Tugas Kimia Air Makanan Dan Minuman Perbedaan Detergen Dan Sabun
-
Upload
marzela-riyaya-safitri -
Category
Documents
-
view
97 -
download
9
description
Transcript of Tugas Kimia Air Makanan Dan Minuman Perbedaan Detergen Dan Sabun
TUGAS KIMIA ANALISIS AIR MAKANAN DAN
MINUMAN
Disusun Oleh :
1. Jayanti Praharsari P07134112063
2. Kurnia Ifah N. W P07134112064
3. Lulut Septiarini P07134112065
4. Magdalena Lawing P07134112066
5. Marzela Riyaya S. P07134112067
6. Meiliana Suryandari P07134112068
7. Meliana Indrawati P07134112069
8. Merlin Herofianti P07134112070
9. Murti Zulfan Rusadi P07134112071
10. Normalita Nugrohowati P07134112072
11. Nurma Ayunita P07134112073
Semester/ Kelas : III/ Reguler B
Pembimbing : Tim Kimia Amami
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2012/2013
PENDAHULUAN
A. Deterjen
Definisi Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun,
deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak
terpengaruh oleh kesadahan air. Detergen merupakan garam Natrium dari asam sulfonat.
Detergen sudah sangat akrab di kehidupan kita, terutama bagi ibu rumah tangga. Detergen
digunakan untuk mencuci pakaian. Untuk menyempurnakan kegunaannya, biasanya pabrik
menambahkan Natrium Perborat, pewangi, pelembut, Naturium Silikat, penstabil, Enzim, dan
zat lainnya agar fungsinya semakin beragam. Tapi diantara zat-zat tersebut ada yang tak bisa
dihancurkan/dilarutkan oleh mikroorganisme sehingga otomatis menyebabkan pencemaran
lingkungan. Apabila air yang mengandungi detergen dibuang ke dalam air, tercemarlah air
dan pertumbuhan Alga yang sangat cepat. Hal ini akan menyebabkan kandungan oksigen
dalam air berkurangan dan otomatis ikan, tumbuhan laut, dan kehidupan air lainnya mati.
Selain itu limbah Detergen juga menyebabkan pencemaran tanah yang menurunkan kualitas
kesuburan tanah yang mengakibatkan tanaman serta hidupan tanah termasuk cacing mati.
Padahal cacing bisa menguraikan limbah organik, non organik & menyuburkan tanah.
Bahan utamanya ialah garam natrium yaitu asam organik yang dinamakan asam sulfonik.
Asam sulfonik yang digunakan dalam pembuatan detergen merupakan molekul berantai
panjang yang mengandungi 12 hingga 18 atom karbon per molekul.
Detergen pertama disintesis pada tahun 1940-an, yaitu garam natrium dari alkyl hydrogen
sulfat. Alkohol berantai panjang dibuat dengan cara penghidrogenan lemak dan minyak.
Alkohol berantai panjang ini direaksikan dengan asam sulfat menghasilkan alkil hydrogen
sulfat yang kemudian dinetralkan dengan basa.
Natrium lauril sulfat adalah detergen yang baik. Karena garamnya berasal dari asam kuat,
larutannya hampir netral. Garam kalsium dan magnesiumnya tidak mengendap dalam
larutannya, sehingga dapat dipakai dengan air lunak atau air sadah. Pada masa kini, detergen
yang umum digunakan adalah alkil benzenasulfonat berantai lurus. Pembuatannya melalui
tiga tahap. Alkena rantai lurus dengan jumlah karbon 14-14 direaksikan dengan benzena dan
katalis Friedel-Craft (AlCl3 atau HF) membentuk alkil benzena. Sulfonasi dan penetralan
dengan basa melengkapi proses ini.
B.Sabun
Definisi Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena
sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada
sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif
mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang,
deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan.
Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat
diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau
kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan
saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran
tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti
minyak zaitun.
I. PEMBAHASAN
A. Pengertian deterjen dan sabun
Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi.
Sabun adalah suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi.
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah (misalnya
NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol.
Reaksi pertama :
Lemak + NaOH Hidrolisa mendidih Gliserol + Asam lemak
Reaksi kedua :
3RCOOH + NaOH Penyabunan RCOONa + H2O
Selain C12 dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat.
B. Klasifikasi deterjen dan sabun berdasarkan struktur kimia
1. Detergen
a. Klasifikasi Deterjen Berdasarkan Kandungan Gugus Aktif yang Terkandung
1) Detergen jenis keras
Detergen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme
meskipun bahan tersebut dibuang akibatnya zat tersebut masih aktif.
Jenis inilah yang menyebabkan pencemaran air.
Contoh: Alkil Benzena Sulfonat (ABS).
Proses pembuatan ABS ini adalah dengan mereaksikan Alkil
Benzena dengan Belerang Trioksida, asam Sulfat pekat atau Oleum.
Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil
Benzena maka persamaan reaksinya adalah:
C6H5C12H25 + SO3 → C6H4C12H25SO3H (Dodekil Benzena
Sulfonat)
Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga
dihasilkan Natrium Dodekil Benzena Sulfonat.
2) Detergen jenis lunak
Detergen jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya
mudah dirusak oleh mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah
dipakai .Contoh: Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat. (LAS).
Proses pembuatan (LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril
Alkohol dengan asam Sulfat pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat
dengan reaksi:
C12H25OH + H2SO4 → C12H25OSO3H + H2O
Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH
sehingga dihasilkan Natrium Lauril Sulfat.
b. Klasifikasi detergen berdasarkan muatannya dibedakan menjadi :
1) Deterjen Anion
Deterjen bermuatan negatif yang berasal dari gugus alkil sulfat seperti
alkil benzen sulfonat.
2) Deterjen Kation
Deterjen bermuatan positif yang berasal dari gugus amonia. Umumnya
digunakan untuk germisida pada rumah sakit, sampo, dan pembilas
baju.
3) Deterjen Nonionik
Deterjen bermuatan netral, umumnya dipakai untuk pencuci piring dan
berbusa sedikit dibanding dengan deterjen ionik lainnya. Mempunyai
gugus polar yaitu gugus alkohol dan ester serta non polar yaitu rantai
hidrokarbon yang panjang.
2. Sabun
Berdasarkan bentuknya, sabun ada 3 macam:
a. Sabun Natron (sabun keras)
Adalah garam natrium asam lemak seperti pada contoh reaksi kimia :
C17H35COOH + Na(OH) → C17H35COONa + H2O
Asam stearat basa sabun
b. Sabun lunak
adalah garam kalium asam lemak yang diperoleh dari reaksi asam
lemak dengan basa K(OH). Sabun lemak diberi pewarna yang menarik
dan pewangi (parfum) yang enak serta bahan antiseptic seperti pada
sabun mandi.
c. Sabun Toilet
Sabun yang bahan dasarnya garam kalium dengan penambahan
parfum dan zat aditif.
C. Sifat- sifat Detergen dan Sabun
1. Detergen
a. Dalam air akan mengalami ionisasi membentuk komponen bipolar aktif
(terbentuk pada ujung dodecylbenzen-sulfonat ) yang akan mengikat ion Ca
dan ion Mg pada air sadah.
b. Untuk dapat membersihkan kotoran dengan baik, deterjen diberi bahan
pembentuk yang bersifat alkalis. Contoh : natrium tripoliposfat.
c. Dapat membersihkan pada air sadah.
2. Sabun
a. Bersifat basa NaOH karena terjadi hidrolisis sebagian,
b. sabun menyatukan air dan minyak.
Sabun + air larutan koloid.
c. Dalam air terlarut secara koloidal dan bersifat surfaktan yang terdiri dari
molekul yang suka air (hidrofil) dan hidrofob.
d. Larutan sabun membentuk anion dari alkil karboksilat, yang aktif sebagai
pencuci (ZAP), mempunyai sifat membersihkan karena dapat
mengemulsikan kotoran yang melekat pada badan atau pakaian.
e. Sabun dengan air sadah tidak dapat membentuk busa, tidak dapat
membersihkan pada air sadah, tapi dalam air sadah mengandung Ca dan
Mg berlebih sehingga akan membentuk endapan sebagai sabun kalsium /
natrium :
2(C17H35COONa) + CaSO4 → ↓(C17H35COO)2Ca + Na2SO4
f. Sabun larut dalam alcohol dan sedikit larut dalam pelarut lemak.
g. Dalam asam, sabun akan terhidrolisa menjadi asam lemak kembali
RCOONa + HCl RCOOH + NaCl.
h. Hidrolisis dalam air bersifat alkai dan terbentuk molekul RCOONa,
RCOOH, dan ion-ion RCOOH-, OH-, NA+
Panjang rantai alkil akan mempengaruhi sifat fisik sabun seperti derajat hidrolisa,
suhu titer, dan titik keruh. Sabun jumlah C-nya 14,15, dan 17
No
.
Pembeda Detergen Sabun
1. Komposisi Terbuat dari senyawa kimia
alkil benzene sulphonate /
sulfionat (ABS)
Terbuat dari garam dari asam /alkali
karboksilat ( asam alkanoat ). Yang
memiliki struktur umum CnH2nO2,
contohnya cuka, C2H4O.
Sabun adalah Garam natrium atau
kalium dari asam lemak yang dapat
diturunkan dari minyak atau lemak
dengan direaksikan dengan alkali
(seperti natrium atau kalium
hidroksida) pada suhu 80–100 °C
melalui proses saponifikasi.
2. Kegunaan Penghilang kotoran berupa
minyak dengan cara
mengemulsi lemak, minyak
digunakan untuk membersihkan
suatu produk yang berhubungan
langsung dengan kulit manusia
3. Keunggulan a. Daya cuci lebih baik,
lebih murah, dan tidak
terpengaruhi kesadahan
air.
b. Sukar terdegradasi oleh
bakteri pengurai.
c. Molekul detergen tidak
bereaksi dengan ion Ca2+
dan ion Mg2+.sehingga
dapat membersihkan/
mencuci pada air sadah.
a. Molekul sabun lebih mudah
terdegradasi oleh bakteri
pengurai.
b. Tidak bisa dipakai untuk
mencuci dalam air sadah, karena
sabun akan bereaksi dengan ion
Ca2+ dan Mg2
4. Dampak Surfaktan dapat
negatif menyebabkan kulit kasar,
bersifat toksik jika tertelan,
non biodegradable
D. Deterjen dan sabun termasuk non biodegradable
Deterjen dan sabun termasuk non biodegradable karena senyawa Alkil
Benzene Sulphonat yang terkandung dalam deterjen mempunyai tingkat
biodegradable yang sangat rendah. dalam pengolahan limbah konvesional, ABS tidak
dapat diurai sekitar 50% bahan aktif ABS lolos dari pengolahan dan masuk dalam
sistem pembuangan. hal ini dapat menimbulkan masalah keracunan pada biota air
dan penurunan kualitas air.
E. Efek Deterjen dan Sabun
1. Efek Terhadap Lingkungan
Bahan buangan berupa sabun dan deterjen di dalam air lingkungan akan
mengganggu karena alasan berikut :
a. Larutan sabun akan menaikkan pH air sehingga dapat menggangg kehidupan
organisme di dalam air. Deterjen yang menggunakan bahan non-Fosfat akan
menaikkan pH air sampai sekitar 10,5-11.
b. Bahan antiseptic yang ditambahkan ke dalam sabun/deterjen juga mengganggu
kehidupan mikro organisme di dalam air, bahkan dapat mematikan
c. Ada sebagian bahan sabun atau deterjen yang tidak dapat dipecah (didegradasi)
oleh mikro organisme yang ada di dalam air. Keadaan ini sudah barang tentu
akan merugikan lingkungan.
2. Dampak Pencemaran Air
Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air
minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan
ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam dsb.
Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat dari kegiatan pertanian
telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali yang disebut
eutrofikasi (eutrofication). Ledakan pertumbuhan tersebut menyebabkan oksigen
yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi
berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisinya menyedot lebih
banyak oksigen. Akibatnya ikan akan mati dan aktivitas bakteri akan menurun.
Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori (KLH,
2004)
- dampak terhadap kehidupan biota air
- dampak terhadap kualitas air tanah
- dampak terhadap kesehatan
- dampak terhadap estetika lingkungan
a. Dampak terhadap kehidupan biota air
Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan
menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan
mengakibatkan kehidupan dalam air yang membutuhkan oksigen
terganggu serta mengurangi perkembangannya. Selain itu kematian dapat
pula disebabkan adanya zat beracun yang juga menyebabkan kerusakan
pada tanaman dan tumbuhan air.
Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara
alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan
air limbah menjadi sulit terurai. Panas dari industri juaga akan membawa
dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak didinginkan
dahulu.
b. Dampak terhadap kualitas air tanah
Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal
coliform telah terjadi dalam skala yang luas, hal ini telah dibuktikan oleh
suatu survey sumur dangkal di Jakarta. Banyak penelitian yang
mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut.
c. Dampak terhadap kesehatan
Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara
lain :
air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen
air sebagai sarang insekta penyebar penyakit
jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia
bersangkutan tak dapat membersihkan diri
air sebagai media untuk hidup vector penyakit
Ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori water-borne
diseases, atau penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak
terdapat di daerah-daerah. Penyakit-penyakit ini dapat menyebar bila
mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan jenis
mikroba yang dapat menyebar lewat air antara lain, bakteri, protozoa dan
metazoa.
Tabel : Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agennya
Agen Penyakit
Virus
Rotavirus Diare pada anak
Virus Hepatitis A Hepatitis A
Virus Poliomyelitis Polio (myelitis anterior acuta)
Bakteri
Vibrio cholerae Cholera
Escherichia Coli Diare/Dysenterie
Enteropatogenik
Salmonella typhi Typhus abdominalis
Salmonella paratyphi Paratyphus
Shigella dysenteriae Dysenterie
Protozoa
Entamuba histolytica Dysentrie amoeba
Balantidia coli Balantidiasis
Giarda lamblia Giardiasis
Metazoa
Ascaris lumbricoides Ascariasis
Clonorchis sinensis Clonorchiasis
Diphyllobothrium latum Diphylobothriasis
Taenia saginata/solium Taeniasis
Schistosoma Schistosomiasis
Sumber : KLH, 2004
d. Dampak terhadap estetika lingkungan
Dengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang ke lingkungan
perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya
ditandai dengan bau yang menyengat disamping tumpukan yang dapat
mengurangi estetika lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga
dapat mengurangi estetika. Selain bau, limbah tersebut juga menyebabkan
tempat sekitarnya menjadi licin. Sedangkan limbah detergen atau sabun
akan menyebabkan penumpukan busa yang sangat banyak. Inipun dapat
mengurangi estetika.
F. Penetapan Kadar Deterjen dan Sabun
1. Penentuan Surfaktan dengan Metilen Biru
Metode ini membahas tentang perpindahan metilen biru yaitu larutan
kationik dari larutan air ke dalam larutan organik yang tidak dapat campur dengan
air sampai pada titik jenuh (keseimbangan). Hal ini terjadi melalui formasi
(ikatan) pasangan ion antara anion dari MBAS (methylene blue active substances)
dan kation dari metilen biru. Intensitas warna biru yang dihasilkan dalam fase
organik merupakan ukuran dari MBAS (sebanding dengan jumlah surfaktan).
Surfaktan anion adalah salah satu dari zat yang paling penting, alami dan
sintetik yang menunjukkan aktifitas dari metilen biru. Metode MBAS berguna
sebagai penentuan kandungan surfaktan anion dari air dan limbah, tetapi
kemungkin adanya bentuk lain dari MBAS (selain interaksi antara metilen biru
dan surfaktan anion) harus selalu diperhatikan. Metode ini relatif sangat
sederhana dan pasti. Inti dari metode MBAS ini ada 3 secara berurutan yaitu:
Ekstraksi metilen biru dengan surfaktan anion dari media larutan air ke dalam
kloroform (CHCl3) kemudian diikuti terpisahnya antara fase air dan organik dan
pengukuran warna biru dalam CHCl3 dengan menggunakan alat spektrofotometri
pada panjang gelombang 652 nm (Franson, 1992). Batas deteksi surfaktan anion
menggunakan pereaksi pengomplek metilen biru sebesar 0,026 mg/L, dengan
rata-rata persen perolehan kembali 92,3% (Rudi dkk., 2004).
2. Analisis Spektrofotometri pada Metode MBAS
Spektrometri merupakan metode pengukuran yang didasarkan pada
interaksi radiasi elektromagnetik dengan partikel, dan akibat dari interaksi
tersebut menyebabkan energi diserap atau dipancarkan oleh partikel dan
dihubungkan pada konsentrasi analit dalam larutan.
Prinsip dasar dari spektrofotometri UV-Vis adalah ketika molekul
mengabsorbsi radiasi UV atau visible dengan panjang gelombang tertentu,
elektron dalam molekul akan mengalami transisi atau pengeksitasian dari tingkat
energi yang lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi dan sifatnya
karakteristik pada tiap senyawa. Penyerapan cahaya dari sumber radiasi oleh
molekul dapat terjadi apabila energi radiasi yang dipancarkan pada atom analit
besarnya tepat sama dengan perbedaan tingkat energi transisi elektronnya
(Rudi,2004).
Metilen biru digunakan untuk uji coba bahan pewarna organik. Bahan
pewarna organik yang berwarna biru tua ini, akan menjadi tidak berwarna apabila
oksigen pada sampel (air yang tercemar yang sedang dianalisis) telah habis
dipergunakan (Mahida, 1981).
Surfaktan anion bereaksi dengan warna biru metilen membentuk pasangan
ion baru yang terlarut dalam pelarut organik, intensitas warna biru yang terbentuk
diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 652 nm. Serapan
yang diukur setara dengan kadar surfaktan anion (Anonim, 2009).
a. Prosedur Kerja
1) Pembuatan Kurva Kalibrasi
a) Larutan induk detergent diambil sebanyak 0, 250, 500, 750 dan 1000
mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 500 mL, ditambahkan air
suling hingga tanda tera, kemudian diaduk hingga homogen.
Diperoleh kadar 0,00; 0,2; 0,4; 1,0; 1,2 dan 2,0 mg/L MBAS.
b) Larutan baku diambil dengan volum masing – masing 100 mL dan
dimasukkan ke dalam corong pemisah 30 mL.
c) Ditambahkan larutan biru methylene sebanyak 25mL.
d) Ditambahkan 10 mL CHCl3 , digojog kuat – kuat selama 30 detik ,
sekali kali buka tutup corong untuk mengeluarkan gas.
e) Didiamkan hingga terjadi pemisahan fase, corong pemisah digoyang
perlahan – lahan, jika terbentuk emulsi, tambahkan sedikit isopropil
alkohol (10 mL), lapisan bawah (CHCl3) dikeluarkan dan ditampung
dalam corong pemisah lain.
f) Ekstraksi diulangi seperti butir 4 dan 5 sebanyak 2 kali dan larutan
ekstrak digabung dengan larutan ekstrak pada butir 5.
g) Ditambahkan 50 mL larutan pencuci ke dalam larutan ekstrak
(kloroform gabungan) dan digojog kuat – kuat selama 30 detik.
h) Didiamkan sampai terjadi pemisahan fase, corong digoyangkan
perlahan – lahan, lapisan bawah (Chloroform) dikeluarkan melalui
serabut kaca, dimasukkan ke dalam labu ukur (jaga agar lapisan air
tidak terbawa).
i) Ekstraksi diulangi terhadap larutan pencuci dengan kloroform seperti
butir 4 dan 5 sebanyak 2 kali.
j) Serabut kaca dicuci dengan kloroform sebanyak 5 mL dan digabung
dengan larutan ekstrak diatas.
k) Larutan ekstrak dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL dan
ditambahkan kloroform sampai tanda tera.
l) Larutan ekstrak dimasukkan kedalam cuvet pada alat
spektrofotometer , dibaca dan dicatat absorbansinya pada panjang
gelombang 652 nm, pembacaan dilakukan tidak lebih dari 3 jam
setelah ektraksi.
m) Apabila perbedaan hasil pengukuran serapan masuk secara duplo
lebih besar dari 2% periksa alat dan ulangi pekerjaan dari langkah
awal, apabila lebih kecilatau sama dengan 2% , rata – ratakan hasil.
n) Kurva kalibrasi dibuat dari data 13 dan ditentukan persamaan
garisnya.
2) Prosedur Uji Kadar Surfaktan
a) Sampel diambil masing – masing 100 mL dan dimasukkan ke dalam
corong pemisah 500 mL.
b) Ditambahkan larutan biru methylene sebanyak 25 mL.
c) Ditambahkan 50 mL kloroform , digojog kuat – kuat selama 30 detik ,
sekali kali buka tutup corong untuk mengeluarkan gas.
d) Didiamkan hingga terjadi pemisahan fase, corong pemisah
digoyangkan perlahan – lahan.
e) Ditambahkan 50 mL larutan pencuci ke dalam larutan ekstrak
(kloroform gabungan) dan digojog kuat – kuat selama 30 detik.
f) Didiamkan sampai terjadi pemisahan fase, digoyang perlahan –
lahan , lapisan bawah (kloroform) dikeluarkan melalui serabut kaca,
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL (jaga agar lapisan air tidak
terbawa).
g) Larutan ekstrak dimasukkan ke dalam kuvet pada alat
spektrofotometer , dibacan dan dicatat absorbansinya pada panjang
gelombang 652 nm, pembacaan dilakukan tidak lebih dari 3 jam
setelah ektraksi.