PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL,...

145
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN WHISTLEBLOWING SYSTEM TERHADAP PENCEGAHAN KECURANGAN (Studi pada Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Trisna Wulandari NIM: 1110082000031 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2017 M

Transcript of PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL,...

Page 1: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

WHISTLEBLOWING SYSTEM TERHADAP PENCEGAHAN KECURANGAN

(Studi pada Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Trisna Wulandari

NIM: 1110082000031

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2017 M

Page 2: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN
Page 3: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN
Page 4: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN
Page 5: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN
Page 6: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Trisna Wulandari

2. Tempat, Tanggal Lahir : Padang, 9 Desember 1991

3. Alamat : Jalan Gunung Merapi, Komplek Belanti

Indah B/2 Kec. Padang Utara, Padang,

Sumatra Barat

4. Telepon : 085213439663

5. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. SD Pertiwi 3 Padang Tahun 1999-2004

2. SMP Negeri 1 Padang Tahun 2004-2007

3. SMA Negeri 1 Padang Tahun 2007-20105.

4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010-2017

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Institut UIN Jakarta sebagai Jurnalis

periode 2010-2013

2. Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Institut UIN Jakarta sebagai Editor

periode 2011-2013

3. Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Institut UIN Jakarta sebagai Sekretaris

Umum periode 2011-2012

4. Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Institut UIN Jakarta sebagai Bendahara

Umum periode 2012-2013

Page 7: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

vi

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Suprianto

2. Ibu : Yeni Marlita

3. Anak ke : 2

Page 8: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

viii

INFLUENCE OF ORGANIZATION CULTURE, INTERNAL AUDIT ROLE,

AND WHISTLEBLOWING SYSTEM ON FRAUD PREVENTION

ABSTRACT

This research was to analyze the factors that influence fraud prevention,

which consist of organization culture, internal audit role, and whistleblowing system.

It used population from government internal auditor who worked for General

Inspectorate of Ministry of Finance. The sample of this research were 70 workers.

They were chosen as samples with convenience sampling method. Hypothesis in this

research were tested by multiple regression.

The result of this research indicated that organization culture, internal audit

role, whistleblowing system has significant influence on fraud prevention. The

whistleblowing system and organization culture became the most dominant variable

to influence the fraud prevention.

Keywords: organization culture, internal audit role, whistleblowing system, fraud

prevention.

Page 9: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

ix

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

WHISTLEBLOWING SYSTEM PADA PENCEGAHAN KECURANGAN

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang memengaruhi

pencegahan kecurangan yang terdiri atas budaya organisasi, peran audit internal, dan

whistleblowing system. Populasi penelitian ini adalah auditor internal pemerintahan

yang bekerja di Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. Jumlah sampel yang

dipilih lewat metode convenience sampling ialah sebanyak 70 orang pegawai negeri

sipil (PNS). Hipotesis dalam penelitian ini diuji menggunakan regresi linier berganda.

Hasil penelitian mengindikasikan bahwa budaya organisasi, peran auditor

internal, dan whistleblowing system memiliki pengaruh signifikan positif terhadap

pencegahan kecurangan. Adapun whistleblowing system dan budaya organisasi adalah

variabel paling dominan yang mempengaruhi pencegahan kecurangan.

Kata kunci: budaya organisasi, peran audit internal, whistleblowing system,

pencegahan kecurangan.

Page 10: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam

semoga tetap tercurahkan kepada suri tauladan, Nabi Muhammad SAW yang

telah memberikan tuntunan dan petunjuk kepada umat manusia menuju

kehidupan serta peradaban dan berkeadilan serta para keluarga dan para

sahabatnya.

Skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan dengan yang diharapkan penulis.

Kebahagian yang tak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah dapat

menyelesaikan karya tulis ini bagi kedua orang tua dan pihak-pihak yang ikut andil

menyukseskan harapan penulis.

Sebagai bentuk penghargaan, penulis menuangkan ucapan terima kasih

sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua, Mama Papa, dan kakak, atas kesabarannya dalam

menyemangati dan mendoakan penulis selama studi hingga selesainya

penulisan skripsi ini.

2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis (FEB) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Amilin,

SE., Ak., M.Si., CA, QIA., BKP selaku Wakil Dekan Bidang Akademik,

Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi

Page 11: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

xi

Umum, dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, MA selaku Wakil Dekan

Bidang Kemahasiswaan dan Alumni

3. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi

yang senantiasa memberikan dorongan ke pada penulis untuk

merampungkan skripsi.

4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak.,MM selaku Sekretaris Program Studi

Akuntansi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

membimbing dan memberikan pengarahan serta dorongan dan motivasi

kepada penulis dengan sabar, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini

5. Ibu Sumiyati, SE., Ak., M.F.M, selaku Kepala Inspektorat Jenderal

Kementerian Keuangan yang telah memudahkan jalan penulis untuk

melakukan penelitian

6. Segenap staf Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan yang telah

memberikan kemudahan bagi penulis untuk melaksanakan penelitian.

7. Segenap dosen dan staf pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang

telah memberikan ilmu pengetahuan dalam mendidik penulis

selama melakukan studi.

8. Segenap karyawan dan pustakawan Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis yang telah memberikan kemudahan bagi penulis untuk

melaksanakan studi pustaka.

Page 12: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

xii

9. Dessita Chairani, Fajra Beauty Asri, Nadiah Suhaima Ghina, dan Khansa

Haura, serta keluarga Graffiti SMA N 1 Padang yang terus menghibur dan

menyemangati selama studi.

10. Umi Basiroh, Rika Mayangsari, Denis Fitriana, Lufita Amalia, serta teman

Akuntansi A dan Akuntansi UIN Jakarta angkatan 2010 yang selalu siap

membantu penelitian dan penulisan skripsi ini.

11. Stefani Tuela dan segenap teman magang Divisi Finance Toyota Motor

Manufacturing Indonesia yang selalu mendukung penulis.

12. Aditya Widya Putri, Afifatul Humairo, Ema Fitriyani, dan teman

Lembaga Pers Mahasiswa Institut yang memberikan momen berarti.

13. Dhamarista Intan, Fransisca Anggraini, Suci Nabbila, Alfino Suhanta,

Skolastika Sinta, Idham Rously, Rizaldy Yusuf, Jacky Rachmansyah,

Ardiles Hamzah, dan teman-teman Sarasvati Art Communication yang

terus menyemangati penulis selama masa penulisan skripsi.

Semoga Allah membalas semua kebaikan dan budi baik mereka dengan balasan

yang setimpal. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidak

sempurnaan dalam penelitian skripsi ini. Karenanya, kritik dan saran membangun

sangat berarti bagi penulis ke depan.

Jakarta, 7 April 2017

Penulis

Page 13: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

xiii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i

Lembar Pengesahan Skripsi .......................................................................... ….ii

Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ....................................................... …iii

Lembar Pengesahan Uji Skripsi ................................................................... …iv

Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi .......................................................... ….v

Daftar Riwayat Hidup ................................................................................... …vi

Abstract ..............................................................................................................viii

Abstrak .................................................................................................................ix

Kata Pengantar ............................................................................................... ….x

Daftar Isi ............................................................................................................ xiii

Daftar Tabel ................................................................................................... xvii

Daftar Gambar ................................................................................................ xix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian............................... .................. 1

B. Perumusan Masalah ........................................................... 14

C. Tujuan Penelitian ............................................................... 14

D. Manfaat Penelitian ............................................................. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur............................................................... 15

1. Teori Peranan (Role Theory) ........................................ 15

2. Budaya Organisasi ........................................................ 16

Page 14: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

xiv

3. Audit Internal ................................................................ 20

4. Whistleblowing System ................................................. 36

5. Pencegahan Kecurangan (Fraud) ................................. 44

B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis....... 56

C. Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya .................................... 60

D. Kerangka Pemikiran ........................................................... 65

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................. 67

B. Metode Penentuan Sampel ................................................. 68

C. Metode Pengumpulan Data ................................................ 68

1. Penelitian Pustaka (Library Research) ......................... 68

2. Penelitian Lapangan (Field Research )......................... 69

D. Metode Analisis Data ......................................................... 69

1. Statistik Deskriptif ........................................................ 69

2. Uji Kualitas Data .......................................................... 70

3. Uji Asumsi Klasik ........................................................ 93

4. Uji Hipotesis ................................................................. 73

E. Operasionalisasi Variabel................................................... 76

1. Budaya Organisasi ........................................................ 76

2. Peran Audit Internal……………………………….. .... 77

3. Whistleblowing System…………………………… ..... 78

4. Pencegahan Kecurangan (Fraud) ……………………. 79

Page 15: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

xv

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ....................... 81

1. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................... 81

2. Karakteristik Responden ............................................... 82

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ........................................... 87

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................ 87

2. Hasil Uji Kualitas Data ................................................. 89

3. Hasil Uji Asumsi Klasik ............................................... 90

1. Hasil Uji Hipotesis dan Pembahasan ............................ 97

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 103

B. Implikasi

1. Bagi Peneliti ........................................................... 103

2. Bagi Instansi Pemerintah........................................ 104

3. Bagi Pegawai .......................................................... 104

4. Bagi Masyarakat..................................................... 104

C. Keterbatasan ....................................................................... 104

D. Saran ............................................................................... 105

Daftar Pustaka ................................................................................................ xx

Page 16: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

xvi

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu…………………………….......61

3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian……………………………..81

4.1 Data Sampel Penelitian………………………………………......82

4.2 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Golongan…………83

4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin…….84

4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Umur……………….......84

4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan ……….85

Terakhir

4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman………86

Kerja

4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Latar Belakang Pendidikan…….87

4.8 Hasil Uji Deskripsi Responden Latar Belakang Pendidikan…….88

4.9 Hasil Uji Validitas Budaya Organisasi…………………………..90

4.10 Uji Validitas Peran Audit Internal……………………………….90

4.11 Uji Validitas Whistleblowing System…………………………….91

4.12 Uji Validitas Pencegahan Kecurangan……………………….......91

4.13 Hasil Uji Reliabilitas ………………………………………….....92

4.14 Hasil Uji Multikolonieritas ……………………………………...93

4.15 Hasil Uji Koefisien Determinasi…………………………………97

4.16 Hasil Uji Statistik t……………………………………………………..98

Page 17: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

xvii

4.17 Hasil Uji Statistik……………………………………………….102

Page 18: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

xviii

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran……………………………………...68

4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ……………...94

4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram……….....95

4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas…………………………………….96

Page 19: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dalam mencegah kecurangan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan,

melindungi kepentingan negara dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan

perundangan-undangan serta nilai-nilai etika (code of conduct) yang berlaku

secara umum pada Pegawai Negeri Sipil atau PNS) di Indonesia, wajib

melaksanakan peningkatan budaya organisasi. Aparat pelayanan publik

memberikan jasa pelayanan, sehingga dalam pemerintahan budaya sangat penting.

Budaya dalam pembahasan ini lebih mengarah terhadap budaya yang dapat

mencegah kecurangan. Menurut Zelmiyanti dan Anita (2015), budaya kejujuran

dan etika yang bernilai tinggi dapat mencegah kecurangan dalam suatu organisasi.

Selain faktor budaya organisasi, faktor yang akan mengurangi tindakan

kecurangan yaitu peran dari auditor internal. Kegiatan audit internal membantu

organsasi menerapkan kontrol yang efektif dengan mengevaluasi efektivitas dan

efesiansi serta mendorong perbaikan yang terus menerus (Sawyer, 2012). Peran

auditor internal di perbankan harus dapat mendorong pencapaian tujuan (goal)

perusahaan dengan tata kelola perbankan yang baik (Good Corporate

Governance/GCG). Peran auditor internal sebagai konsultan internal (internal

consulting) perusahaan harus dapat memberikan early warning kepada manajemen

Page 20: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

2

perbankan untuk mencegah dan meminimalisasi dampak kecurangan yang dapat

merugikan perbankan. Auditor internal berfungsi membantu manajemen dalam

pencegahan, pendeteksian dan penginvestigasian fraud yang terjadi di suatu

organisasi (perusahaan). Sesuai Interpretasi Standar Profesional Audit Internal

(SPAI) – standar 120.2 tahun 2004, tentang pengetahuan mengenai kecurangan,

dinyatakan bahwa auditor internal harus memiliki pengetahuan yang memadai

untuk dapat mengenali, meneliti dan menguji adanya indikasi kecurangan. Selain

itu, Statement on Internal Auditing Standards (SIAS) No. 3, tentang Deterrence,

Detection, Investigation, and Reporting of Fraud (1985) dalam Zelmiyanti dan

Anita (2015), memberikan pedoman bagi auditor internal tentang bagaimana

auditor internal melakukan pencegahan, pendeteksian dan penginvestigasian

terhadap fraud. SIAS No. 3 tersebut juga menegaskan tanggung jawab auditor

internal untuk membuat laporan audit tentang fraud.

Internal auditor memiliki peranan penting di dalam perusahaan. Karena

internal auditor bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional

perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan control serta efisiensi

dan efektifitas kerja perusahaan (Sawyer, 2012). Internal auditor memberikan

informasi yang diperlukan manajemen dalam menjalankan tanggung jawab mereka

secara efektif. Penelaahan internal atas kontrol-kontrol di bidang akuntansi dan

manajemen merupakan tanggung jawab auditor internal. Internal auditor hanya

mengusulkan suatu metode atau metode alternatif untuk memperbaiki kondisi

sedangkan memilih tindakan koreksi merupakan pekerjaan manajemen.

Page 21: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

3

Banyak kasus-kasus manipulasi akuntansi yang dilakukan oleh manajemen

perusahaan. Contohnya saja Enron, Worldcom, dan KPMG. Di Indonesia sendiri

terdapat kasus serupa seperti : Bank Lippo, Bank BNI, PT. Waskita, dll. Dari

kasus ini kemudian menimbulkan pertanyaan besar, mengapa internal auditor tidak

dapat mendeteksi fraud yang dilakukan oleh manajemen. Hal tersebut bisa terjadi

apabila manajemen memanipulasi tugas dan fungsi internal auditor. Pihak

manajemen berupaya agar fraud yang dilakukan tidak tersentuh atau bahkan

mustahil untuk ditemukan. Selain itu pihak manajemen juga dapat meminta

internal auditor untuk mengubah laporan dari penugasan audit internal yang telah

dilakukannya. Dalam hal ini internal auditor dituntut memiliki sikap

profesionalisme.

Adanya pemberitaan berbagai kasus korupsi di Indonesia merupakan

permasalahan besar bagi Indonesia. Apabila diukur berdasarkan tingkat korupsi

dalam Corruption Perception Index untuk tahun 2014, Indonesia menempati posisi

107 dari 175 negara, yaitu naik 2 poin dan 7 peringkat dari tahun 2013. Skor

Indonesia berada pada peringkat kelima di Asia Tenggara setelah Singapura,

Malaysia, Filipina, dan Thailand (Transparancy International, 2015). Meskipun

demikian, skor tersebut patut diapresiasi sebagai hasil kerja bersama pemerintah,

masyarakat, dan pelaku bisnis untuk mencegah dan memberantas korupsi.

Adanya kepedulian masyarakat untuk melakukan whistleblowing juga sangat

efektif untuk mengungkapkan korupsi maupun kecurangan yang terjadi.

Whistleblowing menurut Sawyer (2012) merupakan kegiatan pengungkapan

Page 22: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

4

informasi oleh seseorang dalam organisasi kepada pihak-pihak tertentu akibat

adanya pelanggaran atau kejahatan.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said (2015)

mengatakan, peluncuran Komitmen Pengendalian Grafitifikasi dan Whistleblowing

System Online yang dilakukan pada hari ini di kementeriannya bukan berarti

Kementerian ESDM riskan dengan tindak pidana korupsi, tetapi merupakan

bentuk upaya pencegahan korupsi di lingkungan Kementerian ESDM.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Komisi VII DPR Kardaya Warnika

menyatakan dukungannya kepada Kementerian ESDM atas ditandatanganinya

Komitmen Pengendalian Grafitifikasi dan Whistleblowing System Online tersebut.

"Bagi kami segala upaya menuju kebaikan negara ini. Terkait dengan upaya

menghindari menghilangkan korupsi, gratifikasi. Kami sangat mendukung upaya

ini. (Metrotvnews.com:2015).

Menurut Setiawan (2017), whistleblowing system merupakan sebuah

mekanisme penyampaian pengaduan dugaan tindak pidana korupsi yang telah

terjadi atau akan terjadi yang melibatkan pegawai dan orang lain yang berkaitan

dengan dugaan tindak pidana korupsi yang dilakukan di dalam organisasi

tempatnya bekerja. Masyarakat dengan budaya yang individualistik lebih efektif

dibandingkan dengan budaya kolektif dalam penerapan whistleblowing system.

Masyarakat dengan budaya kolektif lebih fokus pada hubungan yang saling

menguntungkan antara satu dengan lainnya. Hubungan sosial, norma kelompok,

dan solidaritas antar anggota kelompok dirasakan lebih nyaman dari pada hanya

Page 23: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

5

sekedar ekspresi diri. Indonesia, sebagai negara di Benua Asia merupakan negara

dengan budaya kolektif dimana kehidupan sosial menjadi lebih dominan dalam

keseharian dibandingkan dengan kehidupan pribadi. Kondisi budaya yang seperti

itu, Whistleblowing system menjadi lebih sulit diterapkan di Indonesia.

Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) juga

memasukkan Whistleblowing system sebagai bagian dari 20 (dua puluh) indikator

yang akan dinilai apabila suatu unit/satker diajukan sebagai unit yang ber-WBK.

Penilaian indikator whistleblowing system dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek

pemenuhan, kualitas, dan implementasi.

Untuk aspek pemenuhan, yang dinilai adalah keberadaan dari pedoman

whistleblowing system, pedoman tersebut telah disahkan dan disosialisasikan

kepada seluruh pegawai di unit/satker tersebut.

Terkait dengan aspek kualitas, yang dinilai adalah adanya unit kerja yang

menangani pengaduan tersebut, mempunyai sistem perlindungan saksi dan korban,

serta penggunaan sistem informasi untuk pengaduan tersebut.

Sedangkan untuk aspek implementasi, yang dinilai adalah unit kerja telah

melaksanakan whistleblowing system, mekanisme perlindungan saksi dan korban

telah dijalankan, unit kerja telah melakukan pengendalian atas pelaksanaan WBS,

unit kerja juga telah melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan.

Kesulitan yang sering menjadi pertanyaan bagi unit/satker yang diajukan

sebagai unit kerja yang akan ber-WBK adalah bagaimana memperoleh poin dari

aspek implementasi, apakah kalau tidak ada pengaduan berarti aspek implementasi

Page 24: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

6

tersebut dinilai nol, sehingga nilai indikator whistleblowing system menjadi

rendah. Pengaduan tersebut akan sulit menjaring pengaduan mengingat budaya

kita yang merupakan budaya kolektif.

Tidak adanya pengaduan bukan berarti sistem tersebut tidak berjalan, sistem

tersebut dapat dikatakan telah diimplementasikan apabila secara berkala dilakukan

monitoring dan evaluasi. Implementasi juga bisa dalam bentuk penyediaan

sarana/media pengaduan, misalnya, whistleblowing system menyebutkan media

pengaduaan melalui hotline, sms, kotak pengaduan dan melalui web site unit

tersebut, maka penyediaan sarana yang diatur dalam pedoman tersebut juga

merupakan bentuk dari implementasi sistem.

Penerapan Whistleblowing system tidak hanya terbatas pada komitmen

pimpinan, tapi juga dibutuhkan kepedulian dan komitmen pegawai. Sudut

pandangnya adalah Whistleblowing system dipandang sebagai bagian dari sarana

atau media dalam mencapai tujuan organisasi. Selama pegawai maupun pimpinan

masih memandang pada tujuan pribadi maka whistleblowing system hanya akan

menjadi penghalang. Sukses atau tidaknya semua itu kembali kepada para pihak

bagaimana hubungan antara individu dengan organisasi.

Kecenderungan kecurangan akuntansi telah menarik banyak perhatian media

dan menjadi isu yang menonjol serta penting di mata pemain bisnis dunia.

Terdapat kasus dugaan korupsi yang terjadi di Kabupaten Buleleng adalah kasus

korupsi upah pungut Pajak Bumi dan Bangunan Kehutanan Perkebunan dan

Pertambangan (PBB-KPP) senilai Rp1,6 miliar oleh Mantan Bupati Buleleng Putu

Page 25: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

7

Bagiada dalam siding Pengadilan Tipikor Denpasar. Bagiada yang terbukti

melakukan korupsi selama dua perioda menjabat tahun 2002 hinga 2012 juga

harus mengembalikan uang Negara yang dikorupsi sebesar Rp574,7 miliar lebih

(infokorupsi.com: 2016) dalam Agusyani et al (2016). Kasus korupsi lainnya pada

dinas pendapatan Daerah Kabupaten Buleleng yang menagih pengembalian dana

korupsi upah pungut pajak bumi dan bangunan (PBB) senilai Rp600 juta dari

mantan kepala Dispenda Nyoman Pastika yang telah dijatuhi hukuman oleh

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Denpasar (metrobali.com: 2016) dalam

Agusyani et al. (2016). Kecurangan merupakan bentuk penipuan yang sengaja

dilakukan sehingga dapat menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang

dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan (Agusyani

et al (2016). Menurut Nurillah (2014), kompetensi sumber daya manusia adalah

kemampuan seseorang atau individu, suatu organisasi (kelembagaan), atau suatu

sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi atau kewenangannya untuk mencapai

tujuannya secara efektif dan efisien. Pada aspek sumber daya manusia terdapat

potensi persoalan, yakni pada tenaga kerja berpotensi melakukan korupsi/fraud

memanfaatkan lemahnya sistem pengendalian internal. Untuk mendeteksi,

meminimalisir dan kemudian menghilangkan kecurangan atau penipuan yang

dilakukan pihak internal organisasi.

Menurut Octaviari (2015), sistem pelaporan pelanggaran atau yang biasa

disebut dengan whistleblowing system merupakan wadah bagi seorang

whistleblower untuk mengadukan kecurangan atau pelanggaran yang dilakukan

Page 26: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

8

pihak internal organisasi. Sistem ini bertujuan untuk mengungkap fraud yang

dapat merugikan organisasi dan mencegah fraud yang lebih banyak lagi.

Penerapan whistleblowing system menjadi suatu alat yang dapat dipergunakan

untuk mencegah terjadinya korupsi atau kecurangan yang bisa terjadi pada

pengelolaan keuangan penerimaan PAD. Whistleblower adalah seseorang yang

melaporkan suatu tindakan melawan hukum, terutama korupsi atau fraud, di dalam

organisasi atau institusi tempat ia bekerja. Orang ini biasanya mempunyai data

atau bukti yang memadai terkait tindakan yang melawan hukum tersebut.

Peran whistleblower sangatlah penting dalam mengungkap suatu tindakan

melawan hukum di dalam internal organisasi. Namun, banyak orang yang takut

untuk mengadukan tindak kecurangan, karena tak sedikit risiko yang harus

dihadapi, bahkan sulit dihindari dan solusinya mereka lebih memilih untuk diam.

Mulai dari ancaman terlapor pada dirinya maupun keluarganya dan ancaman

pemecatan. Jaminan keamanan dan perlindungan hukum terhadap whistleblower

juga sudah ada sejak tahun 2006 dengan lahirnya UU 13/2006 tentang

Perlindungan Saksi dan Korban. Hal tersebut merupakan salah satu pendorong

atau motivasi seseorang untuk menjadi whistleblower. Seorang whistleblower

dalam upaya mengungkap suatu tindak pelanggaran dan kecurangan, baik di

perusahaan atau suatu lembaga pemerintahan, memang dapat dilatarbelakangi

berbagai motivasi, seperti pembalasan dendam ingin “menjatuhkan” perusahaan

tempatnya bekerja, mencari “selamat”, atau niat untuk menciptakan lingkungan

perusahaan tempatnya bekerja menjadi lebih baik dan lebih beretika. Seorang

Page 27: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

9

whistleblower memiliki motivasi yang kuat untuk berani mengungkap skandal

kejahatan terhadap publik. Whistleblower memiliki suara hati yang memberi

petunjuk kuat mengenai pentingnya sebuah skandal untuk diungkap (Lembaga

Perlindungan Saksi dan korban, 2011) dalam Agusyani et al (2016).

BPK RI menemukan permasalahan yakni masih rendahnya kualitas

informasi laporan keuangan daerah yang disebabkan oleh pemahaman akuntansi

dari penyusun laporan itu sendiri yang berhubungan langsung dengan kompetensi

sumber daya manusia, belum diterapkannya secara optimal sistem akuntansi

keuangan dan masih lemahnya sistem pengendalian internal. Menurut Warisno

(2008) dalam Sukmaningrum (2012) dalam pengelolaan keuangan daerah yang

baik, karyawan harus memiliki sumber daya manusia yang kompeten, yang

didukung dengan latar belakang pendidikan akuntansi, sering mengikuti

pendidikan dan pelatihan, dan mempunyai pengalaman di bidang keuangan.

Terdapat beberapa permasalahan yang perlu dikaji lebih lanjut, yaitu apakah

whistleblowing system berpengaruh terhadap pencegahan fraud pada pengelolaan

keuangan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan

Daerah Kabupaten Buleleng, apakah kompetensi sumber daya manusia

berpengaruh terhadap pencegahan fraud pada pengelolaan keuangan penerimaan

PAD pada dinas pendapatan daerah kabupaten Buleleng, dan apakah

whistleblowing system dan kompetensi sumber daya manusia berpengaruh

terhadap pencegahan fraud pada pengelolaan keuangan penerimaan PAD pada

dinas pendapatan daerah kabupaten Buleleng.

Page 28: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

10

Dalam rangka menjawab permasalahan tersebut, penelitian di atas bertujuan

untuk membuktikan pengaruh whistleblowing system dan kompetensi sumber daya

manusia berpengaruh terhadap pencegahan fraud pada pengelolaan keuangan

penerimaan PAD pada dinas pendapatan daerah kabupaten Buleleng. Menurut

Komite Nasional Kebijakan Governance (2008:2) dalam Agusyani et al (2016),

salah satu manfaat dari penyelenggaraan whistleblowing system yang baik adalah

timbulnya keengganan untuk melakukan pelanggaran, karena kepercayaan

terhadap sistem pelaporan yang efektif. Keberadaan whistleblowing system tidak

hanya sebagai saluran pelaporan kecurangan yang terjadi, namun juga sebagai

bentuk pengawasan. Karyawan menjadi takut untuk melakukan kecurangan karena

sistem ini bisa digunakan oleh seluruh karyawan, sehingga sesama karyawan

menjadi saling mengawasi satu sama lain dan takut untuk dilaporkan karyawan

lain karena melakukan kecurangan. Hal ini dapat mencegah fraud yang akan

terjadi pada pengelolaan keuangan desa. Hal ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Vredy Octaviari Nugroho (2015) dalam Agusyani et al (2016) yang

menunjukkan bahwa whistleblowing system berpengaruh terhadap pencegahan

fraud pada PT Pagilaran.

Mengingat sistem whistleblowing cukup efektif untuk mendeteksi

kecurangan, saat ini hampir sebagian besar instansi pemerintah seperti

Kementerian Keuangan, Komisi Pemberantasan Korupsi, Lembaga Kebijakan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Badan Perencanaan dan Pembangunan

Nasional, Ombudsman, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Komisi Yudisial,

Page 29: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

11

Komisi Kepolisian Nasional, Komisi Kejaksaan, dan Pusat Pelaporan dan Analisis

Transaksi Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan, dan Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan memiliki sistem penanganan pengaduan untuk

mengurangi fenomena korupsi di lembaga publik. Sistem whistleblowing yang

efektif, transparan, dan bertanggungjawab akan mendorong dan meningkatkan

partisipasi karyawan untuk melaporkan dugaan kecurangan yang diketahuinya.

Meskipun demikian, sampai saat ini belum banyak terlihat bagaimana peran sistem

pelaporan dan perlindungan bagi whistleblower dapat mendorong munculnya

whistleblower pada sektor pemerintah.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis pengaruh sikap terhadap perilaku (attitude towards the behavior),

norma subyektif (subjective norm), dan persepsi kontrol atas perilaku (perceived

behavioral control) pada niat dan perilaku untuk melakukan whistleblowing.

Penting untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi niat pegawai untuk

melakukan tindakan whistleblowing agar organisasi dapat merancang kebijakan

dan sistem whistleblowing yang efektif. Hasil penelitian ini diharapkan

memberikan masukan bagi regulator dan lembaga profesi untuk menetapkan

regulasi terkait tindakan whistleblowing, serta menetapkan sistem penanganan

pengaduan yang implementatif untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

korupsi.

Kecurangan (Fraud) merupakan konsep hukum yang memiliki cakupan luas.

Istilah kecurangan akuntansi diartikan sebagai penipuan atau kecurangan di bidang

Page 30: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

12

keuangan. Menurut Tunggal (2012:189) kecurangan (Fraud) diartikan sebagai

penipuan di bidang keuangan yang disengaja, yang dimaksudkan untuk mengambil

aset atau hak orang maupun pihak lain.

Dalam melakukan kecurangan, setiap orang atau pelaku memiliki motivasi

yang beraneka ragam. Salah satu teori yang menjelaskan tentang motivasi

seseorang dalam melakukan kecurangan adalah Teori Fraud Triangle yang teori

ini mengatakan bahwa “Kecurangan akuntansi disebabkan oleh tiga faktor, yaitu:

1) Kesempatan (Opportunity); 2) Tekanan (Pressure); dan 3) Rasionalisasi

(Rationalization)”.

Kecenderungan kecurangan dipengaruhi oleh ada atau tidaknya kesempatan

(Opportunity) atau peluang. Peluang yang besar membuat kecenderungan

kecurangan lebih sering terjadi. Untuk menangani masalah tersebut, diperlukan

monitoring dalam sebuah pemerintahan dan untuk mendapatkan hasil monitoring

yang baik, maka diperlukan peranan auditor internal dalam mengurangi banyaknya

tindak kecurangan.

Penulis melihat adanya masalah yang perlu dikaji, yaitu peranan dari budaya

organisasi, peran audit internal, dan whistleblowing dengan sejumlah temuan yang

kemungkinan atau dapat diidentifikasi sebagai temuan kecurangan (fraud) pada

instansi pemerintahan, Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan

penelitian yang berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi, Peran Audit Internal,

dan Whistleblowing System Terhadap Pencegahan Kecurangan (Studi pada

Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan)”.

Page 31: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

13

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya, yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Zelmiyanti dan Anita (2015:68). Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Variabel yang digunakan peneliti terdahulu adalah budaya organisasi dan

peran auditor internal, pengendalian internal sebagai variable intervening yang

diduga mempengaruhi pencegahan kecurangan. Sedangkan, peneliti

menambahkan satu variabel independen yaitu, whistleblowing system. Peneliti

juga menghilangkan variabel sistem pengendalian internal sebagai variabel

intervening.

2. Obyek dalam penelitian ini adalah staf auditor pada Inspektorat Jendral

Kementerian Keuangan yang ada di Jakarta. Sedangkan, obyek penelitian

sebelumnya internal auditor pada BPR yang ada di Sumatera Barat.

Page 32: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

14

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan permasalahan yang

hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah budaya organisasi, peran auditor internal, dan whistleblowing system

berpengaruh positif terhadap pencegahan fraud?

2. Variabel independen manakah yang paling dominan mempengaruhi

pencegahan fraud?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan

bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut :

a. Menganalisa budaya organisasi, peran auditor internal dan whistleblowing

system berpengaruh terhadap pencegahan fraud.

b. Menganalisa variabel independen manakah yang paling dominan

mempengaruhi pencegahan fraud.

2. Manfaat Penelitian

a. Kontribusi Teoritis

1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan

referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu

pengetahuan.

2) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak – pihak yang akan

melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.

Page 33: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

15

3) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah

referensi mengenai auditing, terutama tentang pencegahan fraud sehingga

diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis di masa yang akan datang.

b. Kontribusi Praktis

1) Pemahaman seorang auditor internal, dengan menguasai budaya suatu

organisasi di kementerian untuk mendapatkan informasi dari

whistleblowing sebagai tujuan untuk mengurangi tingkat fraud.

2) Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi Inspektorat Jenderal

Kementrian Keuangan untuk mengevaluasi pelaksanaan reformasi

birokrasi yang sedang berjalan.

3) Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang pencegahan fraud serta

menambah pengetahuan akuntansi khususnya auditing dan akuntansi

keprilakuan dengan memberikan bukti empiris tentang pengaruh budaya

organisasi, peran auditor internal dan whistleblowing system terhadap

pencegahan fraud.

Page 34: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Litelatur

1. Teori Peranan (Role Theory)

Menurut Cohen (2009), setiap orang pasti akan memiliki peran dalam

kehidupan ini, misalnya di lingkungan kementerian, di lingkungan tersebut

tentunya akan terdapat peran yang diambil tiap masing-masing individu,

seperti peran sebagai pimpinan dengan pegawai dan lain sebagainya. Namun

dalam pembahasan ini akan dibatasi pada peranan pimpinan. Sebelum

membahas lebih jauh akan lebih baik jika kita mengetahui apa pengetian dari

peran itu sendiri.

Teori Peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan

berbagai teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Istilah “peran” diambil dari

dunia teater. Dalam teater, seseorang aktor harus bermain sebagai seorang

tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk

berperilaku secara tertentu. Selain itu, peranan atau role (Cohen, 2009) juga

memiliki beberapa bagian, yaitu:

1. Peranan nyata (Anacted Role) adalah suatu cara yang betul-betul

dijalankan seseorang dalam menjalankan suatu peranan.

Page 35: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

15

2. Peranan yang dianjurkan (Prescribed Role) adalah cara yang

diharapkan masyarakat dari kita dalam menjalankan peranan tertentu.

3. Konflik peranan (Role Conflick) adalah suatu kondisi yang dialami

seseorang yang menduduki suatu status atau lebih yang menuntut

harapan dan tujuan peranan yang saling bertentangan satu sama lain.

4. Kesenjangan Peranan (Role Distance) adalah Pelaksanaan Peranan

secara emosional.

5. Kegagalan Peran (Role Failure) adalah kagagalan seseorang dalam

menjalankan peranan tertentu.

6. Model peranan (Role Model) adalah seseorang yang tingkah lakunya

kita contoh, tiru, diikuti.

7. Rangkaian atau lingkup peranan (Role Set) adalah hubungan seseorang

dengan individu lainnya pada saat dia sedang menjalankan perannya.

8. Ketegangan peranan (Role Strain) adalah kondisi yang timbul bila

seseorang mengalami kesulitan dalam memenuhi harapan atau tujuan

peranan yang dijalankan dikarenakan adanya ketidakserasiaan yang

bertentangan satu sama lain.

Teori peran juga menyatakan bahwa ketika perilaku yang diharapkan

oleh individu tidak konsisten, maka mereka dapat mengalami stress, depresi,

merasa tidak puas, dan kinerja mereka akan kurang efektif daripada jika pada

harapan tersebut tidak mengandung konflik. Jadi, dapat dikatakan bahwa

konflik peran dapat memberikan pengaruh negatif terhadap cara berpikir

Page 36: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

16

seseorang. Dengan kata lain, konflik peran dapat menurunkan tingkat

komitmen independensi seseorang (Ahmad dan Taylor, 2009) dalam

Sindudisastra, (2014).

2. Budaya Organisasi (Organization Culture)

Penyebab kejahatan di organisasi atau perusahaan dapat disebabkan oleh

patologi sosial budaya yang menganut budaya konsumerisme dan

materialisme sehingga menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan

(Karyono;2013), oleh karena itu disamping pengendalian intern, konsep

penting lainnya dalam pencegahan fraud, yakni menanamkan kesadaran

tentang adanya fraud (fraud awareness) (Tuanakotta, 2010).

Kesadaran tentang adanya fraud dapat dimasukkan ke dalam suatu

budaya organisasi, dalam hal ini pengertian budaya organisasi itu sendiri

merupakan sistem yang dianut oleh para anggota suatu organisasi atau

perusahaan yang merupakan hal untuk membedakan organisasi atau

perusahaan itu dari organisasi atau perusahaan lain. Dengan demikian,

menurut Tuanakotta (2010), budaya organisasi atau perusahaan adalah nilai

yang dirasakan bersama oleh para anggota organisasi yang diwujudkan dalam

bentuk sikap perilaku atau komitmen pada organisasi atau perusahaan.

Budaya organisasi dapat digunakan sebagai salah satu alat Manajemen

untuk mencapai efisiensi, efektivitas, produktivitas dan etos kerja seperti yang

Page 37: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

17

ditunjukkan di berbagai perusahaan di Jepang, Amerika dan beberapa Negara

Eropa, dan ternyata dapat membuat perusahaan berhasil efektif

(Sutrisno:2013).

Menurut Sutrisno (2013), budaya organisasi dapat didefinisikan

sebagai perangkat sistem nilai-nilai (value), keyakinan-keyakinan (beliefs),

asumsi-asumsi (assumptions), atau norma-norma yang telah lama berlaku,

disepakati dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman

perilaku dan pemecahan masalah-masalah organisasinya. Budaya organisasi

juga disebut budaya perusahan, yaitu seperangkat nilai-nilai atau norma-

norma yang telah relative lama berlakunya, dianut bersama oleh para anggota

organisasi (karyawan) sebagai norma perilaku dalam menyelesaikan masalah-

masalah organisasi (perusahaan).

Kemungkinan besar suatu kecurangan terjadi ketika lingkungan

pekerjaan integritasnya lemah, pengendaliannya tidak kuat, kehilangan

akuntabilitas, atau mendapat tekanan yang besar, maka tidak dapat dipungkiri

seseorang akan melakukan ketidakjujuran. Menurut Karyono (2013) apabila

penyebab fraud karena faktor individu, pencegahannya dengan meningkatkan

integritas dan budaya jujur serta mengeliminasi tekanan, kesempatan,

kebutuhan, pembenaran dan pengungkapan, sementara bila penyebab fraud

karena kondisi organisasi terutama karena kelemahan pengendalian intern,

Page 38: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

18

pencegahannya dilakukan dengan penerapan rancangan struktur pengendalian

yang andal dan praktik yang sehat dalam pelaksanaannya.

Namun demikian, organisasi punya pilihan, mereka dapat membentuk

lingkungan pekerjaan dimana kemungkinan terjadinya fraud sangat kecil, atau

lingkungan pekerjaan yang berpeluang kemungkinan terjadinya fraud sangat

besar. Setiap organisasi bertanggungjawab untuk berusaha mengembangkan

suatu perilaku organisasi yang mencerminkan kejujuran dan etika yang

dikomunikasikan secara tertulis dan dapat dijadikan pegangan oleh seluruh

pegawai. Budaya organisasi merupakan jiwa organisasi dan jiwa para anggota

organisasi (Kilmann:1988) yang dituliskan kembali oleh Sutrisno (2013)

dimana kultur budaya memiliki akar dan memiliki nilai-nilai luhur yang

menjadi dasar bagi etika pengelolaan suatu organisasi atau suatu perusahaan.

Menurut Wibowo (2011:19) budaya organisasi adalah filosofi dasar organisasi

yang memuat keyakinan, norma-norma, dan nilai-nilai bersama yang menjadi

karakteristik inti bagaimana cara melakukan sesuatu dalam organisasi.

Salah satu faktor yang bisa mencegah kecurangan menurut Arens

(2008:441) dalam Zelmiyanti dan Anita (2015) adalah budaya yang jujur dan

etika yang tinggi. Teori Arens diperkuat oleh Tunggal (2010: 231)

menyatakan bahwa kecurangan dapat dicegah dengan meningkatkan budaya

organisasi yang dapat dilakukan dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip

Good Corparate Governance. Perbankan bertanggung jawab untuk

Page 39: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

19

menerapkan budaya yang baik dalam perusahaan agar tindakan kecurangan

bisa diminimalkan.

Untuk mengukur variable tersebut menggunakan pendapat Robbins

dan Coulter (2010:63) Zelmiyanti dan Anita (2015) yaitu :

a. Inovasi dan pengambilan resiko, yaitu kadar seberapa jauh karyawan

didorong untuk inovatif dan mengambil resiko.

b. Perhatian ke hal yang rinci atau detail, yaitu kadar seberapa jauh karyawan

diharapkan mampu menunjukkan ketepatan, analisis dan perhatian yang

rinci/detail.

c. Orientasi hasil, yaitu kadar seberapa jauh pimpinan berfokus pada hasil

atau output dan bukannya pada cara mencapai hasil itu.

d. Orientasi orang, yaitu kadar seberapa jauh keputusan manajemen turut

mempengaruhi orang- orang yang ada dalam organisasi.

e. Orientasi tim, yaitu kadar seberapa jauh pekerjaan disusun berdasarkan

tim dan bukannya perorangan.

f. Keagresifan, yaitu kadar seberapa jauh karyawan agresif dan bersaing,

bukannya daripada bekerja sama.

g. Kemantapan/stabilitas, yaitu kadar seberapa jauh keputusan dan tindakan

organisasi menekankan usaha untuk mempertahankan status quo.

Page 40: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

14

3. Pengertian Audit Internal

Audit internal yang digunakan sebagai suatu cara untuk mencegah

kecurangan dalam kementerian yang kegiatannya meliputi menguji dan

menilai efektivitas serta kesesuaian sistem pengendalian internal yang ada

dalam organisasi. Fungsi audit internal ini dalam suatu kementerian dapat

berupa divisi, departemen, fungsi bisnis, proses bisnis, layanan informasi, dan

sistem. Tanpa audit internal, dewan direksi atau pimpinan unit tidak akan

memiliki sumber informasi internal yang bebas mengenai kinerja organisasi.

Auditor internal berfungsi membantu manajemen dalam pencegahan,

pendeteksian dan penginvestigasian fraud yang terjadi di suatu organisasi

(perusahaan). Sesuai Interpretasi Standar Profesional Audit Internal (SPAI) –

standar 120.2 tahun 2004, tentang pengetahuan mengenai kecurangan,

dinyatakan bahwa auditor internal harus memiliki pengetahuan yang memadai

untuk dapat mengenali, meneliti dan menguji adanya indikasi kecurangan.

Selain itu, Statement on Internal Auditing Standards (SIAS) No. 3, tentang

Deterrence, Detection, Investigation, and Reporting of Fraud (1985) dalam

Zelmiyanti dan Anita (2015), memberikan pedoman bagi auditor internal

tentang bagaimana auditor internal melakukan pencegahan, pendeteksian dan

penginvestigasian terhadap fraud. SIAS No. 3 tersebut juga menegaskan

tanggung jawab auditor internal untuk membuat laporan audit tentang fraud

(Effendi: 2010) dalam Zelmiyanti dan Anita (2015).

Page 41: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

15

Audit internal mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai

tujuan kementrian yang telah ditentukan. Perlunya konsep audit internal

dikarenakan bertambah luasnya ruang lingkup kementrian. Oleh karena itu

semakin besar suatu kementrian maka semakin luas pula rentang pengendalian

yang dipikul pimpinan, sehingga manajemen harus menciptakan suatu

pengendalian intern yang efektif untuk mencapai suatu pengelolaan yang

optimal dengan mempertimbangkan manfaat dan biayanya. Audit internal

yang dilakukan dalam suatu kementrian merupakan kegiatan penilaian dan

verifikasi atas prosedur-prosedur, data yang tercatat berdasarkan atas

kebijakan dan rencana kementrian, sebagai salah satu fungsi dalam upaya

mengawasi aktivitasnya. Aktivitas audit internal menjadi pendukung utama

untuk tercapainya tujuan pengendalian internal. Ketika melaksanakan

kegiatannya, audit internal harus bersifat objektif dan kedudukannya dalam

kementrian adalah independen.

Audit internal merupakan pengawasan manajerial yang fungsinya

mengukur dan mengevaluasi sistem pengendalian dengan tujuan membantu

semua anggota manajemen dalam mengelola secara efektif

pertanggungjawabannya dengan cara menyediakan analisis, penilaian,

rekomendasi, dan komentar-komentar yang berhubungan dengan kegiatan-

kegiatan yang ditelaah. Ikatan Auditor Internal (Institute of Internal Auditors

– IIA) dikutip oleh Messier (2005: 514), mendefinisikan audit internal sebagai

berikut :

Page 42: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

16

“Audit intern adalah aktivitas independen, keyakinan obyektif, dan

konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi

organisasi. Audit intern ini membantu organisasimencapai tujuannya dengan

melakukan pendekatan sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan

meningkatkan efektivitas manajemen resiko, pengendalian, dan proses tata

kelola.

Definisi ini mengandung pengertian bahwa audit intern merupakan

suatu aktivitas yang dilakukan untuk membantu manajemen dalam

penyediaan informasi, dengan tujuan akhir yaitu menambah nilai perusahaan.

Pelaksanaan audit intern dilakukan secara independen dan obyektif yang

berarti tidak terpengaruh oleh pihak manapun dan tidak terlibat dalam

pelaksanaan kegiatan yang diaudit. Hasil audit yang diperoleh dari

pelaksanaan audit internal secara independen dan obyektif tersebut akan dapat

diandalkan oleh para pengguna informasi. Kegiatan penilaian ini bersifat

independen bukanlah dalam arti absolut yang berarti bebas dari semua

ketergantungan, tetapi mengandung pengertian bahwa internal auditor, bebas

dari pengaruh atau kekuasaan pihak yang diperiksanya sehingga diharapakan

akan dapat memberikan penilaian yang objektif. Definisi tersebut juga tidak

hanya mencakup peranan dan tujuan auditor internal, tetapi juga menyatakan

lingkup yang luas dari audit internal modern yang lebih menekankan pada

penambahan nilai dan semua hal yang berkaitan dengan resiko, tata kelola,

Page 43: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

17

dan pengendalian. Mulyadi (2002:29) dalam Sugiman (2016) menyatakan

bahwa:

“Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan

(perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya

adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh

manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan

terhadap kekayaan organisasi, menentukan keandalan informasi yang

dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi”.

Dari definisi tersebut dapat dilihat beberapa lingkup tugas auditor

internal dalam perusahaan yang bertujuan untuk menilai efisiensi dan

efektifitas kegiatan usaha dan juga pengendalian internal yang telah

dijalankan. Selanjutnya Agoes (2004: 221) dalam Sugiman (2016)

memberikan pendapatnya mengenai audit internal sebagai berikut :

“Internal Audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang

dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan

keuangan, dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap

kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap

peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang

berlaku. Peraturan pemerintah misalnya peraturan dibidang perpajakan,

pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, investasi dll.

Ketentuan dari ikatan profesi misalnya standar akuntansi keuangan.”

Internal audit perusahaan terhadap laporan keuangan dan catatan

akuntansi bertujuan untuk mengetahui apakah pembukuan dan laporan

keuangan tersebut telah menunjukan gambaran aktivitas yang sebenarnya dan

untuk mengetahui apakah setiap bagian atau unit benar-benar telah

Page 44: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

18

melaksanakan kebijakan rencana dan prosedur yang telah ditetapkan oleh

manajemen puncak (Sugiman, 2016). Perusahaan perkebunan memiliki

kedudukan yang penting dalam perekonomian dan pembangunan, maka

fungsi audit internal menjadi semakin penting. Secara umum dapat dikatakan

bahwa fungsi audit intern bagi manajemen perusahaan adalah untuk menjamin

pelaksanaan operasional yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang

berlaku. Di dalam perusahaan, audit intern yang merupakan fungsi staf, tidak

memiliki wewenang untuk langsung memberi perintah kepada pegawai, juga

tidak dibenarkan untuk melakukan tugas-tugas operasional dalam perusahaan

yang sifatnya di luar kegiatan pemeriksaan.

3.1 Audit Internal yang efektif

Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari kegiatan usaha

suatu perusahaan, adanya suatu, departemen audit internal yang efektif

sangat diperlukan. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus

diperhatikan agar suatu perusahaan dapat memiliki departemen audit

internal yang efektif dalam membantu manajemen dengan memberikan

analisa, penilaian, dan saran mengenai kegiatan yang diperiksanya,

Sawyers (2012).

a. Departemen audit internal harus mempunyai kedudukan independen

dalam organisasi perusahaan, yaitu tidak terlibat dalam kegiatan

operasional yang diperiksanya.

Page 45: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

19

b. Departemen audit internal harus mempunyai uraian tugas tertulis

yang jelas sehingga dapat mengetahui tugas, wewenang, dan

tanggung jawabnya. Departemen audit internal harus pula memiliki

internal audit manual yang berguna untuk:

1) Mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas,

2) Menentukan standar untuk mengukur dan meningkatkan

performance,

3) Memberi keyakinan bahwa hasil akhir departemen audit internal

telah sesuai dengan requirement kepala audit internal.

c. Departemen audit internal harus memiliki dukungan yang kuat dari

top management. Dukungan yang kuat dari top management tersebut

dapat berupa:

1) Penempatan departemen audit internal dalam posisi yang

independen,

2) Penempatan staf audit dengan gaji yang rationable

3) Penyediaan waktu yang cukup dari top management untuk

membaca, mendengarkan dan mempelajari laporanlaporan yang

dibuat oleh departemen audit internal dan tanggapan yang cepat

dan tegas terhadap saran-saran perbaikan yang diajukan.

d. Departemen audit internal harus memiliki sumber daya yang

profesional, berkemampuan, dapat bersikap objektif dan mempunyai

integritas serta loyalitas yang tinggi.

Page 46: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

20

e. Departemen audit internal harus bersifat koperatif dengan akuntan

publik.

f. Harus diadakannya rotasi dan kewajiban mengambil cuti bagi pegawai

departemen audit internal.

g. Pemberian sanksi yang tegas kepada pegawai yang melakukan

kecurangan dan memberikan penghargaan kepada mereka yang

berprestasi.

h. Menetapkan kebijakan yang tegas mengenai pemberian-pemberian

dari luar.

i. Mengadakan program pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan

kemampuan pegawai dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya

sebagai auditor internal.

3.2 Auditor Internal

Audit internal mempunyai peranan yang sangat penting dalam

mencapai tujuan kementrian yang telah ditentukan. Perlunya konsep audit

internal dikarenakan bertambah luasnya ruang lingkup kementrian. Oleh

karena itu semakin besar suatu kementrian maka semakin luas pula

rentang pengendalian yang dipikul pimpinan, sehingga manajemen harus

menciptakan suatu pengendalian intern yang efektif untuk mencapai suatu

pengelolaan yang optimal dengan mempertimbangkan manfaat dan

biayanya. Audit internal yang dilakukan dalam suatu kementrian

Page 47: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

21

merupakan kegiatan penilaian dan verifikasi atas prosedur-prosedur, data

yang tercatat berdasarkan atas kebijakan dan rencana kementrian, sebagai

salah satu fungsi dalam upaya mengawasi aktivitasnya. Aktivitas audit

internal menjadi pendukung utama untuk tercapainya tujuan pengendalian

internal. Ketika melaksanakan kegiatannya, audit internal harus bersifat

objektif dan kedudukannya dalam kementrian adalah independen.

Dari pengertian diatas, dapat dilihat dari penekanan pengertian

Auditing Internal singkatnya adalah untuk memberikan jasa (service)

kepada manajemen. Sedangkan pengertian Audit Internal menurut

Theresa et al. (2014) adalah suatu fungsi penilaian yang independen yang

ada dalam suatu organisasi dengan tujuan untuk menguji dan

mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan.

Dari definisi di atas, audit internal merupakan suatu kontrol

organisasi yang mengukur dan mengevaluasi organisasi. Informasi yang

dihasilkan, ditujukan untuk manajemen organisasi sendiri. Setelah

mengetahui apa yang dimaksud dengan audit internal, terdapat istilah

yang disebut auditor internal yang harus kita ketahui untuk dapat

membedakan antara audit internal dengan auditor internal.

Pengertian tersebut menyatakan bahwa audit internal merupakan

suatu fungsi penilaian yang independen yang ditetapkan dalam organisasi

untuk menguji dan mengevaluasi aktivitasnya sebagai suatu pelayanan

terhadap organisasi.

Page 48: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

22

Sedangkan Valery G. Kumat (2011:35) mendefinisikan audit

internal sebagai agen yang paling „pas‟ untuk mewujudkan internal

control, risk management, dan good corporate governance yang pastinya

akan memberi nilai tambah bagi sumber daya dan kementerian.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa audit internal

merupakan jaminan, independen, obyektif dan aktivitas konsultasi yang

dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi.

Ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan membawa

pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan

meningkatkan efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian, dan

proses governance.

3.3 Tujuan Audit Internal

Menurut Hery (2010:39) tujuan dari audit internal secara umum

memiliki tujuan untuk membantu segenap anggota manajemen dalam

menyelesaikan tanggung jawab mereka secara efektif, dengan member

mereka analisis, penilaian, saran dan komentar yang objektif mengenai

kegiatan atau hal-hal yang diperiksa.

Untuk mencapai keseluruhan tujuan tersebut, maka auditor harus

melakukan beberapa aktivitas sebagai berikut :

1. Memeriksa dan menilai baik buruknya pengendalian atas akuntansi

keuangan dan operasi lainnya.

Page 49: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

23

2. Memeriksa sampai sejauh mana hubungan para pelaksana terhadap

kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan.

3. Memeriksa sampai sejauh mana hubungan para pelaksana terhadap

kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan.

4. Memeriksa kecermatan pembukuan dan data lainnya yang dihasilkan

oleh kementrian.

5. Menilai prestasi kerja para pejabat/pelaksana dalam menyelesaikan

tanggung jawab yang telah ditugaskan.

Adapun aktivitas dari audit internal yang disebutkan di atas

digolongkan kedalam dua macam, diantaranya :

1. Financial auditing

Kegiatan ini antara lain mencakup pengecekan atas kecermatan dan

kebenaran segala data keuangan, mencegah terjadinya kesalahan atau

fraud dan menjaga kekayaan kementrian.

2. Operational auditing

Kegiatan pemeriksaan ini lebih ditujukan pada operasional untuk

dapat memberikan rekomendasi yang berupa perbaikan dalam cara

kerja,sistem pengendalian dan sebagainya.

3.4 Peran Audit Internal

Mengingat pentingnya peran pengawasan terhadap tindak fraud,

maka audit internal menjadi satu-satunya unit kerja yang paling tepat

Page 50: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

24

melakoninya. Karena itu, peran audit internal yang selama ini selalu

berkaitan dengan urusan physical control harus sudah bergeser dari

sekedar terkesan sebagai “provoost” kementrian menjadi unit yang

mampu berperan dalam pencegahan sekaligus pendeteksian fraud.

Menurut BPKP (2008:43) peran yang ideal bagi audit internal yaitu

sebagai berikut:

1. Peran audit internal dalam pencegahan fraud

2. Peran audit internal dalam pendeteksian fraud

Audit internal dituntut untuk waspada terhadap setiap hal yang

menunjukkan adanya kemungkinan terjadinya fraud, yang mencakup:

1. Identifikasi titik-titik kritis terhadap kemungkinan terjadinya fraud.

2. Penilaian terhadap sistem pengendalian yang ada, dimulai sejak

lingkungan pengendalian hingga pemantauan terhadap penerapan

sistem pengendalian.

3.5 Kompetensi Audit Internal

Melihat banyak beban yang harus dipikul oleh tim audit internal,

maka dapat diidentifikasi kebutuhan yang sesuai akan kompetensi dasar

(basic competency) yang sama bagi para auditor. Menurut Kumaat (2011:

25-27) dijelaskan kompetensi audit internal mulai dari head of

department hingga para pelaksana sebagaimana penulis uraikan berikut

ini:

Page 51: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

25

1. Soft Competency – Audit Internal : Menentukan Sosok Audit yang

Ideal.

Kepribadian atau karaktek positif yang kuat sekarang ini diakui

sebagai penentu keberhasilan seseorang dalam meniti karier, lebih

dari bekal pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Sosok audit

internal yang ideal harus memiliki keunikan tersendiri, yaitu

perpaduan karakter yang jarang dijumpai pada posisi/profesi lain.

Karena harus independen dalam mengidentifikasi, menganalisis,

menetapkan akar masalah hingga mengeluarkan rekomendasi

solusi, integritas menjadi hal yang tidak dapat ditawar. Secara kasat

mata orang-orang seperti ini umumnya dijumpai dengan kemiripan

ciri dalam hal:

a. Sangat berminat dengan topik-topik meyangkut religoisitas,

spriritualitas, humanitas, filsafat, atau tertarik berdiskusi tentang

masalah keadilan.

b. Memiliki prinsip hidup dan pendirian teguh, yaitu hasil bentukan

dari pengalaman hidup yang lebih banyak gejolak ketimbang

kisah sukses.

c. Menampilkan gaya hidup yang cenderung sederhana dengan

tingkat persistensi dan disiplin diri yang relatif tinggi dan

konsisten yang sudah teruji oleh waktu.

Page 52: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

26

Selanjutnya, karena sifat pekerjaan auditor yang harus selalu

berinteraksi dengan berbagai tipe manusia, bahkan mempengaruhi

orang lain, auditor mau tidak mau juga harus memiliki aura

kepemimpinan yang memadai. Kumaat (2011:26) berpendapat bahwa

pemimpin bisa berasal dari bakat (borned to be a leader) maupun

hasil pembentukan (leader by learning experience). Secara umum

orang-orang ini terlihat dari ciri-ciri:

a. Minat yang tinggi atau pengalaman yang konsisten, mulai dari

masa sekolah/kuliah hingga meniti karier, terlibat dalam aktivitas

organisasi.

b. Relatif dewasa (matured) dibanding rekan sebayanya, serta

memiliki kepercayaan diri (self confidance) dan kemandirian (self-

driven) yang relatif tinggi.

c. Memiliki kemampuan interpersonal relation, empathy, dan

teamwork yang baik, yang juga ditopang oleh lingustic

intelligence yang baik, khususnya fasih secara moral (terlihat saat

berdiskusi atau ketika tampil sebagai public speaker).

Hard Competency – Audit Internal : Menentukan Bobot Auditor

Meskipun Soft Competency memegang peranan penting, auditor

juga dituntut memiliki tingkat berpikir, pengetahuan, dan keterampilan

(Hard Competency) di atas rata-rata, tepatnya sebuah kombinasi

Page 53: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

27

kompetensi yang terdiri dari Analytical Thinking, Multi-Dimensional

Knowledge, dan Advisory Skill.

Dalam menjalankan perannya, auditor tidak hanya dituntut

mengenal setiap business process (sistem kerja) yang sedang berjalan

maupun yang lazim berlaku, tetapi juga harus mampu:

a. Mengidentifikasi setiap critical point di dalamnya, serta setiap

kemungkinan logis dari praktek yang tidak memadai pada titik-titik

tersebut.

b. Menganalisis perubahan, penyimpangan, bahkan potensi risiko yang

ada.

c. Membuktikan root cause yang sebenarnya dan mengukur besarnya

negative impact situasi yang sudah/mungkin terjadi.

Tuntutan berpikir analitis ini tidak dapat dihindarkan mengingat

audit internal harus berada di garis depan dalam mengembangkan risk

management kementerian. Auditor juga dituntut memiliki kapasitas

Intellectual Knowledge yang memadai agar dapat inline dengan wawasan

berpikir dan pengetahuan yang dimiliki para auditee. Pengetahuan yang

dikuasai setidaknya harus mampu:

a. Mengidentifikasi setiap critical point di dalamnya, serta setiap

kemungkinan logis dari praktek yang tidak memadai pada titik-titik

tersebut.

Page 54: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

28

b. Menganalisis perubahan, penyimpangan, bahkan potensi risiko yang

ada.

c. Membuktikan root cause yang sebenarnya dan mengukur besarnya

negative impact situasi yang sudah/mungkin terjadi.

Tuntutan berpikir analitis ini tidak dapat dihindarkan mengingat

audit internal harus berada di garis depan dalam mengembangkan risk

management kementerian. Auditor juga dituntut memiliki kapasitas

Intellectual Knowledge yang memadai agar dapat inline dengan wawasan

berpikir dan pengetahuan yang dimiliki para auditee. Pengetahuan yang

dikuasai setidaknya harus mampu:

a. Menunjang value added bagi bisnis maupun fungsi audit

b. Mengikuti perkembangan dunia bisnis dan bidang pengawasan dari

waktu ke waktu (contextual).

Karena itu, auditor tidak boleh hanya berbekal pengetahuan dasar

auditing saja (accounting financial management, statistic, dan

sebagainya), apalagi sekedar mengandalkan hasil studi/pelatihan formal

(yang terkadang tidak link & match engan dinamika kebutuhan bisnis),

tetapi juga bersedia menjelajah secara self learning setiap informasi di

luar serta pengalaman di dalam institusi bisnis, baik yang bersifat

technical maupun managerial, terkait seluruh bidang yang ditekuni para

auditee (IT, supply-chain, strategy management, marketing, dan

sebagainya).

Page 55: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

29

Secara umum ada 3 tingkatan yang diharapkan auditee dari diri

auditor:

a. Memiliki kecakapan teknis yang baik, paling tidak sepadan dengan

yang dimiliki oleh auditee, khususnya dalam urusan

administrasi/pengendalian pekerjaan atau dalam menjalankan proses

sebuah sistem. Auditor harus dapat menunjukkan metode yang lebih

efektif/efisien ketimbang yang dijalankan oleh auditee.

b. Memiliki kecakapan supervisory yang tidak hanya terkait dengan

penguasaan instrumen pengawasan (standar dan peraturan kerja,

sistem reward & punishment, dan sebagainya), tetapi juga

pemahaman terhadap prinsip-prinsip interpersonal skill dan

leadership yang baik.

c. Memiliki kecakapan komunikasi yang handal, tidak hanya dalam hal

meyakinkan auditee tentang urgensi persoalan atau potential risk

beserta dampaknya, tetapi juga dapat menunjukkan alasan mengapa

saran/rekomendasi yang diberikan benar-benar applicable, bahkan

sebagai best practice bagi auditee.

3.6 Standar Profesional Audit Internal

Agar pelaksanaan audit internal berjalan dengan baik maka harus

ada suatu standar khusus yang dilengkapi dengan pedoman yang tepat

dari suatu istilah yang digunakan untuk memenuhi standar tersebut.

Page 56: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

30

Menurut Hiro Tugiman (2006: 4) dalam Theresa et al. (2014) standar

profesional audit internal terbagi atas empat macam diantaranya yaitu:

1. Independensi

Audit internal harus mandiri dan terpisah dari berbagai kegiatan yang

diperiksa. Auditor internal dianggap mandiri apabila dapat

melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian

audit internal sangat penting terutama dalam memberikan penilaian

yang tidak memihak (netral). Hal ini hanya dapat diperoleh melalui

status organisasi dan sikap objektif dari para audit internal. Status

organisasi audit internal harus dapat memberikan keleluasaan bagi audit

internal dalam menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaansecara

maksimal.

2. Kemampuan Professional

a. Pengetahuan dan kemampuan

Menurut Hiro Tugiman dalam buku Standar Profesional Audit

Internal (SPAI) (2006: 27-29) dalam Theresa et al. (2014)

Kemampuan profesional wajib dimiliki oleh auditor internal dapat

dilihat sebagai berikut:

1. Kesesuaian dengan standar profesi;

2. Pengetahuan dan kecakapan;

3. Hubungan antar manusia dan komunikasi;

4. Pendidikan berkelanjutan;

Page 57: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

31

5. Ketelitian professional.

Dalam setiap pemeriksaan, pimpinan audit internal haruslah

menugaskan orang-orang yang secara bersama-sama atau keseluruhan

memiliki pengetahuan dan kemampuan dari berbagai disiplin ilmu, seperti

akuntansi, ekonomi, keuangan, statistik, pemrosesan data elektronik,

perpajakan, dan hukum yang memang diperlukan untuk melaksanakan

pemeriksaan secara tepat dan pantas.

b. Pengawasan

Pimpinan audit internal bertanggung jawab dalam melakukan

pengawasan terhadap segala aktivitas pemeriksaan yang dilakukan oleh

para stafnya. Pengawasan yang dilakukan sifatnya berkelanjutan, yang

dimulai dengan perencanaan dan diakhiri dengan penyimpulan hasil

pemeriksaan yang dilakukan. Pengawasan yang dimaksud mencakup:

1) Memberikan instruksi kepada para staf audit internal pada awal

pemeriksaan dan menyetujui program-program pemeriksaan.

2) Apakah program pemeriksaan yang telah disetujui dilaksanakan,

kecuali bila terdapat penyimpangan yang dibenarkan atau disalahkan.

3) Menentukan apakah kertas kerja pemeriksaan telah cukup untuk

mendukung temuan pemeriksaan, kesimpulan-kesimpulan, dan

laporan hasil pemeriksaan.

4) Meyakinkan apakah laporan pemeriksaan tersebut akurat, objektif,

jelas, ringkas, konstruktif dan tepat waktu.

Page 58: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

32

5) Menentukan apakah tujuan pemeriksaan telah dicapai.

c. Ketelitian Profesional

Audit internal harus dapat berkerja secara teliti dan melaksanakan

pemeriksaan. Audit internal harus mewaspadai berbagai kemungkinan

terjadinya pelanggaran yang dilakukan dengan sengaja, kesalahan,

kelalaian, ketidakefektifan, pemborosan dan konflik kepentingan.

d. Lingkup pekerjaan

Lingkup pekerjaan audit internal harus mengikuti pengujian dan

evaluasi terhadap kecukupan serta efektivitas sistem pengendalian internal

yang dimiliki organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang

diberikan (Hiro, 2006:44) dalam Theresa et al. (2014) yang meliputi :

a. Keandalan informasi

Audit internal haruslah menguji sistem informasi tersebut, dan

menentukan apakah berbagai catatan, laporan finansial dan laporan

operasional kementerian mengandung informasi yang akurat, dapat

dibuktikan kebenarannya, tepat waktu, lengkap, dan berguna.

b. Kesesuaian dengan kebijakan, rencana, prosedur dan ketentuan

perundang-undangan Manajemen bertanggung jawab untuk

menetapkan sistem, yang dibuat dengan tujuan memastikan

pemenuhan berbagai persyaratan, seperti kebijakan, rencana, prosedur,

dan peraturan perundangundangan. Audit internal bertanggung jawab

untuk menentukan apakah sistem tersebut telah cukup efektif dan

Page 59: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

33

apakah berbagai kegiatan yang diperiksa telah sesuai dengan kebijakan

yang ditetapkan.

c. Perlindungan aktiva

Audit internal harus meninjau berbagai alat atau cara yang digunakan

untuk melindungi aktiva perusahan terhadap berbagai jenis kerugian,

seperti kerugian yang diakibatkan oleh pencurian dan kegiatan yang

illegal. Pada saat memverifikasi keadaan suatu aktiva, audit internal

harus menggunakan prosedur pemeriksaan yang sesuai dan tepat.

d. Penggunaan sumber daya

Audit internal harus dapat memastikan keekonomisan dan keefisienan

penggunaan sumber daya yang dimiliki oleh kementerian. Audit

internal bertanggung jawab untuk:

1. Telah menetapkan suatu standar operasional untuk mengukur

2. keekonomisan dan keefeisienan;

3. Standar operasional tersebut telah dipahami dan dipenuhi;

4. Berbagai penyimpangan dari standar operasional telah

diidentifikasi, dianalisis dan diberitahukan kepada berbagai

pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindakan

perbaikan;

5. Tindakan perbaikan dilakukan.

e. Pencapaian Tujuan

Page 60: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

34

Audit internal harus dapat memberikan kepastian bahwa semua

pemeriksaan yang dilakukan sudah mengarah kepada pencapaian

tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh kementerian.

4. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan

Pelaksanaan audit memberikan pedoman tentang struktur audit secara

keseluruhan, yang meliputi bidang-bidang perencanaan pemeriksaan,

pengujian dan pengevaluasian informasi, penyampaian hasil pemeriksaan

dan tindak lanjut hasil pemeriksaan.

Adapun pelaksanaan kegiatan pemeriksaan menurut Hiro Tugiman

(2006: 11) dalam Theresa et al. (2014) meliputi:

a. Perencanaan kegiatan pemeriksaan

Audit internal harus terlebih dahulu melakukan perencanaan

pemeriksaan dengan meliputi:

1. Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan;

2. Memperoleh informasi dasar tentang objek yang akan

diperiksa;

3. Penentuan tenaga yang diperlukan dalam menjalankan

pemeriksaan.

4. Pemberitahuan kepada pihak yang dipandang perlu;

5. Melakukan survei secara tepat untuk lebih mengenali bidang

atau area yang akan diperiksa;

6. Penetapan program pemeriksaan;

Page 61: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

35

7. Menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil

pemeriksaan disampaikan;

8. Memperoleh persetujuan atas rencana kerja pemeriksaan.

b. Pengujian dan pengevaluasian

Audit internal harus melakukan pengujian dan pengevaluasian

terhadap semua informasi yang ada guna memastikan ketepatan dari

informasi tersebut yang nantinya akan digunakan untuk pemeriksaan.

c. Pelaporan hasil pemeriksaan

Audit internal harus melaporkan hasil pemeriksaan yang

dilakukannya. Laporan yang dibuat haruslah objektif, jelas, singkat,

konstruktif dan tepat waktu. Objektif adalah laporan yang faktual, tidak

berpihak, dan terbebas dari distorsi. Laporan yang jelas adalah laporan

yang mudah dimengerti dan logis. Laporan yang singkat adalah laporan

yang diringkas langsung membicarakan pokok permasalahan dan

menghindari berbagai perincian yang tidak diperlukan. Laporan yang

konstruktif adalah laporan yang berdasarkan isi dan sifatnya akan

membantu pihak yang diperiksa dan organisasi serta menghasilkan

berbagai perbaikan yang diperlukan. Laporan yang tepat waktu adalah

laporan yang pemberitaannya tidak ditunda dan mempercepat

kemungkinan pelaksanaan berbagai tindakan yang koreksi dan efektif.

Page 62: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

36

Audit internal juga harus langsung melaporkan hasil pemeriksaannya

kepada pimpinan dan karyawan lain apabila membutuhkan.

a. Tindak lanjut pemeriksaan

Audit internal harus secara terus menerus meninjau dan melakukan

tindak lanjut untuk memastikan apakah suatu tindakan perbaikan telah

dilakukan dan memberikan berbagai hasil yang diharapkan.Tindak lanjut

audit internal didefinisikan sebagai suatu proses untuk menentukan

kecukupan, keefektifan, dan ketepatan waktu dari berbagai tindakan yang

dilakukan oleh menejemen terhadap berbagai temuan pemeriksaan yang

dilaporkan.

4. Whistleblowing System

Whistleblowing merupakan pengungkapan informasi oleh anggota

organisasi (atau mantan) yang dipandang sebagai praktik ilegal, tidak

bermoral, atau tidak sah dibawah kendala karyawan kepada orang-orang atau

organisasi yang mungkin dapat mempengaruhi tindakan (Miceli et al., 2008).

Pentingnya keberadaan whistleblowing dalam mengungkapkan kecurangan

atau skandal keuangan telah banyak terbukti di awal dekade abad kedua puluh

satu (Dyck et al., 2010). Efektifitas whistleblowing dalam mengungkapkan

kecurangan laporan keuangan tidak hanya diakui oleh akuntan dan regulator

di Amerika Serikat, namun juga di negara-negara lain (Patel, 2003; Miceli et

al., 2008). Adanya globalisasi perdagangan perusahaan sekuritas di bursa

nasional juga telah memotivasi legislatif di berbagai negara untuk mengadopsi

Page 63: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

37

undang-undang yang dirancang untuk meningkatkan dan melindungi

keberadaan whistleblowing (Lewis, 2008; Miceli et al., 2008; Schmidt, 2009).

Mengingat pentingnya peran whistleblowing dalam mengungkapkan

kecurangan keuangan, maka pemahaman atas faktor-faktor yang mendasari

niat untuk melaporkan kecurangan atau penyalahgunaan aset merupakan topik

yang sangat penting (KPMG Forensik, 2008; Bame-Aldred et al., 2007).

Keruntuhan Enron dan Arthur Andersen merupakan suatu fenomena

yang disebabkan perilaku whistleblowing. Spreitzer dan Sonenshein (2004)

menyatakan bahwa ketika karyawan menyadari adanya praktek ilegal dalam

organisasi dan berani mengungkapkan hal ini kepada pihak berwenang, maka

whistleblowing dianggap sebagai tindakan penyimpangan positif karena

dilakukan dengan sengaja, dan berani keluar dari norma organisasi. Dalam

literatur whistleblowing, terdapat perdebatan kontrovesi mengenai faktor-

faktor yang memotivasi individu untuk melakukan whistleblowing. Beberapa

orang mungkin melihat whistleblower sebagai pemberani atau terhormat

sementara yang lain menganggap whistleblowing sebagai perilaku tidak etis

terhadap organisasi mereka (Gundlach et al., 2003). Meskipun demikian,

beberapa pihak menyatakan tindakan whistleblowing sebagai perilaku

menyimpang yang menguntungkan organisasi dan masyarakat (Appelbaum et

al., 2007).

Istilah whistleblowing di Indonesia diidentikkan dengan perilaku

seseorang yang melaporkan perbuatan yang berindikasi tindak pidana korupsi

Page 64: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

38

di organisasi tempat bekerja sehingga memiliki akses informasi memadai atas

terjadinya indikasi tindak pidana korupsi tersebut. Sebenarnya whistleblowing

tidak hanya melaporkan masalah korupsi, tetapi juga skandal lain yang

melanggar hukum dan menimbulkan kerugian/ancaman bagi masyarakat.

Kasus whistleblowing yang popular di Indonesia adalah ketika maraknya

pemberitaan yang menimpa Kepolisian RI terkait skandal makelar kasus.

Selain itu juga penyampaian informasi suap dalam pemilihan Deputi Senior

BI yang dilakukan oleh anggota dewan perwakilan rakyat. Peran kedua

whistleblower tersebut sangat besar untuk melindungi negara dari kerugian

yang lebih parah dan pelanggaran hukum yang terjadi.

Whistleblowing system yang diimplementasikan di tubuh Kementerian

Keuangan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 103

tahun 2010 tentang Tata Cara Pengelolaan dan Tindak Lanjut Pelaporan

Pelanggaran (Whistleblowing) di Lingkungan Kementerian Keuangan. Dalam

peraturan tersebut, disebutkan bahwa setiap pejabat/pegawai di lingkungan

Kementerian Keuangan yang melihat atau mengetahui adanya Pelanggaran,

wajib melaporkannya kepada Unit Kepatuhan Internal atau Unit Tertentu

dan/atau Inspektorat Jenderal. Masyarakat yang melihat atau mengetahui

adanya Pelanggaran dan/atau merasa tidak puas terhadap pelayanan yang

diberikan oleh pejabat/pegawai di Lingkungan Kementerian Keuangan juga

dapat melaporkannya kepada Unit Kepatuhan Internal atau Unit Tertentu

dan/atau Inspektorat Jenderal.

Page 65: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

39

Di PMK No. 103 tahun 2010 ini, disebutkan juga bahwa dalam hal Unit

Eselon I belum memiliki Unit Kepatuhan Internal, Pimpinan Unit Eselon I

wajib menunjuk Unit Tertentu. Unit Kepatuhan Internal dan Unit Tertentu

pada Unit Eselon I bertindak sebagai unit yang menerima, mengelola, dan

menindaklanjuti Pengaduan. Inspektorat Jenderal dalam hal ini bertindak

sebagai unit kerja yang menerima, mengelola, dan menindaklanjuti Pengaduan

dan sebagai koordinator yang mengawasi pelaksanaan pengelolaan Pengaduan

pada seluruh Unit Eselon I.

Sementara itu, laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 PMK No.

103 tahun 2010 merupakan pengaduan yang dapat disampaikan secara

langsung maupun tidak langsung kepada Unit Kepatuhan Internal, Unit

Tertentu, dan/atau Inspektorat Jenderal. Penyampaian laporan secara langsung

dapat dilakukan melalui Saluran Pengaduan yang berupa help desk yang wajib

disediakan oleh Unit Kepatuhan Internal, Unit Tertentu, dan Inspektorat

Jenderal. Penyampaian laporan secara tidak langsung dapat dilakukan melalui

Saluran Pengaduan berupa telepon, faksimili, layanan pesan singkat (SMS),

kotak pengaduan, surat elektronik (email), dan PO BOX, yang wajib

disediakan oleh Unit Kepatuhan Internal, Unit Tertentu, dan Inspektorat

Jenderal. Unit Eselon I dan/atau Unit Vertikal Eselon I wajib memublikasikan

Saluran Pengaduan yang dimiliki Inspektorat Jenderal dan Unit Kepatuhan

Internal atau Unit Tertentu pada Unit Eselon I yang bersangkutan paling

Page 66: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

40

kurang pada papan pengumuman resmi kantor secara terus-menerus dan

media massa cetak secara berkala 2 (dua) kali dalam setahun.

Lebih lanjut, PMK No. 103 tahun 2010 merinci, Unit Vertikal Eselon I

wajib mencantumkan Saluran Pengaduan yang dimiliki Inspektorat Jenderal

dan Unit Kepatuhan Internal atau Unit Tertentu pada Unit Eselon I yang

bersangkutan berupa nomor telepon, nomor tujuan SMS, dan alamat email

pada amplop dan map kantor. Dalam pengelolaan Pengaduan, Unit Kepatuhan

Internal, Unit Tertentu, dan Inspektorat Jenderal mempunyai kewajiban

mengadministrasikan pengaduan, menganalisis pengaduan untuk menentukan

dapat atau tidaknya suatu pengaduan ditindaklanjuti ke pemeriksaan,

melakukan pemeriksaan dan memberikan rekomendasi, dan membuat laporan

pengelolaan pengaduan, pemeriksaan, dan tindak lanjut atas rekomendasi.

Dalam hal ditemukan indikasi pelanggaran disiplin berat, Unit

Kepatuhan Internal dan Unit Tertentu wajib meneruskan proses Pengaduan

kepada Inspektorat Jenderal untuk ditindaklanjuti. Unit Kepatuhan Internal,

Unit Tertentu, dan Inspektorat Jenderal dengan pertimbangan tertentu dapat

melimpahkan tindak lanjut penyelesaian Pengaduan kepada Pejabat Eselon II

dari Unit Eselon I yang berwenang menindaklanjuti. Pejabat Eselon II yang

mendapatkan pelimpahan wajib menindaklanjuti penyelesaian Pengaduan dan

melaporkan hasilnya kepada Unit Kepatuhan Internal, Unit Tertentu, atau

Inspektorat Jenderal sebagai pihak yang memberikan pelimpahan.

Page 67: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

41

Adapun rekomendasi yang dimaksudkan pada PMK No. 103 tahun 2010

yakni dapat berupa penjatuhan hukuman disiplin, pengembalian kerugian

negara, penyampaian hasil pemeriksaan kepada Kepolisian Negara Republik

Indonesia, dan penyampaian hasil pemeriksaan kepada Komisi Pemberantasan

Korupsi. Rekomendasi berupa penjatuhan hukuman disiplin wajib

disampaikan kepada Pejabat yang berwenang menjatuhkan hukuman disiplin.

Sementara itu, pejabat yang berwenang menjatuhkan hukuman disiplin wajib

melaksanakan rekomendasi hasil pemeriksaan paling lambat 3 (tiga) bulan

sejak diterimanya rekomendasi hasil pemeriksaan tersebut oleh Pimpinan Unit

Eselon I. Pejabat yang berwenang menjatuhkan hukuman disiplin wajib

menyampaikan tembusan Surat Keputusan penjatuhan hukuman disiplin

kepada Inspektur Jenderal. Pejabat yang berwenang menjatuhkan hukuman

disiplin yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut dikenakan sanksi

hukuman disiplin atas usul Inspektur Jenderal kepada Pimpinan Unit Eselon I

atau Menteri Keuangan.

Rekomendasi berupa pengembalian kerugian negara disebutkan dalam

PMK No. 103 tahun 2010 wajib disampaikan kepada Pejabat yang berwenang

menindaklanjuti. Adapun rekomendasi berupa penyampaian hasil

pemeriksaan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia dilakukan dalam

hal hasil pemeriksaan berindikasi tindak pidana umum. Rekomendasi berupa

penyampaian hasil pemeriksaan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi

Page 68: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

42

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf d dilakukan dalam hal hasil

pemeriksaan berindikasi tindak pidana korupsi.

Sementara itu, penyampaian hasil pemeriksaan dilakukan melalui

Inspektorat Jenderal. Dalam pasal 11 PMK No. 103 tahun 2010, dijelaskan

bahwa bila terdapat dugaan kesalahan atau kekeliruan atas suatu putusan

penjatuhan hukuman disiplin oleh Pejabat Inspektur Jenderal berwenang

melakukan eksaminasi. Hasil eksaminasi menjadi bahan pertimbangan bagi

Pimpinan Unit Eselon I atau Menteri Keuangan untuk meninjau, meralat,

dan/atau mengubah putusan penjatuhan hukum disiplin.

PMK No. 103 tahun 2010 juga menjelaskan bahwa Unit Kepatuhan

Internal, Unit Tertentu, dan Inspektorat Jenderal wajib memberikan

perlindungan kepada Pelapor Pelanggaran (whistleblower). Perlindungan

tersebut dilakukan dengan menjaga kerahasiaan identitas Pelapor Pelanggaran

(whistleblower). Unit Kepatuhan Internal dan Unit Tertentu hanya dapat

mengungkapkan identitas Pelapor Pelanggaran (whistleblower) kepada

Inspektorat Jenderal. Inspektorat Jenderal hanya dapat mengungkapkan

identitas Pelapor Pelanggaran (whistleblower) untuk keperluan penyidikan

dan persidangan.

Lebih lanjut dijelaskan dalam PMK No. 103 tahun 2010, Unit

Kepatuhan Internal dan Unit Tertentu wajib melaporkan pelaksanaan

pengelolaan Pengaduan secara bulanan kepada Pimpinan Unit Eselon I

dengan tembusan kepada Inspektur Jenderal. Inspektorat Jenderal wajib

Page 69: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

43

memonitor dan mengevaluasi tindak lanjut penyelesaian pengaduan yang

dilakukan oleh Unit Kepatuhan Internal dan Unit Tertentu. Inspektorat

Jenderal wajib melaporkan pelaksanaan pengelolaan pengaduan secara

triwulan atau sewaktu-waktu kepada Menteri Keuangan dengan tembusan

kepada seluruh Pimpinan Unit Eselon I. Kewenangan untuk memublikasikan

hasil pengelolaan Pengaduan di Lingkungan Kementerian Keuangan berada

pada Inspektur Jenderal. Dalam memublikasikan hasil pengelolaan

Pengaduan, Inspektorat Jenderal wajib bekerjasama dengan Biro Hubungan

Masyarakat Sekretariat Jenderal, dalam rangka akuntabilitas dan keterbukaan

informasi. Bentuk dan tata cara pelaporan pelaksanaan pengelolaan

Pengaduan serta bentuk dan tata cara publikasi pengelolaan Pengaduan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ditetapkan dengan Keputusan Menteri

Keuangan tersendiri.

Sementara itu, dalam hal Pelapor Pelanggaran (whistleblower) meminta

penjelasan mengenai perkembangan tindak lanjut atas laporan yang

disampaikan, PMK No. 103 tahun 2010 juga menjelaskan bahwa Inspektorat

Jenderal wajib memberi penjelasan mengenai hal dimaksud kepada Pelapor

Pelanggaran (whistleblower) tersebut. Pejabat/pegawai yang tidak

melaksanakan ketentuan sesuai PMK No. 103 tahun 2010 dikenakan sanksi

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pelaksanaan whistleblowing system di pemerintahan Indonesia salah

satunya juga dilaksanakan di Kementerian Sosial. Di lembaga pemerintah ini,

Page 70: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

44

pegawai dapat melaporkan jika melihat ada hal-hal yang harus diluruskan.

Sistem ini hanya bisa diakses oleh Inspektorat Jenderal terkait dan Menteri

Sosial. Jika pegawai merasa kebingungan, maka harus ada perlindungan dari

Lembaga Perlindungan Saksi Korban (LPSK). Sementara itu, masyarakat

umum juga dapat melaporkan jika ada hal yang menyimpang ke pengaduan

masyarakat lewat Dumas Online. Berdasarkan data Irjen Kemensos selama

2014, terdapat sebanyak 43 laporan dan sekitar 11 di antaranya

ditindaklanjuti.

5. Pencegahan Kecurangan (Fraud)

Pada umumnya dikenal dua tipe kesalahan, yaitu kekeliruan (errors) dan

ketidakberesan (irregulatiries). Errors merupakan kesalahan yang timbul

sebagai akibat tindakan yang tidak disengaja yang dilakukan oleh manajemen

atau karyawan perusahaan yang mengakibatkan kesalahan teknis perhitungan,

pemindah bukuan dan lain-lain. Sedangkan irregularities merupakan

kesalahan yang sengaja dilakukan oleh manajemen atau karyawan perusahaan

yang mengakibatkan kesalahan material terhadap penyajian laporan keuangan,

misalnya kecurangan (fraud).

Tindak fraud adalah “manusia” dengan berbagai alasan dari dalam

dirinya untuk melakukan tindakan tercela (Kumaat, 2011:135). Adapun

pengertian fraud menurut BPKP (2008:11) adalah sebagai berikut:

“Dalam istilah sehari-hari, fraud dimaknai sebagai ketidakjujuran.

Dalam terminologi awam fraud lebih ditekankan pada aktivitas penyimpangan

Page 71: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

45

perilaku yang berkaitan dengan konsekuensi hukum, seperti penggelapan,

pencurian dengan tipu muslihat, fraud pelaporan keuangan, korupsi, kolusi,

nepotisme, penyuapan, penyalahgunaan wewenang, dan lain-lain”.

Sedangkan Tunggal (2012:169) mengartikan fraud adalah sebagai

berikut:

“Fraud is an advantage gained by unfair or wrong ful means, an infraction of

the rules of fair trade; a false representation of fact made knowingly; without

belief in its truth, recklessly, not caring whether it is true or false”.

Pada dasarnya fraud merupakan tindakan yang melanggar hukum dan bisa

merugikan berbagai pihak. Fraud merupakan suatu hal yang sangat sulit

diberantas, bahkan korupsi di Indonesia sudah dilakukan secara sistematis

sehingga perlu penanganan yang sistematis. Akan tetapi kita harus optimis bahwa

bisa dicegah atau paling tidak bisa dikurangi dengan menerapkan pengendalian

anti fraud.

Dari beberapa uraian di atas dapat diketahui bahwa fraud berarti suatu item

tidak dimasukkan sehingga menyebabkan informasi tidak benar, apabila suatu

kesalahan adalah disengaja maka kesalahan tersebut merupakan fraud

(fraudulent). Fraud auditing hendaknya disebut dengan istilah audit atas fraud,

yang dapat didefinisikan sebagai audit khusus yang dimaksudkan untuk

mendeteksi dan mencegah terjadinya penyimpangan atau fraud atas transaksi

keuangan. Fraud auditing termasuk dalam audit khusus yang berbeda dengan

audit umum terutama dalam hal tujuan yaitu fraud auditing mempunyai tujuan

Page 72: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

46

yang lebih sempit (khusus) dan cenderung untuk mengungkap suatu fraud yang

diduga terjadi dalam pengelolaan asset/aktiva.

a. Kondisi Penyebab Fraud

Tunggal (2012:10) menyatakan bahwa terdapat beberapa kondisi

penyebab fraud, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Insentif atau tekanan. Manajemen atau pegawai lain merasakan

insentif atau tekanan untuk melakukan fraud.

b. Kesempatan. Situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen

atau pegawai untuk melakukan fraud.

c. Sikap atau rasionalisasi. Ada sikap, karakter, atau serangkaian nilai-

nilai etis yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk

melakukan tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam

lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka

merasionalisasi tindakan yang tidak jujur.

Dari pernyataan di atas, jelas bahwa kondisi penyebab fraud itu

diantaranya disebabkan oleh adanya intensif/tekanan, kesempatan, dan juga

sikap atau rasionalisasi. Insentif yang umum bagi perusahaan untuk

memanipulasi laporan keuangan adalah menurunnya prospek keuangan

perusahaan.

b. Faktor-faktor Pendorong Terjadinya Fraud

Page 73: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

47

Fraud umumnya terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan

penyelewengan dan dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada

dan adanya pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan tersebut.

Faktor pendorong fraud boleh diartikan sebagai pola pemanfaatan

“kesempatan/peluang” untuk mengambil keuntungan melalui cara-cara yang

merugikan.

Kumaat (2011:139) menyatakan pendapatnya tentang faktor

pendorong terjadinya fraud adalah sebagai berikut:

1. Desain pengendalian internalnya kurang tepat, sehingga meninggalkan

“celah” risiko.

2. Praktek yang menyimpang dari desain atau kelaziman (common business

sense) yang berlaku.

3. Pemantauan pengendalian yang tidak konsisten terhadap implementasi

business process.

4. Evaluasi yang berjalan terhadap business process yang berlaku.

Simanjuntak (2008:4) dalam Nur Asiah (2012) dalam

Widilestariningtyas dan Akbar (2014) menyatakan terdapat empat faktor

pendorong seseorang untuk melakukan fraud, yang disebut juga dengan teori

GONE, yaitu:

1. Greed (keserakahan),

2. Opportunity (kesempatan),

3. Need (Kebutuhan),

Page 74: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

48

4. Exposure (pengungkapan),

Greed dan need termasuk dalam faktor individu yang merupakan hal

bersifat sangat personal dan diluar kendali perusahaan sehingga sulit sekali

dapat dihilangkan oleh ketentuan perundang-undangan. Dengan adanya

alasan kebutuhan ditambah dengan motivasi yang mendorongnya, maka

sikap serakah seseorang akan cenderung melanggar ketentuan dan aturan.

Opportunity dan Exposure disebut sebagai faktor genetik karena

merupakan faktor yang masih didalam kendali perusahaan sebagai korban

perbuatan fraud. Pada umumnya terdapatnya kesempatan akan mendorong

seseorang untuk berbuat fraud kerena pelaku cenderung berpikir bahwa

kapan lagi ada kesempatan jika tidak sekarang. Sementara exposure

berkaitan dengan proses pembelajaran berbuat curang karena menganggap

sanksi terhadap pelaku fraud tergolong ringan sehingga para karyawan

perusahaan tidak merasa takut apabila melakukan fraud. Pada umumnya

faktor pendorong seseorang melakukan tindakan fraud adalah tekanan, baik

itu tekanan finansial maupun non finansial yang didukung dengan adanya

kesempatan karena perusahaan tidak menindak tegas pelaku fraud sehingga

tidak membuat efek jera bagi para pelaku fraud (Nur Asiah, 2012).

c. Pencegahan Kecurangan (Fraud)

Kasus fraud yang semakin marak terjadi membuat kerugian yang

cukup besar bagi perusahaan. Apabila fraud tidak bisa dideteksi dan

dihentikan, maka akan berakibat fatal bagi perusahaan. Untuk itu,

Page 75: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

49

manajemen perusahaan harus mengambil tindakan yang tepat untuk

mendeteksi dan mencegah terjadinya fraud.

Pencegahan fraud menurut BPKP (2008:37) merupakan upaya

terintegrasi yang dapat menekan terjadinya faktor penyebab fraud (fraud

triangle) yaitu:

1. Memperkecil peluang terjadinya kesempatan untuk berbuat kecurangan.

2. Menurunkan tekanan pada pegawai agar ia mampu memenuhi

kebutuhannya.

3. Mengeliminasi alasan untuk membuat pembenaran atau rasionalisasi

atas tindakan fraud yang dilakukan.

Dengan adanya upaya pencegahan yang diterapkan oleh perusahaan

dapat memperkecil peluang terjadinya fraud karena setiap tindakan fraud

dapat terdeteksi cepat dan diantisipasi dengan baik oleh perusahaan. Setiap

karyawan tidak merasa tertekan lagi dan melakukan pembenaran terhadap

tindakan fraud yang dapat merugikan banyak pihak.

d. Tujuan Pencegahan Fraud

Adanya penerapan Good Corporate Governance membuat sejumlah

perusahaan mengeluarkan kebijakan terkait dengan upaya pencegahan fraud.

Salah satu cara tersebut adalah dengan memberikan kesempatan kepada

audit internal untuk mendeteksi dan mencegah fraud yang mungkin terjadi

dalam lingkungan organisasi. Apabila teknik pencegahan fraud berjalan baik

Page 76: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

50

dan efektif akan membuat citra positif bagi perusahaan karena meningkatnya

kepercayaan publik.

Menurut BPKP (2008:38) pencegahan fraud yang efektif memiliki

lima tujuan yaitu:

1. Preventation, yaitu mencegah terjadinya fraud secara nyata pada semua

lini organisasi.

2. Deterence, yaitu menangkal pelaku potensial bahkan tindakan untuk

yang bersifat coba-coba.

3. Discruption, yaitu mempersulit gerak langkah pelaku fraud sejauh

mungkin.

4. Identification, yaitu mengidentifikasi kegiatan beresiko tinggi dan

kelemahan pengendalian.

5. Civil action prosecution, yaitu melakukan tuntutan dan penjatuhan

sanksi yang setimpal atas perbuatan fraud kepada pelakunya.

Fraud merupakan suatu masalah di dalam perusahaan dan harus

dicegah sedini mungkin, Tunggal (2012:59) mengemukakan bahwa terdapat

beberapa tata kelola untuk mencegah fraud diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Budaya Jujur dan Etika yang Tinggi

Riset menunjukkan bahwa cara yang paling efektif untuk mencegah

dan menghalangi fraud adalah mengimplementasikan program serta

pengendalian anti fraud, yang didasarkan pada nilai-nilai inti yang

Page 77: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

51

dianut perusahaan. Nilai-nilai semacam itu menciptakan lingkungan

yang mendukung perilaku dan ekspektasi yang dapat diterima, bahwa

pegawai dapat menggunakan nilai itu untuk mengarahkan tindakan

mereka. Nilai-nilai itu membantu menciptakan budaya jujur dan etika

yang menjadi dasar bagi tanggung jawab pekerjaan para karyawan.

Menciptakan budaya jujur dan etika yang tinggi mencakup lima unsur:

a. Menetapkan Tone at the Top

Manajemen dan dewan direksi bertanggung jawab untuk

menetapkan “Tone at the Top” terhadap perilaku etis dalam

perusahaan. Kejujuran dan integritas manajemen akan

memperkuat kejujuran serta integritas karyawa di seluruh

organisasi. Tone at the Top yang dilandasi kejujuran dan

integritas akan menjadi dasar bagi kode etik perilaku yang lebih

terinci, yang dapat dikembangkan untuk memberikan pedoman

yang lebih khusus mengenai perilaku yang diperbolehkan dan

dilarang.

b. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Positif

Dari riset yang dilakukan terlihat bahwa pelanggaran lebih jarang

terjadi bila karyawan mempunyai perasaan positif tentang atasan

mereka ketimbang bila mereka merasa diperalat, diancam, atau

diabaikan. Tempat kerja yang positif dapat mendongkrak

Page 78: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

52

semangat karyawan, yang dapat mengurangi kemungkinan

karyawan melakukan fraud terhadap perusahaan.

c. Mempekerjakan dan Mempromosikan Pegawai yang Tepat

Agar berhasil mencegah fraud, perusahaan yang dikelola dengan

baik mengimplementasikan kebijakan penyaringan yang efektif

untuk mengurangi kemungkinan mempekerjakan dan

mempromosikan orang-orang yang tingkat kejujurannya rendah,

terutama yang akan menduduki jabatan yang bertanggung jawab

atau penting. Kebijakan semacam itu mungkin mencakup

pengecekan latar belakang orang-orang yang dipertimbangkan

akan dipekerjakan atau dipromosikan menduduki jabatan yang

bertanggung jawab atau penting. Pengecekan latar belakang

memverifikasi pendidikan, riwayat pekerjaan, serta referensi

pribadi calon karyawan, termasuk referensi tentang karakter dan

integritas. Setelah seorang pegawai diangkat, evaluasi yang

berkelanjutan atas kepatuhan pegawai itu pada nilai-nilai dan

kode perilaku perusahaan juga akan mengurangi kemungkinan

fraud.

d. Pelatihan

Semua pegawai baru harus dilatih tentang ekspektasi perusahaan

menyangkut perilaku etis pegawai. Pegawai harus diberi tahu

tentang tugasnya untuk menyampaikan fraud aktual atau yang

Page 79: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

53

dicurigai serta cara yang tepat untuk menyampaikannya. Selain

itu, pelatihan kewaspadaan terhadap fraud juga harus

disesuaikan dengan tanggung jawab pekerjaan khusus pegawai

itu, misalnya, pelatihan yang berbeda untuk agen pembelian dan

penjualan.

e. Konfirmasi

Sebagian perusahaan mengharuskan pegawainya untuk secara

periodic mengkonfirmasikan tanggung jawabnya mematuhi kode

perilaku. Pegawai diminta untuk menyatakan bahwa mereka

memahami ekspektasi perusahaan serta sudah mematuhi kode

perilaku, dan mereka tidak mengetahui adanya pelanggaran.

Konfirmasi tersebut akan membantu mengokohkan kebijakan

kode perilaku dan juga membantu menghalangi pegawai

melakukan fraud atau pelanggaran etika lainnya.

1. Tanggung jawab Manajemen untuk Mengevaluasi Pencegahan Fraud

Fraud tidak mungkin terjadi tanpa adanya kesempatan untuk

melakukannya dan menyembunyikan perbuatan itu. Manajemen

bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan mencegah fraud,

mengambil langkah-langkah yang teridentifikasi untuk mencegah

fraud, serta memantau pengendalian internal yang mencegah dan

mengidentifikasi fraud.

2. Pengawasan oleh Komite Audit

Page 80: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

54

Komite audit mengemban tanggung jawab utama mengawasi

pelaporan keuangan serta proses pengendalian internal organisasi.

Dalam memenuhi tanggung jawab ini komite audit memperhitungkan

potensi diabaikannya pengendalian internal oleh manajemen serta

mengawasi proses pencegahan fraud oleh manajemen, dan program

serta pengendalian anti fraud. Komite audit juga membantu

menciptakan “tone at the top” yang efektif tentang pentingnya

kejujuran dan perilaku etis dengan mendukung toleransi nol

manajemen terhadap fraud.

e. Metode Pencegahan Fraud

BPKP (2008:38) menyatakan beberapa metode pencegahan yang lazim

ditetapkan oleh manajemen mencakup beberapa langkah berikut:

1. Penetapan kebijakan anti fraud.

2. Prosedur pencegahan baku.

3. Organisasi.

4. Teknik pengendalian.

5. Kepekaan terhadap fraud.

Kebijakan unit organisasi harus memuat a high ethical tone dan harus

dapat menciptakan lingkungan kerja yang kondusif untuk mencegah

tindakantindakan fraud dan kejahatan ekonomi lainnya. Seluruh jajaran

manajemen dan karyawan harus mempunyai komitmen yang sama untuk

menjalankannya sehingga kebijaksanaan yang ada akan dilaksanakan dengan

Page 81: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

55

baik. Pada dasarnya komitmen manajemen dan kebijakan suatu

instansi/organisasi merupakan kunci utama dalam mencegah dan mendeteksi

fraud. Namun demikian, harus pula dilengkapi dengan prosedur penanganan

pencegahan secara tertulis dan ditetapkan secara baku sebagai media pendukung.

Adanya komite audit yang independen menjadi nilai plus karena unit audit

internal mempunyai tanggung jawab untuk melakukan evaluasi secara berkala

atas aktivitas organisasi secara berkesinambungan. Bagian ini juga berfungsi

untuk menganalisis pengendalian intern dan tetap waspada terhadap fraud saat

melaksanakan audit.

Sistem yang dirancang dan dilaksanakan secara kurang baik akan menjadi

sumber atau peluang terjadinya fraud, yang pada gilirannya menimbulkan

kerugian finansial bagi organisasi sehingga diperlukan teknik-teknik

pengendalian dan audit yang efektif untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

fraud. Kerugian dan fraud dapat dicegah pula apabila organisasi atau instansi

mempunyai staf yang berpengalaman sehingga mereka peka terhadap sinyal-

sinyal fraud.

Karena fraud merupakan suatu masalah di dalam perusahaan dan harus

dicegah sedini mungkin, Pickett (2001:614-618) mengemukakan beberapa

metode pencegahan yang harus dilakukan adalah:

1. Good recruitment procedures

2. Independent checks over work

3. Regular staff meetings

Page 82: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

56

4. An employee code of conduct

5. Good communication

Dari kutipan di atas, dapat diketahui bahwa beberapa teknik pencegahan

fraud dapat dilakukan dengan prosedur yang tepat dalam perusahaan karena hal

ini merupakan langkah awal untuk mencegah fraud. Prosedur yang tepat tidak

berarti tanpa dukungan karyawan yang berkerja dalam perusahan. Oleh karena

itu, dibutuhkan audit yang independen terhadap karyawan. Untuk menciptakan

hubungan yang baik antara manajemen dengan karyawan, manajemen harus

sering mengadakan pertemuan yang dimanfaatkan untuk menyampaikan

pendapat atau keluhan-keluhan yang dihadapi. Dari pertemuan yang telah

dilakukan, tingkah laku masing-masing karyawan dapat diketahui sehingga

terjalin komunikasi yang baik antara kedua belah pihak.

B. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis

1. Hubungan Antara Budaya Organisasi terhadap Pencegahan Kecurangan

(Fraud)

Salah satu faktor yang bisa mencegah kecurangan menurut Arens

(441:2008) adalah budaya yang jujur dan etika yang tinggi. Teori Arens

diperkuat oleh Tunggal (2010:231) dalam Zelmiyanti dan Anita (2015)

menyatakan bahwa kecurangan dapat dicegah dengan meningkatkan budaya

organisasi yang dapat dilakukan dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip

Good Corparate Governance. Perbankan bertanggung jawab untuk menerapkan

Page 83: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

57

budaya yang baik dalam perusahaan agar tindakan kecurangan bisa

diminimalkan.

Penelitian Wilopo (2006) dalam Zelmiyanti dan Anita (2015)

membuktikan bahwa prilaku tidak etis memberikan pengaruh yang signifikan

positif terhadap kecendrungan kecurangan akuntansi pada perusahaan. Semakin

rendah prilaku tidak etis dari manajemen pada perusahaan terbuka dan BUMN

di Indonesia maka semakin rendah kecenderungan kecurangan akuntansi.

Sehingga budaya organisasi berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan

akuntansi.

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu di atas menyatakan bahwa

budaya organisasi yang baik sangat penting dalam mencegah tindakan

kecurangan. Tindakan pencegahan dapat diterapkan melalui budaya kerja yang

dikembangkan dengan baik akan menghasilkan nilai-nilai fundamental

organisasi yang baik seperti menjunjung tinggi kejujuran dan integritas

penghargaan dan kualitas kerja serta pelayanan yang prima dan penghormatan

atas keterbukaan dan transparansi. Salah satu tujuan kementerian keuangan

adalah meningkatkan kepercayaan publik terhadap lembaga tersebut, sehingga

dengan adanya antisipasi kecurangan akan meningkatkan kepercayaan publik

terhadap kementerian. Sehingga dapat diambil kesimpulan semakin baik

budaya organisasi maka semakin meningkat pencegahan kecurangan. Dengan

demikian dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

Page 84: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

58

H1: Budaya organisasi berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan di

Kementerian Keuangan.

2. Hubungan Antara Budaya Organisasi terhadap Pencegahan Kecurangan

(Fraud)

Auditor internal berfungsi membantu manajemen dalam pencegahan,

pendeteksian dan penginvestigasian fraud yang terjadi di suatu organisasi

(perusahaan). Sesuai Interpretasi Standar Profesional Audit Internal (SPAI) –

standar 120.2 tahun 2004, tentang pengetahuan mengenai kecurangan,

dinyatakan bahwa auditor internal harus memiliki pengetahuan yang memadai

untuk dapat mengenali, meneliti dan menguji adanya indikasi kecurangan.

Selain itu, Statement on Internal Auditing Standards (SIAS) No. 3, tentang

Deterrence, Detection, Investigation, and Reporting of Fraud (1985) dalam

Zelmiyanti dan Anita (2015), memberikan pedoman bagi auditor internal

tentang bagaimana auditor internal melakukan pencegahan, pendeteksian dan

penginvestigasian terhadap fraud. SIAS No. 3 tersebut juga menegaskan

tanggung jawab auditor internal untuk membuat laporan audit tentang fraud

Effendi (2010) dalam Zelmiyanti dan Anita (2015).

Murniati (2009) dalam Zelmiyanti dan Anita (2015) meneliti mengenai

pengaruh auditor internal terhadap pencegahan kecurangan di bank

pemerintahan dan swasta di kota Padang. Hasil penelitian tersebut

membuktikan bahwa peran auditor internal berpengaruh signifikan positif

terhadap pencegahan kecurangan. Hasil Ihsan (2008) dalam Zelmiyanti dan

Page 85: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

59

Anita (2015) juga membuktikan bahwa pencegahan kecurangan dapat

dilakukan melalui peran auditor internal, dalam penelitian tersebut

membuktikan audit internal berpengaruh signifikan positif terhadap pencegahan

kecurangan. Sehingga dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

H2: Peran auditor internal berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan

di Kementerian Keuangan.

3. Hubungan antara Whistleblowing System terhadap Pencegahan Kecurangan

(Fraud)

Salah satu bentuk pengendalian intern dalam mencegah atau mengungkap

tindak kecurangan dalam suatu perusahaan yaitu dengan diterapkannya

whistleblowing system mengenai Good Corporate Governance (GCG).

Whistleblowing system dapat digunakan oleh perusahaan manapun untuk

mengembangkan manual sistem pelaporan pelanggaran di masing-masing

perusahaan. Pada umumnya, whistleblower akan melaporkan kejahatan di

lingkungannya kepada otoritas internal terlebih dahulu. Namun seorang

whistleblower tidak berhenti melaporkan kejahatan kepada otoritas internal saja

tetapi dapat melaporkan kejahatan kepada otoritas yang lebih tinggi, semisal

langsung ke dewan direksi, komisaris, kepala kantor, atau kepada otoritas

publik di luar organisasi yang berwenang serta media masa. (Semendawai dkk,

2011:1).

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2008:2) dalam

Agusyani et al. (2016) salah satu manfaat dari penyelenggaraan whistleblowing

Page 86: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

60

system yang baik adalah timbulnya keengganan untuk melakukan pelanggaran,

karena kepercayaan terhadap sistem pelaporan yang efektif. Keberadaan

whistleblowing system tidak hanya sebagai saluran pelaporan kecurangan yang

terjadi, namun juga sebagai bentuk pengawasan. Karyawan menjadi takut untuk

melakukan kecurangan karena sistem ini bisa digunakan oleh seluruh

karyawan, sehingga sesama karyawan menjadi saling mengawasi satu sama lain

dan takut untuk dilaporkan karyawan lain karena melakukan kecurangan. Hal

ini dapat mencegah fraud yang akan terjadi pada pengelolaan keuangan desa.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Vredy Octaviari Nugroho

(2015) dalam Agusyani et al. (2016) yang menunjukkan bahwa whistleblowing

system berpengaruh terhadap pencegahan fraud pada PT Pagilaran. Berdasarkan

teori dan penelitian sebelumnya maka hipotesis penelitian yang diajukan :

H3: Whistleblowing system berpengaruh positif terhadap pencegahan

kecurangan di Kementerian Keuangan.

C. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu

mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel

2.1

Page 87: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

65

D. Kerangka Pemikiran

Model kerangka pemikiran pada penelitian saat ini dapat digambarkan

dalam gambar 2.1.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Adanya praktek-praktek korupsi dan pelanggaran yang mencoreng

kredibilitas aparat publik

Faktor budaya organisasi, peran dari auditor dan whistleblowing

system adalah faktor yang akan mengurangi tindakan kecurangan

yaitu internal.

Basis Teori: Teori Peran dan Teori-teori Auditing

Variabel Independen Variabel Dependen

Budaya Organisasi

(X1)

Peran Auditor Internal

(X2)

Whistleblowing System (X3)

Pencegahan Kecurangan

(fraud)

(Y)

Metode Analisis Regresi

Regresi Berganda

Page 88: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

66

Gambar 2.1 (Lanjutan)

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Regresi Berganda

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan, dan Saran

Page 89: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

60

Tabel 2.1

Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

No. Penelitian Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian

1 Suginam (2016) Pengaruh Peran Audit

Internal terhadap

Pencegahan Fraud (Studi

Kasus pada PT. Tolan Tiga

Indonesia)

Hasil penelitian dan

pembahasan, maka dapat disimpulkan

1. Audit Internal berpengaruh terhadap

pencegahan fraud. Dengan demikian

kondisi ini

memperlihatkan bahwa internal Audit

perusahaan

sangat memiliki peran yang besar di

dalam

perusahaan untuk mengendalikan dan

mengevaluasi aktivitas kegiatan

perusahaan

terutama dalam pencegahan fraud.

Berdasarkan

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

pengujian

hipotesis dapat diterima.

Penelitian sebelumnya

hanya menggunakan

satu variabel

independen dan satu

variabel dependen.

Sedangkan penelitian

saat ini menggunakan

tiga variabel

independen.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 90: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

61

Tabel 2.1 (lanjutan)

Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

No. Penelitian Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian

2 Ni Kadek Siska Agusyani,

Edy Sujana dan Made Arie

Wahyuni (2016)

Pengaruh Whistleblowing

System dan Kompetensi

Sumber Daya Manusia

terhadap Pencegahan Fraud

Pada Pengelolaan Keuangan

Penerimaan Pendapatan Asli

Daerah (Studi Pada Dinas

Pendapatan Daerah

Kabupaten Buleleng)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

secara parsial terdapat pengaruh

signifikan antara whistleblowing system

dan komptensi sumber daya manusia

terhadap pencegahan fraud. Secara

simultan whistleblowing system dan

komptensi sumber daya manusia

berpengaruh simultan terhadap

pencegahan fraud.

Penelitian sebelumnya

hanya menggunakan

dua variabel

independen dan satu

variabel dependen.

Sedangkan penelitian

saat ini menggunakan

tiga variabel

independen.

3 Riri Zelmiyanti dan Lili

Anita (2015)

Pengaruh Budaya

Organisasi Dan Peran

Auditor Internal Terhadap

Pencegahan Kecurangan

Dengan Pelaksanaan Sistem

Pengendalian Internal

Sebagai Variabel

Intervening

1. Budaya organisasi berpengaruh

signifikan positif terhadap pencegahan

kecurangan melalui pelaksanaan sistem

pengendalian internal

2. Peran auditor internal berpengaruh

signifikan positif terhadap pencegahan

kecurangan melalui pelaksanaan sistem

pengendalian internal

Penelitian sebelumnya

hanya menggunakan 2

variabel independen

dan satu variabel

dependen dengan SPI

sebagai Variabel

Intervening..

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 91: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

62

Tabel 2.1 (lanjutan)

Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

No. Penelitian Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian

4 Ony Widilestariningtyas

dan Rahman Toni Akbar

(2014)

Pengaruh Audit Internal

Terhadap Risiko Fraud

(Survey Pada PT. BRI di

Wilayah Bandung).

1. Pelaksanaan audit internal di PT.BRI

wilayah Bandung berada pada kriteria

cukup baik, hal ini terlihat dari indikator

audit internal berada pada kriteira baik

dan cukup baik, namun demikian masih

terdapat indikator yang tidak baik yaitu

dalam pelaksanaan audit pernah

mendapatkan tekanan dari pihak luar

dan Pengawasan yang dilakukan pada

setiap tahap pelaksanaan audit.

2. Pelaksanaan risiko fraud di PT.BRI

wilayah Bandung berada pada kriteria

cukup baik, hal ini terlihat dari indikator

resiko fraud berada pada kriteira baik

dan cukup baik, namun demikian masih

terdapat indikator yang tidak baik yaitu

Untuk mengurangi risiko fraud,

Perlunya pengawasan terhadap proses

audit.

Penelitian sebelumnya

hanya menggunakan

satu variabel

independen dan satu

variabel dependen.

Bersambung pada halaman selanjutnya

Page 92: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

63

Tabel 2.1 (lanjutan)

Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

No. Penelitian Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian

5 T, Theresa Festi, Andreas,

dan Natariasari, Riska.

(2014)

Pengaruh Peran Audit

Internal terhadap

Pencegahan Kecurangan

(Studi Empiris pada

Perbankan di Pekanbaru)

Pengaruh yang signifikan dari peran

audit internal terhadap pencegahan

kecurangan. Atau peran audit internal

dengan pencegahan kecurangan

memiliki hubungan yang kuat. Semakin

baik peran audit internal maka semakin

tinggi pencegahan kecurangan.

Penelitian sebelumnya

hanya menggunakan

satu variabel

independen dan satu

variabel dependen.

Sedangkan penelitian

saat ini menggunakan

tiga variabel

independen.

6 Yusar Sagara (2013) Profesionalisme Internal

Auditor dan Intensi

Melakukan Whistleblowing.

Internal Auditor yang mempunyai

profesionalisme (dimensi untuk

mandiri) yang tinggi akan

meningkatkan intensi melakukan

whistleblowing. Dengan internal auditor

dapat berkualitas lagi.

Penelitian sebelumnya

hanya menggunakan

satu variabel

independen dan satu

variabel dependen.

Sumber: Diolah dari berbagai referensi

Page 93: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

67

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang

digunakanuntuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu budaya

organisasi, peran audit internal, whistleblowing system terhadap variabel

dependen, yaitu pencegahan kecurangan. Populasi penelitian ini adalah

auditor internal pemerintah yang bekerja pada inspektorat kementerian

keuangan.

Penelitian pada dasarnya untuk menunjukkan kebenaran dan

pemecahan masalah atas apa yang diteliti untuk mencapai tujuan tersebut,

dilakukan suatu metode yang tepat dan relevan untuk tujuan yang diteliti.

Pengertian metode penelitian menurut Sugiyono (2014:2) adalah cara

ilmiah untuk mendapatkan datadengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau

lebih.

Page 94: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

68

B. Metode Penentuan Sampel

Pemilihan Instansi Pemerintah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini

menggunakan metode convenience sampling, yaitu istilah umum yang

mencakup variasi luasnya prosedur pemilihan responden. Convenience

Sampling berarti unit sampling yang ditarik mudah dihubungi, tidak

menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif (Hamid,

2010:18).

Metode convenience sampling digunakan karena peneliti memiliki

kebebasan untuk memilih sampel dengan cepat dari elemen populasi yang

datanya mudah diperoleh peneliti. Responden yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Pegawai Negeri di Inspektorat Jenderal Kementerian

Keuangan yang berhubungan dengan penelitian ini.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan

dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.

1. Penelitian pustaka (Library Research)

Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang

diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan perangkat lain yang

berkaitan dengan judul penelitian.

Page 95: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

69

2. Penelitian lapangan (Field Research)

Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan. Data

yang akan dikumpulkan adalah jenis data primer. Menurut Husain (2009:42),

data primer adalah yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau

perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner.

Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan cara memberikan

kuesioner berupa pertanyaan yang menjadi instrumen variabel yang akan

dikirimkan pada Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. Apabila

diperlukan, pengumpulan data juga dilakukan dengan bertemu langsung

dengan responden.

Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner Zelmiyati dan Anita

(2015) untuk melihat pengaruh variabel budaya organisasi dan peran audit

internal terhadap pencegahan kecurangan, dan kuesioner Agusyani et al.

(2016) untuk melihat pengaruh variabel whistleblowing system terhadap

pencegahan kecurangan.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data,

uji asumsi klasik dan uji hipotesis.

1. Statistik Deskriptif.

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data

yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

Page 96: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

70

minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi)

(Ghozali, 2013:19).

2. Uji Kualitas Data

a. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner

dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali,

2013:47-48).

Menurut Ghozali (2013:46) menyebutkan bahwa pengukuran

reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1) Repeated Measure atau pengukuran ulang: Disini seseorang akan

disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda, dan

kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya.

2) One Shot atau pengukuran sekali saja: Disini pengukurannya hanya

sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain

atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.

Kriteria pengujian dilakukan dengan menggunakan pengujian

Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan

nilai Cronbach Alpha > 0,70 (Nunnaly, 1960 dalam Ghozali, 2013:48).

Page 97: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

71

b. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut (Ghozali, 2013:52-53). Pengujian validitas dalam

penelitian ini menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara

menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari pertanyaan-

pertanyaan. Apabila Pearson Correlation yang didapat memiliki nilai di

bawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah valid (Ghozali, 2013).

3. Uji Asumsi Klasik

Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka

peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji normalitas, dan uji

heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).

a. Uji Multikolonieritas

Pengujian multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

diantara variabel independen (Ghozali, 2013:105).

Deteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi

dapat dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance.

Regresi bebas dari multikolonieritas jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance

> 0,10 (Ghozali, 2013:106).

Page 98: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

72

b. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam model

regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai

distribusi normal atau mendekati normal. Model regresi yang baik adalah

memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, uji

normalitas menggunakan Normal Probability Plot (P-P Plot). Suatu

variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data

yang menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data

searah mengikuti garis diagonal (Singgih Santoso, 2004:212).

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti

diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residu mengikuti

distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi

tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi

apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik

dan uji statistik (Ghozali, 2013:160)

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamaan yang

lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

Page 99: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

73

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas

(Ghozali, 2013:139).

Deteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilihat dengan

ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot. Jika ada pola tertentu

maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika tidak

ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0

pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139-

140).

4. Uji Hipotesis

a. Uji statistik t (uji parsial)

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen yang dimasukkan dalam model regresi secara individual

terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013:98-101). Untuk mengetahui ada

tau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara

individual terhadap variabel dependen maka digunakan tingkat signifikansi

dengan syarat pengambilan keputusan dalah sebagai berikut

1) Jika nilai probabilitasnya sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05

atau (sig < 0,05) dan nilai t lebih besar dari nilai 2 (t > 2), maka Ha

diterima dan Ho ditolak, artinya signifikan (variabel independen secara

Page 100: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

74

parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen, Ghozali, 2013).

2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau

(sig> 0,05) dan nilai t lebih kecil dari nilai 2 (t < 2), maka Ha ditolak

dan Ho diterima, artinya tidak signifikan (variabel independen secara

parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen, Ghozali, 2013).

b. Uji statistik F (uji simultan)

Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua

variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara

bersama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013:98-101). Untuk

mengetahui apakah variabel independen secara bersama mempengaruhi

variabel dependen, maka digunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05

dengan syarat pengambilan keputusan berikut ini:

1) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau

(sig < 0,05) dan nilai F lebih besar dari nilai 4 atau (F > 4), maka Ha

diterima dan Ho ditolak, artinya signifikan (variabel independen secara

simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen).

2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau

(sig < 0,05) dan nilai F lebih kecil dari nilai 4 atau (F < 4), maka Ha

Page 101: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

75

ditolak dan Ho diterima, artinya tidak signifikan (variabel independen

secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependen).

c. Uji koefisien determinasi

Uji koefisien determinan digunakan untuk menentukan seberapa

besar variabel independent dapat menjelaskan variabel dependen. Nilai

koefisien determinan antara nol dan satu. Nilai adjusted R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independent dalam menjelaskan

variasi variabel dependen amat terbatas (Ghozali, 2013:97).

d. Analisis regresi berganda

Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis

adalah metode regresi linier berganda, yaitu regresi yang digunakan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen (Ghozali, 2013). Model ini digunakan karena penulis

ingin mengetahui tentang pengaruh variabel budaya organisasi (X1), peran

audit internal (X2), dan whistleblowing system(X3) terhadap pencegahan

kecurangan (fraud) (Y).

Adapun rumus persamaan regresi berganda secara statistik adalah

sebagai berikut :

Y=a+b1X1+b2X2+b3X3 e

Page 102: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

76

Keterangan:

Y : Pencegahan Kecurangan (fraud)

a : Konstanta

b1 b2b3 : Koefisien Regresi

X1 : Budaya Organisasi

X2 : Peran Audit Internal

X3 : Whistleblowing System

e : Error

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang

digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.

1. Budaya Organisasi

Budaya Organisasi (organization culture) merupakan nilai-nilai

dominan yang disebarluaskan dalam perusahaan. Indikator budaya organisasi

seperti yang dikemukakan Robbins & Coulter dalam Zelmiyanti dan Anita

(2015) yaitu :

a. Inovasi dan pengambilan resiko, yaitu kadar seberapa jauh karyawan

didorong untuk inovatif dan mengambil resiko.

Page 103: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

77

b. Perhatian ke hal yang rinci atau detail, yaitu kadar seberapa jauh

karyawan diharapkan mampu menunjukkan ketepatan, analisis dan

perhatian yang rinci/detail.

c. Orientasi hasil, yaitu kadar seberapa jauh pimpinan berfokus pada

hasil atau output dan bukannya pada cara mencapai hasil itu.

d. Orientasi orang, yaitu kadar seberapa jauh keputusan manajemen turut

mempengaruhi orang- orang yang ada dalam organisasi.

e. Orientasi tim, yaitu kadar seberapa jauh pekerjaan disusun berdasarkan

tim dan bukannya perorangan.

f. Keagresifan, yaitu kadar seberapa jauh karyawan agresif dan bersaing,

bukannya daripada bekerja sama.

g. Kemantapan/stabilitas, yaitu kadar seberapa jauh keputusan dan

tindakan organisasi menekankan usaha untuk mempertahankan

status quo.

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval 5 poin dari

sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral (3), setuju (4) sampai sangat

setuju (5).

2. Peran Audit Internal

Auditor internal berfungsi membantu manajemen dalam pencegahan,

pendeteksian dan penginvestigasian fraud yang terjadi di suatu organisasi

(perusahaan). Sesuai Interpretasi Standar Profesional Audit Internal (SPAI) –

standar 120.2 tahun 2004, tentang pengetahuan mengenai kecurangan,

Page 104: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

78

dinyatakan bahwa auditor internal harus memiliki pengetahuan yang memadai

untuk dapat mengenali, meneliti dan menguji adanya indikasi kecurangan.

Selain itu, Statement on Internal Auditing Standards (SIAS) No. 3, tentang

Deterrence, Detection, Investigation, and Reporting of Fraud (1985),

memberikan pedoman bagi auditor internal tentang bagaimana auditor internal

melakukan pencegahan, pendeteksian dan penginvestigasian terhadap fraud.

SIAS No. 3 tersebut juga menegaskan tanggung jawab auditor internal untuk

membuat laporan audit tentang fraud (Effendi:2010) dalam Zelmiyanti dan

Anita (2015).

Adapun indikator yang digunakan sesuai dengan Pelaksanaan Standar

Profesi Audit Internal yang digunakan Effendi (2010) dalam Zelmiyanti dan

Anita (2015) yaitu:

a) Independensi dan Objektivitas

b) Keahlian dan Kecermatan Profesional

c) Lingkup pekerjaan audit internal

d) Pelaksanaan Tugas Audit Internal

e) Manajemen Bagian Audit Internal

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval 5 poin dari

sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral (3), setuju (4) sampai sangat

setuju (5).

3. Whistleblowing system

Page 105: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

79

Whistleblowing adalah pengungkapan tindakan pelanggaran atau

pengungkapan perbuatan yang melawan hukum, perbuatan tidak etis atau

perbuatan tidak bermoral atau perbuatan lain yang dapat merugikan organisasi

maupun pemangku kepentingan Komite Nasional Kebijakan Governance

(2008:22) dan Semendawai, dkk (2011:19).

Indikator yang mendasari peneliti mengenai variabel whistleblowing

systemterdiri dari 3 cabang utama (Semendawai, dkk, 2011), yaitu Efektivitas

penerapan whistleblowing system, cara pelaporan pelanggaran, dan Manfaat

whistleblowing system. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala

interval 5 poin dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral (3), setuju

(4) sampai sangat setuju (5).

4. Pencegahan Kecurangan (fraud)

Pencegahan kecurangan (fraud) adalah suatu upaya atau usaha untuk

menolak atau menahan segala bentuk perbuatan tidak jujur yang dapat

mengakibatkan peluang kerugian maupun kerugian yang nyata bagi

perusahaan, karyawan, dan orang lain. Pencegahan dilakukan agar kecurangan

dalam perusahaan tidak terjadi, sehingga cita-cita perusahaan akan tercapai

dan membuat reputasi perusahaan menjadi baik.

Pencegahan kecurangan (fraud) merupakan upaya terintegrasi yang

dapat menekan terjadinya faktor penyebab fraud Pusdiklatwas BPKP

(2008:37) dan Tunggal (2012:59).

Page 106: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

80

Indikator yang mendasari peneliti mengenai variabel Pencegahan

Fraud terdiri dari 3 cabang utama (Tunggal, 2012), yaitu budaya jujur dan

etika yang tinggi, Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi

pencegahan fraud, dan pengawasan oleh komite audit. Variabel ini diukur

dengan menggunakan skala interval 5 poin dari sangat tidak setuju (1), tidak

setuju (2), netral (3), setuju (4) sampai sangat setuju (5).

Page 107: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

87

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran

No Variabel Indikator No. Butir

Pertanyaaan

Skala

Pengukuran

1 Budaya

Organisasi, X1

(Zelmiyanti

dan Anita

(2015)

1. Inovasi dan pengambilan risiko 1 interval

2. Perhatian ke hal mendetail 2

3. Orientasi hasil 3

4. Orientasi orang 4

5. Orientasi tim 5,6

6. Keagresifan 7, 8

7. Stabilitas 9

2 Peran Audit

Internal, X2

(Effendi, 2010

dalam

Zelmiyanti dan

Anita (2015))

1. Independensi dan objektivitas 10, 11, 12

interval

2. Keahlian dan kecermatan

profesional 13, 14, 15

3. Lingkup pekerjaan audit internal 16

4. Pelaksanaan tugas audit internal 16

5. Manajemen bagian audit internal 17

3 Whistleblowing

System, X3

(Semendawai,

dkk, 2011)

Efektivitas penerapan

whistleblowing system 18, 19

interval

Cara pelaporan pelanggaran 20, 21, 22,

23, 24

Manfaat whistleblowing system 25

4 Pencegahan

Kecurangan, Y

(Tunggal,

2012)

Pengawasan oleh komite audit 26, 27, 28,

29

interval

Tanggung jawab manajemen untuk

mengevaluasi pencegahan

kecurangan 30, 31, 32

Budaya jujur dan etika yang tinggi 33

Sumber: data yang diolah.

Page 108: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

81

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap auditor internal yang bekerja di

Inspektorat Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. Auditor yang

berpartisipasi dalam penelitian ini meliputi golongan III A s.d IV E yang

melaksanakan pekerjaan di bidang auditing.

Pengumpulan data kuesioner penelitian dilakukan secara langsung

dengan perantara bagian umum masing-masing wilayah yang

mengkoordinir penyebaran kuesioner kepada para auditor di masing-

masing wilayah. Penyebaran serta pengambilan kuesioner dilakukan dari

tanggal 14 Maret hingga 20 Maret 2017 .

Jumlah kuesioner yang disebarkan adalah sejumlah 80 namun yang

hanya bisa diolah adalah sebesar 70. Karena sebanyak 7 (tujuh) kuesioner

tidak kembali kepada penulis dikarenakan ada yang terselip dengan kertas

lainnya sehingga menyulitkan dalam pencarian kuesioner tersebut dan

sebanyak 3 (tiga) kuesioner tidak diisi lengkap oleh responden dan apabila

tidak terisi lengkap tidak bisa diolah oleh SPSS 22, gambaran mengenai

data sampel disajikan dalam tabel 4.1.

Page 109: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

82

Tabel 4.1

Data Sampel Penelitian

No. Keterangan Jumlah Persenta

se

1. Kuesioner yang disebar:

80 100% a. Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan

2 Kuesioner yang kembali:

73 91.25% a. Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan

3 Kuesioner yang tidak kembali:

7 8.75% a. Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan

4 Kuesioner yang tidak dapat diolah

3 3.75%

5 Kuesioner yang dapat diolah

70 87.5%

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas menunjukkan kuesioner yang

disebarkan berjumlah 80 kuesioner dan jumlah kuesioner yang kembali

adalah sebanyak 73 kuesioner atau 91.25%. Kuesioner yang tidak

kembali sebanyak 7 kuesioner atau 8.75%. Kuesioner yang dapat di

olah berjumlah 70 kuesioner atau 87.5%, sedangkan kuesioner yang

tidak dapat diolah karena tidak diisi secara lengkap oleh responden

sebanyak 3 kuesioner atau 3.75%.

2. Karateristik Responden

Dalam tabel 4.2 ini, menyajikan identitas responden PNS

Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. Berdasarkan golongan,

jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, lama bekerja, dan latar

belakang pendidikan.

Sumber: Data primer yang diolah

Page 110: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

83

Deskripsi mengenai data responden berdasarkan golongan ini

dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Golongan

Golongan (Gol)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid III A 7 10,0 10,0 10,0

III B 1 1,4 1,4 11,4

III C 12 17,1 17,1 28,6

III D 36 51,4 51,4 80,0

IV A 11 15,7 15,7 95,7

IV B 2 2,9 2,9 98,6

IV C 1 1,4 1,4 100,0

Total 70 100,0 100,0

Berdasarkan tabel 4.2, responden dalam penelitian ini paling

banyak adalah golongan tingkat III D sebesar 51,4% atau 36 responden.

Sisanya sebesar 17,1% atau sebanyak 12 responden dengan golongan

tingkat III C, atau sebesar 15,7% atau sebanyak 11 responden dengan

golongan IV A, atau sebesar 10,0% atau sebanyak 7 responden dengan

golongan III A, atau sebesar 2,9% atau sebanyak 2 responden dengan

golongan IV B, dan masing-masing sebesar 1,4% atau sebanyak 1

responden untuk golongan III B dan IV C.

Sumber: Data primer yang diolah

Page 111: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

84

Tabel 4.3

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin (JK)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki - Laki 47 67,1 67,1 67,1

Perempuan 23 32,9 32,9 100,0

Total 70 100,0 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukan bahwa responden yang

berjenis kelamin laki-laki berjumlah 47 orang atau 67,1% responden

didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, dan sisanya perempuan

berjumlah 23 orang atau 32,9% responden. Hal ini dikarenakan

karakteristik profesi auditor yang memerlukan curahan waktu yang lebih

banyak dalam pekerjaannya sehingga mayoritas responden laki-laki.

Tabel 4.4

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Umur

Umur (UM)

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid <30 Tahun 35 50,0 50,0 50,0

30-37 Tahun 27 38,6 38,6 88,6

38-45 Tahun 5 7,1 7,1 95,7

46-45 Tahun 1 1,4 1,4 97,1

>54 Tahun 2 2,9 2,9 100,0

Total 70 100,0 100,0

Sumber: Data primer yang diolah

Page 112: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

85

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan usia responden yang bekerja

di inspektorat, yaitu sebesar <30 tahun berjumlah 35 orang atau 50,0%,

untuk responden yang berumur 30-37 tahun berjumlah 27 orang atau

38,6%, untuk responden yang berumur 38-45 tahun berjumlah 5 orang

atau 7,1%, untuk responden yang berumur 46-54 tahun berjumlah 1

orang atau 1,4% dan untuk responden yang berumur diatas >54 tahun

berjumlah 2 orang atau 2,9%.

Tabel 4.5

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir (PT)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Diploma 12 17,1 17,1 17,1

S-1 38 54,3 54,3 71,4

S-2 17 24,3 24,3 95,7

S-3 3 4,3 4,3 100,0

Total 70 100,0 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 diatas untuk responden yang berdasarkan

pendidikan terakhir didapatkan bahwa responden yang lulusan Diploma

berjumlah 12 orang atau 17,1%, responden yang lulusan S1 berjumlah 38

orang atau 54,3%, dan untuk responden yang lulusan S2 berjumlah 17

Sumber: Data primer yang diolah

Sumber: Data primer yang diolah

Page 113: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

86

orang atau 24,3%, dan untuk responden yang lulusan S3 berjumlah 3

orang atau 4,3%.

Tabel 4.6

Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja

Berdasarkan tabel 4.6 diatas untuk responden yang berdasarkan

lama bekerja didapatkan bahwa responden yang telah bekerja dibawah 5

tahun berjumlah 12 orang atau 17,1%, responden yang bekerja pada 5,01-

10 tahun berjumlah 24 orang atau 34,3%, responden yang bekerja pada

10,01-20 tahun berjumlah 11 orang atau 15,7% responden yang bekerja

lebih dari 20,01-30 tahun berjumlah 7 orang atau 10,0%, responden yang

bekerja lebih dari 30,01-40 tahun berjumlah 9 orang atau 12,9% dan

untuk responden yang bekerja lebih dari >40 tahun berjumlah 7 orang

atau 10,0%.

Pengalaman Kerja (PK)

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid <5 Tahun 12 17,1 17,1 17,1

5,01-10 Tahun 24 34,3 34,3 51,4

10,01-20 Tahun 11 15,7 15,7 67,1

20,01-30 Tahun 7 10,0 10,0 77,1

30,01-40 Tahun 9 12,9 12,9 90,0

>40 Tahun 7 10,0 10,0 100,0

Total 70 100,0 100,0

Sumber: Data primer yang diolah

Page 114: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

87

Tabel 4.7

Hasil Uji Deskripsi Responden Latar Belakang Pendidikan

Latar Belakang Pendidikan

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Akuntansi 57 81,4 81,4 81,4

Manajemen 7 10,0 10,0 91,4

Sistem Informasi 4 5,7 5,7 97,1

Lain-Lain 2 2,9 2,9 100,0

Total 70 100,0 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 diatas sebagian besar responden didominasi

responden di bidang lainnya, dalam penelitiaan ini rata rata didominasi

oleh akuntansi yaitu sekitar 81,4 % atau 57 responden, kedua manajemen

yaitu sekitar 10.0 %, sedangkan sistem informasi diposisi ketiga sekitar

5,7% atau 4 responden dan keempat yaitu bidang lain-lain sekitar 2,9%

atau 2 responden.

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi

budaya organisasi, peran audit internal, whistleblowing system dan

Sumber: Data primer yang diolah

Page 115: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

88

pencegahan kecurangan akan diuji secara statistik deskriptif seperti yang

terlihat dalam tabel 4.8.

Tabel 4.8

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

Budaya Organisasi 70 15 30 45 38,29 3,494

Peran Auditor Internal 70 12 28 40 33,16 3,496

Whistleblowing System 70 15 25 40 33,71 3,596

Pencegahan Kecurangan 70 11 29 40 34,84 3,304

Valid N (listwise) 70

Tabel 4.8 menjelaskan bahwa pada variabel budaya organisasi

jawaban minimum responden sebesar 30 dan maksimum sebesar 45,

dengan rata-rata total jawaban 38,29 dan standar deviasi sebesar 3.494.

Variabel peran audit internal minimum responden sebesar 28 dan

maksimum sebesar 40, dengan rata-rata total jawaban 33,16 dan standar

deviasi sebesar 3,496. variabel whistleblowing system jawaban minimum

responden sebesar 25 dan maksimum sebesar 40, dengan rata-rata total

jawaban 33,71 dan standar deviasi sebesar 3,596.

Sumber: Data primer yang diolah

Page 116: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

89

Pada pencegahan kecurangan minimum jawaban responden

sebesar 29 dan maksimum sebesar 40, dengan rata-rata total jawaban

34,84 dan standar deviasi sebesar 3,304.

Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa rata-rata jawaban responden untuk variabel budaya

organisasi, peran audit internal, whistleblowing system dan pencegahan

kecurangan adalah setuju.

2. Hasil Uji Kualitas Data

a. Hasil Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu

kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson

Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat

signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat

dikatakan valid (Ghozali, 2013: 52-54). Tabel berikut menunjukkan hasil

uji validitas dari empat variabel yang digunakan dalam penelitian ini,

yaitu budaya organisasi, peran audit internal, whistleblowing system dan

pencegahan kecurangan dengan 70 sampel responden.

Page 117: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

90

Tabel 4.9

Hasil Uji Validitas Budaya Organisasi

Nomor Butir

Pertanyaan

Pearson

Correlation

Sig Keterangan

(2-tailed)

1 .700**

0.000 valid

2 .635**

0.000 valid

3 .718**

0.000 valid

4 .693**

0.000 valid

5 .690**

0.000 valid

6 .729**

0.000 valid

7 .766**

0.000 valid

8 .656**

0.000 valid

9 .620**

0.000 valid

Tabel 4.9 menunjukkan variabel budaya organisasi mempunyai

kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikansi

lebih kecil dari 0,05.

Tabel 4.10

Uji Validitas Peran Audit Internal

Nomor Butir

Pertanyaan

Pearson

Correlation

Sig Keterangan

(2-tailed)

1 .481**

0.000 valid

2 .730**

0.000 valid

3 .612**

0.000 valid

4 .713**

0.000 valid

5 .672**

0.000 valid

6 .529**

0.000 valid

7 .637**

0.000 valid

8 .599**

0.000 valid

Sumber: Data primer yang diolah

Sumber: Data primer yang diolah

Page 118: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

91

Tabel 4.10 menunjukkan variabel peran audit internal

mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05.

Tabel 4.11

Uji Validitas Whistleblowing System

Nomor Butir

Pertanyaan

Pearson

Correlation

Sig Keterangan

(2-tailed)

1 .754**

0.000 valid

2 .750**

0.000 valid

3 .771**

0.000 valid

4 .776**

0.000 valid

5 .734**

0.000 valid

6 .692**

0.000 valid

7 .845**

0.000 valid

8 .775**

0.000 valid

Tabel 4.11 menunjukkan variabel whistleblowing system

mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05.

Tabel 4.12

Uji Validitas Pencegahan Kecurangan

Nomor Butir

Pertanyaan

Pearson

Correlation

Sig Keterangan

(2-tailed)

1 .721**

0.000 valid

2 .765**

0.000 valid

3 .677**

0.000 valid

4 .798**

0.000 valid

5 .815**

0.000 valid

6 .818**

0.000 valid

7 .686**

0.000 valid

8 .788**

0.000 valid

Sumber: Data primer yang diolah

Page 119: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

92

Tabel 4.12 menunjukkan variabel pencegahan kecurangan

mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai

signifikansi lebih kecil dari 0,05.

b. Hasil Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari

instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan

reliabel jika nilai Cronbach Alpha berada diatas > 0,70. Tabel 4.13

menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk delapan variabel penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 4.13

Hasil Uji Reabilitas

Variabel Cronbach's

Alpha Keterangan

Budaya Organisasi 0,767 Reliabel

Peran Audit Internal 0,745 Reliabel

Whistleblowing System 0,783 Reliabel

Pencegahan Kecurangan 0,782 Reliabel

Tabel 4.13 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel

budaya organisasi sebesar 0,767, peran audit internal sebesar 0,745,

whistleblowing system sebesar 0,783, dan pencegahan kecurangan

sebesar 0,782.

Sumber: Data primer yang diolah

Sumber: Data primer yang diolah

Page 120: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

93

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam

kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih

besar dari > 0,70 (Nunnaly,1994) dalam (Ghozali, 2013:47-49). Hal

ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan akan

mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti bila pernyataan

itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan

jawaban sebelumnya.

3. Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Hasil Uji Multikolonieritas

Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat

dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation

Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen.

Tabel 4.14

Hasil Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B

Std.

Error Beta

Toler

ance VIF

1 (Constant) 4,702 2,994 1,570 ,121

Budaya

Organisasi ,291 ,090 ,307 3,220 ,002 ,634 1,577

Peran Auditor

Internal ,241 ,104 ,255 2,317 ,024 ,479 2,089

Whistleblowing

System ,327 ,100 ,356 3,283 ,002 ,492 2,033

a. Dependent Variable: Pencegahan Kecurangan

Sumber: Data primer yang diolah

Page 121: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

94

Berdasarkan tabel 4.16 diatas terlihat bahwa nilai tolerance

mendekati angka 1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) disekitar

angka 1 untuk setiap variabel, yang ditunjukkan dengan nilai tolerance

untuk budaya organisasi sebesar 0,634, peran audit internal sebesar

0,479, dan whistleblowing system sebesar 0.492 serta VIF 1,577,

2,089, dan 2,033. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model

persamaan regresi tidak terdapat problem multiko dan dapat

digunakan dalam penelitian ini (Ghozali, 2009).

b. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau

keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang

baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.

Gambar 4.1

Sumber: Data primer yang diolah

Page 122: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

95

Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot

Hasil uji normalitas berdasarkan output histogram disajikan

pada gambar berikut ini.

Gambar 4.2

Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram

Gambar 4.1 dan 4.2 memperlihatkan penyebaran data yang

berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini

menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi

normalitas.

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah

dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari

residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians

Sumber: Data primer yang diolah

Page 123: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

96

dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,

maka disebut homoskedastisitas.

Gambar 4.3

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan gambar 4.3, grafik scatterplot menunjukkan

bahwa data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y

dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data

tersebut.

Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model

persamaan regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk

memprediksi pencegahan kecurangan berdasarkan variabel yang

mempengaruhinya, yaitu budaya organisasi, peran audit internal dan

whistleblowing system.

Sumber: Data primer yang diolah

Page 124: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

97

4. Hasil Uji Hipotesis

a. Uji koefisien determinasi

Tabel 4.15 menyajikan hasil uji koefisien determinan yang

digunakan untuk menentukan seberapa jauh variabel sistem budaya

organisasi, peran audit internal dan whistleblowing system dapat

menjelaskan variabel pencegahan kecurangan. Nilai adjusted R2

sebesar 0,601 menunjukkan variasi budaya organisasi, peran audit

internal dan whistleblowing system dapat menjelaskan 60,1% variasi

pencegahan kecurangan. Sisanya 39,9% dijelaskan oleh sebab-sebab

lain di luar model. Faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam

penelitian ini antara lain, pemberian kompensasi, penerapan prinsip-

prinsip Good Corporate Governance, sistem pengendalian internal,

resiko fraud, moralitas, kesesuaian kompensasi, dan faktor lainnya.

Tabel 4.15

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,786a ,618 ,601 2,087

a. Predictors: (Constant), Whistleblowing System, Budaya Organisasi,

Peran Auditor Internal

a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t Statistik)

Sumber: Data primer yang diolah

Page 125: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

98

Tabel 4.16 menunjukkan bahwa budaya organisasi, peran audit

internal dan whistleblowing system secara individual berpengaruh

terhadap variabel pencegahan kecurangan. Hal ini berarti bahwa

variabel budaya organisasi, peran audit internal dan whistleblowing

system secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

pencegahan kecurangan.

Tabel 4.16

Hasil Uji Statistik t

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 4,702 2,994 1,570 ,121

Budaya Organisasi ,291 ,090 ,307 3,220 ,002

Peran Auditor Internal ,241 ,104 ,255 2,317 ,024

Whistleblowing System ,327 ,100 ,356 3,283 ,002

a. Dependent Variable: Pencegahan Kecurangan

Hipotesis 1: Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Pencegahan

Kecurangan.

Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.16, variabel budaya

organisasi mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,002. Hal ini berarti

menerima Ha1 sehingga dapat dikatakan bahwa budaya organisasi berpengaruh

secara signifikan terhadap pencegahan kecurangan karena tingkat signifikansi

yang dimiliki variabel budaya organisasi lebih kecil dari 0,05.

Sumber: Data primer yang diolah

Page 126: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

99

Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa budaya organisasi berpengaruh

terhadap pencegahan kecurangan. Salah satu faktor yang bisa mencegah

kecurangan menurut Arens (441:2008) adalah budaya yang jujur dan etika yang tinggi.

Teori Arens diperkuat oleh Tunggal (2010:231) dalam Zelmiyanti dan Anita (2015)

menyatakan bahwa kecurangan dapat dicegah dengan meningkatkan budaya

organisasi yang dapat dilakukan dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip Good

Corparate Governance. Inspektorat jenderal kementerian keuangan bertanggung

jawab untuk menerapkan budaya yang baik di dalam lingkungan kementerian agar

tindakan kecurangan bisa diminimalkan. Penelitian ini mendukung penelitian-

penelitian sebelumnya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Zelmiyanti dan

Anita (2015) yang menyatakan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif

terhadap pencegahan kecurangan.

Hipotesis 2: Pengaruh Peran Audit Internal terhadap Pencegahan

Kecurangan.

Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.16, variabel peran audit

internal mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,024. Hal ini berarti

menerima Ha2 sehingga dapat dikatakan bahwa peran audit internal

berpengaruh secara signifikan terhadap pencegahan kecurangan karena tingkat

signifikansi yang dimiliki variabel peran audit internal lebih kecil dari 0,05.

Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa peran audit internal berpengaruh

terhadap pencegahan kecurangan. Peran audit internal adalah sebagai

pengawas terhadap tindak kecurangan. Audit internal bertanggung jawab untuk

membantu manajemen mencegah fraud dengan melakukan pengujian dan

Page 127: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

100

evaluasi keandalan dan efektivitas dari pengendalian seiring dengan potensi

resiko terjadinya kecurangan dalam berbagai segmen.

Dengan adanya audit diharapkan dapat berjalannya penyelenggaraan

negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Sesuai

Interpretasi Standar Profesional Audit Internal (SPAI) – standar 120.2 tahun 2004,

tentang pengetahuan mengenai kecurangan, dinyatakan bahwa auditor internal harus

memiliki pengetahuan yang memadai untuk dapat mengenali, meneliti dan menguji

adanya indikasi kecurangan.

Dari hasil penelitian, tampak bahwa peran audit internal memiliki

dampak terhadap pencegahan kecurangan. Penelitian ini mendukung penelitian

Theresa dkk. (2014) dan penelitian Suginam (2016). Audit internal

berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan. Berbeda dengan hasil penelitian

Zelmiyanti dan Anita (2015), peran auditor internal tidak berpengaruh terhadap

pencegahan kecurangan.

Hipotesis 3: Pengaruh Whistleblowing System terhadap Pencegahan

Kecurangan.

Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.16, variabel

whistleblowing system mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,002. Hal ini

berarti menerima Ha3 sehingga dapat dikatakan bahwa whistleblowing system

berpengaruh secara signifikan terhadap pencegahan kecurangan karena tingkat

signifikansi yang dimiliki variabel whistleblowing system lebih kecil dari 0,05.

Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa whistleblowing system

berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan. Hal ini berarti bahwa variabel

Page 128: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

101

whistleblowing system berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Hal ini dapat

diartikan perusahaan yang dijadikan sebagai objek penelitian ini mendukung

untuk diterapkannya whistleblowing system, karena terbukti akan dapat

mencegah fraud.

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2008) Agusyani dkk.

(2016), whistleblowing system minimal harus terdiri dari tiga aspek yaitu aspek

struktural, aspek operasional, dan aspek perawatan. Pada hasil penelitian ini,

terbukti bahwa karyawan paham akan ketiga aspek tersebut yang kemudian

dapat mempengaruhi mereka untuk enggan melakukan tindakan fraud dan

melaporkan tindakan fraud yang terjadi jika mereka mengetahuinya. Penelitian

lain yang mendukung yakni penelitian Agusyani dkk (2016), yang menyebut

variabel whistleblowing system berpengaruh secara signifikan terhadap

pencegahan fraud. Penelitian tersebut dilakukan pada perusahaan yang telah

menerapkan whistleblowing system, sedangkan penelitian oleh peneliti

dilakukan pada perusahaan yang belum menerapkan whistleblowing system.

Maka bahwa whistleblowing system mempengaruhi pencegahan fraud.

Berdasarkan tabel 4.16 maka dapat diperoleh model persamaan regresi

sebagai berikut:

Keterangan:

Y : Pencegahan Kecurangan (fraud)

Y = 4,702 + 0,291X1 + 0,241X2 + 0,327X3 + 2,994

Page 129: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

102

a : Konstanta

b1 b2b3 : Koefisien Regresi

X1 : Budaya Organisasi

X2 : Peran Audit Internal

X3 : Whistleblowing System

e : Error

c. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Tabel 4.17 menyajikan hasil uji statistik F untuk variabel pencegahan

kecurangan, budaya organisasi, peran audit internal, dan whistleblowing

system.

Tabel 4.17

Hasil Uji Statistik

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 465,824 3 155,275 35,652 ,000b

Residual 287,447 66 4,355

Total 753,271 69

a. Dependent Variable: Pencegahan Kecurangan

b. Predictors: (Constant), Whistleblowing System, Budaya Organisasi, Peran Auditor Internal

Tabel 4.17 menunjukkan nilai F hitung sebesar 35,652 dengan tingkat

signifikansi 0,000. Karena probabilitas signifikansi jauh lebih kecil dari

0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi

pencegahan kecurangan, atau dapat dikatakan bahwa variabel budaya

Sumber: Data primer yang diolah

Page 130: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

103

organisasi, peran audit internal dan whistleblowing system secara

bersama-sama berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan.

Page 131: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

103

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem remunerasi,

motivasi, kompetensi, dan komitmen organisasi terhadap kinerja internal auditor.

Responden penelitian ini berjumlah 70 PNS yang bekerja Inspektorat Jenderal

Kementerian Keuangan. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil

pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan model

regresi berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil uji regresi ditemukan variabel budaya organisasi, peran audit internal,

whistleblowing system berpengaruh positif terhadap pencegahan kecurangan.

2. Hasil uji regresi menyatakan bahwa variabel budaya organisasi dan whistleblowing

system merupakan variabel independen yang paling dominan mempengaruhi

pencegahan kecurangan.

B. Implikasi

1. Bagi Peneliti:

Dengan dibuatnya penelitian ini diharapkan penelitian selanjutnya dapat

menggunakan model penelitian yang sama namun pada objek yang berbeda

misalnya pada perusahaan atau instansi lain. Selain itu sebaiknya penelitian

berikutnya menggunakan jumlah responden yang lebih banyak agar bisa di dapat

hasil perhitungan yang lebih efisien dan akurat, dan penelitian selanjutnya dapat

menggunakan variabel lain untuk diteliti selain variabel budaya organisasi, peran

audit internal, whistleblowing system dan pencegahan kecurangan.

Page 132: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

104

2. Bagi Instansi Pemerintah:

Bagi pihak inspektorat diharapkan untuk dapat lebih mengefektifkan dan

mengembangkan penerapan budaya organisasi, peran audit internal dan

whistleblowing system dapat dijalankan dengan baik dan untuk auditornya diberikan

pemberian kompensasi yang sesuai (khususnya gaji dan tunjangan) terhadap

pegawai agar dapat menekan terjadinya praktek kecurangan.

3. Bagi Pegawai:

Bagi pegawai inspektorat kementerian keuangan lebih meningkatkan

kompetensi SDM dan pemahaman tentang whistleblowing system dan untuk

mencegah terjadinya tindakan fraud, sebaiknya para pegawai menolak segala

pemberian hadiah dari pihak dalam maupun luar organisasi jika mereka

mengetahui maksud dan tujuan dari pemberian hadiah tersebut adalah bentuk suap

untuk mementingkan keuntungan pribadi seseorang atau kelompok.

4. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat pada umumnya dapat mengambil hal-hal yang positif

didalam penelitian ini, sehingga hal tersebut dapat dijadikan sebagai pembelajaran

yang baik bagi masyarakat agar dapat mempraktekannya di instansi masing-masing

untuk menghasilkan beberapa cara melakukan pencegahan kecurangan yang ada di

instansi pemerintah.

C. Keterbatasan

Seperti kebanyakan penelitian lainnya, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan:

1. Data penelitian yang berasal dari responden yang disampaikan secara tertulis

dengan bentuk kuesioner mungkin akan mempengaruhi hasil penelitian.

Karena persepsi responden yang disampaikan belum tentu mencerminkan

Page 133: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

105

keadaan yang sebenarnya (subjektif) dan akan berbeda apabila data diperoleh

melalui wawancara.

D. Saran

1. Bagi direksi disarankan untuk memperhatikan budaya organisasi, peran

auditor internal, whistleblowing system dalam memberikan saran-saran

terhadap pencegahan kecurangan karena akan mempengaruhi pencegahan

kecurangan.

2. Bagi peneliti selanjutnya dapat menambah variabel penelitian seperti:

pemberian kompensasi, penerapan prinsip-prinsip Good Corporate

Governance, sistem pengendalian internal, resiko fraud, moralitas, kesesuaian

kompensasi dan variabel lain yang dapat mencegah kecurangan.

Page 134: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

xx

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Ni Kadek Siska, Edy Sujana, dan Made Arie Wahyuni, “Pengaruh

Whistleblowing System dan Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap

Pencegahan Fraud Pada Pengelolaan Keuangan Penerimaan Pendapatan

Asli Daerah (Studi Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Buleleng)

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi

Program S1, Vol: 6 No: 3 Tahun 2016.

Arens, Alvin A, Rondal J. Elder, dan Mark S. Beasly, “Auditing and Assurance

Service and Integrated Approach”, 13th Edition, New Jersey : Pearson

Education In Upper Sadle River, 2012.

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, “Akuntabilitas Instansi

Pemerintah”, BPKP, Jakarta, 2007

, “Fraud Auditing”. Edisi kelima.

Bogor: Pusdiklatwas BPKP, 2008.

Bobek, Donna. D., dan Richard. C. Hatfield, “An investigation of the theory of

planned behavior and the role of moral obligation in tax compliance”.

Behavioral Research in Accounting Vol. 15, hal. 13-38, 2003

Buchan, H. F, “Ethical decision making in the public accounting profession: An

extension of Ajzen's theory of planned behavior”. Journal of Business Ethics

Vol. 61, No. 2, hal. 165-181, 2005.

Brennan, N dan J. Kelly, “A Study Ow Whistle-Blowing Among Trainee

Auditors”.The British Accounting Review Vol. 39, No. 1, hal. 61-87, 2007.

Carpenter, Tina. D., dan Jane. L. Reimers, Unethical and Fraudulent Financial

Reporting: Applying The Theory Of Planned Behavior”. Journal of Business

Ethics Vol. 60, No. 2, hal. 115-129, 2010.

Depkeu, “Peraturan Menteri Keuangan Nomor 103/pmk.09/2010 tentang Tata

Cara Pengelolaan dan Tindak Lanjut Pelaporan Pelanggaran

(Whistleblowing) di Lingkungan Kementerian Keuangan”. 2010. Diunduh

dari

http://www.itjen.depkeu.go.id/files/pdf/PMK%20103%20PMK09%202010.

pdf. Diakses pada 1 Juni 2017.

Dyck, Alexander, Adair Morse, dan Luigi Zingales, “Who blows the whistle on

corporate fraud?”. The Journal of Finance Vol. 6, December edition, hal.

2213–2253, 2010.

Page 135: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

xxi

Gatra, Sandro. “Berantas Penyimpangan, Kemensos Luncurkan "Whistle Blowing

System Online.” 2014. Diunduh dari

http://nasional.kompas.com/read/2014/12/09/15244881/Berantas.Penyimpa

ngan.Kemensos.Luncurkan.Whistle.Blowing.System.Online. Diakses pada

1 Juni 2017.

Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Edisi 4,

Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2009.

Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS IBM SPSS

21 Update PLS Regresi”, Edisi 7, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,

Semarang, 2013.

Hamid, Abdul, “Panduan Penulisan Skripsi”, FEB UIN Syarif Hidayatullah,

Jakarta, 2010.

Jenifer, George M dan Jones R Gareth, “Organitational behavior”, Thirtd Edition,

Prentice hall International Inc. 2002.

KPMG, “Fraud Survey 2009”. Retrieved from http://www.kpmg.com/ZA/

en/IssuesAndInsights/ArticlesPublications/Risk-Compliance/Pages/Fraud-

Survey-2009.aspx, 2009. Diakses pada 10 Februari 2017.

, “Integrity Survey 2008–2009”. New York, NY: KPMG LLP, 2008.

Kumaat, Valery G, “Internal Audit”. Jakarta: Erlangga, 2011.

Lembaga Perlindungan Saksi Dan Korban (LPSK), Memahami whistleblower.

Jakarta: LPSK., 2011.

Liyanarachchi Gregory, dan Chris Newdick, “The Impact of Moral Reasoning

and Retaliation on Whistle-Blowing: New Zealand Evidence”, Journal of

Business Ethics 89, hal. 37–57, 2009.

Metro Bali, Dispenda Buleleng Tagih Pengembalian Dana Korupsi PBB ,

diunduh dari http://metrobali.com/2013/08/30/dispenda-buleleng-tagih

pengembalian-dana-korupsi-pbb/ pada tanggal 19 Maret 2017.

Miceli, M. P., Near, J. P., dan T. M. Dworkin, “Whistle-blowing in

organizations”. New York: Routledge, 2008.

Octaviari, Nugroho Vredy, Pengaruh Persepsi Karyawan Mengenai

WhistleBlowing System Terhadap Pencegahan Fraud Dengan Perilaku Etis

Sebagai Variabel Intervening Pada PT Pagilaran, 2015.

Page 136: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

xxii

Ramadhika, Dian, Contoh-contoh Whistleblowing, diunduh dari

http://ramadhikaw.blogspot.co.id/2014/01/contoh-kasus-

whistleblowing.html pada tanggal 17 Februari 2017.

Robbins, Stephen P, dan Mary Coulter, Manajemen, Edisi10, Jakarta: Erlangga,

2010.

Sagara, Yusar, Profesionalisme Internal Auditor dan Intensi Melakukan

Whistleblowing”. Jurnal Liqudity Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2013, hal. 34-

44, 2013.

Sawyer, B., Sawyer’s Internal Audit, Audit Internal Sawyer. Buku 2. Jakarta :

Salemba Empat, 2012.

Semendawai, Abdul Haris, “Memahami Whistleblower”. Jakarta: Lembaga

Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), 2011.

Su, Chin-Chun dan Ni, Feng-Yu, “Budgetary Participation And Slack On The

Theory Of Planned Behavior”. International Journal of Organizational

Innovation. Vol. 5, No. 4. Hal. 91-99, 2013.

Suginam, “Pengaruh Peran Audit Internal terhadap Pencegahan Fraud (Studi

Kasus pada PT. Tolan Tiga Indonesia)” ISSN: 2301-9425 Pelita

Informatika Budi Darma Volume XV, 2016.

T, Theresa Festi, Andreas, dan Natariasari, Riska, “Pengaruh Peran Audit

Internal terhadap Pencegahan Kecurangan (Studi Empiris pada Perbankan

di Pekanbaru)”. JOM FEKON Vol. 1, 2014.

Transparancy International, “Corruption Perceptions Index 2015”.

www.transparency.org/cpi2015/results, diunduh tanggal 5 Juni 2015.

Tunggal, Amin Widjaya. “Mengenal Audit Kecurangan”. Jakarta: Harvarindo,

2014.

_____________________, The Fraud Audit Mencegah dan Mendeteksi

Kecurangan Akuntansi. Jakarta: Harvarindo, 2012

Uddin, Nancy, dan Gillett, Peter. R.,The effects of moral reasoning and self-

monitoring on CFO intentions to report fraudulently on financial

statements. Journal of Business Ethics. Vol. 40, No. (1), pp. 15-3, 2012.

Page 137: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

xxiii

Umar, Husain,Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Rajawali Pers,

Jakarta, 2009

Wibowo, Budaya Organisasi (Sebuah Kebutuhan untuk Kinerja Jangka Panjang),

Jakarta: PT Raja Grafindo, 2011.

Widiastuti, Zehan, Contoh Kasus Whistleblowing, diunduh dari

https://zehanwidiastuti.wordpress.com/2016/01/05/contoh-kasus-whistle-

blowing pada tanggal 17 Februari 2017.

Widilestariningtyas, Ony dan Akbar, Toni R. (2014) Pengaruh Audit Internal

Terhadap Risiko Fraud, Jurnal Riset Akuntansi - Volume VI / No. 1 / April

2014.

Zelmiyanti, Riri dan Anita, Lili.Pengaruh Budaya Organisasi dan Peran Auditor

Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan Dengan Pelaksanaan Sistem

Pengendalian Internal Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Akuntansi

Keuangan dan Bisnis Vol. 8, November 2015, 67-76 2012.

Page 138: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

Bila ada kritik dan saran dapat menghubungi Trisna Wulandari (085213439663) email: [email protected], terima kasih… Page 1

KUESIONER

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

WHISTLEBLOWING SYSTEM TERHADAP PENCEGAHAN KECURANGAN

(FRAUD)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 139: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

Bila ada kritik dan saran dapat menghubungi Trisna Wulandari (085213439663) email: [email protected], terima kasih… Page 2

Hal: Permohonan Pengisian Kuesioner Jakarta, Februari 2017

Kepada Yth.

Bapak/Ibu/Saudara/i Responden

Di tempat

Dengan hormat,

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswa Program Strata Satu

(S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, saya:

Nama : Trisna Wulandari

NIM : 1110082000031

Fak/Jur/Smtr : Ekonomi dan Bisnis/Akuntansi/XIV

bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh

Budaya Organisasi, Peran Audit Internal, dan Whistleblowing System Terhadap Pencegahan

Kecurangan (fraud); (Studi Empiris Pada Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan)”.

Untuk itu, saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menjadi

responden dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap dan sebelumnya saya mohon

maaf telah menggangu waktu bekerjanya.

Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak

memberikan konsekuensi apapun terhadap penilaian kinerja Bapak/Ibu/Saudara/i sebagai

pegawai. Maka dari itulah, saya mohon dengan sangat agar Bapak/Ibu/Saudara/i sekalian

berkenan untuk memberikan respon pada setiap pernyataan secara jujur apa adanya, bebas

dan tanpa beban sesuai dengan pendapat, perasaan dan pengalaman yang

Bapak/Ibu/Saudara/i temui atau rasakan.

Apabila diantara Bapak/Ibu/Saudara/i ada yang membutuhkan hasil penelitian ini,

maka Bapak/Ibu/Saudara/i dapat menghubungi saya (telp dan email tertera dibawah). Atas

kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i meluangkan waktu untuk mengisi dan menjawab semua

pertanyaan dalam penelitian ini, saya sampaikan terima kasih.

Dosen Pembimbing Hormat saya,

(Hepi Prayudiawan, SE., Ak.,MM) (Trisna Wulandari)

NIP. 1972 0516 200901 006 NIM: 1110082000031

Page 140: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

Bila ada kritik dan saran dapat menghubungi Trisna Wulandari (085213439663) email: [email protected], terima kasih… Page 3

IDENTITAS RESPONDEN

Nama : ……………………

(tidak wajib diisi)

Golongan : III A III B III C III D IV A

IV B IV C IV D IV E

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Umur : ………… tahun

Pendidikan Terakhir : Diploma

S-1

S-2

S-3

Pengalaman Kerja : < 5 tahun 5,01-10 tahun 10,01-20 tahun

20,01-30 tahun 30,01- 40 tahun > 40 tahun

Latar Belakang Pendidikan : Akuntansi

Manajemen

Sistem Informasi

Perbankan

Lain-lain ........................ (Sebutkan)

Page 141: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

Bila ada kritik dan saran dapat menghubungi Trisna Wulandari (085213439663) email: [email protected], terima kasih… Page 4

Berilah tanda centang (√ ) pada pernyataan di bawah ini sesuai dengan penilaian anda,

dimana:

1. Sangat Tidak Setuju (STS) 2. Tidak Setuju (TS)

3. Netral (N) 4. Setuju (S)

5. Sangat Setuju (SS)

Budaya Organisasi (X1)

No. Pertanyaan STS TS N S SS

1

Organisasi di tempat saya bekerja,

keputusan penting lebih sering dibuat oleh

individu daripada secara kelompok.

2 Proses perencanaan melalui langkah-

langkah dan waktu yang telah ditetapkan.

3

Organisasi di tempat saya bekerja,

keputusan lebih sering dibuat oleh

bawahan.

4 Para pimpinan di tempat saya bekerja,

cenderung mempertahankan pegawai yang

berprestasi.

5 Organisasi di tempat saya bekerja,

perubahan-perubahan ditentukan

berdasarkan surat keputusan pimpinan.

6 Organisasi di tempat saya bekerja,

pimpinan memberikan petunjuk kerja

yang jelas kepada pegawai baru.

7 Organisasi di tempat saya bekerja,

mempunyai ikatan tertentu dengan

masyarakat di sekitar Kementerian.

8

Organisasi di tepat saya bekerja terdapat

komitmen yang kuat dari pimpinan untuk

memantau dan mengontrol pencapaian

target divisinya.

9 Organisasi di tepat saya bekerja pegawai

menyampaikan hasil kinerja yang

sesungguhnya kepada atasan.

Page 142: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

Bila ada kritik dan saran dapat menghubungi Trisna Wulandari (085213439663) email: [email protected], terima kasih… Page 5

Peran Audit Internal (X2)

No. Pertanyaan STS TS N S SS

10

Saya melakukan kegiatan pemeriksaan

audit terpisah dengan berbagai kegiatan

pekerjaan saya yang lainnya

11

Saya memberikan penilaian pemeriksaan

audit secara netral/tidak memihak

siapapun attau pihak manapun

12 Saya melakukan pekerjaan secara bebas

dan objektif

13 Saya melakukan pemeriksaan sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan

14

Saya menggunakan kemampuan

profesional audit dalam segala bidang

cakupan audit dalam proses pemeriksaan

15

Saya memiliki pengetahuan profesional

audit yang luas untuk melakukan proses

pemeriksaan audit

16

Saya menguji laporan itu sudah

mengandung informasi yang akurat,

dapat dibuktikan kebenarannya, tepat

waktu, lengkap, dan berguna bagi

kementerian.

17

Saya terus menerus meninjau dan

melakukan tindak lanjut atas hasil

permerisaan audit yang telah saya

lakukan

Saya melakukan tindak lanjut

pemeriksaan dan melakukan perbaikan

dari hasil pemeriksaan audit yang telah

dilakukan

Page 143: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

Bila ada kritik dan saran dapat menghubungi Trisna Wulandari (085213439663) email: [email protected], terima kasih… Page 6

Whistleblowing System (X3)

No. Pertanyaan STS TS N S SS

18

Saya bersedia menyatakan komitmen untuk

melaksanakan Whistleblowing System dan

berpartisipasi aktif untuk ikut melaporkan

bila menemukan adanya pelanggaran dan

kecurangan.

19

Saya tidak takut untuk melaporkan

pelanggaran atau kecurangan yang terjadi

karena ada kebijakan mengenai perlindungan

pelapor/whistleblower dalam Whistleblowing

System.

20 Whistleblowing System dikelola oleh petugas

khusus yang independen.

21

Itjen, Sekjen Itjen, Inspektorat I s/d VII,

Inspektorat Bid. Investigasi dan Para Auditor

ikut terlibat dalam penerapan Whistleblowing

System.

22

Saya akan menggunakan nama

samaran/anonim jika melaporkan suatu

pelanggaran atau kecurangan.

23 Laporan pelanggaran yang saya laporkan

harus dilakukan investigasi lebih lanjut.

24

Evaluasi dan perbaikan harus senantiasa

dilakukan kementerian untuk meningkatkan

efektivitas program Whistleblowing System.

25 Saya menjadi termotivasi untuk melaporkan

tindak pelanggaran karena ada reward.

Page 144: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

Bila ada kritik dan saran dapat menghubungi Trisna Wulandari (085213439663) email: [email protected], terima kasih… Page 7

Pencegahan Kecurangan (Fraud) (Y)

No. Pertanyaan STS TS N S SS

26

Kementerian telah

mengimplementasikan program

pengendalian anti fraud berdasarkan

nilai-nilai yang dianut kementerian.

27

Nilai-nilai yang di anut oleh

kementerian mampu menciptakan

lingkungan yang mendukung karyawan

untuk mengarahkan tindakan mereka.

28

Kementerian memiliki sikap tanggap

terhadap segala sesuatu yang terjadi di

kementerian.

29

Kementerian telah membentuk sebuah

tim untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan dan disepekati bersama oleh

sekelompok orang dalam organisasi.

30

Kementerian melakukan pelatihan ke

waspadaan terhadap kecurangan sesuai

dengan tanggung jawab kerja pegawai.

31

Kementerian mengadakan sistem

penghargaan terhadap hasil kinerja

pegawai yang sesuai dengan sasaran.

32

Kementerian mengadakan pelatihan

secara profesional dalam

pengembangan karir untuk

mendongkrak semangat kerja pegawai

yang dapat mengurangi kemungkinan

pegawai melakukan kecurangan.

33

Kementerian memberlakukan aturan

perilaku untuk membangun budaya

jujur dan keterbukaan pegawai didalam

kementerian.

Page 145: PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40723/1/TRISNA... · PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, PERAN AUDIT INTERNAL, DAN

Bila ada kritik dan saran dapat menghubungi Trisna Wulandari (085213439663) email: [email protected], terima kasih… Page 8