STORYTELLING DAN PERILAKU EMPATIjurnalkommas.com/docs/Jurnal D0213078 .pdf · 2018. 9. 19. · 1...
Transcript of STORYTELLING DAN PERILAKU EMPATIjurnalkommas.com/docs/Jurnal D0213078 .pdf · 2018. 9. 19. · 1...
-
JURNAL
STORYTELLING DAN PERILAKU EMPATI
(Pengaruh Kekuatan Storytelling Melalui Media Sosial terhadap Perubahan
Perilaku Empati Pada Follower akun Instagram @proud.project)
Oleh:
Rino Basudewa
D0213078
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
-
1
STORYTELLING DAN PERILAKU EMPATI
(Pengaruh Kekuatan Storytelling Melalui Media Sosial terhadap Perubahan
Perilaku Empati Pada Follower akun Instagram @proud.project)
Rino Basudewa
Likha Sari Anggreni
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
After a successful application to the demand of many users, Instagram into a
social media that many opportunities to conduct campaign activities. In
campaigning, social media is used as a practical interface as a communication
tool without having to think about time and location. @proudproject accounts
utilize the power of storytelling through Instagram that helps in developing socio-
emotional skills, so that in the development process one is able to demonstrate
high social skills and enable to change empathy behavior.
The purpose of storytelling through social media instagram is used to describe
and analyze the effect of storytelling power through social media instagram on
empathy user account instagram @ proud.project behavior and to know the
contribution of storytelling power through social media instagram to empathetic
user account instagram @ proud.project behavior. Variables used are stories
capable of attracting attention, stories promoting critical thinking, impressive
stories, stories creating empathy, stories inspiring change.
This research is quantitative research. The population used is followers account
instagram @proud.project. The sampling technique in this research is purposive
sampling, with sample criteria such as: (1) Sample follow or follow account
instagram @proud.project and (2) Sample in 1 month last access account
instagram @proud.project with amount 135 followers. Data analysis using
Statistic Regression. Statistic Regression that can explain the influence between
two variables that is the power of storytelling variable with the behavior of
empathy variable under study.
The result of regression statistic analysis shows that there is influence the power
of storytelling to change the behavior of empathy on follower account Instagram
@proud.project. The influence is shown the calculation results obtained t count>
table or 5.703> 1.652 with the result p = 0.008
-
2
variables outside the unobserved model. Other variables such as the use of
facebook on a particular community or quality information on instagram.
Keywords: Statistic Regression, storytelling, new media, instagram, empathy
behavior, storytelling through social media.
Pendahuluan
Setelah sukses menjadi aplikasi yang diminati banyak pengguna,
Instagram menjadi media sosial yang banyak sekali peluang untuk melakukan
kegiatan campaign. Dalam melakukan campaign, media sosial digunakan sebagai
alat penghubung yang praktis sebagai alat komunikasi tanpa harus memikirkan
waktu dan lokasi. Sekarang ini, ada beberapa komunitas/organisasi yang
menggunakan Instagram sebagai media untuk melakukan kegiatan campaign,
antara lain: (1) Greenpeace dengan akun @greenpeaceid dimana Greenpeace
mengkampanyekan lingkungan internasional yang bereaksi untuk menyelamatkan
bumi dengan aksi damai dan tanpa kekerasan melalui Instagram. (2) Akun
@kitabisacom, akun ini merupakan salah satu online fundraising dan donation
website terbesar di Indonesia. Akun dibuat untuk melakukan penggalangan dana
terhadap orang yang tidak berkecukupan atau membutuhkan bantuan dengan
menceritakan keadaan dan memposting foto melalui Instagram. (3) Akun
@saveorangutans, saveorangutans merupakan salah satu project untuk
melestarikan orangutan Borneo yang terancam punah dan habitatnya di dalam dan
sekitar Taman Nasional GP. Kampanye ini dilakukan dengan cara memberi
informasi mengenai keadaan orangutan Borneo kepada followers melalui
postingan di Instagram. (4) Akun @proud.project, merupakan project sosial yang
bertujuan untuk melakukan perubahan sosial melalui storytelling dengan cara
memposting foto dan menyebarkan kisah-kisah positif dan inspiratif dari pelosok
nusantara yang mampu membuat audience ikut merasakan keaadan orang
tersebut.
Menurut studi lapangan yang dilakukan Kanda (2017) bahwa dalam aspek
motivasi, seseorang termotivasi untuk mengungkapkan dirinya karena dorongan
dari dalam dan luar melalui setiap foto yang diposting serta dari aspek intensifan
seseorang melakukan pengungkapan diri melalui postingan Instagram nya yang
-
3
ditujukan ke semua followers nya secara intens mengenai kehidupan seseorang
terutama dalam bidang fashion, kuliner dan pemberian motivasi.
Storytelling merupakan salah satu bentuk berkomunikasi yang sederhana,
mudah dimengerti dan efektif. Storytelling dapat membawa pendengarnya terlibat
dengan isi cerita, serta dapat merasakan apa yang dirasakan oleh si karakter dalam
cerita tersebut karena secara tidak sadar si pendengar dapat mengingat
pengalaman yang mirip dengan cerita tersebut ataupun latar belakang cerita yang
memiliki arti pribadi dengan dirinya.
Kekuatan storytelling itulah yang mendorong Trivet Sembel untuk
mendirikan akun Instagram @proudproject, sebuah proyek sosial melalui media
sosial Instagram untuk menyebarkan kisah-kisah positif dan inspiratif dari
pelosok nusantara. Trivet menjelaskan bahwa kegiatan tersebut untuk inspirasi
people to break boundaries. Akun Instagram Proud Project sekarang ini sudah
diikuti oleh lebih dari 63 ribu orang di Instagram. Proud Project sekilas mirip
Humans of New York karya fotografer Amerika Serikat, Brandon Stanton.
Namun lebih dari sekadar mengunggah foto masyarakat Indonesia. Proud Project
juga membentuk komunitas secara online dan offline. Tidak jarang kumpul
bersama dengan followers-nya dalam kehidupan nyata untuk berdiskusi (Fanada,
2017).
Storytelling melalui media sosial Instagram dalam penelitian ini
berdasarkan pada teori SOR. Effendy (2003) menjelaskan bahwa teori SOR atau
Stimulus Organism Response merupakan teori yang menjelaskan suatu proses
komunikasi yang dimulai dari adanya stimulus berupa pesan yang diterima oleh
komunikan. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin
diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian
dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan
inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan
menerimanya, maka akan menghasilkan sebuah respon. Respon tersebut dapat
meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.
Menurut teori SOR ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap
-
4
stimulus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian
antara pesan dan reaksi komunikan.
Fenomena sosial menunjukkan bahwa perilaku empati masyarakat di
Indonesia menurun. Masyarakat cenderung bersikap individualistik, lunturnya
nilai-nilai luhur kemanusiaan dan kemasyarakatan dari kehidupan, seperti tolong-
menolong, kekeluargaan, kerjasama, kebersamaan, dan kepedulian kepada orang
lain. Masyarakat cenderung egois atau memikirkan kepentingan sendiri tanpa
menghiraukan kepentingan bersama dalam masyarakat, bangsa, dan negara.
Kondisi tersebut menimbulkan terjadinya kecenderungan suatu konflik dalam
masyarakat dan terjadinya kesenjangan sosial. Masyarakat juga akan dapat
melanggar norma sosial dan norma agama yang ada, karena masyarakat sebagai
individu memiliki sifat egois atau mementingkan diri sendiri, dan tidak manusiawi
dalam memperlakukan sesama manusia.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif di mana peneliti bermaksud
membuktikan apakah adanya pengaruh kekuatan storytelling melalui media sosial
terhadap perubahan perilaku empati. Peneliti memilih populasi pada followers
akun Instagram @proud.project dikarenakan yang menerima stimulus dari konten
akun Instagram @proud.project adalah followers , sehingga masuk akal apabila
diajukan untuk digunakan menjadi sampel penelitian, selain itu mempermudah
dalam mengambil data penelitian.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh kekuatan storytelling terhadap perubahan perilaku empati
pada followers akun Instagram @proud.project?
2. Seberapa besar kontribusi kekuatan storytelling terhadap perubahan perilaku
empati pada followers akun Instagram @proud.project?
Telaah Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
-
5
Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu
sebagai perbandingan dan tolak ukur serta mempermudah penulis dalam
menyusun penelitian ini. Iksan (1996) menyatakan bahwa tinjauan pustaka
harus mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan
permasalahan penelitian : teori, konsep-konsep, analisa, kesimpulan,
kelemahan dan keunggulan pendekatan yang dilakukan orang lain. Peneliti
harus belajar dari peneliti lain, untuk menghindari duplikasi dan
pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang dibuat oleh
peneliti sebelumnya. Penelitian sebelumnya dipakai sebagai acuan dan
referensi penulis dan memudahkan penulis dalam membuat penelitian ini.
Penulis telah menganalisis 5 penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
bahasan di dalam penelitian ini. Berikut ini beberapa tinjauan penelitian
terdahulu beserta kontribusi bagi penelitian ini, yaitu:
Yang pertama, jurnal yang ditulis oleh Gherardi, et. al (2009),
University of Bath, London, dan Trento dengan judul Telling True Stories
Is an Institute for Safe Medication Practices Hallmark, yang menjelaskan
bahwa storytelling dapat membawa pendengarnya terlibat dengan isi
cerita, serta dapat merasakan apa yang dirasakan oleh si karakter dalam
cerita tersebut karena secara tidak sadar si pendengar dapat mengingat
pengalaman yang mirip dengan cerita tersebut ataupun latar belakang
cerita yang memiliki arti pribadi dengan dirinya. Orang lebih dapat
mengingat sesuatu yang terjadi dengan dirinya daripada sesuatu yang
terjadi dengan orang lain.
Kedua, jurnal yang ditulis oleh Handy Martinus dan Fachmi
Chaniago (2017) dengan judul Analysis of Branding Strategy Through
Instagram With Storytelling in Creating Brand Image on Proud Project,
yang menjelaskan bahwa studi lapangan ini ingin berusaha untuk
mengetahui efektifitas media sosial, khususnya Instagram daripada media
sosial lainnya dalam hal pembentukan brand image serta untuk mengetahui
penggunaan teknik mendongeng dalam mendorong proses pembentukan
-
6
brand image pada media sosial instagram. Cara menggunakan teknik
bercerita sebagai strategi branding melalui media sosial Instagram,
mendongeng adalah elemen yang sangat penting dalam perusahaan.
Mendongeng berperan dalam mengkomunikasikan brand dan value
perusahaan. Mendongeng di dalam perusahaan memberikan pengalaman
produk yang unik dan emosional. Selain itu, pengisahan cerita juga
merupakan alat pencitraan merek yang menjadi elemen yang secara unik
memperkenalkan perusahaan dengan pesaing.
Ketiga, jurnal yang ditulis oleh Matthew Grisinger (2014) dengan
judul Telling True Stories Is an Institute for Safe Medication Practices
Hallmark, dalam studinya mengatakan bahwa ada beberapa komponen-
komponen The Power of Storytelling diantaranya yaitu: 1) cerita mampu
menarik perhatian, 2) cerita mempromosikan berpikir kritis, 3) cerita
mengesankan, 4) cerita menciptakan empati, 5) cerita mengilhami
perubahan. Komponen inilah yang digunakan peneliti sebagai indikator
untuk melihat adanya pengaruh storytelling melalui media sosial terhadap
perubahan perilaku empati.
Keempat, jurnal yang ditulis oleh Murat Seyfi dan Ayda
Uzuncarsılı Soydas (2017) dengan judul Instagram Stories From The
Perspective of Narrative Transportation Theory, dalam studi ini,
Instagram dianggap sebagai alat bercerita. Hal ini terlihat bahwa halaman
tersebut digunakan sebagai alat bercerita ketika halaman resmi dari
Canadian Cancer Society dianalisis. Simbol, ritual, pahlawan dan nilai-
nilai dianalisis dengan cerita-cerita yang disajikan dengan cara posting
visual, dan mereka proses pengaruh pada sikap dan perilaku yang diamati
dengan mengevaluasi efeknya pada penonton. Sebagai konsekuensi dari
ini, terlihat bahwa Instagram narasi nilai tambah, tidak hanya untuk
individu, tetapi juga untuk perusahaan-perusahaan. Dalam konteks
mengembangkan komunikasi perusahaan, terlihat bahwa
-
7
mereka berkontribusi banyak langkah public relations seperti
pelembagaan, branding dan reputasi perusahaan.
Dan yang terakhir yang dijadikan referensi peneliti yaitu jurnal
yang ditulis oleh Kanda Ayub, Novaria Maulina, dan Muhammad Alif
(2017) dengan judul Self Disclosure Chef Agus Sasirangan di Media
Sosial Instagram. Studi lapangan ini dikatakan bahwa dalam aspek
motivasi, seseorang termotivasi untuk mengungkapkan dirinya karena
dorongan dari dalam dan luar melalui setiap foto yang diposting serta dari
aspek intensifan seseorang melakukan pengungkapan diri melalui
postingan Instagram nya yang ditujukan ke semua followers nya secara
intens mengenai kehidupan seseorang terutama dalam bidang fashion,
kuliner dan pemberian motivasi.
2. Komunikasi
Sebagai makhluk sosial, komunikasi menjadi hal mendasar bagi
manusia. Istilah komunikasi sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu
communicates yang berarti berbagi atau milik bersama. Harold D. Laswell
(dalam Cangara 2012) menyebutkan tiga fungsi dasar yang menjadi
penyebab perlunya manusia berkomunikasi adalah karena hasrat manusia
untuk mengontrol lingkungannya, upaya manusia untuk beradaptasi
dengan lingkungannya, dan upaya untuk melakukan transformasi warisan
sosialisasi.
Laswell pun memberikan paradigmanya untuk memahami
komunikasi secara lebih mudah, yaitu dengan membagi komunikasi
menjadi lima unsur dalam pertanyaan “who says what in which channel to
whom with what effect?” (Mulyana, 2014).
3. New Media Instagram
a. New Media
Di era tekonologi yang semakin berkembang ini banyak
penemuan baru, salah satunya media. New media merupakan suatu
media yang merupakan hasil dari integrasi maupun kombinasi antara
-
8
beberapa aspek teknologi yang digabungkan, antara lain teknologi
komputer dan informasi, jaringan komunikasi, serta media dan pesan
informasi yang digital (Terry, 2005).
b. Instagram
Instagram adalah sebuah aplikasi yang digunakan untuk
membagi-bagikan foto dan video. Instagram sendiri masih merupakan
bagian dari facebook yang memungkinkan teman facebook mem-
follow akun Instagram kita. Makin populernya Instagram sebagai
aplikasi yang digunakan untuk membagi foto membuat banyak
pengguna yang terjun ke bisnis online turut mempromosikan produk-
produknya lewat Instagram (Nisrina, 2015).
4. Storytelling melalui Media
Dengan kemudahan menggunakan new media saat ini, memberi
ketertarikan sendiri bagi beberapa komunitas untuk melakukan sebuah
kampanye. Seperti yang dilakukan oleh komunitas Proud Project, dimana
komunitas tersebut memanfaatkan kekuatan storytelling melalui media
untuk melakukan sebuah perubahan sosial. Storytelling melalui media
dalam penelitian ini berdasarkan pada teori SOR. Effendy (2005)
menjelaskan bahwa teori S-O-R atau Stimulus Organism Response
merupakan teori yang menjelaskan suatu proses komunikasi yang dimulai
dari adanya stimulus berupa pesan yang diterima oleh komunikan.
Storytelling merupakan media komunikasi yang berbentuk penyampaian
pesan melalui cerita atau kisah-kisah yang disampaikan oleh storyteller
atau pendongeng dengan intonasi yang jelas, berkesan dan menarik
sehingga dapat diterima dengan baik, dan dapat bermanfaat di masa yang
akan datang.
5. Perubahan Perilaku Empati
-
9
a. Teori S-O-R
Ringkasan teori S-O-R dalam buku Ilmu, Teori, dan Filsafat
Komunikasi (Effendy , 2003) bahwa teori S-O-R Hovland ini adalah
sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response semula berasal
dari psikologi. Kemudian menjadi teori komunikasi, karena obyek
material dari psikologi dan komunikasi adalah sama. Manusia yang
jiwanya meliputi sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan
mungkin diterima atau mungkin ditolak, komunikasi akan berlangsung
jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan
mengerti. Kemampuan komunikasi inilah yang melanjutkan proses
berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menrimanya, maka
terjadilah kesediaan untuk mengubah perilaku.
Storytelling melalui media merupakan sarana dalam
mempengaruhi afeksi audiens. Storytelling menjadi kekuatan dalam
menstimulus audiens agar mau melakukan tindakan yang diinginkan.
Secara substansi storytelling melalui media memiliki kontriusi yang
besar dalam memformulasikan pesan terhadap audiens. Dalam
penelitian ini isi pesan storytelling yang disampaikan meliputi sebuah
peristiwa, pengalaman, atau cerita inspiratif yang disampaikan oleh
akun @proud.project kepada followers. Setelah followers mengolah
dan menerima pesan diharapkan akan menghasilkan sebuah respon.
Respon tersebut dapat meliputi komponen-komponen sikap, opini,
perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Dalam hal ini efek yang
diharapkan mampu memberikan sebuah perubahan, khususnya pada
perubahan perilaku empati.
Senada dengan yang diungkapkan oleh Hovland, Janis dan
Kelley (dalam Effendy, 2003) yang menyatakan ada tiga variabel
penting dalam menelaah sikap yang dirumuskan dalam teori S-O-R,
secara interpretatif storytelling melalui media merupakan stimulus
yang akan ditangkap oleh organisme audiens. Komunikasi akan
-
10
berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya
komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang
melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan
menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.
b. Perilaku Empati
Menurut Hurlock (2008) menjelaskan bahwa empati merupakan
kemampuan seseorang untuk mengerti dan memahami perasaan dan
emosi orang lain serta kemampuan untuk membayangkan diri sendiri
mengalami perasaan yang sama dengan orang tersebut. Decety &
Jackson (dalam Lamm, et al., 2007) menjelaskan bahwa empati adalah
kemampuan untuk memahami sesuatu dari sudut pandang unik orang
lain. Ada beberapa komponen yang ada dalam empati, Menurut Taufik
(dalam Silfiasari, dan Prasetyaningrum, 2017) komponen-komponen
tersebut antara lain:
1) Komponen kognitif
Komponen kognitif adalah komponen yang menimbulkan
pemahaman bagaimana perasaan orang lain, komponen yang
bertugas untuk mengerti cara berpikir orang lain sehingga
menimbulkan perasaan empati.
2) Komponen afektif
Komponen afektif melihat empati sebagai pengamatan
emosional yang merespon adanya afektif lain yang muncul.
Tingkat empati afektif ini berbeda-beda, Ada beberapa individu
yang akurasinya baik, maksutnya adalah individu tersebut bisa
merasakan dengan baik bagaimana perasaan orang lain. Dan
sebagian ada yang akurasinya kurang baik, maksutnya adalah
individu tersebut kurang bisa merasakan bagaimana perasaan dari
orang lain tersebut.
3) Komponen afektif dan kognisi
-
11
Komponen ini adalah komponen gabungan dari komponen
afektif dan komponen kognitif. Beberapa ahli sepakat bahwa kedua
komponen ini tidak dapat dipisahkan karena saling berhubungan.
Ketika individu memahami bagaimana perasaan orang lain, maka
ada perasaan emosional yang muncul dari individu tersebut yang
menyebabkan individu akan melakukan sebuah tindakan empati
kepada orang lain.
4) Komponen komunikatif
Komponen ini muncul karena adanya hubungan antara
komponen afektif dan komponen kognitif. Komponen ini sangat
penting karena dengan adanya komunikasi maka individu dapat
mengeksplorasi pikiran-pikiran dan perasaannya kepada orang lain
sehingga menimbulkan rasa empati.
Perubahan perilaku empati dalam penelitian ini berdasarkan pada
teori S-O-R, dimana perubahan perilaku empati terjadi apabila
stimulus (pesan) yang diberikan terhadap audiens. Effendy (2003)
menjelaskan bahwa teori S-O-R atau Stimulus Organism Response
merupakan teori yang menjelaskan suatu proses komunikasi yang
dimulai dari adanya stimulus berupa pesan yang diterima oleh
komunikan.
Metodologi Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu yang representatif.
Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis datanya bersifat
statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2016).
Penelitian yang akan dilakukan ini, bertujuan untuk memperoleh gambaran
mengenai adakah pengaruh kekuatan storytelling melalui media sosial terhadap
perubahan perilaku empati pada followers akun instagram @proud.project
Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai populasi adalah seluruh
followers akun Instagram @proud.project yang berjumlah 80.130 orang (data
-
12
diambil per bulan Maret 2018). Penentuan sampel pada penelitian ini dihitung
dengan teknik pengambilan sampel dengan rumus dari Taro Yamane (Rakhmat,
2001) dengan perkiraan tingkat kesalahan sebesar 9% dan didapat sampel
sejumlah 123 responden.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan
memberikan kuesioner yang berisi pernyataan-pernyataan kepada responden.
Kuesioner dalam penelitian ini disebar melalui link (google docs) dan direct
message.
Pengolahan Data
Penelitian ini adalah tentang mengetahui pengaruh kekuatan storytelling
terhadap perubahan perilaku empati. Maka analisis data dalam penelitian ini
menggunakan Regresi . Penggunaan analisis Regresi memiliki beberapa tahap-
tahap yang harus dilakukan untuk dapat mengeluarkan hasil yang sesuai, yaitu: uji
validitas, uji reliabilitas, uji hipotesis, dan uji koefisien determinasi.
Sajian dan Analisis Data
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah quota sampling,
Menurut Arikunto (2006) teknik sampling ini dilakukan dengan tidak
mendasarkan diri pada strata atau daerah, tetapi mendasarkan diri pada jumlah
yang sudah ditentukan, yang diperhatikan di sini adalah terpenuhinya jumlah
(quorum) yang telah ditentukan. Jumlah responden yang masuk di google docs
peneliti tercatat 135, melebihi jumlah responden yang telah ditentukan dengan
rumus Taro Yamane yaitu 123 responden. Peneliti menetapkan untuk memakai
semua data responden yang masuk. Menurut Guilford (dalam Supranto, 2006)
dimana semakin besar sampel (makin besar nilai n = banaknya elemen sampel)
akan memberikan hasil yang lebih akurat.
Selain itu, juga dianalisis frekuensi jawaban responden pada dua variabel
dalam penelitian ini, yaitu variabel independen kekuatan storytelling dan variabel
dependen perilaku empati. Selanjutnya, pengolahan data dengan menggunakan
-
13
bantuan program SPSS versi 20.0 pada uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi dan
analisis uji hipotesis.
Alat pengukuran dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang
berjumlah 27 pertanyaan, untuk variabel kekuatan storytelling terdiri dari 15
pertanyaan dan variabel perilaku empati ada 12 pertanyaan. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan skala likert untuk mengukur data hasil jawaban responden
untuk semua pertanyaan tersebut. Ada 5 alternatif jawaban dalam kuesioner yang
diberikan kepada responden dan masing-masing jawaban di berikan skor. Untuk
jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) dengan skor 1, skor 2 = Tidak Setuju (TS),
skor 3 = Netral (N), skor 4 = Setuju (S), dan skor 5 = Sangat Setuju (SS)
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi secara
normal atau tidak. Hasil uji normalitas sebaran diperoleh menggunakan teknik
statistik One Sample Kolmogorow Smirnov.
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kekuatan
Storytelling Perilaku Empati
N 135 135
Normal Parametersa Mean 54.8593 46.3926
Std. Deviation 8.69394 4.72702
Most Extreme Differences Absolute .111 .078
Positive .111 .078
Negative -.106 -.077
Kolmogorov-Smirnov Z 1.285 .907
Asymp. Sig. (2-tailed) .074 .384
-
14
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kekuatan
Storytelling Perilaku Empati
N 135 135
Normal Parametersa Mean 54.8593 46.3926
Std. Deviation 8.69394 4.72702
Most Extreme Differences Absolute .111 .078
Positive .111 .078
Negative -.106 -.077
Kolmogorov-Smirnov Z 1.285 .907
Asymp. Sig. (2-tailed) .074 .384
a. Test distribution is Normal.
Hasil normalitas dengan One Sample Kolmogorow Smirnov untuk kekuatan
storytelling melalui media sosial Instagram menggunakan dengan p = 1,285
dikatakan normal, perilaku empati dengan p = 0,074 dikatakan normal. Dengan
demikian data responden pada semua variabel dinyatakan normal, karena menurut
Arikunto (2003) data dikatakan memiliki distribusi normal apabila p > 0,05.
Uji Linearitas
Uji linieritas hubungan bertujuan untuk mengetahui linieritas hubungan
antara variabel bebas dan variabel tergantung.
Tabel 4.6 Hasil Uji Linearitas
ANOVA Table
-
15
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Perilaku Empati
* Kekuatan
Storytelling
Between
Groups
(Combined) 996.585 31 32.148 1.658 .031
Linearity 155.869 1
155.86
9 8.037 .006
Deviation from
Linearity 840.716 30 28.024 1.445 .090
Within Groups 1997.608 103 19.394
Total 2994.193 134
Hasil uji linieritas hubungan antara kekuatan storytelling melalui media
sosial instagram dengan perilaku empati mempunyai korelasi linier, hal ini
ditunjukkan pada Deviation from Linearity dengan nilai Fbeda = 4,270 dengan p =
0,078 (p > 0,05) yang berarti korelasinya linier.
Uji Regresi
Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui bagaimana
variabel terikat (dependent) dapat diprediksikan oleh variabel bebas
(independent) secara parsial. Guna mengetahui uji regresi sederhana dan uji t
dapat diketahui melalui hasil olahan data dengan program SPSS versi 20.0. Uji
regresi sederhana ini digunakan sebab variabel independen atau prediktornya
satu, yaitu kekuatan storytelling. Analisis regresi sederhana digunakan untuk
mengetahui pengaruh antara variabel independen (kekuatan storytelling) terhadap
variabel dependen (perilaku empati).
Tabel 4.7 Hasil Regresi Sederhana
Variabel Beta Sig. Keterangan
Contanst 39,587 - -
-
16
Kekuatan storytelling dan
perilaku empati 0,124 0,008
Ada Pengaruh
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh persamaan regresi linear sederhana
seperti dibawah ini.
Y= 39,587 + 0,124X
Berdasarkan persamaan regresi linear tersebut dapat dianalisis pengaruh
dari variabel X (kekuatan storytelling) terhadap Variabel Y (perilaku konsumen)
adalah: Kostanta sebesar 39.587 menyatakan bahwa jika variabel X (kekuatan
storytelling) dianggap konstan atau sama dengan nol (0) maka Variabel Y
(perilaku empati) adalah sebesar 0,124. Koefisien variabel X sebesar 0,124
mengartikan bahwa setiap ada penambahan 1 nilai maka variabel Y akan
mengalami kenaikan sebesar 0,124. Sebaliknya, jika nilai variabel X turun 1
maka variabel Y juga akan mengalami penurunan sebesar 0,124.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t untuk mengetahui
pengaruh dua variabel, yaitu variabel independen (kekuatan storytelling) terhadap
variabel dependen (perilaku empati).
Tabel 4.8 Rangkuman Hasil uji Hipotesi
Variabel Uji
thitung
Standar
thitung
Hasil
Sig.
Standar
Sig.
Keterangan
-
17
Uji t pada variabel menunjukan hasil di mana didapatkan nilai thitung =
5,703. Perhitungan nilai ttabel dengan tingkat signifikasi (α=0,05) dimana df = n-
2 atau 400-2 = 398 sehingga didapat > ttabel = 1,652. Ternyata nilai thitung >
ttabel atau 5,703 > 1,652, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
Hasil tersebut didukung hasil p = 0,008 < 0,05. Jadi, kekuatan storytelling
berpengaruh terhadap perilaku empati. Artinya, semakin tinggi kekuatan
storytelling maka mampu meningkatkan perilaku empati.
Besarnya Pengaruh
Besarnya pengaruh kekuatan storytelling terhadap perilaku empati
menggunakan R Square. R Square digunakan untuk menunjukkan seberapa besar
variasi variabel dependen dijelaskan oleh variabel independen sebagai berikut :
Tabel 4.9
Besar Pengaruh Kekuatan Storytelling Pada Perilaku Empati
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .475a .225 .218 4.65649
a. Predictors: (Constant), Kekuatan Storytelling
R² digunakan untuk menunjukkan seberapa besar variasi variabel dependen
dijelaskan oleh variabel independen. Hasil pengolahan data diperoleh koefisien
determinasi Adjusted R Square sebesar 0,218, yang berarti variasi perubahan
Kekuatan
storytelling
dan
perilaku
empati
5,703 1.652
0,008
0,05
Ada
Pengaruh
-
18
variabel independen perilaku empati dapat dijelaskan kekuatan storytelling
sebesar 21,8%. Sedangkan sisanya 78,2% dijelaskan oleh variabel lain di luar
model yang tidak terobservasi.
Kesimpulan
Berdasarkan hasill pembahasan tentang Storytelling dan Perilaku Empati
(Pengaruh Kekuatan Storytelling Melalui Media Sosial terhadap Perubahan
Perilaku Empati Pada Follower akun Instagram @proud.project), dapat diperoleh
kesimpulan, sebagai berikut:
Ada pengaruh kekuatan storytelling terhadap perubahan perilaku empati
pada follower akun Instagram @proud.project. Pengaruh tersebut ditunjukkan
hasil perhitungan diperoleh nilai thitung > tabel atau 5,703 > 1,652 dengan hasil p
= 0,008 < 0,05. Artinya, semakin tinggi kekuatan storytelling maka mampu
meningkatkan perilaku empati. maka dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hipotesis H1yang menyatakan kekuatan storytelling melalui media
sosial Instagram berpengaruh terhadap perubahan perilaku empati
pada follower akun Instagram @proud.project.
Besar kontribusi kekuatan storytelling terhadap perubahan perilaku empati
pada followers akun Instagram @proud.project sebesar 21,8%. dan sisanya 78,2%
dijelaskan oleh variabel lain di luar model yang tidak terobservasi. Variabel lain
tersebut diantaranya yaitu penggunaan facebook pada komunitas tertentu atau
kualitas informasi pada Instagram.
Komponen kekuatan storytelling yang diutarakan oleh Grissinger, (2014):
1) cerita mampu menarik perhatian, 2) cerita mempromosikan berpikir kritis, 3)
cerita mengesankan, 4) cerita menciptakan empati, 5) cerita mengilhami
perubahan, terbukti berpengaruh terhadap perilaku empati. Selain itu kekuatan
storytelling berpengaruh sebesar 21,8% terhadap perilaku empati disebabkan oleh
karakteristik responden pada gender perempuan sebanyak 109 orang (80,7%).
Storytelling telah dalam menyajikan cerita mampu menarik perhatian responden
sebanyak 59 orang (43,7%).
-
19
Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
-
20
Cangara, H. (2012). Pengantar Ilmu Komunikasi. Depok: PT. Raja Garfindo
Persada.
Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung :
PT. Citra Aditya Bakti
Fanada, Dzikra, (2017). Proud Project: Membuat perubahan sosial melalui
‘storytelling’https://www.rappler.com/indonesia/ayo-indonesia/187506-
proud-project-trivet-sembel-storytelling.
Flew, Terry, (2005). New Media: An Introduction (3rd
Edition). Melbourne:
Oxford University Press.
Gherardi, S., Gabriel, Y., dan Brown, A. D. (2009). Storytelling and Change: an
Unfolding Story. Organization. Vol. 16, No. 3, Hal. 323-333.
Iksan, Fuad. 1996. Metode Penelitian. Jakarta: Salemba Medika
Kanda, A., Novaria, M., & Muhammad, A. (2016). Self Disclosure Chef Agus
Sasirangan di Media Sosial Instagram. Meta Communication: Journal Of
Communication Studies. Vol. 1, No. 2.
Lamm, C., Batson, D., & Decety, J. (2007). The Neural Substrate of Human
Empathy: Effects of Perspevtive-taking and Cognitive Appraisal. Journal
of Cognitive Neuroscience. Vol. 19, No. 1, Hal. 42-58.
Matthew Grisinger. (2014). Telling True Stories Is an Institute for Safe
Medication Practices Hallmark. Journal of Pharmacy and Therapeutics.
Vol. 39, No. 10, Hal. 658-659.
M. Nisrina. (2015). Bisnis Online, Manfaat Media Sosial Dalam Meraup Uang.
Yogyakarta: Kobis (Komunitas Bisnis).
Mulyana, Dedy. (2014). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Silfiasari, Prasetyaningrum, dan Susanti. (2017). Empati dan Pemaafan dalam
Hubungan Pertemanan Siswa Regular Kepada Siswa Berkebutuhan
Khusus (ABK) Di Sekolah Inklusif. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan.
Vol. 05, No.01, hal. 126-143.
Supranto, J. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Meningkatkan
Pangsa Pasar. Jakarta: Rineka Cipta
https://www.rappler.com/indonesia/ayo-indonesia/187506-proud-project-trivet-sembel-storytellinghttps://www.rappler.com/indonesia/ayo-indonesia/187506-proud-project-trivet-sembel-storytelling