pengaruh detergen terhadap biota air
-
Upload
handriyanti-diah-p -
Category
Documents
-
view
33 -
download
5
description
Transcript of pengaruh detergen terhadap biota air
Kata Pengantar
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi
ilmu, perlindungan, bimbingan, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat
selesai.
Tugas dengan judul Dampak Limbah Deterjen terhadap Ekosistem Air , merupakan salah
satu persyaratan untuk pengumpulan nilai tugas.
Tim penulis mengucapkan terimakasih pada semua pihak atas bimbingan, bantuan,
dorongan moril serta bantuan materiil sehingga tugas ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Mukhtasor, M.Eng yang telah member kesempatan pada penulis untuk berlatih
mengerjakan soal Pengantar Ilmu Lingkungan secara ilmiah.
2. Ayah, ibu, adik dan seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi dan doa restu hingga
tugas ini selesai disusun.
3. Teman-teman Teknik Lingkungan dan Teknik Kelautan yang telah memberi semangat agar
tugas ini dapat segera diselesaikan.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis mengharapkan saran dan
kritik demi kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.
Surabaya, 7Desember 2009
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Air merupakan hal yang paling krusial bagi manusia. Segala aktivitas manusia tidak bisa
lepas dari air seperti mandi, minum, dan kakus. Tidak bisa dibayangkan jika di bumi ini tidak
terdapat air seperti layaknya planet-planet di luar angkasa, maka di bumi pun tidak akan terdapat
kehidupan seperti sekarang. Atmosfer bumi yang basah inilah yang menghasilkan kehidupan
karena di troposfer terdapat oksigen dan banyak gas-gas lain yang berfungsi untuk mendukung
adanya kehidupan di bumi.
Namun, karena ulah manusia yang kurang peduli dengan pentingnya air bersih ini,
banyak sekali terjadi polusi air di zaman global ini. Manusia lebih mementingkan diri sendiri
tanpa sadar akan perubahan lingkungan sekitarnya akibat ulah manusia sendiri.
Untuk mengenali terjadinya polusi di air, sebenarnya masyarakat bisa hanya dengan
melihat dan mencium baunya. Ciri-ciri terjadinya polusi air adalah dengan terjadinya perubahan
warna dan bau pada air tersebut. Meskipun cara mengenalinya mudah, tetapi masyarakat hanya
acuh saja melihat perubahan kondisi ini dan hanya sepenuhnya bergantung pada bagaimana
pemerintah mengolah air tersebut. Padahal factor penyebab polusi air sendiri juga berasal dari
masyarakat yang seenaknya membuang limbah tanpa tahu batas maksimum air untuk mendaur
ulang limbah tersebut.
Air limbah rumah tangga merupakan sumber yang banyak ditemukan di lingkungan.
Salah satu komponennya yang dapat berdampak buruk bagi lingkungan berasal dari deterjen
karena manusia pasti menggunakan deterjen setiap harinya sebagai bahan pembersih di rumah
tangga. Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen dalam konsentrasi tinggi akan
mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota
tersebut.
I.2 Tujuan Penulisan
Setiap lingkungan pasti memiliki batas ambang dimana lingkungan tersebut bisa
mengembalikan kondisi semula setelah tercemar. Air deterjen merupakan salah satu limbah
buangan yang membahayakan ekosistem air. Dengan penulisan laporan ini, masyarakat dapat
sadar akan dampak deterjen terhadap ekosistem air dan dapat menggunakan detergen secara
bijaksana.
I.3 Rumusan Masalah
1. Apa dampak deterjen terhadap ekosistem air?
2. Bagaimana cara mengatasi deterjen yang melebihi ambang di air?
I.4 Metodologi Penulisan
Permasalahan:
Pengaruh Limbah Deterjen terhadap Ekosistem Air
Studi Literatur
Observasi
Analisa dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Kandungan Penting Deterjen
Komponen penting deterjen adalah surfaktan yaitu untuk meningkatkan daya
pembasahan air sehingga kotoran berlemak dapat dibasahi, dikendorkan, dan diangkat dari kain
dan untuk mensuspensikan kotoran yang telah terlepas.
Surfaktan yang biasa digunakan adalah alkil benzene sulfonat, etoksisulfonal, alkil sulfat,
etoksilat, senyawa ammonium kuartener, imidazolin, dan betain. Alkil benzene sulfonat,
etoksisulfonal, dan alkil sulfatbila dilarukan dalam air akan memiliki daya bersih yang sangat
baik dan biasanya berbusa banyak. Sedangkan etoksilat, hanya menghasilkan busa sedikit,
namun bekerja aktif di air sadah, serta dapat mencuci dengan baik semua jenis kotoran. Untuk
pelembut, biasa digunakan senyawa ammonium kuatener. Imidazolin dan betain mempunyai
kestabilan yang cukup dan jumlah buih yang dihasilkan, sehingga sering digunakan untuk
pencuci alat-alat rumah tangga (Ismunandar, 2008).
II.2 Dampak Penggunaan Deterjen
Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana suatu lingkungan sudah tidak alami lagi
karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai yang tidak tercemar airnya masih murni
dan alami, tidak ada zat-zat kimia yang berbahaya, sedangkan air sungai yang telah tercemar
oleh detergen misalnya, mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi organisme yang hidup
di sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain yang tinggal di sekitar sungai tersebut.
Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Air limbah deterjen
termasuk polutan karena didalamnya terdapat zat yang disebut ABS (alkyl benzene sulphonate).
Jenis deterjen yang banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan pencuci pakaian adalah
deterjen anti noda. Deterjen jenis ini mengandung ABS (alkyl benzene sulphonate) yang
merupakan deterjen tergolong keras. Deterjen tersebut sukar dirusak oleh mikroorganisme
(nonbiodegradable) sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan (Rubiatadji, 1993).
Dewasa ini banyak muncul industri-industri kecil laundry. Akan tetapi pertumbuhan
industri laundry ini memiliki efek samping yang kurang baik, sebab industri-industri kecil
tersebut sebagian besar langsung membuang limbahnya ke selokan atau badan air tanpa
pengolahan terlebih dulu. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan karena dalam
limbah tersebut mengandung phospat yang tinggi. Phospat ini berasal dari Sodium
Tripolyphosphate (STPP) yang merupakan salah satu bahan yang kadarnya besar dalam
detergen. Dalam detergen, STPP ini berfungsi sebagai builder yang merupakan unsur
penting kedua setelah surfaktan karena kemampuannya menonaktifkan mineral kesadahan
dalam air sehingga detergen dapat bekerja secara optimal dan STPP ini akan terhidrolisa
menjadi PO4 dan P2O7 (Hadyanti, 2005). Di dalam badan air, PO4 yang berlebih akan
mengakibatkan terjadinya eutrofikasi yaitu proses memperkaya air dengan zat makanan. Selama
masa beribu-ribu tahun, zat makanan terkumpul dan danau itu menjadi kaya akan kehidupan
tanaman dan hewan, namun lama kelamaan akan terdapat zat makanan yang berlebihan dan
didukung adanya fosfat tambahan di perairan karena limbah deterjen maka tanaman akan
menjadi bentuk kehidupan yang dominan (Ensiklopedia Ilmu Pengetahuan Populer).
Oleh karena itu, deterjen sangat berpengaruh pada kehidupan biota air terutama ikan.
Ikan mas (cyprinus carpio) adalah organisme air yang responsif atau peka terhadap perubahan
yang terjadi pada lingkungannya. Insang adalah alat yang digunakannya untuk bernafas. Pada
insang terjadi pertukaran O2 dan CO2. Mekanismenya adalah tutup insang menutup, mulut
terbuka, air masuk melalui mulut, lalu air melewati insang, terjadi pertukaran oksigen dan
karbondioksida, lalu mulut menutup, tutup insang (operculum) terbuka, dan akhirnya air keluar
dari insang. Oksigen masuk ke aliran darahnya. Untuk mengetahui dampak deterjen bagi ikan,
dapat dilakukan percobaan sebagai berikut:
Alat dan Bahan
- 5 buah Aqua gelas bekas
- Larutan detergen 1% (100cc air murni + 1 gram detergen)
- Larutan detergen 5% (100cc air murni + 5 gram detergen)
- Larutan detergen 10% (100cc air murni + 10 gram detergen)
- Larutan detergen 15% (100cc air murni + 15 gram detergen)
- 5 ekor ikan mas kecil (cyprinus carpio)
- 31 gram detergen
- Stopwatch
Cara Kerja
- Buat larutan detergen dengan konsentrasi 1% , 5% , 10% , dan 15%
- Beri label pada masing-masing aqua gelas
- Tuangkan larutan detergen ke masing-masing aqua gelas sesuai dengan labelnya
- Tuangkan air bersih ke salah satu aqua gelas
- Masukkan ikan secara bersamaan ke dalam aqua gelas lalu mulai penghitungan waktu
- Amati ikan pada setiap menit lalu catat. Lakukan selama 5 menit. (Bambang, 2009)
Hasil pengamatan
Pada menit pertama, semua ikan masih aktif bergerak. Namun, pada menit ke
3.09, ikan pada larutan deterjen 15% mati. Pada menit ke 4.18, ikan pada larutan deterjen
10% mati. Pada menit ke 5.40, ikan pada larutan deterjen 5% juga mati dan pada menit
ke 6.26, ikan pada larutan deterjen 1% mati juga. Sedangkan ikan pada air bersih masih
terus aktif bergerak tanpa ada gangguan.
Pembahasan
Ikan mas yang berada di air murni terus bergerak aktif dan tidak mengalami
gangguan apapun terhadap insangnya karena lingkungannya normal, tidak tercemar.
Sedangkan empat ikan lainnya berenang di air yang telah tercemari detergen, mulai dari
1% sampai 15%, sehingga mereka mengalami gangguan pada organnya, terutama insang.
Insangnya sampai membengkak dan mengeluarkan lendir. Ikan-ikan itu pun akhirnya
mengambang dan mati.
Insang ikan-ikan dalam larutan deterjen tersebut membengkak lalu
megeluarkanlendir karena terjadi difusi oleh larutan deterjen ke dalam tubuh ikan. Difusi
adalah perpindahan zat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Konsentrasi larutan
detergen lebih tinggi dari sitoplasma sehingga partikel detergen berdifusi dari larutan ke
sel-sel pada insang ikan. Larutan detergen terus-menerus berdifusi ke sel-sel insang dan
insang pun akhirnya membengkak. Lama kelamaan sel-sel insang mengalami plasmolisis
(pecahnya sel) karena partikel detergen terus berdifusi. Karena selnya pecah, sitoplasma
pun keluar, sehingga insang ikan terlihat mengeluarkan lendir. Setelah sel-sel insangnya
pecah, tentu saja ikan kehilangan organ untuk bernapas sehingga akhirnya ikan-ikan pada
larutan detergen lemas dan kemudian mati satu per satu (Bambang, 2009).
Cepat lambatnya insang ikan tersebut membengkak lalu mati dipengaruhi oleh
konsentrasi detergen pada air. Semakin tinggi konsentrasi detergen pada air, semakin
cepat ikan itu akan mati.
Tidak bisa dibayangkan jika larutan deterjen di alam bebas langsung mengalir menuju
sungai yang kaya akan biota airnya dan akan merusak segala jenis ikan dan hewan air lainnya.
Deterjen yang kelihatannya hanya masalah sepele akan menjadi masalah yang besar jika hal
tersebut tidak digunakan dengan benar.
II.3 Solusi Pengurangan Limbah Deterjen
Jika dilihat sekilas, limbah deterjen yang mencemari sungai hanya berdampak tibulnya
buih-buih di permukaan air sungai. Namun masyarakat tidak mengerti apa yang terjadi di dala
tubuh air tersebut. Ikan-ikan dan hewan lainnya terganggu pernapasannya karena limbah deterjen
tersebut masuk ke dalam system pernapasan mereka.
Hal kecil yang dapat dilakukan oleh masyarakat awam untuk mengurangi limbah deterjen
tersebut adalah:
1. Menggunakannya deterjen dengan bijaksana. Janganlah menggunakan deterjen anti noda
yang notabene sangat berbahaya bagi lingkungan sekitar dan dapat mengkibatkan
kematian masal pada ikan.
2. Jangan membuang deterjen pada aliran air yang banyak terdapat biota airnya untuk
meminimalisir jumlah ikan yang mati karena limbah deterjen.
BAB III
KESIMPULAN
Dampak deterjen terhadap ekosistem air adalah dapat menyebabkan kematian masal pada
biota air contohnya ikan. Deterjen yang mencemari air akan masuk ke dalam insang dan
berdifusi ke dalam tubuh ikan sehingga sitoplasma ikan akan keluar dari dalam tubuh ikan
tersebut dan insang akan membengkak. Hal tersebut dapat mengganggu system pernapasan ikan
dan akhirnya ikan tersebut mati.
Cara mengatasi limbah deterjen yang melebihi ambang batas adalah dengan
menggunakan deterjen secara bijaksana dan tidak membuang deterjen secara sembarangan ke
aliran air yang banyak mengandung biota air.
DAFTAR PUSTAKA
Ismunandar. 2008. Kandungan Penting Deterjen: Panduan Menilih Deterjen. ITB. Bandung
Rubiyatadji R. 1993. Penurunan Kadar Deterjen (Alkyl Benzene Sulphonate) Dalam Air Dengan
Proses Adsorpsi Karbon Aktif. Tugas Akhir. Program Studi TeknikLingkungan, ITS.
Surabaya.
Hardyanti, Nurandani dan Suparni Setyowati Rahayu. 2006. Fitoremediasi Phospat dengan
Pemanfaatan enceng Gondok (Eichornia Crassipes). Program Studi Teknik Lingkungan
Universitas Diponegoro. Semarang
Ensiklopedia Ilmu Pengetahuan Populer. 2000. Jilid 4: Ilmu Pengetahuan Lingkungan. PT
Widyadara. Jakarta.
Bambang, Rendy. 2009. Mengetahui Dampak Air Limbah Detergen terhadap Organisme Air.
STEI ITB. Bandung