STORYTELLING SEBAGAI METODE PARENTING UNTUK …

6
STORYTELLING SEBAGAI METODE PARENTING UNTUK PENGEMBANGAN KECERDASAN ANAK USI A DINI Muallif ah Fakul t as Psikologi Univer sit as I sl am Neger i ( UI N) Maulana Mal ik Ibrahi m Mal ang Jl . Gajayana 50 Mal ang Tel p. 0341- 558916 emai l: alief aha@gmail .com Abstrak - Usia di ni antara 0- 6 tahun mer upakan t ahap per kembangan anak yang pali ng pent i ng. Hal ini di karenakan usi a di ni adalah masa keemasan (golden age) bagi perkembangan ot ak anak. Ter dapat berbagai bentuk pendidikan yang bisa di beri kan kepada anak- anak sejak usia dini . Mul ai dari met ode bernyanyi, ber main, ber cer ita dan karya wisat a. Beber apa peneli t i an menyebutkan met ode ber ceri ta ( st oryt el li ng) adalah met ode yang ef ekt if dan pali ng banyak di gemari pada usi a anak. Alasan mengapa (st oryt elli ng) di anggap ef ekt if dal am memberikan pendi di kan kepada anak. Per tama, cer i ta pada umumnya lebi h ber kesan dar i pada nasehat, sehingga pada umumnya ceri t a t er ekam j auh l ebih kuat dalam memor i manusi a. Kedua, melalui (st oryt elling) anak diaj arkan mengambil hi kmah. Penggunaan met ode ber cer it a akan membuat anak l ebih nyaman dar i pada dicer amahi dengan nasehat . Untuk menci pt akan anak cerdas dan sukses diperlukan usaha yang maksimal , t ermasuk model par ent i ng (pol a asuh) yang di t er apkan kepada anak. Par ent i ng yang bisa mengembangkan pot ensi dan kreatifi t as anak adalah model par ent ing aut hor itat ive. St oryt elling ( met ode bercer i ta) mampu menstimulasi berbagai kecer dasan anak sej ak usia di ni . Di ant aranya, st oryt ell i ng mampu meni ngkatkan kecer dasan bahasa anak, kr eatifi t as dan menanamkan moral pada anak usi a di ni. Namun yang perlu diperhat i kan adalah t ahap kognit if anak usia dini masih pada t ahap oper asional kongkr i t , maka bentuk ceri t a yang di j adikan sebagai met ode ber cer i t a har us menyesuai kan dengan kemampuan anak. Keywor d: Parent i ng, St oryt elli ng, author it at ive. PSIKOISLAMI KA. Jur nal Psi kol ogi I slam ( JPI ) copyr i ght © 2013 Laborat or i um Peneli ti an, Kaji an Psikologi I slam dan Penerbi t an. Volume 10. Nomor 1, Tahun 2013 PENDAHULUANpali ng pent i ng. Hal i ni di karenakan usia di ni adalah Anak mer upakan invest asi yang sangat berhargamasa keemasan ( golden age) bagi perkembangan bagi orangtua di masa depan. Semua or angtuaot ak anak. Kosasih (2008) menambahkan bahwa "The past i menginginkan anaknya sukses, oleh kar enaGol den Age" adalah masa emas yang t epat untuk it u ber bagai upaya yang dilakukan or angtua untukdiber i kan stimulasi . Pada masa i ni perkembangan mewuj udkannya. Mul ai dari memper hat i kan asupanmot orik anak semaki n bai k, sej al an dengan gizi yang di konsumsi ol eh anak, memenuhi apa yangper kembangan kogni t if nya yang mulai kr eat i f dan di butuhkan sampai pada member ikan pendi di kani majinat if. Daya i maj i nati f yang t inggi, membuat kepada anak.anak semaki n suka menemukan hal-hal bar u. Sej alan Mencetak anak sukses bukan hanya t er gantungdengan perkembangan kogni t ifnya i nf ormasi yang pada l embaga pendi di kan f or mal , mel ai nkan bisadiber i kan kepada anak secar a ber ulang- ulang akan ki t a mulai dengan memberi kan pendidi kan di dal amt ersimpan dalam waktu yang lama ( Koyan, 2000). kel uarga sej ak usia di ni . Menur ut Piaget, sal ah sat uHal ini menunj ukkan bahwa pot ensi dan kemampuan t okoh psi kol ogi menyatakan bahwa usia di ni (0-6yang di mili ki oleh anak usia di ni harus di kembangkan, t ahun) mer upakan t ahap per kembangan anak yangagar pendi dikan yang di ber i kan bisa opt i mal. 66Jur nal Psi koisl amika | Vol ume 10 Nomor 1 Tahun 2013

Transcript of STORYTELLING SEBAGAI METODE PARENTING UNTUK …

Page 1: STORYTELLING SEBAGAI METODE PARENTING UNTUK …

STORYTELLING SEBAGAI METODE PARENTINGUNTUK PENGEMBANGAN KECERDASAN

ANAK USIA DINIMuallifah

Fakultas PsikologiUniversitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

Jl. Gajayana 50 Malang Telp. 0341-558916email: [email protected]

Abstrak - Usia dini antara 0-6 tahun merupakan tahap perkembangan anak yang paling penting.Hal ini dikarenakan usia dini adalah masa keemasan (golden age) bagi perkembangan otakanak. Terdapat berbagai bentuk pendidikan yang bisa diberikan kepada anak-anak sejak usiadini. Mulai dari metode bernyanyi, bermain, bercerita dan karya wisata. Beberapa penelitianmenyebutkan metode bercerita (storytelling) adalah metode yang efektif dan paling banyakdigemari pada usia anak. Alasan mengapa (storytelling) dianggap efektif dalam memberikanpendidikan kepada anak. Pertama, cerita pada umumnya lebih berkesan dari pada nasehat,sehingga pada umumnya cerita terekam jauh lebih kuat dalam memori manusia. Kedua,melalui (storytelling) anak diajarkan mengambil hikmah. Penggunaan metode bercerita akanmembuat anak lebih nyaman dari pada diceramahi dengan nasehat. Untuk menciptakan anakcerdas dan sukses diperlukan usaha yang maksimal, termasuk model parenting (pola asuh) yangditerapkan kepada anak. Parenting yang bisa mengembangkan potensi dan kreatifitas anakadalah model parenting authoritative. Storytelling (metode bercerita) mampu menstimulasiberbagai kecerdasan anak sejak usia dini. Diantaranya, storytelling mampu meningkatkankecerdasan bahasa anak, kreatifitas dan menanamkan moral pada anak usia dini. Namunyang perlu diperhatikan adalah tahap kognitif anak usia dini masih pada tahap operasionalkongkrit, maka bentuk cerita yang dijadikan sebagai metode bercerita harus menyesuaikandengan kemampuan anak.

Keyword: Parenting, Storytelling, authoritative.

PSIKOISLAMIKA. Jurnal Psikologi Islam (JPI) copyright © 2013 Laboratorium Penelitian, KajianPsikologi Islam dan Penerbitan. Volume 10. Nomor 1, Tahun 2013

PENDAHULUANpaling penting. Hal ini dikarenakan usia dini adalahAnak merupakan investasi yang sangat berhargamasa keemasan (golden age) bagi perkembangan

bagi orangtua di masa depan. Semua orangtuaotak anak. Kosasih (2008) menambahkan bahwa "Thepasti menginginkan anaknya sukses, oleh karenaGolden Age" adalah masa emas yang tepat untukitu berbagai upaya yang dilakukan orangtua untukdiberikan stimulasi. Pada masa ini perkembanganmewujudkannya. Mulai dari memperhatikan asupanmotorik anak semakin baik, sejalan dengangizi yang dikonsumsi oleh anak, memenuhi apa yangperkembangan kognitifnya yang mulai kreatif dandibutuhkan sampai pada memberikan pendidikanimajinatif. Daya imajinatif yang tinggi, membuatkepada anak.anak semakin suka menemukan hal-hal baru. Sejalan

Mencetak anak sukses bukan hanya tergantungdengan perkembangan kognitifnya informasi yangpada lembaga pendidikan formal, melainkan bisadiberikan kepada anak secara berulang-ulang akan

kita mulai dengan memberikan pendidikan di dalamtersimpan dalam waktu yang lama (Koyan, 2000).keluarga sejak usia dini. Menurut Piaget, salah satuHal ini menunjukkan bahwa potensi dan kemampuantokoh psikologi menyatakan bahwa usia dini (0-6yang dimiliki oleh anak usia dini harus dikembangkan,tahun) merupakan tahap perkembangan anak yangagar pendidikan yang diberikan bisa optimal.

66Jurnal Psikoislamika | Volume 10 Nomor 1 Tahun 2013

Page 2: STORYTELLING SEBAGAI METODE PARENTING UNTUK …

67Jumal Psikoislamika | Volume 10 Nomor 1 Tahun 2013

KERANGKA KERJA TEORITIKStorytelling

Secara bahasa Storytelling adalah interaktif,pendengar mendengarkan cerita yang disampaikan.Metode bercerita (storytelling) merupakan sebuahmetode yang dilakukan oleh seseorang, dengancara membaca. Menurut Henny (2007) dalam prosespembelajaran storytelling atau metode berceritamerupakan salah satu metode untuk meningkatkankemampuan berbicara. Bercerita bukan hanya berbagipengetahuan tentang isi cerita dan pengalaman,tetapi juga memberikan suatu nasihat kepada anak.Selain itu bercerita juga dapat memperkenalkananak kepada nila-nilai moral dan sosial.

Hal senada juga diungkapkan oleh Brewer(2007) menggambarkan storytelling adalah bertuturdengan intonasi yang jelas, menceritakan sesuatuyang berkesan, menarik, punya nilai-nilai khusus danpunya tujuan khusus. Menurut Henny (2007) melaluimetode cerita, anak tidak akan pernah kehabisanakal, karena cerita akan menimbulkan dampakpositif, antara lain; (a) melatih daya tangkap, (b)melatih daya pikir, (c) melatih daya konsentrasi, (d)membantu perkembangan imajinasi. (e) menciptakansuasana yang menyenangkan. Wuryandani (2006)dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwametode bercerita (storytelling) memiliki beberapadampak positif, diantaranya; (a) menimbulkan minatuntuk membaca bagi anak-anak, (b) meningkatkanminat baca, (c) membentuk budaya membaca.

Ketika bercerita, pencerita dapat melakukandengan teknik yang menarik agar pesan yangdisampaikan oleh penulis atau pengarang ceritadapat disampaikan. Hal ini bisa dilakukan dengancara; pengucapan atau peniruan suara, intonasiatau nada suara, penghayatan watak tokoh cerita,ekspresi cerita, gerak dan penampilan, kemampuanbahasa yang komunikatif.

Parenting (Pola Asuh)Kata parenting secara bahasa sering diartikan

sebagai kemampuan atau keterampilan yang dimilikioleh orang tua dalam mengasuh anak. Shohib (1998)menyatakan bahwa parenting merupakan cara yangdigunakan oleh orang tua untuk mengasuh anak baiksecara langsung maupun tidak langsung.

Sementara Baumrind (1978) menyatakanpola asuh pada prinsipnya merupakan parental

control yakni bagaimana orang tua mengontrol,

membimbing, mendampingi anak-anaknya untukmelaksanakan tugas-tugas perkembangannya danmenuju pada proses pendewasaan. Hal senada

Berbagai bentuk pendidikan yang bisa diberikankepada anak-anak sejak usia dini. Mulai dari metodebernyanyi, bermain, bercerita dan karya wisata.Masing-masing metode mempunyai kelemahan dankelebihan. Namun banyak penelitian, diantaranyapenelitian yang dilakukan oleh Murdiono padatahun 2008 dari beberapa metode yang digunakantersebut, metode bercerita (storytelling) adalahmetode yang efektif dan paling banyak digemaripada usia anak.

Ada beberapa alasan mengapa (storytelling)dianggap efektif dalam memberikan pendidikankepada anak. Pertama, cerita pada umumnyalebih berkesan dari pada nasehat, sehingga padaumumnya cerita terekam jauh lebih kuat dalammemori manusia. Kedua, melalui (storytelling) anakdiajarkan mengambil hikmah. Penggunaan metodebercerita akan membuat anak lebih nyaman daripada diceramahi dengan nasehat.

Sementara itu, perlu diingat anak usia dinimemiliki karakter yang khas, mereka lebih sukabermain dan bersenang-senang. Maka dalam pengajaranpada anak dibutuhkan metode-metode yang sesuaidengan karakter anak agar proses pengajaran tersebutbisa maksimal. Di dalam (storytelling) anak-anakdikenalkan dengan berbagai karakter unik yang adadi dalamnya. Selain itu, anak lebih merasa senangdari pada model pembelajaran ceramah.

Michael (2009) menyatakan bahwa berceritamerupakan metode yang sangat penting dalammengembangkan kemampuan bahasa dan kognitifpada anak usia dini. Hal senada juga diungkapkan olehMoeslichaton (2004) selain mengembangkan bahasadan kognitif anak, metode bercerita (storytelling)juga memiliki beberapa manfaat, diantaranya; (1)melalui cerita kita bisa menyisipkan sifat empati,kejujuran, kesetiaan dan keramahan, ketulusan,(2) memberikan sejumlah pengetahuan sosia,moral dan lain sebagainya, (3) melatih anak belajarmendengarkan apa yang disampaikan, (4) membuatanak bsia mengembangkan aspek psikomotor,kognitif dan afektif, (5) metode bercerita mampumeningkatkan imajinasi dan kreatifitas anak.

Dari berbagai hasil penelitian yang sudahdikemukakan di atas, dapat difahami bahwa peranmetode bercerita (storytelling) bagi anak usia dinimampu menumbuhkembangkan potensi-potensiyang dimiliki oleh anak. Baik dari aspek psikomotor,kognitif, afeksi maupun moral anak. Untuk itu artikelini membahas tentang metode storytelling sebagaimetode parenting education untuk mengembangkankecerdasan pada anak usia dini.

Page 3: STORYTELLING SEBAGAI METODE PARENTING UNTUK …

Jurnal Psikoislamika I Volume 10 Nomor 1 Tahun 201368

mengharuskan anak-anaknya bertindak pada tingkatintelektual dan sosial sesuai usia dan kemampuanmereka. Tetapi mereka tetap memberi kehangatan,bimbingan, dan komunikasi dua arah, (d) Memberikanpenjelasan dan alasan atas hukuman dan laranganyang diberikan oleh orangtua kepada anak, (e)selalu mendukung apa yang dilakukan oleh anak,tanpa membatasi segala potensi yang dimilikinyaserta kreativitasnya namun tetap membimbing danmengarahkan anak-anaknya.

Adapun pola asuh permisive memiliki ciri-ciriantara lain: (a) orangtua memberikan kebebasankepada anak seluas mungkin, (b) anak tidakdituntut untuk belajar bertanggung jawab, (c) anakdiberikan hak yang sama dengan orang dewasa,anak diberikan kebebasan yang seluas-luasnya untukmengatur diri sendiri, (d) orangtua tidak banyakmengatur dan tidak banyak mengontrol, sehinggaanak tidak diberi kesempatan untuk mandiri danmengatur diri sendiri dan diberikan kewenanganuntuk mengontrol dirinya sendiri.

Dari pemaparan model pengasuhan di atasbisa diketahui bahwa model pola asuh modelotoriatatif ini mampu meningkatkan psikososialanak, lebih efektif memberikan kebebasan anakdalam mengekspresikan dan mengaktualisasikanpotensinya dan membuat anak menjadi lebihkreatif. Statement ini didukung oleh hasil penelitianyang dilakukan oleh Dr. M. Enoch Markum dalamDisertasinya, membuktikan, pola asuh otoritatifsangat efektif untuk menunjang anak berprestasitinggi dan lebih kreatif.

DISKUSIStorytelling sebagai Metode MencerdaskanAnak

Menurut kedokteran optimalisasi perkembangankecerdasan dimulai dari anak baru lahir sampai usia5 tahun atau sering disebut dengan usia golden age(usia emas). Hal ini menunjukkan bahwa hampir 50persen potensi kecerdasan anak sudah terbentukpada usia empat tahun, kemudian secara bertahapmencapai 80 persen pada usia delapan tahun.

Untuk mencerdaskan anak bisa dilakukandengan memberikan stimulasi. Diantara cara yangpaling mudah adalah dengan membacakan bukupada anak, terutama sejak usia dini (0-6 tahun).Dengan cara demikian anak bisa merespon informasiyang disampaikan dalam cerita dan otak menyerapinformasi yang terkandung di dalamnya. Sepertiyang sudah diketahui bahwa usia balita disebutsebagai the golden age, dimana kualitas otak

juga diungkapkan oleh Kohn (dalam Casmini, 2007)mengatakan bahwa pola asuh atau pengasuhanmerupakan cara orangtua berinteraksi dengan anakyang meliputi pemberian aturan, hadiah, hukumandan pemberian perhatian, serta tanggapan orangtuaterhadap setiap prilaku anak. Sedangkan Karen(2008) menyatakan bahwa kualitas pola asuh yangbaik adalah kemampuan orangtua untuk memonitorsegala aktivitas anak, sehingga ketika anak dalamkeadaan terpuruk orangtua mampu memberikansupport dan memperlakukan anak dengan baik,sesuai dengan kondisi anaknya.

Dari beberapa definisi parenting di atasmenunjukkan bahwa parenting mencakup beberapapemahaman, diantaranya: (a) pengasuhan bertujuanuntuk mendorong pertumbuhan dan perkembangananak secara optimal, baik secara fisik, mentalmaupun sosial, (b) pengasuhan merupakan sebuahproses interaksi yang terus menerus antara orang tuadengan anak, (c) pengasuhan adalah sebuah prosessosialisasi, (d) sebagai sebuah proses interaksi dansosialisasi proses pengasuhan tidak bisa dilepaskandari sosial budaya dimana anak dibesarkan.

Ada beberapa tipe pengasuhan dalam keluarga.Meurut Baumrind (1978), pola asuh (parenting) adatiga macam, yaitu (1) pola asuh authoritarian, (2)pola asuh authoritative, (3) pola asuh permisive

Menurut Baumrind (1978) bentuk pola asuhauthoritarian memiliki ciri-ciri antara lain: (a)orangtua dalam memperlakukan anaknya bersifattegas, (b) suka menghukum anak yang dianggaptidak sesuai dengan keinginan orangtua, (c) kurangmemiliki kasih sayang, (d) mudah menyalahkan segalaaktivitas anak terutama ketika anak ingin berlakukreatif. Pada prilaku authoritarian, orangtua sukamemaksakan anak-anaknya untuk patuh terhadapaturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh orangtua,berusaha membentuk tingkah laku, sikap sertacenderung mengekang keinginan anak-anaknya.Orangtua tidak mendorong anak untuk mandiri,jarang memberikan pujian ketika anak sudahmendapatkan prestasi atau melakukan sesuatuyang baik, hak anak sangat dibatasi tetapi dituntutuntuk mempunyai tanggung jawab sebagaimanadengan halnya orang dewasa.

Sedangkan pola authoritative mempunyai ciri-ciri antara lain: (a) hak dan kewajiban antara anakdan orangtua diberikan secara seimbang, (b) merekasaling melengkapi satu sama lain, orangtua yangmenerima dan melibatkan anak dalam mengambilkeputusan yang terkait dengan kepentingan keluarga,(c) Memiliki tingkat pengendalian tinggi dan

Page 4: STORYTELLING SEBAGAI METODE PARENTING UNTUK …

69Jurnal Psikoislamika I Volume 10 Nomor 1 Tahun 2013

yang dimiliki anak, termasuk pemberian stimulasiagar berbagai kecerdasan anak bisa berkembangdengan baik, mengontrol, mendampingi apa yangdisaksikan dan apa yang dilakukan oleh anak. Jadimodel pola asuh authoritative merupakan bentukpola asuh yang tetap menstimulasi dan meningkatkankecerdasan anak.

Berbagai cara bisa dilakukan oleh orangtuauntuk menstimulasi kecerdasan anak, diantaranya;mendengarkan musik, melihat atau mengalami secaralangsung dalam proses pembelajaran. Namun banyakpenelitian menyatakan bahwa metode yang tepatdan efektif untuk menstimulasi berbagai kecerdasananak usia dini adalah metode storytelling. Dalamkegiatan storytelling, proses bercerita menjadisangat penting, karena dari proses inilah nilai ataupesan dari cerita tersebut dapat sampai pada anak.Pada saat proses storytelling berlangsung terjadisebuah penyerapan pengetahuan yang disampaikanorangtua kepada anak.

Storytelling Meningkatkan Kecerdasan BahasaAnak

Dari berbagai penelitian, storytelling digunakansebagai metode yang mampu untuk menstimulasidan meningkatkan kemampuan bahasa verbal anak.Melatih dan merangsang kemampuan berbahasaanak merupakan salah satu tugas penting bagiorangtua. Salah satu metode yang tepat menurutkriteria di atas adalah dengan storytelling ataumetode bercerita. Dalam Cerita pada dasarnyamemiliki struktur kata dan bahasa yang lengkapserta menyeluruh yang mana di dalamnya sudahterdapat sistem aturan bahasa yang mencakupfonologi, morfologi, sintaksis, semantik (Santrock,2007). Lenox (2000) juga menjelaskan efek laindari storytelling adalah alat yang sangat kuat untukmeningkatkan pemahaman diri anak dan orang laindisekitarnya.

Hal ini dijelaskan oleh Colon (1997 dalamIsbeU, Sobol, 2004) yang menyatakan bahwadalam storytelling mampu mengajari anak untukmendengar, membantu membangun keterampilankomunikasi oral dan tulisan, dan mengembangkanpemahaman dari cerita skema. Storytelling jugamembantu mengembangkan kelancaran, menambahperbendaharaan kata, dan membantu mengingat kata.Selain itu, melalui Storytelling anak menjadi tertarikuntuk bertanya ketika mereka tidak memahami isicerita, dari proses inilah kemudian perbendaharaankata bertambah. Dari berbagai penelitian di atas,dapatlah kita ketahui bahwa metode storytelling

anak sangat ditentukan oleh tiga tahun pertamakehidupannya. Saat lahir, otak memiliki satu triliunsel otak. Setelah kelahiran, otak bayi menghasilkanbertriliun-triliun sambungan (sinap) antar neuronyang banyaknya melebihi kebutuhan. Proses inilahyang membentuk pengalaman dan akan dibawanyaseumur hidup.

Berdasarkan potensi yang dimiliki oleh anaktersebut, maka pemberian stimulus yang tidakmaksimal juga akan membuat potensi tidak berkembangdengan optimal. Untuk mencapai perkembanganpotensi anak secara optimal, seharusnya stimulasidilakukan sejak anak usia dini.

Banyak wacana yang mengatakan akhir-akhirini orangtua banyak lebih memilih cara yang lebihinstan dan mudah dalam melaksanakan pengasuhananak. Hal ini ditunjukkan dengan kurang adanyakontrol dan dampingan orangtua terhadap pergaulananak, kegiatan anak dan tontonan program televisiyang disaksikan oleh anak-anak. Pengaruh mediaterhadap anak makin besar, teknologi semakincanggih & intensitasnya semakin tinggi. Sementaraorangtua tidak memiliki banyak waktu yang cukupuntuk memperhatikan, mendampingi & mengawasianak. Anak lebih banyak menghabiskan waktumenonton televisi dari pada melakukan aktifitas lainyang mampu mengembangkan kreatifitasnya.

Masih banyak orangtua memandang bahwabeberapa program televisi mampu menggantikanperannya untuk membuat anak menjadi lebih diamdan menikmati dengan berbagai bentuk visualnya.Padahal banyak penelitian yang menyatakan bahwatelevisi memiliki beberapa dampak negatif terhadaptumbuh kembang anak. Diantaranya, penelitianProf Sarlito menyebutkan bahwa banyaknya waktuyang dihabiskan oleh anak-anak untuk melihattelevisi menyebabkan anak lebih pasif, sulitberinteraksi, lebih agresif dan sulit berkomunikasiserta kreatifitas anak menjadi lebih sempit. Penelitianlain menyebutkan bahwa melihat televisi lebih dari* jam sehari bisa menimbulkan dampak negatifpada anak, diantaranya: mendorong anak menjadikonsumtif, berpengaruh terhadap sikap, mengurangisemangat belajar, membentuk pola pikir sederhana,mengurangi konsentrasi, mengurangi kreativitasdan lain sebagainya (Adhim, 2006).

Model parenting atau pengasuhan dalamkeluarga merupakan dasar yang sangat pentingbagi perkembangan dan kesuksesan anak (Karen& Claudio, 2008). Oleh karena itu, bagaimanakemudian model pengasuhan yang diberikan kepadaanak bisa sesuai dengan pengembangan potensi

Page 5: STORYTELLING SEBAGAI METODE PARENTING UNTUK …

Jurnal Psikoislamika I Volume 10 Nomor 1 Tahun 201370

bercerita) hendaknya menyesuaikan dengan levelkognitif anak. Dimana pada usia dini, level kognitifmereka masih pada operasional kongrit (Santrock,2007). Jadi cerita yang dibacakan atau disampaikanharuslah menyesuaikan tingkat kemampuan kognitifanak.

Membangun Attachment (Ketekatan) AntaraOrangtua dan Anak dalam Storytelling

Dalam storytelling bukan hanya bisameningkatkan berbagai kecerdasan pada dirianak, namun melalui metode cerita juga mampumeningkatkan kelekatan (attachment) antaraorangtua dan anak. Karena dalam storytellingorangtua mampu membangun komunikasi efektif,memberikan suasana menyenangkan dan membuatanak merasa nyaman dengan berbagai cerita yangdiberikan. Selain itu, melalui storytelling orangtuajuga memberikan perhatian yang dibutuhkanoleh anak, baik secara emosional meupun secarasosial.

Brewer (2007) menyatakan bahwa melaluistorytelling mampu membangun hubungan yangharmonis dan dekat antara orangtua dan anak.Semakin bagus kelekatan yang dibangun antaraorangtua dan anak, maka semakin bagus pulastimulasi kecerdasan yang diberikan kepada anak.Hal ini tentunya bisa meningkatkan kecerdasananak.

KESIMPULANAnak adalah anugrah dari tuhan yang luar

biasa, kesuksesan anak merupakan dambaan danharapan semua orangtua. Untuk menciptakananak cerdas dan sukses diperlukan usaha yangmaksimal, termasuk model parenting (pola asuh)yang diterapkan kepada anak. Parenting yangbisa mengembangkan potensi dan kreatifitas anakadalah model parenting authoritative. Selain itu,untuk membuat anak cerdas bisa diawali denganmemberikan stimulasi sejak usia dini. Karena padamasa ini anak disebut sebagai masa golden age(usia keemasan), dimana stimulasi sangat tepatdiberikan untuk mengembangkan kecerdasannya.Berbagai penelitian menyebutkan bahwa storytelling(metode bercerita) mampu menstimulasi berbagaikecerdasan anak sejak usia dini. Diantaranya,storytelling mampu meningkatkan kecerdasanbahasa anak, kreatifitas dan menanamkan moralpada anak usia dini. Namun yang perlu diperhatikanadalah tahap kognitif anak usia dini masih padatahap operasional kongkrit, maka bentuk cerita

bisa digunakan untuk meningkatkan kecerdasanbahasa anak usia dini.

Storytelling Membuat Anak KreatifKreatifitas pada anak usia dini merupakan

kemampuan yang bukan hanya ada begitu saja,tetapi membutuhkan stimulasi dari pihak luartermasuk orangtuanya. Ford (2007) menjelaskanhasil pengalamannya mengajar menggunakan metodestorytelling yang disesuaikan dengan karakteristikanak, dimana murid-muridnya memiliki kekurangandalam memecahkan masalah secara kreatiaf. Melaluistorytelling Ford mengungkapkan bahwa anakdidiknya menjadi lebih kreatif dalam menjawabsoal dan memecahkan masalah. Roney (1996 dalamIsbell, Sobol, 2004) menjelaskan bahwa storytellingmampu meningkatkan kreatifitas anak, karena didalamnya membuat pencerita berfikir bagaimanacerita itu disampaikan dengan model yang berbedadan kreatif. Misalnya, ketika membacakan bukutentang warna dan bentuk buah-buahan, orang tuadapat mengambil buah yang asli dan menjelaskannyapada anak. Anak dapat merasakan tekstur buah,dan mengetahui warna aslinya. Selain itu, aspekyang harus diperhatikan agar berjalan denganefektif adalah memiliki komunikasi dua arah (antarastoryteller dan pendengar).

Storytelling Mengajarkan Moral pada AnakUsia Dini

Dalam storytelling juga mengandung unsurmodelling (teladan) yang bisa diberikan kepadaanak melalui ceritanya. Sebagai orangtua pastimenginginkan sikap dan prilaku anak memilikimoral yang baik. Untuk mengajarkan moral yangpositif pada anak usia dini tidak mungkin denganmemberikan ceramah yang panjang dan memarahijika anak berbuat salah. Salah satu metode yangdisenangi anak tanpa haais memaksanya adalah denganbercerita (storytelling). Di dalamnya orangtua bisamemberikan cerita yang mengandung unsur-unsurmoral dan mengajarkan nilai-nilai moral yang baikkepada anak. Misalnya, sambil bercerita orangtuamengajarkan anak untuk berdo'a setiap sebelumdan sesudah makan, berterimakasih dan bersyukurdengan nikmat yang diterima, dan bersikap sopansantun kepada orang lain. Melalui storytelling anaktanpa merasa diguruhi dan dinasehati dengan kata-kata yang menakutkan. Dengan demikian orangtuabisa mengajarkan dan menanamkan moral kepadaanak sejak usia dini.

Dalam menggunakan Storytelling (metode

Page 6: STORYTELLING SEBAGAI METODE PARENTING UNTUK …

Jurnal Psikoislamika I Volume 10 Nomor 1 Tahun 2013

Competence: Adversity the roles of Parenting Qualityand Social Support. The journal of psychology, 142(4), 427-443. Heldref Publication.

Kosasih. 2008. Perkembangan dan PengembanganAnak di Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta:

Grasindo.Koyan, I. 2000. Pendidikan Moral Pfendekatan

Lintas Budaya. Jakarta: Depdiknas.Lenox, F. 2000. Storytelling for Young Children

in a Multicultural World. Early Childhood EducationJournal. Vol. 28. No. 2.

Michael L. 2009. Teaching Your Children. NewJersey: Person Education

Moelichatoen. 2004. Metode Pengajaran ditaman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka Cipta

Murdiono, M. 2008. Metode Penanaman NilaiMoral untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta: UniversitasNegri Yogyakarta.

Rakhmat, 2007. Retorika Modern (PendekatanPraktis). Bandung: Remaja Rosdakarya

Santrock, J, W. 2007. Psikologi Pendidikan(terjemahan). Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup

Shohib. 1998. PolaAsuh Orang Tua. Jakarta:Rineka Cipta

Wuryandani, W. 2006. Strategi Bercerita UntukMenanamkan Nilai Moral Pada Anak Usia Dini. Majalahllmiah Pembelajaran. Volume 2. Nomor 2.'

yang dijadikan sebagai metode bercerita harusmenyesuaikan dengan kemampuan anak.

DAFTAR PUSTAKA

Adhim, F. 2006. Positive Parenting cara-caraIslami Mengembangkan Karakter positif Pada Anak.Bandung: Mizan Media Utama

Baumrind, D. 1978. Current Pattern Of ParentalAutority, Development Psychology. Monograph 4.No. 1

Brewer, Jo An. 2007. Introduction to EarlyChild-Nood Education Presholl Throught PrimaryGrades. United States of Amerika: Pearson

Casmini. 2007. Emotional Parenting Dasar-dasarPengasuhan Kecerdasan Emosi Anak. Yogyakarta:Nuansa Aksara

Ford, T. 2007. The Power of Story in BuildingCharacter and Community, http://academic.evergreen.edu/c/chambreb/Power%20of^20Story%20Reader%2007.pdf

Henny, S. 2007. Cara Bercerita Yang Efektif danMenarik. Bandung: Disdik Propinsi Jawa Barat.

Isbell.R. dkk .2004. The Effects of Storytellingand Story Reading on the Oral Language Complexityand Story Comprehension of Young Children. EarlyChildhood Education Journal, Vol. 32. No. 3.

Karen, M. (t Claudio. 2008. Pathway to