PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES...
Transcript of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES...
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES
TOURNAMENTS (TGT) DENGAN PERMAINAN DESTINASI UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI POKOK
PEMUAIAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII A MTS SABILUL
ULUM MAYONG JEPARA SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN
2010/2011
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1)
Dalam Ilmu Pendidikan Fisika
Disusun oleh :
DIKA FREIDA NURYNNYSA
NIM : 063611021
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali
informasi dalam referensi yang penulis jadikan bahan rujukan.
Semarang, 03 Desember 2010
Deklarator,
Dika Freida NurynnysaNIM: 063611021
MOTTO
tPöq tƒ“Èq ôÜtRuä !$yJ ¡¡9$#Çc‘sÜŸ2Èe@ÉfÅb¡9$#É=çG à6 ù=Ï94$yJ x.!$tRù&y‰t/tArr&9,ù=yz
¼ çn ߉‹ ÏèœR4#‰ôã ur!$oY øŠn=tã4$RÎ)$Zä.šúü Î=Ïè» sùÇÊÉÍÈ
“(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertamabegitulah kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kamitepati, sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya. ”(Q.S AlAnbiya: 104)1
1 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2000),hlm. 264.
ABSTRAK
Dika Freida Nurynnysa (NIM: 063611021). Penerapan Model PembelajaranTeams Games Tournaments (TGT) Dengan Permainan Destinasi UntukMeningkatkan Hasil Belajar Fisika Materi Pokok Pemuaian Pada PesertaDidik Kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara Semester Gasal TahunAjaran 2010/2011. Skripsi. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN WalisongoSemarang. 2010.
Rumusan Masalah: (1) Bagaimana penerapan model pembelajaran TeamsGames Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi di MTs Sabilul UlumMayong Jepara semester gasal tahun ajaran 2010/2011 kelas VII A pada materipokok Pemuaian? (2) Apakah penerapan model pembelajaran Teams GamesTournaments (TGT) dengan permainan destinasi dapat meningkatkan hasilbelajar Fisika di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara semester gasal tahun ajaran2010/2011 kelas VII A pada materi pokok Pemuaian?
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik diMTs Sabilul Ulum Mayong Jepara tahun ajaran 2010/2011 pada materi pokokPemuaian kelas VII A semester gasal. Dalam proses pembelajaran dilakukandengan menyampaikan bahan ajar berupa penjelasan dan contoh soal denganmetode ceramah dan diskusi, membentuk kelompok yang beranggotakan 4peserta didik, melaksanakan permainan destinasi dalam turnamen dengan caramengocok dadu dan menjalankan biji pada papan destinasi sesuai nomor urutturnamen, memberikan pujian atau unsur reinforcement pada kelompok yangmemperoleh nilai tertinggi, dan memberikan tes yang sesuai dengan kompetensiyang ditentukan untuk mengukur kemampuan peserta didik.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari duasiklus dan pada setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, danrefleksi. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VII A MTs Sabilul UlumMayong Jepara tahun ajaran 2010/2011. Hasil penelitian dari siklus I ke siklus II,menunjukkan adanya peningkatan. Rata-rata hasil belajar kognitif peserta didikmengalami kenaikan sebesar 8,18 dari siklus I sebesar 60,00 ke siklus II sebesar68,18. Ketuntasan belajar aspek psikomotorik pada siklus II tercapai danmeningkat sebesar 6,06%, yaitu dari 93,94% pada siklus I menjadi 100%.Ketuntasan belajar aspek afektif pada siklus II meningkat sebesar 3,03%, siklus Isebesar 96,97% dan siklus II sebesar 100%.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan modelpembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasidapat meningkatkan hasil belajar fisika materi pokok pemuaian pada pesertadidik kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara semester gasal tahun ajaran2010/2011. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan olehguru sebagai model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta didikpada materi pokok yang lain.
Kata kunci : Hasil belajar dan pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)dengan permainan destinasi
PERSEMBAHAN
Dengan ketulusan dan kerendahan hati, maka skripsi ini penulis persembahkan
kepada:
1. Ayahanda Djazuli, S. Pd dan ibunda Endang Purwaningsih, A. Md (Almh)
serta ibu Winarsih tercinta yang telah membesarkanku dengan segala curahan
kasih sayang serta do’anya yang tulus ikhlas untuk kesuksesan putri
tercintanya.
2. Untuk kedua adik tercintaku Thoby Fadly Arafat dan Ghany Ghybran yang
senantiasa memberikan motivasi, do’a, dan keceriaan terhadap penulis.
3. Untuk kakak tunggalku tersayang Rysda Kurniasih dan Muhammad Ridhowi
(kakak ipar), serta Fairus Ghaffany (keponakan tersayangku) yang senantiasa
memberikan motivasi, do’a, semangat, dan inspirasi terhadap penulis.
4. Untuk teman terbaik Arif Rahman yang telah memberikan motivasi,
dukungan, do’a dengan tulus terhadap penulis.
5. Teman-teman Tadris Fisika angkatan 2006 mbak Anik, Eka, Ina, Lida, Shasa,
Khusnul, Nani, mbak Zahro, mbak Is, Rohmat, pak Eko, Tain, Arif, Kharis,
Hafid, Robit, dan Fatur yang selalu memberikan motivasi dan tempat berbagi
ceria selama berjuang bersama.
6. Keluarga besar pak Agung dan bu Ayuk (ibu kos PNA K.15) yang telah
menjadikan penulis sebagai bagian dari keluarga selama di Semarang dan
senantiasa memberikan motivasi dan do’a terhadap penulis.
7. Sahabat-sahabat seperjuangan kos PNA K.15 Ninik, Ifa, Titin, dan Dyan,
kepada mereka penulis berbagi suka dan duka sehingga beban tak terasa
dalam mengarungi samudra perjalanan untuk meraih cita-cita.
8. Sahabat-sahabat yang sekaligus menjadi kakak kos PNA K.15 mbak ina,
mbak novi dan mbak umi yang senantiasa memberikan motivasi dan nasihat
kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat kos PNA K.15 tercinta Dyan, dek Ana, dek Indah, dek
Fufah, Ifa Batang, mbak Ifa Riau, dek Yanah, dek Nik, dek Ririn, mbak Ina’,
dek Erni, Ifa Jepara, Nani, dek Puput, dan mbak Par yang senantiasa
memberikan motivasi dan do’a terhadap penulis.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan pembimbing pak Amin Farih tersayang Nafis,
Laeli, Lala, Wity, Slam, dan Badri yang senantiasa memberikan motivasi,
do’a dan tempat berbagi suka dan duka terhadap penulis.
11. Untuk keluarga besar bu Endang di Karangawen Demak posko 39 yang telah
merawat selama KKN dan memberikan do’a terhadap penulis.
12. Sahabat-sahabat tim KKN posko 39 terbaik mbak Sri, Atik, Miftah, mbak
Mini, Nani, Azis, mas Rozy, mas Shofi’i, mas Aris yang senantiasa
memberikan motivasi dan do’a terhadap penulis.
13. Kepada semua pihak yang telah bersedia dengan penuh ikhlas mendoakan
dan membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah selalu
memberi limpahan rahmat dan hidayah serta kesabaran dan ketabahan kepada
semua dalam mengarungi bahtera kehidupan ini.
14. Tak ada yang penulis persembahkan selain kata terima kasih yang sebesar-
besarnya. Skripsi ini merupakan salah satu wujud dari terimakasih penulis
untuk semuanya.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah menganugerahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayahnya
sehingga menjadikan kita lebih bermakna dalam menjalani hidup ini. Terlebih lagi
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang telah membawa cahaya Ilahi kepada umat manusia sehingga kita
dapat merasakan nikmat Islam dan Iman.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan, motivasi, dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan
skripsi ini dapat terselesaikan. Suatu keharusan bagi penulis untuk berterima kasih
kepada:
1. Dr. Suja’i M. Ag, Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
2. H. Mursid, M. Ag selaku Ketua Jurusan Tadris dan Wenty Dwi Yuniarti, S.Pd,
M. Kom, Ketua Program Studi Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
3. Wenty Dwi Yuniarti, S. Pd, M. Kom pembimbing I sekaligus wali studi yang
telah berkenan meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan arahan dan
bimbingan serta motivasi kepada penulis.
4. Amin Farih, M. Ag selaku pembimbing II yang telah berkenan meluangkan
waktu dan tenaga untuk memberikan arahan dan bimbingan serta motivasi
kepada penulis.
5. Bapak dan ibu dosen yang telah mengajarkan ilmunya dengan ikhlas kepada
penulis selama belajar di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
6. Segenap civitas akademika Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,
para dosen, para karyawan beserta staf-stafnya.
7. Ibu Anis Muawanah S.Th.I selaku guru pengampu mata pelajaran fisika kelas
VII di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara, terimakasih atas bantuannya selama
penulis melaksanakan penelitian.
8. Suharto, S. Pd.I selaku kepala sekolah MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara dan
seluruh guru, karyawan dan stafnya terimakasih telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Ayahanda Djazuli, S. Pd dan ibunda Endang Purwaningsih, A. Md (Almh)
serta ibu Winarsih tercinta yang telah membesarkanku dengan segala curahan
kasih sayang serta do’anya yang tulus ikhlas untuk kesuksesan putri
tercintanya.
10. Teman-teman Tadris Fisika angkatan 2006 mbak Anik, Eka, Ina, Lida, Shasa,
Khusnul, Nani, mbak Zahro, mbak Is, Rohmat, pak Eko, Tain, Arif, Kharis,
Hafid, Robit, dan Fatur yang selalu memberikan motivasi dan tempat berbagi
ceria selama berjuang bersama.
11. Sahabat-sahabat kos PNA K.15 tercinta Dyan, dek Ana, dek Indah, dek Fufah,
Ifa Batang, mbak Ifa Riau, dek Yanah, dek Nik, dek Ririn, mbak Ina’, dek
Erni, Ifa Jepara, Nani, dek Puput, dan mbak Par yang senantiasa memberikan
motivasi dan do’a terhadap penulis.
12. Peserta didik kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian sehingga
tercipta kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Harapan penulis, semoga amal dan jasa baik dari semua pihak dapat
menjadi amal baik dan semoga mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.
Pada akhirnya penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini belum
mencapai kesempurnaan dalam makna yang sesungguhnya, akan tetapi penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun
bagi pembaca umumnya.
Semarang, 03 Desember 2010Penulis,
Dika Freida NurynnysaNIM: 063611021
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………....................... i
PENGESAHAN PENGUJI…………………………………………………… ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………. iii
DEKLARASI………………………………………………………………….. iv
MOTTO………………………………………………………........................... v
ABSTRAK…………………………………………………………………….. vi
PERSEMBAHAN…………………………………………………………….. vii
KATA PENGANTAR………………………………………………………... ix
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. xi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………….................... xiii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xiv
DAFTAR GRAFIK…………………………………………………………... xv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………… 1
B. Identifikasi Masalah………………………………………… 3
C. Penegasan Istilah …………………………………………… 4
D. Perumusan Masalah…………………………………………. 5
E. Tujuan Penelitian……………………………………………. 5
F. Manfaat Penelitian…………………………………………... 6
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori…………………………………………… 7
1. Belajar ……………………………………………….... 7
2. Pengertian Hasil Belajar……………………………….. 16
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT…………………… 20
4. Materi Pokok Pemuaian……………………………….. 26
5. Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournaments
(TGT) Dengan Permainan Destinasi Pada Pembelajaran
Fisika Materi Pokok Pemuaian …………………………. 37
B. Kajian Penelitian Yang Relevan…………………………… 38
C. Kerangka Berfikir………………………………………….. 41
D. Hipotesis Tindakan………………………………………… 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah ................................................ 44
B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................ 46
C. Subjek Penelitian .............................................................. 47
D. Metode Penelitian .............................................................. 47
E. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ................................... 50
F. Kolaborator........................................................................ 60
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 60
H. Indikator Keberhasilan ...................................................... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pra Siklus............................................................................... 67
B. Hasil Penelitian ..................................................................... 69
C. Pembahasan .......................................................................... 71
1. Pra Siklus........................................................................ 71
2. Siklus I............................................................................ 72
3. Siklus II .......................................................................... 81
BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................... 86
B. Saran ..................................................................................... 87
C. Penutup ................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Papan destinasi ............................................................................... 26
Gambar 2.2 Batang sebelum dan sesudah memuai.............................................. 30
Gambar 2.3 Alat Musschenbroek ....................................................................... 31
Gambar 2.4 Model sambungan pada rel Kereta Api............................................ 36
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Koefisien Muai Termal Beberapa Bahan......................................... 30
Tabel 2.2. Koefisien muai volum berbagai jenis zat cair .................................. 32
Tabel 3.1 Siswa MTs Sabilul Ulum ................................................................ 46
Tabel. 4.1 Hasil Belajar Pra Tindakan.............................................................. 68
Tabel 4.2 Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik Siklus I dan II ........................ 69
Tabel 4.3 Hasil Belajar Afektif Peserta Didik Siklus I Dan II.......................... 70
Tabel 4.4 Hasil Belajar Psikomotorik Peserta Didik Siklus I dan II................ 70
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1 Hubungan volume dengan suhu pada air ......................................... 27
Grafik 4.1 Grafik Hasil Belajar Kognitif Pra Siklus dan Siklus I ...................... 76
Grafik 4.2 Grafik Hasil Belajar Kognitif Siklus I dan Siklus II......................... 81
Grafik 4.3 Grafik Hasil Belajar Afektif Siklus I dan Siklus II........................... 82
Grafik 4.4 Grafik Hasil Belajar Psikomotorik Siklus I dan Siklus II ................. 84
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 :Daftar Nama Peserta Didik Kelas VII A MTs Sabilul UlumMayong Jepara Tahun Pelajaran 2010/2011
Lampiran 2 :Daftar nilai mid peserta didik kelas VII A MTs Sabilul Ulum
Mayong Jepara Tahun Ajaran 2010/2011
Lampiran 3 : Daftar kelompok
Lampiran 4 : Daftar nilai peserta didik kelas VII A MTs tahun ajaran 2009/2010
Lampiran 5 : Silabus
Lampiran 6 : Desain Turnamen
Lampiran 7 : Papan Destinasi
Lampiran 8 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 9 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 10 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 11 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 12 : Modul Peserta Didik
Lampiran 13 : Kisi-kisi penulisan Soal Tes Siklus I
Lampiran 14 : Kisi-kisi penulisan Soal Tes Siklus II
Lampiran 15 : Kartu Soal Siklus I
Lampiran 16 : Kunci jawaban Soal TGT siklus I dan II
Lampiran 17 : Rekapitulasi hasil analisis observasi mahasiswa
Lampiran 18 : Lembar Jawab Tes
Lampiran 19 : Lembar kognitif peserta didik siklus I
Lampiran 20 : Kartu Soal Siklus II
Lampiran 21 : Lembar kognitif peserta didik siklus II
Lampiran 22 : Kunci jawaban tes siklus I dan II
Lampiran 23 : Rekapitulasi hasil belajar peserta didik siklus I
Lampiran 24 : Rekapitulasi hasil belajar peserta didik siklus II
Lampiran 25 : Kriteria Penilaian Afektif
Lampiran 26 : Rekapitulasi hasil belajar peserta didik siklus I Afektif
Lampiran 27 : Rekapitulasi hasil belajar peserta didik siklus II Afektif
Lampiran 28 : Kriteria Penilaian Psikomotorik
Lampiran 29 : Rekapitulasi hasil belajar peserta didik siklus I (Psikomotorik)
Lampiran 30 : Rekapitulasi hasil belajar peserta didik siklus II (Psikomotorik)
Lampiran 31 : Dokumentasi pelaksanaan pembelajaran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahPendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,
apalagi bagi bangsa yang sedang berkembang, yang giat membangun negaranya.
Pembangunan didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pembangunan hanya dapat dilakukan oleh manusia yang dipersiapkan melalui
pendidikan. Mutu pendidikan banyak tergantung pada mutu guru dalam
membimbing kegiatan belajar mengajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi
yang bertujuan. Guru dan peserta didiklah yang menggerakkannya. Interaksi yang
bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan
lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan peserta didik dalam belajar.2
Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang
penting/vital.
Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar dan kegiatan mengajar
hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar peserta didik.3 Oleh karena itu, inti
proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar peserta didik dalam mencapai
suatu tujuan pengajaran.4 Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika
peserta didik berusaha secara aktif untuk mencapainya.
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran sains yang diajarkan di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) atau MTs yang diarahkan untuk mencari tahu dan
berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Fisika tergolong mata pelajaran yang
dianggap sulit bagi sebagian besar peserta didik. Kesulitan peserta didik belajar
2 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT RinekaCipta, 2006), Cet. 3, hlm. 53.
3 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), Cet. 6,hlm. 36.
4 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, opcit., hlm. 38.
fisika disebabkan karena fisika sebagai cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
membutuhkan kemampuan bernalar atau berfikir baik secara induktif maupun
deduktif serta menggunakan pemodelan matematis dalam mengungkap berbagai
gejala alam.
Apabila kegiatan pembelajaran IPA Fisika tidak menggunakan model
pembelajaran yang menyenangkan peserta didik akan kesulitan menangkap
pengertian fisika dan semakin beranggapan fisika itu sulit, karena peserta didik
belajar dengan terpaksa. Yang berdampak pada prestasi belajar peserta didik
menjadi rendah.
Untuk menjadikan peserta didik tertarik dan menyukai mata pelajaran IPA
Fisika dibutuhkan kreativitas guru dalam menerapkan metode pembelajaran.
Sebagaimana pembelajaran IPA Fisika yang terjadi di MTs Sabilul Ulum Mayong
Jepara yang kurang memperhatikan metode pembelajaran. Metode pembelajaran
yang digunakan hanya sebatas ceramah dan pemberian tugas atau mengerjakan soal.
Dengan keadaan tersebut, peserta didik kurang tertarik pada mata pelajaran IPA
Fisika dan belum mampu mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini terbukti dengan:
1.Kurangnya variasi dalam pelaksanaan pembelajaran IPA Fisika sehingga peserta
didik merasa bosan dan malas mempelajari IPA Fisika.
2.Peserta didik cenderung cepat bosan bila diberi mata pelajaran IPA Fisika yang
monoton (satu arah) yang kurang melibatkan keaktifan peserta didik.
3.Sebagian besar peserta didik kurang suka dengan IPA Fisika dan menganggap
IPA Fisika sebagai momok.
4.Peserta didik beranggapan pelajaran IPA Fisika sangat sulit dan membingungkan
karena rumus-rumus yang terdapat pada materi pokok pemuaian hampir sama.
5.Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran, nilai rata-rata peserta didik
kelas VII A untuk materi pokok pemuaian masih rendah, yaitu 57,79 dan
persentase ketuntasan klasikal 51,16%. Hasil belajar peserta didik yang
diperoleh lebih rendah dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sekolah
sebesar 6,00.
Untuk mengatasi kesulitan tersebut, pemilihan model pembelajaran yang
menyenangkan dapat membantu peserta didik menyukai kegiatan belajar mengajar
IPA Fisika. Model pembelajaran yang menyenangkan dapat berupa model
pembelajaran permainan. Dalam hidup sehari-hari kita jumpai banyak permainan
yang digunakan anak secara gembira. Permainan-permainan itu membuat anak
senang dan biasanya mereka akan asyik dalam bermain. Tidak jarang beberapa
permainan itu mengandung konsep dan hukum fisika yang sesuai dengan bahan
fisika yang diajarkan di tingkat SD sampai SMA. Pembelajaran fisika dengan
permainan (games) mampu mengajak peserta didik belajar melalui permainan yang
mereka sukai dan biasa mereka geluti. Dengan permainan diharapkan akan
mengurangi ketegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) merupakan model
pembelajaran permainan yang menyenangkan dan dapat membangun kepercayaan
diri serta dapat memupuk kerjasama diantara peserta didik. Model pembelajaran
Teams Games Tournaments (TGT) ini dapat dilakukan dengan permainan destinasi
yang terinspirasi dari permainan ular tangga.
Dari uraian di atas, maka penulis perlu melakukan penelitian tindakan kelas
dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)
Dengan Permainan Destinasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Materi
Pokok Pemuaian Pada Peserta Didik Kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara
Semester Gasal Tahun Ajaran 2010/2011”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya hasil belajar peserta didik pada pembelajaran IPA Fisika
materi pokok pemuaian karena seringnya guru mengajar secara
konvensional.
2. Metode yang kurang tepat, menjadikan pembelajaran IPA di MTs Sabilul
Ulum Mayong Jepara terkesan membosankan.
3. Nilai tes formatif yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara yakni 6,00.
C. Penegasan Istilah
Adapun hal-hal yang perlu dijelaskan hingga terbentuk suatu pengertian
yang utuh sesuai dengan maksud yang sebenarnya dari judul penelitian tersebut
antara lain:
1. Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas
seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran
peserta didik sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan
reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan peserta didik dapat
belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab,
kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) menggunakan
turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis, di mana para peserta
didik berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota lain yang
bekerja.5
2. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar.6 Pada penelitian ini hasil belajar yang diukur adalah
berupa nilai akhir yang diperoleh peserta didik pada tiap siklusnya.
3. Peserta didik merupakan istilah yang sama dengan sebutan siswa pada
kurikulum lama. Peserta didik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
subjek dari pembelajaran di suatu lembaga pendidikan dalam hal ini
yakni MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara.
4. Materi pokok pemuaian merupakan salah satu materi pokok dalam
pelajaran IPA Fisika kelas VII A semester gasal Sekolah Menengah
Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs) sesuai Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
5 Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset Dan Praktik, (Bandung: NusaMedia, 2008), Cet 1, hlm. 163.
6 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PTRineka Cipta, 1999), hlm. 37.
5. MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara merupakan sekolah swasta setara
SMP berlatar belakang Agama Islam yang bertempat di jalan Welahan
No.30 Mayong Jepara.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)
dengan permainan destinasi di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara semester gasal
tahun ajaran 2010/2011 kelas VII A pada materi pokok pemuaian?
2. Apakah penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)
dengan permainan destinasi dapat meningkatkan hasil belajar Fisika di MTs
Sabilul Ulum Mayong Jepara semester gasal tahun ajaran 2010/2011 kelas VII A
pada materi pokok pemuaian?
E. Tujuan PenelitianPenelitian tindakan berbasis kelas yang akan dilaksanakan ini memiliki
tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments
(TGT) dengan permainan destinasi di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara
semester gasal tahun ajaran 2010/2011 kelas VII A pada materi pokok pemuaian?
2. Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pokok pemuaian
kelas VII A semester gasal di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara tahun ajaran
2010/2011.
F. Manfaat PenelitianManfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peserta Didik
a. Dalam mengikuti proses belajar mengajar, diharapkan peserta didik
mampu menerapkan prinsip-prinsip kerja sama dalam kelompoknya.
b. Meningkatkan hasil belajar sehingga dapat belajar tuntas.
c. Adanya perubahan variasi dalam proses pembelajaran sehingga
mendorong peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran dan
menumbuhkan rasa senang belajar fisika.
2. Bagi Guru
a. Adanya perubahan model pembelajaran fisika dalam menyelesaikan soal
pemuaian yang menitikberatkan pada penerapan model pembelajaran
Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi.
b. Sumbangan pemikiran dan pengabdian guru dalam turut serta
mencerdaskan kehidupan anak bangsa melalui profesi yang ditekuni.
c. Dengan dilakukannya penelitian tindakan kelas ini guru dapat
mengembangkan secara kreatif terutama dalam pemilihan model
pembelajaran yang tepat dengan materi.
3. Bagi Sekolah
a. Diharapkan dengan penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan
sumber pemikiran sebagai alternatif meningkatkan kualitas pembelajaran,
khususnya kualitas pembelajaran fisika di MTs Sabilul Ulum Mayong
Jepara.
b. Diperoleh panduan inovatif model pembelajaran Teams Games
Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi yang dapat dipakai untuk
kelas-kelas lainnya di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara.
c. Diharapkan dapat mengurangi jumlah peserta didik yang tidak lulus UN
karena pelajaran fisika di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang.7 Proses belajar itu terjadi karena
adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.8 Salah
satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya
perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan itu diperoleh
melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu
yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman.9
Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan
yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor)
maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).10 Pada belajar
kognitif, prosesnya mengakibatkan perubahan dalam aspek
kemampuan berpikir (cognitive), pada belajar afektif mengakibatkan
perubahan dalam aspek kemampuan merasakan (afective), sedang
belajar psikomotorik memberikan hasil belajar berupa keterampilan
(psychomotoric).11
Secara sederhana Anthony Robbins, mendefinisikan belajar
sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan)
yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari
definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur yaitu:
7 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,1990), hlm. 28.
8 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. 5,hlm. 1.
9 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 1, hlm. 38-39.
10 Arif S Sadiman dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003),Cet. 7, hlm. 1-2.
11 Purwanto, op.cit., hlm. 42-43.
penciptaan hubungan, sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah
dipahami, dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.12
Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada
diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih baik
atau yang kurang baik, direncanakan atau tidak.13 Dengan belajar,
manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu
sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi
hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar.14
Belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang yang beriman
agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan
derajat kehidupan mereka. Hal ini dinyatakan dalam Al Quran, surat
Al Mujadaalah (58): 11:
......ìsùö• tƒª!$#tûï Ï% ©!$#(#q ãZtB#uäöN ä3ZÏBtûï Ï% ©!$#ur(#q è?ré&zO ù=Ïèø9$#;M» y_u‘yŠ4…..
…..“niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yangberiman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuanbeberapa derajat”….. (Q.S Al Mujadaalah: 11)15
Ilmu dalam hal ini tentu saja tidak hanya berupa pengetahuan
agama tetapi juga berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntutan
kemajuan zaman. Selain itu, ilmu tersebut juga harus bermanfaat
bagi kehidupan orang banyak di samping bagi kehidupan diri
pemilik ilmu itu sendiri.16
Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman, yang
mematuhi perintah, beberapa derajat di atas orang-orang yang tidak
12Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, danImplementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010),Cet. 2, hlm. 15.
13Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PTRemaja Rosdakarya, 2004), hlm. 155.
14Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Rineka Cipta, 1990), Cet. 3,hlm. 99.
15Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2000),hlm. 434.
16Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. 1,hlm. 58.
beriman. Selain itu, Allah mengangkat derajat orang-orang beriman
yang berilmu beberapa derajat tingginya daripada orang yang hanya
memiliki iman saja.17
Perintah untuk mempelajari materi pokok pemuaian dalam
fisika tersirat dalam Al-Qur’an, seperti firman Allah yang berbunyi:
#sŒÎ)ߧ÷K ¤±9$#ôNu‘Èhq ä.ÇÊÈ#sŒÎ) urãPq àf–Y9$#ôNu‘y‰s3R$#ÇËÈ#sŒÎ) urãA$t7 Ågø:$#ôNuŽÉi•ß™
ÇÌÈ#sŒÎ) urâ‘$t± Ïèø9$#ôMn=ÏeÜããÇÍÈ#sŒÎ) urÞ¸q ãmâq ø9$#ôNuŽÅ³ ãmÇÎÈ#sŒÎ) urâ‘$ysÎ7 ø9$#
ôNt• Édfß™ÇÏÈ
“Apabila matahari digulung dan apabila bintang-bintangberjatuhan, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabilaunta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan) danapabila binatang-binatang liar dikumpulkan, dan apabila lautandijadikan meluap”. (Q.S. At Takwir : 1-6)18
Sayyid Quthub berpendapat boleh jadi yang dimaksud adalah
dinginnya matahari, pudar cahayanya dan terhentinya apa yang terjadi
sekarang berupa jilatan-jilatan api yang menyembur dari segala sisinya dan
yang bersumber dari ribuan mil di angkasa raya. Ini sebagaimana dapat
dipantau melalui teleskop pada masa gerhana, kesemuanya berubah dari
gas yang memancar akibat dorongan panas yang mencapai 12.000 derajat
sehingga menjadikan semua unsur yang membentuk matahari menjadi gas-
gas yang menyala.
Semua berubah pada saat terjadi apa yang digambarkan ayat-ayat di
atas, menjadi membeku seperti kulit bumi kita dan berputar melilit tanpa
jilatan api. Yang dimaksud adalah rusaknya sistem yang berkaitan
17Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al Quranul Majid An-Nuur,(Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2000), Cet. 2, hlm. 4147.
18 Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 468.
dengannya sehingga matahari hancur berantakan. Ayat tersebut diperkuat
dengan firman Allah surat Al Anbiya ayat 104:
tPöq tƒ“Èq ôÜtRuä !$yJ ¡¡9$#Çc‘sÜŸ2Èe@ÉfÅb¡9$#É=çG à6 ù=Ï94$yJ x.!$tRù&y‰t/tArr&9,ù=yz
¼ çn ߉‹ ÏèœR4#‰ôã ur!$oY øŠn=tã4$RÎ)$Zä.šúü Î=Ïè» sùÇÊÉÍÈ
“(yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulunglembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaanpertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pastiKami tepati, sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.” ( Q. SAl Anbiya: 104)19
Pesan yang terkandung dalam ayat ini adalah bahwa setelah
berkembang sampai ukuran maksimumnya, alam semesta akan kembali
menyusut dan mengecil, sehingga benda-benda langit saling bertumbukan
diremas oleh gaya gravitasi yang maha kuat dan akhirnya masuk kembali
dalam singularitas menuju ketiadaan, kiamat universal.20
Berdasarkan ayat tersebut, menjelaskan bahwa matahari berubah
dari gas yang memancar akibat dorongan panas yang mencapai 12.000
derajat sehingga menjadikan semua unsur yang membentuk matahari
menjadi gas-gas yang menyala, sehingga matahari hancur berantakan. Hal
itu dapat terjadi karena gas yang membentuk matahari mengalami
pemuaian sehingga matahari hancur berantakan.
b. Prinsip-prinsip Belajar
Beberapa prinsip umum belajar:
1) Belajar merupakan bagian dari perkembangan
19 Ibid, hlm. 264.20 Achmad Baiquni, Al Quran dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, (Jakarta: Dana Bakti
Prima Yasa, 1996), Cet. 1, hlm. 273.
Berkembang dan belajar merupakan dua hal yang berbeda,
tetapi berhubungan erat. Dalam perkembangan dituntut belajar,
dan dengan belajar ini perkembangan individu lebih pesat.
2) Belajar berlangsung seumur hidup
Kegiatan belajar dilakukan sejak lahir sampai menjelang
kematian, sedikit demi sedikit dan terus menerus. Perbuatan
belajar dilakukan individu baik secara sadar atau tidak,
disengaja atau tidak, direncanakan atau tidak.
3) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan,
kematangan serta usaha dari individu sendiri
Dengan berbekal potensi yang tinggi dan dukungan faktor
lingkungan yang menguntungkan, usaha belajar dari individu
yang efisien yang dilaksanakan pada tahap kematangan yang
tepat akan memberikan hasil belajar yang maksimal.
4) Belajar mencakup semua aspek kehidupan
Belajar bukan hanya berkenaan dengan aspek intelektual, tetapi
juga aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, moral, religi, seni,
keterampilan, dan lain sebagainya.
5) Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu
Kegiatan belajar tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga
di rumah, di masyarakat, di tempat rekreasi bahkan di mana saja
dapat terjadi perbuatan belajar. Belajar juga terjadi setiap saat,
tidak hanya berlangsung pada jam-jam pelajaran atau jam
kuliah.
6) Belajar berlangsung dengan guru atau tanpa guru
Proses belajar dapat berjalan dengan bimbingan seorang guru,
tetapi juga tetap berjalan meskipun tanpa guru.
7) Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang
tinggi
Kegiatan belajar yang diarahkan kepada penguasaan,
pemecahan atau pencapaian sesuatu hal yang bernilai tinggi,
yang dilakukan secara sadar dan berencana membutuhkan
motivasi yang tinggi pula.
8) Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai
dengan yang sangat kompleks
Perbuatan belajar yang sederhana adalah mengenal tanda (signal
learning dari Gagne), mengenal nama, meniru perbuatan sedang
perbuatan yang kompleks adalah pemecahan masalah,
pelaksanaan sesuatu rencana.
9) Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan
Proses kegiatan belajar tidak selalu lancar, adakalanya terjadi
kelambatan atau perhentian. Kelambatan atau perhentian ini
dapat terjadi karena belum adanya penyesuaian individu dengan
tugasnya, adanya hambatan dari lingkungan, ketidakcocokan
potensi yang dimiliki individu, kurangnya motivasi adanya
kelelahan atau kejenuhan belajar.
10) Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan atau
bimbingan dari orang lain.
Tidak semua hal dapat dipelajari sendiri. Hal-hal tertentu perlu
diberikan atau dijelaskan oleh guru, hal-hal lain perlu petunjuk
dari instruktur dan untuk memecahkan masalah tertentu
diperlukan bimbingan dari pembimbing.21
c. Ciri-ciri Belajar
Tidak semua perubahan tingkah laku dapat disebut belajar.
Ada beberapa kategori belajar, yaitu sebagai berikut:
1) Keterampilan sensorimotor, yaitu tindakan-tindakan yang
bersifat otomatis sehingga kegiatan-kegiatan lain yang telah
dipelajari dapat dilaksanakan secara simultan tanpa saling
mengganggu. Contohnya berjalan, mengendarai sepeda, menari,
dan sebagainya.
21 Nana Syaodih Sukmadinata, loc. cit., hlm. 165-167.
2) Belajar asosiasi, di mana urutan kata-kata tertentu berhubungan
sedemikian rupa terhadap objek-objek, konsep-konsep atau
situasi sehingga apabila kita menyebut yang satu cenderung
untuk ingat kepada yang lain. Misalnya, ayah berasosiasi dengan
ibu, kursi dengan meja, 17 Agustus berasosiasi dengan Hari
Kemerdekaan Bangsa Indonesia, dan sebagainya.
3) Keterampilan pengamatan motoris, kategori ini menggabungkan
belajar sensorimotor dengan belajar asosiasi. Sebagai contoh,
mengetik di mana jari yang sama digunakan secara tetap untuk
mengetuk huruf tertentu, tetapi urutan huruf dan jaraknya
bergantung pada apa yang sedang diketik.
4) Belajar konseptual, yaitu gambaran mental secara umum dan
abstrak tentang berbagai situasi atau kondisi. Contoh konsep
adalah demokrasi.
5) Cita-cita dan sikap. Masalah sikap antara lain berhubungan
dengan masalah senang dan tidak senang yang biasanya
berhubungan dengan kontak-kontak pertama dengan orang atau
objek tertentu dalam situasi yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan.
6) Belajar memecahkan masalah. Pemecahan masalah dipandang
oleh beberapa ahli sebagai tipe yang tertinggi dari belajar,
karena respons tidak bergantung hanya pada asosiasi masa lalu
dan conditioning, tetapi bergantung pada kemampuan
manipulasi ide-ide yang abstrak. Pemecahan masalah
membutuhkan kreasi dan bukan pengulangan.22
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik
meliputi faktor individual atau faktor internal, seperti kondisi
jasmani dan rohaninya. Faktor sosial adalah faktor eksternal, seperti
22 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 322.
kondisi lingkungan, dan faktor struktural adalah pendekatan belajar
yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik dan
guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran.23
1) Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang terdapat dalam diri
manusia itu sendiri atau segala sesuatu yang telah dibawa oleh
manusia itu sejak kelahirannya, yakni fitrah suci yang
merupakan bakat bawaan.
Faktor dalam merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
peserta didik yang mempengaruhi proses dan hasil belajar di
antaranya, yaitu:
a) Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya
terhadap kemampuan belajar. Apabila seseorang selalu tidak
sehat sakit kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya
dapat mengakibatkan tidak bergairah dalam belajar.
Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa)
kurang baik, misalnya mengalami gangguan pikiran,
perasaan kecewa karena konflik dengan pacar, orang tua
atau karena sebab lainnya ini dapat mengganggu atau
mengurangi semangat belajar.
b) Inteligensi dan bakat
Kedua aspek kejiwaan (psikis) ini besar sekali
pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang
mempunyai inteligensi baik umumnya mudah belajar dan
hasilnya cenderung baik. Apabila seseorang mempunyai
inteligensi tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang
dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar dan sukses.
23 Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), Cet. 1, hlm. 93-94.
c) Minat dan motivasi
Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal
yang besar artinya untuk mencapai/memperoleh benda atau
tujuan yang diminati itu. Minat belajar yang tinggi
cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi. Motivasi
adalah penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu
pekerjaan. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut
mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.
d) Cara belajar
Ada orang yang sangat rajin belajar, siang dan malam
tanpa istirahat yang cukup. Cara belajar seperti ini tidak
baik. Belajar harus ada istirahat untuk memberi kesempatan
kepada mata, otak, serta organ tubuh lainnya untuk
memperoleh tenaga kembali.24
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan secara
sosial dan faktor lingkungan non sosial.
a) Lingkungan Sosial
Yang termasuk lingkungan sosial adalah guru, staf
administrasi, teman-teman sekelas, masyarakat, tetangga
serta teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan
seorang peserta didik. Lingkungan sosial yang lebih banyak
mempengaruhi belajar adalah orang tua dan keluarga
peserta didik itu sendiri.
b) Lingkungan Non Sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial
adalah gedung sekolah dan letaknya, tempat tinggal
seseorang, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu
belajar yang digunakan peserta didik. Faktor-faktor ini
24 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2009), Cet. 5, hlm. 55-58
dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar
seseorang. Sebuah penelitian terbaru menyebutkan bahwa
ruangan kelas yang diberi suara musik mempengaruhi
tingkat semangat dan gairah belajar peserta didik.
3) Faktor Struktural
Faktor struktural di sini adalah pendekatan belajar.
Pendekatan belajar berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan
proses pembelajaran seseorang. Gaya belajar termasuk ke dalam
faktor struktural.
Para ahli Neuro Linguistic Programming (NLP)
menyatakan bahwa mereka dapat mengetahui gaya belajar yang
disukai peserta didik dengan memperhatikan gerakan mata dan
mendengarkan pembicaraan mereka.25
2. Pengertian Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha
untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku. Dengan
demikian hasil belajar merupakan hasil perubahan perilakunya.
Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut
kegiatan pembelajaran, tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu
oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil
mencapai tujuan pembelajaran.26
Hasil belajar adalah kemampuan peserta didik dalam
memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu
kompetensi dasar. Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai
petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh peserta
didik sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai
25 Mahmud, op. cit., hlm. 101-103.26 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1999), hlm. 37.
dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji. Hasil
belajar dapat berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.27
Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil
belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek
tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah: pengetahuan, pemahaman,
kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial,
jasmani, budi pekerti (etika), sikap, dan lain-lain. Apabila seseorang
telah melakukan perbuatan belajar, maka terjadi salah satu/beberapa
aspek tingkah laku tersebut.28
Proses belajar merupakan proses yang unik dan kompleks.
Keunikan itu disebabkan karena hasil belajar hanya terjadi pada
individu yang belajar, tidak pada orang lain, dan setiap individu
menampilkan perilaku belajar yang berbeda. Perbedaan penampilan
itu disebabkan karena setiap individu mempunyai karakteristik
individualnya yang khas, seperti minat intelegensi, perhatian, bakat
dan sebagainya.29
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang
secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.30 Tiga ranah di atas
disebut taksonomi yaitu:
1) Ranah kognitif (cognitive domain)
Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang
terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan
kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus
27 Kunandar, op. cit., hlm. 251.28Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), Cet.
3, hlm. 38.29 Purwanto, loc. cit., hlm. 43.30 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1990), Cet. 1, hlm. 22.
eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak
menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika
diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
Bloom membagi dan menyusun secara hirarkhis tingkat
hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan
sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks
yaitu evaluasi. Enam tingkat itu adalah hafalan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
a) Kemampuan menghafal (knowledge), merupakan
kemampuan kognitif yang paling rendah. Kemampuan ini
merupakan kemampuan memanggil kembali fakta yang
disimpan dalam otak digunakan untuk merespon suatu
masalah.
b) Kemampuan pemahaman (comprehension) adalah
kemampuan untuk melihat hubungan fakta dengan fakta.
Menghafal fakta tidak lagi cukup karena pemahaman
menuntut pengetahuan akan fakta dan hubungannya.
c) Kemampuan penerapan (application) adalah kemampuan
kognitif untuk memahami aturan, hukum, rumus, dan
menggunakan untuk memecahkan masalah.
d) Kemampuan analisis (analysis) adalah kemampuan
memahami sesuatu dengan menguraikannya ke dalam unsur-
unsur.
e) Kemampuan sintesis (synthesis) adalah kemampuan
memahami dengan mengorganisasikan bagian-bagian ke
dalam kesatuan.
f) Kemampuan evaluasi (evaluation) adalah kemampuan
membuat penilaian dan mengambil keputusan dari hasil
penilaiannya.31
31 Purwanto, loc. cit., hlm. 50.
2) Ranah afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil
belajar afektif tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah
laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi
belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar,
dan hubungan sosial.32
Krathwohl membagi hasil belajar afektif menjadi lima
tingkat yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan
internalisasi.
a) Penerimaan (receiving) atau menaruh perhatian (attending)
adalah kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan
perhatian kepada rangsangan yang datang kepadanya.
b) Partisipasi atau merespons (responding) adalah kesediaan
memberikan respons dengan berpartisipasi. Pada tingkat ini
peserta didik tidak hanya memberikan perhatian kepada
rangsangan tetapi juga berpartisipasi dalam kegiatan untuk
menerima rangsangan.
c) Penilaian atau penentuan sikap (valuing) adalah kesediaan
untuk menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan
tersebut.
d) Organisasi adalah kesediaan mengorganisasikan nilai-nilai
yang dipilihnya untuk menjadi pedoman yang mantap dalam
perilaku.
e) Internalisasi nilai atau karakterisasi (characterization) adalah
menjadikan nilai-nilai yang diorganisasikan untuk tidak
hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juga menjadi bagian
dari pribadi dalam perilaku sehari-hari.
32 Nana Sudjana, op. cit., hlm. 29-30.
3) Ranah psikomotor
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil
belajar psikomotorik dapat diklasifikasikan menjadi enam:
a) Persepsi (perception) adalah kemampuan hasil belajar
psikomotorik yang paling rendah. Persepsi adalah
kemampuan membedakan suatu gejala dengan gejala lain.
b) Kesiapan (set) adalah kemampuan menempatkan diri untuk
memulai suatu gerakan.
c) Gerakan terbimbing (guided response) adalah kemampuan
melakukan gerakan meniru model yang dicontohkan.
d) Gerakan terbiasa (mechanism) adalah kemampuan
melakukan gerakan tanpa ada model contoh. Kemampuan
dicapai karena latihan berulang-ulang sehingga menjadi
kebiasaan.
e) Gerakan kompleks (adaptation) adalah kemampuan
melakukan serangkaian gerakan dengan cara, urutan, dan
irama yang tepat.
f) Kreativitas (origination) adalah kemampuan menciptakan
gerakan-gerakan baru yang tidak ada sebelumnya atau
mengombinasikan gerakan-gerakan yang ada menjadi
kombinasi gerakan baru yang orisinal.
Tipe hasil belajar masing-masing ranah di atas terdiri dari
sejumlah aspek-aspek yang saling berkaitan.
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu.33
33 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2009), Cet. 3, hlm. 189.
1. Cooperatif Learning
Cooperatif learning atau belajar bersama adalah model
pembelajaran di mana peserta didik dibiarkan belajar dalam kelompok,
saling menguatkan, mendalami, dan bekerja sama untuk semakin
menguasai bahan.34 Menurut Kindsvatter yang menjadi fokus dari belajar
bersama adalah kemajuan bidang akademik dan afektif melalui kerja
sama.
2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT
Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT) atau Pertandingan Permainan Tim dikembangkan secara asli oleh
David De Vries dan Keath Edward. Pada model ini peserta didik
memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk
memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.35
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman,
dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu
model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama dan interdependensi
peserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur
rewardnya.36
Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT) menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis
dan sistem skor kemajuan individu, di mana para peserta didik berlomba
sebagai wakil tim mereka dengan anggota lain yang bekerja.37
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan peserta didik dapat
belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab,
34 Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik dan Menyenangkan,(Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2006), hlm. 134.
35 Trianto, op. cit., hlm. 83.36 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), Cet. 3, hlm. 61.37 Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa
Media, 2008), hlm. 163.
kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Setidaknya terdapat
lima komponen utama dalam TGT yaitu :
a. Penyajian kelas (Class Presentation)
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam
penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung
atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat
penyajian kelas ini peserta didik harus benar-benar memperhatikan
dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan
membantu peserta didik bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok
dan pada saat games karena skor games akan menentukan skor
kelompok.
b. Kelompok (Teams)
Kelompok biasanya terdiri dari 5 sampai 7 orang peserta didik
yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis
kelamin, dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih
mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus
untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik
dan optimal pada saat games.
c. Permainan (Games)
Games terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari penyajian kelas
dan belajar kelompok. Kebanyakan games terdiri dari pertanyaan-
pertanyaan sederhana bernomor. Peserta didik memilih kartu
bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan
nomor itu. Peserta didik yang menjawab benar pertanyaan itu akan
mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan untuk
menentukan tim mana yang mendapat skor tertinggi dan akan diberi
penghargaan sebagai pemenang dari games ini.
Menurut Robert E Slavin “A student picks a numbered card and
attempts to answer the question corresponding to the number .38
Sebuah aturan permainan, peserta didik harus mengambil
sebuah kartu bernomor dan wajib menjawab pertanyaan sesuai
nomor yang tertera pada kartu tersebut.
d. Turnamen (Tournaments)
Tournaments adalah sebuah struktur di mana games
berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau pada
setiap unit setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah
melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Bagi tim
yang telah menyelesaikan soal-soal game terdahulu, diminta untuk
mempresentasikan hasilnya dengan diwakili oleh masing-masing
anggota regunya yang menjawab. Kompetisi yang seimbang ini,
memungkinkan para peserta didik dari semua tingkatan kinerja
sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka
jika mereka melakukan yang terbaik.
e. Penghargaan kelompok (teams recognize)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang,
masing-masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-
rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.
3. Permainan Destinasi
Destinasi berasal dari kata destiny, yang menurut Echols dan Shadily
berarti nasib, takdir, untung.39 Permainan destinasi merupakan
pengembangan dari model pembelajaran TGT yang terinspirasi dari
permainan ular tangga. Dalam permainan destinasi peserta didik akan
dibagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen. Setiap peserta didik
akan mengikuti turnamen sesuai urutan yang diperoleh dan mendapat
kesempatan yang sama untuk mengocok dadu dan menjawab pertanyaan.
38 Robert E Slavin, Cooperative Learning:Theory, Research, and Practice, (United Statesof America: Conggress Cataloging in Publication Data, 1995), hlm. 84.
39 Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2003), hlm. 178.
Permainan dalam mengajar didasarkan pada upaya penyokongan
nilai. John Dewey mengklaim bahwa permainan adalah bagian integral
dari pendidikan yang diajarkan di sekolah sejak permainan itu disediakan
secara aktif dan menjadi pengalaman pembelajaran yang positif.40
Keuntungan pembelajaran fisika dengan permainan adalah peserta
didik sendiri akan senang dan asyik mempelajari bahan tersebut sehingga
mereka akan dengan mudah menangkap pengertian fisika dalam
permainan itu. Peserta didik juga akan menjadi sadar bahwa fisika itu
bukan hal yang menakutkan, dan bahkan dijumpai di permainan-
permainan sehari-hari yang menyenangkan.41
Peserta didik mungkin akan mendapatkan warna kartu yang berbeda
yang akan menjadi destinasi (takdir) dari si pelempar dadu. Ada empat
macam warna kartu yaitu merah, hijau, biru, dan kuning, yang setiap
warna mempunyai pertanyaan tertentu. Skor yang diperoleh akan
menjadi skor kelompok, yang pada akhir putaran menjadi penentu
kemenangan tim.42
Aturan permainan “destinasi” pada model pembelajaran kooperatif
tipe TGT
1) Setiap anggota tim memperoleh penomoran 1, 2, 3, atau 4 yang
ditentukan oleh guru. Penomoran ini kemudian digunakan untuk
menentukan anggota tim tersebut bermain pada turnamen ke berapa.
Misal pada tim Cinderella, salah satu anggota yang bernama Budiarti
diberi nomor 1 oleh guru, ini berarti Budiarti akan bermain pada
turnamen 1, Tanti yang diberi nomor 2, berarti akan bermain pada
turnamen 2, demikian seterusnya.
2) Tim lain juga demikian, diberi penomoran oleh guru, sehingga semua
anggota tim yang memperoleh nomor 1, akan bermain di turnamen 1,
40 Linda Campbell, dkk, Metode Praktis Pembelajaran, (Jakarta: Intuisi Press, 2006), hlm.92.
41 Paul Suparno, op. cit., hlm. 90.42Suhadi, Langkah-Langkah Model Pembelajaran , 4 Juni 2010,
http://suhadinet.wordpress.com/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tgt-aturan-permainan-destinasi.pdf/ html
yang memperoleh nomor 2 akan bermain di turnamen 2, dan
seterusnya.
3) Ada 4 macam kartu yang akan menjadi destinasi (takdir) bagi tim
yang melempar dadu, berdasarkan mata dadu yang muncul.
Tim mungkin akan mendapat kartu:
a. Merah : berisi pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang
harus dijawab oleh si pelempar dadu (anggota tim yang ikut dalam
turnamen itu). Jika si pelempar dadu ini tidak dapat menjawab,
pertanyaan itu dialihkan ke anggota tim lain yang juga sedang ikut
dalam turnamen itu, sesuai urutan tim.
b. Biru : berisi pertanyaan yang juga berkaitan dengan materi, yang
dapat dijawab dari hasil diskusi bersama oleh seluruh anggota tim.
Jika tim pelempar dadu tidak dapat menjawab atau jawaban salah,
maka pertanyaan itu dialihkan ke tim lain, sesuai urutan tim.
c. Hijau : berisi pertanyaan yang tidak berhubungan dengan materi
pelajaran, tetapi bertujuan menguji anggota tim yang sedang ikut
turnamen, apakah mereka mengetahui hal-hal yang sifatnya
pribadi dari anggota-anggota timnya. Contoh pertanyaan: “Apa
hobi teman-temanmu satu tim?”
d. Kuning : berisi permintaan yang harus dipenuhi oleh anggota tim
yang melempar dadu supaya dapat melempar dadu kembali untuk
memperoleh kartu lainnya. Contoh permintaan: Nyanyikan dulu
lagu kesukaanmu saat ini. Setelah itu kamu boleh melempar
dadunya kembali untuk memperoleh pertanyaan.
4) Waktu yang diberikan untuk menjawab setiap pertanyaan adalah 1,5
menit, setiap jawaban benar memperoleh poin 10, sedangkan
jawaban yang salah tidak mendapat poin.
5) Permainan dimulai dengan meletakkan “biji” semua tim pada kotak
start. Permainan ini dimulai dengan turnamen 1, setelah 1 kali
putaran (setelah semua siswa anggota tim yang bermain pada
turnamen ini memperoleh kesempatan melempar dadu). Langkah biji
kemudian dihitung berdasarkan mata dadu yang muncul. Biji
kemudian sampai langkahnya pada kotak destinasi tertentu dan akan
menunjukkan nomor soal yang harus dijawab berdasarkan nomor
kotak destinasi.
6) Permainan kemudian dilanjutkan ke turnamen berikutnya sampai ke
turnamen 4, lalu kembali lagi turnamen 1, untuk memasuki putaran
ke-2.
7) Jika suatu ketika biji milik salah satu tim mencapai END dari papan
destinasi, maka penghitungan langkah kembali mulai dari START.
8) Jika suatu ketika biji salah satu tim jatuh di bagian kotak destinasi
yang kartunya telah diambil, maka dadu dilempar kembali sehingga
biji jatuh di kotak destinasi yang masih ada kartunya.
9) Bagian-bagian papan destinasi:
Gambar. 2.1 Papan Destinasi
4. Materi Pokok Pemuaian
a. Pengertian Pemuaian
Sebagian besar zat memuai ketika dipanaskan dan menyusut
ketika didinginkan. Bagaimanapun, besarnya pemuaian dan
penyusutan bervariasi, bergantung pada materi itu sendiri.43 Pada
umumnya jika temperatur sebuah benda baik itu padatan, cairan atau
gas naik maka benda akan memuai (mengembang), kecuali untuk air
pada kenaikan temperatur °0 C hingga °4 C justru menyusut dan
bukan mengembang, gejala ini disebut anomali air.44
43 Douglas C Giancoli, op.cit., Jilid I, hlm. 454.44 Mohamad Ishaq, Fisika Dasar, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), Cet 1, hlm. 231.
Oleh karena itu, pada suhu 4ºC air mempunyai volume
terendah. Hubungan volume dengan suhu pada air dapat digambarkan
pada grafik berikut.
Grafik. 2.1 Hubungan volume dengan suhu pada air
Pada suhu 4ºC, air menempati posisi terkecil sehingga pada
suhu itu air memiliki massa jenis terbesar. Jadi apabila air suhunya
dinaikkan dari 0ºC – 4ºC akan menyusut, dan apabila suhunya
dinaikkan dari 4ºC ke atas akan memuai. Biasanya pada setiap benda
bila suhunya bertambah pasti mengalami pemuaian. Peristiwa yang
terjadi pada air itu disebut anomali air. Hal yang sama juga terjadi
pada bismuth dengan suhu yang berbeda.
Jika air pada °0 C dipanaskan, volumenya menurun sampai
mencapai °4 C. Di atas °4 C air berperilaku normal dan memuai
volumenya terhadap bertambahnya temperatur. Air dengan demikian
memiliki massa jenis yang paling tinggi pada °4 C. Perilaku air yang
menyimpang ini sangat penting untuk bertahannya kehidupan air
selama musim dingin.
Ketika temperatur air di danau atau sungai °4 C dan mulai
mendingin karena kontak dengan udara yang dingin, air di permukaan
terbenam karena massa jenisnya yang lebih besar dan digantikan oleh
air yang lebih hangat dari bawah. Campuran ini berlanjut sampai
temperatur mencapai °4 C. Sementara permukaan air menjadi lebih
dingin lagi, air tersebut tetap di permukaan karena massa jenisnya
lebih kecil dari °4 C air di sebelah bawahnya.
Air kemudian membeku pertama di permukaan, dan es tetap di
permukaan karena es mempunyai massa jenis lebih kecil dari air. Air
di dasar tetap pada °4 C sampai hampir seluruh air beku. Jika air
sama dengan sebagian besar zat lainnya, massa jenis menjadi lebih
besar pada saat mendingin, air di dasar akan membeku lebih dulu.
Danau akan membeku hingga padat dengan lebih mudah karena
sirkulasi akan membawa air yang lebih hangat ke permukaan untuk
didinginkan dengan lebih efisien.
Pembekuan total sebuah danau akan menyebabkan kerusakan
yang parah pada kehidupan tumbuhan dan hewannya. Karena
perilaku yang tidak biasa dari air di bawah °4 C, jarang terjadi sebuah
benda yang besar membeku seluruhnya, dan hal ini dibantu oleh
lapisan es di permukaan, yang berfungsi sebagai isolator untuk
memperkecil aliran panas ke luar dari air ke udara dingin di atasnya.
Tanpa adanya sifat yang aneh tetapi mengagumkan dari air ini,
kehidupan di planet kita ini mungkin tidak dapat berjalan. Air tidak
hanya memuai pada waktu mendingin dari °4 C sampai °0 C, air juga
memuai lebih banyak lagi sementara membeku menjadi es. Inilah
sebabnya mengapa es batu terapung di air dan pipa pecah ketika air di
dalamnya membeku.45
Pemuaian adalah proses yang memperbesar ukuran zat/benda
yang massanya tetap.46 Ada tiga macam pemuaian zat yang akan
dipelajari, yaitu pemuaian zat padat, pemuaian zat cair, dan pemuaian
gas.47
45 Douglas C Giancoli, Fisika, Jilid I, (Jakarta:Erlangga, 2001), Cet. 5, hlm. 457.46 Etsa, Indra Irawan dan Sunardi, Pelajaran IPA Fisika SMP/MTs Kelas VII, (Bandung:
CV Yrama Widya, 2007), Cet. 1, hlm. 155.47 Tim Abdi Guru, IPA Fisika SMP Kelas VII Standar KTSP, (Jakarta: Erlangga, 2008),
hlm. 94.
b. Pemuaian Zat Padat
Proses pemuaian zat padat dapat kita lihat ketika kita sedang
membakar batang logam. Batang logam yang kita panaskan ternyata
bertambah panjang. Dalam hal ini, zat padat itu dikatakan mengalami
pemuaian panjang. Zat padat juga mengalami pemuaian volume
dimana volume zat itu bertambah dengan naiknya suhu.48
Pemuaian pada zat padat dapat berupa pemuaian panjang,
pemuaian luas (panjang dan lebar), dan pemuaian volum (panjang,
lebar, dan tinggi).
1) Pemuaian Linier Benda Padat
Apabila benda padat mengalami kenaikan suhu ( T∆ ),
penambahan panjangnya ( L∆ ) adalah sebanding dengan panjang
semulanya ( οL ) dikalikan dengan T∆ , maka:
TLL ∆=∆ οα. (2.1)
Keterangan:
L = Panjang akhir (m)
L ο = Panjang mula-mula (m)
L = Pertambahan panjang (m)
= Koefisien muai panjang (/ºC)
T = kenaikan suhu (ºC)
Gambar 2.2 Batang sebelum dan sesudah memuai
Keterangan:
∆ L = L-Lo = perubahan panjang( m )
48 Ibid.,
T∆ = T-To = perubahan suhu ( C° )
Lo = panjang awal/mula-mula (m)
L = panjang setelah memuai ( m )
α = koefisien muai panjang (/ C° )
Di sini tetapan perbandingan α disebut koefisien muai linier.
Nilai α bergantung zat. Dari persamaan di atas dapat dikatakan bahwa
α adalah perubahan panjang per satuan panjang zat untuk setiap
derajat perubahan suhu .49 Beberapa nilai koefisien muai panjang pada
beberapa jenis zat dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Koefisien Muai Termal Beberapa Bahan
Bahan Koefisien Linier α
(10-6 1/K)
Aluminium 24
Baja 11
Karbon (intan dan
grafit)
1,2 dan 7,9
Kuningan 19
Tembaga 17
Es 51
Koefisien muai linier untuk padatan atau cairan biasanya tidak
banyak berubah dengan tekanan, tetapi dapat berubah dengan
temperatur.50 Alat yang digunakan untuk menyelidiki pemuaian
panjang berbagai jenis zat padat adalah Musschenbroek seperti pada
Gambar 2.3.
49 Frederick Bueche Schaum Series, Theory And Problems Of Physics, (Jakarta: Erlangga,1996), Cet. 4, hlm. 132.
50 Paul A Tipler, Fisika, (Jakarta: Erlangga, 1998), Cet. 1, hlm. 568.
Gambar 2.3 Alat Musschenbroek
2) Pemuaian Luas
Bila suatu luas οA memuai menjadi οA + A∆ ketika
dipengaruhi kenaikan temperatur T∆ , maka :
TAA ∆=∆ οβ (2.2)
Keterangan
β = koefisien muai luas (/ C° )
∆ A = perubahan luas (m2)
T∆ = perubahan suhu ( C° )
οA = luas awal (m2)
Di mana β adalah koefisien pemuaian luas. Untuk benda-
benda padat isotropik (yang bertambah besar ke semua arah
dengan besar yang sama), β ≈ α2 .
3) Pemuaian Volume
Jika volume οV memuai menjadi οV V∆+ bila suhu
dinaikkan T∆ , maka
TVV ∆=∆ ογ (2.3)
keterangan
γ = koefisien muai volume (/ C° )
V∆ = perubahan volume (m3)
T∆ = perubahan suhu (/ C° )
οV = volume awal (m3)
Dengan γ disebut koefisien muai volume. Pada banyak zat
padat berlaku hubungan αγ 3≈ .51
c. Pemuaian Zat Cair
Pada zat cair hanya mengalami muai volum karena sifat zat
cair yang selalu mengikuti bentuk wadah yang ditempatinya.
Pemuaian volum zat cair lebih besar daripada pemuaian zat padat
untuk kenaikan suhu yang sama.
Pemuaian zat cair dapat dilihat pada peristiwa naiknya raksa
pada tabung termometer. Atau apabila kalian memasak air dalam
panci hingga penuh, maka pada saat air itu mendidih, tutup panci
yang tadinya tertutup akan bergerak-gerak dan air tumpah keluar
panci. Hal ini menunjukkan bahwa air mengalami penambahan
volum.52
Bilangan yang menunjukkan besarnya muai volum zat cair
dinamakan koefisien muai zat cair. Di bawah ini merupakan
koefisien muai volum untuk berbagai jenis zat cair.
Tabel 2.2 Koefisien muai volum berbagai jenis zat cair
Jenis zat cairKoefisien muai volum
(/ C° atau / K° )
Air
Alkohol (etil)
Alkohol (metil)
Aseton
Gliserin
Paparin
Terpentin
0,00044
0,0011
0,0012
0,0015
0,00053
0,001
0,00105
51 Frederick Bueche Schaum Series, op.cit., hlm. 132.52 Etsa, Indra Irawan dan Sunardi, op. cit., hlm. 89.
Koefisien muai volum pada zat cair dirumuskan sebagai
berikut.
TVV∆×
∆=
ο
γ atau)( 1
1
οο
ογTTV
VV−×
−= (2.4)
Keterangan:
γ = koefisien muai volume (/ C° )
V∆ = perubahan volume (m3)
T∆ = perubahan suhu ( C° )
οV = volume awal (m3)
1V = volume akhir (m3)
οT = suhu awal ( C° )
1T = suhu akhir ( C° )
Pemuaian zat cair untuk masing-masing jenis zat cair berbeda-
beda, akibatnya walaupun mula-mula volume zat cair sama tetapi
setelah dipanaskan volumenya menjadi berbeda-beda.
d. Pemuaian Gas
Gas merupakan zat yang dapat memuai jika mengalami kenaikan
suhu. Namun sama halnya dengan zat cair, gas hanya mengalami
muai volum. Berdasarkan hasil penelitian Gay-Lussac diperoleh
bahwa koefisien muai volum untuk semua jenis gas adalah sama,
yaitu: Cογ /2731
=
Pada pemuaian gas ada tiga hal yang saling berkaitan, yaitu:
volum, suhu, dan tekanan. Pemuaian gas dapat terjadi pada dua
keadaan, yaitu pemuaian gas pada tekanan tetap dan pemuaian gas
pada volum tetap.
1) Pemuaian Gas pada Tekanan Tetap
Misalnya dalam suatu wadah tertutup mula-mula volum suatu
gas = οV , kemudian gas itu dipanaskan pada tekanan tetap
sehingga suhunya naik sebesar = T∆ , volumenya bertambah
sebesar V∆ .
Secara matematis, dapat ditulis sebagai berikut.
V∆ = TV ∆.. ογVVVt ∆+= ο
TVVVt ∆+= .. οο γ
).1( TVVt ∆+= γο
Karena Cογ /2731
= , maka
).27311( TVVt ∆+= ο (2.5)
Keterangan:
V∆ = perubahan volume (m3)
T∆ = perubahan suhu ( C° )
οV = volume awal (m3)
tV = volume akhir (m3)
οT = suhu awal ( C° )
1T = suhu akhir ( C° )
γ = koefisien muai volume gas =2731 / C°
2) Pemuaian Gas pada Volum Tetap
Misalkan sebuah tempat tertutup berisi gas kemudian
dipanaskan sehingga suhunya naik sebesar T∆ . Volum udara
dibatasi sehingga udara tidak dapat mengembang dan tekanan
udara bertambah sebesar p∆ .
Secara matematis, dapat ditulis sebagai berikut.
Tpp ∆=∆ .. ογ
pppt ∆+= ο
)..( Tpppt ∆+= οο γ
).1( Tppt ∆+= γο
Karena Cογ /2731
= , maka
).27311.( Tppt ∆+= (2.6)
keterangan:
=∆p perubahan tekanan (atm)
T∆ = perubahan suhu ( C° )
οp = tekanan mula-mula (atm)
tp = tekanan akhir (atm)
e. Prinsip pemuaian dalam kehidupan sehari-hari:
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui peristiwa
pemuaian zat. Namun pada kenyataannya, pemuaian suatu zat ada
yang bermanfaat, ada juga yang menimbulkan masalah.
Prinsip pemuaian zat yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-
hari antara lain sebagai berikut.
1) Termometer
Pemuaian zat cair seperti raksa dan alkohol pada tabung
termometer dimanfaatkan sebagai indikator (petunjuk) suhu.
2) Mengeling pelat logam
Mengeling adalah menyambung dua pelat logam dengan
menggunakan paku keling.
3) Keping bimetal
Keping bimetal adalah hasil perpaduan dua keping logam
dengan koefisien muai berbeda yang dikeling menjadi satu.
Apabila dipanaskan, akan melengkung ke arah logam yang
koefisien muainya lebih kecil. Keping bimetal banyak
dimanfaatkan pada alat-alat berikut sakelar termal, termostat
bimetal, termometer bimetal, lampu tanda arah (lampu sen) motor
atau mobil.
4) Pemasangan ban baja pada roda lokomotif
Pemasangan ban baja pada roda besi lokomotif dilakukan
dengan cara memanaskan ban baja hingga memuai, kemudian
dipasangkan pada roda. Setelah dingin, ban baja tersebut akan
menyusut kembali sehingga menempel sangat kuat pada roda.
f. Adapun masalah-masalah yang ditimbulkan oleh pemuaian zat, antara
lain sebagai berikut:
1) Pemasangan kaca jendela
Pemasangan kaca jendela pada bingkainya yang rapat (tidak
ada celah) akan menimbulkan kaca retak bahkan pecah pada saat
kaca jendela memuai karena terkena panas atau suhu kaca naik.
2) Sambungan rel kereta api
Rel kereta api dapat membengkok atau melengkung pada
saat rel tersebut memuai akibat panas sinar matahari. Hal itu dapat
terjadi karena celah sambungan dua batang rel tidak cukup untuk
menampung pemuaian rel.
Gambar 2.4 Model sambungan pada rel Kereta Api
3) Celah pada sambungan sebuah jembatan atau jalan layang
Pada jembatan atau jalan layang biasanya dibuat celah dari
keping baja yang menghubungkan dua lintasan jalan beton
untuk tempat pemuaian dan penyusutan jalan beton.
5. Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)
Dengan Permainan Destinasi Pada Pembelajaran Fisika Materi
Pokok PemuaianPenerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)
dengan permainan destinasi pada pembelajaran fisika materi pokok pemuaian
dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan bahan ajar atau LKS berupa penjelasan dan contoh
soal dengan metode ceramah sedangkan peserta didik mendengarkan
penjelasan guru.
b. Guru membentuk kelompok dengan setiap kelompok 4 peserta didik,
secara heterogen dan peserta didik duduk berdampingan dengan
kelompoknya.
c. Guru melakukan demonstrasi dan peserta didik berdiskusi dengan
kelompok mengumpulkan dan menganalisa data membuat kesimpulan.
d. Guru menjelaskan peraturan permainan dengan papan destinasi.
e. Guru membagi nomor urut peserta didik untuk bermain dalam turnamen.
f. Guru meminta peserta didik yang mendapat nomor 1 melaksanakan
turnamen pertama untuk memulai permainan dengan cara mengocok dadu
dan menjalankan biji pada papan destinasi. Yang mendapat nomor urut 2
melaksanakan turnamen kedua, dan seterusnya.
g. Peserta didik bermain turnamen dan guru membimbing jalannya turnamen
dalam permainan destinasi.
h. Kelompok yang memperoleh nilai tertinggi mendapat “pujian” dari guru
sebagai kelompok pemenang sementara.
i. Peserta didik dibantu guru merefleksi kembali tentang hasil pengetahuan
yang telah diperoleh dalam proses pembelajaran.
j. Guru memberikan penilaian terhadap peserta didik baik dalam proses, hasil
diskusi dan hasil permainan.
Dengan menerapkan model pembelajaran Teams Games Tournaments
(TGT) dengan permainan destinasi pada pembelajaran fisika materi pokok
pemuaian diharapkan peserta didik akan merasa senang, asyik mempelajari
bahan tersebut sehingga mereka akan dengan mudah menangkap pengertian
fisika dalam permainan itu. Peserta didik juga akan menjadi sadar bahwa fisika
itu bukan hal yang menakutkan. Peserta didik akan lebih aktif dalam mengikuti
pembelajaran kelas dan akan mengurangi ketegangan.
B. Kajian Penelitian Yang RelevanKajian penelitian yang relevan merupakan deskripsi hubungan antara
masalah yang diteliti dengan kerangka teoritik yang dipakai serta hubungannya
dengan penelitian terdahulu yang relevan.53 Pada dasarnya urgensi kajian
penelitian adalah sebagai bahan hasil terhadap penelitian yang ada, mengenai
kelebihan maupun kekurangannya, sekaligus sebagai bahan perbandingan
terhadap kajian yang terdahulu. Penulis berpendapat bahwa beberapa bentuk
tulisan yang penulis temukan, masing-masing menunjukkan perbedaan dari segi
pembahasannya dengan skripsi yang akan penulis susun. Beberapa penelitian
yang sudah teruji keshahihannya diantaranya meliputi :
1. Skripsi yang disusun oleh Pita Indah Setiyowati mahasiswi IAIN Walisongo
Semarang tahun 2008 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Sebagai Upaya
Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Fisika Pada Peserta didik Kelas X
MAN 2 Semarang Untuk Materi Pokok Gelombang Elektromagnetik”.
Tujuan penelitian ini adalah melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) motivasi dan hasil belajar
peserta didik dalam pembelajaran fisika pada materi pokok gelombang
elektromagnetik dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Penelitian
tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Hasil penelitian dari siklus I ke
siklus II, menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar serta
aktivitas peserta didik. Motivasi peserta didik meningkat dari 65,18% pada
siklus I menjadi 79,63% pada siklus II. Sementara itu, hasil ketuntasan hasil
belajar kognitif peserta didik pada siklus I mencapai 91,42% (32 peserta
didik), siklus II mencapai 100% (35 peserta didik). Hasil ketuntasan aktivitas
afektif peserta didik pada siklus I adalah 80,00% (28 peserta didik), menjadi
100% (35 peserta didik) pada siklus II. Hasil ketuntasan aktivitas
53 Nasirudin, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,(Semarang: Tarbiyah Press, 2008), Cet 4, hlm. 41.
psikomotorik peserta didik pada siklus I adalah 82,85% (29 peserta didik),
menjadi 100% (35 peserta didik) pada siklus II.
2. Skripsi yang disusun Nur Irma Fitriani mahasiswi UNNES Semarang tahun
2009 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Teams Games
Tournament Dengan Permainan Destinasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Fisika”.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments
dengan permainan destinasi. Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VII SMP N 1 Sumber. Dengan menggunakan teknik random
sampling diperoleh 2 kelas yaitu kelas VII E sebagai kelas yang
menggunakan model pembelajaran TGT dengan permainan
destinasi(kelompok eksperimen) dan kelas VII A sebagai kelas yang
menggunakan TGT (kelompok kontrol). Rata-rata nilai kognitif siswa dengan
model pembelajaran TGT dengan permainan destinasi sebesar 73,14 dengan
nilai tertinggi 95, sedangkan siswa dengan model pembelajaran TGT
mempunyai rata-rata nilai kognitif sebesar 64,29 dengan nilai tertinggi 95.
Peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran TGT
dengan permainan destinasi sebesar 0,60 sedangkan siswa yang diajar dengan
model TGT sebesar 0,45. Rata-rata afektif dan psikomotorik siswa model
pembelajaran TGT dengan permainan destinasi sebesar 89,26 dan 87,62
sedangkan rata-rata afektif dan psikomotorik siswa model pembelajaran TGT
sebesar 78,48 dan 78,48. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran TGT dengan permainan destinasi dapat
meningkatkan hasil belajar Fisika dilihat dari perolehan nilai rata-rata nilai
kognitif, rata-rata afektif dan psikomotorik siswa.
3. Skripsi yang disusun Mau’udatun mahasiswi IKIP PGRI Semarang tahun
2009 dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik
Standar Kompetensi Lingkaran Peserta didik Kelas VIII A Semester II MTs
Matholiul Falah Jali Bonang Demak Tahun Pelajaran 2008/2009”.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik berupa kemampuan kognitif dalam memecahkan masalah. Hal
ini dapat ditunjukkan dari hasil evaluasi siklus I dengan nilai rata-rata peserta
didik secara klasikal mencapai 69,48 dengan ketuntasan belajar 62,0%
sehingga belum memenuhi indikator keberhasilan. Hasil evaluasi siklus II
sudah memenuhi indikator, diketahui peserta didik yang tuntas belajar
mencapai 93,10% dengan nilai rata-rata peserta didik secara klasikal
mencapai 73,79. Selain itu prosentase aktivitas peserta didik selama proses
pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 7,33%, dari siklus I yang
semula mencapai 63,83% dengan kategori baik meningkatkan menjadi
71,16% pada siklus II dengan kategori baik. Prosentase kerjasama peserta
didik selama proses pembelajaran juga mengalami peningkatan sebesar 4,0%
dari siklus I yang semula mencapai 69, 5% dengan kategori baik meningkat
menjadi 73,5% pada siklus II dengan kategori baik. Hasil angket tanggapan
peserta didik dengan prosentase 71 % yang menunjukkan bahwa peserta
didik cukup senang dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams Games Tournament (TGT).
C. Kerangka Berfikir
Dalam penelitian ini membahas pembelajaran IPA Fisika pada
materi pokok pemuaian. Sebagaimana fenomena yang terjadi di berbagai
lembaga pendidikan yaitu peserta didik yang kurang mampu
menyelesaikan soal materi pokok pemuaian. Hal tersebut karena peserta
didik bingung dengan rumus-rumus pada materi pokok pemuaian.
Pembelajaran IPA Fisika model pembelajaran Teams Games
Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi merupakan salah satu
model pembelajaran yang fokus dari belajar bersama dalam bidang
akademik dan afektif melalui kerja sama yang terinspirasi dari permainan
ular tangga dalam materi pokok pemuaian. Pada kegiatan ini akan
menerapkan suatu pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa senang
mempelajari IPA Fisika dan meningkatkan hasil belajar peserta didik pada
materi pokok pemuaian. Bentuk kegiatannya dengan menyampaikan
bahan ajar berupa penjelasan dan contoh soal dengan metode ceramah dan
diskusi. Melalui diskusi tersebut diharapkan terjalin komunikasi yang baik
dan peserta didik saling berbagi ide atau pendapat dalam menyelesaikan
permasalahan yang ada. Adanya pembentukan kelompok yang
beranggotakan 4 peserta didik. Adanya permainan destinasi dalam
turnamen dengan cara mengocok dadu dan menjalankan biji pada papan
destinasi sesuai nomor urut turnamen. Pemberian pujian atau unsur
reinforcement pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi, dan
pemberian tes yang sesuai dengan kompetensi yang ditentukan untuk
mengukur kemampuan peserta didik. Dalam pembelajaran ini peserta
didik lebih mudah menangkap materi pelajaran karena pembelajaran
dilakukan dengan rileks dan nyaman. Sehingga peserta didik akan
menyukai IPA Fisika.
Dengan keadaan yang ada di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara,
pembelajaran IPA Fisika yang sedang berlangsung saat ini terdapat
beberapa faktor yang menghambat dalam penguasaan materi. Beberapa
faktor tersebut meliputi faktor peserta didik yang kurang menyukai IPA
Fisika dan beranggapan IPA Fisika sulit dan momok bagi peserta didik,
sehingga peserta didik kesulitan dan bingung dengan rumus-rumus dalam
materi pokok pemuaian, selain itu metode pembelajaran yang digunakan
guru metode konvensional yang menjadikan peserta didik semakin bosan
dan jenuh dengan IPA Fisika. Akibat dari faktor-faktor tersebut
menyebabkan peserta didik malas dan tidak berminat mengikuti
pembelajaran IPA Fisika.
Oleh karena itu peneliti bersama guru berusaha membimbing
peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar terutama pada materi
pokok pemuaian. Dengan memberikan model pembelajaran Teams Games
Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi diharapkan peserta didik
merasa nyaman dan tidak tegang dalam pembelajaran sehingga peserta
didik akan menyukai rumus-rumus dalam pelajaran IPA Fisika.
Dengan demikian diharapkan hasil belajar peserta didik pada
pembelajaran IPA Fisika materi pokok pemuaian dengan penerapan model
pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan
destinasi dapat dijadikan dalam variasi pembelajaran IPA Fisika oleh guru
yang bersangkutan.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan dalam
penelitian, sebagai suatu pemecahan masalah yang disarankan
(diharapkan), artinya perlu diyakinkan tentang kebenarannya melalui
verifikasi, yaitu pengumpulan data/fakta.54 Hipotesis tindakan adalah
dugaan mengenai perubahan yang mungkin terjadi jika suatu tindakan
dilakukan. 55
Dalam hal ini peneliti mengajukan hipotesis bahwa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT)
dengan permainan destinasi dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
pada pelajaran fisika materi pokok pemuaian.
54 Soegeng, Dasar-Dasar Penelitian, (Semarang:Ikip PGRI Press, 2006), hlm. 49.55 E Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), hlm. 105.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Sejarah Berdirinya MTs
Pada tahun 60an masyarakat Mayonglor belum mengenal
Madrasah Tsanawiyah, bahkan saat itu Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
pun belum ada di wilayah Kecamatan Mayong seperti halnya SMP.
Melalui jam’iyah tahlil yang dipimpin oleh Bapak K. Ahmad Mustamir
para jama’ah ini diajak untuk memecahkan ide atau gagasan dan sekaligus
memperkenalkan tentang Madrasah Tsanawiyah.
Mengingat Madrasah Ibtidaiyah yang beliau pimpin
perkembangannya semakin maju maka sebagai tindak lanjut untuk
menampung tamatan Madrasah Ibtidaiyah ini dan sekaligus sebagai wadah
untuk membentuk kader-kader muslim, maka ide atau gagasan untuk
mendirikan Madrasah Tsanawiyah ini ternyata diterima dengan baik oleh
para jama’ah tahlil dan minta agar supaya gagasan ini direalisasikan. Oleh
karenanya tepat pada tanggal 20 Desember 1965 dibukalah Madrasah
Tsanawiyah.
Mengingat masyarakat Islam saat itu disibukkan oleh masalah
politik dan kurang memperhatikan tentang pendidikan, maka penerimaan
murid baru kelas I Tsanawiyah hanya mendapat 17 murid. Kendatipun
demikian tanggal 2 Januari 1966 tetap memulai kegiatan belajar mengajar,
hanya saja saat itu waktu belajarnya sore hari. Mulai pukul 13.00 sampai
dengan pukul 17.30. Materi pelajaran meliputi 25% umum dan 75%
agama terdiri dari kitab kuning dengan masa belajar 3 tahun. Diajar oleh 5
orang pengasuh yaitu bapak Mustaqir, bapak Noor Thoha, bapak Abu
Cholil, bapak Chambali, dan bapak Ali Murtadlo.
Sekolah ini tidak bertahan lama kurang dari setahun kemudian
bubar, karena komitmen yang dilandasi oleh iman dan taqwa untuk
mendapatkan ridlo Allah semata, maka tanggal 5 Oktober 1966 Bapak K.
Mustamir segera mengambil sikap dan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan wali murid kelas VI Madrasah Ibtidaiyah yang
diasuhnya dengan tujuan setelah anak kelas VI tamat belajar
diharapkan dapat melanjutkan ke Tsanawiyah.
2. Mengumpulkan dan mengajak seluruh kepala Madrasah Ibtidaiyah se
kecamatan Mayong untuk ikut memikirkan keberadaan Madrasah
Tsanawiyah karena Bapak K. Ahmad Mustamir pada waktu itu
menjabat sebagai Pimpinan L.P. Ma’arif di wilayah kecamatan
Mayong.
3. Berharap kepada semua kepala MI se kecamatan Mayong agar
tamatan MI ada yang melanjutkan ke Tsanawiyah.
Maka pada tanggal 1 Desember 1967 dibuat pengumuman
penerimaan siswa baru. Tanggal 4 Januari 1967 kegiatan belajar mengajar
dimulai dengan jumlah murid 35 anak dan dimasukkan pagi hari. Karena
pada saat itu belum memiliki gedung sendiri, maka untuk sementara
kegiatan belajar mengajar ditempatkan di mushala dan di rumah tetangga
yang kosong.56
2. Gambaran singkat tentang MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara Tahun
Ajaran 2010/2011
a. Kondisi Guru
Adapun jumlah guru yang ada di MTs Sabilul Ulum Mayong pada
tahun pelajaran 2010/2011 sebanyak 38 guru, yang masing-masing
mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda.
b. Kondisi Karyawan
Setiap sekolah atau madrasah sangat mutlak diperlukannya
pegawai administrasi atau karyawan supaya kegiatan pendidikan dapat
dilaksanakan dengan baik. Sebagaimana sekolah atau madrasah yang
56 Dokumen MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara, tahun ajaran 2010-2011
lain, MTs Sabilul Ulum pada tahun pelajaran 2010/2011 mempunyai
empat pegawai administrasi.
c. Kondisi Siswa
Pada tahun pelajaran 2010/2011 siswa MTs Sabilul Ulum Mayong
seluruhnya adalah 622 siswa yang terbagi atas :
Tabel 3.1 Siswa MTs Sabilul Ulum
SISWANo K E L A SPUTRA PUTRI
JUMLAH
1 VII A 13 20 332 VII B 25 22 473 VII C 24 23 474 VII D 26 21 475 VIII A 23 22 456 VIII B 23 23 467 VIII C 22 24 468 VIII D 22 24 469 VIII E 18 27 4510 IX A 21 23 4411 IX B 22 22 4412 IX C 22 22 4413 IX D 22 22 4414 IX E 19 25 44
JML 11 Kelas 304 332 622Jadi jumlah seluruhnya untuk masing-masing kelas adalah kelas
VII= 174, kelas VIII= 228 dan kelas IX= 220. Siswa-siswi tersebut
diorganisasikan dalam bentuk kegiatan intra sekolah yang kita kenal
dengan OSIS. Organisasi ini diharapkan merupakan wadah untuk
melaksanakan di dalam maupun di luar sekolah kegiatan seperti olah
raga, Pramuka, KIR, PMR dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat
edukatif dan pengembangan kepribadian siswa.57
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) Dengan Permainan
57 Ibid
Destinasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Materi Pokok Pemuaian
Pada Peserta Didik Kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara Semester
Gasal Tahun Ajaran 2010/2011” akan dilaksanakan pada semester gasal.
Adapun yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah MTs Sabilul Ulum
Mayong Jepara yang beralamat di Jl. Welahan No.30 Mayong Jepara.
C. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah peserta didik kelas VII
A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara tahun ajaran 2010/2011 dengan jumlah
peserta didik sebanyak 33 orang, terdiri dari 13 putra dan 20 putri (terdapat
pada lampiran 1).
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Adapun penjelasan mengenai PTK adalah sebagai
berikut:
1. Pengertian PTK
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research
merupakan suatu model penelitian yang dikembangkan di kelas. Ide
tentang penelitian tindakan pertama kali dikembangkan oleh Kurt dan
Lewin pada tahun 1946.58
Sementara itu pengertian PTK menurut Suharsimi dalam bukunya
yang berjudul Penelitian Tindakan Kelas, PTK merupakan gabungan
definisi dari tiga kata sebagai berikut:
a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang
menarik minat dan penting bagi peneliti.
58 Achmad Syamsudin, Modul Penelitian Tindakan Kelas, (Semarang: Tarbiyah Pers,2008), hlm. 3.
b. Tindakan adalah gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu, yang dalam penelitian berbentuk siklus kegiatan untuk peserta
didik.
c. Kelas adalah sekelompok peserta didik yang dalam waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
Dari penjelasan di atas PTK merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar mengajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.59
Penelitian tindakan kelas dapat juga diartikan suatu kegiatan ilmiah
yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang,
melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa
siklus secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya.60
2. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Adapun tujuan penelitian tindakan kelas adalah:
a. Untuk meningkatkan dan memperbaiki praktik pembelajaran di sekolah.
b. Untuk meningkatkan relevansi pendidikan
c. Untuk meningkatkan mutu pendidikan
d. penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan tujuan untuk
meningkatkan efisiensi pengelolaan pendidikan.
Banyak manfaat yang dapat dipetik apabila guru mau dan mampu
melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan baik. Manfaat itu terkait
dengan komponen pembelajaran, antara lain inovasi pembelajaran,
pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas, serta
peningkatan profesionalisme guru. Secara umum, manfaat PTK dapat
dilihat dari dua segi, yaitu dari segi akademik dan dari segi praktis.61
59 Suharsimi Arikunto, et. al., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,2008), Cet. 7, hlm. 2-3.
60 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan ProfesiGuru, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2010), Cet. 5, hlm. 46.
61 Basrowi dan Suwandi, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, (Bogor: Ghalia Indonesia,2008), Cet. 1, hlm. 52.
a. Manfaat Akademik
PTK bermanfaat untuk membantu guru menghasilkan pengetahuan
yang shahih dan relevan bagi kelas mereka untuk memperbaiki
pembelajaran dalam jangka pendek.
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas yaitu:
1) Manfaat bagi inovasi pembelajaran
Dalam kegiatan inovasi pembelajaran, guru perlu selalu
mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan
pendekatan, metode atau gaya pembelajarannya agar mampu
melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
kelasnya.
2) Manfaat bagi pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas
Dalam kurikulum biasanya hanya dimuat hal-hal yang
bersifat pokok dan mendasar yaitu dalam bentuk pokok bahasan,
tema, dan konsep.
3) Manfaat bagi pengembangan profesi guru
PTK merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh
guru untuk memahami apa yang terjadi di dalam kelas dan kemudian
meningkatkannya menuju ke arah perbaikan-perbaikan secara
profesional.
3. Rencana dan Pelaksanaan Tindakan
Dalam melakukan penelitian tindakan kelas tidak cukup satu kali
melakukan penelitian, tetapi bersiklus atau minimal dua siklus. Dengan
dua atau tiga siklus, peneliti bersama-sama guru kelas berupaya terus
untuk memperoleh hasil yang optimal dengan cara dan prosedur yang
dinilai paling efektif. Masing-masing siklus mencakup empat tahap yaitu
menyusun rancangan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Adapun alur penelitian
yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1. Model Penelitian Tindakan Kelas 62
E. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian melalui sistem
berdaur atau siklus dari berbagai kegiatan pembelajaran. Menurut Raka Joni
dan kawan-kawan (1998), terdapat lima tahapan dalam pelaksanaan PTK.
Kelima tahapan dalam pelaksanaan PTK tersebut adalah:
a. Penetapan fokus masalah penelitian
1) Merasakan adanya masalah
2) Identifikasi masalah
62 Suharsimi Arikunto, et. al., op. cit., hlm. 16.
Perencanaan
PelaksanaanSIKLUS I
Pengamatan
SIKLUS II
Perencanaan
Pengamatan
Pelaksanaan
Refleksi
Refleksi
SIKLUSSELANJUTNYA
3) Analisis masalah
4) Perumusan masalah
b. Perencanaan tindakan
1) Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan
2) Analisis kelaikan hipotesis tindakan
3) Skenario pembelajaran
c. Pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi
1) Pelaksanaan tindakan
2) Observasi dan interpretasi
3) Diskusi ulang balikan
d. Analisis dan refleksi
1) Analisis data
2) Refleksi
e. Rencana tindak lanjut
Apabila masalah yang diteliti belum tuntas atau belum memuaskan
pengatasannya maka penelitian tindakan kelas harus dilanjutkan pada
siklus ke dua dengan prosedur yang sama. Apabila pada siklus ke dua ini
permasalahan sudah terselesaikan maka tidak perlu dilanjutkan ke siklus
tiga.
Pelaksanaan PTK ini dilaksanakan secara kolaborasi antara guru mata
pelajaran fisika kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara dengan
peneliti.
1. Pra Siklus
Dalam pra siklus ini peneliti belum memberikan metode yang
akan ditawarkan pada guru pelajaran sehingga pengajaran yang
digunakan masih murni belum tercampur oleh peneliti. Model
pembelajaran yang dipakai oleh guru adalah model pembelajaran yang
masih bersifat konvensional. Hasil belajar peserta didik ini diperoleh
dari tahun sebelumnya yaitu tahun ajaran 2009/2010. Hal ini dilakukan
sebagai dasar untuk membandingkan keberhasilan pembelajaran
menggunakan Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)
Dengan Permainan Destinasi. Informasi tersebut diperoleh dari Ibu
Anis Muawanah S.Th.I selaku guru IPA Fisika tahun ajaran 2009-
2010 dan 2010-2011 di MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara pada
tanggal 14 Juni 2010.
Hasil belajar peserta didik tahun ajaran 2009/2010 pada materi
pokok pemuaian rata-rata nilai 57,79 yang diperoleh lebih rendah dari
Kriteria Ketuntasan Minimum sebesar 6,00. Hal ini dikarenakan
peserta didik beranggapan pelajaran IPA Fisika tidak menarik, sangat
sulit, dan membingungkan terutama pada materi pokok pemuaian
terdapat banyak rumus-rumus.
2. Siklus I
a. Perencanaan
1) Peneliti mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran
yaitu metode mengajar dan hasil belajar peserta didik.
2) Guru memilih materi pokok yang akan diteliti yaitu materi
pokok pemuaian.
3) Guru dan peneliti secara kolaboratif menyiapkan rencana
pelaksanaan pembelajaran dan silabus pada materi pokok
pemuaian.
4) Membuat materi pelajaran yang akan diajarkan dengan model
pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan
permainan destinasi berupa modul.
5) Peneliti menyiapkan lembar observasi siklus I yaitu aspek
kognitif, psikomotorik, dan afektif peserta didik.
6) Membuat kartu soal turnamen dengan papan destinasi, papan
destinasi, dan soal tes evaluasi.
7) Menyiapkan alat untuk permainan destinasi seperti dadu,
tempat pengocok dadu, dan biji permainan.
b. Tindakan
1) Guru membuka pelajaran dengan salam dan do’a untuk jam
pertama, kemudian mengecek kehadiran peserta didik.
2) Guru membagikan modul kepada peserta didik.
3) Guru memberikan motivasi tentang pemuaian dan
menyampaikan tujuan pembelajaran.
4) Guru memberikan penjelasan pada peserta didik tentang
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Teams Games
Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi.
5) Guru menyampaikan bahan ajar modul pada siklus I berupa
penjelasan dan contoh soal dengan metode ceramah.
6) Guru membagi peserta didik dalam kelompok secara heterogen
dengan setiap kelompok 4 peserta didik.
7) Guru meminta peserta didik mengatur tempat duduk dan
meminta peserta didik duduk berdampingan dengan
kelompoknya masing-masing.
8) Guru melakukan demonstrasi untuk menyelidiki pemuaian zat
padat dan cair.
9) Guru meminta peserta didik berdiskusi dengan kelompok
mengumpulkan dan menganalisa data.
10)Guru membahas kesimpulan demonstrasi dan diskusi setelah
peserta didik mengumpulkan hasil kegiatan.
11)Guru menjelaskan peraturan permainan dengan papan destinasi.
12)Guru membagi nomor urut peserta didik.
13)Guru menyiapkan alat-alat yang diperlukan dalam permainan
yaitu papan destinasi, dadu, tempat pengocok dadu, biji
permainan, dan kartu soal.
14)Guru meminta peserta didik yang mendapat nomor 1
melaksanakan turnamen pertama untuk memulai permainan
dengan cara mengocok dadu dan menjalankan biji pada papan
destinasi. Yang mendapat nomor urut 2 melaksanakan
turnamen kedua, dan seterusnya.
15)Guru memberikan pertanyaan yang sesuai dengan warna kotak
pada papan dan nomor kartu yang diperoleh peserta didik,
dilakukan seterusnya sampai turnamen kedua, ketiga dan
keempat.
16)Guru dan peserta didik mendiskusikan jawaban soal-soal
turnamen.
17)Guru mengumumkan tim pemenang turnamen pertama.
18)Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang
mendapat skor tertinggi dengan memberikan “pujian” dan
memandu peserta didik untuk bertepuk tangan kepada tim
pemenang turnamen pertama. “Tepuk tangan” dan “memberi
salam” pada dasarnya adalah suatu hadiah juga. Pemberian
hadiah tersebut secara psikologis akan berpengaruh terhadap
tingkah laku seseorang yang menerimanya.63
19)Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi
pelajaran.
20)Guru dan peserta didik berdiskusi untuk membuat rangkuman
kegiatan tentang pemuaian.
21)Guru memberikan tes yang sesuai dengan kompetensi yang
ditentukan.
c. Pengamatan
1) Peneliti melakukan pengamatan aspek afektif yaitu kehadiran
tepat waktu di kelas, perhatian mengikuti pelajaran,
menghargai pendapat orang lain dan membawa buku pelajaran.
2) Peneliti melakukan pengamatan aspek psikomotorik yaitu
kemampuan dalam menyimpulkan data hasil kegiatan, ketaatan
terhadap peraturan permainan, kecepatan menjawab pertanyaan
dan keaktifan dalam menyelesaikan soal.
3) Guru bersama peneliti mengidentifikasi hambatan-hambatan
dan permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam proses
pembelajaran.
63 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,( Jakarta: PTRineka Cipta, 2000), Cet. 1, hlm. 99-100.
4) Guru dan peneliti mengamati hasil belajar kognitif siklus I
apakah sudah di atas ketuntasan belajar.
d. Refleksi
1) Guru dan peneliti memberikan penghargaan untuk tim dengan
skor tertinggi.
2) Peneliti mengolah hasil pengamatan dan data hasil evaluasi
siklus I.
3) Guru dan peneliti mendiskusikan hasil pengamatan dan
penilaian selama proses pembelajaran pada siklus I ditinjau dari
tingkat keberhasilannya. Berdasarkan teori belajar tuntas, maka
seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika mampu
menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan
pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran.
Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik
yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%,
sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di
kelas tersebut.64
4) Ketuntasan belajar klasikal yang dicapai peserta didik pada
siklus I, jika kurang dari 85%, maka pembelajaran dilanjutkan
ke siklus II.
5) Membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan
pembelajaran siklus I.
3. Siklus II
a. Perencanaan
1) Peneliti mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran
yaitu metode mengajar dan hasil belajar peserta didik.
2) Guru memilih materi pokok yang akan diteliti yaitu materi
pokok pemuaian.
64 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, Implementasi,dan Inovasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. 11, hlm. 99.
3) Guru dan peneliti secara kolaboratif menyiapkan rencana
pelaksanaan pembelajaran dan silabus pada materi pokok
pemuaian.
4) Peneliti menyiapkan lembar observasi siklus II yaitu aspek
kognitif, psikomotorik, dan afektif peserta didik.
5) Membuat kartu soal turnamen dengan papan destinasi, papan
destinasi, dan soal tes evaluasi siklus II.
6) Menyiapkan alat untuk permainan destinasi seperti dadu,
tempat pengocok dadu, dan biji permainan.
b. Tindakan
1) Guru membuka pelajaran dengan salam dan do’a untuk jam
pertama, kemudian mengecek kehadiran peserta didik.
2) Guru memberikan motivasi pada sub pokok materi pemuaian
gas dan aplikasi konsep pemuaian dalam kehidupan sehari-hari
dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
3) Guru memberikan penjelasan pada peserta didik tentang
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Teams Games
Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi pada siklus II.
4) Guru menyampaikan bahan ajar modul pada siklus II berupa
penjelasan dan contoh soal dengan metode ceramah.
5) Guru membagi peserta didik dalam kelompok secara heterogen
dengan setiap kelompok 4 peserta didik.
6) Guru meminta peserta didik mengatur tempat duduk dan
meminta peserta didik duduk berdampingan dengan
kelompoknya masing-masing.
7) Guru menjelaskan peraturan permainan dengan papan destinasi.
8) Guru membagi nomor urut peserta didik.
9) Guru menyiapkan alat-alat yang diperlukan dalam permainan
yaitu papan destinasi, dadu, tempat pengocok dadu, biji
permainan, dan kartu soal.
10) Guru meminta peserta didik yang mendapat nomor 1
melaksanakan turnamen pertama untuk memulai permainan
dengan cara mengocok dadu dan menjalankan biji pada papan
destinasi. Yang mendapat nomor urut 2 melaksanakan
turnamen kedua, dan seterusnya.
11) Guru memberikan pertanyaan yang sesuai dengan warna kotak
pada papan dan nomor kartu yang diperoleh peserta didik,
dilakukan seterusnya sampai turnamen kedua, ketiga, dan
keempat.
12) Guru dan peserta didik mendiskusikan jawaban soal-soal
turnamen.
13) Guru mengumumkan tim pemenang turnamen kedua atau pada
siklus II.
14) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang
mendapat skor tertinggi dengan memberikan “pujian” dan
memandu peserta didik untuk bertepuk tangan kepada tim
pemenang turnamen pertama.
15) Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi
pelajaran.
16) Guru dan peserta didik berdiskusi untuk membuat rangkuman
kegiatan pada sub materi pokok pemuaian gas dan aplikasi
konsep pemuaian dalam kehidupan sehari-hari.
17) Guru memberikan tes yang sesuai dengan kompetensi yang
ditentukan.
c. Pengamatan
1) Peneliti melakukan pengamatan aspek afektif yaitu kehadiran
tepat waktu di kelas, perhatian mengikuti pelajaran,
menghargai pendapat orang lain dan membawa buku pelajaran.
2) Peneliti melakukan pengamatan aspek psikomotorik yaitu
kemampuan dalam menyimpulkan data hasil kegiatan, ketaatan
terhadap peraturan permainan, kecepatan menjawab pertanyaan
dan keaktifan dalam menyelesaikan soal.
3) Guru bersama peneliti mengidentifikasi hambatan-hambatan
dan permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam proses
pembelajaran.
4) Guru dan peneliti mengamati hasil belajar kognitif pada siklus
II apakah sudah di atas ketuntasan belajar.
d. Refleksi
1) Guru dan peneliti memberikan penghargaan untuk tim dengan
skor tertinggi
2) Peneliti mengolah hasil pengamatan dan data hasil evaluasi
siklus II.
3) Guru dan peneliti mendiskusikan hasil pengamatan dan
penilaian selama proses pembelajaran pada siklus II ditinjau
dari tingkat keberhasilannya.
4) Refleksi dari pembelajaran siklus II, apabila indikator
keberhasilan peserta didik tercapai maka pembelajaran tidak
dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Diagram siklus dari penelitian ini dapat ditampilkan menggunakan
alur penelitian seperti pada gambar 3.1
Pra Siklus:• Melakukan observasi awal• Mempersiapkan instrumen
penelitian
Siklus I Siklus IISIKLUS SELANJUTNYA
Perencanaan:Mempersiapkan instrumenpenelitian untuk sub pokokpemuaian pada zat padat, cairdan gas dengan modelpembelajaran kooperatif tipeTGT dengan permainandestinasi.
Perencanaan:Mempersiapkan instrumenpenelitian untuk sub pokokprinsip pemuaian dalamteknologi.
Pelaksanaan:Guru mengadakan prosespembelajaran dengan submateri pokok pemuaian zatpadat, cair, dan gas sesuaidengan model pembelajarankooperatif tipe TGT denganpermainan destinasi.
Pelaksanaan:Guru mengadakan prosespembelajaran dengan submateri pokok prinsippemuaian dalam teknologisesuai dengan modelpembelajaran kooperatif tipeTGT dengan permainandestinasi.
Observasi:Mengobservasi kinerja pesertadidik dalam kelompok,memberikan tes hasil belajarfisika materi pokok pemuaianzat.
Observasi:Mengobservasi kinerja pesertadidik dalam kelompok,memberikan tes hasil belajarfisika materi pokok pemuaianzat.
Analisis:Menganalisis data dari ranahkognitif, afektif, danpsikomotorik.
Analisis:Menganalisis data dari ranahkognitif, afektif, danpsikomotorik.
Refleksi:• Membuat simpulan
sementara berhasil ataubelum
• Hasil refleksi/analisissiklus I digunakan untukacuan perbaikan padapelaksanaan siklusselanjutnya.
Refleksi:• Membuat simpulan
sementara berhasil ataubelum
• Hasil refleksi/analisissiklus I digunakan untukacuan perbaikan padapelaksanaan siklusselanjutnya
Gambar 3.1. Alur Penelitian
F. Kolaborator
PTK merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dan keprofesionalan guru maupun dosen. Dalam
pelaksanaannya, dosen dan guru perlu melakukan segala langkah
penelitian ini secara bersama-sama (kolaboratif) dari awal hingga akhir.
Ciri khas penelitian ini adalah adanya masalah pembelajaran dan tindakan
untuk memecahkan masalah yang dikembangkan bersama-sama antara
guru dengan guru yang lain, guru dengan dosen, atau guru dengan kepala
sekolah, guru dengan pengawas sekolah, atau gabungan dari seluruh unsur
tersebut.65 Yang menjadi kolaborator disini adalah Ibu Anis Muawanah,
S. Th.I. Kolaborator diharapkan dapat memberikan masukan atau saran
dalam melaksanakan pembelajaran selama siklus dalam penelitian yang
akan dilaksanakan.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam pengumpulan data ini, peneliti
menggunakan metode sebagai berikut:
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh.66 Sumber data dalam penelitian ini yakni, peserta didik dan
guru. Peserta didik kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara
melalui hasil pengamatan dan hasil refleksi dari nilai hasil belajar
peserta didik. Sedangkan data dari guru untuk melihat keberhasilan
penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan permainan
destinasi dan hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran.
65 Basrowi dan Suwandi, op. cit., hlm. 28.66Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2006), hlm. 129.
2. Jenis Data
Jenis data adalah data kuantitatif dan data kualitatif yaitu nilai
hasil belajar peserta didik. Data kuantitatif berupa angka hasil belajar
peserta didik sedangkan data kualitatif berupa kalimat-kalimat yang
menggambarkan ekspresi peserta didik tentang tingkat pemahamannya
(kognitif), antusiasnya, dan kepercayaan diri. Data kuantitatif dapat
dianalisis dengan deskriptif persentase sedangkan data kualitatif dapat
dianalisis secara kualitatif.
Pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode
penelitian deskriptif, yaitu dengan membandingkan hasil belajar
peserta didik sebelum diberikan tindakan dengan hasil belajar setelah
diberi tindakan. Berikut akan dipaparkan metode pengambilan data
hasil belajar peserta didik.
3. Metode Pengambilan Data
Data hasil pengamatan dan tes diolah dengan analisis deskriptif
untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian indikator
keberhasilan tiap siklus dan peningkatan hasil belajar peserta didik.
Untuk menganalisis data yang telah terkumpul, dilakukan analisis
hasil yang telah dicapai peserta didik dalam lembar observasi dan tes
evaluasi. Data observasi penelitian diberikan dengan pemberian nilai
berupa angka yang dikategorikan dengan kurang, cukup, baik, dan
sangat baik. Pada tindakan setiap siklus masing-masing dua kali
pertemuan untuk satu siklus, dengan perlakuan kegiatan perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga metode untuk
pengambilan data, yaitu:
a. Metode Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya
barang-barang tertulis.67 Ada macam-macam dokumen yang dapat
67 Ibid, hlm. 158.
membantu dalam mengumpulkan data penelitian contohnya silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran, laporan-laporan diskusi
tentang kurikulum, berbagai macam ujian dan tes, laporan tugas
peserta didik.68 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data-
data tentang peserta didik dan data prestasi belajar mata pelajaran
IPA Fisika peserta didik kelas VII A di MTs Sabilul Ulum Mayong
Jepara yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
b. Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu metode yang dilakukan
dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan
secara sistematis.69 Berhubungan dengan kegiatan peserta didik,
observasi dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang
perilaku-perilaku peserta didik sebagai pengaruh tindakan yang
dilakukan guru. Misalnya mencatat perilaku peserta didik dalam
kegiatan diskusi atau mencatat perilaku peserta didik dalam
mengikuti suatu proses pembelajaran.70
Metode ini digunakan untuk mengamati proses belajar
mengajar, termasuk sistem dan metode pembelajaran yang
digunakan dan kelengkapan sarana prasarana serta pengaturan
kelas dan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.
Hasil observasi proses pembelajaran adalah dengan
menghitung jumlah skor pengamatan dengan teknik sebagai
berikut:
1) Lembar observasi afektif peserta didik
Untuk mengetahui kemampuan afektif peserta didik
dalam mengikuti proses belajar mengajar, maka penulis
membuat 4 aspek pengamatan yang meliputi: kehadiran tepat
68 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Cet 2, (Bandung: PTRemaja Rosdakarya, 2006), hlm. 121.
69 Suharsimi Arikunto, Dasar dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi Cet 7, (Jakarta:Bumi Aksara, 2007), hlm. 30.
70 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, Cet 2, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 86.
waktu, perhatian mengikuti pelajaran, menghargai pendapat
orang lain, dan membawa buku pelajaran. Kemudian dilakukan
analisis pada instrumen lembar observasi dengan menggunakan
teknik deskriptif melalui persentase. Adapun perhitungan
persentase keaktifan peserta didik adalah:
Persentase (%) = %100×∑maksimumskor
diperolehyangskor
Indikator keberhasilan afektif peserta didik adalah sebagai
berikut:
80-100 : afektif peserta didik baik sekali
66-79 : afektif peserta didik baik
56-65 : afektif peserta didik cukup
40-55 : afektif peserta didik kurang
30-39 : afektif peserta didik gagal71
2) Lembar observasi psikomotorik peserta didik
Untuk mengetahui kemampuan psikomotorik peserta didik
dalam mengikuti proses belajar mengajar, maka penulis
membuat 4 aspek pengamatan yang meliputi: kemampuan
dalam menyimpulkan data hasil kegiatan, ketaatan terhadap
peraturan permainan, kecepatan menjawab pertanyaan, dan
keaktifan dalam menyelesaikan soal. Kemudian dilakukan
analisis pada instrumen lembar observasi dengan menggunakan
teknik deskriptif melalui persentase. Adapun perhitungan
persentase psikomotorik peserta didik adalah:
Persentase (%) = %100×∑maksimumskor
diperolehyangskor
Indikator keberhasilan psikomotorik peserta didik adalah
sebagai berikut:
80-100 : psikomotorik peserta didik baik sekali
71 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2006), Cet. 6, hlm. 245.
66-79 : psikomotorik peserta didik baik
56-65 : psikomotorik peserta didik cukup
40-55 : psikomotorik peserta didik kurang
30-39 : psikomotorik peserta didik gagal
c. Metode Tes
Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam
rangka pengukuran dan penilaian.72 Metode tes adalah cara (yang
dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam
rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan.
Metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil
belajar peserta didik pada materi pokok pemuaian menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments
(TGT) dengan permainan destinasi.
Penilaian aspek kognitif peserta didik diambil melalui tes
hasil belajar peserta didik pada akhir pembelajaran siklus. Dari
data tes hasil belajar peserta didik pada tiap siklus akan diketahui
hasil persentase ketuntasan belajar peserta didik.
Tes yang digunakan adalah tes objektif dengan 4 pilihan.
Tes objektif merupakan alat pengukur yang banyak dipergunakan
di dalam penelitian karena dalam memberikan nilai berupa angka
yang tidak dipengaruhi oleh subjektivitas tester atau penilai.73
1) Hasil evaluasi peserta didik
Hasil evaluasi peserta didik per siklus diperoleh dari nilai
tes akhir siklus yang berupa tes berbentuk pilihan ganda
dengan empat pilihan. Sistem skoring pada tes formatif adalah:
a) Alternatif jawaban benar dengan skor 1.
b) Alternatif jawaban salah dengan skor 0.
Kemudian data yang diperoleh dianalisis sebagai berikut:
72 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2008), hlm. 66.
73 Kunandar, Penelitian Tindakan Kelas, Cet 5, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2010), hlm. 191.
1. Analisis Hasil Evaluasi Peserta Didik Tiap Siklus
Hasil evaluasi siklus tiap peserta didik diperoleh dari
nilai tes akhir siklus berupa soal pilihan ganda. Kemudian
dari data yang diperoleh dapat dianalisis nilai ketuntasan
individu dan ketuntasan klasikal peserta didik setelah adanya
tindakan.
a. Ketuntasan Individu
Ketuntasan belajar individu dihitung dengan
menggunakan analisis deskriptif persentase, yaitu:
Persentase (%) = %100×∑maksimumskor
diperolehyangskor
Indikator keberhasilan peserta didik dikatakan tuntas
belajar apabila peserta didik memperoleh nilai sesuai
dengan KKM yaitu minimal 6,00.
b. Ketuntasan klasikal
Untuk menghitung ketuntasan belajar klasikal
menggunakan analisis deskriptif persentase dengan
menghitung:
Persentase = %100×∑
∑ didikpeserta
belajartuntasdidikpeserta
Indikator keberhasilan ketuntasan belajar klasikal
ditentukan apabila rata-rata kelas memperoleh nilai di
atas KKM (6,00) dan minimal 85% dari jumlah peserta
didik yang ada di kelas.
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:
1. Hasil belajar peserta didik di atas Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM) yaitu sebesar 60,00 setelah diterapkan model pembelajaran
Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi.
2. Ketuntasan klasikal yang mampu menyelesaikan atau mencapai KKM
sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pra Siklus
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah-sekolah
selama ini lebih berpusat pada guru. Guru lebih sering menggunakan metode
konvensional, sehingga peserta didik cenderung pasif dan cepat bosan.
Peserta didik hanya duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru kemudian
mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru sehingga peserta
didik cenderung cepat bosan apabila diberi mata pelajaran IPA Fisika yang
monoton (satu arah), yang berisi ceramah, latihan soal dan kurang melibatkan
keaktifan peserta didik. Hal ini akan menciptakan rasa enggan, malas berfikir,
tidak tertarik dan hasil belajar IPA Fisika menjadi rendah.
Berdasarkan hasil observasi yang didapat dari guru bidang studi IPA
Fisika Ibu Anis Muawanah S.Th.I yang mengajar di kelas VII MTs Sabilul
Ulum Mayong Jepara pada tanggal 14 Juni 2010, didapatkan informasi
bahwa hasil belajar peserta didik tahun ajaran 2009/2010 pada materi pokok
pemuaian rata-rata nilai 57,79 yang diperoleh lebih rendah dari Kriteria
Ketuntasan Minimum sebesar 6,00 (terdapat pada lampiran 4). Hal ini
disebabkan karena peserta didik malas berfikir dan merasa tidak tertarik
dengan mata pelajaran IPA Fisika. Ketika guru menerangkan materi
pelajaran, peserta didik kurang memperhatikan dengan seksama. Hal ini
dilihat dari peserta didik melihat ke papan tulis tetapi pandangan mereka
tidak konsentrasi pada proses pembelajaran. Sehingga ketika disuruh
mengerjakan soal mereka tidak dapat menjawab pertanyaan dengan tepat
karena di awal sudah mengeluh tidak bisa, tanpa mencoba mengerjakan soal
terlebih dahulu.
Citra peserta didik selama ini menganggap pelajaran IPA Fisika
momok bagi mereka, sehingga apabila metode pembelajaran yang digunakan
guru tidak menarik dan melibatkan mereka maka mereka akan bertambah
malas, jenuh dan enggan mempelajari mata pelajaran IPA Fisika. Terutama
pada materi pokok pemuaian yang menurut peserta didik membingungkan
karena pada materi pokok pemuaian terdapat rumus-rumus yang hampir
sama.
Kondisi pra siklus adalah kondisi peserta didik sebelum dilaksanakan
pembelajaran model Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan
destinasi. Data kondisi awal peserta didik ini diambil dari data hasil belajar
peserta didik pada materi pokok pemuaian tahun ajaran 2009/2010 kelas VII
A MTs Sabilul Ulum seperti tertuang pada tabel 4.1 berikut:
Tabel. 4.1 Hasil Belajar Pra Tindakan
Hasil belajar kognitif peserta didik Nilai awal
Jumlah peserta didik tuntas
Jumlah peserta didik tidak tuntas
Nilai rata-rata
22
21
57,79
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebelum mendapatkan
pembelajaran dengan model Teams Games Tournaments (TGT) dengan
permainan destinasi, ketuntasan hasil belajar klasikal masih jauh di bawah
ketuntasan hasil belajar klasikal yang diharapkan yaitu minimal 36 peserta
didik dari 43 peserta didik.
Rendahnya hasil belajar peserta didik mata pelajaran IPA Fisika pra
tindakan menunjukkan bahwa strategi yang digunakan oleh guru kurang tepat
sehingga peserta didik semakin malas belajar IPA Fisika, khususnya pada
materi pokok pemuaian. Hal itu karena rumus-rumus pada materi tersebut
hampir sama yang menyebabkan peserta didik menjadi bingung.
Dengan adanya realitas seperti ini, peneliti membuat perubahan dalam
sistem mengajar agar peserta didik tertarik dengan mata pelajaran IPA Fisika
dan menyukai materi yang mencakup mata pelajaran tersebut sehingga
rumus-rumus dalam materi pokok pemuaian menjadi mudah bagi mereka dan
tidak membingungkan karena pembelajaran dilakukan melalui model
pembelajaran yang menyenangkan dan menjadikan peserta didik ikut serta
dalam pembelajaran, agar hasil belajar peserta didik dapat meningkat. Metode
tersebut adalah metode pembelajaran model Teams Games Tournaments
(TGT) dengan permainan destinasi.
B. Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VII A MTs Sabilul
Ulum Mayong Jepara dengan jumlah peserta didik 34 peserta didik tetapi
menjadi 33 peserta didik karena satu peserta didik ada yang keluar dari
sekolah (terdapat pada lampiran 1). Sehingga dalam pembagian kelompok
yang setiap kelompok terdiri dari empat peserta didik terdapat satu kelompok
yang anggota kelompoknya lima peserta didik. Penelitian ini dirancang dalam
dua siklus dan pada setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah hasil belajar peserta
didik pada pembelajaran fisika dengan model pembelajaran Teams Games
Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi. Hasil belajar peserta didik
meliputi hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pelaksanaan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournaments
(TGT) dengan permainan destinasi pada siklus I dan siklus II sudah cukup
baik. Berikut disajikan data hasil penelitian.
1. Hasil Belajar Kognitif
Hasil belajar kognitif peserta didik pada pembelajaran siklus I dan II
menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)
dengan permainan destinasi ditunjukkan tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik Siklus I dan II
No Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II
1 Nilai terendah 35 40 50
2 Nilai tertinggi 75 80 90
3 Rata-rata tes 57,79 60,00 68,18
4 Persentase ketuntasan belajar 51,16 87,88 93,94
2. Hasil Belajar Afektif
Hasil belajar afektif peserta didik pada pembelajaran siklus I dan II
menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)
dengan permainan destinasi ditunjukkan tabel 4.3
Tabel 4.3 Hasil Belajar Afektif Peserta Didik Siklus I Dan II
Siklus I Siklus IINo Keterangan
Skor Persentase Skor Persentase
1 Kehadiran tepatwaktu
118 89,39 130 98
2 Perhatianmengikutipelajaran
95 71,97 119 90
3 Menghargaipendapat oranglain
88 66,67 99 75
4 Membawa bukupelajaran
120 90,91 129 98
Nilai rata-rata 79,73 90,34
Kategori Baik Baik Sekali
3. Hasil Belajar Psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik peserta didik pada pembelajaran siklus I
dan II menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournaments
(TGT) dengan permainan destinasi ditunjukkan tabel 4.4
Tabel 4.4 Hasil Belajar Psikomotorik Peserta Didik Siklus I dan II
Siklus I Siklus IINo Keterangan
Skor Persentase Skor Persentase
1 Kemampuandalammenyimpulkan
88 66,67 101 76,52
data hasilkegiatan
2 Ketaatan
terhadap
peraturan
permainan
94 71,21 121 91,67
3 Kecepatan
menjawab
pertanyaan
89 67,42 124 93,94
4 Keaktifan dalammenyelesaikansoal
94 71,21 124 93,94
Nilai rata-rata 69,13 89,02
Kategori Baik Baik Sekali
C. Pembahasan
1. Pra Siklus
Dalam pra siklus ini peneliti mengumpulkan data awal berupa nilai
harian materi pokok pemuaian peserta didik kelas VII A tahun ajaran
2009/2010 (terdapat pada lampiran 4). Nilai hasil belajar rata-rata kelas
VII A tahun ajaran 2009/2010 adalah 57,79 yang diperoleh lebih rendah
dari Kriteria Ketuntasan Minimum sebesar 6,00 dengan ketuntasan
klasikal 51,16%.
Pengumpulan data awal dilakukan sebagai dasar untuk
membandingkan keberhasilan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan
destinasi. Informasi tersebut diperoleh dari Ibu Anis Muawanah S.Th.I
selaku guru fisika tahun ajaran 2008-2011 di MTs Sabilul Ulum Mayong
Jepara pada tanggal 14 Juni 2010.
2. Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi pada siklus
I dilaksanakan dalam 2 hari atau 4 kali jam pertemuan yaitu pada hari
senin tanggal 01 November 2010 jam pelajaran mulai pukul 07.00 sampai
08.30 dan pada hari kamis tanggal 04 November 2010 jam pelajaran mulai
pukul 11.00 sampai 12.30 dengan sub materi pokok pemuaian zat padat
dan pemuaian zat cair.
Pelaksanaan pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)
dengan permainan destinasi pada pembelajaran IPA Fisika siklus I
dilakukan dengan berpedoman silabus dan RPP (terdapat pada lampiran 5,
8, dan 9). Untuk jam pertama guru membuka pertemuan dengan salam dan
presensi dilanjutkan do’a dan membaca asmaul husna bersama-sama satu
sekolah melalui pengeras suara. Kemudian guru mengkondisikan kelas
yang sedikit ramai setelah berdo’a bersama karena melihat guru tidak
sendirian tetapi dengan peneliti. Yang menurut perkiraan peserta didik
adalah guru baru yang akan mengajar kelas mereka. Guru menjelaskan
tujuan pembelajaran, dan memberikan motivasi (Apakah kalian pernah
naik kereta api? Pernah memperhatikan rel kereta api? Bagi yang sudah
pernah, coba ceritakan bagaimana rel kereta api, apakah rapat/terdapat
celah-celah pada relnya? Mengapa rel dibuat demikian?).
Peserta didik bersahut-sahutan menjawab, pernah. Kemudian
menjawab lagi, tidak pernah karena relnya di bawah kereta api. Ada juga
yang menjawab pernah, rel kereta api dibuat renggang-renggang. Alasan
peserta didik kebanyakan belum tahu. Hal ini dikarenakan peserta didik
belum terbiasa berfikir aktif karena peserta didik terbiasa menerima materi
tanpa diajak berfikir aktif. Akhirnya guru menjelaskan materi dengan
panduan modul agar dapat menjawab dari motivasi yang sebelumnya
disampaikan guru. Guru menyampaikan bahan ajar sub materi pokok
pengertian pemuaian, pemuaian zat padat dan pemuaian zat cair yang telah
dirancang khusus dalam modul (terdapat pada lampiran 12) berupa
penjelasan dan contoh soal dengan metode ceramah selama kurang lebih
15 menit. Peserta didik mendengarkan dengan menganggukkan kepala
tanda membenarkan pemahaman mereka masing-masing setelah
mendapatkan penjelasan dari guru dilengkapi membaca modul.
Guru membentuk kelompok secara heterogen yang beranggotakan
4 peserta didik. Dalam kelompok tersebut diharapkan peserta didik yang
pintar membantu temannya yang kurang pintar. Pembagian kelompok
berdasarkan nilai mid peserta didik (terdapat pada lampiran 2). Jumlah
peserta didik 33 siswa, dibagi menjadi 8 kelompok dengan satu kelompok
ada yang lima peserta didik (terdapat pada lampiran 3). Cara membagi
kelompok adalah dengan melihat nilai mid yang paling tinggi diberi angka
1 semua, dipilih delapan peserta didik yaitu Anis Hamdanah dan Anisa
Haniyah yang mendapat nilai 87. Fiki Husnia dan Ika Ayu Zuliya Astuti
mendapat nilai 85. Lia Novita yang mendapat nilai 83. Dian Utami, Iin
Safitri dan Noor Riza Maftiyanah yang mendapat nilai 81. Sehingga ketika
permainan turnamen pertama yang bermain adalah kedelapan peserta didik
yang mendapat angka 1 karena nilai kedelapan peserta didik tersebut
masih dalam satu tingkatan. Kemudian yang diberi angka 2 semua yaitu
Janatun Nikmah, Puji Astutik dan Tuba Laili Nikmah yang mendapat nilai
81, Lalatus Sa’diyah yang mendapat nilai 80, Muzarotul Fitriyah,
Nihayatul Istiqomah, Sahrul Fuat dan Zukita Amalia mendapat nilai 77.
Yang diberi angka 3 semua Abdul Wahap, Endang Lestari, dan Farid
Ridwan dengan nilai 67. Aji Nurman Said dan M Nurudh Dhulam
mendapat 71, Leny Widya Astuti mendapat 75, Muh Thohiron mendapat
73, Qisti Lizara Firdaus mendapat 65. Sedangkan yang diberi angka 4
semua yaitu A. Abdul Wakhid dan Siti Aisyah dengan nilai 61, Abdul
Mustaqim dan Muh. Rifa’i dengan nilai 50, Imam Safi’i, M. Khoirun
Ni’am, dan Muhammad Samsudin dengan nilai 65, Niswatul Umah
dengan nilai 31, dan Wahyu Kurniawan dengan nilai 60.
Guru meminta peserta didik mengatur tempat duduk dan peserta
didik duduk berdampingan dengan kelompoknya masing-masing. Pada
waktu guru meminta peserta didik duduk berdampingan, suasana kelas
sangat gaduh karena peserta didik putri tidak mau duduk di sebelah peserta
didik putra. Hal ini dikarenakan peserta didik putra tidak pernah duduk
sebelahan dengan putri karena ketika ujian tengah semester atau
semesteran, kelas memang diacak dengan kelas lain atau dengan angkatan
di atasnya tetapi dalam satu kelas tetap sejenis, putri semua atau putra
semua dalam satu kelas. Akhirnya dengan bujukan guru peserta didik mau
duduk berdampingan.
Guru melakukan kegiatan 1.1 (terdapat pada lampiran 12) untuk
menyelidiki pemuaian zat padat dengan menggunakan dua buah botol
yang ukurannya sama, jarum rajut, jarum jahit, lilin, korek api, kertas dan
sumbat botol gabus dan peserta didik diskusi dengan kelompok
mengumpulkan dan membuat kesimpulan. Ketika guru melakukan
demonstrasi peserta didik sedikit gaduh karena peserta didik yang bernama
Farid Ridwan nyeletuk berkata ”bim salabim jadi apa”(prok-prok prok)
“ayo dibantu-dibantu” sehingga seluruh kelas sedikit ramai karena peserta
didik yang lain ikut nyeletuk seperti itu. Guru mengkondisikan kelas dan
kelas sudah kembali seperti semula yang hanya ramai diskusi. Peserta
didik berdiskusi dengan kelompok masing-masing dan guru memberi
bimbingan pada masing-masing individu dalam kelompok, kemudian guru
melakukan kegiatan 1.2 (terdapat pada lampiran 12) untuk menyelidiki
pemuaian zat cair dengan menggunakan tiga buah labu berpipa yang
berukuran sama, sebuah wadah/bejana berisi air panas, tiga jenis zat cair,
yaitu air, alkohol/spirtus, dan minyak goreng. Ketika pembelajaran
berlangsung peserta didik sudah agak tertib, sedangkan peserta didik
diskusi dengan kelompok mengumpulkan dan membuat kesimpulan.
Setelah selesai peserta didik mengumpulkan hasil diskusi. Guru membahas
kesimpulan demonstrasi dan diskusi dari hasil kegiatan. Guru menjelaskan
peraturan permainan destinasi agar peserta didik mematuhi dan
mengindahkan tata tertib dalam permainan (terdapat pada lampiran 6),
kemudian guru membagi nomor urut peserta didik agar peserta didik
mengetahui pada turnamen berapa mereka bermain.
Guru menyiapkan alat-alat yang diperlukan dalam permainan yaitu
papan destinasi (terdapat pada lampiran 7), dadu, tempat pengocok dadu,
biji permainan, dan kartu soal pada siklus I (terdapat pada lampiran 15).
Guru membimbing pelaksanaan turnamen permainan dan peserta didik
melaksanakan permainan destinasi dalam turnamen dengan cara mengocok
dadu dan menjalankan biji pada papan destinasi sesuai nomor urut
turnamen. Peserta didik menjalankan biji sesuai dengan jumlah angka yang
ditunjukkan pada dadu. Warna kotak yang diperoleh menentukan jenis soal
yang harus dijawab. Soal dibacakan oleh guru, tetapi peserta didik yang
mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan dapat membaca kartu soal
secara langsung. Tujuan soal dibacakan oleh guru agar semua peserta didik
dapat mendengarkan dan siap-siap menjawab jika kelompok yang
mendapat soal tersebut tidak dapat menjawab. Pada turnamen permainan
peserta didik sedikit gaduh karena peserta didik masih bingung, bermain
pada urutan berapa walaupun sebelumnya peserta didik sudah dibagi
nomor urut turnamen. Sebagian peserta didik juga ada yang tidak dapat
menjawab pertanyaan dalam permainan destinasi, hal ini disebabkan
karena peserta didik kurang persiapan materi ketika di rumah sehingga
peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan.
Guru dan peserta didik mendiskusikan jawaban soal-soal turnamen
(terdapat pada lampiran 16). Guru mengumumkan tim pemenang turnamen
pertama. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat
skor tertinggi dengan memberikan “pujian” dan memandu peserta didik
untuk bertepuk tangan kepada tim pemenang turnamen pertama. Guru
membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi pelajaran. Guru
dan peserta didik berdiskusi untuk membuat rangkuman kegiatan tentang
pemuaian. Guru membagikan lembar jawab (terdapat pada lampiran 17)
dan soal tes siklus I (terdapat pada lampiran 18). Guru memberikan tes
siklus I yang sesuai dengan kompetensi yang ditentukan untuk mengukur
kemampuan peserta didik sebanyak 10 soal dalam bentuk pilihan ganda
selama 15 menit dengan kisi-kisi penulisan soal tes siklus I (terdapat pada
lampiran 13).
Peningkatan hasil belajar kognitif peserta didik sebelum dan
sesudah penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments
(TGT) dengan permainan destinasi pada siklus I dapat dilihat pada Grafik
4.1.
0
20
40
60
80
100
NilaiTerendah
Nilaitertinggi
Rata-rataNilai Tes
Ketuntasanklasikal
Nila
i Kog
nitif
Kategori
Pra SiklusSiklus I
Grafik 4.1 Grafik Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik Pra Siklus dan
Siklus I
Grafik 4.1 menunjukkan nilai terendah peserta didik sebelum dan
sesudah penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments
(TGT) dengan permainan destinasi. Pada pembelajaran sebelum
menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)
dengan permainan destinasi nilai terendah peserta didik 35 dan nilai
tertinggi peserta didik adalah 75 dan setelah menggunakan model
pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan
destinasi nilai terendah peserta didik meningkat menjadi 40 dan nilai
tertinggi peserta didik meningkat menjadi 80. Nilai rata-rata kelas
meningkat dari 57,79 menjadi 60,00 dan ketuntasan belajar peserta
didik meningkat dari 51,16% menjadi 87,88%. Ketuntasan belajar
aspek kognitif pada pembelajaran siklus I sebesar 87,88%, hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik senang dengan
model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan
permainan destinasi yang baru pertama mereka lakukan sehingga
mendorong mereka untuk menyukai mata pelajaran IPA Fisika dan
meningkatkan pemahaman materi pokok pemuaian yang terdapat
rumus-rumus yang hampir sama. Selama ini peserta didik hanya diberi
pembelajaran yang monoton (satu arah), tidak melibatkan peserta
didik, dan masih menggunakan metode konvensional dengan ceramah
dari guru, peserta didik hanya mendengarkan, mengerjakan tugas dan
latihan soal, sehingga peserta didik merasa jenuh dan bosan yang
berdampak pada pemahaman peserta didik menjadi berkurang.
Ketuntasan belajar aspek afektif pada siklus I sebesar 96,97%
berarti sudah memenuhi ketuntasan belajar yang diharapkan. Peserta
didik yang hadir tepat waktu sebesar 89,39%, peserta didik yang
memperhatikan dan mengikuti pelajaran dengan baik sebesar 71,97%,
peserta didik yang dapat menghargai pendapat temannya dengan baik
hanya 66,67%, peserta didik yang rajin membawa buku pelajaran
sebesar 90,91%. Hal ini karena peserta didik belum terbiasa melakukan
diskusi dengan kelompok yang anggotanya heterogen, terutama para
peserta didik putri masih malu apabila disuruh duduk berdampingan
dengan anggota kelompoknya yang putra.
Ketuntasan belajar aspek psikomotorik pada siklus I sebesar 93,94
%, sudah memenuhi ketuntasan belajar yang diharapkan. Peserta didik
menyimpulkan data hasil kegiatan dengan baik sebesar 66,67%,
peserta didik yang taat terhadap peraturan permainan sebesar 71,21%,
peserta didik yang dapat dengan cepat menjawab pertanyaan sebesar
67,42%, peserta didik yang aktif dalam menyelesaikan soal pertanyaan
sebesar 71,21%. Hal ini karena peserta didik belum terbiasa melakukan
diskusi menyimpulkan data hasil kegiatan sehingga guru perlu
membimbing dan mengarahkan peserta didik.
Pada kegiatan siklus pertama, menunjukkan bahwa tidak ada
permasalahan dalam perumusan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Jadwal jam pertemuan telah sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan pada tahap pelaksanaan
tindakan dan pengamatan menunjukkan bahwa:
1) Hasil belajar peserta didik rata-rata pada siklus I mencapai 60,00
dengan ketuntasan klasikal 87,88%. Hal ini berarti pembelajaran
telah tuntas.
2) Peserta didik masih memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan
anggota kelompoknya yang lain, karena peserta didik tidak pernah
mempunyai kelompok belajar yang heterogen yang jenis
kelaminnya berbeda-beda.
3) Peserta didik belum terbiasa melakukan model pembelajaran Teams
Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi karena
model pembelajaran ini baru pertama kali mereka alami sehingga
mereka masih bingung dan peserta didik sangat antusias sehingga
peserta didik sukar diatur karena mereka terlalu semangat dalam
bermain dengan papan destinasi.
4) Komponen pembelajaran lain seperti: alokasi waktu pembelajaran,
sumber/bahan dan alat pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran, dan kegiatan penilaian dapat berjalan cukup baik
dalam rangka mencapai kompetensi yang dipersyaratkan dalam
pembelajaran siklus pertama.
5) Secara keseluruhan program pembelajaran telah berjalan cukup
baik. Sebagian peserta didik sudah terlibat dalam pembelajaran
secara langsung. Ada peserta didik yang masih kurang aktif dalam
diskusi menyimpulkan data dan dalam berdiskusi mengerjakan soal
yang berwarna biru, hal ini karena peserta didik belum terbiasa
melakukan diskusi dalam kelompok yang heterogen. Dalam
menyimpulkan hasil kegiatan, peserta didik yang menonjol yaitu 3
peserta didik dan yang menonjol dalam menyelesaikan soal hanya 2
peserta didik.
6) Sebagian peserta didik juga ada yang tidak dapat menjawab
pertanyaan dalam permainan destinasi, hal ini disebabkan karena
peserta didik kurang persiapan materi ketika di rumah.
7) Pada permainan destinasi soal dibacakan oleh guru sehingga peserta
didik harus mengungkapkan pendapatnya secara langsung untuk
menjawab pertanyaan. Jadi aspek menghargai pendapat orang lain
pada kelompok mudah dilihat. Aspek menghargai pendapat orang
lain pada siklus I masih menunjukkan hasil yang paling rendah yaitu
66,67%. Hal ini disebabkan karena peserta didik belum terbiasa
melakukan diskusi dengan kelompok yang heterogen.
Peserta didik memperoleh sesuatu yang baru dalam pembelajaran
sehingga peserta didik antusias dan tertarik dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Peserta didik tertarik melihat alat-alat pembelajaran seperti
papan destinasi dan biji yang berwarna-warni. Hal ini sesuai dengan
pernyataan yang dikutip oleh Linda Campbell bahwa apabila pembelajaran
dilakukan melalui permainan-permainan, peserta didik dengan tidak sabar
dan penuh antusias mengikuti pelajaran.74 Peserta didik merasakan suasana
kelas yang berbeda karena peserta didik diajak belajar sambil melakukan
permainan. Bermain dapat membuat peserta didik belajar dengan nyaman
dan tidak merasa tertekan. Sehingga peserta didik dapat dengan mudah
memahami pelajaran IPA Fisika melalui permainan karena peserta didik
belajar dengan senang hati.
Dalam pembelajaran ini guru memberikan penghargaan kepada
peserta didik yang kelompoknya mendapatkan hasil terbaik. Sehingga
peserta didik merasa termotivasi untuk belajar lebih giat agar hasil belajar
menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan dalam buku Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar bahwa kegiatan belajar itu akan berhasil
baik, apabila disertai dengan “pujian”. Aspek “pujian” ini merupakan
dorongan bagi seseorang untuk bekerja dan belajar dengan giat. Apabila
74 Linda Campbell, dkk, Metode Praktis Pembelajaran, (Jakarta: Intuisi Press, 2006), hlm. 92.
hasil pekerjaan atau usaha belajar itu tidak dihiraukan guru atau orang lain
misalnya orang tua, boleh jadi kegiatan anak menjadi berkurang. Dalam
kegiatan belajar mengajar istilahnya perlu dikembangkan unsur
reinforcement.75
Diperkuat pernyataan dalam buku Guru Dan Anak Didik Dalam
Interaksi Edukatif karya Syaiful Bahri Djamarah yaitu respon positif
bertujuan agar tingkah laku yang sudah baik (bekerja, belajar, berprestasi,
dan memberi) itu frekuensinya akan berulang atau bertambah. Pemberian
respon yang demikian dalam proses interaksi edukatif disebut “pemberian
penguatan”, karena hal tersebut akan membantu sekali dalam
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dengan kata lain, perubahan
tingkah laku peserta didik (behavior modification) dapat dilakukan dengan
pemberian penguatan. 76
Dalam permainan destinasi pertanyaan yang diberikan tidak sekedar
pertanyaan yang berhubungan dengan materi pelajaran saja. Tetapi juga
ada pertanyaan seputar peserta didik ketahui tentang teman-teman mereka
dan juga perintah yang harus dilakukan untuk dapat bermain selanjutnya.
Peserta didik merasa senang karena dengan variasi tersebut membuat
peserta didik tidak tegang dan antusias untuk mengikuti pelajaran IPA
Fisika.
Berdasarkan hasil penelitian maka masih terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan untuk perbaikan pada siklus II, yaitu :
a. Pengkondisian kelas agar peserta didik tidak gaduh dan tertib dalam
permainan.
b. Beberapa peserta didik kurang aktif dalam diskusi menyimpulkan data
dan dalam berdiskusi mengerjakan soal.
75 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2007), hlm. 79.
76 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,( Jakarta: PTRineka Cipta, 2000), Cet. 1, hlm. 100.
c. Beberapa peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan dalam
permainan destinasi.
d. Beberapa peserta didik belum dapat menghargai pendapat orang lain
dalam diskusi.
3. Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi pada
siklus II dilaksanakan dalam 2 hari atau 4 kali jam pertemuan yaitu
pada hari senin tanggal 08 November 2010 jam pelajaran mulai pukul
07.00 sampai 08.30 dan pada hari kamis tanggal 11 November 2010
jam pelajaran mulai pukul 11.00 sampai 12.30 dengan sub materi pokok
pemuaian gas dan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar kognitif peserta didik pada siklus I meningkat dan
telah mencapai tuntas belajar secara klasikal yaitu 87,88% sudah
memenuhi indikator keberhasilan dalam penelitian. Sebagai catatan
untuk siklus berikutnya yang perlu ditingkatkan adalah memperbanyak
pertanyaan permainan destinasi yang berhubungan dengan materi
pelajaran.
Ketuntasan belajar pada aspek kognitif meningkat sebesar 6,06%
yaitu dari siklus I sebesar 87,88% meningkat menjadi 93,94% pada
siklus II. Peningkatan hasil belajar kognitif peserta didik menggunakan
model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan
permainan destinasi dapat dilihat pada Grafik 4.2
020406080
100
Nila
i Kog
nitif
Kategori
Siklus ISiklus II
Grafik 4.2 Grafik Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik Siklus I dan
Siklus II
Grafik 4.2 menunjukkan rata-rata kelas mengalami kenaikan 8,18
dari siklus I sebesar 60,00 ke siklus II sebesar 68,18 hal ini karena
peserta didik sudah terbiasa dengan pelaksanaan pembelajaran dan
pemahaman materi pada siklus I sehingga pada materi siklus II peserta
didik sudah dapat mengikuti pembelajaran dengan asyik dan
menyenangkan. Peserta didik mengalami peningkatan pemahaman
pada materi pokok pemuaian dengan sub materi pokok pemuaian
dalam kehidupan sehari-hari.
Ketuntasan belajar aspek afektif pada siklus II meningkat sebesar
3,03%, siklus I sebesar 96,97% dan siklus II sebesar 100%. Pada siklus
I sebesar 79,73 dan siklus II sebesar 90,34. Peningkatan hasil belajar
afektif peserta didik dapat dilihat pada Grafik 4.3
0
20
40
60
80
100
A B C D
Pers
enta
se
Kategori
Siklus ISiklus II
Keterangan:
A. Kehadiran tepat waktu
B. Perhatian mengikuti pelajaran
C. Menghargai pendapat orang lain
D. Membawa buku pelajaran
Grafik 4.3 Grafik Hasil Belajar Afektif Siklus I dan Siklus II
Grafik 4.3 menunjukkan peserta didik yang dapat mengikuti
pelajaran tepat waktu meningkat dari 89,39% menjadi 98%, peserta
didik yang mengikuti dan memperhatikan pelajaran dengan baik
meningkat dari 71,97% menjadi 90%, peserta didik yang dapat
menghargai pendapat temannya dengan baik meningkat dari 66,67%
menjadi 75%, peserta didik yang rajin membawa buku pelajaran
meningkat dari 90,91% menjadi 98%.
Hasil belajar afektif meningkat pada siklus II disebabkan karena
peserta didik sudah terbiasa melakukan diskusi dengan kelompok yang
anggotanya heterogen, para peserta didik putri sudah tidak malu
apabila disuruh duduk berdampingan dengan anggota kelompoknya
yang putra. Sehingga guru sudah tidak perlu membimbing dan
mengarahkan peserta didik. Peserta didik juga terbiasa mendapati
perbedaan pendapat dari teman-teman dalam kelompok. Jika pada
siklus I peserta didik melaksanakan diskusi untuk menyimpulkan data
dengan sedikit gaduh, pada siklus II peserta didik melakukan diskusi
dengan tenang dan merasa nyaman. Peserta didik yang merasa berbeda
pendapat sudah berani mengutarakan pendapat dan alasan mereka
dengan baik sehingga suasana pembelajaran lebih aktif dan melibatkan
semua peserta didik. Peserta didik melakukan pembelajaran melalui
permainan dengan tertib dan tidak gaduh seperti pada siklus I.
Kebanyakan peserta didik dapat menjawab soal permainan karena
peserta didik mempersiapkan materi dengan matang di rumah.
Pembelajaran menggunakan model pembelajaran Teams Games
Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi memberikan
kemudahan kepada guru untuk mengamati jalannya permainan.
Sehingga guru dapat mengamati peserta didik melalui permainan.
Setiap peserta didik bermain secara bergantian dan berurutan sehingga
guru lebih jelas memperhatikan peserta didik.
Ketuntasan belajar aspek psikomotorik pada siklus II tercapai dan
meningkat sebesar 6,06%, yaitu dari 93,94% pada siklus I menjadi
100% pada siklus II. Peningkatan hasil belajar psikomotorik peserta
didik dapat dilihat pada Grafik 4.4
0
50
100
Pers
enta
se(%
) A B C D
Kategori
Siklus ISiklus II
Keterangan:A. Kemampuan dalam menyimpulkan data hasil kegiatanB. Ketaatan terhadap peraturan permainanC. Kecepatan menjawab pertanyaanD. Keaktifan dalam menyelesaikan soal
Grafik 4.4 Grafik Hasil Belajar Psikomotorik Peserta DidikSiklus I dan Siklus II
Grafik 4.4 menunjukkan peserta didik menyimpulkan data hasil
kegiatan dengan baik dari 66,67% menjadi 76,52%, peserta didik yang
taat terhadap peraturan permainan dari 71,21% menjadi 91,67%,
peserta didik yang dapat dengan cepat menjawab pertanyaan dari
67,42% menjadi 93,94%, peserta didik yang aktif dalam menyelesaikan soal
pertanyaan dari 71,21% menjadi 93,94%.
Hasil belajar psikomotorik meningkat karena peserta didik ingin
memperbaiki pembelajaran pada siklus I yang masih rendah. Secara
umum siklus II ini mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena
kesungguhan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran dengan
model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan
permainan destinasi. Peserta didik yang belum tuntas berusaha untuk
mengikuti pembelajaran dengan lebih baik agar hasil belajar peserta
didik meningkat. Peserta didik mulai berani bertanya pada penjelasan
materi yang disampaikan oleh guru dan peneliti. Pada turnamen
permainan destinasi berjalan lancar terutama pada turnamen permainan
destinasi sudah teratur, hal ini disebabkan peserta didik sudah cukup
tertib dalam melakukan permainan. Kegiatan tetap diawali dengan
penjelasan peraturan turnamen permainan destinasi sehingga peserta
didik semakin memahami peraturan permainan yang menjadikan
peserta didik mengalami peningkatan dalam aspek psikomotorik dari
siklus I. Keaktifan dalam menyelesaikan soal dan kecepatan peserta
didik dalam menjawab soal turnamen dalam permainan menunjukkan
adanya kesiapan peserta didik dalam menghadapi pembelajaran.
Kesiapan peserta didik tersebut ditunjukkan dengan adanya
peningkatan pada setiap aspek. Hal ini karena peserta didik telah
mempersiapkan materi dengan matang. Kerjasama kelompok di antara
mereka semakin erat dan peserta didik semakin aktif dalam
berpendapat serta menjawab soal.
BAB V
SIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya
dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan
permainan destinasi untuk meningkatkan hasil belajar fisika materi pokok
pemuaian pada peserta didik kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong
Jepara semester gasal tahun ajaran 2010/2011 dilakukan dengan cara
menyampaikan bahan ajar berupa penjelasan dan contoh soal dengan
metode ceramah dan diskusi, membentuk kelompok yang beranggotakan 4
peserta didik, melaksanakan permainan destinasi dalam turnamen dengan
cara mengocok dadu dan menjalankan biji pada papan destinasi sesuai
nomor urut turnamen, memberikan pujian atau unsur reinforcement pada
kelompok yang memperoleh nilai tertinggi, dan memberikan tes yang
sesuai dengan kompetensi yang ditentukan untuk mengukur kemampuan
peserta didik.
2. Penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan
Permainan Destinasi dapat meningkatkan hasil belajar fisika materi pokok
pemuaian pada peserta didik kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong
Jepara semester gasal tahun ajaran 2010/2011. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya peningkatan-peningkatan peserta didik.
a. Adapun peningkatan hasil belajar fisika rata-rata peserta didik pada
materi pokok pemuaian adalah sebagai berikut:
Nilai awal Siklus I Siklus II
57,79 60,00 68,18
b. Adapun peningkatan hasil pengamatan aspek kognitif, aspek afektif,
dan aspek psikomotorik peserta didik adalah sebagai berikut:
Aspek yang diamati Siklus I (%) Siklus II (%)
Kognitif 87,88 93,94
Afektif 96,97 100
Psikomotorik 93,94 100
B. Saran
Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, dengan mendasarkan pada
penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan, maka peneliti ingin
memberikan saran yang dapat menjadi bahan masukan antara lain sebagai
berikut:
1. Model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dengan permainan
destinasi diharapkan dapat diterapkan oleh guru sebagai model
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi
pokok yang lain.
2. Guru atau peneliti yang ingin menerapkan model pembelajaran Teams
Games Tournaments (TGT) dengan permainan destinasi hendaknya
mempersiapkan materi yang akan disampaikan dengan memperhatikan
RPP, memperhatikan pembagian kelompok, mengurangi jumlah
pertanyaan yang tidak berkaitan dengan materi serta memperhatikan
pengkondisian kelas dengan baik sehingga hasil belajar peserta didik yang
dicapai dapat maksimal.
C. Penutup
Syukur Alhamdulillah dengan rahmat dan hidayah Allah SWT penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari dalam penulisan dan
pembahasan skripsi ini masih banyak kekurangan. Hal ini disebabkan
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Karenanya
penulis mengharapkan kritik dan saran untuk sempurnanya skripsi ini.
Akhirnya penulis memanjatkan doa kepada Allah SWT, semoga
penelitian yang telah dilakukan dapat bermanfaat dan mendapat ridlo-Nya.
Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PTRineka Cipta, 1999.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PTBumi Aksara, 2006.
, Dasar - dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi Cet 7, Jakarta: BumiAksara, 2007.
Arikunto, Suharsimi, et. al., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT. BumiAksara, 2008, Cet. 3.
Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003,Cet. 5.
Bahri Djamarah, Syaiful dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Cet 3.Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006.
Bahri Djamarah, Syaiful, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000.
Baiquni, Achmad, Al Quran dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, Jakarta: DanaBakti Prima Yasa, 1996, Cet. 1.
Bueche, Schaum Series Frederick, Theory And Problems Of Physics, Jakarta:Erlangga, 1996, Cet. 4.
Campbel, Linda, dkk, Metode Praktis Pembelajaran, Jakarta: Intuisi Press, 2006.
Dalyono, M, Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2009, Cet. 5.
Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, Bandung: Diponegoro,2000.
Dokumen MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara, tahun ajaran 2010-2011.
Etsa, Indra Irawan dan Sunardi, Pelajaran IPA Fisika SMP/MTs Kelas VII,Bandung: CV Yrama Widya, 2007, Cet 1.
Giancoli, Douglas C, Fisika Jilid I, Jakarta:Erlangga, 2001, Cet. 5.
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Ishaq, Mohamad, Fisika Dasar, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007, Cet 1.
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai PengembanganProfesi Guru, Jakarta: PT Rajawali Pers, 2010, Cet. 5.
,Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Jakarta:Rajawali Pers, 2009.
Mahmud, Psikologi Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010, Cet. 1.
Muhammad, Hasbi ash-Shiddieqy Teungku, Tafsir Al Quranul Majid An-Nuur,
Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2000, Cet. 2.
Mulyasa, E, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2009.
, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, danImplementasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
Nasirudin, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,Semarang: Tarbiyah Press, 2008, Cet. 4.
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, Cet. 1.
Sanjaya, Wina, Penelitian Tindakan Kelas, Cet 2, Jakarta: Kencana, 2010.
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2007.
Shadily, Hassan, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT Gramedia, 2003.
S Sadiman, Arif, dkk, Media Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2003, Cet. 7.
Shihab, M Quraish, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran JuzAmma, Jakarta: Lentera Hati, 2002, Vol. 15.
Slavin, Robert E., Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Bandung: NusaMedia, 2008, Cet 1.
Slavin, Robert E, Cooperative Learning:Theory, Research, and Practice, UnitedStates of America: Conggress Cataloging in Publication Data, 1995.
Soegeng, Dasar-Dasar Penelitian, Semarang:Ikip PGRI Press, 2006.
Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Rineka Cipta, 1990, Cet.3.
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2008.
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar BaruAlgesindo ,1990.
,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT RemajaRosdakarya, 1990), Cet. 1.
Suhadi, “Langkah-Langkah Model Pembelajaran”, 4 Juni 2010,http://suhadinet.wordpress.com/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tgt-aturan-permainan-destinasi.pdf/ html
Suparno, Paul, Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik danMenyenangkan, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2006.
Suprijono, Agus, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2010, Cet. 3.
Suwandi dan Basrowi, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, Bogor: GhaliaIndonesia, 2008, Cet. 1.
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999, Cet. 1.
Syamsudin, Achmad, Modul Penelitian Tindakan Kelas, Semarang: TarbiyahPers, 2008.
Syaodih Sukmadinata, Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2004.
Tipler, Paul A, Fisika, Jakarta: Erlangga, 1998, Cet. 1.
Tim Abdi Guru, IPA Fisika SMP Kelas VII Standar KTSP, Jakarta: Erlangga,2008.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan,dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP), Jakarta: Kencana, 2010, Cet. 2.
Wiriaatmadja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Cet 2, Bandung: PTRemaja Rosdakarya, 2006.
Wena, Made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: PT BumiAksara, 2009, Cet. 3.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa:
Nama : Dika Freida Nurynnysa
Tempat/Tanggal Lahir : Jepara, 04 Juli 1988
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln Raya Tigajuru Welahan
Ds Tigajuru Rt.03 Rw. I Mayong Jepara
Pendidikan :
1. SDN 01 Tigajuru Mayong Jepara, lulus
tahun 2000
2. SMPN 01 Mayong Jepara, lulus tahun 2003
3. SMAN 01 Pecangaan Jepara, lulus tahun
2006
4. IAIN Walisongo Semarang angkatan 2006
Demikian daftar riwayat hidup pendidikan penulis ini dibuat dan harap
menjadikan maklum adanya.
Semarang, 08 Desember 2010
Dika Freida
Nurynnysa
NIM.063611021
Lampiran 1
Daftar Nama Peserta Didik Kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara
Tahun Pelajaran 2010/2011
No Nama Jenis Kelamin
1. A. Abdul Wakhid L
2. Abdul Mustaqim L
3. Abdul Wahap L
4. Aji Nurman Said L
5. Anis Hamdanah P
6. Anisa Haniyah P
7. Dian Utami P
8. Endang Lestari P
9. Farid Ridwan L
10. Fiki Khusnia P
11. Iin Safitri P
12. Ika Ayu Zuliya Astuti P
13. Imam Safi’i L
14. Janatun Nikmah P
15. Lalatus Sa’diyah P
16. Leny Widya Astuti P
17. Lia Novita P
18. M. Khoirun Ni’am L
19. M. Nurudh Dhulam F L
20. Muh. Rifa’i L
21. Muhammad Samsudin L
22. Muhammad Thohiron L
23. Mukhlisin L
24. Muzarotul Fitriyah P
25. Nihayatul Istiqomah P
26. Niswatul Umah P
27. Noor Riza Maftiyanah P
28. Puji Astutik P
29. Qisti Lizara Firdaus L
30. Sahrul Fuat L
31. Tuba Laili Nikmah P
32. Wahyu Kurniawan L
33. Zukita Amalia P
34. Siti Aisyah P
Keterangan: Nama peserta didik yang berwarna biru keluar dari Sekolah
Lampiran 2
Daftar Nilai Mid Peserta Didik Kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara
Tahun Pelajaran 2010/2011 Untuk Membagi Kelompok
No Nama Nilai Keterangan
1. A. Abdul Wakhid 61 Tuntas
2. Abdul Mustaqim 50 Tidak tuntas
3. Abdul Wahap 67 Tuntas
4. Aji Nurman Said 71 Tuntas
5. Anis Hamdanah 87 Tuntas
6. Anisa Haniyah 87 Tuntas
7. Dian Utami 81 Tuntas
8. Endang Lestari 67 Tuntas
9. Farid Ridwan 67 Tuntas
10. Fiki Khusnia 85 Tuntas
11. Iin Safitri 81 Tuntas
12. Ika Ayu Zuliya Astuti 85 Tuntas
13. Imam Safi’i 65 Tuntas
14. Janatun Nikmah 81 Tuntas
15. Lalatus Sa’diyah 80 Tuntas
16. Leny Widya Astuti 75 Tuntas
17. Lia Novita 83 Tuntas
18. M. Khoirun Ni’am 65 Tuntas
19. M. Nurudh Dhulam F 71 Tuntas
20. Muh. Rifa’i 50 Tidak tuntas
21. Muhammad Samsudin 65 Tuntas
22. Muhammad Thohiron 73 Tuntas
23. Mukhlisin - Tidak tuntas
24. Muzarotul Fitriyah 77 Tuntas
25. Nihayatul Istiqomah 77 Tuntas
26. Niswatul Umah 31 Tidak tuntas
27. Noor Riza Maftiyanah 81 Tuntas
28. Puji Astutik 81 Tuntas
29. Qisti Lizara Firdaus 65 Tuntas
30. Sahrul Fuat 77 Tuntas
31. Tuba Laili Nikmah 81 Tuntas
32. Wahyu Kurniawan 60 Tuntas
33. Zukita Amalia 77 Tuntas
34. Siti Aisyah 61 Tuntas
a. Jumlah 2365
b. Rata-rata 71,67
Ketuntasan Belajar
1. Jumlah siswa seluruhnya …………………………………………= 34 Siswa2. Jumlah siswa yang telah tuntas belajar …………………………. = 30 Siswa3. Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar …………………………. = 4 Siswa4. Prosentase jumlah siswa yang tuntas belajar …………………….. = 88 %
Lampiran 3
DAFTAR KELOMPOK
Kelompok 1
1. Anis Hamdanah
2. Janatun Nikmah
3. Abdul Wahap
4. A. Abdul Wakhid
Kelompok 2
1. Anisa Haniyah
2. Lalatus Sa’diyah
3. Aji Nurman Said
4. Abdul Mustaqim
Kelompok 3
1. Dian Utami
2. Muzarotul Fitriyah
3. Endang Lestari
4. Imam Safi’i
Kelompok 4
1. Fiki Khusnia
2. Nihayatul Istiqomah
3. Farid Ridwan
4. M. Khoirun Ni’am
5. Siti Aisyah
Kelompok 5
1. Iin Safitri
2. Puji Astutik
3. M. Nurudh Dhulam F
4. Muh. Rifa’i
Kelompok 6
1. Ika Ayu Zuliya Astuti
2. Sahrul Fuat
3. Leny Widya Astuti
4. Muhammad Samsudin
Kelompok 7
1. Lia Novita
2. Tuba Laili Nikmah
3. Muhammad Thohiron
4. Niswatul Umah
Kelompok 8
1. Noor Riza Maftiyanah
2. Zukita Amalia
3. Qisti Lizara Firdaus
4. Wahyu Kurniawan
Lampiran 4
Daftar Nilai Peserta Didik kelas VII A MTs Sabilul Ulum Mayong Jepara
Tahun Pelajaran 2009/2010
Mata Pelajaran : IPA Materi Pokok : Pemuaian
Kelas : VII A KKM : 6,00
Semester : Gasal
No Nama Jumlah Skor Keterangan
1. A Nasrulloh 7,0 Tuntas
2. Abdullah Husein 6,0 Tuntas
3. Afif Kis Fahrudin - -
4. Agus Purnomo 6,0 Tuntas
5. Agus Waluyo 5,5 Tidak Tuntas
6. Ahmad Shihab 6,0 Tuntas
7. Ainun Nikmah 6,0 Tuntas
8. Arum Widiyati 5,5 Tidak Tuntas
9. Asri Retno Handayani 6,5 Tuntas
10. Aulia Tafana Dewi 6,0 Tuntas
11. Eka Yuniarti 5,5 Tidak Tuntas
12. Endah Budiarti 5,5 Tidak Tuntas
13. Fatimaz Zahro 4,0 Tidak Tuntas
14. Fattah Turmudzi 5,5 Tidak Tuntas
15. Ferri Nurul Arifin 7,0 Tuntas
16. Gita Indah Cahyani 6,5 Tuntas
17. Ika Fatmawati 5,5 Tidak Tuntas
18. Juanto 6,5 Tuntas
19. Kana Iya Sikma 6,5 Tuntas
20. Kholidatun Nimah 5,5 Tidak Tuntas
21. Leni Lutfiana 6,5 Tuntas
22. Lukmanul Khikam 4,5 Tidak Tuntas
23. M Abdul Wahib 5,5 Tidak Tuntas
24. M Ainul Basar 5,5 Tidak Tuntas
25. M Khusain Azhari 6,0 Tuntas
26. M Khusnul Amin 7,5 Tuntas
27. M Madu Ajron - -
28. M Samsul Arif 4,5 Tidak Tuntas
29. M Syaiful Arifin 7,5 Tuntas
30. Masupri Yaten 5,0 Tidak Tuntas
31. Miftakhul Huda 5,5 Tidak Tuntas
32. Muh Muzaqi 5,5 Tidak Tuntas
33. Muhammad Arifin - -
34. Muhammad Muhlisul Hadi 6,5 Tuntas
35. Muhammad Arif Alwan 7,0 Tuntas
36. Nining Kurniati 5,5 Tidak Tuntas
37. Nizar Khilmi 6,5 Tuntas
38. Noor Laila Fitriani 5,5 Tidak Tuntas
39. Nor Kus Sakdiyah 4,5 Tidak Tuntas
40. Rifqi Tri Afifududin 5,0 Tidak Tuntas
41. Rohyatul Ulya 3,5 Tidak Tuntas
42. Septian Dwi Nor Cahyo 4,5 Tidak Tuntas
43. Siti Nafiah 7,0 Tuntas
44. Stifiana Maharani 6,0 Tuntas
45. Tri Haryanti 6,0 Tuntas
46. Wahyu Riswanto 5,0 Tidak Tuntas
a. Jumlah 248,5
b. Rata-rata 57,79
Ketuntasan Belajar
1. Jumlah siswa seluruhnya ………………………………………= 43 Siswa
2. Jumlah siswa yang telah tuntas belajar ………………………..= 22 Siswa
3. Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar ………………………..= 21 Siswa
4. Prosentase jumlah siswa yang tuntas belajar …………………..= 51,16 %
Lampiran 5
SILABUS
Sekolah : MTs Sabilul Ulum
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas : VII
Semester : GasalAlokasi Waktu : 8 x 45 menit
Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya
PenilaianKompetensi Dasar Materi
PokokKegiatan
Pembelajaran Indikator Teknik BentukInstrumen
ContohInstrumen
LokasiWaktu Sumber Belajar
5.1 Melakukanpercobaanyangberkaitandenganpemuaiandalamkehidupansehari-hari.
Pemuaian o Mengamatiprosespemuaian zatpadat, cair dangas.
o Menyelidikiprosespemuaianpada zatpadat, cairdan gas.
tes tertulis pilihan ganda (Soal Gamestournament)AlatMusschenbrock digunakanuntukmenyelidikipemuaianA. GasB. Zat cair
8 jp Sumber:Buku IPA FISIKA SMP/MTs
Etsa Indra Irawan dan Sunardi YramaWidya Kelas VII
Alat:Papan Destinasi dan Kartu Soal
PenilaianKompetensi Dasar Materi
PokokKegiatan
Pembelajaran Indikator Teknik BentukInstrumen
ContohInstrumen
LokasiWaktu Sumber Belajar
o Mengamatiprosespemuaian zatpadat dan zatcair melaluidemonstrasi.
o Menganalisismuai volumberbagai jeniszat cair.
o Membandingkanpemuaian zatcair dan zatpadat
o Mengidentifikasi muaivolumberbagaijenis zat cair.
Observasidan diskusi
tes tertulis
tes tertulis
Lembarobservasidan uraian
Pilihanganda
Pilihanganda
C. Zat padatD. Semua zat
Apa yang akanterjadi padapanah kertastersebut?
Jika kitamemanaskanwadah yangberisi penuhdengan air,ketikamendidih airada yangtumpah. Halinimembuktikanbahwapemuaian…A. zat cair
tidakteratur
B. zat padatlebihbesar darizat cair
C. zat padatteratur,sedangka
PenilaianKompetensi Dasar Materi
PokokKegiatan
Pembelajaran Indikator Teknik BentukInstrumen
ContohInstrumen
LokasiWaktu Sumber Belajar
n zat cairtidakteratur
D. zat cairlebihbesar darizat padat.
Dua kepinglogam yangberbedakoefisienmuainya yangdikelingmenjadi satudisebut…..A. campuranB. senyawaC. bimetalD. alliage
PenilaianKompetensi Dasar Materi
PokokKegiatan
Pembelajaran Indikator Teknik BentukInstrumen
ContohInstrumen
LokasiWaktu Sumber Belajar
o Mengaplikasikan konseppemuaiandalamkehidupansehari-hari.
o Menunjukkan prinsippemuaiandalamteknologimisalnyaBimetal
Mengetahui,Kepala Madrasah
Suharto, S. PdINUPTK. 3855745648200002
Semarang, 12 November 2010Guru Mata Pelajaran
Anis Muawanah, S. ThINUPTK.
4361759660300003
Lampiran 6
Desain Turnamen
Aturan permainan “destinasi” pada model pembelajaran koopertif tipe TGT
1. Setiap anggota tim memperoleh penomoran 1, 2, 3, atau 4 yang ditentukan oleh
guru. Penomoran ini kemudian digunakan untuk menentukan anggota tim
tersebut bermain pada turnamen ke berapa. Misal pada tim Cinderella, salah
satu anggota yang bernama Budiarti diberi nomor 1 oleh guru, ini berarti
Budiarti akan bermain pada turnamen 1, Tanti yang diberi nomor 2, berarti
akan bermain pada turnamen 2, demikian seterusnya.
2. Tim lain juga demikian, diberi penomoran oleh guru, sehingga semua anggota
tim yang memperoleh nomor 1, akan bermain di turnamen 1, yang memperoleh
nomor 2 akan bermain di turnamen 2, dan seterusnya.
3. Ada 4 macam kartu yang akan menjadi destinasi (takdir) bagi tim yang
melempar dadu, berdasarkan mata dadu yang muncul.
Tim mungkin akan mendapat kartu:
a. Merah : berisi pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang harus
dijawab oleh si pelempar dadu (anggota tim yang ikut dalam
turnamen itu). Jika si pelempar dadu ini tidak dapat menjawab,
pertanyaan itu dialihkan ke anggota tim lain yang juga sedang ikut
dalam turnamen itu, sesuai urutan tim.
b. Biru : berisi pertanyaan yang juga berkaitan dengan materi, yang dapat
dijawab dari hasil diskusi bersama oleh seluruh anggota tim. Jika
tim pelempar dadu tidak dapat menjawab atau jawaban salah,
maka pertanyaan itu dialihkan ke tim lain, sesuai urutan tim.
c. Hijau : berisi pertanyaan yang tidak berhubungan dengan materi pelajaran,
tetapi bertujuan menguji anggota tim yang sedang ikut turnamen,
apakah mereka mengetahui hal-hal yang sifatnya pribadi dari
anggota-anggota timnya. Contoh pertanyaan: “Apa hobi teman-
temanmu satu tim?”
d. Kuning : berisi permintaan yang harus dipenuhi oleh anggota tim yang
melempar dadu supaya dapat melempar dadu kembali untuk
memperoleh kartu lainnya. Contoh permintaan: Nyanyikan dulu
lagu kesukaanmu saat ini. Setelah itu kamu boleh melempar
dadunya kembali untuk memperoleh pertanyaan.
10) Waktu yang diberikan untuk menjawab setiap pertanyaan adalah 1,5 menit,
setiap jawaban benar memperoleh poin 10, sedangkan jawaban yang salah tidak
mendapat poin.
11) Permainan dimulai dengan meletakkan “biji” semua tim pada kotak START.
Permainan ini dimulai dengan turnamen 1, setelah 1 kali putaran (setelah semua
anggota tim yang bermain pada turnamen ini memperoleh kesempatan
melempar dadu). Langkah biji kemudian dihitung berdasarkan mata dadu yang
muncul. Biji kemudian sampai langkahnya pada kotak destinasi tertentu dan
akan menunjukkan nomor soal yang harus dijawab berdasarkan nomor kotak
destinasi.
12) Permainan kemudian dilanjutkan ke turnamen berikutnya sampai ke turnamen
4, lalu kembali lagi turnamen 1, untuk memasuki putaran ke-2.
13) Jika suatu ketika biji milik salah satu tim mencapai END dari papan destinasi,
maka penghitungan langkah kembali mulai dari START.
14) Jika suatu ketika biji salah satu tim jatuh di bagian kotak destinasi yang
kartunya telah diambil, maka dadu dilempar kembali sehingga biji jatuh di
kotak destinasi yang masih ada kartunya.
Lampiran 8
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) 1 SIKLUS I
Satuan Pendidikan : MTs SABILUL ULUM
Mata Pelajaran : IPA - FISIKA
Kelas/Semester : VII A/Gasal
Materi Pokok : Pemuaian
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
I. Standar Kompetensi
Memahami wujud zat dan perubahannya
II. Kompetensi Dasar
Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-
hari.
III. Indikator
a) Mengamati proses pemuaian pada zat padat dan zat cair
b) Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi pemuaian zat padat dan zat cair
c) Mengidentifikasi pemuaian berbagai zat padat.
IV. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan kegiatan belajar peserta didik dapat menjelaskan proses
pemuaian pada zat padat, cair serta dapat menunjukkan pemuaian zat padat.
V. Materi Pembelajaran
Pemuaian Zat Padat dan Zat Cair
VI. Metode pembelajaran :
Ø Diskusi kelompok (kooperatif)
Ø Games Tournaments
Ø Permainan Destinasi
VII. Langkah-langkah Pembelajaran :
Kegiatan Langkah Pembelajaran Alokasi
Waktu
Peserta
Didik
Pendahuluan Ø Guru membuka pertemuan dengan
salam, doa (bagi jam pertama) dan
presensi.
Ø Guru mengkondisikan kelas,
menjelaskan tujuan pembelajaran dan
menyampaikan motivasi (Apakah
kalian pernah naik kereta api? Pernah
memperhatikan rel kereta api? Bagi
yang sudah pernah, coba ceritakan
bagaimana rel kereta api, apakah
rapat/terdapat celah-celah pada relnya?
Mengapa rel dibuat demikian?)
3 menit
5 menit
K
K
Inti Ø Guru menyampaikan modul berupa
penjelasan dan contoh soal.
Ø Guru membentuk kelompok dengan
setiap kelompok 4 peserta didik,
secara heterogen.
Ø Guru melakukan demonstrasi dan
peserta didik berdiskusi dengan
kelompok mengumpulkan dan
menganalisa data.
Ø Guru membahas kesimpulan
demonstrasi dan diskusi setelah
peserta didik mengumpulkan hasil
kegiatan.
15 menit
2 menit
25 menit
5 menit
K
G
G
K
Ø Guru menjelaskan peraturan
permainan dengan papan destinasi.
Ø Guru membagi nomor urut peserta
didik
Ø Guru meminta peserta didik yang
mendapat nomor 1 melaksanakan
turnamen pertama untuk memulai
permainan dengan cara mengocok
dadu dan menjalankan biji pada papan
destinasi. Yang mendapat nomor urut
2 melaksanakan turnamen kedua, dan
seterusnya.
Ø Guru mengumumkan tim pemenang
sementara.
Ø Guru membimbing peserta didik untuk
menyimpulkan materi pelajaran.
2 menit
2 menit
25 menit
2 menit
2 menit
K
G
G
G
K
Penutup Ø Guru dan peserta didik berdiskusi
untuk membuat rangkuman kegiatan
tentang pemuaian zat.2 menit K
Keterangan: i = individu; g = group; k = klasikal
VIII. Sumber Pembelajaran
§ Sumber
Buku IPA FISIKA SMP/MTs Kelas VII
Buku Ringkasan dan Bank Soal Sains FISIKA SMP/MTs
Modul IPA – FISIKA
IX. Penilaian :
a) Teknik Penilaian:
Ø Tes kecakapan kognitif, afektif, dan psikomotorik
b) Bentuk Instrumen:
Ø Soal Pilihan Ganda
c) Lembar Penilaian
1. Lembar penilaian aspek kognitif
2. Lembar penilaian aspek afektif
3. Lembar penilaian aspek psikomotorik
Semarang, 12 November 2010
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Anis Muawanah, S. ThI Dika Freida NurynnysaNUPTK. 4361759660300003 NIM:063611021
Kepala Madrasah
Suharto, S. PdINUPTK. 3855745648200002
Lampiran 9
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) 2 SIKLUS I
Satuan Pendidikan : MTs SABILUL ULUM
Mata Pelajaran : IPA - FISIKA
Kelas/Semester : VII A/Gasal
Materi Pokok : Pemuaian
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
I. Standar Kompetensi
Memahami wujud zat dan perubahannya
II. Kompetensi Dasar
Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-
hari.
III. Indikator
a) Mengamati proses pemuaian pada zat padat dan zat cair
b) Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi pemuaian zat padat dan zat cair
c) Mengidentifikasi pemuaian berbagai zat padat.
IV. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan kegiatan belajar peserta didik dapat menjelaskan proses
pemuaian pada zat padat, cair serta dapat menunjukkan pemuaian zat padat.
V. Materi Pembelajaran
Pemuaian Zat Padat dan Zat Cair
VI. Metode Pembelajaran :
Ø Diskusi kelompok (kooperatif)
Ø Games Tournament
Ø Permainan Destinasi
VII. Langkah-langkah Pembelajaran :
Kegiatan Langkah Pembelajaran Alokasi
Waktu
Peserta
Didik
Pendahuluan Ø Guru membuka pertemuan dengan
salam dan presensi.
Ø Guru mengkondisikan kelas,
mengumumkan tim pemenang
sementara dari turnamen pembelajaran
terdahulu dan memberikan sedikit
penjelasan tentang peraturan
permainan dengan papan destinasi.
3 menit
3 menit
K
K
Inti Ø Guru meminta peserta didik untuk
melanjutkan turnamen dan memulai
permainan dengan cara mengocok
dadu dan menjalankan biji pada papan
destinasi.
Ø Guru dan peserta didik mendiskusikan
jawaban soal-soal turnamen.
Ø Guru mengumumkan tim pemenang
turnamen pertama.
Ø Guru memberikan penghargaan
kepada kelompok yang mendapat skor
tertinggi dengan memberikan “pujian”
dan memandu peserta didik untuk
bertepuk tangan kepada tim pemenang
turnamen pertama.
35 menit
20 menit
3 menit
3 menit
K
K
K
K
Ø Guru membimbing peserta didik untuk
menyimpulkan materi pelajaran.5 menit
G
Penutup Ø Guru dan peserta didik berdiskusi
untuk membuat rangkuman kegiatan
tentang pemuaian.
Ø Guru memberikan tes yang sesuai
dengan kompetensi yang ditentukan.
3 menit
15 menit
K
K
Keterangan: i = individu; g = group; k = klasikal
VIII. Sumber Pembelajaran
§ Sumber
Buku IPA FISIKA SMP/MTs Kelas VII
Buku Ringkasan dan Bank Soal Sains FISIKA SMP/MTs
Buku referensi yang relevan
Modul IPA – FISIKA
IX. Penilaian :
a) Teknik Penilaian:
Ø Tes kecakapan kognitif, afektif, dan psikomotorik
b) Bentuk Instrumen:
Ø Soal Pilihan Ganda
c) Lembar Penilaian
4. Lembar penilaian aspek kognitif
5. Lembar penilaian aspek afektif
6. Lembar penilaian aspek psikomotorik
Semarang, 12 November 2010
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Anis Muawanah, S. ThI Dika Freida Nurynnysa
NUPTK. 4361759660300003 NIM:063611021
Kepala Madrasah
Suharto, S. PdINUPTK. 3855745648200002
Lampiran 10
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) 1 SIKLUS II
Satuan Pendidikan : MTs SABILUL ULUM
Mata Pelajaran : IPA – FISIKA
Kelas/Semester : VII A/Gasal
Materi Pokok : Pemuaian
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
I. Standar Kompetensi
Memahami wujud zat dan perubahannya
II. Kompetensi Dasar
Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-
hari.
III. Indikator
a) Mengidentifikasi pemuaian zat cair
b) Mengamati proses pemuaian pada gas
c) Mengetahui pemuaian pada gas dan faktor yang mempengaruhi
d) Mengaplikasikan konsep pemuaian dalam kehidupan sehari-hari.
IV. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan kegiatan belajar peserta didik dapat menjelaskan proses
pemuaian pada zat cair dan gas serta dapat mengaplikasikan konsep pemuaian
dalam kehidupan sehari-hari.
V. Materi Pembelajaran
Pemuaian Zat Cair dan Gas
VI. Metode pembelajaran :
Ø Diskusi kelompok (kooperatif)
Ø Games Tournament
Ø Permainan Destinasi
VII. Langkah-langkah Pembelajaran :
Kegiatan Langkah Pembelajaran Alokasi
Waktu
Peserta
Didik
Pendahuluan Ø Guru membuka pertemuan dengan
salam, doa (bagi jam pertama) dan
presensi
Ø Guru mengkondisikan kelas, tujuan
pembelajaran dan menyampaikan
motivasi (apakah kalian pernah
memasak air? Air yang kita masak
dalam panci lama-kelamaan tumpah,
pernahkah kalian mendapati kejadian
seperti ini? Mengapa demikian?
3 menit
5 menit
K
K
Inti Ø Guru menyampaikan bahan ajar atau
LKS berupa penjelasan dan contoh
soal.
Ø Guru membentuk kelompok dengan
setiap kelompok 4 peserta didik,
secara heterogen.
Ø Guru membagi nomor urut peserta
didik
Ø Guru menjelaskan peraturan
permainan dengan papan destinasi
Ø Guru meminta peserta didik yang
mendapat nomor 1 melaksanakan
turnamen pertama untuk memulai
25 menit
3 menit
3 menit
3 menit
40 menit
K
K
K
K
G
permainan dengan cara mengocok
dadu dan menjalankan biji pada
papan destinasi. Yang mendapat
nomor urut 2 melaksanakan turnamen
kedua, dan seterusnya.
Ø Guru mengumumkan tim pemenang
sementara.
3 menit G
Penutup Ø Guru dan peserta didik berdiskusi
untuk membuat rangkuman kegiatan
tentang pemuaian zat.
5 menit K
Keterangan: i = individu; g = group; k = klasikal
VIII. Sumber Pembelajaran
§ Sumber
Buku IPA FISIKA SMP/MTs Kelas VII
Buku Ringkasan dan Bank Soal Sains FISIKA SMP/MTs
Buku referensi yang relevan
Modul IPA – FISIKA
IX. Penilaian :
a) Teknik Penilaian:
Ø Tes kecakapan kognitif, afektif, dan psikomotorik
b) Bentuk Instrumen:
Ø Soal Pilihan Ganda
c) Lembar Penilaian
7. Lembar penilaian aspek kognitif
8. Lembar penilaian aspek afektif
9. Lembar penilaian aspek psikomotorik
Semarang, 12 November 2010
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Anis Muawanah, S. ThI Dika Freida Nurynnysa
NUPTK. 4361759660300003 NIM: 063611021
Kepala Madrasah
Suharto, S. PdI
NUPTK. 3855745648200002
Lampiran 11
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) 2 SIKLUS II
Satuan Pendidikan : MTs SABILUL ULUM
Mata Pelajaran : IPA – FISIKA
Kelas/Semester : VII A/Gasal
Materi Pokok : Pemuaian
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
I. Standar Kompetensi
Memahami wujud zat dan perubahannya
II. Kompetensi Dasar
Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-
hari.
III. Indikator
a) Mengidentifikasi pemuaian zat cair
b) Mengamati proses pemuaian pada gas
c) Mengetahui pemuaian pada gas dan faktor yang mempengaruhi
d) Mengaplikasikan konsep pemuaian dalam kehidupan sehari-hari.
IV. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan kegiatan belajar peserta didik dapat menjelaskan proses
pemuaian pada zat cair dan gas serta dapat mengaplikasikan konsep pemuaian
dalam kehidupan sehari-hari.
V. Materi Pembelajaran
Pemuaian Zat Cair dan Gas
VI. Metode pembelajaran :
Ø Diskusi kelompok (kooperatif)
Ø Games Tournament
Ø Permainan Destinasi
VII. Langkah-langkah Pembelajaran :
Kegiatan Langkah Pembelajaran Alokasi
Waktu
Peserta
Didik
Pendahuluan Ø Guru membuka pertemuan dengan
salam, doa (bagi jam pertama) dan
presensi
Ø Guru mengkondisikan kelas,
mengumumkan tim pemenang
sementara dari turnamen
pembelajaran terdahulu dan
memberikan penjelasan ulang tentang
peraturan permainan dengan papan
destinasi.
3 menit
5 menit
K
K
Inti Ø Guru meminta peserta didik untuk
melanjutkan turnamen dan memulai
permainan dengan cara mengocok
dadu dan menjalankan biji pada
papan destinasi.
Ø Guru dan peserta didik
mendiskusikan jawaban soal-soal
turnamen.
Ø Guru mengumumkan tim pemenang
turnamen pertama.
Ø Guru memberikan penghargaan
kepada kelompok yang mendapat
20 menit
35 menit
3 menit
3 menit
K
K
K
G
skor tertinggi dengan memberikan
“pujian” dan memandu peserta didik
untuk bertepuk tangan kepada tim
pemenang turnamen pertama.
Ø Guru membimbing peserta didik
untuk menyimpulkan materi
pelajaran.
3 menit K
Penutup Ø Guru dan peserta didik berdiskusi
untuk membuat rangkuman kegiatan
tentang pemuaian zat.
Ø Guru memberikan tes yang sesuai
dengan kompetensi yang ditentukan.
3 menit
15 menit
K
K
Keterangan: i = individu; g = group; k = klasikal
VIII. Sumber Pembelajaran
§ Sumber
Buku IPA FISIKA SMP/MTs Kelas VII
Buku Ringkasan dan Bank Soal Sains FISIKA SMP/MTs
Buku referensi yang relevan
Modul IPA – FISIKA
IX. Penilaian :
a) Teknik Penilaian:
Ø Tes kecakapan kognitif, afektif, dan psikomotorik
b) Bentuk Instrumen:
Ø Soal Pilihan Ganda
c) Lembar Penilaian
10. Lembar penilaian aspek kognitif
11. Lembar penilaian aspek afektif
12. Lembar penilaian aspek psikomotorik
Semarang, 12 November 2010
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Anis Muawanah, S. ThI Dika Freida Nurynnysa
NUPTK. 4361759660300003 NIM: 063611021
Kepala Madrasah
Suharto, S. PdI
NUPTK. 3855745648200002
Lampiran 12
MODUL
PEMUAIAN
Guru Pamong : Anis Muawanah SThI
Oleh :
Dika Freida Nurynnysa
Nama :
No. Absen :
Kelas :
MTs Sabilul Ulum MayongJl. Welahan No. 30 Mayong Jepara Telp ( 0291) 4256 491
Modul Peserta Didik
PEMUAIAN
A. Standar Kompetensi
3. Memahami wujud zat dan perubahannya
B. Kompetensi Dasar
3.3 Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan
sehari-hari
C. Indikator
1. Menyelidiki proses pemuaian pada zat padat, cair dan gas.
2. Merencanakan percobaan sederhana untuk menunjukkan pemuaian zat cair dan
zat padat.
3. Mengidentifikasi muai volum berbagai jenis zat cair.
4. Menunjukkan prinsip pemuaian dalam teknologi misalnya Bimetal
D. Uraian Materi
1. Pengertian Pemuaian
Apabila kalian perhatikan rel kereta api, pada tiap-tiap sambungannya
terdapat celah. Mengapa demikian?
Gambar 1.1 Celah rel kereta api
Hal tersebut dilakukan supaya ketika suhu rel naik, karena terkena terik
sinar matahari, rel dapat memuai tanpa menyebabkan terjadinya pembengkokan,
karena apabila rel bengkok dapat menyebabkan kereta api yang melintasinya
keluar jalur atau terbalik sehingga terjadi kecelakaan.
Sebagian besar zat akan memuai bila dipanaskan dan menyusut ketika
didinginkan. Bila suatu zat dipanaskan (suhunya dinaikkan) maka partikel-
partikel tersebut akan bergerak semakin cepat dan jarak antar partikelnya
semakin besar, sehingga menyebabkan benda itu memuai.
Pemuaian adalah proses yang memperbesar ukuran zat/benda yang
massanya tetap. Pemuaian dapat terjadi pada zat padat, cair, dan gas.
2. Pemuaian Zat Padat
Zat padat pada umumnya memuai bila dipanaskan. Pemuaian berbagai
macam zat padat diselidiki dengan menggunakan alat yang disebut
Musschenbroek. Beberapa batang logam yang sama panjangnya dipanaskan di
atas dua buah penumpu.
Pada ujung-ujung batang itu dipasang baut-baut, pada ujung yang lainnya
masing-masing menekan pengungkit sebuah jarum penunjuk yang dapat berputar
pada sumbunya. Bila batang memuai maka ujungnya menekan pengungkit
penunjuk, akibatnya jarum akan berputar. Besar kecilnya putaran itu
menunjukkan besar kecilnya pemuaian batang.
Gambar 1.2 Alat Musschenbroek
Proses pemuaian zat padat dapat kamu lihat ketika kamu membakar batang
logam. Batang logam yang kamu panaskan ternyata bertambah panjang. Mengapa
demikian? Ketika dipanaskan, partikel-partikel zat bergetar dengan cepat dan
menggetarkan partikel-partikel di dekatnya. Hal tersebut mengakibatkan jarak
antar partikel menjadi renggang dan zat padat itu menjadi bertambah panjang.
Dalam hal ini, zat padat itu dikatakan mengalami pemuaian panjang.
Coba kamu amati bingkai kaca jendela di ruang kelasmu! Adakah bingkai
jendela yang melengkung? Tahukah kamu apa sebabnya? Bingkai jendela
tersebut melengkung tidak lain karena mengalami pemuaian. Pemuaian yang
terjadi pada benda, sebenarnya terjadi pada seluruh bagian benda tersebut.
Namun demikian, untuk mempermudah pemahaman maka pemuaian dibedakan
tiga macam, yaitu pemuaian panjang, pemuaian luas, dan pemuaian volume.
a. Pemuaian Panjang
Pernahkah kamu mengamati kabel jaringan listrik pada pagi hari dan
siang hari? Kabel jaringan akan tampak kencang pada pagi hari dan tampak
kendor pada siang hari. Kabel tersebut mengalami pemuaian panjang akibat
terkena panas sinar matahari. Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi
oleh panjang mula-mula benda, besar kenaikan suhu, dan tergantung dari
jenis benda.
Besarnya panjang logam setelah dipanaskan adalah sebesar
L = Lo + L
Keterangan:
L = Panjang akhir (m)
L ο = Panjang mula-mula (m)
L = Pertambahan panjang (m)
Besarnya panjang zat padat untuk setiap kenaikan 1ºC pada zat
sepanjang 1 m disebut koefisien muai panjang ( ). Hubungan antara panjang
benda, suhu, dan koefisien muai panjang dinyatakan dengan persamaan
TLL ∆=∆ οα.
L = Lo(1+ T)
Keterangan:
L = Panjang akhir (m)
L ο = Panjang mula-mula (m)
L = Pertambahan panjang (m)
= Koefisien muai panjang (/ºC)
T = kenaikan suhu (ºC)
Tabel 1.1 Koefisien Muai Panjang Benda
Contoh 1. 1
1. Suatu batang logam terbuat dari besi yang panjangnya 2 m dipanaskan
hingga suhunya naik 20 ºC. Berapakah pertambahan panjang batang besi
tersebut? Diketahui koefisien muai panjang besi 1,2 x 10-5 / ºC.
Penyelesaian:
Diketahui: Lo = 2 m
T = 20 ºC
α = 1,2 x 10-5/ ºC
Ditanyakan : L = ?
Jawab :
TLL∆×
=ο
αα
maka TLL ∆××=∆ οα
L∆ = 1,2 x 10-5/ ºC x 2 m x 20 ºC
= 48 x 10-5 m
= 4,8 x 10-4 m
Jadi pertambahan panjang batang besi bila suhunya dinaikkan sebesar 20 ºC
adalah 4,8 x 10-4 m.
Pemuaian Panjang pada Zat Padat
Tujuan : Menyelidiki pemuaian pada zat padat
Alat dan Bahan:
1. Dua buah botol yang ukurannya sama
2. Jarum rajut
3. Jarum jahit
4. Lilin
5. Korek api
6. Kertas
7. Sumbat botol gabus
Kegiatan 1.1
Langkah kerja :
1. Tusukkan sebuah jarum rajut panjang pada sumbat botol dari gabus yang
terpasang pada mulut botol.
2. Tahan ujung jarum yang satu lagi oleh botol lain yang sama ukurannya,
namun tidak tersumbat.
3. Buatlah panah dari kertas, lalu tusuk tengah-tengahnya dengan jarum jahit,
kemudian rekatlah dengan lem.
4. Letakkan jarum jahit menyilang di atas mulut botol di bawah jarum rajut.
5. Nyalakan lilin dengan korek api, kemudian letakkan di antara kedua botol,
sehingga nyala apinya tepat menyentuh tengah-tengah jarum rajut.
6. Perhatikan panah kertas tadi.
Diskusi
Apa yang akan terjadi pada panah kertas tersebut? Mengapa?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
b. Pemuaian Luas
Pemuaian luas dapat diselidiki pada zat padat dengan bentuk
lempengan atau keping tipis, misalnya kaca jendela. Supaya kaca jendela
tidak pecah pada saat memuai, maka dibuat celah kosong antara kaca dan
bingkainya.
Jika yang dipanaskan adalah suatu lempeng atau plat tipis maka plat
tersebut akan mengalami pemuaian pada panjang dan lebarnya. Dengan
demikian lempeng akan mengalami pemuaian luas atau pemuaian bidang.
Pertambahan luas zat padat untuk setiap kenaikan 1ºC pada zat seluas 1
m2 disebut koefisien muai luas ( ). Hubungan antara luas benda,
pertambahan luas suhu, dan koefisien muai luas suatu zat adalah:
TAA ∆=∆ οβ
Keterangan:
A = Luas akhir (m2)
A = Pertambahan luas (m2)
A ο = Luas mula-mula (m2)
β = Koefisien muai luas zat (/º C)
T = Kenaikan suhu (ºC)
Besarnya dapat dinyatakan dalam persamaan berikut
Contoh 1.2
1. Sebuah kaca jendela memiliki panjang 1,5 m dan lebar 1 m, jika suhunya
naik dari 25 ºC menjadi 35 ºC. Hitung pertambahan luas kaca tersebut
jika koefisien muai kaca 0,9 x 10-5 ºC!
Penyelesaian:
Diketahui : p = 1,5 m
L = 1 m
To = 25 ºC
T 1 = 35 ºC
α = 0,9 x 10-5/ ºC
β = 2α = 1,8 x 10-5/ ºC
Ditanyakan : ∆ A= …?
Jawab : A = p x L
= 1,5 m x 1 m
= 1,5 m2
β =)( 1 oo TTA
A−×
∆ maka A∆ = β x Ao x ( )( 1 oTT −
A∆ = 1,8 x 10-5/ ºC x 1,5 m2 x (35 ºC-25 ºC)
= 2,7 x 10-4 m2
= 2,7 cm2
Jadi, pertambahan luas kaca itu adalah 2,7 cm2
c. Pemuaian Volume
Sebuah benda padat mengalami pemuaian volume. Artinya, benda
padat tersebut mengalami pemuaian yang menyebabkan benda memanjang,
melebar, dan meninggi.
Koefisien muai volume dinyatakan dengan (baca: gamma)
didefinisikan sebagai perbandingan pertambahan volum terhadap volum awal
benda per satuan kenaikan suhu.
Jika suatu balok mula-mula memiliki panjang Po, lebar Lo, dan tinggi ho
dipanaskan hingga suhunya bertambah t, maka berdasarkan pada pemikiran
muai panjang dan luas diperoleh harga volume balok tersebut sebesar
TVV ∆=∆ ογ
dimana
= 3 α
Keterangan:
V = Volume akhir (m3)
Vo = Volume mula-mula (m3)
V = Pertambahan volume (m3)
= Koefisien muai volume (/ºC)
T = Kenaikan suhu (ºC)
Contoh 1.3
1. Sebuah kubus kuningan pejal yang panjang rusuknya 2 m, suhunya
dinaikkan dari 20 ºC sampai 50 ºC. Hitunglah volume kubus pada suhu
50 ºC dan pertambahan volumenya! (α kuningan = 1,9 x 10-5/ ºC)
Penyelesaian:
Diketahui : r = 2 m
To = 20 ºC
1T = 50 ºC
α = 1,9 x 10-5/ ºC
Ditanyakan: 1V = ……dan V∆ = …?
Jawab: Vo = r x r x r
= 2 m x 2 m x 2 m
= 8 m3
γ =)( 1
1
oo
o
TTVVV−×
−
1V = γ x Vo x )( 1 oTT − +Vo
= 3 α x Vo x )( 1 oTT − + Vo
= 3 x 1,9 x 10-5/ ºC x 8 m3 x (50 ºC-20 ºC) + 8 m3
= 1 368 x 10-5 m3 + 8 m3
= 1,368 x 10-2 m3 + 8 m3
= 8,0137 m3
V∆ = 1V - Vo
= 8,0137 m3 – 8 m3
= 0,0137 m3
Jadi, volume kubus pada suhu 50 ºC adalah 8,0137 m3 dan pertambahan
volumenya sebesar 0,0137 m3.
3. Pemuaian Zat Cair
Pada zat cair hanya mengalami muai volum karena sifat zat cair yang
selalu mengikuti bentuk wadah yang ditempatinya. Pemuaian volum zat
cair lebih besar daripada pemuaian zat padat untuk kenaikan suhu yang
sama.
Pemuaian zat cair dapat dilihat pada peristiwa naiknya raksa pada tabung
termometer. Atau apabila kalian memasak air dalam panci hingga penuh, maka
pada saat air itu mendidih, tutup panci yang tadinya tertutup akan bergerak-gerak
dan air tumpah keluar panci. Hal ini menunjukkan bahwa air mengalami
penambahan volum
Keanehan Pemuaian Air (Anomali Air)
Pada umumnya suatu zat akan memuai jika dipanaskan. Tetapi tidak
demikian halnya dengan air. Air mempunyai volume yang terkecil pada suhu
4ºC. Bila didinginkan akan memuai, demikian juga bila dipanaskan akan memuai
juga. Inilah keanehan dari air yang disebut anomali air.
Gambar 1.3 Anomali Air
Untuk menunjukkan adanya pemuaian zat cair dipergunakan percobaan
sebagai berikut:
Dua buah tabung masing-masing diisi dengan zat cair yang berbeda dan
dilengkapi dengan pipa yang dimasukkan ke dalamnya. Kemudian keduanya
dimasukkan ke dalam bak air yang berisi air panas. Maka akan terjadi naiknya zat
cair pada kedua pipa berbeda, itu menunjukkan pemuaian pada kedua jenis zat
cair adalah berbeda.
Jenis zat cair Koefisien muai volum
(/ C° atau / K° )
Air
Alkohol (etil)
Alkohol (metil)
Aseton
Gliserin
Paparin
Terpentin
0,00044
0,0011
0,0012
0,0015
0,00053
0,001
0,00105
Tabel 2.2 Koefisien muai volum berbagai jenis zat cair
Pemuaian pada Zat Cair
Tujuan : Menyelidiki pemuaian pada zat cair
Alat dan Bahan :
1. Tiga buah labu berpipa yang berukuran sama
2. Sebuah wadah/bejana berisi air panas
3. Tiga jenis zat cair, yaitu air, alkohol/spirtus, dan minyak goreng.
Langkah kerja:
1. Isilah ketiga buah labu berpipa dengan air, spirtus, dan minyak goreng.
Usahakan ketinggian zat cair pada masing-masing labu memiliki
ketinggian yang sama
2. Masukkan ketiga labu berpipa itu pada bejana yang berisi air panas
3. Aduklah air dalam bejana supaya menjamin suhu air serba sama pada
setiap labu.
4. Perhatikanlah permukaan zat cair dalam masing-masing labu! Apakah
yang terjadi?
5. Buatlah kesimpulan dari ketiga kegiatan tadi!
minyakgoreng
Kegiatan 1.2
Diskusi
1. Apakah ketinggian zat cair dalam ketiga labu setelah dipanaskan sama?
Apabila sama/tidak sama, mengapa?
....................................................................................................................
.....................................................................................................................
....................................................................................................................
.....................................................................................................................
2. Manakah zat cair dalam ketiga labu yang ketinggiannya terbesar?
Mengapa?
.....................................................................................................................
....................................................................................................................
...................................................................................................................
.....................................................................................................................
....................................................................................................................
.....................................................................................................................
4. Pemuaian Gas
Gas merupakan zat yang dapat memuai jika mengalami kenaikan
suhu. Namun sama halnya dengan zat cair, gas hanya mengalami muai
volum. Berdasarkan hasil penelitian Gay-Lussac diperoleh bahwa
koefisien muai volum untuk semua jenis gas adalah sama, yaitu:
Cογ /2731
=
Pada pemuaian gas ada tiga hal yang saling berkaitan, yaitu: volum,
suhu, dan tekanan. Pemuaian gas dapat terjadi pada dua keadaan, yaitu
pemuaian gas pada tekanan tetap dan pemuaian gas pada volum tetap.
3) Pemuaian Gas pada Tekanan Tetap
Misalnya dalam suatu wadah tertutup mula-mula volum suatu
gas = οV , kemudian gas itu dipanaskan pada tekanan tetap sehingga
suhunya naik sebesar = T∆ , volumenya bertambah sebesar V∆ .
Secara matematis, dapat ditulis sebagai berikut.
V∆ = TV ∆.. ογ
VVVt ∆+= ο
TVVVt ∆+= .. οο γ
).1( TVVt ∆+= γο
Karena Cογ /2731
= , maka ).27311( TVVt ∆+= ο
Keterangan:
V∆ = perubahan volume (m3)
T∆ = perubahan suhu ( C° )
οV = volume awal (m3)
tV = volume akhir (m3)
οT = suhu awal ( C° )
1T = suhu akhir ( C° )
γ = koefisien muai volume gas =2731 / C°
4) Pemuaian Gas pada Volum Tetap
Misalkan sebuah tempat tertutup berisi gas kemudian
dipanaskan sehingga suhunya naik sebesar t∆ . Volume udara
dibatasi sehingga udara tidak dapat mengembang dan tekanan
udara bertambah sebesar p∆ .
Secara matematis, dapat ditulis sebagai berikut.
Tpp ∆=∆ .. ογ
pppt ∆+= ο
)..( Tpppt ∆+= οο γ
).1( Tppt ∆+= γο
Karena Cογ /2731
= , maka ).27311.( Tppt ∆+=
keterangan:
=∆p perubahan tekanan (atm)
T∆ = perubahan suhu ( C° )
οp = tekanan mula-mula (atm)
tp = tekanan akhir (atm)
5. Prinsip Pemuaian dalam Kehidupan sehari-hari
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui peristiwa
pemuaian zat. Namun pada kenyataannya, pemuaian suatu zat ada yang
bermanfaat, ada juga yang menimbulkan masalah.
Prinsip pemuaian zat yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari
antara lain sebagai berikut.
5) Termometer
Pemuaian zat cair seperti raksa dan alkohol pada tabung
termometer dimanfaatkan sebagai indikator (petunjuk) suhu.
6) Mengeling pelat logam
Mengeling adalah menyambung dua pelat logam dengan
menggunakan paku keling. Pengelingan dimulai dengan memanaskan
paku keling sampai berpijar putih, kemudian dimasukkan dalam
lubang pelat logam.
Setelah itu, ujung paku keling itu dipukul hingga melebar. Setelah
paku dingin, kemudian paku menyusut dan menjepit kedua pelat
dengan sangat kuat. Pengelingan biasanya dilakukan pada pembuatan
kontainer dan badan-badan kapal besar.
7) Keping bimetal
Keping bimetal adalah hasil perpaduan dua keping logam dengan
koefisien muai berbeda yang dikeling menjadi satu. Keping bimetal
sangat peka terhadap perubahan suhu. Apabila dipanaskan, akan
melengkung ke arah logam yang koefisien muainya lebih kecil.
Sebaliknya apabila didinginkan, keping bimetal akan melengkung
ke arah logam yang memiliki koefisien muai yang lebih besar. Keping
bimetal banyak dimanfaatkan pada alat-alat berikut:
a) Sakelar termal, yaitu sakelar yang bekerja berdasarkan pemuaian
termal. Sakelar termal biasanya digunakan pada alarm kebakaran.
b) Termostat bimetal, yaitu alat untuk mengukur suhu tetap (suhu
diatur pada suhu tertentu).Termostat bimetal biasanya digunakan
pada setrika listrik, pemanas air listrik, kompor listrik, dan
sebagainya.
c) Termometer bimetal, berfungsi untuk mengukur suhu, tetapi
termometer ini tidak menggunakan zat cair sebagai penunjuknya,
namun menggunakan keping bimetal yang tipis dengan bentuk
spiral.
d) Lampu tanda arah (lampu sen) motor atau mobil
Pada rangkaian lampu tanda arah motor atau mobil digunakan
keping bimetal untuk memisahkan dan menghubungkan arus listrik
dari baterai ke lampu, sehingga lampu tanda arah dapat nyala
padam(kelap-kelip).
8) Pemasangan ban baja pada roda lokomotif
Pemasangan ban baja pada roda besi lokomotif dilakukan dengan
cara memanaskan ban baja hingga memuai, kemudian dipasangkan
pada roda. Setelah dingin, ban baja tersebut akan menyusut kembali
sehingga menempel sangat kuat pada roda.
g. Adapun masalah-masalah yang ditimbulkan oleh pemuaian zat,
antara lain sebagai berikut:
4) Pemasangan kaca jendela
Pemasangan kaca jendela pada bingkainya yang rapat (tidak
ada celah) akan menimbulkan kaca retak bahkan pecah pada
saat kaca jendela memuai karena terkena panas atau suhu kaca
naik. Untuk itu, ukuran bingkai kaca jendela harus sedikit lebih
besar daripada ukuran kacanya pada suhu normal.
5) Sambungan rel kereta api
Rel kereta api dapat membengkok atau melengkung pada saat rel
tersebut memuai akibat panas sinar matahari. Hal itu dapat terjadi
karena celah sambungan dua batang rel tidak cukup untuk
menampung pemuaian rel, sehingga ujung-ujung sambungan rel
saling menekan dan menyebabkan rel melengkung. Membengkoknya
rel kereta api tersebut dapat membahayakan perjalanan kereta api.
6) Celah pada sambungan sebuah jembatan atau jalan layang
Pada jembatan atau jalan layang biasanya dibuat celah dari
keping baja yang menghubungkan dua dua lintasan jalan beton
untuk tempat pemuaian dan penyusutan jalan beton memuai,
jembatan atau jalan layang akan melengkung atau bahkan dapat
menyebabkan keruntuhan.
Lampiran 13
Kisi-kisi Penulisan Soal Tes Siklus I
Jenis Sekolah : MTs SABILUL ULUM
Mata Pelajaran : IPA - FISIKA
Kelas/Semester : VII A/Gasal
Tahun Pelajaran : 2010/2011
Alokasi Waktu : 15 menit
Jumlah Soal : 10 butir
Bentuk Soal : Pilgan
Materi Kompetensi Dasar Indikator Nomor Soal
Pemuaian Zat Melakukan
percobaan yang
berkaitan dengan
pemuaian dalam
kehidupan sehari-
hari.
a. Menyelidiki proses
pemuaian pada zat
padat, cair dan gas.
b. Merencanakan
percobaan sederhana
untuk menunjukkan
pemuaian zat cair dan
zat padat
1, 3, 4, 5, 8, 9
2, 6, 7, 10
Lampiran 14
Kisi-kisi Penulisan Soal Tes Siklus II
Jenis Sekolah : MTs SABILUL ULUM
Mata Pelajaran : IPA - FISIKA
Kelas/Semester : VII A/Gasal
Tahun Pelajaran : 2010/2011
Alokasi Waktu : 15 menit
Jumlah Soal : 10 butir
Bentuk Soal : Pilgan
Materi Kompetensi Dasar Indikator Nomor Soal
Pemuaian Zat Melakukan percobaan
yang berkaitan dengan
pemuaian dalam
kehidupan sehari-hari
a. Mengidentifikasi
muai volum berbagai
jenis zat cair.
b.Menunjukkan prinsip
pemuaian dalam
teknologi misalnya
Bimetal
3, 7, 8, 9, 10
1, 2, 4, 5, 6
Lampiran 15
Kartu Soal Siklus I
1. Alat Musschenbrock digunakanuntuk menyelidiki pemuaianA. GasB. Zat cairC. Zat padatD. Semua zat
21. Alasan pada sambungan rel kereta apidiberi celah adalah agar…….
A. Mengurangi gesekan dengankereta apinya
B. Pada saat besi memuai, relnyatidak melengkung
C. Pada saat besi memuai, rel tidakterlepas dari bantalan kayunya
D. Pada saat dilewati kereta api,relnya tidak melengkung
2.Nyanyikan dulu lagu kesukaanmusaat ini! Kemudian kamu kocok dadusebanyak satu kali!
22. Sebatang besi panjangnya 2 m PadaSuhu 30 ο C. Bila koefisien muainya11 x 10-6/ ο C, maka panjang besi itupada suhu 45ο C adalah…..
A. 2,033 mB. 2,003 mC. 2,0033 mD. 2,00033 m
3. Pada suhu 50ο C panjang kuningan1000 cm. Bila koefisien muaipanjang kuningan 0,000 019/ ο Cmaka pada 75 ο C panjangnyabertambah…..A. 0,475 cmB. 0,000475 cmC. 0,0475 cmD. 4,75 cm
23. Majulah enam kotak dari kotak tempatkamu berada!
4.Bilangan yang menyatakanpertambahan panjang tiap satuanpanjang zat bila suhunya dinaikkan0 ο C sampai 1 ο C disebut….
A. Muai panjangB. Muai ruangC. Koefisien muai panjangD. Koefisien muai ruang
24. Zat cair berikut ini yang paling mudahmemuai adalah……
A. BensinB. AirC. AlkoholD. Air raksa
5. Apakah kamu tahu, asal dari teman- 25. Apakah kamu tahu makanan kesukaan
teman sekelompok kamu, kalauiya, sebutkan!
teman cowok dari kelompok kamu,kalau iya, sebutkan!
6. Pertambahan panjang logam yangdipanaskan bergantung padafaktor-faktor berikut, kecuali……..A. Massa jenis logamB. Panjang logam awalC. Kenaikan suhuD. Jenis logam
26. Jika kita memanaskan wadah yangberisi penuh dengan air, ketikamendidih air ada yang tumpah. Hal inimembuktikan bahwa pemuaian…….
A. Zat cair tidak teraturB. Zat padat lebih besar dari zat cairC. Zat padat teratur, sedangkan zat
cair tidak teraturD. Zat cair lebih besar dari zat padat
7.Sebutkan hobi yang kamu ketahui
dari teman-teman sekelompok kamu!
27.Berdirilah dari tempat duduk sejenak,
regangkan tangan kamu!
8. Dari percobaan pemuaian denganalat Muschenbroek ditunjukkanbahwa….
A. Semua jenis logam memuaidengan besar yang sama
B. Tidak semua jenis logammemuai
C. Logam memuai setiap saatD. Pemuaian berbagai jenis logam
berbeda-beda
28. Sebuah kaca jendela memiliki koefisien
muai panjang 0,000009/ο
C, koefisienmuai luas kaca jendela tersebutadalah…..
A. 0,00003/ο
CB. 0,00009/
οC
C. 0,000018/ο
CD. 0,000006/
οC
9. Apa saja makanan kesukaan darisetiap kelompok kamu!
29. Apakah kamu mengetahui matapelajaran apa yang disukai teman-teman dalam kelompok kamu, kalauiya, sebutkan!
10.Sebatang rel kereta api mempunyaipanjang 3 m pada suhu 0oC. Bilakoefisien muai panjangnya0,00012/oC, maka panjang reltersebut pada suhu 30oCadalah…..
A. 3,00108 mB. 3,0324 mC. 3,01008 mD. 3,01080 m
30. Pada suhu 20ο
C panjang kuningan 100m. Jika koefisien muai panjang
kuningan 0,000019/ο
C dan kuningan
dipanaskan sampai 70ο
C, makapertambahan panjang kuningantersebut adalah….
A. 0,95 cmB. 9,5 cmC. 0,075 cmD. 0,75 cm
11.Berilah komentar tentang kelas ini, 31. Pejamkan mata sejenak, bayangkan
baru kamu boleh melempar dadukembali.
mata pelajaran fisika itu sangatmengasikkan.
12.Zat cair yang mudah memuaiadalah…..
A. Bensin, sebab titik didihnyarendah
B. Air, sebab titik didihnyarendah
C. Alkohol, sebab titik didihnyarendah
D. Air raksa, sebab titik didihnyasangat tinggi
32. Koefisien muai panjang zat bergantungpada
1. panjang semula2. kenaikan suhu3. massa zat
Pernyataan yang benar adalah…..
A. 1 dan 2B. 1 dan 3C. 2 dan 3D. 1, 2 dan 3
13.Panjang sebatang baja (α = 0,000
012/ο
C) Pada suhu 30ο
C adalah50 Cm. Bila panjang baja itumenjadi 50,011 cm, maka suhunyanaik sebesar…..
A. 60ο
CB. 50
οC
C. 80ο
CD. 70
οC
33. Apakah kamu tahu kelebihan dariteman-teman kelompok kamu, kalauiya, sebutkan!
14.Air mempunyai massa jenis palingbesar pada temperatur…..
A. -4ο
CB. 0
οC
C. 4ο
CD. 5
οC
34. Sebatang rel kereta api panjangnya 10
m pada suhu 0ο
C. Jika saat dilaluib
kereta suhunya naik menjadi 100ο
Cdan koefisien muai panjng besi
0,000012/ο
C, berapa pertambahanpanjang rel?
A. 1,0012 mB. 1,00012 mC. 1,12 mD. 1,012 m
15. Mundurlah tiga kotak dari kotakyang sekarang kamu tempati!
35. Apakah kamu mengetahui warnakesukaan teman-teman kelompokkamu, kalau iya, sebutkan!
16.Koefisien berbagai jenis gasadalah…..
36. Sekeping baja memiliki luas 600 cm2.
Jika suhu baja dinaikkan 100ο
Cluasnya bertambah 1,32 cm2.
A. 0,37/ο
CB. 0,037/
οC
C. 2731
/ο
CD. Berbeda-beda
Koefisien muai panjang baja tersebutadalah……
A. 0,000 009/ο
CB. 0,000 089/
οC
C. 0,000 011/ο
CD. 0,000 012/
οC
17. Apabila koefisien muai panjang
gelas = 0,000009/ο
C, makakoefisien muai ruang gelasadalah….
A. 0,000 0027/ο
CB. 0,000 027/
οC
C. 0,000 003/ο
CD. 0,000 006/
οC
37. Apabila kita menuang air mendidih kedalam gelas, maka gelas tersebut pecahkarena…….
A. Koefisien muai air lebih besardaripada koefisien muai kaca
B. Bagian dalam gelas memuai,bagian luar tetap dingin
C. Bagian dalam dan luar gelasmemuai dengan tiba-tiba
D. Bagian luar gelas memuai, bagiandalam tetap dingin.
18.Apakah kamu tahu, warna kesukaandari teman-teman sekelompokkamu, kalau iya, sebutkan!
38. Mundurlah satu kotak dari kotak tempatkamu berada!
19. Majulah sampai Start! 39. Pada suhu 10ο
C panjang sebatang besi2,5 m, kemudian besi itu dipanaskan
sampai 60ο
C. Apabila koefisien muai
panjang besi 0,000012/ο
C, berapakahpanjang besi setelah dipanaskan?
A. 2,5015 mB. 2,5345 mC. 2,5123 mD. 2,1234 m
20.Sebuah pipa kuningan panjangnya100 cm Pada suhu 25 ο C. Jika α= 0,000019/ ο C maka panjangkuningan pada suhu 50 ο C…..
A. 100,0475 cmB. 1000,475 cmC. 10,00475 cmD. 100,475 cm
40. Pemasangan kawat telepon dan kawatlistrik di jalan-jalan sengaja dibuatagak kendor. Hal ini dimaksudkanagar…….
A. Kawat tidak putus di malam hari saatudara dingin
B. Kawat terlihat lebih indahC. Kawat tidak putus saat terkena panas
matahari di siang hariD. Kawat terlihat lurus saat udara dingin
di malam hari.
Lampiran 16
Kunci Jawaban Soal TGT siklus I
Nomor soal Jawaban
1. C. Zat Padat
2. Pengocok dadu menyanyikan lagu kesukaannya
3. A. 0,475 cm
4. C. Koefisien muai panjang
5. Asal dari teman-teman sekelompok
6. A. Massa jenis logam
7. Hobi dari teman-teman sekelompok kamu
8. D. Pemuaian berbagai jenis logam berbeda-beda
9. Makanan kesukaan dari setiap kelompok kamu
10. E. 3,00108 m
11. Komentar tentang kelas ini
12. C. Alkohol, sebab titik didihnya rendah
13. B. 50 ο C
14. C. 4 ο C
15. Mundurlah tiga kotak
16.C.
2731
/ ο C
17. B. 0,000 027/ο C
18. Warna kesukaan dari teman-teman sekelompok kamu
19. Majulah sampai Start
20. E. 100,0475 cm
21. B. Pada saat besi memuai, relnya tidak melengkung
22. D. 2,00033 m
23. Majulah enam kotak
24. C. Alcohol
25. Makanan kesukaan teman cowok dari kelompok
26. D. Zat cair lebih besar dari zat padat
27. Berdirilah dari tempat duduk sejenak dan regangkan tangan
28. C. 0,000018/ο C
29. Mata pelajaran apa yang disukai teman-teman
30. B. 9,5 cm
31. Bayangkan mata pelajaran fisika itu sangat mengasikkan
32. E. 1 dan 2
33. Kelebihan dari teman-teman kelompok kamu
34. E. 1,0012 m
35. Warna kesukaan teman-teman kelompok kamu
36. C. 0,000 011/ο C
37. E. Koefisien muai air lebih besar daripada koefisien muai kaca
38. Mundurlah satu kotak
39. E. 2,5015 m
40 C. Kawat tidak putus saat terkena panas matahari di siang hari
Lampiran 17
LEMBAR JAWAB TES
Nama : ………………..
Kelas : ………………..
No. Absen : ………………..
1. A B C D
2. A B C D
3. A B C D
4. A B C D
5. A B C D
6. A B C D
7. A B C D
8. A B C D
9. A B C D
10. A B C D
Lampiran 18
Lembar Kognitif Peserta Didik Siklus I
1. Alat Musschenbrock digunakan untuk menyelidiki pemuaian
A. Gas
B. Zat cair
C. Zat padat
D. Semua zat
2. Pada suhu 50 ο C panjang kuningan 1000 cm. Bila koefisien muai panjang kuningan
0,000 019/ ο C maka pada 75ο C panjangnya bertambah…..
A. 0,475 cm
B. 0,00047cm
C. 0,0475 cm
D. 4,75 cm
3. Bilangan yang menyatakan pertambahan panjang tiap satuan panjang zat bila
suhunya dinaikkan 0 ο C sampai 1 ο C disebut….
A. Muai panjang
B. Muai ruang
C. Koefisien muai panjang
D. Koefisien muai ruang
4. Pertambahan panjang logam yang dipanaskan bergantung pada faktor-faktor
berikut, kecuali ……..
A. Massa jenis logam
B. Panjang logam awal
C. Kenaikan suhu
D. Jenis logam
5. Dari percobaan pemuaian dengan alat Muschenbroek ditunjukkan bahwa….
A. Semua jenis logam memuai dengan besar yang sama
B. Tidak semua jenis logam memuai
C. Logam memuai setiap saat
D. Pemuaian berbagai jenis logam berbeda-beda
6. Apabila koefisien muai panjang gelas = 0,000009/ ο C, maka koefisien muai ruang
gelas adalah….
A. 0,000 0027/ ο C
B. 0,000 027/ ο C
C. 0,000 003/ ο C
D. 0,000 006/ ο C
7. Sebatang besi panjangnya 2 m Pada Suhu 30 ο C. Bila koefisien muainya 11 x 10-
6/ ο C, maka panjang besi itu pada suhu 45 ο C adalah…..
A. 2,033 m B. 2,003 m
C. 2,00033 m D. 2,0033 m
8. Sebuah kaca jendela memiliki koefisien muai panjang 0,000009/ ο C, koefisien
muai luas kaca jendela tersebut adalah…..
A. 0,00003/ ο C
B. 0,00009/ ο C
C. 0,000018/ ο C
D. 0,000006/ ο C
9. Pada suhu 20 ο C panjang kuningan 100 m. Jika koefisien muai panjang kuningan
0,000019/ ο C dan kuningan dipanaskan sampai 70 ο C, maka pertambahan panjang
kuningan tersebut adalah….
A. 0,95 cm
B. 9,5 cm
C. 0,075 cm
D. 0,75 cm
10. Sebatang rel kereta api mempunyai panjang 3 m pada suhu 0oC. Bila koefisien
muai panjangnya 0,00012/oC, maka panjang rel tersebut pada suhu 30oC adalah…..
A. 3,00108 m
B. 3,0324 m
C. 3,01008 m
D. 3,01080 m
Lampiran 19
Kartu Soal Siklus II
1. Dua keping logam yang berbeda koefisien muainya yang dikeling menjadi satu
disebut…..
A. Campuran
B. Senyawa
C. Bimetal
D. Alliage
2. Nyanyikan dahulu lagu India kesukaanmu saat ini!
3. Manfaat pemuaian dijumpai pada, kecuali…….
A. Pelepasan tutup botol
B. Saklar otomatis bimetal
C. Pemasangan celah pada rel kereta api
D. Termometer bimetal
4. Cara mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh pemuaian, kecuali…..
A. Membuat celah pada ujung jembatan
B. Membuat keping bimetal pada saklar otomatis
C. Membuat ukuran kaca jendela yang lebih kecil dari bingkainya
D. Membuat celah pada rel kereta api
5. Apakah kamu tahu nama lengkap teman-teman sekelompok kamu, kalau iya
sebutkan!
6. Sebuah bimetal terbuat dari tembaga dan baja. Koefisien muai panjang tembaga lebih
besar dibanding koefisien muai baja. Jika keping bimetal itu dipanaskan, maka
bimetal akan…..
A. Melengkung ke arah tembaga
B. Melengkung ke arah yang berlawanan
C. Melengkung ke arah baja
D. Lurus saja
7. Apakah kamu tahu buah apa yang paling disukai teman-teman dalam sekelompok
kamu, kalau iya sebutkan!
8. Dua gelas minuman yang sejenis melekat setelah ditumpuk sehingga sukar
dilepaskan. Cara untuk melepaskannya adalah…..
A. Gelas yang di bawah direndam dalam air hangat
B. Gelas yang di atas direndam dalam air dingin
C. Kedua gelas itu direndam dalam air dingin
D. Kedua gelas itu direndam dalam air hangat
9. Sebutkan alat musik yang paling disukai teman-teman dalam kelompok kamu!
10. Dua buah wadah berbentuk pipa yang masing-masing diisi dengan air dan alkohol
dengan permukaan yang sama tinggi. Bila kedua wadah tersebut dipanaskan, maka
hal-hal berikut ini adalah benar, kecuali…..
A. Permukaan air lebih tinggi
B. Keduanya memuai
C. Besar pemuaian berbeda
D. Permukaan alkohol lebih tinggi
11. Berilah komentar tentang teman-teman sekelompok kamu!
12. Gas jika dipanaskan atau dinaikkan suhunya akan terjadi…..
A. Pemuaian tekanan saja
B. Pemuaian volum saja
C. Pemuaian tekanan dan volum
D. Pemuaian ruang
13. Volum sebuah benda pada suhu 27oC adalah 100 cm3, jika koefisien muai volum
benda itu 0,000012/oC, maka volum benda itu pada suhu 400oK adalah…..
A. 100,36 cm3
B. 100,12 cm3
C. 100,02 cm3
D. 98,64 cm3
14. Sebuah wadah berisi minyak tanah 1 liter pada suhu 0oC. Volum minyak tanah pada
suhu 100oC bila koefisien muai volumnya 9,55 x 10-3/oC adalah…..
A. 1,0955 liter
B. 1,00955 liter
C. 1,000955 liter
D. 0,095 liter
15. Mundurlah empat kotak dari kotak anda berada!
16. Termostat merupakan keping bimetal yang…..
A. Melengkung bila suhu turun
B. Memuai terus menerus
C. Dapat mengatur suhu
D. Suhunya turun bila dialiri arus
17. Berikut ini merupakan pekerjaan yang menerapkan peristiwa pemuaian,
kecuali……
A. Bola pingpong pecah direndam dengan air panas
B. Dua buah gelas yang rapat dipisahkan dengan air panas
C. Memasang bimetal pada sakelar otomatis
D. Menyambung besi dengan cara dilas
18. Apakah kamu tahu sinetron apa yang sering ditonton teman-teman dalam
kelompok kamu, kalau tahu sebutkan!
19. Majulah tiga kotak!
20. Jika sebuah keping bimetal dipanasi, maka bimetal akan……
A. Tetap lurus dan bertambah panjang
B. Melengkung ke arah logam yang koefisien muainya terkecil
C. Melengkung ke arah logam yang koefisien muainya terbesar
D. Melengkung ke kiri
21. Alat yang tidak memanfaatkan bimetal adalah…..
A. Thermostat
B. Sekering
C. Sakelar lampu
D. Lampu tanda arah mobil
22. Sebuah keping bimetal terbuat dari logam kuningan dan besi. Jika besar
koefisien muai panjang kuningan 0,000019/oC, besi 0,000012/oC, maka
ketika dipanaskan bimetal…..
A. Membengkok ke arah besi
B. Membengkok ke arah kuningan
C. Menyusut
D. Lurus
23. Majulah satu kotak dari kotak tempat anda berada!
24. Apabila kita menuang air mendidih ke dalam gelas, maka gelas tersebut
pecah, karena…..
A. Koefisien muai air lebih besar daripada koefisien muai kaca
B. Bagian dalam gelas memuai, bagian luar tetap dingin
C. Bagian dalam dan luar gelas memuia dengan tiba-tiba
D. Bagian luar gelas memuai, bagian dalam tetap dingin
25. Apakah kamu tahu olahraga apa yang paling disukai teman-teman dalam
kelompok kamu, kalau tahu sebutkan!
26. Berikut ini adalah cara mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh pemuaian,
kecuali…….
A. Membuat celah pada sambungan rel kereta api
B. Membuat keping bimetal pada sakelar otomatis
C. Membuat celah pada sambungan jembatan
D. Membuat ukuran bingkai jendela besar dari kacanya.
27. Lihatlah di samping kanan anda, apakah ada sampah bekas jajan? Kalau ada,
ambil dan buanglah pada tempatnya!
28. Zat berikut ini memuai jika dipanaskan, kecuali…..
A. Baja
B. Besi
C. Raksa
D. Bismut dan air
29. Apakah kamu mengetahui berapa jumlah uang saku dari teman-teman
sekelompok kamu, kalau iya sebutkan!
30. Sifat air jika dipanaskan dari 0o – 4oC menyusut dan jika didinginkan dari 4o
– 0o memuai disebut…..
A. Karakteristik air
B. Anomali air
C. Keistimewaan air
D. Kebalikan air
31. Periksalah apakah kamu sudah rapi dalam berpakaian seragam? Kalau belum,
bagian apa yang belum rapi!
32. Berikut ini zat yang memuai pada volumnya saja jika dipanaskan adalah…..
A. Gas
B. Zat cair
C. Zat padat
D. Zat padat dan gas
33. Apakah kamu tahu teman-teman kelompok kamu dapat memasak? Kalau iya,
memasak apa, sebutkan!
34. Berikut ini pemanfaatan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari, kecuali….
A. Pemasangan jembatan besi
B. Pengelingan pelat logam
C. Pemasangan roda pada ban baja sebuah lokomotif
D. Zat cair tidak memiliki bentuk tetap
35. Apakah kamu tahu apa yang biasa dilakukan teman-teman kelompok kamu
untuk mengisi liburan setiap hari minggu, kalau iya, sebutkan!
36. Alat berikut ini yang menggunakan bimetal adalah…..
A. Termometer bimetal, bel listrik, dan alarm kebakaran
B. Alarm kebakaran, sakelar otomatis, dan termostat
C. Bel listrik, termometer, dan manometer
D. Alat ukur listrik, manometer, dan termos
37. Jika kita memanaskan wadah yang berisi penuh dengan air, ketika mendidih
air ada yang tumpah. Hal ini membuktikan bahwa pemuaian!
A. Zat cair tidak teratur
B. Zat padat lebih besar dari zat cair
C. Zat padat teratur, sedangkan zat cair tidak teratur
D. Zat cair lebih besar dari zat padat
38. Mundurlah lima kotak dari kotak anda berada!
39. Setiap zat bila dipanaskan akan memuai, kecuali…..
A. Besi dari suhu 0oC sampai 4oC
B. Timah putih dari suhu 0-4oC
C. Air dari suhu 0oC sampai 4oC
D. Tembaga dari suhu 0-4oC
40. Terdapat dua buah gelas minum, yang pertama dibuat dari bahan gelas
berkoefisien muai kecil, sedangkan yang kedua dibuat dari bahan gelas
berkoefisien muai besar. Gelas dengan koefisien muai besar…..
A. Lebih tahan panas
B. Tidak memuai
C. Tidak tahan panas
D. menyusut
Lampiran 20
Kunci Jawaban Soal TGT siklus II
Nomor soal Jawaban
1. C. Bimetal
2. Nyanyikan dahulu lagu India kesukaan kamu
3. C. Pemasangan celah pada rel kereta api
4. B. Membuat keping bimetal pada saklar otomatis
5. Nama lengkap teman-teman kelompok kamu
6. C. Melengkung ke arah baja
7. Buah apa yang paling disukai teman-teman kelompok kamu
8. D. Kedua gelas itu direndam dalam air hangat
9. Alat musik yang paling disukai teman-teman kelompok kamu
10. D. Permukaan alkohol lebih tinggi
11. Komentar tentang teman-teman kelompok kamu
12. C. Pemuaian tekanan dan volum
13. B. 100,12 cm3
14. E. 1,0955 liter
15. Mundur empat kotak dari kotak anda berada
16. C. Dapat mengatur suhu
17. D. Menyambung besi dengan cara dilas
18. sinetron apa yang sering ditonton teman-teman dalam
kelompok kamu
19. Majulah tiga kotak
20. F. Melengkung ke arah logam yang koefisien muainya
terkecil
21. B. Sekering
22. E. Membengkok ke arah besi
23. Maju satu kotak dari kotak tempat anda berada
24. B. Bagian dalam gelas memuai, bagian luar tetap dingin
25. olahraga apa yang paling disukai teman-teman dalam
kelompok kamu
26. B. Membuat keping bimetal pada sakelar otomatis
27. Lihatlah di samping kanan anda, apakah ada sampah bekas
jajan? Kalau ada, ambil dan buanglah pada tempatnya!
28. D. Bismut dan air
29. berapa jumlah uang saku dari teman-teman sekelompok kamu
30. B. Anomali air
31. Periksalah apakah kamu sudah rapi dalam berpakaian
seragam? Kalau belum, bagian apa yang belum rapi
32. F. Zat cair
33. teman-teman kelompok kamu dapat memasak? Kalau iya,
memasak apa, sebutkan
34. D. Zat cair tidak memiliki bentuk tetap
35. Apakah kamu tahu apa yang biasa dilakukan teman-teman
kelompok kamu untuk mengisi liburan setiap hari minggu,
kalau iya, sebutkan
36. B. Alarm kebakaran, sakelar otomatis, dan thermostat
37. D. Zat cair lebih besar dari zat padat
38. Mundur lima kotak dari kotak anda berada
39. C. Air dari suhu 0oC sampai 4oC
40 D. menyusut
Lampiran 21
Lembar Kognitif Peserta Didik Siklus II
1. Dua keping logam yang berbeda koefisien muainya yang dikeling menjadi satu
disebut…..
A. Campuran
B. Senyawa
C. Bimetal
D. Alliage
2. Manfaat pemuaian dijumpai pada, kecuali…….
A. Pelepasan tutup botol
B. Saklar otomatis bimetal
C. Pemasangan celah pada rel kereta api
D. Termometer bimetal
3. Sifat air jika dipanaskan dari 0o – 4oC menyusut dan jika didinginkan dari 4o – 0o
memuai disebut…..
A. Karakteristik air
B. Anomali air
C. Keistimewaan air
D. Kebalikan air
4. Cara mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh pemuaian kecuali ….
A. Membuat celah pada ujung jembatan
B. Membuat ukuran kaca jendela yang lebih kecil dari bingkainya
C. Membuat keping bimetal pada saklar otomatis
D. Membuat celah pada rel kereta api
5. Sebuah bimetal terbuat dari tembaga dan baja. Koefisien muai panjang tenbaga
lebih besar dibanding koefisien muai baja. Jika keping bimetal itu dipanaskan,
maka bimetal akan…..
A. Melengkung ke arah tembaga
B. Melengkung kea rah yang berlawanan
C. Lurus saja
D. Melengkung ke arah baja
6. Dua gelas minuman yang sejenis melekat setelah ditumpuk sehingga sukar
dilepaskan. Cara untuk melepaskannya adalah…..
A. Gelas yang di bawah direndam dalam air hangat
B. Gelas yang di atas direndam dalam air dingin
C. Kedua gelas itu direndam dalam air dingin
D. Kedua gelas itu direndam dalam air hangat
7. Setiap zat bila dipanaskan akan memuai, kecuali…..
A. Besi dari suhu 0oC sampai 4oC
B. Timah putih dari suhu 0-4oC
C. Air dari suhu 0oC sampai 4oC
D. Tembaga dari suhu 0-4oC
8. Jika kita memanaskan wadah yang berisi penuh dengan air, ketika mendidih air
ada yang tumpah. Hal ini membuktikan bahwa pemuaian!
A. Zat cair tidak teratur
B. Zat cair lebih besar dari zat padat
C. Zat padat lebih besar dari zat cair
D. Zat padat teratur, sedangkan zat cair tidak teratur
9. Volum sebuah benda pada suhu 27oC adalah 100 cm3, jika koefisien muai volum
benda itu 0,000012/oC, maka volum benda itu pada suhu 400oK adalah…..
A. 100,12 cm3
B. 100,36 cm3
C. 100,02 cm3
D. 98,64 cm3
10. Sebuah wadah berisi minyak tanah 1 liter pada suhu 0oC. Volum minyak tanah
pada suhu 100oC bila koefisien muai volumnya 9,55 x 10-3/oC adalah…..
A. 1,00955 liter
B. 1,000955 liter
C. 1,0955 liter
D. 0,095 liter
Lampiran 22
Kunci Jawaban Tes Siklus I
Nomor soal Jawaban
1. C
2. A
3. C
4. A
5. D
6. B
7. C
8. C
9. B
10. A
Kunci Jawaban Tes Siklus II
Nomor soal Jawaban
1. C
2. C
3. B
4. C
5. D
6. D
7. C
8. B
9. A
10. C
Lampiran 23
REKAPITULASI HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK SIKLUS I
Jenis Penilaian :Kognitif
SatuanPendidikan :MTs Sabilul Ulum Mayong :Jepara
Mata Pelajaran :IPA Fisika
Kelas/Semester :VII A/Gasal
Materi Pokok :Pemuaian
Jumlah Peserta Didik :33siswa
Nomor Soal Jmlh Pencapaian
No Nama Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor (%) Ket
1 A. Abdul Wakhid 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 6 60 Tuntas
2 Abdul Mustaqim 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 6 60 Tuntas
3 Abdul Wahap 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 6 60 Tuntas
4 Aji Nurman Said 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 6 60 Tuntas
5 Anis Hamdanah 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 6 60 Tuntas
6 Anisa Haniyah 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 6 60 Tuntas
7 Dian Utami 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 6 60 Tuntas
8 Endang Lestari 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 6 60 Tuntas
9 Farid Ridwan 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 5 50 Tidak Tuntas
10 Fiki Khusnia 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 7 70 Tuntas
11 Iin Safitri 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 6 60 Tuntas
12 Ika Ayu Zuliya Astuti 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 6 60 Tuntas
13 Imam Safi’i 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 6 60 Tuntas
14 Janatun Nikmah 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 8 80 Tuntas
15 Lalatus Sa’diyah 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 6 60 Tuntas
16 Leny Widya Astuti 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 6 60 Tuntas
17 Lia Novita 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 6 60 Tuntas
18 M. Khoirun Ni’am 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 7 70 Tuntas
19 M. Nurudh Dhulam F 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 5 50 Tidak Tuntas
20 Muh. Rifa’i 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 6 60 Tuntas
21 Muhammad Samsudin 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 5 50 Tidak Tuntas
22 Muhammad Thohiron 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 6 60 Tuntas
23 Muzarotul Fitriyah 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 6 60 Tuntas
24 Nihayatul Istiqomah 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 6 60 Tuntas
25 Niswatul Umah 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 7 70 Tuntas
26 Noor Riza Maftiyanah 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 6 60 Tuntas
27 Puji Astutik 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 6 60 Tuntas
28 Qisti Lizara Firdaus 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 6 60 Tuntas
29 Sahrul Fuat 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 6 60 Tuntas
30 Tuba Laili Nikmah 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 6 60 Tuntas
31 Wahyu Kurniawan 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 4 40 Tidak Tuntas
32 Zukita Amalia 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 6 60 Tuntas
33 Siti Aisyah 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 6 60 Tuntas
Jumlah 33 7 30 17 13 24 33 23 6 12 198 1980 29
Pencapaian (%) 87.88
Keterangan Tuntas
Nilai terendah : 40
Nilai tertinggi : 80
Rata-rata : 60.00
Persentase ketuntasan : 87.88
Persentase =
%100×∑
∑ didikpeserta
belajartuntasdidikpeserta
Lampiran 24
REKAPITULASI HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK SIKLUS II
Jenis Penilaian : Kognitif
Satuan Pendidikan : MTs Sabilul Ulum Mayong
Mata Pelajaran : IPA Fisika
Kelas/Semester : VII A/Gasal
Materi Pokok : Pemuaian
Jumlah Siswa : 33 siswa
Nomor Soal Jmlh Pencapaian
No Nama Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Skor (%) Ket
1 A. Abdul Wakhid 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 6 60 Tuntas
2 Abdul Mustaqim 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 6 60 Tuntas
3 Abdul Wahap 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 7 70 Tuntas
4 Aji Nurman Said 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 7 70 Tuntas
5 Anis Hamdanah 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 80 Tuntas
6 Anisa Haniyah 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 7 70 Tuntas
7 Dian Utami 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 6 60 Tuntas
8 Endang Lestari 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 6 60 Tuntas
9 Farid Ridwan 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 6 60 Tuntas
10 Fiki Khusnia 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 7 70 Tuntas
11 Iin Safitri 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 8 80 Tuntas
12 Ika Ayu Zuliya Astuti 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 6 60 Tuntas
13 Imam Safi’i 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 6 60 Tuntas
14 Janatun Nikmah 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 7 70 Tuntas
15 Lalatus Sa’diyah 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 8 80 Tuntas
16 Leny Widya Astuti 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7 70 Tuntas
17 Lia Novita 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 7 70 Tuntas
18 M. Khoirun Ni’am 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 6 60 Tuntas
19 M. Nurudh Dhulam F 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 7 70 Tuntas
20 Muh. Rifa’i 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 6 60 Tuntas
21 Muhammad Samsudin 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 7 70 Tuntas
22 Muhammad Thohiron 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 5 50 Tidak Tuntas
23 Muzarotul Fitriyah 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 8 80 Tuntas
24 Nihayatul Istiqomah 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 7 70 Tuntas
25 Niswatul Umah 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7 70 Tuntas
26 Noor Riza Maftiyanah 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90 Tuntas
27 Puji Astutik 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 80 Tuntas
28 Qisti Lizara Firdaus 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 5 50 Tidak Tuntas
29 Sahrul Fuat 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 7 70 Tuntas
30 Tuba Laili Nikmah 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 8 80 Tuntas
31 Wahyu Kurniawan 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 6 60 Tuntas
32 Zukita Amalia 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 7 70 Tuntas
33 Siti Aisyah 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 7 70 Tuntas
Jumlah 31 13 28 14 16 27 30 16 23 27 225 2250 31
Pencapaian(%) 68.18 93.94
Keterangan Tuntas
Nilai terendah : 50
Nilai tertinggi : 90
Rata-rata : 68.18
Persentase ketuntasan(%) : 93.94
Persentase =%100×
∑
∑ didikpeserta
belajartuntasdidikpeserta
Lampiran 25
Kriteria Penilaian Afektif
No Aspek yang dinilai Kriteria penilaian Poin
1. Kehadiran tepat waktu Ø Peserta didik hadir tepat waktu
dalam mengikuti pelajaran
ØPeserta didik terlambat 5 menit
dalam mengikuti pelajaran
ØPeserta didik terlambat 10 menit
dalam mengikuti pelajaran
ØPeserta didik terlambat masuk kelas
lebih dari satu kali
4
3
2
1
2. Perhatian mengikuti pelajaran ØPeserta didik mengikuti pelajaran
dari awal sampai akhir
ØPeserta didik mengikuti pelajaran
dengan sesekali menoleh ke
belakang di luar kepentingan
pelajaran
ØPeserta didik mengikuti pelajaran
dengan sesekali berbicara di luar
kepentingan pelajaran
3
2
1
3. Menghargai pendapat orang
lain
Ø Peserta didik mendengarkan
pendapat orang lain dengan
seksama
Ø Peserta didik menoleh ke belakang
ketika ada yang berpendapat
Ø Peserta didik berbicara sendiri
ketika ada yang berpendapat
Ø Peserta didik mengejek pendapat
teman
4
3
2
1
4. Membawa buku pelajaran Ø Peserta didik membawa buku
pelajaran
Ø Peserta didik tidak membawa buku
pelajaran sebanyak satu kali
Ø Peserta didik tidak membawa buku
pelajaran sebanyak dua kali
Ø Peserta didik tidak membawa buku
pelajaran lebih dari dua kali
4
3
2
1
Lampiran 26
Lampiran 27
Lampiran 28
Kriteria Penilaian Psikomotorik
No Aspek yang dinilai Kriteria penilaian Poin
1. Kemampuan dalam
menyimpulkan data hasil
kegiatan
Ø Peserta didik aktif dalam
menyimpulkan data hasil
kegiatan
Ø Peserta didik aktif 75 %
dalam menyimpulkan data
hasil kegiatan
Ø Peserta didik aktif 50%
dalam menyimpulkan data
hasil kegiatan
Ø Peserta didik tidak pernah
aktif dalam menyimpulkan
data hasil kegiatan
4
3
2
1
2. Ketaatan terhadap peraturan
permainan
Ø Peserta didik mematuhi
peraturan permainan
Ø Peserta didik melanggar
peraturan satu kali
Ø Peserta didik melanggar
peraturan sebanyak dua kali
Ø Peserta didik melanggar
peraturan lebih dari dua kali
4
3
2
1
3. Kecepatan menjawab pertanyaan Ø Peserta didik menjawab
pertanyaan sebelum tanda
waktu berbunyi
Ø Peserta didik menjawab
pertanyaan ketika tanda
4
3
waktu telah berbunyi dan
jawaban benar
Ø Peserta didik menjawab
pertanyaan ketika tanda
waktu telah berbunyi dan
jawaban pertanyaan salah
Ø Peserta didik tidak
menjawab pertanyaan
sampai waktu telah usai
2
1
4. Keaktifan dalam menyelesaikan
soal
Ø Peserta didik aktif dalam
menyelesaikan soal
Ø Peserta didik aktif 75 %
dalam menyelesaikan soal
Ø Peserta didik aktif 50%
dalam menyelesaikan soal
Ø Peserta didik tidak pernah
aktif dalam menyelesaikan
soal
4
3
2
1
Lampiran 29
lampiran 30
Lampiran 31
Dokumentasi Saat Proses Belajar Mengajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TGT Dengan Permainan Destinasi
Gambar 1. Peserta didik melakukan diskusi dengan kelompoknya masing-masing
Gambar 2. Peserta didik mengamati percobaan
Gambar 3. Peneliti membantu menyiapkan alat-alat untuk demonstrasi
Gambar 4. Peserta didik mendiskusikan kartu soal permainan warna biru
Gambar 5. Peserta didik menjalankan biji pada permainan dengan papan destinasi
Gambar 6. Peserta didik antusias mengocok dadu dalam permainan destinasi
Gambar 7. Peserta didik mendiskusikan soal dengan kelompok
Gambar 8. Peserta didik menjalankan biji pada permainan destinasi
Gambar 9. Peserta didik membaca kartu soal pada permainan destinasi
Gambar 10. Peserta didik membaca kartu soal pada permainan destinasi
Gambar 11. Peserta didik menjalankan biji pada permainan destinasi
Gambar 12. Peserta didik menjalankan biji pada permainan destinasi
Gambar 13. Peneliti mengamati jalannya permainan papan destinasi
Gambar 14. Peneliti mengamati peserta didik dalam permainan destinasi