laporan fisiologi biota air

24
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BIOTA AIR ANESTESI DAN PEMBEDAHAN NAMA : ASRIANI STAMBUK : L221 12 267 KELOMPOK : IX (SEMBILAN) ASISTEN :1. ASIAH ZAHRAH ZAINUDDIN 2. JUNAEDI 3. UTAMI NACHDATULLAH LABORATORIUM FISIOLOGI BIOTA AIR JURUSAN PERIKANAN

description

anestesi dan pembedahan

Transcript of laporan fisiologi biota air

LAPORAN PRAKTIKUMFISIOLOGI BIOTA AIRANESTESI DAN PEMBEDAHAN

NAMA: ASRIANISTAMBUK: L221 12 267KELOMPOK: IX (SEMBILAN)ASISTEN:1. ASIAH ZAHRAH ZAINUDDIN 2. JUNAEDI 3. UTAMI NACHDATULLAH

LABORATORIUM FISIOLOGI BIOTA AIRJURUSAN PERIKANANFAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANANUNIVERSITAS HASNUDDINMAKASSAR2014BAB IPENDAHULUANLatar belakangFisiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme, dan cara kerja dari organ, jaringan dan sel-sel organisme. Fisiologi menerangkan faktor-faktor fisika dan kimia yang mempengaruhi seluruh proses kehidupan. Fisiologi ikan dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi dan kegiatan kehidupan zat organisme dan fenomena fisika dan kimia yang mempengaruhi seluruh proses kehidupan ikan. Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem saraf, sistem endokrin dan reproduksi (fujaya, 2008).Anestesi adalah suatu kondisi dimana tubuh atau bagian tubuh kehilangan kemampuan untuk merasa (insensibility). Anestesi dapat disebabkan oleh senyawa-senyawa kimia, suhu rendah dan arus listrik. Anestesi yang terjadi pada system saraf pusat menyebabkan organisme tidak sadar dan pingsan (sedation). Menurut Gun dalam Albani et al, 2008 Anestesi yang ideal adalah yang mampu memingsankan ikan kurang dari tiga mneit dan menyadarkan kembali sekitar lima menit. Bahan anestesi yang digunakan tidak mengandung racun bagi ikan dan manusia dan mudah larut dalam pelarutnya (Albani et al, 2008).Pembedahan merupakan suatu perlakuan dimana praktikan dapat mengamati bagian internal dari ikan. Metode ini dilakukan dengan cara menyisik sisik ikan mas pada bagian truncus setelah dibius dengan kloroform terlebih dahulu. Pembedahan dilakukan mulai dari bagian pinna pectoralis, venter, sampai dengan bagian pinna analis (Soni dan Ahmad, 2009).Berdasarkan uraian diatas, diketahui bahwa Anestesi dan Pembedahan pada ikan nila merupakan proses fisiologi yang sangat penting. Oleh karena itu praktikum ini dilakukan untuk mengetahui beberapa hal yang berkaitan dengan anestesi dan pembedahan.Tujuan dan kegunaanTujuan dari praktikum percobaan Anestesi dan Pembedahan adalah untuk mengetahui jenis kelamin jantan dan betina pada ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan melihat warna gonadnya, mengetahui karakteristik seks primer dan seks skunder, serta mengetahui tahapan-tahapan dari tekhnik anestesi dan pembedahan ikan.Kegunaan dari praktikum Anestesi dan Pembedahan adalah untuk mengetahui metodelogi atau cara anestesi dan pembedahan pada ikan, dan untuk dijadikan bahan perbandingan antara teori dan bahan kuliah dan kenyataan yang terjadi.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ikan NilaMenurut Saanin dalam Supianor, 2010 secara sistematika Ikan Nila (Oreochormis niloticus) adalah :Kingdom : AnimaliaPhylum : ChordataSub Phylum : VertebrataKelas : PiscesSub Kelas : AcanthotherigiOrdo : PerchomorphiSub Ordo: PerchomorphiFamili : PerchoiaeaGenus : OreochormisSpesies : Oreochormis Niloticus

Gambar 1. Ikan nila (Oreochromis niloticus) (Supianor, 2010) MorfologiIkan nila (Oreochromis niloticus) adalah ikan yang bersifat eurihaline, yang berpotensi dapat ditingkatkan dilahan perairan yang telah dipersiapkan untuk areal budidaya, tetapi kebutuhan pakan juga sangat penting dan diperlukan lebih banyak data yang ada kaitannya, antara tingkat salinitas dan kebutuhan kromium dalam pembentukan energi dari metabolisme, dan meningkatkan pertumbuhan secara effektif (Setyo, 2006).Ikan Nila (Oreochormis niloticus) mempunyai ciri-ciri morfologi : bentuk bulat pipih, punggung lebih tinggi, pada badan dan sirip ekor (caundal fin) ditemukan garis lurus (vertikal). Sedangkan garis lurus memanjang ditemukan pada sirip punggung. Ikan Nila (Oreochormis niloticus) dapat hidup diperairan tawar dan mereka menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip dada dan penutup insang yang keras untuk mendukung badannya (Supianor, 2010).Ikan Nila merupakan jenis ikan air tawar. Pada mulanya, ikan Nila berasal dari perairan tawar di Afrika. Di Asia penyebaran ikan Nila pada mulanya berpusat di beberapa negara seperti Filipina dan Cina. Dalam perkembangan selanjutnya, ikan Nila meluas dibudidayakan di berbagai negara, antara lain Taiwan, Thailand, Vietnam, Bangladesh, dan Indonesia. Pengembangan ikan Nila di perairan tawar di Indonesia dimulai tahun 1969. Jenis atau strain ikan Nila yang pertama kali didatangkan ke Indonesia adalah Nila hitam asal Taiwan. Tahun 1981 didatangkan lagi jenis atau strain ikan Nila merah hibrida. Kedua jenis ikan Nila ini telah meluas dibudidayakan di seluruh wilayah perairan nusantara (Amiruddin, 2012).Berdasarkan morfologinya, ikan Nila umumnya memiliki bentuk tubuh panjang dan ramping, dengan sisik berukuran besar. Matanya besar, menonjol,dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea literalis) terputus dibagian tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih ke bawah dari padaletak garis yang memanjang di atas sirip dada. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip dubur mempunyai jari-jari keras dan tajam seperti duri. Sirip punggungnya berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam. Ikan Nila memiliki lima jenis sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggung memanjang, dari bagian atas tutup insang hingga bagian atas sirip ekor. Ada sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil. Sirip anus hanya satu buah dan berbentuk agak panjang. Sementara itu, sirip ekornya berbentuk berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah (Amiruddin, 2012). Siklus hidupSiklus hidup ikan Nila melewati lima fase kehidupan, yaitu telur, larva, benih, konsums dan induk. Ciri setiap fase berubah. Demikian juga dengan bentuk dan ukuran tubuh serta sifat-sifatnya. Semua fase dilewati dalam waktu yang berbeda-beda. Dari semua fase, konsumsi merpakan suatu fase komersil pada sebuah usaha. Telur merupakan fase awal kehidupan ikan Nila, dimana bakal anak itu baru dikeluarkan induknya. Fase ini dicirikan dengan bentuknya yang bulat, berwarna kuning dan bersifat tidak melekat. Telur Ikan Nila berdiameter antara 2 2,5 mm. setiap butir memiliki berat rata-rata 0,02 mg (Taftajani, 2010).Fase telur merupakan masa kritis dan dilewati selama 6 7 hari atau tergantung suhu air, kemudian berubah menjadi fase larva yang masih memiliki kuning telur atau makanan cadangan. Fase itu dilewati selama 2 3 hari. Selama fase itu tidak memerlukan pakan dari luar, tetapi akan menghabiskan makanan cadangan itu (Taftajani, 2010). Cara makanNila tergolong ikan pemakan segala (omnivora) sehingga bisa mengonsumsi pakan berupa hewan atau tumbuhan. Karena itu, kali ini sangat mudah dibudidayakan. Ketika masih benih, pakan yang disukainya adalah zooplankton (plankton hewani), seperti Rotifera sp, Moina sp atau Dapnia sp. Selain itu, benih nila juga memakan alga atau lumut yang menempel di bebatuan yang ada di habitat hidupnya. Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan ini bisa diberi berbagai pakan tambahan seperti pelet (Khairuman dan khairul, 2003). HabitatIkan Nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara di dataran rendah yang berair payau hingga di dataran tinggi yang berair tawar. Habitat hidup ikan ini cukup beragam, bisa di sungai, danau, waduk, rawa, sawah, kolam, atau tambak. Nila dapat tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-38 C dan dapat memijah secara alami pada suhu 22-37 C. Untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, suhu optimum bagi ikan ini adalah 25-30 C. Pertumbuhan nila biasanya akan terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah dari 14 C atau pada suhu di atas 38 C. Pada suhu 6 C atau 42 C ikan ini akan mengalami kematian. Selain suhu,faktor lain yang bisa mepengaruhi kehidupan nila adalah salinitas atau kadar garam. Nila bisa tumbuh dan berkembang biak di perairan dengan salinitas 0-29%. (promil). Ikan ini masih bisa tumbuh, tapi tidak bisa berproduksi di perairan dengan salinitas 29-35%. Nila yang masih kecil atau benih biasanya lebih cepat menyesuaikan diri terhadap kenaikan salinitas dibandingkan dengan nila yang berukuran besar (Akbar et al, 2010). ReproduksiSifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya pada ikan betina, dan pada ikan jantan testis dengan pembuluhnya. Tanpa melihat tanda-tanda lain pada ikan, kiranya akan sukar untuk mengethaui organ seksual primernya. Dengan demikian kita tidak dapat membedakan ikan jantan dengan ikan betina. Satu cara yang terbaik untuk mengetahui hal tersebut dengan mengadakan anastesi. Namun hasil pembedahan itu belum tentu positif. Lebih-lebih kalau kita belum mengetahui bahwa ikan itu mempunyai sifat seksual yang lain. Biasanya pada ikan-ikan muda sifat seksual primernya sukar ditentukan walaupun ikan itu gonokhortis berdiferensiasi (Krisye, 2009).Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina. Apabila salah satu spesies ikan mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina, maka spesies itu mempunyai seksual dimorfisme. Apabila yang menjadi tanda tadi itu warna, maka ikan itu mempunyai warna yang lebih cerah dan lebih menarik dari pada ikan betina (Krisye, 2009).Untuk melihat atau menujukkan pulih sadar dari ikan yang telah dipingsankan tersebut ditandai dengan pergerakan ikan yang aktif dan responsif terhadap rangsangan yang ada. Sebelum mencapai kondisi seperti ini banyak proses ataupun tahap-tahap yang dilalui dalam ukuran menit. Pada kondisi pulih sadar ini terlihat sistem pernafasan dan sirkulasi darah ikan mulai stabil seiring dengan berpindahnya bahan pembiusan dari dalam jaringan tubuh ikan kelingkungan. Sehingga pada kondisi tersebut bahan pembiusan pada tubuh ikan telah berangsur-angsur berkurang (Sukmiwati dan Sari, 2007)

BAB IIIMETODOLOGI PRAKTIKUMWaktu dan TempatPraktikum Fisiologi Biota Air mengenai Anestesi dan Pembedahan dilaksanakan pada hari jumat, tanggal 07 Maret 2014 pukul 13.20 15.10 WITA di Laboratorium Fisiologi Biota Air, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.Alat dan BahanAlat dan bahan yang digunakan pada praktikum anestesi dan pembedahan dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2, sebagai berikut :Table 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya pada praktikum anastesi dan pembedahan, yaitu :NoAlatFungsi

1234567891011Pisau bedahGunting bedahJarum bedahScapelPinsetBaskomPapan preparatAeratorLap kasarAquariumStopwatchMembedah ikanMemotong benangMenjahit ikan yang sudah dibedahAlat bantu dalam pembedahan ikanMencabut sisik ikanMewadahi ikan ketika dipingsankanTempat meletakkan ikan ketika dibedahMembantu menyuplai oksigenMengalasi ikan pada saat pembedahanSebagai wadah iuntu ikan pada saat pemulihanMenghitung waktu

Table 2. Bahan yang di gunakan beserta fungsinya pada praktikum anastesi dan pembedahan, yaitu :NoBahanFungsi

1

234567Ikan nila (Oreocrhomis nilonicus)Alkohol 70%Air tawarBenang cat gutEs batuTissue 1000 sheetMetylen blueSampel yang akan diamati

Mensterilkan peralatanMedia ikanMenjahit ikan yang sudah dibedahMembius ikanMembersihkan lender pada ikanMensterilkan air agar ikan tidak terinfeksi

Prosedur KerjaProsedur kerja yang dilakukan pada percobaan anestesi dan pembedahan, yaitu :1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan2. Mengambil baskom yang berisi air lalu masukkan es batu kedalam baskom3. Memasukkan ikan kedalam baskom dan menghitung waktu pingsan ikan4. Setelah ikan matikan waktu pingsan dan hitung rentang waktu pinsang, lalu letakkan ikan tersebut di atas papan preparat yang dialasi lap kasar5. Menyeterilkan semua peralatan yang akan digunakan dengan menggunakanalkohol 70%6. Pembedahan mulai dilakukan dengan menggunakan pisau bedah, hitung lamanya pembedahan menggunakan stopwatch7. Pembedahan dilakukan dengan teknik menghitung sisik ketiga di atas sirip perut dan dari bagian tersebut dibedah hingga ke atas bagian sirip dubur8. Setelah ikan dibedah kita melihat seks primer ikan dengan bantuan scapel. Lalu dimulailah penjahitan ikan9. Penjahitan ikan dilakukan dengan menggunakan jarum bedah dan benang cat gut, penjahitan dilakukan dengan hati-hati agar organ dalam ikan tidak rusak10. Setelah penjahitan luka selesai, hitung waktu pembedahan, kemudian ikan dimasukkan kedalam aquarium yang sudah diberi metilyen blue untunk menyeterilkan air. Catat waktu yang diperlukan agar pengaruh pembiusan pada ikan hilang.

Pengukuran peubahWaktu PingsanWaktu pingsan adalah waktu dimana ikan dimasukkan kedalam wadah yang berisi es batu hingga ikan kehilangan keseimbangan dan aktivitas akibat pengaruh anestesi fisik dalam hal ini suhu dingin. Perhitungan dimulai ketika ikan dimasukkan kedalam baskom hingga ikan kehilangan kesadaran.Rentang Waktu PinsangRentang waktu pingsan adalah waktu selama ikan dalam keadaan pingsan yang ditandai dengan gerak tubuh melemah, operculum dari mulut bergerak lambat, posisi tubuh tetap stabil tetapi bila disentuh tidak memberikan respon sampai ikan stabil bergerak normal kembali seperti semula.Waktu PembedahanWaktu pembedahan adalah waktu yang digunakan selama proses pembedahan dan penutupan luka berlangsung dengan cara menjahitnya.Waktu PulihWaktu pulih adalah lamanya waktu yang dihitung setelah ikan dipindahkan kedalam akuarium setelah proses pembedahan. Kondisi ikan akan diamati sampai ikan sadar , aktif, lincah, dan kembali bergerak normal.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANHasilHasil praktikum anestesi dan pembedahan dapat dilihat dari tabel 3 berikut :Tabel 3. Hasil perlakuan ikan pada percobaan anestesi dan pembedahanNoJenis PerlakuanWaktu

Ikan I ()Ikan II ()

1Waktu pingsan08 menit 51 detik 08 menit 07 detik

2Rentang waktu pingsan 33 menit 33 detik 1 jam 18 menit

3Waktu pembedahan11 menit 31 detik32 menit 15 detik

4Waktu pulih 20 menit 51 detik47 menit 51 detik

PembahasanWaktu PingsanWaktu pingsan adalah waktu dimana ikan dimasukkan kedalam wadah yang berisi es batu hingga ikan kehilangan keseimbangan dan aktivitas akibat pengaruh anestesi fisik dalam hal ini suhu dingin. Pada saat dianastesi ikan perlahan-lahan melakukan perlawanan dan penyesuaian diri terhadap lingkungan diluar tubuhnya, yang mana operculum ikan akan bergerak semakin lambat.Waktu yang digunakan untuk ikan jantan adalah 08 menit 51 detik dan ikan betina 08 menit 07 detik. Hal yang mempengaruhi waktu pingsan ikan jantan dan bertina berbeda yaitu ukuran tubuh ikan jantan lebih ramping dan dagingnya tidak tebal dibandingkan ikan betina sehingga suhu dingin tidak terlalu sulit unntuk menembus dinding tubuhnya.Suhu media yang dingin secara langsung akan mempengaruhi suhu badan ikan dan suhu darah, semakin dingin suhu darah tingkat viskositas darah akan mengental dan mengakibatkan aliran darah yang lebih lambat. Penurunan suhu berdampak pada penurunan konsumsi oksigen dan menurunnya produk metabolismedapat bersifat racun baik dalam bentuk gas CO2 maupun ammonia dalam bentuk NH3 (Wijayanti et al, 2011).Rentang Waktu PingsanRentang waktu pingsan adalah sejak ikan mulai pingsan sampai ikan pulih kembali, dimana ikan jantan 33 menit 33 detik dan ikan betina 1 jam 18 menit. Faktor yang mempengaruhi perbedaan rentang waktu pingsan tersebut adalah lamanya waktu yang digunakan ikan untuk dipingsankan, ikan jantan membutuhkan waktu lama dan betina hanya sedikit waktu yang dibutuhkan. Sehinnga hal tersebut juga berpengaruh terhadap kondisi fisik ikan.Melaporkan bahwa stress akibat suhu rendah (cold stress) menyebabkan perubahan nilai cortisol dan catecholamine pada ikan nila. Catecholamin dapat mempengaruhi sistem kardiovaskular, kapasitas respirasi, energi metabolisme dan imunitas (Wijayanti et al, 2011).Waktu PembedahanWaktu pembedahan adalah waktu yang digunakan selama proses pembedahan dan setelah penutupan luka berlangsung dengan cara menjahit. dimana ikan nila jantan membutuhkan waktu pembedahan selama 11 menit 31 detik dan pada ikan betina 32 menit 15 detik. Hal yang menyebabkan ikan jantan dan betina waktu pembedahannya berbeda karena ukuran tubuh dan ketebalan dagingnya sehingga jarum bedah susah untuk menembusnya.Selanjutnya dijelaskan juga bahwa secara langsung atau tidak langsung bahan-bahan anaestesi akan mengganggu keseimbangan ionik dalam otak ikan. Hal ini terjadi karena penurunan kosentrasi kation K+ dan peningkatan kation Na+, Fe3+ dan Ca2+. Gangguan ini akan mempengaruhi kerja syaraf motorik dan pernafasan. Kondisi ini menjadi dasar penggunaan bahan anaestesi. Ikan yang diperlakukan dengan bahan-bahan anaestesi akan menyebabkan kematian rasa atau pingsan (Yanto, 2012).Waktu PulihWaktu pulih adalah lamanya waktu yang dihitung setelah ikan dipindahkan kedalam akuarium proses pembedahan. Kondisi ikan akan diamati samapi ikan sadar, aktif, lincah, dan kembali bergerak normal, dimana ikan nila jantan membutuhkan waktu pulih 20 menit 51 detik dan pada ikan nila betina membutuhkan waktu pulih 47 menit 51 detik.Selama pingsan tersebut proses fisiologis tetap terjadi dalam tubuh ikan. Pada saat ini biasanya ikan akan menyekresikan kortisol dan epinephrine, dan selanjutnya peningkatan glukosa dan gangguan osmoregulasi sebagai indikator stres (Yanto, 2012).

BAB VKESIMPULAN DAN SARANDari hasil perhitungan dan pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :1. Karakteristik seks primer yaitu dengan melihat gonad dari ikan nila dan seks sekunder dengan melihat ciri fisik dari ikan nila (Oreocrhomis nilonicus), dimanagonad pada ikan nila (Oreocrhomis nilonicus) betina berwarna kuning dan ikan mas jantan berwarna putih susu.2. Metode anestesi yang digunakan yaitu anestesi umum yang menyebabkan tubuh ikan tidak sakit apabila dibedah.3. Praktikan dapat mengetahui metode pembedahan ikan masdengan cara membuat pola dengan patokan tiga sisik di bawah gurat sisi hingga ke dubur.SaranLaboratorium:Sarana dan kebersihan laboratorium lebih diperhatikan lagiAsisten:Asiah Zahrah ZainuddinPertahankan sikap tegasnya kakakJuneidiTerima kasih atas bimbingannya kak , pertahankan sikapnya sama praktikan , semoga cepat sarjana.Utami NachdatullahBimbing praktikan pada saat percobaan kak

DAFTAR PUSTAKAAkbar et al, 2010. Pengaruh Jahe Terhadap Pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan Lele (Clarias bathracus) Pada Polikultur Dengan sistem Reserkulasi Tertutup . Universitas Air Langga. Surabaya.

Albani et al, 2008. Tekhnik Anestesi Ikan Menggunakan Arus Listrik. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.Amiruddin, Agung. 2012. Reproduksi Ikan Nila (Oreochromis niloticus, L.). http://www.google.com-pdf. Diakses pada tanggal 06 Maret 2014 pukul 21.50 WITA

Fujaya, Yushinta. 2008. Fisiologi Ikan Bahan Pengajar. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. MakassarKhairuman dan khairul, 2003. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi Agromedia. JakartaKrisye, 2009. Praktikum I Osmoregulasi. http://www.google.com-pdf. Diakses pada tanggal 06 Maret 2014 pukul 21.00 WITA

Soni dan Ahmad, 2009. Pengamatan Anatomi Eksternal dan Internal Pisces. http://www.google.com-pdf. Diakses pada tanggal 09 Maret 2014 pukul 21.00 WITA

Setyo, 2006. Efek Konsentrasi Kromium (Cr+3) dan Salinitas Berbeda Terhadap Efisiensi Pemanfaatan Pakan Untuk Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus ). Universitas Diponegoro. Semarang.

Sukmiwati dan Sari, 2007. Pengaruh Konsentrasi Biji Karet (havea brancilliensis muel,ARG)Sebagai Pembius Terhadap Aktivitas dan Kelulusan Hidup Ikan Mas (Cybrinus carpio,L) Selama Transportasi. Teknologi Hasil Perikanan Faperika. UNRI.Supianor, Muhammad. 2010. Pembesaran Ikan Nila ( Oreochormis Niloticus) Di Kolam Masyarakat Desa Sel Tatas Kecematan Pulau Petak, Kabupaten Kapuas. http://www.google.com-pdf. Diakses pada tanggal 07 Maret 2014 pukul 12.45 WITA

Tafjani, 2010. Budidaya Ikan Nila. http://www.google.com-pdf. Diakses pada tanggal 09 Maret 2014 pukul 11.00 WITA

Wijayanti, I et al. 2011. Pengaruh Temperatur Terhadap Kondisi Anestesi pada Bawal Tawar Colossoma macropomum dan Lobster Tawar Cherax quadricarinatus. Program Studi Teknologi Hasil Perairan. Institut Pertanian Bogor.Yanto, H. 2012. Jurnal Kinerja MS-222 dan Kepadatan Ikan Botia (Botia macracanthus) yang Berbeda Selama Transportasi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNMUH. Pontianak.