PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL SKRIPSI 2015...
Transcript of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL SKRIPSI 2015...
JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 1
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.
²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE
PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS X TKR
SMK NEGERI 3 LUBUKLINGGAU
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
JURNAL
OLEH
ANDRI SUWANTO
NPM 4111043
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
2015
JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 2
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.
²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE PADA
PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS X TKR SMK NEGERI 3
LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh
Andri Suwanto 1, Jhon Albert Barus
2, Yaspin Yolanda
3
Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau
Program Study Pendidikan Fisika
Email : [email protected]
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Think Pair And Share Pada
Pembelajaran Fisika Siswa Kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2015/2016”. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar
fisika siswa kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016 setelah
menerapkan model pembelajaran Think Pair and Share. Jenis penelitian ini adalah
eksperimen semu yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok atau kelas pembanding.
Sebagai populasinya adalah seluruh siswa kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau
tahun pelajaran 2015/2016, yang terdiri dari 99 siswa dan sebagai sampel kelas ekperimen
adalah kelas X TKR 2 sebanyak 30 siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara
acak (simple random sampling) dengan cara pengundian. Pengumpulan data dilakukan
dengan teknik tes tertulis. Data skor tes siswa dianalisis dengan menggunakan uji-t.
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan taraf signifikan α = 0,05 diperoleh thitung (2,31)
ttabel (1,70) yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan hasil
belajar fisika siswa kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016
setelah menerapkan model pembelajaran Think Pair and Share secara signifikan tuntas.
Kata Kunci : Think Pair And Share, Hasil Belajar Kognitif.
I. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah salah satu bentuk usaha manusia dalam meningkatkan
kualitas perwujudan kebudayaan manusia yang dapat dilakukan secara individual
JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 3
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.
²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.
ataupun secara berkelompok. Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha manusia
untuk melestarikan hidup seiring dengan perubahan budaya kehidupan. Sehingga
misi pendidikan tidak hanya menyajikan pengetahuan untuk keperluan sehari-hari,
melainkan mengembangkan intelektual dan emosional serta memberikan
kemampuan pada siswa untuk menyesuaikan diri dengan situasi kedepan yang
belum diketahui.
Pendidikan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum pada pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-empat antara lain untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan tersebut dipertegas lagi dalam Undang-Undang
nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa,
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung
jawab.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut sangat diperlukan proses
pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan proses terjadinya komunikasi
antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajar, dalam
mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan yang menjadi masalah yaitu bagaimana
proses komunikasi itu berjalan efektif agar pesan yang disampaikan guru dapat
diterima oleh siswa secara utuh. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mempunyai
kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa sehingga
memudahkan siswa untuk menerima pesan-pesan yang disampaikan oleh guru.
Fisika adalah pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan
sehari-hari terutama dalam membentuk pola pikir siswa menjadi siswa yang
berkualitas, karena secara tidak langsung dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai
dengan fenomena-fenomena yang berhubungan dengan ilmu fisika. Oleh karena itu
pelajaran fisika memerlukan pemahaman lebih, baik oleh guru maupun oleh siswa.
Guru fisika perlu memahami dan mengembangkan berbagai model dan keterampilan
dalam mengajar fisika. Tujuannya adalah agar guru dapat menyusun program
pengajaran fisika yag dapat membangkitkan motivasi siswa agar mereka dapat belajar
dengan sunguh-sunguh dalam proses pembelajaran.
JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 4
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.
²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Berdasarkan data hasil observasi dan wawancara yang dilakukan penulis
dengan guru mata pelajaran fisika kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau tahun
pelajaran 2014/2015 bahwa kriteria ketuntasan minimal KKM KD adalah 62 yang
digunakan pada mata pelajaran fisika di SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun dan
untuk hasil belajar fisika siswa kelas X TKR masih tergolong rendah. Hal tersebut
dapat dilihat dari hasil ulangan harian, sebagian besar belum mencapai ketuntasan
belajar. Dari satu kelas X TKR berjumlah 30 siswa yang mengikuti ulangan harian
Kompetensi Dasar 1.1 dan 1.2 terdapat 9 siswa yang tuntas dengan persentase
ketuntasan 30% dan 21 siswa yang tidak tuntas dengan persentase ketidaktuntasan
sebesar 70%.
Merujuk permasalahan yang ada, dapat dipahami bahwa penyebab
rendahnya hasil belajar fisika siswa kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau
Pelajaran 2014/2015 adalah sebagian besar siswa kurang tertarik untuk belajar
mata pelajaran fisika dikarenakan selama ini saat proses belajar dan mengajar
berlangsung masih menekankan pada metode pengajaran konvensional dan siswa
diharapkan bisa memahami keseluruhan materi ajar mata pelajaran fisika dengan
tuntas. Namun kenyataannya siswa masih belum mampu memahami keseluruhan
materi fisika yang telah diajarkan, karena ada sebagian materi yang perlu
dijelaskan secara terperinci. Oleh karena itu, diperlunya pendekatan dalam proses
pembelajaran agar dapat meningkatkan kesadaran siswa tentang kebutuhan belajar,
semangat dan minat serta terlahirnya hasil belajar yang positif. Dalam menciptakan
suasana tersebut dapat digunakan suatu model pembelajaran yaitu salah satunya
dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share.
Trianto (2011:61), Model pembelajaran Think Pair and Share merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi perilaku
siswa. Sedangkan menurut Suyatno (2009:54), Model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair and Share memiliki prosedur ditetapkan secara eksplisit yang dapat
memberikan waktu lebih banyak kepada siswa untuk memikirkan secara mendalam
tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami (berpikir, menjawab, dan saling
membantu satu sama lain).
Nur Shofiyah dan Bertha Yonata (2013:42), Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Melatih Karakter Jujur,
Tanggung Jawab, dan Berani Mengemukakan Pendapat Siswa Kelas X SMA
JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 5
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.
²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Negeri Plumpang pada Materi Alkana, Alkena, dan Alkuna. Ia menyimpulkan
hasil rata-rata penilaian pada karakter jujur pertemuan 1 dalam kategori baik
(66,67%), pertemuan 2, dan pertemuan 3 termasuk dalam kriteria sangat baik
(76,04%, dan 85.4%). Karakter tanggung jawab pada pertemuan 1 termasuk
dalam kriteria cukup baik (59,4%), pertemuan 2 dan pertemuan 3 termasuk
dalam kategori baik (71,9% dan 81,3%). Karakter berani mengemukakan
pendapat pada pertemuan 1 termasuk dalam kategori cukup baik (60,4%),
pertemuan 2 dan pertemuan 3 termasuk dalam kategori baik (72,9% dan
83,3%).
Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair and Share dapat memberikan sesuatu yang sangat berarti terutama bagi
siswa. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share siswa dapat
mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya untuk menyelesaikan suatu
permasalahan melalui berpikir kritis, sistematis dan analitis. Selain itu, kemampuan
yang diperoleh siswa bukan hanya pada ranah pengetahuan (kognitif) saja, tetapi
seimbang antara ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan demikian,
pembelajaran diharapkan menjadi bermakna dan tujuan belajar untuk mengubah
perilaku siswa akan tercapai dengan baik.
Sehubungan dengan permasalahan yang telah peneliti paparkan di atas, peneliti
tertarik mengadakan penelitian dengan judul yaitu “Penerapan Model Pembelajaran
Think Pair and Share Pada Pembelajaran Fisika Siswa Kelas X TKR SMK Negeri 3
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016”.
II. LANDASAN TEORI
Watson (dalam Budininsih, 2012:22) menyatakan bahwa belajar adalah proses
interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus
berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Winkel
(dalam Suprihatiningrum, 2013:15) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas
mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, keterampilan dan
nilai sikap.
JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 6
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.
²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Slameto (dalam Uno. B dan Mohamad, 2011:139) menyatakan bahwa belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Begitu juga dengan
pandangan Anthony Robbins senada dengan apa yang dikemukakan oleh Jerome
Brunner dalam (Trianto, 2009:15) bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana
siswa membangun pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman atau pengetahuan
yang sudah dimilikinya.
Trianto (2009:81), Think pair and share adalah model pembelajaran dengan
berpikir, berpasangan, berbagi yang dirancangkan untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa. Dalam model pembelajaran ini, jika siswa tidak sepenuhnya memahami konsep
ide pasangan mereka dapat membantu menjelaskan memahami dan menjelaskannya
kepada mereka, jika siswa masih tidak mengerti mereka bisa mencoba untuk memberi
pemahaman secara sedarhana dan akrab. Sedangkan menurut Arends (dalam Trianto
2009:132) mengatakan bahwa Think Pair and Share merupakan suatu cara yang
efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa
semua resitansi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas
secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair and Share dapat
memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespons dan saling membantu.
Trianto (2009:81), langkah-langkah model pembelajaran Think Pair and
Share adalah sebagai berikut:
1) Berpikir (Thinking), Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang berkaitan
dengan materi pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit
untuk berpikir mengenai jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan
bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian dari berpikir.
2) Berpasangan (Pairing) Guru meminta siswa untuk berpasangan dan
mendiskusikan apa yang mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan
dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan. Secara normal
guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
3) Berbagi (Sharing) Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk
berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.
Suyatno (2009:54), langkah-langkah model pembelajaran Think Pair and
Share adalah (1) Guru menyajikan materi secara klasikal, (2) Guru membagi
JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 7
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.
²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.
kelompok siswa, dan (3) Guru memberikan kuis. Hamalik (2008:30) bukti bahwa
seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut,
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Widoyoko (2009:25), hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri siswa
sebagai akibat kegiatan pembelajaran bersifat non fisik seperti perubahan sikap,
pengetahuan maupun kecakapan. Begitu juga menurut Suprijono (2009:5) hasil belajar
adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap apresiasi
dan keterampilan-keterampilan.
Reigeluth (dalam Suprihatiningrum, 2013:37) berpendapat bahwa hasil belajar
atau pembelajaran dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang memberikan suatu
ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda. Ia juga
mengatakan secara spesifik bahwa hasil belajar adalah suatu kinerja (performance)
yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh. Hasil
belajar selalu dinyatakan dalam bentuk tujuan (khusus) perilaku (unjuk kerja).
Suprijono (2013:7) hasil belajar merupakan perubahan prilaku secara keseluruhan
bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja melainkan secara
komperehensif. Bloom (dalam Suprijono, 2013:6) hasil belajar adalah mencangkup
semua kemampuan kognitif, apektif dan psikomotorik.
Gangne dan Briggs (dalam Suprihatiningrum, 2013:37) hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan
dapat diamati melalui penampilan siswa (learner’s performance). Dimyati dan
Mujiono (2006:3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X TKR Semester I SMK Negeri 3
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian dilakukan selama bulan
Agustus tahun 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X TKR
SMK Negeri 3 Lubuklinggau yang terdiri dari 3 kelas dengan jumlah siswa 99 siswa
yang terdiri dari 99 siswa laki-laki. Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara
acak (simple random sampling) dengan cara pengundian. Sampel yang diambil yakni
kelas X TKR 2. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu yang dilaksanakan tanpa
adanya kelompok atau kelas pembanding.
JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 8
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.
²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang terdiri dari 7
soal uraian yang sebelumnya telah di uji cobakan terlebih dahulu dan divalidasi.
Langkah-Langkah Penelitian
Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan Uji Coba Soal Instrumen
a. Melakukan uji validasi soal
b. Melakukan uji reliabilitas
c. Melaksanakan ujib daya pembeda
d. Melakukan uji kesukaran
2. Melakukan Pre-Test
3. Melakukan Perlakuan dengan Model Think Pair and Share
4. Melakukan Post-Test
5. Melakukan Analisis Data Pre-Test dan Post-Test
Hipotesis yang diuji berbentuk:
Ha : Hasil belajar fisika siswa kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan model Think Pair and Share
mencapai nilai rata-rata lebih dari atau sama dengan 60. (Ha : µ0 ≥ 60)
Ho : Hasil belajar fisika siswa kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan model Think Pair and Share
mencapai nilai rata-rata kurang dari 60. (Ho : µ0 < 60)
Menghitung harga koefisien korelasi antara skor masing-masing butir soal dengan
skor total mengunakan rumus korelasi product moment.
rxy =
Dimana, rxy = Koefisien korelasi variabel x dan y, n = Banyaknya sampel, x
= Skor butir masing-masing responden, y = Skor total dari keseluruhan responden.
Jihad dan Haris (2008:180) menyatakan kriteria validitas dijelaskan seperti pada
Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Interpretasi untuk Validitas
Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
0,80 < rxy ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi (sangat baik)
0,60 < rxy ≤ 0,80 Validitas tinggi (baik)
0,40 < rxy ≤ 0,60 Validitas sedang (cukup)
0,20 < rxy ≤ 0,40 Validitas rendah (kurang)
0,00 < rxy ≤ 0,20 Validitas sangat rendah
JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 9
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.
²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
rxy ≤ 0,00 Tidak valid
Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-1).
Kaidah keputusannya adalah jika thitung > ttabel berarti valid sebaliknya thitung ttabel
berarti tidak valid.
Selanjutnya nilai koefisien korelasi dimasukkan kerumus thitung yang
hasilnya akan dibandingkan dengan nilai yang ada pada ttabel. Sugiyono (2013:184),
menjelaskan rumus thitung sebagai berikut:
thitung =
Dimana, t = nilai thitung, r = nilai koefisien korelasi, n = jumlah sampel. Jika nilai
thitung �ttabel berarti soal tersebut valid dan sebaliknya thitung < ttabel berarti soal tidak
valid. Distribusi (tabel t) yang digunakan adalah untuk α = 0,05 dan derajat
kebebasan ( dk = n - 1).
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share ini
dilaksanakan di kelas X SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016
yang dilakukan penelitian pada tanggal 28 juli sampai 21 agustus 2015. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X TKR yang berjumlah 99 siswa, dari
tiga kelas diambil satu kelas untuk dijadikan sebagai sampel penelitian ini yaitu kelas
X TKR 2 dengan jumlah 30 siswa untuk diterapkan model pembelajaran Think Pair
and Share. Pada saat pelaksanaan pembelajaran peneliti bertindak sebagai pengajar
(guru). Sebelum pelakasaan dimulai, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen tes
yang berguna untuk mengetahui kualitas soal yang digunakan. Uji coba instrumen tes
untuk mengetahui validitas soal, realibilitas soal, thitung, daya pembeda soal , dan
tingkat kesukaran soal.
Uji coba instrumen dilaksanakan di kelas XI TKR SMK Negeri 3
Lubuklinggau pada tangal 28 Juli 2015 dengan jumlah siswa yang mengikuti tes yaitu
sebanyak 24 siswa pada materi pengukuran. Berdasarkan hasil analisis uji coba
instrumen, sebanyak sepuluh soal diujikan sudah memenuhi syarat yaitu validasi
tinggi, daya pembeda sedang, dan tingkat kesukaran sedang sehingga soal dapat
JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 10
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.
²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.
digunakan sebagai alat tes, baik tes kemampuan awal (pre-test) maupun tes
kemampuan akhir (post-test).
Sebelum pemberian perlakuan diadakan pre-test terlebih dahulu, pelaksanaan
pre-test ini bertujuan untuk mengetahui apakah sudah ada di antara siswa yang sudah
mengetahui mengenai materi yang akan diajarkan atau sebagai kegiatan menguji
tingkatan siswa terhadap materi yang akan disampaikan, kegiatan pre-test dilakukan
sebelum kegiatan pengajaran dimulai. Jadi, dapat dijelaskan bahwa manfaat dari
diadanya pre-test adalah untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai materi
yang akan disampaikan. Pelakasanaan pre-test dilakukan pada pertemuan pertama
yaitu pada tangal 7 Agustus 2015 yang diikuti oleh 30 siswa dengan tujuan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa pada materi pengukuran sebelum diberikan
perlakuan pada penelitian dengan mengunakan model pembelajaran Think Pair and
Shar.
Setelah diadakan pre-test, siswa akan diberikan perlakuan dalam pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share pada tanggal 14
Agustus 2015 dilakukan selama dua jam pelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan
pemberian tes akhir (post-test) pada tanggal 21 Agustus 2015. Post-tes merupakan
bentuk pertanyaan yang diberikan setelah pelajaran atau materi disampaikan. Peneliti
memberikan post-test dengan maksud apakah siswa sudah mengerti dan memahami
mengenai materi yang telah diberikan. Manfaat dari diadakannya post-test ini adalah
untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan akhir siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair and Share. Hasil post-
test ini dibandingkan dengan hasil pre-test yang telah dilakukan sehingga akan
diketahui seberapa efek atau penerapan dari pengajaran yang telah dilakukan,
sehingga dapat diketahui bagian-bagian mana dari bahan pengajaran yang masih
belum dipahami oleh sebagaian besar siswa.
1. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Awal Siswa (Pre-Test)
Adapun data hasil pre-test siswa mengenai materi pengukuran secara rinci
dapat dilihat pada lampiran C, dan hasil rekapitulasi perhitungannya sebagai
berikut :
a. Nilai rata-rata dan Simpangan Baku Pre-Test
JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 11
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.
²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Adapun data hasil pre-test siswa mengenai materi pengukuran secara
rinci dapat dilihat pada lampiran C, dan hasil rekapitulasi perhitungannya
sebagai berikut :
Tabel 4.1
Rekapitulasi Hasil Pre-test
Nilai Rata-Rata 44,3
Simpangan Baku 31,47
Nilai Tertinggi 79
Nilai Terendah 14
Selisih Nilai 65
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata 44,3
simpangan baku 31,47 nilai tertinggi 79 nilai terendah 14 dan selisih nilai
sebesar 65, artinya rata-rata hasil belajar siswa sebelum menerapkan model
pembelajaran Think Pair and Share secara signifikan belum tuntas.
b. Uji Normalitas Pre-Test
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil pre-test siswa
berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan stastistika
mengenai uji normalitas dan data dengan taraf kepercayaan = 5% dan
dengan derajat kebebasan (dk) = k–1, dimana k adalah banyaknya kelas
interval. Kriteria pengujian Jika hitung�
tabel, artinya data berdistribusi
normal dan jika hitung�
tabel maka artinya distribusi data tidak normal.
Hasil perhitungan uji normalitas skor pre-test dapat dilihat pada tabel 4.2
penjelasan lebih lanjut pada lampiran C
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas Pre-test
Tes hitung Dk
tabel Kesimpulan
Awal 7,92 5 11,1 Normal
Dari tabel 4.2 menunjukan bahwa hitung data tes awal (pre-test) lebih
kecil tabel (7,92 < 11,1). Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas
dengan menggunakan uji kecocokan (Chi-kuadrat) dapat disimpulkan
bahwa data pre-test berdistribusi normal pada taraf kepercayaan = 5% dan
derajat kebebasan (dk) = 5.
2. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Akhir Siswa (Post-Test)
Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi pengukuran adalah hasil
belajar siswa seteleh mengikuti proses pembelajaran. Kemampuan akhir melalui
JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 12
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.
²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.
post-test yang diikuti oleh 30 siswa. Pelaksanaan post-test bertujuan untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa setelah diberikan perlakuan dengan
menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share.
a. Rata-rata dan Simpangan baku Post-Test
Adapun data hasil Post-Test siswa mengenai materi pengukuran
secara rinci dapat dilihat pada lampiran C, dan hasil rekapitulasi
perhitungannya sebagai berikut :
Tabel 4.3
Rekapitulasi Hasil Tes Akhir (Post-Test)
Nilai Rata-Rata 64,96
Simpangan Baku 11,72
Nilai Tertinggi 96
Nilai Terendah 34
Selisih Nilai 62
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata 64,96
simpangan baku 11,72 nilai tertinggi 96 nilai terendah 34 dan selisih nilai
sebesar 62, artinya rata-rata hasil belajar siswa setelah menerapkan model
pembelajaran Think Pair and Share secara signifikan tuntas.
b. Uji Normalitas Post-Test
Hasil perhitungan uji normalitas skor post-test dapat dilihat pada tabel
4.4. Penjelasan lebih lanjut pada lampiran C.
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas Post-Test
Tes hitung Dk
tabel Kesimpulan
Akhir 8,69 5 11,1 Normal
Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai hitung data tes akhir (post-
test) lebih kecil tabel (8,69 < 11,1). Berdasarkan ketentuan pengujian
normalitas dengan menggunakan uji coba kecocokan (Chi-kuadrat) dapat
disimpulkan bahwa data Post-Test berdistribusi normal pada taraf
kepercayaan = 5% dan derajat kebebasan (dk) = 5.
c. Uji Hipotesis Post-Test
Hipotesis penelitian yang diuji pada penelitian ini adalah “Hasil
belajar fisika siswa kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan model pembelajaran Think Pair and
JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 13
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.
²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Share secara signifikan tuntas”. Untuk menguji hipotesis tersebut diperlukan
hipotesis statistik sebagai berikut:
Ha : Hasil belajar fisika siswa kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan model Think Pair and
Share mencapai nilai rata-rata lebih dari atau sama dengan 60. (Ha : µ0
≥ 60)
Ho : Hasil belajar fisika siswa kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan model Think Pair and
Share mencapai nilai rata-rata kurang dari 60. (Ho : µ0 < 60)
Dari analisis data uji hipotesis pada lampiran C, diperoleh thitung =
2,31, selanjutnya thitung dibandingkan dengan nilai ttabel pada daftar distribusi t
dengan taraf signifikan 5% (0,05) pada derajat kebebasan dk = n-1 =30-1 =
29, dengan demikian thitung (2,31) ≥ (1,70) untuk nilai yang dihipotesiskan µ0
= 60, dan � s = 11,72 dengan jumlah sampel (n = 30). Hal ini
berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Sehingga hasil belajar siswa setelah
menerapkan model pembelajaran Think Pair and Share pada pembelajaran
fisika kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016
secara signifikan tuntas.
Rekapitulasi hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5
Rekapitulasi hasil Uji hipotesis
No Uraian Data Hasil Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
Derajat Kebebasan (dk)
Taraf Kepercayaan ( )
t Hitung
t Tabel
29
5%
2,31
1,70
Ha : diterima
Ho :ditolak
thitung > ttabel
Kemampuan hasil belajar siswa dapat dilihat dari perbandingan rata-
rata nilai siswa pada saat pre-test dan post-test. Untuk memberikan gambaran
data lebih jelas, rata-rata antara pre-test dan post-test, persentase pre-test dan
post-test dapat dilihat pada tabel 4.6 dan Gambar 4.3.
Tabel 4.6
Rekapitulasi Selisih Hasil
Tes Awal (Pre-Test) dan Tes Akhir (Post-Test)
No Uraian Pre-Test Post-Test
1 Nilai Rata-Rata Kognitif
Secara Klasikal 44,30 64,96
2 Persentase Siswa yang 93,33% 13,33%
JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 14
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.
²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Tidak Tuntas
3 Persentase Siswa yang
Tuntas 6,67% 86,67%
Berdasarkan hasil analisis yang telah dijelaskan, maka dapat
dikatakan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima
kebenarannya, hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga hasil
belajar siswa setelah menerapkan model Think Pair and Share pada
pembelajaran fisika kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2015/2016 secara signifikan tuntas. Dimana dapat dilihat persentase
ketuntasan siswa pada pos-test sebesar 86,67%.
PEMBAHASAN
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah adalah hasil belajar
kognitif fisika siswa kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2015/2016. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal uraian yang
digunakan untuk melihat sejauh mana kemampuan awal dan akhir yang dimiliki siswa
kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 yang
berjumlah 30 orang siswa sebagai sampel dari populasi kelas X TKR SMK Negeri 3
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Soal uraian tersebut sebelumnya telah
divalidasi terlebih dahulu kepada siswa kelas XI TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2015/2016 dan dianalisis, sehinga diperoleh soal-soal yang valid dan
reliabel.
Model pembelajaran Think Pair and Share adalah model pembelajaran
yang memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir sendiri, bekerjasama secara
berpasangan, berbagi jawaban dan siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat
serta siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada
materi dan tujuan pembelajaran.
Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share
terlihat bahwa diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam kegiatan belajar
mengajar, setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan
pelajarannya masing-masing, diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara
berpikir dan sikap ilmiah, siswa dapat mengajukan serta mempertahankan
pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh
JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 15
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.
²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.
kepercayaan akan kemampuan diri sendiri. Sehingga membuktikan pendapat yang
diungkapkan oleh Trianto (2009:134).
Selain itu juga dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair and Share, peneliti menyadari masih ada kelemahan-kelemahan diantaranya,
yakni diskusi dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya tergantung
kepada kepemimpinan dan partisipasi anggotanya, diskusi memerlukan keterampilan-
keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya, jalannya diskusi
dapat dikuasai oleh beberapa siswa yang menonjol, tidak semua topik dapat dijadikan
pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal yang bersifat problamatis saja yang dapat
didiskusikan, diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak, apabila
suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka,
maka biasanya sulit membatasi pokok masalah dan jumlah siswa yang terlalu besar di
dalam kelas akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan
pendapatnya.
Pada pertemuan pertama, sebelum diterapkan model pembelajaran Think Pair
and Share, terlebih dahulu diberi soal pre-test. Pre-test bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa. Pada pertemuan pertama ini siswa belum terlalu aktif dalam
menerima pelajaran dan sebelum terbiasa dengan model pembelajaran yang diberikan
serta belum terbiasa dengan dibentuknya kelompok belajar. Selain itu juga, ada
beberapa siswa yang merasa tidak cocok dengan siswa lain dalam kelompoknya,
sehingga terkadang terjadi sedikit perselisihan. Adapun perhitungan pre-test sebelum
diterapkan model pembelajaran Think Pair and Share dapat dikemukakan pada tabel
4.3 antara lain nilai rata-rata Pre-Test adalah 37,29, nilai terendah adalah 14, nilai
tertinggi adalah 79. Dimana jumlah siswa yang tuntas 2 orang dengan persentase
ketuntasan 6,67% dan jumlah siswa yang tidak tuntas 28 orang dengan persentase
ketuntasan 93,33%.
Pertemuan kedua dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair and
Share dalam pembelajaran. Pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung siswa
terlibat aktif dalam membangun pengetahuan, pemahaman dan rasa ingin tahu mereka
dengan sungguh-sungguh yang merupakan dasar dalam pemahaman materi pelajaran
fisika. Pada tahap ini siswa mulai tertarik dengan model pembelajaran Think Pair and
Share.
JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 16
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.
²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Pertemuan terakhir melakukan evaluasi yang dapat diberikan melalui post-test.
Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah belajar
menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share itu sendiri. Dimana jumlah
siswa yang tuntas 26 orang dengan persentase ketuntasan 86,67% dan jumlah siswa
yang tidak tuntas 4 orang dengan persentase ketuntasan 13,33%.
Berdasarkan analisis hasil post-test dilihat perbedaan hasil belajar antara
kemampuan awal siswa dengan kemampuan akhir siswa, terdapat perubahan
signifikan dari hasil belajar setelah diberikan pembelajaran. Nilai rata-rata pre-test
adalah 44,30 sedangkan nilai rata-rata post-test adalah 64,96. Dimana nilai yang
dihipotesiskan (µ0 = 60), maka pada pre-test adalah 44,30 < 60 sehingga hasil belajar
fisika siswa belum tuntas dan pada post-test dengan nilai 64,96 > 60 sehingga hasil
belajar fisika siswa setelah menerapkan model pembelajaran Think Pair and Share
secara signifikan tuntas.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar fisika siswa kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran
2015/2016 setelah menerapkan model pembelajaran Think Pair and Share secara
signifikan tuntas. Dimana perolehan rata-rata nilai kognitif pre-test yang diperoleh
siswa adalah sebesar 44,30 dan rata-rata nilai post-test sebesar 64,96 dengan persentase
ketuntasan hasil belajar sebesar 86,67%. Dan perolehan thitung = 2,31 dan ttabel = 1,70
dengan kriteria jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
VI. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka penulis
mengemukakan saran sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Think Pair and Share perlu disosialisasikan agar dapat
digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan hasil
belajar siswa, karena melalui penelitian ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri
siswa terhadap kemampuannya individu.
2. Model pembelajaran Think Pair and Share ini perlu diterapkan pada materi yang
lain sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dan dapat memaksimalkan hasil
pembelajaran.
JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 17
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.
²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.
3. Siswa diharapkan dapat belajar mandiri tanpa didampingi guru mata pelajaran yang
bersangkutan dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share.
4. Guru diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran Think Pair and Share.
5. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran hendaknya menerapkan model-model
pembelajaran yang inovatif serta mengupayakan kelengkapan sarana dan prasarana
sekolah untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang baik.
6. Penelitian ini ada baiknya dapat dijadikan sebagai penambah wawasan dan
pengetahuan bagi peneliti, sedangkan bagi peneliti lain diharapkan juga dapat
mengkaji lebih lanjut tentang model Think Pair and Share pada materi pokok
lainnya dan dipokuskan pada perbandingan model Think Pair and Share dengan
model yang lain dengan aspek kajian ranah anlisis (C4), sintesis (C5), evaluasi (C6)
dan aktivitas belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Budiningsih, A. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Endarko, dkk. 2008. Fisika Untuk Sekolah Menengah Kejuruan Teknologi. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta: BumiAksara
Jannah, Rikhinati, Dkk. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Disertai Buku Saku Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Kimia Pada
Materi Minyak Bumi Kelas X Sma Negeri Gondangrejo Tahun Pelajaran 2012/2013.
Jurnal Pendidikan Kimia, (4), 19.
Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka.
Nurlaila, Fani, dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share Dengan Kecerdasan Logis Matematis Terhadap Hasil Belajar Siswa Di SMK
Negeri 3 Surabaya. Jurnal Pendidikan Kimia, (2), 36.
Shofiah, Nur dan Yonata, Bertha. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS) Untuk Melatih Karakter Jujur, Tanggung Jawab, Dan Berani
Mengemukakan Pendapat Siswa Kelas X Sma Negeri Plumpang Pada Materi
Alkana, Alkena, Dan Alkuna. Unesa Journal of Chemical education, (3), 42.
JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 18
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.
²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.
Simamora, Pintor, Dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share (TPS) Berbantuan Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Jurnal
Inpafi, (2), 144.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sudjana. 2005. Metode Statika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2011. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Tarsito
. 2012. Statika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suherman, Erman dan Sukjaya, Yaya. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan
Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.
Suprihatinigrum, J. 2013. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Ar-Ruzz Media.
Suprijono, A. 2013. Cooperative Learning. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Suyatno. 2009. Menjelajahi Pembelajaran inovatif. Surabaya: masmedia buana Pustaka.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Surabaya: Prestasi pustaka Raya.
. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Berorientasi
Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Uno, B. 2012. Belajar dengan Pendekatan. Jakarta: Bumi Aksara.
Wardani Ika, dkk. 2014. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share
(TPS) Menggunakan Strategi Peta Konsep Dan Peta Pikiran Terhadap Prestasi
Belajar Siswa Materi Ikatan Kimia Kelas Xi Sma Negeri 1 Karanganyar Tahun
Ajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia, (2), 36.
Widoyoko, Eko Putro 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.