Penerapan Model Pembelajaran Paired Storytelling dalam...

16
2 Pendahuluan Pembelajaran adalah suatu proses yang rumit karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru tetapi melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik, Soekarwati (dalam dimyati, 2002). Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung melibatkan guru dan siswa dalam sebuah interaksi. Interaksi akan menjadi maksimal jika melibatkan antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Proses belajar mengajar yang dilakukan di kelas selama ini seringkali satu arah dimana siswa hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru. Oleh karenanya, siswa perlu dilibatkan secara aktif untuk berinteraksi dengan guru atau antar siswa (Fathurohman, 2007). Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar, hasil belajar tergantung pada cara guru dalam mengajar dan kegiatan yang ada dalam proses pembelajaran tersebut. Kondisi pembelajaran yang hanya satu arah dan tidak melibatkan siswa selama proses pembelajaran menyebabkan hasil belajar siswa yang rendah. Hal ini tampak dari pencapaian nilai kelas VII SMP Pangudi Luhur Salatiga. Nilai rata-rata yang dicapai siswa dikelas, yaitu 55,36 dimana nilai rata-rata itu masih dibawah nilai KKM yang ditetapkan oleh sekolah adalah 65 serta batas ketuntasan yang dicapai masih jauh di atas 75% yaitu 43,8% dimana 56,2% belum tuntas. Menurut observasi yang dilakukan didalam kelas, dalam pembelajaran ini hanya siswa yang memiliki kemampuan akademis tinggi saja yang bisa menerima materi dengan baik, sementara siswa yang tingkat akademisnya rendah belum dapat menerima materi dengan baik, siswa bersikap pasif dalam pembelajaran. Guru menjelaskan materi pelajaran, kemudian memberikan contoh soal, latihan soal dan pekerjaan rumah kepada siswa. Kegiatan pembelajaran ini menimbulkan kebosanan kepada siswa untuk mengikuti proses pembelajaran, sehingga menyebabkan interaksi dan komunikasi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa dalam pembelajaran tidak terlaksana dengan baik. Interaksi di kelas dalam kegiatan pembelajaran menjadi hal yang penting, karena dalam kegiatan belajar mengajar tidak hanya siswa saja yang mendapatkan manfaat, namun juga guru memperoleh umpan balik ( feedback) apakah materi yang disampaikan dapat diterima murid dengan baik. Peran guru dalam pembelajaran sangat penting, interaksi antara guru dengan siswa pada saat proses belajar mengajar memegang peranan penting dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Prosentase kemampuan siswa dalam memahami dan mengingat materi apa yang telah dipelajari

Transcript of Penerapan Model Pembelajaran Paired Storytelling dalam...

Page 1: Penerapan Model Pembelajaran Paired Storytelling dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1875/2/T1_202008048_Full... · Komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication

2

Pendahuluan

Pembelajaran adalah suatu proses yang rumit karena tidak sekedar menyerap

informasi dari guru tetapi melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang harus

dilakukan untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik, Soekarwati (dalam

dimyati, 2002). Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung melibatkan guru dan

siswa dalam sebuah interaksi. Interaksi akan menjadi maksimal jika melibatkan antara

guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Proses belajar mengajar yang dilakukan

di kelas selama ini seringkali satu arah dimana siswa hanya mendengarkan apa yang

disampaikan guru. Oleh karenanya, siswa perlu dilibatkan secara aktif untuk

berinteraksi dengan guru atau antar siswa (Fathurohman, 2007).

Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar, hasil belajar

tergantung pada cara guru dalam mengajar dan kegiatan yang ada dalam proses

pembelajaran tersebut. Kondisi pembelajaran yang hanya satu arah dan tidak

melibatkan siswa selama proses pembelajaran menyebabkan hasil belajar siswa yang

rendah. Hal ini tampak dari pencapaian nilai kelas VII SMP Pangudi Luhur Salatiga.

Nilai rata-rata yang dicapai siswa dikelas, yaitu 55,36 dimana nilai rata-rata itu masih

dibawah nilai KKM yang ditetapkan oleh sekolah adalah 65 serta batas ketuntasan

yang dicapai masih jauh di atas 75% yaitu 43,8% dimana 56,2% belum tuntas.

Menurut observasi yang dilakukan didalam kelas, dalam pembelajaran ini hanya

siswa yang memiliki kemampuan akademis tinggi saja yang bisa menerima materi

dengan baik, sementara siswa yang tingkat akademisnya rendah belum dapat

menerima materi dengan baik, siswa bersikap pasif dalam pembelajaran. Guru

menjelaskan materi pelajaran, kemudian memberikan contoh soal, latihan soal dan

pekerjaan rumah kepada siswa. Kegiatan pembelajaran ini menimbulkan kebosanan

kepada siswa untuk mengikuti proses pembelajaran, sehingga menyebabkan interaksi

dan komunikasi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa dalam pembelajaran tidak

terlaksana dengan baik.

Interaksi di kelas dalam kegiatan pembelajaran menjadi hal yang penting,

karena dalam kegiatan belajar mengajar tidak hanya siswa saja yang mendapatkan

manfaat, namun juga guru memperoleh umpan balik (feedback) apakah materi yang

disampaikan dapat diterima murid dengan baik. Peran guru dalam pembelajaran

sangat penting, interaksi antara guru dengan siswa pada saat proses belajar mengajar

memegang peranan penting dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Prosentase

kemampuan siswa dalam memahami dan mengingat materi apa yang telah dipelajari

Page 2: Penerapan Model Pembelajaran Paired Storytelling dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1875/2/T1_202008048_Full... · Komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication

3

sebelumnya hanya 5% jika mereka sekadar mendengarkan penjelasan guru. Siswa

akan mampu mengingat dan memahami materi lebih dalam dan lama jika mereka

mampu menjelaskan isi materi kepada orang lain. “Pemahaman dan daya ingat siswa

dalam menjelaskan isi materi kepada orang lain mencapai 90%” (Harry van de

Wouw, 2010).

Kemungkinan kegagalan guru dalam menyampaikan suatu pokok bahasan

disebabkan pada saat proses belajar mengajar guru kurang membangkitkan perhatian

siswa dalam mengikuti pelajaran serta kurangnya interaksi dan komunikasi antar

siswa dan guru. Kondisi ini berlaku juga dalam pembelajaran matematika di kelas VII

SMP Pangudi Luhur Salatiga, dimana melalui wawancara dengan guru dan observasi

kelas yang telah dilakukan pada tanggal 4 Januari 2012, diketahui bahwa perilaku

siswa di kelas memiliki permasalahan mengenai hubungan interpersonalnya.

Pengamatan yang dilakukan tersebut dapat dilihat bahwa siswa sulit mengawali dan

mengakhiri pembicaraan dengan guru, sulit mengatakan tidak setuju akan sesuatu hal

apabila mereka merasa keberatan akan hal tersebut, masih banyak siswa yang masih

sulit mengungkapkan pendapat dalam situasi dan pembelajaran yang terlaksana

dominan dipegang oleh guru yaitu interaksi yang terjadi sering satu arah dan siswanya

kurang merespon aktif pembelajaran di kelas. Hal ini dapat menyebabkan siswa sulit

untuk beradaptasi secara langsung, tidak mampu untuk menyatakan tidak, membuat

permintaan serta mengekspresikan perasaan secara penuh kepada orang lain.

Permasalahan ini tidak dapat dibiarkan karena dapat berpengaruh terhadap hasil

belajar dan hubungan sosial siswa, keterampilan komunikasi interpersonal yang

dimiliki siswa khususnya siswa dengan guru. Keadaan ini harus diperhatikan dan

diperlukan upaya untuk memperbaiki pembelajaran matematika tujuan adanya

peningkatan komunikasi dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan pada hal tersebut, maka dalam pembelajaran diperlukan

perubahan model pembelajaran yang di gunakan yaitu model pembelajaran yang

berpusat kepada siswa. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian

rupa, sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk dapat berinteraksi satu dengan

yang lain. Dalam interaksi ini, siswa akan membentuk komunitas yang

memungkinkan mereka untuk mencintai proses belajar dan mencintai satu sama lain

(Lie, 2002:7). Model pembelajaran paired storytelling dikembangkan sebagai

pendekatan interaktif antara siswa, pengajar dan bahan pelajaran menggabungkan

kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara (Lie, 2008).

Page 3: Penerapan Model Pembelajaran Paired Storytelling dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1875/2/T1_202008048_Full... · Komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication

4

Model pembelajaran yang dapat memicu komunikasi antara siswa dengan

guru dan komunikasi antara siswa dengan siswa, salah satunya adalah penerapan

model pembelajaran Paired Storytelling dalam kelompok kecil. Penggunaan model

pembelajaran tersebut dapat meningkatkan komunikasi pembelajaran matematika

pada siswa, guru dan bahan pelajaran yang akan digunakan. Inti dari pembelajaran

kooperatif Paired Storytelling ini adalah siswa berperan secara aktif membangun

pengetahuan yang dimilikinya dan bertukar pikiran bersama teman kelompok

kecilnya dan guru (Lie, 2002:70 ).

Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran langsung.

Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik,

model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan

sosial siswa (Usman, 2002 : 30). Penerapan pembelajaran kooperatif dalam kelas

membawa dampak yang positif bagi siswa dan guru. Hal tersebut terlihat pada

penerapan pembelajaran kooperatif Think-Talk-Write yang dilakukan oleh Dewi

(2010), bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

matematis siswa dan siswa memberikan respons yang cukup positif terhadap

pembelajaran dikelas. Sejalan dengan hal tersebut, penerapan pembelajaran kooperatif

Think-Pair-Share yang dilakukan oleh Ulfa (2011), terbukti dapat meningkatkan hasil

belajar siswa di kelas. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Arini (2011),

penerapan model kooperatif Paired Storytelling dapat berjalan dengan baik dalam

mata pelajaran Bahasa Indonesia, dengan menerapkan metode ini siswa lebih berani

dan percaya diri dalam berbicara di depan teman-temanya dan penerapan metode

Paired Storytelling dapat meningkatkan ketrampilan berbicara siswa. Adanya proses

komunikasi yang baik memungkinkan siswa untuk membangun pengetahuan

matematikanya termasuk meningkatnya hasil belajar siswa (NCTM, 2000).

Berkaitan dengan penelitian-penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan komunikasi dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian

tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan komunikasi dan hasil belajar siswa

dalam mata pelajaran Matematika menggunakan pembelajaran Paired Storytelling

dengan mengambil judul “Penerapan Model Pembelajaran Paired Storytelling dalam

Kelompok Kecil untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Hasil Belajar

Siswa Kelas VIIc SMP Pangudi Luhur Salatiga”.

Page 4: Penerapan Model Pembelajaran Paired Storytelling dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1875/2/T1_202008048_Full... · Komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication

5

Kemampuan Komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication dan dari bahasa latin

communicatus yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama, sehingga

komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan

aktifitas komunikasi tersebut (Wiloso, 2010:150). Komunikasi merupakan proses

yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan

masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan

lingkungan satu sama lain (Ruben dan Steward, 1998). Sejalan dengan Wiloso dan

Ruben, Forsdale (1981) seorang ahli pendidikan terutama ilmu

komunikasi menerangkan bahwa komunikasi adalah cara yang digunakan sehari-hari

dalam menyampaikan pesan atau rangsangan (stimulus) yang terbentuk melalui

sebuah proses yang melibatkan dua orang atau lebih.

Komunikasi merupakan awal mula membangun sebuah hubungan dan akan

mempengaruhi kelanjutan hubungan tersebut, jika hubungan dan komunikasi terjalin

baik, timbul sikap saling menghargai memberikan perhatian lebih satu dengan yang

lain. Maka hubungan akan terjalin lama atau panjang. Sebagaimana sebagai sesuatu

yang melekat pada diri individu, komunikasi terus berkembang melalui refleksi terus

menerus dari individu-individu yang melakukannya. Dalam komunikasi

sesungguhnya peran perasaan dan emosi sangat penting. Komunikasi sebagai ilmu

juga mengalami perkembangan.

Sebagai suatu ilmu, beberapa ahli telah menyusun teori-teori mengenai

komunikasi. Salah satunya adalah teori komunikasi antar pribadi menurut Dance dan

Carl Larson. Menurut teori ini, komunikasi antar pribadi secara tepat mengatur tiga

fungsi sebagai aspek komunikasi, yaitu : fungsi untuk menjalin hubungan antara

seseorang dengan lingkungannya, memungkinkan individu untuk melakukan

konseptualisasi dan merencanakan setiap elemen, fungsi mental dan fungsi mengatur

dalam arti mengatur individu yang bersangkutan maupun individu lain.

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

komunikasi adalah adanya proses penyampaian suatu pernyataan atau pertanyaan oleh

seseorang kepada orang lain untuk menjalin hubungan dan berinteraksi secara

berkepanjangan. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah

individu dengan individu dalam kehidupannya.

Pola komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi dinamis

antara guru dengan siswa ada tiga pola. Pertama adalah komunikasi satu arah, dalam

Page 5: Penerapan Model Pembelajaran Paired Storytelling dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1875/2/T1_202008048_Full... · Komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication

6

komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi.

Guru aktif siswa pasif. Ceramah pada dasarnya adalah komunikasi satu arah, atau

komunikasi sebagai aksi. Komunikasi jenis ini kurang banyak menghidupkan kegiatan

siswa dalam belajar. Kedua adalah Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua

arah, pada komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama yakni pemberi aksi dan

penerima aksi. Keduanya dapat saling memberi dan saling menerima. Komunikasi ini

lebih baik dari pada yang pertama, sebab kegiatan guru dan kegiatan siswa relative

sama. Ketiga adalah Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai tranaksi,

komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa

tetapi juga melibatkan interaksi dinamis antara siswa yang satu dengan yang lainnya

Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, disini guru dituntut untuk

membiasakan diri menggunakan komunikasi sebagai tranaksi. Hasil belajar siswa

sedikit banyak dipengaruhi oleh jenis komunikasi yang digunakan guru pada waktu

mengajar (Sujdana, 2008:31).

Hasil Belajar

Hasil belajar siswa, belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa

dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek

dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan

seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh

siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi

dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus

bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya

intervensi orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud

disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia

menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana.

Menurut Sudjana ( 2004 : 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar merupakan

perubahan perilaku yang diperoleh pembelajaran setelah mengalami aktivitas belajar

(Anni, 2004:4). Hasil belajar siswa ini merupakan tingkat perkembangan mental yang

lebih baik dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sejalan dengan Anni, Sutrisno

(dalam Winkel, 1996:22), mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang

dimiliki siswa dalam menerima pengalaman belajarnya.

Page 6: Penerapan Model Pembelajaran Paired Storytelling dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1875/2/T1_202008048_Full... · Komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication

7

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu

kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut

mengalami aktivitas belajar dan dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam

kehidupan sehari-hari. Hasil belajar tersebut digunakan oleh guru untuk dijadikan

oleh guru untuk dijadikan ukuran dalam mencapai tujuan pendidikan.

Proses belajar yang berlangsung menyebabkan terjadinya perubahan dan

peningkatan mutu kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan siswa, baik dari segi

kognitif, psikomotor maupun afektif. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil

belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif,

yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian; ranah afektif

yaitu berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan

karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai; ranah psikomotor yaitu meliputi

keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular

(menghubungkan, mengamati).

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena

lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian

dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Batasan hasil belajar yang

dimaksud pada penelitian ini adalah hasil belajar pada ranah kognitif siswa, dimana

siswa dapat mengetahui, memahami, menganalisis setiap soal yang diberikan oleh

guru.

Hasil belajar ini juga dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor biologis (jasmaniah), kondisi fisik

yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga

kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan

minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur. Faktor Psikologis, kondisi mental

yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan

stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi

atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap

keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor

utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan

menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih

banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.

Page 7: Penerapan Model Pembelajaran Paired Storytelling dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1875/2/T1_202008048_Full... · Komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication

8

Faktor Eksternal adalah faktor lingkungan keluarga, suasana lingkungan rumah yang

cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan

pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya. Faktor

lingkungan sekolah, hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa

disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi

siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan

secara konsekuen dan konsisten. Faktor lingkungan masyarakat, masyarakat

merupakan faktor ekstern yang juga berpengruh terhadap belajar siswa karena

keberadannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan

belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus

bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain.

Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil

belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari penyebab-penyebab terhambatnya

pembelajaran.

Model Pembelajaran Paired storytelling

Pembelajaran paired storytelling adalah salah satu model pembelajaran kooperatif

dan dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, guru, dan bahan

pengajaran Lie (2003: 70). Guru yang menggunakan metode ini harus memperhatikan

skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan

skemata ini agar bahan pembelajaran menjadi lebih bermakna, sebagaimana tujuan

paired storytelling yaitu untuk membantu siswa mengaktifkan skemata kebudayaan

yang sesuai untuk memaksimalkan pemahaman secara keseluruhan (Lie, 2003:70).

Model pembelajaran paired storytelling ini adalah model pembelajaran yang

menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Bahan

pelajaran yang cocok untuk teknik pembelajaran ini adalah yang bersifat naratif dan

deskriptif. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan dipakainya bahan-bahan yang

lainnya. Dalam kegiatan pembelajaran dengan model paired storytelling, siswa

dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan hasil pemikiran mereka

akan dihargai sehingga siswa merasa makin terdorong untuk belajar (Ranita 2011).

Berdasarkan pada pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

paired storytelling adalah model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada

siswa untuk berbagi pikiran dan pengalaman belajarnya kepada teman satu kelompok

dengan tujuan memperbaiki kegiatan belajar.

Page 8: Penerapan Model Pembelajaran Paired Storytelling dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1875/2/T1_202008048_Full... · Komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication

9

Kelebihan dalam model paired storytelling adalah 1) Siswa akan termotivasi dan

bekerja sama untuk tampil bercerita, dalam kelompok tersebut mereka harus bekerja

sama untuk mendapatkan nilai yang terbaik. 2) Siswa yang memiliki kemampuan

lebih dalam bercerita akan memotivasi siswa lain yang kurang terampil berbicara di

depan kelas. 3) Meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. 4) Setiap

siswa memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk berkontribusi dalam

kelompoknya. 5) Interaksi dalam kelompok mudah dilakukan; pembentukan

kelompok menjadi lebih cepat dan mudah.

Langkah-langkah pembelajaran Paired Storytelling

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model paired storytelling

antara lain :

1) Guru memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan

pelajaran untuk satu hari. Kegiatan brainstroming ini dimaksudkan untuk

mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap mengahadapi bahan pembelajaran

yang baru. Dalam kegiatan ini, guru perlu menekankan bahwa kesiapan mereka

dalam mengantisipasi bahan pelajaran yang akan diberikan pada hari itu dan

keharusan bekerja sama dalam kelompok.

2) Siswa dikelompokkan secara berpasangan.

3) Guru membagi bahan pembelajaran yang akan diberikan menjadi dua bagian.

4) Bagian pertama diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan bagian kedua

diberikan kepada siswa yang kedua.

5) Siswa diminta melakukan kegiatan bersama-sama dengan pasangannya, seperti

mencatat dan mendaftar bagian yang penting yang ada dalam bagian masing-

masing.

6) Masing-masing siswa menuliskannya sesuai dengan bagiannya masing-masing,

kemudian berdiskusi untuk saling melengkapi isi materi.

7) Setelah selesai menuliskan kesimpulan, masing-masing kelompok siswa diminta

untuk membacakan di depan teman-temannya.

8) Pendapat yang disimpulkan siswa tidak harus sama dengan bahan yang

sebenarnya

Tujuan kegiatan ini bukan untuk mendapatkan jawaban yang benar, melainkan

untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar dan mengajar. Di akhir

presentasi guru memberikan kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

Page 9: Penerapan Model Pembelajaran Paired Storytelling dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1875/2/T1_202008048_Full... · Komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication

10

Alasan Peneliti Menerapkan Model Pembelajaran Paired Storytelling

Penerapan model pembelajaran paired storytelling ini adalah untuk meningkatkan

kemampuan komunikasi siswa dikelas baik, komunikasi yang terjadi antar siswa

maupun guru dengan siswa. Selain kemampuan komunikasi siswa tersebut penelitian

ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dimana dalam proses pembelajaran

yang berlangsung siswa dapat bertukar pikiran dan berbagi pengalaman belajar siswa

didalam kelas. Maka peneliti merumuskan tujuan penerapan model pembelajaran

paired storytelling sebagai berikut:

1. pembelajaran yang terjadi di kelas tidak hanya berpusat pada guru, tetapi

melibatkan siswa selama proses pembelajara.

2. Dengan siswa ikut terlibat selama proses pembelajaran, maka siswa akan

mendapatkan pengalaman belajar sendiri dan akan lebih berkesan bagi siswa

3. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir dan bertukar pendapat

dengan siswa lain

4. Melatih keberanian siswa untuk bercerita atau presentasi di depan kelas hasil

kerja kelompok siswa

5. Guru selain sebagai pengajar, guru dapat berperan sebagai fasilitator siswa

selama proses pembelajaran berlangsung

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yang dilakukan pada sebuah

kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subjek di kelas

tersebut. Penelitian dilakukan dengan tujuan penerapan model pembelajaran paired

storytelling dalam kelompok kecil untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan

hasil belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas model Kemmis dan McTaggart

(1988) yang dalam pelaksanaanya terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan

(planning) adalah tahapan mengidentifikasi masalah dan membuat hipotesis tindakan

yang dapat menyelesaikan masalah yang ingin diatasi dengan penyelenggaraan

penelitian tindakan kelas, tindakan (acting) adalah tahapan yang dilakukan untuk

memperbaiki masalah dengan penerapan strategi yang akan digunakan, pengamatan

(observing) adalah tahapan peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-

hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung dan refleksi

Page 10: Penerapan Model Pembelajaran Paired Storytelling dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1875/2/T1_202008048_Full... · Komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication

11

(reflecting) adalah langkah untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah

dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi

guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Model ini komponen tindakan

(acting) dan pengamatan (observing) sebagai satu kesatuan. Karena kenyataannya

antara implementasi “acting” dan “observing” merupakan dua kegiatan yang tak

terpisahkan, yaitu dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya suatu

“acting” maka “observing” harus dilaksanakan.

Adanya pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara siklus tersebut

diharapkan semakin lama akan semakin dapat meningkatkan perubahan dan perolehan

hasil belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur Salatiga

dengan subjek kelas VIIC yang berjumlah 32 siswa, yaitu diantaranya 16 siswa laki-

laki dan 16 siswa perempuan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan teknik tes, observasi dan dokumentasi. Tes dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana hasil belajar yang diperoleh siswa sedangkan observasi digunakan untuk

mengamati proses pelaksanaan pembelajaran yang terjadi di kelas dan bagaimana

kegiatan komunikasi yang terjadi di kelas dengan penerapan model pembelajaran

paired storytelling di dalam kelas. Data yang diperoleh dalam setiap siklus penelitian

dianalisis dengan menggunkan Teknik analisis data. Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif yaitu

mendeskripsikan tentang apa yang dilakukan saat penelitian tindakan kelas

berlangsung dalam model pembelajaran paired storytelling dengan mengambil nilai

evaluasi belajar siswa dan melihat komunikasi siswa selama pembelajaran

berlangsung. Kegiatan yang dilakukan untuk menganalisis menganalisis peningkatan

kemampuan komunikasi siswa adalah dengan melakukan observasi kegiatan pada

setiap pertemuan yang berlangsung kemudian dicari prosentase ketuntasan kegiatan

komunikasi pada setiap siklusnya kemudian dilihat peningkatannya. Ketuntasan

kegiatan komunikasi ini ditentukan pada batas yaitu 70% (marno, 2008). Sedangkan

hasil belajar siswa harus mencapai batas ketuntasan yang ditetapkan sekolah yaitu

65%. Disamping hal tersebut, dalam kelas selama proses pembelajaran siswa-pun

sudah mampu melakukan komunikasi dengan baik, yaitu dapat bertukar pikiran

dengan teman satu kelompok kemudian mampu mempresentasikan hasil kerja

kelompok mereka di depan kelas maka dengan demikian dapat dikatakan tindakan

telah berhasil.

Page 11: Penerapan Model Pembelajaran Paired Storytelling dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1875/2/T1_202008048_Full... · Komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication

12

Hasil-hasil Pembahasan

Penelitian ini didapatkan bahwa penerapan model pembelajaran paired

storytelling dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan hasil belajar siswa

terhadap matematika. Peningkatan tersebut diawali dengan peningkatan keterlibatan

siswa selama melakukan komunikasi selama proses pembelajaran dengan penerapan

model pembelajaran paired storytelling. Peningkatan kemampuan siswa dalam

melakukan komunikasi di kelas dapat dilihat pada tabel berikut ini, peningkatan ini

dari sebelum adanya tindakan sampai kepada siklus I dan siklus II. Penerapan model

paired storytelling ini mampu merangsang siswa untuk melakukan komunikasi di

kelas baik dengan siswa lain maupun dengan guru. Adanya komunikasi yang

demikian menyebabka pembelajaran tidak hanya satu arah lagi tetapi pebelajaran

yang multiarah. Komunikasi tersebut dapat berupa: siswa mampu mengungkapkan

reaksi/ tanggapan terhadap sesuatu yang sedang dihadapi, siswa mampu memberikan

informasi, siswa bersediaan untuk mendengarkan dan memperhatikan lawan bicara,

Pengungkapan diri sesuai dengan fakta yang terjadi dan menjelaskan perasaan, siswa

mampu mencegah salah pengertian dan meredakan kemarahan dalam komunikasi,

siswa mampu menaruh kepercayaan untuk membantu memperlancar tercapainya

tujuan komunikasi. Adanya kemampuan siswa melakukan komunikasi tersebut

menyebabka pembelajaran dengan model paired storytelling semakin baik dilakukan

pada siswa dan menyebabka pembelajaran di kelas lebih berkesan bagi siswa, karena

siswa mengalami pengalaman belajar sendiri di kelas. Berikut ini adalah peningkatan

komunikasi yang terjadi pada tiap siklus.

Tabel 1

Peningkatan kemampuan komunikasi siswa

Pra-siklus Siklus I Siklus II

Prosentase 38% 57,6% 87,5%

Kriteria Kurang baik

sekali

Cukup baik Baik

Keterangan

Belum mencapai

indikator

keberhasilan

Belum mencapai

indikator

keberhasilan

sudah mencapai

indikator

keberhasilan

Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan komunikasi siswa dalam kelas selama

mengikuti proses pembelajaran dengan adanya penerapan model paired storytelling.

Dari hasil observasi yang dilakukan ditemuakan adanya perubahan komunikas siswa

Page 12: Penerapan Model Pembelajaran Paired Storytelling dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1875/2/T1_202008048_Full... · Komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication

13

selama proses pembelajaran. Pembelajaran pada siklus I siswa masih terlihat

mengalami kesulitan mengikuti pembelajaran dengan adanya model pembelajaran

paired storytelling ini, karena ini merupakan pengalaman belajar siswa dalam belajar

menggunakan model paired storytelling. Siswa masih sering bertanya kepada guru

apa yang menjadi tugas mereka dan apa yang harus mereka lakukan, siswa juga

terlihat canggung dalam melakukan tukar pendapat dengan teman satu kelompok

maupun saat siswa melakukan presentasi dikelas. Siklus I ini juga ada siswa yang

benar-benar tidak berani melakukan presentasi di kelas, walaupun guru dan siswa lain

mencoba membujuk tetapi belum membuat siswa ini melakukan presentasi dikelas

jadi guru mencoba mencari jalan keluarnya dengan melakukan pendekatan dengan

siswa ini. Pada siklus ini siswa masih menyesuaikan diri selam proses pembelajaran

berlangsung. Pembelajaran pada siklus II kegiatan komunikasi yang berlangsung

dikelas sudah mulai mengalami peningkatan dan telah mencapai indicator

keberhasilan yang menjadi tujuan pembelajaran ini. Siswa sudah mulai terbiasa

melakukan komunikasi dan tidak canggung lagi dalam melakukan tukar pendapat

maupun presentasi didepan kelas. Siklus II ini semua siswa sudah mampu melakukan

komunikasi di depan kelas baik kepada siswa lain ataupun kepada guru. Siswa yang

awalnya tidak berani untuk presentasi, pada siklus II siswa berani melakukan

komunikasi di depan kelas.

Hasil belajar siswa-pun mengalami peningkatan dari hasil pra-siklus ke siklus I

dan ke siklus II dengan adanya penerapan model pembelajaran paired storytelling.

Pembelajaran pra-siiklus hasil belajar siswa masih rendah, hanya 14 siswa yang

mengalami ketuntasan nilai KKM sedangkan 18 siswa lainnya belum mencapai nilai

KKM, artinya hanyamencapai nilai klasikal 43,8%. Sehingga pada pembelajaran pra-

siklus ini belum mencapai indikator keberhasian yang diharapkan yaitu 65%, untuk

itu dilakukanlah perbaikan pembelajaran pada siklus !. Pembelajaran siklus I didapat

hasil belajar siswa sebanyak 17 siswa yang tuntas sedangkan 15 siswa belum

mencapai nilai KKM atau belum tuntas, artinya dalam siklus I tercapai ketuntasan

klasikal sebesar 53,1%. Pembelajaran siklus I ini belum tercapainya indicator

keberhasilan, maka dilakukanlah perbaikan kembali pada siklus II. Pembelajaran pada

siklus II telah mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, sebanyak 28 siswa

mencapai nilai KKM dan hanya 4 siswa yang belum mencapai nilai KKM yang

diharapkan. Ketuntasan klasikal yang diperoleh sebesar 87.5%. Pembelajaran siklus II

Page 13: Penerapan Model Pembelajaran Paired Storytelling dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1875/2/T1_202008048_Full... · Komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication

14

ini telah berhasil dilakukan dan telah mencapai indikator keberhasilan. Berikut ini

adalah table 2, peningkatan hasil belajar dari tiap siklus yang terjadi.

Tabel 2

Peningkatan hasil belajar siswa

Pra-siklus Siklus I Siklus II

Tuntas 14 siswa 17 siswa 28 siswa

Tidak tuntas 18 siswa 15 siswa 4 siswa

Prosentase 43,8% 53,1% 87.5%

Keterangan

Belum mencapai

indikator

keberhasilan

Belum mencapai

indikator

keberhasilan

Mencapai indikator

keberhasilan

Berdasarkan pada uraian diatas, dapat dilihat bahwa dengan adanya penerapan

model pembelajaran paired storytelling dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

siswa dan hasil belajar siswa. Peningkatan yang terjadi dalam pembelajaran dapat

terlihat dengan baik. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran yang terjadi pada pra-

siklus ke siklus I dan ke siklus II mengalami peningkatan yang sangat baik dalam

hasil belajar siswa. Awalnya pada pra-siklus yang tidak tuntas ke siklus I mengalami

peningkatan walaupun belum tuntas, tetapi pada siklus II telah terjadi ketuntasan.

Nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan dari nilai pra-siklus ke siklus I dan

ke siklus II. Penerapan model pembelajaran paired storytelling dalam proses

pembelajaran di kelas dapat menunjukan adanya keberhasilan siswa dalam belajar, hal

ini tidak terlepas dari keterlibatan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran di

kelas.

Komunikasi yang terwujud antara siswa dengan siswa dan dengan guru pun

mulai terlihat perbedaannya. Pembelajaran pra-siklus terlihat bahwa komunikasi yang

terjadi masih sangat kurang sekali dilakukan dalam kelas, sedangkan pada

pembelajaran siklus I ke siklus II setelah diterapkannya model pembelajaran paired

storytelling terlihat kenaikan prosentase kegiatan komunikasi. Awalnya pada siklus I

siswa yang masih ragu-ragu dan kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapat

pada siklus II siswa sangat percaya diri dan mampu menyampaikan pendapatnya

dengan baik. Penerapan model pembelajaran paired storytelling ini membawa

dampak yang positif bagi guru dan siswa karena di dalam kelas terjadi komunikasi

multiarah dan siswa-pun terlihat aktif berinteraksi satu dengan yang lain. Pada siklus

Page 14: Penerapan Model Pembelajaran Paired Storytelling dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1875/2/T1_202008048_Full... · Komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication

15

II ini siswa sudah mulai terbiasa melakukan komunikasi dalam kelas. Penerapan

model pembelajaran paired storytelling mampu mencapai tujuan pembelajaran sesuai

dengan indikator keberhasilan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari setiap siklus yang telah di

laksanakan, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe paired storytelling dengan pokok bahasan himpunan pada siswa kelas

VIIC SMP Pangudi Luhur Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2011/2012, dapat

memperbaiki komunikasi yang terjadi di kelas dan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model paired storytelling dapat

meningkatkan komunikasi dan hasil belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari :

a) Terdapat kenaikan prosentase ketuntasan klasikal dari prosentase klasikal pra-

siklus sebesar 43.8%, 53.1% pada siklus I dan 87.5% pada siklus II.

b) Terdapat kenaikan prosentase komunikasi yang dilakukan melalui observasi dari

pra-siklus sebesar 37.5%, 57.6% pada siklus I dan 79.7% pada siklus II.

c) Dampak dari penerapan model pembelajarn paired storytelling menyebabkan

komunikasi dan kerjasama siswa meningkat sehingga dalam proses

pembelajaran terdapat interaksi multiarah antar siswa dan guru dengan siswa.

Page 15: Penerapan Model Pembelajaran Paired Storytelling dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1875/2/T1_202008048_Full... · Komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication

16

DAFTAR PUSTAKA

Anni, T.C. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Press

Asikin. M. 2001. Matematika Realistik: Paradigma Baru Pembelajaran Matematika

dan Upaya Peningkatan “Mathematical Communication”

Dimyati. 2002 Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Harry van de Wouw ( Workshop “Teaching and Learning in for Vocational High

School (SMK) Teachers”, di Kampus Terpadu, Sabtu (27/8/’10) Bantul). Di

unduh 10 juni 2011.

Johnson, DW,& Johnson,R. 1989. Cooperative and Competion: Theoru and Research.

Edina,MN: Interaction Book Company.

Lie Anita, 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Makalah Seminar. Disajikan dalam Seminar Nasional Matematika di UNY Yogya, 21

April.

Marno dan Idris. 2008. Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta: AR-RUZZ

MEDIA

NCTM. (1980). Teacing solving in school mathematics. Reston, Virginia : The

National Coucil of Teachers of Mathematics. Inc. Di unduh 10 Januari 2012

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sudiana, Nana, 2008. Dasar-Dasar Proses Belajar-Mengajar. Bandung: Sinar baru

algensido.

Ruben, Brent D,Stewart, Lea P. 2005. Communication and Human Behaviour. USA:

Alyn and Bacon

Sugandi, A.I. (2002). Pembelajaran Pemecahan Masalah Matmatika Melalui Model

Belajar Kooperatif Tipe Jigsaw.

Trianto, 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi aksara.

Wiloso, Pamerdi. 2009. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Salatiga: Widya Sari Press.

Page 16: Penerapan Model Pembelajaran Paired Storytelling dalam ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1875/2/T1_202008048_Full... · Komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication

17

Windrawanto, Yustinus. Komunikasi Antar Pribadi. Salatiga: Widya Sari Press

(Anggota ISBN perpustakan Nasional).

Winkel, WS. 1996. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia

Yonny, Acep dkk. 2010. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia.

©2010 - Tentang Garuda - Manajemen Portal.

http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1207106-091321/

(di unduh 9 Januari 2012)

Digital Library. DDC Rs 372.622 ARl p

(di unduh 9 Januari 2012)

http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/issue/current.

(di unduh 9 Januari 2012)

http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/03/pengertian-definisi-hasil-belajar.html

(di unduh 10 februari 2012)

http://stitattaqwa.blogspot.com/2012/04/komunikasi-dalam-manajemen-

pendidikan.html

(di unduh 10 februari 2012)

http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html

(di unduh 23 februari 2012)

http://ian43.wordpress.com/2010/12/23/pengertian-pembelajaran-kooperatif/

(di unduh 23 februari 2012)

http://blog.unm.ac.id/hakim/2010/02/16/model-pembelajaran-kooperatif/

(di unduh 23 februari 2012)