hal ini sesuai dengan teori kinerja yang dikemukakan Robbins
(2003), bahwa kinerja pegawai itu dipengaruhi oleh kemampuan, motivasi
dan kesempatan, baik kemampuan atas dasar kecerdasan maupun
ketrampilan. Dimana faktor-faktor tersebut merupakan dari bagian work-life
balance yang mampu dikelola dengan baik oleh pemeriksa, sehingga mampu
menjaga kinerjanya. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori dari
Bonner dan Sprinkle, 2002 (dalam Nadhiroh, 2010) yang menyatakan bahwa
ada tiga variabel yang dapat mempengaruhi kinerja, yaitu: variabel orang,
variabel tugas, dan variabel lingkungan.
b. Keseimbangan kehidupan-kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai
melalui stres kerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan kategori potensi
pemicu stres (stressor) menurut Griffin dan Moorhead (2011) yaitu tekanan
organisasi (tuntutan fisik, tuntutan tugas, tuntutan peran dan tuntutan
interpersonal) dan tekanan kehidupan (perubahan hidup dan trauma
kehidupan). Griffin dan Moorhead (2011) juga menyebutkan bahwa
konsekuensi stres kerja adalah konsekuensi terhadap individu (perilaku,
psikologis dan kesehatan), konsekuensi terhadap organisasi (menurunnya
kinerja pegawai), dan kelelahan atau kejenuhan.
6.2.Implikasi Manajerial
Selain implikasi teoritis, pengaruh keseimbangan kehidupan-kerja
terhadap stres kerja dan implikasinya terhadap kinerja pemeriksa di BPK
Perwakilan Provinsi Jawa Tengah, memiliki implikasi manajerial sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa keseimbangan kehidupan-
kerja berpengaruh positif terhadap kinerja, tetapi tidak signifikan. Meskipun
pengaruhnya tidak signifikan BPK Perwakilan Provinsi Jawa Tengah perlu
memperhatikan kebijakan yang sudah ada dan menyusun kebijakan yang
lebih mendukung keseimbangan kehidupan-kerja pegawai agar mampu
menjaga dan meningkatkan kinerja. Kebijakan yang perlu dievaluasi ulang
menurut hasil kuesioner adalah kebijakan mutasi (90%), beban tugas
pemeriksaan (58,03%), kebijakan cuti/ijin (22.31%), dan kebijakan kesehatan
dan kesejahteraan (12,31%). Sedangkan kebijakan yang diusulkan oleh
responden untuk menyeimbangkan kehidupan-kerja adalah kebijakan mutasi
(81,54%), kebijakan jadwal dan jangka waktu pemeriksaan (54,62%),
penyediaan fasilitas child care (31,54%) dan lainnya seperti penugasan yang
terjadwal,penambahan jumlah pegawai,kesehatan/kesejahteraan dll (16,15%).
15
b. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa keseimbangan kehidupan-kerja
berpengaruh terhadap kinerja pegawai melalui stres kerja. Hal ini
menunjukkan bahwa keseimbangan kehidupan-kerja berpengaruh terhadap
stres kerja dan stres kerja berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Selain
kebijakan yang harus diperbaiki sebagaimana disebut di atas, BPK
Perwakilan Provinsi Jawa Tengah juga harus menyediakan fasilitas berupa
sarana dan prasarana untuk mengurangi stres kerja dan meningkatkan kinerja
seperti fasilitas olahraga dan sarana untuk menyalurkan hobi, karena
responden dalam mengelola stres kerja dengan cara berolahraga (33,85%) dan
menyalurkan hobi (69,23%).
6.3. Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini masih memiliki beberapa keterbatasan
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksa BPK tersebar di kantor pusat dan 33 kantor perwakilan di seluruh
Indonesia. Kondisi pemeriksa di kantor pusat dan setiap perwakilan tentu
saja berbeda dalam menyikapi dan mengelola keseimbangan kehidupan-kerja,
stres kerja dan kinerjanya.
2. Pengaruh keseimbangan kehidupan-kerja terhadap kinerja pegawai sangat
kecil, sehingga dibutuhkan variabel independen lain untuk melihat faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai dan variabel pemediasi lain untuk
melihat pengaruh keseimbangan kehidupan-kerja terhadap kinerja pegawai.
6.4. Agenda Penelitian Mendatang
Berdasarkan keterbatasan yang dimiliki penelitian ini dan mengingat topik
keseimbangan kehidupan-kerja merupakan topik yang menarik dan penting
diterapkan dalam organisasi/perusahaan, maka untuk penelitian mendatang dapat
dikembangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Objek Penelitian dikembangkan meliputi pemeriksa yang berkedudukan di
beberapa BPK Perwakilan dan/atau kantor pusat.
2. Variabel pemediasi dalam penelitian selanjutnya dapat diperluas dengan tidak
terbatas hanya variabel stres kerja saja.
16
DAFTAR REFERENSI
Ali, W.U., et al. (2014). ―Impact of Stress on Job Performance: An Empirical
study of the Employees of Private Sector Universities of Karachi, Pakistan.‖
Research Journal of Management Sciences. Vol. 3(7), 14-17.
Asiedu-Appiah, F., Dufie-Marfo, I. and Frempong, E (2013). ―Work-Life Balance
As A Tool For Stress Management In Selected Banking Institutions In
Ghana‖. Global Advanced Research Journal of Management and
Business Studies. Vol. 2(5), 291-311.
Awais Aman (2014). ―Impact of Job Stress between Teachers and Bankers‖.
Journal of Social Economics. Vol. 1(2), 78-88.
Balkan, Onur (2014). ―Work-Life Balance, Job Stress and Individual
Performance: An Application‖. International Journal of Management
Sciences and Business Research, 2014. Vol-3, Issue 3.
Bashir Usman and Ramay, M.I. (2010). ―Impact of Stress on Employees Job
Performance A Study on Banking Sector of Pakistan‖. International
Journal of Marketing Studies. Vol. 2, No. 1.
Beauregard, T. Alexandra, and Lesley C. Henry ―Making the link between work-
life balance practices and organizational performance‖. Human Resource
Management Review. 19 (2009) 9–22.
Beehr, T. A., Walsh, J. T. And Taber, T. D.(1977). ―Relationship of Stress to
Individually and Organizationally Valued States: Higher Order Needs as a
Moderator‖. Journal of Occupational Medicine. November 1977 - Volume
19 - Issue 11 - ppg 771.
Chen, J. C., C. Silverthorne, and J. Y. Hung (2006). ―Organization
Communication, Job Stress, Organizational Commitment, and Job
Performance of Accounting Professionals in Taiwan and America‖.
Leadership and Organization Development Journal, 27 (4), 242-249.
Chiang, F.T. Flora, Thomas A. Birtch,and Ho Kwong Kwan (2010). ―The
moderating roles of job control and work-life balance practices on employee
stress in the hotel and catering industry‖. International Journal of
Hospitality Management. 29 (2010) 25–32.
Colakoglu, S. N. (2005). ―The Relationship between Career Boundarylessness and
Individual WellBeing: A Contingency Approach‖. Journal of Philosophy ,
1-293.
Dhamayanti, Ratna (2006). ―Pengaruh Konflik Keluarga-Pekerjaan, Keterlibatan
Pekerjaan, dan Tekanan Pekerjaan terhadap Kepuasan Kerja Karyawan
Wanita Studi pada Nusantara Tour & Travel Kantor Cabang dan Kantor
Pusat‖. Jurnal Studi & Organisasi Vol. 3(2), Halaman 93.
17
Dissanayaka, N.M.N.P. and Hussain Ali, M.A.M. (2013). ―Impact of worklife
balance on employees performance: An Empirical Study on Seven Apparel
Organizations in Sri Lanka‖. Proceedings of the Third International
Symposium, SEUSL: 6-7 July 2013, Oluvil, Sri Lanka.
Dolai Dolly (2015). ―Measuring Work Life Balance Among The Employees of
The Insurance Industry in India‖. International Journal of Advanced
Research Management and Social Sciences. 4 (5).
Esson Patrice L. (2004). ―Consequences of Work-Family Conflict: Testing a New
Model of Work-Related, Non-Work Related and Stress-Related Outcomes‖.
Thesis submitted to the Faculty of the Virginia Polytechnic Institute and
State University.
Fisher, R.T. (1995). ―Role Stress, The type a Behaviour Pattern, and External
Auditor Job Satisfaction and Performance‖. A thesis submitted in partial
fulfilment of the requirements for the Degree of Master of Commerce
and Management at Lincoln University.
Fisher, G. G., Bulger, C. A., & Smith, C. S. (2009). ―Beyond Work and Family: A
Measure of Work/Nonwork Interference and Enhancement‖. Journal of
Occupational Helath Psychology,14(4), 441-456.
Fisher, G. G. (2001). ―Work/personal life balance: A construct development
study‖. ProQuest Dessertations and Theses
Gates, Donna M.,Gordon L. Gillespie, and Paul Succop (2011). ―Violence
Against Nurses and its Impact on Stress and Productivity‖. Nursing
Economics. March-April 2011/Vol. 29/No. 2.
Ghozali, I. 2009. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan
Partial Least Square. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Ghozali I. 2011. Model Persamaan Struktural: Konsep dan Aplikasi Dengan
Program AMOS 19.0. Semarang : Penerbit Universitas Diponogoro.
Gibson, V. M. (1993). Stress in the workplace: A hidden cost factor. HR
Focus, 70.
Gibson, J. L., J. M. Ivancevich, and J. H. Donnely Jr. (1996), Organisasi:
Perilaku, Struktur, dan Proses. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
George Halkos, Dimitrios Bousinakis (2010). "The effect of stress and satisfaction
on productivity‖
Greenhaus, J. H., Parasuraman, S., dan Wormley, W. M. (1990). ―Effects of Race
on Organizational Experiences, Job Performance Evaluations, and Career
Outcomes‖. Academy of Management Journal, 33(1).
18
Greenhaus JH, Collins, KM., dan Shaw, JD. (2003). ―The Relation Between
Work- Family Balance and Quality of Life‖. Journal of Vocational
Behavior, 63. 510–531.
Griffin, R.W., dan Moorhead, G. (2011). Organizational Behavior. 10th Edition.
Cengage Learning.
Goldwasser (1993). ―The Plaintiffs’ Bar Discusses Auditor Performance‖.
Journal of CPA.
Goyal Nisha, Jain Sunaina and Jain Ritu (2013). ―A Study on Work Lifa Balance
and Performance Management in Female Teachers‖. Indian Journal of
Health and Wellbeing. 4 (9), 1815-1817.
Gulbahar, Ali Ch, Amjad, Kundi, G.M, Qureshi, Q.A and Akhtar Robina (2014).
―Relationship between Work-Life Balance & Organizational Commitment‖. Research on Humanities and Social Sciences.Vol.4, No.5.
Chiang, F.T. Flora, Thomas A. Birtch,and Ho Kwong Kwan (2010). ―The
moderating roles of job control and work-life balance practices on employee
stress in the hotel and catering industry‖. International Journal of
Hospitality Management. 29 (2010) 25–32.
Halkos, George (2012). ―The influence of stress and satisfaction on productivity‖.
MPRA Paper No. 39654, posted 25. June 2012 18:51 UTC.
Handoko T. Hani. (2000), Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia,
Edisi II, Cetakan ke-14, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Hayman Jeremy (2005).‖ Psychometric Assessment of an Instrument Designed to
Measure Work Life Balance‖. Research and Practice in Human Resource
Management. 13 (1), 85-91.
Jamadin Nurnazirah, et al. (2015). ―Work - Family Conflict and Stress: Evidence
from Malaysia‖. Journal of Economics, Business and Management, Vol. 3,
No. 2.
Judge, T. A., et al. (1995). ―An Empirical Investigation of The Predictors of
Executive Career Success‖. Personnel Psychology, 48(3).
Kim Hye Kyoung (2014). ―Work-Life Balance and Employees’ Performance: The
Mediating Role of Affective Commitment‖. Global Business and
Management Research: An International Journal.Vol. 6, No. 1.
Kompas.com. (2013). ―Work-Life Balance‖ Indikator Baru Kesuksesan.
http://kompas.com/work-life.balance.indikator.baru.kesuksesan.
Kshirsagar, V.S. (2015). ―Impact of work life balance on employee’s performance
and gender differences with respect to SME’S in selected manufacturing
19
sector units‖. International Journal of Multidisciplinary Research and
Development. Vol. 2, Issue: 6, 210-212 June 2015.
Kumau, J.M., et al. (2013). ―Work-Life Balance Practices on Employee Job
Performance at Eco Bank Kenya‖. European Journal of Business and
Management. Vol.5, No.25, 2013.
Masihabadi Abolghasem, et al. (2015). ―Effects of stress on auditors'
organizational commitment, job satisfaction, and job performance‖.
International Journal of Organizational Leadership 4(2015) 303-314.
Mas’ud, Fuad ,2002, 40 Mitos Manajemen Sumber Daya Manusia, Badan
Penerbit UNDIP, Semarang.
McDonald, P., dan Bradley, L.M. (2005). ―The Case for Work/Life Balance:
Closing the Gap Between Policy and Practice‖. 20:20 Series, 15.
Miner, John, 1998, Organizational Behavior, Performance and Productivity, 1
th Edition, Random Hause Inc, USA.
Novelia, P. (2013). ―Hubungan Antara Work-Life Balance dan Komitmen
Berorganisasi Pada Pegawai Perempuan‖. 1-44.
Obiageli, O.L., Uzochukwu, O.C & Ngozi, C.D. (2015). ―Work Life Balance and
Employee Performance in Selected Commercial Banks in Lagos State‖.
European Journal of Research and Reflection in Management Sciences.
Vol. 3 No. 4, 2015 ISSN 2056-5992.
Ramadani, Malika (2013). ―Analisis Pengaruh Keseimbangan Kehidupan-Kerja
terhadap Kesuksesan Karier (Studi pada Karyawan PT. Asuransi Jiwa
Generali Indonesia)‖. Skripsi.
Robbins, Stephen P, (2003), Perilaku Organisasi, Jilid 1 Edisi 9, PT.INDEKS
Kelompok GRAMEDIA,Jakarta.
Rustiarini Ni Wayan (2014). ―Sifat Kepribadian sebagai Pemoderasi Hubungan
Stres Kerja dan Perilkau Disfungsional Audit‖. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia, Juni 2014, Vol. 11, No. 1, hal 1 – 19.
Sari Ratna Kartika, Azis Nasir, dan Amri (2014). “Pengaruh Konflik Peran Ganda
dan Stres Kerja terhadap Kinerja Pemeriksa BPK RI Perwakilan Provinsi
Aceh‖. Jurnal Manajemen Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, 29- 34
Shahid, Muhammad Naeem, Khalid Latif, Nadeem Sohail, and Muhammad
Aleem Ashraf (2012). ―Work Stress and Employee Pperformance in Banking
Sector Evidence from District Faisalabad, Pakistan‖. Asian Journal of
Business and Management Sciences. Vol. 1 No. 7. 38-47.
20
Siddiqui Muhammad Nabeel (2013). ―Impact of Work Life Conflict on Employee
Performance‖. Far East Journal of Psychology and Business. Vol. 12 No.
3.
State Service Commission (2005), Work-life Balance: a resources for the state
service. ISBN 0-478-24487-8.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Alfabeta, Bandung.
Suwardi dan Joko Utomo (2011). ―Pengaruh Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, dan
Komitmen Organisasional terhadap Kinerja Pegawai (Studi Pada Pegawai
Setda Kabupaten Pati)‖. Analisis Manajemen. Vol. 5(1). 75-86.
Wai, C.K., et al. (2013). “The Relationship between Work Stress and Auditors’
Job Performance‖. Bachelor of Accounting (HONS).
Westman, M., Brough, P., & Kalliath, T. (2009). ―Expert Commentary on Work-
Life Balance and Crossover of Emotions and Experiences: Theoritical and
Practice Advancements‖. Journal of Organizational Behavior , 588-595.