PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL SKRIPSI 2015...

18
JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 1 1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau. ² ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS X TKR SMK NEGERI 3 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 JURNAL OLEH ANDRI SUWANTO NPM 4111043 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU 2015

Transcript of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL SKRIPSI 2015...

Page 1: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL SKRIPSI 2015 Andri... · pelajaran 2014/2015 bahwa kriteria ketuntasan minimal KKM KD adalah

JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 1

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.

²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE

PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS X TKR

SMK NEGERI 3 LUBUKLINGGAU

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

JURNAL

OLEH

ANDRI SUWANTO

NPM 4111043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU

2015

Page 2: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL SKRIPSI 2015 Andri... · pelajaran 2014/2015 bahwa kriteria ketuntasan minimal KKM KD adalah

JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 2

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.

²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE PADA

PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS X TKR SMK NEGERI 3

LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh

Andri Suwanto 1, Jhon Albert Barus

2, Yaspin Yolanda

3

Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau

Program Study Pendidikan Fisika

Email : [email protected]

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Think Pair And Share Pada

Pembelajaran Fisika Siswa Kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

2015/2016”. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar

fisika siswa kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016 setelah

menerapkan model pembelajaran Think Pair and Share. Jenis penelitian ini adalah

eksperimen semu yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok atau kelas pembanding.

Sebagai populasinya adalah seluruh siswa kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau

tahun pelajaran 2015/2016, yang terdiri dari 99 siswa dan sebagai sampel kelas ekperimen

adalah kelas X TKR 2 sebanyak 30 siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara

acak (simple random sampling) dengan cara pengundian. Pengumpulan data dilakukan

dengan teknik tes tertulis. Data skor tes siswa dianalisis dengan menggunakan uji-t.

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan taraf signifikan α = 0,05 diperoleh thitung (2,31)

ttabel (1,70) yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan hasil

belajar fisika siswa kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016

setelah menerapkan model pembelajaran Think Pair and Share secara signifikan tuntas.

Kata Kunci : Think Pair And Share, Hasil Belajar Kognitif.

I. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah salah satu bentuk usaha manusia dalam meningkatkan

kualitas perwujudan kebudayaan manusia yang dapat dilakukan secara individual

Page 3: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL SKRIPSI 2015 Andri... · pelajaran 2014/2015 bahwa kriteria ketuntasan minimal KKM KD adalah

JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 3

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.

²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.

ataupun secara berkelompok. Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha manusia

untuk melestarikan hidup seiring dengan perubahan budaya kehidupan. Sehingga

misi pendidikan tidak hanya menyajikan pengetahuan untuk keperluan sehari-hari,

melainkan mengembangkan intelektual dan emosional serta memberikan

kemampuan pada siswa untuk menyesuaikan diri dengan situasi kedepan yang

belum diketahui.

Pendidikan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum pada pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-empat antara lain untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan tersebut dipertegas lagi dalam Undang-Undang

nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa,

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung

jawab.

Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut sangat diperlukan proses

pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan proses terjadinya komunikasi

antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajar, dalam

mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan yang menjadi masalah yaitu bagaimana

proses komunikasi itu berjalan efektif agar pesan yang disampaikan guru dapat

diterima oleh siswa secara utuh. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mempunyai

kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa sehingga

memudahkan siswa untuk menerima pesan-pesan yang disampaikan oleh guru.

Fisika adalah pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan

sehari-hari terutama dalam membentuk pola pikir siswa menjadi siswa yang

berkualitas, karena secara tidak langsung dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai

dengan fenomena-fenomena yang berhubungan dengan ilmu fisika. Oleh karena itu

pelajaran fisika memerlukan pemahaman lebih, baik oleh guru maupun oleh siswa.

Guru fisika perlu memahami dan mengembangkan berbagai model dan keterampilan

dalam mengajar fisika. Tujuannya adalah agar guru dapat menyusun program

pengajaran fisika yag dapat membangkitkan motivasi siswa agar mereka dapat belajar

dengan sunguh-sunguh dalam proses pembelajaran.

Page 4: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL SKRIPSI 2015 Andri... · pelajaran 2014/2015 bahwa kriteria ketuntasan minimal KKM KD adalah

JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 4

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.

²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Berdasarkan data hasil observasi dan wawancara yang dilakukan penulis

dengan guru mata pelajaran fisika kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau tahun

pelajaran 2014/2015 bahwa kriteria ketuntasan minimal KKM KD adalah 62 yang

digunakan pada mata pelajaran fisika di SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun dan

untuk hasil belajar fisika siswa kelas X TKR masih tergolong rendah. Hal tersebut

dapat dilihat dari hasil ulangan harian, sebagian besar belum mencapai ketuntasan

belajar. Dari satu kelas X TKR berjumlah 30 siswa yang mengikuti ulangan harian

Kompetensi Dasar 1.1 dan 1.2 terdapat 9 siswa yang tuntas dengan persentase

ketuntasan 30% dan 21 siswa yang tidak tuntas dengan persentase ketidaktuntasan

sebesar 70%.

Merujuk permasalahan yang ada, dapat dipahami bahwa penyebab

rendahnya hasil belajar fisika siswa kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau

Pelajaran 2014/2015 adalah sebagian besar siswa kurang tertarik untuk belajar

mata pelajaran fisika dikarenakan selama ini saat proses belajar dan mengajar

berlangsung masih menekankan pada metode pengajaran konvensional dan siswa

diharapkan bisa memahami keseluruhan materi ajar mata pelajaran fisika dengan

tuntas. Namun kenyataannya siswa masih belum mampu memahami keseluruhan

materi fisika yang telah diajarkan, karena ada sebagian materi yang perlu

dijelaskan secara terperinci. Oleh karena itu, diperlunya pendekatan dalam proses

pembelajaran agar dapat meningkatkan kesadaran siswa tentang kebutuhan belajar,

semangat dan minat serta terlahirnya hasil belajar yang positif. Dalam menciptakan

suasana tersebut dapat digunakan suatu model pembelajaran yaitu salah satunya

dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share.

Trianto (2011:61), Model pembelajaran Think Pair and Share merupakan jenis

pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi perilaku

siswa. Sedangkan menurut Suyatno (2009:54), Model pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair and Share memiliki prosedur ditetapkan secara eksplisit yang dapat

memberikan waktu lebih banyak kepada siswa untuk memikirkan secara mendalam

tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami (berpikir, menjawab, dan saling

membantu satu sama lain).

Nur Shofiyah dan Bertha Yonata (2013:42), Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Melatih Karakter Jujur,

Tanggung Jawab, dan Berani Mengemukakan Pendapat Siswa Kelas X SMA

Page 5: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL SKRIPSI 2015 Andri... · pelajaran 2014/2015 bahwa kriteria ketuntasan minimal KKM KD adalah

JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 5

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.

²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Negeri Plumpang pada Materi Alkana, Alkena, dan Alkuna. Ia menyimpulkan

hasil rata-rata penilaian pada karakter jujur pertemuan 1 dalam kategori baik

(66,67%), pertemuan 2, dan pertemuan 3 termasuk dalam kriteria sangat baik

(76,04%, dan 85.4%). Karakter tanggung jawab pada pertemuan 1 termasuk

dalam kriteria cukup baik (59,4%), pertemuan 2 dan pertemuan 3 termasuk

dalam kategori baik (71,9% dan 81,3%). Karakter berani mengemukakan

pendapat pada pertemuan 1 termasuk dalam kategori cukup baik (60,4%),

pertemuan 2 dan pertemuan 3 termasuk dalam kategori baik (72,9% dan

83,3%).

Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair and Share dapat memberikan sesuatu yang sangat berarti terutama bagi

siswa. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share siswa dapat

mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya untuk menyelesaikan suatu

permasalahan melalui berpikir kritis, sistematis dan analitis. Selain itu, kemampuan

yang diperoleh siswa bukan hanya pada ranah pengetahuan (kognitif) saja, tetapi

seimbang antara ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan demikian,

pembelajaran diharapkan menjadi bermakna dan tujuan belajar untuk mengubah

perilaku siswa akan tercapai dengan baik.

Sehubungan dengan permasalahan yang telah peneliti paparkan di atas, peneliti

tertarik mengadakan penelitian dengan judul yaitu “Penerapan Model Pembelajaran

Think Pair and Share Pada Pembelajaran Fisika Siswa Kelas X TKR SMK Negeri 3

Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016”.

II. LANDASAN TEORI

Watson (dalam Budininsih, 2012:22) menyatakan bahwa belajar adalah proses

interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus

berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Winkel

(dalam Suprihatiningrum, 2013:15) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas

mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang

menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, keterampilan dan

nilai sikap.

Page 6: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL SKRIPSI 2015 Andri... · pelajaran 2014/2015 bahwa kriteria ketuntasan minimal KKM KD adalah

JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 6

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.

²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Slameto (dalam Uno. B dan Mohamad, 2011:139) menyatakan bahwa belajar

merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman

individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Begitu juga dengan

pandangan Anthony Robbins senada dengan apa yang dikemukakan oleh Jerome

Brunner dalam (Trianto, 2009:15) bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana

siswa membangun pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman atau pengetahuan

yang sudah dimilikinya.

Trianto (2009:81), Think pair and share adalah model pembelajaran dengan

berpikir, berpasangan, berbagi yang dirancangkan untuk mempengaruhi pola interaksi

siswa. Dalam model pembelajaran ini, jika siswa tidak sepenuhnya memahami konsep

ide pasangan mereka dapat membantu menjelaskan memahami dan menjelaskannya

kepada mereka, jika siswa masih tidak mengerti mereka bisa mencoba untuk memberi

pemahaman secara sedarhana dan akrab. Sedangkan menurut Arends (dalam Trianto

2009:132) mengatakan bahwa Think Pair and Share merupakan suatu cara yang

efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa

semua resitansi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas

secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair and Share dapat

memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespons dan saling membantu.

Trianto (2009:81), langkah-langkah model pembelajaran Think Pair and

Share adalah sebagai berikut:

1) Berpikir (Thinking), Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang berkaitan

dengan materi pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit

untuk berpikir mengenai jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan

bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian dari berpikir.

2) Berpasangan (Pairing) Guru meminta siswa untuk berpasangan dan

mendiskusikan apa yang mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan

dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan. Secara normal

guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

3) Berbagi (Sharing) Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk

berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.

Suyatno (2009:54), langkah-langkah model pembelajaran Think Pair and

Share adalah (1) Guru menyajikan materi secara klasikal, (2) Guru membagi

Page 7: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL SKRIPSI 2015 Andri... · pelajaran 2014/2015 bahwa kriteria ketuntasan minimal KKM KD adalah

JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 7

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.

²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.

kelompok siswa, dan (3) Guru memberikan kuis. Hamalik (2008:30) bukti bahwa

seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut,

misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Widoyoko (2009:25), hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri siswa

sebagai akibat kegiatan pembelajaran bersifat non fisik seperti perubahan sikap,

pengetahuan maupun kecakapan. Begitu juga menurut Suprijono (2009:5) hasil belajar

adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap apresiasi

dan keterampilan-keterampilan.

Reigeluth (dalam Suprihatiningrum, 2013:37) berpendapat bahwa hasil belajar

atau pembelajaran dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang memberikan suatu

ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda. Ia juga

mengatakan secara spesifik bahwa hasil belajar adalah suatu kinerja (performance)

yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh. Hasil

belajar selalu dinyatakan dalam bentuk tujuan (khusus) perilaku (unjuk kerja).

Suprijono (2013:7) hasil belajar merupakan perubahan prilaku secara keseluruhan

bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja melainkan secara

komperehensif. Bloom (dalam Suprijono, 2013:6) hasil belajar adalah mencangkup

semua kemampuan kognitif, apektif dan psikomotorik.

Gangne dan Briggs (dalam Suprihatiningrum, 2013:37) hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan

dapat diamati melalui penampilan siswa (learner’s performance). Dimyati dan

Mujiono (2006:3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan

tindak mengajar.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X TKR Semester I SMK Negeri 3

Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian dilakukan selama bulan

Agustus tahun 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X TKR

SMK Negeri 3 Lubuklinggau yang terdiri dari 3 kelas dengan jumlah siswa 99 siswa

yang terdiri dari 99 siswa laki-laki. Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara

acak (simple random sampling) dengan cara pengundian. Sampel yang diambil yakni

kelas X TKR 2. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu yang dilaksanakan tanpa

adanya kelompok atau kelas pembanding.

Page 8: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL SKRIPSI 2015 Andri... · pelajaran 2014/2015 bahwa kriteria ketuntasan minimal KKM KD adalah

JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 8

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.

²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang terdiri dari 7

soal uraian yang sebelumnya telah di uji cobakan terlebih dahulu dan divalidasi.

Langkah-Langkah Penelitian

Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan Uji Coba Soal Instrumen

a. Melakukan uji validasi soal

b. Melakukan uji reliabilitas

c. Melaksanakan ujib daya pembeda

d. Melakukan uji kesukaran

2. Melakukan Pre-Test

3. Melakukan Perlakuan dengan Model Think Pair and Share

4. Melakukan Post-Test

5. Melakukan Analisis Data Pre-Test dan Post-Test

Hipotesis yang diuji berbentuk:

Ha : Hasil belajar fisika siswa kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun

Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan model Think Pair and Share

mencapai nilai rata-rata lebih dari atau sama dengan 60. (Ha : µ0 ≥ 60)

Ho : Hasil belajar fisika siswa kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun

Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan model Think Pair and Share

mencapai nilai rata-rata kurang dari 60. (Ho : µ0 < 60)

Menghitung harga koefisien korelasi antara skor masing-masing butir soal dengan

skor total mengunakan rumus korelasi product moment.

rxy =

Dimana, rxy = Koefisien korelasi variabel x dan y, n = Banyaknya sampel, x

= Skor butir masing-masing responden, y = Skor total dari keseluruhan responden.

Jihad dan Haris (2008:180) menyatakan kriteria validitas dijelaskan seperti pada

Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Interpretasi untuk Validitas

Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

0,80 < rxy ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi (sangat baik)

0,60 < rxy ≤ 0,80 Validitas tinggi (baik)

0,40 < rxy ≤ 0,60 Validitas sedang (cukup)

0,20 < rxy ≤ 0,40 Validitas rendah (kurang)

0,00 < rxy ≤ 0,20 Validitas sangat rendah

Page 9: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL SKRIPSI 2015 Andri... · pelajaran 2014/2015 bahwa kriteria ketuntasan minimal KKM KD adalah

JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 9

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.

²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

rxy ≤ 0,00 Tidak valid

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-1).

Kaidah keputusannya adalah jika thitung > ttabel berarti valid sebaliknya thitung ttabel

berarti tidak valid.

Selanjutnya nilai koefisien korelasi dimasukkan kerumus thitung yang

hasilnya akan dibandingkan dengan nilai yang ada pada ttabel. Sugiyono (2013:184),

menjelaskan rumus thitung sebagai berikut:

thitung =

Dimana, t = nilai thitung, r = nilai koefisien korelasi, n = jumlah sampel. Jika nilai

thitung �ttabel berarti soal tersebut valid dan sebaliknya thitung < ttabel berarti soal tidak

valid. Distribusi (tabel t) yang digunakan adalah untuk α = 0,05 dan derajat

kebebasan ( dk = n - 1).

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN

Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share ini

dilaksanakan di kelas X SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016

yang dilakukan penelitian pada tanggal 28 juli sampai 21 agustus 2015. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X TKR yang berjumlah 99 siswa, dari

tiga kelas diambil satu kelas untuk dijadikan sebagai sampel penelitian ini yaitu kelas

X TKR 2 dengan jumlah 30 siswa untuk diterapkan model pembelajaran Think Pair

and Share. Pada saat pelaksanaan pembelajaran peneliti bertindak sebagai pengajar

(guru). Sebelum pelakasaan dimulai, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen tes

yang berguna untuk mengetahui kualitas soal yang digunakan. Uji coba instrumen tes

untuk mengetahui validitas soal, realibilitas soal, thitung, daya pembeda soal , dan

tingkat kesukaran soal.

Uji coba instrumen dilaksanakan di kelas XI TKR SMK Negeri 3

Lubuklinggau pada tangal 28 Juli 2015 dengan jumlah siswa yang mengikuti tes yaitu

sebanyak 24 siswa pada materi pengukuran. Berdasarkan hasil analisis uji coba

instrumen, sebanyak sepuluh soal diujikan sudah memenuhi syarat yaitu validasi

tinggi, daya pembeda sedang, dan tingkat kesukaran sedang sehingga soal dapat

Page 10: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL SKRIPSI 2015 Andri... · pelajaran 2014/2015 bahwa kriteria ketuntasan minimal KKM KD adalah

JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 10

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.

²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.

digunakan sebagai alat tes, baik tes kemampuan awal (pre-test) maupun tes

kemampuan akhir (post-test).

Sebelum pemberian perlakuan diadakan pre-test terlebih dahulu, pelaksanaan

pre-test ini bertujuan untuk mengetahui apakah sudah ada di antara siswa yang sudah

mengetahui mengenai materi yang akan diajarkan atau sebagai kegiatan menguji

tingkatan siswa terhadap materi yang akan disampaikan, kegiatan pre-test dilakukan

sebelum kegiatan pengajaran dimulai. Jadi, dapat dijelaskan bahwa manfaat dari

diadanya pre-test adalah untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai materi

yang akan disampaikan. Pelakasanaan pre-test dilakukan pada pertemuan pertama

yaitu pada tangal 7 Agustus 2015 yang diikuti oleh 30 siswa dengan tujuan untuk

mengetahui kemampuan awal siswa pada materi pengukuran sebelum diberikan

perlakuan pada penelitian dengan mengunakan model pembelajaran Think Pair and

Shar.

Setelah diadakan pre-test, siswa akan diberikan perlakuan dalam pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share pada tanggal 14

Agustus 2015 dilakukan selama dua jam pelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan

pemberian tes akhir (post-test) pada tanggal 21 Agustus 2015. Post-tes merupakan

bentuk pertanyaan yang diberikan setelah pelajaran atau materi disampaikan. Peneliti

memberikan post-test dengan maksud apakah siswa sudah mengerti dan memahami

mengenai materi yang telah diberikan. Manfaat dari diadakannya post-test ini adalah

untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan akhir siswa setelah mengikuti

proses pembelajaran dengan model pembelajaran Think Pair and Share. Hasil post-

test ini dibandingkan dengan hasil pre-test yang telah dilakukan sehingga akan

diketahui seberapa efek atau penerapan dari pengajaran yang telah dilakukan,

sehingga dapat diketahui bagian-bagian mana dari bahan pengajaran yang masih

belum dipahami oleh sebagaian besar siswa.

1. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Awal Siswa (Pre-Test)

Adapun data hasil pre-test siswa mengenai materi pengukuran secara rinci

dapat dilihat pada lampiran C, dan hasil rekapitulasi perhitungannya sebagai

berikut :

a. Nilai rata-rata dan Simpangan Baku Pre-Test

Page 11: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL SKRIPSI 2015 Andri... · pelajaran 2014/2015 bahwa kriteria ketuntasan minimal KKM KD adalah

JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 11

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.

²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Adapun data hasil pre-test siswa mengenai materi pengukuran secara

rinci dapat dilihat pada lampiran C, dan hasil rekapitulasi perhitungannya

sebagai berikut :

Tabel 4.1

Rekapitulasi Hasil Pre-test

Nilai Rata-Rata 44,3

Simpangan Baku 31,47

Nilai Tertinggi 79

Nilai Terendah 14

Selisih Nilai 65

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata 44,3

simpangan baku 31,47 nilai tertinggi 79 nilai terendah 14 dan selisih nilai

sebesar 65, artinya rata-rata hasil belajar siswa sebelum menerapkan model

pembelajaran Think Pair and Share secara signifikan belum tuntas.

b. Uji Normalitas Pre-Test

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil pre-test siswa

berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan stastistika

mengenai uji normalitas dan data dengan taraf kepercayaan = 5% dan

dengan derajat kebebasan (dk) = k–1, dimana k adalah banyaknya kelas

interval. Kriteria pengujian Jika hitung�

tabel, artinya data berdistribusi

normal dan jika hitung�

tabel maka artinya distribusi data tidak normal.

Hasil perhitungan uji normalitas skor pre-test dapat dilihat pada tabel 4.2

penjelasan lebih lanjut pada lampiran C

Tabel 4.2

Hasil Uji Normalitas Pre-test

Tes hitung Dk

tabel Kesimpulan

Awal 7,92 5 11,1 Normal

Dari tabel 4.2 menunjukan bahwa hitung data tes awal (pre-test) lebih

kecil tabel (7,92 < 11,1). Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas

dengan menggunakan uji kecocokan (Chi-kuadrat) dapat disimpulkan

bahwa data pre-test berdistribusi normal pada taraf kepercayaan = 5% dan

derajat kebebasan (dk) = 5.

2. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Akhir Siswa (Post-Test)

Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi pengukuran adalah hasil

belajar siswa seteleh mengikuti proses pembelajaran. Kemampuan akhir melalui

Page 12: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL SKRIPSI 2015 Andri... · pelajaran 2014/2015 bahwa kriteria ketuntasan minimal KKM KD adalah

JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 12

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.

²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.

post-test yang diikuti oleh 30 siswa. Pelaksanaan post-test bertujuan untuk

mengetahui kemampuan akhir siswa setelah diberikan perlakuan dengan

menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share.

a. Rata-rata dan Simpangan baku Post-Test

Adapun data hasil Post-Test siswa mengenai materi pengukuran

secara rinci dapat dilihat pada lampiran C, dan hasil rekapitulasi

perhitungannya sebagai berikut :

Tabel 4.3

Rekapitulasi Hasil Tes Akhir (Post-Test)

Nilai Rata-Rata 64,96

Simpangan Baku 11,72

Nilai Tertinggi 96

Nilai Terendah 34

Selisih Nilai 62

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata 64,96

simpangan baku 11,72 nilai tertinggi 96 nilai terendah 34 dan selisih nilai

sebesar 62, artinya rata-rata hasil belajar siswa setelah menerapkan model

pembelajaran Think Pair and Share secara signifikan tuntas.

b. Uji Normalitas Post-Test

Hasil perhitungan uji normalitas skor post-test dapat dilihat pada tabel

4.4. Penjelasan lebih lanjut pada lampiran C.

Tabel 4.4

Hasil Uji Normalitas Post-Test

Tes hitung Dk

tabel Kesimpulan

Akhir 8,69 5 11,1 Normal

Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai hitung data tes akhir (post-

test) lebih kecil tabel (8,69 < 11,1). Berdasarkan ketentuan pengujian

normalitas dengan menggunakan uji coba kecocokan (Chi-kuadrat) dapat

disimpulkan bahwa data Post-Test berdistribusi normal pada taraf

kepercayaan = 5% dan derajat kebebasan (dk) = 5.

c. Uji Hipotesis Post-Test

Hipotesis penelitian yang diuji pada penelitian ini adalah “Hasil

belajar fisika siswa kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun

Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan model pembelajaran Think Pair and

Page 13: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL SKRIPSI 2015 Andri... · pelajaran 2014/2015 bahwa kriteria ketuntasan minimal KKM KD adalah

JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 13

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.

²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Share secara signifikan tuntas”. Untuk menguji hipotesis tersebut diperlukan

hipotesis statistik sebagai berikut:

Ha : Hasil belajar fisika siswa kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau

Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan model Think Pair and

Share mencapai nilai rata-rata lebih dari atau sama dengan 60. (Ha : µ0

≥ 60)

Ho : Hasil belajar fisika siswa kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau

Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah menerapkan model Think Pair and

Share mencapai nilai rata-rata kurang dari 60. (Ho : µ0 < 60)

Dari analisis data uji hipotesis pada lampiran C, diperoleh thitung =

2,31, selanjutnya thitung dibandingkan dengan nilai ttabel pada daftar distribusi t

dengan taraf signifikan 5% (0,05) pada derajat kebebasan dk = n-1 =30-1 =

29, dengan demikian thitung (2,31) ≥ (1,70) untuk nilai yang dihipotesiskan µ0

= 60, dan � s = 11,72 dengan jumlah sampel (n = 30). Hal ini

berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Sehingga hasil belajar siswa setelah

menerapkan model pembelajaran Think Pair and Share pada pembelajaran

fisika kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016

secara signifikan tuntas.

Rekapitulasi hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5

Rekapitulasi hasil Uji hipotesis

No Uraian Data Hasil Kesimpulan

1.

2.

3.

4.

Derajat Kebebasan (dk)

Taraf Kepercayaan ( )

t Hitung

t Tabel

29

5%

2,31

1,70

Ha : diterima

Ho :ditolak

thitung > ttabel

Kemampuan hasil belajar siswa dapat dilihat dari perbandingan rata-

rata nilai siswa pada saat pre-test dan post-test. Untuk memberikan gambaran

data lebih jelas, rata-rata antara pre-test dan post-test, persentase pre-test dan

post-test dapat dilihat pada tabel 4.6 dan Gambar 4.3.

Tabel 4.6

Rekapitulasi Selisih Hasil

Tes Awal (Pre-Test) dan Tes Akhir (Post-Test)

No Uraian Pre-Test Post-Test

1 Nilai Rata-Rata Kognitif

Secara Klasikal 44,30 64,96

2 Persentase Siswa yang 93,33% 13,33%

Page 14: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL SKRIPSI 2015 Andri... · pelajaran 2014/2015 bahwa kriteria ketuntasan minimal KKM KD adalah

JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 14

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.

²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Tidak Tuntas

3 Persentase Siswa yang

Tuntas 6,67% 86,67%

Berdasarkan hasil analisis yang telah dijelaskan, maka dapat

dikatakan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima

kebenarannya, hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga hasil

belajar siswa setelah menerapkan model Think Pair and Share pada

pembelajaran fisika kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun

Pelajaran 2015/2016 secara signifikan tuntas. Dimana dapat dilihat persentase

ketuntasan siswa pada pos-test sebesar 86,67%.

PEMBAHASAN

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah adalah hasil belajar

kognitif fisika siswa kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

2015/2016. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal uraian yang

digunakan untuk melihat sejauh mana kemampuan awal dan akhir yang dimiliki siswa

kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 yang

berjumlah 30 orang siswa sebagai sampel dari populasi kelas X TKR SMK Negeri 3

Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Soal uraian tersebut sebelumnya telah

divalidasi terlebih dahulu kepada siswa kelas XI TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau

Tahun Pelajaran 2015/2016 dan dianalisis, sehinga diperoleh soal-soal yang valid dan

reliabel.

Model pembelajaran Think Pair and Share adalah model pembelajaran

yang memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir sendiri, bekerjasama secara

berpasangan, berbagi jawaban dan siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat

serta siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada

materi dan tujuan pembelajaran.

Dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share

terlihat bahwa diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam kegiatan belajar

mengajar, setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan

pelajarannya masing-masing, diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara

berpikir dan sikap ilmiah, siswa dapat mengajukan serta mempertahankan

pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh

Page 15: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL SKRIPSI 2015 Andri... · pelajaran 2014/2015 bahwa kriteria ketuntasan minimal KKM KD adalah

JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 15

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.

²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.

kepercayaan akan kemampuan diri sendiri. Sehingga membuktikan pendapat yang

diungkapkan oleh Trianto (2009:134).

Selain itu juga dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think

Pair and Share, peneliti menyadari masih ada kelemahan-kelemahan diantaranya,

yakni diskusi dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya tergantung

kepada kepemimpinan dan partisipasi anggotanya, diskusi memerlukan keterampilan-

keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya, jalannya diskusi

dapat dikuasai oleh beberapa siswa yang menonjol, tidak semua topik dapat dijadikan

pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal yang bersifat problamatis saja yang dapat

didiskusikan, diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak, apabila

suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka,

maka biasanya sulit membatasi pokok masalah dan jumlah siswa yang terlalu besar di

dalam kelas akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan

pendapatnya.

Pada pertemuan pertama, sebelum diterapkan model pembelajaran Think Pair

and Share, terlebih dahulu diberi soal pre-test. Pre-test bertujuan untuk mengetahui

kemampuan awal siswa. Pada pertemuan pertama ini siswa belum terlalu aktif dalam

menerima pelajaran dan sebelum terbiasa dengan model pembelajaran yang diberikan

serta belum terbiasa dengan dibentuknya kelompok belajar. Selain itu juga, ada

beberapa siswa yang merasa tidak cocok dengan siswa lain dalam kelompoknya,

sehingga terkadang terjadi sedikit perselisihan. Adapun perhitungan pre-test sebelum

diterapkan model pembelajaran Think Pair and Share dapat dikemukakan pada tabel

4.3 antara lain nilai rata-rata Pre-Test adalah 37,29, nilai terendah adalah 14, nilai

tertinggi adalah 79. Dimana jumlah siswa yang tuntas 2 orang dengan persentase

ketuntasan 6,67% dan jumlah siswa yang tidak tuntas 28 orang dengan persentase

ketuntasan 93,33%.

Pertemuan kedua dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair and

Share dalam pembelajaran. Pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung siswa

terlibat aktif dalam membangun pengetahuan, pemahaman dan rasa ingin tahu mereka

dengan sungguh-sungguh yang merupakan dasar dalam pemahaman materi pelajaran

fisika. Pada tahap ini siswa mulai tertarik dengan model pembelajaran Think Pair and

Share.

Page 16: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL SKRIPSI 2015 Andri... · pelajaran 2014/2015 bahwa kriteria ketuntasan minimal KKM KD adalah

JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 16

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.

²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Pertemuan terakhir melakukan evaluasi yang dapat diberikan melalui post-test.

Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah belajar

menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share itu sendiri. Dimana jumlah

siswa yang tuntas 26 orang dengan persentase ketuntasan 86,67% dan jumlah siswa

yang tidak tuntas 4 orang dengan persentase ketuntasan 13,33%.

Berdasarkan analisis hasil post-test dilihat perbedaan hasil belajar antara

kemampuan awal siswa dengan kemampuan akhir siswa, terdapat perubahan

signifikan dari hasil belajar setelah diberikan pembelajaran. Nilai rata-rata pre-test

adalah 44,30 sedangkan nilai rata-rata post-test adalah 64,96. Dimana nilai yang

dihipotesiskan (µ0 = 60), maka pada pre-test adalah 44,30 < 60 sehingga hasil belajar

fisika siswa belum tuntas dan pada post-test dengan nilai 64,96 > 60 sehingga hasil

belajar fisika siswa setelah menerapkan model pembelajaran Think Pair and Share

secara signifikan tuntas.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar fisika siswa kelas X TKR SMK Negeri 3 Lubuklinggau tahun pelajaran

2015/2016 setelah menerapkan model pembelajaran Think Pair and Share secara

signifikan tuntas. Dimana perolehan rata-rata nilai kognitif pre-test yang diperoleh

siswa adalah sebesar 44,30 dan rata-rata nilai post-test sebesar 64,96 dengan persentase

ketuntasan hasil belajar sebesar 86,67%. Dan perolehan thitung = 2,31 dan ttabel = 1,70

dengan kriteria jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

VI. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka penulis

mengemukakan saran sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Think Pair and Share perlu disosialisasikan agar dapat

digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan hasil

belajar siswa, karena melalui penelitian ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri

siswa terhadap kemampuannya individu.

2. Model pembelajaran Think Pair and Share ini perlu diterapkan pada materi yang

lain sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dan dapat memaksimalkan hasil

pembelajaran.

Page 17: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL SKRIPSI 2015 Andri... · pelajaran 2014/2015 bahwa kriteria ketuntasan minimal KKM KD adalah

JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 17

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.

²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.

3. Siswa diharapkan dapat belajar mandiri tanpa didampingi guru mata pelajaran yang

bersangkutan dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share.

4. Guru diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran Think Pair and Share.

5. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran hendaknya menerapkan model-model

pembelajaran yang inovatif serta mengupayakan kelengkapan sarana dan prasarana

sekolah untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang baik.

6. Penelitian ini ada baiknya dapat dijadikan sebagai penambah wawasan dan

pengetahuan bagi peneliti, sedangkan bagi peneliti lain diharapkan juga dapat

mengkaji lebih lanjut tentang model Think Pair and Share pada materi pokok

lainnya dan dipokuskan pada perbandingan model Think Pair and Share dengan

model yang lain dengan aspek kajian ranah anlisis (C4), sintesis (C5), evaluasi (C6)

dan aktivitas belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Budiningsih, A. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Endarko, dkk. 2008. Fisika Untuk Sekolah Menengah Kejuruan Teknologi. Jakarta:

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta: BumiAksara

Jannah, Rikhinati, Dkk. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Disertai Buku Saku Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Kimia Pada

Materi Minyak Bumi Kelas X Sma Negeri Gondangrejo Tahun Pelajaran 2012/2013.

Jurnal Pendidikan Kimia, (4), 19.

Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka.

Nurlaila, Fani, dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair

Share Dengan Kecerdasan Logis Matematis Terhadap Hasil Belajar Siswa Di SMK

Negeri 3 Surabaya. Jurnal Pendidikan Kimia, (2), 36.

Shofiah, Nur dan Yonata, Bertha. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Pair Share (TPS) Untuk Melatih Karakter Jujur, Tanggung Jawab, Dan Berani

Mengemukakan Pendapat Siswa Kelas X Sma Negeri Plumpang Pada Materi

Alkana, Alkena, Dan Alkuna. Unesa Journal of Chemical education, (3), 42.

Page 18: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL SKRIPSI 2015 Andri... · pelajaran 2014/2015 bahwa kriteria ketuntasan minimal KKM KD adalah

JURNAL PENDIDIKAN (2015) 1-18 18

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau.

²� ³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Simamora, Pintor, Dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair

Share (TPS) Berbantuan Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Jurnal

Inpafi, (2), 144.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sudjana. 2005. Metode Statika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2011. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Tarsito

. 2012. Statika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, Erman dan Sukjaya, Yaya. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan

Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

Suprihatinigrum, J. 2013. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Ar-Ruzz Media.

Suprijono, A. 2013. Cooperative Learning. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Suyatno. 2009. Menjelajahi Pembelajaran inovatif. Surabaya: masmedia buana Pustaka.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Surabaya: Prestasi pustaka Raya.

. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Berorientasi

Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Uno, B. 2012. Belajar dengan Pendekatan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wardani Ika, dkk. 2014. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Share

(TPS) Menggunakan Strategi Peta Konsep Dan Peta Pikiran Terhadap Prestasi

Belajar Siswa Materi Ikatan Kimia Kelas Xi Sma Negeri 1 Karanganyar Tahun

Ajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia, (2), 36.

Widoyoko, Eko Putro 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.