Lap. Biota Air

46
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makhluk hidup dapat dijumpai di berbagai tipe ekosistem perairan baik ekosistem yang selalu mengandung air, maupun ekosistem lahan basah (lahan yang selalu tergenang air maupun dalam periode tertentu dalam keadaan basah). Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari- hari termasuk diantaranya adalah sanitasi. Pencemaran dapat mengubah struktur ekosistem dan mengurangi jumlah spesies dalam suatu komunitas, sehingga keragamannya berkurang. Dengan demikian indeks diversitas ekosistem yang tercemar selalu lebih kecil dari pada ekosistem alami. Diversitas di suatu perairan biasanya dinyatakan dalam jumlah spesies yang terdapat di tempat tersebut. Semakin besar jumlah spesies akan semakin besar pula diversitasnya. Hubungan antara jumlah spesies dengan jumlah individu dapat dinyatakan dalam bentuk indeks diversitas. Perubahan kualitas air di sungai menyebabkan perubahan komposisi komunitas makrozoobentos. Untuk itu diperlukan suatu upaya pemantauan mengenai status kualitas sungai dengan menggunakan biota air.

description

fix

Transcript of Lap. Biota Air

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makhluk hidup dapat dijumpai di berbagai tipe ekosistem perairan baik ekosistem yang

selalu mengandung air, maupun ekosistem lahan basah (lahan yang selalu tergenang air

maupun dalam periode tertentu dalam keadaan basah). Air bersih adalah salah satu jenis

sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk

dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya

adalah sanitasi.

Pencemaran dapat mengubah struktur ekosistem dan mengurangi jumlah spesies dalam

suatu komunitas, sehingga keragamannya berkurang. Dengan demikian indeks

diversitas ekosistem yang tercemar selalu lebih kecil dari pada ekosistem alami.

Diversitas di suatu perairan biasanya dinyatakan dalam jumlah spesies yang terdapat di

tempat tersebut. Semakin besar jumlah spesies akan semakin besar pula diversitasnya.

Hubungan antara jumlah spesies dengan jumlah individu dapat dinyatakan dalam

bentuk indeks diversitas. Perubahan kualitas air di sungai menyebabkan perubahan

komposisi komunitas makrozoobentos. Untuk itu diperlukan suatu upaya pemantauan

mengenai status kualitas sungai dengan menggunakan biota air.

Usaha pengendalian kerusakan sungai dan kebijakan pengelolaannya mengharuskan

pemantauan kualitas sungai. Pemantauan ini umumnya dilakukan dengan menggunakan

parameter fisik atau kimia. Akhir-akhir ini pemantauan dengan biota lebih diperhatikan,

mengingat biota lebih tegas dalam mengekspresikan kerusakan sungai, karena biota

terpengaruh langsung dalam jangka panjang, sedang sifat-sifat fisik dan kimia

cenderung menginformasikan keadaan sungai pada waktu pengukuran saja.

Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana suatu lingkungan sudah tidak alami lagi

karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya air sungai yang tidak tercemar airnya

masih murni dan alami, tidak ada zat-zat kimia yang berbahaya, sedangkan air sungai

yang telah tercemar oleh detergen misalnya, mengandung zat kimia yang berbahaya,

baik bagi organisme yang hidup di sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain

yang tinggal di sekitar sungai tersebut. Polutan adalah zat atau substansi yang

mencemari lingkungan.

Selama hidupnya pula manusia akan membuang kotoran ataupun limbah ke

lingkungan.  Limbah tersebut akan kembali ke udara, air, ataupun tanah. Telah menjadi

sifat manusia untuk selalu meningkatkan taraf hidupnya. Maka dengan akal pikirannya

lahir berbagai inovasi agar dapat mempermudah kegiatan mereka.  Perkembangan

tersebut semakin meningkatkan limbah yang dibuang oleh manusia, dan dengan

sendirinya akan meningkatkan potensi terjadinya penularan penyakit/wabah

dan/ataupun keracunan.  

Pada akhirnya buangan yang bertambah banyak dan seringkali tidak bersifat alamiah,

membuat lingkungan tidak mampu membersihkan akibat racun yang terdapat pada

buangan tersebut.  Maka pengelolaan kualitas lingkungan sangat diperlukan agar semua

kegiatan manusia tidak kembali merugikan manusia. Untuk menghindari kerusakan

terhadap ekosistem perairan sebagai akibat dari pencemaran haruslah dilakukan

pemantauan atau monitoring, baik monitoring secara kimia, fisika, maupun biologi.

Pemantauan pencemaran air sebenarnya menyangkut kehidupan di air. Bila air tercemar

maka kehidupan organisme air akan terganggu.

Oleh sebab itu, dilakukannya praktikum toksisitas limbah pada biota air baik bagi ikan

ataupun tanaman. Agar diketahui kualitas air bersih dan kemampuan biota air dalam

menerima air limbah.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui perbedaan aklimatisasi dan uji pendahuluan

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas

3. Untuk mengetahui pengaruh toksisitas pada biota air (ikan) dan toksisitas pada

biota air (tanaman)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air

Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang

diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71%

permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air yang

bersih sangat penting bagi kehidupan manusia dan alam sekitar. Di banyak tempat di

dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di bumi, sejumlah besar air juga

diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada bulan-bulan

Eropa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air).

Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan bumi dalam

ketiga wujudnya tersebut (Lina, 2004)..

Air sebagai materi esensial dalam kehidupan tampak dari kebutuhan terhadap air untuk

keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga ternyata berbeda-beda di setiap

tempat, setiap tingkatan kehidupan atau setiap bangsa dan negara. Semakin tinggi taraf

kehidupan seseorang semakin meningkat pula kebutuhan manusia akan air. Jumlah

penduduk dunia setiap hari bertambah, sehingga mengakibatkan jumlah kebutuhan air.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran

dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk

keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapatdiminum apabila

dimasak.

Bagi manusia kebutuhan akan air sangat mutlak karena sebenarnya zat pembentuk

tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air yang jumlahnya sekitar 73% dari bagian

tubuh. Air di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pengangkut dan pelarut bahan-

bahan makanan yang penting bagi tubuh. Sehingga untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya manusia berupaya mendapatkan air yang cukup bagi dirinya.

Dalam menjalankan fungsi kehidupan sehari-hari manusia amat tergantung pada air,

karena air dipergunakan pula untuk mencuci, membersihkan peralatan, mandi, dan lain

sebagainya. Manfaat lain dari air berupa pembangkit tenaga, irigasi, alat transportasi,

dan lain sebagainya yang sejenis dengan ini. Semakin maju tingkat kebudayaan

masyarakat maka penggunaan air makin meningkat.

Kebutuhan air yang paling utama bagi manusia adalah air minum. Menurut ilmu

kesehatan setiap orang memerlukan air minum hidup 2-3 minggu tanpa makan tetapi

hanya dapat bertahan 2-3 hari tanpa air minum.

Air merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan vital bagi mahluk hidup

diantaranya sebagai air minum atau keperluan rumah tangga lainnya. Air yang

digunakan harus bebas dari kuman penyakit dan tidak mengandung bahan beracun.

Sumber air minum yang memenuhi syarat sebagai air baku air minum jumlahnya makin

lama makin berkurang sebagai akibat ulah manusia sendiri baik sengaja maupun tidak

disengaja.

Upaya pemenuhan kebutuhan air oleh manusia dapat mengambil air dari dalam tanah,

air permukaan, atau langsung dari air hujan. Dari ke tiga sumber air tersebut, air tanah

yang paling banyak digunakan karena air tanah memiliki beberapa kelebihan di banding

sumber-sumber lainnya antara lain karena kualitas airnya yang lebih baik serta pengaruh

akibat pencemaran yang relatif kecil.

Akan tetapi  air yang dipergunakan tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan, karena

sering ditemui air tersebut mengandung bibit ataupun zat-zat tertentu yang dapat

menimbulkan penyakit yang justru membahayakan kelangsungan hidup manusia.  

2.2 Kualitas Air

2.2.1 Standar Kualitas Air

Dengan adanya standard kualitas air, orang dapat mengukur kualitas dari berbagai

macam air. Setiap jenis air dapat diukur konsentrasi kandungan unsur yang tercantum

didalam standar kualitas, dengan demikian dapat diketahui syarat kualitasnya, dengan

kata lain standar kualitas dapat digunakan sebagai tolak ukur. Standar kualitas air bersih

dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan berdasarkan Permenkes RI No.

416/MENKES/PER/IX/1990 yang biasanya dituangkan dalam bentuk pernyataan atau

angka yang menunjukkan persyaratan–persyaratan yang harus dipenuhi agar air tersebut

tidak menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit, gangguan teknis, serta gangguan

dalam segi estetika.

Peraturan ini dibuat dengan maksud bahwa air yang memenuhi syarat kesehatan

mempunyai peranan penting dalam rangka pemeliharaan, perlindungan serta

mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Dengan peraturan ini telah diperoleh

landasan hukum dan landasan teknis dalam hal pengawasan kualitas air bersih.

Demikian pula halnya dengan air yang digunakan sebagai kebutuhan air bersih sehari-

hari, sebaiknya air tersebut tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih, dan

mempunyai suhu yang sesuai dengan standar yang ditetapkan sehingga menimbulkan

rasa nyaman. Jika salah satu dari syarat tersebut tidak terpenuhi maka besar

kemungkinan air itu tidak sehat karena mengandung beberapa zat kimia, mineral,

ataupun zat organis/biologis yang dapat mengubah warna, rasa, bau, dan kejernihan air.

Untuk standar kualitas air secara global dapat digunakan Standar Kualitas Air WHO.

Sebagai organisasi kesehatan internasional, WHO juga mengeluarkan peraturan tentang

syarat-syarat kulaitas air bersih yaitu meliputi kualitas fisik, kimia dan biologi.

Peraturan yang ditetapkan oleh WHO tersebut digunakan sebagai pedoman bagi Negara

anggota. Namun demikian masing-masing negara anggota, dapat pula menetapkan

syarat-syarat kualitas air sesuai dengan kondisi negara tersebut.

Parameter Kualitas Air yang digunakan untuk kebutuhan manusia haruslah air yang

tidak tercemar atau memenuhi persyaratan, yaitu :

a. Syarat fisik

b. Syarat kimia

c. Syarat biologis

d. Syarat radioaktif

Namun pada makalah ini yang akan di bahas hanya syarat biologis dan syarat radioaktif

air.

2.3    Syarat Biologis Air

Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air angkasa, air

permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat

dan kondisi yang mempengaruhinya. Penyakit yang ditransmisikan melalui faecal

material dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan metazoa. Oleh karena itu

air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen.

Bakteri golongan Coli (Coliform bakteri) tidak merupakan bakteri patogen, tetapi

bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri patogen (Soemirat,

2000). Menurut Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990, bakteri coliform yang

memenuhi syarat untuk air bersih bukan perpipaan adalah < 50 MPN.

Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai berikut:

a. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya: bakteri golongan coli; Salmonella

typhi, Vibrio cholera dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air.

b. Tidak mengandung bakteri non patogen seperti: Actinomycetes, Phytoplankton

coliform, Cladocera dan lain-lain.

Kualitas air yang digunakan masyarakat harus memenuhi syarat kesehatan agar dapat

terhindar dari berbagai penyakit maupun gangguang kesehatan yang dapat disebabkan

oleh air. Untuk mengetahui kualitas air tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan

laboratorium yang mencakup antara lain pemeriksaan bakteriologi air, meliputi Most

Probable Number  (MPN) dan angka kuman.  Pemeriksaan MPN dilakukan untuk

pemeriksaan kualitas air minum, air bersih, air badan, air pemandian umum, air kolam

renang dan pemeriksaan angka kuman pada air PDAM.

Khusus untuk air minum, disyaratkan bahwa tidak mengandung bakteri patogen,

misalnya bakteri golongan E. coli, Salmonella typhi, Vibrio cholera. Kuman-kuman ini

mudah tersebar melalui air (Transmitted by water) dan tidak mengandung bakteri non-

patogen, seperti Actinomycetes dan Cladocera.

Seperti kita ketahui jika standar mutu air sudah diatas standar atau sesuai dengan

standar tersebut maka yang terjadi adalah akan menentukan besar kecilnya investasi

dalam pengadaan air bersih tersebut, baik instalasi penjernihan air dan biaya operasi

serta pemeliharaannya. Sehingga semakin jelek kualitas air semakin berat beban

masyarakat untuk membayar harga jual air bersih. Dalam penyediaan air bersih yang

layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat banyak mengutip Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 173/Men.Kes/Per/VII/1977, penyediaan air harus memenuhi

kuantitas dan kualitas, yaitu:

a. Aman dan higienis.

b. Baik dan layak minum.

c. Tersedia dalam jumlah yang cukup.

d. Harganya relatif murah atau terjangkau oleh sebagian besar masyarakat

Adapun Parameter Air Bersih secara Biologi:

a. Bakteri

b. Binatang

c. Tumbuh-tumbuhan

d. Protista

e. Virus

Macam-macam sumber air yang dapat di manfaatkan sebagai sumber air minum sebagai

berikut :

a. Air laut

Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam

air laut 3% dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk

diminum.

b. Air Atmosfer

Untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung

air hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Selain itu air

hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-

bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan.

Juga air ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.

c. Air Permukaan

Adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan

ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur,

batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri dan lainnya. Air permukaan ada

dua macam yaitu air sungai dan air rawa. Air sungai digunakan sebagai air minum,

seharusnya melalui pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini

pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi. Debit yang tersedia

untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi. Air

rawa kebanyakan berwarna disebabkan oleh adanya zat-zat organik yang telah

membusuk, yang menyebabkan warna kuning cokelat, sehingga untuk pengambilan

air sebaiknya dilakukan pada kedalaman tertentu di tengah-tengah.

d. Air tanah

Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah didalam zone jenuh

dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer.

e. Mata air

Yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah dalam hampir

tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas atau kuantitasnya sama dengan air

dalam. Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen pokok antara

lain: unit sumber baku, unit pengolahan, unit produksi, unit transmisi, unit

distribusi dan unit konsumsi, yaitu:

1. Unit sumber air baku merupakan awal dari sistem penyediaan air bersih yang

mana pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil dari air tanah,

air permukaan, air hujan yang jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan.

2. Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya memenuhi

kualitas air bersih atau minum, dengan pengolahan fisika, kimia, dan

bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum memenuhi syarat kesehatan

akan berubah menjadi air bersih atau minum yang aman bagi manusia.

3. Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yang

menentukan jumlah produksi air bersih atau minum yang layak didistribusikan

ke beberapa tandon atau reservoir dengan sistem pengaliran gravitasi atau

pompanisasi.

4. Unit produksi merupakan unit bangunan yang mengolah jenis-jenis sumber air

menjadi air bersih.

2.4 Syarat Radioaktif Air

Radioaktivitas yang terdapat dalam suatu air dapat berasal dari kebocoran industri-

industri nuklir, pusat-pusat pembangkit tenaga nuklir dan dari sampah-sampah

radioaktif yang dapat bersatu dengan pasir atau lumpur dalam kehidupan biologis atau

terlarut dalam air. Zat radioaktif yang teraplikasi dalam teknologi nuklir yang

digunakan pada berbagai bidang dapat menimbulkan sisa pembuangan.

Dapat saja sisa zat radioaktif tersebut terbawa ke dalam lingkungan air. Pengaruh

radioaktif ini dapat mengakibatkan gangguan pada proses pembelahan sel, rusaknya

kromosom, dan lebih jauh dalam waktu yang lama dapat terjadi kerusakan sistem

reproduksi dan sel tubuh. Untuk mengurangi terjadinya pencemaran air, dapat dilakukan

usaha-usaha pencegahan, antara lain, sebagai berikut:

a. Tidak membuang sampah di sembarang tempat, baik itu di parit maupun di sungai.

b. Tidak membuang limbah sembarangan dengan cara membuat tempat pengolahan

limbah cair; air limbah diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan

sehingga air limbah tersebut tidak berbahaya bagi ekosistem air.

c. Tidak membuang atau menggunakan pupuk pertanian secara berlebihan.

Radioaktivitas

No

.

Parameter Satuan Kadar Maksimum

Gol.A Gol.B Gol.C Gol.D

1. Gross Alpha activity Bq/L 0.1 0.1 0.1 0.1

2. Gross Beta activity Bq/L 1.0 1.0 1.0 1.0

KETERANGAN:

Golongan A : air untuk air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu

Golongan B : air yang dipakai sebagai bahan baku air minum melalui suatu

pengolahan

Golongan C : air untuk perikanan dan peternakan

Golongan D : air untuk pertanian dan usaha perkotaan, industri dan PLTA.

Adapun efek serta akibat yang ditimbulkan oleh radiasi zat radioaktif pada umat

manusia seperti berikut di bawah ini :

1. Pusing-pusing

2. Nafsu makan berkurang atau hilang

3. Terjadi diare

4. Badan panas atau demam

5. Berat badan turun

6. Kanker darah atau leukemia

7. Meningkatnya denyut jantung atau nadi

8. Daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang penyakit akibat sel darah

putih   yang jumlahnya berkurang.

2.5 Pengertian Air Limbah dan Toksisitas

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri

maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai

jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air

buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki

kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,

limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan

konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap

lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan

terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung

pada jenis dan karakteristik limbah.

Toksisitas adalah tingkat merusaknya suatu zat jika dipaparkan terhadap organisme.

Toksisitas dapat mengacu pada dampak terhadap seluruh organisme, seperti hewan,

bakteri, atau tumbuhan, dan efek terhadap substruktur organisme, seperti sel

(sitotoksisitas) atau organ tubuh seperti hati (hepatotoksisitas). Secara metafora, kata ini

bisa dipakai untuk menjelaskan dampak beracun pada kelompok yang lebih besar atau

rumit, seperti keluarga atau masyarakat.

Konsep utama toksikologi adalah bahwa dampaknya bersifat tergantung pada dosis. Air

saja bisa mengakibatkan keracunan air jika dikonsumsi terlalu banyak, sementara zat

yang sangat beracun seperti bisa ular memiliki titik rendah tertentu yang bersifat tidak

beracun. Toksisitas juga tergantung pada spesies, sehingga analisis lintas spesies agak

bermasalah jika dilakukan. Paradigma dan standar baru sedang berusaha melompati

pengujian hewan, tetapi tetap mempertahankan konsep akhir toksisitas.

2.5.1 Jenis toksisitas

Umumnya ada tiga jenis zat beracun, yaitu kimia, biologi, dan fisika:

a. Zat beracun kimiawi meliputi zat-zat inorganik seperti timah, merkuri, asbestos,

asam hidrofluorat, dan gas klorin, serta zat-zat organik seperti metil alkohol,

sebagian besar obat-obatan, dan racun dari makhluk hidup.

b. Zat beracun biologis meliputi bakteri dan virus yang dapat menciptakan penyakit di

dalam organisme hidup. Toksisitas biologis sulit diukur karena "batas dosis"-nya

bisa berupa satu organisme tunggal. Secara teori, satu virus, bakteri, atau cacing

dapat bereproduksi dan mengakibatkan infeksi parah. Akan tetapi, di dalam inang

yang memiliki sistem kekebalan tetap, toksisitas yang tertanam di dalam organisme

diseimbangkan oleh kemampuan inang untuk melawan balik; toksisitas yang efektif

adalah gabungan dari kedua belah hubungan tersebut. Keadaan sejenis juga dapat

terjadi pada beberapa jenis agen beracun lainnya.

c. Zat beracun fisik adalah zat-zat yang karena sifat alamiahnya mampu mengganggu

proses biologis. Misalnya, debu batu bara dan serat asbestos yang dapat mematikan

jika dihirup.

2.6 Biota Air

Biota air merupakan kelompok organisme baik hewan maupun tumbuhan yang sebagian

ataupun seluruh hidupnya berada di perairan. Biota tersebut dapat berupa bentos,

plankton atau nekton. Komponen biotik dapat memberikan gambaran mengenai kondisi

fisika, kimia, dan biologi dari suatu perairan. Salah satu biota yang sering digunakan

sebagai parameter biologi dalam menentukan kondisi suatu perairan adalah hewan

makrobentos. Sebagai organisme yang hidup di perairan, hewan makrobentos sangat

peka terhadap perubahan kualitas air tempat hidupnya sehingga akan berpengaruh

terhadap komposisi dan kelimpahannya. Hal ini tergantung pada toleransinya terhadap

perubahan lingkungan, sehingga organisme ini sering dipakai sebagai indikator tingkat

pencemaran suatu perairan baik yang berasal dari point source pollution maupun diffuse

source pollution.

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

3.1.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Biota Air (Tanaman)

Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Biota Air (Tanaman) dilaksanakan pada tanggal 12 sampai 21 November 2013 pada pukul 15.00-selesai WITA bertempat di Laboratorium Rekayasa Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.

3.1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Biota Air (Ikan)

Praktikum Pengaruh Toksisitas Pada Biota Air (Ikan) dilaksanakan pada hari Senin,

tanggal 09 Desember 2013, pukul 16.00-17.00 WITA di Laboratorium Rekayasa

Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

3.2.1.1 Pengaruh toksisitas pada biota air (Tanaman)

1. Ember

2. Bak penampung sampel yang terbuat dari plastik bening dengan volume 1,5 liter

3. Pipet ukur 10 ml

4. Gelas ukur 100 ml

5. Botol sampel 25 ml

6. pH meter

7. Timbangan digital

8. Jerigen plastik volume 20 liter

9. Botol sampel

10. Plastik

11. Saringan

12. Alat tulis

3.2.1.2 Pengaruh toksisitas pada biota air (Ikan)

1. Aerator

2. Aquarium

3. Selang

4. Timbangan digital

5. Gelas ukur 500 ml

6. Gelas ukur 100 ml

7. Gelas erlenmeyer 100 ml

8. Pipet

9. Penggaris

10. Stopwatch

11. Baskom

12. Plastik

13. Ember

14. Baterai 3 buah

15. Alat tulis

3.2.2 Bahan

3.2.2.1 Pengaruh toksisitas pada biota air (Tanaman)

1. Limbah cair (Leachate)

2. Aquades

3. Tanaman air (Apu-apu)

4. Tisu

3.2.2.2 Pengaruh toksisitas pada biota air (Ikan)

1. Air kolam

2. Air limbah (Leachate)

3. Ikan mas hias ukuran 3-5 cm sebanyak 4 ekor

4. Pakan ikan

5. Tisu

3.3 Cara Kerja

3.3.1.1 Pengaruh toksisitas pada biota air (Tanaman)

1. Dibersihkan tanaman air dari kotoran dan tanah yang menempel pada akar.

2. Disiapkan air bersih di sebuah ember, dan disiapkan peralatan lainnya.

3. Ditanam tanaman air di air bersih (air permukaan) selama beberapa hari sebagai uji

pendahuluan dan uji aklimatisasi.

4. Dipindahkan tanaman air yang sudah diberlakukan aklimatisasi sebelumnya pada

media perlakuan. Sebelumnya, dibersihkan tanaman air dari kotoran yang melekat

terutama pada bagian akarnya.

5. Ditanam tanaman air pada limbah cair dengan konsentrasi bertingkat yaitu 0%,

25%, 50%, 75%, dan 100% dengan volume 1 liter.

6. Dilakukan pengamatan dan pengukuran terhadap pertumbuhan dan massa tanaman

air untuk mengetahui toleransinya terhadap limbah cair.

3.3.1.2 Pengaruh toksisitas pada biota air (Ikan)

1. Diberi keterangan masing-masing kan mas hias ukuran 3-5 cm (ikan 1, ikan 2, ikan

3, dan ikan 4).

2. Diukur dan diamati panjang, berat badan, respirasi, dan ciri-ciri awal masing-

masing ikan.

3. Diisi aquarium dengan air kolam sebanyak 90% dari volume sebesar 10000 ml.

4. Dimasukkan ikan tersebut ke dalam aquarium dan diberi makan.

5. Dipasang aerator untuk sirkulasi oksigen di aquarium.

6. Dilakukan masa adaptasi ini pada ikan selama 1 hari.

7. Ditambahkan air limbah ke dalamm aquarium yang berisi ikan dan air baku yang

sudah melakukan adaptasi dengan volume 10% dari volume sebesar 10000 ml.

8. Ulangi langkah ke-2 untuk melihat dampak limbah tersebut terhadap ikan-ikan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Pengaruh toksisitas pada biota air (Tanaman Apu-apu)

Tabel 4.1.1.1 Berat Tanaman

Hari ke-

Pengamatan tanaman ke-

Keterangan1 2 3 4 5

3% 6% 9% 12% 15%

0 13,4 13,9 13,3 13 13,2

1 11,5 14,0 12,4 11,9 15,7

2 14,6 14,4 14,1 6,3 8,9

3 15,5 13,2 15,2 3,9 11,6

4 12,7 10,6 11,5 - 4,6

5 13,8 8,9 11,0 - -

6 14,9 10,9 11,0 - -

7 12,5 10,2 10,4 - -

8 15,6 11,7 11,6 - -

9 15,7 12,9 10,9 - -

10 14,5 12,1 10,1 - -

Tabel 4.1.1.2 Kemampuan tanaman dalam adsorbsi

Hari ke-

Pengamatan tanaman ke-

Keterangan1 2 3 4 5

3% 6% 9% 12% 15%

0 0 0 0 0 0

1 0 0 0 0 0

2 0 3 5 4 2

3 8 6 5 5 4

4 3 2 3 3 2

5 3 2 4 3 -

6 0,4 0,4 0,3 0,3 -

7 0,4 0,5 0,4 - -

8 7,5 7,6 7,6 - -

9 0,4 0,5 0,2 - -

10 0,3 0,3 0,4 - -

Tabel 4.1.1.3 Tinggi tanaman

Hari ke-

Pengamatan tanaman ke-

Keterangan1 2 3 4 5

3% 6% 9% 12% 15%

0 8,3 8,6 9,1 8,5 8,7

1 6,5 8 7 7,5 7

2 7,8 8,5 7,8 6,5 8,2

3 8,7 8,6 7,8 6,9 8,4

4 8,8 8,6 8,7 6,9 8,5

5 9,5 8,9 9,1 - -

6 8,9 7,5 8,2 - -

7 8,5 8,7 9,5 - -

8 8,0 7,2 7,5 - -

9 9,1 9,2 10 - -

10 3,4 2,7 2,8 - -

Tabel 4.1.1.4 pH

Hari ke-

Pengamatan tanaman ke-

Keterangan1 2 3 4 5

3% 6% 9% 12% 15%

0 6,49 6,59 6,56 6,60 6,67

1 6,17 6,34 6,45 6,58 6,6

2 6,13 6,20 6,44 6,60 6,62

3 6,18 6,17 6,38 6,56 6,67

4 6,25 6,25 6,3 6,57 6,78

5 6,14 6,11 6,29 6,57 6,57

6 6,07 6,2 6,36 6,64 6,82

7 6,04 5,95 6,32 - -

8 5,96 6,10 6,34 - -

9 6,28 6,28 6,37 - -

10 6,82 6,29 6,59 - -

Tabel 4.1.1.5 Jumlah daun

Hari ke-

Pengamatan tanaman ke-

Keterangan1 2 3 4 5

3% 6% 9% 12% 15%

0 16 16 13 17 15

1 16 16 13 17 15

2 16 16 12 12 12

3 16 15 11 7 10

4 16 12 10 7 8

5 16 11 10 - -

6 22 16 12 - -

7 29 26 20 - -

8 31 29 34 - -

9 32 34 30 - -

10 32 26 29 - -

Tabel 4.1.1.6 Volume air yang ditambahkan pada wadah tanaman

Hari ke-

Pengamatan tanaman ke-

Keterangan1 2 3 4 5

3% 6% 9% 12% 15%

0 0 0 0 0 0

1 0 0 0 0 0

2 40 50 68,8 44,9 51,7

3 75 39 0 41 54,6

4 25,5 22 43,2 31,7 0

5 33 29 38 - -

6 16,8 43 19,3 - -

7 32 14,5 25 - -

8 22,4 5,4 32 - -

9 35,5 53,3 0 - -

10 - - - - -

4.1.2 Pengaruh toksisitas pada biota air (Ikan Mas Hias)

Tabel 4.1.2.1 Ciri-ciri ikan

Hari ke-

Pengamatan Ikan Ke-

Keterangan1 2 3 4

0 11 cm 10,5 cm 10,2 cm 10,3 cm Ikan 1 : Ada

bercak hitam di

punggungnya

dan warna agak

bening.

Ikan 2 : Warna

oranye di bagian

ekor dan warna

bening di bagian

badan sampai

kepala.

Ikan 3 : Bagian

tengah badan

ikan berwarna

bening dan

bagian ekor

serta punggung

berwarna oranye

(loreng-loreng).

Ikan 4 : Di

bagian tengah

badan ada sedik

warna bening

dan bagian

lainnya oranye

pekat. Masing-

masing ikan

memiliki insang

berwarna merah.

1 10,8 cm 10,6 cm 10,1 cm 10 cm Masing-masing

ikan aktif, dan

setelah diberi

lindi masing-

masing ikan

mabuk dan

setelah 30 menit

kemudian ikan

mati.

2 - - - - -

3 - - - - -

4.1.2.2 Tabel Respirasi

Hari ke-

Pengamatan Ikan Ke-

Keterangan1 2 3 4

0 115 132 98 99 Pada hari uji

aklimatisasi

masing-

masing ikan

masih aktif

dan

respirasi

normal.

1 106 101 99 102 Ikan masih

aktif dan

setelah

diberi lindi

ikan mabuk

dan

kemudian

mati.

2 - - - - -

3 - - - - -

Tabel 4.1.2.3 Berat badan

Hari ke-

Pengamatan Ikan Ke-

Keterangan1 2 3 4

0 10,4 gram 9,9 gram 6,9 gram 6,3 gram Berat badan

minimum

yaitu ikan 4

sebesar 6,3

gram dan

berat

maksimum

yaitu ikan 1

sebesar 10,4

gram.

1 18,6 gram 17,5 gram 13,5 gram 12,2 gram Setelah uji

aklimatisasi

ikan diberi

makan, berat

badan

masing-

masing ikan

meningkat

drastis. Berat

minimumada

di ikan 4

sebesar 12,2

gram dan

berat

maksimum

ada di ikan 1

sebesar 18,6

gram.

2 - - - - -

3 - - - - -

4.2 Grafik

4.2.1 Grafik Pertumbuhan Tanaman Apu-apu

Hari ke-

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 100

1020304050607080

Grafik Berat Tanaman

Pengamatan tanaman ke- Series2Series3 Series4Series5 Series6

Grafik 4.2.1.1 Berat Tanaman

Hari ke-

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 100

5

10

15

20

25

30

Kemampuan tanaman dalam adsorbsi

Pengamatan tanaman ke- Series2Series3 Series4Series5 Series6

Grafik 4.2.1.2 Kemampuan tanaman dalam mengabsorbsi air limbah

Hari ke-

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1005

101520253035404550

Tinggi Tanaman

Pengamatan tanaman ke- Series2Series3 Series4Series5 Series6 Grafik 4.2.1.3 Tinggi Tanaman

Hari ke-

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10012345678

pH

Pengamatan tanaman ke- Series2Series3 Series4Series5 Series6

Grafik 4.2.1.4 pH

Hari ke-

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 100

20

40

60

80

100

120

Jumlah Daun

Pengamatan tanaman ke- Series2Series3 Series4Series5 Series6

Grafik 4.2.1.5 Jumlah Daun

Hari ke-

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 100

1020304050607080

Volume air yang ditambahkan pada wadah tanaman

Pengamatan tanaman ke- Series2Series3 Series4Series5 Series6

Grafik 4.2.1.6 Volume air yang ditambahkan pada wadah tanaman

4.2.2 Pengaruh toksisitas pada biota air (Ikan Mas Hias)

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.50

20

40

60

80

100

120

140

Grafik Respirasi

Pengamatan Ikan Ke- Series4Series6 Series8

Grafik 4.2.2.1 Grafik Respirasi

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.50

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

4

0 0 0 0

3

0 0 0 0

2

0 0 0 0

1

0 0 0 0

Grafik Berat Badan Ikan

Pengamatan Ikan Ke-Series4Series6Series8

Grafik 4.2.2.2 Grafik Berat Badan Ikan

4.3 Pembahasan

Penurunan populasi biota air membawa kerugian yang sangat besar. Kerugian secara

langsung adalah berkurangnya sumber mata pencaharian bagi sebagian besar orang

sedangkan kerugian secara tidak langsung adalah keseimbangan ekosistem menjadi

terganggu. Beberapa polutan berbahaya bagi biota air adalah nutrien tumbuhan, limbah

yang membutuhkan oksigen, minyak, sedimen dan panas.

Pengamatan pada tanaman apu-apu dilakukan 10 hari berturut-turut untuk menguji

apakah tanaman air tersebut dapat tumbuh dengan baik pada air limbah (Leachate).

Pada hari pertama tanaman diaklimatisasi gunannya untuk membersihkan akar tanaman

air oleh tanah yang menempel agar dalam proses penyerapan air limbah mendapatkan

hasil yang maksimal, lalu wadah yang telah diberi perlakuan dengan konsentrasi limbah

yang berbeda-beda diamati pada konsentarasi 3%, konsentrasi 6%, konsentrasi 9%,

konsentrasi 12%, dan pada konsentrasi 15%.

Kondisi pH secara keseluruhan tanaman mendekati netral. Pada penyerapan air limbah

itu sendiri berdasarkan grafik yang terlihat maka berbanding lurus dengan tingkat

pengenceran jadi, otomatis banyaknya pengenceran menggunakan akuades sangatlah

dipengaruhi oleh seberapa banyak kangkung tersebut menyerap air.

Pertumbuhan tanaman setiap harinya sangat signifikan terlihat hanya tanaman pada

konsentrasi 12% dan 15% limbah yang mati. Hal ini membuktikan bahwa tanaman air

apu-apu dapat tumbuh pada air limbah.

Pada praktikum ini menggunakan biota air yaitu ikan mas hias yang nantinya akan

diamati berat badan, panjang badan, dan respirasinya. Ikan dimasukkan dalam aquarium

yang telah diberi perlakuan 9 liter air kolam teknik dan 1 liter limbah leachate diberi

aerator lalu ikan diberi pakan.

Berdasarkan pengamatan ikan di hari pertama ikan diberi masa adaptasi lalu diberi

limbah. Berdasarkan grafik pertumbuhan ikan pada air limbah terlalu mempengaruhi

karena ikan tidak dapat menyesuaikan terhadap kondisi limbah.

Lindi (Leachate) adalah cairan yang timbul sebagai limbah akibat masuknya air

eksternal ke dalam timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi terlarut,

termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis. Kuantitas dan kualitas

leachate sangat bervariasi dan berfluktuasi.

Salah satu dampak yang ditimbulkan leachate adalah terjadinya pencemaran air tanah

karena leachate. Sebagaimana kita ketahui, pencemaran air tanah adalah berubahnya

tatanan air di bawah permukaan tanah oleh kegiatan manusia atau proses alam yang

mengakibatkan mutu air tanah turun sampai ke tingkat tertentu sehingga tidak lagi

sesuai dengan peruntukkannya. Pencemaran air tanah pada saat ini sudah sedemikian

kronis, terutama karena kegiatan industri dan peningkatan jumlah penduduk dan

urbanisasi ke beberapa kota besar.

Menurunnya kualitas air tanah dapat karena kontaminasi yang bersumber dari

pembuangan atau penimbunan sampah padat, pembuangan air kotor maupun karena

aktivitas pertanian. Jika sampah dibuang atau ditimbun pada suatu tempat dengan

menggunakan cara pembuangan atau penimbunan yang keliru maka kontaminasi atau

pengotoran air tanah dapat tejadi.

Suatu timbunan sampah padat tidak hanya disusun oleh komponen  komponen padat

saja, tetapi terkandung pula cairan sampah yang disebut lindian (leachate). Lindian ini

mengandung unsur-unsur kimia, baik zat  organik maupun anorganik dan sejumlah

bakteri patogen atau parasitik, sehingga bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan

manusia. Pada daerah dengan curah hujan tinggi, lindian menjadi lebih mudah terbentuk

dan jumlahnya akan menjadi banyak. Kontaminasi atau pengotoran air tanah akan

terjadi bila lindian masuk dalam air tanah.

Dari studi menggunakan hewan atau pengamatan keracunan pada manusia disimpulkan

bahwa sifat keberbahayaan, dan insiden timbulnya efek toksik dipengaruhi oleh banyak

faktor baik eksogen maupun endogen. Beberapa faktor yang berpengaruh tersebut

antara lain:

a. Spesies dan Strain

Perbedaan kepekaan antar spesies atau strain terhadap efek toksik suatu zat

mungkin dipengaruhi oleh perbedaan kecepatan absorbsi, metabolisme

(detoksifikasi), dan eksresi terhadap zat tersebut. Dalam beberapa kasus, nilai LD50

dari studi pada hewan jika ditransformasikan terhadap manusia, nilainya dapat

underestimate atau overestimate. Sebagai contoh nilai LD50 dari etilenglikol pada

beberapa hewan uji berkisar 4,7-7,5 g/kg dan untuk metanol 5,63-7,7 g/kg.

Ternyata zat tersebut relatif lebih potensial toksik terhadap manusia dengan nilai

LD50 sekitar 0,5-1,0 g/kg.

b.      Umur

Umur secara signifikan berpengaruh terhadap toksisitas dari beberapa zat,

kemungkinan besar karena adanya perbedaan kapasitas metabolism dan eksresi

terhadap zat tersebut.dari analisa data yang ada, nilai LD50 mamalia dewasa ( LD50

mamalia dewasa dibagi LD50 neonatal) bervariasi nilainya dari 0,02 (amidephrine)

sampai 75 (digoksin).

c.       Status Gizi

Status gizi atau makanan mungkin mempengaruhi kofaktor (enzim) dan mekanisme

biotransformasi yang berkaitan dengan ADME dan toksisitas suatu zat sebagai

contoh kondisi diet dengan jelas berpengaruh pada timbulnya tumor pada hewan.

Studi efek neurobehavioural dari akrilamid pada pada tikus selama kehamilan

intensitas toksik yang lebih besar terjadi pada tikus yang mengalami defisiensi

protein. Hal ini terjadi karena difisiensi protein menyebabkan berkurangnya

reseptor dopamine dan benzodiazepine secara signifikan padahal, reseptor tersebut

merupakan tempat ikatan dari akrilamid.

Makanan juga berpengaruh pada nilai dan desain uji toksisitas akut. Toksisitas

suatu zat akan lebih besar pada hewan yang dipuasakan. Hal ini mungkin terjadi

karena pada hewan yang dipuasakan terjadi percepatan pengosongan lambung,

sehingga absorpsi obat dan zat kebanyakan terjadi di intestinal, antara lain

disebabkan luas penampangnya yang jauh lebih besar dibandingkan lambung.

d.      Jalur Pemberian

Jalur pemberian suatu zat dapat berpengaruh terhadap nilai LD50. Hal ini

dikarenakan jalur pemberian secara intra vena nilai LD50 dari suatu zat lebih rendah

dibandingkan dengan nilai LD50 dari suatu zat yang diberikan secara oral.

e. Lain-lain

Masih banyak faktor lain yang berpengaruh pada toksisitas suatu zat, seperti

kondisi kandang, penanganan, volume dosis, variasi besar dosis yang dipilih, dan

kondisi aklimatisasi. Faktor-faktor di ataslah yang mungkin menghasilkan

perbedaan nilai hasil uji, misalnya LD50 antar laboratorium.

Faktor kesalahan selama praktikum pada uji pengaruh toksisitas limbah pada biota air

(tanaman) adalah: pertama, pada saat tanaman ditiriskan menggunakan saringan dalam

waktu yang sebentar dapat menimbulkan hasil pengukuran yang tidak akurat karena

tanaman masih basah/tidak benar-benar kering. Kedua, kesalahan dalam pembacaan

pengukuran tinggi dan jumlah daun tanaman karena praktikan kurang teliti. Ketiga,

Pada saat pengenceran dilakukan hanya sampai pada garis yang telah ditentukan,

seharusnya air diperlakuan atau ditaruh pada gelas ukur 1000 ml agar data yang dapat

yang didapatkan lebih akurat atau maksimal. Keempat, Pengamatan pertumbuhan

tanaman juga dipengaruhi oleh daun yang jatuh pada wadah limbahnya. Pada akhirnya

data yang didapat juga tidak maksimal. Kelima, Pada saat pembuatan rumah kaca tidak

maksimal dikarenakan keterbatasan alat, dan persiapan yang tidak matang maka pada

saat pengamatan hasil yang didapatkan juga tidak maksimal.

Faktor kesalahan selama praktikum pada uji pengaruh toksisitas limbah pada biota air

(ikan) adalah: pertama, pada saat penimbangan berat badan ikan juga harus teliti agar

ikan tidak terbanting, hal ini juga mempengaruhi hasil yang didapatkan dalam

praktikum. Kedua, agar mudah membedakan ikan secara fisik harus diberikan perlakuan

khusus contohnya satu wadah khusus untuk satu ikan pada saat perhitungan respirasi

agar memudahkan kita membedakan ikan yang akan diamati. Ketiga, Pengambilan

sampel air kolam harus bersih dari ranting-ranting yang ada dalam didasar permukaan

air, hal ini juga dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Keempat, wadah yang

disiapkan harus lebih besar agar ikan tidak loncat atau pada atas aquarium diberi

penutup agar ikan tidak dapat keluar, hal ini dapat mempengaruhi hasil yang didapat.

Kelima, praktikan kurang memahami cara kerja pada saat praktikum sehingga tidak

sesuai dengan cara kerja yang seharusnya.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Aklimatisasi adalah proses pengadaptasian organisme dari suatu keadaan

lingkungan (asalnya) ke suatu keadaan lingkungan baru yang kondisi fisik dan

kimianya berbeda dengan lingkungan asalnya, atau suatu istilah yang digunakan

untuk menggambarkan respon kompensasi dari suatu organisme terhadap

perubahan beberapa faktor lingkungan. Aklimatisasi ini bertujuan agar organisme

yang dipindahkan ke lingkungan baru yang dimaksud dapat mengadaptasikan

dirinya. Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui batas toleransi

tumbuhan/ikan terhadap konsentrasi limbah cair tertentu agar dapat hidup dengan

baik.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas yaitu faktor eksogen dan faktor

endogen.

3. Lindian (leachate) mengandung unsur-unsur kimia, baik zat  organik maupun

anorganik dan sejumlah bakteri patogen atau parasitik, sehingga bersifat racun dan

berbahaya bagi kesehatan makhluk hidup, termasuk manusia.

5.2 Saran

1. Untuk praktikum selanjutnya diharapkan menggunakan limbah cair yang lain.

Contohnya limbah tekstil, limbah laundry, dan limbah tahu.

2. Untuk praktikum selanjutnya agar dapat menggunakan jenis tanaman air yang

berbeda. Contohnya teratai.

3. Untuk praktikum selanjutnya agar dapat menggunakan jenis ikan yang berbeda.

Contohnya ikan gabus dan ikan seluang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius: Yogyakarta

2. Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi. Universitas Muhammadiyah: Malang

3. Warlina, Lina. 2004. Pencemaran Air : Sumber Dampak dan Penanggulangannya.

Institut Pertanian Bogo: Bogor